PERUMUSAN STRATEGIS
61
karakter wilayah produksi5) Pemerintah Daerah memiliki kewenangan untuk
mengatur keuangannya sendiri.
Faktor kelemahan meliputi : 1) infrastruktur sarana dan prasarana yang kurang
memadai, 2) hubungan antara pusat ibu kota kabupaten dengan wilayah belakangnya
belum semuanya terhubung,3) pendapatan masyarakat nelayan yang tidak stabil, 4)
kurangnya keberpihakan penganggaran Pemerintah Kabupaten pada sektor transportasi
laut, 5)rendahnya pendapatan perkapita masyarakat.
6.1.1.1 Kekuatan
1. Memiliki pulau – pulau besar dan kecil
Sebagai kabupaten yang memiliki karakteristik geografis wilayah kepulauan
Kabupaten Maluku Tenggara Barat memiliki 85 (delapan puluh lima) pulau, yang
sudah berpenghuni sebanyak 57 (lima puluh tujuh) pulau dan yang belum berpenghuni
sebanyak 28 (dua puluh delapan) pulau dengan Pulau Yamdena sebagai pulau terbesar
dan merupakan letak dari Ibukota Kabupaten yakni Saumlaki. Dengan memiliki
banyak pulau menjadikan sistem transportasi laut di wilayah ini begitu penting. Laut
tidak hanya sebagai sumber kekayaan alam hayati dan nabati tapi laut juga berperan
penting sebagai lalu lintas barang dan jasa serta laut menjadi prasarana penghubung
dan pemersatu bagi pulau – pulau di wilayah Maluku Tenggara Barat.
62
kabupaten lain di Maluku dan kualitas nomor 1 di dunia. Dengan demikian untuk
mobilisasi sumberdaya alam setempat sangat diperlukan suatu sistem transportasi laut
yang handal, aman dan murah sebagai lalu lintas barang dan jasa.
63
Maluku Tenggara Barat karena merupakan input terutama untuk mendistribusikan
komoditas – komoditas unggulan.
64
6.1.1.2 Kelemahan
1. Infrastruktur sarana dan prasarana yang kurang memadai.
Transportasi laut merupakan transportasi utama untuk melayani pergerakan orang dan
barang antar 85 pulau di wilayah Maluku Tenggara Barat karena biayanya realatif
murah jika dibandingkan dengan transportasi udara. Sarana pendukung yang tersedia
saat ini adalah 5 (lima) unit kapal perintis, 2 (dua) unit kapal penumpang yang
disubsidi pemerintah serta 2 (dua) unit kapal komersial (PT. PELNI) yang melayani
rute hanya sampai pelabuhan Saumlaki dikarenakan prasarana pendukung yang
tersedia saat ini hanya berada di Kota Saumlaki yakni pelabuhan kelas IV. Sedangkan
untuk melayani interkoneksitas pulau – pulau sekitar (kecamatan) disediakan 1 (satu)
unit angkutan penyeberangan dengan frekwensi kunjungan setiap minggu, selebihnya
menggunakan kapal rakyat (motor tempel) yang diusahan sendiri oleh masyarakat
dengan kapasitas muatan 20 – 30 orang. Dengan jumlah pulau yang begitu banyak dan
kurangnya sarana dan prasarana yang tersedia menjadikan transportasi laut belum bisa
memenuhi kebutuhannya sendiri di wilayah Maluku Tenggara Barat.
2. Hubungan antara pusat ibu kota kabupaten dengan wilayah belakangnya belum
semuanya terhubung.
Melihat fungsi dan peranan aspek tranasportasi dalam pengembangan wilayah, maka
hubungan fungsional antara pusat ibu kota kabupaten/ibu kota kecamatan (nodes)
dengan wilayah belangnya (hinterland) terutama berkaitan dengan fungsi dan peran
kota sebagai pusat pemerintahan, pendidikan, pusat perdagangan masih relatif rendah.
Hal ini disamping kurangnya sarana dan prasarana transportasi juga pola penyebaran
desa di pulau – pulau yang relatif jauh sehingga transportasi laut sangatlah diperlukan
guna membuka keterisolasian daerah.
65
masyarakat nelayan umumnya berasal dari sumberdaya ikan. Tidak seperti
sumberdaya alam lainnya, seperti pertanian dan peternakan yang kepemilikannya jelas,
sumberdaya ikan relatif sifatnya terbuka (open access) walau sebagian sudah diatasi
dengan kepemilikan bagan, sehingga pihak bank maupun lembaga keuangan lainnya
masih enggan memberikan pinjaman/kredit bagi masyarakat nelayan guna
mengembangkan usahanya terutama pada sektor transportasi laut seperti kepemilikan
kapal rakyat.
66
pada golongan pengeluaran 100.000 – 199.000 rupiah. Atau dengan kata lain sekitar
58,71% penduduk di kabupaten ini memiliki pendapatan antara 100.000 – 199.000 per
bulan. Hal ini bila dibandingkan dengan biaya hidup saat ini sangatlah rendah, dengan
kata lain pendapatan sebesar ini tidak dapat mencukupi kebutuhan hidupnya. Dengan
melihat pendapatan masyarakat yang begitu kecil menjadikan masyarakat sangat sulit
melakukan perjalanan untuk suatu tujuan yang tidak jelas.
6.1.2.1 Peluang
1. Secara geografis merupakan wilayah perbatasan
Kabupaten Maluku Tenggara Barat mempunyai posisi yang strategis karena
merupakan daerah perbatasan dan daerah terluar. Daerah perbatasan bukan lagi
menjadi daerah belakang, tetapi akan diubah menjadi daerah depan karena keutuhan
NKRI sangat tergantung dari kemajuan daerah perbatasan. Berbeda dengan daerah
perbatasan lainnya yang sebagian berada di wilayah daratan, maka Kabupaten Maluku
Tenggara Barat adalah merupakan daerah perbatasan kepulauan, sehingga untuk
interkoneksi daerah, harus mendorong perkembangan sektor transportasi laut.
67
2. Merupakan salah satu daerah tertinggal
Pembangunan daerah tertinggal merupakan upaya terencana untuk mengubah suatu
wilayah yang dihuni oleh komunitas dengan berbagai permasalahan sosial ekonomi
dan keterbatasan fisik, menjadi daerah yang maju dengan komunitas yang kualitas
hidupnya sama atau tidak jauh tertinggal dibandingkan dengan masyarakat Indonesia
lainnya. Provinsi Maluku adalah salah satu provinsi yang memiliki kabupaten yang
semuanya tertinggal. Salah satu pemicu ketertinggal suatu wilayah adalah keterbatasan
infrastruktur yang tersedia di wilayah tersebut. Keberpihakan pemerintah pusat
melalui kebijakan – kebijakannya bagi daerah tertinggal merupakan peluangbagi
pengembangan infrastruktur transportasi laut terutama untuk membuka keterisolasian
daerah.
68
Letak geografis dalam pembagian kemakmuran terhadap suatu daerah, baik melalui
DAU, DAK, maupun alokasi fiscal lainya seperti dana penyesuaian infrastruktur
daerah, tugas pembantuan, dana insentif daerah maupun adhoc; parameternya telah
mengakomodasi perhitungan luas daerah dengan memasukan luas perairan sebagai
bagian dari luas wilayah suatu provinsi. Jika sebelumnya, alokasi fiscal hanya
menghitung luas daratan saja, maka sejak adanya regulasi mengenai provinsi
kepulauan sejak saat itu pula telah terjadi peningkatan anggaran bagi provinsi
kepulauan untuk menunjang sarana dan prasarana maritim, khususnya transportasi laut
sebagai penghubung antar pula. Selain itu pula,pemerintah pusat telah menggalakkan
kebijakan nasional dengan nama koridor ekonomi dan juga domestic connectivity.
Semua kebijakan tersebut merupakan entry point akan bergairahnya sektor transportasi
pada masa yang akan datang dan hal ini merupakan peluang pengembangan
transportasi laut di wilayah provinsi kepualaun.
6.1.2.2 Ancaman
69
1. Memiliki rute pelayaran/ jarak tempuh dari ibu kota provinsi yang masih
panjang.
Untuk melengkapi pelayanan kapal PELNI yang mempunyai lintasan multi port salah
satunya Ambon –Saumlaki,tersedia kapal perintis yang doperasikan untuk melayani
lintasan dengan jarak menengah dan jauh. Jarak lintasan kapal perintis terjauh adalah
jarak lintasan Ambon – Saumlaki dengan total jarak pelayanan sejauh 3.230 mil yang
ditempuh selama 25 hari untuk sekali voyage. Dengan jauhnya jarak pelayanan dan
waktu tempuh yang begitu lama menjadikan transportasi laut di wilayah ini sangat
penting dan mahal.
2. Kurangnya frekwensi pelayaran dari pihak PT. Pelni atau pihak swasta lainnya
Dengan jauhnya jarak pelayanan mengakibatkan frekwensi kapal PELNI yang
menyinggahi pelabuhan Saumlaki setiap 14 (empat belas) hari. Saat ini ada 2 kapal
PELNI yang menyinggahi pelabuhan Saumlaki sehingga frekweksi kunjungan kapal
PELNI setiap 7 hari yang melayani lintasan Ambon – Saumlaki. Untuk 5 (lima) unit
kapal perintis maka frekwensi kunjungan kapal ke pelabuhan Saumlaki cukup
bervariasi, yang terlama adalah untuk lintasan Ambon – Saumlakidengan waktu
tempuh 25 hari untuk sekali voyage dengan jumlah voyage dalam satu tahun sebanyak
14 voyage.
70
4. Iklim/cuaca yang tidak stabil
Karena kabupaten Maluku Tenggaran Barat berada diperairan laut dalam dan
merupakan poros dari perjalanan arus antara laut dangkal (Laut Jawa) ke laut dalam
(Laut Banda) maka didalamnya selalu terjadi fenonema alam di laut yaitu iklim yang
ekstrim dan berubah ubahnya cuaca. Walaupun perjalanan arus tersebut mampu
mengangkat nutrisi didasar laut yang dapat menjadi makanan ikan-ikan besar di laut
dalam, namun iklim yang ekstrim tersebut dapat mengancam keamanan transportasi
laut. Apalagi armada laut yang tersedia (kecuali yang alat transportasi yang disediakan
oleh PT. PELNI) relative kecil dan sederhana sehingga bila terjadi ombak besar dan
badai di laut maka moda transportasi laut tersbut tidak dapat beroperasi.
71
matriks IFE-EFE dilakukan dengan memberikan bobot dan rating pada setiap faktor
strategi internal dan eksternal tersebut.
72
0,0924, 4) hubungan antara pusat ibu kota kabupaten dengan wilayah belakangnya
belum semuanya terhubung dengan bobot rata – rata sebesar 0,0918, 5) kurangnya
keberpihakan penganggaran Pemerintah Kabupaten pada sektor transportasi laut
dengan bobot rata – rata sebesar 0,0807.
Tabel 6.1Matriks IFE dari Strategi Pengembangan Transportasi Laut Antar Pulau
Dalam Rangka Peningkatan Pembangunan Ekonomi Daerah di Kabupaten
Maluku Tenggara Barat
RATIN
NO VARIABEL BOBOT SKOR
G
A. KEKUATAN
1 Memiliki pulau – pulau besar dan kecil 0,1148 4 0,4305
Memiliki potensi sumberdaya alam di
2 0,0794 3 0,2582
tiap kecamatan
Peranan sektor transportasi laut sangat
3 penting untuk menggerakan sektor – 0,1352 4 0,4902
sektor hulu dan hilirnya
Dilihat dari interaksi antar pulau
4 0,0732 4 0,2653
merupakan karakter wilayah produksi
Pemerintah Daerah memiliki
5 kewenangan untuk mengatur 0,1240 4 0,4494
keuangannya sendiri
B. KELEMAHAN
Infrastruktur sarana dan prasarana yang
1 0,1124 1 0,1546
kurang memadai
Hubungan antara pusat ibu kota
2 kabupaten dengan wilayah belakangnya 0,0918 1 0,1262
belum semuanya terhubung
Pendapatan masyarakat nelayan yang
3 0,0924 2 0,1618
tidak stabil
Kurangnya keberpihakan penganggaran
4 Pemerintah Kabupaten pada sektor 0,0807 3 0,1311
transportasi laut
Rendahnya pendapatan perkapita
5 0,0960 3 0,1801
masyarakat
JUMLAH 1,0000 2,6473
73
Selanjutnya hasil evaluasi faktor internal (IFE) berdasarkan wawancara dengan
8 responden menunjukan bahwa penilaian peringkat (rating) tertinggi pada faktor
internal (kekuatan) adalah memiliki pulau – pulau besar dan kecil, peranan sektor
transportasi laut sangat penting untuk menggerakan sektor – sektor hulu dan
hilirnya,dilihat dari interaksi antar pulau merupakan karakter wilayah produksi
sertaPemerintah Daerah memiliki kewenangan untuk mengatur keuangannya sendiri
dengan nilai masing – masing sebesar 4 artinya adalah memiliki pulau – pulau besar
dan kecil, peranan sektor transportasi laut sangat penting untuk menggerakan sektor –
sektor hulu dan hilirnya serta Pemerintah Daerah memiliki kewenangan untuk
mengatur keuangannya sendiri pengaruhnya ”sangat kuat” dalam pengembangan
transportasi laut antar pulau. Peringkat berikutnya adalah memiliki potensi
sumberdaya alam di tiap kecamatandengan nilai masing – masing sebesar 3, artinya
bahwa faktor – faktor tersebut pengaruhnya ”cukup kuat” dalam pengembangan
transportasi antar pulau di Kabupaten Maluku Tenggara Barat.
Penilaian peringkat kelemahan pada faktor internal yang mesti menjadi
perhatian utama adalahinfrastruktur sarana dan prasarana yang kurang memadai dan
hubungan antara pusat ibu kota kabupaten dengan wilayah belakangnya belum
semuanya terhubung dengan nilai rating masing – masing 1, artinya kedua faktor
tersebut kondisinya ”sangat lemah”. Kemudian dilanjutkan dengan pendapatan
masyarakat nelayan yang tidak stabil, kurangnya keberpihakan penganggaran
Pemerintah Kabupaten pada sektor transportasi laut dan rendahnya pendapatan
perkapita masyarakat dengan nilai rating 2 artinya faktor – faktor tersebut kondisinya
”tidak begitu lemah”.
Matriks evaluasi faktor internal menghasilkan skor tertimbang sebesar 2,6473
yang menunjukan bahwa secara internal pengembangan transportasi laut antar pulau di
Kabupaten Maluku Tenggara Barat direspon dengan cukup baiksebagaimana
diperlihatkan pada Tabel 6.1
74
6.1.4 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)
Matriks evaluasi faktor eksternal (EFE) merupakan hasil identifikasi faktor –
faktor strategi eksternal Kabupaten Maluku Tenggara Barat berupa peluang dan
ancaman yang telah diberi bobot dan rating. Berdasarkan hasil evaluasi faktor
eksternal berdasarkan jawaban dari responden dan diperoleh nilai dan bobot serta
rating di masing – masing faktor peluang dan ancaman. Matriks evaluasi faktor
eksternal dapat dilihat pada Tabel 6.2.
Berdasarkan Tabel 6.2 faktor – faktor eksternal (peluang) yang mempunyai
pengaruh atau tingkat kepentingan relatif tertinggi dalam pengembangan transportasi
laut antar pulau dalam rangka peningkatan pembangunan ekonomi daerah di
Kabupaten Maluku Tenggara Barat adalah (1) merupakan salah satu daerah
tertinggaldengan bobot rata – rata dari 8 responden sebesar 0,1439, kemudian diikuti
dengan (2) letak Propinsi Maluku yang strategis dengan bobot rata – rata sebesar
0,1139 (3) secara geografi merupakan wilayah perbatasandengan bobot rata – rata
sebesar 0,0970 selanjutnya (4) termasuk dalam Konsep Gugus Pulau Malukudengan
bobot rata – rata sebesar 0,0949, (5) merupakan Propinsi Kepulauan dengan bobot
rata – rata sebesar 0,0768.
Selanjutnya faktor – faktor eksternal (ancaman) yang mempunyai pengaruh
atau tingkat kepentingan relatif tertinggi dalam pengembangan transportasi laut antar
pulau dalam rangka peningkatan pembangunan ekonomi daerah di Kabupaten Maluku
Tenggara Barat adalah (1) kurangnya frekwensi pelayaran dari pihak PT. Pelni atau
pihak swasta lainnyadengan bobot rata – rata 0,1140 kemudian (2) iklim/cuaca yang
tidak stabil dengan bobot rata – rata sebesar 0,1023, selanjutnya (3) memiliki rute
pelayaran/jarak tempuh dari ibu kota provinsi yang masih panjangdengan bobot rata –
rata sebesar 0,0941, (4) bias dari Kebijakan Pemerintah Pusat yang berorientasi
daratan dengan bobot rata – rata sebesar 0,0912 dan (5) ketidakstabilan ekonomi
makro dengan bobot rata – rata sebesar 0,0717.
75
Tabel 6.2.Matriks EFE dari Strategi Pengembangan Transportasi Laut Antar Pulau
Dalam Rangka Peningkatan Pembangunan Ekonomi Daerah di Kabupaten
Maluku Tenggara Barat
N BOBO RATIN SKO
VARIABEL
O T G R
A. PELUANG
Secara geografi merupakan wilayah 0,339
1 0,0970 4
perbatasan 5
0,557
2 Merupakan salah satu daerah tertinggal 0,1439 4
7
Termasuk dalam Konsep Gugus Pulau 0,320
3 0,0949 3
Maluku 2
0,259
4 Merupakan Propinsi Kepulauan 0,0768 3
3
0,398
5 Letak Propinsi Maluku yang strategis 0,1139 4
8
B. ANCAMAN
Memiliki rute pelayaran/jarak tempuh dari 0,164
1 0,0941 2
ibu kota provinsi yang masih panjang 7
Kurangnya frekwensi pelayaran dari 0,156
2 0,1140 1
pihak PT. Pelni atau pihak swasta lainnya 8
Bias dari Kebijakan Pemerintah Pusat 0,125
3 0,0912 1
yang berorientasi daratan 5
0,166
4 Iklim/cuaca yang tidak stabil 0,1023 2
3
0,152
5 Ketidakstabilan ekonomi makro 0,0717 2
3
2,641
JUMLAH 1,0000
1
76
ekonomi daerah di Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Peringkat berikutnya
adalahtermasuk dalam Konsep Gugus Pulau Maluku danmerupakan Propinsi
Kepulauan dengan nilai rating 3 artinya bahwa faktor tersebut mempunyai peluang
”cukup tinggi” dalam pengembangan transportasi laut antar pulau dalam rangka
peningkatan pembangunan ekonomi daerah di Kabupaten Maluku Tenggara Barat.
Penilaian peringkat ancaman pada faktor eksternal yang harus menjadi
perhatian utama adalah kurangnya frekwensi pelayaran dari pihak PT. Pelni atau pihak
swasta lainnya danbias dari Kebijakan Pemerintah Pusat yang berorientasi daratan
dengan masing – masing rating sebesar 1, artinya bahwa faktor – faktor tersebut
memberikan ”ancaman yang tinggi” bagi pengembangan transportasi laut antar pulau
dalam rangka peningkatan pembangunan ekonomi daerah di Kabupaten Maluku
Tenggara Barat. Kemudian dilanjutkan dengan memiliki rute pelayaran/jarak tempuh
dari ibu kota provinsi yang masih panjang, iklim/cuaca yang tidak stabil dan
ketidakstabilan ekonomi makro dengan nilai peringkat sebesar 2, artinya faktor –
faktor tersebut memberikan ancaman yang cukup tinggi bagi pengembangan
transportasi laut antar pulau dalam rangka peningkatan pembangunan ekonomi daerah
di Kabupaten Maluku Tenggara Barat.
Matriks evaluasi faktor eksternal menghasilkan skor tertimbang sebesar 2,6411
yang menunjukan bahwa secara eksternal faktor peluang dan ancaman bagi
pengembangan transportasi laut antar pulau dalam rangka peningkatan pembangunan
ekonomi daerah di Kabupaten Maluku Tenggara Barat direspon dengan cukup baik
sebagaimana tersaji dalam Tabel 6.2.
Selanjutnya Gambar 6.1 memperlihatkan bahwapengembangan transportasi
laut antar pulau dalam rangka peningkatan pembangunan ekonomi daerah di
Kabupaten Maluku Tenggara Barat direspon dengan cukup baik.
77
TOTAL FAKTOR STRATEGI INTERNAL
Kuat Rata - Rata Lemah
4,0 3,0 2,0 1,0
TOTAL Tinggi
SEKTOR I II III
FAKTOR 3,0
STRATEGI Menengah
EKSTERNAL VI V VI
2,0
Rendah
VII VIII IX
1,0
78
Tenggara Baratyang memiliki pulau–pulau besar dan kecil dengankekayaan
sumberdaya alam yang menyebar di tiap-tiap
Kekuatan (Strenghts) Kelemahan
Faktor Internal (Weaknesses)
S1= Memiliki pulau – pulau besar
dan kecil, W1=Infrastruktur
S2= Memiliki potensi sumber- sarana dan
daya alam di tiap kecamat- an, prasarana yang
S3= Peranan sektor transportasi kurang memadai,
laut sangat penting untuk W2=Hubungan antara
menggerakansektor–sektor pusat ibu kota
hulu dan hilirnya, kabupaten dengan
S4= Dilihat dari interaksi antar wilayah
pulau merupakan karakter belakangnya belum
Faktor Eksternal wilayah produksi, semuanya
S5= PemerintahDaerah memiliki terhubung,
kewenangan untuk menga- tur W3=Pendapatan
keuangannya sendiri masyarakat nela-
yan yang tidak
stabil,
W4=Kurangnya
keberpihakan
penganggaran
PemKab pada
sektor transportasi
laut,
W5=Rendahnya
pendapatan per-
kapita masyarakat
79
Peluang
Strategi S – O Strategi W – O
(Opportunities)
1. Menambah moda kapal rakyat 1. Peningkatkan sistim
O1= Secara geografis
guna menghubungkan pulau – kapal pengawas
merupa- kan
pulau terpencil (S1,S2,S3,S4, pantai guna
wilayah perbatasan,
O1,O2,O3,O4,O5) mengawasi jalur
O2= Merupakan salah
2. Membangun prasarana trans- lintas damai laut
satu dae- rah
portasi laut (S1,S2,O1,O2, O3) (W1,W2,O1,O3,O5)
tertinggal,
3. Meningkatkan moda kapal 2. Mendorong
O3= Termasuk dalam
perintis pemerintah pusat
Konsep Gugus
(S1,S2,S3,S4,S5,O1,O2,O3,O4, untuk meningkatkan
Pulau Maluku,
O5) pengangga ran bagi
O4= Merupakan
4. Mendorong pemerintah pusat transportasi laut di wi
Propinsi Kepu-
untuk membuka pelabuhan laut -layah perbatasan
lauan,
internasional (S3,S4,O5) (W3,W4,W5, O1,O5)
O5= Letak Propinsi
3. Membuka jalur
Maluku yg
pelayanan, khu-
strategis,
susnya bagi daerah
hinterland guna
membuka
keterisolasian daerah
(W2,
O1,O2,O3,O4,O5)
4. Memberikan
subsidi bagi pela-
yanan kapal rakyat
(W3,W5,O2,O3,O4,O
5)
Ancaman (Threats) Strategi S – T Strategi W – T
T1= Memiliki rute
1. Membuka jalur pelayanan ke 1. Mendorong peran
pelayaran/ jarak
pulau-pulau yang memiliki serta pemerintah
tempuh dari
sumberdaya alam provinsi&peme-
ibukota provinsi
(S1,S2,S3,S4,S5,T1,T2) rintah pusat untuk
yang masih
2. Membangun rute pelayanan berpihak dalam
panjang,
dengan type port to port (S1, transportasi laut
T2= Kurangnya
S4,T1,T2) (W4, T3)
frekwensi pela-
3. Meningkatkan fasilitas per- 2. Mendorong pihak
yaran dari pihak
alatan keselamatan pela- yaran perbankan dalam
PT. Pelni atau
(S1,S5,T4) memberikan kredit
pihak swasta
bagi pengusaha
lainnya,
kapal rakyat (W3,
T3= Bias dari
W4,W5,T3,T5)
80
Kebijakan Peme- 3. Mendorong
rintah Pusat yang keberpihakan sektor
berorien-tasi swasta untuk ber-
daratan, investasi pada moda
T4= Iklim/cuaca yang trans- portasi laut
tidak stabil, (W4,T3,T5)
T5=
Ketidakstabilaneko
nomi makro,
Gambar 6.2. Matriks SWOT Perumusan Strategi Pengembangan Transportasi Laut
Antar Pulau Dalam Rangka Peningkatan Pembangunan Ekonomi Daerah
di Kabupaten Maluku Tenggara Barat
kecamatandan juga peranan sektor transportasi sangat penting untuk menggerakan
sektor–sektor hulu dan hilirnya karena dilihat dari interaksi antar pulau merupakan
karakter wilayah produksiuntuk memanfaatkan peluang bahwa secara geografis
merupakan wilayah perbatasan, merupakan salah satu daerah tertinggal,termasuk
dalam konsep gugus pulau Maluku, merupakan propinsi kepulauan dan letak Propinsi
Maluku yang strategis.
Kedua, membangun prasarana transportasi laut. Alternatif strategi ini
dirumuskan dengan melihat kekuatan Kabupaten Maluku Tenggara Barat yang
memiliki pulau – pulau besar dan kecil dengan kekayaan sumberdaya alam yang
menyebar di tiap-tiap kecamatan dan juga peranan sektor transportasi sangat penting
untuk menggerakan sektor–sektor hulu dan hilirnya serta dilihat dari interaksi antar
pulau merupakan karakter wilayah produksi dan juga Pemerintah Daerah memiliki
kewenangan untuk mengatur keuangannya sendiri, untuk memanfaatkan peluang
bahwa secara geografis merupakan wilayah perbatasan, merupakan salah satu daerah
tertinggal,termasuk dalam konsep gugus pulau Maluku, merupakan propinsi kepulauan
dan letak Propinsi Maluku yang strategis.
Alternatif strategi ketiga yakni meningkatkan moda kapal perintis. Strategi ini
dirumuskan dengan melihat kekuatanKabupaten Maluku Tenggara Barat yang
memiliki pulau – pulau besar dan kecil dengan kekayaan sumberdaya alam yang
menyebar di tiap-tiap kecamatan dan juga peranan sektor transportasi sangat penting
untuk menggerakan sektor–sektor hulu dan hilirnya serta dilihat dari interaksi antar
pulau merupakan karakter wilayah produksi dan juga Pemerintah Daerah memiliki
81
kewenangan untuk mengatur keuangannya sendiri, untuk memanfaatkan peluang
bahwa secara geografis merupakan wilayah perbatasan, merupakan salah satu daerah
tertinggal,termasuk dalam konsep gugus pulau Maluku, merupakan propinsi kepulauan
dan letak Propinsi Maluku yang strategis.
Keempat, mendorong pemerintah pusat untuk membuka pelabuhan laut
internasional, strategi ini dirumuskan dengan melihat sektor transportasi sangat
penting untuk menggerakan sektor–sektor hulu dan hilirnya serta dilihat dari interaksi
antar pulau merupakan karakter wilayah produksi, untuk memanfaatkan peluang
bahwa letak Provinsi Maluku yang strategis.
82
Alternatif strategi yang ketiga yakni meningkatkan fasilitas peralatan
keselamatan pelayaran.Strategi ini dirumuskan dengan melihat kekuatan Kabupaten
Maluku Tenggara Barat yang memiliki pulau – pulau besar dan kecil dan Pemerintah
Daerah memiliki kewenangan untuk mengatur keuangannya sendiri untuk mengatasi
ancaman rute pelayaran / jarak tempuh dari ibukota provinsi yang masih panjang dan
kurangnya frekwensi pelayaran dari pihak PT. Pelni atau pihak swasta lainnya.
83
tertinggal,termasuk dalam konsep gugus pulau Maluku, merupakan propinsi kepulauan
dan letak Propinsi Maluku yang strategis.
Alternatif strategi keempat yakni memberikan subsidi bagi pelayaran kapal
rakyat.Strategi ini dirumuskan dengan melihat pendapatan masyarakat nelayan yang
tidak stabil danrendahnya pendapatan perkapita masyarakat untuk memanfaatkan
peluang bahwa merupakan salah satu daerah tertinggal,termasuk dalam konsep gugus
pulau Maluku, merupakan propinsi kepulauan dan letak Propinsi Maluku yang
strategis.
iv) Strategi W – T (Weaknesses – Threats)
Strategi W-T merupakan penggabungan atau kombinasi antara faktor internal
(kelemahan) dengan faktor eksternal (ancaman) dengan cara meminimalkan
kelemahan untuk menghindari ancaman. Dari hasil analisis diperoleh tiga alternatif
strategi yakni pertama mendorong peran serta pemerintah provinsi dan pemerintah
pusat untuk berpihak pada transportasi laut.Alternatif strategi ini dirumuskan untuk
meminimalkan peluang kurangnya keberpihakan penganggaran Pemerintah Kabupaten
pada sektor transportasi laut untuk mengatasi ancaman bias dari Kebijakan Pemerintah
Pusat yang berorientasi daratan.
Alternatif strategi yang kedua yakni mendorong pihak perbankan dalam
memberikan kredit bagi pengusaha kapal rakyat. Strategi ini dirumuskan untuk
meminimalkan kelemahan pendapatan masyarakat nelayan yang tidak stabil,
kurangnya keberpihakan penganggaran Pemerintah Kabupaten pada sektor
transportasi lautdanrendahnya pendapatan perkapita masyarakat untuk mengatasi
ancaman bias dari Kebijakan Pemerintah Pusat yang berorientasi daratan dan
ketidakstabilan ekonomi makro.
Alternatif strategi yang ketiga yakni mendorongkeberpihakan sektor swasta
untuk berinvestasi pada moda transportasi laut.Strategi ini dirumuskan untuk
meminimalkan kelemahan kurangnya keberpihakan penganggaran Pemerintah
Kabupaten pada sektor transportasi laut untuk mengatasi ancaman bias dari Kebijakan
Pemerintah Pusat yang berorientasi daratan dan ketidakstabilan ekonomi makro.
84
6.3 Tahap Pengambilan Keputusan
Tahap selanjutnya dari perumusan strategi adalah tahap pengambilan
keputusan dengan menggunakan analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning
matrix). Analisis ini ditujukan untuk menentukan prioritas strategi pengembangan
transportasi laut antar pulau dalam rangka peningkatan pembangunan ekonomi daerah
di Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Analisis QSPM dilakukan dengan cara
memberikan nilai kemenarikan relatif (Attractive Score = AS) pada masing – masing
faktor internal maupun eksternal. Strategi yang mempunyai total nilai kemenarikan
relatif (Total Attractive Score = TAS) yang tertinggi merupakan prioritas strategi.
Setelah dilakukan analisis dan perhitungan nilai TAS seperti padalampiran11,maka
diperoleh matriks perencanaan strategik kuantitatif seperti pada Tabel6.4.
Kebijakan dan strategi pengembangan transportasi laut antar pulau dalam
rangka peningkatan pembangunan ekonomi daerah di Kabupaten Maluku Tenggara
Barat diperoleh peringkat sebagai berikut seperti pada Tabel 6.3.
1. Membangun prasarana transportasi laut,
2. Menambah moda kapal rakyat guna menghubungkan pulau – pulau terpencil
3. Meningkatkan moda kapal perintis
4. Membuka jalur pelayanan, khususnya bagi daerah hinterland guna membuka
keterisolasian daerah,
5. Memberikan subsidi bagi pelayaran kapal rakyat
6. Membuka jalur pelayanan ke pulau-pulau yang memiliki sumberdaya alam
7. Mendorong pemerintah pusat untuk meningkatkan penganggaran bagi
transportasi laut di wilayah perbatasan,
8. Mendorong keberpihakan sektor swasta untuk berinvestasi pada moda transportasi
laut,
9. Mendorong peran serta pemerintah provinsi dan pemerintah pusat untuk berperan
dalam transportasi laut,
10. Membangun rute pelayanan dengan type bandul (end to end)
11. Meningkatkan fasilitas peralatan keselamatan pelayaran,
85
12. Mendorong pihak perbankan dalam memberikan kredit bagi pengusaha kapal
rakyat
13. Peningkatkan sistim kapal pengawas pantai guna mengawasi jalur lintas damai
laut,
14. Mendorong Pemerintah Pusat untuk membuka pelabuhan laut internasional.
86
6.4 Perancangan Program
Rumusan perancangan program diambil berdasarkan strategi pengembangan
transportasi laut antar pulau dalam rangka peningkatan pembangunan ekonomi daerah
di Kabupaten Maluku Tenggara Barat seperti pada tabel 6.3. Program – program
dibawah ini merupakan beberapa implementasi strategi yang diperoleh dari hasil
analisis internal – eksternal dan analisis QSPM.
Strategi dan Program
1. Membangun prasarana transportasi laut.
Program:
a. Pembangunan dermaga lokal dan tambatan perahu di beberapa kecamatan,
Program ini dimaksudkan untuk meningkatkan interaksi antar kecamatan
dengan cara membangun dermaga lokal dan tambatan perahu, karena selama
ini penduduk yang memiliki perahu – perahu kecil tidak bisa berlabuh untuk
mengangkat hasil bumi dengan baik.
b. Pembangunan dermaga bongkar muat di ibukota Kabupaten Maluku Tenggara
Barat,
Program ini dimaksud untuk meningkatkan kualitas kepelabuhanan dari
Kabupaten Maluku Tenggara Barat, dengan membangun dermaga bongkar
muat barang yang terpisah dari dermaga penumpang mengakibatkan kinerja
bongkar muat barang akan meningkat.
c. Rehabilitasi dermaga Kabupaten Maluku Tenggara Barat,
Program ini dikususkan untuk peningkatan kualitas dermaga itu sendiri.
d. Pembangunan fasilitas pelabuhan Kabupaten Maluku Tenggara Barat
Program ini dimaksudkan agar lingkungan dermaga seperti tempat parkir,
perkantoran, toilet dapat berfungsi dengan baik.
87
Studi kelayakan ini digunakan untuk menilai layak atau tidaknya penambahan
moda kapal rakyat serta dampak yang ditimbulkan dari penambahan moda
kapal rakyat.
b. Koordinasi dengan para stakeholder guna penambahan moda kapal rakyat,
Program ini dilakukan dengan menyelenggarakan rapat – rapat untuk
mendapat masukan guna menambah moda kapal rakyat.
c. Mendorong pihak perbankan untuk memberikan pinjaman murah kepada
pengusaha kapal rakyat,
Program ini dilakukan dengan mengadakan rapat – rapat antara Pemda
dengan pihak perbankan guna memberikan pinjaman kepada pengusaha kapal
rakyat.
88
Program ini dimaksudkan untuk pengoperasian dan pemeliharaan kapal
perintis yang ada.
89
Program ini dilakukan dengan menyelenggarakan rapat – rapat untuk
mendapat masukan guna membuka jalur pelayaran baru.
b. Studi kelayakan pembukaan jalur pelayaran ke pulau-pulau yang memiliki
sumberdaya alam,
Studi kelayakan ini digunakan untuk menilai layak atau tidaknya membuka
jalur pelayaran baru serta dampak yang ditimbulkan dari pembukaan jalur
pelayaran ke pulau-pulau yang memiliki sumberdaya alam.
c. Studi pemelihan dan penetapan lokasi pelabuhan,
Studi ini dilakukan setelah studi kelayakan guna menentukan posisi – posisi
strategis letak pelabuhan/dermaga.
90
Program ini dimaksudkan untuk memberikan subsidi bagi operasional kapal
perintis, sehingga dapat mengurangi tarif kapal perintis.
91
Program ini dilakukan dengan mengadakan rapat koordinasi dengan
Pemerintah Pusat untuk mengatur rute pelayaran sehingga tidak terjadi jarak
tempuh yang jauh yang mengakibatkan waktu tempuh menjadi lama,
b. Studi kelayakan sistem rute pelayaran
Studi ini dilakukan untuk melihat waktu tempuh yang layak dan dampak yang
ditimbulkan terhadap kesejahteraan masyrakat.
c. Studi pemilihan dan penetapan lokasi pelabuhan
Studi ini dilakukan setelah studi kelayakan guna menentukan posisi – posisi
strategis letak pelabuhan/dermaga.
12. Mendorong pihak perbankan dalam memberikan kredit bagi pengusaha kapal
rakyat, Program:
a. Rapat Koordinasi dengan para pemangku kepentingan di Kabupaten Maluku
Tenggara Barat,
92
Penghasilan masyarakat nelayan tidak sama dengan petani, masyarakat nelayan
berpenghasilan sangat minim, oleh karena itu rapat koordinasi antara
Pemerintah Daerah dengan pihak perbankan sangat diperlukan guna
keberpihakan pihak perbankan dalam memberikan kredit bagi masyarakat
nelayan terutama bagi para pengusaha kapal rakyat.
b. Studi kelayakan pemberian kredit bagi pengusaha kapal rakyat
Diperlukan suatu studi kelayakan pemberian kredit bagi pengusaha kapal
rakyat, sehingga bisa diketahui dampaknya bagi kesejahteraan masyarakat
nelayan.
c. Penyusunan kebijakan pemberian kredit bagi kapal rakyat,
Diperlukan suatu kebijakan dari Pemerintah Daerah bagi perbankan yag
memberikan kredit bagi masyarakat nelayan.
13. Peningkatkan sistim kapal pengawas pantai guna mengawasi jalur lintas damai
laut,Program:
a. Pengadaan kapal patroli Kesatuan Penjaga Laut dan Pantai (KPLP)
Posisi Kabupaten Maluku Tenggara Barat yang terletak di wilayah perbatasan,
terutama dengan Australia membuat kabupaten ini sangat memerlukan kapal
patroli KPLP untuk mengawasi jalur lintas damai laut.
b. Pembangunan sarana bantu navigasi pelayaran (SBNP),
Mengingat Kabupaten Maluku Tenggara Barat memiliki banyak pulau – pulau
dan letaknya di perbatasan maka pembangunan sarana bantu navigasi perlu
dilakukan.
c. Pelatihan sumberdaya manusia
Untuk mengamankan jalur lintas damai laut sangat diperlukan sumberdaya
manusia yang handal oleh karena itu pelatihan-pelatihan bagi para pegawai
KPLP harus dilakukan secara kontinyu dan berkesinambungan.
93
a. Rapat Koordinasi antara para pemangku kepentingan,
Program ini dilakukan dengan mengadakan rapat koordinasi dengan
Pemerintah Pusat untuk membuka pelabuhan laut internasional, mengingat
posisi Kabupaten Maluku Tenggara Barat yang cukup strategi.
b. Studi kelayakan pelabuhan laut internasional,
Studi ini dilakukan untuk melihat apakah layak Kabupaten Maluku Tenggara
Barat memiliki pelabuhan internasional dan dampaknya bagi kesejahteraan
masyarakat khususnya masyarakat nelayan.
Alternatif Pola
NO. Alternatif Program
Strategi Pembayaran
e. Pembangunan dermaga lokal dan
tambatan perahu di beberapa APBD
kecamatan,
f. Pembangunan dermaga bongkar muat APBN
Membangun
di ibukota Kabupaten Maluku
1 prasarana
Tenggara Barat APBN
transportasi laut
g. Rehabilitasi dermaga Kabupaten
Maluku Tenggara Barat APBN
h. Pembangunan fasilitas pelabuhan
Kabupaten Maluku Tenggara Barat
e. Studi kelayakan guna menambah
moda kapal rakyat, APBD
Menambah
f. Koordinasi dengan para stakeholder APBD
moda kapal
guna penambahan moda kapal rakyat,
rakyat guna
2 g. Mendorong pihak perbankan untuk APBD
menghubungkan
memberikan pinjaman murah kepada
pulau – pulau
pengusaha kapal rakyat, APBN
terpencil
h. Penambahan jumlah armada
pelayaran rakyat,
94
a. Pembuatan studi kelayakan
penambahan kapal perintis APBD
Peningkatan
b. Pengadaan kapal barang perintis APBN
3 moda kapal
c. Pengadaan kapal penumpang perintis APBN
perintis
d. Pemeliharaan dan pengoperasian APBN
kapal perintis
Membuka jalur
pelayaran a. Studi kelayakan pembukaan rute
khususnya bagi pelayaran baru APBD
daerah b. Penambahan frekwensi pelayaran bagi APBN
4
hinterland guna kapal – kapal perintis,
membuka c. Membuka jalur pelayaran bagi kapal – APBN
keterisolasian kapal rakyat dan kapal perintis.
daerah
c. Rapat Koordinasi dengan para
Memberikan
pemangku kepentingan di Kabupaten APBD
subsidi bagi
5 Maluku Tenggara Barat,
pelayanan kapal
d. Pemberian subsidi bagi pelayaran APBN
rakyat
kapal rakyat
d. Rapat Koordinasi dengan Pemerintah
Membuka jalur
Pusat guna pembukaan jalur APBD
pelayanan ke
pelayaran baru,
pulau-pulau
6 e. Studi kelayakan pembukaan jalur APBD
yang memiliki
baru, APBN
sumberdaya
f. Studi pemelihan dan penetapan lokasi
alam
pelabuhan
e. Rapat Koordinasi dengan Pemerintah
Mendorong
Pusat dalam rangka penganggaran APBD
pemerintah
sektor transportasi laut,
pusat untuk
f. Studi banding ke provinsi/negara APBD
meningkatkan
yang telah maju sektor transportasi
7 penganggaran
lautnya, APBD
bagi transportasi
g. Pembuatan blue print sektor
laut di wilayah
transportasi laut di Kabupaten Maluku APBN
perbatasan
Tenggara Barat,
c. Subsidi operasional kapal perintis
Tabel 6.4. (lanjutan)
Mendorong
keberpihakan c. Rapat Koordinasi antara para
sektor swasta pemangku kepentingan APBD
8
untuk g. Penyusunan kebijakan investasi APBD
berinvestasi swasta pada moda transportasi laut
pada moda
95
transportasi laut
Mendorong
peran serta
c. Pengadaan public service obligation
pemerintah APBN
(PSO) kepada kapal – kapal PT. Pelni,
provinsi &
9 d. Review tataran transportasi lokal
pemerintah APBD
(tatralok) Kabupaten Maluku
pusat untuk
Tenggara Barat
berperan dalam
transportasi laut
Membangun d. Rapat Koordinasi dengan Pemerintah
rute pelayanan Pusat APBD
10 dengan type e. Studi kelayakan sistem rute pelayaran APBD
bandul (end to f. Studi pemilihan dan penetapan lokasi APBN
end ) pelabuhan
d. Pengadaan alat – alat SAR
Meningkatkan
e. Pemeliharaan sarana bantu navigasi APBN
fasilitas
pelayaran (rambu suar dan menara APBN
11 peralatan
suar) APBN
keselamatan
f. Pelatihan sumberdaya manusia guna
pelayaran
meningkatkan keselamatan pelayaran
d. Rapat Koordinasi dengan para
Mendorong
pemangku kepentingan di Kabupaten APBD
pihak perbankan
Maluku Tenggara Barat
dalam memberi
12 e. Studi kelayakan pemberian kredit APBD
kredit bagi
bagi pengusaha kapal rakyat
pengusaha kapal
f. Penyusunan kebijakan pemberian APBD
rakyat
kredit bagi kapal rakyat
Peningkatkan
sistim kapal d. Pengadaan kapal patroli KPLP
pengawas pantai d. Pembangunan sarana bantu navigasi APBN
13
guna pelayaran (SBNP), APBN
mengawasi jalur e. Pelatihan sumberdaya manusia
lintas damai laut APBN
Mendorong
Pemerintah a. Rapat Koordinasi antara para
Pusat untuk pemangku kepentingan, APBD
14
membuka d. Studi kelayakan pelabuhan laut
pelabuhan laut internasional APBD
internasional
96