Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
OLEH :
KELOMPOK 7
TINGKAT 3.3
TAHUN 2017
i
KATA PENGANTAR
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Ida Sang Hyang Widhi
Wasa, yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah tentang asuhan keperawatan klien dengan
stroke.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam penyusunan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................3
1.1 Latar Belakang..........................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................4
1.3 Tujuan Tulisan...........................................................................................4
1.4 Manfaat Tulisan.........................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................5
2.1 Konsep Teoritis Stroke..............................................................................5
2.1.1 Definisi Stroke................................................................................6
2.1.2 Klasifikasi Stroke...........................................................................6
2.1.3 Etiologi Stroke................................................................................8
2.1.4 Patofisiologi..................................................................................10
2.1.5 Pohon Masalah (WOC)................................................................11
2.1.6 Manifestasi Klinik........................................................................12
2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik...............................................................14
2.1.8 Komplikasi...................................................................................15
2.1.9 Penatalaksanaan............................................................................15
2.1.10 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Stroke dan
Penerapannya..............................................................................................17
BAB III PENUTUP...............................................................................................52
3.1 Simpulan..................................................................................................52
3.2 Saran........................................................................................................52
iii
BAB I
PENDAHULUAN
iv
didapati seseorang yang meninggal akibat stroke di Amerika Serikat. Stroke
menduduki peringkat utama penyebab kecacatan di Inggris (WHO, 2010-a).
Stroke menduduki urutan ketiga sebagai penyebab utama kematian setelah
penyakit jantung koroner dan kanker di negara-negara berkembang. Negara
berkembang juga menyumbang 85,5% dari total kematian akibat stroke di
seluruh dunia. Dua pertiga penderita stroke terjadi di negara-negara yang
sedang berkembang. Terdapat sekitar 13 juta korban stroke baru setiap tahun,
di mana sekitar 4,4 juta di antaranya meninggal dalam 12 bulan (WHO, 2006).
Di Indonesia, prevalensi stroke mencapai angka 8,3 per 1.000 penduduk.
Daerah yang memiliki prevalensi stroke tertinggi adalah Nanggroe Aceh
Darussalam (16,6 per 1.000 penduduk) dan yang terendah adalah Papua (3,8
per 1.000 penduduk). Menurut Riskesdas tahun 2007, stroke, bersama-sama
dengan hipertensi, penyakit jantung iskemik dan penyakit jantung lainnya,
juga merupakan penyakit tidak menular utama penyebab kematian di
Indonesia. Stroke menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian
utama semua usia di Indonesia (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
2009).
Menurut Davenport dan Dennis (2000), secara garis besar stroke dapat
dibagi menjadi stroke iskemik dan stroke hemoragik. Di negara barat, dari
seluruh penderita stroke yang terdata, 80% merupakan jenis stroke iskemik
sementara sisanya merupakan jenis stroke hemoragik. Berdasarkan penelitian-
penelitian sebelumnya, di Indonesia kejadian stroke iskemik lebih sering
ditemukan dibandingkan stroke hemoragik. Dari studi rumah sakit yang
dilakukan di Medan pada tahun 2001, yang tidak sempat dipublikasi, ternyata
pada 12 rumah sakit di Medan pada tahun 2001, dirawat 1263 kasus stroke
terdiri dari 821 stroke iskemik dan 442 stroke hemoragik, di mana meninggal
201 orang (15,91%) terdiri dari 98 (11,93%) stroke iskemik dan 103 (23,30%)
stroke hemoragik (Nasution, 2007). Adapun faktor risiko yang memicu
tingginya angka kejadian stroke adalah faktor yang tidak dapat dimodifikasi
(non-modifiable risk factors) seperti usia, ras, gender, genetik, dan riwayat
Transient Ischemic Attack atau stroke sebelumnya. Sedangkan faktor yang
dapat dimodifikasi (modifiable risk factors) berupa hipertensi, merokok,
v
penyakit jantung, diabetes, obesitas, penggunaan oral kontrasepsi, alkohol,
hiperkolesterolemia (PERDOSSI, 2004). Identifikasi faktor risiko stroke
sangat penting untuk mengendalikan kejadian stroke di suatu negara. Oleh
karena itu, berdasarkan identifikasi faktor risiko tersebut maka dapat
dilakukan tindakan pencegahan dan penanggulangan penyakit stroke, terutama
untuk menurunkan angka kejadian stroke. Dalam makalah ini, penulis akan
membahas lebih lanjut mengenai konsep penyakit stroke dan asuhan
keperawatan pada pasien stroke.
vi
1.4.1 Manfaat teoritis
Untuk menambah wawasan pengetahuan mahasiswa mengenai
penyakit stroke dan konsep asuhan keperawatan pada pasien
stroke.
1.4.2 Manfaat praktis
Untuk menjadi pedoman agar nantinya mahasiswa dapat
mengimplementasikan asuhan keperawatan pada pasien stroke.
BAB II
PEMBAHASAN
vii
Stroke atau penyakit serebrovaskuler menunjuk adanya beberapa
kelainan otak baik secara fungsional maupun structural yang disebabkan
oleh keadaan patologis dari pembuluh darahserebral atau dari seluruh
system pembuluh darah otak (Doenges, 2000). Stroke merupakan
gangguan sirkulasi serebral, merupakan suatu gangguan neurologis fokal
yang dapat timbul sekunder dari suatu proses patologi pada pembuluh
darah serebral (Price & Wilson, 1994). Stroke atau cedera serebrovaskuler
adalah kehilangan fungsi otak yang disebabkan oleh terhentinya suplai
darah ke bagian otak (Smeltzer & Bare, 2001).
Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak,
progresif, cepat berupa deficit neurologis vocal atau global yang
berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian.
Semata-mata disebabkan oleh peredaran darah otak non traumatic
(Mansjoer, 2000). Stroke adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat
akibat gangguan fungsi otak baik local maupun menyeluruh (global) yang
berlangung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa
adanya penyebab lain yang jelas selain Vaskuler (WHO,1999).
viii
a) Perdarahan intraserebral : Pecahnya pembuluh darah
(mikroaneurisma) tertutama karena hipertensi mengakibatkan
darah masuk ke dalam jaringan otak,membentuk massa yang
menekan jaringan otak dan menimbulkan edema otak. Peningkatan
TIK yang terjadi cepat,dapat mengakibatkan kematian mendadak
karena herniasi otak. Perdarahan intraserebral yang disebabkan
oleh hipertensi sering dijumapi di daerah putamen, thalamus, pons
dan serebrum (Siti Rohani,2000).
b) Stroke involusi
Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan
neurologis terlibat semakin berat dan bertambah buruk. Proses
dapat berjalan 24 jam atau beberapa hari.
c) Stroke komplit
Gangguan neurologi yang timbul sudah menetap atau permanen.
Sesuai dengan istilahnya stroke komplit dapat diawali oleh
serangan TIA berulang.
ix
2.1.3 Etiologi Stroke
b) Emboli serebri
Embolisme serebri termasuk urutan kedua dari berbagai penyebab
utama stroke,penderita embolisme biasanya lebih muda dibandingkan
dengan penderita trombosit, kebanyakan emboli serebri berasal dari
suatu thrombus dalam jantung sehingga masalah yang dihadapi
sesungguhnya merupakan perwujudan penyakit jantung (Price,2005).
c) Hemoragi
Hemoragi dapat terjadi di luar durameter (hemoragi ekstra dural
atau epidural) dibawah durameter (hemoragi subdural), di ruang sub
arachnoid (hemoragi subarachnoid atau dalam substansial otak
(hemoragi Intra Serebral) (Price,2005).
a) Hipertensi
Merupakan factor risiko utama. Hipertensi dapat disebabkan
arterosklerosis pembuluh darah serebral, sehingga pembuluh darah
tersebut menglami penenbalan demi degenerasi yang kemudia pecah /
menimbulkan pendarahan.
b) Penyakit kardiovaskuler
Misalnya embolisme serebral berasal dari jantung seperti penyakit
arteri koronaria, gagal jantung kongestif, MCI, hipertrofi Ventrikel
kiri. Pada fibriliasi atrium menyebabkan penurunan CO, sehingga
perfusi darah ke otak menurun, makan otak akan kekurangan oksigen
yang akhirnya dapat terjadi stroke. Pada arterosklerosis elastisitas
x
pembuluh darah menurun, sehingga perfusi ke otak menurun juga pada
akhirnya terjadi stroke.
c) Diabetes mellitus
Pada penyakit DM akan mengalami penyakit vaskuler, sehingga
terjadi mikrovaskularisasi dan terjadi aterosklerosis, terjadinya
arterosklerosis dapat menyebabkan emboli yang kemudian menyumbat
dan terjadi iskemia, iskemia menyebabkan perfusi otak menurun dan
pada akhirnya terjadi stroke.
d) Merokok
Pada perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh
nikotin sehingga memungkinkan penumpukan arterosklerosis dan
kemudian berakibat stroke
e) Alkoholik
Pada alkoholik dapat menyebabkan hipertensi,penurunan aliran
darah ke otak dan kardiak aritmia serta kelainan motilitas pembuluh
darah sehingga terjadi emboli serebral.
f) Peningkatan kolestrol
Peningkatan kolestrol tubuh dapat menyebakan arterosklerosis dan
terbentuknya emboli lemak sehingga aliran darah lambat termasuk ke
otak, maka perfusi otak menurun.
g) Obesitas
Pada obesitas kadar kolestrol tinggi. Selain itu dapat mengalami
hipertensi karena terjadi gangguan pada pembuluh darah. Keadaan ini
berkontribusi pada stroke.
h) Arterosklerosis
i) Kontrasepsi
j) Riwayat kesehatan keluarga adanya stroke
k) Umur (insiden meningkat sejalan dengan meningkatnya umur)
l) Stress emosional
2.1.4 Patofisiologi
xi
Otak sangat bergantung terhadap oksigen. Jika aliran darah ke setiap
bagian otak terhambat karena thrombus dan embolus, maka mulai terjadi
kekurangan oksigen ke jaringan otak. Kekurangan okksigen dalam waktu
yang lama dapat menyebabkan nekrosisi mikroskopik neuron-neuron. Area
nekrotik disebut infark. Kekurangan oksigen pada awalnya mungkin
akibat iskemia mum (karena henti jantung atau hipotensi) atau hipoksia
karena akibat proses anemia dan kesukaran untuk bernafas. Stroke karena
embolus dapat merupakan akibat dari bekuan darah,udara, plaque,
atheroma fragmen lemak. Jika etiologi stroke adalah hemorrhagi maka
factor pencetus adalah hipertensi. Abnormalitas vaskuler, aneurisma
serabut dapat terjadi rupture dan dapat menyebabkan hemorrhagi. Pada
stroke thrombosis atau metabolic maka otak mengalami iskemia dan infark
sulit ditentukan. Ada peluang dominan stroke akan meluas setelah
serangan pertama sehingga dapat terjadi edema serebral dan peningkatan
tekanan intracranial (TIK) dan kematian pada area yang luas.
Prognosisnya tergantung pada daerah otak yang terkena dan luasnya saat
terkena. Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi dimana saja
yang membentuk sirkulasi Willisi : arteri karotis interna dan system
vertebrobasilar dan semua cabang- cabangnya. Secara umum, apabila
aliran darah ke jaringan otak terputus selama 15-20 menit, akan terjadi
infark atau kematian jaringan. Perlu diingat bahwa oklusi di suatu arteri
tidak selalu menyebabkan infark di daerah otak yang diperdarahi oleh
arteri tersebut (Price,2005).
Alasannya adalah bahwa mungkin terdapat sirkulasi kolateral yang
memadai daerah tersebut. Proses patologik yang mendasari mungkin salah
satu dari berbagai proses yang terjadi didalam pembuluh darah yang
memperdarahi otak. Patologinya dapat berupa :
a) Keadaan penyakit pada pembuluh darah itu sendiri, seperti
aterosklerosis dan thrombosis, robeknya dinding pembuluh atau
peradangan.
b) Berkurangnya perfusi akibat gangguan aliran darah, misalnya syok
atau hipervikositas darah
c) Gangguan aliran darah akibat bekuan atau embolus infeksi yang
berasal dari jantung atau pembuluh ekstrakranium
xii
d) Gangguan aliran darah akibat bekuan atau embolus infeksi yang
berasal dari jantung atau pembuluh ekstrakranium
e) Rupture vascular didalam jaringan otak atau ruang subaraknoid (Price,
2005).
(terlampir)
xiii
gangguan pembuluh darah dan likasinya. Manifestasi stroke dapat
berupa :
Kelumpuhan wajah dan anggota badan yang timbul mendadak
Gangguan sinsibilitas pada salah satu atau lebih anggota badan
Perubahan mendadak status mental
Afasia (bicara tidak lancar, kurangnya ucapan atau kesulitan
memahami ucapan)
Ataksia anggota badan
Vertigo, mual, muntah atau nyeri kepala (Mansjoer,2000)
b. Kehilangan Komunikasi
Fungsi otak yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan
komunikasi, misalnya:
Disartria, yaitu kesulitan berbicara yang ditunjukkan dengan bicara
yang sulit dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang
bertanggung jawab untuk menghasilkan bicara
Disfasia atau afasia atau kehilangan bicara yang terutama
ekspresif/represif., Apraksia, yaitu ketidakmampuan untuk
melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya.
c. Gangguan Persepsi
Homonimus hemianopsia, yaitu kehilangan setengah lapang
pandang dimana sisi visual yang terkena berkaitan dengan sisi
tubuh yang paralisis.
Amorfosintesis, yaitu keadaan dimana cenderung berpaling dari
sisi tubuh yang sakit dan mengabaikan sisi/ruang yang sakit
tersebut.
Gangguan hubungan visual spasia, yaitu gangguan dalam
mendapat hubungan dua atau lebih objek dalam area spasial.
xiv
Kehilangan sensori, antara lain tidak mampu merasakan posisi dan
gerakan bagian tubuh (kehilangan proprioseptik) sulit
menginterpretasikan stimulasi visual, taktil, auditorius.
a. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti
perdarahan, obstruksi arteri, oklusi/reptur.
b. Elektro Encefalografy
Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak atau
mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
c. Sinar x tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang
berlawanan dari masa yang luas, klasifikasi karotis interna terdapat
pada trobus serebral. Klasifikasi parsial dinding, aneurisma pada
pendarahan sub arachinoid.
d. Ultrasonography Doppler
Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah sistem arteri
karotis/aliran darah/muncul plaque/arterosklerosis).
e. CT-Scan
Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan adanya infark.
f. MRI
Menunjukkan adanya tekanan annormaldan biasanya ada trombosisi,
emboli dan TIA, tekanan meningkat dan cairan mengandung darah
menunjukkan hemoragi sub arachhnois/perdarahan intrakranial.
g. Pemeriksaan foto thorax
Dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran
ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada
penderita stroke, menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
daerah berlawanan dari massa yang meluas (Doengoes,2000).
h. Pemeriksaan laboratorium
Pungsi lumbal : Tekanan normal biasanya ada trombosis, emboli
dan TIA. Sedangkan tekanan yang meningkat dan cairan yang
mengandung darah menunjukkan adanya perdarahan
xv
subarachnoid atau intrakranial. Kadar protein total meningkat
pada kasus trombosis sehubungan dengan proses imflamasi
Pemeriksaan darah rutin
Peeriksaan kimia darah : pada stroke akkut dapat terjadi
hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250 mg daam serum
dan kemudian berangsur-angsur turun kembali (Doengoes,2000).
2.1.8 Komplikasi
2.1.9 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Umum
Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi lateral
dekubitus bila disertai muntah. Boleh dimulai mobilisasi
bertahap bila hemodinamik stabil.
Bebaskan jalan nafas dan usahakan ventilasi adekuat bila perlu
diberikan oksigen 1-2 liter/menit bila ada hasil gas darah.
Kandung kemih yang penuh dikosongkan dengan kateter.
Kontrol tekanan darah, dipertahankan normal
Suhu tubuh harus dipertahankan
Nutrisi per oral hanya boleh diberikan setelah tes fungsi
menelan baik, bila terdapat gangguan menelan atau pasien yang
kesadaran menurun, dianjurkan pipi NGT
Mobilisasi dan rehabilitasi dini bila tidak ada kontraindikasi.
b. Penatalaksanaan Medis
Trombolitik (Streptokinase)
xvi
Anti platelet/ati trombolitik (asetosol, ticlopidin, cilostazol,
dipirimadol)
Antikoagulan (heparin)
Hemorrhagea (pentoxyfilin)
Antagonis serotonin (Noftidrofuryl)
Antagonis calsium (nomodipin, piracetam)
c. Penatalaksanaan Khusus/Komplikasi
Atasi kejang (antikonvulsan)
Atasi tekanan intrakranial yang meninggi (manitol, gliserol,
furosemid, intubasi, steroid, dll)
Atasi dekompresi (kraniotomi)
d. Penatalaksanaan faktor resiko
Atasi hipertensi (antihipertensi)
Atasi hiperglikemi (anti hiperglikemi)
Atasi hiperurisemia (anti hiperurisemia)
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan :
a. Menguranngi kegemukan
b. Berhenti merokok
c. Berhenti minum kopi
d. Batasi makana garam/lemak
e. Tingkatkan masukan kalium
f. Rajin berolahraga
g. Mengubah gaya hidup
h. Menghindari obat-obatan yang dapat meningkatkan tekanan darah
1. Pengkajian
a. Indentitas klien
Umur, jenis kelamin, ras,suku bangsa dan lain-lain
b. Riwayat kesehatan masalalu
Riwayat hipertensi
Riwayat penyakit kardiovaskuler misalnya emblisme serebral
Riwayat tinggi kolesterol
Obesites
Riwayat DM
Riwayat aterosklerosis
Merokok
Riwayat pemakaian kontrasepsi yang disertai hipertensi dan
menngkatnya kadar estrogen
Riwayat konsumsi alcohol
c. Riwayat kesehatan sekarang
xvii
Kehilangan komunikasi
Gangguan presepsi
Kehilangan motoric
Merasa kesulitan untuk melakukan aktifitas karena kelemahan,
kehilangan sensasi atau paralisis(hemiplegia), merasa mudah
lelah, susah beristirahat (nyeri, kejang, otot)
d. Riwayat kesehatan keluar
Apakah ada riwayat penyakit degenerative dalam keluarga
Integritas ego
- Persaan tidak berdaya, perasaan putus asa
- Emosi labil, ketidaksiapan untk makan sendiri dan gembira.
- Kesulitan untuk mengekspresikan diri
Eliminasi
- Perubahan pola berkemih seperti : inkontenensia urin,
anuria
- Distensi abdomen, bising usus (-)
Makan/ cairan
- Nafsu makan hilang, mual, muntah selama fase akut/
peningkatan Tik
xviii
- Kehilangan sensasi (rasa kecap pada lidah, pipi dan
tengkorak)
- Disfagia, riwayat DM, penigkatan lemak dalam darah
- Kesulitan menelan (gangguan pada reflex palatum dan
faringeal), obesitas
Neurosensori
- Adnya sinkope/pusing, sakit kepala berat
- Kelemahan, kesemutan, kebas pada sisi terkena seperti
mati/ lumpuh
- Pengelihatan menurun : buta total, kehilangan daya lihat
sebagian (kebutaan monokuler), pengelihatan ganda
(diplopia)
- Sentuhan : hilangnya rangsangan sensoris kontra lateral
(ada sisi tubuh yang berlawanan/ pada ektremitas dan
kadang pada ipsilateral 9 satu sisi) pada wajah
- Gangguan rasa pengecapan dan penciuman
- Status mental/ tingkat kesadaran : koma pada tahap awal
hemoragik, tetap sadar jika thrombosis alami
- Gangguan fungsi kognitif : penurunan memori
- Ekstremitas : kelemahan /paralise (kontralateral) tidak dapat
mengenggam, reflex tendon melemah secara kontralateral
- Afisia : gangguan fungsi bahasa, afisia motoric (kesulitan
mengucapkan kata) atau afisia sensorik (kesulitan
memahami kata-kata bermakna)
- Kehilangan kemampuan mengenali/menghayati masuknya
sensasi visual, pendengaaran, taktil (agnosia seperti
gangguan kesadaran terhadap citra diri, kewaspadaan
kelainan terhadap bagian yang terkena, gangguan presepsi,
kehilangan kemampuan menggunakan motoric saat klien
ingin menggunakannya (perdarahan/hernia)
Nyeri
- Sakit kepala dengan intensitas berbeda (karena arteri karotis
terkena)
- Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketergantungan
pada otot/fasia.
xix
Pernafasan
- Merokok
- Ketidakampauan menelan, batuk / hambatan jalan nafas
- Pernafasan sulit, tidak teratur, suara nafas terdengar/ronki
(aspirasi sekresi)
Keamanan
- Motoric/ sensorik : masalah pengelihatan, perubahan
presepsi terhadap orientasi tentang tubuh (stroke kanan),
kesulitan melihat objek dari sisi kiri, hilangnya
kewaspadaan terhadap bagian tubuh yang sakit.
- Tidak mampu mengenali objek, arna dan wajah yang pernah
dikenali.
- Gangguan berespon terhadap panas dan dingin, ganggan
regulasi tubuh
- Tidak mandiri, gangguan dalam memutuskan, perhatian
terhadap keamanan sedikit
- Tidak sadar/ kurang kesadaran diri
Interaksi sosial
- Masalah bicara, tidak mampu berkomunikasi
Pemeriksaaan neurologis
Satus mental
- Tingkat kesadaran : kualitatif dan kuantitatif
- Pemeriksaan kemampuan bicara
- Orientasi (tempat, waktu, orang)
- Pemeriksaan daya pertimbangan
- Penilaian daya pertimbangan
- Penilaian daya obstruksi
- Penilaian kosakata
- Pemeriksaan respon emosional
- Pemeriksaan daya ingat
- Pemeriksaan kemampuan berhitung
- Pemeriksaan kemampuan mengenali benda
Nervous kranialis
- Olfaktorius : penciuman
- Optikus : pengelihatan
- Okulomotorius : gerak mata, kintraksi pupil akomodasi
- Troklear : gerak mata
- Abducen : gerak mata
xx
- Trigeminus : sensasi umum pada wajah, kulit kepala, gigi,
gerak mengunyah
- Fasialis: pengecap, sensasi umum pada platum dan telingan
luar sekresi kelenjar lakrimalis, submadibula, sublingualial,
ekpresi wajah
- Vestibulokoklearis : pendengaran dan keseimbangan
- Aksesoris spinal : fonasi, gerakan kepala, leher dan bahu
- Hipoglosus : gerak lidah
Fungsi motoric
- Masa otot, kekuatan otot dan tonus otot. Pada pemeriksaan
ini ekstremits diperiksa lebih dulu.
- Fleksi dan ekstensi lengan.
- Abduksi lengan dan adduksi lengan
- Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan.
- Adduksi dan abduksi jari
- Abduksi dan adduksi pinggul
- Fleksi an ekstensi lutut
- Dorsofleksi dan fleksi platar pergelangan kaki
- Dorsofleksi dan fleksi paltar jari kaki
Fungsi sensori
- Sentuhan ringan
- Sensasi nyeri
- Sensasi posisi
- Sensasi getaran
- Lokalisasi taktil
Fungsi serebelum
- Tes jari hidung
- Tes tumit lutut
- Gerakan berganti
- Tes rombreg
- Gaya berjalan
Refleks
- Bisep
- Trisep
- Brachioradialis
- Patella
- Achilles
xxi
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan neurovaskuler,
kelemahan dan flaksid/ paralis hipotonik (awal), kerusakan
preseptual/ kognitif
c. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan
sirkulasi serebral, kerusakan neuromuscular, kehilangan tonus /
control otot fasia, kelemahan/ kelelahan umum
d. Risiko cedera b.d faktor internal (disfungsi sensorik)
xxii
3. Rencana Asuhan Keperawatan
Aktiovitas yang
Pantau
kontinu dapat
pemeriksaan meningkatkan
labor sesuai TIK. Istirahat
indikasi total dan
ketenangan
mungkin
diperlukan
untuk
pencegahan
teradap
pendarahan
Maneuver
vassava dapat
meningkatkan
TIK dan
memperbesar
resiko
terjadinya
pendarahan
Merupakan
indikasi
asalnya iritasi
meningeal.
Kejang dapat
mencerminkan
adanya
peningkatan
TIK/ trauma
serebral yang
memerlukan
perhatian
Menurunkan
hipoksia yang
dapat
menyebabkan
vasodilatasi
serebral dan
tekanan
meningkat /
terbentuknya
edema
Meningkatkan
/ memperbaiki
kondisi pasien
Memberikan
informasi
tentang
keefektifan
pengobatan
2. Senin, 2 Kerusakan mobilitas Kerusakan Kebutuhan klien Kaji kemampuan Mengidentifika
Oktober fisik b.d keterlibatan mobilitas terhadap secara fungsional/ si kekuatan/
2017 neurovaskuler, fisik teratasi pergerakan dapat luasnya kelemahan dan
08.00 kelemahan dan dipenuhi kerusakan awal memberi
Wita flaksid/ paralisis Mendemonstrasik
secara teratur informasi
hipotonik (awal), an perilaku yang tentang
kerusakan memungkinkan
Ubah posisi pemulihan,
perseptual/ kognitif melakukan minimal 2 jam membantu
Data aktivitas (telentang, miring dalam
Mobilisasi dapat
Ketidakmam ) dan sebagiannya pemilihan
dilakukan dan jika
puan intervensi
bergerak Kesadaran memungkinkan Menurunkan
Kerusakan
membaik bias lebih sering resiko
koordinasi Mempertahankan jika diletakkan terjadinya
Keterbatasan
meningkatkan dalam posisi trauma/ skemia
rentang
kekuatan dan bagian yang jaringan dan
gerak
fungsi bagian terganggu
Penurunan mengalami
tubuh yang
kekuatan perburukan/
tertekan Letakkan pada sirkulasi yang
Teknik perubahan
posisi telungkup lebih jelek dna
melakukan
satu kali atau 2 menurunkan
aktifitas
Mempertahankan kali sehari jika sensasi dan
integritas kulit pasien dapat lebih besar
mentolerir menimbulkan
kerusakan pada
Mulailah kulit
melakukan (dekubitus)
Membantu
latihan rentang
mempertahanka
gerak aktif dan
n ekstasni
pasif pada semua
ekstremitas saat pinggul
masuk. Anjurkan fungsional
melakukan tetapi
latihan quadrisep kemungkinan
(gluteal , akan
meremas bola meringankan
karet, melebarkan ansietas
jari dan telapak terutama
tangan) mengenai
kemampuan
Sokong klien untuk
ekstremitas pada bernafas
Meminimalkan
posisi
atrofi otot,
fungsinalnya,
meningkatkan
gunakan papan
sirkulasi,
kaki selama
membantu
periode palisis
mencegah
flaksid,
kontraktur,
pertahankan
posisi kepala menurunkan
netral terjadinya
hiperkalsiuria
Gunakan
dan
penyangga lengan
osteoporosis
ketika berada
dalam posisi
Mencegah
tegak sesuai
kontraktur
indikasi
paralisis fiaksid
Tempatkan bantal
dapat
di bawah aksila mengganggu
untuk melakukan kemampuannya
abduksi pada untuk
tangan menyangga
Tinggikan tangan kepala.
dan kepala Paralisis spastik
dapat
Tempatkan
menyebabkan
handroll keras ada
deviasi pada
telapak tangan salah satu sisi.
dengan jari-jari
Selama periode
dan ibu jari saling
flaksid
berhadapan
penggunaan
Posisikan lutut penyangga
dan panggul dapat
dalam posisi menurunkan
ekstensi terjadinya
sindrom bahu
Pertahankan kaki
lengan
dalam posisi
netral dengan Mencegah
gulungan adduksi bahu
bantal/trokanter dan fleksi siku
Dapat berespon
dengan baik
jika yang sakit
tidak menjadi
lebih terganggu
dan
memerlukan
dorongan serta
latihan aktif
Untuk
memenuhi
kebutuhan
mobilitas,
koordinasi dan
kekuatan pada
ekstermitas
Menghilangkan
spastisitas
ekstermitas
yang terganggu
5. Evaluasi Keperawatan
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
Wijaya, Heri. 2014. Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Stroke. Diakses dalam
http://diiarykoe.blogspot.co.id/2012/12/makalah-askep-pada-penyakit-
stroke.html tanggal 23 September 2017