KOMUNIKASI TERAUPETIK Delika
KOMUNIKASI TERAUPETIK Delika
KOMUNIKASI
“komunikasi terapeutik”
AMSAR JAMBIA
POO341015003
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat dan karuniaNya Kami di berikan kesehatan dan kesempatan dalam menyelesaikan
makalah komunikasi ini.
Tak lupa Kami ucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu dalam penulisan makalah ini yang tidak dapat Kami ucapkan satu persatu
sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Di dalam makalah ini kami menyadari banyak terdapat kekurangan. Oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun sangat Kami harapkan agar menjadikan makalah ini
lebih baik lagi.
DAFTAR ISI
Kata pengantar…………………………………………………………………………
Daftar isi………………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUA
A.LATAR BELAKANG…………………………………………………………
B.RUMUSAN MASALAH ……………………………………………………..
C.TUJUAN MASALAH ………………………………………………………...
BAB II PEMBAHASAN
A.DEVINISI KOMUNIKASI TERAPEUTIK…………………………………..
B.JENIS-JENIS KOMUNIKASI TERAPEUTIK……………………………….
C.TEKNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK…………………………………….
D.TUJUAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK……………………………………
E.PRINSIP DASAR KOMUNIKASI TERAPEUTIK…………………………..
F.TAHAP KOMUNIKASI TERAPEUTIK……………………………………...
G.CARA PENCAPAIAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK……………………..
H. PENYIMPANGAN KOMUNIKASI………………………………………….
BAB III PENUTUP
A.KESIMPILAN…………………………………………………………………
B.SARAN………………………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan tugas yang diberikan pada mata perkuliahan Komunikasi yang membahas
tentang bagaimana cara seorang perawat melakukan komunikasi yang baik dan benar dengan klien
atau pasiennya. Komunikasi yang baik digunakan antara seorang perawat dengan pasiennya dalam
dunia keperawatan dikenal dengan komunikasi terapeutik.
Didalam proses penyusunan makalah ini kami menggunakan beberapa literatur seperti
buku-buku dan internet. Makalah ini berisikan pengertian komunikasi terapeutik, jenis-jenis
komunikasi, prinsip-prinsip komunikasi, tujuna komunikasi atau manfaat komunikasi, unsur-unsur
komunikasi, teknik komunikasi, fase komunikasi, dan hambatan komunikasi terapeutik itu sendiri
Komunikasi antara si pasien dengan juru rawat yang baik akan memberikan kepuasan tersendiri
pada diri pasien. Pasien akan merasa senang, bahagia, dan puas dengan hasil perawatan yang
diberikan. Dengan perasaan senang, puas dan nyamannya si pasien, hal ini akan membantu proses
penyembuhan dari diri pasien itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi komunikasi terapeutik ?
2. Apa jenis-jenis komunikasi terapeutik ?
3. Bagaimana teknik komunikasi terapeutik ?
4. Apa tujuan dan manfaat komunikasi terapeutik ?
5. Bagaimana prinsip komunikasi terapeutik ?
6. Bagaimana tahap komunikasi terapeutik ?
7. Bagaiman cara mencapai kondisi komunikasi terapeutik ?
8. Apa penyimpangan komunikasi terapeutik ?
C. Tujuan
1. Memahami definisi komunikasi terapeutik
2. mengetahui jenis-jenis komunikasi terapeutik
3. memahamiteknik komunikasi terapeutik
4. mengetahui tujuan dan manfaat komunikasi terapeutik
5. memahamiprinsip dasar komunikasi terapeutik
6. memahamitahap komunikasi terapeutik
7. mengetahuicara mencapai kondisi komunikasi terapeutik
8. mengetahuipenyimpangan komunikasi terapeutik
BAB II
PEMBAHASAN
A. Devinisi komunikasi
Suasana yang menggambarkan komunikasi yang terapeutik adalah apabila dalam berkomunikasi
dengan klien, perawat mendapatkan gambaran yang jelas tentangkondisi klien yang sedang di
rawat, mengenai tanda dan gejala yang ditampilkan serta keluhan yang di rasakan.Menurut As
homby ( 1974) yang dikutip oleh abdul nasir dalam buku komunikasi dalam keperawatan
(2001)
Komunikasi mencakup ekspresi wajah , sikap dan gerak- gerik suara , kata-kata tertulis dan lain-
lain menurut Drs. Onong uchjana effendi, MA di kutip oleh ernawati dalami dalam buku
komunikasi keperawatan
hal ini mengambarkan bahwa dalam menjalani proses komunikasi terapeutik, seorang perawat
melalukan kegiatan dari mulai pengkajian, menentukan masalah keperawatan, menentukan
rencana tindakan, melalukan tindakan keperawatan sesuai dengan yang telah di rencanakan sampai
pada evaluasi yang semuanya itu bisa di capai dengan maksimal apabila terjadi proses komunikasi
yang efektif dan intensif.
B. Jenis komunikasi
Menurut potter dan perry (1993) swansburg (1990) szilagyi ( 1984) dan tappen ( 1995 )o
Ada 2 jenis komunikasi yaitu :
1. Komunikasi verbal
Memlalui bahasa , seseorang aka mengomunikasikan dan menginterpretasikan kat secara verbal
sehingga bahasa dapat di devinisikan sebagi sebuah seperangkat kata yang telah di susun secara
berstruktur sehingga menjadi himpunan kalimat yang mengandung arti . selain itu, melalui bahasa
seseorang juga dapat mengungkapkan sebuah perasaan, ide, kesan, dan respons emosional denga
tujuan agar tercipta hubungan yang baik dan tercipta ikatan-ikatan dalam kehidupan manusin, serta
mempelajari sekeliling kita dalam memahami lingkungan melalui proses intraksi.
Sampai pada tahap di interprestasikan dalam sebuah kata, komunakis verbal membutuhkan
ketarampilan komunitif dalam mengelola sebuah stimulus agar stimulus tersebut mampu di
presepsikan dan di tampilakan dalam bentuka dalam sebuah perasaan, ide, keinginan untuk
menguraikan sebuah stimulus, ataupun sampai pada tahap mengingat kembali yang di
interprestasikan dalam arti yang sesungguhnya. Kata- kata adalah alat atau symbol yang di pakai
untuk mengekspresikan ide atau perasaan , membangkitkan respons emosional, menguraikan
objek, observasi dan ingantan. Kata-kata juga sering di gunakan untuk menyampaikan arti yang
tersembunyi dan menguji minat seseorang.Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu
memungkinkan tiap individu untuk berespons secara langsung, untuk itu perlu adanya pengenalan
bahasa. Komunikasi verbal yang efektif harus seusi dengan hal – hal berikut :
Jelas dan ringkas : komunikasi yan efektif harus sederhana pendek dan langsung makin sedikit
kata-kata yang di gunakan makin kecil kemungkinan terjadinya kerancuan.
Perbendaharaan kata : komuniaki tidak akan berhasi jika pengirim pesan tidak mampu
menerjemahkan kata dan ucapan.
Arti denotatif dan konotatif : adalah makna asli, makna asal atau makna sebenarya yang dimiliki
oleh sebuah leeksem.
Selaan dan kesempatan berbicara : selaan perlu digunakan untuk menekankan pada hal tertentu
serta memberi waktu kepada pendengar unrtuk mendengarkan dan memahami arti kata.
Waktu dan relevansi : perawat harus peka terhadap ketepatan waktu untuk berkomunikasi
Humor :menurut dugan ( 1989 ) mengatakan bahwa tertawa membantu mengurangi ketegangan
dan rasa sakit yang di sebabkan oleh stress, serta meningkatkan keberhasilan perawat dalam
memberiakan dukungan emosional terhadap klien.
2. Komunikasi nonverbal
Komunikasi nonverbal merupakn penyampaian kode nonverbal yaitu sesuatu peroses pemindahan
atau penyampaian pesan tanpa mengguanakan kata- kata. Menurut cangara , H , (2006
) mendevebisikan bahwa penyampaian kode nonverbal biasa di sebut juga bahasa isyarat atau
bahasa diam ( silent language ). Apabila terjadi pertentangan antara apa yang di ucapkan dan apa
yang di perbuat, seseorang akan cenderung mempercayai hal-hal yang bersifat kode nonverbal dari
pada kodeverbal.
Komunikasi nonverbal dapat di amati pada hal- hal berikut :
1. Metakomuniaksi : suatu komentar terhadap isi pembicaraan dan sifat hubungan antara yang
berbicara .
2. Penampilan personal :menurut lalliascosi,(1990) dalam poter dan perry (1993 ) kesan pertama
timbul dalam 20 detik sampai 4 menit pertama. Delapan puluh empat persen dari kesan terhadap
seseorang berdasarkan penampilannya.
3. Paranguage : intonasi atau nada suara pembicara mempunyai dampak yang besar terhadap arti
pesan yang dikirimkan karna emosi seseorang dapat secara langsung memepengaruhi nada
suaranya.
4. Gerakan mata
5. Kinesics : merupaka gerakan tubuh yang menggambarkan sikap emosi, konsep diri, dan keadaan
diri.
6. Sentuhan
C. Teknik komunikasi terapeutik
Dalam menanggapi pesan yang disampaikan klien, perawat dapat menggunakan berbagai teknik
komunikasi terapeutik sebagai berikut (Stuart dan Sundeen, 1987, hl. 124)
1. Mendengarkan : Merupakan dasar utama dalam komunikasi. Dengan mendengar perawat
mengetahui perasaan klien. Beri Kesempatan lebih banyak pada kien untuk bicara. Perawat harus
menjadi pendengar yang aktif.
2. Pertanyaan Terbuka (broad opening) : Memberi kesempatan untuk memilih. Serta mendorong
klien untuk menyeleksi topik yang akan dibicarakan.
3. Mengulang (restarting) : Mengulang pokok pikiran yang diungkapkan atau diekspresikan klien
dengan menggunakan kata-kata sendiri. Gunanya untuk menguatkan ungkapan klien dan memberi
indikasi perawat mengikuti pembicaraan klien.
a. Refleksi Isi : Memvalidasi apa yang didengar. Klarifikasi ide yang diekspresikan klien dengan
pengertian perawat.
b.Refleksi Perasaan : Memberi respon pada perasaan klien terhadap isi pembicaraan, agar klien
mengetahui dan menerima perasaannya.
Gunanya Untuk :
Mengoreksi
5. Klarifikasi/Validasi ; Berupaya menyampaikan ide atau pikiran klien yang tidak jelas dan meminta
klien menjelaskan kembali. Hal ini biasa dilakukan bila perawat ragu, tidak jelas, tidak mendengar,
atau klien malu mengemukakan informasi, informasi yang diperoleh tidak lengkap atau
mengemukakannya berpindah-pindah.
6. Memfokuskan (focusing) ; Komunikasi yang dilakukan untuk membatasi area diskusi sehingga
menjadi lebih spesifik dan dimengerti. Membantu klien bicara pada topik yang telah dipilih dan
yang penting. Dan menjaga pembicaraan tetap menuju tujuan yaitu lebih spesifik, lebih jelas dan
berfokus pada realitas.
7. Membagi Persepsi/Sharing Persepsi ; Meminta pendapat klien tentang hal yang perawat rasakan
dan pikirkan. Dengan cara ini perawat dapat meminta umpan balik dan memberi informasi.
8.Identifikasi Tema : Menyatakan isu atau masalah yang terjadi berulang kali.Gunanya untuk
meningkatkan pengertian dan mengeksplorasi masalah yang penting.
9.Diam : Tidak ada komunikasi verbal, memberikan kesempatan klien untuk mengutarakan
pikirannya.
11. Saran : Memberi alternatif ide untuk pemecahan masalah. Tepat dipakai pada fase kerja
dan tidak tepat pada fase awal hubungan.
Komunikasi merupakan cara yang sangat efektif mengubah perilaku klien. Sedemikian
pentingnya bahkan dengan komunikasi yang baik mampu menurunkan tingkat kecemasan klien
dan mampu menutupi kelemahan perawat dalam hal pengetahuan dan keahlian yang dimiliki
perawat.
Klien dalam tatanan pelayanan keperawatan belum pernah menanyakan berapa nilai akademik
yang anda peroleh dipendidikan ataupun apakah saudara bisa melakukan tindakan keperawatan
ini. Yang dirasakan dan dilihat klien adalah bagaimana saudara menyampaiakan pesan itu kepada
klien,karena dari hal itulah klien akan mengasumsikan bahwa saudara mempunyai kognitif dan
keahlian yang memadai.
Namun dalam hal komunikasi antara perawat dan klien terkadang ada komunikasi yang
menyimpang, dimana komunikasi yang dilakukan perawat terhadap klien terputus (tidak
tersampaikannya maksud dan tujuan perawat). Pesan yang telah dirancang sedemikian rupa
dengan harapan mampu mengubah perilaku klien, namun pada kenyataannnya belum sesuai
dengan yang diharapkan. Kendala itu merupakan proses penyimpangan komunikasi yang bisa saja
terjadi antara perawat dan klien.Penyimpangan komunikasi ini akan menghambat tujuan dari
komunikasi.
Penyimpangan komunikasi yang dilakukan klien merupakan bentuk dari upaya untuk menutupi
diri dan sikap menghindar untuk tetap tidak menyadari atau mengakui bahwa dalam dirinya ada
perasaan yang mengganggu dan mengusik yang berakibat meningkatnya kecemasan pada dirinya.
Penyimpangan tersebut merupakan bentuk resistensi dari diri klien kepada perawat.
Menurut nurhasanaN(2010) resisten merupakan upaya klien untuk tetap tidak menyadari atau
mengakui penyebab kecemasan dalam dirinya dalam rangka melawan atau menyangkal perasaan.
Perilaku tersebut membuat perawat gagal dalam mendapatkan masukan yang berharga maupun
data yang valid dalam membangun intervensi keperawatan, demikian juga klien tidak
mendapatkan pelayanan keperawatan yang baik karena tidak didukung dengan data masalah yang
valid. Dengan demikian, menyimpangan komunikasi tersebut pada akhirnya sangat merugikan
klien karena menjadikan hari rawat menjadi lebih panjang. Penyimpangan komunikasi dalam
bentuk resistensik yang dilakukan oleh klien diakibatkan klien belum siap untuk mengutarakan
masalahnya dan mencoba untuk menekan masalah kealam tidak sadar. Hal ini dilakukan sebagai
bentuk dari protes akan ketidaksiapan klien kepada perawat karena klien belum percaya kepada
perawat sehingga tidak ada keinginan untuk mengungkapkan masalahnya yang sebenarnya.
Sebagai bentuk dari protes klien kepada perawat, maka penyimpangan komunikasi yang dilakukan
klien antara lain sebagai berikut.
Penyimpangan komunikasi yang lain pada diri klien adalah menghubungkan kejadian atau
pengalaman masa lalu kedalam bentuk dan isi pikiran sehingga menimbulkan mindset dalam
berfikir.klien mencoba untuk mentranskripsikan atau mengopy cetak ulang atas perbuatan yang
telah dialami dengan mengansumsikan bahwa pelakuyang memberikan pengalaman tersebut ada
kemiripan dengan perawat saat ini yang dianggap bahwa perawat saat ini juga mempunyai
kecendrungan yang sama dalam berbuat dan bertindak.
Tidak bijaksana dalam membuat kontrak dengan klien, terlambat atau terlalu lama, dan lain-lain
Melamunkan klien
Kontertransferens timbul dengan tidak sengaja atau bahkan perawat sendiri tidak merasa bahwa
saat ini dia sudah terjadi kontertransferens, oleh karena itu diperlukan kewaspadaan yang tinggi
dari diri perawat. Untuk menghindari terjadinya kontertransferens, Stuart, G.W (1998) dalam
suryani (2006) berpendapat bahwa terdapat lima cara untuk mengidentifikasi terjadinya
kontertransferens.
Perawat harus mempunyai standar yang sama terhadap dirinya sendiri atasa apa yang diharapkan
kepada kliennya.
Perawat harus dapat menguji diri sendiri melalui latihan menjalin hubungan, terutama saat klien
menentang atau mengkritik.
Ketika kontertransferens terjadi, perawat harus dapat melatih diri untuk mengontrolnya.
b. Pelanggaran batas : Batasan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada klien
adalah batasan yang didasarkan atas pemenuhan kebutuhan dasar yang belum terpenuhi akibat
penyakitnya. Dengan demikian pemberian asuhan keperawatan kepada klien juga berdasarkan atas
upaya pemenuhan kebutuhan dasarnya dan tidak menyimpang dari situ. Pelanggaran batas yang
dilakukan perawat adalah apabila perawat dalam memberikan asuhan keperawatan menyimpang
dari pemenuhan kebutuhan dasara manusia dan klien diajak berkomunikasi mengenai hal ini diluar
keperawtan, dimana hal itu tidak ada hubungan dengan keluhan yang dirasakan klien saaat ini.
c. Pemberian Hadiah : Pemberian hadiah dalam bentuk barang tertentu atau hadiah nyata yang
mempunyai tendensi tertentu yaitu mengharapkan dengan pemberian hadiah tersebut, perlakuan
perawat pada diri klien akanmelebihi dari konsep pelayanan keperawatan yang semestinya. Situasi
yang sering dimanfaatkan klien saat memberikan hadiah pada perawat dengan tendensi tertentu
adalah apabila pertama kali klien masuk ruangan. Dengan pemberian hadiah tersebut harapannya
klien dapat memanipulasi perawat dengan cara mengatur hubungan dan mengatur batasan-batasan
dalam berhubungan ( ernawati dalami 2009). Mengatur hubungan dimaksud adalah bagaimana
emosi perawat bisa masuk didalam emosi klien dengan harapan justru perawatnya yang nantinya
bisa dikedalikan oleh klien.
Contoh kasus komunikasi terapeautik
Perawat : selamat pagi
Pasien : selamat pagi sus
Perawat : perkenalkan nama saya asma, saya adalah perawat yang bertugas pada pagi
hari ini. Boleh saya tau nama panggilan yang ibu senangi
Pasien : saya biasa dipanggil riska
Perawat : ohh baik ibu riska bagaimana perasaan ibu pagi hari ini? apa ada yang ibu keluhkan?
Pasien : oh iya sus luka dikaki saya meradang lagi
Perawat : oh iya ibu boleh sya lihat lukanya
Pasien : ohh iya silahkan
Perawat : permisi ibu, maaf ya
Setelah melihat luka ( bangkit)
Perawat : ooh iya ibu, luka ibu ini Cuma meradang saja. Untuk mengurangi radangnya sebaiknya lukanya
dibersihkan dulu, karena lukanya mudah infeksi
Pasien : ohh iya sus
Perawat : jadi bagaimana ibu? Apa ibu bersedia pembersihan lukanya dilakukan sekarang?
Pasien : ohh iya sus silahkan..
Perawat mempersiapkan alat
Perawat : bagaimana ibu? Bagaimana perasaanya setelah dibersihkan?
Pasien : ohh lebih baik. Tapi sus setelah dibersihkan apa radangnya tidak datang lagi?
Perawat : oohh iya ibu, pembersihan luka ibu ini sebaiknya dilakukan secara rutin. Karena seperti yang
saya jelaskan sebelumnya bahwa luka ibu ini masih sangat mudah untuk terinfeksi. Jadi ibu
dapat melakukan pembersihan luka secara rutin dan membantu proses penyembuhannya dengan
obat.
Pasien : ohh iya sus.
Perawat : baiklah ibu saya akan melanjutkan pekerjaan saya, saya permisi dulu ya.
Pasien : iya suster silahkan
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Komunikasi Terapeurik ialah pengalaman interaktif bersama antara perawat dan pasien
dalam komunikasi yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh
pasien.Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling
memberikan pengertian antar perawat dengan pasien.Persoalan mendasar dan komunikasi in
adalah adanya saling membutuhan antara perawat dan pasien, sehingga dapat dikategorikan ke
dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan pasien, perawat membantu dan pasien menerima
bantuan.
Komunikasi terapeutik bukan pekerjaan yang bisa dikesampingkan, namun harus
direncanakan, disengaja, dan merupakan tindakan profesional.Akan tetapi, jangan sampai karena
terlalu asyik bekerja, kemudian melupakan pasien sebagai manusia dengan beragam latar belakang
dan masalahnya.
B. SARAN
Perawat yang memberikan pelayanan kesehatan kepada klien, hendaknya memperhatikan
cara berkomunikasi dengan kliennya. Karena kesan pertama dari pelayanan sangat berpengaruh
terhadap kredibilitas perawat itu sendiri. Jika ingin menjadi seorang perawat yang professional,
mulailah dari cara berkomunikasi yang professional juga.
DAFTAR PUSTAKA
Delami Ernawati, dkk 2009. Komunikasi keperawatan, Jakarta : trans info media
Nurhasana N. 2010 .ilmu komunikasi dalam kontreks keperawatan, Jakarta : trans info
media
Tyastuti siti , dkk . 2008 .komunikasi dan konelin dalam pelayanan kebidanan .
Yogyakarta : fitramaya.