Anda di halaman 1dari 17

KONSEP STRESS DAN ADAPTASI

A. DEFINISI STRESS

Kata stres telah sering kita dengar dalam kehidupan sehari-


hari, stress merupakan salah satu gejala psikologis yang dapat
menyerang setiap orang. Stres dapat timbul karena adanya
konflik dan frustrasi.
Konsep diri mempunyai banyak pengertian dari beberapa ahli

. Berikut beberapa definisi konsep diri dari beberapa ahli :

1. Stress adalah segala situasi di mana tuntutan dan


nonspisifik mengaharuskan seorang individu untuk berespon
atau melakakan tindakan (Selye, 1976 dalam buku
Fundamental keperawatan edisi 4 : 476 )
2. Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang
disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan, yang
dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun penampilan individu
di dalam lingkungan tersebut ( Vincent Cornelli,
sebagaimana dikutip oleh Grant Brecht 2000 )
Jadi, stress adalah gangguan pada tubuh dan fikiran yang di
sebabkan oleh perubahan dan tuntutan sosial yang
mengaharuskan seorang individu untuk berespon atau
melakukan tindakan.

B. MACAM – MACAM STRESOR

Stressor adalah stimulus yang mengawali atau mencetuskan


perubahan. Stressor menunjukkan suatu kebutuhan yang tidak
terpenuhi dan kebutuhan tersebut bisa saja kebutuhan
fisologis, psikologis, sosial, lingkungan, perkembangan,
spiritual, dan kultural.

Dalam Fundamental keperawatan edisi 4 di jelaskan dapat di


klasifikasikan sebagai berikut :
1. Stressor internal
Stressor internal berasal dari dalam diri seseorang ( misalnya
demam, kehamilan, menopause, atau keadaan emosi dan rasa
bersalah ).
2. Stressor eksternal
Stressor eksternal berasal dari luas diri seseorang ( misalnya
perubahan bermakana dalam suhu lingkungan, perubahan
dalm peran keluarga dan sosial, atau tekanan dari pasangan.

C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRESS

Kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan stress disebut


stressors. Meskipun stress dapat diakibatkan oleh hanya satu
stressors, biasanya stress karena kombinasi stressors.

1. Menurut Grant Brecht (2000), penyebab dari stress


dibedakan menjadi dua macam :

a. Penyebab makro, yaitu menyangkut peristiwa besar


dalam kehidupan, seperti kematian, perceraian, pension, luka
batin, dan kebangkrutan.
b. Penyebab mikro, yaitu menyangkut peristiwa kecil sehari-
hari, seperti pertengkaran rumah tangga, beban pekerjaan,
masalah apa yang akan dimakan, dan antri.

1) Sumber stresor

Sumber stresor merupakan asal dari penyebab suatu stres


yang dapat mempengaruhi sifat dari stresor seperti lingkungan,
baik secara fisik, psikososial maupun spiritual :
a)Sumber Stres di Dalam Diri
Sumber stres dalam diri sendiri pada umumnya dikarenakan
konflik yang terjadi antara keinginan dan kenyataan berbeda,
dalam hal ini adalah berbagai permasalahan yang terjadi yang
tidak sesuai dengan dirinya dan tidak mampu diatsi, maka
dapat menimbulkan suatu stres

b) Sumber Stres di Dalam Keluarga

Stres ini bersumber dari masalah kelurga ditandai dengan


adanya perselisihan masalah keluarga, masalah keuangan
serta adanya tujuan yang berbeda diantara keluarga
permasalahan ini akan selalu menimblkan suatu keadaan yang
dinamakan stress.

c)Sumber Stres di Dalam Lingkungan


Sumber stres ini dapat terjadi di lingkungan atau masyarakat
pada umumnya, seperti lingkungan pekerjaan, secara umum
disebut sebagai stres pekerja karena lingkungan fisik,
dikarenakan kurangnya hubungan interpersonal serta
kurangnya adanya pengakuan di masyarakat sehingga tidak
dapat berkembang.

D. MACAM – MACAM STRESS

Kusmiati dan Desminiarti (1990), berdasarkan penyebabnya


stress dapat digolongkan menjadi :
1. Stres fisik
Stres yang disebabkan karena keadaan fisik seperti karena
temperatur yang tinggi atau yang sangat rendah, suara yang
bising, sinar matahari atau karena tegangan arus listrik.
2. Stres kimiawi
Stres ini disebabkan karena zat kimia seperti adanya obat-
obatan, zat beracun asam basa, faktor hormon atau gas dan
prinsipnya karena pengaruh senyawa kimia.
3. Stres mikrobiologik
Stres ini disebabkan karena kuman seperti adanya virus,
bakteri, atau parasit.
4. Sres fisiologik
Stres yang disebabkan karena gangguan fungsi organ tubuh
dsiantaranya gangguan dari struktur tubuh, fungsi jaringa,
organ dan lain-lain.
5. Stres proses pertumbuhan dan perkembangan
Stres yang disebabkan karena proses pertumbuhan dan
perkemabangan seperti pada pbertas, perkawinan dan proses
lanjut usia.
6. Stres psikis atau emosional
Stres yang disebabkan karena gangguan situasi psikologis
atau ketidakmampuan kondisi psikologis untuk menyesuaikan
diri seperti hubungan interpersonal, sosial budaya stau faktor
keagamaan.

E. RESPON FISIOLOGIS TERHADAP STRESS

Riset klasik yang dilkaukan oleh selye 1976 dalam


Fundamental keperawatan telah mengidentifikasikan dua
respon fisiologis terhadap stress :
a. Local Adaptation Syndrom (LAS)Tubuh menghasilkan
banyak respons setempat terhadap stress. Respon setempat
ini termasuk pembekuan darah dan penyembuhan luka,
akomodasi mata terhadap cahaya, dan lain - lain. Responnya
berjangka pendek.
b. General Adaptation Syndrom (GAS)

a) Fase Alarm ( Waspada) Melibatkan pengerahan


mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk
menghadapi stressor. Reaksi psikologis “fight or flight” dan
reaksi fisiologis. Tanda fisik : curah jantung meningkat,
peredaran darah cepat, darah di perifer dan gastrointestinal
mengalir ke kepala dan ekstremitas. Banyak organ tubuh
terpengaruh, gejala stress memengaruhi denyut nadi,
ketegangan otot dan daya tahan tubuh menurun.
b) Fase Resistance (Melawan) Individu mencoba berbagai
macam mekanisme penanggulangan psikologis dan
pemecahan masalah serta mengatur strategi. Tubuh berusaha
menyeimbangkan kondisi fisiologis sebelumnya kepada
keadaan normal dan tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor
penyebab stress. Bila teratasi à gejala stress menurun àtau
normal
c) Fase Exhaustion (Kelelahan) Merupakan fase
perpanjangan stress yang belum dapat tertanggulangi pada
fase sebelumnya. Energi penyesuaian terkuras. Timbul gejala
penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti sakit kepala,
gangguan mental, penyakit arteri koroner, dll. Bila usaha
melawan tidak dapat lagi diusahakan, maka kelelahan dapat
mengakibatkan kematian.

Sedangkan menurut Dadang Hawari (2001)


respon tehadap stress dapat mengenai hampir seluruh sistem
tubuh, seperti :
a) Perubahan warna rambut dari hitam menjadi kecoklat-
coklatan, ubanan atau kerontokan.
b) Gangguan ketajaman penglihatan.
c) Thinitus (pendengaran berdenging)
d) Daya mengingat, konsentrasi, dan berpikir menurun.
e) Wajah tegang, serius, tidak santai, sulit tersenyum, dan
kedutan pada kulit wajah (tic facialis).
f) Bibir dan mulut terasa kering, tenggorokan terasa
tercekik.
g) Kulit dingin atau panas, banyak berkeringat, kulit kering
timbul eksim, biduran (urtikaria), gatal-gatal, tumbuh jerawat
(acne), telapak tangan dan kaki berkeringat dan kesemutan.
h) Napas terasa berat dan sesak.
i) Jantung berdebar-debar, muka merah atau pucat.
j) Lambung mual, kembung dan pedih, mulas, sulit
defekasi, atau diare.
k) Sering berkemih
l) Otot sakit, seperti ditusuk-tusuk, pegal, dan tegang.
m) Kadar gula meninggi, pada wanita terjadi gangguan
menstruasi.
n) Libido menurun atau bisa juga meningkat
F. RESPON PSIKOLOGIS TERHADAP STRESSOR

Respon psikologis dapat terjadi dalam dua katagori yaitu


prilaku adaptif dan prilaku destruktif.
1. Prilaku konstruktif
Prilaku konstruktif membantu individu menerima tantangan
untuk menyelesaikan konflik. Bahkan ansietas dapat
konstruktif, misalnya ansietas dapat menjadi tanda
bahwa terdapat ancaman sehingga seseorang dapat
melakukan tindakan untuk mengurangi keparahannya.
2. Prilaku destruktif
Prilaku destruktif mempengaruhi orientasi realitas, kemampuan
pemecahan masalah, kepribadian, dan situasi ga dapat yang
sangat berat, kemampuan untuk berfungsi. Ansietas juga
bersifat destruktif, misalnya seseorang yang ketika mendapat
masalah kehidupan mengapresiakan hidupnya dengan minum
alkohol seta mengkonsumsi narkoba.
Prilaku adaptif psikologis di sebutjuga mekanisme koping (
mekanisme pemecahan masalah ). Mekanisme ini dapat
berorientasi pada tugas yang mencakup penggunaan teknik
pemecahan masalah secara langsung untuk menghadapi
masalah, atau dapat juga mekanisme pertahahanan ego yang
tujuannya adalah mengatur distres emosional dan dengan
demikian memberi perlindungan individu terhadap ansietas dan
sterss.

G. TAHAPAN STRESS

Tahapan stres menurut Van Amberg tahun 1979, yang terbagi


enam tahapan di antaranya:
1. Tahap pertama
Merupakan tahap yang ringan dari stres yang ditandai dengan
adanya semangfat bekerja besar, pengelihatannya tajam tidak
seperti pada umumnya, merasa mampu menyelesaikan
pekerjaan yang tidak tidak biasanya, kemudian merasa senang
akan pekerjaan akan tetapi kemampuan yang dimilikinya
semakin berkurang.
2. Tahap Kedua
Pada stres tahap ini seseorang memiliki ciri sebagai berikut
adanya perasaan letih sewaktu bangun pagi yang semestinya
segar, terasa lelah sesudah makan siang, cepat lelah
menjelang sore, sering mengeluh lambung atau perut tidak
nyaman, denyut jantung berdebar-debar lebih dari biasanya,
otot-otot punggung dan tengkuk semakin tegang dan tidak bisa
santai.
3. Tahap ketiga
Pada tahap ini apabila seseorang mengalami gangguan seperti
pada lambung dan usus seperti adanya keluhan gastritis,
buang air besar tidak teratur ketegangan otot semakin terasa,
perasaan tidak tenang, gangguan pola tidur seperti sukar mulai
untuk tidur, terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur,
lemah, terasa seperti tidak memiliki tenaga.
4. Tahap keempat
Tahap ini seseorang akan mengalami gejala seperti segala
pekerjaan yang menyenangkan terasa membosankan,
kehilangan kemmampuan untuk merespons secara adekuat,
tidak mampu melaksanakan kegiatan sehari-hari, adanya
gangguan pola tidur, sering menolak ajakan karena tidak
bergairah, kemampuan mengingat dan konsentrasi menurun
karena adanya perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak
diketahui penyebabnya.
5. Tahap kelima
Stres tahap in ditandai dengan adanya kelelahan fisik secara
mendalam, tidak mampu menyelesaikan pekerjaan yang ringan
dan sederhana, gangguan pada sistem pencernaan semakin
berat dan perasaan ketakutan dan kecemasan semakin
meningkat.
6. Tahap keenam
Tahap ini merupakan tahap puncak dan seseorang mengalami
panik dan perasaan takut mati dengan ditemukan gejala seperti
detak jantung semakin keras, susah bernafas, terasa gemetar
seluruh tubuh dan berkeringat, kemungkinan terjadi kolaps atau
pingsan.

H. UPAYA MENGUARANGI RESPON FISIOLOGIS


TERHADAP STRESS

1. MANAJEMEN STRESS UNTUK KLIEN


a. REGULER EXERCISE

Program olahraga teratur meningkatkan tonus otot dan postur


otot, mengontrol berat badan, mengurangi ketegangan dan
meningkatkan relaksasi. Selain itu , olahraga juga mengurangi
risiko penyakit kardiovaskular dan meningkatkan fungsi
kardiovaskular. Klien yang mempunyai riwayat penyakit kronis,
yang berisiko untuk mengalami suatu penyakit , atau yang
berusia lebih dari 35 tahun harus mulai melakukan program
latihan fisik hanya setelah mendiskusikannya dengan dokter.
Secara umum agar program kebugaran aliran darah ke otot
memberi efek fisik yang positif, seseorang harus melakukan
olahraga setidakanya tiga kali dalam satu minggu selama 30
sampai 40 menit.

Setiap orang harus melakukan latihan pernapasan sebelum


melakukan latihan berat seperti jogging, gerakan aerobic atau
tennis. Latihan pernapasan menstimulasi aliran darah ke otot
dan meningkatkan kelenturan. Latihan ini mengurangi risiko
kerusakan pada sistem musculoskeletal selama latihan. Sama
halnya seseorang harus melakukan latihan pendinginan dan
tidak berhenti secara mendadak. misalnya , setelah jogging
atau gerakan aerobic, orang tersebut harus bergerak dengan
gerakan sedang, secara bertahap diperlambat dan berhenti.
Latihan pendinginan memungkinkan sistem kardiovaskuler,
musculoskeletal, dan sistem metabolic secara bertahap
kembali pada keadaan istirahat.
Program latihan efektif dalam menurunkan keparahan kondisi
akibat stress seperti hipertensi, kegemukan, sakit kepala
migren, keletihan mental, peka rangsang dan sepresi. Latihan
meningaktakan pelepasan opioid endogen yang menciptakan
perasaan sejahtera (McCubbin & McCubbin, 1993).

b. DIET DAN NUTRISI

Nutrisi dan latihan berhubungan erat. Makanan memberi bahan


bakar untuk aktivitas dan meningkatkan latihan, yang
meningkatkan sirkulasi dan pemberian nutrient ke jaringan
tubuh.
Setiap orang didorong untuk mempertahankan berat badan
sesuai dengan rentang standart usia, jenis kelamin, dan bentuk
tubuh. Selain untuk menghindari kelebihan makan atau
kekurangan makan, seseorang harus mewaspadai kualitas
makanan. Terlalu banyak lemak, kafein, garam atau gula dapat
mengganggu fungsi metabolic tubuh, defisiensi vitamin,
mineral, dan nutrient juga dapat menyebabkan masalah
metabolisme. Kebiasaan diet yang buruk dapat memperburuk
respond stress dan membuat individu mudah tersinggung,
hiperaktif dan gelisah. Hal ini merusak kemampuan untuk
memenuhi tanggung jawab personal, keluarga, dan peran.

c. SUPPORT SISTEM

Peribahasa “ no man is an island” terutama penting untuk


penatalaksanaan stress. Sistem pendukung seperti keluarga ,
teman atau rekan kerja yang akan mendengarkan dan
memberikan nasihat dan dukungan emosional akan sangat
bermamfaat bagi seseorang yang mengalami stress. Sistem
pendukung dapat mengurangi reaksi stress dan meningkatkan
kesejahteraan fisik dan mental (Revenson dan Majerovitz,
1991). Riset keperawatan telah mendokumentasikan adanya
korelasi dukungan sosial positif dengan pengurangan gejala
penyakit kronis (White, Richter, & Fry, 1992).
Ubrich dan Bradsher (1993) menunjukkan bahwa dukungan
dapat meringankan efek stressor atau distress emosional baik
pada lansia wanita kulit putih maupun suku Afrika-Amerika
terutama jika dukungan dipandang sebagai orang yang sangat
dipercaya. Perawat dapat menggunakan berbagai metode
untuk membantu klien membangun sistem pendukung,
melibatkan diri dalam aktivitas kelompok tempat ibadah dan
memberi dorongan untuk melakukan aktivitas rekreasi. Perawat
dapat menggunakan komunikasi terapeutik untuk mengajarkan
klien tentang keterampilan sosialisasi jika klien tidak
mengetahui bagaimana cara berinteraksi dengan tepat. Semua
metode ini membantu klien membangun sistem pendukung
yang kuat. Jika stress merupakan akibat dari isolasi sosial,
maka strategi keperawatan ditujukan untuk membantu klien
mengembangkan jaringan sosial baru.

d. TIME MANAGEMENT

Seseorang yang menggunakan waktu secara efisien biasanya


mengalami lebih sedikit stress karena mereka merasa lebih
terkontrol dalam hidupnya. Perawat yang bertindak dalam
domain pengajaran-pelatihan dapat membantu klien
memprioritaskan tugas jika mereka merasa kewalahan atau
imobilisasi. Penstrukturan waktu yang realistic diperlukan jika
klien tidak menyisikan waktu yang cukup untuk setiap aktivitas.
Fungsi peran klien harus dianalisis secara berkaitan untuk
menentukan apakah modifikasi dapat dibuat sehingga dapat
mengurangi tuntutan waktu (Peddicord,1991).
Mengendalikan tuntutan dari orang lain penting untuk
penatalaksanaan waktu yang efektif. Sedikit orang yang
mampu mengikuti semua permintaan yang diajukan oleh orang
lain. penting artinya untuk belajar mengenali permintamaan
mana yang dapat dipenuhi secara realistic, kebutuhan mana
yang akan dinegosiasi, dan kebutuhan mana yang dapat
ditolak secara asertif. Menghambat periode waktu untuk
menunjukkan tujuan spesifik juga mengurangi rasa keterburuan
dan meningkatkan perasaan kontrol.

e. HUMOR
Humor adalah terapi yang terkenal dalam literatur umum oleh
Norman Cousins (1979). Kemampuan untuk menerima hal-hal
lucu dan tertawa melenyapkan stress (Robinson, 1990; Dahl
dan O’Neal, 1993). Hipotesisfisiologis menyatakan bahwa
tertawa melepaskan endorphin ke dalam sirkulasi dan
perasaan stress di lenyapkan.

f. ISTIRAHAT
Pola istirahat dan tidur yang tetap, dan kebaisaan juga penting
untuk menangani stress. Seseorang yang mengalami stress
harus di dorong meluangkan waktunya untuk istirahat dan tidur.
Tidur tidak hanya menyegarkan tubuh, Tetapi juga membantu
seseorang menjadi rileks secara mental. Klien mungkin
membutuhkan bantuan specific dalam mempelajari tehnik
relaks sehingga dapat tertidur.

g. TEHNIK RELAKSASI
Relaksasi progresif dengan dan tanpa ketegangan otot dan
tehnik manipulasi pikiran mengurangi komponen fisiologis dan
emodional stress. Tehnik relaksasi adalah perilaku yang
dipelajari dan membutuhkan waktu pelatihan dan praktek.
Setelah klien menjadi terampil dalam tehnik ini , ketegangan
dikurangi dan parameter fisiologis berubah.
Ada 4 komponen utama dari tehnik relaksasi yaitu :
yang tenang, menghindarkan sebanyak mungkin kebisingan
dan gangguan –gangguanLingkungan
Posisi yang nyaman, duduk tanpa ketegangan otot.
dapat diubah, mengosongkan semua pikiran-pikiran dari alam
sadar.Sikap yang
Keadaan mental (yang baik, memusatkan perhatian pada
suara, kata-kata, ungkapan, imaginasi, objek atau pola napas
untuk merubah pikiran-pikiran secara internal menjadi pikiran
yang lebih dapat diterima).
Faktor yang penting adalah bagaimana seseorang
mengosongkan pikirannya dari semua pikiran-pikiran dan
memusatkan perhatian pada mental device. Wajarlah bila
pikiran-pikiran itu makin menerawang. Bila terjadi demikian,
orang tersebut akan dengan segera langsung kembali kepada
mental device. Setiap periode relaksasi ini harus membutuhkan
waktu kurang lebih 20 menit. Ada Beberapa pendekatan yang
dapat dilaksanakan melalui instruksi perawat kepadda klien ,
tanpa menggunakan peralatan khusus dan juga tanpa perintah
dokter yaitu relaksasi profresif dan relaksasi respon Benson.
Relaksasi progresif terdiri atas peregangan dan relaksasi
sekelompok otot dan memfokuskannya perasaan relakasasi.
Aplikasi yang sistematis dari relaksasi progresif ini mempunyai
tiga efek utama, sebagai berikut :
Kelompok otot yang telah mengalami relaksasi maka akan
lebih rileks lagi.¬
Tiap-tiap kelompok otot utama rileks secara bergantian. Kalau
otot yang baru ditambah, maka kelompok otot yang lama juga
akan mengalami relaksasi.
banyak jumlah relaksasi yang dialmi seseorang, maka orang
itu akan bergerak menuju fase relaksasi.¬Lebih
Keadaan rileks meningkat setelah periode relaksasi. Respon
relaksasi Benson menghilangkan ketegangan otot. Khususnya
membantu secara penuh relaksasi otot pada pasien yang
mengalami nyeri atau ketidaknyamanan.
Respon relaksasi Benson’s
o Yakinkan posisi duduk senyaman mungkin dalam lingkungan
yang tenang
o Tutup mata
o Relaksasi otot-otot tubuh (katakana Ayo.....)
o Memusatkan perhatian pada pernapasan, ulangi lagi kata-
kata atau suara / bunyi seperti “one” atau “um-um” setiap kali
ekspirasi.
o Lakukan selama 20 menit
o Buka mata
o Berikan waktu pada pasien untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan sebelum psien bergerak atau berpindah.
Relaksasi Progresif
1. Yakinkan posisi yang nyaman dalam ruangan yang tenang
2. Mulai dengan memusatkan perhatian pada pernapasan yang
lambat
3. Regangkan kelompok otot-otot yang diinginkan (lihat langkah
5) selama 5-7 detik, kemudian relakasasi secara cepat.
4. Pusatkan perhatian secara 10 detik pada sensasi-sensasi
pada otot yang berelaksasi
5. Ikuti petunjuk ini, ulangi untuk setiap kelompok otot,
regangkan 2 atau 3 kali.
• Tangan dan lengan : mengepalkan tangan, menarik siku
dengan kuat, kerutkan hidung, purse lip, senyum dengan gigi
terekat kuat.
• Wajah : mengerutkan dahi, tutup mata dengan rapat,
mengerutkan hidung, purse lip, senyum dengan gigi terekat
kuat.
• Leher : Dekatkan dagu dengan dada.
• Dada : tarik kedua bahu secara bersama-sama, keraskan
perut dan bokong.
• Kaki dan tungkai : dorong ke bawah dengan kaki, jari-jari
menjauhi (dorsofleksi) utamakan kaki yang terdahulu.
6. Ulangi proses pada setiap area yang mengalami
ketegangan.

h. SPIRITUALITAS

Aktivitas spiritual dapat juga mempunyai efek yang positif


dalam menurunkan stress (Dahl dan O’ Neal , 1993). Praktik
seperti berdoa, meditasi atau membaca bahan bacaan
keagamaan dapat menjadi sumber yang bermamfaat bagi
klien. Pada penelitian (Young, 1993) praktik spiritual klien
lansia dapat meningkatkan perasaan produktivitas dan
kemampuan beradaptasi yang membantu dalam menghadapi
individu sakit kronis

2. MANAJEMEN STRES UNTUK PERAWAT.

Sebagian besar perawat mengalami stress dalam lingkungan


pekerjaan merka. Stresor dapat terdiri atas kelebihan beban
kerja, kebijakan institusi tempat bekerja, konflik dengan rekan
kerja atau karakteristik klien (Foxall, Zimmermen, dan Bene,
1990; Skipper, Jung dan Coffey, 1990). Reaksi terhadap
stressor yang berkaitan dengan pekerjaan bergantung pada
kepribadian perawat, status kesehatan, pengalaman
sebelumnya dengan stress dan mekanisme koping.

STRESS PEKERJAAN

Seringkali mengakibatkan kondisi yang disebut kepenatan,


yang ditandai oleh penuruanan perhatian pada orang dengan
siapa kita bekerja. Selama merasa penat klien merasakan
kelelahan fisik dan emosional (Melamed, Kushnir dan Shirom,
1992). Pekerjaan atau profesi tidak lagi memberi dampak
positif dan klien mungkin mengalami marah dan apatis.
Perawat dan risiko terhadap stress kepenatan akibat pekerjaan
dan dapat memamfaatkan tehnik penatalaksanaan stress yang
sama seperti yang mereka ajarkan pada klien. Dalam
organisasi dan domain kompetensi peran pekerja, perawat
harus mengidentifikasi stressor tertentu di tempat kerja dan
berupaya untuk menghilangkan stressor tersebut. Juga
membantu untuk mendapat dukungan sosial dari perawat
lainnya dengan harapan mempertahankan sikap merawat yang
ditujukan pada klien.

I. DEFINISI ADAPTASI

Adaptasi secara umum adalah penyesuaian diri terhadap


lingkungan . Beberapa definisi adaptasi oleh para ahli :
1. Adaptasi ( penyesuain diri ) adalah megubah diri sesuai
dengan keadaan lingkungan tetapi juga mengubah lingkungan
sesuai dengan keadaan diri ( WA Gerungan 1996 ).
2. Adaptasi ( penyesuain diri ) adalah usaha atau prilaku yg
tujuannya mengatasi kesulitan dan hambatan ( Soeharto
Heerdjan 1987 ).
Jadi, adaptasi adalah mengubah diri sesuai dengan keadaan
lingkungan yang tujuannya untuk mengatasi kesulitan dan
hambatan.
J. DIMENSI ADAPTASI
1. Dalam fundamental keperawatan edisi 4 membagi
dimensi adaptasi menjadi :

DIMENSI

SUMBER ADAPTIF

CONTOH STRESSOR CONTOH HASIL YANG TIDAK


BERHASIL

CONTOH HASIL YANG BERHASIL

Fisik • Sindrom adaptasi lokal


• Sindrom adaptasi umum Demam Kematian Infeksi
teratasi
Perkembangan • Adaptasi yang berhasil terhadap stressor
sebelumnya Pensiun Depresi Fungsi peran berubah menjadi
aktivitas yang lebih berwarna
Emosional • Mekanisme pertahanan psikologis Perkosaan
Ketakutan yang tidak rasional terhadap pria Berfungsi sebagai
penasihat untuk orang lain,
Intelektual • Persepsi realistik terhadap stressor Diagnosis
kangker Menyangkal adanya kangker Memakai pendekatan
perawatan untuk proses penyembuhan
Sosial • Orang lain dapat mengarahkan individu kepada
sumber yang di butuhkan Pencandu alkohol dalam anggota
keluarga Pencandu alkohol cendrung akan menarik dir dari
keluarga dan lingkungan sosial Partisipasi aktif keluarga dalam
kelompok pendukung alkohol
Spiritual • Kelompok pendoa dan rohanian Anggota
keluarga yang sakit merasa di tinggalkan tuhan Menarik diri
dan tidak mau ketempat ibadah Mulai mencari teman di tempat
ibadah
2. Dimensi adaptasi di bedakan juga menjadi :

a. Adaptasi Fisiologis

Adaptasi ini merupakan proses penyesuaian tubuh secara


alamiah atau secara fisilogis untuk mempertahankan
keseimbangan dari berbagai faktor yang menimbulkan atau
mempengaruhi keadaan menjadi tidak seimbang.

b. Adaptasi Psikologi

Seseorang yang menghadapi stress akan mengalami kondisi-


kondisi yang tidak mengenakkan secara psikis seperti
timbulnya rasa cemas, frustasi, terancam, tak tentram yang
semuanya itu berdampak pada munculnya suatu kontak konflik
dalam jiwa mereka. dan konflik tersebut diekspresikan dalam
bentuk kemarahan atau ekspresi-ekspresi lain yang dapat
membuat orang tersebut merasa sedikit nyaman atau terlepas
dari stress yang dihadapinya.

c. Adaptasi Sosial Budaya

Setiap lingkungan sosial masyarakat mempunyai tatanan


budaya masing-masing. Antara lingkungan satu dan yang
lainnya tentu memiliki budaya berbeda-beda. Perbedaan
tersebut yang akhirnya menuntut setiap orang beradaptasi jika
hal itu dapat dilakukan dengan baik maka akan tercipta
keseimbangan. Namun jika hal tersebut tidak dapat dilakukan
bukanlah suatu hal yang tidak mungkin jika orang tersebut
akan mengalami stress.

d. Adaptasi Spiritual

Setiap agama dan kepercayaan mengandung ajaran yang


hendaknya harus dijalankan oleh penganutnya. Ajaran-ajaran
ini tentunya juga harus turut andil dalam mengatur perilaku
manusia ini. Oleh karena itu dalam rangka memenuhi ajaran-
ajaran tersebut pasti terjadi perubahan dalam perilaku
manusia.

DAFTAR PUSTAKA

1. Long C Barbara, 1996, Perawatan Medikal Bedah, Yayasan


IAPK, Pajajaran Bandung.
2. Kozier Erb, Fundamental Of Nursing : Concept Process and
practice, Addison Weslwy Publishing co, USA, 1991.
3. Smeltzer bare, 2002, Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah
Brunner & studdarth edisi 8 , EGC, Jakarta.
4. Ellis RJ, A Elizabeth, 1994, Nowlis, Nursing : A Human
Needs Approach, Fifth Edition, JB Lippincott Company,
Philadephia.
5. Wolf, Weitzel, Fuerst, 1984, Dasar-dasar Ilmu Keperawatan,
buku kedua, Gunung Agung, Jakarta.
6. Potter Terry, 1997,Fundamentals Of Nursing : Concepts,
Process and Practice, Fourth Edition, Mosby Year Book.

Anda mungkin juga menyukai