Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh:
Kelompok 6
1. Melinda Kristiana Dewi 1162070043
2. Mulyanah Robiatul Adawiyah 1162070048
3. Rizqy Saffana Jinani 1162070059
4. Santika Purnama 1162070064
5. Sasqia Nurul Fauziah 1162070065
Puji dan syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat
dan karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan laporan tentang “Sifat- Sifat
Kristal” ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan
kepada nabi Muhammad SAW, kepada keluarga dan sahabatnya.
Makalah Sifat- Sifat Kristal penyusun sampaikan kepada dosen Fisika Zat
Padat sebagai salah satu tugas mata kuliah tersebut. Dalam penulisan makalah ini,
penyusun menemukan banyak sekali kesulitan, namun penyusun menyadari
bahwa hal itu merupakan bagian dari proses pembelajaran.
Penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu Ade Yeti
Nuryantini, S.Pd, M.Pd, M.Si. dan Ibu Pina Pitriana, M.Si. yang telah
memberikan bimbingan serta arahannya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
tugas makalah ini. Tidak lupa kepada orangtua yang telah memberikan banyak
sekali dukungan, baik itu dukungan moril maupun materil. Penyusun menyadari
bahwa proposal ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca guna penulisan laporan alat
yang lebih baik di masa yang akan datang.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
C. Tujuan ....................................................................................................... 2
B. Saran ....................................................................................................... 28
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Hubungan Dispersi Diatomik ................................................................ 3
Gambar 2. Grafik Fungsi Distribusi Planck ............................................................ 4
Gambar 3. Garis elastik pada atom 𝑁 + 1. ............................................................. 7
Gambar 4. Kondisi terikat sin𝑠𝐾𝑎 = 0................................................................... 7
Gambar 5. Dianggap partikel N. ............................................................................. 9
Gambar 6. Nilai-nilai gelombang vektor K............................................................. 9
Gambar 7. Diperbolehkan nilai-nilai..................................................................... 10
Gambar 8. Ketergantungan Suhu dari Panas......................................................... 15
Gambar 9. Panas jenis model klasik Dulong - Petit .............................................. 17
Gambar 10. Panas jenis sebagai fungsi suhu. ...................................................... 20
Gambar 11. Kurva kerapatan ................................................................................ 22
Gambar 12. Kapasitas panas temperature. ............................................................ 24
Gambar 13. Hukum Deybe ................................................................................... 24
Gambar 14. Sketsa pada fungsi distribusi Planck. ................................................ 25
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejumlah energy bisa ditambahkan ke dalam material melalui
pemanasan, medan listrik, medan magnet, bahkan gelombang cahaya seperti
pada peristiwa photo listrik yang telah kita kenal. Tanggapan padatan terhadap
macam- macam tambahan energy tersebut tentulah berbeda. Pada penambahan
energi melalui pemanasan misalnya, tanggapan padatan termanifestasikan
mulai dari kenaikan temperatur sampai pada emiisi termal tergantung dari
besar energy yang masuk. Pada peristiwa photolistrik tanggapan tersebut
termanifestasikan sebagai emisi electron dari permukaan metal tergantung dari
frekuensi cahaya yang kita berikan, yang tidak lain adalah besar energy yang
sampai ke permukaan metal (Zannah, 2016).
Dalam mempelajarai sifat non-listrik material, kita akan mulai dengan
sifat thermal, yaitu tanggapan material terhadap penambahan energi secara
thermal (pemanasan). Dalam padatan, terdapat dua kemungkinan penyimpanan
energy thermal, yang pertama adalah penyimpanan dalam bentuk vibrasi atom/
ion di sekitar posisi keseimbangannya, dan yang kedua berupa energy kinetic
yang dikandung oleh electron bebas. Ditinjau secara makroskopis, jika suatu
padatan menyerap panas maka energy internal yang ada dalam padatan
meningkat yang diindikasikan oleh kenaikan temperaturnya. Jadi perubahan
energi pada atom-atom dan electron bebas menentukan sifat-sifat thermal
padatan. Sifat- sifat thermal yang akan kita bahas adalah kapasitas panas, panas
spesifik, pemuaian, dan konduktivitas panas (Tamado, Budi, Wirawan, & Dwi,
2013).
Salah satu sifat penting dari material sebuah benda padat adalah panas.
Sifat panas, perpindahan panas, perlakuan panas mempunyai dampak pada
material benda padat tersebut salah satunya adalah kapasitas panas. Kapasitas
panas merupakan banyaknya panas yang diperlukan untuk menaikan
temperature suatu zat. Kapasitas panas dibagi menjadi dua bagian, yakni
kapasitas panas pada tekanan tetap (CP) dan kapasitas panas pada volume tetap
1
(CV). Salah satu dasar teori tentang kapasitas panas volume tetap adalah
kapasitas panas Debye yang diturunkan dari fungsi energi system osilator
harmonik kuantum dan rapat keadaan. Pada persamaan model Debye dengan
tinjauan Kristal monoatomic, penyelesaian integrasinya tidak dapat
diselesaikan secara analitik (Sembiring & Karo-Karo, 2007).
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang kami ajukan adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan kapasitas panas Fonon?
2. Bagaima rapat keadaan model klasik?
3. Bagaimana rapat keadaan model Debye?
4. Bagaimana rapat keadaan model Debye?
5. Bagaimana temperatur Debye?
6. Bagaimana bentuk persamaan Debye?
C. Tujuan
Adapun tujuan dalam makalah ini adalah untuk mampu menganalisis:
1. Kapasitas panas Fonon
2. Rapat keadaan model klasik
3. Rapat keadaan model Debye
4. Rapat keadaan model Debye
5. Temperatur Debye
6. Bentuk persamaan Debye.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kapasitas Panas Fonon
Kapasitas panas adalah kuantitas panas yang dibutuhkan untuk
menguapkan air pada suhu dan tekanan tertentu (Hasibuan, 2005). Kapasitas
panas dibagi menjadi dua jenis ditinjau dari keadaan sistem ketika menerima
atau melepaskan panas, yaitu kapasitas panas pada tekanan tetap (Cp) dan
kapasitas panas pada volume tetap (Cv). Kapasitas panas pada volume tetap
Cv dibagi menjadi tiga yaitu: kapasitas panas klasik, kapasitas panas Einstein
dan kapasitas panas Debye (Juarlin & et all, 2010).
Untuk menentukan kapasitas panas jenis (pada volume konstan - Cv)
phonon pada temperatur tinggi dan temperatur rendah Model Einstein dan
Model Debye (Kittel, 2005).
Jika dalam kristal terdapat phonon, maka akan terjadi hubungan
dispersi (diatomik) yang dinyatakan:
3
Uk1,p = ∑3𝑃=1 < 𝜂 k1,p> ℏ𝜔k1,p (A.1)
Harga k ditentukan oleh vektor panjang gelombang serta p
menunjukkan jenis polarisasinya
Artinya : setiap harga 1 k kita akan mempunyai 3 jenis polarisasi (1
Longitudinal dan 2 Transversal).
Secara umum, energi kristal untuk k :
Ukp = ∑𝑃 𝜂kP =ℏ𝜔𝑘𝑝. (A.2)
Untuk seluruh nilai k, energi total kristal yang dimiliki adalah :
Utotal = ∑𝑝𝑘 𝑈kp =∑𝑘 ∑𝑝 𝑈kp =∑𝑘(∑𝑝 < 𝜂𝑘𝑝 > ℏ𝜔𝑘𝑝) (A.3)
𝞰kp = Probabilitas penempatan tingkat energi phonon
= distribusi Planck = peluang pengisi tingkat energi phonon yang ≠
suhu.
𝟏
< 𝞰 > =𝒆ℏ𝝎 (A.4)
−𝟏
𝒌𝒃 𝑻
ℏ𝜔
Utotal =∑𝑘𝑝 1+ ℏ𝜔𝑘𝑝𝑘𝑏 = ∑𝑘𝑝 𝑘𝑏 𝑇 (A.6)
−1
𝑘𝑏 𝑇
4
Sehingga menurut Einstein adalah sebagai berikut, atom-atom kristal
dianggap bergetar satu sama lain di sekitar titik setimbangnya secara bebas.
Getaran atomnya dinaggap harmonik sederhana yang bebas sehingga
𝜔
mempunyai frekuensi sama (𝜐 = 2𝜋) sehingga di dalam zat padat terdapat
𝜕𝑈 𝑑 3𝑁ℏ𝜔
Cυ = 𝜕𝑇 =𝑑𝑇 [𝑒ℏ𝜔 ]
−1
𝑘𝑏 𝑇
−1 ℏ𝜔
= 3Nℏ𝜔 𝑒ℏ𝜔
(− 𝑘 2 ) 𝑒 ℏ𝜔/𝑘𝑏𝑇
( )^2 𝑏𝑇
𝑘𝑏 𝑇−1
3𝑁ℏ2 𝜔2 𝑒 ℏ𝜔/𝑘𝑏 𝑇
= 𝑒ℏ𝜔
𝑘𝑏 𝑇2 ( )^2
𝑘𝑏 𝑇−1
3𝑁ℏ2 𝜔2 𝑒 ℏ𝜔/𝑘𝑏 𝑇
= 𝑘𝑏 𝑇2
𝑒ℏ𝜔
( ℏ𝜔 )
𝑘𝑏 𝑇−2𝑒𝑘 𝑏 𝑇 +2
3𝑁ℏ2 𝜔2 −1
= 𝑒ℏ𝜔
𝑘𝑏 𝑇 ( )
𝑘𝑏 𝑇−1
5
1. Distribusi Planck
Distribusi Planck Phonons digunakan untuk menjelaskan panas
spesifik kristal (Schley, et al., 2013). Pertimbangan pada sebuah set dari
osilator harmonik yang identik dalam kesetimbangan termal.
Perbandingan nilai osilator pada keadaan kuantum eksitasi (𝑛 + 1) pada
saat ke-𝑛 keadaan kuantumnya adalah sebagai berikut :
𝑁𝑛+1 𝑁𝑛 = 𝑒𝑥𝑝(−ℏ𝜔⁄𝜏), 𝜏 ≡ 𝑘𝐵 𝑇, (1)
Dengan menggunakan faktor Boltzmann. Maka fraksi total nilai osilator
pada keadaan kuantum adalah :
𝑁𝑛 𝑒𝑥𝑝(−𝑛ℏ𝜔⁄𝜏)
∑∞
= ∑∞ (2)
𝑠=0 𝑁𝑠 𝑠=0 𝑒𝑥𝑝(−𝑠ℏ𝜔⁄𝜏 )
6
Kapasitas panas kisi diperoleh dari perbedaan dengan toleransi
temperatur. Karena = ℏ𝜔⁄𝜏 = ℏ𝜔⁄𝑘𝐵 𝑇 : kemudian 𝜕𝑈⁄𝜕𝑇 menjadi :
𝑥 2 exp 𝑥
𝐶𝑙𝑎𝑡 = 𝑘𝐵 ∑𝑝 ∫ 𝑑𝜔 𝐷𝑝 (𝜔) (exp 𝑥−1)2 (8)
Pusat kasus adalah untuk mencari 𝐷(𝜔), Jumlah mode per rentang
satuan frekuensi. Fungsi ini disebut dengan density of modes atau, sering
disebut dengan density of states.
Gambar 3. Garis elastik pada atom 𝑁 + 1, dengan 𝑁 = 10, untuk kondisi terikat yang pada
ujung atom 𝑠 = 0 dan 𝑠 = 10. Pemindahan partikel pada mode normal untuk
pemindahan longitudinal atau transversal dari bentuk 𝑢𝑠 = sin 𝑠𝐾𝑎. Bentuk ini
otomatis bernilai nol pada saat atom berada di ujung 𝑠 = 0, dan kita memilih K
untuk membuat perubahan nol di ujung 𝑠 = 10.
Gambar 4. Kondisi terikat sin 𝑠𝐾𝑎 = 0untuk 𝑠 = 10 dapat diperoleh dengan memilih 𝐾 =
𝜋⁄10𝑎 , 2 𝜋⁄10𝑎 , … 9𝜋⁄10𝑎, dimana 10a merupakan panjang L dari garis.
Gambar yang ditunjukkan pada runag K. Dot tdiatas bukan atom akan tetapi jumlah
dari K . Pada partikel 𝑁 + 1 dalam garis, hanya 𝑁 − 1 yang diperbolehkan untuk
berpindah, dan paling umum pergerakannya dapat diungkapkan pada 𝑁 − 1 adalah
nilai yang diperbolehkan dari K. Kuantisasi K tidak berhubungan dengan mekanika
kuantum akan tetapi ada hubungannya dengan mekanika klasik dari kondisi terikat
atom
Kita anggap bahwa partikel 𝑠 = 0 dan 𝑠 = 𝑁 pada ujung garis tetap ada.
Masing-masing mode vibrasi normal dengan polarisasi 𝑝 yang memiliki
bentuk gelombang berdiri, dimana 𝑢𝑠 adalah pemindahan partikel s :
𝑢𝑠 = 𝑢(0) exp(−𝑖𝜔𝐾𝑝 𝑡) sin 𝑠𝐾𝑎 (9)
7
Dimana 𝜔𝐾𝑝 dihubungkan oleh K dengan hubungan dispersi yang tepat.
Seperti pada Gambar 4, gelombang vektor K dilarang oleh kondisi
fixed-end boundary pada nilai :
𝜋 2𝜋 3𝜋 (𝑁−1)𝜋
𝐾 = 𝐿, , ,…, (10)
𝐿 𝐿 𝐿
8
Gambar 5. Dianggap partikel N dibatasi untuk meluncur di sebuah cincin melingkar.Partikel-
partikel dapat berosilasi oleh mata air elastis.
Gambar 6. Nilai-nilai gelombang vektor K untuk kondisi batas periodic diterapkan pada kisi
linear periodisitas N = 8 atom pada garis panjang L. K = 0 solusi adalah modus
seragam.
9
Gambar 7. Diperbolehkan nilai-nilai dalam ruang Fourier dari gelombang fonon vektor K untuk
kisi persegi kisi konstan, dengan kondisi batas periodik diaplikasikan di atas sebuah
persegi samping L = 10a.
𝐾𝑧 (𝑧 + 𝐿))] (14)
di mana
2𝜋 4𝜋 6𝜋 𝑁𝜋
𝐾 = 𝐾𝑥 , 𝐾𝑦 , 𝐾𝑧 = 0; ± ,± ,± ,…,,± (15)
𝐿 𝐿 𝐿 𝐿
Oleh karena itu, ini merupakan satu nilai diperbolehkan dari K per
volume (2π/L)3 dalam ruang K, atau
𝐿 3 𝑉
(2𝜋) = 8𝜋3 (16)
10
Nomor total dari modus dengan vektor gelombang kurang dari K
dididapatkan dari pers.(18) untuk (L/2π)3 kali volume bola dari jari-jari
K, diperoleh:
𝐿 3 4𝜋𝐾3
𝑁 = (2𝜋) (17)
3
2. Panas Spesifik
Panas spesifik (specific heat) adalah kapasitas panas pes satuan
massa per derajat K, yang juga sering dinyatakan sebagai kapasitas panas
per mole per derajat K. Untuk membedakan dengan kapasitas panasa
yang ditulis dengan huruf besar (Cv dan Cp), maka panas spesifik
dituliskan dengan huruf kecil (cv dan cp) (Kittel, 2005).
Perhitungan klasik. Menurut hukum Dulong-petit (1820), panas
spesifik unsur adalah hampir sama untuk semua unsur, yaitu sekitar 6
cal/mole K. Boltzman kemudian menunjukkan bahwa angka yang
dihasilkan oleh Dulong- Petit dapat ditelusuri melalui pandangan bahwa
energi dalam padatan tersimpan dalam atom-atomnya yang bervariasi.
Energi atom-atom ini diturunkan dari teori kinetik gas (Kittel, 2005).
Dalam teori kinetik gas, molekul gas ideal memiliki tiga derajat
kebebasan dengan energi kinetik rata-rata per derajat kebebasan adalah
1 3
𝑘 𝑇 sehingga energi kinetik rata-rata dalam tiga dimensi adalah 2 𝑘𝐵 𝑇.
2 𝐵
11
1
energi rata-rata per derajat kebebasan bukan I 𝑘𝐵 𝑇 melainkan 𝑘𝐵 𝑇
2
12
Jumlah energi per status energiadalah Nn En dan total energi dalam
padatan adalah
E =∑𝑛 𝑁𝑛 𝐸𝑛
Sehingga energi rata-rata osilator adalah
𝐸 ∑ 𝑁 𝐸 ∑ 𝑁 𝐸 −(𝑛ℎ𝑓𝐸 /𝑘
𝐵 𝑇)𝑛ℎ𝑓𝐸
𝐸̅ =𝑁 = ∑𝑛 𝑁𝑛 𝑛 = 𝑛∑ 0 𝑁 −(𝑛ℎ𝑓𝐸 /𝑘 𝑇)
𝑛 𝑛 𝑛 0𝐸 𝐵
Panas spesifik
𝑑𝐸 ℎ𝑓 𝑒 ℎ𝑓𝐸 /𝑘𝐵 𝑇
Cv = 𝑑𝑇 |v = 3NkB (𝑘 𝐸𝑇)2 𝑒ℎ𝑓𝐸 2
𝐵 ( )
𝑘𝐵 𝑇
13
rendah kurva Einstein menuju nol jauh lebih cepat dari data eksperimen
(Kittel, 2005).
14
Ini dikenal sebagai hukum Dulong dan Petit. Tampak bahwa panas jenis
adalah konstan, tidak tergantung pada suhu.
Secara eksperimen panas jenis sesungguhnya adalah tergantung pada
suhu, seperti diperlihatkan pada Gambar berikut. Oleh karenanya perlu
pejelasan lebih lanjut untuk menjelaskan ketergantungan panas jenis pada
suhu
Gambar 8. Ketergantungan Suhu dari Panas Jenis Argon, Xenon, dan Kripton. Gaaris
Mendatar adalah Hasil Perhitungan Secara Klasik
15
Energi rata-rata sesuai dengan osilator dalam kesetimbangan
termalnya, adalah :
∑∞
𝑛=0 𝐸𝑛 𝑒
−(𝐸𝑛 /𝑘0 𝑇)
〈𝐸〉 = (C.2)
∑∞
𝑛=0 𝑒
−(𝐸𝑛 /𝑘0 𝑇)
𝑇 2 𝑇𝐸 2
= ( 𝑇𝐸 ) 𝑒𝑘𝑝 (− ) (C.8)
𝑇
16
Perbandingan kurva panas jenis model klasik dan model yang dibuat
oleh Einstein sebagaimana diperlihatkan pada Gambar di bawah,
Gambar 9. Panas jenis model klasik Dulong - Petit dibandingkan dengan model Eintein.
Sesuai dengan prinsip mekanika kuantum “modern” yang mana
dibangun 20 tahun setelah masanya Einstein, energi kuantum persamaan
𝐸𝑛 = 𝑛ℏ𝜔 dimodifikasi menjadi :
1
𝐸𝑛 = (2 + 𝑛) ℏ𝜔 (C.9)
Ada tambahan energi ½ℏ𝜔, adalah energi titik nol karena ada pada
seluruh suhu termasuk T = 0.
17
Komponen-komponen k dalam Lx, Ly, Lz adalah :
2𝜋 2𝜋 2𝜋
𝑘𝑥 = 𝑚𝑥 ; 𝑘𝑦 = 𝑚𝑦 ; 𝑘𝑧 = 𝑚𝑧 (D.3)
𝐿𝑥 𝐿𝑦 𝐿𝑧
𝑚 = bilangan bulat
Terdapat satu harga k per volume (2𝜋/L)3 dalam ruang k, atau
𝐿 3 𝑉
(2𝜋) = 8𝜋3 (D.4)
Selanjutnya kita bahas panas jenis sesuai dengan model Debye. Model
ini didasarkan pada asumsi Berarti sistem mempunyai ragam utama dengan 3
N derajat kebebasan. Oleh karenanya
𝜔𝑚
3𝑁 = ∫0 𝑔(𝜔)𝑑𝜔 (D.8)
Sebagai pendekatan, Debye mendefinisikan bahwa
3𝑉𝜔 2
𝑔(𝜔) ≅ 2𝜋2 𝑣 3
0 < 𝜔 < 𝜔0 (D.9)
0
Atau
1/3
6𝜋 2 𝑁
𝜔𝐷 = ( ) 𝑣0 (D.11)
𝑉
18
ℏ𝜔𝐷
𝜃𝐷 = ( )
𝑘0
1/3
ℏ𝜔𝐷 6𝜋 2 𝑁
𝜃𝐷 = ( )( ) (D.12)
𝑘0 𝑉
9𝑁𝑘0 𝑇 4 𝑥𝐷 𝑥 3 𝑑𝑥
𝑈= 3 ∫0 (D.16)
𝑉𝜃𝐷 𝑒 𝑥 −1
Kurva panas jenis suatu zat padat (per-mol) sebagai fungsi suhu sesuai
dengan model Debye yang diberikan pada gambar di bawah
Sifat-sifat termal 𝑈 dan 𝐶𝑉 melibatkan integral yang cukup rumit untuk
diselesaikan secara langsung. Akan tetapi dengan mudah dapat diselesaikan
secara analitik dengan pendekatan pada suhu yang sangat tinggi dan sangat
rendah. Untuk suhu yang sangat tinggi dimana 𝑇 ≫ 𝜃𝐷 (Kittel, 2005).
𝑥3
≅ 𝑥2 (D.19)
𝑒 𝑥 −1
19
Gambar 10. Panas jenis sebagai fungsi suhu. Lingkaran adalah data eksperimen dari
Yttrium yang dilaporkan oleh l.D. Jennings, dkk. (1960)
Sehingga persamaan 4.25 dapat diungkapkan kembali dalam bentuk
suhu T,
3
9𝑁𝑘0 𝑇 4 𝑥𝐷
𝑈≈ 3
𝑉𝜃𝐷 3
3
9𝑁𝑘0 𝑇 4 𝜃𝐷 3𝑁𝑘0 𝑇
𝑈= 3 = (D.20)
𝑉𝜃𝐷 3𝑇 3 𝑉
20
gradien suhu yang kecil arus thermal yang diamati sebanding dengan ∇T
(Kittel, 2005):
𝑑𝑇
𝑗𝑣 = −𝐾 𝑑𝑥
𝐽 = −𝐾∇𝑇 (D.23)
Energi thermal per elektron adalah 𝜀(𝑇{𝑥 − 𝑙}. 1 = 𝑉𝑥 𝜏 adalah panjang
lintasan bebas rata-rata bila v = kecepatan rata-rata dan 𝜏 = waktu rata-rata
1
𝐽=
𝑛𝑣(𝜀(𝑇[𝑥 − 1])𝜀(𝑇[𝑥 + 1]))
2
Dengan perubahan suhu pada lintasan bebas rata-rata adalah sangat
kecil, persamaan di atas dapat diekspansikan sehingga diperoleh
𝑑𝜀 𝑑𝑇
𝐽 = 𝑛𝑣𝑥2 𝜏 𝑑𝑇 (− 𝑑𝑥 ) (D.24)
21
𝐾 3 𝑘0 2
= ( )
𝑇𝜎 2 𝑒
≅ 1,11. 10−8 𝑤𝑎𝑡𝑡 − Ohm/𝑘 2
Ini dikenal sebagai hukum Wiedemann-Franz, dan sering disebut
seabgai bilangan Lorentz. Harga ini adalah sekitar setengah dari harga hasil
eksperimen (Kittel, 2005).
Analisis difraktogram pada analisis XRD akan digunakan untuk
menghitung ukuran partikel, yang ditentukan metode Debye Scherrer, yaitu
dengan menggunakan persamaan berikut.
𝑘. 𝜆
𝐷=
𝐵 cos 𝜃
Dengan D = ketebalan kristal yang juga dapat dianggap sebagai ukuran
kristal (nm), K = konstanta material yang nilanya kurang dari satu, nilai yang
umumya dipakai untuk K adalah (0,9), λ= panjang gelombang sinar-X yang
digunakan pada waktu pengukuran (nm), B = lebar setengah puncak pada
difraktogram, θ = berasal dari data grafik 2θ pada difraktogram (Astuti &
Khairurrijal, 2009)
Gambar 11. Kurva kerapatan keadaan sebagai fungsi pada model Einstein dan Debye
22
memberikan jumlah total keadaan yang dimiliki fonon, dan itu sama dengan
jumlah atom,N (Sinensis, Dian, & Firdaus, 2012).
E. Temperature Debye
Pada setiap temperature rendah kita bisa menggunakan persamaan
berikut,
𝑇 3 𝑥 𝑥3
𝑈 = 9𝑁𝑘𝐵 𝑇 (𝜃) ∫0 𝐷 𝑑𝑥 (E.1)
𝑒 𝑥 −1
dimana persamaan atas tersebut membiarkan batas atas menuju tak terhingga.
Kita mendapatkan persamaan berikut,
∞ ∞ ∞ ∞
𝑥3 1 𝜋4
∫ 𝑑𝑥 𝑥 = ∫ 𝑑𝑥 𝑥 3 ∑ exp(−𝑠𝑥) = 6 ∑ 4 =
0 𝑒 −1 0 𝑠 15
𝑠=1 1
−4
dimana, jumlah lebih dari 𝑠 ditemukan dalam table standar. Demikian 𝑈 ≅
3𝜋 4 𝑁𝑘𝐵 𝑇 4 /5𝜃 3 pada 𝑇 ≪ 𝜃 dan
12 𝜋4 𝑇 3 𝑇 3
𝐶𝑣 ≅ 𝑁𝑘𝐵 ( ) ≅ 234 𝑁𝑘𝐵 ( ) , (E.2)
5 𝜃 𝜃
23
Gambar 12. Kapasitas panas temperature rendah pada padatan argon. Digambarkan
secara berlawanan terhadap T3. Pada temperature ini hasil eksperimen memperoleh
hasil yang sesuai dengan hokum Debye T3 dengan 𝜽 = 𝟗𝟐. 𝟎 𝑲.
Pada suhu yang cukup rendah persamaan T3 cukup bagus. Pada saat
itulah hanya mode akustik panjang gelombang yang panjang yang keluar
secara termal. Ini hanya mode yang boleh berlaku sebagai sebuah konstanta
kontinum elastis. Energy pada mode panjang gelombang yang pendek
(dimana pendekatan ini gagal) ini terlalu tinggi untuk mereka untuk menjadi
populasi yang signifikanpada temperature rendah (Kittel, 2005).
Kita memahami hasil T3berdasarkan hasil argument sederhana pada
gambar berikut.
24
Gambar 14. Sketsa pada fungsi distribusi Planck. Pada te,peratur yang tinggi
Pada volume yang diizinkan dalam daerah K, pecahan ditempati oleh
mede excited secara berurutan pada (𝜔T/𝜔D)3 atau (𝐾 T/𝐾 D)3, dimana KT
adalah “termal” vector gelombang didefinisikan sebagai ℏ𝑣𝐾𝑇 = 𝑘𝐵 𝑇 dan
KD adalah Debye memotong vector gelombang. Demikian pecahan yang
terisi adalah (T/𝜃)3 pada volume total dalam daerah K. berada pada urutan
3N(T/𝜃)3 mode excited, masing- masing mempunyai energy kBT. energy
adalah ~3N kBT(T/𝜃)3 , and the heat capacity is ~12 N kBT(T/𝜃)3 .
Untuk kristal yang sebenarnya bertemperatur pada T3 pendekatan
berlaku cuikup rendah. itu munkin diperlukan untuk suhu rendah T= 𝜃/50
untuk mendapat perilaku T3 yang cukup murni.
Nilai yang dipilih pada 𝜃 dapat di lihat pada table berikut,
Tabel 1. Temperatur Debye dan Konduktivitas Debay
25
Catatan, untuk contoh, dalam logam alkali bahwa atom yang lebih
berat memiliki 𝜃 yang lebih kecil, karena kecepatan pada bunyi berkurang
bersamaan dengan meningkatnya kerapatan atau densitas (Kittel, 2005).
F. Persamaan Debye
Penyimpangan tersebut, menurut Debye, disebabkan oleh asumsi yang
diambil Einstein bahwa atom-atom bervibrasi secara bebas dengan frlekuensi
sama fE. analisis yang perlu dilakukan adalah menentukan spectrum frekuensi
g(f) dimana g(f)df didefinisikan sebagai jumlah frekuensi yang diizinkan
yang terletak antara f dan (f+df) (yang berarti jumlah osilator yang memiliki
frekuensi antara f dan f+df). Debye melakukanpenyederhanaan perhitungan
dengan menganggap padatan sebagai medium merata yang bervibrasi dan
mengambil pendekatan pada vibrasi atom sebagai spectrum gelombang
berdiri sepanjang Kristal (Kittel, 2005).
4𝜋𝑓 2
𝑔(𝑓) = (F.1)
𝑐𝑠 3
26
frekuensi yang diizinkan tidak akan melebihi 3N (N adalah jumlah atom yang
bervariasi tiga dimensi). Panjang gelombang minimum adalah 𝜆 D = cs/f D
tidak lebih kecil dari jarak antar atom dalam Kristal. Dengan mengintegrasi
g(f) df kali energy rata- rata yang diberikan oleh (10) ia memperoleh energy
internal untuk satu mole volume kristal (Kittel, 2005).
9𝑁 𝑓𝑑 ℎ𝑓
𝐸=𝑓 3 ∫0 𝑓 2 𝑑𝑓 (F.2)
𝑑 𝑒 ℎ𝑓/𝑘𝐵 𝑇 −1
Walaupun fungsi Debye tidak dapat diintegrasi secara analitis, namun dapat
dicari nilai-nilai limitnya.
𝜃
𝐷 ( 𝑇𝐷 ) → 1 Jika 𝑇 → ∞
𝜃 4𝜋 2 𝑇 3
𝐷 ( 𝑇𝐷 ) → (𝜃 ) Jika T<< 𝜃𝐷 (F.5)
5 𝐷
Dengan nilai- nilai limit ini, pada temperature tinggi cv mendekati nilai yang
diperoleh Einstein.
𝑐𝑣 = 3𝑁𝑘𝐵 = 3𝑅
Sedangkan pada temperature rendah
4𝜋 2 𝑇 3 𝑇 3
𝑐𝑣 = 3𝑁𝑘𝐵 (𝜃 ) = 464,5 (𝜃 ) (F.6)
5 𝐷 𝐷
27
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa :
B. Saran
Saran yang kami ajukan adalah :
1. Diharapakan apabila pembaca sudah membaca laporan alat ini
diharapkan tidak hanya laporan ini yang dibaca oleh para pembaca,
melainkan banyak sekali sumber-sumber ataupun buku-buku yang lebih
lengkap. Tarap pembaca yang ingin menulis laporan dengan judul yang
sama, jangan hanya terpacu pada makalah ini, berkreasilah sekreatif
mungkin untuk mencapai pembelajaran yang berkembang dan maju.
2. Pada penulisan laporan ini, kami menyarankan kepada segenap pembaca
agar tidak hanya terpaku kepada makalah yang kami buat dan mencari
referensi lain sebagai perbandingan. Serta kritik dan saran sangat kami
harapkan untuk perbaikan makalah selanjutnya.
28
DAFTAR PUSTAKA
29