Anda di halaman 1dari 30

BATANG GRAM.

NEGATIF ENTERIK (ENTEROBACTERIACEAE) 261

Tabel 16-4. Contoh formula antigenik salmonela darah. Organisme ini dibawa oleh darah ke berbagai
organ, termasuk usus. Salmonela bermultiplikasi di
j*T{el1llryd}i}1,., : jaringan limfoid usus dan diekskresikan di dalam feses.
'D Setelah masa inkubasi selama 10-14 hari, timbul
5 Typhi 9, 12 (Vi):d:-
A 5 Paratyphi A 1,2, 12:a-
demam, malaise, sakit kepala, konstipasi, bradikardia,
C1 5 Choleraesuis 6, 7: c:1,5 dan mialgia. Demam meningkat sampai plateau yang
B 5 Typhimurium 1,4.5, 12:i:1,2 tinggi, dan terjadi pembesaran limpa serta hati. Meski
D 5 Enteritidis 1,9, 12zg,m:- jarang, pada beberapa kasus terlihat bintik-bintik merah
lAntigen O: angka ya.ng dicetak tebal. (Rose spots).yang timbul sebentar, biasanya pada kulir
(Vi): Antigen Vi jika ada.
abdomen atau dada. Hitung sel darah putih normal atau
Fase 1 Antigen H: huruf kecil.
Fase 2 Antigen H: angka.
menurun. Pada masa sebelum antibiotik, komplikasi
utama demam enterik adalah perdarahan dan perforasi
serologik definitif. Hal ini memungkinkan petugas usus, dan angka mortalitasnya adalah 10-15%. Terapi
kesehatan masyarakat untuk memantau dan mengetahui dengan antibiotik menurunkan angka mortalitas hingga
epidemiologi infeksi salmonela berdasarkan penyebaran kurang dari 7o/o.
wilayah dan nasional. Lesi utama adalah hiperplasia dan nekrosis jaringan
limfoid (misa|, Peyer\ patch), hepatitis, nekrosis fokal di
Variasi hati, serta inflamasi pada kandung empedu, periosteum,
paru, dan organ lainnya.
Organisme dapat kehilangan antigen H dan menjadi tidak
motil. Hilangnya antigen O menimbulkan perubahan B. BAKTEREHIA DENGAN LEsI FoKAL
bentuk koloni yang halus menjadi kasar. Antigen Vi dapat
hilang sebagian atau seluruhnya. Antigen dapat diperoleh Keadaan ini umumnya disebabkan oleh S cltoleraesuis,
(atau hilang) pada proses transduksi. tetapi juga dapat disebabkan oleh serotipe salmonela apa
pun. Setelah infelai melalui mulut, terjadi invasi dini ke
Patogenesis & Gambaran Klinis aliran darah (dengan kemungkinan lesi fokal di paru,
tulang, meninges, dan lain-lain), tetapi manifestasi di usus
Salmonella Typhi, Salmonella Choleraesuis, dan mungkin sering tidak ada. Biakan darah positif.
juga Salmonella Paratyphi A dan Salmonella Paratypht B
bersifat infeksius untuk manusia, dan infeksi oleh C. ENTERoKoLrrrs
organisme tersebut didapatkan dari manusia. Namun,
sebagian besar salmonella bersifat patogen terutama bagi
Enterokolitis merupakan manifetasi infeksi salmonela
hewan yang menjadi reservoir untuk infeksi manusia: yang paling sering terjadi. Di AS, SalmonellaTyphimurium
unggas, babi, hewan pengerar, hewan ternak, binatang dan Salmonella F.nteritidis lebih menonjol, tetapi
piaraan (dari kura-kura hingga burung kakaktua), dan
enterokolitis dapat disebabkan oleh lebih dari 1400
banyak lainnya. serotipe salmonela grup 1. Delapan hingga 48 jam setelah
tertelannya salmonela, timbul mual, sakit kepala, muntah,
Organisme ini hampir selalu masuk melalui rute oral,
dan diare hebat, dengan beberapa lekosit di dalam feses.
biasanya bersama makanan atau minum an yang
terkontaminasi. Dosis infektif r ata4 ara unruk menimbulkan Sering timbul demam ringan, tetapi biasanya sembuh
infeksi klinis atau subklinis pada manusia adaiah 10t-108 dalam 2-3 hari.
salmonela (mungkin cukup dengan 103 organisme Terdapat lesi inflamasi pada usus halus dan usus besar.
Salmonella Typhi). Beberapa faktor pejamu yang Bakteremia jarang terjadi (2-4o/o) kecuali pada pasien
menimbulkan resistansi terhadap infelai salmonela adalah yang mengaiami imunodefisiensi. Biakan darah biasanya
keasaman lambung, flora mikroba normal usus, dan negatif, tetapi biakan feses biasanya positif untuk
kekebalan usus setempat (lihat di bawah). salmonela dan dapat tetap positif selama beberapa minggu
Salmonela menyebabkan tiga macam penyakit utama setelah penyakit sembuh secara klini.s.
pada manusia, tetapi sering juga ditemukan bentuk
campuran (Tabel l6-5). Uj i Diagnostik Laboratori um
A. SPESIMEN
A. [DeNlN ENrenrx[ (DruaN Trroro)
Darah untuk biakan harus diambil berulang kali. Pada
Sindroma ini hanya ditimbulkan oleh beberapa salmonela, demam enterik dan septikemia, biakan darah sering
yang terpenting adalah Salmonella Typhi (dimam tifoid). positif dalam minggu pertama penyakit. Biakan sumsum
Salmonella yang tertelan mencapai usus halus, masuk ke tulang dapat bermanfaat. Biakan urine dapat positif setelah
dalam aliran limfatik dan kemudian masuk ke aliran minggu kedua.
262 BAB 16

label 16-5. Penyakit klinis yang disebabkan oleh salmonela


kr:.,
Ili$iiiff-i,.iitL;,,,21 lj :il$.tljl.iiiSiir;il.ijE\i=llfli=
7-20 hari

Awitan Perl a han Mendadak mendada k

Demam Bertahap, kemudian plateau , Meningkat dengan cepat, Biasanya demam ringan
tinggi dengan keadaan mirip kemudian temperatur
demam tifoid menukik seperti sepsis

Lama Penyakit Beberapa minggu Bervariasi 2-5 hari

Gejala Gastrointestinal Awalnya sering konstipasi; Seringnya tidak ada Mual, muntah, diare saat
selanjutnya diare berdarah awitan

Biakan darah Positif pada minggu pertama Positif saat kondisi demam negatif
hingga kelima penyakit tinggi

Biakan feses Positif sejak minggu kedua; Jarang positif Positif segera setelah awitan
negatif pada awal perjalanan
penyak it

Spesimen feses juga harus diambil berulang-ulang. Pada


C. METODE SEROLOGI
demam enterik, feses akan memberikan hasil positif mulai ltknik serologi digunakan untuk mengidentifikasi biakan
minggu kedua atau ketiga; pada enterokolitis, selama yang tidak diketahui dengan serum yang telah diketahui
minggu pertama. (iihat di bawah) dan jr,rga dapat digunakan untuk
Biakan positif dari drainase duodenum menunjr-rkkan menentukan titer antibodi
pada pasien yang tidak
adanya salmonela di traktus billiar pada orang carrier. diketahui penyakitnya, walaupun penentuan titer antibodi
ini tidak terlalu bermanfaat untuk diagnosis infeksi
B. METoDE BAKTERIOLOGIK UNTUK ISOLASI salmoneia.
SALHoNELLA 1. Uji aglutinasi-Pada pemeriksaan ini, serum yang telah
1 Biakan pada medium diferensial-Medium EMB, diketahui dan biakan yang tidak diketahui dicampur di
MacConkey, atau deoksikolat memungkinkan deteksi atas slide. Bila terjadi gumpalan, dapat dilihat dalam
cepat organisme yang tidak memfermentasikan laktosa beberapa rnenit. Pemeriksaan ini teiutama berguna untuk
(tidak hanya salmonela dan shigela tetapi juga Proteus, identifikasi preliminer biakan dengan cePat. TerdaPat alat-
serratial pseudomonas, dan lain-lain). Organisme gram- alat untuk meng-aglutinasi dan menentukan serogruP
positif sedikit dihambat. Medium bismuth sulfit salmonela melalui antigen O-nya: A, B, Cl, Cr, D, dan
memungkinkan deteksi cepat salmonela yang membentuk E, yang dijual bebas di pasaran.
koloni hitam karena produksi HrS. Banyak salmonela 'Widal)-
2. Uji aglutinasi pengenceran tabung (tes
menghasilkan HrS. Aglutinin serum tneningkat tajam selama minggu kedua
2. Biakan pada medium selektif-Spesimen diletakkan din ketiga pada infeksi salmonela' Sedikitnya dua
pada agar salmonella-shigella (SS), agar enterik Hektoen, spesimen serum, yang diambil dengan selang waktu 7-10
XLD, atau agar deoksikolat-sitrat, yang membantu hari, dibutr-rhkan untuk membuktikan adanya kenaikan
pertumbuha n salmonellae dan shigellae melebihi titer antibodi. Pengenceran serial (dua kali lipat) dari
Ent ero b a cteri acea e lain. serum yang tidak diketahui diuji terhadap antigen
salmonela. Interpretasi hasiinya adalah sebagai berikut:
3. Biakan pada medium yang diperkaya-Spesimen (1) 'I'iter O yang tinggi atau rneningkat (> 1:160)
(biasanya feses) juga diletakkan di dalam seienit F atau
menandakan adanya infeksi aktif. (2) Titer H yang tinggi
kaldu tetrationat, keduanya menghambat replikasi bakteri
6 1:160) menunjukkan riwayat imunisasi atau infeksi di
normal usus dan memungkinkan multiplikasi salmonella' Titer antibodi yang tinggi
masa lampau. (3) terhadap
Setelah inkr,rbasi selama I-2 hari, spesimen tersebut
antigen Vi timbul pada beberapa carrier' Hasil
diletakkan pada medium diferensial dan medium seiektif.
pemeriksaan serologi pada infeksi salmonela harus
4. Identifikasi akhir-Koloni yang dicurigai pada medium Jiir.rt.rpret"sikan dengan hati-hati. Kemungkinan adanya
padat diidentifikasi dengan pola reaksi biokimia (Tabel antibodi yang bereaksi silang, membatasi Penggunaan
16-i) dan uji aglutinasi slide dengan serum spesifik. serologi dalarn diagnosis infeksi sahronela.
Batang Negatif Gram 201

Identifikasi kuman dilakukan secara bio- batan karier serta klorinasi air minum meme-
kimiawi dan serologik. gang peranan penting. Karier tidak diperboleh-
kan bekerja sebagaifood handler.
Pengobatan dan pencegahan
Penggunaan antibiotika mengurangi beratnya pe- Epidemiologi
nyakit maupun angka kematian, walaupun banyak Disentri basiler adalah penyakit yang endemik
penderita yang tidak merasa perlu untuk pergi ke di Indonesia, hal ini antara lain disebabkan sani-
dokter karena penyakit ini dapat sembuh spontan. tasi lingkungan.yatg belum memadai. Penye-
Antibiotika ampisilin, tetrasiklin dan tri- baran kuman Shigella adalah dari manusia ke
methoprim-sulfametoksasol banyak digunakan manusia yang lain, di mana karier merupakan
dalam pengobatan disentri basiler, tetapi dengan reservoir kuman. Dari karier ini, Shigella
semakin banyaknya ditemukan strain kuman disebarkan oleh lalat, juga melalui tangan yang
yang resisten terhadap bermacam-macam anri- kotor, makanan yang terkontaminasi, tinja serta
biotika maka sebaiknya dilakukan terlebih da- barang-barang lain yang terkontaminasi ke orang
hulu tes kepekaan kuman terhadap antibiotika lain yang sehat.
sebelum memulai pengobatan. Juga harus diperhatikan kebersihan air minum,
Pada pencegahan penyakit disentri basiler untuk hal ini perlu dilakukan pengawasan dan
kebersihan lingkungan, pencarian dan pengo- klorinasi sumber air minum.

SALMONELLA
Pendahuluan Morfologi
Organisme yang berasal dari genus Salmonelia ada- Kuman berbentuk batang, tidak berspo ra, pada
lah agen penyebab bermacam-macam infeksi, pev/arnaan gram bersifat negatif Gram, ukuran
mulai dari gastroenteritis yang ringan sampai de- j .,',,',,.'.":.:, :r:' besarkolonirata-rata2-4
ngan demam tifoid yang berat disertai bakteremia. mm, mempunyai flagel peritrikh kecuali SaLmo-
Oleh Ewing Salmonella diklasifikasikan dalam nelka pullorum dan Salmonella gallinarum.
tiga spesies yaitu: 1. Salmonella cboleraesuis, 2.
Salmonella typbi, 3. Salmonella enteritidis, dan Fisiologi
kuman dengan tipe antigenik yang lain dima- Kuman tumbuh pada suasana aerob dan fakul-
sukkan ke dalam serotip dari Salmonella para- tatif anaerob , pada suhu : :' '. ' '.. (suhu pertum-
:,

typhi enteritidis bukan sebagai spesies baru lain- buhan optimum " : ', ) dan pH perrumbuhan
nya. Misalnya Salrnonella paratypbi A sekarang 6-8. Pada umumnya isolat kuman Salmonella
diklasifikasikan sebagai Salmanella enteriridis dikenal dengan sifat-sifat; gerak positif, reaksi
biosero-tipe paratyphi A. fermentasi terhadap manitol dan sorbitol positif
BASIL GRAM POSITIF TIDAK MEMBENTUK SPORA 215

label 13-1 . Beberapa basil gram positif yang sering ditemukan dan penting secara medis

'.:l:
r,:,,',t,:t.'ri].:'rtrg'iiil, Gtarh, positif Aerob Dengan .qs1.r'G, i.:c
y::;;',t:;:,')',,):,11ilry1h-l:1t",:Y!t-"!i-\3,31":--
Genus Genus
Lazi m Lazim
Corynebacterium Listeria
Tidak lazim Erysipe lothrix
Arcanobacterium Gardnerella
Rhodococcus Anaerob aerotoleran/jelas anaerob
Rothia La ktobasi usI

Banyak genus lain pada kulit dan flora lingkungan Klostridium (pembentuk spora) (Bab 12)
Anaerob aerotoleran Aerob
Aktinom ises Basilus (pembentuk spora) (Bab 12)
Propion ibakterium

Patogen utama: Corynebacterium diphtheriae Patogen umum


Li ste r a mon acytoge nes
i

lsolat genus Corynebacterium yaiig sering ditemukan E rysi pe I oth rix rhusiopath ia e
atau secara klinis penting
C amycolatum
C minutissimum
C jeikeium
C pse u d od i phthe r iti cu m
C striatum
C urealyticum
C xerosis
G + C = basa guanin ditambah sitosin
lBakteri korineformis yang secara medis penting

dengan memiiiki pembengkakan yang tidak teratur pada tampak sejajar atau saling membentuk sudut satu dengan
satu ujungnya sehingga memberi gambaran "bentuk gada" yang lain. Percabangan yang sebenarnya jarang terlihat
(Gambar i3-1). Granul tersebar secara tidak teratur dalam pada biakan.
batang (sering dekat kurub) dan dapat diwarnai dengan Pada agar darah, koloni C diphtheriae berbentuk kecil,
bahan celupan aniiin (granula metakromatik) yang granular, dan berwarna abr-r-abu, dengan tepi tidak
memberikan gambaran manik-manik pada batang. Setiap beraturan, dan mungkin memiliki zona hemolisis kecil.
Corynebacterium pada apusan yang diwarnai cenderung Pada agar yang mengandung kalium telurit, koloni
berwarna coklat sampai hitam dengan daerah halo
berrvarna cokiat-hitam karena telurit direduksi secara
intraseluler (stafilokokus dan streptokokus juga dapat
menghasilkan koloni hitam). Empat biotipe C diphtheriae
teiah dikenal secara luas: gravis, mitis, intermedius, dan
belfanti. Varian-varian tersebut telah digolongkan
berdasarkan ciri khas pertumbuhan seperti morfologi
koloni, reaksi biokimia, dan keparahan penyakit yang
disebabkan oleh infeksi. Sangat sedikit laboratorium
rujukan yang memberikan karakterisasi biotipe; insiden
difteri sangat berkurang dan hubungan keparahan
penyakit dengan biovarian tidak penting bagi penanganan
kesehatan klinis atau masyarakat terhadap kasus atau
keadaan wabah. Jika diperlukan, pada keadaan wabah,
imunokimia dan metode molekular dapat digunakan
untuk menentukan isolat C diphtheriae.
Gambar 13-1. Corynebacterium diphtheriae dari medium C diphtheriae dan Corynebacterium lain tumbuh secara
Pai dan diwarnai dengan biru metilen. Panah menun- aerob pada kebanyakan medium laboratorium yang biasa.
jukkan ujung yang seperti gada pada beberapa bakteri. Propionibakterium adalah bakteri anaerob. Pada medium
BASIL GRAM POSITIF TIDAK MEMBENTUK SPORA / 217

penyakit yang sama dapat ditimbulkan oleh semua jenis sedangkan yang tidak dilindungi mati, isolat dianggap
(varian). bersifat toksigenik. Uji ini sebagian besar telah digantikan
oleh teknologi yang lebih baru/modern.
Uji. Laboratorium Diagnostik
Resistansi & lmunitas
Uji laboratorium ini berfungsi untuk menegakkan kesan
klinis dan signifikansi epidemiologi. Catatan: Pengobatan Karena difteri secara prinsip disebabkan oleh kerja toksin
spesifik jangan pernah ditunda untuk laporan laboratorium yang dibentuk oleh organisme bukan karena invasi oleh
jika gambaran klinis secara kuat menunjukkan difteri. organisme, resistansi terhadap penyakit sebagian besar
Apusan dari hidung, tenggorok, atau lesi lain yang bergantung pada tersedianya antitoksin penetral spesifik
dicurigai harus diperoleh sebelum obat-obat antimikroba dalam aliran darah dan jaringan. Secara umum, benar
diberikan. Apusan diwarnai dengan metilen biru alkali bahwa difteri hanya terjadi pada orang yang ddak memiliki
atau pewarnaan Gram yang memperlihatkan batang- antitoksin (atau kurang dari 0,01 Lf unit/ml). Penilaian
batang bermanik dalam susunan yang khas. imunitas terhadap toksin difteri untuk seorang pasien
Inokulasikan lempeng agar darah (untuk menyingkirkan yang paiing baik dapat dibuat dengan meninjau catatan
streptokokus hemolitik), slant Loeffler, dan lempeng telurit imunisasi toksoid difteri dan imunisasi primer atau
(misalnya, agar sistin-telurir atau medium Tinsdale ulangan jika diperlukan.
dimodifikasi) dan inkubasikan semuanya pada suhu 37 0C.
Kecuali jika dapat diinokulasikan secara cepat, apusan Pengobatan
harus dijaga tetap lembab dengan serum kuda steril sehingga
Pengobatan difteri terletak terutama pada supresi cepat
basil akan tetap hidup. Dalam 12-18 jam, slant Loeffler
bakteri penghasil toksin oleh obat-obat antimikroba dan
dapat menghasilkan organisme dengan morfologi "seperti
pemberian awal antitoksin spesifik melawan toksin yang
difteri" yang khas. Dalam 36-48 jam, koloni dalam medium
telurit cukup jelas untuk mengenali C diphtheriae.
dibentuk oleh organisme di tempat masuk dan
multiplikasinya. Antitoksin difteri dihasilkan oleh
Isolat C diphtheriae presumtif harus dijadikan subjek
berbagai hewan (kuda, domba, kambing, dan kelinci)
pada pengujian untuk toksigenisitas. Uji-uji seperri ini
dengan injeksi berulang toksoid yang dimurnikan dan
dilakukan hanya di laboratorium kesehatan masyarakat
dikonsenrasikan. Pengobatan dengan antitoksin
rujukan. Terdapat beberapa metode, sebagai berikut:
merupakan keharuian bila terdapat kecurigaan klinis kuat
(1) Cakram kertas filter yang mengandung antitoksin
terjadi difteri. Dari 20.000 sampai 100.000 unit
ditempatkan di atas lempeng agar. Biakan yang diuji untuk
disuntikkan secara intramuskular atau intravena setelah
memeriksa toksigenisitas digores di atas lempeng yang
tindakan pencegahan yang sesuai dilakukan (uji kulit atau
berdekatan dengan diskus. Setelah 48 jam inkubasi,
konjungtiva) untuk menyingkirkan hipersensitivitas
antitoksin yang berdifusi dari cakram kertas mempre-
terhadap serum hewan. Antitoksin sebaiknya diberikan pada
sipitasikan toksin yang berdifusi dari biakan toksigenik
hari diagnosis klinis difteri dibuat dan tidak perlu diulang.
dan menyebabkan pita presipitat antara cakram dan
Suntikan intramuskular dapat digunakan pada kasus ringan.
pertumbuhan bakteri. Uji tersebut adalah metode Elek
Obat-obat antimikroba (penisilin, eritromisin)
yang dimodifikasi yang dideskripsikan oleh Unit Rujukan
menghambat pertumbuhan basil difteri. Meskipun
Difteri \7HO.
sebenarnya tidak mempunyai efek yang nyata terhadap
(2) Metode berbasis reaksi rantai polimerase telah
proses penyakit, obat-obat ini menghentikan produksi
dijelaskan untuk deteksi gen toksin difteri (tox). Uji PCR
toksin. Obat-obat tersebut juga membantu mengeiiminasi
untuk tox juga dapat digunakan secara langsung pada
streptokokus yang muncul bersama penyakit dan C
spesimen pasien sebelum ada hasil biakan. Biakan positif
diphtheriae dari saluran pernapasan pasien atau carrier
menegaskan uji PCR positif. Biakan negatif setelah terapi
penyakit.
antibiotik bersama dengan uji PCR yang positif
menunjukkan bahwa pasien mungkin menderita difteri.
(3) Enzyme-linked immunosorb€nt assd! dapat digunakan
Epidemiologi, Pencegahan, & Pengendalian
unruk mendeteksi toksin difteri dari isolat C diphtheriae Sebelum adanya imunisasi buatan, difteri adalah penyakit
klin is. yang terutama menyerang anak kecil. Infeksi terjadi secara
(4) Suatu uji suip imunokromografi memungkinkan klinis atau subklinis pada usia dini dan menyebabkan
deteksi toksin difteri dalam beberapa jam. produksi antitoksin yang menyebar luas dalam populasi.
Berdasarkan sejarah, toksigenisitas isolat C diphtheriae Infeksi asimtomarik selama masa remaja dan dewasa
dapat diperlihatkan dengan menyunrikkan isolat yang berperan sebagai stimulus untuk mempertahankan kadar
diemulsi ke dalam tubuh dua marmut. Jika marmut yang antitoksin tetap tinggi. Oleh karena itu, kebanyakan
dilindungi dengan antitol$in difteri dapat bertahan hidup, anggota masyarakat, kecuali anak-anak, menjadi imun.
Basil Gram Positif Tidak
Membentuk Spora:
Carynebacteriu m ,
Prapioni bacteri u m, Listeri a,
E rysi pe I oth ri x, Acti n o mycetes,

& Patogen Terkait

Basil gram positif yang tidak membentuk spora merupakan secara medisdicantumkan dalam Thbel 13-1 dan meliputi
kelompok berbeda dari bakteri. Banyak anggota genus beberapa genus pembentuk spora dan anaerob. Bakteri
Corynebacteriurn dan ekuivalen anerobnya yaitu spesies anaerob dibahas secara singkat dalam bab ini dan Ba6 22.
propionibakteriurn, adalah anggota flora normal kulit dan Tidak ada metode penyatLr untuk identifikasi basil
membran mukosa manusia. Corynebacterium lain gram positif. Beberapa iaboratorium dilengkapi dengan
ditemukan pada hewan dan tanaman. Corynebacterium peralatan untuk mengukur isi guanosin dan sitosin.
diphtheriae adalah anggota kelompok basil tersebut yang Pertumbuhan yang hanya dapat berlangsung pada keadaan
paling penting, karena dapat menghasilkan eksotoksin anaerob menunjukkan bahwa i'solat tersebut bersifat
kuat yang menyebabkan difteri pada manusia. Listeria anaerob, tetapi banyak isolat laktobasilus, spesies
m o n o qt t0 ge n e s dan E ry s ip e lo t h r ix r h
e ter utama u s i op a t/t i a aktinomises, dan propionibakterium dan lain-lain bersifat
ditemukan pada hewan dan kadang-kadang menyebabkan aerotoleran. Kebanyakan isolat spesies mikobakterium
penyakit yang berat pada manusia. yang tumbuh cepat dan nokardia serta spesies rhodococctts
Spesies corynebacteriun dan bakteri terkait cenderung bersifat tahan asam, dan karena itu, dapat dibedakan
berbentuk tidak teratur dan seperti gada; meskipun tidak dari bakteri korineformis. Banyak (tetapi tidak semua)
semua isolat mempunyai bentuk tidak beraturan, namun genus basilus dan klostridium menghasilkan spora, dan
istilah "bakteri korineformis" merupakan istilah yang adanya spora dapat membedakan isolat dari bakteri
cocok untuk menunjukkan kelompok spesies tersebut' korineformis; namun, Clostridium perfringens dan
Bakteri-bakteri tersebut mempunyai kandungan sitosin klostridium filamentosa lain secara umum tidak
dan guanosin yang tinggi dan mencakup genus menghasilkan spora pada medium laboratorium' Untuk
Corynebacterium, Arcano bacterium, Breuibacteri u m, menentukan bahwa isolat adalah suatu laktobasilus (atau
Mycobacterium, dan lain-lain (Tabel ta-t). Aktinomises propionibakterium), mungkin diperlukan kromatografi
dan propionibakterium digolongkan sebagai anaerob' gas-cair untuk mengukur produk metabolik asam laktat
tetapi beberapa isolat tumbuh baik dalam suasana aerob ("r"r., propionat), tetapi secara umum tidak praktis.
"."-yang digunakan untuk membantu identifikasi
Uji iain
(aerotoleran) dan harus dibedakan dengan bakteri
korineformis aerobik. Basil gram positif yang tidak isolat basil gram positif yang tidak membentuk spora
member.rtuk spora lain mempunyai bentuk yang lebih sebagai anggota suatu genus atau spes.ies antara lain
teratur dan kandungan guanosin serta sitosin yang lebih adalah produksi katalase, produksi indol, reduksi nitrat,
sedikit. Genus met.rcakup listeria dan erysipelothrix; dan fermentasi karbohidrat.
bakteri-bakteri tersebut lebih berhubungan erat dengan
spesies laktobasilus anaerob, yang kadang-kadang tumbuh CORYNEBACTERI UM DIPHTHERIAE
baik di udara, dengan basil pembentuk spora dan spesies
ldostridium-dan dengan kokus gram positif pada spesies
Morfologi & ldentifikasi
stafilokokus dan streptokokus-daripada dengan bakteri Corynebacterium memilikt diameter 0,5-1 pm dan panjang
korineformis. Genus-genus basil gram positif yang penting beberapa mikrometer. Corynebacterium l'tersifar khas

214
150 BAB 9

Bab l1) tetapi mencapai


keseimbangan yang memastikan Pendekatan tersebut telah digunakan unruk menentukan
kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan perkembangbiakan penyebab beberapa penyakit, termasuk penyakit Whipple
bakteri maupun pejamu. Beberapa bakteri yang (Tiop h e ry m a w h ipp le i), an giomatosis basilaris (B arto n e lla
merupakan penyebab penting penyakit sering dibiakkan hen-selae), human monocytic ehrlichiosis (Ehrlichia
dengan flora normal (misal, Streptococcus pneumoniae, chffiensis), sindrom paru hantavirus (virus Sin Nombre),
Staphylocaccus aureus). Kadang-kadang terdapat bakteri dan sarkoma Kaposi (human herpesuirus 8).
yang jelas bersifat patogen (misal Salmonella Typhi), tetapi Analisis infeksi dan penyakit melalui Penggunaan
tetap laten atau subklinis dan pejamu merupakan
infetr<si prinsip-prinsip seperti postulat Koch menyebabkan
"carriey'' b akteri. bakteri digolongkan menjadi bakteri Patogen' patogen
Kadang-kadang sulit dibuktikan bahwa suatu spesis oportunistik, atau nonpatogen' Beberapa spesies bakteri
bakteri spesifik merupakan penyebab penyakit tertentu. r.l"iu di"nggap patogen' dan keberadaannya merupakan
Pada tahun 1884, Robert Koch menga.iukan serangkaian hal yang abnormal; contohnya adalah Mycobacterium
postulat yang telah digunakan secara luas untuk tu b er cu (tuberkulosis) dan Yers in i a pasrir (p enyaki t pes).
lo s is
menghubungkan banyak spesies bakteri spesifik dengan Bakteri-bakteri tersebut memenuhi kriteria postulat Koch.
penyakit tertentu. Posnrlat Koch diringkas daiam Thbel 9-1. Spesies lain umumnya merupakan bagian flora normal
Postulat Koch tetap menjadi bagian utama mikrobiologi; pada manusia (dan hewan) tetapi juga sering menyebabkan
namun, sejak akhir abad 19, banyak mikroorganisme penyakit. Misalnya, Escherichia coli metupakan bagian
yang tidak memenuhi kriteria postulat, tetapi terbukti flora gastrointestinal pada manusia normal tetapi juga
menyebab kan penyaki t. Misal, Trep o n e m a p a I I i du m (slfiIis) sering menyebabkan infeksi saluran kemih, diare
dan Mycobacterium leprae (lepra) tidak dapat tumbuh lz peiancong, dan penyakit-penyakit lain. Strain E coli yang
uitro; namun, terdapat model hewan yang terinfeksi agen- menyebabkan penyakit dibedakan dari yang tidak dengan
agen tersebut. Pada contoh lain, Neisseria gonorrltoeae menentukan (i) apakah strain tersebut virulen pada hewan
(gonorea), tidak terdapat modei hewan yang terinfeksi atau model infeksi in uitro dan (2) apakah strain
meskipun bakteri dapat dibiakkan in uitro; telah dibuat merrrpunfai komposisi genetik yang secara signifikan
infeksi ekperimental pada manusia, yang menggantikan berhubungan dengan produksi penyakit. Bakteri lain
model hewan. (misa1, spesies Pseudomonas, Stenotrophomonas
Pada keadaan lain, sekurang-kurangnya sebagian maltophilia, dan banyak ragi serta kapang) hanya
postulat Koch terpenuhi dengan memperlihatkan menyebabkan penyakit pada orang yang mengalami
patogenisitas bakteri pada suatu infeksi model in uitro penekanan imun dan lemah, bakteri seperti ini merupakan
dan tidak pada model hewan. Misal, beberapa bentuk patogen oportunistik.
diare yang disebabkan oleh f coli (Bab i6) telah dijelaskan
melalui interalai E coli dengan sel pejamu dalam biakan. TRANSMISI INFEKSI
Respons imun pejamu juga harus dipikirkan ketika
Bakteri (dan mikroorganisme lain) beradaptasi dengan
organisme diinvestigasi sebagai kemungkinan penyebab
lingkungan, termasuk hewan dan manusia; biasanya,
suatu penyakit. Oleh karena itu, perkembangan kenaikan
linfkungan tersebut menjadi tempat bakteri menetap dan
antibodi spesifik selama penyembuhan penyakit
merupakan tambahan penting pada postulat Koch'
hiJup. Dengan demikian, bakteri melangsungkan
hidupnya dan meningkatkan kernungkinan transmisi'
Genetika mikroba modern telah membuka garis
Dengan menimbulkan infetr<si asimtomatik atau penyakit
perbatasan baru untuk mempelajari bakteri patogenik
ringan, bukan kematian pejamu, mikroorganisme yang
dan membedakannya dengan nonPatogen. Kloning
.molekular memungkinkan para peneliti untuk mengisoiasi
biasanya hidup dalam tubuh manusia meningkatkan
dan memodifikasi gen virulensi spesifik serta mempelajarinya .kemungkinan transmisi dari satu orang ke orang lain.
Beberapa bakteri yang secara umum menyebabkan
melalui suatu model infeksi. Kemampuan untuk
penyakit pada manusia terutama ada pada hewan dan
mempelajari gen yang berhubungan dengan virulensi
menginf&si manusia secara tidak disengaja. Misal,
menyebabkan terbentuknya postulat Koch molekular.
Postulat-postulat ini diringkas dalam Tabel 9-1.
,p..i., salmonella dan kampilobakter yang kha.s
menginfeksi hewan dan ditularkan dalam pro{9k
Beberapa patogen sulit atau tidak mungkin tumbuh
-"k"ttat-t ke manusia. Bakteri lain menyebabkan
infeksi
dalam biakan, dan untuk alasan tersebut kita tidak
pada manusia secara tidak sengaja, suatu kesalahan dalam
mungkin menentukan penyebab penyakit terkait dengan
siklus hidup organisme yang normal; organisme tidak
postulat Koch atau postulat Koch molekular. Reaksi rantai
beradaptasi dengan manusia, dan penyakit yang
polimerase digunakan untuk memperbanyak sekuens
ditimbulkan dapat sangat berat. Misal , Yersinia pestis
asam nukleat spesifik mikroorganisme dari jaringan atau
(penyakit pet) mempunyai sikius hidup tetap pada hewan
cairan pejamu. Petunjuk molekular untuk menentukan
p..rg.r", ian kutu pengerat, dan transmisi oleh lalat ke
penyebab penyakit mikroba terdapat dalam Tabel 9-1.
MIKOBAKTERIUM / 335

Spesies Mikobakterium Lainnya difus. Gangguan neurologi terjadi karena infiltrasi dan
penebalan sarai yang berakibat anestesia daerah yang
Risiko tinggi untuk infeksi mikobakterium pada pasien terkena, neuritis, parestesia, ulkus tropik, dan resorpsi
AIDS telah mengakibatkan peningkatan kewaspadaan tulang serta pemendekan jari-jari. Gangguan bentuk
infeksi mikobakterium secara umum. Spesies yang anatomi badan yang terkena terjadi akibat adanya infiltrasi
dulunya dianggap mencurigakan dan sangat jarang telah kuiit dan keterlibatan saraf pada kasus-kasus yang tidak
banyak dikenali secara luas (TabeI 24-\). Mycobacterium diobati dapat menjadi parah.
malmoense telah banyak dilaporkan terutama dari Eropa
Penyakit ini dibagi menjadi dua tipe utama,
Utara. Spesies ini menyebabkan penyakit seperti- lepromatosa dan tuberkuloid, dengan beberapa stadium
tuberkulosis puimonal pada orang dewasa dan limfadenitis intermedia. Pada tipe lepromatosa, perjalanan penyakitnya
pada anak. Mycobacterium haemophilum dan Mycobacteriurn
progresifdan ganas, dengan lesi kulit nodular; keterlibatan
genauense menyebabkan penyakit pada pasien AIDS. Peran
saraf simetrik lambat; terdapat banyak basil tahan-asam
kedua spesies ini belum sepenuhnya dimengerti. di lesi kulit; bakteremia yang terus menerus; dan uji kulit
lepromin yang negatif (ekstraksi jaringan lepromatosa)'
Mikobakterium Saprofit yang Tidak Pada iepra lepromatosa, imunitas seluiar sangat menurun
Berhubungan dengan Penyakit Manusia dan kulit diinfiltrasi oleh sel T supresor. Pada tipe
Mycobacterium phlei se ring ditemukan pada tanaman, tuberkuloid, perjalanan penyakitnya jinak dan tidak
tanah, atau air. Mycobacterium gordonae juga demikian. progresif, dengan lesi kulit makular, keterlibatan saraf
Mycobacterium smegmatis muncul secara teratur pada asimetrik yang parah dengan awitan yang mendadak dan
sekresi sebaseus manusia dan dapat rancu dengan pada lesi, terdapat sedikit basil serta uji kulit lepromin
organisme patogen tahan-asam, Mycobacterium yang positii. Pada lepra tuberkuloid, imunitas selularnya
p aratu bercu losls menyebabkan enteritis kronis pada sapi. utuh dan kulit diinfiltrasi dengan selT helper.
Gejala sistemik anemia dan limfadenopati juga dapat
MYCOBACTERIUM LEPRAE muncui. Keterlibatan mata sering dijumpai. Dapat terjadi
amiloidosis.
Meskipun organisme ini digambarkan oleh Hansen pada
tahun 1873 (9 tahun sebelum penemuan Koch tentang Diagnosis
basil tuberkel), organisme ini belum dikultivasi pada
Pengerokan kulit atau mukosa nasal dengan skalpel atau
medium bakteriologik tidak hidup. Organisme ini dari biopsi kulit daun telinga digoreskan pada slide dan
menyebabkan lepra. Terdapat lebih dari 10 juta kasus diwarnai dengan tehnik Ziehl-Neelsen. Biopsi kulit atau
lepra, rerurama di Asia.
saraf yang menebal memberikan gambaran histologi yang
Basil tahan-asam yang [[25-566x1x tunggal, dalam khas. Uji serologi tidak berguna. Uji serologi nentrepo-
bentuk kelompok yang paralel, atau massa globular- nema untuk sifilis sering menunjukkan hasil positif palsu
biasanya ditemukan pada serpihan kuiit atau membran
pada lepra.
mukosa (terutama septum nasal) pada lepra lepromatosa.
Basilnya sering ditemukan dalam sel endotel pembuluh Pengobatan
darah atau daiam sel mononuklear. Ketika basil yang
berasal dari lepra manusia (serpihan jaringan bawah nasal)
Golongan sulfa seperti dapson (lihat Bab 10) adalah
diinokuiasi ke dalam kaki tikus, lesi granulomatosa lokal pengobatan lini pertama untuk lepra tuberkuloid dan
timbul dengan multiplikasi basil yang terbatas. Binatang lepromatosa. Rifampin atau klofazimin secara umum
pemakan serangga (armadillo) yang diinokulasi mengalami
dimasukkan ke dalam regimen pengobatan awal. Obat-
lepra lepromatosa yang hebat, dan armadillo yang secara obat untuk M leprae lainnya meliputi minosiklin,
alami terinfeksi dengan lepra telah ditemukan di Texas klaritromisin, dan beberapa fluorokuinolon. Regimen
dan Meksiko. M leprae dari armadillo atau jaringan yang direkomendasikan oleh WHO bersifat praktis.
Beberapa tahun pengobatan mungkin diperlukan untuk
manusia mengandung o-difenoloksidase yang unik,
mungkin suatu enzim yang khas pada basil lepra. mengobati lepra secara adekuat.

Temuan KIinis Epidemiologi


Awitan lepra bersifat perlahan-lahan dan tersembunyi. tansmisi lepra paling sering muncul jika anak kecil
Lesi timbul pada jaringan tubuh yang lebih dingin: kulit, terpajan dengan basil yang banyak untuk waktu yang lama.
saraf superfisial, hidung, faring, laring, mata, dan testis. Sekresi nasal adalah bahan yang paling infeksius untuk
Lesi kulit dapat muncul sebagai lesi makular anestetik, kontak keluarga. Masa inkubasinya mungkin adalah 2-
pucat dan berdiameter 1-10 cm; eritema difus atau diskret, 10 tahun. Tanpa profilai<sis, sekitar 1070 anak-anak yang
nodul infiitrasi berdiameter 1-5 cm; atau infiltrasi kulit terpajan dapat terjangkit penyakit. Pengobatan yang
150 BAB 9

Bab l1) tetapi mencapai


keseimbangan yang memastikan Pendekatan tersebut telah digunakan unruk menentukan
kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan perkembangbiakan penyebab beberapa penyakit, termasuk penyakit Whipple
bakteri maupun pejamu. Beberapa bakteri yang (Tiop h e ry m a w h ipp le i), an giomatosis basilaris (B arto n e lla
merupakan penyebab penting penyakit sering dibiakkan hen-selae), human monocytic ehrlichiosis (Ehrlichia
dengan flora normal (misal, Streptococcus pneumoniae, chffiensis), sindrom paru hantavirus (virus Sin Nombre),
Staphylocaccus aureus). Kadang-kadang terdapat bakteri dan sarkoma Kaposi (human herpesuirus 8).
yang jelas bersifat patogen (misal Salmonella Typhi), tetapi Analisis infeksi dan penyakit melalui Penggunaan
tetap laten atau subklinis dan pejamu merupakan
infetr<si prinsip-prinsip seperti postulat Koch menyebabkan
"carriey'' b akteri. bakteri digolongkan menjadi bakteri Patogen' patogen
Kadang-kadang sulit dibuktikan bahwa suatu spesis oportunistik, atau nonpatogen' Beberapa spesies bakteri
bakteri spesifik merupakan penyebab penyakit tertentu. r.l"iu di"nggap patogen' dan keberadaannya merupakan
Pada tahun 1884, Robert Koch menga.iukan serangkaian hal yang abnormal; contohnya adalah Mycobacterium
postulat yang telah digunakan secara luas untuk tu b er cu (tuberkulosis) dan Yers in i a pasrir (p enyaki t pes).
lo s is
menghubungkan banyak spesies bakteri spesifik dengan Bakteri-bakteri tersebut memenuhi kriteria postulat Koch.
penyakit tertentu. Posnrlat Koch diringkas daiam Thbel 9-1. Spesies lain umumnya merupakan bagian flora normal
Postulat Koch tetap menjadi bagian utama mikrobiologi; pada manusia (dan hewan) tetapi juga sering menyebabkan
namun, sejak akhir abad 19, banyak mikroorganisme penyakit. Misalnya, Escherichia coli metupakan bagian
yang tidak memenuhi kriteria postulat, tetapi terbukti flora gastrointestinal pada manusia normal tetapi juga
menyebab kan penyaki t. Misal, Trep o n e m a p a I I i du m (slfiIis) sering menyebabkan infeksi saluran kemih, diare
dan Mycobacterium leprae (lepra) tidak dapat tumbuh lz peiancong, dan penyakit-penyakit lain. Strain E coli yang
uitro; namun, terdapat model hewan yang terinfeksi agen- menyebabkan penyakit dibedakan dari yang tidak dengan
agen tersebut. Pada contoh lain, Neisseria gonorrltoeae menentukan (i) apakah strain tersebut virulen pada hewan
(gonorea), tidak terdapat modei hewan yang terinfeksi atau model infeksi in uitro dan (2) apakah strain
meskipun bakteri dapat dibiakkan in uitro; telah dibuat merrrpunfai komposisi genetik yang secara signifikan
infeksi ekperimental pada manusia, yang menggantikan berhubungan dengan produksi penyakit. Bakteri lain
model hewan. (misa1, spesies Pseudomonas, Stenotrophomonas
Pada keadaan lain, sekurang-kurangnya sebagian maltophilia, dan banyak ragi serta kapang) hanya
postulat Koch terpenuhi dengan memperlihatkan menyebabkan penyakit pada orang yang mengalami
patogenisitas bakteri pada suatu infeksi model in uitro penekanan imun dan lemah, bakteri seperti ini merupakan
dan tidak pada model hewan. Misal, beberapa bentuk patogen oportunistik.
diare yang disebabkan oleh f coli (Bab i6) telah dijelaskan
melalui interalai E coli dengan sel pejamu dalam biakan. TRANSMISI INFEKSI
Respons imun pejamu juga harus dipikirkan ketika
Bakteri (dan mikroorganisme lain) beradaptasi dengan
organisme diinvestigasi sebagai kemungkinan penyebab
lingkungan, termasuk hewan dan manusia; biasanya,
suatu penyakit. Oleh karena itu, perkembangan kenaikan
linfkungan tersebut menjadi tempat bakteri menetap dan
antibodi spesifik selama penyembuhan penyakit
merupakan tambahan penting pada postulat Koch'
hiJup. Dengan demikian, bakteri melangsungkan
hidupnya dan meningkatkan kernungkinan transmisi'
Genetika mikroba modern telah membuka garis
Dengan menimbulkan infetr<si asimtomatik atau penyakit
perbatasan baru untuk mempelajari bakteri patogenik
ringan, bukan kematian pejamu, mikroorganisme yang
dan membedakannya dengan nonPatogen. Kloning
.molekular memungkinkan para peneliti untuk mengisoiasi
biasanya hidup dalam tubuh manusia meningkatkan
dan memodifikasi gen virulensi spesifik serta mempelajarinya .kemungkinan transmisi dari satu orang ke orang lain.
Beberapa bakteri yang secara umum menyebabkan
melalui suatu model infeksi. Kemampuan untuk
penyakit pada manusia terutama ada pada hewan dan
mempelajari gen yang berhubungan dengan virulensi
menginf&si manusia secara tidak disengaja. Misal,
menyebabkan terbentuknya postulat Koch molekular.
Postulat-postulat ini diringkas dalam Tabel 9-1.
,p..i., salmonella dan kampilobakter yang kha.s
menginfeksi hewan dan ditularkan dalam pro{9k
Beberapa patogen sulit atau tidak mungkin tumbuh
-"k"ttat-t ke manusia. Bakteri lain menyebabkan
infeksi
dalam biakan, dan untuk alasan tersebut kita tidak
pada manusia secara tidak sengaja, suatu kesalahan dalam
mungkin menentukan penyebab penyakit terkait dengan
siklus hidup organisme yang normal; organisme tidak
postulat Koch atau postulat Koch molekular. Reaksi rantai
beradaptasi dengan manusia, dan penyakit yang
polimerase digunakan untuk memperbanyak sekuens
ditimbulkan dapat sangat berat. Misal , Yersinia pestis
asam nukleat spesifik mikroorganisme dari jaringan atau
(penyakit pet) mempunyai sikius hidup tetap pada hewan
cairan pejamu. Petunjuk molekular untuk menentukan
p..rg.r", ian kutu pengerat, dan transmisi oleh lalat ke
penyebab penyakit mikroba terdapat dalam Tabel 9-1.
MIKOLOGI KEDOKTERAN 641

spesies hewan tertentu masih mampu menyebabkan 45-10). Bergantung pada macamnya, koloni T mentagrlPhltes
infeksi pada manusia. Umumnya, suatu spesies yang dapat berbentuk seperti kapas sampai granular; kedua
berkembang keluar dari lingkungannya dalam tanah ke tipe memperlihatkan kelompok mikrokonidia sferis yang
pejamu hewan Lertentu atau manusia, spesies tersebut berbentuk seperti anggur yang banyak di cabang terminal.
kehilangan kemampuan untuk menghasilkan konidia Hifa yang me lingkar atau be rbentuk spiral se ring
aseksual dan bereproduksi secara seksual. Spesies ditemukan pada isolat primer. Koloni tipikal I rubrum
antropofili, yang menyebabkan infeksi pada manusia mempunyai permukaan seperti kapas yang berwarna putih
dalam jumlah yang paling besar, menyebabkan infeksi dan mempunyai pigmen tidak dapat berdifusi berwarna
kronik dan relatif ringan pada manusia, menghasilkan merah pekat bila dilihat dari sisi koloni sebaliknya.
beberapa konidia dalam biakan, dan dapat sulit dibasmi. Mikrokonidia berukuran kecil dan piriformis (berbentuk
Sebaliknya, dermatofita zoofili dan geofili, yang kurang buah pir). T tonsurans menghasilkan koloni seperti bubuk
beradaptasi dengan pejamu manusia, menimbulkan atau beludru yang rata pada permukaan bagian depan
infeksi inflamasi yang lebih akut vang cenderung sembuh dan berwarna coklat kemerahan pada sisi sebaliknya;
lebih cepat. Dermatofita ditularkan melalui kontak dengan mikrokonidia sebagian besar memanjang.
tanah yang terkontaminasi atau dengan hewan atau Microsporum sp. cenderung menghasilkan makro-
manusia yang terinFeksi. konidia multiseiular yang khas dengan dinding bergerigi
Beberapa spesies antropofili secara geografi tidak (Gambar 45'1rI). Kedua jenis konidia dihasilkan
tersebar luas, tetapi spesies lain, seperti Epidermophyton tersendiri pada genus tersebut. M canis membentuk koloni
floccosum, Trichophyton mentagrlPhltes var interdigitale, T dengan permukaan seperti kapas berwarna Putih dan
rubrum, dan Z tlnsurans, tersebar luas di dunia. Spesies berwarna kuning pekat di permukaan sebaliknya;
geofili yang sering menyebabkan infeksi pada manusia makrokonidia berdinding tebal dengan sel berjumlah 8
adalah Microsporum gypseum. Spesies zoofili kosmopolitan sampai 15, sering mempunyai ujung yang melengkung
(dan pejamu alaminya) antara lain adalah Microsporum atau berkait. M gypseum menghasilkan koloni sePerti
canis (anjing dan kucing), Microsporum gallinae (unggas), bubuk berwarna coklat dan makrokonidia dalam jumlah
Microsporutn nAnum (6abi), 7lichophyton equinum (kuda), banyak yang berdinding tipis, bersel empat sampai enam.
dan Tiichophyton uerrucosun (lembu). Microsporum sp. h^nya menginfeksi rambut dan kulit.
Epidermophyton floccosum, yang merupakan satu-
Morfologi & ldentifikasi satunya patogen pada genus ini, hanya menghasilkan
Dermatofita diidentifikasi berdasarkan gambaran koloni makrokonidiaJ yang berdinding haius, berbentuk gada,
dan morfologi mikroskopik setelah pertumbuhan selama bersel dua sampai empatr dan tersusun dalam dua atau
2 minggu pada suhu 25 {tC pada agar dekstrosa Sabouraud, tiga kelompok (Gambar 45-11). Koloni ini biasanya rata
Spesies trichophyton, yang dapat menginfeksi rambut, dan seperti beludru dengan warna coklat sampai kuning
kulit, atau kuku, menghasilkan mikrokonidia khas dan kehijauan. E floccosum menginfeksi kulit dan kuku, tetapi
makrokonidia silindrik yang berdinding halus (Gambar tidak menginfeksi rambut.

T mentagrophytes
T rubrum

i,\,q^/)
T
a':0
"'u
tonsurans ?
"- €
Gambar 45-10. Spesies Trichophyton. Makrokonidia, hifa spiral, dan mikrokonidia tipikal
635 / BAB 45

DAFTAR ISTILAH
Kohidia:Struklur,reproduksi aseksual (mitospora)'yang ', ,r: Fungi imperfekta: Fungi yang tidak memiliki,reproduksi r:,:.'

: rrt 'dihasilkan baik dari transformasi ragi vegetatif ' ,rr, seksual; fungi tersebut digambarkan hbr-rya dengan': ,,

maupun sel hifa atau dari sel konidiogenosa khusus, anamorf, keadaan reproduksi mitotik atau aseksual.
yang dapat berbentuk sederhana atau kompleks dan Fungi ini diidentifikasi berdasarkan struktur reproduksi
, berelaborasi. Konidia dapat ter:bentuk pada hifa - :: aseksual (yaitu, mitospora). '
I : 'khulus dan,disebut konidiofora. Mikrokonidia Kapang: Koloni miselium atau hifa atau,bentUk' -:: ":"t::l:
merupakan konidia kecil, dan makrokonidia periumbuhan.
:',:' :merupakan konidia besar dtau multisel. ' I Miselium: Massa atau lapisan hifa, koloni kap'ang;. ,:
,,.,lArtiokonidia (artrbspora): Konidia yang,dihasilkan Fungi perfekta: Fungi yang mampu melqkrlkan, ,,: , :

Blastokonidia (blastospora): Pembentukan blastokonidia.


konidia melalui proses penonjolan (misal, ragi, Septum: Dinding silang hi{a, secara khas mengalami
Gambar 45-1; Cladosporium, Gambar 45-7). perforasi.
:i r Klamidiospora (klamidokonidia): Besal berdinding ':,: sporangioipora: Struktur aseksual khas zygomycetes; ', '
'
tebal, biasanya konidia sferis dihasilkan dari sel sporangiospora merupakan spora mitotik yang
hifa interkalaris atau terminal (Candida albicans, dihasilkan dalam sporangium yang tertutup, sering
Gambar 45-2). ditunjang oleh satu sporangiofora.
Fialokonidia: Konidia yang dihasilkan oleh sel Spora: Struktur khusus yang penting untuk kelangsungan
konidiogenosa "berbentuk vas" yang disebut hidup, seperti resistansi terhadap keadaan yang
fialida (misal, A,spergillus fumigatus, Gambar 45-9). buruk atau kondisi yang dapat mencetuskan dispersi.
Fungi dematiaseosa: Fungi yang dinding selnya Spora dapat dihasilkan dari reproduksi aseksual
mengandung melanin yang memberi pigmen coklat (misal, konidia, sporangiospora) atau seksual (lihat
sampai hitam. bawah). Selama reproduksi seksual, sel haploid dari
Fungi dimorfik: Fungi yang mempunyai dua bentuk strain yang cocok berpasangan melalui proses
pertumbuhan, seperti kapang dan ragi, yang plasmogami, kariogami, dan meiosis.
dalam kondisi pertumbuhan berbeda Askospora: Setelah meiosis, empat sampai delapan
: : berkembang
(misal, Blastomyces dermatitidis rnembentuk hifa ln meiospora terbentuk dalam askus (Gambai 45.1). i'
vltro dan ragi dalam jaringan). Basidiospora: Setelah meiosis, empat meiospora
Hifa: Filamen sel fungi yang bercabang, tubular (lebar 2- biasanya terbentuk pada permukaan struktur
10 prm), bentuk pertumbuhan kapang. Sebagian yang khusus, suatu basidium berbentuk gada.
besar sel hifa dipisahkan oleh dinding sel berpori Zigospora: Setelah meiosis, terbentuk zigospora
:,i, atau septa, tetapi hifa zygomycetqs bersepta jarang. yang bes6r ddn berdinding tebal. , ;' '.,,,: :.'rri: -
Hifa substrat atau vegetatif mengikat koloni dan Ragi: 5el fungi uniselular, berbentuk sferis sanipai elips
' mengabsorpsi nutrien. Hifa aerial berkembang di i1ts.:, ,: ' (3-15 pm) yang biasanya bereproduksi melblui pioses'
koloni dan memiliki struktur reproduksi. penonjolan.

yang saling berjalin yang berakumulasi selama


pertumbuhan aktif adalah suatu miselium. Beberapa hifa
dibagi menjadi sel-sel oleh dinding pembatas atau septum
yang khas terbentuk pada interval regular selama
,-6\ o
pertumbuhan hifa. Salah satu kelas kapang yang penLing
dalam kedokteran, yaitu z)/gomlcetes, menghasilkan hifa
yang jarang bersepta. Hifa yang menembus rnedium b o
penunjang dan mengabsorpsi nutrisi aclalah hifa substrat
atau vegetatif. Sebalikr-rya, hifa aerial enjulr di atas
permukaan miselium dan biasanya mengandung struktur
,4
(,
reproduksi kapang. Dalam keadaan pertumbuhan standar
laboratorium, kapang menghasiikan koloni dengan
gambaran khas seperti laju pertumbuhan, tekstur, dan
pigmentasi. Genus-jika bukan spesies-sebagian besar Gambar 45-?. Saccharomyces. Sel ragi tunas atau
kapang klinis yang diisolasi dapat ditentukan dengan blastokonidia. Blastokonidia yang terkonjugasi. Askus
pemeriksaan mikroskop ontogeni dan morfologi spora mengandung askospora.
MIKOLOGI KEDOKTERAN 643

Tabel 45-2, Beberapa gambaran klinis infeksi dermatofita.

ff{ill I

IKIinis

Tinea korporis (kurap) Kulit halus, tidak berambut. Bercak sirkular dengan tepi vesikular T rubrum, E floccosum
yang merah meninggi dan bagian
tengah bersisik. Gatal.

Tinea pedisl Ruang antar jari kaki pada Akut: gatal, vesikular merah. Tiubrum, T mentagro-
(athlete's foot) orang yang memakai sepatu Kronik: gatal, bersisik, kulit pecah- phytes, E floccosum
peca h .

Tinea kruris (jock itch) Lipat paha Lesi bersisik dan eritema di daerah T rubrum, T mentagro-
intertriginosa. Gatal. phytes, E floccosum

Tinea kapitis Rambut kepala. Endotriks: Daerah botak sirkular dengan T mentagrophytes, M canis
fungi di dalam batang patahan rambut di atas atau pada
rambut. Ektotriks: fungi di folikel rambut. Kerion jarang. Rambut
permukaan rambut. yang terinfeksi mikrosporum
berfl u oresensi.

Tinea barbae Rambut janggut. Lesi eritema dan edema T mentagrophytes

Tinea unguium Kuku Kuku menebal atau remuk di bagian T rubrum, T mentagro-
(onikomikosis) distal; berubah warna; tidak bercahaya. phytes, E floccosum
Biasanya disertai tinea pedis

Dermatof itid Biasanya daerah samping Lesi berupa vesikel sampai bula yang Tidak ada fungi dalanr lesi
(reaksi id) dan fleksor jari. Telapak gatal. Paling sering disertai tinea pedis. Dapat terjadi infeksi
tangan. Semua tempat di sekunder oleh bakteri
tubu h.
lDapat disertai lesi pada tangan dan kuku (onikomikosis).

yang sering dimulai pada skrotum dan menyebar ke lipat


C. TINEA KORPORIS, TINEA KRURIS,
paha. Tinea manus merupakan kurap pada tangan atau
DAN TINEA MANUS
jari tangan. Lesi bersisik kering dapat mengenai satu atau
Dermatofitosis kulit yang tidak berambut sering kedua tangan, satu jari, atau dua atau lebih jari.
menyebabkan timbulnya lesi kurap berbentuk anular
D. TINEA KAPITIS DAN TINEA BARBAE
dengan bagian tengah bersih bersisik dikelilingi oleh tepi
merah yang meninggi, dapat kering atau vesikular. fi*. t rpi,i, .artrn a.rr,t.n,*i, "ou ktt"p lt*'" trli,
Dermatofita hanya tumbr,rh pada jaringan mari yang kepala dan rambut. Inleksi dimulai dengan invasi hifa di
mengalami keratinisasi, tetapi metabolit fungi, enzim, kulit kepala, yang kemr.rdian menyebar ke bawah dinding
dan antigen berdifusi melalui lapisan epiderrnis yang keratin pada folikel rambut. Infeksi rambut terjadi tepat
sehat, menyebabkan eritema, pembentukan vesikel, dan di atas akar rambut. Hifa tumbuh ke arah bawah pada
pruritus. Infeksi oleh dermatofita geofili dan zoofili bagian rambut yang tidak hidup dan dengan kecepatan
menyebabkan lesi yang lebih iritatif dan lebih bersifat yang sama seperti pertumbuhan rambut. Infeksi
inflamasi dibandingkan dengan infeksi yang disebabkan menimbulkan bercak alopesia sirkular abu-abu, bersisik,
oleh spesies antropofili. Sesuai usia hifa, spesies ini sering dan gatal. Seiring pertumbuhan rambut keluar folikel,
membentuk rantai artrokonidia. Lesi meluas secara hifa spesies mikrosporum menghasilkan rantai spora yang
sentrifugal dan pertumbuhan hifa aktif terjadi di tepi; membentuk selubung di sekitar batang rambut (ektotriks).
bahan di bagian tepi tersebut lebih sering digunakan untuk Spora tersebut memberi fluoresensi kehijauan sampai
diagnosis. Penetrasi ke dalam stratum korneum yang baru keperakan bila rambut diperiksa di bawah lampu Wood
terbentuk pada permukaan telapak tangan dan kaki yang (365 nnr). Sebaliknya, T tonsurans, penyebab utama tinea
lebih tebal menyebabkan infeksi persisten di tempat kapitis " black dof' , menghasilkan sPora dalam batang
tersebut. rambut (endotriks). Rambut tersebut tidak memberikan
Bila infeksi terjadi di daerah lipat paha, disebut tinea fluoresensi; rambut-rambut tersebut lemah dan mudah
kruris, atau jock itch. Kebanyakan infeksi tersebut patah pada rnuara folikular. Pada anak prapubertas, tinea
mengenai pria dan timbul sebagai lesi kering dan gatal kapitis epidemik biasanya dapat sembuh sendiri'
642 BAB 45

Epide rmo phyton fl o cco su m

Microsporum gypseum 1
L_)

AekE
t[* ^'-E \
?-
tll
,-Y "\rl? "\u1

=\\ #"\?
Gambar 45-1 7. Mikrokonid ia dan makrokonidia khas.

Selain morfologi makroskopik dan mikroskopik, Temuan Klinis


uji lain, seperti pertumbuhan
beberapa uji nutrisional atau
Infeksi dermatofita sering salah disebut dengan kurap
pada temperatur 37 iC atau uji perforasi rambut in uitro,
atau tinea karena lesinya berbentuk sitkular atau
bermanfaat dalam membedakan spesies tertentu.
menonjol. Bentuk klinis bergantung pada lokasi infeksi.
Satu spesies mampu menyebabkan lebih dari satu jenis
Epidemiologi & lmunitas infeksi klinis. Sebaliknya, satu bentuk klinis, seperti tinea
Infeksi dermatofita bermula di kulit setelah trauma dan korporis, dapat disebabkan oleh lebih dari satu spesies
kontak. Terdapat bukti bahwa kerentanan pejamu dapat dermatofita. Agen yang lebih sering menyebabkan bentuk
meningkat akibat kelembapan, udara yang panas, kondisi klinis tertentu tercantum pada Tabel 45-2. Pada kasus
kimiawi kulit tertentu, komposisi sebum dan keringat, yang sangat jarang, pasien imunokompromais dapat
usia muda, pajanan berat, dan predisposisi genetik. mengalami infeksi sistemik oleh suatu dermatofita.
Insiden lebih tinggi pada iklim panas, lembap, dan di
tengah lingkungan hidup yang padat. Pemakaian sepatu A. T|NEA PED|s (ArHt ErE's Foor)
menyebabkan kaki panas dan lembap, suatu kondisi yang
Tinea pedis merupakan dermatofitosis yang paling sering
dapat menyebabkan infeksi pada kaki. Sumber infeksi
terjadi. Penyakit tersebut biasanya muncul sebagai infeksi
adalah tanah atau hewan yang terinfeksi, pada kasus
kronik pada seiaput di antara jari kaki. Bentuk lain adalah
dermatofita geofili dan zoofili. Konidia tetap dapat hidup
tipe mokasin, ulseratii dah vesikular dengan hiper-
untuk waktu yang lama. Spesies antropofili dapat keratosis telapak kaki. Awalnya, timbul rasa gatal di antara
ditularkan melalui kontak langsung atau melalui benda- jari kaki dan muncul vesikel kecil yang kemudian pecah
benda yang mungkin membawa infeksi, seperti handuk,
dan mengeluarkan cairan encer. Kulit pada selaput di
pakaian yang terkontaminasi, perlengkapan mandi yang
antara jari kaki mengalami maserasi dan mengelupas,
digunakan bersama-sama, serta contoh serupa lain.
sehingga kulit terpecah dan memudahkan ter.iadinya
Tiichophltin adalah preparat antigen kasar yang dapat
infeksi bakteri sekunder. Bila infeksi oleh fungi menjadi
digunakan untuk mendeteksi hipersensitivitas tipe cepat
kronik, pengelupasan dan pecahnya kulit merupakan
atau lambat terhadap antigen dermatofitik. Banyak pasien
manifestasi utama, disertai rasa nyeri dan gatal.
yang menderita infeksi dermatofita kronik, noninflamasi
memiliki respons imun selular yang buruk terhadap B. TrNEA UNGUTUM (oNtxoNtxosts)
anrigen dermatofita. Pasien tersebut sering atopik dan
mengalami hipersensitivitas tipe cepat dan peningkatan Infeksi kuku dapat terjadi seteiah tinea pedis yang
konsentrasi igE. Pada pejamu normal, imunitas terhadap berkepanjangan. Kuku menjadi kuning, rapuh, menebal,
dermatofitosis memiliki durasi yang bervariasi dan dan mudah hancur akibat invasi hifa. Dapat mengenai
derajatnya bergantung pada pejamu, lokasi infeksi, dan satu atau lebih kuku kaki atau tangan.
spesies fungi yang menyebabkan infeksi.
A. Kultur B. Mikroskopis KOH

Gambar 2.9: A. Gambar Kultur Microsporum canis dan

B. Gambaran Mikroskopis KOH Microsporum canis.

b. Microsporum gypseum

Koloni dari M. gypseum tumbuh dengan cepat, menyebar dengan permukaan


yang mendatar dan sedikit berserbuk merah coklat hingga kehitam-hitaman (Brooks et
al, 2005) terkadang dengan warna ungu. Serbuk yang berada di permukaan koloni
mengandung makrokonidia (Rippon, 1974). Makrokonidia dihasilkan dalam jumlah yang
besar. Dindingnya tipis dengan ketebalan 8-16 x 20 µm, kasar dan memiliki 4-6 septa,
dan berbentuk oval. Makrokonidia terdiri dari 4-6 sel. Mikrokonidia juga dapat nampak,
meskipun jarang dihasilkan, terkadang pula mudah tumbuh pada subkultur setelah
bebrapa kali berganti media pada laboratorium (Rippon, 1988).

A. Kultur B. Mikroskopis KOH

Gambar 2.10: A. Gambaran Kultur Microsporum gypseum dan

B. Gambaran Mikroskopis KOH Microsporum gypseum.

Universitas Sumatera Utara


b. Trichophyton Mentagrophytes

Trichophyton mentagrophytes adalah merupakan tenunan lilin, berwarna putih


sampai putih kekuningan yang agak terang atau berwarna violet merah. Kadang bahkan
berwarna pucat kekuningan dan coklat. Koloninya seperti putih hingga krem dengan
permukaan seperti tumpukan kapas pada PDA (tidak berpigmen). Gambaran
mikroskopis yaitu mikrokonidia yang bergerombolan, bentuk cerutu yang jarang,
terkadang hifa berbentuk spiral. Karakter dari jamur merupakan jamur filamentous yang
menyerang kulit yang menggunakan keratin sebagai nutrisinya. Keratin merupakan
protein utama dalam kulit, rambut dan kuku (Anonim, 2007).

A B
. Kultur . Mikroskopis kOH

Gambar 2.2: A. Gambaran Kultur Trichophyton Mentagrophytes dan

B. Gambaran Mikroskopis KOH Trichophyton Mentagrophytes.

c. Trichophyton ajelloi

Trichophyton ajelloi adalah jamur geofilik dengan distribusi di seluruh dunia


yang mungkin terjadi sebagai kontaminan saprophytic pada manusia dan hewan. Infeksi
pada manusia dan hewan diragukan. Koloni biasanya datar, bubuk, dan berwarna
cokelat, dengan pinggiran terendam kehitaman-ungu dan sebaliknya. Makrokonidia
banyak, halus, berdinding tebal, memanjang, berbentuk cerutu, dengan ukuran 29-65
oleh 5 sampai 10µm, dan multiseptate sampai dengan 9 atau 10 septa. Mikrokonidia
biasanya tidak ada, tapi ada ketika pembentukan pyriform (Rippon, 1988).

Universitas Sumatera Utara


M. amazonicum, M. audouinii, M. boullardii, M. canis, M. cookie, M.
distortum, M. equinum, M. ferrugineum, M. fulvum, M. gallinae, M.
gypseum, M. nanum, M. persicolor, M. praecox, M. racemosum.
c) Epidermophyton :
E. floccosum, E. stockdaleae.

2.1.1.1 Trichophyton

a. Trichophyton rubrum

Trichophyton rubrum merupakan jamur yang paling umum menyebabkan


infeksi jamur kronis pada kulit dan kuku manusia. Pertumbuhan koloninya dari lambat
hingga bisa menjadi cepat. Teksturnya yang lunak, dari depan warnanya putih kekuning-
kuningan (agak terang) atau bisa juga merah violet. Koloni yang putih bertumpuk di
tengah dan maroon pada tepinya berwarna merah cheri pada PDA (potato dextrose
agar). Gambaran mikroskopis dengan beberapa mikrokonida berbentuk air mata dan
sedikit makrokonida berbentuk pensil (Rebell, 1970).

B. Mikroskopis KOH

A. Kultur

Gambar 2.1: A. Gambaran Kultur trichophyton rubrum dan

B. Gambaran Mikroskopis KOH trichophyton rubrum.

Universitas Sumatera Utara


A. Kultur
B. Mikroskopis KOH

Gambar 2.6: A. Gambaran Kultur Trichophyton soudanense dan

B. Gambaran Mikroskopis KOH Trichophyton soudanense.

g. Trichophyton schoenleinii
Koloni pada Sabouraud Dextrose Agar tumbuh lambat. Kultur sulit
dipertahankan karena koloninya berbentuk berbelit-belit, dan dengan cepat menjadi
datar dan berbulu halus. Tidak ada pigmentasi pada daerah belakangnya. Tidak ada
makrokonidia dan mikrokonidia terlihat dalam kultur rutin, namun banyak
chlamydoconidia mungkin dapat terlihat pada kultur yang lebih lama (Rippon, 1988).

A. B.
Kultur Mikroskopis KOH

Gambar 2.7: A. Gambaran Kultur Trichophyton schoenleinii dan

B. Gambaran Mikroskopis KOH Trichophyton schoenleinii.

Universitas Sumatera Utara


A. Kultur
B. Mikroskopis KOH

Gambar 2.12: A. Gambaran Kultur Microsporum gallinae dan

B. Gambaran Mikroskopis KOH Microsporum gallinae.

2.1.1.3. Epidermatophyton

a. Epidermatophyton floccusom

Epidermatophyton floccusom merupakan satu-satunya pathogen pada genus ini


yang menghasilkan makrokonidia, berdinding halus, berbentuk gada, bersel dua hingga
empat dan tersusun dalam 3 kelompok. Koloni ini biasanya rata dan seperti beludru
dengan warna coklat sampai kuning kehijauan. Jamur ini tidak menginfeksi rambut
(Rebell, 1970).

A. Kultur B. Mikroskopis KOH

Gambar 2.13: A. Gambaran Kultur Epidermatophyton floccusom dan

B. Gambaran Mikroskopis KOH Epidermatophyton floccusom.

Universitas Sumatera Utara


h. Trichophyton terrestre
Koloni biasanya datar dan berbulu dengan warna permukaan berkisar dari putih
menjadi krem. Reaksi pigmentasi biasanya coklat kekuningan. Mikrokonidia besar,
clavate biasanya menunjukkan bentuk transisi, biasa lebih kecil atau lebih besar dari
makrokonidia. Makrokonidia yang clavate untuk silinder dengan ujung bulat, halus dan
berdinding tipis, dan mempunyai sel 2 hingga 6 (Rippon, 1988).

A. Kultur B. Mikroskopis KOH

Gambar 2.8: A. Gambaran Kultur Trichophyton terrestre dan

B. Gambaran Mikroskopis KOH Trichophyton terrestre.

2.1.1.2. Microsporum

a. Microsporum canis

Mikrosporum canis termasuk ke dalam organisme fungi dermatoifit zoofilik yaitu


organisme fungi yang menyerang kulit (terutama kulit kepala dan rambut) dan
merupakan fungi yang umumnya hidup dan tumbuh pada hewan (kucing dan anjing).
Penyebarannya meluas di seluruh dunia. Microsporum canis ini merupakan fungi yang
memiliki hifa yang bersepta, dan makrokonidia serta mikrokonidia sebagai alat
reproduksinya.

Universitas Sumatera Utara


Mikroskopis : Makrokonidia dan mikrokonidia tidak ada. Ditemukan
branching hifa.

Gambar 2.7 Gambar 2.8


(Image Courtesy of www.doctorfungus.org., 2005)
Morfologi mikroskopis Kultur
Trichophyton concentricum Trichophyton concentricum
5) T. tonsuran
Makroskopis : Pertumbuhan koloni lambat, permukaan datar/ berbenjol-
benjol. Bentuk bubuk sampai beledru. Warna bervariasi cream, abu-abu,
kuning, dan merah coklat dengan dasar kuning sampai merah.
Mikroskopis : Mikrokonidia banyak sepanjang sisi hifa dan
makrokonidia jarang.

Gambar 2.9 Gambar 2.10


(Image Courtesy of www.doctorfungus.org., 2005)
Morfologi mikroskopis Kultur
Trichophyton tonsurans
Trichophyton tonsurans
6) T. violaceum
Makroskopis : Pertumbuhan koloni lambat, permukaan menonjol dan
verrukosa. Warna violet.
PANU MELANDA

Malassezia furfur
Penyakit panu merupakan “penyakit rakyat” yang dapat menyerang
semua orang pada semua golongan umur. Jadi tidak benar bila ada yang
beranggapan bahwa penyakit kulit, khususnya panu, hanya menyerang orang
yang berprofesi pekerja kasar seperti tukang becak, kuli atau sopir. Anggapan ini
tentu salah, sebab penyakit kulit dapat menyerang siapa saja dan apapun
pekerjaannya. Apalagi Indonesia adalah wilayah yang berada di daerah tropis
sehingga membuat penduduknya mudah berkeringat. Keringat yang dibiarkan
menempel pada kulit dalam waktu yang lama akan menjadi tempat tumbuhnya
panu dengan subur.
Penyakit panu dalam bahasa kedokterannya disebut pitiriasis versikolor
atau tinea versikolor yang disebabkan oleh jamur dalam genus Malassezia dan
sebagai spesies tunggal disebut sebagai Malassezia furfur. Nama Malassezia
furfur diambil dari nama penemunya Louis-Charles Malassez (dari prancis) pada
akhir abad ke-19.

A. Aspek Biologi
Morfologi
Malassezia furfur merupakan flora normal dan terdapat pada mukosa dan
kulit. Jamur ini berupa kelompok sel-sel bulat, bertunas, berdinding tebal, dan
hifanya berbatang pendek dan bengkok. Malassezia furfur menghasilkan konidia
sangat kecil ( mikrokonidia ) pada hifanya, tetapi di samping itu juga
menghasilkan makrokonidia besar, multiseptat, berbentuk gelendong yang jauh
lebih besar daripada mikrokonidianya.
Gambar : Malassezia furfur
Nampak untaian jamur ( pemeriksaan
mikroskop ) terdiri dari spora dan hifa yang
saling bergabung satu sama lainnya.
Klasifikasi
Klasifikasi ilmiah dari Malassezia furfur :
Kerajaan : Fungi
Divisio : Basidiomycota
Kelas : Hymenomycetes
Ordo : Tremellales
Familia : Filobasidiaceae
Genus : Malassezia
Spesies : Malassezia furfur

B. Penyakit yang Ditimbulkan


Infeksi karena jamur Malassezia furfur akan menimbulkan penyakit
pitiriasis versikolor atau panu. Gejalanya berupa bercak-bercak putih, kadang
kemerahan atau cokelat. Biasanya terdapat di badan tapi bisa juga menyebar ke
wajah dan disertai rasa gatal bila berkeringat. Jika sudah sembuh, penyakit panu
itu sering meninggalkan bercak putih yang menetap dalam beberapa bulan
sebelum kembali ke kulit normal.
Pitiriaris versikolor timbul ketika ragi Malassezia furfur yang secara normal
mengkoloni kulit berubah dari bentuk yeast menjadi bentuk miselia yang
patologik, kemudian menginvasi stratum korneum kulit. Beberapa kondisi dan
faktor yang berperan pada patogenesis pitiriaris versikolor antara lain lingkungan
dengan suhu dan kelembaban tinggi, produksi kelenjar keringat yang berlebih.
Jamur yang ditemukan sebenarnya normal ditemukan di kulit manusia.
Namun dalam keadaan tertentu, misalnya kulit berkeringat, jamur ini akan
membuat kulit menjadi berubah warna.
Penyakit ini dapat menyerang semua umur baik laki-laki maupun
perempuan. Penyakit ini termasuk penyakit menular, karena jamur bisa
berpindah dari bagian yang satu ke bagian yang lain. Terutama dari rambut ke
kulit di bawahnya.
Hal-hal yang memudahkan seseorang terkena panu:

1. Kurang menjaga kebersihan tubuh

2. Keadaan basah atau berkeringat banyak

3. Keadaan yang lembab


PIEDRA HITAM
Piedra hitam merupakan infeksi jamur pada rambut di sepanjang corong
rambut yang mengakibatkan benjolan-benjolan di luar permukaan rambut
tersebut. Penyebab penyakit ini adalah jamur Piedra hortai. Jamur Piedra
hortai umumnya menyerang rambut kepala, kumis atau jambang, dan dagu.
Penyakit ini ditemukan di daerah tropik, termasuk di Indonesia. Piedra
hitam biasanya diderita oleh hewan, khususnya monyet, dan juga manusia.

Morfologi

Jamur ini tergolong kelas Ascomycetes dan membentuk spora seksual.


Dalam sediaan KOH, rambut dengan benjolan hitam terlihat lebih jernih,
berbentuk bulat atau lonjong, yaitu askus yang berisi 2-8 askospora.

Askospora berbentuk lonjong memanjang agak melengkung dengan ujung


yang meruncing, seperti pisang. Askus-askus dan anyaman hifa yang padat
membentuk benjolan hitam yang keras di luar rambut.

Pada rambut dengan benjolan, tampak hifa endotrik (dalam rambut) sampai
ektotrik (diluar rambut) yang besarnya 1-2 um berwarna tengguli dan
ditemukan spora yang besarnya 1-2 um.

Taksonomi

Kingdom : Fungi

Phylum : Ascomycota

Class : Euascomycetes

Order : Dothideales

Family : Piedraiaceae

Genus : Piedraia

Spesies : Piedra hortai


Penularan dan Gejala Klinis

Penularan dapat terjadi apabila seseorang mengalami kontak langsung


dengan spora. Salah satu caranya adalah melalui sisir yang digunakan oleh
penderita. Spora dapat menempel pada sisir tersbut sehingga orang yang
menggunakan sisir tersebut dapat tertular.

Penyakit ini tidak menimbulkan gejala khusus. Biasanya rambut penderita


mudah patah pada saat disisir. Selain itu akan terdengar bunyi seperti kawat
apabila rambut disisir. Bunyi ini ditimbulkan karena adanya benjolan-
benjolan pada rambut.

Pengobatan

Pengobatan piedra adalah dengan memotong rambut yang yang terkena


infeksi atau mencuci kepala setiap hari dengan larutan sublimat 1/2000 atau
shampoo yang mengandung antimikotik.

Daftar Pustaka

Gandahusada, Srisasi, dkk., 2006, Parasitologi Kedokteran, 284-285, UI


Press, Jakarta
PIEDRA PUTIH
TRICHOSPORON BEIGELII

Penyebab
Piedra putih ialah infeksi jamur pada rambut yang disebabkan oleh Trichosporon beigelii.
Piedra putih ditemukan pada rambut ketiak dan pubis, jarang mengenai rambut kepala.

Distribusi Geografik
Penyakit ini jarang ditemukan, terdapat di daerah beriklim sedang. Jamur ini dapat
ditemukan di tanah, udara,dan permukaan tubuh.

Morfologi
Jamur penyebab piedra putih ini mempunyai hifa yang tidak berwarna, termasuk
MONILIACEAE. Secara mikroskopis jamur ini menghasilkan arthrokonidia dan blastoconidia.
Benjolan pada piedra putih terlihat lebih memanjang pada rambut dan tidak padat dsbanding
piedra hitam. Benjolan mudah dilepas dari rambut. Tidak terlihat askus dalam massa jamur.
Berbeda dengan Trichomycosis axillaries dalam benjolan hifa berukuran 2-4 mikron dan terlihat
artospora dan artrokonodia.

Patologi dan gejala klinis


Pada piedra putih, kelainan rambut tampak sebagai benjolan yang berwarna putih
kekuningan. Selain pada rambut kepala, dapat juga menyebabkan kelainan pada rambut kumis
dan rambut janggut.

Diagnosis
Diagnosis piedra putih ialah dengan memeriksa benjolan yang ada pada rambut. Pada
pemeriksaan langsung dengan larutan KOH 10%, tampak anyaman hifa yang padat, tidak
berwarna atau berwarna putih kekuningan. Diagnosa ditegakkan atas dasar :
- gejala kllinis

Anda mungkin juga menyukai