Anda di halaman 1dari 53

MAKALAH PENGAUDITAN I

SAMPLING AUDIT DALAM PENGUJIAN PENGENDALIAN

OLEH
KELOMPOK 5

1. IRFAN RIPALDI NUGRAHA (A031171032)


2. JANSSEN REKSA RANTELANGI (A031171320)
3. HAMZAH ARMADAN (A031171335)

DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur, alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.
Shalawat dan salam atas baginda Rasulullah Muhammad SAW, sang pejuang
revolusioner yang tidak mengenal lelah dalam memperjuangkan kebenaran dan
keadilan sampai akhir hayatnya, semoga kasih sayang Allah SWT senantiasa
tercurah kepada beliau, keluarga beliau, para sahabat dan orang-orang yang
mengaku sebagai pengikut beliau.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran
yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik
lagi.

Makassar, 18 November 2019

Kelompok 5
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ketika memilih sampel dari populasi auditor berusaha memperoleh sampel
yang representatif, yaitu sampel yang karakteristinya hampir sama dengan yang
dimiliki oleh populasi. Ini berarti item- item yang dipilih yang dijadikan smpel
populasi serupa dengan item- item yang dijadikan sampel.
Ketika memilih sampel dari popuasi, auditor berusaha untuk memperoleh
sampel yang representatif. Sampel representatif (representative sample) adalah
sampel yang karakteristiknya hampir sama dengan yang dimiliki
oleh populasi.ini berarti item item yang dijadikan sampel populasi serupa dengan
item item yang tidak dijadikan sampel. Sedangkan
Dalam praktek, auditor tidak pernah mengetahuai apakah suatu sampel
bersifat representative atau tidak. Salah satu cara adalah dengan melakukan audit
lebih lanjut atas populasi secara keseluruhan. Akan tetpi auditor dapat
meningkatkan sampel dianggap representatif dengan menggunakan secara cermat
ketika merancang proses sampling, pemilihan sampel dan evaluasi sampel. Hasil
sampel dapat nonrepresentatif akibat kesalahan nonsampling atau
kesalahan sampling. Risiko dari kedua jenis kesalahan yang terjadi
tersebut disebut sebagai risiko nonsampling dan risiko sampling. Keduanya dapat
dikendalikan.
Auditor yang akan melakukan pengujian harus menentukan ukuran sampel
dan item sampel yang akan dipilih dari populasi untuk setiap sampel prosedur audit.
Banyaknya persentase dari jumlah populasi yang akan dipilh auditor bagi pengujian
untuk membuat kesimpulan mengenai populasi tersebut disebut sebagai sampling
audit.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja konsep-konsep dasar sampling audit?
2. Bagaimana sampling nonstatistik untuk pengujian pengendalian?
3. Bagaimana merancang atribut sampel statistik untuk pengujian pengendalian?
4. Bagaimana membuat atribut sampel secara statistic dan mengevaluasi hasil-
hasilnya?
5. Apa saja pertimbangan-pertimbangan lainnya dalam pengujian pengendalian?

C. TUJUAN
1. Menjelaskan dan memaparkan konsep-konsep dasar sampling audit.
2. Menjelaskan dan memaparkan sampling nonstatistik untuk pengujian
pengendalian.
3. Menjelaskan dan memaparkan rancangan atribut sampel statistik untuk
pengujian pengendalian.
4. Menjelaskan dan memaparkan cara membuat atribut sampel secara statistic
dan mengevaluasi hasil-hasilnya.
5. Menjelaskan dan memaparkan pertimbangan-pertimbangan lainnya dalam
pengujian pengendalian.
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR SAMPLING AUDIT


1. Sifat dan Tujuan Sampling Audit
AU 350.01 mendefinisikan sampling audit (audit sampling) sebagai
penerapan prosedur audit terhadap unsur-unsur suatu saldo akun atau kelompok
transaksi yang kurang dari 100% dengan tujuan untuk menilai beberapa
karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut.
Sampling audit diterapkan baik untuk pengujian pengendalian dan pengujian
substantif. Namun demikian, hal tersebut bukan berarti dapat diterapkan untuk
seluruh prosedur audit yang dapat digunakan dalam pengujian-pengujian
tersebut. Contoh, sampling audit secara luas di gunakan dalam pemeriksaan
(vouching), konfirmasi (confirming), dan penelusuran (tracing), tetapi hal
tersebut tidak biasa digunakan dalam pengajuan pertanyaan, observasi, dan
prosedur analitis.

2. Ketidakpastian dan Sampling Audit


Standar pekerjaan lapangan kedua dan ketiga berisi elemen ketidakpastian.
Contoh, perhitungan auditor atas resiko pengendalian yang mempengaruhi sifat
(nature), waktu (timing), luas (extent) dan pemilihan staf (staffing) atas prosedur-
prosedur audit lainnya yang dilakukan. Dalam memenuhi standar bahan bukti,
auditor dipersyaratkan mempunyai dasar yang beralasan untuk menyatakan
pendapatnya.
Auditor dibenarkan menerima beberapa ketidakpastian jika biaya dan waktu
yang diperlukan untuk melakukan pengujian data 100%, dalam
pertimbangannya, lebih besar daripada konsekuensi kemungkinan kesalahan
pemberian pendapat auditor dari audit terhadap data sampel semata. Oleh karena
hal tersebut biasa terjadi dalam kasus ini, sampling secara luas digunakan dalam
audit.
Ketidakpastian yang melekat dalam audit sering disebut sebagai risiko audit.
Sampling audit menerapkan dua komponen risiko audit, yaitu : (a) Risiko
pengendalian yaitu risiko bahwa pengendalian intern tidak dapat mendeteksi atau
menghindari salah saji material dalam asersi laporan keuangan.; (b) Pengujian
rincian risiko, merupakan risiko bahwa salah saji material tidak akan
diungkapkan dengan pengujian rincian oleh auditor.
Sampling audit dalam pengujian pengendalian memberikan informasi yang
secara langsung berhubungan dengan penilaian auditor atas risiko pengendalian,
dan sampling audit dalam pengujian substantif membantu auditor
mengkuantifikasi dan mengendalikan pengujian rincian atas risiko.

3. Risiko Sampling dan Risiko Nonsampling


Pada saat sampling digunakan dalam memenuhi standar pekerjaan lapangan
kedua dan ketiga, harus diperhatikan bahwa ketidakpastian dapat disebabkan
oleh faktor-faktor (1) yang berhubungan secara langsung dengan pengunaan
sampling (risiko sampling) dan (2) tidak berhubungan dengan sampling (risiko
nonsampling)
a. Risiko Sampling
Risiko sampling (sampling risk) berkaitan dengan kemungkinan bahwa
sampel yang diambil tidak menggambarkan secara benar populasi tersebut.
Dengan demikian, kesimpulan auditor tetang pengendalian intern atau
rincian atas transaksi dan saldo yang didasarkan pada sampel tersebut
mungkin berbeda dengan kesimpulan yang akan dihasilkan dari pengujian
populasi.
Menurut Rahayu (2014), risiko sampling adalah risiko bahwa auditor
mencapai kesimpulan yang salah karena sampel populasi tidak representatif.
Risiko sampling adalah bagian sampling yang melekat akibat menguji lebih
sedikit dari populasi secara keseluruhan. Sebagai contoh, asumsikan auditor
memutuskan bahwa pengendalian dianggap tidak efektif jika terdapat tingkat
pengecualian populasi 6 persen. Asumsikan auditor menerima bahwa
pengendalian dianggap efektif berdasarkan pengujian pengendalian dengan
sampel sebanyak 100 item yang memiliki dua pengecualian. Jika populasi
sebenarnya memiliki tingkat pengecualian sebesar 8 persen, auditor
menerima populasi yang salah karena sampel tidak cukup mewakili
populasi. Berkaitan dengan kemungkinan bahwa sampel yang diambil tidak
menggambarkan secara benar populasi tersebut.
Dalam melakukan pengujian pengendalian jenis risiko sampling berikut
dapat terjadi :

a) Risiko atas penilaian tingkat risiko pengendalian yang terlalu


rendah (the risk of assessing control risk too low) adalah risiko
bahwa penilaian tingkat risiko pengendalian berdasarkan sampel
mendukung penilaian tingkat risiko pengendalian yang direncanakan
pada saat efektivitas operasi aktual dari prosedur atau kebijakan
struktur pengendalian, jika diketahui, dianggap tidak cukup
mendukung tingkat penilaian yang di rencanakan.
b) Risiko atas penilaian tingkat risiko pengendalian yang terlalu
tinggi (the risk od assessing control risk too high) adalah risiko
bahwa penilaian tingkat risiko pengendalian berdasarkan sampel
tidak mendukung penilaian tingkat risiko pengendalian yang
direncanakan pada saat efektivitas operasi aktual dari prosedur atau
kebijakan struktur pengendalian, jika diketahui, dianggap cukup
untuk mendukung tingkat penilaian yang direncanakan.

Sedangkan dalam melakukan pengujian substantif risiko sampling berikut


dapat terjadi:
a) Risiko kesalahan penerimaan (risk of incorrrect acceptance)
adalah risiko bahwa sampel mendukung kesimpulan bahwa saldo
akun yang dicatat tidak salah saji secara material, padahal saldo akun
tersebut salah saji secara material.
b) Risiko kesalahan penolakan (risk of incorrrect rejection) adalah
risiko bahwa sampel mendukung kesimpulan bahwa saldo akun yang
dicatat salah saji secara material, padahal saldo akun tersebut tidak
salah saji secara material.

Risiko-risiko tersebut mempunyai dampak yang signifikan terhadap


efektivitas dan efesiensi audit.Risiko penilaian tingkat risiko pengendalian
yang terlalu rendah dan risiko kesalahan penerimaan, masing-masing
dijelaskan sebagai risiko beta (beta risk) dalam istilah umum statistik,
berkaitan dengan efektivitas audit.Pada saat auditor menarik kesimpulan
yang salah ini, prosedur-prosedur auditor tidak cukup untuk mendeteksi
salah saji secara material, dan dia tidak mempunyai dasar alasan untuk
pendapatnya.Sebaliknya, risiko penilaian tingkat risiko pengendalian yang
terlalu tinggi dan risiko kesalahan penolakan, masing-masing dapat
dijelaskan sebagai risiko alfa (alpha risk) adalah istilah umum statistik
berrkaitan ddengan efisiensi audit. Ketika kesimpulan yang salah ini terjadi,
auditor akan meningkatkan pengujian substantive. Namun demikian, upaya-
upaya ini akan mengarah kepada kesimppulan yang benar, dan audit akan
efektif.
Ilustrasi: Risiko Sampling Untuk Pengujian Pengendalian (Ambil Di PPT yang
pernah ku kirimkan, Hanya Page

b. Risiko Nonsampling
Menurut Rahayu, 2014, Risiko nonsampling (nonsampling risk) adalah
risiko bahwa pengujian audit tidak menemukan pengecualian yang ada
dalam sampel. Dua penyebab risiko nonsampling adalah kegagalan auditor
untuk mengenali pengecualian dan prosedur audit yang tidak sesuai atau
tidak efektif.
Auditor mungkin gagal mengenali pengecualian karena kelelahan, bosan
atau tidak memahami apa yang harus dicari. Contoh di asumsikan 3
dokumen pengiriman tidak dilampirkan ke salinan faktur penjualan dalam
sampel sebanyak 100. Jika auditor menyimpulkan bahwa tidak ada
pengecualian, hal tersebut merupakan kesalahan nonsampling. Prosedur
audit yang tidak efektif untuk mendeteksi pengecualian yang diragukan
adalah dengan memeriksa sampel dokumen pengiriman dan menentukan
apakah masing-masing telah dilampirkan ke faktur penjulan, dan bukan
memeriksa sampel salinan faktur penjualan untuk menentukan apakah
dokumen pengiriman telah dilampirkan. Dalam kasus ini, auditor telah
melakukan pengujian dengan arah yang salah karena memulainya dengan
dokumen pengiriman dan bukan salinan faktur penjualan. Prosedur audit
yang dirancang dengan cermat, instruksi yang tepat, pengawasan, dan review
merupakan cara untuk mengendalikan risiko nonsampling.
Risko nonsampling menunjukkan bagian risiko audit yang tidak
disebabkan oleh pengujian hanya pada sebagian data. Sumber-sumber risiko
nonsampling meliputi : (1) Kesalahan manusia; (2) Penerapan prosedur audit
yang tidak sesuai dengan tujuan audit; (3) Salah menginterpretasikan hasil
sampel; (4) Kepercayaan pada informasi yang salah diterima dari pihak lain.

4. Sampling Nonstatistik dan Statistik


Metode sampling audit dapat dibagi menjadi dua kategori utama: sampling
statistik dan sampling nonstatistik. Dalam melakukan pengujian audit yang
sesuai dengan GAAS, auditor dapat menggunakan sampling nonstatistik
(nonstatistical sampling) atau sampling statistik (statistical sampling) atau
keduanya. Kedua jenis sampling memerlukan pertimbangan dalam perencanaan
dan pelaksanaan rencana sampling serta pengevaluasian hasil-hasilnya. Lebih
dari itu, kedua jenis sampling tersebut dapat memberikan bahan bukti yang
cukup sebagaimana dipersyaratkan dalam standar pekerjaan lapangan yang
ketiga. Kedua jenis sampling audit ini juga diperuntukkan pada beberapa risiko
sampling dan nonsampling. Perbedaan penting antara kedua jenis sampling ini
adalah bahwa hukum probabilitas (laws of probability) digunakan untuk
mengendalikan risiko sampling dalam sampling statistik.
a. Sampling Nonstatistik (nonstatistical sampling)
Menurut Mranani, 2009 Sampling non statistik merupakan pengambilan
sampel yang dilakukan berdasarkan kriteria subyektif. Besarnya sampel dan
pelaksanaan evaluasi atas sampel dilakukan secara subyektif berdasarkan
pengalaman auditor. Ada beberapa metode pemilihan sampel yang
dikategorikan dalam sampling non statistik:
1) Haphazard Sampling
Auditor memilih sampel yang diharapkan representatif terhadap
populasi lebih berdasar judgement individu tanpa menggunakan
perandom probabilistik (misalnya semacam tabel bilangan random).

2) Block Sampling
Auditor menggunakan seleksi satu atau lebih kelompok elemen
populasi secara berurut. Satu item dalam blok terpilih maka secara
berurut item-item berikutnya dalam blok terpilih dengan otomatis. (Guy
dan Carmichael, 2001).

3) Systematic Sampling
Auditor menggunakan start point yang ditentukan secara judgement
dan setelah itu memilih tiap elemen populasi ke-n. Sampel dipilih
berdasarkan interval. Interval ditentukan dari pembagian jumlah unit
dalam populasi dengan jumlah sampel.

4) Directed Sampling
Auditor menggunakan seleksi berdasarkan judgement elemen bernilai
(high value) atau elemen yang diyakini mengandung error. Pemilihan
sampel berdasarkan kriteria yang telah disusun oleh auditor. Auditor
tidak mendasarkan pada pemilihan yang mempunyai kesempatan sama
(probabilistik), namun lebih menitikberatkan pemilihan berdasarkan
kriteria. Kriteria-kriteria yang telah ditetapkan bisa berkaitan dengan
representiveness bisa juga tidak. Kriteria yang biasa digunakan
umumnya adalah: (1) Item-item yang paling mungkin mengandung
salah saji. (2) Item-item yang memiliki karakteristik populasi tertentu.
(3) Item yang mempunyai nilai tinggi (large dollar coverage).

b. Sampling Statistik (nonstatistical sampling)


Menurut Guy, 1981 yang dikutip oleh Mranani, 2009 menyatakan bahwa
sampling statistik adalah penggunaan rencana sampling (sampling plan)
dengan cara sedemikian rupa sehingga hukum probabilitas digunakan untuk
membuat statement tentang suatu populasi. Ada dua syarat yang harus
dipenuhi agar suatu prosedur audit bisa dikategorikan sebagai sampling
statistik. Pertama, sampel harus dipilih secara random. Kedua, hasil sampel
harus bisa dievaluasi secara matematis. Jika salah satu syarat ini tidak
terpenuhi maka tidak bisa disebut sebagai sampling statistik.
Untuk memilih sampel secara random ada beberapa metode yang bisa
digunakan adalah sebagai berikut:
1) Simple Random Sampling
Auditor Menggunakan pemilihan random untuk memastikan bahwa
tiap elemen populasi mempunyai peluang yang sama dalam pemilihan.
Tabel bilangan acak dapat dipakai untuk mecapai kerandoman
(randomness).

2) Stratified Random Sampling


Auditor membagi populasi dalam kelompok-kelompok
(grup/stratum) dan kemudian melakukan pemilihan menggunakan
secara random untuk tiap kelompok. Dengan metode ini paling tidak ada
dua kelebihan. Pertama, pemilihan sampel bisa dihubungkan dengan
item kunci dan yang material serta bisa menggunakan teknik audit yang
berbeda untuk tiap stratum. Kedua, stratifikasi meningkatkan reliabilitas
sampel dan mengurangi besarnya sampel (sample size) yang
dibutuhkan. Jika sampel yang homogen dikelompokkan keefektifan dan
keefisienan sampel bisa ditingkatkan.

3) Systematic Sampling
Auditor menggunakan random strart point dan setelah itu memilih
tiap populasi ke-n. Kelebihan yang utama dari metode ini adalah
penggunaannya yang mudah. Namun problem utamanya adalah
kemungkinan masih timbulnya sampel yang bias.

4) Sampling Probability Proportional to Size (Dollar Unit


Sampling)
Auditor memilih sampel secara random sehingga probabilitas pilihan
langsung terkait dengan nilai (size). Dengan metode ini unit yang
memiliki nilai tercatat besar secara proporsional akan memiliki lebih
banyak kesempatan untuk terpilih daripada unit yang nilai tercatatnya
kecil.

Pilihan antara kedua jenis sampling tersebut terutama didasarkan pada


pertimbangan biaya/manfaat (cost/benejit considerations). Sampling statistik
dalam hal tertentu tepat pada saat populasi audit besar, seperti ketika
mengkonfirmasi piutang. Jika pengujian pengendalian menggunakan teknologi
informasi, secara biaya akan lebih efektif jika auditor menggunakan teknik audit
berbantuan komputer yang merupakan bentuk sampling nonstatistik.
Dalam sampling nonstatistik, auditor menentukan ukuran sampel dan
mengevaluasi hasil sampel yang diinginkan berdasarkan kriteria subjektif dan
pengalaman yang dimiliki. Dengan demikian, auditor mungkin tidak mengetahui
kalau dia menggunakan sampel yang terlalu besar untuk satu bidang, dan sampel
yang terlalu kecil untuk bidang yang lain. Untuk memperluas kecukupan bukti
audit yang didasarkan pada sampel, auditor mungkin, pada saat tertentu,
memperoleh lebih banyak (atau lebih sedikit) bukti dari pada kebutuhan
sesungguhnya untuk mempunyai dasar alasan pendapat yang dikemukakan.
Namun demikian, sampel nonstatistik yang dirancang dengan baik bisa sama
efektifnya dengan sampel statistik.
Dalam sampel statistik, diperlukan biaya yang tidak sedikit untuk melatih
auditor dalam menggunakan statistik dan merancang serta mengimplementasikan
sampel yang telah direncannkan. Namun demikian, sampling statistik harus
menguntungkan auditor dalam (1) perancangan sampel yang efisien, (2)
mengukur kecukupan bukti yang diperoleh dan (3) mengevaluasi hasil sampel.
Lebih penting lagi, sampling statistik memungkinkan auditor dapat
mengkuantifikasi dan mengendalikan risiko sampling.
Pilihan atas sampling nonstatistik dan statistik tidak mempengaruhi
pemilihan prosedur audit yang diterapkan untuk sebuah sampel. Dengan
demikian, hal tersebut tidak mempengaruhi kompetensi perolehan bukti tentang
item sampel individual atau jawaban yang sesuai oleh auditor dalam menemukan
kesalahan pada item sampel. Bahan-bahan ini memerlukan latihan pertimbangan
profesional (profesional judgement). Kaitan antara sampling nonstatistik dan
statistik secara gratis ditunjukkan dalam gambar 12-2.
Menurut Mranani, 2019 sampling statistik memerlukan lebih banyak biaya
daripada sampling non statistik. Alasannya karena harus ada biaya yang
dikeluarkan untuk training bagi staf auditor untuk menggunakan statistik dan
biaya pelaksanaan sampling secara statistik. Namun tingginya biaya sampling
statistik dikompensasi dengan tingginya manfaat yang dapat diperoleh melalui
pelaksanaan sampling statistik. Lebih lanjut, sampling statistik lebih memberikan
manfaat daripada sampling non statistik. Setidaknya dalam tiga hal berikut: (1)
Perancangan sampel yang efisien. (2) Pengukuran kecukupan bukti yang
dihimpun. (3) Pengevaluasian hasil sampel.
Menurut Rahayu, 2014 tujuan dari perencanaan sampel adalah memastikan
bahwa pengujian audit dilakukan dengan cara yang memberikan risiko sampling
yang diinginkan dan meminimalkan kemungkinan kesalahan nonsampling.
Sampling statistik (statistical sampling) dengan menerapkan aturan matematika,
auditor dapat mengkuantifikasi (mengukur) resiko sampling dalam
merencanakan sampel, dicontohkan anda mungkin ingat penghitungan hasil
statistik dengan tingkat keyakinan 95% memberikan risiko sampling sebesar 5%.
Sampling nonstatistik (nonstatistical sampling) auditor tidak mengkuantifikasi
risiko sampling. Kedua jenis sampling memerlukan pertimbangan dalam
perencanaan dan pelaksanaan rencana sampling serta pengevaluasian hasil-
hasilnya. Lebih dari itu, kedua jenis sampling tersebut dapat memberikan bahan
bukti yang cukup sebagaimana dipersyaratkan dalam standar pekerjaan lapangan
yang ketiga. Perbedaan penting antara kedua jenis sampling ini adalah bahwa
hukum probabilitas digunakan untuk mengendalikan risiko sampling dalam
sampling statistik. Pilihan antara kedua jenis sampling tersebut terutama
didasarkan pada pertimbangan biaya/manfaat (cost/benefit considerations).
Sampling statistik dalam hal tertentu tepat pada saat populasi audit besar, seperti
ketika mengkonfirmasi piutang. Jika pengujian pengendalian menggunakan
teknologi informasi, secara biaya akan lebih efektif jika auditor menggunakn
teknik audit berbantuan komputer yang merupakan bentuk sampling nonstatistik.
Ilustrasi: Sampling Audit Statistik dan Nonstatistik

Menentukan Tujuan
Pengujian

Menentukan Prosedur untuk


Memenuhi Tujuan

Semua
Item
Berapa banyak item
yang harus diuji?

Sampel

Jenis Sampling
Nonstatistik
Statistik

Menentukan ukuran sampel dari Memakan pertimbangan untuk


model yang mengakui faktor- menentukan ukuran sampel
faktor relevan secara eksplisit. yang secara implicit mengakui
faktor-faktor yang relevan.

Memilih sampel yang Memilih sampel yang


representative sacara random representatif dengan
pertimbangan

Menerapkan prosedur audit Menerapkan prosedur audit.

Mengevaluasi hasil secara Mengevaluasi hasil menurut


statistic dan pertimbangan. pertimbangan.

Dokumen kesimpulan.
5. Teknik Sampling Audit
Auditor dapat menggunakan sampling untuk memeperoleh informasi tentang
beberapa perbedaan karakteristik populasi. Namun demikian, kebanyakan sampel
audit mengarah pada estimasi :

a. Tingkat penyimpangan (deviation rate)


b. Jumlah uang

Pada saat sampling statistik dugunakan, teknik sampel ini masing-masing


ditunjukkan sebagai sampling atribut dan sampling variabel. Perbedaan pokok
kedua teknik ini diikhtisarkan dalam tabel berikut.

Teknik Sampling Jenis Pengujian Tujuan


Untuk mengestimasi
tingkat penyimpangan
Sampling atribut Pengujian pengendalian dari pengendalian yang
sudah ditentukan dalam
populasi.
Untuk mengestimasi total
jumlah uang pada
Sampling variabel Pengujian substansif populasi atau kesalahan
jumlah uang dalam
populasi.

B. SAMPLING NONSTATISTIK UNTUK PENGUJIAN PENGENDALIAN


1. Pengendalian yang Dapat Diuji dengan Menggunakan Sampling
Nonstatistik
Dalam lingkungan saat ini di mana beberapa prosedur pengendalian di
program untuk mendapatkan keunggulan teknologi informasi, efektivitas biaya
dapat dicapai dengan mempertimbangkan rencana sampling nonstatistik. Pada
saat auditor sedang mengembangkan rencana audit untuk menguji prosedur
pengendalian yang diprogram, auditor perlu mempertimbangkan efisiensi bukti
mengenai pengendalian yang diprogram, pengendalian umum komputer, dan
prosedur tindak lanjut manual. Namun demikian, auditor dapat
mempertimbangkan rencana pengembangan untuk menguji pengendalian
manajemen pada seluruh transaksi. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya,
pengujian statistik pada pengendalian mungkin sesuai dalam situasi ini.
a. Pengujian Prosedur Pengendalian dengan Program Komputer
(Testing Computer-Programmed Control Procedures)
Teknologi informasi telah memberikan sumbangan yang berarti pada
konsisten prosedur pengendalian. Dalam era di mana prosedur
pengendalian dilakukan secara manual, seseorang dapat membandingkan
dengan benar, misalnya, informasi dalam voucher dengan pesanan
pembelian, laporan, penerimaan, dan faktur pemasok. Namun pada
akhirnya, kelelahan dapat timbul dan prosedur yang sama mungkin
dilakukan dengan salah. Prosedur pengendalian yang diprogram dengan
benar akan konsisten sesuai informasi dalam pesanan pembelian, laporan
penerimaan, dan faktur pemasok untuk membandingkan informasi dan
mengirimkan pesan pengecualian pada transaksi yang tidak sebanding.
Untuk prosedur pengendalian yang diprogram secara spesifik sesuai
kehendak, biasanya cukup bagi auditor untuk menguji pengendalian yang
diprogram dengan hanya dua transaksi yang sesuai : satu transaksi yang
diproses dengan benar dan satu transaksi yang harus ditandai sebagai suatu
pengecualian. Akan tetapi, auditor dapat menguji setiap aspek
pengendalian yang diprogram dengan ukuran sampel dua pengujian
transaksi.
b. Pengujian Prosedur Pengendalian Umum Komputer (Testing
Computer General Control Procedures)
Prosedur pengendalian umum komputer meliputi pengendalian
organisasi dan operasi, pengembangan sistem dan pengendalian
dokumentasi, pengendalian perrangkat keras (hardware) dan sistem
perangkat lunak (system software), pengendalian akses, serta pengendalian
data dan prosedur. Semua itu meninggalkan jejak audit (audit trail) atas
laporan perubahan sistem, bagaimana perubahan diuji dan disetujui, dan
keamanan perangkat lunak yang dapat menghasilkan laporan dan catatan
mengenai siapa yang telah mengakses program dan arsip data. Auditor
dapat menguji pengendalian-pengendalian ini dengan menginspeksi
laporan dan catatan dan dengan membuat pertanyaan serta observasi.
Pertanyaan dan observasi tidak termasuk sampling audit, dan auditor dapat
menggunakan teknik sampling nonstatistik ketika membuat keputusan
tentang perluasan inspeksi atas laporan, catatan komputer, dan catatan-
catatan lain yang memberikan bukti tentang prosedur pengendalian umum
komputer.

2. Pengujian Prosedur Tindak Lanjut Manual


Prosedur pengendalian berprogram computer biasanya memberikan
pengecualian untuk tindak lanjut manual. Hal itu apata menunjukan
pengecualian pada layar komputer dan tidak dapat memproses lebih lanjut
sebuah transaksi sampai perkecualian tersebut dikoreksi. Pengujian
pengendalian yang ditampilkan di layar diuji terutama dengan pengajuan
pertanyaan dan observasi, dan dengan menyerahkan transaksi yang dapat
menghasilkan pesan yang diduga salah. Alternatifnya, pengecualian dicetak dan
dilaporkan secara harian atau mingguan untuk tindak lanjut dan koreksi.
Karyawan biasanya membuat notasi pada laporan pengecualian yang dicetak,
yang berkaitan dengan langkah yang diambil dalam mengoreksi transaksi
tersebut termasuk hal-hal yang berkaitan. Sampling nonstatistik merupakan cara
yang tepat untuk memilih laporan pengecualian dengan tujuan menguji
efektivitas prosedur tindak lanjut manual.
a. Pengujian Pengendalian Manajemen
Banyak prosedur pengendalian manajemen meliputi adanya review
manajemen terhadap berbagai laporan keuangan dan kinerja bisnis.
Laporan siklus pendapatan dapat mengurutkan order pelanggan
berdasarkan profitabilitas, laporan pelanggan baru, laporan pelanggan pasif
empat bulan terkahir, atua menunjukan volume aktivitas, harga penjualan,
dan marjin produk. Laporan siklus pengeluaran dapat menunjukan
pembelian yang dilkakukan selama minggu terakhir yang disusun
berdasarkan pemasok atau produk dan penerimaan jasa.Pengendalian ini
mengharapkan manajemen untuk me-review dan menyetujui kelengkapan,
keakuratan, dan alasan-alasan dilakukannya transaksi dalam satu minggu.
Samping nonstatistik merupakan metode yang tepat untuk menentukan
efektivitas pengujian audit atas pengendalian manajemen yang
memanfaatkan laporan-laporan jenis ini dari sistem akuntansi.

3. Langkah-Langkah Dalam Sampling Nonstatistik


Sampel nonstatistik tepat digunakan ketika auditor menginspeksi ringkasan
laporan yang dapat memberikan bukti tentang efektivitas pengendalian umum,
prosedur tindak lanjut manual, atau pengendalian manajemen. Langkah-langkah
yang tercakup dalam rencana sampling nonstatistik meliputi hal-hal berikut ini :

a. Menentukan tujuan audit dan prosedur untuk memenuhi tujuan tersebut


b. Menentukan populasi dan unit sampling
c. Menspesifikasi pengendalian yang dikehendaki dan bukti bahwa
pengendalian tersebut efektif atau tidak efektif
d. Menggunakan pertimbangan profesional untuk menentukan ukuran
sampel
e. Menggunakan pertimbangan profesional untuk menentukan metode
pemilihan sampel
f. Menetapkan prosedur audit untuk pengujian pengendalian
g. Menerapkan prosedur audit untuk pengujian pengendalian
h. Mengevaluasi hasil sampel

Setiap langkah-langkah di atas, dibahas di bawah ini dan harus


didokumentasikan dalam kertas kerja.
a. Menentukan Tujuan Audit dan Prosedur Audit
Pengujian pengendalian dirancang untuk menentukan efktivitas
rancangan dan operasi berbagai pengendalian intern. Beberapa
pengendalian, seperti prosedur pengendalian yang terprogram, dapat
dirancang untuk menghindari atau mendeteksi dan mengoreksi salah saji
tertentu. Sebagai contoh, prosedur pengendalian yang terprogram dapat
dirancang untuk menjamin bahwa seluruh pembelian dicatat atau seluruh
penjualan adalah valid (eksistensi atau keterjadiannya). Pengendalian
manajemen dapat mendeteksi salah saji untuk beberapa tujun audit.
Sebagai contooh, review manajemen atas transaksi pembelian dapat
memberikan kepastian bahwa pembelian adalah valid dan dinilai dengan
benar. Beberapa pengendalian, seperti prosedur pengendalian umum
komputer, dapat mempunyai pengaruh pervasif pada beberapa tujuan audit.
Akhirnya, auditor harus memahami bagaimana pengendalian tertentu akan
mempengaruhi penilaian risiko pengendalian untuk asersi tertentu atau
tujuan audit.

b. Menentukan Populasi dan Unit Sampling


Populasi (population) didefinisikan oleh pengendalian intern sebagai
seluruh situasi di mana pengendalian harus dilakukan. Unit sampling
(sampling unit) merupakan cara audiitor mengidentifikasikan kinerja
pengendalian intern yang dikehendaki. Sebagai contoh, auditor mungkin
ingin menguji populasi seluruh perubahan program selama tahun ini untuk
menguji pengendalian umum pada seluruh perubahan program. Pada
contoh ini, unit sampling secara individual merupakan perubahan program.
Selain itu, auditor juga dapat menguji populasi seluruh laporan manajemen
dalam siklus pengeluaran dimana manajemen diminta untuk me-review dan
menyetujui seluruh beban pengeluaran pada pusat
pertanggungjawabannya. Unit sampling tersebut merupajan laporan
individual yang dikirim ke manajmen. Walaupun laporan tersebut berisi
informasi tentang sejumlah transaksi, namun laporan itu merupakan unit
sampling karena laporan inilah yang direspon oleh manajemen dalam
melakukan pengendalian transaksi.
Apabila lokasi klien terdapat di berbagai tempat, seperti cabang atau
divisi, auditor dapat memilih untuk menganggap setiap segmen sebagai
populasi yang terpisah. Pilihan tersebut akan dijamin secara jelas pada saat
ada perbedaan pengendalian yang signifikan pada setiap lokasi. Namun
demikian, apabila pengendalian tersebut sama untuk seluruh organisasi,
laporan konsolidasi yang dibuat satu populasi untuk seluruh lokasi sudah
cukup.
Auditor dihadapkan pada pilihan yang sama pada saat klien telah
membuat perubahan dalam pengendalian selama tahun tersebut. Jika klien
menaruh perhatian pada penilaian risiko pengendalian yang berkaitan
dengan tujuan audit tertentu, maka perluasan tersebut dibutuhkan auditor
untuk menguji pengendalian sebelum dan sesudah perubahan tergantung
pada pengendalian klien terhadap perubahan-perubahan dalam prosedur
pengendalian. Jika pengendalian tersebut merupakan pengendalian yang
terprogram dan auditor mempunyai bukti bahwa klien mempunyai
pengendalian umum yang kuat terhadap perubahan program, auditor tidak
perlu menguji setiap pengendalian yang terprogram, baik sebelum dan
sesudah perubahan. Dalam kasus pengendalian manual, seluruh tahun
umumnya harus ada dalam populasi sehingga auditor dapat menguji
efektivitas beberapa pengendalian dalam tahun tersebut.
Menurut Rahayu, 2014, Dalam atribut sampel statistik untuk pengujian
pengendalian, populasi merupakan kelompok transaksi yang diuji. Auditor
harus menentukan bahwa penyajian secara fisik atas populasi tersebut
adalah sesuai tujuan rencananya. Identifikasi populasi juga termasuk
pertimbangan homogenitas populasi pada pengendalian yang diuji.
Unit sampling merupakan elemen individual dalam populasi. Unit
sampling dapat berupa dokumen, item-item dalam dokumen, ayat jurnal
atau register atau cataatn dalam arsip komputer. Unit sampling mempunyai
dampak yang signifikan terhadap terhadap efisiensi audit.

c. Menspesifikasi Pengendalian yang Dikehendaki dan Bukti


efektivitas Operasi
Auditor harus menentukan bukti yang menunjuka efektif tidaknya suatu
pengendalian intern. Dalam kasus pengendalian umum atas perubahan
program, auditor dapat mengharapkan departemen pemakai untuk
mendokumentasikan proses koreksi transaksi yang nampak pada laporan
pengecuualian. Dalam kasus pengendalian manajemen, klien dapat
mengharapkan manajemen untuk me-review dan memberikan persetujuan
berdasarkan laporan transaksi mingguan yang dibebankan pada pusat
pertanggungjawannya. Pada saat auditor memperooleh pemahaman atas
pengendalian itern, hal tersebut membantu untuk memahami dokumentasi
audit, sehingga perkecualian tersebut diakui secara jelas.
d. Menggunakan Pertimbangan Profesional untuk Menentukan
Ukuran Sampel
Faktor-faktor utama pada ukuran sampel dalam sampel nonstatistik
adalah:
1. Risiko atas penilaian risiko pengendalian yang terlalu rendah,
2. Tingkat penyimpangan yang dapat di toleransi,
3. Tingkat penyimpangan populasi yang diharapkan untuk setiap
pengendalian.

Dalam sampling nonstatistik, auditor tidak perlu mengkuantifikasi


faktor-faktor ini secara jelas dalam menentukan ukuran sampel. Namun
demikian, auditor harus mengenali pengaruh-pengaruh berikut terhadap
ukuran sampel dari perubahan dalam satu faktor apabila faktor-faktor
lainnya tetap konstan:
Faktor Pengaruh pada Ukuran Sampel
Risiko atas penilaian risiko Terbalik.
pengendalian yang terlalu rendah.
Tingkat penyimpangan yang dapat Terbalik.
ditoleransi.
Tingkat penyimpangan populasi Langsung.
yang diharapkan.

Risiko atas penilaian risiko pengendalian yang terlalu rendah (risiko


sampling), apabila risiko atas penilaian risiko pengendalian yang terlalu
rendah meningkat, ukuran sampel akan lebih sedikit.
Tingkat penyimpangan yang dapat ditoleransi (tolerable deviation
rate) adalah tingkat maksimum penyimpangan dari pengendalian yang
dapat diterima oleh auditor denan menggunakan risiko pengendalian yang
direncanakan dan sebelum mengevaluasi bukti, auditor menentukan berapa
banyak penyimpangan dari pengendalian yang ditentukan yang dapat
diterima.
Akhirnya, auditor harus mengestimasi tingkat penyimpangan populasi
yang diharapkan (expected population deviation rate), yaitu yang
merupakan taksiran terbaik auditor atas tingkat penyimpngan actual dalam
populasi. Auditor dapat mengestimasi tingkat penyimpangan populasi
berdasarkan pengalaman sebelumnya dengan klien atau pengetahuan yang
diperoleh pada saat memperoleh pemahaman atas pengendalian intern.Pada
saat menentukan ukuran sampel, semakin rendah tingkat penyimpangan
yang diharapkan, semakin kecil ukuran sampel.

e. Menggunakan Pertimbangan Profesional untuk Menentukan


Metode Pemilihan Sampel
Sekali lagi, telah auditor mengidentifikasi populasi serta unit sampling
dan menentukan ukuran sampel, langkah utama selanjutnya adalah memilih
item sampel (pengendalian umum bukti, laporan pengecualian, atau laporan
yang ditujukan ke pengendalian manajemen). Teknik sampling nonstatistik
yang biasa adalah sampling sembarang (haphazard sampling). Metode ini
mencakup pemilihan item pada, tanpa memperhatikan jumlah transaksi,
bulan dalam tahun tersebut, atau hal-hal lainnya. Dengan demikian, auditor
dapat sembarang memilih sampel dari 25 laporan manajemen yang
diberikan kepada manajer yang berbeda untuk di-review atau disetujui
tanpa memperhatikan keterlibatan manajer atau waktu dalam tahun
tersebut. Jika bisa dihindari dalam melakukan pemilihan, sampel tersebut
dapat mencerminkan populasinya.

f. Menerapkan Prosedur Audit untuk Pengujian Pengendalian


Pengevaluasian hasil sampel mencakup pengevaluasian efektivitas
pengendalian. Sebagaimana dijelaskan di atas, ketika menggunkan data
untuk menguji prosedur pengendalian yang terprogram, auditor mencari
satu transaksi yang diproses dengan baik (transaksi yang ada di bawah
pengujian terbatas) dan satu transaksi yang akan di laporkan sebagai
pengecualian (transaksi yang ada di atas pengujian terbatas). Auditor juga
dapat mengevaluasi efektivitas pengguna yang terlibat dalam
pengembangan program, atau mengevaluasi efektitivitas prosedur tindak
lanjut manual atau pengendalian manajemen. Tahapan ini terutama
ditujukan pada risiko nonsampling jika auditor tidak mengidentifikasi
kegagalan pengendalian pada risiko nonsampling jika auditor tidak dapat
mengidentifikasikan kegagalan pengendalian pada saat bukti ada di
tangan.Auditor trsebut perlu mengevaluasi apakah pengendalian intern
pada auditor yang dikehendaki beroperasi secara efektif.

g. Evaluasi Hasil
Penyimpangan dari prosedur pengendalian yang ditentukan harus
ditabulasi, diringkas dan di evaluasi. Pertimbangan professional diperlukan
dalam mengevaluasi hasil secara kuantitatif dan kualitatif. Pada saat
mengevaluasi hasil secara kuantitatif, auditor harus membandingkan bukti
dengan tingkat penyimpangan yang dapat ditoleransi pada saat perencanaan
sampel nonstatistik.
Jika pengujian atas pengendalian yang terprogram gagal (misalnya,
program tersebut tidak menolak pengujian transaksi yang melebihi batas),
maka pengendalian terprogram tersebut akan menjadi tidak efektif untuk
atribut tertentu (dalam contoh ini, pengendalian melebihi peenilaian),
auditor kemudian perlu mempertimbangkan apakah ada pengendalian lain
yang berkaitan dengan atribut yang sama, atau apakah risiko pengendalian
harus dinilai pada tingkat maksimum. Jika departemen pengguna, atau
tingkat manajemen lainnya yang sesuai, tidak mendokumentasikan
perubahan program yang disetujui, auditor perlu mempertimbangkan
apakah bukti tersebut melebihi tingkat yang dapat ditoleransi, dan apakah
auditor perlu mengubah penilaian tingkat risiko pengendalian yang
direncanakan atau menilai risiko pengendalian pada tingkat maksimum.
Pengujian pengendalian umum dalam hal tertentu penting sebagaimana
dampak sistem pengendalian yang menggunakan teknologi informasi.
Akhirnya, auditor perlu menentukan apakah ada bukti kompeten yang
cukup untuk mendukung penilaian risiko pengendalian pada tujuan audit
yang relevan tersebut sebagai rendah, sedang, atau tinggi, atau apakah
risiko pengendalian perlu dinilai pada tingkat maksimum.

C. MERANCANG ATRIBUT SAMPEL STATISTIK UNTUK PENGUJIAN


PENGENDALIAN
Sampling atribut dalam pengujian pengendalian hanya digunakan pada saat ada
jejak bukti dokumen yang lemah atas kinerja prosedur pengendalian. Beberapa
prosedur pengendalian umumnya termasuk dalam kategori prosedur otoritas,
dokumen, dan catatan-catatan, serta pemeriksaan independen. Apabila pemeriksaan
tersesbut dilakukan oleh prosedur pengendalian yang terprogram, auditor
menggunakan teknik audit berbantuan computer (computer-assisted techniques).
Jika pemeriksaan tersebut dilakukan oleh seseorang atas dasar transaksi per
transaski, sampling atribut statistic adalah tepat. Sampling audit umumnya
digunakan hanya pada saat pengujian tambahan atas pengendalian dilakukan untuk
mendukung penilaian tingkat risiko pengendalian yang rendah.
Langkah-langkah dalam rencana sampling statistik untuk pengujian pengendalian
adalah sebagai berikut :
1. Menentukan tujuan audit
2. Menentukan populasi dan unit yang sampling
3. Menspesifikasi atribut-atribut yang dikehendaki
4. Menentukan ukuran sampel
5. Menentukan metode pemilihan sampel
6. Melaksanakan rencana sampling
7. Mengevaluasi hasil sampel.

Langkah 1-5 meliputi perancangan sampel dan diselesaikan selama perencanaan


audit. Langkah selanjutnya dilakukan selama pekerjaan lapangan. Setiap langkah
tersebut harus didokumentasikan dalam kertas kerja audit.

1. Menentukan Tujuan Audit


Tujuan menyeluruh dari pengujian pengendalian adalah untuk mengevaluasi
efektivitas rancangan dan operasi pengendalian intern. Satu atau lebih rencana
sampling atribut dapat dirancang untuk mengevaluasi efektivitas pengendalian
yang benrkaitan dengan kelompok transaksi tertentu. Sebagai contoh, untuk
transaksi penjualan, satu rencana sampling dapat digunakan untuk menguji
pengendalian yang mempengaruhi risiko pengendalian untuk asersi eksistensi
dan keterjadian, dan rencana sampling lainnya untuk pengujian pengendalian
yang mempengaruhi. risiko pengendaljan untuk asersi kelengkapan. Hasil
pengujian pengendalian yang ada dalam rencana sampling atribut kemudian
digunakan untuk menilai risiko pengendalian pada saldo akun terkait yang
dipengaruhi oleh kelompok transaksi.

2. Menentukan Populasi dan Unit Sampling


Dalam atribut sampel statistic untuk pengujian pengendalian, populasi
(population) merupakan kelompok transaksi yang diuji.Auditor harus
menentukanbahwa penyajian secara fisik atas populasi tersebut adalah sesuai
tujuan rencananya. Contoh, jika tujuannya adalah untuk menguii efektivitas
pengendalian yang berkaitan dengan asersi kelengkapan untuk transaksi
pembelian, bukti haruss diperoleh bahwa seluruh voucher yang telah disetujui
telah dicatat. Ketepatan fisik mencerminkan populasi transaksi pembelian dari
sampel yang harus tergambar pada voucher-voucher yang disetujui, bukan
seluruh ayat jumal dalam register voucher (voucher register). Jika ayat jumal
dalam register voucher digunakan sebagai populasi, maka voucher yang tidak
tercatat tidak akan ada dalam sampel.
Identifikasi populasi juga termasuk pertimbangan homogenitas populasi
(population's homogenity) pada pengendalian yang diuji. Sesuai hal tersebut,
pengeluaran kas dapat distratifikasikan sebagai jumlah pada saat ada perbedaan
yang signifikan dalam pengendalian yang ditentukan untuk pengeluaran di atas
jumlah nominal yang ditentukan.
Hal tersebut tidak diperlukan dalam sampling atribut untuk mengetahui secara
pasti ukuran populasi. Meskipun aproksimasi yang layak atas ukuran populasi
mungkin diperlukan pada saat populasi relative kecil (5.000 ke bawah).
Sebagaimana akan ditunjukkan di bagian berikut, ukuran populasi mempunyai
sedikit pengaruh atau tidak berpengaruh pada ukuran sampel.
Unit sampling (sampling unit) merupakan elemen individual dalam populasi.
Unit sampling dapat berupa, dokumen item-item dalam dokumen, ayat iumal
atau register atau catatan dalam arsip komputer. Untuk asersi kelengkapan di
atas, unit sampling dapat berupa voucher. Sebaliknya, jika tujuannya adalah
menunjukkan eksistensi atau keterjadian pada transaksi fiktif dalam daftar
voucher, unit sampling berupa ayat jumal dalam register tersebut.
Unit sampling mempunyai dampak yang signifikan terhadap efisiensi audit.
Sebagai contoh, asumsikan bahwa faktur peniualan rata-rata empat item per
faktur. Jika dalam pengujian pengendalian tentamg keakuratan penentuan harga,
unit sampling dijabarkan sebagai faktur, dan ukuran sampel adalah 150 faktur ,
auditor harus menguji 600 harga. Sebaliknya, jika item-item dalam hal tersebut
merupakan unit sampling, hanya 150 yang akan diuji.
Efisiensi selanjutnya akan ditingkatkan ketika item sampel dapat digunakan
dalam mengevaluasi efektivitas pengendalian untuk berbagai aserisi. Sebagai
contoh, sampel di mana unit samplingnya adalah item-item yang dipilih dari
jurnal peniualan dapat digunakan untuk menguji pengendalian ymg berkaitan
dengan asersi eksistersi atau keterjadian dalam penilain atau alokasi untuk
transaksi penjualan.

3. Menspesifikasi Atribut-Atribut yang Dikehendaki


Berdasarkan pengetahuan tentang struktur pengendalian intern, auditor harus
dapat menunjukkan atribut-atribut yang berhubungan dengan efektivitas
pengendalian yang sedang diuji. Atribut (attribute) harus ditunjukan untuk setiap
pengendalian yang diperlukan untuk mengurangi risiko pengendalian atas sebuah
asersi. Jika pengendalian tersebut masryarakat departemen kredit untuk
menyetujui kredit sebelum pengiriman, atributnya dapat disajikan sebagai :
“persetujuan kredit oleh personel departemen kredit yang di otorisasi”. Pada saat
pengendalian tersebut memerlukan tindakan oleh seseorang, atribut, yang
dikhendaki pengujian atribut spesifik, karena hal tersebut memberikan dasar
untuk penentuan jumlah berikutnya atas penyimpangan dari pengendalian.
Ilustrasi Atribut-atribut yang Dikhendaki untuk Pengujian Pengendalian
yang Berkaitan dengan Asersi Eksistensi atau Keterjadian dan Penilaian
atau Alokasi untuk Transaksi Penjualan mengilustrasikan atribut-atribut yang
dapat dispesifikasikan dalam rencana sampling atribut untuk menguji
pengendalian yang berkaitan dengan asersi eksistensi atau keterjadian dan
penilaian atau alokasi untuk transaksi penjualan. Asumsi dalam ilustrasi tersebut
adalah perusahaan membuat pesanan penjualan pada blanko pesanan pelanggan.
Setiap atribut harus berhubungan dengan pengendalian di mana auditor
mencari tingkat risiko pengendalian yang diperkirakan di bawah tingkat
masimum. Namun demikian, setiap atribut mungkin tidak sama pentingnya.
Dalam kasus yang diberikan, auditor dapat mempertimbangkan persetujuan
kredit lebih penting dari pada verifikasi keakuratan perhitungan. Pentingnya
setiap atribut secara relatif hams dipertimbangkan dalam penentuan parameter
statistik di mama diperlukan spesifikasi untuk menentukan ukuran sampel dan
untuk mengevaluasi hasil sampel. Biasanya, lebih banyak parameter yang
ditentukan untuk atribut yang lebih penting.

Ilustrasi: Atribut-atribut yang Dikhendaki untuk Pengujian Pengendalian yang


Berkaitan dengan Asersi Eksistensi atau Keterjadian dan Penilaian atau Alokasi
untuk Transaksi Penjualan
Atribut Deskripsi Atribut
Eksistensi salinan faktur penjualan dengan dokumen pengiriman
1
pendukung, order penjualan, dan order pelanggan.
Otorisasi penjualan oleh personel departemen order penjualan yang
2
berwenang.
Verifikasi, departemen order penjualan atas kesepakatan orderb
3
penjualan dengan pelanggan tentang kuantitas, deskripsi, dan harga.
4 Persetujuan kredit oleh personil departemen kredit yang berwenang.
Verifikasi, departemen pengiriman atas barang-barang yang dikirim
5
dengan order penjualan.
Verifikasi departemen penagihan atas kesepakatan dalam faktur
6
penjualan dengan dokumen pengiriman dan order penjualan.
Verifikasi departemen penagihan atas penentuan harga dan keakuratan
7
perhitungan faktur penjualan.
Menyetujui rincian jurnal penjualan dan ayat-ayat pada buku pembantu
8
dengan faktur penjualan.

Atribut-atribut dalam Ilustrasi tersebut berkaitan dengan prosedur


pengendalian yang meninggalkan jejak berupa pendokumentasian bukti kinerja.
Dalam setiap kasus, auditor dapat menentukan bahwa dokumen yang diperlukan
atau catatan yang ada, atau bahwa dokumen merupakan awal yang benar, untuk
menunjukkan kinerja pengendalian oleh seorang karyawan. Di samping itu,
auditor dapat melakukan kembali pengendalian seperti mengecek keakuratan
perhitungan faktur penjualan.

4. Menentukan Ukuran Sampel


Dalam menentukan ukuran sampel untuk setiap atribut atau pengendalian
yang diuji, auditor harus menspesifikasi pengurutan nilai setiap factor-faktor
berikut :
a. Risiko atas perkiraan risiko pengendalian yang terlalu rendah;
b. Tingkat penyimpangan yang dapat ditoleransi;
c. Tingkat penyimpangan populasi yang di harapkan

Disamping itu, pada saat sampling dari populasi kecil (kurang dari 5.000
unit), ukuran sampel tersebut harus diperkiran sebagaimana akan dijelaskan lebih
lanjut dalam bagian akhir.
Pertama kita akan menguji proses mekanisnya dengan menggunakn table
untuk mennetukan ukuran sampel berdasarkan tiga faktor di atas. Kemudian
mempertimbangkan bagaimana auditor menentukan nilai setiap factor tersebut,
dan mengupas bagaiamana pengubahan nialai setiap factor mempengaruhi
ukuran sampel pada saat faktor-faktor lain dianggap konstan.

Tabel Ukuran Sampel


Ilustrasi Tabel Ukuran Sampel mengilustrasikan tabel yang dapat
digunakan auditor untuk menentukan ukuran sampel. Perhatikan bahwa tabel
tersebut berisi dua tabel, Tabel 1 untuk risiko 5% atas penilaian risiko
pengendalian yang terlalu rendah dan Tabel 2 untuk 10% atas penilaian risiko
pengendalian yang terlalu rendah diperlukan untuk:
Ilustrasi: Tabel Ukuran Sampel
Tabel 1. Risiko 5% atas Penilaian Risiko Pengendalian Yang Terlalau Rendah
Tingkat Penyimpangan
Populasi yang Diharapkan Tingkat Penyimpangan yang Dapat Ditoleransi
(%) 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 9% 10%
0.00 149 99 74 59 49 42 36 32 29
0.50 * 157 117 93 78 66 58 51 46
1.00 * * 156 93 78 66 58 51 46
1.50 * * 192 124 103 66 58 51 46
2.00 * * * 181 127 88 77 68 46
2.50 * * * * 150 109 77 68 61
3.00 * * * * 195 129 95 84 61
4.00 * * * * * * 146 100 89
5.00 * * * * * * * 158 116
6.00 * * * * * * * * 179

Tabel 2. Risiko 10% atas Penilaian Risiko Pengendalian Yang Terlalau Rendah
Tingkat Penyimpangan
Populasi yang Diharapkan Tingkat Penyimpangan yang Dapat Ditoleransi
(%) 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 9% 10%
0.00 114 76 57 45 38 32 28 25 22
0.50* 194 129 96 77 64 55 48 42 38
1.00 * 176 96 77 64 55 48 42 38
1.50 * * 132 105 64 55 48 42 38
2.00 * * 198 132 88 75 48 42 38
2.50 * * * 158 110 75 65 58 38
3.00 * * * * 132 94 65 58 52
4.00 * * * * * 149 98 73 65
5.00 * * * * * * 160 115 78
6.00 * * * * * * * 182 116
*Ukuran sampel terlalau besar untuk dibiayai / efektif dari segi biaya untuk
aplikasi audit pada umumnya.

 Memilih tabel yang sesuai dengan spesifikasi risiko atas penilaian risiko
pengendalian yang terlalu rendah.
 Menemukan kolom yang berisi spesifikasi tingkat penyimpangan yang
dapat ditoleransi.
 Menemukan baris yang berisi tingkat penyimpangan populasi yang
diharapkan.
 Membaca ukuran sampel dari perpotongan kolom dan baris yang sudah
ditentukan dalam langkah dua dan tiga.

Untuk praktisnya, dalam penggunaan tabel tersebut, kita harus


memverifikasi ukuran sampel yang ditunjukkan dalam kolom 4 pada tabulasi
berikut dengan melihat nilai faktor-faktor yang dispesifikasi dalam kolom 1
sampai 3.
Risiko atas
Tingkat Tingkat
Penilaian
Penyimpangan Penyimpangan
Pengendalian Ukuran Sampel
yang Dapat Populasi yang
yang terlalu
Ditoleransi (%) Diharapkan (%)
Rendah (%)
5 4 1,0 156
5 6 2,0 127
10 5 1,0 77
10 6 2,0 88

Tabel untuk tambahan nilai pada risiko perhitungan atas risiko pengendalian
terlalu rendah telah tersedia. Banyak auditor sekarang memasukkan nilai tersebut
ke dalam kolom 1 sampai 3 ke dalam perangkat lunak computer PC untuk
menentukan ukuran sampel yang tepat daripada menggunakan tabel.
Sekarang, kita akan mempertimbangkan bagaimana auditor menspesifikasi
nilai untuk setiap faktor yang menentukan ukuran sampel.
a. Risiko atas Penilaian Risiko Pengendalian Yang Terlalu Rendah
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, dua jenis risiko sampling yang
berkaitan dengan pengujian pengendalian :
1) Risiko atas penilaian risiko pengendalian yang terrlalu tinggi, yang
berhubungan dengan efisiensi audit
2) Risiko atas penilaian resiko pengendalian yang terlalu rendah, yang
berhubungan dengan efektivitas audit.

Akibat adanya konsekuensi serius potensi yang berkaitan dengan


ketidakefisiensi audit dan karena pengujian pengendalian merupakan sumber
utama bukti mengenai penyimpangan, auditor menginginkan untuk
mempertahankan risiko atas penilaian risiko pengendalian yang terlalu
rendah pada level yang rendah.
Dalam sampling atribut, risiko atas penilaian risiko pengendalian yang
terlalu rendah harus disajikan secara eksplisit. Beberapa auditor
menspesifikasi satu tingkat risiko tersebut, seperti 5% untuk seluruh
pengujian pengendalian. Sebagai alternative, auditor mengubah tingkat
risiko tersebut secara langsung dengan risiko pengendalian yang
direncanakan sebagaimana diilustrasikan berikut:
Risiko Pengendalian yang Risiko atas Penilaian Risiko
Direncanakan Pengendalian yang Terlalu
Rendah (%)
Rendah 5
Tinggi 10
Sedang 15

Risiko atas penilaian risiko pengendalian yang terlalu rendah


mempunyai pengaruh terbalik terhadap ukuran sampel; pada risiko 5%
ukuran sampel akan lebih besar daripada risiko 10%. Dengan demikian,
perubahan tingkat risiko yang berhubungan langsung dengan risiko
pengendalian yang direncanakan berpengaruh pada bukti yang lebih banyak
untuk mendukung rendahnya risiko pengendalian yang direncanakan dan
kurangnya bukti untuk mendukung risiko pengendalian yang direncanakan
pada tingkat sedang.
Pengaruh berubahnya tingkat risiko tersebut terhadap ukuran sampel
dapat dilihat dengan mempertahankan faktor-faktor ukuran sampel lainnya
adalah konstan. Anggaplah tingkat penyimpangan populasi yang diharapkan
adalah 1%, ukuran sampel berikut diberikan dalam Ilustrasi: Tabel Ukuran
Sampel pada saat risiko perhitungan risiko pengendalian yang terlalu rendah
diubah sebagaimana ditunjukkan berikut:
Risiko atas Penilaian Risiko Ukuran Sampel
Pengendalian yang Terlalu Rendah
10 77
5 93

b. Tingkat Penyimpangan yang Dapat Ditoleransi


Tingkat Penyimpangan yang Dapat Ditoleransi (tolerable deviation rate)
adalah tingkat maksimum penyimpangan pengendalian yang mana auditor
tetap menerima dan masih menggunakan risiko pengendalian yang
direncanakan. Dalam memutuskan tingkat yang dapapt di toleransi, auditor
harus mempertimbangkan hubungan setiap penyimpangan dengan:
1) Catatan akuntansi yang sedang di uji
2) Beberapa pengendalian intern yang berkaitan
3) Tujuan evaluasi auditor
Auditor harus menyadari bahwa penyimpangan dari pengendalian dapat
meningkatkan risiko, tetapi tidak selalu meningkatkan jumlah kesalahan
dalam catatan akuntansi. Sebagai contoh, tidak adanya persetujuan pada
voucher adalah penyimpangan, namun demikian voucher tersebut bisa jadi
tetap merupakan transaksi yang valid yang harus dicatat.
Pengendalian yang terkait muncul pada saat ada kompensasi atau
pengendalian pembantu pada pengendalian tertentu. Signifikansi
penyimpangan dipengaruhi oleh potensi efektivitas yang berhubungan
dengan pengendalian, seperti review dokumentansi pendukung oleh satu atau
lebih pejabat yang berwenang atas pengecekan perusahaan.
Tingkat penyimpangan yang dapat ditoleransi berhubungan langsung
dengan risiko pengendalian yang direncanakan auditor untuk sebuah
prosedur pengendalian – jika tingkat yang direncanakan rendah, maka
penyimpangan yang dapat ditoleransi rendah, demikian pula sebaliknya.
Pedoman sampling audit meliputi ketentuan-ketentuan berikut untuk
mengkuantifikasi kisaran yang dapat diterima (acceptable range) untuk
penyimpangan yang dapat diterima.

Risiko Pengendalian yang Kisaran Tingkat Penyimpangan


Direncanakan yang Dapat Diterima (%)
Rendah 2-7
Sedang 6-12
Tinggi 11-20

Tingkat penyimpangan yang dapat diterima memiliki pengaruh terbalik


terhadap ukuran sampel. Ilustrasi: Tabel Ukuran Sampel menunjukkan
ukuran sampel yang ditunjukkan dibawah ini untuk mengubah tingkat
penyimpangan yang dapat diterima, pada saat risiko atas penilaian risiko
pengendalian yang terlalu rendah dan tingkat penyimpangan populasi yang
diharapkan masing-masing adalah konstan pada 5% dan 10%.
Tingkat Tingkat
Penyimpangan Ukuran Penyimpangan Ukuran
Yang Dapat Sampel yang Dapat Sampel
Diterima Ditoleransi (%)
2 149 6 49
4 74 8 36

c. Tingkat Penyimpangan Populasi yang Diharapkan


Audittor menggunakan satu atau lebih dari hal-hal berikut untuk
mengestimaasi tingkat penyimpangan populasi yang diharapkan (expected
population deviation rate) untuk setiap pengendalian :
1) Tingkat penyimpangan sampel tahun lalu, yang disesuaikan
berdasarkan pertimbangan auditor dengan perubahan tahun berjalan
dalam efektivitas pengendalian.
2) Estimasi berdasarkan penilaian awal tahun berjalan atas pengendalian
tesebut
3) Tingkat yang ditemukan dalam sampel pendahuluan atas 50 item
yang diperkirakan.

5. Menentukan Metode Pemilihan Sampel


Setelah ukuran sampel ditentukan, metode pemilihan unit sampling dari
populasi tersebut harus dipilih. Item sampel harus dipilih sesuai dengan cara yang
dapat menghasilkan sampel yang mencerminkan populasi. Dengan demikian,
seluruh item dalam populasi harus mempunyai kesempatan untuk dipilih. Untuk
melakukan hal ini, rencana sampling statistik memerlukan penggunaan metode
pemilihan acak. Metode pemilihan acak yang digunakan dalam sampling atribut
adalah sampling nomor acak (random number sampling) dam sampling sistematis
(systematic sampling).
a. Sampling Nomor Acak (Random Number Sampling)
Untuk menggunakan sampling nomor acak (biasa disebut sampling acak
sederhana/simple random sampling), auditor harus mempunyai dasar untuk
menghubungkan nomor-nomor tertentu dengan setiap item dalam populasi.
Kemudian, dengan merujuk ke tabel nomor-nomor acak atau program
komputer yang menghasilkan nomor-nomor acak, pemilihan nomor tersebut
dapat dilakukan dengan memilih item-item yang akan menjadi sampel secara
individual. Auditor juga dapat menggunakan perangkat lunak komputer
untuk mengakses catatan klien dan secara acak memilih transaksi untuk
audit.
Penggunaan tabel nomor acak memudahkan apabila item-item dalam
populasi memiliki nomor yang berurutan. Dalam menggunakan tabel,
auditor harus (1) memilih nomor untuk memulai dalam tabel dengan
membuat ”blind stab” atau secara sembarang memilih nomor untuk
memulai, dan (2) menentukan aturan atau urutan (dari atas ke bawah, kiri ke
kanan, dll) untuk digunakan dalam membaca tabel. Hal tersebut harus
dilakukan secara konsisten.
Tabel nomor acak ditunjukkan dalam Ilustrasi Tabel Nomor Acak
Sebagian. Untuk mengilustrasikan penggunaannya, anggaplah bahwa
sampel yang diinginkan berasal dari populasi faktur penjualan benomor 0001
sampai 4000. Asumsikan lebih lanjut bahwa auditor memilih untuk
menggunakan 4 digit yang pertama, dari setiap nomor berdigit 5, mulai baris
6 pada kolom 1, dan membaca dari atas ke bawah. Dalam kasus seperti ini,
10 faktur yang pertama dalam sampel tersebut akan diberi nomor satu
sampai sepuluh. Perhatikan bahwa nomor untuk memulai, 9287, ditolak
karena ada di luar kisaran nomor-nomor faktur penjualan dalam populasi
tersebut (0001 sampai 4000). Demikian juga, nomor-nomor 7748 dan 4837,
akan ditolak, dan seterusnya.

Ilustrasi: Tabel Nomor Acak


Kolom
Baris (1) (2) (3) (4) (5)
1 04734 4 39426 91035 54839 76873
2 10417 5 19688 83404 42038 48226
3 07514 48374 10 35658 38971 53779
4 52305 86925 16223 25946 90222
5 96357 6 11486 30102 82679 57983
6 Mulai  92870 7 05921 65698 27993 86406
7 1 00500 75924 38803 05386 10072
8 2 34862 93784 52709 15370 96727
9 3 25809 8 21860 36790 76883 20435
10 77487 9 38419 20631 48694 12638

Pada saat memilih sampel acak, terdapat kemungkinan bahwa unit


sampling yang sama bisa terpilih lebih dari satu kali. Jika unit yang terpilih
dua kali tersebut diabaikan (misalnya, dilompati) auditor dikatakan
melakukan sampling tanpa penggantian (sampling without replacement).
Tabel statistik yang digunakan oleh auditor untuk menentukan ukuran
sampel, seperti diilustrasikan sebelumnya, seringkali didasarkan pada
sampling dengan penggantian (sampling with replacement). Oleh karena
itu, sebagai bahan praktik, auditor biasanya membuat sampel tanpa
penggantian karena tidak adanya informasi baru yang akan diperoleh dari
pengujian dua item yang sama. Penggunaan tabel-tabel berdasarkan
sampling dengan penggantian akan menghasilkan ukuran sampel yang lebih
besar, dan kerana itu dipertimbangkan auditor sebagai pendekatan
konservatif.
Banyak paket perangkat lunak komputer menawarkan program standar
yang mencakup generator nomor acak. Program tersebut dapat memberikan
daftar nomor-nomor random atau acak untuk menyesuaikan ukuran sampel.
Di samping itu, perangkat lunak tersebut dapat digunakan untuk
menghasilkan nomor~nomor yang sesuai dengan nomor-nomor yang
nampak dalam populasi (yaitu, nomor-nomor dalam kisaran 0001 sampai
4000 untuk ilustrasi di atas). Generator nomor acak mempercepat proses
perolehan daftar item sampel.

b. Sampling Sistematis (Systematic Sampling)


Sampling sistematis (systematic sampling) terdiri dari pemilihan setiap
item ke-n dalam populasi dari satu atau lebih item awal yang dipilih secara
acak. Interval antara item-item biasanya dianggap sebagai interval lompatan
(skip interval). Pada saat item tunggal yang djpilih sebagai permulaan secara
acak digunakan, interval tersebut dapat dihitung dengan membagi ukuran
populasi dengan ukuran sampel. Dengan demikian, apabila sampel sebesar
40 diperoleh dari populasi sebesar 2.000, interval lompatannya adalah 50
(2.000: 40). Titik awal dalam metode pemilihan ini harus diberi nomor dari
tabel nomor acak yang ada dalam interval 1 sampai 50.
Keuntungan utama dari metode pemilihan sistematis adalah kecepatannya
dibandmgkan dengan metode pemilihan lainnya. Setelah interval dan titik
awal ditentukan, pemilihan sampel dapat segera dimulai. Namun demikian,
hal tersebut tidak memerlukan item dalam populasi untuk menggunakan
metode ini. Auditor (atau komputer) menghitung dengan sederhana setiap
item ke-n.
Ketika menggunakan metode pernilihan sistematis, auditor harus
menandai adanya kemungkinan pola berputar dalam populasi yang serupa
dengan interval lompatan. Dalam kejadian itu, metode pemilihan sistematis
dapat menghasilkan sampel nonacak, dan metode_ pemilihan lainnya harus
dipertimbangkan. Alternatifnya, auditor dapat meminimalkan kemungkinan
bias dengan memilih beberapa titik awal untuk proses pemilihan. Ketika hal
tersebut dilakukan, interval lompatan, sebagaimana ditentukan di depan
dalam bagian ini, dikalikan dengan jumlah titik awal yang dipilih secara
acak, sehingga total ukuran sampel tetap sama.

D. MEMBUAT ATRIBUT SAMPEL SECARA STATISTIK DAN


MENGEVALUASI HASIL-HASILNYA
Membuat sampel mencakup penggunaan kembali item-item yang dipilih untuk
sampel tersebut dan melakukan pengujian pengendalian berdasarkan sampel-
sampel tersebut. Pengevaluasian hasil-hasilnya mencakup penentuan mengenai ada
tidaknya sampel yang mendukung risiko pengendalian yang direncanakan
berdasarkan frekuensi penyimpangan dari pengendalian yang diobservasi dalam
sampel tersebut.
1. Melaksanakan Rencana Sampling
Setelah rencana sampling dirancang, item-item sampel di pilih dan diuji
untuk menentukan sifat dan penyimpanan dari pengendalian.Penyimpanan
meliputi kesalahan dokumen, tidak ada inisial yang menunjukkan kinerja
pengendalian, ketidaksesuaian dalam dokumen dan cacatan yang berkaitan,
tidak adanya harga dengan pengerjaan kembali (reperformance) oleh auditor.
Jika unit sampling adalah dokumen, maka audtor dapat memilih jumlah yang
lebih besar dari yang di butuhkan.Jumlah ‘’ekstra’’ tersebut digunakan sebagai
pengganti apabila ada dokumen yang dibatalkan atau item yang dipilih yang
tidak dapat digunakan dalam sampel yang dibutuhkan.Item yang tidak dapat
diterapkan tersebut terjadi pada aat pengendalian atau atribut tidak ada dalam
item yang dipilih. Sebagai contoh, jika atribut yang di uji adalah ‘’adanya
penerimaan laporan untuk mendukung voucher,’’ maka voucher untuk
pembayaran tagihan bulanan atas jasa fasilitas umum tidak akan dapat
diterapkan, karena laporan penerimaan tidak dibuat untuk jasa. Dengan
demikian, voucher akan di gantikan oleh jumlah ekstera dalam membuat
rencana sampel.

2. Mengevaluasi Hasil-Hasil Sampel


Penyimpangan yang ditemukan dalam sampel harus ditabulasi, diringkas,
dan dievaluasi. Pertimbangan prefesional diperlukan dalam mengevaluasi
faktor-faktor utama pada kesimpulan menyeluruh.
a. Menentukan Tingkat Penyimpangan Sampel
Tingkat Penyimpangan Sampel (sample deviation rate) untuk setiap
pengendalian yang diuji dihitung dengan membagi jumlah penyimpanan
yang ditemukan dengan ukuran sampel yang diuji. Tingkat tersebut
merupakan estimasi terbaik auditor atas tingkat penyimpanan aktual dalam
populasi.

b. Menentukan Batas Penyimpangan Atas


Batas penyimpanan atas (upper deviation limit) menunjukkan tingkat
penyimpanan atas dalam populasi berdasarkan jumlah penyimpangan yang
ditemukan dalam sampel. Batas atas tersebut dinyatakan dalam dalam
bentuk persentase, dan terkadang dianggab sebagai batas ketepatan atsa
yang dapat dicapai (achieved upper precision limit) atau tingkat
penyimpangan populasi maksimum (maximum population deviation rate).
Tingkat penyimpangan atas ditentukan dari tabel evaluasi yang
ditunjukkan dalam Ilustrasi Tabel Evaluasi Sampel Statistik. Untuk
menggunakan tabel tersebut, auditor perlu untuk:
1) Memilih tabel yang sesuai dengan risiko perkiraan risiko
pengendalian yang terlalu rendah.
2) Menemukan kolom yang berisi jumlah penyimpangan actual (bukan
tingkat penyimpangan) yang ditemukan dalam sampel tersebut.
3) Menemukan baris yang berisi ukuran sampel yang digunakan.
4) Membaca batas penyimpangan atas dari perpotongan kolom dan
baris yang ditentukan dalam langkah dua dan tiga.

Batas penyimpangan atas diilustrasikan sebagai berikut:


Risiko atas
Penilaian Risiko Batas
Nomor Ukuran
Pengendalian Penyimpangan
Penyimpangan Sampel
yang Terlalu Atas
Rendah (%)
5 1 100 4,7
5 2 150 4,1
10 3 120 5,5
10 4 200 4,0

Jika ukuran sampel yang digunakan tidak tmapak dalam tabel evaluasi
tersebut, auditor dapat : (a) menggunakan ukuran sampel terbesar dalam
tabel, selama tidak melebihi ukuran sampel yang digunakan, (b) melakukan
interpolasi, (c) memperolehnya dari tabel yang lebih lengkap, atau, (d)
menggunakan program komputer yang akan menghasilkan batas atas untuk
beberapa ukuran sampel. Batas penyimpangan atas yang ditentukan dari
tabel secara implisit termasuk cadangan risiko sampling.Dengan demikian,
bats penyimpangan atas dapat digunakan untuk menentukan apakah sampel
mendukung risiko pengendalian yang direncanakan. Jika batas
penyimpangan atas kurang dari atau sama dengan tingkat penyimpangan
yang dapat ditoleransi dalam merancang sampel, hasilnya mendukung
risiko pengendalian yang direncanakan; jika sebaliknya, hasilnya tidak
mendukug risiko pengendalian yang direncanakan.

Ilustrasi: Tabel Evaluasi Sampel Statistik


Tabel 1. 5% Risiko atas Penilaian Risiko Pengendalian Yang Terlalau Rendah

Ukuran Sampel Jumlah Penyimpangan Aktual yang Ditemukan


0 1 2 3 4 5 6 7 8
25 11,3 17,6 * * * * * * *
30 9,5 14,9 19,5 * * * * * *
35 8,2 12,9 16,9 * * * * * *
40 7,2 11,3 14,9 18,3 * * * * *
45 6,4 10,1 13,3 16,3 19,2 * * * *
50 5,8 9,1 12,1 14,8 17,4 19,9 * * *
55 5,3 8,3 11,0 13,5 15,9 18,1 * * *
60 4,9 7,7 10,1 12,4 14,6 16,7 18.8 * *
65 4,5 7,1 9,4 11,5 13,5 15,5 17,4 19,3 *
70 4,2 6,6 8,7 10,7 12,6 14,4 16,2 18,0 19,7
75 3,9 6,2 8,2 10,0 11,8 13,5 15,2 16,9 18,4
80 3,7 5,8 7,7 9,4 11,1 12,7 14,3 15,8 17,3
90 3,3 5,2 6,8 8,4 9,9 11,3 12,7 14,1 15,5
100 3,0 4,7 6,2 7,6 8,9 10,2 11,5 12,7 14,0
125 2,4 3,7 4,9 6,1 7,2 8,2 9,3 10,3 11,3
150 2,0 3,1 4,1 5,1 6,0 6,9 7,7 8,6 9,4
200 1,5 2,3 3,1 3,8 4,5 5,2 5,8 6,5 7,1

Tabel 2. 10% Risiko atas Penilaian Risiko Pengendalian Yang Terlalau Rendah

Ukuran Sampel Jumlah Penyimpangan Aktual yang Ditemukan


0 1 2 3 4 5 6 7 8
20 10,9 18,1 * * * * * * *
25 8,8 14,7 19,9 * * * * * *
30 7,4 12,4 16,8 * * * * * *
35 6,4 10,7 14,5 18,1 * * * * *
40 5,6 9,4 12,8 15,9 19,0 * * * *
42 5,0 8,4 11,4 14,2 17,0 19,6 * * *
50 4,5 7,6 10,3 12,9 15,4 17,8 * * *
55 4,1 6,9 9,4 11,7 14,0 16,2 18.4 * *
60 3,8 6,3 8,6 10,8 12,9 14,9 16,9 18,8 *
70 3,2 6,3 7,4 9,3 11,1 12,8 14,6 16,2 17,9
80 2,8 4,8 6,5 8,3 9,7 11,3 12,8 14,3 15,7
90 2,5 4,3 5,8 7,3 8,7 10,1 11,4 12,7 14,0
100 2,3 3,8 5,2 6,6 7,8 9,1 10,3 11,5 12,7
120 1,9 3,2 4,4 5,5 6,6 7,6 8,6 9,6 10,6
160 1,4 2,4 3,3 4,1 4,9 5,7 6,5 7,2 8,6
200 1,1 1,9 2,6 3,3 4,0 4,6 5,2 5,8 6,4

c. Menentukan Cadangan untuk Risiko Sampling


Ingat bahwa risiko sampling berkaian dengan kemungkinan bahwa
sampel yang diperoleh secara layak tidak selalu mencerminkan
populasinya. Sebagaimana yang ditunjukkan diatas, evaluasi dapat
dilakukan tanpa menghitung cadangan untuk risiko samping secara
eksplisit. Akan tetapi, pengetahuan bagaimana cadangan ditentukan dapat
membantu proses evaluasi. Cadangan risiko sampling (allowance for
sampling risk) yang ditambahkan pada tingkat penyimpagan sampel
merupakan batas penyimpangan atas yang akan melebihi, atau lebih besar
dari, proporsi tingkat penyimpangan populasi sesungguhnya pada saat itu.
Ketika mengevaluasi tabel yang digunakan, cadangan risiko sampling
ditentukan dengan mengurangi tingkat penyimpangan sampel dari tingkat
penyimpangan atas. Dengan demikian, dalam kasus pertama, tingkat
penyimpangan sampel adalah 1% (1/100) dan cadangannya adalah 3,7%
(4,7% - 1,90%). Jika tiga penyimpangan telah ditemukan dalam sampel
sebesar 100, maka batas penyimpangan atasnya adalah 7,6%, tingkat
penyimpangan sampel 3% (3/100), dan cadangan untuk risiko sampling
4,6% (7,6% - 3,0%).
Cadangan untuk risiko sampling secara langsung berhubungan dengan
jumlah penyimpangan yang ditemukan dalam sampel, sebagaimana
diilustrasikan dengan meningkatnya jumlah tersebut dari 3,7% menjadi
4,6%. Hal ini menunjukkan, dalam sampling statistik, bahwa apabila
tingkat penyimpangan sampel melebihi tingkat penyimpangan populasi
yang diharapkan, cadangan risiko sampling akan lébih besar sehingga
menyebabkan batas penyimpangan atas melebihi tingkat penyimpangan
yang dapat ditoleransi dalam perancangan sampel. Dengan demikian,
generalisasi berikut dapat disajikan:
1) Pada saat tingkat penyimpangan sampel melebihi tingkat
penyimpangan papulasi yang diharapkan, yang digunakan untuk
menentukan ukuran sampel, batas penyimpangan atas akan
melebihi tingkat penyimpangan yang dapat ditoleransi pada tingkat
risiko spesifik atas penilaian risiko pengendalian yang terlalu
rendah, dan hasil sampel tidak akan mendukung risiko pengendalian
yang diharapkan
2) Sebaliknya, pada saat tingkat penyimpangan sampel kurang dari
atau sama dengan tingkat penyimpangan populasi yang diharapkan,
tingkat penyimpangan atas akan kurang atau sama dengan tingkat
penyimpangan yang dapat ditoleransi sebesar risiko atas penilaian
risiko pengendalian yang terlalu rendah, dan hasil sampel tersebut
akan mendukung risiko pengendalian yang diharapkan.

Dari hal tersebut di atas, dapat dilihat bahwa tidak selalu perlu untuk
membandingkan batas penyimpangan atas dengan tingkat penyimpangan
yang dapat ditoleransi untuk mengevaluasi hasil sampel. Dasar yang
digunakan auditor untuk mengevaluasi sampel harus didokumentasikan
dalam kertas kerja.
d. Mempertimbangkan Aspek Penyimpangan Kualitatif
Kesimpulan yang salah dapat terjadi jika auditor hanya memperhatikan
frekuensi penyimpangan. Setiap penyimpangan yang terjadi pada
pengendalian harus dianalisis untuk menentukan hakikat penyimpangan
dan sebab-sebabnya. Penyimpangan dapat disebabkan oleh beberapa
faktor, seperti masuknya karyawan baru, tidak adanya pengalaman,
kesalahpahaman insrruksi, ketidakmampuan, kurang perhatian, dan
pelanggaran.
Auditor juga harus mempertimbangkan apakah penyimpangan secara
langsung dapat mempengaruhi laporan keuangan. Sebagai contoh,
kasalahan harga per unit pada faktur penjualan yang sesuai dengan harga
yang diotorisasi mempunyai dampak terhadap laporan keuangan.
Sebaliknya, tidak adanya verifikasi atas ketepatan perhitungan faktur yang
secara matematis benar tidak menunjukkan salah saji dalam laporan
keuangan. Pertimbangan selanjumya adalah apakah penyimpangan tersebut
merupakan ketidaksesuaian dengan ketentuan. Penyimpangan yang tidak
sistematis umumnya hanya betsifat kebetulan dan tidak terus menerus. Pola
penyimpangan yang sistematis dapat ditunjukkan pada penjabaran
mengenai pengendalian yang mengarah pada sejumlah kesalahan, adanya
upaya untuk salah menyajikan fakta, atau menyembunyikan
ketidaksesuaian. Penyimpangm yang secara langsung mempengaruhi
laporan keuangan atau adanya ketidaksesuaian dengan ketentuan
mempunyai signifikansi audit yang kebih besar.

e. Menarik Kesimpulan Secara Menyeluruh


Auditor menggunakan hasil-hasil dari sampel tersebut, pengetahuan
tentang lingkungan pengendalian dan sistem akuntansi dan pertimbangan
profesional untuk membuat penilaian akhir atas risiko pengendalian untuk
pengendalian yang dicerminkan oleh atribut-atribut yang tercakup dalam
rencana sampling. Penilaian tersebut kemudian digunakan untuk menilai
risiko pcngendalian atas asersi laporan keuangan relevan yang dipengaruhi
oleh kelompok transaksi yang diuji.
Ketika penilaian final atas risiko pengendalian untuk asersi tidak
mendukung tingkat risiko pengendalian yang direncanakan dalam strategi
audit pendahuluan oleh auditor. Strategi tersebut harus direvisi. Ini meliputi
kenaikan risiko pengendalian dan penurunan tingkat risiko deteksi yang
dapat diterima. Untuk mencapai hal ini, auditor biasanya perlu
memodifikasi tingkat pengujian substantif yang direncanakan, yang
munpengaruhi pilihan auditor atas sifat, waktu dan luas perancangan
pengujian-pengujian tersebut. Sebelum merevisi strategi, auditor harus
mempertimbangkm adanya kompensasi pengendalian jika diadakan
pmgujian dan menemukan ketentuan yang mendukung strategi semula.
Penyimpangan dari kebijakan dan prosedur strukktur pengendalian pada
kondisi yang dapat dilaporkan sebagaimana dijelaskan dalam Bab 10 harus
dikomunikasikan kepada manajemen dan komite audit.

E. PERTIMBANGAN-PERTIMBANGAN LAINNYA
1. Sampling Penemuan
Sampling penemuan (discovery sampling) adalah bentuk dari sampling atribut
yang dirancang untuk menemukan sedikitnya satu pengecualian jika tingkat
penyimpangan dalam populasi sama atau diatas tingkat yang ditentukan. Metode
sampling ini digunakan untuk mencari penyimpangan penting yang menunjukkan
adanya ketidaksesuaian dengan ketentuan, seperti terbitnya cek pembayaran gaji
kepadaa karyawan fiktif. Sampling penemuan tepat ketika tingkat penyimpangan
yang diharapkan sangat rendah dan auditor menginginkan sebuah sampel yang
akan memberikan kemungkinan tertentu dari satu keterjadian yang diobservasi.
Sampling penemuan bermanfaat ketika auditor :
a. Sedang menguji sebuah populasi besar yang terdiri dari item-item berisi
proporsi risiko pengendalian yang sangat tinggi
b. Curiga bahwa telah terjadi ketidaksesuaian dengan ketentuan
c. Mencari bukti tambahan dalam sebuah kasus untuk menentukan apakah
ketidaksesuaian dengan ketentuan merupakan kejadian yang terisolasi
atau bagian dari pola yang berulang-ulang

Menurut Rahayu, 2014 membuat sampel mencakup penggunaan kembali


item-item yang dipilih untuk sampel tersebut dan melakukan pengujian
pengendalian berdasarkan sampel-sampel tersebut. Pengevaluasian hasil-
hasilnya mencakup penentuan mengenai ada tidaknya sampel yang mendukung
risiko pengendalian yang direncanakn berdasarkan frekuensi penyimpanan dari
pengendalian yang diobservasi dalam sampel tersebut.
BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
Sampling audit (audit sampling) merupakan penerapan prosedur audit terhadap
unsur-unsur suatu saldo akun atau kelompok transaksi yang kurang dari seratus per
sen dengan tujuan untuk menilai beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok
transaksi tersebut.
Tujuan dari perencanaan sampel adalah memastikan bahwa pengujian audit
dilakukan dengan cara yang memberikan risiko sampling yang diinginkan dan
meminimalkan kemungkinan kesalahan nonsampling. Pemilihan sampel melibatkan
keputusan bagaimana sampel dipilih dari populasi. Auditor baru dapat melksanakan
pengujian audit hanya setelah item sampel dipilih. Pengevaluasian hasil adalah
penarikan kesimpulan berdasarkan pengujian audit.
Standar auditing memungkinkan auditor untuk menggunakan baik metode
sampling statistik maupun nonstatistik. Akan tetapi, jauh lebih lebih penting bahwa
kedua metode itu diterapkan dengan hati-hati. Semua langkah dalam proses harus
diikuti dengan hati-hati.

B. SARAN
Dalam melaksanakan pengujian pengendalian dengan sampling audit hendaknya
auditor memperhatikan hal-hal berikut ini:
1. Sampel penelitian menyebar merata pada suatu entitas, sehingga perlu kehati-
hatian dalam menggeneralisasi hasil pengujian.
2. Kita perlu berfokus pada teknik pengambilan sampel apakah telah atau belum
mencakup evaluasi hasil sampel.
DAFTAR PUSTAKA

Boynton, William C., Raymond N. Johnson, dan Walter G. Kell. 2003. Modern
Auditing. Edisi Ketujuh. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Mranani, Muji. 2009. Penerapan Metode Sampling Audit dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Penggunaan Metode Sampling Audit oleh Auditor BI di
Yogyakarta. https://media.neliti.com/media/publications/23298-ID-penerapan-
metode-sampling-audit-dan-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-penggunaan-
m.pdf diakses pada tanggal 16 November 2019.

Rahayu, Ayu. 2014. Sampling Audit dalam Pengujian Pengendalian Konsep-konsep


Dasar Sampling Audit, Sifat, dan Tujuan Sampling Audit.
https://www.academia.edu/9067614/SAMPLING_AUDIT_DALAM_PENGU
JIAN_PENGENDALIAN_KONSEP-
KONSEP_DASAR_SAMPLING_AUDIT_SIFAT_DAN_TUJUAN_SAMPLI
NG_AUDIT di akses pada tanggal 16 November 2019.

Anda mungkin juga menyukai