..
Disusun oleh:
01.211.6462
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2016
1
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
Laporan Kasus yang telah diseminarkan, diterima dan disetujui di depan tim penilai
Disahkan Oleh:
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan case report
mengenai diabetes Mellitus tipe 2 di Puskesmas Ngaliyan Periode 25 April 2016 – 24 Juni
2016.
kepanitraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat. Laporan ini dapat diselesaikan berkat
kerjasama tim dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih
4. dr. Azmi Syahril F, selaku Pembimbing Koass IKM Puskesmas Ngaliyan Kota
Semarang
6. Semua pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan laporan kasus ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari
sempurna karena keterbatasan waktu dan kemampuan. Karena itu kami sangat berterima
kasih atas kritik dan saran yang bersifat membangun.Akhir kata kami berharap semoga
hasil case report mengenai gizi ini di Puskesmas Ngaliyan Semarang Periode 25 April
Penyusun
3
BAB I
PENDAHULUAN
besar. Data dari studi global menunjukan bahwa jumlah penderita Diabetes Melitus
pada tahun 2015 telah mencapai 415 juta orang. Jika tidak ada tindakan yang
dilakukan, jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi 642 juta pada tahun
2040 (IDF, 2015). Diabetes mellitus telah menjadi penyebab dari 5 juta kematian.
tujuh terbesar di dunia dengan jumlah penderita diabetes sebanyak sepuluh juta
orang. Jumlah penderita DM terbesar berusia antara 40-59 tahun (IDF, 2015).
Mellitus Tipe Lainnya. Jenis Diabetes Mellitus yang paling banyak diderita adalah
Diabetes Mellitus Tipe 2. Diabetes Mellitus Tipe 2 (DM Tipe 2) adalah penyakit
gangguan metabolik yang di tandai oleh kenaikan gula darah akibat penurunan
sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan atau ganguan fungsi insulin (resistensi
Diabetes Mellitus biasa disebut dengan the silent killer karena penyakit ini
dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan.
Penyakit yang akan ditimbulkan antara lain gangguan penglihatan mata, katarak,
4
penyakit jantung, sakit ginjal, impotensi seksual, luka sulit sembuh dan
kualitas sumber daya manusia dan peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar,
mengendalikan faktor resiko (Depkes, 2014). Faktor resiko penyakit tidak menular,
termasuk DM Tipe 2, dibedakan menjadi dua. Yang pertama adalah faktor risiko
yang tidak dapat berubah misalnya jenis kelamin, umur, dan faktor genetik. Yang
kedua adalah faktor risiko yang dapat diubah misalnya berat badan berlebih,
analisis data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 didapatkan bahwa
dengan faktor risikonya yaitu jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan,
Tubuh, lingkar pinggang, dan umur. Sebesar 22,6 % kasus DM Tipe 2 di populasi
5
1.2. Rumusan Masalah
Puskesmas Ngaliyan?”
1.3. Tujuan
H.L. Blum.
1.4. Manfaat
keilmuan
6
1.4.1.2 Menjadi bahan rujukan untuk penelitian yang lebih
lanjut
tempat tinggalnya.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ini, angka kejadian diabetes mellitus di Puskesmas Ngaliyan cenderung naik turun.
Dari data 3 tahun terakhir, jumlah kasus diabetes mellitus pada tahun 2014 sebanyak
1082 kasus dan pada tahun 2015 sebanyak 715 kasus. Pada tahun 2016 hingga bulan
yang ditandai oleh hiperglikemia karena gangguan sekresi insulin, kerja insulin, atau
kerusakan jangka panjang, gangguan fungsi dan kegagalan berbagai organ, terutama
karena defisiensi insulin yang absolut maupun relatif. Kurangnya hormon insulin
darah erat diatur oleh insulin sebagai regulator utama perantara metabolisme. Hati
sebagai organ utama dalam transport glukosa yang menyimpan glukosa sebagai
glikogen dan kemudian dirilis ke jaringan perifer ketika dibutuhkan (Gultom, 2012).
8
World Health Organization (WHO) sebelumnya telah merumuskan bahwa
DM merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas
dan singkat tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema
anatomi dan kimiawi akibat dari sejumlah faktor dimana didapat defisiensi insulin
yang absolut.
Hasil dari gangguan sekresi insulin yang progresif yang menjadi latar belakang
Misalnya : gangguan genetik pada fungsi sel β, gangguan genetik pada kerja
insulin, penyakit eksokrin pankreas (seperti cystic fibrosis), dan yang dipicu oleh
obat atau bahan kimia (seperti dalam pengobatan HIV/AIDS atau setelah
transplantasi organ).
diabetes tipe 1 atau tipe 2. Presentasi klinis dan perkembangan penyakit bervariasi
jauh dari kedua jenis diabetes. Kadang-kadang, pasien yang dinyatakan memilki
diabetes tipe 2 dapat hadir dengan ketoasidosis. Demikian pula, pasien dengan tipe
9
1 diabetes mungkin memiliki onset terlambat dan memperlambat perkembangan
penyakit walaupun memilki fitur penyakit autoimun. Kesulitan seperti itu pada
diagnosis mungkin terjadi pada anak-anak, remaja, dan dewasa. Diagnosis yang
2.4. Penyebab
yang mencukupi maka tidak dapat bekerja secara normal atau terjadinya gangguan
fungsi insulin. Insulin berperan utama dalam mengatur kadar glukosa dalam darah,
yaitu 60-120 mg/dl waktu puasa dan dibawah 140 mg/dl pada dua jam sesudah makan
sebagian besar dari sel-sel beta pulau langerhans dalam kelenjar penkreas yang
Faktor resiko diabetes mellitus bisa dikelompokkan menjadi faktor resiko yang
tidak dapat dimodifikasi dan yang dapat dimodifikasi. Faktor resiko yang tidak dapat
dimodifikasi adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga dengan diabetes mellitus,
riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 4000 gram dan riwayat lahir
dengan berat badan lahir rendah (kurang dari 2500 gram). Sedangkan faktor resiko
yang dapat dimodifikasi erat kaitannya dengan perilaku hidup yang kurang sehat,
10
Tabel persentase faktor resiko diabetes mellitus (Riskesdas 2013, Kemenkes RI)
berkurangnya jumlah glukosa yang masuk ke dalam sel; (2) berkurangnya penggunaan
Poliuri, polidipsi dan penurunan berat badan sekalipun asupan kalori memadai,
merupakan gejala utama defisiensi insulin. Kadar glukosa plasma jarang melampaui
120 mg/dL pada manusia normal, kadar yang jauh lebih tinggi selalu dijumpai pada
pasien defisiensi kerja insulin. Setelah kadar tertentu glukosa plasma dicapai (pada
manusia pada umumnya >80 mg/dL), taraf maksimal reabsorpsi glukosa pada tubulus
11
renalis akan dilampaui, dan gula akan diekskresikan ke dalam urine (glukosuria).
Volume urine meningkat akibat terjadinya diuresis osmotik dan kehilangan air yang
bersifat obligatorik pada saat yang bersamaan (poliuria) : kejadian ini selanjutnya akan
minum (polidipsia). Glukosuria menyebabkan kehilangan kalori yang cukup besar (4,1
kkal untuk setiap gram karbohidrat yang diekskresikan keluar); kehilangan ini, jika
ditambah lagi dengan hilangnya jaringan otot dan adiposa, akan mengakibatkan
penurunan berat badan yang hebat meskipun terdapat peningkatan selera makan
(polifagia) dan asupan kalori yang normal atau meningkat (Gultom, 2012).
Uji diagnostik DM dilakukan pada mereka yang menunjukkan gejala dan tanda
yang tidak bergejala, yang mempunyai risiko DM. Serangkaian uji diagnostik akan
darah sewaktu atau kadar glukosa darah puasa, kemudian dapat diikuti dengan tes
12
Tabel 2.1. Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa sebagai Patokan Penyaring dan
Diagnosis DM
berupa poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat
dijelaskan sebabnya. Keluhan lain yang mungkin dikeluhkan pasien adalah lemah,
kesemutan, gatal, mata kabur dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada
berikut:
• Gejala diabetes disertai kadar glukosa darah ad random≥ 11,1 mmol/L (200 mg/dL),
atau
• Kadar glukosa darah dua jam pascaprandia l≥1 1,1 mmol/L (200 mg/dL) selama tes
13
1. Komplikasi Akut
produksi badan keton dan asam lemak secara berlebihan. Akumulasi produksi
badan keton oleh sel hati dapat menyebabkan asidosis metabolik. Badan
2009).
2. Komplikasi Kronik
banyak sistem organ. Komplikasi kronik bisa dibagi menjadi dua bagian,
2.9. Tatalaksana
14
penatalaksanaan DM, yaitu: edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani dan
intervensi farmakologis.
A. Edukasi
memerlukan partisipasi aktif dari pasien dan keluarga pasien. Upaya edukasi
untuk memiliki perilaku sehat. Tujuan dari edukasi diabetes adalah mendukung
timbul secara dini/ saat masih reversible, ketaatan perilaku pemantauan dan
meningkatkan aktifitas fisik, dan mengurangi asupan kalori dan diet tinggi lemak.
protein 10%-20%, Natrium kurang dari 3g, dan diet cukup serat sekitar 25g/hari.
C. Latihan Jasmani
kurang lebih 30 menit. Latihan jasmani dianjurkan yang bersifat aerobik seperti
berjalan santai, jogging, bersepeda dan berenang. Latihan jasmani selain untuk
15
menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan meningkatkan
sensitifitas insulin.
D. Intervensi Farmakologis
pasien, pengaturan makan dan latihan jasmani. Terapi farmakologis terdiri dari
obat oral dan bentuk suntikan. Obat yang saat ini ada antara lain:
a. Sulfonilurea
• Sulfonilurea kerja panjang tidak dianjurkan pada orang tua, gangguan faal
b. Glinid
•Cara kerja sama dengan sulfonilurea, namun lebih ditekankan pada sekresi
a. Biguanid
kerja insulin pada tingkat seluler, distal reseptor insulin, dan menurunkan
16
• Metformin merupakan pilihan utama untuk penderita diabetes gemuk,
b. Tiazolidindionleading article
Penghambat glukoneogenesis:
Biguanid (Metformin).
kreatinin serum > 1,5 mg/dL, gangguan fungsi hati, serta pasien dengan
sulfonylurea.
Acarbose
golongan sulfonilurea.
dan flatulens.
17
• Penghambat dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4) Glucagon-like peptide-1
mukosa usus. Peptida ini disekresi bila ada makanan yang masuk. GLP-1
GLP-1 secara cepat diubah menjadi metabolit yang tidak aktif oleh
Insulin
• Efek samping antara lain gangguan saluran cerna seperti mual muntah
Diet pada diabetes mellitus didasarkan pada keadaan pasien, aktifitas fisik, dan
Tujuan diet:
18
· Mempertahankan berat badan menjadi normal
menyebabkan pingsan
Syarat diet:
untuk aktivitas fisik dan keadaan khusus, misalnya kehamilan atau lakatasi
dan adanya
komplikasi.
· Kebutuhan lemak 20-25% dari kebutuhan energi total ( <10% dari lemak
jenuh, 10% dari lemak tidak jenuh ganda, sisanya dari lemak tidak jenuh
· Penggunaan gula murni tidak diperbolehkan, bila kadar gula darah sudah
Kriteria :
19
Gemuk (overweight) : BBR>110%
Obesitas : BBR>120%
20
Daftar bahan makanan yang dapat digunakan sebagai pengganti nasi
21
Daftar bahan makanan yang dapat digunakan sebagai pengganti buah
22
BAB III
STATUS PRESENT
Waktu pengamatan :
3.2. Anamnesis
Identitas Pasien
1. Nama : Nn. D
2. JenisKelamin : Perempuan
3. Umur : 51 tahun
4. Agama : Kristen
5. Pendidikan : SMK
6. Pekerjaan : Wiraswasta
23
sering kencing sejak 6 bulan yang lalu, namun dianggap sakit biasa dan tidak diobati.
Namun 2 bulan kemudian keluhan ini disertai dengan rasa sering haus dan badan
cepat lelah . Jika saat malam hari, keluhan kencing dirasa semakin sering. Pasien
juga mengeluh berat badannya semakin berkurang. Keluhan nyeri saat kencing
Riwayat sosial
Lingkar perut : 96 cm
24
Status gizi : gemuk (obesitas I)
b. Nadi
Frekuensi : 80x/menit
Irama : Reguler
Ekualitas : Ekual
a. Kepala : Mesocephale
g. Mulut : Gusi berdarah (-), Bibir kering (-), Bibir sianosis (-)
25
gerakan simetris kanan-kiri.
PULMO
Inspeksi
COR
Perkusi :
sinistra
Auskultasi :
Frekuensi : 80 x/menit
Irama : Reguler
Bising : (-)
k. Abdomen :
Inspeksi : Datar
26
Auskultasi : Bising usus (-)
Perkusi : Tympani
l. Genitalia : Perempuan
puasa sewaktu
3.3.5. Diagnosis
Metformin 1-0-1
27
3.4.Data Perkesmas
Usia
No Nama Pendidikan Status
(tahun)
Kakak
2 Ny. K 60 SMA
kandung
Kakak
3 Sdri. S 57 SMK
kandung
4 Sdri. R 35 S1 Keponakan
Wanita DM
28
3.4.2. Data Lingkungan
a. Ekonomi
b. Lingkungan
1) Struktur rumah
Hunian ruman terbuat dari tembok bata. Luas rumah ± 60 m2. lantai sudah
ruang keluarga.
cukup.
3) Sirkulasi udara
4) Kondisi lingkungan
Pasien memiliki pola makan yang kurang sehat, yaitu makan dua kali sehari
yaitu pagi dan malam hari. Makanan sehari-hari yang sering dikonsumsi pasien
adalah dua centong nasi nasi dengan lauk daging sapi, ayam, atau telur. Pasien
jarang memakan sayur atau buah. Pasien minum minuman manis seperti es teh
29
lebih dari dua kali sehari. Pasien mengaku jarang berolahraga. Pasien juga
Pasien bekerja sebagai kasir warung makan. Sehari-hari pasien duduk dan
diabetes mellitus.
30
3.5.Diagram HL. Blum
LINGKUNGAN
PELAYANAN
GENETIKA/
KESEHATAN
KEPENDUDUKAN Penderita
Anggota keluarga Pasien belum pernah
pasien juga ada yang DM TIPE 2
mendapat informasi
menderita penyakit ini
tentang diabetes mellitus
PERILAKU
1) Pasien kurang memperhatikan pola makannya
2) Aktivitas pasien kurang
NO 1 2 3 4 5 TH
1 - - - + 1
2 + - - 1
3 - - 0
4 - 0
31
TH 1 1 0 0 0
TV 0 1 1 3 3
Total 1 2 1 3 3
NO 1 2 3 4 5 TH
1 + - - - 1
2 + - - 1
3 - + 1
4 + 1
5 0
TH 1 1 1 1 0
TV 0 0 1 3 2
Total 1 1 2 4 2
NO 1 2 3 4 5 TH
1 - - - - 0
2 + - - 1
3 - - 0
4 + 1
5 0
TH 0 1 0 1 2
TV 0 1 1 3 3
32
Total 0 2 1 4 5
masalah
1 1 1 0 2 V
2 2 1 2 5 III
3 1 2 1 4 IV
4 3 4 4 11 I
5 3 2 5 10 II
33
3.8.Perencanaan
makan:
Pasien dapat
- Atur waktu, jenis, dan
mencapai berat
jumlah pemberian makanan
badan normal
Jumlah kalori :
% = 126 %
= 855 kalori
memperbanyak variasi
34
Aktivitas fisik kurang rumah aktivitas yang baik
berolahraga
rumah kesehatan.
Menyarankan keluarga
pasien
pasien untuk memeriksakan
terdekat.
an untuk menambahkan
leaflet/poster mengenai
diabetes mellitus
Aspek Kondisi rumah pasien dan Pasien Saat Kondisi rumah dan
35
pasien serta motivasi pasien
terhadap pentingnya
menjaga kebersihan
lingkungan.
36
BAB IV
ANALISA/PEMBAHASAN
diabetes mellitus.
Menurut data anamnesis diketahui bahwa perilaku berupa pola makan pasien setiap
hari tidak baik. Pasien setiap hari makan makanan yang tidak seimbang dan mengonsumsi
minuman manis lebih dari dua kali sehari. Selain itu kegiatan sehari-hari pasien adalah
kasir warung makan. Pasien setiap hari lebih banyak duduk dan hanya berjalan sesekali.
Pada pemeriksaan lingkar perut didapatkan hasil sebesar 96 cm (obesitas sentral). Hal ini
meningkatkan resiko diabetes mellitus terkait dengan jaringan lemak visera, dimana sel
lemak di sekitar organ di dalam perut akan meningkatkan kadar TNFa (tumor necrotic
factor alpha) plasma & merubah TNFa memproduksi inflamatory cytokines dan me-
trigger sel penanda melalui interaksi dg TNF a reseptor yang dpt menyebabkan insulin
resisten (Delima,2013).
Data genetik menunjukkan bahwa kakak perempuan dan adik perempuan pasien
juga terkena diabetes mellitus, hal ini sesuai dengan teori bahwa genetik memiliki faktor
Pada anamnesis pasien juga diketahui bahwa pasien belum pernah mendapatkan
informasi mengenai diabetes mellitus secara lengkap. Hal ini menyebabkan pasien tidak
37
Data kunjungan pertama dan kedua yang dilakukan didapatkan bahwa kondisi
rumah dan sekitar rumah kurang bersih. Kebersihan lingkungan ini secara tidak langsung
akan mempengaruhi perjalanan penyakit diabetes mellitus karena pada penderita diabetes
mellitus akan terjadi penurunan fungsi imun sehingga lebih mudah menderita penyakit.
38
BAB V
5.1.Resume
Dari pemeriksaan yang dilakukan kepada pasien baik secara observasi langsung
(home visit), wawancara dengan pasien dan catatan medik selama pasien berobat di
1.1.1. Anamnesis
mengeluh sering kencing sejak 6 bulan yang lalu, namun dianggap sakit biasa
dan tidak diobati. Namun 2 bulan kemudian keluhan ini disertai dengan rasa
sering haus dan badan cepat lelah . Jika saat malam hari, keluhan kencing dirasa
Keluhan nyeri saat kencing disangkal, kencing keruh disangkal. Riwayat batuk
lama disangkal.
puasa sewaktu
39
1.1.2.3. Diagnosis: Diabetes Mellitus tipe 2
mellitus
berolahraga
kesehatan terdekat.
mellitus
5.2.Kesimpulan
berdasarkan pendekatan HL. Blum adalah perilaku kesehatan yang kurang baik,
40
5.1.2 Berdasarkan kasus ini factor perilaku yang berpengaruh terhadap terjadinya
5.1.3 Berdasarkan kasus ini factor lingkungan tidak berpengaruh terhadap terjadinya
penyakit DM tipe 2.
5.1.4 Berdasarkan kasus ini pelayanan kesehatan tidak berpengaruh dalam kejadian
penyakit DM tipe 2.
penyakit DM tipe 2.
5.1.6 Hasil analisis penyebab masalah, faktor perilaku menjadi prioritas penyebab
41
BAB VI
PENUTUP
pada pasien di Puskesmas Ngaliyan. Kami menyadari bahwa kegiatan ini sangat penting
dan bermanfaat bagi para calon dokter, khususnya yang kelak akan terjun di masyarakat
sebagai Health Provider, Decision Maker, dan Communicator sebagai wujud peran serta
Akhir kata kami berharap laporan ini bermanfaat sebagai bahan masukan dalam usaha
42
DAFTAR PUSTAKA
Ariyanti. Hubungan Perawatan Kaki Dengan Risiko Ulkus Kaki Diabetik Di RS. PKU
Muhammadiyah Yogyakarta. Tesis. Universitas Indonesia. 2012
Delima, Index Anthropometri Sebagai Alat Skrining Diabetus Melitus Type 2. Thesis
Program Pascasarjana Universitas Gajah Mada, Yogyakarta 2013.
Soewondo P. Ketoasidosis Diabetik, Dalam : Aru, W, dkk, editors, Ilmu Penyakit Dalam,
Jilid III, Edisi V. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2009
43
Dokumentasi
44
45