Anda di halaman 1dari 29

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN LAMA KERJA DENGAN KADAR TIMBAL (Pb) DALAM


DARAH PADA OPERATOR SPBU DI JALAN JENDRAL SUDIRMAN
KOTA AMBON

Sebagai Salah Satu Syarat Tugas Penulisan Karya Ilmiah Semester V


Pada Program Studi Analis Kesehatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Maluku

Disusun Oleh :
NUR HASANA S LABIRU
NIM PO7172317072

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU


PROGRAM STUDI ANALIS KESEHATAN
AMBON
2019
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannirrahiim

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul “Hubungan Lama Kerja dengan Kadar Timbal dalam Darah pada
Operator SPBU di Jalan Jendral Sudirman, Kota Ambon”. Karya Tulis Ilmiah
ini sebagai salah satu tugas karya tulis Ilmia Semdester V Jurusan Analis
Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Maluku.

Ambon, 12 September 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan di

lingkungan terutama di Negara-negara berkembang (WHO, 1997).

Resiko kesehatan yang dikaitkan dengan pencemaran udara di

perkotaan secara umum, banyak menarik perhatian dalam beberapa

dekade belakangan ini (Tuaputty, 2016)

Menurut pasal 1 angka 12 Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup,

pencemaran ligkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk

hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan dan

atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh

proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat

tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak

dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntuknya.

Penyebab terjadinya pencemaran lingkungan di atmosfir

biasanya berasal dari sumber kendaraan bermotor dan atau industri.

Penggunaan logam sebagai bahan baku berbagai jenis industri untuk

memenuhi kebutuhan manusia akan memengaruhi kesehatan

manusia. Pesatnya pembangunan dan penggunaan berbagai bahan


baku logam bisa berdampak negatif, yaitu munculnya kasus

pencemaran yang melebihi batas sehingga mengakibatkan kerugian

dan meresahkan masyarakat pengguna produk industri tersebut. Hal itu

terjadi karena sangat besarnya resiko terpapar logam berat maupun

logam transisi yang bersifat toksik dalam dosis atau kosentrasi tertentu

(Widowati, 2008)

Polusi udara mengandung berbagai logam berat, salah satunya

adalah timbal (Pb) yang berasal dari pembakaran bahan bakar

kendaraan bermotor dan emisi industri. Timbal terdapat di alam dalam

bentuk gas dan partikel. Timbal anorganik terdapat paling banyak di

udara, karena merupakan hasil dari pembakaran tetraethyl Pb (TEL)

dan tetramethyl Pb (TEMEL) yang terkandung dalam bahan bakar

kendaraan bermotor. Hasil penelitian Lembaga Penerbangan dan

Antariksa Nasional (LAPAN) mengenai pencemaran udara di

perkotaan, emisi transportasi terbukti sebagai penyumbang

pencemaran udara tertinggi di Indonesia, yakni sekitar 85% (Gusnita

(2012) dalam Tussaniah Kamila, 2015).

Timbal (Pb) adalah logam yang mendapat perhatian karena

bersifat toksik melalui konsumsi makanan, minuman, udara, air serta

debu yang tercemar Pb. Intoksikasi Pb bisa terjadi melalui jalur oral,

lewat makanan, minuman, pernafasan, kontak lewat kulit, kontak lewat

mata, serta lewat parentel (Rahde, (1994) dalam Widowati, 2008).


Emisi Pb dari lapisan atmosfer bumi berbentuk gas atau partikel.

Emisi Pb bentuk gas, terutama berasal dari buangan gas kendaraan

bermotor, merupakan hasil sampingan dari pembakaran mesin-mesin

kendaraan dari senyawa tetrametil-Pb dan tetraetil-Pb dalam bahan

bakar kendaraan bermotor. Emisi Pb dari pembakaran mesin

menyebabkan jumlah Pb udara dari asap buangan kendaraan

meningkat sesuai meningkatnya jumlah kendaraan. Percepatan

pertumbuhan sektor transportasi, kepadatan arus lalu lintas, serta

tingginya volume kendaraan bisa menyebabkan kemacetan arus lalu

lintas. Dampak negatif kemacetan lalu lintas bisa menyebabkan

tingginya tinggi polusi udara di lingkungan kota. Hasil emisi gas

pembuangan kendaraan bermotor akan meningkatkan pula kadar Pb di

udara. Asap kendaraan bermotor bisa mengeluarkan partikel Pb yang

kemudian bisa mencemari udara, tanaman di sekitar jalan raya, dan

mencemari makanan di jajakan di pinggir jalan. Asap bisa juga terserap

oleh manusia secara langsung melalui pernapasan atau kulit. Salah

satu faktor yang menyebabkan tingginya kontaminasi Pb dalam

lingkungan adalah pemakaian bensin bertimbal yang masih tinggi di

Indonesia (Widowati, 2008)

Menurut ketentuan WHO, kadar timbal (Pb) dalam darah

manusia yang tidak terpapar adalah untuk anak-anak tidak boleh

melebihi 10 𝜇g/dL, dan untuk orang dewasa tidak boleh melebihi 25


𝜇g/dL. Keracunan timbal (Pb) yang berasal dari udara bebas terdapat

penduduk yang mendapat pemaparan dalam jumlah besar dan waktu

yang lama (Itehe, 2017)

Di Indonesia, kurang lebih 70% pencemaran udara disebabkan

oleh emisi kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan

zat-zat berbahaya yang dapat menimbulkan dampak negatif, baik

terhadap kesehatan manusia maupun terhadap lingkungan, seperti

timbal/timah hitam (Pb), oksida nitrogen (NOx), hidrokarbon (HC),

karbon monoksida (CO), dan oksida fotokimia (Ox). Kendaraan

bermotor menyumbang hampir 100% timbal, 13-44% suspended

particulate matter (SPM), 71-89% hidrokarbon, 34-73% NOx, dan

hampir seluruh karbon monoksida (CO) ke udara Jakarta. Sumber

utama debu berasal dari pembakaran sampah rumah tangga, di mana

mencakup 41% dari sumber debu.

Kota Ambon memiliki beberapa ruas jalan yang padat arus lalu

lintas dan sering terjadi kemacetan seperti pada Jln. Mutiara, Jln.

Jendral Sudirman, dan Jln. Ay Patty.

Salah satu tempat kerja dengan paparan Pb adalah Stasiun

Pengisian Bahan Bakar Untuk Umum (SPBU). Operator SPBU beresiko

tinggi terpapar Pb yang berasal dari emisi gas buang kendaraan

bermotor baik dari kendaraan yang sedang mengantri untuk mengisi

bensin, kendaraan bermotor yang berangkat setelah mengisi bensin,


serta kendaraan bermotor yang melintasi jalan raya. Operator SPBU

yang berada di tempat kerja dalam waktu yang lama dan terkena

paparan emisi Pb dari sisa pembakaran mesin kendaraan bermotor

secara terus-menerus akan mengakibatkan Pb terakumulasi di dalam

tubuh mereka.

Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan penulis pada

16 November 2017 bahwa Operator SPBU di Jalan Jendral Sudirman

Kota Ambon sudah memiliki pengalaman kerja selama 3 sampai 5

tahun, dan mereka dibagi waktu kerja 8 jam per hari. Selain itu, operator

SPBU umumnya kurang mengetahui bahaya timbal yang berasal dari

emisi gas buang kendaraan bermotor, serta tidak mengunakan Alat

Pelindung Diri (APD) seperti masker atau sarung tangan dalam

melakukan pengisian bensin. Hal ini dapat memungkinkan Operator

SPBU dapat terkontaminasi asap kendaraan bermotor yang sedang

melakukan pengisian bensin atau juga asap kendaraan bermotor yang

melintasi di sekitar jalan SPBU. Maka dari itu, dalam kesempatan ini

peneliti akan melakukan penelitian tentang Hubungan Lama Kerja

dengan Kadar Timbal dalam Darah pada Operator SPBU di Jalan

Jendral Sudirman, Kota Ambon.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “ Apakah ada Hubungan Lama


Kerja dengan Kadar Timbal (Pb) dalam Darah pada Operator SPBU di

Jalan Jendral Sudirman, Kota Ambon?”.

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui Hubungan Lama Kerja dengan Kadar Timbal

(Pb) dalam Darah pada Operator SPBU di Jalan Jendral Sudirman,

Kota Ambon.

D. Manfaat Penelitian

1. Institusi

a. Sebagai bahan evaluasi dalam peningkatan mutu kurikulum

pendidikan.

b. Dapat meningkatkan mutu mahasiswa dan mahasiswa mampu

mengaplikasikan ilmunya di lapangan.

c. Sebagai tambahan referensi tentang lama kerja dengan kadar

timbal dalam darah pada operator SPBU.

2. Profesi Analis Kesehatan

Sebagai informasi atau masukan kepada tenaga analis

khususnya pada bidang Toksikologi.

3. Peneliti

Sebagai wujud pengaplikasian disiplin ilmu yang telah

dipelajari sehingga dapat mengembangkan wawasan keilmuan

peneliti.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah pustaka

1. Definisi Timbal

Timbal merupakan hasil sampingan dari pembakaran yang

berasal dari senyawa tetrametil Pb dan tetraetil Pb yang selalu

ditambahkan dalam bahan bakar kendaran bermotor dan berfungsi

sebagai anti ketuk (anti-knock) pada mesin-mesin kendaraan.

Jumlah senyawa Pb yang lebih besar (62%) dibandingkan senyawa-

senyawa lain dan tidak terbakar secara sempurna pada proses

pembakaran pada mesin menyebabkan jumlah Pb yang dibuang ke

udara melalui asap buangan kendaraan menjadi sangat tinggi (Palar,

2008).

Timbal (Pb) yang dikenal juga dengan timah hitam merupakan

neurotoxin atau racun syaraf yang dapat mengakibatkan penurunan

tingkat kecerdasan dan kemampuan otak pada anak-anak,

sementara pada orang dewasa dapat menyebabkan tekanan darah

tinggi, anemia, mengurangi fungsi reproduksi dan kematian (Palar,

2008).

2. Karakteristik Timbal (Pb)

a. Sifat fisik dan kimiawi Pb

Timbal atau lebih dikenal sebagai timah hitam dan dalam

bahasa ilmiahnya dikenal dengan plumbum dan merupakan


unsur golongan IV-A pada tabel periodik unsur kimia. Timbal

memiliki nomor atom (NA) 82 dengan bobot atau berat atom (BA)

207,2 merupakan suatu logam berat berwarna kelabu kebiru-

biruan dan lunak dengan titik leleh 327oC dan titik didih 1.620oC.

Pada suhu 550oC – 660oC Pb menguap dan membentuk oksigen

dalam udara yang kemudian membentuk timbal oksida.

Walaupun bersifat lunak dan lentur, Pb sangat rapuh dan

mengkerut pada pendinginan, sulit larut dalam air dingin, air

panas dan air asam timah hitam dapat larut dalam asam nitrit,

asam asetat dan asam sulfat pekat (Palar,2008)

b. Pemakaian timbal

Penggunaan timbal dapat ditemukan pada pipa, lembaran

logam, pembungkus, amunisi, pigmen, solder, additif anti-knock

dalam bahan bakar minyak.

Timbal dapat digunakan sebagai logam murni,

dikombinasikan dengan logam lain untuk membentuk campuran,

atau dalam bentuk senyawa kimia. Penggunaan utama dari

timbal di Amerika adalah untuk penyimpanan baterai timbal –

asam pada mobil, jenis baterai listrik isi ulang yang menggunakan

campuran timbal hampir murni. Campuran timbal biasanya

ditemukan dalam amunisi, pipa, pembungkus kabel, material,

solder, perisai radiasi. Timbal juga digunakan dalam glasir

keramik dan sebagai stabilizer dalam plastik. Timbal digunakan


secara luas sebagai inhibitor korosi dan pigmen dalam cat.

Sebelum pertengahan 1980-an, senyawa timbal organik

tetrametil timbal dan tetraetil timbal digunakan sebagai aditif

antiknock dan octane booster pada bensin (Kriswedhani 2015).

Logam Pb yang mencemari udara terdapat dalam dua

bentuk, yaitu dalam bentuk gas dan partikel-partikel. Gas timbal

terutama berasal dari pembakaran bahan aditif bensin dari

kendaraan bermotor yang terdiri dari tetraetil Pb dan tetrametil

Pb. Partikel-partikel Pb di udara berasal dari sumber-sumber lain

seperti pabrik-pabrik alkil Pb dan Pb oksida, pembakaran arang

dan sebagainya (Gusnita, 2012).

Bahan aditif yang biasa dimasukkan ke dalam bahan

bakar kendaraan bermotor pada umumnya terdiri dari 62% timbal

tetra etil, dan bahan scavenger yaitu 18% etilendikhlorida

(C2H4C12), 18% etilendibromida (C2H4Br2) dan sekitar 2%

campuran tambahan dari bahan-bahan yang lain. Jumlah

senyawa timbal yang jauh lebih besar dibandingkan dengan

senyawa-senyawa lain dan tidak terbakar musnahnya timbal

dalam peristiwa pembakaran pada mesin menyebabkan jumlah

timbal yang dibuang ke udara melalui asap buangan kendaraan

menjadi sangat tinggi. (Suciani, 2007)

3. Metabolisme Timbal (Pb) dalam Tubuh


Timbal masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran

pernafasan yang merupakan jalan pemajanan terbesar dan melalui

saluran pencernaan, terutama pada anak-anak dan orang dewasa

dengan kebersihan perorangan yang kurang baik. Proses

metabolisme Pb dalam tubuh meliputi 3 tahapan yaitu:

a. Absorbsi
Absorbsi timbal dari lingkungan tidak semata-mata hanya

bergantung pada bentuk fisik dan kimia dari logam tersebut.

Selain itu juga dipengaruhi oleh faktor-faktor host seperti umur,

status fisik, kondisi fisik dan faktor genetik (Girsang, 2008).

Melalui inhalasi timbal dapat masuk ke dalam saluran

pernapasan atas dimana pembersihan mukosiliar membawa

partikel di saluran pernafasan bagian atas ke nasofaring

kemudian di telan. Rata-rata 10-40% Pb yang terinhalasi

diabsorbsi melalui paru-paru, dan sekitar 5-10% dari yang

tertelan diabsorbsi melalui saluran cerna. Fungsi pembersihan

alveolar adalah membawa partikel ke ekskalator mukosiliar,

menembus lapisan jaringan paru kemudian menuju kelenjar

limfe dan aliran darah. Sebanyak 30-40% Pb yang diabsorbsi

melalui saluran pernapasan akan masuk ke aliran. Masuknya

Pb ke aliran darah tergantung pada ukuran partikel daya larut,

volume pernapasan dan variasi faal antar individu.

Senyawa timbal tetrametil dan timbal tetra-etil dapat

diserap oleh kulit. Hal ini disebabkan kedua senyawa tersebut


dapat larut dalam minyak dan lemak. Sedangkan dalam lapisan

udara timbal tetraetil terurai dengan cepat karena adanya sinar

matahari. Timbal tetraetil akan terurai membentuk timbal trietil,

timbal dietil dan timbal monoetil. Semua senyawa uraian dari

timbal tetraetil tersebut memiliki bau yang spesifik seperti bau

bawang putih, sulit larut dalam minyak akan tetapi semua

senyawa turunan ini dapat larut dengan baik dalam air.

Senyawa – senyawa Pb dalam keadaan kering terdispersi di

dalam udara, sehingga kemudian terhirup pada saat bernafas,

dan sebagian akan menumpuk di kulitdan/atau terserap oleh

daun tumbuhan.

Absorbsi timbal yang meningkat menyebabkan : (a)

penurunan kandungan hemoglobin; (b) penurunan jumlah dan

pemendekan masa hidup eritrosit; (c) peningkatan jumlah

retikulosit (eritrosit muda); (d) peningkatan jumlah eritrosit

berbintik basofilik. Jadi, pemeriksaan darah untuk mendeteksi

efek-efek ini dapat digunakan sebagai pengukur paparan timbal.

(Suciani, 2007)

b. Distribusi
Timbal yang diabsorbsi diangkut oleh darah ke organ-

organ tubuh sebanyak 95% Pb dalam darah diikat oleh eritrosit.

Sebagian Pb plasma dalam bentuk yang dapat berdifusi dan

diperkirakan dalam keseimbangan dengan pool Pb tubuh

lainnya. Yang dibagi menjadi dua yaitu ke jaringan lunak


(sumsum tulang, sistem saraf, ginjal, hati) dan ke jaringan keras

(tulang, kuku, rambut dan gigi).

c. Ekskresi
Ekskresi Pb melalui beberapa cara, yang terpenting

adalah melalui ginjal dan saluran cerna. Ekskresi Pb melalui

urine sebanyak 75-80%, melalui feses 15% dan lainnya melalui

empedu, keringat, rambut dan kuku (Palar, 2008).

Tampaknya tubuh telah mencapai suatu keseimbangan

antara absorbsi dan ekskresi, dimana jumlah timbal yang

diekskresi dalam kemih, feses, empedu, keringat, rambut dan

kuku sesuai dengan jumlah yang diabsorbsi. Proses

pembersihan timbal oleh ginjal pada dasarnya adalah filtrasi

glomerulus. Kecepatan ekskresi timbal melalui empedu pada

manusia tidak diketahui. (Suciani,2007)

4. Sumber Timbal

Emisi Pb ke udara dapat berupa gas atau partikel sebagai

hasil samping pembakaran yang kurang sempurna dalam mesin

kendaraan bermotor. Semakin kurang sempurna proses

pembakaran dalam mesin kendaraan bermotor, maka semakin

banyak jumlah Pb yang akan di emisikan ke udara. Senyawa yang

terdapat dalam kendaraan bermotor yaitu PbBrCl, PbBrCl.2PbO,

PbCl2, Pb(OH)Cl, PbBr2, dan PbCO3.2PbO, diantara senyawa

tersebut PbCO3.PbO merupakan senyawa yang berbahaya bagi


kesehatan. Gambar 1 menunjukkan alur pajanan Pb dalam

lingkungan.

Manusia menyerap timbal melalui udara, debu, air dan

makanan. Tetraethyl lead (TEL), yang merupakan bahan logam

timah hitam (timbal) yang ditambahkan ke dalam bahan bakar

berkualitas rendah untuk menurunkan nilai oktan. Pb organik

diabsorbsi terutama melalui saluran pencernaan dan pernafasan dan

merupakan sumber Pb utama di dalam tubuh.Selain itu mangan

pada MMT dan karsiogenik pada MTBE (bahan aditif pada bensin

selain TEL yang menghasilkan zat berbahaya bagi tubuh) (Gusnita

Desy, 2012).

Sumber-sumber lain yang menyebabkan timbal terdapat

dalam udara ada bermacam-macam. Di antara sumber alternatif ini

yang tergolong besar adalah pembakaran batu bara, asap dari

pabrik-pabrik yang mengolah senyawa timbal alkil, timbal oksida,

peleburan biji timbal dan transfer bahan bakar kendaraan bermotor,

karena senyawa timbal alkil yang terdapat dalam bahan bakar

tersebut dengan sangat mudah menguap. Kadar timbal dari sumber

alamiah sangat rendah dibandingkan dengan timbal yang berasal

dari pembuangan gas kendaraan bermotor (Suciani, 2007)


Pb dari pipa
Air yang
Dampak penyakit :
korosif
Pb di air  Penyakit
Pb dalam cat Cardivaskular
 Terbelakang
mental
Level Pb di  Anemia
Pb di
darah  Penurunan
bensin/kemacet
fungsi ginjal
an jalan

Pb di udara
dan debu
Aktivitas Industri

Pb dalam
keramik Pb dalam
makanan

Kosmetika
mengandung Pb

Gambar 1. Alur pajanan Pb dalam lingkungan

Sumber : Gusnita, 2012

5. Efek Timbal terhadap Kesehatan

Timbal (Pb) adalah logam yang bersifat toksik terhadap

manusia, yang bisa berasal dari tindakan mengonsumsi makanan,

minuman, atau melalui inhalasi dari udara, debu yang tercemar Pb,

kontak lewat kulit, kontak lewat mata, dan lewat parenteral. Logam

Pb tidak dibutuhkan oleh tubuh manusia sehingga bila makanan dan

minuman tercemar Pb dikonsumsi, maka tubuh akan

mengeluarkannya. Orang dewasa mengabsorpsi Pb sebesar 5-15%


dari keseluruhan Pb yang dicerna, sedangkan anak-anak

mengabsorpsi Pb lebih besar, yaitu 41,5%. (Widowati, 2008)

Menurut Winarno (1993) dalam Gusnita Desy (2012) , Pb

merupakan racun syaraf (neuro toxin) yang bersifat kumulatif,

destruktif dan kontinu pada sistem haemofilik, kardio-vaskuler dan

ginjal. Anak yang telah menderita tokisisitas timbal cenderung

menunjukkan gejala hiperaktif, mudah bosan, mudah terpengaruh,

sulit ber-konsentrasi terhadap lingkungannya termasuk pada

pelajaran, serta akan mengalami gangguan pada masa dewasanya

nanti yaitu anak menjadi lamban dalam berfikir, biasanya orang

akan mengalami keracunan timbal bila ia mengonsumsi timbal

sekitar 0,2 sampai 2mg/hari.

Timbal merupakan toksin yang bersifat kronik dan akumulatif,

oleh karena itu, efek samping akut biasanya diamati hanya

mengikuti paparan jangka pendek dengan konsentrasi tinggi.

Paparan akut timbal dapat menyebabkan gangguan saluran cerna

(anoreksia, mual, muntah, sakit perut), kerusakan hati dan ginjal,

hipertensi dan efek neurologis (malaise, mengantuk, ensefalopati)

yang dapat menyebabkan kejang-kejang dan kematian (WHO,

2010).
Berikut dampak logam Pb pada kesehatan :

a. Sistem Syaraf dan Kecerdasan

Efek Pb terhadap sistem syaraf telah diketahui,

terutama dalam studi kesehatan kerja dimana pekerja yang

terpajan kadar timbal yang tinggi dilaporkan menderita gejala

kehilangan nafsu makan, depresi, kelelahan, sakit kepala,

mudah lupa, dan pusing. Efek timbal terhadap kecerdasan

anak memiliki efek menurunkan IQ bahkan pada tingkat

pajanan rendah. Studi lebih lanjut menunjukkan bahwa

kenaikan kadar timbal dalam darah di atas 20 μg/dl dapat

mengakibatkan penurunan IQ sebesar 2-5 poin.

b. Efek Sistemik

Kandungan Pb dalam darah yang terlalu tinggi (toksitas

Timbal yakni di atas 30 ug/dl) dapat menyebabkan efek

sistemik lainnya adalah gejala gastro-intestinal. Keracunan

timbal dapat berakibat sakit perut, konstipasi, kram, mual,

muntah, anoreksia, dan kehilangan berat badan. Pb juga

dapat meningkatkan tekanan darah. Intinya timbal ini dapat

merusak fungsi organ.

c. Efek Terhadap Reproduksi

Pajanan Pb pada wanita di masa kehamilan telah

dilaporkan dapat memperbesar resiko keguguran, kematian

bayi dalam kandungan, dan kelahiran prematur. Pada laki-


laki, efek Pb antara lain menurunkan jumlah sperma dan

meningkatnya jumlah sperma abnormal.

d. Pada Tulang

Pada tulang, ion Pb2+ logam ini mampu menggantikan

keberadaan ion Ca2+ (kalsium) yang terdapat pada jaringan

tulang. Konsumsi makanan tinggi kalsium akan mengisolasi

tubuh dari paparan Pb yang baru.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi toksisitas timbal (Pb)

a. Faktor lingkungan

1) Dosis dan lama pemaparan

Dosis (konsentrasi) yang besar dan pemaparan

yang lama dapat menimbulkan efek yang berat dan bisa

berbahaya.

2) Kelangsungan pemaparan

Berat ringan efek timbal tergantung pada proses

pemaparan timbal yaitu pemaparan secara terus menerus

(kontinyu) atau terputus-putus (intermitten). Pemaparan

terus menerus akan memberikan efek yang lebih berat

dibandingkan pemaparan secara terputus-putus.

3) Jalur pemaparan (cara kontak)

Timbal akan memberikan efek yang berbahaya

terhadap kesehatan bila masuk melalui jalur yang tepat.

Orang-orang dengan sumbatan hidung mungkin juga


berisiko lebih tinggi, karena pernapasan lewat mulut

mempermudah inhalasi partikel debu yang lebih besar

(Suciani, 2007).

b. Faktor manusia, meliputi :

1) Umur

Usia muda pada umumnya lebih peka

terhadap aktivitas timbal, hal ini berhubungan

dengan perkembangan organ dan fungsinya yang

belum sempurna. Sedangkan pada usia tua

kepekaannya lebih tinggi dari rata-rata orang

dewasa, biasanya karena aktivitas enzim

biotransformase berkurang dengan bertambahnya

umur dan daya tahan organ tertentu berkurang

terhadap efek timbal. Semakin tua umur seseorang,

akan semakin tinggi pula konsentrasi timbal yang

terakumulasi pada jaringan tubuh.

2) Status kesehatan, status gizi dan tingkat kekebalan

(imunologi)

Keadaan sakit atau disfungsi dapat

mempertinggi tingkat toksisitas timbal atau dapat

mempermudah terjadinya kerusakan organ.

Malnutrisi, hemoglobinopati dan enzimopati seperti

anemia dan defisiensi glukosa-6-fosfat


dehidrogenase juga meningkatkan kerentanan

terhadap paparan timbal. Kurang gizi akan

meningkatkan kadar timbal yang bebas dalam darah.

Diet rendah kalsium menyebabkan peningkatan

kadar timbal dalam jaringan lunak dan efek racun

pada sistim hematopoeitik. Diet rendah kalsium dan

fosfor juga akan meningkatkan absorpsi timbal di

usus. Defisiensi besi, diet rendah protein dan diet

tinggi lemak akan meningkatkan absorpsi timbal,

sedangkan pemberian zinc dan vitamin C secara

terus menerus akan menurunkan kadar timbal dalam

darah, walaupun pajanan timbal terus berlangsung.

3) Jenis kelamin

Efek toksik pada laki-laki dan perempuan

mempunyai pengaruh yang berbeda. Wanita lebih

rentan daripada pria. Hal ini disebabkan oleh

perbedaan faktor ukuran tubuh (fisiologi),

keseimbangan hormonal dan perbedaan

metabolisme.

4) Jenis jaringan
Kadar timbal dalam jaringan otak tidak sama

dengan kadar timbal dalam jaringan paru ataupun

dalam jaringan lain.

5) Lama paparan

Lama terpapar yaitu lamanya seseorang

kontak dengan sumber pencemaran. Potensi bahan

kimia untuk dapat menimbulkan efek negatif terhadap

kesehatan tergantung pada toksisitas bahan kimia

tersebut dan besarnya paparan. Setiap paparan di

udara yang tercemar timbal1 μg/m3 berpeluang

menyumbangkan 2,5-5,3 μg/dl pada darah

seseorang yang berada di tempat tersebut.

Timbal yang masuk kedalam tubuh normalnya

0,3 μg/100cc perhari, jika intake timbal 2,5 μg/hari

maka butuh waktu tiga sampai empat tahun untuk

mendapatkan efek toksik sedangkan apabila intake

Timbal 3,5 μg/hari maka butuh waktu hanya

beberapa bulan saja untuk terpapar timbal.

Lama terpapar akan mempengaruhi jumlah

konsentrasi timbal yang masuk ke dalam tubuh.

Emisi gas buang kendaraan dengan bahan bakar

bertimbal yang dihirup setiap harinya oleh seseorang

saat berada di ruang terbuka sangat mendorong


meningkatnya konsentrasi timbal dalam darahnya.

(Krisdinatha, 2015)

6) Masa Kerja

Menurut Wardayati bahwa faktor yang

mempengaruhi kadar timbal dalam darah tergantung

dari masa kerja, semakin lama masa kerja semakin

banyak terpapar Pb. Selain faktor tersebut pekerjaan

tambahan juga mempengaruhi konsentrasi timbal

dalam darah, karena semakin sering terpapar timbal

(Rustanti, 2011)

Berdasarkan penelitian Anik Kurniawati tahun

2004 terhadap mekanik otomotif pada bengkel resmi

mobil di kota Semarang menunjukkan ada hubungan

antara masa kerja dengan kadar Pb dalam darah.

Hubungannya dengan penelitian ini bahwa semakin

lama masa kerja seseorang berpengaruh positif

terhadap peningkatan kadar Pb dalam darah. Dari

hasil penelitian bahwa masa kerja selama 19 tahun

dengan masa kerja selama 2 tahun akan memiliki

kadar Pb dalam darah yang berbeda. Masa kerja

selama 19 tahun memiliki kadar Pb dalam darah

sebesar 0,104 mg/liter, sedangkan masa kerja


selama 2 tahun memiliki kadar Pb dalam darah

sebesar 0,084 mg/liter. (Rustanti, 2011)

7) Alat perlindungan diri (APD)

Alat perlindungan diri merupakan alat yang

digunakan oleh pekerja untuk memproteksi dirinya

dari kecelakaan yang terjadi akibat pekerjaanya. Alat

perlindungan diri yang dimaksud untuk mengurangi

absorbsi timbal adalah masker. Salah satu jenis

masker yaitu N95 karena dapat menyaring hingga 95

% dari keseluruhan partikel yang berada di udara.

Bentuknya setengah bulat dan berwarna putih,

terbuat dari bahan solid dan tidak mudah rusak.

Pemakaiannya juga harus benar-benar rapat,

sehingga tidak ada celah bagi udara luar masuk .

Diharapkan dengan menggunakan masker

sebagai alat perlindungan diri, dapat menurunkan

risiko bahaya penyakit dari paparan timbal yang

disebabkan oleh pekerjaannya. Kebersihan diri yang

kurang dan rendahnya kesadaran pekerja dalam

menggunakan alat perlindungan diri (APD)

meningkatkan resiko terhadap paparan timbal.

(Krisdinatha, 2015)
8) Kebiasaan Merokok

Merokok merupakan salah satu penyebab

yang dapat mempercepat absorbsi timbal dalam

tubuh manusia, hal ini karena asap rokok bersifat

iritan dan bisa menyebabkan kakunya silia atau

rambut getar pada saluran pernapasan sehingga

tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Disamping

itu,rokok yang bahan bakunya diambil dari tembakau

dalam proses penanganannya sering menggunakan

pestisida yang juga mengandung bahan dasar

timbal. (Hardiono,2000 dalam Firdaus 2015). Rokok

mengandung 2,4 𝜇𝑔 timbal per batang dan 5 % nya

terdapat pada asap rokok. Orang yang merokok dan

menghirup asapnya akan terpapar timbal pada level

yang lebih tinggi daripada orang yang tidak terpapar

asap rokok. (Firdaus, 2015).

Menurut Bada et al (2013) dalam Firdaus

(2015) faktor kebiasaan merokok dapat menjadi

faktor pemicu tingginya kadar timbal dalam darah

dengan salah satu komponen rokok adalah timbal,

kandungan timbal dalam rokok juga dapat

memberikan kontribusi dalam penimbunan kadar

timbal dalam darah yang mengakibatkan gangguan


pada pertumbuhan, metabolisme, dan kerusakan

pada otak.

7. Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran

Salah satu upaya untuk mengurangi pencemaran Pb di udara

dalah dengan mengurangi emisi gas buangan yang mengandung

Pb, yang meliputi :

a. Penggunaan bensin bebas;

b. Mengurangi kepadatan lalu lintas yang berpotensi

meningkatkan emisi gas buangan yang mengandung Pb;

c. Gerakan hemat energi bahan bakar;

d. Membiasakan berjalan kaki menggunakan sepeda pada

jarak pendek;

e. Mematikan mobil jika hendak menunggu lebih dari 30 detik

dan memanaskan mobil seperlunya;

f. Memeriksa tekanan ban mobil agar tidak terjadi pemborosan

bahan bakar;

g. Pembatasan kepemilikan jumlah kendaraan bermotor;

h. Peraturan jumlah minimum penumpang bagi kendaraan

pribadi;

i. Pengukuran kadar Pb di udara secara berkala.


B. Kerangka Konsep

Faktor
lingkungan

Umur

Jenis
Kelamin

Normal
Lama Kerja Kadar
timbal
dalam Tidak
Normal
darah
Status
Kesehatan

Kebiasaan
Merokok

Alat
Pelindung
Diri

Gambar 2. Kerangka Konsep

Keterangan :

= Variabel Independent / Variabel tidak diteliti

= Variabel Dependen / Variabel diteliti


C. Hipotesa Penelitian

H0 = Tidak ada hubungan antara lama kerja dengan kadar timbal

dalam darah pada operator SPBU.

Ha = Ada hubungan antara lama kerja dengan kadar timbal dalam

darah pada operator SPBU.


DAFTAR PUSTAKA
Itehe, Surtina. 2017. Analisa Kadar Timbal (Pb) dalam Darah pada Polisi
Lalu Lintas di Beberapa Ruas Jalan Padat Lalu Lintas di Kota Ambon
Tahun 2017. Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes
Maluku. Karya Tulis Ilmiah. Tidak di Publikasikan
Krisdinatha Putu Wahyu. 2015. Kadar Timbal (Pb) dalam Darah Operator
Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kota Denpasar
Tahun 2015. Universitas Udayana Bali
Kriswedhani Gusti Ayu Putu. 2015. Hubungan Paparan Asap Kendaraan
Bermotor Terhadap Kadar Timbal dalam Darah pada Polisi Lalu
Lintas di Polresta Bandar Lampung. Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung
Kurniawan Wahyu. 2008. Hubungan Kadar Pb Dalam Darah Dengan Profil
Mekanik Kendaraan Bermotor di Kota Pontianak. Magister
Kesehatan Lingkungan : Universitas Diponegoro Semarang

Anda mungkin juga menyukai