Anda di halaman 1dari 27

8

naga medis seorang dokter sipil yang bekerja secara sukarela pada Polisi yaitu dr.

Ghan Tjiu Ham.

Pada tahun 1963 Balai Pengobatan Tri Sakti di ubah

menjadi Poliklinik Dinas Kesehatan Daerah Kepolisian

(Dinkesdak) VI yang kemudian pindah ke JL.Kol.Atmo No. 9

Palembang. Sebagai kepala dinas kesehatan daerah kepolisian

(Kadiskesdak) VI yang pertama adalah Mayor ( Pol) Dr. K,S Pam

Budi dengan di bantu tiga orang dokter dan dua orang pembantu

dokter. Dan juga pada tahun tersebut menjadi seksi kesehatan

jasmani dibawah Polda Sumatra Selatan tahun 1972, Mayor. Pol.

Dr. Tarmizi Yahya sebagai pejabat Kadiskesdak VI. Pada tanggal 1

juli 1975 Diskesdak VI pindah Ke jalan Jendral Sudirman Km 4,5

Palembang. Pada saat itu pula pengelolahan Klinik Bersalin Dinkes

Brimob diserahkan kepala


49 Sikesdak VI, kemudian atas prakarsa
dari Kadin Pol VI Sumbagsel Kesikesjasdak VI Sumbagsel Yaitu

Mayor. Pol Dr. Tarmizi Yahya ( Alm) Poliklinik ini berubah

menjadi RS, berdasarkan Sura Keputusan Kapolri No. Pol. S. Ket

/262/VI/89 tanggal 22 juni 1989 diresmikan nama Rumah Sakit

Polri, kemudian pada tahun 2000 berubah menjadi Rumah Sakit

Bhayangkara TK. IV Polda Sumatra Bagian Selatan sesuai

keputusan Kapolri No. Pol. Skep/1480/XI/2000. Seiring dengan

kebutuhan akan pelayanan bagi anggota Polri dan Pegawai Negeri

Sipil, Keluarga Polri dan purnawirawan serta masyarakat umum,


9

maka Rumah Sakit Bhayangkara Polda bagian Sumatra Selatan.

Pada bulan Oktober 2001 sesuai keputusan Kapolri No.Pol.: Skep /

1549 / X / 2001, Rumah Sakit Bhayangkara TK. IV Polda

Sumatera Selatan TK.III.

Rumah Sakit Bhayangkara Palembang adalah Rumah Sakit

yang diklasifikasikan sebagai Rumah Sakit Bhayangkara Tinggkat

III, yang sekurang-kurangnya mampu memberi pelayanan

kesehatan 11 (sebelas) Spesialis Dasar , antara lain : spesialis

penyakit dalam, spesialis bedah umum, spesialis kesehatan anak,

spesialis anesthesia, spesialis kebidanan dan penyakit kandungan ,

spesialis mulut dan gigi, spesialis kesehatan jiwa, spesialis syaraf,

spesialis THT , spesialis mata, spesialis kulit dan kelamin.

Berdasarkan keputusan Menteri Kesehtan RI Nomor :

YM.01.10/III/2096/2009 tanggal 9 juni 2009 tentang pengakuan

Bahwa Rumah Sakit yang meliputi : Administrasi dan Manajemen,

Pelayanan Medis, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan

keperwatan dan rekam medis.

2.1.2 VISI DAN MISI ORGANISASI

Visi :

Terwujudnya Pelayanan Prima Yang Terstandarisasi Dan Sebagai

Pusat Pelayanan Keperawatan dan Rekam Medis.


10

Misi :

1. Meningkatkan taraf kesehatan anggota Polri, PNS dan

keluarga serta masyarakat pada umumnya

2. Memberikan pelayanan kesehatan yang professional

dan prima

3. Memberikan pelayanan terpadu kecelakaan lalulintas

paripurna

4. Penerapan menejemen “ bebas biaya’’ seara bertahap

bagi anggota dan PNS Polri beserta keluarga

5. Mendukung tugas operasional kepolisian di polda

sumsel secara proaktif

6. Meningkatkan mutu sumber daya manusia.

2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan

2.2.1 Definisi Asuhan Kebidanan

Kebidanan adalah satu bidang ilmu yang mempelajari keilmuan

dan seni yang mempersiapkan kehamilan, menolong persalinan, nifas dan

menyusui, masa interval dan pengaturan kesuburan, klimaterium dan

menopause, bayi baru lahir dan balita, fungsi-fungsi reproduksi manusia

serta memberikan bantuan atau dukungan pada perempuan, keluarga dan

komunitasnya (Rukiyah, 2010).

Asuhan kebidanan adalah prosedur tindakan yang dilakukan oleh

bidan sesuai dengan wewenang dalam lingkup prakteknya berdasarkan


11

ilmu dan kiat kebidanan dengan memperhatikan pengaruh-pengaruh

social, budaya, psikologis, emosional, spiritual, fisik, etika, kode etik, serta

hubungan anara prinsip kemitraan dan perempuan (Nurhayati, 2012).

Asuhan kebidanan kehamilan adalah pelayanan yang diberikan

pada ibu hamil untuk memonitor, mendukung kesehatan ibu dan

mendeteksi ibu apakah ibu hamil normal atau bermasalah

(Rukiyah, 2013).

2.2.2 Tujuan Asuhan Kebidanan

Tujuan asuhan kebidanan secara umum adalah penerapan ilmu

kebidanan, di mana bidan bertanggung jawab atas keputusan dan tindakan

dalam memberikan pelayanan asuhan kebidanan pada klien selama hamil,

bersalin, dan nifas, termasuk keluarga berencana(KB) serta asuhan pada

bayi baru lahir (Nurhayati, 2012)

Tujuan asuhan kehamilan :

1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan

tumbuh kembang ibu dan tumbuh kembang bayi.

2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, sosial ibu

dan bayi.

3. Mengenali secara dini ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin

terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,

kebidanan dan pembedahan.


12

4. Mempersiapkan persalinan yang cukup bulan, melahirkan dengan

selamat ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

5. Mempersiapkan ibu agar nifas berjalan normal dan pemberian asi

ekslusif.

6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam m,enerima kelahiran

bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal (Rukiyah, 2013).

2.2.3 Langkah-Langkah Manajemen Kebidanan

Manejemen kebidanan adalah bentuk pendekatan yang dilakukan

oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan dengan mengunakan

metode pemecahan masalah (Nurhayati, 2012).

Menurut Helen Varney dalam Nurhayati (2012), manajemen

kebidanan terdiri dari 7 langkah yang berurutan, dimana setiap langkah

disempurnakan secara periodik. Ketujuh langkah tersebut terdiri dari

keseluruhan kelangkah kerja yang dapat dipakai dalam situasi. Rangkaian

langkah tersebut adalah sebagai berikut :

Langkah I Pengumpulan Data Dasar

Langkah pertama merupakan awal yang akan menentukan langkah

berikutnya. Mengumpulkan data adalah menghimpun informasi tentang

klien/orang yang meminta asuhan.

Pengumpulan data mengenai seseorang tidak akan selesai jika

informasi yang ingin dikumpulkan sangat banyak dan luas. Maka dari itu,

pertanyaan harus diidentifikasi sebelumnya seperti data apa yang cocok


13

dalam situasi kesehatan seseorang pada saat bersangkutan. Data yang tepat

adalah data yang relevan dengan situasi yang sedang ditinjau. Data yang

mempunyai pengaruh atau hubungan dengan situasi yang sedang ditinjau.

Teknik pengumpulan data ada tiga yaitu observasi, wawancara dan

pemeriksaan.

Langkah II Interpretasi Data Dasar

Pada langkah ini, identifikasi dilakukan terhadap diagnosa atau

masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi data-data yang

dikumpulkan.

Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga

dapat merumuskan diagnosa yang spesifik. Rumusan diagnose dan

masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat diidentifikasi

oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai

diagnosa. Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan

dalam lingkup dan memenuhi standar nomenklatur diagnose kebidanan.

Langkah III Mengidentifikasi Diagnosa Atau Masalah Potensial

Langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial

lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis potensial lain

berdasarkan rangkaian masalah serta diagnosis yang sudah diidentifikasi.

Langkah ini membutuhkan antisipasi (bila memungkinkan dilakukan

pencegahan). Sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-

siap bila diagnosis/ masalah potensial ini benar-benar terjadi.


14

Langkah IV (Keempat) Mengidentifikasi Dan Menetapkan

Kebutuhan Yang Memerlukan Penanganan Segera

Beberapa data menunjukan situasi emergensi, dimana bidan perlu

bertindak segera demi keselamatan ibu dan bayi.Beberapa data

menunjukan situasi yang memerlukan tindakan segera sementara

menunggu instruksi dokter. Tindakan tersebut mungkin juga memerlukan

konsultasi dengan tim kesehatan lain. Bidan mengevaluasi situasi setiap

pasien untuk menentukan kesinambungan dari proses menejemen

kebidanan.

Langkah V (kelima) Merencanakan Asuhan Yang Komprehensif

Langkah kelima adalah perencanaan asuhan ynag

menyeluruh.Langkah ini merupakan kelanjutan menejemen kebidanan

terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau

diantisipasi.Pada langkah ini, informasi atau data dasar dilengkapi apabila

belum lengkap. Suatu rencana asuhan harus disetujui oleh bidan maupun

klien agar menjadi efektif, karena pada akhirnya wanita itulah yang akan

melaksanakan rencana tersebut. Oleh karena itu tugas dalam langkah ini

adalah membuat dan mendiskusikan rencana dengan wanita itu begitu juga

termasuk penegasan terhadap persetujuannya.

Langkah ke VI (keenam) melaksanakan perencanan

Pada langkah keenam ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang

telah diuraikan pada langkah ke-5 dilaksanakan secara efesien dan aman.

Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi
15

oleh ibu, atau anggota tim kesehatan lainnya. Dalam situasi bidan dimana

berkaloborasi dengan dokter untuk menangani ibu yang mengalami

komplikasi, maka ketertiban bidan dalam penatalaksanaan asuhan bagi ibu

adalah bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama

yang menyeluruh tersebut. Penatalaksanaan yang efesien akan

menyangkut waktu dan biaya serta meningkatkan mutu asuhan.

Langkah VII (Ketujuh) Mengevaluasi.

Pada langkah ke VII ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan

yang sudah diberikan meliputi bantuan pemenuhan akan bantuan apakah

benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah

diindentifikasi di dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dapat

dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya. Ada

kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut sudah fektif, sedangkan

sebagian lagi belum. Menejemen kebidanan ini merupakan suatu

kontinum, maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang

tidak efektif melalui proses menejemen tidak efektif, serta melakukan

penyesuaian pada rencana asuhan berikutnya.

2.2.4 Pendekatan Manajemen SOAP

Menurut Helen Varney dalam Rukiyah (2013), alur berpikir bidan

saat menghadapi klimen meliputi tujuh langkah, agar diketahui orang lain

apa yang telah dilakukan oleh seorang bidan melalui proses berfikir

sistematis, maka didokumentasikan dalam bentuk SOAP, yaitu:


16

Subjektif

Menggambarkan pendokumentasian hanya pengumpulan data klien

melalui anamnese tanda gejala subjektif yang diperoleh dan hasil bertanya

dari pasien, suami, atau keluarga, (identitas umum, keluhan, riwayat,

menarch, riwayat perkawinan, riwayat kehamilan, riwat persalinan,

riwayat KB, penyakit, riwayat penyakit keluarga, riwayat penyakit

keturunan, riwayat psikososial, pola hidup).

Objektif

Menggambarkan Pendokumentasian hasil analisa dan fisik klien,

hasil lab, dan test diagnostic lain yang dirumuskan dalam data focus untuk

mendukung,assessment. Tanda gejala objektif yang diperoleh dan hasil

pemeriksaan (tanda KU, vital Sign, Fisik, khusus, kebidanan, pemeriksaan

dalam, laboratorium, dan pemeriksaan penunjang). Pemeriksaan dengan

inspeksi , palpasi, auskultasi, dan perkusi.

Assesment

Masalah atau diagnose yang ditegakkan berdasarkan data atau

informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau disimpulkan.

Karena keadaan pasien terus berubah dan selalu ada informasi baru baik

subjektif maupun objektif, dan sering diungkapkan secara terpisah-pisah,

maka proses pengkajian adalah suatu proses yang dinamik.

Sering menganalisa adalah sesuatu yang penting dalam mengikuti

perkembangan pasien dan menjamin suatu perubahan baru cepat diketahui

dan dapat diikuti sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.


17

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data

Subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi:

1. Diagnosa / masalah

a) Diagnosa adalah rumusan dan hasil pengkajian mengenai kondisi

klien : hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir.berdasarkan hasil

analisa data yang didapat.

b) Masalah segala sesuatu yang menyimpang sehingga kebutuhan

klien terganggu, kemungkinan mengganggu kehamilan atau

kesehatan tetapi tidak masuk dalam diagnosa.

2. Antisipasi masalah lain atau diagnose potensial.

Planning

Menggambarkan pendokumentasian dan perencanaan dan evaluasi

berdasarkan Assesment SOAP untuk perencanaan, implemtasi dan

evaluasi dimasukkan dalam “P”.

1. Perencanaan

Membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan datang. Untuk

mengusahakan tercapainya kondisi pasien yang sebaik mungkin atau

menjaga mempertahankan kesejahteraan proses ini termasuk kriteria

tujuan tertentu dan kebutuhan pasien yang harus dicapai dalam batas

waktu tertentu, tindakan yang diambil harus membantu pasien

mencapai kemajuan dalam kesehatan dan harus sesuai dengan intruksi

dokter, planning merupakan perencanan , pelaksanan dan evaluasi

sesuai dengan analisa yang ditetapkan.


18

2. Implemtasi

Pelaksanaan rencana tindakan untuk menghilangkan dan

mengurangi masalah klien. Tindakan ini harus disetujui oleh klien

kecuali bila tidak dilaksanakan akan membahayakan keselamatan

klien. Oleh karena itu klien harus sebanyak mungkin menjadi bagian

dari proses ini. Bila kondisi klien berubah, intervensi mungkin juga

harus berubah atau disesuaikan.

3. Evaluasi

Jika kriteria tujuan tidak tercapai proses evaluasi dapat menjadi

dasar untuk mengembangkan tindakan altenatif sehingga mencapai

tujuan.

2.3 Konsep Dasar Kehamilan

2.3.1 Pengertian Kehamilan

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan

didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum

dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat

fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam

waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender

internasional. Kehamilan terbagi menjadi 3 trimester, dimana trimester

kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu

ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28

hingga ke-40) (Prawirohardjo, 2010).


19

Proses kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan

terdiri atas : Ovulasi, Migrasi Spermatozoa dan Ovum, Nidasi (implantasi)

pada uterus, pembentukan plasenta serta pertumbuhan dan perkembangan

hasil konsepsi sampai aterm (Sulistyawati, 2011).

2.3.2 Tanda dan Gejala Kehamilan

1. Tanda Tidak Pasti

Tanda tidak Pasti adalah perubahan-perubahan fisiologi yang

dapat dikenali dari pengakuan atau yang dirasakan oleh wanita hamil,

diantaranya: Amenorea (berhentinya menstruasi), Mual (nausea) dan

muntah (emesis), Ngidam (menginginkan makanan tertentu), Syncope

(pingsan), Kelelahan, Payudara tegang, Sering miksi, Konstipasi atau

obstipasi, Pigmentasi kulit, Epulis, Varises (Bandiyah, 2009).

2. Tanda Kemungkinan (Probability Sign)

a. Pembesaran perut

Terjadi akibat pembesaran uterus. Hal ini terjadi pada bulan

keempat kehamilan.

b. Tanda Hegar

Tanda hegar adalah pelunakan dan dapat ditekannya isthmus

uteri.

c. Tanda Goodel

Adalah pelunakan serviks. Pada wanita yang tidak hamil

serviks seperti ujung hidung, sedangkan pada wanita hamil serviks

melunak seperti bibir.


20

d. Tanda Chadwicks

Perubahan warna menjadi keunguan pada vulva dan mukosa

vagina termasuk juga porsio dan serviks.

e. Tanda Piscaseck

Merupakan pembesaran uterus yang tidak simetris.

f. Kontarksi Braxton Hicks

Merupakan peregangan sel-sel otot uterus.

g. Teraba ballottement

h. Pemeriksaan tes biologis kehamilan (planotest) positif.

(Sulistyawati, 2009).

3. Tanda Pasti (Positif Sign)

a. Terdengar denyut jantung janin (DJJ).

b. Terasa gerakan janin.

c. Pada pemeriksaan USG terlihat adanya kantong kehamilan, ada

gambaran embrio.

d. Pada pemeriksaan rontgen terlihat adanya rangka janin (>16

minggu (Sulistyawati, 2009)

2.3.3 Standar Asuhan Kehamilan

Menurut Sulistyawati (2011), standar asuhan kehamilan yaitu:

1. Kunjungan antenatal :

a. Satu kali pada trimester 1( usia kehamilan 0-13 minggu)

b. Satu kali pada trimester 11( usia kehamilan 14-27 minggu).


21

c. Dua kali pada trimester III ( usia kehamilan 28-40 minggu)

2 Asuhan standar minimal 14T :

a. Timbang berat badan

Berat badan ibu hamil akan bertambah antara 6,5 - 10,5 kg selama

hamil atau kenaikan terjadi sekitar 1/2 kg per minggu. Berat badan

yang bertambah terlalu besar atau kurang, perlu mendapat

perhatian khusus karena kemungkinan terjadi penyulit kehamilan.

b. Ukur tekanan darah

Tekanan darah yang normal adalah 110/80 - 120/80 mmHg, hati-

hati ada hipertensi atau preeklampsia. Hipertensi yang ditemukan

pada trimester satu menunjukkan kemungkinan adanya penyakit

hipertensi kronik sedangkan hipertensi yang terjadi setelah

trimester satu kemungkinan merupakan hipertensi yang timbul

dalam kehamilan.

c. Ukur tinggi fundus uteri

Pengukuran tinggi fundus uteri dengan menggunakan pita

sentimeter yang digunakan untuk memperkirakan umur kehamilan.

Bila tinggi fundus uteri tidak sesai dengan usia kehamilan mungkin

terdapat pertumbuhan janin.

d. Pemberian imunisasi tetanus toksoid (TT) lengkap

Vaksin tetanus antenatal dapat menurunkan kematian bayi karena

tetanus. Vaksinasi ini juga dapat mencegah kematian ibu yang

disebabkan oleh tetanus. Jika ibu yang tidak pernah diberikan


22

imunisasi tetanus, ia harus mendapatkan paling sedikitnya 2 kali

suntikan selama kehamilannya, yakni pertama pada saat kunjungan

antenatal pertama dan untuk kedua kali pada 4 minggu kemudian.

e. Pemberian tablet zat besi, minimal 90 tablet selama kehamilan

Tablet ini mengandung 200 mg sulfat ferosus 0,25 mg asam folat

yang diikat dengan laktosa. Tujuan pemberian tablet Fe adalah

untuk memenuhi kebutuhan Fe pada ibu hamil dan nifas, karena

pada masalah kehamilan kebutuhannya meningkat seiring dengan

pertumbuhan janin.

f. Tes terhadap penyakit menular seksual (PMS) bila diperlukan

Pemeriksaan ini dilakukan pada pertama kali ibu datang yang

diambil spesimen darah vena ± 2 cc. Bertujuan untuk mengetahui

adanya treponemapalidum atau penyakit menular seksual.

g. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan

Suatu bentuk wawancara untuk memperoleh pengertian yang lebih

baik mengenai dirinya untuk memahami dan mengatasi

permasalahan yang sedang dihadapinya.

h. Tes / Pemeriksaan HB

Pemeriksaan HB dilakukan pada kunjungan ibu hamil pertama

kali, pemeriksaan HB ini adalah salah satu upaya untuk mendeteksi

anemia pada ibu hamil.

i. Tes / Pemeriksaan urine protein


23

Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui adanya protein dalam

urin ibu hamil.

j. Tes reduksi urine

Dilakukan pemeriksaan urin reduksi hanya kepada ibu dengan

indikasi penyakit DM atau riwayat penyakit pada keluarga ibu dan

suami.

k. Perawatan payudara (tekan,pijat payudara)

Meliputi senam payudara, perawatan payusdara, pijat tekan

payudara yang di tujukan kepada ibu hamil.

l. Pemeliharaan tingkat kebugaran (senam hamil)

Senam ibu hamil bermanfaat untuk membantu ibu dalam

mempersiapkan persalinan dan mempercepat pemulihan setelah

melahirkan serta mencegah sembelit.

m. Terapi yodium kapsul (khusus daerah endemic gondok)

Di berikan pada kasus gangguan akibat kekurangan yodium di

daerah edemis, gangguan ini adalah rangkaian efek kekurangan

yodium pada tumbuh kembang manusia.

n. Terapi obat malaria

Malaria adalah suatu penyakit menular yang di sebabkan oleh

gigitan nyamuk anopheles yang terinfeksi. Dampak penyakit

tersebut mengakibatkankepada ibu hamil yakni kehamilan muda

dapat terjadi abortus, partus prematorus juga anemia. (khusus

kebidanan).
24

2.3.4 Komplikasi Kehamilan

Patofisiologi yang sering terjadi pada kehamilan adalah : Pada

trimester I dan II anemia kehamilan, Hiperemesis Gravidarum (HEG),

abortus, kehamilan ektopik, kehamilan molahidatidosa, pada trimester III

kehamilan dengan hipertensi dan preeklamsi (Bandiyah, 2009).

1.4 Konsep Dasar Abortus

2.4.1 Pengertian Abortus

Abortus adalah terhentinya kehamilan sebelum minggu ke

20 minggu (dihitung dari hari pertama mestruasi terakhir). Definisi

lain menyebutkan abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi

dengan berat < 500 gram (Nugroho, 2012)

Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin

mampu hidup diluar kandungan dengan berat badan kurang dari

1000 gram atau umur kehamilan kurang dari 28 minggu

(Sukarni, 2013).

Abortus adalah suatu ancaman atau pengeluaran hasil

konsepsi ( pertemuan sel telur dan sel sperma) pada usia kehamilan

kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram,

sebelum janin dapat hidup dalam kandungan. ( nugroho,2011)


25

2.4.2 Etiologi Abortus

Hal-hal yang dapat menyebabkan abortus menurut Norma (2013),

dapat dibagi sebagai berikut:

1. Infeksi akut virus, misalnya cacar, rubella,hepatitis, infeksi bakteri,

Infeksi kronis misalnya sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada

trimester kedua. Tuberkolosis paru.

2. Penyakit kronis, misalnya hipertensi, diabetes, anemia berat, penyakit

jantung, toxemia gravidarum, gangguan fsikologis, misalnya

syok,ketakutan dan lain-lain.

3. Penyebab yang bersifat lokal : fibroid, inkomplentesia servik, radang

pelvis kronis, endometritis,retroversi kronis, hubungan seksual yang

berlebihan sewaktu hamil sehingga menyebabkan hiperemia dan

abortus,kelainan alat kandungan, gangguan kelenjar gondok,penyebab

dari segi janin / plasenta, kematian janin akibat kelainan bawaan,

kelainan kromosom, lingkungan yang kurang sempurna.

4. Penyakit plasenta, misalnya inflamasi dan degenerasi Abortus spontan

dapat terjadi pada trimester pertama kehamilan yang meliputi 85 % dari

kejadian abortus spontan dan cenderung disebabkan oleh faktor-faktor

fetal. Sementara abortus spontan yang terjadi pada trimester kedua lebih

cenderung disebabkan oleh faktor-faktor maternal termasuk

inkompetensia servik, anomali kavum uterus yang kongetial atau

didapat, hipotiroid, diabetes melitus, nefritis kronik, infeksi akut oleh


26

penggunaan kokain, gangguan immunologi, dan gangguan psikologis

tertentu.

Menurut Norma (2013), faktor – faktor penyebab terjadinya

abortus spontan adalah:

1. Faktor fetal sekitar 2/3 dari abortus spontan pada trimester pertama

merupakan anomali kromosom dengan ½ dari jumlah tersebut

adalah trisomi, triploidi, atau monosomi 45X.

2. Faktor maternal terdiri dari faktor endokrin diantaranya adalah

diabetes melitus tak terkontrol, hipo dan hipertiroid.dan faktor-

faktor anatomi termasuk malformasi kongenital, defek uterus yang

didapat ( astherman’s syndrome dan defek sekunder terhadap

dietilestilbestol ).

3. Faktor –faktor immunologi yaitu pada kehamilan normal, sistem

imun maternal tidak bereaksi terhadap spermatozoa atau embrio.

Namun 40% pada abortus berulang diperkirakan secara

immunologis kehadiran fetus tidak dapat diterima.respon imun

dapat dipicu oleh beragam faktor endogen dan eksogen, termasuk

pembentukan antibodi dan autoimun (antibodi antifosfolipid,

antobodi antinuclear, aktivasi sel B poloklonal)

4. Trombofilia merupakan keadaan hiperkoagulasi yang berhubungan

dengan predisposisi terhadap trombolitik.

5. Infeksi maternal yang memperlihatkan hubungan yang jelas

dengan abortus spontan termasuk sifilis, B19, HIV, dan malaria.


27

6. Faktor –faktor eksogen, meliputi:bahan-bahan kimia gas anastes,

air yang tercemar, dioxin, pesitisida,

7. Gaya hidup yang seperti merokok dan alkoholisme penelitian

epidemologi mengenai merokok tembakau dan abortus spontan

menemukan bahwa merokok tembakau dapat sedikit meningkatkan

resiko untuk terjadinya abortus spontan.

8. Radiasi ionisasi dikenal menyebabkan gangguan hasil reproduksi.

2.4.3 Patofisiologi

Sebagian besar abortus spontan terjadi setelah kematian janin yang

akan di ikuti adanya perdarahan pada desidua basalis, lalu akan terjadi

perubahan-perubahan nekrotik pada daerah implantasi. Hasil konsepsi

akan terlepas seluruhnya atau sebagian yang akan di anggap sebagai benda

asing di dalam rahim, dan hal inilah yang menyebabkan kontraksi.

Seringkali fetus tak tampak (blighted ovum).

Perlu ditekankan bahwa pada abortus spontan, kematian embrio

biasanya terjadi paling lama 2 minggu sebelum perdarahan, maka dari itu

ada yang menganggap bahwa pengobatan untuk mempertahankan bayi

kurang tepat jika telah terjadi perdarahan banyak. Sebelum minggu

kesepuluh biasanya hasil konsepsi di keluarkan dengan lengkap. Hal ini

disebabkan karena sebelum 10 vili korealis belum melekat erat ke dalam

desidua hingga telur bisa terlepas seluruhnya.


28

Antara minggu ke 10-12 korion tumbuh dengan cepat dan vili

korealis melekat dengan erat ke desidua sehingga saat abortus sering

terdapat sisa sisa konsepsi yang tertinggal dan banyak menimbulkan

perdarahan.pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin di keluarkan dalam

berbagai bentuk, kantong kecil dengan bentuk janin yang tak jelas

(blighted ovum), janin lahir mati, janin masih hidup, mola krueta, fetus

kompresus, maserasi atau fetus papiraseus (Setyaningrum, 2013).

2.4.4 Diagnosis

Abortus dapat diduga bila seorang wanita dalam masa reproduksi

mengeluh tentang perdarahan pervaginam setelah mengalami haid

terlambat, sering pula terdapat rasa mulas.kecurigaan tersebut dapat

diperkuat dengan ditentukannya kehamilan muda pada pemeriksaan

bimanual dan dengan tes kehamilan secara biologis (gali mainini) atau

imunologi ( pregnosticon, gravindex) bilamana hal itu dikerjakan. Harus

diperhatikan macam dan banyaknya perdarahan, pembukaan servik, dan

adanya jaringan dalam kavum uterus atau vagina ( Norma, 2013).

2.4.5 Klasifikasi Abortus

Menurut Rukiyah (2010) Abortus dapat diklasifikasikan menjadi

beberapa bagian beserta tanda-tandanya :

1.Abortus spontan adalah abortus yang terjadi tidak di ketahui didahului

faktor-faktor mekanik ataupun medisinalis,semata-mata disebabkan oleh

faktor alamiah (20% dari semua abortus).


29

a. Abortus imminens adalah terjadi perdarahan bercak yang menunjuk

ancaman terhadap kelangsungan suatu kehamilan. Dalam kondisi ini

kehamilan mungkin berlanjut atau dipertahankan, ditandai dengan

perdarahan bercak hingga sedang, servik tertutup ( karena pada saat

pemeriksaan dalam belum ada pembukaan), uterus sesuai usia gestasi,

kram perut bawah, nyeri memilin karena kontraksi tidak ada atau

sedikit sekali, tidak ditemukan kelainan pada serviks.

b. Abortus inpisiens adalah terjadi perdarahn ringan hingga sedang pada

kehamilan muda dimanahasil konsepsi masih berada dalam kavum

uteri. Kondisi ini menunjukan proses abortus sedang berlangsung dan

akan berlanjut menjadi abortus inkomplit atau komplit, dengan tanda-

tanda perdarahan sedang / banyak, kadang –kadang keluar gumpalan

darah, serviks terbuka, uterus sesuai masa kehamilan, kram nyeri perut

bawah karena kontraksi rahim kuat, akibat kontraksi uterus terjadib

pembukaan, belum terjadi eksplusi hasil konsepsi.

c. Abortus inkomplit adalah perdarahan pada kehamilan muda dimana

sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis

serviks yang tertinggal pada desidua atau plasenta ditandai:perdarahan

sedang, perdarahan berlabgsung terus,serviks terbuka, karena masih

ada benda didalam uterus yang dianggap orpus alliem maka uterus

akan berusaha mengeluarkan dengan mengadakan kontraksi tetapi

kalau keadaan dibiarkan lama, serviks akan menutup kembali.


30

d. Abortus komplit adalah perdarahn pada kehamilan muda diman

seluruh dari hasil konsepsi telah dikeluarkan dari kavumuteri, ditandai

dengan perdarahan bercak hingga sedang, serviks tertutup / terbuka,

uterus lebih kecil dari usia gestasi, sedikit atau tanpa nyeri perut

bawah.

e. missed abortion adalah perdarahan pada kehamilan muda, disertai

retensi hasil konsepsi yang telah mati, hingga 8 minggu lebih.

f. Abortus hubitualis adalah suatu keadaan diman penderita mengalami

keguguran berturut-turut 3x atau lebih. Menurut HERIG abortus

spontan terjadi dalam 10% dari kehamilan dan abortus habitualis 3,6-

9,8% dari abortus spontan.

2.Abortus Provakotus adalah Abortus yang disengaja, baik dengan memakai

obat-obatan maupun alat-alat. Abortus ini terbagi lagi menjadi:

a. Abortus Medisinalis adalah abortus karena tindakan kita sendiri,

dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa

ibu (berdasarkan indikasi medis)

b. Abortus Kriminals adalah abortus yang di sengaja karena tindakan –

tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.

2.4.6 Komplikasi
31

Menurut Norma (2013), komplikasi yang serius kebanyakan terjadi

pada fase abortus yang tidak aman ( unsafe abortion ) walaupun kadang-

kadang dijumpai juga pada abortus spontan. Komplikasi dapat berupa

perdarahan, kegagalan ginjal, infeksi, syok akibat perdarahan dan infeksi

sepsis.

1. Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dan sisa-sisa hasil

konsepsi dan jika perlu pemberian tranfusi darah. Kematian karena

perdarahn dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada

waktunya.

2. Perofasi jika terjadi peristiwa ini penderita perlu diamati dengan teliti

jika ada tanda bahaya perlu segera lakukan laparatomi.

3. Infeksi dalam uterus dan adneska dapat terjadi dalam setiap abortus tetapi

biasanya didapatkan pada abortus inkomplit yang berkaitan erat dengan

suatu abortus yang tidak aman (unsafe abortion).

4. Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan

karena infeksi berat(syok endoseptik).

1.5 Konsep Dasar Abortus inkomplit

1.6 2.5.1 Pengertian

Abortus inkomplit adalah terjadinya perdarahan uterus pada

kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu, atau berat janin kurang

dari 500 gram, (norma,2013).


32

Abortus inkomplit dicurigai bila terdapat pengeluaran vagina yang

mengandung darah, atau perdarahan pervaginam pada trimester pertama

kehamilan. Abortus inkomplit dapat atau tanpa disertai rasa mulas ringan,

sama dengan pada waktu menstruasi atau nyeri pinggang bawah.

perdarahan pada abortus imminens seringkali hanya sedikit, namun hal

tersebut berlangsung beberapa hari atau minggu (Norma, 2013).

2.5.2 Etiologi

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya abortus antara

lain adalah : Insfeksi akut virus (cacar, rubella, hepatitis ),infeksi bakteri

(streptokokus), parasit (malaria), infeksi kronis (sifilis biasanya

menyebabkan abortus pada trimester kedua) , keracunan (keracunan timah,

air raksa), penyakit kronis (hipertensi, diabetes, anemia berat, jantung,

toxemia gravidarum), gangguan fisiologis (syok, ketakutan), trauma fisik,

penyebab yang bersifat lokal ( fibroid, inkompetensia serviks, radang

pelvis kronis,endometritis, retroversi kronis, hubungan seksual yang

berlebihan sewaktu hamil ), kelainan alat kandungan, gangguan kelenjar

gondok, penyebab dari segi janin/ plasenta, kematian janin akibat kelainan

bawaan, kelainan kromosom, lingkungan yang kurang sempurna

(Nugroho, 2012).

2.5.3 Tanda dan gejala

Tanda dan gejala pada abortus inkomplit:

- Perdarahan memanjang sampai terjadi keadaan enemis,

- Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat,


33

- Terjadinya infeksi ditandai dengan suhu tinggi,

- Dapat terjadi degenarasi dengan suhu tinggi, ( sukarni, 2013)

2.5.4 Diagnosis

Abortus inkomplit didefinikan sebagai perdarahan vaaginal pada

wanita yang hamil. Perdarahan trimester pertama memiliki diagnosis yang

berbeda dan luas dan harus dievaluasi riwayat secara keseluruhan dan

pemeriksaan fisik. pelvic ultrasound digunakan untuk memvisualisasikan

detak jantung janin dan untuk menentukan apakah kehamilan masih layak.

uji laboratorium perlu dilakukan termasuk kalium hidroksida, pemeriksaan

mikroskopis cairan vagina, hitung darah lengkap, uji RH, dan pemeriksaan

HCG (Fauziyah, 2012).

1. Pemeriksaan Penunjang:

a. USG kehamilan untuk mendeteksi adanya kantong kehamilan

(Gestational Sac) dan keadaan janin

b. Dilakukan Tes laboratorium untuk memeriksa kadar fibrinogen

darah pada missed abortion

c. Dari hasil USG didapatkan buah kehamilan utuh dan masih bisa

dipertahankan (Nugroho, 2012).

2.5.5 Penatalaksanaan

Menurut (nugroho, 2011) penatalaksanaan abortus inkomplit yaitu :


34

1. Trimester 1 dengan sedikit perdarahan, tanpa desertai kram.

a. Tirah baring tidak terlalu bermanfaat, aktivitas normal dapat

dilanjutkan kembali kecuali wanita merasa tidaak nyaman atau lebih

memilih untuk istirahat

b. Istirahatkan panggul (tidak berhubungan seksual, tidak melakukan

irigasi, atau memasukkan sesuatu ke vagina)

c. Segera beritahu bidan jika terdapat : pendarahan meningkat, Kram

dan nyeri pinggang meningkat, Semburan cairan dari vagina,

Demam atau gejala mirip flu

d. Tidak melakukan aktivitas seksual yang menimbulkan orgasme

2. Periksakan pada hari berikutnya di rumah sakit: Evaluasi tanda-tanda

vital, pemeriksaan dengan speculum-merupakan skrining vaginitis

dan servisitis; observasi bukaan serviks, tonjolan kantong ketuban,

bekuan darah, atau bagian-bagian janin, Pemeriksaan bimanual-

ukuran uterus, dilatasi, nyeri tekan, effacement, serta kondisi

ketuban. Dapatkan nilai hemoglobin dann hidup janin, tanggal

kelairan, dan jika mungkin untuk menenangkan wanita.

3. Jika pemeriksaan fisik dan ultrasound negative, tenangkan ibu, kaji

ulang gejala bahaya dan pertahankan nilai normal.

4. Konsultasi ke dokter jika terjadi perdarahan hebat, kram meningkat,

atau hasil pemeriksaan fisik dan ultrasound menunjukan hasil

abnormal.

Anda mungkin juga menyukai