Anda di halaman 1dari 1

Seadwik

We d n e s d a y, A u g u s t 1 6 , 2 0 1 7

Laporan Praktikum Anatomi


Fisiologi Manusia "Sistem
Ekskresi"
LAPORAN PRAKTIKUM
ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA
“SISTEM EKSKRESI”

Oleh :

NAMA : Sylvia
Anggraeni

NIM :
1302010103054

KELAS :A

KELOMPOK :4

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER

2016
I. Judul : Sistem Ekskresi
Topik : Sistem Ekskresi

II. Tujuan :
Mahasiswa mengetahui anatomi dan posisi
organ-organ sistem ekskresi.

III. Tinjauan Pustaka


Tubuh manusia memiliki suatu
sistem untuk mengeluarkan zat-zat sisa hasil
metabolisme tubuh (seperti CO2, H2O, NH3,
zat warna empedu dan asam urat) yang
dinamakan sistem pengeluaran. Beberapa
istilah yang erat kaitannya dengan sistem
pengeluaran ini adalah :
1. Defekasi : yaitu proses pengeluaran sisa
pencernaan makanan yang disebut feses.
Zat yang dikeluarkan belum pernah
mengalami proses metabolisme di dalam
jaringan. Zat yang dikeluarkan meliputi
zat yang tidak diserap usus sel epitel,
usus yang rusak dan mikroba usus
2. Eksresi : yaitu pengeluaran zat sampah sisa
metabolisme yang tidak berguna lagi bagi
tubuh.
3. Sekresi : yaitu pengeluaran getah oleh kelenjar
pencernaan ke dalam saluran pencernaan.
Getah yang dikeluarkan masih berguna
bagi tubuh dan umumnya mengandung
enzim.
4. Eliminasi : yaitu proses pengeluaran zat dari
rongga tubuh, baik dari rongga yang kecil
(saluran air mata) maupun dari rongga
yang besar (usus) (Guyton,1996).
Sistem Ekskresi merupakan sistem yang
berperan dalam proses pembuangan zat-zat yang
sudah tidak diperlukan (zat sisa) ataupun zat-zat yang
membahayakan tubuh dalam bentuk larutan. Ekskresi
terutama berkaitan dengan pengeluaran senyawa-
senyawa nitrogen. Selama proses pencernaan
makanan, protein dicernakan menjadi asam amino
dan di absorbs oleh darah, kemdian digunakan oleh
sel-sel tubuh untuk membentuk protein-protein baru.
Di dalam tubuh vertebrata, asam amino yang
berlebihan akan dirombak menjadi ammonia dan di
ekskresikan lewat ginjal sebagai senyawa-senyawa
ammonium sulfat, ammonium fosfat, urea asam urat
atau trimethylamine, semua zat sisa yang tidak
dipergunakan lagi oleh tubuh sebagian akan di
keluarkan bersama urin (Pearce, 2009). Ginjal
merupakan organ tubuh manusia yang sangat vital.
Karena ginjal merupakan salah satu organ
perkemihan (ginjal-ureter kandung kemihuretra).
Penyakit ginjal dapat meningkatkan risiko kematian
bagipenderita dan dapat juga menjadi pemicu
timbulnya penyakit jantung. Apabila penyakit ginjal
bisa dideteksi secara dini, penyakit lain
yang menyebabkan kematian bisa segera dicegah.
Karena ketidaknormalan fungsi ginjal sering kali
menggambarkan tahapan awal dari gejala
penyakit jantung (Oktaviana.2012 :1-2). Menurut
Ramdhany et al. (2007:87), ginjal adalah organ
yang terdapat pada daerah lumbal dan termasuk
ke dalam bagian dari sistem urinari.
Fungsi dari ginjal adalah mem-filter
darah, mengekskresikan urin dan mengatur
konsentrasi hidrogen, sodium, potasium, fosfat
dan ion-ion lain yang terdapat di dalam cairan
ekstrasel. Ginjal merupakan organ penting dalam
mengendalikan tekanan darah.Oleh karena itu,
berbagai penyakit dan kelainan pada ginjal bisa
menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi.Jika
terjadi penyempitan arteri yang menuju kesalah
satu ginjal, maka bisa menyebabkan peradangan
dan cidera pada salah satu atau kedua ginjal,
selain itu juga bisa menaikkan tekanan darah.
Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui
beberapa cara. Jika tekanan darah meningkat,
ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air
yang akan menyebabkan berkurangnya volume
darah serta mengembalikan tekanan darah ke
kondisi normal. Ginjal juga bisa meningkatkan
tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang
disebut renin yang memicu pembentukan hormon
angiotensi yang kemudian akan memicu
pelepasan hormon aldosteron (Asrian, Bahar, B.,
Kardianti, 2014). Sistem urinari adalah sistem
organ dalam tubuh yang terdiri dari ginjal, vesica
urinaria, ureter dan urethra. Organ-organ tersebut
berperan dalam produksi dan ekskresi urin. Organ
utama dari sistem ini adalah ginjal yang
memfiltrasi darah dan memproduksi urin
sedangkan organ lainnya hanyalah struktur
tambahan untuk menyimpan dan mengalirkan
urin. Sistem urinari memiliki tiga fungsi yaitu:
metabolisme, hormonal dan ekskresi. Sistem
urinari bertanggung jawab dalam filtrasi kotoran
dalam darah dan dalam produksi maupun sekresi
urin (Ramdhany et al., 2007:87).
Proses pembentukan urin dalam ginjal
dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap
filtrasi (penyaringan), tahap reabsorpsi
(penyerapan kembali), dan augmentasi
(pengeluaran zat) (Pearce, 2009).
Penyaringan (Filtrasi)
Proses pembentukan urin diawali dengan penyaringan
darah yang terjadi di kapiler glomerulus, sel-sel kapiler
glomerulus yang berpori (podosit), tekanan dan
permeabilitas yang tinggi pada glomerulus
mempermudah proses penyaringan, selain penyaringan
di glomerulus juga terjadi penyerapan kembali sel-sel
darah , keeping darah, dan sebagian besar protein
plasma. Bahan-bahan yang kecil terlarut di dalam
plasma darah, seperti glukosa, asam amino, natrium,
kalium, klorida, bikarbonat, dan urea dapat melewati
saringan dan menjadi bagian dari endapan. Hasil
penyaringan di glomerulus disebut filtrate glomerulus
atau urin primer, mengandung asam amino, glukosa,
natrium, kalium, dan garam-garam lainnya (Pearce,
2009).
Penyerapan kembali reabsorpsi
Bahan-bahan yang masih diperlukan di dalam urine
primer akan di serap kembali di tubulus kontortus
proksimal, sedangkan di tubulus kontortus distal
terjadi penambahan zat-zat sisa dan urea. Meresapnya
zat-zat pada tubulus ini melalui dua cara yaitu gula dan
asam amino yang meresap melalui peristiwa difusi,
sedangkan air melalui peristiwa osmosis. Penyerapan
air terjadi pada tubulus proksinal dan tubulus distal
substansi yang masih diperlukan seperti glukosa dan
asam amino dikembalikan lagi ke darah. Zat ammonia,
obat-obatan seperti penisilin, kelebihan garam dan
bahan lain pada filtrate di keluarkan bersama urin,
stelah terjadi reabsorpsi maka tubulus mengasilkan
urin sekunder, zat-zat yang masih diperlukan tidak
akan ditemukan lagi, Sebaliknya, konsentrasi zat-zat
sisa metabolism yang bersifat racun bertambah
misalnya urea (Pearce, 2009).
Augmentasi
Urin sekunder dari tubulus kontortus distal akan turun
menuju tubulus pengumpul. Pada tubulus pengumpul
ini masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea
sehingga terbentuklah urin sesungguhnya. Dari tubulus
pengumpul, urin di bawa ke pelvis renalis, dari pelvis
renalis, urin mengalir melalui ureter menuju vesika
urinaria (kandung kemih) yang merupakan tempat
penyimpanan sementara urin (Pearce, 2009).
Keseimbangan air bergantung pada
regulasi pergerakan zat terlarut antara cairan
internal dan lingkungan eksternal. Sebagian
besar pergerakan ini ditangani oleh sistem
eksresi. Sistem-sistem ini penting untuk
homeostasis karena membuang zat-zat buangan
metabolik dan mengontrol komposisi cairan
tubuh. Berbagai spesies menghasilkan zat
buangan cair yang disebut urin. Pada langkah
pertama, cairan tubuh (darah, cairan selom, atau
hemolimfe) bersentuhan dengan membran
permeable selektif dari epitelium transport. Pada
sebagian kasus, tekanan hidrostatik mendorong
suatu proses filtrasi (filtration). Sel-sel, seperti
protein dan molekul-molekul besar yang lain,
tidak dapat melintasi membran epitel dan tetap
berada di dalam cairan tubuh. Sebaliknya, air dan
zat-zat terlarut yang kecil, seperti garam, gula,
asam amino, dan zat-zat buangan bernitrogen,
melintasi membran tersebut, membentuk suatu
cairan yang disebut filtrat (filtrate) (Campbell,
2010:124).
Filtrat dikonversi menjadi cairan
buangan melalui transport spesifik material ke
dalam atau ke luar filtrat. Proses reabsorpsi
(reabsorption) selektif memulihkan molekul-
molekul yang berguna dan air dari filtrat dan
mengembalikannnya ke cairan tubuh. Zat terlarut
yang berharga - termasuk glukosa, garam-garam
tertentu, vitamin, hormon, dan asam amino -
direabsorpsi melalui transport aktif. Zat terlarut
nonesensial dan zat buangan ditinggalkan di
dalam filtrat atau ditambahkan ke cairan tersebut
melalui sekresi (secretion) selektif, yang terjadi
melalui transport aktif. Pemompaan berbagai zat
terlarut itu menyesuaikan pergerakan osmotic air
ke dalam atau ke luar filtrat. Pada langkah akhir -
ekskresi - filtrat yang telah diproses akan
dilepaskan dari tubuh sebagai urin (Campbell,
2010:124).
Kulit merupakan salah satu organik
terbesar dari tubuh di mana kulit membentuk
15% dari berat badan keseluruhan. Kulit
mempunyai daya regenerasi yang besar,
misalnya jika kulit terluka, maka sel-sel dalam
dermis melawan infeksi lokal kapiler dan
jaringan ikat akan mengalami regenerasi epitel
yang tumbuh dari tepi luka menutupi jaringan
ikat yang beregenerasi sehingga terbentuk
jaringan parut yang pada mulanya berwarna
kemerahan karena meningkatnya jumlah kapiler
dan akhirnya berubah menjadi serabut.
kolagen keputihan yang terlihat
melalui epitel. Kulit menutupi dan melindungi
permukaan tubuh dan bersambung dengan
selaput lender yang melapisi rongga yang
berfungsi sebagai pelindung, peraba atau alat
komunikasi, dan alat pengatur panas (Setiadi,
2007:25-27). Air merupakan pelarut yang sangat
baik dan mempertahankan komposisi kimia yang
seimbang dalam metabolisme sel. Air merupakan
komponen utama dalam darah, yang berfungsi
sebagai media transpor, membawa oksigen dan
nutrisi ke jaringan, mengeluarkan
karbondioksida dan metabolit dari jaringan.
Darah juga membawa antibodi dan sel darah
putih untuk melindungi sel dari penyakit. Air
juga berperan penting dalam regulasi suhu tubuh,
melalui berbagai jalan. Pertama, darah akan
membawa panas dari jaringan atau organ yang
bekerja menuju ke vena superfisial untuk
mentransper panas tubuh ke kulit yang
selanjutnya dilepas ke lingkungan melalui proses
radiasi, konveksi dan konduksi. Kedua,
Pengeluaran panas juga dapat ditingkatkan
melalui evaporasi air dari respirasi (Hall, 1983
dalam Anthara, 2011: 26-27).
Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa
menghirup udara dari luar yang mengandung
(oksigen) serta menghembuskan udara yang
banyak mengandung karbon dioksida seagai sisa
dari oksidasi keluar dari tubuh. Pengisapan udara
ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut
ekspirasi. Proses pengambilan oksigen dan
pembebas karbondioksida di kanan sebagai
respirasi atau sebagai (pernapasan). Istilah
pernapasan berlaku untuk kalsium secara
keseluruhan maupun proses yang terjadi di
dalam sel. Hewan yang mengambil O2 dari
medium ke mana dia hidup dan memberikan
CO2 ke medium tersebut. Banyak hewan kecil
dapat mengambil cukup O2 melalui pemilikan
tubuhnya, tapi kebanyakan hewan memiliki
organ respiratori khusus atau pengambilan O2.
Perpindahan O2 dan CO2 melintasi permukaan
tubuh maupun organ respirasi adalah melalui
proses difusi (Syaifuddin,2006:192) Paru-paru
berada di dalam rongga dada manusia sebelah
kanan dan kiri yang dilindungi oleh tulang-
tulang rusuk. Paru-paru terdiri dari dua bagian,
yaitu paru-paru kanan yang memiliki tiga
gelambir dan paru-paru kiri memiliki dua
gelambir.Paru-paru sebenarnya merupakan
kumpulan gelembung alveolus yang terbungkus
oleh selaput yang disebut selaput pleura. Paru-
paru merupakan organ yang sangat vital bagi
kehidupan manusia karena tanpa paru-paru
manusia tidak dapat hidup. Dalam Sistem
Ekskresi, paru-paru berfungsi untuk
mengeluarkan karbondioksida (CO2) dan uap air
(H2O). Didalam paru-paru terjadi proses
pertukaran antara gas oksigen dan
karbondioksida. Setelah membebaskan oksigen,
sel-sel darah merah menangkap karbondioksida
sebagai hasil metabolisme tubuh yang akan
dibawa ke paru-paru. Di paru-paru
karbondioksida dan uap air dilepaskan dan
dikeluarkan dari paru-paru melalui hidung
(Syaifuddin, 2006: 192).Proses respirasi dapat
dibagi menjadi empat golongan: (1) vantilasi
paru-paru, yang berarti pemasukan dan
pengeluaran udara di atmosfir dan alveolus paru-
paru, (2) difusi oksigen dan karbon dioksida di
antara alveolus dan darah, (3) transpor oksigen
dan karbon dioksida di dalam darah dan cairan
tubuh ke sel dan dari sel, dan (4) pengaturan
ventilsai dan segi respirasi lainnya (Guyton.
1996 : 343)
Hati (hepar) merupakan organ yang
paling besar di dalam tubuh, warnanya coklat
dan beratnya 1500 kg. Letaknya di bagian atas
dalam rongga abdomen di sebelah kanan bawah
diafragma. Hepar terletak di quadran kanan atas
abdomen, di bawah diafragma dan terlindungi
oleh tulang rusuk (costae), sehingga dalam
keadaan normal (hepar yang sehat tidak teraba).
Hati menerima darah teroksigenasi dari arteri
hepatica dan darah yang tidak teroksigenasi
tetapi kaya akan nutrient vena porta hepatica
(Setiadi,2007:77). Hati berfungsi sebagai
penhgstur keseimbangan nutrien dalam darah
dan sebagai organ yang menyekresikan empedu.
Hepar juga berperan dalam pembuangan sampah
metabolisme. Kelainan pada hepar akan
mengakibatkan hepar tidak mempu untuk
membuang sisa nitrogen. Asam amino,yang akan
digunakan sebagai energi,harus mengalami
proses deaminasi dengan dibuangnya gugus amin
(NH3) yang merupakan nitrogen. NH3 ini tidak
bisa begitu saja dibuang oleh tubuh, tetapi harus
di proses dulu di hepar menjadi ureum, urea.
Sampah inilah yang akhirnya dibuang melalui
keringat dan ginjal (urine) (Guyton, 1996: 343).
Berbagai jenis tugas yang dijalankan oleh hati,
dilakukan oleh hepatosit.
Hingga saat ini belum ditemukan
organ lain atau organ buatan atau peralatan yang
mampu menggantikan semua fungsi hati.
Beberapa fungsi hati dapat digantikan dengan
proses dialisis hati, namun teknologi ini masih
terus dikembangkan untuk perawatan penderita
gagal hati. Sebagai kelenjar, hati menghasilkan:
Empedu yang mencapai ½ liter setiap hari.
Empedu merupakan cairan kehijauan dan terasa
pahit, berasal dari hemoglobin sel darah merah
yang telah tua, yang kemudian disimpan di
dalam kantong empedu atau diekskresi ke
duodenum. Empedu mengandung kolesterol,
garam mineral, garam empedu, pigmen bilirubin,
dan biliverdin. Sekresi empedu berguna untuk
mencerna lemak, mengaktifkan lipase,membantu
daya absorpsi lemak di usus, dan mengubah zat
yang tidak larut dalam air menjadi zat yang larut
dalam air. Apabila saluran empedu di hati
tersumbat, empedu masuk ke peredaran darah
sehingga kulit penderita menjadi kekuningan.
Orang yang demikian dikatakan menderita
penyakit kuning. Sebagian besar asam amino,
Faktor koagulasi I, II, V, VII, IX, X, XI , Protein
C, protein S dan anti-trombin Kalsidiol.
Trigliserida melalui lintasan
lipogenesis,Kolesterol,Insulin-like growth factor
1 (IGF-1), sebuah protein polipeptida yang
berperan penting dalampertumbuhan tubuh
dalam masa kanak-kanak dan tetap memiliki efek
anabolik pada orang dewasa. Enzim arginase
yang mengubah arginina menjadi ornitina dan
urea. Ornitina yang terbentuk dapat mengikat
NH³ dan CO² yang bersifat racun.
Trombopoietin, sebuah hormon glikoprotein
yang mengendalikan produksi keping darah oleh
sumsum tulang belakang. Pada triwulan awal
pertumbuhan janin, hati merupakan organ utama
sintesis sel darah merah, hingga mencapai sekitar
sumsum tulang belakang mampu mengambil alih
tugas ini. Albumin,komponen osmolar utama
pada plasma darah. Angiotensinogen, sebuah
hormon yang berperan untuk meningkatkan
tekanan darah ketika diaktivasi oleh renin,
sebuah enzim yang disekresi oleh ginjal saat
ditengarai kurangnya tekanan darah oleh
juxtaglomerular apparatus. Enzim glutamat-
oksaloasetat transferase, glutamat piruvat
transferase dan laktat dehidrogenase (Putri,
Mustafidah H.,2011:143).
I. Metode Praktikum
4.1 Alat
· Model manusia Torso sistem ekskresi
4.2 Bahan
· -
4.3 Cara kerja

Mengambil dan menyiapkan model


manusia

II. Pembahasan
Pada praktikum kali ini akan membahas
mengenai sistem ekskresi dengan tujuan untuk
mengetahui anatomi dan posisi organ-organ sistem
ekskresi. Ekskresi adalah proses pengeluaran zat
sisa metabolisme baik berupa zat cair dan zat gas.
Alat yang diperlukan untuk mengetahui anatomi
dan posisi organ-organ sistem ekskresi adalah
model manusia. Langkah-langkah dalam praktikum
kali ini yaitu model manusia diambil dan disiapkan
terlebih dahulu. Kemudian model manusia tersebut
diamati dan ditentukan organ mana saja yang
merupakan organ sistem ekskresi. Pada
pengamatan terdapat empat organ sistem ekskresi
yang dijelaskan yaitu kulit, paru-paru, ginjal dan
hati. Lalu struktur dari masing-masing organ
tersebut digambar dan diberi keterengan. Manusia
dalam melakukan aktifitas untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya tentu menghasilkan sampah
atau limbah. Sampah atau limbah ini merupakan
sisa yang harus dibuang agar tidak mengganggu.
Demikian pula yang terjadi pada mahluk hidup,
semua mahluk hidup bisa mengeluarkan limbah
mulai dari hewan yang bersel satu sampai hewan
tingkat tinggi, bahkan manusia. Dalam proses
pengeluaran limbah pada mahluk hidup
memerlukan sebuah system yang disebut system
ekskresi. System ekskresi yang dimiliki setiap
mahluk hidup berbeda-beda sesuai dengan
tingkatan dan konveksitas mahluk hidup.
System ekskresi adalah proses pengeluaran
zat-zat hasi metabolisme sel yang sudah tidak
digunakan oleh tubuh dan dikeluarkan bersama
urine, keringat, atau udara pernapasan. Pada system
ekskresi manusia,sisa-sisa metabolisme dapat
diserap oleh darah kemudian diproses dan akhirnya
dikeluarkan lewat alat-alat ekskresi. Melakukan
ekskresi adalah salah satu ciri makhluk hidup, baik
manusia, hewan, maupun tumbuhan. Pada tubuh
kita, proses ekskresi dilakukan oleh organ-organ
khusus. Ekskresi merupakan proses pengeluaran
zat-zat sisa metabolisme yang sudah tidak
digunakan oleh tubuh. Salah satu bentuk ekskresi
adalah buang air kecil, hasil buangan itu antara lain
berupa urin. Akan tetapi, sebenarnya hasil buangan
tidak hanya berupa urin saja. Zat buangan lainnya
dapat berupa keringat,
gas karbon dioksida, zat warna empedu.
Zat-zat sisa metabolisme merupakan zat sampah
yang harus dibuang dari tubuh. Zat-zat itu antara
lain:
1. urin dikeluarkan oleh ginjal,
2. keringat dikeluarkan oleh kelenjar
keringat melalui kulit,
3. karbon dioksida dikeluarkan oleh paru-
paru, dan
4. empedu dikeluarkan oleh hati.
Proses yang terjadi pada masing-masing organ
akan dijabarkan sebagai berikut:
5.1 Kulit
Kulit merupakan organ tubuh paling
luar. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat
15% berat badan. Kulit yang elastik dan longgar
terdapat pada palpebra, bibir dan preputium, kulit
yang tebal dan tegang terdapat di telapak kaki dan
telapak tangan dewasa. Kulit yang tipis terdapat
pada muka, kulit yang lembut terdapat pada leher
dan badan, dan kulit yang berambut kasar terdapat
pada kepala. Kulit terdiri dari lapisan luar yang
disebut epidermis, lapisan tengah atau dermis, dan
lapisan dalam atau hipodermis. Pada epidermis
lapisan luar yang terus berganti, tidak terdapat
pembuluh darah dan sel saraf. Epidermis tersusun
atas empat lapis sel. Dari bagian dalam ke bagian
luar, pertama adalah stratum germinativum
berfungsi membentuk lapisan di sebelah atasnya.
Kedua, yaitu di sebelah luar lapisan germinativum
terdapat stratum granulosum yang berisi sedikit
keratin yang menyebabkan kulit menjadi keras dan
kering. Selain itu sel-sel dari lapisan granulosum
umumnya menghasilkan pigmen hitam (melanin).
Kandungan melanin menentukan derajat warna
kulit, kehitaman, atau kecoklatan. Lapisan ketiga
merupakan lapisan yang transparan disebut
stratum lusidum dan lapisan keempat (lapisan
terluar) adalah lapisan tanduk disebut stratum
korneum.Tipe rasa dan jenis reseptor pada kulit
antara lain:
a. Nyeri, Reseptor rasa nyeri berupa ujung saraf
bebas yang terdapat di seluruh jaringan baik di
bagian luar maupun dalam bagian alat dalam
terdapat pada Ujung saraf Ruffini.
b. Reseptor panas dan dingin (Thermoreseptor)
untuk rangsangan rasa dingin terletak pada ujung
saraf Merkel dan untuk merasakan panas terdapat
pada ujung saraf Krausse.
c. Sentuhan, Reseptornya berupa korpus Meissner,
dan ujung saraf yang melingkari akar rambut,
yang semuanya terdapat di dekat permukaan kulit.
d. Tekanan (Monoreseptor), Reseptor tekanan adalah
korpus Paccini. Pada bibir, ujung jari, ujung lidah,
dan alat kelamin mengandung banyak sekali
serabut saraf sensorik. Sehingga ujung jari dapat
digunakan untuk membedakan halus dan kasarnya
suatu bahan atau dapat digunakan untuk membaca
huruf braile bagi penderita tuna netra.
Dalam mekanisme penerimaannya,
suatu rangsangan pertama kali diterima oleh
serabut saraf afferens (akseptor) yang terdapat
pada permukaan organ penerima rangsang (alat
indera) dalam bentuk aliran listrik. Lalu aliran
listrik tersebut diteruskan oleh sel-sel saraf ke
medulla spinalis (sumsum tulang belakang) lalu ke
otak dan diolah sehingga dapat direspon oleh
organ yang dihantarkan melalui serabut efferent
sehingga menjadi suatu gerakan atau respon yang
lainnya. Jika suatu rangsangan tersebut seperti
panas, nyeri atau yang lainnya, maka aliran listrik
rangsang tidak diteruskan ke otak oleh medulla
spinalis melainkan langsung diteruskan ke organ
perespon (reseptor). Hal ini terjadi terus menerus
jika sel-sel saraf menerima suatu rangsangan
sampai organ mencapai batas ambang sehingga
terjadi potensial aksi.
Telapak tangan memiliki lapisan yang
lebih tebal seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya. Lapisan yang tebal tersebut akan
menyebabkan rangsangan yang diperoleh akan
sulit untuk dihantarkan. Hal tersebut dikarenakan
saraf-saraf yang berada di bawah lapisan kulit
kurang menjangkau adanya rangsang. Semakin
tebal lapisan kulit maka akan semakin sulit bagi
saraf-saraf yang berada di bawah lapisan kulit
untuk menerima rangsangan. Oleh karena itu
lapisan kulit di telapak tangan kurang sensitif
dibandingkan dengan lapisan kulit
belakang/punggung tangan. Pada lapisan kulit
tersebut lebih tipis sehingga rangsangan yang
diperoleh akan lebih cepat diterima dengan mudah
oleh sistem saraf yang ada di bawah lapisan kulit
tersebut. Sehingga apabila ingin menguji
seseorang yang terkena demam, kita cenderung
menggunakan belakang/punggung tangan dari
pada telapak tangan.
Proses pengeluaran keringat diatur
oleh hipotalamus (otak). Hipotalamus dapat
menghasilkan enzim bradikinin yang bekerja
mempengaruhi kegiatan kelenjar keringat. Jika
hipotalamus mendapat rangsangan, misalnya
berupa perubahan suhu pada pembuluh darah,
maka rangsangan tersebut diteruskan oleh saraf
simpatetik ke kelenjar keringat. Selanjutnya
kelenjar keringat akan menyerap air garam dan
sedikit urea dari kapiler darah dan kemudian
mengirimnya ke permukaan kulit dalam bentuk
keringat. Rangsangan area preoptik di bagian
anterior hipotalamus baik secara listrik maupun
panas yang berlebihan akan menyebabkan
berkeringat. Impuls dari area yang menyebabkan
berkeringat ini dihantarkan melalui jaras saraf
otonom ke medulla spinalis dan kemudian melalui
jaras saraf simpatis mengalir ke kulit di seluruh
tubuh. Kelenjar keringat dipersarafi oleh saraf-
saraf kolinergik tetapi juga dapat dirangsang di
beberapa tempat oleh epinefrin atau norepinefrin
yang bersikulasi dalam darah. Hal ini penting pada
saat berolahraga, saat hormon ini dihasilkan oleh
kelenjar adrenal dan tubuh perlu melepaskan
panas yang berlebihan yang dihasilkan oleh otot
yang aktif.
Beberapa faktor yang dapat memacu
pengeluaran keringat antara lain peningkatan
aktifitas tubuh, peningkatan suhu lingkungan dan
goncangan emosi. Emosi akan merangsang saraf
simpatis untuk memperkecil pengeluaran keringat,
dengan cara mempersempit pembulu dara,
pengeluaran keringat yang berlebihan, misalnya
karena terik matahari atau kegiatan tubuh yang
berlebihan dapat menyebabkan terjadinya lapar
garam. Kekurangan kadar garam darah dapat
mengakibatkan kekejangan dan pingsan.

Anda mungkin juga menyukai