Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENGOBATAN HERBAL DALAM PELAYANAN


KEBIDANAN

Oleh :
FIKA HANDAYANI ( 19180012 )
MELANI MARANRESSY ( 19180010 )

UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA


PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
SEMESTER 1
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Tanpa pertolongan-
Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik dan atas
limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah ini sebagai tugas dari mata kuliah Farmakologi
Kebidanan.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran
yang membangun dari teman-teman untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membimbing kami dalam
menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Terimakasih.
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................4
A. Latar Belakang....................................................................................................................4
B. Tujuan Penulisan.................................................................................................................5
C. Manfaat Penulisan...............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................6
A. Terapi Komplementer.........................................................................................................6
B. Jenis-jenis Terapi Komplementer.......................................................................................7
C. Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan Komplementer............................................................8
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................10
A. Kesimpulan........................................................................................................................10
B. Saran..................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Paradigma pelayanan kebidanan saat ini telah mengalami pergeseran. Selama satu dekade
ini, asuhan kebidanan dilaksanakan dengan mengkombinasikan pelayanan kebidanan
konvensional dan komplementer, serta telah menjadi bagian penting dari praktek
kebidanan. Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh bidan yang telah terdaftar, dapat dilakukan secara mandiri,
kolaborasi dan rujukan kepada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir, bayi dan
anak, serta wanita usia reproduksi dan usia lanjut.
Penyelenggaraan pengobatan komplementer secara umum telah diatur dalam Keputusan
Menteri Kesehatan No.1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang pengobatan komplementer-
alternatif. Pelayanan kebidanan komplementer merupakan bagian dari penerapan
pengobatan komplementer dan alternatif dalam tatanan pelayanan kebidanan.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan, defenisi pengobatan komplementer dan
alternatif adalah pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan
kualitas, keamanan dan efektifitas yang tinggi. Bagi banyak bidan dan wanita, pelayanan
kebidanan komplementer adalah pilihan untuk mengurangi intervensi medis saat hamil dan
melahirkan, dan berdasarkan pengalaman hal tersebut cukup membantu. Namun, sebagian
besar terapi ini tidak dianggap bermakna dalam pengobatan konvensional. Hal ini
disebabkan oleh kelangkaan dalam hal bukti klinis dan informasi yang diterbitkan
sehubungan dengan efektivitas pelayanan kebidanan komplementer pada kehamilan,
persalinan dan nifas.
Pelaksanaan pelayanan kebidanan komplementer di Indonesia tidak hanya dilakukan oleh
sektor swasta/mandiri, namun juga pemerintah (Puskesmas dan Rumah Sakit). Akan tatapi,
pelaksanaan pada sektor pemerintah terhambat prosedur tetap yang masih harus mengacu
pada pelayanan kebidanan konvensional, sehingga pelaksanaan pelayanan kebidanan
komplementer lebih banyak dijumpai pada sektor swasta.
B. Tujuan Penulisan

Ø Untuk mengatahui sikap dan persepsi masyarakat terhadap pengobatan komplementer.


Ø Untuk meningkatkan pelayanan kebidanan dalam pengobatan komplementer.

C. Manfaat Penulisan

Ø Sebagai acuan dalam pengobatan komplementer yang berguna di masyakarat.


Ø Dapat memberikan kontribusi untuk program pengobatan komplementer.
Ø Dapat menjadi khasanah ilmu pengetahuan baik dalam bidang pelayanan kebidanan dan
kesehatan lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Terapi Komplementer

Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan dalam


pengobatan modern. Terapi Komplementer merupakan metode penyembuhan yang
caranya berbeda dari pengobatan konvensional di dunia kedokteran yang mengandalkan
obat kimia dan operasi, yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan. Komplementer adalah
penggunaan terapi tradisional ke dalam pengobatan modern. Terminologi ini dikenal
sebagai terapi modalitas atau aktivitas yang menambahkan pendekatan ortodoks dalam
pelayanan kesehatan. Terapi komplementer juga ada yang menyebutnya dengan
pengobatan holistik. Pendapat ini didasari oleh bentuk terapi yang mempengaruhi individu
secara menyeluruh yaitu sebuah keharmonisan individu untuk mengintegrasikan pikiran,
badan, dan jiwa dalam kesatuan fungsi.
Pendapat lain menyebutkan terapi komplementer dan alternatif sebagai sebuah domain luas
dalam sumber daya pengobatan yang meliputi sistem kesehatan, modalitas, praktik dan
ditandai dengan teori dan keyakinan, dengan cara berbeda dari sistem pelayanan kesehatan
yang umum di masyarakat atau budaya yang ada. Terapi komplementer dan alternatif
termasuk didalamnya seluruh praktik dan ide yang didefinisikan oleh pengguna sebagai
pencegahan atau pengobatan penyakit atau promosi kesehatan dan kesejahteraan.
Beberapa yang berhasil dibuktikan secara ilmiah misalnya terapi sentuhan untuk
meningkatkan relaksasi, menurunkan nyeri, mengurangi kecemasan, mempercepat
penyembuhan luka, dan memberi kontribusi positif pada perubahan psikoimunologik,
terapi pijat (massage) pada bayi yang lahir kurang bulan dapat meningkatkan berat badan,
memperpendek hari rawat, dan meningkatkan respons. Sedangkan terapi pijat pada anak
autis meningkatkan perhatian dan belajar. Terapi pijat juga dapat meningkatkan pola
makan, meningkatkan citra tubuh, dan menurunkan kecemasan pada anak susah makan,
Terapi kiropraksi terbukti dapat menurunkan nyeri haid dan level plasma prostaglandin
selama haid. Hasil lainnya yang dilaporkan misalnya penggunaan aromaterapi. Salah satu
aromaterapi berupa penggunaan minyak esensial berkhasiat untuk mengatasi infeksi
bakteri dan jamur. Minyak lemon thyme mampu membunuh bakteri streptokokus,
stafilokokus dan tuberkulosis. Tanaman lavender dapat mengontrol minyak kulit,
sedangkan teh dapat membersihkan jerawat dan membatasi kekambuhan.
Hasil-hasil tersebut menyatakan terapi komplementer sebagai suatu paradigma baru.
Bentuk terapi yang digunakan dalam terapi komplementer ini beragam sehingga disebut
juga dengan terapi holistik. Terminologi kesehatan holistik mengacu pada integrasi secara
menyeluruh dan mempengaruhi kesehatan, perilaku positif, memiliki tujuan hidup, dan
pengembangan spiritual. Terapi komplementer dengan demikian dapat diterapkan dalam
berbagai level pencegahan penyakit.

B. Jenis-jenis Terapi Komplementer


Terapi komplementer ada yang invasif dan non- invasif. Contoh terapi komplementer
invasif adalah akupuntur dan cupping (bekam basah) yang menggunakan jarum dalam
pengobatannya. Sedangkan jenis non-invasif seperti terapi energi (reiki, chikung, tai chi,
prana, terapi suara), terapi biologis (herbal, terapi nutrisi, food combining, terapi jus, terapi
urin, hidroterapi colon dan terapi sentuhan modalitas; akupresur, pijat bayi, refleksi, reiki,
rolfing, dan terapi lainnya.
Jenis-jenis terapi komplementer yang lebih spesifik, khususnya untuk terapi pijat/massage
dan penggunaan obat herbal/ramuan tradisional. Dari total responden yang melaksanakan
pelayanan kebidanan komplementer (14.4% dari 181 responden), sebanyak (80.8%)
menjalankan praktek massase/pijat, jenis-jenisnya meliputi: pijat oksitosin (47.6%), pijat
full body (33,3%), pijat bayi (81%), massage payudara (42.9%), dan massage perineum
(4.8%). Sedangkan sebanyak (11.5%) memberikan obat herbal/ramuan tradisional dengan
jenis: ekstrak daun katuk racikan (66.7%), dan jamu uyup-uyup (33.3%).
v Obat Herbal
Penggunaan obat herbal/ramuan tradisional dalam hal ini teridentifikasi dua jenis
ramuan, yaitu berupa ekstrak daun katuk dan jamu uyup-uyup. Ekstrak daun katuk
dan jamu uyup-uyup diberikan oleh bidan sebagai pendamping obat-obatan medis
yang umum diberikan selama masa nifas. Ekstrak daun katuk dan jamu uyup-uyup
berkhasiat untuk melancarkan dan meningkatkan produksi ASI. Daun katuk yang
diberikan bidan dalam sediaan ekstrak (pil), sedangkan jamu uyup-uyup dalam
sediaan cair. Daun katuk dapat mengandung hampir 7% protein dan serat kasar
sampai 19%. Daun ini kaya vitamin K, selain pro-vitamin A (beta-karotena), B, dan
C. Mineral yang dikandungnya adalah kalsium (hingga 2,8%), besi, kalium, fosfor,
dan magnesium. Warna daunnya hijau gelap karena kadar klorofil yang tinggi.
Daun katuk dapat digunakan untuk memperlancar produksi ASI. Diolah seperti
sayuran kangkung atau daun bayam, maupupun dalam bentuk ekstrak. Daun katuk
juga mengandung papaverina, suatu alkaloid yang juga terdapat pada candu
(opium). Konsumsi berlebihan dapat menyebabkan efek samping seperti keracunan
papaverin. Sedangkan jamu uyup-uyup merupakan istilah jamu (minuman obat
tradisional) di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Disebut juga jamu
“gepyokan”. Jamu uyup-uyup merupakan minuman obat herbal yang dibuat dari
tanaman rimpang yang diolah dalam bentuk simplisia, dalam keadaan utuh maupun
dihaluskan, kemudian direbus dan diambil sarinya. Kegunaannya adalah untuk
meningkatkan produksi ASI. Dalam tradisi jawa, jamu uyup-uyup masuk dalam
kategori jamu gendong, merupakan warisan leluhur budaya Jawa yang diturunkan
sejak jaman Majapahit. Bahan rimpang jamu uyup- uyup untuk melancarkan
produksi ASI terdiri atas: kencur, jahe, bangle, lengkuas, kunyit, temulawak,
puyang dan temugiring, dapat ditambah gula dan asam jawa atau jeruk nipis.

C. Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan Komplementer


Secara keseluruhan, komposisi bidan yang melaksanakan pelayanan kebidanan
komplementer lebih sedikit dibandingkan dengan bidan yang hanya melaksanakan
pelayanan kebidanan konvensional.
Pelaksanaan pelayanan kebidanan komplementer masih sangat sedikit. Hal tersebut dapat
dipengaruhi oleh banyak faktor, dimana semua faktor saling berkaitan erat satu dengan
yang lainnya. Pelayanan kebidanan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan secara
umum, dimana pokok-pokok pelaksanaannya telah diatur dalam Kepmenkes RI,
No.369/MENKES/SK/III/2007 tentang standar profesi bidan.
Pemberian pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang akan berdampak
pada jenis pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan. Jenis pemberian
pelayanan kesehatan berbasis pengobatan komplementer dan alternatif, penyelenggaraanya
telah diakui di Indonesia dan diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia (Kepmenkes RI) No.1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang penyelenggaraan
pengobatan komplementer-alternatif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian pelayanan kesehatan diantaranya yaitu ilmu
pengetahuan dan teknologi baru, pergeseran nilai pada masyarakat, aspek legal dan etik,
ekonomi, dan politik.
Agar dapat berhasil dalam menjalankan praktek kebidanan yang mandiri, maka bidan
dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang bermutu dan mempunyai keunggulan
dibanding dengan tempat lain. Menurut Moenir dalam Al-Assaf (2009), terdapat beberapa
faktor yang mendukung berjalannya suatu pelayanan dengan baik, yaitu aturan yang
menjadi landasan kerja pelayanan, organisasi profesi, keterampilan petugas dan sarana
prasarana. Hal-hal tersebut di atas akan melatar belakangi karakteristik subyek penelitian
yang akan digali dalam penelitian yang meliputi umur, pendidikan, lama praktek, serta
keikutsertaan dalam seminar/pelatihan dan tingkat pengetahuan.
Seorang bidan perlu mengetahui pentingnya terapi komplementer. Bidan perlu mengetahui
terapi komplementer diantaranya untuk membantu mengkaji riwayat kesehatan dan kondisi
pasien, menjawab pertanyaan dasar tentang terapi komplementer dan merujuk pasien untuk
mendapatkan informasi yang reliabel, memberi rujukan terapis yang kompeten, ataupun
memberi sejumlah terapi komplementer. Selain itu, bidan juga harus membuka diri untuk
perubahan dalam mencapai tujuan yang integratif.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke dalam pengobatan modern. Terapi


komplementer juga disebut dengan pengobatan holistik.
Penggunan terapi komplementer oleh Bidan masih sangat sedikit atau masih sangat
rendah. Penyebab masih rendahnya penggunaan terapi komplementer oleh bidan adalah
kurangnya akses bidan untuk menjangkau tercapainya pengetahuan dan keterampilan yang
baik tentang terapi komplementer.
Bidan perlu mengetahui terapi komplementer diantaranya untuk membantu mengkaji
riwayat kesehatan dan kondisi pasien, menjawab pertanyaan dasar tentang terapi
komplementer dan merujuk pasien untuk mendapatkan informasi yang reliabel, memberi
rujukan terapis yang kompeten, ataupun memberi sejumlah terapi komplementer. Bidan
yang melaksanakan pelayanan kebidanan komplementer lebih sedikit dibandingkan
dengan bidan yang hanya melaksanakan pelayanan kebidanan konvensional.

B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah diatas masih banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Kami akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada
banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun mengenai pembahasan makalah diatas, Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Kesehatan RI, No. : 1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang


penyelenggaraan pengobatan komplementer-alternatif di fasilitas pelayanan kesehatan.
Anonim. 2014. Tenaga Kerja. http://id.wikipedia.org/wiki/Tenaga_kerja.
Anonim. 2012. Pengobatan Komplementer Tradisional-Alternatif.
http://buk.depkes.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=66:
pengobatan-komplementer-tradisional-alternatif. Diunduh tanggal 15 Februari 2014, pukul
10.45.
Koc Z, Topatan S, Saqlam Z. 2012. Use and attitudes complementary and alternative
medicine among midwife in Turkey. European Journal of Obstetric&Gynecology and
Reproductive Biology Volume 160, Issue 2, Pages 131-136, February 2012.

Anda mungkin juga menyukai