PUBLIKASI ILMIAH
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan
Program Profesi Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Gigi
Oleh:
Rezza Uli Erlian Pratama
J530170012
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh:
2
Perawatan Saluran Akar Pada Gigi Insisivus Sentralis Kiri Rahang
Atas Nekrosis Pulpa Disertai Lesi Periapikal (Laporan Kasus)
Rezza Uli Erlian Pratama, Arny Try Kartinawaty
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Surakarta
rezzauli02@gmail.com, arny.adna.adina@gmail.com
ABSTRAK
Perawatan saluran akar adalah pengambilan jaringan pulpa dari saluran akar dan
menggantinya dengan bahan pengisi yang bertujuan untuk mencegah perluasan penyakit
dari pulpa kejaringan periapikal.Keberhasilan perawatan saluran akar dipengaruhi oleh
preparasi biomekanikal, irigasi saluran akar dan pemberian bahan dressing sehingga
mampu mengeliminasi mikroorganisme yang terdapat pada saluran akar yang terinfeksi.
Pulpitis ireversibel adalah kondisi inflamasi pulpa yang persisten, dapat simtomatik atau
asimtomatik yang disebabkan oleh suatu stimulus, dimana pertahanan pulpa tidak dapat
menanggulangi inflamasi yang terjadi dan pulpa tidak dapat kembali kekondisi semula
atau normal. Tujuan laporan ini adalah melaporkan sebuah kasus perawatan saluran akar
vital pada gigi insisivus lateral kiri rahang atas pulpitis ireversibel. Tahapan
perawatannya meliputipersiapan alat dan bahan kemudian asepsis pada daerah kerja lalu
anestesi infiltrasi pada lipatan mukobuccal dan nasopalatinus, pembersihan karies dan
pembukaan akses kemudian pencarian orifis, ekstirpasi jaringan pulpa , pengukuran
panjang kerja dan dilanjutkan preparasi saluran akar. Teknik preparasi yang digunakan
adalah teknik step back dan saat obturasi menggunakan teknik kondensasi lateral. Hasil
perawatan menunjukkan bahwa hasil obturasi hermetis, yaitu menutup semua sistem
saluran akar, memadat dan melekat pada dinding saluran akar.
Kata Kunci :Perawatan Saluran akar, Pulpitis ireversibel, teknik preparasi
ABSTRACT
Root canal treatment is the removal of pulp and root canal tissue and replaces
it with a filler which aims to prevent the extension of the disease from the pulp to the
periapical tissue. The success of root canal treatment is influenced by biomechanical
preparation, root canal irrigation and dressing material so as to eliminate the
microorganisms found in infected root canals. Pulpitisirreversible is a persistent,
symptomatic or asymptomatic pulp inflammatory condition caused by a stimulus, in
which the pulp defenses can not cope with inflammation and the pulp can not return to its
original state or normal.The purpose of this report is to report a case of vital root canal
treatment in maxillary left lateral incisorsirreversiblepulpitis.Stages of treatment include
preparation of tools and materials then asepsis in the work area then infiltration
anesthesia in mucobuccal and nasopalatinus folds, caries removal and access opening
followed by an orifis search for pulp tissue extirpation, measurement of work length and
continued preparation of root canals. The preparation technique used is step back
technique and when obturation using lateral condensation technique.Treatment results
show that the hermetically obturated product, which covers all root canal systems,
solidifies and attaches to the root canal wall.
3
PENDAHULUAN
Gigi anterior adalah gigi yang juga sering mengalami trauma. Trauma
pada gigi anterior sendiri dapat disebabkan oleh banyak hal seperti aktifitas olah
menyebabkan mahkota gigi menjadi fraktur. Fraktur pada gigi dapat didefinisikan
sebagai hilang atau lepasnya fragment dari gigi utuh yang dapat disebabkan oleh
kelas yaitu (1) kelas I, fraktur mahkota yang melibatkan email gigi, (2) kelas II,
fraktur mahkota yang luas melibatkan dentin tetapi tidak menyebabkan pulpa
terbuka, (3) kelas III, fraktur mahkota luas yang melibatkan dentin dan
menyebabkan pulpa terbuka, (4) kelas IV, trauma pada gigi yang menyebabkan
gigi non vital, (5) kelas V, taruma pada gigi yang menyebabkan gigi mengalami
avulsi, (6) kelas VI, fraktur akar dengan atau disertai fraktur mahkota, (7) kelas
VII, trauma pada gigi yang menyebabkan gigi mengalami pergeseran tempat, (8)
kelas VIII, fraktur pada mahkota yang menyebabkan mahkota hancur tetapi gigi
tetap pada posisinya dan akar tidak mengalami perubahan, (9) kelas IX, fraktur
Fraktur Ellis kelas IV merupakan fraktur pada gigi yang terjadi karena
trauma dan menyababkan gigi mengalami kondisi non vital atau nekrosis pulpa
baik disertai dengan ataupun tanpa hilangnya struktur mahkota.3 Kondisi pada gigi
ini disebabkan oleh adanya perubahan sirkulasi darah pada pulpa. Trauma pada
gigi menyebabkan obstruksi pembuluh darah terutama pada daerah apikal gigi
4
pulpa. Dilatasi kapiler pulpa ini diikuti dengan degenarasi kapiler yang kemudian
sirkulasi kolateral pada pulpa, sehingga terjadi ischemia infark yang menyebabkan
Salah satu perawatan yang dapat dilakukan pada gigi dengan kondisi
fraktur mahkota dan disertai nekrosis pulpa adalah perawatan saluran akar.
rasa sakit dan mengontrol sepsis dari pulpa dan jaringan periapikal disekitar gigi
serta mengembalikan keadaan gigi yang sakit agar dapat diterima secara biologis
oleh jaringan disekitarnya. Perawatan saluran akar terdiri dari tiga tahap (triad
nekrotik dan membentuk saluran akar sedemikian rupa sehingga dapat dilakukan
pengisian bahan saluran akar. Tahap kedua adalah sterilisasi meliputi irigasi dan
kondisi baik, gigi dengan infeksi hingga kamar pulpa baik dalam kondisi vital
maupuan nekrosis pulpa, kondisi gigi dengan kelainan jaringan periapikal, gigi
dengan kondisi karies luas, gigi dengan kondisi mahkota yang masih bisa
disertai dengan kegoyahan, gigi dengan kondisi akar resopsi tidak lebih dari
5
sepertiga apikal hingga kondisi gigi tanpa disertai granuloma. Kontraindikasi dari
perawatan saluran akar adalah fraktur akar secara vertikal, kondisi mahkota gigi
melibatkan lebih dari sepertiga pajang akar, resopsi tulang aveolar melibatkan
setengah dari permukaan akar gigi hingga pasien dengan kondisi sistemik seperti
ingin dilakukan perawatan. Pasien mengatakan gigi tersebut patah sejak 4 tahun
yang lalu karena kecelakaan sepeda motor. Pada saat jatuh pasien tidak merasa
gigi tersebut sakit, sesaat setelah jatuh pasien tidak pergi ke dokter gigi untuk
memeriksakan gigi tersebut. Saat ini pasien tidak merasa sakit. Pasien mengaku
saat ini tidak merasakan sakit pada gigi yang dikeluhkan. Pasien tidak dicurigai
memiliki riwayat penyakit sistemik dan tidak memiliki riwayat alergi. Kesehatan
umum pasien pada saat datang ke klinik secara jasmani sehat, pasien kooperatif
dan komunikatif. Pemeriksaan vital sign diketahui dalam batas normal dan pada
Pemeriksaan intraoral pada gigi insisivus sentralis kiri atas menunjukan terdapat
obyektif pada gigi 21 sondasi (-) , perkusi (+) , palpasi (+) , tes vitalitas (-) dan tes
6
mobilitas (-). Hasil pemeriksaan penunjang menggunakan rontgen periapikal
menunjukan fraktur mencapai pulpa dan terdapat lesi pada periapikal gigi
tersebut.Diagnosis dari gigi insisivus sentralis kiri atas adalah fraktur ellis klas IV
perawatan saluran akar non vital. Trauma merupakan faktor penyebab terjadinya
gigi tersebut menjadi nonvital. Trauma pada gigi dapat menyebabkan obstruksi
pada pembuluh darah utama pada apek dan selanjutnya mengakibatkan terjadinya
dilatasi pembuluh darah kapiler pada pulpa. Dilatasi pembuluh darah kapiler pada
A
B
dengan Informed Consent. Tahap pertama perawatan adalah persiapan alat dan
menggunakan rubber dam untuk pembukaan akses. Pembukaan atap pulpa atau
7
opening acces dilakukan menggunkan bur endo acces diamond pada bagian
palatal sampai kamar pulpa mengalami perforasi, selanjutnya atap pulpa dibuang
sampai terbentuk divergen ke arah incisal. Jaringan pulpa yang terdapat pada
yang ditandai dengan rubberstop dan dimasukkan sepanjang 2/3 panjang saluran
terambil seluruhnya ditandai dengan saluran akar yang sudah tidak ada serbuk
berwarna putih. Setelah saluran akar benar-benar bersih dari jaringan pulpa, lalu
radiografi secara langsung dan didapat panjang kerja sebesar 19 mm. Preparasi
saluran akar dilakukan dengan metode Step Back menggunakan K-File No. 25-60
dan H-File No. 70-80 dengan Initial Apical File (IAF) No. 40 dan Master Apical
File (MAF) No. 55. Setiap pergantian File, saluran akar diirigasi dengan
mengunakan NaOCl 2,5% dan di dressing menggunakan Ca(OH)2 non setting dan
8
a b c
Gambar 2. a. File IAF, b. Dressing, c. Tumpatan sementara
dan objektif. Pasien tidak merasakan sakit pada gigi tersebut saat digunakan untuk
palpasi (-). Kemudian dilanjutkan tes perhidrol pada gigi pasien menggunakan
paper point dan larutan H2O2 dengan hasil negatif. Tahapan selanjutnya
gutta percha sebagai bahan pengisi dan sealer berbahan zinc oxide eugenol.
cone dan menyesuaikan dengan panjang kerja yaitu ukuran 55 dengan panjang
dalam saluran akar untuk memastikan panjang guttapercha dan MAC sudah tepat.
9
Gambar 3. master apikal cone
lentulo dan diputar dengan low speed contra angle. Ujung gutaperca utama
sebagai MAC diolesi dengan sealer dan dimasukkan ke dalam saluran akar, lalu
masih dapat masuk kedalam saluran akar) dimasukkan ke dalam saluran akar, lalu
saluran akar terisi penuh. Hasil evaluasi pemeriksaan radiografi terlihat pengisian
saluran akar sudah hermetis, yaitu guttapercha sudah terisi sampai ke apikal.
Gutta percha dipotong sebatas orifis menggunakan plugger yang dipanaskan dan
10
Gambar 4. Pengisian saluran akar yang sudah hermetic
pasca obturasi. Hasil pemeriksaan subjektif diketahui tidak ada keluhan pada
pasien. Pemeriksaan objektif dilakukan perkusi dan palpasi dengan hasil negatif.
PEMBAHASAN
mengambil seluruh jaringan pulpa pada kamar pulpa dan saluran akar kemudian
saluran akar yang dilakukan pada gigi dengan kondisi fraktur disertai nekrosis
pulpa berkisar antara 88,2 % - 93 %, presentasi ini meningkat pada pasien dengan
rentang usia 9 - 20 tahun.8 Perawatan saluran akar yang dilakukan sesuai dengan
indikasi yaitu gigi dengan kondisi nekrosis pulpa. Tujuan dilakukannya perawatan
saluran akar pada pasien adalah untuk menghentikan proses dan penyebaran
serta perbaikan pada jaringan tersebut sehingga dapat mengambalikan fungsi gigi
11
Perawatan pada gigi 21 yang dengan diagnosis fraktur ellis klas IV disertai
lesi periapikal telah dilakukan pada tanggal 20 maret 2018 sampai dengan 04
April 2018. Perawatan saluran akar pada kasus ini dilakukan lebih dari satu
kunjungan (multivisit endodontik) hal ini dikarenakan gigi yang fraktur sudah
dalam kondisi nekrosis pulpa sehingga diperlukan perawatan saluran akar dalam
anatomi gigi, morfologi gigi dan pulp debridement. Dalam mendapatkan hasil
biomekanis (cleaning dan shaping), disinfeksi dan obturasi saluran akar yang
baik.11
Teknik preparasi yang digunakan pada perawatanan saluran akar gigi pada
pasien adalah teknik Step back. Teknik ini merupakan teknik yang sering
digunakan pada perawatan saluran akar. Teknik ini memiliki banyak kelebihan
seperti dapat digunakan pada gigi dengan saluran akar besar, bengkok dan
sempit. Kelebihan lainnya dari teknik Step back adalah kemungkinan terjadinya
pada saluran akar, memudahkan obturasi dengan bahan saluran akar terutama
12
percha. Pemilihan bahan ini memiliki kelebihan diantara mudah untuk
saluran akar. Bahan ini juga memiliki tingkat toksisitas yang paling rendah dan
sebagai bahan obturasi diantaranya adalah kurang kaku, Gutta percha tidak
dapat melekat pada dinding saluran akar sehingga diperlukan bahan sealer dan
Bahan sealer yang digunakan pada pasien adalah bahan sealer yang
berbahan dasar zinc oxide eugenol. Komposisi sealer berbahan dasar zink oksid
sedangkan cairannya berisi eugenol. Sealer yang mengandung zink oksid tanpa
dicampur dengan eugenol akan mudah mengalami dekomposisi oleh adanya air
tidak terjadi pengerutan pada saat pengerasan, melekat ke dinding saluran akar
dengan baik, radiopak, tidak mewarnai gigi, mampu dilarutkan dengan baik
menggunakan bahan pelarut, tidak larut oleh cairan jaringan pada mulut,
bakteriostatik, dan dapat menutup bagian apikal, lateral, dan koronal akar gigi.13
KESIMPULAN
13
Pasien mengalami kondisi fraktur pada gigi incisivus central kanan atas
Ellis kelas IV nekrosis pulpa telah dilakukan perawatan saluran akar non vital.
Perawatan yang dilakukan memakan waktu kurang lebih satu bulan, setelah
dilakukan evaluasi satu minggu pasca PSA, pasien menyatakan tidak terdapat
perawatan saluran akar telah berhasil dan dapat dilanjutkan dengan restorasi
DAFTAR PUSTAKA
1. Harty, F.J., Ogston, R., 2012, Kamus Kedokteran Gigi, Jakarta: EGC.
2. Ellis, R.G., Dawey, K.W., 1970, The Classification and Treatment Injuries
of the Teeth of Children Ed 5th, Chicago: Year Book Medical Publisher
192-93.
3. Andreasen, J., 1972, Traumatic Injuries of Teeth, C.V. Mosby, St Louis:
15.
4. Trope, M., Chivian, N., Sigurdsson, A., Vann, W.F., Jr, 2002, Traumatic
Injuries Pathways of The Pulp. Ed 8th, Mosby Inc, St Louis: 603-27.
5. Nurhayani, 2004, Perbedaan Jumlah Debris yang Terdorong Keluar
Apeks Gigi pada Preparasi Saluran Akar Teknik Step Back dan Crown
Down. Fakultas Gigi Universitas Sumatera Utara.
6. Christiono, S., 2011, Perawatan Endodontik pada Anak, Fakultas
Kedokteran Gigi Unissula: 1-5.
7. Tarigan, R., 2004, Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti), Jakarta: EGC, 135-
44.
8. Soedjono, P., Mooduto, L., dan Setyowati, L. 2009, Penutupan apeks pada
pengisian saluranakar dengan bahan kalsium oksida lebih baik dibanding
kalsium hidroksida‟, Jurnal PDGI,vol. 58, No. 2.
9. Young GR, Parashos P, Messer HH. The Principles of Technique for
Cleaning Root Canals. ADJS. 2010; 52.
14
10. Widyastuti, Noor Hafida., 2017. Penyakit Pulpa dan Periapikal.
Muhammadiyah University Press: Surakarta.
11. Roberson, TM., Heyman, HO., and Swift EJ., 2002, Studervant’s Art
Science Of OperativeDentistry : Fourth Editon, Mosby : USA
12. Schwartz, RS. 2014. Restoration of Endodontically Tretated Teeth. AAE.
13. Karabucak, B., Kim, A. dan Chen, V., 2013. The comparison of gutta-
percha and Resilon penetration into lateral canals.
14. Cheung W. A Review of Management of Endodontically Treated Teeth. J
Am DentAssoc. 2005 ; 611–619.
15. Bertrand, Thikarnphaa., Gyoon Kim, Sahng. 2015. Endodontic Treatment
ofMandibular Second Premolar with Four Root Canals and Three Apical
Foramina: a Case Report. The Korean Academy of Conservative
Dentistry: 68–73.
15