Hampir setiap bangunan teknik sipil terdiri dari bagian bangunan di atas tanah (superstructure) dan bagian bangunan di bawah permukaan tanah (substructure). Bagian bangunan di bawah permukaan tanah akan meneruskan seluruh beban bangunan ke tanah fondasi. Untuk menyiapkan desain dan melaksanakan konstruksi bangunan, perencana perlu mengetahui sifat material bangunan yang digunakan dan sifat massa fondasinya yang dapat berupa tanah atau batuan. Pengetahuan tersebut sangat penting khususnya bagi ahli geologi teknik dan juga bagi perencana (engineer) untuk memahami perilaku fondasi. Pengetahuan tersebut juga sangat dibutuhkan ketika membangun bangunan yang seluruh material bangunannya menggunakan material alami seperti tanggul atau bendungan. Informasi mengenai sifat material fondasi dan material bangunan dapat diperoleh dari hasil investigasi geoteknik terhadap fondasi dan material bangunan yang mencakup material timbunan dan agregat beton. Untuk setiap kegiatan pembangunan yang dilakukan di atas permukaan tanah seperti pekerjaan galian, saluran, pembangunan gedung, jembatan, bendung, bendungan, tanggul, penyedotan air tanah, peledakan di kuari maupun kegiatan pembangunan di bawah permukaan tanah seperti terowong, akan menimbulkan reaksi dari tanah dan batuan. Selama kegiatan pembangunan dan setelah bangunan berdiri, akan timbul perubahan pada lingkungan dan massa ”fondasi”, sebagai contoh setelah terbangunnya suatu bendungan, maka massa fondasi akan menerima beban tambahan dari bendungan dan air waduk serta kondisi lingkungan akan berubah dengan terbentuknya genangan air waduk yang luas dibelakang bendungan. Waduk yang sangat luas dapat menimbulkan perubahan iklim dan berat air diwaduk dapat menyebabkan timbulnya gempa (gempa imbas waduk).
3 4
Ahli geologi Teknik bertanggung jawab untuk menyelidiki dan mempelajari
perilaku Teknik massa fondasi akibat perubahan yang ditimbulkan oleh konstruksi bangunan, sebagai masukan bagi perencana untuk dapat menyiapkan desain bangunan yang aman dan ekonomis. Informasi mengenai kondisi alami massa fondasi dapat diperoleh dari hasil investigasi atau investigasi geoteknik. Di Indonesia, sejak tahun 1900 sampai sekarang telah dibangun sekitar dua ratusan bendungan besar dan ratusan bagunan air lainnya, dan lebih dari 90% di antaranya berupa bendungan tipe urugan. Secara umum yang dimaksud bendungan adalah bangunan berupa urugan tanah, urugan batu termasuk komposit, beton, dan atau pasangan batu yang dibuat untuk menahan air, limbah atau bahan cair lainnya sehingga terbentuk waduk (tertuang dalam Undang-Undang RI nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air). Volume air yang dapat ditampung dalam kolam waduk bervariasi sesuai dengan kriteria bendungan (Departemen Pekerjaan Umum, 1989 dan 1997). Lingkup pembahasan tulisan ini meliputi penjelasan pentingnya aspek geoteknik dalam desain bendungan.
1.2 Identifikasi Masalah
Dalam pelaksanaan desain dan kosntruksi suatu bendungan, data geoteknik harus dipertimbangkan yang didukung oleh penyelidikan geoteknik dan pengukuran geometri yang akurat di lapangan. Peran instrumentasi geoteknik kemudian difokuskan pada tiga unsur pemanfaatan, yaitu: desain dan kosntruksi, pemantauan dan pengawasan, serta analisis dan evaluasi keamanan bendungan.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini secara spesifik dapat dirumuskan dalam pernyataan berikut: 1. Faktor apa saja yang berpengaruh dalam tahap perencanaan desain bendung? 2. Bagaimana pengaruh data geoteknik dalam perencanaan desain bendung? 5
1.4 Ruang Lingkup
Pembahasan ini terfokus pada data-data geoteknik untuk desain bendung. 1.5 Batasan Makalah disusun menggunakan studi literatur dari buku, jurnal, dan internet.