Anda di halaman 1dari 15

PERAWATAN SALURAN AKAR GIGI INSISIVUS SENTRALIS

KIRI RAHANG ATAS NEKROSIS PULPA DISERTAI LESI


PERIAPIKAL

PUBLIKASI ILMIAH
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan
Program Profesi Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Gigi

Oleh:
Rezza Uli Erlian Pratama
J530170012

PROGRAM PROFESI DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
2019
HALAMAN PERSETUJUAN

PERAWATAN SALURAN AKAR GIGI INSISIVUS SENTRALIS


KIRI RAHANG ATAS FRAKTUR ELLIS KLAS IV NEKROSIS
PULPADISERTAI LESI PERIAPIKAL

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:

Rezza Uli Erlian Pratama


J530170012

Telah diperiksa dan disetujui oleh:


Dosen Pembimbing

drg. Arny Try Kartinawaty, Sp.KG

2
Perawatan Saluran Akar Pada Gigi Insisivus Sentralis Kiri Rahang
Atas Nekrosis Pulpa Disertai Lesi Periapikal (Laporan Kasus)
Rezza Uli Erlian Pratama, Arny Try Kartinawaty
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Surakarta
rezzauli02@gmail.com, arny.adna.adina@gmail.com

ABSTRAK
Perawatan saluran akar adalah pengambilan jaringan pulpa dari saluran akar dan
menggantinya dengan bahan pengisi yang bertujuan untuk mencegah perluasan penyakit
dari pulpa kejaringan periapikal.Keberhasilan perawatan saluran akar dipengaruhi oleh
preparasi biomekanikal, irigasi saluran akar dan pemberian bahan dressing sehingga
mampu mengeliminasi mikroorganisme yang terdapat pada saluran akar yang terinfeksi.
Pulpitis ireversibel adalah kondisi inflamasi pulpa yang persisten, dapat simtomatik atau
asimtomatik yang disebabkan oleh suatu stimulus, dimana pertahanan pulpa tidak dapat
menanggulangi inflamasi yang terjadi dan pulpa tidak dapat kembali kekondisi semula
atau normal. Tujuan laporan ini adalah melaporkan sebuah kasus perawatan saluran akar
vital pada gigi insisivus lateral kiri rahang atas pulpitis ireversibel. Tahapan
perawatannya meliputipersiapan alat dan bahan kemudian asepsis pada daerah kerja lalu
anestesi infiltrasi pada lipatan mukobuccal dan nasopalatinus, pembersihan karies dan
pembukaan akses kemudian pencarian orifis, ekstirpasi jaringan pulpa , pengukuran
panjang kerja dan dilanjutkan preparasi saluran akar. Teknik preparasi yang digunakan
adalah teknik step back dan saat obturasi menggunakan teknik kondensasi lateral. Hasil
perawatan menunjukkan bahwa hasil obturasi hermetis, yaitu menutup semua sistem
saluran akar, memadat dan melekat pada dinding saluran akar.
Kata Kunci :Perawatan Saluran akar, Pulpitis ireversibel, teknik preparasi

ABSTRACT
Root canal treatment is the removal of pulp and root canal tissue and replaces
it with a filler which aims to prevent the extension of the disease from the pulp to the
periapical tissue. The success of root canal treatment is influenced by biomechanical
preparation, root canal irrigation and dressing material so as to eliminate the
microorganisms found in infected root canals. Pulpitisirreversible is a persistent,
symptomatic or asymptomatic pulp inflammatory condition caused by a stimulus, in
which the pulp defenses can not cope with inflammation and the pulp can not return to its
original state or normal.The purpose of this report is to report a case of vital root canal
treatment in maxillary left lateral incisorsirreversiblepulpitis.Stages of treatment include
preparation of tools and materials then asepsis in the work area then infiltration
anesthesia in mucobuccal and nasopalatinus folds, caries removal and access opening
followed by an orifis search for pulp tissue extirpation, measurement of work length and
continued preparation of root canals. The preparation technique used is step back
technique and when obturation using lateral condensation technique.Treatment results
show that the hermetically obturated product, which covers all root canal systems,
solidifies and attaches to the root canal wall.

Keywords: Root canal treatment, Pulpitis irreversible, preparation technique

3
PENDAHULUAN

Gigi anterior adalah gigi yang juga sering mengalami trauma. Trauma

pada gigi anterior sendiri dapat disebabkan oleh banyak hal seperti aktifitas olah

raga hingga trauma yang disebabkan oleh kecelakaan. Trauma dapat

menyebabkan mahkota gigi menjadi fraktur. Fraktur pada gigi dapat didefinisikan

sebagai hilang atau lepasnya fragment dari gigi utuh yang dapat disebabkan oleh

taruma maupun benturan.1 Ellis mengklasifikasin fraktur pada gigi menjadi 8

kelas yaitu (1) kelas I, fraktur mahkota yang melibatkan email gigi, (2) kelas II,

fraktur mahkota yang luas melibatkan dentin tetapi tidak menyebabkan pulpa

terbuka, (3) kelas III, fraktur mahkota luas yang melibatkan dentin dan

menyebabkan pulpa terbuka, (4) kelas IV, trauma pada gigi yang menyebabkan

gigi non vital, (5) kelas V, taruma pada gigi yang menyebabkan gigi mengalami

avulsi, (6) kelas VI, fraktur akar dengan atau disertai fraktur mahkota, (7) kelas

VII, trauma pada gigi yang menyebabkan gigi mengalami pergeseran tempat, (8)

kelas VIII, fraktur pada mahkota yang menyebabkan mahkota hancur tetapi gigi

tetap pada posisinya dan akar tidak mengalami perubahan, (9) kelas IX, fraktur

pada gigi desidui.2

Fraktur Ellis kelas IV merupakan fraktur pada gigi yang terjadi karena

trauma dan menyababkan gigi mengalami kondisi non vital atau nekrosis pulpa

baik disertai dengan ataupun tanpa hilangnya struktur mahkota.3 Kondisi pada gigi

ini disebabkan oleh adanya perubahan sirkulasi darah pada pulpa. Trauma pada

gigi menyebabkan obstruksi pembuluh darah terutama pada daerah apikal gigi

yang kemudian mengakibatkan terjadinya dilatasi pembuluh darah kapiler pada

4
pulpa. Dilatasi kapiler pulpa ini diikuti dengan degenarasi kapiler yang kemudian

menyebabkan terjadinya edema pulpa. Edema pulpa menyebabkan berkurangnya

sirkulasi kolateral pada pulpa, sehingga terjadi ischemia infark yang menyebabkan

inflamasi pulpa. Inflamasi inilah yang memungkinkan bakteri untuk melakukan

penetrasi sampai ke pembuluh darah kecil pada bagian apikal.4

Salah satu perawatan yang dapat dilakukan pada gigi dengan kondisi

fraktur mahkota dan disertai nekrosis pulpa adalah perawatan saluran akar.

Perawatan saluran akar merupakan perawatan yang bertujuan untuk meringankan

rasa sakit dan mengontrol sepsis dari pulpa dan jaringan periapikal disekitar gigi

serta mengembalikan keadaan gigi yang sakit agar dapat diterima secara biologis

oleh jaringan disekitarnya. Perawatan saluran akar terdiri dari tiga tahap (triad

endodontik). Tahap pertama yaitu preparasi biomekanis meliput pembersihan dan

pembentukan saluran akar (cleaning and shaping) yang bertujuan untuk

mereduksi atau mengeliminasi bakteri dengan cara mengeluarkan jaringan pulpa

nekrotik dan membentuk saluran akar sedemikian rupa sehingga dapat dilakukan

pengisian bahan saluran akar. Tahap kedua adalah sterilisasi meliputi irigasi dan

disinfeksi. Tahap ketiga adalah pengisian saluran akar.5,6

Secara umum perawatan saluran akar diindikasikan untuk pasien dengan

kondisi baik, gigi dengan infeksi hingga kamar pulpa baik dalam kondisi vital

maupuan nekrosis pulpa, kondisi gigi dengan kelainan jaringan periapikal, gigi

dengan kondisi karies luas, gigi dengan kondisi mahkota yang masih bisa

dilakukan restorasi, gigi dengan kondisi jaringan periodonsium normal tanpa

disertai dengan kegoyahan, gigi dengan kondisi akar resopsi tidak lebih dari

5
sepertiga apikal hingga kondisi gigi tanpa disertai granuloma. Kontraindikasi dari

perawatan saluran akar adalah fraktur akar secara vertikal, kondisi mahkota gigi

yang sudah tidak dapat dilakukan restorasi, kerusakan jaringan periodonsium

melibatkan lebih dari sepertiga pajang akar, resopsi tulang aveolar melibatkan

setengah dari permukaan akar gigi hingga pasien dengan kondisi sistemik seperti

diabetes mellitus yang tidak terkontrol.7,8

DATA KLINIS PASIEN

Seorang laki-laki pria 27 tahun datang ke Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Muhammadiyah Surakarta mengeluhkan gigi depan atas patah dan

ingin dilakukan perawatan. Pasien mengatakan gigi tersebut patah sejak 4 tahun

yang lalu karena kecelakaan sepeda motor. Pada saat jatuh pasien tidak merasa

gigi tersebut sakit, sesaat setelah jatuh pasien tidak pergi ke dokter gigi untuk

memeriksakan gigi tersebut. Saat ini pasien tidak merasa sakit. Pasien mengaku

saat ini tidak merasakan sakit pada gigi yang dikeluhkan. Pasien tidak dicurigai

memiliki riwayat penyakit sistemik dan tidak memiliki riwayat alergi. Kesehatan

umum pasien pada saat datang ke klinik secara jasmani sehat, pasien kooperatif

dan komunikatif. Pemeriksaan vital sign diketahui dalam batas normal dan pada

pemeriksaan ekstraoral tidak ditemukan adanya trauma atau kelainan.

DIAGNOSIS DAN ETIOLOGI

Pemeriksaan ekstraoral tidak ditemukan kelainan atau abnormalitas.

Pemeriksaan intraoral pada gigi insisivus sentralis kiri atas menunjukan terdapat

fraktur pada permukaan mesioincisaodistal dengan kedalaman pulpa. Pemeriksaan

obyektif pada gigi 21 sondasi (-) , perkusi (+) , palpasi (+) , tes vitalitas (-) dan tes

6
mobilitas (-). Hasil pemeriksaan penunjang menggunakan rontgen periapikal

menunjukan fraktur mencapai pulpa dan terdapat lesi pada periapikal gigi

tersebut.Diagnosis dari gigi insisivus sentralis kiri atas adalah fraktur ellis klas IV

disertai lesi periapikal, sehingga rencana perawatan yang dilakukan adalah

perawatan saluran akar non vital. Trauma merupakan faktor penyebab terjadinya

gigi tersebut menjadi nonvital. Trauma pada gigi dapat menyebabkan obstruksi

pada pembuluh darah utama pada apek dan selanjutnya mengakibatkan terjadinya

dilatasi pembuluh darah kapiler pada pulpa. Dilatasi pembuluh darah kapiler pada

pulpa diikuti dengan degenerasi kapiler menyebabkan terjadinya oedema pulpa.

A
B

Gambar 1. A. Gambar awal gigi yang akan dirawat tampak


C
labial
B. Gambar awal gigi yang akan dirawat tampak palatal;
C. Pemeriksaan rontgen periapikal gigi 21 menunjukan terdapat
kelainan periapikal.

PERAWATAN DAN HASIL

Perawatan saluran akar gigi dilakukan dengan persetujuan pasien ditandai

dengan Informed Consent. Tahap pertama perawatan adalah persiapan alat dan

bahan yang akan digunakan, kemudian dilakukan isolasi daerah kerja

menggunakan rubber dam untuk pembukaan akses. Pembukaan atap pulpa atau

7
opening acces dilakukan menggunkan bur endo acces diamond pada bagian

palatal sampai kamar pulpa mengalami perforasi, selanjutnya atap pulpa dibuang

dan diratakan dinding – dindingnya dengan menggunakan bur fissur diamond

sampai terbentuk divergen ke arah incisal. Jaringan pulpa yang terdapat pada

kamar pulpa diambil menggunakan ekskavator sampai orifisium dilanjutkan

dengan mencari akses masuk ke saluran akar atau eksplorasi menggunakan

smooth broach. Kemudian dilakukan pulp debridement untuk mengambil dan

membersihkan jaringan pulpa pada saluran akar menggunakan barbed broach

yang ditandai dengan rubberstop dan dimasukkan sepanjang 2/3 panjang saluran

akar, diputar 180o searah jarum jam kemudian ditarik keluar.

Pulp debridement dilakukan berulang kali sampai jaringan pulpa benar-benar

terambil seluruhnya ditandai dengan saluran akar yang sudah tidak ada serbuk

berwarna putih. Setelah saluran akar benar-benar bersih dari jaringan pulpa, lalu

dilakukan irigasi dan pengukuran panjang kerja sebenarnya dengan metode

radiografi secara langsung dan didapat panjang kerja sebesar 19 mm. Preparasi

saluran akar dilakukan dengan metode Step Back menggunakan K-File No. 25-60

dan H-File No. 70-80 dengan Initial Apical File (IAF) No. 40 dan Master Apical

File (MAF) No. 55. Setiap pergantian File, saluran akar diirigasi dengan

menggunakan larutan NaOCl 2,5%. Saat finishing, saluran akar diirigasi

mengunakan NaOCl 2,5% dan di dressing menggunakan Ca(OH)2 non setting dan

Iod Gliserin dengan konsistensi kental menggunakan lentulo. Kavitas ditutup

menggunakan tumpatan sementara menggunakan cavit.

8
a b c
Gambar 2. a. File IAF, b. Dressing, c. Tumpatan sementara

Kunjungan berikutnya 1 minggu kemudian dilakukan pemeriksaan subjektif

dan objektif. Pasien tidak merasakan sakit pada gigi tersebut saat digunakan untuk

mengunyah makanan. Hasil pemeriksaan objektif menunjukkan perkusi (-) dan

palpasi (-). Kemudian dilanjutkan tes perhidrol pada gigi pasien menggunakan

paper point dan larutan H2O2 dengan hasil negatif. Tahapan selanjutnya

dilakukan obturasi saluran akar dengan metode kondensasi lateral menggunakan

gutta percha sebagai bahan pengisi dan sealer berbahan zinc oxide eugenol.

Ukuran guttapercha disesuaikan dengan nomor MAF sebagai sebagai master

cone dan menyesuaikan dengan panjang kerja yaitu ukuran 55 dengan panjang

kerja 19 mm sampai dirasa adanya tug back. Sebelum dilakukan obturasi

dilakukan rontgen dengan memasukkan guttapercha sesuai MAF dan PK ke

dalam saluran akar untuk memastikan panjang guttapercha dan MAC sudah tepat.

Selanjutnya jika sudah tepat dapat dilakukan tahapan obturasi.

9
Gambar 3. master apikal cone

Saluran akar diolesi dengan bahan sealer yang diaplikasikan menggunakan

lentulo dan diputar dengan low speed contra angle. Ujung gutaperca utama

sebagai MAC diolesi dengan sealer dan dimasukkan ke dalam saluran akar, lalu

dilakukan kondensasi lateral menggunakan finger spreader yang dimasukkan

perlahan ke apikal. Guttapercha selanjutnya (sesuai dengan nomor spreader yang

masih dapat masuk kedalam saluran akar) dimasukkan ke dalam saluran akar, lalu

dikondensasi kembali dengan finger spreader. Langkah ini dilakukan sampai

saluran akar terisi penuh. Hasil evaluasi pemeriksaan radiografi terlihat pengisian

saluran akar sudah hermetis, yaitu guttapercha sudah terisi sampai ke apikal.

Gutta percha dipotong sebatas orifis menggunakan plugger yang dipanaskan dan

dipadatkan. Kemudian kavitas di beri ditumpat sementara menggunakan kaviton

10
Gambar 4. Pengisian saluran akar yang sudah hermetic

Kunjungan selanjutnya dilakukan pemeriksaan subyektif dan obyektif

pasca obturasi. Hasil pemeriksaan subjektif diketahui tidak ada keluhan pada

pasien. Pemeriksaan objektif dilakukan perkusi dan palpasi dengan hasil negatif.

Perawatan selanjutnya dilakukan restorasi mahkota jaket dengan inti pasak.

PEMBAHASAN

Perawatan saluran akar adalah perawatan yang dilakukan dengan cara

mengambil seluruh jaringan pulpa pada kamar pulpa dan saluran akar kemudian

diganti dengan bahan pengisi saluran akar. Tingkat keberhasilan perawatan

saluran akar yang dilakukan pada gigi dengan kondisi fraktur disertai nekrosis

pulpa berkisar antara 88,2 % - 93 %, presentasi ini meningkat pada pasien dengan

rentang usia 9 - 20 tahun.8 Perawatan saluran akar yang dilakukan sesuai dengan

indikasi yaitu gigi dengan kondisi nekrosis pulpa. Tujuan dilakukannya perawatan

saluran akar pada pasien adalah untuk menghentikan proses dan penyebaran

infeksi pada jaringan pulpa dan jaringan periapikal, mempercepat penyembuhan

serta perbaikan pada jaringan tersebut sehingga dapat mengambalikan fungsi gigi

selama mungkin di dalam lengkung rahang.9 10

11
Perawatan pada gigi 21 yang dengan diagnosis fraktur ellis klas IV disertai

lesi periapikal telah dilakukan pada tanggal 20 maret 2018 sampai dengan 04

April 2018. Perawatan saluran akar pada kasus ini dilakukan lebih dari satu

kunjungan (multivisit endodontik) hal ini dikarenakan gigi yang fraktur sudah

dalam kondisi nekrosis pulpa sehingga diperlukan perawatan saluran akar dalam

beberapa kunjungan untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam

menghilangkan infeksi dan penyembuhan jaringan periapikal gigi. Terdapat

beberapa faktor yang menunjang keberhasilan perawatan saluran akar seperti

diagnosis yang tepat, perencanaan perawatan yang tepat, pengetahuan mengenai

anatomi gigi, morfologi gigi dan pulp debridement. Dalam mendapatkan hasil

yang maksimal pada setiap perawatan saluran akar diperlukan preparasi

biomekanis (cleaning dan shaping), disinfeksi dan obturasi saluran akar yang

baik.11

Teknik preparasi yang digunakan pada perawatanan saluran akar gigi pada

pasien adalah teknik Step back. Teknik ini merupakan teknik yang sering

digunakan pada perawatan saluran akar. Teknik ini memiliki banyak kelebihan

seperti dapat digunakan pada gigi dengan saluran akar besar, bengkok dan

sempit. Kelebihan lainnya dari teknik Step back adalah kemungkinan terjadinya

trauma pada jaringan periapikal yang kecil, memudahkan pengambilan debris

pada saluran akar, memudahkan obturasi dengan bahan saluran akar terutama

obturasi dengan menggunakan bahan Gutta percha dengan teknik kondensasi

lateral maupun vertikal.12

Pengisian saluran akar pada perawatan ini menggunakan bahan Gutta

12
percha. Pemilihan bahan ini memiliki kelebihan diantara mudah untuk

diaplikasikan, mudah disterilkan dan mencegah pertumbuhan bakteri pada

saluran akar. Bahan ini juga memiliki tingkat toksisitas yang paling rendah dan

paling sedikit mengiritasi jaringan periapikal. Kekurangan dari Gutta percha

sebagai bahan obturasi diantaranya adalah kurang kaku, Gutta percha tidak

dapat melekat pada dinding saluran akar sehingga diperlukan bahan sealer dan

mudah terpengaruh oleh tekanan sehingga dapat terjadi overfilling apabila

terkena tekanan yang besar.13

Bahan sealer yang digunakan pada pasien adalah bahan sealer yang

berbahan dasar zinc oxide eugenol. Komposisi sealer berbahan dasar zink oksid

terdiri dari serbuk berisi timol iodida, paraformaldehid, hidrokortison asetat,

deksametason, timah oksida, zink oksid, magnesiumstearat, dan barium sulfat,

sedangkan cairannya berisi eugenol. Sealer yang mengandung zink oksid tanpa

dicampur dengan eugenol akan mudah mengalami dekomposisi oleh adanya air

sehingga lemah dan tidak stabil.14 15


Perawatan pada kasus ini menggunakan

sealer berbahan dasar zink oksid di campur dengan menggunakan liquid

eugenol. Syarat bahan yang dapat dijadikan sealer adalah biokompatibilitas,

tidak terjadi pengerutan pada saat pengerasan, melekat ke dinding saluran akar

dengan baik, radiopak, tidak mewarnai gigi, mampu dilarutkan dengan baik

menggunakan bahan pelarut, tidak larut oleh cairan jaringan pada mulut,

bakteriostatik, dan dapat menutup bagian apikal, lateral, dan koronal akar gigi.13

KESIMPULAN

13
Pasien mengalami kondisi fraktur pada gigi incisivus central kanan atas

yang disebabkan karena trauma. Hasil pemeriksaan didapatkan diganosis fraktur

Ellis kelas IV nekrosis pulpa telah dilakukan perawatan saluran akar non vital.

Perawatan yang dilakukan memakan waktu kurang lebih satu bulan, setelah

dilakukan evaluasi satu minggu pasca PSA, pasien menyatakan tidak terdapat

keluhan terhadap perawatan yang telah dilakukan. Sehingga menunjukan bahwa

perawatan saluran akar telah berhasil dan dapat dilanjutkan dengan restorasi

mahkota jaket inti pasak.

DAFTAR PUSTAKA

1. Harty, F.J., Ogston, R., 2012, Kamus Kedokteran Gigi, Jakarta: EGC.
2. Ellis, R.G., Dawey, K.W., 1970, The Classification and Treatment Injuries
of the Teeth of Children Ed 5th, Chicago: Year Book Medical Publisher
192-93.
3. Andreasen, J., 1972, Traumatic Injuries of Teeth, C.V. Mosby, St Louis:
15.
4. Trope, M., Chivian, N., Sigurdsson, A., Vann, W.F., Jr, 2002, Traumatic
Injuries Pathways of The Pulp. Ed 8th, Mosby Inc, St Louis: 603-27.
5. Nurhayani, 2004, Perbedaan Jumlah Debris yang Terdorong Keluar
Apeks Gigi pada Preparasi Saluran Akar Teknik Step Back dan Crown
Down. Fakultas Gigi Universitas Sumatera Utara.
6. Christiono, S., 2011, Perawatan Endodontik pada Anak, Fakultas
Kedokteran Gigi Unissula: 1-5.
7. Tarigan, R., 2004, Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti), Jakarta: EGC, 135-
44.
8. Soedjono, P., Mooduto, L., dan Setyowati, L. 2009, Penutupan apeks pada
pengisian saluranakar dengan bahan kalsium oksida lebih baik dibanding
kalsium hidroksida‟, Jurnal PDGI,vol. 58, No. 2.
9. Young GR, Parashos P, Messer HH. The Principles of Technique for
Cleaning Root Canals. ADJS. 2010; 52.

14
10. Widyastuti, Noor Hafida., 2017. Penyakit Pulpa dan Periapikal.
Muhammadiyah University Press: Surakarta.
11. Roberson, TM., Heyman, HO., and Swift EJ., 2002, Studervant’s Art
Science Of OperativeDentistry : Fourth Editon, Mosby : USA
12. Schwartz, RS. 2014. Restoration of Endodontically Tretated Teeth. AAE.
13. Karabucak, B., Kim, A. dan Chen, V., 2013. The comparison of gutta-
percha and Resilon penetration into lateral canals.
14. Cheung W. A Review of Management of Endodontically Treated Teeth. J
Am DentAssoc. 2005 ; 611–619.
15. Bertrand, Thikarnphaa., Gyoon Kim, Sahng. 2015. Endodontic Treatment
ofMandibular Second Premolar with Four Root Canals and Three Apical
Foramina: a Case Report. The Korean Academy of Conservative
Dentistry: 68–73.

15

Anda mungkin juga menyukai