Zaman Yunani Kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada
masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide atau
pendapatnya. Yunani pada masa itu dianggap sebagai gudang ilmu dan filsafat,
karena Bangsa Yunani pada masa itu tidak lagi mempercayai mitologi-mitologi.
Bangsa Yunani juga tidak dapat menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap
receptive attitude (sikap menerima begitu saja), melainkan menumbuhkan sikap an
inquiring attitude (suatu sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis).
Sikap belakangan inilah yang menjadi cikal bakal tumbuhnya ilmu pengetahuan
modern. Sikap kritis inilah menjadikan bangsa Yunani tampil sebagai ahli pikir
terkenal sepanjang masa (Sangpenerang : 2012).
a. Perkembangan Sains Menurut Thales (624-548 SM),
Thales (624-546 SM) lahir di kota Miletus yang merupakan tanah perantauan
orang-orang Yunani di Asia Kecil. Thales adalah seorang saudagar yang sering
berlayar ke Mesir. Di Mesir, Thales mempelajari ilmu ukur dan membawanya ke
Yunani. Thales berprinsip bahawa air adalah dasar segala sesuatu. Thales
menyatakan bahwa air adalah prinsip dasar segala sesuatu. Air menjadi pangkal,
pokok, dan dasar dari segala-galanya yang ada di alam semesta. Berkat kekuatan
dan daya kreatifnya sendiri, tanpa ada sebab-sebab di luar dirinya, air mampu
tampil dalam segala bentuk, bersifat mantap, dan tak terbinasakan. Selain itu, ia
juga mengemukakan pandangan bahwa bumi terletak di atas air. Bumi dipandang
sebagai bahan yang satu kali keluar dari laut dan kemudian terapung-apung di
atasnya. Selain itu Thales berpendapat bahwa segala sesuatu di jagat raya
memiliki jiwa. Jiwa tidak hanya terdapat di dalam benda hidup tetapi juga benda
mati. Teori tentang materi yang berjiwa ini disebut hylezoisme.