Anda di halaman 1dari 3

Jenderal Polisi (Purn.) Prof. Drs. H. Muhammad Tito Karnavian, M.A., Ph.D.

(lahir di
Palembang, Sumatra Selatan, 26 Oktober 1964; umur 55 tahun), adalah seorang birokrat dan
tokoh kepolisian Indonesia yang menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri Indonesia sejak
tanggal 23 Oktober 2019 dalam Kabinet Indonesia Maju di bawah pemerintahan Joko
Widodo dan Ma'ruf Amin. Sebagai seorang perwira tinggi polisi, dirinya pernah menjabat
sebagai Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia ke-23.

Tito termasuk seorang polisi yang mendapat kenaikan pangkat cukup cepat. Saat masih
menyandang pangkat AKBP, dia memimpin tim Densus 88 yang berhasil melumpuhkan
teroris Dr. Azahari di Batu, Jawa Timur, pada tanggal 9 November 2005. Pangkatnya
dinaikkan, dan dirinya menerima penghargaan dari Kapolri saat itu, Jenderal Pol. Sutanto
bersama dengan para kompatriotnya, seperti Idham Azis, Saiful Maltha, Petrus Reinhard
Golose, Rycko Amelza Dahniel, dan yang lainnya.[1]

Tito juga pernah memimpin sebuah tim khusus kepolisian yang berhasil membongkar
jaringan teroris pimpinan Noordin M. Top. Atas prestasi ini, pangkatnya dinaikkan menjadi
Brigadir Jenderal Polisi dan diangkat menjadi Kepala Densus 88 Anti-Teror Mabes Polri.
Kariernya terus menanjak, dan dirinya sempat menjabat sebagai Kapolda Papua dan Kapolda
Metro Jaya. Pada tanggal 14 Maret 2016, dia diangkat menjadi Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Terorisme (BNPT) menggantikan Komjen. Pol. Saud Usman Nasution yang
memasuki masa pensiun.

Pada tanggal 15 Juni 2016, Presiden Joko Widodo mengirim surat kepada DPR-RI, yang
isinya menunjuk Tito sebagai calon tunggal Kapolri menggantikan Jenderal Pol. Badrodin
Haiti yang akan segera pensiun. Komisi III DPR-RI menyetujui usulan ini dalam sidang
paripurna mereka yang digelar pada awal bulan Juli 2016. Tito resmi dilantik sebagai Kapolri
oleh Presiden Jokowi pada tanggal 13 Juli 2016.[2]

Pada tanggal 22 Oktober 2019, Tito diberhentikan dengan hormat oleh Presiden Jokowi
melalui surat yang ditujukan kepada DPR-RI dan disetujui dalam sidang paripurna ke-3 yang
dipimpin oleh Puan Maharani, Ketua DPR-RI periode 2019 hingga 2024. Ia kemudian
dilantik pada tanggal 23 Oktober 2019 menjadi Menteri Dalam Negeri ke-29

Tito Karnavian mengenyam pendidikan SMA Negeri 2 Palembang kemudian melanjutkan


pendidikan AKABRI pada tahun 1987 karena gratis dan tidak ingin membebankan biaya
orang tuanya. Tahun 1993, Tito menyelesaikan pendidikan di Universitas Exeter di Inggris
dan meraih gelar MA dalam bidang Police Studies, dan menyelesaikan pendidikan di Sekolah
Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK) di Jakarta tahun 1996 dan meraih Strata 1 dalam bidang
Police Studies.

Sekolah dasar dan sekolah menengah pertama ditempuh di Sekolah Xaverius, kemudian
sekolah menengah atas ditempuh di SMA Negeri 2 Palembang. Tatkala duduk di kelas 3, Tito
mulai mengikuti ujian perintis. Semua tes yang ia jalani lulus, mulai dari Akademi Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia, Kedokteran di Universitas Sriwijaya, Hubungan Internasional
di Universitas Gadjah Mada, dan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara. Keempatnya lulus, tapi
yang dipilih adalah AKABRI, terutama Akademi Kepolisian.

Karier kepolisian
Asrena Polri

Dalam rotasi pejabat tinggi dalam Polri setingkat Kapolda pada 2014, Kapolda Papua Irjen
Pol Tito Karnavian menempati jabatan baru sebagai Asrena (Asisten Kapolri Bidang
Perencanaan Umum dan Anggaran). Tito menempati pos yang sebelumnya dipegang oleh
Irjen Pol Sulistyo Ishak, yang mengakhiri jabatannya di Polri karena telah purna tugas.
"Kapolda Papua dari Pak Tito kepada Brigjen Pol Drs Yotje Mende, Kasespimti Lemdiklat
Polri," ujar Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Ronny Franky Sompie. Menurut Sompie,
pelantikan Tito ini dilangsungkan pada tanggal 16 Juli 2014 di Rupatama Polri.[3] Kendati
Kapolda Papua dan Asrena sama-sama jabatan untuk bintang dua tetapi level Asrena Polri
adalah “setingkat” di atas posisi Kapolda Papua karena eslon 1A setara Komjen (Perkap 21
Tahun 2010).[4]

Kapolda Papua

Dalam surat telegram Kapolri Jenderal Pol. Timur Pradopo, Inspektur Jenderal Tito diangkat
menjadi Kepala Polda Papua pada 3 September 2012 menggantikan pejabat lama, Irjen Pol
Bigman Lumban Tobing. Namun, secara resmi baru aktif pada 27 September 2012.[5] Padahal
Polda Papua saat itu (2012) hanya memiliki satu Polda untuk Pulau Papua yang begitu besar,
ini berbeda dengan Pulau lain yang memiliki beberapa Polda. Dengan demikian banyak
harapan dan tanggung jawab besar dipikulkan kepada Irjen Pol. Tito Karnavian yang saat itu
masih berusia 47 Tahun.

Menurut Komisioner Kompolnas, Hamidah Abdurrachman, selama Irjen Pol Tito Karnavian
menjabat sebagai Kapolda Papua, sejumlah penembakan misterius masih terus terjadi.
Bahkan kontak tembak antar-pasukan dan kelompok separatis juga marak. Namun jumlah
penembakan tersebut bisa ditekan. "Dia mempunyai prestasi yang bagus di Papua. Meskipun
tidak semua bisa diselesaikan karena permasalahan Papua rumit dan begitu banyak," ujar
Hamidah.[3]

Jauh setelah tidak menjabat Kapolda Papua dan terjadi kegaduhan politik di DPR akhir tahun
2015, akibat rekaman pembicaraan kasus pemufakatan jahat Mantan Ketua DPR terhadap PT
Freeport bulan November 2015, nama Tito Karnavian disebut dalam rekaman yaitu yang
berhubungan dengan Pilpres 2014 dalam kapasitasnya sebagai Kapolda Papua[6]. Tito pun
membantah dan mengatakan bahwa dia pernah membicarakan Freeport tetapi konteksnya
berbeda, yaitu kepada Menteri ESDM Sudirman Said dalam saran pengamanan Freeport[7]

Kapolda Metro Jaya


Tito Karnavian saat menjadi Kapolda Metro Jaya

Kapolri Jenderal Badrodin Haiti memutasi sejumlah Perwira Tinggi (Pati) Polri yang
menduduki dan meninggalkan kursi kepemimpinan di beberapa daerah. Salah satu Pati yang
terkena mutasi ialah Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Unggung Cahyono. Unggung akan
meninggalkan kursi "Metro Jaya 1" dan memegang jabatan baru sebagai Asisten Operasi
Kapolri. Sebagai gantinya, jabatan Kapolda Metro Jaya akan diemban oleh Irjen Pol Tito
Karnavian. Berdasarkan Surat Telegram Kapolri Nomor ST/1242/VI/2015 yang
dipublikasikan Jumat (5/6/2015).[8]

Berada pada pusat episentrum Indonesia, Tito Karnavian mendapat banyak sorotan media dan
publik. Banyak gebrakan yang dilakukan Tito diawal jabatannya,[9] salah satunya yaitu Tito
meminta jajarannya untuk blusukan mengurai kemacetan setiap Senin pagi dibandingkan
melakukan Apel Pagi[10]. Salah satu kasus besar yang dihadapi Tito yaitu teror bom dan
penembakan di pusat perbelanjaan Sarinah, Jakarta Pusat pada awal Januari 2016. Dengan
pengalamannya yang mendalam soal terorisme, dalam waktu kurang dari 5 jam Ibu kota
sudah kembali dikuasai dan kondusif dan 7 tersangka sudah tertang

Anda mungkin juga menyukai