Anda di halaman 1dari 98

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN


KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA KLIEN
SKIZOFRENIA DENGAN WAHAM KEBESARAN DI RUANG
REHABILITASI RUMAH SAKIT KETERGANTUNGAN OBAT
JAKARTA

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

MUTHMAINNAH
0806334142

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM PROFESI REGULER
DEPOK, JULI 2013

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN


KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA KLIEN
SKIZOFRENIA DENGAN WAHAM KEBESARAN DI RUANG
REHABILITASI RUMAH SAKIT KETERGANTUNGAN OBAT
JAKARTA

KARYA ILMIAH AKHIR NERS


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners

MUTHMAINNAH
0806334142

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM PROFESI REGULER
DEPOK, JULI 2013

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
iii

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga karya ilmiah akhir Ners yang berjudul Analisis
Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan pada Klien
Skizofrenia dengan Waham Kebesaran di Ruang Rehabilitasi RSKO Jakarta ini
dapat saya selesaikan. Penulisan ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas
akhir profesi pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Saya menyadari dalam penyusunan laporan karya ilmiah akhir Ners ini terdapat
banyak hambatan dan kesulitan. Namun, berkat bimbingan, dorongan, motivasi
dari berbagai pihak akhirnya saya dapat menyelesaikan laporan ini tepat waktu.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih
kepada:

1. Ibu Dewi Irawaty, MA., PhD, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia;
2. Ibu Riri Maria, S.Kp., MANP selaku koordinator Mata Ajar Karya Ilmiah
Akhir Ners;
3. Ibu Novy Helena CD, SKp., M.Sc. selaku pembimbing yang tidak pernah
bosan memberikan bimbingan, masukan, motivasi kepada mahasiswa
bimbingannya;
4. Ibu Dewi Sartika, SKp., M.Kep., Sp.Kep. Jiwa dan ibu Widya Lolita, SKp.,
M.Kep. selaku pembimbing klinik yang telah memberikan ilmu ketika praktik
di RSKO Jakarta, masukan, motivasi kepada mahasiswa bimbingannya;
5. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan baik secara moral
maupun motivasi serta mendoakan demi kelancaran penyelesaian karya
ilmiah akhir ini. Terima kasih Ibunda Dra. Hj. Nur’aini HB dan Ayahanda
Drs. H. Saiful Amri yang telah memberikan restu dan doa yang begitu berarti
serta abang Aulia Fadhilah dan adik Qurrota A’yun;
6. Seluruh teman seperjuangan FIK 2008 PEDULI yang telah sama-sama
berjuangan menyelesaikan tugas akhir mata ajar karya ilmiah akhir Ners ini.
Terima kasih untuk kepedulian, canda-tawa, motivasi, dan kekompakan
iv

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


kalian dalam memberikan dukungan demi mencapai cita-cita bersama untuk
meraih gelar profesi yang kita impikan. Sungguh semua itu merupakan
suntikan semangat yang luar biasa dalam menjalani hari-hari berat yang
berkesan menuju Balairung 2013;
7. Untuk salah seorang mahasiswa sederhana dan baik hati yang selalu
menginspirasi saya dan banyak orang lewat tulisan dan tindakannya serta
membuat hari-hari penyusunan karya ilmiah menjadi begitu berwarna;
8. Yunara, Yunika, Santi dan Pak Wahyu, Sonya, Zume, Susi, Resti, Erny teman
seperjuangan praktik di RSKO Jakarta. Semoga kita dapat menghasilkan
sebuah karya ilmiah akhir yang bermanfaat;
9. Perawat-perawat di ruangan Rehabilitasi dan MPE (pak Ade, kak Ida, kak
Yanti, kak Titi, kak Lia, kak Nasya, bro Udin, blih Agung, bro Herri, bro
Lukman, kak Citra, bu De) yang telah membimbing saya dan teman-teman
selama praktik di RSKO Jakarta;
10. Tak lupa kepada klien/residence di Halmahera House yang telah bersedia
menerima saya selama 7 minggu praktik di RSKO Jakarta;
11. Konselor-konselor (Bro Octo, Latif, Chandra, Iwan, Nasrul, Agil, Taufan dan
sister Tifanny) yang telah mengizinkan saya untuk berinteraksi dengan klien
di Halmahera House dan berbagi ilmu tentang NAPZA;
12. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu namun sangat
membantu kelancaran proses pelaksanaan penyusunan karya ilmiah akhir ini.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan karya ilmiah akhir ini
masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Oleh karena itu, saran dan kritik
yang bersifat membangun sangat saya harapkan demi hasil yang lebih baik di
masa yang akan datang. Saya berharap semoga penyusunan karya ilmiah akhir
Ners ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di masa depan.

Depok, Juli 2013

Penulis
v

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
ABSTRAK

Nama : Muthmainnah
Program studi : Profesi Keperawatan

Judul : Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan


Masyarakat Perkotaan pada Klien Skizofrenia dengan
Waham Kebesaran di Ruang Rehabilitasi Rumah Sakit
Ketergantungan Obat Jakarta

Skizofrenia merupakan penyakit psikiatri yang berat dengan angka kejadian


nasional yang meningkat setiap tahun. Waham adalah salah satu gejala negative
yang terjadi pada klien dengan skizofrenia. Praktik profesi dilakukan di ruang
rehabilitasi RSKO Jakarta pada Tn. J dengan skizofrenia pada tanggal 6 Mei-22
Juni 2013. Masalah keperawatan klien adalah waham kebesaran. Intervensi
keperawatan yang telah dilakukan adalah BHSP (Bina Hubungan Saling Percaya),
memfasilitasi klien untuk orientasi realita, berdiskusi tentang kebutuhan
psikologis/emosional yang tidak terpenuhi sehingga menimbulkan kecemasan,
rasa takut dan marah, memotivasi klien melakukan aktivitas fisik yang dapat
memenuhi kebutuhan fisik dan emosional klien, berdiskusi tentang kemampuan
positif yang dimiliki, memfasilitasi klien untuk melakukan kemampuan yang
dimiliki, berdiskusi tentang obat yang diminum dan melatih minum obat yang
benar. Masalah keperawatan waham kebesaran teratasi sebagian. Penulis
menyarankan agar melaksanakan komunikasi terapeutik dengan klien waham
kebesaran dengan teknik fokus membahas topik tertentu dan waktu yang tidak
terlalu lama untuk berinteraksi.

Kata kunci:

Intervensi keperawatan, masalah keperawatan, skizofrenia, waham kebesaran

vii Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


ABSTRACT

Name : Muthmainnah

Study Program : Nursing Profession

Title : The Clinic Practice Analytical of Urban Society Health

Nursing at Schizophrenia Client with Grandiose Delusion

In the Rehabilitation Room RSKO Jakarta

Schizophrenia is the serious psychiatric disorder that has increased incident in


national every year. Delusion is one of the negative symptom that happen in
schizophrenia client. Profession practice was done in the client Mr. J with
schizophrenia in the rehabilitation room RSKO Jakarta during May 6 until June
22, 2013. The nursing problem was grandiose delusion. The nursing interventions
were done were engage in a trusting relationship, facilitate client to identify the
reality, discuss the triggers that may be related anxiety, fears and anger, motivate
client to doing the physic activity that can fill the physic and emotional needed,
discuss the client positive ability, facilitate client to doing the positive ability,
discuss the client medicine and practice client to drink the medicine. The nursing
problem: grandiose delusion was solved a part. Writer recommend to doing the
therapeutic communication with grandiose delusion client with focusing one topic
and short time interaction.

Keywords:

Grandiose delusion, nursing intervention, nursing problem, schizophrenia.

viii Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................................ iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .............................................................. vi
ABSTRAK .................................................................................................................. vii
ABSTRACT ................................................................................................................ viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... x
DAFTAR SKEMA ...................................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... xii
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................ 4
1.4 Manfaat Penulisan .......................................................................................... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 6


2.1 NAPZA .......................................................................................................... 6
2.2 Skizofrenia ..................................................................................................... 8
2.3 Waham ........................................................................................................... 12
2.4 Tindakan Keperawatan pada Klien dengan Waham Kebesaran .................... 14
2.5 Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan ............................................ 16

BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA .............................................. 21


3.1 Pengkajian ...................................................................................................... 21
3.2 Masalah Keperawatan .................................................................................... 23
3.3 Pohon Masalah dan Diagnosis Keperawatan ................................................. 26
3.4 Rencana Asuhan Keperawatan....................................................................... 26
3.5 Catatan Perkembangan Implementasi Keperawatan ...................................... 26

BAB 4 ANALISIS SITUASI ..................................................................................... 27


4.1 Profil Lahan Praktik ....................................................................................... 27
4.2 Analisis masalah keperawatan dengan konsep terkait KKMP dan konsep
kasus terkait.................................................................................................... 28
4.3 Analisis salah satu intervensi dengan konsep dan penelitian terkait.............. 31
4.4 Alternatif pemecahan yang dapat dilakukan .................................................. 33

BAB 5 PENUTUP ...................................................................................................... 35


5.1 Kesimpulan .................................................................................................... 35
5.2 Saran .............................................................................................................. 36

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 38

ix

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel Prevalensi Skizofrenia ...................................................................... 12

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


DAFTAR SKEMA

Kerangka Respon Adaptif-Maladaptif Pengguna NAPZA ......................................... 7


Kerangka Respon Adaptif-Maladaptif ........................................................................ 13
Pohon Masalah Keperawatan ...................................................................................... 26

xi

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Laporan Pendahuluan Waham Kebesaran

Lampiran 2 Strategi Pelaksanaan Waham Kebesaran

Lampiran 3 Pengkajian Keperawatan Kesehatan Jiwa Tn. J

Lampiran 4 Rencana Asuhan Keperawatan Tn. J

Lampiran 5 Implementasi dan Evaluasi Tindakan Keperawatan Kesehatan Jiwa

Tn. J
Lampiran 6 Catatan Interaksi Perkembangan Tn. J

xii

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Setiap manusia yang hidup di dunia memiliki indikasi untuk mengalami
gangguan jiwa. Manusia mampu mengatasi gangguan jiwa dengan kapasitas
mental yang dimiliki. Namun, pada sebagian orang terkadang tidak mampu
menggunakan kapasitas mental secara maksimal sehingga timbullah gangguan
jiwa (Pieter, Janiwarti & Saragih, 2011).

Gangguan jiwa adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal,


baik yang berhubungan dengan fisik maupun mental. Keabnormalan yang
terjadi tidak disebabkan oleh sakit atau rusaknya bagian-bagian anggota badan,
walaupun terkadang gejalanya terlihat dengan fisik (Ardani, Rahayu &
Sholichatun, 2007). Keabnormalan dibagi menjadi dua golongan, yaitu
gangguan jiwa dan sakit jiwa. Orang yang mengalami gangguan jiwa masih
mengetahui dan merasakan kesulitan, sedangkan orang yang mengalami sakit
jiwa kurang mampu menyesuaikan diri dengan wajar dan tidak sanggup
memahami masalahnya (Darajat, 1996 dalam Ardani, Rahayu & Sholichatun,
2007).

Menurut Djatmiko, 2011 dalam Firmanzah,dkk, 2011 prevalensi gangguan


jiwa dalam masyarakat dijumpai rata-rata 1-2% dari jumlah seluruh penduduk
di suatu wilayah pada setiap waktu. Jika terdapat 1 dari 1000 penduduk yang
menderita gangguan jiwa maka di Indonesia bisa mencapai 200.000-250.000
penderita. Usia gangguan jiwa mulai banyak muncul kira-kira 15-35 tahun.

Data status kesehatan jiwa di Indonesia dapat dilihat dari hasil riset kesehatan
dasar (Riskesdas, 2007) yang dilakukan oleh badan penelitian pengembangan
kesehatan Departemen Kesehatan menunjukkan prevalensi nasional gangguan
mental emosional (depresi dan kecemasan) pada penduduk berusia di atas 15
tahun mencapai 11,6% dari populasi orang dewasa atau diderita oleh sekitar
1,74 juta orang. Sedangkan dengan gangguan jiwa berat rata-rata sebesar
0,64% atau sekitar 1 juta penduduk. Sebanyak 14 provinsi mempunyai

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


2

prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk umur > 15 tahun di atas
prevalensi nasional yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Riau,
Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, JawaTimur, Nusa
Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,
Gorontalo dan Papua Barat.

Jumlah penderita gangguan jiwa beberapa tahun belakangan ini di Indonesia


meningkat tajam. Hasil riskesdas 2007 menunjukkan bahwa prevalensi
gangguan mental emosional meningkat sejalan dengan pertambahan usia.
Berdasarkan umur, tertinggi pada kelompok umur 75 tahunaktaes (33,7%).
Kelompok yang rentan mengalami gangguan mental emosional adalah
kelompok dengan jenis kelamin perempuan (14,0%), kelompok yang memiliki
pendidikan rendah (paling tinggi pada kelompok tidak sekolah, yaitu 21,6%),
kelompok yang tidak bekerja (19,6%), tinggal di perdesaan (12,3%), serta pada
kelompok tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita terendah (padaKuintil
1: 12,1%).

Skizofrenia merupakan masalah jiwa yang umum terjadi di masyarakat saat ini.
Skizofrenia tergolong ke penyakit jiwa yang berat. Skizofrenia (skf) adalah
sindrom klinik termasuk gangguan psikotik yang paling sering dijumpai dan
merupakan masalah kesehatan masyarakat mayor. Skizofrenia dijumpai di
seluruh daerah di dunia ini dengan angka kejadian yang hampir sama.
Skizofrenia melibatkan 1% dari populasi umum, biasanya mulai sebelum usia
25 tahun. Skizofrenia yang bermula sebelum usia 10 tahun dan sesudah 60
tahun jarang sekali dijumpai (Lumbantobing, 2007)

Skizofrenia ditandai dengan dua kategori gejala utama yaitu gejala positif dan
gejala negatif. Gejala positif berfokus pada distorsi fungsi normal.Sedangkan
gejala negatif mengidentifikasi hilangnya fungsi normal. Gejala negatif yang
didapat klien berupa waham dan halusinasi (Copel, 2007 dalam Pieter,
Janiwarti & Saragih, 2011). Waham merupakan salah satu gejala negatif yang
umum terjadi pada klien dengan skizoprenia. Waham merupakan gangguan
proses pikir yaitu keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


3

walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realitas
sosial. Ada beberapa jenis waham yaitu waham kebesaran, waham
somatik,waham curiga, waham keagamaan dan waham nihilistik (Stuart &
Laraia, 2005).

Waham kebesaran yang merupakan kepercayaan seseorang memiliki kehebatan


atau kekuatan luar biasa padahal kenyataannya tidak (Stuart & Laraia, 2005).
Pada kasus-kasus skizofrenia dengan prilaku waham, individu mencoba
berprilaku sesuai dengan jenis waham yang diyakininya dengan mengaku
bahwa dia memiliki kekuatan yang lebih, terkenal, berkuasa dan klien
cendrung membesar-besarkan dirinya. Apabila waham tersebut tidak segera
ditanggulangi, dapat menyebabkan individu mengalami penarikan diri dari
hubungan sosial (Pieter, Janiwarti & Saragih, 2011).

Waham merupakan salah satu efek samping yang dirasakan klien akibat
penyalahgunaan narkoba. Stuart & Laraia (2005) dalam bukunya berjudul
Psychiatric Nursing, menyatakan definisi dari penyalahgunaan obat sebagai
penggunaan zat secara terus menerus bahkan sampai setelah terjadi masalah.
Ketergantungan zat menunjukkan kondisi yang parah dan sering dianggap
sebagai penyakit. Adiksi umumnya merujuk pada perilaku psikososial yang
berhubungan dengan ketergantungan zat. Gejala putus zat terjadi karena
kebutuhan biologi terhadap obat. Toleransi adalah peningkatan jumlah zat
untuk memperoleh efek yang diharapkan.Gejala putus zat dan toleransi
merupakan tanda ketergantungan fisik.

Menurut Hawari (2006) permasalahan penyalahgunaan/ketergantungan


NAPZA mempunyai dimensi yang luas dan kompleks; baik dari sudut medik,
psikiatrik, kesehatan jiwa maupun psikososial (ekonomi, politik, sosial-budaya,
kriminalitas, kerusuhan massal dan lain sebagainya). Dari sekian banyak
permasalahan yang ditimbulkan sebagai dampak
penyalahgunaan/ketergantungan NAPZA adalah antara lain: merusak
hubungan kekeluargaan, menurunkan kemampuan belajar dan produktivitas

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


4

kerja secara drastis, ketidakmampuan untuk membedakan perilaku yang baik


dan buruk, perubahan perilaku menjadi perilaku antisosial (perilaku
maladaptif), gangguan kesehatan (fisik dan mental), mempertinggi jumlah
kecelakaan lalu lintas , tindak kekerasan dan kriminalitas lainnya.

Peran penting tenaga kesehatan dalam upaya menanggulangi akibat


penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA di rumah sakit khususnya upaya
terapi dan rehabilitasi sering tidak disadari, kecuali mereka yang berminat pada
penanggulangan NAPZA (Hawari, 2006).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan permasalahan yang terjadi di atas, maka perlunya peran serta
tenaga kesehatan khususnya tenaga keperawatan dalam membantu masyarakat
yang sedang dirawat di rumah sakit untuk meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan masyarakat tentang perawatan masalah waham kebesaran akibat
penyalahgunaan NAPZA pada klien. Perawat dirasakan perlu meningkatkan
kemampuan merawat klien dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan yaitu asuhan keperawatan jiwa dan penyalahgunaan dan
ketergantungan NAPZA (sindroma putus zat).

1.3 TujuanPenulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menganalisis intervensi keperawatan klien dengan
waham kebesaran di Ruang Rehabilitasi Rumah Sakit Ketergantungan
Obat Jakarta.

1.3.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus dari pembuatan karya ilmiah ini adalah:
1.3.2.1 Mahasiswa mengetahui profil lahan praktik
1.3.2.2 Mahasiswa mampu menganalisis masalah keperawatan waham
kebesaran terkait kasus skizofrenia dan konsep Keperawatan
Kesehatan Masyarakat Perkotaan (KKMP)
1.3.2.3 Mahasiswa mampu memberikan gambaran strategi pelaksanaan
asuhan keperawatan klien dengan waham kebesaran

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


5

1.3.2.4 Mahasiswa mampu menganalisis kesenjangan antara asuhan


keperawatan yang diberikan dengan teori-teori terkait
1.3.2.5 Mahasiswa melakukan asuhan keperawatan pada klien kelolaan
waham kebesaran dengan skizofrenia

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Manfaat Teoritis
Karya ilmiah ini sebagai bahan pengembangan pengetahuan dalam
keilmuan keperawatan jiwa khususnya tentang masalah jiwa yaitu
waham kebesaran.

1.4.2 Manfaat Aplikatif


1.4.2.1 Praktik Pelayanan Keperawatan
Karya ilmiah ini dapat menjadi data masukan dan sebagai
sumber informasi bagi perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien masalah jiwa yaitu waham kebesaran.

1.4.2.2 Klien
Karya ilmiah dapadtijadikan rujukan bagi klien dewasa untuk
mengenali masalah jiwa terutama waham kebesaran sehingga
nantinya klien dapat berorientasi realita secara bertahap.

1.4.3 Manfaat Metodologi


Karya ilmiah ini dapat menjadi sarana peneliti untuk mengembangkan
pengetahuan dan pengalaman dalam bidang pemberian asuhan
keperawatan jiwa terutama pada masalah jiwa serta mengaplikasikan
materi yang didapatkan saat di bangku perkuliahan.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 NAPZA
Menurut Hawari (2006) zat-zat yang tergolong narkotika dalam UU di
Indonesia yang dilarang untuk disalahgunakan adalah ganja, morphine, heroin
dan kokain. Zat-zat yang tergolong psikotropika dalam UU di Indonesia yang
dilarang untuk disalahgunakan terbagi dalam 4 golongan yaitu: a) Golongan
psikodesleptika yaitu Asam Lisergik Dietil-amida/LSD, Meskalina,
Psilosibina dan zat lain yang efeknya sama; b) Golongan stimulansia yaitu
Amfetamin dan turunannya (“ectasy”, “shabu-shabu”) dan zat lain yang
efeknya sama; c) Golongan sedative/hipnotika yaitu nitrazepam, barbiturat
dan zat lain yang efeknya sama; d) Golongan ansiolitika (anti cemas) dan zat
lain yang efeknya sama.

Orang-orang yang mengkonsumsi NAPZA, jenis amfetamin (Psikotropika


golongan I) contoh: shabu-shabu dengan cara dihirup dengan alat khusus
yang disebut dengan “bong” akan mengalami gejala psikologik: a) Agitasi
psikomotor: yang bersangkutan berperilaku hiperaktif; b) Rasa gembira
(elation): suasana gembira yang berlebihan (euphoria); c) Harga diri
meningkat (grandiosity); d) Banyak bicara (melantur); e) Kewaspadaan
meningkat (paranoid); f) Halusinasi penglihatan (melihat sesuatu/ bayangan
yang sebenarnya tidak ada) (Hawari, 2006).

Gejala fisik yang dialami penguna amfetamin: a) Jantung berdebar-debar


(palpitasi); b) Pupil mata melebar (dilatasi pupil); c) Tekanan darah naik
(hipertensi); d)Keringat berlebihan atau kedinginan; e) Mual dan muntah; f)
Tingkah laku maladaptif seperti perkelahian, gangguan daya nilai realitas,
gangguan dalam fungsi sosial dan pekerjaan (Hawari, 2006).

Orang yang mengkonsumsi amfetamin akan mengalami gangguan delusi


(waham) yang ditandai dengan gejala-gejala: a) Waham kejaran yaitu
ketakutan yang tidak rasional/paranoid, dirinya terancam karena ada orang-
orang yang mengejar ingin mencelakakan dirinya; b) Kecurigaan terhadap
lingkungan sekitar yang menyangkut dirinya sendiri (ideas of reference),

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


7

pembicaraan orang atau berita serta peristiwa yang terjadi ditujukan terhadap
dirinya; c) Agresivitas dan sikap bermusuhan; d) Kecemasan dan kegelisahan;
e) Agitasi psikomotor (tidak dapat diam, tidak dapat tenang dan mudah
terprovokasi) (Hawari, 2006).

Kerangka Respon Adaptif-Maladaptif Pengguna NAPZA

(Sumber: Yosep, 2007)

Keterangan :

Eksperimental: Kondisi pengguna taraf awal, yang disebabkan rasa ingin tahu
dari remaja. Sesuai kebutuan pada masa tumbuh kembangnya, klien biasanya
ingin mencari pengalaman yang baru atau sering dikatakan taraf coba-coba.

Rekreasional: Penggunaan zat adiktif pada waktu berkumpul dengan teman


sebaya, misalnya pada waktu pertemuan malam mingguan, acara ulang tahun.
Penggunaan ini mempunyai tujuan rekreasi bersama teman-temannya.

Situasional: Mempunyai tujuan secara individual, sudah merupakan


kebutuhan bagi dirinya sendiri. Seringkali penggunaan ini merupakan cara
untuk melarikan diri atau mengatasi masalah yang dihadapi. Misalnya
individu menggunakan zat pada saat sedang mempunyai masalah, stres, dan
frustasi.

Penyalahgunaan: Penggunaan zat yang sudah cukup patologis, sudah mulai


digunakan secara rutin, minimal selama 1 bulan, sudah terjadi penyimpangan
perilaku mengganggu fungsi dalam peran di lingkungan sosial, pendidikan,
dan pekerjaan.

Ketergantungan: Penggunaan zat yang sudah cukup berat, telah terjadi


ketergantungan fisik dan psikologis. Ketergantungan fisik ditandai dengan

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


8

adanya toleransi dan sindroma putus zat (suatu kondisi dimana individu yang
biasa menggunakan zat adiktif secara rutin pada dosis tertentu menurunkan
jumlah zat yang digunakan atau berhenti memakai, sehingga menimbulkan
kumpulan gejala sesuai dengan macam zat yang digunakan. Sedangkan
toleransi adalah suatu kondisi dari individu yang mengalami peningkatan
dosis (jumlah zat), untuk mencapai tujuan yang biasa diinginkannya.

2.2 Skizofrenia
2.2.1 Definisi
Skizofrenia berasal dari kata yunani yang bermakna: schizo artinya
terbagi, terpecah dan prenia artinya pikiran. Jadi pikirannya terbagi atau
terpecah. Saat ini para ahli berpendapat pengertian penderita skizofrenia:
pikiran dan perilakunya tidak konsisten. Penderita tidak konsisten, tidak
rasional dan tidak pasti (Lumbantobing, 2007).

Beberapa ahli mendefinisikan pengertian skizofrenia. Menurut Duran &


Barlow, 2007 dalam Pieter, Janiwarti & Saragih, 2011, mengatakan
bahwa skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan
pikiran yang terpecah (split) yang mendasari perilaku menyimpang (tidak
lazim), seperti asosiative splitting dalam fungsi-fungsi dasar
kepribadiannya. Copel, 2007 dalam dalam Pieter, Janiwarti & Saragih,
2011 mengemukakan bahwa skizofrenia adalah gangguan psikotik yang
ditandai dengan gangguan komunikasi, bahasa, pikiran, persepsi dan
perilaku.

Penyakit ini mula-mula dikemukakan di kepustakaan DR. emil kraepelin


(1855-1926), psikiater berkebangsaan jerman. Ia menamai kelainan
sebagai demensia praecox (dini), terdapat deteriorasi mental dini. Kata
schizophrenia mula-mula digunakan oleh Eugene bleuler, seorang
psikiater berkebangsaan Swiss. Manifestasi primer : gangguan pikiran,
emosi menumpul dan hubungan dengan dunia luar dan lingkungan
terganggu. Gejala sekunder: adanya halusinasi atau delusi/waham
(Lumbantobing, 2007).

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


9

2.2.2 Klasifikasi
Menurut Copel, Durrand & Barlow, 2007 dalam Pieter, Janiwarti &
Saragih, 2011 tipe skizofrenia dikelompokkan atas lima bagian, yaitu:
a)Skizofrenia jenis tidak terorganisasi: gejala mayornya adalah waham
tidak sistematis, inkoheren, asosiasi lepas, perilaku umum tidak
terorganisasi, afeknya datar, tumpul atau tidak wajar; b)Katatonik:: gejala
mayornya adalah abnormalitas motorik, baik aktivitas yang berlebihan
atau terdapat inaktivitas, termasuk imobilitas, fleksibilitas seperti lilin
(menempatkan ekstremitasnya pada suatu sikap dan mempertahankannya
untuk beberapa waktu); c) Skizofrenia Paranoid: gejalanya adalah adanya
delusi kebesaran dan persekusi, mengalami halusinasi terutama pada
halusinasi pendengaran, mengalami gangguan psikomotor seperti stupor,
negativisme, rigiditas, postur aneh, agitasi dan mutisme (bisu),
mengalami ansietas dan suka marah-marah, selalu bersifat argumentatif,
hubungan interpersonal menguat, berpotensi berprilaku agresif pada diri
sendiri atau orang lain, keterampilan kognitif dan afektif tetap utuh,
menunjukkan hasil tes kognitif yang normal, memiliki persepsi superior
terhadap penyataan emosi, menunjukkan tingkat kesembuhan yang relatif
besar apabila dibandingkan dengan tipe-tipe gangguan skizofrenia
lainnya; d) Hebefrenia: ditandai deteriorasi, ditunjukkan oleh perilaku
kekanakan dan afek yang tidak wajar seperti tertawa, terkekeh atau
tingkah laku ritual; e) Simple (sederhana), terutama ditandai oleh
menyendiri dan afek yang datar

2.2.3 Gejala Klinis


Bleuler, 1908 dalam Lumbantobing (2007) mengidentifikasi gejala
primer pada skizofrenia: gangguan asosiasi, gangguan afek, autisme,
ambivalen (sikap atau perasaan mendua atau lebih).

Ada 2 gejala yang dialami oleh penderita skizofrenia, yaitu gejala positif
dan gejala negatif. Gejala positif merupakan gejala akut dan sensasi
dialami oleh pasien, padahal tidak ada yang merangsang atau mengkreasi
sensasi tersebut, serta dapat timbul pikiran yang tidak dapat dikontrol

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


10

pasien: a) Halusinasi pendengaran; b)Delusi (waham): penyelipan


pikiran,menarik pikiran dan penyiaran isi atau buah pikiran. Ada
pemikiran yang dimasukkan, diinsersi ke dalam pikirannya
mengakibatkan terjadi kebingungan, kekacauan dan disorientasi
(Lumbantobing, 2007).

Menurut Copel, 2007 dalam Pieter, Janiwarti & Saragih, 2011, Delusi
atau waham adalah keyakinan oleh kebanyakan orang atau anggota
masyarakat sebagai misinterpretation terhadap realitas dari pengalaman
atau persepsi. Waham sering terjadi dalam bentuk penyiaran pikiran yaitu
mereka percaya bahwa pikiran pribadinya telah disiarkan ke dunia luar
dan mereka sering kali percaya bahwa perasaan, pikiran dan tindakan
bukan dilakukannya tetapi digerakkan oleh kekuatan-kekuatan eksternal.
Delusi pada klien skizofrenia sering berupa keyakinan yang tidak
realistis, ganjil dan tidak dimiliki orang lain.

2.2.4 Faktor Risiko Terjadinya Skizofrenia

Sampai saat ini belum ditemukan penyebab skizofrenia. Banyak ahli


yang menduga penyebabnya dari multi faktor: faktor biologis, faktor
psikologis, psikososial, peran bakat, peran lingkungan, nature and nuture
dalam penyebab penyakit ini (Lumbantobing, 2007). Skizofrenia dapat
dianggap sebagai gangguan yang penyebabnya multiple yang saling
berinteraksi.

Menurut Stuart & Laraia (2005) faktor-faktor penyebab skizofrenia, yaitu


2.2.4.1 Faktor Predisposisi
a) Faktor biologis: skizofrenia diyakini terjadi karena adanya
atrofi otak, gangguan anatomik,herediter atau genetik
pembesaran dan ventrikel di otak atau perubahan pada sel
kortikal dan limbik. Gangguan anatomik: dicurigai ada
beberapa bangunan anatomis berperan yaitu lobus temporal,
sistem limbik dan reticular activating system. Ventrikel
penderita skizofrenia lebih besar daripada control.Pemeriksaan

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


11

MRI menunjukkan hilangnya atau berkurangnya neuron di


lobus temporal. Hasil pemeriksaan didapatkan menurunnya
aliran darah dan metabolisme glukosa di lobus frontal.
b) Faktor psikologis: Hubungan yang tidak harmonis, peran
ganda atau bertentangan, dapat menimbulkan ansietas dan
berakhir dengan pengingkaran terhadap kenyataan. Misalnya
konflik pernikahan, koping stress tidak konstruktif atau tidak
adaptif, gangguan identitas.
c) Faktor sosial budaya: seseorang yang merasa diasingkan dan
kesepian dapat menyebabkan timbulnya waham. Misalnya
kemiskinan, ketidakharmonisan sosial budaya, hidup terisolasi,
stress menumpuk
d) Faktor perkembangan: hambatan perkembangan akan
mengganggu hubungan interpersonal seseorang. Hal ini dapat
meningkatkan stres dan ansietas yang berakhir dengan
gangguan persepsi, klien menekan perasaannya sehingga
pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif .faktor
predisposisi yang terakhir adalah faktor genetik.

2.2.4.2 Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi waham terdiri dari proses pengolahan informasi


yang berlebihan, mekanisme penghantaran listrik yang abnormal,
dan adanya gejala pemicu. Sumber faktor presipitasi bisa
beragam, namun berkembangnnya menjadi suatu kondisi
patologis dipengaruhi oleh waktu (lama dan frekuensi stimulus)
serta jumlah stimulus yang dialami.

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi skizofrenia menurut


Lumbantobing 2007, yaitu a) Biokimiawi: saat ini didapat hipotesa yang
mengemukakan adanya peranan dopamine, katekolamin, norepinefrin
dan gaba pada skizofrenia; b) Serotonin: obat-obat serotonin-dopamin
antagonis (misalnyaclozapin, risperidon, sertindole) banyak diteliti

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


12

mempunyai aktivitas terkait serotonin yang kuat. Sistem neurotransmitter


multiple saling bekerja (berinteraksi) meregulasi gejala skizofrenia.

Tabel 2.1 Prevalensi Skizofrenia


No Populasi Prevalensi
1 Populasi umum 1%
2 Saudara kandung penderita skizofrenia 8%
3 Anak yang orang tuanya penderita 12%
skizofrenia
4 Saudara kembar dizigot skizofrenia 12%
5 Saudara kembar monozigot skizofrenia 47%
6 Anak yang kedua orang tuanya penderita 40%
skizofrenia

Sumber: Lumbantobing, 2007

2.3 Waham
Keliat (2010) mendefinisikan waham sebagai suatu keyakinan yang salah
yang dipertahankan secara kuat/terus menerus, tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan. Menurut Stuart & Laraia (2005), waham dalah kepercayaan yang
salah terhadap obyek dan tidak konsisten dengan latar belakang intelektual
dan budaya. Selain itu, waham disebut juga dengan keyakinan yang salah,
tidak sesuai dengan kondisi obyektif, dipertahankan terus menerus.

Perubahan proses pikir adalah keadaan di mana individu mengalami suatu


gangguan dalam aktivitas mental seperti berpikir sadar, orientasi realitas,
pemecahan masalah, penilaian dan pemahaman yang berhubungan dengan
koping (Carpenito, 2006).

2.3.1 Tanda dan gejala waham berdasarkan jenis waham meliputi:


2.3.1.1 Waham kebesaran, yaitu individu meyakini bahwa ia memiliki
kebesaran atau kekuasaan khusus dan diucapkan berulang kali,

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


13

tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh: “Saya ini pejabat


di kementerian kesehatan lho.”
2.3.1.2 Waham curiga, yaitu individu meyakini bahwa ada seseorang
atau kelompok yang berusaha merugikan/mencederai dirinya
dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan. Contoh: “Saya tahu seluruh saudara saya ingin
menghancurkan hidup saya karena mereka iri dengan
kesuksesan saya.”
2.3.1.3 Waham agama, yaitu individu memiliki keyakinan terhadap
suatu agama secara berlebihan dan diucapkan berulang kali,
tetapi sesuai dengan kenyataan. Contoh, “saya nabi ke 26 dalam
agama islam.”
2.3.1.4 Waham somatik, yaitu individu meyakini bahwa tubuh atau
bagian tubuhnya terganggu atau terserang penyakit dan
diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh, “ saya sakit kanker setiap hari.” (Kenyataannya pada
pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker)
2.3.1.5 Waham nihilistik, yaitu individu meyakini bahwa dirinya sudah
tidak ada di dunia/meninggal dan diucapkan berulang kali, tapi
tidak sesuai dengan kenyataan. Misalnya, “Ini kana lam kubur
ya, semua yang ada disini adalah roh-roh.”

Respon adaptif Respon maladaptif

 Berpikir logis  Kadang proses  Gangguan proses


 Persepsi akurat pikir terganggu pikir : Waham
 Emosi yang  Ilusi  Gangguan persepsi
konsisten dengan  Emosi berlebihan sensori : halusinasi
pengalaman  Tingkah laku  Perubahan proses
 Tingkah laku yang yang tidak biasa emosi
sesuai  Menarik diri  Tingkah laku yang
 Hubungan sosial tidak terorganisasi
harmonis  Isolasi sosial

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


14

Data-data yang perlu dikaji untuk klien dengan waham kebesaran adalah
(Keliat, 2010): klien memiliki pikiran/isi pikir yang berulang-ulang
diungkapkan dan menetap, klien takut terhadap objek atau situasi tertentu atau
cemas secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya, klien pernah
merasakan bahwa benda-benda di sekitarnya aneh dan tidak nyata, klien pernah
merasakan bahwa ia berada di luar tubuhnya, klien pernah merasa diawasi atau
dibicarakan oleh orang lain, klien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya
dikontrol oleh orang lain atau kekuatan dari luar, klien menyatakan bahwa ia
memiliki kekuatan fisik atau kekuatan lainnya atau yakin bahwa orang lain
dapat membaca pikirannya.

2.4 Tindakan Keperawatan pada Pasien dengan Waham Kebesaran


2.4.1 Tujuan
Tujuan dari intervensi keperawatan yaitu klien dapat berorientasi kepada
realitas secara bertahap, klien dapat memenuhi kebutuhan dasar, klien
mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan, klien
menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (Keliat, 2010).
2.4.2 Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu bina hubungan saling
percaya, bantu orientasi realita, diskusikan kebutuhan
psikologis/emosional yang tidak terpenuhi sehingga menimbulkan
kecemasan, rasa takut dan marah, tingkatkan aktivitas yang dapat
memenuhi kebutuhan fisik dan emosional klien, berdiskusi tentang
kemampuan positif yang dimiliki, bantu melakukan kemampuan yang
dimiliki, berdiskusi tentang obat yang diminum,melatih minum obat yang
benar.

SP 1 Pasien: BHSP, mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi dan


cara memenuhi kebutuhan, mempraktikkan pemenuhan kebutuhan yang
tidak terpenuhi.
1) Bina hubungan saling percaya

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


15

Tindakan keperawatan: mengucapkan salam terapeutik, berjabat tangan,


memperkenalkan diri, panggil pasien sesuai nama panggilan yang disukai,
menjelaskan tujuan interaksi, membuat kontrak topik, waktu dan tempat
setiap kali bertemu pasien

2) Membantu orientasi realitas


Tindakan Keperawatan: tidak mendukung atau membantah waham pasien,
meyakinkan pasien berada dalam keadaan aman, mengobservasi pengaruh
waham pada aktivitas sehari-hari, jika pasien terus menerus membicarakan
wahamnya, dengarkan tanpa memberikan dukungan atau menyangkal
sampai pasien berhenti membicarakannya, memberikan pujian jika
penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan realitas
3) Mendiskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi
sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut dan marah

SP 2 Pasien: Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu


mempraktikkannya
1) Pertahankan rasa percaya pasien
Tindakan keperawatan: mengucapkan salam dan memberi
motivasi.Assesment ulang waham dan tidak menyangkal atau tidak
mendukung waham pasien
2) Membuat kontrak ulang: meningkatkan aktivitas yang dapat memenuhi
kebutuhan fisik dan emosional pasien
3) Mendiskusikan tentang kemampuan positif yang dimiliki
4) Memfasilitasi melakukan kemampuan yang dimiliki klien dan
memasukkan ke dalam jadwal kegiatan

SP 3Pasien: Mengajarkan dan melatih minum cara minum obat yang benar
1) Pertahankan rasa percaya pasien
Tindakan keperawatan: mengucapkan salam dan memberi motivasi ,
assesment ulang latihan hobi yang dimiliki klien

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


16

2) Membuat kontrak ulang: berdiskusi tentang obat dan latihan cara minum
obat yang benar
3) Mendiskusikan tentang obat yang diminum
4) Melatih minum obat yang benar

2.5 Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan


Talcott Parsons (1937) mengemukakan pendapatnya mengenai tipe
masyarakat kota yang diantaranya mempunyai ciri-ciri :
a). Netral Afektif
Masyarakat Kota memperlihatkan sifat yang lebih mementingkan
rasionalitas. Mereka tidak mau mencampuradukan hal-hal yang bersifat
emosional atau yang menyangkut perasaan pada umumnya dengan hal-hal
yang bersifat rasional, itulah sebabnya tipe masyarakat itu disebut netral
dalam perasaannya.
b). Orientasi Diri
Manusia dengan kekuatannya sendiri harus dapat mempertahankan dirinya
sendiri, pada umumnya dikota tetangga itu bukan orang yang mempunyai
hubungan kekeluargaan dengan kita oleh karena itu setiap orang dikota
terbiasa hidup tanpa menggantungkan diri pada orang lain, mereka
cenderung untuk individualistik.
c). Universalisme
Berhubungan dengan semua hal yang berlaku umum, oleh karena itu
pemikiran rasional merupakan dasar yang sangat penting untuk
universalisme.
d). Prestasi
Mutu atau prestasi seseorang akan dapat menyebabkan orang itu diterima
berdasarkan kepandaian atau keahlian yang dimilikinya.
e). Heterogenitas
Masyarakat kota lebih memperlihatkan sifat heterogen, artinya terdiri dari
lebih banyak komponen dalam susunan penduduknya.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


17

Urban health (kesehatan masyarakat perkotaan) sebagai salah satu aspek


kajian ilmu keperawatan komunitas menjadi hal yang sangat penting untuk
dikaji. Urban health ini dikarakteristikkan dengan adanya hubungan antara
lingkungan dengan kesehatan populasi masyarakat perkotaan. Menurut Galea
dan Vlahov (2005), faktor yang bertanggung jawab pada kesehatan warga
kota antara lain lingkungan fisik, lingkungan sosial, dan akses kesehatan serta
pelayanan sosial. Komunitas masyarakat perkotaan ditandai dengan adanya
dukungan sosial yang negatif seperti konsumsi narkoba dan kelompok/gang
dan kemiskinan.

Melihat kondisi kota yang semakin parah ini, akhirnya pada abad ke -19
muncul dua disiplin ilmu yang berguna dalam mengatasi masalah perkotaan,
yaitu urban planning (perencanaan kota) dan public health (kesehatan
masyarakat). Urban planning dikhususkan untuk meningkatkan kesejahteraan
individual dan masyarakat dengan menciptakan tempat yang lebih sehat,
efisien, menarik, dan adil (Kochtitzky, et al., 2006). Selain itu juga disiplin
ilmu ini mengkhususkan dirinya pada masalah seperti transportasi,
perumahan, area komersil, sumber daya alam, perlindungan lingkungan, dan
infrastruktur kesehatan. Sedangkan public health mengatasi masalah dengan
mengkaji dan memastikan keterjangkauan pelayanan kepada masyarakat.

Seiring dengan perjalanan waktu, muncullah istilah health disparities


(kesenjangan kesehatan) yang dikhususkan pada masyarakat perkotaan.
Kesenjangan kesehatan dapat diartikan sebagai rantai yang ditandai dengan
perbedaan dalam lingkungan; akses, penggunaan, dan kualitas pelayanan
kesehatan; status kesehatan; dan kasus kesehatan khusus yang butuh
pengamatan (Carter-Porras & Baquet, 2002, p. 427). Alasan utama adanya
kesenjangan kesehatan ini adalah ketidakproporsionalan beban masalah sosial
dan kesehatan tertentu diantara populasi yang berbeda. Kesenjangan
kesehatan dapat terjadi di lingkup pelayanan kesehatan. Misalnya penyedia
layanan tidak mau melayani kesehatan kepada ras tertentu yang tidak
familiar, tidak mengenal bahasa, dan tidak sama nilai dan norma-normanya.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


18

Isu ras dan etnis sangat berpengaruh pada kesenjangan ini pada saat itu. ras
kulit putih seakan lebih diutamakan dalam pelayanan kesehatan dibandingkan
dengan ras kulit hitam.

Berbagai stessor psikososial dapat memicu berbagai permasalahan psikologis


pada masyarakat di daerah perkotaan. Karakteristik masalah tersebut
diantaranya adalah kekerasan rumah tangga (KDRT), stres, gangguan jiwa,
kasus perceraian, remaja putus sekolah, kriminalitas anak dan remaja,
masalah anak jalanan, penyalahgunaan NAPZA serta dampaknya (Hepatitis,
HIV/AIDS), serta kasus bunuh diri. Data WHO pada tahun 2012 menunjukan
bahwa rata-rata 5-10 % dari populasi masyarakat di suatu wilayah perkotaan
mengalami depresi dan memerlukan bantuan psikiatrik dan intervensi
psikososial. Berikut ini akan diuraikan satu per satu mengenai masing-masing
masalah psikososial masyarakat perkotaan yang telah disebutkan di atas.
a. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)
KDRT adalah setiap perbuatan terhadap seseorang dalam anggota keluarga
yang mengakibatkan timbulnya kesengsaraan atau penderitaaan secara
fisik, seksual, psikologis, dan atau penelantaran rumah tangga (Undang-
Undang Nomor 23 tahun 2004 tentang KDRT). Lingkup- rumah tangga
mencakup istri, anak, suami, termasuk juga orang-orang yang mempunyai
hubungan keluarga karena pertalian darah, perkawinan, pengasuhan, dan
perwalian. Dampak KDRT meliputi gangguan fisik non-reproduksi (luka
fisik, kecacatan), gangguan kesehatan reproduksi (PMS, dan kehamilan
diluar nikah), gangguan kesehatan jiwa (trauma mental), kematian atau
bubuh diri. KDRT juag merupakan contributor untuk masalah lain seperti
penelantarana anak, perceraian, kriminalitas remaja, serta penyalahgunaan
narkoba.

b. Remaja Putus Sekolah


Berdasarkan data direktorat Pendidikan kesehatan Depdiknas tahun 2005
lalu, di Indonesia tercatat jumlah pelajar SLTP yang putus sekolah
sebanyak 1.000.746 siswa/siswi, sedangkan pelajar SMA putus sekloah

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


19

sebanyak 151.976. Jumlah pelajar SMA yang tidak melanjutkan ke


perguruan tinggi adalah sebanyak 691.657 orang.Laporan ILO 2008
menyatakan bahwa sebanyak 4.18 juta anak di Indonesia putus sekolah
dan sebagian besar menajdi pekerja anak. Hal ini disebabkan karena biaya
pendidikan di Indonesia tergolong mahal dan masyarakat merasa tidak
mampu memenuhinya. Masalah putus sekolah dapat memicu masalah lain
dikemudian hari yakni meningkatnya angka pengangguran , kemiskinan,
dan kriminal. Sedangkan bagi individu anak sendiri putus sekolah dapat
berakibat apda masalah gangguan harga diri rendah, dan isolasi sosial.

c. Kriminalitas anak dan remaja


Data direktorak jenderal kemasyarakatan dan komnas perlindungan anak
(PA) menunjukan bahwa tahun 2005 di Indonesia terdapat 2.179 tahanan
anak dan 802 narapidana, anak dan 7 diantaranya adalah perempuan. Dari
tahun ke tahun angka ini terus meningkat hingga 20 % per tahun. Menurut
data PA 40 % kasus narapidana anak diantaranya adalah penyalahgunaan
obat-obat terlarang, 20% karena perjudian, dan sisanya kasus lain seperti
pencurian dan pembunuhan.

Pada tahun 2006, dilaporkan bahwa 20% dari kasus kriminal remaja
diantaranya adalah kasus kekerasan seksual.72% mengaku terinspirasi dari
tayangan televisi, setelah membaca media cetak, atau menonton film
porno.Selain itu, kenakalan remaja juga merambah ke bangku sekolah.
Terbukti dengan banyaknya kasus tawuran antarpelajar di Ibu kota.

d. Masalah anak jalanan


Masalah anak jalanan dan penelantaran anak di Indonesia tergolong sangat
tinggi. Pada tahun 2012 tercatat sekitar 5,4 juta anak terlantar, lebih dari
170.000 anak jalanan dan lebih dari 1000 kasus kekerasan terhadap anak
dibawah umur dilaporkan kepada komisi perlindungan anak. Anak-anak
tersebut sangat rentan terhadap penyalahgunaan NAPZA, pelecehan dan
kekerasan seksual serta berpotensi sebagai pelaku tindak kriminalitas di

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


20

masa yang akan datang. Namun, di satu sisi anak-anak ini juga rentan
tertular berbagai penyakit dan mati kelaparan akibat tidak terjangkaunya
fasilitas kesehatan dan kebutuhan sehari-hari.

e. Masalah NAPZA serta dampaknya


Narkotika, alkohol, dan zat adiktif lainya (NAPZA) tergolong kedalam zat
psikoaktif yang bekerja mempengarhui sistem saraf pusat
(neurotransmitter) sel-sel susunan saraf pusat otak sehingga menyebabkan
gangguan kognitif, persepsi, perilaku, serta dapat menyebabkan efek
ketergantungan fisik, psikis, maupun psikologis. Kasus penyalahgunaan
NAPZA terus meningkat di Indonesia dari tahun ke tahun.Seiring dengan
bertambahnya kasus penyalahgunaan NAPZA, insiden dan epidemi
penyakit terkait akibat NAPZA seperti hepatitis dan HIV/AIDS juga
meningkat.

f. Stress, Gangguan psikotik dan Skizofrenia


Gangguan jiwa berat ini merupakan bentuk gangguan dalam fungsi alam
pikiran berupa disorganisasi (kekacauan) dalam isi pikiran yang ditandai
antara lain dengan delusi (waham), halusinasi, serta perilaku aneh
(bizarre). Gangguan ini sering kali membutuhkan perawatan intensif di
pusat-pusat rehabilitasi psikologis/psikisatrik.

g. Kasus bunuh diri


Kasus bunuh diri terus meningkat di beberapa Negara termasuk Indonesia.
Data WHO menjukan bahwa 90 % kasus bunuh diri yang terjadi berkaitan
dengan masalah gangguan jiwa depresi, pskiotik, dan ketergantungan zat.
Pergeseran usia bunuh diri yang mengkhawatirkan yakni banyak kasus
bunuh diri pada anak di bawah 12 tahun.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


BAB 3
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

3.1 Pengkajian

Klien berinisial Tn. J berusia 32 tahun, RM 032086. Klien masuk ke RSKO


tanggal 21 Desember 2012 dengan diagnosis medik Skizofrenia Paranoid.
Klien sebelumnya telah menjalankan program rehabilitasi selama 9 bulan di
RSKO. Klien marah-marah dan mencari shabu lagi setelah pulang ke rumah.
Klien datang diantar oleh kakak kandung. klien mengeluhkan badan dan
pinggang lemas, pantat ngilu dan kaku.

Klien sudah dua kali dirawat di RSKO. Sebelumnya klien pernah mengalami
masalah yang sama, pernah menjalani pengobatan masalah kesehatan jiwa di
RSMM, namun tidak berhasil. Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga
yang mengalami masalah kejiwaan. Klien pernah memukul tantenya di rumah
karena tantenya menghina klien tersebut.

Klien merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Klien mengatakan dirinya
belum menikah dan klien mengatakan bahwa dia telah mempunyai calon istri
yang telah dijodohkan dari kecil yaitu Dian Sastrowardoyo yang merupakan
seorang aktris di Indonesia. Menurut penuturan konselor Z, konselor yang
bertanggung jawab atas klien, klien merupakan anak bungsu dari 3
bersaudara. Orang tua klien sudah meninggal keduanya dan menurut
penuturan beliau kakak laki-laki dan kakak perempuan klien tidak mau
mengurus klien di rumah sehingga klien masih menjalankan program
rehabilitasi di RSKO. Klien ingin terus meniti karir dan mencari penghasilan
yang banyak. Konselor Klien juga mengatakan dirinya memiliki hubungan
yang kurang baik dengan tantenya. Klien memiliki latar belakang pendidikan
SMA. Sebelum dirawat, klien mengatakan bahwa dia bekerja di perusahaan
keluarga, perusahaan yang terkenal di Jakarta yaitu Bank Danamon. Setelah
orang tua meninggal, klien tinggal bersama kakak laki-lakinya

Pertama kali berinteraksi dengan perawat, klien mengatakan bahwa dirinya


seorang dokter yang baru selesai mengikuti operasi di ruangan operasi. Ketika

21

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


22

dikaji masalah riwayat pemakaian NAPZA, klien berkata bahwa dia membeli
narkoba ke Afrika dan memakai pesawat karena klien mengatakan bahwa dia
orang kaya. Klien mengatakan bahwa dia sejak dalam kandungan telah
memakai narkoba dan dia juga menderita flu dan demam ketika masih berada
di perut ibu sehingga membutuhkan obat flu setiap hari. Interaksi kedua klien
mengatakan bahwa dirinya adalah Allah dan klien mengatakan bahwa dia
memiliki api di tangannya sebagai bukti bahwa dia merupakan Tuhan.
Pertemuan ketiga klien mengatakan bahwa di Indonesia terdapat beberapa
presiden dan dia bekerja sebagai diplomat, menurut klien tugas seorang
diplomat adalah membentangkan karpet merah ketika presiden datang.
Menurut klien, Presiden Soeharto memberikan jabatan kepada klien sebagai
diplomat dan menurut klien bapak Soeharto masih hidup. Klien selalu
mengatakan bahwa dirinya adalah seorang alien. Klien mengatakan dirinya
memiliki saudara kandung 150 orang. Klien juga mengatakan bahwa klien
tinggal di planet Mars bukan di planet Bumi. Klien juga mengatakan bahwa
Asty Ananta yang merupakan aktris terkenal di Indonesia adalah adik
kandung klien. Pada pertemuan berikutnya, klien menganggap perawat adalah
mama, klien memanggil perawat dengan kata “mama” Pernyataan-
pernyataan tersebut sering diulang dengan ekspresi tegang dan nada bicara
tinggi, serta mendominasi pembicaraan.

Ekspresi klien nampak sedih dan putus asa. Saat berinteraksi, tatapan klien
terlihat kosong dan kontak mata kurang. Klien memiliki keinginan pulang
yang tinggi, klien mengatakan sudah bosan tinggal di RSKO. Klien
mengatakan malas berdoa dan beribadah untuk meminta kesembuhan dan
bisa segera pulang karena klien merasa lelah. Namun klien mengakui kadang-
kadang menjalankan sholat karena keinginan sendiri atau diingatkan teman-
teman. Klien jarang dikunjungi oleh keluarga. Konselor klien juga membantu
klien untuk bisa “Home Live” (suatu program dari rehabilitasi yang
memfasilitasi klien untuk pulang ke rumah dalam beberapa hari dengan
tujuan agar klien bisa berinteraksi dan beradaptasi dengan keluarga sebelum
benar-benar pulang ke rumah). Klien tampak sangat senang setelah bisa
pulang ke rumah dalam 2 hari.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


23

Klien lebih sering terlihat sendirian dan klien mengatakan malas untuk
berinteraksi dengan klien lain, karena menurutnya ngobrol dengan klien lain
tidak nyambung. Klien mengatakan dirinya sering melihat hantu dan
sejenisnya di ruangan rehabilitasi dan bisa muncul kapan saja apalagi ketika
malam hari, namun sekarang sudah tidak pernah melihat wujud yang aneh
lagi. Klien mengatakan saat di rumah halusinasinya tidak muncul. Klien
belum mampu mengenal halusinasi secara kognitif dan psikomotor untuk
mengontrol halusinasi, serta afektif masih perlu diajarkan.

Klien mengatakan akibat halusinasi yang dirasakannya, ia menjadi gelisah,


sulit tidur, senang keluar malam, serta menjadi kesal dan marah. Selama
interaksi, klien berbicara dengan nada tinggi dan cepat. Klien juga terlihat
tegang dengan emosi yang labil. Klien sering terlihat murung, sedih, dan lesu.
Aktivitas selama di ruangan, klien banyak beraktivitas. Klien mengikuti
kegiatan olahraga setiap pagi, merapikan seprei tempat tidur sendiri,
“morning meeting” (sebuah pertemuan rutin setiap pagi yang diikuti oleh
semua pasien program rehabilitasi yang membahas masalah individu dan
kelompok), membantu mengerjakan tugas di ruangan seperti menyapu,
mengepel, dan mencuci piring. Klien pernah menjadi wakil ketua kelompok
yang dipercaya oleh teman-teman, namun ketika ditanya perasaan klien
menjadi wakil ketua, klien menjawab dia tidak mau lagi menjadi wakil ketua
karena capek dan lelah. Klien juga menjadi penanggung jawab “kitchen”
(tanggung jawab untuk memasak nasi, menyiapkan lauk pauk untuk
kelompok dan mencuci piring). Klien merasa kesal ketika konselor akan
menghukum semua kelompok ketika hanya satu orang yang berbuat
kesalahan. klien belum mampu mengontrol rasa marahnya dengan baik. Klien
belum mampu menyebutkan cara-cara untuk mengontrol rasa marah dan
kesalnya.

3.2 Masalah Keperawatan


1) Gangguan proses pikir : Waham Kebesaran
Data Subjektif: klien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang dokter dan
baru selesai dari ruang operasi, klien mengatakan bahwa dirinya adalah

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


24

kekasih Dian sastro yang telah dijodohkan oleh keluarganya, klien


mengatakan bahwa dirinya adalah kakak Asti ananta, klien mengatakan
bahwa dirinya adalah alien, klien mengatakan bahwa dirinya bekerja sebagai
diplomat, klien mengatakan bahwa dia bekerja di perusahaan keluarga yang
terkenal yaitu Bank Danamon di Jakarta.

Data Objektif: klien jarang berinteraksi dengan klien lainnya, klien bercerita
secara berulang-ulang, saat berinteraksi, klien mendominasi pembicaraan,
ekspresi klien tegang dan mudah tersinggung, nada bicara klien tinggi dan
berteriak.

2) Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

Data Subjektif: klien mengatakan bahwa ia kadang malu untuk


berinteraksi terlebih dahulu dengan orang lain, klien mengatakan jarang
berinteraksi dengan klien lainnya karena malas, klien mengatakan tidak
pandai bermain badminton, tenis meja padahal ketika bermain dengan
perawat klien menang.

Data Objektif: kurang berinisiatif berinteraksi dengan orang lain,klien


lebih banyak diam, klien terlihat kurang percaya diri dalam bermain
badminton dan tenis meja, saat interaksi kontak mata klien kurang dan
tatapan mata kosong

3) Isolasi Sosial
Data Subjektif: klien mengatakan jarang berinteraksi dengan klien lainnya
karena malas, klien mengatakan lebih senang menyendiri dan berinteraksi
jika teman mengajak duluan

Data Objektif: klien tampak sering menyendiri, klien tampak lebih suka di
kamar dibandingkan bermain bola/badminton/tenis meja ketika sore hari,
klien sering terlihat jarang berbincang-bincang dengan orang lain, klien

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


25

menunjukkan perilaku yang tidak diterima bagi kelompok dominan (Dian


sastro merupakan kekasih klien)

4) Risiko Perilaku Kekerasan


Data Subjektif: menurut konselor, klien pernah marah-marah memukul
tantenya karena menghina klien, klien mengatakan marah pada konselor
karena klien bersama teman mau dihukum gara- gara 1 orang teman
menyimpan rokok, teman klien mengatakan bahwa klien berteriak pada
konselor

Data Objektif: terlihat kaku, mata melotot, kadang gelisah, suka mondar-
mandir, klien berteriak

5) Gangguan sensori : halusinasi penglihatan


Data Subjektif: klien mengatakan sering melihat hantu atau sejenisnya di
Rumah Sakit, klien mengatakan melihat api di tangannya padahal orang
lain tidak melihat api tersebut, klien mengatakan saat sekarang sudah
jarang melihat hantu, klien melihat wujud hantu biasanya pada malam hari

Data objektif: klien sering terlihat tertawa sendiri, respon klien berlebihan
dalam berbicara

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


26

3.3 Pohon Masalah dan Diagnosis Keperawatan


Pohon Masalah Keperawatan

Risiko Perilaku Kekerasan

Gangguan sensori
Gangguan proses pikir: persepsi: Halusinasi
Waham Kebesaran penglihatan

Gangguan konsep diri:


Isolasi sosial
Harga diri rendah

Diagnosis Keperawatan:
1) Gangguan proses pikir: waham kebesaran
2) Gangguan konsep diri: harga diri rendah
3) Isolasi sosial
4) Risiko Perilaku Kekerasan
5) Gangguan persepsi sensori: halusinasi penglihatan

3.4 Rencana Asuhan Keperawatan (terlampir)


3.5 Catatan Perkembangan Implementasi Keperawatan (terlampir)

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


BAB 4

ANALISIS SITUASI

Bab ini berisi tentang analisis situasi terkait pelaksanaan asuhan keperawatan
waham kebesaran pada Tn. J yang mengalami Skizofrenia Paranoid yang dirawat
di ruang rehabilitasi Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta. Analisis yang
dilakukan meliputi profil lahan praktek, analisis masalah keperawatan, analisis
intervensi, dan analisis terkait alternatif pemecahan masalah.

4.1 Profil lahan praktek

Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta menggabungkan 2 ruangan yaitu


ruang MPE dan Rehabilitasi pada tahun 2007. Tujuannya adalah untuk
memudahkan alur dan proses penyembuhan pasien. Ruang rehabilitasi
merupakan ruangan yang memberikan terapi rehabilitasi pada pecandu Napza
dan memiliki konsep therapeutic community. Kapasitas tempat tidur
diruangan ini berjumlah 60 tempat tidur dengan kapasitas kelas “primary”
sebanyak 20 tempat tidur, 20 tempat tidur untuk program “special” dan 20
tempat tidur untuk program “re-entry dan aftercare”.

Ruangan rehabilitasi merawat pasien laki-laki dan perempuan dengan batasan


usia remaja, dewasa, hingga lansia. Karakteristik pasien ruangan ini stabil dan
dalam tahap pemulihan. Waktu terapi yang dibutuhkan di ruangan rehabilitasi
berkisar dari 3 bulan-1 tahun.Masalah keperawatan yang ditemukan di
ruangan ini adalah koping individu tidak efektif, ketidakberdayaan,
keputusasaan, HDR, berduka disfungsional, gangguan pola tidur, defisit
perawatan diri, RPK, halusinasi, waham, isolasi sosial, nyeri dan RBD.

Tahap Program di Ruangan Rehabilitasi: a) Primary: memotivasi pasien


untuk menyadari perilaku dan bagaimana merubahnya; b) Special Program:
kasus-kasus tertentu dan pasien yang mempunyai dual diagnosa; c) Re-entry:
pengembangan sikap dan perilaku bertanggung jawab dalam keluarga dan
lingkungan sosial; d) After Care: seorang pecandu kembali membangun hidup

27

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


28

dengan keluarga dan dilingkungan sosial yang ada, namun masih dalam
lingkungan yang terkontrol pada program penyembuhan.

Ruangan Rehabilitasi dan MPE dikepalai oleh seorang kepala ruangan yaitu
bapak Ade Utama, Amd. kep dibantu dua orang ketua tim yaitu katim
ruangan rehabilitasi, ibu Nur Wahidah, Amd.kep dan ibu Ns. Ade Leana
Citra, S.Kep, serta dilengkapi dengan 15 orang perawat pelaksana.

Jumlah Ketenagaan di ruang MPE & Rehabilitasi: a) Dokter Umum : 2 orang;


b) Dokter Spesialis Jiwa : 1 orang;c)Perawat Spesialis jiwa : 1 orang;
d)Psikolog : 3 orang;e)Perawat : 19 orang: Dengan variasi 1 orang spesialis
keperawatan jiwa, 4 orang sarjana keperawatan, dan 14 orang Diploma; f)
Konselor : 11 orang; g) pekerja sosial : 2 orang; h) security : 6 orang; i)
Cleaning service : 2 orang

4.2 Analisis masalah keperawatan


Permulaan pelaksanaan pengkajian dilakukan perawat sejak saat pertama
perawat masuk ruang rehabilitasi pada tanggal 13 Mei 2013. Hasil pengkajian
didapatkan bahwa pasien sering mengatakan bahwa dia telah mempunyai calon
istri yang telah dijodohkan dari kecil yaitu Dian Sastrowardoyo yang
merupakan seorang aktris di Indonesia. Klien mengatakan bahwa dia bekerja di
perusahaan keluarga, perusahaan yang terkenal di Jakarta yaitu Bank
Danamon. Klien mengatakan bahwa dirinya seorang dokter yang baru selesai
mengikuti operasi di ruangan operasi. Ketika dikaji masalah riwayat pemakaian
NAPZA, klien berkata bahwa dia membeli narkoba ke Afrika dan memakai
pesawat karena klien mengatakan bahwa dia orang kaya.Klien mengatakan
bahwa dia sejak dalam kandungan telah memakai narkoba dan dia juga
menderita flu dan demam ketika masih berada di perut ibu sehingga
membutuhkan obat flu setiap hari. Interaksi kedua klien mengatakan bahwa
dirinya adalah Allah dan klien mengatakan bahwa dia memiliki api di
tangannya sebagai bukti bahwa dia merupakan Tuhan. Pertemuan ketiga klien
mengatakan bahwa di Indonesia terdapat beberapa presiden dan dia bekerja
sebagai diplomat, menurut klien tugas seorang diplomat adalah

Universitas indonesia
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
29

membentangkan karpet merah ketika presiden datang.Menurut klien, Presiden


Soeharto memberikan jabatan kepada klien sebagai diplomat dan menurut klien
bapak Soeharto masih hidup. Klien selalu mengatakan bahwa dirinya adalah
seorang alien. Klien mengatakan dirinya memiliki saudara kandung 150 orang.
Klien juga mengatakan bahwa klien tinggal di planet Mars bukan di planet
Bumi. Klien juga mengatakan bahwa Asty Ananta yang merupakan aktris
terkenal di Indonesia adalah adik kandung klien. Pada pertemuan berikutnya,
klien menganggap perawat adalah mama, klien memanggil perawat dengan
kata “mama”. Selama interaksi ekspresi wajah sedih, mudah tersinggung,
mendominasi pembicaraan, jarang menjalankan kegiatan keagamaan, bicara
berulang-ulang dengan nada tinggi, mengihindar dari orang lain karena
menurut pasien tidak nyambung dengan pasien lain dan malas untuk
berinteraksi.Hal-hal tersebut menunjukkan klien mengalami gangguan proses
pikir: waham kebesaran.

Waham kebesaran adalah individu meyakini bahwa dia adalah seseorang yang
memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan berulang kali tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan (Keliat, 2010). Waham dijelaskan Yosep (2009)
bahwa pada fase improving, tema waham yang muncul sering berkaitan dengan
traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai
yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi isi waham
dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk
mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya
keyakinan religiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar
serta ada konsekuensi sosial. Selain itu Stuart & Laraia (2005) juga
menyebutkan bahwa 90% orang yang menderita skizofrenia akan menunjukkan
gejala psikologi seperti waham.

Masalah waham kebesaran yang diangkat berhubungan dengan proses sakit,


pengaruh lingkungan karena klien tinggal di daerah perkotaan dan diperburuk
dengan terjadinya perubahan peran sosial akibat kehilangan kedua orang tua
dan kedua kakak yang tidak mau merawat adiknya. Kondisi jiwa yang
ditunjukkan oleh Tn. J dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu lingkungan

Universitas indonesia
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
30

tempat tinggal, lingkungan sosial. Hal ini sesuai Galea dan Vlahov (2005),
faktor yang bertanggung jawab pada kesehatan warga kota antara lain
lingkungan fisik, lingkungan sosial, dan akses kesehatan serta pelayanan sosial.
komunitas masyarakat perkotaan ditandai dengan adanya dukungan sosial yang
negatif seperti konsumsi narkoba dan kelompok/gang dan kemiskinan.

Masalah waham kebesaran yang dialami Tn. J disebabkan oleh beberapa


faktor. Selain disebabkan oleh kondisi sakit masalah ini juga disebabkan oleh
faktor psikologis yaitu hubungan yang tidak harmonis dengan keluarga. Hal ini
sesuai dengan Stuart & Laraia (2005) yang menyatakan hubungan yang tidak
harmonis, peran ganda atau bertentangan dapat menimbulkan ansietas dan berakhir
dengan pengingkaran terhadap kenyataan (Misalnya konflik pernikahan, koping stress
tidak konstruktif atau tidak adaptif, gangguan identitas)merupakan faktor psikologis
yang dapat menyebabkan terjadinya waham. Hal ini tampak pada hubungan
yang tidak harmonis pada klien dan kedua kakanya yang diungkapkan oleh
konselor klien sehingga kedua kakaknya tidak mau merawat klien di rumah
dan mengantarkan adiknya ke RSKO.

Faktor kedua yang menyebabkan klien waham karena klien mengkonsumsi


NAPZA, jenis amfetamin (Psikotropika golongan I) yaitu : shabu-shabu
dengan cara disuntik. Menurut Hawari, 2006 orang yang mengkonsumsi
amfetamin akan mengalami gangguan delusi (waham) yang ditandai dengan
gejala-gejala: a) Waham kejaran yaitu ketakutan yang tidak rasional/paranoid,
dirinya terancam karena ada orang-orang yang mengejar ingin mencelakakan
dirinya; b) Kecurigaan terhadap lingkungan sekitar yang menyangkut dirinya
sendiri (ideas of reference), pembicaraan orang atau berita serta peristiwa yang
terjadi ditujukan terhadap dirinya; c) Agresivitas dan sikap bermusuhan; d)
Kecemasan dan kegelisahan; e) Agitasi psikomotor (tidak dapat diam, tidak
dapat tenang dan mudah terprovokasi) . 3 dari 5 tanda gejala dari waham yang
dijelaskan diatas terdapat pada Tn. J. Tn. J selalu merasa cemas dan gelisah,
hal ini terlihat dari gerakan tangan yang selalu ada ketika berinteraksi dengan
siapapun termasuk perawat. Tn. J mudah terprovokasi oleh temannya Tn. I
yang berkuasa terhadap Tn. J contohnya: ketika klien dipeluk oleh Tn. I seperti

Universitas indonesia
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
31

halnya istrinya klien mau saja. Tn. J juga pernah mengatakan pada perawat
bahwa ada orang yang ingin mencelakakan dirinya padahal sebenarnya tidak
ada, hanya ada di dalam pikiran Tn. J.

Klien menampakkan suasana gembira yang berlebiuhpahnori(ae ) pada


perawat, percaya diri bahwa dia memiliki kekasih seorang aktris, melantur
dengan mengatakan bahwa perawat adalah mamanya, ketika diajak berdiskusi
dengan teman perawat, klien tetap mempertahankan argument dan melihat api
di tangannya yang sebenarnya tidak ada. Hal ini sependapat dengan Hawari,
2006 yang mengatakan pemakaian shabu-shabu akan menimbulkan efek
psikologis: berperilaku hiperaktif, suasana gembira yang berlebihan
(euphoria), harga diri meningkat (grandiosity), banyak bicara (melantur),
kewaspadaan meningkat (paranoid), halusinasi penglihatan (melihat sesuatu/
bayangan yang sebenarnya tidak ada).

Faktor ketiga yang menyebabkan klien mengalami waham adalah faktor sosial
budaya. Kesepian yang dialami oleh klien akibat kehilangan kedua orang tua
karena meninggal. Stuart & Laraia (2005) menyebutkan bahwa seseorang yang
merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan timbulnya waham. Misalnya
kemiskinan, ketidakharmonisan sosial budaya, hidup terisolasi, stress menumpuk.

Klien dengan masalah waham kebesaran ini berada dalam tahap penyalahgunaan
NAPZA yang menganggu fungsi klien sebagai adik dalam keluarga, tetangga dalam
masyarakat dan belum sampai pada ketergantungan. Hal ini sepemahaman dengan
Yosep, 2007 yang berpendapat bahwa penyalahgunaan merupakan penggunaan zat
yang sudah cukup patologis, sudah mulai digunakan secara rutin, minimal
selama 1 bulan, sudah terjadi penyimpangan perilaku mengganggu fungsi
dalam peran di lingkungan sosial, pendidikan, dan pekerjaan. Sedangkan
ketergantungan dikatakan bila klien menggunakan cukup berat dan terdapat
tanda-tanda ketergantungan fisik dan psikologis.

4.3 Analisis intervensi


Pelaksanaan askep jiwa terhadap Tn. J dilakukan sejalan dengan aktivitas
perawat dalam melaksanakan askep fisik terhadap masalah utama klien yaitu
defisit perawatan diri. Hal ini dilakukan sebagaimana telah dijelaskan

Universitas indonesia
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
32

sebelumnya bahwa seseorang yang menderita suatu skizofrenia memiliki


kecenderungan untuk mengalami masalah jiwa yang dipengaruhi oleh berbagai
faktor (Lumbantobing, 2007). Masalah jiwa yang gagal diatasi dapat
menyebabkan masalah jiwa yang lebih susah untuk ditangani dan bertahan
lama menetap pada klien. Perhatian perawat terhadap masalah waham
kebesaran akan sangat bermanfaat untuk mencegah terjadinya masalah
psikologis yang lebih serius lagi.

Permulaan pelaksanaan tindakan keperawatan dilakukan perawat dengan


membina hubungan saling percaya dengan klien sejak saat pertama perawat
masuk ruang rehabilitasi pada tanggal 13 Mei 2013. Setelah proses berjalan
maka dilakukan intervensi dan disusun berdasarkan skala proritas. Intervensi
keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah waham kebesaran
difokuskan padapengembalian pasien ke realita. Perawat melakukan tindakan
keperawatan tidak mendukung atau membantah waham klien .Klien tampak
terdiam dan tidak meneruskan waham ketika perawat mennyampaikan alasan-
alasan yang sesuai dengan realita.

Perbaikan interaksi terus dilakukan oleh perawat supaya strategi pelaksanaan


untuk Tn. J tidak jalan ditempat, perawat sudah melakukan cara bertahap untuk
mengembalikan klien ke keadaan realistis. Perawat melakukan tindakan
keperawatan fokus terhadap SP yang akan disampaikan kepada klien sehingga
waham kebesaran tidak muncul lagi pada pertemuan selanjutnya antara klien
dan perawat. Strategi lain yang diterapkan oleh perawat ketika berinteraksi
dengan klien adalah waktu yang tidak terlalu lama, singkat dengan pembahasan
topik tertentu (focusing) yang ingin disampaikan atau diajak untuk berdiskusi
kepada klien sehingga waham kebesaran tidak muncul dan tercapainya tujuan
tindakan keperawatan.

Keliat (2010) menyebutkan bahwa salah satu tindakan keperawatan yang


dilakukan pada klien dengan masalah waham kebesaran yaitu dengan
membantu orientasi realitas. Strategi yang dilakukan adalah tidak mendukung
atau menambah waham pasien, meyakinkan pasien berada dalam keadaan

Universitas indonesia
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
33

aman, mengobservasi pengaruh waham pada aktivitas sehari-hari, jika pasien


terus menerus membicarakan wahamnya dengarkan tanpa memberikan
dukungan atau menyangkal sampai pasien berhenti membicarakannya,
memberikan pujian jika penampilan dan orientasi sesuai dengan realitas.

Klien juga telah dilakukan intervensi untuk mengubah pikiran-pikiran negatif


menjadi pikiran positif. Hal-hal tersebut cukup berhasil. Pikiran positif
dikembangkan agar penilaian negatif klien terhadap dirinya dapat diubah dan
diharapkan dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap status kesehatan
klien secara umum. Sebagaimana Elfiky (2009) menyebutkan bahwa berpikir
positif adalah sumber kekuatan dan sumber kebebasan, disebut sumber
kekuatan karena ia akan membantu individu dalam mencari solusi untuk
mengatasi masalah yang sedang dialami dan disebut sumber kebebasan karena
dengan pikiran positif individu akan terbebas dari penderitaan dan pengaruh
pikiran negatif yang akan berpengaruh terhadap kondisi fisik.

Penulis menemukan kesesuaian dengan kondisi klien setelah dilakukan


intervensi. Dalam waktu perawatan selama 3 minggu, penulis melakukan
intervensi-intervensi untuk membimbing klien mengembangkan pikiran positif
dengan cara mengekspolarasi aspek positif yang dimiliki, memfasilitasi
pelaksanaan kegiatan yang bermakna selama di rawat, dan terus memberikan
dukungan positif terhadap pikiran dan perasaan positif klien. Hasil dari
intervensi yang dilakukan menunjukkan bahwa klien pada akhirnya mampu
mengembangkan pikiran positif yang berdampak pada kemampuan klien dalam
mengatasi masalah fisik yang dialaminya seperti defisit perawatan diri. Klien
juga menunjukkan penilaian diri yang lebih baik dengan mengungkapkan
kesiapan bertemu dengan keluarga (kedua kakak pasien).

4.4 Alternatif pemecahan masalah

Masalah-masalah jiwa hingga saat ini masih jarang dibahas pada sumber-
sumber rujukan dan jurnal keperawatan yang telah ada. Pendekatan asuhan
keperawatan biasanya lebih fokus pada masalah fisik yang dikeluhkan oleh
klien. Kondisi seperti ini semestinya sudah ditinggalkan oleh dunia

Universitas indonesia
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
34

keperawatan modern karena dalam memberikan pelayanan, asuhan


keperawatan seharusnya bersifat holistik dimana perawat harus memperhatikan
aspek bio, psiko, sosial, dan spiritual klien. Stuart & Laraia (2005)
menyebutkan bahwa setiap perawat dimanapun mereka bekerja harus mampu
mengkaji keadaan psikologis pasien dan memasukkan hasil pengkajiannya
dalam rencana asuhan keperawatan. Tujuan dari pelayanan yang holistik adalah
agar pelayanan yang dilakukan memenuhi seluruh kebutuhan klien pada setiap
aspek kehidupan individu dan hasil akhirnya adalah menciptakan kepuasan
klien terhadap pelayanan yang diberikan.

Asuhan keperawatan jiwamendapat perhatian yang cukup besar dalam


pelayanan asuhan keperawatan pada Tn. J. Selama berinteraksi dengan klien
perawat juga memperhatikan penerapan teknik komunikasi terapeutik agar
hubungan interpersonal antara perawat dan klien dapat terjalin dengan lebih
optimal. Penerapan komunikasi terapeutik ini dilakukan untuk memudahkan
perawat dalam membina hubungan saling percaya dengan klien,
mempermudah pencapaian tujuan askep, dan diharapkan dapat memberi
dampak yang positif terhadap kualitas pelayanan yang dinilai dapat
mempengaruhi kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan. Paxton., et al
(1996) dalam Jasmine (2009) juga menyebutkan bahwa pelaksanaan
komunikasi terapeutik sesungguhnya akan berdampak pada peningkatan
kepuasan klien terhadap pelayanan kesehatan secara keseluruhan.

Universitas indonesia
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Skizofrenia merupakan penyakit yang hingga saat ini belum ditemukan
penyebab dan pengobatan terhadap penyakit ini. Penyakit ini banyak diderita
oleh masyarakat di Indonesia. Jumlah penderita Skizofrenia beberapa tahun
belakangan ini meningkat tajam. Penyakit ini biasanya menyerang penderita
pada usia sebelum 25 tahun dan jarang terjadi pada usia sebelum10 tahun dan
setelah 60 tahun. Saat ini penyakit Skizofrenia tidak hanya terbatas pada satu
kalangan masyarakat saja misalnya masyarakat miskin tetapi dapat juga
menyerang berbagai kalangan masyarakat menengah ke atas berhubungan
dengan kondisi lingkungan dan stressor. Masalah yang ditimbulkan oleh
penyakit ini tidak hanya berupa masalah psikis saja tetapi juga dapat berupa
masalah fisik, sosial, dan spiritual. Masalah-masalah tersebut perlu
diperhatikan dengan seksama agar keberhasilan pada program pengobatan
dan proses kesembuhan pasien dapat dicapai dengan lebih optimal.

Masalah jiwa yang dialami oleh penderita Skizofrenia dapat berupa waham,
gangguan konsep diri: harga diri rendah dan gangguan sensori persepsi:
halusinasi. Masalah-masalah ini secara umum dapat dikaitkan langsung
dengan kondisi penyakit itu sendiri, disertai pengaruh lingkungan yang
memberikan dampak besar terhadap persepsi dan cara individu bereaksi
terhadap suatu kondisi. Penanganan masalah jiwa pada penderita Skizofrenia
perlu mendapat perhatian khusus dari perawat yang memberikan askep
terhadap pasien dimanapun areal keperawatan tersebut dijalankan. Hal ini
dikarenakan masalah jiwa yang gagal diatasi sejak dini dapat menimbulkan
masalah jiwa yang lebih serius.

Perawat dapat menerapkan berbagai macam pendekatan khusus untuk dapat


mengatasi masalah jiwa yang dialami klien. Salah satunya dengan
mengaplikasikan asuhan keperawatan jiwa dan penerapan teknik komunikasi
terapeutik. Pelaksanaan kedua strategi ini diharapkan dapat memberikan

35 Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
36

sentuhan baru bagi pelayanan asuhan keperawatan khususnya pada area


keperawatan jiwa. Dengan pendekatan ini diharapkan asuhan keperawatan
yang diberikan dapat lebih optimal sehingga kepuasan klien terhadap mutu
pelayanan keperawatan dapat ditingkatkan.

5.2 Saran
5.2.1 Saran bagi keilmuan

Bagi sistem keilmuan khususnya ilmu keperawatan diharapkan dapat


meningkatkan ketersediaan teori-teori mengenai asuhan keperawatan jiwa
khususnya pada pasien yang mengalami waham pada penderita Skizofrenia.
Hal ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi baru untuk dijadikan
pedoman bagi pelaksanaan asuhan keperawatan jiwa dan dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dimasa
yang akan datang.

5.2.2 Saran bagi pelayanan

Diharapkan penerapan asuhan keperawatan jiwa dapat diterapkan di area


keperawatan jiwa. Perawat jiwa kiranya dapat terus mengembangkan
keterampilan klinisnya dalam melakukan asuhan keperawatan jiwa
didukung dengan peningkatan kemampuan komunikasi terapeutik untuk
mencapai tujuan askep yang lebih optimal. Pihak manajemen rumah sakit
diharapkan juga terus memfasilitasi pelaksanaan askep jiwa dengan sarana
dan pra sarana yang memadai dan terus mendukung keterampilan perawat
dengan meningkatkan aktivitas pelatihan, seminar, workshop, dan kegiatan-
kegiatan ilmiah lainnya yang dapat diikuti perawat secara berjenjang dan
berkesinambungan.

5.2.3 Saran bagi penelitian berikutnya

Diharapkan penulisan karya ilmiah yang berikutnya dapat lebih


mengeksplorasi tentang manfaat penerapan asuhan keperawatan jiwa bagi
pelayanan asuhan keperawatan dan diharapkan lebih memfokuskan lagi

Universitas indonesia
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
37

terhadap penemuan-penemuan teknologi atau strategi baru yang dapat


digunakan dalam melakukan asuhan keperawatan jiwa.

Universitas indonesia
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
DAFTAR PUSTAKA

Ardani, T.A., Rahayu, I.T. & Sholichatun, Yulia. (2007). Psikologi Klinis. Yogyakarta: Graha
Ilmu
Carpenito, Lynda Jual. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10. (Asih, Yasmin,
Penerjemah). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Carter-Porras, O., & baquet, C. (2002). What is a “health disparity”? Public Health Reports,
117, 426-434
Corburn, J. (2004). Confronting The Challenges in Reconnecting Urban Planning and Public
Health. American Journal of Public Health, 94(4), 541-546
Depkes RI (2007). Riset kesehatan dasar. www.litbang.go.id diakses tanggal 3 Juli 2013
Doenges, M.E., Mooes, M.E., Moorhouse, M.F., Murr, A.C (2010). Nursing care plan:
Guidelines for individualizing client care across the life span. 8th edition. Philadelphia:
F.A Davis Company.

Elfiky, I (2009). Terapi berpikir positif. Jakarta: Zaman Transforming Lives


Firmanzah, dkk. (2011). Mengatasi Masalah Narkoba dengan Welas Asih. Jakarta: Gramedia
Pustaka
FIK-UI, RSMM (2012). Standar asuhan keperawatan diagnosa fisik dan psikososial. Tidak
dipublikasikan.
Galea, S., & Vlahov, D. (2005) Urban Health: Evidence, Challenges, and Directions. Annual
Review of Public Health, 26, 341-365
Hawari, Dadang. (2006). Penyalahgunaan&Ketergantungan NAZA (Narkotika, Alkohol, &Zat
Adiktif). Edisi Kedua. Jakarta: Balai Penerbit FK UI
Herdman, T.H. (2012). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. (Sumarwati,
Made. & Subekti, N.B., Penerjemah) Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Jasmine, T.J.X. (2009). The use of effective therapeutic communication skills in nursing
practice. Volume 36. Singapore Nursing Journal. Page 35-38.
Keliat, A.B. & Akemat. (2010). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Kochtitzky, C., Frumkin, H., Rodriguez, R., et al. (2006). Urban Planning and Public Health at
CDC. Morbidity &Mortlity Weekly, 55 [Suppl. 02], 34-38
Lumbantobing,S.M. (2007). Skizofrenia. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

38

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


39

Pieter, H.Z., Janiwarti, B. & Saragih, M. (2011). Pengantar Psikopatologi untuk Keperawatan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Stuart, G.W. & Laraia, M.T. (2005). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. (7th ed). St
Louis: Mousby
WHO. (2005). The World Health Report: 2005: mental health: new Understanding, new hope.
www.who.int/whr/2005/en diakses tanggal 4 Juli 2013
WHO. e(2n0ta0l6H
).eM
alth Atlas . Ganeva : WHO
WHO. (2011). Substance Abuse. http://www.who.int/topics/substance_abuse/en/ diakses 28
Maret 2012)
WHO. (2010). Urbanization and communicable disease.
http://www.searo.who.int/worldhealthday2010/linkifiles/Fact-Sheets/fs-6.pdf . (diakses pada
14 Februari 2012, 14.07 WIB).
Wilkinson, J. M. & Ahern, N.R. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 9
(Wahyuningsih, Hesti, Penerjemah). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Yosep, I. (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung: Rafika Aditama.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


Lampiran 1: Laporan Pendahuluan Waham Kebesaran

Nama : Muthmainnah 31 Mei 2013


NPM : 0806334142
Ruangan : Rehabilitasi RSKO Cibubur

LAPORAN PENDAHULUAN

1. Kasus (Masalah utama)


Perubahan proses pikir: Waham kebesaran (keyakinan seseorang percaya memiliki kehebatan
atau kekuatan luar biasa )

2. Proses terjadinya masalah


Waham adalah kepercayaan yang salah terhadap obyek dan tidak konsisten dengan latar
belakang intelektual dan budaya (Stuart & Sundeen, 1998). Selain itu, waham disebut juga
dengan keyakinan yang salah, tidak sesuai dengan kondisi obyektif, dipertahankan terus
menerus. Perubahan proses pikir adalah keadaan di mana individu mengalami suatu
gangguan dalam aktivitas mental seperti berpikir sadar, orientasi realitas, pemecahan
masalah, penilaian dan pemahaman yang berhubungan dengan koping (Carpenito, 2000).
Gail W. Stuart juga mendefinisikan waham sebagai keyakinan yang salah dan kuat
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realitas
sosial.

Faktor predisposisi dari waham terdiri dari:


a. Genetis : diturunkan, adanya abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan
dengan respon biologis yang maladaptif.
b. Neurobiologis; Adanya gangguan pada korteks pre frontal dan korteks limbic
c. Neurotransmitter ; abnormalitas pada dopamine, serotonin dan glutamat.
d. Virus paparan virus influensa pada trimester III
e. Psikologis; ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli.

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


Faktor-faktor presipitasi waham terdiri dari:
a. Proses pengolahan informasi yang berlebihan
b. Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal
c. Adanya gejala pemicu.

Tanda dan gejala yang ditunjukkan waham kebesaran adalah keyakinan seseorang bahwa
dia memiliki kelebihan atau kekuatan luar biasa.
Akibat dari waham adalah kerusakan komunikasi verbal.
Mekanisme Koping
a. Regresi
b. Proyeksi
c. Menarik diri
d. Pada keluarga: mengingkari
Perilaku waham antara lain:
a. Waham agama: percaya bahwa seseorang menjadi kesayangan supranatural atau alat
supranatural
b. Waham somatik: percaya adanya gangguan pada bagian tubuh
c. Waham kebesaran: percaya memiliki kehebatan atau kekuatan luar biasa
d. Waham curiga: kecurigaan yang berlebihan atau irasional dan tidak percaya dg orang lain
e. Siar pikir: percaya bahwa pikirannya disiarkan ke dunia luar
f. Sisip pikir: percaya ada pikiran orang lain yang masuk dalam pikirannya
g. Kontrol pikir: merasa perilakunya dikendalikan oleh pikiran orang lain
Kategori waham:
 Waham sistematis: konsisten, berdasarkan pemikiran mungkin terjadi walaupun hanya
secara teoritis.
 Waham nonsistematis: tidak konsisten, yang secara logis dan teoritis tidak mungkin

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


3. Pohon Masalah

Isolasi Sosial

Perubahan proses pikir: Waham Kebesaran

Gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran

Gangguan konsep diri: harga diri rendah

RENTANG RESPON WAHAM

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Pikiran logis Distorsi pikiran Gangguan pikiran


/waham

Persepsi akurat Ilusi Sulit berespon emosi


Emosi konsisten Reaksi emosi Perilaku kacau
dg pengalaman berlebihan /kurang Isolasi sosial
Perilaku sesuai Perilaku aneh/tdk
Berhubungan sosial biasa
Menarik diri

4. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji


No. Masalah Keperawatan Data yang perlu dikaji
1. DS: Perubahan proses pikir: Waham
- Klien mengatakan bahwa kebesaran
dirinya adalah seorang
dokter dan baru selesai dari
ruang operasi.
- Klien mengatakan bahwa
dirinya adalah kekasih Dian
sastro yang telah dijodohkan
oleh keluarganya.
- Klien mengatakan bahwa
dirinya adalah kakak Asti
ananta.

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


- Klien mengatakan bahwa
dirinya adalah alient.
- Klien mengatakan bahwa
dirinya bekerja sebagai
diplomat

DO:
- Klien jarang berinteraksi
dengan klien lainnya.
2. DS: Gangguan konsep diri: Harga diri
- Klien mengatakan bahwa ia rendah
kadang malu untuk
berinteraksi terlebih dahulu
dengan orang lain
- Klien mengatakan jarang
berinteraksi dengan klien
lainnya karena malas.

DO:
- Kurang berinisiatif
berinteraksi dengan orang
lain
- Klien lebih banyak diam

3. DS: Isolasi sosial


- Klien mengatakan jarang
berinteraksi dengan klien
lainnya karena malas.

DO:
- Klien tampak sering
menyendiri dan duduk di
kamarnya
- Klien sering terlihat
tertunduk dan jarang
berbincang-bincang dengan
orang lain.

5. Rencana tindakan keperawatan (terlampir)

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


Daftar Pustaka

Carpenito, L. J. (2000). Handbook of nursing diagnosis. (M. Ester, Penerjemah). Philadelphia:


Lippincott Williams & Wilkins Inc. (Sumber asli diterbitkan 1999)
Stuart, G. W. & Sundeen, S. J. (1998). Pocket guide to psychiatric nursing, 3/E. (A. Y. S.
Hamid, Penerjemah). St. Louis: Mosby Year Book, Inc. (Sumber asli diterbitkan 1995)
Wilkinson, J. M.&Ahern, N.R. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan (Edisi 9). Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


Lampiran 2: Strategi Pelaksanaan Waham Kebesaran

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA


KLIEN DENGAN GANGGUAN PROSES PIKIR: WAHAM KEBESARAN
Selasa, 4 Juni 2013
Muthmainnah, 0806334142
Proses Keperawatan
1.Kondisi Klien
Tn. J (32 th)
DO:
 Klien mondar mandir
 Klien banyak berdiam diri di kamar
 Klien jarang berinteraksi dengan teman-temannya
 Klien tenang, emosi stabil.
 Klien kooperatif dengan perawat
DS:
 Klien mengatakan bahwa dirinya mempunyai saudara 100 orang
 Klien mengatakan bahwa dia merupakan salah satu dokter di rumah sakit
 Klien mengatakan bahwa dia Allah
 Klien mengatakan sejak kecil dia telah dijodohkan dengan Dian Sastro
 Klien mengeluh flu, demam dan badan meriang setiap hari sejak kecil dan klien
minta obat decolgen setiap hari kepada perawat

Diagnosa Keperawatan :
Waham kebesaran
Tujuan khusus:
Klien dapat menggunakan obat dengan prinsip 5 benar

Tindakan keperawatan
1. Menjelaskan jenis-jenis obat yang diminum klien.
2. Mendiskusikan manfaat obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa seizin dokter

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


3. Menjelaskan prinsip benar (nama obat, nama klien, dosis obat, waktu, dan cara pemberian).
4. Menjelaskan manfaat minum obat dan efek obat yang perlu diperhatikan.
5. Menganjurkan klien minta obat dan minum obat tepat waktu.
6. Menganjurkan klien melaporkan pada perawat/dokter jika merasakan efek yang tidak
menyenangkan.
7. Memberi pujian jika klien minum obat dengan benar.

ORIENTASI
1. Salam terapeutik :
“Selamat pagi Mas J, masih ingat dengan Saya?Ya, benar saya perawat Muthmainnah. ”
2. Evaluasi/validasi :
“Bagaimana perasaan mas J pagi ini?Oh ya, bagaimana mas J latihan badminton dan tenis
meja sudah dilakukan?Bagus sekali!”
3. Kontrak :
“Baiklah, hari ini sesuai janji kemaren kita akan berbincang-bincang tentang obat yang
mas J minum. Dimana kita mau bicara?Berapa lama mas J mau berbicara?Bagaimana
kalau 30 menit?

KERJA
”Mas J, berapa macam obat yang diminum?Jam berapa saja obat diminum?” ”Mas J perlu
minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang. Obatnya ada 4 macam,
yang warna putih ini namanya THP gunanya agar mas J rileks, yang bewarna merah jambu
ini namanya HLP agar pikiran mas J tenang, yang warna merah ini namanya SF gunanya
agar mas J tidak lemah dan yang warna kuning namanya B complek gunanya mengurangi
stres. HLP dan THP diminum 2 kali sehari jam 7 pagi dan jam 7 malam, B complek
diminum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam, SF diminum 1 kali sehari
jam 7 malam. Jika nanti setelah minum obat ini mulut mas J terasa kering, untuk membantu
mengatasinya mas J bisa banyak minum. Sebelum minum obat ini, mas J cek dulu label di
plastik obat,apakah benar nama mas J tertulis disitu, berapa butir obat yang harus diminum,
jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar. ”
”Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus diminum dalam
waktu yang lama. Sebaiknya mas J tidak menghentikan sendiri obat yang harus diminum
sebelum membicarakannya dengan dokter agar penyakit mas J tidak kambuh lagi.”

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
a. Evaluasi klien (subjektif)
“Bagaimana perasaan mas J setelah tadi kita berbincang-bincang tentang obat
yang mas J minum?”

b. Evaluasi objektif
“Apa saja nama obatnya?Jam berapa mas J minum obat?Mari kita masukkan pada
jadwal kegiatan mas J. Jangan lupa minum obatnya dan nanti setelah makan mas J
minta sendiri obatnya pada suster, jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan
ya mas J.”

2. Rencana tindak lanjut


“Mas J, besok kita ketemu lagi ya untuk melihat jadwal kegiatan yang telah dilaksanakan.
Bagaimana kalau seperti biasa, jam 10 pagi dan di tempat sama?Sampai besok!”

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


Lampiran 3: Pengkajian Keperawatan Kesehatan Jiwa Tn. J

FORMULIR PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA

RUANG RAWAT: Rehabilitasi (Spesial) TANGGAL DIRAWAT: 21 Desember 2012

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial :J Tanggal Pengkajian : 15 Mei 2013
Umur : 32 tahun RM. No. : 032086
Informan : Rekam medik, perawat,klien

II. ALASAN MASUK


Datang diantar oleh kakak karena klien baru sampai rumah (setelah direhabilitasi selama 9
bulan) marah-marah dan mencari shabu lagi, badan dan pinggang lemas,pantat ngilu dan
kaku. Suggesti klien terhadap pemakaian shabu kuat

III. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Pernah mengalami gangguan jiwa masa lalu? ya
2. Pengobatan sebelumnya : tidak berhasil

3. Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia Aniaya fisik

Aniaya seksual

Penolakan

Kekerasan dalam keuarga

Tindakan kriminal

Sejak tahun 2011 hingga tahun 2013 klien sudah dua kali keluar masuk RSKO karena
sulit tidur, marah-marah, tidak melakukan perawatan diri sehari-hari seperti mandi
selama kurang lebih 1 bulan, suka melamun, diam dan ketawa sendiri, ingin memakai
shabu lagi, suggesti untuk memakai shabu dalam diri klien masih kuat. Pengobatan
sebelumnya tidak berhasil, klien baru pulang dari RSKO dan baru sehari di rumah, klien
marah-marah dan ingin memakai shabu, badan klien lemas,pinggang dan pantat ngilu
dan kaku. Dari hasil pengkajian, klien mengatakan pernah menjadi pelaku aniaya fisik
yaitu klien memecahkan kaca . Klien mengatakan tidak pernah mengalami aniaya
seksual, penolakan, ataupun tindakan kriminal.

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


Masalah Keperawatan :
Risiko perilaku kekerasan

4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa  tidak


Hubungan keluarga gejala Riwayat pengobatan/perawatan
......................................... ..................................... ......................................
Masalah keperawatan:
Tidak ditemukan adanya masalah

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan


-
Masalah keperawatan:
Tidak ditemukan adanya masalah

IV. FISIK
1. Tanda Vital : TD: 120/70 mmHg N: 70 kali/menit S: 36,5°C P: 20
kali/menit
2. Ukur : TB: 168 cm BB: 60 kg
3. Keluhan fisik : Tidak ada
Jelaskan: Klien tidak mengeluh masalah kesehatan fisik.
Masalah Keperawatan:
Tidak ditemukan masalah keperawatan

V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram :

Tn J

Keterangan
Klien merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara, klien mengatakan tinggal bersama kedua
orangtua dan kedua adiknya. Kedua orang tua klien telah meninggal dunia, menurut pernyataan
konselor klien. Klien mengatakan anggota keluarga yang paling dekat dengan klien adalah ibu
karena sering berbagi cerita dengan klien. Selama klien di rawat di rumah sakit, klien jarang

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


dijenguk oleh keluarganya. Data tentang keluarga tidak banyak diperoleh karena klien selalu
mengatakan bahwa keluarga dia alien

Masalah keperawatan:
Tidak ditemukan masalah keperawatan

2. Konsep diri:
a. Gambaran diri : Klien mengatakan tidak ada bagian tubuh yang tidak disukai,
klien mengatakan bagian tubuh yang paling disukai adalah
badan, karena menurut klien badannya six pack.
b. Identitas : Klien mampu menyebutkan namanya sendiri, jenis kelamin
dan usia. Klien mengatakan sebelum dirawat klien mengisi
waktunya dengan mengelola perusahaan keluarga yang
terkenal.
c. Peran : Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit klien mengurus
perusahaan milik keluarga,perusahaan tersebut terkenal di
Indonesia, klien menyebutkan BII merupakan perusahaan
miliknya.
d. Ideal diri : Klien mengatakan cita-cita klien ingin menjadi seorang
wiraswasta. Tahun 2011 klien sudah mulai di rawat pertama
kali di RSKO sehingga klien hanya menyelesaikan pendidikan
sampai tingkat SMA. Klien mengatakan harapannya saat ini
ingin sembuh, dan ingin segera pulang ke rumah. Saat perawat
menanyakan, jika klien sudah berada di rumah, kegiatan apa
yang akan dilakukan adalah “mengelola perusahaan milik
keluarga”. Terkait pekerjaan yang dapat dilakukan setelah
klien pulang, klien mengatakan melanjutkan perusahaan yang
dibangun oleh keluarga.
e. Harga diri : Klien mengatakan lulusan SMA, kegiatan sehari-hari
mengurus perusahaan orang tua dan dengan kondisi
berulangkali keluar masuk RSKO, klien tidak mau
berinteraksi duluan dengan orang lain dan terlihat lebih suka
sendirian
Masalah keperawatan:
Harga diri rendah

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


3. Hubungan sosial:
a. Orang berarti :
Klien mengatakan orang yang berarti dalam kehidupannya adalah kakak karena
klien tinggal serumah dengan kakaknya dan sering bercerita dengan kakaknya.

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat:


Klien mengatakan terlibat dalam kegiatan kelompok, pernah beberapa kali menjadi
wakil ketua dalam kelompok program spesial rehabilitasi namun klien tidak mau
lagi menjadi ketua karena lelah dan lebih suka sendiri di kamar ketika teman-teman
bermain di lapangan pada sore hari

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain:


Klien tidak mengalami hambatan dalam berkomunikasi dengan orang lain,namun
klien tidak mau memulai pembicaraan duluan

Masalah Keperawatan :
Isolasi Sosial

4. Spiritual:
a. Nilai dan keyakinan:
Klien mengatakan klien beragama Islam
b. Kegiatan ibadah:
Klien mengatakan di RSKO klien jarang sholat. Klien mengatakan ada teman yang
mengingatkan sholat, namun klien malas untuk mengerjakan sholat .
Masalah Keperawatan :
Distress spiritual

VI. STATUS MENTAL


1. Penampilan
 tidak rapi  penggunaan pakaian  Cara berpakaian tidak
tidak sesuai seperti biasanya
Jelaskan:
Klien mengatakan mandi dua kali sehari, gosok gigi, rambut pendek, klien senang
menggunakan baju kemeja dengan celana panjang dan mengganti setiap hari.
Masalah keperawatan :
Tidak ditemukan masalah keperawatan

2. Pembicaraan
 Cepat  Keras  Gagap  Inkoheren
 Apatis  Lambat  Membisu  Tidak mampu memulai pembicaraan

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


Jelaskan
Selama interaksi klien berbicara dengan lancar klien mampu menjawab pertanyaan dari
perawat, tetapi tidak memulai pembicaraan jika tidak ditanya, pembicaraan kadang tidak
koheren.

Masalah Keperawatan:
Isolasi Sosial

3. Aktivitas Motorik
 Lesu  Tegang  Gelisah  Agitasi
 Tik  Grimasen  Tremor  Kompulsif
Jelaskan:
Jelaskan :
Klien gelisah, mondar mandir di teras, sering bengong, dan lama-kelamaan pandangan
berubah jadi melotot.

Masalah Keperawatan:
Risiko perilaku kekerasan

4. Alam Perasaan
 Sedih  Ketakutan  Putus asa  Kawatir  Gembira berlebihan
Jelaskan:
Klien mengatakan sedih dan ingin segera pulang ke rumah.
Masalah Keperawatan :
Tidak ditemukan masalah keperawatan

5. Afek
 Datar  Tumpul  Labil  Tidak sesuai
Jelaskan:
Klien mengatakan perasaannya senang namun ekspresi wajah klien tampak berlebihan.
Klien mengatakan puas dan senang memiliki bagian tubuh yang masih serta ekspresi
wajah sesuai dengan kata-kata yang diucapkan secara verbal.

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


Masalah Keperawatan :
Tidak ditemukan adanya masalah

6. Interaksi selama wawancara


 Bermusuhan  Tidak kooperatif  Mudah tersinggung
 Kontak mata kurang  Defensif  Curiga
Jelaskan:
Selama beberapa kali interaksi klien kurang kooperatif dengan menolak diajak
berinteraksi selama 2 kali.

Masalah Keperawatan :
Harga diri rendah kronis

7. Persepsi
 Pendengaran  Penglihatan  Perabaan
 Pengecapan  Penghidu
Jelaskan:
Klien dapat mempersepsikan sesuai dengan stimulus yang ada namun, pernah waktu
interaksi, klien mengatakan melihat api di tangannya padahal perawat tidak melihat dank
lien lain pun tidak melihat

Masalah Keperawatan :
Halusinasi: penglihatan

8. Proses Pikir
 Sirkumstansial  Tangensial  Kehilangan asosiasi
 Fligt of ideas  Blocking  Pengulangan pembicaraan/
perseverasi
Jelaskan:
Kata-kata yang diucapkan klien tidak sesuai dengan pertanyaan yang diberikan oleh
perawat dan berbelit-belit.
Masalah Keperawatan :
Waham kebesaran

9. Isi Pikir
 Obsesi  Fobia  Hipokondria
 Depersonalisasi  Ide yang terkait  Pikiran magis

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


Jelaskan:
Perawat menemukan klien memiliki pemikiran yang tidak logis atau pikiran yang selalu
muncul dan klien berusaha meyakinkan perawat, contoh klien memiliki jumlah saudara
kandung 100 orang dan klien mengaku bahwa dia seorang alien

Masalah Keperawatan :
Waham kebesaran

10. Waham
 Agama  Somatik  Kebesaran  Curiga
 Nihilistik  Sisip pikir  Siar pikir  Kontrol pikir
Jelaskan:
Klien tidak terorientasi dengan diri sendiri dan lingkungan sekitarnya, pada pertemuan
ketiga klien mengaku bahwa dia adalah Allah,pertemuan pertama klien mengaku sebagai
dokter,pertemuan kedua klien mengaku bahwa dia memiliki perusahaan yang terkenal

Masalah Keperawatan :
Waham kebesaran

11. Tingkat kesadaran


 Bingung  Sedasi  Stupor
Disorientasi
 Waktu  Tempat  Orang
Jelaskan:
Jelaskan:
Klien sadar penuh, klien mengatakan saat ini sedang dirawat di RSKO. Klien tahu
RSKO adalah rumah sakit ketergantungan obat , klien mengenal teman-teman satu
kamar dan terorientasi dengan waktu, namun kadang klien mengatakan bahwa perawat
yang sedang berbicara dengan dia adalah mama klien

Masalah Keperawatan :
Waham kebesaran

12. Memori
 Gangguan daya ingat jangka panjang  Gangguan daya ingat jangka pendek

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


 Gangguan daya ingat saat ini  Konfabulasi
Jelaskan:
Klien memiliki daya ingat yang buruk untuk kejadian jangka panjang. Klien mengingat
bahwa dia memiliki 100 orang saudara kandung dan kedua orang tua klien tinggal di
planet yang berbeda dengan bumi.namun, ketika ditanya kegiatan sehari-hari yang
dilakukan di program spesial, klien menjawab dengan baik

Masalah Keperawatan :
Waham kebesaran

13. Tingkat konsentrasi dan berhitung


 Mudah beralih  Tidak mampu berkonsentrasi  Tidak mampu berhitung
sederhana
Jelaskan:
Selama interaksi dengan klien, klien mampu berkonsentrasi. Klien mampu berhitung
sederhana, saat klien diberikan pertanyaan tentang hitungan 10+5, klien mampu
menjawab dengan benar yaitu 15.

Masalah Keperawatan :
Tidak ditemukan masalah keperawatan

14. Kemampuan penilaian


 Gangguan ringan  Gangguan bermakna
Jelaskan:
Jelaskan:
Saat diberi pilihan, duduk dulu atau ambil bangku dulu, klien mampu memutuskan
untuk ambilbangku dahulu sebelum mulai ngobrol.

Masalah Keperawatan :
Tidak ditemukan masalah keperawatan

15. Daya tilik diri


 Mengingkari penyakit yang diderita  Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Jelaskan:
Klien tahu dirinya sedang dalam perawatan di RSKO-Cibubur, dan klien tahu RSKO
merupakan rumah sakit ketergantungan obat. namun, saat perawat bertanya “jadi Tn. J

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


kenapa berada disini?”, klien menjawab klien pernah memakai shabu sebelum masuk ke
rumah sakit.

Masalah Keperawatan :
Tidak ditemukan masalah keperawatan.

VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
 Bantuan minimal  Bantuan total
2. BAB/BAK
 Bantuan minimal  Bantuan total

Jelaskan:
Tidak ada masalah dalam pemenuhan kebutuhan makan, BAB/BAK, klien dapat
melakukannya semua secara mandiri.

Masalah Keperawatan :
Tidak ditemukan masalah keperawatan

3. Mandi
 Bantuan minimal  Bantuan total
4. Berpakaian/berhias
 Bantuan minimal  Bantuan total
5. Istirahat dan tidur
 Tidur siang : hasil observasi klien tidur siang selama 2 jam dari jam 13.00-
15.00 sesuai dengan program spesial.
 Tidur malam : jam 22.00 s/d 05.00
 Kegiatan sebelum dan sesudah tidur : olahraga pagi, interaksi dengan perawat,
mencuci piring sesudah makan, mandi pagi dan sore, morning meeting, function
(bersih-bersih: menyapu, mengepel, mencucidan menjemur pakaian).
6. Penggunaan obat
 Bantuan minimal  Bantuan total

7. Pemeliharaan kesehatan
Ya Tidak
Perawatan lanjutan  
Sistem pendukung  
8. Kegiatan didalam rumah

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


Ya Tidak
Mempersiapkan makanan  
Menjaga kerapian rumah  
Mencuci pakaian  
Pengaturan keuangan  
9. Kegiatan diluar rumah
Ya Tidak
Belanja  
Transportasi  
Lain-lain  

Jelaskan: Klien sudah mampu melakukan kegiatan yang biasa dilakukan di dalam rumah
dulu dan masih bisa dilakukan di rumah sakit saat ini. Klien bisa menyapu, mengepel,
mencuci piring dan mencuci baju

Masalah Keperawatan :
Tidak ditemukan masalah keperawatan

VIII. MEKANISME KOPING


Adaptif Maladaptif
 Bicara dengan orang lain  Minum alkohol
 Mampu menyelesaikan masalah  Reaksi lambat/berlebih
 Teknik relaksasi  Bekerja berlebihan
 Aktivitas konstruktif  Menghindar
 Olahraga  Mencederai diri
 Lainnya ....................  Lainnya : ............................................

Masalah Keperawatan:
Koping individu tidak efektif

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN

 Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik: senam pagi, interaksi dengan


perawat, mencuci piring sesudah makan, mandi pagi dan sore.

 Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik: selama dirawat di spesial


program klien mengatakan tidak pernah mempunyai masalah dengan teman lain
atau sesama pasien namun klien lebih suka menonton tv/mendengarkan radio di
kamar dibandingkan berinteraksi dengan teman, klien tidak mau memulai
pembicaraan
 Masalah dengan pendidikan, spesifik: : klien mengatakan lulusan SMA dan tidak
melanjutkan kuliah
 Masalah dengan perumahan, spesifik: klien tinggal bersama kakaknya

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


 Masalah ekonomi, spesifik: klien mengatakan untuk keperluan sehari-hari masih
dibiayai kakaknya
 Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik: klien merasa sudah saatnya klien
bisa pulang, klien mengatakan dirinya akan lebih sehat jika tidak dikurung di RS
seperti sekarang dan bisa mengurus perusahaan keluarga
 Masalah lainnya, spesifik: tidak ada
Masalah Keperawatan: Isolasi Sosial

X. PENGETAHUAN KURANG TENTANG:


 Penyakit jiwa  Sistem pendukung
 Faktor predisposisi  Penyakit fisik
 Koping  Obat-obatan
 Lainnya .....................................................................................

Masalah Keperawatan:
Klien mengatakan bahwa klien kurang paham tentang obat-obatan.
Masalah Keperawatan:
Kurangnya pengetahuan klien terhadap obat-obatan

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


ANALISA DATA

Data Masalah
1. Data Subjektif: Waham Kebesaran
- Klien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang
dokter dan baru selesai dari ruang operasi.
- Klien mengatakan bahwa dirinya adalah kekasih
Dian sastro yang telah dijodohkan oleh
keluarganya.
- Klien mengatakan bahwa dirinya adalah kakak Asti
ananta.
- Klien mengatakan bahwa dirinya adalah alient.
- Klien mengatakan bahwa dirinya bekerja sebagai
diplomat

Data Objektif:
Klien jarang berinteraksi dengan klien lainnya.

2. Data Subjektif: Gangguan konsep diri: Harga diri


- Klien mengatakan bahwa ia kadang malu untuk rendah
berinteraksi terlebih dahulu dengan orang lain
- Klien mengatakan jarang berinteraksi dengan klien
lainnya karena malas
- Klien mengatakan tidak pandai bermain badminton,
tenis meja padahal ketika bermain dengan perawat
klien menang

Data Objektif:
- Kurang berinisiatif berinteraksi dengan orang lain
- Klien lebih banyak diam
- Klien terlihat kurang percaya diri dalam bermain
badminton dan tenis meja

3. Data Subjektif: Isolasi Sosial


- Klien mengatakan jarang berinteraksi dengan klien
lainnya karena malas.
- Klien mengatakan lebih senang menyendiri dan
berinteraksi jika teman mengajak duluan

Data Objektif:
- Klien tampak sering menyendiri
- Klien tampak lebih suka di kamar dibandingkan
bermain bola/badminton/tenis meja ketika sore hari
- Klien sering terlihat jarang berbincang-bincang
dengan orang lain

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


- Klien menunjukkan perilaku yang tidak diterima
bagi kelompok dominan (Dian sastro merupakan
kekasih klien)

4. Data Subjektif: Risiko Perilaku kekerasan


- Klien mengatakan pernah marah-marah, membuang
alat-alat rumah tangga dan memecahkan kaca rumah.
- Klien mengatakan marah karena ingin memakai
shabu lagi
Data Objektif:
- Terlihat kaku.
- Mata melotot
- Kadang gelisah
- Suka mondar-mandir
5. Data Subjektif: Halusinasi Penglihatan
- Klien mengatakan sering melihat hantu atau
sejenisnya
- Klien mengatakan melihat api di tangannya padahal
orang lain tidak melihat api tersebut
Data objektif
- Klien sering terlihat tertawa sendiri
- Respon klien berlebihan dalam berbicara

XI. ASPEK MEDIK


Diagnosa medik : Skizofrenia paranoid
Terapi medik : SF 1x1
Haloperidol 2x1
Trihexyphenidyl 2x1

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


XII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN
- Isolasi Sosial
- Waham Kebesaran
- Harga Diri Rendah Kronik
- Risiko Perilaku Kekerasan
- Halusinasi Penglihatan

XIII. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Waham Kebesaran
2. Isolasi Sosial
3. Harga Diri Rendah Kronik
4. Halusinasi: Penglihatan
5. Risiko Perilaku Kekerasan

Depok, 2 Juni 2013

Mahasiswa,

Muthmainnah

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


Lampiran 4: Rencana Tindakan Keperawatan Perubahan Proses Pikir: Waham

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


PERUBAHAN PROSES PIKIR: WAHAM

Nama Klien : Tn. J (32 th) Ruangan : Rehabilitasi ( Spesial )


No. RM : 032086

Diagnosis Rencana Tindakan Keperawatan Rasional


Tujuan Kriteria evaluasi Strategi/ intervensi
Perubahan
TUK 1:
proses pikir:
Waham Klien dapat Setelah 3x interaksi, klien Bina hubungan saling percaya dg Hubungan saling percaya yang baik
kebesaran membina menunjukkan tanda-tanda menggunakan prinsip komunikasi merupakan dasar yang kuat bagi klien
hubungan saling percaya kepada perawat : terapeutik: dalam mengekspresikan perasaannya.
TUM: percaya dengan 1.1.Klien dapat berinteraksi 1.1.1. Sapa klien dengan ramah baik  Menunjukkan keramahan dan sikap
Klien tidak perawat secara aktif dengan perawat, verbal maupun non verbal. bersahabat.
mengalami yang ditunjukkan dengan : 1.1.2. Perkenalkan nama, nama  Agar klien tidak ragu kepada perawat.
waham a. Ekspresi wajah bersahabat. panggilan perawat dan tujuan
b. Menunjukkan rasa senang. perawat berkenalan.  Menunjukkan bahwa perawat ingin
c. Ada kontak mata. 1.1.3. Tanyakan nama lengkap dan kenal dengan klien.
d. Mau berjabat tangan. nama panggilan yg disukai  Agar klien percaya kpd perawat.
e. Mau menyebutkan nama. klien.
f. Mau duduk berdampingan 1.1.4. Tunjukkan sikap jujur dan  Penerimaan yang sesuai dengan keadaan
dengan perawat. menepati janji setiap yang sebenarnya dapat meningkatkan
g. Bersedia mengungkapkan berinteraksi dengan klien. keyakinan pada keluarga serta merasa
masalah yang dihadapi. 1.1.5. Tunjukkan sikap empati dan adanya suatu pengakuan.
menerima klien apa adanya.  Perhatian yang diberikan dapat
1.1.6. Tanyakan perasaan klien dan meningkatkan harga diri klien.
masalah yang dihadapi klien.  Respon mengkritik atau menyalahkan
Dengarkan dengan penuh dapat menimbulkan adanya sikap
perhatian. penolakan.
1.1.7. Hindari respon mengkritik atau

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


menyalahkan saat klien
mengungkapkan perasaanya.
1.1.8. Buat kontrak interaksi yang  Memberi info tentang kontrak waktu.
jelas.

TUK 2: Setelah 4x interaksi Klien 2.1.1. Bantu klien untuk  Mengidentifikasi hubungan klien
Klien dapatmenceritakan ide-ide dan mengungkapkan perasaan dan dengan lingkungan sekitar.
mengidentifikasi perasaan yang muncul secara pikirannya
perasaan yang berulang dalam perasaannya - Diskusikan pengalaman yang
muncul secara dialami selama ini termasuk
berulang dalam hubungan dengan orang yang
pikiran klien berarti, lingkungan dan kerja.
 Menunjukkan perhatian.
- Dengarkan pernyataan klien
dengan empati tanpa
mendukung atau menentang  Menunjukkan kepedulian
waham.
- Katakan perawat dapat
memahami apa yang
diceritakan klien.
TUK 3: Setelah 4x interaksi, klien dapat: 3.1.1. Bantu klien untuk  Mengidentifikasi stresor waham.
Klien dapat 3.1. Dapat menyebutkan mengidentifikasi kebutuhan
mengidentifikasi kejadian-kejadian sesuai yang tidak terpenuhi serta
stressor atau urutan waktu serta harapan faktor pencetus waham.
pencetus atau kebutuhan dasar yang - Diskusikan tentang kejadian
wahamnya tidak terpenuhi. traumatik yang
3.2. Dapat menyebutkan menimbulkan rasa takut,
hubungan antara kejadian ansietas maupun perasaan  Mengidentifikasi kebtuhan/harapan yg
traumatis atau kebutuhan tidak dihargai. blm terpenuhi.
tidak terpenuhi dengan - Diskusikan kebutuhan atau
wahamnya. harapan yang belum  Klien bisa koping terhadap
terpenuhi. ketidakpuasan.
- Diskusikan cara mengatasi

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


kebutuhan yang tidak
tepenuhi dan kejadian yang  Mengidentifikasi adakah kaitannya dg
traumatis. halusinasi.
- Diskusikan apakah ada
halusinasi yang  Mencari kaitan antara kejadian dg
meningkatkan pikiran terkait waham.
wahamnya.
- Diskusikan dengan klien
antara kejadian-kejadian
tersebut dengan wahamnya.
TUK 4: Klien dapat menyebutkan 4.1.1. Bantu klien mengidentifikasi  Mengidentifikasi pengalaman waham.
Klien dapat perbedaan pengalaman nyata keyakinannya yang salah
mengidentifikasi dengan pengalaman wahamnya tentang situasi yang nyata.
wahamnya - Diskusikan pengalaman
wahamnya tanpa
berargumentasi.  Tidak mendukung waham klien.
- Katakan akan keraguan
perawat terhadap  Mengidentifikasi perasaan.
pernyataan klien.
- Diskusikan respon perasaan  Mengidentifikasi frekuensi,
terhadap wahamnya. intensitas&durasi waham.
- Diskusikan frekuensi,  Mengorientasikan pd realitas.
insensitas dan durasi
tejadinya waham.
- Bantu klien membedakan
situasi nyata dengan situasi
yang dipersepsikan salah
oleh klien.
TUK 5: Klien menjelaskan gangguan 5.1.1. Diskusikan pengalaman-  Klien dapat mengidentifikasi
Klien dapat fungsi hidup sehari-hari yang pengalaman yang tidak konsekuensi dari wahamnya terhadap
mengidentifikasi diakibatkan ide-ide atau pikiran menguntungkan sebagai akibat interaksi dg org lain.
konsekuensi dari yang tidak sesuai kenyataan dari wahamnya, seperti:
wahamnya seperti: - Hambatan dalam
- hubungan dengan keluarga berinteraksi dengan

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


- hubungan antara orang lain keluarga.
- pekerjaan dan prestasi - Hambatan dalam
berinteraksi dengan orang
lain.
- Hambatan dalam  Agar klien menyadari bahwa waham
melakukan aktivitas sahari- hrs diatasi.
hari.  Memfasilitasi klien utk
- Perubahan dalam prestasi mengendalikan waham.
kerja.
5.1.2. Ajak klien melihat bahwa
waham tersebut adalah masalah
yang membutuhkan bantuan
orang lain.
5.1.3. Diskusikan orang atau tempat
klien meminta bantuan apabila
wahamnya timbul atau sulit
dikendalikan.
TUK 6: Setelah beberapakali interaksi 6.1.1. Diskusikan hobi/ aktivitas yang  Klien dapat menerapkan teknik
Klien dapat klien mampu melakukan disukainya. distraksi saat terjadi waham
melakukan aktivitas yang konstruktif sesuai 6.1.2. Anjurkan klien memilih dan
teknik distraksi dengan minatnya yang dapat melakukan aktivitas yang
sebagai cara mengalihkan focus klien dari membutuhkan perhatian dan
menghentikan wahamnya keterampilan fisik.]
pikiran yang 6.1.3. Ikut sertakan klien dalam
terpusat pada aktivitas fisik yang
wahamnya membutuhkan perhatian sebagai
pengisi waktu luang.
6.1.4. Libatkan klien dalam TAK
orientasi realita.
6.1.5. Bicara dengan klien topik=topik
yang nyata.
6.1.6. Anjurkan klien untuk
bertanggung jawab secara
personal dalam

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


mempertahankan/ meningkatkan
kesehatan dan pemulihannya.
6.1.7. Beri penghargaan bagi setiap
upaya klien yang positif
TUK 7: 7.1 Setelah berinteraksi beberapa 7.1.1. Diskusikan pentingnya peran  Klien mengetahui keluarga
Klien mendapat kali keluarga dapat serta keluarga sebagai mendukungnya sehingga dapat pulih
dukungsan menjelaskan tentang pendukung untuk mengatasi kembali
keluarga - pengertian waham waham.
- tanda dan gejala waham 7.1.2. Diskusikan potensi keluarga
- penyebab dan akibat untuk membantu klien
waham mengatasi waham.
- cara merawat klien 7.1.3. Jelaskan pada keluarga tentang:
waham - Pengertian waham
7.2 Setelah berinteraksi - Tanda dan gejala waham
beberapa kali keluarga dapat - Penyebab dan akibat waham
mempraktekkan cara - Cara merawat klien waham
merawat klien waham. 7.1.4. Latih keluarga cara merawat
waham.
7.1.5. Tanyakan perasaan keluarga
setelah mencoba cara yang
dilatihkan.
7.1.6. Beri pujian kepada keluarga atas
keterlibatannya merawat klien
di RS.
TUK 8: 8.1 Setelah berinteraksi beberapa 8.1.1. Diskusikan dengan klien tentang  Agar klien mampu mengontrol waham
Klien kali klien menyebutkan: manfaat dan kerugian tidak dengan patuh obat.
memanfaatkan - manfaat minum obat minum obat, nama, warna,
obat dengan baik - kerugian tidak minum obat dosis, cara, efek terapi, efek
- nama, warna, dosis, efek samping penggunaan obat
terapi dan efek samping 8.2 Pantau klien saat penggunaan obat
obat - Beri pujian jika klien
8.2 Setelah berinteraksi menggunakan obat dengan benar
beberapa kali klien 8.3 Diskusikan akibat berhenti minum
mendemonstrasikan obat tanpa konsultasi dengan dokter

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


penggunaan obat dengan benar - Anjurkan klien untuk konsultasi
8.3 Setelah berinteraksi kepada dokter/ perawat jika terjadi
beberapa kali klien hal-hal yang tidak diinginkan
menyebutkan akibat berhenti
minum obat tanpa konsultasi
dokter

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


Lampiran 5 : Implementasi dan Evaluasi Tindakan Keperawatan Kesehatan Jiwa Tn. J

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI TINDAKAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA


RUMAH SAKIT KETERGANTUNGAN OBAT
CIBUBUR

Nama : Tn.J Ruang: Rehabilitasi

Tanggal Diagnosis IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


TINDAKAN KEPERAWATAN
Senin, 20 Waham Kebesaran 1. Membina hubungan saling S: - klien mengatakan mau
Mei 2013 percaya dengan memberikan untuk berinteraksi dengan
salam dan menanyakan perawat
keadaan klien. - alasan masuk ke rumah
2. Menawarkan kontrak: tujuan sakit karena memakai
dan durasi interaksi narkoba
3. Memberi kesempatan klien - klien mengatakan dia
untuk mengungkapkan bekerja sebagai dokter
perasaan dan pikirannya dan sesaat sebelum
4. Mendiskusikan dengan klien diwawancarai dia
pengalaman yang dialami mengaku telah melakukan
selama ini termasuk operasi pada pasien
hubungan dengan orang yang - klien mengatakan bahwa
berarti, lingkungan dan kerja dia memiliki 100 orang
5. Mendengarkan pernyataan saudara kandung
klien dengan empati tanpa O: - Klien menyetujui kontrak
mendukung atau menentang yang ditawarkan perawat
waham (mengatakan perawat - Klien mau
dapat memahami apa yang mengungkapkan
diceritakan klien ) perasaannya
6. Menanyakan alasan klien - Klien mampu
dibawa ke rumah sakit menyebutkan alasan
datang ke rumah sakit
- Klien mampu
menceritakan pengalaman
yang dialami termasuk
orang yang berarti,
lingkungan dan kerja
A: masalah belum teratasi
P: - membantu klien orientasi
realitas
- mengidentifikasi
kebutuhan yang tidak
terpenuhi dan cara
memenuhi kebutuhan
- Mempraktikkan
pemenuhan kebutuhan
yang tidak terpenuhi

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


Kamis, 23 Waham Kebesaran 1. Mendiskusikan dengan klien S: - klien mengatakan bersedia
Mei 2013 tentang kejadian traumatik interaksi dengan perawat
yang menimbulkan rasa - klien mengatakan bersedia
takut, ansietas maupun
untuk berdiskusi tentang
perasaan tidak dihargai.
2. Mendiskusikan kebutuhan harapan yang belum
atau harapan yang belum terpenuhi
terpenuhi - klien mengatakan senang
3. Mendiskusikan cara setelah bercerita dengan
mengatasi kebutuhan yang perawat
tidak tepenuhi dan kejadian - klien mengatakan bekerja
yang traumatis
di perusahaan milik
4. Mendengarkan pernyataan
klien dengan empati tanpa keluarga yaitu perusahaan
mendukung atau menentang terkenal bank danamon
waham (mengatakan perawat - klien mengatakan dia
dapat memahami apa yang adalah Allah dan memiliki
diceritakan klien api yang berada di
5. Mendiskusikan apakah ada tangannya
halusinasi yang
meningkatkan pikiran terkait O: - klien bersedia untuk
wahamnya berdiskusi tentang harapan
6. Mendiskusikan dengan klien yang belum terpenuhi
antara kejadian-kejadian - klien terlihat lebih tenang,
halusinasi dengan wahamnya ekspresi ketawa
7. Mendiskusikan ADL yang berlebihan
dilakukan klien setiap hari
-klien mampu
8. Memberikan reinforcement
positif pada klien karena menceritakan ADL sehari-
telah melakukan ADL secara hari
teratur A: masalah teratasi sebagian

P: - mengevaluasi ADL
klien
- Memotivasi klien untuk
melakukan ADL
sehari-
- Mengidentifikasi
kemampuan positif
yang dimiliki klien
- Membantu klien
mempraktikkan
kemampuan positif
yang dimiliki

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


Senin, 27 Waham Kebesaran 1. Mengevaluasi ADL klien S: klien mengatakan memiliki
Mei 2013 2. Mendiskusikan pengalaman hobi
wahamnya tanpa Klien mengatakan suka
berargumentasi melakukan fitness selama di
3. Mendengarkan pernyataan rumah sakit
klien dengan empati tanpa Klien mengatakan anak
mendukung atau alien yang orang tuanya
menentang waham
tinggal di luar planet bumi
(mengatakan perawat
dapat memahami apa yang Klien mengatakan bekerja
diceritakan klien sebagai diplomatik
4. Mendiskusikan dengan O: klien bersedia untuk
klien hobi yang dimiliki berdiskusi tentang hobi
5. Mendiskusikan dengan yang dimiliki
klien kemampuan positif klien terlihat lebih tenang,
yang masih bisa dilakukan ekspresi tertawa berlebihan
di RS -klien mampu
6. Melatih satu kegiatan menceritakan hobi yang
bersama klien yang akan paling suka dilakukan
dilatih selama di rumah sakit
7. Mempraktikan kemampuan A: masalah teratasi sebagian
positif yang dimiliki klien P: - Mengevaluasi latihan
8. Memasukkan latihan fitness fitness
ke dalam jadwal kegiatan - Memotivasi klien
sehari-hari melakukan latihan fitness
9. Memberikan - Mempraktikkan hobi yang
reinforcement positif pada dimiliki klien
klien karena telah
melakukan fitness secara
baik

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


Sabtu, 1 Waham Kebesaran 1. Mengevaluasi latihan S: klien mengatakan memiliki
Juni 2013 fitness klien hobi selain fitness
2. Memotivasi klien Klien mengatakan bisa
melakukan latihan fitness setiap bermain tenis meja dan
sore hari badminton
3. Mendiskusikan dengan O: klien bersedia latihan
klien hobi selain fitness badminton dan tenis meja
4. Melatih dua kegiatan bersama perawat
bersama klien yang akan dilatih klien terlihat lebih tenang,
5. Mempraktikan hobi klien: ekspresi tertawa berlebihan
main badminton dan main tenis -klien mampu bermain
meja badminton dan tenis meja
6. Memasukkan latihan tenis dan bisa menang dari
meja ke dalam jadwal kegiatan perawat
sehari-hari A: masalah teratasi sebagian
7. Memberikan P: - Mengevaluasi latihan
reinforcement positif pada klien badminton dan tenis meja
karena telah menang dalam - Memotivasi klien
kompetisi main badminton dan
melakukan latihan
main tenis meja
badminton dan tenis meja
- Mendiskusikan tentang
obat yang diminum
- Melatih klien minum obat

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


Sabtu, 25 Waham Kebesaran 1. Mendiskusikan dengan klien S: Klien mengatakan dia
tentang kejadian traumatik
Mei 2013 merupakan kekasih Dian
yang menimbulkan rasa
takut, ansietas maupun Sastro yang telah
perasaan tidak dihargai. dijodohkan oleh orang
2. Mendiskusikan kebutuhan tuanya
atau harapan yang belum Klien mengatakan
terpenuhi mempunyai adik Asti
3. Mendiskusikan cara ananta
mengatasi kebutuhan yang
Klien mengatakan bahwa
tidak tepenuhi dan kejadian
yang traumatis dia pernah melihat
4. Mendengarkan pernyataan bayangan seperti hantu
klien dengan empati tanpa beberapa kali di rumah
mendukung atau menentang sakit tapi sekarang sudah
waham (mengatakan perawat tidak muncul lagi
dapat memahami apa yang
diceritakan klien
5. Mendiskusikan apakah ada O: klien bersedia untuk
halusinasi yang berdiskusi tentang
meningkatkan pikiran terkait perasaan, kegiatan yang
wahamnya dilakukan sehari-hari dan
6. Mendiskusikan dengan klien bayangan yang dilihat
antara kejadian-kejadian klien terlihat cemas dengan
halusinasi dengan wahamnya
tangan bergemetar
7. Mendiskusikan ADL yang
dilakukan klien setiap hari ekspresi tertawa berlebihan
8. Memberikan reinforcement klien mampu menceritakan
positif pada klien karena bayangan yang pernah
telah melakukan ADL secara dilihat
teratur A: masalah teratasi sebagian
P: Memotivasi klien
melakukan ADL
Mengevaluasi ADL yang
dilakukan klien
Berdiskusi tentang hobi
yang disukai dan bisa
dilakukan di rumah sakit

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


Senin, 3 Waham Kebesaran 1. Mengevaluasi latihan S: Klien mengatakan mau
Juni 2013 badminton dan tenis meja berinteraksi dan berdiskusi
klien dengan perawat tentang obat
yang diminum klien
2. Memotivasi klien melakukan
latihan badminton dan tenis Klien mengatakan senang
meja setiap sore hari setelah berdiskusi tentang obat
3. Mendiskusikan dengan klien yang diminum klien dengan
tentang obat yang diminum perawat
klien setiap hari
4. Melatih klien minum obat Klien mengatakan lebih tau
tentang obat setelah berdiskusi
dengan prinsip 5 benar
dengan perawat
5. Memasukkan minum obat ke
dalam jadwal kegiatan sehari- Klien mengatakan sejak dalam
hari kandungan minum obat flu
6. Memberikan reinforcement
positif pada klien karena Klien mengatakan harus
telah mau minum obat sesuai minum obat flu setiap hari
dengan petunjuk dokter karena kondisi badan yang
meriang, flu, demam setiap
hari

O: Klien bersedia berdiskusi


tentang obat yang diminum
klien

Klien terlihat lebih tenang

Ekspresi tertawa berlebihan

Klien mampu menyebutkan


nama obat yang diminum
walaupun agak terlihat lupa
dan kapan diminum obat

Klien terlihat antusias


membahas obat

A: Masalah teratasi sebagian


P: Memotivasi klien minum
obat
Mengevaluasi obat yang
diminum,kapan minum
obat,manfaat obat
Berdiskusi tentang obat
dengan membawa contoh
obat agar klien mudah ingat

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


Jum’at,7 RPK 1. Memberi kesempatan klien S: Klien mengatakan mau
Juni 2013
untuk mengungkapkan berinteraksi dan berdiskusi
perasaan dan pikirannya
dengan perawat tentang cara
2. Mendiskusikan dengan klien
pengalaman marah yang mengatasi kemarahan
dialami dengan konselor Klien mengatakan pusing
terkait masalah penyimpanan
ketika ditanya peristiwa
rokok secara diam-diam dan
konselor memutuskan untuk kemarahan terhadap konselor
member pelajaran Klien mengatakan tidak mau
3. Mendengarkan pernyataan melanjutkan pembicaraan
klien dengan empati tentang dengan perawat
marah yang dirasakan klien
4. Menanyakan alasan klien O: Nada suara klien terlihat
marah, bagaimana perasaan
tinggi
marah
Klien terlihat tidak senang
ketika ditanya peristiwa
kemarahan dengan konselor
Klien pergi meninggalkan
perawat
Klien terlihat gelisah

A: Masalah teratasi sebagian


P: Berdiskusi dengan klien
teknik napas dalam
Berdiskusi tentang cara
mengatasi marah yang
biasa dilakukan klien
Berdiskusi tentang
perasaan yang dialami klien
ketika marah

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


Selasa, 11 S:
Juni 2013 Waham Kebesaran 1. Mengevaluasi nama-nama
Klien mengatakan mau
obat yang diminum klien, waktu
diminum, kegunaannya berinteraksi dan berdiskusi
2. Memotivasi klien minum dengan perawat tentang obat
obat secara teratur dengan
yang diminum klien
petunjuk dokter
3. Mendiskusikan dengan Klien mengatakan senang
klien tentang obat yang diminum setelah berdiskusi tentang obat
klien setiap hari dengan contoh
yang diminum klien dengan
obat agar klien mudah mengingat
obat perawat
4. Melatih klien minum obat Klien mengatakan lebih tau
dengan prinsip 5 benar tentang obat setelah berdiskusi
5. Memasukkan minum obat dengan perawat
ke dalam jadwal kegiatan sehari-
hari O:
6. Memberikan Klien bersedia berdiskusi
reinforcement positif pada klien tentang obat yang diminum
karena telah mau minum obat
sesuai dengan petunjuk dokter klien
Klien terlihat lebih tenang
Ekspresi tertawa tidak
berlebihan
Klien mampu menyebutkan
nama obat yang diminum dan
warna obat,kapan minum obat,
kegunaan obat dan efek
samping minum obat
Klien terlihat antusias
membahas obat
A: Masalah teratasi sebagian
P: Memotivasi klien minum
obat
Mengevaluasi obat yang
diminum,kapan minum
obat,manfaat obat
Berdiskusi tentang teknik
napas dalam

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


S: Klien mengatakan mau
Senin, 17 Waham Kebesaran 1. Mengevaluasi minum obat
Juni 2013 berinteraksi dan berdiskusi
klien
dengan perawat tentang teknik
2. Mendiskusikan cara menahan
marah dg latihan tarik napas napas dalam
dalam Klien mengatakan senang
3. Melakukan latihan tarik napas
setelah berdiskusi tentang
dalam
4. Beri pujian atas kemampuan teknik napas dalam
yang telah dicapai. Klien mengatakan mau
5. Memasukkan latihan tarik
mempraktikkan teknik napas
napas dalam ke dalam jadwal
latihan dalam ketika di kamar
O: Klien bersedia berdiskusi
tentang teknik napas dalam
Klien terlihat lebih tenang
Ekspresi tertawa tidak
berlebihan
Klien mampu mempraktikkan
latihan teknik napas dalam
A: Masalah teratasi sebagian
P: Memotivasi klien
melakukan latihan napas
dalam
Mengevaluasi latihan napas
dalam yang telah dilakukan
klien selama perawat tidak
ada
Berdiskusi tentang
kebersihan diri

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


S: Klien mengatakan mau
Rabu, 19 DPD 1. Mendiskusikan dengan klien
Juni 2013 berinteraksi dan berdiskusi
alasan klien tidak mandi
dengan perawat tentang
2. Mendiskusikan dengan klien
manfaat menjaga kebersihan kebersihan diri
diri dan risiko jika tidak Klien mengatakan senang
menjaganya
setelah berdiskusi tentang
3. Memfasilitasi klien untuk
membersihkan diri dengan kebersihan diri
memberikan alat-alat mandi Klien mengatakan mau
seperti sabun, odol dan memasukkan jadwal mandi,
shampo menggosok gigi, keramas,
4. Mendiskusikan cara mandi, mencukur, gunting kuku
gosok gigi, keramas, O:
bercukur dan gunting kuku
Klien bersedia berdiskusi
5. Memberi kesempatan untuk
mengungkapkan perasannya. tentang kebersihan diri
6. Membantu klien Klien terlihat lebih tenang
mengungkapkan tanda-tanda Ekspresi tertawa tidak
orang yang tidak mandi
7. Memasukkan mandi, berlebihan
menggosok Klien terlihat antusias
gigi,menggunting kuku dan Klien mampu menyebutkan
bercukur ke dalam jadwal pengertian kebersihan diri,
harian cara mandi,alat-alat mandi,
keuntungan dan kerugian tidak
merawat diri
A: Masalah teratasi sebagian
P: Memotivasi klien untuk
melakukan perawatan
kebersihan diri
Mengevaluasi klien tentang
perawatan kebersihan diri
Terminasi dengan klien

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


Lampiran 6: Catatan Perkembangan Interaksi Tn. J dengan Waham Kebesaran

CATATAN PERKEMBANGAN INTERAKSI Tn. J dengan WAHAM KEBESARAN

Setelah 10 kali intervensi adanya waham kebesaran pada klien Tn. J berkurang

Waham Kebesaran 5 minggu

Minggu 1 Pertemuan 1

Senin, 20 Mei 2013

Data Subjektif Data Subjektif: 3 Positif : 1


Negatif: 2
Klien mengatakan mau untuk berinteraksi dengan perawat
Klien mengatakan dia bekerja sebagai dokter dan sesaat
sebelum diwawancarai dia mengaku telah melakukan
operasi pada pasien
Klien mengatakan bahwa dia memiliki 100 orang saudara
kandung
Data Objektif Data Objektif: 3 Negatif: 3
Perkataan klien adalah seorang dokter disampaikan
berulang-ulang selama berinteraksi
Klien mengungkapkan perasaan dan pikirannya tapi
tentang keyakinan memiliki kehebatan yang tidak sesuai
dengan realita klien sekarang
Klien mengungkapkan alasan dibawa ke rumah sakit
karena memakai narkoba tidak sesuai dengan alasan
sebenarnya (menurut Konselor, klien masuk ke rumah
sakit karena memukul tantenya)

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


Minggu 1 Pertemuan 2

Kamis, 23 Mei 2013

Data Subjektif Data Subjektif : 5 Positif: 2


Negatif: 3
Klien mengatakan bersedia untuk berdiskusi tentang
harapan yang belum terpenuhi
Klien mengatakan senang setelah bercerita dengan perawat
Klien mengatakan bekerja di perusahaan milik keluarga
yaitu perusahaan terkenal bank danamon
Klien mengatakan dia adalah Allah
Klien mengatakan memiliki api yang berada di tangannya
Data Objektif Data Objektif: 7 Positif 2
Negatif 5
Perkataan klien adalah Allah dan bekerja di bank
Danamon disampaikan berulang-ulang selama berinteraksi
Klien tampak meyakinkan perawat bahwa dia seorang
Tuhan dengan menunjukkan bahwa di tangannya ada api
padahal tidak ada
Klien mengungkapkan perasaan dan pikirannya tapi
tentang keyakinan memiliki kehebatan yang tidak sesuai
dengan realita klien sekarang
Klien terlihat lebih tenang
Ekspresi tertawa berlebihan
Klien mampu menceritakan ADL sehari-hari
Klien terlihat berpendirian teguh dan keras tentang
keyakinan yang salah

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


Minggu 1 Pertemuan 3

Sabtu, 25 Mei 2013

Data Subjektif Data Subjektif 4 Positif 2


Negatif 2
Klien mengatakan bersedia untuk berdiskusi tentang
harapan yang belum terpenuhi
Klien mengatakan senang setelah bercerita dengan perawat
Klien mengatakan dia merupakan kekasih Dian Sastro
yang telah dijodohkan oleh orang tuanya
Klien mengatakan mempunyai adik Asti ananta
Data Objektif Data Objektif 7 Positif 2
Negatif 5
Perkataan klien adalah kekasih Dian Satro dan memiliki
adik Asti Ananta disampaikan berulang-ulang selama
berinteraksi
Klien tampak meyakinkan perawat bahwa dia seorang
kekasih Dian Sastro dan memiliki adik Asti Ananta
Klien mengungkapkan perasaan dan pikirannya tapi
tentang keyakinan memiliki kekasih yang tidak sesuai
dengan realita klien sekarang
Klien terlihat lebih tenang
Ekspresi tertawa berlebihan
Klien mampu menceritakan ADL sehari-hari
Klien terlihat berpendirian teguh dan keras tentang
keyakinan yang salah

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


Minggu 2 Pertemuan 4

Senin, 27 Mei 2013

Data Subjektif Data Subjektif: 6 Positif: 2


Negatif:4
Klien mengatakan memiliki hobi
Klien mengatakan suka melakukan fitness selama di
rumah sakit
Klien mengatakan anak alien yang orang tuanya tinggal
di luar planet bumi
Klien mengatakan bekerja sebagai diplomatik
Klien mengatakan bahwa presiden di Indonesia ada 5
Klien mengatakan bahwa bapak Suharto masih hidup
Data Objektif Data Objektif: 5 Positif: 3
Negatif: 2
Klien bersedia untuk berdiskusi tentang hobi yang
dimiliki
Klien terlihat lebih tenang
Klien tampak meyakinkan perawat bahwa presiden di
Indonesia ada 3 orang
Ekspresi tertawa berlebihan
Klien mampu menceritakan hobi yang paling suka
dilakukan selama di rumah sakit

Minggu 2 Pertemuan 5

Sabtu, 1 Juni 2013

Data Subjektif Data subjektif 4 Positif 4


Klien mengatakan memiliki hobi selain fitness
Klien mengatakan bisa bermain tenis meja
Klien mengatakan bisa bermain badminton
Klien mengatakan senang setelah bisa bermain tenis meja
dan badminton bersama perawat

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


Data Objektif Data objektif 5 Positif 4
Negatif 1
Klien bersedia latihan badminton dan tenis meja bersama
perawat
Klien terlihat lebih tenang
Ekspresi tertawa berlebihan
Klien mampu bermain badminton dan tenis meja
Klien bisa menang dari perawat

Minggu 3 Pertemuan 6

Senin, 3 Juni 2013

Data Subjektif Data subjektif 5 Positif 3


Negatif 2
Klien mengatakan mau berinteraksi dan berdiskusi
dengan perawat tentang obat yang diminum klien
Klien mengatakan senang setelah berdiskusi tentang obat
yang diminum klien dengan perawat
Klien mengatakan lebih tau tentang obat setelah
berdiskusi dengan perawat
Klien mengatakan sejak dalam kandungan minum obat
flu
Klien mengatakan harus minum obat flu setiap hari
karena kondisi badan yang meriang, flu, demam setiap
hari
Data Objektif Data objektif 5 Positif 4
Negatif 1
Klien bersedia berdiskusi tentang obat yang diminum
klien
Klien terlihat lebih tenang
Ekspresi tertawa berlebihan
Klien mampu menyebutkan nama obat yang diminum
walaupun agak terlihat lupa dan kapan diminum obat
Klien terlihat antusias membahas obat

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


Minggu 3 Pertemuan 7

Jum’at, 7 Juni 2013

Data Subjektif Data Subjektif 3 Negatif 3


Klien mengatakan mau berinteraksi dan berdiskusi
dengan perawat tentang cara mengatasi kemarahan
Klien mengatakan pusing ketika ditanya peristiwa
kemarahan terhadap konselor
Klien mengatakan tidak mau melanjutkan pembicaraan
dengan perawat
Data Subjektif Data Objektif 4 Negatif 4
Nada suara klien terlihat tinggi
Klien terlihat tidak senang ketika ditanya peristiwa
kemarahan dengan konselor
Klien pergi meninggalkan perawat
Klien terlihat gelisah

Minggu 4 Pertemuan 8

Selasa, 11 Juni 2013

Data Subjektif Data subjektif 3 Positif 3


Klien mengatakan mau berinteraksi dan berdiskusi
dengan perawat tentang obat yang diminum klien
Klien mengatakan senang setelah berdiskusi tentang obat
yang diminum klien dengan perawat
Klien mengatakan lebih tau tentang obat setelah
berdiskusi dengan perawat
Data Objektif Data objektif 5 Positif 5
Klien bersedia berdiskusi tentang obat yang diminum
klien
Klien terlihat lebih tenang

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


Ekspresi tertawa tidak berlebihan
Klien mampu menyebutkan nama obat yang diminum
dan warna obat,kapan minum obat, kegunaan obat dan
efek samping minum obat
Klien terlihat antusias membahas obat

Minggu 5 Pertemuan 9

Senin, 17 Juni 2013

Data Subjektif Data subjektif 3 Positif 3


Klien mengatakan mau berinteraksi dan berdiskusi
dengan perawat tentang teknik napas dalam
Klien mengatakan senang setelah berdiskusi tentang
teknik napas dalam
Klien mengatakan mau mempraktikkan teknik napas
dalam ketika di kamar
Data Objektif Data objektif 4 Positif 4
Klien bersedia berdiskusi tentang teknik napas dalam
Klien terlihat lebih tenang
Ekspresi tertawa tidak berlebihan
Klien mampu mempraktikkan latihan teknik napas dalam

Minggu 5 Pertemuan 10

Rabu, 19 Juni 2013

Data Subjektif Data subjektif 3 Positif 3


Klien mengatakan mau berinteraksi dan berdiskusi
dengan perawat tentang kebersihan diri
Klien mengatakan senang setelah berdiskusi tentang
kebersihan diri
Klien mengatakan mau memasukkan jadwal mandi,

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013


menggosok gigi, keramas, mencukur, gunting kuku
Data Objektif Data objektif: 5 Positif 5
Klien bersedia berdiskusi tentang kebersihan diri
Klien terlihat lebih tenang
Ekspresi tertawa tidak berlebihan
Klien terlihat antusias
Klien mampu menyebutkan pengertian kebersihan diri,
cara mandi,alat-alat mandi, keuntungan dan kerugian
tidak merawat diri

Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013

Anda mungkin juga menyukai