Disusun oleh :
Acep Maskur (312017004)
Ade Hasanudin (312017006)
Puji dan syukur hanyalah milik Allah SWT, yang alhamdulillah kami telah
menyelesaikan makalah Penurunan Curah Jantung ini untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah. Shalawat dan salam semoga tetap
tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, shahabat dan umatnya sampai
akhir zaman.
Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam penyelesaian makalah ini, terutama Dosen Pembimbing
Ibu Santy Sanusi, S.Kep., Ners, M.Kep.
Kami menyadari betul bahwa memang makalah ini belum sempurna seutuhnya .
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran guna untuk perbaikan di
masa yang akan datang.
Terakhir pesan dari kami semoga makalah ini dapat dipahami dan selanjutnya
dapat di manfaatkan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL .................................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar belakang ........................................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan ....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................... 4
2.1 Pengertian ................................................................................................................. 4
2.2 Anatomi dan Fisiologi................................................................................................ 5
2.2.1 Anatomi jantung ................................................................................................ 5
2.2.2 Fisiologi jantung ................................................................................................. 6
2.3 Etiologi ...................................................................................................................... 7
2.4 Patofisiologi............................................................................................................... 8
2.5 Tanda dan Gejala ...................................................................................................... 9
2.6 Pemeriksaan Penunjang.......................................................................................... 11
2.7 Penatalaksanaan ..................................................................................................... 12
2.7.1 Non Farmakologis ............................................................................................ 12
2.7.2 Farmakologis .................................................................................................... 12
2.7.3 Pendidikan Kesehatan ...................................................................................... 13
2.8 Pathway................................................................................................................... 14
2.9 Fokus Intervensi Keperawatan................................................................................ 15
a. Penurunan Curah Jantung ......................................................................................... 15
b. Risiko penurunan curah jantung ............................................................................... 17
c. Intoleransi Aktivitas ................................................................................................... 18
d. Kelebihan Volume Cairan .......................................................................................... 19
e. Gangguan Pertukaran Gas ........................................................................................ 19
BAB IV KESIMPULAN ......................................................................................................... 33
ii
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 34
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Anatomi Jantung ............................................................................................. 5
Gambar 2.2 Pathway dan perumusan diagnosa keperawatan ......................................... 14
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Rencana Asuhan Keperawatan.......................................................................... 21
Tabel 2.2 Analisa Jurnal..................................................................................................... 24
v
BAB I PENDAHULUAN
ini dapat dilakukan dengan baik apabila kemampuan otot jantung untuk
yang baik. Bila ditemukan ketidaknormalan pada salah satu di atas maka
Gagal jantung berkembang saat jantung tidak dapat secara efektif mengisi
atau berkontraksi cukup kuat agar dapat berfungsi sebagai sebuah pompa
1
2
iskemia atau infark miokardium atau akibat gangguan otot jantung primer
2015)
2.1 Pengertian
Penurunan curah jantung adalah ketidakadekuatan darah yang dipompa
oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh. (Herdman,
2016)
Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung kongestif adalah suatu
keadaan patofisiologis adanya kelainan fungsi jantung berakibat jantung
gagal memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
jaringan, dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian
tekanan pengisian ventrikel kiri. (Mansjoer, 2008)
4
5
Impuls jantung terdiri dari Nodus Sinoatrial (SA) sebagai pemacu alami
jantung. SA terletak di dalam atrium kanan dekat muara vena kava
superior. Sinyal listrik yang dimulai dari SA kemudian di hantarkan
melalui jalur berkas lalu ke Atrioventrikular (AV) di atas Septum
Interventrikel, kemudian setelah di AV menuju berkas yang ada disebelah
kanan septum interventrikuler, setelah ini berakhir di jaringan yang
kompleks yaitu System purkinje, yang menghantarkan ke seluruh
permukaan dalam ke dalam ventrikel.
c. Curah Jantung
Curah jantung tergantung dari hubungan yang terdapat antara dua buah
ventrikel yaitu frekuensi jantung dan curah sekuncup. Curah jantung
7
adalah jumlah darah yang dipompa oleh ventrikel tiap menit. Frekuensi
jantung sebagian besar di bawah pengaturan denyut intrinsik antara saraf
otonom serabut parasimpatik dan saraf simpatik mempengaruhi kecepatan
dan frekuensi denyut jantung atau kontraksi impuls. Pada jantung normal
maka pengaruh sistem saraf parasimpatik tampak dominan dalam
mempertahankan kecepatan denyut jantung tetapi jantung yang abnormal
maka pengaruh sistem saraf simpatik yang dominan dalam
mempertahankan kompensasi jantung. Besar curah jantung seseorang tidak
selalu sama tergantung pada keaktifan tubuhnya. Curah jantung akan
meningkat pada waktu kerja berat, stres, peningkatan suhu lingkungan,
sedangkan menurun pada waktu tidur. (Syaifuddin, 2006)
2.3 Etiologi
Gagal jantung merupakan hasil dari suatu kondisi yang menyebabkan over
load volume, tekanan dan disfungsi miokard, gangguan pengisian atau
peningkatan kebutuhan metabolik. (Udjianti, 2013)
Penyebab dari gagal jantung antara lain:
a. Kelainan Otot Jantung
Gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,
menyebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari
penyebab kelainan fungsi otot mencakup aterosklerosis koroner, hipertensi
arterial dan penyakit degenerative atau inflamasi.
b. Aterosklerosis Koroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah
ke otot jantung. Terjadinya hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan
asam laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya
mendahului terjadinya gagal jantung.
c. Hipertensi Sistemik atau Pulmonal
(Peningkatan afterload) mengakibatkan beban kerja jantung dan pada
gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek tersebut
(hipertrofi miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi
8
2.4 Patofisiologi
Respons dari fisiologis gagal jantung akan memunculkan manifestasi seperti
peningkatan frekuensi denyut jantung (takikardi), dilatasi pulmonal,
hipertrofi, dan peningkatan isi sekuncup. Hal tersebut akan mempengaruhi
peningkatan pengaruh simpatis pada pada jantung, arteri dan vena yang
menyebabkan peningkatan frekuensi denyut jantung (takikardi), peningkatan
aliran balik vena, dan peningkatan kekuatan kontraksi yang akan
mengakibatkan tekanan sistolik dan diastolik tetap normal dan adanya
peningkatan kebutuhan oksigen serta peningkatan konsumsi oksigen oleh
jantung.
9
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan CHF meliputi:
2.7.1 Non Farmakologis
a. CHF Kronik
1) Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan
konsumsi oksigen melalui istirahat atau pembatasan aktivitas.
2) Diet pembatasan natrium (<4 gr/hari) untuk menurunkan edema.
3) Menghentikan obat-obatan yang mempengaruhi NSAID karena efek
prostaglandin pada ginjal menyebabkan retensi air dan natrium.
4) Pembatasan cairan (± 1200-1500 cc/hari).
5) Olahraga secara teratur.
b. CHF Akut
1) Oksigenasi (ventilasi mekanik)
2) Pembatasan cairan (1,5 liter/hari)
2.7.2 Farmakologis
Tujuan: Untuk mengurangi afterload dan preload
1) First line drugs; diuretic
Tujuan: Mengurangi afterload pada disfungsi sistolik dan mengurangi
kongesti pulmonal pada disfungsi diastolic. Obatnya adalah: thiazide
diuretics untuk CHF sedang, loop diuretic, metolazon (kombinasi dari loop
diuretic untuk meningkatkan pengeluaran cairan), kalium-sparing diuretic.
2) Second line drugs; ACE inhibitor
Tujuan: Membantu meningkatkan COP dan menurunkan kerja jantung.
Obatnya adalah:
3) Digoxin; meningkatkan kontraktilitas. Obat ini tidak digunakan untuk
kegagalan diastolic yang mana dibutuhkan pengembangan ventrikel untuk
relaksasi.
4) Hidralazin; menurunkan afterload pada disfungsi sitolik.
5) Isobarbide dinitrat; mengurangi preload dan afterload untuk disfungsi
13
2.8 Pathway
Kelainan otot Aterosklerosis Hipertensi Peradangan dan Penyakit jantung Faktor sistemik
sistemik?pulmonal penyakit miokardium
jantung Koroner degeneratif lain
Gagal jantung
Iskemi miokard
2) Perubahan Preload
- Penurunan tekanan vena sentral (central venous pressure/CVP)
- Penurunan tekanan baji arteri paru (pulmonary artery wedge
pressure/PAWP)
- Edema
- Keletihan
- Peningkatan CVP dan PAWP
- Distensi vena jugularis
- Murmur
- Peningkatan berat badan
3) Perubahan Afterload
- Kulit lembab
- Dispnea
- Penurunan nadi perifer
- Penurunan resistansi vaskular paru (pulmonary
vascular resistance/PVR)
16
4) Perubahan Kontraktilitas
- Crackle
- Batuk
- Penurunan left venctricular stroke work index (LVSWI) dan stroke
volume index (SVI)
- Penurunan indeks jantung
- Ortopnea
- Dispnea paroksismal noktural
- Bunyi S3
- Bunyi S4
5) Perilaku / Emosi
- Ansietas
- Gelisah
Faktor yang berhubungan:
- Perubahan frekuensi jantung
- Perubahan irama
- Perubahan volume sekuncup
- Peurbahan afterload
- Perubahan kontraktilitas
- Perubahan preload
17
NOC:
Definisi Penurunan curah jantung adalah Ketidakadekuatana darah yang dipompa
oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan oleh tubuh
Outcame : Keefektifan pompa jantung
Kriteria hasil:
- TTV dalam batas normal
- Melakukan aktivitas tanpa dispnea dan nyeri
- Tidak ada sianosis
- Tidak ada edema paru, perifer, asites, distensi vena jugularis
NIC:
Perawatan Jantung
- Kaji tekanan darah, sianosis, status pernafasan, dan status mental
- Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, ritme, adanya S3 dan S4 serta
bunyi baru
- Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi, durasi)
- Kaji toleransi aktivitas, mulainya nafas pendek, nyeri, palpitasi atau pusing
- Monitor efektifitas pemberian O2
- Monitor status mental: gelisah, cemas
18
- Atur posisi pasien semifowler atau posisi yang nyaman sesuai kondisi
pasien
- Monitor intake dan output per 24 jam
- Catat hasil EKG dan X-Ray dada
- Kaji hasil labrotorium, nilai AGD, Elektrolit termasuk kalium
- Selama fase akut, pastikan pasien bedrest dan melakukan aktivitas yang
dapat ditoleransi jantung
- Berikan lingkungan yang tenang dengan meminimalkan gangguan dan
stressor
- Jadwalkan istirahat setelah makan dan aktivitas Perawatan Sirkulasi:
- Monitor tanda kelebihan cairan, asupan cairan, haluaran urine
- Monitor pengisian kapiler, suhu, dan warna ekstremitas Vital Sign
Monitoring:
- Monitor TTV
- Monitor tanda vital saat pasien berbaring, duduk, berdiri, sebelum, selama,
dan sesudah beraktivitas.
c. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakcukupan energi fisiologis atau psikologis untuk
melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang ingin atau harus
dilakukan. (Gloria M. Bulechek, 2013)
NOC : Toleransi daya tahan adekuat
Kriteria hasil:
- Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan
darah, nadi dan RR.
- Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLS) secara mandiri.
NIC:
Activity Therapy:
- Menentukan penyebab intoleransi aktivitas (fisik, psikologis, atau
motivasional)
- Berikan periode istirahat selama beraktivitas
19
Kriteria hasil:
- Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang
adekuat
- Memelihara kebersihan paru dan bebas dari tanda-tanda distress
pernafasan
- Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih,
tidak ada sianosis (Mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas
dengan mudah)
- TTV dalam rentang normal NIC:
- Airway Management:
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
- Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
- Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
- Berikan bronkodilator bila perlu
- Monitor respirasi dan status O2
21
2. Monitor tanda – tanda vital secara 2. Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan
rutin aktivitas karena efek obat (vasodilatasi),
perpindahan cairan (diuretik) atau pengaruh
fungsi jantung.
3. Monitor disritmia jantung 3. Penurunan/ketidakmampuan miokardium
termasuk gangguan ritme dan untuk meningkatkan volume sekuncup
konduksi jantung selama aktivitas, dapat menyebabkan
peningkatan segera pada frekuensi jantung
dan kebutuhan oksigen, juga peningkatan
kelelahan dan kelemahan.
4. Catat tanda dan gejala penurunan 4. Seiring gejala gagal jantung ini, output
curah jantung jantung menurun
5. Monitor nilai laboratorium yang 5. Menentukan therapi yang sesuai kondisi
tepat pasien, misak kreatinin menunjukkan
hipoperfusi/gagal ginjal. Atau hasil
PT/APTT untuk mengukur perubahan pada
proses koagulasi atau keefektifan terapi
antikoagulan
6. Evaluasi perubahan tekanan darah 6. Pada CHF dini, sedang atau kronis.
Tekanan darah dapat meningkat sehubungan
dengan Stroke Volume Resisten (SVR).
7. Evaluasi respon pasien terhadap 7. S1 dan S2 mungkin lemah karena
ektopi atau disritmia menurunnya kerja pompa. Irama gallop
umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran
darah ke dalam serambi yang distensi.
Murmur dapat menunjukkan
inkompetensi/stenosis katup.
8. Monitoring respon pasien 8. Tindakan ini dapat memperbaiki
terhadap obat aritmia prognosis pasien
9. Monitoring pola aktivitas pasien 9. Respon pasien terhadap aktivitas dapat
mengindikasikan penurunan oksigen
miokard
10. Monitoring sesak napas, 10. S 1 dan murmur yang menonjol
kelelahan, tachipneu dan berhubungan dengan curah jantung
othopneu meningkat pada keadaan hipermetabolik.
11. Bangun hubungan saling 11. Pengertian dan empati merupakan bagian
mendukung antara pasien dan dari pengobatan serta dapat meningkatkan
keluarga kemampuan koping pasien.
12. Identifikasi pasien dalam 12. Stres emosi menghasilkan vasokontriksi,
menangani stress yang meningkatkan Tekanan Darah dan
meningkatkan frekuensi/kerja jantung.
13. Lakukan therapy relaksasi 13. Istirahat fisik harus dipertahankan
sebagaimana mestinya selama CHF akut atau refraktori untuk
memperbaiki efisiensi kontraksi jantung dan
menurunkan kebutuhan/konsumsi oksigen
miokard dan kerja berlenihan.
14. Kenali efek psikologis dari 14. Program Psikologis termasuk informasi
kondisi dari penyakit tentang manajemen stres dan pendidikan
kesehatan telah terbukti mengurangi
mortalitas jangka panjang dan kambuhnya
23
penyakit jantung.
15. Diskusikan modifikasi pada 15. Membantu melawan pengaruh dan
aktivitas sesuai dengan pasien peningkatan metabolisme
dan pasangan jika tepat
16. Tawarkan dukungan spiritual 16. Memberikan waktu untuk
pada pasien dan keluarga mengekspresikan perasaan, menghilangkan
sebagaimana mestinya cemas dan perilaku adaptasi. Penggunaan
sistem pendukung pasien dapat
meningkatkan kenyamanan dan ketenangan.
Tabel 2.2 Analisa Jurnal
24
merangsang Statistik Korelasi Regresi linier. Fraksi
peningkatan ejeksi mengalami peningkatan rata-rata
kontraktilitas otot setelah dilakukan intervensi aktivitas dan
jantung? latihan 6 hari sebesar 2.59%. Hasil uji
statistik didapatkan ada perbedaan fraksi
ejeksi sebelum dan sesudah intervensi
aktivitas dan latihan (p = 0.004). Dengan
kekuatan hubungan positif/kuat
sempurna..
Validitas Perancu
Karakteristik klien gagal jantung, berikut
ini dijelaskan berdasarkan berdasarkan
masing-masing variabel: umur, tinggi
badan dan berat badan. Hasil uji statistik
didapatkan tidak ada hubungan yang
signifikan antara umur dengan rata-rata
fraksi ejeksi setelah intervensi aktivitas
dan latihan (p = 0,974). Nilai r = 0.011
artinya umur dengan fraksi ejeksi setelah
intervensi memilki hubungan yang
lemah.
Demikian juga rata-rata berat badan
dengan rata-rata fraksi ejeksi setelah
intervensi aktivitas dan latihan di peroleh
hasil tidak ada hubungan yang signifikan
(p = 0.261).
Rata-rata fraksi ejeksi setelah intervensi
pada perempuan lebih tinggi dari laki-
laki. Hasil uji statistik didapatkan nilai p
= 0.748, berarti tidak ada perbedaan yang
signifikan jenis kelamin dengan fraksi
ejeksi setelah intervensi.
Validitas Analisis
Penelitian ini menyelidiki efektifitas
pompa jantung dengan indikatornya
adalah variabel Fraksi Ejeksi. Dimana
variabel bebas (variable independent)
ialah Fraksi Ejeksi sebelum intervensi
model aktivitas dan latihan intensitas
ringan. Rata-rata fraksi ejeksi setelah
intervensi aktivitas dan latihan lebih
meningkat pada klien penyebab CAD dan
hipertensi dibandingkan dengan
penyebab gagaljantung lain. Hasil uji
statistik didapat nilai p = 0.012. berarti
ada perbedaan signifikan penyebab gagal
jantung dengan fraksi ejeksi setelah
intervensi aktivitas dan latihan. Hasil
penelitian ini menjelaskan gambaran
adanya peningkatan toleransi aktivitas
dan latihan atau rata-rata durasi aktivitas
dan latihan, mulai hari pertama sampai
hari ketujuh, selama fase akut di rumah
sakit (inpatient).
Penerapan model aktivitas dan latihan
gagal jantung yang dikembangkan oleh
peneliti selama phase inpatient (6 hari),
didapatkan hasil ada perbedaan rata-rata
nilai fraksi ejeksi sebelum dan sesudah
intervensi. Aktivitas dan latihan pada
klien gagal jantung fase akut
membutuhkan perhatian ketat akan resiko
over aktivitas dan latihan dengan menilai
intensitas laihan dengan menggunakan
Borg scala of perceived exertion.
Validitas Eksterna
Sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah klien gagal jantung sebanyak
24 orang, dengan Kriteria inklusi: fraksi
ejeksi < 40%, tekanan darah sistole 80 –
120 mmHg, diastole 60 – 80 mmHg.
dengan Kriteria inklusi: fraksi ejeksi <
40%, tekanan darah sistole 80 – 120
mmHg, diastole 60 – 80 mmHg.
Klasifikasi fungsionil NYHA: II dan III,
mendapat terapi pengobatan gagal
jantung Standar (Angiotension
Converting enzymes - inhibitor, beta
blockers,diuretic, digitalis), tidak ada
disritmia yang mengancam
kehidupan/bersifat fatal, infark tidak luas
dan non elivasi segmen ST, usia 30 –70
tahun, mendapat izin dari dokter. Setiap
responden di berikan model aktivitas dan
latihan selama 6 hari di rumah sakit.
Intensitas latihan di ukur dengan skala
Borg. Penelitian ini menyelidiki
efektifitas pompa jantung dengan
indikatornya adalah variabel Fraksi
Ejeksi. Dimana variabel bebas (variable
independent) ialah Fraksi Ejeksi sebelum
intervensi model aktivitas dan latihan
intensitas ringan. Sedangkan variabel
tergantung (variable dependent) ialah
variabel Fraksi Eejeksi sesudah intervensi
model aktivitas dan latihan intensitas
ringan. Pengumpulan data primer pada
penelitian ini dilakukan sebelum dan
sesudah enam hari mengikuti program
latihan.
Importantcy
Hasil penelitian ini mendukung penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh
Kavanagh et al (1996) dimana
berdasarkan karakteristik dan kriteria
inklusi yang ditetapkan peneliti telah
menunjukan perbedaan nilai fraksi ejeksi
sebelum dan sesudah intervensi aktivitas
dan latihan selama 6 hari dirumah sakit
dengan intensitas ringan. Dengan
demikian hasil penelitian ini telah
menambah khasanah pengetahuan
tentang pengaruh aktivitas dan latihan
klien gagal jantung terhadap fraksi ejeksi
dengan berbagai perbedaan dalam desain,
karakteristik dan dan kriteria sampel.
Berdasarkan hal tersebut diatas jelas pada
klien gagal jantung respon toleransi
terhadap aktivitas sangat menentukan
intensitas latihan yang dilakukan. Hasil
penelitian ini menjelaskan bahwa dengan
memperhatikan kondisi patofisologi
gagal jantung, penerapan model aktivitas
dan latihan yang dikembangkan oleh
peneliti dengan intensitas rata-rata ringan
(Borg scala of perceived exertion) dapat
diterapkan selama fase akut (phase
inpatient) 6 hari.
Applicability
Penerapan model aktivitas dan latihan
klien gagal jantung fase akut selama di
rumah sakit (inpatient) diberikan dengan
intensitas ringan berdasarkan Borg scala
of perceived exertion.
Program rehabilitasi pada klien gagal
jantung, perlu dilakukan dan
direncanakan oleh perawat sejak phase
inpatient sampai klien pulang kerumah
(phase out patient) dengan melibatkan
team rehabilitasi yang terdiri dari dokter
spesialis jantung, dokter spesialis
rehabilitasi medik (cardiac
rehabilitation) dan rehabilitation nurse.
Penataksanaan Problem : Validitas seleksi:
terapi relaksasi Subyek yang Menurut Murti dkk( 2011) terapy
otot progresif mengalami tekanan relaksasi otot progresif adalah Teknik
dengan masalah darah diatas sistematis untuk mencapai keadaan
penurunan normal relaksasi metode yang diterapkan melalui
curah jantung (sistolik>140mmhg penerapan metode progresif dengan
pada pasien dan diastolic > 90 latihan bertahap dan berkesinambungan
hipertensi di mmhg yang pada otot skeletal dengan cara
RSUD dr. mengakibatkan meregangkan dan melemaskannya yang
Soehadi angka kesakitan dapat mengembalikan perasaan otot
Prijonegoro dan kematian sehingga otot menjadi rileks dan dapat
Sragen digunakan untuk menurunkan tekanan
Intervensi: darah pada penderita hepertensi esensial.
Relaksasi otot Kriteria inklusi: 5 subyek hipertensi dan
progresif tekanan darah >140/90 mmHg
Kriteria ekslusi : tekanan darah
Comparison: >200/130 mmHg dan berumur 70 tahun
Terapy
farmakologi anti Validitas informasi
hypertensi Penelitian dilakukan di RSUD dr Soehadi
Prijonegoro Sragen pada tanggal 27
Outcome : maret 2017 s.d 8 April 2017.Jenis
penelitian ini adalah deskriptif dengan
menggunakan pendekatan proses
keperawatan ( nursing proses)
Validitas perancu
Menurut World Population Prospect
(2010)dalam Kemenkes RI (2013) sekitar
20% populasi dewasa mengalami
hipertensi dan lebih dari 90% diantaranya
mengalami hipertensi esensial ( primer)
dimana tidak ditentukan penyebab
medisnya .DataKemenkes (2013)
Validitas analisis
Berdasarkan 5 subyek evaluasi yang
didapatkan dalam penelitian ini ,hasil
analisis statistic menunjukan adanya
pengaruh relaksasi terhadap kualitas
kulaitas hidup hipertensi ( t= 3,479,
P>0,01).Penurunan tekanan darah sistolik
( t=9,213 ,P<0.01) serta penurunan
tekanan diastolic( t= 3,753,p<0,01) pada
kelompok eksperimen dibandingkan
kelompok control yang tidak dilakukan
perlakuan.
Validitas Eksterna
Subyek dalam penelitian ini berjumlah 5
subyek. Subyek yang berumur 45-55
tahun sebanyak 2 subyek (40%)yang
berumur 56-65 tahun 3 subyek (60%)
,yang bekerja swasta 3 subyek
(60%),sebagai petani 2 subyek
(40%),yang berjenis kelamin laki-laki 3
subyek ( 60%) berjenis kelami wanita 2
subyek (40%),yang berpendidikan SD 2
subyek (40%) dan yang berpendidikan
SMP 3 subyek ( 60%),tekanan darahnya
160/100mmHg 2 subyek ( 40%) dan
tekanan darahnya 180/100mmHg 2
subyek (40%) dan tekanan darahnya
180/100mmHg 1 orang (20%)
Importancy
Penelitian ini berkontibusi untuk
perkembangan ilmu perawatan pasien
secara non farmakologi.
Aplicability
Penelitian ini dapat diterapkan di unit
rawat inap dan dapat diintegrasikan:
1. Dalam edukasi kepada pasien oleh
perawat saat masih dalam perawatan
2. Discharge planning
BAB IV KESIMPULAN
Cardiac output / curah jantung adalah banyaknya darah yang dikeluarkan ventrikel
kiri ke dalam aorta setiap menit. Perubahan dan stabilisasi curah jantung
tergantung dari mekanisme yang mengatur kecepatan denyut jantung dan curah
jantung.
Seseorang dengan masalah gagal jantung perlu mengetahui bahwa hasil penelitian
atau statistik tidak berpengaruh besar terhadap status prognosis mereka, yang
berpengaruh adalah sikap serta kualitas hidup mereka. Beberapa modifikasi diet
serta membatasi aktifitas sangat diperlukan disamping pengobatan atau therapi..
Yang paling penting adalah pasien dengan gangguan cardiac output seperti
Congestive Heart Failure harus memperhatikan kebugaran serta perlu
mempertahankan kondisi tubuh mereka tetap fit untuk meningkatkan kualitas
hidup mereka.
Kekambuhan mungkin akan terjadi dengan gejala yang khas yaitu sesak napas
disertai kelelahan setelah beraktifitas yang dapat mengakibatkan gangguan lain
pada beberapa organ tubuh. Untuk itu penyuluhan pada pasien dan keluarga
berfokus pada mempertahankan fungsi dan dengan cepat mengidentifikasi dan
menangani episode serangan. Ajak pasien tentang cara melakukan latihan teratur,
waktu pemanasan dan pendinginan, beristirahat dengan kaki ditinggikan,
mempertahankan asupan nutrisi dan mencegah infeksi merupakan cara yang dapat
mengoptimalisasi kualitas hidupnya.
33
DAFTAR PUSTAKA