Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan sosial dan kepribadian kepribadian pada masa kanak-kanak dapat
ditinjau dari sudut psikologi perkembangan dan pertumbuhan, ada tugas-tugas
perkembangan yang wajib dilewati oleh seorang manusia sejak dia bayi, kanak-kanak,
remaja, dan dewasa. Demikian juga secara analogis ada tugas-tugas perkembangan yang
wajib dilewati oleh seseorang dalam seluruh perjalanan kehidupannya.
Masa kanak-kanak merupakan masa yang terpanjang dalam rentang kehidupan saat
dimana individu relatif tidak berdaya dan tergantung pada orang lain. Bagi kebanyakan
anak-anak sering kali dianggap tidak ada peran bagi orang dewasa. Mereka tidak
diperbolehkan mengambil keputusan padahal mulai dari masa kanak-kanak inilah
kepercayaan diri mereka dibangun. Faktor sosial dan kepribadian dibentuk berdasarkan
pola pengasuh dari orang tua, kedisiplinan, kebebasan yang bertanggung jawab.
Gangguan yang muncul tersebut menyebabkan anak menjadi proses penyimpangan
moral dan agresi. Pada masa anak-anak mereka cenderung tidak sabar menunggu saat
didambakan yakni pengakuan dari masyarakat mereka tidak ingin dianggap sebagai anak-
anak lagi melainkan menginginkan menjadi “Orang Dewasa”. Perkembangan sosial dan
kepribadian pada masa kanak-kanak dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh
ketergantungan pada ibunya.
Masa kanak-kanak awal berlangsung dari 2 tahun sampai 6 tahun, oleh para pendidik
dinamakan sebagai usia pra-sekolah. Perkembangan fisik pada masa ini berjalan lambat
tetapi kebiasaan fisiologis yang dasarnya diletakkan pada masa bayi menjadi cukup baik.
Pada saat masa awal kanak-kanak dianggap sebagai saat belajar untuk mencapai berbagai
keterampilan dan senang mencoba hal-hal baru. Perilaku sosial dan kepribadian yang
ditunjukkan oleh seorang anak dalam lingkungan sosialnya sangat dipengaruhi oleh
kondisi emosinya.
Perkembangan emosi seorang anak sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Suatu
hal yang sangat bijak apabila kita mampu menciptakan lingkungan yang kondusif untuk
membantu perkembangan emosi anak. Emosi merupakan suatu gejolak penyesuaian diri

1
yang berasal dari dalam dan melibatkan hampir keseluruhan diri individu. Emosi juga
berfungsi untuk mencapai pemuasan diri dan kesejahteraan pribadi pada saat berhadapan
dengan lingkungan atau objek tertentu. Misalnya saat anak masuk Kelompok Bermain atau
juga PAUD, mereka mulai keluar dari lingkungan keluarga dan memasuki dunia baru.
Maka seorang anak mengalami perubahan emosional dan berusaha menyesuaikan diri
dengan teman sebaya, guru dan orang dewasa di sekitarnya. Dalam dunia baru yang
dimasuki anak, ia harus pandai menempatkan terhadap lingkungan yang baru. Tidak setiap
anak berhasil melewati tugas perkembangan sosioemosional pada usia dini, sehingga
berbagai kendala dapat saja terjadi. Sebagai pendidik sepatutnyalah untuk memahami
perkembangan sosio-emosional anak sebagai bekal dalam memberikan bimbingan
terhadap anak agar mereka dapat mengembangkan kemampuan sosial dan emosinya
dengan baik. Berdasarkan paparan di atas maka makalah ini akan membahas tentang:
perkembangan pribadi dan sosial pada masa kanak-kanak yang terdiri atas:
1.Pembentukan konsep diri dan kesadaran diri seorang anak 2.Faktor keluarga dan teman
sebaya 3.Perkembangan kepribadian dan moral anak. 4. Mendisiplinkan anak 5. Bahaya
perkembangan sosial, moral dan pribadi. 6. Kebahagian pada masa anak.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian perkembangan kanak-kanak?
2. Bagaimana Perkembangan Sosial, Kepribadian Dan Moral Pada Masa Kanak-Kanak?
3. Bagaimana Hubungan Dengan Keluarga?
4. Bagaimana cara mendisiplinkan anak?
5. Apa saja bahaya pada anak-anak?
6. Apa saja kebahagiaan pada anak-anak?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian perkembangan anak
2. Untuk mengetahui bagaimana proses perkembangan sosial, kepribadian dan moral
pada masa kanak-kanak
3. Untuk mengetahui hubungannya dengan keluarga
4. Untuk mengetahui bagaimana cara mendisiplinkan anak-anak
5. Untuk mengetahui apa saja bahaya pada anak
6. Untuk mengetahui apa saja kebahagiaan pada anak-anak.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Perkembangan Kanak-Kanak

Perkembangan adalah proses menuju dewasa, menjadi besar dan sempurna. Proses
perkembangan berjalan sejajar dengan pertumbuhan.
Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan merupakan proses yang tidak dapat
diukur. Dengan kata lain, perkembangan bersifat kualitatif , tidak dapat dinyatakan dengan
angka. Menurut Santrock (2009: 37) ditandai dengan beberapa periode: masa bayi, masa
kanak-kanak awal; masa kanak-kanak akhir, masa remaja, dan masa dewasa awal.

2.2. Perkembangan Sosial, Kepribadian Dan Moral Pada Masa Kanak-Kanak


Perkembangan sosial dan kepribadian pada masa kanak-kanak merupakan suatu proses
perkembangan pribadi di dalam lingkungan, yakni keluarga, teman sebaya dan masyarakat.
Menurut Feldman (2012: 178), perkembangan sosial dan kepribadian anak akan terus
membentuk suatu kesadaran diri yang memfokuskan pada pengembangan konsep diri
mereka termasuk konsep gender. Pada kehidupan sosial anak-anak prasekolah, terutama
bagaimana bermain dengan teman sama lain. Peran orang tua sangatlah penting sebagai
figur otoritas lain dalam kedisiplinan anak untuk membentuk perilaku anak-anak.
1. Ciri-ciri masa kanak kanak:
Masa bayi yang merupakan ciri khas pada masa periode lain dalam rentang
kehidupan, demikian juga pada ciri masa awal kanak-kanak yang tercermin dalam
sebutan yang biasanya diberikan oleh orang tua, pendidik, dan ahli pisikologi. Menurut
Hurloch (2008: 109) sebagai berikut:
a) Orang tua menyebut: “Usia yang mengundang masalah atau Usia sulit “ masa
bayi sering membawa masalah bagi orang tua yang umumya masalah pada
perawatan fisik bayi, dengan datang nya masa kanak kanak sering terjadi masalah
prilaku yang lebih menyulitkan dari pada masalah perawatan fisik bayi
b) Para pendidik menyebut: “Usia Prasekolah” untuk membedakan disaat dimana
anak dianggap cukup tua, baik secara fisik maupun mental untuk menghadapi

3
tugas tugas pada saat mereka mengikuti pendidikan formal: “anak prasekolah
bukan anak sekolah.
c) Ahli pisikologi:
 Usia Kelompok : masa dimana anak mempelajari dasar-dasar prilaku sosial
sebagai persiapan kehidupan sosial yang lebih tinggi.
 Usia menjelajah: sebuah lebel dimana anak-anak mulai menginginkan
mengetahuai kadaan lingkungan, bagaimana mekanismenya, bagai mana
perasaanya dan bagiamana ia bisa menjadi bagian dari lingkungan.
 Usia meniru: anak meniru pembicaraan dan tindakan orang lain
 Usia kreatif : dimana anak menunjukan kreatifitas bermain selama masa
kanak kanak.

2. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial adalah proses kemampuan belajar dan tingkah laku yang
berhubungan dengan individu untuk hidup sebagai bagian dari kelompoknya. Di dalam
perkembangan sosial, anak dituntut untuk memiliki kemampuan yang sesuai dengan
tuntutan sosial di mana mereka berada. Tuntutan sosial yang dimaksud adalah anak
dapat bersosialisasi dengan baik sesuai dengan tahap perkembangan dan usianya, dan
cenderung menjadi anak yang mudah bergaul.

Perilaku sosial merupakan aktivitas dalam hubungan dengan orang lain, baik
dengan teman sebaya, guru, orang tua maupun saudara-saudaranya. Saat berhubungan
dengan orang lain, terjadi peristiwa- peristiwa yang sangat bermakna dalam kehidupan
anak yang dapat membentuk kepribadiannya, dan membentuk perkembangannya
menjadi manusia yang sempurna.

Menurut Feldman (2012: 179) perkembangan sosial anak dimana anak mulai
membangun psikososial dalam hal menyelesaikan konflik. Konflik ini muncul ketika
anak-anak berkeinginana untuk independen dari orang orang tua mereka. Anak mulai
tumbuh rasa inisiaf diri, untuk memcoba sesuatu hal yang dirasa mampu dilakukannya
seperti mengenakan sepatu sendiri, berpakaian. Jika hal itu tidak dapat dilakukan
mereka merasa bersalah.

4
Peran orang tua penting untuk terus bereaksi positif akan keputusan yang diambil
oleh anak mereka secara mandiri. Dengan memberikan kesempatan untuk bertindak
sendiri secara nyata sementara orang tua memberi arahan dan bimbingan atas inisiatif
anak-anak mereka (Feldman, 2012: 179). Selain itu orang tua juga berperan untuk
mencegah rasa bersalah yang dapat bertahan lama dengan mempengaruhi konsep diri
anak.

Perkembangan sosial pada masa kanak-kanak juga berpengaruh pada


perkembangan proses berpikir tentang diri anak sendiri. Mereka mulai membangun
kepercayaan diri dan identitas diri masing-masing. Feldman (2012: 179) pada saat umur
3-4 tahun anak-anak mulai melihat perbedaan antara orang-orang berdasarkan warna
kulit, dan mereka mulai mengidentifikasi diri mereka dalam suatu kelompok tertentu.
Mereka mulai menyadari bahwa etnis dan ras yang abadi merupakan bagian dari mereka
kemudian memahami bahwa masyarakat menempatkan berdasarkan etnis dan ras.

Perkembangan sosial dan kepribadian dapat dibedakan berdasarkan gender antara


anak laki-laki dan perempuan. Anak laki-laki prasekolah menghabiskan lebih banyak
waktu dibandingkan anak perempuan di rumput yang tinggi bermain kasar, sedangkan
anak perempuan prasekolah menghabiskan lebih banyak waktu dalam permainan
terorganisir dan bermain drama/peran (Feldman, 2012: 181). Anak laki cenderung
memiliki kompetensi, independen, keuletan, dan daya saing. Sebaliknya anak
perempuan memilki sifat hangat, ekspresif, pemeliharaan dan patuh.

a) Perilaku sosial menurut Hurlock (2008: 118) antara lain:


Pola sosial:
 Meniru: anak cenderung meniru sikap dan perilaku orang yang sangat
mereka kagumi. Persaingan: keinginan untuk mengungguli dan
mengalahkan orang-orang lain sesudah tampak pada usia empat tahun. Ini
dimulai di rumah dan kemudian berkembang dalam bermain dengan anak
di luar rumah.
 Kejasama: pada akhir tahun ketiga bermain koperatif dan kegiatan
kelompok mulai berkembang dan meningkat baik dalam frekuensi maupun

5
lamanya berlangsung, bersama dengan meningkatnya kesempatan untuk
bermain dengan anak-anak lain.
 Simpati: karena simpati menumbuhkan pengertian tentang perasaan-
perasaan dan emosi orang lain maka hal ini hanya kadang-kadang timbul
sebelum tiga tahun. Semakin banyak kontak bermain, maka semakim
cepat simpati akan berkembang.
 Empati: seperti halnya simpati, empati membutuhkan pengertian tentang
perasaaan dan emosi orang-orang lain tetapi di samping itu juga
membutuhkan kemampuan untuk membayangkan diri sendiri di tempat
orang lain. Relatif hanya sedikit anak yang dapat melakukan hal ini
sampai awal masa kanak-kanak berakhir.
 Dukungan sosial: menjelang berakhirnya masa awal kanak-kanak dukungan
dari teman teman menjadi lebih penting dari pada persetujuan orang-
orang dewasa. Anak beranggapan bahwa perilaku nakal dan perilaku
mengganggu merupakan cara untuk memperoleh dukungan dari teman-
temannya sebaya.
 Membagi: dari pengalaman bersama orangorang lain. Anak mengetahui
bahwa salah satu cara untuk memperoleh persetujuan sosial adalah dengan
cara membagi hak miliknya terutama mainan untuk anak-anak yang lain.
Lambat tahun sifat mementingkan diri sendiri berubah menjadi sifat
murah hati. Anak yang pada waktu bayi memperoleh kepuasan hubungan
erat dan personal dengan orang lain berangsur-angsur memberikan kasih
sayang kepada orang di luar rumah.
b) Kesadaran sosial
sebelum Awal masa kanak kanak berakhir kebanyakan anak-anak membentuk
pendapat tentang orang lain apakah seorang itu “ baik ” atau “ jahat “ pandai ”
atau “ bodoh.
Perkembangan sosial pada masa kanak-kanak juga mempengaruhi keinginan
untuk berinteraksi dengan lingkungan sosial yang ada. Menurut Feldman (2012:
183) sebelum usia 3 tahun kegiatan sosial melibatkan keberadaan di tempat yang
sama pada saat yang sama, tanpa interaksi sosial yang nyata.

6
Mereka menjalin hubungan didasarkan kepada keinginan persahabatan,
bermain dan menyenangkan. Fokus kegiatan persahabatan mereka adalah
melakukan hal-hal bersama-sama dan bermain bersama-sama. Contoh konritnya
misalnya mereka mendorong mobil di lantai, bermain skiping/tali dan melompat
atau permainan aktif.
3. Perkembangan Kepribadian
Pembentukan kesadaran diri,masa ini disebut masa Trotzalter, periode perlawanan
atau masa krisi pertama. Krisis ini terjadi karena ada perubahan yang hebat dalam
dirinya, yaitu dia muali sadar akan akunya, dia menyadari bahwa dirinya terpisah dari
lingkungan atau orang lain, dia suka menyebut nama dirinya apabila berbicara dengan
orang lain. Pada masa ini, berkembang kesadaran dan kemampuan untuk memenuhi
tuntunan dan tanggung jawab. Oleh karena itu agar tidak berkembang sikap membandel
anak yang kurang terkontrol, pihak orang tua perlu menghadapinya secara bijaksana,
penuh kasih sayang, dan tidak bersikap keras.
Pada pandangan konsep diri anak-anak memiliki kepercayaan yang tinggi akan
keterampilan dan pengetahuan yang mereka miliki. Anak-anak berharap mampu
memenangkan dan mengalahkan setiap lawan dalam perlombaan. Ini pandangan
optimis yang muncul karena mereka belum membandingkan kinerja diri dengan kinerja
orang lain, sehingga memiliki kebebasan untuk mengambil kesempatan dan mencoba
kegiatan baru (Dweck & Wang dalam Feldman, 2012: 180).
Pada dasarnya pengembangan konsep diri juga dapat dipengaruhi dari ras dan etnis.
Misalnya dicontohkan oleh Feldman (2012) anak-anak Asia cenderung memiliki
orientasi kolektif dimana individu cenderung untuk hal diri mereka sebagai bagian dari
jaringan sosial yang lebih besar dan mereka saling bertanggung jawab kepada orang
lain. Sebaliknya budaya barat mengembangkan individualistik yang menekankan pada
identitas pribadi dan keunikan individu, mereka sebagai mandiri dan otonom dalam
persaingan dengan orang lain.
Menurut Hurlock (2008: 132) perkembangan kepribadian adalah sikap awal teman-
teman seperti halnya sikap keluarga yang sangat berarti karena sebagai dasar konsep
diri, karena baik keluarga maupun teman teman sebaya terbiasa memandang anak
dengan cara tertentu. Mengondisikan atau menbentuk konsep diri pada masa kanak

7
kanak. Karena lingkungan anak-anak terbatas pada rumah dan keluarga maka maka
tidak mengherankan jika kondisi keluarga turut membentuk konsep diri anak dalam
tahun tahun masa kanak kanak, tapi yang paling penting adalah bagaimana orang tua
mengenai penampilan, kemampuan dan prestasinya sangat mempengaruhi cara
pandang dirinya sendiri, Hurlock (2008: 133).
a) Cara pelatihan anak; disiplin otoriter yang keras disertai banyak hukuman badan
cenderung memupuk kebencian kepada semua orang yanng berkuasa dan
menimbulkan perasaan menyerah.
b) Cita- cita orang tua: kalau harapan orangtua terlampau tinggi maka anak
cenderung gagal dan kegagalan menimbulkan bekas yang sulit terlupakan dalam
konsep diri.
c) Posisi urutan: metode pembelajaran atau pengasuhan yang berbeda anak pertama
dan kedua dapat mempengaruhi perkembangan konsep diri anak.
d) Kelompok minoritas: anak menyadari akan mempunyai efek yang kurang baik
bila teman temanya mengabaikanya.
e) Ketidaknyamanan lingkungan: kematian, perceraian atau mobilitas sosial
berpengaruh buruk terhadap konsep diri anak karena ia merasa tidak aman dan
merasa lain dari teman sebayanya.
4. Perkembangan Moral
Istilah moral berasal dari kata Latin “mos” (Moris), yang berarti adat istiadat,
kebiasaan, peraturan/nilai-nilai atau tata cara kehidupan. Sedangkan moralitas
merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-
prinsip moral. Banyak ahli menyumbangkan pemikirannya untuk mengartikan kata
moral secara terminologi.
Menurut Santrock, (2009: 187) perkembangan moral adalah perkembangan yang
berkaitan dengan aturan dan konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh
manusia dalam interaksinya dengan orang lain. Perkembangan moral adalah perubahan-
perubahan perilaku yang terjadi dalam kehidupan anak berkenaan dengan tata cara,
kebiasaan, adat, atau standar nilai yang berlaku dalam kelompok sosial.
Pada masa ini, anak sudah memiliki dasar tentang sikap moralitas terhadap
kelompok sosial (orang tua saudara dan teman sebaya). Melalui pengalaman

8
berinteraksi dengan orang lain akan belajar memahami tentang kegiatan atau perilaku
mana yang baik/diterima/disetujui atau buruk/tidak boleh/ditolak/disetujui. Berdasarkan
pemahaman itu, maka pada masa itu anak harus dilatih atau dibiasakan mengenal
bagaimana dia harus bertingkah laku, seperti mencuci tangan sebelum makan,
menggosok gigi sebelum tidur, berbicara yang sopan dan membaca basmalah sebelum
makan.
Menurut Hurlock (2008: 163) kode perkembangan dari konsep-konsep moral pada
umum, pada akhir masa kanak-kanak, peranan disiplin dalam perkembangan moral
sangat penting merupakan masalah yang serius bagi anak yang lebih besar karena
disiplin yang tepat mampu membuat moral anak sangat baik. Perkembangan moral anak
dalam hal penalaran tentang moralitas, penyimpangan moral dan perilaku terhadap
moral.

2.3. Hubungan Dengan Keluarga


Pentingnya peran orang tua dalam perkembangan sosial dan kepribadian pada masa
kanak-kanak ini merupakan faktor lingkungan keluarga. Kekerasan dalam rumah tangga,
kesejahteraan ekonomi atau status sosial ikut mempengaruhi perkembangan sosial dan
kepribadian anak. Anak bisa saja menerima kekerasan fisik dan mental dari keluarga
karena faktor perkawinan sehingga anak mendapatkan pelecehan. Anak yang dilecehkan
lebih cenderung rewel, tahan terhadap kontrol, dan tidak mudah beradaptasi terhadap
situasi yang baru (Feldman, 2012: 188).
Pada umumnya sikap anak terhadap orang berbeda beda dan pola kehidupan
keseluruhan berpola pada kehidupan rumah, hubungan keluarga yang erat lebih besar
pengaruhnya dari pada pengaruh sosial yang lainya, barangkali kondisi yang paling
penting yang mempengaruhi penyesuaian anak, hubungan keluarga (orang tua, saudara,
sanak keluarga), Hurlock (2008: 130).
a) Hubungan Orang Tua
Karena anak lebih bergantung pada orang tua dalam hal perasaaan aman dan
kebahagiaaan, maka hubungan yang buruk dengan orang tua menngakibatkan sagat
buruk pada prilaku. Maka hubungan dengan orangtua atau ibulah sebagian besar
anak sangat tergantung.

9
b) Hubungan dengan Saudara
Hubungan dengan saudara antara bayi dengan saudara-saudaranya mulai berkurang
pada tahun kedua pada saat bayi sudah mulai menjadi anak-
anak sering kali mengalami pergeseran namun tidak semua pergeseran itu bukan
bersifat pertentangan namun hanya bersifat sekali kali saja. Bahkan pertengkaran
saudara memberikan pengalaman belajar berharga bagi anak: misal anak tungal
tidak memiliki pertentangan dengan saudara dan memperoleh perhatian tidak terbagi
dari orang tuanya sehingga tidak memiliki pengalaman belajar sosial,
c) Hubungan dengan Sanak Keluarga
Ada dua kondisi dalam hubungan dengan sanak keluarga sehingga dapat
mempengaruhi pribadi dan sosial anak.
 Frekuensi hubungan jika sanak keluarga yang tinggal di lain kota maka
hubungan anak dengan saudara akan jarang.
 Peran sanak keluarga dalam kehidupan anak: sebagi teman bermain, sedangkan
nenek berperan sebagi pengasuh atau penganti ibu. Perkembangan sosial dan
kepribadian anak juga dapat dipengaruhi Gaya orang tua dalam Menurut Simons
& Conger (Feldman 2012: 187) gaya orang tua biasanya menghasilkan
perbedaan perilaku anak sebagai berikut:
 Anak-anak yang orang tuanya otoriter cenderung menunjukkan sedikit
sosialis, tidak terlalu ramah, dan sering berprilaku gelisah di sekitar
teman-temannya. Perempuan sangat bergantung pada orang tua mereka,
sedangkan anak laki-laki biasa bermusuhan.
 Anak-anak dari orang tua yang permisif cenderung tergantung dan
murung, rendah keterampilan sosial dan pengendalian diri.
 Anak-anak dari orang tua otoritatif, mereka umumnya independen,
ramah, menonjolkan diri dan koperatif. Mereka memiliki motivasi yang
kuat untuk mencapai, dan biasanya sukses dan menyenangkan. Mereka
berusaha mengatur perilaku mereka sendiri secara efektif baik terhadap
diri sendiri dan orang lain.

10
 Anak-anak yang orang tuanya terlibat hal buruk, menunjukkan
perkembangan emosional terganggu. Mereka merasa tidak dicintai dan
memiliki emosional terpisah serta perkembangan fisik dan kognitif
mereka terhambat.

2.4. Mendisiplinkan Anak


1. Disiplin yang digunakan pada masa awal kanak-kanak menurut (Hurlock, 2008: 125).
Disiplin Otoriter : disiplin ini merupakan bentuk disiplin tradisional dan berdasarkan
pada ungakpan kuno yang mengatakan bahwa “menghemat cambukan berarti
memanjakan anak ” dalam disiplin otoriter orang tua dan pengasuh yang lain
memetapkan peraturan peraturan yang harus dilakukan oleh anak. Tidak ada usaha
untuk menjelaskan pada anak mengapa ia harus patuh pada peraturan dan tampa
memberi kesempatan untuk anak mengemukakan pendapatnya.
a) Disiplin yang lemah: disiplin yang lemah berkembang sebagai disiplin yang
otoroter yang dialamai oleh banyak orang dewasa dalam masa kanak kanak teknik
disiplin ini adalah bahwa melalui akibat dari perbuatan sendiri anak akan belajar
berprilaku secara sosial. Dengan demikian anak tidak diajarkan peraturan
peraturan, ia tidak dihukum karena sengaja melangar peraturan, juga tidak ada
hadiah bagi anak yang berprilaku sosial baik. .
b) Disipilin demokratis: kecendruangan untuk menyenangi disiplin yang bersadarkan
prinsip-prinsip demokratis sekarang meningkat: Prinsip ini menekankan hak anak
untuk mengetahui mengapa peraturan dibuat dan memperoleh kesempatan untuk
mengungkapkan pendapatnya bila beranggapan peraturan itu tidak adil. Dalam
peraturan demokratis hukuman “disesuaikan dengan kejahatan” dengan arti
hukuman di berikan berhubungan dengan kesalahan perbuatan, tidak lagi diberi
hukuman badan, penghargaan tetap diusahakan untuk usaha usaha dengan harapan
sosial yang tercakup pada peraturan-peraturan melalui pemberian hadiah terutama
pujian dan pengakuan sosial.

11
2. Pengaruh disiplin pada anak menurut (Hurlock, 2008: 125)
a) Pengaruh pada perilaku: anak yang orang tua disiplinnya lemah akan
mementingkan diri sendiri, tidak menghiraukan hak-hak orang lain, agresif dan
tidak sosial. Anak yang mengalami disiplin keras, otoriter akan sangat patuh jika
di hadapkan pada orang dewasa, dan lebih agresif di bandingkan dengan teman
sebayanya. Anak yang
dibesarkan dibawah perilaku disiplin demokratis belajar mengendalikan perilaku
yang salah dan mempertimbangkan hak hak orang lain.
b) Pengaruh pada sikap: anak yang dibesarkan dengan disiplin otoroter dan disiplin
lemah maka anak cenderung membenci orang yang berkuasa, disiplin otoriter juga
merasa di berlakuakan kurang adial. disiplin lemah seharusnya memperingatkan
bahwa tidak semua orang dewasa mau menerima prilaku yang tidak disiplin.
Disiplin demokratis dapat menimbulkan kemarahan yaang sementara tapi bukan
kebencian.
c) Pengaruh pada kepribadian: semakin banyak hukuman fisik digunakan semakain
anak cenderung cemberut, keras kepala dan negativistik. Hal ini mengakibatkan
penyesuaian pribadi dan sosial cenderung buruk,yang juga merupakan ciri khas
anak yang di besarkan dengan disiplin yang lemah, anak yang dibesarkan dengan
disiplin yang demokratisakan mempunyai penyesuaian pribadi dan sosial yang
baik.
Menegakkan kedisiplinan tidak boleh diberikan secara fisik dan psikologis (mental).
Bahkan hukuman fisik ini berupa pemukulan, yang dimulai dari kemarahan meningkat
menjadi kekerasan. Kekerasan fisik harus dihindari oleh orang tua tetapi kita tidak boleh
melupakan kekerasan mental (psikologi) yang harus juga dihindari. Misalnya orang tua
yang kasar menakut-nakuti, meremehkan, atau mempermalukan anak-anak mereka yang
mungkin bisa membuat mereka merasa seperti kekecewaan atau kegagalan (Feldman,
2012: 190).

12
2.5. Bahaya pada Masa Kanak-kanak
1. Bahaya fisik (kematian, penyakit, kecelakaan, kejanggalan, kegemukan, tangan-kidal).
2. Bahaya pisikologis (bahaya dalam berbicara, bahaya emosional, bahaya sosial, bahaya
bermain, bahaya dalam perkembangan konsep, bahaya dalam kepribadian, bahaya
dalam moral).
a) Bahaya sosial:
Jika pembicaraan dan perilaku anak tidak populer diantara teman sebaya sehingga anak
merasa kesepian.
 Jika anak dipaksa bermain sesuai gendernya maka anak akan bertindak secara
berlebiahan dan akan menjengkelkan teman temannya: misal anak laki laki
bersikap jantan dan agresif maka akan menimbulkan pertentangan dengan teman-
temanya.
 Sebagi akibat perlakuan dari teman temannya mungkin anak akan sering
mengembakan sikap sosial yang kuarang sehat.
 Mempunyai teman khayalan atau binatang, hal ini hanya mampu menyelesaikan
sementara masalah kesepian anak. Namun mengakibatkan sosialisasi anak sedikit.
 Dorongan orang tua yang lebih banyak mengunakan waktu anak lain dan tidak
membiasakan waktu sendiri, sehingga anak tidak ter biasa memanfaatkan waktu.
b) Bahaya Kepribadian:
Bahaya kepribadian yang paling serius adalah perkembangan konsep diri yang kurang
baik yang dapat disebabkan perlakuan anggota keluarga dan teman. Dengan demikian
sikap anak menjadi buruk sosial dan kepribadiannya.
c) Bahaya Moral:
 Disiplin yang tidak konsisten menghambat proses belajar menyesuaikan diri
dengan harapan sosial.
 Anak tidak ditegur atas perbuatan yang melanggar dan kalau anak dibiarkan
memperoleh kepuasan dalam melanggar, dan membiarkan teman-temannya
merasa iri hati dengan perilaku yang salah maka mendorong anak terus
melakukan hal yang salah.
 Terlampau banyak melakuakan hukuman terhadap perilaku yang salah dan
terlampu sedikit terhadap penekanan orang yang berkuasa, dan anak lebih banyak

13
menrima hukuman dari pada hadiah, anak bukanya mudah menyesali
perbuatannya melainkan cenderung kemarahan, brontak dan ingin menentang
orang yang menghukumnya.
 Anak yang terkena disiplin otoriter yang pokok penekanannya pada pengendalian
eksternal tidak didorong mengembangkan pengendalian internal terhadap
perilaku yang sebagai dasar pembentuk perilaku atau nurani maka anak
meningalkan nurani. Pengendalian diri internal dapat dilakukan sejak dini dengan
disiplin demokratis.

2.6. Kebahagiaan pada Masa Kanak-Kanak


Menurut Hurlock (2008: 133), beberapa kondisi penting mendukung kebahagiaan
dalam awal masa kanak-kanak:
1. Kesehatan yang baik yang memungkinkan anak menikmati apapun yang ia
lakukan dan berhasil dalam melakukannya.
2. Lingkungan yang merangsang dimana anak memperoleh kesempatan untuk
menggunakan kemampuannya semaksimal mungkin.
3. Perilaku yang kanak-kanak dan mengganggu diterima oleh orang tua dan
bimbingan orang tua dalam belajar berperilaku secara sosial.
4. Kebijakan dalam menegakkan disiplin yang terencana dan dilaksanakan secara
konsisten.

14
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Perkembangan adalah proses menuju dewasa, menjadi besar dan sempurna. Proses
perkembangan berjalan sejajar dengan pertumbuhan.
Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan merupakan proses yang tidak dapat
diukur. Dengan kata lain, perkembangan bersifat kualitatif , tidak dapat dinyatakan dengan
angka. Perkembangan ditandai dengan beberapa periode: masa bayi, masa kanak-kanak
awal; masa kanak-kanak akhir, masa remaja, dan masa dewasa awal.
Perkembangan sosial dan kepribadian pada masa kanak-kanak merupakan suatu proses
perkembangan pribadi di dalam lingkungan, yakni keluarga, teman sebaya dan masyarakat.
Perkembangan sosial dan kepribadian anak akan terus membentuk suatu kesadaran diri
yang memfokuskan pada pengembangan konsep diri mereka termasuk konsep gender. Pada
kehidupan sosial anak-anak prasekolah, terutama bagaimana bermain dengan teman sama
lain. Peran orang tua sangatlah penting sebagai figur otoritas lain dalam kedisiplinan anak
untuk membentuk perilaku anak-anak.
3.2. Saran
Penulis sadar, bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk baiknya makalah selanjutnya.
Semoga juga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membaca. Khususnya yang ingin
tahu tentang proses perkembangan anak dan proses adaptasi anak.

15

Anda mungkin juga menyukai