Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karakter merupakan kunci kepemimpinan. Istilah karakter di anggap sama dengan


kepribadian. Kepribadian di anggap sebagai ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas
dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang di terima dari
lingkungan. Pada dasarnya karakter akan terbentuk bila aktifitas di lakukan berulang-
ulang secara rutin hingga menjadi suatu kebiasaan yang akhirnya tidak hanya menjadi
suatu kebiasaan tetapi sudah menjadi suatu karakter. Istilah karakter dalam bahasa yunani
dan latin berasal dari kata charassein yang artinya mengukir corak yang tetap dan tidak
terhapuskan. Karakter merupakan ciri khas seseorang dan karakter tidak dapat di lepaskan
dari konteks sosial budaya karena karakter terbentuk dalam lingkungan sosial budaya
tertentu. Watak atau karakter merupakan perpaduan dari segala tabiat manusia yang
bersifat tetap sehingga menjadi tanda khusus untuk membedakan orang yang satu dengan
yang lain.

Pemimpin adalah leader yang artinya bergerak lebih awal di depan. Manusia
mempelajari, mengarahkan pikiran, menggerakkan pikiran,pendapat,tindakan orang lain
kearah yang dikehedakinya karna pengaruh kepemimpinannya(hasanuddin,1982;28)

Seorang pemimpin yang baik adalah seorang yang memiliki kredibilitas artinya ia
dipercaya,dan memiliki tingkahlaku yang terpuji. Manusia juga memiliki pengetahuan
yang luas sehinga mampu menghadapi setiap problema yang ada,yang dapat di teladani
oleh masyarakat disekitarnya atau orang yang dipimpinnya/bawahannya.

Kepemimpinan seorang pemimpin sangat tergantung kepada kepribadian sang


pemimpin itu sendiri.pengalaman dan tingkat pendidikan yang dimiliki tidak lebih
daripada sebagai pelengkap belaka. Kepribadian seseorang menduduki peranan sangat
penting dalam banyak hal. Lelebih kalau orang itu memangku jabatan sebagain pemimpin
atau pimpinan. Karna kepribadian seseorang banyak pengaruhnya terhadap kebijak sanaan
dalam menunaikan tugasnya sebagai pemimpin atau pimpinan.(hasanuddin,1982;49).

Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang pegang pada nilai-nilai moral,etika yang
bersumber pada ajaran agama yang dianutnya. Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan
tugasnya dengan sempurna maka ia harus memiliki pedoman atau konsep-konsep yang
jelas dalam menjalankan kepemimpinannya di masyarakat, kantor ataupun instansi
pemerintah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep implementasi kepemimpinan dalam agama hindu?
2. Bagaimana konsep implementasi kepemimpinan dalam agama islam?
3. Bagaimana konsep implementasi kepemimpinan dalam agama budha?

C. Tujuan
1. Ingin mengetahui konsep implementasi kepemimpinan dalam agama hindu
2. Ingin mengetahui konsep implementasi kepemimpinan dalam agama budha
3. Ingin mengetahui konsep implementasi kepemimpinan dalam agama islam
BAB II

PEMBAHASAN

Aspek kepemimpinan tradisional di sini berfokus kepada berbagai ajaran


kepemimpinan yang berlandaskan agama yang dikembangkan dalam kerajaan-kerajaan yang
pernah ada di Indonesia, kita ketahui bahwa urutan kerajaan yang mucul di Indoensia, di
pulau Jawa khususnya, adalah kerajaan Hindu, kerajaan Buddha, dan kerajaan Islam.

1. Tradisi Agama Hindu


Ada 2 sumber ajaran Hindu terkait keutamaan karakter pemimpin, yang pertama adalah
ajaran yang dimuat dalam Negarakertagama karangan Empu Prapanca serta ajaran yang
termaktub dalam Asta Brata. Sumber Asta Brata yang terbesar di Jawa terutama pada
lakon/cerita wayang. Lakon wayang tersebut terkait dengan nasihat Sri Rama terhadap
Gunawan Wibisana pada saat dilantik menajdi raja Alengka menggantikan kakaknya
Rahwana, serta wejangan Begawan Padmanaba kepada Arjuna dalam lakon Wahyu
Makutharama (Mahkota Rama).
Dari pupu-pupuh Negarakertagama disebut ada 15 karakter yang wajib dimiliki seorang
pemimpin, yakni:
1) Wijaya, bertindak penuh hikah dan berlaku tenang dalam menghadapi berbagai
kesukaran dan tantangan hidup.
2) Mantriwira, berani, pembela negara yang gagah berani.
3) Wicaksanengnaya, bijaksana dalam segala tindakan. Dalam arti penuh perhitungan,
melakukan perenungan sebelum berbuat sesuatu dan mengambil keputusan.
4) Matanggwan, bertanggung jawab dan amanah, memiliki responbilitas dan akuntabilitas
yang tinggi dan selalu menjunjung tinggi kepercayaan yang diberikan kepadanya.
5) Satyabhakti aprabhu, memiliki loyalitas dan dedikasi yang tinggi, bersifat setia kepada
negara dan bangsa, tulus ikhlas dalam mengabdi kepada bangsa dan negara.
6) Wagmiwak, pandai berkomunikasi, pandai berpidato dan menyakinkan orang tentang
kebaikan gagasannya, pandai bernegoisasi dan berdiplomasi mempertahankan keyakinannya.
7) Sarjjawopasama, rendah hati, tidak sombong, bermuka manis, ramah, tulus ikhlas,
lurus, sabar, berbudi luhur, beradab tinggi, sopan-santun.
8) Dhirotsaha, rajin bekerja dan sungguh-sungguh, pekerja kerasm tak mengenal lelah,
teguh hati.
9) Tan lalana, bersifat riang gembiram humoris, jika susah tidak menampakkan
kesedihannya walau sebenarnya hatinya risau gundah-gulana karena memikirkan berbagai
masalah kenegraan dan kehidupan.
10) Diwyacitra, demokratis, gemar musyawarah untuk mufakat, mencari konsensus, mau
mendengarkan pendapat dan keluh kesah orang lain.
11) Tan satrisna, tulus ikhlas, tidak memiliki pamrih pribadi, sangat menjaga nafsu birahi.
12) Sih samastabhuwana, menyayangi seluruh dunia beserta isinya/rahmatan ‘lil alaamin,
memelihara dan bersahabat dengan makhluk hidup dan seluruh lingkungan.
13) Ginong pratidna, selalu mengerjakan yang baik dan meninggalkan yang ma’ruf/amar
ma’ruf nahi munkar, tidak ada hari tanpa perbaikan.
14) Sumantrim menjadi karyawan yang senonoh, sempurna kelakuannya, tahu akan tugas,
tidak membuang waktu untuk segala sesuatu yang tidak berguna, tidak korupsi dan
memanfaatkan jabatam, tidak menyalahgunakan wewenang.
15) Anayajen musuh, bersifat kasih sayang bukan berarti lembek terhadap musuh yang akan
menghancurkan negara, tegas dan berani mengalahkan musuh, berjiwa satria.

Sedangkan dari ajaran Asta Brata (8 perilaku) yang membuat tamsil jiwa kepemimpinan
berangkat dari isi alam semesta, terjabarkan 8 karakter yang harus dimiliki oleh seorang
pemimpin. Karakter pemimpin hendaknya menyerupai:
1) Surya, matahari. Sifatnya adalah tidak terburu-buru berjalan sesuai dengan ketentuan
rendah hati, sabar berhati-hati. Pemimpin hendaknya mampu menjadi sumber inspirasi,
memberi gairah dan semangat kepada yang dipimpinnya, ia harus berlaku adil seperti
matahari yang menerangi semua orang.
2) Candra, bulan. Mampu diteladani, justru saat-saat krisis mampu menjadi bulan yang
memberikan cahaya orang-orang dalam keadaan gelap, memberi petunjuk dan arah untuk
keluar dari kemelut dan situasi genting, bilamana perlu mampu menjadi juru damai bagi yang
sedang berkonflik.
3) Kartika, bintang. Pemimpin harus bersifat tegas, tidak mudah tergoda, tidak gentar
menghadapi cobaan, percaya diri, terus terang, tanpa ada yang ditutupi.
4) Bantala, bumi. Karakter bumi adalah sabar dan dermawan. Menawarkan kesejahteraan
bagi sumua makhluk. Seorang pemimpin yang membumi selalu tegas, konsisten, istiqamah,
tak tergoyahkan, tetapi bersahaja dan rendah hati.
5) Samudra, lautan. Dapat menjadi tumpahan keluh kesah seluruh anak buah, tanpa
membeda-bedakan posisi dan peranannya.
6) Maruta, samirana, angin. Simbol demokrasi, mempu menembus semua celah tatanan
masyarakat, mampu bergaul dengan siapa saja, mau memberikan kesejukan di mana saja dan
kepada siapa saja.
7) Dahana, agni, geni, api. Bertindak tegas, tidak pandang bulu, sabar, ramah, hati-hati.
8) Tirta, banyu, air. Rendah hati, hidup dengan tujuan yang jelas, memberi inspirasi
kepada semua orang dan selalu memperjuangkan aspirasi pengikutnya.

2. Tradisi Agama Buddha


Tradisi agama ini ada elemen kepemimpinan yang disebut dengan Dasa Raja Dhamma
(sepuluh kewajiban pemimpin) yang terdiri dari:
1) Dana, suka menolong orang, tidak kikir dan ramah tamah.
2) Sila, bermoral luhur, tidak membunuh, tidak menipu, tidak korupsi, tidak melakukan
perbuatan asusila, tidak berkata bohong, dan tidak minum-minuman keras.
3) Pariccaga, mau mengorbankan segala sesuatu demi kepentingan rakyat/bawahannya.
4) Ajjava, jujur dan ebrsih, bebas dari rasa takut dan tidak mempunyai kepentingan pribadi
sewaktu menjalankan tugas, bersih dan tidak menipu rakyat.
5) Maddava¸ramah tamah dan sopan santun, berwatak simpatik dan selalu ramah tamah.
6) Tapa, sederhana dan bersahaja, menjauhkan diri dari hidup yang berlebih-lebihan.
7) Akkodha, bebas dari rasa benci/keinginan jahat, tidak memiliki dendam terhadap siapa
pun juga.
8) Avihimsa, tanpa kekerasan, tidak boleh menyakiti orang lain, harus menjaga
perdamaian, mengelakkan semua hal yang mengandung unsur kekerasan.
9) Khanti, sabar, rendah hati, mampu memanfaatkan kesalahan orang lain, penuh
pengertian.
10) Avirodha, tidak menentang, tidak menghalang-halangi. Hidup bersatu dengan
rakyat/bawahan, bertindak sesuai dengan tuntutan hati nurani rakyat.

3. Tradisi Agama Islam


Dalam ajaran agama Islam tentang kepemimpinan semua berinduk dari perilaku Nabi
Muhammad Saw. sebagai pemimpin yang mendapat gelar Al-Amin (seorang yang jujur dan
dapat dipercaya). Beliau dikenal memiliki karakter SAFT (shidiq, amanah, fathonah, dan
tabligh). Itu adalah esensi ajaran kepemimpinan Islam, sedangkan perincinya sebenarnya
amat luas. Luasnya itu seperti jawaban Aisyah r.a. tatkala ditanya seorang sahabat tentang
bagaimana karakter Rasulullah. Secara ringkau beliau menjawab, karakter Rasulullah adalah
al-Qur’an. Jawaban ringkas, tetapi maknanya amat dalam dan luas. Secara garis besar makna-
makna karakter tersebut adalah sebagai berikut:
1) Shiddiq, bermakna kejujuran, yakni jujur di dalam ungkapan, sifat dan tindakan yang
terkait dengan tanggung jawabnya sebagai pemimpin. Shiddiq juga bermkna benar, seorang
pemimpin seharusnya benar dalam berbagai macam aspek, seperti akidah/keyakinannya,
perilaku dan niatnya, sehingga ia layak dan mampu menjadi uswah hasanah (teladan yang
baik) bagi para pengikutnya.
2) Amanah, dapat dipercaya. Seorang pemimpin harus dapat dipercaya, sehingga dengan
kepercayaan yang dimilikinya, maka ia akan membawa organisasi yang dipimpinannya
menjadi lebih baik. Amanah bagi pemimpin dimaknai sebagai sebuah kepercayaan yang
harus diemban dalam melaksanakan sesuatu tugas, sehingga ia akan menjalaninya dengan
konsekuen, konsisten/istiqamah, sepenuh hati, bersungguh-sungguh, penuh loyalitas dan
dedikasi.
3) Fathonah, cerdas, juga cerdik. Pemimpin harus memiliki kecerdasan yang
komprehensif, tidak sekadar cerdas secara intelektual, tetapi juga cerdas emosional, cerdas
spiritual dan cerdas sosial. Harus memiliki keagungan jiwa, kekokohan keyakinan, dan
ketegaran batin, sehingga ia akan sukses memimpin organisasinya. Dengan demikian,
seorang yang fathonah akan bersikap bijak dan menjunjung tinggi kebajikan.
4) Tabligh, menyampaikan perintah/sesuatu amanah yang dipercayakan kepadanya, atau
aturan-aturan yang berlaku di organisasinya kepada seluruh jajaran di bawahnya. Tabligh,
juga bermakna membawa transparansi/keterbukaan di dalam organisasi yang dipimpinnya.

Seorang pempimpim yang memiliki jiwa SAFT tersebut akan terbiasa bermusyawarah
untuk mencapai mufakat, dia terbiasa mengembangkan sikap saling berkasih sayang
(tarrahum) antar-sesama manusia. Dalam hubungan antar-manusia, ia akan melandasinya
dengan 6 prinsip pokok, yaitu: persamaan/musawah, persaudaraan/ukhuwah, cinta
kasih/mahabbah, kedamaian/salim, tolong menolong/ta’awun, dan toleran/tasamuh.
BAB III

PENUTUP

Simpulan

Perilaku yang baik wajib dilakukan oleh setiap orang. Demikian pula halnya seoarang
pemimpin, karena pemimpin akan menjadi panutan, teladan dan contoh bagi yang di
pimpinnya. Masyarakat akan hidup sejahtera apabila pemimpin berilaku yang baik sesui
dengan ajaran agama masing-masing.

Agama hindu maupun mempunyai konsep yang jelas tentang seorang pemimpin yaitu
bahwa seorang pemimpin hendaknya bersikap bijaksana, tidak membeda-bedakan waarga
yang di pimpinnya, bersikap adil dalam memimpin maupun bertindak (menghukum yang
melanggar aturan), berbicara tegas dan selalu menepati janji. Seorang pemimpin harus
memiliki perhatian terhadap masyarakat mengenai, kesejahteraan hidupnya, pendidikannya
dan keamanannya.

Disamping itu untuk menjadi pemimpin yang baik dan di sukai oleh rakyat, maka pemimpin
harus menjauhkan diri dari sikap dan tindakan kekerasan. Seorang pemimpin hendaknya
bersikap lemah lembut, mempunyai tutur kata yang baik. Hendaknya selalu menjaga
persahabatan dengan masyarakat dalam pemimpin hendaknya mampu membina bawahannya
menjadi mahir, besemangat, pekerja loyal dan bermoral tinggi juga kita membangkitkan
kekuatan nasional dan emosional yang positif dan pemimpin mampu mengembangkan
segenap potensi dalam iklim sosial yang menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai