Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL

FAKTOR PENYEBAB BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS TURIKALE KAB MAROS.

Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Sains Terapan (STr)

Nama : Amalya astri Erawat Djasarudin

Nim : A1B119235

PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN

UNIVERSITAS MEGA REZKY

MAKASSAR

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut WHO Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) di perkirakan

15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3% dan lebih sering

terjadi di negara berkembang atau sosial ekonomi rendah. Secara statistik

menunjukkan 90% kejadian BBLR di dapatkan di negara berkembang dan

angkah kematiannya 35 kali lebih tinggi di banding pada bayi dengan berat

lahir lebih dari 2500 Gram. (Maryunani A. 2015)

Berdasarkan Rekomendasi Internasional Pada Cut Of 15%, (De Onis et

al. (1998) Eur J CI Nutr 52 (S1):S5 dalam WHO, 2004). Diperkirakan sekitar

17 juta bayi lahir BBLR setiap tahun dan 16% diantaranya lahir dinegara

berkembang. Dari jumlah tersebut sekitar 80% lahir di Asia. BBLR menjadi

masalah kesehatan masyarakat utama. Pada tahun 1987, Kramer: Bull WHO

65:663, (2004). Penyebab BBLR di berbagai negara berkembang menurut

WHO (2004), meliputi defisiensi nutrisi, pertambahan berat badan yang

rendah, Body Maks Indeks (BMI) ibu hamil yang rendah, tinggi badan yang

rendah, defisiensi micronutrient. etiologi yang lain dan defisiensi.

(Amirudin, & Hasmi, 2015).

Target Millennium Devloment Goals (MDGS) sampai tahun 2015

adalah mengurangi angka kematian bayi dan balita sebesar dua per tiga dari

tahun 1990 yaitu sebesar 20 per 1000 kelahiran hidup. Saat ini angka
kematian bayi masih tinggi yaitu sebesar 67 per 1000 kelahiran hidup.

Penyebab utama tingginya ngka kematian bayi, khususnya pada masa

perinatal adalah berat badan lahir rendah (BBLR) (Amirudin, & Hasmi,

2015).

Di Indonesia setiap lima menit satu bayi dimasa neonatal meninggal

karena berbagai sebab. Hampir sepertiganya 29% disebabkan BBLR karena

prematuritas, makin rendah masa gestasi dan berat lahir bayi makin tinggi

angka kematian bayi. Berbagai upaya dibidang pendidikan dan kemajuan

teknologi kedokteran telah diterapkan untuk dapat mempertahankan kelahiran

hidup, dengan cara dari berbagai tingkat keperawatan dengan pendekatan

deteksi dini dan penatalaksanaan yang tepat. Meskipun kelangsungan hidup

dapat dipertahankan gangguan jangka pendek maupun jangka panjang masih

sering ditemukan akibat komplikasi perawatan atau karena morbiditas yang

diderita (Sudarti & Fauziah, A. 2015).

BBLR di kota bandar lampung tahun 2012 di dapatkan 1,1% dari total

bayi lahir (17.430). bila dibandingkan tahun 2011 kasus BBLR 1,1% dari

20.430 kelahiran hidup. Adanya kasus BBLR ini menandakan masih

banyaknya ibu hamil dengan status gizi kurang sehingga melahirkan bayi

dengan berat badan rendah atau kurang dari 2500 gram. Sementara pada kasus

kematian bayi BBLR merupakan penyumbang kematian pada usia perinatal

(Lathifah N. S. & Syafitri. M. 2015).


Hasil pengambilan data awal dipuskesmas turikale kab. Maros kejadian

BBLR tahun 2014 yaitu sebanyak 56 kasus kemudian dari bulan januari 2015

sampai dengan april 2016 yaitu sebanyak 43 kasus dari seluruh kelahiran

hidup.

Gambararan data tersebut menunjukan bahwa rendahnya masa gestasi

dan berat bayi lahir rendah memberikan dampak pada makin tingginya angka

kematian bayi yang merupakan penyebab utama BBLR.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan suatu

penelitian dengan judul “Faktor Penyebab Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian penjelasan dalam permasalahan peneliti tersebut

maka rumusan masalah peneliti adalah bagaimana faktor penyebab Bayi Berat

Lahir Rendah (BBLR).

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor penyebab Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di

Wilayah Kerja Puskesmas Turikale Kab. Maro

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui faktor penyebab Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

berdasarkan Status Gizi Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Turikale Kab.

Maros
b. Untuk mengetahui faktor penyebab Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

berdasarkan Faktor Ekonomi Ibu di Wilayah Puskesmas Turikale Kab.

Maros

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Institusi

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dalam

pengembangan dan peningkatan pengetahuan mahasiswa.

2. Manfaat Bagi Praktisi

Sebagai salah satu sumber informasi bagi penentu kebijakan dan

pelaksanaan program baik di Dinas Kesehatan maupun pihak Puskesmas.

3. Manfaat Bagi Peneliti

Memberikan pengalaman yang sangat berharga bagi peneliti dalam

memperluas wawasan dan pengetahuan terutama tentang Faktor Penyebab

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Bayi Berat Lahir Rendah

1. Pengertian BBLR

Bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu komplikasi

pada bayi yang bila tidak ditangani secara benar dapat meyebabakan

kematian. Penyebab bayi lahir dengan berat badan lahir rendah hingga saat

ini belum diketahui namun kebanyakan karena penyakit ibu, aktivitas ibu,

dan satatus sosial ibu. Termasuk pada saat ibu hamil. (Deslidel, dkk. 2015).

Berikut ini adalah beberapa definisi bayi berat badan lahir rendah

(BBLR), yang di kemukakan oleh beberapa lembaga atau penulis antara

lain:

a. Sarwono Prawirohardjo, dalam buku Pelayanan Maternal Dan Neonatal

(2004) mengartikan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru

lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2.500 gr (sampai

dengan 2.499 gr).

b. Dalam Pelatihan PONED Komponen Neonatal, mengungkapkan bahwa

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat

kurang dari 2.500 gr tanpa memandang masa gestasi (Berat lahir adalah

berat bayi yang di timbang dalam 1 jam setelah lahir).

c. Manuaba (1998), menyatakan bahwa istilah prematuritas telah di ganti

dengan berat badan lahir rendah (BBLR) karena terdapat dua bentuk
penyebab kelahiran bayi dengan berat badan kurang dari 2.500 gr, yaitu

karena usia kehamilan kurang dari 37 minggu, berat badan lebih rendah

dari semestinya, sekalipun umur cukup, atau karena kombinasi

keduanya.

d. Menurut Hasan Rusepn (1995), berdasarkan hasil konggres kedokteran

perinatologi Eropa II yang disebut bayi dengan berat lahir rendah adalah

bayi yang beratnya kurang atau sama dengan 2.500 gr saat lahir. Di

anggap sebagai mengalami masa gestasi yang di perpendek, maupun

pertumbuhan intra uterus kurang dari yang di harapkan atau keduanya.

e. Adele pilliteri (1986), neonatus atau bayi baru lahir dengan berat badan

lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahirnya kurang dari

2.500 gram.

f. WHO (1961), mendefinisikan bayi berat lahir rendah ialah bayi baru

lahir dengan berat badan kurang atau sama dengan 2.500 gr, sedangkan

bayi dengan berat badan kurang dari 1.500 gr termasuk bayi dengan

berat badan lahir sangat rendah.

g. Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat

badannya saat kelahiran kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499

gram)

h. Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan

berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi.

(Maryunani, A. 2014).
BBLR ialah bayi yang baru lahir dengan berat badan saat lahir <

2500 gram. Istilah BBLR digunakan oleh WHO untuk mengganti istilah

bayi prematur. Untuk mendapatkan keseragaman, pada Kongres ”European

Perinatal Medicine II” di London tahun 1970, diusulkan defenisi sebagai

berikut:

a. Bayi kurang bulan ialah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37

minggu (259 hari).

b. Bayi cukup bulan ialah bayi dengan masa kehamilan mulai dari 37

minggu sampai empat puluh dua minggu (259 sampai 293 hari)

c. Bayi lebih bulan ialah bayi dengan masa kehamilan mulai dari 42

minggu atau lebih (294 hari atau lebih).

Dengan pengertian tersebut, maka bayi dengan berat badan lahir

rendah (BBLR) dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu:

a. Prematuritas Murni

bayi dengan kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badannya

sesuai untuk masa kehamilan itu biasa disebut dengan Neonatus Kurang

Bulan Sesuai Masa Kehamilan (NKB-SMK).

b. Dismaturitas

Bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari berat badan sebelumnya

untuk kehamilan itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai

untuk masa kehamilan (NKB-SMK). Berarti bayi mebgalami gangguan


intra uterine dan merupakan bayi yang kecil masa kehamilan (KMK).

(Amirudin A. & Hasmi, 2014).

2. Klasifikasi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Firmansjah (1998) menyebutkan bahwa ada beberapa istilah bayi

prematur atau bayi berat lahir rendah yang harus diketahui karena

berhubungan progonosis dan penatalaksanaannya. Menurut Firmansjah,

neonatus dengan berat lahir (BBLR) adalah bayi yang kurang dari 2500

gram. Dalam hal ini disebutkan juga oleh Firmansjah bahwa :

a. Neonatus yang termasuk dalam BBLR mungkin merupakan salah satu

dari beberapa keadaan yaitu:

1) NKB SMK (Neonatus Kurang Bulan-Sesuai Masa Kehamilan)

adalah bayi prematur dengan berat badan lahir yang sesuai dengan

masa kehamilan) adalah bayi prematur

2) NKB KMK (Neonatus Kurang Bulan-Kecil Masa Kehamilan)

dengan berat badan lahir kurang dari normal menurut usia

kehamilan.

3) NCB KMK (Neonatus Cukup Bulan-Kecil Masa Kehamilan) adalah

bayi yang lahir cukup bulan dengan berat badan lahir kurang dari

normal.
b. Selain itu sesuai dengan kemajuan teknologi kedokteran, BBLR dibagi

lagi menurut berat badan lahir, yaitu:

Bayi Dengan Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) atau very low birt

weight (VLBW) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir antara

1000-1500 gram.

Bayi dengan Berat Lahir Amat Sangat Rendah (BBLASR) atau

extremely low birth weight (ELBW) adalah bayi yang lahir dengan berat

badan lahir kurang dari 1000 gram (Maryunani, A. 2015).

3. Manajemen Terapi BBLR

Umum :

a. Membersihkan jalan nafas

b. Mengusahakan nafas pertama dan seterusnya

c. Perawatan tali pusat dan perawatan mata.

Khusus :

a. Suhu tubuh dijaga pada suhu aksila 36,5-37,5℃

b. Beri O2 sesuai dengan masalah pernafasan, pantau dengan oksimetri

c. Sirkulasi dipantau dengan ketat

d. Awasi keseimbangan cairan

e. Pemberian cairan dan nutrisi

f. Pencegahan infeksi

g. Mencegah perdarahan: vitamin K mg/pemberian


B. Tinjauan Umum Tentang faktor penyebab Bayi Berat Lahir Rendah

(BBLR)

1. Etiologi/Penyebab Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Mengenai Etiologi/Penyebab Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) pada

bagian ini diuraikan beberapa kelompok penyebab BBLR sebagai berikut:

Berat badan lahir rendah BBLR bisa disebabkan oleh prematuritas

dan Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) atau keduanya, dua kelompok

BBLR ini memiliki masalah yang berbeda sehingga penilaian akurat secara

dini diperlukan. dua kelompok tersebut diuraikan sebagai berikut:

a. BBLR yang disebabkan oleh prematuritas

Penyebab kelahiran bayi prematur dengan BBLR antara lain:

1) Janin: gawat janin, kehamilan kembar,eritroblastosis, hydrop non

imun

2) Plasenta: plasenta previa, solusio plasenta.

3) Uterus: uterus bicornis, incompeten serviks (serviks lemah)

4) Maternal: preeklamsia, penyakit kronis (penyakit jantung sianotik),

infeksi (infeksi saluran kemih), penyalahgunaan obat

5) Lain-lain: ketuban pecah dini, polihidramnion, iatrogenic.


b. Penyebab BBLR –Persalinan Kurang Bulan (Prematur)

1) Persalinan kurang bulan/prematur, dimana bayi lahir pada umur

kehamilan antara 28-36 minggu.

2) Sering disebut NKB-SMK (Neonatus Kurang Bulan-Kecil Untuk

Masa Kehamilan)

3) Pada umunya bayi kurang bulan disebabkan tidak mempunyai

uterus menahan janin.

4) Semakin muda umur kehamilan, fungsi organ tubuh semakin

kurang sempurna dan prognosisnya semakin kurang baik.

5) Kelompok BBLR ini sering mendapatkan komplikasi akibat kurang

matangnya organ karena masa gestasi yang kurang (prematur).

c. Penyebab BBLR-Bayi Lahir Kecil Untuk Masa Kehamilan:

1) Sering disebut NCB-KMK (neonatus cukup bulan-kecil untuk masa

kehamilan)

2) Bayi lahir dengan kecil masa kehamilannya karena ada hambatan

pertumbuhan saat dalam kandungan (janin tumbuh lambat).

3) Retardasi pertumbuhan intrauterine berhubungan dengan keadaan

yang menganggu sirkulasi da efisiensi plasenta dengan

pertumbuhan dan perkembangan janin atau dengan gizi ibu.

4) Keadaan ini mengakibatkan kurangnya oksigen dan nutrisi secara

kronik dalam waktu yang lama untuk pertumbuhan dan

perkembangan janin. (Maryunani, A. 2015)


2. Faktor Penyebab Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Faktor- faktor penyebab kejadian BBLR dibedakan menjadi tiga yaitu

a. Faktor Ibu Meliputi:

1) Penyakit

Penyakit yang berhubungan dengan kehamilan

a) perdarahan antepartum

kondisi perdarahan antepartum ini dapat diperberat dengan

adanya pemeriksaan dalam yang tidak disadari dapat

mengganggu implantasi plasenta. Pemeriksaan speculum

merupakan cara yang tepat untuk menghindari sumber lokal

perdarahan seperti polip serviks, kanker, laserasi vagina, atau

verniks yang rupture (Lisnawati, L. 2013).

2) Usia ibu

Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20 tahun,

dan multi gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat. Kejadian

terendah ialah pada usia antara 26-35 tahun.

3) Keadaan sosial ekonomi

Kejadian ini sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas.

Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah.

Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan

pengawasan antenatal yang kurang. Demikian pula kehadian

prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah,
ternyata lebih tinggi bila di bandingkan dengan bayi yang lahir dari

perkawinan yang sah.

4) Sebab lain: ibu perokok

Bayi-bayi dari perokok tiga bungkus sehari juga mengandung

resiko 4 kali lipat mengalami skor APGAR rendah yang berarti

bahwa mereka tidak sesehat bayi lain.

Ada 3 zat yang dapat membahayakan janin antara lain:

a) Karbon Monoksida

Bercampur dengan hemoglobin dalam darah, akibatnya jumlah

oksigen yang tersedia bagi bayi berkurang.

b) Sianida

Sianida adalah zat beracun dan jjka bercampur dengan

makanan bisa mengurangi jumlah gizi bagi janin. Untuk

melepaskan sianida, tubuh membutuhkan banyak vitamin B-12.

c) Nikotin

Nikotin mengurangi pergerakan fetus, dan juga menyebabkan

kontraksi pembuluh darah arteri pada plasenta dan tali pusat,

hingga mengurangi jumlah oksigen yang sampai ke janin

(Romauli, S. 2015).
b. Faktor janin

1) Hidramnion

Adanya kondisi hidramnion yaitu pengumpulan cairan

amnion yang berlebihan, bilamana pertumbuhan rahim lebih cepat

dari yang diperkirakan menurut usia kehamilan. Pengukuran ukuran

tinggi fundus rahim secara serial (dari simfisis pubis ke puncak

rahim) harus meningkat kira-kira 1 cm per minggu pada setengah

bagian kehamilan. Terhadap peninggian insidensi emboli cairan

amnion yang mempersulit kondisi ini, hal ini dikarenakan adanya

kondisi overdistensi rahim dan peregangan pada tempat plasenta,

yang membuka sinus maternal terhadap cairan amnion. Dengan

demikian perlu dihindari penggunaan oksitosin (Lisnawati, L.

2014).

2) Kehamilan Ganda

Kehamilan ganda yaitu suatu kehamilan dimana terdapat dua

atau lebih embrio atu janin sekaligus. kehamilan ganda terjadi,

apabila dua atu lebih ovum dilepaskan dan dibuahi atau apabila satu

ovum yang dibuahi membela secara dini hingga membentuk dua

embrio yang sama pada stadium massa sel dalam atau lebih awal.

kehamilan kembar dapat memberikan resiko yang lebih tinggi

terhadap ibu dan janin. Oleh karena itu, dalam menghadapi


kehamilan ganda harus dilakukan perawatan antenatal yang intensif

(Nugroho, T. 2015).

c. Faktor lingkungan

Kondisi lingkungan adalah kondisi dimana ibu hamil tinggal

apabila kondisi lingkungan tidak sehat dan miskin maka akan

menyebabkan kejadian infeksi yang meningkat dan pengaruhnya dapat

berlibat ganda pada ibu hamil dan janinnya. Penyakit infeksi tersebut

antara lain; malaria, hepatitis, syphilis, dan penyakit karena bakteri

lainnya yang diderita ibu hamil yang dapat memberikan angka kematian

dan kesakitan yang lebih tinggi pada bayi.

Selain itu didaerah yang geografis yang buruk, juga dapat

menyebabkan anemia gizi. Hal ini yang sulit dijangkau dari segi

pendidikan dan ekonomi, seperti daerah terpencil serta daerah yang

endemis dengan penyakit yang memperberat anemia seperti kejadian

endemis malaria. (Maryanti, D, dkk. 2015).

C. Tinjauan Umum Faktor Penyebab BBLR (Variabel Penelitian)

Faktor penyebab yang akan diteliti adalah sebagai berikut :

1. Status Gizi Ibu

Status Gizi merupakan hal yang penting diperhatikan pada masa

kehamilan, karena faktor gizi sangat berpengaruh terhadap status


kesehatan ibu selama hamil serta guna pertumbuhan dan perkembangan

janin. (Pantaiawati, Ika & Saryono, 2014).

Jika selama hamil ibu tidak memperoleh nutrisi yang adekuat

maka akan mempengaruhi kondisi ibu dan janin. Pengaruh pada janin

dan bayi baru lahir yaitu dalam uterus, hal ini akan menyebabkan

malformasi, infeksi, IUGR, IUFD. Meningkatkan terjadinya kematian

perinatal. Pada bayi baru lahir, meningkatkan terjadinya kematian

perinatal, bayi kecil masa kehamilan dengan gangguan neurologi,

feeding problem, kelaparan, kekurangan vitamin dan mineral,

kwasiorkhor, infeksi gastrointestinal, dan paru-paru. Terjadi

peningkatan angka kesakitan dan kematian neonatal dan infant.

(Indrayani, 2014).

2. Faktor Ekonomi

Keadaan sosial ekonomi ini sangat berperan terhadap timbulnya

prematuritas. Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi

rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan

pengawasan antenatal yang kurang. Demikian pula kehadiran

prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah,

ternyata lebih tinggi bila di bandingkan dengan bayi yang lahir dari

perkawinan yang sah. (Maryanti, D. dkk. 2014).


Selain itu faktor Ekonomi Rendah menyebabkan gangguan emosi

pada ibu hamil hal ini sudah dibuktikan secara ilmiah bahwa janin

dalam kandungan dapat merasakan apa yang dirasakan oleh ibu.

Anda mungkin juga menyukai