Anda di halaman 1dari 3

Konsep Pendidikan Karakter menurut Implementasi Kepemimpinan

Aspek kepemimpinan tradisional di sini berfokus kepada berbagai ajaran kepemimpinan yang
berlandaskan agama yang dikembangkan dalam kerajaan-kerajaan yang pernah ada di Indonesia, kita
ketahui bahwa urutan kerajaan yang mucul di Indoensia, di pulau Jawa khususnya, adalah kerajaan Hindu,
kerajaan Buddha, dan kerajaan Islam.
 Tradisi Agama Hindu
Ada 2 sumber ajaran Hindu terkait keutamaan karakter pemimpin, yang pertama adalah ajaran yang
dimuat dalam Negarakertagama karangan Empu Prapanca serta ajaran yang termaktub dalam Asta Brata.
Sumber Asta Brata yang terbesar di Jawa terutama pada lakon/cerita wayang. Lakon wayang tersebut terkait
dengan nasihat Sri Rama terhadap Gunawan Wibisana pada saat dilantik menajdi raja Alengka
menggantikan kakaknya Rahwana, serta wejangan Begawan Padmanaba kepada Arjuna dalam lakon Wahyu
Makutharama (Mahkota Rama).
Dari pupu-pupuh Negarakertagama disebut ada 15 karakter yang wajib dimiliki seorang pemimpin,
yakni:
1) Wijaya, bertindak penuh hikah dan berlaku tenang dalam menghadapi berbagai kesukaran dan tantangan
hidup.
2) Mantriwira, berani, pembela negara yang gagah berani.
3) Wicaksanengnaya, bijaksana dalam segala tindakan. Dalam arti penuh perhitungan, melakukan perenungan
sebelum berbuat sesuatu dan mengambil keputusan.
4) Matanggwan, bertanggung jawab dan amanah, memiliki responbilitas dan akuntabilitas yang tinggi dan
selalu menjunjung tinggi kepercayaan yang diberikan kepadanya.
5) Satyabhakti aprabhu, memiliki loyalitas dan dedikasi yang tinggi, bersifat setia kepada negara dan bangsa,
tulus ikhlas dalam mengabdi kepada bangsa dan negara.
6) Wagmiwak, pandai berkomunikasi, pandai berpidato dan menyakinkan orang tentang kebaikan gagasannya,
pandai bernegoisasi dan berdiplomasi mempertahankan keyakinannya.
7) Sarjjawopasama, rendah hati, tidak sombong, bermuka manis, ramah, tulus ikhlas, lurus, sabar, berbudi
luhur, beradab tinggi, sopan-santun.
8) Dhirotsaha, rajin bekerja dan sungguh-sungguh, pekerja kerasm tak mengenal lelah, teguh hati.
9) Tan lalana, bersifat riang gembiram humoris, jika susah tidak menampakkan kesedihannya walau
sebenarnya hatinya risau gundah-gulana karena memikirkan berbagai masalah kenegraan dan kehidupan.
10) Diwyacitra, demokratis, gemar musyawarah untuk mufakat, mencari konsensus, mau mendengarkan
pendapat dan keluh kesah orang lain.
11) Tan satrisna, tulus ikhlas, tidak memiliki pamrih pribadi, sangat menjaga nafsu birahi.
12) Sih samastabhuwana, menyayangi seluruh dunia beserta isinya/rahmatan ‘lil alaamin, memelihara dan
bersahabat dengan makhluk hidup dan seluruh lingkungan.
13) Ginong pratidna, selalu mengerjakan yang baik dan meninggalkan yang ma’ruf/amar ma’ruf nahi munkar,
tidak ada hari tanpa perbaikan.
14) Sumantrim menjadi karyawan yang senonoh, sempurna kelakuannya, tahu akan tugas, tidak membuang
waktu untuk segala sesuatu yang tidak berguna, tidak korupsi dan memanfaatkan jabatam, tidak
menyalahgunakan wewenang.
15) Anayajen musuh, bersifat kasih sayang bukan berarti lembek terhadap musuh yang akan menghancurkan
negara, tegas dan berani mengalahkan musuh, berjiwa satria.

Sedangkan dari ajaran Asta Brata (8 perilaku) yang membuat tamsil jiwa kepemimpinan berangkat dari
isi alam semesta, terjabarkan 8 karakter yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Karakter pemimpin
hendaknya menyerupai:
1) Surya, matahari. Sifatnya adalah tidak terburu-buru berjalan sesuai dengan ketentuan rendah hati, sabar
berhati-hati. Pemimpin hendaknya mampu menjadi sumber inspirasi, memberi gairah dan semangat kepada
yang dipimpinnya, ia harus berlaku adil seperti matahari yang menerangi semua orang.
2) Candra, bulan. Mampu diteladani, justru saat-saat krisis mampu menjadi bulan yang memberikan cahaya
orang-orang dalam keadaan gelap, memberi petunjuk dan arah untuk keluar dari kemelut dan situasi genting,
bilamana perlu mampu menjadi juru damai bagi yang sedang berkonflik.
3) Kartika, bintang. Pemimpin harus bersifat tegas, tidak mudah tergoda, tidak gentar menghadapi cobaan,
percaya diri, terus terang, tanpa ada yang ditutupi.
4) Bantala, bumi. Karakter bumi adalah sabar dan dermawan. Menawarkan kesejahteraan bagi sumua
makhluk. Seorang pemimpin yang membumi selalu tegas, konsisten, istiqamah, tak tergoyahkan, tetapi
bersahaja dan rendah hati.
5) Samudra, lautan. Dapat menjadi tumpahan keluh kesah seluruh anak buah, tanpa membeda-bedakan posisi
dan peranannya.
6) Maruta, samirana, angin. Simbol demokrasi, mempu menembus semua celah tatanan masyarakat, mampu
bergaul dengan siapa saja, mau memberikan kesejukan di mana saja dan kepada siapa saja.
7) Dahana, agni, geni, api. Bertindak tegas, tidak pandang bulu, sabar, ramah, hati-hati.
8) Tirta, banyu, air. Rendah hati, hidup dengan tujuan yang jelas, memberi inspirasi kepada semua orang dan
selalu memperjuangkan aspirasi pengikutnya.

 Tradisi Agama Buddha


Tradisi agama ini ada elemen kepemimpinan yang disebut dengan Dasa Raja Dhamma (sepuluh
kewajiban pemimpin) yang terdiri dari:
1) Dana, suka menolong orang, tidak kikir dan ramah tamah.
2) Sila, bermoral luhur, tidak membunuh, tidak menipu, tidak korupsi, tidak melakukan perbuatan asusila,
tidak berkata bohong, dan tidak minum-minuman keras.
3) Pariccaga, mau mengorbankan segala sesuatu demi kepentingan rakyat/bawahannya.
4) Ajjava, jujur dan ebrsih, bebas dari rasa takut dan tidak mempunyai kepentingan pribadi sewaktu
menjalankan tugas, bersih dan tidak menipu rakyat.
5) Maddava¸ramah tamah dan sopan santun, berwatak simpatik dan selalu ramah tamah.
6) Tapa, sederhana dan bersahaja, menjauhkan diri dari hidup yang berlebih-lebihan.
7) Akkodha, bebas dari rasa benci/keinginan jahat, tidak memiliki dendam terhadap siapa pun juga.
8) Avihimsa, tanpa kekerasan, tidak boleh menyakiti orang lain, harus menjaga perdamaian, mengelakkan
semua hal yang mengandung unsur kekerasan.
9) Khanti, sabar, rendah hati, mampu memanfaatkan kesalahan orang lain, penuh pengertian.
10) Avirodha, tidak menentang, tidak menghalang-halangi. Hidup bersatu dengan rakyat/bawahan, bertindak
sesuai dengan tuntutan hati nurani rakyat.

 Tradisi Agama Islam


Dalam ajaran agama Islam tentang kepemimpinan semua berinduk dari perilaku Nabi Muhammad Saw.
sebagai pemimpin yang mendapat gelar Al-Amin (seorang yang jujur dan dapat dipercaya). Beliau dikenal
memiliki karakter SAFT (shidiq, amanah, fathonah, dan tabligh). Itu adalah esensi ajaran kepemimpinan
Islam, sedangkan perincinya sebenarnya amat luas. Luasnya itu seperti jawaban Aisyah r.a. tatkala ditanya
seorang sahabat tentang bagaimana karakter Rasulullah. Secara ringkau beliau menjawab, karakter
Rasulullah adalah al-Qur’an. Jawaban ringkas, tetapi maknanya amat dalam dan luas. Secara garis besar
makna-makna karakter tersebut adalah sebagai berikut:
1) Shiddiq, bermakna kejujuran, yakni jujur di dalam ungkapan, sifat dan tindakan yang terkait dengan
tanggung jawabnya sebagai pemimpin. Shiddiq juga bermkna benar, seorang pemimpin seharusnya benar
dalam berbagai macam aspek, seperti akidah/keyakinannya, perilaku dan niatnya, sehingga ia layak dan
mampu menjadi uswah hasanah (teladan yang baik) bagi para pengikutnya.
2) Amanah, dapat dipercaya. Seorang pemimpin harus dapat dipercaya, sehingga dengan kepercayaan yang
dimilikinya, maka ia akan membawa organisasi yang dipimpinannya menjadi lebih baik. Amanah bagi
pemimpin dimaknai sebagai sebuah kepercayaan yang harus diemban dalam melaksanakan sesuatu tugas,
sehingga ia akan menjalaninya dengan konsekuen, konsisten/istiqamah, sepenuh hati, bersungguh-sungguh,
penuh loyalitas dan dedikasi.
3) Fathonah, cerdas, juga cerdik. Pemimpin harus memiliki kecerdasan yang komprehensif, tidak sekadar
cerdas secara intelektual, tetapi juga cerdas emosional, cerdas spiritual dan cerdas sosial. Harus memiliki
keagungan jiwa, kekokohan keyakinan, dan ketegaran batin, sehingga ia akan sukses memimpin
organisasinya. Dengan demikian, seorang yang fathonah akan bersikap bijak dan menjunjung tinggi
kebajikan.
4) Tabligh, menyampaikan perintah/sesuatu amanah yang dipercayakan kepadanya, atau aturan-aturan yang
berlaku di organisasinya kepada seluruh jajaran di bawahnya. Tabligh, juga bermakna membawa
transparansi/keterbukaan di dalam organisasi yang dipimpinnya.
Seorang pempimpim yang memiliki jiwa SAFT tersebut akan terbiasa bermusyawarah untuk mencapai
mufakat, dia terbiasa mengembangkan sikap saling berkasih sayang (tarrahum) antar-sesama manusia.
Dalam hubungan antar-manusia, ia akan melandasinya dengan 6 prinsip pokok, yaitu: persamaan/musawah,
persaudaraan/ukhuwah, cinta kasih/mahabbah, kedamaian/salim, tolong menolong/ta’awun, dan
toleran/tasamuh.

Anda mungkin juga menyukai