Anda di halaman 1dari 8

7

BAB II
ISI

A. PENGERTIAN

Kanker serviks merupakan kanker ganas yang terbentuk dalam jaringan


serviks (organ yang menghubungkan uterus dengan vagina).Ada beberapa tipe kanker
serviks. Tipe yang paling umum dikenal adalah squamous cell carcinoma (SCC), yang
merupakan 80 hingga 85 persen dari seluruh jenis kanker serviks. Infeksi Human
Papilloma Virus (HPV) merupakan salah satu faktor utama tumbuhnya kanker jenis
ini. Tipe-tipe lain kanker serviks seperti adenocarcinoma, small cell carcinoma,
adenosquamous, adenosarcoma, melanoma dan lymphoma, merupakan tipe kanker
serviks yang langka yang tidak terkait dengan HPV.Beberapa tipe kanker yang telah
disebutkan, tidak dapat ditanggulangi seperti SCC.

B. GEJALA
Kanker serviks tahap dini tidak menunjukkan gejala. Gejala-gejala kanker
serviks sebagai berikut:
 Pendarahan vagina
 Sakit punggung
 Sakit saat buang air kecil dan air seni keruh
 Konstipasi kronis dan perasaan kembung walaupun perut dalam keadaan
kosong.
 Rasa nyeri saat berhubungan seks dan keputihan
 Salah satu kaki membengkak
 Kebocoran urin atau feses dari vagina

C. PENYEBAB
Terinfeksi Human Papilloma Virus (HPV) merupakan sebab paling umum atau
faktor utama terjadinya kanker serviks.Virus-virus ini ditularkan melalui hubungan
seksual, baik oral maupun anal.Setiap wanita yang aktif secara seksual memiliki
resiko terkena kanker serviks.

Akan tetapi wanita dengan partner seks lebih dari satu memiliki resiko yang
lebih besar.Wanita yang melakukan hubungan seks tanpa pelindung sebelum umur 16
tahun memiliki tingkat resiko tertinggi.Beberapa vaksinasi telah dikembangkan dan
8

secara efektif membunuh HPV yang menjadi penyebab dari 70 hingga 85 persen
kanker serviks.
Vaksin HPV ditujukan untuk anak perempuan dan wanita dewasa dari usia 9
hingga 26 tahun karena vaksin hanya dapat bekerja sebelum infeksi terjadi. Akan
tetapi, vaksinasi masih dapat dilakukan pada wanita yang belum aktif secara seksual
pada usia dewasa. Mahalnya harga vaksin ini menjadi penyebab kekhawatiran. Akan
tetapi, karena vaksin ini hanya ditujukan untuk beberapa tipe kanker beresiko tinggi,
wanita tetap harus melakukan Pap Smear, bahkan setelah vaksinasi.

D. FAKTOR RESIKO
a. Faktor Alamiah
Faktor alamiah adalah faktor-faktor yang secara alami terjadi pada seseorang
dan memang kita tidak berdaya untuk mencegahnya. Yang termasuk dalam faktor
alamiah pencetus kanker serviks adalah usia diatas 40 tahun. Semakin tua seorang
wanita maka makin tinggi risikonya terkena kanker serviks.Tetapi hal ini tidak hanya
sekedar orang yang sudah berumur saja, yang berusia muda pun bisa terkena kanker
serviks. Tentu kita tidak bisa mencegah terjadinya proses penuaan. Akan tetapi kita
bisa melakukan upaya-upaya lainnya untuk mencegah meningkatnya risiko kanker
serviks.Tidak seperti kanker pada umumnya, faktor genetik tidak terlalu berperan
dalam terjadinya kanker serviks.Ini tidak berarti Anda yang memiliki keluarga bebas
kanker serviks dapat merasa aman dari ancaman kanker serviks.Anda dianjurkan tetap
melindungi diri Anda terhadap kanker serviks.

b. Faktor Kebersihan
Keputihan yang dibiarkan terus menerus tanpa diobati. Ada 2 macam
keputihan, yaitu yang normal dan yang tidak normal. Keputihan normal bila lendir
berwarna bening, tidak berbau, dan tidak gatal. Bila salah satu saja dari ketiga syarat
tersebut tidak terpenuhi berarti keputihan tersebut dikatakan tidak normal. Segeralah
berkonsultasi dengan dokter Anda bila Anda mengalami keputihan yang tidak normal.
Penyakit Menular Seksual (PMS). PMS merupakan penyakit-penyakit yang ditularkan
melalui hubungan seksual. PMS yang cukup sering dijumpai antara lainsifilis, gonore,
herpes simpleks, HIV-AIDS, kutil kelamin, dan virus HPV. Pemakaian pembalut yang
mengandung bahan dioksin. Dioksin merupakan bahan pemutih yang digunakan
untuk memutihkan pembalut hasil daur ulang dari barang bekas, misalnya krayon,
kardus, dan lain-lain. Membasuh kemaluan dengan air yang tidak bersih, misalnya di
9

toilet-toilet umum yang tidak terawat. Air yang tidak bersih banyak dihuni oleh
kuman-kuman.

c. Faktor Pilihan
Faktor ketiga adalah faktor pilihan, mencakup hal-hal yang bisa Anda tentukan
sendiri, diantaranya berhubungan seksual pertama kali di usia terlalu muda. Berganti-
ganti partner seks. Lebih dari satu partner seks akan meningkatkan risiko penularan
penyakit kelamin, termasuk virus HPV. Memiliki banyak anak (lebih dari 5 orang).
Saat dilahirkan, janin akan melewati serviks dan menimbulkan trauma pada serviks.
Bila Anda memutuskan untuk memiliki banyak anak, makin sering pula terjadi trauma
pada serviks. Pap Smear merupakan pemeriksaan sederhana yang dapat mengenali
kelainan pada serviks. Dengan rutin melakukan papsmear, kelainan pada serviks akan
semakin cepat diketahui sehingga memberikan hasil pengobatan semakin baik. Dokter
yang tepat dalam melakukan pap smear adalah Dokter kandungan, tetapi beberapa
Laboratorium Klinikpun dapat melakukannya.

E. DIAGNOSIS
Pap Smear merupakan cara efektif sebagai tes skrining kanker serviks,
kepastian diagnosa kanker serviks atau diagnosa pra-kanker memerlukan biopsi dari
serviks. Biopsi umumnya dilakukan melalui colposcopy, inspeksi serviks melalui
pencitraan yang diperbesar dengan melarutkan cairan asam untuk memperjelas sel-sel
abnormal pada permukaan serviks. Proses ini memerlukan waktu 15 menit dan tanpa
menimbulkan rasa sakit.

F. PENGOBATAN
Pada tahap stadium 1, pasien dapat diberi pengobatan melalui prosedur bedah
konservatif untuk wanita yang ingin mempertahankan kesuburan mereka, sementara
yang lain dianjurkan untuk mengangkat seluruh organ uterus dan serviks
(trachelectomy). Setelah prosedur pembedahan, umumnya direkomendasikan untuk
menunggu sekurang-kurangnya satu tahun sebelum melakukan program kehamilan.
Karena terdapat kemungkinan penyebaran kanker pada kelenjar getah bening
disaat tahap akhir stadium 1, spesialis bedah mungkin akan mengangkat beberapa
kelenjar getah bening dari sekitar uterus untuk bahan evaluasi patologi. Tumbuh
kembalinya kanker pada sisa serviks sangatlah langka bila kanker telah sepenuhnya
diangkat melalui trachelectomy.Akan tetapi, pasien dianjurkan untuk tetap melakukan
10

pencegahan secara aktif dan melakukan pemeriksaan lanjutan, termasuk melakukan


skrining Pap smear.
Tumor pada tahap awal dapat diobati melalui prosedur histerektomi radikal
(pengangkatan seluruh uterus) dengan pengangkatan kelenjar getah bening.Terapi
radiasi dengan atau tanpa kemoterapi dapat diberikan setelah prosedur pembedahan
guna mengurangi resiko kembalinya kanker. Tumor usia dini berukuran besar dapat
diobati dengan terapi radiasi dan kemoterapi dahulu. Histerektomi dapat dilakukan
kemudian untuk mengendalikan kanker secara lokal dengan lebih baik.

A. PENGERTIAN

IVA (inspeksi visual dengan asam asetat) merupakan cara sederhana untuk
mendeteksi kanker leher rahim sedini mungkin (Sukaca E. Bertiani, 2009). IVA
merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan cara melihat langsung (dengan
mata telanjang) leher rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan asam asetat
3-5% (Wijaya Delia, 2010). Laporan hasil konsultasi WHO menyebutkan bahwa IVA
dapat mendeteksi lesi tingkat pra kanker (high-Grade Precanceraus Lesions) dengan
sensitivitas sekitar 66-96% dan spesifitas 64-98%. Sedangkan nilai prediksi positif
(positive predective value) dan nilai prediksi negatif (negative predective value)
masing-masing antara 10-20% dan 92-97% (Wijaya Delia, 2010).
Pemeriksaan IVA merupakan pemeriksaan skrining alternatife dari pap smear
karena biasanya murah, praktis, sangat mudah untuk dilaksanakan dan peralatan
sederhana serta dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan selain dokter ginekologi.
Pada pemeriksaan ini, pemeriksaan dilakukan dengan cara melihat serviks
yang telah diberi asam asetat 3-5% secara inspekulo. Setelah serviks diulas dengan
asam asetat, akan terjadi perubahan warna pada serviks yang dapat diamati secara
langsung dan dapat dibaca sebagai normal atau abnormal. Dibutuhkan waktu satu
sampai dua menit untuk dapat melihat perubahan-perubahan pada jaringan epitel.
Serviks yang diberi larutan asam asetat 5% akan merespon lebih cepat
daripada larutan 3%. Efek akan menghilang sekitar 50-60 detik sehingga dengan
pemberian asam asetat akan didapat hasil gambaran serviks yang normal (merah
homogen) dan bercak putih (displasia) (Novel S Sinta,dkk,2010).

B. TUJUAN IVA
11

Untuk mengurangi morbiditas atau mortalitas dari penyakit dengan


pengobatan dini terhadap kasus-kasus yang ditemukan. Untuk mengetahui kelainan
yang terjadi pada leher rahim.

C. KEUNTUNGAN
 Menurut (Nugroho. 2010:65) keuntungan IVA dibandingkan tes-tes diagnose
lainnya adalah :
1. Mudah, praktis, mampu laksana
2. Dapat dilaksanakan oleh seluruh tenaga kesehatan
3. Alat-alat yang dibutuhkan sederhana
4. Sesuai untuk pusat pelayanan sederhana

 Menurut (Emilia. 2010 :53) keuntungan IVA


1. Kinerja tes sama dengan tes lain
2. Memberikan hasil segera sehingga dapat diambil keputusan mengenai
penatalaksanaannya

D. JADWAL
 Program Skrining Oleh WHO :
1. Skrining pada setiap wanita minimal 1X pada usia 35-40 tahun
2. Kalau fasilitas memungkinkan lakukan tiap 10 tahun pada usia 35-55
tahun
3. Kalau fasilitas tersedia lebih lakukan tiap 5 tahun pada usia 35-55
tahun (Nugroho Taufan, dr. 2010:66)
4. Ideal dan optimal pemeriksaan dilakukan setiap 3 tahun pada wanita
usia 25-60 tahun.
5. Skrining yang dilakukan sekali dalam 10 tahun atau sekali seumur
hidup memiliki dampak yang cukup signifikan.
6. Di Indonesia, anjuran untuk melakukan IVA bila : hasil positif (+)
adalah 1 tahun dan, bila hasil negatif (-) adalah 5 tahun

E. SYARAT MENGIKUTI IVA TEST


o Sudah pernah melakukan hubungan seksual
12

o Tidak sedang datang bulan/haid


o Tidak sedang hamil
o 24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual.

F. PELAKSANAAN SKRINING IVA


Untuk melaksanakan skrining dengan metode IVA, dibutuhkan tempat dan alat
sebagai
berikut:
1. Ruangan tertutup, karena pasien diperiksa dengan posisi litotomi.
2. Meja/tempat tidur periksa yang memungkinkan pasien berada pada posisi
litotomi.
3. Terdapat sumber cahaya untuk melihat serviks
4. Spekulum vagina
5. Asam asetat (3-5%)
6. Swab-lidi berkapas
7. Sarung tangan

G. CARA KERJA IVA


1. Sebelum dilakukan pemeriksaan, pasien akan mendapat penjelasan mengenai
prosedur yang akan dijalankan. Privasi dan kenyamanan sangat penting dalam
pemeriksaan ini.
2. Pasien dibaringkan dengan posisi litotomi (berbaring dengan dengkul ditekuk dan
kaki melebar).
3. Vagina akan dilihat secara visual apakah ada kelainan dengan bantuan
pencahayaan yang cukup.
4. Spekulum (alat pelebar) akan dibasuh dengan air hangat dan dimasukkan ke
vagina pasien secara tertutup, lalu dibuka untuk melihat leher rahim.
5. Bila terdapat banyak cairan di leher rahim, dipakai kapas steril basah untuk
menyerapnya.
6. Dengan menggunakan pipet atau kapas, larutan asam asetat 3-5% diteteskan ke
leher rahim. Dalam waktu kurang lebih satu menit, reaksinya pada leher rahim
sudah dapat dilihat.
13

7. Bila warna leher rahim berubah menjadi keputih-putihan, kemungkinan positif


terdapat kanker. Asam asetat berfungsi menimbulkan dehidrasi sel yang
membuat penggumpalan protein, sehingga sel kanker yang berkepadatan protein
tinggi berubah warna menjadi putih.
8. Bila tidak didapatkan gambaran epitel putih padadaerah transformasi bearti
hasilnya negative.

H. KATEGORI IVA
Menurut (Sukaca E. Bertiani, 2009) Ada beberapa kategori yang dapat
dipergunakan, salah satu kategori yang dapat dipergunakan adalah:
1. IVA negatif = menunjukkan leher rahim normal.
2. IVA radang = Serviks dengan radang (servisitis), atau kelainan jinak lainnya
(polip serviks).
3. IVA positif = ditemukan bercak putih (aceto white epithelium). Kelompok ini
yang menjadi sasaran temuan skrining kanker serviks dengan metode IVA karena
temuan ini mengarah pada diagnosis Serviks-pra kanker (dispalsia ringan-sedang-
berat atau kanker serviks in situ).
4. IVA-Kanker serviks = Pada tahap ini pun, untuk upaya penurunan temuan
stadium kanker serviks, masih akan bermanfaat bagi penurunan kematian akibat
kanker serviks bila ditemukan masih pada stadium invasif dini (stadium IB-IIA).

I. PENATALAKSANAAN IVA
 Pemeriksaan IVA dilakukan dengan spekulum melihat langsung leher rahim
yang telah dipulas dengan larutan asam asetat 3-5%, jika ada perubahan warna
atau tidak muncul plak putih, maka hasil pemeriksaan dinyatakan negative.
Sebaliknya jika leher rahim berubah warna menjadi merah dan timbul plak
putih, maka dinyatakan positif lesi atau kelainan pra kanker.
 Namun jika masih tahap lesi, pengobatan cukup mudah, bisa langsung diobati
dengan metode Krioterapi atau gas dingin yang menyemprotkan gas CO2 atau
N2 ke leher rahim. Sensivitasnya lebih dari 90% dan spesifitasinya sekitar 40%
dengan metode diagnosis yang hanya membutuhkan waktu sekitar dua menit
tersebut, lesi prakanker bisa dideteksi sejak dini. Dengan demikian, bisa segera
ditangani dan tidak berkembang menjadi kanker stadium lanjut.
14

 Metode krioterapi adalah membekukan serviks yang terdapat lesi prakanker


pada suhu yang amat dingin (dengan gas CO2) sehingga sel-sel pada area
tersebut mati dan luruh, dan selanjutnya akan tumbuh sel-sel baru yang sehat
(Samadi Priyanto. H, 2010)
 Kalau hasil dari test IVA dideteksi adanya lesi prakanker, yang terlihat dari
adanya perubahan dinding leher rahim dari merah muda menjadi putih, artinya
perubahan sel akibat infeksi tersebut baru terjadi di sekitar epitel. Itu bisa
dimatikan atau dihilangkan dengan dibakar atau dibekukan. Dengan demikian,
penyakit kanker yang disebabkan human papillomavirus (HPV) itu tidak jadi
berkembang dan merusak organ tubuh yang lain.

J. TEMPAT PELAYANAN
IVA bisa dilakukan di tempat-tempat pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pemeriksaan dan yang bisa melakukan pemeriksaan IVA
diantaranya oleh :
1. Perawat terlatih
2. Bidan
3. Dokter Umum
4. Dokter Spesialis Obgyn

Anda mungkin juga menyukai