Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

MATERIAL KOMPOSIT UNTUK AIRCRAFT

Disusun Oleh:
M. Irman Budi P (3334122168)

JURUSAN TEKNIK METALURGI - FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
CILEGON – BANTEN
2015
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring berkembangnya zaman, teknologi juga mengalami perkembangan
yang pesat pula. Adanya kemajuan di bidang teknologi semakin memudahkan
manusia untuk melakukan aktifitasnya sehari-hari. Salah satu teknologi yang
mengalami perkembangan pesat adalah teknologi di bidang penerbangan. Saat ini
kita sudah bisa menikmati kecanggihan teknologi di bidang penerbangan. Pesawat
terbang merupakan suatu kemajuan teknologi yang sangat luar biasa bagi dunia,
sejak manusia mulai menemukan cara untuk dapat terbang maka kemajuan
teknologi dunia semakin pesat pula. Hal ini disebabkan dengan adanya pesawat
terbang sehingga koneksi atau hubungan antara negara-negara di dunia semakin
mudah. Sejak pesawat terbang mulai dibuat pertama kali sampai pada era modern
seperti sekarang ini bentuk pesawat maupun ukurannya terus menerus berevolusi
mengikuti perkembangan pada zamannya. Dalam perkembangan pesawat terbang
ada suatu zaman dimana pesawat dikembangkan sampai ke tingkat teknologi yang
dapat dikatakan tiada batas atau luar biasa, hal inilah yang memicu mengapa
pesawat terbang dikembangkan secara terus-menerus sampai sekarang ini.
Pembahasan tentang material-material yang barada pada pesawat terbang sangat
penting dikemukakan. Didalam makalah ini akan membahas mengenai material
komposit yang digunakan pada pesawat terbang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Material Komposit


Material komposit adalah gabungan dari dua material atau lebih yang
memiliki sifat fisik dan sifat kimia berbeda, namun setelah digabungkan,
membentuk suatu material baru yang memiliki karakteristik berbeda tiap
komponennya. Pada komposit terdapat bahan yang disebut sebagai matriks dan
bahan penguat. Bahan matriks biasanya berupa logam, polimer, keramik, dan
karbon. Fungsi dari matriks adalah untuk mendistribusikan beban kedalam seluruh
material penguat komposit. Sifat dari matriks biasanya “ulet” (ductile). Bahan
penguat dalam komposit berperan untuk menahan beban yang diterima oleh
material komposit. Sifat dari bahan penguat biasanya kaku dan tangguh. Bahan
penguat yang umum digunakan adalah serat karbon, serat gelas, dan keramik.
Secara garis besar ada 3 macam jenis komposit berdasarkan penguat yang
digunakannya, yaitu :
a. Fibrous Composites (Komposit Serat), merupakan jenis komposit yang
hanya terdiri dari satu lapisan yang menggunakan penguat berupa serat
(fiber). Serat (fiber) yang digunakan bisa berupa glass fibers, carbon
fibers, aramid fibers (poly aramide), dan sebagainya.
b. Laminated Composites (Komposit Laminat), merupakan jenis komposit
yang terdiri dari dua lapis atau lebih yang digabung menjadi satu dan
setiap lapisnya memiliki karakteristik sifat sendiri. Contohnya
polywood, laminated glass yang sering digunakan sebagai bahan
bangunan dan kelengkapannya.
c. Particulalate Composites (Komposit Partikel), merupakan komposit yang
menggunakan partikel atau serbuk sebagai penguatnya dan terdistribusi
secara merata dalam matriksnya. Contohnya yaitu komposit yang terdiri
dari partikel dan bahan penguat seperti butiran (batu dan pasir) yang
diperkuat dengan semen yang sering kita jumpai sebagai beton.
Adapun jenis komposit yang lain adalah sebagai berikut :
A. Metal Matrix Composites
Metal matrix composite adalah salah satu jenis komposit yang memiliki
matrik logam. Metal Matrix Composite adalah kombinasi antara logam
sebagai penyusun utama (matrix) dengan material lainnya sebagai penguat
(reinforcement). MMC berdasarkan penguatnya dikelompokkan menjadi
partikulasi, serat pendek, dan serat panjang. Contoh dari MMC adalah
Alumunium beserta paduannya, Titanium beserta paduannya, Magnesium
beserta paduannya.
B. Ceramic Matrix-Composite
Ceramic matrix-composite (CMC) merupakan material keramik, gelas-
keramik dan gelas-matriks yang mengandung fasa inklusi sekunder. Fasa
inklusi sekunder ini dapat berupa fiber, whisker, platelet atau partikulat.
Dalam sebuah komposit sempurna fasa-fasa inklusi ini akan berinteraksi
secara sinergi dengan matriksnya sehingga membentuk material yang
memiliki sifat-sifat yang lebih baik dibandingkan dari material matriks
atau material inklusinya sendiri. Gelas, gelas-keramik dan keramik
merupakan material yang memiliki nilai modulus Young (stiffness) yang
tinggi. Material tersebut memiliki kekuatan kompresi yang baik dan
sedikit lebih padat dibandingkan dari kebanyakan logam struktural.
Penggunaan material gelas, gelas-keramik dan keramik sangat terbatas
pada aplikasi struktural, yang disebabkan oleh kerapuhan, ketahanan
patahan yang rendah, sensitivitas terhadap cacat, dan kekuatan tarik yang
sangat rendah pada kondisi bulk. Inklusi fasa kedua mampu
meningkatkan toleransi terhadap kerusakan (toleransi toughness),
meningkatkan reliabilitas (modulus Weibull yang tinggi) dan kekuatan
kelenturan dan tegangan yang tinggi.
C. Polymer Matrix Composites
Komposit Matrik Polimer (Polymer Matrix Composites – PMC) – Bahan
ini merupakan bahan komposit yang sering digunakan disebut, Polimer
Berpenguatan Serat (FRP – Fibre Reinforced Polymers or Plastics) –
bahan ini menggunakan suatu polimer berdasar resin sebagai matriknya,
dan suatu jenis serat seperti kaca, karbon dan aramid (Kevlar) sebagai
penguatannya. Sistem resin seperti epoksi dan poliester mempunyai
batasan penggunaan dalam manufaktur strukturnya, dikarenakan sifat-sifat
mekanik tidak terlalu tinggi dibandingkan sebagai contoh sebagian besar
logam. Bagaimanapun, bahan tersebut mempunyai sifat-sifat yang
diinginkan, sebagian besar khususnya kemampuan untuk dibentuk dengan
mudah kedalam bentuk yang rumit.

2.2 Kegunaan Material Komposit


Penggunaan material komposit sangat luas, yaitu untuk :
a. Angkasa luar = Komponen kapal terbang, Komponen Helikopter,
Komponen satelit.
b. Kesehatan = Kaki palsu, Sambungan sendi pada pinggang.
c. Marine atau Kelautan = Kapal layar, Kayak
d. Industri Pertahanan = Komponen jet tempur, Peluru, Komponen kapal
selam
e. Olah raga dan rekreasi = Sepeda, Stik golf, Raket tenis, Sepatu olah raga
f. Automobile = Komponen mesin, Komponen kereta

2.3 Pesawat Terbang


Pesawat atau Pesawat Udara adalah setiap alat yang dapat terbang diatmosfer
karena daya angkat reaksi udara. Sedangkan, pesawat terbang adalah pesawat
udara yang lebih berat dari udara, bersayap tetap dan dapat terbang dengan
tenaganya sendiri.
Menurut definisi FAA (Badan Penerbangan Amerika Serikat) di FAR
(Federal Aviation Regulation) saat ini yang juga diadopsi oleh Indonesian CASR
(Civil Aviation Safety Regulation), definisi aircraft adalah sebuah perangkat yang
digunakan atau dimaksudkan untuk digunakan dalam penerbangan. Kategori
aircraft untuk sertifikasi penerbangnya dalam hal ini adalah airplane, rotorcraft,
lighter-than-air, powered lift dan glider.
2.4 Prinsip Kerja Pesawat Terbang
Prinsip dasar dari cara pesawat terbang untuk mengudara sama untuk semua
pesawat, baik pesawat capung maupun pesawat super jumbo seperti Airbus A380,
yang mempengaruhi pesawat untuk terbang adalah gaya - gaya aerodinamis yang
mengenainya yaitu gaya angkat (lift), gaya hambat (drag), gaya berat (grafitasi),
dan gaya dorong (trust).
1. Thrust, adalah gaya dorong, yang dihasilkan oleh mesin (powerplant) atau
baling-baling. Gaya ini kebalikan dari gaya tahan (drag). Sebagai aturan
umum, thrust beraksi paralel dengan sumbu longitudinal.
2. Drag, adalah gaya ke belakang, menarik mundur dan disebabkan oleh
gangguan aliran udara oleh sayap, fuselage dan objek-objek lain. Drag
kebalikan dari thrust dan beraksi kebelakang paralel dengan arah angin
relatif (relative wind).
3. Weight, gaya berat adalah kombinasi berat dari muatan pesawat itu sendiri,
awak pesawat, bahan bakar dan kargo. Weight menarik pesawat ke bawah
karena gaya gravitasi. Weight melawan lift (gaya angkat) dan beraksi
secara vertikal ke bawah melalui center of gravity dari pesawat.
4. Lift, (gaya angkat) melawan gaya dari weight dan dihasilkan oleh efek
dinamis dari udara yang beraksi di sayap, dan beraksi tegak lurus pada
arah penerbangan melalui center of lift dari sayap.

Aluminium terbukti bisa bertahan dari perubahan keadaan cuaca seekstrem


apapun, dari panas terik menjadi hujan deras, mendung yang lembab menjadi
kering. Selain sangat kuat dan tahan cuaca, aluminium juga sangat ringan.
Keringanan tentu sangat dibutuhkan pesawat agar bisa terbang dengan leluasa dan
cepat. Tidak heran, setiap pabrik pesawat selalu memilih aluminium sebagai
bahan dasar pesawatnya. Aluminium adalah logam yang paling banyak terdapat di
kerak bumi, dan unsur ketiga terbanyak setelah oksigen dan silikon. Aluminium
terdapat di kerak bumi sebanyak kira-kira 8,07% hingga 8,23% dari seluruh massa
padat dari kerak bumi, dengan produksi tahunan dunia sekitar 30 juta ton pertahun
dalam bentuk bauksit dan bebatuan lain (corrundum, gibbsite, boehmite, diaspore,
dan lain-lain) (USGS). Sulit menemukan aluminium murni di alam karena
aluminium merupakan logam yang cukup reaktif. Aluminium tahan terhadap
korosi karena fenomena pasivasi. Pasivasi adalah pembentukan lapisan pelindung
akibat reaksi logam terhadap komponen udara sehingga lapisan tersebut
melindungi lapisan dalam logam dari korosi.
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Dari makalah yang telah dibuat, maka dapat disimpulkan bahwa material
komposit adalah gabungan dari dua material atau lebih yang memiliki sifat fisik
dan sifat kimia berbeda, namun setelah digabungkan, membentuk suatu material
baru yang memiliki karakteristik berbeda tiap komponennya dan penggunaan
aluminium dalam industri penerbangan masih menjadi bahan utama yang
digunakan karena sifatnya yang ringan.
DAFTAR PUSTAKA

Materials science and Engineering, an introduction. William D. Callister Jr, 7th


Ed, Wiley and sons publishing.
Ratti, A.; R. Gough; M. Hoff; R. Keller; K. Kennedy; R MacGill; J. Staples
(1999). "The SNS RFQ Prototype Module" (PDF). Particle Accelerator
Conference, 1999. 2 (1): 884–886.
Yufeng Wu, Gap Yong Kim, et alFabrication of Al6061 composite with high SiC
particle loading by semi-solid powder processing, Acta Materialia,
Volume 58, Issue 13, August 2010, Pages 4398–4405
WJ Cantwell, J Morton (1991). "The impact resistance of composite materials -- a
review". Composites 22 (5): 347–62.
W. Kang, I. S. Hwang. 2010. Comercial Transport Aircraft Composite Wing Box
Trade Study. 18TH INTERNATIONAL CONFERENCE ON
COMPOSITE MATERIALS.

Anda mungkin juga menyukai