Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN KASUS

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN

DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS NGALIYAN SEMARANG

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Program Pendidikan Profesi Dokter Pada Bagian

Ilmu Kesehatan Masyarakat

..

Disusun oleh:

Nadya Noor Firdhausa

01.211.6462

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


PUSKESMAS NGALIYAN
PERIODE 25 APRIL 2016 – 24 JUNI 2016

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2016

1
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN KASUS

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN

DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS NGALIYAN SEMARANG

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:

Nadya Noor Firdhausa 01.211.6462

Laporan Kasus yang telah diseminarkan, diterima dan disetujui di depan tim penilai

Puskesmas Ngaliyan Kota Semarang.

Semarang, Mei 2016

Disahkan Oleh:

Pembimbing Kepala Puskesmas Ngaliyan

dr. Joko Wahyu Wibowo, M.Kes dr. Wahidah

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan case report

mengenai diabetes Mellitus tipe 2 di Puskesmas Ngaliyan Periode 25 April 2016 – 24 Juni

2016.

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas-tugas dalam rangka menjalankan

kepanitraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat. Laporan ini dapat diselesaikan berkat

kerjasama tim dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1. dr. Tjatur Sembodo, MS(PH), Kepala bagian IKM FK UNISSULA Semarang

2. dr. Ratnawati, selaku Koordinator Pendidikan IKM FK Unissula Semarang

3. dr. Wahidah M.Kes , selaku Kepala Puskesmas Ngaliyan Kota Semarang

4. dr. Azmi Syahril F, selaku Pembimbing Koass IKM Puskesmas Ngaliyan Kota

Semarang

5. Seluruh Staf Puskesmas Ngaliyan Kota Semarang

6. Semua pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan laporan kasus ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari

sempurna karena keterbatasan waktu dan kemampuan. Karena itu kami sangat berterima

kasih atas kritik dan saran yang bersifat membangun.Akhir kata kami berharap semoga

hasil case report mengenai gizi ini di Puskesmas Ngaliyan Semarang Periode 25 April

2016 – 24 Juni 2016 dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, Mei 2016

Penyusun

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang

besar. Data dari studi global menunjukan bahwa jumlah penderita Diabetes Melitus

pada tahun 2015 telah mencapai 415 juta orang. Jika tidak ada tindakan yang

dilakukan, jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi 642 juta pada tahun

2040 (IDF, 2015). Diabetes mellitus telah menjadi penyebab dari 5 juta kematian.

Data International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2015 menunjukkan

bahwa jumlah penderita diabetes di usia dewasa di Indonesia berada di urutan ke

tujuh terbesar di dunia dengan jumlah penderita diabetes sebanyak sepuluh juta

orang. Jumlah penderita DM terbesar berusia antara 40-59 tahun (IDF, 2015).

Sebesar 80% orang dengan DM tinggal di negara berpenghasilan rendah dan

menengah (IDF, 2015).

Ada beberapa jenis Diabetes Mellitus yaitu Diabetes Mellitus Tipe 1,

Diabetes Mellitus Tipe 2, Diabetes Mellitus Tipe Gestasional, dan Diabetes

Mellitus Tipe Lainnya. Jenis Diabetes Mellitus yang paling banyak diderita adalah

Diabetes Mellitus Tipe 2. Diabetes Mellitus Tipe 2 (DM Tipe 2) adalah penyakit

gangguan metabolik yang di tandai oleh kenaikan gula darah akibat penurunan

sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan atau ganguan fungsi insulin (resistensi

insulin) (Depkes, 2014).

Diabetes Mellitus biasa disebut dengan the silent killer karena penyakit ini

dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan.

Penyakit yang akan ditimbulkan antara lain gangguan penglihatan mata, katarak,

4
penyakit jantung, sakit ginjal, impotensi seksual, luka sulit sembuh dan

membusuk/gangren, infeksi paru-paru, gangguan pembuluh darah, stroke dan

sebagainya. Tidak jarang, penderita DM yang sudah parah menjalani amputasi

anggota tubuh karena terjadi pembusukan (Depkes,2014).

Melihat bahwa Diabetes Mellitus akan memberikan dampak terhadap

kualitas sumber daya manusia dan peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar,

maka sangat diperlukan program pengendalian Diabetes Mellitus Tipe 2. Diabetes

Mellitus Tipe 2 bisa dicegah, ditunda kedatangannya atau dihilangkan dengan

mengendalikan faktor resiko (Depkes, 2014). Faktor resiko penyakit tidak menular,

termasuk DM Tipe 2, dibedakan menjadi dua. Yang pertama adalah faktor risiko

yang tidak dapat berubah misalnya jenis kelamin, umur, dan faktor genetik. Yang

kedua adalah faktor risiko yang dapat diubah misalnya berat badan berlebih,

kurangnya aktifitas fisik ,dan kebiasaan merokok (Irawan, 2010). Berdasarkan

analisis data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 didapatkan bahwa

prevalensi DM tertinggi terjadi pada kelompok umur di atas 45 tahun sebesar

12,41%. Analisis ini juga menunjukan bahwa terdapat hubungan kejadian DM

dengan faktor risikonya yaitu jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan,

pekerjaan, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, Indeks Masa

Tubuh, lingkar pinggang, dan umur. Sebesar 22,6 % kasus DM Tipe 2 di populasi

dapat dicegah jika obesitas sentral diintervensi (Irawan,2010).

Berdasarkan uraian diatas perlu pengkajian untuk mengetahui faktor –

faktor yang mempengaruhi terjadinya Diabetes Mellitus tipe 2 di Wilayah Kerja

Puskesmas Ngaliyan Kota Semarang melalui pendekatan H.L.Blum.

5
1.2. Rumusan Masalah

“Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kejadian diabetes mellitus tipe 2 di

Puskesmas Ngaliyan?”

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui dan menganalisa faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap Diabetes Mellitus tipe 2 pada penderita berdasarkan pendekatan

H.L. Blum.

1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1 Untuk mengetahui pengaruh lingkungan rumah dengan kejadian

Diabetes Mellitus tipe 2 pada penderita.

1.3.2.2.Untuk mengetahui pengaruh perilaku dengan kejadian Diabetes

Mellitus tipe 2 pada penderita.

1.3.2.3.Untuk mengetahui pengaruh pelayanan kesehatan dengan kejadian

Diabetes Mellitus tipe 2 pada penderita.

1.3.2.4 Untuk mengetahui pengaruh genetik dengan kejadian Diabetes

Mellitus tipe 2 pada penderita.

1.4. Manfaat

1.4.1. Manfaat bagi mahasiswa

1.4.1.1 Memberi informasi ilmiah untuk memperkaya

keilmuan

6
1.4.1.2 Menjadi bahan rujukan untuk penelitian yang lebih

lanjut

1.4.2. Manfaat bagi masyarakat

1.4.2.1 Memberi rekomendasi langsung kepada masyarakat

untuk memperhatikan perilaku dan lingkungan

tempat tinggalnya.

1.4.2.2 Memberi rekomendasi kepada tenaga kesehatan

untuk pemberdayaan masyarakat dalam upaya

kesehatan promotif dan preventif kesehatan

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Epidemiologi Diabetes Mellitus

Menurut hasil riskesdas tahun 2013, jumlah penderita diabetes mellitus di

Indonesia diperkirakan sebanyak 12.191.564 kasus. Selama beberapa tahun terakhir

ini, angka kejadian diabetes mellitus di Puskesmas Ngaliyan cenderung naik turun.

Dari data 3 tahun terakhir, jumlah kasus diabetes mellitus pada tahun 2014 sebanyak

1082 kasus dan pada tahun 2015 sebanyak 715 kasus. Pada tahun 2016 hingga bulan

april, jumlah kasus diabetes mellitus didapatkan 243 kasus.

2.2. Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu kelompok penyakit metabolik

yang ditandai oleh hiperglikemia karena gangguan sekresi insulin, kerja insulin, atau

keduanya. Keadaan hiperglikemia kronis dari diabetes berhubungan dengan

kerusakan jangka panjang, gangguan fungsi dan kegagalan berbagai organ, terutama

mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah(ADA, 2012).

Diabetes Mellitus adalah sindrom klinis yang ditandai dengan hiperglikemia

karena defisiensi insulin yang absolut maupun relatif. Kurangnya hormon insulin

dalam tubuh yang dikeluarkan dari sel B pankreas mempengaruhi metabolisme

karbohidrat, protein, dan lemak menyebabkan gangguan signifikan. Kadar glukosa

darah erat diatur oleh insulin sebagai regulator utama perantara metabolisme. Hati

sebagai organ utama dalam transport glukosa yang menyimpan glukosa sebagai

glikogen dan kemudian dirilis ke jaringan perifer ketika dibutuhkan (Gultom, 2012).

8
World Health Organization (WHO) sebelumnya telah merumuskan bahwa

DM merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas

dan singkat tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema

anatomi dan kimiawi akibat dari sejumlah faktor dimana didapat defisiensi insulin

absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin (Soler, 2011).

2.3. Klasifikasi Diabetes Mellitus

Menurut American Diabetes Association (ADA,2013), klasifikasi diabetes

meliputi empat kelas klinis :

1. Diabetes Mellitus tipe 1

Hasil dari kehancuran sel β pankreas, biasanya menyebabkan defisiensi insulin

yang absolut.

2. Diabetes Mellitus tipe 2

Hasil dari gangguan sekresi insulin yang progresif yang menjadi latar belakang

terjadinya resistensi insulin.

3. Diabetes tipe spesifik lain

Misalnya : gangguan genetik pada fungsi sel β, gangguan genetik pada kerja

insulin, penyakit eksokrin pankreas (seperti cystic fibrosis), dan yang dipicu oleh

obat atau bahan kimia (seperti dalam pengobatan HIV/AIDS atau setelah

transplantasi organ).

4. Gestational Diabetes Mellitus

Pada beberapa pasien tidak dapat dengan jelas diklasifikasikan sebagai

diabetes tipe 1 atau tipe 2. Presentasi klinis dan perkembangan penyakit bervariasi

jauh dari kedua jenis diabetes. Kadang-kadang, pasien yang dinyatakan memilki

diabetes tipe 2 dapat hadir dengan ketoasidosis. Demikian pula, pasien dengan tipe

9
1 diabetes mungkin memiliki onset terlambat dan memperlambat perkembangan

penyakit walaupun memilki fitur penyakit autoimun. Kesulitan seperti itu pada

diagnosis mungkin terjadi pada anak-anak, remaja, dan dewasa. Diagnosis yang

benar dapat menjadi lebih jelas dari waktu ke waktu.

2.4. Penyebab

Penyebab DM adalah kurangnya produksi dan ketersediaan insulin dalam tubuh

yang mencukupi maka tidak dapat bekerja secara normal atau terjadinya gangguan

fungsi insulin. Insulin berperan utama dalam mengatur kadar glukosa dalam darah,

yaitu 60-120 mg/dl waktu puasa dan dibawah 140 mg/dl pada dua jam sesudah makan

(orang normal) (Faradisa, 2012).

Kekurangan Insulin disebabkan karena terjadinya kerusakan sebagian kecil atau

sebagian besar dari sel-sel beta pulau langerhans dalam kelenjar penkreas yang

berfungsi menghasilkan insulin.

2.5. Faktor Risiko

Faktor resiko diabetes mellitus bisa dikelompokkan menjadi faktor resiko yang

tidak dapat dimodifikasi dan yang dapat dimodifikasi. Faktor resiko yang tidak dapat

dimodifikasi adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga dengan diabetes mellitus,

riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 4000 gram dan riwayat lahir

dengan berat badan lahir rendah (kurang dari 2500 gram). Sedangkan faktor resiko

yang dapat dimodifikasi erat kaitannya dengan perilaku hidup yang kurang sehat,

yaitu berat badan lebih, obesitas abdominal/sentral, kurangnya aktifitas fisik,

hipertensi, dan dislipidemia.

10
Tabel persentase faktor resiko diabetes mellitus (Riskesdas 2013, Kemenkes RI)

2.6. Manifestasi Klinis

Manifestasi utama penyakit DM adalah hiperglikemia, yang terjadi akibat (1)

berkurangnya jumlah glukosa yang masuk ke dalam sel; (2) berkurangnya penggunaan

glukosa oleh berbagai jaringan; dan (3) peningkatan produksi glukosa

(glukoneogenesis) oleh hati.

Poliuri, polidipsi dan penurunan berat badan sekalipun asupan kalori memadai,

merupakan gejala utama defisiensi insulin. Kadar glukosa plasma jarang melampaui

120 mg/dL pada manusia normal, kadar yang jauh lebih tinggi selalu dijumpai pada

pasien defisiensi kerja insulin. Setelah kadar tertentu glukosa plasma dicapai (pada

manusia pada umumnya >80 mg/dL), taraf maksimal reabsorpsi glukosa pada tubulus

11
renalis akan dilampaui, dan gula akan diekskresikan ke dalam urine (glukosuria).

Volume urine meningkat akibat terjadinya diuresis osmotik dan kehilangan air yang

bersifat obligatorik pada saat yang bersamaan (poliuria) : kejadian ini selanjutnya akan

menimbulkan dehidrasi (hiperosmolaritas), bertambahnya rasa haus dan gejala banyak

minum (polidipsia). Glukosuria menyebabkan kehilangan kalori yang cukup besar (4,1

kkal untuk setiap gram karbohidrat yang diekskresikan keluar); kehilangan ini, jika

ditambah lagi dengan hilangnya jaringan otot dan adiposa, akan mengakibatkan

penurunan berat badan yang hebat meskipun terdapat peningkatan selera makan

(polifagia) dan asupan kalori yang normal atau meningkat (Gultom, 2012).

2.7. Kriteria Diagnostik Diabetes Mellitus

Uji diagnostik DM dilakukan pada mereka yang menunjukkan gejala dan tanda

DM, sedangkan pemeriksaan penyaring bertujuan untuk mengidentifikasi mereka

yang tidak bergejala, yang mempunyai risiko DM. Serangkaian uji diagnostik akan

dilakukan pada mereka yang hasil pemeriksaan penyaringnya positif untuk

memastikan diagnosis definitif.

Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan melalui pemeriksaan kadar glukosa

darah sewaktu atau kadar glukosa darah puasa, kemudian dapat diikuti dengan tes

toleransi glukosa oral (TTGO).

12
Tabel 2.1. Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa sebagai Patokan Penyaring dan

Diagnosis DM

Diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan bila ada keluhan khas DM

berupa poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat

dijelaskan sebabnya. Keluhan lain yang mungkin dikeluhkan pasien adalah lemah,

kesemutan, gatal, mata kabur dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada

pasien wanita (Irawan, 2010).

Menurut American Diabetes Association, kriteria diagnostik untuk DM sebagai

berikut:

• Gejala diabetes disertai kadar glukosa darah ad random≥ 11,1 mmol/L (200 mg/dL),

atau

• Kadar glukosa darah puasa ≥ 7,0 mmol/L (126 mg/dL), atau

• Kadar glukosa darah dua jam pascaprandia l≥1 1,1 mmol/L (200 mg/dL) selama tes

toleransi glukosa oral.

2.8. Komplikasi Diabetes Mellitus

Komplikasi diabetes terbagi 2 yaitu komplikasi akut dan kronik.

13
1. Komplikasi Akut

Ketoasidosis Diabetik (KAD) dan Hyperglycemic Hyperosmolar State (HHS)

adalah komplikasi akut diabetes (Powers, 2010). Pada Ketoasidosis Diabetik

(KAD), kombinasi defisiensi insulin dan peningkatan kadar hormon kontra

regulator terutama epinefrin, mengaktivasi hormon lipase sensitif pada

jaringan lemak. Akibatnya lipolisis meningkat, sehingga terjadi peningkatan

produksi badan keton dan asam lemak secara berlebihan. Akumulasi produksi

badan keton oleh sel hati dapat menyebabkan asidosis metabolik. Badan

keton utama adalah asam asetoasetat (AcAc) dan 3-beta-hidroksibutirat

(3HB). Pada Hyperglycemic Hyperosmolar State (HHS), hilangnya air lebih

banyak dibanding natrium menyebabkan keadaan hiperosmolar (Soewondo,

2009).

2. Komplikasi Kronik

Jika dibiarkan dan tidak dikelola dengan baik, DM akan menyebabkan

terjadinya berbagai komplikasi kronik, baik mikroangiopati maupun

makroangiopati (Waspadji, 2009). Komplikasi kronik DM bisa berefek pada

banyak sistem organ. Komplikasi kronik bisa dibagi menjadi dua bagian,

yaitu komplikasi vaskular dan non-vaskular. Komplikasi vaskular terbagi lagi

menjadi mikrovaskular (retinopati, neuropati, dan nefropati) dan

makrovaskular (penyakit arteri koroner, penyakit arteri perifer, penyakit

serebrovaskular). Sedangkan komplikasi non-vaskular dari DM yaitu

gastroparesis, infeksi, dan perubahan kulit (Ariyanti, 2012).

2.9. Tatalaksana

Dalam Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia

2011, penatalaksanaan dan pengelolaan DM dititik beratkan pada 4 pilar

14
penatalaksanaan DM, yaitu: edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani dan

intervensi farmakologis.

A. Edukasi

Tim kesehatan mendampingi pasien dalam perubahan perilaku sehat yang

memerlukan partisipasi aktif dari pasien dan keluarga pasien. Upaya edukasi

dilakukan secara komphrehensif dan berupaya meningkatkan motivasi pasien

untuk memiliki perilaku sehat. Tujuan dari edukasi diabetes adalah mendukung

usaha pasien penyandang diabetes untuk mengerti perjalanan alami penyakitnya

dan pengelolaannya, mengenali masalah kesehatan/ komplikasi yang mungkin

timbul secara dini/ saat masih reversible, ketaatan perilaku pemantauan dan

pengelolaan penyakit secara mandiri, dan perubahan perilaku/kebiasaan kesehatan

yang diperlukan. Edukasi pada penyandang diabetes meliputi pemantauan glukosa

mandiri, perawatan kaki, ketaatan pengunaan obat-obatan, berhenti merokok,

meningkatkan aktifitas fisik, dan mengurangi asupan kalori dan diet tinggi lemak.

B. Terapi Gizi Medis

Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes yaitu makanan yang

seimbang, sesuai dengan kebutuhan kalori masing-masing individu, dengan

memperhatikan keteraturan jadwal makan, jenis dan jumlah makanan. Komposisi

makanan yang dianjurkan terdiri dari karbohidrat 45%-65%, lemak 20%-25%,

protein 10%-20%, Natrium kurang dari 3g, dan diet cukup serat sekitar 25g/hari.

C. Latihan Jasmani

Latihan jasmani secara teratur 3-4 kali seminggu, masing-masing selama

kurang lebih 30 menit. Latihan jasmani dianjurkan yang bersifat aerobik seperti

berjalan santai, jogging, bersepeda dan berenang. Latihan jasmani selain untuk

15
menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan meningkatkan

sensitifitas insulin.

D. Intervensi Farmakologis

Terapi farmakologis diberikan bersama dengan peningkatan pengetahuan

pasien, pengaturan makan dan latihan jasmani. Terapi farmakologis terdiri dari

obat oral dan bentuk suntikan. Obat yang saat ini ada antara lain:

1. OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL (OHO)

Pemicu sekresi insulin:

a. Sulfonilurea

• Efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas

• Pilihan utama untuk pasien berat badan normal atau kurang

• Sulfonilurea kerja panjang tidak dianjurkan pada orang tua, gangguan faal

hati dan ginjal serta malnutrisi

b. Glinid

• Terdiri dari repaglinid dan nateglinid

•Cara kerja sama dengan sulfonilurea, namun lebih ditekankan pada sekresi

insulin fase pertama.

• Obat ini baik untuk mengatasi hiperglikemia postprandial

Peningkat sensitivitas insulin:

a. Biguanid

• Golongan biguanid yang paling banyak digunakan adalah Metformin.

• Metformin menurunkan glukosa darah melalui pengaruhnya terhadap

kerja insulin pada tingkat seluler, distal reseptor insulin, dan menurunkan

produksi glukosa hati.

16
• Metformin merupakan pilihan utama untuk penderita diabetes gemuk,

disertai dislipidemia, dan disertai resistensi insulin.

b. Tiazolidindionleading article

• Menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah protein

pengangkut glukosa sehingga meningkatkan ambilan glukosa perifer.

• Tiazolidindion dikontraindikasikan pada gagal jantung karena

meningkatkan retensi cairan.

Penghambat glukoneogenesis:

Biguanid (Metformin).

• Selain menurunkan resistensi insulin, Metformin juga mengurangi

produksi glukosa hati.

• Metformin dikontraindikasikan pada gangguan fungsi ginjal dengan

kreatinin serum > 1,5 mg/dL, gangguan fungsi hati, serta pasien dengan

kecenderungan hipoksemia seperti pada sepsis

• Metformin tidak mempunyai efek samping hipoglikemia seperti golongan

sulfonylurea.

• Metformin mempunyai efek samping pada saluran cerna (mual) namun

bisa diatasi dengan pemberian sesudah makan.

Penghambat glukosidase alfa :

Acarbose

• Bekerja dengan mengurangi absorbsi glukosa di usus halus.

• Acarbose juga tidak mempunyai efek samping hipoglikemia seperti

golongan sulfonilurea.

• Acarbose mempunyai efek samping pada saluran cerna yaitu kembung

dan flatulens.

17
• Penghambat dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4) Glucagon-like peptide-1

(GLP-1) merupakan suatu hormone peptide yang dihasilkan oleh sel L di

mukosa usus. Peptida ini disekresi bila ada makanan yang masuk. GLP-1

merupakan perangsang kuat bagi insulin dan penghambat glukagon. Namun

GLP-1 secara cepat diubah menjadi metabolit yang tidak aktif oleh

enzimDPP-4. Penghambat DPP-4 dapat meningkatkan penglepasan insulin

dan menghambat penglepasan glukagon.

II. OBAT SUNTIKAN

Insulin

a. Insulin kerja cepat

b. Insulin kerja pendek

c. Insulin kerja menengah

d. Insulin kerja panjang

e. Insulin campuran tetap

Agonis GLP-1/incretin mimetik

• Bekerja sebagai perangsang penglepasan insulin tanpa menimbulkan hipo

glikemia, dan menghambat penglepasan glukagon

• Tidak meningkatkan berat badan seperti insulin dan sulfonilurea

• Efek samping antara lain gangguan saluran cerna seperti mual muntah

2.10. Pedoman diet diabetes mellitus

Diet pada diabetes mellitus didasarkan pada keadaan pasien, aktifitas fisik, dan

keadaan khusus (kehamilan atau adanya komplikasi)(kemenkes RI, 2011).

Tujuan diet:

· Memberikan makanan sesuai kebutuhan

· Mempertahankan kadar gula darah sampai normal/mendekati normal

18
· Mempertahankan berat badan menjadi normal

· Mencegah terjadinya kadar gula darah terlalu rendah yang dapat

menyebabkan pingsan

· Mengurangi/ mencegah komplikasi

Syarat diet:

· Kebutuhan energi ditentukan dengan memperhitungkan kebutuhan untuk

metabolisme basal sebesar 25-30 kkal/kg BB normal, ditambah kebutuhan

untuk aktivitas fisik dan keadaan khusus, misalnya kehamilan atau lakatasi

dan adanya

komplikasi.

· Kebutuhan protein 10-15% dari kebutuhan energi total.

· Kebutuhan lemak 20-25% dari kebutuhan energi total ( <10% dari lemak

jenuh, 10% dari lemak tidak jenuh ganda, sisanya dari lemak tidak jenuh

tunggal). Kolesterol makanan dibatasi maksimal 300 mg/hari.

· Kebutuhan Karbohidrat 60 -70% dari kebutuhan energi total.

· Penggunaan gula murni tidak diperbolehkan, bila kadar gula darah sudah

terkendali diperbolehkan mengkonsumsi gula murni sampai 5 % dari

kebutuhan energi total.

· Serat dianjurkan 25 gr / hari.

Penentuan jumlah kalori :

Berdasarkan berat badan relatif :

Berat badan relatif : BB/ (TB-100cm)x 100%

Kriteria :

 Kurus (underweight) : BBR<90%

 Normal (ideal) : BBR 90-110%

19
 Gemuk (overweight) : BBR>110%

 Obesitas : BBR>120%

PEDOMAN JUMLAH KALORI :

 Kurus (underweight) : BB x 40-60 kalori

 Normal (ideal) : BB x 30 kalori

 Gemuk (overweight) : BB x 20 kalori

 Obesitas : BB x 10-15 kalori

Pengaturan makanan (kemenkes, 2011)

20
Daftar bahan makanan yang dapat digunakan sebagai pengganti nasi

(100 gram nasi mengandung 175 kalori)

Daftar bahan makanan yang dapat digunakan sebagai pengganti daging

(50 gram daging mengandung 95 kalori)

21
Daftar bahan makanan yang dapat digunakan sebagai pengganti buah

(40 gram buah mengandunng 50 kalori)

Daftar bahan makanan yang dapat digunakan sebagai pengganti susu

(200 gram susu mengandung 110 kalori)

22
BAB III

STATUS PRESENT

3.1. Cara dan Waktu Pengamatan

Anamnesa awal kepada pasien dan kunjungan rumah untuk mengamati

kondisi lingkungan, perilaku pasien, dan keluarga pasien dilakukan di rumah

pasien, Tambak Aji RT 05 RW 01 Semarang.

Waktu pengamatan :

 Selasa, 17 Mei 2016 : di puskesmas

 Jumat, 20 Mei 2016 : kunjungan rumah 1

 Sabtu, 21 Mei 2016 : kunjungan rumah 2

3.2. Anamnesis

Identitas Pasien

1. Nama : Nn. D

2. JenisKelamin : Perempuan

3. Umur : 51 tahun

4. Agama : Kristen

5. Pendidikan : SMK

6. Pekerjaan : Wiraswasta

7. Alamat : Desa Tambak Aji RT 05 RW 01 Semarang

8. Tanggal pemeriksaan : 20 Mei 2016

9. Keluhan utama pasien : sering kencing

Riwayat penyakit sekarang

Pada tanggal 17 Mei 2016 Pasien datang ke Puskesmas Ngaliyan mengeluh

23
sering kencing sejak 6 bulan yang lalu, namun dianggap sakit biasa dan tidak diobati.

Namun 2 bulan kemudian keluhan ini disertai dengan rasa sering haus dan badan

cepat lelah . Jika saat malam hari, keluhan kencing dirasa semakin sering. Pasien

juga mengeluh berat badannya semakin berkurang. Keluhan nyeri saat kencing

disangkal, kencing keruh disangkal. Riwayat batuk lama disangkal.

Riwayat penyakit dahulu

a. Riwayat keluhan serupa : tidak ada riwayat

b. Riwayat rawat inap : tidak ada riwayat

c. Riwayat alergi obat dan makanan : tidak ada riwayat

d. Riwayat penyakit metabolik : tidak ada riwayat

Riwayat penyakit keluarga

Riwayat keluarga menderita penyakit serupa : (+)

Riwayat sosial

Tetangga pasien tidak ada yang mengalami sakit seperti ini.

3.3. Pemeriksaan Fisik

Dilakukan pada tanggal 20 Mei 2016 pukul 15.00

3.3.1. Kesadaran dan Keadaan Umum

Composmentis dan baik.

Status Gizi  Berat badan : 57 kg

Tinggi badan : 145 cm

Lingkar perut : 96 cm

Indeks Massa Tubuh : BMI : BB/TB2

= 57/ (1,45x1,45)= 27,14

24
Status gizi : gemuk (obesitas I)

3.3.2. Tanda Vital

a. Tekanan Darah : 120/80 mmHg

b. Nadi

 Frekuensi : 80x/menit

 Irama : Reguler

 Isi & Tegangan : Cukup

 Ekualitas : Ekual

c. Laju Pernapasan : 20x/menit

d. Suhu : 36,8 oC (per aksilla)

3.3.3. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala : Mesocephale

b. Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut

c. Kulit : Tidak sianosis, Ikterus (-), Petechie (-),

kelembaban cukup,turgor cukup

d. Mata : Oedema palpebra (-/-), konjungtiva anemis (-/-)

sklera ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+),

pupil isokor (3 mm/3mm) bulat-di tengah

e. Hidung : Epistaksis (-/-),Discharge (+/+)

f. Telinga : Aurikula dalam batas normal, discharge (-/-)

g. Mulut : Gusi berdarah (-), Bibir kering (-), Bibir sianosis (-)

h. Leher : Simetris, pembesaran kelenjar limfe (-)

i. Tenggorok : Uvula di tengah,

mukosa faring hiperemis (-),Tonsil T1-T1 tenang.

j. Thorak : Bentuk normochest, retraksi (-),nyeri tekan (-)

25
gerakan simetris kanan-kiri.

PULMO

Inspeksi

Statis : Hemithorax dextra sama dengan sinistra

Dinamis : Hemithorax dextra sama dengan sinistra

Palpasi : Sterm Fremitus dextra sama dengan sinistra

Perkusi : Sonor seluruh lapang paru

Auskultasi : SD Vesikuler, ST Wheezing (-), Ronkhi (-)

COR

Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak

Perkusi :

Batas atas : SIC II linea parasternalis sinistra

Pinggang : SIC III linea parasternal sinistra

Batas kanan bawah : SIC V linea sternalis dextra

Batas kiri bawah : SIC V 2cm medial linea midclavicula

sinistra

Kesan : Konfigurasi jantung dalam batas normal

Palpasi : Iktus tak teraba, Thrill (-)

Auskultasi :

Frekuensi : 80 x/menit

Irama : Reguler

Bunyi Jantung : BJ I-II reguler

Bising : (-)

k. Abdomen :

Inspeksi : Datar

26
Auskultasi : Bising usus (-)

Perkusi : Tympani

Palpasi : Supel (+), Nyeri Tekan (-),

Defence Muscular (-),

hepar dan lien dbn.

l. Genitalia : Perempuan

m. Anggota Gerak : Atas Bawah

Capillary refill : < 2” < 2”

Akraldingin : -/- -/-

R. Fisiologis : +/+ +/+

R. Patologis : -/- -/-

3.3.4. Pemeriksaan Tambahan

Tanggal Gula darah TTGO Gula darah

puasa sewaktu

17/05/2016 188 mg/dl 296 mg/dl

20/05/2016 241 mg/dl

21/05/2016 220 mg/dl

3.3.5. Diagnosis

Diabetes Mellitus tipe 2

3.3.6. Terapi yang diberikan selama sakit

Metformin 1-0-1

27
3.4.Data Perkesmas

3.4.1. Data keluarga

Usia
No Nama Pendidikan Status
(tahun)

1 Tn. M 60 SMA Kakak ipar

Kakak
2 Ny. K 60 SMA
kandung

Kakak
3 Sdri. S 57 SMK
kandung

4 Sdri. R 35 S1 Keponakan

5 Ny. D 51 SMK Pasien

DIAGRAM KELUARGA NY.D

Wanita sehat Laki laki sehat

Wanita (meninggal) Laki laki (meninggal)

PASIEN Tinggal serumah

Wanita DM

28
3.4.2. Data Lingkungan

a. Ekonomi

Penderita merupakan seorang wiraswasta, dengan penghasilan rata-rata Rp

3.000.000,- per bulan.

b. Lingkungan

1) Struktur rumah

Hunian ruman terbuat dari tembok bata. Luas rumah ± 60 m2. lantai sudah

berkeramik. Di dalam satu rumah terdapat 3 kamar,1 ruang dapur, dan

ruang keluarga.

2) Pencahayaan dan kelembaban

Pencahayaan baik, terdapat beberapa jendela yang lebar. Kelembaban

cukup.

3) Sirkulasi udara

Ventilasi rumah baik.

4) Kondisi lingkungan

 Lingkungan rumah termasuk hunian padat penduduk. Rumah satu

dengan rumah yang lainnya saling berdekatan.

 Dalam rumah dan di sekitarnya terlihat kurang bersih.

3.4.3. Data Perilaku

 Pasien kurang memperhatikan pola makan

Pasien memiliki pola makan yang kurang sehat, yaitu makan dua kali sehari

yaitu pagi dan malam hari. Makanan sehari-hari yang sering dikonsumsi pasien

adalah dua centong nasi nasi dengan lauk daging sapi, ayam, atau telur. Pasien

jarang memakan sayur atau buah. Pasien minum minuman manis seperti es teh

29
lebih dari dua kali sehari. Pasien mengaku jarang berolahraga. Pasien juga

termasuk dalam kategori obesitas sentral (lingkar perut >80 cm).

 Aktivitas pasien kurang

Pasien bekerja sebagai kasir warung makan. Sehari-hari pasien duduk dan

hanya berjalan sebentar-sebentar.

3.4.4. Data Pelayanan Kesehatan

 Akses pelayanan terdekat adalah Puskesmas Ngaliyan. Cara tempuh dengan

motor. Jarak tempuh ± 5 menit

 Pasien belum pernah mendapatkan informasi mengenai diabetes mellitus.

3.4.5. Data Genetika/ Kependudukan

 Kepadatan penghuni rumah 5 orang / 60 m2

 Kakak perempuan dan adik perempuan pasien juga menderita penyakit

diabetes mellitus.

30
3.5.Diagram HL. Blum

LINGKUNGAN

Kondisi rumah pasien dan lingkungan rumah kurang bersih

PELAYANAN
GENETIKA/
KESEHATAN
KEPENDUDUKAN Penderita
Anggota keluarga  Pasien belum pernah
pasien juga ada yang DM TIPE 2
mendapat informasi
menderita penyakit ini
tentang diabetes mellitus

PERILAKU
1) Pasien kurang memperhatikan pola makannya
2) Aktivitas pasien kurang

3.6. Prioritas Penyebab Masalah

Penyebab masalah yang teridentifikasi selanjutnya dilakukan prioritas penyebab

masalahnya dengan menggunakan Hanlon Kualitatif dengan 3 kelompok kriteria:

Table 4.1 Kriteria Urgency

NO 1 2 3 4 5 TH

1 - - - + 1

2 + - - 1

3 - - 0

4 - 0

31
TH 1 1 0 0 0

TV 0 1 1 3 3

Total 1 2 1 3 3

Table 4.2 Kriteria Seriousness

NO 1 2 3 4 5 TH

1 + - - - 1

2 + - - 1

3 - + 1

4 + 1

5 0

TH 1 1 1 1 0

TV 0 0 1 3 2

Total 1 1 2 4 2

Table 4.3 Kriteria growth

NO 1 2 3 4 5 TH

1 - - - - 0

2 + - - 1

3 - - 0

4 + 1

5 0

TH 0 1 0 1 2

TV 0 1 1 3 3

32
Total 0 2 1 4 5

3.7.Urutan Prioritas Penyebab Masalah

Penyebab U S G Total Prioritas

masalah

1 1 1 0 2 V

2 2 1 2 5 III

3 1 2 1 4 IV

4 3 4 4 11 I

5 3 2 5 10 II

Daftar Prioritas Penyebab Masalah

1) Pasien kurang memperhatikan pola makannya

2) Aktivitas fisik kurang

3) Anggota keluarga pasien juga ada yang menderita penyakit ini

4) Pasien belum pernah mendapatkan informasi mengenai diabetes mellitus

5) Kondisi rumah pasien dan lingkungan rumah kurang bersih

33
3.8.Perencanaan

Tabel Perencanaan Program

Aspek Intervensi Sasaran Waktu Hasil diharapkan

Aspek Pasien kurang Pasien Saat Pasien dapat

perilak memperhatikan pola kunjunga mengetahui pola

u makannya n ke makan yang ideal

Memberikan edukasi kepada rumah untuk diabetes

pasien untuk merubah pola pasien mellitus

makan:
Pasien dapat
- Atur waktu, jenis, dan
mencapai berat
jumlah pemberian makanan
badan normal
Jumlah kalori :

BBR = 57/(145-100) x 100

% = 126 %

Kalori per hari = 57 x 15

= 855 kalori

-Memotivasi pasien untuk

memperbanyak variasi

makanan yang aman

dikonsumsi oleh penderita


Pasien Saat
diebetes mellitus.
Pasien dapat
kunjunga
mengetahui pola
n ke

34
Aktivitas fisik kurang rumah aktivitas yang baik

Memberikan edukasi dan pasien

memotivasi pasien untuk

menambah aktifitas dan

berolahraga

Aspek Anggota keluarga pasien Keluarga Saat Keluarga pasien

genetik juga ada yang menderita pasien kunjunga memeriksakan

penyakit ini n ke dirinya ke pelayanan

rumah kesehatan.
Menyarankan keluarga
pasien
pasien untuk memeriksakan

diri ke pelayanan kesehatan

terdekat.

Aspek Pasien belum pernah puskesm Puskesm Puskesmas memiliki

pelayan mendapatkan informasi as as leaflet/poster

an mengenai diabetes mellitus mengenai diabetes

kesehat Menyarankan puskesmas mellitus

an untuk menambahkan

leaflet/poster mengenai

diabetes mellitus

Aspek Kondisi rumah pasien dan Pasien Saat Kondisi rumah dan

lingkun lingkungan rumah kurang dan kunjunga lingkungan rumah

gan bersih keluarga n ke menjadi bersih.

Memberikan edukasi pada pasien rumah

35
pasien serta motivasi pasien

terhadap pentingnya

menjaga kebersihan

lingkungan.

36
BAB IV

ANALISA/PEMBAHASAN

Berdasarkan data diatas, dengan menggunakan pendekatan HL BLUM untuk

menyelesaikan permasalahan diabetes mellitus, didapatkan data bahwa lingkungan,

perilaku, pelayanan kesehatan dan genetika/kependudukan dapat mempengaruhi terjadinya

diabetes mellitus.

Menurut data anamnesis diketahui bahwa perilaku berupa pola makan pasien setiap

hari tidak baik. Pasien setiap hari makan makanan yang tidak seimbang dan mengonsumsi

minuman manis lebih dari dua kali sehari. Selain itu kegiatan sehari-hari pasien adalah

kasir warung makan. Pasien setiap hari lebih banyak duduk dan hanya berjalan sesekali.

Pada pemeriksaan lingkar perut didapatkan hasil sebesar 96 cm (obesitas sentral). Hal ini

meningkatkan resiko diabetes mellitus terkait dengan jaringan lemak visera, dimana sel

lemak di sekitar organ di dalam perut akan meningkatkan kadar TNFa (tumor necrotic

factor alpha) plasma & merubah TNFa memproduksi inflamatory cytokines dan me-

trigger sel penanda melalui interaksi dg TNF a reseptor yang dpt menyebabkan insulin

resisten (Delima,2013).

Data genetik menunjukkan bahwa kakak perempuan dan adik perempuan pasien

juga terkena diabetes mellitus, hal ini sesuai dengan teori bahwa genetik memiliki faktor

resiko yang tidak dapat dimodifikasi pada penyakit diabetes mellitus.

Pada anamnesis pasien juga diketahui bahwa pasien belum pernah mendapatkan

informasi mengenai diabetes mellitus secara lengkap. Hal ini menyebabkan pasien tidak

datang sejak awal gejala muncul karena kurangnya informasi tersebut.

37
Data kunjungan pertama dan kedua yang dilakukan didapatkan bahwa kondisi

rumah dan sekitar rumah kurang bersih. Kebersihan lingkungan ini secara tidak langsung

akan mempengaruhi perjalanan penyakit diabetes mellitus karena pada penderita diabetes

mellitus akan terjadi penurunan fungsi imun sehingga lebih mudah menderita penyakit.

38
BAB V

RESUME DAN KESIMPULAN

5.1.Resume

Dari pemeriksaan yang dilakukan kepada pasien baik secara observasi langsung

(home visit), wawancara dengan pasien dan catatan medik selama pasien berobat di

dapatkan data sebagai berikut:

1.1.1. Anamnesis

Pada tanggal 17 Mei 2016 Pasien datang ke Puskesmas Ngaliyan

mengeluh sering kencing sejak 6 bulan yang lalu, namun dianggap sakit biasa

dan tidak diobati. Namun 2 bulan kemudian keluhan ini disertai dengan rasa

sering haus dan badan cepat lelah . Jika saat malam hari, keluhan kencing dirasa

semakin sering. Pasien juga mengeluh berat badannya semakin berkurang.

Keluhan nyeri saat kencing disangkal, kencing keruh disangkal. Riwayat batuk

lama disangkal.

1.1.2. Pemeriksaan Fisik

1.1.2.1. Status Internus: dalam batas normal

1.1.2.2. Pemeriksaan tambahan

Tanggal Gula darah TTGO Gula darah

puasa sewaktu

17/05/2016 188 mg/dl 296 mg/dl

20/05/2016 241 mg/dl

21/05/2016 220 mg/dl

39
1.1.2.3. Diagnosis: Diabetes Mellitus tipe 2

1.1.3. Daftar Masalah

1. Pasien kurang memperhatikan pola makannya

2. Aktivitas fisik kurang

3. Anggota keluarga pasien juga ada yang menderita penyakit ini

4. Pasien belum pernah mendapatkan informasi mengenai diabetes

mellitus

5. Kondisi rumah pasien dan lingkungan rumah kurang bersih

1.1.1. Implementasi Saran

a. Memotivasi pasien untuk melakukan kontrol gula darah sebulan sekali.

b. Memberikan edukasi kepada pasien untuk merubah pola makan

c. Memberikan edukasi dan memotivasi pasien untuk menambah aktifitas dan

berolahraga

d. Menyarankan keluarga pasien untuk memeriksakan diri ke pelayanan

kesehatan terdekat.

e. Memberikan edukasi mengenai gejala, tanda, dan komplikasi diabetes

mellitus

f. Memberikan edukasi pada pasien serta motivasi terhadap pentingnya

menjaga kebersihan lingkungan.

5.2.Kesimpulan

5.1.1 Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit DM tipe 2

berdasarkan pendekatan HL. Blum adalah perilaku kesehatan yang kurang baik,

lingkungan, dan pelayanan kesehatan.

40
5.1.2 Berdasarkan kasus ini factor perilaku yang berpengaruh terhadap terjadinya

penyakit DM tipe 2 adalah pasien kurang memperhatikan pola makannya,

kurang memperhatikan kesehatannya, dan aktivitas yang kurang.

5.1.3 Berdasarkan kasus ini factor lingkungan tidak berpengaruh terhadap terjadinya

penyakit DM tipe 2.

5.1.4 Berdasarkan kasus ini pelayanan kesehatan tidak berpengaruh dalam kejadian

penyakit DM tipe 2.

5.1.5 Berdasarkan kasus ini faktor genetika/kependudukan mempengaruhi terjadinya

penyakit DM tipe 2.

5.1.6 Hasil analisis penyebab masalah, faktor perilaku menjadi prioritas penyebab

masalah penyakit DM tipe 2.

41
BAB VI

PENUTUP

Demikianlah laporan dan pembahasan mengenai hasil peninjauan kasus DM tipe 2

pada pasien di Puskesmas Ngaliyan. Kami menyadari bahwa kegiatan ini sangat penting

dan bermanfaat bagi para calon dokter, khususnya yang kelak akan terjun di masyarakat

sebagai Health Provider, Decision Maker, dan Communicator sebagai wujud peran serta

dalam pembangunan kesehatan.

Akhir kata kami berharap laporan ini bermanfaat sebagai bahan masukan dalam usaha

peningkatan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Ngaliyan.

42
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Assosiation (ADA) ,2012, Nutrition http://www.diabetes.org/food-


nutrition-lifestyle/nutrition.jsp

Ariyanti. Hubungan Perawatan Kaki Dengan Risiko Ulkus Kaki Diabetik Di RS. PKU
Muhammadiyah Yogyakarta. Tesis. Universitas Indonesia. 2012

Delima, Index Anthropometri Sebagai Alat Skrining Diabetus Melitus Type 2. Thesis
Program Pascasarjana Universitas Gajah Mada, Yogyakarta 2013.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia , 2014 Diabetes Melitus Masalah Kesehatan


Serius, Jakarta.
http://www.depkes.go.id//index.php?.option=news&task=viearticle&id=2310&Itemid=2

Faradisa N. Hubungan Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Tentang Risiko


Terjadinya Ulkus Diabetik Dengan Kejadian Ulkus Diabetik di Rsud Dr.Moewardi.
Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2012

Gultom Y. Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tentang Manajemen Diabetes


Melitus di RSUP Angkatan Darat Gatot Subroto Jakarta Pusat. Skripsi. Universitas
Indonesia. 2012

International Diabetes Federation, 2015. Definition and Diagnosis of Diabetes Mellitus


and Intermediate Hyperglycemia. Atlas Diabetes.
Available from: http://www.who.int/diabetes/publications/Definition%20and
diagnosis%20of%20 diabetes new.pdf.
Irawan D. Pravalensi dan Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 di Daerah
Urban Indonesia. Tesis. 2010

Soewondo P. Ketoasidosis Diabetik, Dalam : Aru, W, dkk, editors, Ilmu Penyakit Dalam,
Jilid III, Edisi V. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2009

Soler MJ , Wysocki J , Ye M. ACE2 inhibition worsens glomerular injury in association


withincreased ACE expression in streptozotocininduced diabetic mice Kidney Int. 2011.

43
Dokumentasi

44
45

Anda mungkin juga menyukai