Waham Dikonversi
Waham Dikonversi
MUTHMAINNAH
0806334142
MUTHMAINNAH
0806334142
Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga karya ilmiah akhir Ners yang berjudul Analisis
Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan pada Klien
Skizofrenia dengan Waham Kebesaran di Ruang Rehabilitasi RSKO Jakarta ini
dapat saya selesaikan. Penulisan ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas
akhir profesi pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Saya menyadari dalam penyusunan laporan karya ilmiah akhir Ners ini terdapat
banyak hambatan dan kesulitan. Namun, berkat bimbingan, dorongan, motivasi
dari berbagai pihak akhirnya saya dapat menyelesaikan laporan ini tepat waktu.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Ibu Dewi Irawaty, MA., PhD, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia;
2. Ibu Riri Maria, S.Kp., MANP selaku koordinator Mata Ajar Karya Ilmiah
Akhir Ners;
3. Ibu Novy Helena CD, SKp., M.Sc. selaku pembimbing yang tidak pernah
bosan memberikan bimbingan, masukan, motivasi kepada mahasiswa
bimbingannya;
4. Ibu Dewi Sartika, SKp., M.Kep., Sp.Kep. Jiwa dan ibu Widya Lolita, SKp.,
M.Kep. selaku pembimbing klinik yang telah memberikan ilmu ketika praktik
di RSKO Jakarta, masukan, motivasi kepada mahasiswa bimbingannya;
5. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan baik secara moral
maupun motivasi serta mendoakan demi kelancaran penyelesaian karya
ilmiah akhir ini. Terima kasih Ibunda Dra. Hj. Nur’aini HB dan Ayahanda
Drs. H. Saiful Amri yang telah memberikan restu dan doa yang begitu berarti
serta abang Aulia Fadhilah dan adik Qurrota A’yun;
6. Seluruh teman seperjuangan FIK 2008 PEDULI yang telah sama-sama
berjuangan menyelesaikan tugas akhir mata ajar karya ilmiah akhir Ners ini.
Terima kasih untuk kepedulian, canda-tawa, motivasi, dan kekompakan
iv
Saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan karya ilmiah akhir ini
masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Oleh karena itu, saran dan kritik
yang bersifat membangun sangat saya harapkan demi hasil yang lebih baik di
masa yang akan datang. Saya berharap semoga penyusunan karya ilmiah akhir
Ners ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di masa depan.
Penulis
v
Nama : Muthmainnah
Program studi : Profesi Keperawatan
Kata kunci:
Name : Muthmainnah
Keywords:
HALAMAN JUDUL................................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................................ iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .............................................................. vi
ABSTRAK .................................................................................................................. vii
ABSTRACT ................................................................................................................ viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... x
DAFTAR SKEMA ...................................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... xii
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................ 4
1.4 Manfaat Penulisan .......................................................................................... 5
ix
xi
Tn. J
Lampiran 6 Catatan Interaksi Perkembangan Tn. J
xii
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Setiap manusia yang hidup di dunia memiliki indikasi untuk mengalami
gangguan jiwa. Manusia mampu mengatasi gangguan jiwa dengan kapasitas
mental yang dimiliki. Namun, pada sebagian orang terkadang tidak mampu
menggunakan kapasitas mental secara maksimal sehingga timbullah gangguan
jiwa (Pieter, Janiwarti & Saragih, 2011).
Data status kesehatan jiwa di Indonesia dapat dilihat dari hasil riset kesehatan
dasar (Riskesdas, 2007) yang dilakukan oleh badan penelitian pengembangan
kesehatan Departemen Kesehatan menunjukkan prevalensi nasional gangguan
mental emosional (depresi dan kecemasan) pada penduduk berusia di atas 15
tahun mencapai 11,6% dari populasi orang dewasa atau diderita oleh sekitar
1,74 juta orang. Sedangkan dengan gangguan jiwa berat rata-rata sebesar
0,64% atau sekitar 1 juta penduduk. Sebanyak 14 provinsi mempunyai
prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk umur > 15 tahun di atas
prevalensi nasional yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Riau,
Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, JawaTimur, Nusa
Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,
Gorontalo dan Papua Barat.
Skizofrenia merupakan masalah jiwa yang umum terjadi di masyarakat saat ini.
Skizofrenia tergolong ke penyakit jiwa yang berat. Skizofrenia (skf) adalah
sindrom klinik termasuk gangguan psikotik yang paling sering dijumpai dan
merupakan masalah kesehatan masyarakat mayor. Skizofrenia dijumpai di
seluruh daerah di dunia ini dengan angka kejadian yang hampir sama.
Skizofrenia melibatkan 1% dari populasi umum, biasanya mulai sebelum usia
25 tahun. Skizofrenia yang bermula sebelum usia 10 tahun dan sesudah 60
tahun jarang sekali dijumpai (Lumbantobing, 2007)
Skizofrenia ditandai dengan dua kategori gejala utama yaitu gejala positif dan
gejala negatif. Gejala positif berfokus pada distorsi fungsi normal.Sedangkan
gejala negatif mengidentifikasi hilangnya fungsi normal. Gejala negatif yang
didapat klien berupa waham dan halusinasi (Copel, 2007 dalam Pieter,
Janiwarti & Saragih, 2011). Waham merupakan salah satu gejala negatif yang
umum terjadi pada klien dengan skizoprenia. Waham merupakan gangguan
proses pikir yaitu keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan
Universitas Indonesia
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realitas
sosial. Ada beberapa jenis waham yaitu waham kebesaran, waham
somatik,waham curiga, waham keagamaan dan waham nihilistik (Stuart &
Laraia, 2005).
Waham merupakan salah satu efek samping yang dirasakan klien akibat
penyalahgunaan narkoba. Stuart & Laraia (2005) dalam bukunya berjudul
Psychiatric Nursing, menyatakan definisi dari penyalahgunaan obat sebagai
penggunaan zat secara terus menerus bahkan sampai setelah terjadi masalah.
Ketergantungan zat menunjukkan kondisi yang parah dan sering dianggap
sebagai penyakit. Adiksi umumnya merujuk pada perilaku psikososial yang
berhubungan dengan ketergantungan zat. Gejala putus zat terjadi karena
kebutuhan biologi terhadap obat. Toleransi adalah peningkatan jumlah zat
untuk memperoleh efek yang diharapkan.Gejala putus zat dan toleransi
merupakan tanda ketergantungan fisik.
Universitas Indonesia
1.3 TujuanPenulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menganalisis intervensi keperawatan klien dengan
waham kebesaran di Ruang Rehabilitasi Rumah Sakit Ketergantungan
Obat Jakarta.
Universitas Indonesia
1.4.2.2 Klien
Karya ilmiah dapadtijadikan rujukan bagi klien dewasa untuk
mengenali masalah jiwa terutama waham kebesaran sehingga
nantinya klien dapat berorientasi realita secara bertahap.
Universitas Indonesia
pembicaraan orang atau berita serta peristiwa yang terjadi ditujukan terhadap
dirinya; c) Agresivitas dan sikap bermusuhan; d) Kecemasan dan kegelisahan;
e) Agitasi psikomotor (tidak dapat diam, tidak dapat tenang dan mudah
terprovokasi) (Hawari, 2006).
Keterangan :
Eksperimental: Kondisi pengguna taraf awal, yang disebabkan rasa ingin tahu
dari remaja. Sesuai kebutuan pada masa tumbuh kembangnya, klien biasanya
ingin mencari pengalaman yang baru atau sering dikatakan taraf coba-coba.
Universitas Indonesia
adanya toleransi dan sindroma putus zat (suatu kondisi dimana individu yang
biasa menggunakan zat adiktif secara rutin pada dosis tertentu menurunkan
jumlah zat yang digunakan atau berhenti memakai, sehingga menimbulkan
kumpulan gejala sesuai dengan macam zat yang digunakan. Sedangkan
toleransi adalah suatu kondisi dari individu yang mengalami peningkatan
dosis (jumlah zat), untuk mencapai tujuan yang biasa diinginkannya.
2.2 Skizofrenia
2.2.1 Definisi
Skizofrenia berasal dari kata yunani yang bermakna: schizo artinya
terbagi, terpecah dan prenia artinya pikiran. Jadi pikirannya terbagi atau
terpecah. Saat ini para ahli berpendapat pengertian penderita skizofrenia:
pikiran dan perilakunya tidak konsisten. Penderita tidak konsisten, tidak
rasional dan tidak pasti (Lumbantobing, 2007).
Universitas Indonesia
2.2.2 Klasifikasi
Menurut Copel, Durrand & Barlow, 2007 dalam Pieter, Janiwarti &
Saragih, 2011 tipe skizofrenia dikelompokkan atas lima bagian, yaitu:
a)Skizofrenia jenis tidak terorganisasi: gejala mayornya adalah waham
tidak sistematis, inkoheren, asosiasi lepas, perilaku umum tidak
terorganisasi, afeknya datar, tumpul atau tidak wajar; b)Katatonik:: gejala
mayornya adalah abnormalitas motorik, baik aktivitas yang berlebihan
atau terdapat inaktivitas, termasuk imobilitas, fleksibilitas seperti lilin
(menempatkan ekstremitasnya pada suatu sikap dan mempertahankannya
untuk beberapa waktu); c) Skizofrenia Paranoid: gejalanya adalah adanya
delusi kebesaran dan persekusi, mengalami halusinasi terutama pada
halusinasi pendengaran, mengalami gangguan psikomotor seperti stupor,
negativisme, rigiditas, postur aneh, agitasi dan mutisme (bisu),
mengalami ansietas dan suka marah-marah, selalu bersifat argumentatif,
hubungan interpersonal menguat, berpotensi berprilaku agresif pada diri
sendiri atau orang lain, keterampilan kognitif dan afektif tetap utuh,
menunjukkan hasil tes kognitif yang normal, memiliki persepsi superior
terhadap penyataan emosi, menunjukkan tingkat kesembuhan yang relatif
besar apabila dibandingkan dengan tipe-tipe gangguan skizofrenia
lainnya; d) Hebefrenia: ditandai deteriorasi, ditunjukkan oleh perilaku
kekanakan dan afek yang tidak wajar seperti tertawa, terkekeh atau
tingkah laku ritual; e) Simple (sederhana), terutama ditandai oleh
menyendiri dan afek yang datar
Ada 2 gejala yang dialami oleh penderita skizofrenia, yaitu gejala positif
dan gejala negatif. Gejala positif merupakan gejala akut dan sensasi
dialami oleh pasien, padahal tidak ada yang merangsang atau mengkreasi
sensasi tersebut, serta dapat timbul pikiran yang tidak dapat dikontrol
Universitas Indonesia
Menurut Copel, 2007 dalam Pieter, Janiwarti & Saragih, 2011, Delusi
atau waham adalah keyakinan oleh kebanyakan orang atau anggota
masyarakat sebagai misinterpretation terhadap realitas dari pengalaman
atau persepsi. Waham sering terjadi dalam bentuk penyiaran pikiran yaitu
mereka percaya bahwa pikiran pribadinya telah disiarkan ke dunia luar
dan mereka sering kali percaya bahwa perasaan, pikiran dan tindakan
bukan dilakukannya tetapi digerakkan oleh kekuatan-kekuatan eksternal.
Delusi pada klien skizofrenia sering berupa keyakinan yang tidak
realistis, ganjil dan tidak dimiliki orang lain.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.3 Waham
Keliat (2010) mendefinisikan waham sebagai suatu keyakinan yang salah
yang dipertahankan secara kuat/terus menerus, tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan. Menurut Stuart & Laraia (2005), waham dalah kepercayaan yang
salah terhadap obyek dan tidak konsisten dengan latar belakang intelektual
dan budaya. Selain itu, waham disebut juga dengan keyakinan yang salah,
tidak sesuai dengan kondisi obyektif, dipertahankan terus menerus.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Data-data yang perlu dikaji untuk klien dengan waham kebesaran adalah
(Keliat, 2010): klien memiliki pikiran/isi pikir yang berulang-ulang
diungkapkan dan menetap, klien takut terhadap objek atau situasi tertentu atau
cemas secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya, klien pernah
merasakan bahwa benda-benda di sekitarnya aneh dan tidak nyata, klien pernah
merasakan bahwa ia berada di luar tubuhnya, klien pernah merasa diawasi atau
dibicarakan oleh orang lain, klien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya
dikontrol oleh orang lain atau kekuatan dari luar, klien menyatakan bahwa ia
memiliki kekuatan fisik atau kekuatan lainnya atau yakin bahwa orang lain
dapat membaca pikirannya.
Universitas Indonesia
SP 3Pasien: Mengajarkan dan melatih minum cara minum obat yang benar
1) Pertahankan rasa percaya pasien
Tindakan keperawatan: mengucapkan salam dan memberi motivasi ,
assesment ulang latihan hobi yang dimiliki klien
Universitas Indonesia
2) Membuat kontrak ulang: berdiskusi tentang obat dan latihan cara minum
obat yang benar
3) Mendiskusikan tentang obat yang diminum
4) Melatih minum obat yang benar
Universitas Indonesia
Melihat kondisi kota yang semakin parah ini, akhirnya pada abad ke -19
muncul dua disiplin ilmu yang berguna dalam mengatasi masalah perkotaan,
yaitu urban planning (perencanaan kota) dan public health (kesehatan
masyarakat). Urban planning dikhususkan untuk meningkatkan kesejahteraan
individual dan masyarakat dengan menciptakan tempat yang lebih sehat,
efisien, menarik, dan adil (Kochtitzky, et al., 2006). Selain itu juga disiplin
ilmu ini mengkhususkan dirinya pada masalah seperti transportasi,
perumahan, area komersil, sumber daya alam, perlindungan lingkungan, dan
infrastruktur kesehatan. Sedangkan public health mengatasi masalah dengan
mengkaji dan memastikan keterjangkauan pelayanan kepada masyarakat.
Universitas Indonesia
Isu ras dan etnis sangat berpengaruh pada kesenjangan ini pada saat itu. ras
kulit putih seakan lebih diutamakan dalam pelayanan kesehatan dibandingkan
dengan ras kulit hitam.
Universitas Indonesia
Pada tahun 2006, dilaporkan bahwa 20% dari kasus kriminal remaja
diantaranya adalah kasus kekerasan seksual.72% mengaku terinspirasi dari
tayangan televisi, setelah membaca media cetak, atau menonton film
porno.Selain itu, kenakalan remaja juga merambah ke bangku sekolah.
Terbukti dengan banyaknya kasus tawuran antarpelajar di Ibu kota.
Universitas Indonesia
masa yang akan datang. Namun, di satu sisi anak-anak ini juga rentan
tertular berbagai penyakit dan mati kelaparan akibat tidak terjangkaunya
fasilitas kesehatan dan kebutuhan sehari-hari.
Universitas Indonesia
3.1 Pengkajian
Klien sudah dua kali dirawat di RSKO. Sebelumnya klien pernah mengalami
masalah yang sama, pernah menjalani pengobatan masalah kesehatan jiwa di
RSMM, namun tidak berhasil. Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga
yang mengalami masalah kejiwaan. Klien pernah memukul tantenya di rumah
karena tantenya menghina klien tersebut.
Klien merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Klien mengatakan dirinya
belum menikah dan klien mengatakan bahwa dia telah mempunyai calon istri
yang telah dijodohkan dari kecil yaitu Dian Sastrowardoyo yang merupakan
seorang aktris di Indonesia. Menurut penuturan konselor Z, konselor yang
bertanggung jawab atas klien, klien merupakan anak bungsu dari 3
bersaudara. Orang tua klien sudah meninggal keduanya dan menurut
penuturan beliau kakak laki-laki dan kakak perempuan klien tidak mau
mengurus klien di rumah sehingga klien masih menjalankan program
rehabilitasi di RSKO. Klien ingin terus meniti karir dan mencari penghasilan
yang banyak. Konselor Klien juga mengatakan dirinya memiliki hubungan
yang kurang baik dengan tantenya. Klien memiliki latar belakang pendidikan
SMA. Sebelum dirawat, klien mengatakan bahwa dia bekerja di perusahaan
keluarga, perusahaan yang terkenal di Jakarta yaitu Bank Danamon. Setelah
orang tua meninggal, klien tinggal bersama kakak laki-lakinya
21
dikaji masalah riwayat pemakaian NAPZA, klien berkata bahwa dia membeli
narkoba ke Afrika dan memakai pesawat karena klien mengatakan bahwa dia
orang kaya. Klien mengatakan bahwa dia sejak dalam kandungan telah
memakai narkoba dan dia juga menderita flu dan demam ketika masih berada
di perut ibu sehingga membutuhkan obat flu setiap hari. Interaksi kedua klien
mengatakan bahwa dirinya adalah Allah dan klien mengatakan bahwa dia
memiliki api di tangannya sebagai bukti bahwa dia merupakan Tuhan.
Pertemuan ketiga klien mengatakan bahwa di Indonesia terdapat beberapa
presiden dan dia bekerja sebagai diplomat, menurut klien tugas seorang
diplomat adalah membentangkan karpet merah ketika presiden datang.
Menurut klien, Presiden Soeharto memberikan jabatan kepada klien sebagai
diplomat dan menurut klien bapak Soeharto masih hidup. Klien selalu
mengatakan bahwa dirinya adalah seorang alien. Klien mengatakan dirinya
memiliki saudara kandung 150 orang. Klien juga mengatakan bahwa klien
tinggal di planet Mars bukan di planet Bumi. Klien juga mengatakan bahwa
Asty Ananta yang merupakan aktris terkenal di Indonesia adalah adik
kandung klien. Pada pertemuan berikutnya, klien menganggap perawat adalah
mama, klien memanggil perawat dengan kata “mama” Pernyataan-
pernyataan tersebut sering diulang dengan ekspresi tegang dan nada bicara
tinggi, serta mendominasi pembicaraan.
Ekspresi klien nampak sedih dan putus asa. Saat berinteraksi, tatapan klien
terlihat kosong dan kontak mata kurang. Klien memiliki keinginan pulang
yang tinggi, klien mengatakan sudah bosan tinggal di RSKO. Klien
mengatakan malas berdoa dan beribadah untuk meminta kesembuhan dan
bisa segera pulang karena klien merasa lelah. Namun klien mengakui kadang-
kadang menjalankan sholat karena keinginan sendiri atau diingatkan teman-
teman. Klien jarang dikunjungi oleh keluarga. Konselor klien juga membantu
klien untuk bisa “Home Live” (suatu program dari rehabilitasi yang
memfasilitasi klien untuk pulang ke rumah dalam beberapa hari dengan
tujuan agar klien bisa berinteraksi dan beradaptasi dengan keluarga sebelum
benar-benar pulang ke rumah). Klien tampak sangat senang setelah bisa
pulang ke rumah dalam 2 hari.
Universitas Indonesia
Klien lebih sering terlihat sendirian dan klien mengatakan malas untuk
berinteraksi dengan klien lain, karena menurutnya ngobrol dengan klien lain
tidak nyambung. Klien mengatakan dirinya sering melihat hantu dan
sejenisnya di ruangan rehabilitasi dan bisa muncul kapan saja apalagi ketika
malam hari, namun sekarang sudah tidak pernah melihat wujud yang aneh
lagi. Klien mengatakan saat di rumah halusinasinya tidak muncul. Klien
belum mampu mengenal halusinasi secara kognitif dan psikomotor untuk
mengontrol halusinasi, serta afektif masih perlu diajarkan.
Universitas Indonesia
Data Objektif: klien jarang berinteraksi dengan klien lainnya, klien bercerita
secara berulang-ulang, saat berinteraksi, klien mendominasi pembicaraan,
ekspresi klien tegang dan mudah tersinggung, nada bicara klien tinggi dan
berteriak.
3) Isolasi Sosial
Data Subjektif: klien mengatakan jarang berinteraksi dengan klien lainnya
karena malas, klien mengatakan lebih senang menyendiri dan berinteraksi
jika teman mengajak duluan
Data Objektif: klien tampak sering menyendiri, klien tampak lebih suka di
kamar dibandingkan bermain bola/badminton/tenis meja ketika sore hari,
klien sering terlihat jarang berbincang-bincang dengan orang lain, klien
Universitas Indonesia
Data Objektif: terlihat kaku, mata melotot, kadang gelisah, suka mondar-
mandir, klien berteriak
Data objektif: klien sering terlihat tertawa sendiri, respon klien berlebihan
dalam berbicara
Universitas Indonesia
Gangguan sensori
Gangguan proses pikir: persepsi: Halusinasi
Waham Kebesaran penglihatan
Diagnosis Keperawatan:
1) Gangguan proses pikir: waham kebesaran
2) Gangguan konsep diri: harga diri rendah
3) Isolasi sosial
4) Risiko Perilaku Kekerasan
5) Gangguan persepsi sensori: halusinasi penglihatan
Universitas Indonesia
ANALISIS SITUASI
Bab ini berisi tentang analisis situasi terkait pelaksanaan asuhan keperawatan
waham kebesaran pada Tn. J yang mengalami Skizofrenia Paranoid yang dirawat
di ruang rehabilitasi Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta. Analisis yang
dilakukan meliputi profil lahan praktek, analisis masalah keperawatan, analisis
intervensi, dan analisis terkait alternatif pemecahan masalah.
27
dengan keluarga dan dilingkungan sosial yang ada, namun masih dalam
lingkungan yang terkontrol pada program penyembuhan.
Ruangan Rehabilitasi dan MPE dikepalai oleh seorang kepala ruangan yaitu
bapak Ade Utama, Amd. kep dibantu dua orang ketua tim yaitu katim
ruangan rehabilitasi, ibu Nur Wahidah, Amd.kep dan ibu Ns. Ade Leana
Citra, S.Kep, serta dilengkapi dengan 15 orang perawat pelaksana.
Universitas indonesia
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
29
Waham kebesaran adalah individu meyakini bahwa dia adalah seseorang yang
memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan berulang kali tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan (Keliat, 2010). Waham dijelaskan Yosep (2009)
bahwa pada fase improving, tema waham yang muncul sering berkaitan dengan
traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai
yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi isi waham
dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk
mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya
keyakinan religiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar
serta ada konsekuensi sosial. Selain itu Stuart & Laraia (2005) juga
menyebutkan bahwa 90% orang yang menderita skizofrenia akan menunjukkan
gejala psikologi seperti waham.
Universitas indonesia
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
30
tempat tinggal, lingkungan sosial. Hal ini sesuai Galea dan Vlahov (2005),
faktor yang bertanggung jawab pada kesehatan warga kota antara lain
lingkungan fisik, lingkungan sosial, dan akses kesehatan serta pelayanan sosial.
komunitas masyarakat perkotaan ditandai dengan adanya dukungan sosial yang
negatif seperti konsumsi narkoba dan kelompok/gang dan kemiskinan.
Universitas indonesia
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
31
halnya istrinya klien mau saja. Tn. J juga pernah mengatakan pada perawat
bahwa ada orang yang ingin mencelakakan dirinya padahal sebenarnya tidak
ada, hanya ada di dalam pikiran Tn. J.
Faktor ketiga yang menyebabkan klien mengalami waham adalah faktor sosial
budaya. Kesepian yang dialami oleh klien akibat kehilangan kedua orang tua
karena meninggal. Stuart & Laraia (2005) menyebutkan bahwa seseorang yang
merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan timbulnya waham. Misalnya
kemiskinan, ketidakharmonisan sosial budaya, hidup terisolasi, stress menumpuk.
Klien dengan masalah waham kebesaran ini berada dalam tahap penyalahgunaan
NAPZA yang menganggu fungsi klien sebagai adik dalam keluarga, tetangga dalam
masyarakat dan belum sampai pada ketergantungan. Hal ini sepemahaman dengan
Yosep, 2007 yang berpendapat bahwa penyalahgunaan merupakan penggunaan zat
yang sudah cukup patologis, sudah mulai digunakan secara rutin, minimal
selama 1 bulan, sudah terjadi penyimpangan perilaku mengganggu fungsi
dalam peran di lingkungan sosial, pendidikan, dan pekerjaan. Sedangkan
ketergantungan dikatakan bila klien menggunakan cukup berat dan terdapat
tanda-tanda ketergantungan fisik dan psikologis.
Universitas indonesia
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
32
Universitas indonesia
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
33
Masalah-masalah jiwa hingga saat ini masih jarang dibahas pada sumber-
sumber rujukan dan jurnal keperawatan yang telah ada. Pendekatan asuhan
keperawatan biasanya lebih fokus pada masalah fisik yang dikeluhkan oleh
klien. Kondisi seperti ini semestinya sudah ditinggalkan oleh dunia
Universitas indonesia
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
34
Universitas indonesia
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
BAB 5
5.1 Kesimpulan
Skizofrenia merupakan penyakit yang hingga saat ini belum ditemukan
penyebab dan pengobatan terhadap penyakit ini. Penyakit ini banyak diderita
oleh masyarakat di Indonesia. Jumlah penderita Skizofrenia beberapa tahun
belakangan ini meningkat tajam. Penyakit ini biasanya menyerang penderita
pada usia sebelum 25 tahun dan jarang terjadi pada usia sebelum10 tahun dan
setelah 60 tahun. Saat ini penyakit Skizofrenia tidak hanya terbatas pada satu
kalangan masyarakat saja misalnya masyarakat miskin tetapi dapat juga
menyerang berbagai kalangan masyarakat menengah ke atas berhubungan
dengan kondisi lingkungan dan stressor. Masalah yang ditimbulkan oleh
penyakit ini tidak hanya berupa masalah psikis saja tetapi juga dapat berupa
masalah fisik, sosial, dan spiritual. Masalah-masalah tersebut perlu
diperhatikan dengan seksama agar keberhasilan pada program pengobatan
dan proses kesembuhan pasien dapat dicapai dengan lebih optimal.
Masalah jiwa yang dialami oleh penderita Skizofrenia dapat berupa waham,
gangguan konsep diri: harga diri rendah dan gangguan sensori persepsi:
halusinasi. Masalah-masalah ini secara umum dapat dikaitkan langsung
dengan kondisi penyakit itu sendiri, disertai pengaruh lingkungan yang
memberikan dampak besar terhadap persepsi dan cara individu bereaksi
terhadap suatu kondisi. Penanganan masalah jiwa pada penderita Skizofrenia
perlu mendapat perhatian khusus dari perawat yang memberikan askep
terhadap pasien dimanapun areal keperawatan tersebut dijalankan. Hal ini
dikarenakan masalah jiwa yang gagal diatasi sejak dini dapat menimbulkan
masalah jiwa yang lebih serius.
35 Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
36
5.2 Saran
5.2.1 Saran bagi keilmuan
Universitas indonesia
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
37
Universitas indonesia
Analisis praktik ..., Muthmainnah, FIK UI, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Ardani, T.A., Rahayu, I.T. & Sholichatun, Yulia. (2007). Psikologi Klinis. Yogyakarta: Graha
Ilmu
Carpenito, Lynda Jual. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10. (Asih, Yasmin,
Penerjemah). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Carter-Porras, O., & baquet, C. (2002). What is a “health disparity”? Public Health Reports,
117, 426-434
Corburn, J. (2004). Confronting The Challenges in Reconnecting Urban Planning and Public
Health. American Journal of Public Health, 94(4), 541-546
Depkes RI (2007). Riset kesehatan dasar. www.litbang.go.id diakses tanggal 3 Juli 2013
Doenges, M.E., Mooes, M.E., Moorhouse, M.F., Murr, A.C (2010). Nursing care plan:
Guidelines for individualizing client care across the life span. 8th edition. Philadelphia:
F.A Davis Company.
38
Pieter, H.Z., Janiwarti, B. & Saragih, M. (2011). Pengantar Psikopatologi untuk Keperawatan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Stuart, G.W. & Laraia, M.T. (2005). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. (7th ed). St
Louis: Mousby
WHO. (2005). The World Health Report: 2005: mental health: new Understanding, new hope.
www.who.int/whr/2005/en diakses tanggal 4 Juli 2013
WHO. e(2n0ta0l6H
).eM
alth Atlas . Ganeva : WHO
WHO. (2011). Substance Abuse. http://www.who.int/topics/substance_abuse/en/ diakses 28
Maret 2012)
WHO. (2010). Urbanization and communicable disease.
http://www.searo.who.int/worldhealthday2010/linkifiles/Fact-Sheets/fs-6.pdf . (diakses pada
14 Februari 2012, 14.07 WIB).
Wilkinson, J. M. & Ahern, N.R. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 9
(Wahyuningsih, Hesti, Penerjemah). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Yosep, I. (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung: Rafika Aditama.
Universitas Indonesia
LAPORAN PENDAHULUAN
Tanda dan gejala yang ditunjukkan waham kebesaran adalah keyakinan seseorang bahwa
dia memiliki kelebihan atau kekuatan luar biasa.
Akibat dari waham adalah kerusakan komunikasi verbal.
Mekanisme Koping
a. Regresi
b. Proyeksi
c. Menarik diri
d. Pada keluarga: mengingkari
Perilaku waham antara lain:
a. Waham agama: percaya bahwa seseorang menjadi kesayangan supranatural atau alat
supranatural
b. Waham somatik: percaya adanya gangguan pada bagian tubuh
c. Waham kebesaran: percaya memiliki kehebatan atau kekuatan luar biasa
d. Waham curiga: kecurigaan yang berlebihan atau irasional dan tidak percaya dg orang lain
e. Siar pikir: percaya bahwa pikirannya disiarkan ke dunia luar
f. Sisip pikir: percaya ada pikiran orang lain yang masuk dalam pikirannya
g. Kontrol pikir: merasa perilakunya dikendalikan oleh pikiran orang lain
Kategori waham:
Waham sistematis: konsisten, berdasarkan pemikiran mungkin terjadi walaupun hanya
secara teoritis.
Waham nonsistematis: tidak konsisten, yang secara logis dan teoritis tidak mungkin
Isolasi Sosial
DO:
- Klien jarang berinteraksi
dengan klien lainnya.
2. DS: Gangguan konsep diri: Harga diri
- Klien mengatakan bahwa ia rendah
kadang malu untuk
berinteraksi terlebih dahulu
dengan orang lain
- Klien mengatakan jarang
berinteraksi dengan klien
lainnya karena malas.
DO:
- Kurang berinisiatif
berinteraksi dengan orang
lain
- Klien lebih banyak diam
DO:
- Klien tampak sering
menyendiri dan duduk di
kamarnya
- Klien sering terlihat
tertunduk dan jarang
berbincang-bincang dengan
orang lain.
Diagnosa Keperawatan :
Waham kebesaran
Tujuan khusus:
Klien dapat menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
Tindakan keperawatan
1. Menjelaskan jenis-jenis obat yang diminum klien.
2. Mendiskusikan manfaat obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa seizin dokter
ORIENTASI
1. Salam terapeutik :
“Selamat pagi Mas J, masih ingat dengan Saya?Ya, benar saya perawat Muthmainnah. ”
2. Evaluasi/validasi :
“Bagaimana perasaan mas J pagi ini?Oh ya, bagaimana mas J latihan badminton dan tenis
meja sudah dilakukan?Bagus sekali!”
3. Kontrak :
“Baiklah, hari ini sesuai janji kemaren kita akan berbincang-bincang tentang obat yang
mas J minum. Dimana kita mau bicara?Berapa lama mas J mau berbicara?Bagaimana
kalau 30 menit?
KERJA
”Mas J, berapa macam obat yang diminum?Jam berapa saja obat diminum?” ”Mas J perlu
minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang. Obatnya ada 4 macam,
yang warna putih ini namanya THP gunanya agar mas J rileks, yang bewarna merah jambu
ini namanya HLP agar pikiran mas J tenang, yang warna merah ini namanya SF gunanya
agar mas J tidak lemah dan yang warna kuning namanya B complek gunanya mengurangi
stres. HLP dan THP diminum 2 kali sehari jam 7 pagi dan jam 7 malam, B complek
diminum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam, SF diminum 1 kali sehari
jam 7 malam. Jika nanti setelah minum obat ini mulut mas J terasa kering, untuk membantu
mengatasinya mas J bisa banyak minum. Sebelum minum obat ini, mas J cek dulu label di
plastik obat,apakah benar nama mas J tertulis disitu, berapa butir obat yang harus diminum,
jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar. ”
”Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus diminum dalam
waktu yang lama. Sebaiknya mas J tidak menghentikan sendiri obat yang harus diminum
sebelum membicarakannya dengan dokter agar penyakit mas J tidak kambuh lagi.”
b. Evaluasi objektif
“Apa saja nama obatnya?Jam berapa mas J minum obat?Mari kita masukkan pada
jadwal kegiatan mas J. Jangan lupa minum obatnya dan nanti setelah makan mas J
minta sendiri obatnya pada suster, jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan
ya mas J.”
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial :J Tanggal Pengkajian : 15 Mei 2013
Umur : 32 tahun RM. No. : 032086
Informan : Rekam medik, perawat,klien
Aniaya seksual
Penolakan
Tindakan kriminal
Sejak tahun 2011 hingga tahun 2013 klien sudah dua kali keluar masuk RSKO karena
sulit tidur, marah-marah, tidak melakukan perawatan diri sehari-hari seperti mandi
selama kurang lebih 1 bulan, suka melamun, diam dan ketawa sendiri, ingin memakai
shabu lagi, suggesti untuk memakai shabu dalam diri klien masih kuat. Pengobatan
sebelumnya tidak berhasil, klien baru pulang dari RSKO dan baru sehari di rumah, klien
marah-marah dan ingin memakai shabu, badan klien lemas,pinggang dan pantat ngilu
dan kaku. Dari hasil pengkajian, klien mengatakan pernah menjadi pelaku aniaya fisik
yaitu klien memecahkan kaca . Klien mengatakan tidak pernah mengalami aniaya
seksual, penolakan, ataupun tindakan kriminal.
IV. FISIK
1. Tanda Vital : TD: 120/70 mmHg N: 70 kali/menit S: 36,5°C P: 20
kali/menit
2. Ukur : TB: 168 cm BB: 60 kg
3. Keluhan fisik : Tidak ada
Jelaskan: Klien tidak mengeluh masalah kesehatan fisik.
Masalah Keperawatan:
Tidak ditemukan masalah keperawatan
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram :
Tn J
Keterangan
Klien merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara, klien mengatakan tinggal bersama kedua
orangtua dan kedua adiknya. Kedua orang tua klien telah meninggal dunia, menurut pernyataan
konselor klien. Klien mengatakan anggota keluarga yang paling dekat dengan klien adalah ibu
karena sering berbagi cerita dengan klien. Selama klien di rawat di rumah sakit, klien jarang
Masalah keperawatan:
Tidak ditemukan masalah keperawatan
2. Konsep diri:
a. Gambaran diri : Klien mengatakan tidak ada bagian tubuh yang tidak disukai,
klien mengatakan bagian tubuh yang paling disukai adalah
badan, karena menurut klien badannya six pack.
b. Identitas : Klien mampu menyebutkan namanya sendiri, jenis kelamin
dan usia. Klien mengatakan sebelum dirawat klien mengisi
waktunya dengan mengelola perusahaan keluarga yang
terkenal.
c. Peran : Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit klien mengurus
perusahaan milik keluarga,perusahaan tersebut terkenal di
Indonesia, klien menyebutkan BII merupakan perusahaan
miliknya.
d. Ideal diri : Klien mengatakan cita-cita klien ingin menjadi seorang
wiraswasta. Tahun 2011 klien sudah mulai di rawat pertama
kali di RSKO sehingga klien hanya menyelesaikan pendidikan
sampai tingkat SMA. Klien mengatakan harapannya saat ini
ingin sembuh, dan ingin segera pulang ke rumah. Saat perawat
menanyakan, jika klien sudah berada di rumah, kegiatan apa
yang akan dilakukan adalah “mengelola perusahaan milik
keluarga”. Terkait pekerjaan yang dapat dilakukan setelah
klien pulang, klien mengatakan melanjutkan perusahaan yang
dibangun oleh keluarga.
e. Harga diri : Klien mengatakan lulusan SMA, kegiatan sehari-hari
mengurus perusahaan orang tua dan dengan kondisi
berulangkali keluar masuk RSKO, klien tidak mau
berinteraksi duluan dengan orang lain dan terlihat lebih suka
sendirian
Masalah keperawatan:
Harga diri rendah
Masalah Keperawatan :
Isolasi Sosial
4. Spiritual:
a. Nilai dan keyakinan:
Klien mengatakan klien beragama Islam
b. Kegiatan ibadah:
Klien mengatakan di RSKO klien jarang sholat. Klien mengatakan ada teman yang
mengingatkan sholat, namun klien malas untuk mengerjakan sholat .
Masalah Keperawatan :
Distress spiritual
2. Pembicaraan
Cepat Keras Gagap Inkoheren
Apatis Lambat Membisu Tidak mampu memulai pembicaraan
Masalah Keperawatan:
Isolasi Sosial
3. Aktivitas Motorik
Lesu Tegang Gelisah Agitasi
Tik Grimasen Tremor Kompulsif
Jelaskan:
Jelaskan :
Klien gelisah, mondar mandir di teras, sering bengong, dan lama-kelamaan pandangan
berubah jadi melotot.
Masalah Keperawatan:
Risiko perilaku kekerasan
4. Alam Perasaan
Sedih Ketakutan Putus asa Kawatir Gembira berlebihan
Jelaskan:
Klien mengatakan sedih dan ingin segera pulang ke rumah.
Masalah Keperawatan :
Tidak ditemukan masalah keperawatan
5. Afek
Datar Tumpul Labil Tidak sesuai
Jelaskan:
Klien mengatakan perasaannya senang namun ekspresi wajah klien tampak berlebihan.
Klien mengatakan puas dan senang memiliki bagian tubuh yang masih serta ekspresi
wajah sesuai dengan kata-kata yang diucapkan secara verbal.
Masalah Keperawatan :
Harga diri rendah kronis
7. Persepsi
Pendengaran Penglihatan Perabaan
Pengecapan Penghidu
Jelaskan:
Klien dapat mempersepsikan sesuai dengan stimulus yang ada namun, pernah waktu
interaksi, klien mengatakan melihat api di tangannya padahal perawat tidak melihat dank
lien lain pun tidak melihat
Masalah Keperawatan :
Halusinasi: penglihatan
8. Proses Pikir
Sirkumstansial Tangensial Kehilangan asosiasi
Fligt of ideas Blocking Pengulangan pembicaraan/
perseverasi
Jelaskan:
Kata-kata yang diucapkan klien tidak sesuai dengan pertanyaan yang diberikan oleh
perawat dan berbelit-belit.
Masalah Keperawatan :
Waham kebesaran
9. Isi Pikir
Obsesi Fobia Hipokondria
Depersonalisasi Ide yang terkait Pikiran magis
Masalah Keperawatan :
Waham kebesaran
10. Waham
Agama Somatik Kebesaran Curiga
Nihilistik Sisip pikir Siar pikir Kontrol pikir
Jelaskan:
Klien tidak terorientasi dengan diri sendiri dan lingkungan sekitarnya, pada pertemuan
ketiga klien mengaku bahwa dia adalah Allah,pertemuan pertama klien mengaku sebagai
dokter,pertemuan kedua klien mengaku bahwa dia memiliki perusahaan yang terkenal
Masalah Keperawatan :
Waham kebesaran
Masalah Keperawatan :
Waham kebesaran
12. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang Gangguan daya ingat jangka pendek
Masalah Keperawatan :
Waham kebesaran
Masalah Keperawatan :
Tidak ditemukan masalah keperawatan
Masalah Keperawatan :
Tidak ditemukan masalah keperawatan
Masalah Keperawatan :
Tidak ditemukan masalah keperawatan.
Jelaskan:
Tidak ada masalah dalam pemenuhan kebutuhan makan, BAB/BAK, klien dapat
melakukannya semua secara mandiri.
Masalah Keperawatan :
Tidak ditemukan masalah keperawatan
3. Mandi
Bantuan minimal Bantuan total
4. Berpakaian/berhias
Bantuan minimal Bantuan total
5. Istirahat dan tidur
Tidur siang : hasil observasi klien tidur siang selama 2 jam dari jam 13.00-
15.00 sesuai dengan program spesial.
Tidur malam : jam 22.00 s/d 05.00
Kegiatan sebelum dan sesudah tidur : olahraga pagi, interaksi dengan perawat,
mencuci piring sesudah makan, mandi pagi dan sore, morning meeting, function
(bersih-bersih: menyapu, mengepel, mencucidan menjemur pakaian).
6. Penggunaan obat
Bantuan minimal Bantuan total
7. Pemeliharaan kesehatan
Ya Tidak
Perawatan lanjutan
Sistem pendukung
8. Kegiatan didalam rumah
Jelaskan: Klien sudah mampu melakukan kegiatan yang biasa dilakukan di dalam rumah
dulu dan masih bisa dilakukan di rumah sakit saat ini. Klien bisa menyapu, mengepel,
mencuci piring dan mencuci baju
Masalah Keperawatan :
Tidak ditemukan masalah keperawatan
Masalah Keperawatan:
Koping individu tidak efektif
Masalah Keperawatan:
Klien mengatakan bahwa klien kurang paham tentang obat-obatan.
Masalah Keperawatan:
Kurangnya pengetahuan klien terhadap obat-obatan
Data Masalah
1. Data Subjektif: Waham Kebesaran
- Klien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang
dokter dan baru selesai dari ruang operasi.
- Klien mengatakan bahwa dirinya adalah kekasih
Dian sastro yang telah dijodohkan oleh
keluarganya.
- Klien mengatakan bahwa dirinya adalah kakak Asti
ananta.
- Klien mengatakan bahwa dirinya adalah alient.
- Klien mengatakan bahwa dirinya bekerja sebagai
diplomat
Data Objektif:
Klien jarang berinteraksi dengan klien lainnya.
Data Objektif:
- Kurang berinisiatif berinteraksi dengan orang lain
- Klien lebih banyak diam
- Klien terlihat kurang percaya diri dalam bermain
badminton dan tenis meja
Data Objektif:
- Klien tampak sering menyendiri
- Klien tampak lebih suka di kamar dibandingkan
bermain bola/badminton/tenis meja ketika sore hari
- Klien sering terlihat jarang berbincang-bincang
dengan orang lain
Mahasiswa,
Muthmainnah
TUK 2: Setelah 4x interaksi Klien 2.1.1. Bantu klien untuk Mengidentifikasi hubungan klien
Klien dapatmenceritakan ide-ide dan mengungkapkan perasaan dan dengan lingkungan sekitar.
mengidentifikasi perasaan yang muncul secara pikirannya
perasaan yang berulang dalam perasaannya - Diskusikan pengalaman yang
muncul secara dialami selama ini termasuk
berulang dalam hubungan dengan orang yang
pikiran klien berarti, lingkungan dan kerja.
Menunjukkan perhatian.
- Dengarkan pernyataan klien
dengan empati tanpa
mendukung atau menentang Menunjukkan kepedulian
waham.
- Katakan perawat dapat
memahami apa yang
diceritakan klien.
TUK 3: Setelah 4x interaksi, klien dapat: 3.1.1. Bantu klien untuk Mengidentifikasi stresor waham.
Klien dapat 3.1. Dapat menyebutkan mengidentifikasi kebutuhan
mengidentifikasi kejadian-kejadian sesuai yang tidak terpenuhi serta
stressor atau urutan waktu serta harapan faktor pencetus waham.
pencetus atau kebutuhan dasar yang - Diskusikan tentang kejadian
wahamnya tidak terpenuhi. traumatik yang
3.2. Dapat menyebutkan menimbulkan rasa takut,
hubungan antara kejadian ansietas maupun perasaan Mengidentifikasi kebtuhan/harapan yg
traumatis atau kebutuhan tidak dihargai. blm terpenuhi.
tidak terpenuhi dengan - Diskusikan kebutuhan atau
wahamnya. harapan yang belum Klien bisa koping terhadap
terpenuhi. ketidakpuasan.
- Diskusikan cara mengatasi
P: - mengevaluasi ADL
klien
- Memotivasi klien untuk
melakukan ADL
sehari-
- Mengidentifikasi
kemampuan positif
yang dimiliki klien
- Membantu klien
mempraktikkan
kemampuan positif
yang dimiliki
Setelah 10 kali intervensi adanya waham kebesaran pada klien Tn. J berkurang
Minggu 1 Pertemuan 1
Minggu 2 Pertemuan 5
Minggu 3 Pertemuan 6
Minggu 4 Pertemuan 8
Minggu 5 Pertemuan 9
Minggu 5 Pertemuan 10