Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan teknologi dari zaman ke zaman hingga sampai saat ini sangat
pesat. Masyarakat cenderung menggunakan teknologi untuk menunjang kinerja
dan kebutuhan manusia. Segala macam teknologi menunjukan perkembangan
yang sangat cepat. Perkembangan teknologi ini berimbas pada penggunaan alat
bantu manusia untuk menjadikan pekerjaan manusia lebih ringan bahkan
menggantikan peran manusia dalam suatu fungsi tertentu.
Mengingat perkembangan teknologi kendali di bidang industri pada saat ini
sangat pesat, namun perkembangan tesebut belum terlihat membantu masyarakat
secara keseluruhan, dan di lihat dari kepadatan penduduk sekarang jamannya
rumah minimalis. Dengan demikian kita harus memanfaatkan halan dan tempat yg
tersedia. Seperti peralatan rumah tangga dan lain lain.
Yang di butuhkan oleh masyarakat adalah sebuah tempat penyimpanan yang
multi fungsi seperti contohnya tempat penyimpanan yang bisa berfungsi sebagai
tempat duduk yang nyaman, yaitu Stowage Box Seater yang memiliki kedua fungsi
sebagai tempat duduk yang nyaman dan tempat penyimanan.

1.1. Tujuan
Tujuan dari pembuatan Stowage Box Seater ini yaitu untuk menghasilkan
desain baru yang dapat digunakan untuk menyimpan barang dan sejenisnya dan
sebagai tempat duduk dan tempat penyimpanan juga yang tidak memakan tempat
banyak karena bisa di lipat juga. Selain itu desain yang dirancangn dengan gaya
modern dan kekinian.
1.2. Alat dan Bahan

Bahan terdiri dari :


a. Papan tipis
b. Bahan Polyester
c. Bahan Parasut

1.3. Pelaksanaan
Proses pembuatan Produk Stowage Box Seater dilakukan selama 7 hari,
dikarenakan kurangnya sumber daya dan proses pencarian bahan baku yang
membutuhkan waktu cukup lama. Perancangan desain menggunakan aplikasi
Sketchup 2017 yang berguna untuk membuat sketsa dan desain tiga dimensi
sehingga proses pembuatan produk Stowage Box Seater dapat berjalan dengan
mudah serta sesuai dengan keinginan.

1.4. Batasan Masalah


Pada perancangan desain produk kami, hasil yang disampaikan adalah
berupa prototype, dimana berdasarkan pertimbangan pemilihan bahan untuk
prototype adalah kayu. Alasan pemilihan kayu pada prototype ini karena material
kayu mudah didapat dan dapat mengkomunikasikan objek dengan jelas. Ketebalan
prototype disesuaikan dengan ketersediannya bahan yang ada, sehingga desain asli
mengacu pada design yang telah dibuat.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Definsi Kerja

Bekerja adalah kegiatan manusia merubah keadaan tertentu dari alam


lingkungan yang ditujukan untuk mempertahankan dan memelihara kelangsungan
hidupnya, demikian definisi yang diberikan oleh W.S. Neff untuk bekerja. Definisi
ini tampaknya sangat luas tetapi mencerminkan dorongan dasar dari bekerja yaitu
dalam rangka mempertahankan dan memelihara kelangsungan hidup manusia.
Sedangakan Toole memberikan definisi yang bunyinya agak terdengar lain yaitu
bahwa “bekerja adalah kegiatan untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi
dirinya dan orang lain”. Setelah seseorang berada dalam dunia pekerjaan, terdapat
berbagai faktor yang mempengaruhi jalannya pekerjaan tersebut, akibatnya
pekerjaan perlu dilakukan analisa dan perancangan.

2.2. Studi Kerja

Banyak pekerjaan diselesaikan lebih lama dari waktu yang sepantasnya


dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Pada pabrik misalnya, bentuk
suatu produk kadangkala sedemikian rupa sehingga sulit untuk dikerjakan atau
kurang jelas/kurang baik metode kerja dapat memperpanjang waktu kerja. Tata
letak peralatan atau keadaan ruang tempat kerja yang kurang baik, merupakan
penyebab lain terjadi keterlambatan . Pekerja juga merupakan unsur yang bisa
memperlambat kerja juga, misalnya kurang disiplin atau kurang gairah kerja akibat
kurang baiknya motivasi kerja.
Dalam ruang lingkup yang lebih luas, pihak manajemen sendiri pun harus
bertanggung jawab untuk mengatasi pemborosan waktu kerja, antara lain yang
disebabkan oleh kurang baiknya penjadwalan / rencana kerja, kebijakan lain yang
harus berperan dalam mengelola sumber daya perusahaan/industri.
Secara umum , studi kerja adalah penelaahan secara sistimatik terhadap
pekerjaan, dengan maksud untuk :
a. Mengembangkan sistem dan metode kerja yang lebih baik.

b. Membakukan sistem dan metode kerja yang sudah baik. Menetapkan


waktu baku untuk pekerjaan tersebut.

c. Membantu melatih pekerja dengan berbagai pekerjaan


yang telah diperbaiki.

Dasar unsur pokok studi kerja adalah :

a. Perancangan metode kerja (method design) ,


dimaksudkan untuk menetapkan tata cara kerja atau
menyederhanakan pekerjaan dan mengusulkan cara yang
lebih baik.
b. Pengukuran kerja (work measurement) , ditujukan untuk
menetapkan waktu penyelesaian suatu pekerjaan secara
pantas oleh pekerja yang normal dengan metode kerja
yang sudah dirancang dengan baik.

Secara umum pelaksanaan studi kerja mengikuti delapan tahapan, yakni :

a. Pemilihan pekerjaan yang hendak diteliti.

b. Pencatatan segala fakta mengenai pekerjaan kedalam


bentuk yang memudahkan untuk dianalisis lebih lanjut.
c. Mempelajari secara seksama catatan yang telah dibuat,
dan mempertanyakan segala sesuatu mengenai pekerjaan
untuk membuka peluang bagi perbaikan metode kerja.
d. Pengembangkan / perancangan alternatif metode kerja
yang lebih baik (berupa usulan).
e. Perhitungan prestasi atau waktu baku untuk masing-
masing metode kerja yang diusulkan.
f. Pemilihan metode kerja yang akan digunakan , kemudian
menyusun petunjukan pelaksanaannya, berikut data
prestasi atau waktu baku yang sesuai.
g. Pemberitahuan metode kerja yang baru.

h. Pengawasan agar metode kerja tersebut selalu dijalankan


sesuai dengan petunjuk pelaksanaannya.
Suatu hal penting pada saat berdirinya suatu pabrik baru atau saat penerapan
metode kerja baru, adalah perlunya mempertimbangkan jangka waktu tertentu
yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk beradaptasi dengan situasi baru. Padasaat
tenggang waktu ini , tentunya kecepatan produksi sistem tenaga kerja tersebut
relatif lambat dibandingkan dengan keadaan normal (ketrampilan normal). Pada
umumnya , semakin biasa orang dengan situasi kerjanya, akan makin cepat
kerjanya. Dengan kata lain, makin pengalaman dia, akan makin cepat kerjanya.
Namun demikian , kecepatan kerja seseorang akan dibatasi oleh ketrampilannya,
sehingga pada suatu saat , kecepatan kerjanya akan mencapai titik yang stabil.
Dari perkembangan studi kerja dimasa lampau , maka terjadi perubahan
pola kerja yang mengakibatkan juga terjadi perubahan dari masyarakat, sehingga
perubahan masyarakat yakni :
 Perubahan masyarakat dalam arti luas diartikan sebagai perubahan atau
perkembangan dengan arti positif maupun negatif.
 Pada umumnya motivasi untuk merubah memiliki kaitan dengan
kemajuan teknologi.
 Kemajuan teknologi tidak saja mempengaruhi ilmu pengetahuan akan
tetapi juga merubah pola hidup manusia dan struktur sosial secara
keseluruhan.

Masyarakat Pertanian 8000 Sm-1700

 Disebut juga gelombang pembaharuan manusia menemukan dan


menerapkan teknologi pertanian.
 Manusia yang semula suka berpindah-pindah menjadi suka tinggal
menetap (desa)
 Manusia menggunakan energi dari alam, otot binatang, matahari, angin
dan air (sifat : tidak dapat diperbaharui)
 Masyarakat produsen sekaligus konsumen.
2.3. Pengertian Peta Kerja

Peta kerja merupakan salah satu alat yang sistematis dan jelas untuk
berkomunikasi secara luas dan sekaligus melalui peta-peta kerja ini kita bisa
mendapatkan informasi-informasi yang diperlukan untuk memperbaiki suatu
metoda kerja. Contoh informasi-informasi yang diperlukan untuk memperbaiki
suatu metoda kerja, terutama dalam suatu proses produksi adalah sebagai berikut:
jumlah benda kerja yang harus dibuat, waktu operasi mesin, kapasitas mesin,
bahan-bahan khusus yang harus disediakan, alat-alat khusus yang harus disediakan
dan lain sebagainya.
Jadi peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara
sistematis dan jelas. Lewat peta-peta ini kita bisa melihat semua langkah atau
kejadian yang dialami oleh suatu benda kerja dari mulai masuk ke pabrik,
kemudian menggambarkan semua langkah yang dialaminya, seperti : transportasi,
operasi mesin, pemeriksaan, perakitan sampai pada akhirnya menjadi produk jadi,
baik produk lengkap atau merupakan bagian dari suatu produk lengkap.
Apabila kita melakukan studi yang seksama terhadap peta kerja, maka
pekerjaan kita dalam usaha memperbaiki metode kerja dari suatu proses produksi
akan lebih mudah dilaksanakan. Perbaikan yang mungkin dilakukan, antara lain,
kita bisa menghilangkan operasi-operasi lainnya, menemukan suatu urutan-urutan
kerja/proses produksi waktu menunggu antara operasi dan sebagainya. Pada
dasarnya semua perbaikan tersebut. ditujukan untuk mengurangi biaya produksi
secara keseluruhan. Dengan demikian, peta ini merupakan alat yang baik untuk
menganalisa suatu pekerjaan sehingga mempermudah dalam perencanaan
perbaikan kerja.
Pada dasarnya peta-peta kerja yang ada sekarang bisa dibagi dalam dua
kelompok besar berdasarkan kegiatannya, yaitu :

2.3.1. Peta-peta kerja yang digunakan untuk menganalisa kegiatan kerja


keseluruhan.
2.3.2. Peta - peta kerja yang digunakan untuk menganalisa kegiatan kerja
setempat.
Dalam hal ini tentunya kita harus bisa membedakan antara kegiatan
kerja keseluruhan dan kegiatan kerja setempat. Suatu kegiatan disebut
kegiatan kerja setempat, apabila kegiatan tersebut terjadi dalam suatu
stasiun kerja yang biasanya hanya melibatkan orang dan fasilitas dalam
jumlah yang terbatas.
Sedangkan suatu kegiatan disebut kegiatan kerja keseluruhan,
apabila kegiatan tersebut melibatkan sebagian besar atau semua fasilitas
yang diperlukan untuk membuat produk yang bersangkutan. Hubungan
antara kedua macam kegiatan kegiatan diatas akan terlihat bila untuk
menyelesaikan suatu produk diperlukan beberapa stasiun kerja, dimana satu
sama lainnya saling berhubungan. Masing-masing peta kerja yang akan
dibahas berikut ini semuanya termasuk dalam kedua kelompok diatas, antara
lain :
Yang termaduk kelompok kegiatan kerja keseluruhan

2.3.2.1. Peta Proses Operasi

2.3.2.2. Peta Aliran Proses

2.3.2.3. Diagram Aliran

Yang termasuk kelompok kegiatan kerja setempat :

2.3.2.3.1. Peta Pekerja dan Mesin

2.3.2.3.2. Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan

2.4. Peta Kerja Keseluruhan

Sebelum membahas yang termasuk kelompok peta kerja keseruhan,


hendaknya perlu diperkenalkan lebih dahulu mengenai lambang-lambang yang
akan digunakan untuk kelompok peta kerja keseluruhan.
Pada saat sekarang ini, untuk membuat suatu peta kerja, Gilberth
mengusulkan 40 buah lambang yang bisa dipakai, kemudian pada tahun
berikutnya jumlah lambang-lambang tersebut disederhanakan, sehingga hanya
tinggal 4 macam, yaitu :
Untuk operasi

Untuk transportasi

Untuk pemeriksaan

Untuk penyimpanan

Penyederhanaan ini memudahkan pembuatan suatu peta kerja, disamping


setiap notasi mempunyai fleksibilitas yang tinggi karena setiap lambang
mempunyai kandungan arti yang sangat luas. Dalam tahun 1947, American Society
of Mechanical Engineers (ASME) membuat standar lambang-lambang yang terdiri
dari lima macam lambang. Lambang-lambang ini merupakan modifikasi dari
lambang yang digunakan oleh Gilberth, yaitu lingkaran kecil diganti dengan anak
panah untuk kejadian transportasi dan menambah lambang baru untuk kejadian
menunggu. Lambang-lambang standar dari ASME inilah yang akan digunakan
dalam pembahasan-pembahasan peta kerja keseluruhan, lambang-lambang
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

Operasi

Suatu kegiatan operasi terjadi apabila benda kerja mengalami perubahan


sifat, baik sifat fisik maupun kimiawi, mengambil informasi maupun memberikan
informasi pada suatu keadaan juga termasuk informasi.
Operasi merupakan kegiatan yang paling banyak terjadi dalam suatu proses.
Dan bisanya terjadi pada suatu mesin atau stasiun kerja, contohnya :
* Pekerjaan menyerut kayu dengan mesin serut

* Pekerjaan mengeraskan logam

* Pekerjaan merakit

Dalam prakteknya, lambang ini juga bisa digunakan untuk menyatakan


aktifitas administrasi, misalnya : aktifitas perencanaan atau perhitungan.
Pemeriksaan

Suatu kegiatan pemeriksaan terjadi apabila benda kerja atau peralatan


mengalami pemeriksaan baik untuk segi kualitas maupun segi kuantitas. Lambang
ini digunakan jika kita melakukan pemeriksaan terhadap suatu objek atau
membandingkan objek tertentu dengan suatu standar.
Suatu pemeriksaan tidak menjuruskan bahan ke arah menjadi
suatu barang jadi, contoh-contohnya :
* Mengukur Dimensi

* Memeriksa warna benda

* Membaca alat ukur tekanan uap pada suatu mesin uap

Transportasi

Suatu kegiatan transportasi terjadi apabila benda kerja,


pekerja atau perlengkapan mengalami perpindahan tempat yang
bukan merupakan bagian dari suatu operasi. Contoh :
* Benda kerja diangkut dari mesin bubut ke tempat mesin skerap untuk
mengalami operasi berikutnya.
* Suatu objek dipindahkan dari lantai bawah ke lantai atas lewat elevator.

Menunggu

Proses menunggu terjadi apabila benda kerja, pekerja atau perlengkapan


tidak mengalami kegiatan apa-apa selain menunggu (biasanya sebentar). Kejadian
ini menunjukkan bahwa suatu objek ditinggalkan untuk sementara tanpa pencatatan
sampai diperlukan kembali. Contoh :
- Objek menunggu untuk diproses atau diperiksa

- Peti menunggu untuk dibongkar

- Bahan menunggu untuk diangkut ketempat lain

Penyimpanan

Proses penyimpanan terjadi apabila benda kerja disimpan untuk jangka


waktu yang cukup lama. Jika benda kerja tersebut akan diambil kembali, biasanya
memerlukan suatu perijinan tertentu. Lambang ini digunakan untuk menyatakan
suatu objek yang mengalami penyimpanan permanan, yaitu ditahan atau dilindungi
terhadap pengeluaran tanpa izin tertentu dan lamanya waktu adalah dua hal yang
membedakan antara kegiatan menunggu dan penyimpan, contoh :
* Dokumen-dokumen / catatan-catatan disimpan dalam brankas

* Bahan baku disimpan dalam gudang

Selain kelima lambang diatas, kita bisa menggunakan lambang lain apabila
merasa perlu untuk mencatat suatu aktifitas yang memang terjadi selama proses
berlangsung dan tidak terungkapkan oleh lambang-lambang tadi. Lambang tersebut
adalah :

Aktivitas gabungan

Kegiatan ini terjadi apabila antara aktivitas operasi dan


pemeriksaan dilakukan secara bersama atau dilakukan pada suatu
tempat kerja.

2.5. Jenis Peta Kerja Keseluruhan

Pembahasan untuk peta kerja yang termasuk kelompok peta


kerja keseruhan adalah :
1. Peta Proses Operasi

Peta Proses Operasi merupakan suatu diagram yang menggambarkan


langkah-langkah proses yang akan dialami bahan baku mengenai urutan-urutan
operasi dan pemeriksaan. Sejak dari awal sampai produk jadi utuh maupun
sebagai komponen, dan juga memuat informasi- informasi yang diperlukan
untuk analisa lebih lanjut, seperti : waktu yang dihabiskan, material yang
digunakan dan tempat atau alat atau mesin yang dipakai. Kegunaan peta proses
operasi

Dengan adanya informai-informasi yang bisa dicatat melalui peta proses


operasi, maka dapat diperoleh banyak manfaat diantaranya :
* Bisa mengetahui kebutuhan akan mesin dan penganggarannya

* Bisa memperkirakan kebutuhan akan bahan baku

* Sebagai alat untuk menentukan tata letak pabrik

* Sebagai alat untuk melakukan perbaikan cara kerja yang sedang dipakai

* Sebagai alat untuk latihan kerja dll

Analisa suatu peta proses operasi, ada empat hal yang perlu diperhatikan
agar diperoleh suatu proses kerja yang baik melalui analisa peta proses operasi
yaitu analisa terhadap bahan- bahan, operasi, pemeriksaan, dan terhadap waktu
penyelesaian suatu proses. Keempat hal tersebut diatas, dapat diuraikan
sebagai berikut :

2. Bahan-bahan

Kita harus mempertimbangkan semua alternatif dari bahan yang


digunakan, proses penyelesaian dan toleransi sedemikian rupa sehingga
sesuaikan dengan fungsi reabilitas, pelayanan dan waktunya.
3. Operasi

Juga dalam hal ini harus dipertimbangkan mengenai semua alternatif


yang mungkin untuk proses pengolahan, pembuatan, pengerjaan dengan mesin
atau metode perakitannya, beserta alat-alat dan perlengkapan yang digunakan.
Perbaikan yang mungkin bisa dilakukan misalnya dengan menghilangkan,
menggabungkan, merubah atau menyederhanakan operasi-operasi yang
terjadi.

4. Pemeriksaan

Dalam hal ini harus mempunyai standar kualitas. Suatu objek dikatakan
memenuhi syarat kualitasnya jika setelah dibandingkan dengan standar
ternyata lebih baik atau minimal sama. Proses pemeriksaan bisa dilakukan
dengan teknik sampling atau satu persatu dari semua objek yang dibuat tentunya
cara yang terakhir tersebut dilaksanakan apabila jumlah produksinya sedikit.
Waktu

Untuk mempersingkat waktu penyelesaian, kita harus


mempertimbangkan semua alternatif mengenai metoda, peralatan dan tentunya
penggunaan perlengkapan - perlengkapan khusus.

5. Peta Aliran Proses

Peta aliran proses adalah suatu diagram yang menunjukkan urutan-


urutan dari operasi, pemeriksaan, transportasi, menunggu dan penyimpanan
yang terjadi selama satu proses atau prosedur berlangsung, serta didalamnya
memuat pula informasi-informasi yang diperlukan untuk analisa seperti waktu
yang dibutuhkan dan jarak perpindahan. Walau biasanya dinyatakan dalam
jam dan jarak perpindahan biasanya dinyatakan dalam meter. Walaupun hal
ini tidak terlampau mengikat.

Perbedaan peta proses operasi dan peta aliran proses

Dari sedikit uraian diatas kiranya dapat diambil kesimpulan bahwa


terdapat dua hal utama yang membedakan antara peta proses operasi dengan
peta aliran proses, yaitu:
a. Peta aliran proses memperlihatkan semua aktivitas-aktivitas dasarnya,
termasuk transportasi, menunggu dan menyimpan. Sedangkan pada peta
proses operasi, terbatas pada operasi dan pemeriksaan saja.
b. Peta aliran proses menganalisa setiap komponen yang diproses secara lebih
lengkap dibanding peta proses operasi, dan memungkinkan untuk
digunakan di setiap proses atau prosedur, baik dipabrik atau dikantor.
Sebagai konsekuensinya, peta aliran proses tidak bisa digunakan untuk
menggambarkan proses perakitan secara keseluruhan. Biasanya suatu peta
aliran proses hanyalah menggambarkan dan digunakan untuk menganalisa
salah satu komponen dari produk yang dirakit. Macam-macam peta aliran
proses, Peta aliran proses pada umumnya terbagi dalam dua tipe, yaitu:
1. Peta aliran proses tipe bahan

2. Peta aliran proses tipe orang

Peta aliran proses tipe bahan, ialah suatu peta yang


menggambarkan kejadian yang dialami bahan(bisa merupakan salah
satu bagian dari produk jadi) dalam suatu proses atau prosedur operasi.
Peta aliran proses tipe orang pada dasarnya bisa dibagi menjadi
dua bagian, yaitu:

1. Peta aliran proses pekerja yang menggambarkan aliran kerja


seorang operator.

2. Peta aliran proses pekerja yang menggambarkan aliran kerja


sekelompok manusia, sering disebut peta proses kelompok kerja
yang akan diuraikan lebih lengkap dalam sub-sub berikutnya.
Pada umumnya peta aliran proses tipe orang adalah suatu peta
yang menggambarkan suatu proses dalam bentuk aktivitas-
aktivitas manusianya.

6. Diagram Aliran

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa diagram aliran merupakan


gambaran menurut skala dari susunan lantai dan gedung, yang menunjukkan
lokasi dari semua aktivitas yang terjadi dalam peta aliran proses. Aktivitas
yang berarti pergerakan suatu material atau orang dari suatu tempat ketempat
berikutnya, dinyatakan oleh garis aliran dalam diagram tersebut. Arah aliran
digambarkan oleh anak panah kecil pada garis aliran tersebut.
Kegunaan diagram aliran :

1. Lebih memperjelas suatu peta aliran proses, apalagi jika


arah aliran merupakan faktor yang penting.
2. Menolong dalam perbaikan tata letak tempat kerja. Peta Kerja Setempat

Peta kerja untuk kegiatan kerja setempat


untuk menganalisa suatu stasiun kerja, maka peta
kerja yang digunakan peta pekerja dan mesin serta
peta tangan kiri dan tangan kanan sebagai alat
untuk mempermudah perbaikan suatu tempat kerja
dan gerakan pekerja, sehingga dicapai keadaan
ideal untuk saat itu.
7. Peta Pekerja dan Mesin

Dalam beberapa hal , hubungan antara operator dan mesin sering


bekerja secara silih berganti, yakni sementara mesin menganggur , operator
bekerja atau sebaliknya. Pada hakekatnya waktu menganggur ini dalai suatu
kerugian , maka dari itu waktu menganggur harus diminimumkan. Namun
tentunya harus memperhitungkan kemampuan manusia dan mesinnya.
Peta pekerja dan mesin dapat dikatakan merupakan grafik yang
menggambarkan koordinasi antra waktu bekerja dan waktu mengganggur dari
kombinasi antara pekerja dan mesin. Dengan demikian peta ini merupakan alat
yang baik digunakan untuk mengurangi waktu menggaggur. Kegunaan peta
pekerja dan mesin
Informasi paling penting yang diperoleh melalui peta pekerja dan mesin
adalah hubungan yang jelas antara waktu kerja operator dan waktu operasi
mesin yang ditangainya. Dengan informasi ini, maka kita mempunyai data
yang baik untuk melakukan penyelidikanj, penganalisaan, dan perbaikan suatu
pusat kerja sedemikian rupa sehingga efektivitas penggunaan pekerja dan
mesin bisa ditingkatkan dan tentunya keseimbangan kerja antara pekerja dan
mesin bisa diperbaiki.
Peningkatan efektivitas penggunaan dan perbaikan keseimbangan kerja
tersebut dapat dilakukan, misalnya dengan cara:
a. Merubah tata letak tempat kerja.

Tata letak tempat kerja merupakan salah satu faktor yang


menentukan lamanya waktu penyelesaian suatu pekerjaan. Maka penataan
kembali suatu tata letak tempat kerja diperlukan sekali.
b. Mengatur kembali gerakan-gerakan kerja.

Pada dasar nya, gerakan-gerakan kerja juga merupakan lamanya


waktu penyelesaian suatu pekerjaan, sehingga penataan kembali gerakan-
gerakan kerja yang dilakukan sangat diperlukan.

c. Merancang kembali mesin dan peralatan.

Keadaan mesin dan peralatan sering kali perlu dirancang kembali,


misalnya untuk mengurangi waktu mengangkut dan menghemat tenaga.

d. Menambah pekerja bagi sebuah mesin atau sebaliknya, menambah mesin


bagi seorang pekerja.
Apabila kita menemukan bahwa efektivitas pekerja yang menangani
sebuah atau beberapa mesin itu rendah , yaitu pekerja banyak menganggur,
sementara ditempat lain banyak mesin yang menganggur, maka
menambahan tugas bagi pekerja tersebut mungkin dapat meningkatkan
efektivitas. Sebaliknya jika terdapat seorang pekerja yang terlampau sibuk
dalam menangani tugasnya, sehingga tidak memungkinkan baginya
melepaskan lelah, tentu hal inipun akan merugikan. Pekerja yang
terlampau lelah sering melakukan kesalahan-kesalahan, sehingga
memungkinkan terjadinya kerusakan-kerusakan mesin atau menurunkan
kualitas produksi. Jelas disini bahwa penambahan pekerja memungkinkan
untuk mengatasi masalah ini. Dengan demikian keseimbangan antara
pekerja dan mesin bisa diperoleh yang tidak efisien dan bias melihat adanya
pelanggaran terhadap prinsip- prinsip ekonomi gerakan yang terjadi pada
saat pekerja manual tersebut berlangsung.
e. Kegunaan peta tangan kiri dan tangan kanan.

1. Menyeimbangkan gerakan kedua tangan dan mengurangi kelelahan.

Dengan bantuan studi gerakan dan prinsip ekonomi gerakan ,


maka kita bisa menguraikan elemen pekerjaan lengkap menjadi
elemen-elemen gerakan yang terperinci. Setiap elemen gerakan dari
pekerjaan ini dibebankan kesetiap tangan sehingga seimbang agar
mengurangi kelelahan. Menghilangkan atau mengurangi gerakan-
gerakan yang tidak efisien dan tidak produktif sehingga tentunya akan
mempersingkat waktu kerja.
Kemahiran untuk menguraikan suatu pekerjaan menjadi
elemen- elemen gerakan dan kemudian memilih elemen-elemen mana
saja yang efektif dan kurang efektif , tentunya akan mempengaruhi
produktivitas kerja. Jika suatu pekerjaan sudah dilaksanakan secara
efisien dan produktif, maka secara otomatis waktu penyelesaian
pekerjaan tersebut merupakan waktu tersingkat saat itu.

2. Sebagai alat untuk menganalisa tata letak stasiun kerja.

Tata letak tempat kerja juga memperngaruhi lamanya waktu


penyelesaian. Percobaan merubah-rubah tata letak peralatan selain
dapat menemukan tata letak yang baik, ditinjau dari waktu dan jarak,
juga kita dapat menemukan urutan-urutan pengerjaan yang lebih baik.
3. Sebagai alat untuk melatih pekerjaan baru, dengan cara
kerja yang ideal.
Kiranya sudah jelaslah , bahwa peta tangan kiri dan tangan
kanan menunjukan urutan-urutan pengerjaan yang lebih baik untuk
saat itu. Peta ini dapat berfungsi sebagai penuntun terutama bagi
pekerja-pekerja baru, sehingga akan lebih cepat proses relajar.

2.6. Simbol Peta Pekerja Setempat

Lambang-lambang ini merupakan modifikasi dari lambang yang digunakan


oleh Gilberth, yaitu lingkaran kecil diganti dengan anak panah untuk kejadian
transportasi dan menambah lambang baru untuk kejadian menunggu. Lambang-
lambang standar dari ASME inilah yang akan digunakan dalam pembahasan-
pembahasan selanjutnya, lambang-lambang tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut :
1. Peta Pekerja dan Mesin

Ada beberapa lambang yang digunakan , yaitu yang berupa suatu batang
(bar) dimana panjangnya batang ini sebanding dengan skala waktu (lamanya
aktivitas tersebut). Lambang-lambang yang digunakkan :

Menunjukan waktu menganggur.

Digunakan untuk menyatakan pekerja atau mesin yang sedang


menganggur atau salah satu sedang menunggu yang lain. Misalnya dalam
suatu rangkaian kerja, si operator sedang melakukan pemeriksaan terhadap
mesin, untuk mencegah kerusakan mesin, maka dalam hal ini si operator
sedang melakukan kerja tak bergantungan dan mesin sedang
menganggur/menunggu.

Menunjukan kerja tak bergantungan.

Jika ditinjau dari pekerja , maka keadaan ini menunjukan seorang


pekerja yang sedang bekerja dan tak bergantungan dengan mesin dan pekerja
lainnya. Misalnya seorang pekerja yang sedang mengambil dan
mempersiapkan bahan atau ia sedang melakukan pemeriksaan terhadap produk
akhir tanpa alat. Jika ditinjau dari pihak mesin , berarti mesin tersebut sedang
bekerja tanpa memerlukan pelayanan dari operator (mesin otomatis).

Menunjukan kerja kombinasi.


Jika ditinjau dari pihak pekerja, maka lambang ini digunakan apabila
antara operator dan mesin atau dengan operator lainnya sedang bekerja
bersama-sama . Jika ditinjau dari pihak mesin , berarti selama bekerjanya
mesin tersebut memerlukan pelayanan dari operator. Peta Tangan Kiri dan
Tangan Kanan

Ada beberapa lambang yang digunakan , yaitu yang


berupa suatu lingkaran dan segitiga dimana merupakan simbol
geometrik (geometric symbol) ,

Lambang-lambang yang digunakkan :

Sub operasi (sub-operation)

Anggota tubuh (tangan)


mengerjakan sesuatu pada daerah
tempat kerja

Bergerak ( movement)

Bergerakan dari anggota tubuh dari


suatu bagian (tempat) ketempat lain
dalam tempat kerja.

Menunggu (delay)

Angota tubuh tidak mengaggur

Memegang (Hold)

Menjaga suatu objek didalam posisi pada anggota


tubuh (tanga)
BAB III
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
3.1 Gambaran Produk
Dalam praktikum pembuatan produk individu, saya akan
membuat sebuah produk bernama Stowage Box Seater (SBS) yang
merupakan sebuah produk multifungsi karena bisa menjadi tempat
penyimpanan dan tempat duduk dan memiliki ukuran yang relatif
tidak memakan banyak ruang pada rumah anda. Hal ini berguna
ketika rumah kalian minimalis tetapi ingin terlihat rapih karena bisa
menjadi tempat duduk dan tempat penyimpanan. Dengan ukuran
400mm x 400mm dengan bentuk seperti kubus yang di dalamnya
bisa menjadi tempat penyimpanan tetapi kokoh jika digunakan
menjadi tempat duduk. Material pembuatan SBS terdiri dari papan
kayu, kain polyester, kain parasut dan benang jahit.
Dalam pembuatan prototype, kami menggunakan kayu
dengan alasan kayu mudah didapat dan mudah mengkomunikasikan
design sesuai dengan design yang terlampir. Hanya saja pada
prototype ini kami memiliki keterbatasan biaya dan waktu, sehingga
pnentuan ketebalan material yang dimaksud disesuaikan dengan
ketersediaan bahan kayu yang ada.
3.2 Desain Stowage Box Seater (SBS)

a. Tampak Bagian utama

b. Tampak Atas
c. Tampak Bagian Dalam
3.2 Operation Process Chart

Papan Kain Kain


Parasut Polyester
BAB IV
ANALISIS DATA

4.1 Analisis Operation Process Chart


Dalam pembuatan peta proses operasi atau yang sering dikenal dengan OPC
Produk SBS yang telah dibuat, maka dapat kita lihat gambaran detail dari proses
pembuatan Stowage Box Seater, dimana pada peta tersebut menjelaskan proses-
proses apa saja yang dilakukan dan banyak waktu yang dibutuhkan dalam proses
pembuatan part-part dari produk Stowage Box Seater sampai kepada proses assembly
hingga menjadi produk jadi. Dari Operational Process Chart (OPC) di atas dapat
diketahui besar cycle time untuk membuat sebuah produk Stowage Box Seater adalah
selama 52 menit.
BAB IV
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah menyelesaikan proses kerja pembuatan Stowage Box Seater terdapat
beberapa bahan dan proses untuk membuat Stowage Box Seater. Bahan yang
diperlukan diantaranya :

1. Papan
2. Kain Polyester
3. Kain Parasut
4. Printing kain
5. Benang Jahit

Proses yang dilakukan adalah pengukuran pada papan untuk berapa panjang
dan lebar papan yang akan digunakan, papan yang telah diukur kemudian dipotong
sesuai dengan desain yang ada. Selanjutnya membuat pembungkus dengan kain.
Dengan cara membuat ukuran pola yang sesuai dengan desain kemudian pada kain
tersebut di cetak gambar yang diinginkan. Setelah itu cengan cara menyatukan kain
polyester, papan dan kain parasut yang dimana kain parasut ini di gunakan hanya pada
bagian dalamnya saja.menyatukan 3 bahan tesebut dengan cara di jahit dengan mesin
jahit sesuai dengan bentuknya. Maka jadilah sebuah Stowage Box Seater yang
memiliki dua fungsi yaitu sebagai tempat penyimpanan dan sebagai tempat duduk
untuk bersantai dll.

5.2 Saran
Dalam proses pembuatan produk Stowage Box Seater dibutuhkan peralatan
yang menunjang agar produk yang dihasilkan dapat sesuai dengan desain yang telah
dibuat sebelumnya, namun dikarenakan keterbatasan waktu dan biaya maka pada
prototype yang dihasilkan belum sepenuhnya sesuai dengan desain yang diinginkan.
Oleh karena itu, apabila produk Stowage Box Seater akan dipasarkan kepada
konsumen disarankan agar menggunakan peralatan yang lebih kompleks sehingga
konsumen merasa puas dengan produk yang ditawarkan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Barnes, R.M., 2001, Motion and Time Study, Design and Mesurement of Work,
Eighth Edition , John Wiley and Sons, Inc, New York.
2. Eko Nurmianto , 1998, ” Ergonomi , Konsep Dasar dan Aplikasinya “, ITSN ,
Surabaya
3. Kazarian E. A. 1979, “ Work Analisis and Design for Hotel, Restaurants and
Institutions “ , Avi Publishing Company, Inc. Westport , Connecticut , Michigan.
4. Lawrence,S.Aft, 2000, Work Measurement & Methods Improvement : John Wiley
and Sons, Inc, New York .
5. Niebel, Benjamin, 1999, “Methods, Standards, and Work Design”, 10th edition.
McGraw-Hill International Edition, USA.
6. Sanders, M.S., 2003, Human Factors in Engineering and Design, Fifth Edition,
McGraw-Hill , Book Company, New York.
7. S. Wignjosoebroto, 2003 , “ Ergonomi , Studi Gerak dan Waktu “ Guna Widya,
Surabaya
8. Sutalaksana, Z. Iftikar., A. Ruhana, 2002, Teknik Tata Cara Kerja, ITB, Bandung
9. Tarwaka, Solichul, Lilik S, 2004, ” Ergonomi ” untuk keselamatan, kesehatan kerja
dan produktivitas, Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai