UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEOLOGI
MAKALAH
MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI
(KETERKAITAN SIFAT OPTIK MINERAL TERHADAP IDENTIFIKASI
BATUAN BEKU)
OLEH KELOMPOK 1 :
PALU
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun haturkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah Mineral Optik dan Petrografi dengan judul
Keterkaitan Sifat Optik Mineral Terhadap Identifikasi Batuan Beku ini dapat
selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada teman-teman serta semua pihak
terkait yang telah memberikan teori maupun materi selama proses penyusunan
makalah ini hingga selesai.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan, baik dari segi kualitas maupun kuantitas, untuk itu saran dan kritik
yang membangun sangat diperlukan. Demikian, semoga makalah ini memberikan
manfaat. Terima kasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kerak bumi merupakan lapisan terluar dari bumi, dimana penyusunnya
merupakan batuan yang terbentuk dari kumpulan mineral. Mineral adalah bahan
anorganik berbentuk padatan yang terjadi secara alamiah dan memiliki sifat kimia
dan fisika yang khas.
Mineral optik menitik beratkan pada studi tentang pengamatan dan
pendeskripsian mineral-mineral penyusun batuan yang merupakan litologi dari
permukaan bumi. pengamatan ini dilakukan dengan bantuan mikroskop polarisasi,
yaitu mikroskop yang menggunakan pembiasan cahaya dalam proses kerjanya,
karena dengan sinar itu beberapa sifat dari kristal akan nampak jelas sekali.
Sifat dan ciri optik mineral yang didapatkan dari hasil pengamatan dapat
mengungkapkan jenis mineral yang ada, dimana berguna dalam mengidentifikasi
jenis batuan dari mineral tersebut
1
BAB II
PEMBAHASAN
SEDIMENTARY
ROCK
IGNEOUS
METAMORPHICRO ROCK
CK
Diagram siklus batuan di kerak bumi yang menggambarkan proses dan hubungan batuan. (N. Gary Lane,
Indiana Geological Survey
2
Siklus batuan (infohow.org)
3
kandungan komposisi magma akan membentuk mineral tertentu pada batuan.
Hal ini dapat dipelajari dengan memperhatikan diagram berikut:
Diagram mineral-mineral umum penyusun batuan beku (O’Dunn & Sill, 1986)
4
Deret reaksi Bowen
5
memiliki berbagai struktur yang memberi petunjuk mengenai proses yang
terjadi pada saat pembekuan lava tersebut.
Tekstur pada batuan beku umumnya ditentukan oleh tiga hal utama, yaitu
kristalinitas, granularitas, dan bentuk kristal
1) Kristalinitas, yaitu derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu
terbentuknya batuan tersebut. Kristalinitas dalam fungsinya digunakan
untuk menunjukkan berapa banyak yang berbentuk kristal dan yang
tidak berbentuk kristal, selain itu juga dapat mencerminkan kecepatan
pembekuan magma. Apabila magma dalam pembekuannya berlangsung
lambat maka kristalnya kasar. Sedangkan jika pembekuannya
berlangsung cepat maka kristalnya akan halus, akan tetapi jika
pendinginannya berlangsung dengan cepat sekali maka kristalnya
berbentuk amorf. Kristalinitas dibagi menjadi 3, yakni
Holokristalin, adalah batuan beku yang semuanya tersusun oleh
kristal
Hipokristalin, apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas
dan sebagian lagi terdiri dari massa kristal
Holohialin, apabila semua penyusun batuan adalah massa gelas
2) Granularitas, dapat diartikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan
beku. Granularitas terbagi menjadi 3, yakni :
Faneritik, besar kristal-kristal dari golongan ini dapat dibedakan
satu sama lain secara megaskopis dengan mata telanjang.
Porfiritik, tekstur khusus dimana terdapat butiran halus dan butiran
kasar dalam batuan.
Afanitik, besar kristal-kristal dari golongan ini tidak bisa
dibedakan dengan mata telanjang sehingga diperlukan bantuan
mikroskop
3) Bentuk kristal, yaitu sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat
batuan secara keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal
tiga bentuk kristal, yaitu:
Euhedral, jika batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang
6
kristal.
Subhedral, jika sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat
lagi.
Anhedral, jika mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.
Batuan beku disusun oleh senyawa-senyawa kimia yang membentuk
mineral penyusun batuan beku. Salah satu klasifikasi batuan beku dari kimia
adalah dari senyawa oksidanya, seperti SiO2, TiO2, AlO2, Fe2O3, FeO, MnO,
MgO, CaO, Na2O, K2O,H2O,P2O5, dari persentase setiap senyawa kimia dapat
mencerminkan beberapa lingkungan pembentukan mineral.
Analisa kimia batuan dapat dipergunakan untuk penentuan jenis magma
asal, pendugaan temperatur pembentukan magma, kedalaman magma asal, dan
lain-lain. Dalam analisis kimia batuan beku, diasumsikan bahwa batuan tersebut
mempunyai komposisi kimia yang sama dengan magma sebagai pembentukannya.
Batuan beku yang telah mengalami ubahan atau pelapukan akan mempunyai
komposisi kimia yang berbeda. Karena itu batuan yang akan dianalisa haruslah
batuan yang sangat segar dan belum mengalami ubahan. Namun begitu sebagai
catatan pengelompokan yang didasarkan kepada susunan kimia batuan, jarang
dilakukan. Hal ini disebabkan disamping prosesnya lama dan mahal, karena harus
dilakukan melalui analisa kimiawi.
Batuan Menengah 52 – 66 %
Batuan basa 45 – 52 %
7
Penamaan batuan berdasarkan kandungan mineral mafik
Nama Batuan Kandungan Silika
Leucocratic 0 – 33 %
Mesocratic 34 – 66 %
Melanocratic 67 – 100 %
8
2.3 Sifat Optik Mineral
Sifat optik mineral merupakan kunci untuk mengetahui jenis mineral, untuk
itu sangat diperlukan ketelitian saat melakukan pengamatan. Pengamatan mineral
optik dilakukan dengan bantuan mikroskop, yang dimaksud di sini adalah
mikroskop polarisasi yang berbeda dengan mikroskop biasa, dimana mikroskop
biasa hanya memperbesar benda yang diamati. Mikroskop polarisasi
menggunakan cahaya yang dibelokkan atau terbias, bukan cahaya terpantul.
Mikroskop yang dipergunakan untuk pengamatan sayatan tipis dari batuan, pada
prinsipnya sama dengan mikroskop yang biasa dipergunakan dalam pengamatan
biologi. Keutamaan dari mikroskop ini adalah cahaya (sinar) yang dipergunakan
harus sinar terpolarisasi. Karena dengan sinar itu beberapa sifat dari kristal akan
nampak jelas sekali. Salah satu faktor yang paling penting adalah warna dari
setiap mineral, karena setiap mineral mempunyai warna yang khusus. Sifat optik
mineral diuraikan dibawah ini :
Warna mineral adalah pencerminan dari data serap atau absorpsi panjang
gelombang tertentu dari cahaya atau sinar yang masuk. Terjadinya warna
merupakan akibat adanya gejala serapan cahaya yang melintasi kristal.
Jenis warna ada 3, yaitu :
Opak (tidak tembus cahaya), suatu obyek yang berwarna hitam akan
menyerap semua cahaya yang mengenainya.
Transparan (tembus cahaya), apabila diberi cahaya akan menampilkan
berbagai macam warna. Sifat ini yang digunakan pada mikroskop
polarisasi.
Putih, semua obyek yang warna putih akan memantulkan seluruh
warna yang datang dan hanya sebagian kecil yang terpantulkan,
ssehingga tampak memperlihatkan warna kelabu.
Bentuk mineral, pengamatan bentuk mineral secara optik dilakukan
dengan melihat bentuk mineral dalam kondisi dua dimensi. Sementara itu
dengan adanya bidang belahan dari mineral, maka dapat pula kita
menafsirkan struktur kristal dari mineral tersebut. Ada 3 macam bentuk
mineral, bentuk mineral yang seluruhnya dibatasi oleh bidang kristalnya
9
sendiri disebut Euhedral, jika sebagian dibatasi oleh bidang kristalnya
sendiri disebut Subhedral, jika tidak dibatasi bidang kristalnya sendiri
disebut Anhedral.
Belahan (Cleavage), setiap mineral mempunyai kemampuan dan
kecenderungan untuk terpisah menjadi bagian yang lebih kecil. Apabila
bidang-bidang tersebut berbentuk lurus dengan arah tertentu sesuai dengan
bentuk kristalnya, bidang tersebut adalah belahan (cleavage). Salah satu
dari sifat mineral adalah adanya bidang belahan yang tetap, hal tersebut
berhubungan pula dengan sifat-sifat khusus struktur atom mineral tersebut.
Pecahan (Fracture), jika bidang-bidang kecil dari mineral tidak lurus
dengan arah yang tidak teratur dan tidak dikontrol oleh struktur atomnya ,
maka bidang tersebut adalah pecahan (fracture).
Pleokroisme, gejala perubahan warna mineral pada ortoskop tanpa nikol
atau nikol sejajar bila meja objek diputar 90º, disebut dengan pleokroisme.
Untuk semua jenis mineral, masing-masing mempunyai sifat pleokroisme
yang berbeda. Bila terjadi dua perubahan warna yang berbeda disebut
Dwikroik, bila terjadi perubahan tiga warna yang berbeda disebut
Trikroik.
Relief mineral, adalah kenampakan yang timbul akibat adanya perbedaan
indeks bias antara suatu mineral dengan media yang terdapat disekitarnya,
karena umumnya perekat sayatan tipis adalah balsam kanada, maka skala
relief pembandingnya adalah balsam kanada. Jadi balsam kanada tidak
mempunyai relief atau berelief nol (nkb = 1,537). Relief bisanya meliliki
kenampakan seperti sebuah garis yang mengelilingi bagian permukaan
mineral yang di amati, semakin jelas kenampakan dari garis tersebut
semakin tinggi relif pada objek tersebut.
Intensitas, adalah banyaknya cahaya yang dilihat pada nikol sejajar. Ketika
suatu objek di berikan cahaya dapat kita lihat bahwa semakin terang objek
mineral tersebut maka semakin tinggi intensitas dari mineral tersebut.
Ukuran mineral, adalah ukuran yang dimiliki suatu mineral. Ukuran suatu
mineral dapat dihitung dari hasil perkalian antara perbesaran lensa okuler
10
dan lensa obyektif, bisa juga dilihat langsung dengan mikrometer obyek
atau penggaris. Untuk mengetahui ukuran tiap bagian, dipergunakan lensa
okuler yang berskala. Dariperhitungan tersebut dapat diketahui diameter
dari lingkaran medan pandangan. Dengandemikian kita akan bisa
mengetahui ukuran setiap mineral (umumnya dalam satuan ukur mm).
Warna interferensi, adalah warna yang dihasilkan dari cahaya yang
diteruskan melalui analisator kepada mata pengamat. Warna interferensi
terjadi pada mineral anisotrop karena adanya selisih harga indeks bias
sinar ordiner dan sinar ekstraordiner. Rangkaian warna interferensi terbagi
menjadi beberapa orde, mulai dari orde pertama hingga orde keempat.
Semakin tinggi ordenya maka akan semakin cerah (terang) warnanya,
begitupun sebaliknya, semakin rendah ordenya, maka akan semakin gelap
warnanya.
Bias rangkap, cahaya yang masuk dalam media anisotrop akan dibiaskan
menjadi 2 sinar, yang bergetar dalam 2 bidang yang saling tegak lurus.
Harga bias rangkap merupakan selisih maksimum kedua indeks bias sinar
yang bergetar dalam suatu mineral.
Sudut gelapan, adalah sudut yang dibentuk oleh sumbu panjang
kristalografi (sb-c) dengan sumbu indikatrik mineral, baik sinar cepat
maupun sinar lambat. Ada 3 macam sudut gelapan yaitu, Parallel Apabila
sumbu C sejajar atau tegak lurus dengan sumbu indikatrik mineral atau C
^ X,Z =0° atau C ^ X,Z = 90°, Miring Apabila sumbu C membentuk sudut
dengan sumbu indikatrik mineral atau C ^ X,Z = 1°-44°, dan simetri jika
mineral menjadi padam pada kedudukan dimana benang silang membagi
sudut yang dibentuk oleh dua arah belahan sama besar atau apabila sumbu
C membentuk sudut 45° dengan sumbu indikatrik mineral, C ^ X,Z = 45°.
Jenis gelapan, jenis gelapan dapat diketahui dari hasil nilai sudut gelapan.
Ada 5 jenis gelapan, yaitu gelapan paralel (sejajar), gelapan simetris,
gelapan miring, gelapan bergelombang dan gelapan bintik.
Kembaran, pada kenampakan mikroskopis kembaran nampak sebagai
lembar-lembar yang memperlihatkan warna interferensi dan pemadaman
11
yang berbeda. Kenampakan tersebut dapat disebabkan karena terjadi
gangguan pada waktu proses kristalisasi yang menyebabkan kembaran
tumbuh. Dapat juga terjadi karena adanya proses deformasi pada waktu
kristal tersebut sudah terbentuk (kembaran deformasi). Sifat ini dapat
diamati pada posisi pengamatan nikol silang.
Nama mineral, nama mineral didapatkan setelah semua sifat optik diatas
telah teramati. Nama mineral disimpulkan berdasarkan hasil pengamatan
yang telah dilakukan pada sayatan tipis batuan.
12
2. Ortoklas
3. Biotit
Biotit merupakan mineral yang tersebar luas dan umum, terdapat dalam
batuan beku hampir semua tipe. Juga merupakan kelompok mineral mika hitam
yang biasanya ditemukan dalam batuan beku, serta memiliki bentuk lembaran
silikat atau kristal euhedral dan agak melengkung.
4. Olivin
13
Olivin merupakan mineral pembentuk yang banyak ditemukan dalam
batuan beku mafik dan ultramafik seperti basalt, gabro, dunit, diabas, peridotit.
Olivin biasanya memiliki warna hijau serta memiliki komposisi kimia berkisar
antara Mg2SiO4 dan Fe2SiO4. Memiliki bentuk anhedral poligonal dan berupa
fenokris.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan mengenai keterkaitan sifat optik mineral terhadap
identifikasi batuan beku, dapat diambil kesimpulan, yaitu :
Memahami karakteristik dan genesa mineral khususnya melalui sifat optis
suatu mineral dapat mempermudah dalam mendeskripsikan baik mineral
itu sendiri ataupun asosiasi mineral tersebut dalam batuan, sehingga
klasifikasi batuan dapat dilakukan dengan baik dengan memperhatikan
komposisi batuan tersebut serta mempertimbangkan tekstuk batuan yang
berkembang.
Kaitan dari sifat optik mineral penyusun batuan dengan identikasi batuan
beku yaitu salah satunya terdapat pada sifat optik mineral dominan yang
dapat memungkinkan dilakukannya penyimpulan dalam menentukan
jenis dari batuan beku itu sendiri, baik itu asam, intermedit, basa maupun
ultrabasa. Yang tidak luput pula dari tekstur maupun struktur mineral
yang terbentuk dari proses pembekuan magma atau pembentukan dari
batuan itu sendiri.
15