Anda di halaman 1dari 2

Macam-macam Tauhid

Oleh Holivia Almira J, 1906349684, FG-1


Secara bahasa, tauhid berasal dari bahasa Arab yang berbunyi “fi’il wahhada
yuwahhidu” yang berarti satu. Makna Tauhid dalam Islam artinya mengesakan Allah sebagai
satu-satunya Tuhan yang patut untuk disembah dan diagungkan. Menurut Imam Ath-Thahawi
dalam kitab Syarh al-Aqidah al-Thahawiyah, tauhid dibagi menjadi tiga macam, antara lain:
1. Tauhid Rububiyyah
Mengesakan Allah dalam hal penciptaan, penjagaan yang berhubungan dengan
alam semesta. Meyakini bahwa hanya Allah yang mampu melakukan perbuatan khusus
seperti menciptakan makhluk, memberi manfaat, memberi musibah dan lainnya. Yang
termasuk dalam tauhid rububiyyah adalah beriman kepada Allah. Meyakini bahwa
hanya Allah yang patut disembah oleh seluruh ummat dan seluruh benda di alam
semesta pun tunduk atas perintahNya. Semua makhluk hidup diberikan fitrah, diatur,
diciptakan dan dikendalikan olehNya. Tauhid Rububiyyah akan rusak jika kita
mengakui adanya dua Tuhan atau lebih di alam semesta ini.
2. Tauhid Uluhiyyah
Mengesakan Allah dengan cara beribadah kepadaNya, seperti shalat, dzikir,
berdoa, dan lainnya. Ibadah yang dilakukan dapat bersifat lahir maupun batin, ucapan
maupun perbuatan. Kata Uluhiyyah diambil dari kata Ilah yang bermakna Yang
disembah dan Yang ditaati.
Realisasi dari tauhid ini adalah dengan dua dasar, yaitu memberikan bentuk
ibadah hanya kepada Allah dan bentuk ibadah yang diberikan sesuai dengan ajaran
agama serta meninggalkan larangan Allah. Kedua dasar di atas dapat disimpulkan
dalam kata ikhlas (berniat hanya untuk Allah) dan mutaba’ah (mengikuti sunnah
Rasul). Kedua kata ini terdapat dalam syahadat, yang bermakna secara harfiah bahwa
tidak ada Tuhan yang patut disembah kecuali Allah, sedangkan cara untuk melakukan
ibadah tersebut dengan benar adalah dengan mengikuti sunnah Rasul.
Contoh dari penyimpangan Tauhid Uluhiyyah adalah, ketika seseorang datang
ke makam kyai dengan membawa sesajen atau bernadzar dan meminta kepada jenazah
tersebut agar dapat melepaskannya dari musibah.
3. Tauhid Asma’ dan Sifat
Cara mengesakan Allah dengan nama dan sifat yang dijelaskan lewat Al-Qur’an
dan hadits Rasulullah. Cara bertauhidnya dengan menghindari sifat tahrif, ta’thil,
tasybih dan takyif. Tahrif artinya mengubah makna suatu ayat atau hadits memalingkan
makna ayat atau hadits dengan menginterpretasikan maknanya kepada makna lain.
Ta’thil artinya mengingkari dan menolak sebagian sifat Allah. Tasybih bermakna
menyerupakan sifat Allah dengan sifat makhlukNya. Takyif bermakna
menggambarkan wujud Allah.
Asma merupakan bentuk jamak dari ism yang berarti nama. Maka, asma artinya
nama-nama Allah. Sementara sifat dalam tauhid ini didefinisikan sebagai perbuatan,
kekuasaan, termasuk informasi mengenai Allah dan segala yang Ia miliki.
Cara untuk melaksanakan tauhid ini adalah dengan itsbatun yaitu menetapkan
nama dan sifat Allah yang menunjukkan ke-Maha Sempurnaan Allah.
Tauhid Asma dan Sifat, berdiri atas tiga asas, yaitu:
a. Tidak menyamakan Allah dengan perkara atau sifat yang ada pada makhlukNya,
atau dengan kekurangan makhlukNya.
b. Meyakini nama dan sifat Allah sesuai dengan yang ada di Al-Qur’an dan Hadits.
c. Tidak melakukan khayalan terhadap wujud Allah.

Daftar Pustaka
Mujilan dkk. 2019. Buku ajar matakuliah pengembangan kepribadian agama Islam:
Membangun pribadi muslim moderat. Jakarta: Midada Rahma Press.

Purnama Yulian. 2011. Makna tauhid. Diakses dari https://muslim.or.id/6615-makna-


tauhid.html. Pada 06 Oktober 2019.

Ukkasyah Sa’id Abu. 2016. Penjelasan kasyfus syubuhat (5) : Definisi dan macam-
macam tauhid. Diakses dari https://muslim.or.id/27346-penjelasan-kasyfus-
syubuhat-5-definisi-dan-macam-macam-tauhid.html. Pada 06 Oktober 2019.

Anda mungkin juga menyukai