Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUA
N

A. Latar Belakang
Keperawatan sebagai suatu profesi yang sampai saat ini masih dianggap
profesi yang kurang eksis, kurang profesional, bahkan kurang menjanjikan
dalam hal finansial. Oleh karena itu keperawatan harus berusaha keras untuk
menunjukkan pada dunia luar, di luar dunia keperawatan bahwa keperawatan
juga bisa sejajar dengan profesi – profesi lain. Tugas ini akan terasa berat bila
perawat- perawat Indonesia tidak menyadari bahwa eksistensi keperawatan
hanya akan dapat dicapai dengan kerja keras perawat itu sendiri untuk
menunjukkan profesionalismenya dalam memberikan pelayanan kesehatan
terutama pelayanan keperawatan baik kepada individu, keluarga maupun
masyarakat.
Salah satu cara untuk menunjukkan eksistensi keperawatan adalah
dengan mengembangkan salah satu model pelayanan keperawatan yang sesuai
dengan kondisi masyarakat Indonesia. model keperawatan Roy, dikenal dengan
model adaptasi dimana Roy memandang setiap manusia pasti mempunyai
potensi untuk dapat beradaptasi terhadap stimulus baik stimulus internal
maupun eksternal dan kemampuan adaptasi ini dapat dilihat dari berbagai
tingkatan usia.Aplikasi proses keperawatan menurut konsep teori Roy di
Rumah Sakit telah banyak diterapkan namun sedikit sekali perawat yang
mengetahui dan memahami bahwa tindakan keperawatan tersebut telah sesuai.
Bahkan perawat melaksanakan asuhan keperawatan tanpa menyadari sebagian
tindakan yang telah dilakukan pada klien adalah penerapan konsep teori Roy.

Oleh karena itu, kelompok memandang perlu untuk mengetahui dan


mengkaji lebih jauh tentang penerapan model keperawatan yang sesuai dengan
teori Sister Roy diilapangan atau rumah sakit, sehingga dapat diketahui apakah
teori Roy dapat diaplikasikan dengan baik dalam pelayanan keperawatan/
asuhan keperawatan .

1
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu memahami konsep model keperawatan menurut Roy
2. Tujuan Khusus
a. Memahami latar belakang teori/sejarah
b. Memahami sumber teori untuk pengembangan teori
c. Memahami konsep umum dan definisi
d. Memahami penggunaan temuan empiris
e. Memahami penggunaan paradigma keperawatan
f. Memahami aplikasi teori

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sejarah
Suster Calista Roy adalah seorang suster dari Saint Joseph of Carondelet. Roy
dilahirkan pada tanggal 14 Oktober 1939 di Los Angeles California. Roy
menerima Bachelor of Art Nursing pada tahun 1963 dari Mount Saint Marys
College dan Magister Saint in Pediatric Nursing pada tahun 1966 di
University of California Los Angeles. Roy memulai pekerjaa dengan teori
adaptasi keperawatan pada tahun 1964 ketika dia lulus dari University of
California Los Angeles. Dalam Sebuah seminar dengan Dorrothy E.
Johnson, Roy tertantang untuk mengembangkan sebuah model konsep
keperawatan.

Konsep adaptasi mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya yang sesuai


dengan keperawatan. Dimulai dengan pendekatan teori sistem. Roy
menambahkan kerja adaptasi dari Helsen (1964) seorang ahli fisiologis –
psikologis. Untuk memulai membangun pengertian konsepnya. Helsen
mengartikan respon adaptif sebagai fungsi dari datangnya stimulus
sampai tercapainya derajat adaptasi yang di butuhkan individu. Derajat
adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu : focal stimuli,
konsektual stimuli dan residual stimuli.

Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan


terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. Selain konsep-konsep tersebut,
Roy juga mengadaptasi nilai “Humanisme” dalam model konseptualnya
berasal dari konsep A.H. Maslow untuk menggali keyakinan dan nilai
dari manusia. Menurut Roy humanisme dalam keperawatan adalah
keyakinan, terhadap kemampuan koping manusia dapat meningkatkan derajat
kesehatan.

Sebagai model yang berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli-ahli


lain dari ahli-ahli lain di area adaptasi seperti Dohrenwend (1961),
Lazarus (1966), Mechanic (1970) dan Selye (1978). Setelah beberapa tahun,
model ini

3
berkembang menjadi sebagai suatu kerangka kerja pendidikan
keperawatan,
praktek keperawatan dan penelitian. Tahun 1970, model adaptasi keperawatan
diimplementasikan sebagai dasar kurikulum sarjana muda keperawatan di
Mount Saint Mary’s College. Sejak saat itu lebih dari 1500 staf pengajar dan
mahasiswamahasiswa terbantu untuk mengklarifikasi, menyaring, dan
memperluas model. Penggunaan model praktek juga memegang peranan
penting untuk klarifikasi lebih lanjut dan penyaringan model.

Sebuah studi penelitian pada tahun 1971 dan survey penelitian pada tahun
1976-1977 menunjukkan beberapa penegasan sementara dari model adaptasi.
Perkembangan model adaptasi keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang
Roy dan profesionalismenya. Secara filosofi Roy mempercayai kemampuan
bawaan, tujuan, dan nilai kemanusiaan, pengalaman klinisnya telah
membantu
perkembangan kepercayaannya itu dalam keselarasan dari tubuh manausia
dan spirit. Keyakinan filosofi Roy lebih jelas dalam kerjanya yang baru pada
model adaptasi keperawatan.

B. Sumber Teori Untuk Pengembangan Teori


Dimulai dengan pendekatan teori sistem Roy menambahkan kerja adaptasi
dari Harry Helson ( 1964 ) seorang ahli fisiologis-psikologis. Untuk memulai
membangun pengertian konsepnya Harry Helson mengartikan respon adaptif
sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi
yang dibutuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis
stimulus yaitu :

1. Focal stimuli : Individu segera menghadap


2. Konsektual stimuli : semua kehadiran stimuli yang menyumbangkan efek
Dari focal stimuli.
3. Residual stimuli : faktor lingkungan mengakibatkan tercemarnya keadaan

Teori Helson dikembangkan dari penyesuaian tingkat zona yang mana


menentukan stimulus akan mendatangkan respon hal yang positif maupun

4
negatif. Sesuai dengan teori Helson, adaptasi adalah proses yang berdampak
positif terhadap perubahan lingkungan.

Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan


terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. Dengan teori adaptif Helson
Roy mengembangkan dan memperluas model dengan konsep dan teori dari
Dohrenwed,R.S. Latarus, N.Malaznik, D.Mechanic dan H.Selye. Roy memberi
kredit spesial ke Driever penulis, Subdivisi garis besar dari kejujuran sendiri
dan Martinez serta Sarto, identitas keduanya umum dan stimuli sangat
mempengaruhi mode. Teman sekerja lain konsepnya juga rumit yaitu M.Poush
dan J.Van Landingham dalam keadaan saling bergantung dan B. Randa untuk
fungsi aturan mode.

Setelah mengembangkan teorinya Roy mengembangkan model sebagai suatu


kerangka kerja pendidikan keperawatan, praktek keperawatan dan penelitian.
Sejak itu lebih dari 1500 staf pengajar dan mahasiswa-mahasiswa terbantu
untuk mengklasifikasi, menyaring dan memperluas model. Penggunaan model
praktek juga memegang peranan penting untuk penyaringan model.
Perkembangan model keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang Roy dan
profesionalismenya. Roy mempercayai kemampuan bawaan, tujuan dan nilai
kemanusiaan. Pengalaman klinisnya membantu perkembangan kepercayaan
dari tubuh manusia dan spiritnya.

C. Konsep Umum Dan Defenisi


Definisi dan Konsep Mayor yang membangun kerangka konseptual model
adaptasi roy adalah :

1. Sistem adalah kesatuan dari beberapa unit yang saling berhubungan


dan membentuk satu kesatuan yang utuh dengan ditandai adanya input,
control, proses, output, dan umpan balik.
2. Derajat adaptasi adalah perubahan tetap sebagai hasil dari stimulus fokal,
konstektual dan residual dengan standar individual, sehingga manusia
dapat berespon adaptif sendiri.

5
3. Problem adaptasi adalah kejadian atau situasi yang tidak adekuat
terhadap penurunan atau peningkatan kebutuhan.
4. Stimulus fokal adalah derajat perubahan atau stimulus yang secara
langsung mengharuskan manusia berespon adaptif. Stimulus fokal adalah
presipitasi perubahan tingkah laku.
5. Stimulus konstektual adalah seluruh stimulus lain yang menyertai dan
memberikan konstribusi terhadap perubahan tingkah laku yang disebabkan
atau dirangsang oleh stimulus fokal.
6. Stimulus residual adalah seluruh factor yang mungkin memberikan
konstribusi terhadap perubahan tingkah laku, akan tetapi belum dapat di
validasi.
7. Regulator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon
otomatik melalui neural, cemikal, dan proses endokrin.
8. Kognator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon
melalui proses yang kompleks dari persepsi informasi, mengambil,
keputusan dan belajar.
9. Model efektor adaptif adalah kognator yaitu ; Fisiologikal, fungsi pean,
interdependensi dan konsep diri.
10. Respon adaptif adalah respon yang meningkatkan intergritas manusia
dalam mencapai tujuan manusia untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan reproduksi.
11. Fisiologis adalah kebutuhan fisiologis termasuk kebutuhan dasar dan
bagaimana proses adaptasi dilakukan untuk pengaturan cairan dan
elektrolit, aktivits dan istirahat, eliminasi, nutrisi, sirkulasi dan pengaturan
terhadap suhu, sensasi, dan proses endokrin.
12. Konsep diri adalah seluruh keyakinan dan perasaan yang dianut individu
dalam satu waktu berbentuk : persepsi, partisipasi, terhadap reaksi orang
lain dan tingkah laku langsung. Termasuk pandangan terhadap fisiknya
(body image dan sensasi diri) Kepribadian yang menghasilkan konsistensi
diri, ideal diri, atau harapan diri, moral dan etika pribadi.
13. Penampilan peran adalah penampilan fungsi peran yang berhubungan
dengan tugasnya di lingkungan social.

6
14. Interdependensi adalah hubungan individu dengan orang lain yang
penting dan sebagai support sistem. Di dalam model ini termasuk
bagaimana cara memelihara integritas fisik dengan pemeliharaan dan
pengaruh belajar.

Model Konseptual Adaptasi roy, ada empat elemen penting yang termasuk
dalam model adaptasi keperawatan adalah manusia, Lingkungan; kesehatan;
keperawatan. Unsur keperawatan terdiri dari dua bagian yaitu tujuan
keperawatan dan aktivitas keperawatan, juga termasuk dalam elemen penting
pada konsep adaptasi.

1. Manusia
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif. Sebagai
sistem adaptif, manusia dapat digambarkan secara holistic sebagai satu
kesatuan yang mempunyai input, control, output, dan proses umpan balik.
Proses control adalah mekanisme koping yang dimanifestasikan dengan cara
adaptasi. Lebih spesifik manusia di definisikan sabagai sebuah sistem adaptif
dengan aktivitas kognator dan regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam
empat cara adaptasi yaitu, fungsi fisiologi, konsep diri, fungsi peran, dan
interdependensi.

Dalam model adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan sebagai suatu sistem


yang hidup, terbuka dan adaptif yang dapat mengalami kekuatan dan zat
dengan perubahan lingkungan. Sebagai sistem adaptif manusia dapat
digambarkan dalam istilah karakteristik sistem, Jadi manusia dilihat sebagai
satu kesatuan yang saling berhubungan antar unit fungsional secara
keseluruhan atau beberapa unit fungsional untuk beberapa tujuan. Sebagai
suatu sistem manusia juga dapat digambarkan dengan istilah input, proses
control dan umpan balik serta output.

Input pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan menerima
masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri.

7
Input atau stimulus termasuk variable satandar yang berlawanan yang umpan
baliknya dapat dibandingkan. Variabel standar ini adalah stimulus internal yang
mempunyai tingkat adaptasi dan mewakili dari rentang stimulus manusia yang
dapat ditoleransi dengan usaha-usaha yang biasanya dilakukan.

Proses control manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah mekanisme


koping yang telah diidentifikasi yaitu : subsistem regulator dan subsistem
kognator. Regulator dan kognator adalah digambarkan sebagai aksi dalam
hubunganya terhadap empat efektor cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologis,
konsep diri, fungsi peran dan interdependensi.
a. Model Fungsi Fisiologi
Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy
mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi
untuk mempertahankan integritas, yang dibagi menjadi dua bagian, model
fungsi fisiologis tingkat dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi
fisiologis dengan proses yang kompleks terdiri dari 4 bagian yaitu :
1) Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu
ventilasi, pertukaran gas dan transpor gas (Vairo,1984 dalam Roy 1991).
2) Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk
mempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan mengganti jaringan
yang injuri. (Servonsky, 1984 dalam Roy 1991).
3) Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan ginjal. (
Servonsky, 1984 dalam Roy 1991).
4) Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan istirahat
yang digunakan untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam memperbaiki
dan memulihkan semua komponen-komponen tubuh. (Cho,1984 dalam Roy,
1991).
5) Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses
imunitas dan struktur integumen ( kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini
penting sebagai fungsi proteksi dari infeksi, trauma dan perubahan suhu.
(Sato, 1984 dalam Roy 1991).

8
6) The sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan bau
memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungan . Sensasi nyeri
penting dipertimbangkan dalam pengkajian perasaan.( Driscoll, 1984, dalam
Roy, 1991).
7) Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalamnya
termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi
sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi sistem fisiologis dapat menyebabkan
ketidakseimbangan elektrolit. (Parly, 1984, dalam Roy 1991).
8) Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis merupakan
bagian integral dari regulator koping mekanisme seseorang. Mereka
mempunyai fungsi untuk mengendalikan dan mengkoordinasi pergerakan
tubuh, kesadaran dan proses emosi kognitif yang baik untuk mengatur
aktivitas organ-organ tubuh (Robertson, 1984 dalam Roy, 1991).
9) Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman sesuai dengan
fungsi neurologis, untuk menyatukan dan mengkoordinasi fungsi tubuh.
Aktivitas endokrin mempunyai peran yang signifikan dalam respon stress dan
merupakan dari regulator koping mekanisme ( Howard & Valentine dalam
Roy,1991).

b. Model Konsep Diri


Model konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan penekanan spesifik
pada aspek psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep diri ini
berhubungan dengan integritas psikis antara lain persepsi, aktivitas mental dan
ekspresi perasaan. Konsep diri menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu
the physical self dan the personal self.
1. The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya
berhubungan dengan sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya. Kesulitan
pada area ini sering terlihat pada saat merasa kehilangan, seperti setelah
operasi, amputasi atau hilang kemampuan seksualitas.
2. The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral-
etik dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan
atau takut merupakan hal yang berat dalam area ini.

9
c. Model fungsi peran
Mode fungsi peran mengenal pola – pola interaksi sosial seseorang dalam
hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer,
sekunder dan tersier. Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat
memerankan dirinya dimasyarakat sesuai kedudukannya

d. Model Interdependensi
Model interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan oleh
Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima
cinta kasih sayang, perhatian dan saling menghargai. Interdependensi yaitu
keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam menerima sesuatu
untuk dirinya. Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi
dengan orang lain. Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif
untuk melakukan tindakan bagi dirinya. Interdependensi dapat dilihat dari
keseimbangan antara dua nilai ekstrim, yaitu memberi dan menerima.

Output dari manusia sebagai suatu sistem adaptif adalah respon inefektif.
Respon-respon yang adaptif itu mempertahankan atau meningkatkan integritas,
sedangkan respon yang tidak efektif atau maladaptif itu mengganggu integritas.
Melalui proses umpan balik respon-respon memberikan lebih lanjut masukan
(input) pada manusia sebagai suatu sisem.

Subsistem regulator dan kognator adalah mekanisme adaptasi atau koping


dengan perubahan lingkungan, dan diperlihatkan melalui perubahan biologis,
psikologis, dan social. Subsistem regulator adalah gambaran respon yang
kaitannya dengan perubahan pada sistem saraf, kimia tubuh dan organ endokrin
serta subsistem kognator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan
perubahan kognitif dan emosi, termasuk didalamnya persepsi, proses
informasi, pembelajaran, dan membuat alasan dan emosional, yang termasuk
didalamnya mempertahankan untuk mencari bantuan.

10
2. Lingkungan
Lingkungan digambarkan sebagai dunia di dalam dan di luar manusia.
Lingkungan merupakan masukan (input) bagi manusia sebagai sistem yang
adaptif sama halnya lingkungan sebagai stimulus eksternal dan internal. Lebih
lanjut stimulus itu dikoelompokkan menjadi tiga jenis stimulus yaitu : fokal,
konstektual, dan residual. Lebih luas lagi lingkungan didefinisikan sebagai
segala kondisi, keadaan disekitar dan mempengaruhi keadaan, perkembangan
dan perilaku manusia sebagai individu atau kelompok.

3. Kesehatan.
Menurut Roy, kesehatan didefinisikan sebagai keadaan dan proses menjadi
manusia secara utuh dan terintegrasi secara keseluruhan. Integritas atau
keutuhan manusia menyatakan secara tidak langsung bahwa kkesehatan atau
kondisi tidak terganggu mengacu kelengkapan atau kesatuan dan kemungkinan
tertinggi dari pemenuhan potensi manusia. Jadi Integritas adalah sehat,
sebaliknya kondisi yang tidak ada integritas kurang sehat. Definisi kesehatan
ini lebih dari tidak adanya sakit tapi termasuk penekanan pada kondisi sehat
sejahtera. Model adaptasi keperawatan, konsep sehat dihubungkan dengan
konsep adaptasi. Adaptasi yang bebas energi dari koping yang inefektif dan
mengizinkan manusia berespon terhadap stimulus yang lain. Pembebasan
energi ini dapat meningkatkan penyembuhan dan mempertinggi kesehatan. Hal
ini adalah pembebasan energi yang menghubungkan konsep adaptasi dan
kesehatan.

Adaptasi adalah komponen pusat dalam model keperawatan. Didalamnya


menggambarkan manusia sebagai sistem adaptif. Adaptasi dipertimbangkan
baik proses koping terhadap stressor dan produk akhir dari koping. Proses
adaptasi termasuk fungsi holistic untuk mempengaruhi kesehatan secara positif
dan itu meningkatkan integritas. Proses adaptasi termasuk semua interaksi
manusia dan lingkungan terdiri dari dua proses. Bagian pertama dari proses ini
dimulai dengan pperubahan dalam lingkungan internal dan eksternal yan
gmembutuhkan sebuah respon. Perubahan – perubahan itu adalah stressor atau

11
stimulus fokal dan ditengahi oleh factor-faktor konstektual dan residual.
Bagian-bagian stressor menghasilkan interaksi yang biasanya disebut stress.
Bagian kedua adalah mekanisme koping yang merangsang untuk menghasilkan
respon adaptif dan inefektif.

4. Keperawatan
Roy (1983) menggambarkan keperawatan sebagai disiplin ilmu dan praktek.
Sebagai ilmu, keperawatan mengobservasi, mengklasifikasikan dan
menghubungkan proses yang secara positif berpengaruh pada status kesehatan.
Sebagai disiplin, praktek, keperawatan menggunakan pendekatan pengetahuan
untukmenyediakan pelayanan pada orang-orang. Lebih spesifik dia
mendefinisikan keperawatan sebagai ilmu da praktek dari peningkatan adaptasi
untuk meningkatkan kesehatan sebagai tujuan untuk mempengaruhi kesehatan
secara positif. Keperawatan meningkatkan adaptasi individu dan kelompok
dalam situasi yang berkaitan dengan kesehatan, Jadi model adaptasi
keperawatan menggambarkan lebih spesifik perkembangan ilmu keperawatan
dan praktek keperawatan yang berdasarkan ilmu keperawatan tersebut. Dalam
model tersebut, keperawatan terdiri dari tujuan keperawatan dan aktivitas
keperawatan.
Keperawatan adalah berhubungan dengan manusia sebagai satu kesatuan yang
berinteraksi dengan perubahan lingkungan dan tanggapan terhadap stimulus
internal dan eksternal yang mempengaruhi adaptasi. Ketika stressor yang tidak
biasa atau koping mekanisme yang lemah membuat upaya manusia yang biasa
menjadi koping yang tidak efektif, manusia memerlukan seorang perawat. Ini
tidak harus, bagaimanapun diinterpretasikan umtuk memberi arti bahwa
aktivitas keperawatan tidak hanya diberikan ketika manusia itu sakit. Roy
menyetujui, pendekatan holistic keperawatan dilihat sebagai proses untuk
mempertahankan keadaan baik dan tingkat fungsi yang lebih tinggi.

Keperawatan terdiri dari dua yaitu : tujuan keperawatan dan aktivitas


keperawatan. Tujuan keperawatan adalah mempertinggi interaksi manusia
dengan lingkungan. Jadi peningkatan adaptasi dalam tiap empat cara adaptasi

12
yaitu : (1) fungsi fisiologis; (2) konsep diri; (3) fungsi peran dan (4)
interdependensi. Dorongan terhadap peningkatan integritas adaptasi dan
berkontribusi terhadap kesehatan manusia, kualitas hidup dan kematian dengan
damai. Tujuan keperawatan diraih ketika stimulus fokal berada dalam suatu
area dengan tingkatan adaptasi manusia. Ketika stimulus fokal tersebut berada
pada area tersebut dimana manusia dapat membuat suatu penyesuaian diri atau
respon efektif. Adaptasi membebaskan energi dari upaya koping yang tidak
efektif dan memnugkinkan individu untuk merespon stimulus yang lain.
Kondisi tersebut dapat mencapai peningkatan penyembuhan dan kesehatan.
Jadi peranan penting adaptasi sangat ditekankan pada konsep ini.

Tujuan dari adaptasi adalah membantu perkembangan aktivitas keperawatan


yang digunakan pada proses keperawatan meliputi : pengkajian, diagnosa
keperawatan , tujuan, intervensi dan evaluasi. Adaptasi model keperawatan
menetapkan “data apa yang dikumpulkan, bagaimana mengidentifikasi masalah
dan tujuan utama. Pendekatan apa yang dipakai dan bagaiman mengevaluasi
efektifitas proses keperawatan”.

D. Paradigma Keperawatan
1. Paradigma Keperawatan menurut Sister Calista Roy
Manusia :
Roy mengungkapkan bahwa manusia merupakan suatu sistem adaptif.
Manusia dipandang sebagai makhlik bio-psiko-spiritual yang selalu
berinteraksi dengan perubahan lingkungan, serta berinteraksi dengan
menggunakan inisiasi bawaan dan mekanisme di dapat. Mereka
termasuk individu, grup, keluarga, organisasi, komunitas.

Lingkungan – Stimulus :
Roy membedakan 3 jenis lingkungan, yaitu :
a.Fokal : mencakup lingkungan internal dan eksternal yang dihadapi
manusia
b.Kontekstual : adalah semua stimulus pada setiap situasi yang
berkontribusi memberikan pengaruh terhadap lingkungan fokal
c.Residual : adalah faktor yang efeknya tidak jelas dalam suatu
kondisi

13
Menurut Roy, semua kondisi lingkungan tersebut akan mempengaruhi
perkembangan dan perilaku manusia.

Kesehatan :
Manusia dikatakan berada dalam suatu rentang sehat dan sakit, yang
merupakan suatu dimensi yang tidak dapat dihindari oleh manusia.

Keperawatan :
Tujuan keperawatan adalah untuk meningkatkan kemampuan individu
dan keluarga terhadap 4 model adaptif, yang berkontribusi terhadap
kesehatan, kualitas kehidupan, kematian dengan bermartabat dengan
mengkaji perilaku dan faktor kemampuan adaptif.

E. Aplikasi Teori
Teori Model adaptasi Roy menuntun perawat mengaplikasikan Proses
keperawatan. Element Proses keperawatan menurut Roy meliputi: Pengkajian
Perilaku, Pengkajian stimulus, Diagnosa keperawatan, Rumusan Tujuan,
Intervensi dan Evaluasi.
1. Pengkajian
a Pengkajian prilaku
Pengkajian perilaku (Behavior Assessment) merupakan tuntunan bagi
perawat untuk mengatahui respon pada manusia sebagai sistim
adaptive. Data spesifik dikumpulkan oleh perawat melalui proses
Observasi, pemeriksaan dan keahlian wawancara. “Faktor yang yang
mempengaruhi respon adaptif meliputi: genetik, jenis kelamin, tahap
perkembangan, obat-obatan, alkohol, merokok, konsep diri, fungsi
peran, ketergantungan, pola interaksi sosial, mekanisme koping dan
gaya hidup, stress fisik dan emosi, budaya, lingkungan fisik”
(Martinez yang dikutip oleh Nursalam, 2003)

b Pengkajian Stimulus
Setelah pengkajian perilaku, perawat menganalisis data-data yang
muncul ke dalam pola perilaku pasien (empat model respon perilaku)
untuk mengidentifikasi respon-respon inefektif atau respon-respon
adaptif yang perlu didukung oleh perawat untuk dipertahankan. Ketika
perilaku inefektif atau perilaku adaptif yang memerlukan dukungan
perawat, perawat membuat pengkajian tentang stimulus internal dan

14
ekternal yang mungkin mempengaruhi perilaku. Dalam fase
pengkajian ini perawat mengumpulkan data tentang stimulus fokal,
kontektual dan residual yang dimiliki pasien. Proses ini
mengklarifikasi penyebab dari masalah dan mengidentifikasi factor-
faktor kontektual (faktor presipitasi) dan residual (factor Predisposisi)
yang berhubungan erat dengan penyebab.

1) Identifikasi stimulus fokal


Stimuli fokal merupakan perubahan perilaku yang dapat
diobservasi. Perawat dapat melakukan pengkajian dengan
menggunakan pengkajian perilaku, yaitu: keterampilan
melakukan observasi, pengukuran dan wawancara.
2) Identifikasi stimulus kontekstual
Stimulus kontekstual ini berkontribusi terhadap penyebab
terjadinya perilaku atau presipitasi oleh stimulus fokal.
Stimulus kontekstual dapat diidentifikasi oleh perawat
melalui observasi, pengukuran, wawancara dan validasi.
Faktor kontekstual yang mempengaruhi mode adaptif adalah
genetik, seks, tahap perkembangan, obat, alkohol, tembakau,
konsep diri, peran fungsi, interdependensi, pola interaksi
sosial, koping mekanisme, stress emosi dan fisik religi dan
lingkungan fisik.

3) Identifikasi stimulus residual


Pada tahap ini yang mempengaruhi adalah pengalaman masa
lalu. Beberapa faktor dalam pengalaman masa lalu relevan
dalam menjelaskan bagaimana keadaan saat ini. Sikap, budaya,
karakter adalah faktor residual yang sulit diukur dan
memberikan efek pada situasi sekarang.

2. Diagnosa
Rumusan Diagnosa Keperawatan adalah problem (P), Etiologi (E),
Sinthom/karakteristik data (S). Roy menjelaskan ada tiga metode
merumuskan diagnosa keperawatan.
a Metode Pertama
Menggunakan satu tipologi diagnosa yang berhubungan dengan 4
(empat) cara penyesuaian diri (adaptasi). Penerapan metode ini ialah

15
dengan cara mengidentifikasi perilaku empat model adaptasi, perilaku
adaptasi yang ditemukan disimpulkan menjadi respon adaptasi. Respon
tersebut digunakan sebagai pernyataan Masalah keperawatan.
Misalnya: inadekuat pertukuran gas.(masalah fisiologis) datanya ialah;
sesak kalau beraktivitas, bingung/agitasi, bernafas dengan bibir
dimoncongkan, sianosis. Konstipasi (masalah fisiplogis eliminasi)
datanya: sakit perut, nyeri waktu defikasi, perubahan pola BAB,
Kehilangan (masalah konsep diri) datanya: diam, kadang-kadang
menangis, kegagalan peran (masalah fungsi peran).

b Metode Kedua
Membuat diagnosa keperawatan berdasarkan hasil observasi respon
dalam satu cara penyesuaian diri dengan memperhatikan stimulus yang
sangat berpengaruh. Metode ini caranya ialah menilai perilaku respon
dari satu cara penyesuaian diri, respon perilaku tersebut dinyatakan
sebagai statemen masalah. Sedangkan penyebab adalah hasil
pengkajian tentang stimulus. Stimulus tersebut dinyakatan sebagai
penyebab masalah. Misalnya: Nyeri dada yang disebabkan oleh
kurangnya suplai oksigen ke otot jantung.

c Metode Ketiga
Merupakan kumpulan respon-respon dari satu atau lebih cara (mode
Adaptive) berhubungan dengan beberapa stimulus yang sama.
Misalnya pasien mengeluh nyeri dada saat beraktivitas (olah raga)
sedangkan pasien adalah atlit senam. Sebagai pesenam pasien tidak
mampu melakukan senam. Keadaan ini disimpulkan diagnosa
keperawatan yang sesuai adalah Kegagalan peran berkaitan dengan
keterbatan fisik. Pasien tidak mampu untuk bekerja melaksanakan
perannya.
3. Rencana Tindakan
Rencana tindakan keperawatan ialah perencanaan yang bertujuan
untuk mengatasi/memanipulasi stimulus fokal kontektual dan residual,
Pelaksanaan juga difokus pada besarnya ketidakmampuan koping
manusia atau tingkat adaptasi, begitu juga hilangnya seluruh stimulus
dan manusia dalam kemampuan untuk beradaptasi. Perawat

16
merencanakan tindakan keperawatan spesifik terhadap gangguan atau
stimulus yang dialami. Tujuan intervensi keperawatan adalah
pencapaian kondisi yang optimal, dengan menggunakan koping yang
konstruktif. Intervensi ditujukan pada peningkatan kemampuan
koping secara luas. Tindakan diarahkan pada subsistim regulator
(proses fisiologis/biologis) dan kognator (proses pikir. Misalnya:
persepesi, pengetahuan, pembelajaran).

4. Implementasi Keperawatan
Suatu perencanaan dengan tujuan merubah atau memanipulasi fokal,
kontekstual, residual. Pelaksanaannya juga ditujukan kepada
kemampuan klien dalam menggunakan koping secara luas, supaya
stimulasi secara keseluruhan dapat terjadi pada klien.

Tujuan adalah harapan perilaku akhir dari manusia yang dicapai. Itu
dicatat merupakan indikasi perilaku dari perkembangan adaptasi
masalah pasien. Pernyataan masalah meliputi perilaku. Pernyataan
tujuan meliputi: perilaku, perubahan yang diharapkan dan waktu.
Tujuan jangka panjang menggambarkan perkembangan individu, dan
proses adaptasi terhadap masalah danm tersedianya energi untuk
tujuan lain (kelangsungan hidup, tumbuh, dan reproduksi). Tujuan
jangka pendek mengidentifikasi hasil perilaku pasien setelah
manajemen stimulus fokal dan kontektual. Juga keadaan perilaku
pasien itu indikasi koping dari sub sistim regulator dan kognator.

5. Evaluasi Keperawatan
Proses keperawatan diselesaikan/dilengkapi dengan fase evaluasi.
Perilaku tujuan dibandingkan dengan respon-respon perilaku yang
dihasilkan, dan bagaimana pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperaweatan didasarkan pada
perubahan perilaku dari kriteria hasil yang ditetapkan. Perawat
memperbaiki tujuan dan intervensi setelah hasil evaluasi ditetapkan.
Penilaian terakhir proses keperawatan didasarkan pada tujuan
keperawatan yang ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan

17
keperawatan didasarkan pada perubahan perilaku dari kriteria hasil
yang telah ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi pada individu.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Roy (1984) menyampaikan bahwa secara umum tujuan pada
intervensi keperawatan adalah untuk mempertahankan dan mempertinggi
perilaku adaptif dan mengubah perilaku inefektif menjadi adaptif.
Penentuan tujuan dibagi atas tujuan jangka panjang dan tujuan jangka
pendek. Tujuan jangka panjang yang akan dicapai meliputi : Hidup,
tumbuh, reproduksi dan kekeuasaan. Tujuan jangka pendek meliputi
tercapainya tingkah laku yang diharapkan setelah dilakukan manipulasi
terhadap stimulus focal, konteksual dan residual.

B. Saran
1. Semoga makalah ini dapat bermamfaat bagi yang pembaca,
terutama mahasiswa keperawatan.
2. Semoga dapat menjadi bahan acuan pembelajaran bagi mahasiswa
keperawatan.

18

Anda mungkin juga menyukai