Anda di halaman 1dari 4

Bab 2

Tinjauan kasus

2.1 Definisi
Filariasis adalah infeksi yang disebabkan oleh tiga spesies
cacing yaitu, Wuchereria bancrofti,brugia malayi dan brugia timori
serta ditularkan melalui nyamuk ke manusia. Filariasis adalah
penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit nematode yang
tersebar di Indonesia. Walaupun penyakit ini jarang menyebabkan
kematian, tetapi dapat menurunkan produktivitas penderitanya
karena timbulnya gangguan fisik. Penyakit ini jarang terjadi pada
anak karena manifestasi klinisnya timbul bertahun-tahun kemudian
setelah infeksi. Oleh karena itu filariasis sering disebut juga
penyakit kaki gajah. Akibat paling fatal bagi penderita adalah
kecacatan permanen yang sangat mengganggu produksitifitas.
(Widoyono,2011).

2.2 Etiologi

Cacing filaria termasuk famili filaridae dan dapat ditemukan


dalam peredaran darah ,limfe,otot, jaringan ikat, atau rongga serosa
pada vertebrata.Vektor yang digunakan untuk penularan adalah
nyamuk, sebagai hospes perantara kera,anjing,dan manusia berperas
sebagai hospes definitif.

2.3 Patofisiologi

Kerusakan terjadi pada pembuluh getah bening akibat


inflamasi yang disebabkan oleh cacing dewasa .Cacing dewasa
tinggal di pembuluh getah bening aferen atau sinus kelenjar
sehingga terjadi pelebaran pembuluh getah bening dan penebalan
dinding.Sistem limfatik menjadi berliku-liku dan terjadi
inkompetensi katup pembuluh getah bening.Obstruksi limfatik dan
penurunan fungsi juga disebabkan oleh proses imun penjamu yang
menyebabkan proses granulomatosa dan poliferasi.

2.4 Manifestasi klinis

Manifestasi klinis secara umum dibagi menjadi 3 stadium


,yakni stadium tanpa gejala,stadium peradangan(akut),stadium
penyumbatan(menahun).

1. Stadium tanpa gejala


Pada daerah endemis hanya ditemukan pembesaran kelenjar
limfe terutama di inguinal sedangkan pada pemeriksaan darah
ditemukan mikrofilaria dalam jumlah besar disertai eosinofilia.
2. Stadium peradangan(akut)
Limfangitis,inflamasi eosinofil akut,demam,menggigil,sakit
kepala,muntah,kelemahan tubuh dapat terjadi.Stadium ini
berlangsung beberapa hari hingga minggu dan terutama
menyerang saluran limfe tungkai,ketiak,epitrochlear, dan alat
kelamin.Pada laki-laki dapat ditemukan
funikulitis,epididmitis,orkitis,dan pembengkakan skrotum.Ulkus
dapat timbul dengan cairan serosanguin.Terkadang dapat muncul
hematuria dan proteinuria yang menandakan gangguan
ginjal.Fenomena lain adalah tropical pulmonary eosinophilia
akibat respon imunologik berlebihan dengan tanda eosinofilia
,gejala mirip asma atau penyakit paru restriktif/obstruktif dan
splenomegali.
3. Stadium penyumbatan(menahun)
Pada stadium ini dapat ditemukan hidrokel ,limfedema ,dan
elefantiasis.Limfedema tuggal dibagi dalam 4 tingkat ,yaitu:
 Tingkat 1:edema pitting tungkai, kembali ke normal bila
tungkai diangkat
 Tingkat 2:Edema pitting atau non pitting tidak dapat
 kembali normal bila tungkai diangkat
 Timgkat 3:Edema non piting ,tidak dapat kembali normal
bila tungkai diangkat,kulit tebal
 Tingkat 4:Edema non piting dengan jaringan fibrosis dan
verukosa kulit (elefantiasis)
2.5 Pemeriksaan fisik dan penunjang
1. Pemeriksaan fisik
 Pembengkakan unilateral (elefantiasis) pada kaki ,lengan.
 Hidrokel,kiluria apabila berkemih
 Pada tropical pulmonary eosinophilia:mengi dan ronkhi
hampir pada seluruh lapang paru
2. Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan darah perifer:leukositosis,eosinofilia
 Biopsi kelenjar atau jaringan limfe:ditemukan potongan
cacing dewasa
 Elisa dan immunochromatographic test (ICT) untuk deteksi
antigen
2.6 Penatalaksanaan
1. Terapi medika mentosa
Diethycalcarbamazine citrate (DEC)
a. WHO merekomendasikan pemberian DEC dengan
dosis 6 mg/kgBB untuk 12 hari berturut-turut. Di
Indonesia, dosis 6 mg/kg BB Memberikan efek
samping yang berat, sehingga pemberian DEC
dilakukan berdasarkan usia dan dikombinasikan
dengan albendazol.
b. Ivermectin
Obat ini merupakan antibiotic semi sintetik golongan
makrolid yang berfungsi sebagai agent
mikrofilariasispoten. Dosis tunggal 200-400 µg/kg
dapat menurunkan mikrofilsriasis dalam darah tepi
untuk waktu 6-24 bulan. Obat belum digunakan di
Indonesia.
c. Albendazol
Obat ini digunakan untuk pengobatan cacing
intestine selama bertahun-tahun dan baru-baru ini di
coba digunakan sebagai anti-filaria.
Albendazolehanya mempunyai sedikit efek untuk
mikrofilaremia dan antigenaemia jika digunakan
sendiri. Dosis tunggal 400 mg dikombinasi dengan
DEC atau invermectin efektif menghancurkan
microfilaria.
2. Pembedahan
Tindakan bedah pada limfedema bersifat paliatif, indikasi
tindakan bedah adalah jika tidak terdapat perbaikan dengan
terapi konservatif, limfedema sangat besar sehingga
mengganggu aktivitas dan pekerjaan dan menyebabkan tidak
berhasilnya terapi konsevatif.

Anda mungkin juga menyukai