Hubungan Posisi Kerja Duduk dan Gerakan Repetitif dengan Keluhan Nyeri Punggung
Bawah pada Pembuat Kulit Lumpia
Working Position Position Seated and Repetitive Movement With Low Back Pain Complaints On
Leather Lumpia Maker
23
[Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.2, No.1 April 2017] AFIASI
gangguan kesehatan atau penyakit yang Di Amerika Serikat diperkirakan lebih 15%
ditimbulkan oleh pekerjaan tersebut. Oleh orang dewasa mengeluh nyeri punggung
karena itu, penyakit akibat kerja adalah bawah atau nyeri yang bertahan hampir dua
penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat minggu. Nyeri punggung bawah adalah suatu
kerja, bahan, proses, maupun lingkungan sindroma nyeri yang terjadi pada regio
kerja.2 punggung bagian bawah dan merupakan work
Berbagai jenis pekerjaan dapat related musculoskeletal disorders. Nyeri
menimbulkan berbagai permasalahan punggung bawah telah teridentifikasi oleh Pan
kesehatan bagi para pekerjanya. Faktor American Health Organization antara tiga
pekerjaan dilaporkan berkontribusi pada masalah kesehatan pekerjaan yang dikenalpasti
beberapa penyakit otot rangka.3 Pada tahun oleh WHO.5
2003 WHO memperkirakan prevalensi Menurut Punnett L, prevalensi 37%
gangguan otot rangka mencapai hampir 60% daripada nyeri punggung bawah disebabkan
dari semua penyakit akibat kerja. Berbagai oleh pekerjaan individu-individu tersebut,
bagian tubuh dapat mengalami gangguan otot dengan pembahagian lebih banyak pada laki-
rangka dengan lokasi tersering pada pinggang. laki berbanding wanita. Sedangkan penelitian
Gangguan otot rangka dapat menimbulkan Community Oriented Program for Controle of
nyeri dan terbatasnya gerakan pada daerah Rheumatic Disease (COPORD) Indonesia
yang terkena, sebagai akibat aktivitas fisik dan menunjukan prevalensi nyeri punggung 18,2%
posisi kerja. Gangguan otot rangka dapat pada laki-laki dan 13,6% pada wanita.
menyebabkan seseorang memerlukan Dilihat dari data yang dikumpulkan dari
pengobatan yang rutin, absen dalam bekerja, penelitian Pusat Riset dan Pengembangan
hingga kecacatan.3 Pusat Ekologi Kesehatan, Departemen
Menurut Tarwaka yang dikutip dari laporan Kesehatan yang melibatkan 800 orang dari 8
The Bureau of Labour statistic (LBS) sektor informal di Indonesia menunjukkan
Departemen tenaga Kerja Amerika Serikat keluhan Low Back Pain (LBP) dialami oleh
yang dipublikasikan pada tahun 1982. Diantara 31,6% petani kelapa sawit di Riau, 21% peraja
keluhan otot skeletal tersebut , yang banyak wayang kulit di Yogyakarta, 18% perajin onix
dialami oleh pekerja adalah otot bagian di Jawa Barat, 16% penambang emas di
pinggang low back pain (LBP). Data tersebut Kalimantan Barat, 14,9% perajin sepatu di
menunjukkan bahwa hampir 20% dari semua Bogor dan 8% perajin kuningan di Jawa
kasus sakit akibat kerja dan 25% biaya Tengah. Selain itu, perajin batu bata di
kompensasi yang dikeluarkan sehubungan Lampung dan nelayan di DKI Jakarta
dengan adanya keluhan sakit pinggang. Hasil menderita keluhan LBP masing-masing 76,7%
estimasi yang dipublikasikan oleh NIOSH dan 41,6%.6
menunjukkan bahwa biaya kompensasi untuk Low Back Pain (LBP) adalah suatu
keluhan otot skeletal sudah mencapai 13 sindroma nyeri yang terjadi pada daerah
milyar US dolar setiap tahun. Biaya tersebut punggung bagian bawah dan merupakan work
merupakan yang terbesar bila dibandingkan related musculoskeletal disorders. Penyebab
dengan biaya kompensasi untuk keluhan/sakit LBP yang paling umum adalah keregangan
akibat kerja lainnya. Sementara itu menurut otot atau postur tubuh yang tidak tepat. Hal-hal
Tarwaka National Safety Council melaporkan yang dapat mempengaruhi timbulnya LBP
bahwa sakit akibat kerja yang frekuensi adalah kebiasaan duduk, bekerja membungkuk
kejadiannya paling tinggi adalah sakit dalam waktu yang relatif lama, mengangkat
punggung, yaitu 22% dari 1.700.000 kasus.4 dan mengangkut beban dengan sikap yang
tidak ergonomis, tulang belakang yang tidak
24
[Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.2, No.1 April 2017] AFIASI
normal, atau akibat penyakit tertentu seperti maupun perkotaan untuk diolah menjadi
penyakit degeneratif.7 makanan siap konsumsi.
Menurut Manuaba (dalam Tarwaka, 2004), Pekerja pembuat kulit lumpia bekerja pada
bahwa lingkungan kerja yang nyaman sangat setiap hari, dengan rata-rata waktu kerja
dibutuhkan oleh pekerja untuk dapat bekerja kurang lebih 8 jam perharinya. Dalam
secara optimal dan produktif. Oleh karena itu seharinya satu kelompok pembuat kulit lumpia
lingkungan kerja harus ditangani atau didesain mampu menghasilkan kurang lebih 8000
sedemikian rupa sehingga menjadi kondusif lembar kulit lumpia. Sehingga risiko keluhan
terhadap pekerja unutuk melaksanakan nyeri punggung pada pekerja pembuat kulit
kegiatan dalam suasana yang aman dan lumpia sangat tinggi.
nyaman. menjadi kondusif terhadap pekerja Dari data tersebut diketahui faktor
unutuk melaksanakan kegiatan dalam suasana pekerjaan yang merupakan risiko terjadinya
yang aman dan nyaman.8 nyeri punggung bawah yaitu pekerja yang
Postur kerja atau sikap kerja adalah posisi harus menyelesaikan pekerjaanya dengan
kerja secara alamiah dibentuk oleh tubuh postur kerja yang tidak nyaman misalnya harus
pekerja akibat berinteraksi dengan fasilitas duduk dalam rentang waktu yang cukup lama
yang digunakan ataupun kebiasaan kerja. dan gerakan repetitif pada pembuat kulit
Sikap kerja yang kurang sesuai dapat lumpia yang sering dilakukan, disamping akan
menyebabkan keluhan fisik berupa nyeri pada cepat mengalami kelelahan juga cenderung
otot (musculoskletal complain). Hal ini lebih sering mengalami sakit akibat kerja.
disebabkan akibat dari postur kerja yang tidak Keadaan inilah yang menjadi dasar bagi
alamiah yang disebabkan oleh karakteristik penulis untuk melakukan suatu penelitian
tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja tentang hubungan posisi kerja duduk dan
yang tidak sesuai dengan kemampuan dan gerakan repatitif dengan keluhan nyeri
keterbatasan pekerja. Beban fisik akan punggung bawah (Low Back Pain) pada
semakin berat apabila pada saat postur tubuh pekerja pembuat kulit lumpia di desa
pekerja tidak alamiah yaitu gerakan punggung Jatibarang Baru kabupaten Indramayu tahun
yang terlalu membungkuk, posisi jongkok, 2015.
jangkauan tangan yang selalu disebelah kanan
dan lain-lain. Dengan demikian perlu Metode
dirancang sebuah postur kerja dan fasilitas Pendekatan penelitian ini yang digunakan
kerja yang ergonomis untuk memberikan adalah dengan pendekatan Cross Sectional
kenyamanan kerja untuk mencegah keluhan yaitu suatu penelitian untuk mempelajari
penyakit akibat kerja serta dapat meningkatkan dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko
produktivitas.9 dengan efek, dengan cara pendekatan,
Banyaknya sektor industri informal di observasi atau pengumpulan data sekaligus
Indonesia salah satunya di wilayah Indramayu pada suatu saat.10
misalnya sektor informal pembuatan kulit Sampel terdiri atas seluruh pekerja yang ada
lumpia. Pembuatan kulit lumpia di desa pada pembuat kulit lumpia di desa Jatibarang
Jatibarang Baru kabupaten Indramayu. Baru kabupaten Indramayu Tahun 2015
Pembuat kulit lumpia berjumlahkan 7 dengan jumlah sampel seluruhnya adalah 35
kelompok dengan jumlah pekerja 35 orang. pekerja. Pengambilan data dengan
Kulit lumpia adalah bahan makanan menggunakan kuesioner Nordic Body Map
setengah jadi terbuat dari tepung terigu, (NBM) untuk mengetahui keluhan nyeri
berbentuk lingkaran tipis, yang telah dikenal punggung bawah (Low Back Pain).
dan dipakai oleh masyarakat baik pedesaan
25
[Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.2, No.1 April 2017] AFIASI
Hasil
Berdasarkan tabel 2 diatas diketahui bahwa
Faktor risiko pekerjaan dengan keluhan
dari 35 pekerja pembuat kulit lumpia yang
Musculoskeletal disorders (MSDs) pada
tidak berisiko sebanyak 6 pekerja (17,1%)
pembordir sebagai berikut:
sedangkan yang berisiko sebanyak 29 pekerja
(82,9%).
1. Analisis Univariat
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Keluhan nyeri punggung bawah
Berdasarkan Tingkat Posisi Kerja
Duduk Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden
Kategori Frekuensi Persen Berdasarkan Keluhan Nyeri Punggung
Tidak berisiko 2 5,7% Bawah
Berisiko 33 No. Kategori Jumlah Persen
94,3%
1 Tidak Sakit 5 14,3%
Total 35 100%
2 Sakit 30 85,7%
Total 70 100
Berdasarkan tabel 1 diatas diketahui
bahwa dari 35 pekerja pembuat kulit lumpia Berdasarkan tabel 3 diatas diketahui bahwa
yang tidak berisiko sebanyak 2 pekerja dari 35 pekerja pembuat kulit lumpia yang
(5,7%) sedangkan yang berisiko sebanyak tidak sakit sebanyak 5 pekerja (14,3%)
33 pekerja (94,3%). sedangkan yang sakit sebanyak 30 pekerja
(85,7%).
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Tingkat Gerakan
Repetitif.
Kategori Frekuensi Persen
Tidak berisiko 6 17,1%
Berisiko 29 82,9%
Total 35 100%
2. Analisis Bivariat
Hubungan Posisi Kerja Duduk dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah
Tabel 4 Hubungan Posisi Kerja Duduk dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah
Keluhan Nyeri
95% Confidence
Posisi Kerja Punggung Bawah P-
No Total RR SC Interval (CI)
Duduk Tidak value
Sakit
sakit Lower Upper
2 0 2
1 Tidak berisiko
100% 0% 100%
3 30 33
2 Berisiko 0,017 11,000 0,176 3,740 32,357
9,1% 90,9% 100%
5 26 35
Jumlah
14,3% 85,7% 100%
Berdasarkan tabel 4 diketahui nilai P-value = 0,017 karena nilai P-value < 0,05
ekspetasi < 5 maka nilai fisher didapatkan nilai dan nilai x2 hitung > x2 tabel, sehingga H0
26
[Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.2, No.1 April 2017] AFIASI
ditolak, artinya ada hubungan antara posisi terdapat hubungan kuat antara posisi kerja
kerja duduk dengan keluhan nyeri punggung duduk dengan keluhan nyeri punggung bawah
bawah (Low Back Pain). (Low Back Pain) pada pembuat kulit lumpia.
Tingkat kekuatan hubungan dapat dilihat Untuk mengetahui perbandingan seberapa
dari nilai Spearman Correlation (SC) dari dua besar risiko yang ditimbulkan, maka
variabel yaitu posisi kerja duduk dengan digunakan Relatif Risk (RR) sebesar 11,000.
keluhan nyeri punggung bawah (Low Back Berdasarkan tabel 4 diatas, diketahui bahwa
Pain) pada pembuat kulit lumpia. Berdasarkan nilai RR = 11,000 > 1 dan nilai CI 95%
hasil perhitungan dengan uji statistik (3,740-32,357) sehingga RR bermakna. Hal ini
Spearman Correlation menunjukkan berarti responden yang melakukan posisi kerja
hubungan kuat antara posisi kerja duduk duduk tidak benar mempunyai resiko
dengan keluhan nyeri punggung bawah (Low mengalami nyeri punggung bawah 11,000 kali
Back Pain) pada pembuat kulit lumpia yaitu lebih besar dibandingkan dengan responden
dengan nilai SC = 0,176 atau 17,6% Sehingga yang melakukan posisi kerja duduk benar.
dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
Berdasarkan tabel 5 diketahui nilai 0,531 atau 53,1% Sehingga dengan demikian
ekspetasi < 5 maka nilai fisher didapatkan nilai dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
P-value = 0,026 karena nilai P-value < 0,05 kuat antara gerakan repetitif dengan keluhan
dan nilai x2 hitung > x2 tabel, sehingga H0 nyeri punggung bawah (Low Back Pain) pada
ditolak, artinya ada hubungan antara gerakan pembuat kulit lumpia.
repetitif dengan keluhan nyeri punggung Untuk mengetahui perbandingan seberapa
bawah (Low Back Pain). besar resiko yang ditimbulkan, maka
Tingkat kekuatan hubungan dapat dilihat digunakan Relatif Risk (RR) sebesar 7,250.
dari nilai Spearman Correlation (SC) dari dua Berdasarkan tabel 5 diatas, diketahui bahwa
variabel yaitu gerakan repetitif dengan keluhan nilai RR = 7,250 > 1 dan nilai CI 95% (1,526-
nyeri punggung bawah (Low Back Pain) pada 34,445) sehingga RR bermakna. Hal ini berarti
pembuat kulit lumpia, berdasarkan hasil responden yang melakukan gerakan repetitif ≥
perhitungan dengan uji statistik Spearman 2 kali dalam 1 menit mempunyai resiko
Correlation menunjukkan hubungan kuat mengalami nyeri punggung bawah 7,250 kali
antara gerakan repetitif dengan keluhan nyeri lebih besar repetitif < 2 kali dalam 1 menit.
punggung bawah (Low Back Pain) pada
pembuat kulit lumpia yaitu dengan nilai SC =
27
[Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.2, No.1 April 2017] AFIASI
28
[Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.2, No.1 April 2017] AFIASI
variabel yaitu gerakan repetitif dengan keluhan Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah
nyeri punggung bawah (Low Back Pain) pada dilakukan Sapto Budi Nugroho (2012) dengan
pembuat kulit lumpia, berdasarkan hasil judul skripsi “Hubungan Postur Kerja Status
perhitungan dengan uji statistik Spearman Gizi Dan Gerakan Berulang Dengan Keluhan
Correlation menunjukkan hubungan kuat Subjektif Muskuloskeletal Pada Pekerja
antara gerakan repetitif dengan keluhan nyeri Pandai Besi” yang menyatakan bahwa adanya
punggung bawah (Low Back Pain) pada hubungan gerakan berulang dengan keluhan
pembuat kulit lumpia yaitu dengan nilai SC = subyektif musculoskeletal.
0,531 atau 53,1% Sehingga dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan Kesimpulan
kuat antara gerakan repetitif dengan keluhan 1. Terdapat hubungan antara posisi kerja
nyeri punggung bawah (Low Back Pain) pada duduk (P-value = 0,006) dengan keluhan
pembuat kulit lumpia. nyeri punggung bawah pada pembuat kulit
Untuk mengetahui perbandingan seberapa lumpia.
besar resiko yang ditimbulkan, maka 2. Terdapat hubungan gerakan repetitif (P-
digunakan Relatif Risk (RR) sebesar 7,250. value = 0,004) dengan keluhan nyeri
Berdasarkan tabel 5.4 diatas, diketahui bahwa punggung bawah pembuat kulit lumpia.
nilai RR = 7,250 > 1 dan nilai CI 95% (1,526-
34,445) sehingga RR bermakna. Hal ini berarti
Saran
responden yang melakukan gerakan repetitif ≥
2 kali dalam 1 menit mempunyai resiko 1. Bagi pembuat kulit lumpia
mengalami nyeri punggung bawah 7,250 kali Untuk pembuat kulit lumpia diharapkan
lebih besar dibandingkan dengan responden agar lebih memahami akan resiko dari
yang melakukan gerakan repetitif < 2 kali posisi kerja duduk dan gerakan repetitif
dalam 1 menit. pada pembuatan kulit lumpia, guna untuk
Dapat diketahui bahwa kategori gerakan mencegah resiko penyakit akibat kerja
repetitif yang terbanyak dari hasil penelitian, khususnya nyeri punggung bawah (Low
yaitu terdapat pada kategori beresiko sebanyak Back Pain).
29 pekerja (82,9%). Kurangnya pengetahuan 2. Bagi pemilik pembuat kulit lumpia
tentang gerakan repetitif pada pembuat kulit Untuk pemilik sebaiknya dibuat panduan
lumpia di pengaruhi oleh beberapa faktor, atau siasat pencegahan dan mengubah
seperti kurangnya kesadaran dan pengetahuan metode kerja untuk sesekali istirahat
akibat dari gerakan repetitif. pendek serta mengupayakan rotasi kerja
Analisis hasil observasi mengenai gerakan pada pembuat kulit lumpia.
repetitif didapatkan hasil yang beresiko, 3. Bagi peneliti lain
seperti gerakan repetitif yang terus dilakukan Diharapkan meneliti variabel lain yang
dalam kurun waktu 60 detik. Oleh karena itu, merupakan penyakit akibat kerja (PAK).
untuk mengurangi resiko gerakan repetitif Sehingga mendapatkan hasil yang berbeda
perlu dilakukannya istirahat sesekali pada dan dapat memberikan keragaman hasil
pekerja pembuat kulit lumpia atau melakukan penelitian yang akan tertarik untuk diteliti
rotasi pekerjaan. Hasil atau perubahan perilaku oleh peneliti selanjutnya.
dengan cara ini akan membutuhkan waktu
yang lama, akan tetapi perubahan yang dicapai Daftar Pustaka
bersifat langgeng atau menetap, karena 1. A.M. Sugeng Budiono, dkk. 2003. Bunga Rampai
didasari oleh kesadaran mereka sendiri.10 Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Semarang:
Universitas Diponegoro.
29
[Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.2, No.1 April 2017] AFIASI
30