Anda di halaman 1dari 8

[Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.2, No.

1 April 2017] AFIASI

Hubungan Posisi Kerja Duduk dan Gerakan Repetitif dengan Keluhan Nyeri Punggung
Bawah pada Pembuat Kulit Lumpia

Working Position Position Seated and Repetitive Movement With Low Back Pain Complaints On
Leather Lumpia Maker

Nurhalimah1, Sutangi2, Sri Handayani3


1,2,3
Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Wiralodra

Abstrak movement with lower back pain complaints on leather lumpia


Nyeri punggung bawah adalah suatu sindroma nyeri yang maker in Jatibarang Baru village of Indramayu district in 2015.
terjadi pada daerah punggung bagian bawah dan merupakan The design of this study using Cross Sectional. The sample in
work related musculoskeletal disorders. Penyebab LBP yang this research is leather lumpia maker with 35 workers in
paling umum adalah keregangan otot atau postur tubuh yang Jatibarang Baru village of Indramayu Regency. The data
tidak tepat. Hal ini disebabkan oleh karakteristik tuntutan obtained were tested using Chi-square (x2) with 95%
tugas, alat kerja dan stasiun kerja yang tidak sesuai. Tujuan confidence and significance level (alpha) 0.05.
penelitian ini mengetahui apakah ada hubungan antara posisi Based on the results of statistical tests using Fisher value
kerja duduk dan gerakan repetitif dengan keluhan nyeri obtained P-value = 0.006, because the value of P-value <0.05
punggung bawah pada pembuat kulit lumpia di desa so Ho is rejected, meaning there is a relationship between the
Jatibarang Baru kabupaten Indramayu tahun 2015. sitting position with the complaint of lower back pain. As for
Rancangan penelitian ini menggunakan Cross Sectional. repetitive movement of statistical test result using Fisher value
Sampel pada penelitian ini adalah pembuat kulit lumpia got P-value 0.004, because P-value value <0.05 so Ho is
dengan jumlah 35 pekerja yang ada di desa Jatibarang Baru rejected, it means there is correlation between repetitive
Kabupaten Indramayu. Data yang diperoleh di uji movement with lower back pain complaint.
menggunakan Chi-square (x2) dengan nilai keyakinan 95% There is a strong relationship between seated work position
dan tingkat kemaknaan (alfa) 0,05. and repetitive movement with lower back pain complaints on
Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan nilai Fisher leather lumpia maker in Jatibarang Baru village of Indramayu
didapatkan nilai P-value = 0,006, karena nilai P-value < 0,05 district in 2015. Each worker is expected to be more aware of
sehingga Ho ditolak, artinya ada hubungan antara posisi kerja the risks of sitting position and repetitive movement on making
duduk dengan keluhan nyeri punggung bawah. Sedangkan spring skin, in order to prevent the risk of occupational
untuk gerakan repetitif hasil uji statistik menggunakan nilai diseases, especially lower back pain.
Fisher di dapatkan nilai P-value 0,004, karena nilai P-value < Keywords: Working position sitting, repetitive movement,
0,05 sehingga Ho ditolak, artinya ada hubungan antara lower back pain complaints
gerakan repetitif dengan keluhan nyeri punggung bawah.
Terdapat hubungan yang kuat antara posisi kerja duduk dan Pendahuluan
gerakan repetitif dengan keluhan nyeri punggung bawah pada
pembuat kulit lumpia di desa Jatibarang Baru kabupaten Suatu proses industri merupakan suatu
Indramayu tahun 2015. Setiap pekerja diharapkan agar lebih sistem kerja yang saling mendukung satu sama
memahami akan resiko dari posisi kerja duduk dan gerakan lain dari tiap-tiap bagian yang ada di
repetitif pada pembuatan kulit lumpia, guna untuk mencegah
dalamnya. Sistem kerja yang tidak ergonomis
resiko penyakit akibat kerja khususnya nyeri punggung
bawah. dalam satu perusahaan seringkali kurang
Kata Kunci : Posisi kerja duduk, gerakan repetitif, keluhan mendapat perhatian dari pihak manajemen
nyeri punggung bawah perusahaan . Salah satu bagian sistem yaitu
pekerja yang sikap dan posisi kerjanya kurang
Abstrack
Lower back pain is a pain syndrome that occurs in the lower
ergonomis. Hal ini secara sadar ataupun tidak
back region and is a work related musculoskeletal disorders. akan berpengaruh terhadap produktifitas,
The most common causes of LBP are muscle tension or efisiensi dan efektivitas pekerja dalam
improper posture. This is due to the characteristics of task menyelesaikannya.1
demands, work tools and work stations that are not Dalam melakukan pekerjaan apa pun,
appropriate. The purpose of this research is to know whether
there is a correlation between sitting position and repetitive
sebenarnya kita beresiko untuk mendapat

23
[Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.2, No.1 April 2017] AFIASI

gangguan kesehatan atau penyakit yang Di Amerika Serikat diperkirakan lebih 15%
ditimbulkan oleh pekerjaan tersebut. Oleh orang dewasa mengeluh nyeri punggung
karena itu, penyakit akibat kerja adalah bawah atau nyeri yang bertahan hampir dua
penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat minggu. Nyeri punggung bawah adalah suatu
kerja, bahan, proses, maupun lingkungan sindroma nyeri yang terjadi pada regio
kerja.2 punggung bagian bawah dan merupakan work
Berbagai jenis pekerjaan dapat related musculoskeletal disorders. Nyeri
menimbulkan berbagai permasalahan punggung bawah telah teridentifikasi oleh Pan
kesehatan bagi para pekerjanya. Faktor American Health Organization antara tiga
pekerjaan dilaporkan berkontribusi pada masalah kesehatan pekerjaan yang dikenalpasti
beberapa penyakit otot rangka.3 Pada tahun oleh WHO.5
2003 WHO memperkirakan prevalensi Menurut Punnett L, prevalensi 37%
gangguan otot rangka mencapai hampir 60% daripada nyeri punggung bawah disebabkan
dari semua penyakit akibat kerja. Berbagai oleh pekerjaan individu-individu tersebut,
bagian tubuh dapat mengalami gangguan otot dengan pembahagian lebih banyak pada laki-
rangka dengan lokasi tersering pada pinggang. laki berbanding wanita. Sedangkan penelitian
Gangguan otot rangka dapat menimbulkan Community Oriented Program for Controle of
nyeri dan terbatasnya gerakan pada daerah Rheumatic Disease (COPORD) Indonesia
yang terkena, sebagai akibat aktivitas fisik dan menunjukan prevalensi nyeri punggung 18,2%
posisi kerja. Gangguan otot rangka dapat pada laki-laki dan 13,6% pada wanita.
menyebabkan seseorang memerlukan Dilihat dari data yang dikumpulkan dari
pengobatan yang rutin, absen dalam bekerja, penelitian Pusat Riset dan Pengembangan
hingga kecacatan.3 Pusat Ekologi Kesehatan, Departemen
Menurut Tarwaka yang dikutip dari laporan Kesehatan yang melibatkan 800 orang dari 8
The Bureau of Labour statistic (LBS) sektor informal di Indonesia menunjukkan
Departemen tenaga Kerja Amerika Serikat keluhan Low Back Pain (LBP) dialami oleh
yang dipublikasikan pada tahun 1982. Diantara 31,6% petani kelapa sawit di Riau, 21% peraja
keluhan otot skeletal tersebut , yang banyak wayang kulit di Yogyakarta, 18% perajin onix
dialami oleh pekerja adalah otot bagian di Jawa Barat, 16% penambang emas di
pinggang low back pain (LBP). Data tersebut Kalimantan Barat, 14,9% perajin sepatu di
menunjukkan bahwa hampir 20% dari semua Bogor dan 8% perajin kuningan di Jawa
kasus sakit akibat kerja dan 25% biaya Tengah. Selain itu, perajin batu bata di
kompensasi yang dikeluarkan sehubungan Lampung dan nelayan di DKI Jakarta
dengan adanya keluhan sakit pinggang. Hasil menderita keluhan LBP masing-masing 76,7%
estimasi yang dipublikasikan oleh NIOSH dan 41,6%.6
menunjukkan bahwa biaya kompensasi untuk Low Back Pain (LBP) adalah suatu
keluhan otot skeletal sudah mencapai 13 sindroma nyeri yang terjadi pada daerah
milyar US dolar setiap tahun. Biaya tersebut punggung bagian bawah dan merupakan work
merupakan yang terbesar bila dibandingkan related musculoskeletal disorders. Penyebab
dengan biaya kompensasi untuk keluhan/sakit LBP yang paling umum adalah keregangan
akibat kerja lainnya. Sementara itu menurut otot atau postur tubuh yang tidak tepat. Hal-hal
Tarwaka National Safety Council melaporkan yang dapat mempengaruhi timbulnya LBP
bahwa sakit akibat kerja yang frekuensi adalah kebiasaan duduk, bekerja membungkuk
kejadiannya paling tinggi adalah sakit dalam waktu yang relatif lama, mengangkat
punggung, yaitu 22% dari 1.700.000 kasus.4 dan mengangkut beban dengan sikap yang
tidak ergonomis, tulang belakang yang tidak

24
[Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.2, No.1 April 2017] AFIASI

normal, atau akibat penyakit tertentu seperti maupun perkotaan untuk diolah menjadi
penyakit degeneratif.7 makanan siap konsumsi.
Menurut Manuaba (dalam Tarwaka, 2004), Pekerja pembuat kulit lumpia bekerja pada
bahwa lingkungan kerja yang nyaman sangat setiap hari, dengan rata-rata waktu kerja
dibutuhkan oleh pekerja untuk dapat bekerja kurang lebih 8 jam perharinya. Dalam
secara optimal dan produktif. Oleh karena itu seharinya satu kelompok pembuat kulit lumpia
lingkungan kerja harus ditangani atau didesain mampu menghasilkan kurang lebih 8000
sedemikian rupa sehingga menjadi kondusif lembar kulit lumpia. Sehingga risiko keluhan
terhadap pekerja unutuk melaksanakan nyeri punggung pada pekerja pembuat kulit
kegiatan dalam suasana yang aman dan lumpia sangat tinggi.
nyaman. menjadi kondusif terhadap pekerja Dari data tersebut diketahui faktor
unutuk melaksanakan kegiatan dalam suasana pekerjaan yang merupakan risiko terjadinya
yang aman dan nyaman.8 nyeri punggung bawah yaitu pekerja yang
Postur kerja atau sikap kerja adalah posisi harus menyelesaikan pekerjaanya dengan
kerja secara alamiah dibentuk oleh tubuh postur kerja yang tidak nyaman misalnya harus
pekerja akibat berinteraksi dengan fasilitas duduk dalam rentang waktu yang cukup lama
yang digunakan ataupun kebiasaan kerja. dan gerakan repetitif pada pembuat kulit
Sikap kerja yang kurang sesuai dapat lumpia yang sering dilakukan, disamping akan
menyebabkan keluhan fisik berupa nyeri pada cepat mengalami kelelahan juga cenderung
otot (musculoskletal complain). Hal ini lebih sering mengalami sakit akibat kerja.
disebabkan akibat dari postur kerja yang tidak Keadaan inilah yang menjadi dasar bagi
alamiah yang disebabkan oleh karakteristik penulis untuk melakukan suatu penelitian
tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja tentang hubungan posisi kerja duduk dan
yang tidak sesuai dengan kemampuan dan gerakan repatitif dengan keluhan nyeri
keterbatasan pekerja. Beban fisik akan punggung bawah (Low Back Pain) pada
semakin berat apabila pada saat postur tubuh pekerja pembuat kulit lumpia di desa
pekerja tidak alamiah yaitu gerakan punggung Jatibarang Baru kabupaten Indramayu tahun
yang terlalu membungkuk, posisi jongkok, 2015.
jangkauan tangan yang selalu disebelah kanan
dan lain-lain. Dengan demikian perlu Metode
dirancang sebuah postur kerja dan fasilitas Pendekatan penelitian ini yang digunakan
kerja yang ergonomis untuk memberikan adalah dengan pendekatan Cross Sectional
kenyamanan kerja untuk mencegah keluhan yaitu suatu penelitian untuk mempelajari
penyakit akibat kerja serta dapat meningkatkan dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko
produktivitas.9 dengan efek, dengan cara pendekatan,
Banyaknya sektor industri informal di observasi atau pengumpulan data sekaligus
Indonesia salah satunya di wilayah Indramayu pada suatu saat.10
misalnya sektor informal pembuatan kulit Sampel terdiri atas seluruh pekerja yang ada
lumpia. Pembuatan kulit lumpia di desa pada pembuat kulit lumpia di desa Jatibarang
Jatibarang Baru kabupaten Indramayu. Baru kabupaten Indramayu Tahun 2015
Pembuat kulit lumpia berjumlahkan 7 dengan jumlah sampel seluruhnya adalah 35
kelompok dengan jumlah pekerja 35 orang. pekerja. Pengambilan data dengan
Kulit lumpia adalah bahan makanan menggunakan kuesioner Nordic Body Map
setengah jadi terbuat dari tepung terigu, (NBM) untuk mengetahui keluhan nyeri
berbentuk lingkaran tipis, yang telah dikenal punggung bawah (Low Back Pain).
dan dipakai oleh masyarakat baik pedesaan

25
[Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.2, No.1 April 2017] AFIASI

Hasil
Berdasarkan tabel 2 diatas diketahui bahwa
Faktor risiko pekerjaan dengan keluhan
dari 35 pekerja pembuat kulit lumpia yang
Musculoskeletal disorders (MSDs) pada
tidak berisiko sebanyak 6 pekerja (17,1%)
pembordir sebagai berikut:
sedangkan yang berisiko sebanyak 29 pekerja
(82,9%).
1. Analisis Univariat
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Keluhan nyeri punggung bawah
Berdasarkan Tingkat Posisi Kerja
Duduk Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden
Kategori Frekuensi Persen Berdasarkan Keluhan Nyeri Punggung
Tidak berisiko 2 5,7% Bawah
Berisiko 33 No. Kategori Jumlah Persen
94,3%
1 Tidak Sakit 5 14,3%
Total 35 100%
2 Sakit 30 85,7%
Total 70 100
Berdasarkan tabel 1 diatas diketahui
bahwa dari 35 pekerja pembuat kulit lumpia Berdasarkan tabel 3 diatas diketahui bahwa
yang tidak berisiko sebanyak 2 pekerja dari 35 pekerja pembuat kulit lumpia yang
(5,7%) sedangkan yang berisiko sebanyak tidak sakit sebanyak 5 pekerja (14,3%)
33 pekerja (94,3%). sedangkan yang sakit sebanyak 30 pekerja
(85,7%).
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Tingkat Gerakan
Repetitif.
Kategori Frekuensi Persen
Tidak berisiko 6 17,1%
Berisiko 29 82,9%
Total 35 100%

2. Analisis Bivariat
Hubungan Posisi Kerja Duduk dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah
Tabel 4 Hubungan Posisi Kerja Duduk dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah
Keluhan Nyeri
95% Confidence
Posisi Kerja Punggung Bawah P-
No Total RR SC Interval (CI)
Duduk Tidak value
Sakit
sakit Lower Upper
2 0 2
1 Tidak berisiko
100% 0% 100%
3 30 33
2 Berisiko 0,017 11,000 0,176 3,740 32,357
9,1% 90,9% 100%
5 26 35
Jumlah
14,3% 85,7% 100%

Berdasarkan tabel 4 diketahui nilai P-value = 0,017 karena nilai P-value < 0,05
ekspetasi < 5 maka nilai fisher didapatkan nilai dan nilai x2 hitung > x2 tabel, sehingga H0

26
[Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.2, No.1 April 2017] AFIASI

ditolak, artinya ada hubungan antara posisi terdapat hubungan kuat antara posisi kerja
kerja duduk dengan keluhan nyeri punggung duduk dengan keluhan nyeri punggung bawah
bawah (Low Back Pain). (Low Back Pain) pada pembuat kulit lumpia.
Tingkat kekuatan hubungan dapat dilihat Untuk mengetahui perbandingan seberapa
dari nilai Spearman Correlation (SC) dari dua besar risiko yang ditimbulkan, maka
variabel yaitu posisi kerja duduk dengan digunakan Relatif Risk (RR) sebesar 11,000.
keluhan nyeri punggung bawah (Low Back Berdasarkan tabel 4 diatas, diketahui bahwa
Pain) pada pembuat kulit lumpia. Berdasarkan nilai RR = 11,000 > 1 dan nilai CI 95%
hasil perhitungan dengan uji statistik (3,740-32,357) sehingga RR bermakna. Hal ini
Spearman Correlation menunjukkan berarti responden yang melakukan posisi kerja
hubungan kuat antara posisi kerja duduk duduk tidak benar mempunyai resiko
dengan keluhan nyeri punggung bawah (Low mengalami nyeri punggung bawah 11,000 kali
Back Pain) pada pembuat kulit lumpia yaitu lebih besar dibandingkan dengan responden
dengan nilai SC = 0,176 atau 17,6% Sehingga yang melakukan posisi kerja duduk benar.
dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

Hubungan Gerakan Repetitif dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah


Tabel 5 Hubungan Gerakan Repetitif dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah
Keluhan nyeri
punggung bawah 95% Confidence
Gerakan P-
No Total RR SC Interval (CI)
repetitif Tidak value
Sakit
sakit
Lower Upper
3 3 6
1 Tidak berisiko
50% 50% 100%
2 27 29
2 berisiko 0,026 7,250 0,204 1,526 34,445
6,9% 93,1% 100%
5 30 35
Jumlah
14,3% 85,7% 100%

Berdasarkan tabel 5 diketahui nilai 0,531 atau 53,1% Sehingga dengan demikian
ekspetasi < 5 maka nilai fisher didapatkan nilai dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
P-value = 0,026 karena nilai P-value < 0,05 kuat antara gerakan repetitif dengan keluhan
dan nilai x2 hitung > x2 tabel, sehingga H0 nyeri punggung bawah (Low Back Pain) pada
ditolak, artinya ada hubungan antara gerakan pembuat kulit lumpia.
repetitif dengan keluhan nyeri punggung Untuk mengetahui perbandingan seberapa
bawah (Low Back Pain). besar resiko yang ditimbulkan, maka
Tingkat kekuatan hubungan dapat dilihat digunakan Relatif Risk (RR) sebesar 7,250.
dari nilai Spearman Correlation (SC) dari dua Berdasarkan tabel 5 diatas, diketahui bahwa
variabel yaitu gerakan repetitif dengan keluhan nilai RR = 7,250 > 1 dan nilai CI 95% (1,526-
nyeri punggung bawah (Low Back Pain) pada 34,445) sehingga RR bermakna. Hal ini berarti
pembuat kulit lumpia, berdasarkan hasil responden yang melakukan gerakan repetitif ≥
perhitungan dengan uji statistik Spearman 2 kali dalam 1 menit mempunyai resiko
Correlation menunjukkan hubungan kuat mengalami nyeri punggung bawah 7,250 kali
antara gerakan repetitif dengan keluhan nyeri lebih besar repetitif < 2 kali dalam 1 menit.
punggung bawah (Low Back Pain) pada
pembuat kulit lumpia yaitu dengan nilai SC =

27
[Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.2, No.1 April 2017] AFIASI

Pembahasan berbaring, jika posisi duduk tidak benar.


Tekanan posisi tidak duduk 100%, maka
Hubungan Posisi Kerja Duduk tekanan akan meningkat menjadi 140% bila
Berdasarkan tabel 4 diketahui nilai sikap duduk tegang dan kaku, dan tekanan
ekspetasi < 5 maka nilai fisher didapatkan nilai akan meningkat menjadi 190% apabila saat
P-value = 0,017 karena nilai P-value < 0,05 duduk dilakukan membungkuk kedepan.11
dan nilai x2 hitung > x2 tabel, sehingga H0 Analisis hasil jawaban pertanyaan formulir
ditolak, artinya ada hubungan antara posisi RULA mengenai posisi kerja duduk
kerja duduk dengan keluhan nyeri punggung didapatkan hasil yang berisiko, seperti
bawah (Low Back Pain). kebiasaan posisi kerja duduk yang salah, tidak
Tingkat kekuatan hubungan dapat dilihat sesuai dengan ergonomi. Oleh karena itu,
dari nilai Spearman Correlation (SC) dari dua untuk mengurangi resiko posisi kerja duduk
variabel yaitu posisi kerja duduk dengan yang salah perlu diadakannya penyuluhan
keluhan nyeri punggung bawah (Low Back kesehatan tentang posisi keja duduk yang
Pain) pada pembuat kulit lumpia. Berdasarkan benar dan sesuai dengan ergonomi, agar
hasil perhitungan dengan uji statistik pengetahuan pekerja lebih baik, karena dengan
Spearman Correlation menunjukkan memberikan penyuluhan pekerja menjadi tahu.
hubungan kuat antara posisi kerja duduk Selanjutnya dengan pengetahuan-pengetahuan
dengan keluhan nyeri punggung bawah (Low itu sendiri akan menimbulkan kesadaran pada
Back Pain) pada pembuat kulit lumpia yaitu pekerja pembuat kulit lumpia dan mau
dengan nilai SC = 0,176 atau 17,6% Sehingga mengubah posisi kerja duduk yang sesuai
dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan ergonomi. Hasil atau perubahan
terdapat hubungan kuat antara posisi kerja perilaku dengan cara ini akan membutuhkan
duduk dengan keluhan nyeri punggung bawah waktu yang lama, akan tetapi perubahan yang
(Low Back Pain) pada pembuat kulit lumpia. dicapai bersifat langgeng atau menetap, karena
Untuk mengetahui perbandingan seberapa didasari oleh kesadaran mereka sendiri.10
besar resiko yang ditimbulkan, maka Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah
digunakan Relatif Risk (RR) sebesar 11,000. dilakukan Affan Ahmad (2014) dengan judul
Berdasarkan tabel 5.4 diatas, diketahui bahwa skripsi “Posisi Duduk Dengan Nyeri
nilai RR = 11,000 > 1 dan nilai CI 95% Punggung Bawah Pada Penjahit Vermak Levis
(3,740-32,357) sehingga RR bermakna. Hal ini Di Pasar Tanah Pasir Kelurahan Penjaringan
berarti responden yang melakukan posisi kerja Jakarta Utara Tahun 2014” yang menyatakan
duduk tidak benar mempunyai resiko bahwa adanya hubungan yang bermakna
mengalami nyeri punggung bawah 11,000 kali antara posisi duduk dengan nyeri punggung
lebih besar dibandingkan dengan responden bawah.
yang melakukan posisi kerja duduk benar.
Dapat diketahui bahwa kategori posisi kerja Hubungan Gerakan Repetitif
duduk yang terbanyak dari hasil penelitian, Berdasarkan tabel 5 diketahui nilai
yaitu terdapat pada kategori berisiko sebanyak ekspetasi < 5 maka nilai fisher didapatkan nilai
33 pekerja (94,3%). Kurangnya pengetahuan P-value = 0,026 karena nilai P-value < 0,05
tentang posisi kerja duduk pada pembuat kulit dan nilai x2 hitung > x2 tabel, sehingga H0
lumpia di pengaruhi oleh beberapa faktor, ditolak, artinya ada hubungan antara gerakan
seperti kurangnya kesadaran dan pengetahuan repetitif dengan keluhan nyeri punggung
akibat dari posisi kerja duduk yang salah. bawah (Low Back Pain).
Pada posisi duduk, tekanan tulang belakang Tingkat kekuatan hubungan dapat dilihat
akan meningkat dibanding berdiri atau dari nilai Spearman Correlation (SC) dari dua

28
[Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.2, No.1 April 2017] AFIASI

variabel yaitu gerakan repetitif dengan keluhan Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah
nyeri punggung bawah (Low Back Pain) pada dilakukan Sapto Budi Nugroho (2012) dengan
pembuat kulit lumpia, berdasarkan hasil judul skripsi “Hubungan Postur Kerja Status
perhitungan dengan uji statistik Spearman Gizi Dan Gerakan Berulang Dengan Keluhan
Correlation menunjukkan hubungan kuat Subjektif Muskuloskeletal Pada Pekerja
antara gerakan repetitif dengan keluhan nyeri Pandai Besi” yang menyatakan bahwa adanya
punggung bawah (Low Back Pain) pada hubungan gerakan berulang dengan keluhan
pembuat kulit lumpia yaitu dengan nilai SC = subyektif musculoskeletal.
0,531 atau 53,1% Sehingga dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan Kesimpulan
kuat antara gerakan repetitif dengan keluhan 1. Terdapat hubungan antara posisi kerja
nyeri punggung bawah (Low Back Pain) pada duduk (P-value = 0,006) dengan keluhan
pembuat kulit lumpia. nyeri punggung bawah pada pembuat kulit
Untuk mengetahui perbandingan seberapa lumpia.
besar resiko yang ditimbulkan, maka 2. Terdapat hubungan gerakan repetitif (P-
digunakan Relatif Risk (RR) sebesar 7,250. value = 0,004) dengan keluhan nyeri
Berdasarkan tabel 5.4 diatas, diketahui bahwa punggung bawah pembuat kulit lumpia.
nilai RR = 7,250 > 1 dan nilai CI 95% (1,526-
34,445) sehingga RR bermakna. Hal ini berarti
Saran
responden yang melakukan gerakan repetitif ≥
2 kali dalam 1 menit mempunyai resiko 1. Bagi pembuat kulit lumpia
mengalami nyeri punggung bawah 7,250 kali Untuk pembuat kulit lumpia diharapkan
lebih besar dibandingkan dengan responden agar lebih memahami akan resiko dari
yang melakukan gerakan repetitif < 2 kali posisi kerja duduk dan gerakan repetitif
dalam 1 menit. pada pembuatan kulit lumpia, guna untuk
Dapat diketahui bahwa kategori gerakan mencegah resiko penyakit akibat kerja
repetitif yang terbanyak dari hasil penelitian, khususnya nyeri punggung bawah (Low
yaitu terdapat pada kategori beresiko sebanyak Back Pain).
29 pekerja (82,9%). Kurangnya pengetahuan 2. Bagi pemilik pembuat kulit lumpia
tentang gerakan repetitif pada pembuat kulit Untuk pemilik sebaiknya dibuat panduan
lumpia di pengaruhi oleh beberapa faktor, atau siasat pencegahan dan mengubah
seperti kurangnya kesadaran dan pengetahuan metode kerja untuk sesekali istirahat
akibat dari gerakan repetitif. pendek serta mengupayakan rotasi kerja
Analisis hasil observasi mengenai gerakan pada pembuat kulit lumpia.
repetitif didapatkan hasil yang beresiko, 3. Bagi peneliti lain
seperti gerakan repetitif yang terus dilakukan Diharapkan meneliti variabel lain yang
dalam kurun waktu 60 detik. Oleh karena itu, merupakan penyakit akibat kerja (PAK).
untuk mengurangi resiko gerakan repetitif Sehingga mendapatkan hasil yang berbeda
perlu dilakukannya istirahat sesekali pada dan dapat memberikan keragaman hasil
pekerja pembuat kulit lumpia atau melakukan penelitian yang akan tertarik untuk diteliti
rotasi pekerjaan. Hasil atau perubahan perilaku oleh peneliti selanjutnya.
dengan cara ini akan membutuhkan waktu
yang lama, akan tetapi perubahan yang dicapai Daftar Pustaka
bersifat langgeng atau menetap, karena 1. A.M. Sugeng Budiono, dkk. 2003. Bunga Rampai
didasari oleh kesadaran mereka sendiri.10 Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Semarang:
Universitas Diponegoro.

29
[Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.2, No.1 April 2017] AFIASI

2. Anies. 2014. Penyakit Akibat Kerja. Jakarta: PT


Elex Media Komputindo.
3. DepKes RI. 2007. Modul Pelatihan bagi
Fasilitator Kesehatan Kerja. Jakarta: DepKes.
4. NIOSH. 1997. Muskolkeletal Disorder (MSDs)
and Workplace Factor. Available :
www.cdcgov/niosh/topics/ergonomic.
5. Lawrence RC. 1998. Estimates of the prevalence
of arthritis and selected musculoskeletal disorders
in the United States.
6. Heriyanto. 2004. Gambaran Gangguan
Muskuloskeletal pada Pekerja di Indonesia.
Jakarta: Pusat Riset dan Pengembangan Ekologi
Kesehatan, Departemen Kesehatan.
7. Widyastuti, Yani. 2009. Kesehatan Reproduksi.
Yogyakarta: Penerbit Fitramaya.
8. Tarwaka. 2011. Ergonomi Industri Dasar-Dasar
Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di Tempat
Kerja. Surakarta: Harapan Press.
9. Nurmianto, Eko. 1998. Ergonomi Konsep Dasar
dan Aplikasinya, Edisi Pertama. Surabaya: ITS.
10. Notoatmodjo, S. 2007. Metodologi penelitian
kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
11. Santoso. 2004. Ergonomi Manusia, Peralatan dan
Lingkungan, Cetakan I. Jakarta: Prestasi Pustaka.

30

Anda mungkin juga menyukai