Anda di halaman 1dari 4

1.

Memaknai Sebuah Relasi

Sederhananya dalam relasi sosial seseorang dikatakan memiliki relasi yang intim atau
dekat dengan orang lain ketika dia sangat mengenal siapa orang tersebut, mengenal apa
yang disukai dan yang tidak, mengenal hobinya, kebiasaannya, siap sedia menjadi
penolong dalam susah ataupun senang, bahkan keintiman itu dibuktikan dengan mengasihi
dia seperti dirinya sendiri. Itulah sebenarnya buah dari keintiman dari sebuah relasi yang
tulus. Ketercapaian pada suatu relasi seperti ini tentunya terbangun dari proses komunikasi
dan interaksi yang sering bahkan selalu dilakukan sehingga dapat mengetahui dengan jelas
siapa dia.

Dalam kehidupan rohani, bagaimana Tuhan mengenal kita dan sebaliknya kita
mengenal kehendak Tuhan adalah dengan relasi. Memiliki hubungan atau relasi pribadi
dengan Allah dimulai ketika kita menyadari kebutuhan kita akan Dia. Pertanyaannya, relasi
seperti apa? Bagaimana cara menemukan atau membangun relasi seperti itu?
Doa adalah salah satu cara kita membangun relasi yang intim dengan Tuhan. Itulah
sebabnya bagi orang Kristen, doa adalah nafas hidup. Artinya bahwa sama seperti orang
yang tak bernapas akan mati, orang yang tak berdoa pun imannya mati. Didalam doa setiap
orang percaya menyampaikan segala keinginan diri, memohon diperbanyak berkat, hingga
kadang lupa menanyakan apa yang ingin Tuhan sampaikan dan akhirnya kita menjadi orang
yang tuli untuk mendengar suara Tuhan yang ingin berbisik di telinga dan hati kita. Itulah
mengapa doa merupakan ungkapan isi hati manusia kepada Tuhan, namun juga kesediaan
manusia untuk merasakan kehadiran Tuhan serta mendengar suara dan panggilan-Nya.

Harus diakui bahwa setiap orang yang beragama pasti berdoa. Sehingga doa
menjadi bagian yang esensial dalam kehidupan manusia yang beragama. Doa memegang
peranan penting untuk kelangsungan dan perjalanan hidup manusia, untuk itu hampir di
setiap perjalanan hidup manusia beragama, ia akan berdoa mengawali rencana-rencana
besar yang diangan-angankan, meminta untuk selalu sehat dan diberikan umur yang
panjang, meminta penyertaan-Nya dalam tanggung jawab hidup yang diemban dan
memperoleh selamat dan sejahtera.

Dengan demikian, keintiman relasi yang kita bangun bersama Tuhan hendaknya
dinyatakan dalam kehidupan relasi kita dengan sesama yang lain, yang seiman, yang
berbeda,yang papah, yang tak dipedulikan, yang hak-haknya dirampok, yang kebebasan
beragamanya dipenjarakan, bahkan dengan alam pun (tumbuhan, hewan, tanah, air, udara)
patut kita nyatakan itu dengan hati yang kasih. Efesus 5:2 bunyi: Dan hiduplah di dalam
kasih, sebagaimanaKristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-
Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah. Nasihat Rasul
Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Efesus ini, yaitu hidup di dalam kasih,
sebagaimana yang sudah Yesus lakukan sebelumnya yakni dengan menyerahkan diri-Nya
sebagai penebus dosa manusia. Ini juga merupakan nasihat kepada kita. Allah sudah
memberikan teladan kepada kita dengan pengorbanan Yesus, anak yang dikasihi-Nya
sebagai perdamaian di antara kita dengan Allah dan Yesus sudah menjadi persembahan
yang harum bagi Allah. Itulah manifestasi kasih yang sempurna.

2. Dosa Merusak Relasi Tuhan Dengan Manusia

Mengawali topik ini dengan sebuah pertanyaan, siapakah diantara kita yang tidak
pernah berbuat dosa? jawabannya hanya masing-masing kita yang lebih mengetahuinya,
namun yang pasti adalah semua orang pernah melakukan dosa tanpa terkecuali, yang
tinggal di ujung bumi mana pun, adalah orang berdosa. Dalam Perjanjian Lama (PL)
terdapat beberapa kata untuk dosa yang pokok artinya adalah “tidak kena”. Dalam
Perjanjian Baru (PB) dosa adalah “a nomia” (1 Yohanes 3:4). Jadi dosa adalah perbuatan
yang tidak sesuai dengan kehendak Alla
Dengan begitu, kejatuhan manusia dalam dosa tidak seharusnya saling mencari
siapa yang bersalah (diantara Adam atau Hawa), tetapi nilai penting yang menjadi teguran
adalahmanusia mengotori gambar dan rupa Allah yang mana menjadi awal manusia itu
diciptakan. Artinya bahwa manusia diciptakan serupa dengan Allah, manusia menjadi
gambar diri dari Allah itu sendiri. Hoekema menulis bahwa gambar Allah dalam manusia
tidak hilang dengan masuknya dosa tetapi terdistorsi. Manusia tetap adalah pembawa
gambar Allah, mahkluk yang tertinggi yang diciptakan (Kej 1:27-28; Maz 8) dengan demikian
pembawa gambar Allah disini sebagai memberi harga dan nilai kepada setiap manusia.
Bagaimana pun terdistorsinya gambaran dan kesurupaan itu dengan masuknya dosa,
manusia tetap diciptakan Allah dengan gambarNya (Hoekema, dalam Tanusaputra, 2005).
Dengan itu juga Allah sepenuh hati memberikan kepada manusia menjadi penguasa atas
seluruh ciptan-Nya. Hal ini dijelaskan dalam Kejadian 1:26-27: “berfirmanlah Allah: baiklah
Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas
ikan-ikan di laut dan burungburung
di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang
merayap di bumi. Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut
gambar Allah didiptakan-Nya dia laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka”.

Hal lain yang ditemukan dalam kejatuhan manusia dalam dosa adalah manusia
menjadi lupa dengan “harta” besar yang Allah titipkan kepada mereka yakni kepercayaan
dan tanggung jawab bahkan jauh lebih penting lagi adalah cinta kasih Tuhan bagi manusia.
Keserakahan untuk menjadi lebih dan sama dengan Allah menjadi tawaran menggiurkan
dan utama yang terlintas dalam pikiran manusia manakala mendengar ceramah dari
penggoda (ular). Manusia mengabaikan alasan mengapa Allah menciptakan dan
menetapkan mereka untuk tinggal didalam taman Eden. Bahkan manusia tidak
memperhitungkan cinta kasih Tuhan yang dinyatakan dalam berbagai bentuk terhadap
mereka. Relasi yang intim itu menjadi tawar dan tak bernilai, dirusak oleh sikap manusia
yang ingin menjadi tuan melebihi Tuhan yang\ menciptakannya. Semua Itu terlupakan,
diabaikan dan mungkin tidak dianggap. Bagaimana dengan manusia masa kini? Apakah
dengan menjadi generasi Adam dan Hawa kemudian kita mewarisi keserakahan mereka?
ataukah mungkin kita adalah potret dari Adam dan Hawa masa kini? Semua pertanyaan-
pertanyaan ini menginginkan pengakuan dan kejujuran yang mungkin hanya dijawab diam
didalam batin kita. Jika jujur, memang kita mewarisi
aTeladan Yesus Dalam Menjalin Relasi

Dalam banyak hal, seluruh hidup dan pelayanan Yesus telah menjadi pusat pemberitaan
yang diceritakan dalam kitab-kitab injil. Hal ini kemudian dijadikan sebagai kompas bagi
orang
Kristen dalam menjalani hari-hari hidup mereka. Keseluruhan yang dilakukan oleh Yesus
menjadi
kesaksian yang menguatkan dan mengokohkan orang percaya sebagai orang yang
beriman kepada Yesus Kristus. Yesus memberikan teladan yang sempurna bagi kita.
Keteladanannya adalah model yang sudah seharusnya memotivasi semua orang untuk
melakukan hal yang sama kepada sesamanya yang lain. Oleh sebab kita menjadi
pengikutNya,
berarti kita memiliki tanggung jawab untuk belajar dariNya, apa yang Dia ajarkan, dan
apa yang Dia lakukan selama pelayananya di dunia. Dengan itu, ada beberapa keteladanan
Yesus dalam membangun relasi dengan orang-orang yang ada di sekitarnya bahkan orang
lain yang Dia jumpai selama hidup dan pelayanan-Nya, antara lain:
1. Relasi Yesus dengan keluarga-Nya

Dalam tradisi Alkitab (Mt 13:55 dan Mrk 6:3) disebut bahwa Yesus mempunyai
empat saudara, Yakobus, Yusuf (Mrk 6:3 Yoses), Simon, dan Yudas (De Jong, 2008). Cerita
Alkitab menuturkan tentang Yesus yang lahir dari seorang perawan perempuan bernama
Maria dan Yusuf (tunangan Maria) sebagai ayahnya. Patut diingat bahwa Yesus lahir bukan
dari hasil hubungan suami istri (seks) melainkan atas kehendak dan rencana Allah yang
menitipkan itu dalam buah kandung perempuan yang masih perawan. Ungkapan Yesus
dalam Lukas 8: 20-21 menggambarkan tentang makna sesungguhnya dari relasi dalam
keluarga yakni relasi orang tua dan anak-anak, suami istri, kakak adik, maupun
relasi dalam keluarga yang lebih luas seperti komunitas. Lukas 8:20-21 berbunyi : “orang
memberitahukan kepada-Nya: ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan ingin
bertemu dengan Engkau. Tetapi Ia menjawab mereka: ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah
mereka yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya”. Yesus mengungkapkan
bahwa intiutama sebuah keluarga bukanlah mereka yang memiliki hubungan darah (kakak
dan adik kandung)

Bukan hanya orang kaya seperti Zakheus yang dilayani oleh Yesus, orang lumpuh
orang timpang, orang buta, orang bisu, dan masih banyak orang lagi yang merasakan
pelayanan Yesus untuk menyembuhkan setiap kesakitan yang lama mereka derita. Matius
15:30-31 berbunyi: “Kemudian orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya
membawa orang lumpuh, orang timpang, orang buta, orang bisu dan banyak lagi yang lain,
lalu meletakkan mereka pada kaki Yesus dan Ia menyembuhkan mereka semuanya. Maka
takjublah orangbanyak itu melihat orang bisu berkata-kata, orang timpang sembuh, orang
lumpuh berjalan, orang buta melihat, dan mereka memuliakan Allah Israel”. Inilah
kesungguhan dalam melakukan pelayanan. Seorang pelayan bukan sekedarnya dalam
melayani atau asal-asalan tetapi membutuhkan komitmen hati yang kuat dan kokoh dalam
melayani sesamanya. Komitmen hati akan menjadi alarm yang terus berbunyi untuk
mengingatkan akan keterpanggilan sebagai seorang pelayan yang melayani dan bukan
menunggu dipanggil untuk melayani.

Sebab melayani membutuhkan kepekaan, inisiatif untuk bergerak dan melangkah


maju tanpa harus menunggu komando dari yang lain. Yesus sudah menunjukannya, sisanya
kita yang memilih untuk melakukannya ataukah tidak. Dari kisah ini pesan penting lainnya
adalah melayani menunjukan identitas kita sebagai seorang yang menteladani Yesus.
Yesus menunjukan nilai kasih yang sesungguhnya. Teladan yang Yesus berikan dengan
menyembuhkan orang bisu sampai bisa berkata-kata, orang timpang sembuh, orang lumpuh
berjalan, orang buta melihat, memperlihatkan bahwa cara kita menjadi pewarta-pewarta
kasih adalah dengan melayani mereka yang sakit dan papah. Mereka yang terabaikan,
dianggap tak penting, dan hampir terlupakan. Dari kisah-kisah mereka, kita diajak untuk
empati, dimana kita mencoba menempatkan diri kita sendiri di tempat orang lain, merasa
bersama dengan mereka.

3. Relasi Yesus Dengan Perempuan (Hope, 2010).

Cara Yesus berhubungan dengan dan belajar dari perempuan adalah suatu ilustrasi
yang baik dari apa artinya berhubungan dengan, dan belajar dari, orang lain. Bagaimana
pun perempuan dalam masa Yesus mewakili “keberlainan” dan perbedaan yang tidak lain
adalah kemajemukan. Digambarkan tentang bagaimana perempuan mewakili orang-orang
yang tidak dikenal, tidak penting, yang tidak masuk hitungan, yang hidup dan eksistensinya
bergantung pada figur laki-laki dalam kehidupan mereka: kepada ayah ketika masih muda,
kepada suami ketika ia menikah, dan kepada anak laki-laki ketika ia tua. Bagaimana Yesus
berhubungan dengan perempuan dapat memberikan beberapa petunjuk untuk berhubungan
dengan dan belajar dari orang lain:
Pertama, kita dapat belajar bahwa kesetiaan Yesus selalu tertuju kepada Allah, bukanpada
institusi dan praktik mapan dari komunitas iman-Nya. Dia memperlihatkan kesetiaan
kepada Allah ini dengan mengasihi orang lebih daripada mengikuti hukum dan tradisi
agama-Nya.

Kedua, kita dapat mempelajari visi Yesus mengenai suatu komunitas baru di bawah
pemerintahan Allah. Di dalam komunitas yang memiliki hubungan-hubungan yang baru ini,
perempuan dan laki-laki, muda dan tua, mereka yang “ada di antara kita” dan mereka yang
“berbeda dari kita”, semuanya akan memiliki tempat yang sangat penting. Dalam
masyarakat patriarki kedudukan perempuan tidak diperhitungkan pada masa itu tetapiYesus
menggunakan perumpamaan untuk menggambarkan hal kerajaan sorga dengan sosok
perempuan.

Ketiga, dari Yesus kita juga belajar bahwa walaupun identitas (apakah itu personal, rasial,
atau keagamaan) merupakan kenyataan sosiologis, ini bukanlah tujuan dalam dirinya
sendiri yang kepadanya segala hal bergantung. Artinya bahwa Yesus dengan identitas diri-
Nya sebagai seorang Yahudi, namun juga menunjukkan bahwa masih ada identitas lain
yang tidak dibatasi hanya pada keluarga biologis dan sosiologis-nya yaitu “Ibu-Ku dan
saudarasaudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya
(Lukas 8:21).Garis keturunan atau keanggotaan dalam suatu kelompok agama tertentu
bukanlah suatu bukti atau jaminan dari sebuah kesetiaan. Bagi Yesus, identitas sebagai
bagian dari keluarga Allah benar-benar didasarkan pada karya-karya kesetiaan pada
kehendak Allah untuk keadilan dan kebenaran daripada keanggotaan dalam suatu
kelompok agama atau keluarga tertentu”
.
Keempat, kita dapat belajar dari Yesus bagaimana Dia belajar dari orang lain dan
mengizinkan identitas dan nasionalisme-Nya ditantang oleh orang lain yang Dia jumpai
dalam pelayanan-Nya. Pertemuan Yesus dengan perempuan Samaria (Yoh:4)
memperlihatkan bagaimana Dia menjadi seorang Yahudi yang patriotik, yang secara teguh
menghargai arti penting Yerusalem bagi komunitas Yahudi. Namun, Dia menolak membatasi
kehadiran Allah Yang Mahakuasa pada bait Allah Yahudi. Selanjutnya adalah pertemuan
Dia dengan seorang perempuan Kanaan (Siro-Fenesia) juga memperlihatkan bagaimana
identitas dan kepedulian- Nya pada komunitas-Nya sendiri ditantang oleh perempuan lain
yang tidak berasal dari komunitas-Nya (Mat 15:21-28; Mrk. 7:24-30), yang hasratnya untuk
memperoleh kesembuhan bagi anak perempuannya membuat ia mau “makan remah-
remah” kemurahan hati yang jatuh dari meja orang Yahudi. Dalam perjumpaan ini, Yesus
mempelajari bahwa keselamatan Allah tidak terbatas hanya pada orang Yahudi atau pada
kelompok orang tertentu. Dua perempuan ini berasal dari dua kelompok yang dianggap
sebagai “yang lain” (di luar) dari komunitas Yahudi.

Namun disini Yesus memperlihatkan sikap keterbukaan yang jujur kepada mereka
ketika membangun percakapan dengan mereka menantang iman-Nya, identitas-Nya, dan
nasionalisme-Nya yang pada awalnya menghalangi Dia untuk solider dengan mereka.

Anda mungkin juga menyukai

  • Rundown Acara 2 Hari Dan 1 Hari Kepulangan
    Rundown Acara 2 Hari Dan 1 Hari Kepulangan
    Dokumen9 halaman
    Rundown Acara 2 Hari Dan 1 Hari Kepulangan
    rudy_rafael_rada
    Belum ada peringkat
  • Kel. 1 Demam
    Kel. 1 Demam
    Dokumen43 halaman
    Kel. 1 Demam
    rudy_rafael_rada
    Belum ada peringkat
  • Kel. 1 Demam
    Kel. 1 Demam
    Dokumen43 halaman
    Kel. 1 Demam
    rudy_rafael_rada
    Belum ada peringkat
  • Surat Ijin KKN
    Surat Ijin KKN
    Dokumen1 halaman
    Surat Ijin KKN
    rudy_rafael_rada
    Belum ada peringkat
  • Pneumothorax
    Pneumothorax
    Dokumen8 halaman
    Pneumothorax
    rudy_rafael_rada
    Belum ada peringkat
  • Ilmu Bedah Saraf
    Ilmu Bedah Saraf
    Dokumen2 halaman
    Ilmu Bedah Saraf
    Faturrachman Elfaury
    Belum ada peringkat
  • Case Kecil Anak
    Case Kecil Anak
    Dokumen18 halaman
    Case Kecil Anak
    rudy_rafael_rada
    Belum ada peringkat
  • Internsip
    Internsip
    Dokumen1 halaman
    Internsip
    rudy_rafael_rada
    Belum ada peringkat
  • Surat Kuasa STR Fixx
    Surat Kuasa STR Fixx
    Dokumen2 halaman
    Surat Kuasa STR Fixx
    rudy_rafael_rada
    Belum ada peringkat
  • FDW 02
    FDW 02
    Dokumen11 halaman
    FDW 02
    rudy_rafael_rada
    Belum ada peringkat
  • Internsip
    Internsip
    Dokumen1 halaman
    Internsip
    rudy_rafael_rada
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Perpangkatan Dan Bentuk Akar
    Bab 1 Perpangkatan Dan Bentuk Akar
    Dokumen42 halaman
    Bab 1 Perpangkatan Dan Bentuk Akar
    rianti_mawarni
    Belum ada peringkat
  • Pedoman Interpretasi Data Klinik (Kemenkes, 2011)
    Pedoman Interpretasi Data Klinik (Kemenkes, 2011)
    Dokumen97 halaman
    Pedoman Interpretasi Data Klinik (Kemenkes, 2011)
    Jamaluddin Ahmad
    0% (1)
  • Macam Macam Cairan Infus Dan Indikasi
    Macam Macam Cairan Infus Dan Indikasi
    Dokumen9 halaman
    Macam Macam Cairan Infus Dan Indikasi
    Sutjipto Wijono
    Belum ada peringkat
  • BUMN
    BUMN
    Dokumen1 halaman
    BUMN
    rudy_rafael_rada
    Belum ada peringkat
  • Kalium
    Kalium
    Dokumen1 halaman
    Kalium
    rudy_rafael_rada
    Belum ada peringkat
  • Kriteria Diagnosis DM
    Kriteria Diagnosis DM
    Dokumen1 halaman
    Kriteria Diagnosis DM
    rudy_rafael_rada
    Belum ada peringkat
  • Farmakologi
    Farmakologi
    Dokumen1 halaman
    Farmakologi
    rudy_rafael_rada
    Belum ada peringkat
  • Anemia Pendahuluan
    Anemia Pendahuluan
    Dokumen2 halaman
    Anemia Pendahuluan
    rudy_rafael_rada
    Belum ada peringkat
  • UKMPPD
    UKMPPD
    Dokumen1 halaman
    UKMPPD
    rudy_rafael_rada
    Belum ada peringkat
  • Kriteria Diagnosis DM
    Kriteria Diagnosis DM
    Dokumen1 halaman
    Kriteria Diagnosis DM
    rudy_rafael_rada
    Belum ada peringkat
  • NSAID
    NSAID
    Dokumen1 halaman
    NSAID
    rudy_rafael_rada
    Belum ada peringkat
  • Presbiop
    Presbiop
    Dokumen1 halaman
    Presbiop
    rudy_rafael_rada
    Belum ada peringkat
  • Mitral
    Mitral
    Dokumen1 halaman
    Mitral
    rudy_rafael_rada
    Belum ada peringkat
  • Kelainan Katup Jantung
    Kelainan Katup Jantung
    Dokumen1 halaman
    Kelainan Katup Jantung
    rudy_rafael_rada
    Belum ada peringkat
  • Radiologi
    Radiologi
    Dokumen1 halaman
    Radiologi
    rudy_rafael_rada
    Belum ada peringkat
  • Individ U
    Individ U
    Dokumen1 halaman
    Individ U
    rudy_rafael_rada
    Belum ada peringkat
  • Miopia
    Miopia
    Dokumen1 halaman
    Miopia
    rudy_rafael_rada
    Belum ada peringkat
  • Nail
    Nail
    Dokumen1 halaman
    Nail
    rudy_rafael_rada
    Belum ada peringkat