Anda di halaman 1dari 53

“Ih ih Kia, lo tau ga itu si V ganti warna rambut. Cakep bangetlah.

Kia hanya bisa tertegun melihat foto V yang ada dihandphone Riri, sahabatnya.

“Udahlah jangan ngomongin gituan. Gua ga mudeng,” ucap Anan, sahabat Kia sekaligus pacar Riri.

“yeee bilang aja lo cemburu” ucapan Riripun mengundang tawa Kia.

“hih kaga lah emang gue itu lo apa posesif” ucapan Anan pun di sambut dengan pukulan dari Riri

“tapi gue ga seposesif Andra.” Kia pun langsung nengok ke arah dua sejoli yang sedang berantem itu.

“yaelah Andra jangan dibawa bawa dong, dia tuh ga posesif, namanya juga sayang ya jadi ga mau
kehilangan jadi gitu” jelas Kia.

“ngapain manggil aku yank?” seseorang muncul dari belakang punggung Kia dan duduk di sebelah Kia.
Lelaki itu Andra, pacar Kia yang jadi bahan pembicaraan Kia dan kedua sahabatnya.

“gapapa, kamu mau makan? Sinih aku suapin” Kia pun menyuapkan batagor yang dibelinya ke mulut
Andra.

“yank udah makannya? Yuk ikut aku pergi sebentar” Andra pun menarik tangan Kia kasar meninggalkan
Riri dan Anan yang terdiam tak berbicara, mereka takut sama Andra. Karena jika Andra sudah marah,
semua benda akan melayang.

“ Nan bantuin Kia itu kasian dia pasti bakal di apa apain sama Andra” ucap Riri khawatir.

“lah gue takut bisa bisa gue babak belur sama tuh setan”

***

“ada apa ndra? Kamu mau ngomong apa?” tanya Kia setelah tiba di rooftop.

“kamu kemarin di cafe sama tama!”

Bugh!

Andra pun melayangkan tamparan ke Kia. Kia pun terjatuh. Ia meringis kesakitan dibagian pipinya.
Pipinya merah bekas tamparan Andra.

“aku japok ndra dan kemarin aku ga sendirian aku bareng Riri sama Anan tapi waktu itu mereka belum
dateng” Kia pun menjelaskan kejadian tersebut dengan jujur. Matanya merah menahan air mata.

“terserah gue ga peduli” Andrapun meninggalkan Kia sendirian.

***

Kia keluar dari salah satu bilik kamar mandi. Ia membasuh bekas tamparan Andra. Ia tak mau Riri
memarahi Andra yang berimbas pada dirinya. Setiap Andra memarahinya pasti Riri akan melabrak Andra
dan setelah itu Andra akan membuat kekerasan padanya dan mengatainya “pengadu” itu membuatnya jadi
makin buruk, maka dari itu, dia lebih suka tak bercerita apa apa pada Riri.

Kiapun kembali ke kelasnya. Untungnya ia tak sekelas dengan Andra sehingga ia bisa menenangkan diri.
Ia melihat Anan dan Riri yang sedang berantem, namun ia tak peduli. Kepalanya pusing, otaknya
dipenuhi dengan Andra. Ia tau setelah ini Andra pasti akan biasa saja padanya, tapi tetap saja Andra selalu
membuatnya pusing.

“kia, lo gapapa kan? Daritadi diem aja. Eh bentar pipi lo kok merah sih, itu juga mata lo sembab lo
gapapa” mampus! Batin Kia

“hah merah? Emang iya? Gapapa kok, mata gue tadi kelilipan” iya, Kia terpaksa berbohong.

“Lo ga jago bohong, Andra lagi kan? Putus aja lah, gue bilang apa? Waktu itu mending lo tolak dia.”

“gue sayang dia masalahnya” ucap Kia jujur.

“terserah lo lah gue gedheg nasehatin lo.” Riripun meninggalkan Kia dan berjalan menuju tempat
duduknya.

Kia menidurkan kepalanya di meja. Mengapa melepaskan Andra sesulit ini? Ia sesungguhnya sudah lelah
dengan sifat Andra namun bagaimana lagi ia masih menyayangi Andra.

***

Bel pulang sudah berbunyi 5 menit lalu, namun Kia belum juga keluar dari kelasnya. Sejak pelajaran
terakhir tadi, ia tertidur pulas. Anan dan Riri sudah membangunkan sejak tadi namun bukannya bangun,
Kia makin tertidur pulas.

“tinggal aja yuk Ri, kesel gue lama lama” Anan pun mulai ngedumel ga jelas.

“sabar Nan, tunggu sampe Andra dateng, kasian Kianya” Riri tau setiap selesai jam pelajaran terakhir
pasti Andra akan ke kelas Kia untuk mengajaknya pulang bersama.

“kalo ga dateng gimana? Gue mau PSan ini, udah ditunggu sama Nurdi”

Tiba tiba datang laki laki dengan kancing seragam yang sudah terbuka memperlihatkan kaos warna hitam
yang dipakainya, tak lupa sebatang rokok yang terselip di jari telunjuk dan jari tengahnya itu.

“Kia kenapa? Dia gapapa kan?” Riri berdecak sebal.

Bisa bisanya ia bicara seperti itu tentu Kia tak baik baik saja dan ini semua karnamu – Riri

“matiin rokoknya, Kia ga suka asap rokok” Anan yang melihat rokok yang dipegang Andra pun
memperingati Andra sebelum Kia bangun. Tak lama rokok itupun buang sembarangan ke luar jendela
kelas oleh Andra.

“Eh Andra, udah dateng. Maafin ya aku ketiduran” Kia sudah terbangun dari tidurnya karena suara bising
yang didengarnya.

“Alhamdullilah lo ga mati” Kia hanya menjawab dengan pukulan yang diarahkan ke lengan Anan.

“yaudah yuk yank pulang” ajak Andra menarik tangan Kia.

“yaallah kita masa ditinggal Nan” Riri merasa tak terima ia kan yang menunggui Kia sampai bangun, tapi
malah ditinggal seperti ini. “yaudah mending kita pulang sebelum hujan.”

***
Langit memang sudah mendung sejak tadi, udara terasa dingin, bukannya segera pulang Andra malah
mengajak Kia untuk pergi ke taman kota. Sekedar jalan jalan, mungkin untuk menebus rasa bersalah
Andra pada Kia.

“yank, maafin aku ya, tadi kasar sama kamu, masih sakit ga pipinya?” Andra mengelus pipi Kia yang tadi
ditamparnya. “aku Cuma ga suka kamu jalan sama Tama, mungkin kamu ga suka tapi mungkin dia yang
suka” lanjut Andra.

“iya aku tau kok” ini lah yang Kia suka dari Andra, ia selalu meminta maaf dan baik kembali baik
padanya. Atau dia saja yang bodoh? Tapi setidaknya ada dua hal yang Kia suka dari Andra.

Tiba tiba, hujan turun dengan deras seketika semua orang berlarian untuk mencari tempat berteduh.
Namun beda dengan Kia dan Andra yang menerobos hujan untuk pulang. Awalnya Kia meminta untuk
berteduh dan menunggu hujan reda, tapi Andra memaksa dengan alasan “udah sore”, tapi ia tak
memikirkan Kia yang kedinginan di boncengnya. Ia tak menggunakan mantel ataupun jaket. Ia hanya
menggunakan seragam tipisnya yang sudah basah kuyup sekarang.

Sesampainya di depan rumah Kia, Andra tak mengucapkan sepatah katapun. Ia langsung meninggalkan
Kia sendirian. Kia langsung masuk ke rumah, ia sudah biasa digituin sama Andra.

Setelah masuk rumah, suasana sepi dirasakan oleh Kia saat masuk ke rumah. Orang tua Kia selalu sibuk
dengan pekerjaannya. Dirinya selalu tidak diperhatikan, yang membuat dia kurang kasih sayang.

Kia langsung membawa pakaian ganti dan berjalan menuju kamar mandi. Ia mengguyur badannya dengan
air hangat. Tadi Andra mengendarai motor dengan kencang sehingga membuat badannya semakin merasa
kedinginan.

Selepas mandi, Kia berjalan ke arah dapur, dirinya mencari makanan yang bisa dimakannya di dapur.
Namun yang ia temukan hanya satu mie instan dan satu telur. Jadi mau tidak mau ia memasak bahan
tersebut. Walaupun mie instan tidak sehat dan tidak mengenyangkan tapi lumayan untuk mengganjal
perutnya.

***

Setelah mengantar Kia, Andra tidak langsung pulang, tapi ia malah main dirumah temennya. Sebenarnya
ia meninggalkan Kia sendiri itu karena ia buru buru ke rumah temannya, ia sudah berjanji pada Sule dan
Hendri untuk nonton film dewasa terbaru milik Sule.

“weh cepetan mumpung emak gue lagi pergi.” Hendri yang menyediakan rumah, ketakutan karena takut
emaknya mergokin. Akhirnya mereka ngenikmatin momen momen itu.

Mereka menikmati film itu sampai selesai. Tak usah dijelaskan bagaimana perasaan mereka saat melihat
adegan itu.

***

“Eh ndra, gimana hubungan lo sama Kia? Baik baik aja kan? Lo juga ga ngapa ngapain dia kan?” ucap
Hendri serius. “Emang gue pernah ngapa ngapain Kia? Kaga pernah kali” ucap Andra acuh. Andra
memang selalu menyembunyikan prilakunya yang bejat itu dari kedua temannya. Walau kedua temannya
itu sudah tau. “Tapi gue mulai bosen sama hubungan gue sama Kia.” Lanjut Andra.
“Mending putus aja deh dari pada lo nyakitin dia” ucap Sule yang sedang mengemut ciki milik Hendri
lalu memuntahkan kembali dan memasukannya kedalam bungkus. “Anjir jorok banget sih Le” ucap
Hendri mendorong badan Sule dan meratapi cikinya yang malang. “Emmm gue belum mau ngelepasin
dia” ucap Andra santai tanpa memperdulikan temannya yang masih berantem itu.

***

“Gue bilang apa Ya, putus aja dah, dia ga meduliin kesehatan lo, mana langsung kabur lagi” ucap Riri
yang sedang mengompres Kia yang demam menggunakan air es. “Ya, makanya kalo cari pacar kaya gue
selalu melindungi Riri setiap waktu, gue juga ga kasar sama dia” kata Anan sambil memainkan es batu
yang ada di mangkok air kompresan Kia. “basah semua bego” ucap Riri menonyor kepala Anan. “Tuh
kan dia yang kasar sama gue” Anan pun memanyunkan bibirnya membuat Riri dan Kia memasang muka
ingin muntah. “Eh gapapa ding gue suka yang kasar kasar” kata Anan ambigu. Ucapan Anan membuat
Kia tertawa keras berbanding terbalik dengan Riri yang malah memukul Anan menggunakan bantal.

“Ya, dengerin kata kita ya kali ini, gue sedih liat keadaan lo sekarang” ucap Riri mulai serius lagi. “Iya
Ya kita ga tega liat lo gini terus, gue tau lo masih sayang dia tapi kalo rasa sayang lo Cuma bisa nyiksa lo
buat apa di lanjutin” tambah Anan.

Kia berpikir sejenak ucapan Anan memang ada benarnya, untuk apa menyayangi seseorang tapi kita
sendiri merasa tersiksa dengan rasa sayang itu. “Gue pikir pikir lagi deh” ucap Kia. Riri dan Anan mulai
jengah, Kia memang keras kepala. “ Terserah lo deh Ya, gue bikinin makan malem dulu ya” ucap Riri
meninggalkan Kia yang disusul Anan. “ikut” ucap Anan.

***

Setelah selesai menyuapi Kia makan, Riri membiarkan Kia istirahat. Namun bukannya istirahat, Kia
malah memikirkan Andra. Kenapa lelaki itu tak menghubunginya? Padahal Kia sangat menanti ucapan
“cepat sembuh” dari sang pacar.

Biasanya jam segini Andra selalu pamit pergi bersama sahabatnya. Jadi Kia berpikir malam ini juga
begitu. Tapi apa tak ada waktu untuk mengechat Kia dan menanyakan kodisinya? Sesibuk itu kah Andra
dengan para sahabatnya?

Hah, Kia benci saat saat seperti ini, kenapa ia malah memikirkan Andra padahal dia harus memikirkan
dirinya sendiri. Kia mulai mecoba tidur, mencari posisi paling nyaman dan mulai masuk ke alam mimpi.

***

Hari ini untung saja Kia sudah sembuh jadi dirinya dapat masuk sekolah. “makasih emak, abah udah
ngerawat dedek” ucap Kia. “Lo manggil gue apa?” ucap Riri sambil memukuli lengan Kia pelan.

Pagi ini mereka berangkat bersama menaiki mobil Anan. Kemarin memang Riri dan Anan menginap, jadi
Anan sudah memperkirakan bahwa paginya mereka berangkat bertiga sehingga saat kerumah Kia, Anan
mengendarai mobil hitamnya.

Awalnya, Andra lah yang akan menjemput Kia tapi sebagai seorang emak, Riri tak mengizinkan Kia
mengendarai motor bersama Andra dengan keadaan yang belum sehat total. Di samping itu, banyak
kemungkinan hal yang terjadi saat Kia bersama Andra.
Sesampainya di sekolah, Riri pun menuntun Kia hingga kelas. Takut Kia pingsan katanya. Anan yang
dibelakang mereka hanya bisa mengekori sambil membawa tas sahabatnya itu. Saat sampai kelas,
ternyata kelas sudah cukup ramai.

“Udah denger belum berita tentang anak pindahan? Katanya dia masuk kelas kita” Ucap Mila heboh dari
ujung kelas. “Terus katanya cowo ganteng tau, auto gebet dah” ucap Ama tak kalah heboh. “heh udah
diem bentar lagi jam pelajaran” ucap sang ketua kelas membuat dua anak tadi diam.

***

“Silahkan perkenalkan diri” ucap sang guru.

“perkenalkan nama saya Evaldo Yanuar Ramadhan, panggil saja Yanu. Saya pindahan dari Bandung.
Semoga kita bisa berteman dengan baik” ucap anak itu. Teriakan murid perempuan pun mulai terdengar.
Riri yang biasanya jutek pun berteriak.

“Sudah sudah, sekarang Yanu, kamu duduk di sebelah Kia, Kia tolong angkat tanganmu” Kiapun
mengangkat tangannya. Yanu berjalan kearah Kia dan duduk di sebelah perempuan yang tampaknya cuek
padanya.

Pelajaran pun dimulai seperti biasa. Tampaknya, Kia tak nyaman disebelah anak baru itu. Ia sudah biasa
duduk sendiri, agar dirinya lebih konsentrasi belajar. Walau tampak acuh, Kia tetap melihat penampilan
Yanu. Ia memang tampak ganteng dengan rambut sempong, jam tangan warna hitam dan sepatu sneakers
ala anak jaman sekarang.

Eh apa yang Kia pikirkan? Jangan menatapnya terus Kia. Fokus. Fokus. Batin Kia.

“Kia bisakah kamu maju ke depan kerjakan soal nomor 2” ucap Bu Yati, guru yang sekarang mengajar di
kelasnya itu. “Baik bu” Kia terpaksa maju ke depan mengerjakan soal yang di beri Bu Yati sebisanya.
“Saya sudah selesai bu” ucap Kia dan kembali duduk di tempat duduknya.

“Jawaban kamu benar, saya kira tadi kamu melamun” Kia pun lega, ia memang biasa mempelajari bab
selanjutnya sebelum dibahas di sekolah. “Sekarang kalian salin apa yang ada di papan tulis” ucap Bu Yati
memerintah semua siswa di kelas.

***

Setelah Bu Yati keluar dari kelas, seketika kelas menjadi ribut. Mereka mulai meninggalkan bangku
mereka, lalu bergerombol untuk sekedar bercerita dan ngegibah, mungkin. Kia yang sebenarnya dari tadi
sudah tak nyaman di sebelah siswa baru yang sudah di kerubungi siswa perempuan kelasnya, berjalan
menuju bangku kedua sahabatnya yang tidak pernah akur itu.

“Anan yang pinter, bukan gini caranya. Harusnya gini” ucap Riri. “Ga gitu Riri yang cantik harusnya
gini” ucap Anan penuh penekanan. “Yaampun, jangan berantem dong gue lagi pusing nih” ucap Kia yang
baru datang untuk menengahi kedua sahabatnya ini.

“Kenapa lu? Tadi kok sampe disuruh maju sih, emang lo beneran ngelamun?” ucap Anan berpindah
posisi duduk dimeja agar Kia bisa duduk di kursinya. “Itu loh anak baru bikin salpok” ucap Kia sambil
mengarahkan pandangan pada Yanu, sang siswa baru. “Kenapa Ya? Suka lo? Ganteng ya?” ucap Riri
menggoda Kia.
“Apaan sih Ri, masa gue suka sama tuh cowo, gue masih inget Andra kali.” Ucap Kia. “Eh boleh gabung
ga?” tiba tiba sang bahan pembicaraan datang menghampiri mereka. “Eh iya gabung aja gapapa.” Ucap
Anan membolehkan. Riri yang tadinya duduk dikursinya, pindah ikut dengan Anan duduk diatas meja
mempersilahkan Yanu untuk duduk di kursinya.

“Eh nama kalian siapa?” tanya Yanu. “ Nama gue Riri Silvia Adriyanti, panggil aja Riri” Yanu pun
mengangguk sebagai jawaban. “Klo gue Anan Amaral Pamungkas, Panggil gue Anan.” Anan
mengulurkan tangannya, dibalas jabatan oleh Yanu. Namun, Kia tak langsung buka suara, membuat
mereka menengok kearah Kia. Ia yang sadar sedang ditatapun tersadar dari lamunannya dan membuka
suara. “Nama gue (gawe dewek lah jenengane Kia mbok kowe ora cocok) panggil aja Kia.”

Kringggg

Bel pun berbunyi menandakan waktunya istirahat. Merekapun berjalan kearah kantin. “Ya lo dari tadi
ngelamun ada apa?” tanya Riri ditengan perjalanan mereka menuju kantin. “Hah? Gapapa kok Ri.” Ucap
Kia meyakinkan.

Sesampainya di kantin, Anan memesankan pesanan mereka. “Ya, Cuma pesen Orange juice? Ntar laper
loh.” Ucap Riri. “Eh gapapa, gue ga laper.” Kia memang susah di omongi, jadi Riri mengiyakan saja, dari
pada lama lama ia naik darah.“Eh Ri, lo sama Anan pacaran?” tiba tiba Yanu bertanya ditengah
keheningan mereka. “Iya, emang kenapa?”

“Berarti kasian dong Kia jadi nyamuk.” Ucap Yanu lagi. “Haha gue sama Anan yang sering jadi
nyamuknya Kia sama pacarnya.”

“Sorry nih Ri, Soalnya gue sama Kia ga suka berantem kaya lo sama Anan.” Tiba tiba bucinnya Kia aka
Andra dateng. “Ehh kita lebih goals tau ga.” Ucap Anan yang datang dengan pesanan mereka. “Nih
pesenannya”

“Ndra, mau ga orange juice?” ucap Kia dijawab anggukan oleh Andra. Kiapun menyodorkan sedotan
kepada Andra. “Ihh manis kayak kamu.” Mendengar jawaban Andra membuat teman teman Kia geli,
sedangkan Yanu menatap Andra jijk. Sedangkan Kia malah tersenyum malu. “Sayang, aku pergi dulu ya
nanti kita pulang bareng.” Ucap Andra lalu meninggalkan Kia.

“eh, Ri gue ke kamar mandi dulu ya.”

“Gamau di temenin Ya?” Kia hanya menggeleng. Ia takut mengganggu istirahat Riri. “Gapapa Ri, bisa
sendiri.” Riri hanya menggangguk sebagai jawaban. “Pacarnya Kia keliatannya baik banget ya.” Setelah
Kia pergi, tiba tiba Yanu berbicara seperti itu, membuat Riri dan Anan saling bertatapan. “You don’t
know him, Yanu.” Ucapan Riri membuat Yanu mengerutkan dahinya. “So you don’t think he’s good?”

“Emm.. kita ga mau kasih tau apa apa, cukup lo nilai aja lah sifatnya nanti.” Ucap Anan tak mau memberi
tau. Yanu mengerti, kedua temannya ini tak mau menyebar sifat buruk pacar sahabatnya di depan Yanu
yang notabennya “orang baru”.

***

“Serius lo ditembak sama Andra?” Kia bisa mendengar jelas ucapan siswi yang mengucapkan nama
pacarnya. “Iyalah Ren, secara gue kan cantik pastilah dia kecantol.” Ucap siswi yang diduga ditembak
oleh Andra pun membuat hati Kia semakin panas. “Tapikan Andra udah punya pacar, lo ga takut di labrak
apa?”

“Tapikan gue ga peduli, klo dia berani ngelabrak gue, gue labrak balik.” Kia masih terdiam di kamar
mandi dan menguping. “Udah yuk balik, bentar lagi masuk.”setelah mendengar siswi itu pergi, Kiapun
keluar dari tempat persembunyiannya, lalu menangis sesenggukan.

“Ga, gue ga boleh kayak gini, gue harus denger penjelasan Andra dulu.” Gumam Kia seraya mengusap air
matanya. Kia mulai berjalan kembali ke kelasnya. Tapi Kia merasa jadi pusat perhatian bagaimana tidak,
semua orang yang berada di koridor melihat kearahnya sembari berbisik.

Sesampainya di kelas, Kia langsung di hampiri oleh Yanu. “Ya, gue mau cerita boleh?” Kia hanya
mengangguk. “Jadi tadi...”

Flashback On

Setelah Kia pergi, Tiba- tiba Andra datang bersama perempuan yang tak di kenal oleh Yanu. “Heh dia
ngapain dah!” Riripun mulai naik darah melihat kelakuan pacar sahabatnya itu. “Attention please.” Teriak
sahabat Andra membuat semua orang dikantin berkumpul mengelilingi Andra dan perempuan itu. Yanu,
Riri, dan Anan juga berkumpul walaupun mendapat tempat paling belakang.

“Cara, lo mau ga jadi pacar gue?” semua orang kaget, bagaimana tidak Andra yang diketauhi memiliki
pacar tiba tiba menembak perempuan lain dengan blak blakan. Anggukan perempuan itu membuat kantin
ricuh seketika. Sedangkan Riri yang melihat anggukan tersebut, walau tidak begitu jelas, langsung murka
seketika.

Setelah kerumunan itu bubar, Andra dan Cara berpisah. Dan tiba tiba Riri menyusul Andra. “Nu, lo ke
kelas dulu aja trus ceritain semua ke Kia, gue mau jagain Riri takut diapa apain sama Andra.” Setelah
berucap itu, Anan meninggalkan Yanu sendiri.

Flashback off

“Hah, sekarang Riri dimana? Ga gue harus nyusulin dia.” Kia bangun dari duduknya meninggalkan Yanu
yang kebingungan. “Eh Ya, tunggu.”

***

“Beraninya ya lo mainin Kia.” Riri menghalangi jalan Andra yang membuat lelaki itu memberhentikan
jalannya. “Gue bosen Ri sama sahabat lo, apa gue salah.” Ucap Andra enteng. “Salah lah bego.” Ucap
Riri menunjuk Andra.

“Haha, sekarang gue tanya Kia bakalan ninggalin gue ga?” ucap Andra seraya tertawa remeh. “Udah yuk
Ri balik aja ya?” Anan mulai membujuk Riri untuk kembali ke kelas saja, percuma saja lelaki di depan
mereka ini memang sudah tidak waras.

“Apa susahnya sih ngelepasin Kia, kalo lo udah bosen putusin.” Ucap Riri penuh amarah. “Gue emang
bosen tapi gue masih sayang sama Kia.”
“Aku juga sayang sama kamu, Andra.” Kia datang bertepatan saat Andra mengucapkan kata sayang tanpa
mendengar kata kata sebelumnya. Andra mulai mendekati Kia dan memeluknya. Semua orang di situ
tertegun. Bisa dibilang, Kia memang perempuan bodoh yang percaya pada lelaki brengsek seperti Andra.

“Sayang, maaf ya aku ga bisa nganter kamu pulang aku mau latihan panahan bentar lagi kan aku
ngewakilin buat pertandingan panahan.”

“Yaudah gapapa. Jangan lupa makan ya.” Andra mulai meninggalkan Kia. “Terus gue balik sama siapa?”
Kia bertanya pada Riri dengan nada sedih. “Udah Ki, pulang bareng gue aja.” Ucap Yanu menawarkan.
“Iya Ki tuh balik aja bareng Yanu, lo butuh istirahat, kalo lo ikut gue, ntar harus nunggu Anan selesai
basket.”

“Yaudah deh gue pulang bareng Yanu.”

“Makasih ya Yan.”

“Iya Ki, sama sama. Eh ternyata rumah kita searah ya. Besok kapan kapan kalo Andra ga bisa anter,
bareng gue aja.” Kia hanya mengangguk kikuk. “Yaudah Ki gue langsung pulang ya.” Pamit Yanu lalu
mengusak poni Kia. Kia hanya mengangguk dengan semburat merah di pipinya, tersipu? Mungkin. Yanu
memasang helm lalu menancapkan gas motornya pergi meninggalkan Kia.

Setelah masuk rumah, Kia masih teringat kejadian dirinya dan Yanu. Ia tak pernah diusak rambutnya oleh
Andra. Sang kekasih memang terkesan cuek dan kasar. Sekalinya romantis, Andra lebih suka memberikan
skinship seperti memeluk dan mencium pipi Kia, dan menurut Kia bukan jatuhnya romantis tapi napsu.

Setelah berganti pakaian Kia berjalan menuju dapur. Ia harus banyak makan, atau jika tidak dia akan
dimarahi oleh sang emak. Saat mau memasak, tiba tiba bel rumah berbunyi. Kia berjalan keluar pintu.
Saat membukakan pintu, Kia melihat Bu Abi (ngakak), tetangganya membawa banyak buku tebal.

“Neng Kia, ini ada paket dari ibu kamu. Katanya suruh dipelajarin, bentar lagi kan kamu ujian.”
Mendengar penjelasan Bu Abi membuat Kia mengangguk paham lalu mengambil alih tumpukan buku
tersebut. “Makasih ya Bu Abi.” Setelah Bu Abi pamit, ia kembali masuk ke rumah lalu meletakan
tumpukan buku itu di meja ruang tengah. Lalu ia kembali pada kegiatan memasaknya.

“Sedangkan reaksi redoks adalah..”

Line!

Suara noif dari benda persegi tersebut membuat Kia memberhentikan kegiatan menghapalnya. Notif
tersebut berasal dari sang kekasih.
Andra

Yang, lagi belajar ya

Jangan lupa makan

Aku lagi di rumah Sule

Arkia

Iya kamu juga

Yaudah ati ati ya

Sudah percakapan mereka hanya sampai situ saja. Andra tidak membalas chatnya, sehingga Kia mulai
melanjutkan hafalannya.

“Ihhh Andra, kamu kan lagi sama aku ya waktunya buat aku lah.” Protes Cara pada Andra. Andra mulai
mengalihkan pandangan ke Cara. “Iya sayang ini aku udah ga main hp kan.” Sekarang Andra ada di
rumah Cara, menemani pacar barunya tidak lebih tepatnya SELINGKUHANNYA.

Berbohong pada sang pacar? Sudah biasa bagi Andra toh yang dibohongi pun bodoh tak ada curiga sama
sekali. Kalau banyak yang bertanya apa ini pertama kalinya Andra selingkuh? Tentu tidak, hanya saja kali
ini Andra lebih nekat.

Biasanya ia memacari anak sekolah sebelah. Menembaknya pun diam diam. Berapa lama hubungan itu
bertahan? Tidak lebih dari satu minggu. Karena Andra hanya menganggap pacar pacar itu mainan. Beda
dengan Cara, dia lebih serius dan tak menganggap hubungannya main main.

Anggap saja Andra egois disatu sisi ia masih sangat mencintai Kia, namun disatu sisi Cara perlahan
merebut hati Andra dari Kia. Ia menganggap Cara lebih kekinian, hits, populer. Beda dengan Kia yang
dianggapnya tidak mudah bergaul hanya berteman dengan itu itu saja, dan hanya popular karena dia
ranking 1 pararel.

“Andra aku mau snack yang itu, suapin dong.” Ucap Cara manja pada Andra. Dengan senang hati Andra
menyuapi Cara dengan penuh kasih sayang. Bucin.

“Ki denger ya, berapa kali sih gue bilang dia ga baik buat lo. Berhenti Ki, gue ga mau lo kesakitin.”

“Lo ga bisa nuduh tanpa ada buk

“Banyak buktinya dan gue udah berusaha kasih tau tapi nyatanya? Lo gamau dengerin.”
Perdebatan kembali terjadi antara Kia dan Riri. Dengan topik yang sama. Andra. Yah, Riri memang tidak
suka Andra itulah pandangan Kia. Namun bagi Riri, ia tak pernah membenci pacar sahabatnya itu apabila
ia tak menyakiti sahabatnya.

“Udah jangan berantem, oke. Ri ikut gue.” Ucap Anan menarik Riri keluar kelas, dan mengode Yanu
untuk menenangkan Kia. “Udah Ki, jangan nangis.” iya semudah itu Kia menangis. Padahal ia dan Riri
sering sekali berantem.

Yanu menarik Kia kedalam pelukannya. Sudah lah tidak peduli dengan Andra toh nanti Andra akan
memarahinya bukan Kia, batin Yanu. “Udah, tadi Riri Cuma emosi jadi gitu deh.” Kia masih
sesenggukan, ia tak menjawab ucapan Yanu.

Yanu merasakan seragamnya yang basah didaerah dadanya akibat air mata Kia. “Eh maaf sampe basah
gini.” Ucap Kia mengelap atau lebih tepatnya mengelus bagian seragam Yanu yang basah dengan
tangannya. “Gapapa Ki.”

“Ki, aku mau ngomong sama kamu.” Tiba tiba Andra datang menarik tangan Kia yang sedang mengelap
dada Yanu. Walau hanya menarik lembut, mata Andra tersirat amarah. Yanu yang ingin mengejar Kia
tertahan karena muka Kia yang menandakan tak mau diikuti.

“Ri, kontrol emosi lo. Ini gaakan buat Kia sadar. Lo tau kan Andra yang udah nyelamatin Kia, jadi Kia
bakalan terus percaya sama Andra.” Anan menenangkan Riri yang tersulut emosi. Sekarang mereka
sedang di taman belakang sekolah, semilir angin yang dapat menenangkan pikiran, mungkin membuat
otak Riri mendingin.

“Hah, iya ga harusnya gue gini. Gue kangen Kia yang dulu Nan, dia selalu bahagia tanpa ada luka lebam
di tubuhnya, gue kangen dia yang mau main sama kita tanpa mirikin Andra. Dia yang normal.”

Ya semua sudah berubah. Termasuk Kia, sahabat mereka. Ya bukan berarti Kia tidak normal karena gila
atau semacamnya. Kianya berubah karena banyak hal yang dia lalui hingga ia tak sebahagia dulu.

“Mungkin kita harus bawa dia ke psikolog, biar normal.” Riri hanya menjawab dengan tonyoran tepat di
dahi lelaki itu. “ Salah apa gue?”

“Kia itu bisa kesinggung kalo kita kaya gitu.” Ucap Riri. Anan hanya manggut manggut saja. “Udah yuk
ah balik, Kia sama Yanu pasti nunggu.” Riri mengangguk dan membalas uluran tangan Anan dan berjalan
tanpa melepaskan tautannya.

Riri memasuki kelasnya bersama Anan. Namun betapa kagetnya Riri melihat Yanu sendirian tanpa Kia.
“Kia mana?” Heboh Riri. “Dibawa pergi sama Andra.” Tanpa mengucapkan apa apa Riri lari mencari
keberadaan sahabatnya yang malang.

“Eh kok bisa sih? Lo juga ga ngejar.” Yanu menampilkan wajah bingung. Kenapa sampai seperti ini.
“Tadi Kia sendiri yang gamau di ikutin.” Setelah itu Anan berlari mengejar Riri.
Riri mulai memutar otak akan pergi kemana. Secara ia sering memergoki Andra memarahi Kia di tempat
yang berbeda beda. “Rooftop.” Anan, atlet basket sekolah, jelas larinya lebih cepat dari Riri yang
berlemak itu.

Anan berlari lebih dahulu, Riri menyusul di belakangnya. Sampai akhirnya mereka sampai di depan pintu
rooftop. Saat Anan membuka pintu itu “KIAAA”

“Siapa yang suruh lo pulang sama anak baru itu, kan ada sahabat lo.” Bentak Andra tepat di depan muka
Kia membuat Kia sedikit terkejut. “Kemarin Anan ada latihan, jadi ga bisa anter aku.” Jawab Kia dengan
nada bergetar.

“ Lo kan biasanya ikut latihan.” Bentak Andra lebih keras dari sebelumnya. “Kemarin gue sakit Andra.”
Sekarang nada suara yang meninggi. “Kok lo balik marah sih, lo salah bego.”

“Tadi lo juga pelukan, lo kira gue ga liat, terus apaan ngelus elus dada.” Ucap Andra seraya mendorong
Kia hingga jatuh. Kia sudah mulai menangis. “Gausah cengeng lo. Ini salah lo, gausah ngadu ke sahabat
lo, apalagi anak baru itu.”

“Dia punya nama Andra.” Dengan penuh amarah Andra menampar Kia yang masih terduduk di lantai.
“MASIH LO BELAIN HAH!” Darah sudah mengalir di ujung bibir Kia.

“KIAAA” Seketika pintu terbuka memperlihatkan 2 orang yang shok melihat keadaan sahabatnya.”Kia
yaampun lo gapapa?” Riri dengan wajah khawatirnya menghampiri Kia yang masih memegangi pipinya
yang panas.

“Ndra, lo udah keterlaluan. Setelah nyelingkuhin dan nyakitin hatinya, lo mau nyakitin hatinya?”
bukannya menjawab, Andra melayangkan pukulannya pada Anan namun Anan sudah menghindar
terlebih dahulu.

Saat Anan akan melayangkan pukulannya, seseorang menahan tangannya. “Udah jangan diladenin.”
Yanu, entah datang dari mana. “Pergi aja sana lo.” Lanjut Yanu berbicara pada Andra. Mereka beralih
pada Kia.

“Ki, sakit ya? Aduh ini tangan lo juga berdarah.” Riri mulai tidak tega bila Kia sudah seperti ini. Kia
hanya menggeleng lemah, tab bisa menjawab. Bibirnya terlalu sakit untuk berbicara. “Yaudah kita ke
UKS aja ya.” Ucap Yanu langsung menggendong Kia.

.
“Nan, pokoknya gue ga mau tau ya, Kia harus putus sama Andra.” Setelah mengantar Kia, Riri langsung
mengobati sahabatnya itu. Setelah selesai, Riri mengajak Anan untuk bicara berdua, sedangkan Yanu
menunggu Kia di UKS.

“Lo kan tau Ri, Kia udah sayang sama Andra.” Riri kembali memutar otaknya, pokoknya mereka berdua
harus putus, pikir Riri. “Ga, sayang Kia Cuma sekedar bales budi.” Sudahlah Riri sama saja keras
kepalanya. Faktanya memang seperti itu, Kia tak akan melepaskan Andra.

Sementara itu, Kia sedang membujuk Yanu untuk kembali ke kelas. Ia tak enak kepada siswa baru yang
menjadi artis dadakan di sekolahnya itu. “Udah sana lo balik aja, ga enak gue sama fans lo.” Yanu
merotasikan matanya. “Gue disuruh Riri buat jaga lo, lagian kita udah ijin ke guru yang lagi ngajar.” Kia
menggeleng dan mendorong dada Yanu pelan.

“Udah sana, jangan bilang lo sengaja mbolos ya?” Yanu langsung menggeleng. “Enak aja lo.” Ucap Yanu
seraya tertawa saat Kia juga tertawa.

Kenapa lo bisa sekuat ini Ki – Yanu.

Pintu terbuka menampakan sosok Riri dan Anan. Mereka berjalan ke ranjang yang di tempati Kia. “Masih
sakit Ki?” Kia menggeleng sebagai jawaban atas pertanyaan Riri. Kia mulai tertidur saat Riri mengelus
surainya dengan lembut. Sedangkan para lelaki malah kabur keluar.

“Sumpah Yan, Anak IPS yang itu loh, huu bening banget, mantep lah buat cuci mata.” Ucap Anan
antusias, sedangkan Yanu hanya memperhatikan ucapan Anan agar tidak terlewat sedikitpun. “Iya pas
kemarin olahraga kan dia lari tuh ya, trus itunya...”

Plak

Belum selesai berbicara, ucapan Anan berhenti karena seseorang memukul punggungnya. “Ngomongin
apa lo ya?” ucap Riri menakutkan. Iya, nyatanya Anan sudah menampilkan wajah takutnya, sedangkan
Yanu hanya membuang muka pura pura tidak tahun. “Udah yank, jangan marah marah, entar Kia
bangun.” Riri menampilkan wajah jijik saat Anan memanggilnya “yank”. “Najis banget sih.”

“Udah gausah berantem. Gimana Kia, baik baik aja kan?” Riri mengangguk. “Udah tidur pules tuh.”
Yanu mengangguk lega. Ia terlalu khawatir pada Kia, Kasihan. Bagaimana tidak, ini pertama kalinya ia
melihat laki laki yang melukai pacarnya sendiri. Disamping itu perasaannya pada Kia yang membuatnya
makin khawatir.

“Kenapa lo? Baru pertama kali ya liat adegan kaya gitu secara langsung?” Yanu hanya tersenyum tipis.
Bingung ingin menjawab apa. “Udah lah gue mau beli minum dulu mau nitip?” ucap Riri. “Aku yank
soda aja.” Riri mengangguk. “Yanu?” tawar Riri. “Air mineral aja.” Tak lama Riri pergi. “Udah Yan
aman, lanjut ya.” Ucap Anan setelah Riri telah pergi jauh meinggalkan mereka.

Ga usah urusin perbincangan mereka, ga penting.

Tiba tiba ada 3 orang laki laki mendekati mereka. Anan sudah tau itu pasti Andra dan dua kawannya.
“Kia didalem?” tanya Andra ga santai. Anan terdiam. Ia akan dimarahi abis abisan oleh Riri jika
mengijinkan Andra masuk, tapi lelaki di depannya ini pasti akan memaksanya. “Weh, jawab ga bisa
ngomong apa.” Ucap teman Andra tak sabaran. Anan masih tak menjawab, membuat Andra habis
kesabaran.
“Siapa yang ngijinin lo masuk?” saat Andra akan membuka pintu uks, Riri berbicara dengan nada murka.
“Weh jawab, ga bisa ngomong apa.” Ucap Riri menirukan ucapa teman Andra. “Berhak apa lo? Gue
pacarnya.”

“Gue sahabatnya, dan kita udah sahabatan lama, sebelum lo kenal dia.” Ucap Riri mendekat kearah
Andra. “Balik aja sana lo, gausah sok baik sama Kia.” Andra tersenyum remeh. “Sahabatan udah lama
tapi ga bisa selamatin Kia, sahabat macam apa lo.” Tiba tiba Andra mendorong Riri pelan. Anan yang
tadinya diam seketika berdiri dari duduknya dan berjaga jaga dari belakang Riri.

“Hhh, sorry nih Ndra kalo sayang beneran, ga mungkin lo selalu ngungkit kebaikan lo ke Kia, secara lo
ikhlas bantu dia. Lah ini mbantu kok ngungkit mulu.” Riri tertawa remeh sambil mendorong pelan
pundak Andra. Karena sudah tidak bisa menahan emosi, Andra mendorong Riri lumanyan kencang
sehingga Riri kehilangan keseimbangan.

Untungnya Anan yang siap, menangkap Riri dari belakang. Bertepatan saat itu, Kia keluar dari uks dan
melihat adegan itu. “RIRI!” Kia panik dan menghampiri Riri yang hampir terjatuh. “Lo gapapa?” Riri
mengangguk seraya memenatap Andra sinis. Kia berjalan kearah Andra. “Ndra, sementara waktu kita
jaga jarak dulu.” Andra menahan tangan Kia. “Aku minta maaf Ki.” Kia malah menghampiri Riri dan
menuntunnya ke kelas dengan pelan agar kaki Riri yang keseleo tidak tambah sakit.

Oke Kia memang sayang Andra, tapi kalau Andra sudah melukai sahabatnya, ia akan tetap marah pada
Andra. Andra yang melihat reaksi Kia pun mengacak rambutnya frustasi. Ia lalu meninggalkan dua
sahabatnya itu. “Dri, gue takut. Si bos marah tuh.” Bukannya menjawab Hendri meninggalkan Sule
sendiri.

“Maafin Andra ya Ri.” Entah berapa kali Kia mengucapkan kalimat itu. “Udah ah bosen dengernya, dia
yang salah, dia yang harusnya minta maaf ke gue.” Riri tak enggan memaafkan Andra kecuali Andra yang
meminta maaf secara langsung.

“Mungkin dia tadi emosi.” Arkia masih membujuk sahabatnya itu. “Lo mau gue maafin dia? Dia suruh
kesini minta maaf sama gue.” Riri benar benar ga habis pikir dengan Andra, berani kasar ke cewe. Dikira
dia lahir dari rahim siapa.

Intinya sekarang Riri tak bisa jalan. Dan semua karena Andra. Mungkin rasa bencinya Andra bertambah
dua kali lipat karena kejadian ini. “Udah ah balik duduk di bangku lo aja. Percuma lo minta maaf, gue ga
maafin klo ada hubungannya sama Andra.” Sekarang Kia saja yang mengalah.

(ini beda part sama atasnya ya)


Perempuan itu jalan ketakutan menjauhi rumahnya. Ia berjalan sambil menengok ke belakang. Tanpa
sengaja ia menabrak sosok di depannya. “Ada apa?” ucap lelaki yang memegang rokok itu. Perempuan
itu menggeleng.

“Aku bisa membantumu, jangan takut cantik.” Ucap lelaki itu lagi. Perempuan itu mendongkak dan
melihat sosok tampan sang lelaki. “Siapa namamu?” perempuan itu masih bungkam.

Laki laki itu mendudukannya di salah satu trotoar jalan kecil itu. Sang lelaki memberikan elusan di kepala
perempuan yang baru dikenalnya itu, memberikan sosok nyaman agar ia mau berbicara.

“Siapa namamu?” ucap lelaki itu lagi. “Arkia.” Lelaki itu mengangguk paham. Ia membuka kotak
rokoknya dan mengambil 1 batang rokok. Ia membakar ujung rokok itu dan menghisap ujung bagian
lainnya. Arkia terbatuk, tak terbiasa dengan asap rokok.

Sadar Arkia merasa tak nyaman, lelaki itu mematikan rokoknya. “Maaf, pasti terganggu ya.” Arkia hanya
tersenyum tipis. “Oh ya kenalkan namaku Andra.”

Saat pulang sekolah, Kia masih enggan bicara dengan Andra. Riri belum memaafkan Andra, karena
Andra sendiri belum meminta maaf padanya walaupun Kia sudah memohon untuk memaafkannya. Toh,
yang salah bukan Kia.

“Ayo Kia pulang ya sama aku.” Kia hanya menggeleng. Sedangkan Riri memutar bola matanya. Kia
menahannya pulang katanya menunggu Andra meminta maaf, tapi menurut Riri semua sia sia. Andra
jarang mengucapkan kata maaf kecuali dengan pacarnya, lebih tepatnya ‘pacar- pacar’nya.

“Aku mau pulang sama kamu, asalkan kamu minta maaf sama Riri.” Andra melotot, ia tak sudi meminta
maaf pada perempuan ‘sok’ itu. Tiba tiba handphone Andra berbunyi, tertera nama ‘Cara’ di sana. “Entar
aku angkat telpon dulu ya.” Andra menjauh dari sana.

“Ki, gue pulang ya. Anan udah nunggu, lagian nunggu Andra minta maaf itu lama, bisa lumutan kali
gue.” Kia menggeleng, mukanya menampilkan wajah memelas. “Aelah si bos tuh ga mau minta maaf
gara gara lo sombong.” Ucap laki laki yang tiba tiba datang dan mengambil motor yang di parkirkan di
sebelah motor Andra.

“Heh Sulaiman bin Udin, gue ga sombong. Bos lo aja tuh besar kepala.” Ucap Riri tak terima. “Yang, aku
ga jadi anter kamu pulang ya, tiba tiba coach telpon ada latihan.” Riri melotot mendengar ucapan Andra.
Kia menggangguk sebagai jawaban, membuat Riri tambah melotot.

Kia dan Riri berjalan kearah Anan dan Yanu. “Dia ketemu pacar barunya, Ki. Ga ketemu coach.” Kia
menggeleng. “Andra ga mungkin bohong.”

“Bodo ah Ki.” Ucap Riri mengakhiri percakapan mereka sebelum keduanya bertengkar. “Yan, anterin Kia
pulang lagi ya, pacarnya malah ngilang ntah kemana.” Sindir Riri. “Pergi ketemu coach Riri.” Riri
memutar bola matanya seraya berdehem.
“Ki, gue duluan ya.” Ucap Riri yang sudah berada diatas motor Anan. “Bro, gue balik dulu.” Kia dan
Yanu mengangguk. “Ki, pulang sekarang?” Kia mengangguk.

Ditengah perjalanan Yanu memberhentikan motornya, membuat Kia bingung. “Kok berhenti Yan?” ucap
Kia seraya turun dari motor Yanu. “Temenin gue makan ya di mekdi.” Kia hanya mengikuti Yanu yang
sudah terlebih dahulu masuk.

“Ki lo mau juga?” Kia hanya menggeleng ia merasa tidak enak karena pasti nanti Yanu yang membayar.
“Kalo lo yang bayar, gue gamau.” Yanu tertawa mana ada di traktir malah ga seneng. “Aelah, udah
gapapa, mumpung gratis.” Akhirnya Yanu memesan makanan untuk Kia dan dirinya.

“Eh Ki, lo sama Riri sama Anan udah sahabatan lama?” tanya Yanu setelah mereka menemukan kursi.
“Ya, udah lama sih Yan, dari SMP, kenapa?”

“Gapapa, keliatannya mereka bener bener ngelindungin lo.” Kia mengangguk ngerti. Semua orang juga
bilang begitu. Anan dan Riri sangat sayang dan melindunginya. Mereka memulai acara makan mereka.
Keheningan terjadi diantara keduanya.

“Ki ini loh sausnya, kaya anak kecil tau.” Yanu membersihkan saus yang ada di ujung bibir Kia. “Ih
Yanu, yang situ masih sakit.” Ya, saus itu berada di ujung bibir Kia yang terluka. “Eh iya maaf.” Ucap
Yanu cengar cengir.

“Makasi ya udah nganterin gue.” Yanu mengangguk. “Yaudah gue balik ya.”

“Ihhh sinih snacknya, bagi bagi ah.”

“Ga ga mau.” “Gamau mampir dulu.” Yanu menggeleng. “Udah sore ini lagian tadi gue belum sempet
sholat ashar, yaudah ya Ki gue pulang.” Ucap Yanu lalu mengusak poni Kia lembut. Kia mengangguk
lalu melambaikan tangannya. “Ati ati Yan.” Yanu mengangguk.

Yanu menancap gasnya lalu perlahan pergi menjauh dari rumah Kia. “Eh neng Kia, siapa tadi? Pacarnya
ya?” tiba tiba Bu Abi datang ‘kek setan njir’. “Bukan bu, temen.” Bu Abi hanya tertawa. “Ya udah Bu,
Kia masuk dulu ya.” Kia pun masuk ke dalam rumahnya.

.
.

“Ihhh Anan nyebelin banget sih.” Iya sekarang Anan sedang di rumah Riri. Tadinya, Anan hanya mau
mengantar Riri tapi orang tua Riri tiba tiba pergi, sehingga orang tua Riri menyuruh Anan untuk
menemani Riri.

“Ri, gue capek boboan ya.” Riri mengangguk lalu merelakan pahanya untuk jadi tempat tiduran untuk
Anan, mengelus kepala sang kekasih. “Udah tidur aja, ntar kalo mamah pulang, gue bangunin.” Kalau
biasanya Anan dan Riri bertengkar di sekolah, tapi kalau sudah berdua mereka akan jadi romantis.

Line!

Tiba tiba handphone Anan berbunyi, ia pun berdiri dari tidurnya. Namun bukannya menjawab, Anan
malah mendengus lalu membuang hpnya ke sofa di sebelahnya. “Dari siapa?” tanya Riri penasaran. “Itu
Thea tau ga? Yang anak cheers, ngechat gue mulu.”

Riri buru buru mengambil hp Anan, membuka roomchat Anan dan Thea. Tidak ada yang mencurigakan,
Anan jarang menjawab chat Thea, hanya Thea saja yang suka ganjen ke Anan. Sudah dari dulu Thea
mengejar Anan, tapi Anan sudah lebih dulu suka pada Riri.

Thea merupakan anak belasteran yang menjabat sebagai ketua cheers. Dirinya sudah mengejar Anan
sebelum Anan dan Riri pacaran. Namun apa daya Anan sudah lebih dulu jatuh cinta pada Riri. Bukan
rahasia lagi bila Thea mengejar Anan. Riri sebenarnya juga sudah tau, tapi ia percaya bahwa Anan bukan
orang yang dengan mudah selingkuh.

“Ri lo ga marah kan?” tanya Anan was was. Sedari tadi Riri hanya diam saja melihat chatnya dan Thea
walaupun ia tau, ia tak melakukan apa apa. “Ga gue ga marah, selagi lo jujur dan ga nyembunyiin sesuatu
gue ga marah.” Anan tersenyum lega. Jujur, yang membuat ia lebih memilih Riri daripada Thea adalah
sifat dewasa Riri.

Riri bukan tipe cewe pecemburu dan bersifat kekanakan. Walaupun Riri terlihat garang, namun jika sudah
bersama orang tersayang, ia pasti akan terlihat lembut dan memiliki sifat keibuan. Tak hanya itu, Riri juga
bukan orang yang suka mencari ketenaran. Riri terkenal karena ia selalu memenangi event tari atas nama
sekolahnya. “Udah sinih tidur lagi.” Anan mengangguk lalu menidurkan diri di paha Riri lagi.

“Andra, kamu kenapa sayang?” Cara bosan sedari tadi Andra diam saja. “Tadi Kia marah sama aku, gara
gara aku ga sengaja ngedorong Riri.” Cara mendengus kesal, pasti apa apa Kia, menyebalkan. “Yaudah
sih paling ntar Kia maafin kamu.” Resiko sebagai selingkuhan ya begini. “Masalahnya aku suruh minta
maaf dulu sama Riri.”
“Ga, aku ga sudi kamu minta maaf sama cewe sombong kaya Riri.” Alis Andra mengerut. “Lah emang
kamu kenal Riri?” Cara mengangguk. “Iya, dia anak tari bareng aku. Kemarin dia juara seprovinsi,
padahal harusnya aku yang maju ngewakilin sekolah.” Andra mengangguk.

“Tapi yank, aku ga maafan sama Kia.” Cara benar benar sudah muak. “Udah ah kita itu lagi berdua Andra
lo tau ga sih kita ga boleh ngomong karena gue itu selingkuhan lo.” Tiba tiba Cara meledak.

Cup

“Yank, aku minta maaf ya.” Andra mengecup pipi Cara, membuat wajah perempuan itu bersemu. “Aku
bakal ngelakuin apa aja yang penting kamu maafin aku.” Mata Cara berbinar. “Apa aja?” Andra
mengangguk was was. “Aku mau kamu post foto kita di instagram.” Mampus.

Instagram update

Like coment

6000 likes

Andra_2000 with you @Caraaa

Komentar dinonaktifkan

Cara senyum penuh kemenangan. Setidaknya statusnya sebagai selingkuhan tak membuatnya tak bisa
pamer kemesraan. Sementara Andra mulai ketakutan. Ia tidak akan peduli tentang teman teman
sekolahnya, masalahnya bila Kia tau, bisa bahaya.

Line!

Andra membuka line tersebut, mumpung Cara juga sedang sibuk dengan hpnya.

Bobrok squard(2)
Sulegans

Bos itu di ig bos yang post?

Hendrigajoms

Iye sadar ga seh

Andra2000

Iye itu emang gue

Sadar lah bego

Gara gara Cara ngambek

“Sayang, aku mau pergi sama Thea, gapapa kan?” Andra tersadar lalu mengangguk. “Aku anterin ya.”
Cara mengangguk lalu mereka berjalan ke luar rumah Cara. Andra ingin Cara cepat pergi, kenapa? Kalau
sampai Kia tau pasti akan jadi masalah besar. Ditambah followers Andra kebanyakan adalah teman
sekolahnya.

Andra mengantarkan Cara bertemu dengan sahabat Cara, Thea di salah satu pusat perbelanjaan. Setelah
mengantar Cara, Andra buru buru membuka hpnya dan menghapus fotonya dan Cara. Semoga saja Kia
dan sahabatnya tidak melihat postingan itu.

Namun yang pasti, berita ini pasti sudah tersebar, tak hanya di sekolah Andra namun juga teman teman
Andra di luar sekolah. Iya, berita selingkuhan Andra. Secara 6k dari followers Andra sudah menekan
tombol like.

Tapi ia tak khawatir. Selagi dua sahabat dan satu teman baru Kia tak melihat postingan itu, Kia tak akan
percaya dengan berita itu. Lagi pula foto itu diambil dari belakang, sehingga mukanya dan Cara tidak
terlihat.

Riri memasuki kelasnya yang sudah lumayan ramai diikuti dengan Anan di belakangnya. Ia menaruh
tasnya di bangku tempatnya duduk.

“Hot news banget ini mah.”

“Iya gue udah sempet screenshot, sebelum di hapus.”

uknya, meninggalkan Riri yang menatapnya tak percaya.

. Riri mendengar suara heboh dari ujung kelas, mulai menghampiri sumber suara tersebut. Ternyata
pelakunya adalah Mila dan Ama. “Heh Mil, ada apa?” Mila menoleh kearah Riri. “Ini loh postingannya
Andra sama selingkuhannya.” Ucap Ama memberikan hpnya pada Riri.
Riri terkejut melihat hasil screenshot di hp Ama. “Lo ga liat postnya Andra ya Ri?” ucap Mila. Riri hanya
menggeleng menatap layar hp itu tanpa berkedip. “Ini ga lo editkan?”

“Sebagai lambe turah sekolah, kita akan menyebarkan kebenaran bukan hoax.” Ucap Ama yang diikuti
oleh anggukan Mila. “Gue minta dong, kirimin lewat wa aja.” Ama mengacungkan jempolnya. “Btw itu
Cara yang mana sih?”

“Ih masa lo ga tau, Cara Maisha Aira. Kan satu ekskul sama lo kan Ri.” Riri membulatkan matanya. Jadi
selama ini selingkuhan Andra adalah teman ekskulnya sendiri. Sebenarnya hubungan Riri dan Cara
memang tidak terlalu dekat, tapi tetap saja Riri terkejut. Riri kembali ke tempat duduknya, menunggu Kia
yang belum berangkat.

Saat Kia datang, Riri langsung menghadangnya. Menyodorkan hp yang berisi screenshot dari akun
instagram sang kekasih. “Masih ga percaya Ki?” Kia yang baru datang terkejut dengan screenshot itu.
“Diedit kali itu, kan banyak yang ga suka sama Andra.”

“Ini Ama yang ngasih tau, lo ga percaya sama Ama?” Kia berpikir sejenak. “Yaudah nanti gue tanya dulu
sama Andra mungkin dia punya penjelasan.” Riri tidak habis pikir. Semua sudah jelas tapi mengapa Kia
masih tidak percaya. Kia berjalan ke tempat duduk.

“Ndra, Cara siapa kamu? Kok aku juga ga tau post kamu yang ini? Aku boleh minta penjelasan? Kamu ga
nyembunyiin sesuatu dari aku kam, Ndra?” Saat istirahat, Kia meminta Andra untuk berbicara berdua
dengannya. “Kok lo jadi possesiv sih ke gue.” Ucap Andra ngegas. “Ga gitu Andra, aku Cuma minta
penjelasan kamu.” Inilah yang Kia tidak suka saat dirinya meminta penjelasan, Andra malah salah
mengartikan.

“Dia sepupu aku, jadi kemarin ada acara keluarga, eh ada dia ya udah kita foto bareng.” Andra berusaha
menjelaskan walaupun itu semua bohong. “Ohhh sepupu, kamu ga pernah cerita sih jadi aku ga tau.”
Ucap Kia. “Yang perting sekarang kamu tau.”

“Denger ya Ki, aku sayang banget sama kamu, aku ga bakal ngehianatin kamu.” Kia menganguk paham.
Ia tak seharusnya mendengar kata orang yang belum tentu benar. “Iya Andra, aku minta maaf ya.
Harusnya aku ga dengerin kata orang sembarangan.” Andra mengangguk. “Udah sanah kamu ke kantin
aku mau ketemu Hendri sama Sule.” Akhirnya Kia dan Andra berpisah.

“Kia dimana Ri?”tanya Yanu seraya mencari Kia. “Lagi ketemu sama Andra minta penjelasan.” Jelas
Anan sebelum Riri berbicara. “Yanu tanya gue, ga tanya lo.” Anan menjulurkan lidahnya mengejek.
Sedangkar Riri yang kesal hanya memukul lengan Anan pelan.“Gapapa tuh? Ntar diapa apain sama
Andra gimana?”

“Eee cieee khawatir, aduh curiga nih gue.” Ucap Anan meledek. “Hah lo suka sama Kia?” Yanu hanya
diam, dia terlalu malu untuk mengakui semuanya. “Gapapa Yan, bilang aja. Lagian gue dukung kok
daripada Kia tersiksa sama Andra, gue lebih percaya sama lo.” Ucap Riri.“Mungkin emang sekarang
waktu yang tepat buat ngomong ke kalian.”

“Gue emang suka sama Kia, tapi gue tau Kia udah punya pacar. Jadi ya gue sadar diri lah. Lagian liat Kia
bahagia juga buat gue bahagia kok.” Riri menggeleng. “Dia ga bahagia Yan, semuanya Cuma karena
bales budi.” Yanu menatap Riri dengan wajah bingung. Apa maksudnya balas budi? “Jadi gini loh Yan, “

“Eh pada ngomongin apa? Ri gue minta minum ya.”

Belum sempat Anan melanjutkan, tiba tiba Kia datang dengan wajah gembiranya. “Ternyata ya Ri, cewe
yang di postingan itu, sepupu Andra tadi dia ngejelasin.” Riri mengerutkan dahinya. “Ki, cewe di
postingan itu satu ekskul sama gue, gue belum pernah denger tuh kalo Cara sama Andra sepupuan.” Kia
hanya mengangkat kedua alisnya. “Mungkin ga banyak yang tau mereka sepupuan, lagian lo ga deket kan
sama Cara.”

Hadeuhh nyerah dah - Riri

“Iya sih.” Ucap Riri. “Yaudah lah yuk balik. Bentar lagi bel nih.” Ucap Anan mengalihkan perhatian. Saat
semua sudah beranjak, tapi Yanu masih dengan pikirannya. Ternyata sepercaya itu Kia pada Andra. Lalu
apakah dia bisa berjuang. “Yan, udah semua indah pada waktunya kok.” Ucap Anan. Yanu mengangguk
lalu beranjak dari duduknya. “Makasih Nan.”

Kia mendengus saat melihat chat dari Andra. Andra tak bisa mengantarnya pulang, lagi. Alasannya
seperti biasa, latihan panahan. Yanu yang ada di sebelah Kiapun bingung. “Ada apa Ki?” Kia hanya
menggeleng sedih. “Andra ga bisa anter gue balik.” Ucap Kia setelah beberapa saat. “Yaudah balik
bareng gue.”

“Eh ga usah, gue ga enak sama lo, dari kemarin nebeng mulu.” Kia menggeleng. Ia merasa tak enak.
“Gapapa, kaya sama siapa.”

“Ya tuhan semoga mereka cepet jadian.” Ucap Riri mengangkat kedua tangannya. “Hush, lo doain dia
putus sama Andra.” Ucap Anan seraya memukul pelan tangan Kia. “Kalo iya kenapa? Lo mau Kia di
sakitin sama cowo kek Andra.” Anan menggeleng. “Yaudah.”

Iya, Anan dan Riri memantau Kia dan Yanu dari tempat duduk mereka. Dan begitulah reaksi mereka.
Betapa hebohnya Riri karena terlalu senang melihat Yanu dan Kia terlihat dekat. Mungkin sekarang Riri
akan menjadi shipper mereka.
“Ya tapi kalo Kia ga bahagia gimana?” ucapan Anan membuat senyum Riri memudar. “Sekarang dia juga
ga bahagia Anan, mana ada cewe yang bahagia kalo dirinya di siksa.” Bela Riri dengan nada tidak santai.
“Iya udah jangan ngegas dong, budeg gue lama lama.” Riri hanya menjulurkan lidahnya. Untung saja Kia
dan Yanu tak mendengar ucapan mereka berdua.

“Nanti bisa jemput kan?”

“Iya bisa. Entar kalo aku pulang latihan.”

“Yaudah sanah latihan keburu telat.”

Anan mengangguk lalu pergi untuk latihan. Sedangkan Riri masuk kedalam ruang tari. Awalnya Riri mau
tak berangkat karena ia malas bertemu Cara. Tapi bagaimana ya, sekali tak berangkat akan membuat
dirinya ketinggalan banyak gerakan tari.

“Tadi Anan cakep banget. He’s fucking handsome.” Riri tau itu suara siapa. Thea, teman Cara. Sengaja
mungkin mengantar Cara agar dapat melihat Anan. Padahal nanti ia akan latihan cheers bersama anak
basket.

“Eh Ri, ga cemburu itu? Kadang kadang Thea emang berlebihan. Padahal dia tau lo pacarnya Anan, tapi
masih aja gitu.” Riri hanya tersenyum tipis mendengar ucapan teman ekskulnya. “Udah biasa, selagi
Anannya ga ngeladenin gue sih biasa aja.” Ucap Riri sebagai jawaban.

Tiba tiba pintu terbuka memperlihatkan Cara yang dengan angkuhnya berjalan di depan Riri. Cara
berhenti tepat di depan Riri. “Selamat ya Ri kemarin menangkan? Harusnya pialanya buat gue tuh, tapi
gara gara lo ngerebut kepercayaan sekolah dari gue, jadi lo deh yang keliatannya menang.”

Riri hanya bisa menahan emosinya, mengepalkan kedua tangannya. “Makasi sama ucapan selamatnya,
selingkuhan.” Ucap Riri puas. Berbaliklah sekarang Caralah yang emosi. Namun, belum sempat Cara
membalas, tiba tiba guru tari mereka datang.

“Oke anak anak sebelum kita mulai latihannya, mari kita ucapkan selamat pada teman kita, Riri karena
sudah memenangkan lomba tari seprovinsi.” Semua anak bertepuk tangan, kecuali Cara. Ia hanya
menatap Riri dengan tatapan sinis.

“Sekarang kita mulai saja latihannya.”

“Dulu Yan, gue suka banget diajak sama mamah papah gue ke taman ini.”
Dirinya membayangkan kejadian yang terjadi belasan tahun tersebut. Betapa indahnya kejadian waktu itu.
Tapi sekarang memang sudah tidak sama seperti dulu. Kejadian itu hanya kenangan. Kenangan indah
yang tak akan ia lupakan.

“Udah Ki ga usah sedih. Mungkin semua udah ga kaya dulu tapi bisa aja di kemudian hari akan ada hal
yang lebih indah dari kejadian itu. Semua ada hikmahnya Ki.”

Ucapan Yanu memang benar. Semua ini pasti ada hikmahnya. Dan Kia yakin di balik semua kejadian ini
tuhan sudah menyiapkan sesuatu yang indah untuk Kia. “Udah di lanjutin lagi makan es krimnya itu udah
meleleh tuh.” Kia mengangguk.

Tadi Yanu mengantar Kia pulang. Tapi saat ingin pulang, Kia menahannya dan mengajaknya ke taman
dekat rumah Kia, mentraktirnya es krim, ucapan terima kasih katanya. Tapi sepertinya Kia lah yang mau
es krim, karena nyatanya ia memesan dua es krim dengan ukuran berbeda.

Kenapa Kia tidak bilang saja di temani beli es krim, tidak usah beralasan ingin mentraktir sebagai ucapan
terima kasih. Ya sudah lah ya, perempuan memang begitu. Yanu sudah apal betul sifat perempuan yang
ini. Mengatasnamakan orang lain, padahal dia yang mau.

“Mau lagi ga Yan? Sinih gue suapin.” Yanu membuka mulutnya menerima suapan dari Kia. Apakah
mereka sudah seperti pasangan? Mungkin jika orang tak tau akan menganggap mereka adalah pasangan
yang sedang dalam kasmaran. Yanu juga merasa bahwa sekarang ia sedang berkencan dengan Kia.

Tak ada salahnya untuk sedikit baper. Lagian siapa sih yang tak senang diajak jalan oleh gebetan. “Yan
ayo pulang. Es krimnya udah abis.” Ucap Kia sambil mengelap daerah bibirnya dengan tisu. “Yaudah
ayo.”Akhirnya mereka berjalan ke rumah Kia. Ya mereka berjalan, karena jarak dari rumah Kia ke taman
tidak terlalu jauh.
.

“Nan, nanti bisa anter aku pulang ga.”

Anan mendengus kesal. Perempuan didepannya ini minta diberi bedak gatal atau bagaimana sih. Sejak
tadi Thea menempelinya terus. Itu benar benar menyebalkan, Anan benar benar risih. Megapa sih latihan
kali ini harus bersama anak cheers.

“Gue entar mau jemput Riri.” Ucap Anan jutek. Thea memutar bola matanya malas. Riri lagi, Riri lagi.
Apa sih yang membuat Anan menyukai Riri.

Banyak lah yah, g.

“Apa apa Riri, kenapa sih Nan.” Sungguh Thea sangat menyebalkan jika begini, sampai sampai Anan
ingin membuang Thea ke rawa rawa. “Riri pacar gue, lah lo siapa?” Thea terdiam. Mungkin bingung
ingin menjawab apa. “Mungkin lo mau cari selingkuhan.” Ucap Thea tak lama setelahnya.

Anan melongo. Semurah ini kah perempuan gatal ini. “Biar gue kaya Cara gitu loh.” Ucap Thea lagi
dengan nada senang. “Sesenang itukah dijadikan selingkuhan.” Thea berhenti tersenyum. “Tentu asalkan
kamu sayang sama aku.” Anan tersenyum mendekat kearah Thea. “Namun sayang perempuan murahan
bukan tipeku.” Setelah itu Anan pergi untuk pemanasan dengan teman temannya yang lain.

Riri memukul mukul pelan kakinya yang yang terasa pegal. Dirinya sedang duduk di dekat ruang latihan,
menunggu Anan menjemputnya. Tadi ia terlalu keras latihan. Belum lama ia menunggu, namun Anan
sudah datang.

“Lo kenapa Ri? Capek?” ucap Anan yang melihat Riri memukul mukul kakinya pelan. “Sedikit.”
Jawabnya seraya bangkit dari duduknya. “Kok udah sepi? Udah pada pulang ya? Lo nunggu lama?” tanya
Anan bertubi tubi. “Iya, tadi udah pada balik semua, gue belum nunggu lama kok.” Ucap Riri
meninggalkan Anan yang masih berdiri.

“Ri tadi gimana?” ucap Anan lalu merangkul Riri. “Ya gitu deh. Ada sebel sebelnya gitu. Masa tadi Thea
sengaja nganter Cara biar ketemu lo.” Ucap Riri tak suka. “Cemburu, bilang.” Riri menatap sinis Anan
yang sedang tertawa.

“Eh Ri, balik ke rumah gue ya. Gue mau belanja dulu. Nyokap bokap nitip pesen suruh belanja bulanan,
tapi gue gatau mau belanja apa, jadi bantuin ya.” Riri mengangguk. Sudah biasa Anan minta bantuan
seperti ini. Wajar saja, karena Anan sering di tinggal pergi oleh orang tuanya.
.

Sesampainya di rumah Anan, Riri langsung mengabari orang tuanya, takut orang tuanya khawatir.
Sedangkan Anan sedang membersihkan diri dan mengganti pakaiannya. Riri juga sudah mengganti
pakaiannya. Ia suka main ke rumah Anan jadi biasanya ia akan meninggalkan satu set baju supaya jika ia
mau main dan harus berganti pakaian ia tak perlu repot repot membawa baju.

Tak lama Anan keluar dari kamarnya. “Ayok Ri.” Ajak Anan. “Nih gue udah bikin listnya, ada yang
kurang ga?” Riri memberikan secarik kertas yang berisi list belanja yang ia tulis sedari tadi. “Udah
lengkap deh keliatannya.” Riri mengangguk lalu beranjak dari tempat duduknya.

Mereka berjalan ke supermarket dekat rumah Anan. Sesampainya disana, mereka langsung memulai
belanjanya. Riri mulai memilih barang mana yang akan dibelinya, sedangkan Anan hanya mengikuti dari
belakang sambil mendorong keranjang belanja.

“Nan, ini udah semua. Tinggal cemilan, lo yang milih.” Riri dan Anan bertukar posisi sekarang Riri lah
yang mengikuti Anan. “Nan mau susu strawberry.” Ucap Riri saat melihat susu strawberry kesukaannya.
“Ambil aja sekalian ambilin yang coklat.” Riri mengangguk lalu mengambil susu kesukaannya itu.

Mereka cukup lama memilih cemilan. Sampai sampai Riri bosan dan iseng mengambil gambar sang
kekasih dari belakang. “Ri, udah yuk bayar.” Riri memasukan hpnya ke dalam saku dan berjalan kearah
kasir untuk membayar.

Tak terasa mereka berbelanja cukup lama. Memang kalau sudah berdua pasti lupa waktu. Mereka berjalan
pulang seraya meminum susu yang tadi mereka beli.
“Makasih ya Ri udah nemenin.” Riri menaikan kedua alisnya menatap Anan. “Tumben bilang makasih.”
Anan malah terkekeh dengan jawaban sang kekasih. “Pengen aja gitu. Bersyukur gue tuh punya pacar
kaya lo, antik. Susah dicari.” Riri hanya menunduk malu. “Ngalus mulu.”

Instagram update

Like Comment

Liked by Arkiajovanka and 500 other

Riri_silvia nemenin pak bos dulu @Anan.Amaral4

20 minute ago

“Ihhh najis banget dah. Apaan coba post kek gini, bikin panas aja.”

Sule dan Hendri menatap Thea dengan tatapan bingung. “Apaan sih lo misuh misuh sendiri.” Ucap Sule
yang ada di sebelah Thea. “Tau nih, brisik aje lu.” Thea menatap dua makhluk tak jelas disebelahnya itu
dengan tatapan tak suka.

Sebenarnya mereka berkumpul sedang di rumah Cara namun berhubung Cara sedang jalan bersama
Andra, akhirnya Sule, Hendri dan Thea yang menjaga rumah Cara. Thea benar benar pusing saat bersama
dua makhluk abstrak di dekatnya ini.
“Liat tuh masa Anan jalan sama Riri.” Ucapan Thea mengundang gelak tawa dari Sule dan Hendri.
“Wajarlah, kan mereka pacaran apa salahnya jalan bareng.” Ucap Hendri di lanjutkan dengan anggukan
setuju Sule. “Intinya salah, kan gue cemburu gitu loh.”

Hendri menggelengkan kepalanya tanda tak suka “Lo mau jadi pelakor apa gimana neng.” Ucap Sule.
“Gimana lagi gue udah terlanjur terpikat sama Anan.” Tiba tiba Sule menegakkan duduknya. “Oh Anan
Amaral ya, yang anak basket bareng sama gua? Sahabatnya Kia kan?”

“Ih lo baru mudeng apa gemana sih.” Ucap Thea gedeg. “Eh si Ririnya juga disukain sama temen gue tau,
namanya Gavin.” Ucap Sule memberi tau. “Ih Gavin yang ganteng itu kan? Anak basket juga.” Sule
mengangguk. “Riri pake pelet apa sih?”

“Ngawur lo, dia emang cantik tau.” Ucap Hendri. Thea dan Sule langsung menengok kearahnya
menatapnya penuh tanya. “Dia kan cewe ya cantik lah.” Thea dan Sule langsung memasang muka datar.
“Gue kira lo suka.” Hendri menggeleng. “Saingannya aja Anan, ya jelas susah lah.” Sule tertawa ngakak.
“Iya gue tau lo jelek.”

Thea tertawa keras saat Hendri melempar salah satu bantal yang ada di dekatnya. “Ngaca anjirrr.” Ucap
Hendri. “Udah, dikaca gue liat cowo ganteng.” Udah lah ya, inti dari kelanjutannya adalah mereka adu
bacot sedangkan Thea memasang headsetnya agar tak mendengar ocehan tak bermanfaat dari keduanya.

Kia benar benar bingung. Bagaimana tidak hubungannya dan Andra terasa renggang. Ia ingin menjadi
pacar yang pengertian. Ia tau Andra sebentar lagi akan mengikuti lomba panahan, dan itu sangat penting
baginya, namun apa sesibuk ini. Ia juga selalu meluangkan waktu untuk Andra saat dirinya sedang sibuk
belajar untuk lomba olimpiade, kenapa Andra tak dapat membagi waktunya.

Apa prioritasnya sudah berganti. Apa kata orang orang benar bahwa Andra selingkuh. Nah ini lah hal
yang tak paling ia sukai dari dirinya, jika sudah dalam posisi seperti ini ia akan berburuk sangka. Dan itu
sangat sangat tidak baik sebenarnya.

Mau bagaimana pun Kia juga pacar Andra apa salah melarangnya ini itu. Padalah Andra sendiri suka
seenaknya melarangnya. Andai saja waktu itu Kia tak menerima cinta Andra mungkin ia tak akan
semakin dalam mencintai Andra dan tak akan memiliki jiwa bucin seperti ini.

Niatnya, Kia ingin menonton film, tapi apalah daya karena terlalu memikirkan Andra jadi sekarang
dirinya jadi tidak mood menonton film. Ia menutup laptopnya, lalu membuka hpnya. Ia melihat postingan
Riri yang menampakan foto Anan. Alih alih dirinya memposting tentang Andra, foto Andra saja ia tak
punya.

Kadang ia iri dengan gaya pacaran orang lain, yang normal tak sepertinya. Pacaran Kia dan Andra itu
serasa saling sayang namun juga saling melukai. Andra merasa dilukai karena Kia sedangkan Kia benar
benar dilukai oleh Andra.
Saat sedang asik memikirkan Andra, tiba tiba bel berbunyi. Kia berlari pelan kearah pintu. Saat pintu
terbuka ia melihat lelaki tampan dengan baju putih dan celana jeans hitamnya. Tak lupa ia membawa satu
bungkusan di tangannya.

“Nih gue bawain makan. Mumpung lewat.” Kia hanya menatap lelaki didepannya ini tak percaya. Datang
hanya untuk memberinya makanan? Baik sekali. “Ga dipersilahkan masuk gitu. Dingin ini di luar.” Kia
langsung memberikan ruang agar Yanu bisa masuk.

“Lo ga bosen apa kesini? Tadi siangkan baru aja kesini.” Ucap Kia setelah lama diam. “Ga bosen lah kan
liat lo. Lagian besok libur gue bingung mau kemana. Temen temen gue pergi semua.” Kia hanya bisa
menunduk menutupi pipinya yang sudah merah seperti tomat. “Ki, dapur dimana? Gue mau buka
makanannya nih.” Kia lalu menunjuk kearah dapur.

Yanu mengangguk lalu berjalan menuju dapur. Kia hanya melihat punggung lelaki itu dari ruang tengah.
Dia memang tampan, namun sayang, iya Kia sayang Yanu.g. Andai saja Kia belum memiliki Andra pasti
Kia sudah baper dengan sikap manis Yanu.

Berakhirlah mereka berdua menikmati film yang tadi hendak di tonton oleh Kia. Cukup lama Yanu di
rumah Kia. Lagi pula besok hari sabtu yang berarti besok libur. “Yan, besok main yuk sama gue. Ini Riri
sama Anan ngajak jalan.”

“Besok? Ayuk deh.” Jelaslah Yanu menyanggupi kapan lagi jalan dengan Kia. Pasti besok Anan dan Riri
akan sibuk pacaran, sehingga ia dan Kia bisa berduaan. Kenapa Yanu jadi menghayal seperti ini. Yanu
mengarahkan pandangan kearah jam yang menempel di dinding rumah Kia.

Jarum pendek mengarah pada pukul 9 malam. Yanu memutuskan untuk pulang, karena sudah larut
malam. Ia juga tidak mau menganggu jam istirahat Kia. Setelah berpamitan dengan Kia, Yanu langsung
pulang ke rumahnya.

.
.

“Yanu jadi ikut?”

Seperti rencana kemarin, Kia, Riri, Anan, dan Yanu akan nongkrong bareng. Bosen lah masa latarnya
disekolah mulu. Jadi rencananya mereka mau ke mall, dan mereka kumpul di rumah Kia yang lokasinya
dekat dengan mall yang ingin mereka datangi.

Semua sudah kumpul kecuali Yanu. lelaki itu belum juga datang padahal ini sudah lebih dari jam janjian
mereka. “Eh maaf ya gue telat.” Tiba tiba lelaki dengan baju putih polos masuk ke dalam rumah tanpa
mengetuk pintu.

Kia memperhatikan pakaian Yanu yang hampir mirip dengannya. Mereka sama sama menggunakan kaos
putih polos dan sama sama membawa tas ransel, serta sneakers dengan warna putih. “Kalian janjian apa
gimana sih kok kembar gitu style nya.” Ucap Riri yang melihat keduanya secara bergantian.

“Eh e... ngga kok. Ga sengaja aja kembar.” Riri hanya memasang wajah meledek saat Kia terlihat gugup
menjawab pertanyaannya. Malu mungkin.

“Yaudah lanjut jalan aja yuk.” Ucap Anan mengalihkan pembicaraan. Merekapun berjalan dari rumah Kia
menuju mall. Karena mall tidak terlalu jauh jadi mereka memutuskan untuk jalan. Memang rumah Kia
terletak ditengah kota. Saat keluar dari komplek perumahan Kia, kita bisa melihat ramainya keadaan di
tengah kota.

Kia dan Yanu berjalan terlebih dahulu di depan sedangkan Anan dan Riri berada di belakang mereka.
“Sumpah ya, mereka kaya orang pacaran deh mana bajunya couplean gitu.” Ucap Riri yang girang
melihat kapalnya berlayar.

Merekapun berhenti ditengah perjalanan mereka karena memang mereka akan menyeberang jalan
sedangkan keadaan jalanan benar benar ramai. “Ihhh Ki, kembaliin elah.” Yanu berusaha merebut topinya
yang diambil Kia. “Gamauuu.”
“Tuh kan Nan, mereka gemes banget.” Komentar Riri yang melihat adegan di depannya tersebut.
“Komentar mulu lo. Doain aja semoga mereka cepat jadian.”

“Aamin yaalloh.” Ucap Riri lumayan keras sehingga Kia dan Yanu menengok kearahnya. “Kenapa Ri?”
melihat Kia yang tak fokus akhirnya Yanu merebut topinya dari tangan Kia. “Yesss dapet.” Kia
memanyunkan bibirnya. “Udah ah jangan kaya gitu kaya bebek lo.” Kia langsung memukul lengan Yanu
pelan.

Mereka kembali melanjutkan perjalanan mereka. Sampai akhirnya tak berselang lama mereka sampai di
salah satu mall. Mereka mulai memutari mall dan melihat lihat barang yang diperjualkan di sana. Tak
lama, Riri dan Kia masuk kedalam salah satu toko sedangkan Yanu dan Anan menunggu di luar.

“Emang ya cewe tuh sukanya belanja mulu.” Keluh Anan. Bukannya tak suka hanya saja ia malas
menunggu perempuan berbelanja. “Eh Nan, lo suka sama Riri karena apa?” Anan mengerutkan dahinya.
“Tumben tanya gitu,” Anan menarik napasnya. “Riri itu tipe gue banget Yan, keibuan, sabar,bawel, kocak
pokoknya semua dari diri dia gue suka.” Yanu mengangguk.

“Kalo lo? Apa yang buat lo suka sama Kia, padahal lo tau dia punya orang lain.” Yanu kaget dengan
pertanyaan yang dilontarkan oleh Anan. Yanu tak menjawab. “Gue tau kok kalo cinta ga perlu alesan
kan?” Yanu hanya tersenyum sambil menatap kaca tembus pandang yang memperlihatkan Kia yang
sedang memilih baju dengan Riri.

Setelah lama memilih milih akhirnya Kia dan Riri memutuskan untuk berjalan kearah kasir dan
membayar belanjaan yang dibeli mereka. Setelah membayar belanjaan, Kia dan Riri menyusul Yanu dan
Anan. “Kurang lama.” Ucap Anan.

“Iya maaf. Kalian mau beli sesuatu?” tanya Riri menawarkan. “Gue mau beli sepatu besokan ada
turnamen.”

Riri mengangguk paham. “Kia sama Yanu mau ikut nemenin atau mau cari tempat makan aja?” tanya Riri
lagi. Ia tak enak jika Yanu menunggu lagi. Padahal dia sendiri belum membeli apapun. “Emm kita cari
tempat makan aja deh Ri, klo udah selesai lo langsung kesanan aja.” Ucap Kia.

Riri dan Anan pun berpisah dengan Kia dan Yanu. sementara Riri dan Anan mencari sepatu, Kia dan
Yanu mencari tempat makan yang enak. “Yan, ga mau beli sesuatu dulu?” Yanu berpikir sejenak. Ia baru
teringat kalau ia berencana membeli buku keluaran terbaru milik penulis kesukaannya. “Mampir ke
gramed dulu gapapa?”

“Gapapa, gue juga mau liat liat buku.” Yanupun mengajak Kia untuk ke gramed. Disana mereka melihat
lihat buku yang terjual disana. Setelah menemukan buku yang dicarinya, Yanu segera membayar buku
tersebut. Dan keluar bersama Kia dari gramed.

Mereka melanjutkan perjalanan mencari tempat makan. Mereka memutuskan untuk masuk ke restaurant
korea. Setelah masuk, mereka langsung memesan makanan, tak lupa mereka juga memesankan untuk
Anan dan Riri.

Makanan pesanan mereka pun datang, tapi Anan dan Riri belum juga datang. Tapi tadi Kia sudah
memberi tahu bahwa dirinya dan Yanu sudah menunggu di restaurant korea. Bisa dibilang makanan yang
mereka pesan terbilang banyak.
Tenang saja, semua pasti habis secara semua orang disini doyan makan semua. Tak lama Riri dan Anan
pun datang. Keduanya membawa 1 buah paper bag. “Eh udah dateng tuh makanannya.” Ucap Riri dengan
mulut menganga. Ia benar benar lapar sekarang.

Namun belum sempat mereka makan, tiba tiba pintu restaurant terbuka memperlihatkan orang yang tak
asing dimata mereka. “Andra?” Andra yang mengetahui kehadiran Kia, langsung menariknya keluar
restaurant. Sedangkan Cara yang juga ikut, malah mengekori Andra yang akan berbicara pada pacarnya
itu.

Berbeda dari Andra dan Cara, Thea yang juga ikut menghampiri Anan yang sedang diam diam menikmati
makanannya. “Haii Anan. Gue kangen deh ga ketemu lo sehari.” Ucap Thea duduk di tempat yang di
duduki Kia tadi yang posisinya di depan Anan.

“Ya alloh seketika kok mendung ya, tanda ga baik nih.” Yanu dan Riri pun sebisa mungkin menahan
tawanya. “Ihhh Anan apaan sih kalo aku mendung, kamu air hujannya ya.” Ucap Thea seraya
menggenggam tangan Anan.

“Dih ogah.” Ucap Anan menepis tangan Thea dan menggenggam tangan Riri. Sule dan Hendri yang
sedari tadi diam saja akhirnya bergerak untuk membawa Thea pergi, kelakuannya sudah kelewatan. “The,
kita nyusulin Andra aja yuk.” Ucap Hendri membujuk Thea.

“Heh bocah pacaran mulu lo, omongin tante Lea juga nih lama lama.” Ucap Sule, iya Sule. Bagaimana
Sule kenal dengan orang tua Riri? Karena memang Sule itu sepupu Riri, tapi Riri malas mengakui. “Aduh
Anan aku minta maaf ya aku harus pergi dadah, dadah juga saingan gue.” Thea pun pergi ditarik oleh
Hendri seraya melambaikan tangan pada Anan dan Riri.

Anan sih tidak peduli. Sedangkan Riri hanya menahan emosi melihat Thea. Beda lagi dengan Yanu yang
hanya terdiam menjadi penonton. Di satu sisi Kia dan Andra sedang berbicara. “Kok kamu masih deket
sama anak baru itu sih.” Anggap saja Andra cemburu. “Dia sekarang temen deket aku Ndra.” Tak lama
Cara datang. “Kamu juga sekarang deket banget sama Cara padahal dulu ngga.” Ucap Kia yang melihat
Cara.
“Udah selesai ngomongnya.” Ucap Cara pada Andra. “Dia itu sodara aku Ki, ga papa kan kita deket.” Kia
menghela napas. “Tapi kenapa ga dari dulu deketnya?” kalau misalnya mereka bersaudara kenapa Andra
baru dekat dengan Cara akhir akhir ini. “Karena kita emang baru tau kita sodaraan akhir akhir ini Ki.”

Tak lama Hendri, Sule dan Thea datang. “Yuk ah buruan gue udah disuruh mamah pulang.” Si anak
mamah aka Hendri berucap seraya menarik tangan Thea agar orang tak tau diri ini tak kembali
menghampiri Anan. “Yaudah kalo kamu mau jalan jalan sama mereka ga papa kok. Oh ya good luck for
the tournament.” Ya sama seperti Anan, Andra juga akan mengikuti turnamen besok. “Gue gaada yang
nyemangatin.” Ucap Sule sedih. “Semangat ya Le.” Ucap Hendri meledek Sule.

“Yaudah ya yang ati ati.” Ucap Andra lalu pergi. Sebenarnya Andra sedang ngedate bersama Cara dan tak
lupa nyamuk mereka. Cuma sialnya mereka harus bertemu dengan Kia. Dan untungnya perempuan itu tak
curiga.

Kia kembali ke dalam restaurant dan menikmati makan siangnya itu. “Udah ngomongnya?” ucap Riri
seraya menaruh daging ke piring Kia. “Udah kok.” Riri mengangguk. Ia tak mau kepo perihal omongan
Kia dan Andra, semua orang punya privasikan?

Cukup lama mereka jalan jalan. Setelah sore mereka kembali ke rumah Kia. Tapi bukannya kembali ke
rumah masing masing, mereka malah melanjutkan jalan jalan mereka dengan bermalam minggu di tengah
kota.

Mereka hanya berjalan jalan menikmati indahnya malam hari di tengah kota. Aneka barang di perjualkan
di daerah ini. “Nan, tinggalin Kia sama Yanu yuk.” Ucap Riri berbisik ke Anan. “Biar mereka makin
deket gitu gue kan suka.”

“Yaudah ayuk.” Perlahan, mereka pergi meninggalkan Kia dan Yanu yang asik melihat lihat sekitar. Tak
lama Kia sadar bahwa kini hanya ada dirinya dan Yanu. “Loh Riri sama Anan mana Yan?” tanya Kia.
Mungkin saja Yanu tau. “Eh iya mereka kemana ya?”
Merekapun kebingungan mencari Anan dan Riri sedangkan yang di cari asik jalan jalan sendiri. “Yaudah
lah Ki paling mereka lagi jalan jalan sendiri.” Kia mengangguk. Mungkin saja Anan dan Riri ingin
menghabiskan waktu berdua.

“Yaudah sekarang lo mau ngapain?” Kia berpikir. Ia bingung ingin kemana. “Beli jananan aja ya, gue
dari tadi pengen beli itu.” Ucap Kia menunjuk salah satu pedagang yang menjual beberapa jajanan.

Yanu mengangguk, daritadi dia juga sudah lapar. Setelah membeli jajanan mereka duduk di bangku yang
telah di sediakan. Saat sedang menikmati makanannya tiba tiba ada seseorang yang memanggil nama
mereka yang membuat kedua menengok.

“Kia, Yanu yaampun gue ga nyangka.” Ucapnya seraya menutup mulutnya. “Iya Ma, gue juga. Gue kira
kalian Cuma temenan.” Kia dan Yanu pun kaget dengan ucapan dua gadis itu. Apa mereka menyangka
bahwa Yanu dan Kia pacaran.

“Aduh Ama, Mila, gue ga pacaran sama Kia jangan sampe lo berdua nyebarin gossip yang ngga ngga.”
Ya kedua orang itu adalah Ama dan Mila. “Iya iya, lagian kalo kalian jadian kita ikut bahagia kok.” Ucap
Mila. “Eh ga kita Cuma temenan. Lagian tadi kita juga kesini bareng Riri sama Anan tapi mereka
ngilang.” Ucap Kia mengelak. “Halah kalo jalan berdua doang juga gapapa kok.”

Haiss, Ama dan Mila terus meledek keduanya. Hingga muka mereka merah. “Yaudah deh kita balik ya,
takut ganggu.” Ucap Mila dan menarik Ama pergi. Kia hanya geleng geleng. “Yaudah Ki, pulang yuk
udah malem.” Kia mengiyakan ajakan Yanu lalu berjalan pulang.

Sesampainya di rumah, motor Anan sudah tidak ada menandakan bahwa Riri dan Anan sudah pulang.
Tiba tiba hp Kia berbunyi tertera nama Riri disana.

“Halo Ri, kemana aja?”

“Maaf ya Ki, gue sama Anan balik duluan. Tadi Anan bilang capek banget padahal besok ada turnamen”

“Iya gapapa, kapan kapan bilang dulu biar gue ga cemas.”

“Hehe iya maaf, ya udah ya gue tutup dulu.”


“Itu Riri?” Kia mengangguk. “Ehhh Yan besok lo liat turnamen kan? Gue nebeng ya?” ucap Kia seraya
mengeluarkan puppy eyesnya. Yaampun Yanu gemes benget. “Iya, besok gue jemput deh.” Kia
mengacungkan jempolnya. “Ya udah ya gue pulang.”

“Oke ati ati ya.”

Esoknya Kia pergi ke tempat turnamen. Sebenarnya pagi ini akan diadakan lomba panahan. Sedangkan
basket akan diadakan siangnya. Sepertinya ia akan berdua saja dengan Yanu karena Anan harus latihan
dan Riri pasti mendampingi.

Kia duduk di tempat yang menurutnya nyaman bersama Yanu. tak lama teman teman dari sekolahnya
datang. Dan disebelah mereka ada Ama dan Mila. “Asikk berdua lagii.” Ucap Ama mulai meledek lagi.
“Udah deh jangan mulai lagi.”

“Ciee mukanya merah.” Ucapan Mila di balas dengan tatapan tajam Kia. “ Udah ah takut Kia marah
soalnya kalo marah bisa hancur semua barang disini.” Haiss menyebalkan sekali.

“Aduh Yanu ganteng banget sih.”

“Yan, jadian yuk.”

“Yanu gemesnya.”

Itu ucapan fansnya Yanu. jangan jangan mereka sudah membuat fanbase. Faktanya banyak sekali fans
Yanu. katanya sih Yanu kaya oppa korea. Tapi ya memang kenyataannya Yanu ganteng sih. “Heh jangan
brisik ntar pawangnya ngamuk loh.” Teriak Mila menunjuk nunjuk Kia. Sedangkan fans Yanu hanya
mencibir tak suka.

Pertandinganpun akan segera di mulai Andra bersama pemain lainnya memasuki lapangan semua orang
bersorak, termasuk Kia. Oh tampannya pacarnya itu.

Ps. Pengen aja gitu ada kookie nya


Eh kok malah Anan yang panahan.

Udah balik ke cerita

“ANDRA SEMANGAT.”

“AYO ANDRA.”

Ya seperti itu lah teriakan teman teman Kia saat menyemangati pacarnya itu. Sebenarnya sekarang ini
adalah final. Jadi semua orang bersemangat untuk menyemangati jagoannya. Sementara itu, Kia hanya
bisa berdoa karena hanya itu yang bisa Kia lakukan.

Setelah wasit memberi tanda dimulainya pertandingan, Andralah yang memulai dulu. Ia menarik
panahnya, lalu melepaskannya. Semua berteriak saat Andra menancapkan panahnya tepat ditengah target
yang memastikannya mendapat poin 10.

Pertandingan berjalan dengan lancar. Tidak ada kecurangan dari pihak manapun. Dan semua orang
berteriak termasuk Kia, saat sang pacar memastikan menjadi juara dalam pertandingan tersebut. Kia
mengucapkan banyak syukur kepada tuhan.

Setelah melihat pertandingan, semua orang lalu melihat penyerahan piala. Kia bangga sekali melihat
Andra yang memegang piala yang bertuliskan juara 1. Setelah sesi foto foto, Kia berniat untuk
menghampiri Andra.

“Yan gue nyamperin Andra dulu ya.”

Yanu mengangguk dengan raut muka yang tak bisa di tebak oleh Kia. Kia sendiri tidak peduli, ia malah
ngacir pergi meninggalkan Yanu. setelah lumayan lama mencari Andra, Kia akhirnya melihat lelakinya
itu dengan perempuan yang di kenalnya.

“Sayang, kamu keren banget deh tadi.”


Kia masih bisa mendengar ucapan perempuan itu walau dari kejauhan karena perempuan itu berbicara
lumayan keras. “Iya dong. Kamu kasih hadiah dong buat aku.” Ucap Andra seraya mendekatkan pipinya
ke perempuan itu sambil menunjuk pipinya.

Chup

Perempuan itu dengan senang hati mencium pipi kekasih Kia dengan penuh kasih sayang. Kia sudah tak
bisa menahan air matanya. Ia kemudian berlari kencang sebelum dua sejoli itu melihat keberadaannya.
Kia kecewa.

Yanu hanya bisa menunggu dengan sabar di kursi penonton. Mungkin kalian bisa sebut Yanu bucin, iya
bucinnya Kia. Bagaimana tidak, sudah tau Kia akan bersama Andra, mengapa ia tidak pergi saja dari situ
dan ikut teman sekolahnya untuk menuju ke lapangan basket.

Ia tau ujung ujungnya akan kecewa bila menaruh rasa pada orang yang sudah memiliki pacar. Tapi
bagaimana ya, jika kata Yura Yunita ‘Cinta tak bisa Tak bisa kau salahkan’ ya sudah lah ya, tak usah
dipikir nikmati saja rasa sakit ini.

Yanu panik saat melihat Kia yang berlari dengan kencang ke arahnya seraya menyeka air matanya.
Setelahnya Kia memeluk Yanu erat, masih dengan tangisannya. Yanu hanya bisa mengelus punggung
Kia, berusaha menenangkan.

“Kalau mau cerita pelan pelan aja, gue ga maksa.” Ucap Yanu masih mengelus punggung Kia. Yanu iba
sekali melihat Kia, dia benar benar terlihat rapuh sekarang. Tak lama tangisan Kia berheti. Ia melepas
pelukannya, lalu menghapus jejak air mata di pipinya.

“Gue harusnya dengerin kata kata Riri, Yan. Ini sakit banget.” Ucap Kia yang masih sesenggukan. Yanu
tak bisa menanggapi ia masih belum mengerti.

“Dia emang bener selingkuh ya Yan? Kenapa gue bodoh banget sih.”Yanu mulai mengerti. Yang
dimaksud Kia itu Andra. Lelaki kurang ajar menyakiti Kianya.

Sebentar apa Yanu menganggap Kia adalah miliknya?

“Setidaknya sekarang lo bisa nilai sendiri.” Yanu kembali membawa Kia kepelukannya. “Gue tau itu
sakit. Tapi kalo ga kaya gini lo juga ga bakal sadar kan Ki.”

Semua kata Yanu benar. Kalau tidak dia sendiri yang melihat, maka ia akan terus percaya. “Udah Ki
jangan sedih lagi. Kita mending ke lapangan basket aja ya sekarang.” Kia mengangguk di pelukan Yanu.

Sejak pagi Riri selalu menemani Anan yang sibuk dengan segala persiapannya. Dengan sabar Riri
menunggui Anan walaupun dia ditinggal sana sini.
Sekarang Anan sedang mengganti pakaiannya. Tiba tiba Sule datang membawa laki laki tampan yang
sepertinya juga anak basket. “Ri kenalin nih temen gue namanya Randi anak basket juga.” Lelaki itu
mengulurkan tangannya.

“Halo, Randi.”

“Riri.”

Bukannya membalas uluran tangan Randi, Riri malah memalingkan wajahnya. Randi hanya tersenyum
kikuk seraya menarik tangannya kembali. “Jutek banget sih Ri.” Riri hanya mengangkat dua bahunya
tanda tak peduli.

Tak lama Sule pergi, namun tidak dengan Randi. Ia malah duduk di sebelah Riri dengan jarak yang dekat.
Lama lama Riri juga risih. “Ri ga nonton panahan? Nungguin gue ya.”

“Ihhh najis nungguin lo.”Bodo amat lah Randi jika Randi merasa tersinggung. Salahnya sendiri godain
Riri mulu.

“Ihhh lo gimana sih udah punya pacar masih aja gatel sama cowo lain.” Sudah bisa di tebak dia siapa.
Thea. Perempuan itu sengaja tak menemani Cara menonton panahan dan pergi ke lapangan basket untuk
menemui Anannya.

Dih ngaku ngaku, Anan punya gw.

Riri yang mendengar kata Thea hanya memalingkan mukanya. Setelahnya Anan datang dengan baju
basketnya. Ia melihat Riri Thea dan Randi yang sedang berkumpul dan menghampiri mereka. “Eh ada apa
nih?”

“Itu loh yank, Riri masa deket deket Randi. Selingkuh kali tuh.” Thea berbicara sebagai kompor di situ
mengucapkan kata yang belum benar adanya. Rasanya Riri ingin memukul mulut Thea sekarang. Anan
hanya menatap Riri penuh tanya. Sedangkan Riri hanya menatap Anan malas.

“Eh pemanasan dulu Nan, Ran.” Ucap coach mereka.

Anan dan Randi pergi untuk pemanasan meninggalkan Riri dan Thea. “Gue peringatin ya sama lo, jangan
pernah deketin Anan lagi.” Ucap Thea menunjuk nunjuk Riri. Bukannya menjawab Riri malah pergi
meninggalkan Thea tanpa memperdulikan ucapan perempuan itu.

“Lo ga berhak ngomong kaya gitu, gue pacarnya Anan ya jelas gue deket sama dia.” Riri sebenarnya
sudah malas meladeni perempuan di depannya yang menatapnya tak suka itu. “Kalo aja lo ga jadian sama
dia dulu pasti Anan mau sama gue.” Ucap Thea sedikit berteriak.Riri tetap berjalan pergi meninggalkan
Thea.

“Udah ga usah nangis kan masih ada Yanu.”


Sebenarnya Riri mau menenangkannya atau meledeknya. Ucapan Riri itu membuat Kia tak bisa
menyembunyikan senyum malu malunya.

“Udah ah ga usah mikirin Andra mending ngeliatin Anan aja.” Riri mengalihkan pandangannya ke arah
Anan yang sedang pemanasan. Dengan menggunakan baju basket berwarna putih dan bernomor
punggung 6, nomor kesukaan Riri membuat perempuan itu lemah. Nikmat mana yang engkau dustakan.

“Udah jangan ngiler gitu dong ngeliatinnya.” Ucap Yanu seraya menahan ketawanya. “Ihh bodo amat.
Mumpung bisa ngeliatin tanpa ketauan orangnya.” Yanu membiarkan Riri yang kembali fokus pada
pacarnya itu.

Yanu mengerti rasanya mencari kesempatan supaya doi tidak tau bahwa dirinya sedang menatap doi. Kan
Yanu sering menatap Kia saat Kia fokus mendengarkan penjelasan guru.

Yah ketauan deh.

Stadion seketika ricuh saat wasit memberi tanda bahwa pertandingan dimulai. Banyak yang meneriaki
nama teman temannya untuk menyemangati mereka. Ada juga yang menghujat penonton dari tim lawan.
Beda dengan Yanu yang diam saja melihat Kia dengan ekspresi tegangnya.

“Ya tuhan semoga temen temen hamba bisa menang, amin.”

Yanu tertawa ngakak saat mendengar doa dari Kia. Sungguh perempuan di sebelahnya ini sebenarnya
kenapa sih.

Dengan skor tipis, tim Anan memenangkan pertandingan. Kia dan Yanu pulang terlebih dahulu
sedangkan Riri menunggu Anan. Seperti biasa Yanu akan mengantar Kia pulang terlebih dahulu.

Tapi bukan Yanu namanya kalau langsung mengantar Kia pulang. Kali ini Yanu mengajak Kia untuk
melihat sunset di pantai dekat stadion.

“Bagus banget Yan gue suka deh.”


“Indah ya? Kaya lo.”

Muka Kia sudah seperti kepiting rebus mungkin sekarang. Kenapa Yanu cheesy sekali kan jantung Kia
bisa tidak sehat lama kelamaan.

“Apaan sih Yan.”

Cukup lama mereka diam tanpa membuka suara. Mereka terlalu menikmati proses tenggelamnya
matahari sampai tak sadar matahari sudah sepenuhnya sembunyi di balik lengkungan bumi.

“Ki sebelum pulang, gue mau kita janji.”

Yanu mulai membuka suaranya. Kia memalingkan wajahnya ke Yanu. Menatap laki laki itu lama
sebelum menjawab ucapannya. “Janji apa dulu.”

“Gue mau lo janji ga akan sedih lagi gara gara Andra..”

Yanu menggantungkan kata katanya membuat Kia bingung. Kia mengernyitkan dahinya bingung,
menatap Yanu dengan penuh tanya.

“Lah trus lo janji apa?”

“Gue janji mulai sekarang, gue bakal berusaha jadi alasan lo buat bahagia.”

“Arkia Iva Jovanka, lo kenapa? Sehat? Mau ke dokter sekarang?”

Pagi ini Riri di kagetkan dengan sifat Kia yang berbeda sekali. Kalau biasanya Kia itu galau dan bersedih,
pagi ini Kia tersenyum cerah, secerah sinar matahari di luar sana.

“Eh gue sehat kok.”


Salahkan Yanu saja yang terlalu cheesy padanya, Kia kan jadi tak bisa berhenti tersenyum dari kemarin.
Pasti jika teringat kejadian di pantai kemarin sore, ia akan memerah dan mengembangkan senyumnya.
Baru saja berjanji sudah membuatnya bahagia apalagi kalau janjinya di tepati.

“Eh, btw Yanu mana ya kok belum berangkat?”

Anan mengalihkan pembicaraan para perempuan di depannya itu. Riri hanya mengedikan bahunya tanda
tak tau. Ia hanya menengok ke segala arah siapa tau lelaki itu sudah berangkat. Namun hasilnya nihil,
lelaki itu memang belum berangkat.

“Kemarin sih bilangnya mau ngurusin adeknya dulu, soalnya orang tuanya lagi ke luar kota.”

Riri menengok kearah Kia dan tersenyum jahil. Anan yang mengetahuinya hanya bisa geleng geleng
kepala. “Ohhh jadi lo tau, kok Cuma lo doang ya yang tau gue curiga nih.”

Kia menatap Riri dengan mukanya yang merah padam. “E...ehh apaan sih, kemarin dia cerita gitu ke
gue.”

“Yaudah kali kalo gaada apa apa jangan gugup gitu.”

Aduh Kia kan makin salting. Secara ia sudah berusaha untuk tidak menunjukan muka malunya serta
kegugupannya tapi kenapa ia tak bisa.

“Udah lah yuk ke lapangan bentar lagi upacara.”

“Yang ibu panggil silahkan maju ke depan untuk menerima piala penghargaan.”

Kia bertepuk tangan keras melihat dua sahabatnya maju. Tapi senyum bahagianya luntur saat Andra di
panggil maju.

“Ki lo ngelanggar janji lo.”

Itu Yanu. lelaki sebelahnya itu menggenggam erat tangan Kia sebagai tanda pemberi semangat. “Lo harus
lupain cowo brengsek itu.”

Kia lupa cara bernapas sekarang. Ia merasa dunia berhenti tiba tiba. Kesedihannya hilang tiba tiba saat
lelaki itu menggenggam tangannya dan menatap lurus kearah matanya.

“Heh belum muhrim jangan pegang pegang.”

Anin ‘teman kelas mereka’ melepas paksa tangan Yanu dan Kia. Anin itu hanya iri sebagai jomblo, ia
mana suka pemandangan sepasang insan dengan romantisnya berpegangan tangan. Ia mana bisa seperti
itu, gebetan saja ia tak punya.

“Sirik ae lu.” Ucap Yanu tak suka. Ia kan sedang menikmati tangan lembut Kia, malah diganggu oleh
manusia jomblo, menyebalkan.
.

“Ki entar temenin gue yuk, ngajak jalan jalan Alen. Gue udah janji sama dia.”

Istirahat kali ini Kia hanya bersama dengan Yanu karena Anan dan Riri harus mengurus piagam
penghargaan. Yanu sih senang senang saja berdua bersama Kia hanya saja ia takut khilaf kalau hanya
berdua bersama Kia.

Hih:v

“Boleh, gue juga bosen nih dirumah mulu, gaada temen.”

“Yaudah entar gue jemput ya.”

Setelah itu mereka melanjutkan istirahat mereka dan menikmati makanan yang sudah mereka pesan.
Sesekali mereka juga bercanda. Oh, apa sekarang Kia lupa bahwa dulu ia membenci laki laki yang
sekarang berada di sebelahnya ini.

Ya sudah lah ya, dulu kan bukan sekarang. Semua bisa berubah. Termasuk perasaan Kia pada Yanu. iya
dulu Kia memang sangat membenci Yanu, kalau sekarang mencintai, mungkin. Kia juga masih bingung
pada perasaannya sendiri.

Sesuai rencananya tadi, Kia dan Yanu akan mengajak Alen ‘adik Yanu’ jalan jalan. Dan sekarang Kia
sedang memilih baju yang cocok untuk jalan jalan. Entah mengapa ia ingin tampil cantik saat bertemu
Alen nanti. Apa dia merasa bertemu dengan adik ipar?

Oh jangan konyol memang Kia siapa Yanu? hanya temankan. Memang pusing kalau sudah membahas
status apalagi saat hubungan tanpa status seperti Kia dan Yanu.

Setelah lama memilih, Kia memilih hoodie warna putih yang dipadukan oleh jeans warna hitamnya serta
sneakers yang senada dengan hoodienya.
Ia beralih pada meja riasnya memoles mukanya dengan makeup tipis dan tak lupa ia mengucir rambutnya
dan membiarkan poninya menutupi dahi.

Ia mengecek kembali penampilannya sebelum ia menuju ke lantai bawah dan menunggu Yanu
menjemputnya di teras rumahnya.

Setelah memastikan penampilannya, Kia berjalan ke luar rumah. Tadi Yanu sudah mengabarinya bahwa
lelaki itu sudah berada di jalan.

Tiba tiba mobil berwarna hitam berhenti tepat di depan gerbang rumahnya. Kia langsung menghampiri
mobil tersebut. Anak dengan hoodie putih dan rambut pendek yang dikucir ke atas dan poni depannya itu
membuat anak perempuan itu terlihat cantik.
Seorang anak perempuan berlari kearahnya dan merentangkan tangannya minta di gendong. Dengan
senang hati Kia membalas rentangan tangan itu dan menarik anak itu kepelukannya lalu
menggendongnya.

“Ka Kiaaaaa”

Wah betapa terkejutnya Kia saat tau Alen mengetahui namanya.

“Kok tau nama kaka sih?”

Anak itu hanya cengengesan. Kia kan jadi gemas. Sejak dulu ia menginginkan seorang adik tapi orang
tuanya selalu tak menanggapi ucapannya. Ia jadi selalu kesepian dan tak punya teman. Tapi saat melihat
Alen ia seperti melihat adiknya sendiri.

“Dia tau dari gue Ki.”

Lelaki yang berjalan di belakang Alen tadi menjawab. Kia hanya membentuk mulutnya seperti huruf o
tanpa suara.

“Ka Kia, Ka Yanu ayo jalan jalan.”

Mereka semua masuk ke mobil Yanu lalu berjalan mengelilingi kota. Di tengah jalannya, mereka
memutuskan untuk turun dari mobil dan menikmati indahnya kota dengan berjalan kaki. Yanu
menggendong Alen menggunakan tangan kirinya sedangkan tangan kanannya di gunakan untuk
menggenggam tangan Kia.

“Ka, can we buy cotton candy? I need cotton candy” ucap Alen memohon dan mengeluarkan puppy
eyesnya.

“Sure, we can buy cotton candy.”


Alen memekik riang sampai sampai Yanu kualahan untuk menggendonya. Alen memang di ajarkan untuk
mengurangi makanan yang manis agar giginya tidak rusak, jadi sekalinya di belikan ia akan kesenangan.

Mereka berjalan ke penjual cotton candy dan memesan 2 cotton candy. Tentu tidak semua untuk Alen
yang satu untuk Kia karena sepertinya perempuan itu juga mau.

Dua cotton candy sudah berada ditangan Kia. Dua cotton candy berbeda bentuk itu membuat Kia ingin
cepat memakannya.

Yanu sibuk membayar cotton candy, sedangkan Kia dan Alen sedang mencomoti(?) cotton candy yang
manis semanis senyum author ini.

Apaan dah ganggu ae_-

“Dek kecil kecil kok udah nikah sih, mana udah punya anak lagi.” Ucap si penjual.

“Eh ngga mas, itu yang kecil adek saya yang cewe baru pacar.” Yanu lumayan kaget dengan ucapan mas
masnya tapi bener juga ya mereka memang seperti keluarga bahagia.

Kia terkejut saat mendengar ucapan Yanu. Pacar katanya? Ditembak saja belum. Apakah sekarang Kia
berharap di tembak oleh Yanu? Apa semudah ini melupakan Andra.? Entahlah.

“Ka, i will play hide and seek. Lets go to park.”

Kia mengalihkan pandangannya pada Alen. Menatap anak itu sejenak lalu mengangguk. Ia memegang
cotton candy yang tadi di makan Alen. Lalu menggandeng Alen dengan tangan yang tersisa.

Yanu yang selesai membayar, melihat Kia dan Alen yang berjalan kearah taman. Ia buru buru menyusul
keduanya.
Selesai bermain bersama Alen, mereka kembali ke rumah Kia. Mereka beristirahat sebentar di ruang
tamu. Hari memang sudah cukup malam mengingat memang mereka main sejak sore.

“Alen? Are you hungry?”

“Yes, ka.” Alen menganggu lalu mengelus perutnya.

“Okeee, kaka will cook something for Alen.”

Alen meloncat loncat diatas sofa kegirangan. Sedangkan Yanu yang sedang beristirahat seketika
menegakan badannya dengan tangan yang berada disisi badan Alen, berjaga jaga takut anak itu terjatuh.

“Alen, don’t jump you can fall down.”

Alen berhenti dengan muka yang menyesal. Karena sang kaka sudah berbicara dengan tegas. Alen duduk
dengan tenang di sofa.

“Yaudah kaka ke dapur dulu ya.”

Setelah lama bergelut di dapur, Kia pun berhasil membuat 2 porsi makanan untuk Alen dan Yanu.
dirinya? Ia tidak lapar.

“Alennn, let’s eat.”Alen berlari kearah meja makan dan melihat makanan yang di huat Kia, kelihatannya
lezat sekali.

“Woahh....” Alen melongo melihat makanan yang ada diatas meja makan. Buru buru ia mendudukan diri
di salah satu kursi. Dengan tak sabar ia menyuapkan makanan ke mulutnya.

“Enak?”

Alen hanya mengangguk, ia terlalu sibuk dengan makanannya. Yanu menyusul Alen duduk di hadapan
adiknya itu lalu menyuapkan nasi ke mulutnya.

Saat sedang menikmati makanan, Yanu tersadar mengapa hanya dirinya dan Alen yang makan, apa Kia
tidak makan. Ia melirik ke arah perempuan di sebelah Alen yang menatap Alen yang sedang makan.
“Lo ga makan Ki?”

Kia memalingkan mukanya ke arah Yanu. perempuan dengan poni depan ini hanya menggeleng seraya
tersenyum ke arah Yanu.

Melting akutuuu – Yanu 2k19

Yanu menyendok nasi dan beberapa lauk lalu menyodorkan pada Kia. Muka Kia terlihat bingung.

“Ntar kalo ga makan, lo bisa sakit.”

Kia membuka mulutnya dan menerima suapan Yanu dengan senang hati. Kapan lagi ia bisa dirinya bisa
di suapi oleh cogan.

Setelah makan, Yanu memilih untuk pulang mengingat sekarang sudah mulai larut besok Kia dan dirinya
masih sekolah. Alen juga sudah kelelahan karena terlalu banyak bermain.

“Gue pulang ya Ki. Makasih udah bantuin gue jagain Alen.”

“Kaka, Alen pulang ya.”

Kia mengangguk seraya mengelus rambut Alen. Anak itu sepertinya sudah mulai mengantuk. Kia yang
tak tega menyuruh Yanu untuk masuk ke dalam mobil.

Setelah mengantar Yanu pergi, Kia kembali masuk ke rumahnya. Ia melangkah ke arah meja makan lalu
membereskan peralatan makan yang tadi di gunakan oleh Alen dan Yanu.

Saat mencuci alat makan tadi, benda berbentuk persegi itu tiba tiba berdering memperlihatkan nama
‘sayang’ nama kontak Andra di hp Kia.

“Halo? Ada apa Ndra?”

“Puas pergi sama Yanu? lama lama lo ngelunjak ya? Mentang mentang gue jarang bareng sama lo ha?
Liat aja besok apa yang bakal gue lakuin ke Yanu.”

“Andra jangan apa apain Yanu dia ga sa---“

Sambungan terputus sebelum Kia menyelesaikan kalimatnya. Sungguh ini berbahaya. Pokoknya besok
Kia harus bersama Yanu terus. Ia tak mau laki laki itu kenapa kenapa.

Paginya, Kia menunggu Yanu menjemputnya. Sesuai dengan rencananya kemarin, ia harus bersama terus
dengan Yanu. ia tak mau Yanu kenapa napa.

Tak lama suara motor berhenti di depan rumah Kia dan Kia yakin itu Yanu. saat keluar dari gerbang
rumahnya ia melihat lelaki dengan seragam yang sama dengannya sedang tersenyum manis kearahnya
semanis permen yang di pegangnya.

“Ki nih buat lo.”


Kia menerima permen dari lelaki itu lalu memegangnya erat. Pokoknya tidak boleh jatuh apalagi hilang
ini kan dari Yanu. kalau boleh pun Kia ingin menyimpannya saja.

Ia menaiki motor milih Yanu seraya berpegangan di pundak Yanu agar tidak terjatuh. Setelahnya ia
menggenggam ujung kanan dan kiri jaket yang dipakai oleh Yanu.

Sesampainya di sekolah, Kia berpisah dengan Yanu tapi tenang saja Kia sudah menitipkan Yanu pada
Anan. Kia tau Anan mungkin akan takut pada Andra tapi setidaknya jika Yanu diapa apakan Andra akan
ada yang mengabarinya.

“Kenapa sih Ki? Kok lo nitip Yanu ke Anan segala sih? Ga biasanya lo gini.”

Bagaimana ia menjelaskan pada Riri. Ia tak tau harus menjelaskan seperti apa, ia takut Riri salah
menangkap ucapannya. Bisa saja Riri menganggapnya suka dengan Yanu padahalkan tidak ia hanya suka
sedikit dengan Yanu.

“Gue Cuma takut,”

Riri mengerutkan dahinya. Apa maksud sahabatnya ini apa Yanu dalam bahaya. Apa yang ia tidak
ketahui. Apa dia kelewatan sesuatu.

“Takut Yanu bakalan di apa apain sama Andra gara gara gue deket sama Yanu.”

Sekarang Riri bingung harus menanggapi apa. Ia mau teriak senang karena kapalnya ini berlayar, tapi
juga di saat yang bersamaan dia geram dengan sikap Andra. Mengapa sih Andra selalu mengganggu
hidupnya.

“Gini ya Ki, lo tenang aja pasti kalo Yanu di apa apain dia bakalan bertindak sesuatu dan ga akan diem
aja.”
Sebisa mungkin Riri menenangkan sahabatnya yang sudah terlihat sangat khawatir. Tapi Riri sungguh
yakin bahwa teman barunya itu pasti akan melakukan sesuatu jika dia diapa apakan oleh Andra.

“KI, RI ITU SI YANU MAU BERANTEM SAMA ANDRA!”

Dari depan pintu Lany, teman kelas Kia berteriak dengan histeris sedangkan Arum di belakang Lany
hanya mengangguk panik. Bagaimana tidak idola sekaligus teman kelasnya akan berantem dengan bad
boynya sekolah.

Tanpa pikir panjang Kia berlari keluar kelas dan mencari keberadaan pacar dan sahabatnya itu. Sampai
akhirnya di belakang sekolah terlihat kerumunan yang melihat sesuatu disana. Kia langsung menerobos
kerumunan.

Di lihatnya Andra yang sedang di tahan oleh dua sahabatnya sedangkan Yanu hanya melihat Andra
dengan wajah tenangnya walaupun hidungnya sudah mengeluarkan darah.

“ANDRA!” Kia berlari kearah Andra dan menenangkan pacarnya itu. Sedangkan Andra masih tersulut
amarahnya.

“Gue tebak pacar gue bakal bikin cowo itu babak belur.”

Riri menengokan kepalanya ke sumber suara. Ia memang tak ikut menembus kerumunan. Nanti saja kalau
Andra sudah berani menyentuh sahabatnya baru dia akan maju.

Saat menengok ia melihat wajah menyebalkan Cara jangan lupa orang yang paling dibencinya Thea.
Kedua perempuan itu duduk di salah satu meja yang telah usang dan asik menonton tanpa harus
berdesakan.

“Ya gapapa sih asalkan Anan ga di apa apain aja.”


Wah ini kenapa pacarnya di bawa bawa sih. Sepertinya mereka berdua masih belum sadar akan kehadiran
Riri. Dengan wajah tenang Riri menatap keduanya dengan menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

Sampai akhirnya Cara tersadar akan kehadiran Riri. Perempuan itu beranjak dari duduknya dan mendekati
Riri. Sedangkan Thea hanya mengikuti dari belakang.

“Oh si jalang dari tadi nguping ya.”

Apa jalang dia bilang bukankah Cara yang jalang? Merebut laki laki orang sembarangan. Tapi Riri masih
sabar kok. Iya tak menjawab ucapan perempuan sinting di depannya itu.

“Oh lo diem aja? Berarti lo emang jalang dong.”

“Loh kan lo jalangnya, kalo gue ngeladenin lo berarti gue sama sama lo.”

Riri memang kadang bisa membuat orang yang tadinya ingin memancing emosinya malah orang itulah
yang terpancing emosinya. Nyatanya sekarang Cara sedang mengepalkan tangannya menahan emosi.

Belum sempat beradu, tiba tiba penonton mulai ricuh. Terdengar juga suara tamparan keras yang
bersumber dari sana. Riri meninggalkan Cara yang sepertinya masih emosi dan menerobos kerumunan.

Saat dirinya berada di kerumunan dari depan dilihatnya Kia yang tersungkur ke tanah dan Yanu serta
Anan tidak berbuat apa apa. Karena Riri tak tega ia melangkah maju ke arah Kia.

“Lo maju, gue bakal lakuin lebih dari ini.”

Riri memberhentikan langkahnya. Semua orang memundurkan beberapa langkah saking takutnya. Oh
tuhan bagaimana ini, ia benar tak tega. Kia sudah menangis sesenggukan. Semua orang sudah menatap
Kia iba. Tiba tiba Anin datang bersama dengan Lany dan Arum.

“Sebentar lagi guru BK dateng sabar ya Ri.”

Benar saja, tak lama guru BK paling galak datang membuat kerumunan itu bubar. Riri membantu Kia
berdiri. Memapahnya ke UKS. Sedangkan Andra dan kedua sahabatnya serta Yanu dan Anan di bawa
pergi ke ruang BK.

Sesampainya di UKS, Riri buru buru mengobati luka di lutut Kia. Karena tadi Kia tersungkur karena
tamparan keras dari Andra dan lututnya di jadikan tumpuan.
Mana tega Riri membiarkan luka itu karena memang lukanya cukup lebar. Selain itu lukanya tak hanya
bentuk goresan tapi juga sedikit mengeluarkan darah.

Jangan lupa bekas tamparan yang di terima Kia. Beda dari biasanya bekas tamparan itu ada di leher Kia.
Bekas tamparan itu terlihat sangat jelas dengan warna ungu gelap.

Kia meringis menahan sakit saat Riri mengusap lukanya dengan kapas yang sudah di beri obat merah.
Matanya mulai berair bukan karena rasa sakit yang bersumber dari lukanya tapi ia sedang memikirkan
Yanu.

Hidung laki laki itu berdarah dan bukannya segera di obati ia malah di suruh untuk ke ruang BK. Ini
semua karena dirinya. Yanu terluka karena Kia. Sekarang rasa bersalah menyelimutinya.

“Eh Ki sakit banget ya? Maaf lo ga bilang sih.”

Kia menggeleng lemah lalu menyandarkan kepalanya di pundak Riri yang posisinya ada di depannya. Riri
mengelus kepala Kia untuk menenangkan Kia. Ia tau kok apa yang di rasakan Kia karena sekarang ia juga
khawatir dengan Anan.

“Udah Ki, Yanu ga kenapa napa dia ga salah.”

“Eh gimana kemarin jalan sama Kia sama Alen.”

“Ya gitu seneng gue.”

Yanu mendudukan diri di dekat lapangan basket melihat orang orang yang memenuhi lapangan tersebut.
Anan mengikut Yanu duduk.

Mereka hanya mengobrol ringan. Memang sejak awal pertemanan mereka, mereka suka sekali mengobrol
berdua, biasa urusan laki laki.

Tiba tiba tiga orang laki laki datang dan menarik Yanu paksa. Semua orang disitu memberhentikan
aktivitas mereka saking kagetnya. Anan yang tadinya mematung mulai tersadar dan mengikuti Yanu
sedangkan orang orang disitu juga mulai mengikuti arah jalan Yanu.
“Lo ada hubungan apa sama Kia?”

Lelaki itu menanai Yanu dengan nada dinginnya. Tatapan tajamnya dapat menusuk siapa saja yang
menatapnya.

“Lo ada hubungan apa sama Cara?”

Bukannya takut Yanu malah menantang Andra ‘lelaki yang menariknya paksa ke belakang sekolah’.
Karena marah Andra memukul Yanu tepat di bagian hidungnya.

Anan datang bersama teman temannya yang lain. Betapa terkejutnya Anan saat hidung temannya sudah
mengeluarkan darah. Sedangkan teman teman lainnya hanya mengerubung diantara mereka.

Anan langsung menghampiri temannya itu. Mengajaknya pergi tapi bukannya menurut, Yanu malah diam
saja di tempat seraya melihat Andra yang sedang di tenangkan oleh kedua temannya.

Tak lama ada perempuan yang muncul diantara kerumunan dan berlari kearah Andra. Yanu yang melihat
itu langsung merasa sedih.

“Ndra, kamu apain Yanu?”

“Kamu bela dia hah?”

Andra memukul Kia tepat di lehernya. Perempuan itu tersungkur ke tanah. Yanu yang tadinya diam mulai
melangkah maju namun langkahnya berhenti setelah Andra berucap.

“Lo berani bantu dia? Gue bakal ngelakuin lebih dari ini ke dia. Dan lo lo semua berani bantu dia? Habis
lo semua di tangan gue.”

Tidak ada yang berani maju sampai akhirnya ada perempuan yang menerobos kerumunan. Dirinya
menatap Yanu tajam seakan bertanya ‘mengapa kau tak membantunya?’ setelah itu, perempuan tersebut
maju kearah Kia.

“Lo maju, gue bakal lakuin lebih dari ini.”

Riri memberhentikan langkahnya. Semua orang makin takut dan memundurkan diri. Tiba tiba tiga anak
perempuan membisikan sesuatu ke Riri.

Setelahnya Bu Tati, guru BK yang terkenal paling galak membawa Andra dan dua temannya serta Yanu
dan Anan ke ruang BK.

“Sebenarnya masalah kalian itu apa? Andra, kenapa kamu mukul Yanu?”

Tak ada yang mau berucap, semua orang menundukan kepalanya. Sedangkan Yanu membersihkan darah
yang terus mengalir dari hidungnya.

“Masalah pribadi bu, ibu ga perlu tau.”

Wah seberani itu memang Andra. Dirinya sudah biasa masuk ruang BK dari masalah kecil sampai
masalah besar. Mungkin buku BK sudah di penuhi namanya.

“Kamu itu ya, Andra.”


Bu Tati mempersilahkan Anan dan Yanu pergi. Bu Tati berpikir Andra dan dua temannya itu memang
harus diatasi secara khusus.

Setelah di persilahkan pergi, Anan dan Yanu menyusul Riri dan Kia yang berada di UKS. Yanu berlari
kearah UKS, Ia sudah sangat khawatir dengan Kia.

Sesampainya disana, di lihatlah perempuan yang berbaring di kasur dengan plester yang menempel di
kakinya serta luka lebam di lehernya.

Dengan langkah cepat, Yanu menghampiri Kia lalu membelai surai kecoklatan perempuan itu,
menatapnya sedih. Rasa bersalah menyelimuti hati Yanu. mengapa tadi ia tak membantu Kia.

“Mau gue obatin tu hidung lu?”

Yanu menggeleng. Ia tak apa. Dia hanya memikirkan Kia sekarang. Pokoknya ia tak apa, jangan pikirkan
dirinya. Pikirkan saja perempuan yang sedang berbaring di depannya.

“Kita tinggal dulu ya Yan.”

Setelah itu Riri dan Anan meninggalkan Yanu berdua dengan Kia. Memang saatnya mereka memiliki
waktu untuk berdua. Semua perlu privasi kan?

“Ki, gue minta maaf. Gue ngelanggar janji gue, harusnya gue jadi alasan lo bahagia tapi kenapa sekarang
gue jadi alasan lo menderita?”

“Gue sayang sama lo Ki.”

Bodoh memang. Harusnya Yanu mengatakan itu saat Kia sadah tidak saat Kia tertidur. Yanu hanya
menunggu waktu yang tepatk kok.

Setelahnya, Yanu pergi meninggalkan Kia. Tak tega menatap Kia yang terluka seperti itu. Hatinya merasa
sakit melihatnya.

“Ki, gue minta maaf. Gue ngelanggar janji gue, harusnya gue jadi alasan lo bahagia tapi kenapa sekarang
gue jadi alasan lo menderita?”

Kia sebisa mungkin menahan air matanya. Ia tak tertidur, ia masih bisa mendengar suara Yanu. dengan
ucapan Yanu itu membuat Kia sadar, Yanu memang terlalu baik untuknya.

“Gue sayang sama lo Ki.”

Kia mendengar langkah Yanu yang menjauh dari ranjang UKS. Membuka pintu menandakan lelaki itu
memang akan pergi.

“Gue juga sayang sama lo, Yan.”

.
Karena kemarin ia memukul Yanu dan melukai Kia, Andra di skors selama seminggu. Bukannya takut ia
malah merasa senang karena tidak sekolah.

Bukannya lebih enak main ps di rumah daripada bergelut pada soal soal dan mendengarkan gurunya yang
berbicara tak henti seperti kaset rusak.

Tentang masalah kemarin, ia sudah tidak peduli. Sekarang yang ia pikirkan hanyalah bagaimana cara
memisahkan Yanu dan Kia.

Terlintas satu cara di otaknya. Dengan seringaian yang keluar dari mulutnya, ia mengambil handphone
yang sedari tadi tergeletak di sebelahnya.

“Hello dad, can you move assign (Kia’s father) back to Indonesia”

Sepulang sekolah, Yanu mengajak Kia berjalan jalan. Hanya sekedar mencari udara segar dan meriset
ulang pikiran masing masing. Kejadian kemarin membuat luka terdalam untuk keduanya.

Dan oleh karena itu, Yanu ingin mereka berdua melupakan kejadian itu. Di samping itu, ia ingin menebus
rasa bersalahnya sejak semalam.

Luka di badan Kia juga sudah membaik. Perempuan itu bilang kalau lukanya sudah tidak terasa dan mulai
mengering sdangkan luka lebamnya sudah memudar.

Anda mungkin juga menyukai