Anda di halaman 1dari 23

Kementerian Keuangan

Badan Kebijakan Fiskal

Prof. Suahasil Nazara, Ph D.


Wakil Menteri Keuangan
Rabu, 6 November 2019

1
Kementerian Keuangan
Badan Kebijakan Fiskal

Dengan
risiko turun

Ekonomi global tumbuh


Pertumbuhan 3,4% 3,8% 3,6% 3,0% 3,4%
terendah sejak krisis ekonomi global
keuangan global 2008 2016 2017 2018 Proyeksi Proyeksi
2019 2020
Pertumbuhan volume
• Revisi Proyeksi perdagangan global 2,2% 5,5% 3,6% 1,1% 3,2%
Proyeksi pertumbuhan ekonomi global
terus direvisi ke bawah. Dalam 1 tahun Dengan
terakhir, proyeksi pertumbuhan global risiko turun
2019 turun 0,7 percentage point. Sumber: WEO October, IMF

• Perlambatan Ekonomi
Perlambatan terjadi baik di negara maju
maupun negara berkembang, termasuk Risiko global yang
mitra dagang utama Indonesia. harus diwaspadai
• Respon Perlambatan
Perang Penurunan Resesi Tensi
Perlambatan direspon dengan penurunan
Dagang Manufaktur & Ekonomi Geopolitik
suku bunga dan kebijakan fiskal
ekspansif. Investasi

2
Kementerian Keuangan
Badan Kebijakan Fiskal

Aliran Modal ke Indonesia (miliar dolar)


TRANSMISI RISIKO Quantitative easing taper tantrum Normalisasi suku bunga

KE DOMESTIK 10

-5
Perlambatan ekonomi global

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017

2018

2019*
berdampak ke perekonomian
Sumber: Haver, *) Agustus
Indonesia melalui 3 jalur:
Perkembangan FDI (USD miliar)
Perdagangan
Kinerja neraca non migas tertekan, defisit neraca
migas masih tinggi

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017

2018

Sem 1
2019
Pasar finansial
Sumber: Bank Indonesia
Aliran modal ke Indonesia dipengaruhi oleh
kebijakan moneter negara maju Neraca Perdagangan (USD miliar)
30
20
Penanaman Modal Asing (FDI) 10
0
Sentimen negatif global dapat mempengaruhi
-10
investor confidence -20

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017

2018

Sd. Sept-2019
Nonmigas Migas Neraca Perdagangan
Sumber: BPS 3
Kementerian Keuangan
Badan Kebijakan Fiskal

Transaksi Berjalan (USD miliar) & Rasio thd PDB


Di Tengah Perlambatan
Ekonomi Global,
pertumbuhan dan inflasi terjaga, namun
terdapat tantangan dalam defisit transaksi
berjalan

Inflasi (%, yoy) Pertumbuhan ekonomi dan BI rate (%,yoy)


8
7
8,0 7,8 BI Rate 7 DDR
5,3
5,4
7,5 5,2 5,3
6 5,2 5,2 5,2 5,2
7,0 5,2
5 6,5 5,0 5,1 5,1 5,1 5.0 5,1
3,61 5,0 5,0
4 3,35 3,13 3.13 6,0 4,9 4,9 5,0
3,02
3 5,5 4,8 6,0 4,9
2 5,0 4,7 4,8 4,8 4,8
1 4,5 4,3 4,7
0 4,0 4,6
Okt

Okt

Okt

Okt
Jan

Jan

Jan

Jan

Jan
Jul

Jul

Jul

Jul

Jul
Apr

Apr

Apr

Apr

Apr

3,5 Pertumbuhan PDB 4,5


3,0 4,4
2015 2016 2017 2018 2019

Sumber: CEIC dan Kemenkeu 4


Kementerian Keuangan
Badan Kebijakan Fiskal
Konsumsi Pemerintah

7,6
Permintaan Domestik 31,7
PMTB
Berkontribusi Terhadap Net Ekspor
[VALUE]
Perekonomian 57,6
Konsumsi
3,7
Lain-Lain
Konsumsi RT dan investasi sebagai RT dan LNPRT

engine of growth
Konsumsi
Pemerintah
PMTB
Rata2
AGGREGATE
• Kondisi global volatile ekspor Indonesia
tertekan
Rata2
2006-2015: 2015: 5.3
2006-2015:
2015: 5.0 DEMAND
• Sumber pertumbuhan Indonesia adalah 2016: -0.1 2016: 4.5
perekonomian domestik (konsumsi RT, 2017: 6.2
konsumsi pemerintah, dan investasi ) 6,0% 2017: 2.1
2018: 4.8 6,8% 2018: 6.7
2019 S1: 5.0
2019 S1: 6.9
Arah kebijakan:
Konsumsi RT Impor Ekspor
• Menjaga konsumsi dan daya beli RT, dan LNPRT Rata2 Rata2
Rata2 2006-2015 : 2006-2015 :
stabilitas pasokan dan harga. 206-2015: 2015: -6.2 2015: -2.1
2015: 4.8
• Mendorong investasi dengan insentif fiskal, 2016: -2.4 2016: -1.7
2016: 5.0
peran kuasi-fiskal, dan partisipasi swasta. 2017: 8.1 2017: 8.9
• Mendorong ekspor sektor manufaktur dan
menggalakkan pariwisata.
5,1% 2017: 5.0
2018: 5.1 4,7% 2018: 12.0
2019 S1: -7.0
5,2% 2018: 6.5
2019 S1: -1.8
2019 S1: 5.3
Kementerian Keuangan
Badan Kebijakan Fiskal

Permintaan Domestik Pertanian


2015
3.8
2016
3.4
2017
3.9
2018
3.9
2019 -S1
3.7
Berkontribusi Terhadap Pertambangan -3.4 0.9 0.7 2.2 0.8
Industri 4.3 4.3 4.3 4.3 3.7
Perekonomian Konstruksi 6.4 5.2 6.8 6.1 5.8
Perdagangan 2.5 4.0 4.5 5.0 4.9
Transportasi 6.7 7.4 8.5 7.0 5.5
• Sektor pertanian, industri dan Akomodasi 4.3 5.2 5.4 5.7 5.7
perdagangan selalu tumbuh di Informasi dan Komunikasi 9.7 8.9 9.6 7.0 9.3
bawah rata-rata nasional, padahal Jasa Keuangan 8.6 8.9 5.5 4.2 5.9
total kontribusi terhadap PDB PDB 4.9 5.0 5.1 5.2 5.1
sebesar 46%

• Pertumbuhan sektor pertambangan Sektor


Perubahan share
2006-2015 (%)
Share
2019 S1 (%)
AGGREGATE
fluktuatif seiring pergerakan harga
Primer -2,8 20,7
SUPPLY
komoditas
Sekunder -3,6 31,7
• Sektor jasa selalu tumbuh di atas Tersier 3,2 44,1
rata-rata pertumbuhan nasional
Lain-lain 3,2 3,7
6
Kementerian Keuangan
Badan Kebijakan Fiskal

Menjaga konsumsi sebagai mesin


Penting menjaga utama pertumbuhan ekonomi Indonesia

stabilitas domestik Meningkatkan daya saing untuk


di tengah menarik FDI dan menggenjot
ekspor
ketidakpastian global
Melakukan reformasi struktural
dan menjaga stabilitas ekonomi-
APBN sebagai instrumen kebijakan politik
untuk mempengaruhi perekonomian
melalui fungsi alokasi, distribusi, dan
stabilisasi
Meningkatkan kualitas sumber daya
manusia sebagai aktor ekonomi
7
Kementerian Keuangan
Badan Kebijakan Fiskal

APBN didorong untuk menjadi


instrument

Countercyclical
agar dapat merespon risiko
pelemahan perkonomian
Pertumbuhan
========================== Ekonomi (%)
Rasio Defisit
Defisit APBN Thd PDB (%)
Pemerintah menjaga kesehatan
APBN dengan menjaga defisit
APBN

Outlook

8
Kementerian Keuangan
Badan Kebijakan Fiskal

Kinerja Belanja KL s.d. Triwulan III 2019 lebih tinggi


dibanding tahun-tahun sebelumnya  terus didorong
Kinerja Penyerapan 10 KL Terbesar
agar tetap on track dan produktif s.d September, 2017-2019 (persen thd APBN/P)
48,5

Realisasi Belanja KL s.d September, 2015-2019 KEMEN PU PERA

% APBN
66,4
1.200,0 70,0
Triliun (Rp) 65,0 KEMENHAN

60,4
76,8
55,8 56,4 60,0 POLRI
1.000,0
48,4
68,0
50,0 KEMENAG
800,0
83,3
40,0 KEMENSOS

600,0 75,3
KEMENKES
30,0

847,4 855,4 60,8


400,0 795,5 798,6
767,8 KEMENKEU
20,0
556,1
511,5 556,1 50,4
428,6 450,2 KEMENHUB
200,0 384,7 10,0
68,6
KEMENRISTEK DIKTI
- -
2015 2016 2017 2018 2019 61,4
KEMENDIKBUD

APBN/APBN Real. s.d 30 % thd APBN/APBNP


P September - 5,0 10,0 15,0 20,0 25,0 30,0 35,0 40,0 45,0 50,0 55,0 60,0 65,0 70,0 75,0 80,0 85,0 90,0
9
2019 2018 2017
Kementerian Keuangan
Badan Kebijakan Fiskal

Belanja K/L akan terus didorong agar tetap on track dan produktif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi
dan peningkatan kesejahteraan  instrumen counter cyclical
Belanja pegawai K/L s.d 30 September 2019 mencapai Belanja Barang K/L s.d. 30 September mencapai
82,3%, lebih tinggi dibanding 4 tahun terakhir 59,2%, lebih tinggi dibanding 4 tahun terakhir
TriliunRupiah Persen
Triliun Rp Persen • Membiayai
59,2
200 72,8 72,6 67,2 72,5
82,3
• Mendukung 180
52,5
56,3 57,3
63 operasional
80
reformasi
160
140
56
49
pelayanan publik
41,7
120 42
130
184,7
birokrasi 100 35
20
150,3
164,8 80 194,0 204,2 28 • Kebutuhan
133,7
60
151,7 • Peningkatan 60
40 108,2
159,1 166,6 21
14
sarana
-40
kualitas 20 7 prasarana publik
0 0
pelayanan (rumah MBR,
-10 -100
2015 2016 2017 2018 2019 publik 2015 2016 2017 2018 2019
alat mesin
pertanian,
Realisasi s.d 30 September % thd Pagu Realisasis.d 30 September %thdPagu
pemeliharaan
jalan)
Realisasi Belanja Modal K/L s.d 30 September mencapai Belanja Bantuan Sosial K/L s.d. 30 September 2019
42,5%, relatif sama dibandingkan tahun-tahun sebelumnya mencapai 89,5%, lebih tinggi dibanding 4 tahun terakhir
• Meningkatkan
Triliun Rupiah Persen
Triliun Rupiah Persen
produktivitas
44,1 42,5 100 89,5 100
100 30,4 40,0 40,3
81,2
• Meningkatkan
0 80 66,4 80 • Penurunan
75 iklim investasi 58,6
52,3 kemiskinan
60 60
50 • Mendorong
90,6 89,9
76,8
82,6 80,4 -200 pertumbuhan 40
66,1 40 • Peningkatan
25 ekonomi & 62,8 86,9 kesejahteraan
20 20
investasi 25,8 32,0
0 -400 pemerintah 0 0
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
(jalan, waduk, 10
Realisasi s.d 30 September Realisasi s.d 30 September % thd Pagu
% thd Pagu jembatan)
Kementerian Keuangan
Badan Kebijakan Fiskal

KEGIATAN PRIORITAS
Waktu pelaksanaan anggaran hanya sekitar 2 bulan, untuk
itu perlu dipastikan kegiatan prioritas dapat dilaksanakan
dengan baik dan di-deliver kepada masyarakat sesuai
target.
KETERBATASAN WAKTU REVISI
Bila akan merevisi anggaran tahun 2019, agar
mempertimbangkan keterbatasan waktu hingga akhir
Desember.

KOORDINASI LINTAS K/L


Fokus K/L dalam
Untuk K/L yang mengalami perubahan nomenklatur, agar
penyelesaian kegiatan dilakukan koordinasi lintas K/L (Kemenkeu, KemenPAN RB, BKN)
dan anggaran Tahun
PENYIAPAN LAPKEU
2019 Memastikan penyiapan Laporan Keuangan K/L (LKKL) 2019
dapat mencapai opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), dengan
tetap menjaga governance.

15
Kementerian Keuangan
Badan Kebijakan Fiskal

Pembangunan Sumber Transformasi


Daya Manusia Ekonomi
● Transformasi dari ketergantungan
● Pembangunan sumber daya sumber
manusia akan menjadi menjadi daya alam ke daya saing manufaktur
prioritas utama untuk merespons dan jasa modern yang mempunyai
bonus demografi nilai tambah tinggi bagi
● Menciptakan generasi pekerja keras kemakmuran bangsa.
yang dinamis, menguasai ilmu

5
pengetahuan dan teknologi Penyederhanaan
● Perlu adanya endowment fund yang
Birokrasi
besar untuk manajemen SDM
● Optimalisasi kerja sama dengan industri ● Pemotong birokrasi yang
panjang dan penyederhanaan
eselonisasi
● Membuat eselon menjadi dua
Penyederhanaan segala level saja, yaitu tingkat
PROGRAM bentuk kendala regulasi fungsional yang menghargai
● Presiden Jokowi akan mengajak DPR kompetensi dan keahlian.
KERJA untuk
PRIORITAS menerbitkan 2 undang-undang besar, Pembangunan
yaitu: Infrastruktur
 UU Cipta Lapangan Kerja
 UU Pemberdayaan UMKM ● Pembangunan infrastruktur akan
● UU tersebut akan merevisi Undang- terus dilanjutkan untuk
Undang yang dinilai menghambat mendukung aktivitas masyarakat
tercapainya lapangan kerja dan UMKM ● Termasuk pembangunan infrastruktur
untuk mendukung pengembangan
perekonomian dan kemudahan
12
aksesibilitas.
KEMENTERIAN KEUANGAN KEBIJAKAN FISKAL
REPUBLIK INDONESIA
EKONOMI MAKRO PENYEHATAN FISKAL PERBAIKAN NERACA
 Meningkatkan pertumbuhan;  Mobilisasi pendapatan; PEMERINTAH PUSAT
 Mendorong daya saing;  Spending Better;  Peningkatan aset;
 Meningkatkan investasi.  Pembiayaan kreatif dan  Pengendalian Liabilitas
Pengendalian Risiko  Peningkatan Ekuitas

STRATEGI MAKRO FISKAL PERBAIKAN NERACA


PEMERINTAH PUSAT
Mobilisasi Pendapatan yang inovatif untuk
Kerangka Kebijakan 1 pelebaran fiscal space dalam rangka
1 ASET
memperkuat belanja pembentuk aset:
Fiskal:  Reformasi perpajakan +  Mobilisasi pendapatan akan berdampak
 Reformasi PNBP pada pelebaran fiscal space.
+  Pelebaran fiscal space dan spending better
 Insentif fiskal
•Mencapai Sasaran diharapkan dapat meningkatkan aset
produktif
Makro Spending Better untuk efisiensi belanja dan
meningkatkan belanja modal pembentuk aset;
•Penyehatan Fiskal 2  Penajaman belanja barang 2 LIABILITAS
 Penguatan belanja modal Pelebaran fiscal space dan spending better
•Perbaikan Neraca  Reformasi belanja pegawai juga dapat memitigasi risiko di masa depan
Pemerintah Pusat  Efektivitas Bansos dan Subsidi - sehingga dapat mengendalikan Liabilitas
 Penguatan kualitas desentralisasi fiskal

Pembiayaan yang kreatif dan mitigasi risiko untuk


3 EKUITAS
mengendalikan liabilitas: Dengan spending better dan pengendalian
3  Pengendalian defisit dan utang
risiko yang solid akan dapat meningkatkan
Ekuitas
 Pembiayaan yang efisien dan kreatif
13
Kementerian Keuangan
Badan Kebijakan Fiskal

Postur
APBN 2020
diarahkan untuk mendukung
pencapaian sasaran
pembangunan namun tetap
mampu adaptif menghadapi
risiko perekonomian

14
Kementerian Keuangan
Badan Kebijakan Fiskal

Kebijakan Optimalisasi penerimaan negara disertai dukungan


terhadap perekonomian, dunia usaha melalui insentif
Penerimaan Negara fiskal, dan peningkatan layanan kepada masyarakat

Kebijakan Penerimaan Perpajakan Penerimaan Negara Bukan Pajak


Pengelolaan dan Pemanfaatan SDA yang Optimal, Efektif
Meningkatkan Perbaikan kualitas dan Efisien
kepatuhan wajib pajak pelayanan, penyuluhan,  Penyempurnaan regulasi dan kontrak.
dan pengawasan melalui  Efisiensi kegiatan.
Ekstensifikasi barang penguatan sistem IT dan  Peningkatan kepatuhan dan intensifikasi pengawasan.
kena cukai dan administrasi perpajakan
Penyesuaian tarif Peningkatan Pelayanan dan Penyesuaian Tarif
cukai hasil tembakau Implementasi  Mempertimbangkan daya beli dan pengembangan dunia usaha.
Keterbukaan Informasi  Optimalisasi pengelolaan Barang Milik Negara (BMN).
Mengurangi tingkat
Perpajakan (AEoI)
penyelundupan dan Peningkatan Efisiensi BUMN dan Kinerja BLU
Pengembangan/ Menurunkan  Mempertimbangkan cashflow BUMN dan kemampuan keuangan
perluasan fasilitas dwelling time/waktu BUMN.
KITE dan IKM bongkar muat kapal  Pengembangan usaha dan penugasan Pemerintah.
 Pelayanan BLU yang lebih profesional.
PPh dan PPN
menjadi instrumen
yang mendukung Penyempurnaan Tata Kelola
• implementasi UU PNBP dan penyempurnaan regulasi pelaksanaan UU
iklim investasi dan
PNBP
daya saing
• Perluasan penggunaan teknologi informasi dalam rangka pelaksanaan
Legal Adminsitrasi dan peningkatan pelayanan 15
Kementerian Keuangan
Badan Kebijakan Fiskal

Fokus Belanja
Pemerintah
Pusat
Tahun 2020
untuk mendukung
pelaksanaan
prioritas pembangunan
dan penyelenggaraan
Pemerintah  efisien
dan efektif

16
Pendidikan Usia Dini Pendidikan Dasar Pendidikan Tinggi
• • Kartu Indonesia Pintar • KIP Kuliah
APBN untuk BOP PAUD
(SD/SMP/SMA sederajat)
(DAK Non Fisik) • Rp 6,7 T
mempersiapkan • Rp 11,2 T • 818,1 ribu mahasiswa
• Rp 4,5 T • 20,1 juta jiwa
generasi muda • 7,4 juta anak • Beasiswa LPDP
• Bantuan Operasional (S2/S3)
untuk peningkatan Sekolah • Rp 1,8 T
• • 5.000 mahasiswa baru
kualitas SDM •
Rp 63,0 T
54,6 juta jiwa dan 12.333 mahasiswa
lanjutan
diarahkan untuk peningkatan kualitas
SDM sebagai bagian mewujudkan • Sarpras PAUD • Bangun/Rehab Ruang • Bangun/Rehab Kampus
kesejahteraan dan keadilan rakyat Kelas • Rp 4,4 T
• Rp 307,6 M
• Rp 7,8 T • 87 kampus
• 5.841 ruang kelas
• 15,1 ribu ruang kelas
Anggaran Pendidikan dan 2.677 sekolah

Rp508,1 T •

Riset oleh LPDP
Rp 284,1 M
• Riset oleh Kemenristekdikti
• Rp 1,5 T
• 104 riset • 1.450 riset

• Tunjangan Profesi Guru • Tunjangan Profesi Guru Non


PNS PNS
• Rp 63,5 T • Rp 10,7 T
• 1,3 juta guru 26 • 407,7 ribu guru
27
Kementerian Keuangan
Badan Kebijakan Fiskal

Peningkatan
Kesejahteraan
Pemberdayaan Masyarakat
APBN Tahun 2020 Program Keluarga Harapan
Rp29,1 T Pembiayaan Ultra Mikro
untuk Peningkatan 10,0 juta keluarga miskin
Bantuan Pangan/Kartu
Rp1,0 T bagi 241 rb debitur
(1,6 juta debitur akumulasi)
Kesejahteraan Sembako
Rp28,1 T
Subsidi Bunga Kredit Usaha
Rakyat Rp13,8 T bagi 16,47
Masyarakat 15,6 juta keluarga miskin juta debitur (akumulasi)
Bantuan Sosial Usaha Ekonomi
Berpenghasilan Mendukung Produktif
Pengembangan Rp270 M bagi 135 ribu KK
Rendah, Miskin dan Perekonomian Desa Bantuan untuk Nelayan
Rentan Miskin Dana Desa
a.l. Premi Asuransi Rp33,0 M
untuk 170 rb nelayan
Rp72,0 T untuk 74.954 desa
termasuk: Akses Perumahan
• 20.588 desa tertinggal
• 6.835 desa sangat tertinggal Subsidi Uang Muka Perumahan

Rp372,5 T Peningkatan
Produktivitas Pertanian
Rp600 M bagi 150 rb Keluarga
(MBR)
Subsidi Bunga Kredit
Perumahan
Subsidi Pupuk
Rp3,9 T bagi 677 rb Keluarga
Rp26,6 T bagi 16,2 juta
(MBR)
petani
19
Kementerian Keuangan
Badan Kebijakan Fiskal

Percepatan Pembangunan
Infrastruktur
Penguatan pembangunan infrastruktur
melalui terobosan pembiayaan kreatif untuk
akselerasi penuntasan infrastruktur.

Rp423,3 T
Kebijakan pembangunan infrastruktur:
• Untuk mendukung transformasi industrialisasi dan
revolusi industry 4.0
• Untuk antisipasi urbanisasi ke perkotaan
• Untuk mendukung pemerataan pembangunan
antarwilayah
• Untuk meningkatkan peran swasta dan BUMN melalui
skema pembiayaan kreatif
• Melalui opsi-opsi KPBU sebagai strategi pembiyaan di
luar APBN
• Untuk meningkatkan koordinasi lintas sectoral 20
(termasuk Pemda) demi tercapainya target nasional.
Kementerian Keuangan
Badan Kebijakan Fiskal

Insentif Fiskal Insentif Fiskal


dalam pipeline :
untuk • Super Duduction • Omnibus Law
Mendorong Padat Karya
Mendorong Peran Swasta
Mendorong Investasi dan
dunia usaha melalui
Investasi dalam Investasi Padat
Karya
penurunan tarif PPh
badan

Pemerintah berkomitment untuk Fasilitas


mendorong investasi melalui fasilitas
perpajakan dan bea dan cukai Pajak
Penghasilan Bea & Cukai PPN Khusus

• Tax Holiday • Pembebasan bea • Penguragan PPN: • Fasilitas di


• Tax Allowance masuk impor untuk • Barang Modal Kawasan
• Pengurangan barang modalKITE • Pelayanan Ekonomi Khusus
pajak penghasilan • Bonded Storage Area kesehatan dan (KEK)
impor • Bea masuk ditanggung Pendidikan • Fasilitas di
• Super Deduction pemerintah • Pelayanan Sosial kawasan industri
untuk R&D and • Jasa ekspor • Free Trade Zone
vocational training

21
Transfer ke Daerah dan Dana Desa
Meningkat Rp42,5 triliun dari Outlook 2019 diarahkan untuk : Rp856,9 T
Perbaikan kualitas layanan dasar publik Akselerasi daya saing Mendorong belanja produktif

• Mempercepat penyediaan infrastruktur publik dan penguatan


kualitas SDM, terutama melalui bidang pendidikan, kesehatan,
air minum, perlindungan sosial, dan konektivitas antarwilayah.
• Meningkatkan daya saing melalui inovasi, kemudahan
berusaha, tata kelola pemerintahan, dan kebijakan insentif
yang mendukung iklim investasi.

• Meningkatkan produktivitas terutama berorientasi ekspor


melalui pengembangan potensi ekonomi daerah.

22
Kementerian Keuangan
Badan Kebijakan Fiskal

TERIMA KASIH

23

Anda mungkin juga menyukai