Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hampir setiap bangunan teknik sipil terdiri dari bagian bangunan di atas
tanah (superstructure) dan bagian bangunan di bawah permukaan tanah
(substructure). Bagian bangunan di bawah permukaan tanah akan meneruskan
seluruh beban bangunan ke tanah fondasi. Untuk menyiapkan desain dan
melaksanakan konstruksi bangunan, perencana perlu mengetahui sifat material
bangunan yang digunakan dan sifat massa fondasinya yang dapat berupa tanah atau
batuan. Pengetahuan tersebut sangat penting khususnya bagi ahli geologi teknik dan
juga bagi perencana (engineer) untuk memahami perilaku fondasi. Pengetahuan
tersebut juga sangat dibutuhkan ketika membangun bangunan yang seluruh material
bangunannya menggunakan material alami seperti tanggul atau bendungan.
Informasi mengenai sifat material fondasi dan material bangunan dapat diperoleh
dari hasil investigasi geoteknik terhadap fondasi dan material bangunan yang
mencakup material timbunan dan agregat beton.
Untuk setiap kegiatan pembangunan yang dilakukan di atas permukaan
tanah seperti pekerjaan galian, saluran, pembangunan gedung, jembatan, bendung,
bendungan, tanggul, penyedotan air tanah, peledakan di kuari maupun kegiatan
pembangunan di bawah permukaan tanah seperti terowong, akan menimbulkan
reaksi dari tanah dan batuan.
Selama kegiatan pembangunan dan setelah bangunan berdiri, akan timbul
perubahan pada lingkungan dan massa ”fondasi”, sebagai contoh setelah
terbangunnya suatu bendungan, maka massa fondasi akan menerima beban
tambahan dari bendungan dan air waduk serta kondisi lingkungan akan berubah
dengan terbentuknya genangan air waduk yang luas dibelakang bendungan. Waduk
yang sangat luas dapat menimbulkan perubahan iklim dan berat air diwaduk dapat
menyebabkan timbulnya gempa (gempa imbas waduk).

3
4

Ahli geologi Teknik bertanggung jawab untuk menyelidiki dan mempelajari


perilaku Teknik massa fondasi akibat perubahan yang ditimbulkan oleh konstruksi
bangunan, sebagai masukan bagi perencana untuk dapat menyiapkan desain
bangunan yang aman dan ekonomis. Informasi mengenai kondisi alami massa
fondasi dapat diperoleh dari hasil investigasi atau investigasi geoteknik.
Di Indonesia, sejak tahun 1900 sampai sekarang telah dibangun sekitar dua
ratusan bendungan besar dan ratusan bagunan air lainnya, dan lebih dari 90% di
antaranya berupa bendungan tipe urugan. Secara umum yang dimaksud bendungan
adalah bangunan berupa urugan tanah, urugan batu termasuk komposit, beton, dan
atau pasangan batu yang dibuat untuk menahan air, limbah atau bahan cair lainnya
sehingga terbentuk waduk (tertuang dalam Undang-Undang RI nomor 7 Tahun
2004 tentang Sumber Daya Air). Volume air yang dapat ditampung dalam kolam
waduk bervariasi sesuai dengan kriteria bendungan (Departemen Pekerjaan Umum,
1989 dan 1997).
Lingkup pembahasan tulisan ini meliputi penjelasan pentingnya aspek
geoteknik dalam desain bendungan.

1.2 Identifikasi Masalah


Dalam pelaksanaan desain dan kosntruksi suatu bendungan, data geoteknik
harus dipertimbangkan yang didukung oleh penyelidikan geoteknik dan
pengukuran geometri yang akurat di lapangan. Peran instrumentasi geoteknik
kemudian difokuskan pada tiga unsur pemanfaatan, yaitu: desain dan kosntruksi,
pemantauan dan pengawasan, serta analisis dan evaluasi keamanan bendungan.

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini
secara spesifik dapat dirumuskan dalam pernyataan berikut:
1. Faktor apa saja yang berpengaruh dalam tahap perencanaan desain
bendung?
2. Bagaimana pengaruh data geoteknik dalam perencanaan desain
bendung?
5

1.4 Ruang Lingkup


Pembahasan ini terfokus pada data-data geoteknik untuk desain bendung.
1.5 Batasan
Makalah disusun menggunakan studi literatur dari buku, jurnal, dan
internet.

Anda mungkin juga menyukai