FARMAKOTERAPI TERAPAN
“ Non-ST Segment Elevation Myocardial Infarction
(NSTEMI)”
A. Latar Belakang
Angina tidak stabil dan NSTEMI adalah kondisi yang berkaitan erat, dari
penyebab patofisiologis dan presentasi klinis yang dimiliki keduanya serupa,
hampir selalu dikaitkan dengan pecahnya plak aterosklerotik dan trombosis pada
arteri yang menyebabkan infark, tetapi mereka berbeda dalam tingkat keparahan.
Diagnosis NSTEMI dapat dibuat ketika plak aterosklerotik dan trombosis
parsial sampai arteri pecah, sehingga terjadi infark/iskemia cukup parah yang
menyebabkan kerusakan miokard yang mengakibatkan terjadinya pelepasan
biomarker nekrosis miokard seperti troponin T atau I, dan fraksi otot dan otak
kreatin kinase [CK] -MB] ke dalam sirkulasi. Sebaliknya, pasien dianggap telah
mengalami angina tidak stabil jika tidak ada biomarker tersebut saat dideteksi
dalam aliran darah beberapa jam setelah timbulnya nyeri dada iskemik awal.
Setiap tahun di Amerika Serikat, sekitar 1,36 juta rawat inap diperlukan untuk
SKA (terdaftar baik sebagai diagnosis pelepasan primer atau sekunder), dimana
0,81 juta untuk infark miokard (MI) dan sisanya untuk angina tidak stabil. Sekitar
dua pertiga pasien dengan MI mengalami NSTEMI; sisanya mengalami STEMI.
Pada makalah ini akan membahas mengenai Sindrom Koroner Akut: NSTEMI,
serta kasus mengenai penyakit NSTEMI dan pembahasannya dengan
menggunakan tatalaksana farmakoterapi yang baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah suatu istilah atau terminologi yang
digunakan untuk menggambarkan spektrum keadaan atau kumpulan proses
penyakit yang meliputi angina pektoris tidak stabil/APTS (unstable angina/UA),
infark miokard gelombang non-Q atau infark miokard tanpa elevasi segmen
ST(Non-ST elevation myocardial infarction/ NSTEMI), dan infark miokard
gelombang Q atau infark miokard dengan elevasi segmen ST (ST elevation
myocardial infarction/STEMI). Nyeri dada adalah gejala utama yang dijumpai
serta dijadikan dasar diagnostik dan terapeutik awal, namun klasifikasi
selanjutnya didasarkan pada gambaran elektrokardiografi.
Berdasarkan spektrum SKA, NSTEMI didefinisikan sebagai gambaran EKG
depresi segmen ST atau inversi gelombang T prominen dengan biomarker
nekrosis yang positif ( mis, troponin) dengan tidak dijumpainya elevasi segmen
ST pada gambaran EKG dan sesuai dengan gambaran klinis (rasa tidak nyaman
pada dada atau sesuai dengan angina). NSTEMI biasanya disebabkan oleh
penyempitan arteri koroner yang berat, sumbatan arteri koroner sementara, atau
mikroemboli dari trombus dan atau materi-materi atheromatous.
B. Epidemiologi
C. Patofisiologi
D. Faktor resiko
E. Gejala klinik
Gejala utama dari NSTEMI adalah nyeri dada yang khas. Diagnosis kerja
NSTEMI dipikirkan dengan menyingkirkan diagnosis lain berdasarkan EKG
(tidak didapatinya ST elevasi persisten), selanjutnya biomarker-biomarker seperti
troponin akan membedakan NSTEMI dengan UA, modalitas imaging digunakan
untuk menyingkirkan diferensial diagnosis.
1. Anamnese
Nyeri dada akut adalah salah satu alasan utama pasien-pasien datang ke unit
gawat darurat dan diketahui pasien selama ini sebagai pertanda SKA, namun
setelah evaluasi lebih lanjut hanya sekitar 15-20% pasien dengan nyeri dada
akut yang betul-betul mengalami SKA. Sehingga perlu pula diketahui gejala-
gejala lain yang sering dialami namun kurang diwaspadai oleh pasien
NSTEMI. Oleh karena itu pendekatan yang tepat akan keluhan nyeri dada
harus dilakukan. Presentasi klinis dari NSTEMI meliputi berbagai gejala yang
cukup luas. Presentasi klinis yang selama ini umum diketahui antara lain:
a. Nyeri angina yang berdurasi panjang (> 20 menit) saat istirahat.
b. Angina onset baru (kelas II atau III berdasarkan klasifikasi Canadian
Cardiovascular Society (CCS)).
c. Destabilisasi baru dari yang sebelumnya angina stabil dengan setidaknya
memenuhi karakteristik angina kelas III CCS (crescendo angina).
d. Angina post infark miokard Gambaran klinis nyeri dada pada NSTEMI
adalah rasa berat atau tekanan pada daerah retrosternal (angina) yang
menjalar hingga ke lengan kiri, leher, atau rahang, yang dapat bersifat
intermiten (umumnya berlangsung selama beberapa menit) atau persisten.
Keluhan ini dapat diikuti dengan keluhan lainnya seperti fatik yang
ekstrim, diaphoresis, nausea, nyeri perut, dyspnoea, dan syncope. Dapat
pula didapati keluhan tidak khas lainnya seperti epigastric pain, masalah
pencernaan, nyeri dada seperti ditikam, nyeri dada dengan ciri pleuritik,
atau bertambahnya sesak napas.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada NSTEMI bisa saja normal. Setiap pasien dengan SKA
harus diukur tanda-tanda vital nya (tekanan darah dikedua lengan jika
disangkakan diseksi, frekuensi detak jantung, dan suhu) dan selanjutnya harus
menjalani pemeriksaan fisik jantung dan dada yang lengkap. Tujuan utama
dari pemeriksaan fisik adalah untuk menyingkirkan penyebab nyeri dada non
kardiak dan kelainan jantung non iskemik (emboli paru, diseksi aorta,
perikarditis, penyakit jantung katup) atau kemungkinan penyebab diluar
jantung seperti penyakit paru akut (pneumothoraks, pneumonia, efusi pleura).
Pemeriksaan fisik seperti diaphoresis, pucat, kulit dingin, sinus takikardia,
suara jantung ketiga atau keempat, ronkhi basah basal, dan hipotensi
menunjukkan kemungkinan area iskemik yang luas dan beresiko tinggi.
Pemeriksaan fisik lain seperti pucat, banyak keringat dan tremor dapat
mengarahkan ke kondisi-kondisi pencetus seperti anemia dan tirotoksikosis.
Perbedaan tekanan darah pada anggota gerak atas dan bawah, nadi yang
iregular, murmur jantung, friction rub, nyeri saat palpitasi dan massa regio
abdomen adalah pemeriksaan fisik yang mungkin didapati pada kondisi selain
NSTEMI.
2. Pemeriksaan penunjang
a. EKG
EKG 12 lead saat istirahat merupakan alat diagnostik lini pertama dalam
penilaian pasien-pasien yang disangkakan NSTEMI. EKG harus didapat
dalam 10 menit setelah kontak medis pertama dan secepatnya
diinterpretasikan oleh dokter. Karakteristik abnormalitas gambaran EKG
yang ditemui pada NSTEMI adalah depresi segmen ST atau elevasi
transient dan atau perubahan pada gelombang T (inversi gelombang T,
gelombang T yang datar, gelombang T pseudo-normal).
Jumlah lead yang menunjukkan depresi segmen ST dan derajat depresi
segmen ST mengindikasikan luas dan keparahan iskemia dan berkorelasi
dengan prognosis. Deviasi segmen ST yang baru, bahkan hanya 0,05 mV
merupakan hal yang penting dan spesifik dalam hal iskemik dan
prognosis. Depresi segmen ST > 2 mm meningkatkan resiko mortalitas.
Inversi gelombang T juga sensitif untuk iskemik namun kurang spesifik,
kecuali bila ≥ 0,3mV baru dinyatakan bermakna.
Jika EKG inisial normal atau inkonklusif, perekaman EKG ulangan
sebaiknya dilakukan saat pasien mengalami gejala dan gambaran EKG ini
dibandingkan dengan gambaran EKG saat pasien dalam kondisi
asimtomatis. Perbandingan dengan EKG sebelumnya akan sangat bernilai
pada pasien-pasien dengan kelainan jantung terdahulu, seperti hipertropi
ventrikel kiri atau infark miokard sebelumnya. Perekaman EKG
sebaiknya diulangi setidaknya pada 3 jam (6-9 jam) dan 24 jam setelah
masuk ke rumah sakit. Pada kondisi dimana terjadi nyeri dada berulang
atau muncul gejala-gejala lainnya, pemeriksaan EKG dapat diulangi
secepatnya.nHarus diingat bahwa gambaran EKG normal tidak
menyingkirkan kemungkinan NSTEMI. Terutama iskemik pada daerah
arteri sirkumfleks atau iskemik ventrikel kanan terisolasi dapat luput dari
gambaran EKG 12 lead, namun dapat terdeteksi pada lead V7-V9 dan
pada lead V3R dan V4R.
Inversi Gelombang T
Depresi segmen ST
b. Biomarker
Kardiak troponin (TnT dan TnI) memegang peranan penting dalam
diagnosis dan stratifikasi resiko, dan dapat membedakan NSTEMI dengan
UA. Troponin lebih spesifik dan sensitif dibandingkan enzim jantung
tradisional lainnya seperti creatine kinase (CK), isoenzim CK yaitu
CKMB dan mioglobin. Peningkatan troponin jantung menggambarkan
kerusakan selular miokard yang mungkin disebabkan oleh embolisasi
distal oleh trombus kaya platelet dari plak yang ruptur atau mengalami
erosi.
Pada kondisi iskemik miokard (nyeri dada, perubahan EKG, atau
abnormalitas gerakan dinding jantung yang baru), peningkatan troponin
mengindikasikan adanya infark miokard. Pada pasien-pasien dengan
infark miokard, peningkatan awal troponin muncul dalam 4 jam setelah
onset gejala. Troponin dapat tetap meningkat sampai dua minggu akibat
proteolisis aparatus kontraktil. Nilai cut off untuk infark miokard adalah
kadar troponin jantung melebihi persentil 99 dari nilai referensi normal
(batas atas nilai normal). Kondisi-kondisi mengancam nyawa lainnya
yang menunjukkan gejala nyeri dada seperti aneurisma diseksi aorta atau
emboli pulmonal, dapat juga menyebabkan peningkatan troponin dan
harus selalu dipertimbangkan sebagai diferensial diagnosis. Peningkatan
troponin jantung juga dapat terjadi pada injuri miokard yang tidak
berhubungan dengan pembuluh koroner.
c. Pemeriksaan Imaging
Foto thoraks biasanya dilaksanakan pada saat awal pasien masuk ke
rumah sakit, sehingga dapat dievaluasi kemungkinan lain penyebab nyeri
dada dan sekaligus sebagai skrining kongesti paru yang akan
mempengaruhi prognosis. Pemeriksaan ekokardiografi dan doppler
sebaiknya dilakukan setelah hospitalisasi untuk menilai fungsi global
ventrikel kiri dan abnormalitas gerakan dinding regional. Ekokardiografi
juga diperlukan untuk menyingkirkan penyebab lain dari nyeri dada.
Cardiac magnetic resonance (CMR) dapat menilai fungsi dan perfusi
jantung skaligus mendeteksi bekas luka pada jaringan, namun teknik
imaging ini belum secara luas tersedia. Begitu pula dengan nuclear
myocardial perfusion tampaknya akan sangat bermanfaat, namun tidak
tersedia dalam layanan 24 jam. Myokard skintigrafi juga dapat digunakan
pada pasien dengan nyeri dada tanpa perubahan gambaran EKG atau bukti
adanya iskemik yang sedang berlangsung ataupun infark miokard.
Multidetector computed tomography (CT) tidak digunakan untuk
mendeteksi iskemia, namun menawarkan kemungkinan untuk
menyingkirkan adanya PJK. CT angiography, jika tersedia dapat
digunakan untuk menyingkirkan SKA dari etiologi nyeri dada lainnya.
Angiografi koroner merupakan pemeriksaan baku emas untuk mengetahui
dan menilai keparahan penyakit arteri koroner. Angiografi urgent
dilakukan untuk tindakan diagnostik pada pasien-pasien dengan resiko
tinggi dan dengan diagnosis banding yang tidak jelas.
G. Diagnosis Banding
Pasien dengan kardiomiopati hipertrofik atau penyakit katup jantung (stenosis
dan regurgitasi katup aorta) dapat mengeluh nyeri dada disertai perubahan EKG
dan peningkatan marka jantung menyerupai yang terjadi pada pasien NSTEMI.
Miokarditis dan perikarditis dapat menimbulkan keluhan nyeri dada, perubahan
EKG, peningkatan marka jantung, dan gangguan gerak dinding jantung
menyerupai NSTEMI. Stroke dapat disertai dengan perubahan EKG, peningkatan
marka jantung, dan gangguan gerak dinding jantung. Diagnosis banding non
kardiak yang mengancam jiwa dan selalu harus disingkirkan adalah emboli paru
dan diseksi aorta.
H. Farmakoterapi
1. Terapi Farmakologi
b. Terapi Anti-Iskemik
Tujuan terapi adalah untuk mengurangi iskemia dan mencegah terjadinya
kemungkinan yang lebih buruk, seperti infark miokard atau kematian.
Pada keadaan ini, obat-obat anti iskemik mulai diberikan bersamaan
sambil merencanakan strategi pengobatan difinitif. Terapi anti iskemik
termasuk; penderita dirawat dengan tirah baring dengan monitoring EKG
kontinu untuk iskemik yang masih berlanjut dan direksi aritmia bagi
pasien-pasien dengan risiko tinggi. Oksigen harus diberikan pada semua
pasien untuk mempertahankan saturasi O2 > 90%.
a. Nitrat
1) Gliseril trinitrate (nitrogliserin) : tablet 500 mcg atau spray 0,4 mg
SL setiap 3-5 menit sampai sakit berhenti atau jika efek samping
« supervene » (maksimal 3 dosis)
2) Isosorbid dinitrat spray : 1-3 spray dari 1,25 mg ke dalam lubang
buccal ada interval 30 detik ketika menahan nafas.
3) Isosorbid dinitrat : 5-10 mg tablet SL setiap 5-10 menit sampai
rasa sakit hilang. (Max 3 dosis dalam 15-30 menit). Gliseril
trinitrate (nitrogliserin) : awal 5mcg/ menit infusan IV. Bertambah
iv menjadi 5 mcg / menit, meningkat 10 mcg/min setiap 3-5 menit
(max 200mcg/ menit).
4) Isosorbid dinitrate IV infusan 2-10 mg/jam IV. Direkomendasikan
berubah ke dosis dalam 24 jam selama gejala dikontrol sesuai
kebutuhan dalam rangka untuk mencegah toleransi. Oral & topical
5) Isosorbid dinitrate Pelepasan cepat : 10-40 mg per oral bid-qid
Pelepasan lambat : 20 mg per oral bid-tid atau 40 mg per oral
sehari sekali-bid
6) Isosorbid mononitrat Pelepasan sedang : 20-40 mg per oral bid
Pelepasan lambat : 40-120 mg per oral sekali sehari
7) Nitroglycerin capsul : 2,5-7,5 mg per oral bid-tid
8) Nitroglycerin transdermal patch : 5-20 mg/24 jam patch
digunakan tropical sekali sehari periode patch-on dari 12-16 jam
& periode patch-off dari 8-12 jam. Semua terapi nitroglycerin
harus termasuk periode bebas nitrat (8-2 jam/hari) untuk
mencegah toleransi. Penggunaan sildenfil kontraindikasi pada
pasien yang mengkonsumsi nitrat. Gunakan dengan perhatian bagi
pasien dengan kegagalan RV.
b. Beta blocker
Keuntungan utama terapi penyekat beta terletak pada efeknya
terhadap reseptor beta-1 yang mengakibatkan turunnya konsumsi
oksigen miokardium. Terapi hendaknya tidak diberikan pada pasien
dengan gangguan konduksi atrio-ventrikler yang signifikan, asma
bronkiale, dan disfungsi akut ventrikel kiri. Pada kebanyakan kasus,
preparat oral cukup memadai dibandingkan injeksi.
a) Propranolol: 0,5-1 mgIV, dilanjutkan 3 x 10-40 mg oral.
b) Metoprolol: 5 mg intravena (diberikan perlahan dalam 1-2 menit)
diulang tiap 5 menit sampai dosis awal total 15 mg, dilanjutkan
metoprolol oral 2 x 25-50 mg.
c) Atenolol: 5 mgIV, dilanjutkan 5 menit kemudian 5 mg intravena,
kemudian 1 x 50-100 mg oral.
d) Esmolol: mulai dengan dosis pemeliharaan 0,1 mg/kgBB/menit,
dititrasi dengan menaikkan dosis 0,05 mg/kgBB/menit, tiap 10-15
menit yang masih dapat ditoleransi sampai respon terapi yang
diharapkan, atau telah tercapai dosis 0,2 mg/kgBB/menit. Dosis
loading pilihan lain untuk onset kerja yang lebih cepat adalah 0,5
mg/kgBB/menit diberikan intravena perlahan (2-5 menit). Target
frekuensi jantung 50-60/menit.
PEMBAHASAN
Kasus :
Pasien laki – laki 51 tahun datang ke IGD dengan keluhan Nyeri dada dialami
sejak ± 6 hari yang lalu.Nyeri dada terasa seperti tertekan, nyeri berlangsung terus-
menerus dan tembus ke belakang, menjalar ke rahang dan lengan kiri. Durasi nyeri
lebih dari 20 menit. Nyeri tidak dipengaruhi aktivitas. Nyeri berkurang dengan
istirahat. Sesak napas disangkal. Nyeri ulu hati disangkal. Mual dan muntah
disangkal.
Tanda Vital
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 92x/menit Pernapasan : 24x/menit
Suhu : 36,5oC
Pemeriksaan Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Pekak Batas atas jantung ICS II sinistra Batas kanan jantung ICS
IV linea parasternalis dextra Batas kiri jantung ICS V linea
midclavicularis sinistra
Auskultasi : BJ: S I/II murni, reguler Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Datar, ikut gerak nafas
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
Palpasi : Massa tumor (-), nyeri tekan epigstrium (-), hepar dan lien tidak
teraba
Perkusi : Timpani (+) Pemeriksaan Ekstremitas Akral hangat, edema
tungkai -/-
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
TES HASIL NILAI RUJUKAN
WBC 8,6 x 103/mm3 4,0-10,0 x 103/mm3
RBC 4,68 x 106/mm3 4,0 – 6,0 x 106/mm3
Hb 13,8 g/dl 12,0 – 16,0 g/dl
Hct 39,9% 37,0 – 47,0 %
Plt 156 x 103/mm3 150 – 400 x103/mm3
Ureum 30 mg/dl 10-50 mg/dl
Kreatinin 0,9 mg/dl L(<1,3); P(<1,1) mg/dl
GDS 137 mg/dl 140 mg/dl
CK 157 U/l L (<190); P (<167) U/l
CK-MB 27,3 U/l <25 U/l
SGOT 65 mg/dl <38 U/l
SGPT 66 mg/dl <41 U/l
LDL 190 mg/dl 65-175 mg/dl
HDL 23 mg/dl >45 mg/dl
Kolesterol Total 263 mg/dl (150-250) mg/dl
Trigliserida 250 mg/dl (50-200) mg/dl
Asam Urat 4,4 mg/dl P (2,4-5,7) L (3,4-7) mg/dl
Natrium 141 mmol/l 135-145 mmol/l
Kalium 4,3 mmol/l 3,5 – 5,1 mmol/l
Klorida 103 mmol/l 97 – 111 mmol/l
Troponin T 1,6 ng/ml <0,05 ng/ml
Hasil EKG
Interpretasi
Irama : sinus ritme
HR : 70x/menit
Aksis : normoaksis
Regularitas : reguler
Gel. P : normal
Interval PR : 0,08 detik
Kompleks QRS : QS di lead V2
Segmen ST : ST depresi di lead I, aVL, V3, V4, V5
Gel. T : T inversi pada lead I, aVL, V3, V4, V5, V6
Kesan : sinus rythm, HR 70x/min, normoaksis, iskemik anterolateral +
high lateral wall
Penatalaksanaan meliputi O2 3 lpm via nasal kanul, IVFD NaCl 0,9% 500cc/24
jam, Isosorbid dinitrat 5 mg/sublingual, Aspilet loading 160 mg, Clopidogrel
loading 300 mg, Farsorbid 3 x 10 mg, Arixtra 2,5mg/24 jam/subkutan,
Simvastatin 20 mg, Laxadine syrup, Alprazolam 0,5 mg.
Analisis SOAP
a. Subjektif
Laki-laki usia 51 tahun. BB : 62 kg, TB : 165 cm, IMT : 22,7 kg/m2 (normal)
Keluhan utama: Nyeri dada dialami sejak ± 6 hari yang lalu. Nyeri dada terasa seperti
tertekan, nyeri berlangsung terus-menerus dan tembus ke belakang, menjalar ke
rahang dan lengan kiri. Durasi nyeri lebih dari 20 menit. Nyeri tidak dipengaruhi
aktivitas. Nyeri berkurang dengan istirahat. Sesak napas disangkal. Nyeri ulu hati
disangkal. Mual dan muntah disangkal.
b. Objektif
Tanda Vital
Pemeriksaan Jantung
Hasil EKG
Interpretasi
Irama : sinus ritme
HR : 70x/menit
Aksis : normoaksis
Regularitas : reguler
Gel. P : normal
Interval PR : 0,08 detik
Kompleks QRS : QS di lead V2
Segmen ST : ST depresi di lead I, aVL, V3, V4, V5
Gel. T : T inversi pada lead I, aVL, V3, V4, V5, V6
Kesan : sinus rythm, HR 70x/min, normoaksis, iskemik anterolateral + high
lateral wall
c. Assesment
Diagnosis :
NSTEMI ditegakkan dengan adanya keluhan pasien yaitu nyeri dada yang terasa
seperti tertekan dengan durasi lebih dari 20 menit. Selain itu, pada pasien terjadi
perubahan segmen ST yang terlihat pada profil EKG. Peningkatan level marker
cardiac yang melebihi nilai rujukan juga terjadi, yaitu CKMB 27,3 U/l dengan rujukan
<25 U/l. Troponin T 1,6 ng/ml dengan nilai rujukan <0,05 ng/ml.
Pengobatan :
1. Oksigenasi
Untuk meningkatkan suplai pada miokard yang mengalami cidera (iskemik).
Diberikan sampai pasien stabil dengan kadar oksigen 2-4 liter per menit.
3. Terapi Anti-Iskemik
Tujuan terapi adalah untuk mengurangi iskemia dan mencegah terjadinya
kemungkinan yang lebih buruk, seperti infark miokard atau kematian. Pada
keadaan ini, obat-obat anti iskemik mulai diberikan bersamaan sambil
merencanakan strategi pengobatan difinitif. Terapi anti iskemik termasuk;
penderita dirawat dengan tirah baring dengan monitoring EKG kontinu untuk
iskemik yang masih berlanjut dan direksi aritmia bagi pasien-pasien dengan risiko
tinggi. Oksigen harus diberikan pada semua pasien untuk mempertahankan
saturasi O2 > 90%.
a. Nitrat
Isosorbid dinitrat : 5-10 mg tablet SL setiap 5-10 menit sampai rasa sakit
hilang. (Max 3 dosis dalam 15-30 menit). Gliseril trinitrate (nitrogliserin) :
awal 5mcg/ menit infusan IV. Bertambah iv menjadi 5 mcg / menit, meningkat
10 mcg/min setiap 3-5 menit (max 200mcg/ menit).
4. Terapi Antiplatelet
a. Aspirin Aspirin memiliki efek menghambat COX-1 dan mencegah
pembentukan tromboksan (TXA2) yang merupakan mediator dalam aktivasi
platelet sehingga mencegah agregasi platelet dan konstriksi arterial.Dosis awal
:160-325 mg, kemudian dilanjutkan 75-160 mg/hari, diberikan pada semua
pasien SKA jika tidak terdapat kontraindikasi (ulkus peptikum, gastritis berat,
atau penyakit perdarahan lainnya).
b. Clopidogrel Clopidogrel (derivat Tinopiridin) memiliki efek dalam
menghambat aktivasi P2Y12, yang merupakan reseptor ADP pada platelet
sehingga dapat mencegah agregasi trombosit dan menghambat pembentukan
trombus.Pemberian clopidogrel efektif pada pasien-pasein yang alergi
terhadap aspirin. Dosis loading : 300 mg, kemudian dilanjutkan 75 mg/hari.
5. Obat Antiaterosklerosis
Golongan statin. Dengan menghambat biosintesis kolesterol serta meningkatkan
ekspresi reseptor LDL di hepar, statin memiliki efek menurunkan LDL-kolesterol
dan prekursornya dari sirkulasi. Statin juga memiliki efek pleiotropik, yaitu
perbaikan fungsi endotel, anti-inflamasi, anti-proliferasi otot polos, anti-oksidan,
anti-trombosis, dan stabilisasi plak, sehingga pemberian statin dianjurkan pada
pasien SKA dengan target kadar LDL < 70 mg/dl.
d. Planning Pengobatan
1). Terapi Farmakologi
Bila pasien masih dalam keadaan NSTEMI maka terapi farmakologi yang
diberikan adalah
O2 3 lpm via nasal kanul
IVFD NaCl 0,9% 500cc/24 jam
Isosorbid dinitrat 5 mg/sublingual
Farsorbid 3 x 10 mg
Aspilet loading 160 mg, kemudian dilanjutkan 75-160 mg/hari.
Clopidogrel loading 300 mg, kemudian dilanjutkan 75 mg/hari.
Arixtra 2,5mg/24 jam/subkutan
Gemfibrozil 600 mg 2x sehari
Alprazolam 0,5 mg (bila diperlukan)
Laxadine syrup 1-2sdm (15-20 ml) 1x sehari sebelum tidur (bila diperlukan)
Rehabilitasi medik
Pasien yang mengalami serangan jantung dan pasca operasi pada umumnya
mengalami gangguan pada fungsi organ tubuhnya. Karena itu, untuk
meningkatkan kemampuan organ itu paling tidak mendekati kondisi semula
dilakukan rehabilitasi medik untuk mengoptimalkan fisik, fisiologi, dan social
pada pasien yang sebelumnya menderita kejadian kardiovaskular.
DAFTAR PUSTAKA