Anda di halaman 1dari 8

4

indikator keberhasilan yang dicapai yaitu75%.Berdasarkan hasil tes siklus II selamadua kali
pertemuan diperoleh data dalam bentuk tabel 2.berikut ini

Tabel 2. Frekuensi Data Nilai Matematikapada Siklus II

Inter-valXt ffkumf %f kum%

40-47 43 6 6 18,75 18,7548-54 51 5 11 15,62 34,3755-62 58 9 20 28,13 62,5063-70 66 9 29 28,13


90,6371-78 74 2 31 6,25 96,8879-86 82 1 32 3,12 100,00

Berdasarkan hasil penelitian pada si-klus III sebagai langkah lanjutan dari siklus Idan II diperoleh nilai
rata-rata kelas 58,59.Ketuntasan belajar siswa meningkatnya itumenjadi 78,12 % atau 25 siswa
mencapai ni-lai di atas KKM (55) dari jumlah keseluruhan32 siswa. Ketuntasan tersebut telah
memenu-hi indikator keberhasilan yang dicapai yaitu75%. Berdasarkan hasil tes siklus III selamasatu
kali pertemuan diperoleh data dalam bentuk tabel 3.di bawah ini

Tabel 3. Frekuensi Data Nilai Matematikapada Siklus III

Inter-valXt ffkumf %f kum%

45-53 48 7 7 21,88 21,8854-61 57 14 21 43,75 65,6362-69 65 8 29 25,00 90,6370-77 73 2 31 6,25


96,8878-85 81 0 31 0 96,8886-93 89 1 32 3,12 100,00

Berdasarkan hasil penelitian yang di-laksanakan pada siklus I, II dan III dapat di-nyatakan bahwa
pembelajaran Matematikamenggunakan metode Problem Based Learn-ing dapat meningkatkan
kemampuan penye-lesaian soal cerita Matematika pada siswa ke-las V SD N I Jatirejo,
Wonogiri.Dengan demikian perbandingan ke-mampuan belajar siswa pada penyelesaiansoal cerita
Matematika dari kondisi awal se- belum tindakan, siklus I, Siklus II dan siklusIII mengalami
peningkatan, maka dapat dibu-at pada tabel 4.berikut ini:

Tabel 4. Perbandingan Data Nilai PraTindakan, Siklus I, II dan III

KetTesAwalTesSiklusITesSiklusIITesSiklusIII

NilaiTeren-dah30 35 40 45 NilaiTer-tinggi60 80 85 90Rata-Rata Nilai51 52,96 56,87


58,59SiswaBelajarTuntas37,5%53,12% 65,62% 78,12%

PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwakemampuan penyelesaian soal cerita padasiswa kelas V


mengalami peningkatan padasetiap siklus. Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian
ini didasarkan pa-da pembelajaran dengan menerapkan meto-de

Problem Based Learning

dalam pelak-sanaan pembelajaran Matematika. Adapunhasil penelitian ini merupakan hasil perkem-
bangan kemampuan kognitif siswa dalammenyelesaikan soal cerita Matematika.Hasil penelitian
penerapan metode
Pro-blem Based Learning

pada operasi bilangan bulat dari aspek kognitif dirinci pada nilaiterendah, nilai tertinggi, nilai rata-
rata sertatingkat ketuntasan belajar. Nilai terendahyang diperoleh siswa pada tes awal 30; padates
siklus pertama sebesar 35 kemudian me-ningkat pada tes siklus kedua menjadi 40 danmencapai
kriteria ketuntasan minimal padasiklus ketiga menjadi 45. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pa-da
tes awal sebesar 60, mengalami kenaikan pada tes siklus pertama sebesar 80, kemudianmenjadi 85
pada tes siklus kedua dan optimal pada siklus ketiga menjadi 90. Nilai rata-ratasiswa dalam satu
kelas secara keseluruhan ju-

ga terjadi peningkatan yaitu pada tes awal se- besar 51, tes siklus pertama 52,96 ; dan padates siklus
kedua 56,87 dan tes siklus ketigameningkat sebesar 58,59. Untuk siswa tuntas belajar (nilai
ketuntasan di atas 55) pada tesawal 37,50%; tes siklus pertama 53,12 % dantes siklus kedua menjadi
65,62% dan siklusketiga mencapai 78,12% .Persentase kemampuan kognitif siswadalam
menyelesaikan soal cerita mengalami peningkatan. Hal ini terbukti adanya pening-katan siswa dalam
memahami masalah darisoal cerita, memilih cara menyelesaikan soal,melakukan penyelesaian soal
dan memeriksaulang jawaban hingga jawaban tepat. Hal inisejalan dengan teori yang dikemukakan
olehPolya (2007) bahwa pemecahan masalahdalam matematika terdiri atas empat langkah pokok,
yaitu: memahami masalah, membuatrencana untuk menyelesaikan masalah, me-laksanakan
penyelesaian soal, memeriksaulang jawaban yang diperoleh.Dengan partisipasi siswa yang aktif
dankreatif siswa dalam pembelajaran yang se-makin meningkat, suasana kelas pun men- jadi lebih
hidup dan menyenangkan dan padaakhirnya kemampuan penyelesaian soal ce-rita Matematika
siswa Kelas V SDN I Jatire- jo Wonogiri meningkat. Hal ini sesuai de-ngan pendapat Martinis Yamin
(2011:146) pembelajaran berbasis masalah (

Problem Based learning

) merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang memberi kondisi belajar aktif kepada
peserta didik dalamkondisi dunia nyata.Berdasarkan peningkatan kemampuan penyelesaian soal
cerita yang telah dicapaisiswa maka pelaksanaan Penelitian TindakanKelas (PTK) dianggap cukup dan
diakhiri pada siklus III.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tindakankelas yang telah dilaksanakan dalam 3 siklusdengan


menerapkan penggunaan metode

Problem Based Learning

pada siswa kelas VSDN I Jatirejo Kecamatan Jatiroto Kabupa-ten Wonogiri tahun 2011 dalam
kegiatan pembelajaran dengan materi pokok soal ceri-ta bilangan bulat, dapat diambil
kesimpulanmelalui metode

Problem Based Learning


da- pat meningkatkan kemampuan penyelesaiansoal cerita dalam Matematika siswa Kelas VSDN I
Jatirejo Wonogiri tahun 2011. Hal inidapat telihat dengan adanya peningkatanrata-rata kelas yang
pada tes awal dilakukansebesar 51,00, siklus I sebesar 52,96, padasiklus II meningkat menjadi 56,87
dan men-capai optimal pada siklus ke III sebesar 58,59. Sedangkan untuk ketuntasan belajar sis-wa
menurut standar KKM yaitu 55, pada tesawal yang baru mencapai 37,50% dapat me-ningkat pada
siklus I menjadi 53,12%, siklusII mencapai 65,62% dan pada siklus III men- jadi 78,12%.

DAFTAR PUSTAKA

Bruner (dalam Gatot Muhsetyo, dkk). (2009).

Pembelajaran Matematika SD.

Jakarta:Universitas Terbuka.

Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan

. (2007). Jakarta: DepdiknasI.G. A. K Wardani. (2007).

Penelitian Tindakan Kelas

. Universitas TerbukaIskandar.(2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Gaung Persada


Press.Martinis Yamin. (2011).

Paradigma Baru Pembelajaran

. Jakarta. Gaung Persada Press.Milles dan Hubberman. (2000). Analisa Data Kuantitatif:

Buku Sumber Tentang Metode-metode Baru

. Terjemahan Tjetjep Rohidi. Jakarta: UI Press

Oemar Hamalik. (2008).

Kurikulum dan Pembelajaran

. Jakarta. Sinar Grafika

Pembelajaran Matematika

. Diperoleh tanggal 30 Januari 2011 dari

http://www.Journal+Of+Elementary+Sciense+Education//Acces30/01/2011

.Polya. (2007). Langkah-Langkah Penyelesaian Soal Cerita Soal. Diperoleh tanggal 14 Juni2012 dari

http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2174905-langkah-langkah- penyelesaian-soal-
cerita/#ixzz1xs02LD82

St.Y Slamet dan Suwarto,WA. (2007).

Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kualitatif


. Surakarta: UNSTaylor dan Francis group. (2008).

Pengertian Matematika

. Diperoleh tanggal 30 Januari 2011dari

http://www.tandf.co.uk/.../0020739x.asp/Journal+International+of+Mathematical+Education+in+Sci
ense+and+Technology.Acces30 /01/2011.

Trianto.(2007).

Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstrutivistik.

Jakarta. Prestasi Pustaka


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Upaya pemerintah untuk mewujudkan tujuan pendidikan di Indonesia dengan mengadakan


pembaharuan sistem pendidikan nasional, diantaranya pembaharuan dan penghapusan
desentralisasi pendidikan oleh pemerintah.

Pembaharuan sistem pendidikan nasional dilakukan untuk memperbaharui visi, misi dan strategi
pembangunan pendidikan nasional.

Pendidikan nasional mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang
kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua Warga Negara Indonesia berkembang menjadi
manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu
berubah.

Dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2006 juga ditegaskan bahwa “tujuan
pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Pembelajaran matematika akan menuju arah yang benar dan berhasil apabila kita mengetahui
karakteristik yang dimiliki matematika itu sendiri. Seperti mata pelajaran yang lain mata pelajaran
matematika memiliki karakteristik tersendiri baik ditinjau dari aspek kompetensi yang ingin dicapai,
maupun dari aspek materi yang dipelajari untuk menunjang tercapainya kompetensi.

Agar tujuan pengajaran dapat tercapai, guru harus mampu mengorganisir semua komponen yang
satu dengan lainnya dapat berinteraksi secara harmonis.

Kegiatan belajar mengajar melibatkan beberapa komponen, yaitu peserta didik, guru (pendidik),
tujuan pembelajaran, isi pelajaran, metode mengajar, media dan evaluasi. Tujuan pembelajaran
adalah perubahan prilaku dan tingkah laku yang positif dari peserta didik setelah mengikuti kegiatan
belajar mengajar, seperti; perubahan yang secara psikologis akan tampil dalam tingkah laku (over
behaviour) yang dapat diamati melalui alat indera orang lain baik tutur katanya, motorik dan gaya
hidupnya harus dimulai dari berbagai penjelajahan berbagai situasi dan persoalan “dunia riil”

Dalam RME proses belajar mempunyai peranan penting dimana siswa mampu menemukan sendiri
konse dan ide matematika, begitu juga dengan soal cerita matematika berbentuk pecahan sangat
ditekankan berbagai ilustrasi peserta didik dalam matematika. Untuk dapat meningkatkan mutu
pendidikan di suatu sekolah dapat dilihat dari adanya peningakatan mutu pembelajaran, terutama
pada mata pelajaran matematika. Matematika merupakan suatu mata pelajaran yang mendapat
perioritas untuk dikembangkan, karena matematika merupakan sarana untuk memecahkan masalah
sehari-hari. Seperti yang dikatakan Tambunan dalam Karso, dkk (2006 : 1.43) mengatakan bahwa
matematika adalah angka-angka perhitungan yang merupakan bagian dari hidup manusia.
Matematika menolong manusia memperkirakan secara eksak berbagai ide dan kesimpulan.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam rangka meningkatkan prestasi belajar khususnya
untuk memacu penguasaan materi pelajaran dijenjang SD, SMP dan SMU, perlu adanya
penyempurnaan proses belajar mengajar dan metode pembelajaran, khususnya pada pelajaran
matematika agar dapat diperoleh hasil belajar yang lebih baik

Senada dengan pendapat di atas, kurangnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
mengakibatkan siswa sekolah dasar kurang terampil dalam menjawab beberapa bentuk soal
matematika. Penyebab lainnya dikarenakan adanya guru yang beranggapan bahwa soal cerita
matematika merupakan soal-soal penerapan tingkat tinggi, sehingga soal cerita matematika tidak
dikembangkan dalam proses pembelajaran dari awal pengembangan konsep.

Atas dasar ini peneliti mencoba untuk menerapkan satu pendekatan baru yang lebih mengarahkan
siswa ke dunia nyata yaitu satu pendekatan yang disebut dengan pendekatan matematika realistik
karena pendekatan ini lebih memfokuskan pada kehidupan riil siswa yang membentuk lingkungan
belajar yang kondusif karena siswa adalah salah satu faktor pendukung berjalannya kegiatan belajar
mengajar (KBM) dan peneliti mencoba untuk melakukan penelitian tentang ”Penerapan Model
Pembelajaran Realistik Matematic Education (RME) pada pokok bahasan soal cerita bentuk pecahan
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V MIN Duman Tahun Pelajaran 2008/2009”

B. Sasaran Tindakan

Sasaran penelitian merupakan suatu objek penelitian tindakan kelas yang merupakan sesuatu yang
aktif dan dapat dikemas aktivitas, bukan objek yang sedang diam dan tanpa gerak
Berdasarkan pengertian di atas yang menjadi sasaran tindakan dalam penelitian ini adalah siswa-
siswi kelas V MIN Duman Lombok Barat tahun ajaran 2008/2009.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah “Apakah Penerapan model pembelajaran Realistik Matematic Education (RME) dapat
meningkatkan prestasi belajar matematika pada pokok bahasan soal cerita bentuk pecahan siswa
kelas V MIN Duman, Tahun Ajaran 2008/2009”.

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah ”Untuk mengetahui peningkatan
prestasi belajar siswa kelas V MIN Duman dalam menyelesaikan soal cerita bentuk pecahan dengan
menerapkan model pembelajaran Realistik Matematic Education (RME) tahun pelajaran 2008/2009.

E. Manfaat dan Hasil Penelitian

1. Manfaat Secara Teoritis

Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam menyelesaikan soal cerita bentuk pecahan dengan
penerapan model pembelajaran Realistic Matematic Education (RME).

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk memperkaya khazanah ilmu
pengetahuan, mengembangkan strategi pembelajaran dan dapat menjadi alternatif dalam
mengatasi masalah pembelajaran terutama pembelajaran matematika Pada Siswa Kelas V MIN
Duman, Tahun Ajaran 2008/2009”.
2. Manfaat secara praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :

a) Bagi siswa

Pelaksanaan penelitian ini akan dapat membuat siswa lebih berperan aktif dan lebih terampil dalam
belajar serta dapat merangsang kemampuan berfikir siswa dalam memecahkan masalah sehingga
dapat memperoleh hasil sesuai dengan yang diharapkan dalam upaya mengembangkan
pengetahuan.

b) Bagi guru

Sebagai salah satu pedoman bagi guru dalam menerapkan model pembelajaran Realistic Matematic
Education (RME) pada pembelajaran Matematika dan dapat dijadikan sebagai alternatif untuk
memilih atau menyiapkan strategi pembelajaran yang bisa meningkatkan pemahaman siswa sesuai
dengan yang diharapkan.

c) Bagi sekolah

Pelaksanaan penelitian ini akan dapat memberikan manfaat dalam rangka meningkatkan
pembelajaran di dalam kelas berupa peningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran
matematika maupun mata pelajaran yang lain dan memperbaiki teknik dan metode pembelajaran
yang bervariasi.

d) Bagi Peneliti

Sebagai bahan kajian tentang penerapan pembelajaran Realistic Matematic Education (RME) dan
manfaatnya secara langsung di dalam menuntaskan belajar matematika khususnya dalam
menyelesaikan soal cerita matematika terutama soal cerita pecahan

Anda mungkin juga menyukai