Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN FOCUS GROUP DISCUSSION

SKENARIO 4

TEKNIK LAPAROTOMI PADA OPERASI ANJING YANG SULIT MELAHIRKAN

Disusun oleh:

Nama : Reza Wahyudi

NIM : 16/398237/KH/09008

Kelompok : 1.A

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA


YOGYAKARTA

2019

I. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa mampu mempersiapkan operasi yang meliputi persiapan hewan,
ruang operasi, alat dan bahan operasi, operator dan pembantu operator.
2. Mahasiswa memahami dan mampu melakukan operasi dengan benar dan
aseptic.
3. Mahasiswa mampu melakukan perawatan pasca operasi yang benar dan
memahami proses kesembuhan luka.
II. PEMBAHASAN
Laporotomi berasal dari dua kata terpisah, yaitu laparo dan tomi. Laparo
sendiri berarti perut atau abdomen sedangkan tomi berarti penyayatan. Sehingga
laparotomy dapat didefinisikan sebagai penyayatan pada dinding abdomen atau
peritoneal. Istilah lain untuk laparotomy adalah celiotomi (Theresa, 2007).
Laparotomi dilakukan di situs linea alba(medianus), paramedianus dan flank.
Setelah bagian yang akan ditangani ditampilkan, dilakukan tindakan perbaikan
yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka. (Sandy, 2015)
Laparatomi merupakan jenis operasi bedah mayor yang dilakukan di daerah
abdomen. Pembedahan dilakukan dengan penyayatan pada lapisan-lapisan dinding
abdomen untuk mendapatkan bagian organ abdomen yang mengalami masalah.
Sayatan pada operasi laparatomi menimbulkan luka yang berukuran besar dan
dalam sehingga membutuhkan waktu penyembuhan yang lama, perawatan
berkelanjutan dan beresiko menimbulkan komplikasi (Ningrum, 2016).
Macam – Macam Teknik Laparotomi
• Ada 4 cara laparotomi, yaitu :
1. Midline incision
Menggunakan scalpel lnsisi cauda/midline dibuat tepat dibelakang
umbilicus kearah caudal kira-kim 6-12 em (secukupnya tergantung besar
kecilnya hewan), sedangkan insisi cranial midline dibuat tepat di belakang
processus xyphoideus sampai umbilicus (Hartiningsih, 2016).
2. Paramedian
Yaitu sedikit ke tepi dari garis tengah (±2,5 cm), panjang (12,5 cm)
3. Transverse upper abdomen incision
Yaitu insisi di bagian atas, misalnya pembedahan kolesistomi dan
splenektomi.
4. Transverse lower abdomen incision
Yaitu insisi melintang di bagian bawah ±4 cm di atas anterior spinal
iliaka, misalnya pada operasi appendectomy (Dictara, 2018)
Sebelum melakukan laparotomi perlu dilakukan persiapan sebelum operasi,
persiapan-persiapan tersebut yaitu :
1. Persiapan Ruangan
Ruang yang digunakan untuk operasi harus terang, mempunyai
dinding, lantai dan langit-langit yang bersih, sirkulasi udara minimal, dan
jendela yang selalu tetap tertutup. Ruang operasi sebaiknya terletak
berdekatan dengan ruang pencukuran pasien. Ruang operasi hanya
difungsikan sebagai tempat operasi, tidak menjadi tempat lalu-lalang, dan
orang yang tidak terlibat dalam pelaksanaan operasi tidak diperbolehkan
memasuki ruang operasi (Hartiningsih, 2016).
2. Persiapan Alat dan Bahan
Persiapan dimulai dengan sterilisasi alat bedah yang bertujuan untuk
menghilangkan mikroba yang ada pada alat-alat bedah yang akan
digunakan nanti. Prosedur autoclave merupakan proses sterilisasi yang
berprinsip pemanasan basah dengan tekanan tinggi. Proses autoclave
berlangsung di dalam alat pemanas tertutup yang digunakan untuk
mensterilisasi suatubenda atau alat menggunakan uap bersuhu dan
bertekanan tinggi (1210C, 15 lbs) selama kurang lebih 15 menit.
Penurunan tekanan pada autoclave tidak dimaksudkan untuk membunuh
mikroorganisme, melainkan meningkatkan suhu dalam autoclave. Suhu
yang tinggi inilah yang akan membunuh microorganisme (Madigan,2006).

Alat yang telah steril disusun di dekat meja operasi dengan susunan
dan jumlah: Blade yang telah dipasang di handle scalpel (1 buah) -
Gunting (2 buah) - Needle holder (1 buah) - Pinset anatomis (1 buah) -
Pinset chirurgis (1 buah) - Mosquito forceps (6 buah) - Allis forceps (6
buah) - Hemostatic forceps (6 buah) - Duk klem (6 buah) - Duk – Tampon
– Needle – Benang.
3. Persiapan Hewan
a. Pencukuran rambut
- Daerah yang akan dioperasi dibasahi air sabun.
- Rambut dicukur searah rebah rambut.
- Dibilas dengan kapas yang telah dibasahi air.
- Dilap dengan tisu.
b. Pengosongan saluran pencernaan dan vesica urinaria
c. Hewan dipuasakan makan dan minum 12 jam sebelum operasi.
d. Hewan ditimbang untuk mengetahui berat badan dan dapat ditentukan
dosis premedikasi dan anastesi yang dibutuhkan.
e. Hewan diinfus, diberi premedikasi, dan dianastesi (Hartiningsih, 2016)
4. Persiapan Operator dan Co-operator
- Memakai masker.
Masker digunakan dengan mengikatkan tali bagian atas melewati
atas telinga dan mengikatkan tali bagian bawah melewati bawah
telinga.
- Mensucihamakan tangan sebelum operasi.
Tangan dan lengan dibasahi air, disabun, dan dibersihkan dimulai
dengan penggosokan ke empat permukaan jari tangan, kuku, telapak
tangan dan punggung tangan. Penggosokan pada lengan dimulai dari
pergelangan tangan kemudian diteruskan menuju ke atas siku.
- Setelah selesai melakukan penggosokan pada lengan, sabun yang
melekat pada tangan maupun lengan dibersihkan dengan air mengalir
dari tangan ke arah siku. Air yang masih membasahi tangan dan lengan
sebaliknya dibiarkan menetes melewati siku beberapa saat, atau dilap
dengan tisu. Pengelapan dimulai dari pergelangan tangan ke arah siku,
kemudian cara yang sama tangan dan lengan yang satu juga dilap
dengan tisu lain. Tangan dan lengan yang sudah disucihamakan dijaga
agar terhindar dari berbagai kontaminan selama pemakaian gaun
operasi maupun ketika mengenakan sarung tangan
- Memakai jas laboratorium untuk mencegah kontaminasi dari tubuh
- Memakai sarung tangan.
Sebelum mengenakan sarung tangan, tangan disemprot alkohol.
Ketika mengambil sarung tangaan hanya bagian dalam sarung tangan
saja yang boleh disentuh tangan yang tidak mengenakan sarung tangan,
sedang sisi luar tangan hanya boleh dipegang dengan tangan yang
sudah bersarung tangan (Hartiningsih. 2016)
5. Anastesi

Anestesi berarti suatu keadaan dengan tidak ada rasa nyeri. Anestesi
umum ialah suatu keadaan yang ditandai dengan hilangnya persepsi
terhadap semua sensasi akibat induksi obat. Dalam hal ini, selain
hilangnya rasa nyeri, kesadaran juga hilang. Obat anestesi umum terdiri
atas golongan senyawa kimia yang heterogen, yang mendepresi SSP
secara reversibel dengan spektrum yang hampir sama dan dapat dikontrol.
Obat anastesi umum dapat diberikan secara inhalasi dan secara intravena.
Obat anastesi umum yang diberikan secara inhalasi (gas dan cairan yang
mudah menguap) yang terpenting di antaranya adalah N2O, halotan,
enfluran, metoksifluran, dan isofluran. Obat anastesi umum yang
digunakan secara intravena, yaitu tiobarbiturat, narkotik-analgesik,
senyawa alkaloid lain dan molekul sejenis, dan beberapa obat khusus
seperti ketamine (Munaf, 2008).

Stadium anestesi dibagi dalam 4 yaitu;

a. Stadium I (stadium induksi atau eksitasi volunter), dimulai dari pemberian


agen anestesi sampai menimbulkan hilangnya kesadaran.Rasa takut dapat
meningkatkan frekuensi nafas dan pulsus, dilatasi pupil, dapat terjadi
urinasi dan defekasi.
b. Stadium II (stadium eksitasi involunter), dimulai dari hilangnya kesadaran
sampai permulaan stadium pembedahan.Pada stadium II terjadi eksitasi
dan gerakan yang tidak menurut kehendak, pernafasan tidak teratur,
inkontinensia urin, muntah, midriasis, hipertensi, dan takikardia.
c. Stadium III (pembedahan/operasi), terbagi dalam 3 bagian yaitu;
Plane I : yang ditandai dengan pernafasan yang teratur dan terhentinya
anggota gerak. Tipe pernafasan thoraco-abdominal, refleks pedal masih
ada, bola mata bergerak-gerak, palpebra, konjuctiva dan kornea terdepresi.
Plane II: ditandai dengan respirasi thoraco-abdominal dan bola mata
ventro medial semua otot mengalami relaksasi kecuali otot perut.
III. KESIMPULAN
1. Pada operasi laparotomi perlu melakukan persiapan ruangan, hewan, alat,
bahan dan operator serta co-operator.
2. Anestesi memiliki 4 stadium, stadium ketiga adalah saat tepat untuk melakuka
operasi.
3. Cairan infus terbagi menjadi 3 jenis dan memiliki osmolaritas berbeda serta
kegunaan yang berbeda-beda.

IV. LUARAN PEMBELAJARAN


1. Mahasiswa mampu mempersiapkan operasi yang meliputi persiapan hewan,
ruang operasi, alat dan bahan operasi, operator dan pembantu operator.
2. Mahasiswa memahami dan mampu melakukan operasi dengan benar dan
aseptic.
3. Mahasiswa mampu melakukan perawatan pasca operasi yang benar dan
memahami proses kesembuhan luka.

V. REFERENSI
Dictara, A. A., Angraini, S. I., Musabiq, S. 2018. Efektivitas Pemberian Nutrisi
Adekuat dalam Penyembuhan Luka Pasca Laparotomi. Majority 7(2):
249-256.
Ningrum, T. P., Isabela, C. 2016. Gambaran Karakteristik Pasien Wound
Dehiscence Menurut Variabel Rotterdam di RSUD Kota Bandung. Jurnal
Ilmu Keperawatan IV(2): 111-115.
Sandy, F.P.T., Yuliwar, R dan Utami, N.W. 2015. “ Infeksi Luka Operasi ( ILO)
Pada Pasien Post Operasi Laparotomi”. Jurnal Keperawatan Terapan No.
1 Vol. 1
Hartiningsih., Devita, A., Dhirgo, A., Setyo, B., Agus, P., Dito, A. Ilmu Bedah
Umum. Departemen Bedah dan Radiologi. Petunjuk Praktikum

Anda mungkin juga menyukai