4.1 Hasil
Catatan Terlampir.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pemberdayaan Masyarakat Tani
Pemberdayaan masyarakat tani adalah proses perubahan pola pikir, perilaku dan
sikap petani dari subsistem tradisional menjadi petani modern berwawasan agribisnis
melalui proses pembelajaran yang berkelanjutan. Program ini meliputi tiga aspek, yaitu: 1)
pemberdayaan sumber daya manusia petani; 2) pemberdayaan kelembagaan petani; dan 3)
pemberdayaan usaha tani.
Wrihatnolo dan Dwidjowijoto (2007, h.2-5) membagi tiga proses pemberdayaan,
pertama, tahap penyadaran, target sasaran adalah masyarakat yang kurang mampu yang
harus diberikan “pencerahan” dengan memberikan penyadaran bahwa mereka memiliki hak
untuk mampu dalam menghadapi masalah yang dihadapi. Mereka harus diberikan motivasi
bahwa mereka mempunyai kemampuan untuk keluar dari lingkaran kemiskinan. Kedua,
tahap pengkapasitasan, tahap ini terdiri dari tiga jenis pengkapasitasan yaitu pengkapasitasan
manusia, organisasi dan sistem nilai. Pengkapasitasan manusia dilakukan dengan
memberikan pendidikan, pelatihan, dan kegiatan lainnya untuk meningkatkan keterampilan
individu atau kelompok. Pengkapasitasan organisasi dilakukan dengan melakukan
restrukturisasi organisasi sehingga dapat memunculkan inovasi baru dalam perubahan yang
dilakukan. Pengkapasitasan sistem nilai dilakukan dengan membuat “aturan main” didalam
organisasi yang berupa peraturan yang harus dipatuhi oleh seluruh anggotanya. Ketiga, tahap
penyadaran pada tahap ini target sasaran diberikan daya atau kekuatan, kekuasaan, otoritas
atau peluang yang disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki sehingga target sasaran
dapat menjalankan kekuasaan yang diberikan dan mampu membawa perubahan lebih baik.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2013 tentang
Perlindungan & Pemberdayaan Petani pada Pasal 1 Ayat 2 tertulis pengertian pemberdayaan
petani yang berbunyi “pemberdayaan petani adalah segala upaya untuk meningkatkan
kemampuan petani untuk melaksanakan usaha tani yang lebih baik melalui pendidikan dan
pelatihan, penyuluhan dan pendampingan, pengembangan sistem dan sarana pemasaran
hasil pertanian, konsolidasi dan jaminan luasan lahan pertanian, kemudahan akses ilmu
pengetahuan, teknologi dan informasi, serta penguatan kelembagaan petani”. Petani perlu
diberikan perlindungan serta pemberdayan supaya petani memiliki kapasitas untuk terus
tumbuh dan berkembang menjadi lebih sejahtera.
Salah satu studi yang dilakukan oleh Astusti di Desa Asmorobangun Kecamatan
Puncu Kabupaten Kediri, pemberdayaan yang dilakukan untuk masyarakat Desa
Asmorobangun akibat dari dampak negatif penggunaan pupuk anorganik pada masa revolusi
hijau. Proses pemberdayaan dilakukan untuk meningkatkan kemandirian masyarakat,
meningkatkan kesejahteraan dan mampu menjaga lingkungan. Proses pemberdayaan
masyarakat dapat dilakukan dengan tiga tahap. Pertama, tahap penyadaran. Tahap ini
masyarakat Desa Asmorobangun diberikan penyadaran melalaui sosialisasi secara lisan dan
demplot yang dilakukan oleh penyuluh pertanian dan tokoh-tokoh masyarakat. Penyadaran
dilakukan dengan tujuan merubah mindset masyarakat tentang dampak pupuk anorganik dan
manfaat pupuk organik. Sehingga, petani merubah perilakunya dengan menggunakan pupuk
organik untuk lahan pertaniannya. Kedua, tahap pengkapasitasan. Pada tahap ini masyarakat
diberian kapasitas atau kemampuan dan ketrampilan. Pelatihan diberian baik untuk petani
unutk mengolah limbah ternak dan limbah pertanian menjadi pupuk bokashi atau organik,
dan limbah pertanian juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak sapi. Pelatihan juga diberikan
kepada wanita tani untuk mengolah hasil pertanian menjadi makanan olahan berupa kripik.
Pengkapasitasan organisasi juga dilakukan baik didalam Gapoktan maupun didalam
kelompok tani. pengkapasitasan nilai yang dilakukan oleh Gapoktan adalah dengan
membuat AD-ART (Anggaran DasarAnggaran Rumah Tangga) yang berfungsi untuk
memenuhi hak dan kewajiban anggota. Ketiga, tahap pendayaan. Tahap ini memberikan
kekuasaan kepada masyarakat untuk menerapkan pertanian berkebajutan, masyarakat
diberikan kepercayaan untuk mengelola sumber daya yang dimiliki serta kemampuan dan
ketrampilan yang telah diberikan. partisipasi masyarakat yang lain juga akan mendukung
dan pertanian berkelanjutan.
4.2.2 Pengertian P4S (Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya)
P4S atau Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya merupakan lembaga
pelatihan di bidang pertanian pedesaan yang dikelola dan dimiliki oleh petani, baik
perorangan maupun kelompok. Hal ini menunjukkan perwujudan kemandirian di bidang
pelatihan pertanian, yang didukung oleh sumber daya manusia yang profesional, inovatif,
kreatif dan berwawasan global. Untuk mewujudkan P4S yang profesional, inovatif, kreatif
dan berwawasan global perlu dirumuskan rencana strategis secara sistematis, terpadu dan
terukur dalam pengelolaan dan pengembangan P4S. Pusat pelatiahan pertanian dan pedesaan
swadaya (P4S) yang terbentuk dari, oleh dan untuk petani lebih menekankan pada
kemandirian dan pemberdayaan serta keswadayaan potensi petani. Proses penumbuhan P4S
merupakan serangakaian kegiatan untuk memotivasi dan mendorong terbentuknya P4S
melalui berbagai kegiatan bimbingan dan pelatihan.
Adapun indikator yang harus dipenuhi oleh P4S sebagai berikut:
1. Memiliki sarana prasarana yang layak untuk melaksanakan pelatihan/ permagangan.
2. Memiliki instrumen kelembagaan yang dapat mengelola organisasi P4S.
3. Dapat melaksanakan penyelenggaraan pelatihan/permagangan.
4. Memiliki ketenagaan fasilitator yang berkompeten.
5. Memiliki pengembangan usaha dan jejaring kerja.
4.2.3 Penumbuhan dan Pengembangan P4S
Tujuan Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan P4S adalah :
1. Dihasilkannya kesamaan persepsi diantara pemangku kepentingan dalam
melaksanakan kebijakan dan strategi penumbuhan serta pengembangan P4S;
2. Terciptanya kondisi yang mendorong tumbuhkembangnya jiwa dan tanggungjawab
sosial para petani maju terhadap petani dan masyarakat sekitarnya serta interaksi
positif diantara sesama petani;
3. Berkembangnya penyelenggaraan kegiatan pelatihan terstruktur (magang, studi
banding, dll) dari, oleh, untuk masyarakat pertanian secara swadaya teratur dan
berkesinambungan ;
4. Meningkatnya jejaring usaha diantara pengelola P4S, Lembaga Usaha serta pelaku
agribisnis lainnya;
5. Tumbuhnya Kelompok Tani/Petani yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi
pengelola P4S.
P4S yang ada di masyarakat tidak tumbuh dengan sendirinya, untuk itu perlu strategi
penumbuhan dan pengembangan P4S sebagai berikut :
1. Menciptakan Lingkungan yang kondusif bagi tumbuh kembangnya P4S;
2. Mengembangkan kelembagaan P4S menjadi lembaga penyelengara pelatihan
pertanian yang andal;
3. Meningkatkan kemampuan pengelola P4S sebgai penyelengara pealtiha pertanian
yang professional;
4. Mengembangkan sarana dan prasarana P4S sesuai standar yang berlaku;
5. Meningkatkan jejaring kerja P4S dengan pemangku kepentingan;
6. Mengembangkan P4S sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang dimiliki
Sasaran Sasaran penumbuhan dan pengembangan P4S adalah :
1. Pusat pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) adalah lembaga pelatihan
pertanian dan pedesaan yang didirikan, dimiliki, dan dikelola oleh petani secara
swadaya baik perorangan maupun berkelompok.
2. Forum Komunikasi (FK) P4S adalah organisasi yang bersifat independen,
berorientasi pada kegiatan ekonomi, iptek, sosial dan budaya di sektor pertanian
berbasis di pedesaan berwawasan lingkungan.
3. Penumbuhan P4S adalah serangkaian kegiatan pembinaan untuk mendorong petani
maju atau kelompoktani maju agar tumbuh menjadi P4S.
4. Pengembangan P4S adalah upaya-upaya peningkatan status kelembagaan secara
aktif dan tepadu oleh pemangku kepentingan (stakes holder), baik pemerintah (Pusat,
Propinsi, Kabupaten/kota) maupun masyarakat (pengelola P4S, pengusaha, petani,
pelaku agribisnis lainnya).
5. Pembina P4S adalah Instansi Pemerintah Pusat (Pusbanglatan dan UPT Pelatihan
Pertanian Pusat), Instansi Pemerintah Daerah ( Dinas Pertanian, UPT Pelatihan
Pertanian Daerah, dan Instansi Pemda, Propinsi/kabupaten/Kota lainnya),
6. Pusat Pelatihan Pertanian Terpadu Swadaya (P3TS) adalah lembaga pendidikan atau
pelatihan dibidang pertanian dan pedesaan yang dimiliki dan dikelola oleh pengusaha
atau lembaga masyarakat lain karena kepeduliannya terhadap pendidikan dan
kesejahteraan petani.
7. Kewirausahaan adalah kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan
(peluang) bisnis serta kemampuan mengoptimalisasikan sumberdaya dan mengambil
tindakan serta bermotivasi tinggi dalam mengambil resiko dalam rangka
mensukseskan bisnisnya.
8. Lembaga Pelatihan Pertanian Swadaya adalah lembaga mandiri dan terakreditasi
milik masyarakat yang tumbuh dan berkembang secara swadaya untuk
menyelenggarakan pelatihan pertanian.
Selain strategi, dalam penumbuhan dan pengembangan P4S yang perlu perhatikan
bahwa P4S yang kita bentuk memilki atau mengandung azas-azas yang telah ditetapkan
dalam pengelolaan P4S. Azas yang harus dipenuhi dalam penumbuhan dan pengembangan
P4S sebagai berikut:
1. Azas Keswadayaan P4S dikembangkan dengan tetap menjaga kemandirian
melalui kemampuan memecahkan sendiri masalah yang diharapkan baik maslah
teknis, social maupun ekonomi.
2. Azas Demokrasi. Dalam melaksanakan setiap kegiatan, pengelola P4S dan
penguna jasa mengadakan kesepakatan dan keterlibatan bersama secara aktif.
3. Azas Kekeluargaan P4S yang tumbuh dan kembang sebagai suatu kesatuan
keluarga yang utuh menjalin kekerabatan antara pengelola dengan peserta yang
mengikuti pelatihan.
4. Azas Manfaat Keberadaan P4S dapat memberikan manfaat sebagai masyarakat
sekitarnya.
5. Azas keterpaduan penumbuhan dan pengembangan P4S merupakan bagian
integral dari pembangunan pertanian, sehingga terjadi keselarasan dan keserasian.
Ada 6 (enam) rinsip dalam penumbuhan dan pengembangan P4S yaitu sebagai
berikut :
1. Pinsip Kerakyatan dan Keberpihakan Penumbuhan dan pengembangan P4S,
dilakukan dari, oleh dan untuk petani serta ditujukan untuk meningkatkan
kesejahteraan petani dan kekeluarganya dengan memanfaatkan sumber daya
mereka miliki secara optimal
2. Prinsip kemandirian Prinsip Kemandirian dimaksutkan untuk mendorong tumbuh
kembangnya keswadayaan dibidang agribinis, sehingga tidak tergantung kepada
pemerintah dan pihak lainya.
3. Prinsip Kemitraan dan Kerjasama Dalam pengembangan P4S dipandang sebagai
tenaga kerja pemerintah yang sejajar dalam melakukan pembinaan dan bimbingan
kepada petani/masyarakat yang dilaksanakan secara petani/masyarakat yang
dilaksanakan secara transparan dan saling, menguntungkan.
4. Prinsip integrasi dan Sinergi Penumbuhan dan pengembangan P4S merupakan
bagian integral dari pembangunan pertanian dan pembangunan wilayah.
5. Prinsip bertahap dan Berkelanjutan Penumbuhan pengembangan P4S
dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan kemampuan dan kondisi setempat
yang didasarkan pada suatu perencanaan berkesenambungan.
6. Prinsip pengembangan Usaha Penumbuhan dan pengembangan P4S berbanding
lurus dengan pengembangan usaha pengelolaan.
4.2.4 P4S (Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya) Langgang Jaya Pratama
Awalnya, lokasi itu hanya tempat usaha kecil-kecilan berupa penggemukan sapi
milik Muhibuddin dikelola secara tradisonal alias turun temurun. Beberapa tahun kemudian
Muhibuddin yang hanya menamatkan pendidikan SMA mendapat informasi adanya
pelatihan tentang pertanian di Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Banda Aceh. Dengan
tekad ingin berubah, pria kelahiran Lambro Bileu, 6 Juli 1980, ini memberanikan diri
mengikuti pelatihan tersebut.
Muhibuddin lantas menerapkan ilmu hasil pelatihan itu dan wawasan diterima dari
berbagai pihak lain untuk mengembangkan usahanya. Lambat tapi pasti, usaha dari ayah tiga
anak ini mulai membuahkan hasil. Di sela-sela menjalankan aktivitas sehari-hari,
Muhibuddin terus memperdalam ilmunya di bidang pertanian dengan mengikuti berbagai
pelatihan, seminar, dan workshop. Pemuda 38 tahun itu juga sempat mengecap pendidikan
dan pelatihan sampai ke Provinsi Sumatera Utara (pelatihan perikanan dari BPPP Medan)
dan Badan Penyluhan Pertanian (BPP) Jambi.
Menurut informasi dari pendiri P4S Langgang Jaya Pratama, Muhibbudin,
terbentuknya P4S ini bermula saat kedatangan beberapa orang dari Pusat dan melihat
kegiatan yang biasanya dilakukan oleh Muhibbudin ternyata mirip dengan program yang
sedang dijalankan pemerintah, sehingga pemerintah menawarkan didirikannya P4S di lokasi
tersebut di bawah pengelolaan Muhibbudin. P4S ini merupakan wadah untuk berkumpulnya
petani-petani muda maupun tua dengan cara memberikan informasi yang pematerinya bisa
dari perguruan tinggi maupun Dinas yang tekait dengan permintaan petani dan bidang yang
digelutinya.
Bidang pelatihan yang terdapat pada P4S Langgang Jaya Pratama adalah sebagai
berikut :
1. Pelatihan Pertanian, meliputi :
Pengelolaan Pupuk Kompos (Organik Padat)
Pengelolaan Pupuk Kompos (Organik Cair)
Pengelolaan Kunyit Instan
Pengelolaan Jahe Merah
Pengelolaan Minyak Kelapa
2. Pelatihan Kepemimpinan, berupa Pelatihan Lembaga Kepemimpinan Dasar (LKD),
dan Pelatihan Kewirausahaan di sector Pertanian, Perikanan, dan Peternakan.
3. Pelatihan Peternakan, meliputi :
Pembuatan Pakan Fermentasi (limbah pertanian)
Pembuatan Probiotik (SOC)
Pembuatan Konsentrat
Budidaya Sapi Pedaging
Budidaya Ternak Domba
4. Pelatihan Perikanan, meliputi :
Pemijahan/Budidaya Ikan Lele Dumbo dan Ikan Nila
Pembuatan Pakan Ikan
Pengolahan Ikan
Bahan baku untuk melakukan pelatihan-pelatihan berasal dari petani yang membawa
masing-masing bahan apabila diperlukan, selanjutnya dilakukan pelatihan untuk
menghasilkan suatu produk yang diolah sendiri oleh petani. Meski begitu, kendala utama
dalam pelaksanaan pelatihan ini adalah masalah lahan tempat pelatihan yang sempit yang
diharapkan dapat kebijakan dari pemerintah.
Keberhasilan P4S Langgang Jaya Pratama membuat sejumlah lembaga tertarik
melihat kegiatan di tempat tersebut. Di antara tamu pernah mengunjungi P4S itu adalah
Kepala Bidang Penyelenggaraan dan Penyuluhan Pertanian Kementan RI, Dr. Ir. Ranny
Mutiara Chaidirsyah, perwakilan PT Asabri, delegasi ASEAN, dan anggota Alumni Magang
Petani Jepang.
Prestasi diukir Muhibuddin dan kawan-kawan juga mendapat apreasiasi dari
pemerintah. Apreasiasi itu diterima P4S Langgang Jaya Pratama dalam bentuk penghargaan
seperti sertifikat Kementan RI tahun 2016 dan dari Pemerintah Aceh penghargaan sebagai
“Pelaku Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018”. Dalam menjalankan usahanya, P4S
tersebut mendapat dukungan modal dari Bank BRI, Permodalan Nasional Madani (PMN),
dan PT Asabri.
BAB V KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari pelaksanaan praktikum ini adalah sebagai
berikut :
1. P4S (Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya) merupakan wadah bagi
para petani untuk memperoleh informasi dan belajar mengenai kegiatan pertanian,
peternakan, perikanan, hingga kepemimpinan.
2. Keberadaan P4S sendiri selain dapat menciptakan petani-petani maju dalam
meningkatkan perekonomian juga berperan dalam mengurangi pengangguran.
3. P4S Langgang Jaya Pratama memiliki tujuan utama yaitu untuk menciptakan petani
yang ahli dan professional dalam mengolah bahan baku menjadi suatu produk
bernilai jual tinggi.
4. Petani memilih untuk berlatih di P4S karena dirasa lebih memudahkan belajar
dibandingkan pelatihan dari Dinas.
5. P4S Langgang Jaya Pratana selain memberikan pelatihan juga menyediakan sarana
prasarana yang cukup memadai seperti mesin-mesin pertanian sampai pada tempat
tinggal bagi petani yang dating dari jauh.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Ahmad. 2016. Pelaksanaan Pelatihan dan Pengembangan pada Pusat Pelatihan
Pertanian Pedesaab Swadaya (P4S) Karya Nyata Kubang Jaya Kecamatan Siak Hulu
Kabupaten Kampar. Jurnal Ilmu Administrasi. Vol 3(2);1-15.
Astuti, Indri, Lifa., Hermawan., dan Mochammad Rozikin. Tanpa Tahun. Peemberdayaan
Masyarakat dalam Pembangunan Pertanian Berkelanjutan. Jurnal administrasi
Publik. Vol 3(2);1886-1892.
Marianah, Lisa. 2017. Peran Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) dalam
Pemberdayaan Masyarakat Tani. Artikel. Balai Pelatihan Pertanian Jambi.
OLEH :
META VIRA FAIZINIA
1605108010027
(Gambar 1. Foto Bersama Mahasiswa Praktikum dan Dosen Mata Kuliah Komunikasi
Penyuluhan dan Pembanguna)