Anda di halaman 1dari 36

VI.

PERUMUSAN STRATEGIS

Perumusan alternatif Strategi Pengembangan Transportasi Laut Antar Pulau


dalam rangka Peningkatan Pembangunan Ekonomi Daerah di Kabupaten Maluku
Tenggara Barat dilakukan melalui tiga tahapan yaitu tahapan masukan (input stage)
dengan melalukan identifikasi faktor internal dan eksternal; tahap penggabungan
(matching stage); serta tahap pengambilan keputusan (decision stage). Metode yang
digunakan adalah analisis SWOT (Strength-Weakness-Opportunity-Threat) dan
analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix).

5.6. Analisis Faktor Internal dan Eksternal


Dari hasil pengamatan dan wawancara dengan beberapa delapan responden di
lapangan diperoleh beberapa faktor strategis yang sangat berpengaruh terhadap
pengembangan transportasi laut antar pulau di Kabupaten Maluku Tenggara Barat.
Faktor strategis tersebut terdiri dari (1) Faktor Internal yang meliputi kekuatan dan
kelemahan, (2) Faktor Eksternal yang meliputi peluang dan ancaman.
Faktor internal merupakan tinjauan terhadap transportasi laut yang
menghubungkan pulau – pulau di dalam wilayah Maluku Tenggara Barat, sedangkan
faktor eksternal merupakan tinjauan terhadap transportasi laut yang menghubungkan
Kabupaten Maluku Tenggara Barat dengan wilayah diluar wilayah Maluku Tenggara
Barat.

6.1.1 Faktor Internal


Beberapa faktor internal yang berpengaruh terhadap pengembangan
transportasi laut antar pulau di Kabupaten Maluku Tenggara Barat terdiri dari
kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness). Faktor kekuatan meliputi : 1)
memiliki pulau – pulau besar dan kecil, 2) memiliki potensi sumberdaya alam di tiap
kecamatan, 3) peranansektor transportasi laut sangat penting untuk menggerakan
sektor – sektor hulu dan hilirnya 4) dilihat dari interaksi antar pulau merupakan

61
karakter wilayah produksi5) Pemerintah Daerah memiliki kewenangan untuk
mengatur keuangannya sendiri.
Faktor kelemahan meliputi : 1) infrastruktur sarana dan prasarana yang kurang
memadai, 2) hubungan antara pusat ibu kota kabupaten dengan wilayah belakangnya
belum semuanya terhubung,3) pendapatan masyarakat nelayan yang tidak stabil, 4)
kurangnya keberpihakan penganggaran Pemerintah Kabupaten pada sektor transportasi
laut, 5)rendahnya pendapatan perkapita masyarakat.

6.1.1.1 Kekuatan
1. Memiliki pulau – pulau besar dan kecil
Sebagai kabupaten yang memiliki karakteristik geografis wilayah kepulauan
Kabupaten Maluku Tenggara Barat memiliki 85 (delapan puluh lima) pulau, yang
sudah berpenghuni sebanyak 57 (lima puluh tujuh) pulau dan yang belum berpenghuni
sebanyak 28 (dua puluh delapan) pulau dengan Pulau Yamdena sebagai pulau terbesar
dan merupakan letak dari Ibukota Kabupaten yakni Saumlaki. Dengan memiliki
banyak pulau menjadikan sistem transportasi laut di wilayah ini begitu penting. Laut
tidak hanya sebagai sumber kekayaan alam hayati dan nabati tapi laut juga berperan
penting sebagai lalu lintas barang dan jasa serta laut menjadi prasarana penghubung
dan pemersatu bagi pulau – pulau di wilayah Maluku Tenggara Barat.

2. Memiliki potensi sumber daya alam di setiap kecamatan


Secara umum Kabupaten Maluku Tenggara Barat memiliki sumber daya alam yang
berlimpah di setiap pulau seperti perikanan, pertanian, perkebunan, peternakan,
kehutanan, kebudayaan, pariwisata dan pertambangan. Saat ini terdapat gas alam
dengan potensi 10 trilyun kaki kubik yang akan digarap oleh investor Jepang yakni
IMPEX, pada tahun 2010 direncanakan akan dimulainya pembangunan konstruksi.
Selain itu merupakan pemasok perikanan terbesar bagi Indonesia bahkan Asia
Tenggara/Timur. Disamping kabupaten ini juga kaya dengan teripang, lola, batu laga,
mutiara dan rumput laut. Untuk rumput laut menurut data Departem Kelautan,
produksi Kabupaten Maluku Tenggara Barat ini adalah yanng terbanyak dibandingkan

62
kabupaten lain di Maluku dan kualitas nomor 1 di dunia. Dengan demikian untuk
mobilisasi sumberdaya alam setempat sangat diperlukan suatu sistem transportasi laut
yang handal, aman dan murah sebagai lalu lintas barang dan jasa.

3. Peranan sektor transportasi laut sangat penting untuk menggerakan sektor –


sektor hulu dan hilirnya,
Dari analisis input – output memperlihatkan bahwa sektor transportasi laut memiliki
keterkaitan kebelakang (backward linkages) dan keterkaitan kedepan (forward
linkages) yang relatif baik. Hal ini berarti bahwa sektor transportasi laut di Provinsi
Maluku dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat sangat tinggi keterkaitannya dengan
sektor lainnya karena dibutuhkan sebagai sektor penunjang baik kebelakang (terhadap
bahan) maupun kedepan (terhadap pasar)terutama dengan sektor perdagangan besar
eceran maupun sektor industri non migas yang merupakan menyumbang terbesar pada
perekonomian Provinsi Maluku. Hal ini berarti bahwa sektor transportasi laut
mempunyai prosepek investasi yang sangat baik,karena armada transportasi laut masih
sangat kurang (suplay) dibanding dengan permintaan (demand) terhadap kebutuhan
transportasi untuk menunjang mobilitas manusia dan barang, maka menurut analisis
penulis sektor transportasi laut memiliki tingkat profitabilitas yang cukup tinggi dan
layak dikembangkan dalam bentuk investasi pada masa sekarang maupun yang akan
datang.

4. Dilihat dari interaksi antar pulau merupakan karakter wilayah produksi


Dari hasil analisis gravitasi model diperoleh parameter secara kuantitatif bahwa sektor
transportasi laut memiliki peluang yang bagus untuk berkembang. Dari perhitungan
diperoleh nilai parameter bahwa daya dorong wilayah asal lebih besar daripada daya
tarik wilayah tujuan, hal ini menunjukan karakter wilayah produksi, dimana kegiatan
interaksi wilayah ini terutama ditimbulkan oleh aktivitas produksi di wilayah tersebut.
Analisis ini juga memperlihatkan bahwa kegiatan interaksi wilayah yang terjadi lebih
didominasi oleh aliran barang dibandingkan aliran penumpang. Sehingga sektor
transportasi laut akan menjadi peluang investasi yang sangat prospek di Kabupaten

63
Maluku Tenggara Barat karena merupakan input terutama untuk mendistribusikan
komoditas – komoditas unggulan.

5. Pemerintah Daerah memiliki kewenangan untuk mengatur keuangannya sendiri


Kabupaten Maluku Tenggara Barat sangat terbantu oleh adanya kebijakan otonomi
daerah sebagai instrumen desentralisasi dan demokratisasi untuk mendukung peran
transportasi laut sebagai pemersatu. Implementasi otonomi daerah di sektor
transportasi menjadikan Pemerintah Maluku Tenggara Barat memiliki otoritas dalam
pembuatan berbagai kebijakan transportasi khususnya transportasi laut antar pulau di
Kabupaten Maluku Tenggara Barat, sehingga jarak antara pemegang otoritas pembuat
kebijakan dengan masyarakat pengguna jasa di Kabupaten Maluku Tenggara Barat
semakin dekat dan masyarakat semakin mudah dalam memperoleh pelayanan jasa
transportasi laut di wilayah Maluku Tenggara Barat. Keharusan pemerintah daerah
untuk mampu menghidupi diri sendiri akan semakin mengurangi ketergantungan pada
pemerintah pusat, dengan cara menggali berbagai sumber penerimaan daerah seperti
pajak daerah, retribusi daerah, jasa giro, laba BUMD dan lain – lain terutama di sektor
transportasi laut untuk dimanfaatkan seoptimal mungkin guna membiayai
penyelenggaraan pembangunan sarana dan prasarana di wilayah Maluku Tenggara
Barat.
Begitupun dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah
Kabupaten Maluku Tenggara Barat 2007 – 2012, pembangunan transportasi laut juga
menjadi fokus perhatian pemerintah daerah. Dalam RPJMD telah tertuang arah
kebijakan pada bidang transportasi laut yaitu;
• Menjaga keseimbangan transportasi dan kesinambungan ketersediaan aksesibilitas
transportasi untuk semua wilayah, termasuk yang terpencil,
• Mendorong peran serta pemda dan swasta dalam penyelenggaraan angkutan darat,
laut dan udara,

64
6.1.1.2 Kelemahan
1. Infrastruktur sarana dan prasarana yang kurang memadai.
Transportasi laut merupakan transportasi utama untuk melayani pergerakan orang dan
barang antar 85 pulau di wilayah Maluku Tenggara Barat karena biayanya realatif
murah jika dibandingkan dengan transportasi udara. Sarana pendukung yang tersedia
saat ini adalah 5 (lima) unit kapal perintis, 2 (dua) unit kapal penumpang yang
disubsidi pemerintah serta 2 (dua) unit kapal komersial (PT. PELNI) yang melayani
rute hanya sampai pelabuhan Saumlaki dikarenakan prasarana pendukung yang
tersedia saat ini hanya berada di Kota Saumlaki yakni pelabuhan kelas IV. Sedangkan
untuk melayani interkoneksitas pulau – pulau sekitar (kecamatan) disediakan 1 (satu)
unit angkutan penyeberangan dengan frekwensi kunjungan setiap minggu, selebihnya
menggunakan kapal rakyat (motor tempel) yang diusahan sendiri oleh masyarakat
dengan kapasitas muatan 20 – 30 orang. Dengan jumlah pulau yang begitu banyak dan
kurangnya sarana dan prasarana yang tersedia menjadikan transportasi laut belum bisa
memenuhi kebutuhannya sendiri di wilayah Maluku Tenggara Barat.

2. Hubungan antara pusat ibu kota kabupaten dengan wilayah belakangnya belum
semuanya terhubung.
Melihat fungsi dan peranan aspek tranasportasi dalam pengembangan wilayah, maka
hubungan fungsional antara pusat ibu kota kabupaten/ibu kota kecamatan (nodes)
dengan wilayah belangnya (hinterland) terutama berkaitan dengan fungsi dan peran
kota sebagai pusat pemerintahan, pendidikan, pusat perdagangan masih relatif rendah.
Hal ini disamping kurangnya sarana dan prasarana transportasi juga pola penyebaran
desa di pulau – pulau yang relatif jauh sehingga transportasi laut sangatlah diperlukan
guna membuka keterisolasian daerah.

3. Pendapatan masyrakat nelayan yang tidak stabil


Pendapatan masyarakat nelayan yang tidak stabil akan menjadi kelemahan bagi
pembangunan sektor transportasi di kabupaten ini karena sumber pendapatan

65
masyarakat nelayan umumnya berasal dari sumberdaya ikan. Tidak seperti
sumberdaya alam lainnya, seperti pertanian dan peternakan yang kepemilikannya jelas,
sumberdaya ikan relatif sifatnya terbuka (open access) walau sebagian sudah diatasi
dengan kepemilikan bagan, sehingga pihak bank maupun lembaga keuangan lainnya
masih enggan memberikan pinjaman/kredit bagi masyarakat nelayan guna
mengembangkan usahanya terutama pada sektor transportasi laut seperti kepemilikan
kapal rakyat.

4. Kurangnya keberpihakan penganggaran Pemerintah Kabupaten pada sektor


transportasi laut
Dengan adanya UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan
Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota,
telah memberikan kewenangan bagi Pemerintah Daerah untuk mengatur daerahnya
sendiri.Dengan Anggaran dan Pendapatan Belanja Daerah (APBD)tahun 2008 yang
relatif kecil yakni sebesar Rp. 679.387. 397.343,- sangat sulit bagi pemerintah daerah
untuk memenuhi kebutuhannya, hal tersebut juga membuat sulitnya pembagian
anggaran untuk masing – masing sektor.Kurangnya keberpihakan Pemerintah Daerah
dalam meningkatkan sektor transportasi lautterlihat dalam pembagian anggaran yang
cukup kecil yakni sekitar satu persen, kemudian untuk sektor transportasi darat sekitar
lima persen, sektor transportasi udara sekitar nol koma dua puluh lima persen,
sedangkan sebanyak lebih dari lima puluh persen untuk gaji pegawai.

5. Rendahnya pendapatan perkapita masyarakat


Untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat salah satunya dengan melihat
pendapat perkapitanya. Informasi pendapatan perkapita penduduk seringkali sulit
diperoleh dalam berbagai survei, sehingga pendekatan yang lebih tepat untuk
mendapat informasi pendapatan penduduk yaitu dedngan pendekatan pengeluaran
penduduk tersebut. Menurut data Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Maluku
Tenggara Barat Tahun 2007, pengeluaran rata – rata penduduk di kabupaten ini berada

66
pada golongan pengeluaran 100.000 – 199.000 rupiah. Atau dengan kata lain sekitar
58,71% penduduk di kabupaten ini memiliki pendapatan antara 100.000 – 199.000 per
bulan. Hal ini bila dibandingkan dengan biaya hidup saat ini sangatlah rendah, dengan
kata lain pendapatan sebesar ini tidak dapat mencukupi kebutuhan hidupnya. Dengan
melihat pendapatan masyarakat yang begitu kecil menjadikan masyarakat sangat sulit
melakukan perjalanan untuk suatu tujuan yang tidak jelas.

6.1.2 Faktor Eksternal


Beberapa faktor eksternal yang berpengaruh terhadap pengembangan
transportasi laut antar pulau di Kabupaten Maluku Tenggara Barat terdiri dari peluang
(opportunities) dan ancaman (threats). Faktor peluang meliputi: 1) secara geografis
merupakan wilayah perbatasan, 2) merupakan salah satu daerah tertinggal, 3)
termasuk dalam Konsep Gugus Pulau Propinsi Maluku 4)merupakan Propinsi
Kepulauan, 5)letak Propinsi Maluku yang strategis.
Sedangkan faktor ancaman yang berpengaruh meliputi: 1)memiliki rute
pelayaran/jarak tempuh dari ibukota provinsi yang masih panjang, 2) kurangnya
frekwensi pelayaran dari pihak PT. Pelni atau pihak swasta lainnya, 3) bias dari
kebijakan pemerintah pusat yang berorientasi daratan, 4)iklim/cuaca yang tidak stabil,
5)ketidakstabilan ekonomi makro.

6.1.2.1 Peluang
1. Secara geografis merupakan wilayah perbatasan
Kabupaten Maluku Tenggara Barat mempunyai posisi yang strategis karena
merupakan daerah perbatasan dan daerah terluar. Daerah perbatasan bukan lagi
menjadi daerah belakang, tetapi akan diubah menjadi daerah depan karena keutuhan
NKRI sangat tergantung dari kemajuan daerah perbatasan. Berbeda dengan daerah
perbatasan lainnya yang sebagian berada di wilayah daratan, maka Kabupaten Maluku
Tenggara Barat adalah merupakan daerah perbatasan kepulauan, sehingga untuk
interkoneksi daerah, harus mendorong perkembangan sektor transportasi laut.

67
2. Merupakan salah satu daerah tertinggal
Pembangunan daerah tertinggal merupakan upaya terencana untuk mengubah suatu
wilayah yang dihuni oleh komunitas dengan berbagai permasalahan sosial ekonomi
dan keterbatasan fisik, menjadi daerah yang maju dengan komunitas yang kualitas
hidupnya sama atau tidak jauh tertinggal dibandingkan dengan masyarakat Indonesia
lainnya. Provinsi Maluku adalah salah satu provinsi yang memiliki kabupaten yang
semuanya tertinggal. Salah satu pemicu ketertinggal suatu wilayah adalah keterbatasan
infrastruktur yang tersedia di wilayah tersebut. Keberpihakan pemerintah pusat
melalui kebijakan – kebijakannya bagi daerah tertinggal merupakan peluangbagi
pengembangan infrastruktur transportasi laut terutama untuk membuka keterisolasian
daerah.

3. Termasuk dalam Konsep Gugus Pulau Maluku


Keterkaitan wilayah di Provinsi Maluku secara internal diwujudkan dalam pola
interaksi antar pusat – pusat pertumbuhan dan permukiman di wilayah yang memiliki
hirarki/jenjang sehingga membentuk pola jaringan transportasi wilayah secara
regional. Pola interaksi tersebut ditunjukan oleh arah orientasi pelayanan dari tiap orde
yaitu dari pusat pelayanan orde rendah kepada orde yang lebih tinggi.Berdasarkan
pertimbangan potensi sumberdaya alam, kondisi wilayah kepulauan, akses antar pulau,
kesenjangan ekonomi antar pusat pertumbuhan dengan daerah belakangnya, fungsi
utama kota – kota sebagai simpul jasa dan kondisi sosial budaya maka untuk
mewujudkan struktur tata ruang Provinsi Maluku secara internal, wilayah Maluku
dibagi atas 12 gugus pulau. Kabupaten Maluku Tenggara Barat masuk dalam salah
satu gugus pulau yakni Gugus Pulau kesepuluh yaitu Kepulauan Tanimbar yang
berpusat di Kota Saumlaki.Untuk menunjang kebijakan tata ruang Pemerintah Provinsi
Maluku maka sektor transportasi laut berperan sangat penting sebagai jembatan antar
pusat – pusat pertumbuhan dan permukiman yang menghubungkan pusat yang satu
dengan yang lainnya guna mobilisasi orang dan barang.

4. Merupakan Provinsi Kepulauan.

68
Letak geografis dalam pembagian kemakmuran terhadap suatu daerah, baik melalui
DAU, DAK, maupun alokasi fiscal lainya seperti dana penyesuaian infrastruktur
daerah, tugas pembantuan, dana insentif daerah maupun adhoc; parameternya telah
mengakomodasi perhitungan luas daerah dengan memasukan luas perairan sebagai
bagian dari luas wilayah suatu provinsi. Jika sebelumnya, alokasi fiscal hanya
menghitung luas daratan saja, maka sejak adanya regulasi mengenai provinsi
kepulauan sejak saat itu pula telah terjadi peningkatan anggaran bagi provinsi
kepulauan untuk menunjang sarana dan prasarana maritim, khususnya transportasi laut
sebagai penghubung antar pula. Selain itu pula,pemerintah pusat telah menggalakkan
kebijakan nasional dengan nama koridor ekonomi dan juga domestic connectivity.
Semua kebijakan tersebut merupakan entry point akan bergairahnya sektor transportasi
pada masa yang akan datang dan hal ini merupakan peluang pengembangan
transportasi laut di wilayah provinsi kepualaun.

5. Letak Provinsi Maluku yang strategis.


Provinsi Maluku dan kabupaten – kabupaten di dalamnya mempunyai posisi yang
penting karena berbatasan dengan negara tetangga yaitu Timor Leste dan Australia,
serta sebagai salah satu gerbang kerjasama ekonomi berupa perdagangan ekspor dan
impor dari dan menuju Timor Leste, Australia dan Papua New Guinea serta kerjasama
di negara – negara Pasifik seperti Jepang, Korea dan Taiwan. Sebagai wilayah
perbatasan tidak lagi menjadi yang terkebelakang tetapi adalah merupakan beranda
terdepan untuk menjaga dan mengamankan sumber daya kelautan Indonesia agar tidak
menjadi zona illegal fishing bagi kepentingan negara tetangga. Oleh sebab itu
kabupaten – kabupaten yang berada di Provinsi Maluku akan berfungsi ganda yaitu
sebagai pengaman kedaulatan negara dan sebagai pengaman resources kelautan dan
perikanan di Indonesia. Dengan demikian dari posisi strategis tersebut akan
melahirkan peluang ekonomi dan investasi disektor transportasi laut dan akan
mempunyai prospek yang bagus.

6.1.2.2 Ancaman

69
1. Memiliki rute pelayaran/ jarak tempuh dari ibu kota provinsi yang masih
panjang.
Untuk melengkapi pelayanan kapal PELNI yang mempunyai lintasan multi port salah
satunya Ambon –Saumlaki,tersedia kapal perintis yang doperasikan untuk melayani
lintasan dengan jarak menengah dan jauh. Jarak lintasan kapal perintis terjauh adalah
jarak lintasan Ambon – Saumlaki dengan total jarak pelayanan sejauh 3.230 mil yang
ditempuh selama 25 hari untuk sekali voyage. Dengan jauhnya jarak pelayanan dan
waktu tempuh yang begitu lama menjadikan transportasi laut di wilayah ini sangat
penting dan mahal.

2. Kurangnya frekwensi pelayaran dari pihak PT. Pelni atau pihak swasta lainnya
Dengan jauhnya jarak pelayanan mengakibatkan frekwensi kapal PELNI yang
menyinggahi pelabuhan Saumlaki setiap 14 (empat belas) hari. Saat ini ada 2 kapal
PELNI yang menyinggahi pelabuhan Saumlaki sehingga frekweksi kunjungan kapal
PELNI setiap 7 hari yang melayani lintasan Ambon – Saumlaki. Untuk 5 (lima) unit
kapal perintis maka frekwensi kunjungan kapal ke pelabuhan Saumlaki cukup
bervariasi, yang terlama adalah untuk lintasan Ambon – Saumlakidengan waktu
tempuh 25 hari untuk sekali voyage dengan jumlah voyage dalam satu tahun sebanyak
14 voyage.

3. Bias dari kebijakan pemerintah pusat yang berorientasi daratan.


Selama 3 (tiga) dasa warsa lamanya, format pembangunan di Indonesia sangat
berorientasi daratan (continental) dan melupakan pembangunan kelautan (maritime)
yang walaupun geografis Indonesia adalah lautan, maka hingga saat ini
perkembangan kelautan di Indonesia belum menggembirakan dibandingkan dengan
perkembangan pembangunan kelautan di negara-negara maritim lainnya. Indonesia
memiliki sekitar 17.500 pulau tetapi armada transportasinya sangat kurang dan sangat
tertinggal; Indonesia memiliki panjang garis pantai terpanjang ke 2 (dua) di dunia
setelah Canada, namun disepanjang kawasan pantai dan pesisir tersebut merupakan
kantong-kantong kemiskinan penduduk dan lingkungan kumuh.

70
4. Iklim/cuaca yang tidak stabil
Karena kabupaten Maluku Tenggaran Barat berada diperairan laut dalam dan
merupakan poros dari perjalanan arus antara laut dangkal (Laut Jawa) ke laut dalam
(Laut Banda) maka didalamnya selalu terjadi fenonema alam di laut yaitu iklim yang
ekstrim dan berubah ubahnya cuaca. Walaupun perjalanan arus tersebut mampu
mengangkat nutrisi didasar laut yang dapat menjadi makanan ikan-ikan besar di laut
dalam, namun iklim yang ekstrim tersebut dapat mengancam keamanan transportasi
laut. Apalagi armada laut yang tersedia (kecuali yang alat transportasi yang disediakan
oleh PT. PELNI) relative kecil dan sederhana sehingga bila terjadi ombak besar dan
badai di laut maka moda transportasi laut tersbut tidak dapat beroperasi.

5. Ketidakstabilan ekonomi makro


Ketidakstabilan ekonomi makro akan menjadikan pengembangan sektor transportasi
laut menjadi sektor periferal, karena bila terjadi ketidakstabilan ekonomi makro maka
alokasi investasi untuk pembangunan sektor transportasi laut menjadi terabaikan.
Misalnya bila terjadi kenaikan suku bunga maka invetasi sektor transportasi laut akan
turun. Bila suku bunga turun maka investasi disektor transportasi laut juga tidak
otomatis naik karena investasi disektor transportasi laut masih digolongkan investasi
beresiko tinggi. Bila terjadi kenaikan harga BBM maka transportasi laut juga secara
langsung akan terkena dampaknya. Dengan demikian sektor transportasi laut
merupakan sektor yang sangat prospek tapi juga sangat sensitif terhadap
perkembangan eksternal (perekonomian makro).

Tahap Masukan (Input Stage)


Pada tahap ini dilakukan analisis IFE (Internal Factors Evaluation) dan EFE
(External Factor Evaluation). Analisis IFE – EFE tersebut didasarkan pada hasil
identifikasi kekuatan dan kelemahan yang merupakan faktor strategi internal serta
identifikasi peluang dan ancaman yang merupakan faktor strategi eksternal. Pengisian

71
matriks IFE-EFE dilakukan dengan memberikan bobot dan rating pada setiap faktor
strategi internal dan eksternal tersebut.

6.1.3 Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE)


Matriks valuasi Faktor Internal (IFE) merupakan hasil dari identifikasi faktor –
faktor strategis internal Kabupaten Maluku Tenggara Barat berupa kekuatan dan
kelemahan yang berpengaruh terhadap pengembangan transportasi laut antar pulau
dalam rangka peningkatan pembangunan ekonomi daerah. Hasil evaluasi faktor
internal berdasarkan jawaban dari responden dan diperoleh nilai dan bobot serta rating
di masing – masing faktor kekuatan dan kelemahan. Matriks evaluasi faktor internal
dapat dilihat pada tabel 6.1.
Berdasarkan tabel 6.1 terlihat bahwa faktor – faktor internal (kekuatan) yang
mempunyai pengaruh atau tingkat kepentingan relatif tertinggi dalam pengembangan
transportasi laut antar pulau dalam rangka peningkatan pembangunan ekonomi daerah
di Kabupaten Maluku Tenggara Barat adalah : 1) peranan sektor transportasi laut
sangat penting untuk menggerakan sektor – sektor hulu dan hilirnya dengan bobot
rata – rata dari 8 responden sebesar 0,1352, kemudian diikuti dengan 2) Pemerintah
Daerah memiliki kewenangan untuk mengatur keuangannya sendiri dengan bobot rata
– rata 0,1240 seterusnya 3) memiliki pulau – pulau besar dan kecil dengan bobot rata –
rata sebesar 0,1148, diikuti dengan 4) memiliki potensi sumberdaya alam di tiap
kecamatan dengan bobot rata – rata sebesar 0,0794 kemudian 5) dilihat dari interaksi
antar pulau merupakan karakter wilayah produksi dengan bobot rata – rata sebesar
0,0732.
Faktor – faktor internal (kelemahan) yang mempunyai pengaruh atau tingkat
kepentingan relatif tertinggi dalam pengembangan transportasi laut antar pulau dalam
rangka peningkatan pembangunan ekonomi daerah di Kabupaten Maluku Tenggara
Barat adalah :1) infrastruktur sarana dan prasarana yang kurang memadai dengan
bobot rata – rata sebesar 0,1124 diikuti dengan, 2) rendahnya pendapatan perkapita
masyarakat dengan bobot rata – rata sebesar 0,0960 dan dilanjutkan dengan 3)
pendapatan masyarakat nelayan yang tidak stabil dengan bobot rata – rata sebesar

72
0,0924, 4) hubungan antara pusat ibu kota kabupaten dengan wilayah belakangnya
belum semuanya terhubung dengan bobot rata – rata sebesar 0,0918, 5) kurangnya
keberpihakan penganggaran Pemerintah Kabupaten pada sektor transportasi laut
dengan bobot rata – rata sebesar 0,0807.

Tabel 6.1Matriks IFE dari Strategi Pengembangan Transportasi Laut Antar Pulau
Dalam Rangka Peningkatan Pembangunan Ekonomi Daerah di Kabupaten
Maluku Tenggara Barat
RATIN
NO VARIABEL BOBOT SKOR
G
A. KEKUATAN
1 Memiliki pulau – pulau besar dan kecil 0,1148 4 0,4305
Memiliki potensi sumberdaya alam di
2 0,0794 3 0,2582
tiap kecamatan
Peranan sektor transportasi laut sangat
3 penting untuk menggerakan sektor – 0,1352 4 0,4902
sektor hulu dan hilirnya
Dilihat dari interaksi antar pulau
4 0,0732 4 0,2653
merupakan karakter wilayah produksi
Pemerintah Daerah memiliki
5 kewenangan untuk mengatur 0,1240 4 0,4494
keuangannya sendiri
B. KELEMAHAN
Infrastruktur sarana dan prasarana yang
1 0,1124 1 0,1546
kurang memadai
Hubungan antara pusat ibu kota
2 kabupaten dengan wilayah belakangnya 0,0918 1 0,1262
belum semuanya terhubung
Pendapatan masyarakat nelayan yang
3 0,0924 2 0,1618
tidak stabil
Kurangnya keberpihakan penganggaran
4 Pemerintah Kabupaten pada sektor 0,0807 3 0,1311
transportasi laut
Rendahnya pendapatan perkapita
5 0,0960 3 0,1801
masyarakat
JUMLAH 1,0000 2,6473

73
Selanjutnya hasil evaluasi faktor internal (IFE) berdasarkan wawancara dengan
8 responden menunjukan bahwa penilaian peringkat (rating) tertinggi pada faktor
internal (kekuatan) adalah memiliki pulau – pulau besar dan kecil, peranan sektor
transportasi laut sangat penting untuk menggerakan sektor – sektor hulu dan
hilirnya,dilihat dari interaksi antar pulau merupakan karakter wilayah produksi
sertaPemerintah Daerah memiliki kewenangan untuk mengatur keuangannya sendiri
dengan nilai masing – masing sebesar 4 artinya adalah memiliki pulau – pulau besar
dan kecil, peranan sektor transportasi laut sangat penting untuk menggerakan sektor –
sektor hulu dan hilirnya serta Pemerintah Daerah memiliki kewenangan untuk
mengatur keuangannya sendiri pengaruhnya ”sangat kuat” dalam pengembangan
transportasi laut antar pulau. Peringkat berikutnya adalah memiliki potensi
sumberdaya alam di tiap kecamatandengan nilai masing – masing sebesar 3, artinya
bahwa faktor – faktor tersebut pengaruhnya ”cukup kuat” dalam pengembangan
transportasi antar pulau di Kabupaten Maluku Tenggara Barat.
Penilaian peringkat kelemahan pada faktor internal yang mesti menjadi
perhatian utama adalahinfrastruktur sarana dan prasarana yang kurang memadai dan
hubungan antara pusat ibu kota kabupaten dengan wilayah belakangnya belum
semuanya terhubung dengan nilai rating masing – masing 1, artinya kedua faktor
tersebut kondisinya ”sangat lemah”. Kemudian dilanjutkan dengan pendapatan
masyarakat nelayan yang tidak stabil, kurangnya keberpihakan penganggaran
Pemerintah Kabupaten pada sektor transportasi laut dan rendahnya pendapatan
perkapita masyarakat dengan nilai rating 2 artinya faktor – faktor tersebut kondisinya
”tidak begitu lemah”.
Matriks evaluasi faktor internal menghasilkan skor tertimbang sebesar 2,6473
yang menunjukan bahwa secara internal pengembangan transportasi laut antar pulau di
Kabupaten Maluku Tenggara Barat direspon dengan cukup baiksebagaimana
diperlihatkan pada Tabel 6.1

74
6.1.4 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)
Matriks evaluasi faktor eksternal (EFE) merupakan hasil identifikasi faktor –
faktor strategi eksternal Kabupaten Maluku Tenggara Barat berupa peluang dan
ancaman yang telah diberi bobot dan rating. Berdasarkan hasil evaluasi faktor
eksternal berdasarkan jawaban dari responden dan diperoleh nilai dan bobot serta
rating di masing – masing faktor peluang dan ancaman. Matriks evaluasi faktor
eksternal dapat dilihat pada Tabel 6.2.
Berdasarkan Tabel 6.2 faktor – faktor eksternal (peluang) yang mempunyai
pengaruh atau tingkat kepentingan relatif tertinggi dalam pengembangan transportasi
laut antar pulau dalam rangka peningkatan pembangunan ekonomi daerah di
Kabupaten Maluku Tenggara Barat adalah (1) merupakan salah satu daerah
tertinggaldengan bobot rata – rata dari 8 responden sebesar 0,1439, kemudian diikuti
dengan (2) letak Propinsi Maluku yang strategis dengan bobot rata – rata sebesar
0,1139 (3) secara geografi merupakan wilayah perbatasandengan bobot rata – rata
sebesar 0,0970 selanjutnya (4) termasuk dalam Konsep Gugus Pulau Malukudengan
bobot rata – rata sebesar 0,0949, (5) merupakan Propinsi Kepulauan dengan bobot
rata – rata sebesar 0,0768.
Selanjutnya faktor – faktor eksternal (ancaman) yang mempunyai pengaruh
atau tingkat kepentingan relatif tertinggi dalam pengembangan transportasi laut antar
pulau dalam rangka peningkatan pembangunan ekonomi daerah di Kabupaten Maluku
Tenggara Barat adalah (1) kurangnya frekwensi pelayaran dari pihak PT. Pelni atau
pihak swasta lainnyadengan bobot rata – rata 0,1140 kemudian (2) iklim/cuaca yang
tidak stabil dengan bobot rata – rata sebesar 0,1023, selanjutnya (3) memiliki rute
pelayaran/jarak tempuh dari ibu kota provinsi yang masih panjangdengan bobot rata –
rata sebesar 0,0941, (4) bias dari Kebijakan Pemerintah Pusat yang berorientasi
daratan dengan bobot rata – rata sebesar 0,0912 dan (5) ketidakstabilan ekonomi
makro dengan bobot rata – rata sebesar 0,0717.

75
Tabel 6.2.Matriks EFE dari Strategi Pengembangan Transportasi Laut Antar Pulau
Dalam Rangka Peningkatan Pembangunan Ekonomi Daerah di Kabupaten
Maluku Tenggara Barat
N BOBO RATIN SKO
VARIABEL
O T G R
A. PELUANG
Secara geografi merupakan wilayah 0,339
1 0,0970 4
perbatasan 5
0,557
2 Merupakan salah satu daerah tertinggal 0,1439 4
7
Termasuk dalam Konsep Gugus Pulau 0,320
3 0,0949 3
Maluku 2
0,259
4 Merupakan Propinsi Kepulauan 0,0768 3
3
0,398
5 Letak Propinsi Maluku yang strategis 0,1139 4
8
B. ANCAMAN
Memiliki rute pelayaran/jarak tempuh dari 0,164
1 0,0941 2
ibu kota provinsi yang masih panjang 7
Kurangnya frekwensi pelayaran dari 0,156
2 0,1140 1
pihak PT. Pelni atau pihak swasta lainnya 8
Bias dari Kebijakan Pemerintah Pusat 0,125
3 0,0912 1
yang berorientasi daratan 5
0,166
4 Iklim/cuaca yang tidak stabil 0,1023 2
3
0,152
5 Ketidakstabilan ekonomi makro 0,0717 2
3
2,641
JUMLAH 1,0000
1

Selanjutnya hasil evaluasi faktor eksternal (EFE) dari respon wawancara


dengan 8 responden menunjukkan bahwa penilaian peringkat peluang pada faktor
eksternal yang harus menjadi perhatian utama pada pengembangan transportasi laut
antar pulau dalam rangka peningkatan pembangunan ekonomi daerah di Kabupaten
Maluku Tenggara Barat adalah merupakan salah satu daerah tertinggal,secara geografi
merupakan wilayah perbatasan, letak Propinsi Maluku yang strategis dengan nilai
rating 4 artinya bahwa faktor tersebut mempunyai peluang ”sangat tinggi” dalam
pengembangan transportasi laut antar pulau dalam rangka peningkatan pembangunan

76
ekonomi daerah di Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Peringkat berikutnya
adalahtermasuk dalam Konsep Gugus Pulau Maluku danmerupakan Propinsi
Kepulauan dengan nilai rating 3 artinya bahwa faktor tersebut mempunyai peluang
”cukup tinggi” dalam pengembangan transportasi laut antar pulau dalam rangka
peningkatan pembangunan ekonomi daerah di Kabupaten Maluku Tenggara Barat.
Penilaian peringkat ancaman pada faktor eksternal yang harus menjadi
perhatian utama adalah kurangnya frekwensi pelayaran dari pihak PT. Pelni atau pihak
swasta lainnya danbias dari Kebijakan Pemerintah Pusat yang berorientasi daratan
dengan masing – masing rating sebesar 1, artinya bahwa faktor – faktor tersebut
memberikan ”ancaman yang tinggi” bagi pengembangan transportasi laut antar pulau
dalam rangka peningkatan pembangunan ekonomi daerah di Kabupaten Maluku
Tenggara Barat. Kemudian dilanjutkan dengan memiliki rute pelayaran/jarak tempuh
dari ibu kota provinsi yang masih panjang, iklim/cuaca yang tidak stabil dan
ketidakstabilan ekonomi makro dengan nilai peringkat sebesar 2, artinya faktor –
faktor tersebut memberikan ancaman yang cukup tinggi bagi pengembangan
transportasi laut antar pulau dalam rangka peningkatan pembangunan ekonomi daerah
di Kabupaten Maluku Tenggara Barat.
Matriks evaluasi faktor eksternal menghasilkan skor tertimbang sebesar 2,6411
yang menunjukan bahwa secara eksternal faktor peluang dan ancaman bagi
pengembangan transportasi laut antar pulau dalam rangka peningkatan pembangunan
ekonomi daerah di Kabupaten Maluku Tenggara Barat direspon dengan cukup baik
sebagaimana tersaji dalam Tabel 6.2.
Selanjutnya Gambar 6.1 memperlihatkan bahwapengembangan transportasi
laut antar pulau dalam rangka peningkatan pembangunan ekonomi daerah di
Kabupaten Maluku Tenggara Barat direspon dengan cukup baik.

77
TOTAL FAKTOR STRATEGI INTERNAL
Kuat Rata - Rata Lemah
4,0 3,0 2,0 1,0
TOTAL Tinggi
SEKTOR I II III
FAKTOR 3,0
STRATEGI Menengah
EKSTERNAL VI V VI
2,0
Rendah
VII VIII IX
1,0

Gambar 6.1. Analisis Internal – Eksternal

6.2 Tahap Penggabungan (Matching Stage)


Tahap selanjutnya adalah tahap penggabungan (matching stage) dengan teknis
matriks Strengths – Weaknesses – Opportunities -Threats (SWOT) atau kekuatan –
kelemahan – keluang – kncaman. Analisis SWOT ini didasarkan pada informasi yang
diturunkan dari tahap input untuk mencocokan kekuatan dan kelemahan internal
dengan peluang dan ancaman eksternal. Hal ini dimaksudkan untuk menentukan
alternatif strategi yang layak secara efektif pada pengembangan transportasi laut antar
pulau dalam rangka peningkatan pembangunan ekonomi daerah di Kabupaten Maluku
Tenggara Barat. Dari hasil analisis SWOT diperoleh 14 (empat belas) alternatif
strategi dalam pengembangan transportasi laut antar pulau. Secara jelas matriks
SWOT dapat dilihat pada Gambar 6.2.

i) Strategi S – O (Strengths – Opportunities)


Strategi S-O merupakan penggabungan atau pencocokan antara faktor internal
(kekuatan) dengan faktor eksternal (peluang) dengan cara menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan peluang. Dari hasil analisis yang dilakukan diperoleh empat
strategi, yaitu pertama menambah moda kapal rakyat guna menghubungkan pulau –
pulau terpencil. Strategi ini dirumuskan dengan melihat kekuatan Kabupaten Maluku

78
Tenggara Baratyang memiliki pulau–pulau besar dan kecil dengankekayaan
sumberdaya alam yang menyebar di tiap-tiap
Kekuatan (Strenghts) Kelemahan
Faktor Internal (Weaknesses)
S1= Memiliki pulau – pulau besar
dan kecil, W1=Infrastruktur
S2= Memiliki potensi sumber- sarana dan
daya alam di tiap kecamat- an, prasarana yang
S3= Peranan sektor transportasi kurang memadai,
laut sangat penting untuk W2=Hubungan antara
menggerakansektor–sektor pusat ibu kota
hulu dan hilirnya, kabupaten dengan
S4= Dilihat dari interaksi antar wilayah
pulau merupakan karakter belakangnya belum
Faktor Eksternal wilayah produksi, semuanya
S5= PemerintahDaerah memiliki terhubung,
kewenangan untuk menga- tur W3=Pendapatan
keuangannya sendiri masyarakat nela-
yan yang tidak
stabil,
W4=Kurangnya
keberpihakan
penganggaran
PemKab pada
sektor transportasi
laut,
W5=Rendahnya
pendapatan per-
kapita masyarakat

79
Peluang
Strategi S – O Strategi W – O
(Opportunities)
1. Menambah moda kapal rakyat 1. Peningkatkan sistim
O1= Secara geografis
guna menghubungkan pulau – kapal pengawas
merupa- kan
pulau terpencil (S1,S2,S3,S4, pantai guna
wilayah perbatasan,
O1,O2,O3,O4,O5) mengawasi jalur
O2= Merupakan salah
2. Membangun prasarana trans- lintas damai laut
satu dae- rah
portasi laut (S1,S2,O1,O2, O3) (W1,W2,O1,O3,O5)
tertinggal,
3. Meningkatkan moda kapal 2. Mendorong
O3= Termasuk dalam
perintis pemerintah pusat
Konsep Gugus
(S1,S2,S3,S4,S5,O1,O2,O3,O4, untuk meningkatkan
Pulau Maluku,
O5) pengangga ran bagi
O4= Merupakan
4. Mendorong pemerintah pusat transportasi laut di wi
Propinsi Kepu-
untuk membuka pelabuhan laut -layah perbatasan
lauan,
internasional (S3,S4,O5) (W3,W4,W5, O1,O5)
O5= Letak Propinsi
3. Membuka jalur
Maluku yg
pelayanan, khu-
strategis,
susnya bagi daerah
hinterland guna
membuka
keterisolasian daerah
(W2,
O1,O2,O3,O4,O5)
4. Memberikan
subsidi bagi pela-
yanan kapal rakyat
(W3,W5,O2,O3,O4,O
5)
Ancaman (Threats) Strategi S – T Strategi W – T
T1= Memiliki rute
1. Membuka jalur pelayanan ke 1. Mendorong peran
pelayaran/ jarak
pulau-pulau yang memiliki serta pemerintah
tempuh dari
sumberdaya alam provinsi&peme-
ibukota provinsi
(S1,S2,S3,S4,S5,T1,T2) rintah pusat untuk
yang masih
2. Membangun rute pelayanan berpihak dalam
panjang,
dengan type port to port (S1, transportasi laut
T2= Kurangnya
S4,T1,T2) (W4, T3)
frekwensi pela-
3. Meningkatkan fasilitas per- 2. Mendorong pihak
yaran dari pihak
alatan keselamatan pela- yaran perbankan dalam
PT. Pelni atau
(S1,S5,T4) memberikan kredit
pihak swasta
bagi pengusaha
lainnya,
kapal rakyat (W3,
T3= Bias dari
W4,W5,T3,T5)

80
Kebijakan Peme- 3. Mendorong
rintah Pusat yang keberpihakan sektor
berorien-tasi swasta untuk ber-
daratan, investasi pada moda
T4= Iklim/cuaca yang trans- portasi laut
tidak stabil, (W4,T3,T5)
T5=
Ketidakstabilaneko
nomi makro,
Gambar 6.2. Matriks SWOT Perumusan Strategi Pengembangan Transportasi Laut
Antar Pulau Dalam Rangka Peningkatan Pembangunan Ekonomi Daerah
di Kabupaten Maluku Tenggara Barat
kecamatandan juga peranan sektor transportasi sangat penting untuk menggerakan
sektor–sektor hulu dan hilirnya karena dilihat dari interaksi antar pulau merupakan
karakter wilayah produksiuntuk memanfaatkan peluang bahwa secara geografis
merupakan wilayah perbatasan, merupakan salah satu daerah tertinggal,termasuk
dalam konsep gugus pulau Maluku, merupakan propinsi kepulauan dan letak Propinsi
Maluku yang strategis.
Kedua, membangun prasarana transportasi laut. Alternatif strategi ini
dirumuskan dengan melihat kekuatan Kabupaten Maluku Tenggara Barat yang
memiliki pulau – pulau besar dan kecil dengan kekayaan sumberdaya alam yang
menyebar di tiap-tiap kecamatan dan juga peranan sektor transportasi sangat penting
untuk menggerakan sektor–sektor hulu dan hilirnya serta dilihat dari interaksi antar
pulau merupakan karakter wilayah produksi dan juga Pemerintah Daerah memiliki
kewenangan untuk mengatur keuangannya sendiri, untuk memanfaatkan peluang
bahwa secara geografis merupakan wilayah perbatasan, merupakan salah satu daerah
tertinggal,termasuk dalam konsep gugus pulau Maluku, merupakan propinsi kepulauan
dan letak Propinsi Maluku yang strategis.
Alternatif strategi ketiga yakni meningkatkan moda kapal perintis. Strategi ini
dirumuskan dengan melihat kekuatanKabupaten Maluku Tenggara Barat yang
memiliki pulau – pulau besar dan kecil dengan kekayaan sumberdaya alam yang
menyebar di tiap-tiap kecamatan dan juga peranan sektor transportasi sangat penting
untuk menggerakan sektor–sektor hulu dan hilirnya serta dilihat dari interaksi antar
pulau merupakan karakter wilayah produksi dan juga Pemerintah Daerah memiliki

81
kewenangan untuk mengatur keuangannya sendiri, untuk memanfaatkan peluang
bahwa secara geografis merupakan wilayah perbatasan, merupakan salah satu daerah
tertinggal,termasuk dalam konsep gugus pulau Maluku, merupakan propinsi kepulauan
dan letak Propinsi Maluku yang strategis.
Keempat, mendorong pemerintah pusat untuk membuka pelabuhan laut
internasional, strategi ini dirumuskan dengan melihat sektor transportasi sangat
penting untuk menggerakan sektor–sektor hulu dan hilirnya serta dilihat dari interaksi
antar pulau merupakan karakter wilayah produksi, untuk memanfaatkan peluang
bahwa letak Provinsi Maluku yang strategis.

ii) Strategi S – T (Strengths – Threats)


Strategi S-T merupakan penggabungan atau pencocokan antara faktor internal
(kekuatan) dengan faktor eksternal (ancaman) dengan cara menggunakan kekuatan
untuk mengatasi ancaman. Dari hasil analisis diperoleh tiga alternatif strategi yaitu
pertama membuka jalur pelayanan ke pulau-pulau yang memiliki sumberdaya alam.
Strategi ini dirumuskan dengan melihat kekuatan Kabupaten Maluku Tenggara Barat
yang memiliki pulau – pulau besar dan kecil dengan kekayaan sumberdaya alam yang
menyebar di tiap-tiap kecamatan dan juga peranan sektor transportasi sangat penting
untuk menggerakan sektor–sektor hulu dan hilirnya serta dilihat dari interaksi antar
pulau merupakan karakter wilayah produksi dan juga Pemerintah Daerah memiliki
kewenangan untuk mengatur keuangannya sendiri untuk mengatasi ancaman memiliki
rute pelayaran / jarak tempuh dari ibukota provinsi yang masih panjang dan kurangnya
frekwensi pelayaran dari pihak PT. Pelni atau pihak swasta lainnya.
Kedua, membangun rute pelayanan dengan type bandul (end to end). Alternatif
strategi ini dirumuskan dengan melihat kekuatan Kabupaten Maluku Tenggara Barat
yang memiliki pulau – pulau besar dan kecil serta dilihat dari interaksi antar pulau
merupakan karakter wilayah produksi untuk mengatasi ancaman rute pelayaran / jarak
tempuh dari ibukota provinsi yang masih panjang dan kurangnya frekwensi pelayaran
dari pihak PT. Pelni atau pihak swasta lainnya.

82
Alternatif strategi yang ketiga yakni meningkatkan fasilitas peralatan
keselamatan pelayaran.Strategi ini dirumuskan dengan melihat kekuatan Kabupaten
Maluku Tenggara Barat yang memiliki pulau – pulau besar dan kecil dan Pemerintah
Daerah memiliki kewenangan untuk mengatur keuangannya sendiri untuk mengatasi
ancaman rute pelayaran / jarak tempuh dari ibukota provinsi yang masih panjang dan
kurangnya frekwensi pelayaran dari pihak PT. Pelni atau pihak swasta lainnya.

iii) Strategi W – O (Weaknesses – Opportunities)


Strategi W – O merupakan penggabungan atau pencocokan antara faktor
internal (kelemahan) dengan faktor eksternal (peluang) dengan cara meminimalkan
kelemahan untuk memanfaatkan peluang. Dari hasil analisis diperoleh empat alternatif
strategi yaitu pertama peningkatkan sistim kapal pengawas pantai guna mengawasi
jalur lintas damai laut. Alternatif strategi ini dirumuskan dengan melihat Kabupaten
Maluku Tenggara Barat memiliki infrastruktur sarana dan prasarana yang kurang
memadai dan hubungan antara pusat ibu kota kabupaten dengan wilayah belakangnya
belum semuanya terhubung untuk memanfaatkan peluang secara geografis merupakan
wilayah perbatasan, termasuk dalam konsep gugus pulau Maluku dan letak Propinsi
Maluku yang strategis.
Alternatif strategi kedua yakni mendorong pemerintah pusat untuk
meningkatkan penganggaran bagi transportasi laut di wilayah perbatasan.Alternatif
strategi ini dirumuskan dengan melihat pendapatan masyarakat nelayan yang tidak
stabil,kurangnya keberpihakan penganggaran Pemerintah Kabupaten pada sektor
transportasi laut danrendahnya pendapatan perkapita masyarakat untuk memanfaatkan
peluang secara geografis merupakan wilayah perbatasan dan letak Propinsi Maluku
yang strategis.
Alternatif strategi ketiga yakni membuka jalur pelayanan, khususnya bagi
daerah hinterland guna membuka keterisolasian daerah. Strategi ini dirumuskan untuk
meminimalkan kelemahan darihubungan antara pusat ibu kota kabupaten dengan
wilayah belakangnya belum semuanya terhubunguntuk memanfaatkan peluang bahwa
secara geografis merupakan wilayah perbatasan, merupakan salah satu daerah

83
tertinggal,termasuk dalam konsep gugus pulau Maluku, merupakan propinsi kepulauan
dan letak Propinsi Maluku yang strategis.
Alternatif strategi keempat yakni memberikan subsidi bagi pelayaran kapal
rakyat.Strategi ini dirumuskan dengan melihat pendapatan masyarakat nelayan yang
tidak stabil danrendahnya pendapatan perkapita masyarakat untuk memanfaatkan
peluang bahwa merupakan salah satu daerah tertinggal,termasuk dalam konsep gugus
pulau Maluku, merupakan propinsi kepulauan dan letak Propinsi Maluku yang
strategis.
iv) Strategi W – T (Weaknesses – Threats)
Strategi W-T merupakan penggabungan atau kombinasi antara faktor internal
(kelemahan) dengan faktor eksternal (ancaman) dengan cara meminimalkan
kelemahan untuk menghindari ancaman. Dari hasil analisis diperoleh tiga alternatif
strategi yakni pertama mendorong peran serta pemerintah provinsi dan pemerintah
pusat untuk berpihak pada transportasi laut.Alternatif strategi ini dirumuskan untuk
meminimalkan peluang kurangnya keberpihakan penganggaran Pemerintah Kabupaten
pada sektor transportasi laut untuk mengatasi ancaman bias dari Kebijakan Pemerintah
Pusat yang berorientasi daratan.
Alternatif strategi yang kedua yakni mendorong pihak perbankan dalam
memberikan kredit bagi pengusaha kapal rakyat. Strategi ini dirumuskan untuk
meminimalkan kelemahan pendapatan masyarakat nelayan yang tidak stabil,
kurangnya keberpihakan penganggaran Pemerintah Kabupaten pada sektor
transportasi lautdanrendahnya pendapatan perkapita masyarakat untuk mengatasi
ancaman bias dari Kebijakan Pemerintah Pusat yang berorientasi daratan dan
ketidakstabilan ekonomi makro.
Alternatif strategi yang ketiga yakni mendorongkeberpihakan sektor swasta
untuk berinvestasi pada moda transportasi laut.Strategi ini dirumuskan untuk
meminimalkan kelemahan kurangnya keberpihakan penganggaran Pemerintah
Kabupaten pada sektor transportasi laut untuk mengatasi ancaman bias dari Kebijakan
Pemerintah Pusat yang berorientasi daratan dan ketidakstabilan ekonomi makro.

84
6.3 Tahap Pengambilan Keputusan
Tahap selanjutnya dari perumusan strategi adalah tahap pengambilan
keputusan dengan menggunakan analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning
matrix). Analisis ini ditujukan untuk menentukan prioritas strategi pengembangan
transportasi laut antar pulau dalam rangka peningkatan pembangunan ekonomi daerah
di Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Analisis QSPM dilakukan dengan cara
memberikan nilai kemenarikan relatif (Attractive Score = AS) pada masing – masing
faktor internal maupun eksternal. Strategi yang mempunyai total nilai kemenarikan
relatif (Total Attractive Score = TAS) yang tertinggi merupakan prioritas strategi.
Setelah dilakukan analisis dan perhitungan nilai TAS seperti padalampiran11,maka
diperoleh matriks perencanaan strategik kuantitatif seperti pada Tabel6.4.
Kebijakan dan strategi pengembangan transportasi laut antar pulau dalam
rangka peningkatan pembangunan ekonomi daerah di Kabupaten Maluku Tenggara
Barat diperoleh peringkat sebagai berikut seperti pada Tabel 6.3.
1. Membangun prasarana transportasi laut,
2. Menambah moda kapal rakyat guna menghubungkan pulau – pulau terpencil
3. Meningkatkan moda kapal perintis
4. Membuka jalur pelayanan, khususnya bagi daerah hinterland guna membuka
keterisolasian daerah,
5. Memberikan subsidi bagi pelayaran kapal rakyat
6. Membuka jalur pelayanan ke pulau-pulau yang memiliki sumberdaya alam
7. Mendorong pemerintah pusat untuk meningkatkan penganggaran bagi
transportasi laut di wilayah perbatasan,
8. Mendorong keberpihakan sektor swasta untuk berinvestasi pada moda transportasi
laut,
9. Mendorong peran serta pemerintah provinsi dan pemerintah pusat untuk berperan
dalam transportasi laut,
10. Membangun rute pelayanan dengan type bandul (end to end)
11. Meningkatkan fasilitas peralatan keselamatan pelayaran,

85
12. Mendorong pihak perbankan dalam memberikan kredit bagi pengusaha kapal
rakyat
13. Peningkatkan sistim kapal pengawas pantai guna mengawasi jalur lintas damai
laut,
14. Mendorong Pemerintah Pusat untuk membuka pelabuhan laut internasional.

Tabel 6.3.Hasil Analisis QSPM dalam Perumusan Strategi Pengembangan


Transportasi Laut Antar Pulau dalam rangka Peningkatan Pembangunan
Ekonomi Daerah di Kabupaten Maluku Tenggara Barat

NO. Alternatif Strategi Nilai TAS Prioritas


Menambah moda kapal rakyat guna menghubungkan
1 6,88 2
pulau – pulau terpencil
2 Membangun prasarana transportasi laut 6,92 1
3 Peningkatan moda kapal perintis 6,69 3
Mendorong Pemerintah Pusat untuk membuka
4 4,86 14
pelabuhan laut internasional
Membuka jalur pelayanan ke pulau-pulau yang
5 6,40 6
memiliki sumberdaya alam
Membangun rute pelayanan dengan type bandul (end
6 5,75 10
to end
Meningkatkan fasilitas peralatan keselamatan
7 5,63 11
pelayaran
Peningkatkan sistim kapal pengawas pantai guna
8 5,29 13
mengawasi jalur lintas damai laut
Mendorong pemerintah pusat untuk meningkatkan
9 penganggaran bagi transportasi laut di wilayah 6,25 7
perbatasan
Membuka jalur pelayaran khususnya bagi daerah
10 6,52 4
hinterland guna membuka keterisolasian daerah
11 Memberikan subsidi bagi pelayanan kapal rakyat 6,43 5
Mendorong peran serta pemerintah provinsi&
12 pemerintah pusat untuk berperan dalam transportasi 5,81 9
laut
Mendorong pihak perbankan dalam memberi kredit
13 5,54 12
bagi pengusaha kapal rakyat
Mendorong keberpihakan sektor swasta untuk
14 5,83 8
berinvestasi pada moda transportasi laut
Sumber: Hasil Analisis

86
6.4 Perancangan Program
Rumusan perancangan program diambil berdasarkan strategi pengembangan
transportasi laut antar pulau dalam rangka peningkatan pembangunan ekonomi daerah
di Kabupaten Maluku Tenggara Barat seperti pada tabel 6.3. Program – program
dibawah ini merupakan beberapa implementasi strategi yang diperoleh dari hasil
analisis internal – eksternal dan analisis QSPM.
Strategi dan Program
1. Membangun prasarana transportasi laut.
Program:
a. Pembangunan dermaga lokal dan tambatan perahu di beberapa kecamatan,
Program ini dimaksudkan untuk meningkatkan interaksi antar kecamatan
dengan cara membangun dermaga lokal dan tambatan perahu, karena selama
ini penduduk yang memiliki perahu – perahu kecil tidak bisa berlabuh untuk
mengangkat hasil bumi dengan baik.
b. Pembangunan dermaga bongkar muat di ibukota Kabupaten Maluku Tenggara
Barat,
Program ini dimaksud untuk meningkatkan kualitas kepelabuhanan dari
Kabupaten Maluku Tenggara Barat, dengan membangun dermaga bongkar
muat barang yang terpisah dari dermaga penumpang mengakibatkan kinerja
bongkar muat barang akan meningkat.
c. Rehabilitasi dermaga Kabupaten Maluku Tenggara Barat,
Program ini dikususkan untuk peningkatan kualitas dermaga itu sendiri.
d. Pembangunan fasilitas pelabuhan Kabupaten Maluku Tenggara Barat
Program ini dimaksudkan agar lingkungan dermaga seperti tempat parkir,
perkantoran, toilet dapat berfungsi dengan baik.

2. Menambah moda kapal rakyat guna menghubungkan pulau – pulau terpencil.


Program:
a. Studi kelayakan guna menambah moda kapal rakyat,

87
Studi kelayakan ini digunakan untuk menilai layak atau tidaknya penambahan
moda kapal rakyat serta dampak yang ditimbulkan dari penambahan moda
kapal rakyat.
b. Koordinasi dengan para stakeholder guna penambahan moda kapal rakyat,
Program ini dilakukan dengan menyelenggarakan rapat – rapat untuk
mendapat masukan guna menambah moda kapal rakyat.
c. Mendorong pihak perbankan untuk memberikan pinjaman murah kepada
pengusaha kapal rakyat,
Program ini dilakukan dengan mengadakan rapat – rapat antara Pemda
dengan pihak perbankan guna memberikan pinjaman kepada pengusaha kapal
rakyat.

d. Penambahan jumlah armada pelayaran rakyat,


Program ini diarahkan untuk menambah moda kapal bagi kelompok –
kelompok nelayan, mengingat interaksi antar pulau paling mudah dan murah
hanya dapat dilakukan dengan moda ini.

3. Meningkatkan moda kapal perintis


a. Pembuatan studi kelayakan penambahan kapal perintis,
Studi kelayakan ini digunakan untuk menilai layak atau tidaknya penambahan
moda kapal perintis serta dampak yang ditimbulkan dari penambahan moda
kapal perintis.
b. Pengadaan kapal barang perintis,
Program ini dibuat agar dapatmengangkut hasil bumi (komoditas) yang
selama ini dikuasai oleh segelintir orang, sehingga monopoli dapat dihindari.
c. Pengadaan kapal penumpang perintis,
Program ini dibuatmengingat jumlah kapal perintis yang menyinggahi
Kabupaten Maluku Tenggara Barat saat ini kurang dari permintaan.
d. Pemeliharaan dan pengoperasian kapal perintis

88
Program ini dimaksudkan untuk pengoperasian dan pemeliharaan kapal
perintis yang ada.

4. Membuka jalur pelayaran khususnya bagi daerah hinterland guna


membuka keterisolasian daerah,Program:
a. Studi kelayakan pembukaan rute pelayaran baru,
Studi kelayakan ini digunakan untuk menilai layak atau tidaknya membuka
jalur baru bagi kapal rakyat dan kapal perintis serta dampak yang ditimbulkan
dari pembukaan jalur baru tersebut.
b. Penambahan frekwensi pelayaran bagi kapal – kapal perintis,
Program ini dilakukan dengan berkoordinasi dengan Pemerintah Pusat guna
menambah frekwensi pelayaran bagi kapal perintis.
c. Membuka jalur pelayaran baru bagi kapal – kapal rakyat dan kapal perintis,
Program ini dilakukan dengan berkoordinasi dengan Pemerintah Pusat guna
membuka jalur pelayaran baru bagi kapal rakyat dan kapal perintis.

5. Memberikan subsidi bagi pelayaran kapal rakyat,


Program:
a. Rapat Koordinasi dengan para stakeholder di Kabupaten Maluku Tenggara
Barat,
Program ini dilakukan dalam bentuk rapat – rapat antara para stakeholder.
b. Pemberian subsidi bagi pelayaran kapal rakyat,
Program ini dilakukan untuk meringankan masyarakat dalam pembayaran
terutama ongkos angkut, dengan cara memberikan subsididi bagi pengusaha
kapal rakyat.

6. Membuka jalur pelayanan ke pulau-pulau yang memiliki sumberdaya alam


Program:
a. Rapat Koordinasi dengan Pemerintah Pusat guna pembukaan jalur pelayaran
baru,

89
Program ini dilakukan dengan menyelenggarakan rapat – rapat untuk
mendapat masukan guna membuka jalur pelayaran baru.
b. Studi kelayakan pembukaan jalur pelayaran ke pulau-pulau yang memiliki
sumberdaya alam,
Studi kelayakan ini digunakan untuk menilai layak atau tidaknya membuka
jalur pelayaran baru serta dampak yang ditimbulkan dari pembukaan jalur
pelayaran ke pulau-pulau yang memiliki sumberdaya alam.
c. Studi pemelihan dan penetapan lokasi pelabuhan,
Studi ini dilakukan setelah studi kelayakan guna menentukan posisi – posisi
strategis letak pelabuhan/dermaga.

7. Mendorong pemerintah pusat untuk meningkatkan penganggaran bagi transportasi


laut di wilayah perbatasan,
Program:
a. Rapat Koordinasi dengan Pemerintah Pusat dalam rangka penganggaran sektor
transportasi laut,
Program ini dilakukan dengan menyelenggarakan rapat – rapat dengan
Pemerintah Pusat guna keberpihakan penganggaran ke sektor transportasi
laut.
b. Studi banding ke provinsi/negara yang tela maju sektor transportasi lautnya,
Program ini dimaksudkan untuk membuka wawasan bagi para pengambil
keputusan, terutama dalam merencanakan transportasi laut di Kabupaten
Maluku Tenggara Barat.
c. Pembuatan blue print sektor transportasi laut di Kabupaten Maluku Tenggara
Barat,
Program ini dilakukan dengan menyelenggarakan rapat – rapat, monitoring
dan evaluasi untuk mendapat perencanaan ke depan (blue print) di sektor
transportasi laut Kabupaten Maluku Tenggara Barat.
d. Subsidi operasional kapal perintis

90
Program ini dimaksudkan untuk memberikan subsidi bagi operasional kapal
perintis, sehingga dapat mengurangi tarif kapal perintis.

8. Mendorong keberpihakan sektor swasta untuk berinvestasi pada moda transportasi


laut,
Program:
a. Rapat Koordinasi antara para pemangku kepentingan
Program ini dilakukan dengan menyelenggarakan rapat koordinasi antar
pemangku kepentingan sehingga Pemerintah Daerah dapat mendorong sektor
swasta untuk berinvestasi padatransportasi laut.
b. Penyusunan kebijakan investasi swasta pada moda transportasi laut,
Penyusunan kebijakan investasi swasta pada moda transportasi sangat perlu
dilakuakan oleh Pemerintah Daerah mengingat kedua pihak saling
membutuhkan.
9. Mendorong peran serta pemerintah provinsi dan pemerintah pusat untuk berperan
dalam transportasi laut,
Program:
a. Pengadaan public service obligation (PSO) kepada kapal – kapal PT. Pelni
Program ini dilakukan dengan cara rapat kordinasi dengan Pemerintah Pusat
agar selalu memberikan PSO kepada PT. Pelni terutama untuk daerah
tertinggal dan pulau – pulau terpencil.
b. Review tataran transportasi lokal (tatralok) Kabupaten Maluku Tenggara Barat,
Saat ini Kabupaten Maluku Tenggara Barat sudah memiliki tatralok tapi perlu
direview karena secara administrasi kabupaten ini telah terbagi menjadi
Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan Kabupaten Maluku Barat Daya.

10. Membangun rute pelayanan dengan type bandul (end to end)


Program:
a. Rapat Koordinasi dengan Pemerintah Pusat

91
Program ini dilakukan dengan mengadakan rapat koordinasi dengan
Pemerintah Pusat untuk mengatur rute pelayaran sehingga tidak terjadi jarak
tempuh yang jauh yang mengakibatkan waktu tempuh menjadi lama,
b. Studi kelayakan sistem rute pelayaran
Studi ini dilakukan untuk melihat waktu tempuh yang layak dan dampak yang
ditimbulkan terhadap kesejahteraan masyrakat.
c. Studi pemilihan dan penetapan lokasi pelabuhan
Studi ini dilakukan setelah studi kelayakan guna menentukan posisi – posisi
strategis letak pelabuhan/dermaga.

11. Meningkatkan fasilitas peralatan keselamatan pelayaran,


Program:
a. Pengadaan alat – alat SAR
Posisi Kabupaten Maluku Tenggara Barat yang terletak diantara Laut Banda
dan Laut Arafura membuat wilayah ini sangat membutuhkan perhatian dalam
segi keselamatan pelayaran untuk itu program pengadaan alat – alat SAR
sangat mutlak untuk dilakukan.
b. Pemeliharaan sarana bantu navigasi pelayaran ( rambu suar dan menara suar)
Karena memiliki banyak pulau – pulau besar dan kecil maka sarana bantu
navigasi sangat diperlukan di wilayah ini.
c. Pelatihan sumberdaya manusia guna meningkatkan keselamatan pelayaran,
Sumberdaya manusia merupakan tulang punggung penggerak sektor
transportasi laut untuk itu perlu selalu diberi pelatihan mengenai keselamatan
pelayaran.

12. Mendorong pihak perbankan dalam memberikan kredit bagi pengusaha kapal
rakyat, Program:
a. Rapat Koordinasi dengan para pemangku kepentingan di Kabupaten Maluku
Tenggara Barat,

92
Penghasilan masyarakat nelayan tidak sama dengan petani, masyarakat nelayan
berpenghasilan sangat minim, oleh karena itu rapat koordinasi antara
Pemerintah Daerah dengan pihak perbankan sangat diperlukan guna
keberpihakan pihak perbankan dalam memberikan kredit bagi masyarakat
nelayan terutama bagi para pengusaha kapal rakyat.
b. Studi kelayakan pemberian kredit bagi pengusaha kapal rakyat
Diperlukan suatu studi kelayakan pemberian kredit bagi pengusaha kapal
rakyat, sehingga bisa diketahui dampaknya bagi kesejahteraan masyarakat
nelayan.
c. Penyusunan kebijakan pemberian kredit bagi kapal rakyat,
Diperlukan suatu kebijakan dari Pemerintah Daerah bagi perbankan yag
memberikan kredit bagi masyarakat nelayan.

13. Peningkatkan sistim kapal pengawas pantai guna mengawasi jalur lintas damai
laut,Program:
a. Pengadaan kapal patroli Kesatuan Penjaga Laut dan Pantai (KPLP)
Posisi Kabupaten Maluku Tenggara Barat yang terletak di wilayah perbatasan,
terutama dengan Australia membuat kabupaten ini sangat memerlukan kapal
patroli KPLP untuk mengawasi jalur lintas damai laut.
b. Pembangunan sarana bantu navigasi pelayaran (SBNP),
Mengingat Kabupaten Maluku Tenggara Barat memiliki banyak pulau – pulau
dan letaknya di perbatasan maka pembangunan sarana bantu navigasi perlu
dilakukan.
c. Pelatihan sumberdaya manusia
Untuk mengamankan jalur lintas damai laut sangat diperlukan sumberdaya
manusia yang handal oleh karena itu pelatihan-pelatihan bagi para pegawai
KPLP harus dilakukan secara kontinyu dan berkesinambungan.

14. Mendorong Pemerintah Pusat untuk membuka pelabuhan laut internasional


Program:

93
a. Rapat Koordinasi antara para pemangku kepentingan,
Program ini dilakukan dengan mengadakan rapat koordinasi dengan
Pemerintah Pusat untuk membuka pelabuhan laut internasional, mengingat
posisi Kabupaten Maluku Tenggara Barat yang cukup strategi.
b. Studi kelayakan pelabuhan laut internasional,
Studi ini dilakukan untuk melihat apakah layak Kabupaten Maluku Tenggara
Barat memiliki pelabuhan internasional dan dampaknya bagi kesejahteraan
masyarakat khususnya masyarakat nelayan.

Selengkapnya perancangan program dan pola pembayaran dapat dilihat pada


Tabel 6.4 di bawah ini.

Tabel 6.4. Rancangan Program Pengembanngan Transportasi Laut Antar Pulau


Dalam Rangka Peningkatan Ekonomi Daerah Di Kabupaten Maluku
Tenggara Barat

Alternatif Pola
NO. Alternatif Program
Strategi Pembayaran
e. Pembangunan dermaga lokal dan
tambatan perahu di beberapa APBD
kecamatan,
f. Pembangunan dermaga bongkar muat APBN
Membangun
di ibukota Kabupaten Maluku
1 prasarana
Tenggara Barat APBN
transportasi laut
g. Rehabilitasi dermaga Kabupaten
Maluku Tenggara Barat APBN
h. Pembangunan fasilitas pelabuhan
Kabupaten Maluku Tenggara Barat
e. Studi kelayakan guna menambah
moda kapal rakyat, APBD
Menambah
f. Koordinasi dengan para stakeholder APBD
moda kapal
guna penambahan moda kapal rakyat,
rakyat guna
2 g. Mendorong pihak perbankan untuk APBD
menghubungkan
memberikan pinjaman murah kepada
pulau – pulau
pengusaha kapal rakyat, APBN
terpencil
h. Penambahan jumlah armada
pelayaran rakyat,

94
a. Pembuatan studi kelayakan
penambahan kapal perintis APBD
Peningkatan
b. Pengadaan kapal barang perintis APBN
3 moda kapal
c. Pengadaan kapal penumpang perintis APBN
perintis
d. Pemeliharaan dan pengoperasian APBN
kapal perintis
Membuka jalur
pelayaran a. Studi kelayakan pembukaan rute
khususnya bagi pelayaran baru APBD
daerah b. Penambahan frekwensi pelayaran bagi APBN
4
hinterland guna kapal – kapal perintis,
membuka c. Membuka jalur pelayaran bagi kapal – APBN
keterisolasian kapal rakyat dan kapal perintis.
daerah
c. Rapat Koordinasi dengan para
Memberikan
pemangku kepentingan di Kabupaten APBD
subsidi bagi
5 Maluku Tenggara Barat,
pelayanan kapal
d. Pemberian subsidi bagi pelayaran APBN
rakyat
kapal rakyat
d. Rapat Koordinasi dengan Pemerintah
Membuka jalur
Pusat guna pembukaan jalur APBD
pelayanan ke
pelayaran baru,
pulau-pulau
6 e. Studi kelayakan pembukaan jalur APBD
yang memiliki
baru, APBN
sumberdaya
f. Studi pemelihan dan penetapan lokasi
alam
pelabuhan
e. Rapat Koordinasi dengan Pemerintah
Mendorong
Pusat dalam rangka penganggaran APBD
pemerintah
sektor transportasi laut,
pusat untuk
f. Studi banding ke provinsi/negara APBD
meningkatkan
yang telah maju sektor transportasi
7 penganggaran
lautnya, APBD
bagi transportasi
g. Pembuatan blue print sektor
laut di wilayah
transportasi laut di Kabupaten Maluku APBN
perbatasan
Tenggara Barat,
c. Subsidi operasional kapal perintis
Tabel 6.4. (lanjutan)
Mendorong
keberpihakan c. Rapat Koordinasi antara para
sektor swasta pemangku kepentingan APBD
8
untuk g. Penyusunan kebijakan investasi APBD
berinvestasi swasta pada moda transportasi laut
pada moda

95
transportasi laut

Mendorong
peran serta
c. Pengadaan public service obligation
pemerintah APBN
(PSO) kepada kapal – kapal PT. Pelni,
provinsi &
9 d. Review tataran transportasi lokal
pemerintah APBD
(tatralok) Kabupaten Maluku
pusat untuk
Tenggara Barat
berperan dalam
transportasi laut
Membangun d. Rapat Koordinasi dengan Pemerintah
rute pelayanan Pusat APBD
10 dengan type e. Studi kelayakan sistem rute pelayaran APBD
bandul (end to f. Studi pemilihan dan penetapan lokasi APBN
end ) pelabuhan
d. Pengadaan alat – alat SAR
Meningkatkan
e. Pemeliharaan sarana bantu navigasi APBN
fasilitas
pelayaran (rambu suar dan menara APBN
11 peralatan
suar) APBN
keselamatan
f. Pelatihan sumberdaya manusia guna
pelayaran
meningkatkan keselamatan pelayaran
d. Rapat Koordinasi dengan para
Mendorong
pemangku kepentingan di Kabupaten APBD
pihak perbankan
Maluku Tenggara Barat
dalam memberi
12 e. Studi kelayakan pemberian kredit APBD
kredit bagi
bagi pengusaha kapal rakyat
pengusaha kapal
f. Penyusunan kebijakan pemberian APBD
rakyat
kredit bagi kapal rakyat
Peningkatkan
sistim kapal d. Pengadaan kapal patroli KPLP
pengawas pantai d. Pembangunan sarana bantu navigasi APBN
13
guna pelayaran (SBNP), APBN
mengawasi jalur e. Pelatihan sumberdaya manusia
lintas damai laut APBN
Mendorong
Pemerintah a. Rapat Koordinasi antara para
Pusat untuk pemangku kepentingan, APBD
14
membuka d. Studi kelayakan pelabuhan laut
pelabuhan laut internasional APBD
internasional

96

Anda mungkin juga menyukai