Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pernikahan merupakan ikatan batin antara pria dan wanita sebagai suami

istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan

kekal berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa. Manusia dalam proses

perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan pasangan hidup

yang dapat memberikan keturunan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Hal

ini dimaksudkan bahwa perkawinan itu hendaknya berlangsung seumur hidup

dan tidak boleh berakhir begitu saja. Pernikahan dini atau kawin muda

merupakan pernikahan yang dilakukan oleh pasangan ataupun salah satu

pasangannya masih dikategorikan remaja yang berusia dibawah 19 tahun.

Batasan usia remaja menurut WHO 2012 adalah 12 sampai 24 tahun. Menurut

Menteri Kesehatan RI tahun 2010, batas usia remaja adalah antara 10 sampai 19

tahun dan belum kawin. Sementara menurut BKKBN batasan usia remaja

adalah 10 – 21 tahun (Zurnila dan Latifah, 2017).

Menurut data yang dikeluarkan Unicef 2018, sekitar 21% perempuan dan

4% laki - laki di dunia yang menikah sebelum 18 tahun. Dari data tersebut di

dapatkan sekitar 650 juta perempuan yang menikah ketika masih dalam

kategori anak- anak dengan angka 12 juta dibawah 18 tahun yang menikah

pertahunnya (Noviyanti dan Rifki, 2018). Praktek pernikahan usia dini paling

banyak terjadi di Afrika dan Asia Tenggara. Di Asia Tenggara didapatkan data

1
bahwa sekitar 10 juta anak usia dibawah 18 tahun telah menikah, sedangkan di

Afrika diperkirakan 42% dari populasi anak, menikah sebelum mereka berusia

18 tahun. Di Amerika Latin dan Karibia, 29% wanita muda menikah saat

mereka berusia 18 tahun. Prevalensi tinggi kasus pernikahan usia dini tercatat

di Nigeria (79%), Kongo (74%), Afganistan (54%), dan Bangladesh (51%).

Secara umum, pernikahan anak lebih sering terjadi pada anak perempuan

dibandingkan anak laki-laki, sekitar 5% anak laki-laki menikah sebelum

mereka berusia 19 tahun. Selain itu didapatkan pula bahwa perempuan tiga kali

lebih banyak menikah dini dibandingkan laki-laki (Hertika, 2017 dalam Nurul

dan Ratna, 2019).

Indonesia termasuk negara dengan persentase pernikahan usia muda

tertinggi di dunia (ranking 37), dan tertinggi kedua di ASEAN setelah kamboja,

pada tahun 2016 terdapat 158 negara dengan usia legal minimum menikah

adalah 18 tahun keatas,dan di Indonesia masih diluar itu (Rahmad, 2017 dalam

Nurul dan Ratna, 2019). Badan Pusat Statistik (BPS) bekerja sama dengan

Badan Dunia untuk Anak (UNICEF) merilis laporan analisis data perkawinan

usia anak pertama kalinya di Indonesia. Pada laporan tersebut, angka

perkawinan usia anak atau di bawah 18 tahun di Indonesia masih tinggi, sekitar

23 persen. BPS 2016 juga mencatat bahwa angka kejadian atau prevalensi

pernikahan anak lebih banyak terjadi di pedesaan dengan angka 27,11 persen

dibandingkan di perkotaan yang berada pada 17,09 persen (Yanti et al, 2018).

Di Provinsi Banten terdapat sebesar 1,71 persen anak perempuan berumur

10-17 tahun berstatus kawin dan pernah kawin dengan persentase terbesar

2
terdapat di Kabupaten Lebak (4,52 persen) dan persentase terkecil terdapat di

Kota Tangerang (0,23 persen). Persentase anak perempuan berumur 10 - 17

tahun yang berstatus kawin dan pernah kawin di daerah pedesaan sebesar 2,69

persen, dengan rincian sebesar 2,34 persen berstatus kawin dan 0,35 persen

berstatus cerai hidup. Sementara untuk daerah perkotaan sebesar 1,20 persen,

dengan rincian sebesar 1,20 persen berstatus kawin dan 0,00 persen berstatus

cerai hidup. (Nintinjri dan Melly, 2018).

Menurut UU perkawinan No 1 tahun 1974 pasal 7 bahwa perkawinan

diijinkan bila laki-laki berumur 19 tahun dan wanita berumur 16 tahun. Namun

dari sudut pandang kesehatan, usia perempuan yang siap secara fisik dan

mental untuk menikah adalah 21 tahun, sedangkan laki-laki pada usia 25 tahun.

Dari sekian banyak hasrat manusia, hasrat seksual yang sulit di kontrol diri dan

salah satu efeknya adalah terjadinya pernikahan di usia muda. Pernikahan dini

bukanlah fenomena baru, baik di indonesia maupun di negara-negara lain

(Janiwarty dan Pieter, 2013 dalam Yanti et al., 2018)

Dampak biologis yang banyak diderita wanita yang menikah usia dini

ialah infeksi pada kandungan dan kanker mulut rahim. Menikah dini dapat

mengubah sel normal menjadi sel ganas yang pada akhirnya akan menyebabkan

infeksi kandungan dan kanker, dikarenakan masa peralihan dari sel anak-anak

ke sel dewasa. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata

penderita infeksi kandungan dan kanker mulut rahim adalah wanita yang

menikah di usia dini 16 tahun. Untuk resiko kebidanan, hamil di bawah 19

3
tahun berisiko pada kematian, terjadinya pendarahan, keguguran, hamil anggur

dan hamil premature (Janiwarty dan Pieter, 2013 dalam Yanti et al., 2018).

Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab ataupun faktor pendorong

terjadinya pernikahan dini yaitu pengetahuan, pendidikan orang tua, peranan

orang tua, ekonomi, lingkungan, dan budaya/adat. Semakin tinggi tingkat

pengetahuan seseorang maka semakin tinggi pula kemampuan individu tersebut

di dalam melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian

tersebut inilah yang akan menjadi landasan seseorang untuk bertindak yang

dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan adalah pendidikan, umur, lingkungan

dan sosial budaya. Semakin tinggi tingkat pendidikan dan status sosial

seseorang maka tingkat pengetahuannya akan semakin tinggi pula. Ada

hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku. Anak yang mempunyai

pengetahuan yang baik maka ada kecenderungan untuk berperilaku yang baik

pula (Diaz, 2017 dalam Eka et al., 2018).

Berdasarkan dari survei awal yang dilakukan di Desa Cisuren pada

tanggal 19 oktober 2019 dengan melakukan wawancara kepada 7 remaja putri

yang telah melakukan pernikahan dini di usia rentang < 20 tahun, terdapat 5

orang telah mengalami kehamilan dan persalinan pada usia yang muda dan

sebanyak 2 orang yang melahirkan mengalami berat badan lahir di bawah 2500

gram.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti merasa tertarik untuk

melakukan penelitian tentang Faktor-faktor yang berhubungan dengan

4
pernikahan dini pada remaja putri di Desa Cisuren, Kecamatan Bayah,

Kabupaten Lebak-Banten pada tahun 2019.

1.2 Rumusan Masalah

Jumlah pernikahan di desa Cisuren pada bulan Januari 2017 sampai

dengan bulan November 2019, terdapat 192 pernikahan dengan rata-rata usia

pertama menikan pada wanita yaitu 19 tahun, yang mana usia 19 tahun ini

termasuk usia remaja dan di Desa Cisuren ini sudah menjadi tradisi untuk

menikah pada usia muda. Oleh karena itu peneliti merasa tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai analisis pernikahan dini di Desa Cisuren,

Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak-Banten pada tahun 2019.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pernikahan

dini pada remaja putri di Desa Cisuren, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak-

Banten pada tahun 2019.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kejadian pernikahan dini di Desa

Cisuren, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak-Banten pada tahun 2019.

b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan responden,

pendidikan orang tua, peranan orang tua, ekonomi, lingkungan, dan

5
budaya/adat di Desa Cisuren, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak-

Banten pada tahun 2019.

c. Mengetahui hubungan antara pernikahan dini dengan pengetahuan,

pendidikan orang tua, peranan orang tua, ekonomi, lingkungan, dan

budaya/adat di Desa Cisuren, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak-

Banten pada tahun 2019.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Lahan Penelitian

Sebagai sumber informasi yang dapat digunakan untuk menambah

pengetahuan seluruh remaja mengenai dampak pernikahan dini.

1.4.2 Bagi Responden

sebagai masukan kepada responden untuk memberikan masukan dalam

program peningkatan pengetahuan tentang resiko pernikahan dini.

1.4.3 Bagi Institusi

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan bacaan di

perpustakaan dan diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan penelitian

selanjutnya.

1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti berharap semoga penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

atau referensi bagi mahasiswa lain dalam melakukan penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai