Anda di halaman 1dari 810

Wahyu, Rasionalitas,

Pengetahuan, dan Kebenaran

Mirza Tahir Ahmad


Wahyu, Rasionalitas, Pengetahuan, dan Kebenaran
Mirza Tahir Ahmad
Khalifatul Masih IV
Jemaat Muslim Ahmadiyah

1. Al-Quran-Hermeneutics 2. Revelation (Islam)


3. Rationalism

Title
292.2’ 115

Judul Asli:

Revelation, Rationality, Knowledge and Truth


© Islam International Publications Limited,
United Kingdom, 1998.

Penterjemah:
1. R. Ahmad Anwar
2. A.Q. Khalid

Editor:
1. Drs. Mahmud Mubarik Ahmad, MM
2. DR. Eng. Didit Hadi Barianto, MSc
3. Ahmad Mukhlis Firdaus, ST, MT
4. Farzand Abdullatif, ST, Msi

Cetakan Pertama, 2014

Penerbit:

Email: neratja@gmail.com

ISBN: 978-602-14539-2-6
Dedikasi

Aku mendedikasikan buku ini kepada


Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
Pendiri Jemaat Islam Ahmadiyah
yang telah mengarang dua buku utama
di bidang filosofi dan keagamaan
dalam dua dasawarsa terakhir abad yang lalu, yakni:
“Brahini Ahmadiyah” dan
“Filsafat Ajaran Islam”

Buku-buku itu telah mengusir kegelapan dan


mengisi zaman ini dengan nur kebijakan Ilahi
yang memancar melalui pena beliau.
Kecemerlangan kedua buku itu tidak terbatas pada abad tersebut.
Keduanya akan tetap menjadi karya tulis utama
dengan keagungan tersendiri untuk abad-abad mendatang.

Apa yang telah aku capai dalam hidupku adalah berkat


almarhumah ibuku,
Maryam,
doa beliau selalu menyertaiku,
meski dirinya sudah tiada lagi.
Semoga ruhnya diberkati.
Al-Bayyinah: Prinsip Wahyu, Rasionalitas,
Kebenaran Yang Nyata,
Kehidupan
Konsep Kelangsungan
Seleksi
Menurut
Alam
Ketuhanan
Asal
Peran Mula
Tanah Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:
Lempung Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan
Wahyu
dan Iman Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran: Wahyu,
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Masalah
atau
bagi
Pandang
Kehidupan
Berbagai Agama
Aborigin
Teori
Individu
Ilahi
Kepada dan
dan
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Hakikat
atau
Perspektif
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
Agama
Permainan
dan
yang
Alam
didi
dan
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Kosmologi
Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Konghucu
Agama Judi
Sekulerisme
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Rasionalitas
"Yang Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Pengetahuan,
Al-Qayyimah: Ajaran yang dan Kebenaran
Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

Pengantar 1:

Prof. Dr. Sofian Effendi


Universitas Gadjah Mada

S ejak dahulu kala manusia selalu ingin memahami kebenaran karena


meyakini bahwa kebenaran merupakan salah satu nilai utama dalam
kehidupan manusia. Disadari pula bahwa hanya melalui “penegakan”
kebenaran manusia akan dapat mencapai martabat kemanusiaan-nya
yang tinggi. Upaya pemahaman ini sudah berlangsung sangat lama
melalui kemampuan menggunakan indera, melalui kemampuan rasio,
kemampuan perenungan dan juga melalui agama.
Buku karangan Mirza Tahir Ahmad ini merupakan penjelajahan
yang sangat luas dalam pencarian manusia tentang kebenaran yang
berasal dari Wahyu, Rasionalitas dan Pengetahuan, maupun yang dari
hasil perkembangan rasio-nya. Dalam perjalanan sejarah manusia
“kebenaran inti” memang selalu diperdebatkan, karena selalu saja
suatu kebenaran atau ketidakbenaran merupakan pandangan manusia
yang pada suatu saat dapat berbeda pada saat yang lain.
Mirza Tahir Ahmad mencoba memberikan telaah tentang
pandangan filsafat mengenai kebenaran yang diperkenalkan oleh filosof
Yunani Socrates. Socrates telah menunjukkan bahwa Pengetahuan,
Kebenaran dan Rasionalitas memiliki kaitan yang sangat erat sehingga
Socrates dijuluki Pembawa Filosofi Halus dari langit ke bumi. Filosof
Yunani sebelum dia dapat dikatakan sebagai pencetus filsafat perilaku
manusia bumi. Pengaruh agung dari Socrates telah membentuk Plato
dan Aristoteles menjadi filosof yang memasukkan fenomena dan
eksistensi eksternal yang tidak terlihat yang diatur oleh Wujud Maha
Agung dan Maha Mengetahui ke dalam teori-teorinya. Para filosof

v
Pengantar
Bagian II
V IV 1 Ahmad
Mirza Tahir
Bagian 1III
V
III
IV

dengan berbagai pendekatan berfikirnya berupaya untuk memberikan


jalan kepada manusia untuk memahami arti kebenaran.
Dalam bahasan lain Mirza Tahir Ahmad menjelaskan bahwa
meski sebagian besar umat Buddha menyangkal eksistensi Tuhan,
namun jauh di lubuk hati mereka terdapat hasrat untuk menyembah
sesuatu. Untuk hal ini, penyembahan pada wujud sesuatu tersebut
dimanifestasikan dalam penghormatan kepada sosok Buddha untuk
mengisi kekosongan pencarian wujud "sesuatu" yang dimaksud. Cara
penyembahan semacam ini sudah dikenal sejak lama dalam sejarah
agama-agama. Sudah sangat sering diketahui bahwa para orang
suci peramal kemudian ditransformasikan menjadi dewa-dewa dan
manusia naik statusnya menjadi sembahan. Agama Buddha saat ini
menyuruh penganutnya untuk mencari kedamaian melalui pelepasan
diri atau eskapisme. Melalui eskapisme inilah diharapkan penganut
Buddha dapat menemukan kedamaian dan kebenaran hakiki.
Pada bagian lain Mirza Tahir Ahmad mencoba membahas
hubungan antara Wahyu Ilahi dengan Rasionalitas. Pernyataan Al-
Quran bahwa Muhammad saw adalah Nabi universal yang membawa
pesan universal sudah dengan sendirinya mengatakan bahwa agama
Islam adalah didasarkan pada prinsip Rasionalitas. Tanpa prinsip
ini agama tidak mungkin dapat diterima oleh kesadaran universal
umat manusia. Ajaran Islam sudah sepatutnya memiliki kemampuan
aplikasi secara global yang selaras dengan fitrat manusia secara
universal. Bahkan Al-Quran telah secara tegas mengakui peran
Rasionalitas untuk pencapaian Kebenaran tanpa menarik garis
pemisah antara kebenaran menurut agama dan kebenaran sekuler.
Selanjutnya dijelaskan bahwa agama Islam menganjurkan manusia
untuk menggunakan intelektualitasnya untuk mengkaji kebenaran
ajaran Al-Quran mengenai fitrat manusia, sejarah perkembangan, dan
rasionalitasnya.

vi
Al-Bayyinah: Prinsip Wahyu, Rasionalitas,
Kebenaran Yang Nyata,
Kehidupan
Konsep Kelangsungan
Seleksi
Menurut
Alam
Ketuhanan
Asal
Peran Mula
Tanah Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:
Lempung Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan
Wahyu
dan Iman Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran: Wahyu,
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Masalah
atau
bagi
Pandang
Kehidupan
Berbagai Agama
Aborigin
Teori
Individu
Ilahi
Kepada dan
dan
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Hakikat
atau
Perspektif
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
Agama
Permainan
dan
yang
Alam
didi
dan
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Kosmologi
Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Konghucu
Agama Judi
Sekulerisme
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Rasionalitas
"Yang Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Pengetahuan,
Al-Qayyimah: Ajaran yang dan Kebenaran
Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

Salah satu dari banyak ayat yang dikemukakan dalam buku


tersebut yang berkaitan dengan rasionalitas yang menghasilkan akal
adalah sebagai berikut:

’Dia-lah yang menghidupkan dan mematikan, dan dalam pengawasan Dia-


lah pergantian malam dan siang. Maka tidakkah kamu akan mempergunakan
akal?’. (S.23 Al-Mu’minun:81).

Buku ini juga menjelaskan bahwa keseluruhan alam semesta ini


merupakan perencanaan Allah yang sangat sempurna yang sedikit
pun manusia tidak akan dapat menemukan kesalahan di dalamnya.
Penjelasan tentang hal ini ada dalam ayat di bawah:

‘Dia telah menjadikan seluruh langit tanpa tiang yang dapat kamu lihat
dan Dia telah menempatkan gunung-gunung yang kokoh kuat di bumi ini,
supaya bumi ini tidak berguncang bersamamu, dan Dia telah menyebarkan di
dalamnya segala macam binatang dan Kami menurunkan air dari awan, dan
kemudian Kami menyebabkan tumbuh di dalamnya segala jenis yang unggul’.
(S.31 Luqman:11).

Segala sesuatu di alam semesta ini telah dibangun oleh Allah


menurut perencanaan tertentu dan dilengkapi dengan hukum-hukum
tertentu agar segala sesuatu berjalan dengan suatu arah dan tujuan yang
jelas yang dapat difahami manusia dengan menggunakan akalnya.
Akhirnya, buku ini dapat dikatakan sebagai buku yang memiliki
isi yang lengkap yang membahas tentang Kebenaran, yang perlu dibaca
oleh mereka yang ingin mendalami tentang Kebenaran. Pengertian
tentang Kebenaran—tanpa membedakan antara kebenaran hakiki
dan kebenaran relatif—akan dibawa kepada suatu pemahaman
baru yang tidak memisahkan antara kebenaran menurut agama dan
kebenaran sekuler. Kedua Kebenaran akan bertemu manakala akal
manusia sanggup untuk menjelajah ke semua fenomena yang ada yang
berlangsung dalam kehidupannya. Allah SWT telah menciptakan

vii
Pengantar
Bagian II
V IV 1 Ahmad
Mirza Tahir
Bagian 1III
V
III
IV

manusia yang dilengkapi dengan kemampuan untuk melakukan


penjelajahan ini.

Yogyakarta, Oktober 2013

Prof. Dr. Sofian Effendi

viii
Al-Bayyinah: Prinsip Wahyu, Rasionalitas,
Kebenaran Yang Nyata,
Kehidupan
Konsep Kelangsungan
Seleksi
Menurut
Alam
Ketuhanan
Asal
Peran Mula
Tanah Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:
Lempung Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan
Wahyu
danIman Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran: Wahyu,
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Masalah
atau
bagi
Pandang
Kehidupan
Berbagai Agama
Aborigin
Teori
Individu
Ilahi
Kepada dan
dan
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Hakikat
atau
Perspektif
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
Agama
Permainan
dan
yang
Alam
didi
dan
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Kosmologi
Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Konghucu
Agama Judi
Sekulerisme
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Rasionalitas
"Yang Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Pengetahuan,
Al-Qayyimah: Ajaran yang dan Kebenaran
Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

Pengantar 2:

Sr. Gerardette Philips, rscj, PhD


Keuskupan Bandung

D alam beberapa tahun terakhir terutama di negara-negara yang


penduduknya mayoritas Muslim (Mesir, Irak, Suriah, Pakistan),
kita telah menyaksikan kehidupan yang diwarnai penderitaan,
kehancuran, rasa sakit dan terluka. Sesama bangsa sendiri itu sedang
melukai diri mereka sendiri dan menggeser nilai kemanusiaan.
Suasana batin mereka sungguh merindukan kedamaian. “Kami ingin
dunia yang damai." Kami ingin menjadi laki-laki dan perempuan
perdamaian dan kami ingin dalam masyarakat kita yang tepecah dalam
golongan, perbedaan dan konflik agar segera berakhir! Perdamaian,
hadiah berharga yang dimiliki oleh Agama harus segera dipromosikan,
dilindungi dan diproklamasikan.
Bagaimana dapat terjadi begitu banyak konflik? Dimana masih
ada kecurigaan dan ketakutan terbentuk satu sama lain? Dalam konflik
ini, kita terpanggil untuk sejenak berhenti dan melihat ke dalam batin
kita, mendengarkan suara hati nurani, bukan untuk menutupnya
demi kepentingan, keyakinan, praktik, pemahaman kita tetapi untuk
melihat wajah satu sama lain sebagai saudara dan secara tegas dan
berani mengikuti jalan dialog dalam mengatasi konflik buta ini. Kita
perlu melakukan segala upaya untuk mempromosikan perdamaian di
setiap negara tanpa penundaan lebih lanjut, perdamaian didasarkan
pada dialog untuk kebaikan semua orang.
Apa yang bisa kita lakukan untuk membuat perdamaian di
dunia? Ini adalah tanggung jawab setiap manusia, untuk mengklaim
kebenaran dengan keyakinan bahwa Allah itu Hidup dan Ada.

ix
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV 2 Ahmad
V
III
Pengantar
IV

Kemudian untuk bersatu dengan Tuhan dan percaya sepenuh hati


keyakinan agamanya sendiri tetapi tetap menghormati perbedaan yang
ada. Bukan budaya konfrontasi atau konflik yang mencabik harmoni
masyarakat, melainkan budaya saling mengenal dan budaya dialog,
ini adalah satu-satunya jalan menuju perdamaian.
Kehidupan dan pemikiran Mirza Tahir yang ilmiah, luas, filosofis
dan spiritual menawarkan cara berdamai dengan diri sendiri, alam,
agama dan Tuhan. Ia menghadirkan pemahaman tentang apa yang
ditemukan dan paling sulit dipahami, yaitu keberadaan Tuhan. Mirza
Tahir menggunakan Al-Quran untuk menjelaskan keberadaan ini
melalui rasionalitas.
Saya belum memiliki kesempatan maupun kehormatan untuk
bertemu dengan Yang Mulia, Mirza Tahir Ahmad secara pribadi.
Tetapi saya merasa puas bertemu dengannya dalam dua cara-pertama
dengan menggali secara mendalam pemikirannya dan kedua melalui
pertemuan dengan saudara-saudaranya dari Komunitas Ahmadiyah
yang melalui praktik kehidupannya membuat pemikiran beliau
menjadi kenyataan.
Hanya dalam waktu singkat saya telah bertemu dengan beberapa
anggota Komunitas Ahmadiyah di Kota Bandung. Tetapi kedalaman
hubungan tidak hanya diukur atau ditentukan oleh jangka waktu saja.
Saya telah mengalami pengalaman dengan mereka, saya diterima,
dihormati dengan rasa kasih sayang yang datang secara alami dari para
pengikut sejati Nabi Muhammad saw.
Saya berterima kasih kepada semua orang yang telah bekerja
keras dalam kasih untuk menerjemahkan karya Mirza Tahir ke dalam
Bahasa Indonesia, sehingga bisa tersedia bagi penduduk negeri Muslim
terbesar di dunia. Saya berterima kasih kepada Komunitas Ahmadiyah
karena mempercayakan saya memberikan Kata Pengantar-nya.
Mirza Tahir Ahmad-Khalifah IV Jemaat Muslim Ahmadiyah,
dalam buku ini telah mengeksplorasi dari sudut pandang pemikiran

x
Al-Bayyinah: Prinsip Wahyu, Rasionalitas,
Kebenaran Yang Nyata,
Kehidupan
Konsep Kelangsungan
Seleksi
Menurut
Alam
Ketuhanan
Asal
Peran Mula
Tanah Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:
Lempung Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan
Wahyu
danIman Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran: Wahyu,
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Masalah
atau
bagi
Pandang
Kehidupan
Berbagai Agama
Aborigin
Teori
Individu
Ilahi
Kepada dan
dan
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Hakikat
atau
Perspektif
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
Agama
Permainan
dan
yang
Alam
didi
dan
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Kosmologi
Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Konghucu
Agama Judi
Sekulerisme
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Rasionalitas
"Yang Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Pengetahuan,
Al-Qayyimah: Ajaran yang dan Kebenaran
Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

keagamaan. Eksplorasi itu mencakup spektrum yang luas dengan


berbasis pada perkembangan peradaban manusia. Karya ini begitu luar
biasa sekaligus menjadi anugerah bagi kita dalam memperkaya konsep
tentang Wahyu dilihat dari perspektif berbagai agama. Di samping itu,
buku ini menguraikan sejarah, filsafat, kosmologi, kehidupan di luar
bumi, masa depan kehidupan di bumi, seleksi alam serta peranannya
dalam proses evolusi. Penulis telah menguraikan argumentasi secara
meyakinkan tentang apa dan bagaimana proses evolusi dilihat baik dari
sudut ilmiah maupun menurut uraian Al-Quran. Penulis dengan tegas
membantah tulisan seorang atheis yaitu Professor Richard Dawkins,
dalam sub-bab yang diberi judul “Pembuat jam yang buta; tuli dan
bisu”, dengan menyimpulkan bahwa Dawkins telah mengambil posisi
yang keliru dalam membaca kompleksitas struktur biologi serta gagal
memahami tujuan penciptaan kehidupan di alam ini.
Karya ini juga mencerminkan bagaimana kedalaman pemikiran
Penulis serta bagaimana argumentasi dikemukakan untuk mendukung
pendapatnya itu. Kemudian, juga mencerminkan kedalaman
pemahaman dan penguasaannya terhadap ajaran serta tafsir Kitab
Suci Al-Quran. Kita diajak untuk mengarungi bagaimana Al-
Quran menjelaskan tentang eksistensi Tuhan dalam sudut pandang
Rasionalitas, lalu pembahasan peristiwa penting yang terjadi pada
masa lampau, saat sekarang dan prediksi pada masa mendatang.
Dipaparkan juga bagaimana asal mula terciptanya alam semesta dan
bagaimana alam semesta akan berakhir. Penulis membawa kita kepada
pamahaman tentang Wahyu dalam perspektif Islam. Uraiannya begitu
memukau karena di luar pemahaman mainstream yang telah diwarisi
oleh milyaran umat manusia saat ini, dan ini sekaligus menunjukan
kejeniusan Penulis. Uraian tentang Peradaban, bisa disebut sebagai
pandangan Islami yang distinctive. Kami sebut demikian karena
didasarkan kepada Al-Quran yang merupakan puncak dari petunjuk
Wahyu yang disampaikan oleh Tuhan yang juga merupakan sumber

xi
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV 2 Ahmad
V
III
Pengantar
IV

utama dari pengetahuan. Jika memahami Al-Quran secara tepat,


akan membimbing kita dalam memahami kehidupan dalam alam
ini. Bentuk pengetahuan yang diambil dari Al-Quran ini di samping
menjadi sumber informasi sekaligus akan menciptakan kehidupan
yang damai di bumi.
Mirza Tahir telah menguraikan karyanya dalam 7 bagian. Bagian
pertama, menguraikan secara ilustratif pandangan para pemuka
agama dan ahli filsafat dalam upaya memahami hubungan antara
Logika dan Wahyu yang terkait dengan pembentukan Pengetahuan.
Ia menegaskan bagaimana peran Rasionalitas dalam upaya mencapai
Kebenaran yang hanya bisa diraih melalui penggunaan daya nalar.
Beberapa pemikir agama berbicara Wahyu sebagai sumber utama
Pengetahuan. Sementara yang lainnya, mengandalkan “inspirasi”
sebagai sumber untuk memahami segala pengetahuan. Kemudian,
muncul pandangan ‘mistik’ yang berkembang diantara kelompok orang
yang beriman kepada Tuhan maupun yang tidak percaya terhadap
wujud-Nya. Ada beberapa variasi terminologi bahasa dan istilah
yang digunakan yang menyebabkan pembahasan menjadi bertambah
kompleks. Sementara ada juga yang mengambil jalan campuran di
antara keduanya. Bagaimanapun, fenomena tersebut telah menjadi
fakta sejarah upaya manusia mempraktikkan ajaran agama daripada
hanya menguraikan terpecahnya manusia dalam berbagai kelompok
kecil. Persatuan manusia dalam nama agama hanya menjadi mungkin
saat dibimbing oleh mereka yang dipilih dan ditunjuk Tuhan
dan mereka itu adalah para Nabi dan para khalifahnya. Melihat
berkembangnya pengetahuan maka terbentang pertanyaan-Apa yang
disebut sebagai ‘kebenaran abadi’. Di sini Penulis mengemukakan
bahwa istilah “kebenaran abadi” tidak hanya merujuk pada informasi
yang tidak bisa diubah tetapi juga merujuk pada pemahaman tentang
sebab-akibat serta tujuan dari suatu fenomena.

xii
Al-Bayyinah: Prinsip Wahyu, Rasionalitas,
Kebenaran Yang Nyata,
Kehidupan
Konsep Kelangsungan
Seleksi
Menurut
Alam
Ketuhanan
Asal
Peran Mula
Tanah Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:
Lempung Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan
Wahyu
danIman Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran: Wahyu,
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Masalah
atau
bagi
Pandang
Kehidupan
Berbagai Agama
Aborigin
Teori
Individu
Ilahi
Kepada dan
dan
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Hakikat
atau
Perspektif
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
Agama
Permainan
dan
yang
Alam
didi
dan
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Kosmologi
Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Konghucu
Agama Judi
Sekulerisme
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Rasionalitas
"Yang Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Pengetahuan,
Al-Qayyimah: Ajaran yang dan Kebenaran
Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

Pada bagian selanjutnya, Penulis mengundang para pembaca


untuk beralih pada pembahasan filsafat berbagai agama, dan
menjelaskan dengan gamblang bagaimana ajaran filsafat agama-agama
tersebut berdasarkan sumber aslinya, sehingga terjalin keselarasan satu
sama lain. Penulis juga mendiskusikan sejarah beberapa Pemikiran
dalam Islam, perkembangan filsafat, baik secara sosial serta filsafat
keagamaan, dari mulai Filsafat Yunani kemudian beralih ke beberapa
agama Timur seperti Hindu, Buddha, Kong Hu Chu, Tao dan
Zoroaster. Pertanyaan tentang masalah Penderitaan dalam kehidupan
di dunia, membawa kita pada kenyatan bahwa setiap reaksi individu
terhadap perubahan situasi relatif seiring dengan datangnya derita
kehilangan.
Dalam pengalaman kehidupan sehari-hari yang kita alami, dapat
diketahui bahwa karena merasa puas dengan diri kita sendiri, hal ini
mengarahkan kita pada sikap apatisme namun juga seiring dengan
kebutuhan kita melakukan upaya ke arah kemajuan. Upaya tersebut
pada umumnya sesuai dengan proporsi kebutuhan yang kita rasakan,
kebutuhan untuk mengubah keadaan penderitaan menjadi situasi yang
membuat kita lebih ‘nyaman’. Dengan demikian persoalan tersebut
menjadi pilihan antara seseorang yang berada pada sebuah sistem tanpa
penderitaan namun tanpa menumbuhkan potensinya dan seseorang
yang memiliki banyak potensi untuk berkembang namun menjalani
proses penderitaan yang mendalam. Hal ini nampaknya sesuatu yang
harus dihadapi tanpa adanya pilihan lain!
Setelah menguraikan pandangan para agamawan dan filosof dari
berbagai pemeluk agama dalam bagian ke-3, pembahasan kemudian
beralih dengan argumentasi tentang eksistensi Tuhan yang dibangun
oleh para pemikir “sekuler” pada zaman modern saat ini. Argumentasi
Penulis didasarkan kepada perspektif sosilogi modern daripada hanya
sekadar fakta sejarah serta perkembangan pemikiran manusia semata.
Bukti dari ‘fitrat manusia’ menjadi hilang dalam argumen-argumen

xiii
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV 2 Ahmad
V
III
Pengantar
IV

demikian dan perspektif sosiologi modern inilah yang dapat memvalidasi


proses pandangan tersebut. Sebagai contoh, Penulis menjelaskan ketika
para sosiolog menyebut rasa egois sebagai faktor dalam perkembangan
pemikiran keagamaan, maka ia menolak argumentasi tersebut dengan
argumentasi serta contoh tentang penderitaan mereka yang berdiri
membela demi agama dan ketauhidan Tuhan. Manusia-manusia
ini berani mengorbankan dirinya dan penulis disertai dengan bukti
sejarah yang cukup telah mengesampingkan semua kemungkinan
tujuan duniawi. Kemudian ia menjelaskan secara efektif untuk
menolak pandangan-pandangan lebih lanjut dengan mengambil
contoh sejarah konsep Ketuhanan pada bangsa-bangsa Aborigin di
Australia. Penulis juga mendiskusikan sudut pandang sekularisme dan
membuatnya jelas bahwa sekularisme telah keliru memahami yang
kemudian menyebabkan munculnya atheisme sementara faktanya itu
lebih menjadi faktor dalam menoleransi berbagai perspektif, termasuk
ragam perspektif agama, dalam sebuah masyarakat.
Pada bagian ke-4, aspek utama dari karya ini adalah pembahasan
tentang Wahyu. Penulis secara baik telah membandingkan hubungan
antara pengalaman psikologis manusia dengan Rasionalitas serta
Wahyu. Hal ini dijelaskan di atas pondasi kebenaran-kebenaran
pencarian yang tak hanya berdasar pada kebenaran dari sumber
informasi namun juga pada kebenaran yang tercermin dalam diri orang
tersebut, dengan demikian pencarian tersebut didasari oleh pondasi
kebenaran. Dari sini penulis berbicara tentang Islam sebagai agama
kebenaran dan kebenaran adalah agama Islam. Mirza Tahir dengan
jelas mengajak setiap Muslim untuk mengamati hampir 750 ayat Al-
Quran yang mengingatkan mereka untuk menggunakan akal dalam
memahami alam dan Pencipta-nya. Hubungan antara Rasionalitas
dan Wahyu tersebut didasarkan pada dua prinsip Al-Quran. Kedua
prinsip itu dengan tegas memberikan kekuatan untuk memahami
dasar dari hubungan ini. Prinsip itu adalah Al-bayyinah – (Manifestasi

xiv
Al-Bayyinah: Prinsip Wahyu, Rasionalitas,
Kebenaran Yang Nyata,
Kehidupan
Konsep Kelangsungan
Seleksi
Menurut
Alam
Ketuhanan
Asal
Peran Mula
Tanah Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:
Lempung Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan
Wahyu
danIman Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran: Wahyu,
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Masalah
atau
bagi
Pandang
Kehidupan
Berbagai Agama
Aborigin
Teori
Individu
Ilahi
Kepada dan
dan
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Hakikat
atau
Perspektif
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
Agama
Permainan
dan
yang
Alam
didi
dan
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Kosmologi
Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Konghucu
Agama Judi
Sekulerisme
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Rasionalitas
"Yang Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Pengetahuan,
Al-Qayyimah: Ajaran yang dan Kebenaran
Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

suatu Kebenaran), kebenaran yang dibawa oleh setiap Nabi Allah;


Serta Al-qayyimah, (Ajaran yang kekal), yaitu inti ajaran setiap agama
dilihat dari keaslian semua agama, apakah tetap berdiri diuji masa
dengan tetap mempertahankan keasliannya. Inilah dua prinsip yang
menentukan tidak didapatinya kontradiksi antara firman Tuhan, ajaran
yang diwahyukan dan sifat Tuhan yang tetap alami yakni Pencipta.
Penulis menggaris bawahi bahwa sebuah masyarakat yang berkembang
atas dasar pengetahuan serta memadukan keterkaitan harmoni
antara wahyu dan rasionalitas maka akan mengalami kemajuan baik
dalam ilmu pengetahuan dan kerohanian. Pada tahapan ini, buku
tersebut mengumpulkan kategori-kategori saat pengetahuan manusia
mengalami lompatan kemajuan dan mengujinya dengan petunjuk
ajaran-ajaran Al-Quran.
Pada bagian ke-5, Penulis menjelaskan pemahaman Wahyu
untuk menguraikan subjek asli dan proses evolusi dalam kehidupan
di bumi. Ia membawa cahaya ajaran Al-Quran tentang perkembangan
kehidupan yang terjadi secara tahap demi tahap serta kebijakan
yang terkandung dalam setiap tahapannya itu. Pengetahuan muncul
seperti tahapan pembentukan fetus manusia. Sementara bagian
ini menerangkan keutamaan peranan wahyu secara alami, penulis
juga membiarkan para pembaca untuk bebas membuat kesimpulan
mereka sendiri dalam memahami keterkaitan antara Wahyu-wahyu
Al-Quran dengan penemuan riset ilmu pengetahuan kontemporer.
Permasalahan lain dimunculkan pada bagian ini adalah tentang
kehidupan mendatang di bumi. Al-Quran menggambarkan dua
kemungkinan. Pertama kemungkinan perkembangan manusia dalam
intelegensia yang semakin baik dengan kapasitasnya yang berkembang
untuk menyesuaikan diri dengan alam sehingga bisa hidup lebih
baik seiring dengan Surat 70:41-42. Kemungkinan yang lain adalah
ras manusia akan digantikan oleh ciptaan lain dari alam berbeda di
permukaan bumi (Surat 76:29, 14:20-21). Kebangkitan manusia

xv
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV 2 Ahmad
V
III
Pengantar
IV

setelah mati diterangkan sebagai kelanjutan dari kehidupan di bumi


(Surat 31:29). Kebangitan manusia setelah mati disebutkan dalam
kapasitas yang berbeda sesuai dengan proses evolusi pemahaman
wahyu. Dan dua kemungkinan lain dianggap sebagai fenomena
yang sama. Penulis membuktikan kejelasan kehidupan mendatang
di bumi meskipun saat kini belum ada metodologi sains yang serius
mempelajari kemungkinan-kemungkinan itu dan ini jelas merupakan
bukti nyata tentang keunggulan Al-Quran.
Bagian ke-6 menguraikan dengan terang bukti-bukti rasional
terutama tentang eksistensi Tuhan Maha Mengetahui dan Maha
Pencipta, kedua dijelaskan bahwa Al-Quran adalah kitab yang
langsung diwahyukan oleh Tuhan tanpa adanya intervensi manusia
dalam teks-nya. Jika Al-Quran berbicara tentang pengetahuan, dari
satu sisi uraian itu sangat jelas berada di luar kapasitas manusia dan
selanjutnya, Al-Quran memperlihatkan kebenarannya yang tetap
teruji di sepanjang masa. Mirza Tahir menggunakan beberapa contoh
sebagai dasar argumentasi untuk mendukung pendapatnya bahwa
Pencipta alam dan “Penulis” Al-Quran adalah Wujud Yang Satu juga.
Seluruh penegtahuan dalam Al-Quran mengingatkan kita melalui
penjelasan yang sangat rasional serta dengan fakta tidak terbantahkan
yang bersumber pada sejarah, yakni jika moralitas tetap dijaga agar
tetap tegak sesuai standar, maka hal ini akan melahirkan harapan
dapat diraihnya benefit bagi kemanusiaan sekaligus sebagai bagian
dari proses kehidupan menuju keadilan dan kedamaian. Sementara
itu, jika standar moralitas berada pada level yang rendah, hal ini akan
menjadikan kesusahan serta kekacauan dalam masyarakat. Al-Quran
telah menjelaskan jalan yang harus dilalui, tetapi semuanya terpulang
kepada manusia apakah akan mengambil manfaat dari petunjuk
itu atau tidak. Manfaat yang diperoleh tidak semata terkait dengan
kebiasaan individu saja, melainkan berdampak pada masyarakat luas
serta juga menjadi kebiasaan kolektif suatu bangsa.

xvi
Al-Bayyinah: Prinsip Wahyu, Rasionalitas,
Kebenaran Yang Nyata,
Kehidupan
Konsep Kelangsungan
Seleksi
Menurut
Alam
Ketuhanan
Asal
Peran Mula
Tanah Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:
Lempung Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan
Wahyu
danIman Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran: Wahyu,
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Masalah
atau
bagi
Pandang
Kehidupan
Berbagai Agama
Aborigin
Teori
Individu
Ilahi
Kepada dan
dan
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Hakikat
atau
Perspektif
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
Agama
Permainan
dan
yang
Alam
didi
dan
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Kosmologi
Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Konghucu
Agama Judi
Sekulerisme
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Rasionalitas
"Yang Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Pengetahuan,
Al-Qayyimah: Ajaran yang dan Kebenaran
Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

Bagian ke-7 membahas masalah terkini, khususnya yang terkait


antara Wahyu dan Kenabian setelah Nabi Muhammad saw. Adalah
suatu “God Ways” yaitu Tuhan selalu mengutus para Nabi untuk
membimbing umat manusia menuju kedekatan kepada-Nya. Semua
agama mengharapkan kedatangan seorang Pembaharu. Pada era
sekarang ini, berdasarkan wahyu Ilahi, dan hanya ada satu jalan yang
mau tidak mau harus diakui secara positif untuk mempersatukan
umat manusia, yaitu sosok Pembaharu untuk seluruh umat manusia
serta dibawah payung ini umat manusia dibimbing oleh Wahyu
Tuhan. Inilah pernyataan Tuhan yang dinyatakan dalam Al-Quran.
Kedudukan ruhani Pembaharu secara definisi tidak lain adalah
seorang Nabi yang dipilih oleh Tuhan dan dibimbing oleh Tuhan (Al-
Mahdi) melalui proses pewahyuan untuk membimbing umat manusia
menuju reformasi diri (Al-Messiah). Ini adalah makna hakiki tentang
Kenabian. Tidak ada ajaran baru setelah turunnya Al-Quran dan
kenabian seorang pembaharu itu adala sub-ordinasi dari Stempel Para
Nabi, yakni Nabi Muhammad saw.
Penulis telah memberi tantangan kepada para pemuka agama
tentang Kenabian setelah Nabi Muhammad saw. Tantangan ini diajukan
kepada mereka yang berkeyakinan bahwa dengan kedatangan Kitab
Sempurna (Al-Quran) dan Nabi Paling Sempurna (Nabi Muhammad
saw), itu sudah mencukupi bagi umat Muslim bagi meraih puncak
kehidupan keruhaniannya. Penulis meberi argumentasi lain yakni
tidak ada teori maupun empiris sejarah yang mendukung keyakinan
tersebut. Menurunnya umat Muslim, sepeninggal Nabi Muhammad
saw justru membuktikan fakta tersebut. Para pengikut para Nabi pada
masa lampau telah melalui fase menurun karena mereka bergeser
dari hakikat ajaran Nabi-nabi tersebut, kemudian Tuhan kembali
mengirim Nabi-nabinya untuk membangkitkan kembali keruhanian
manusia. Kurnia dari Tuhan ini justru aplikatif dengan ajaran Nabi

xvii
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV 2 Ahmad
V
III
Pengantar
IV

Muhammad saw. Penulis juga telah menantang tentang kesalahan


konsep “turunnya” Isa al Masih, yaitu bukan turunnya Al Masih ibnu
Maryam Israili. Kemudian, keberadaan Wahyu merupakan hal yang
fundamental bagi kelanggengan dan keteguhan keimanan kepada
Tuhan. Bagaimanapun, Penulis telah menegaskan bahwa penggunaan
rasionalitas semata tidak akan cukup untuk mencapai tujuan meraih
kebenaran sejati. Janji tentang Wahyu yang akan senantiasa turun,
secara sangat jelas dinyatakan dalam Al-Quran pada Surat 2: 187,
Surat 18: 111 serta Surat 41: 31-32.
Pada akhir pembahasan, Mirza Tahir Ahmad telah mengingatkan
kita yakni, jika Wahyu telah ditinggalkan dari pengalaman kehidupan
beragama, maka keimanan hanya akan tersisa menjadi mitos dan
legenda semata. Jika Wahyu Ilahi tetap terwujud dalam kehidupan
sekarang dan masa yang akan datang, maka kehidupan spiritualitas
akan lebih bermakna sesuai dengan tujuan diciptakan kehidupan
oleh-Nya. Sangat tepat jika dikatakan bahwa karya ini merupakan
anugerah yang membantu kita untuk memahami makna Wahyu
sehingga memberi pendalaman pada kita untuk dalam memahami dan
menjalankan kehidupan spritualitas manusia yang lebih bermakna.
Saya merekomendasikan karya ini ditelaah oleh para pencari
Kebenaran yang tulus. Kebenaran yang akan membimbing kita kepada
nurani tempat bersemayam Tuhan Yang Mahadamai. Bergegaslah
menawarkan perdamaian pada dunia!
Dalam Allah Yang Damai-Salam !

Bandung, Oktober 2013

Sr. Gerardette Philips, rscj, PhD

xviii
Wahyu,
Wahyu, Rasionalitas,
Rasionalitas,
Pengetahuan,
Pengetahuan, dan
dan Kebenaran
Kebenaran

Sekapur Sirih
Amir Jemaat Ahmadiyah Indonesia

A lhamdulillah, segala puji bagi Allah, rabbul ‘alamiin, Tuhan


Semesta Alam yang dengan rahmat-Nya, buku ini telah sampai
di tangan pembaca. Naskah buku ini berawal pada makalah Hadhrat
Mirza Tahir Ahmad rhm (Khalifatul Masih IV-Jemaat Ahmadiyah)
yang disampaikan di hadapan para mahasiswa Universitas Zurich,
pada 14 Juni 1987. Topik yang dibahas diberi judul “Rationality,
Revelation, Knowledge, Eternal Truth”. Para mahasiswa memenuhi
Aula Auditorium, tempat duduk sudah diisi penuh oleh peserta
sehingga harus diberi tambahan kursi pada ruang aula yang lain
dengan menggunakan sarana layar lebar.
Ide awal presentasi ini disampaikan oleh Mas’ud Jhelumi, Raisut-
Tabligh-Jemaat Ahmadiyah Swiss, kepada Profesor Dr. Karl Henking,
pakar Ethnology di Universitas Zurich. Semula, Profesor Henking
meragukan minat mahasiswa terkait dengan topik di atas mengingat
hampir seluruh mahasiswanya adalah orang-orang yang tidak percaya
adanya Wujud Tuhan dan sama sekali tidak ambil perhatian dengan
Agama. Tetapi, beberapa waktu kemudian, Profesor tersebut berubah
pikiran dengan mengusulkan agar kajiannya ditambahkan dengan
topik “Rasionalitas”.
Penyampaian pendahuluan presentasi menggunakan bahasa
Inggris. Selanjutnya, digunakan bahasa Urdu dengan langsung
diterjemahkan dalam bahasa Jerman secara fasih oleh Sheikh Nasir
Ahmad. Penyampaian presentasi ini memerlukan waktu sekitar 75
menit. Selanjutnya, diadakan sesi tanya-jawab. Keseluruhan sesi ini
merupakan pengalaman yang menyegarkan. Karena sedemikian

xix
Sekapur Sirih
MirzaJemaat
Amir Tahir Ahmad
Ahmadiyah Indonesia

besarnya minat peserta, sehingga waktu dalam sesi ini diperpanjang


menjadi 2,5 jam, namun minat para mahasiswa masih tetap meluap
sampai akhirnya sesi harus ditutup pada pukul 22.45, karena Aula
harus dikosongkan untuk digunakan acara lain, sesuai jadwal yang
telah dibuat oleh Universitas.
Awal benih buku ini telah disemaikan. Semula berupa bahasan
sederhana karena sebagian besar topik yang disampaikan terkait
keterbatasan waktu, tidak mungkin dibahas seluruhnya dalam satu
kali presentasi.
Tahap selanjutnya, banyak upaya menterjemahkan keseluruhan
naskah bahasa Urdu ke dalam bahasa Inggris. Topik naskah tersebut
mengalami perluasan dan pendalaman. Setelah berjalan beberapa
tahun, upaya tersebut tidak bisa dituntaskan mengingat topiknya
terlalu bervariasi, sehingga menimbulkan kesulitan terjemahan
bahkan oleh diterjemahkan oleh kelompok cendekiawan sekalipun.
Hasil terjemahan oleh para cendekiawan secara keseluruhan kurang
memuaskan. Beberapa kelompok cendekiawan lain juga telah
mencobanya secara bersama-sama, tetapi juga tidak berhasil.
Akhirnya, di dalam kepadatan acara Khalifatul Masih IV
rhm., maka beliau sendiri yang mendiktekan sebagian besar naskah
tersebut sehingga menjadi sesuatu hal yang baru. Banyak pihak yang
berkompeten dalam menerjemahkan karya ini, antara lain anggota
Dewan Editor dari Review of Religions (Basit Ahmad), kemudian
sekelompok ibu-ibu ikut melanjutan menterjemahkan karya tersebut.
Demikianlah karya ini maju setapak demi setapak namun belum
juga bisa berbentuk jika tidak ditunjang dengan arus kerja yang tidak
terputus.
Ringkasnya, setelah mengalami proses waktu yang panjang, serta
masalah demi masalah yang tidak putus, maka buku ini siap naik cetak
setelah menunggu 10 (sepuluh) tahun sejak dilaksanakan presentasi
di Zurich. Itupun karena beliau menunggu terbitnya karya seorang

xx
Wahyu,
Wahyu, Rasionalitas,
Rasionalitas,
Pengetahuan,
Pengetahuan, dan
dan Kebenaran
Kebenaran

zoologist, Prof. Dawkins, yang mengarang The Blind Watchmaker


(Pembuat Jam Yang Buta).
Saat ini, karya agung ini telah sampai di tangan pembaca. Untuk
itu, kami sangat berterima kasih kepada R.Ahmad Anwar (almarhum),
AQ Khalid (almarhum). Keduanya telah mendedikasikan waktu serta
kemampuannya dalam menterjemahkan buku ini. Demikian juga
kami sampaikan terima kasih kepada Tim Editor yang dibentuk oleh
Dewan Naskah, yang terdiri dari;
1. Drs. Mahmud Mubarik Ahmad, MM
2. DR. Eng. Didit Hadi Barianto, MSc
3. Ahmad Mukhlis Firdaus, ST, MT
4. Farzand Abdullatif, ST, Msi.

Semoga Allah Ta’ala membalasnya dengan ganjaran yang lebih


baik.

Selamat menikmati.

Jakarta, November 2013


Amir Jemaat Ahmadiyah Indonesia

H. Abdul Basit, Shd.

xxi
Mirza Tahir
Bagian
Ucapan
Bagian 1III
II
V V
III
IV Ahmad
Terima
IV Kasih

Ucapan Terima Kasih

D aftar nama yang telah membantu dalam penyusunan buku ini


dan periode setelahnya sungguh amat panjang. Namun ingatan
terhadap mereka tetap terekam dalam hati saya dengan kenangan
penuh kecintaan.
Pada setiap tingkat penyelesaian naskah, mereka yang terlibat
pun berlainan orangnya. Sebagian besar dari mereka telah mencoba
menterjemahkan versi asli bahasa Urdu seteliti mungkin. Upaya mereka
tidak sia-sia. Setiap kali saya meneliti secara kritis tiap terjemahan
tersebut, biasanya muncul ide-ide baru yang perlu dimasukkan sebagai
bagian dari buku ini. Begitu juga, setelah meneliti secara cermat, saya
kemudian memutuskan mengubah urutan pembahasan agar menjadi
lebih baik. Dengan cara demikian, saya telah berkelana dari satu versi
ke versi lain seperti mendaki sebuah spiral jejak suatu evolusi. Semoga
dengan versi terakhir ini, saya telah mencapai puncaknya.
Pada setiap tingkatan penyusunan naskah, banyak sekali
cendekiawan dan teknokrat yang dilibatkan, bukan hanya untuk
penterjemahan, tetapi untuk menangani masalah yang tidak mungkin
saya tangani sendiri. Sebagai contoh, saya perlu menggali kembali
beberapa kalimat dari buku-buku atau artikel yang pernah saya baca
selama 40 tahun terakhir masa hidup saya. Artikel tersebut sedemikian
bervariasi dan semua terkait dengan masalah yang dibahas dalam karya
ini, sehingga para pembaca akan menyadari keaneka-ragamannya.
Para cendekiawan tersebut terkadang harus menelusuri beberapa
perpustakaan yang berada di berbagai benua dan kota.
Dari kota Rabwah sendiri, sebagai pusat dari Jemaat Muslim
Ahmadiyah, banyak cendekiawan terpelajar yang dilibatkan untuk
menelusuri berbagai referensi yang bersifat keagamaan.

xxii
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas Wahyu,dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
Rasionalitas,
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang
Pengetahuan,Berkesinambungan
dan Kebenaran
Pengetahuan, dan Kebenaran

Dari Amerika Serikat, yang membantu adalah Profesor Malik


Masud Ahmad beserta timnya yang diminta untuk meneliti banyak
sekali referensi yang berasal dari Scientific American dan American
Scientist selama kurun waktu sekitar 20 tahun terakhir. Tim yang
bersangkutan terdiri dari para cendekiawan Ahmadi yang namanya
sulit diuraikan semua dalam ucapan terima kasih yang singkat ini.
Namun yang banyak sekali memberikan bantuannya secara khusus
adalah Dr. Salahuddin dan putranya yaitu Jawad Malik.
Khususnya Dr. Salahuddin telah amat membantu dalam
mencari referensi yang telah lama hilang. Saya tidak ingat lagi judul
artikel dimaksud dan tahun penerbitannya. Hanya memiliki garis
besar pandangan tentang suatu bahasan yang ada dalam ingatan saya.
Secara luar biasa, ia telah memperoleh keseluruhannya dan yang
mengejutkan lagi adalah kenyataan bahwa ingatan saya tentang apa
yang diungkapkan tersebut ternyata benar adanya.
Di London, yang berperan sebagai pemburu utama referensi
adalah Ny. Saleha Safi. Dibantu oleh putrinya, Sophia Safi Mahmud,
ia telah melaksanakan upaya luar biasa menelusuri kembali buku-buku
yang mengandung referensi yang relevan. Selain itu juga ada beberapa
pemuda dan pemudi, wanita dan pria dewasa, yang secara sukarela
melakukan berbagai tugas yang dilaksanakan dengan penuh dedikasi.
Tidak mungkin menyebut mereka secara keseluruhan, dan mohon
maaf jika saya hanya mengemukakan beberapa saja dari antaranya.

P ada puncak daftar nama-nama ini saya harus menyebut nama Farina
Qureshi dan kontribusinya yang tidak ternilai dalam menyusun
dan mengarahkan sebuah tim para cendekiawan yang telah membantu
mendeteksi dan menentukan bidang karya yang memerlukan perhatian
secara khusus. Partisipasi Farida Ghazi telah mengungguli setiap
anggota dari tim itu. Kemudian juga Farina sungguh sangat berendah
hati dalam pengkhidmatan yang telah dilakukannya. Biasanya ia selalu

xxiii
Mirza Tahir
Bagian
Ucapan
Bagian 1III
II
V V
III
IV Ahmad
Terima
IV Kasih

menahan diri untuk memberi saran tentang perubahan atau perbaikan


tertentu yang diperlukan dalam suatu untaian kalimat khusus.
Sebenarnya jarang sekali saya memintanya dan anggota timnya untuk
memberikan saran tentang perubahan di beberapa tempat tertentu,
mereka sendiri mengajukannya secara hormat tetapi tidak selalu akan
diterima. Saya perlu berterimakasih atas kebesaran hati mereka dan
mereka selalu menerima keputusan saya dengan besar hati. Adalah
pada saat mencoba beberapa saran alternatif tersebut itulah mereka
kemudian juga menyadari, sebagaimana juga diri saya, betapa sulitnya
mengubah suatu ekspresi tanpa mengubah rangkaian untaian yang
telah menjurus kesana. Kami amat menikmati suasana ini yang juga
merupakan selingan yang menggembirakan. Singkat kata, tidak cukup
terima kasih saya sebagai pernghargaan atas kontribusi mereka dalam
usaha memperbaiki mutu karya ini. Mengenai anggota tim tersebut
akan diuraikan dalam Kata Pengantar berikut.

S ebagian dari mereka yang telah membantu dalam penyusunan buku


ini, beberapa dirinci di bawah ini. Ingatan saya sendiri mungkin
tidak bisa sepenuhnya mengingat kembali mereka semuanya. Dengan
perasaan kasih, kepada mereka, saya sampaikan permohonan maaf.
1. Munir Ahmad Javed, Sekertaris Pribadi, London
2. Munir-ud-Din Shams, London
3. Farina Qureshi, London
4. Mansoora Hyder, London
5. Farida Ghazi, London
6. Mahmud Ahmad Malik, Islamabad, U.K.
7. Prof. Amatul Majid Chaudary, Islamabad, U.K.
8. Basit Ahmad, London
9. Fauzia Shah, London
10. Musarrat Bhati, Northhampton.

xxiv
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas Wahyu,dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
Rasionalitas,
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang
Pengetahuan,Berkesinambungan
dan Kebenaran
Pengetahuan, dan Kebenaran

Daftar nama di atas sudah dipilih secara khusus dari suatu


daftar yang panjang dari nama-nama mereka yang telah membantu
pada berbagai tahapan penyusunan karya ini. Adapun partisipasi dari
nama-nama mereka yang disebut di atas itu demikian amat penting
dan sehingga saya tidak bisa tidak menyebutkan nama mereka.
Munir Javed di urutan pertama telah memainkan peran inti dalam
menerapkan rencana saya saat alokasi berbagai peran kepada berbagai
cendekiawan. Munir-ud-Din Shams memperoleh tempat khusus
karena ketekunan kerja kerasnya yang mencengangkan saya tentang
batas kemampuan dirinya. Banyak dari mereka yang disebut di atas itu
telah bekerja siang malam tanpa istirahat dan tanpa memberitahukan
kepada saya tentang pengorbanan mereka yang luar biasa itu. Saya
terkadang harus mengawasi mereka juga, mengintip dari tirai yang
telah mereka pasang untuk menyembunyikan kegiatan mereka dari
pandangan saya. Namun saya punya cara sendiri untuk mengetahui apa
yang sedang terjadi. Terkadang saya terpaksa harus memaksa mereka
beristirahat dan makan sebelum mereka pingsan karena kelelahan.
11. Muzaffar Ahmad Malik, Islamabad, U.K.
Muzaffar Malik perlu dikemukakan secara khusus karena ia yang
dipercayakan dengan tugas pencetakan akhir serta negosiasi dengan
berbagai usaha penerbitan guna memperoleh tawaran yang terbaik.
Dalam tahapan persiapan akhir dari copy yang siap direkam, kerjanya
sungguh menonjol.
12. Bashir Ahmad, bagian Sekertaris Pribadi, London
13. Pir Muhammad Alam, bagian Sekertaris Pribadi, London
Dua orang pekerja sukarela, Bashir Ahmad dan Pir Muhammad
Alam, memainkan peran penting dalam mengelola dan melayani
semua cendekiawan yang telah membantu saya ketika mereka ini
sedang berada di kantor. Ketika mereka ini bekerja sepanjang malam,
baik Bashir maupun Pir Sahib telah melaksanakan tugas bantuan

xxv
Mirza Tahir
Bagian
Ucapan
Bagian 1III
II
V V
III
IV Ahmad
Terima
IV Kasih

mereka. Terkadang mereka melayani para cendekiawan ini dengan


makanan meski mereka ini diam saja merasakan lapar perutnya.
Berikut ini adalah nama-nama para cendekiawan di Rabwah
yang dihubungi berulang-kali oleh Munir Ahmad Javed setiap kali
diperlukan beberapa materi yang aksesnya ada pada mereka itu.
14. Maulvi Dost Muhammad, Rabwah
15. Sayid Abdul Haye, Rabwah
16. Hafiz Muzaffar Ahmad, Rabwah
17. Habibur Rahman Zirvi, asisten perpustakaan, Rabwah
18. Prof. Ch. Muhammad Ali, Rabwah
Ada seorang yang tidak ikut berpartisipasi dalam kerja ini
namun saya berhutang banyak atas jasa yang telah diberikannya.
Yang dimaksud adalah Profesor Raja Ghalib Ahmad dari Lahore yang
menekankan pentingnya pembahasan tentang masalah “Khatam
kenabian” dalam bagian akhir. Bagian terakhir itu merupakan suatu
penghormatan besar baginya: “Betapa benarnya engkau, Raja Sahib!”
Mansoora Hyder telah melaksanakan tugas tambahan yang
tidak saja sangat esensial tetapi juga amat sulit. Semua referensi
yang diberikan dalam buku ini telah diperiksa ulang olehnya secara
cermat sehingga tidak ada titik, koma, kata atau ejaan yang berbeda
dari aslinya. Hal ini membutuhkan koleksi perpustakaan kecil yang
hanya berisi referensi saja dan hal ini telah dilakukannya dengan amat
sempurna. Sepanjang pengetahuan saya, ia terkadang harus mengejar
buku asli yang mengandung referensi tentang suatu artikel. Ia tidak
akan meninggalkan pencariannya sampai berhasil memegang buku
bersangkutan di tangannya. Untuk tugas yang luar biasa ini, ia berhak
mendapat penghargaan khusus.
Saat mencari referensi tentang karya asli bahasa Cina dan
terjemahan yang ada, jasa tidak ternilai dari Usman M. Chou amat
diperlukan. Ia adalah seorang cendekiawan besar yang hasil karyanya
berupa terjemah Al-Quran telah mendapat penghargaan dari sejumlah

xxvi
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas Wahyu,dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
Rasionalitas,
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang
Pengetahuan,Berkesinambungan
dan Kebenaran
Pengetahuan, dan Kebenaran

besar cendekiawan Cina. Tanpa bantuannya kami tidak mungkin


memastikan makna sebenarnya dari berbagai ekspresi bahasa Cina
yang telah sedikit disalah-artikan dalam literatur Cina klasik.
Begitu juga perlu disampaikan penghargaan besar bagi Uzma
Aftab Ahmad Khan. Ia seorang wanita profesional yang terlatih untuk
meneliti karya literatur dalam mencari cacat atau kesalahan kecil yang
secara tidak sengaja terselip ke dalamnya. Ia sangat mumpuni dalam
tugas ini dengan cara meneliti secara kritis sebelum karya ini disetujui
untuk diterbitkan. Anggota tim dan saya sendiri amat menghargai
betapa tajam matanya. Tanpa bantuan dan kerja kerasnya, mungkin
terlewat bagi kami untuk memperhatikan beberapa ekspresi yang
memerlukan penjelasan tambahan, serta ada urutan yang perlu ditata-
ulang. Jasa profesionalnya yang telah diberikannya secara sukarela
membuat saya berhutang budi kepadanya.
Pada kesempatan terakhir untuk meneliti kemungkinan
kesalahan yang mungkin diungkapkan percetakan, Fauzia Shah telah
melaksanakan kerja yang luar biasa. Kelihatannya ia seorang pencari
kutu yang ahli. Bagaimana mungkin saya hanya berterima kasih
kepadanya.
Index buku ini disusun secara cermat oleh Munawar Ahmad Said
dari Washington DC. Timnya terdiri dari para asisten yang berdedikasi
tinggi termasuk juga putranya Ahmad Munib Said, Fauzan Pal, Jawad
A. Malik, Mazher Ahmad dan Fizan Abdullah. Melihat besarnya tugas
itu dan sempitnya waktu yang dimiliki, mereka telah melaksanakan
kerja yang luar biasa. Masya Allah.

P ara artis seni desain. Untuk desain sampul depan, Noma Said dari
Amerika telah mencoba berbagai bentuk untuk menggambarkan
isinya secara ragawi. Sayang kerja kerasnya ditolak oleh para profesional
di percetakan. Mereka ini bersikeras menyarankan agar ilustrasi
di sampul depan merefleksikan kesan berseni tentang isinya, yang

xxvii
Mirza Tahir
Bagian
Ucapan
Bagian 1III
II
V V
III
IV Ahmad
Terima
IV Kasih

dilukis tangan bukan dengan komputer. Saran bijaksana ini akhirnya


diikuti. Dikerahkanlah jasa dari beberapa pekerja seni yaitu Hadi Ali
Chaudary dan Ch. Abdul Rashid, seorang arsitek terkenal yang ahli
dalam mengekspresikan gagasan abstrak, serta Sayid Fahim Zakria dari
Birmingham. Mereka ini dibantu oleh tim seniman pilihan mereka.
Banyak pekerja seni yang dilibatkan dalam merefleksikan
ilustrasi artistik di dalam buku, di antaranya jasa yang luar biasa dari
SafdarHussain Abbasi dan Hadi Ali Chaudary karena kehalusan mutu
hasil karya mereka. Seniman lainnya adalah Musarrat Bhatti, Farida
Ghazi,Fahrija Avdic dan Tahira Osman.
Salah seorang yang patut disebut juga tetapi tidak mau
diungkapkan namanya adalah yang telah menawarkan sejumlah besar
dana kepada saya untuk biaya persiapan. Ia hanya meminta agar saya
mengingat dirinya dan orang-tuanya serta keluarganya dalam doa-
doa saya. Saya memutuskan untuk mengemukakan hal ini agar yang
lainnya juga bisa melakukan doa bersama dengan saya.
Begitu juga terimakasih secara khusus kepada putri saya sendiri,
Faiza Luqman. Sepanjang penulisan buku ini, ia tanpa lelah dan
dengan penuh semangat telah menolong para pembantu yang bekerja
tanpa kenal waktu dan membutuhkan makan. Bagi jasanya yang amat
berharga dan dilakukan secara diam-diam itu, saya sangat berterima
kasih.

S emoga Allah memberkati semua nama-nama yang disebutkan


diatas serta nama-nama dari mereka yang tidak disebutkan tetapi
kerjasamanya selalu dikenang dengan perasaan terima kasih. Amin.

Mirza Tahir Ahmad

xxviii
Wahyu, Rasionalitas,
Pengetahuan, dan Kebenaran

Daftar Isi

Pengantar 1: Prof. Dr. Sofian Effendi ____ v


Pengantar 2: Sr. Gerardette Philips, rscj, PhD ____ ix
Sekapur Sirih Amir Jemaat Ahmadiyah Indonesia ____ xix
Ucapan Terima Kasih ____ xxii
Pendahuluan ____ 1

Bagian I
1. Pengenalan dengan Perspektif Sejarah ____ 13
2. Individu dan Masyarakat ____ 22
3. Aliran Pemikiran Islam ____ 29
4. Filsafat Eropa ____ 51
5. Filsafat Yunani ____ 87

Bagian II
1. Agama Hindu ____ 119
2. Agama Buddha ____ 145
3. Agama Konghucu ____ 170
4. Agama Tao ____ 183
5. Agama Zoroaster ____ 188
6. Masalah Penderitaan ____ 196

Bagian III
1. Sudut Pandang Sekulerisme ____ 215
2. Konsep Ketuhanan Suku-Suku Bangsa Aborigin
di Australia ____ 239

xxix
Mirza Tahir Ahmad

Bagian IV
1. Fitrat Suatu Wahyu ____ 261
2. Wahyu Ilahi dan Rasionalitas ____ 277
3. Iman Kepada “Yang Ghaib” ____ 293
4. Al-Bayyinah: Prinsip Kebenaran Yang Nyata,
Al-Qayyimah: Ajaran Yang Berkesinambungan ____ 319
5. Al-Quran dan Kosmologi ____ 328
6. Entropi dan Keterbatasan Alam Semesta ____ 345
7. Al-Quran dan Kehidupan di Luar Bumi ____ 357

Bagian V
1. Kehidupan Menurut Perspektif Wahyu Al-Quran: Pengantar
Singkat ____ 367
2. Asal Mula Kehidupan: Berbagai Teori dan Pendapat ____ 380
3. Hakikat Jinn ____ 389
4. Peran Tanah Lempung dan Fotosintesis dalam Evolusi ____ 395
5. Kelangsungan Hidup: Faktor Kebetulan atau Takdir? ____ 420
6. Khiralitas (Keberpihakan) di Alam ____ 439
7. Seleksi Alam dan Kelangsungan Hidup
bagi yang Tercakap ____ 451
8. Permainan Catur atau Permainan Judi ____ 508
9. Masa Depan Kehidupan di Bumi ____ 517
10. Sistem Organik dan Evolusi ____ 533
11. "Pembuat Jam yang Buta", Tuli dan Bisu ____ 562

Bagian VI
1. Al-Quran Membuka Tabir “Yang Ghaib”:
Perspektif Sejarah ____ 621
2. Bencana Nuklir ____ 667
3. Rekayasa Genetik ____
681
4. Wabah Pes ____
685
5. Virus AIDS ____
699

xxx
Wahyu, Rasionalitas,
Pengetahuan, dan Kebenaran

Bagian VII
1. Masa Depan Wahyu ____ 707
2. Upaya Pembenaran Secara Filosofis: Masalah Kekhataman
Kenabian Tanpa Syariat ____ 729
3. Nabi Isa dan Masalah Khaataman Nabiyyin ____ 742
4. Epilog ____ 767

Indeks ____ 773

xxxi
Wahyu, Rasionalitas,
Pengetahuan, dan Kebenaran

PENDAHULUAN

S emuanya bermula di Zurich pada tahun 1987, atas saran almarhum


Mas’ud Jhelumi, Raisut-Tabligh-Jemaat Ahmadiyah Swiss kepada
Profesor Dr Karl Henking, pakar Ethnology di Universitas Zurich.
Ia menyarankan kepada Profesor itu agar mengundang Imam Jemaat
Ahmadiyah untuk memberikan kuliah tentang Islam-suatu topik yang
tidak pernah disinggung oleh para cendekia-agamawan di Universitas
tersebut.
Tanggapan awal dari Profesor tersebut agak negatif. Dalam
pandangannya, mahasiswa di Universitas tidak tertarik dengan masalah
keagamaan. Bahkan sebagian besar membanggakan diri sebagai atheis
yang tidak menghargai agama apa pun. Namun setelah beberapa hari,
ia sendiri menyarankan kepada Mas’ud, yaitu untuk lebih menarik
perhatian para mahasiswa, topiknya agar diubah menjadi Rasionalitas
dan ditambahkan kata Wahyu sebagai sarana perbandingan, untuk
menunjukkan bagaimana peranan kedua aspek itu dalam menuntun
manusia kepada Pengetahuan dan Kebenaran Hakiki. Ternyata ia
benar berdasarkan apa yang kemudian terjadi.
Pada hari Kamis, 14 Juni 1987 jam 20.15, kuliah itu disampaikan
dengan judul Rationality, Revelation, Knowledge, Eternal Truth.
Para mahasiswa yang tertarik dengan judul tersebut memenuhi Aula
Auditorium yang segera menjadi penuh sehingga harus ditambah
tempat duduk di aula lain, sehingga mereka bisa mengikuti melalui
pengeras suara dan layar televisi.
Secara kebetulan aula ini adalah aula yang telah digunakan oleh
Sir Winston Churchill ketika menyampaikan pidaton bersejarah pada
9 September 1946 berjudul Let Europe Arise. Pidatonya itu telah

1
Pendahuluan
Mirza Tahir Ahmad

menjadi cetak biru Pasar Bersama Eropa (sekarang Masyarakat Eropa-


pent). Pada saat itu sebenarnya ia tidak lagi menjadi Perdana Menteri
Inggris, namun kebesaran nama tidak tergantung pada jabatan yang
dipegangnya, bahkan jabatan tersebutlah yang menjadi agung karena ia
yang menjabatnya. Pidatonya itu menjadi salah satu tonggak sejarah.
Ketika tiba saat menyampaikan presentasi, saya memulai dengan
beberapa kalimat pengantar dalam bahasa Inggris. Setelah itu diikuti
dengan topik utama yang telah disiapkan dalam bahasa Urdu dan telah
diterjemahkan secara sempurna ke dalam bahasa Jerman oleh Sheikh
Nasir Ahmad. Ia menggunakan 75 menit untuk menyampaikan isi
pidato tertulis ini. Kemudian setelah itu para hadirin disilakan untuk
bertanya. Pertanyaan ditujukan kepada saya dan Sheikh Nasir Ahmad
bertindak sebagai penterjemah. Keseluruhan sesi ini merupakan
pengalaman yang menyegarkan. Sesi ini diperpanjang menjadi 2,5
jam, namun minat para mahasiswa masih saja meluap sampai akhirnya
sesi harus ditutup pada pukul 22.45 karena Aula harus dikosongkan
sesuai jadwal Universitas.
Demikianlah ketika awal benih buku ini disemaikan. Pada tahap
pertama hanya berbentuk benih sederhana karena sebagian besar dari
topik yang diutarakan dalam catatan saya tidak mungkin semuanya
dijadikan bagian dari artikel yang telah diterjemahkan. Serta hasil
terjemah Sheikh Nasir Ahmad itu sendiri tidak bisa diselesaikan
seluruhnya karena keterbatasan waktu.
Banyak upaya yang dilakukan untuk menterjemahkan ke dalam
bahasa Inggris dari keseluruhan naskah Urdu yang kemudian telah
saya perluas lagi. Lewat waktu beberapa tahun hingga akhirnya usaha
ini harus ditinggalkan. Topiknya terlalu bervariasi sehingga tidak ada
satu pun cendekiawan yang bisa menterjemahkan keseluruhan paparan
subjek secara memuaskan. Beberapa kelompok cendekiawan juga telah
mencobanya secara bersama-sama tetapi juga tidak berhasil.

2
Wahyu, Rasionalitas,
Pengetahuan, dan Kebenaran

Akhirnya, meski demikian beratnya kepadatan acara saya,


karena dianggap penting maka saya sendiri yang harus mendiktekan
sebagian besar buku sebagai suatu hal yang baru. Basit Ahmad yang
saat itu anggota Dewan Editor dari Review of Religions, menawarkan
bantuannya untuk tugas tersebut. Ia telah berhasil menyusun berbagai
turunan dari materi yang didiktekan dalam laptopnya, namun tidak
ada satu pun yang memuaskan karena selang waktu di antara saat
pertemuan kami terlalu panjang sehingga sulit menyusun hasil kerja
yang berarti tanpa pengulangan. Apalagi setiap kali ada materi baru
yang didiktekan, muncul gagasan baru yang memerlukan perubahan
dan akibatnya terkait pada perubahan di bab-bab lainnya. Ia telah
bekerja secara tekun selama 2 tahun tanpa mengeluh, sehingga saya
sendiri merasa iba melihatnya menderita demikian. Ia harus digantikan
namun hasil karyanya sangat membantu dalam penyelesaian
selanjutnya. Setiap versi menunjukkan adanya perbaikan berarti
dibanding versi sebelumnya.
Setelah Basit, sekelompok ibu-ibu mengusulkan kelanjutan karya
tersebut. Demikianlah karya ini maju setapak demi setapak namun
belum juga bisa berbunyi jika tidak ditunjang dengan arus kerja yang
tidak terputus.
Akhirnya saya dihadapkan pada pilihan untuk menulis kembali
keseluruhan naskah dengan tangan sendiri, hal ini telah menghabiskan
sebagian besar dari periode tahun lalu yang juga diselingi dengan
jeda karena kepadatan acara yang telah dijadwalkan. Pada akhirnya
hanya tinggal dibutuhkan seorang yang kompeten untuk meneliti
ulang keseluruhan dari awal sampai akhir, mencari keteledoran dan
pengulangan yang mungkin terlewat dari perhatian. Tugas berat dan
mendasar ini dilaksanakan oleh Farina Qureshi beserta tim pekerja
yang berdedikasi dengan latar belakang pengetahuan bahasa. Berkat
usaha bersama mereka di bawah pengawasannya yang amat ketat,

3
Pendahuluan
Mirza Tahir Ahmad

mereka menunjukkan kepada saya beberapa perubahan yang luput


dari perhatian saya. Berkat mereka itu saya bisa memuluskan segala
kerutan dan menyiapkan naskah ini ke bentuk akhir.
Tim mereka terdiri dari Farida Ghazi, Mansoora Hyder, Prof.
Amatul Majid Chaudary, Saleha Safi, Munir-ud-Din Shams, Mahmood
Ahmad Malik (pengetik komputer) serta Munir Ahmad Javed. Nama-
nama mereka ada dalam daftar kepada siapa saya berhutang budi.

A khirnya buku ini siap masuk percetakan setelah waktu tunggu


selama 10 tahun sejak awal permulaannya di Zurich. Jika bukan
karena Prof. Dawkins, seorang zoologist terkenal bangsa Inggris yang
mengarang The Blind Watchmaker (pembuat jam yangbuta) maka
karya saya ini sudah diterbitkan beberapa waktu yang lalu.
Dalam karyanya Profesor itu telah menulis ulang teori Darwin,
dengan mengemukakan teorinya yang menafikan adanya dewa atau
tuhan selain prinsip buta tentang seleksi alamiah.
Sayangnya perhatian saya atas buku ini agak terlambat, yaitu
setelah saya hampir menyelesaikan sentuhan akhir dari buku ini.
Namun tetap saja saya harus menunda penerbitannya sampai saya
sempat membaca buku tersebut dan meneliti segala argumentasinya
secara mendalam. Setelah itu saya menambahkan bab khusus yang
membahas teori Prof. Dawkins yang fantastis tentang adanya ciptaan
tanpa sosok pencipta. Jelas bahwa setiap ciptaan menandakan adanya
pencipta. Kita tidak mungkin percaya adanya lukisan Mona Lisa
tetapi menyangkal keberadaan Leonardo da Vinci. Justru kesalahan
fatal seperti inilah yang telah dilakukan oleh Prof. Dawkins. Ia
meyakini adanya ciptaan tetapi menafikan eksistensi sosok Pencipta
dan menggantikan kedudukan-Nya dengan teori Darwin tentang
seleksi alamiah. Sebenarnya hal seperti itu tidak diharapkan datang
dari seorang ahli biologi yang berpengaruh. Ia mestinya menyadari
bahwa prinsip-prinsip Darwin bukanlah prinsip yang kreatif.

4
Wahyu, Rasionalitas,
Pengetahuan, dan Kebenaran

Pembahasan mengenai hal itu dikemukakan secara lengkap dalam


bab “Pembuat jam yang buta, tuli dan bisu.” Di sini rasanya tepat
jika kami sarankan kepada Prof. Dawkins agar judul bukunya diganti
dengan “Mr. Bat, the Watchmaker par Excellence” (Tuan kelelawar,
pembuat jam paling sempurna). Pembuat jam buta dalam buku Prof.
Dawkins jelas bukan dimaksudkan seorang manusia melainkan suatu
gagasan. Gagasan saja tidak akan menciptakan benda apa pun, apalagi
sebuah jam. Namun kelelawar sebagaimana dijelaskan Prof. Dawkins
malah lebih canggih dan mempunyai kapasitas yang lebih baik untuk
membuat sebuah jam. Kelelawar jelas punya fikiran, bisa mendengar
suara yang bahkan melampaui kemampuan hewan lain. Hewan ini
bisa melihat dalam kegelapan total. Mereka mampu membedakan
variasi gema sonar sekecil apa pun yang peralatan sonar manusia
belum mampu mendeteksinya.

S eekor kelelawar bisa men-


dengar suara gerakan paling
halus dalam gir dan pegas dari
sebuah jam yang luput dari
pendengaran telinga manusia.
Cukup kiranya pembicaraan
judul buku.
Terlepas dari hal itu,
ka-mi telah menyibukkan diri untuk menentang pandangan yang
bersangkutan, namun kiranya kami bisa dimaafkan karena telah
menganggap teorinya itu jauh dari kesan substansi yang bermutu.
Meski demikian Prof. Dawkins memperoleh kemasyhuran yang luas
di seluruh dunia. Masalahnya adalah karena para pemerhatinya berasal
dari cendekiawan generasi baru dengan predisposisi sikap atheis.
Mereka selalu dibingungkan oleh misteri kolosal tentang alam semesta
dan selalu menduga-duga bagaimana alam ini tercipta tanpa adanya

5
Pendahuluan
Mirza Tahir Ahmad

sosok Perencana. Dalam diri Prof. Dawkins, mereka menemukan


seorang pahlawan yang telah memelintir masalah sedemikian rupa
sehingga para mahasiswa pasca sarjana di bidang ilmu alam terkecoh
dan menganggap problem mereka sudah terpecahkan. Profesor ini
hanya mengelabui mereka yang mau dikelabui. Kalau saja mereka
mau meneliti kembali presentasi Prof. Dawkins tentang seleksi
alamiah dengan fikiran terbuka tanpa prasangka, mereka pasti bisa
menemukan berbagai kejanggalan, penyimpangan dan kontradiksi
dalam isi thesisnya. Bisa jadi mereka hanya mencari perlindungan
dalam kerancuan yang diciptakannya, hanya karena mereka tidak mau
beriman pada sosok Tuhan.
Kami telah berpengalaman menghadapi mereka yang tetap
kukuh dengan dogma di segala bidang keagamaan dan kepercayaan.
Karya ini tidak ditujukan secara langsung kepada mereka dan juga
kami tidak mengharapkan mereka akan langsung beralih kepercayaan.
Buku ini ditujukan kepada pembaca umum yang belum terbelit segala
dogma yang bersifat ilmiah atau pun non-ilmiah. Teori Prof. Dawkins
tentang perubahan bertahap sedikit demi sedikit (Bit by bit Theory)
bukan hal yang mengejutkan karena Darwin pada tahun 1859 juga
sudah mengemukakannya dalam karya monumentalnya The Origin
of Species. Darwin mengungkapkan seluk beluk tentang mata sebagai
sebuah organ tubuh. Dalam buku itu ia sendiri mengakui bahwa
kerumitan mekanisme sebuah mata tidak mungkin bisa dijelaskan
oleh teori seleksi alamiahnya. Berikut ini adalah pengakuan Darwin
dalam kata-katanya sendiri:
“Menganggap bahwa mata dengan segala susunan mekanisme yang tak mungkin
ditiru untuk menyesuaikan fokus pada berbagai jarak penglihatan, mengatur
gradasi masuknya sinar berdasar sina ryang ada, serta koreksi atas penyimpangan
spherikal dan chromatikal, sebagai suatu hal yang dihasilkan oleh seleksi alamiah,
aku harus mengakui bahwa hal itu sebagai suatu absurditas yang luar biasa.1
Dengan teori bertahap sedikit demi sedikit itu, sebenarnya ia
(Charles Darwin-pent.) telah mengukir jalan mundur yang sekarang
malah dijadikan tiang pokok dari argumentasi Prof. Dawkins yang

6
Wahyu, Rasionalitas,
Pengetahuan, dan Kebenaran

menganggap seleksi alamiah sebagai satu-satunya pencipta alam.


Hanya saja teori Darwin tersebut didasarkan pada pandangan yang
telah dibuktikan keliru. Paling sedikit, bersifat kontra-produktif.
Karenanya Darwin melanjutkan setelah pengakuan jujurnya di atas:
Namun logika mengatakan kepadaku bahwa berbagai gradasi suatu mata
yang kompleks dan sempurnasampai kepada suatu mata yang dianggap sangat
sederhana dan tidak sempurna, dimana setiap gradasi berguna bagi masing-
masing pemiliknya, nyatanya memang ada. Jika selanjutnya melihat bahwa mata
itu bervariasi walau amat sedikit dan variasi ini diwariskan kepada keturunan
berikut, sedangkan variasi atau modifikasi tersebut berguna bagi hewan dalam
kondisi kehidupan yang selalu berubah, maka kesulitan untuk memahami
bagaimana suatu mata kompleks dan sempurna bisa dicipta melalui proses seleksi
alamiah, meski tidak masuk akal sama sekali, bukanlah suatu hal yang bisa
dianggap sebagai suatu hal yang nyata.2

Jadi teori sedikit demi sedikit (Bit by bit Theory) yang disuarakan
itu sebenarnya sudah dikemukakan oleh Darwin sendiri, khususnya
yang berkaitan dengan mata. Tetapi ternyata pandangannya
juga melenceng jauh dibanding temuan penelitian modern yang
menemukan betapa tinggi mekanisme dalam sebuah spesimen mata
yang dianggap sederhana atau kuno.
Penelitian tentang laut dalam telah menghasilkan temuan bahwa
spesimen mata yang ada pada mahluk hidup laut yang paling sederhana
pun masih merupakan maha karya dalam sistem penglihatan yang
sama rumitnya dengan instrumen optikal yang paling modern. Bukan
di sini tempatnya kita membahas lebih lanjut hal ini, namun kami
mengharapkan pembaca bisa meneliti kembali artikel Michael F.Land
yang berjudul Animal Eyes with Mirror Optics3 di majalah Scientific
American sekitar 20 tahun sebelum buku ini diterbitkan. Khususnya
yang perlu mendapat perhatian adalah halaman 93 yang menguraikan
daya penglihatan Gigantocypris*. Keajaiban ciptaan yang luar biasa
dalam hewan kecil ini ialah adanya dua mata yang unik dengan
reflektor yang bersifat presisi mutlak dan bukannya bulatan mata
biasa yang membutuhkan lensa untuk memfokus. Justru mata seperti

7
Pendahuluan
Mirza Tahir Ahmad

ini yang dibutuhkan hewan kecil ini untuk daerah kedalaman yang
menjadi habitatnya. Hewan ini harus bisa memanfaatkan semaksimal
mungkin cahaya yang amat redup yang mendekati kegelapan total di
kedalaman demikian. Hal seperti ini jelas tidak akan mungkin tanpa
adanya sosok Pencipta Yang Maha Canggih dengan pengetahuan
sempurna untuk menciptakan instrumen penglihatan sederhana
namun sangat akurat. Artikel tersebut meliput banyak contoh tentang
penglihatan mata sejak zaman purba yang ternyata dibentuk dengan
desain yang memiliki tujuan tertentu. Semua itu telah menggoyahkan
landasan teori bertahap sedikit demi sedikit (Bit by bit Theory) Prof.
Dawkins maupun guru besarnya yaitu Charles Darwin. Kami tidak
memasukkan semuanya dalam buku ini yang sudah cukup dipenuhi
dengan contoh-contoh serupa. Menyangkut argumentasi spekulatif dari
Charles Darwin tentang teori sedikit demi sedikit tersebut khususnya
yang berkaitan dengan mata, artikel di atas menjadi sesuatu yang
kontradiktif dengan dugaan yang bersangkutan. Penelitian atas artikel
itu dapat meyakinkan seorang Naturalist yang paling skeptis sekali
pun mengenai terciptanya daya lihat tersebut masih banyak hal yang
tidak terlihat. Hanya saja jika sifat skeptis sudah dipenuhi prasangka,
maka tak ada hal yang bisa dilakukan untuk itu. Kami berharap bab
tentang buku terkenal dari Prof.Dawkins akan membantu mereka
yang tidak sependapat dengannya namun silau oleh citranya.
Kami mohon kepada para ilmuwan dan mereka yang non-
ilmuwan tidak saja membaca bab tentang Prof. Dawkins tetapi
juga keseluruhan buku kami yang ditulis sebelum buku Profesor itu
diterbitkan. Pembaca akan mengetahui, tanpa menyebut bukunya
pun, karya kami telah cukup bisa menjawab semua pertanyaan yang
diungkapkan Profesor. Topik utama buku ini sebenarnya jauh lebih
luas dibanding diskusi yang disebutkan di atas. Buku ini menguraikan
penjelasan Al-Quran mengenai berbagai masalah, termasuk masalah
yang ada dalam buku Profesor. Penjelasan ini sangat rasional sehingga

8
Wahyu, Rasionalitas,
Pengetahuan, dan Kebenaran

menggugah daya intelektualitas manusia. Ke arah inilah diharapkan


perhatian pembaca dikonsenstrasikan. Dalam perjalanannya, pembaca
akan menemui berbagai misteri kehidupan dan solusinya sebagaimana
ditawarkan Al-Quran.
Kami berjanji, pembaca akan menuai hasil yang baik dan
penelitiannya akan membantu untuk maju ke hadirat Tuhan-nya,
Yang Maha Pencipta, Tuhan Alam Semesta.

Catatan
* Gigantocypris agasizzi adalah jenis udang tiram termasuk
crustacea dari sub-subkelas Ostracoda yang terbesar dengan
diameter mencapai 23 mm. Umumnya udang tiram lainnya
memiliki panjang badan sekitar 1 mm dan hidup di kedalaman
samppai 2.000 m. Berbentuk udang yang hidup dalam cangkang
seperti tiram. (Penerjemah)

Referensi
1. Darwin, C., (1985) The Origin of Species. Introduction byBurrow,
J. W. Penguin Classics, England, hal. 217.
2. Darwin, C., (1985) The Origin of Species. Introduction byBurrow,
J. W. Penguin Classics, England, hal. 217.
3. Land, M. F. (December 1978) Animal Eyes with Mirror Optics,
Scientific American, hal. 93.

9
BAGIAN I

Pengenalan dengan Perspektif Sejarah


Individual dan Masyarakat
Aliran Pemikiran Islam
Filsafat Eropa
Filsafat Yunani
Pengenalan dengan Perspektif
Wahyu, Sejarah
Rasionalitas,
Pengetahuan, dan Kebenaran

PENGENALAN
DENGAN PERSPEKTIF SEJARAH

S tudi tentang sejarah aliran pemikiran keagamaan dan pemikiran


sekuler Amengungkapkan, sepanjang sejarah manusia telah banyak
filosof, orang bijak dan pemuka agama, memiliki pandangan yang
saling berbeda tentang nilai komparatif daya nalar, logika dan wahyu.
Karenanya hal itu mereka bisa dibagi dalam beberapa kelompok.
Ada yang menekankan peran rasionalitas sedemikian rupa sehingga
mereka menganggap sebagai satu-satunya cara yang valid untuk
menemukan kebenaran. Bagi mereka, satu-satunya konklusi yang
cukup berharga untuk diterima adalah yang bisa dijelaskan melalui
penalaran logika dialektik berdasarkan fakta yang terlihat. Dengan
demikian mereka itu menganggap bahwa kebenaran (apa pun
bentuknya menurut mereka), hanya bisa dicapai melalui fitrat
penalaran.
Ada pula para pemikir yang meyakini fenomena bimbingan
Ilahi, menurut mereka, hal itu mempunyai peran definitif dalam
pencerahan fikiran manusia karena telah memberikan jawaban atas
segala pertanyaan yang tadinya tidak terpecahkan.
Ada lagi mereka yang beranggapan bahwa kebenaran bisa diraih
sepenuhnya melalui pengalaman batin yang disebut sebagai ‘inspirasi.’
Mereka berpendapat, kebenaran dapat dicapai melalui penelusuran
mendalam pada kalbunya sendiri, seolah-olah sudah menjadi cetak
biru petunjuk dalam kalbu setiap manusia. Mereka menyelam masuk
ke dalam diri mereka sendiri dan melalui studi introspektif, lalu
memperoleh pemahaman yang mendasar tentang bagaimana alam
bekerja.

13
Mirza Tahir
Bagian I Ahmad

Cara lain mencapai kebenaran yang dilakukan baik oleh golongan


sekuler atau keagamaan adalah mistikisme. Mistifikasi kehidupan
sudah menjadi kecenderungan umum yang dilakukan oleh orang-
orang yang beriman pada suatu agama atau mereka yang tidak beriman.
Mistik bisa saja dikelompokkan ke dalam kategori yang disebutkan di
atas dan metodologinya bisa bersifat filosofis atau agamis. Ciri pokok
pemikirannya bersifat cryptic (misteri).
Terdapat pula orang-orang yang bisa disebut sebagai filosof semu
(pseudo-philosophers) yang memanfaatkan kata dan kalimat yang
terlalu sulit untuk bisa dipahami orang awam. Mereka menyembunyikan
sudut pandangnya di belakang tabir mistik perkataan mereka yang
melebar. Ada juga mereka yang memang memiliki pemikiran ilmiah
namun cenderung bersifat mistik seperti Pythagorasa dan Averroesb.
Mereka tidak puas dengan apa yang terlihat di permukaan dan
berusaha menggali lebih dalam ke dalam lubuk fikiran guna mencari
benih kebenaran. Jika mampu mengikuti pola fikir mereka dengan
konsentrasi penuh maka hasilnya akan bisa dipahami juga.
Dalam dunia agama, pemikiran mistik juga terdapat dalam
berbagai pola. Mereka ada yang menerima dan melaksanakan di
atas permukaan ritual keagamaan yang ditetapkan agamanya, tetapi
juga sambil berusaha mencari pengertian yang lebih dalam di bawah
permukaannya. Namun juga ada yang lebih menekankan pemikiran
sisi dalamnya sehingga terkadang malah meninggalkan pelaksanaan
ibadah eksternalnya.
Para penganut agama yang berdasarkan wahyu tidak selalu
membatasi diri dalam diskusi mereka di sekitar lingkupan kebenaran
wahyu saja. Di tahap akhir dari setiap agama, kita bisa menemui
perdebatan seperti itu, meski sifatnya terkadang sulit dikatakan
sebagai bersifat keagamaan semata. Pertanyaan sepanjang zaman
kembali mencuat dalam kerangka fikir baru. Apa itu nalar? Berapa

14
Pengenalan dengan Perspektif
Wahyu, Sejarah
Rasionalitas,
Pengetahuan, dan Kebenaran

besar perannya dalam kehidupan manusia? Dimana posisi wahyu


dikaitkan dengan logika dan nalar?
Secara universal disadari kalau kondisi saling mempengaruhi
dari berbagai konsep pemikiran di tahap akhir sejarah suatu agama
cenderung kembali kepada kerancuan yang terjadi sebelum agama
itu turun. Hal ini terjadi karena pengaruh manusia atas agama selalu
berupa kecenderungan memecah agama tersebut dalam golongan dan
kembali secara parsial kepada konsep dan filsafat mithologi kuno.
Jarang sekali jalan fikiran mereka mengarah kepada reunifikasi dari
berbagai aliran pemikiran yang muncul akibat proses degenerasi yang
telah memecah-belah agama. Proses degenerasi ini kelihatannya seperti
tidak bisa dihindari.

A gama yang diawali dengan keyakinan teguh pada Keesaan Ilahi,


secara berangsur tumbuh menjadi berbagai skisma (serpihan)
pada penyembahan berhala. Ada beberapa kali usaha yang dilakukan
manusia untuk menyusun kembali kesatuan pandangan pemahaman
agama serta menegakkan kembali Keesaan Ilahi. Hanya saja upaya
demikian sedikit mencapai keberhasilan. Secara keseluruhan, proses
ini tidak pernah berbalik kepada aslinya, kecuali jika mendapat
bantuan dan bimbingan Ilahi.
Di sini, kami tidak akan membahas secara rinci segala pandangan
yang berbeda yang dikemukakan oleh para filosof dan orang-orang
bijak pada masa lalu. Kami hanya akan menyampaikan uraian singkat
penilaian tentang wahyu, rasionalitas serta saling keterkaitan di antara
keduanya sebagaimana dikembangkan oleh para intelektual terkemuka
pada masa lalu.
Apa yang dimaksud dengan kebenaran hakiki dan apakah ilmu
pengetahuan itu? Apa sifat hubungan, jika ada, di antara keduanya?
Apakah wahyu memberikan dasar pengetahuan yang pada akhirnya
akan menuntun kepada kebenaran hakiki, atau dapatkah keduanya
dicapai melalui rasionalitas semata?

15
Mirza Tahir
Bagian I Ahmad

Pertanyaan seperti ini dan pertanyaan serupa lainnya telah


mengusik fikiran para filosof, para pemuka agama dan pemikir sekuler
sejak awal sejarah manusia. Namun sebelum kita mulai dengan
penelitian mendalam yang dilakukan secara hati-hati, perlu kiranya
menjelaskan dulu apa yang dimaksud sebagai kebenaran hakiki
menurut pemahaman berbagai pemikir.
Semua yang beriman kepada Tuhan sebagai pencetus kebenaran
hakiki, menganggapnya sebagai realitas abadi, pada masa lalu, kini
dan masa depan. Hal yang utama, mereka menganggap Tuhan dengan
segala fitrat-Nya sebagai Kebenaran Hakiki. Hanya saja jika filosof
sekuler membahas masalah yang sama, mereka tidak membahas
keterkaitannya dengan Tuhan. Diskusi mereka umumnya berkisar
sekitar nilai-nilai tertentu seperti kebenaran, kejujuran, integritas,
keimanan, kesetiaan dan lain-lain. Pertanyaan utama yang mengusik
fikiran para filosof ialah apakah ada suatu realitas abadi yang tidak
berubah bahkan dalam kondisi lingkungan yang berubah. Mutu
berbagai konsep kebenaran itu sendiri selalu menghadapi tantangan
demikian. Manusia kemudian mulai berfikir, apakah kebenaran bisa
memperoleh makna yang berbeda dalam situasi yang berbeda.

A spek lain dari pertanyaan yang sama terkait dengan konsep


kebenaran, diterapkan pada segala realitas tersembunyi di belakang
tabir yang kasat mata. Sebagai contoh, jika kita menganggap sinar
matahari sebagai suatu realitas yang independen, ini suatu kesalahan
persepsi. Lebih dari sekedar sinar, ada yang menjadi realitas kausatif
dari radiasi yang berfungsi dibelakang manifestasinya, sedangkan
sinar itu hanya salah satu unsurnya. Kebenaran universal yaitu, sinar
adalah radiasi yang bergetar pada spektrum yang bisa dilihat manusia
sebagai sinar. Dari sudut pandang ini, tidak ada yang bersifat kekal
dari luminositas matahari. Namun sebagaimana disiratkan di atas
tentang pemahaman mengapa matahari mengeluarkan radiasi, maka
setiap kali nalar bekerja, yang dihasilkan adalah konsep sama yang

16
Pengenalan dengan Perspektif
Wahyu, Sejarah
Rasionalitas,
Pengetahuan, dan Kebenaran

bisa dikatakan kebenaran ‘abadi’ yang mengatur kaidah radiasi dan


luminositas. Dengan contoh ini menjadi jelas bahwa istilah ‘abadi’
tidak selalu menggambarkan keadaan tak terputus dan kesinambungan
tanpa henti. Di sini yang dimaksud hanyah fenomena kausatif yang
jika mewujud akan memberikan hasil yang sama.
Dalam pemahaman sederhana tentang kebenaran abadi yang
terkait dengan realitas eksternal, fenomena gravitasi (daya tarik bumi)
boleh juga dikatakan sebagai kebenaran yang kekal. Hanya saja perlu
dipahami jika suatu ketika terjadi perubahan dalam daya tarik gravitasi,
maka hal ini tidak lantas menjadi bantahan atas realitas fundamental
yang tidak berubah dari gravitasi.
Menjadi jelas kiranya dari pembahasan di atas yaitu walau pun
semua kebenaran ini menumbuhkan suatu pengetahuan tertentu, tetap
tidak bisa dikatakan kalau semua jenis pengetahuan lalu dikatakan
bersifat kekal juga. Pengetahuan dapat didefinisikan sebagai persepsi
tentang sesuatu yang disimpan dalam fikiran sebagai bentuk informasi
yang dapat diandalkan. Keseluruhan berkas informasi itu jika disatukan
akan menjadi gudang pengetahuan manusia. Lalu bagaimana kita bisa
memperoleh suatu pengetahuan tertentu, atau bagaimana menentukan
bahwa suatu pengetahuan itu benar atau salah?
Begitu juga, dengan sarana apa kita bisa mengkategorikan suatu
pengetahuan sebagai suatu kebenaran sementara, kebenaran kokoh,
kebenaran abadi, kebenaran dengan syarat dan lain-lain? Adalah
fitrat manusia untuk berfikir dan rasionalitasnya yang mengunyah
fakta tersebut ketika masuk ke dalam otak, memutar-balikkan dan
melakukan pergeseran terus menerus atasnya sehingga tercipta
berbagai kemungkinan kombinasi. Proses mental guna memilah yang
benar dari yang salah, yang definitif dari yang non-definitif, disebut
sebagai mekanisme rasionalitas.
Pertanyaan yang muncul adalah sejauh mana metode analisis
dari pilahan suatu pengetahuan dapat diandalkan. Ketika kita sudah

17
Mirza Tahir
Bagian I Ahmad

mencapai tingkat pemahaman rasionalitas seperti ini, muncul pula


berbagai pertanyaan yang mengusik fikiran kita. Kita menyadari
kalau fikiran manusia itu tidak pernah konsisten berkaitan dengan
temuannya sendiri. Kita mengetahui secara pasti bahwa sesuatu yang
dianggap rasional pada suatu masa, belum tentu dianggap rasional
pada masa lain. Kita mengetahui pasti, kemampuan berfikir manusia
berkembang dan menjadi bertambah dewasa sejak manusia muncul
dari lingkungan dunia hewaniah dan masuk kepada dunia manusiawi.
Sejak saat itu, pengalaman kolektif umat manusia yang terkumpul
dalam bentuk pengetahuan dan kebenaran terus berkembang,
fitrat nalar menjadi lebih baik serta meningkatkan mutu penilaian
rasionalnya.
Sebagaimana olah jasmani akan memperbaiki kekuatan otot,
begitu juga dengan olah fikir. Kemampuan ingatan dan nalar akan
berkembang serta mencapai kekuatan melalui olah fikir. Adalah olah
fikir ini juga yang mungkin telah memberikan kontribusi bagi evolusi
maju dalam benak hewan juga.
Kesadaran atas kemajuan progresif dari kemampuan fikir manusia
meski pun merupakan suatu yang didambakan di satu sisi, tetapi tidak
disukai di sisi lain. Kemajuan tersebut lalu memunculkan pertanyaan
akan kehandalan deduksi rasional dari fikiran kita dalam berbagai
tahap perkembangannya.
Bukankah suatu fakta yang sama yang dimasukkan ke dalam
otak manusia pada tingkat-tingkat perkembangan yang berbeda, bisa
jadi menghasilkan beberapa konklusi yang berbeda? Bila suatu realitas
objektif tampak berbeda jika ditinjau dari beberapa sudut pandang
yang berbeda, bila konklusi yang ditarik oleh fikiran manusia yang
tidak bias nyatanya berbeda pada setiap zaman, apakah lalu dapat
dibenarkan jika kita menganggapnya sebagai justifikasi kebenaran?
Dengan kemampuan logika dan nalar deduktif yang kita miliki dalam
periode waktu masa mana pun, kita tidak mungkin menyatakan

18
Pengenalan dengan Perspektif
Wahyu, Sejarah
Rasionalitas,
Pengetahuan, dan Kebenaran

pengetahuan yang kita miliki sebagai suatu kebenaran yang bersifat


mutlak.
Masalah-masalah yang akan kita bahas berkaitan dengan
instrumen yang akan menuntun kita kepada pengetahuan dan cara
untuk menentukan, pengetahuan tersebut dapat dianggap sebagai
suatu kebenaran. Jika semua sudut pandang manusia ditempatkan
di suatu landasan yang bergerak, dengan perubahan konstan pada
sudut pandangan, bagaimana menyatakan, pengetahuan atau
seberkas informasi yang kita miliki dapat dinyatakan secara pasti
sebagai kebenaran? Ada pula sudut pandang lain yaitu dari Tuhan
Maha Pencipta yang bersifat kekal dan konstan. Karena itu jika bisa
dibuktikan bahwa eksistensi Tuhan Yang Maha Mengetahui, Maha
Kuasa dan Maha Ada memang benar adanya, dimana Dia bersifat
Kekal, Tanpa Kesalahan, Transendental, Maha Perkasa dan Pemilik
segala fitrat mutlak, maka hanya dengan cara satu-satunya itulah
dapat digapai pengetahuan tentang kebenaran abadi melalui Wujud-
Nya. Hanya saja hipothesa ini bersifat kondisional berdasarkan premis
bahwa tidak saja Wujud Maha Sempurna itu memang eksis, tetapi
Dia juga memang membuka jalur komunikasi dengan manusia.
Komunikasi antara Tuhan dengan manusia itulah, dalam terminologi
keagamaan disebut sebagai Wahyu.
Guna membahas masalah yang demikian penting semata-mata
hanya berbasis nalar yang sekuler, jelas bukan suatu kerja yang mudah.
Tambahkan lagi pertanyaan tentang peran Wahyu sebagai petunjuk
signifikan bagi manusia, maka tugas ini menjadi lebih menantang
lagi. Namun tugas inilah yang telah kami emban dengan menyadari
keseluruhan kompleksitas yang ada.
Pembaca dimohon dengan segala hormat agar selalu berupaya
tetap terjaga dan waspada. Begitu ia mulai membiasakan diri dalam
segala intrik dari teka-teki filosofi dan nalar, ia akan memperoleh

19
Mirza Tahir
Bagian I Ahmad

kepuasan melihat bagaimana masing-masing unsur teka-teki tersebut


disusun di dalam tempat yang tepat.
Dalam aplikasi di dunia keagamaan, pandangan tersebut telah
melahirkan pemikiran aliran sosiologis dan pemikir modern yang
menganggap kemunculan dan perkembangan agama sebagai suatu
refleksi dari perkembangan daya nalar manusia. Implikasi dari
pandangan demikian adalah anggapan bahwa daya intelektualitas
manusia primitif telah menuntunnya dalam menciptakan bentuk-
bentuk wujud tuhan sembahan, yang dengan berjalannya waktu
dikatakan telah melahirkan konsep tentang sembahan tunggal yang
diberi nama Allah, Tuhan, Parmatma dan lain-lain. Jika pandangan ini
kita terima maka teori tersebut akan membawa kepada konklusi bahwa
perkembangan agama dalam berbagai kurun waktu sejarah manusia
dianggap berkembang sejalan dengan perkembangan kemampuan
intelektual manusia.
Pandangan demikian bertentangan secara diametral dengan
anggapan dalam berbagai agama di dunia yang memandang bahwa
agama mereka berasal dari Tuhan. Menurut mereka, agama adalah
suatu hal yang diajarkan langsung kepada manusia oleh Tuhan Yang
Maha Esa, Maha Bijaksana. Mereka menganggap politheisme yang
mendominasi berbagai kurun waktu sejarah manusia sebagai suatu
proses degeneratif yaitu proses yang biasanya mengikuti monotheisme
yang telah dikukuhkan oleh para Rasul Tuhan. Pembahasan lebih
lanjut mengenai hal ini akan diberikan kemudian.
Hampir semua agama besar di dunia mempercayai wujud Tuhan
yang tidak kelihatan yang berkomunikasi dengan manusia. Mereka
menyatakan bahwa Tuhan telah menetapkan beberapa manusia
sebagai perwakilan Diri-Nya dan bahwa komunikasi yang diterima
dari-Nya adalah satu-satunya sarana guna mencapai pengetahuan
hakiki. Mereka menganggap bahwa tidak mungkin menetapkan suatu

20
Pengenalan dengan Perspektif
Wahyu, Sejarah
Rasionalitas,
Pengetahuan, dan Kebenaran

kebenaran secara pasti bila hanya didasarkan pada pengalaman dan


deduksi rasional manusia semata.
Semua yang disimpulkan secara ringkas di atas, akan diuraikan
secara lebih lengkap dalam bab-bab berikut ini.

Catatan
a. Pythagoras (580-500 s.M), filosof dan ahli matematika Yunani,
meski berlandaskan keagamaan tetapi telah mempengaruhi
Socrates dan ikut membentuk dasar rasionalitas dan teori
matematika di dunia Barat. (Penterjemah)
b. Averroes atau lebih dikenal sebagai Ibnu Rushdi (Abu al-
Walid Muhammad ibn Ahmad ibn Muhammad ibn Rushd)
hidup 1126-1198 M di Spanyol. Filosof keagamaan yang
mengintegrasikan pola fikir Yunani kuno dengan pemikiran
Islami atas permintaan Abu Yacub Yusuf, khalifah Almohad.
Komentarnya atas pandangan Aristoteles dan Plato menjadi
pegangan cendekiawan Muslim dan Barat selama berabad-abad.
(Penterjemah)

21
Mirza Tahir
Bagian I Ahmad

INDIVIDU DAN MASYARAKAT

K emerdekaan merupakan hak prerogatif setiap mahluk hidup,


tidak terkecuali dengan manusia. Kebebasan adalah buah
kehidupan yang bernilai paling tinggi. Manusia adalah lambang
kebebasan yang merupakan bagian integral dari dirinya. Keseluruhan
tekstur dirinya dirajut dari benang kebebasan.Tetapi analisis terbaru,
yang mencengangkan adalah kita bisa menemukan berbagai institusi
buatan manusia yang nyatanya dirancang guna membatasi kebebasan
mereka sendiri.
Penelitian atas sejarah tentang perkembangan tradisi dan
hukum legislatif cukup membuktikan pandangan tersebut. Evolusi
negara jika dilihat dari sudut pandang yang tidak bias akan terlihat
tidak lebih sebagai perjalanan kelembagaan manusia secara progresif
ke arah perbudakan diri sendiri. Untuk memecahkan dilema ini
memerlukan pemahaman yang mendalam tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi langkah-langkah transisi dari kemerdekaan kepada
perhambaan tersebut. Satu hal yang patut diperhatikan sejak awal
ialah manusia menurut fitratnya akan tunduk pada otoritas masyarakat
sepanjang ia didorong oleh motivasi dirinya sendiri, kalau tidak maka
ia harus dipaksa untuk tunduk. Namun sikap sosialisasi bukan sifat
prerogatif manusia saja. Dunia hewan jika ditinjau dari strata bawah
ke strata yang lebih tinggi, ditandai dengan adanya transisi gradual
dari keadaan khaos kepada keadaan masyarakat hewaniah yang lebih
teratur, terarah dan terpusat. Terkadang kita melihatnya sebagai suatu
kecenderungan,padahal keniscayaan telah mengajar hewan tersebut
untuk hidup bersatu demi kepentingan dan keselamatan bersama.

22
Pengenalan dengan Perspektif
Wahyu,
Individu Sejarah
danRasionalitas,
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

Terkadang ada hal yang mencengangkan yaitu kita melihat adanya


tertib kelompok dan disiplin yang merupakan bagian integral dari
spesies hewan yang nyatanya tidak berada di posisi tinggi di tangga
evolusi. Tidak ada bukti pengaruh evolusi secara gradual yang bisa
ditelusuri dalam tatanan disiplin kelompok mereka, yang sepertinya
muncul begitu saja dalam bentuk akhir yang sempurna. Apa yang bisa
disimpulkan dari penelitian tentang eksistensi kelembagaan hewan ini
ialah bahwa naluri tersebut sudah menjadi bagian integral diri mereka
secara alamiah.
Ambillah sebagai contoh keadaan jenis serangga tertentu.
Dimanakah posisi lebah madu pada tangga evolusi? Apa yang telah
menjadi pendahulu mereka dalam hal mereka berevolusi setahap demi
setahap? Dimanakah kita bisa memperoleh bukti dari perkembangan
sedikit demi sedikit secara gradual dari sekian garis panjang serangga
yang berkulminasi pada penciptaan lebah madu? Begitu juga halnya
jika kita pelajari rayap dan berbagai jenis semut yang tergolong sebagai
serangga, kita akan menemui problem yang sama.
Tanpa adanya jejak evolusi secara gradual, mereka itu tercipta
untuk melaksanakan fungsi spesifik mereka dengan disiplin yang
melekat dalam dirinya. Bagi mereka, disiplin ini merupakan kaidah
yang telah diukir pada RNA dan DNA mereka. Jika dibandingkan,
maka masyarakat komunis yang paling ketat dan keras pengaturannya
pun menjadi tidak ada artinya. Semua itu merupakan contoh bentuk
keajaiban ciptaan yang tidak ada jejak sejarah dari suatu awal yang
sedehana, yang secara gradual berevolusi ke bentuk masyarakat yang
lebih kompleks. Dari hal ini kita bisa menarik kesimpulan bahwa
kehidupan memberikan dua bentuk disiplin untuk dipelajari. Yang
satu terlihat sebagai suatu hal yang spontan, seolah lahir dari ketiadaan
sebagai bagian dari keajaiban ciptaan Tuhan yang bersifat seketika. Para
ilmuwan mungkin memandangnya sebagai sekumpulan perubahan

23
Mirza Tahir
Bagian I Ahmad

mutatif yang terjadi bersamaan pada satu saat yang sama. Hanya saja
pandangan hipotetis seperti itu tidak bisa dipastikan secara ilmiah.
Bentuk kedua dari perkembangan tatanan sosial dalam dunia
hewan lebih bersifat umum dan progresif meski pun hasilnya tidak
terlihat sedramatis sebagaimana halnya contoh di atas. Bahkan
anjing, serigala dan wildebeest (sejenis rusa di Afrika) menunjukkan
kecenderungan positif untuk hidup bersama demi keselamatan ordo
mereka. Apa pun alasannya, kita juga menemukan kecenderungan yang
sama pada burung-burung yang terbang bersama dari kelompok yang
sama. Begitu pula pada kelompok ikan, penyu dan bulu babi (moluska
laut) terdapat kecenderungan yang serupa. Persekutuan demikian
merupakan suatu hal yang umum dalam kehidupan mahluk.
Dengan adanya disiplin maka lahirlah kewenangan dan muncul
pula kepemimpinan. Suatu persepsi samar-samar dari kejahatan dan
hukuman mulai merayap masuk ke dalam masyarakat dari setiap
tingkatan. Bagi manusia yang berevolusi sebagai hewan sosial, keadaan
ini bukan suatu kebetulan tetapi sedikit banyak justru sejalan dengan
pola perilaku yang juga terdapat pada dunia hewan dengan strata yang
lebih tinggi.

B agaimana institusi masyarakat berkembang di seluruh dunia


secara simultan merupakan pertanyaan yang memerlukan diskusi
mendalam. Kami hanya akan membahas beberapa ciri penting
perkembangan sosial di antara manusia yang secara langsung terkait
dengan topik yang sedang dibahas. Kemerdekaan individu secara
intrinsik sudah selalu bertentangan dengan kekangan-kekangan
yang diterapkan oleh masyarakat. Pemahaman yang lebih mendalam
tentang dilema keadaan ini sangat penting bagi pengertian yang lebih
baik tentang kekuatan-kekuatan yang telah membentuk batas-batas
kemerdekaan individu di satu sisi, dan meningkatnya kekuasaan
masyarakat di sisi lain. Hubungan individual dengan keluarga,
individu dengan suku bangsa dan individu dengan negara, semuanya

24
Pengenalan dengan Perspektif
Wahyu,
Individu Sejarah
danRasionalitas,
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

merupakan contoh bagaimana kehidupan bisa dipelajari berdasar


perilaku kelembagaannya. Jika manusia secara naluriah, bebas dan
mencintai kemerdekaan, maka yang menjadi pertanyaan mendasar
yang perlu dibahas adalah mengapa ia tunduk pada kewenangan
sosial.
Ketika tatanan sosial, rasial, ekonomi atau politik berevolusi,
selalu berlangsung di sekitar bidang tidak tertulis tentang pemahaman
tentang asas pemberian dan penerimaan (give and take) di antara
masyarakat dengan individual yang secara kolektif telah membentuk
masyarakat tersebut. Tidak ada individual yang akan menyerahkan
kemerdekaan dirinya kecuali atas dasar adanya kepastian bahwa
dalam pertukaran demikian ia akan memperoleh lebih dari yang telah
diberikannya.
Yang paling utama adalah keamanan individual yang dipertukar-
kan dengan mengorbankan sebagian dari kemerdekaan pribadi. Di
satu sisi, ia menyerahkan sebagian dari hak-haknya kepada lembaga
sosial dimana ia menjadi anggota, dan di sisi lain ia memperoleh
jaminan perlindungan serta bantuan yang akan menjadikan eksistensi
individualnya menjadi lebih mudah dan lebih nyaman.
Menarik untuk menyimak bahwa sejak awal terbentuknya
masyarakat di segala tingkat, terdapat individual yang muncul sebagai
penerima manfaat. Hal ini dianggap suatu yang lumrah dalam dunia
hewan. Begitu juga keadaannya pada masyarakat manusia di tingkat
yang paling dasar. Sejalan dengan perkembangan masyarakat manusia
menjadi lebih tertata, distribusi kekuasaan di antara mereka dengan
individual lalu menjadi timpang. Tambah tinggi rasio di antara
anggota masyarakat dengan sekelompok kecil yang memerintah,
akan bertambah besar bahaya munculnya eksploitasi dan pemusatan
kekuasaan oleh minoritas yang memegang kekuasaan.
Meski secara teoritis dimungkinkan bagi individual untuk
memperoleh beberapa nilai-nilai sebagai penukaran atas kemerdekaan

25
Mirza Tahir
Bagian I Ahmad

dirinya, prosesnya tidak selalu berjalan sesuai dengan yang diharapkan


secara normal. Prinsip utama kemerdekaan individu secara gradual
dan progresif dikorbankan di atas altar masyarakat. Sering terjadi
yaitu masyarakat sejalan dengan pertumbuhannya lalu menjadi lebih
otoritatif dan kurang mempertimbangkan kepentingan akhir masing-
masing individual yang menjadi anggotanya.
Mengenai topik ini kita akan membahasnya lebih mendalam ketika
membahas tentang Marxisme. Sekarang ini kita hanya akan mencari
bentuk apa yang menjadi penyebab utama dari proses degeneratif
ini. Mengapa seseorang tidak bisa merasakan lebih nyaman dan lebih
terlindung dalam suatu masyarakat maju yang berkuasa. Diantara
hewan kita tidak akan menemukan kecenderungan dekadensi dan
degeneratif dalam perilaku sosial mereka. Mengapa justru masyarakat
manusia yang tidak mampu memenuhi harapan mereka berkaitan
dengan tanggung-jawab masyarakat terhadap hak-hak individu?
Satu garis pemisah di antara hewan dan manusia, untuk
membedakannya di antara keduanya adalah adanya kecenderungan
kuat dari manusia untuk menipu, memalsu dan melanggar hukum
alam. Dalam permainan ini manusia jauh melampaui semua hewan
lainnya dengan batas yang fenomenal. Hewan juga terkadang terlihat
seperti menipu, tetapi bagi mereka hal itu merupakan strategi,
bukan menipu dalam pengertian kriminal. Kehidupan hewan tidak
mengenal perilaku ingkar janji sebagaimana yang terdapat di antara
manusia. Mereka mengikuti kehidupan normal yang teratur di dalam
lingkup hukum alam yang mengendalikan mereka. Jika pun mereka
terlihat menipu maka hal ini dilakukannya berdasarkan intuisi semata
sejalan dengan denyut genetika mereka yang berada di luar definisi
kejahatan.
Semua itu merupakan produk sampingan dari berkah
kemerdekaan menurut pilihan. Hewan sepenuhnya diatur oleh kaidah
intuisi dan instink dimana mereka tidak mempunyai pilihan tentang

26
Pengenalan dengan Perspektif
Wahyu,
Individu Sejarah
danRasionalitas,
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

apa yang namanya benar dan salah. Faktanya, bagi mereka tidak ada
benar atau salah.
Hanya manusia saja yang bisa secara sengaja mengabaikan
tanggung jawab mereka serta merampas hak-hak warga masyarakat
lainnya meski mengetahui bahwa hal itu salah. Dengan demikian maka
kemerdekaan individual yang terkait dengan tanggung jawab kolektif
sebagai kewajiban manusia kepada lembaga menjadi disabotase dan
dirusak oleh kecenderungan melanggar hukum, melakukan penipuan
dan perilaku salah, yang dilakukan sambil juga mengharapkan bisa
memperoleh hasil tanpa tertangkap. Karena itu Karl Marx dengan
melihat bagaimana korupnya manusia, ternyata betapa benar
pandangannya, hanya saja mestinya ia tidak mengecualikan dirinya
sendiri. Ia juga seharusnya tidak mengecualikan kepemimpinan
sosialis yang kemudian ditegakkan di atas struktur immoralitas. Hal
ini telah menjadi tragedi masyarakat manusia sepanjang masa. Tidak
ada lembaga yang terbebas dari hal ini. Cacat bawaan dari sistem yang
mengatur hubungan individual-sosial tersebut telah memarakkan
tendensi di antara sistem-sistem itu untuk selalu terus menerus
meningkatkan legislasi.
Kelihatannya setiap undang-undang baru yang diciptakan
dimaksudkan untuk melindungi hak individual di satu sisi dan hak
masyarakat di sisi lain, dari perilaku pelanggaran tanpa hak ke masing-
masing ranah hak dan ranah prerogatif individu yang eksklusif. Hanya
sayangnya karena sifat korup dalam diri manusia, para legislator
tersebut gagal untuk tetap setia kepada prinsip keadilan yang bersifat
mutlak. Selama ini dalam proses legislasi yang dilakukan secara kolektif,
seringkali terjadi hak-hak fundamental individu malah dinafikan oleh
tangan lembaga yang justru dibuat untuk melindungi diri mereka.
Kami tidak bermaksud untuk membahas secara panjang lebar
masalah masyarakat keagamaan, hanya saja dari sudut pandang sekuler
berdasar filosofi sosial, agama perlu juga ditinjau sepintas lintas. Para

27
Mirza Tahir
Bagian I Ahmad

sosiolog sebagai suatu kelompok tidak memperlakukan agama sebagai


suatu fenomena Samawi. Dari sudut pandang mereka, agama hanyalah
salah satu ekspresi dari perilaku sosial manusia.
Bila pandangan mereka tentang perkembangan dari institusi
keagamaan itu benar, maka semua masyarakat keagamaan patutnya
dilihat sebagai memiliki posisi yang unik di antara sistem sosial
manusia. Masyarakat keagamaan tentunya dipandang sebagai
personifikasi simbol-simbol penipuan yang dilakukan terhadap
masyarakat dan individual. Berdasarkan pandangan demikian, dalam
teori-teori sosiologi diimplikasikan kalau semua pendiri agama harus
diklasifikasikan sebagai penipu ulung yang secara sengaja telah menipu
orang-orang awam atas nama dewa-dewa ciptaan mereka sendiri. Apa
betul penipu?
Para pendiri agama ini dari sudut pandang ahli sosiolog
dianggap sebagai telah menyusun akidah sendiri atas nama Tuhan
dengan tujuan membelenggu orang awam yang tidak sadar kepada
syariat Ilahi. Menurut para ahli sosiologi ini, agama dianggap sebagai
hierarki keagamaan yang menipu atas nama Tuhan dengan tujuan
untuk kemaslahatan dirinya sendiri. Inilah yang menjadi persepsi para
sosiolog tentang masyarakat keagamaan. Karl Marx juga sepenuhnya
sependapat dan menganggap agama sebagai candu yang digunakan
untuk selalu membius angkatan kerja agar mereka jangan sampai
terjaga kesadarannya bahwa mereka sebenarnya sedang dieksploitasi
secara semena-mena oleh kelompok borjuis. Nama candu manjur
yang demikian kuat membius kaum proletar itu adalah norma-norma
akhlak yang diajarkan oleh semua agama. Padahal akhlak selalu
berkaitan dengan konsep Tuhan yang mengatur dan membentuk
perilaku manusia dalam nama-Nya.

28
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu PemikiranSejarah
danRasionalitas,
Islam
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

ALIRAN PEMIKIRAN ISLAM

Sudut pandang Islam bisa dikemukakan dalam dua perspektif


yang berbeda, pertama dengan menganalisis karya dari berbagai
pemikir Muslim, dan kedua dengan mencoba secara langsung menilai
posisi Al-Quran menurut Sunnah yang berisi instruksi verbal mau
pun kebiasaan Rasulullah saw. Keotentikan pemahaman tentang Islam
dari para pemikir Muslim tersebut tambah lama menjadi tambah
meragukan. Hal ini karena mereka cenderung secara berangsur
menjadi lebih dogmatis yang tidak selalu rasional dan bisa dibenarkan.
Di luar itu, apa yang mereka anggap sebagai Islami hanyalah hal-hal
yang mereka pahami dari penelitian tentang dasar-dasar agama Islam.
Adapun mereka yang mengemukakan pandangannya berdasar Al-
Quran dan Sunnah sepatutnya diperlakukan sebagai kategori terpisah
sepanjang mereka itu patuh sepenuhnya pada prinsip rasionalitas. Studi
analisis masalah pokok akan dibahas dalam buku ini nanti. Sekarang
ini perhatian kita diarahkan kepada kelompok yang pertama dan
membahas proses pemikiran dari para cendekiawan, orang-orang suci
dan filosof Muslim dalam suatu era yang menjurus pada pembentukan
berbagai aliran pemikiran dalam Islam. Ada dua pengaruh nyata yang
berperan di awal periode sejarah agama Islam:
1. Pengaruh yang paling kuat dan dominan adalah pengaruh Al-
Quran dan Sunnah Rasul yang telah menciptakan revolusi dalam
konsep pengetahuan serta memperluas cakrawala penelitian dan
penyelidikan ke suatu dimensi baru yang tanpa tandingan.
2. Munculnya minat pada filosofi Yunani dan pengetahuan umum,
di samping juga penelitian tentang filsafat klasik bangsa India,

29
Bagian
Mirza Tahir
1I Ahmad

Parsi dan Cina, yang semuanya itu berpengaruh pada aliran


pemikiran Muslim. Semua itu telah meretas jalan bagi berbagai
ahli filsafat asing untuk menjadi fokus perhatian umat Muslim,
baik secara independen mau pun dari sudut keterkaitannya
dengan ajaran dalam agama Islam.
Karena adanya minat berbagai ahli filsafat asing dan munculnya
keinginan untuk mengkaitkannya dengan wahyu Qurani, muncullah
aliran pemikiran baru. Aliran pemikiran ini disebut sebagai Islami
karena alasan sederhana yaitu apa yang dikemukakan pada awalnya
berasal dari pemikiran, pendidikan dan keimanan Islam. Dengan
demikian muncullah pandangan filsafat yang sebenarnya asing bagi
Islam saling pengaruh mempengaruhi dengan pandangan sebelumnya
yang sepenuhnya didasarkan pada studi tentang Al-Quran. Meski
pun nyatanya pandangan demikian itu oleh beberapa ilmuwan
berfikiran sempit dicap sebagai non-Islami karena terlalu fleksibel
mengakomodasi berbagai sikap, namun tidak bisa diragukan kalau
para ilmuwan akbar tersebut secara esensinya adalah tetap Muslim.
Asosiasi mereka dengan cabang-cabang sekuler pengetahuan jarang
sekali menjadikan mereka kehilangan keimanannya. Berkaitan
dengan itu maka setiap orang berhak memutuskan bagi dirinya
sendiri, tentunya setelah mempelajari secara cukup Al-Quran dan
Sunnah Rasul, apakah ia akan menganggap sudut pandang filosofis
yang dikemukakan para pemikir tadi sebagai Islami atau bukan.
Namun tentu saja konklusi yang mereka tarik akan selalu terbuka atas
pertanyaan yang mungkin muncul. Ada yang menganggapnya sejalan
dengan ajaran Islam sedangkan yang lainnya menganggap tidak.
Apapun yang dipilih, hal ini tidak memberikan hak kepadanya untuk
meragukan niat mereka itu. Adalah hak bagi setiap pencari kebenaran
untuk membentuk konklusinya sendiri setelah secara tulus berusaha
memahami Al-Quran dan Sunnah Rasul secara mendalam. Begitu
juga, adalah menjadi hak yang lainnya untuk tidak sependapat namun

30
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu PemikiranSejarah
danRasionalitas,
Islam
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

kedua pihak tetap saja tidak memiliki kewenangan untuk menghapus


hak asasi satu sama lain untuk mempercayai apa yang dipilihnya atau
menganggap dirinya benar.
Sekarang kami akan mengenalkan beberapa aliran pemikiran
dalam Islam yang muncul dengan konklusi berbeda walau ditarik dari
telaah sumber yang sama. Hanya saja perlu diingat bahwa setiap aliran
pemikiran yang menyatakan dirinya didasarkan pada Kitab
Suci Al-Quran dan Sunnah perlu dievaluasi secara seksama
melalui perujukan langsung pada bukti yang mereka kemukakan untuk
mendukung pandangan mereka. Dari sekian banyak ideologi dan
sudut pandang yang berkembang pada masa dominasi Muslim, tidak
semuanya dapat dijelaskan bersifat Islami. Sebagian dari pandangan
mereka bersifat agak kontradiktif atau bahkan bertentangan secara
diametral satu sama lainnya. Namun hal ini tidak memberikan hak
kepada para penentangnya untuk untuk menganggap pandangannya
sebagai non-Islami.

Ashariyyah

A liran pemikiran Ashariyyah bermula dari Imam Abul Hasan Ali


bin Ismail Al-Ashari (260–330 H) yang telah memberikan ciri
yang menonjol di antara berbagai aliran pemikiran yang ada. Masa itu
adalah era ketika beberapa cendekiawan Muslim sedang menjamur
ke arah rasionalisme, sehingga dirasakan perlu adanya reaksi untuk
menghadapi kecenderungan tersebut. Pelopor gerakan reaksi ini
adalah sosok terkenal Imam Ismail Al-Ashari. Ironisnya guru Al-
Ashari sendiri yaitu Al-Jubbai (wafat 303 H) adalah salah seorang
cendekiawan rasionalis pada waktu itu. Imam Ashari tidak saja
mengemukakan ketidak-setujuannya atas pandangan kaum rasionalis,
tetapi secara kuat mengungkapkan kekurangan dari sistem apa pun
yang sepenuhnya hanya bersandar pada rasionalitas semata dalam
mencari kebenaran.

31
Bagian
Mirza Tahir
1I Ahmad

Bagi kalangan Ashariyyah, rasionalitas tidak akan menuntun


manusia kepada suatu pengetahuan atau pun kebenaran hakiki,
bahkan mereka menganggapnya sebagai hal yang akan memunculkan
banyak keraguan dan kontradiksi. Kaum Ashariyyah menekankan
bahwa pengetahuan hakiki hanya berkaitan dengan pengenalan dan
pengakuan atas Wahyu sebagai satu-satuny asarana untuk mencapai
Kebenaran hakiki karena yang menjadi sumber dari kebenaran itu
adalah Tuhan sendiri. Dengan demikian, menurut mereka satu-
satunya cara untuk menggapainya adalah melalui wahyu Ilahi.
Dalam reaksi mereka terhadap rasionalitas, beberapa ulama
Ashariyyah berlaku ekstrim menolak penjelasan apa pun dari ayat-ayat
Al-Quran yang didukung oleh logika manusia. Mereka malah terlalu
jauh menolak sama sekali penafsiran figuratif Al-Quran. Imam Ashari
sendiri adalah seorang pemikir logis yang terampil. Argumentasi yang
diajukan untuk menentang penggunaan rasionalitas, justru didasarkan
pada rasionalitas juga. Salah satu debat publiknya yang terkenal adalah
saat melawan gurunya sendiri, Allamah Al-Jubbai, hal itu akan lebih
menjelaskan sikapnya.
‘Bagaimana pandangan anda tentang keselamatan dari tiga orang
bersaudara: seorang mukminin, seorang kafir dan yang satunya anak
kecil?’ tanya Ashari kepada Al-Jubbai.
‘Muminin akan masuk surga, yang kafir akan masuk neraka,
sedangkan anak kecil itu tidak akan ke surga atau neraka, karena belum
ada amal yang cukup untuk mendapatkan ganjaran atau hukuman’,
jawab A-Jubbai.
Ashari berkomentar: ‘Anak itu bisa mendebat Tuhan dengan
mengatakan “Jika Engkau memberi aku waktu yang cukup, pasti aku
bisa melakukanamal yang baik. Karena itu kenapa aku dikecualikan
dari surga?”
Jubbai menukas: ‘Tuhan akan menjawab; “Karena Aku tahu
bahwa jika engkau dewasa nanti akan melakukan amal yang buruk.

32
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu PemikiranSejarah
danRasionalitas,
Islam
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

Karena itu kematian lebih awal ini sebenarnya merupakan rahmat


karena engkau telah diselamatkan dari neraka.”
Ashari menjawab: ‘Pada saat itu yang kafir akan menyela dan
menyalahkan Tuhan karena tidak menganugrahkan kematian padanya
pada umur yang sama dengan anak kecil itu agar ia bisa selamat dari
tindakan melakukan amal buruk.’
Patut dicatat ketika Ashari menentang rasionalitas, ia sendiri
menggunakan rasionalitas sebagai senjata. Karena itu keliru jika
dikatakan bahwa ia sepenuhnya menentang rasionalitas. Para pengikut
aliran pemikiran ini seperti Imam Ghazalia dan Imam Razib bersandar
penuh pada argumentasi rasional guna memecahkan masalah-masalah
dan menegakkan keimanan mereka. Kemungkinan reaksi berlebihan
terhadap kecenderungan rasionalitas muncul karena kekhawatiran
terhadap filsafat baru yang sedang memasuki dunia Islam pada saat
itu, yang dikhawatirkan bisa merusak sudut pandang Islami. Dicurigai
bahwa penggunaan nalar akan membawa umat kepada gerakan yang
pada akhirnya menyimpang dari ajaran Islam yang benar. Karena itulah
maka setiap gerakan dengan kecenderungan rasionalitas dicap sebagai
Ilhadi atau karangan, yang merupakan istilah penghinaan karena
menyatakan penyimpangan dari jalan yang benar. Kekhawatiran ulama
ortodoks yang kaku tersebut tercermin dalam istilah yang mereka
gunakan untuk menggambarkan para pendiri gerakan rasionalitas.
Mereka disebut sebagai Mu’tazilah atau mereka yang telah melenceng
dari jalan yang benar dan menjadi Ilhadi.
Kelompok lainnya dikenal sebagai Maturidiyya menganggap
bahwa Wahyu harus diterima bagaimana adanya, untuk kemudian
dicarikan penjelasan logikanya guna menopang wahyu tersebut.
Mereka beranggapan bahwa wahyu memperkuat keimanan sedangkan
penjelasan logis akan memberikan kepuasan lebih lanjut atas keimanan
tersebut. Kaum Ashariyyah tidak sepenuhnya menolak penjelasan logis,
tetapi menghindari sesuatu yang berlebihan; jika ada, memang bagus,

33
Bagian
Mirza Tahir
1I Ahmad

kalau tidak maka apa pun yang diterima melalui wahyu sudah cukup
memadai walaupun tidak ditopang oleh logika dan rasionalitas.
Di sayap kanan dari gerakan Ashariyyah ada suatu sekte yang
kemudian mewujud yang dikenal sebagai Sulfia (pengikut fanatik
dari ulama masa lalu yang mapan). Menurut mereka, wahyu harus
diterima tanpa dipertanyakan. Tidak ada penjelasan filosofis atau pun
logis yangdiizinkan karena dikhawatirkan hal itu akan menyesatkan
manusia dari jalan yang lurus.

Mu’tazilah

K aum Mu’tazilah sendiri tidak menolak Wahyu sebagai instrumen


untuk menuntun manusia kepada Kebenaran. Mereka hanya
menekankan bahwa inti pesan Wahyu tidak mungkin dimengerti
secara semestinya tanpa menggunakan nalar. Mereka melebihkan
nalar di atas wahyu dalam hal keduanya terlihat bertentangan, maka
pemahaman Rasionalitas harus dimenangkan, bukan sebagai alternatif
wahyu tetapi sebagai penjelasan murni dari pesan wahyu. Mereka
berpandangan bahwa sangat sulit menggali kebenaran Al-Quran dan
Sunnah tanpa menguraikan secara rasional berbagai tamsil, metafora
dan simbol-simbol yang digunakan secara ekstensif di dalamnya.
Sebagai contoh, mereka mengemukakan bahwa ekspresi seperti
tangan dan wajah Tuhan harus ditafsirkan sebagai Kekuasaan dan
Rahmat-Nya. Al-Ashari sendiri menekankan bahwa rujukan dalam
Al-Quran tersebut menggambarkan sifat-sifat hakiki dari Tuhan yang
fitrat hakikinya tidak diketahui, meskipun ia sependapat bahwa tidak
ada ciri-ciri fisik yang dimaksud oleh istilah-istilah tersebut.
Meskipun gerakan Mu’tazilah kelihatannya mirip dengan
pandangan aliran pemikiran Eropa dari abad ke 9 sampai ke 17,
tetapi tidak mengarah kepada Ilhadi (inovasi) yang telah dilakukan
rasionalisme Eropa dalam situasi kemundurannya yang progresif.
Kaum Mu’tazilah selalu bersumber pada sumber Islami murni yaitu

34
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu PemikiranSejarah
danRasionalitas,
Islam
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

Al-Quran dan Sunnah, untuk mendukung argumentasinya, mereka


selalu dekat dengan sumber tersebut dan tidak pernah membiarkan
diri mereka menjauh dari padanya.
Sekarang ini sulit membedakan sudut pandang di antara Mu’ta-
zilah dan Ashariyyah. Walaupun perspektif historis yang digambarkan
di atas telah meninggalkan jejaknya pada pencarian keilmiahan
dari generasi kontemporer cendekiawan Muslim, perbedaan tajam
pada masa lalu tidak lagi bisa ditetapkan secara jelas. Cendekiawan
sekarang ini lebih banyak mengemukakan pandangan pribadinya
daripada pandangan aliran pemikiran sektarial pada masa lalu. Hanya
saja, warisan konklusi masa lalu tersebut masih bisa dicermati. Semua
itu merupakan produk kompromi secara bertahap yang berkembang
di antara berbagai aliran pemikiran sepanjang sejarah. Di antara
mereka terdapat orang-orang yang sikapnya sudah mengarah kepada
masa medieval (abad pertengahan) tetapi mereka tidak mengutip
secara eksklusif aliran pemikiran masa lalu untuk mendukung sudut
pandang mereka. Mereka melompat-lompat dari satu ke lain sosok
dalam pencarian cendekiawan mana dari aliran apa pun yang bisa
dikutip sebagai bahan pendukung argumentasi mereka. Bagi mereka,
batas di antara berbagai sekte abad pertengahan tidak ada lagi, tetapi
pandangan medievalisme tetap saja berlanjut, yang menuntun jalan
mereka. Hal yang sama juga berlaku sampai suatu titik tertentu pada
kelompok yang disebut sebagai modernis. Manakala cocok dengan
tujuannya maka mereka tidak akan ragu-ragu mengutip cendekiawan
masa lalu yang selaras mendukung pandangan mereka, tetapi di
samping itu mereka merasa bebas berinovasi di bidang lain menurut
pandangan pribadi mereka sendiri.

Sufisme

A liran Sufisme amat populer di Turki, Iran dan negeri-negeri


sebelah timur Amu Darya, suatu daerah yang secara historis

35
Bagian
Mirza Tahir
1I Ahmad

disebut sebagai Trans-Oxus. Banyak umat Muslim dari bekas Uni


Soviet menjadi pengikut Sufisme yang telah memainkan peran penting
guna menjaga Islam tetap hidup di negeri mereka saat pemerintahan
Tsar dan Komunis.
Masalah yang amat ditekankan dalam Sufisme ialah bahwa di
bawah bentuk agama, terdapat inti ruh wahyu yang beroperasi yang
harus diberikan prioritas di atas bentuk tersebut. Apa yang dipahami
oleh kaum Sufi sebagai inti ruh pada dasarnya adalah tujuan akhir
yang dicari oleh semua agama. Tujuan akhir ini digambarkan sebagai
kecintaan kepada Tuhan dan komunikasi dengan Wujud-Nya. Karena
itu menurut mereka, jika anda berhasil mencapai tujuan ini, dengan
atau tanpa mematuhi bentuknya, tujuan telah tercapai dan hanya
itulah memang yang diharapkan. Memang tidak semua kaum Sufi
lalu meninggalkan bentuknya sama sekali dan tetap saja menata
diri mereka sejalan dengan Syariah Islam sebagaimana pemahaman
mereka. Namun mereka tidak akan menghabiskan enerji mereka pada
upaya ibadah formal, dan hanya mengulang-ulang zikir sifat Ilahi
siang malam untuk memfokuskan perhatian sepenuhnya pada ingatan
tentang Tuhan. Terkadang praktik mereka itu mendekati laku yoga
sebagaimana dibahas di bagian tentang agama Hindu. Terkadang para
orang suci Sufi ini menciptakan cara dan model baru dari zikir yang
malah menyempal jauh dari Sunnah Rasulullah saw, pendiri suci dari
agama Islam. Penganut sekte Sufi demikian malah mematuhinya lebih
berhasrat dan lebih bergairah dari pada kepada ajaran Al-Quran itu
sendiri. Karena itu selalu muncul aliran Sufi baru dari waktu ke waktu
di berbagai negeri di belahan dunia Islam.
Tujuan pembahasan ini bukan untuk merinci perkembangan
aliran pemikiran Sufisme atau skisma (pecahan kelompok) yang
muncul kemudian di antara kaum Sufi. Satu hal yang membedakan
Sufisme dalam Islam dari praktik lainnya adalah kepercayaan teguh
kaum Sufi kepada kesinambungan wahyu atau komunikasi mereka

36
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu PemikiranSejarah
danRasionalitas,
Islam
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

dengan Tuhan. Nyatanya semua tokoh Sufi dalam Islam menyatakan


dirinya selalu berkomunikasi dengan Tuhan dan banyak wahyu yang
telah mereka terima yang dicatat dalam buku-buku otentik. Namun
ada juga dari antara kaum Sufi yang melepaskan diri sama sekali dari
dasar-dasar agama Islam. Bagi mereka tujuan suatu agama adalah
menuntun manusia kepada Tuhan sehingga bentuk ibadah sudah tidak
diperlukan lagi bagi, khususnya bagi mereka yang telah mencapai tujuan
tersebut. Mereka mengemukakan beberapa cara latihan mental dan
spiritual yang dianggap cukup untuk menciptakan hubungan di antara
manusia dan Tuhan, yang terkadang digambarkan sebagai kesatuan
wujud dengan Dia. Tidak perlu waktu terlalu lama untuk masuknya
musik dan obat bius ke tengah aliran Sufi ini yang menjadikan mereka
lepas dari dunia nyata dan melayang di dunia khayal. Hanya saja tidak
semua gerakan Sufisme memulai perjalanan mereka dari inovasi yang
mengada-ada, meskipun di akhirnya seringkali mereka tergiring ke
sana saat mereka mengalami kemunduran di belakang hari.
Ada empat sekte Sufi yang mapan dan amat dihormati yang
sebenarnya juga telah menyempal dari jalur Syariah dengan berjalannya
waktu. Namun para pendirinya sendiri sebenarnya tidak diragukan
kesetiaannya kepada Al-Quran dan Sunnah dan mereka tidak
mengenal kompromi. Keempat sekte besar ini adalah Chishtiyyah,
Soharverdiyyah, Qadiriyyah dan Naqshbandiyyah-yang kemudian
terpecah-pecah lagi menjadi berbagai sub-sekte. Mereka semuanya
menekankan pentingnya menahan diri dan hidup sederhana untuk
mencapai kebenaran. Pada awalnya, praktik-praktik tersebut tidak
menjadi substitusi dari pelaksanaan tradisional ibadah Islam, baru
kemudian ditambah-tambahkan oleh mereka.
Secara berangsur pemahaman Sufi tentang hubungan mahluk
dengan penciptanya mulai dipengaruhi oleh filsafat yang sebenarnya
asing bagi Islam. Sebagai contoh, pengaruh filsafat Yunani klasik
bisa ditelusuri pada beberapa sekte Sufi. Pandangan pantheisme

37
Bagian
Mirza Tahir
1I Ahmad

bangsaYunani diadopsi dalam bentuk yang dimodifikasi oleh


beberapa sekte Sufi, meski ditentang keras oleh yang lainnya. Mereka
yang menentang kecenderungan pantheisme menekankan bahwa
ada garis pemisah yang tegas yang memisahkan Tuhan dengan
ciptaan-Nya. Menurut mereka, meskipun mahluk membawa tanda
cap dari Pencipta dan merupakan refleksi-Nya, tetapi hal ini tidak
bisa dirancukan dengan identitas Wujud-Nya. Sebaliknya, beberapa
faksi lain menganggap karena seluruh alam ini menjadi manifestasi
dari Tuhan maka tidak ada perbedaan yang tegas di antara Pencipta
dengan mahluk (yang diciptakan). Bagi mereka penciptaan tidak bisa
dipisahkan dari Tuhan karena sifat-sifat-Nya terdapat secara naluriah
pada segalanya yang telah Dia ciptakan. Tidak ada garis pemisah yang
bisa ditarik. Karena itu Tuhan adalah alam semesta dan alam semesta
adalah Tuhan. Namun Dia memiliki niat-Nya sendiri yang berkerja
sebagai fitrat naluriah dalam benda-benda.
Pada pandangan pertama anggapan tentang alam semesta ini
kelihatannya bersifat pantheistik yaitu Tuhan adalah segalanya dan
segalanya adalah Tuhan. Tetapi ada perbedaan yang signifikan yang
perlu dicatat. Pandangan pantheistik tentang Tuhan tidak mengenal
adanya Wujud eksternal yang merupakan Pencipta yang Sadar,
Wujud yang berkomunikasi dengan manusia melalui Wahyu, yang
memperhatikan cobaan, musibah dan kesukaan yang mereka alami
serta yang memberikan bimbingan kepada mereka. Sufi Muslim sebagai
kontradiksi kepada pandangan pantheistik klasik tetap saja beriman
pada identitas independen dari Tuhan yang meskipun tercermin dari
ciptaan-Nya adalah juga sosok Pencipta.
Adapun tentang temperamen kaum Sufi, mereka ini jarang
terlibat dalam perdebatan dengan kata-kata yang keras dan garang.
Umumnya mereka melaksanakan hidup bersahaja dalam keimanan
sambil juga menghormati dan bersikap toleran terhadap pandangan

38
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu PemikiranSejarah
danRasionalitas,
Islam
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

yang berbeda dengan mereka. Berbeda dengan kaum ortodoks yang


secara progresif bertambah menjadi pencemburu. Karena itu banyak
sekali dari sekte Sufi yang harus mengalami sikap permusuhan dari
ulama ortodoks. Di kalangan ulama ortodoks sering sekali muncul
gerak memusuhi kaum Sufi. Setiap sekte Sufi sudah mengalami berbagai
aniaya dari waktu ke waktu. Kaum Sufi yang menganut konsep Tuhan
yang pantheistik adalah yang menjadi bulan-bulanan angkara murka
ulama ortodoks. Kadang kala mereka ini divonis hukuman mati dan
dibunuh secara brutal. Protes mereka yang menyatakan bahwa filsafat
pantheistik itu tidak mengkompromikan keesaan dan kebebasan Maha
Pencipta tidak diterima dan mereka tetap saja didakwa mengakukan
diri menjadi satu kesatuan bersama Tuhan. Untuk itu ulama ortodoks
sering melakukan kejahatan aniaya terhadap mereka.
Kasus yang menyangkut seorang Sufi termashur, Mansur Al-
Hallajc, merupakan contoh bagaimana kaum Sufi diperlakukan karena
mereka didakwa mengaku sebagai Tuhan. Ia diputuskan hukuman
mati dengan cara digantung karena ia meneriakkan kata ‘Anal-Haq,
Anal-Haq’ (akulah kebenaran, akulah kebenaran). Ulama ortodoks
menganggap yang bersangkutan mengaku sebagai Tuhan sendiri,
padahal yang bersangkutan hanya sedang menyatakan keterhanyutan
ruhaniah yang sangat dalam sebagai keadaan penafikan diri secara
total. Apa yang dimaksudkannya ialah ia tidak berarti apa-apa, yang
mempunyai arti hanyalah Dia (Tuhan). Mansur Al-Hallaj menaiki
plafon gantungan dengan kepala tegak, sama sekali tidak gentar
akan kematian yang telah menghadang. Tidak juga teriakannya
bisa dikalahkan oleh caci maki yang dilontarkan orang kepadanya.
Teriakannya tetap lantang membahana ‘Anal-Haq, Anal-Haq’ sampai
nyawanya kembali ke sumber kehidupannya di langit.
Sekte Sufi lainnya lahir karena gagasan tentang apakah alam
eksternal ini merupakan suatu kenyataan atau hanya merupakan

39
Bagian
Mirza Tahir
1I Ahmad

impresi di fikiran orang saja. Masalah ini sudah sejak zaman purba
dipertanyakan orang, bahkan oleh Plato dan Aristoteles. Pertanyaan
itu belum terjawab dahulu kala dan tidak juga oleh kaum Sufi tersebut.
Sekarang pun tetap saja masih menjadi bahan perdebatan di antara para
filosof. Tidak juga ada filosof kontemporer yang bisa mengabaikannya
karena dimensi ruang dan waktu tidak mungkin divisualisasikan tanpa
peran otak manusia. Imajinasi seorang yang gila sama nyata baginya
seperti hasil observasi seorang ilmuwan tentang alam dalam geraknya.
Ditinjau dari sudut pandang demikian, kelihatannya masalah ini tidak
mungkin bisa dipecahkan.
Pandangan atau impresi tiap orang tentang alam eksternal
berbeda satu sama lain. Tetapi persepsi tentang dunia yang mendasar
di sekeliling kita serta pemahaman sifat-sifatnya seringkali sama
diakui oleh pengamat lainnya. Sebagai contoh, kebanyakan orang
akan sependapat tentang definisi suatu benda sederhana seperti kursi
atau meja. Namun banyak juga benda-benda umum dimana tidak
setiap orang memandangnya secara sama. Sebagai contoh, warna
dari berbagai benda mungkin terlihat berbeda bagi orang-orang yang
mempunyai kelainan pada kemampuan penglihatannya. Begitu juga
dengan indera yang kita miliki keadaannya tidak sama pada setiap
manusia. Indera penciuman tiap orang berbeda, begitu juga indera
untuk merasakan panas dan dingin yang tidak sama bagi setiap orang.
Apalagi jika dipertimbangkan bahwa perubahan arah pandang saja
sudah pasti akan menghasilkan persepsi visual yang berbeda pada
pengamat yang sama. Persepsi tentang suatu hal yang sama oleh
pengamat yang sama bisa berubah jika ia beralih posisi melihatnya dari
sudut lain. Tambahkan kedalam ini adanya perbedaan suasana hati dan
kondisi kesehatan masing-masing orang, maka problemnya menjadi
berlipat ganda. Tidak ada kebenaran objektif yang sepenuhnya sejalan
dengan kebenaran subjektif yang digali orang dari dalam otaknya
sendiri. Singkat kata, impresi subjektif tidak selalu berkaitan dengan

40
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu PemikiranSejarah
danRasionalitas,
Islam
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

dunia luar dengan cara yang persis sama. Hal ini menurut pandangan
beberapa filosof menghapuskan seseorang, bukan untuk mencapai
kepastian yang bersifat mutlak tentang segala hal yang dilihatnya.
Aspek ketidak-pastian dan ketidak-handalan dari impresi seperti
yang diungkapkan di atas, telah menyebabkan lahirnya sekte Sufi lain
yang sepenuhnya menyangkal eksistensi eksternal dari tiap benda dan
menyatakan bahwa kebenaran hakiki hanyalah pandangan subjektif
masing-masing orang. Mereka yang paling ekstrim di antara kelompok
itu bahkan menyangkal segala bentuk fisik eksternal termasuk dirinya
sendiri. Dengan demikian maka suatu usaha yang bermula pada upaya
untuk memperjelas detail dan persepsi tentang realitas luar malah
berakhir dengan bertambahnya kerancuan. Namun ada daya tarik
magis dalam kegilaan tersebut yang terkadang memukau ahli logika
dan ilmuwan yang paling bijak di zaman mereka.
Sebuah episode menarik diceritakan tentang seorang pimpinan
terkenal dari sekte Sufi ini yang dipanggil menghadap seorang raja guna
berdebat dengan beberapa cendekiawan terkemuka pada masa itu.
Namun semua peserta menjadi kecewa di samping terpesona karena
hasil perdebatan ternyata jauh berbeda dari yang mereka perkirakan.
Melalui pembicaraan argumentatif dan tanggapan atasnya, para
cendekiawan tersebut tersudut dan tergagap mencari kalimat untuk
melawan sang Sufi. Tidak ada seorang pun yang mampu mengimbangi
kepiawaian logika sang Sufi. Pada saat itu sang raja mendapat gagasan
cemerlang dan memerintahkan pawang gajah untuk membawa gajah
yang paling galak ke halaman istana. Gajah ini terjangkit kegilaan yang
sama dengan sang Sufi. Yang membedakan hanya tentang realitas luar
yang tidak eksis dalam fikiran sang Sufi. Adapun gajah itu hanya mau
menghancurkan semua realitas yang dilihatnya. Sufi itu lalu didorong
masuk ke lapangan sementara gajah tersebut dilepaskan. Sang Sufi
tanpa banyak bicara langsung melarikan diri untuk menyelamatkan
nyawanya.

41
Bagian
Mirza Tahir
1I Ahmad

Melihat hal itu, raja dari balkon istana berteriak: ‘Jangan lari dari
gajah bayangan itu, wahai Sufi. Gajah itu hanyalah khayalan dalam
fikiranmu saja!’
Sang Sufi menjawab: ‘Siapa yang lari? Itu hanyalah khayalan
fikiran paduka saja.’
Berakhirlah kesulitan sang Sufi, tetapi debatnya sendiri tidak.
Sampai sekarang juga masih berlangsung terus.

Pemikiran Islam aliran Spanyol

K ita telah membahas kontroversi berkenaan dengan superioritas


kebenaran yang terungkap yaitu kebenaran vis-a-vis (terlihat
di mata). Beberapa pemikir mengunggulkan wahyu di atas logika,
sedangkan yang lainnya berfikir sebaliknya. Ibnu Rushd (yang di
Barat dikenal sebagai Averroes), salah seorang pemikir Muslim
terbesar sepanjang masa, berpendapat bahwa pandangan di atas
sebenarnya menyatakan realitas paralel dan harus diperlakukan secara
terpisah. Kebenaran yang diwahyukan harus diterima sebagaimana

42
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu PemikiranSejarah
danRasionalitas,
Islam
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

adanya, sedangkan pengetahuan yang diperoleh berdasar observasi


dan eksprimen juga diterima bagaimana adanya. Baginya, orang
tidak harus mencari korelasi di antara keduanya, dan juga tidak perlu
mencari kontradiksi atau upaya guna memecahkannya.
Saat itu adalah masa ilmuwan Muslim sedang mengalami kemajuan
pesat di Spanyol dalam bidang ilmiah. Mereka melakukan hal itu tanpa
menjadi gentar meski ada fatwa aliran lama yang menyatakan bahwa
mereka telah melakukan inovasi (Ilhad). Kemungkinan Ibnu Rushd
beranggapan bahwa sebaiknya tidak tenggelam dalam kontroversi
demikian agar tidak mengganggu kemajuan ilmu pengetahuan.
Rupanya ia menghindari bahaya kontradiksi antara agama
dengan pengetahuan. Sebagai seorang muminin Islam yang sejati
dan seorang ilmuwan yang mengabdikan diri pada kebenaran tanpa
prasangka, kebijakannya itu telah mewariskan pengamalan yang baik
dari agama maupun pengetahuan di Spanyol untuk jangka waktu
yang lama. Bahaya kontradiksi antara Kebenaran yang diwahyukan
dengan Kebenaran menurut observasi tidak pernah secara langsung
mengemuka. Karena itu masalah preferensi tidak pernah menonjol
secara serius. Berkat kearifan Ibnu Rushd, kebijakan ‘tanpa konflik’ ini
menjadi tetap dominan selama berabad-abad di Spanyol.
Jika kita kaji ulang masalah yang mungkin timbul akibat
kontroversi dari apa yang terjadi kemudian, kami bisa mengatakan
secara pasti bahwa zaman tersebut belum cukup dewasa menghadapi
masalah tersebut. Kemungkinan adanya persepsi yang cacat atau
parstial atau bahkan salah paham sepenuhnya dari fakta yang kelihatan
jelas tidak bisa diabaikan.
Sebagai contoh, pada masa itu ide yang diambil para ilmuwan
Muslim tentang alam semesta tidak diambil dari Al-Quran atau
hadis, melainkan sebagian besar dipengaruhi oleh teori-teori yang
berkembang pada saat itu. Para pemikir agama, sebagaimana yang
selalu terjadi mempertimbangkan pandangannya sebagai pandangan

43
Bagian
Mirza Tahir
1I Ahmad

Islami, sementara mereka sedikit memahami pandangan Al-Quran,


khususnya yang terkait dengan ilmu pengetahuan.
Di Spanyol, rupanya tidak pernah ada dialog antara ilmuwan
dengan ulama agama. Tidak ada forum yang bisa dianggap sebagai
media alih pengetahuan di antara kedua kelompok tersebut, juga
tidak pernah ada debat tentang kelebihan komparatif dari keyakinan
mereka masing-masing. Akibatnya, tidak ada Galileo di Spanyol yang
dipaksa harus memilih di antara nyawa atau kebenaran. Para ilmuwan
bahkan tidak pernah berusaha menjelaskan kepada para ulama agama
untuk menyebut sebuah cangkul sebagai cangkul kapan terlihat
sebagai cangkul. Mereka juga tidak merasa perlu membuktikan kepada
para ulama bahwa penafsirannya tentang Al-Quran itu keliru karena
bertentangan dengan fakta ilmiah yang dikenal saat itu.
Akibat dari itu semua ialah berkembangnya 2 gerakan secara
paralel yang tambah menjauh satu sama lain dengan berjalannya
waktu. Terjadilah saaat pengetahuan Islami mengambil arah yang
sama sekali berlainan dari arus filosofi dan ilmiah, dan jalan mereka
tidak pernah bersilang. Persis keadaannya dengan dua sungai yang
mengalir secara paralel tanpa mengganggu satu sama lain.
Hasil dari keadaan demikian ialah menonjolnya Andalusia
(kerajaan Muslim di Spanyol) yang telah meninggalkan semua negeri-
negeri Islam lainnya di bidang penelitian ilmiah. Yang juga mendukung
hal ini, ialah Spanyol mengalami periode relatif aman dalam jangka
waktu panjang. Spanyol aman dari serangan penakluk seperti Ghengis
Khan dan Hulagu Khan. Periode sejarah Islam di Andalusia ini bisa
dianggap sebagai zaman keemasan rasionalisme. Dengan terusirnya
umat Muslim dari Andalusia maka berakhirlah masa kejayaan
dominasi Muslim. Semua ikatan yang berbau Islam dengan rakyat
Spanyol lalu diputuskan. Jika ada yang mengatakan dunia mengalami
retrogresi tragis di bidang intelektual dan kemajuan ilmiah maka hal
itulah yang terjadi di Andalusia. Betapa tragisnya retrogresi demikian.

44
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu PemikiranSejarah
danRasionalitas,
Islam
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

Dengan dibukanya gerbang di selatan Andalusia bagi eksodus umat


Muslim, keluar juga bersama mereka kebijakan, pengetahuan,
kejujuran, kebenaran dan cahaya dalam berbagai wajah, yang tidak
akan kembali lagi selama berabad-abad. Hanya saja nur tersebut tidak
membanjir keluar searah perjalanan dari ekspatriat Muslim tersebut.
Spanyol kembali tenggelam ke masa kegelapan seperti keadaan pada
era pra-Islam. Tetapi dunia Islam lainnya tidak juga menjadi lebih
baik. Kalau di sini kegelapannya muncul dari dalam diri mereka
sendiri. Kegelapan itu berbentuk prasangka keagamaan, kefanatikan,
kesempitan berfikir, kesombongan, egoisme dan kecemburuan yang
merebak seperti api neraka. Nyala itu marak seperti pilar asap yang
menyebar dan melebar jauh dan menutupi sinar dari langit. Negeri
yang berada di dalamnya diselimuti bayangan kegelapan progresif
yang berkembang dan menebal dengan berjalannya waktu.
Tentang penghuni dari daratan Eropa bagian utara, kisahnya
malah berbeda sama sekali. Apa yang merupakan kerugian bagi
bangsa Spanyol ternyata menjadi manfaat bagi mereka. Dan betapa
besarnya keuntungan mereka itu. Ratu Isabella dan Raja Ferdinand
dari Spanyol yang mengusir umat Muslim, tak lama kemudian di
bawah pengaruh kependetaan Kristen yang fanatik dan despotik,
lalu mengalihkan kemurkaan mereka terhadap umat Yahudi. Dengan
dibukanya gerbang selatan untuk mendorong keluar umat Muslim,
gerbang utara dibuka lebar bagi eksodus besar-besaran umat Yahudi.
Di antara mereka terdapat orang-orang berpengetahuan tinggi,
cendekiawan akbar, ilmuwan dan intelektual yang memiliki kelebihan
dalam berbagai profesi mereka. Mereka ini telah menguasai berbagai
keterampilan selama 700 tahun pemerintahan Muslim yang baik hati.
Mereka telah mencapai keunggulan di berbagai bidang kehidupan
manusia seperti industri, perdagangan, penelitian ilmiah, arsitektur,
ilmu pahat, ilmu bedah dan lain-lainnya. Sebuah skema penganiayaan
yang diatur rapi telah membuang semua umat Yahudi keluar dari

45
Bagian
Mirza Tahir
1I Ahmad

Spanyol, dan itu dilakukan setelah melucuti semua kekayaan mereka.


Mereka inilah yang telah membawa obor pengetahuan dari
Andalusia ke selatan Perancis dan negara-negara setelahnya. Filsafat
Aristoteles dan Plato mulai berkembang di Eropa melalui filosof
Muslim dari Spanyol. Cara pengobatan kedokteran Avicenna (Ibnu
Sina), tabib akbar yang pernah dikenal dunia pada masanya, serta
kebijaksanaan Averroes (Ibnu Rushd) yang telah menggabung dalam
dirinya filosofi keagamaan dan ilmiah sekuler, mulai merebak seperti
sinar fajar di horison Eropa. Berkat eskodus umat Yahudi itu, karya
mereka tersebut diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa Eropa oleh
para cendekiawan. Nyatanya adalah mereka itu yang telah meletakkan
dasar-dasar era pencerahan baru di Eropa yang disebut sebagai
Renaissance.

Musibah dunia Muslim

M eneropong kembali era pasca Spanyol, kita akan melihat


pemandangan kelam yang mengandung tragedi meliputi
seluruh dunia Islam. Sejak saat itu negeri-negeri Muslim di luar Spanyol
kehilangan perhatian atas pengetahuan sekuler dan melepaskan
kegiatan pencarian, investigasi dan penelitian yang sebelumnya mereka
promosikan dan kembangkan sampai tingkat yang demikian tinggi.
Kecenderungan tidak menguntungkan tersebut merupakan
suatu hal yang kontra-produktif tidak saja di bidang ilmu pengetahuan
tetapi juga di bidang keagamaan. Umat Muslim kemudian terpecah-
belah dalam berbagai skisma dan faksi. Akidah luhur mengenai
Ketauhidan Ilahi ikut terpengaruh oleh kecenderungan bunuh diri
yang destruktif tersebut. Muncul retakan-retakan pada imaji Tuhan
sendiri yang ditafsirkan demikian berbeda seolah-olah mereka sedang
membicarakan dewa-dewa lain dan bukan Yang Maha Esa. Hasrat
mencari pengetahuan sendiri tidak pupus, tetapi preferensinya yang
telah berubah.

46
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu PemikiranSejarah
danRasionalitas,
Islam
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

Mereka masih tetap memperdebatkan tentang benar dan salah


dengan semangat seperti sebelumnya tetapi subjek diskusinya sudah
berubah. Mereka masih tetap saja terbenam dalam pertanyaan yang
sama yang selama berabad-abad telah menggelitik mereka. Bukannya
membahas masalah-masalah pokok yang berkaitan dengan praktik
ibadah yang mendasar, jurisprudensi mereka disibukkan dengan
hal-hal sepele seperti halal tidaknya makan daging burung gagak.
Pernah terjadi keributan massal di antara para pengikut yang saling
bertentangan tentang masalah ini. Polemik yang terjadi malah tambah
rumit dan berbelit. Sungguh hebat keahlian intelektual mereka
yang telah menciptakan gunung dari sarang semut, keahlian yang
sebenarnya mencerminkan rendahnya fikiran logis. Sesungguhnya apa
yang mereka lakukan itu semata-mata intelektualisme tanpa nalar.
Sebagian dari masalah yang dianggap ‘amat penting’ yang telah
mengganggu fikiran mereka malah juga telah mendidihkan darah
mereka. Salah satu di antara permasalahan sepele yang mereka bahas
adalah tentang anjing yang jatuh ke dalam sumur. Berapa ember
banyaknya air yang harus dibuang sampai airnya dianggap bersih dan
halal untuk berwudhu, merupakan contoh pertanyaan teramat penting
yang telah menyita perhatian ulama-ulama besar pada masa itu. Apalagi
jika yang jatuh ke dalam sumur mereka itu adalah Mullah yang telah
dicap bid’ah oleh kelompok ulama lain, maka pertanyaannya menjadi
bertambah rumit dan serius. Berapa ember air yang harus dibuang
telah menjadi rumus matematika yang kompleks. Mungkin ada juga
yang menyarankan untuk menutup sumur dengan tanah sekalian
mengubur Mullah bersangkutan. Demikian itulah keadaan pada
masa tersebut dan kisah-kisah berdasar realita yang menggambarkan
ketidak-toleransian ekstrim mereka.
Meski mereka terdengar ganjil, namun tidak bisa dikatakan
bahwa mereka berdusta. Jurisprudensi pada masa itu tentunya telah
kacau-balau. Mereka terlibat dalam perdebatan yang sama sekali tidak

47
Bagian
Mirza Tahir
1I Ahmad

ada artinya sehingga ibadah yang paling dimuliakan umat Muslim


seperti Shalat pun menjadi bahan tertawaan.
Umat Muslim selalu megucapkan bacaan tertentu saat duduk
setelah rakaat kedua dari Shalat mereka. Waktu membaca itu ada
yang mengangkat jari telunjuk mereka dan ada juga yang tidak. Tetapi
para ahli hukum pada masa itu terpecah pendapatnya mengenai hal
ini. Mereka cenderung ingin menghukum jari yang telah mengusik
fikiran mereka. Yang mengatakan harus mengangkat jari, ingin
menghukum mereka yang tidak mengangkatnya, sedangkan ulama
yang menyatakan tidak harus mengangkat jari ingin pula menghukum
mereka yang mengangkatnya. Menurut keputusan di antara mereka,
diangkat atau tidak diangkat, jari itu jadinya harus dipotong. Bisa saja
mereka berbeda pendapat tentang hal-hal lainnya tetapi tidak tentang
hal ini. Karena itu pergi ke mesjid yang salah bisa membawa bahaya
tersendiri. Masuk mesjid tentunya mudah, tetapi keluarnya menjadi
masalah. Kemungkinan mereka harus keluar mesjid dengan jari minus
satu dari lima yang telah dikaruniakan Allah swt.
Contoh ketiga dari masalah sepele adalah yang berkaitan dengan
pengucapan ‘Amin’ yang diucapkan di akhir pembacaan Fatihah oleh
imam shalat. Masalah ‘pokoknya’ adalah apakah harus diucapkan
dengan suara keras atau tidak. Bisa jadi mereka yang membaca Amin
dengan suara keras akan dipukuli beramai-ramai jika kebetulan ia
berada di mesjid yang menganggapnya sebagai kejahatan serius. Amin
yang berbisik di antara pembaca keras akan sama provokatifnya.
Yang paling menonjol dalam perbedaan akidah yang kemudian
mempunyai dimensi mengerikan adalah hal yang berkaitan tentang
apakah Al-Quran itu merupakan mahluk (ciptaan) atau bukan.
Penganut dari pandangan yang berseberangan ini sama berpendapat
bahwa siapa yang tidak sama pandangannya boleh dihukum mati.
Namun semuanya tergantung juga pada pembagi keadilan yang
akbar-yaitu faktor kebetulan. Jika sang raja kebetulan berada di pihak

48
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu PemikiranSejarah
danRasionalitas,
Islam
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

para eternalis, maka mereka yang menganut pandangan lain tidak saja
dibunuh, bahkan dibakar hidup-hidup di dalam rumahnya. Jika faktor
kebetulan sedang berpihak pada yang lain maka yang teraniaya akan
menjadi penganiaya. Bahkan mereka yang telah mati dan dikubur sekali
pun tidak lepas dari penghukuman. Mereka digali lagi dari kuburnya
untuk digantung didepan umum agar menjadi pelajaran bagi yang
hidup. Tetapi sebenarnya pelajaran apa yang bisa diperoleh? Sisi mana
dari papan jungkit itu yang aman tetap saja merupakan pertanyaan
tak berjawab. Bagi mereka yang tenggelam dalam kegalauan sepele
dengan keseriusan demikian rupa, telah menjadikan kehidupan mereka
di bumi sebagai neraka. Adapun ancaman neraka yang dilontarkan
musuh-musuh mereka tidak harus menunggu sampai mereka sudah
mati.
Abad-abad kegelapan dari zaman pertengahan ini telah
menebarkan bayangan maut melebar dan jauh sehingga dunia Islam
yang muncul dari kegelapan saat matahari Islam bersinar di gurun
Arabia, kembali terbenam dalam palung kebodohan. Visi Islam mulai
berkedip meredup dan berubah ronanya seperti bintang di kejauhan
yang dilihat di malam gelap dengan perubahan sudut berdiri dan
menggeser sudut pandang. Citra Islam kehilangan kecemerlangan dan
kemantapannya.
Dua sarana pokok untuk pencerahan yang bisa merubah
kegelapan, kebodohan menjadi pengetahuan kelihatannya seperti
telah tertutup sama sekali. Tidak ada lagi kejernihan dan integritas
dari Kasyaf dan juga tidak ada harapan lagi akan Wahyu dari langit.
Bagi umat Muslim kelihatannya kedua jendela itu telah tertutup.
Sungguh suatu akhir yang amat tragis.
Hanya saja beberapa abad kemudian, matahari pengetahuan
sekuler mulai terbit lagi, tetapi kali ini dari Barat. Pencetus sinar dari
Timur sekarang menghadap ke Barat mengharapkan secercah sinar

49
Bagian
Mirza Tahir
1I Ahmad

yang sebenarnya justru mereka yang telah memberikannya ke Barat


beberapa abad yang silam.

Catatan
a. Al-Ghazali atau lengkapnya Abu Hamid Muhammad Ibn
Muhammad At-Tusi aAl-Ghazali (1058-1111 M), theolog
dan mistik Muslim dengan bukunya Ihya Ulumuddin yang
menjadikan Sufisme diakui sebagai bagian dari Islam ortodoks.
(Penterjemah)
b. Lengkapnya Abu Bakar Muhammad ibn Zakariya Ar-Razi (865-
932 M) ahli bkimia dan filosof Islam yang juga dianggap sebagai
tabib akbar di dunia Islam. (Penterjemah)
c. Abu Al-Mughith Al-Husain ibn Mansur Al-Hallaj (858-922 M),
seorang, pengarang, guru dan ulama Sufi yang kontroversial.
Dipenjara lama sekali (911-922) sebelum akhirnya dihukum
mati. (Penterjemah)

50
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu PemikiranSejarah
Filsafat
danRasionalitas,
Eropa
Islam
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

FILSAFAT EROPA

K etika matahari pencerahan sekuler terbenam di Andalusia,


wajahnya yang cemerlang terbit di ufuk Perancis dan tersenyum
kepada daratan Eropa lainnya. Matahari ini menerangi seluruh dataran
benua dari Selatan sampai ke Utara. Hari cerah yang membawa sinar
pengetahuan telah datang dan akan mendominasi Eropa selama
berabad-abad mendatang. Muncul kemudian era yang disebut sebagai
zaman Renaissance.
Namun hanya sedikit sekali orang Eropa sekarang ini yang sadar
betapa besar utang mereka kepada umat Muslim Spanyol bagi fajar
pencerahan yang disebut Renaissance tersebut. Banyak para filosof,
ahli matematika, ilmuwan, ahli perbintangan dan kedokteran yang
terkenal dari Andalusia hanya menjadi kenangan terhapus bagi Eropa,
terbenam di kuburan yang dilupakan.
Dengan fajar dari Renaissance yang sejalan dengan pengusiran
kegelapan, maka nalar dan rasionalitas menggantikan tempat
keimanan buta di daerah-daerah yang sekian lama telah dikuasainya
dengan garang. Memelihara keseimbangan di antara filosofi sekuler di
satu sisi dengan keimanan dan kepercayaan di sisi lain, bukanlah tugas
yang mudah. Bukan tantangan gampang bagi suatu masyarakat yang
dikuasai pendeta di zaman itu untuk mempertahankan keimanan
mereka terhadap serbuan filsafat nalar dan rasionalitas. Mereka ini
adalah pewaris citra Kristiani yang karena pengaruh ajaran Paulus
telah mengkristal menjadi dogma mitologi. Yang diwarisi tersebut
bukan lagi Nur samawi yang telah mencerahkan Yesus Kristus.
Bahkan sebelum masa Renaissance, beberapa intelektual Eropa
telah mencoba memelihara keseimbangan di antara nalar dengan

51
Bagian
Mirza Tahir
1I Ahmad

keimanan. E. J. Scotus (Johannes Scotus Eriugenna) di abad 19 Masehi


telah memberikan contoh agung tentang memelihara kedamaiandi
antara keimanan dan daya nalar. Ditegaskan olehnya bahwa
kebenaran tidak mungkin dicapai hanya dengan nalar saja karena daya
nalar dan keimanan mempunyai peran yang dimainkan bersama. Ia
mengemukakan anggapan bahwa pada awalnya kepercayaan agama
didasarkan pada nalar. Keyakinan manusia tidak mungkin muncul
hanya atas dasar dugaan semata. Harus ada dasar logika untuk
membangun keyakinan. Apakah hal ini dilakukan secara sadar atau
tidak, bagi setiap keyakinan yang tumbuh harus ada dasar logikanya.
Singkat kata, Scotus beranggapan bahwa keimanan hakiki tidak boleh
dipersamakan dengan dongeng belaka. Keimanan itu harus diyakini
memiliki dasar rasional yang solid. Ia berasumsi bahwa di awal saat
keimanan mulai berakar di fikiran manusia, tidak mungkin hal itu
terjadi tanpa adanya nalar dan logika yang mendukung. Namun
dengan berjalannya waktu maka mata rantai itu telah pupus dan tidak
bisa lagi dilihat. Sejak saat tersebut maka keimanan jadinya melayang
di udara tanpa ada penyangga akal budi sebagai penopangnya. Hanya
saja keteguhan dan keuletan keimanan yang telah bertahan sekian lama
menunjukkan bahwa hal itu tidak mungkin bisa mencapai tingkat
keyakinan demikian tinggi tanpa adanya dasar nalar atau logika sama
sekali.
Sebagai konklusi Scotus menyarankan agar validitas keimanan
seseorang diperiksa dari waktu ke waktu berdasarkan petunjuk
rasionalitas. Jika terdapat pertentangan maka yang harus diikuti adalah
nalar. Dengan demikian nalar sedikit lebih unggul dibanding keimanan.
Ilustrasi terbaik dari sikap ini ialah perlakuan Sir Isaac Newton (1642-
1727) terhadap akidah Trinitas. Sepanjang ia tidak secara sadar dan
secara ilmiah menelaah ulang pandangan keagamaan yang diwarisinya,
ia tetap saja menjadi penganut yang baik dari akidah tersebut. Namun
di kemudian hari ketika ia mencoba menguji keimanannya dengan

52
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu PemikiranSejarah
Filsafat
danRasionalitas,
Eropa
Islam
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

nalar dan rasionalitas, maka ia tidak


mempunyai pilihan lain selain menolak
akidah Trinitas karena menurutnya
akidah tersebut telah gagal dalam uji
coba dengan logika.
Dengan demikian ia telah menjadi
korban prasangka gereja Kristen yang
dikorbankan di altar salib. Sebagai
tanda penghargaan atas kegeniusan
Newton, ia telah ditunjuk sebagai
anggota kehormatan (fellowship) dari
“College of the Holy and Undivided
Trinity” Universitas Cambridge, jabatan yang dipegangnya selama
bertahun-tahun. Namun pada tahun 1675 ia diberikan pilihan apakah
harus meninggalkan jabatannya atau tetap pada keyakinannya. Ia
harus memilih mengkompromikan keyakinannya dan menyatakan
mengikuti kebiasaan lama Kristiani melalui sumpah pentahbisan.
Pembangkangannya untuk mengikuti akidah Trinitas yang
berlaku umum mengakibatkan ia kehilangan jabatan dan penghasilan
sebesar £60 setahun, suatu jumlah yang amat besar pada masa itu.
Ia dicopot dari kedudukan sebagai anggota terhormat dan dari
jabatannya di universitas atas tuduhan bid’ah. Tuduhan bid’ah yang
dilekatkan pada dirinya tersebut hanya karena Newton menganggap
penyembahan Yesus sebagai penyembahan berhala, yang menurut
pendapatnya adalah suatu dosa besar. R. S. Westfall menulis tentang
Newton sebagai berikut:
‘Ia mengakui Yesus Kristus sebagai mediasi samawi di antara Tuhan dengan
umat manusia, yang tunduk dan posisinya berada di bawah sang Bapak yang
telah menciptakan dirinya.’1 ‘Keyakinan mulai berakar di dirinya bahwa
suatu penipuan yang masif yang dimulai pada abad keempat dan kelima telah
melencengkan warisan dari gereja awal. Yang terutama dipalsukan adalah
Kitab Injil dimana menurut Newton hal itu dilakukan untuk menopang
akidah Trinitas. Sulit mengatakan kapan keyakinan tersebut muncul dalam

53
Bagian
Mirza Tahir
1I Ahmad

dirinya. Naskah-naskah asli menunjukkan keraguan dirinya sejak awal.


Bukannya membungkam keraguan tersebut, ia malah membiarkannya
menguasai dirinya.’2

Dengan demikian sebenarnya jelas bahwa keimanannya pada


Ketauhidan Ilahi dan penolakan terhadap akidah Trinitas sudah
didasarkan pada telaahnya yang tidak berpihak pada keimanan
Kristiani. Banyak catatan pinggir yang ditulis tangan pada buku Injil
miliknya pribadi seperti antara lain:

‘Karena itu sang Bapak adalah Tuhan dari sang Putra (ketika sang Putra
dianggap sebagai) Tuhan’

Westfall menyimpulkan keseluruhannya sebagai:


‘... sebagai ungkapan awal dari telaah theologi Newton adalah keraguannya
tentang status Kristus dan akidahTrinitas’3

M asa Renaissance telah menghidupkan kembali pertanyaan


dalam fikiran manusia yang telah mengusik sepanjang sejarah
tentang keimanan dibanding rasionalitas dalam ruang lingkup yang
lebih luas. Menjadi tugas dari Rene Descartes (1596-1650) untuk
tetap mengibarkan tinggi bendera keimanan. Yang ia permasalahkan
bukan lagi keimanan Kristiani dibanding akal budi, malah langsung
ke masalah tentang eksistensi Tuhan pada masa pengembaraan fikiran
manusia di dunia filsafat sedang marak.
Sebagai seorang pemikir yang jernih wawasannya, ia tidak saja
percaya akan Tuhan tetapi juga menjadi filosof pertama di antara
sesamanya yang telah mengangkat masalah nalar yang membawa
manusia kepada Tuhan. Beruntung baginya karena ia menolak
terseret ke dalam perdebatan tentang rasionalitas akidah Trinitas. Apa
yang telah dibuktikannya adalah eksistensi dari Wujud yang Maha
Agung. Mungkin penolakannya untuk terseret dalam masalah dari
dogma Kristen yang sedang berlaku itulah yang telah menghilangkan

54
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu PemikiranSejarah
Filsafat
danRasionalitas,
Eropa
Islam
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

kesempatan baginya untuk ditempatkan di jajaran orang-orang


terhormat di antara intelektual beriman pada masanya. J. Gutman
menjelaskan situasi ini di dalam bukunya yang berjudul Philosophy4.
Dalam buku itu, Descartes dikemukakan sebagai seorang beragama
yang dianggap percaya kepada wahyu, padahal ia memang sebenarnya
demikian itu. Perlakuan atas dirinya ini hanya karena ia secara rasional
mengabaikan kenyataan yang berlaku dalam agama Kristen.
Sayangnya pemberontakan terhadap konsep Ketuhanan seperti
itu tidak terlalu mengganggu fikiran para pendeta Kristen dibanding
misalnya suatu penghujatan terhadap agama Kristen secara terbuka.
Adalah suatu tragedi besar bahwa seorang ahli matematika dan filosof
setingkat Descartes tidak memperolah penghormatan yang menjadi
haknya. Patut diingat bahwa ia tidak saja seorang filosof teoritis, tetapi
juga seorang geometris yang telah mengangkat karya-karya Pythagoras
(580-500 sM) ke posisi yang tidak pernah dikenal sebelumnya.
Karyanya di bidang geometri yang merupakan karya perintis patut
dikenang dengan kepala tunduk sebagai penghormatan atas kebesaran
dirinya.
Tanda kebesaran dirinya itu tidak saja karena ia adalah orang
pertama yang memperkenalkan trend argumentasi matematis ke
dalam filosofi. Konsepnya tentang kebenaran dan kemutlakan bermula
dari perjalanannya mengungkap kesadaran jati diri. Uji kebenaran
yang dikemukakan olehnya berkaitan dengan impresi pertama
seseorang setelah mendengar atau melihat sesuatu. Ia menekankan
bahwa segala sesuatu yang tidak bisa memenuhi kriteria kebenaran
dengan sendirinya patut diragukan. Dengan kata lain, segala sesuatu
yang dianggap benar tanpa perlu adanya argumentasi dialektika bisa
diterima sebagai kebenaran yang nyata. Menggunakan logika ini pada
kesadaran jati diri, lalu muncul ungkapannya tentang argumentasi:
‘karena aku berfikir maka aku ada-dan aku menerima pengakuan

55
Bagian
Mirza Tahir
1I Ahmad

sederhana ini tanpa harus didukung oleh deduksi logika apa pun-
dengan demikian jelas bahwa aku ada.’
Ungkapan tersebut menjadi tolok ukur bukti kebenaran yang
pertama dan utama. Sebuah kalimat sederhana telah diperkenalkan
olehnya yaitu Cogito, ergo sum5 yang berarti ‘Aku berfikir, karena
itu aku ada.’ Kebenaran kedua yang diakuinya setelah yang pertama
itu adalah tentang eksistensi Tuhan. Ia menghitung secara matematis
bahwa konsep tentang eksistensi itu saja sudah cukup sebagai bukti
tentang Keberadaan-Nya sebagaimana halnya jumlah derajat dalam
suatu segitiga sama dengan jumlah derajat dari dua sudut siku-siku.
Apakah bukti filosofis dari eksistensi Tuhan tersebut bisa diterima
atau tidak oleh generasi para filosof yang datang kemudian, tetapi
sekurang-kurangnya mereka telah amat dipengaruhi oleh konsep
pemikirannya. Karena itu pada generasi para pemikir berikutnya
mulailah logika digunakan secara bebas untuk mendukung atau
menentang eksistensi Tuhan. Materialisme dialektikal juga lahir dari
perkembangan kecenderungan yang sama.
Alur pemikiran demikian berlanjut sampai abad ke 17 ketika
John Locke, Berkeley dan Hume kemudian menetapkan garis batas
antara fenomena dan akal budi sebagai suatu hal yang terpisah dari
masalah keimanan dan kepercayaan. Meski menganut pandangan
seperti itu tetapi John Locke tidak sepenuhnya menghapuskan validitas
keimanan dan kepercayaan, ia menyerahkan hal itu kepada mereka
untuk beriman kepada apa pun yang mereka pilih. Generasi filosof
Eropa berikutnya kemudian menyangkal eksistensi Tuhan berdasar
logika, di antara mereka yang paling terkemuka adalah Rousseau dan
Nietzsche.

N ietzsche dengan gaya dramatisnya menyatakan kalau Tuhan


sudah mati. Adapun Rousseau mengajukan suatu sintesa dari
suatu agama baru sebagai pengganti agama-agama yang diwahyukan.
Ia menekankan perlunya suatu agama yang didasarkan pada telaah

56
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu PemikiranSejarah
Filsafat
danRasionalitas,
Eropa
Islam
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

atas fitrat dan pengalaman manusia. Ia mengusulkan bahwa fikiran


manusia sudah sewajarnya menyusun sendiri ketentuan hidup sebagai
warganegara atau peraturan menjalani hidup. Rousseau rupanya
menjadi salah satu pemula para filosof Eropa yang memberontak secara
terbuka terhadap filsafat yang berkaitan dengan keimanan kepada
Tuhan. Masa itu merupakan era dimana agama secara langsung dan
terbuka dipengaruhi oleh gerakan rasionalitas.
Generasi filosof ini diikuti oleh penganut aliran Utilitarian seperti
Mill dan Sidgwick. Pada dasarnya mereka mengakui kemerdekaan
tentang pilihan kemaslahatan. Apa pun yang bermanfaat bagi
seseorang, maka orang itu harus dibebaskan dari segala rintangan
untuk mencapainya. Namun jika terjadi perselisihan di antara egoisme
(mementingkan diri sendiri) dengan altruisme (mementingkan orang
lain) maka mereka menganjurkan penggunaan akal budi sebagai
arbitrasi di antara keduanya.
Berarti bahwa pada saat sedang mengejar kesenangan dan
manusia dihadapkan pada pilihan di antara mementingkan diri secara
ekstrim dengan mengorbankan kepentingan diri bagi orang lain,
akal budi diharapkan menjadi pemutus di antara keduanya. Benar-
benar suatu filsafat yang ngawur tanpa bobot sama sekali. Mereka
yang cenderung mencari kesenangan diri tidak memerlukan nasihat
dari Bentham, Mill, Sidgwick dan lain-lain agar menghentikan
tingkah laku merekadi batas perilaku berlebihan dan menahan diri
melompat ke area egoisme total. Bagi mereka itu pilihan di antara
egoisme dan altruisme tidak pernah menjadi suatu hal yang harus
dipermasalahkan. Siapa yang membutuhkan arbitrasi dari akal budi
di bidang yang berkaitan dengan nafsu sensualnya? Seseorang yang
terbiasa mengikuti kesenangan nafsu jasmaniah tidak butuh nasihat
apa-apa. Ia mengikuti jalannya secara sadar dan tahu betul pro dan
kontra jalan tersebut.

57
Bagian
Mirza Tahir
1I Ahmad

G enerasi Utilitarian diikuti oleh suatu angkatan filosof yang


meninggalkan jejak yang mendalam pada filosofi Eropa. Lock,
Berkeley dan Hume yang dikenal sebagai kelompok Empirisis (yang
menekankan kepada pengalaman) berada di depan dari gerakan
tersebut. Banyak generasi ahli filsafat pada masa setelah mereka
yang dipengaruhi oleh cara fikir mereka itu. Filsafat mereka bisa
disimpulkan dalam suatu pernyataan sederhana: ‘orang hanya perlu
meyakini konklusi yang ditarik berdasarkan observasi eksperimental
yang bisa ditunjukkan.’ Mereka meyakini bahwa hanya akal budi dan
tanda-tanda yang jelas saja yang bisa diterima yaitu ide-ide yang bisa
dikaji ulang secara ilmiah dengan konsistensi yang tetap. Tidak ada
lagi definisi tentang ilmu pengetahuan yang lebih gamblang dari itu.
Hume diikuti oleh Immanuel Kant (1724-1804) yang amat
terpesona dan dipengaruhi oleh filosofi realistis Hume. Karena itu
realisme Kant bersumber juga pada empirisisme Hume. Meski ia itu
seorang agnostik namun ia cukup bijak untuk memahami perlunya
moralitas atau akhlak. Mungkin ia bisa dianggap sebagai pelopor dari
pandangan yang menyatakan bahwa moralitas harus dideduksi dari
akal budi saja. Ia membagi realitas menjadi realitas fenomenaa dan
realitas noumenalb. Ia beranggapan bahwa telaah ilmiah tidak bisa
lebih jauh dari pengamatan fenomena saja. Karena itu ia menafikan
eksistensi Tuhan bisa dibuktikan melalui sarana kajian fenomena.
Sistemnya itu dikenal orang dengan nama idealisme transendental.
Filsafat demikian lalu melahirkan pandangan Hegel tentang
idealisme mutlak. Banyak istilah-istilah baru dilontarkan pada masa
perkembangan pandangan filsafatnya seperti positivisme logikal,
eksistensialisme dan objektivisme. Namun semuanya itu tidak ada
yang merupakan tambahan bab dramatis pada filsafat dari Plato
dan Aristoteles yang tetap saja teratas sebagai penghulu filsafat
sepanjang masa. Bahkan klise-klise cantik dari materialisme dialektik
dan sosialisme ilmiah hanya merupakan nama lain dari pandangan

58
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu PemikiranSejarah
Filsafat
danRasionalitas,
Eropa
Islam
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

pandangan yang kita temui dalam karya Aristoteles. Patut diingat


bahwa para filosof Eropa juga berhutang banyak kepada pendahulu
mereka para Muslim dari Andalusia dan Baghdad, di samping
kepada para pemuka mereka dari Yunani. Saat ini adalah periode
ketika pandangan Hegel tentang idealisme absolut dianggap sebagai
panutan utama. Namun kebanyakan filosof Eropa kurang menyadari
bahwa pandangan tersebut tidak lebih merupakan perpanjangan dari
idealisme Plato. Jika kita pahami pandangan Hegel secara sempurna,
menurut yang bersangkutan, subjektivisme tidak bisa dipisahkan dari
realitas di luar. Berarti ia itu tidak menyangkal realitas objektif meski
menekankan supremasi fikiran.
Dalam aliran pemikiran Islam, pandangan objektivis para Sufi
berbeda konotasinya sama sekali. Mereka mengagungkan subjektivisme
sedemikian rupa yang tidak akan pernah bisa dibayangkan oleh para
filosof Eropa. Kaum Sufi ini lebih cocok disebut sebagai illusionis.

S epanjang menyangkut Wahyu sebagai pengantar kepada


Pengetahuan, tidak ada pembahasan mengenai hal ini dalam
karya para filosof Eropa dari generasi mana pun. Di antara mereka
yang mengimani eksistensi Tuhan seperti Descartes, ia pun tetap
beranggapan bahwa akal budi harus ditempatkan di depan sebelum
keimanan. Ia sendiri beriman tentang adanya Tuhan karena logikanya
mendukung kepercayaannya tersebut sehingga karena itu tidak ada
kontradiksi dalam dirinya. Voltaire dan Thomas Paine beranggapan
bahwa dalam perkembangan kebudayaan manusia, lebih banyak
peran akal budi dibanding keimanan. Dalam filosofi metafisika,
bentuk abstrak eksistensi di luar dunia material telah sering menjadi
subjek diskusi, tetapi masalah keberadaan Wahyu sendiri tidak pernah
ditelaah secara serius.
Terlepas dari perhatian filosofis pada masa itu, dalam
membandingkan nilai komparatif keimanan dibanding rasionalitas,
mereka sama sekali bungkam berkaitan dengan Wahyu sebagai sarana

59
Bagian
Mirza Tahir
1I Ahmad

yang telah menuntun manusia kepada Kebenaran dan Pengetahuan.


Paling banter perhatian mereka hanya berputar di sekitar eksistensi
Tuhan, tetapi itu pun hanya secara filosofis. Tidak pernah ada suatu
kegiatan pencarian guna menemukan bukti-bukti di alam semesta
yang bisa menjadi bukti tentang eksistensi Dia. Validitas Wahyu
sebagai turun dari langit tidak pernah dibahas secara serius. Sebagai
perbandingan, upaya manusia modern mencari jejak wujud dari luar
angkasa malah masih jauh lebih serius. Upaya-upaya demikian malah
telah dilembagakan dan dibiayai oleh negara-negara adidaya.
Dengan mendekatnya kita ke periode zaman modern dari sejak
masa Bentham, Mill dan Sidgwick, kita akan melihat bertambah
besarnya minat manusia untuk bertumpu kepada rasionalitas,
sedangkan hal-hal yang menyangkut keimanan bergeser ke posisi
yang kurang penting. Yang dikorbankan pada penekanan rasionalitas
tersebut adalah kepercayaankepada Tuhan. Demikianlah rasionalitas
mulai mendominasi secara perlahan dan gradual, seperti fajar di kutub
utara yang sesekali diwarnai oleh kilatan aurora.
Para rasionalis memberikan preferensi kepada akal budi di atas
semua cara untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan kebenaran. Di
antara para rasionalis tersebut ada yang percaya kepada agama Kristen
dan ada juga yang tidak. Justru yang tidak inilah yang kemudian
mengungguli semua. Selama periode rasionalisme, Gereja terpaksa
harus mempertahankan ajaran Kristiani dengan segala macam
argumentasi logika yang bisa dikerahkan. Hanya saja hal ini menjadi
kesalahan strategis karena mereka telah terpikat memasuki medan
perang nalar dan rasionalitas.
Salah seorang theist (penganut agama) yang paling menonjol
dalam periode ini adalah Kierkegaard, Jaspers dan Marcel. Dari antara
mereka itu adalah Kierkegaard yang pertama mengingatkan Gereja
agar jangan melakukan bunuh diri dengan memasuki arena debat

60
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu PemikiranSejarah
Filsafat
danRasionalitas,
Eropa
Islam
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

logika di antara keimanan dan nalar. Menyangkut upaya Kierkegaard


untuk menyelamatkan keimanan dari serbuan akal budi, Coppleston
menulis dalam buku ‘Contemporary Philosophy’:
‘Bagi Kierkegaard, justru prosedur tersebut merupakan pengkhianatan tidak
jujur atas agama Kristen. Dialektika Hegel malah merupakan musuh di dalam
selimut, dan bukan urusan dari para pengarang dan pendeta Kristen untuk
mengencerkan kepekatan agama Kristen hanya untuk menyenangkan publik
umum yang terpelajar. Akidah Inkarnasi bagi umat Yahudi merupakan batu
sandungan dan bagi orang Yunani merupakan ketololan, karena memang
itulah substansinya. Akidah tersebut tidak saja berada di atas nalar tetapi
juga menggelikan bagi nalar, malah dianggap sebagai suatu Paradoks di atas
segalanya, dan hanya yang beriman saja yang bisa menerimanya dengan lapang
dada. Substitusi nalar dengan keimanan akan merupakan cawan kematian
bagi agama Kristen.’6

Apa yang tidak dijelaskan lebih lanjut oleh Kierkegaard ialah


keadaan sebaliknya juga akan mengakibatkan hal yang sama.
Pandangan yang bersangkutan seolah-olah menyatakan bahwa agama
Kristen sama sekali kosong dari akal budi dan rasionalitas. Agama ini
bisa dianut sepanjang orang tetap mengurung diri di dalam kotak
penolakan logika. Saat sang penyu menjulurkan lehernya keluar maka
kepalanya akan terpenggal oleh rasionalitas yang selalu menunggu
kesempatan demikian. Namun Kierkegaard berkeyakinan bahwa
ia bisa tetap mempertahankan agama Kristen dan akal-budinya
secara bersamaan. Mungkin ia bisa tetap memiliki kue tetapi juga
memakannya pada saat bersamaan!
Berkeley dan Hegel secara konsisten tetap bersiteguh bahwa
logika harus diberikan preferensi di atas pengalaman keinderaan. Bagi
mereka, Tuhan hanya suatu deskripsi ciptaan manusia untuk mengisi
kekosongan akibat kesenjangan logika. Perdebatan mengenai hal ini
terus berlangsung di antara para filosof Eropa yang beriman dan yang
tidak. Perdebatan berlangsung terus menerus sampai apinya mati
sendiri. Yang tersisa hanyalah abu keimanan dalam wadah agnostika
dan atheisme.

61
Bagian
Mirza Tahir
1I Ahmad

Bagi para filosof Yahudi yang beriman, strategi mereka tidak


terlalu mudah dihancurkan. Mereka meyakini sifat historikal dari
agama mereka. Kejayaan masa lalu agama Yahudi di atas lawan-
lawannya cukup bagi mereka untuk tetap memelihara bara api
keimanan mereka. Memperdebatkan masalah logika dengan keimanan
dianggap tidak relevan sama sekali.
Di antara mereka yang atheis, nama-nama seperti Nietzsche,
Sartre, Merleu-Ponty, Camus dan Marx merupakan suatu kategori
tersendiri. Tidak ada dari mereka yang meyakini generalisasi. Karena
itu tidak mungkin bagi mereka untuk menguniversalkan subjektivitas.
Pengalaman subjektif tiap orang memiliki keunikan tersendiri yang
tidak bisa dibagikan dengan orang lain.
Kami merasa perlu untuk membahas tersendiri apa yang dikenal
sebagai Marxisme. Betapa pun kita tidak sependapat dengan filosofi
ini, tetap harus diakui bahwa doktrin ini telah memperoleh tempat
yang permanen yang akan selalu mendapat perlakuan hormat oleh
sejumlah besar penduduk dunia.

K arl Marx (1818-1883) di antara para filosof atheis dari abad 19


perlu mendapat perlakuan secara khusus. Baginya penyangkalan
Tuhan bukan merupakan suatu hal yang bersifat kebetulan, tetapi
merupakan komponen yang integral dari filosofinya yaitu agama
merupakan suatu hal yang dianggap sama sekali tidak selaras.
Menurut pandangannya, manusia adalah unsur-unsur yang saling
berinteraksi satu dengan lain menurut kaidah sosio-ekonomis yang
mengatur mereka. Mereka harus dibebaskan dari gangguan agama
yang dianggap hanya akan merancukan pencapaian tujuan hidup
mereka. Bagi Marx, Wahyu merupakan kosa kata yang berada di luar
area pemikiran filosofis.
Berikut adalah Friedrich Nietzsche dengan kepribadian yang
mendominasi. Pena-nya seperti pedang menikam Tuhan sebagai

62
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu PemikiranSejarah
Filsafat
danRasionalitas,
Eropa
Islam
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

korban utama, sampai kemudian ia


menyatakan bahwa Dia telah mati
(menurut anggapannya). Sebenarnya ia
tidak mengenal Tuhan sama sekali kecuali
Tuhan dalam akidah Kristiani, dan wujud
inilah yang menjadi bulan-bulanan pedang
logikanya. Dengan demikian Kierkegaard
ternyata benar ketika ia mengatakan agar
para pendeta sebaiknya diam menahan
diri mengenai misteri samawi akidah
Trinitas, dari pada mengundang masalah
dengan mencoba mempertahankannya dengan instrumen logika.
Sebagian besar filosof Eropa pada masa itu, terdorong
menyangkal keberadaan Tuhan justru karena ulah Gereja Kristen yang
telah memistifikasi imaji Tuhan menjadi suatu bentuk yang absurd.
Diantara filosof atheis lainnya, yang paling menarik adalah Jean-Paul
Sartre (1905-1980) dan juga paling suka bermain-main kata. Ia ini
mahir sekali menciptakan slogan dengan isi yang berbobot. Mengenai
ketidak-berdayaan manusia di alam kemerdekaan diri dalam alam
yang tidak ber-Tuhan, ia menyatakan: ‘... manusia terkutuk untuk
menjadi merdeka’7.
Dengan kalimat tersebut yang dimaksud bahwa tanggung jawab
untuk memilih yang dipikul setiap manusia adalah suatu tantangan
yang amat sulit untuk bisa dipenuhi. Tidak ada siapa pun yang akan
membantu atau membimbing langkahnya dalam menapaki dunia liar
eksistensinya. Saat mengomentari episode kehidupan Nabi Ibrahim as,
Sartre menjelaskan keberadaan para malaikat sebagai suatu fenomena
batiniah. Baginya, Wahyu Ilahi yang dibawa para malaikat kepada
Nabi Ibrahim as tidak lebih dari tangisan batin beliau sendiri. Meski
pandangan Sartre keliru menurut pandangan kita, rasanya masih
patut dikagumi luapan kenekatan dan rasa permusuhan dirinya yang

63
Bagian
Mirza Tahir
1I Ahmad

menggebu-gebu demikian. Sebenarnya hal itu lebih tepat diterapkan


pada kondisi Sartre sendiri yang mungkin merasakan kepedihan
dan kejengkelan akibat kehampaan filosofinya yang tanpa Tuhan
tersebut. Wahyu sebagai kenestapaan batin sesungguhnya merupakan
pernyataan menyolok dari sudut pandang seorang atheis-kalau memang
atheis mengaku punya batin. Bernard Shaw teman dekat Sartre walau
tidak terlalu dekat, dan ia ini masih menyatakan wahyu sebagai ‘suara
batin’-masih lebih baik jika diperhatikan bahwa ia adalah seorang
pengarang drama tetapi tidak memiliki kedalaman dan kekuatan dari
refleksi Sartre. Sartre tidak mampu melihat perbedaan antara Wahyu
dengan inspirasi, dan memang istilah-istilah itu tidak ada dalam
filosofinya. Menurut pandangannya apa yang ada ialah kenyerian
batin seperi lidah api yang terkadang menjilat sewaktu-waktu akibat
luapan keputus-asaan. Tidak ada Wahyu turun dari langit, yang ada
hanyalah luapan kedalaman frustrasi perasaan manusia.
Hegel (1770-1831) adalah seorang filosof agnostik lainnya
yang minat penyangkalannya tidak terlalu menyolok. Filosofi yang
dianutnya tidak langsung berkaitan dengan masalah keagamaan. Salah
satu kontribusinya yang menonjol adalah upayanya menjembatani
konsep subjektivitas dan objektivitas.
Adalah Hegel yang pertama kali mengemukakan konflik dialektik
diantara konsep pemikiran satu generasi dengan generasi berikutnya.
Inilah yang kemudian dikenal sebagai teori Hegel tentang pergumulan
dialektika di antara thesis dan anti-thesis. Ia berpegang pada sifat
pertentangan di antara ide-ide. Berarti setiap ide yang bertentangan
satu dengan lain tetapi tidak saling kontradiktif, akan selalu terbelenggu
dalam pergumulan dialektika dalam mencari keunggulan.
Hal ini akan melahirkan ide yang lebih unggul sebagai hasil dari
proses dialektika terdahulu. Hal tersebut kembali akan memunculkan
anti-thesis baru sebagai hasil dari thesis sebelumnya. Demikianlah
prosesnya berlanjut terus sampai kemudian tercapai kestabilan thesis

64
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu PemikiranSejarah
Filsafat
danRasionalitas,
Eropa
Islam
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

yang menggambarkan pemahaman positif dan abadi realitas alam


yang objektif.
Ia menggunakan metoda tersebut untuk menetapkan peran logika
dalam mencapai Pengetahuan. Hanya saja metoda dialektika guna
mencari Kebenaran ini hanya berlaku dalam suatu sistem yang bersifat
faktual dan tidak abstrak. Hasil akhir pergumulan ide itu dinamakan
ide absolut. Inilah yang dimaksud sebagai konsep Hegel tentang
realitas terakhir dari kebenaran universal. Baginya sejarah tidak lebih
dari gerakan fikiran, yaitu integrasi thesis dengan anti-thesis untuk
menjadi sinthesis. Dalam kata-kata Lenin, Hegel meyakini bahwa:

‘Kehidupan memberikan otak. Alam ini direfleksikan dalamotak manusia.


Dengan menelaah dan menerapkan kebenaran refleksi tersebut dalam
kehidupan dan tehniknya sehari-hari, manusia akan sampai pada kebenaran
objektif.’8

Bagi Hegel, segala teori ideologi yang tidak terkait dengan alam
pengalaman fisik tidak perlu mendapat perhatian serius. Setiap diskusi
mengenai signifikasi ideologi demikian hanya terbatas pada minat
akademis saja.
Dengan menerapkan filosofi Hegel, adalah Marx yang
bereksperimen untuk memberikan norma kehidupan baru bagi manusia
yang didasarkan pada logika semata. Yang semula dianggap sebagai
bahasan sekuler, akhirnya menjadi perhatian masyarakat. Muncullahs
ebuah agama politis-ekonomis buatan manusia yang didasarkan pada
penyangkalan Tuhan. Cendekiawan Marxis pada dasarnya sependapat
dengan sudut pandang Hegel dan menolak konsep tentang kebenaran
hakiki. Mereka tidak menganggap kebenaran objektif sebagai suatu
hal yang absolut. Kebenaran tersebut selalu relatif terhadap masa dan
keadaan sekitarnya.
Di antara para pemikir sosialis, adalah Friedrich Engels yang
menerima konsep kebenaran absolut dan karena itu ia jadi bertentangan

65
Bagian
Mirza Tahir
1I Ahmad

dengan Bogdanov. Bagi para filosof


komunis, kebenaran adalah nama lain
pengetahuan yang diperoleh melalui
telaah objektif, tergantung pada masa
dan keadaan lingkungan tertentu.
Dalam batas lingkup demikian maka
kebenaran adalah pengetahuan dan
pengetahuan adalah kebenaran.
Karena itu ilmu pengetahuan bisa
didefinisikan sebagai kebenaran
objektif yang selalu berubah, selaras
dengan perubahan lingkungan yang terus berjalan.
Tidak dibutuhkan waktu terlalu lama untuk filosofi materialistik
ini menjadi panutan hidup orang. Marx menjadi rasul utama dari
agama tak bertuhan tersebut di samping sebagai juru bicaranya.
Kita perlu memahami lebih lanjut tentang dirinya mengingat betapa
besarpengaruh pendapatnya itu telah mengubah wajah dunia dan
bukan semata karena mekanisme materialisme dialektika.
Dalam spektrum konflik dari pandangan dan kepercayaan
manusia, agama berdiri di satu sisi yang paling ekstrim yang
menekankan peran wahyu sebagai prinsip bimbingan yang paling
valid bagi manusia. Adapun Marxisme berada di sisi ekstrim lainnya
dengan pandangan yang secara total menolak adanya kebenaran yang
diwahyukan. Diantara keduanya terdapat berbagai macam filosofi-
yang satu dekat kesini dan yang lainnya mendekat ke sana. Namun
menafikan sama sekali apa yang berkaitan dengan agama secara total
dan absolut hanya terdapat pada filosofi Marxis berupa materialisme
dialektika dan sosialisme ilmiah.
Di antara para filosof Eropa, Marx kelihatannya termasuk orang
yang paling berfikiran jernih dan idealistis, meski tidak pernah mau
mengakui idealismenya itu serta sangat cerdik dalam strategi filosofinya

66
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu PemikiranSejarah
Filsafat
danRasionalitas,
Eropa
Islam
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

menghadapi konsep tentang Tuhan dan agama. Baginya baik Tuhan


maupun agama tidak mempunyai arti sama sekali, sebagaimana juga
ilham tidak punya tempat dalam filosofinya. Ia tidak sependapat
dengan idealisme Hegel yang mengawali realitas objektif atau pun
berperan dalam pewujudannya.
Dalam filsafat Hegel dikatakan bahwa ide lahir dahulu, sedangkan
perubahan material baru kemudian muncul di bawah pengaruhnya.
Dengan demikian, ketika ide telah tumbuh sampai pada suatu
tingkat kematangan dan menjadi bernas dengan ide-ide baru lainnya,
semuanya itu akan memasuki lagi proses verifikasi. Demikianlah
ide bergerak terus, gelombang demi gelombang, sambil mentransfer
realitas subjektif menjadi kebenaran objektif yang kasat mata.
Marx cukup cerdik untuk mencurigai adanya perangkap fikiran.
Bila ide subjektif berubah menjadi realitas objektif sebagaimana
dikatakan filsafat Hegel, maka ide subjektif tentunya mendahului
realitas objektif. Hal ini akan menimbulkan rantai sebab akibat yang
bisa berbahaya. Dengan demikian memerlukan adanya kesadaran
awal yang tidak mungkin berwujud tanpa adanya kehidupan. Jika
begitu maka hal tersebut akan membawa fikiran kepada Tuhan sebagai
wujud Maha Penggerak yang bisa menghasilkan perubahan objektif
dengan instrumen ide. Mungkin karena hal inilah maka Marx tidak
secara terbuka menganut idealisme Hegel. Namun dengan pelintiran
halus dalam urutan sebab dan akibat, ia telah mengubah filsafat
Hegel menjadi miliknya. Ia menempatkan materi (zat) sebelum ide.
Pergumulan dialektika dengan demikian tidak dimulai dengan ide,
tetapi dengan zat yang tunduk pada hukum alam. Dengan demikian
maka materialisme dialektika tiba pada konklusi yang logis dengan
atau tanpa bantuan ide. Zat semata akan membentuk jalannya sendiri
dengan cara mempengaruhi hidup dan membentuk kodratnya.
Filsafat ini mengawali konsep non-eksistensi wujud Tuhan, yang
harus disingkirkan dari posisi pengendalian urusan manusia. Hanya

67
Bagian
Mirza Tahir
1I Ahmad

manusia saja yang berhak mengatur dirinya sendiri secara penuh


tanggungjawab.
Melalui cara itu maka ketergantungan Marx pada akal budi dan
logika menjadi sama totalnya dengan penolakannya terhadap Tuhan
dan Wahyu Ilahi. Idealisme absolut dan materialisme dialektikal hanya
soal urutan saja. Masalah yang perlu ditentukan hanyalah tinggal
tentang apa yang mendahului siapa.
Hal ini membawa kita ke pertanyaan penting berikutnya yang
memungkinkan kita lebih memahami maksud tersembunyi Marx.
Bagaimana ia bisa membayangkan kinerja mulus tanpa cacat suatu
sistem tanpa adanya suatu moralitas? Ia orang yang terlalu pintar
untuk mengabaikan masalah itu, tetapi ia juga cukup cerdik untuk
melihat adanya keterkaitan hubungan antara moralitas dengan Tuhan.
Manusia pada dasarnya bukanlah hewan yang bermoral. Malah
sebenarnya manusia merupakan hewan yang paling korup di bawah
langit. Semua usaha untuk menjadikan manusia bermoral bersumber
dari keimanan kepada Tuhan, namun Marx tahu betul kalau keimanan
kepada Tuhan adalah hal yang tidak sejalan dengan filsafatnya. Segala
hal yang menjurus atau mungkin menjurus kepada Tuhan merupakan
tabu atau pantangan. Ia harus memilih di antara dua pilihan: apakah
mengembangkan moralitas di dalam Komunisme untuk memelihara
kepentingannya dengan risiko membawa dunia Komunis kembali
kepada Tuhan, atau mengabaikan risiko tersebut dan menerima saja
kemungkinan buruk yang bisa terjadi atas sistem itu sendiri.
Mungkin ia beranggapan bahwa teror penghukuman akan
cukup mengimbangi ketiadaan pendidikan moral di antara para
penguasa pemerintahan Komunis. Ternyata dalam bidang ini ia
keliru sama sekali. Manusia adalah hewan yang korup, bahkan tidak
bisa diluruskan dan tetap korup meski terdapat sistem ganjaran tak
berampun dari suatu rezim totaliter.

68
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu PemikiranSejarah
Filsafat
danRasionalitas,
Eropa
Islam
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

Filsafat Marxisme yang berdasar materialisme dialektika tidak


me-nyisakan ruang bagi Tuhan. Atas dasar alasan itulah maka Vladimir
Ilich Lenin melancarkan kampanye garang terhadap mereka yang
berani mengusulkan perbaikan moralitas, walaupun dalam kerangka
fikir dari Komunisme sendiri.
Dengan demikian dalam Marxis-me tidak ada ruang untuk
Wahyu samawi, tidak juga norma etika yang didasarkan pada wahyu.
Marx rupanya menganggap perlu membuang moralitas dari kehidupan
manusia karena potensi tersembunyi
yang dimilikinya yang akan membawa
manusia kepada Tuhan.
Kemungkinan lain ia menolak
moralitas adalah perasaan takut
bahwa moralitas akan menghambat
kelancaran pelaksanaan revolusi
proletar. Kaum proletar ini sepanjang
sejarah terikat kepada kaum borjuis
atas nama kewajiban moral. Ikatan
demikian itu harus dihancurkan dan
massa harus bisa bebas melakukan
apa saja untuk memberontak terhadap penguasa mereka yang bengis.
Jangan sampai ada kewajiban moral menghambat jalan mereka. Mereka
harus bebas untuk membunuh, menjagal, merampok, membakar
dan melumatkan tatanan borjuis dengan dominasi ekonomi dan
politiknya. Karena itulah ia memandang moralitas sebagai musuh
utama dari sistemnya yang tidak mengenal Tuhan.
Terlepas dari jalan fikiran Marx yang demikian mantap, ia tetap
saja masih dipenuhi ketidak-konsistenan. Ia telah meletakkan dasar
proyeksi idenya sedemikian kokoh dan teguh di atas logika dan analisis,
yang mestinya tidak lagi mengandung inkonsistensi yang melekat.
Tetapi nyatanya inkonsistensi meruyak dalam konsep Marxisme. Salah

69
Bagian
Mirza Tahir
1I Ahmad

satu contoh inkonsistensi demikian adalah adanya penolakan total


terhadap moralitas di satu sisi dan pengerahan gerakan revolusioner
yang sepenuhnya didasarkan atas fenomena moral berupa simpati di
sisi lainnya.
Tidak itu saja. Simpati atas penderitaan mereka yang papa
jika dilakukan melampaui batas keadilan dan kejujuran sehingga
memunculkan kekejaman kepada yang lain, adalah kondisi kontradiksi
menjadi tambah mencolok. Jika tidak ada keadilan dalam segala urusan
manusia dan anda memulai suatu gerakan atas nama keadilan untuk
memperbaiki keadaan tersebut, mestinya anda tidak yang menjadi
titik awal anda bergerak. Sama saja halnya dengan memotong dahan
dimana anda sedang bertengger.
Di samping itu, suatu sistem yang tidak menghiraukan
pertimbangan perasaan dan moral, tentunya bertentangan dengan
dirinya sendiri jika sistem itu lalu mengharapkan komitmen kesetiaan
orang kepada suatu sistem yang pada esensinya bersifat amoral. Begitu
juga dengan kontradiksi Marx mengenai skema yang telah dirancang
secara seksama untuk menolong kaum proletar menggulingkan
dominasi despotik kaum borjuis. Sebutlah namanya sosialisme ilmiah
atau materialisme dialektika, jika filsafat ini benar maka mestinya tidak
dibutuhkan bantuan manusia luar guna mengatur dan membimbing
langkah-langkahnya.
Masalah penting lainnya yang harus diperhatikan adalah
kenyataan bahwa materialisme dialektika Marx jelas dipengaruhi
oleh karya monumental Charles Darwin dalam buku The Origin of
Species. Nyatanya, kajian yang lebih mendalam menunjukkan kalau
materialisme dialektika adalah nama lain pergulatan untuk eksistensi
dari Darwin yang diterapkan pada kehidupan manusia.
Masalah ketersediaan makanan dan sarana kehidupan sudah
selalu mendominasi kehidupan Homo Sapiens saat mereka menguasai
spesisies hewan sebelum adanya manusia. Prinsip sama dari survival

70
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu PemikiranSejarah
Filsafat
danRasionalitas,
Eropa
Islam
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

of the fittest (kelangsungan hidup dari yang paling tepat beradaptasi)


tetap saja berjalan sebagaimana selama itu telah berlangsung. Tidak
ada pilihan atau opsi bagi kehidupan untuk mencari alternatif lain
selain dari yang telah ditetapkan oleh kaidah ini. Pandangan ini
bersifat ilmiah. Jika filsafat Marxisme tidak memiliki keseimbangan
dari finalitas dan presisi, maka doktrinnya tidak bisa dikatakan sebagai
bersifat ilmiah. Materialisme dialektika akan kehilangan signifikasinya
sebagai suatu fenomena alamiah.

T eliti sekarang betapa berbedanya evolusi Darwin dengan


materialisme dialektika. Prinsip evolusi Darwin menguasai alam
keseluruhan dalam pembentukan kehidupan dan menentukan jalur
perjalanannya. Prinsip itu tidak memerlukan kampanye ideologi
untuk memperkenalkannya atau pun bantuan eksternal guna
membantu kemajuannya. Bahkan sebaliknya, prinsip itu berpotensi
menggagalkan dan merusak upaya luar yang akan menghalangi
jalannya. Misal, kalau Darwin tidak pernah dilahirkan dan tidak ada
yang pernah mengungkapkan misteri tentang evolusi, realitas evolusi
tetap saja tidak akan berubah. Ketiadaan Darwin tidak akan ada
pengaruhnya sama sekali pada kenyataan tersebut.
Hukum alam tidak bergantung pada pemahaman manusia
mengenai implementasinya. Persepsi manusia tidak berarti apa-
apa dalam realitas eksistensi hukum tersebut. Apakah manusia bisa
memahaminya atau tidak, roda raksasa alam semesta ini tetap saja
akan berputar terus.
Betapa berbeda keadaannya dengan materialisme dialektika!
Kalau saja Marx dan Lenin tidak pernah dilahirkan di dunia maka
revolusi Komunis di Rusia atau di bagian dunia lainnya tidak akan
pernah terjadi. Pada masa itu dalam sejarah Rusia, keadaan negerinya
memang sudah matang untuk terjadinya suatu revolusi, dengan
atau tanpa Lenin. Perbedaannya hanyalah kesempatan bagi Lenin
bertengger di atas gelombang badai saat revolusi dilancarkan atas

71
Bagian
Mirza Tahir
1I Ahmad

nama sosialisme ilmiah. Dalam pandangan Darwin tentang evolusi,


tidak diperlukan adanya sarana lain untuk pelaksanaan fitratnya, tidak
ada perancang yang harus ada untuk membantu proses sejarah alam.
Jika kita bandingkan filsafat Hegel dengan pandangan Marx,
masalah pokok yang mengemuka adalah: ‘Apakah ide mendahului ada
sebelum perubahan objektif dalam dunia material, ataukah perubahan
objektif itu sendiri yang telah melahirkan ide-ide dalam pergerakannya
tersebut?’
Jika Marx benar adanya, mestinya ia tidak perlu lagi melakukan
kampanye intelektual dan idealistik untuk mewujudkan revolusi
Komunis. Segala sesuatu yang bertentangan dengan konklusi ilmiah
dengan sendirinya tidak akan pernah terjadi.
Bila Komunisme dianggap sebagai kaidah sebagaimana halnya
hukum evolusi, maka ide yang paling kuat pun tidak akan mungkin
bisa membendung kemajuan Komunisme meski semua ide itu
berkolusi bersama. Inilah yang menjadi kontradiksi lain dalam
pandangan Marx. Rupanya ia mengutamakan materialisme dialektika
di atas ide, tetapi dalam pelaksanaannya ia bertumpu pada kekuatan
ide untuk menjalankannya.
Jika visinya memang didasarkan pada prinsip-prinsip ilmiah
yang sehat, maka konklusi logis mengatakan tentunya visi tersebut
sudah cukup untuk menimbulkan peralihan kekuatan ekonomi dan
politis dari tangan sekelompok kecil manusia ke tangan rakyat banyak.
Hanya saja keadaan yang telah menciptakan Marx dan Lenin tidak
bisa dihindarkan. Bagi Marx untuk terlahir dengan fitrat kepala dan
hati yang tepat dan bisa memenangkan dukungan dari seorang teman
kaya yang cerdas dan berpengaruh seperti Lenin jelas bukan suatu
hasil naluriah dari materialisme dialektika.
Lagi pula kegagalannya untuk melancarkan revolusi demikian di
Jerman yang menurut filsafatnya merupakan arena yang ideal karena
semua faktor revolusi proletar telah tersedia, merupakan bukti cukup

72
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu PemikiranSejarah
Filsafat
danRasionalitas,
Eropa
Islam
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

bahwa materialisme dialektika itu sendiri saja tidak cukup untuk


merubah wajah ekonomi dan politik dunia.
Di sisi lain, keberhasilan Lenin dalam suatu negeri yang secara
komparatif malah kurang industrialisasi dibanding Jerman, merupakan
bukti lain pandangan bahwa revolusi Rusia hanyalah suatu kebetulan
dan bukan merupakan konsekwensi langsung dari Marxisme. Adalah
suatu nasib buruk bagi sejarah Rusia bahwa Lenin pada saat itu ada
di sana saat periode kritis reaksi rakyat banyak sedang marak terhadap
kekuasaan Tsar yang despotik, kejam dan mementingkan diri sendiri,
ditambah lagi frustrasi bangsa itu atas kekalahan mereka pada Perang
Dunia Pertama, yang telah menciptakan kesempatan yang langsung
disambar oleh Lenin.

R usia pada waktu itu sudah matang untuk revolusi dan sudah
siap melakukan revolusi macam apa pun. Kalau bukan revolusi
Komunis, revolusi lainnya pun sama memadai. Yang diperlukan hanya
seorang pemimpin dengan kaliber Lenin. Adalah suatu kebetulan
bahwa Rusia menemukan dalam diri Lenin seorang pemimpin
revolusi yang juga menjadi murid sosialisme ilmiah dari Marx. Ia yang
menghujat eksploitasi manusia dengan kata-kata yang paling keras,
nyatanya malah kemudian muncul, dalam sejarah Rusia, sebagai
aktor terburuk yang mengeksploitasi manusia. Adalah Lenin yang
menentukan sejarah di Rusia dan bukannya materialisme dialektika.
Di samping berbagai kontradiksi lain, Marx juga bisa disalahkan
atas sekurang-kurangnya satu kekhilafan besar-ilmunya tentang
sosialisme telah mengabaikan sama sekali faktor fikiran di dalam
penelaahan.
Fikiran adalah palung tempat bermukim ide yang memiliki
identitas terpisah dari otak manusia. Otak adalah kediaman material
dari fikiran, namun fikiran yang menempati dan bermukim di tempat
itu bukanlah suatu zat (materil). Bila otak disepadankan dengan sebuah
komputer maka fikiran bisa dianggap sebagai penggeraknya (operator).

73
Bagian
Mirza Tahir
1I Ahmad

Suatu ide yang cemerlang bisa lahir melalui pengelolaan fikiran atas
otak komputer itu. Misalnya pun terdapat dua otak material yang
seratus persen mirip satu sama lain, jika fikiran yang menggerakannya
berbeda maka ide yang dilahirkan juga akan berbeda.
Semua kemajuan manusia di bidang ilmu pengetahuan, sosial,
ekonomi dan politik mengambil bentuknya di bawah pengaruh
fikiran. Negara-negara adidaya di dunia memaksakan kekuasaan
mereka di atas bangsa-bangsa yang lebih lemah hanya karena adanya
akumulasi kelebihan kekuatan fikiran yang mereka miliki. Begitu juga
keadaannya pada kelompok kaum borjuis dimana sumberdaya fikiran
yang mereka miliki telah menjadikan mereka mempunyai kekuasaan
absolut yang amat besar. Hanya saja doktrin dari materialisme
dialektikal tidak memperhitungkan faktor yang amat kuat ini.
Adalah suatu kesalahan perhitungan di pihak Marx yang
menganggap bahwa kekayaan terakumulasi dari sistem kapitalis
merupakan jumlah total hasil tabungan eksploitasi buruh oleh kaum
kapitalis. Tabungan enerji tersebut menurut Marx berasal dari bagian
hak kaum buruh tereksploitasi yang tidak dibayarkan serta bunga
yang diperoleh dari modal menganggur yang disimpan di bank.
Dengan demikian disimpulkan bahwa mayoritas kaum proletar
telah dirampok oleh sekelompok kecil kaum borjuis. Namun tenaga
kerja saja tidak akan mungkin mengakumulasi kekayaan jika tidak
dikawinkan dengan kekuatan fikiran yang lebih superior. Kenyataan
ini sengaja diabaikan oleh Marx. Temuan-temuan ilmiah yang bersifat
progresif yang telah merevolusi ratio input-output dari tenaga kerja
dibanding produksi pada esensinya adalah produk fikiran.
Buruh atau tenaga kerja di banyak negara dunia ketiga tetap
saja harus bergulat dan berkeringat, namun hasil output kerja mereka
tidak ada artinya dibanding hasil pekerja di negara-negara industri
yang telah maju. Peralatan yang lebih canggih dan unit produksi
mekanis serta teknologi modern jika dikawinkan dengan tenaga

74
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu PemikiranSejarah
Filsafat
danRasionalitas,
Eropa
Islam
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

kerja nyatanya telah membuahkan perbedaan hasil yang demikian


besar. Adalah potensi superior yang diperoleh dari pemanfaatan
fikiran itulah yang telah meningkatkan kadar produktivitas mereka.
Di luar itu maka tenaga kerja akan tetap tinggal tenaga kerja, baik
di Inggris, Bangladesh, kepulauan Pasifik atau pun di hutan-hutan
Afrika, yakni mereka seharusnya menerima penghasilan yang sama,
padahal realitanya ada yang menerima upah penghasilan jauh lebih
tinggi dibanding koleganya dinegara lain. Rupanya adalah fikiran
yang telah memainkan peran menentukan dalam proses pemberian
imbalan yang tidak seimbang tersebut. Perlu juga diingat di sini bahwa
kekuatan fikiran merupakan faktor alamiah yang bisa dimanfaatkan
untuk kebaikan atau pun kejahatan, tergantung pada siapa yang
menggunakannya.
Saat tenaga kerja yang dibantu fikiran telah menjadikannya jauh
lebih produktif, begitu juga halnya dengan sistem kapitalisme yang
dengan bantuan fikiran superior telah menjadikannya amat berkuasa.
Kekuasaan kapitalisme ini tidak akan begitu saja mengalirkan secara
otomatis kekayaan yang terakumulasi ke tangan segelintir orang.
Akumulasi kekayaan di tangan segelintir manusia hanya mungkin
terjadi jika kekuasaan fikiran memang berpihak kepada mereka.
Dalam hal kekuasaan fikiran itu bersifat jahat maka yang muncul
adalah kelompok para Mafia. Terhadap kelompok Mafia seperti itu
keseluruhan kekuatan kaum proletar meski digabungkan bersama
pun tidak akan mampu mengimbanginya.
Jumlah kelompok Mafia seperti itu begitu dimulai, akan terus
menerus menggandakan diri meluaskan dominasi mereka meliputi
semua area kepentingan manusia. Dengan berjalannya waktu,
mereka akan menjadi bertambah kuat dan bisa mengendalikan semua
lapisan masyarakat, baik yang di atas mau pun di bawah. Dalam
bidang keuangan, perdagangan, politik, dunia usaha, industri wisata,
kesehatan, perawatan sakit, industri perjalanan yang berkembang

75
Bagian
Mirza Tahir
1I Ahmad

cepat, dunia komputer, elektronika dan di mana-mana, kelompok


Mafia ini terus saja menebarkan bayang-bayang kelam yang bertambah
gelap. Karena itu bisa disimpulkan bahwa kekuatan fikiran itulah,
baik atau pun buruk, yang pada akhirnya menguasai dunia material.
Mekanisme materialisme dialektikal tidak mempunyai peran dominan
dalam menentukan takdir manusia. Sayangnya fikiran yang kemudian
muncul untuk menguasai dunia nyatanya bersifat jahat – yang
merupakan konsekwensi dari penolakan Tuhan.
Bukan ciri dari Marxisme saja yang telah menafikan peran akhlak
atau moralitas dalam kehidupan manusia. Apa yang dilakukan kaum
Komunis secara terbuka, malah dilakukan oleh para kapitalis dengan
kemunafikan yang piawai. Politik, perdagangan dan perekonomian
mereka jauh dari moralitas, yang sebenarnya telah mensejajarkan
kedudukan mereka dalam kesalahan ini dengan kolega mereka di
seberang sana. Kesempatan seorang proletar di negara Komunis untuk
angkat bicara menentang penindas mereka sama kecilnya dengan yang
dimiliki oleh rakyat banyak di dunia kapitalis.
Kelompok Mafia yang diciptakan oleh kekuatan fikiran yang
jahat dalam sistem kapitalisme tidak kalah mengerikannya dengan
yang bergerak di dunia Komunis ketika kaum papa yang tak berdaya
menyilang langkah dari kelas yang memerintah. Faktor inilah yang
menjadi konsentrasi kajian kita sekarang. Mengapa kelompok papa
dalam hierarki Komunis tiba-tiba melupakan semua kenestapaan
mereka pada masa lalu dan mulai mencoba mengendalikan massa
dengan hati yang membatu dan cengkeraman cakar besi? Akhlak
apakah yang mengatu rmereka? Rasa penyesalan seperti apa yang
mungkin mengingatkan mereka? Jika tidak ada moralitas dengan
sendirinya tidak ada juga penyesalan hati nurani. Adalah mekanisme
tanpa perasaan dalam suatu sistem yang kejam inilah yang pada
akhirnya menimbulkan kegagalan total dari Komunisme.

76
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu PemikiranSejarah
Filsafat
danRasionalitas,
Eropa
Islam
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

Kajian mendalam dan teliti dari semua rezim absolut akan


menghasilkan paradoks inheren yang aneh. Terlepas dari apakah
rezjim itu dibangun berdasar filsafat totaliter dari Komunisme atau
Fasisme, atau pun muncul sebagai ekspresi diktatorial dari seorang
tiran kapitalis. Mereka semua memiliki kemiripan yang sama yaitu
mereka tidak membiarkan diri mereka memiliki akhlak karena tanpa
penindasan kejam mereka tidak akan selamat, sedangkan moralitas
tidak mungkin muncul berdampingan dengan kekejaman. Dengan
demikian mereka tumbuh subur di ketiadaan moralitas, hanya saja
yang mengakibatkan kejatuhan mereka adalah ketiadaan akhlak itu
sendiri.
Kezaliman saja tidak cukup untuk melindungi rezim totalitarian
atau despotik. Kelicikan, perencanaan jahat, fitnah dan konspirasi juga
sama esensialnya dengan kezaliman itu sendiri. Adalah perkawinan
kotor fikiran yang busuk dengan hati yang kejam yang telah melahirkan
rezim diktatorial. Semuanya itu membantu mereka selamat untuk
suatu kurun waktu, tetapi kemudian meninggalkan mereka pada
akhirnya. Faktor-faktor konspirasi dan kelangkaan akhlak juga yang
kemudian menjadi penyebab kejatuhan mereka.
Sebenarnya tidak ada kemaslahatan atau kemudharatan yang
terjadi dalam urusan manusia yang merupakan akibat bawaan dari
suatu sistem. Dua faktor utama yang membentuk takdir manusia adalah
faktor fikiran dan faktor moralitas. Kekuatan atau kelemahannya,
kebaikan atau kejahatannya, akan menentukan nasib dari perencanaan
buatan manusia. Karena itu ternyata Marx telah melakukan kesalahan
dalam kedua hal tersebut. Hilangkan faktor fikiran dan moralitas dari
sosialisme ilmiah, maka yang tersisa bukan lagi sosialisme atau pun
ilmiah. Betapa pun masifnya kaum proletar berkembang, tidak akan
mungkin bisa menghadapi fikiran jahat yang bersatu.
Alangkah sialnya suatu zaman ketika fikiran jahat berkolusi
dengan ego seseorang untuk menguasai dunia. Karena itu tidak ada

77
Bagian
Mirza Tahir
1I Ahmad

perbedaan berarti di antara dunia yang dikuasai oleh mekanisme


amoral dari sistem materialisme atau oleh Mafia berfikiran jahat
yang amoral dari sistem kapitalisme. Namun sebenarnya masih ada
perbedaan yang cukup besar yang justru mengungkapkan kelemahan
dan cacat bawaan dari sistem Marxisme. Dalam sistem kapitalisme
masih ada secercah kemerdekaan yang dinikmati setiap individu dalam
masyarakat. Adalah kemerdekaan ini yang telah mengangkat derajat
masyarakat secara keseluruhan. Adapun dalam Komunisme tidak
ada kemerdekaan demikian. Depresi kegelapan yang berkembang
terus tetap saja tumbuh dan menembus setiap jaringan masyarakat
Komunis. Hal ini telah menekan keseluruhan kemampuan potensial
mereka kecuali di bidang-bidang yang sengaja dikembangkan oleh
negara.

D ilema lain yang dihadapi Marxisme adalah karena akhlak atau


moralitas tidak mungkin didefinisikan dalam sebutan-sebutan
partisan yang menggugah semangat. Masyarakat yang selama ini
diajar dan dilatih untuk menolak semua kewajiban moral terhadap
yang lainnya, kecil kemungkinan bisa memenuhinya untuk kewajiban
terhadap dirinya sendiri. Sudah menjadi pola umum perilaku manusia
bahwa begitu mereka sudah merasuk menganut immoralitas, maka
mereka akan tetap bersifat immoral. Hal yang sama juga berlaku pada
sistem komando Komunis. Immoralitas nyatanya telah memperkuat
genggaman mereka yang korup atas sistem yang mereka operasikan.
Bertambah busuk mereka maka jadinya akan bertambah kejam dan
tanpa perasaan perkembangan mereka guna mengekalkan kekuasaan.
Moralitas dan immoralitas tidak bisa disalurkan secara eksklusif
kesuatu arah tertentu. Tidak mungkin bagi hierarki Komunis untuk
memperlakukan dunia Komunis secara berakhlak meski mereka
berkehendak demikian, sedangkan mereka sudah dilatih untuk
memperlakukan dunia dan kepentingan non-Komunis tanpa adanya

78
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu PemikiranSejarah
Filsafat
danRasionalitas,
Eropa
Islam
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

kewajiban moral sama sekali. Faktor tunggal ini saja sudah cukup
kuat untuk menumbangkan kediktatoran Komunis dalam jangka
panjang.
Peribahasa populer yang menyatakan: ‘Kediktatoran cenderung
korup dan kediktatoran absolut pasti korup’ tepat sekali dikenakan pada
pemerintahan Komunis. Suatu immoralitas tidak mungkin bertahan
tanpa ditopang kekejaman, penindasan dan pengabaian keadilan secara
semena-mena. Sebagaimana kebencian akan melahirkan kebencian
lain, begitu juga immoralitas akan menumbuhkan immoralitas
lagi. Keadaan pengabaian nilai-nilai moral yang berkelanjutan pada
hierarki tertinggi Komunis sudah pasti akan membentuk kediktatoran
immoral yang absolut. Kediktatoran immoral yang absolut tersebut
tidak mungkin dibatasi hanya pada lingkaran kecil terpilih dari
pemerintahan mereka. Demi keselamatan kelompok, adalah suatu hal
yang esensial bahwa pembusukan juga berlangsung di semua tingkat
hierarki pengambilan keputusan yang berhampiran. Karena itu area
wilayah immoralitas akan bertambah luas, menyebar ke seluruh
tingkatan.
Masalah kewenangan absolut dari Nabi-nabi Tuhan amat
berbeda dari kewenangan duniawi. Kewenangan Nabi dipagari oleh
norma-norma akhlak agama yang tegas, yang bahkan tidak bisa
dilanggar oleh Nabi sendiri karena hal itu hanya akan meruntuhkan
kewenangannya. Perlu juga dicatat bahwa norma-norma akhlak berupa
wahyu Ilahi selalu bersifat konsisten dan memiliki fitrat menjadikan
para penganutnya konsisten dalam perilaku mereka. Karena itu hanya
kebenaran yang diwahyukan saja yang mungkin memiliki daya tawar
potensial guna mengobati manusia dari penyakit intrinsiknya. Tidak
ada norma perilaku buatan manusia yang didasarkan pada akal budi
manusia semata yang akan bisa menghasilkan mukjizat demikian,
walaupun didorong tekanan aniaya tanpa belas kasihan. Perbedaan
pokok di antara diktator sekuler dengan kewenangan absolut seorang

79
Bagian
Mirza Tahir
1I Ahmad

Nabi ialah diktator sekuler sepenuhnya terbebas dari kewajiban


mematuhi norma legislatif, adapun para Nabi sepenuhnya diatur oleh
Kitab Suci kaidah-kaidah akhlak yang secara simultan dan merata
diterapkan kepada seluruh penganutnya. Perbedaan inilah yang
memisahkan peran di antara keduanya.
Rezim Komunis yang kemudian mencapai kekuasaan, tidak
akan mungkin digulingkan oleh revolusi kaum proletar. Kekuasaan
yang dipegang hierarki tertinggi bersifat total dan tanpa ampun.
Istilah belas-kasih atau akhlak tidak mempunyai tempat dalam kamus
Marxisme. Stalin merupakan teladan sempurna norma perilaku amoral
Marxisme. Pembunuhan massal kaum proletar di altar Komunisme
saat rezim diktatorial Stalin, bisa dikatakan sebagai kinerja yang
dibanggakan hanya dari sudut pandang filsafat Komunis.
Sayang sekali kejeniusan Marx tidak mampu mengidentifikasi
kelemahan inheren dalam materialise dialektikanya. Tangan
Komunisme misalnya pun lebih perkasa dibanding badai gurun, tetap
saja tidak mampu meratakan tinggi rendah derajat manunsia dalam
masyarakat.
Setiap laut yang bergelora karena badai, suatu waktu akan kembali
tenang setelah unsur-unsur alam yang bergejolak menyelesaikan
siklusnya dimana setelah itu permukaan laut akan tenang kembali
tanpa riak berarti. Begitu juga padang pasir rata tak berbukit
menimbulkan ilusi kedamaian dan ketenangan yang sempurna.
Konsep stabilitas dan kedamaian dalam masyarakat manusia menurut
Marxisme sebenarnya lebih dekat dengan skenario yang dikemukakan
ini. Hanya saja kaum Marxis tidak menyadari kalau pemandangan
yang tenang di alam sebenarnya juga merupakan gambaran kematian.
Dimana terjadi pemerataan permukaan yang mutlak maka tidak
ada lagi saling mempengaruhi di antara kekuatan-kekuatan alam.
Namun kaum Marxis melupakan kenyataan bahwa permukaan laut
yang amat tenang atau gurun yang diam membisu adalah tidak sama

80
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu PemikiranSejarah
Filsafat
danRasionalitas,
Eropa
Islam
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

dengan kemerdekaan hasrat manusia untuk menipu, memalsu atau


menciptakan tinggi rendah artifisial jika sudah tidak ada lagi perbedaan.
Padahal tidak mungkin bagi manusia untuk membuat suatu sistem
yang bisa menggusur elemen tinggi rendah dalam masyarakat manusia.
Titik-titik air mungkin bisa mirip, dan partikel pasir bisa saja terlihat
sama satu dengan lain, tetapi manusia tidak demikian adanya.
Dalam filsafat Marxisme, partikel manusia yang menjadikan
utopia kedamaian Komunis. Kalau setiap warga dari negara Komunis
diberikan kesempatan ekonomis yang sama, setiap orang diberi roti,
daging dan mentega sejumlah yang sama, jika setiap keinginan manusia
bisa tersedia sejalan dengan kebutuhannya, maka tidak akan ada
lagi kejahatan yang muncul sebagai akibat dari keserakahan. Dalam
masyarakat yang secara ekonomis disama-ratakan demikian mestinya
tidak ada lagi orang yang perlu merampok, mencuri, menipu atau
berusaha mencari kekayaan karena tidak ada yang akan bisa dibeli
selain dari yang telah disediakan oleh negara. Masyarakat seperti itu
pada akhirnya akan bersih dari segala kejahatan akibat keserakahan,
yang menjadi faktor penyebab utama timbulnya kejahatan.
Pada keadaan dimana semua kesempatan itu sama, kebutuhan
juga sama dan pemenuhannya juga terjamin, sepanjang setiap warga
masyarakat urunan tenaga kerjanya sepadan dengan kapasitasnya, saat
itulah impian Komunisme tentang stabilitas sempurna akan menjadi
kenyataan. Masyarakat demikian tidak lagi memerlukan adanya
negara untuk mengatur mereka. Inilah yang merupakan utopia dari
materialisme Marx.
Trend terakhir dari perkembangan politik dan ekonomi di dunia
nyatanya telah menghancurkan dongeng materialisme tersebut. Tidak
diperlukan adanya takdir luar untuk memusnahkan taman Eden
kaum Marxis. Penolakan asas moralitas saja sudah cukup menjamin
kehancurannya.

81
Bagian
Mirza Tahir
1I Ahmad

Di samping itu juga terdapat cacat inheren dalam filsafat


regimentasi Marx. Terlepas dari kenyataan bahwa filsafat itu tidak
mengandung norma-norma akhlak untuk membimbing para
anggotanya agar melaksanakan tugas-tugas mereka secara jujur,
ditambah lagi ajaran tentang penyangkalan Tuhan serta penekanan
bahwa tidak ada kehidupan setelah mati untuk mempertanggung-
jawabkan perilaku manusia di dunia, semua itu telah memberikan
keberanian di hati para fungsionaris partai untuk mementingkan diri
sendiri dan tidak lagi mengenal disiplin. Sifat mementingkan diri
sendiri telah marak sedemikian rupa tanpa batas sama sekali, semata-
mata hanya untuk memenuhi nafsu dan ambisi pribadi. Setiap orang
merasa bebas melakukan apa saja untuk memuaskan keserakahannya.
Yang korup lalu mengelompok untuk melindungi kepentingan
kelompoknya. Mereka selalu bisa mencari celah untuk luput dari
perhatian dan konsekwensi penghukuman dengan cara merangkul
yang lainnya yang memiliki kesamaan. Mungkin kecenderungan fitrat
perilaku mementingkan diri sendiri inilah yang telah mendorong
Marx menyimpulkan bahwa manusia pada dasarnya adalah hewan
yang tidak bermoral. Hanya saja ia tidak menyadari kalau hal yang
sama itu juga yang kemudian telah membawa kehancuran kerajaan
Komunis.
Penolakan moralitas bukan satu-satunya rintangan yang menjadi
penghalang terwujudnya impian Marx tentang masyarakat tanpa negara.
Akses setara pada semua kesempatan saja tidak cukup untuk mencapai
sasaran berupa masyarakat tanpa negara, tidak juga keserakahan yang
dibatasi pada pemuasan kebutuhan ekonomis semata. Dimana letak
jawaban atas keserakahan untuk menguasai sumber kekuasaan yang
selalu menonjol dalam setiap sistem diktatorial? Lagi pula dimana ada
jaminan ilmiah di dalam sistem untuk memblokir alur kecemburuan,
kebencian dan balas dendam yang terkait dengan pencarian kekuasaan?
Filsafat ilmiah Marx sama sekali tidak menyentuh masalah ini. Untuk

82
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu PemikiranSejarah
Filsafat
danRasionalitas,
Eropa
Islam
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

mencapai utopia, setiap orang harus melewati rintangan dari sebuah


masyarakat yang tidak mengenal akhlak atau pun belas kasihan. Jauh
sebelum tercapai pemerataan masyarakat di bidang ekonomi dan
politis, immoralitas manusia sudah akan menghancurkan seluruh
kerangka khayalan Komunisme mengenai hidup.
Dari sudut pandang ini, jika kita teliti ulang problema yang
mengarah pada kehancuran kerajaan Komunis, jelas tidak bisa diabaikan
kondisi ketiadaan akhlak para fungsionaris partai sebagai penyebab
utama. Adalah korupsi di dunia Komunis yang harus disalahkan atas
kehancuran pemerintahan Komunis di Uni Soviet. Dengan demikian
dapat dikatakan kalau kegagalan sistem sudah tertera di dalam piagam
Komunisme saat moralitas dikeluarkan dari padanya.
Di satu sisi terdapat kebenaran yang diwahyukan dan di sisi
lain ada yang disebut sebagai kebenaran yang didapat sepenuhnya
melalui nalar manusia. Kelebihan dari kedua filsafat ini tidak terlalu
sulit untuk dipelajari. Pernyataan Ilahi selalu menyatakan bahwa
hukum dan keadilan dalam masalah kehidupan manusia tidak akan
bisa ditegakkan jika tidak dilakukan secara mutlak. Korupsi akhlak
dan norma-norma etika yang didasarkan pada keadilan mutlak tidak
mungkin jalan bergandengan. Kebenaran hakiki merupakan esensi
dari semua moralitas, dan moralitas absolut adalah esensi dari segala
kebenaran.Jadi tanpa perbaikan nilai-nilai absolut dari manusia, tidak
ada impian tentang surga di bumi bisa menjadi kenyataan. Hal ini
sudah menjadi pernyataan universal sepanjang masa.
Marx bangkit untuk melawan filsafat sepanjang masa yang
didasarkan kepada wahyu ini. Ia menolaknya mentah-mentah dan
mengeluarkan pernyataan bahwa manusia tidak membutuhkan
bimbingan Ilahi, di samping juga tidak ada yang namanya sosok
Tuhan. Adalah takdir dari manusia untuk membuka jalannya sendiri
menuju pencapaian impian membentuk surga di dunia. Dengan

83
Bagian
Mirza Tahir
1I Ahmad

demikian manusia sendiri yang membuka jalan berdasarkan daya


inteleknya sendiri tanpa adanya bimbingan Ilahi sama sekali.
Memandang visi Marxis tentang masyarakat tanpa negara, sekali
lagi terlihat mencuat cacat mendasar yang tersirat. Diasumsikan secara
serampangan bahwa jika masyarakat telah disama-ratakan secara
ekonomis maka akar utama kejahatan akan hancur dengan sendirinya
sehingga tidak diperlukan lagi adanya kekuasaan negara untuk
melawan kejahatan. Namun sifat serakah manusia nyatanya tidak
terbatas pada area aktivitas ekonomi semata. Misalnya semua tujuan
Marxisme telah tercapai, masih banyak lagi yang berkaitan dengan
keserakahan manusia yang belum terlihat oleh mata kaum Marxis.
Kalbu manusia menghasilkan demikian banyak nafsu dan ambisi
sehingga solusi apa pun yang ditawarkan jika tidak memperhitungkan
hal ini secara keseluruhan, tidak akan pernah cukup. Ketidak-setaraan
di antara manusia tidak hanya bersifat ekonomis semata. Bisa saja
ditimbulkan oleh keterampilan fisik atau mental dan fitrat lainnya dari
hati dan otak. Nafsunya untuk berkuasa, menaklukkan, memerintah,
mendominasi, mencintai dan dicintai, baru sekelumit saja dari segala
hal yang bisa menjadi tanah subur buat benih keserakahan berakar.
Kecantikan adalah salah satu yang tidak bisa dibagi rata di antara
semua pria dan wanita, tidak juga kesehatan dan kebugaran jasmani
sama pada semua orang. Indera pendengaran dan penglihatan, indera
rasa dan sentuhan, kecintaan dan kebencian, kegandrungan dan
rasa jijik, kemampuan artistik, selera musik dan seni, kesenangan di
bidang sastra, semua itu baru contoh sederhana dari sekian banyak
variasi yang telah dihasilkan oleh alam sepanjang sejarah evolusinya.
Tidak ada pendukung sosialisme ilmiah yang bisa mengingkarinya.
Semua itu harus diterima sebagai suatu fait accompli. Yang menjadi
masalah adalah keanekaan itulah yang justru sebenarnya mendasari
semua bentuk kebusukan dalam masyarakat manusia. Semua penyakit

84
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu PemikiranSejarah
Filsafat
danRasionalitas,
Eropa
Islam
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

sosial bersumber padanya. Satu-satunya solusi yang valid untuk


mendisiplinkan kecenderungan demikian adalah norma-norma
akhlak yang diwahyukan Ilahi, yang dengan sendirinya juga tidak
akan berfungsi tanpa keimanan kepada Tuhan. Singkirkan Tuhan dan
kebenaran yang diwahyukan dari kehidupan manusia, maka tidak
akan ada lagi kedamaian yang tersisa.
Komparasi mendalam tentang filsafat Marxisme yang tidak
bertuhan dengan keimanan kepada kebenaran yang diwahyukan bisa
membantu memperjelas topik bahasan. Di satu sisi ada akal budi
manusia sendiri tanpa bimbingan Ilahi yang mencoba mengatasi semua
permasalahan umat manusia dengan kekuatan sendiri. Di sisi lain
terdapat kebenaran Ilahi yang diwahyukan yang menekankan peran
akhlak mutlak untuk mengatasi immoralitas dalam diri manusia.
Tinjauan kritis atas pandangan yang pertama hanya akan
membawa kita kepada kesimpulan logis bahwa akal budi saja tidak
cukup untuk membimbing manusia kepada kedamaian dan ketenangan.
Kajian sejarah keagamaan mengungkapkan bahwa kedamaian dan
ketenangan hanya bisa dicapai ketika para Rasul Ilahi melancarkan
perang terhadap immoralitas dalam diri manusia. Semua itu harus
dicapai melalui kerja keras, keringat dan darah untuk menciptakan
pulau-pulau yang relatif damai di tengah samudra kejahatan dan dosa
yang menggelora. Suatu ketika mereka tersapu lagi oleh gelombang
laut godaan. Namun meski demikian, nyatanya tingkat moralitas
manusia dari masa ke masa telah membaik satu atau dua tingkat. Jika
tidak demikian keadaannya dan tidak ada gerakan yang bersemangat
Ilahi untuk memperbaiki akhlak manusia, maka masyarakat manusia
akan seratus kali lebih buruk dari keadaannya sekarang. Karena itu
tidak ada keraguan lagi akan perlunya Wahyu dan Kebenaran yang
diwahyukan.

85
Bagian
Mirza Tahir
1I Ahmad

Catatan
a. Fenomena adalah benda atau keadaan sebagaimana tampak pada
pandangan orang. (Penterjemah)
b. Noumena adalah benda atau keadaan menurut keadaan
sesungguhnya (das sein an sich). Meski noumena menguasai
dunia intelektual tetapi Kant menganggap bahwa manusia hanya
mampu memahami fenomena dan tidak akan pernah bisa masuk
kedalam noumena kecuali jika dunia noumena ini adalah tempat
bermukim kemerdekaan, Tuhan, dan keabadian. (Penerjemah)

Referensi
1. Westfall, R. C. (1993) The Life of Isaac Newton, Cambridge
University Press, Cambridge, hal. 124
2. Westfall, R. C. (1993) The Life of Isaac Newton, Cambridge
University Press, Cambridge, hal. 122
3. Westfall, R. C. (1993) The Life of Isaac Newton, Cambridge
University Press, Cambridge, hal. 121
4. Gutman, J. (1963) Philosophy A to Z, Grosset & Dunlap Inc.,
New York.
5. Kiernan, T. (1966) Who’s Who in the History of Philosophy,Vision
Press, New York, hal. 54
6. Copleston, F. (1956) Contemporary Philosophy, Studies
of Logical Positivism and Existentialism, Burns, Oates and
Washbourne Ltd. London, hal. 154-155
7. Sartre, J. (1975) Existentialism and Humanism, Eyre
MethuenLtd., London, p. 34
8. Lenin, V. I. (1963) Collected Works, vol. 38, Philosophical
Notebooks, Foreign Languages Publishing House, Moscow,
hal.201

86
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu Pemikiran
Filsafat
Filsafat
dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Eropa
Islam
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

FILSAFAT YUNANI

B erkaitan dengan masalah Wahyu dan Rasionalitas, sulit


menemukan dari antara sekian banyak filosof Yunani yang bisa
memenuhi deskripsi sebagai seorang Nabi yang menyeimbangkan
secara sempurna dalam dirinya kedua hal tersebut, kecuali sosok
Socrates.
Socrates (470-399 sM) adalah sosok khusus yang mempunyai
posisi unik dalam sejarah filsafat Yunani. Tentunya ada Nabi-nabi
sebelum dirinya atau pun sesudahnya, tetapi tentang mereka kita
hanya bisa menyiratkan saja dari beberapa rujukan yang dikemukakan
Socrates sendiri. Sebagai contoh, ia diketahui pernah mengatakan
bahwa bukan hanya ia saja yang berasal dari Tuhan dan menerima
wahyu, karena sudah banyak manusia-manusia agung sebelum
dirinya yang menyebarkan ajaran demi kebaikan. Begitu juga ketika
ia mengingatkan penduduk Athena agar tidak membunuhnya karena
mereka tidak akan menemukan lagi orang yang sama dengan dirinya,
kecuali jika Tuhan berkehendak membimbing bangsa Athena di jalan
yang benar dengan mengirimkan seorang lain.
Bab ini sebagian besar membahas Socrates dan sosoknya
karena sudut pandangan yang bersangkutan menunjukkan adanya
keseimbangan sempurna antara Wahyu dan Rasionalitas. Namun
tidak mungkin juga untuk tidak menyebut Plato dan Aristoteles jika
kita berbicara filsafat Yunani. Mereka itulah yang mempelopori gaya
baru yang kemudian menjadi hampir abadi, namun kebesaran nama
mereka tidak terlepas dari penghulu yang mereka sama hormati.

87
Bagian
Mirza Tahir
1I Ahmad

Socrates yang telah memperkenalkan ke dalam diskusi filsafat


pada masa itu unsur-unsur Pengetahuan, Kebenaran dan Rasionalitas
dengan tekanan demikian kuat sehingga para penyusun biografi
dirinya menganggap bahwa ia telah membawa filosofi halus dari langit
ke bumi. Kami meyakini bahwa hal itu benar adanya. Ungkapan
filosofis para filosof sebelum dirinya tidak lebih merupakan perilaku
manusia bumi. Adalah Pengetahuan, Kebenaran dan Rasionalitas yang
telah mengangkat fikiran manusia ke jenjang yang demikian tinggi.
Itulah sebabnya walau Plato dan Aristoteles meninggalkan warisan
yang demikian berharga kepada kita berkaitan dengan diskusi filsafat,
tidak ada yang lebih berharga dibanding pengaruh agung integritas
Socrates yang telah membentuk Plato dan Aristoteles. Filsafat Plato
dan Aristoteles akan kami bahas juga secara singkat sebagai bentuk
pengenalan.
Plato dan Aristoteles memberikan prioritas kepada Rasionalitas
untuk memahami skema benda-benda di alam semesta. Apa kaitan
Rasionalitas dengan dunia eksternal?
Bagaimana Pengetahuan diperoleh dan apa
yang dimaksud dengan Kebenaran abadi?
Atas pertanyaan-pertanyaan ini, kedua filosof
agung tersebut memberikan sudut pandang
yang beragam.
Menurut Plato tidak benar menganggap
persepsi tentang dunia eksternal sebagai
kebenaran hakiki karena kajian superfisial atas
zat eksternal tidak cukup untuk memperoleh
pengetahuan hakiki tentang fitrat intinya.
Plato beranggapan bahwa tersembunyi di dalam semua fenomena
eksternal terdapat dunia pemahaman lebih dalam yang tidak kelihatan,
yang tidak mungkin dicapai hanya dengan analisis sederhana saja.

88
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu Pemikiran
Filsafat
Filsafat
dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Eropa
Islam
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

Plato mengakui adanya eksistensi suatu daerah yang tidak


terlihat, yang diatur oleh Wujud Maha Agung dan Maha Mengetahui
dengan banyak pembantu yang berkerja
menurut aturan-Nya untuk memelihara
seluruh alam ciptaan. Namun rupanya a tidak
meyakini bahwa Wahyu memiliki peran untuk
memberikan Pengetahuan tentang hal-hal yang
tersembunyi. Baginya Pengetahuan hakiki
diperoleh melalui interaksi antara Rasionalitas
dan inspirasi intelektual. Keterkaitan antara
intelek dengan ilham terkadang menghasilkan
konsekwensi menarik atau menakjubkan.
Hasil dari proses demikian terkadang
menghasilkan lompatan jauh dalam bidang Pengetahuan dan bukan
lagi perkembangan sedikit demi sedikit. Bisa saja muncul ide-ide baru
tetapi hal ini selalu terkait dengan proses berfikir manusia. Nilainya
menurut Plato tergantung pada mutu dan tingkat rasionalitas fikiran
yang memandang.
Bagi Plato, Rasionalitas memerlukan suatu pencarian yang
intensif untuk menembus relung-relung terdalam dari semua kategori
fenomena alamiah. Dengan cara menata data yang diperoleh dalam
suatu susunan intelektual yang teratur maka manusia akan bisa meraih
kebenaran. Menurut pendapatnya:
‘Karena adanya sesuatu di dalam dirinya berbentuk percikan api samawi,
setelah suatu persiapan yang tepat, ia akan bisa mengarahkan pandangan
intelektualnya pada segala realitas dari dunia yang tidak kasat mata (ghaib),
dimana berdasarkan nurnya itu maka ia akan mengetahui apa yang benar
dan bagaimana berperilaku. Ia tidak memperoleh hasil demikian secara
mudah-untuk mendapatkannya tidak saja diperlukan upaya intelektual yang
amat besar, termasuk menguji-ulang asumsi yang digunakan, tetapi juga
memunggungi (meninggalkan) semua hal di dunia yang bersifat sensual dan
hewani. Hasil akhir yang diperoleh adalah dalam bentuk prinsip, sedangkan
manusia yang berhasil mencapainya akan memanfaatkan bagian terpenting
dari dirinya sebaik mungkin dengan cara yang terbuka baginya.’ 1

89
Bagian
Mirza Tahir
1I Ahmad

Dengan demikian bagi Plato, Pengetahuan bisa dicapai hanya


dengan indera observasi dan Rasionalitas yang terkadang dibantu oleh
inspirasi dan intuisi. Kebenaran adalah pengetahuan yang diperoleh
melalui cara demikian. Singkat kata, Plato menganggap bahwa dunia
nyata ini hanyalah fasad (bagian atau kulit muka) sedangkan kebenaran
yang tersembunyi di belakangnya bisa jadi amat berbeda dibanding
penampakannya. Berarti betapa kerasnya pun kita berusaha, kita tetap
saja tidak akan bisa memahami fitrat dari fakta eksternal karena semua
fakta atau objek eksternal tersebut selalu berubah. Karena itu suatu
observasi yang dilakukan pada suatu waktu tertentu bisa saja berbeda
dengan hasil observasi pada saat lain.
‘Plato beranggapan bahwa ide merupakan suatu yang ideal, sebuah sasaran
tanpa-nalar dimana kebijakan mencoba mendekatinya. Segitiga sama kaki
sempurna “tidak berada dimana-mana” meskipun semua segi tiga merupakan
perwujudan atau penjelmaan daripadanya. Ia memandang ide sebagai suatu
hal yang lebih realistis ketimbang hal-hal nalar yang merupakan bayangannya.
Ia pun menyatakan kalau ahli filsafat harus berusaha menembus esensi yang
tidak kasat mata (ghaib) itu serta melihatnya dengan mata batin tentang
bagaimana perkaitan di antara keduanya. Bagi Plato semua hal itu merupakan
suatu sistem yang teratur yang juga bersifat abadi, masuk akal dan baik.’ 2

Bertentangan dengan Plato, Aristoteles memberikan prioritas


pada realitas eksternal yang kasat mata. Baginya setiap pemahaman
yang diperoleh manusia kapan pun harus dianggap sebagai kebenaran.
Kelihatannya Aristoteles seperti menganggap dunia eksternal itu
sendiri merupakan kebenaran abadi. Aristoteles menerima eksistensi
ide ke arah siapa ‘semua bentuk fisik’ bergerak mendekat. Berbeda
dengan Plato, ia menganggapzat atau materi sebagai realitas abadi yang
merdeka dan menggambarkan evolusi berkesinambungan yaitu tidak
ada Wujud Maha Mengetahui yang ambil peranan. Ia menganggap
evolusi tersebut hanya bergantung kepada kecenderungan alamiah
yang terdapat laten di dalam zat itu sendiri.
Dari pernyataan di atas jangan lalu disimpulkan bahwa Aristoteles
tidak percaya kepada Tuhan Yang Pencipta. Sebaliknya ia meyakini

90
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu Pemikiran
Filsafat
Filsafat
dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Eropa
Islam
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

adanya sosok Maha Agung yang bertanggung-jawab atas keseluruhan


rantai kausa dan efek yang bisa disebut sebagai Kausa Utama dan
Pertama dari segala kausa. Namun kemudian kita akan melihat adanya
perubahan gradual dalam masyarakat tentang konsep Socrates, Plato
dan Aristoteles mengenai Tuhan.

S ocrates kelihatannya memiliki suatu hubungan yang bersifat


pribadi dan amat intens dengan Wujud Yang Maha Agung.
Kepribadiannya sendiri dibentuk menurut pola para Rasul Tuhan.
Plato merupakan muridnya dari generasi pertama yang juga masih
cukup besar terpengaruh oleh semangat Socrates. Dalam diskusi
filsafat dan ilmiah mereka itu jelas terdapat kesan spiritualitas. Namun
dalam periode transisi dari Plato ke Aristoteles, kita melihat adanya
penurunan peran Tuhan sebagai Wujud yang berperan hidup dan aktif
dalam fenomena alam. Dalam pandangan Aristoteles kita tidak lagi
menjumpai adanya bukti-bukti yang menyatakan bahwa ia meyakini
adanya bentuk komunikasi antara Tuhan dengan manusia.
Meskipun ide tentang kebenaran abadi tidak secara eksplisit
dikemukakan atau dibahas dalam filsafat Aristoteles, sebuah analisis
atas karyanya menyimpulkan bahwa ia mempunyai keyakinan tentang
adanya kebenaran abadi. Pandangan ini terkait pada gerak konstan
suatu zat dan kecenderungan alamiahnya untuk berevolusi ke arah
status yang ideal. Menurut filsafat ini, materi bergerak maju ke arah
bentuk ideal ke arah itu suatu zat selalu berevolusi.
Bagi Aristoteles, apa pun yang dilihat seseorang pada suatu saat
tertentu bisa diklasifikasikan sebagai suatu fakta pada waktu tersebut.
Konklusi yang ditarik dari fakta demikian sebagaimana dikompilasi
oleh nalar, bisa disebut sebagai Pengetahuan yang setelah ditinjau
dan diverifikasi dari berbagai sudut pandang, patut dianggap sebagai
Kebenaran.
Di antara para filosof awal, Aristoteles menonjol karena
pengaruh pandangannya yang berkesinambungan atas berbagai era

91
Bagian
Mirza Tahir
1I Ahmad

pemikiran filosofis. Bahkan juga sekarang, tidak ada cabang filsafat


yang sepenuhnya bebas dari pengaruh dominasi intelektual dirinya.
Kita bisa menyimpulkan bahwa antara sebagian besar filosof
Yunani, meski pun mereka ada juga yang percaya kepada Tuhan, tetapi
tidak ada disebutkan Wahyu sebagai instrumen esensial dalam alih
Pengetahuan dari Tuhan kepada manusia. Mereka hanya mengakui
Rasionalitas yang dikawinkan dengan observasi dan eksaminasi
manusia sebagai cara yang paling bisa diandalkan guna mencapai
Pengetahuan dan Kebenaran.
Kajian singkat atas filsafat Yunani ini tidak merangkum semua
filosof besar bangsa Yunani yang telah meninggalkan jejak yang
tidak bisa dihapus pada sejarah pemikiran manusia. Tujuan utama
pembahasan ini adalah untuk mengemukakan kajian singkat tentang
konsep Rasionalitas, Wahyu dan Kebenaran sebagaimana yang ada
dalam karya-karya filosof Yunani yang perkataan dan nama besarnya
telah menjadi kekal dalam sejarah. Setelah ini maka kami akan
memperkenalkan Socrates secara lebih lengkap.
Socrates adalah filosof Yunani yang paling agung, perilakunya
tidak ada yang kontradiktif demikan juga antara ide dan amal
perbuatannya. Namun oleh para penulis modern, sosok ini selalu
digambarkan dalam gambaran kelam berbagai kontradiksi yang
aneh. Ia adalah seorang guru akhlak yang menonjol, yang sekarang
ini tercermin pada sosok Plato, Xenophon dan beberapa sosok
kontemporer pada masa itu, namun ia tidak diposisikan di tingkat
yang patut baginya. Adapun tentang Xenophon dapat dikatakan bahwa
karena ia sendiri penganut mithologi politheistik bangsa Athena, ia
juga telah memberi atribut pada Socrates bahwa yang bersangkutan
juga mempercayai banyak dewa. Karena itulah dalam tulisan tentang
Socrates pada masa sekarang kita banyak menemukan rujukan yang
kontradiktif yang menyatakan bahwa ia percaya kepada banyak dewa
tetapi juga meyakini Yang Maha Esa sebagai Pencipta alam semesta.

92
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu Pemikiran
Filsafat
Filsafat
dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Eropa
Islam
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

Padahal seluruh bagian pribadinya yang monotheistik berdenyut


dengan kehidupan dan spirit dari seorang yang menyembah Tuhan
Yang Maha Esa.
Kepercayaannya pada Ketauhidan Ilahi tidak dapat digoyahkan,
perlawanannya terhadap pluralitas mithologi Yunani tidak mengenal
kompromi. Kebajikan, pengetahuan, kebenaran dan menghapus
semua pertentangan dalam diri orang merupakan subjek dedikasinya
sepanjang hayat. Jalan hidupnya merupakan jihad terhadap kejahatan,
kebodohan, kesombongan dan sifat mendua dalam diri manusia. Ia
berpegang pada keadilan mutlak dan pertanggung-jawaban. Ia pun
mempercayai kehidupan setelah mati dan adanya penghukuman atau
ganjaran atas perilaku manusia di dunia. Ia tawakal menyerahkan
nyawanya dengan kedamaian hati dan ketenangan kalbu di altar
keimanannya kepada Ketauhidan Ilahi, sebagaimana layaknya setiap
Nabi akbar yang datang dari Tuhan.
Namun bukan itu saja yang merupakan gambaran pengurbanannya
yang agung. Berkompromi dengan kedustaan meskipun hanya seujung
kuku, tidak ada dalam kepribadian Socrates. Ia dengan tersenyum
bersedia menyerahkan nyawa dan menolak segala tekanan masyarakat
yang memaksanya dibawah ancaman kematian untuk mengubah walau
sedikit keyakinannya. Adalah filosof akbar Yunani yang sebenarnya
seorang Nabi ini, yang kemudian secara paradoks diberi gelar sebagai
‘bapak filsafat Barat.’
Apa pun yang merupakan kesamaan antara dirinya dengan kajian
filosofis para filosof Barat, justru adalah ketiadaannya. Kebajikan,
kerendahan hati, keadilan mutlak, keimanan teguh pada Ketauhidan
Ilahi, pertanggung-jawaban manusia di dunia dan di akhirat bisa
disimpulkan sebagai komponen utama filsafatnya. Bagaimana mungkin
ia menjadi bapak para filosof seperti Descartes, Hegel, Engels dan
Marx? Tentunya semua tanda genetik kebapakannya itu telah pupus
sama sekali dengan berjalannya waktu. Jika kita jujur berpegang pada

93
Bagian
Mirza Tahir
1I Ahmad

keadilan, apakah mungkin penafikan mereka itu terhadap akhlak atau


moralitas bisa ditelusuri ke belakang dan ditemukan dalam ajaran
Socrates? Tidak, jelas tidak.
Dunia Socrates waktu itu amat berlainan dan memang merupakan
dunia para Nabi. Ia mempercayai Mimpi atau Ru’ya yang diturunkan
Ilahi, ia percaya kepada Wahyu, ia meyakini Pengetahuan sebagai
Kebenaran dan Kebenaran sebagai Pengetahuan. Ia meyakini bahwa
tidak ada Pengetahuan yang bisa diandalkan kecuali yang diberikan
sendiri oleh Tuhan kepada manusia.
Ia ditugaskan untuk menyampaikan pesan Ilahi kepada bangsa
Yunani. Baginya kehidupan di dunia hanyalah sebagai tahap persiapan
bagi kehidupan yang akan datang. Hanya ruh manusia saja yang
menjadi perhatiannya. Adalah ruh ini yang ditakdirkan untuk diantar
dan ditransfer ke akhirat nantinya. Inilah inti pokok filosofinya, yang
mungkin anda sebut sebagai kebijakan Ilahi, namun jelas bukan suatu
filsafat sekuler sebagaimana digambarkan oleh cendekiawan modern.
Banyak sekali upaya yang dilakukan manusia setelahnya untuk
mengeluarkan namanya dari jajaran kehormatan para Nabi dan
mensejajarkan dirinya dengan para filosof biasa. Banyak dari penulis
modern, sungguh pun tinggi pengetahuan mereka, ternyata terkecoh
dan rancu tentang identitas dirinya yang sesungguhnya. Mereka telah
menghamburkan demikian banyak material buku-buku tentang
Socrates untuk mendudukkan dirinya di tempat yang tidak patut
baginya.
Beberapa cendekiawan terkenal telah mencoba secara serius
menghapus bayangan kontradiktif dalam ajarannya yang sebenarnya
tidak pernah ada. Bagi mereka ini kontradiksi terdapat diantara
keyakinan Socrates akan wahyu Ilahi dengan apa yang dianggap sebagai
rasionalitasnya yang terlihat. Kalau pun rasionalitas dan wahyu Ilahi
pernah menjadi paradoks, justru hal inilah yang selalu dikemukakan
oleh semua Nabi-nabi Tuhan, tidak terkecuali Socrates. Semua Nabi

94
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu Pemikiran
Filsafat
Filsafat
dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Eropa
Islam
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

yang benar dan pendiri agama-agama samawi sama percaya kepada


wahyu Ilahi dan rasionalitas dan berpegang kepada keduanya dengan
kegigihan absolut. Mereka tidak melihat adanya kontradiksi di antara
keduanya. Misalnya pun ada, karena mereka pada hakikatnya adalah
orang-orang yang jujur, maka mereka tentunya akan menolak ide
tentang Tuhan atau pun ide tentang rasionalitas, atau juga kedua-
duanya. Bagi mereka, ide tentang rasionalitas dan tentang Tuhan
tidak mungkin berada di pihak yang berseberangan. Paralaks adalah
perubahan dalam posisi objek karena yang memandangnya mengubah
posisinya. Karena itu ia yang melihat paralaks dalam kepercayaan
Socrates dengan rasionalitasnya, kemungkinan besar ia sendiri yang
menderita penglihatan ganda. Silakan mereka baca kembali ajaran-
ajaran Socrates dan semua yang ditulis tentang dirinya oleh sumber-
sumber yang otentik. Mereka akan menemukan sosok pribadi utuh
dalam dirinya yang tidak mungkin bisa dipisah secara simultan antara
keyakinannya kepada Tuhan dan filsafatnya yang rasional. Mereka
akan melihat kalau yang menjadi pokok perhatiannya adalah obsesinya
bahwa manusia tidak memperhatikan dengan benar pentingnya
kebajikan dan tidak memahami makna hakikinya.
Dilema kontradiksi antara citra Socrates yang benar dengan
yang palsu, yang dilekatkan kepada dirinya, adalah karena distorsi
dari beberapa istilah signifikan yang digunakan di dalam material
sumbernya. Salah satunya adalah istilah ‘arete’ apakah berarti kebajikan
atau kesalehan ataukah merupakan suatu konotasi sekuler, merupakan
salah satu pertanyaan yang perlu dibahas. Dalam pandangan W. K.
C.Guthrie dinyatakan:
‘Kita sekarang tahu bahwa perkataan ‘virtue’ (kebajikan, kesalehan, budi
luhur) tidak betul keterkaitannya dengan kata Yunani ‘arete’ yang pada
dasarnya berarti efisiensi dalam pelaksanaan suatu kerja.’3

Menurut Guthrie, hal ini yang telah menjengkelkan perasaan


bangsa Athena yang dikatakan bersifat praktis. Kata ‘praktis’ ini

95
Bagian
Mirza Tahir
1I Ahmad

menunjukkan adanya kontradiksi mencolok dalam pemahaman


Guthrie tentang arete karena jika definisi yang bersangkutan benar
adanya, tentunya justru Socrates-lah yang menjadi orang yang paling
praktis di Athena dan bukan para pengeritiknya yang hanya tertarik
kepada masalah ‘kemampuan politis’ dan ‘kewajiban moral.’
‘Salah satu hal tentang Socrates yang menjengkelkan bangsa Athena yang
berfikiran waras dan praktis adalah karena ia lebih cenderung berbicara kepada
orang-orang hina yang tidak relevan seperti tukang sepatu atau tukang kayu,
sedangkan apa yang mereka ingin pelajari adalah tentang kemampuan politis
atau tentang keberadaan dari konsep tentang suatu hal yang disebut sebagai
kewajiban moral.’3

Kiranya jelas dari pernyataan ini bahwa di mata Guthrie, sosok


Socrates sama sekali tidak tertarik kepada ‘kebajikan’ sebagai suatu
besaran dalam akhlak atau moralitas. Ia dikatakan hanya tertarik
kepada pengetahuan yang dimiliki dan cara kerja para tukang atau
pekerja senir, serta tujuan dari apa yang mereka kerjakan itu. Sebagai
contoh, ia dikatakan ingin mengetahui apa fungsi sebuah tangga dan
untuk apa tangga itu dibuat. Filsafat sekuler Socrates seperti inilah
yang terlihat di mata Guthrie. Satu-satunya thema yang menjadi
pokok perhatian Socrates hanyalah cara kerja para tukang saja. Begitu
itulah visualisasi Guthrie tentang Socrates yang dikatakan menjelajah
jalan-jalan di kota Athena hanya untuk berbicara kepada orang awam
dan mengajari mereka bagaimana mencapai perbaikan dalam tata cara
kerja seni dan pertukangan. Ia sepenuhnya meleset dalam memahami
inti pokok filsafat Socrates yang menurutnya tidak ada kaitannya
dengan masalah kebajikan dan kesalehan.
Satu hal yang pasti mengenai Socrates, apa pun yang digelutinya
adalah hal yang selalu berkaitan dengan arete. Jika pada saat itu ia
dipersalahkan oleh masyarakat karena tidak membahas mengenai
moralitas, berarti bagi mereka kata arete tidak ada kaitannya dengan
pengertian moral. Kami memprotes tuduhan pengarang ini yang jelas-
jelas salah. Masyarakat Athena tidak pernah menyalahkan Socrates

96
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu Pemikiran
Filsafat
Filsafat
dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Eropa
Islam
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

karena tidak mau membahas masalah akhlak. Justru sebaliknya, bangsa


Athena menghukumnya karena dianggap terlalu sibuk dalam masalah
moralitas yang menurut mereka cenderung akan merusak pemuda-
pemuda Athena. Dengan cara menghapus konotasi moral dari kata
arete, Guthrie telah menyangkal status Socrates sebagai guru ruhani.
Dengan cara licik demikian ia telah mencoba mengubah fakta sejarah.
Namun ia hanya berhasil menciptakan paralaks di antara pribadi
imajiner Socrates di mata sang pengarang dengan pribadi nyata
yang dimilikinya. Siapa pun yang mengenal Socrates sebagaimana
tertera dalam tulisan-tulisan Plato dan beberapa filosof kontemporer,
pasti akan menolak pandangan tidak berdasar pengarang tersebut.
Semuanya juga tahu bahwa apa yang menjengkelkan masyarakat
Athena jelas bukan apa yang dinyatakan oleh sang pengarang. Socrates
mengemukakan Ketauhidan Ilahi dan melakukan jihad atau perang
suci terhadap immoralitas. Itulah yang menjadi missi Socrates dan
itulah makna arete baginya. Semua itu merupakan fakta yang harus
dipahami dalam kaitannya dengan pengertian kata arete.

B erbeda dengan Guthrie, kata arete diterjemahkan banyak


ilmuwan lainnya secara benar yang berarti ‘kebajikan’ dengan
segala konotasinya. Ketika Socrates berbicara mengenai hal-hal kecil
seperti fungsi instrumen dari suatu keahlian atau kesenian serta tentang
bagaimana seharusnya fungsi itu bekerja, ia pasti sedang berbicara secara
tamsil yang berkaitan dengan kemanusiaan. Jika tidak demikian, maka
ia tidak akan menyalahkan pengetahuan yang dimiliki para tukang itu
tentang pekerjaan mereka sendiri dan tidak akan mengatakan mereka
sebagai orang yang bodoh. Apa yang diuraikannya adalah ketidak-
tahuan manusia akan fitrat pengetahuan tentang Tuhan yang terletak
jauh di bawah permukaan okupasi manusia, namun tidak disadari
olehnya. Dengan kebodohan seperti itu tidak ada orang yang patut
disebut sebagai manusia, sebagaimana halnya seorang tukang yang
tidak patut disebut tukang jika ia tidak memiliki pengetahuan tentang

97
beda dengan Guthrie, kata arete diterjemahkan banyak ilmuwan lainnya
yang berartiMirza‘kebajikan’
BagianTahir
1I Ahmad dengan segala konotasinya. Ketika Socrates be
ai hal-hal kecil seperti fungsi instrumen dari suatu keahlian atau kesenia
bagaimana seharusnya fungsi itu bekerja, ia pasti sedang berbicara secara
pekerjaan
rkaitan dengan dan tujuan apa
kemanusiaan. yangtidak
Jika dibangunnya.
demikian,Adalah
makaketidak-tahuan
ia tidak akan meny
manusia seperti ini yang dicoba diungkap
huan yang dimiliki para tukang itu tentang pekerjaan mereka oleh Socrates agar menjadi
sendiri dan tid
perhatian orang banyak.
akan mereka sebagai orang yang bodoh. Apa yang diuraikannya adalah k
manusia akanSocratesfitrat beranggapan
pengetahuan bahwa tujuan Ilahi
tentang Tuhan dalam
yang penciptaan
terletak jauh di
aan okupasi manusia,
manusia tidak namun
mungkintidak disadari
bisa dicapai olehnya.
hanya dengan Dengan kebodohan sep
upaya mereka
da orang yang
sendiripatut disebuttidak
saja. Mereka sebagai manusia,
mengetahui sebagaimana
cara mengukir halnya seorang
hidup mereka
ak patut disebut tukang jika ia tidak memiliki pengetahuan
agar sejalan dengan tujuan untuk apa mereka itu telah diciptakan. tentang pekerja
apa yang Mengenai
dibangunnya. Adalah ketidak-tahuan
hal ini sesungguhnya manusia seperti
manusia tidak mengetahui apa-apa ini yang
p oleh Socrates agar menjadi
meski menganggap perhatian
dirinya orang
tahu segala. banyak.
Inilah yang menurut Socrates
Socrates beranggapan bahwa tujuan Ilahi dalam penciptaan manusia tidak m
dikatakan sebagai kebodohan besar umat manusia. Upaya untuk
apai hanya dengan upaya mereka sendiri saja. Mereka tidak mengetah
mengungkap tujuan eksistensi manusia itulah yang dimaksud dengan
ir hidup mereka agar sejalan dengan tujuan untuk apa mereka itu telah dici
ai hal ini arete. Hanya saja halmanusia
sesungguhnya ini tidak mungkin
tidak dicapai tanpa kerendahan
mengetahui apa-apahati meski meng
dan kesadaran seseorang akan kebodohan dirinya. Baru
tahu segala. Inilah yang menurut Socrates dikatakan sebagai kebodohan bes setelah itu maka
a. Upaya manusia akan ditolong Tuhan
untuk mengungkap tujuanselangkah demi selangkah
eksistensi manusiamenapakitulah yang di
arete. Hanya
dari kebodohan
saja hal kepadaini tidak pengetahuan.
mungkinSatu-satunya
dicapai tanpa pengetahuan
kerendahan h
an seseorang
yangakan kebodohan
diketahui dirinya.
Socrates adalah apa Baru setelah
yang telah itu maka
diwahyukan manusia akan d
oleh-Nya,
selangkah sedangkan
demi selangkah yang lainnyamenapak dari kebodohan
adalah kebodohan semata. kepada pengetahuan
pengetahuan yangHal ini juga yang menjadi pesan Al-Quran yang telah
diketahui Socrates adalah apa yang diwahyukan ol
menyatakan
an yang lainnya
bahwa semuaadalah kebodohan
pengetahuan semata.
adalah milik Tuhan sehingga para malaikat
Hal ini juga yang menjadi pesan
juga mengakui ketidak-tahuan mereka Al-Quran yang menyatakan
di hadapan-Nya. Mereka bahwa
huan adalah milik Tuhan sehingga para malaikat juga mengakui ketidak
memohon:
di hadapan-Nya. Mereka memohon:

   ¿2j¦SVÙ Ä/̯ \ÈÙ _05U \‰5¯ R<W)Õ- Wà W% €Y¯ X=V ]1Ú °Æ Y \
R<›\U×Ày
Berkata mereka:
“Maha Suci Engkau! Kami tidak mempunyai pengetahuan selain
yang telah Engkau ajarkan
‘Berkata kepada
mereka: “Maha Suci kami,
Engkau! sesungguhnya
Kami tidak mempunyaiEngkau Maha Mengeta
pengetahuan
Maha Bijaksana’ (S.2 Al-Baqarah:33) 4
selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkau
Maha Mengetahui,
Al-Quran berulangkali Maha Bijaksana’
mengingatkan (S.2 Al-Baqarah:33)
manusia bahwa4tidak ada pengetahuan
ng lurus akan diberikan kepada mereka
Al-Quran berulangkali kecuali
mengingatkan mereka
manusia menyatakan
bahwa tidak ada ketergan
reka kepada-Nya dan memohon pertolongan-Nya untuk membimbing
pengetahuan tentang jalan yang lurus akan diberikan kepada mereka
kecuali mereka menyatakan ketergantungan diri mereka kepada-

  §¯¨ W/̪ W*ԁÀ-Ù [¾šXn¦A§ W5°iØF §®¨ »ÚÜ°ÈW*ԁQ6 \_Žc¯ XT ÀiÈØÈW5 _


[ Žc¯
98
Hanya Engkau yang kami sembah dan hanya kepada Engkau kami mohon pertolon
Tuntunlah kami pada jalan yang lurus’ (S.1 Al-Fatihah:5-6) 5
‘Berkata mereka: “Maha Suci Engkau! Kami tidak mempunyai pengetahuan selain
yang telah Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkau Maha Mengeta
Maha Bijaksana’ (S.2 Al-Baqarah:33) 4 Pengenalan dengan
AliranPerspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
FilsafatSejarah
Rasionalitas,
Yunani
Eropa
Islam
Individu dan Masyarakat
Al-Quran berulangkali mengingatkan manusia bahwa tidak
Pengetahuan, dan ada pengetahuan t
Kebenaran
ang lurus akan diberikan kepada mereka kecuali mereka menyatakan ketergan
ereka kepada-Nya dan memohon pertolongan-Nya untuk membimbing l
Nya dan memohon pertolongan-Nya untuk membimbing langkah
.
mereka.

  §¯¨ W/̪ W*ԁÀ-Ù [¾šXn¦A§ W5°iØF §®¨ »ÚÜ°ÈW*ԁQ6 \_Žc¯ XT ÀiÈØÈW5 _


[ Žc¯

‘Hanya Engkau
yang kami sembah dan hanya kepada Engkau kami mohon pertolong
Tuntunlah kami ‘Hanya
pada jalan
Engkauyang lurus’
yang kami (S.1 dan
sembah Al-Fatihah:5-6)
hanya kepada Engkau
5 kami mohon

pertolongan. Tuntunlah kami pada jalan yang lurus’ (S.1 Al-Fatihah:5-6)5


Adalah pelajaran tentang kerendahan hati yang sama juga yang telah dite
ocrates, yang Adalah pelajaran tentangbahwa
mengindikasikan kerendahan hati yangtidak
manusia sama juga
akanyangbisa memp
ahuan tanpatelah ditekankankebodohan
mengakui oleh Socrates, dirinya
yang mengindikasikan
dan menyadari bahwabahwa
manusia ia membu
ngan Tuhan untuk
tidak akanmenunjukkan
bisa memperolehkepadanya
pengetahuan mana jalan yang
tanpa mengakui lurus.
kebodohan
Jadi sebenarnya
dirinya dan Socrates sedang
menyadari bahwamembicarakan
ia membutuhkan manusia
pertolongandengan
Tuhan segala fi
sedang berbicara tentang para
untuk menunjukkan tukang
kepadanya manaatau
jalan artis hipotetikal. Ia melihat m
yang lurus.
rita penyakit kesombongan bahwa dirinya mengetahui
Jadi sebenarnya Socrates sedang membicarakan manusia segalanya,
dengan padahal k
an tidak akan membuka
segala kesadaran
fitratnya ketika kalau mereka
sedang berbicara tentangsebenarnya memang
para tukang atau artis membu
hipotetikal. Ia melihat manusia menderita penyakit kesombongan
bahwa dirinya mengetahui segalanya,  padahal kondisi demikian
tidak akan membuka kesadaran kalau mereka sebenarnya memang
membutuhkan petunjuk. Simbolisme demikian membantu Socrates
dalam missi kenabiannya untuk menggugah bangsanya kepada
kesadaran akhlak, spiritual dan tujuan Ilahi dalam penciptaan
manusia, yang semuanya itu tidak mungkin dipahami dan diperoleh
tanpa memohon pertolongan kepada-Nya.
Kebanyakan manusia bergerak seperti bidak di papan catur, tanpa
menyadari mengapa mereka bergerak dan Ahli-pikir siapa yang berada
di balik tangan yang menggerakkan mereka. Manusia yang tidak sadar
demikian dengan sendirinya juga tidak tahu apa kewajiban mereka
kepada Pencipta mereka dan kepada sesama mahluk manusia lainnya.
Guna menekankan kepada manusia tentang kegawatan situasinya,
Socrates mengingatkan kepada mereka tentang kehidupan setelah mati
saat mereka akan diminta pertanggung-jawaban atas segala perilakunya
selama hidup di dunia. Mengenai kehidupan setelah mati, itu jelas

99
Bagian
Mirza Tahir
1I Ahmad

bukan merupakan topik bahasan para filosof sekuler. Hal seperti ini
adalah missi dan tugas utama para Nabi Tuhan. Kami sebenarnya
mengharapkan, Guthrie mau mengingat kembali apa yang ditulisnya
sendiri tentang karakter Socrates dalam bukunya yang sama. Salah
satunya yang penting adalah pernyataannya tentang situasi terakhir
seputar Socrates sebelum kematiannya.
‘Kemungkinan banyak orang, kalau tidak mau dikatakan sebagian besar, yang
tidak sepaham dengan dirinya namun sebenarnya tidak ingin melihatnya
terbunuh, dan lebih senang jika yang bersangkutan bisa dibujuk untuk
meninggalkan Athena.’6

Socrates menolak mentah-mentah gagasan tersebut dan ber-


pendapat bahwa:
‘... sepanjang hidup ini ia telah menikmati kemaslahatan dari stelsel hukum
Athena yang diberlakukan pada rakyatnya. Kalau sekarang hukum tersebut
mengharuskan dirinya untuk mati, adalah suatu hal yang tidak adil dan
menunjukkan tanda orang yang tidak tahu bersyukur jika ia kemudian mau
mengelak dari keputusan mereka. Lagi pula siapa yang bisa mengatakan
bahwa ia bukannya akan berangkat ke eksistensi yang jauh lebih baik dari
yang telah dikenalnya selama ini.’6

Banyak ilmuwan yang kompeten juga telah meneliti terjemahan


dan makna hakiki dari kata arete. Salah satu yang terkenal adalah
Gregory Vlastos yang secara keras menolak arti harfiah kata itu sebagai
istilah para tukang atau artis seni. Dengan menjelaskan kata awalnya
dalam bahasa Yunani dalam berbagai konotasi, ia menekankan bahwa
istilah arete menurut Socrates adalah sama dengan kesalehan dan
kebajikan dalam segala bentuk kebaikannya:
‘Jika masih tersisa keraguan mengenai masalah ini di fikiran para pembaca,
maka hal itu dapat dipecahkan dengan merujuk pada kenyataan bahwa bila
ia mengemukakan konsep umumnya untuk dikaji, seperti saat debat tentang
bisa atau tidak diajarkannya konsep arete dalam buku Protagoras dan Meno,
ia mengasumsikan tanpa argumentasi bahwa arti murni atau bagian dari kosa
katanya adalah lima sifat yang menggambarkan keluhuran akhlak dalam bahasa
Yunani seperti andreia (kejantanan, keberanian), sÇphrosyn. (kesederhanaan,
moderasi), dikaiosyn. (keadilan, ketakwaan), hosiots (kebajikan, kesucian)
dan sophia (kebijakan).’7

100
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu Pemikiran
Filsafat
Filsafat
dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Eropa
Islam
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

Vlastos nyatanya memang amat rasional dalam pendiriannya


bahwa lebih penting mencari makna inti dari arti kata arete yang
dikemukakan dan dijelaskan Socrates secara konstan.
Mengenai makna hakiki kata arete tersebut, ilmuwan besar
lainnya yaitu Christopher Janaway mengemukakan saat menjelaskan
tentang Socrates:
‘... berkaitan dengan masalah etika, khususnya yang berkaitan dengan
kebajikan (keadilan, kebijaksanaan,keberanian, kesalehan dan kesederhanaan).
Seperti inilah Socrates digambarkan oleh Plato pada dialog-dialog awal
dan bagaimana ia mengemukakan cara Socrates menggambarkan dirinya
dalam Apology.’8 ‘Pokok pemikiran dalam ethika Socrates adalah: kebajikan
adalah pengetahuan, semua kebajikan itu satu adanya, kebajikan itu adalah
kebahagiaan. Socrates juga beranggapan bahwa tidak ada orang yang telah
memiliki pengetahuan tentang baik dan buruk yang akan kekurangan sifat
kebajikan karena dengan pengetahuan demikian maka yang bersangkutan
pasti juga bersifat berani, suci, sederhana dan adil. Ia juga beranggapan bahwa
orang yang bajik secara sempurna pasti akan lebih berbahagia dan merasa
lebih sejahtera dibanding orang yang tidak mempunyai kebajikan.’9

Kami sepenuhnya sependapat dengan pemahaman Janaway


tentang etika Socrates.
Apa yang dikemukakan Socrates sebenarnya adalah kaidah yang
amat berkaitan dengan jiwa manusia dan harus diterima sebagai
suatu totalitas. Pengetahuan tentang suatu onggokan semak berduri
merupakan satu-satunya tempat yang aman untuk bersembunyi
dibanding berhadapan dan disantap seekor binatang buas, dengan
sendirinya akan mendorong seorang yang waras untuk menerima
risiko kecil tertusuk duri, dan sepanjang ia terpelihara keselamatannya
maka penderitaan yang diakibatkan duri-duri itu dalam perbandingan
bisa dianggap sebagai suatu kenyamanan.
Tidak berarti Socrates menafikan adanya penderitaan fisik yang
dialami oleh seorang yang berpengetahuan. Yang ditekankan olehnya
ialah apa pun tindakan yang dipilih oleh seorang yang memiliki hakikat
pengetahuan akan menjadi satu-satunya tindakan untuk memperoleh

101
Bagian
Mirza Tahir
1I Ahmad

kedamaian. Hal ini berlaku pada masa lalu mau pun sekarang.
Konsep demikian menjelaskan tentang pilihan untuk menerima azab
penderitaan oleh hamba-hamba Tuhan, yang di dalamnya mereka
justru menemukan kebahagiaan. Bagi mereka ini kemungkinan
kehilangan keridhoaan Tuhan merupakan azab yang tidak akan bisa
tertanggungkan. Begitulah kita menjumpai orang-orang terhormat
yang lebih memilih mati dalam ‘kesakitan’ daripada mengorbankan
prinsip untuk hidup dalam kenyamanan. Mereka jelas memilih mati
dengan perasaan ‘bahagia’ karena menyadari kemenangan akhlak
mereka. Dengan tersenyum mereka akan menerima penderitaan fisik
dari pada malu secara spiritual yang buat mereka merupakan azab
yang jauh lebih berat.
Vlastos mendedikasikan sebuah bab panjang dengan judul
Socratic Piety (Kesalehan Socrates) untuk menjelaskan kontradiksi
imajiner dalam pandangan dan pengalaman Socrates. Bab ini
merupakan kajian ilmiah di samping sebagai pembelaan dari dirinya
guna membuktikan bahwa dalam realitanya tidak ada kontradiksi
sama sekali. Dalam pandangan Vlastos, filsafat Socrates sepenuhnya
dianggap rasional, namun menurutnya adalah pengalaman tentang
wahyu dan kepercayaan Socrates terhadap Wujud Yang Maha Agung
yang menuntun hidupnya itu saja yang harus dikoreksi. Vlastos
mengutip ucapan-ucapan Socrates untuk menggambarkan maksud
tujuannya. Tentang sikapnya yang rasional sempurna, Socrates
mengatakan bahwa:
‘Bukan hanya sekarang atau pertama kali saja, tetapi sudah sejak dulu, aku
ini adalah jenis orang tidak dipengaruhi apapun dari diriku sendiri kecuali
pandangan yang menurut hematku adalah yang terbaik saat aku berfikir
tentang hal itu.’10

Meskipun Socrates selalu menekankan akal budi, dalam


pandangan Vlastos ia dianggap sebagai orang yang percaya takhayul
jika berkaitan dengan dirinya sendiri. Vlastos menyatakan bahwa:

102
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu Pemikiran
Filsafat
Filsafat
dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Eropa
Islam
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

‘Namun ia juga cenderung mematuhi perintah-perintah yang sampai


kepadanya melalui saluran-saluran supra-natural.’ 10

Untuk menopang pandangannya itu, Vlastos mengutip ucapan


Socrates saat diadili bangsa Athena:
‘Sebagaimana telah aku sampaikan, apa yang aku lakukan sesungguhnya
telah diperintahkan kepadaku oleh Tuhan, melalui Wahyu dan Mimpi dan
berbagai cara lainnya yaitu melalui penugasan samawi disampaikan kepada
siapa saja yang ditugaskan untuk mengerjakan sesuatu.’10

Setelah mengajukan dalil demikian, Vlastos kemudian menulis


panjang lebar untuk membersihkan citra Socrates dari yang disebut
sebagai pengalaman keruhanian. Melalui pelintiran logika yang rumit,
ia akhirnya berasumsi bahwa sebenarnya Socrates tidak benar-benar
yakin akan pengakuan dirinya sendiri. Tetapi meski ia sudah berupaya
demikian rupa, nyatanya Vlastos gagal mencapai tujuannya. Sebagai
contoh, coba baca lagi pernyataan Socrates di atas:
‘... apa yang aku lakukan sesungguhnya telah diperintahkan kepadaku...’10

dan perhatikan bahwa kata Tuhan yang digunakan Socrates


adalah dalam pengertian tunggal, yang oleh pengarang ditulis dengan
huruf kecil ‘g’ (god).
Pernyataan Socrates menyangkut pengalaman pribadinya
tentang Mimpi samawi, Wahyu dan berbagai perintah spesifik dalam
bentuk lain, bersifat demikian mirip dan sejalan dengan pengalaman
universal para Nabi samawi, sehingga tidak bisa diragukan lagi bahwa
ia senyatanya mengatakan apa yang memang menjadi maksudnya.
Banyak ayat-ayat dalam Al-Quran yang mendukung Socrates saat
mengungkapkan keberadaan para Nabi sebelum Rasulullah saw yang
semuanya juga menerima wahyu Ilahi dalam satu dan lain bentuk.
Vlastos selanjutnya mencoba menegakkan teori kontradiksinya
dengan mengajukan pertanyaan:
‘Apakah hal ini lalu harus mendorong kita untuk menganggap bahwa Socrates
telah menggunakan dua jalur pengetahuan yang terpisah tentang dewa-

103
Bagian
Mirza Tahir
1I Ahmad

dewa serta rasional dan ekstrarasional, yang akan menghasilkan dua sistem
yang berbeda tentang kepercayaan yang dianggap benar, yang satu dicapai
melalui argumentasi elenctic (penolakan logis dengan mengemukakan hal
kebalikannya), sedangkan yang lainnya melalui wahyu samawi lewat ramalan
(oracle), mimpi nubuatan dan sejenisnya?’11

A jaib sungguh betapa kontradiksi imajiner bisa berkembang antara


apa yang menjadi keyakinan Socrates dan apa yang benar-benar
telah dialaminya. Selama ini ia dikenal sebagai sosok yang mengkritik
dewa-dewa bangsa Yunani serta ilham-ilhamnya melalui remalan, tetapi
jika berbicara tentang pengalaman dirinya sendiri, ia nyatanya tidak
pernah sekali pun mengejek Wahyu atau Mimpi samawinya sendiri.
Pengarang tersebut telah melecehkan Socrates ketika menambahkan
kalimat ‘lewat ramalan’ setelah kata-kata‘wahyu samawi.’ Wahyu
samawi yang dimaksud Socrates tersebut tidak ada kaitannya sama
sekali dengan ramalan mana pun. Jika Socrates berbicara tentang
pengalaman pribadinya, ia selalu menyebut ‘Tuhan’ dalam bentuk
wujud tunggal dengan huruf ‘T’ besar dan bukannya ‘tuhan-tuhan.’
Ketika ia berbicara tentang visi para penyair sebagai pemberian tuhan,
yang dimaksudkan olehnya hanyalah sebagai ucapan figuratif dan
bukannya betul-betul ‘diberikan Tuhan’:
‘Ya benar, ilham yang telah dimasukkan seorang penyair kedalam syair
gubahannya adalah suatu hal yang indah, pemberian tuhan, namun hal itu
bukanlah suatu pengetahuan tidak akan menjadi ilmu pengetahuan karena
bersifat tanpa fikir.’12

Kritik Socrates bahwa ‘bukanlah suatu pengetahuan-tidak akan


menjadi ilmu pengetahuan karena bersifat tanpa fikir’, sepenuhnya
sejalan dengan ekspresi seorang penyair. Memang benar dalam sebuah
syair bisa saja terkesan ada sesuatu yang magis, seolah-olah Tuhan
berbicara melalui lidah sang penyair, namun orang waras tidak akan
menganggapnya terlalu serius. Bagi Socrates untuk berbicara tentang
para penyair sebagai ‘kerasukan tuhan’ bisa juga disamakan dengan
kepercayaan takhayul bangsa Athena yang menyatakan ada orang

104
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu Pemikiran
Filsafat
Filsafat
dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Eropa
Islam
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

yang ‘kerasukan dewa.’ Ekspresi demikian bertolak belakang dengan


bahasa yang digunakan Sokrates untuk dirinya sendiri. Ia tidak pernah
‘kerasukan Tuhan’ melainkan hanya diperintahkan oleh-Nya sebagai
salah seorang hamba-Nya yang rendah hati.
Ia telah menjelaskan secara gamblang bahwa pengalaman puitis
yang sepertinya bersifat samawi, nyatanya adalah bukan. Betapa
hebatnya sekali pun, paling-paling hanya bisa dikatakan sebagai
inspirasi dan bukannya Wahyu Ilahi:
‘Aku segera menyadari, bukan melalui pengetahuan para penyair bisa
menghasilkan karya syairnya tetapi melalui sejenis bakat bawaan dan karena
inspirasi.’13

Hanya saja konklusi yang ditarik Vlastos dari kalimat yang sama
malah justru membingungkan pembaca, dan bukannya sang penyair
yang dikatakannya ‘telah kehilangan nalar’:
‘... ketika tuhan berada dalam dirinya maka si penyair sedang kehilangan
nalar13

Kembali Vlastos mencoba menyelamatkan Socrates dari sikap


irrasionalitas dengan menyatakan bahwa:
‘Socrates telah melucuti potensi irrasionalitas kepercayaan kepada dewa-dewa
supra-natural yang berkomunikasi dengan manusia melalui tanda-tanda
supra-natural.’14

Dengan hormat tetapi tegas kami menyatakan tidak sependapat


dengan dirinya jika yang dimaksud adalah juga berkenaan dengan
pengalaman pribadi Socrates sendiri. Hanya dua halaman dari
konklusinya tentang fitrat perintah supra-natural pada sosok lainnya,
pengarang harus mengakui bahwa Tuhan-nya Socrates berbeda
adanya:
‘Karena sebagaimana telah kita lihat sebelumnya, berbeda dengan dewa-dewa
mereka, tuhannya Socrates digambarkan sebagai wujud yang baik, yang tidak
bisa menimbulkan kejahatan kepada siapa pun dengan cara apa pun dan
saat apa pun. Karena berdusta kepada manusia sama saja dengan melakukan
kejahatan terhadap-Nya, maka tuhannya Socrates jelas tidak berdusta.’`15

105
Bagian
Mirza Tahir
1I Ahmad

Lebih lanjut dalam bab yang sama, ia mengemukakan konsep


peribadatan Socrates yang jelas berbeda dengan apa yang disebut
sebagai peribadatan bangsa Athena. Peribadatan bangsa Athena
menurut pengarang ini adalah:
‘... suatu seni pertukaran komersial di antara dewa-dewa dan umat
manusia.’16

Peribadatan bangsa Athena itu menjadikan para dewa bergantung


kepada mereka melalui hadiah yang dipersembahkan di altarnya,
sedangkan Tuhan dari Socrates (yang oleh pengarang secara keliru
dinyatakan sebagai dewa-dewa):
‘... tidak membutuhkan pemberian hadiah apa pun dari kita, sedangkan kita
sepenuhnya bergantung pada pemberian mereka kepada kita.’16

Terlihat jelas bahwa perlakuan Socrates terhadap peribadatan


bangsa Athena adalah yang berkaitan dengan ketuhanan politheistik
mereka yang bersifat jamak (plural). Yang patut diperhatikan ialah
penggunaan kata dewa jika disebut sebagai plural oleh Socrates, yang
dimaksud bukanlah dewa-dewanya bangsa Athena yang sebenarnya
hanya produk khayalan mereka. Kajian mendalam mengenai Socrates
mengungkapkan bahwa istilah dewa-dewa tersebut merujuk kepada
para malaikat atau bentuk spiritual lainnya di atas manusia dan di
bawah Tuhan. Namun jika ia sedang berbicara tentang pengalamannya
sendiri, ia sepenuhnya menanggalkan pluralitas tersebut dan selalu
berbicara tentang Tuhan yang satu.
‘Aku berkeyakinan bahwa tidak ada yang datang kepada kalian di kota ini
yang lebih baik selain pengabdianku kepada tuhan itu.’17

Filsafat religio-politisnya selalu sejalan dengan trend universal


ajaran Ilahi. Tidak ada satu pun Nabi dari Tuhan yang tercatat dalam
sejarah sebagai pemberontak terhadap hukum di negerinya. Tetapi jika
negara mencampuri kepatuhannya kepada Tuhan maka ia tanpa ragu
akan menolak kekuasaan negara tanpa gentar dan mengikuti perintah
Tuhan semata.

106
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu Pemikiran
Filsafat
Filsafat
dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Eropa
Islam
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

Begitu juga halnya pandangan filsafat Socrates. Ia sepenuhnya


setia kepada negara, tetapi ketika kesetiaan kepada negara
bertentangan dengan kesetiaannya kepada Tuhan, maka konklusi yang
ditariknya adalah mengabaikan kewenangan yang lebih rendah demi
kewenangan yang lebih tinggi, yang hanya berada pada sang Pencipta.
Berbicara kepada Dewan Senat yang akan menjatuhkan hukuman
mati atas dirinya, ia berbicara tentang hal ini dengan sikap tenang
danberwibawa:
‘... Wahai penduduk Athena, aku menghormati dan mencintai kalian,
namun aku lebih memilih patuh kepada Tuhan-ku daripada kepada kalian.
Sepanjang aku masih memiliki nyawa dan kekuatan maka aku tidak akan
pernah berhenti melaksanakan dan mengajarkan filsafatku.’18

(Perhatikan bagaimana Jowett selalu menulis God (Tuhan) dengan


huruf ‘G’ besar jika membahasnya bertalian dengan Socrates).
Ketika Senat bangsa Athena menawarkan pembebasan dirinya
dari hukuman mati dengan syarat ia harus menghentikan kegiatannya
‘merusak’ para pemuda karena telah mengajarkan kepada mereka
untuk menolak dewa-dewa bangsa Athena, Socrates menolaknya
secara langsung. Terjadi pembicaraan panjang mengenai hal ini antara
dirinya dengan Meletus, Jaksa Agung yang menuntut dirinya. Dalam
diskusi tersebut Meletus menekankan bahwa penolakan Socrates
terhadap dewa-dewa Athena, walaupun ia percaya kepada Tuhan yang
satu, sama saja bisa dianggap sebagai atheisme mutlak dan untuk itu
ia harus dihukum mati. Tetapi kepatuhan Socrates kepada Tuhan
nyatanya lebih tinggi dari kepatuhannya kepada hukum Athena. Ia
bersiteguh dan untuk itu ia telah dihukum mati. Namun sebelum
pelaksanaan hukum mati, ia menyampaikan kepada bangsa Athena
peringatan nubuatan yang berbunyi:
‘... kalian bisa berfikir untuk diri sendiri untuk tidak lagi melakukan dosa
kepada Tuhan, atau menepis karunia-Nya dengan menghukum diriku.
Karena jika kalian bunuh diriku, maka kalian tidak akan mudah menemukan
lagi orang seperti aku,...’19

107
Bagian
Mirza Tahir
1I Ahmad

Setelah mengucapkan hal tersebut, Socrates selanjutnya


mengemukakan kesucian dirinya dengan logika yang tidak bisa
dibantah, untuk kemudian mengunci permasalahannya dengan
argumentasi yang menjadi simbol dari kebesaran dirinya. Jowett
mengutip ucapannya sebagai:
‘... tidak juga kelancangan para penuduhku yang berani mengatakan bahwa
aku pernah mengutip atau meminta bayaran dari siapa pun, mereka tidak
mempunyai saksi untuk mengatakan demikian. Sedangkan aku memiliki
saksi atas kebenaran yang aku sampaikan yaitu kemiskinan diriku ini yang
cukup kiranya sebagai saksi.’ 19

Ia juga mengemukakan perilakunya pada masa lalu sebagai


saksi kebenaran dirinya tentang perilakunya saat itu. Kemudian
merujuk kepada suatu kejadian pada masa lalu sebagai suatu hal
yang menonjolkan dirinya selaku satu-satunya orang yang berani
menentang kekuasaan Dewan Senat, Socrates menyatakan:
‘... aku sama sekali tidak takut dengan maut, yang aku takutkan hanyalah
melakukan suatu hal yang tidak benar atau tidak suci. Karena tangan besi dari
kekuatan menindas tersebut nyatanya tidak pernah menakutkan aku dan bisa
mendorongku melakukan suatu hal yang salah.’20

Socrates tidak mau merendahkan dirinya sebagaimana yang biasa


dilakukan mereka yang dianggap kaum bangsawan jika menghadapi
keadaan yang sama. Karena itu ia selanjutnya menjelaskan:
‘Aku telah banyak melihat orang-orang ternama, ketika mereka dihukum lalu
berperilaku sangat aneh. Sepertinya mereka mengkhayal bahwa mereka akan
mengalami suatu hal yang mengerikan jika mereka harus mati, dan bahwa
mereka akan hidup abadi jika mereka diizinkan untuk tetap hidup.’21

‘Karena itu jangan minta aku melakukan suatu hal yang aku anggap
memalukan, tidak saleh dan salah, apalagi seperti keadaannya sekarang ketika
aku sedang diadili dengan tuduhan berlaku tidak saleh berdasar dakwaan
Meletus.’21

Apa yang terjadi berikutnya mengindikasikan bahwa di samping


keimanannya yang tidak tergoyahkan pada Ketauhidan Ilahi, ia
juga meyakini adanya wujud-wujud seperti dewa yang atas mereka

108
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu Pemikiran
Filsafat
Filsafat
dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Eropa
Islam
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

dijulukinya dengan harkat yang mulia, tetapi bukan seperti kepada


dewa-dewa bangsa Athena. Socrates menyebut mereka dengan
pengertian yang sama dengan ‘malaikat’ sebagaimana terdapat dalam
agama-agama samawi lainnya. Karena itu kepercayaannya kepada
dewa-dewa tersebut, yang sebenarnya dimaksud adalah para malaikat,
jelas tidak bertentangan dengan keimanannya kepada Tuhan Yang
Satu. Ketika ia menyatakan pengikatan dirinya, bukan kepada dewa-
dewa bangsa Athena hal itu dilakukannya. Ia mengikatkan dirinya
kepada bangsa Athena dan kepada Tuhan:
‘Dan kepada kalian serta kepada Tuhan aku mengikatkan diriku...’22

Bahkan sampai kepada hal-hal yang sekecil apa pun, Socrates


sama saja dengan para Nabi lainnya sebagaimana terdapat dalam Al-
Quran dan kitab-kitab suci lainnya. Ia mengutuk tindak bunuh diri
sebagai kejahatan terhadap Tuhan karena ia menganggap nyawa sebagai
karunia-Nya dimana hanya Dia saja yang boleh menjadi Penguasa-
nya. Dalam salah satu buku dari Plato berjudul Phadeo*, diungkapkan
bahwa Socrates berbicara panjang lebar dengan argumentasi yang kuat
tentang keabsahan tindak bunuh diri, yang dalam pandangannya
termasuk kelakuan yang tidak bisa dimaafkan. Ia menyatakan fatwanya
tentang masalah bunuh diri sebagai berikut:
‘... pasti ada alasan yang bisa menyatakan agar manusia mau menunggu
dan tidak begitu saja mengakhiri hidupnya sampai kemudian Tuhan
memanggilnya, sebagaimana Dia sedang memanggilku sekarang.’23

Pembicaraan wacananya berlangsung sampai ia disela oleh


Crito yang dari gerakannya seperti ingin mengucapkan sesuatu.
Socrates mengesampingkan dirinya dan apa yang akan dikatakannya
guna melayani pesuruh yang ditugasi untuk memberi racun sebagai
pelaksanaan hukuman matinya. Petugas itu menyarankan bahwa jika
ia terlalu banyak bicara maka hal itu akan melemahkan efek racun
dan akibatnya ia harus meminumnya dua atau tiga kali. Socrates
tidak menghiraukan peringatan tersebut dan kemungkinan ketidak-

109
Bagian
Mirza Tahir
1I Ahmad

nyamanan yang ditimbulkan oleh wacana tersebut. ‘Biar ia mengatur


urusannya sendiri’ jawab Socrates, ‘tidak masalah ia terpaksa harus
memberikan racun dua atau tiga kali.’‘Sekarang aku akan memberikan
jawabanku, wahai para hakimku’—yang dimaksud dengan hakim di
sini adalah para pengagum dirinya atau pengikut yang berkumpul di
dekatnya pada saat-saat terakhir hayatnya tersebut,
‘dan akan aku tunjukkan bahwa ia yang telah hidup sebagai seorang filosof
sejati akan menunjukkan kegembiraan pada saat kematiannya, karena setelah
kematian ia berharap akan menerima kebaikan yang terbesar di dunia yang
lain.’24

Begitulah ia terus mengajarkan filsafat Ketuhanan kepada bangsa


Athena sampai ia selesai mereguk racun hukuman kematiannya. Bahkan
ketika nyawanya berangsur pergi, sepanjang masih ada kekuatan
berbicara, ia tetap saja meneruskan tugas Ilahi yang diembannya tanpa
berhenti, sampai akhirnya maut membungkamnya sama sekali.
Dengan demikian berakhirlah kehidupan salah seorang Nabi
Tuhan yang paling akbar yang hidup di abad ke-5 sebelum Masehi (satu
zaman dengan Buddha). Sebagaimana Buddha Gautama, Socrates juga
tidak pernah menulis kitab suci tetapi semua pandangan hidupnya
dicatat oleh para rekan kontemporer dan kemudian dibukukan Plato
dengan judul Dialogues. Sama halnya dengan Socrates, Buddha pun
pernah dituduh sebagai seorang atheis karena menyangkal dewa-dewa
kaum Brahmana.
Pengabdian terbesar Socrates kepada ilmu filsafat disimpulkan
dalam Chambers Encyclopaedia dengan kata-kata:

‘Socrates dengan membawa turun filsafat dari langit kepada kehidupan umat
manusia umumnya (menurut istilah Cicero), hanyalah sedang melaksanakan
kecenderungan baru pada masanya dengan cara yang mencolok dan tekun.’
25‘Ia tidak menghiraukan kemewahan atau pun kenyamanan sehari-hari,
namun yang pasti ia bukan seorang asketik.’25

110
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu Pemikiran
Filsafat
Filsafat
dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Eropa
Islam
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

Sedangkan mengenai fitrat dari Wahyu Samawi yang dikemuka-


kan Socrates, pengarang artikel di atas menyatakan:
‘Sudah banyak bahasan diskusi mengenai yang dimaksud dengan ‘tanda-
tanda samawi’ yang menurut Socrates dikatakan sebagai suara supra-natural
yang sering sekali memberikan bimbingan (menurut Xenophon, untuk
bertindak atau tidak bertindak, sedangkan menurut Plato, yang menahannya
melakukan sesuatu tanpa menganjurkan).

Para penulis kemudian, khususnya pada masa Kristiani, menganggapnya


sebagai daemon, jenius atau ruh yangmenemani. Mengenai hal ini
tidak ditemukan pembenaran apa pun dalam karya-karya Plato dan
Xenophon.’25

‘... sepertinya ia telah mengetahui di muka tentang berbagai hal yang


dianggapnya sebagai pemberitahuan samawi secara khusus, dan bisa
jadi, sebagaimana ada yang pernah mengemukakan, bahwa ia cenderung
mengalami halusinasi pendengaran, seperti yang mungkin juga terjadi pada
mereka yang waras dan sehat lainnya.’25

Dengan demikian wahyu yang diterima Socrates hanya dianggap


sebagai halusinasi semata.
Padahal dalam realitasnya tidak ada kontradiksi apa pun dalam
ajaran Socrates. Apa pun yang dianggap sebagai kontradiktif sebenarnya
hanya ada dalam benak pengarang yang sepertinya mencoba membela
Socrates dengan mengatakan bahwa halusinasinya tidak seburuk para
dukun yang menderita kerusakan mental. Dikatakan bahwa halusinasi
juga bisa dialami seorang yang waras dan sehat sebagaimana halnya
Socrates.
Para pengarang modern ini sepertinya menunjukkan simpati
tetapi sebenarnya merendahkan Socrates yang mereka agungkan,
dalam anggapan mereka yang tidak mengakui kepercayaan yang
bersangkutan kepada Wujud Tuhan. Namun betapa pun pandangan
mereka terhadap Socrates, nyatanya tidak menjadikan keagungan
Socrates bertambah karena ia tidak memerlukan pembelaan dalam
bentuk apa pun. Tidakkah nasib yang sama juga selalu menimpa
semua Nabi-nabi Tuhan yang datang sebelum dan setelah dirinya?

111
Bagian
Mirza Tahir
1I Ahmad

Semuanya sama dituduh berhalusinasi oleh masyarakat kepada siapa


para Nabi itu menyampaikan ajarannya, meskipun mungkin tidak
sehalus pengarang artikel tentang Socrates di atas.
Mereka yang menuduh demikian itu sebenarnya tahu betul
bahwa Nabi yang dituduh kurang waras tersebut, sebenarnya tidak
mengalami kelemahan fikiran atau pun cacat akhlaknya. Para Nabi
tersebut selalu merupakan orang yang paling bijak di zaman mereka,
sehat jiwa, sehat fikiran, dihormati oleh masyarakat di mana ia
hidup dari masa kanak-kanak sampai dewasa. Tidak ada dari mereka
yang pernah dicap sebagai tukang tenung atau juru ramal sebelum
mereka menyatakan diri sebagai Nabi dan tidak ada dari mereka yang
setelah itu pun dikatakan berhalusinasi.Halusinasi itu selalu tidak
bisa diterka, terpecah-pecah dan tidak bisa dimengerti. Suara yang
didengar seseorang yang berhalusinasi sepertinya berasal dari Tuhan
tetapi isinya tidak ada kandungan mengenai filsafat atau cara hidup
yang bisa disampaikan dan dilaksanakan oleh orang lain. Apa yang
mereka dengar tidak mengandung logika. Halusinasi tidak pernah
melahirkan rasionalitas.
Mencampur-adukkan halusinasi dengan nubuatan sama saja
dengan upaya sinting untuk mendiskreditkan wahyu Ilahi. Pengalaman
para Nabi pada dasarnya sangat berbeda! Kebenaran, kebijakan dan
rasionalitas merupakan ciri pembedanya dibanding simbolisasi dogma,
kedustaan dan takhayul dari masyarakat yang memusuhinya. Pesan
yang dibawa para Nabi selalu didasarkan pada norma akhlak yang sehat.
Mereka ini bernafaskan kebijaksanaan, mereka merupakan perilaku
kesalehan, mereka mengembangkan rasionalitas, mereka mengajarkan
akhlak baik, keadilan, kesederhanaan, pemahaman, kelembutan hati,
kesabaran, ibadah dan pengurbanan. Apakah bisa dikatakan bahwa
semua hal itu merupakan pesan nubuatan yang disampaikan kepada
mereka ketika sedang kurang waras menderita halusinasi?

112
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu Pemikiran
Filsafat
Filsafat
dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Eropa
Islam
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

Mestinya mereka yang menuduh tersebut mau mengingat


pengalaman halusinasi mereka sendiri saat sedang terkena demam
tinggi. Apakah mereka teringat saat kegilaan sesaat seperti itu adanya
pesan diterima tentang norma-norma kehidupan yang bertahan
sepanjang masa atau ada pesan baru yang bisa disampaikan kepada
manusia lainnya?
Rasionalitas dan halusinasi tidak pernah berada bersamaan dalam
suatu fikiran yang sehat. Siapa pun yang menuduhnya berhalusinasi
mestinya menjelaskan lebih lanjut tuduhan mereka berdasar
pengalamannya sendiri. Apakah mungkin seseorang yang waras pernah
mendapatkan filsafat hidup yang baik dari letupan delusi fikiran yang
dialaminya? Alangkah baiknya jika pengarang tersebut mau mengingat
kembali bahwa semua kebijaksanaan, kesalehan, rasionalitas dan
keimanan yang ditunjukkan Socrates, ia mempelajarinya dari suara-
suara yang dikatakan sebagai ‘halusinasi’ itu. Jika kepercayaan Socrates
kepada wahyu harus ditolak karena dikatakan berdasar halusinasi,
maka tentunya seluruh filsafat hidupnya dan semua kebijaksanaannya
juga harus ditolak dengan pertimbangan yang sama. Yang jelas Socrates
tidak akan bisa dipisahkan dari rasionalitasnya.
Kami menerima keseluruhan wujud Socrates sebagaimana adanya.
Karakternya sungguh agung, visinya memang akbar, kehidupan yang
dijalaninya sangat bersih. Sosok seperti ia tak mungkin berlandaskan
halusinasi. Damai atasnya ketika ia dilahirkan, damai baginya ketika ia
hidup dan damai besertanya ketika ia meninggalkan dunia ini dengan
tersenyum-diiringi tangis isak para pengagum dan pengikutnya.
Athena tidak pernah menyaksikan peristiwa kepergian jiwa seagung
Socrates.
Semoga Allah swt berkenan kepadanya! Semoga Dia meng-
hujankan rahmat-Nya yang terbaik atas dirinya. Sungguh sial para
pembunuhnya. Athena tidak akan pernah berjumpa lagi dengan sosok
seperti dirinya.

113
Bagian
Mirza Tahir
1I Ahmad

Catatan
* Phadeo (lahir 417 sM di Elis Peloponesus) adalah seorang
bangsawan yang karena akibat perang lalu menjadi budak
dan dibeli oleh sahabat Socrates. Ia kemudian menjadi murid
Socrates, setelah gurunya meninggal, ia kembali ke negerinya
di Elis serta mendirikan sekolah filsafat. Namanya kemudian
menjadi judul buku Plato. (Penerjemah)

Referensi
1. The New Encyclopaedia Britannica, vol. 24, ed. 15.
2. The New Encyclopaedia Britannica, vol. 25, ed. 15.
3. Guthrie, W. K. C. (1950) The Greek Philosophers, Methuen &
Co, hal. 72
4. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987),
JemaatAhmadiyah Indonesia, ed. 2.
5. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987),
JemaatAhmadiyah Indonesia, ed. 2.
6. Guthrie, W. K. C. (1950) The Greek Philosophers, Methuen &
Co, hal. 79
7. Vlastos, G. (1991) Socrates, Ironist and Moral Philosopher,
Cambridge University Press, Cambridge, hal. 200
8. Grayling, A. C. (1995) Philosophy, a Guide Through the Subject,
Oxford University Press, Oxford, hal. 360
9. Grayling, A. C. (1995) Philosophy, a Guide Through the Subject,
Oxford University Press, Oxford, hal. 364
10. Vlastos, G. (1991) Socrates, Ironist and Moral Philosopher,
Cambridge University Press, Cambridge, hal. 157
11. Vlastos, G. (1991) Socrates, Ironist and Moral Philosopher,
Cambridge University Press, Cambridge, hal. 167

114
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu Pemikiran
Filsafat
Filsafat
dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Eropa
Islam
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

12. Vlastos, G. (1991) Socrates, Ironist and Moral Philosopher,


Cambridge University Press, Cambridge, hal. 168
13. Vlastos, G. (1991) Socrates, Ironist and Moral Philosopher,
Cambridge University Press, Cambridge, hal. 169
14. Vlastos, G. (1991) Socrates, Ironist and Moral Philosopher,
Cambridge University Press, Cambridge, hal. 170-171
15. Vlastos, G. (1991) Socrates, Ironist and Moral Philosopher,
Cambridge University Press, Cambridge, hal. 173
16. Vlastos, G. (1991) Socrates, Ironist and Moral Philosopher,
Cambridge University Press, Cambridge, hal. 174
17. Vlastos, G. (1991) Socrates, Ironist and Moral Philosopher,
Cambridge University Press, Cambridge, hal. 175
18. Jowett, B. (1989) Plato, the Republic dan Other Works, Anchor
Press, New York, hal. 459
19. Jowett, B. (1989) Plato, the Republic dan Other Works, Anchor
Press, New York, hal. 460-461
20. Jowett, B. (1989) Plato, the Republic dan Other Works, Anchor
Press, New York, hal. 462
21. Jowett, B. (1989) Plato, the Republic dan Other Works, Anchor
Press, New York, hal. 464
22. Jowett, B. (1989) Plato, the Republic dan Other Works,
AnchorPress, New York, hal. 464-465
23. Jowett, B. (1989) Plato, the Republic dan Other Works, Anchor
Press, New York, hal. 493-494
24. Jowett, B. (1989) Plato, the Republic dan Other Works, Anchor
Press, New York, hal. 495
25. Chambers Encyclopaedia (1970) New Revised Edition, vol. XII,
Roskilde-Spahi, International Learning Systems Corporation
Limited, London, hal. 673.

115
Bagian
Mirza Tahir
1I Ahmad

116
BAGIAN II

Dalam bagian kedua ini kami telah menyertakan pembahasan beberapa


agama besar di dunia yang secara umum disalah-fahami sebagai filsafat tanpa
Ketuhanan atau bahkan agama penyembah berhala. Kemudian dibahas
Masalah Penderitaan. Banyak dari para penganut agama itu sendiri yang tidak
mengerti benar akan hakikatnya. Kategori ini berisikan:

Agama Hindu
Agama Buddha
Agama Konghucu
Agama Tao
Agama Zoroaster
Masalah Penderitaan
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

AGAMA HINDU

A gama Hindu termasuk dalam klasifikasi pada rukun agama-agama.


Untuk menemukan dalam literatur Hindu bukti-bukti tentang
wahyu menurut pemahaman agama samawi lainnya, merupakan
suatu hal yang sulit.
Hal ini terutama disebabkan, di satu sisi konsep wahyu
sepenuhnya terbatas pada ajaran Veda saja, sedangkan di sisi lain
dikatakan bahwa Tuhan memanifestasikan Diri-Nya dalam bentuk
wujud manusia untuk mengajari umat manusia.
Meski dalam agama Kristen pun, sosok Yesus as digambarkan
dengan cara yang agak mirip dengan penggambaran Krishna as,
kemiripan di antara keduanya bersifat di permukaan saja. Dalam
personifikasi Yesus Kristus, Tuhan Bapak tetap dikatakan menguasai
alam semesta, dan manifestasi putra-Nya diwujudkan dalam sosok
manusia Yesus. Selain itu dalam agama Kristen terdapat sosok ketiga
yang disebut sebagai Rohul Kudus, yang bukan Yesus dan bukan juga
Tuhan Bapak, melainkan merupakan bagian integral dari Trinitas
dengan kedudukan tersendiri.
Dalam agama Hindu, tidak jelas manifestasi Brahma di dalam
sosok Krishna. Apakah Brahma dianggap juga tetap memerintah
langit dan bumi dari singgasananya di langit sementara Krishna
berada di bumi, atau apakah Krishna sendiri sebagai personifikasi
Tuhan mengendalikan alam selama fase kemanusiaannya? Atau apakah
Krishna hanya merupakan manifetasi atau ikon sedangkan Tuhan tetap
berkuasa di langit seperti sediakala? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini
tidak juga terjawab.

119
Bagian
Mirza Tahir
1II
I Ahmad

Selain itu, sepanjang berkenaan dengan Wahyu, agama Kristen


sama pandangannya dengan keimanan agama-agama lainnya yang
menyatakan Wahyu sebagai sesuatu yang datang dari Atas. Dalam
agama Hindu, cara turunnya Wahyu tidak sama dengan agama-agama
lainnya. Untuk melaksanakan fungsi sebagai teladan, Tuhan dikatakan
memanifestasikan diri-Nya dalam wujud manusia. Dia tidak harus
mengutus seorang Rasul untuk menjalankan tugas tersebut.
Berkaitan dengan para Rishi pada masa purba yang katanya
menjadi penerima Veda, kasusnya agak berbeda. ‘Rishi’ adalah
istilah agama Hindu untuk seorang ulama keagamaan yang telah
memutuskan segala pertalian dengan dunia nyata dan menyerahkan
diri sepenuhnya kepada kehendak Tuhan. Terlepas dari fakta bahwa
kitab Veda dianggap sebagai ajaran samawi, tidak ada kajian yang jelas
apakah para Rishi tersebut menerima Wahyu sebagai sebuah pesan
verbal yang terdefinisi jelas. Pertanyaan apakah inspirasi para Rishi
dapat disebut sebagai Wahyu barangkali selamanya akan menjadi
bahan perdebatan. Apa yang bisa kita ketahui dari sumber-sumber
agama Hindu sepenuhnya didasarkan pada kepercayaan mereka. Meski
berbagai cendekiawan mengemukakan zaman-zaman yang berbeda,
namun mereka sependapat bahwa para Rishi tersebut termasuk
manusia paling purba.
Deskripsi agama Hindu ini besar kemungkinan terlahir dari
khayalan manusia. Sudah menjadi fitrat manusia untuk selalu
menambah, keliru mengartikan dan salah mengambil ajaran samawi
setelah para Nabi datang dan pergi lagi. Bukan suatu hal yang aneh
jika pesan dari para Nabi agama Hindu kemudian terdistorsi oleh
generasi yang datang kemudian. Kalau kami menyiratkan bahwa
ajaran Veda telah ditambah-tambah, tidak berarti keseluruhan ajaran
tersebut mengalami perubahan total oleh manusia. Hal seperti itu tidak
mungkin terjadi pada kitab-kitab yang diwahyukan Allah swt. Pasti
masih tersisa sebagian dari kebenaran asli yang tidak tercemar. Dengan

120
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

mendasarkan pada pandangan seperti itulah maka kajian mendalam


tentang berbagai agama menurut sumbernya selalu memberikan
manfaat positif. Penelitian dengan seksama terhadap bahan sumber
aslinya, menunjukkan bahwa agama Hindu pada dasarnya tidak
berbeda dengan agama Samawi yang diwahyukan lainnya.
Dengan sedikit memutar sudut pandang kaleidoskop, persepsi
akan berubah secara dramatis. Cukup banyak bukti yang bisa ditarik
dari Mahabarata dan Bhagawad Gita bahwa Krishna as tidak pernah
menganggap dirinya sebagai Tuhan dan juga tidak pernah menganggap
dirinya kekal. Krishna as sesungguhnya tidak lain adalah seorang Nabi
Allah, tidak berbeda dengan mereka yang telah muncul sebelum atau
setelah dirinya sepanjang sejarah keagamaan yang tertulis.
Sebagaimana digambarkan dalam biografi otentiknya, Krishna as
dilahirkan di bumi sekitar 1458 sebelum Masehi, sebagaimana anak
manusia dari pasangan Basudewa dan isterinya Deboki. Orangtuanya
memberi nama Kinai (Kinhai) kepadanya. Nama “Krishna” baru
dilekatkan kemudian kepadanya, yang berarti ‘ia yang telah mendapat
pencerahan.’ Ia diketahui menjalani kehidupan sebagai seorang
anak kecil biasa dengan terkadang ada peristiwa supra-natural (yang
juga terjadi pada para Nabi Allah lainnya menurut penuturan para
pengikut mereka). Ia hidup sebagai manusia biasa, berperilaku sebagai
manusia dan mengikuti hajat alam sebagaimana layaknya manusia.
Pada waktu masa anak-anak terkadang ia melakukan kenakalan anak-
anak, seperti mencuri mentega satu atau dua kilo, setidaknya itu yang
dikemukakan para analis agama Hindu. Kami sendiri beranggapan
bahwa hal seperti itu bukan kejahatan, karena anak-anak berhati
baik terkadang melakukan hal seperti itu demi teman mainnya yang
kebetulan miskin. Kenakalan anak dalam persitiwa seperti itu malah
menimbulkan rasa sayang dan bukannya kejengkelan. Semua itu
bersifat manusiawi, sama sekali tidak berbeda dengan kelahiran dan cara
hidup para Nabi Allah lainnya. Ia tumbuh menjadi pria dewasa yang

121
Bagian
Mirza Tahir
1II
I Ahmad

kuat dan memperoleh serta memperlihatkan kaifiat kepemimpinan


yang menonjol. Di medan perang, ia memimpin pasukan untuk
mencapai berbagai kemenangan akbar. Dalam kehidupan sehari-
hari, ia naik ke posisi terhormat sebagai panutan spiritual agung dan
menjalankan perannya sebagai pembaharu, yang padanannya jarang
terlihat di India. Ia mengingatkan orang untuk selalu berlaku benar
dan menjauhi kejahatan. Baginya merupakan hal yang penting untuk
menghancurkan orang-orang yang berfikiran jahat yang mencoba
menghapus agama dan menyebarkan atheisme.
Adapun tentang gambaran fisiknya, terdapat beberapa
kejanggalan. Sosok Krishna digambarkan oleh para artis (pelukis)
Hindu sebagai wujud yang bertangan empat, bukannya dua, dan juga
mempunyai sayap. Ia seringkali digambarkan berdiri tegak dengan
sebuah seruling di bibirnya. Lalu ada beberapa gadis jelita berpakaian
warna-warni yang mengelilinginya. Gadis-gadis ini disebut gopi.
Biasanya istilah gopi dikenakan pada wanita yang biasa mengurus
sapi atau sama dengan gembala wanita. Perlu diingat bahwa sebutan
Krishna sendiri adalah Gao’pal yang berarti gembala sapi. Jika hal
ini dibandingkan dengan kisah di dalam Injil mengenai Nabi-nabi
bangsa Israil sebagai penggembala domba Bani Israil, kemiripan di
antara keduanya menjadi jelas. Karena India merupakan negeri sapi
dan bukannya domba, maka orang kebanyakan disebutnya juga
sebagai sapi. Karena itu bisa dimengerti jika Krishna dijuluki sebagai
penggembala sapi. Begitu juga bukan lagi suatu hal yang aneh jika
para pengikutnya lalu digelari sebagai gopis.
Jalinan episode-episode lainnya seputar citra Batara Krishna
kiranya perlu dibaca sebagai tamsil dan kiasan, bukannya sebagai
suatu kenyataan faktual. Mengenai sosok Krishna yang digambarkan
bertangan empat dan bersayap, dapat ditafsirkan secara simbolis bahwa
hamba Allah yang berderajat tinggi diberi kemampuan lebih. Kitab
Suci Al-Quran juga menyatakan tentang sayapa berkenaan dengan

122
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

Nabi Islam, Rasulullah saw. Beliau diperintahkan oleh Allah untuk


merendahkan sayap rahmatnya di atas para mukminin. Begitu juga
ketika malaikat dikatakan mempunyai sayap yang jumlahnya berbeda-
beda, yang dimaksud adalah sifat mereka dan bukannya sayap dalam
pengertian ragawi.
Hanya saja seringkali terjadi tamsil dan kiasan keagamaan oleh
para penganutnya dipahami terlalu harfiah, sehingga makna penting
yang mendasarinya malah terluput. Begitu juga yang terjadi dengan
sosok Batara Krishna dan apa yang tampak di sekelilingnya.
Krishna disebut juga sebagai Murli Dhar yang artinya peniup
seruling. Seruling di sini sebenarnya adalah simbolisasi wahyu karena
nada yang dikeluarkan tidak dikeluarkan oleh seruling itu sendiri.
Seruling itu hanya meneruskan apa yang ditiupkan ke dalamnya.
Dengan demikian, sebenarnya Krishna sendiri yang dimasudkan
sebagai seruling yang dimainkan oleh Tuhan. Nada apa pun yang
ditiupkan Tuhan ke dalamnya, dengan penuh kesetiaan itu juga
yang disampaikannya kepada dunia. Oleh karena itu, realitas tentang
Krishna tidak berbeda dengan semua utusan-Tuhan yang lain,
yaitu sebagai wali pesan Ilahi yang amanah dan meneruskannya
kepada dunia sebagaimana adanya tanpa ada perubahan. Seruling
jadinya merupakan simbol paling ekspresif integritas para Nabi yang
memastikan kepada dunia bahwa ia tidak mengatakan apapun selain
apa yang diwahyukan kepada dirinya dari atas sana.

M arilah kita beralih pada kaifiat dasar lain agama Hindu, yang
kesamaannya hanya dijumpai pada sedikit agama lain, yang
paling terkenal di antaranya adalah agama Buddha. Yang kami
maksudkan adalah keyakinan Reinkarnasi. Akidah ini bertalian
dengan dua kepercayaan Hindu lainnya tentang keabadian ruh atau
jiwa di satu sisi dan kefanaan Dewa Agung dan dewa-dewa kecil
lainnya di sisi lain. Menurut akidah ini, kehidupan di bumi bukan
merupakan suatu ciptaan yang baru sama sekali. Setiap mahluk hidup

123
Bagian
Mirza Tahir
1II
I Ahmad

yang ada, meski dirinya sendiri tidak bersifat kekal, tersusun dari
unsur-unsur yang baka. Bumi pertiwi hanya menjadi laboratorium
pencampur tempat ruh dan bagian-bagian materi dicetak bersama
untuk melahirkan berbagai bentuk kehidupan. Mereka mempercayai
kemampuan penciptaan Tuhan hanya seperti kemampuan seorang
apoteker. Dia tidak memiliki kekuasaan sebagai Wujud Pencipta yang
bisa menciptakan sesuatu dari ketiadaan.
Visi mereka tentang alam semesta adalah adanya tiga tingkat
eksistensi. Eksistensi pertama dan yang tertinggi ditempati oleh
Brahma sebagai dewa utama, bersama-sama dengan berbagai dewa
kecil lainnya. Mereka melaksanakan berbagai fungsi di alam semesta
dan telah diperlengkapi untuk hal itu. Sebagian ada yang bertugas
untuk menaikkan awan atau menciptakan petir halilintar. Sebagian
lain bertanggung jawab atas penataan, pemeliharaan dan pengaturan
gejala alam. Mereka memiliki kemerdekaan komparatif dalam ruang
lingkup mereka sendiri dan jarang berbenturan satu sama lain. Tetapi
jika kemudian memang terjadi benturan maka celakalah bagi alam.
Badai menggelora di langit dan prahara bergentayangan melanda
bumi. Akan selalu berbuah baik bila berada pada pihak yang tepat
di antara para dewa atau dewi itu, kalau tidak kemurkaan mereka
harus dibayar mahal oleh manusia. Ada dewa atau dewi kekayaan,
kesuburan, kesehatan, umur panjang dan sebagainya. Dewa-dewi
mistis yang menempati tingkat eksistensi ini menikmati keabadian.
Tingkat eksistensi kedua atau yang di tengah terdiri atas ruh
dan materi. Mereka inilah yang, jika digabungkan, akan membentuk
tingkat eksistensi terbawah yang berkaitan dengan kehidupan di bumi.
Menurut ajaran agama Hindu ini, hanya Brahma penghulu para dewa,
yang memiliki daya untuk mengikatkan ruh dengan materi hingga
terjadi penciptaan kehidupan di bumi.
Bagaimana dan kapan hal itu dimulai serta untuk tujuan apa,
dibahas panjang lebar dalam literatur tentang filsafat Hindu yang

124
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

merujuk pada ajaran kitab Veda. Mereka meyakini bahwa awal mula
kehidupan di bumi tidak terjadi sebagaimana penuturan para ilmuwan
modern. Kehidupan itu tidak bermula dari munculnya organisme
dan bio-unit sederhana dalam sup primordial di samudra dan di
permukaan bebatuan semilyar tahun yang lalu. Berikut ini tulisan
Profesor J. Verman dalam bukunya berjudul The Vedas:
‘... para cendekiawan yang fikirannya dijejali dengan teori evolusi Darwin yang
lancung tersebut, merasakan kesulitan memahami rahasia Wahyu ini. Akan
tetapi, kita mempunyai bukti-bukti yang berlimpah untuk menunjukkan
bahwa tahap-tahap awal manusia sebenarnya lebih baik, dan tidak ada
dasarnya untuk menganggap bahwa manusia pra-sejarah adalah orang-orang
primitif. Para rishi Veda bukanlah orang-orang yang berfikiran sederhana.
Mereka itu adalah penyair, visioner dan spiritualis sekaligus, ketiganya
bergabung menjadi satu. Para murid mereka yang tentunya juga rishi, mampu
memahami makna inti dari mantra begitu mereka mendengarnya.... kita juga
mengetahui adanya kemunduran daya psiko mental bangsa ini secara gradual.
Generasi para peramal masa depan juga mulai memupus.’1

Menurut pemahamannya tentang skema samawi, bumi ini


diciptakan secara abadi, berulang kali, terus menerus, begitu pula
kehidupan di muka bumi. Pada setiap kelahiran bumi baru, lahir pula
dunia yang baru. Di awal penciptaan dunia, Brahma mewahyukan
Veda, konstitusi alam, kepada para rishi, yang berdasarkan konstitusi
itu mereka ini lalu menyusun syariat yang mengatur perilaku manusia
di bumi. Maka, kehidupan dimulai dengan umat manusia dan
bukannya bentuk kehidupan lain yang mendahuluinya.
Ungkapan lain dari buku itu lebih memperjelas peran keempat
rishi yang duduk di atap dunia dan warisan mereka kepada generasi
manusia selanjutnya:
‘... keempat orang suci yaitu Agni, Bayu, Surya dan Angira, yang sebenarnya
juga orang-orang dengan keagungan intelektual dan keluhuran spiritual,
karena tergugah oleh penampakan penciptaan yang menyejukkan dan
mempesona, sambil melihat ke sekeliling dari atap dunia, dari daerah suci
danau Manasarovara di Trivishtapa (sekarang Tibet), negeri para dewa,
sepanjang Himalaya, yang menjadi sumber sungai-sungai besar seperti
Gangga, Sindhu, Shatadru dan Brahmaputra, yang dikitari oleh puncak-

125
Bagian
Mirza Tahir
1II
I Ahmad

puncak tertutup salju akbar serta fenomena alamiah yang menarik hati, kalbu
mereka dipenuhi keharuan dan keterpesonaan, indera mereka memuncak,
jiwa mereka terangkat, fikiran mereka dipenuhi hasrat mencari pengetahuan,
dalam suatu sikap kesadaran penerimaan, lalu masuk ke dalam meditasi
dan mengerahkan diri mereka. Mereka kemudian melihat ke dalam realitas,
berbeda dari alam fisik dan mendengar nada kekal berbekal kata-kata dari
dalamnya, serta visi tentang kebenaran pada saat bersamaan ...’2

Dengan demikian ajaran Veda sebagaimana pemahaman para


pandit Hindu, menerangkan kepada kita, bahwa kehidupan itu tidak
berevolusi tetapi berpindah (transmigrasi). Generasi manusia yang
akan dilahirkan jauh di masa depan setelah periode masanya keempat
rishi pelopor sudah ditakdirkan fitratnya akan menurun dibandingkan
dengan manusia terdahulu. Grafik menurun dalam fitrat kemanusiaan
tersebut juga berpengaruh pada perilaku akhlak mereka. Dalam filsafat
Hindu tentang Karma dan Reinkarnasi, nampak tidak ada kebaikan
tersisa bagi masa depan manusia. Menurut pandangan Profesor
Verman:
‘Menghancurkan kehidupan masa depan berarti bersiap untuk dilahirkan
di antara spesies mahluk hidup yang lebih rendah dibanding manusia. Hal
ini merupakan akibat dari perilaku, menjadi hukuman dari perilaku buruk.
Bentuk hukuman yang berupa penghapusan berbagai fitrat, organ indera dan
kelakuan manusiawi. Inilah yang menjadi doktrin karma dan seperti inilah
fungsi dari sistem peradilan samawi; yang juga disebut sebagai kaidah hukum
di alam.’3

Kami beranggapan, melakukan atribut akidah ini pada ajaran


Veda, sebenarnya dapat dikatakan kalau umat Hindu justru tidak
menghargai Veda tersebut. Bila pernyataan demikian diterima secara
serius maka kisah tentang asal mula kehidupan harus ditulis ulang
keseluruhannya. Dalam visi baru tentang asal mula spesies, Karma
tentunya jadi memainkan peran inti. Pergulatan untuk eksistensi,
kelangsungan hidup spesies yang paling mampu beradaptasi dan
mutasi generik yang selama ini dibicarakan para teoritis evolusi,
terpaksa harus dibuang dan dianggap sebagai khayalan fiksi ilmiah

126
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

tanpa adanya bukti setitik pun yang bisa mendukungnya. Kunci yang
tertinggal untuk membuka teka-teki kehidupan jadinya hanya tinggal
Karma saja.
Mengikuti alur fikiran ini, kita bisa simpulkan bahwa kehidupan
manusia dimulai dengan penciptaan orang-orang suci berderajat tinggi,
tetapi kemudian dengan lahirnya generasi-generasi berikut, manusia
mulai mengalami kemerosotan secara mental, fisik dan spiritual.
Tidak dibutuhkan waktu lama bagi mereka untuk mengisi dunia ini
dengan segala dosa. Karena adanya dosa maka datang penghukuman
samawi, karena itu mereka segera kehilangan status kemanusiaannya.
Mereka tentunya amat gundah dan terkejut melihat transformasi
manusia menjadi hewan dari strata bawah, namun mereka hanya bisa
menyalahkan dosa mereka sendiri. Hukum Karma harus berlaku dan
dosa harus mendapat ganjarannya. Mestinya bagi mereka merupakan
hal yang lumrah menyaksikan kelahiran berbagai spesies hewan baru
dalam proses reproduksi, dan bukannya bayi manusia yang normal.
Namun bisa jadi bukan begitu para cendekiawan Hindu
membayangkan asal muasal spesies dan bagaimana Karma bekerja.
Karena tidak adanya pernyataan yang tegas mengenai masalah ini,
kita hanya bisa menarik beberapa penafsiran di dalam kerangka dari
keseluruhan kepercayaan mereka. Bisa jadi mereka membayangkan
pengungkapan misteri kehidupan di bumi dalam pola yang lain sama
sekali. Dengan merosotnya manusia dalam perjalanan waktu sejak
periode masa para rishi berempat tersebut, kemampuan reproduksinya
akan menurun dan muncul wabah kemandulan yang merata. Secara
cepat jumlah manusia akan menurun dan sebagai gantinya lalu muncul
tak terbilang berbagai spesies hewan di muka bumi.
Bumi akan merekah di berbagai tempat dan dari sana keluar
gajah dan singa. Lalu muncul kucing, anjing, dubuk dan srigala.
Dari air muncul berbagai pola dan rona bentuk ikan, diikuti oleh
penyu dan lain-lainnya. Tiba-tiba serangga menyerbu masuk ke dunia

127
Bagian
Mirza Tahir
1II
I Ahmad

hewan, seperti hama belalang yang tiba-tiba muncul dari ketiadaan.


Dibawah bentuk kehidupan yang terlihat, terdapat kerajaan bakteri
dan virus yang berkembang lebih cepat lagi. Namun manusia meski
telah diperingatkan oleh para rishi yang berempat, tetap saja tidak
mau tunduk dan tetap memberontak terhadap ajaran Veda. Sebagai
konsekwensi alamiah dari dosa mereka, reinkarnasi dari bentuk
manusia menjadi bentuk hewan yang lebih rendah tentunya terjadi
merajalela tanpa kendali.
Karena tidak ada lagi ruang di permukaan bumi dan di kedalaman
lautan, manusia jadinya harus terlahir kembali di dalam usus perut
manusia juga. Dalam bentuk cacing bulat, cacing pipih, cacing pita
dan cacing keremi, yang bahkan juga tidak mempunyai belas kasihan
kepada anak-anak kecil, di samping jumlah tak terbilang dari bentuk
virus dan bakteri, manusia-manusia berdosa akibat renkarnasi itu telah
menginvasi tubuh manusia lain, dalam urat darah, di sel-sel kapiler,
jaringan sel otot dan organ vital. Limpa pun tidak dilewatkan, atau juga
sumsum tulang misalnya. Sepertinya suatu bentuk penghukuman yang
luar biasa canggih dimana manusia dihukum oleh tangannya sendiri.
Namun ia tidak juga akan menyadari bahwa ia sedang dihukum.
Tidak diragukan kalau skema seperti ini terlihat amat menarik,
yang untuk mendukungnya Profesor Verman menyatakan memiliki
‘banyak sekali bukti-bukti.’ Satu-satu kelemahan skema ini ialah fakta,
manusia terus cenderung tambah berdosa dengan berjalannya waktu,
namun faktanya jumlah mereka tidak juga berkurang. Sebaliknya,
populasi mereka justru meledak.
Hal ini membawa kita kembali ke masa purba dimana kehidupan
dimulai dengan penciptaan keempat rishi dan sekumpulan besar
manusia biasa. Jika pada waktu itu kondisi perilaku sosial dan spiritual
manusia sedang berada pada tingkat terbaiknya, maka tidak akan ada
kekhawatiran bahwa mereka akan ditransmigrasikan ke spesies yang
lebih rendah setelah generasi mereka habis. Menurut skema Karma,

128
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

dengan demikian dapat dikatakan bahwa selama manusia tetap berlaku


saleh maka tidak akan ada spesies hewan baru yang muncul, karena
hewan ini hanya bisa diciptakan sebagai akibat dari penghukuman
kepada generasi manusia yang telah melakukan dosa.

P rofesor Verman rupanya mempunyai jawaban terhadap dilema


demikian. Generasi manusia yang kemudian menjauh dari
generasi orang-orang saleh dari keempat rishi tersebut, akan meluruh
karakternya. Begitu manusia mulai berdosa maka gerbang penciptaan
spesies hewan lainnya akan terbuka lebar. Sejak saat itu tidak akan
kekurang jumlah jiwa manusia yang berdosa yang kemudian akan
dihukum menjadi spesies sub-manusia dalam perjalanan reinkarnasi.
Hanya saja skema seperti itu tentunya baru bisa berjalan jika total
populasi manusia pada masa tersebut sekitar lebih dari satu milyar kali
lebih banyak dari jumlah yang ada sekarang. Jumlah total hewan dari
segala spesies sekarang ini nyatanya berjumlah sekian triliun banyaknya.
Secara sederhana bisa disimpulkan dari ajaran tersebut bahwa semua
spesies hewan dari jenis bakteri ke atas, pada awalnya pernah menjadi
manusia sebelumnya. Dengan demikian maka populasi manusia pada
periode masa keempat rishi suci tersebut tentunya berjumlah sangat
astronomis, di luar kemampuan menghitung manusia. Berkaitan
dengan itu, tentunya bumi ini dulu besarnya semilyar kali lebih
besar dibanding sekarang agar mampu memberikan akomodasi pada
keseluruhan populasi manusia yang takut kepada Tuhan para penganut
Dharma Veda pada masa purba.
Kebetulan pula para ilmuwan memberitahukan bahwa tanah
Tibet, dimana dikatakan keempat rishi agung itu sedang duduk pada
awal penciptaan, ternyata belum tercipta pada masa itu. Tanah Tibet
baru muncul kemudian, sekitar 1 milyar tahun yang lalu sebagai akibat
pergeseran lempeng dataran kontinental yang menimbulkan benturan
pada pelat bumi yang mendorongnya mencuat ke atas menjadi dataran
tinggi. Perbedaan pandangan di antara para ahli geologi dan para ahli

129
Bagian
Mirza Tahir
1II
I Ahmad

Veda jadinya menimbulkan bayang-bayang keraguan atas skenario


yang menggambarkan keempat rishi itu yang katanya dengan tenang
sedang mengawasi dunia dari kedudukan mereka yang tinggi didataran
Tibet. Tetapi tentu saja cendekiawan Hindu seperti Profesor Verman
bisa saja mengesampingkan dongeng geologis tersebut sebagai omong
kosong yang tidak berarti apa-apa sebagaimana halnya yang disebut
sebagai teori evolusi. Semua itu patut dilempar ke kotak sampah
karena dianggap sebagai halusinasi ilmiah bersama-sama dengan teori
evolusi yang telah dicampakkan sebelumnya.
Kembali kepada masalah populasi manusia yang muncul dari
wujud keempat rishi agung tersebut, tentunya jumlah mereka itu
sedemikian besar karena mereka itulah yang kemudian menjadi
cikal bakal spesies hewan yang akan muncul kemudian. Adalah jiwa
mereka yang berdosa itu yang nantinya akan diturunkan derajatnya
kejajaran dunia hewan. Jumlah total populasi manusia pada saat itu
mestinya sepadan dengan jumlah total spesies hewan yang muncul
kemudian. Kita tidak mungkin mampu membayangkan jumlah
kolosal manusia yang berkutat menggeliat-geliat seperti pegunungan
cacing dipermukaan planet bumi yang kecil ini. Yang bisa dilihat dari
atap apapun, sebutlah Tibet atau Himalaya, hanyalah manusia dan
manusia dimana-mana, tanpa ada sesuatu yang bisa dimakan.
Meneliti kembali masalah Karma, sekarang mari kita
membahasnya dari sudut diskusi akademis. Nasib dari setiap generasi
kehidupan sepenuhnya bergantung kepada Karma dari generasi
sebelumnya. Ruh atau jiwa itu sendiri merupakan entitas (wujud) yang
netral, begitu juga dengan zat atau materi yang mengikatnya. Masalah
ini merupakan pertanyaan yang dicoba dijawab oleh para ulama
Hindu untuk menjelaskan kebijaksanaan yang mendasari kebijakan
penciptaan Tuhan. Mereka mempermasalahkan, jika Dia memang
benar Tuhan yang adil, lalu mengapa Dia melebihkan satu dari yang
lainnya? Guna menjawab pertanyaan yang tak berjawab itulah maka

130
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

mereka menciptakan filsafat tentang siklus kekal tak berakhir dari


perilaku manusia dan ganjarannya. Bagi transmigrasi ruh, adalah
prinsip ini yang mendasari siklus proses sebab dan akibat, kejahatan dan
penghukuman, kebaikan dan ganjarannya. Padahal dalam pandangan
agama-agama besar di dunia, Tuhan selalu digambarkan sebagai Wujud
Yang Maha Kuasa yang bisa menciptakan apa pun yang dikehendaki-
Nya menjadi terwujud. Karena itu maka Dia adalah Pemilik Agung
dari segala ciptaan, berkuasa penuh memperlakukannya sekehendak
Wujud-Nya. Tangan-Nya bebas tidak terikat, Dia bisa menciptakan
apa pun yang Dia kehendaki. Prinsip keadilan yang terkait dengan
pilihan ciptaan tidak berlaku di sini. Namun karena sifat Maha
Bijaksana, Maha Adil dan Maha Kuasa maka Dia membekali semua
spesies hewan dengan segala kesempurnaan yang mereka perlukan,
baik internal atau pun eksternal. Dengan demikian maka setitik amuba
bisa saja sama bahagia dan puas dalam domainnya yang demikian
kecil dan tidak berarti sebagaimana halnya seorang raja yang duduk di
singgasana agungnya.
Kemerdekaan seperti itu tidak dinikmati oleh dewa agung dalam
mithologi Hindu. Karena ia tidak menjadi penciptanya, maka ia tidak
mempunyai kewenangan mencampuri kemerdekaan ruh dan zat dan
menjadikan mereka sebagai hambanya. Begitu pula jadinya selalu
ada pilihan pada setiap tingkatan penciptaan. Mengapa yang satu
dijadikan lebih baik dari yang lainnya, atau ditempatkan pada strata
yang lebih tinggi dalam jajaran ciptaan? Mengapa ada yang terlahir di
istana megah seorang raja atau terlahir dalam keremangan kosong di
gubuk seorang miskin?
Dilema seperti itulah yang mengharuskan adanya suatu bentuk
pembenaran bagi Tuhan berkaitan dengan skema penciptaan yang
begitu beragam. Filsafat Hindu menjawab pertanyaan tersebut dengan
konsep bahwa Tuhan tidak pernah memutuskan dalam kapasitas-Nya
sebagai sang Pencipta. Berbeda dengan pandangan agama-agama

131
Bagian
Mirza Tahir
1II
I Ahmad

lainnya di dunia, umat Hindu menganggap bumi sebagai tempat lokasi


penghukuman dan pengganjaran. Menurut filsafat Hindu, perilaku
hidup di bumi itulah yang akan langsung menentukan bentuk masa
depan yang akan diberikan dalam reinkarnasi berikutnya. Adalah
dewa agung Brahma yang menghakimi setiap tingkah laku selama
mereka hidup dibumi. Masa depannya sendiri terletak pada Karma
masing-masing.
Kehidupan dan kematian saling terjalin sebagai bagian dari suatu
skema abadi, kebaikan dengan ganjarannya serta kejahatan dengan
penghukumannya. Tetapi yang menjadi masalah ialah ketika pertama
kali ruh diambil Tuhan dari tempatnya di angkasa untuk dibawa ke
bumi guna digabungkan dengan zat yang kemudian membentuk
spesies kehidupan, pada saat itu juga berlaku masa pemenjaraan ruh
dalam wujud baru tanpa ada Karma sebelumnya. Laku pemenjaraan
yang pertama itulah yang menjadi gambaran pelanggaran asas keadilan
dan ketidak-berpihakan Tuhan sendiri, yang kemudian menjadi
pembenaran inkarnasi Wujud-Nya sendiri kepada bentuk spesies
hewan yang terendah.
Kembali kepada bagaimana fungsi Karma, perlu dipahami bahwa
skema ini amat rumit karena harus memperhitungkan variasi terkecil
sekali pun dari perilaku baik dan buruk selama kehidupan di bumi.
Variasi itulah yang dianggap akan membantu Tuhan guna menetapkan
penghukuman apakah akan keras atau lembut, atau ganjaran kebaikan
itu lebih besar atau lebih kecil.
Setiap kejahatan tidak selalu mengharuskan adanya transformasi
setiap manusia berdosa menjadi seekor hewan. Seorang raja dalam
inkarnasi sebelumnya, bisa saja menjadi pengemis miskin pada inkarnasi
berikut. Begitu juga dengan pengemis yang bisa ditransformasi
menjadi Raja Diraja pada inkarnasi berikut, tergantung pada perilaku
baik atau buruk di kehidupan sebelumnya dalam pandangan Tuhan.

132
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

Sebagaimana dijelaskan, tergantung pada amalan masing-masing


maka setiap spesies bisa ditransmigrasikan ke bentuk lain dalam
reinkarnasi berikutnya. Seorang manusia dianggap bisa berubah
menjadi cacing dalam inkarnasi berikut. Suatu kejutan yang amat
tidak menyenangkan tentunya, namun yang patut disalahkan hanyalah
kelakuannya sendiri.
Dimana asal mula rantai siklus ini? Hal ini menjadi pertanyaan
abadi yang tidak pernah bisa dipecahkan. Bila setiap reinkarnasi harus
didasarkan pada inkarnasi sebelumnya, lalu dari mana rantai siklus
itu bermula? Tentunya tidak bisa begitu saja mendorong rantai sebab
akibat tersebut ke masa lalu. Hal ini akan mensyaratkan bahwa semua
bentuk kehidupan berikut Karmanya masing-masing menjadi kekal
adanya. Suatu pandangan yang tidak bisa diterima meski oleh pandit
Hindu yang paling fanatik sekali pun karena kekekalan kehidupan
hewan menjadikan laku penciptaan menjadi suatu hal yang berlebihan
dan tidak ada gunanya.
Satu-satunya alternatif yang terbuka adalah memandang Karma
berikut segala konsekwensinya, dalam bentuk sebuah rantai yang
saling berkaitan dalam sebuah lingkaran. Namun hal ini juga tidak
mungkin karena Karma yang mempunyai siklus tanpa akhir itu
beserta sistem penghukuman dan ganjaran, tidak mungkin tanpa
adanya suatu awal dan juga akhir. Sebuah siklus kekal dari sebab
akibat hanya bisa diterima logika jika terdiri dari mata-mata rantai
yang identik. Bila terdapat perubahan dalam fitrat salah satu mata
rantai, maka awal dan akhirnya bisa ditentukan. Sebagai contoh, mata
rantai yang menunjukkan adanya pola naik turun dari perbaikan atau
kemerosotan, dengan sendirinya tidak bisa ditata menjadi suatu siklus
kekal.
Mari kita alihkan kembali pandangan kita kepada skenario Veda
tentang awal kehidupan dan asal muasal para spesies. Jika memang
berbentuk rantai bulat sebagaimana ditekankan oleh para theolog

133
Bagian
Mirza Tahir
1II
I Ahmad

Hindu, maka ketika deteriorasi telah mencapai maksimum, rantai


itu dengan sendirinya menjadi tidak bisa dibedakan dari mata rantai
yang menandakan awalnya. Setelah spesies manusia pupus dari muka
bumi, yang tertinggal hanyalah bentuk kehidupan hewan dari strata
bawah yang terus menerus merosot ke skala di bawahnya lagi karena
dosa berkelanjutan yang dilakukannya. Tinggal tugas baru sekarang
adalah mengaitkan mereka dengan kehidupan baru di muka bumi agar
siklusnya menjadi lengkap. Kehidupan di bumi menurut ajaran Veda,
selalu bermula dari keempat rishi yang sedang berbaring santai di atap
dunia di Tibet. Bagaimana mungkin segala bentuk kutu, serangga,
kelabang, tikus dan sigung (sebagai produk akhir dari manusia yang
berdosa) lalu dikaitkan kepada awal siklus kehidupan yang demikian
mulia dalam diri wujud suci keempat rishi guna melengkapi siklus
tersebut? Lingkaran transmigrasi sebagaimana diuraikan di atas tidak
mungkin jadinya dikaitkan kepada awal kehidupan, dan juga tidak
bisa dikatakan sebagai kekal, karena kekekalan mensyaratkan adanya
kesinambungan yang tidak terputus.
Jika akhir dari rantai itu harus tersambung kepada awalnya maka
konsekwensinya terlalu menghebohkan bagi siapa pun untuk bisa
dibayangkan. Bayangkan seekor ular yang duduk melingkar dengan
ekornya sendiri dalam mulutnya. Tidak ada pengamat waras yang
akan menyebutnya sebagai lingkaran kekal tanpa awal dan tanpa akhir.
Ekor akan tetap menjadi ekor meskipun digigit erat-erat oleh giginya.
Lingkaran demikian tetap ada kepala dan ada ekor, ada awalnya dan
ada akhirnya. Tidak ada seorang pun yang masih memiliki rasa hormat
kepada keempat rishi itu, walau hanya sedikit sekali pun, yang akan
mengizinkan dirinya membayangkan kelahiran kembali mereka dari
ekor yang terbuat dari bentuk eksistensi hewan yang paling hina.
Kami sungguh mengharap bahwa tidak orang Hindu, terpelajar
atau tidak, yang mau mempercayai fantasi ganjil tentang lingkaran
kekal seperti itu. Alam sendiri sama sekali tidak mendukung pandangan

134
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

tersebut. Tidak ada bukti apa pun yang akan mendukung pandangan
demikian.
Masalah Karma juga bisa ditinjau dari sudut lain. Istilah
Karma berkaitan dengan semua tindakan, yaitu pelaku harus
bertanggungjawab. Ia akan diganjar jika perilakunya baik dan
dihukum jika perilakunya buruk. Hal itu mengharuskan bahwa
Kehendak Tuhan harus dinyatakan secara jelas tentang apa yang
dianggap sebagai baik dan buruk dalam perilaku, karena kalau tidak
maka tidak akan ada mahluk yang mengetahui apa yang disukai atau
tidak disukai oleh Tuhan. Adalah untuk tujuan ini maka keempat
rishi agung tersebut diletakkan sebagai awal dari umat manusia. Jika
ajaran Veda tidak diwahyukan kepada mereka maka manusia tidak
bisa mempelajari apa yang dianggap baik dan buruk bagi diri mereka,
karena itu mereka tidak bisa dianggap bertanggungjawab atas Karma
mereka. Dengan demikian maka prinsip Karma hanya bisa dikenakan
kepada umat manusia saja yang memperoleh catatan jelas tentang apa
yang boleh dan tidak boleh dilakukan berdasar penjelasan keempat
rishi pelopor tersebut.
Ketika masalahnya dikaitkan dengan hewan selain manusia, maka
problemnya menjadi agak rumit. Apakah semua spesies mempunyai
kitab jelas yang didasarkan pada hukum samawi? Jika tidak, lalu
bagaimana mereka harus berperilaku dan bagaimana Karma mereka
ditimbang? Apakah perilaku instink mereka bisa menggantikan ajaran
samawi? Bila perilaku intuitif itu yang menggantikan ajaran samawi
diantara hewan, lalu bagaimana mereka melaksanakan kebebasan
memilih perilaku apa yang baik bagi mereka?
Di kalangan manusia, ajaran samawi demikian disampaikan
melalui media manusia juga (keempat rishi tersebut pastilah manusia).
Namun sulit jadinya membayangkan adanya jabatan kenabian di
antara hewan. Setiap spesies memiliki keterbatasan ruang lingkup
pemahaman dengan cara hidup yang spesifik pula. Kalau ada nabi yang

135
Bagian
Mirza Tahir
1II
I Ahmad

dikirimkan ke tengah mereka maka setiap spesies harus mempunyai


nabi dari spesiesnya sendiri. Jika dikatakan ada rishi hewan yang lahir
di antara mereka, maka pada semua jenis hewan seperti singa, beruang,
dubuk, reptil, ikan, burung dan sebagainya, harus memiliki rishinya
sendiri. Bisakah kita membayangkan ada nabi burung gagak atau rishi
serigala?
Tetapi itu belum semuanya. Bila instink menggantikan ajaran
samawi dan berfungsi sebagai norma kehidupan dunia hewan, lalu
muncul lagi pertanyaan yang sama tentang pilihan berkaitan dengan
perilaku hewan yang instinktif. Bisakah mereka itu menerima atau
menolak kecenderungan instinktif? Adalah suatu hal yang instinktif
bagi seekor kuda untuk memakan rumput atau biji gandum, bisakah
kuda itu mengelak dari pengaturan Tuhan mengenai hal ini? Dalam
hal kuda itu ingin melakukan kenakalan, bisakah ia lalu mengganti
makanannya dari nabati menjadi pemakan daging, sehingga melanggar
sama sekali kaidah samawi tentang instink? Jika kuda itu melakukannya,
maka tentu ia bisa dihukum Tuhan karena telah berperilaku buruk.
Mungkin hukuman yang paling tepat baginya pada reinkarnasi
berikut adalah transformasi menjadi keledai atau anjing misalnya.
Bagaimana jika keledai itu ternyata juga tetap berperilaku salah meski
telah turun status demikian dan ia tetap saja menjadi karnivora yang
lebih suka daging daripada rumput yang hijau. Apa yang akan terjadi
pada inkarnasi berikutnya, apakah lalu menjadi anjing, hanya Tuhan
saja yang tahu.
Kami membangun skenario hipotetis ini hanya untuk membawa
kepermukaan segala absurditas yang mendasari filsafat reinkarnasi
dari pemahaman umat Hindu terhadap ajaran Veda. Sama sekali kami
tidak bermaksud menyakiti hati siapa pun.
Ilustrasi hipotetikal yang sama juga dapat diterapkan pada
keseluruhan dunia hewan. Sebagai contoh, jika seekor singa tetap
teguh mengikuti fitratnya maka ia akan dianggap singa yang baik,

136
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

terlepas apakah ia selama ini tidak menghargai kesakralan nyawa


mahluk lainnya yang ia bunuh untuk dimakan. Jika di sisi lain ia
meninggalkan kebiasaan makan daging dan mengabaikan instinknya
sendiri yang dikatakan mulia, bisa jadi singa vegetarian itu nantinya
akan diturunkan statusnya menjadi burung pemakan bangkai
misalnya. Karena itu hewan di hutan hanya bisa dianggap Tuhan
sebagai berperangai baik selama mereka mengikuti perangainya yang
tidak baik.
Rasanya sudah cukup jelas bahwa tidak mungkin perilaku intuitif
hewan dianggap sebagai norma kehidupan samawi, sepanjang hewan
bersangkutan tidak mempunyai hak untuk menentukan pilihan.
Kalau para pembela Veda bertahan bahwa perilaku instinktif hewan
itu adalah substitusi dari kaidah samawi, maka semua hewan tentunya
harus dipromosikan ke derajat yang sama dengan manusia karena
mereka selalu mengikuti instinknya secara cermat-yang jauh lebih baik
dari manusia yang mengikuti kaidah samawi. Pandangan demikian
tentunya amat berbahaya karena akan menjurus pada punahnya
seluruh kehidupan non-manusia dan menimbulkan eksplosi populasi
manusia yang amat besar yang akan membawa manusia kembali ke
masa awal lagi. Apakah akan masih ada tersedia makanan bagi mereka
untuk hidup, atau apakah mereka lalu terpaksa menjadi kanibal
semuanya? Hanya Allah saja yang tahu.
Untungnya bagi ras manusia, tidak ada skema Karma yang
mungkin bisa berlaku di antara hewan non-manusia. Sekali saja
terhukum menjadi hewan maka jiwa tidak mungkin lagi akan pernah
bisa menggapai ketinggian derajat sebagai manusia. Dengan demikian
skema Karma itu akan mengayun nasib manusia sebagai bandul dari
satu ekstrim ke ekstrim lainnya. Jika ia boleh memilih, mana yang
akan dipilihnya? Tidak keduanya, bila ia memang memiliki pilihan
lain, maka opsi yang terbaik adalah tidak menjadi apa-apa.

137
Bagian
Mirza Tahir
1II
I Ahmad

Patut juga kiranya dikemukakan bahwa akidah Hindu tentang


transmigrasi jiwa nyatanya memberikan juga opsi ketiga, tetapi
terbatas hanya kepada beberapa orang terpilih saja. Orang-orang
yang hidupnya sempurna sebagaimana halnya keempat rishi purba
itu tidak akan didaur ulang secara langsung, karena ada jeda istirahat
yang panjang bagi jiwa mereka. Inilah yang menjadi visi Nirwana atau
surga dalam agama Hindu. Hanya saja periode istirahat tersebut, meski
berlangsung jutaan tahun, tetap saja ada akhirnya. Pada akhirnya jiwa-
jiwa yang telah menikmati Nirwana tersebut harus kembali ke bumi
untuk mengikuti proses reinkarnasi.
Namun penilaian kritis terhadap mithologi Hindu sudah
terlalu jauh. Cendekiawan agama Hindu bisa saja memisahkan
keimanan mereka dari akal budi atau daya nalar sebagaimana juga
telah dilakukan oleh penganut agama lain. Dalam keadaan demikian
meski telah diungkapkan segala hal yang merupakan penyangkalan,
mereka bisa saja tetap mengatakan bahwa ada suatu keseimbangan
yang diatur Tuhan di antara berbagai spesies hewan dan mereka itu
tetap saja dinilai oleh sistem Karma yang tidak kasat mata (ghaib).
Setiap individu yang termasuk ke dalam spesies apa pun dalam
kehidupan ini dinilai berdasarkan Karmanya sendiri. Bila seseorang
berperilaku salah maka ia akan ditransmigrasikan menjadi hewan dari
derajat yang lebih rendah pada kunjungan berikutnya ke muka bumi.
Begitu pula, seekor hewan yang berperilaku baik bisa saja dinaikkan
statusnya menjadi manusia pada inkarnasi berikut. Seekor anjing yang
berkelakukan baik bisa saja terlahir kembali ke rumah pemilik asalnya
sebagai tuan sendiri, sedangkan tuannya yang jahat terlahir kembali
sebagai anjing di bekas rumahnya dan menjadi peliharaan dari tuan
manusianya yang mantan anjing.
Nyata kiranya bahwa filsafat ini mengandung logika internal.
Kelihatannya Tuhan sebagai sosok diktator yang absolut yang
meskipun tidak memiliki hak, tetapi ternyata bisa memaksakan jiwa

138
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

dan zat bebas agar masuk dalam siklus rantai perbudakan yang kekal,
yang rupanya didasarkan pada suatu sistem peri keadilan. Dia menjadi
satu jiwa dan zat bersama sebagai bentuk penghukuman atau ganjaran
Karma mereka dalam kehidupan di bumi sebelumnya.Tetapi seperti
juga telah diungkapkan, masih ada kesempatan meski amat tipis, bagi
jiwa untuk mencapai Nirwana yang merupakan tempat keselamatan
sementara dari perbudakan kebendaan. Dengan demikian apa yang
kita tidak sukai sebagai kematian, kenyataannya bisa menjadi faktor
kebaikan yang membebaskan jiwa dari tubuh yang selama itu menjadi
rekannya. Untuk berapa lama pasangan terpisah itu bisa menikmati
kebebasan satu dari yang lain adalah sebuah pertanyaan yang harus
diputuskan bertalian dengan perilaku mereka selama proses kawin
menjadi satu saat hidup di bumi. Dalam hal mereka membawa diri
secara ideal dimana tubuh fisik menjaga dengan baik jiwanya dan jiwa
melaksanakan tugasnya dengan baik kepada tubuh fisik, maka akan
menjadi tambah panjang ganjaran masa perpisahan mereka.
Tidak berbeda dengan itu adalah nasib pasangan manusia yang
diikat perkawinan. Yang paling mulia dari antara mereka adalah yang
memiliki hubungan yang ideal sebagai suami isteri, mereka merasakan
kepuasan penuh dari hubungan kecintaan di antara mereka, bisa
dipastikan mereka akan memperoleh Nirwana yang tertinggi. Namun
dengan hal ini berarti jiwa mereka akan dipisahkan dari tubuh mereka,
satu dari yang lain akan dipisah untuk suatu masa sangat panjang yang
hampir mendekati kekekalan. Adapun pasangan yang berdosa akan
segera dikirim balik ke bumi guna menikmati lagi keakraban mereka
dalam kenikmatan badaniah. Astaga, neraka di dunia macam apa itu
dan surga macam apa ini namanya.

B agi seorang ilmuwan, filsafat Hindu mengenai kehidupan,


kematian dan keabadian sepertinya terlepas dari perasaan dan
akal budi, namun tidak bisa disangkal jika filsafat ini memiliki daya
tarik tersendiri yang tetap saja menambat hati banyak pria dan wanita

139
Bagian
Mirza Tahir
1II
I Ahmad

modern tanpa menghiraukan segi rasionalnya. Daya tarik terkuatnya


terletak pada harapan, seseorang bisa balik lagi kepada kehidupan
bumi yang menyedihkan ini. Manusia adalah paradoks yang paling
aneh dari semua bentuk kehidupan. Sepanjang hidupnya ia terus saja
mengeluhkan rangkaian kesengsaraan yang melekat pada kehidupan,
mengharapkan maut cepat menyelamatkan mereka, namun mereka
juga mengharapkan bisa kembali secepatnya ke penjara buminya!
Penjara seumur hidup dan dibelenggu kesengsaraan sebenarnya
sama saja. Bagaimana mungkin diselamatkan dari kesengsaraan
demikian tanpa mengalami kematian? Namun lihat juga bagaimana
manusia bersangkutan demikian berhasrat untuk berulangkali
mengunjungi kediaman yang begitu menyedihkan. Rupanya daya
tarik filsafat ini adalah kecintaan universal terhadap kehidupan yang
terukir di setiap sel mahluk hidup.
Hanya saja mereka yang terpesona dengan janji hari esok itu
jangan juga melupakan bahwa masyarakat manusia secara keseluruhan
sudah merosot akhlak dan perilaku agamanya. Bagi mereka ini,
mengharapkan bisa terlahir kembali sebagai manusia rasanya jadi
mimpi yang tak mungkin terpenuhi. Jika filsafat Karma dalam Veda
itu benar adanya maka mayoritas manusia sekarang ini akan terlahir
kembali sebagai kera, babi hutan, buaya atau bahkan sebagai cacing.
Hidup kembali memang merupakan suatu yang menyenangkan tetapi
apakah risikonya sepadan dengan harga yang harus dibayar?
Kembali kepada masalah keempat rishi sebagai penerima wahyu
Veda, kalau kita mau menerima mereka sebagai wujud yang sesuai
dengan skala waktunya, tentunya mereka terlahir berjuta-juta tahun
sebelum kehidupan mengisi bumi, di suatu masa ketika atmosfir bumi
masih kosong dari oksigen. Karma apa yang mendahului promosi
mereka menjadi rishi, merupakan suatu pertanyaan. Siapa yang bisa
hidup di lingkungan atmosfir tanpa oksigen selama waktu beberapa
generasi, serta apa yang jadi makanan mereka, juga merupakan

140
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

pertanyaan lain. Apa yang ada di laut dan udara hanyalah jasad satu
sel seperti virus dan bakteri yang bentuknya juga masih sederhana.
Apakah generasi orang-orang suci ini bisa hidup dengan makanan
seperti itu atau bisa jadi kehidupan manusia dimulai bukan dengan
orang-orang suci tetapi dengan virus suci dan bakteri yang saleh.
Jika kalkulasi waktu saat kemunculan keempat rishi dan orang
suci lainnya di bumi itu ternyata salah, bila nyatanya mereka tidak
muncul di bumi demikian awal sebagaimana pernyataan beberapa
pandit terpelajar, maka kehidupan di bumi dan turunnya Veda pasti
terjadi jauh setelahnya. Kemunculan mereka di muka bumi tidak
mungkin mendahului terbentuknya dataran tinggi Tibet. Adalah suatu
fakta bahwa bentuk sub-kontinen India sebagaimana adanya sekarang
ini sebenarnya terjadi antara 20 juta sampai 40 juta tahun yang lalu.
Sebelumnya sekitar 160 juta tahun yang lalu, India masih terpisah dan
baru kemudian bergerak ke atas menyatu dengan daratan Asia. Adalah
pertemuan kedua lempeng bumi itu yang telah mencuatkan dataran
tinggi Himalaya beserta pegunungan lainnya termasuk dataran tinggi
Tibet. Sebenarnya bukanlah suatu masalah kapan sebenarnya Tibet
tercipta dalam skala waktu sekian. Bukti-bukti fosil membuktikan
secara pasti bahwa kehidupan dimulai sekitar 800 juta juta tahun
sebelum terciptanya sub-kontinen India. Siapa dan apa pun mereka
yang bertengger di atap dataran tinggi Tibet tidak mungkin manusia,
karena manusia baru muncul lama sekali setelahnya. Pada saat itu
bentuk kehidupan paling mutakhir yang telah berevolusi adalah jenis
dinosaurus.
Betapa suburnya pun imajinasi seseorang, yang pasti adalah
kita tidak mungkin membayangkan adanya rishi dinosaurus. Karena
itu jika ajaran Veda kita tafsirkan secara harfiah maka para rishi dan
teman-teman sucinya pasti mendarat di bumi dari salah satu planet
asing. Namun solusi seperti itu (kalau mau disebut sebagai solusi)
malah justru menimbulkan problem lainnya yang lebih rumit dan

141
Bagian
Mirza Tahir
1II
I Ahmad

sama sekali absurd untuk bisa dipecahkan. Dengan demikian, kisah


tentang Karma jadinya dimulai bukan dengan keempat rishi tetapi
dengan sosok ganjil yang beraneka-ragam sebagai bentuk kehidupan
yang muncul dan berevolusi dari bio-unit awal pada 1 milyar tahun
yang lalu.
Penilaian yang tidak bias dan tidak berprasangka sebenarnya
menunjukkan secara jelas bahwa akidah tentang Karma dan
Reinkarnasi adalah produk dari masa dekadensi filsafat Hindu. Hal
ini pasti terjadinya saat para ahli theologi Hindu mencoba mencari
jawaban filosofis atas teka-teki kehidupan dan kematian, ganjaran dan
penghukuman, yang dicoba dipecahkan sendiri tanpa bimbingan dari
atas. Namun masih dimungkinkan untuk menelusuri unsur-unsur
wahyu Ilahi dalam ajaran Veda. Unsur-unsur kesalahan yang kita
temui sekarang, kemungkinan besar merupakan produk interpolasi
(penyisipan) ke dalam kitab Veda oleh tangan-tangan manusia.
Sebelum mengakhiri wacana ini, kami ingin menelaah fitrat yoga
dan bagaimana posisi kedudukannya dalam jaringan luas dari filsafat
Hindu. Yoga merupakan topik perhatian karena dianggap bahwa
melalui perenungan yang mendalam, seorang yogi akan bisa mencapai
sumber mata air pengetahuan dan kebenaran di dalam dirinya
sendiri. Hanya saja agak sulit ditetapkan secara pasti apakah sistem
yoga ini berasal dari agama Hindu atau Buddha. Yoga merupakan
sarana pembelajaran tetapi tidak pernah diberitakan bahwa Batara
Krishna pernah menggunakannya. Tetapi bukan hanya itu saja yang
berkaitan dengan yoga. Terlepas dari nilai meditasinya, yoga juga
dianggap sebagai ilmu ragawi yang amat maju, yang dikatakan bisa
mengembangkan fitrat tersembunyi dalam diri manusia sampai ke
tingkat yang maksimal.
Banyak peristiwa ajaib yang diberitakan sekitar yoga. Bahkan ada
yang menyatakan bahwa melalui yoga, seseorang akan bisa mencapai

142
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

tingkat kelelapan (hibernasi) yang sempurna dimana metabolisme


tubuh bisa diturunkan sampai hampir berhenti sama sekali dan
nyawa yang bersangkutan hanya bergantung pada selembar benang
halus. Beberapa yogi setelah menguasai ilmu yoga, dikatakan bisa
hidup terbenam di bawah air selama berhari-hari. Ada juga yang
melaporkan bahwa mereka bisa menghilang begitu saja di satu tempat
dan muncul seketika di tempat lain. Rasanya suatu hal yang amat
dilebih-lebihkan.
Tetapi memang ada suatu kekuatan khusus yang dikembangkan
melalui praktik yoga, yang tidak bisa dianggap sebagai suatu hal
yang dilebih-lebihkan. Sebagai contoh, beberapa yogi diketahui bisa
menahan nafas sedemikian lama, yang jika dilakukan orang biasa
sudah akan mengakibatkan kematian. Di samping itu yoga memang
merupakan suatu bentuk olah fisik yang bisa memperbaiki kualitas fisik
manusia dalam berbagai ruang lingkup fungsi-fungsinya. Yoga juga
dinyatakan sebagai pengobatan terbaik untuk mengatasi ketegangan
fisik dan psikis. Yoga berpotensi memperbaiki kinerja fisik manusia
dan mengembangkan kemampuan potensial di dalam dirinya telah
lama membeku. Begitu juga dapat memperbaiki keruhanian melalui
pendisiplinan cara hidup dan perilaku manusia.
Sekarang coba kita lihat kemungkinan-kemungkinan itu dengan
merujuk kepada sistem yoga. Para yogi menyatakan bahwa mereka bisa
mencapai sumber mata air dari kebenaran inti hanya melalui sarana
kontemplasi dan ilham dari pelaksanaan yoga. Seberapa jauh mereka
itu benar atau salah, adalah masalah pandangan. Kecuali kebenaran
inti yang didapat dengan bantuan praktik yoga tersebut, bisa diajukan
ke dunia sebagai solusi atas masalah-masalah manusia, kita tidak bisa
begitu saja membantah atau menerima pernyataan tersebut. Maksimal
yang dapat dikatakan berkaitan dengan ini adalah fakta bahwa yoga
merupakan bentuk olah fisik yang baik.

143
Bagian
Mirza Tahir
1II
I Ahmad

Referensi
1. Verman, J. (1992) The Vedas, Oxford & IBH Publishing Co.
PVT. Ltd, New Delhi, hal. 6.
2. Verman, J. (1992) The Vedas, Oxford & IBH Publishing Co.
PVT. Ltd, New Delhi, hal. 4.
3. Verman, J. (1992) The Vedas, Oxford & IBH Publishing Co.
PVT. Ltd, New Delhi, hal. 24.

144
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu Pemikiran
Filsafat
Agama
FilsafatSejarah
Rasionalitas,
Agama
dan Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Buddha
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

AGAMA BUDDHA

K esan umum yang berlaku di dunia tentang agama Buddha adalah


pandangan yang menganggapnya sebagai filsafat kehidupan,
yang meskipun dianggap sebagai salah satu agama, tetapi tidak
menyatakan adanya eksistensi Tuhan. Impresi ini sebenarnya hanya
sebagian benar. Buddha kontemporer telah keliru dengan mengatakan
tidak ada Paderi Buddha yang percaya kepada Tuhan atau dewa-dewa.
Meskipun sekte-sekte yang dominan seperti Mahayana dan Theravada
diketahui hanya meyakini kebijakan inheren dalam diri manusia yang
dianggap telah disempurnakan oleh Buddha, di samping itu mereka
masih mempercayai banyak takhayul dan tokoh-tokoh setan yang
menjadi substitusi Tuhan bagi mereka. Juga keliru jika mengesankan
agama Buddha menafikan keberadaan Tuhan. Telaah atas sumber-
sumber awal agama Buddha memberikan bukti cukup bahwa agama
Buddha ini bermula sebagaimana halnya agama-agama samawi
lainnya dengan keimanan berdasarkan wahyu Ilahi dengan tekanan
pada Ketauhidan Ilahi. Mengenai posisi Buddha (563-483 sM) di
kalangan umat Buddhist meskipun katanya ia tidak disembah sebagai
dewa, namun nyatanya sedikit sekali perbedaan penghormatan
yang diberikan kepada Buddha oleh umat Buddhist dibanding cara
penyembahan Tuhan pada agama-agama lain. Mereka mengagungkan
dan menghormatinya, menundukkan diri di hadapan gambar atau
patungnya dan bersujud di mukanya seperti juga yang dilakukan para
penganut agama berhala lain di muka bumi.
Faktanya meski sebagian besar umat Buddhist menyangkal
eksistensi Tuhan, namun jauh di lubuk hati mereka terdapat hasrat
untuk menyembah sesuatu. Hal ini juga yang dimanifestasikan dalam
penghormatan kepada sosok Buddha. Kehausan kepada Wujud Tuhan

145
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II

yang tak teredamkan itu juga yang


telah membawa manusia umum untuk
menyembah-Nya, atau sesuatu lainnya
jika bukan Dia secara langsung. Jadi
untuk mengisi kekosongan itulah maka
umatnya menyembah Buddha tanpa
mengakuinya secara formal sebagai
sosok sembahan berupa dewa.
Dalam agama Buddha yang
berlaku pada bangsa Tibet, selain
mempercayai eksistensi dari sembahan
berupa dewa supra-manusia serta setan-setan, juga meyakini adanya
komunikasi di antara mereka. Pemilihan sosok Panchen Lama misalnya
mengharuskan banyak sekali ritual dan tata cara untuk memperoleh
bimbingan dari dewa-dewa guna menetapkan mana dari anak-anak
Tibet yang baru lahir yang akan menjadi Panchen Lama berikutnya.
Di antara sekte Buddha yang dikatakan atheis, berlaku pandangan
bahwa Buddha sendiri dikatakan menyangkal eksistensi Tuhan.
Mereka menyokong pandangan itu dengan mengemukakan betapa
para Pandit agama Hindu kontemporer memusuhi Buddha saat
itu. Rasa permusuhan itu menurut mereka sebagian terbesar karena
Buddha sama sekali tidak menghargai dewa-dewa bangsa Hindu. Umat
Buddhist secara umum tidak pernah berusaha menganalisis faktor
faktual yang mendasari kesalah-pahaman tersebut yang kemudian
menjadi perilaku permusuhan terhadap Buddha as. Kelihatannya
cukup bagi mereka untuk begitu saja menyimpulkan bahwa secara
totalitas Buddha as menolak konsep tentang Tuhan.
Dengan meneliti kembali beberapa fakta sejarah serta ayat-ayat
yang relevan dalam kitab suci mereka, akan kami buktikan bahwa
Buddha as sesungguhnya bersih dari segala tuduhan seperti itu. Hanya
saja harusdiakui kalau bukti-bukti sejarah yang menjadi patokan kedua

146
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu Pemikiran
Filsafat
Agama
FilsafatSejarah
Rasionalitas,
Agama
dan Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Buddha
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

sudut pandang tersebut nyatanya sangat sedikit. Tetapi kesulitan


seperti itu bisa dicoba diatasi sebagian besar dengan memanfaatkan
sumber-sumber bukti lainnya.
Filsafat, ajaran dan praktik agama Buddha yang disampaikan
dan diterima para pengikutnya selama kurun waktu sekitar 5oo
tahun setelah wafatnya Buddha as, dilakukan secara lisan dari mulut
ke mulut. Pengecualiannya adalah berupa beberapa torehan di batu
dan stupa yang dibuat pada masa pemerintahan Raja Ashoka (272-
232 sM). Untuk diperhatikan, Raja Ashoka sendiri hidup sekitar
300 tahun setelah masa guru ruhaninya Buddha as. Fakta ini penting
diperhatikan karena torehan atau ukiran ajaran tersebut jadinya
menggambarkan filsafat dan cara hidup agama Buddha dari sudut
pandang Raja Ashoka sendiri. Pada masa itu tidak ada ajaran Buddha
yang berbentuk tulisan dan hanya Raja Ashoka saja yang meninggalkan
catatan tertulis mengenai sudut pandang dirinya atas ajaran agama
Buddha tersebut. Adapun kewenangannya sebagai yang mewakili
ajaran Buddha as juga tidak pernah dipertanyakan. Yang tersisa adalah
beragamnya penafsiran.
Sepanjang mengenai riwayat hidup Buddha as, meski baru
dituliskan berabad-abad setelah kepergiannya, selama ini diterima
bagaimana adanya oleh para peneliti tanpa ada perselisihan pendapat
yang berarti. Pengetahuan mengenai sejarah hidup ini diteruskan dari
generasi ke generasi berikutnya. Karena itu keperibadian Buddha dan
gaya hidupnya seperti memiliki kesinambungan, yang berawal dari
Buddha sendiri sampai ke masa sekarang.
Dari keadaan itu secara logis dapat disimpulkan bahwa bagian
dari ajaran yang dibawa oleh Buddha dan agama Buddha itu sendiri,
jika selaras dengan kedua sumber tersebut yaitu riwayat hidup dan
tulisan-tulisan pada stupa dimaksud, bisa lebih memungkinkan untuk
diterima akal. Jika kemudian terdapat beberapa pandangan yang tidak
selaras, dengan sendirinya bisa diabaikan. Hanya saja jika terdapat

147
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II

kontradiksi antara kedua sumber utama tersebut, maka perlu berhati-


hati dalam menerima atau menolaknya.
Kajian mendalam pada biografi Buddha as mengungkapkan
bahwa gaya hidupnya tidak jauh berbeda dari Nabi-nabi Tuhan lainnya
yang telah muncul di berbagai bagian bumi. Dalam hal ini terdapat
keseragaman universalitas tentang karakter dan gaya para Nabi yang
juga ditemukan pada kehidupan Buddha as.
Kembali kepada kepercayaan fundamental dari agama Buddha,
problemnya muncul karena banyaknya penafsiran dari apa yang
katanya pernah diucapkan atau dilakukan oleh Buddha as. Kami tidak
sependapat dengan pihak-pihak yang menyatakan Buddha as sebagai
seorang atheis. Kami menganggap agama Buddha juga merupakan
agama yang awal mulanya diwahyukan Tuhan. Kami menekankan
sekali lagi bahwa pendiri agama ini jelas bukan seorang atheis, tetapi
seseorang yang ditahbiskan oleh Tuhan sendiri guna menyampaikan
pesan-Nya, sama dengan cara-cara yang ditempuh para Nabi lainnya.
Kebanyakan para cendekiawan yang menulis tentang agama
Buddha berusaha sekuat tenaga untuk mencari pembenaran guna
meneguhkan posisi agama ini di antara agama-agama besar lainnya di
dunia. Untuk itu mereka terpaksa harus merubah definisi agama yang
selama ini telah diterima secara universal agar bisa juga mengakomodasi
adanya filsafat dan agama tanpa adanya konsep tentang eksistensi
Tuhan. Menjadi suatu pertanyaan mengapa suatu tatanan perilaku
yang didasarkan pada pengingkaran Tuhan harus diterima sama dalam
ruang lingkup agama-agama lainnya. Menurut pandangan kami, hal
ini bukan merupakan masalah. Kami sendiri menolak premis yang
menyatakan bahwa agama Buddha tidak mempunyai awal yang
berasal dari ajaran samawi. Untuk mendukung pandangan tersebut,
kami akan merujuk pada sumber-sumber yang digunakan sendiri oleh
umat Buddhist dan menunjukkan bahwa penafsiran kami memiliki
dasar akseptasi yang lebih baik. Kami ulang, agama Buddha tidak

148
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu Pemikiran
Filsafat
Agama
FilsafatSejarah
Rasionalitas,
Agama
dan Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Buddha
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

merupakan suatu kejanggalan di antara agama-agama lain, bahkan


sebaliknya ia memiliki karakter dasar yang sejalan dengan kepercayaan
yang diwahyukan dalam agama samawi lainnya.
Pandangan populer yang keliru tentang asal mula agama Buddha
sebagai nir-Tuhan adalah hasil ulah para cendekiawan Barat di abad
ke-18 sampai 19 Masehi yang kemudian dipublikasikan secara
luas. Pengetahuan mereka tentang agama Buddha sebagian besar
didasarkan pada terjemahan literatur Buddha dari bahasa Pali oleh
para cendekiawan Buddha yang telah memasukkan filsafat nir-Tuhan
mereka sendiri yang sudah bias dan mempengaruhi hasil terjemahan
mereka. Hanya sedikit sekali dari mereka (cendekiawan Barat tersebut)
yang benar-benar memahami bahasa Pali sebagai bahasa dari sumber
material induk. Ditambah lagi mereka sepenuhnya bersandar pada
kepercayaan agama Buddha sebagaimana yang terdapat pada beberapa
sekte besar, dan bukannya menarik kesimpulan sendiri dari kajian
sumber-sumber yang bisa dipercaya.

B erbeda dengan kecenderungan umum para cendekiawan Barat


tersebut, muncul suara tunggal dari India yang dikumandangkan
oleh Mirza Ghulam Ahmad as (1835–1908) dari Qadian, yang
mengemukakan sebuah pandangan yang bertentangan secara
diametral. Beliau menekankan bahwa Buddha as mempunyai
keyakinan penuh dalam eksistensi Tuhan yang telah mengutusnya
sebagai seorang Rasul dengan tugas khusus. Beliau memaparkan
bahwa Buddha as sebagaimana juga para Nabi Tuhan lainnya, juga
mempercayai eksistensi iblis, di samping juga tentang surga dan neraka,
tentang malaikat dan Hari Kebangkitan. Karena itu tuduhan bahwa
Buddha as tidak beriman kepada Tuhan adalah karangan manusia
semata. Yang ditolak oleh Buddha as adalah ajaran Vedanta (akidah
dan kepercayaan yang terdapat dalam kitab suci umat Hindu yaitu
Veda). Buddha as menolak kepercayaan tentang manifestasi badaniah
para dewa-dewa sebagaimana dikemukakan agama Hindu. Buddha

149
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II

as bersikap amat kritis terhadap kelompok kaum Brahmana karena


mereka dianggap telah mengacaukan ajaran Ilahi melalui penafsiran
mereka yang melenceng.
Suara Mirza Ghulam Ahmas as tidak sendirian untuk waktu
lama. Berikutnya kemudian menyusul suara-suara lain dar igenerasi
kedua para cendekiawan dan peneliti Barat tentang agama Buddha.
Yang paling menonjol dari antara mereka adalah seorang cendekiawan
Perancis bernama Dr. Gustave Le Bon (1841-1931) yang menulis:
‘Sayangnya para cendekiawan Barat mengabaikan penelitian tentang kajian
atas monumen atau tugu bangsa India. Para spesialis tentang India, dari siapa
kita mulai mengenal agama Buddha, nyatanya malah belum pernah datang
ke India. Mereka mempelajari agama ini hanya dari buku-buku, dan sialnya
mereka itu kebetulan mendapati karya filsafat sekte-sekte yang ditulis 5 atau
6 abad setelah kematian Buddha, yang isinya sebenarnya amat bertentangan
dengan agama tersebut sebagaimana diamalkan dalam realitasnya. Spekulasi
metafisikal yang telah mencengangkan bangsa Eropa karena kejernihannya,
sebenarnya bukan suatu hal yang baru sama sekali. Sejak buku-buku tentang
India sudah lebih dikenal, semua itu diketahui terdapat dalam karya tulis
sekte filosofis yang berkembang selama periode kaum Brahmana.’1

Sepanjang menyangkut hal ini, kritik Dr. Le Bon ada benarnya,


tetapi sebagaimana ternyata dari teks berikutnya, ia sendiri juga lalu
melakukan kesalahan yang sama yaitu tidak mencari pemahaman
konsep agama Buddha yang hakiki seperti yang tertulis pada stupa-
stupa, yaitu di sana diungkapkan bahwa agama Buddha bukanlah
suatu agama yang politheistik. Dinyatakan dalam tulisannya:
‘Justru bukan dalam buku-buku, melainkan pada tugu-tugu tersebut bisa
dipelajari apa yang dimaksud dengan agama Buddha pada awalnya. Apa yang
diungkapkan oleh tugu-tugu tersebut ternyata secara ajaib berbeda dengan
apa yang diajarkan beberapa buku mereka. Tugu-tugu tersebut membuktikan
bahwa agama ini yang oleh cendekiawan modern dipandang sebagai
kepercayaan atheistik, sebaliknya malah yang paling politheistik dari semua
aliran kepercayaan.’2

Pernyataannya terakhir itulah yang keliru sebagaimana akan


dikemukakan berikut.

150
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu Pemikiran
Filsafat
Agama
FilsafatSejarah
Rasionalitas,
Agama
dan Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Buddha
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

Setelah Dr. Le Bon, seorang cendekiawan terkenal lain


yaitu Arthur Lillie menarik kesimpulan yang sama sekali berbeda
berdasarkan studi atas torehan yang terdapat pada stupa-stupa
Ashoka. Ia mengutip ungkapan nukilan tersebut dalam bukunya
India in PrimitiveChristianity. Patut dikemukakan bahwa nukilan itu
tidak hanya diukirkan pada stupa yang dibangun khusus untuk tujuan
tersebut, tetapi juga ditemukan terukir pada permukaan batu yang
besar yang terdapat di jalan raya dan rute perdagangan. Di bawah ini
dikemukakan dua contoh dari ukiran itu berdasar terjemahan Lillie.
Di sisi timur dari tepian sungai Katak, 20 mil dari Jagan Nath,
terdapat sebuah batu besar yang diberi nama Pardohli yang tertulis:
‘Aku ingatkan lagi bahwa hasrat besar atas benda-benda (dari kehidupan ini)
adalah suatu bentuk ketidak-patuhan. Begitu juga nafsu besar penguasaan
daerah oleh seorang pangeran yang seharusnya berusaha mencari keridhaan
langit. Bertobat dan berimanlah kepada Tuhan (Is’ana) sebagai Wujud yang
patut dipatuhi. Karena setara dengan (keimanan) ini, aku ingatkan kepada
kalian, tidak ada lagi lainnya yang bisa untuk berdamai dengan langit.
Berjuanglah kalian guna memperoleh khasanah tak ternilai itu.’3

Arti kata Is’ana yang terukir tersebut adalah nama dari ShivDevta
atau Tuhan (lihat The Sanskrit-English Dictionary karangan Shivram
Apte).

Pada stupa yang ketujuh, penulis tersebut mengutip:


‘Demikianlah sabda Devanampiya Piyadasi: “Dari sejak saat ini aku
memerintahkan pendidikan tentang agama. Aku telah menetapkan ketentuan-
ketentuan agama untuk dipatuhi agar umat manusia yang mendengarnya bisa
dibawa ke jalan yang lurus dan mengagungkan Tuhan (Is’ana).”’4

Perhatikan juga penggunaan kata God (Tuhan) dalam pengertian


tunggal (singular) yang merupakan hal yang mencolok. Dari kutipan-
kutipan tersebut jelas bila sumber-sumber awal menggambarkan
Buddha as sebagai sosok seorang yang beriman sepenuhnya kepada
eksistensi Tuhan.

151
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II

Material yang menjadi sumber kedua dalam urutan kredibilitas


dan keotentikan adalah literatur agama Buddha yang muncul 5 abad
setelah Buddha as. Ini cukup mengandung bukti yang mengindikasikan
bahwa Buddha bukanlah seorang atheis atau pun agnostik (seorang
yang beranggapan bahwa Tuhan sulit dibuktikan keberadaannya) dan
bahwa sesungguhnya ia adalah seorang yang beriman kepada Tuhan.
Khususnya kami merujuk kepada teks sekte Theravada yang dikenal
sebagai Tripitaka (Tiga Keranjang) yang sebagaimana namanya terbagi
atas tiga bagian. Bagian pertama disebut Vinaya Pitaka (Tata Cara
Berperilaku), kedua disebut Sutta Pitaka (KajianTentang Kebenaran)
dan ketiga adalah Abhidhamma Pitaka (Analisis Agama).
Dalam Sutta Nipta terdapat bab tentang Bepergian ke Pantai
yang Jauh5, yang mengemukakan tentang tujuan manusia dalam
menaklukkan maut. Buddha menjelaskan bahwa kelahiran dan
kematian tidak mempunyai arti apa pun bagi seorang yang sudah
menaklukkan egonya dan telah menjadi satu dengan Tuhan. Ayat-
ayat ini kemungkinan telah disalah-artikan dan rancu dengan konsep
kaum Brahmana tentang Muktia (penyelamatan dari dosa). Buddha
as tegas berbicara tentang orang-orang yang telah mencapai sisi lain
dari perbatasan di sini, saat masih di bumi sebelum kematian jasad
mereka. Ayat-ayat itu mengandung arti bahwa menurut Buddha,
tidak ada orang yang bisa memperoleh akses kepada kehidupan akhirat
kecuali sudah mengalaminya dalam kehidupannya di muka bumi,
yang sebenarnya merupakan pandangan yang konsepnya berdekatan
dengan ajaran Kitab Suci Al-Quran. Ia menegaskan bahwa dengan
bersatu dalam Tuhan, manusia akan menjadi lebih luhur derajatnya
daripada hidup dan kematian itu sendiri, serta menjadi kekal.
Pada akhir bab, seseorang bernama Pingiya sebagai salah seorang
pengikut Buddha menjelaskan keluhuran junjungannya yang telah
menjadikan ia menjadi salah seorang pengikut agama Buddha. Setelah

152
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu Pemikiran
Filsafat
Agama
FilsafatSejarah
Rasionalitas,
Agama
dan Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Buddha
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

mengekspresikan bahwa dirinya sudah tua dan sudah mendekati


kematian, Pingiya mengakhiri diskusinya dengan pernyataan berikut:
‘Sesungguhnya aku akan pergi kepada sesuatu yang tidak bisa digerakkan
atau diguncangkan, yang padanannya tidak ada di mana pun juga. Aku
tidak meragukan hal ini. Karena itu anggap aku sebagai salah seorang yang
fikirannya telah mantap demikian.’6

Kalimat tersebut menggambarkan harapan dan keinginan seorang


murid Buddha bahwa setelah kematiannya nanti ia akan bertemu
dengan Tuhan-nya yang digambarkan sebagai wujud teguh yang tidak
bisa digoyahkan atau diguncang, yang tidak ada padanannya. Jadinya
merupakan deskripsi tentang Tuhan yang sepenuhnya sejalan dengan
pandangan yang terdapat pada agama-agama lain.
Terdapat juga kajian menarik lainnya yang menggambarkan
keyakinan Buddha dalam Sutta Pitaka sebagai bagian kedua dari
Tripitaka, dimana bagian ini terurai dalam bentuk lima buku yang
berisi dialog-dialog Buddha. Seorang cendekiawan wanita bernama
T. W. Rhys Davids, Ketua Pali Text Society dari London, telah
menterjemahkan beberapa dialog tersebut ke dalam bahasa Inggris
yang bisa ditemukan dalam seri buku berjudul Sacred Books of the
Buddhists. Dialog nomor 13 dari jilid kedua berjudul Tevigga Sutta
sepenuhnya membahas tentang pertanyaan bagaimana cara manusia
bisa menemukan sosok perwujudan Tuhan.
Dalam menjawab pertanyaan tersebut, Buddha as mula-mula
mengemukakan bahwa ia menyangsikan kalau ada dari para petinggi
agama Hindu pada masa itu yang mampu membimbing manusia
kepada Tuhan, baru setelah itu kemudian memberikan jawaban atas
pertanyaan tersebut dari sudut pandangnya sendiri. Sungguh menarik
memperhatikan latar belakang, bagaimana serta dimana dialog ini
berlangsung.
Dikatakan bahwa pada suatu waktu pernah terdapat sebuah
desa golongan Brahmana yang disebut Manasâkata. Desa ini terletak
di sebuah tempat yang indah pemandangannya di sisi sebuah

153
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II

sungai. Nama desa ini terkenal ke mana-mana karena merupakan


pusat kegiatan perdebatan kontroversi agama Hindu dari golongan
Brahmana. Lima orang dari golongan Brahmana tersebut menjadi
terkenal dan menjadi pemimpin dari aliran atau sekte agama mereka.
Suatu ketika Buddha as tiba di sungai tersebut bersama-sama dengan
beberapa murid terpilihnya. Kabar ini segera menyebar dan orang-
orang berdatangan berkunjung untuk mencari tahu tentang akidah
dan apa itu agama Buddha dari sumbernya langsung. Suatu waktu
Vâsettha dan Bharadvaga yang tinggal di desa itu berjalan-jalan
setelah mandi di sungai, lalu mulai berdebat tentang salah satu akidah
agama mereka. Satu dengan lainnya tidak bisa meyakinkan temannya
tentang kebenaran pandangan guru mereka masing-masing. Vâsettha,
Brahmana yang lebih muda mengusulkan agar masalahnya dibawa
ke hadapan Buddha. Temannya setuju dan mereka lalu mengajukan
masalah mereka kepada Buddha untuk meminta nasihatnya yang
bijaksana. Selama pertemuan itu, Bharadvaga berdiam diri dan Vâsettha
yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Sebelum memberikan
jawaban, Buddha mengajukan beberapa pertanyaan balik.
Pertama Buddha menanyakan: ‘Apakah dari sekian banyak kaum
Brahmana yang menguasai ketiga kitab Veda, ada yang pernah bertemu
dengan wujud Brahmâ secara bertatapan muka?’ Jawabannya adalah:
‘Tidak.’ Kemudian Buddha bertanya kepada Vâsettha, apakah ada dari
kaum Brahmana atau muridnya dari tujuh generasi sebelumnya yang
pernah bertemu wujud Brahmâ, dimana jawabannya kembali ‘Tidak.’
Lalu Buddha bertanya apakah mereka sendiri pernah bertemu wujud
Brahmâ. Kembali dijawab ‘Tidak.’ Kemudian ia bertanya kepada
Vâsettha jika seseorang yang dilahirkan dan dibesarkan di Manasâkata
kemudian ditanyakan jalan ke desa tersebut, apakah orang itu akan
menemui keraguan atau kesulitan dalam menjawab pertanyaan
tersebut, Vâsettha menjawab:

154
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu Pemikiran
Filsafat
Agama
FilsafatSejarah
Rasionalitas,
Agama
dan Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Buddha
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

‘Jelas tidak, wahai Gautama! Dan mengapa pula? Jika orang itu dilahirkan
dan dibesarkan di Manasâkata, maka semua jalan yang menuju tempat itu
pasti telah dikenalnya.’

Pada saat itu Buddha lalu menegaskan:


‘Orang itu, wahai Vâsettha, yang lahir dan dibesarkan di Manasâkata ketika
ditanyakan jalan ke arah itu, masih mungkin mengalami ragu dan kesulitan.
Tetapi bagi Tathâgata (yang telah mendapat pencerahan, maksudnya adalah
dirinya sendiri) jika ditanyakan jalan kepada wujud Brahmâ, maka ia tidak
akan mengalami ragu atau pun kesulitan. Wahai Vâsettha, karena aku telah
mengenal Brahmâ dan aku mengetahui dunia Brahmâ, serta semua jalan yang
menuju kesana. Sesungguhnya aku mengenalnya seperti orang yang pernah
memasuki dunia Brahmâ dan seperti orang yang pernah dilahirkan di sana.’7

Argumentasi Buddha mengemukakan bahwa sebagaimana


penghuni Manasâkata tahu betul segala jalan yang menuju tempat
itu, maka mereka yang mengaku berasal dari Tuhan juga tentunya
mengerti tentang segala jalan yang menuju kepada-Nya, namun hal
ini hanya mungkin jika yang bersangkutan memang berasal dari Dia
dan mengenal Wujud-Nya dengan baik. Dari jawaban balik anak
muda tersebut bisa disimpulkan bahwa tidak ada satu pun guru
mereka dari kalangan Brahmana tersebut yang pernah bertemu Tuhan
atau mengenal-Nya secara pribadi. Identitas Tuhan sama sekali berada
di luar jangkauan pemahaman mereka. Sampai dengan titik dialog
ini bisa jadi argumentasi Buddha tersebut lalu disalah-artikan oleh
beberapa orang, yakni bahwa Buddha telah menafikan Tuhan dengan
pertimbangan karena tidak ada seorang pun yang pernah berjumpa
dengan-Nya. Penterjemah dalam kata pengantarnya mengemukakan
bahwa keseluruhan kalimat argumentasi itu ada dalam wacana yang
berbunyi:
‘... hanya merupakan suatu argumentum ad hominem (argumentasi dengan
menyerang masalah pribadi, bukan fakta atau ajarannya). Jika kalian
menginginkan kesatuan dengan Brahmâ (yang sebaiknya tidak diharapkan),
inilah jalan untuk mencapainya.’8

155
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II

Hanya saja penulis buku itu gagal dalam menganalisis wacana


tersebut untuk memahami apa yang sebenarnya telah dibuktikan
secara positif oleh Buddha. Analisis demikian menggambarkan betapa
beberapa peneliti telah dipengaruhi oleh anggapan yang dianut para
pendeta agama Buddha yang keliru membaca kiprah perjuangan
Buddha as terhadap tatanan kontemporer kaum Brahmana.
Sebenarnya yang dimaksudkan Buddha as adalah penolakan terhadap
kepercayaan takhayul mereka kepada arca-arca dewa yang tidak
pernah mereka dengar suaranya atau pun pernah bersua wujud aslinya.
Namun jawaban Buddha tidak hanya berhenti disitu. Selanjutnya ia
menyatakan bahwa bagi Tathâgata tidak ada kesulitan sama sekali
dalam menunjukkan jalan kepada Tuhan. Ia mengemukakan bahwa
dirinya sendiri adalah salah satu yang bisa membimbing manusia
kepada Tuhan karena ia selalu berada dalam keterikatan komunikasi
dan berasal daripada-Nya.
Sekarang seharusnya menjadi jelas, Buddha as sesungguhnya
mempercayai adanya eksistensi Yang Maha Agung dan dari Dia itulah
ia berasal. Ia mengenal-Nya lebih baik dari para penduduk Manasâkata
mengenal desanya sendiri dan segala jalan yang menuju kesana. Di
sini Buddha menekankan pengabdian kehidupannya pada keterikatan
komunikasi yang terus menerus dengan Tuhan, suatu derajat kedekatan
kepada Wujud Tuhan yang lebih dekat lagi dari komunikasi melalui
wahyu semata. Banyak dari para Nabi agung telah menyatakan hal yang
sama tentang kehidupan kekal bersama-Nya di sini di bumi, bahkan
sebelum kematian mengantarkan mereka ke dunia lain. Para Rasul
Tuhan tersebut sama menikmati komunikasi konstan dengan Dia
dan Buddha as tidak terkecuali. Buddha as menyebut Tuhan sebagai
Brahmâ karena istilah inilah yang dikenal oleh umat Hindu sebagai
sang Mahadewa di antara dewa-dewa mereka. Dengan berlanjutnya
dialog, posisi ini menjadi bertambah jelas.
‘Ketika ia selesai berujar, Vâsettha sang Brahmana muda berkata kepada Yang
Diberkati: “Begitulah yang dikatakan kepadaku, wahai Gautama, bahkan

156
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu Pemikiran
Filsafat
Agama
FilsafatSejarah
Rasionalitas,
Agama
dan Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Buddha
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

Samana Gautama tahu jalan menuju persatuan dengan Brahmâ. Alangkah


baiknya! Semoga Gautama yang mulia berkenan menunjukkan kepada
kami jalan menuju persatuan dengan Brahmâ, semoga Gautama yang mulia
berkenan menyelamatkan bangsa Brahmana!”’ 9

Selesai mendengar perkataan Vâsettha, nyatanya Buddha tidak


menolak permohonan dan harapannya dengan mengatakan bahwa
Brahmâ itu adalah wujud yang tidak nyata dan tidak berarti. Hal ini
menjadi bukti dengan melihat bagaimana Vâsettha menunjukkan
kesetujuannya terhadap ucapan Buddha mengenai Brahmâ dan sifat
hubungan-Nya terhadap orang-orang yang menjadi pilihan-Nya.
Bagi setiap bangsa yang menanggapi seruan Tuhan, terlepas
dari kasta dan martabatnya, jalan menuju Tuhan akan dimudahkan
bagi mereka. Bagi seseorang yang takut kepada Tuhan maka semua
nafsu manusiawi seperti amarah, kecemburuan, prasangka dan lain
sebagainya, tidak lagi akan mendominasi dirinya. Jika manusia mampu
mengatasi segala nafsu demikian, maka mudah baginya meniru fitrat
Tuhan dan menerapkannya dalam kehidupan. Keseluruhan dialog di
atas patut menjadi perhatian bagi mereka yang ingin memahami sikap
Buddha as terhadap Tuhan.
Lalu mengapa Buddha as sampai disalah-artikan demikian oleh
para pengikutnya sendiri? Jawaban atas pertanyaan ini berada pada
awal sejarah agama Buddha serta konflik antara agama Buddha yang
baru muncul dengan agamawan kaum Brahmana yang lebih dulu
eksis. Kaum Brahmana ini mensifatkan kepada Buddha as, menurut
sudut pandang mereka sendiri, suatu hal yang lumrah di antara
para ulama berbagai agama, atau bisa jadi memang hanya karena
salah mengerti saja. Ketika Buddha as menyatakan perang terhadap
penyembahan berhala yang menjadi panutan kaum Brahmana, maka
dirinya langsung dituduh sebagai menyangkal eksistensi Tuhan.
Propaganda yang dilancarkan kelompok Brahmana tersebut amat
lantang dikumandangkan sehingga suara Buddha as sendiri tenggelam
dalam antagonisme mereka yang hingar bingar.

157
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II

Dengan mempertimbangkan kesulitan komunikasi pada masa


itu dan tidak adanya naskah tertulis, maka bisa jadi propaganda
tersebut tidak saja menjadi favorit bangsa Hindu, tetapi juga telah
mempengaruhi para pengikut Buddha. Akhirnya mereka ini pun
lalu meyakini bahwa penolakan Buddha terhadap dewa-dewa Hindu
bersifat total adanya. Karena itu penolakan Gautama Buddha terhadap
dewa-dewa kaum Brahmana lalu digeneralisasi dan menyebabkan
orang kebanyakan menganggap bahwa ia sepenuhnya tidak percaya
kepada Tuhan dalam wujud apa pun.
Sepanjang menyangkut kepatuhan mereka kepada Buddha,
dalam hal itu mereka tidak terpengaruh. Mereka menerima Buddha
sebagai guru yang paling bijaksana, pengasih, sosok yang dicintai
dan begitu manusiawi. Kami berbicara tentang periode sejarah saat
kondisi melek huruf berada pada tingkat terendah. Orang awam
seringkali mendasarkan keputusan mereka atas hal-hal yang didengar
saja, sehingga para pengikut Buddha tersebut menjadi hanyut oleh
propaganda kaum Brahmana. Hanya saja hal itu tidak mempengaruhi
kesetiaan mereka kepadanya. Bagi mereka cukup kiranya bahwa
Buddha menjadi sumber yang sempurna dari segala kebijaksanaan.
Atas dasar itulah mereka menghormati dan tetap mematuhi ajarannya
dengan sepenuh hati sebagai sosok junjungan yang paling bijaksana
dan yang tercinta. Namun secara perlahan-lahan tanpa disadari,
junjungan mereka yang dianggap tidak mempunyai Tuhan ini malah
kemudian diagungkan sebagai Tuhan sendiri.
Hal seperti ini bukanlah sesuatu yang pertama kali terjadi dalam
sejarah agama-agama. Betapa seringnya para orang suci peramal,
kemudian ditransformasikan menjadi dewa-dewa dan manusia yang
naik statusnya menjadi sembahan. Dalam kasus Buddha, semua
bentuk kecintaan dan perhatian pengikutnya terpusat kepada Buddha
sebagai teladan manusia yang sempurna dan ia belum sepenuhnya
secara harfiah dinaikkan statusnya menurut konsep mithologi sebagai

158
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu Pemikiran
Filsafat
Agama
FilsafatSejarah
Rasionalitas,
Agama
dan Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Buddha
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

wujud dewa. Bagi mereka cukup kiranya untuk menempatkan


kaum Brahmana pada sisi ujung dari suatu spektrum dan Buddha
di sisi lainnya. Bagi pengikut Buddha, kaum Brahmana dipandang
sebagai penyuara legenda dan mithologi, sedangkan Buddha as
dipersonifikasikan sebagai kebenaran, kebijakan dan rasionalitas.
Begitulah secara berangsur agama Buddha memperoleh karakteristik
yakni kepercayaan kepada dewa-dewa legendaris tidak mempunyai
peran. Apa pun hasrat dalam diri manusia untuk mempercayai wujud
Tuhan, secara progresif diisi dengan citra Buddha as. Dengan begitu
Buddha as di mata pengikutnya di abad ke-4 Masehi, yang tadinya
memulai dari perjalanan sebagai sumber kebijakan absolut, lalu mulai
naik statusnya ke posisi yang tidak lagi bisa diisi oleh filosof sekuler
umumnya. Dalam kondisi seperti itu, Buddha tidak lagi menjadi
simbol kebijakan dunia semata, tetapi malah memperoleh kehormatan
dan pengagungan seperti yang biasanya diberikan kepada Tuhan atau
dewa-dewa di dalam agama-agama.
Kami tidak sedang membahas tentang periode singkat beberapa
tahun. Kemungkinan diperlukan waktu berabad-abad sampai
bayangan kelam atheisme berhasil menaungi sebagian besar dunia
kaum Buddha. Begitu juga kemungkinan diperlukan waktu berabad-
abad sampai akhirnya umat Buddha tersebut mendewakannya sebagai
sembahan tanpa memberi atribut Tuhan. Bahwa kami menyimpulkan
adanya transformasi umat Buddha dari bangsa yang mempercayai
Tuhan menjadi bangsa yang tidak mengakui Tuhan, bukanlah suatu
dugaan semata. Kajian atas sumber-sumber naskah agama Buddha
menunjukkan bahwa Buddha as sesungguhnya adalah seorang yang
beriman kepada Maha Pencipta Yang Maha Esa. Apa yang ditolaknya
adalah ajaran politheisme. Inilah citra hakiki dari Buddha yang
bertahan tanpa cela selama 3 abad pertama meski dihantam terus
menerus oleh para musuhnya. Kami ingin membawa fikiran pembaca
ke zaman Raja akbar beragama Buddha yaitu Raja Ashoka, yang

159
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II

memerintah suatu kerajaan Buddha yang sangat besar dengan luas


daerah melampaui perbatasan India dan meliputi seluruh Afghanistan.
Raja inilah yang mempunyai pengetahuan yang paling otentik tentang
ajaran-ajaran dan cara hidup Buddha. Tidak ada keraguan sedikit pun
bahwa ia menggambarkan Buddha as sebagai seorang pesuruh Tuhan
yang mendasarkan ajaran-ajarannya pada wahyu Ilahi. Apa yang
disampaikan Buddha as kepada umat manusia hanyalah sebatas apa
yang telah diperintahkan kepadanya oleh Maha Pencipta. Pernyataan
Ashoka tersebut terukir teguh pada batu-batu karang sejarah.

Asketikismeb atau Escapism

M eninggalkan segala hal yang berbau duniawi dan memutus


segala hubungan dengan dunia, dalam agama Buddha dianggap
sebagai sarana paling utama untuk memerdekakan jiwa dari kesedihan
dan kesengsaraan. Seorang asketikb yang bisa memahami masalah yang
berkaitan dengan konflik batin dan godaan hidup duniawi. Kecuali
seseorang dibekali dengan fitrat kesabaran dan keteguhan hati yang luar
biasa, tantangan tersebut sepertinya sulit diatasi, sedangkan menurut
agama Buddha hanya disitulah terletak harapan. Penolakan total dari
kehidupan dan penarikan diri dari godaan hidup adalah satu-satunya
jalan menuju Nirwana dengan kedamaiannya yang abadi.
Penganut agama Buddha menganggap pengingkaran total
terhadap semua nafsu badaniah sebagai kebenaran hakiki. Ketamakan
terhadap kekayaan materi, kekuasaan, atau bahkan kecintaan
dari manusia lainnya, jika tidak terpenuhi akan menjadi sumber
kesengsaraan dan frustrasi bagi manusia. Begitu juga dengan kebencian
yang mengusik kedamaian batin. Semua kekuatan demikian hanya
akan memperlemah kekuatan ruhani seseorang. Semua itu di samping
fitrat intrinsik manusia yang tidak bisa dirubah dan nafsunya untuk
mencari sesuatu yang lebih tidak mungkin ditenangkan, maka

160
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu Pemikiran
Filsafat
Agama
FilsafatSejarah
Rasionalitas,
Agama
dan Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Buddha
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

kesenangan dan kepuasan hati tidak akan mungkin tercapai tanpa


memutus hubungan dengan segala hal yang bersifat kebendaan.
Bagi kaum Buddha itu merupakan titik awal dari perjalanan
panjang pengingkaran untuk mencapai sasaran akhir berupa
penyelamatan dari dosa. Ia harus mengingkari segala kebendaan apa
pun yang diperlukan guna suatu kelangsungan hidup yang nyaman.
Jadinya merupakan suatu perjuangan pengingkaran yang mencakup
kelima indra manusia. Mengingkari apa yang diperlukan mata, apa
yang ingin dinikmati telinga, mengingkari dambaan rasa sentuhan, cita
rasa dan bau, pengingkaran terhadap segala hal yang merangsang hati
manusia. Mereka selalu berusaha menghindari semua bahaya adiktif
(ketagihan) dengan menghindari semua situasi yang bisa menjadi
ancaman bagi manusia berupa keterikatan dan perbudakan pengaruh
kebendaan. Singkat kata, konsep umat Buddha tentang kedamaian
melalui penyangkalan sebenarnya lebih banyak merupakan escapism
(cara meloloskan diri). Hidup dianggap sebagai suatu masalah dan
pemecahannya adalah kematian.
Daripada mencoba berjuang mengalahkan nafsu-nafsu mendasar
dan membawanya di bawah kendali jiwa, malahan jiwa diperintahkan
untuk mundur teratur dan meninggalkan arena kehidupan di muka
bumi. Semua yang lahir dari nafsu untuk memuaskan ego manusia,
dianggap sebagai suatu hal yang bernilai rendah, bersifat kebendaan,
tidak terhormat dan harus dikorbankan demi kebaikan ego tersebut.
Kedamaian yang dicapai melalui pelepasan atau melarikan diri
demikian sebenarnya hampir sama saja dengan kematian karena
sifatnya yang menafikan kehidupan.
Kedamaian memiliki dua macam bentuk. Kematian juga bisa
diklasifikasikan sebagai kedamaian, karena menarik garis batas yang
jelas di antara kedamaian dan kematian memang bukan suatu hal
yang mudah. Sebagai contoh, suatu kompromi antara kekalahan
dengan menerima derajatnya direndahkan bisa menjadi suatu

161
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II

gambaran. Kepuasan akan suatu kemenangan dan ketenangan karena


telah ditaklukkan, bisa jadi rasanya hampir mirip tetapi sebenarnya
berseberangan. Yang satu bermakna kehidupan sedangkan yang lainnya
bermakna maut. Identifikasi dan klasifikasi agama terkadang menjadi
sulit karena adanya kerancuan yang menjadi ikutan ini. Setiap agama
mengundang manusia menuju sasaran akhir berupa kedamaian dan
kepuasan. Namun ada di antaranya yang lebih memilih penyerahan
diri secara sukarela kepada maut daripada mati untuk suatu tujuan
yang mulia, di samping ada juga yang menaikan panji-panji perang
suci menghadapi kejahatan dengan segala risikonya. Semua tantangan
bagi perilaku akhlak yang mutlak, dilawan dan dikalahkan secara
berani. Kedamaian yang kemudian muncul setelahnya itulah yang
dianggap sebagai Nirwana sejati.
Agama Buddha yang sekarang ini menyuruh penganutnya
untuk mencari kedamaian melalui pelepasan diri (escapism). Mereka
mengajarkan untuk melepaskan diri dari segala godaan yang bisa
menggiring manusia kepada nafsu, dorongan dan hasrat idaman.
Seorang penganut Buddha harus mundur mencari keamanan yang
berada di kedalaman batinnya, suatu keadaan yang secara umum
dikatakan sebagai kekosongan, sedangkan oleh yang lainnya sebagai
keabadian tanpa bentuk. Apakah mereka maksudkan Wujud Tuhan?
Kami jadi bertanya-tanya! Namun tidak ada kesepakatan pandangan.
Kebanyakan menganggapnya sebagai suatu keadaan yang hanya bisa
diresapi dan dimengerti oleh mereka yang telah mencapainya. Bila
dimaksudkan bahwa ini bukan merupakan suatu usaha balik pencarian
Tuhan, karena sebagian besar cendekiawan Buddha menahan dirinya
untuk mengakui eksistensi Tuhan dalam bentuk apa pun, maka definisi
yang paling valid untuk ini adalah sebagai bentuk pemusnahan absolut
atau kematian total.
Singkat kata, semua dorongan naluriah yang terkait dengan
kelima indera bagi kelangsungan hidup disangkal dengan tujuan guna

162
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu Pemikiran
Filsafat
Agama
FilsafatSejarah
Rasionalitas,
Agama
dan Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Buddha
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

mencapai kedamaian mutlak atau Nirwana. Tentu saja tidak semua


penganut bisa mencapai sasaran tersebut secara bersamaan, tetapi
tetap saja para penganut yang baik diharapkan untuk terus berusaha
mencapainya selangkah demi selangkah dalam jalan mereka menuju
kepunahan rasa.
Untuk menggambarkan masalah ini lebih lanjut, kita simak
suatu episode yang cocok untuk membantu pembaca guna memahami
masalah itu. Di Kashmir pernah hidup seorang pengemis yang bersifat
setengah mistik dan setengah pengemis. Ia hanya mengemis sampai
sejumlah yang cukup untuk menopang kebutuhan hidup yang paling
mendasar, tidak lebih dari itu. Ia sering sekali terlihat sedang merenung
dan tafakur, mencoba menyelami batinnya sendiri dalam usahanya
mencari sesuatu. Suatu ketika seorang tua bijak berjalan melewatinya
dan memperhatikan bahwa si pengemis itu tidak seperti biasanya, ia
sedang kelihatan sangat gembira dan menari-nari dengan asyiknya.
‘Bapak, ada apa dengan perubahan ini? Engkau tidak lagi
kelihatan sebagai si orang miskin yang sama. Apa yang telah engkau
peroleh? ’tanya si orang bijak. ‘Apakah engkau telah menemukan harta
karun?’
‘Ya, benar,’ jawabnya. ‘Suatu harta yang tak ternilai dan tak
ada padanannya! Mengapa aku tidak boleh bergembira karena telah
mencapai apa yang aku inginkan?’
Mendengar jawaban demikian, si orang bijak bertanya: ‘Engkau
tetap saja masih berpakaian compang-camping, masih berselimut
debu dari kepala sampai kaki seperti biasanya, lalu darimana engkau
menyimpulkan bahwa semua keinginanmu telah terpenuhi?’
Pengemis itu menatap matanya dengan pandangan yang bijaksana
dan berkata: ‘Ingatlah bahwa keinginan seseorang menjadi terpenuhi
ketika ia tidak lagi memiliki keinginan. Itulah bentuk kemerdekaan
yang aku nikmati dengan sukacita. Pergilah engkau dan biarkan aku
menari.

163
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II

Suatu jawaban yang indah yang menyebabkan orang bijak itu


terpesona dan diam jadinya. Tetapi jika kita renungkan lagi, kita akan
menyadari bahwa jawaban pengemis meski pun indah tetapi juga
kosong dari makna. Tidak ada perubahan yang terjadi di luar batas dari
dunianya yang sempit. Dunia sekelilingnya tetap saja dunia kesedihan,
penderitaan dan kesakitan. Dunia sekelilingnya tetap saja dunia tirani,
penekanan dan despotisme. Ia masih saja tetap memerlukan sesuatu
agar bisa tetap hidup-makanan, air dan udara, yang tidak mungkin
ditinggalkan sebagaimana selama ini sudah berjalan. Nafsu keinginan
mungkin bisa dikesampingkan tetapi kebutuhan akan tetap selalu
ada.
Apa pun perubahan yang terjadi, hanya terjadi di dalam dirinya
sendiri. Namun siapa yang bisa mengatakan perubahan itu akan
menetap selamanya. Mungkin hanya merupakan rasa kemenangan
yang hanya sesaat lewat. Mungkin pada suatu malam yang dingin
menggigit, ia tetap saja akan membutuhkan sedikit kehangatan di
sekeliling dirinya, selembar kain, sepotong tempat berlindung dan
sedikit perapian. Kalau jatuh sakit, mungkin ia masih memerlukan
bantuan dan berdoa untuk kedatangan seorang penyembuh. Dengan
keteguhan hati seperti apa ia akan bisa mengatasi tantangan realitas
keras kehidupan? Hanya seorang bijak dari umat Buddha mungkin
yang bisa memberikan jawabannya. Semua itu hanya menggambarkan
perasaan pencapaian yang bersifat subjektif semata, tidak lebih. Lebih
tepat jika dikatakan sebagai penyerahan diri sepenuhnya kepada
keadaan ketidak-berdayaan. Sebutlah namanya sebagai kedamaian
atau juga kematian atau pun nama lainnya, yang jelas hal seperti itu
tidak patut disebut Nirwana.
Pencarian rasa damai melalui pengingkaran semua hal yang
berkaitan dengan kehidupan dan segala hal yang menopang kehidupan,
menjadi sesuatu yang kemudian diikuti oleh kedua agama besar
bangsa India yaitu Hindu dan Buddha. Semua itu sama saja dengan

164
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu Pemikiran
Filsafat
Agama
FilsafatSejarah
Rasionalitas,
Agama
dan Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Buddha
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

mengingkari perjuangan untuk hidup dan seleksi alam berdasar yang


paling mampu beradaptasi (survival of the fittest). Jika diterapkan pada
upaya manusia mencari kedamaian, maka hal itu hanya berart takluk
dan menerimakan kekalahan.
Di sini kami tidak bermaksud membahas ajaran dari para pendiri
agama Hindu dan agama Buddha, tetapi hanya sedang menelaah
filsafat yang kemudian muncul dalam masa dekadensi selama ribuan
tahun. Kedua agama itu telah amat melenceng dari sumber samawinya.
Sebenarnya mereka telah mengikuti jalur yang sama sebagaimana juga
telah dilalui mistikisme dan Sufisme dalam agama-agama besar lainnya
di dunia. Bedanya adalah agama-agama yang disebut belakangan itu
tidak melepaskan diri dari keimanan kepada Tuhan. Bahkan dalam
kerangka agama samawi itu mereka mengukir keberadaan pengalaman
spiritual subjektif mereka yang sebenarnya berasal dari inspirasi dan
bukannya Wahyu.
Mengenai filsafat yoga di dalam agama Hindu dan agama
Buddha, hal itu tidak terdapat pada ajaran awalnya dan tidak ada jejak
yang menunjukkan bahwa filsafat ini bersumber dari sana. Berbeda
dengan Wahyu yang merupakan sumber pencerahan bagi Buddha,
tekanan pada masa kemudian bukan lagi pada wahyu melainkan pada
inspirasi, tafakur dan renungan. Dengan cara yang aneh, meski pun
kenyataannya agama Buddha pada masa awal amat bertentangan
dengan agama Hindu, sekarang ini keduanya bergandengan tangan
dalam pandangan filsafat dan praktik pelaksanaan yoga.
Yang mengherankan ialah ajaran yoga pertama kali disinggung
adalah dalam kitab Tantra yang katanya adalah naskah agama, tetapi
baru dikompilasi 500 tahun setelah kewafatan Buddha as. Naskah
itu pada awalnya terbatas hanya bagi kalangan elit dalam hierarki
agama Buddha dan dirahasiakan secara ketat dari masyarakat awam.
Guna lebih menjamin kerahasiaannya, naskah itu ditulis dalam
bahasa dan terminologi yang mustahil bagi orang awam untuk bisa

165
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II

memahaminya. Jauh setelah masa itu, isi dari kitab Tantra kemudian
bisa diketahui oleh para cendekiawan yang menjadi tersentak karena
naskah yang katanya keramat tersebut ternyata berisi hal-hal yang
kotor dan tidak patut. Di dalamnya diungkapkan tentang setan-setan
dan imaji bayangan-bayangan yang menakutkan. Naskah ini juga
berbicara dengan bahasa yang vulgar tentang hal-hal yang porno dan
mendorong nafsu seksual yang bisa membuat mual fikiran manusia.
Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa ajaran yoga sebagaimana
terdapat dalam kitab Tantra tidak ada kaitannya sama sekali dengan
kata-kata suci Buddha as.
Bisa jadi semua ungkapan omong kosong tentang setan-setan
dan vulgaritas seksual tersebut adalah simbol-simbol atau tamsil. Bisa
jadi tidak ada pendeta Buddha yang masih hidup yang mau berbagi
rahasia dari bahasa kriptik (rahasia) tersebut. Mungkin saja hierarki
agama Buddha 2000 tahun lalu itu saja yang menciptakan dan
mengerti jargon yang digunakan. Namun mereka sudah lama mati dan
bersama mereka telah mati juga ajaran Tantra. Hanya ajaran yoga saja
yang masih tersisa dari bahasa kriptik Tantra. Sekarang ini masih ada
cendekiawan yang memahami dan menerapkan ajaran halus tentang
yoga sebagaimana terdapat dalam Tantra.
Sungguh sulit menarik garis pembeda di antara yoga sebagaimana
dipahami dan dilaksanakan menurut agama Hindu dan yoga yang
dipraktikkan oleh agama Buddha. Jika pun ada perbedaan kecil,
masalahnya hanya dalam peristilahan saja. Sebutlah mereka sebagai
pertapa Hindu atau asketik Buddha, realitas penarikan diri mereka
dari dunia demi Tuhan mereka, nyatanya tidak ada perbedaan. Berikan
mereka nama apa saja, juga tidak akan mengubah identitas kesucian
mereka. Apa pun yang telah mereka temukan dan apa pun yang mereka
anggap sebagai pencerahan, tidak ada yang telah membawa perubahan
di dunia melalui pengalaman subjektif mereka. Adalah suatu hal yang
aib untuk memasukkan Buddha as dan Krishna as ke dalam kategori

166
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu Pemikiran
Filsafat
Agama
FilsafatSejarah
Rasionalitas,
Agama
dan Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Buddha
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

mereka tersebut. Keduanya adalah para revolusioner sebagaimana


para Nabi Tuhan lainnya, yang filsafat revolusi keruhanian dan akhlak
yang mereka bawa bersumber pada mata air wahyu samawi. Mereka
mengajak manusia untuk berjuang melawan kedustaan dan kejahatan.
Mereka membunyikan terompet perjuangan heroik dalam kehidupan
ini yang tidak bersifat subjektif. Sifatnya lebih merupakan perang suci
ke luar dan berbenturan dengan kekuatan dari kegelapan. Dari sana
timbul perjuangan kelangsungan bagi yang paling mampu beradaptasi.
Sejarah kehidupan Buddha as dan Krishna as jelas menunjukkan
bahwa keduanya termasuk dalam kategori yang ini. Mereka berdua
adalah pejuang, bukannya orang yang kabur lari untuk membunuh
dirinya sendiri. Keimanan mereka bersumber pada wahyu. Ajaran
mereka telah melahirkan inspirasi, tetapi jelas bukan lahir dari sana.
Pemahaman kelompok mayoritas penganut agama Buddha
pada masa kini ialah memandang agama mereka hanya sebagai suatu
kebijaksanaan saja, atau budhi, sebagaimana diungkapkan Buddha
melalui meditasi. Apa yang dianggap sebagai filsafat adalah inspirasi
Buddha sendiri.
Dari sudut pandang mereka yang meyakini eksistensi Tuhan,
inspirasi tidak lebih dari pengalaman kejiwaan dimana seseorang
merasa secara keruhanian amat gembira atau terangkat terbang.
Dalam fase kegembiraan seperti itu orang akan merasakan kedamaian
yang sepertinya merupakan puncak ketenangan. Kembali dari status
keceriaan seperti itu kepada kehidupan normal, seseorang akan
merasakan telah menggapai sesuatu yang bisa jadi merupakan tujuan
hidupnya, sasaran yang menjadi tujuan perjuangan umat manusia.
Pengalaman psikologis seperti inilah yang mereka katakan sebagai
pencerahan keruhanian dan penyelamatan dari keterikatan kepada
kebendaan. Yang terbaik sekali pun dari inspirasi demikian, tidak akan
mampu merubah realitas objektif atau memperbaiki akhlak buruk
masyarakat. Pengalaman tersebut tidak akan memindahkan satu titik

167
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II

pun dari dunia yang tidak kasat mata (ghaib) kepada dunia nyata,
tidakakan bisa merubah kegelapan menjadi nur cahaya. Ilham juga
tidak pernah berhasil menggali kejadian tersembunyi yang terbenam
dalam kuburan sejarah, juga tidak pernah mampu melompat ke masa
depan untuk melihat sekilas apa yang akan terjadi.
Jika filsafat penafikan diri secara mutlak ini diikuti sampai kepada
konklusinya yang logis, maka yang tersisa hanyalah kepunahan umat
manusia. Menganggap omong kosong inspirasi demikian sebagai
kebijakan yang mendapat pencerahan samawi dari Buddha as adalah
suatu bentuk penghinaan atas dirinya. Hal itu jelas bukan cawan Ilahi
berupa wahyu dimana ia telah mereguk puas dan karenanya menjadi
kekal sepanjang zaman.

Catatan
a. Mukti atau juga disebut sebagai moksha atau apavarga, adalah
konsep dalam agama Hindu dan Jain yang menggambarkan tujuan
akhir kehidupan manusia dalam bentuk kebebasan dari ikatan
reinkarnasi. Ruh atau jiwa begitu masuk ke dalam sebuahtubuh
akan terbelenggu dalam sebuah rangkaian reinkarnasi yang
berulang secara terus menerus (Samsara) dan setelah mencapai
pencerahan sempurna baru memperoleh Mukti atau Moksha.
(Penterjemah)
b. Asketik adalah orang yang hidup dengan cara sangat sederhana
serta mengingkari semua kenikmatan dan kemudahan hidup
duniawi. Berasal dari bahasa Yunani yang berarti pertapa atau
pendeta miskin. (Penterjemah)

168
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu Pemikiran
Filsafat
Agama
FilsafatSejarah
Rasionalitas,
Agama
dan Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Buddha
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

Referensi
1. Le Bon, G., Guimet, E. (1992) Mirages Indiens: de Ceylan
auNepal, 1876-1886, Chantal Edel et R. Sctrick, Paris, hal. 241
2. Le Bon, G., Guimet, E. (1992) Mirages Indiens: de Ceylan au
Nepal, 1876-1886, Chantal Edel et R. Sctrick, Paris, hal. 24o
3. Lillie, A. (1909) India in Primitive Christianity, Kegan Paul,
Trench, Trubner & Co., London, hal. 85
4. Lillie, A. (1909) India in Primitive Christianity, Kegan Paul,
Trench, Trubner & Co., London, hal. 86
5. Norman, K. R. (1992)The Group Discourses (Sutta Nipata),
vol.II, The Pali Text Society, Oxford, hal. 112-129
6. Norman, K. R. (1992)The Group Discourses (Sutta Nipata),
vol.II, The Pali Text Society, Oxford, hal. 129
7. Max Muller, F. (1881) The Sacred Books of the East, vol. XI,
Clarendon Press, Oxford, hal. 186
8. Max Muller, F. (1992) Dialogues of the Buddha I, The Pali Text
Society, Oxford, hal. 229
9. Max Muller, F. (1881) The Sacred Books of the East, vol. XI,
Clarendon Press, Oxford, hal. 186

169
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II

AGAMA KONGHUCU

A gama Konghucua merupakan khaza-


nah berbagai kebijaksanaan bermutu
tinggi. Kajian atas agama ini mengungkap-
kan bahwa Rasionalitas, Wahyu dan Penge-
tahuan telah bergandengan tangan dalam
membimbing manusia kepada kebenaran.
Meski pun banyak bangsa Cina mengang-
gapnya sebagai agama sejalan dengan pola
agama yang diwahyukan lainnya, namun
ada juga dari antara mereka yang meman-
dangnya hanya sebagai suatu filsafat saja. Misalnya di Jepang, agama
Konghucu tidak memiliki daerah geografi yang bisa dikatakan seba-
gai daerah khususnya. Para pengikut agama Tao, Shinto dan Buddha
sama menganggap agama Konghucu sebagai suatu filsafat yang selaras
dengan filsafat mereka sendiri. Karena itu mereka hidup bersama da-
lam bentuk yang membaur, suatu hal yang tidak terdapat pada agama
lain di dunia.
Jika kita berbicara tentang agama Konghucu sebagai suatu filsafat,
maka khususnya kami kaitkan dengan masalah eksistensi Tuhan. Hanya
sedikit dari pengikut Kong Hu Cu (5501–478 sM) yang mempunyai
gambaran jelas tentang eksistensi apa yang dimaksud sebagai wujud
Tuhan. Namun mereka percaya kepada dunia ruh dan jiwa, bahkan
sebagian dari mereka melakukan penyembahan arwah leluhur. Kita
perlu menilai kembali pemahaman populer yang terdapat di dunia
tentang agama Konghucu ini.

170
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Agama
Agama
Individu dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Buddha
Konghucu
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

Meneliti naskah-naskah awal yang menjadi dasar agama ini,


tidak ada keraguan kalau agama ini juga dibentuk atas dasar keimanan
kepada eksistensi Tuhan. Banyak bagian dari filsafat ini dan segala
kebijakannya yang bersumber kepada wahyu samawi dan bukannya
pada hasil renungan orang-orang bijak.
Sejauh mana agama ini telah bias dari sumber awalnya bisa
diukur dari penyembahan ruh orang mati yang umum terdapat di
antara para penganut agama Konghucu sekarang ini. Padahal dalam
sumber ajaran agama tersebut tidak ada sekelumit pun yang mengatur
kepercayaan dan praktik demikian. Rupanya sebagaimana juga
terdapat pada agama-agama lain, agama Konghucu telah menjauh dari
ajaran awalnya dengan berjalannya waktu. Banyak kemudian masuk
praktik-praktik keliru dan takhayul yang merasuk ke dalam ajaran
ini dengan akibat tersingkirnya keimanan kepada Yang Maha Agung.
Suatu tragedi yang sayang sekali telah sangat sering terjadi di dunia.
Mengenai penyembahan arwah leluhur, dapat dikemukakan
bahwa mereka tidak memperlakukan para arwah tersebut sebagai dewa-
dewa atau orang-orang suci, namun tetap saja mereka menjadikannya
sebagai tempat mengajukan permohonan doa. Di Jepang, penyembahan
tersebut tidak mempunyai pengertian yang sama dengan di tempat
lainnya. Hal itu hanya dianggap sebagai ekspresi penghormatan dan
kesetiaan kepada ingatan kepada yang sudah wafat. Tidak semuanya
meminta sesuatu dari arwah orang-orang yang sudah wafat itu dan
tidak juga memperlakukan mereka sebagai dewa-dewa tersendiri.
Suatu simetri dan koordinasi hukum alam membuktikan bahwa
alam ini ada yang mencipta dan memang diciptakan oleh Wujud
Tunggal Yang Maha Agung. Tidak adabukti setitik pun ada kerjasama
atau bantuan dari pihak kedua atau ketiga dalam penciptaan alam
ini. Karena itu adalah logis untuk menyimpulkan bahwa melihat dari
hasrat yang ada di kalbu manusia untuk mempercayai sesuatu, dapat
dikatakan bahwa hasrat itu sengaja diciptakan guna menjembatani

171
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II

Yang Maha Pencipta dengan mahluk ciptaan-Nya. Jika komunikasi


itu tidak terbentuk maka ketiadaan wahyu Ilahi akan menimbulkan
kekosongan yang dengan satu dan lain cara harus dipenuhi oleh hasrat
fundamental tersebut. Dorongan ini juga yang telah menjadikan
manusia mencipta dewa-dewa dari apa yang disebut sebagai ruh,
jiwa, hantu atau pun wujud khayali lainnya. Karena itu kepercayaan
takhayul sebenarnya bukan suatu kebetulan saja. Imajinasi bayangan
dewa-dewa yang terdapat pada bangsa yang menganut takhayul itu
mirip dengan gambaran hantu yang muncul dalam kegelapan di
ketiadaan cahaya.
Kecenderungan dekadensi demikian telah menggeser citra Tuhan
keluar dari arena kepercayaan agama. Kepercayaan kepada Tuhan
memerlukan adanya reformasi dalam perilaku dan rasa pertanggung-
jawaban seseorang, sedangkan ruh, hantu dan wujud khayali lainnya
tidak mengharuskan adanya ketaatan kepada norma-norma akhlak
keagamaan.

D ari kajian mendalam tentang literatur mengenai agama


Konghucu, tidak sulit membuktikan bahwa agama ini pada
awalnya bukan suatu filsafat buatan manusia. Ajarannya mencakup
konsep tentang Tuhan Yang Maha Esa yang ajarannya bermula dan
dianggap sebagai Penguasa alam semesta. Istilah “Langit” (Thian-
pent.) dalam agama ini adalah manifestasi dari wujud Tuhan tersebut.
Agama Konghucu menganggap pengetahuan hakiki mengandung
pemahaman tentang fitrat-fitrat Tuhan yang kemudian diterapkan
pada perilakunya sendiri. Hal itu akan membawa manusia lebih dekat
kepada kebenaran hakiki dan menjadi sumber pengetahuan bagi
kemaslahatan dirinya
Asal mula ajaran Konghucu dan Tao berawal jauh pada masa
Fu Hsi (sekitar 3322 sM) yaitu seorang raja dan juga seorang yang
bijak. Suatu ketika dalam kasyaf ia melihat seekor kuda nagab muncul

172
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Agama
Agama
Individu dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Buddha
Konghucu
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

dari sungai Kuning (Huang Ho) dengan membawa sebuah diagram


di punggungnyal. Kejadian tentang seorang Nabi yang melihat kasyaf
ini bukan satu-satunya dalam sejarah Cina. Nabi Yu (sekitar 2240
sM) juga tercatat sebagai orang yang mendapat wahyu Ilahi. Dalam
kasyafnya, Fu Hsi berkesempatan mempelajari diagram tersebut.
Diagram itu terdiri dari 8 set yang masing-masing berupa 3 garis yang
menggambarkan jantan dan betina. Kombinasi dari 3 set (trigram)
itu di atas dan di bawah membentuk 64 hexagram. Setiap hexagram
mempunyai nama yang terkait pada susunan khusus dari garis jantan
dan betina. Adalah Raja Wan (sekitar 1143 sM) yang pertama kali
menafsirkan makna dari hexagram tersebut. Putranya, Cheu Kung
(sekitar 1120 sM) kemudian melengkapi penafsiran tersebut dan
setelah itu Kong Hu Cu pada masanya menambahkan catatannya
sendiri sebagai apendiks. Hal inilah yang kemudian mendasari
penyusunan kasyaf Fu Hsi tersebut menjadi Buku Tentang Perubahan
yang dikenal sebagai kitab I Ching (atau Yi King).
Pemahaman tentang prinsip teori segi delapan tersebut
mempengaruhi perkembangan pengetahuan dan disiplin ilmu dalam
kehidupan bangsa Cina yang berkaitan dengan semua kepentingan
manusia. Dikatakan kalau di Cina teori ini memainkan peran
utama dalam pengembangan pertanian, perindustrian, pengobatan,
perekonomian, politik dan bidang pengetahuan lainnya. Seorang
cendekiawan Cina bernama Chou Chih Hua mengarang buku
Accupuncture and Science1, yang dikemukakan bahwa teori Pat Kwa
(hexagram) mempunyai hubungan yang sama dengan kedokteran Cina
sebagaimana hubungan matematika dengan ilmu pengetahuan Eropa.
Menurut buku History of Medicine of China2, Fu Hsi seorang Nabi
yang memformulasikan teori Pat Kwab melalui kasyaf, juga menjadi
penemu ilmu kedokteran dan akupunktur. Namun ada juga yang
berpendapat bahwa pengetahuan ini dikembangkan kemudian oleh
raja pendeta Huang Ti yang mendapat ilmunya dari kitab I Ching.

173
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II

Kitab Art of War (Seni Perang) karangan Sun Tzu yang juga
didasarkan pada I Ching, merupakan buku yang terkenal dalam dunia
kemiliteran. Kelompok militer sepanjang zaman sampai sekarang
masih memandang penting buku ini yang sudah diterjemahkan ke
berbagai bahasa. Begitu juga beberapa penulis dan ahli logistik serta
aliran pemikiran klasik mendasarkan teorinya atas prinsip-prinsip
yang diuraikan dalam kitab I Ching. Di Barat pun kitab ini dikenal
luas dan sedikit banyak telah mempengaruhi mereka, meski ada juga
yang menggunakannya sebagai sarana untuk meramal nasib.
Menurut ajaran Konghucu, penelitian akademik secara formal
tidak menjadi suatu hal yang esensial dalam mencari kebenaran.
Wujud Tuhan sendiri adalah Kebenaran, sehingga apa pun yang
diciptakan-Nya sudah juga dikaruniai fitrat tersebut yang selaras
dengan fitrat Wujud-Nya. Karena itu fitrat manusia dan kebenaran
hakiki merupakan hal yang sinonim dalam agama Konghucu.

M eng Tze (372-289 sM) yang di Barat dikenal sebagai Mencius,


adalah seorang filosof, ahli teori dan seorang guru. Ia pun
seorang yang sangat agamis dan merupakan tokoh yang menonjol
dari antara para pengikut Kong Hu Cu. Ia meninggalkan kesan
mendalam pada filsafat Cina, sedemikian rupa sehingga sebagian
orang menganggapnya sebagai seorang Nabi. Ketika menjelaskan cara
mencapai kebenaran hakiki, ia menyatakan bahwa:
‘Sifat pengasih, ketakwaan, kepatutan dan ilmu pengetahuan bukanlah
sesuatu yang disusupkan dari luar ke dalam diri kita. Sifat-sifat itu sudah ada
sebagai kelengkapan diri kita. Jika ada yang berbeda maka hal itu diakibatkan
oleh kurang perenungan. Karena itulah dikatakan: “Carilah maka engkau
akan menemukan. Abaikan maka engkau akan kehilangan.”’3

Yang dimaksud sebagai pengaruh luar oleh Meng Tze bukanlah


wahyu. Bahkan ia mengemukakan kalau nilai-nilai akhlak manusia
sebagai suatu hal yang esensial bagi wujud diri kita itu, bukanlah suatu
yang datang dari luar diri. Meng Tze mengemukakan pandangan

174
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Agama
Agama
Individu dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Buddha
Konghucu
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

bahwa pengalaman sensori tidak merupakan suatu pesan tersendiri.


Pada refleksi sensori, fikiran manusia akan mampu melihat imaji
eksternal dari batinnya sendiri. Karena itu ia tidak menafikan perlunya
objektivitas, yang disangkal hanyalah potensi independennya dalam
menuntun manusia kepada kebenaran. Namun ia juga mengakui
kalau pengalaman objektif amat membantu dalam menuntun kita
ke sumber mata air dari kebenaran hakiki. Meng Tze selanjutnya
menjelaskan bahwa alam dalam pengertian keseluruhan kosmos, tidak
bersifat kekal tetapi merupakan ciptaan ‘Langit’ sebagai wujud sang
Pencipta yang berakal. Menjelaskan hal ini, Meng Tze menyatakan:
‘Dikatakan dalam ‘Buku Syair’:
“Langit ketika mencipta umat manusia, telah memberikan kepada mereka
berbagai fitrat dan keterkaitan dengan kaidah mereka sendiri. Ini adalah
hukum alam yang tidak berubah untuk dipatuhi semuanya, dan semuanya
mencintai sifat terpuji ini.”’4

Istilah ‘Langit’ menurut pemahaman Meng Tze adalah Wujud


yang Sadar yang sama dengan istilah kita berkaitan dengan Tuhan.
Kata Langit bisa dipandang sebagai simbolisasi prinsip penciptaan
yang sadar dan aktif dari Tuhan. Mengenai ini ia mengemukakan:
‘Hal ini digambarkan dari apa yang dikatakan ‘Buku Syair’: “Jagalah selalu
keharmonisan dengan segala peraturan Tuhan, agar engkau memperoleh
banyak kebahagiaan”’5

Ajaran agama Konghucu klasik, tidak diragukan mengemukakan


manusia sebagai ciptaan Tuhan dan bukannya hasil dari suatu
alam tanpa kesadaran. Bagi Kong Hu Cu, tujuan akhir dalam
mencapai pengetahuan tentang diri sendiri adalah dengan mencapai
keharmonisan dengan Tuhan, hal ini menjadi visi manusia tentang
langit. Kepercayaan demikian mirip sekali dengan ajaran Al-Quran
yang mengemukakan bahwa manusia diciptakan menurut fitrat-fitrat
Tuhan:

175
khir dalam mencapai pengetahuan tentang diri sendiri adalah dengan
nisan dengan Tuhan, hal ini menjadi visi manusia tentang langit. Ke
Bagian
Mirza Tahir
Bagian
mirip sekali 1II
I dengan
II Ahmad ajaran Al-Quran yang mengemukakan bahwa
n menurut fitrat-fitrat Tuhan:

    SM×nQ WÆ `ˆ‰= WmV¼VÙ ³ª/Š  _1WmÕ¼°Ù



an turutilah fitrat yang diciptakan
‘Dan turutilah Allah,
fitrat yang diciptakan yang
Allah, sesuai
yang sesuai dengan
dengan fitrat itu fitrat
Dia itu Dia
embentuk umat manusia’ (S.30 Ar-Rum:31) 6
telah membentuk umat manusia’ (S.30 Ar-Rum:31) 6

Kong Hu Cu selanjutnya menekankan, manusia harus berusaha


ong Hu Cu selanjutnya menekankan, manusia harus berusaha sec
secara sadar memperoleh pengetahuan tentang citra dari Tuhan
leh pengetahuan tentang citra dari Tuhan yang tersembunyi (laten) ber
yang tersembunyi (laten) berada dalam dirinya, untuk kemudian
untuk kemudian mengembangkan segala fitrat yang selaras dengan citr
mengembangkan segala fitrat yang selaras dengan citra tersebut. Jika
usia tidak melaksanakan upaya ini secara sadar maka tidak ada jamin
manusia tidak melaksanakan upaya ini secara sadar maka tidak ada
angan akhlaknya akan bisa sejalan dengan citra Tuhan.
jaminan bahwa perkembangan akhlaknya akan bisa sejalan dengan
enurut pandangan agama Konghucu, pengetahuan sebagai suatu entitas
citra Tuhan.
an eksis jika terpisah dari perilaku dan karakter (kesalehan, harga
Menurut pandangan agama Konghucu, pengetahuan sebagai
n) manusia. Keduanya saling terkait sebagaimana dinyatakan berikut ini:
ang guru suatu
(Kong entitas
Hu tersendiri tidak akan eksis“Ketika
Cu) mengatakan: jika terpisah dari perilaku dan
pengetahuan manusia cuku
karakter (kesalehan, harga diri dan kepatutan)
engimbangi tetapi akhlaknya tidak mampu mempertahankan, maka segala yan manusia. Keduanya
perolehnyasaling
akanterkait
hilang sebagaimana
kembali. dinyatakan berikut ini:
Ketika pengetahuannya cukup bisa mengimba
‘Sang guru (Kong Hu Cu) mengatakan: “Ketika pengetahuan manusia cukup
hlaknya cukup untuk bertahan, namun ia tidak mampu memerintah dengan berw
bisa mengimbangi tetapi akhlaknya tidak mampu mempertahankan, maka
aka rakyat tidak akan
segala yang menghormatinya.
telah diperolehnya Ketika
akan hilang kembali. Ketikapengetahuannya
pengetahuannya cuku
engimbangi dan akhlaknya cukup untuk bertahan, dan ia memerintah
cukup bisa mengimbangi dan akhlaknya cukup untuk bertahan, namun
rwibawa tetapiiamenghormatinya.
iatidak mampu memerintah dengan berwibawa, maka rakyat tidak akan
berusaha menggerakkan rakyatnya bertentangan dengan kep
Ketika pengetahuannya cukup bisa mengimbangi dan
aka tidak akan tercapai kesempurnaan
akhlaknya cukup untuk bertahan,yang penuh.”
dan ia memerintah’ 7 dengan berwibawa
uga jelas dari tetapi
ajaran yangmenggerakkan
ia berusaha dibawanya bahwa
rakyatnya Kongdengan
bertentangan Hu kepatutan,
Cu meyakini ka
maka tidak akan tercapai kesempurnaan
itu memiliki pengaruh yang amat besar atas manusia yang penuh.”’ 7 dan hanya Dia
embah, sepertiJuga yang dikemukakan
jelas dari ajaran yang berikut:
dibawanya bahwa Kong Hu Cu
ang Sun Chia berkata (kepada sang guru
meyakini kalau sosok Pencipta itu memiliki Kongpengaruh
Hu Cu): “Apa
yang amatyang
besar dimaksud
apan bahwaatas- manusia
Lebih baik menghormati
dan hanya tungku
Dia saja yang patutperapian
disembah,daripada menyembah
seperti yang
dut barat-daya?”
dikemukakan Sang guru menjawab: “Bukan begitu. Ia yang berdosa
berikut:
ngit (Tuhan) tidak
‘Wangmemiliki siapa
Sun Chia berkata punsang
(kepada kepada siapa
guru Kong ia “Apa
Hu Cu): bisayang
memohon.”
dimaksud ’8
dengan ucapan bahwa-Lebih baik menghormati tungku perapian daripada
enentang prinsip fitrat
menyembah penciptaan
kepada Tuhan
sudut barat-daya?” Sang gurusama
menjawab:saja
“Bukandengan
begitu. menen
Ia yang berdosa kepada Langit (Tuhan) tidak memiliki siapa pun kepada siapa
sendiri, karenaia bisa
batin tersebut
memohon.”’8
diciptakan sebagai cermin yang merefleksi
diri. Ia yang berpaling meninggalkan Tuhan tidak memiliki siapa pun
unya.
176
utipan-kutipan di atas menunjukkan bahwa pada sumber asaln
u bukanlah filsafat buatan manusia. Dalam inti ajarannya terkandung
da eksistensi Pencipta, yang sifat-sifat-Nya patut dihormati dan diiku
juga menggambarkan bahwa pengetahuan semata tanpa kelengkap
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Agama
Agama
Individu dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Buddha
Konghucu
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

Menentang prinsip fitrat penciptaan Tuhan sama saja dengan


menentang batin manusia sendiri, karena batin tersebut diciptakan
sebagai cermin yang merefleksikan fitrat-Nya Sendiri. Ia yang
berpaling meninggalkan Tuhan tidak memiliki siapa pun yang bisa
membantunya.
Kutipan-kutipan di atas menunjukkan bahwa pada sumber
asalnya agama Konghucu bukanlah filsafat buatan manusia. Dalam
inti ajarannya terkandung keimanan pokok pada eksistensi Pencipta,
yang sifat-sifat-Nya patut dihormati dan diikuti. Ajaran tersebut juga
menggambarkan bahwa pengetahuan semata tanpa kelengkapan
berupa pencarian Tuhan serta melaksanakan segala perintah-Nya,
dianggap tidak mempunyai nilai sama sekali.
Begitu juga dari kutipan-kutipan berikut bertambah nyata kalau
agama Konghucu mengemukakan Tuhan (atau Langit) sebagai Wujud
yang memperhatikan kesejahteraan dan perkembangan umat manusia.
Perlunya menegakkan nilai Kebenaran ditentukan sendiri oleh Tuhan
melalui pilihan-Nya atas orang-orang yang tepat guna mengajarkan
kebenaran tersebut kepada manusia. Yang dikenal sebagai orang-orang
bijak bangsa Cina bisa disamakan dengan para Nabi sebagaimana yang
terdapat di dalam Al-Quran atau Injil, yaitu sebagai orang-orang yang
mewakili atau bertindak selaku utusan Tuhan. Kami melihat adanya
kesamaan demikian pada salah satu pernyataan Kong Hu Cu:
‘Sang Guru dibuat merasa khawatir di Kwang. Ia mengatakan:“Apakah setelah
berpulangnya Raja Wan, kebenaran jadinya hanya ada pada diriku (Kong Hu
Cu)?

Jika Langit memang menginginkan cara kebenaran ini punah maka aku
sebagai manusia biasa tentunya tidak lagi mempunyai hubungan dengannya.
Tetapi nyatanya Langit idak akan membiarkan kebenaran ini punah, lalu apa
yang bisa dilakukan rakyat Kwang terhadap diriku?”’9

Dalam hal ini Kong Hu Cu menyatakan keyakinannya yang


penuh bahwa hakikat keluhuran kebenaran sudah dijamin melalui
takdir Tuhan yang tidak akan berubah, dimana dirinya hanyalah

177
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II

menjadi instrumen semata. Tuhan tidak akan membiarkan mereka


yang telah dipilih-Nya untuk punah tanpa menyelesaikan tugas
mereka dalam menegakkan kebenaran, meski mereka terlihat seolah
berdiri seorang diri menghadapi segala penentangan adidaya manusia
di sekelilingnya. Gambaran seperti ini sama dengan sosok para Nabi
sebagaimana diberikan dalam Al-Quran dan Injil. Mereka yang
terpilih untuk tugas-tugas mulia tersebut adalah manusia-manusia
yang unggul dalam menerapkan fitrat-fitrat Tuhan.
‘Kong Hu Cu bersabda: “Sungguh agung Yaoc sebagai seorang raja.
Sesungguhnya hanya Langit yang agung dan hanya Yao yang mengikuti-Nya
dengan benar. Betapa akbar amalannya! Manusia tidak mampu memberi
istilah sepadan atasnya.”’10

Dengan kata lain, dari perilaku raja tersebut dalam mengamalkan


ajaran Tuhan-nya, keagungan martabatnya menjadi demikian besar
sehingga rakyatnya tidak mampu menemukan kata-kata yang sepadan
untuk menggambarkan dirinya:
‘Chang mengatakan: “Aku ingin bertanya bagaimana cara Yao
mempersembahkan Shun kepada Langit dan Langit lalu menerimanya, serta
bagaimana ia mengemukakan hal itu kepada rakyatnya sehingga rakyatnya
juga mau menerimanya.”’11

Dari kutipan ini menjadi jelas bahwa yang dimaksud Langit


bukanlah kosmos alam semesta, dan bukan juga alam mikro dalam
batin manusia, tetapi suatu Wujud yang aktif dan mempunyai
kesadaran penuh, sinonim dengan istilah Tuhan. Sebagaimana Langit
memilihorang-orang bijak berdasarkan kriteria tertentu, begitu juga
Tuhan telah memilih para Nabi. Pandangan kami bahwa orang-orang
bijak bangsa Cina sebenarnya memiliki sifat-sifat yang sama dengan
para Nabi yang disebut dalam Al-Quran dan Injil, kiranya menjadi
cukup jelas melalui rujukan-rujukan di atas.
Kajian lebih lanjut atas naskah-naskah literatur Cina juga
menggambarkan bahwa Wahyu tidak saja merupakan sarana untuk
menegakkan filsafat hidup yang benar, tetapi juga memiliki nilai-

178
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Agama
Agama
Individu dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Buddha
Konghucu
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

nilai praktis dalam membimbing tindakan manusia dalam kehidupan


sehari-harinya. Kami telah menyampaikan kasyaf dari Fu Hsi dan
aplikasinya dalam berbagai aspek praktikal kebudayaan Cina, suatu
pengaruh yang bertahan selama ribuan tahun. Di bawah ini kami
berikan beberapa contoh lain saat wahyu memainkan peran dalam
mempengaruhi kesejahteraan suatu bangsa:
‘... “Ketika raja bersabda, kata-katanya menjadi perintah bagi mereka, jika
ia Mendengar hal ini sang raja lalu membuat catatan dan berkata kepada
mereka:“Karena menjadi tugasku untuk mengamankan ke empat penjuru
kerajaan, aku ini selalu takut bahwa kesalehanku tidak sepadan dengan
para pendahuluku, karena itulah aku tidak berbicara. Namun ketika aku
sedang merenungi secara adab dan tenang tentang cara-cara yang benar, aku
bermimpi bahwa Tuhan telah memberikan kepadaku seorang pembantu
yang baik yang akan berbicara kepadaku.” Sang raja lalu menguraikan secara
rinci penampilan orang dimaksud untuk dilukis dan menyuruh orang untuk
mencarinya di seluruh kerajaan. Ditemukanlah ciri-ciri yang mirip pada diri
Yu, seorang kontraktor bangunan di negeri Fuyen. Sang raja memanggil dan
mengangkatnya sebagai perdana menteri yang harus selalu mendampinginya.
Raja memerintahkan kepadanya: “Pagi dan sore berikan pandanganmu untuk
membantu amalanku.”’12

Dari kutipan ini dijelaskan bahwa raja tersebut semula tidak


mengetahui bagaimana atau oleh siapa kesulitannya dalam mengatur
negara bisa diatasi, tetapi kemudian ia diberikan jawaban dari Tuhan
melalui sebuah mimpi.
Begitu juga dikatakan tentang seorang bijak yang agung yaitu
Raja Wan:
‘Tuhan berfirman kepada Raja Wan: “Janganlah menjadi seperti orang yang
menolak sesuatu dan berpegang kepada yang lainnya; janganlah menjadi
seperti orang yang hanya mengikuti kesukaan dan nafsunya semata.” Karena
itu martabatnya naik di mata rakyatnya. Rakyat Negeri Meih memberontak.
Tuhan berfirman kepada Raja Wan: “Aku suka akan kesalehan nalarmu yang
tidak digembar-gemborkan dan tidak juga dilukiskan secara berlebihan
atau berubah-ubah dimana tanpa upaya secara sadar dari dirimu, engkau
selalu mengikuti pola Tuhan.”Tuhan berfirman kepada raja Wan: “Ambillah
tindakan terhadap negeri musuh-musuhmu, bersama-sama dengan para

179
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II

saudaramu, siapkan tangga-tangga menara pendaki dinding serta peralatan


lontar dan serbu, untuk menyerang dinding-dinding negeri Ts’ung.” ’13

Dari sini digambarkan proses bagaimana Tuhan memilih di


antara para hamba-Nya yang akan menjalankan segala perintah-
Nya. Mula-mulaTuhan membimbing dan memerintahkan kepada
Raja Wan, yang lalu menerapkan petunjuk-Nya menjadi praktik dan
karena itu martabatnya naik dalam pandangan Tuhan.
Kutipan terakhir di atas mengingatkan kepada Raja Daud
dalam Injil yang selain raja juga seorang Nabi. Sebagaimana Daud
as diberikan izin untuk menggempur musuhnya yang berusaha
memupus kebenaran, begitu juga keadaannya dengan Raja Wan.
Telaah komparatif tentang sejarah agama mengungkapkan terdapatnya
beberapa kesamaan dalam pengalaman Raja Wan dengan Raja Nabi
Daud as, namun kami tidak akan membahasnya di sini.
Melalui rujukan-rujukan sebagaimana dikutip di atas, kiranya
cukup jelas bahwa dalam agama dan filsafat bangsa Cina, wahyu
mempunyai kedudukan signifikan dan menjadi cara untuk menggapai
kebenaran. Banyak contoh literatur klasik Cina yang menunjukkan
bahwa agama Konghucu tidak bisa dianggap sebagai filsafat kehidupan
buatan manusia semata yang tidak meyakini adanya Tuhan secara
eksternal. Sebaliknya Tuhan merupakan bagian intrinsik dari agama
ini dan apa pun yang diterima melalui mimpi atau kasyaf, secara
definitif selalu diatributikan berasal dari Tuhan.

Catatan
a. Biasa juga disebut Kung Fu Tze yang berarti ‘guru Kung’ atau
dikenal sebagai Confucius di Barat. (Penterjemah)

180
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Agama
Agama
Individu dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Buddha
Konghucu
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

b. Ada juga yang menyatakannya sebagai kura-kura yang membawa


gambar bsegi delapan (Pat Kwa) di punggungnya. Garis lurus
pada trigram tersebut menggambarkan jantan dan garis terputus
sebagai betina. (Penterjemah)
c. Yang dimaksud adalah Raja T’ang Ti Yao yang memerintah 2400
sebelum Masehi. Raja ini merupakan tokoh yang dimuliakan oleh
Kong Hu Cu karena kesalehan, ketakwaan dan pengabdiannya
kepada rakyat. Raja ini memerintah selama 70 tahun dan
periodenya dianggap sebagai masa keemasan Cina. Namanya
tidak bisa dipisahkan dari Shun, menantu yang mengawini dua
putrinya, yang kemudian menggantikan dirinya sebagai raja,
dengan mengabaikan putranya sendiri. (Penterjemah)

Referensi
1. Chou, C. H. Accupunture and Science, ed. 1, Shi WeiTypographic
Co. Ltd., Taiwan.
2. Zheng, M. Q., Lin, P. S., History of Medicine of China, ShangWu
Printing and Publishing House, Taiwan, hal. 2-3
3. Legge, J. (1985) The Four Books, The Great Learning, The
Doctrine of The Mean, Confucian Analects and the Works of
Mencius, 2nd ed., Culture Book Co. Taiwan, hal. 682
4. Legge, J. (1985) The Four Books, The Great Learning, The
Doctrine of The Mean, Confucian Analects and the Works
ofMencius, 2nd ed., Culture Book Co. Taiwan, hal. 863
5. Legge, J. (1985) The Four Books, The Great Learning, The
Doctrine of The Mean, Confucian Analects and the Works of
Mencius, 2nd ed., Culture Book Co. Taiwan, hal. 544
6. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.

181
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II

7. Legge, J. (1985) The Four Books, The Great Learning, The


Doctrine of The Mean, Confucian Analects and the Works of
Mencius, 2nd ed., Culture Book Co. Taiwan, hal. 354-355
8. Legge, J. (1985) The Four Books, The Great Learning, The
Doctrine of The Mean, Confucian Analects and the Works of
Mencius, 2nd ed., Culture Book Co. Taiwan, hal. 152-153
9. Legge, J. (1985) The Four Books, The Great Learning, The
Doctrine of The Mean, Confucian Analects and the Works of
Mencius, 2nd ed., Culture Book Co. Taiwan, hal. 231-232
10. Legge, J. (1985) The Four Books, The Great Learning, The
Doctrine of The Mean, Confucian Analects and the Works of
Mencius, 2nd ed., Culture Book Co. Taiwan, hal. 632
11. Legge, J. (1985) The Four Books, The Great Learning, The
Doctrine of The Mean, Confucian Analects and the Works of
Mencius, 2nd ed., Culture Book Co. Taiwan, hal. 793
12. Legge, J. (1865) The Chinese Classics, vol. III, part I, The Shoo
King, Trubner Co., London, pp.248-25213. Legge, J. (1871) The
Chinese Classics, vol. III, part I, The She King, part III. Decade
of King Wan Book I, vol. IV, part II, Trubner Co., London, hal.
452-454

182
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Agama
Agama
dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Buddha
Konghucu
Agama Tao
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

AGAMA TAO

S emua agama di Cina berasal dari sumber purba yang sama tentang
pengalaman spiritual dan keagamaan dari seorang bijak dan
Nabi akbar bangsa Cina yaitu Fu Hsi. Dalam abad-abad berikutnya,
banyak para bijak dan pemikir yang meneliti karya Fu Hsi dan
mempelajarinya secara mendalam. Berdasarkan hasil kajian tersebut,
mereka mengemukakan kepada bangsa Cina pandangan-pandangan
baru dalam filsafat, sains, agama dan bimbingan akhlak. Di antara
mereka itu antara lain terdapat Raja Wan, dan putranya yang bernama
Cheu Kung serta Lao Tze, yang semuanya menjadi tokoh-tokoh yang
disegani bangsa Cina sepanjang masa. Ajaran tentang kehidupan yang
dikemukakan oleh Lao Tze (6 abad sM), dikenal sebagai agama Tao.
Dalam agama Tao, kebenaran hakiki tercermin dalam wujud Tao
yakni wujud ini memiliki fitrat yang lebih banyak bersifat spiritual
dan suci dari pada kebendaan atau material. Tao bisa dikatakan
sebagai personifikasi kebajikan yang kekal. Sifat-sifat tersebut persis
sama dengan yang diatributkan kepada wujud Tuhan dalam agama
Islam atau pun agama lainnya. Agama Tao mengajar manusia untuk
sepenuhnya tunduk kepada Kebenaran (Tao) dan berjuang untuk
meniru Tao. Tao adalah teladan, sedangkan Taoisme adalah cara untuk
mencapai kedekatan kepada teladan tersebut.
Al-Quran pun memberikan perlakuan sama atas sifat hubungan
diantara Tuhan dengan manusia:

183
s sama dengan yang diatributkan kepada wujud Tuhan dalam agama Islam a
ma lainnya. Agama Tao mengajar manusia untuk sepenuhnya tunduk kepada Ke
) dan berjuang untuk meniru Tao. Tao adalah teladan, sedangkan Taoisme ada
k mencapaiBagian
kedekatan
Bagian
Mirza Tahir
1II
I
II kepada teladan tersebut.
Ahmad
Al-Quran pun memberikan perlakuan sama atas sifat hubungan diantara
an manusia:

 §ª¬±¨ WDTÀi¯›Wà œÄ V ÀCÙVZ8XT <RWÓ×°™  |¦°% ÀC_ÕOU ÕCW%XT  RV WÓ×°™

‘Shibghah Allah, dan Allah,


‘Shibghah* siapakah a yang
dan siapakah yanglebih baikshibghahnya
lebih baik shibghahnya
daripadadaripada
Allah? Allah?
hanya kepada-Nya-lah kami menyembah’
Dan hanya kepada-Nya-lah (S.2 Al-Baqarah:
kami menyembah’ 139)
(S.2 Al-Baqarah: 139)
1 1

Dalam agama Dalam agama


Islam, Islam,Tuhan
wujud wujud Tuhan dijelaskan
dijelaskan dandan diperkenalkan melalui b
diperkenalkan
melalui berbagai
Nya dan sasaran hidup sifat-Nya dan sasaran
setiap Muslim hidupmenjadikannya
adalah setiap Muslim adalah sebagai telada
menjadikannya
perbaiki hidup mereka. sebagai
Deskripsi teladan
Taoguna memperbaiki
sebagaimana hidup mereka.oleh Lao Tz
dikemukakan
i dengan sifat-sifat
Deskripsi Tuhan seperti yang
Tao sebagaimana terdapatoleh
dikemukakan dalamLao Al-Quran, yaitu:
Tze mirip sekali
‘Tao yangdengan
agungsifat-sifat
itu MahaTuhanBesar.seperti
Dia berada
yang terdapat dalam Al-Quran,di kanan. Se
di kiri dan Dia berada
mahluk bergantung
yaitu: kepada-Nya dan pemeliharaan mereka tidak akan melelahkan b
Nya. Dia membawa ciptaan
‘Tao yang agung itu Mahakepada
Besar. Diakesempurnaan tanpa
berada di kiri dan Dia beradameminta
di kanan. imbalan.
memberikan sarana kehidupan kepada semua ciptaan-Nya tetapi tidak
Semua mahluk bergantung kepada-Nya dan pemeliharaan mereka tidak akan membutuhkan
pun bagi diri-Nya sendiri,
melelahkan karenanya
bagi-Nya. Dia tidak
Dia membawa dianggap
ciptaan kecil. Semua
kepada kesempurnaan mahluk berpa
tanpa
kepada-Nya untuk
meminta memohon bagi
imbalan. Dia kebutuhan
memberikan saranamereka,
kehidupannamun Dia ciptaan-
kepada semua tidak menyimpan
Nya tetapi tidak membutuhkan apa pun bagi diri-Nya sendiri, karenanya Dia
diri-Nya sendiri, karenanya Dia bisa disebut sebagai Yang Maha Agung. Dia
tidak dianggap kecil. Semua mahluk berpaling kepada-Nya untuk memohon
menganggap diri-Nya sebagai
bagi kebutuhan akbar
mereka, namunkarena itumenyimpan
Dia tidak maka Diabagi sesungguhnya
diri-Nya sendiri,Maha Akba
karenanya Dia bisa disebut sebagai Yang Maha Agung. Dia tidak menganggap
Begitu pula dengan deskripsi
diri-Nya sebagai lain:itu maka Dia sesungguhnya Maha Akbar.’2
akbar karena
‘Dicari tetapi tidak kasat mata karena Wujud ini mungkin tidak berwarna. Didenga
Begitu pulasehingga
tetapi tidak terdengar dengan deskripsi
Wujud itu lain:dapat dikatakan Sunyi. Digapai tetapi
tertangkap karena memang Tersembunyi. Tiada
‘Dicari tetapi tidak kasat mata karena seorang
Wujud ini mungkinpun tidakyang mampu mema
berwarna.
Didengarkan tetapi tidak terdengar sehingga Wujud itu dapat dikatakan Sunyi.
sumber utama ketiga sifat tersebut, namun semuanya terdapat pada Wujud Yang S
Digapai tetapi tidak tertangkap karena memang Tersembunyi. Tiada seorang
Meski tidak bersinar
pun yang namun di bawahsumber
mampu memahami diri-Nya
utamatidak
ketiga ada kegelapan.
sifat tersebut, namunKarena sifat
yang tidak terbatas
semuanyamaka Dia
terdapat padatidak
Wujudmungkin
Yang Satu.dikaji. Semua
Meski tidak bentuk-Nya
bersinar namun di selalu kem
kepada ketiadaan sehingga bisa kita katakan bahwa Dia itu Tidak
bawah diri-Nya tidak ada kegelapan. Karena sifat-Nya yang tidak terbatasBerbentuk. I
wujud-Nya tanpa bentuk. Dia itu berada di luar kemampuan kepada
maka Dia tidak mungkin dikaji. Semua bentuk-Nya selalu kembali pemahaman ka
ketiadaan sehingga bisa kita katakan bahwa Dia itu Tidak Berbentuk. Imaji
merupakan yang paling langka dari segalanya. Jika ingin mengetahui awal keberad
wujud-Nya tanpa bentuk. Dia itu berada di luar kemampuan pemahaman
karena merupakan yang paling langka dari segalanya. Jika ingin mengetahui
 bisa dilihat. Jika ingin mengetahui
awal keberadaan-Nya, tak ada awal yang
keakhiran-Nya, tak ada ujung yang bisa diduga. Karena itu ikutilah tata cara
jalan yang lama dan perbaiki masa kini kalian.’3

184
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Agama
Agama
dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Buddha
Konghucu
Agama Tao
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

Begitu juga pada ayat lain dikemukakan deskripsi tentang Tao


sebagai berikut:
‘Dia itu tidak bisa dipecah dan fitrat hakiki-Nya tidak bisa dipegang. Semua
ciptaan berasal dari Wujud-Nya. Dia telah ada sebelum langit dan bumi
diciptakan. Dia itu Satu dan sendiri tanpa bentuk atau suara. Dia eksis secara
independen tanpa ada topangan penyangga apa pun. Tidak ada yang berubah
pada Diri-Nya. Dia selalu dalam keadaan bergerak namun tidak pernah
merasa lelah. Dia yang melahirkan alam semesta.’4

Deskripsi tentang Tao sebagaimana terdapat dalam kutipan di atas


juga bisa ditemukan dalam berbagai ayat Al-Quran, yang jika dibaca
bersamaan akan menghasilkan ungkapan sebagaimana diutarakan
kutipan-kutipan di atas. Citra Tuhan sebagaimana terdapat dalam Al-
Quran telah disimpulkan oleh pendiri Jemaat Ahmadiyah yaitu Mirza
Ghulam Ahmad as dari Qadian di India, dengan kata-kata sebagai
berikut:
‘Dia itu dekat tetapi juga jauh, jauh namun juga dekat... Dia berada di atas
segalanya, tetapi tidak bisa dikatakan bahwa ada seseorang di bawah-Nya
yang lebih jauh dari Diri-Nya. Dia berada di langit tetapi juga tidak dapat
dikatakan bahwa Dia tidak berada di bumi. Dia menggabungkan dalam
Wujud-Nya segala fitrat yang sempurna dan memanifestasikan kebajikan
yang sesungguhnya patut menjadi pujian.’5

Patut diperhatikan bahwa filsafat Cina sebenarnya berakar pada


konsep keagamaan, hanya saja dengan berlalunya waktu, kemudian
sumber keagamaannya menjadi pupus dan kabur. Para penganutnya
tetap mengikuti filsafat itu sendiri namun tidak merasa perlu melihat
hubungannya ke sumber awal yang telah menghidupinya pada masa
lalu. Akibatnya maka citra Tuhan secara gradual menjadi impersonal
dan para penganut Tao tidak lagi memelihara hubungan dengan Dia
sebagai Wujud Hidup Yang Maha Agung.

P endek kata, sebagaimana juga dengan agama Konghucu, sebenarnya


agama Tao tadinya juga meyakini adanya Wujud Tuhan yang hidup

185
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II

sebagai personifikasi Kebenaran Hakiki. Dalam naskah-naskah awal


ajaran Taoisme atau agama Konghucu dikemukakan bahwa tidaklah
cukup hanya memiliki pemahaman intelektual mengenai Wujud Tao,
karena yang menjadi tujuan utama adalah membentuk karakter dan
perilaku seseorang sejalan dengan konsep Tao tersebut.
Hanya saja dalam naskah sumber dari Taoisme seperti yang
dikutip di atas, keimanan kepada Tao sebagai Pencipta yang berakal
dan yang kekal telah menjadi kabur dengan berjalannya waktu.
Namun ide tentang wahyu samawi masih tetap dipertahankan meski
diberi nama lain yaitu inspirasi. Pergeseran nyata dari konsep Wahyu
Samawi menjadi inspirasi tanpa sumber samawi, merupakan trend di
antara para pemikir spiritual pada masa kemudian, sehingga akhirnya
tidak lagi tersisa catatan tentang Ketuhanan dalam karya tulis mereka.
Ilham bagi mereka dianggap sebagai suatu fenomena internal semata
yang melalui perenungan dan meditasi akan bisa menuntun manusia
kepada sumber mata air kebenaran di dalam dirinya sendiri.
Menyelam masuk ke dalam batin sendiri memang bisa membawa
orang kepada penemuan kebenaran inti, namun yang dimaksud
dengan pengalaman pengilhaman dari Tao sebagaimana terdapat
dalam karya agama Tao yang sejati, tidaklah sepenuhnya bersifat
internal. Dalam karya-karya itu dikemukakan bahwa ilham memiliki
keterbatasan karena tidak mungkin mampu membimbing manusia
kepada kebenaran objektif yang berada di luar jangkauan seseorang
yang sedang mengalami pengalaman inspirasional.
Dasar pokok ajaran Taoisme berlandaskan pada kasyaf akbar dari
Fu Hsi. Definisi tentang ilham seberapa pun diperluas cakupannya,
tidak bisa diterapkan pada kasyaf tersebut. Jika ditafsirkan maka kasyaf
itu menjadi sumber mata air pengetahuan yang kemudian melahirkan
filsafat Cina yang luhur dan jauh lebih kompleks serta berbagai ilmu
pengetahuan alam dikemudian harinya.

186
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Individu Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Agama
Agama
dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Buddha
Konghucu
Agama Tao
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

Hal itu saja cukup untuk menggambarkan pokok bahasan masalah


ini. Ilham tidak akan menghasilkan nubuatan dari gambaran keadaan
masa depan yang realisasinya menjadi bukti dan saksi eksistensi Tuhan
Yang Maha Agung dan Maha Mengetahui.

Catatan:
* Shibghah berarti celupan, warna atau rona sifat sesuatu, agama,
peraturan hukum, pembaptisan. Shibghatullah berarti agama
Tuhan, sifat yang dianugrahkan Tuhan kepada manusia. Disebut
demikian karena agama mewarnai manusia seperti celupan warna
yang memberi rona kepada sesuatu. (Tafsir singkat Al-Quran)

Referensi
1. Terjemahan penulis
2. Dan, L. (1969) The Works of Lao Tzyy, Truth and Nature, The
World Book Company Ltd., Taipei, Taiwan, Bab 34, hal. 17
3. Dan, L. (1969) The Works of Lao Tzyy, Truth and Nature, The
World Book Company Ltd., Taipei, Taiwan, Bab 14, hal. 6
4. Dan, L. (1969) The Works of Lao Tzyy, Truth and Nature, The
World Book Company Ltd., Taipei, Taiwan, Bab 25, hal. 12
5. Al-Wasiyat, Ruhani Khazain, 1984 ed., vol.20, hal. 310

187
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II

AGAMA ZOROASTER

B agi sejarah bangsa Parsi atau Persia, kontribusi utama bagi filsafat
keagamaan mereka adalah yang bersumber pada agama Zoroaster.
Menurut filosofi ini, tidak saja kebenaran dan kebaikan yang bersifat
kekal, tetapi kedustaan dan kejahatan juga berbagi fitrat kekekalan.
Masing-masing memiliki dewa-dewanya sendiri yang mempunyai
tatanan pengelolaan yang independen. Ada dewa kebaikan yaitu
Ahura Mazda yang juga dikenal sebagai dewa cahaya, di samping dewa
kejahatan yang bernama Ahriman yang juga dikenal sebagai dewa
kegelapan. Masing-masing dewa memiliki peran tersendiri yang harus
dimainkan. Semua kegiatan di dalam alam semesta merupakan hasil
tabrakan atau interaksi dari kedua dewa yang berseteru ini, yang secara
kekal terbelenggu dalam pertempuran dahsyat untuk kelangsungan
hidup dan supremasi satu diatas yang lainnya.
Kekuasaan dewa kebaikan selalu berusaha mendominasi dewa
kejahatan. Seperti juga papan jungkit, hasil pergulatan keduanya
selalu berubah-ubah, terkadang menang kebaikan dan di kali lain
yang menang adalah kejahatan. Dengan cara itulah filsafat Zoroaster
mengemukakan penjelasan sederhana tentang keberadaan atau ko-
eksistensi kejahatan dengan ikutannya berupa penderitaan serta
kebaikan dengan ikutannya berupa kebahagiaan, yaitu melalui
pengatributan asal mula kepada dua sumber yang berbeda. Semua
keburukan yang terdapat di dunia seperti kesakitan, kesedihan,
kenestapaan, kebodohan dan penderitaan dianggap terwujud ketika
dewa kejahatan sedang memperoleh kemenangan.

188
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Agama
Agama
Agama
Individu dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Zoroaster
Buddha
Konghucu
Agama Tao
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

Patut diperhatikan bahwa yang sebenarnya diajarkan oleh sosok


Zoroaster* as (sekitar 6 abad sM) adalah bahwa kejahatan dan kebaikan
memang eksis bersamaan agar manusia bisa menentukan pilihan
berdasar kebebasan dirinya. Melalui cara demikian maka manusia
nantinya dinilai berdasar niat dan perilaku baik atau jahat yang telah
dilakukannya. Zoroastera as juga mengajarkan bahwa alam semesta ini
diciptakan oleh Tuhan Nur atau Cahaya dan bahwa kekuatan kebaikan
yang akan memperoleh kemenangan pada akhirnya.
Dari kajian mendalam tentang agama Zoroaster bisa disimpulkan
bahwa yang kemudian dikenal sebagai sosok dewa kegelapan yang
independen, sebenarnya identik dengan konsep syaitan atau iblis yang
terdapat dalam agama-agama lain seperti Yahudi, Kristen dan Islam.
Kelihatannya pada suatu ketika, para pengikut Zoroaster as mulai
menyalah-artikan filsafat mereka tentang kebaikan dan keburukan
yang kemudian mereka manifestasikan sebagai dua wujud yang
independen satu dari yang lain tetapi ko-eksis secara kekal. Inilah yang
menjadi esensi dari konsep dualisme dalam agama Zoroaster. Kajian
lanjutan atas filsafat Zoroaster akan menyadarkan peneliti yang tekun
bahwa masalahnya mencuat hanya karena perbedaan terminologi yang
telah menimbulkan paralaks yang salah diantara keduanya.
Peran yang diatributkan kepada Syaitan dalam agama-agama lain,
dalam agama Zoroaster diatributkan kepada sosok Ahriman. Besar
kemungkinan para penganut agama Zoroaster kemudian mencampur-
adukkan konsep Syaitan dengan pengertian tentang dewa kejahatan
yang bersifat independen dan berkuasa penuh atas semua kekuatan
kegelapan. Kesalahan fatal yang satu selanjutnya menimbulkan blunder
yang lain yaitu Ahriman sebagai Dewa Kejahatan digambarkan sebagai
berbagi kekekalan bersama dengan Pencipta Yang Maha Tunggal dan
Maha Agung.
Sulit menetapkan secara pasti kapan kepercayaan yang bias ini
masuk ke dalam akidah agama Zoroaster, tetapi yang jelas sosok Raja

189
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II

Cyrus (sekitar 590-529 sM) sebagai salah seorang murid teladan dari
Zoroaster as nyatanya jauh dari bersifat dualistis. Kedudukan luhur
yang diperolehnya dalam agama Zoroaster bahkan lebih tinggi dari
kedudukan Raja Ashoka dalam agama Buddha.
Menilai agama Zoroaster melalui cermin Cyrus, rasanya
seperti kita menilai agama Buddha melalui cerminan Ashoka. Sifat
monotheisme Cyrus bisa dibuktikan dari pujian yang diberikan
kepadanya sebagaimana tercantum dalam kitab Perjanjian Lama
(Yesaya 45:1-5). Mustahil membayangkan “Tuhan bangsa Israil”
telah memuji Cyrus dengan istilah-istilah yang demikian luhur jika ia
ternyata memang seorang yang dualistis. Demikianlah berujar Nabi
Yesaya:
‘Inilah firman-Ku kepada orang yang Ku-urapi, kepada Koresh yang tangan
kanannya Ku-pegang, supaya Aku menundukkan bangsa-bangsa di depannya
dan melucuti raja-raja, supaya Aku membuka pintu-pintu di depannya,
dan supaya pintu-pintu gerbang tidak tinggal tertutup. Aku sendiri hendak
berjalan di depanmu dan hendak meratakan gunung-gunung, hendak
memecahkan pintu-pintu tembaga dan hendak mematahkan palang-palang
besi. Aku akan memberikan kepadamu harta benda yang terpendam dan
harta kekayaan yang tersembunyi supaya engkau tahu bahwa Aku-lah Tuhan,
Allah Israel, yang memanggil engkau dengan namamu. Oleh karena hamba-
Ku Yakub dan Israel, pilihan-Ku, maka Aku memanggil engkau dengan
namamu, menggelari engkau sekalipun engkau tidak mengenal Aku. Aku-lah
Tuhan dan tidak ada yang lain, kecuali Aku tidak ada Allah.’1

Cyrus Agung dikenang dalam legenda sebagai seorang raja yang


sangat toleran dan idealis, yang juga disebut sebagai “bapak bangsanya”
oleh orang Persia masa lalu. Dalam kitab Injil tercantum pujian luhur
kepadanya sebagai sosok penolong yang memerdekakan tawanan
bangsa Yahudi di Babilonia.
Singkat kata, sosok Raja Cyrus terpelihara sepanjang sejarah
manusia sebagai orang yang memiliki sifat-sifat yang luar biasa. Ia telah
membangun kemaharajaan yang amat luas yang padanannya tidak
ditemukan pada sosok pahlawan lainnya. Dari antara para maharaja,

190
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Agama
Agama
Agama
Individu dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Zoroaster
Buddha
Konghucu
Agama Tao
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

hanya ia seorang yang terlepas dari kritik para ahli sejarah yang menulis
tentang tokoh-tokoh besar dalam sejarah. Tidak ada orang yang bisa
menemukan cacat setitik pun dalam karakternya sebagai manusia atau
dalam perilakunya sebagai seorang raja. Ia menjadi teladan utama
dari sifat-sifat baik yang harus ada pada seorang penguasa. Dalam
peperangan ia menunjukkan kegagah-beranian sedangkan dalam
penaklukan ia memperlihatkan sifat belas kasih. Keimanan pada
Tauhid Ilahi pasti bersumber dari Zoroaster sendiri.
Agama Zoroaster dalam segala sifatnya dekat sekali dengan
agama Yahudi dan Islam. Karena itu persepsinya tentang kebaikan dan
kejahatan, kecerahan dan kegelapan, tentunya juga mirip dengan yang
terdapat dalam agama Yahudi dan Islam. Karena itu nama ‘Ahriman
’tidak bisa tidak hanyalah nama lain dari Syaitan saja. Satu-satunya
pertanyaan yang mencuat dan perlu dijawab adalah mengapa para
pengikut agama Zoroaster ini mengangap ide dualisme sebagai suatu
hal yang menarik sehingga begitu ide tersebut berakar dalam akidah
mereka, lalu jadi menetap secara permanen? Hal ini pasti terjadi di fase
kegiatan filosofis yang sangat kuat ketika pertanyaan tentang kejahatan
dan penderitaan sedang mengganggu benak para pemikirnya. Hal ini
juga merupakan masalah yang telah mengusik manusia sejak awal
mulanya di zaman purba. Banyak dari cendekiawan keagamaan di
berbagai zaman telah mengemukakan penjelasan mereka sebagai
pembenaran atas kepercayaan mereka kepada sosok Tuhan yang
baik. Pada masa yang sama di Athena, hal ini juga telah mengusik
perhatian para pemikir ethika, keagamaan mau pun pemikir sekuler.
Bagi mereka sepertinya tidak sulit memecahkan masalah ini karena
mayoritas bangsa Athena mempercayai dewa-dewa mithikal yang
dianggap sebagai terbiasa berdusta atau menjahili manusia mau pun
sesama dewa lainnya. Konsep dewa-dewa penipu demikian antara lain
dapat dibaca dalam buku Illiad karangan Homer.

191
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II

Namun dari antara mereka itu lahir pada tahun 470 sM seorang
filosof monotheis yang bernama Socrates. Ia seorang Nabi di antara
para filosof dan seorang filosof di antara para Nabi. Ia meyakini
Ketauhidan Ilahi yang tidak tergoyahkan. Ia tidak pernah meragukan
sedikit pun akan kebaikan-Nya yang bersifat absolut. Hal ini juga
yang dikemukakannya saat pidato terakhirnya di hadapan Senat
Bangsa Athena. Ia beriman kepada Tuhan sebagai pemilik absolut
segala kebaikan, tidak saja melalui kajian intelektual atau metafisika,
tetapi juga karena mengenal Wujud-Nya dengan baik sejak masa
anak-anak. Sesungguhnya ia dibesarkan di pangkuan Tuhan dengan
kecintaan dan pemeliharaan-Nya. Socrates juga yang menanggapi
pertanyaan tersebut dengan logika yang jernih, namun logikanya
didasarkan pada pembuktian bahwa mustahil bisa muncul kejahatan
yang bersumber pada Tuhan. Ketika masalahnya bergulir mengenai
kejahatan dan penderitaan di dunia, ia menepisnya sebagai kesalahan
manusia karena secara logika, mustahil muncul dari Wujud-Nya. Dia
itu pasti baik, Dia memang nyatanya baik dan Dia tidak mungkin
menjadi lainnya kecuali sebagai yang baik. Karena itu kejahatan pasti
dihasilkan oleh manusia bumi dimana Tuhan tidak berperan dalam
praktik mereka yang kotor itu. Jawaban yang diberikannya sederhana
tetapi memberikan ruang bagi yang lainnya untuk melakukan
penyerangan secara filosofis, sehingga akhirnya ia tersudut ke posisi
yang tidak bisa dipertahankan. Para pemikir agama Zoroaster di
Persia tidak mudah dipuaskan dengan jawaban demikian. Mereka
terus menelusuri pertanyaan tersebut sampai kepada pertanyaan
siapakah yang dimaksud sebagai orang-orang yang jahat dan siapa
yang menciptakan mereka. Jika Tuhan yang menciptakan mereka
maka mestinya Dia jugalah yang harus bertanggung-jawab. Karena
itu untuk memutus sama sekali hubungan Wujud-Nya dari fitrat
kejahatan, para cendekiawan Zoroaster telah mereka-reka adanya
sosok pencipta lain selain Dia. Yang satu jadinya dianggap sebagai

192
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Agama
Agama
Agama
Individu dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Zoroaster
Buddha
Konghucu
Agama Tao
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

dewa kebaikan dan yang lainnya sebagai dewa kejahatan, tetapi sama-
sama menikmati status ketuhanan di bidang eksklusif mereka masing-
masing yaitu kecerahan dan kegelapan.
Patut pula dikemukakan di sini bahwa tidak semua penganut
agama Zoroaster mengikuti akidah dualisme tersebut. Masih ada dari
penganut agama ini yang meski jumlahnya sangat kecil tetapi tetap
mempertahankan Ketauhidan. Sebagian besar penganut monotheisme
ini lalu memeluk Islam ketika agama ini memasuki Persia. Perlu
diingat bahwa terlepas dari masalah dualisme itu dan ikutannya berupa
penyembahan api, inti agama Zoroaster sebenarnya lebih dekat kepada
Islam dibanding dengan agama lainnya.
Dalam agama Zoroaster, Tuhan yang disebut sebagai Ahura Mazda
dijelaskan rinci dengan sifat-sifat yang sama sebagaimana halnya pada
agama-agama besar lainnya. Dengan mempersalahkan segala kejahatan
dan penderitaan kepada kambing hitam Ahriman, para pemikir agama
Zoroaster menganggap telah berhasil memecahkan dilema dimaksud.
Namun kenyataannya tidak demikian. Socrates yang hidup sezaman
pada masa itu mestinya pernah mendengar atau mungkin juga pernah
memikirkannya sendiri, namun ia menolaknya dan tetap bersiteguh
pada Ketauhidan Ilahi. Alasan penganut agama Zoroaster ini sepertinya
telah memecahkan masalah, namun menimbulkan masalah lain yang
lebih menantang. Kita akan membahasnya kemudian, tetapi sekarang
ini perlu diingat bahwa kejahatan itu sendiri tidak mempunyai
eksistensi independen yang perlu diciptakan untuknya.
Pada kenyataannya yang dimaksud dengan kejahatan adalah
nama lain dari kondisi ketiadaan kebaikan. Ketiadaan ini menjadi
nyata ketika sinar dan bayangan bermain petak umpet. Yang jelas
bayangan bukanlah suatu hal yang substansial. Yang substansial adalah
cahaya itu sendiri yang sepertinya juga telah menciptakan bayangan.
Bayangan bukan merupakan hasil ciptaan cahaya secara langsung tetapi
merupakan nama dari kondisi karena ketiadaan cahaya. Bayangan

193
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II

akan muncul ketika cahaya terhalang jalannya. Karena itu mestinya


para pemikir agama Zoroaster tidak perlu mencipta sosok kejahatan
yang bernama Ahriman. Yang perlu diciptakan adalah kebaikan,
karena dosa akan muncul dengan sendirinya jika kebaikan diabaikan.
Karena itu jika Ahriman dianggap sebagai dewa kejahatan, ia sendiri
sebenarnya merupakan produk dari penafikan cahaya dan kebajikan,
dan bukannya malah jadi penciptanya.
Berdasarkan apa yang terlihat, kita bisa menyimpulkan bahwa
Zoroaster as beriman kepada Tuhan kebaikan dan hanya kepada-Nya
saja. Baginya Pengetahuan dan Kebenaran hakiki sepenuhnya didapat
melalui Wahyu samawi dan bukan merupakan hasil deduksi logika
atau inspirasi.
Kembali kepada solusi agama Zoroaster terhadap dilema
eksistensi penderitaan dan kejahatan, mari kita kaji lebih mendalam
filsafat ini. Bagaimana munculnya penderitaan? Apa yang dimaksud
dengan penderitaan? Jika terdapat seorang dewa terpisah yang
menciptakan kejahatan dan ada dewa lain yang membentuk kebaikan,
lalu bagaimana hasil akhir pergulatan mereka dalam upayanya saling
mengalahkan yang lain? Siapa yang akan menang dan mengapa?
Meski para penganut agama Zoroaster menyandang harapan
adanya kemenangan akhir dari kebaikan, filsafat mereka tidak ada
menjelaskan mengapa kekuatan kebaikan akan menang. Kalau
kedua dewa tersebut bersifat independen, sedangkan yang satunya
lebih lemah dari yang lain, maka mestinya dewa yang kuat sudah
mengalahkan yang lebih lemah sejak dari awalnya. Karena itu dengan
berjalannya waktu, mestinya kebaikan sudah lama mengalahkan
kekuatan kejahatan. Karena tidak demikian kenyataannya, bisa jadi
kedua dewa itu seimbang kekuatannya, terbelenggu dalam pergulatan
abadi seperti papan jungkit yang naik dan turun. Dalam keadaan
demikian maka mustahil mengharapkan kemenangan akhir kekuatan
kebaikan atas kejahatan. Masalah penting lain yang perlu dibahas

194
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Agama
Agama
Agama
Individu dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Zoroaster
Buddha
Konghucu
Agama Tao
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

ulang adalah masalah penderitaan. Sebagaimana dinyatakan di atas,


filsafat dualisme dari agama Zoroaster ternyata gagal memecahkan
dilema ini. Pandangan dualisme bila diteliti secara mendalam, ternyata
tidak memadai dalam memecahkan misteri penderitaan dalam skema
penciptaan oleh Pencipta Yang Maha Pengasih. Pertanyaan ini akan
kami bahas dalam bab mendatang secara independen.

Catatan
* Zoroaster adalah seorang Nabi Agung bangsa Persia. Oleh
para pengikut agama Zoroaster, sosok ini dianggap sebagai
seorang yang dualis. Tetapi banyak juga dari antara mereka
yang menganggapnya sebagai seorang monotheis. Namanya
dituliskan dan diucapkan berbeda-beda di berbagai tempat.
Kami menggunakan nama Zoroaster yang merupakan versi
bahasa Inggrisnya sebagaimana dikenal orang awam. Adapun
Nietzsche menyebutnya sebagai Zarathustra.

Referensi
1. Alkitab (2002), Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta.

195
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II

MASALAH PENDERITAAN

J ika kita mengeksplorasi sejarah evolusi guna mencari faktor-faktor


kausatif yang menghasilkan indera perasa atau sensori dalam evolusi
kehidupan, kita bisa menyimpulkan bahwa sejak awalnya hal ini
bermula dari adanya perasaan kehilangan atau kekalahan dan perolehan
atau kemenangan. Kita melihat perjalanan evolusi sebagai suatu proses
panjang penginderaan realisasi kehilangan dan perolehan yang secara
gradual telah mengevolusi organ sensori yang mencatat adanya rasa
kenikmatan dan kesakitan atau kenyamanan dan penderitaan. Kalau
kita melihat bentuk kehidupan di strata bawah yang berada di tingkat
dasar dari jenjang evolusi dan membandingkannya dengan bentuk
kehidupan yang berada di jenjang bagian atas, tidak sulit untuk
memahami bahwa yang dimaksud dengan evolusi sebenarnya adalah
evolusi kesadaran. Kehidupan secara konstan selalu berspiral ke atas
dari keadaan kesadaran yang lebih rendah kepada kesadaran yang
lebih tinggi dengan bertambah pekanya fitrat kesadaran.
Kesadaran akan kehilangan dan perolehan pada awalnya masih
terasa kabur dan baur, serta kita tidak bisa menentukan secara pasti
lokasi kesadaran ini dalam anatomi organisme yang mendasar. Tetapi
dari reaksi yang ditunjukkan terhadap unsur-unsur dan situasi di
lingkungan, kelihatannya mereka memang memiliki indera kesadaran
yang hampir semu. Adalah rasa yang baur dan tidak bisa dijelaskan
ini yang kemudian telah digunakan oleh sang Pencipta untuk
mengawali indera persepsi dalam kehidupan. Indera persepsi ini
secara gradual berkembang dan membentuk sendiri kedudukannya
dalam organisme kehidupan. Pusat-pusat kedudukan inilah yang

196
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
MasalahAgama
Filsafat
Agama
Agama
Agama
Individu dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Zoroaster
Buddha
Konghucu
Agama Tao
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

kemudian pada akhirnya menjadi organ indera sensori. Penciptaan


otak sendiri tidak merupakan suatu kejadian terpisah yang berdiri
sendiri. Tidak ada perkembangan organ sensori yang berlangsung
baik tanpa perkembangan yang sejalan pada sistem syaraf sentral dan
evolusi yang simultan dari otak, yang berfungsi sebagai penafsir pesan
yang ditransmisikan oleh organ sensori. Karena itu otak berkembang
sebagai padanan esensial dari sistem persepsi. Tambah maju tingkat
evolusi kesadaran, maka tambah intens rasa kehilangan dan perolehan
yang diindera oleh pusat-pusat syaraf spesifik yang menterjemahkan
kehilangan sebagai suatu penderitaan, dan perolehan sebagai
kenikmatan, untuk dirasakan oleh fikiran melalui otak.
Semakin kecil kadar kesadaran tersebut, semakin rendah
kesadaran rasa akan penderitaan. Hal yang sama juga berlaku
dalam hal yang menyangkut kebahagiaan. Karena itu sarana sensori
penderitaan dan kebahagiaan tidak bisa dilepaskan satu dari yang
lainnya. Kemungkinan besar jika tingkat penginderaan penderitaan
diturunkan maka lawannya dalam bentuk kapasitas untuk merasakan
kenikmatan dan kebahagiaan juga akan turun sepadan. Keduanya
berpartisipasi secara seimbang dalam mendorong roda evolusi dan
keduanya memiliki signifikasi yang seimbang. Tidak ada yang bisa
mengenyahkan fitrat yang satu tanpa mengenyahkan juga fitrat lainnya
sehingga jadinya menafikan keseluruhan kodrat kreatif dari evolusi.
Dari ajaran Al-Quran kita bisa memahami bahwa Tuhan
tidak menciptakan penderitaan sebagai suatu entitas yang berdiri
sendiri, melainkan sebagai imbangan yang tidak bisa dilepaskan
dari kenikmatan dan kenyamanan. Ketiadaan kebahagiaan berarti
penderitaan, sebagaimana bayangan yang tercipta karena ketiadaan
cahaya. Jika ada kehidupan tentunya juga ada kematian, keduanya
berada pada kutub-kutub berseberangan dari bidang yang sama,
dengan berbagai tingkatan dan bayangan yang tak terbilang di antara
keduanya. Saat kita bergerak menjauh dari kematian, secara gradual

197
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II

kita bergerak ke arah kehidupan yang menggambarkan kebahagiaan.


Begitu kita bergerak menjauh dari kehidupan, kita bergerak dengan
perasaan kehilangan dan gundah menuju kematian. Inilah yang
menjadi kunci guna memahami pergulatan untuk eksistensi, yang
juga menuntun mahluk kepada perbaikan yang konstan dalam mutu
kehidupan dan membantunya untuk mencapai sasaran akhir dari
evolusi. Prinsip ‘survival of the fittest’ (kelangsungan dari yang terbaik)
memainkan
mahluk peran integral
kepada perbaikan dalam skema
yang konstan dalamakbar
mutudari evolusi tersebut.
kehidupan dan membantunya unt
Fenomena
mencapai sasaran akhirini
daridisinggung dalam
evolusi. Prinsip Al-Quran
‘survival of the pada
fittest’ ayat-ayat
(kelangsungan dari ya
terbaik) memainkan
berikut: peran integral dalam skema akbar dari evolusi tersebut.
Fenomena ini disinggung dalam Al-Quran pada ayat-ayat berikut:

§ª¨ Îmc°iV ÄÔ³[‹ ©G#Å rQ"Wà XSÉFXT ÁÚ À-Ù ®P°iXk¯ s°Š 
[ Wm›WV"

§«¨ ÃqSÁÝWÓÙ Ãsc®u\ÈÙ XSÉFXT  9ZX.Wà ÀC_ÕOU ×ÅvcU ×1ÅXSÉ ×Xk° QQSXkSVÙXT _1×S\-Ù WQ \] s°Š

‘Maha beberkatlah Dia yang di tangan-Nya ada kerajaan dan Dia mempunyai
‘Maha beberkatlah
kekuasaan Dia yang
atas segala di tangan-Nya
sesuatu. ada kerajaan
Yang menciptakan dandan
kematian Diakehidupan
mempunyai kekuasaan
atassupaya
segala
Dia mengujikamu, siapa di antara kamu yang terbaik amalnya, dan supaya Dia
sesuatu. Yang menciptakan kematian dan kehidupan
mengujikamu, siapa di
Dia Maha Perkasa, antara
Maha kamu yang
Pengampun’ (S.67terbaik amalnya, dan Dia Maha Perkasa,
Al-Mulk:2-3) 1
Maha Pengampun’ (S.67 Al-Mulk:2-3) 1
Jawaban atas pertanyaan ‘Mengapa harus ada penderitaan?’
Jawaban atas pertanyaan ‘Mengapa harus ada penderitaan?’ sekarang menjadi je
sekarang menjadi jelas dalam pengertiannya yang paling luas
dalam pengertiannya yang paling luas sebagaimana tersirat dalam ayat ini. Filsafat ya
dalamsebagaimana tersiratdan
tentang kehidupan dalam ayat ini.
kematian, Filsafat
adanya yanggradasi
tingkatan dalam tidak
tentang
terhitung di ant
keduanya serta dan
kehidupan peran yang dimainkan
kematian, merekagradasi
adanya tingkatan dalam tidak
membentuk
terhitungkehidupan d
memperbaiki mutunya, semuanya tercakup dalam ayat di atas. Tuhan telah mengungkapk
di antara keduanya serta peran yang dimainkan mereka dalam
semua itu menjadi skema perkembangan keseluruhan. Kita jadi mengetahui bah
membentuk
kehidupan kehidupan
memiliki dan sedangkan
nilai positif memperbaiki mutunya,
kematian adalahsemuanya
ketiadaan kehidup
sedangkan di antara
tercakup dalamkeduanya tidak
ayat di atas. ada garis
Tuhan telahbatas yang tegas yang
mengungkapkan memisahkan
semua itu satu d
yang lain. Semuanya menggambarkan proses gradual bagaimana kehidupan berjalan
menjadi skema perkembangan keseluruhan. Kita jadi mengetahui
arah kematian dan menjadi pupus, sedangkan dari sudut lain kita melihat kemat
bahwa
bergerak kehidupan
ke arah memiliki
kehidupan sambilnilai positif sedangkan
mengumpulkan tenaga,kematian
enerji danadalah
kesadaran. Semua
mendasari rencana
ketiadaan akbar sedangkan
kehidupan, penciptaan. Tetapikeduanya
di antara mengapa Tuhan
tidak merencanakan-N
ada garis
demikian? Jawabannya dalam Al-Quran adalah ‘Supaya Dia menguji kamu, siapa di ant
batas yang tegas yang memisahkan satu dari yang lain. Semuanya
kamu yang terbaik amalnya.’
menggambarkan proses
Adalah pergulatan gradual
tanpa bagaimana
akhir kehidupandan
antara kehidupan berjalan ke arah
kematian yang menjadik
mahluk hidup terpapar
kematian pada pupus,
dan menjadi kondisi sedangkan
cobaan yang terus
dari menerus,
sudut agar
lain kita siapa dari antara k
melihat
yang berperilaku terbaik bisa selamat dan mencapai status eksistensi yang lebih ting
Disinilah inti filsafat dan mekanisme evolusi sebagaimana diungkapkan dalam ayat di at
Adalah198pergulatan konstan di antara kekuatan kehidupan dan kematian tersebut yang te
memberikan daya dorong kepada yang hidup untuk selalu bergerak menjauh dari kemati
atau juga menuju kepadanya. Hasilnya bisa merupakan perbaikan atau pun penurunan pa
mutu eksistensi dalam spektrum perubahan evolusi yang lebar. Inilah yang menjadi ese
dan ruh evolusi.
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
MasalahAgama
Filsafat
Agama
Agama
Agama
Individu dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Zoroaster
Buddha
Konghucu
Agama Tao
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

kematian bergerak ke arah kehidupan sambil mengumpulkan tenaga,


enerji dan kesadaran. Semua ini mendasari rencana akbar penciptaan.
Tetapi mengapa Tuhan merencanakan-Nya demikian? Jawabannya
dalam Al-Quran adalah ‘Supaya Dia menguji kamu, siapa di antara
kamu yang terbaik amalnya.’
Adalah pergulatan tanpa akhir antara kehidupan dan kematian
yang menjadikan mahluk hidup terpapar pada kondisi cobaan yang
terus menerus, agar siapa dari antara kita yang berperilaku terbaik bisa
selamat dan mencapai status eksistensi yang lebih tinggi. Di sinilah
inti filsafat dan mekanisme evolusi sebagaimana diungkapkan dalam
ayat di atas. Adalah pergulatan konstan di antara kekuatan kehidupan
dan kematian tersebut yang telah memberikan daya dorong kepada
yang hidup untuk selalu bergerak menjauh dari kematian, atau juga
menuju kepadanya. Hasilnya bisa merupakan perbaikan atau pun
penurunan pada mutu eksistensi dalam spektrum perubahan evolusi
yang lebar. Inilah yang menjadi esensi dan ruh evolusi.
Penderitaan merupakan hal yang tidak disukai jika diciptakan
sebagai suatu entitas independen tanpa peran berarti dalam skema
kehidupan. Namun tanpa mengetahui bagaimana rasanya menderita
atau menyadari apa yang dimaksud dengan penderitaan, maka
perasaan kegembiraan dan kenyamanan pun tidak akan ada. Tanpa
pernah merasakan apa yang namanya kesakitan dan kenestapaan, pasti
yang dimaksud sebagai kegembiraan dan kebahagiaan juga kehilangan
arti. Bahkan sesungguhnya keseluruhan eksistensi kehidupan menjadi
kehilangan makna dan langkah evolusi akan berhenti sama sekali.
Karena itu dalam evolusi dari kelima indera kita, kesadaran akan
kehilangan dan perolehan mempunyai peran sama esensialnya seperti
dua roda dari sebuah kereta, jika hilang satu maka yang lainnya tidak
lagi mempunyai arti. Keseluruhan konsep dari kereta itu menjadi
tidak lagi berarti. Pergulatan antara kehidupan dan kematian yang
menimbulkan penderitaan, adalah juga sarana untuk menciptakan

199
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II

kesenangan. Justru penderitaan tersebut yang menjadi kekuatan


motivasi utama dan menjadi bahan bakar bagi kereta evolusi untuk
bergerak maju secara kekal.
Dalam sejarah panjang evolusi, penyakit muncul karena
berbagai sebab, baik langsung atau tidak langsung terkait dengan
perubahan karena perkembangan. Variasi lingkungan, pergulatan
untuk eksistensi, mutasi bentuk dan terkadang kecelakaan, semuanya
bersama-sama atau sebagian dari antaranya telah memainkan peran
mereka. Penyakit, cacat dan kekurangan, semuanya berperan dalam
usaha mengupayakan perbaikan. Demikian itulah bagaimana berbagai
spesies hewan berevolusi terus, kelihatannya tanpa disadari tetapi yang
jelas ada tujuannya, semuanya mengikuti suatu lintasan yang secara
sadar telah diciptakan dalam menuju kesadaran yang lebih akbar.

M ari kita coba membayangkan suatu skema lain, yaitu unsur


penderitaan dikesampingkan melalui aplikasi dari suatu
ketentuan hipotetis: semua bentuk kehidupan diberi porsi kebahagiaan
yang merata tanpa ada penderitaan sama sekali. Mungkin dari sini kita
bisa menghilangkan sama sekali penderitaan yang akan menjangkiti
kehidupan. Melalui ini akan terdapat kesetaraan atau ekualitas absolut
dan setiap mahluk berada pada tingkatan platform yang sama, hanya
saja bagaimana dan di mana skema baru ini bisa diperkenalkan?
Sayang sekali karena di mana pun kita mencoba memasukkannya
dalam rantai evolusi yang panjang, kita pasti akan menghadapi banyak
rintangan yang tidak mungkin bisa diatasi. Ketentuan seperti itu harus
dimasukkan pada awal penciptaan atau tidak sama sekali. Menerapkan
ekualitas absolut pada tahap-tahap berikutnya mustahil bisa dilakukan
tanpa menimbulkan kontradiksi yang tidak bisa diatasi. Karena itu
baik kita kembali kepada titik awal saat kehidupan bermula.
Kita harus mundur sampai ke ujung awal sejarah kehidupan,
benar-benar sampai di penghujung dan memulai tangga evolusi dari
awal lagi, sedikit demi sedikit. Namun betapa pun kita berusaha,

200
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
MasalahAgama
Filsafat
Agama
Agama
Agama
Individu dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Zoroaster
Buddha
Konghucu
Agama Tao
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

kita akan selalu terantuk di anak tangga pertama yang menjadi titik
permulaan kehidupan. Kita tidak akan mampu maju meski hanya
selangkah karena distribusi kebahagiaan yang merata tetapi nihil
penderitaan akan sepenuhnya meniadakan dorongan motivasi untuk
berevolusi. Tidak akan ada pergulatan untuk eksistensi, tidak ada
seleksi alamiah dan tidak ada kelanjutan dari spesies yang paling
handal. Tidak ada satu langkah progresif yang bisa diambil oleh bentuk
organisme kehidupan yang paling mendasar sekali pun.
Bayangkan tahapan kehidupan dari tiga bentuk unit kehidupan
yang paling awal yang diketahui manusia yaitu bakteri dengan
nukleus, bakteri tanpa nukleus dan pyro-bakteri (yang lahir karena
enerji api). Dalam sistem imajiner ini tidak ada kompetisi untuk
memperoleh makanan atau pun kelangsungan hidup karena
semuanya sudah disediakan secara merata, sehingga juga tidak akan
ada penderitaan. Konsekwensinya dalam rencana ciptaan hipotetikal
demikian, kehidupan akan menjadi stasioner dan membeku, terpaku
pada bentuk dasar awalnya. Penciptaan manusia tidak akan pernah
terjadi. Karena itu yang menjadi pertanyaan pokok adalah apakah
akan memilih suatu sistem yang mengandung penderitaan sebagai
bagian integral, yang akan menspiralkan evolusi secara berkelanjutan
demi kepentingan hidup yang lebih baik, atau meninggalkannya sama
sekali karena takut mengalami penderitaan yang tak bisa dihindari.
Dalam telaah terakhir yang tersisa adalah pertanyaan “mau jadi atau
tidak?”
Bentuk dasar kehidupan, jika mereka mau menggunakan otak
untuk berfikir, tentunya akan memilih ‘tidak saja’ daripada ‘jadi’ dalam
eksistensi mereka yang sepertinya tidak memiliki arti.
Penderitaan biasanya diasosiasikan dengan ide tentang pembalasan
dan penghukuman. Secercah bentuk pembalasan kadang-kadang bisa
ditemukan di dunia hewan dalam bentuk aplikasi yang terbatas dan
sempit. Hal ini bisa diperhatikan pada perilaku hewan darat, laut

201
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II

dan udara. Gajah dan kerbau liar dikenal kecenderungannya untuk


membalas dendam. Ciri kehidupan ini rupanya terkait dengan sintesa
pilihan secara gradual. Melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu
bisa merupakan dorongan intuisi atau juga keputusan fikiran yang
telah diperhitungkan. Kami tidak terlalu yakin seberapa jauh unsur
pilihan mengambil peran dalam perilaku hewan, namun yang jelas
adanya pilihan itu merupakan peran kunci dalam proses pengambilan
keputusan manusia. Apakah seseorang bergerak menuju pencerahan
atau kegelapan, menuju kehidupan atau kematian, pada umumnya
merupakan hasil keputusan pemikiran yang dilakukan manusia secara
sadar. Karena itu jika kemudian sebagai konsekwensi dari tindakan
sengaja manusia ada ganjaran yang diberikan atau hukuman yang
dikenakan, yang bertanggung-jawab sepenuhnya adalah manusia itu
sendiri.
Terkadang manusia menderita tanpa menyadari bahwa diri
mereka sendirilah yang seharusnya dipersalahkan, bahwa terdapat
prinsip umum mengenai pembalasan yang operatif di alam yang
dikenal sebagai nemesis (kualat). Mereka mungkin memang patut
menderita baik secara langsung atau tidak langsung tanpa mengetahui
apa penyebabnya. Hal itu terjadi karena tidak semua kesalahan akan
menimbulkan konsekwensi penghukuman secara langsung. Bahkan
seringkali alam menerapkan hukuman terhadap para pelanggarnya
dengan cara yang tidak langsung kelihatan.
Namun bukan ini saja keseluruhan permasalahan. Masalahnya
terlalu kompleks, luas dan ruwet sehingga memerlukan ilustrasi
dengan bantuan contoh ilmiah secara khusus, baik hipotetikal atau
nyata. Ada misalnya kasus-kasus yang sulit untuk dijelaskan seperti
misalnya anak-anak yang dilahirkan dengan cacat bawaan. Mengapa
mereka harus menderita? Kita tidak bisa mengatakan bahwa hal itu
adalah kesalahan mereka sendiri. Kalau pun ada kesalahan, mestinya
berada pada orangtua mereka, padahal mereka ini tentunya juga tidak

202
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
MasalahAgama
Filsafat
Agama
Agama
Agama
Individu dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Zoroaster
Buddha
Konghucu
Agama Tao
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

melakukannya secara sengaja. Dalam konteks demikian maka istilah


‘kesalahan’ harus dipahami dalam pengertiannya yang luas, yang
mencakup juga kejadian-kejadian aksidental seperti penyakit bawaan
(kongenital). Kesalahan seperti itu tidak bisa dikatakan sebagai
kejahatan yang dilakukan secara sadar. Apa pun bentuk dari keadaan
yang menimbulkan cacat demikian, satu hal yang pasti ialah anak yang
membawa cacat tersebut sama sekali tidak bisa dipersalahkan atas hal
yang menyebabkan penderitaannya.
Solusi guna memahami masalah ini terletak pada kesadaran bahwa
tidak semua penderitaan bisa dikategorisasi sebagai penghukuman dan
tidak semua kebahagiaan sebagai imbalan. Selalu akan ada sebagian
kecil manusia yang menderita meski tanpa justifikasi. Kajian yang
lebih dalam atas kasus-kasus demikian menunjukan bahwa tidak ada
perilaku ketidak-adilan yang dilakukan secara sengaja. Kasus tersebut
merupakan produk sampingan dari suatu rencana akbar penciptaan,
namun mereka juga berperan secara berarti dalam kemajuan masyarakat
manusia secara umum.
Kita jangan melupakan bahwa ‘sebab dan akibat’ adalah suatu
hal yang terpisah dari ‘kejahatan dan penghukuman’ meski betapa
dekatnya kemiripan di antara keduanya. Bisa saja dikatakan bahwa
kejahatan adalah penyebab sedangkan penghukuman yang dikenakan
adalah efek dari kejahatan kausatif tersebut. Namun tidak benar untuk
menyatakan bahwa semua bentuk penderitaan adalah penghukuman
atas suatu kejahatan yang telah dilakukan sebelumnya. Adalah keliru
menyatakan bahwa semua bayi yang terlahir sehat mendapat berkat
demikian karena perilaku kebaikan yang telah diperbuat orang
tuanya. Karena itu juga salah untuk menyimpulkan bahwa semua bayi
yang tidak sehat merupakan hukuman atas kejahatan tidak jelas yang
dilakukan orang tuanya atau pun nenek moyangnya. Kesehatan dan
penyakit, kemampuan dan ketanpa-daksaan, beruntung dan kesialan,
keuntungan dan cacat kongenital, semuanya merupakan bagian dari

203
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II

skema akbar dunia kebendaan, dimana mereka bisa menjadi pemeran


kausatif. Jelas semuanya itu berbeda dengan fenomena kejahatan
dan penghukuman atau kebaikan dan imbalan. Sebagaimana telah
dibahas di muka, penderitaan seperti juga kebahagiaan merupakan
syarat kehidupan yang harus ada dalam perjalanan evolusi, dan dalam
jalannya evolusi tersebut hal itu sama sekali tidak berkaitan dengan
kejahatan dan penghukuman.
Penderitaan yang berperan sebagai faktor kausatif akan
menghasilkan spektrum luas dari berbagai efek yang bermanfaat,
yang dengan sendirinya menegaskan justifikasi dari eksistensinya.
Penderitaan merupakan guru akbar yang telah mengasah dan
mengatur perilaku kita. Penderitaan mengembangkan dan
memperhalus perasaan, mengajarkan kerendahan hati dan dengan
berbagai cara telah menyiapkan manusia agar kembali kepada Tuhan.
Penderitaan menggugah kebutuhan akan pencarian dan eksplorasi
serta menciptakan kebutuhan yang keseluruhannya menjadi sumber
penemuan-penemuan. Singkirkan penderitaan sebagai faktor kausatif
dalam pengembangan potensi manusia, maka roda kemajuan akan
mundur beribu-ribu kali. Banyak manusia yang berusaha merubah
takdir, namun yang diperolehnya hanya kekecewaan. Karena itu
mestinya tidak ada problem untuk menyalahkan eksistensi penderitaan
kepada Yang Pencipta. Peran halus dari penderitaan sebagai unsur
kreatif dari kebendaan duniawi sesungguhnya malah merupakan
berkat yang tersembunyi.
Rahasia yang mendasari semua investigasi dan penemuan ilmiah
sebenarnya adalah upaya terus menerus guna mengatasi penderitaan
dan ketidak-nyamanan. Motivasi yang mendorong eksplorasi dan
penemuan ilmiah lebih banyak didasarkan pada upaya mengurangi
penderitaan daripada semata-mata untuk meningkatkan kemewahan
saja. Kemewahan itu sendiri sebenarnya merupakan perpanjangan dari

204
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
MasalahAgama
Filsafat
Agama
Agama
Agama
Individu dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Zoroaster
Buddha
Konghucu
Agama Tao
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

tendensi untuk menjauh dari keadaan tidak menyenangkan menuju


kepada keadaan yang secara komparatif lebih baik.
Sekarang mari kita kembali kepada skenario tentang ‘para penderita
yang tak berdosa’ yaitu bayi-bayi yang lahir dengan cacat bawaan,
atau juga mereka yang kemudian terkena penyakit seperti demam dan
lainnya yang telah menjadikan mereka buta, tuli dan bisu, di samping
juga lumpuh partial atau total seumur hidup. Yang kondisinya lebih
buruk lagi adalah mereka yang sistem syaraf sentralnya rusak dalam
proses kelahiran yang mengakibatkan gangguan ingatan dan mental.
Apakah lalu akan dipertanyakan: Kenapa anak si A atau si B ini yang
kena? Kenapa bukan si C atau si D misalnya? Kemudian pertanyaan
yang sama berulang lagi: Kenapa si C atau si D dan bukannya si E
atau si F? Dan begitu seterusnya. Sebenarnya pertanyaan yang paling
valid adalah: Mengapa harus ada yang terkena cacat demikian? Untuk
itu opsi yang tinggal bagi Maha Pencipta adalah menciptakan semua
bayi sama sehatnya atau sama tidak sehatnya. Keadaan ini menuntun
kita untuk menyadari bahwa kesehatan bayi-bayi itu sebenarnya
bersifat relatif. Mungkin sulit sekali menemukan dua orang bayi yang
sama sehat fikiran dan organ-organ tubuhnya. Lebih lanjut mengenai
penderitaan, ada pertanyaan valid lainnya yang mestinya ditanyakan
kepada Maha Pencipta. Bila seorang anak terlahir dengan mata sebesar
jarum pentul dan hidung besar yang buruk serta bagian-bagian tubuh
lainnya yang tidak seimbang, apakah ia tidak akan menderita seumur
hidup karena membanding-bandingkan cacat dirinya dengan keadaan
manusia lainnya yang lebih beruntung?
Ketidak-samaan dalam kesehatan dan penampilan akan terus
mengusik sebagian besar orang yang juga akan menjadikan sebagian
dari mereka merasa dirugikan jika dibanding dengan orang lain. Apakah
tidak seharusnya berdasarkan keadilan absolut dan sifat tidak berat
sebelah bagi Tuhan bahwa mestinya Dia menciptakan setiap manusia
persis sama satu sama lain dalam kesehatan dan penampilan? Jika

205
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II

bidang pembandingan diperluas lagi, maka akan mencuat pula secara


lebih nyata perbedaan dalam fitrat kepala dan hati serta kecenderungan
dan kontras di antara mereka yang beruntung dan yang cacat. Bila
tidak ada kasus-kasus yang bersifat ekstrim, maka kasus yang ringan
pun akan menjadi suatu hal yang bertentangan dengan perasaan
keadilan. Harus ada suatu titik awal untuk terciptanya variasi dan
diversitas agar tidak menjadi monoton. Namun begitu muncul variasi
dan diversitas, pasti akan muncul penderitaan dan kebahagiaan secara
komparatif. Merasa keberatan atas kodrat karena iba kepada seorang
anak yang cacat adalah suatu hal tersendiri, tetapi menggantikannya
dengan kodrat yang dianggap lebih adil dan asih, adalah hal yang
lainnya lagi. Orang boleh mencoba mengubah skema kehidupan
selama ribuan tahun, namun tak mungkin baginya menggantikan
takdir Tuhan dengan yang lebih baik. Jadinya kembali kita kepada
pertanyaan: Mengapa harus ada penderitaan atau penyakit, mengapa
hal itu merupakan suatu hal yang tidak bisa dielakkan? Salah satu
jawabannya telah kami berikan di atas.

B aik sekarang kita tinjau pertanyaan tersebut dari sudut pandang


yang lain, yaitu dari sudut pandang seorang atheis dan dari sudut
pandang seorang yang beriman kepada Tuhan.
Bagi seorang atheis yang berbicara secara logis, tidak ada masalah
yang harus dipecahkan dan tidak ada pertanyaan yang memerlukan
jawaban. Mereka ini tidak merasa eksistensi mereka bergantung kepada
Pencipta siapa pun, dan jika mereka menemukan distorsi dalam alam
ciptaan maka tidak ada sosok Pencipta yang harus dipersalahkan.
Setiap penderitaan, setiap kesakitan, setiap distribusi kebahagiaan
yang tidak merata, semuanya itu adalah masalah kebetulan saja,
sehingga dengan cara ini mereka telah menyelesaikan perdebatan yang
telah berlangsung sepanjang umur manusia. Adalah faktor kebetulan
atau yang juga disebut alam yang menjadi Pencipta, karena bersifat
tidak sadar, tuli dan bisu, buta dan bersifat khaos, maka semuanya

206
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
MasalahAgama
Filsafat
Agama
Agama
Agama
Individu dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Zoroaster
Buddha
Konghucu
Agama Tao
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

itu tidak ada yang bisa dipersalahkan atas segala cacat yang muncul
dari kerancuan dimaksud. Hasil produksi dari faktor kebetulan,
tanpa adanya Pencipta, mestinya buta dan kacau, tanpa fikiran, tanpa
rancangan dan tanpa arah.
Bagi mereka yang mempercayai eksistensi Tuhan sebagai
Yang Pencipta, mestinya juga tidak ada masalah karena mereka
telah mengetahui adanya arahan, keseimbangan dan tujuan dalam
penciptaan sehingga mereka sepenuhnya menerima kebijakan kodrat
tersebut secara totalitas. Bukankah dalam sebuah buket karangan
bunga harum yang disusun secara indah, jika terdapat adanya satu dua
duri yang menonjol di beberapa sudutnya tidak akan menjadi alasan
untuk menolak buket tersebut?
Dalam hal skeptisisme kaum atheis benar adanya, maka hanya
maut saja yang bisa menjadi solusi dari kepedihan berkepanjangan para
penderita yang tak berdosa itu. Jika skenario seorang yang beriman
kepada Tuhan yang ternyata benar, maka maut memperoleh peran
sebagai penebus, hanya saja dengan dengan cara yang lain sama sekali.
Bagi mereka, kematian hanya merupakan gerbang kepada kehidupan
setelah kematian yang akan menggiring para penderita tak berdosa itu
kepada suatu kehidupan bahagia penuh imbalan tak terbatas. Kalau
saja mereka bisa memimpikan imbalan apa yang menunggu mereka
diakhirat sebagai kompensasi dari penderitaan mereka selama hidup di
bumi, maka mereka akan berlenggang sambil tersenyum walau sambil
menderita, dan penderitaan akan mereka anggap sebagai duri kecil
dalam perjalanan ke kehidupan abadi yang nyaman dan bahagia.
Sebagian orang tentunya tidak bisa menerima pandangan
tersebut dan tetap bertahan bahwa mereka tidak puas karena tidak ada
wujud Tuhan dan tidak ada kehidupan ganjaran atau penghukuman
setelah mati. Bagi mereka jawaban tersebut tidak mempunyai arti
sama sekali. Kalau demikian keadaannya, sebaiknya pertanyaan itu
tidak perlu dibahas sama sekali. Karena mereka harus ingat bahwa

207
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II

masalah ini hanya bisa dibahas berkaitan dengan peran Tuhan sebagai
Yang Pencipta. Masalah tentang akhlak, benar salahnya sesuatu, hanya
mungkin muncul karena adanya kepercayaan pada eksistensi Tuhan.
Bila Tuhan memang benar ada maka sugesti tentang kompensasi
seperti dikemukakan di atas tidak bisa diabaikan begitu saja. Kalau
Tuhan nyatanya tidak ada, maka kita tidak bisa menyalahkan Wujud-
Nya atau siapa pun atas kemungkinan penderitaan yang kita temui.
Dengan demikian seharusnya kita anggap saja kehidupan ini suatu
kebetulan belaka tanpa makna, tanpa arah, tanpa tujuan. Penderitaan
harus diterima sebagai bagian dari alam, sebagai suatu hal yang tidak
mungkin diatasi dan tidak bisa dihindari. Betapa pun, sebaiknya ia
harus belajar hidup bersama penderitaan.
Tentu saja penderitaan merupakan unsur pokok dari kekuatan
motivasi yang menggerakkan evolusi. Hanya saja masih harus
ditentukan seberapa jauh masalah keseimbangan di antara penderitaan
dan kenikmatan yang diperoleh dari suatu eksistensi yang sadar. Bila
dalam ekuasi persamaan sederhana ini nyatanya penderitaan mengatasi
rasa kepuasan yang mengakar dalam yang hadir karena kesadaran
seseorang akan eksistensinya, maka kebanyakan orang tentunya
lebih memilih mati daripada hidup tetapi menderita. Jika sebagian
besar dari mereka yang menderita lebih menginginkan kehilangan
kesadaran identitas tentang eksistensinya daripada berkompromi
dengan ketiadaan kebahagiaan, maka kebijakan rencana kodrat
tersebut patut dipertanyakan. Padahal dari observasi kehidupan yang
nyata, keadaannya bertolak belakang dengan yang disarankan di atas.
Kehidupan ini melekat erat pada kesadaran akan eksistensinya, meski
terkadang harus dibayar dengan penderitaan dan ketidak-bahagiaan
yang amat tinggi. Hal itulah yang secara dominan terdapat dalam
kehidupan, meski ada juga kekecualian yang terlalu kecil untuk bisa
dibandingkan.

208
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
MasalahAgama
Filsafat
Agama
Agama
Agama
Individu dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Zoroaster
Buddha
Konghucu
Agama Tao
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

Di samping itu kita harus ingat bahwa perspektif penderitaan itu


bersifat variabel. Persepsi ini selalu berubah jika ditinjau dari sudut
pandang yang berbeda. Mereka yang sehat tubuhnya akan melihat
seorang anak yang sub-normal sebagai bentuk suatu penderitaan,
tetapi orang yang lebih berkekurangan dari anak tersebut malah bisa
jadi cemburu kepadanya.

P ada suatu bidang kanvas yang luas, tiap bentuk kehidupan


akan bersifat lebih superior atau juga inferior dibanding bentuk
kehidupan yang berada di strata yang lebih rendah atau lebih tinggi
dari dirinya. Sepanjang proses evolusi, kesadaran kita akan nilai-nilai
berubah terus mengikuti evolusinya dari tingkat bawah ke tingkat
atas. Jenjang yang terdapat pada jalannya evolusi yang berspiral ke
atas, jika ditinjau dari titik pandang yang lebih tinggi akan kelihatan
sebagai suatu hal yang kurang berarti atau sepele. Bentuk kehidupan
yang lebih tinggi mendekap erat nilai-nilai yang telah mereka peroleh
selama berjuta tahun perjalanan evolusi mereka. Tiap pembalikan atau
kehilangan nilai-nilai dan fitrat tersebut pasti akan menimbulkan rasa
penderitaan, meski pun hal ini sebenarnya juga merupakan bagian tak
terpisahkan dari pengembangan nilai-nilai tersebut.
Perhatikan kehidupan seekor cacing dibandingkan dengan
bentuk kehidupan yang lebih tinggi, dan bandingkan juga bentuk
hidup yang lebih tinggi tersebut dengan bentuk kehidupan yang
berada di jenjang evolusi yang di atasnya lagi. Jelas bahwa mereka
semuanya tidak memiliki bakat-bakat yang sama. Cacing yang hidup
subur dalam produk organik dan sampah yang membusuk, tentunya
tidak bisa dibandingkan dengan seekor kuda liar yang berkelana di
padang luas sambil menyantap rumput yang segar. Namun cacing
tersebut tidak akan merasa dirugikan. Terdapat perbedaan di antara
dunia kedua hewan tersebut, fitrat yang berbeda, kebutuhan yang
berbeda dan tujuan hidup yang juga berbeda (kalau cacing memang
punya tujuan hidup tentunya).

209
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II

Adanya ketidak-seimbangan seperti itu tidak lalu menggambarkan


bahwa terdapat ketidak-adilan. Cobalah visualisasikan beberapa
cacing yang amat sehat. Mereka semuanya terlihat cocok dengan
lingkungannya yang sebaliknya juga telah disesuaikan bagi mereka.
Mereka merasa puas dengan segala fitrat yang mereka miliki dan tidak
mampu mengangankan hal-hal yang berada di luar ruang lingkup
indera mereka. Namun jika seorang anak manusia yang menderita lalu
ditawarkan bertukar tempat dengan cacing yang berbahagia tersebut,
apakah ia tidak akan lebih memilih mati daripada hidup dalam tingkat
eksistensi yang demikian rendah seperti cacing tersebut?
Kesadaran akan kehidupan sendiri serta ketinggian status yang
dinikmati dalam kehidupan, dalam sebagian besar keadaan sudah
cukup sebagai imbalan dari penderitaan. Dengan demikian sebenarnya
penderitaan itu adalah suatu hal yang relatif. Sumber penderitaan
terletak pada rasa kekurangan atau kehilangan. Adalah kesadaran
akan hilangnya nilai-nilai luhur sesuatu yang sudah terbiasa dimiliki
yang menimbulkan perasaan sakit. Hal ini hanya bisa terjadi bilamana
yang bersangkutan sudah pernah menikmati nilai-nilai tersebut atau
melihatnya pada orang lain yang menikmatinya. Kehilangan nilai-
nilai yang tadinya dinikmati atau mengetahui bagaimana orang lain
menikmatinya meski dirinya sendiri tidak, adalah dua faktor utama
yang menimbulkan rasa sakit. Bagi mereka yang tidak memiliki
nilai-nilai demikian maka keadaan yang tidak disadari demikian
tidak akan menimbulkan rasa sakit. Apa yang dimaksud engan rasa
sakit sebenarnya hanyalah sinyal-sinyal dari berbagai bentuk rasa
kehilangan. Meskipun dalam kenyataannya kita tidak selalu bisa
mengkaitkan berbagai rasa sakit kita dengan suatu kesedihan tertentu,
kajian yang mendalam mengungkapkan bahwa setiap rasa sakits elalu
berkaitan dengan adanya sesuatu yang dirasakan hilang.
Penciptaan dan evolusi organ-organ sensori mewujud karena
benturan dengan perasaan kehilangan dan perolehan yang telah

210
Pengenalan dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
MasalahAgama
Filsafat
Agama
Agama
Agama
Individu dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Zoroaster
Buddha
Konghucu
Agama Tao
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

berjalan sepanjang masa. Keduanya merupakan faktor kreativitas yang


paling kuat yang telah diciptakan Tuhan. Semua panca indera yang
kita miliki adalah hasil produk dari kesadaran demikian yang dengan
berjalannya evolusi selama bermilyar tahun, secara gradual menjadi
indera mekanisme persepsi. Penderitaan dan kebahagiaan sendiri saja
tidak akan mungkin menciptakan mekanisme kesadaran. Menyadari
keberadaan penderitaan dan kebahagiaan tanpa mekanisme dimaksud
hanya akan meniadakannya sama sekali. Bagaimana mungkin suatu
ketiadaan menciptakan suatu keberadaan? Ketiadaan kesadaran tidak
akan mungkin menciptakan kesadaran meski dalam jangka waktu
bertrilyun tahun. Pasti ada sosok Pencipta yang sadar yang telah
memberikan kesadaran kepada benda-benda mati dan menciptakan
kehidupan dari padanya. Pencipta Yang Maha Agung sepertinya
memanfaatkan sakit dan kesenangan dengan cara yang tidak diketahui
untuk membentuk organ-organ yang bisa menginderanya. Hilangkan
rasa sakit sebagai bagian dari instrumen keajaiban penciptaan tersebut,
maka yang tersisa adalah kehidupan vegetatif tanpa penginderaan,
yang bahkan tidak menyadari dirinya sendiri. Apakah lalu sekelumit
penderitaan dan rasa kehilangan itu menjadi harga yang terlalu tinggi
untuk keajaiban kesadaran yang demikian luhur?
Perlu kami ingatkan kembali kepada para pembaca bahwa agama
Islam mendefinisikan kejahatan hanya sebagai bayangan yang muncul
karena ketiadaan nur atau cahaya. Kejahatan bukan merupakan suatu
eksistensi positif tersendiri. Kita bisa membayangkan suatu yang
menjadi sumber cahaya (lampu atau matahari) tetapi kita tidak bisa
membayangkan benda apa pun yang bisa menjadi sumber kegelapan.
Satu-satunya cara sebuah benda menjadi sumber kegelapan adalah
melalui kemampuannya untuk menghalangi sinar cahaya. Begitu juga,
hanya ketiadaan dari kebaikan yang bisa menjadi kejahatan. Tingkat
atau kadar kejahatan ditentukan oleh tingkat keburaman media yang
menjadi penghalang.

211
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II

Sama dengan itu adalah, kesadaran akan suatu pemilikan


merupakan suatu kebahagiaan. Setiap kehilangan atau ancaman
kehilangan atas kepemilikan tersebut merupakan rasa kesakitan
atau penderitaan. Namun mereka harus ada bersama dalam suatu
ekuasi kutub-kutub positif dan negatif. Hilangkan yang satu maka
yang lainnya juga akan lenyap. Karena itu tidak ada seorang pun di
dunia ini yang bisa mencampuri rancangan kreativitas dari rasa sakit,
kenikmatan, kebaikan dan kejahatan, sehingga bisa merubah kodrat
semuanya. Adalah di luar kemampuan manusia untuk menghapuskan
penderitaan tanpa menghapuskan kehidupan secara keseluruhan.

Referensi
1. Terjemah surat 67: 2-3 oleh penulis.

212
Wahyu, Rasionalitas,
Pengetahuan, dan Kebenaran

BAGIAN III

Sudut Pandang Sekulerisme


Konsep Ketuhanan Suku-Suku Bangsa Aborigin
di Australia

213
PengenalanSudut
dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
MasalahAgama
Filsafat
Agama
Agama
Pandang
Agama
Individu dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Zoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
Agama Tao
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

SUDUT PANDANG SEKULERISME

T eori perkembangan agama sebagaimana dikemukakan para


ahli sosiologi dan konsep mereka tentang bagaimana cara
berkembangnya kepercayaan terhadap Tuhan, pada dasarnya
bertumpu pada pemahaman psikologi sosial. Berdasar pengamatan
kecenderungan manusia dalam perilaku sosialnya, mereka
menyimpulkan bahwa manusia mengagungkan apa yang ditakutinya
serta mengadopsi sikap hormat yang terkontrol terhadap hal-hal yang
disukai atau dibutuhkannya. Pemahaman mereka tentang motivasi
‘memberi dan menerima’ (give and take) yang mendasari tatanan sosial
diperluas menjadi dasar pemahaman mereka tentang agama, yang juga
memasukkan kedalamnya motivasi ketakutan dan ketamakan.
Mereka beranggapan, manusia kuno dalam kenaifannya,
saat berdiri di tapal batas antara bentuk humanoid dengan wujud
manusia, telah menjadi rancu dan dibingungkan oleh apa yang
dilihat disekelilingnya. Ia dianggap gagal memahami fitrat hakiki
saat ia berusaha mencari jawaban atas banyak sekali pertanyaan
yang membingungkan. Dalam keredupan sinar fajar kebangkitan
intelektual manusia, keajaiban alam itu demikian mempesonanya
sehingga ia menganggap apa yang merupakan fenomena alam biasa
menjadi manifestasi tenaga adidaya, tetapi mampu mempengaruhi
hidupnya, meski berada di luar jangkauan daya nalarnya.
Konsekwensi dari hal itu ialah ia memberikan status dewa
sembahan kepada kekuatan-kekuatan alam tersebut. Melihat dampak

215
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II
III

dahsyat dari topan dan badai, ia menundukkan dirinya dengan penuh


ketakutan agar ia tidak ikut disambar. Dan ketika melihat sinar di
siang hari dan menikmati kekuatan kreatif matahari, ia membentuk
bayangan sosok dewa yang baik hati. Melihat manifestasi alam tersebut
melalui cermin refleksi fenomena alam, manusia mengkategorikannya
sebagai yang menakutkan atau yang baik hati. Kekuatan gelap alam
dianggap sebagai memusuhi dan menakutkan seperti misalnya ombak
pasang, topan atau hujan lebat yang membawa ikutan berupa kilat,
guntur dan banjir.
Selanjutnya menyusul hewan-hewan yang berbahaya serta yang
berada di hutan belantara seperti harimau, ular, kala dan lain-lain yang
sama kebagian penghormatan sebagai dewa-dewa dengan kekuatan
jahat. Manifestasi alam yang lembut seperti angin semilir dan awan
yang membawa hujan, sepertinya dikendalikan oleh dewa-dewa yang
baik hati. Bagi manusia awal dalam caranya berfikir yang primitif,
semua itu nampak sebagai dewa-dewa atau perwakilan para dewa yang
memiliki temperamen, selera dan karakteristik yang berbeda-beda.
Semua dewa yang dikhayalkan itu harus diberi penghormatan secara
khusus, kalau tidak maka yang bersangkutan tidak lagi akan disukai
dan bahkan dimurkai. Keajaiban langit seperti matahari, bulan dan
bintang-bintang dengan segala konstelasinya yang misterius, bahkan
dengan berjalannya waktu, memperoleh penghormatan yang lebih.
Dengan demikian ide dasar tentang dewa-dewa itu menspiral ke atas
dan dewa-dewa itu diklasifikasikan serta ditata dalam urutan ke atas
atau ke bawah berdasar pandangan atas derajat keagungannya.
Walau pun sekarang kita bisa mengatakan bahwa manusia purba
terlalu mudah percaya, para ahli sosiologi menyatakan bahwa keadaan
itu merupakan hasil alamiah dari kondisi fikiran yang masih berkabut
dan belum sempurna. Singkat kata, pandangan seperti inilah yang
dipegang para ahli sosiologi terkenal sebagai asal mula agama dan
runtutan evolusi ikutannya.

216
PengenalanSudut
dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
MasalahAgama
Filsafat
Agama
Agama
Pandang
Agama
Individu dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Zoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
Agama Tao
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

Mereka seterusnya berargumentasi, proses berfikir primitif tersebut


pada akhirnya akan sampai kepada ide adanya sosok Pencipta Yang
Tunggal. Mereka berpegang pada pandangan bahwa citra Tuhan yang
satu merupakan hasil evolusi gradual dari kepercayaan semula kepada
banyak dewa. Pandangan demikian (monotheisme dan politheisme)
eksis bersama dalam suatu ekuasi yang tidak seimbang, masing-masing
berusaha mencapai supremasi dan terbelenggu secara permanen dalam
suatu pergulatan yang seru. Secara gradual dengan berjalannya waktu,
berbagai agama muncul yang masing-masing berkembang di seputar
konsep yang satu atau yang lain, menyembah Tuhan yang satu atau
dewa yang banyak. Mereka sama sekali tidak menyadari bahwa yang
disembah sebenarnya hanyalah khayalan belaka. Adalah manusia yang
dikatakan para ahli sosiologi telah menciptakan dewa-dewa dan tidak
ada Tuhan yang menciptakan mereka. Demikianlah proses berfikir
yang primitif tersebut berkembang, menggandakan diri dan menyebar,
serta bertambah kompleks yang menimbulkan kebingungan dan
kerancuan sekitar sekian banyak imaji dari majikan berbentuk supra-
manusia tersebut.
Pandangan kaum atheis tentang agama bahkan selangkah lebih
jauh dengan mengatakan bahwa para pendiri agama-agama adalah
penipu dan pendusta. Mereka menyatakan, pada tahap lanjutan dari
perkembangannya, agama tidak lagi hanya sekumpulan takhayul orang
awam. Muncul kemudian sistem kependetaan yang terorganisasi.
Pada tahapan ini diperkenalkanlah sebagai tipuan, ide tentang adanya
wahyu samawi untuk memperkokoh penipuan dari kelompok pendeta.
Grup elit hierarki keagamaan menyatakan dirinya sebagai orang-
orang pilihan yang bisa menerima wahyu dari langit dan karenanya
mendapat peran eksklusif sebagai saluran komunikasi di antara dewa-
dewa dengan manusia. Banyak kemudian orang-orang yang mengaku
kedekatan hubungan dengan kekuatan supra-natural adidaya untuk
selanjutnya ikut menentukan membentuk takdir manusia.

217
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II
III

Inilah yang dilihat oleh para ahli sosiologi sebagaimana tercermin


dari mithologi Yunani serta dari kepercayaan dan ritual agama-agama
primitif. Pencarian yang dilakukan manusia purba untuk solusi dari
berbagai misteri alam yang kompleks yang mengitari dirinya, akhirnya
bermuara pada upaya sengaja dari para hierarki keagamaan untuk
menipu dan membohongi manusia atas nama dewa-dewa.
Kesadaran manusia juga berevolusi secara simultan dan paralel.
Menurut pandangan para ahli sosiologi, begitu pemahaman manusia
terhadap lingkungan dunia fisiknya telah menjadi lebih baik, begitu
juga perlakuannya terhadap imaji Tuhan yang juga mengalami revisi
dan penyesuaian. Benda-benda mati seperti berhala dan patung-
patung yang tadinya sebagai dewa langsung, kemudian berubah dan
dianggap sebaga isaluran kepada dewa-dewa sebenarnya yang ada
di langit. Secara gradual berhala tersebut berubah menjadi wahana
melalui apa dewa-dewa dilangit menyampaikan maksudnya berupa
kemurkaan atau kesukaan. Konsep tentang dewa-dewa secara
berangsur terangkat dari posisi entitas fisik menjadi suatu ide yang
abstrak dan halus. Proses tersebut berkembang lebih lanjut untuk
melahirkan sistem hierarki keagamaan yang lebih kompleks lagi yaitu
setiap dewa diberikan posisi tersendiri dalam kaitannya dengan dewa
yang lain dan diberikan ciri-ciri tugas utama yang akan dimainkannya
dalam alam semesta. Adalah kategorisasi dan klasifikasi dewa-dewa
itu yang dikatakan mencapai kulminasinya pada penciptaan sosok
Dewa Agung yang berkuasa di atas semua dewa lainnya. Begitulah
cara para ahli sosiologi memvisualisasikan penciptaan Tuhan oleh
fikiran manusia. Dengan kata lain, jika manusia diberi tugas untuk
memproduksi Tuhan, begitu itulah prosesnya sepanjang waktu yang
diberikan cukup panjang untuk itu.
Para ahli sosiologi ini mendasarkan teorinya pada anggapan
bahwa tidak ada Tuhan, sehingga pandangan mereka tidak didasarkan
pada suatu investigasi yang nyata, melainkan sebagai hasil pemikiran

218
PengenalanSudut
dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
MasalahAgama
Filsafat
Agama
Agama
Pandang
Agama
Individu dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Zoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
Agama Tao
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

alamiah dari fikiran orang yang atheis. Adalah penilaian yang


ditetapkan di muka itu yang oleh mereka lalu dinyatakan sebagai hasil
penelitian intelektual yang tidak memihak. Namun mereka gagal
memperhatikan cacat dan kontradiksi dalam cara mereka berteori
serta menghubung-hubungkan fakta-fakta sejarah yang diangankan.
Sejarah fikiran manusia di awal perkembangannya tidak tercatat,
kabur dan memang sama sekali tidak ada. Kita menganggapnya sebagai
sejarah hanya apa yang dijumpai pada relik-relik zaman purba sebagai
gambaran bagaimana gaya hidup pada masa itu. Sejarah ini sebenarnya
bermula lebih dari 200.000 tahun yang lalu, sedangkan sejarah aktual
dari perkembangan agama baru dimulai beberapa ribu tahun saja. Jadi
apa yang mereka susun sebagai basis teori mereka nyatanya hanyalah
perkiraan-perkiraan belaka. Usaha mereka memproyeksikan jalan
fikiran manusia purba nyatanya tidak lebih dari suatu lompatan fiktif
yang terbang dengan bantuan sayap khayalan. Orientasi dari lompatan
itu sudah diatur ke arah atheisme. Perkiraan-perkiraan yang mereka
ajukan tidak pernah diakurkan atau dikuatkan oleh fitrat manusia,
yang sebenarnya merupakan satu-satunya instrumen handal untuk
mengukur proses cara berfikir.

A pakah benar kita hanya menyembah sesuatu yang kita takuti


saja?Apakah benar sifat ketamakan pada akhirnya akan membuat
kita sujud menyembah benda-benda? Kedua faktor tersebut bahkan
tidak akan bisa untuk membangun suatu agama yang paling sederhana
sekali pun. Ketakutan hanya akan membuat orang melarikan diri
dari objek yang menimbulkan takut. Kita bisa saja membayangkan
seseorang yang sedang menjadi sasaran siksaan tetapi tidak bisa
melarikan diri untuk memohon belas kasihan dari yang menyiksanya,
tetapi jelas bukan untuk menyembahnya. Orang yang tersiksa itu
jika kemudian lepas, pasti akan mencaci-maki penyiksanya dengan
bahasa dan istilah yang paling kotor. Tidak akan pernah ada konsep
penyembahan yang akan singgah dalam fikirannya. Takut kepada

219
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II
III

Tuhan sebagaimana yang dikemukakan dalam agama-agama yang


diwahyukan tidak ada persamaannya sama sekali dengan rasa takut
yang berkaitan dengan hewan buas atau objek menakutkan lainnya.
Ancaman hukuman Tuhan hanyalah digunakan sebagai penangkal
agar tidak melakukan kejahatan, guna mencegah manusia melakukan
pelanggaran terhadap diri mereka sendiri. Dalam masyarakat primitif,
tidak ada janji hukuman demikian yang muncul dari ketakutan mereka
terhadap hewan buas dari hutan atau pun petir badai. Tidak pernah
ketakutan atas ancaman hukuman dari hewan hutan yang buas atau
kekuatan alam yang dahsyat, yang pernah diketahui bisa menahan
manusia masyarakat purba untuk melakukan agresi. Petugas polisi,
pengatur lalu lintas dan jaksa biasa ditakuti dan dibenci, tetapi tidak
pernah disembah orang!
Pada masa purba pun,
ketakutan akan seekor singa
yang ganas akan menyebabkan
orang melarikan diri, daripada
bersujud menyembahnya
memohon belas kasihan
sambil memuji kebesaran dan
keagungannya. Halilintar yang
menyambar, derasnya hujan yang mengguyur atau sinar terik matahari
di musim kemarau hanya akan mendorong orang untuk mencari
perlindungan atau membuat sarana untuk melindungi diri. Apakah
seorang ahli sosiologi bisa membayangkan bahwa dalam suatu badai
topan yang dahsyat, manusia purba bukannya mencari perlindungan
bahkan keluar dari huniannya untuk sujud menyembah kekuatan
alam yang sedang mengamuk agar surut mereda.
Pengemukaan mereka tentang penyembahan matahari
atau bintang-bintang, sama sekali tidak ada kaitannya dengan
perkembangan gradual dari penyembahan yang dimotivasi oleh

220
PengenalanSudut
dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
MasalahAgama
Filsafat
Agama
Agama
Pandang
Agama
Individu dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Zoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
Agama Tao
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

ketakutan atau ketamakan. Tidak ada bukti sama sekali dalam evolusi
yang menunjukkan bahwa manusia secara gradual beralih dari
penyembahan benda-benda bumi yang kecil lalu menjadi menyembah
wujud-wujud imajiner yang lebih berkuasa dan lebih luhur.
Para ahli sosiologi hanya berbicara tentang proses evolusi
tetapi tanpa menerapkan metoda ilmiah untuk membuktikan
hipotesa mereka. Ketika para ilmuwan berbicara tentang evolusi,
mereka menelusuri keseluruhan jenjang-jenjang peralihan kemajuan
kehidupan melalui jejak yang bisa diikuti ke belakang ke masa sampai
1 milyar tahun yang lalu. Apakah ada setitik pun bukti yang bisa
membenarkan bahwa proses evolusi yang sama juga telah terjadi pada
perkembangan imaji daripada Tuhan? Masyarakat penyembah berhala
mana yang kemudian berevolusi menjadi agama yang monotheistik?
Nyatanya tidak ada sama sekali.
Namun tetap saja para ahli sosiologi itu menekankan bahwa
persepsi fitrat mendasar pada diri manusia itulah yang kemudian
berkulminasi pada penciptaan wujudTuhan. Sebagaimana diungkapkan
di atas, mereka itu tetap saja bersikukuh mempertahankan kalau
rasa takut kepada yang tidak diketahui itulah yang telah berperan
dalam pembentukan imaji dewa-dewa sembahan. Adalah kegelapan
yang menghasilkan bayangan macam-macam serta bahaya yang
mengancam dibalik ketidak-tahuan yang dianggap telah memicu rasa
hormat orang. Dikatakan bahwa manusia purba lalu menyembah
ular, harimau dan singa. Gempa yang mengguncang bumi, petir yang
mengoyak pepohonan serta topan yang mengamuk dahsyat itulah yang
katanya memulai evolusi tentang ide adanya Tuhan. Dikatakan bahwa
persepsi tersebut bermula dari penyembahan fenomena alamiah sampai
penghormatan kepada benda yang menimbulkan rasa takut dalam hati.
Dikatakan bahwa kepercayaan demikian berevolusi dari penyembahan
benda mati kepada penyembahan hewan, dari penghormatan kepada
ular dan kalajengking kepada penyembahan harimau dan binatang

221
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II
III

buas lainnya di hutan. Bahkan kera-kera juga dianggap menjadi dewa.


Mereka tidak mampu memahami inti dasar dari halilintar dan tidak
mengerti kekuatan alam yang menciptakannya, dan karena itu mereka
menjadi takut kepadanya.
Disimpulkan bahwa manusia purba itu menganggap setiap
fenomena alam yang dahsyat sebagai ekspresi kemurkaan dewa yang
duduk di balik awan. Karena itu fikiran mereka yang masih sederhana,
mulai mengarang kisah-kisah takhayul. Mereka menciptakan ajaran
dan peraturan perilaku untuk menyenangkan dewa yang galak, atau
sekurang-kurangnya untuk menghindari kemurkaannya. Mereka
membangun kuil-kuil, melakukan pengurbanan di depan altar dan
mulai muncul terbentuk ide tentang baik dan buruk. Muncul pula
serangkaian ritual dan tata cara serta mulai mengkompilasi kitab suci.
Rasanya suatu pandangan yang terlalu muluk untuk kemampuan
pemahaman yang demikian primitif! Atau mungkin lebih tepat
dikatakan sebagai hasil karya para ahli sosiologi yang membangun kastil
Ketuhanan di awang-awang dengan mendasarkan pada pemahaman
manusia purba yang masih amat sederhana.
Para ahli sosiolog ini tidak mampu memahami perbedaan pokok
antara kepercayaan pagan dengan agama-agama dunia yang diwahyukan
Ilahi. Mereka juga tidak memperhatikan bahwa para pendeta agung,
pendeta wanita dan para peramal yang terdapat dalam kultus mithikal
purba tidak pernah menyatakan bahwa mereka menetapkan kaidah
kehidupan baru berdasarkan suatu wahyu yang diterima. Begitu juga
tentang validitas pengakuan mereka sebagai medium dengan dunia atas
tidak pernah dipertanyakan karena kewenangan yang mereka peroleh
diturunkan kepada mereka secara tradisional oleh para pendahulunya
yang diterima begitu saja oleh masyarakat mereka. Mereka tidak
pernah ditantang untuk memberikan tanda-tanda samawi guna
mendukung pernyataan mereka. Mereka bisa bebas saja mengarang
macam-macam tipuan untuk mendukung dirinya. Orang awam jadi

222
PengenalanSudut
dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
MasalahAgama
Filsafat
Agama
Agama
Pandang
Agama
Individu dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Zoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
Agama Tao
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

terpesona melihat adanya akses para pendeta itu kepada dewa-dewa.


Dewa-dewa palsu tersebut jadinya didukung oleh para pendeta yang
pendusta pula.
Beberapa patokan berikut ini patut diperhatikan berkaitan
dengan kategori para penujum dan peramal di atas dan perbedaannya
dengan para pendiri yang ditunjuk Ilahi dari agama-agama besar di
dunia. Ciri-ciri pokok mereka dapat disimpulkan sebagai:
1. Pendeta agama berhala dikenal hanya di lingkungan kuil mereka
saja.
2. Mereka tidak memberikan akidah agama yang baru yang
bertentangan dengan tatanan lama yang ada, atau menentang
validitas tatanan lama tersebut. Begitu juga mereka tidak
berusaha mengubah norma-norma dan perilaku masyarakat.
Mereka selalu mendukung kepercayaan dan praktik lama dan
tidak pernah menentang dongeng, kepercayaan dan takhayul
yang ada.
3. Pada umumnya mereka merupakan bagian dari sistem politik
yang sedang berkuasa dan tidak menentang ideologi keagamaan
para penguasa. Mungkin terjadi pemberontakan oleh pimpinan
keagamaan terhadap raja pada masanya. Namun hal ini biasanya
merupakan tindak balas dendam karena sang penguasa terlalu
mencampuri urusan internal mereka. Atau terkadang juga
dimotivasi oleh ambisi untuk mendapatkan kekuasaan politis
yang lebih besar. Tetapi semua ini merupakan kekecualian
saja. Yang berlaku ialah kepemimpinan agama berhala yang
korup biasanya selalu untuk menunjang filosofi dan kisah-kisah
mithologi populer yang berakar kuat.
Keadaan tersebut berbeda sama sekali dengan para Nabi
yang ditunjuk Tuhan sebagai penegak Ketauhidan Ilahi yang telah
melahirkan agama-agama besar dunia seperti agama Yahudi, Kristen,
Islam, Zoroaster dan lain-lain. Kalau kita kaji sejarah kehidupan Musa

223
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II
III

as, Isa as atau Muhammad saw serta para Nabi lainnya yang mengaku
berasal dari Tuhan, kita akan melihat bahwa tidak ada dari antara
mereka yang pernah mewakili tatanan keagamaan yang populer dan
mapan pada zamannya. Bagian mereka adalah revolusi dengan suara
sendiri. Mereka selalu mendasarkan pernyataan mereka pada wahyu
samawi dan mengemukakan filosofi baru yang menuntut pola hidup
yang lain sama sekali. Mereka mengkhutbahkan norma-norma yang
bertentangan dengan tradisi dan kebiasaan yang berlaku. Mereka selalu
muncul sebagai pembawa tatanan baru dan berani menentang pejabat
agama yang berwenang yang ada pada masa mereka. Mereka muncul
saat agama-agama dominan pada masa mereka sedang mulai terpecah
ke dalam berbagai sekte dan skisma, serta berkelahi di antara mereka
untuk mendapatkan dominasi yang lebih besar atas massa awam.
Dalam keadaan seperti itulah biasa muncul seorang Rasul Ilahi yang
kemudian menimbulkan keterpaduan di antara musuh-musuhnya
yang untuk sementara waktu lalu melupakan segala perbedaan di
antara mereka, hanya untuk menpersatukan kekuatan mereka sebagai
perlawanan kolosal terhadap tatanan Ilahi yang baru diperkenalkan
tersebut. Mereka bersatu dalam satu front perlawanan dengan
menunjukkan sikap permusuhan yang keras. Rasul Ilahi sebaliknya
malah tidak memiliki dukungan manusia sama sekali. Ia tidak
didukung oleh bagian besar dari masyarakat, tidak juga oleh kekuatan
kelompok masyarakat apa pun. Ia tidak ditopang oleh kekuatan politik
mana pun. Ia sesungguhnya berdiri sendiri, ditinggalkan dan ditolak
orang.
Demikian itulah orang-orang yang bangkit melawan masyarakat
pezinah yang biasanya selalu muncul dari kecenderungan merebaknya
kepercayaan takhayul. Para pelopor tatanan baru selalu mengemukakan
keimanan pada Ketauhidan Ilahi dan berusaha memusnahkan
penyembahan berhala dalam segala bentuknya dengan segala cara.
Bentuk persatuan macam apa pun yang dilakukan para musuh mereka

224
PengenalanSudut
dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
MasalahAgama
Filsafat
Agama
Agama
Pandang
Agama
Individu dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Zoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
Agama Tao
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

digalang semata-mata bertujuan untuk melawan para Nabi-nabi


tersebut, meski di antara mereka tetap saja ada perpecahan internal
seperti pada awalnya. Jika para pendukung Ketauhidan Ilahi hanyalah
orang-orang palsu yang mengaku-aku saja, maka tugas mereka adalah
suatu hal yang merupakan kemustahilan sama sekali. Tidak ada penipu
yang sanggup bersiteguh bertahan mengejar tujuan yang berada di luar
jangkauannya. Keimanan orang-orang seperti itu pastilah berakar kuat
pada realitas eksistensi Tuhan, kalau tidak maka mereka akan punah
dan pupus dari muka bumi. Bila memang benar tidak ada wujud
Tuhan, maka para pengaku seperti mereka itu pasti dikucilkan oleh
masyarakat dengan anggapan sebagai orang-orang gila belaka. Tidak
ada pilihan ketiga. Kalau bukannya gila, bagaimana mungkin mereka
bertahan pada keimanan mereka demikian gigihnya dan bersedia
mengurbankan segala milik mereka untuk tujuan khayalan yang tidak
ada hasilnya. Namun mereka ini tidak mungkin dikesampingkan
begitu saja sebagai orang-orang yang dianggap gila karena yang disebut
orang gila biasa meracau kemana-mana. Adapun tentang para Nabi-
nabi, masyarakat nyatanya memberikan reaksi dahsyat seolah-olah
tanah pijakan di bawah kaki mereka telah terbang. Tidak ada bantuan
manusia, baik yang kaya atau pun miskin, yang kuat atau pun yang
lemah, yang diketahui langsung maju membantu para Nabi-nabi
dalam menghadapi kemarahan bersatu dari para musuh mereka yang
ganas. Keagungan pesan yang dibawa para Nabi, keluhuran perilaku
mereka dan keimanan mereka yang tak tergoyahkan akan kemenangan
akhir pada saat sedang menghadapi cobaan yang demikian berat, selalu
menjadi bukti nyata akan kebenaran dari apa yang mereka bawa.
Bagi mereka ini adalah masalah pengurbanan dalam bentuk
yang paling ekstrim, dan bukannya masalah ketamakan. Apa pun
yang menjadi milik mereka, telah mereka lepaskan demi tujuan mulia
yang mereka kejar. Tidak hanya para Nabi itu saja, tetapi juga mereka
yang ikut bergabung mengatasi segala rintangan, menapak jalan yang

225
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II
III

sama menuju pengurbanan absolut. Telunjuk-telunjuk manusia yang


menuding tidak pernah berhasil mensurutkan keberanian mereka.
Teori yang menyatakan penciptaan dewa-dewa imajiner akibat
dari kebodohan manusia, mungkin sebagian benar pada beberapa fase
tertentu dalam sejarah kebodohan dan ketidak-dewasaan manusia.
Eksploitasi masyarakat awam oleh kelompok pendeta merupakan hal
yang juga nyata. Yang kami sangkal secara tegas adalah jika dikatakan
bahwa proses tersebut akan menghasilkan evolusi yang berkelanjutan
pada arus pola pemikiran manusia yang akhirnya menuju kepada
Tuhan Yang Satu. Fakta sejarah tidak ada yang mendukung pernyataan
bahwa evolusi Ketauhidan Ilahi berasal dari perkembangan takhayul
pemujaan berhala. Hal demikian hanya butir khayalan para ahli
sosiologi saja.
Sejarah tidak pernah memberikan bukti yang mendukung teori
tentang transformasi progresif dari politheisme menjadi monotheisme.
Tidak pernah terlihat adanya jenjang-jenjang transisi dimana
bisa dikatakan masyarakat beralih dari menyembah banyak dewa
kepada penyembahan Tuhan Yang Satu. Bahkan sebaliknya, adalah
kemunculan tiba-tiba dari seorang manusia agung yang kemudian
menggerakkan perubahan dalam masyarakat, dengan segala kegalauan
dan cobaan yang membutuhkan pengurbanan amat besar dari mereka
yang memilih untuk mengikutinya.

K itab suci Al-Quran menolak hipotesa seperti yang dianut para ahli
sosiologi tersebut. Kitab ini malah menyatakan kebalikannya.
Semua agama besar di dunia pasti memulai langkahnya dalam
Ketauhidan Ilahi. Apa yang dikemukakan sebagai evolusi oleh para
ahli sosiologi tidak pernah bisa dibuktikan berdasar sejarah mau pun
kinerja jiwa manusia.
Karakter para Nabi selalu merupakan buku terbuka lebar yang
jauh dari gambaran mereka akan maksud-maksud tersembunyi atau
pun suatu rencana rahasia. Tidak ada fase dalam kehidupan awal

226
PengenalanSudut
dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
MasalahAgama
Filsafat
Agama
Agama
Pandang
Agama
Individu dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Zoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
Agama Tao
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

mereka sebelum mengaku menjadi Nabi yang bisa menjadi justifikasi


dari tuduhan masyarakat bahwa mereka merencanakan akan mengaku
menjadi Nabi di kemudian hari. Tidak ada bukti-bukti seperti itu
bisa dijumpai dalam kehidupan para pelopor agung Ketauhidan Ilahi
seperti Ibrahim as, Musa as dan Nabi Muhammad saw.
Pada saat kemunculan Ibrahim as, keimanan luhur Nuh as dalam
Ketauhidan Ilahi telah mengalami degenerasi di tangan keturunannya
jauh kemudian, menjadi kepercayaan kepada banyak dewa. Ibrahim
as melancarkan perjuangan berskala besar untuk memulihkan kembali
Ketauhidan Ilahi. Gerakan ini ternyata berhasil dan obor Ketauhidan
kemudian dipegang tinggi-tinggi oleh keturunannya dan mereka
lainnya selama berpuluh generasi.
Namun trend dekadensi yang sama kembali muncul dengan
segala akibatnya yang merusak. Dalam jangka waktu hanya beberapa
ratus tahun sejak Ibrahim as, Bani Israil kembali kepada kebiasaan
mereka menyembah berhala. Hal ini berlangsung sampai kepada
masa kedatangannya Musa as. Meski pun di antara para nabi,
Nabi Musa as dianggap sebagai seorang pahlawan besar dalam
penegakan Ketauhidan, penyembahan berhala kembali menyusup
dan mengotori keimanan para pengikutnya di abad-abad berikutnya.
Hal ini membuktikan tanpa diragukan lagi bahwa gerakan menjauh
dari Ketauhidan Ilahi merupakan suatu hal yang amat mudah. Jika
dibiarkan saja maka manusia akan selalu merosot kembali ke bawah
kepada penyembahan berhala, suatu keadaan yang merupakan tempat
subur bagi berkembangnya takhayul dan politheisme.
Contoh lain yang dikemukakan Al-Quran adalah yang berkenaan
dengan ‘Baitul Haram’ di Mekah, Rumah Tuhan (Baitullah) yang
dibangun oleh Ibrahim as dan didedikasikan kepada Ketauhidan-
Nya. Namun sayangnya tidak diperlukan waktu lama bagi berhala-
berhala untuk memasuki Rumah Tuhan ini. Kecuali namanya, segala
hal lainnya berubah total. Akhirnya bangunan itu diisi dengan tidak

227
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II
III

kurang dari 360 berhala, masing-masing mewakili setiap hari dari


penanggalan Qomariah (berdasarkan peredaran bulan) dan memenuhi
ruangannya dari dinding ke dinding. Ada ruang buat semua berhala
tersebut tetapi tidak ada ruang bagi Tuhan.
Apakah ini yang dimaksud dan disuarakan dengan nyaring oleh
para ahli sosiologi sebagai proses evolusi tersebut? Apakah ini yang
dimaksud mereka bahwa penyembahan berhala berevolusi menjadi
konsep Tuhan yang satu? Apakah begini citra Tuhan diciptakan
manusia dalam perjalanan evolusinya dari status mental primitif
kepada keadaan yang lebih maju? Jelas tidak benar! Sejarah agama-
agama tidak sejalan dengan konklusi yang ditarik sepihak oleh para
ahli sosiologi tersebut. Sejarah selalu jelas mengungkapkan bahwa
keimanan kepada Ketauhidan Ilahi selalu datang dari-Nya. Tidak
pernah terjadi sebagai gerakan spiral ke atas menuju kepada-Nya
melalui tahapan penyembahan berhala.
Jika pernah terjadi peristiwa penyembahan banyak dewa berubah
menjadi penyembahan Yang Maha Esa, maka hal ini tentunya harus
terdapat dalam sejarah agama-agama. Nyatanya tidak selembar pun
bukti sejarah mengenai hal ini terdapat dalam sejarah agama di dunia.
Masyarakat monotheistik memang kemudian merosot menjadi bersifat
politheistik, sedangkan sebaliknya tidak pernah terjadi.

M erupakan suatu hal yang amat sulit bagi bangsa yang saleh
untuk mewariskan kesalehan mereka kepada generasi
berikutnya untuk jangka waktu yang panjang. Jarang sekali terjadi
bahwa ketakwaan dari nenek moyang bisa berlangsung lama dan
menetap sampai ke generasi-generasi berikutnya. Sebagian besar
generasi pertama yang telah memperoleh pencerahan, tidak pernah
kembali lagi kepada keadaan kegelapan seperti sebelumnya. Hanya
saja keimanan secara gradual akan bertambah lemah pada generasi-
generasi berikut. Hal ini tidak terjadi dalam waktu yang singkat.
Semuanya merupakan proses dekadensi yang panjang setelah

228
PengenalanSudut
dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
MasalahAgama
Filsafat
Agama
Agama
Pandang
Agama
Individu dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Zoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
Agama Tao
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

kepergian seorang Nabi yang pada akhirnya mengikis habis keimanan


kepada Ketauhidan Ilahi, yang demikian sulit diperoleh sebelumnya.
Ketika keimanan menyurut maka takhayul datang menggantikannya.
Keimanan yang teguh kepada Tuhan Yang Maha Esa lalu menyerpih
menjadi retakan imajinasi tentang Ketuhanan. Mulailah muncul para
peramal dari kuil ke kuil dan para ulama keagamaan merasa mendapat
angin untuk mengelabui masyarakat awam.
Tanpa ada kekecualian, semua agama menekankan peran akhlak
dalam perilaku manusia. Agama-agama ini boleh saja berbeda dalam
ciri dan karakteristik, tetapi tidak jika menyangkut penekanan pada
akhlak. Hal itu merupakan trend universal yang bisa ditemukan di
mana saja dan pada masa kapan pun juga. Menuduh bahwa agama
dianggap memihak kepada yang kaya dan berkuasa, bisa jadi benar
sampai suatu tingkat tertentu dalam konteks masa dekadensinya.
Pada masa awal sejarah suatu agama yang ditandai dengan kedatangan
Nabi pembawanya, tuduhan demikian sama sekali tidak bisa diterima.
Akhlak sebagaimana yang diajarkan para Nabi, selalu berpihak kepada
keadilan dan perilaku layak serta menyatakan perlawanan terhadap
immoralitas dan eksploitasi yang lemah oleh yang kuat. Agama
tersebut selalu menjadi hal yang menguatkan tangan mereka yang
tertindas untuk melawan penindasnya, dan mereka yang diburu
terhadap pemburunya.
Apakah ada dalam sejarahnya, ajaran akhlak yang ditetapkan
suatu agama mendukung yang menindas terhadap yang tertindas?
Carilah dalam semua sejarah awal dari fajar sebuah agama, anda tidak
akan pernah menemukan hal seperti itu. Agama selalu diarahkan bagi
kemaslahatan yang lemah dan yang miskin. Implementasi akidah
seperti itu dijamin dan didasari oleh keimanan kepada Tuhan Yang
Maha Mengetahui. Seorang yang beriman merasa ia tidak akan
pernah bisa bebas dari fitrat Maha Mengetahui-Nya dalam segala hal
yang dilakukannya. Tidak ada hukum buatan manusia yang memiliki

229
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II
III

kelebihan seperti ini dalam implementasinya. Hukum manusia pada


akhirnya selalu gagal memelihara sistem yang diundangkannya karena
tidak ada kesadaran dalam benak pelaku kejahatan bahwa ia selalu
berada dalam pengawasan pembuat hukum. Legislasi saja tanpa
dikuatkan dengan ancaman hukuman, tidak akan mungkin bisa
mengekang tangan para pendosa. Pengaruhnya tidak pernah mencapai
tempat pembenihan kejahatan yaitu tumpukan sampah dari maksud-
maksud tersembunyi di dalam batin para pendosa. Para pendosa selalu
berharap bahwa seperti juga niatnya, tindak kejahatannya juga akan
lolos dari pengamatan hukum. Mencari perlindungan keselamatan
melalui pemanfaatan kedustaan adalah faktor utama lainnya yang
mendorong terjadinya kejahatan. Kecenderungan dan dorongan
ketergesaan manusia melakukan tindak kejahatan bersifat sebanding
langsung dengan harapannya untuk mengelak dari deteksi orang
lain. Karena itulah maka perundang-undangan saja tidak pernah
berhasil mencabut kejahatan sosial, karena tidak berhasil menggapai
relung-relung kegelapan dimana kejahatan bersemi. Sebagian besar
kejahatan dilakukan orang di belakang tabir khayalan invisibilitas
dan pengelakan tanggung jawab. Betapa pun majunya teknik deteksi
yang dikembangkan manusia, tetap saja tidak akan menggoyahkan
keyakinan pendosa bahwa ia mampu menghindari deteksi karena ia
merencanakan segala sesuatu di tempat yang aman dari pandangan
hukum, yang bersarang di relung-relung rahasia hatinya.
Hanya keimanan yang kuat kepada eksistensi Tuhan dan adanya
prinsip akuntabilitas saja yang mungkin bisa menggagalkan dan
memangkas segala bentuk kejahatan dari awal mulanya. Sebagian besar
hal inilah yang menjadi tujuan utama pengaturan akhlak dalam suatu
agama. Akhlak itu sendiri merupakan esensi pokok dari kelangsungan
hidup suatu agama. Jika standar norma-norma akhlak diturunkan,
adalah agama juga yang pertama kali menerima akibatnya. Ketidak-
jujuran dan immoralitas akan menggerus monumen hukum dan

230
PengenalanSudut
dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
MasalahAgama
Filsafat
Agama
Agama
Pandang
Agama
Individu dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Zoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
Agama Tao
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

konstitusi buatan manusia, betapa pun kuatnya. Begitu juga dengan


monumen keruhanian suatu agama akan terkikis habis begitu standar
norma akhlak menjadi turun. Persis sama seperti rayap, merosotnya
norma-norma akhlak akan meruntuhkan struktur akhlak dari agama-
agama besar.
Hal inilah yang menjadi kunci untuk memahami adanya
dekadensi di segala lapisan kepercayaan dan ibadah agama. Ketauhidan
Ilahi menjadi terpecah dan terus menyerpih dengan bertambah
rendahnya standar akhlak. Penyembahan berhala mulai menggantikan
Ketauhidan Ilahi dan patung-patung berhala menempati Rumah
Tuhan yang kemudian berubah menjadi kuil semata. Jauh di dasar
dari fenomena destruktif demikian, kita akan selalu menemukan
adanya ulat-ulat ketidak-jujuran sedang menggerogoti fondasi akhlak.
Ketidak-jujuran menjadi racun yang mematikan jika sudah mencapai
tingkat hierarki kepemimpinan. Tetapi yang lebih mematikan lagi
adalah jika ketidak-jujuran sudah menjangkiti tingkat kepemimpinan
di bidang agama. Mereka mengharu-biru kedamaian mahluk lainnya
atas nama Tuhan. Akhirnya Tuhan tidak lagi punya peran berarti di
lingkungan manusia. Tahta-Nya yang kosong diisi oleh dewa-dewa
gadungan dari hierarki keagamaan.
Karena itu jauh lebih bijak untuk menilai suatu agama pada awal
mula berkembangnya dan bukan pada masa akhirnya, karena campur
tangan manusia agama itu hanya tinggal puing-puingnya saja dari
suatu awal yang begitu mulia. Awal dari agama-agama itu memang
agung tetapi juga sederhana. Agama pada keadaannya yang masih amat
murni selalu dihadapi masyarakatnya dengan sikap permusuhan dan
penolakan. Contoh yang paling valid tentang ajaran keagamaan adalah
para Nabi itu sendiri. Adalah mereka ini yang ditolak dan dihinakan
serta selalu menjadi sasaran kekejaman tanpa belas kasihan.
Hal yang sama juga dialami oleh mereka yang beriman di awal,
dimana integritas, dedikasi dan pengurbanan mereka dalam menggapai

231
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II
III

kebenaran tidak ada padanannya pada masa-masa setelahnya.


Ironisnya adalah orang-orang mulia seperti ini tidak pernah diterima
masyarakat ketika mereka masih hidup. Tetapi kalau mereka sudah
meninggalkan dunia, mereka lalu diagungkan bahkan melebihi status
mereka yang sebenarnya. Mereka jadi naik status menjadi seperti dewa
sembahan, bahkan kuburan mereka pun dipuja orang. Inkonsistensi
aneh dalam perilaku masyarakat ini akhirnya juga menjangkiti mereka
yang mewarisi keimanan agamanya tanpa harus membayar harga
pengurbanan. Keadaan tersebut secara tersembunyi bekerja di bawah
permukaan ibarat ulat-ulat, yang kemudian mengikis habis nilai-
nilai luhur suatu agama. Ketauhidan Ilahi selalu berfungsi pada dua
dimensi, yaitu semua yang mendukung Ketauhidan tidak akan lepas
daripada-Nya mau pun di antara mereka sendiri; dan yang kedua ialah
Ketauhidan mewujud di antara sang Pencipta dengan ciptaan-Nya.
Dalam sejarah kenabian, tidak ada Nabi yang pernah mencerca
atau memburuk-burukkan Nabi sebelum dirinya. Sikap kesatuan
yang sama juga berlangsung ke masa depan. Memang benar mereka
mengeluarkan peringatan agar berhati-hati terhadap para ‘nabi palsu’
yang mudah dikenali dari sikapnya yang tidak bertuhan, adapun
kedatangan Rasul Ilahi yang sejati selalu dikemukakan dengan cara
yang menghormat dan dengan kecintaan. Hal ini berlaku pada semua
yang menjunjung Ketauhidan Ilahi di sepanjang masa. Ketauhidan
Ilahi telah menempa mereka menjadi satu persaudaraan. Para
pemuka agama yang korup tidak memiliki ciri pembeda seperti ini.
Mereka mengkhutbahkan perpecahan sambil menabuh genderang
Ketauhidan. Kecintaan kepada Ketauhidan Ilahi telah mengikat erat
para nabi-Nya sehingga kecaman kepada yang satu dianggap sama saja
dengan menghina semuanya. Hal itu menjadi simbol persatuan yang
terkuat di antara Tuhan dengan hamba-hamba-Nya yang terpilih dan
secara mutual di antara para hamba Tuhan tersebut.

232
PengenalanSudut
dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
MasalahAgama
Filsafat
Agama
Agama
Pandang
Agama
Individu dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Zoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
Agama Tao
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

Rasa persatuan ini juga nyata sebagai pertalian universal di antara


Wujud-Nya dengan segala bentuk eksistensi lainnya. Ketauhidan Ilahi
telah menyatukan Wujud-Nya dengan ciptaan-Nya, mempersatukan
semuanya dengan cara yang nyata atau pun halus. Hanya saja sayangnya
terjadi disintegrasi dalam hubungan ini dengan berjalannya waktu. Hal
inilah yang menyiapkan lahan tempat tumbuh dan berkembangnya
Pohon Dosa.
Tanda-tanda gangguan pertama muncul ketika kelompok
kependetaan atau keulamaan pada masa berikutnya mulai mencoba
mengangkat status Nabi mereka yang seorang manusia melampaui
garis batas Ketauhidan dengan memberikan kepadanya fitrat-fitrat
Ilahi, padahal para Nabi tersebut tidak pernah menyatakannya
demikian. Kecintaan yang berlebihan kepada Nabi-nabi pada masa
lalu telah menjadi suatu agama baru bagi masyarakat keagamaan yang
telah merosot ini. Pujian yang berlebih-lebihan dicanangkan bagi
mereka sehingga memunculkan dewa-dewa manusia yang baru dengan
mempertuhan mereka. Mereka sama sekali tidak menyadari bahwa
inkonsistensi demikian amat buruk pengaruhnya atas diri mereka dan
masyarakat keseluruhan. Kecintaan buta kepada Nabi-nabi pada masa
lalu telah menjadi inti jiwa dan ruh dari agama mereka, tetapi hal ini
pun bisa terjadi setelah inti dan ruh dari pesan yang dibawa para Nabi
itu telah dihancurkan oleh kelompok baru para pemujanya ini. Nabi
datang untuk menghancurkan dosa, namun kecintaan yang mereka
tunjukkan ini malah jadinya untuk mengembangkan dosa. Mereka
menganggap bahwa hal tersebut akan membersihkan diri mereka dari
segala dosa yang pernah mereka lakukan. Kecintaan berlebihan kepada
seorang Nabi yang telah berpulang sebenarnya akan memberikan
mereka kehidupan yang lebih buruk dari kematian. Mereka merasa
aman bersama Tuhan, yang Ketauhidan-Nya telah mereka cederai,
sepanjang mereka terus menundukkan kepala kepada ketuhanan dari
sekutu-Nya yang hanya wujud seorang manusia. Semua itu jadinya

233
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II
III

membuka pintu bendungan kerusakan akhlak dan sekali pintu ini


terbuka, tidak akan mungkin lagi bisa ditutup dengan kekuatan upaya
manusia. Dosa jadinya malah marak karena kecintaan berlebihan
kepada seorang Nabi yang tidak berdosa.

K eadaan dekadensi juga terjadi saat ini, ketika kelompok pemuka


agama secara tidak bermalu malah mengajarkan kebencian,
pertumpahan darah, terorisme dan penghancuran hak-hak asasi
manusia yang katanya atas nama kecintaan mereka kepada Tuhan.
Mereka mencipta jurang di antara Tuhan dengan manusia agar
mereka menduduki posisi komando karena ketiadaan-Nya. Sejak
saat itu mereka mulai mengeluarkan segala fatwa tanpa dukungan
pembenaran dari atas. Sebenarnya dapat dikatakan bahwa mereka
telah mengangkat diri mereka sederajat dengan Tuhan, walau
mulutnya berbicara lain. Bagi mereka yang namanya Tuhan itu
tidak ada artinya, yang penting adalah diri mereka sendiri. Adalah
kemurkaan mereka yang harus ditakuti oleh masyarakat dan adalah
perkenan dan keridhoan mereka yang harus dicari oleh masyarakat.
Hal ini menjadi kriteria baru dalam penetapan penghukuman dan
ganjaran. Barangsiapa berani menentang dewa semu ini akan dikutuk
masuk neraka, dan siapa yang setuju dengan mereka akan diganjar
dengan surga yang kekal. Tuhan jadinya hanya melaksanakan apa yang
telah mereka putuskan. Mereka sendiri tidak perduli kepada akhlak
orang awam yang mereka pimpin. Apa yang menjadi perhatiannya
hanyalah ego mereka sendiri serta kewenangan untuk mengendalikan
massa. Keadaban, kebudayaan, citra keadilan dan kejujuran semuanya
dijagal di atas altar dogma mereka yang kaku. Inilah harga yang selalu
harus dibayar oleh masyarakat jika mereka menjauhi Ketauhidan Ilahi
dengan satu dan lain cara.
Seperti seekor ular yang luka, mereka mulai mendesis
mengangkat kepala terhadap campur tangan samawi. Kecintaan

234
PengenalanSudut
dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
MasalahAgama
Filsafat
Agama
Agama
Pandang
Agama
Individu dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Zoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
Agama Tao
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

mereka kepada Nabi masa lalu itu dijadikan alasan sedangkan maksud
mereka yang tersembunyi adalah penghormatan kepada ego mereka
sendiri. Namun dilemanya adalah masyarakat yang tidak bertuhan
demikian malah penuh dengan dewa-dewa palsu seperti mereka. Yang
pasti tidak mungkin akan tercipta persatuan tanpa Ketauhidan Ilahi.
Persaingan di antara para ulama atau pendeta itu mulai mengambil
korban. Mereka kemudian memecah diri menjadi berbagai sekte dan
skisma sambil mengibarkan panji-panji keberbedaan ideologi mereka.
Muncullah pergulatan seru untuk menguasai masyarakat. Yang
menjadi perhatian mereka hanyalah berapa jumlah pengikut yang bisa
dihimpun. Adapun tentang akhlak dari orang-orang yang dipimpin,
mereka sama sekali tidak ambil peduli. Mereka tidak menunjukkan
teladan positif dalam kehidupan sehari-hari atau pun tanggungjawab
moral kepada masyarakat. Mereka hanya tahu cara membakar emosi
mereka sehingga menjadi api kebencian terhadap lawan sektenya,
namun mereka tidak pernah menggarap lahan hati mereka untuk
menyemaikan benih cinta kasih dan pengurbanan. Masyarakat seperti
ini jadinya merupakan lahan yang amat subur bagi berkembangnya
penyembahan berhala.
Mereka menuntut kepatuhan penuh atas kewenangan mereka di
bidang keimanan dan akidah. Kepatuhan kepada kehendak Tuhan yang
berkaitan dengan kehidupan tidak menjadi perhatian mereka sama
sekali. Masyarakat boleh saja merampok atau mencuri, melukai atau
membunuh, mereka bisa mengumpulkan kekayaan atau membangun
istana dengan kedustaan dan penipuan. Mereka boleh melakukan apa
saja sepanjang mereka tidak mengubah kesetiaan kepada ulama atau
pendeta mereka dan menyembah saingannya, kelakuan apa pun yang
lainnya dipersilakan dan boleh-boleh saja. Inti penyembahan mereka
telah bergeser dari Tuhan kepada seorang Nabi, dan dari Nabi kepada
ego mereka sendiri. Demikian itulah kemunculan manusia-manusia
dalam peran baru mereka sebagai dewa semu.

235
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II
III

Keadaan masyarakat awam yang mengikuti mereka, sama


menyedihkannya. Apa yang mereka kenal di bumi ini adalah akidah
bahwa Tuhan itu ulama atau pendeta, dan ulama atau pendeta itu
adalah Tuhan. Mereka tidak mampu mempertanyakan kewenangan
kaum ulama berkenaan dengan keimanan. Terjadi perubahan
diametrikal pada orientasi kepatuhan. Mustahil bagi mereka untuk
mengetahui apa bedanya. Kemauan para ulama atau pendeta itu bagi
mereka menjadi kehendak Tuhan. Hal ini berlangsung sepanjang
kelompok ulama atau pendeta ini tidak mencampuri kepentingan
pribadi mereka. Saat ulama atau pendeta melakukan hal ini maka
ia akan kehilangan kewenangannya di atas mereka dan ia tidak lagi
diperlakukan sebagai objek yang patut memperoleh kepatuhan.
Dalam lingkup dari kepentingan pribadi, tidak ada anggota
masyarakat immoral demikian yang mengenal Tuhan selain dirinya
sendiri. Penghormatan kepada dewa-dewa semu berupa para ulama
dan pendeta itu hanya berlangsung selama mereka tidak membentur
ego dari manusia yang dipimpinnya. Demikian itulah perjalanan
melingkar dari monotheisme menjadi politheisme sampai di ujungnya.
Penyembahan ego sendiri menjadi tujuan akhir dari suatu masyarakat
keagamaan yang mengalami kemerosotan.
Dalam semua masyarakat yang kacau seperti disebutkan di atas,
datangnya seorang Penyeru Ilahi selalu dianggap sebagai gangguan
campur tangan yang tidak disukai. Begitu juga perlakuan yang diterima
oleh Nabi Isa as ketika beliau muncul di antara domba-domba Bani
Israil. Hanya saja sikap masyarakat terhadapnya lebih tepat dikatakan
sebagai serigala dan bukannya domba. Namun sikap beliau kepada
mereka tetap saja sebagai seorang gembala yang mencintai setiap
domba dalam kelompoknya.
Kita bisa memvisualisasikan bagaimana buntunya perjalanan
yang harus ditempuh. Pengidolaan atas diri para Nabi merupakan

236
PengenalanSudut
dengan Perspektif
Aliran
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
MasalahAgama
Filsafat
Agama
Agama
Pandang
Agama
Individu dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Zoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
Agama Tao
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

batu sandungan raksasa bagi Nabi yang datang kemudian, yang harus
datang dalam rupa manusia biasa. Bahkan tanpa pengidolaan pun,
puji-pujian yang berlebihan serta atribust dari fitrat supra-natural
kepada Nabi yang lalu sudah cukup buat menjadi bahan penyangkalan
bagi Nabi yang datang kemudian, yang tidak datang secara gegap
gempita seperti yang mereka harapkan. Jadinya krisis identitas akan
selalu menghalangi langkah Nabi yang datang kemudian.
Tanpa adanya Nabi-nabi maka keimanan kepada Tuhan hanya
merupakan nama lain dari atheisme. Pola hidup sehari-hari dan sikap
perilaku kehidupan masyarakat mencerminkan segala hal kecuali
Tuhan. Sepertinya Dia telah meninggalkan mereka, seperti sebuah
sarang yang telah ditinggal terbang selamanya oleh burung, untuk
tidak kembali lagi.
Begitu itulah tantangan yang harus dihadapi oleh Nabi Isa as.
Masyarakat Yahudi pada masa itu sedang mengalami krisis akhlak dan
keruhanian yang sama. Para Rabbia, kelompok Farisib, dan Sadukic
semuanya telah menjadi dewa semu sehingga tidak ada lagi tempat
untuk mengakomodasi Tuhan. Dengan demikian bukanlah suatu
keajaiban kecil bahwa suara lembut seorang diri dari sosok Isa as atas
nama Tuhan, tidak lalu tenggelam dalam hingar-bingar protes jahat
masyarakatnya.
Inilah secara singkat kisah awal dari asal, kemunculan dan
tenggelamnya agama-agama. Namun selalu ada awal baru setelah
tiap kejatuhan untuk merehabilitasi Ketauhidan Ilahi. Semua itu
bersumber dari langit dan turun bersama wahyu. Tidak pernah hal
seperti itu muncul dari permukaan bumi, yang menguap ke atas
seperti kolom asap yang berputar ke angkasa dalam bentuk kerancuan
manusia yang berakhir pada kepercayaan kepada Ketauhidan. Justru
Ketauhidan Ilahi itulah yang turun dari langit untuk mengangkat
kembali manusia yang telah jatuh kepada ketinggian luhur kedekatan
kepada-Nya.

237
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II
III

Catatan:
a. Rabbi (bahasa Ibrani, artinya “guruku”) adalah setiap orang
yang memperoleh kualifikasi sebagai guru agama karena telah
mempelajari kitab Taurat. Berfungsi sebagai imam dan ulama
dalam masyarakat Yahudi. (Penterjemah)
b. Farisi (bahasa Inggris “Pharisee,” bahasa Yahudi “Perushim”)
adalah kelompok atau golongan ulama agama Yahudi yang
berpegang pada Kitab Taurat yang tertulis dan yang tidak tertulis
(Oral Law) tetapi terdapat dalam tradisi umat. Mereka lebih
fleksibel dalam menafsirkan akidah dan muncul sebagai bentuk
perlawanan terhadap kelompok Saduki. (Penterjemah)
c. Saduki (bahasa Inggris “Sadducees,” bahasa Iberani “Tzedoqim”)
adalah kasta yang beranggotakan kelompok pendeta, kaum
bangsawan dan pedagang kaya. Mereka hanya mengakui apa
yang tegas tertulis di dalam kitab Taurat dan tidak menerima
bentuk penafsiran lainnya. Kelompok ini memiliki pola fikir
yang mendekati Hellenisme dan akrab dengan pemerintahan
Romawi, sehingga mereka dibenci oleh rakyat awam. Setelah
kehancuran Kuil pada tahun 70 M, mereka sirna sebagai suatu
kelompok masyarakat dan tidak pernah disebut-sebut lagi.
(Penterjemah)

238
Pengenalan
Konsep Ketuhanan Suku-Suku dengan
Sudut
Bangsa Perspektif
Aliran
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Masalah
PandangAgama
Filsafat
Agama
Aborigin
Individu dan Sejarah
Rasionalitas,
Agama
Agama Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
diZoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Tao
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

KONSEP KETUHANAN
SUKU-SUKU BANGSA ABORIGIN
DI AUSTRALIA

S ejauh ini kami telah mencoba menyangkal teori yang populer di


kalangan ahli sosiologi Barat yang melalui cara berfikir yang aneh
berusaha membuktikan bahwa konsep tentang Tuhan itu adalah hasil
ciptaan fikiran manusia, dan bukannya manusia sebagai hasil ciptaan-
Nya. Yang mereka sebut sebagai bukti untuk mendukung teori mereka
nyatanya hanyalah dugaan belaka. Seberapa jauh kajian tentang evolusi
fikiran selama 1 milyar tahun evolusi kehidupan dapat mendukung
hipotesa ganjil demikian, juga merupakan subjek pertanyaan yang
perlu diteliti secara mendalam. Di sisi lain, kajian sejarah yang tidak
memihak mengungkapkan bahwa keimanan kepada Tuhan bukan
merupakan suatu hal yang dihasilkan dari takhayul manusia. Apakah
Tuhan yang menciptakan manusia ataukah manusia yang telah
mencipta Tuhan, menjadi pertanyaan vital yang telah kami bahas di
atas dengan merujuk pada sejarah beberapa agama monotheisme besar
yang ada.
Sekarang kami akan mencoba meneliti secara kritis konsep para
ahli sosiologi mengenai evolusi gradual tentang konsep Ketuhanan
dengan merujuk pada agama-agama suku bangsa Aborigin di Australia.
Kajian ini akan membuktikan lebih lanjut adanya cacat inheren dalam
metodologi penelitian yang dilakukan para ahli sosiologi tersebut.
Pertanyaan mereka ini selalu bersandar pada premis tidak ada wujud
Tuhan. Tidak ada orang waras yang akan menganggap hasil penelitian
mereka bersifat ilmiah karena kesimpulannya sudah dikemukakan
di depan, sebelum diagnosa dilakukan. Kontradiksi inheren ini yang

239
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II
III

kemudian muncul ketika para ahli sosiologi itu menghadapi realitas


di lapangan. Sebelum melakukan suatu penelitian, seyogyanya prinsip
dsara yang terkait sudah ditetapkan terlebih dahulu. Namun nyatanya
mereka tidak melakukan hal itu dalam bentuk penetapan definisi dan
tujuan penelitian. Satu-satunya prinsip yang mereka pegang adalah
keyakinan bahwa tidak ada sosok Tuhan. Tujuan penelitian mereka
hanya untuk mencari tahu mengapa manusia menyembah Tuhan atau
patung dewa-dewa padahal yang disembah itu sesuatu yang tidak ada.
Karena itu yang menjadi subjek penelitian mereka ialah kesimpulan
bahwa berkembangnya kepercayaan takhayul akan memuncak pada
terciptanya dewa-dewa sembahan.
Sekarang mari kita bawa perhatian pembaca kepada sejarah
keagamaan di Australia. Australia merupakan benua yang sejarah
budaya, sosial dan keagamaannya bisa dirunut ke belakang sampai
25.000 tahun yang lalu. Banyak ilmuwan yang bahkan menariknya ke
belakang sampai 40.000 tahun yang lalu atau lebih. Menurut beberapa
peneliti, periode itu bisa jadi sampai 130.000 ribu tahun, dan selama
itu pertumbuhan agama di sana tidak tercemar dan tidak terganggu.
Benua Australia tidak saja unik karena letaknya yang terpisah
sama sekali dari bagian bumi lainnya, tetapi juga unik karena di
dalamnya terdapat beratus-ratus area kelompok sosial seperti pulau-
pulau yang terpisah, yakni masing-masing area terdiri dari suku-suku
bangsa yang tetap terisolasi satu sama lainnya. Diketahui ada sekitar
500 sampai 600 suku bangsa yang memiliki sejarah perkembangan
sosial dan keagamaan yang bersifat independen sepanjang periode
25.000 sampai 40.000 ribu tahun, terisolasi satu dari yang lain kecuali
kontak marjinal sesekali di perbatasan teritorial mereka.
Kontak-kontak yang terjadi tidak saja bersifat sangat singkat,
tetapi juga tidak efektif untuk mentransfer ideologi, kepercayaan,
mithologi atau pun takhayul satu sama lain. Tidak hanya hambatan
bahasa yang menghalangi tetapi juga adat tradisi mereka yang tidak

240
Pengenalan
Konsep Ketuhanan Suku-Suku dengan
Sudut
Bangsa Perspektif
Aliran
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Masalah
PandangAgama
Filsafat
Agama
Aborigin
Individu dan Sejarah
Rasionalitas,
Agama
Agama Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
diZoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Tao
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

menyukai sosialisasi dan komunikasi dengan orang luar suku sehingga


tercipta rintangan teguh yang menghalangi transfer informasi antar
mereka.
Dalam hal pandangan ahli sosiologi yang berawal pada penafikan
Tuhan mengandung kebenaran, mestinya dalam setiap suku bangsa
Aborigin bisa ditemui trend universal penyembahan benda-benda
alam yang secara gradual berubah menjadi keimanan kepada Tuhan
Yang Satu. Namun yang ditemui justru hal yang berbeda sama sekali
dari pandangan mereka tersebut.
Pada semua suku bangsa di Australia, tanpa ada kecuali, terdapat
kepercayaan kepada satu Wujud Yang Maha Kuasa yang menjadi kausa
pertama dari semua ciptaan. Deskripsi mereka mengenai hal ini hanya
berbeda sedikit saja satu dari yang lain, karena konsensus para ahli
sosiologi dan anthropologi, bangsa ini mempercayai eksistensi dari
kausa awal yang mereka sebut sebagai ‘Dewa Luhur’ yang sebenarnya
nama lain dari Allah, Tuhan, Brahma, Parmatama dan lain-lain.
Ide pokok tentang Wujud Pencipta Yang Maha Agung tetap tidak
ternodai oleh kepercayaan takhayul yang mereka miliki. Kepercayaan
takhayul berbeda dari satu ke lain suku, tetapi kepercayaan mereka
kepada Tuhan yang satu tetap sama. Tidak ada satu tempat pun para
ahli sosiologi bisa menemukan bukti evolusi gradual tentang konsep
Tuhan. Pandangan yang terdapat di berbagai suku bangsa hanya berbeda
deskripsinya saja. Sebagai contoh, suku Wiimbaio mempercayai bahwa
ketika sedang menciptakan bumi Tuhan berada dekat, tetapi setelah
menyelesaikan pekerjaan-Nya, Dia terbang kembali ke tempat-Nya
yang tinggi di antara konstelasi bintang-bintang. Begitu juga suku
bangsa Wotjobaluk yang meyakini bahwa Bunjil sebagai wujud Yang
Maha Agung, dahulunya hidup di dunia sebagai seorang yang agung
tetapi kemudian terbang ke langit.1
Para ahli sosiologi ketika sedang merujuk kepada kepercayaan-
kepercayaan demikian, seringkali lupa memberitahukan kepada para

241
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II
III

pembacanya bahwa suku bangsa bersangkutan di samping 500 suku


lainnya memang mempercayai adanya wujud Pencipta yang kekal,
apakah Dia berbentuk manusia atau tidak, bukan masalah karena
tidak menjadi pokok bahasan. Ditambah lagi tentang kepercayaan
mereka akan bumi dan segala isinya yang dianggap tidak sama kekal
dengan Pencipta Yang Agung.
Banyak para ahli anthropologi yang memperdebatkan asal mula
dan tujuan dari konsep Tuhan di antara bangsa Aborigin. Mereka
meragukan bahwa yang namanya Dewa Luhur adalah sama dengan
Wujud Maha Agung yang dikenal dalam agama samawi, karena sulit
bagi mereka untuk memahami bahwa orang-orang liar yang primitif
seperti orang Aborigin demikian bisa menguasai konsep yang demikian
maju.
Kalau pun mereka menyebut Tuhan mereka sebagai Dewa-dewa Luhur (High
Gods), hal ini tidak menggambarkan suatu yang jamak (plural) seperti yang
tersurat, karena dalam terminologi Aborigin kata itu merujuk pada Wujud
Maha Agung Yang Tunggal. Kemungkinan karena rasa penghormatan maka
Dia disebut sebagai kata jamak (plural).

Absurditas posisi para ahli anthropologi sebenarnya telah


jelas. Mengingat inti argumentasi mereka adalah karena mereka
menganggap bahwa sesuatu tidak mungkin ada maka dianggapnya hal
itu pasti tidak akan ada juga. Keadaan tersebut lebih mengungkap lagi
sikap prasangka yang mereka miliki. Bila suatu masyarakat primitif
seperti orang Aborigin Australia ternyata meyakini Tuhan yang satu
dari sejak awal sejarah bangsa mereka, mestinya para ahli sosiologi itu
juga mengakui kalau konsep tentang Ketuhanan bukan merupakan
hasil evolusi dari dongeng-dongeng takhayul. Sayangnya mereka tetap
saja menolak sambil merajuk seperti anak kecil, mereka tidak percaya
karena hal tersebut dianggap tidak mungkin terjadi.
Untuk menghindari dipermalukan demikian, E. B. Tylor telah
menemukan alasan penghindaran lainnya guna mengecilkan arti
bukti yang terdapat di Australia tersebut. Dalam artikelnya berjudul

242
Pengenalan
Konsep Ketuhanan Suku-Suku dengan
Sudut
Bangsa Perspektif
Aliran
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Masalah
PandangAgama
Filsafat
Agama
Aborigin
Individu dan Sejarah
Rasionalitas,
Agama
Agama Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
diZoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Tao
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

Limits of Savage Religion dalam Journal of Anthropological Institute


(1891), ia mengemukakan pandangan baru yaitu konsep Dewa Luhur
dianggap sebagai produk dari pengaruh missionaris Kristen pada
agama bangsa Aborigin. Suatu pandangan yang jelas absurd dan tidak
didukung sejarah sama sekali.
Seorang ahli evolusi lainnya, A. W. Howitt secara tegas menolak
pandangan Tylor dan mengemukakan bahwa pada beberapa suku
bangsa yang terdapat di Timur Australia, kepercayaan kepada Tuhan
Esa Yang Kekal sudah ada jauh sebelum datangnya para missionaris
Kristen atau bahkan bangsa Barat sekali pun. Anehnya ia sendiri juga
gagal memperhatikan sudut pandang bahwa mestinya ide adanya
missionaris Kristen menyebarkan ajaran Ketauhidan Ilahi harus
dienyahkan sama sekali karena tidak ada jejak-jejak konsep akidah
Trinitas ditemukan di mana pun di benua Australia dalam imaji
tentang Tuhan sebagaimana yang secara universal diyakini bangsa
Aborigin.
Namun terlepas dari ruang lingkup studi empiris yang dilakukan
Howitt, ia sendiri terlihat enggan menuntaskan penelitiannya untuk
sampai kepada konklusi yang logis. Meskipun ia mengakui dalam
bukunya yang diterbitkan tahun 1904, bahwa bangsa Aborigin
meyakini wujud Maha Bapak yang bersifat:
‘... kekal karena sudah ada sejak awal dari segala hal, dan ia tetap hidup.
Tetapi karena itu bangsa Aborigin meyakini bahwa ia berada dalam suatu
situasi dimana setiap orang akan berada, jika tidak terbunuh secara prematur
oleh kekuatan gaib.’2

Dengan cara demikian itulah Howitt berusaha mengelak


dari bukti yang tidak bisa dibantah tentang kepercayaan mereka
terhadap Tuhan, yaitu dengan cara merancukan permasalahannya. Ia
menyatakan:
‘Tidak bisa disimpulkan bahwa bangsa Aborigin memiliki suatu konsep
bentuk keagamaan yang baku.’ 3

243
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II
III

Di sini kembali kita melihat contoh dari usaha nekad para ahli
evolusi untuk mengelak dari suatu hal yang pasti. Masalah yang
diungkap Howitt tidak saja bersifat tidak konklusif, tetapi juga tidak
relevan dengan subjek bahasan. Sebenarnya pertanyaan sederhana yang
harus diajukan para ahli sosiologi adalah: bagaimana suatu masyarakat
primitif seperti bangsa Aborigin yang terpecah dalam ratusan sub-suku
tanpa ada sarana komunikasi di antara mereka, tetapi memiliki konsep
tentang Wujud yang Maha Agung dan Kekal secara independen?
Selanjutnya mereka mestinya mempertanyakan legitimasi pandangan
teori mereka tentang evolusi konsep Ketuhanan.
Adapun mengenai Howitt sendiri, misalnya pun kita terima
pandangannya yang ngawur bahwa semua bangsa Aborigin
berkeyakinan bahwa jika mereka tidak mati karena kekuatan gaib maka
mereka bisa menjadi seperti Pencipta sendiri, jelas pandangan tersebut
tidak menjadi pembenaran baginya. Pandangan seperti itu sama sekali
tidak mendukung dongeng evolusi tentang konsep Ketuhanan dari
para ahli sosiologi. Kita patut takjub bahwa seorang sarjana dengan
reputasi sekaliber Howitt bisa rancu memandang dua masalah yang
jelas berbeda. Teori yang mengatakan bahwa evolusi akhir tentang
kepercayaan kepada satu Tuhan berasal dari kepercayaan takhayul yang
primitif terhadap banyak dewa, sesungguhnya tidak ada kaitannya
sama sekali dengan pembahasan hipotetis tentang kemungkinan
evolusi manusia menjadi dewa-dewa kalau saja maut tidak mengakhiri
umur mereka. Paling banter pandangan Aborigin ini bisa disejajarkan
dengan pembahasan tentang kitab Perjanjian Lama yang berkaitan
dengan Adam, Siti Hawa dan sang Ular. Menurut sang Ular, Tuhan
telah melarang Adam dan Hawa mendekati pohon terlarang, agar
jangan sampai mereka menjadi seperti Tuhan yaitu sama-sama kekal
selamanyad. Kesamaan di antara pandangan primitif bangsa Aborigin
dengan kepercayaan Yahudi-Kristiani mestinya membawa rasa hormat

244
Pengenalan
Konsep Ketuhanan Suku-Suku dengan
Sudut
Bangsa Perspektif
Aliran
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Masalah
PandangAgama
Filsafat
Agama
Aborigin
Individu dan Sejarah
Rasionalitas,
Agama
Agama Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
diZoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Tao
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

terhadap agama-agama samawi. Heran juga mengapa Howitt bisa


melewatkan persamaan yang demikian mencolok tersebut.
Nyatanya pandangan tersebut merupakan cara pengungkapan
bangsa Aborigin untuk menetapkan batas yang tegas antara Pencipta
dan mahluk ciptaan-Nya. Pesan yang bisa ditarik dari pandangan
mereka tersebut ialah: Pencipta tidak saja kekal berkaitan dengan masa
lalu, tetapi Dia juga abadi berkaitan dengan masa depan. Hanya Dia
saja yang memiliki fitrat-fitrat tersebut. Tidak ada seorang pun yang
mungkin bisa mencapai kekekalan di masa depan karena setiap orang
bersifat fana. Pandangan seperti itu menjadikan mereka sejajar dengan
agama-agama Ketauhidan yang sama meyakini bahwa hanya Tuhan
saja yang bersifat kekal dan abadi.
Dalam semangatnya untuk mendiskreditkan bangsa Aborigin
sebagai kelompok manusia yang mempunyai agama, Howitt selanjutnya
menekankan bahwa tidak ada tanda-tanda ibadah atau pengurbanan di
antara mereka. Sebenarnya observasi Howitt ini tidak ada relevansinya
dengan masalah yang dibahas. Apakah ia menganggapnya sebagai
agama atau bukan, tetapi sepanjang ia mengakui bahwa bangsa itu
percaya kepada eksistensi sang Pencipta Yang Maha Kekal, sebenarnya
ia telah menafikan teori para ahli sosiologi tentang evolusi gradual
konsep Ketuhanan.
Adapun mengenai validitas pernyataannya bahwa bangsa Aborigin
tidak menunjukkan tanda-tanda ibadah atau pun pengurbanan
kepada sang Dewa Luhur yang mereka percayai, tidak bisa diterima
begitu saja. Patut diperhatikan di sini bahwa banyak sekali praktik-
praktik keagamaan mereka itu yang telah salah diartikan oleh para
cendekiawan Barat. Apa yang dimaksud para ilmuwan tersebut
tentang tradisi mimpi dari bangsa Aborigin, bukanlah seperti yang
diyakini oleh bangsa ini.

245
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II
III

P enulis mendapat kesempatan untuk bertemu dengan salah


seorang pemuka mereka yang terpelajar untuk memverifikasi dari
mereka sendiri apa yang dimaksud dengan mimpi mereka itu. Hal
ini penting karena kita selalu menemukan rujukan tentang mimpi
bangsa Aborigin tersebut dalam semua literatur ilmuwan Barat.
Memang diperlukan upaya khusus dari penulis agar pemuka tersebut
mau berbicara tentang kepercayaan mereka, yang sebenarnya enggan
mereka berbagi dengan mereka yang non-Aborigin. Keengganan ini
ternyata bersumber pada kesalahan-tafsir dan kesalahan pengungkapan
kepercayaan mereka oleh orang-orang asing yang mempelajari bidang
kehidupan dan sejarah bangsa Aborigin. Berikut ini adalah apa yang
berhasil dihimpun oleh penulis setelah tercipta hubungan yang baik
dengan mereka.
Yang dimaksud mimpi oleh mereka adalah suatu sarana untuk
berkomunikasi dengan Tuhan. Melalui mimpi mereka memperoleh
petunjuk tentang apa yang akan terjadi dalam kehidupan mereka.
Mereka memiliki sejenis hierarki keagamaan yang antaranya
beranggotakan para pemuka yang ahli dalam menafsirkan mimpi.
Para pemuka demikian tidak berhubungan dengan orang lain dan
akses kepada mereka dari orang-orang non-Aborigin tidak diizinkan.
Ketika mimpi-mimpi diberitakan kepada para pemuka ini, yang
bermimpi sendiri umumnya tidak mempunyai bayangan apa isi pesan
dari mimpi tersebut. Penafsir bisa membaca pesan yang tersirat dan
pada umumnya ternyata benar. Kejadian-kejadian yang kemudian
mewujud merupakan bukti dari kebenaran penafsir di samping
validitas dari kelembagaan mimpi tersebut.
Karena itu harus ada garis pembatas yang jelas di antara
kepercayaan keagamaan berikut ibadahnya di satu sisi serta ritual dan
takhayul mereka di sisi lain yang sebenarnya tidak ada signifikasinya.
Takhayul dan praktik-praktiknya berbeda dari satu suku bangsa
dengan suku bangsa yang lain dan tidak ada dari antaranya yang

246
Pengenalan
Konsep Ketuhanan Suku-Suku dengan
Sudut
Bangsa Perspektif
Aliran
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Masalah
PandangAgama
Filsafat
Agama
Aborigin
Individu dan Sejarah
Rasionalitas,
Agama
Agama Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
diZoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Tao
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

memiliki kesamaan pandangan yang diwariskan turun temurun.


Adapun tentang mimpi, malah sama sekali berbeda. Sebagaimana
kepercayaan mereka kepada Tuhan Yang Satu, ketergantungan mereka
kepada mimpi sebagai petunjuk Ilahi sama diyakini oleh semuanya.
Mimpi-mimpi umumnya muncul sebagai hasil perenungan masalah-
masalah yang dianggap penting. Karena itu tidak salah jika dikatakan
bahwa perenungan demikian merupakan nama lain dari kegiatan
berdoa. Hal ini pasti demikian adanya karena perenungan mereka
(yang berbeda dengan semedi umat Buddha) menghasilkan mimpi
sebagai jawaban. Berkaitan dengan mimpi-mimpi tersebut, bangsa
Aborigin mempunyai disiplin yang tegas dan ketat dimana pelanggaran
terhadapnya akan dapat dihukum.
Menganggap mereka sebagai bangsa yang tidak beragama jadinya
merupakan suatu hal yang tidak beralasan. Sepanjang menyangkut
kepercayaan mereka tentang kematian ‘karena kekuatan gaib’ harus
difahami bahwa dalam konteks tersebut, kalimat ini tidak sama
pengertiannya dengan yang biasa digunakan bangsa lain di dunia.
Di antara bangsa Aborigin tidak ada tukang-tukang sulap seperti
yang ada di tempat lain. Mereka jelas tidak meyakini bahwa setiap
kematian yang terjadi adalah akibat santet seorang yang jahat, dimana
kekuatan gaib yang ditimbulkannya lebih banyak condong pada
kekuatan syaitan. Pada bangsa Aborigin, kematian dianggap sebagai
akibat dari kekuatan ghaib yang berlaku pada setiap mahluk hidup
tanpa kekecualian. Hanya ‘Dewa Luhur’ saja yang dikecualikan dari
ketentuan tersebut. Tiada siapa pun yang berbagi kekekalan bersama-
Nya. Sama sekali tidak ada dimaksudkan bahwa setiap kematian
manusia selalu diakibatkan oleh perilaku seorang pesulap atau
dukun yang melakukan santet kepada mereka yang hidup. Kematian
merupakan fenomena universal yang berlaku atas segala mahluk hidup
di seluruh dunia, tidak terkecuali juga di Australia. Bangsa Aborigin

247
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II
III

mengenalnya dengan baik, dan betapa pun naifnya bangsa ini adalah
suatu kebodohan jika mengatakan bahwa bangsa ini menganggap
kematian sebagai akibat tindakan sihir.
Memperhatikan hal itu maka arti kata ‘kekuatan ghaib’ (magic)
dalam bahasa mereka hanya mungkin berarti dua makna saja. Pertama,
kemungkinan yang dimaksud adalah dosa sebagai pembawa kematian
ruhani sebagaimana juga diyakini dalam agama-agama samawi lainnya
di dunia. Jika demikian adanya maka tentunya mereka telah menerima
konsep tersebut dari sumber yang sama sebagaimana juga yang telah
mencerahkan para Ahli Kitab mengenai eksistensi Tuhan Yang Maha
Kekal.
Alternatif lain sebagai pengertian kedua, setiap kekuatan yang
tidak dimengerti dengan baik dan tidak ada jawabannya yang jelas
maka hal itu dianggap sebagai kekuatan ghaib, yang mudahnya berarti
misteri. Sifat universalitas dan tidak bisa dihindari dari kematian
yang merupakan garis demarkasi di antara yang terbatas dengan yang
tidak terbatas, Pencipta dengan ciptaan-Nya, merupakan misteri yang
dianggap sebagai kekuatan ghaib oleh bangsa Aborigin. Begitu juga
dengan segala hal yang sulit dijelaskan, oleh mereka dimasukkan
kategori kekuatan gaib.
Di samping itu adanya konflik abadi di antara cahaya dan
kegelapan sebagaimana juga diungkapkan secara material oleh agama
Zoroaster, bisa juga ditemui sebagai filsafat yang mendasari praktik-
praktik yang dianggap takhayul bangsa Aborigin. Ritual mereka untuk
mengusir bayang-bayang benda bergerak kemungkinan memiliki
signifikasi kegelapan sebagai cerminan dari dosa atau syaitan.
Namun berkaitan dengan mimpi dan hal-hal yang terkait
dengannya, sama sekali tidak ada kaitannya dengan takhayul
mereka. Keduanya adalah fenomena yang tidak saling terkait. Mimpi
merupakan bagian dari inti pusat keyakinan mereka akan Tuhan dan
cara menerima komunikasi dari-Nya. Menurut penuturan mereka,

248
Pengenalan
Konsep Ketuhanan Suku-Suku dengan
Sudut
Bangsa Perspektif
Aliran
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Masalah
PandangAgama
Filsafat
Agama
Aborigin
Individu dan Sejarah
Rasionalitas,
Agama
Agama Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
diZoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Tao
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

sejak zaman purba bangsa mereka telah menyaksikan tanda-tanda


dari Wujud Yang Maha Mengetahui dan Maha Kuasa yang selalu
memperhatikan kepentingan dari mahluk ciptaan-Nya. Dengan
demikian sebenarnya bangsa Aborigin mempunyai dasar yang kuat
untuk mengeluhkan para peneliti Barat yang menganggap pengalaman
keagamaan mereka tidak patut dianggap agama hanya karena mereka
dianggap terlalu primitif dan bodoh. Kemungkinan besar para peneliti
ini berupaya mendistorsi citra agama Aborigin hanya karena rasa
takut bahwa pengakuan demikian akan menggugurkan teori mereka
sebelumnya.
Salah seorang Aborigin yang mempesona penulis ini adalah
seorang yang sangat terpelajar, penganut agama Kristen sebelum
mendapatkan jenjang pendidikannya yang lebih tinggi. Profesinya
adalah sebagai seorang insinyur teknik. Pada awal dialog, ia jelas
terlihat enggan berbagi pengetahuannya tentang kepercayaan dan
ibadah agama bangsa Aborigin. Anehnya meski telah menganut agama
Kristen tetapi jauh di lubuk hatinya ia masih tetap seorang Aborigin.
Setelah upaya persuasif yang panjang oleh penulis, akhirnya ia
meyakini ketulusan dan perhatian pengarang kepada bangsa Aborigin.
Kesedihan akan sejarah dan kebudayaan kuno bangsa Aborigin sangat
membekas dan tercermin di relung matanya. Ia mengatakan bahwa
jarang sekali orang luar bisa berhubungan langsung dengan hierarki
kelompok elit bangsa Aborigin. Pengetahuan apa pun yang mereka
peroleh jadinya hanya bersifat semu dan hanya kulitnya saja. Ia sangat
jengkel atas anggapan dan gambaran para peneliti Barat dan dunia
umum tentang yang dimaksud sebagai mimpi bangsa Aborigin.
Salah satu hadis Rasulullah saw perlu disimak di sini karena
dinyatakan bahwa mimpi samawi itu nilainya 1/40 dari kenabian4.
Melalui ungkapan ini jelas bahwa secara universal adalah melalui
mimpi-mimpi hakiki maka kenabian dimulai karena akan meretas
jalan kepada wahyu verbal dari Tuhan yang jika Dia berkenan akan
menunjuk penerima itu sebagai Rasul-Nya.

249
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II
III

Kembali kepada masalah kesimpulan yang ditarik oleh para


peneliti Barat, kita harus mengakui bahwa tidak semua dari mereka
itu bersikap negatif terhadap pengalaman spiritual bangsa Aborigin.
Di antara mereka terdapat para cendekiawan yang memiliki visi yang
jernih dan berani yang mengakui bahwa bangsa ini mempunyai agama
yang tertata rapi dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Andrew Lang dalam bukunya The Making of Religion5, menyatakan
bahwa konsep ‘Dewa Luhur’ adalah otentik milik bangsa Aborigin
sendiri. Jika kemudian terdapat dongeng-dongeng tentang sosok
‘Sang Bapak’, Lang menyimpulkan bahwa dongeng tersebut muncul
setelah adanya konsep ‘Dewa Luhur.’
Peter Wilhelm Schmidt, seorang pendeta Katolik berbangsa
Jerman dalam 12 volume buku Ursprung der Gottesidee yang
ditulis antara 1912 dan 1925, juga menyokong pandangan Lang
dan menekankan bahwa dongeng tersebut muncul setelah konsep
‘Dewa Luhur.’ Karya Schmidt pertama sekali muncul dalam publikasi
berbahasa Perancis tahun 1908 dan 1910 dalam majalah Anthropos
yang diterbitkan Schmidt sendiri. Edisi cetak ulang diedarkan secara
terpisah dengan judul L’origine de Dieu, Etude Historico-Critique et
Positive. Edisi yang diterbitkan tahun 1910 berjudul Premiere Partie,
Historico Critique, dan diperluas berbahasa Jerman tahun 1926.
Dalam artikelnya itu Schmidt menjelaskan ko-eksistensi dongeng dan
agama mengenai konsep Dewa Luhur serta menyatakan bahwa konsep
awalnya kemudian tercemari oleh omong kosong takhayul.
Namun masih ada pula para ahli anthropologi yang tetap
bertahan bahwa konsep Dewa Luhur adalah hasil produk dari kisah
dongeng. Di antara mereka terdapat ahli yang terkenal seperti Raffaele
Pettazoni dengan bukunya Dio (1922), hanya saja mengejutkan
bahwa argumentasinya tersebut tidak didukung oleh bukti-bukti
yang terdapat pada suku-suku bangsa Aborigin yang utama. Rupanya
yang bersangkutan telah melakukan pemerataan tradisi mithologi satu

250
Pengenalan
Konsep Ketuhanan Suku-Suku dengan
Sudut
Bangsa Perspektif
Aliran
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Masalah
PandangAgama
Filsafat
Agama
Aborigin
Individu dan Sejarah
Rasionalitas,
Agama
Agama Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
diZoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Tao
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

suku bangsa atas semua suku bangsa lainnya. Dengan sendirinya cara
seperti ini tidak jujur dan juga tidak logis.6
Sebagian besar suku bangsa Aborigin lainnya tidak mengenal
mithologi yang dikemukakan Pettazoni. Adapun tentang kepercayaan
mereka tentang Tuhan, mereka semuanya menganut konsep Pencipta
Yang Maha Mengetahui dan Maha Esa sebagai Kausa Kekal dari segala
ciptaan. Sebagai seorang anthropolog besar, tentang ko-eksistensi
dongeng dengan konsep Pencipta Yang Maha Agung, Pettazoni
menyatakan bahwa takhayul mendahului terbentuknya konsep Tuhan,
padahal tidak ada satu pun bukti yang mendukung pandangannya
tersebut. Ia bahkan tidak juga berusaha memperkaitkan perkembangan
dongeng-dongeng bangsa itu kepada konsep Tuhan Yang Maha Agung
melalui suatu proses evolusi.
Teori tentang perkembangan evolusi konsep Tuhan dari
dongeng-dongeng dan takhayul sama sekali tidak relevan dengan
keadaan di Australia. Tidak ada bukti-bukti sama sekali akan adanya
penyembahan alam karena pengaruh ketakutan atau ketakjuban.
Tidak ada praktik penyembahan alam demikian yang bisa dirunut
dari praktik keagamaan bangsa Aborigin yang katanya memuncak
pada konsep Tuhan yang lebih maju. Kita bisa sependapat dengan
Andrew Lang bahwa dongeng-dongeng pasti muncul kemudian dan
bukannya mendahului konsep Tuhan Yang Satu.
Dongeng-dongeng yang terdapat di antara bangsa Aborigin
merupakan potongan-potongan kisah takhayul yang berserakkan dan
tidak saling terkait, bisa dikatakan sebagai khayalan dari fikiran yang
sederhana suatu bangsa primitif yang tidak memiliki aksara. Kisah-
kisah demikian merupakan usaha mereka mencari makna dari hal-hal
yang mereka lihat di sekeliling mereka. Upaya demikian merupakan
trend universal dan terdapat sama di segala bangsa di dunia.
Manusia selalu ingin mengetahui sifat dan keberadaan langit,
matahari, bulan dan bintang-bintang. Ketakjuban seperti itu biasa

251
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II
III

mencetuskan kemunculan dongeng-dongeng. Di antara bangsa yang


menyembah berhala, dewa-dewa sembahan mereka selalu dibungkus
dalam jubah dongeng. Namun hal seperti itu tidak terdapat pada
bangsa Aborigin. Dongeng-dongeng mereka tidak terkait dengan
peribadatan mereka, tidak juga berkaitan dengan imaji dewa-dewa
sebagaimana ditemukan di tempat-tempat lain di dunia. Menurut
mereka, konsep tentang Tuhan merupakan suatu hal yang terpisah dan
berdiri sendiri, sedangkan imajinasi bentuk-bentuk eksistensi yang ada
pada benda-benda langit dan bintang-bintang tidak dianggap sebagai
dewa. Karena itu menjadi bertambah sulit untuk sependapat dengan
Pettazoni saat ia berargumentasi bahwa Dewa Luhur adalah produk
dari imajinasi mithologi (dongeng).
Masalah yang dihadapi para ahli anthropologi dan ahli sosiologi
yang katanya berfikir rasional, pada dasarnya sama dengan pandangan
dari para cendekiawan sekuler lainnya. Jika mereka mengakui bukti
yang ada di Australia maka mereka harus mengakui kalau konsep
tentang Pencipta Yang Maha Agung tersebut tidak berevolusi, dan
karenanya pasti turun dalam bentuknya yang telah sempurna dari
Tuhan sendiri. Karena jika tidak maka mana mungkin penghuni
Australia yang demikian primitif mengembangkan ide yang seragam
tanpa adanya inter-komunikasi di antara mereka. Dengan demikian
penyangkalan bukti seperti itu oleh para ahli anthropologi dan
sosiologi hanya karena tidak sejalan dengan konsep mereka sendiri,
bukanlah suatu cerminan yang baik tentang citra cendekiawan dan
integritas mereka sendiri. Namun melegakan hati juga karena dari
antara mereka itu masih banyak terdapat kekecualian. Ada dari mereka
yang telah menunjukkan kedewasaan berfikir dan kejujuran dalam
tujuan kajian dimana mereka bisa menerima bukti sebagai fakta.
Hanya saja sayangnya mereka pun masih pula berusaha mencari jalan
keluar dengan bersembunyi di belakang kabut bentuk penjelasan yang
kabur dan samar.

252
Pengenalan
Konsep Ketuhanan Suku-Suku dengan
Sudut
Bangsa Perspektif
Aliran
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Masalah
PandangAgama
Filsafat
Agama
Aborigin
Individu dan Sejarah
Rasionalitas,
Agama
Agama Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
diZoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Tao
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

Demikian itulah contohnya dengan F. Graebner. Meski ia


mengakui bahwa yang dimaksud sebagai ‘Dewa Akbar’ itu adalah
wujud Pencipta bagi bangsa Aborigin dan menjadi:
‘... asal muasal pertama segalanya, sekurang-kurangnya segala hal yang penting
bagi manusia...’

Namun ia kemudian membantahnya lagi dengan mengatakan:


‘Tetapi bisa jadi Preuss benar adanya jika ia menyangkal bahwa ide
yang demikian abstrak tentang asal muasal pertama, yang selalu mampu
menciptakan wujud yang penuh dinamika demikian, bisa muncul dari
pemikiran manusia-manusia primitif.’ 7

Sebagaimana juga dengan Howitt, nyatanya Graebner juga


enggan mengikat dirinya pada pendapat yang menyatakan bahwa
bangsa Aborigin mampu memiliki sendiri konsep tentang fitrat-fitrat
yang Maha Agung, di samping juga tidak memiliki kekuatan moral
untuk menarik kesimpulan sendiri. Terkesan di sini adanya sudut
pandang prasangka seorang atheis.
Pada beberapa suku bangsa di Australia, ide tentang Dewa Luhur
yang satu ada juga yang tercampur dengan sosok-sosok mithikal di
sekelilingnya seperti isteri, anak dan lain-lain. Tetapi hal ini jangan
lalu menjadikan ragunya pernyataan kami bahwa imaji Dewa Luhur
bangsa Aborigin itu tidak berbeda dengan konsep Tuhan yang
terdapat pada agama-agama monotheisme lainnya. Para ilmuwan yang
mengungkapkan dongeng-dongeng tersebut telah juga menunjukkan
segi-segi menonjol dari wujud-wujud tersebut yang membantu
pembacanya untuk menarik garis tegas yang membedakannya dengan
Tuhan sendiri yang katanya ada hubungan dengan wujud-wujud itu.
Sebenarnya keliru jika kita mengartikan dongeng-dongeng bangsa
Aborigin dengan kata ‘dongeng’ sebagaimana terdapat di berbagai
bagian dunia. Di tempat-tempat lain, dongeng selalu diciptakan
berkaitan dengan sosok dewa-dewa dalam agama penyembahan
berhala, sedangkan pada bangsa Aborigin tidak ada dewa demikian yang

253
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II
III

disembah atau dihormati. Istilah dongeng apa pun yang dikemukakan


para ahli sosiologi, jelas tidak ada yang diciptakan sekitar sosok Dewa
Luhur mereka ini. Bahwa dongeng seperti itu hanya terdapat pada
beberapa suku bangsa saja, sebenarnya sudah menjadi bukti kalau
keberadaannya tidak merupakan suatu kepercayaan yang bersifat
universal di antara berbagai suku bangsa Aborigin secara keseluruhan.
Sosok dongeng demikian tidak pernah digambarkan sebagai memiliki
fitrat penciptaan dan tidak juga berbagi kekekalan bersama Dia. Mereka
semua merupakan ciptaan yang tidak menciptakan lainnya. Mereka
harus diciptakan karena mereka tidak bersifat kekal. Kemungkinan
besar sosok-sosok dongeng ini diciptakan serampangan pada masa
kemudian oleh para pemuka agama mereka.
Berbicara mengenai hal yang sama, Mircea Eliade sambil
mengutip pandangan T. G. H. Strehlow, mengungkapkan juga kasus
suku bangsa Aranda di bagian barat dan menyatakan bahwa menurut
mereka:
‘... bumi dan langit sudah selamanya ada dan selalu menjadi perhunian dari
wujud-wujud Supra-natural. Suku bangsa Aranda mempercayai bahwa langit
dihuni oleh Bapak Agung (Knaritja) yang berkaki seperti burung emu, yang
juga menjadi sosok Belia Kekal (altjira nditja). Ia memiliki isteri yang berkaki
anjing dan banyak anak laki-laki dan perempuan. Mereka hidup dari buah-
buahan dan sayuran di sebuah negeri yang kekal hijau, tidak terpengaruh
oleh musim kering, melalui mana gugus Bima Sakti lewat seperti sungai yang
besar.’ 8

Mereka ternyata juga memiliki tempat seperti surga Eden yaitu


hanya ada pohon, buah-buahan dan bunga yang berkembang. Para
penghuni langit ini dianggap sebagai sosok yang tidak terpengaruh
umur dan berada di luar jangkauan maut. Meskipun kenyataan
bahwa para penghuni langit tersebut dikatakan sebagai memiliki dua
karakteristik supremasi yaitu keabadian dan kehadiran di awal (mereka
ada sebelum sosok pahlawan totem), Strehlow menolak mengakui
signifikasinya dalam perkembangan agama bangsa Australia. Ia tidak

254
Pengenalan
Konsep Ketuhanan Suku-Suku dengan
Sudut
Bangsa Perspektif
Aliran
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Masalah
PandangAgama
Filsafat
Agama
Aborigin
Individu dan Sejarah
Rasionalitas,
Agama
Agama Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
diZoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Tao
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

bisa menerima sosok penghuni langit sebagai suatu yang agung karena
mereka tidak membentuk atau menciptakan kehidupan sendiri.9
Argumentasi Strehlow tidak bisa dibantah karena sosok dongeng
yang dimaksud dikatakan sebagai bukan manusia tetapi sifatnya tidak
kekal berkaitan dengan masa lalu, sedangkan yang namanya Dewa
Luhur bersifat kekal dan juga immortal. Lagi pula tokoh-tokoh
dongeng itu tidak ada memiliki kekuasaan penciptaan, karena itu
tidak bisa dikatakan bahwa mereka berbagi kekekalan bersama Dewa
Luhur. Atau bisa jadi bahwa kepercayaan ini telah disalah-artikan
sebagai dongeng. Bisa jadi sebenarnya yang dimaksud adalah versi
lain dari konsep surga sebagaimana yang terdapat pada agama-agama
samawi lainnya. Hanya deskripsi tentang para penghuni agung yang
berkaki emu dan isteri serta anak-anaknya yang berkaki anjing saja
yang terasa asing dibanding konsep surga di bagian lain bumi, namun
yang lainnya seperti kebun Eden yang kekal hijau tanpa takut akan
musim kering, adalah mirip dengan deskripsi surga sebagaimana
dikemukakan dalam Al-Quran.
Perhatikan juga ketiadaan hewan-hewan selain yang disebut
sebagai ‘Anak-anak Tuhan’ pada dongeng mereka tersebut. Konsep
surga pada agama-agama lain juga nyatanya kosong dari kehidupan
hewan. Penghuninya hanya orang-orang saleh yang secara metafora
disebut juga sebagai ‘Anak-anak Tuhan.’ Jika dongeng ini adalah hasil
fikiran dari bangsa Aborigin yang dikatakan sederhana itu, rasanya
tidak mungkin mereka menafikan hewan dalam visi mereka tentang
surga. Di bagian lain dunia memang ada yang menyertakan konsep
dongeng tentang adanya kehadiran hewan-hewan di surga. Tetapi citra
tentang surga yang dianut oleh agama-agama besar di dunia tidak ada
yang menggambarkan kehadiran hewan di dalamnya.

S ejarah evolusi masyarakat dan ide-ide keagamaan tidak pernah


dibentuk oleh satu faktor saja. Saling keterkaitan satu dengan
lainnya serta adanya arus aliran ide dari satu daerah ke daerah lain

255
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II
III

demikian seringnya terjadi sehingga menjadi amat sulit mengurai satu


dari yang lainnya, apalagi menentukan arah pergerakan pengaruh
secara pasti. Mencoba merunut satu saja proses pemikiran dari awal
sampai akhir dalam urutan yang tertata rapih sungguh merupakan
tantangan yang luar biasa.
Perdebatan tentang “siapa mempengaruhi siapa” merupakan
topik yang tidak pernah ada putusnya. Apakah agama Buddha yang
dianggap melahirkan ideologi Kristen, ataukah agama Kristen yang
telah mempengaruhi agama Buddha, merupakan salah satu pertanyaan
yang sampai sekarang belum jelas jawabannya. Namun apa yang
ditemui di Australia merupakan suatu hal yang sama sekali unik dan
tersendiri. Kalau saja bukti-bukti dari pengalaman keagamaan bangsa
Aborigin ini memang mendukung pandangan para ahli sosiologi, kita
bisa membayangkan betapa gembiranya mereka ini. Pastinya mereka
lompat berjingkrak dan berteriak-teriak sekuat-kuatnya bahwa mereka
ternyata benar. Hanya saja dengan melihat realitas nyata dari sejarah
keagamaan yang belum tercemari dari bangsa Aborigin, menyedihkan
sekali melihat para ahli tersebut masih saja mencoba mengelak dari hal
yang tidak bisa ditutup-tutupi. Yang kami maksudkan adalah betapa
terguncangnya para ahli naturalis karena mereka tidak mempercayai
adanya Tuhan sebagai Maha Pencipta. Tadinya mereka sudah begitu
yakin bahwa sejarah bangsa Aborigin akan mendukung pandangan
mereka dan menjadi bukti dari teori mereka tentang konsep Tuhan yang
berevolusi selama ribuan tahun. Namun yang mereka jumpai adalah
suatu keadaan yang sama sekali berbeda dan menjengkelkan. Kenapa
mesti menjengkelkan jika mereka memang benar hanya mencari
kebenaran? Mengapa harus kecewa jika kenyataannya berbeda dengan
pandangan awal mereka? Hal ini terjadi karena mereka selalu menolak
setiap argumentasi yang akan menjurus kepada adanya eksistensi
wujud Tuhan. Tiap temuan yang bertentangan dengan pandangan
mereka harus dibuang atau disalah-artikan. Pengertian sekularisme

256
Pengenalan
Konsep Ketuhanan Suku-Suku dengan
Sudut
Bangsa Perspektif
Aliran
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Masalah
PandangAgama
Filsafat
Agama
Aborigin
Individu dan Sejarah
Rasionalitas,
Agama
Agama Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
diZoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Tao
Masyarakat
Pengetahuan, dan Kebenaran

bagi mereka adalah sinonim dengan menafikan Tuhan. Alasan apa


pun yang mereka kemudian ajukan untuk menyelamatkan muka teori
sekuler mereka, jadinya malah menelanjangi sikap mereka yang tidak
ilmiah. Prasangka rupanya bukan hanya milik kelompok ulama dan
pendeta saja. Para pemikir dan ahli filsafat non-agama sama saja bisa
berprasangka sepanjang sejalan dengan tujuan mereka. Prasangka
demikian secara langsung telah mematikan fitrat logika, perasaan
keadilan dan kejujuran. Di bawah pengaruh prasangka ini para ahli
tersebut bertingkah laku laiknya para fanatikus agama ketimbang
sebagai seorang yang menganggap dirinya pemikir sekuler.
Segala argumentasi yang mereka coba bangkitkan untuk
mendukung pandangan mereka itu ternyata tidak bisa mengangkatnya
dari keruntuhan teori yang telah terjadi. Segala teori khayalan mereka
tentang Tuhan yang diciptakan secara progresif oleh imajinasi
manusia telah luluh lantak di benua Australia. Mereka amat kecewa
dan menjadi berantakan karena kejatuhan mereka itu, tak ada lagi
yang mampu menghimpunnya kembali. Kasus mereka mirip dengan
drama karangan Miltonb yaitu Paradise Lost. Hanya saja tidak ada
logika atau nalar yang bisa menolong mereka untuk menyelamatkan
puing-puing kehancuran dan memperoleh kembali apa yang telah
hilang. Milton tidak pernah membayangkan bahwa dramanya suatu
hari akan dimainkan secara nyata dalam kehidupan. Surga mereka
yang hilang bukan hanya “Tuhan” itu sendiri tetapi tuhan menurut
ciptaan mereka. Perduli apa kita jika mereka telah kehilangan surganya
dan apa perduli mereka seandainya Tuhan juga tidak perduli terhadap
mereka.

257
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II
III

Catatan:
a. Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: “Sekali-kali kamu
tidak akan mati tetapi Allah mengetahui bahwa pada waktu kamu
memakannya matamu akan terbuka dan kamu akan menjadi
seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.” Kejadian
3:4-5. (Penterjemah)
b. John Milton (1608-1674) adalah pengarang dan penyair Inggris
terbesar kedua setelah William Shakespeare. Karya utamanya
adalah Paradise Lost yang disusun tahun 1655 tentang
pemberontakan Iblis kepada Tuhan dan pengusiran Adam dan
Hawa dari surga. (Penterjemah)

Referensi
1. Eliade, M. (1973) Australian Religions. An introduction. Cornell
Uni Press, Ithach, hal. 4
2. Eliade, M. (1973) Australian Religions. An introduction. Cornell
Uni Press, Ithach, hal. 13
3. Eliade, M. (1973) Australian Religions. An introduction. Cornell
Uni Press, Ithach
4. Musnad Al-Imam Ahmad bin Hambal (1983), vol. 4, Al-Maktab
Al-Islami, Beirut, hal. 10
5. Lang, A. (1898) The Making of Religion, Longmans, Green &
Co., London
6. Eliade, M. (1973) Australian Religions. An introduction. Cornell
Uni Press, Ithach
7. Eliade, M. (1973) Australian Religions. An introduction. Cornell
Uni Press, Ithach, hal. 24
8. Eliade, M. (1973) Australian Religions. An introduction. Cornell
Uni Press, Ithach, hal. 30
9. Eliade, M. (1973) Australian Religions. An introduction. Cornell
Uni Press, Ithach, hal. 32-33

258
Wahyu, Rasionalitas,
Pengetahuan, dan Kebenaran

BAGIAN IV

Fitrat Suatu Wahyu


Wahyu Ilahi dan Rasionalitas
Iman Kepada “Yang Ghaib”
Al-Bayyinah: Prinsip Kebenaran Yang Nyata,
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Al-Quran dan Kosmologi
Entropi dan Keterbatasan Alam Semesta
Al-Quran dan Kehidupan di Luar Bumi

259
Pengenalan
Konsep Ketuhanan Suku-Suku dengan
Sudut
Bangsa Perspektif
Aliran
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Masalah
Pandang
Agama
Aborigin
Individu dan
Fitrat Agama
di Sejarah
Filsafat
AgamaRasionalitas,
Agama Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Zoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Tao
Masyarakat
Suatu Wahyu
Pengetahuan, dan Kebenaran

FITRAT SUATU WAHYU

A pakah yang dimaksud dengan Wahyu? Apakah Wahyu itu hanya


istilah yang menggambarkan kegiatan eksplorasi secara sadar dan
tidak sadar batin manusia, ataukah merupakan sesuatu yang sumbernya
berasal dari luar diri manusia, yang kemampuan pengetahuannya
mengatasi manusia?
Bahkan di antara mereka yang mempercayai wahyu, juga terdapat
perbedaan pemahaman mengenai hakikatnya. Sebagai contoh,
mayoritas pemeluk agama Buddha, Konghucu dan Tao pada masa
sekarang menganggap bahwa pengalaman para pendiri agama mereka
sebagai suatu hal yang muncul dari fikiran mereka masing-masing
saja, baik secara sadar atau tidak sadar. Sebagaimana dikemukakan
sebelumnya, mereka menganggap Kebenaran hanya sebagai bagian yang
ada dalam setiap jiwa yang merupakan bagian dari alam. Inspirasi bagi
mereka merupakan sarana kontak dengan sumber mata air Kebenaran
hakiki tersebut. Adapun agama-agama lainnya menganggap Wahyu
sebagai suatu pengalaman yang merujuk pada sumber eksternal yaitu
Tuhan Yang Maha Kekal dan Maha Bijaksana.
Jika kita perlebar ruang lingkup kajian, kita akan terlihat
adanya banyak kasus otentik tentang Wahyu yang terdapat di luar
bidang keagamaan. Sebagai contoh, banyak hal-hal menarik tentang
informasi yang bersifat kompleks yang disampaikan melalui wahyu
kepada beberapa ilmuwan.
Pada tahun 1865 seorang ahli kimia Jerman, Friedrich August
Kekulé, sedang berusaha keras mencoba memecahkan sebuah problem
di bidang kimia yang telah membingungkan para peneliti. Suatu malam

261
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II
III
IV

Kekulé bermimpi melihat seekor ular melingkar sambil menggigit


ekornya sendiri di mulutnya. Mimpi ini langsung membuka fikirannya
ke arah solusi pertanyaan yang selama ini membingungkannya.
Melalui mimpi tersebut terurailah rahasia perilaku molekul pada
beberapa senyawa organik, sebuah temuan yang telah menciptakan
revolusi dalam pemahaman kimia organik. Ia menafsirkan mimpi
itu yakni dalam molekul benzena, atom-atom karbon mengikat diri
secara bersama-sama membentuk sebuah struktur cincin. Pengetahuan
ini kemudian melahirkan lompatan penelitian baru di bidang kimia
organik sintetik dan kemudian mengalami kemajuan pesat dengan
menghasilkan banyak sekali bentuk material sintetik baru. Industri
farmasi masa kini menjadi tambah bergantung pada obat-obatan
sintetik. Umat manusia benar-benar berhutang budi pada satu mimpi
Kekulé yang telah memecahkan problem tersebut.
Elias Howe adalah orang pertama yang melakukan mekanisasi
pada proses industri penjahitan. Ia juga memperoleh jawaban melalui
mimpi atas sebuah problema yang telah lama menjadikannya frustrasi.
Dalam mimpinya ia melihat dirinya dikelilingi oleh orang-orang liar
yang mengancam akan membunuhnya kecuali ia bisa membuatkan
sebuah mesin jahit untuk mereka. Karena tidak bisa memenuhi, ia lalu
diikat pada sebuah pohon dan orang-orang liar itu mulai menyerang
dirinya dengan anak panah dan lembing. Ia terpesona melihat bahwa
pada ujung lembing-lembing itu terdapat lubang-lubang tali. Ketika
terjaga, ia segera menemukan solusi yang menuntunnya untuk
membuat prototipe mesin jahit yang telah merevolusi industri konveksi
pakaian jadi secara dramatis. Melalui mimpinya itu ia memahami
bahwa ia harus memberikan lubang benang pada setiap jarum jahit
mesinnya.
Ide ini telah menolong yang bersangkutan memecahkan suatu
problem yang tadinya hampir tidak bisa diatasi. Sulit membayangkan
bagaimana keadaan pakaian manusia pada masa sekarang tanpa berkat

262
Pengenalan
Konsep Ketuhanan Suku-Suku dengan
Sudut
Bangsa Perspektif
Aliran
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Masalah
Pandang
Agama
Aborigin
Individu dan
Fitrat Agama
di Sejarah
Filsafat
AgamaRasionalitas,
Agama Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Zoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Tao
Masyarakat
Suatu Wahyu
Pengetahuan, dan Kebenaran

dari mimpi tersebut. Sungguh suatu revolusi yang dicetuskan oleh


sebuah wahyu.
Melihat demikian banyak pengalaman seperti itu, salah satu
penjelasan yang mengemuka dalam fikiran ialah Wahyu itu merupakan
suatu fenomena yang muncul dari bawah sadar. Ketika fikiran sadar
sudah lelah memikirkan suatu problem rumit sebelum jatuh tertidur,
problem ini lalu ditransfer ke bagian bawah sadar. Selama yang
bersangkutan sedang tidur, alam bawah sadarnya terus memikirkan
data yang diterimanya dan akhirnya mengkomputasi solusi yang
diperlukan. Terkadang solusi bisa diterima melalui visi atau kasyaf,
dan terkadang juga terdengar sebagai pesan verbal. Jika demikian
keadaannya, apakah hal ini berarti bahwa semua bentuk Wahyu,
dengan cara apa pun kemunculannya, semuanya adalah pesan-pesan
dari alam bawah sadar tanpa kekecualian?
Dalam contoh-contoh di atas, dapat dikatakan bahwa semua
bentuk informasi yang dibutuhkan untuk pemecahan suatu masalah,
sebenarnya sudah ada dalam fikiran alam sadar, sedangkan alam bawah
sadar merupakan sarana yang lebih ampuh untuk mensintesakan
informasi terkait melalui suatu cara yang misterius. Apakah ini
saja yang bisa dikatakan sebagai keseluruhan pengalaman manusia
berkaitan dengan Wahyu yang memberi inspirasi, atau apakah ada
bentuk-bentuk lain yang berada di luar ruang lingkup proses mental?
Agama-agama besar di dunia berkeyakinan bahwa para Nabi dan
orang-orang suci mereka telah menerima Wahyu dari sumber eksternal
yang disebut sebagai Tuhan. Yang lainnya menganggap hal itu sebagai
kesimpulan yang salah, meski tidak menuduh mereka sebagai sengaja
menipu tetapi menganggapnya sebagai pengalaman internal batin
sendiri yang disalah-artikan sebagai datang dari sumber eksternal.
Jika demikian keadaannya maka fondasi semua agama-agama samawi
menjadinya goyah. Kebenaran pernyataan seperti itu hanya dapat
dibuktikan jika bukti-bukti eksternal memang mendukungnya.

263
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II
III
IV

Karena merupakan suatu hal yang amat luas jangkauannya dan


suatu kerja yang luar biasa berat untuk memverifikasi kebenaran
setiap pernyataan, kami hanya akan mencoba kriteria tersebut pada
Al-Quran. Fondasi dari semua agama-agama besar bertumpu pada
kepercayaan kepada Wujud Pencipta Yang Maha Agung, yakni setelah
menciptakan manusia, Dia tidak meninggalkannya begitu saja dan
tetap mengikuti dan memperhatikan perjalanan kehidupannya. Adalah
Dia yang telah menyampaikan bimbingan melalui para Rasul-Nya,
kapan dan kepada siapa Dia berkenan. Dia mewahyukan keberadaan
Diri-Nya dan menyatakan kehendak-Nya kepada umat manusia
agar mereka membentuk kehidupannya sejalan dengan petunjuk-
Nya. Kalau ini benar, maka wahyu harus diperlakukan sebagai suatu
sumber pengetahuan independen, yang berbeda dari inspirasi psikis
dan rasionalitas menduduki posisi kedua setelahnya.
Dari sudut pandang fikiran manusia, Wahyu sepertinya
merupakan pengalaman batin yang terjadi dalam ruang lingkup
kejiwaan manusia. Karena itu, pesan-pesan samawi bisa menjadi
rancu dengan pengalaman alam bawah sadar lainnya. Hampir semua
orang dalam salah satu saat kehidupannya pernah bersentuhan dengan
kinerja kejiwaan. Kejiwaan manusia memiliki mekanisme terpasang
yang bisa menciptakan ilusi dan visi yang terkadang demikian jelas
sehingga terasa amat nyata oleh yang mengalaminya.
Pengalaman-pengalaman seperti itu termasuk dalam suatu bidang
luas yang dikategorikan sebagai mimpi, pesan verbal, nada musik,
imajinasi dan impresi. Adapun mereka yang fikirannya terganggu
atau yang sangat tegang, pengalaman mereka bisa demikian intens
sehingga mereka seolah-olah melihat halusinasi menakutkan yang bisa
membuat mereka gila. Demam yang tinggi juga dapat menimbulkan
ketegangan fikiran. Terlepas dari itu, ada pula pengalaman-pengalaman
yang sifatnya berbeda dan menghasilkan mimpi atau visi yang teratur,
memberikan rasa tenang dan menyejukkan, sehingga membuat

264
Pengenalan
Konsep Ketuhanan Suku-Suku dengan
Sudut
Bangsa Perspektif
Aliran
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Masalah
Pandang
Agama
Aborigin
Individu dan
Fitrat Agama
di Sejarah
Filsafat
AgamaRasionalitas,
Agama Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Zoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Tao
Masyarakat
Suatu Wahyu
Pengetahuan, dan Kebenaran

fikiran menjadi teduh serta membuang segala ketakutan dan was-was


yang dirasakan manusia tanpa mengetahui sumbernya. Di samping
itu terdapat pula pesan-pesan suara yang disampaikan secara jelas
oleh penampakan manusia atau malaikat atau suara dari seseorang
yang tidak tampak. Kalau semua ini dianggap sebagai produk dari
fikiran dan kejiwaan manusia, maka semua pengalaman spiritual atau
keruhanian akan dianggap sebagai fenomena kejiwaan belaka.
Jika demikian, lalu dimana posisi Wahyu dan Kasyaf yang bersifat
samawi? Ini adalah pertanyaan penting yang harus dijawab secara
tegas dan jelas. Fikiran manusia sudah dilengkapi segala mekanisme
untuk menciptakan atau menerima impresi demikian. Tetapi Tuhan
dalam hal ini juga bisa menggerakan mekanisme kejiwaan ini kapan
Dia berkenan. Guna mencari jawaban atas pertanyaan ini, kita perlu
menelaahnya lebih mendalam dan agar mudah, sebaiknya dipilah-
pilah terlebih dahulu.

Inspirasi

S ebagaimana fikiran bawah sadar bisa memunculkan halusinasi


dan igauan, begitu juga ia bisa mencipta kasyaf dan pesan-pesan
yang teratur dan bermakna. Di latar belakang, fikiran bisa saja terus
berkutat tentang suatu masalah tanpa menyadarinya secara penuh, yang
akhirnya akan menghasilkan jawaban bagi fikiran sadar. Fikiran bawah
sadar itu terus saja mengolah suatu permasalahan sampai menemukan
jawaban yang ditransmisi ke fikiran sadar melalui Mimpi, Kasyaf dan
lain-lain. Hasil yang diperoleh melalui proses ini selalu berada dalam
ruang lingkup data yang tersedia yang telah diterima oleh fikiran.
Proses seperti ini bisa jadi tidak memerlukan pengaruh dari sarana luar
untuk mengaktifkannya. Bahkan seorang penjahat pun melalui proses
inspirasi bawah sadarnya, bisa saja mengembangkan suatu rencana
yang piawai untuk melakukan kejahatan. Yang jangan dilupakan ialah

265
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II
III
IV

hasil dari suatu inspirasi selalu terkait dengan volume dan mutu data
yang tersedia dalam fikiran manusia, tidak lebih dari itu.

Pengalaman psikis di luar halusinasi

H alusinasi yang muncul karena kegilaan atau karena penggunaan


obat keras, tercipta karena fikiran manusia menjadi terlalu
tegang (over excited) dan mekanisme bawah sadarnya menjadi ikut-
ikutan tercambuk. Dalam keadaan seperti itu, penampakannya
menjadi terpotong-potong tidak berhubungan. Pada umumnya orang
lain juga langsung bisa menyadari bahwa penampakan seperti itu
merupakan serpihan fantasi seseorang dari berbagai bentuk igauan dan
penglihatan yang menakutkan. Pengamat dari luar juga bisa langsung
melihat kebingungan dan kenekatan yang biasanya mengikuti
kegalauan fikiran seperti itu. Namun terlepas dari itu, fikiran bawah
sadar juga bisa merajut imajinasi yang mengandung arti dengan suatu
pesan yang dibawanya. Begitu juga dimungkinkan bagi fikiran bawah
sadar untuk berkomunikasi dengan fikiran sadar seolah-olah secara
sengaja. Yang perlu dipastikan adalah kemungkinan apakah sarana
dari luar bisa mempengaruhi fikiran manusia dengan memanfaatkan
mekanisme internalnya sendiri.
Penelitian dan eksperimen berbasis ilmiah skala besar yang telah
dilakukan para psikolog, menunjukkan bahwa hal tersebut memang
dimungkinkan. Fikiran seseorang bisa mengaktifkan fikiran orang lain
dan mengarahkannya agar berfikir menurut perintahnya. Penelitian
mengenai fenomena ini dilakukan pada berbagai universitas dan
berdasar hasilnya dikatakan bahwa tidak saja mungkin, malah sering
terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang kadang terjadi secara otomatis
atau juga melalui upaya yang dilakukan secara sadar, yakni ide dari
seseorang bisa ditransfer ke fikiran orang lain tanpa memanfaatkan
media material apa pun.

266
Pengenalan
Konsep Ketuhanan Suku-Suku dengan
Sudut
Bangsa Perspektif
Aliran
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Masalah
Pandang
Agama
Aborigin
Individu dan
Fitrat Agama
di Sejarah
Filsafat
AgamaRasionalitas,
Agama Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Zoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Tao
Masyarakat
Suatu Wahyu
Pengetahuan, dan Kebenaran

Hipnotisme

S eorang ahli hipnotis bisa berkonsentrasi kepada fikiran orang


lain dan menciptakan impresi yang sebenarnya ditanamkan
oleh penghipnotis sendiri. Sebagaimana biasa ditemui pada proses
penyembuhan psikis, tujuan dari hipnotisme adalah menggali rahasia-
rahasia tersembunyi di fikiran subjek dan dibawa ke permukaan atau
mendorong kekuatan fikirannya sendiri untuk menyembuhkan diri.
Sering sekali terjadi, seorang pasien yang terganggu mentalnya
menjadi kehilangan keberanian untuk menghadapi sendiri bayang-
bayang fikirannya yang mengganggu. Ia mencoba menguburnya
dalam-dalam namun tidak cukup dalam. Bayang-bayang itu terletak
di antara fikiran sadar dan bawah sadar dalam keadaan gelisah terus
menerus. Dengan bantuan pihak luar, yang bersangkutan akhirnya
bisa mengerahkan kekuatan untuk membawanya ke permukaan
dan membuangnya. Fenomena ini mirip dengan benda kecil yang
menyelip di bawah kulit yang jika tidak dibuang akan menimbulkan
siksaan dan kegelisahan tak putus. Pada seorang pasien kejiwaan, tugas
yang dilakukan pisau bedah seorang dokter dalam hal ini dilaksanakan
melalui sugesti hipnotis.

Telepathi

T elepathi merupakan bentuk komunikasi paranormal lainnya yang


tidak memanfaatkan sugesti. Tanpa bantuan dari suatu media
ilmiah yang dikenal, fikiran seseorang ditransfer ke orang lain tanpa
melalui kontak verbal atau pun visual. Kejadiannya mirip dengan
kedua garpu dari garputala yang bergetar pada satu frekwensi. Jika
yang satu beresonansi maka yang lainnya juga ikut bergetar.
Jika dalam kenyataannya hipnotisme dan telepathi bisa berjalan
sebagaimana yang terdapat nyata dalam kehidupan manusia, lalu
mengapa Tuhan tidak menggunakan mekanisme yang sama untuk

267
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II
III
IV

mentransfer perintah-perintah-Nya kepada manusia? Apakah Dia


tidak bisa menggunakan sarana yang sama untuk menyampaikan
kehendak-Nya kepada umat manusia?

Pengalaman Bawah Sadar

M impi merupakan fenomena universal yang dialami oleh segala


bangsa di segala zaman, tetapi mimpi tidak hanya terdiri dari
satu kategori saja. Dalam banyak hal, mimpi merupakan produk
dari kejiwaan manusia. Cara fikiran bawah sadar menangani arus
data masuk mencerminkan perhatian dan permasalahan yang sedang
dihadapi yang bersangkutan. Sekarang ini kajian tentang mimpi sudah
jauh meninggalkan era teori Freud. Banyak penelitian dilaksanakan
dengan bantuan peralatan elektronik yang canggih.
Hanya saja dari sudut pandang keagamaan, terdapat ada dua
jenis mimpi, yaitu yang bersumber pada faktor psikis manusia dan
yang dianggap berasal dari Tuhan serta mengandung pengertian yang
lebih dalam. Bisa saja mimpi itu membawa pertanda buruk atau juga
kabar baik tentang masa depan. Bisa pula merupakan informasi yang
sebelumnya tidak diketahui oleh yang bermimpi. Mimpi-mimpi
demikian mempertegas gambaran probabilitas eksistensi dari Wujud
yang tidak kasat mata (ghaib), bersifat sadar, luhur dan eksternal, yang
jika Dia berkenan akan membuka hubungan komunikasi dengan
manusia mengenai apa pun yang dipilih-Nya.
Cukup banyak bukti-bukti pengalaman keagamaan yang bisa
dikemukakan sebagai pembenaran dari bahasan tersebut. Namun
mereka yang tidak mempercayai suatu agama tentunya akan sulit
menerima bukti tersebut sebagai valid. Masalahnya karena jika
seseorang bisa menerima pandangan bahwa ada suatu Wujud Maha
Sadar yang bisa mengaktifkan fikiran manusia, maka sama saja dengan
mengatakan bahwa ia meyakini adanya eksistensi Tuhan, padahal hal

268
Pengenalan
Konsep Ketuhanan Suku-Suku dengan
Sudut
Bangsa Perspektif
Aliran
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Masalah
Pandang
Agama
Aborigin
Individu dan
Fitrat Agama
di Sejarah
Filsafat
AgamaRasionalitas,
Agama Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Zoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Tao
Masyarakat
Suatu Wahyu
Pengetahuan, dan Kebenaran

demikian itu merupakan suatu yang sangat alergi bagi para pemikir
dan ilmuwan sekuler.
Masalah kedua adalah karena pada sebagian besar agama-agama,
fenomena seperti ini dikemukakan dengan nuansa supra-natural,
ajaib dan fantastik tidak masuk akal sehingga sulit bagi para ilmuwan
untuk mempercayainya. Dramatisasi pengalaman spiritual para santo
dan nabi-nabi oleh para pengikutnya jadi tidak menguntungkan bagi
mereka mau pun bagi kebenaran itu sendiri. Hasilnya malah berupa
pengaburan dan pengelabuan realitas komunikasi samawi tersebut
sehingga akhirnya sulit menarik garis tegas antara khayalan manusia
dengan realitas agung pengalaman spiritual.
Di antara kitab-kitab samawi, Al-Quran yang bebas dari
campur tangan manusia dan kitab ini mengungkapkan masalah dan
pengalaman keruhanian dalam istilah alamiah dan rasional, dan
menolak tuntutan kaum ingkar yang meminta tanda supra-natural.
Jika ditinjau dari sudut pandang Al-Quran, mukjizat dan tanda-tanda
samawi tidak pernah melanggar kaidah alam.
Sebagai contoh, mukjizat Nabi Musa as yang meski diyakini
oleh para ahli kitab sebagai bersifat supra-natural, dalam Al-Quran
dikemukakan dengan cara yang sederhana, rasional dan bagaimana
adanya. Namun memang hal itu tidak bisa dilihat sepintas saja karena
dibutuhkan kajjian mendalam untuk mencari dasar pengertiannya.
Tidak berarti ayat-ayat tersebut disengaja bersifat samar, tetapi maksud
hakikinya pasti akan terlewatkan oleh mereka yang telah mempunyai
prasangka sebelumnya tentang kejadian supra-natural. Berikut ini
adalah ungkapan Al-Quran tentang mukjizat tersebut:

269
realitas komunikasi samawi tersebut sehingga akhirnya sulit menarik garis tegas antara
khayalan manusia dengan realitas agung pengalaman spiritual.
Di antara kitab-kitab samawi, Al-Quran yang bebas dari campur tangan manusia dan
Bagian
Mirza
Bagian
kitab Tahir
1II
I
II
III
IV Ahmad masalah dan pengalaman keruhanian dalam istilah alamiah dan
ini mengungkapkan
rasional, dan menolak tuntutan kaum ingkar yang meminta tanda supra-natural. Jika
ditinjau dari sudut pandang Al-Quran, mukjizat dan tanda-tanda samawi tidak pernah
melanggar kaidah alam.
‘Berkata
Sebagai ia, yakni
contoh, Musa:
mukjizat Nabi“Lemparkanlah olehmudiyakini
Musa as yang meski dahulu.”olehMaka
para tatkala
ahli kitab
sebagai bersifat
mereka supra-natural,
melemparkan dalam Al-Quran
tongkat dikemukakan
mereka, dengan mata
mereka menyihir cara yang sederhana,
orang-orang
rasional dandanbagaimana
membuat adanya. Namun
mereka itu takutmemang hal itu
dan mereka tidak bisa dilihat
menampilkan sepintas
sihir yang hebat.saja
karena dibutuhkan kajjian mendalam untuk mencari dasar pengertiannya. Tidak berarti
Dan Kami
ayat-ayat tersebut mewahyukan
disengaja kepada
bersifat samar, Musa
tetapi “Lemparkanlah
maksud tongkat
hakikinya pasti akan engkau!”
terlewatkan
oleh mereka Makayangsekonyong-konyong tongkatsebelumnya
telah mempunyai prasangka itu nampak sepertikejadian
tentang menelan apa-apa
supra-natural.
Berikut iniyang
adalahdisulap mereka.
ungkapan Makatentang
Al-Quran kebenaran tegaklah
mukjizat dan lenyaplah apa yang telah
tersebut:
mereka kerjakan.’ (S.7 Al-A’raf:117-119) 1
rQ ¯ X=Ùj\OØTU XT §ªª¯¨ 2k°ÀWà "mÔU¦¯ TÃÄ\CXT ×1ÉFSÈ\FØnW,ÔyXT ¥ˆ‰= |ÚÄÜÕÃU àTÄm\U\y ×SV ÙU „-Q VÙ SÁ ÙU W$V
Di sini Al-Quran mengungkapkan suatu kejadian, yakni para
§ªª±¨ WDSÉ \-ØÈWc SÈ5[ W% #V¼WXT rSVÙ \ÌVXSVÙ §ªª°¨ WDSÅ°ÙÚ
Wc W% ÀV Ú V" `q°F Vl¯ VÙ |__¡WÃ ©ÙU ØDU ³\{SÄ%
ahli sihir Firaun telah melepaskan pesona sihir, bukan pada tali temali
yang mereka
‘Berkata ia, lempar tetapi
yakni Musa: pada mata para
“Lemparkanlah olehmuhadirin,
dahulu.”suatu
Makahal yangmereka
tatkala biasa
melemparkan tongkat mereka, mereka menyihir mata orang-orang
dikenal sebagai hipnotisme. Tidak ada hukum alam yang dilanggar dan membuat mereka
itu takut dan mereka menampilkan sihir yang hebat. Dan Kami mewahyukan kepada
dalam
Musahal ini. Guna tongkat
“Lemparkanlah menangkal
engkau!” ilusi hipnotisme
Maka atau mesmerisme
sekonyong-konyong *
tongkat itu nampakitu,
seperti menelan apa-apa yang disulap mereka. Maka kebenaran tegaklah dan lenyaplah
Tuhan telah
apa yang mengerahkan
telah mereka kerjakan.’kehendak-Nya yang lebih superior melalui
(S.7 Al-A’raf:117-119) 1

Nabi Musa as untuk membuyarkan pesona para ahli sihir tersebut.


Disini Al-Quran mengungkapkan suatu kejadian, yakni para ahli sihir Firaun telah
Dalam pesona
melepaskan hal inisihir,
Al-Quran sama
bukan pada talisekali
temalitidak mengatakan
yang mereka bahwa
lempar tetapi padatongkat
mata para
hadirin, suatu hal yang biasa dikenal sebagai hipnotisme. Tidak ada hukum alam yang
Nabi dalam
dilanggar Musahalasini.menelan tali-temali
Guna menangkal ilusiahli sihir itu,
hipnotisme atauyang dikemukakan
mesmerisme itu, Tuhan a

telahhanyalah
mengerahkantongkat itu menelan apa-apa yang disulap mereka
kehendak-Nya yang lebih superior melalui Nabi Musa as yaituuntuk
membuyarkan pesona para ahli sihir tersebut. Dalam hal ini Al-Quran sama sekali tidak
bayangan
mengatakan tali temali
bahwa tongkatyang
Nabiseolah-olah
Musa as menelan berubah menjadiahli
tali-temali ular-ular.
sihir itu, yang
dikemukakan hanyalah tongkat itu menelan apa-apa yang disulap mereka yaitu bayangan
tali temali Episode yang berubah
yang seolah-olah sama diungkapkan
menjadi ular-ular. dalam Surah lain yang bisa
lebih memperjelas tentang apa yang sebenarnya
Episode yang sama diungkapkan dalam Surah terjadi:
lain yang bisa lebih memperjelas
tentang apa yang sebenarnya terjadi:

ž°O¦ÙÝW5 r¯Û `‡\BØTU


VÙ §¯¯¨ ³WËԁQ# SM‰;U Ø/ G­mÔU¦y C°% °OÙkV¯ Ä#ˆkVcÅf ×1ÀIwj¦¡°ÃXT ×1ÈNÊW°O Vl¯ VÙ SÁ ÙU ×#W W$V

§¯±¨ rQ"ÕÃ)] _05U |^‰5¯ Õ\bV" Y X=Ú É §¯°¨ ³\{Sv% <R[Ýk¦\

‘Berkata
‘Berkata ia, Musa,
ia, Musa, “Silakan
“Silakan kamu
kamu yang yang melempar.”
melempar.” Lalu mereka
Lalu tali temali tali temali mereka
dan tongkat-
tongkat mereka nampak kepadanya,
dan tongkat-tongkat oleh pengaruh
mereka nampak sihir oleh
kepadanya, mereka, seolah-olah
pengaruh berlari-
sihir mereka,
larian. Maka Musa
seolah-olah merasa takut dalam
berlari-larian. Maka hatinya. Kami berkata:
Musa merasa takut “Ya Musa,
dalam jangan takut,
hatinya. Kami
karena sesungguhnya engkaulah yang akan menang.” (S.20 Tha Ha:67-69) 2
berkata: “Ya Musa, jangan takut, karena sesungguhnya engkaulah yang akan
Dalam ayat ini
menang.” Al-Quran
(S.20 berbicara tentang Nabi Musa as sendiri yang telah
Tha Ha:67-69)
terpengaruh oleh kekuatan psikis para ahli 2sihir. Ayat ini mensiratkan bahwa Nabi Musa as
tidak mampu membuyarkan pesona para ahli sihir dengan kekuatan fikirannya sendiri saat
ia melemparkan tongkatnya. Secara psikologis adalah tidak mungkin bagi fikiran seorang
Dalam ayat ini Al-Quran berbicara tentang Nabi Musa as sendiri
manusia untuk membuyarkan pesona penghipnotis jika ia telah berhasil menundukkannya.
yang telah terpengaruh oleh kekuatan psikis para ahli sihir. Ayat ini
 mensiratkan bahwa Nabi Musa as tidak
 mampu membuyarkan pesona137


270
Pengenalan
Konsep Ketuhanan Suku-Suku dengan
Sudut
Bangsa Perspektif
Aliran
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Masalah
Pandang
Agama
Aborigin
Individu dan
Fitrat Agama
di Sejarah
Filsafat
AgamaRasionalitas,
Agama Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Zoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Tao
Masyarakat
Suatu Wahyu
Pengetahuan, dan Kebenaran

para ahli sihir dengan kekuatan fikirannya sendiri saat ia melemparkan


tongkatnya. Secara psikologis adalah tidak mungkin bagi fikiran
seorang manusia untuk membuyarkan pesona penghipnotis jika ia
telah berhasil menundukkannya. Karena itu jelas bukan Nabi Musa as
yang telah mengatasi pesona para ahli sihir tersebut dengan kekuatan
fikirannya sendiri, melainkan berkat bantuan eksternal dari Wujud
Tuhan.
Aspek dari keseluruhan kejadian itu sebenarnya merupakan
mukjizat. Kalau tidak demikian maka siapa saja yang memiliki kekuatan
fikiran atau kemauan yang lebih kuat, bisa saja mengalahkan upaya
para ahli sihir tersebut. Yang paling menyadari hal ini adalah para ahli
sihir itu yang kemudian langsung bertobat dan menyatakan bahwa
pasti ada Tangan Tuhan yang bekerja di sisi Nabi Musa as. Mereka
menyaksikan bagaimana Nabi Musa as telah jatuh di bawah pengaruh
mereka sebagaimana juga penonton lainnya. Lalu bagaimana mungkin
fikiran beliau bisa membebaskan dirinya sendiri dan penonton
lainnya dari pesona para ahli sihir tersebut? Secara bersamaan, ayat
ini juga mengungkapkan apa yang selama ini dianggap sebagai misteri
sihir. Apa yang dihasilkan oleh para ahli sihir itu bukanlah ular-ular
sebenarnya yang terbuat dari tongkat dan tali-temali, tetapi semata-
mata hanya ilusi yang diciptakan melalui kekuatan psikis.
Wahyu adalah nama lain dari produk kejiwaan manusia, namun
hal itu terjadi berdasarkan perintah dan kendali Tuhan. Secara logis kita
bisa simpulkan, Tuhan telah menciptakan sarana sistem penerimaan
yang demikian maju dan rumit di dalam fikiran manusia dengan
tujuan akhir agar manusia bisa berkomunikasi dengan Wujud-Nya.
Karena itu Wahyu Ilahi tidak mengandung hal-hal yang nyeleneh atau
tidak alamiah di dalamnya.
Fikiran setiap manusia telah dilengkapi dengan kecenderungan
berkomunikasi dengan manusia lainnya melalui sarana persepsi ekstra-
sensori ini. Hanya patut disimak bahwa sarana terpasang dimaksud

271
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II
III
IV

hanya akan berjalan sejajar dengan kehandalan dan bisa dipercayanya


kebenaran manusia bersangkutan. Imajinasi seorang pendusta bisa saja
ngawur kemana-mana berisi imajinasi hal-hal semu yang tidak berarti.
Hasrat dirinya akan menciptakan mimpi-mimpi palsu yang semata-
mata merupakan produk kejiwaannya sendiri. Adapun manusia
yang terbiasa lurus, jujur dan setia, tak akan mungkin membiarkan
fikirannya melantur menghasilkan visi dan suara yang kacau. Karena
itulah para Rasul yang dipilih Tuhan untuk menyampaikan pesan-
Nya kepada umat manusia, pasti terdiri dari orang-orang yang mutlak
jujur, setia dan bisa dipercaya. Integritas diri mereka itu yang menjamin
kemurnian penyampaian pesan tanpa tercemar. Dengan demikian
kesucian diri penerima merupakan faktor utama dalam menjaga dan
memelihara kemurnian wahyu. Tidak heran jika dalam semua kitab-
kitab samawi, semua Nabi-nabi digambarkan sebagai personifikasi
kebenaran. Kebenaran merupakan bukti otentik keabsahan pengakuan
mereka dan validitas dari pesan yang disampaikan.
Terkadang suatu pengalaman intuitif tanpa suara atau visi,
sebenarnya merupakan jenis Wahyu eksternal juga. Banyak orang-
orang suci menggambarkan pengalaman demikian sebagai suatu
keadaan kehilangan kesadaran terhadap dunia sekeliling dan tenggelam
masuk ke dalam kesadaran batiniah. Ia kemudian akan kembali ke
permukaan realitas sambil membawa pesan, libarat seorang penyelam
mutiara yang muncul ke permukaan membawa segenggam mutiara.
Kelihatannya yang bersangkutan mengalami sesuatu dalam batinnya
yang pada sumbernya tidak mengandung kata atau imajinasi. Keadaan
seperti suatu pengalaman intens yang menggairahkan yang mulai
dilengkapi dengan kata-kata saat muncul lagi ke permukaan. Namun
dampak atas diri yang bersangkutan terasa demikian keras seolah-
olah ia mendengar orang lain berbicara kepadanya secara langsung
dan jelas, sama seperti ia sedang berada dalam keadaan terjaga. Hanya
saja Wahyu eksternal demikian tidak bisa diidentifikasi semata-mata

272
Pengenalan
Konsep Ketuhanan Suku-Suku dengan
Sudut
Bangsa Perspektif
Aliran
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Masalah
Pandang
Agama
Aborigin
Individu dan
Fitrat Agama
di Sejarah
Filsafat
AgamaRasionalitas,
Agama Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Zoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Tao
Masyarakat
Suatu Wahyu
Pengetahuan, dan Kebenaran

melalui impresi penerima atau cara yang bersangkutan menjelaskan


pengalamannya. Kriteria satu-satunya di samping kejujuran yang
bersangkutan yang telah teruji, adalah fitrat dari isi Wahyu itu. Tidak
cukup bahwa penerima adalah seorang yang lurus saja, karena isi
Wahyu harus juga menjadi bukti internal kejujurannya.
Perbedaan yang dikemukakan di atas, yaitu antara pengalaman
kejiwaan dengan Wahyu hakiki dari langit, kemungkinan tidak
begitu mudah difahami orang awam yang tidak berpengalaman.
Adapun orang yang menerima Wahyu itu sendiri biasanya langsung
bisa mengenalinya sebagai pesan dari atas karena fitrat pesan yang
dikandungnya sama sekali tidak terkait dengan pengetahuan yang
dimilikinya atau pun pengalaman kejiwaannya.
Keaslian suatu Wahyu akan lebih bisa dipercaya orang lain jika
ditunjang dengan bukti-bukti eksternal yang kemudian muncul.
Bukti-bukti eksternal tersebut bisa muncul pada umat kontemporer
se-zaman dengan penerima wahyu, atau bisa juga muncul kemudian
sejalan dengan nubuatan. Tidak ada yang bisa membayangkan karena
semuanya itu merupakan pengetahuan dan temuan pada masa depan.
Kebenaran wahyu-wahyu seperti itu memang dimaksudkan untuk
meyakinkan umat manusia di kemudian hari, yakni pengetahuan
mereka yang telah maju kemudian mengakui kebenaran wahyu-wahyu
yang disampaikan pada masa lalu. Karena itu mestinya tidak sulit
bagi para pengamat untuk membedakan antara pengalaman kejiwaan
dengan komunikasi hakiki dengan Tuhan.

S ekarang kita lihat yang disebut Nubuatan yang berdasarkan pada


Wahyu Ilahi, yang meski pun sebenarnya ditujukan kepada generasi
kontemporer yang se-zaman, tetapi juga telah mencengangkan umat
manusia di zaman sesudahnya.
Contoh mengenai hal ini adalah mimpi terkenal dari Raja Mesir
yang kemudian ditafsirkan oleh Nabi Yusuf as. Menurut penuturan Al-
Quran, mimpi itu diceritakan kepada Nabi Yusuf as saat sedang berada

273
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II
III
IV

dalam penjara karena suatu fitnah tuduhan palsu. Mimpi tersebut


sangat aneh dan membingungkan orang-orang bijak yang berada di
istana raja. Namun bagi Nabi Yusuf as ternyata mudah menafsirkan
pesan yang terkandung di dalamnya. Penafsiran yang bijak dan piawai
ini kemudian didukung dan dibuktikan oleh kejadian-kejadian pada
tahun-tahun berikutnya.
Dalam mimpinya, Raja tersebut melihat 7 buah tongkol jagung
yang hijau dan sehat serta 7 tongkol yang kering hampir tidak berbiji.
Ia juga melihat 7 ekor sapi kurus melahap 7 ekor sapi gemuk yang
sehat. Ketika ia menceritakan mimpi ini kepada penghuni istana dan
meminta tafsirnya, mereka menganggapnya sebagai bualan kosong
hasil dari khayalan fikiran sendiri yang tidak bermakna.
Kebetulan pada waktu itu ada seorang pelayan raja yang pernah
dikurung bersama dengan Nabi Yusuf as di penjara tersebut. Ia juga
pernah mendapat mimpi aneh saat dipenjara yang telah ditafsirkan
secara benar oleh Nabi Yusuf as dimana dikatakan bahwa ia akan
segera bebas dan kembali melayani Raja. Mengharapkan bahwa Nabi
Yusuf as juga bisa menafsirkan mimpi sang raja, ia menyarankan agar
dirinya diperkenankan bertemu lagi dengannya. Setelah diizinkan
maka ia bertemu dengan Nabi Yusuf as di penjara dan menceritakan
mimpi raja tersebut. Nabi Yusuf as segera menangkap artinya dan
menjelaskan takwil mimpi itu secara logika dan tanpa keraguan.
Ketika kembali kepada Raja, pelayan itu menyampaikan tafsiran
Nabi Yusuf as atas mimpi itu, yang bermakna:
Dalam kurun waktu 7 tahun sejak mimpi tersebut, Tuhan akan
memberkati Mesir dalam bentuk hujan yang banyak, yang akan
menghasilkan panen berlimpah dari semua tanaman. Setelah masa 7
tahun panen besar itu akan datang musim kering (paceklik) selama
7 tahun pula. Masa itu akan membawa bencana kelaparan kecuali
panen dari 7 tahun sebelumnya disimpan sebagai cadangan karena
masa paceklik selama musim kering.

274
Pengenalan
Konsep Ketuhanan Suku-Suku dengan
Sudut
Bangsa Perspektif
Aliran
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Masalah
Pandang
Agama
Aborigin
Individu dan
Fitrat Agama
di Sejarah
Filsafat
AgamaRasionalitas,
Agama Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Zoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Tao
Masyarakat
Suatu Wahyu
Pengetahuan, dan Kebenaran

Takwil tersebut sangat berkesan bagi Raja sehingga ia segera


mengeluarkan perintah untuk membebaskan Nabi Yusuf as tetapi yang
bersangkutan malah memilih tetap tinggal di penjara sampai tuduhan
fitnah atas dirinya dijernihkan terlebih dahulu. Setelah dibebaskan
secara terhormat dan pelaku sebenarnya telah mengakui kesalahannya,
barulah beliau mau keluar dari penjara. Beliau amat dihormati oleh
sang raja dan langsung ditunjuk sebagai menteri keuangan dan urusan
perekonomian pemerintahannya.
Semua orang kemudian menjadi tercengang ketika semua
kejadian yang dinubuatkan dalam mimpi itu menjadi kenyataan persis
sama dengan takwil Nabi Yusuf as yang tidak saja telah menyelamatkan
bangsa Mesir dari bencana tetapi juga bangsa-bangsa nomaden
serta penduduk negeri-negeri tetangga. Kejadian itu juga yang telah
mempertemukan kembali Nabi Yusuf as dengan keluarganya.
Mimpi seperti ini dengan segala ikutan pemenuhannya tidak
mungkin dikesampingkan begitu saja sebagai khayalan seorang yang
kebanyakan makan. Namun dibutuhkan sosok seperti Nabi Yusuf as
untuk menjelaskan artinya. Semua ini kiranya cukup menjelaskan
bagaimana Tuhan telah mengaktifkan mekanisme kejiwaan seseorang
untuk suatu tujuan tertentu. Melalui cara itu Dia menyampaikan
pesan dimana beberapa bagian dari yang tidak kasat mata (ghaib)
telah ditransfer ke bagian yang nyata. Hanya harus disadari bahwa
mekanisme
dibutuhkan kejiwaan
sosok seperti
seperti Nabi iniastidak
Yusuf untuk selalu digunakan
menjelaskan artinya.Tuhan secara
Semua ini kiranya
cukup menjelaskan bagaimana Tuhan telah mengaktifkan mekanisme kejiwaan seseorang
eksklusif
untuk suatu atau
tujuanpun olehMelalui
tertentu. fikirancara
bawah sadar.
itu Dia menyampaikan pesan dimana beberapa
bagian dari yang tidak kasat mata (ghaib) telah ditransfer ke bagian yang nyata. Hanya
Masih ada kemungkinan ketiga sebagaimana dijelaskan di dalam
harus disadari bahwa mekanisme kejiwaan seperti ini tidak selalu digunakan Tuhan secara
kitab suci
eksklusif atau Al-Quran yaitu:
pun oleh fikiran bawah sadar.
Masih ada kemungkinan ketiga sebagaimana dijelaskan di dalam kitab suci Al-Quran
yaitu:
×1ÉFÈnV<ÓU XT \ÌÕ-‚ WDSÁ Ú Äc §«««¨ 2j°2U ŠÙU ©G#Å rQ"Wà Ä$‰tW?V" × \F
§««ª¨ ÀÛÜ°¼›Xk…‘ Ä$‰tW?V" CW% rQ"Wà ×1ÅĄ¯OW5Ê #

§««¬¨ |ESȪk›[
‘Maukah Aku beritahukan kepadamu kepada siapa syaitan-syaitan itu turun? Mereka
turun kepada tiap-tiap orang berdosa yang berdusta. Mereka memasang telinga ke arah
langit dan kebanyakan dari mereka adalah pendusta.’ (S.26Asy-Syuara:222-224) 3

Menurut ayat di atas, orang-orang pendusta dan yang biasa berbohong bisa saja
mengaktifkan mekanisme tersebut karena kecenderungan syaitaniah mereka, sehingga
kedustaan mereka yang tersamar sebagai wahyu telah menyesatkan mereka dan umat 275yang
mengikutinya. Inilah kategori ketiga dari fungsi mekanisme kejiwaan.
Faktor penentunya adalah kebenaran dan kedustaan dari orang yang mengalami persitiwa
tersebut. Para pendusta akan memperoleh wahyu yang palsu pula. Analisis dari wahyu yang
tidak benar bisa selalu dilihat dari adanya kandungan unsur syaitaniah serta janji-janji
kosong yang dibawanya.
Bagian
Mirza Tahir
Bagian 1III Ahmad
II
III
IV

‘Maukah Aku beritahukan kepadamu kepada siapa syaitan-syaitan itu


turun? Mereka turun kepada tiap-tiap orang berdosa yang berdusta. Mereka
memasang telinga ke arah langit dan kebanyakan dari mereka adalah
pendusta.’ (S.26Asy-Syuara:222-224) 3

Menurut ayat di atas, orang-orang pendusta dan yang biasa


berbohong bisa saja mengaktifkan mekanisme tersebut karena
kecenderungan syaitaniah mereka, sehingga kedustaan mereka
yang tersamar sebagai wahyu telah menyesatkan mereka dan umat
yang mengikutinya. Inilah kategori ketiga dari fungsi mekanisme
kejiwaan.
Faktor penentunya adalah kebenaran dan kedustaan dari orang
yang mengalami persitiwa tersebut. Para pendusta akan memperoleh
wahyu yang palsu pula. Analisis dari wahyu yang tidak benar bisa
selalu dilihat dari adanya kandungan unsur syaitaniah serta janji-janji
kosong yang dibawanya.

Catatan:
* Mesmerisme atau hipnotisme mulai dikenal luas sebagai suatu
wacana dan ilmu setelah dimanfaatkan oleh Franz Anton Mesmer
(1734-1815), seorang dokter, untuk pengobatan pasiennya. Ia
menyebutnya sebagai magnetisme hewaniah dan baru kemudian
lebih dikenal sebagai hipnotisme. (Penterjemah)

Referensi
1. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.
2. Terjemah surat 20:67-69 oleh penulis.
3. Terjemah surat 26:222-224 oleh penulis.

276
Pengenalan
Konsep Ketuhanan Suku-Suku dengan
Aliran
Sudut
Bangsa Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
PandangFilsafat
Masalah
Agama
Aborigin
Individu
Wahyu Ilahi dan
dan
Fitrat Agama
Agama Sejarah
Filsafat
Rasionalitas,
Agama Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Zoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
di
Agama
Australia
Tao
Masyarakat
Rasionalitas
Suatu Wahyu
Pengetahuan, dan Kebenaran

WAHYU ILAHI DAN RASIONALITAS

P ada bab sebelumnya kami telah membahas secara singkat


perkembangan kemajuan pemikiran dan intelektual Muslim pada
berbagai bidang yang berkaitan dengan kemanusiaan. Dalam periode
itu, meski kajian umat Muslim sangat didominasi oleh pengaruh ajaran
WAHYU
Al-Quran, ILAHI
sunah dan DANsaw,
hadis Rasulullah RASIONALITAS
namun karya mereka tidak
bisa dianggap sepenuhnya sebagai bersifat Islami. Pada masa itu terjadi

P perkembangan pengetahuan akademik ke segala penjuru. Banyak


ditemui ajaran filsafat dan pengetahuan yang merupakan penggalian
ada bab sebelumnya kami telah membahas secara singkat perkembangan kemajuan
kembali temuan masa lalu di bidang pengetahuan sekuler, akademik
pemikirandandan ilmiah. Banyak Muslim
intelektual pula pengetahuan keagamaan
pada berbagai dan yang
bidang pengetahuan
berkaitan dengan
kemanusiaan.
sekuler yang dipelopori oleh para pemikir Muslim terkemuka. didominasi oleh
Dalam periode itu, meski kajian umat Muslim sangat
pengaruh ajaran Al-Quran, sunah dan hadis Rasulullah saw, namun karya mereka tidak bisa
Demikianlah
dianggap sepenuhnya Agama
sebagai dan Rasionalitas
bersifat Islami. Di bergerak
masa itu secara paralel.
terjadi perkembangan
Mereka
pengetahuan mendapatkan
akademik semangatBanyak
ke segala penjuru. yang mendorong berdasar
ditemui ajaran filsafattelaah
dan pengetahuan
yang merupakan
petunjukpenggalian
yang telahkembali temuan
diatur dalam masa lalu
Al-Quran dan di bidang Rasulullah
petunjuk pengetahuan sekuler,
akademik dan ilmiah. Banyak pula pengetahuan keagamaan dan pengetahuan sekuler yang
dipeloporisaw. Peranpemikir
oleh para rasionalitas
Muslim demikian
terkemuka.menonjol sehingga kepercayaan
Demikianlah Agamasinonim
agama menjadi dan Rasionalitas bergerak secara
dengan rasionalitas. paralel. Al-Quran
Pernyataan Mereka mendapatkan
semangat yang mendorong berdasar telaah petunjuk yang telah diatur dalam Al-Quran dan
yang mengemukakan Muhammad saw sebagai seorang Nabi universal
petunjuk Rasulullah saw. Peran rasionalitas demikian menonjol sehingga kepercayaan
dengansinonim
agama menjadi membawa pesanrasionalitas.
dengan universal bagiPernyataan
umat manusia, itu sudah
Al-Quran yangsama
mengemukakan
Muhammad saw sebagai
dengan seorang
menyatakan Nabiagama
bahwa universal dengan
Islam membawa
didasarkan padapesan universal bagi
prinsip
umat manusia, itu sudah sama dengan menyatakan bahwa agama Islam didasarkan pada
Rasionalitas.
prinsip Rasionalitas.

§«±¨ |ESÀ-Q ÕÈWc Y ¥ˆ‰= XnV<ÓU „C¦›VXT >mcªkW5XT <nm°‘R ¥ˆ‰< °L <RŠÙ €Y¯ \›R<Ú \y×qU W%XT
‘Kami tidak mengutus
‘Kami engkauengkau
tidak mengutus melainkan sebagai
melainkan pembawa
sebagai pembawakhabar
khabarsuka dan pemberi
suka dan
peringatan untuk segenap manusia, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.’
pemberi peringatan untuk segenap manusia, akan tetapi kebanyakan manusia
(S.34 As-Saba:29)
tidak mengetahui.’ (S.34 As-Saba:29) 1
1

Agama jika mengandung sesuatu yang tidak rasional, tidak akan mungkin bisa diterima oleh
kesadaran universal umat manusia.
Kitab suci Al-Quran memperlihatkan fitrat universalitas ajarannya antara lain
dengan mengatur semua permasalahan manusia umum yang berkaitan dengan akhlak,
sosial dan keagamaan, terlepas dan tanpa membedakan suku bangsa,277warna kulit,
kepercayaan maupun kebangsaan. Untuk itu ajaran Islam harus memiliki kemampuan
penerapan aplikasi secara global yang selaras dengan fitrat manusia secara universal.
Adapun hal ini bukan satu-satunya alasan mengapa kami menyimpulkan demikian.
Al-Quran secara tegas mengakui peran Rasionalitas untuk pencapaian Kebenaran
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III Ahmad
II
III
IV

Agama jika mengandung sesuatu yang tidak rasional, tidak akan


mungkin bisa diterima oleh kesadaran universal umat manusia.
Kitab suci Al-Quran memperlihatkan fitrat universalitas ajarannya
antara lain dengan mengatur semua permasalahan manusia umum
yang berkaitan dengan akhlak, sosial dan keagamaan, terlepas dan
tanpa membedakan suku bangsa, warna kulit, kepercayaan maupun
kebangsaan. Untuk itu ajaran Islam harus memiliki kemampuan
penerapan aplikasi secara global yang selaras dengan fitrat manusia
secara universal. Adapun hal ini bukan satu-satunya alasan mengapa
kami menyimpulkan demikian.
Al-Quran secara tegas mengakui peran Rasionalitas untuk
pencapaian Kebenaran tanpa menarik garis pemisah antara kebenaran
keagamaan dan kebenaran sekuler. Kebenaran adalah agama Islam,
Islam adalah agama kebenaran. Kebenaran tidak memerlukan
paksaan dalam menyampaikan pesannya, yang diperlukan hanyalah
Rasionalitas. Karena itulah maka Islam menggugah intelektualitas
manusia guna meneliti kebenaran ajaran Al-Quran berkaitan dengan
kajian mengenai fitrat manusia, sejarah dan rasionalitasnya. Kitab
ini mengembangkan kemampuan manusia dalam berfikir dan dalam
melakukan deduksi, tidak saja berkaitan dengan investigasi masalah
keagamaan, tetapi juga untuk mencapai pengetahuan sekuler.
Terkesan oleh penekanan Al-Quran terhadap dorongan untuk mencari
pengetahuan tersebut, Profesor Abdul Salam, penerima hadiah
Nobel yang terkenal, pernah diminta pendapatnya tentang dampak
kecenderungan mencari pencerahan tersebut pada pemikiran Muslim
pada masa awal. Dalam salah satu artikel ia menulis:
‘Menurut pendapat Dr. Mohammed Aijazul Khatib dari Universitas
Damaskus, Al-Quran amat menekankan pentingnya ilmu pengetahuan karena
“jika terdapat 250 ayat-ayat yang mengandung ajaran syariah, ada sekitar 750
ayat Al-Quran yang mendorong para mukminin untuk mempelajari alam,
merenunginya dan memanfaatkan logika sebaik mungkin serta menjadikan
upaya ilmiah sebagai bagian integral dari kehidupan umat.” Rasulullah saw

278
Pengenalan
Konsep Ketuhanan Suku-Suku dengan
Aliran
Sudut
Bangsa Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
PandangFilsafat
Masalah
Agama
Aborigin
Individu
Wahyu Ilahi dan
dan
Fitrat Agama
Agama Sejarah
Filsafat
Rasionalitas,
Agama Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Zoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
di
Agama
Australia
Tao
Masyarakat
Rasionalitas
Suatu Wahyu
Pengetahuan, dan Kebenaran

bersabda bahwa “merupakan kewajiban bagi setiap muslim, pria mau pun
para mukminin
wanita, untuk
untukmempelajari
memperolehalam, merenunginya
pengetahuan.” 2 dan memanfaatkan logika sebaik
mungkin serta menjadikan upaya ilmiah sebagai bagian integral dari kehidupan umat.”
Namun Al-Quran juga mengingatkan bahwa bertanya saja
Rasulullah saw bersabda bahwa “merupakan kewajiban bagi setiap muslim, pria mau
tidak cukup. Kadar kebenaran
pun wanita, untuk memperoleh batiniah
pengetahuan.” 2
seseorang juga merupakan
persyaratan untuk bisa menarik kesimpulan yang benar. Prinsip pokok
Namun Al-Quran juga
ini dikemukakan padamengingatkan bahwa
awal dari Surah bertanyaPerlu
Al-Baqarah. sajadiingat
tidak cukup.
bahwa Kadar
kebenaran batiniah seseorang juga merupakan persyaratan untuk
meski pun surah Al-Baqarah dianggap secara formal sebagai surahbisa menarik kesimpulan
yang benar. Prinsip
kedua pokok
setelah ini dikemukakan
Al-Fatihah pada awalrangkuman
yang merupakan dari Surah Al-Baqarah. Perlu diingat
dari keseluruhan
bahwa meski pun surah Al-Baqarah dianggap secara formal sebagai
isi Al-Quran, sebenarnya juga merupakan surah pengantar. Dengan surah kedua setelah Al-
Fatihah yang merupakan rangkuman dari keseluruhan isi Al-Quran, sebenarnya juga
demikian Al-Baqarah bisa dianggap sebagai surah pertama yang berisi
merupakan surah pengantar. Dengan demikian Al-Baqarah bisa dianggap sebagai surah
pertama teks
yang penuh. Al-Baqarah
berisi teks dimulaidimulai
penuh. Al-Baqarah dengandengan
pernyataan:
pernyataan:

§«¨ ]Cjª Ž)À-Ú °L s9iÉF ƒ °Ok°Ù ƒ _ ØcXq Y ½ ›W*¦Ù \°šVl §ª¨ 2 §ª¨ ª2j°Oˆm ¨C›X+ØSˆm  2ª ԁ¯

‘Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Alif Lam Mim (Aku-
‘Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Alif Lam
lah Allah
Mimyang lebih mengetahui).
(Aku-lah Inilah
Allah yang lebih Kitab yangInilah
mengetahui). sempurna, tiada sempurna,
Kitab yang keraguan di
dalamnya, petunjuk
tiada bagidiorang-orang
keraguan yang bertakwa.’
dalamnya, petunjuk (S.2 Al-Baqarah:1-3)
bagi orang-orang yang bertakwa.’
3 (S.2
Al-Baqarah:1-3) 3
Pernyataan tegas yang meski terkesan sederhana ini, meminta para penganutnya
untuk memahami Pernyataan
sepenuhnyategas
pesanyang yang meski terkesan
tersirat sederhana
di dalamnya. Ajaranini, meminta
Ilahi jelas memang
para penganutnya untuk memahami sepenuhnya pesan
diharapkan untuk menuntun orang-orang yang tidak lurus ke jalan yang benar. Lalu apa yang tersirat
signifikasidi dari pernyataan
dalamnya. di Ilahi
Ajaran atas jelasbahwamemangkitab tersebut hanyauntuk
diharapkan menjadi petunjuk bagi
menuntun
mereka yang memang yang
orang-orang sudahtidak
bertakwa?
lurus ke Apajalan
yangyang
diimplikasikan
benar. LaluAl-Quran adalah setiap
apa signifikasi
pencari darikebenaran seharusnya seorang yang bersifat benar
pernyataan di atas bahwa kitab tersebut hanya menjadi petunjuk karena jika tidak maka
pencariannya akan sia-sia
bagi mereka saja. Berdasarkan
yang memang deklarasi
sudah bertakwa? Apatersebut maka temuan akan
yang diimplikasikan
kebenaran tergantung sepenuhnya pada kejujuran niat dari penanya. Betapa agung
Al-Quran adalah setiap pencari kebenaran seharusnya seorang yang
kebijaksanaan yang terdapat dalam pernyataan singkat:
bersifat benar karena jika tidak maka pencariannya akan sia-sia
saja. Berdasarkan deklarasi tersebut maka temuan akan kebenaran
s9iÉF ]Cjª Ž)À-pada
tergantung sepenuhnya Ú °L kejujuran niat dari penanya. Betapa
agung kebijaksanaan yang terdapat dalam pernyataan singkat:
] ‘petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa’ (S.2 Al-Baqarah:1-3) 4
Prinsip yang sama sering juga berlaku pada penelitian yang bersifat sekuler. Setiap
kajian yang dilakukan dengan mental yang sudah terimbas oleh fikiran yang bias pasti akan
279
kehilangan kredibilitas. Fikiran yang sehat dan jernih merupakan syarat pokok pada setiap
kajian yang berarti. Fikiran yang sudah terbelenggu oleh prasangka tidak akan mungkin bisa
menarik konklusi yang tidak bias. Seorang peneliti yang mempunyai debu di matanya
dengan sendirinya tidak akan bisa melihat dengan jelas dan lurus. Karena itu adanya
kebenaran batiniah seseorang juga merupakan persyaratan untuk bisa
yang benar. Prinsip pokok ini dikemukakan pada awal dari Surah Al-B
bahwa meski pun surah Al-Baqarah dianggap secara formal sebagai su
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1II
I
II
III
IV Ahmad Fatihah yang merupakan rangkuman dari keseluruhan isi Al-Qur
merupakan surah pengantar. Dengan demikian Al-Baqarah bisa dia
pertama yang berisi teks penuh. Al-Baqarah dimulai dengan pernyataa

§«¨ ]Cjª Ž)À-Ú °L s9iÉF ƒ °Ok°Ù ƒ _ ØcXq Y ½ ›W*¦Ù \°šVl §ª¨ 2 §ª¨ ª2j°Oˆm ¨C
.........petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa’ (S.2 Al-Baqarah:1-3) 4
‘Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. A
Prinsip yang sama lah sering
Allahjuga
yang berlaku pada penelitian
lebih mengetahui). Inilah Kitabyangyang sempurna,
bersifat sekuler. Setiap kajian yang dilakukan dengan mental yang
dalamnya, petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa.’ (S.2 Al-Baqar
sudah terimbas oleh fikiran yang bias pasti akan kehilangan kredibilitas.
Pernyataan
Fikiran yang sehat dan jernih tegas yang
merupakan meski
syarat pokok terkesan
padasederhana
setiap ini, memin
untuk memahami sepenuhnya pesan
kajian yang berarti. Fikiran yang sudah terbelenggu oleh prasangka yang tersirat di dalamnya. Ajara
tidak akan mungkin diharapkan
bisa menarikuntuk konklusi
menuntunyang orang-orang
tidak bias. yangSeorang
tidak lurus ke jalan
signifikasi dari pernyataan di atas bahwa kitab tersebut hanya m
peneliti yang mempunyai debu di matanya dengan sendirinya tidak
mereka yang memang sudah bertakwa? Apa yang diimplikasikan Al
akan bisa melihat dengan
pencari jelas dan lurus.
kebenaran Karena seorang
seharusnya itu adanya petunjuk
yang bersifat benar kare
saja tidak cukup untuk menuntun
pencariannya seseorang
akan sia-siakepada kebenaran. Tetap
saja. Berdasarkan deklarasi tersebut
dibutuhkan suatukebenaran
fikiran yang sehat, tidak bias dan jujur
tergantung sepenuhnya pada kejujuran niat dari pen untuk
mencapainya. kebijaksanaan yang terdapat dalam pernyataan singkat:
Di sini satu masalah teratasi tetapi muncul yang lainnya.
Bertentangan dengan harapan orang berkaitan s9iÉF dengan
]Cjª Ž)À-Ú °L ruang lingkup
kontroversi di antara agama-agama, baik internal atau eksternal,
] ‘petunjuk
hanya sedikit sekali kebenaran batiniah yang ditunjukkan
bagi orang-orang yang bertakwa’ oleh
(S.2faksi-
Al-Baqarah:1-3) 4
faksi yang saling bertentangan di dunia sekarang ini. Seyogyanya
Prinsip yang sama sering juga berlaku pada penelitian yang b
segala sesuatu yang berkaitan dengan keagamaan harusnya lebih
kajian yang dilakukan dengan mental yang sudah terimbas oleh fikiran
mengandung kebenaran dibanding dengan yang sekuler. Kenyataannya
kehilangan kredibilitas. Fikiran yang sehat dan jernih merupakan sya
dalam realitas malah sebaliknya.
kajian PadaFikiran
yang berarti. awal sejarah
yang sudahsetiap agama adalah
terbelenggu oleh prasangka tid
justru orang-orangmenarik
beragama itu yang menjadi orang-orang
konklusi yang tidak bias. Seorang peneliti yang mempun yang
dengan sendirinya
tidak bias dan menggenggam tidak akan
erat kebenaran bisa melihat
dibanding dengan dijelas dan lurus
sisa lainnya
masyarakat, apakahpetunjuk saja tidak
yang bersifat cukupatau
sekuler untuk
punmenuntun
agamis. Garis seseorang
grafikkepada kebenar
suatu
Rasionalitas, Logika danfikiran yang sehat,
Kebenaran tidakdibias
berada dan jujur untuk
puncaknya mencapainya.
pada masa
Disini
hidup para pendiri agama bersangkutan.satu masalah teratasi tetapi muncul yang lainnya. B
harapan orang berkaitan dengan ruang lingkup kontroversi di antar
Kembali kepada ayat-ayat di atas, kita melihat di sini bagaimana
internal atau eksternal, hanya sedikit sekali kebenaran batiniah yang d
Tuhan diperkenalkanfaksisebagai Wujud
yang saling Yang Mahadi Mengetahui
bertentangan dunia sekarang segala
ini. Seyogyanya
hal sampai pada titik absolutnya.
berkaitan dengan Dengan demikian
keagamaan makalebih
harusnya pengetahuan
mengandung kebenar
yang sekuler. Kenyataannya dalam realitas malah sebaliknya. Pada
agama adalah justru orang-orang beragama itu yang menjadi orang-
280
dan menggenggam erat kebenaran dibanding sisa lainnya di masy
bersifat sekuler atau pun agamis. Garis grafik Rasionalitas, Logika dan
puncaknya di masa hidup para pendiri agama bersangkutan.
Kembali kepada ayat-ayat di atas, kita melihat disini
Pengenalan
Konsep Ketuhanan Suku-Suku dengan
Aliran
Sudut
Bangsa Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
PandangFilsafat
Masalah
Agama
Aborigin
Individu
Wahyu Ilahi dan
dan
Fitrat Agama
Agama Sejarah
Filsafat
Rasionalitas,
Agama Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Zoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
di
Agama
Australia
Tao
Masyarakat
Rasionalitas
Suatu Wahyu
Pengetahuan, dan Kebenaran

yang Dia anugrahkan kepada manusia juga pasti bersifat sempurna


dan sangat bisa diandalkan. Hanya saja manusia yang menerimanya
yang bisa jadi tidak mampu memanfaatkannya jika ia kurang memiliki
fitrat kebenaran batiniah.
Misalnya demi mereka yang tidak memiliki keyakinan agama
lalu kita pergantikan konsep Tuhan dengan Rasionalitas, maka
pernyataannya akan berbunyi sebagai berikut:
Segala sesuatu yang bersifat rasional tidak akan bisa menuntun
siapa pun kepada kebenaran kecuali mereka yang memiliki fitrat
kebenaran atau kebenaran batiniah dalam diri mereka. Hal ini akan
memberikan dasar persyaratan untuk pencapaian pengetahuan yang
bisa diandalkan, baik bersifat keagamaan atau pun sekuler. Kedua
pihak yaitu sumber informasi mau pun penerima informasi haruslah
keduanya juga bersifat benar.

S ejauh ini masih mudah dimengerti, tetapi masalahnya tidak hanya


sampai di situ saja. Justru kenyataannya dari titik inilah bagian
tersulit perjalanan fikiran kita berawal. Siapa yang bisa menghakimi
mutu kebenaran batiniah manusia lain? Setiap orang bisa menyatakan
bahwa dirinya mutlak benar dalam arahan batinnya, karena itu
apa pun yang diyakininya pasti dianggapnya benar. Yang menjadi
pertanyaan adalah bagaimana Al-Quran memecahkan problem itu.
Hanya dengan pernyataan ‘Allah yang lebih mengetahui’ saja belum
bisa memecahkan masalah ini di tingkat manusia. Namun bukan ini
solusi yang ditawarkan oleh Kitab Suci Al-Quran. Menurut Al-Quran,
ukuran dan mutu kebenaran batiniah seseorang bisa dinilai dari
perilakunya sehari-hari. Bila ia memang terbiasa bersikap lurus dalam
kehidupan sehari-hari maka batinnya yang tidak kasat mata juga bisa
dianggap sebagai benar. Dengan kriteria demikian itulah para Nabi-
nabi dinilai oleh masyarakat sekelilingnya. Meski pun bukan suatu
hal yang mustahil bagi seorang pendusta untuk sekali-kali berlaku

281
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III Ahmad
II
III
IV

benar, baik dalam ucapan atau niatnya, tidak mungkin baginya untuk
bersikap benar secara konsisten terus menerus. Karena itu sepenuhnya
rasional, jika para Nabi menyatakan bahwa masyarakat yang tadinya
tidak pernah melihat mereka berdusta sebelum pengakuan mereka,
tidak ada justifikasinya sama sekali jika sekarang mau menuduh mereka
dianggap mengarang kedustaan terhadap Tuhan karena menyebutnya
sebagai wahyu Ilahi.
Metoda pengukuran kebenaran batiniah ini selalu bisa
diandalkan dalam hal menyangkut para Nabi-nabi yang selalu
menunjukkan perilaku teladan sepanjang hidup mereka. Namun hal
ini tidak bisa diperlakukan secara meyakinkan pada manusia yang
non-Nabi. Situasinya amat berbeda dari satu orang ke orang lain,
sudut pandang juga berbeda, kemampuan pemahaman dan menarik
kesimpulan yang benar juga tidak sama adanya satu dengan lainnya.
Tidak setiap orang dibekali kemampuan langka untuk menembus dan
menguraikan rangkuman kata-kata atau penggambaran yang palsu.
Saling mempengaruhi antara fitrat pengamat dengan yang diamati bisa
menghasilkan berbagai posibilitas yang tidak terhingga. Sebagian ada
yang piawai menyembunyikan niat tersembunyinya sampai hampir
demikian sempurna, sedangkan yang lainnya mungkin tidak terlalu
ahli mengelabui orang lain.
Lalu dengan tolok ukur keandalan yang bagaimana seorang
pengamat bisa menilai kebenaran atau kepalsuan batiniah seseorang?
Masalahnya tambah rumit jika sudah menyentuh keimanan dan
kepercayaan. Misalnya ada orang yang meyakini dogma dan
kepercayaan yang paling aneh sekali pun, mereka sepatutnya tetap
tidak bisa disalahkan sebagai berlaku tidak benar secara sadar.
Mungkin saja ia terlalu naif untuk mengenali keadaan dirinya yang
terlihat nyata di mata orang lain. Namun ia tetap saja mempunyai hak
untuk menyakini atau menyatakan dirinya benar. Adapun ia sendiri

282
Pengenalan
Konsep Ketuhanan Suku-Suku dengan
Aliran
Sudut
Bangsa Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
PandangFilsafat
Masalah
Agama
Aborigin
Individu
Wahyu Ilahi dan
dan
Fitrat Agama
Agama Sejarah
Filsafat
Rasionalitas,
Agama Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Zoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
di
Agama
Australia
Tao
Masyarakat
Rasionalitas
Suatu Wahyu
Pengetahuan, dan Kebenaran

bisa saja menganggap kepercayaan orang lain itu salah, meski bagi
para penganutnya hal itu dianggap sebagai suatu yang amat rasional
dan logis.
Satu-satunya jawaban tegas adalah yang diberikan oleh Al-Quran
atas dilema itu. Al-Quran menisbahkan hak-hak asasi kepada setiap
manusia untuk meyakini apa yang dipilihnya dan menyatakannya
sebagai benar. Hanya saja Al-Quran tidak mengizinkan yang
bersangkutan untuk memaksakan kehendaknya pada orang lain,
apalagi sampai menghukum mereka karena dianggap salah atau
menyimpang keimanannya. Manusia hanya bertanggung-jawab
kepada Tuhan dan hanya Dia saja yang mengetahui segala apa yang
tersembunyi di relung hati dan fikiran manusia. Yang bisa dihukum
bukanlah kegagalan memahami kebenaran. Yang boleh dihukum
adalah kedustaan seseorang yang menolak kebenaran padahal di dalam
batinnya ia merasa bahwa ia memang salah. Kemampuan mendeteksi
kejahatan tersembunyi demikian berada di luar kemampuan penelitian
manusia. Faktor yang
hanya bertanggung-jawab menentukan
kepada Tuhan dan adalah kegagalan
hanya Dia sajayang
yangmerugikan
mengetahui segala ap
yang tersembunyi di relung hati dan fikiran manusia. Yang
dan bukan kegagalannya itu sendiri. Yang mampu memutus segalanya bisa dihukum bukanla
kegagalan memahami kebenaran. Yang boleh dihukum adalah kedustaan seseorang yan
menolakseperti itu hanyalah
kebenaran Tuhan
padahal Yang Maha
di dalam Mengetahui,
batinnya ia merasaMaha Kekaliadan
bahwa memang salah
KemampuanMaha mendeteksi
Bijaksana. Hal itu menjadi
kejahatan faktor paling
tersembunyi penting
demikian yangdiselalu
berada luar kemampua
penelitian manusia.Al-Quran
diingatkan Faktor yang menentukan
secara adalah
berulang-ulang. kegagalan
Dalam bidangyang merugikan dan buka
kepercayaan
kegagalannya itu sendiri. Yang mampu memutus segalanya seperti itu hanyalah Tuhan Yan
keagamaan Maha
Maha Mengetahui, dan cara-cara
Kekal danibadah, manusia selalu
Maha Bijaksana. Hal itudiingatkan untukpaling pentin
menjadi faktor
yang selalu
tidak menggabung peran dirinya sebagai hakim sekaligus pelaksana kepercayaa
diingatkan Al-Quran secara berulang-ulang. Dalam bidang
keagamaan dan cara-cara ibadah, manusia selalu diingatkan untuk tidak menggabung pera
hukuman. Bahkan Pendiri Suci agama Islam, Rasulullah saw juga
dirinya sebagai hakim sekaligus pelaksana hukuman. Bahkan Pendiri Suci agama Islam
diingatkan:
Rasulullah saw juga diingatkan:

  §««¨ "m°¼Ùj_¡À-¯ 2¯IÙkQ WÆ _0ԁŠ §«ª¨ ·m¦G[kÄ% _05U  \-5¯

‘... karena engkau hanyalah seorang pemberi nasihat; engkau tidak diangkat
‘. . . karena engkau hanyalah seorang pemberi nasihat; engkau tidak diangkat menjadi
menjadi penjaga atas mereka.’ (S.88 Al-Ghasyiyah:22-23)5
penjaga atas mereka.’ (S.88 Al-Ghasyiyah:22-23) 5

Bahkan dilarang mengejek sembahan atau dewa-dewa para penyembah berha


meski semuanya merupakan rekaan fikiran mereka sendiri:

R‰%Ê ©G#Å° ‰<Žc\w \°š[k[  2Ú °Æ ¯n×mWÓ¯ ,TÕiWà ‹ Sz¾XjVÙ  ©DTÀj C°% WDSÄÃÕiWc |ÚÏ°Š Sz283
¾Q# YXT

§ª©±¨ WDSÉ \-ØÈWc SÈ5[ \-¯ 2ÀIą¯OWAÄkVÙ Ô2ÀIÄȦBÔp„' 1®M®JXq rQ¯ ˆ1É2 Ô2ÀIQ X+[Å
‘Janganlah kalian mengejek apa yang diseru mereka selain Allah dalam doa-doa mereka,
keagamaan dan cara-cara ibadah, manusia selalu diingatkan untuk tidak menggabung peran
dirinya sebagai hakim sekaligus pelaksana hukuman. Bahkan Pendiri Suci agama Islam,
Rasulullah saw juga diingatkan:

 §««¨ "m°¼Ùj_¡À-¯ 2¯IÙkQ WÆ _0ԁŠ §«ª¨ ·m¦G[kÄ% _05U  \-5¯


Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III Ahmad
II
III
IV 

. . karena dilarang
‘.Bahkan engkau hanyalah seorang pemberi
mengejek sembahannasihat;atau
engkaudewa-dewa
tidak diangkat para
menjadi
penjaga atas mereka.’ (S.88 Al-Ghasyiyah:22-23) 5
penyembah berhala meski semuanya merupakan rekaan fikiran mereka
sendiri:
Bahkan dilarang mengejek sembahan atau dewa-dewa para penyembah berhala
meski semuanya merupakan rekaan fikiran mereka sendiri:

R‰%Ê ©G#Å° ‰<Žc\w \°š[k[  2Ú °Æ ¯n×mWÓ¯ ,TÕiWà ‹ Sz¾XjVÙ  ©DTÀj C°% WDSÄÃÕiWc |ÚÏ°Š Sz¾Q# YXT

§ª©±¨ WDSÉ \-ØÈWc SÈ5[ \-¯ 2ÀIą¯OWAÄkVÙ Ô2ÀIÄȦBÔp„' 1®M®JXq rQ¯ ˆ1É2 Ô2ÀIQ X+[Å
‘Janganlah kalian mengejek apa yang diseru mereka selain Allah dalam doa-doa mereka,
jangan-jangan karena
‘Janganlah kalian rasa apa
mengejek permusuhan,
yang diserumereka
merekamengejek Allahdalam
selain Allah tanpadoa-
ilmu.
Demikianlah
doa mereka, Kami menampakkan
jangan-jangan karenaindah kepada tiap-tiap
rasa permusuhan, umatmengejek
mereka amalan Allah
mereka.
Kemudian
tanpa ilmu.kepada Tuhan Kami
Demikianlah merekalah tempat kembali
menampakkan indah mereka, maka Dia
kepada tiap-tiap akan
umat
memberitahukan
amalan mereka. kepada mereka
Kemudian apa-apa
kepada Tuhanyang dahulu tempat
merekalah mereka kembali
kerjakan.’mereka,
(S.6 Al-
An’aam:109)
maka Dia akan6 memberitahukan kepada mereka apa-apa yang dahulu mereka

kerjakan.’ (S.6 Al-An’aam:109)


Hal tersebut tidak langsung meniadakan
6 kebutuhan pokok untuk mengenal dan
memperoleh kebenaran sebelum seseorang menghela tarikan nafas terakhirnya. Memiliki
hak untuk
Halmeyakini
tersebutapa pun langsung
tidak yang dipilihnya adalah berbeda
meniadakan dengan pokok
kebutuhan bagaimana mengelak
untuk
dari konsekwensi suatu keimanan. Hak asasi dan kemerdekaan seseorang untuk meyakini
mengenal
apa pun bukan danmerupakan
memperoleh kebenaran
izin untuk merusaksebelum
kesakralanseseorang menghela
suatu kebenaran. Hak asasi
tarikan semata
demikian nafas untuk
terakhirnya.
melindungiMemiliki
kemerdekaan hak untuk
nurani meyakini
manusia apa pun
dalam bertindak menurut
apa yang baik bagi dirinya sendiri. Jika tidak ada kemerdekaan dalam keimanan maka
yang dipilihnya adalah berbeda dengan bagaimana mengelak dari
setiap manusia akan merasa bebas mengubah-paksa pandangan dan keimanan orang lain
konsekwensi
dengan atas namasuatu keimanan.
kebenaran. Logika Hak asasi dan akan
yang melenceng kemerdekaan
membenarkan seseorang
dirinya bahwa
setiap
untukorang tidak boleh
meyakini apamemiliki
pun bukan kepercayaan yang berbeda
merupakan izin karena
untuksetiap orang yang
merusak
merasa keimanannya telah benar lalu sepertinya merasa mendapat kewenangan untuk
kesakralan suatu kebenaran. Hak asasi demikian semata untuk
merubah mereka agar sejalan dengan pandangannya sendiri. Lagi pula kemerdekaan untuk
melindungikeimanan
menentukan kemerdekaan
tersebutnurani manusia memberikan
tidak langsung dalam bertindak menurut
kebebasan dari prinsip
akuntabilitas.
apa yang baik bagi dirinya sendiri. Jika tidak ada kemerdekaan digandengkan
Kemerdekaan keimanan menjadi lebih tepat ditafsirkan jika dalam
dengan prinsip tersebut. Jika sekelompok pendaki gunung dibebaskan untuk memilih
keimanan
lintasan manamaka setiap
yang akan manusia
mereka pilih akan
dan kemerasa
arah manabebas
yangmengubah-paksa
mereka tuju, tetapi juga
pandangan
diingatkan danbeberapa
tentang keimanan orang
lintasan yang lain dengan
berbahaya dan atas nama kebenaran.
bisa membawanya ke tepi jurang
kematian,
Logika yang melenceng akan membenarkan dirinya bahwa setiapNamun
dengan sendirinya mereka akan jauh lebih berhati-hati dalam melangkah.
selalu ada saja orang-orang nekad yang tidak mengerti apa yang sebenarnya dibutuhkan
orang lalu
dirinya, tidak boleh memiliki
mengabaikan peringatankepercayaan yang berbeda
tersebut dan melaksanakan hakkarena setiapmereka
kemerdekaan
orang
meski yang merasa
kemudian membawa keimanannya
mereka kepada telah benarMakna
kehancuran. lalu kemerdekaan
sepertinya merasa
keimanan dan
kemerdekaan hak memilih tersebut yang dimaksud dalam
mendapat kewenangan untuk merubah mereka agar sejalan dengan ayat Al-Quran:

pandangannya sendiri. Lagi pula kemerdekaan untuk menentukan


  144
 keimanan tersebut tidak langsung memberikan kebebasan dari prinsip

284
Pengenalan
Konsep Ketuhanan Suku-Suku dengan
Aliran
Sudut
Bangsa Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
PandangFilsafat
Masalah
Agama
Aborigin
Individu
Wahyu Ilahi dan
dan
Fitrat Agama
Agama Sejarah
Filsafat
Rasionalitas,
Agama Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Zoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
di
Agama
Australia
Tao
Masyarakat
Rasionalitas
Suatu Wahyu
Pengetahuan, dan Kebenaran

akuntabilitas. Kemerdekaan keimanan menjadi lebih tepat ditafsirkan


jika digandengkan dengan prinsip tersebut. Jika sekelompok pendaki
gunung dibebaskan untuk memilih lintasan mana yang akan mereka
pilih dan ke arah mana yang mereka tuju, tetapi juga diingatkan
tentang beberapa lintasan yang berbahaya dan bisa membawanya
ke tepi jurang kematian, dengan sendirinya mereka akan jauh
lebih berhati-hati dalam melangkah. Namun selalu ada saja orang-
orang nekad yang tidak mengerti apa yang sebenarnya dibutuhkan
dirinya, lalu mengabaikan peringatan tersebut dan melaksanakan
hak kemerdekaan mereka meski kemudian membawa mereka kepada
kehancuran. Makna kemerdekaan keimanan dan kemerdekaan hak
memilih tersebut yang dimaksud dalam ayat Al-Quran:

\_Õ-W*Ôy °iV VÙ ¯ ¦°%ØUÄcXT °1SÅӛŠ¼¯ ×mÁÝÖWc C\-VÙ  ¥E³[ÖÙ ]C°% ÀiՉum WۉÜW‰" iV ©ÛÏ°G r¯Û RPWmÙ¯ ,Y

§«®¯¨ Ï/̯ WÆ ÍÌk°Ý[| ŒXT  RNP W3_¡°Ý5 Y rVÙ2ÃSÙ ®QXTÔoÄÈÙ¯

‘Tidak ada paksaan dalam agama. Sesungguhnya jalan benar itu nyata bedanya dari
‘Tidak ada
kesesatan, danpaksaan dalam agama.
barangsiapa menolakSesungguhnya jalan benar
ajakan orang-orang yangitusesat
nyatadan
bedanya
beriman
dari kesesatan, dan barangsiapa menolak ajakan orang-orang yang sesat
kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada suatu pegangan yang dan
kuat
beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada
dan tak kenal putus. Dan Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.’ (S.2 Al- suatu
pegangan yang
Baqarah:257) 7
kuat dan tak kenal putus. Dan Allah Maha Mendengar, Maha
Mengetahui.’ (S.2 Al-Baqarah:257) 7
Larangan untuk mencoba mengubah keimanan orang lain secara paksa tidak
Larangan
menghilangkan hak untuk mencoba
seseorang mengubah
untuk mengajak yangkeimanan
lain mengubahorang lain secara jika
kepercayaannya
dilakukan melalui menghilangkan
paksa tidak dialog dan argumentasi yang persuasif,
hak seseorang untukdanmengajak
sepanjang yangbebas dari
tindakan ancaman dalam bentuk apa pun. Hal semacam ini bukan saja perkenan, bahkan
lain mengubah kepercayaannya jika dilakukan melalui dialog dan
menjadi tugas setiap mukminin mengajak semua umat manusia ke jalan Tuhan secara
argumentasi
bijaksana yangajakan
dan dengan persuasif, dan sepanjang bebas dari tindakan ancaman
yang baik:
dalam bentuk apa pun. Hal semacam ini bukan saja perkenan, bahkan
menjadi
  ÀC_ÕOU setiap
 tugas `q°F ³ª/Šmukminin
¯ 2ÀIÙ°i›\BXT °RX=_mengajak
SVÙ °RVÀ°Ã×S\-ÙXT °Rsemua
\-Ö°VÙ¯ \¯Pumat rQ¯ ÅÍØj
Xq ©#k¯\y manusia ke
jalan Tuhan secara bijaksana dan dengan ajakan yang baik:
‘Panggillah kepada jalan Tuhan engkau dengan kebijaksanaan dan nasihat yang baik,
dan hendaknya bertukar-fikiran dengan mereka dengan cara yang sebaik-baiknya.’ (S.16
An-Nahl:126) 8

S emua itu merupakan perencanaan global Ilahi untuk menaklukkan ide dan ideologi
manusia berdasarkan agama Islam. Apakah dalam hal ini ada yang mampu mendeteksi
285

adanya setitik irrasionalitas? Nafsu kelompok aliran fundamentalis saat mereka menggebu
mencoba membakar emosi massa umat Muslim untuk memerangi mereka yang dianggap
kafir, sebenarnya tidak pernah terlihat dalam perilaku para Nabi dan para sahabatnya.
Larangan untuk mencoba mengubah keimanan orang lain secara paksa tidak
_Õ-W*Ôyseseorang
enghilangkan \hak  °iV VÙ ¯ ¦untuk
°%ØUÄcXT °1SÅӛŠmengajak
¼¯ ×mÁÝÖWc C\-VÙ yang
 ¥E³[ÖÙ ]C°%lain
ÀiՉummengubah
WۉÜW‰" iV ©ÛÏ°G r¯Ûkepercayaannya
RPWmÙ¯ ,Y jika
lakukan melalui dialog dan argumentasi yang persuasif, dan sepanjang bebas dar
ndakan ancaman dalam bentuk apa pun. Hal §«®¯¨ Ï/̯semacam
WÆ ÍÌk°Ý[| ŒXT  Rini
NP W3_¡ °Ý5 Y rVsaja
bukan Ù2ÃSÙ ®QXTÔoperkenan,
ÄÈÙ¯ bahkan
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1II
I
II
III
IV Ahmad
enjadi tugas setiap mukminin mengajak semua umat manusia ke jalan Tuhan secara
jaksana dan dengan
‘Tidak ajakan
ada paksaan yangdalambaik: agama. Sesungguhnya jalan benar itu nyata bedanya dari
kesesatan, dan barangsiapa menolak ajakan orang-orang yang sesat dan beriman
kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada suatu pegangan yang kuat
   ÀCdan
_ÕOU tak`q°Fkenal
³ª/Š¯putus.
2ÀIÙ°iDan °RX=_SVÙMaha
›\BXT Allah  °RVÀ°ÃMendengar,
×S\-ÙXT °R\-Ö°VMaha
Ù¯ \Mengetahui.’ ÅÍØj Al-
¯PXq ©#k¯\y rQ¯ (S.2
Baqarah:257) 7


Larangan untuk mencoba mengubah keimanan orang lain secara paksa tidak
‘Panggillah kepada
menghilangkan
jalan Tuhanuntuk
hak seseorang
‘Panggillah kepada jalan
engkau dengandengan
mengajak
Tuhan engkauyang
kebijaksanaan dandan
lain kebijaksanaan
nasihat
mengubah kepercayaannya
yang baik,
nasihat jika
dan hendaknya bertukar-fikiran
dilakukanyang
melalui
baik, dialog dan dengan
dan hendaknya mereka
argumentasi dengan
yang
bertukar-fikiran cara
persuasif,
dengan yang
dan
mereka sebaik-baiknya.’
sepanjang
dengan yang dari(S.16
cara bebas
An-Nahl:126)
tindakan sebaik-baiknya.’
ancaman
8 dalam (S.16
bentukAn-Nahl:126)
apa pun. Hal8 semacam ini bukan saja perkenan, bahkan

S
menjadi tugas setiap mukminin mengajak semua umat manusia ke jalan Tuhan secara

S
bijaksana dan dengan
emua ajakan yangperencanaan
itu merupakan baik: global Ilahi untuk menaklukkan
ide dan ideologi manusia berdasarkan agama Islam. Apakah dalam
emua ituhal
 merupakan  ÀC_ÕOperencanaan
 yang
ini ada `q°F ³ª/Š¯ 2Àmendeteksi
U mampu IÙ°i›\BXTglobal
°RX=_SVÙ adanya
°RVÀ °Ã×S\-ÙXTuntuk
Ilahi setitik \ ¯PXq ©#k¯\y rQ¯ ÅÍØj Nafsu
°R\-Ö°VÙ¯ irrasionalitas?
menaklukkan ide dan ideolog
kelompokagama
anusia berdasarkan aliran Islam.fundamentalis Apakah dalam saat mereka hal inimenggebu ada yang mencoba mampu mendeteks
‘Panggillah kepada jalan Tuhan engkau dengan kebijaksanaan dan nasihat yang baik,
anya setitik membakar
irrasionalitas? emosiNafsu massa kelompokumat Muslim aliran untuk memerangi mereka
fundamentalis
dan hendaknya bertukar-fikiran dengan mereka dengan cara yang sebaik-baiknya.’ (S.16
saat mereka yang menggebu
encoba membakar
dianggap emosi
kafir, massa
An-Nahl:126) 8
sebenarnya umattidak Muslim pernah untuk terlihat memerangi dalam perilaku merekapara yang dianggap

S
fir, sebenarnya
Nabitidak
dan para pernah
sahabatnya.terlihatmengikutinya.
dalam perilaku para Nabi dan
Para fundamentalis para sahabatnya
tersebut
engikutinya.memperoleh
Para fundamentalis tersebut memperoleh
kewenangan semata-mata dari sudut pandangnya sendiri kewenangan semata-mata dar
dut pandangnya
yangemua sendiri
timpang. yang
Sikaptimpang.
itu merupakan perencanaan
mereka sangat Sikap global mereka
asing Ilahibagi untuk sangat menaklukkan
Al-Quran, asing sama bagi Al-Quran,
ideseperti
dan ideologi sama
perti penyakit
manusiadengan
penyakitberdasarkanobat serta
dengan obatracun
agama Islam. dibanding
serta Apakah
racun dalam madu.
dibanding hal iniJumlah ada yangJumlah
madu. ayat-ayat
mampu ayat- Al-Quran yang
mendeteksi
engajak umat Muslim
adanya setitik
ayat Al-Quran agar
irrasionalitas?
yangmassa menggunakan
Nafsu kelompok aliran
mengajak umat untuk logika mereka
fundamentalis
Muslim agar merekasaatdengan sebaik-baiknya
mereka menggebu
menggunakan
bagaimanamencoba
logika
membakar
disebutkanmerekatidakoleh emosi
denganDr. Mohammedumat Muslim A ijazul memerangi
Khatib dari Damaskus yang dianggap
oleh adalah 750
kafir, sebenarnya pernahsebaik-baiknya,
terlihat dalam perilaku sebagaimana para Nabi disebutkan
dan para sahabatnya.
at. Sebaliknya tidak ada
mengikutinya. Parasatu ayat pun tersebut
fundamentalis dalam seluruh memperoleh isi kewenangan
Al-Quran yang mengajak kepada
Dr. Mohammed A ijazul Khatib dari Damaskus adalah semata-mata
750 ayat. dari
ngerahansudut
dogma secara irrasional.
pandangnya sendiri yang timpang. SebagaiSikap penutup, merekakami sangatsampaikan asing bagi Al-Quran, beberapa ayat agar
sama
Sebaliknya tidak obat ada serta saturacunayat pun dalam seluruhayat-ayat isi Al-Quran yang
ra pembaca bisapenyakit
seperti meresapi dengan bagaimana Kitabdibanding Suci Al-Quran madu. Jumlah menekankanAl-Quran pentingnya peran
yang mengajak kepada agarpengerahan
mengajak
ogika, Rasionalitas umat Muslim
dan bukti-bukti nyata dalamdogma
menggunakan logikasecara
pengujian
sebagaimana disebutkan oleh Dr. Mohammed A ijazul Khatib dari Damaskus adalah 750
merekairrasional.
ide dan kepercayaan.Sebagai
dengan sebaik-baiknya,
penutup, kami sampaikan beberapa ayat agar para pembaca bisa
ayat. Sebaliknya tidak ada satu ayat pun dalam seluruh isi Al-Quran yang mengajak kepada
meresapidogma bagaimana Kitab Suci Al-Quran menekankan
sampaikan pentingnya
§­­¨ D
W SÉ ª
Ø
È "
V Z
 Ù
V
U  _ ›W
* ¦
 Ù
 
 D
W SÉ Ø
* "
V ×
1 È
) 5U
T
X ×
1 Å
 
_ Á
Ý 5U
D
W ×
S 
_ <V
" XT ¯JnªÙ¯ `ˆ  WDTÃpÀ'Ú
ide
‰<pentingnya V"U peran
pengerahan secara irrasional. Sebagai penutup, kami beberapa ayat agar
peran
para pembaca Logika, Rasionalitas
bisa meresapi dan bukti-bukti
bagaimana Kitab Suci Al-Quran nyatamenekankan
dalam pengujian
Logika, Rasionalitas
dan kepercayaan. dan bukti-bukti nyata dalam pengujian ide dan kepercayaan.

‘Apakah kamu menyuruh orang lain berbuat kebaikan dan kamu melupakan dirimu
§­­¨ WDSÉ ª ØÈV" ZVÙU  _ ›W*¦Ù WDSÉ Ø*V" ×1È)5U XT ×1Å_ÁÝ5U WD×S_<V"XT ¯JnªÙ¯ `ˆ‰< WDTÃpÀ'Ú
V"U
sendiri, padahal kamu membaca Kitab Taurat itu? Tidakkah kamu mau mengerti?’ (S.2
Al- Baqarah:45) 9 kamu menyuruh orang lain berbuat kebaikan dan kamu melupakan
‘Apakah
‘Apakah kamu menyuruh orang lain berbuat kebaikan dan kamu melupakan dirimu
dirimu
sendiri, sendiri,
padahal padahal
kamu kamu
membaca membaca
Kitab Kitab
Taurat itu? Taurat
Tidakkah itu?mau
kamu Tidakkah kamu
mengerti?’ (S.2
mau mengerti?’
Al- Baqarah:45) 9 (S.2 Al-Baqarah:45)9

286


  145
14
k
a
ri
n Pengenalan
Konsep Ketuhanan Suku-Suku dengan
Aliran
Sudut
Bangsa Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
PandangFilsafat
Masalah
Agama
Aborigin
Individu
Wahyu Ilahi dan
dan
Fitrat Agama
Agama Sejarah
Filsafat
Rasionalitas,
Agama Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Zoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
di
Agama
Australia
Tao
Masyarakat
Rasionalitas
Suatu Wahyu
a Pengetahuan, dan Kebenaran

Œ \ZW)VÙ \-¯ 1ÇJW5SÉ2°FiSVÊ%U ßSÅV ¹ ØÈW rQ¯ ×1ÀIÁ²ØÈW Z\\ Vl¯ XT ‰<W%XÄ ßSÅV SÄ<W%XÄ WÛÏ°Š SÁ V Vl¯ XT
Œ \ZW)VÙ \-¯ 1ÇJW5SÉ2°FiSVÊ%U ßSÅV ¹ ØÈW rQ¯ ×1ÀIÁ²ØÈW Z\\ Vl¯ XT ‰<W%XÄ ßSÅV SÄ<W%XÄ WÛÏ°Š SÁ V Vl¯ XT
Œ \ZW)VÙ \-¯ 1ÇJW5SÉ2°FiSVÊ%U ßSÅV ¹ØÈW r§°¯¨ SÉ ª ØÈWØÈV"ZZ\\VÙU V l×1¯ XTůP‰Xq<W%\iXÄ<°Ã ßSž°ÅVO¯ 1ÅSÄ<W%SvXBÄ WÛ\UÏ°Äk°Š×1 ÅSÁ ÙkQ VWÃVl¯ XT
Q¯ ×1ÀIWDÁ²
§°¯¨ WDSÉ ª ØÈV" ZVÙU  ×1ůPXq \i<°Ã ž°O¯ 1ÅSvB\UÄk° ×1ÅÙkQ WÃ
‘Apabila‘Apabila mereka
mereka bertemu bertemu dengan dengan orang-orangWDSÉ ª ØÈV" Zmukmin,
§°¯¨ orang-orang VÙU  ×1ůPmukmin, <°Ã ž°O¯ 1Åberkata
Xq \iberkata SvB\UÄk° ×1mereka:
mereka: ÅÙkQ WÃ
“Kami
Œ“Kami
‘Apabila
beriman” ¯ 1Çapabila
 \ZW)VÙ mereka
\-beriman”
dan °FiSVÊ%U dan
JW5SÉ2bertemu ßSÅVdengan
mereka ¹ ØÈberjumpa
apabila W rQ¯ orang-orang
×1mereka
ÀIÁ²ØÈdenganW Z\\ ¯ XT ‰<W%XÄ dengan
Vmukmin,
lsesama
berjumpa ßSberkata
ÅV SÄ<W%XÄberkata
mereka, WÛÏ°Š SÁ mereka:
mereka:
sesama Vl¯ XT
V“Kami
mereka,
beriman”
“Apakah berkata dan
kamu apabila
memberitahukan
mereka: mereka
“Apakahdengan berjumpa
kepada
kamu mereka, dengan
memberitahukan sesama
orang-orang mereka,
mukmin, berkata
apa mereka:
yangorang- telah
‘Apabila mereka bertemu orang-orang mukmin,kepada berkatamereka, mereka: “Kami
“Apakah
diterangkan
orang kamu Allah
mukmin, memberitahukan
kepadamu,
apa yang §°¯¨
kepadaditerangkan
karena
telah
beriman” dan apabila mereka berjumpa dengan sesama mereka, berkata mereka: D
W
mereka,
dengan SÉ ª
Ø
È "
V Z
 Ù
V
orang-orang
keterangan
U
Allah ×
1 Å
 P
 ¯ q
X i
\ <°
itu
kepadamu, Ã
mukmin,ž° O ¯

nanti 1Å  Sv B
apa 

mereka
karena U
\ Ä
k
yang °
 ×
1 Å
 ÙkQ WÃ
telah
dapat
dengan
diterangkan
berbantah
keterangan Allah kamu
dengan kepadamu, di hadapan karenaTuhan-mu? dengan keterangan
Tidakkah kamu itu berakal?”nanti kamumereka dapat
“Apakah kamuitumemberitahukan
nanti mereka dapat
kepada berbantah
mereka, orang-orang dengan mukmin, di’ (S.2
apa hadapan
yangAl- telah
berbantah
Baqarah:77)
Tuhan-mu? dengan
mereka kamu
Tidakkah bertemu di hadapan
kamu dengan Tuhan-mu?
berakal?” Tidakkah
’ (S.2 Al-Baqarah:77) kamu berakal?” ’ (S.2 Al-
‘Apabila
diterangkan 10 Allah kepadamu, karenaorang-orang dengan keteranganmukmin, berkata itu nanti 10 mereka:mereka “Kami dapat
gi Baqarah:77)
beriman”
berbantah dan
10
dengan apabila kamu mereka di hadapan berjumpa Tuhan-mu? denganTidakkah sesama kamu mereka, berakal?” berkata’ (S.2 mereka: Al-
×1Baqarah:77)
ÁX=›\F×mÈ SÉkamu
“Apakah "\F10×#memberitahukan
É  ×1Áfvk°5W%U |^Ú °"  s Wm›_¡W5 ØTmereka,
kepada  CW% €Y¯ VR‰<\HÙmukmin,
U ˜jSÉF WD[orang-orang #Å\ÕiWc CVapa  SÅVyang
XT telah
si ×1diterangkan
ÁX=›\F×mÈ SÉ"\FAllah×#É  ×1Áfkepadamu,
vk°5W%U |^Ú °"  karena sWm›_¡W5 ØTdengan  CW% €Y¯ VR‰<\HÙitu
U ˜jSÉF WD[keterangan  #Å\nanti ÕiWc CVmereka SÅVXT dapat
u ×1ÁX=›\F×mÈdengan
berbantah SÉ"\F ×#kamu É  ×1Áfvkdi °5W%hadapan
U |^Ú °"  sTuhan-mu?Wm›_¡W5 ØTU ˜jSÉFTidakkah WD[ §ªCWª%¨ €Y |Ú °iÙ›_berakal?”
¯ VR‰<Ü°\H
kamu ™#Å\Ô2È*Õi=ÁWc CV D¯ ’SÅ (S.2
VXT Al-
p Baqarah:77) 10 §ªª ¨ |ÚÜ°°i›_™ Ô2È*=Á D¯
a. ‘Mereka berkata: “Tak ada yang akan masuk surga kecuali §ªorang-orang ª ¨ |ÚÜ°°i›_™Yahudi Ô2È*=Á atau D¯
‘Mereka
Nasrani.” ×1Áberkata:
‘Mereka ›\F×mÈberkata:
X=Ini hanya F ×#angan-angan
SÉ"\“Tak É“Tak
 ada
×1Áfvk°5ada W%U |^
yang yang akan Ú °"  akan
sia-sia smasuk Wmmereka
›_¡masuk W5 ØTsurga
U ˜jbelaka. SÉFsurga WD[ CWKatakanlah:
kecuali % €Y
kecuali ¯ VR‰<\H
orang-orang Ù #“Kemukakanlah
orang-orang Å\ÕiYahudi Wc CV Yahudi
SÅVatau
XT
ri Nasrani.” atau Nasrani.” Ini hanya angan-angan
Ini hanya sia-sia
angan-angan mereka belaka.
sia-sia Katakanlah:
mereka belaka. Katakanlah: “Kemukakanlah
keteranganmu
‘Mereka jika kamu
berkata: “Tak memang ada yang orang-orang akan masuk benar.” surga ’ (S.2 kecuali Al-Baqarah:112)
orang-orang Yahudi
11 atau
a keteranganmu “Kemukakanlah jika kamu memang orang-orang
keteranganmu jika kamu benar.” memang ’ (S.2 orang-orang §ª ª ¨ Ú
|
Al-Baqarah:112) Ü°  °
i ›_™ Ô
2
benar.” È
* =Á
11 ’D¯(S.2
Nasrani.” Ini hanya angan-angan sia-sia mereka belaka. Katakanlah: “Kemukakanlah
g Al-Baqarah:112)
  keteranganmu §ª°­¨ ;<o¯v% jika ;qSÈ5 kamu ×1Å×kV¯ memang X=ÙWs5U XT ×1Åorang-orang ¯Pˆq C°K% ·C›\F×mÈ 1Åbenar.” XÄ\C ÕiV ’È (S.2 SM{iU
‘›Wc
‰=Al-Baqarah:112)
11 11
a,  ‘Mereka §ª°­¨ ;<o¯v% ;qSÈ5 ×1Å×kV¯ ada
berkata: “Tak X=ÙWs5U yang XT ×1ůPˆqakan C°K% ·Cmasuk ›\F×mÈ 1Åsurga XÄ\C ÕiVkecuali ȉ= Sorang-orang M{iU
‘›Wc Yahudi atau
0 ‘HaiNasrani.” manusia,Ini hanya angan-angan
sesungguhnya telah datang sia-sia kepadamu mereka belaka. keterangan Katakanlah: nyata dari “Kemukakanlah
Tuhan-mu
‘Hai  manusia,

keteranganmu §ª°­¨sesungguhnya v% ;qkamu
;<o¯jika SÈ5 ×1Åmemang ×kVtelah
¯ X=ÙWs5U datang ×1ůPˆq C°kepadamu
XTorang-orang K% ·C›\Fbenar.” ×mÈ 1Åketerangan
XÄ\C’ Õi(S.2 V ÈAl-Baqarah:112)
‰=nyata  SM{iU
‘›Wc dari Tuhan-mu
a dan telah Kami turunkan kepadamu Nur yang terang benderang.’ (S.4 An-Nisa:175)11 12
dan telah Kami turunkan kepadamu Nur yang terang benderang.’ (S.4 An-Nisa:175) 12
r ‘Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu keterangan nyata dari Tuhan-mu
n
dan   §¬«¨
‘Hai telah WD§ªSÉKami
manusia, °­¨ª ØÈ;V"<o¯Z v%VÙsesungguhnya
turunkan ;U q SÈWD5 SÁ×1 ÅŽ*Wc×kkepadamu
VWÛ¯ Ï°X=ŠÙWs°L 5U¸n ×mXT\\telah ×1Nur ÅQWm¯P¦\ˆq )[ C°yangK% Ãq·C…›\Fterang
datang
V×mXTÈ kepadamu XT\C³ Õi°ÈVV È
1ŸSÕIXÄVbenderang.’ €Y¯ ‰keterangan SM{iU
ÅQ‘›WcSAn-Nisa:175)
=XjØ5r(S.4 Xk\UÙ nyata W%XT dari 12

§¬«¨ WDSÉ ª ØÈV" ZVÙU  WDSÁ Ž*Wc WÛÏ°Š°L ¸n×m\\ ÅQWm¦\)[ Ãq…VXT ¸SÕIVXT ³ °ÈV €Y¯ XjØ5r ÅQSXk\UÙ W%XT
Tuhan-mu dan telah Kami turunkan kepadamu Nur yang terang benderang.’
‘Hai (S.4manusia,
An-Nisa:175) sesungguhnya telah datang kepadamu keterangan nyata dari Tuhan-mu
‘Kehidupan
dan telah §¬«¨ dunia
Kami WDSÉ ª ini ØÈV" Z
turunkan tidak VÙ12U  WDlain Ž*Wc melainkan
SÁkepadamu WÛÏ°Š°L ¸nNur ×m\\ ÅQWmyang ¦\)[ terang
permainan Ãq…VXT dan benderang.’
¸SÕIVXThiburan. ³ °ÈV €Y¯ (S.4 XjØ5rAn-Nisa:175)
Dan ÅQSXk\UÙ W%XT 12
 sesungguhnya
‘Kehidupan
kampung akhirat dunia ini itu tidak lebihlain baikmelainkan bagi orang-orang permainan dan
yang hiburan.
bertakwa. DanTidakkah sesungguhnya kamu
kampung
memahami?’ akhirat (S.6 itu lebih baik 13bagi orang-orang yang bertakwa. Tidakkah kamu
Al-An’aam:33)
‘Kehidupan dunia ini tidak lain melainkan permainan dan hiburan. Dan sesungguhnya
memahami?’
kampung §¬«¨(S.6 WDSÉ ª Al-An’aam:33)
akhirat ØÈV" Z ituVÙU  lebih WDSÁ Ž*Wc baik WÛÏ°13Š°L bagi ¸n×m\\ ÅQWmorang-orang ¦\)[ Ãq…VXT ¸SÕIyang VXT ³ °ÈVbertakwa. €Y¯ XjØ5r ÅQSTidakkah Xk\UÙ W%XT kamu
€Y¯ À̯‰"U ØD¯ Ï(S.6
W% memahami?’ Q W% r¯Q7¯ Al-An’aam:33)×1ÅV Ä$SÉU ,YXT _ Ùk13WÓÙ Ä1Q ÕÃU ,YXT  ÀÛªÎWs\\ s°i=°Ã Ô2ÅV Ä$SÉU +Y #É
€Y¯ À̯‰"U ØD¯ Ï
W% ‘Kehidupan Q W% r¯Q7¯ ini
dunia ×1ÅV Ä$SÉU lain ,YXT _ ÙkWÓÙ Ä1Q ÕÃU ,Ypermainan XT  ÀÛªÎWs\\dan =°Ã Ô2ÅV Ä$Dan
s°ihiburan. SÉU +Ysesungguhnya #É
‘Kehidupan dunia tidak ini tidak melainkan lain melainkan permainan dan hiburan. Dan
W% €Y¯ À̯‰"U ØD¯ ÏQ W%kampung
kampung akhirat itur¯Q7¯ §®©×1¨ÅVWDÄ$TÄmSɊ[Ýakhirat
lebih baik U W*,YV" XTZ_ VÙU Ùk WÓÈnÙm¦itu
bagi ¡Ä1WQ ÙÕÃXTlebih
orang-orang U ,YqXT\-ÕÍ)]baik ÀÛ ªÎs©
yang SW*ԁ
Ws\\ s°Rd i×#=°\FÃorang-orang
bertakwa. ×#Ô2ÉÅ V†rQÄ$¯ Sɳ\TU SÄ+Yc #Éyang
Tidakkah kamu
§®©¨ WDTÄmŠ[ÝW*V" Z 13 VÙU  Ènm¦¡WÙXT q\-ÕÃ)] s©SW*ԁRd ×#\F ×#É  †rQ¯ ³\TSÄc
sesungguhnya bagi
memahami?’ (S.6 Al-An’aam:33)
bertakwa. Tidakkah kamu memahami?’ (S.6 Al-An’aam:33)13
§®©¨ WDTÄmŠ[ÝW*V" ZVÙU  Èn‘Di m¦¡Wsisiku ÙXT q\-ada ÕÃ)] s©SW*ԁRd ×#\F ×#É  †rQ¯ ³\TAllah,’ SÄc
‘Katakanlah: W% €Y¯ À̯‰"U “Aku ØD¯ Ïtidak Q W% r¯Q7¯ berkata ×1ÅV Ä$SÉU kepadamu, ,YXT _ ÙkWÓÙ Ä1Q ÕÃU ,Y XT  ÀÛªÎWs\\khazanah-khazanah s°i=°Ã Ô2ÅV Ä$SÉU +Y #É
‘Katakanlah: “Aku tidak
dan aku tidak mengetahui ilmu ghaib dan tidak pula aku mengatakan kepadamu, ‘Aku berkata kepadamu, ‘Di sisiku ada khazanah-khazanah Allah,’
dan
malaikat.’ aku tidak Akumengetahui mengikuti ilmu hanya ghaibapa danyang tidak diwahyukan pula aku mengatakan kepadaku.” kepadamu, Katakanlah: ‘Aku
‘Katakanlah:
malaikat.’ Aku
“Aku
mengikuti
tidak §®©berkata
hanya ¨ WDTÄmŠapa [Ýkepadamu,
W*V" Zyang VÙU  Ènm¦¡‘Di WÙXT sisiku
diwahyukan q\-ÕÃ)]ada W*ԁRd ×#\F ×#É  Katakanlah:
 s©kepadaku.”
Skhazanah-khazanah †rQ¯ ³\TSÄc Allah,’
“Samakahdan akuorang tidak yang mengetahui buta dengan ilmu ghaib orang dan yangtidak melihat?” pula aku Tidakkah mengatakan kamu berfikir?’ kepadamu, (S.6‘Aku
“Samakah
Al-malaikat.’
An’aam:51) orang14yang buta dengan orang yang melihat?” Tidakkah kamu berfikir?’ (S.6
Aku mengikuti hanya apa yang diwahyukan kepadaku.” Katakanlah:
Al-‘Katakanlah:
An’aam:51) 14“Aku tidak berkata kepadamu, ‘Di sisiku ada khazanah-khazanah Allah,’
“Samakah orang yang buta dengan orang yang melihat?” Tidakkah kamu berfikir?’287 (S.6
×1Ådan
Al-_¯Ú WcAn’aam:51)
ØTU ×1tidak
aku ů ÄB×qU mengetahui °014ÙVU% C°% ØTU ×1ilmu Å°×SVÙghaib C°K% >[dan kWà ×1tidak ÅÙkQ WÆ pula \@\È×Wcaku Q"Wà Ãq°jV Ù XSÉFkepadamu,
DU rmengatakan ×#É ‘Aku
×1Åmalaikat.’
_¯Ú Wc ØTU ×1ů ÄB Aku×qU °0mengikuti ÙVU% C°% ØTU ×1Åhanya °×SVÙ C°K% apa >[kWÃyang ×1ÅÙkQ WÆdiwahyukan \@\È×Wc DU rQ"Wà kepadaku.” Ãq°jV Ù XSÉF ×#ÉKatakanlah:
×1ŧ¯®¨
“Samakah _¯Ú Wc|E ×1SÀÅI¯ V ÄBÙÝ×qWcyang
ØTU orang U ×1°0 ÀI ÙV\ÈU%Vbuta
°0
C°%›Wc)[ U  ×1ÀůJn°_§
ØTdengan ×SVÙorang È5 C°\K%Ùk>[[×myang k¾ÀWÃ5 ×1 %¹ ÅÙkQ ØÈWÆW `ˆ
melihat?” \@\ÈÚ
W×WcÅTidakkah
DU² rØÈQ"WWÃWÃqcªk°jkamu VÄc XTÙ;ÈSXkberfikir?’
ÉF°‰ ×#É (S.6
45 Al- §¯®¨ |ESÀIV ÙÝ14Wc ×1ÀI \ÈV °0›Wc)[ À¯Jn_§È5 \Ùk[ ×m¾À5  %¹ØÈW `ˆÚ
W Ł²ØÈW WcªkÄcXT ;ÈXk°‰
An’aam:51)
§¬«¨§¬«¨WDSÉWDª SÉØȪ V"ØȁZ VÙU VÙ U WD SÁWD SÁŽ* Wc Ž*WÛWcÏ°WÛÏ°Š°L Š¸n°L×m\\¸n×m\\ÅQWm¦\
V" Z ÅQWm)[
¦\)[Ãq…ÃqV…XTV XT¸SÕI ¸SVÕIXT V³ XT ³ °ÈV°È€YV ¯ €Y¯ XjØ5rXjØ5r ÅQSÅQXkS\UXkÙ\U ÙW%XTW%XT

Mirza‘Kehidupan
Bagian
Bagian Tahir
1III
II
III
IV Ahmad
‘Kehidupan duniainiinitidak
dunia tidaklain
lainmelainkan
melainkanpermainan
permainandan
danhiburan.
hiburan.Dan
Dansesungguhnya
sesungguhnya
kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa.
kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Tidakkah kamu Tidakkah kamu
memahami?’ (S.6 Al-An’aam:33)
memahami?’ (S.6 Al-An’aam:33) 13 13

% ¯ €YÀ̯ ¯À̉"U ¯‰"ØDU ¯ ØD ¯ Ï Ï


W%W€Y Q W% Q r¯W%Q7¯ r¯×1Q7¯ Å×1VÅÄ$V SÉÄ$SÉU ,YU XT,Y_ XT _ ÙkWÓÙkÙWÓÙÄ1 Q Ä1ÕÃQ U ÕÃ,YU XT,Y  ÀÛªÎÀÛWsªÎ\\Ws\\s°s°
XT  i=°iÃ=°ÃÔ2ÅÔ2VÅÄ$V SÉÄ$SÉU +YU +Y#É#É

¨ TÄWDmŠTÄm[݊W*[ÝV" W*Z
§®©¨§®©WD VÙU VÙ U Ènm¦ ¡
V" Z Ènm¦¡
WÙWXTÙqXT \-qÕÃ\-)]ÕÃ)]s© SW*SԁW*Rdԁ×#Rd \F×#\F×#É×# ɆrQ¯ †r³Q¯ \T³SÄ\TcSÄc
 s©

‘Katakanlah: “Aku tidak


“Akutidak
‘Katakanlah:“Aku berkata
tidakberkata kepadamu,‘Di
berkatakepadamu,
kepadamu, ‘Disisiku
sisikuada
adakhazanah-khazanah
khazanah-khazanah Allah,’
‘Katakanlah: ‘Di sisiku ada khazanah-khazanah Allah,’
Allah,’
danaku dan
akutidakaku tidak
tidakmengetahuimengetahui
mengetahuiilmu ilmughaib ilmu
ghaibdan ghaib
dantidak dan
tidakpula tidak
pulaaku pula aku mengatakan
akumengatakan
mengatakan kepadamu,‘Aku‘Aku
dan kepadamu,
kepadamu,
malaikat.’Aku ‘Akumengikuti
Aku malaikat.’hanya
Aku apamengikuti hanya apa kepadaku.”
yangdiwahyukan
diwahyukan yang diwahyukan
Katakanlah:
malaikat.’ mengikuti hanya apa yang kepadaku.” Katakanlah:
kepadaku.”
“Samakahorang Katakanlah:
orang yangbuta “Samakah
butadengan orangorang
denganorang yang buta
yangmelihat?”
melihat?” dengan
Tidakkah orang
kamu yang(S.6
berfikir?’
“Samakah yang yang Tidakkah kamu berfikir?’ (S.6
melihat?”
Al- Tidakkah
An’aam:51) kamu berfikir?’ (S.6 Al-An’aam:51) 14
Al- An’aam:51) 14 14

×1Å×1_Å¯_Ú Wc¯Ú ØTWcU ØT×1U Å×1¯ ÅÄB¯ ×qÄBU ×q°0


U °0
ÙVU%ÙVU%C°%C°%ØTU ØT×1U Å×1°Å×S°VÙ×SC°VÙ K%C°K%>[>k[WÃkWÃ×1Å×1ÙkÅQ WÆÙkQ WÆ\@\@
\È×\ÈWc ×DUWc DUr Q"WÃrQ"WÃÃq°jÃqV °jVÙ  ÙXSÉFXSÉF×#É×#É

§¯®¨§¯®¨|E
|ESÀISÀV IÙÝV WcÙÝ×1Wc ÀI×1 \ÈÀIV \È°0
V °0  À
›Wc)[›Wc)[À ¯Jn_§¯Jn_§ È5 \
È5 \ Ùk[Ùk×m[¾À×m5¾À 5 %¹
 %¹
ØÈWØÈ`ˆ Ú
W Ú
ÅWŁ²
W `ˆ ØÈWØÈWW cªWkcªÄckXT Äc;XTÈXk;È°‰Xk°‰
²

‘Katakanlah:
‘Katakanlah: “Dia-lah
‘Katakanlah:“Dia-lah
“Dia-lah yang
yang yang berkuasa
berkuasa mengirimkan
mengirimkan
berkuasa azabkepadamu
azab
mengirimkan kepadamu dariatasmu
dari
azab kepadamu atasmu atau
atau
dari
dari
dari bawah
bawah
atasmu kakimu
kakimu
atau atau
dari atau
bawah mencampur-baurkan
mencampur-baurkan kamu dengan memecah
kamu dengan memecah
kakimu atau mencampur-baurkan kamu menjadi
kamudengan
kamu menjadi
golongan-golongan
golongan-golongan
memecah kamu dandan membuat
membuat
menjadi sebagiankamu
sebagian kamumerasakan
golongan-golongan merasakan keganasansebagian
dan keganasan
membuat sebagian yang
yang
sebagian
kamu merasakan keganasan sebagian yang lain.” Lihatlah bagaimana Kamicara
lain.”
lain.” Lihatlah
Lihatlah bagaimana
bagaimana Kami
Kami membentangkan
membentangkan tanda-tanda
tanda-tanda dengan
dengan berbagai
berbagai cara
supayamereka
supaya merekamengerti.’
membentangkan mengerti.’ (S.6Al-An’aam:66)
(S.6
tanda-tanda Al-An’aam:66)
dengan berbagai
15
15
cara supaya mereka mengerti.’
(S.6 Al-An’aam:66) 15

   àž° ¯×V C°K% >mÀ-Äà ×1Áj°Ù Á0Ø9¯V ÕiV VÙ ž°O¯ 1Å XqØjU ,YXT ×1ÁÙkQ WÆ œÈOÉ"×SQ V" W% Œ XÄ[‰ ×SŠ #É 146
146
 
 XÄ[‰SÉ ª ×SØȊ V"#ɁZVÙU
 àž° ¯×V C°K% >mÀ-Äà ×1Áj°Ù Á0Ø9¯V ÕiV VÙ ž°O¯ 1ÅXqØjU ,YXT ×1ÁÙkQ WÆ œÈOÉ"×SQ V" W%§ª¯¨Œ|E

‘Katakanlah: “Jika Allah menghendaki yang demikian, tentu tidak


‘Katakanlah: “Jika Allah menghendaki yang demikian, §ª¯¨ |E akan SÉ ª ØÈkubacakan
tentu V" Ztidak
VÙU Al-
Quran ini kepada kamu dan tidak pula Dia akan memberitahukannya kepada kamu.
akan kubacakan Al-Quran ini kepada kamu dan tidak pula Dia akan
Sesungguhnya akuAllah
“Jika telah menghendaki
tinggal bersamamu sepanjang tentu
yang Sesungguhnya
demikian, umur tidak sebelum ini, tidakkah kamu
‘Katakanlah:
memberitahukannya kepada kamu. aku akan telahkubacakan tinggal Al-
mempergunakan
Quran ini kepada akal?”
kamu dan ’ (S.10 Yunus:17)
tidaksebelum
pula Dia ini,akan memberitahukannya kepada kamu.
16
bersamamu sepanjang umur tidakkah kamu mempergunakan
Sesungguhnya akuYunus:17)
akal?” ’ (S.10 telah tinggal bersamamu sepanjang umur sebelum ini, tidakkah kamu
SÉ ª ØÈV" Z’VÙ(S.10
§®ª¨ WDakal?” U  ßr¯7WmV¼Yunus:17)
VÙ s°Š rQ"Wà 16€Y¯ |t­mÕBU ØD¯ ˜mÕBU °OÙkQ Wà ×ÅÉ W‹ÔyU ,Y ª4×SV ›Wc
16
mempergunakan

‘Hai kaumku, aku tidak minta ganjaran kepadamu untuk itu. Ganjaran bagiku hanya
pada Dia§®ªyang ª ØÈV" Zmenjadikan
¨ WDSÉ telah VÙU  ßr¯7WmV¼VÙ s°daku.
Š rQ"WÃApakah
€Y¯ |t­mkamu ÕBU ØD¯ masih
˜mÕBU °Obelum
ÙkQ Wà ×ÅÉ mau
W‹ÔyU ,Ymempergunakan
ª4×SV ›Wc
akal?’
‘Hai (S.11 Hud:52)
kaumku, aku tidak17 minta ganjaran kepadamu untuk itu. Ganjaran bagiku hanya
‘Hai kaumku, aku tidak minta ganjaran kepadamu untuk itu. Ganjaran
pada Dia yang telah menjadikan daku. Apakah kamu masih belum mau mempergunakan
×#bagiku
akal?’W  (S.11
q¯ ×V hanya
CW% ÄmÙ°lpada
Hud:52) XT ]³17ªË‰%Dia CW% Ämyang
Ù°l [ktelah
›\F ×Åmenjadikan
X=›\F×mÈ SÉ"\F ×#daku.
É <RRN¯XÄApakah
àž°O°5TÀj C°kamu
% TÅkVc‹%masih
 °4U
belum mau mempergunakan akal?’ (S.11 Hud:52) 17
È SÉWD"\SÁFª×#­mØÈÉv% 1À<RRNI¯XVÙÄ ‰àžSV°OÙ°5TÀWD
×#W  q¯ ×V CW% ÄmÙ°lXT ]³ªË‰% CW% ÄmÙ°l [k›\F ×ÅX=›\F×m§«­¨ j SÀC°-%Q ÕÈ WcTŁY
kVc‹%Ô2ÉF°4ÈnV<U ÙU
288
ª­mØÈv% 1ÀDia?
§«­¨ WDSÁselain
‘Sudahkah mereka itu mengambil tuhan-tuhan IVÙ ‰Katakanlah:
SVÙ WDSÀ-Q ÕÈWc Y “Kemukakanlah
Ô2ÉFÈnV<ÙU
keteranganmu. Al-Quran itu adalah sumber kemuliaan bagi orang-orang yang besertaku
dan sumber
‘Sudahkah kemuliaan
mereka bagi mereka
itu mengambil sebelumku.”
tuhan-tuhan selainBahkan kebanyakan“Kemukakanlah
Dia? Katakanlah: mereka itu tidak
mengetahui kebenaran,
keteranganmu. Al-Quran maka mereka
itu adalah berpaling.’
sumber (S.21bagi
kemuliaan Al-Anbiya:25)
orang-orang18yang besertaku
‘Katakanlah:
Quran
Sesungguhnya
mempergunakan ini kepada “Jika
akuakal?” telah Allahtinggal
kamu ’ danmenghendaki
(S.10tidak bersamamu
Yunus:17) pulayang Dia demikian,
akan memberitahukannya
16sepanjang umur sebelum ini, tidakkah kamu
tentu tidak akan kubacakan kepada kamu. Al-
Quran
Sesungguhnya
mempergunakan Sesungguhnya
ini kepada aku akal?” kamu
telah aku ’tinggal telah
dan tinggal
(S.10 tidak
bersamamu
Yunus:17) bersamamu
pula Dia akan sepanjang
memberitahukannya
16 sepanjang umur sebelum ini, tidakkah kamu
umur sebelumkepada ini, tidakkah kamu. kamu
Sesungguhnya
mempergunakan mempergunakan aku akal?” telahakal?” ’tinggal
(S.10’ (S.10 bersamamu
Yunus:17) Yunus:17) 16 sepanjang 16 umur sebelum ini, tidakkah kamu
mempergunakan §®ª¨ WDSÉakal?” ª ØÈV" ZVÙ’U (S.10  ßr¯7WmV¼VÙYunus:17) s°Š rQ"Wà €Y16¯ |t­mÕBU ØD¯ ˜mÕBU °OÙkQ Wà ×ÅÉ W‹ÔyU ,Y ª4×SV ›Wc
§®ª¨ WDSÉ ª ØÈV" Z VÙU  ßr¯7WmV¼Ketuhanan VÙ s°Š rQ"Wà €Y ¯ Pengenalan
|t­mÕBU ØDWahyu ¯ Bangsa ˜mdengan
ÕB °OIlahi
U Aliran ÙkAborigin
Q WÃFitrat×Perspektif
ÅPemikiran
É W‹Filsafat
Ôy U Rasionalitas,
,Y ª4Australia
×SWahyu
V Eropa
›WIslam
c Tao
Sɧ®ªª ¨ØÈV"WDtidak SÉ ª VÙU ØÈV"ßrmintaZ VÙU VÙ ßrs° ¯7WmV¼ŠVÙ rQs°"WÊ€Y  kepadamu
rQ¯ "|tWà €Y­m¯ ÕB|t ¯ ­mÕB ˜mU ÕBØDU ¯ itu.
°O ˜ÙkmQ ÕB U ×Å°OdanÙkdan U ×Å,YKebenaran
QW‹WÃÔySuatu É W‹ª4Ôy ×SU V ,Y›Wc ª4×Shanya
V ›Wc
Konsep Suku-Suku Sudut Wahyu,
Masalah
Pandang Agama Agama Agama Agama
Filsafat
Penderitaan
di Zoroaster
Sekulerisme
Konghucu
Agama Sejarah
Yunani
BuddhaHindu
¯7Wm¼ U ØDPengetahuan, É dan
Individu Masyarakat
Rasionalitas
‘Hai kaumku, §®ª¨ WDaku Z ganjaran untuk WÃGanjaran bagiku
padakaumku,
‘Hai Dia§®ªyang ¨ WDaku ª ØÈtidak
SÉtelah V" Zmenjadikan  ßr¯7WmV¼VÙ ganjaran
VÙU minta s°daku. Š rQ"WÃApakah €Y ¯ |tkamu
kepadamu ­mÕBU ØDuntuk ¯ masih
˜mÕBitu. U °ObelumÙkQ WÃGanjaran ×Åmau É W‹ÔyU ,Y ª4×SV ›Wc hanya
bagiku
mempergunakan
‘Hai
pada ‘Haiyang
kaumku,
Dia kaumku, aku
telahtidak aku
menjadikan tidak
minta minta daku.ganjaran
ganjaran Apakah kepadamu kepadamu
kamu masihuntuk
untuk itu.belum itu.
Ganjaran mau Ganjaran bagikubagiku
mempergunakan hanyahanya
akal?’ (S.11 Hud:52) 17
‘Hai
pada
akal?’Dia pada
kaumku,
(S.11 Dia
yang Hud:52) akuyang tidak
telah menjadikan telah
17 minta menjadikan ganjaran daku. kepadamu Apakah
daku. Apakah kamu masih belum mau mempergunakan kamu
untuk masih
itu. Ganjaranbelum mau bagiku mempergunakan
hanya
akal?’
×#W  q¯ ×V CWHud:52)
% ÄmÙ°lXT ]³ªË17‰% CW% ÄmÙ°l [k›\F ×ÅX=›\F×mÈ SÉ"\F ×#É <RRN¯XÄ àž°O°5TÀj C°% TÅkVc‹% °4U
pada
akal?’ Dia
(S.11 yang (S.11 telah Hud:52) menjadikan 17 daku. Apakah kamu masih belum mau mempergunakan
×#W  q¯(S.11
akal?’ ×V CW%Hud:52) ÄmÙ°lXT ]³ªË‰%17 CW% ÄmÙ°l [k›\F ×ÅX=›\F×mÈ SÉ"\F ×#É <RRN¯XÄ àž°O°5TÀj C°% TÅkVc‹% °4U
×#W  q¯ ×V CW% ÄmVÙ°lCWXT% ]³ÄmªËÙ‰%°lXTCW]³%ªË‰%ÄmÙ°lCW%[kÄm›\ÙF°l [×kÅ›\F
×
# 
W  q¯ ×
 X=›\F ×m×ÈÅ X=Sɛ\F"\×mFÈ ×#SÉÉ"\F <RRN×#¯XÉÄ àž<R°ORN°5¯XTÀÄj àžC°°O%°5TÀj TÅkC°Vc%‹% TÅ°4kU Vc‹% °4U
×#W  q¯ ×V CW% ÄmÙ°lXT ]³ªË‰% CW% ÄmÙ°l [k›\F ×ÅX=›\F§«­¨ ×mÈ SÉWD"SÁ\Fª­m×#ØÈÉv% 1À<RIRN¯VÙXÄ ‰àžSVÙ°O°5TÀWDjSÀ-C°Q %ÕÈWc TŁYkVcÔ2‹%ÉF Èn°4V<ÙU U
§«­¨ WDSÁª­mØÈv% 1ÀIVÙ ‰SVÙ WDSÀ-Q ÕÈWc Y Ô2ÉFÈnV<ÙU
§«­¨ WDSÁ§«­¨ ª­mØÈWDv%SÁª 1ÀI­mVÙØÈv% ‰1ÀSVÙIVÙWD ‰SÀ- SVÙQ ÕÈWD c SÀY-Ô2 Q ÕÈÉFWc ÈnYV<ÙU Ô2ÉFÈnV<ÙU
‘Sudahkah mereka itu mengambil tuhan-tuhan §«­¨ WDSÁselain ª­mØÈv% Dia? 1ÀIVÙ ‰Katakanlah:
SVÙ WDSÀ-Q ÕÈWc Y“Kemukakanlah Ô2ÉFÈnV<ÙU
‘Sudahkah mereka itu mengambil tuhan-tuhan selain Dia? Katakanlah:
‘Sudahkah
keteranganmu.
“Kemukakanlah mereka Al-Quran itu keteranganmu.
mengambil itu adalah tuhan-tuhan
sumber
Al-Quran selain
kemuliaan itu adalah Dia? bagiKatakanlah: orang-orang
sumber kemuliaan “Kemukakanlah
yang besertaku bagi
‘Sudahkah
keteranganmu.
danorang-orang‘Sudahkah
sumber kemuliaan mereka mereka
Al-Quran itu
yang besertaku itu
mengambil itu
bagi mereka mengambil
adalah tuhan-tuhan
sumber
dan sumber tuhan-tuhan
sebelumku.” selain
kemuliaan
kemuliaan selain
Dia?
Bahkanbagi bagi Dia?
Katakanlah:
orang-orang
kebanyakan Katakanlah:
mereka sebelumku.” yang“Kemukakanlah
“Kemukakanlah
mereka besertaku
itu tidak
‘Sudahkah
keteranganmu.
dan keteranganmu.
sumber mereka
kemuliaan Al-Quran ituAl-Quran mengambil
bagi itu adalah
merekaitu tuhan-tuhan
adalah
sumber sumber
tidak kemuliaan
sebelumku.” selain kemuliaan
Bahkan Dia? bagi bagi orang-orang
Katakanlah:
orang-orang
kebanyakan “Kemukakanlah
yangmereka
mereka yang
besertaku besertaku
itu tidak
mengetahui Bahkan kebenaran,
kebanyakan maka mereka mereka itu berpaling.’ mengetahui (S.21 Al-Anbiya:25)
kebenaran, maka
18
keteranganmu.
dan
mengetahui dan sumber
sumber kebenaran, kemuliaan Al-Quran kemuliaan bagi
maka itu adalah bagi
merekasumber mereka sebelumku.”
berpaling.’ sebelumku.”
kemuliaan (S.21 Bahkan Bahkan
bagikebanyakan
Al-Anbiya:25) orang-orang kebanyakan yang besertaku
18mereka itu tidak
mereka itu tidak
berpaling.’ (S.21 Al-Anbiya:25)
dan mengetahui
sumber kemuliaan kebenaran, bagi maka
mereka mereka sebelumku.” berpaling.’ Bahkan kebanyakan mereka itu tidak
SÉ ª ØÈV" ZVÙU  ®qberpaling.’ \I‰=XT ©#ÙkŠ À ›Q °*Ø\Al-Anbiya:25)
 Ä VXT Á0k°-ÄcXT ž¨qÙVÅf18 s°Š XSÉFXT
(S.21 Al-Anbiya:25)
§±©¨ |E
18
mengetahui kebenaran, maka (S.21 18

mengetahui kebenaran, §±©¨ |E maka SÉ ª ØÈV"mereka ZVÙU  ®q\berpaling.’


I‰=XT ©#ÙkŠ À(S.21 ›Q °*Ø\Al-Anbiya:25) Ä VXT Á0k°-ÄcXT ž¨qÙVÅf18s°Š XSÉFXT
§±©¨ |E §±©¨SÉ |E ª ØÈV" Z SÉ ª VÙU ØÈV"®qZ \IVى=U  XT®q\©#I‰=ÙkŠ XTÀ©#›QÙk°*ŠØ\  À  Ä ›QVXT°*Ø\Á0 k°Ä -VXTÄcXTÁ0ž¨k°q-ÙVÄcÅfXT s° ž¨qÙVŠÅf XSs°ÉFXT Š XSÉFXT
‘Dia-lah yang §±© ¨ |ESÉ ª ØÈV" ZVÙU dan
menghidupkan  ®q\I‰=mematikan,
XT ©#ÙkŠ À›Q °*Ø\dan  Ä VXT Á0 dalam k°-ÄcXT ž¨qpengawasan ÙVÅf s°Š XSÉFXT Dia-lah
‘Dia-lah
pergantian yang malam menghidupkandan siang. Maka dan tidakkah mematikan, kamudan akan dalam
mempergunakan pengawasan akal?’ Dia-lah
(S.23
‘Dia-lah ‘Dia-lah
‘Dia-lah yang yang yang menghidupkan
menghidupkan menghidupkan dandanmematikan, dan mematikan, mematikan, dan dandalam dalam
dan dalam pengawasan
pengawasan pengawasan Dia-
Dia-lah Dia-lah
pergantian
Al-lah Mu’minun:81) malam dan 19 siang. Maka tidakkah kamu akan mempergunakan akal?’ (S.23
‘Dia-lah
pergantian pergantian
pergantian yangmalam dan malam malam
menghidupkan dan dan siang. siang.dan MakaMaka
mematikan,
siang. Maka tidakkah kamu akan mempergunakan akal?’ (S.23 (S.23 tidakkah tidakkah kamu
dan kamu akan
dalam akan mempergunakan
mempergunakan
pengawasan akal?’
Dia-lah
Al- Mu’minun:81) 19
akal?’
Al-ÀZ¯ Mu’minun:81) (S.23 Al-Mu’minun:81)
ÙÝÄc Y œÈO5¯  àž°O¯PXq \i=°Ã œÈOÈ_°O \-195¯ VÙ ž°O¯ œÈOV ]C›\F×mÈ Y Wm\\XÄ ˜I›V¯  \ÌW% ÅÍÕiWc CW%XT
pergantian Al- Mu’minun:81) malam dan 19 siang.19 Maka tidakkah kamu akan mempergunakan akal?’ (S.23
Al- ÀZ¯ ÙÝÄc Y œÈO5¯  àž°O¯PXq \i=°Ã œÈOÈ_°O \-5¯ VÙ ž°O¯ œÈOV ]C›\F×mÈ Y Wm\\XÄ ˜I›V¯  \ÌW% ÅÍÕiWc CW%XT
Mu’minun:81) 19

ÀZ¯ ÙÝÄc Y ÀZ¯ ÙݜÈOÄc5¯ Y àžœÈ°O¯P5Xq¯  \iàž=°°OïPXq œÈ\i OÈ=°_Á°OœÈOÈ\_-5°O ¯ VÙ ž°\-O¯5¯ VٜÈOž°V O]C¯ ›\F œÈO×mVÈ ]CY›\FWm×m\\ È XYÄ ˜WmI\\›VX¯ Ä ˜I ›V\̯ W%ÅÍ Õi\ÌWcW%CWÅÍ%ÕiXT Wc CW%XT
ÀZ¯ ÙÝÄc Y œÈO5¯  àž°O¯PXq \i=°Ã œÈOÈ_°O \-5¯ VÙ ž°O¯ œÈOV ]C›\F×mÈ Y Wm\\XÄ ˜I›V¯  \̧ªW%ª°¨ÅÍWDÕiTÄWcm°ÝCW›V%XTÙ
§ªª°¨ WDTÄm°Ý›VÙ
§ªª°¨ WDTħªmª°°Ý¨›VWDÙTÄ m°Ý›VÙ
‘Barangsiapa berseru kepada tuhan lain disamping Allah yang mengenainya §ªª°¨ WDTÄm°Ý›VÙia tidak
‘Barangsiapa
mempunyai ‘Barangsiapa suatu berseru dalilkepada
berseru pun, kepada maka tuhan lainlain
sesungguhnya
tuhan disamping di AllahAllah
perhitungannya
samping yangyang mengenainya
ada mengenainya di sisi Tuhan-nya. ia tidak
‘Barangsiapa
mempunyai ‘Barangsiapa suatu berseru dalil berseru kepada
pun, kepada
maka tuhan tuhan
lain
sesungguhnya lain disamping
disamping perhitungannya Allah Allah
yang adayang
mengenainya di mengenainya
sisi Tuhan-nya. ia tidak ia tidak
Sesungguhnya
iamempunyai
tidak mempunyai orang-orang suatu kafir
dalil tidak
pun, akan sesungguhnya
maka memperoleh kebahagiaan.’ perhitungannya (S.23 ada Al-
‘Barangsiapa
mempunyai
Sesungguhnya
Mu’minun:118) suatu berseru suatu
dalil pun, maka
orang-orang dalil
kepada pun, tuhan maka
kafir sesungguhnya lain sesungguhnya
tidakorang-orang disamping
akan memperoleh perhitungannya Allah perhitungannya yang mengenainya
ada di sisi Tuhan-nya.
kebahagiaan.’ ada di sisi ia
(S.23 Al- Tuhan-nya.
tidak
diSesungguhnya
sisi Tuhan-nya. 20
orang-orangSesungguhnya kafir kafir tidak akan dimemperoleh
mempunyai
Sesungguhnya
Mu’minun:118) suatu 20dalil pun, maka
orang-orang kafir sesungguhnya tidak tidak akan akan perhitungannya
memperoleh memperoleh adakebahagiaan.’
kebahagiaan.’ sisi Tuhan-nya. (S.23 (S.23 Al- Al-
kebahagiaan.’ (S.23 Al-Mu’minun:118)
Ü°°i›_™ Ô2È)=Å D¯ ×1ÅX=›\F×mÈ SÉ"\F ×#É   \̉% O¸ ›V°ÄU 
Sesungguhnya Mu’minun:118) orang-orang kafir tidak akan memperoleh kebahagiaan.’
§¯­¨ |Ú
Mu’minun:118) 20 20 20 (S.23 Al-
Mu’minun:118) §¯­¨ |ÚÜ°°i›_™ Ô2È)=Å D¯ ×1ÅX=›\F×mÈ SÉ"\F ×#É   \̉% O¸ ›V°ÄU 
20

§¯­¨ |Ú §¯­¨Ü°°i |Ú ›_™Ü°Ô2°iÈ)›_=ř  D¯Ô2 È)×1=ÅÅX=D¯›\F ×1mÈÅ X=Sɛ\"F\F×mÈ ×# SÉÉ"\ F×#  \ÌÉ ‰% O¸ ›V°Ä\ÌU ‰% O¸ ›V°ÄU 
‘. . . Adakah §¯­¨ |ÚÜ°°i›_™ Ô2È)=Å D¯ ×1ÅX=›\F×mÈ SÉ"\F ×#É   \̉% O¸ ›V°ÄU 
tuhan disamping Allah? Katakanlah: “Kemukakanlah buktimu jika kamu
. . Adakah tuhan
‘.orang-orang yang benar.” disamping ’ (S.27 Allah? An-Naml:65) Katakanlah: 21 “Kemukakanlah buktimu jika kamu
‘.orang-orang ‘. . . Adakah
. . Adakah yang tuhanbenar.” tuhan
disamping disamping
’ (S.27 Allah? Allah?
An-Naml:65) Katakanlah: Katakanlah:
21 “Kemukakanlah buktimu jika kamu
“Kemukakanlah buktimu jika kamu
. .‘...
‘.orang-orang Adakah
orang-orang
Adakah yang tuhan tuhan yang
benar.” disamping di
benar.” ’samping
(S.27 Allah?
’ (S.27 Allah?
An-Naml:65) Katakanlah:
An-Naml:65) Katakanlah: 21 “Kemukakanlah 21 “Kemukakanlah buktimu buktimu jika kamu
WDSÉ ª kamu
§¯©¨jika
orang-orang ØÈV" Zyang  rVbenar.”
VÙU orang-orang ×U XT ¸n×m\\  ’ (S.27yang W%XT  \IÈ*WAc¯’ w(S.27
\i<°Ã An-Naml:65)
benar.” XT XkØ5ri21An-Naml:65)
 ®QSXj\UÙ À̛W)\-VÙ 21 ÄÔ³[‹ C°K% 2È)o°"TÊ W%XT
§¯©¨ WDSÉ ª ØÈV" ZVÙU  rV×U XT ¸n×m\\  \i<°Ã W%XT  \IÈ*WAc¯wXT XkØ5ri ®QSXj\UÙ À̛W)\-VÙ ÄÔ³[‹ C°K% 2È)o°"TÊ W%XT
§¯©¨ WDSɧ¯©ª ¨ØÈV"WDZ SÉ ª VÙU ØÈV"rZ V×VÙU U XT  ¸nr×m\\ V×U 
XT ¸n×m\\ i<°Ã W%\iXT<°Ã  \IWÈ*%WAXTc¯w XT\IXÈ*kWAØ5c¯riwXT X®QkSØ5Xjri\UÙ®QSÀÌXj›W\U )\-ÙVÙ ÀÌ ÄÔ³›W)[‹ \-VÙC° ÄK%Ô³[‹ 2È)o°C°"K%TÊ 2ÈW%)o°XT"TÊ W%XT
§¯©‘Apa ¨ WDSÉ pun ª ØÈV" Zyang VÙU  rVdiberikan
×U XT ¸n×m\\  \i <°Ã W%XT  \IÈ*adalah
kepadamu WAc¯wXT XkØ5rikenikmatan  ®QSXj\UÙ À̛W)\-sementara VÙ ÄÔ³[‹ C°K% 2Èdari )o°"TÊ kehidupan W%XT
‘Apa
duniawi pundan yang diberikan kepadamu
perhiasannya, sedang apa adalah yang adakenikmatan di sisi Allahsementara adalah lebih dari baikkehidupan dan lebih
‘Apa
duniawi ‘Apa
pun dan pun
yang
perhiasannya, yang
diberikan diberikan kepadamu kepadamu adalah adalahkenikmatan sisikenikmatan sementara sementara lebihdari baikkehidupan dari kehidupan
kekal. ‘Apa Maka pun tidakkahyang kamusedang
diberikan mau mempergunakan apa yang
kepadamu ada adalah diakal?’ Allah
(S.28
kenikmatan adalah Al-Qashash:61) sementara dan darilebih
22
‘Apa
duniawi
kekal. duniawi
pun dan
Maka tidakkah yang dan
perhiasannya, perhiasannya,
diberikan kamu kepadamu
sedang sedang
apa yang apa
adalah adayang di ada
kenikmatan sisi di Allah sisi Allah
sementara
adalah adalah lebih dari lebih
baik baik
kehidupan
dan dan lebih
lebih
kehidupan duniawi danmau mempergunakan
perhiasannya, sedang akal?’ apa (S.28 yang ada Al-Qashash:61)
di sisi Allah adalah 22
duniawi
kekal. kekal.
Maka dan Maka
perhiasannya,
tidakkah tidakkah kamu kamu
sedang
mau mau apa
mempergunakan mempergunakan
yang ada di
akal?’ sisi akal?’
Allah
(S.28 adalah
(S.28
Al-Qashash:61) lebih
Al-Qashash:61) baik dan22 lebih 22
lebih baik dan lebih kekal. Maka tidakkah kamu mau mempergunakan akal?’
kekal. Maka
(S.28 Al-Qashash:61) 22tidakkah kamu mau mempergunakan akal?’ (S.28 Al-Qashash:61) 22

  147
  147
    147 147
   147
 289
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III Ahmad
II
III
IV

SÈ5 SÈ5 MØ@WÃ_ª‰#


‰% 1ƉM%Ø@WÃ1Ɖ# XT _ªŽXT‰Ž \UÙ‰ \U ‰DU Ù ßS‰DÀ-U ¯ \È ßSVÙÀ-×1¯ \ÈÅVÙX=›\×1FÅ×mÈX=›\F SÉ×m"È\F SÉ"R<\ÚFÁ VÙR<;Ú iÁ VÙk¯I;[‰ R‰%Á
ik¯RI‰%[‰Ê ©G# Ê ©G#Á
C°% RC°<ÕÃ%WsRW5<XTÕÃWsW5XT
SÈ5 ‰% 1ÆMØ@Wà ‰#_ªXT Ž ‰\UÙ ‰DU ßSÀ-¯ \ÈVÙ ×1ÅX=›\F×mÈ SÉ"\F R<Ú Á VÙ ;ik¯I[‰ R‰%Ê ©G#Á C°% R<ÕÃWsW5XT
§°®¨ §°®¨
|E|E TÈnW,ÙÝWcTÈnW,ÙÝWc
§°®¨ |ETÈnW,ÙÝWc
‘Akan Kami bangkitkan dari tiap-tiap umat umat seorang seorang saksi saksi dan dan Kami Kami akan berkata:
‘Akan Kami bangkitkan dari tiap-tiap umat seorang saksi dan Kami akanakan
‘Akan Kami bangkitkan berkata:
“Kemukakanlah
berkata:
“Kemukakanlah
“Kemukakanlah buktimu.”
buktimu.”dari Kemudian Kemudian
buktimu.”
mereka mereka
Kemudian
akan akan mengetahui mengetahui
mereka akan
bahwa bahwa kebenaran
mengetahui
kebenaran hanya hanya
‘Akanada Kami
di sisi bangkitkan
Allah. Dan apa yang tiap-tiap
dibiasa umat
mereka seorang
ada-adakan saksi itudan Kami
semuanya akan
akan berkata:
lenyap daridari
bahwa kebenaran hanya ada sisi Allah. Dan apa yang biasa mereka ada-
ada di sisi Allah. Dan
“Kemukakanlah buktimu.”apa yang Kemudian biasa mereka mereka ada-adakan
akan mengetahui itu semuanya bahwa akan lenyaphanya
kebenaran
mereka.’
adakan
mereka.’
itu(S.28
(S.28
semuanya Al-Qashash:76)
Al-Qashash:76)
akan lenyap23 dari mereka.’ (S.28 Al-Qashash:76)
ada di sisi Allah. Dan apa yang biasa 23 mereka ada-adakan itu semuanya akan23lenyap dari
mereka.’ (S.28 Al-Qashash:76) 23
§¯«¨ §¯«¨ WDSÉ ª WDØÈSÉV" ª SÈØÈ5V"SÅ SÈV"5SÅ×1Q VÙV"U ×1 ˜Q nVÙm°U :[ ˜n[Z
m°:¯[¦B[ZÔ2¯¦B Å=°Ô2 % ʼn#=°_ª
% ‰# U Õi_ªV U VXTÕiV VXT
§¯«¨ WDSÉ ª ØÈV" SÈ5SÅV" ×1Q VÙU ˜nm°:[ [Z¯¦B Ô2Å=°% ‰#_ªU ÕiV VXT
‘Dan ‘Dan ia telah
ia telah menyesatkan menyesatkan sebagian sebagian besar besar
daridari antara antara kamu. kamu. Kemudian Kemudian mengapakah mengapakah
‘Dankamu ia
tidak telah mau menyesatkan
berpikir?’ (S.36 sebagianYasin:63) besar dari antara kamu. Kemudian
kamu
‘Dan
mengapakahtidak
ia telah maumenyesatkan
berpikir?’
kamu tidak (S.36 mauYasin:63)
sebagian berpikir?’besar24(S.36
24
dari antara Yasin:63) kamu. 24 Kemudian mengapakah
kamu tidak mau berpikir?’ (S.36 Yasin:63) 24
Ä#›V9Ù%Ä#)]›V9Ù%|^ °"XT  Ú 
)] Ú |^ °"XT   °RXjՑ \\
°RXjՑÕC\\°K% ;ÕCÆ°K%°Fi_¡
;ÆW)°Fiv%_¡;ÈW)v%°‘›\;\È°‘œÈ›\O\W)ØcU œÈWmOŠW)Øc#U WmWŠ\B#rW\B
Q"Wà rWDQ"WÃXÄ×mWDÁ ÙXÄ ×m[Á kÙ›\F[kX=›\FÙWs5UX =Ù×SWsV5U ×SV
Ä#›V9Ù%)] |^Ú °"XT   °RXjՑ\\ ÕC°K% ;Æ°Fi_¡W)v% ;È°‘›\\ œÈOW)ØcU WmŠ #W\B rQ"Wà WDXÄ×mÁ Ù [k›\F X=ÙWs5U ×SV
§«ª¨ |E TÄmŠ[ÝTÄW*mWcŠÔ2[ÝW*ÀIWc \ÈÔ2V ÀI¥ˆ
§«ª¨ |E  \ÈV‰=¥ˆ
° S‰M=ǯn°Õ¸SMW5ǯnÕ¸W5
§«ª¨ |ETÄmŠ[ÝW*Wc Ô2ÀI \ÈV ¥ˆ‰= ° SMǯnÕ¸W5
kamikami
‘Sekiranya
‘Sekiranya menurunkan
menurunkan Al-Quran
Al-Quran ini kepada
ini kepada gunung,
gunung, niscaya niscaya engkau engkau akanakan melihat melihat
gunung gunung itu merendahkan
itu merendahkan diri
diri dan dan pecah
pecah ini berantakan.
berantakan. Dan
Dan inilah inilah tamsil-tamsil tamsil-tamsil yangmelihatyang Kami Kami
‘Sekiranya
kemukakan kamiuntuk
menurunkan
manusia Al-Quran
supaya mereka kepada
dapat gunung, niscaya
berpikir.’(S.59 engkau akan
Al-Hasyr:22)
“Sekiranya
kemukakan kami menurunkan Al-Quran ini kepada gunung, niscaya engkau
gunung itu untuk manusiadiri supayadan mereka dapat berpikir.’(S.59
Dan inilahAl-Hasyr:22)
25
merendahkan pecah berantakan. tamsil-tamsil yang 25 Kami
akan melihat gunung itu merendahkan diri dan pecah berantakan. Dan inilah
kemukakan untuk manusia supaya mereka dapat berpikir.’(S.59 Al-Hasyr:22) 25
tamsil-tamsil yang Kami kemukakan untuk manusia supaya mereka dapat
Referensi
Referensi berpikir.’(S.59 Al-Hasyr:22)25
Referensi
1. 1. Al-Quran
Al-Quran dengan
dengan terjemahan
terjemahan dan dan
tafsirtafsir singkat
singkat (1987),
(1987), Jemaat
Jemaat Ahmadiyah
Ahmadiyah Indonesia,
Indonesia, ed. 2.
ed. 2.
2.
2.1. Lai,Lai, Ch. Kidwai,
Ch. Kidwai, A. A. (1989)
(1989) Ideals Ideals and Realities,
and Realities, Selected
SelectedJemaatEssays of
EssaysAhmadiyah Abdus
of Abdus Salam,Salam, 3rd ed., World
3rd ed., World
Al-Quran dengan
Scientific terjemahan
Publishing Co. dan tafsir
London, singkat
hal. (1987),
343-344 Indonesia, ed. 2.
Scientific Publishing
2. 3.Lai,Terjemah
Ch. Kidwai, A. Co.
(1989) London,
Ideals hal.
and 343-344
Realities, Selected Essays of Abdus Salam, 3rd ed., World
3. Terjemah surat
surat 2:1-32:1-3
oleh oleh penulis.
penulis.
Scientific
4. Terjemah Publishing
surat 2: 3 Co.
oleh London,
penulis. hal. 343-344
4. Terjemah
3. 5.Terjemah surat
surat 2:2:1-3
3 oleh penulis.
oleh penulis.
Terjemah
5.4. Terjemah surat
surat 88: 88: 22-23
oleholeh penulis.
Terjemah
6. Terjemahsurat 2: 322-23
surat 6:oleh
109 oleh
penulis.
penulis.penulis.
5. Terjemah
6. Terjemah surat
Terjemahsurat 6:88:109
surat
oleholeh
22-23
2: 257
penulis.
oleh penulis.
penulis.
7.6. 7.
Terjemah
Terjemah surat
surat 2:
6: 257
109 oleh
oleh penulis.
penulis.
8. 8. Terjemah
Terjemah surat
surat 16: 16: 126
126oleh oleh penulis.
olehpenulis.
penulis.
7. 9.Terjemah
Al-Quransurat 2: 257
dengan terjemahan
9. Al-Quran
Terjemah
8. 10. dengan
surat 16:terjemahan
126 dan dan
tafsirtafsir
oleh penulis.
singkat
singkat (1987),
(1987), Jemaat
Jemaat Ahmadiyah
Ahmadiyah Indonesia,
Indonesia, ed. 2.
ed. 2.
10. Al-Quran
Al-Quran dengan
dengan terjemahan
terjemahan dan dan tafsir
tafsir singkat
singkat (1987),
(1987), Jemaat
Jemaat Ahmadiyah
Ahmadiyah Indonesia,
Indonesia, ed. ed. 2.
Al-Quran
9. 11. Al-Qurandengan
dengan terjemahan
terjemahan dandan
tafsir singkat
tafsir (1987),
singkat Jemaat
(1987), Ahmadiyah
Jemaat Ahmadiyah Indonesia,
Indonesia, ed.2.
2. 2.
ed.
11. Al-Quran
Al-Quran
10.12. dengan
dengan terjemahan
terjemahan dan tafsir
dandan
tafsir singkat
singkat (1987),
(1987), Jemaat
Jemaat Ahmadiyah
Ahmadiyah Indonesia,
Indonesia, ed.
ed.2.
2. 2.
12. Al-Quran
Al-Quran dengan
dengan terjemahan
terjemahan dan tafsir
tafsir singkat
singkat (1987),
(1987), Jemaat
Jemaat Ahmadiyah
Ahmadiyah Indonesia,
Indonesia, ed. ed.
2.
Al-Quran
11. 13. Al-Qurandengan
dengan terjemahan
terjemahan dan tafsir
dan singkat
tafsir (1987),
singkat Jemaat
(1987), Ahmadiyah
Jemaat Ahmadiyah Indonesia,
Indonesia, ed. 2. 2.
ed.
13. Al-Quran
Al-Quran
12. 14. dengan
dengan terjemahan
terjemahan dan
dan tafsir
tafsir singkat
singkat (1987),
(1987), Jemaat
Jemaat Ahmadiyah
Ahmadiyah Indonesia,
Indonesia, ed.
ed.2.
2. 2.
14. Al-Quran
Al-Quran dengan
dengan terjemahan
terjemahan dan dan tafsir
tafsir singkat
singkat (1987),
(1987), Jemaat
Jemaat Ahmadiyah
Ahmadiyah Indonesia,
Indonesia, ed. ed.
2.
Al-Quran
13. 15. Al-Qurandengan
dengan terjemahan
terjemahan dan tafsir
dan singkat
tafsir (1987),
singkat Jemaat
(1987), Ahmadiyah
Jemaat Ahmadiyah Indonesia,
Indonesia, ed. 2. 2.
ed.
15. 290
Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.
Al-Quran
14. 16. Al-Qurandengan
dengan terjemahan
terjemahan dan tafsir
dan singkat
tafsir (1987),
singkat Jemaat
(1987), Ahmadiyah
Jemaat Ahmadiyah Indonesia,
Indonesia, ed. 2. 2.
ed.
16. Al-Quran
Al-Quran
15. 17. dengan
dengan terjemahan
terjemahan dan
dan tafsir
tafsir singkat
singkat (1987),
(1987), Jemaat
Jemaat Ahmadiyah
Ahmadiyah Indonesia,
Indonesia, ed.
ed.2.
2. 2.
17. Al-Quran
Al-Quran dengan
dengan terjemahan
terjemahan dan dan tafsir
tafsir singkat
singkat (1987),
(1987), Jemaat
Jemaat Ahmadiyah
Ahmadiyah Indonesia,
Indonesia, ed. ed.
2.
Al-Quran
16. 18. Al-Qurandengan
dengan terjemahan
terjemahan dan tafsir
dan singkat
tafsir (1987),
singkat Jemaat
(1987), Ahmadiyah
Jemaat Ahmadiyah Indonesia,
Indonesia, ed. 2. 2.
ed.
18. Al-Quran
Al-Quran
17. 19. dengan
dengan terjemahan
terjemahan dan
dan tafsir
tafsir singkat
singkat (1987),
(1987), Jemaat
Jemaat Ahmadiyah
Ahmadiyah Indonesia,
Indonesia, ed.
ed.2.
2. 2.
Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat Ahmadiyah Indonesia, ed.
Pengenalan
Konsep Ketuhanan Suku-Suku dengan
Aliran
Sudut
Bangsa Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
PandangFilsafat
Masalah
Agama
Aborigin
Individu
Wahyu Ilahi dan
dan
Fitrat Agama
Agama Sejarah
Filsafat
Rasionalitas,
Agama Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Zoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
di
Agama
Australia
Tao
Masyarakat
Rasionalitas
Suatu Wahyu
Pengetahuan, dan Kebenaran

Referensi
1. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.
2. Lai, Ch. Kidwai, A. (1989) Ideals and Realities, Selected Essays of
Abdus Salam, 3rd ed., World Scientific Publishing Co. London,
hal. 343-344
3. Terjemah surat 2:1-3 oleh penulis.
4. Terjemah surat 2: 3 oleh penulis.
5. Terjemah surat 88: 22-23 oleh penulis.
6. Terjemah surat 6: 109 oleh penulis.
7. Terjemah surat 2: 257 oleh penulis.
8. Terjemah surat 16: 126 oleh penulis.
9. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.
10. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.
11. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.
12. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.
13. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.
14. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.
15. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.
16. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.
17. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.

291
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III Ahmad
II
III
IV

18. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat


Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.
19. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.
20. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.
21. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.
22. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.
23. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.
24. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.
25. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.

292
Pengenalan
Konsep Ketuhanan Suku-Suku dengan
Aliran
Sudut
Bangsa
Wahyu
Iman Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Masalah
Agama
Aborigin
Individu
Ilahi
Kepadadan
dan
Fitrat Agama
Agama
Agama
Pandang Sejarah
Filsafat
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Zoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
di
Agama
Australia
Tao
Masyarakat
Rasionalitas
"Yang
Suatu Ghaib"
Wahyu
Pengetahuan, dan Kebenaran

IMAN KEPADA
IMAN “YANG
KEPADA “YANG GHAIB”
GHAIB”

® ÙkWÓÙ¯ WDSÄ=°%ØUÄc WÛÏ°Š §«¨ ]Cjª Ž)À-Ú °L ƒs9iÉF


‘. . . petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa, yaitu mereka yang beriman kepada
ghaib . . .’ (S.2 ‘...
Al-Baqarah:3-4)
petunjuk bagi orang-orang
1 yang bertakwa, yaitu mereka yang beriman
kepada yang ghaib...’ (S.2 Al-Baqarah:3-4)1

Iman kepada yang ghaib atau tidak kasat mata merupakan bagian
pokok keimanan umat Muslim sebagaimana dinyatakan dalam
n kepada yang ghaib atau tidak kasat mata merupakan bagian pokok keiman
ayat di atas. Namun sebagaimana telah diungkapkan pada bab
terdahulu,dinyatakan
m sebagaimana Kitab Suci Al-Quran
dalamadalah ayatsebuah
di kitab
atas.tentang
Namun Logikasebagaiman
kapkan pada danbabRasionalitas
terdahulu,yangKitab
sangatSuci
mencela penggunaan
Al-Quran adalah kekerasan
sebuahdan kitab tentan
asionalitaspaksaan
yang dalam
sangat mencela
segala bentuknyapenggunaan
jika dijadikankekerasan dan paksaan dala
dasar untuk mengubah
knya jika dijadikan dasar untuk
keyakinan manusia mengubah
lain. Karena keyakinan
itu jika ada manusiaayat
yang menafsirkan lain. Karen
ang menafsirkan ayat di atas sebagai usaha untuk
di atas sebagai usaha untuk mengembangkan keimanan membuta mengembangkan k
uta dengandengan
cara mengharuskan
cara mengharuskan manusia
manusia mempercayai
mempercayai hal-hal yang ‘ghaib’ se
hal-hal yang
tangan dengan
‘ghaib’penekanan Al-Qurandengan
sepertinya bertentangan sendiri. Tetapi Al-Quran
penekanan tidak demikian
sendiri. adanya,
menyatakan adalah orang-orang ingkar itulah yang mempercayai
Tetapi tidak demikian adanya, Al-Quran malah menyatakan adalah
sesuatu tan
ustifikasi tanpa dasar. Kitab ini juga mengutuk mereka yang berusaha m
orang-orang ingkar itulah yang mempercayai sesuatu tanpa bukti atau
ngan golongan mukminin dengan cara kekerasan. Lalu apa yang dimaksud
t ‘beriman justifikasi
kepada yangtanpa dasar. Kitab ini juga mengutuk mereka yang berusaha
ghaib’ tersebut? Hal ini merupakan pertanyaan pent
mengubah
dibahas dengan lengkap. pandangan golongan mukminin dengan cara kekerasan.
Kita harusLalumelakukan
apa yang dimaksud dengansecara
penelitian kalimat ‘beriman
mendalam kepada yangmakna
atas ghaib’ kalimat
tersebut?
akan istilah khusus HalAl-Quran.
ini merupakan pertanyaan
Kegagalan penting yang makna
menemukan perlu dibahas
hakiki, akan m
epada konsekwensi
dengan lengkap. serius sebagaimana terjadi di abad pertengahan saa
batan ilmiah diKita antara
harusberbagai
melakukanaliran pemikiran
penelitian dalam Islam.
secara mendalam Saat itu ada
atas makna
Muslim yang
kalimat itu yang merupakan istilah khusus Al-Quran. Kegagalandalam hal-
sama sekali menafikan penggunaan Rasionalitas
dengan keimanan.
menemukanMereka menyatakan
makna hakiki, akan membawabahwa kitaKebenaran yang diwahyuk
kepada konsekwensi
memadai serius
dan sebagaimana
harus diterima bagaimana
terjadi di adanya
abad pertengahan saat tanpa melalui penelitian
terjadi perdebatan
lama lainnya menentang pandangan tersebut, mengemukakan
ilmiah di antara berbagai aliran pemikiran dalam Islam. Saat itu ada
bahwa bany
l-Quran yang mengharuskan manusia untuk mengikuti logika pada setiap
beberapa ulama Muslim yang sama sekali menafikan penggunaan
mbilan keputusan serta memberi prioritas kepada rasionalitas di atas k
uta.
Namun apa sebenarnya yang dimaksud dengan keimanan? 293 Bagaimana
ang memiliki keimanan yang benar tanpa terlebih dahulu terpuaskan ra
ya? Bukankah suatu realitas bahwa mayoritas umat manusia dari berbaga
a ini mengaku mempunyai keimanan tetapi tanpa benar-benar memaham
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III Ahmad
II
III
IV

Rasionalitas dalam hal-hal yang terkait dengan keimanan. Mereka


menyatakan bahwa Kebenaran yang diwahyukan sudah cukup
memadai dan harus diterima bagaimana adanya tanpa melalui
penelitian rasional lagi. Ulama lainnya menentang pandangan
tersebut, mengemukakan bahwa banyak ayat-ayat Al-Quran yang
mengharuskan manusia untuk mengikuti logika pada setiap langkah
pengambilan keputusan serta memberi prioritas kepada rasionalitas di
atas keimanan membuta.
Namun apa sebenarnya yang dimaksud dengan keimanan?
Bagaimana mungkin seseorang memiliki keimanan yang benar tanpa
terlebih dahulu terpuaskan rasa ingin tahunya? Bukankah suatu
realitas bahwa mayoritas umat manusia dari berbagai agama selama ini
mengaku mempunyai keimanan tetapi tanpa benar-benar memahami
makna keimanan mereka? Mereka kebetulan sudah merasa beriman
dan cukup sampai situ saja.
Hal ini merupakan dilema yang mengharuskan kita menelaah
masalah keimanan dibanding logika, yakni memahami bentuk
keterkaitan antara keduanya merupakan suatu hal yang amat penting.
Mengingat masalah ini sudah dibahas pada bab Filsafat Eropa, kami
berusaha untuk tidak mengulang lagi apa yang telah dikemukakan.
Yang penting sekarang adalah mencari pemahaman lebih lengkap
tentang makna ‘ghaib.’
Sebagai langkah awal, kami ingatkan lagi bahwa ketiadaan atau
kekosongan informasi mengenai sesuatu tidak lantas menjadikan hal
itu kemudian dianggap sebagai suatu yang tidak ada. Hal tersebut bisa
jadi memang ada atau eksis namun masih gelap karena tersembunyi
di balik tirai ketidak-tahuan manusia. Kemudian setelah itu, baik
melalui hasil investigasi manusia atau pun dengan bantuan wahyu
Ilahi, semuanya lalu muncul dari keghaiban dan terlihat sebagai suatu
kenyataan.

294
Pengenalan
Konsep Ketuhanan Suku-Suku dengan
Aliran
Sudut
Bangsa
Wahyu
Iman Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Masalah
Agama
Aborigin
Individu
Ilahi
Kepadadan
dan
Fitrat Agama
Agama
Agama
Pandang Sejarah
Filsafat
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Zoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
di
Agama
Australia
Tao
Masyarakat
Rasionalitas
"Yang
Suatu Ghaib"
Wahyu
Pengetahuan, dan Kebenaran

Terminolgi ‘ghaib’ sendiri dalam pengertiannya yang luas


meliputi segala hal yang tidak secara langsung bisa dilihat atau
didengar. Termasuk pula di dalamnya segala hal yang tidak bisa diakses
oleh indera manusia. Dengan kata lain bisa dikemukakan bahwa yang
dikatakan ghaib adalah sebagai ranah dari segala bentuk eksistensi
yang berada di luar jangkauan langsung kelima indera manusia. Hal-
hal yang termasuk kategori ini tidak akan selamanya tidak bisa diakses.
In-aksesibilitas hanya bertalian dengan kurun waktu tertentu saja.
Semua pengetahuan tersembunyi mengenai segala hal yang kasat
mata, baik berkaitan dengan masa lalu, sekarang atau masa depan,
termasuk dalam ruang lingkup kategori ini. Dengan kata lain, kita
diminta untuk meyakini eksistensi beberapa hal yang tidak diketahui
pada suatu saat tertentu, tetapi nyatanya memang ada dan bisa dikenali
atau diidentifikasi pada kurun waktu yang berbeda. Kepercayaan seperti
itu tidak bisa dikatakan sebagai keimanan membuta. Al-Quran tidak
pernah mengharuskan para mukminin untuk mempercayai segala
sesuatu yang tidak didukung dengan argumentasi yang kuat. Dengan
demikian yang dimaksud dengan ghaib sebenarnya adalah juga segala
hal yang bisa saja diakses melalui sarana nalar, rasionalitas dan logika
deduktif. Yang patut diperhatikan mengenai definisi ghaib tersebut
ialah meski tidak langsung bisa diketahui melalui indera, tetapi masih
tetap bisa diverifikasi. Rasionalitas dari petunjuk Al-Quran tersebut
sepenuhnya didukung oleh pengalaman umat manusia.

M engenai bentuk material eksistensinya, ada beberapa kategori


yang tidak mungkin semuanya bisa diteliti secara langsung.
Pengetahuan tentang eksistensi beserta fitrat fisiknya hanya bisa
diperoleh melalui deduksi logis atau dengan bantuan sarana elektronik
yang canggih. Apa yang dimaksud dengan neutrino dan anti-neutrino?
Apa itu matter dan anti-matter? Apa arti dari boson dan anti-boson?
Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak mungkin diperoleh

295
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III Ahmad
II
III
IV

hanya dengan melihat dengan mata telanjang, namun dunia benda-


benda tidak tampak tersebut, sekarang ini sudah dianggap sebagai
suatu realitas yang diterima secara universal.
Perlu selalu diingat bahwa Fikiran manusia merupakan entitas
paling luhur dari kehidupan, yang mampu menerima dan mengolah
semua pesan yang disampaikan kepadanya melalui semua indera
setelah diproses di komputer dari otak manusia. Fikiran bukan nama
lain dari Otak. Fikiran jauh lebih luhur dari Otak dan bahkan yang
berfungsi menjadi penggerak Otak bekerja.
Fikiran merupakan tahta singgasana luhur kesadaran. Logika
deduktif merupakan salah satu fitrat fikiran yang amat mentakjubkan.
Meski tidak ada fakta yang diumpankan ke dalamnya, fikiran tetap
bisa beroperasi berdasarkan data hipotetis. Fikiran juga mampu
menelusuri data yang sudah tersimpan sebelumnya. Semua proses
pengambilan keputusan dilakukan pada tingkat fikiran, sedangkan
otak hanya merupakan perangkat keras (hardware) dan tempat
penyimpanan memori. Fikiran mempunyai kemampuan untuk
merenungkan masalah-masalah meta-fisika dan konsepsual seperti
hal-hal yang berkaitan dengan ketidak-terbatasan dan kekekalan.
Fikiran memiliki kemampuan memecahkan teka-teki suatu rangkaian
kausa sebab-akibat yang tidak berujung. Dimana sesuatu berawal dan
apa yang terdapat di luar dari segala awal? Apakah memang ada kausa
awal yang mendahului segala kausa lainnya? Jika memang demikian,
apakah kausa awal tersebut hidup dan sadar, ataukah mati dan tidak
memiliki fikiran? Konklusi rasional satu-satunya yang bisa ditarik
menyatakan bahwa kausa awal tersebut tidak mungkin tidak sadar
atau suatu yang mati.
Begitu juga bukan gumpalan otak semata, tetapi hanya fikiran
yang bisa mengelola pertanyaan apakah suatu yang mati bisa mencipta
kehidupan dan suatu yang tidak sadar menghasilkan kesadaran.
Demikian itulah caranya fikiran lalu belajar meyakini suatu yang

296
Pengenalan
Konsep Ketuhanan Suku-Suku dengan
Aliran
Sudut
Bangsa
Wahyu
Iman Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Masalah
Agama
Aborigin
Individu
Ilahi
Kepadadan
dan
Fitrat Agama
Agama
Agama
Pandang Sejarah
Filsafat
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Zoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
di
Agama
Australia
Tao
Masyarakat
Rasionalitas
"Yang
Suatu Ghaib"
Wahyu
Pengetahuan, dan Kebenaran

ghaib semata-mata melalui olah hipotetis saja, sebagaimana caranya


menelaah dan memilah data material untuk mendapatkan konklusi
logis. Fikiran bisa memvisualisasikan segala bentuk radiasi yang koeksis
dan ada bersama kita, padahal kehadirannya tidak bisa ditangkap oleh
indera penglihatan, pendengaran, rasa, bau atau sentuhan. Radiasi
tersebut bisa saja dilihat dan didengar melalui televisi atau radio, tetapi
ini pun setelah ada proses transformasi terlebih dahulu menjadi impuls
yang terlihat dan terdengar. Namun kembali, adalah fitrat Fikiran
juga yang mampu mendekode vibrasi listrik tersebut menjadi gambar
dan suara sebagaimana fenomena kehidupan lainnya. Imajinasi yang
diciptakan fikiran tidak hanya terbatas terlihat oleh mata telanjang
pada permukaan layar televisi. Banyak sekali makna tersembunyi yang
ditambahkan pada gambaran yang terlihat, sampai fikiran kemudian
mengembangkannya menjadi suatu konsep yang mengandung arti.
Namun pengetahuan tersembunyi berada dalam ruang lingkup
wilayah yang ghaib, selain melalui instrumen yang disebutkan di atas,
juga bisa diperoleh melalui Wahyu. Fitrat fikiran sebagai penerima
akhir dari segala impresi yang diterima manusia, bisa mengolahnya
melalui organ-organ sensori atau pun juga melalui fenomena wahyu.
Keduanya bisa bekerja secara terpisah atau pun bersamaan, yang
satu menopang yang lain. Sebagai contoh, wahyu bisa memberikan
pemahaman yang lebih baik tentang hal-hal yang diamati melalui
organ sensori dengan cara mencerahkan fitrat kemanusiaan sehingga
persepsinya menjadi lebih tinggi dan lebih halus. Wahyu bisa membantu
fikiran untuk mengurai pesan organ sensori secara demikian jelas dan
akurat yang tidak mungkin diperoleh dengan cara lain. Organ-organ
sensori itu sendiri juga akan membantu penerima wahyu untuk bisa
lebih memahami isi pesannya, melalui bantuan data yang tersimpan
dalam khasanah memorinya.
Bukannya suatu yang tidak mungkin bagi manusia untuk
menggapai di luar kemampuan keterbatasan fisiknya tanpa bantuan

297
Keduanya bisa bekerja secara terpisah atau pun bersamaan, yang satu menopang yang lain
Sebagai contoh, wahyu bisa memberikan pemahaman yang lebih baik tentang hal-hal yan
adalah
diamatifitrat Fikiran
melalui organjugasensori
yang mampu denganmendekodecara mencerahkan vibrasi listrik fitrattersebut menjadisehingg
kemanusiaan gamba
dan
persepsinya menjadi lebih tinggi dan lebih halus. Wahyu bisa membantu fikiranfikira
suara sebagaimana fenomena kehidupan lainnya. Imajinasi yang diciptakan untu
tidak hanya
mengurai terbatas
pesan
Mirza
Bagian
Bagian I organ
Tahir
1II
II
III
IV Ahmadterlihat
sensoriolehsecaramata demikian
telanjang pada jelas permukaan
dan akurat layar yang televisi. Banya
tidak mungki
sekali makna
diperoleh tersembunyi
dengan cara lain.yang ditambahkan
Organ-organ sensoripada itugambaran
sendiri juga yangakanterlihat,
membantu sampai fikira
penerim
kemudian
wahyu untuk mengembangkannya
bisa lebih memahami menjadi isisuatu konsepmelalui
pesannya, yang mengandung
bantuan data arti.yang tersimpa
Namun pengetahuan
dalam khasanah memorinya. tersembunyi berada dalam ruang lingkup wilayah yang ghaib
langsung
selain melalui
Bukannya
Wahyu.
instrumen
suatu yang
Hanyatidak saja fitrat
yang disebutkan mungkin
Fikiran
di atas,bagi jugamanusia
juga memiliki
bisa diperoleh keterbatasan.
untuk melalui
menggapaiWahyu.diFitralua
fikiran
kemampuan Ranah
sebagai pengetahuan
penerimafisiknya
keterbatasan Tuhan
akhir tanpa berada
dari segala
bantuan melampaui
impresi ruang
langsung yang dan
Wahyu. waktu,
diterima
Hanya sajamanusia, bis
fitrat Fikira
mengolahnya
juga memiliki
sedangkan melalui
keterbatasan.organ-organ
pengetahuan Ranah manusia sensori
pengetahuan atauterbatas.
bersifat pun
Tuhanjuga berada
Karena melalui fenomena
melampaui
itu semua wahyu
ruang da
Keduanya bisa bekerja
waktu, sedangkan secara terpisah
pengetahuan manusia ataubersifat
pun bersamaan,
terbatas. Karena yang satu itumenopang yang lain
semua pengetahua
Sebagai
yang beradapengetahuan
contoh, luar yang
di wahyu bisaberada
jangkauan memberikan di luar
fitrat jangkauan
pemahaman
kemanusiaan, fitrat
yang
hanya kemanusiaan,
lebih
bisa baik hanyamelalui
tentang
diperoleh hal-halsaran
yan
diamati
Wahyu bisa melalui
Ilahi yang organ
diperoleh sensori sarana
melalui
diturunkan dengan
kepada cara
siapa mencerahkan
Wahyu Ilahi
yangyang Dia diturunkan
sukai. fitratKarena
kemanusiaan
kepada sehingg
itulah Al-Qura
persepsinya
menyatakan siapamenjadi
yang Dialebih
bahwa: sukai.tinggi dan lebih halus. Wahyu bisa membantu fikiran untu
Karena itulah Al-Quran menyatakan bahwa:
mengurai pesan organ sensori secara demikian jelas dan akurat yang tidak mungki
diperoleh dengan cara lain. Organ-organ sensori itu sendiri juga akan membantu penerim
wahyu untuk bisa$lebih SÀyˆq C°%memahami
³_³V"×q ¨CW% €Y¯ isi §«¯¨ •iWPU àž°O¯Ùjmelalui
pesannya, [Î rQ"WÃ Äm¯IÕÀbantuan
Äc Z
 VÙ data yang tersimpa
dalam khasanah
‘. . . Dia memorinya.
Bukannya ‘...tidak
Dia membukakan
tidak
suatu membukakan
yang
rahasia-rahasia-Nya
tidakyang rahasia-rahasia-Nya
mungkin
(tentang
bagi manusia (tentang dunia dunia gaib)kepada
gaib)
untuk
kepada siapa jua
menggapai di lua
pun, kecuali kepada Rasul-Nya
siapa jua pun,fisiknya kecuali kepada diridhai-Nya.
Rasul-Nyalangsung . . .’ (S.72
yang diridhai-Nya....’ Al-Jin:27-28)
(S.72 saja
Al-2 fitrat Fikira
kemampuan keterbatasan tanpa bantuan Wahyu. Hanya
juga memiliki Jin:27-28)
keterbatasan.
Perlu dipahami 2
denganRanah baik bahwa pengetahuan
ayat yang Tuhankeduaberada melampaui
tidak menafikan ruang da
kemungkina
waktu, sedangkan
seorang yangPerlu pengetahuan
bukandipahamiNabi untuk manusia
melihat bersifat
yang terbatas.
ghaibayat melalui Karena itu semua
Ru’ya dantidak pengetahua
Kasyaf Ilahi ata
yang berada di verbal
luar jangkauan dengan
fitrat baik bahwa
kemanusiaan, yang
bisa kedua
bahkan wahyu (lisan). Yang dinafikan adalah hanya kemungkinan diperoleh melalui
orang biasa yangsaran
non
Wahyu Ilahi yang
menafikan diturunkan
kemungkinan kepada
seorang siapa
yang yang
bukan
Nabi untuk menggapai area pengetahuan Tuhan. Yang ditekankan disini ialah kenyataa Dia Nabisukai. Karena
untuk itulah
melihat Al-Qura
menyatakan bahwa: yang diberikan kepada manusia non-Rasul, meski berbentuk wahyu
yang ghaib melalui Ru’ya dan Kasyaf Ilahi atau bahkan wahyu verbal
bahwa pengetahuan
tidak akan sejelas, sepasti serta sesempurna Wahyu yang diberikan kepada para Rasul Ilah
(lisan). Yang dinafikan adalah kemungkinan orang biasa yang non-
Sifat eksklusifitas$SÀpengetahuan
yˆq C°% ³_³V"×q ¨CW%transendental
€Y¯ §«¯¨ •iWPU àž°Oyang ¯Ùj[Î rQ"WÃdianugrahkan
Äm¯IÕÀÄc Z
 VÙ kepada para Nab
sebagianNabibesaruntuk menggapai
berkaitan denganarea akhlak pengetahuan
manusia dan Tuhan. Yang ditekankan
pengetahuan mengenai kehidupa
. . sini
setelah‘.mati.
di Dia tidak
ialahmembukakan
Memang banyak juga
kenyataan rahasia-rahasia-Nya
bahwa pengetahuan(tentang
area pengetahuan keduniawian
yang diberikandunia gaib)
yang kepada
diliput siapa
kepada jua
oleh Wahy
pun, kecuali kepada Rasul-Nya yang diridhai-Nya.
Ilahi, namun hal itu hanya bersifat insidental dalam rangka memperkuat keimanan merek . . .’ (S.72 Al-Jin:27-28) 2
manusia non-Rasul, meski berbentuk wahyu, tidak akan sejelas,
kepada para Nabi-nya dan tentang eksistensi Tuhan Yang Maha Mengetahui.
sepasti
Perlu serta sesempurna
dipahami dengan baik Wahyubahwayang ayat diberikan
yang kedua kepada para Rasul kemungkina
tidak menafikan
seorang Ilahi.
yang Sifat
bukan Nabi untuk melihat yang ghaib melalui Ru’ya dan Kasyaf Ilahi ata
  XÄ[‰ \-Yang
eksklusifitas
bahkan wahyu verbal (lisan). ¯pengetahuan
€Y¯ àž°Odinafikan
°-Ú °Ã ÕC°K% Ätransendental
Ô³\”¯ WDSżj¦U
adalah ԁ XTyang dianugrahkan
Äc Y
kemungkinan orang biasa yang non
Nabi untukkepada para Nabi, sebagian besar Tuhan.
berkaitan dengan akhlak manusia
‘. . .menggapai
dan merekaarea tidakpengetahuan
meliputi barang Yang
sesuatu ditekankan
dari ilmu-Nyadisini ialah
kecuali apakenyataa
yang
bahwa pengetahuan
dan yang
pengetahuan diberikan
mengenai
dikehendaki-Nya. . ’ (S.2 Al-Baqarah:256) 3 kepada
kehidupan manusia
setelah non-Rasul,
mati. Memang meski berbentuk
banyak wahyu
tidak akan sejelas, sepasti serta sesempurna Wahyu yang diberikan kepada para Rasul Ilah
juga area pengetahuan keduniawian yang diliput oleh Wahyu Ilahi,
Sifat eksklusifitas pengetahuan
Di bidang penelitian sekuler, transendental
manusia bebas yang menelitidianugrahkan
semua hal kepada
yang tidak para Nab
diketahu
sebagian namun
besar hal itu hanya
berkaitan dengan bersifat
akhlak insidental
manusia dalam
dan rangka
pengetahuan memperkuat
mengenai kehidupa
tanpa harus dibantu langsung melalui Wahyu Ilahi. Yang dibantah oleh Al-Quran adala
setelah
potensimati.
manusiaMemang
keimanan banyak
mereka
untuk jugapara
kepada
sepenuhnya area pengetahuan
Nabi-nya
menguasai keduniawian
dan tentang
pengetahuan yang
eksistensi
Tuhan diliput
Tuhan
meski olehsecerca
hanya Wahy
Ilahi, namun
tanpa bantuan hal itu hanya
dan perkenan-Nya. bersifat insidental dalam rangka memperkuat keimanan merek
YangNabi-nya
kepada para Maha Mengetahui.
dan tentang eksistensi Tuhan Yang Maha Mengetahui.

ԁ XT
  XÄ[‰ \-¯ €Y¯ àž°O°-Ú °Ã ÕC°K% ÄÔ³\”¯ WDSżj¦UÄc Y
‘. . . dan mereka
‘... dan merekatidak meliputibarang
tidak meliputi barang sesuatu
sesuatu dari ilmu-Nya
dari ilmu-Nya kecuali
kecuali apa yang apa yang
 dikehendaki-Nya. . ’ (S.2 Al-Baqarah:256)  3
dikehendaki-Nya.. ’ (S.2 Al-Baqarah:256) 3
15

Di bidang penelitian sekuler, manusia bebas meneliti semua hal yang tidak diketahu
tanpa harus dibantu langsung melalui Wahyu Ilahi. Yang dibantah oleh Al-Quran adala
potensi manusia untuk sepenuhnya menguasai pengetahuan Tuhan meski hanya secerca
298 dan perkenan-Nya.
tanpa bantuan
n.
ng
ar
ga
an
uk
ak
in Pengenalan
Konsep Ketuhanan Suku-Suku dengan
Aliran
Sudut
Bangsa
Wahyu
Iman Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Masalah
Agama
Aborigin
Individu
Ilahi
Kepadadan
dan
Fitrat Agama
Agama
Agama
Pandang Sejarah
Filsafat
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Zoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
di
Agama
Australia
Tao
Masyarakat
Rasionalitas
"Yang
Suatu Ghaib"
Wahyu
an
ma Pengetahuan, dan Kebenaran
an
b,
at
ar
Di bidang penelitian sekuler, manusia bebas meneliti semua hal
sa
an yang tidak diketahui tanpa harus dibantu langsung melalui Wahyu
u.
an Ilahi. Yang dibantah oleh Al-Quran adalah potensi manusia untuk
n.
an
ng
na sepenuhnya menguasai pengetahuan Tuhan meski hanya secercah
ga
an tanpa bantuan dan perkenan-Nya.
uk

D D
in alam pesan tersebut sudah tersirat kalau manusia bisa mendapat
ma
an akses ke wilayah yang tidak diketahui sebelumnya, tetapi hanya
alamsebatas
pesan yang
tersebut sudah tersirat
diperkenankan kalau Hal
oleh-Nya. manusia bisamengimplikasikan
ini juga mendapat akses ke wilayah
aryang tidak bahwa penelitian
diketahui dan tetapi
sebelumnya, ekplorasi
hanyapengetahuan
sebatas yangsekuler sebenarnya
diperkenankan oleh-Nya. Hal
anini juga mengimplikasikan bahwa penelitian dan ekplorasi pengetahuan sekuler sebenarnya
an tidak murni bersifat sekuler. Setiap era yang membuka cakrawala
antidak murni bersifat sekuler. Setiap era yang membuka cakrawala pengetahuan baru,
ausebenarnyapengetahuan
an juga sejalan baru,
dengansebenarnya jugatakdir
rencana dan sejalanIlahi.
dengan rencanaini
Penafsiran danditunjang
takdir oleh ayat
na
n-berikut: Ilahi. Penafsiran ini ditunjang oleh ayat berikut:
an
an
u, §«ª¨ 4SÉ Øȉ% q\iV ¯ €Y¯ àœÄ É®KtW?È5 W%XT œÈOÄ<®ŒWs\\ W5\i<°Ã €Y¯ ÄÔ³[‹ C°K% D¯ XT
hi.
bi, ‘Tiada suatu benda
‘Tiada suatupun
bendamelainkan pada pada
pun melainkan KamiKami
ada ada
khasanah-khasanahnya
khasanah-khasanahnyayang tak
an terbatas, dan tidaklah Kami turunkannya melainkan dalam ukurandalam
yang ukuran
tertentu.’ (S.15
yang tak terbatas, dan tidaklah Kami turunkannya melainkan
yu Al-Hijr:22) 4
yang tertentu.’ (S.15 Al-Hijr:22)
ka 4

Pesan yang paling menakjubkan dalam ayat di atas ialah pernyataan bahwa dunia
anyang tidak dikenal Pesan yang paling menakjubkan dalam ayat di atas ialah
itu bersifat tanpa batas dan tanpa dasar kedalaman, dimana manusia
pernyataan
au diizinkan mendapat bahwa
akses dunia yang
kepadanya namuntidak dikenal
dalam itu tertentu
ukuran bersifat sesuai
tanpa batas
estimasi Tuhan,
n-sejalan dengan kebutuhan
dan tanpa dasarzaman bersangkutan.
kedalaman, dimana Dengan
manusiademikian
diizinkanistilah yang digunakan
mendapat
anAl-Quran mengenai ‘yang tidak diketahui’ dan ‘ghaib’ tidak mengajarkan keimanan
u,membuta atau akses menanamkan
kepadanya namun dalam ukuran tertentu sesuai estimasi Tuhan,
kebodohan. Sebaliknya kitab ini malah mendorong adanya
hi. penelitian sejalan dengan sambil
terus menerus kebutuhan
juga zaman bersangkutan.
memberitahukan Dengan
kepada demikian
manusia bahwa yang bisa
bi,
uidiperolehnya itu baru sekelumit dari totalitasmengenai
yang tidak‘yang
diketahuinya. Karena itu upaya
an
istilah yang digunakan Al-Quran tidak diketahui’
ahmanusia mengejar pengetahuan harus terus berlanjut karena samudra rahasia alam tidak
yu dan ‘ghaib’ tidak mengajarkan keimanan membuta atau menanamkan
ahada habisnya.
ka kebodohan.
Untuk Sebaliknya
pengambilan kitab ini
keputusan yangmalah mendorong
bersifat rasional,adanya
sarana penelitian
yang tersedia bagi
intelektual terus
manusia adalah impresi subyektif dan obyektif. Karena
menerus sambil juga memberitahukan kepada manusia bahwa itu meski integritas dari
pengambil keputusan mungkin dinyatakan sebagai tidak tercela, keputusannya tetap saja
yang bisakesalahan
bisa mengandung diperolehnya itu baru
karena sekelumit
adanya faktor dari
yangtotalitas
beradayang tidak kendalinya.
di luar
Kesalahan diketahuinya. Karena itu upayapengelabuan
informasi, kesalah-pahaman, manusia mengejar pengetahuan
dan tidak memadainyaharuskemampuan
mental bisa berpengaruh negatif atas mutu pengambilan keputusannya.
terus berlanjut karena samudra rahasia alam tidak ada habisnya. Apalagi jika
51diperhatikan bahwa sudut pandang dari berbagai pengamat pada umumnya berbeda, begitu
juga hasil observasi mereka. Namun meski terdapat cacat yang inheren serta marjin
ui kesalahan yang dimungkinkan, tidak dapat diragukan kalau kemampuan Rasionalitas
ahmanusia telah mampu membimbingnya selangkah demi selangkah, dari abad ke abad sejak
ahera kegelapan kepada terang komparatif.
Mungkinkah dibuktikan secara pasti kalau Al-Quran itu benar dalam 299 pernyataannya
bahwa Tuhan mengungkapkan beberapa aspek yang bersifat ghaib hanya kepada mereka
yang Dia pilih? Bisakah diperlihatkan kepada mereka yang skeptis kalau keimanan kepada
yang ghaib itu tidak hanya khayalan semata, tetapi berdasarkan pada realitas dan bisa
dipertunjukkan secara real? Jawaban atas pertanyaan seperti ini harus didukung bukti-bukti
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III Ahmad
II
III
IV

Untuk pengambilan keputusan yang bersifat rasional, sarana


yang tersedia bagi intelektual manusia adalah impresi subjektif dan
objektif. Karena itu meski integritas dari pengambil keputusan
mungkin dinyatakan sebagai tidak tercela, keputusannya tetap saja
bisa mengandung kesalahan karena adanya faktor yang berada di luar
kendalinya. Kesalahan informasi, kesalah-pahaman, pengelabuan dan
tidak memadainya kemampuan mental bisa berpengaruh negatif atas
mutu pengambilan keputusannya. Apalagi jika diperhatikan bahwa
sudut pandang dari berbagai pengamat pada umumnya berbeda,
begitu juga hasil observasi mereka. Namun meski terdapat cacat
yang inheren serta marjin kesalahan yang dimungkinkan, tidak dapat
diragukan kalau kemampuan Rasionalitas manusia telah mampu
membimbingnya selangkah demi selangkah, dari abad ke abad sejak
era kegelapan kepada terang komparatif.
Mungkinkah dibuktikan secara pasti kalau Al-Quran itu benar
dalam pernyataannya bahwa Tuhan mengungkapkan beberapa aspek
yang bersifat ghaib hanya kepada mereka yang Dia pilih? Bisakah
diperlihatkan kepada mereka yang skeptis kalau keimanan kepada
yang ghaib itu tidak hanya khayalan semata, tetapi berdasarkan pada
realitas dan bisa dipertunjukkan secara real? Jawaban atas pertanyaan
seperti ini harus didukung bukti-bukti faktual dan ilmiah. Hal inilah
yang menjadi tujuan pembahasan ini dan pembaca bisa menemukan
bukti yang cukup tentang validitas Wahyu sebagai sarana handal
dalam transfer pengetahuan dalam bab-bab berikut.
Sejalan dengan pesan dalam surah Al-Hijr ayat 22 di atas,
cakrawala pengetahuan manusia selalu melebar, yang tadinya tidak
diketahui ditransfer ke area menjadi sesuatu yang diketahui. Realisasi
seperti ini menciptakan kehausan akan pengetahuan yang tidak mudah
terpuaskan. Ayat ini membawa pesan berupa harapan dan kebanggaan
bagi manusia di samping juga ajaran tentang perendahan diri.

300
Pengenalan
Konsep Ketuhanan Suku-Suku dengan
Aliran
Sudut
Bangsa
Wahyu
Iman Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Masalah
Agama
Aborigin
Individu
Ilahi
Kepadadan
dan
Fitrat Agama
Agama
Agama
Pandang Sejarah
Filsafat
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Zoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
di
Agama
Australia
Tao
Masyarakat
Rasionalitas
"Yang
Suatu Ghaib"
Wahyu
Pengetahuan, dan Kebenaran

301
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III Ahmad
II
III
IV

302
Pengenalan
Konsep Ketuhanan Suku-Suku dengan
Aliran
Sudut
Bangsa
Wahyu
Iman Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Masalah
Agama
Aborigin
Individu
Ilahi
Kepadadan
dan
Fitrat Agama
Agama
Agama
Pandang Sejarah
Filsafat
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Zoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
di
Agama
Australia
Tao
Masyarakat
Rasionalitas
"Yang
Suatu Ghaib"
Wahyu
Pengetahuan, dan Kebenaran

Pesan tentang kerendahan hati ini berkaitan dengan


berkembangnya kesadaran manusia tentang apa yang telah
diketahuinya, yang nyatanya masih demikian kecil dibanding dengan
segala hal yang tidak diketahui, seolah-olah baru setitik debu dibanding
hamparan kekekalan yang tak berbatas. Apa yang kita ketahui masa
sekarang mungkin sudah bermilyar kali lebih luas dibanding keadaan
1.000 tahun yang lalu. Apa yang akan diketahui umat manusia 1.000
tahun mendatang, bisa jadi bermilyar kali lebih canggih dibanding
keadaan sekarang. Namun semua itu tetap hampir tidak ada artinya
dibanding khasanah pengetahuan Tuhan.
Dengan adanya percepatan dari upaya penjelajahan area baru,
terasa sekali betapa terbatasnya kapasitas kelima indera yang dimiliki
manusia. Suatu spektrum kehidupan dan suara yang sangat luas sekali
masih berada di luar jangkauan persepsi yang normal. Kalau kita mampu
memperbaiki kemampuan persepsi demikian, kita akan bisa melihat
lebih banyak warna dan mendengar lebih banyak suara. Bentuk dan
warna yang kita lihat nyatanya amat berbeda di mata beberapa jenis
hewan. Daya penglihatan dunia material, persepsi mengenai warna,
bau dan rasa, nyatanya amat berbeda dari satu spesies ke spesies yang
lain sehingga realitas berubah menjadi suatu realitas relatif. Namun
kekurangan atau perbedaan seperti itu tidak menimbulkan kegagalan
fungsional dari dunia hewan yang demikian luasnya. Perbedaan
persepsi bukannya menghambat, malah mengembangkan kehidupan
dan segala fungsinya di segala tingkatan. Persepsi visual yang berbeda
di antara burung elang, lebah madu dan cumi-cumi nyatanya sesuai
dengan kebutuhan kehidupan mereka masing-masing. Cumi-cumi
dan serangga melihat benda dalam konfigurasi yang berbeda dibanding
persepsi manusia, karena untuk kelangsungan hidup mereka, perlu
bagi mereka untuk mengindera benda-benda lainnya sebagai jauh
lebih besar atau lebih kecil dari diri mereka sendiri. Karena itu fitrat
persepsi berbeda dari satu spesies ke spesies yang lain. Hanya saja

303
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III Ahmad
II
III
IV

mata manusia tidak terkungkung dalam potensinya sendiri. Dengan


bantuan peralatan elektronis yang canggih, persepsi manusia telah
meluas secara astronomis.

K etika Galileo di abad 16 melihat alam di luar bumi menggunakan


teleskop yang sederhana, ia demikian terpesona dengan
temuannya itu sehingga ia dengan bangga menyatakan bahwa ia telah
memperluas cakrawala penglihatan manusia lebih dari 100 kali.
Sama sekali tidak disadarinya bahwa tidak lama setelah masa
hidupnya tersebut akan datang suatu hari bagi manusia saat alam
semesta terlihat 100 juta kali lebih besar dan lebih luas dibanding
apa yang dilihatnya pada waktu itu. Ia hanya bisa membandingkan
temuannya itu kepada keadaan pada masa sebelum dirinya saja. Sudah
berulang kali terjadi, betapa semunya lonjakan kegembiraan manusia
atas hasil temuannya sendiri.
Tragedi di hari-hari terakhir umur Galileoa yang berujung pada
kebutaan mata yang bersifat total, merupakan ilustrasi menyedihkan
dari keadaan ini. Dalam salah satu surat kepada sahabat dekatnya, ia
meratapi kenyataan bahwa dirinya sebagai penemu teleskop pertama
yang katanya ‘telah memperluas cakrawala alam seratus kali lipat’
ternyata dirinya kini harus merosot terkungkung oleh tubuhnya
sendiri.
Kenyataan demikian terasa sangat berat di hatinya dan telah
menjadikan hidupnya terasa pahit. Ekspresi tajam frustrasi Galileo
tersebut membimbing kita kepada aspek lain tentang hal yang ghaib.
Jika misalnya Galileo tidak pernah menikmati kemampuan melihat
sebelum kebutaannya, maka mustahil baginya untuk memvisualisasikan
apa yang berada selangkah di luar tapak kakinya. Tidak juga ia akan
mampu membedakan terang dan gelap. Maksimal baginya hanya
mempercayai saja apa yang didengarnya tentang apa itu cahaya,
namun itu pun tentunya dalam gambaran yang semu dan kabur.
Dalam keadaan seperti itu, ia tidak akan bisa mengukur kebenaran

304
Pengenalan
Konsep Ketuhanan Suku-Suku dengan
Aliran
Sudut
Bangsa
Wahyu
Iman Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Masalah
Agama
Aborigin
Individu
Ilahi
Kepadadan
dan
Fitrat Agama
Agama
Agama
Pandang Sejarah
Filsafat
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Zoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
di
Agama
Australia
Tao
Masyarakat
Rasionalitas
"Yang
Suatu Ghaib"
Wahyu
Pengetahuan, dan Kebenaran

dari keyakinannya, namun ia tidak bisa mengenyahkannya sebagai


suatu hal tidak nyata hanya karena dianggap sebagai katanya-katanya
saja. Ilustrasi yang kami berikan itu hanya berlaku dalam konteks yang
spesifik saja. Kita sedang memvisualisasikan dilema dari seorang buta
yang dikelilingi oleh orang-orang lain yang bisa melihat. Ia sekurang-
kurangnya mempunyai sesuatu sebagai dasar keyakinannya. Sekarang
bayangkan sebuah masyarakat yang semuanya buta. Apakah mereka
masih bisa mempercayai eksistensi cahaya dan kemampuan daya lihat?
Pasti tidak. Dibutuhkan seorang yang melihat untuk membimbing
yang buta untuk memahami eksistensi segala hal yang berada di luar
jangkauan indera mereka. Dalam hal seperti inilah bisa dijelaskan
secara efektif betapa lebih tingginya supremasi Wahyu di atas upaya
sekuler dalam mencari Pengetahuan.
Manusia dengan keterbatasan kemampuan inderanya, betapa
bijak atau pandainya pun yang bersangkutan, tetap saja tidak akan
mampu melampaui hambatan batasan tersebut. Namun kemungkinan
terdapat adanya indera lain, tidak bisa begitu saja dinihilkan. Hanya
Tuhan saja yang bisa memberitahukan kepada manusia mengenai
realitas yang terletak di luar jangkauan ruang lingkupnya.

H akikat akhirat yang dicoba diterangkan oleh Al-Quran juga


berada di area yang tidak dikenal tersebut. Berkaitan dengan
hal tersebut, Al-Quran menciptakan ucapan yang menggambarkan
ketidak-berdayaan situasi yang dihadapi untuk memperjelas apa yang
dimaksud. Setelah menjelaskan subjek yang realitasnya tidak mampu
dipahami manusia, kitab ini menutupnya dengan ekspresi: ‘apakah
yang bisa membuat kalian (wahai manusia) untuk memahami hal ini?’
Berikut ini beberapa contoh sebagai ilustrasi:

305
H
H
akikat akhirat yang dicoba diterangkan oleh Al-Quran juga berada di area ya

H
dikenal tersebut. Berkaitan dengan hal tersebut, Al-Quran menciptakan ucapa
akikat akhirat
menggambarkan yang dicoba diterangkan
ketidak-berdayaan situasi yang oleh Al-Quran
dihadapi juga memperjelas
untuk berada di areaa
dimaksud. Setelah
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1II
Iakhirat
II
III
IV menjelaskan
Ahmad subyek yang realitasnya tidak mampu dipahami m
dikenal akikat
tersebut. yang dicoba
Berkaitan dengan diterangkan hal oleh Al-Quran
tersebut, Al-Quran juga berada
menciptakan di area
ucay
kitab ini menutupnya dengan ekspresi: ‘apakah yang bisa membuat kalian (wahai manus
menggambarkan
memahami ketidak-berdayaan
hal ini?’ Berikut ini beberapa situasi
contoh yang dihadapi
sebagai ilustrasi:untuk memperjelas
dikenal tersebut. Berkaitan dengan hal tersebut, Al-Quran menciptakan uca
dimaksud. Setelah menjelaskan subyek yang realitasnya tidak mampu dipaham
menggambarkan ketidak-berdayaan situasi yang dihadapi untuk memperjelas
kitab ini menutupnya dengan ekspresi: ‘apakah yang bisa membuat kalian (wahai man
dimaksud. Setelah
memahami hal ini?’ §ª±¨ ªÚ Ï°G Ä3×Sini
menjelaskan
Berikut XqØjU W% ˆ1contoh
Wc W%beberapa
\subyek É2 §ª°¨realitasnya
yang ©Ûsebagai
Ï°Fi Ä3×SWc ilustrasi:
\XqØjU  mampu
W% tidak W%XT dipahami
kitab ini menutupnya dengan ekspresi: ‘apakah yang bisa membuat kalian (wahai manu
memahami‘Apahalgerangan
ini?’ Berikut yang membuat ini beberapa engkau contohtahu apasebagai Hari ilustrasi:
Pembalasan itu? Lagi, apa ger
yang membuat §ª ±¨ ª
Ú Ï°
engkau G
   Ä
3 ×
S c
W
tahu W
% 
\
apa X
q Ø
j
U
Hari 

‘Apa gerangan yang membuat engkau tahu apa Hari Pembalasan%
W ˆ
1 É
2 §ª
Pembalasan °¨ ©
Û Ï° F
i   Ä
3
itu?’ ×SWc(S.82 qØjitu?
U W%Lagi,
W% \XAl-Infithar:18-19)
XT 5

§ª±¨ ªÚyangÏ°G Ä3×SWc W% \XqØjengkau


U W% ˆ1É2 tahu
§ª°¨ apa©ÛÏ°Fi Ä3×SWc Pembalasan
apa gerangan yang membuat engkau tahu apa Hari Pembalasan itu?’ (S.82
W% \XqØjU W%XT itu? Lagi, apa g
‘Apa gerangan §¬¨ ÉRŠ5SVmembuat
Al-Infithar:18-19) Ù W% \XqØjU W%XT §«¨ ÉRŠSVÙ WHari
% §ª¨ ÉRŠSVÙ
yang membuat engkau tahu apa Hari Pembalasan itu?’ (S.82 Al-Infithar:18-19)
‘Apa gerangan yang membuat engkau tahu apa Hari Pembalasan itu? Lagi, apa ge
‘Yang tak terelakkan! Apakah yang tak terelakkan itu? Dan apakah engkau tahu
yang
yang membuat engkau tahu apaAl- Hari Pembalasan6 itu?’ (S.82 Al-Infithar:18-19) 5
tak terelakkan ÉRŠSVÙ(S.69
§¬¨ itu?’ W% \XqØjU Haqqah:2-4)
W%XT §«¨ ÉRŠSVÙ W% §ª¨ ÉRŠSVÙ
‘Yang tak terelakkan!ÉRŠSVÙÄmV Apakah
§¬¨ §«°¨ W% W\
\y qØjXyang
% X\ U qØjW%U XT W%XTtak ÉRŠWmSVV Ù\y
§«¨§«¯¨
terelakkan  W%°Ok¯ ՙ ¨Ê
\yÉRŠSVDan
§ªitu? Ù apakah engkau ta
yang tak terelakkan
‘Yang itu?’Apakah
tak terelakkan! (S.69 yang Al- Haqqah:2-4) tak terelakkan itu? 6 Dan apakah engkau
‘Yang takAku
‘Segeratahu terelakkan!
apa akan Apakah itu?’
mencampakkan
yang tak terelakkan yang iatak
(S.69 ke terelakkan
dalam Api6itu?
Al-Haqqah:2-4) neraka.Dan Dan apakah engkau
apakah tah
yang
yang tak terelakkan itu?’ (S.69 Al- Haqqah:2-4)
membuat engkau tahu §«°¨ apa ÄmV \y \XqØjU itu?’
ApiW%neraka  W%XT (S.74 \y °Ok¯ ՙÊ
\y
§«¯¨ WmV Al-Muddatsir:27-28)
6
7

‘Segera
Yang Aku akan
menjadi §«°¨
problem ÄmV \ybukan
W% \XqØjketidak-mampuan
mencampakkan U  ia
W%XT ke§«¯¨dalamWmV \y °Ok¯Api
ՙÊ
\y
neraka. melainkan
Tuhan, Dan apakahketer yan
membuat Secara
indera manusia. engkau alamiah,
tahu apa Api siapa neraka
pun itu?’ yang(S.74 mengalami Al-Muddatsir:27-28)
defisiensi dalam 7 satu a
‘Segera Aku akan mencampakkan ia ke dalam Api neraka. Dan apakah yang
dari kelima indera,
‘Segera dengan
Aku akan sendirinya tidak
mencampakkan ia keitu?’ akan Api
dalam mampu neraka. memahami
Dan apakah yang sepenuhnya se
membuat
yang berkaitan engkau
dengan tahu
indera apa Api neraka (S.74 Al-Muddatsir:27-28) 7
Yang akan menjadi
membuat engkauyang
problem bukan
tahu tiada
apa Api itu. Yang
ketidak-mampuan
neraka itu?’tuli jelas
(S.74 tidak
Tuhan, akan
Al-Muddatsir:27- mampu
melainkan me
ke
ide tentang
indera suara,
manusia.28)7 sedangkan
Secara alamiah, yang siapabuta pun tidak
yang bisa membayangkan
mengalami defisiensi apa itu
dalam peng
sat
Walau Yang menjadi
yang indera, problem dan
bisa mendengar bukan ketidak-mampuan
melihat telah mampu berusaha Tuhan, melainkan
menjelaskan kepadaket
dari kelima dengan sendirinya tidak akan memahami sepenuhnya
indera
mengenaimanusia.
ideYang
yangSecara alamiah,
selaluindera
luput siapa
dari daya pun yang
tangkap mengalami defisiensi dalam satu
yang berkaitan dengan
menjadi yang
problem tiada
bukan Yangfikirannya.
itu.ketidak-mampuan tuli jelas tidak Begitu jugamampu
akan
Tuhan, ketika A m
dari kelima indera,
mengungkapkan dengan
tentang sendirinya
akhirat dan tidak akan mampu
mengingatkan manusia memahami
bahwa sepenuhnya
mereka tidak a
ide tentang suara,
melainkan sedangkan
keterbatasan yang
inderatiada buta
manusia. tidak bisa
Secaratuli membayangkan
alamiah, siapa akan apa
pun mampu m itu pe
yang berkaitan
sepenuhnya dengan indera yang itu. Yang jelas tidak
Walau yangmemahami bisa mendengar fitrat dari dan yang sedang
melihat dikemukakan,
telah berusaha adalah keadaan
menjelaskan in-a
kepad
ide yang suara,
tentang
(ketidak-mampuan) mengalami defisiensi
sedangkan dalam
yang butasatutidak atau duadan
bisa dari kelimatentang
membayangkan indera, apa itu pen
mengenai ide yang manusia selalu luput yang ditekankan
dari daya tangkap disini bukan
fikirannya. Begitu kemampua
juga ketika
Walau
dalam yang
dengan bisa
menjelaskan. mendengar
sendirinya tidak
Implikasinya danjelas
akan melihat
mampu danmemahami telah berusaha
gamblang, bahwa menjelaskan
sepenuhnya segala
perlu adanya kepad
mengungkapkan tentang akhirat dan mengingatkan manusia bahwa merekaindertidak
mengenai
baru ide
sebagai
hal yang yang
tambahanselalu
berkaitanyang luput
dengan dari
kita daya
terima
indera yang tangkap
ditiada
akhirat itu. fikirannya.
nantituli
Yang Begitu
disamping juga
tidak yang
jelasadalah ketika
kita inm
sepenuhnya memahami fitrat dari yang sedang dikemukakan, keadaan
mengungkapkan
dunia. Semua tentang akhirat
pengetahuan dan mengingatkan
tentang akhirat yang manusia
kita bahwa
ketahui di mereka
dunia tidak
paling
(ketidak-mampuan)
akan memahami manusia yang
mampu memahami ditekankan
ide tentang disini danyang
suara, sedangkan bukan
buta tentang kemamp
tidak keadaan
sepenuhnya
merupakan bayangan fitratdari
kabur dari yang sedang
realitas yang dikemukakan,
tidak dikenal, adalah
sebagaimana konsep in
dalam menjelaskan.
bisa membayangkan Implikasinya
apa itu jelas dan Walau
penglihatan. gamblang, yang bahwa
bisa perlu adanya
mendengar ind
(ketidak-mampuan) manusia yang ditekankan disini dan bukan tentang kemampu
buta
baru tentang
sebagai warnatambahan dan yangcahaya. kitaApakah
terimayang bisa membuat
di akhirat kalian (wahai
nanti disamping yang manusi
kita
dalam
memahamimenjelaskan.
dan
hal melihat
ini? Implikasinya
telah berusaha jelas dan kepada
menjelaskan gamblang, mereka bahwa
mengenaiperluideadanya inde
dunia. Semua pengetahuan tentang akhirat yang kita ketahui di dunia pal
baru sebagai
Pemekaran tambahan yang
indera-indera kitakita,terima kapan di akhirat nantijugadisamping Al- yangkonse kita
merupakanyang bayangan
selalu luput dari
kabur dayadaritangkap
realitas yangpun
fikirannya. tidak terjadinya,
Begitudikenal, kemungkinan
ketika
sebagaimana bes
dunia.
mengubah Semua sama pengetahuan
sekali tentang akhirat yang kita ketahui di dunia pali
Quran
buta tentang danpersepsi
mengungkapkan
warna cahaya.tentangyang
Apakah selama
akhirat danini
yang bisa kita alami.manusia
membuat
mengingatkan Kita merasa
kalian (wahai man bah
merupakan
memahami bayangan
apa yang kabur
dinamakandari realitas kecintaan yang tidak dan dikenal,
kita sebagaimana
mengenal konse
penderitaan,
memahami hal ini?
bahwa mereka dantidak cahaya.
akan bisaApakah sepenuhnya
buta tentang warna yangmemahami
bisa membuat fitrat dari yang(wahai manu
kalian
Pemekaran
sedang indera-indera kita,
dikemukakan, adalah keadaan in-adekuasi kapan pun terjadinya,
(ketidak-mampuan) kemungkinan b
memahami
mengubah hal ini? 
sama sekali persepsi yang selama ini kita alami. Kita merasa b
Pemekaran
manusia indera-indera dikita, kapan puntentang terjadinya, kemungkinan be
memahami apayang yang ditekankan
dinamakan sini dan
kecintaan bukan dan kita kemampuan mengenal penderitaa
mengubah Tuhan dalam menjelaskan. Implikasinya jelas dankita
sama sekali persepsi yang selama ini alami. bahwa
gamblang, Kita merasa ba
memahami apa yang dinamakan kecintaan dan kita mengenal penderitaan
 

 306 

Pengenalan
Konsep Ketuhanan Suku-Suku dengan
Aliran
Sudut
Bangsa
Wahyu
Iman Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Masalah
Agama
Aborigin
Individu
Ilahi
Kepadadan
dan
Fitrat Agama
Agama
Agama
Pandang Sejarah
Filsafat
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Zoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
di
Agama
Australia
Tao
Masyarakat
Rasionalitas
"Yang
Suatu Ghaib"
Wahyu
Pengetahuan, dan Kebenaran

perlu adanya indera-indera baru sebagai tambahan yang kita terima di


akhirat nanti di samping yang kita miliki di dunia. Semua pengetahuan
tentang akhirat yang kita ketahui di dunia paling hanya merupakan
bayangan kabur dari realitas yang tidak dikenal, sebagaimana konsep
seorang buta tentang warna dan cahaya. Apakah yang bisa membuat
kalian (wahai manusia) untuk memahami hal ini?
Pemekaran indera-indera kita, kapan pun terjadinya,
kemungkinan besar akan mengubah sama sekali persepsi yang selama
ini kita alami. Kita merasa bahwa kita memahami apa yang dinamakan
kecintaan dan kita mengenal penderitaan, namun bagaimana bentuk
kecintaan nanti di akhirat dan seperti apa yang namanya penderitaan,
akan membuat kita tertegun kaku membayangkannya. Tidak heran
meski Al-Quran telah memberikan gambaran yang hidup tentang
surga, tetapi tidak ada mata yang pernah melihat rupanya dan tidak
ada telinga yang pernah mendengarnya. Begitu juga meski gambaran
siksaan neraka telah cukup banyak namun kitab ini pun mengingatkan
apakah yang akan membuat engkau tahu apa Apineraka itu? Tambah
mendalam seseorang merenungi makna dari hal yang ghaib, bertambah
banyak jalan-jalan yang terbuka kepadanya. Namun untuk mampu
menggenggam apa yang berada di luar jalur realita yang tersembunyi,
manusia akan selalu membutuhkan bantuan wahyu Ilahi. Bukan
hanya keterbatasan persepsi kita saja yang menjadi penghalang
penelitian kita. Bahkan dalam wilayah indera kita sendiri, apa yang
tersembunyi sebenarnya masih jauh lebih banyak dari yang kita lihat.
Apa pun bentuk kepercayaan kepada hal yang ghaib, yang jelas hal
tersebut bukanlah suatu kepercayaan kosong belaka. Kepercayaan
kepada kehampaan malah sebenarnya merupakan penolakan terhadap
keimanan kepada yang ghaib.
Perjalanan pencarian orang beriman bertambah dicerahkan oleh
kebijakan ayat tersebut yang akan menuntunnya kepada perjalanan
pencarian tidak berujung. Bagi mereka tidak ada kehampaan atau

307
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III Ahmad
II
III
IV

kekosongan, yang ada hanyalah tirai-tirai yang tinggal disingkapkan


menuju khasanah pengetahuan tak berbatas. Betapa bangganya pun
kita atas pengetahuan sedikit yang telah kita miliki, jika dibandingkan
dengan khasanah pengetahuan Ilahi, sama dengan membandingkan
sebuah onggokan sarang semut dengan rangkaian pegunungan akbar.
Hanya saja rangkaian pegunungan yang kita kenal di bumi bukannya
tidak berbatas atau pun kekal. Rangkaian pegunungan pengetahuan
yang sedang kita bicarakan melebar ke batas kekekalan tak terhingga
tanpa suatu awal mau pun akhir.
Dalam pernyataan ayat tersebut sama sekali tidak ditemukan
unsur yang akan menggentarkan hati para pencari kebenaran. Ayat itu
mengimplikasikan bahwa seberapa banyaknya pengetahuan manusia
yang diperoleh berdasar kemampuan dirinya, sebenarnya hanya
dimungkinkan karena adanya perkenan dan berkat Ilahi. Jika di luar
dari perkenan dan berkat Tuhan maka penelitian dan kerja manusia
tidak akan membuahkan hasil. Upaya pencarian pengetahuan oleh
manusia hanya diganjar selaras dengan takaran yang tepat dan pada
saat yang tepat sejalan dengan rencana takdir dan penciptaan Tuhan.
Meski pun pencapaian pengetahuan oleh manusia di bidang penelitian
sekuler tidak langsung melalui instrumen wahyu Ilahi, namun tetap
saja tersirat di dalamnya tanda perkenan dan takdir-Nya. Fitrat kelima
indera yang dikaruniakan kepada manusia serta kesempatan yang
diberikan kepadanya untuk memanfaatkan indera tersebut adalah
berkat rahmat Ilahi sehingga manusia bisa memanfaatkannya untuk
memperoleh pengetahuan.

A dalah Pencipta Yang Maha Kuasa yang telah memerintahkan


kepada seluruh potensi alam yang dikenal mau pun yang laten,
untuk mengabdi kepada manusia. Adalah Tuhan yang telah melihat
di muka segala kemungkinan kebutuhan manusia yang akan muncul
sepanjang perkembangan sejarah keruhanian, material, ilmiah,
ekonomi mau pun kebudayaan mereka.

308
A dalah Pencipta Yang Maha Kuasa yang telah memerintahkan kepada seluruh potensi
alam yang dikenal mau pun yang laten, untuk mengabdi kepada manusia. Adalah Tuhan
Pengenalan
Konsep Ketuhanan Suku-Suku dengan
Aliran
Sudut
Bangsa
Wahyu
Iman Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Masalah
Agama
Aborigin
Individu
Ilahi
Kepadadan
dan
Fitrat Agama
Filsafat
Agama
Agama
Pandang Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Zoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
di
Agama
Australia
Tao
Masyarakat
Rasionalitas
"Yang
Suatu Ghaib"
Wahyu
yang telah melihat di muka segala kemungkinan kebutuhan manusia yang akan muncul
Pengetahuan, dan Kebenaran
sepanjang perkembangan sejarah keruhanian, material, ilmiah, ekonomi mau pun
kebudayaan mereka.

§ª¬¨ |ETÄmŠ[ÝW*Wc 4×SV °L 0›Wc8[ |^°šVl r¯Û ‰D¯  ÈOØ=°K% ;Èk°+VF ¨º×q)] r¯Û W%XT °1šXS›\-‚ r¯Û ‰% ÅV Wm…b\yXT

‘Dia menundukkan
‘Dia telah telah menundukkan
kepadamukepadamu apa ada
apa pun yang pundiyang adalangit
seluruh di seluruh
dan apalangit
jua pun
yangdan
adaapa jua pun
di bumi, yang adaitudidari
kesemuanya bumi,
Dia.kesemuanya
Sesungguhnyaitudalam
dari Dia.
yangSesungguhnya
demikian itu ada
dalam yang
tanda-tanda demikian
bagi kaum itu ada tanda-tanda
yang berfikir.’ bagi kaum
(S.45 Al-Jatisyah:14) 8 yang berfikir.’ (S.45
Al-Jatisyah:14)8
Rasanya hal itu sudah merupakan pemberian semangat eksplorasi yang amat luar biasa dan
Rasanya
tak ada taranya. Sudah haldijamin
itu sudah
bahwamerupakan pemberian
segala sesuatu yang bisasemangat
diungkapkan eksplorasi
manusia akan
merupakan manfaat baginya. Tidak hanya itu saja. Ayat berikut
yang amat luar biasa dan tak ada taranya. Sudah dijamin bahwa segala ini menyatakan tidak saja
sesuatu yang bisa diungkapkan manusia akan merupakan manfaat
 baginya. Tidak hanya itu saja. Ayat  berikut ini menyatakan tidak 157

saja langit dan bumi yang kasat mata, tetapi juga segala sesuatu yang
mengisi ruang di antara keduanya bisa menjadi kemaslahatan bagi
manusia. Al-Quran memberikan pernyataan menakjubkan ini sudah
angit dan bumi yang kasat mata, tetapi juga segala sesuatu yang mengisi ruang d
sejakmenjadi
eduanya bisa 14 abad yang lalu. Pesan yang
kemaslahatan bagidikandungnya jelas mensiratkan
manusia. Al-Quran memberikan per
menakjubkanbahwa ruang yang
ini sudah sejakterlihat
14 abadhampa
yangdi lalu.
angkasa di antara
Pesan yangbintang-bintang
dikandungnya jelas men
ahwa ruang yang terlihat
sebenarnya berisi hampa
berbagaidibentuk
angkasa di antara
eksistensi yang bintang-bintang
belum diketahui sebenarn
erbagai bentuk eksistensi
manusia: yang belum diketahui manusia:

©F\UÙ¯ €Y¯ \-ÆMV@ÙjW W%XT Xº×q)]XT °1šXS›\-‚ R<Ù Q \\ W%XT


‘Tidaklah Kami jadikan
‘Tidaklah seluruh
Kami jadikan langit
seluruh dan
langit danbumi
bumi serta apa
serta apa yang
yang ada
ada di di antara kedu
antara
sesuai dengan keperluan kebenaran dan kebijaksanaan . . .’ (S.15 Al-Hijr:86) 9
keduanya sesuai dengan keperluan kebenaran dan kebijaksanaan...’ (S.15 Al-
Hijr:86)9
Apa yang ada di antara langit dan bumi dan bagaimana menjadikannya tun
Apa yangmasih
emaslahatan manusia, ada dimerupakan
antara langit dan bumi yang
pertanyaan dan bagaimana
belum ada jawaban
menjadikannya
Quran menyinggung suatutunduk bagi kemaslahatan
keluasan manusia,
yang demikian masihsehingga
besar merupakan berada di lu
pertanyaan
ampung imajinasi yang belum
manusia. ada jawabannya.
Mungkin Al-Quranadalah
yang dimaksud menyinggung suatu gelap at
benda-benda
hal lain yang
keluasan yang demikian besar sehingga berada di luar daya tampung oleh Al-Q
belum diketahui manusia. Pengungkapan luar biasa
mengimplikasikan
imajinasibahwa
manusia.satu masayang
Mungkin nanti manusia
dimaksud akan
adalah bisa berbagi
benda-benda gelapdan meman
eberapa rahasia yang dimaksud oleh ayat ini.
atau suatu hal lain yang belum diketahui manusia. Pengungkapan luar
Garis keliling bumi hanyalah sekitar 25.000 mil, tetapi keluasan akb
biasa olehberbicara
imaksud Al-Quran Al-Quran tentang
ini mengimplikasikan bahwa satu masa
jarak yang merentang sejauhnanti
18 sampai 20
manusiacahaya
ahun perjalanan akan bisa
danberbagi
yangdan memanfaatkan
terus berkembang beberapa
denganrahasia yang
kecepatan yang lu
inggi. Berarti jika seorang petualang
dimaksud oleh ayat ini. angkasa memulai perjalanannya hari ini dari
lam semesta menuju sisi lainnya dengan kecepatan cahaya (186.000 mil = 300.000
etik) maka ia baru akan sampai di tepian alam ini setelah 20 milyar309 tahun, denga
lam semesta ini tetap dalam keadaan stasioner, padahal kenyataannya alam berger
ekarang kita bisa mencoba mengerti makna isi Al-Quran itu ketika kitab ini men
ahwa dalam keluasan angkasa yang demikian besarnya, tidak ada satu pun ge
ehampaan, tidak satu sentimeter, tidak satu milimeter, tidak juga satu nanome
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III Ahmad
II
III
IV

Garis keliling bumi hanyalah sekitar 25.000 mil, tetapi keluasan


akbar yang dimaksud Al-Quran berbicara tentang jarak yang
merentang sejauh 18 sampai 20 milyar tahun perjalanan cahaya dan
yang terus berkembang dengan kecepatan yang luar biasa tinggi.
Berarti jika seorang petualang angkasa memulai perjalanannya hari
ini dari satu sisi alam semesta menuju sisi lainnya dengan kecepatan
cahaya (186.000 mil = 300.000 km per detik) maka ia baru akan
sampai di tepian alam ini setelah 20 milyar tahun, dengan syarat alam
semesta ini tetap dalam keadaan stasioner, padahal kenyataannya alam
bergerak terus. Sekarang kita bisa mencoba mengerti makna isi Al-
Quran itu ketika kitab ini menyatakan bahwa dalam keluasan angkasa
yang demikian besarnya, tidak ada satu pun gelembung kehampaan,
tidak satu sentimeter, tidak satu milimeter, tidak juga satu nanometer
yang kosong.
Ayat yang sedang dibahas ini juga memiliki signifikasi penting
lainnya yang patut diperhatikan. Bahkan tanpa bantuan sarana
pencarian alamiah lainnya, Tuhan Yang Maha Mengetahui tetap saja
bisa mengungkapkan beberapa rahasia-Nya kepada siapa pun yang Dia
berkenan. Karena itu segala hal yang menyangkut rahasia alam dalam
kitab Ilahi, sebelum kemudian ditemukan melalui eksplorasi ilmiah,
merupakan bukti kokoh tentang eksistensi keberadaan dari sang
Pencipta alam Yang Maha Mengetahui. Hanya Dia saja yang memiliki
sepenuhnya pengetahuan tentang yang nyata dan yang ghaib.
Pengetahuan yang diperoleh melalui Wahyu adalah suatu hal
yang berbeda sama sekali dibanding pengetahuan yang didapat melalui
investigasi ilmiah sekuler. Kitab-kitab Ilahi bukan textbook dari suatu
ilmu, karena itu jika ada rujukan yang berkaitan dengan subjek ilmiah
tidak bisa dianggap sebagai suatu kebetulan. Tujuan utamanya adalah
menegakkan prinsip ketunggalan sumber, guna membuktikan bahwa
baik dunia material mau pun dunia spiritual adalah hasil kinerja dari
satu Pencipta yang sama. Sebagaimana diketahui, pendiri agama

310
Pengenalan
Konsep Ketuhanan Suku-Suku dengan
Aliran
Sudut
Bangsa
Wahyu
Iman Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Masalah
Agama
Aborigin
Individu
Ilahi
Kepadadan
dan
Fitrat Agama
Agama
Agama
Pandang Sejarah
Filsafat
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Zoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
di
Agama
Australia
Tao
Masyarakat
Rasionalitas
"Yang
Suatu Ghaib"
Wahyu
Pengetahuan, dan Kebenaran

Islam, Rasulullah saw sebagai penerima wahyu Al-Quran, nyatanya


adalah seorang yang buta huruf dan lahir di tengah bangsa yang
mayoritas juga buta huruf. Kelahiran dan tumbuh dewasa beliau
terjadi di sebuah negeri yang perbatasan Timur dan Baratnya diapit
oleh dua kebudayaan akbar pada masa itu yaitu Kemaharajaan Roma
dan Persia.
Padang pasir Arabia terjepit di tengah sebagai suatu tanah
buangan yang hanya berisi kegelapan dan kebodohan. Apakah bukan
suatu hal yang aneh bahwa seseorang yang lahir di tanah tersebut
sekitar tahun 600 M. berbicara tentang keluasan alam dan rahasia yang
dikandungnya, yang baru sekarang ini mulai muncul mengemuka
seperti kerlip bintang-bintang kecil yang terlihat melalui awan
mendung sore hari. Bukankah suatu hal yang menakjubkan, orang
itu berbicara tentang hal-hal yang tidak dikenal oleh ilmuwan paling
terkemuka di dunia di zaman tersebut, namun kemudian ternyata
bahwa apa yang dikemukakannya itu adalah benar berdasar penelitian
ilmiah abad ke-20. Betapa benarnya beliau ketika menyatakan bahwa
pengetahuan apa pun yang disampaikannya kepada dunia bukanlah
rekaan dirinya sendiri tetapi datang dari Wujud Maha Agung Yang
Maha Mengetahui!
Terkesan oleh hal ini, Dr. Maurice Bucaille, seorang ilmuwan
Perancis terkenal, mengemukakan ketakjubannya secara panjang lebar
dalam bukunya The Bible, The Quran and Science.10Ia mengumpulkan
materi dari kitab Injil dan Al-Quran, lalu membandingkan keduanya
dengan pengetahuan kontemporer yang telah diakui secara universal.
Semula ia tidak menyangka akan menemukan bahwa Al-Quran
ternyata selalu benar adanya. Laporan lengkap dari hasil penelitiannya
diterbitkan dalam bahasa Perancis pada tahun 1976. Nyatanya tidak
ada pernyataan Al-Quran yang berbeda dengan pengetahuan ilmiah
dari abad ke-20.

311
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III Ahmad
II
III
IV

Di sini perlu juga disinggung nama lain yaitu seorang profesor


anatomi berbangsa Kanada, Keith L. Moore11, Dekan Fakultas
Kedokteran, Universitas Toronto yang secara kritis telah memeriksa
pernyataan Al-Quran mengenai embriologi.12 Di samping Al-Quran
ia juga mengutip beberapa hadis Rasulullah saw. Melihat hasil
penelitiannya sendiri, ia kemudian mengakui kebenaran wahyu Al-
Quran yang demikian tegas dan jernih.
Seberapa jauh kita bisa mempercayai konklusi yang ditarik dari
perbandingan antara penelitian isi kitab suci dengan fakta-fakta ilmiah
yang ada, merupakan pertanyaan yang perlu kita bahas di sini. Waktu
selama ini terus menerus telah memperhalus kemampuan konsepsual
manusia, terus menerus menambah lebar cakrawala kesadarannya.
Karena itu pemahaman manusia mengenai keadaan sekelilingnya
akan selalu berubah setiap saat. Lalu bagaimana seseorang bisa
mengandalkan keputusan dari suatu era ilmiah dan menganggapnya
sebagai suatu hal yang final? Ambillah sebagai contoh hukum alam
yang diakui secara universal dan bersifat baku. Namun tidak ada
yang akan mengatakan bahwa hukum alam ini sama dipahami oleh
semua ahli filsafat dan ilmuwan dari segala zaman. Melihat hal ini,
muncul pertanyaan apakah bukti ilmiah yang mendukung wahyu Al-
Quran dari masa kontemporer ini, suatu waktu nanti bisa saja akan
kehilangan kehandalannya? Bisakah kita menganggap secara mutlak
pasti bahwa keputusan itu bersifat final? Apakah tidak benar juga
untuk menganggap bahwa konsep yang sekarang dianggap benar
secara universal, suatu waktu nanti akan dipertanyakan lagi oleh
fikiran maju yang telah dicerahkan lebih lanjut di masa depan?
Pertanyaan demikian memang ada justifikasinya tetapi tidak
sepenuhnya demikian. Tidak semua konsep-konsep pada masa
lalu harus ikut berubah dengan berjalannya waktu. Tidak terbilang
banyaknya pemahaman manusia tentang lingkungannya yang
setelah mengalami perubahan untuk satu jangka waktu tertentu, lalu

312
Pengenalan
Konsep Ketuhanan Suku-Suku dengan
Aliran
Sudut
Bangsa
Wahyu
Iman Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Masalah
Agama
Aborigin
Individu
Ilahi
Kepadadan
dan
Fitrat Agama
Agama
Agama
Pandang Sejarah
Filsafat
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Zoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
di
Agama
Australia
Tao
Masyarakat
Rasionalitas
"Yang
Suatu Ghaib"
Wahyu
Pengetahuan, dan Kebenaran

menjadi stabil untuk selamanya. Banyak kaidah hukum alam yang


sejak dari dulunya sudah diterima sebagai kebenaran universal tanpa
perlu diperdebatkan lagi. Mungkin ada penyesuaian sedikit tetapi
pemahaman umumnya tidak berubah. Tidak diperlukan pembahasan
filosofis atau pun ilmiah untuk membuktikan validitasnya.
Pada tingkat yang paling dasar, makna air, api, udara dan bumi,
fitratnya memang menjadi lebih dipahami dengan berjalannya waktu,
tetapi tidak ada perubahan dalam pemahaman sifat pokoknya.
Api tetap saja membakar seperti yang selalu dilakukannya dan air
bisa memadamkan api itu sejak dahulunya. Semuanya itu menjadi
kebenaran fundamental yang berlaku sepanjang zaman, sehingga tidak
akan ada manusia yang mau meramalkan bahwa suatu waktu nanti air
bisa membakar dan memarakkan nyala api. Namun dalam wilayah
nubuatan Ilahi terdapat prediksi-prediksi yang mencengangkan
jika ditinjau dari sudut pemahaman manusia yang sudah mapan.
Sebagai contoh, pada masa lalu hanya seorang Nabi saja yang bisa
menubuatkan suatu hal yang sangat aneh sebagai ramalan bahwa
suatu hari yang namanya air juga bisa terbakar di samping fitratnya
sebagai pemadam api. Sungguh suatu nubuatan yang luar biasa! Ketika
kemudian eksistensi dan sifat-sifat dari Natrium (Sodium)b ditemukan
yang selaras dengan dengan nubuatan tersebut, mestinya tidak ada
lagi yang menganggap nubuatan itu sebagai ramalan tukang nujum
belaka. Begitu terungkap, perilaku ganjil dari Natrium ini dianggap
sebagai bagian dari hukum alam yang baku. Tidak akan ada yang
menduga bahwa suatu hari nanti air tidak lagi menyalakan Natrium.
Jika manusia menengok sekelilingnya, ia akan takjub melihat betapa
banyak dari pengetahuannya sekarang merupakan realitas baku yang
tidak akan berubah.
Hal yang sama juga berlaku pada persepsi sensori manusia. Ruang
lingkupnya mungkin meluas tetapi pengenalan akan hal-hal yang manis,
pahit, lezat, berbau busuk, panas dan dingin, suara dan keheningan,

313
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III Ahmad
II
III
IV

kenyamanan dan ketidak-nyamanan, rasa sakit dan kesenangan serta


berbagai stimulator sensori lainnya, tidak akan berubah. Stabilitas
konsep demikian bisa diklasifikasikan sebagai kepastian tahap awal.
Tingkat kepastian yang secara komparatif lebih tinggi merupakan
bidang penelitian ilmiah. Di sini pun kita akan menemukan contoh-
contoh kesepakatan antara para ilmuwan tentang berbagai konsep
yang dianggap telah menetap dan diterima secara universal. Sebagai
contoh, mengenai komposisi kimia dari molekul air, tidak akan ada
yang mempunyai pandangan berbeda. Tidak akan ada seorang pun
yang akan pernah mengusulkan bahwa dengan berjalannya waktu,
formulanya nanti berubah dan diganti dengan yang baru dimana H2O
lalu berubah menjadi H3O5 misalnya.
Jelas terdapat keterbatasan pada posibilitas perubahan pe-
mahaman manusia tentang benda-benda di lingkungannya. Pokok
pengetahuan ilmiah setelah dikenal baik dan mapan, selanjutnya akan
tetap sama secara esensial kecuali beberapa modifikasi kecil di bagian
pinggirannya. Bagaimana atom terikat dengan atom lain dan molekul
dengan molekul, ikatan mana yang lemah dan mana yang kuat, serta
bagaimana memanfaatkan pengetahuan ini untuk mensintesakan
bahan kimia baru, adalah hal-hal yang sudah sama dimengerti. Arus
informasi baru yang mengalir terus tidak lantas mengubah pola
perilakunya. Pengetahuan manusia di bidang penelitian tersebut
berkembang terus tanpa penentangan terhadap pokok-pokok yang
telah diterima secara universal. Dari sini menjadi lebih jelas betapa
kebenaran observasi kitab-kitab suci bisa diverifikasi dengan tolok
ukur kepastian yang lebih baik dibanding pengetahuan sekuler karena
telah diuji oleh perjalanan waktu, dari masa ke masa.
Kemudian, ada lagi hal-hal yang telah menjadi kepastian, bukan
karena telah teruji oleh jangka waktu yang panjang, tetapi juga karena
kebenarannya bisa diperhatikan secara universal. Semua ide dan temuan
baru berkaitan dengan hukum alam dan perilaku kebendaan, termasuk

314
Pengenalan
Konsep Ketuhanan Suku-Suku dengan
Aliran
Sudut
Bangsa
Wahyu
Iman Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Masalah
Agama
Aborigin
Individu
Ilahi
Kepadadan
dan
Fitrat Agama
Agama
Agama
Pandang Sejarah
Filsafat
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Zoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
di
Agama
Australia
Tao
Masyarakat
Rasionalitas
"Yang
Suatu Ghaib"
Wahyu
Pengetahuan, dan Kebenaran

dalam kategori tersebut, setelah dibuktikan melalui eksperimen di


berbagai laboratorium dunia. Adalah kebenaran hakiki demikian itu
yang kami maksudkan saat kami menyatakan kebenaran pernyataan-
pernyataan di bidang spiritual, dengan cara uji coba temuan ilmiah.
Berdasarkan penjelasan ini, wahyu Al-Quran ternyata selalu
benar, dan setelah dibuktikan bahwa kitab itu benar adanya, tidak
pernah lagi lalu dinyatakan sebagai suatu hal yang salah. Peran wahyu
Al-Quran dalam mentransfer pengetahuan dari wilayah ghaib menjadi
kasat mata adalah sedemikian luar biasa dan perlu dibahas lebih lanjut
dalam bab-bab mendatang.

U ntuk sekarang ini mari kita kembali kepada pembahasan umum


tentang fenomena perluasan ruang lingkup bidang pengetahuan
manusia, serta tahapan-tahapan yang dilalui suatu ide baru sebelum
mencapai atau menjadi kebenaran hakiki. Ketika baru muncul dari
wilayah ghaib, suatu ide selalu akan diuji secara rasional mau pun
eksperimental sepanjang memungkinkan. Jika bisa lulus dari penelitian
demikian, dari masa ke masa, maka ide itu dapat dikategorikan sebagai
kebenaran hakiki.
Hal ini merupakan fenomena universal yang terus menerus
berfungsi tidak terputus di segala bidang pengalaman manusia.
Kami bukan sedang berbicara tentang istilah filsafat Kant mengenai
thesa dan anti-thesa, tetapi tentang suatu fenomena komprehensif
berkelanjutan yang berkaitan dengan pengalaman, impresi dan persepsi
manusia dari hari ke hari. Hal ini merupakan proses komprehensif
yang berkesinambungan sebagaimana halnya evolusi. Lapis demi lapis
dari fakta yang telah teruji dan teguh tegaknya telah terus menerus
meningkatkan pengetahuan manusia yang bisa diandalkan serta
memperluas cengkeraman manusia atas realitas keadaan sekelilingnya.
Fenomena yang meresap secara total tersebut yang terus menerus
mengubah keraguan menjadi suatu hal yang masuk akal, suatu hal

315
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III Ahmad
II
III
IV

yang masuk akal menjadi kemungkinan, serta kemungkinan menjadi


kepastian dan fakta yang mapan. Jika kebenaran wahyu Ilahi diuji
secara objektif melalui pengetahuan manusia yang handal, dengan
sendirinya hal tersebut tidak lagi harus diragukan.
Keadaan ghaib terdapat di sepanjang waktu: masa lalu, kini dan
masa depan. Al-Quran tidak membatasi diri dengan patokan tersebut
dalam mengungkapkan rahasia-rahasianya. Kitab ini meliput semua
zaman dengan kejernihan yang sama, seolah-olah tidak ada garis yang
memisahkan masa lalu dengan masa kini, dan masa kini dengan masa
depan. Kejadian kuno pada masa lalu seperti tentang kelahiran alam
semesta selalu muncul kembali dalam pandangan manusia, seolah-
olah merupakan kejadian kontemporer. Begitu juga dengan masalah
kemungkinan alam ini tenggelam ke dalam lubang hitam berikutnya,
diuraikan seolah-olah terjadi saat Al-Quran diwahyukan.
Dengan ketepatan dan akurasi yang sama, rahasia-rahasia
penciptaan kehidupan dan tujuan akhirnya telah diungkapkan.
Al-Quran menguraikan sejarah manusia dan mencatat perjalanan
kemajuan manusia setahap demi setahap dari awal sampai akhirnya.
Kitab ini melakukannya dengan cara yang demikian jernih dan jelas,
seolah-olah pena yang mengukir Al-Quran sedang berada di tangan
Pengamat yang sedang menuliskan apa yang dilihat-Nya pada kanvas
lukisan kekekalan yang demikian luas. Hal inilah yang menjadi inti
pokok dari buku kami ini.
Namun sebelum kami melangkah lebih lanjut guna membuktikan
bagaimana kebenaran Al-Quran dibuktikan oleh kemajuan manusia di
bidang ilmiah, sosial dan poltitik pasca Quran, kami ingin menggugah
perhatian pembaca kepada fakta penting yaitu bahwa validitas wahyu
Ilahi tidak selalu bergantung pada pembuktian sekuler yang subjektif
semata. Di antara berbagai fakta yang diwahyukan samawi, terdapat
satu kategori yang menonjol di atas segalanya yang disebut sebagai Al-
Bayyinah. Mengenai hal ini akan dibahas pada bab berikut.

316
Pengenalan
Konsep Ketuhanan Suku-Suku dengan
Aliran
Sudut
Bangsa
Wahyu
Iman Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Masalah
Agama
Aborigin
Individu
Ilahi
Kepadadan
dan
Fitrat Agama
Agama
Agama
Pandang Sejarah
Filsafat
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Zoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
di
Agama
Australia
Tao
Masyarakat
Rasionalitas
"Yang
Suatu Ghaib"
Wahyu
Pengetahuan, dan Kebenaran

Catatan:
a. Galileo Galilei (1564-1642 M), ahli filsafat alam, astronom
dan ahli a matematika bangsa Italia yang telah memberikan
kontribusi mendasar di bidang ilmu gaya, astronomi, ketahanan
logam dan metoda ilmiah. Rumusnya tentang daya lebam
(inertia) dan trayektori parabolik telah merubah total ilmu gaya.
(Penterjemah)
b. Natrium (sodium) adalah logam yang tidak terdapat bebas di
bumi meski b dalam komposisinya bersama zat lain merupakan
hampir 3% dari unsur bumi. Natrium murni jika diberi air akan
bereaksi keras menghasilkan hidrogen (yang bisa menimbulkan
api) serta natrium hidroksida. Logam ini secara kimiawi sangat
reaktif sehingga penyimpanannya harus dilakukan dalam
nitrogen atau direndam dalam larutan kerosin atau naphta.
(Penterjemah)

Referensi
1. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.
2. Terjemahan 72:27-28 oleh penulis.
3. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.
4. Terjemahan 15:22 oleh penulis.
5. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.
6. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.
7. Terjemahan 74:27-28 oleh penulis.
8. Terjemahan 45:14 oleh penulis.
9. Terjemahan 15:86 oleh penulis.

317
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III Ahmad
II
III
IV

10. Bucaille, M. (1979) The Bible, The Quran dan Science, BB


Books & Books, Lahore.
11. Moore, K. L. Persaud T.V.N. (1993) The Developing Human:
Clinically Oriented Embryologi, 5th ed. W. B. Saunders
Company, Philadelphia.
12. Moore, K. L. (1986) A Scientist Interpretation of References
to Embryologi in the Holy Quran, Journal Islamic Medical
Association of the United States and Canada, 19:15-16

318
Al-Bayyinah:
Konsep Ketuhanan Suku-SukuPrinsip
PengenalanSudut
BangsaKebenaran
dengan
Aliran
Wahyu,
AgamaYang
Perspektif
Pemikiran
Filsafat
Masalah Agama
Filsafat
Agama
Pandang
Agama
Aborigin
Individu dan Nyata,
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
diZoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Tao
Masyarakat
Wahyu
Iman Ilahi
Kepada dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu Ghaib"
Wahyu
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran
AL-BAYYINAH : PRINSIP KEBENARAN
YANG
AL-BAYYINAH: NYATA,
PRINSIP KEBENARAN
YANG NYATA,
AL-QAYYIMAH : AJARAN YANG
AL-QAYYIMAH: AJARAN YANG
BERKESINAMBUNGAN
BERKESINAMBUNGAN

A A
g benerangdengan
l-Bayyinah adalah istilah dalam Al-Quran, yang berarti kebenaran
l-Bayyinahyang demikian
adalah

ibaratpara
sinar
terang
istilah

mentari
Rasul
dalambenerang

siang
Ilahi yang
ibarat yang
Al-Quran,

hari yang
membawa
sinar mentari
berarti siang

menghalau
era baru
hari yang de
kebenaran
yang menghalau kegelapan malam. Hal ini selalu muncul bersamaan
kegelapan
pencerahan kalbu malam.
u muncul bersamaan
manusia. Tidakdengan para Rasul
semata-mata Ilahi
berkaitan yangawal
dengan membawa era baru penc
agama Islam
u manusia.saja,Tidak
tetapi berkaitan dengan awal dari semua manifestasi Ilahi.Islam saja,
semata-mata berkaitan dengan awal agama
aitan dengan awal dari semua manifestasi Ilahi. Ketika seorang Rasul muncu
Ketika seorang Rasul muncul untuk merevolusi suatu masyarakat, ia
volusi suatu masyarakat, ia merupakan personifikasi dari Al- Bayyinah yang dib
merupakan personifikasi dari Al-Bayyinah yang dibawanya itu.

§¬¨ ¸R\-®JkV ³ È*Å SMn°Ù


‘Yang di dalamnya
‘Yang terkandung perintah-perintah
di dalamnya terkandung kekal kekal
perintah-perintah abadi.’ (S.98
abadi.’ (S.98Al-Bayyinah:4
Al-

A
Bayyinah:4)1

A l-Qayyimah adalah istilah yang menggambarkan bagian ajaran


l-Qayyimah adalah
seorang istilah yang
Nabi yang menggambarkan
merupakan inti pokok dari bagian
setiap ajaran
agama. Di
dalamnya terkandung fitrat kekekalan yang tidak lapuk oleh perubahan.
seorang Na
pakan inti pokok dari setiap agama. Di dalamnya terkandung fitrat kekekala
lapuk olehSemua Nabi Allah
perubahan. berdasarkan
Semua pernyataan
Nabi Allah surah Al-Bayyinah
berdasarkan pernyataan padasurah Al-Ba
esensinya esensinya
membawa membawa pesan sama
pesan yang yang sama berkaitan
berkaitan denganinti
dengan intipokok
pokokkeimanan.
keimanan.
Adam as sebagai NabiBerarti
yangNabi Adam dalam
pertama as sebagai
halNabi yang pertama
ini tidak berbedadalam
dengan Nabi-n
datang setelah
hal inidirinya. Al-Qayyimah
tidak berbeda merupakan
dengan Nabi-nabi lain tali
yangpengikat dan benang m
datang setelah
a semua agama
dirinya.Ilahi yang diwahyukan.
Al-Qayyimah Berdasar
merupakan tali pengikatpernyataan ini maka
dan benang merah di agama A
gai Nabi pertama
antara semua agama Ilahi yang diwahyukan. Berdasar pernyataan ini pembawa
dan yang dibawa oleh Muhammad saw sebagai Nabi
hir, pasti memiliki kesamaan pada sendi-sendi pokoknya. Meski terdapat ke
maka agama Adam as sebagai Nabi pertama dan yang dibawa oleh
i tetapi ajarannya sendiri pasti berbeda jauh di antara agama-agama awal denga
ng kemudian Muhammad saw sebagai Nabi telah
yang masyarakatnya pembawa syariat
lebih terakhir,
maju. pasti memiliki
Adanya perbedaan dalam
i terdapat kesamaan dalam fondasi ajarannya, merupakan karakter intrins
es evolusi. Sebagai contoh, istilah ‘mamalia’ digunakan untuk mengklasifikasikan
319
ang berdarah panas yang memiliki tulang punggung dan anggota tubuh, tetapi
sepenuhnya sama satu dengan yang lainnya. Domba jelas amat berbeda dib
usia, begitu juga kucing dengan kera, meski semuanya tergolong dalam
alia yang sama. Dengan demikian maka agama yang berevolusi akan muncul be
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III Ahmad
II
III
IV

kesamaan pada sendi-sendi pokoknya. Meski terdapat kesamaan sendi


tetapi ajarannya sendiri pasti berbeda jauh di antara agama-agama
awal dengan yang datang kemudian yang masyarakatnya telah lebih
maju. Adanya perbedaan dalam detail meski terdapat kesamaan dalam
fondasi ajarannya, merupakan karakter intrinsik dari proses evolusi.
Sebagai contoh, istilah ‘mamalia’ digunakan untuk mengklasifikasikan
semua binatang berdarah panas yang memiliki tulang punggung dan
anggota tubuh, tetapi mereka tidak sepenuhnya sama satu dengan
yang lainnya. Domba jelas amat berbeda dibanding manusia, begitu
juga kucing dengan kera, meski semuanya tergolong dalam tatanan
mamalia yang sama. Dengan demikian maka agama yang berevolusi
akan muncul berurutan dengan sebutan dan nama yang berbeda tetapi
tetap sama pokok dasarnya. Al-Qayyimah menjadi garis pengikat di
antara semuanya.
Al-Bayyinah sebagaimana dijelaskan di atas, tidak saja
menggambarkan mutu kebenaran yang dibawa seorang Nabi tetapi
juga mutu dari karakter pribadinya. Kebenaran dirinya demikian
nyata sehingga sebelum pengakuan yang bersangkutan sebagai seorang
penerima wahyu Ilahi, seluruh masyarakat dimana yang bersangkutan
dilahirkan mengakuinya tanpa terkecuali. Namun Al-Bayyinah bukan
hanya itu saja maknanya. Kebenaran seorang Nabi ketika kemudian
ditunjang pula oleh tanda-tanda samawi, menjadi demikian nyata
sehingga tidak ada alasan bagi masyarakatnya untuk menolak yang
bersangkutan. Namun realitasnya justru manifestasi sumber Ilahi
itulah yang secara ironis malah menjadi pemicu keberingasan dan
antagonisme yang dilontarkan kepadanya, terutama oleh tatanan
hierarki keagamaan lama pada masanya. Mereka ini menolak
karena mereka menyadari bahwa pada diri yang bersangkutan telah
datang fajar kebenaran yang baru. Bangkitnya fajar baru itu jika
didiamkan akan merusak hegemoni mereka atas masyarakat awam
dan menghancurkan tatanan hierarki keagamaan mereka. Ancaman
atas kelangsungan mereka sebagai suatu kelas terpisah, kemudian

320
Al-Bayyinah:
Konsep Ketuhanan Suku-SukuPrinsip
PengenalanSudut
BangsaKebenaran
dengan
Aliran
Wahyu,
AgamaYang
Perspektif
Pemikiran
Filsafat
Masalah Agama
Filsafat
Agama
Pandang
Agama
Aborigin
Individu dan Nyata,
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
diZoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Tao
Masyarakat
Wahyu
Iman Ilahi
Kepada dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu Ghaib"
Wahyu
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

mendorong mereka untuk melupakan perselisihan di antara mereka


sendiri guna menggalang front perlawanan terhadap ajaran baru itu.
Ketika semua hingar bingar celoteh dan ancaman mereka tidak berhasil
meredam Nabi Allah, maka pilihan terakhir yang mereka pilih adalah
jalan kekerasan. Hanya saja pemusatan kekuatan mereka itu tidak
akan mampu mengalahkan Al-Bayyinah. Potensi keunggulannya
tidak semata-mata karena mutu kebenarannya, tetapi terutama pada
dukungan yang diberikan Tuhan kepadanya. Karena itu Al-Bayyinah
dengan dukungan takdir telah mengatasi ruang dan waktu, dan selalu
muncul sebagai prinsip yang dominan. Mengikuti di sisi yang benar
dari Al-Bayyinah akan membawa keselamatan, sedangkan sisi lain
hanya membawa kemudharatan.
Al-Bayyinah tidak termasuk dalam kategori kebenaran mutlak
yang bisa menjadi subjek dari diskusi filsafat. Tidak juga sama dengan
kemunculan dari ide-ide absolut yang secara gradual berkembang
setelah menghadapi berbagai tantangan di segala zaman setelahnya.
Mutu kecemerlangan yang diperlihatkannya berasal dari wahyu Ilahi
dari sejak awal penciptaannya.
Istilah Al-Bayyinah juga mengandung beberapa konotasi lain.
Ia bekerja sebagai fenomena motivasi yang memajukan evolusi
keimanan dan keruhanian. Ia tidak bersifat inersia (lembam), malah
lebih menyerupai prinsip yang mendominasi evolusi. Semua kegiatan
nubuatan bersumber dari Al-Bayyinah. Kata ini berasal dari suatu kata
infinitif yang berakar makna diferensiasi dan diskriminasi, suatu arti
yang juga terdapat pada istilah Al-Quran yang lain yaitu ‘Al-Bayan.’
Yang dimaksud dengan Al-Bayan adalah kemampuan berbicara yang
bisa membedakan di antara dua makna serta mendefinisikan fikiran
manusia dalam bentuk ekspresi yang jelas. Patut diperhatikan bahwa
sebagaimana juga dengan Al-Bayyinah, Al-Bayan juga dikemukakan
Al-Quran sebagai memiliki sumber samawi seperti yang dinyatakan
dalam ayat berikut:

321
kegiatan nubuatan bersumber dari Al-Bayyinah. Kata ini berasal dari suatu kata infinit
berakar makna diferensiasi dan diskriminasi, suatu arti yang juga terdapat pada isti
Quran yang lain yaitu ‘Al-Bayan.’ Yang dimaksud dengan Al-Bayan adalah kema
berbicara yang bisa membedakan di antara dua makna serta mendefinisikan fikiran m
Mirza
Bagian
Bagian
dalam Tahir
1II
I
II
III
IV
bentuk Ahmad
ekspresi yang jelas. Patut diperhatikan bahwa sebagaimana juga den
Bayyinah, Al-Bayan juga dikemukakan Al- Quran sebagai memiliki sumber samawi
yang dinyatakan dalam ayat berikut:

§­¨ WDXkWÙ ÈO\- Wà §¬¨ ]C›_60_ <


| Q \]

‘Diamenciptakan
‘Dia manusia
menciptakan manusia dandan
Dia Dia mengajarkan
mengajarkan kepadanya
kepadanya kefasihan bicara
kefasihan bicara
membedakan.’ (S.55 Ar-Rahman:4-5) 2
dan membedakan.’ (S.55 Ar-Rahman:4-5)2
Dari
Darisini bisa
sini disimpulkan,
bisa disimpulkan, kemampuan
kemampuan berbicara merupakan
berbicara merupakan karunia Tuhan
manusia, yang selanjutnya dapat ditarik konklusi bahwa bahasa pertama yang dia
karuniapastilah
kepadanya Tuhan berasal
kepada darimanusia, yang selanjutnya
Tuhan sendiri. Berdasarkan dapat ditarik
hal ini maka teka-teki t
kemampuan berbicara
konklusi bahwa manusia
bahasa pertama tidak perlu
yang lagi dianggap
diajarkan kepadanyasebagai suatu hal yang
pastilah
dimengerti. Kemampuan berbicara ini memisahkan manusia dari keseluruhan dunia
berasal dari Tuhan sendiri. Berdasarkan hal ini maka teka-teki tentang
lainnya, sedemikian lebar jurang pemisahnya sehingga tidak bisa hanya dijelaska
teorikemampuan berbicara
evolusi semata. Karena manusia tidak perlu
itu Al-Bayan lagikemampuan
sebagai dianggap sebagai suatupastilah meru
berbicara
karunia berupa
hal yang wahyu
tidak Ilahi.
dimengerti. Kemampuan berbicara ini memisahkan
Dengan demikian baik Bayan mau pun Bayyinah memiliki sumber yang sam
manusia dari keseluruhan dunia hewan lainnya, sedemikian lebar
keduanya memiliki fitrat sebagai pembeda. Walau terdapat kesamaan demikia
jurang karakteristik
perbedaan pemisahnya sehingga
di antara tidak bisa Jika
keduanya. hanyaAl-Bayan
dijelaskan oleh
secara teori berkaitan d
intrinsik
ekspresi verbal,
evolusi Al-Bayyinah
semata. Karena itutidak terbatassebagai
Al-Bayan pada hal itu saja. Dalam
kemampuan pengertian Al-B
berbicara
terkandung makna bahwa selain membawa
pastilah merupakan karunia berupa wahyu Ilahi. ucapan-ucapan verbal, pada kali lain bi
memanifestasikan dirinya tanpa media bicara. Penampakan hening Al-Bayyinah ini
Dengan
cemerlangnya demikian
mentari pada baik
siangBayan mau
hari, di pun nur
dalam Bayyinah memiliki
mana ajaran-ajaran Ilahi m
terang berbinar.
sumber yang Meski
sama dan di satu sisi iamemiliki
keduanya memperoleh
fitrat kekuatan dari Tuhan, di sisi
sebagai pembeda.
menopang mereka kesamaan
Walau terdapat yang bersandar
demikian,kepadanya. Istilah karakteristik
ada perbedaan yang satunya di yaitu Al-Qa
berkaitan dengan semua ajaran pokok yang memiliki fitrat permanen. Dalam hal
antara
kedua keduanya.
istilah itu melebur Jikajadi
Al-Bayan
satu. secara intrinsik berkaitan dengan
ekspresi verbal, Al-Bayyinah tidak terbatas pada hal itu saja. Dalam
pengertian Al-Bayyinah terkandung makna bahwa selain membawa
 
 ucapan-ucapan verbal, pada kali lain bisa saja memanifestasikan dirinya
tanpa media bicara. Penampakan hening Al-Bayyinah ini seperti
cemerlangnya mentari pada siang hari, di dalam nur mana ajaran-
ajaran Ilahi menjadi terang berbinar. Meski di satu sisi ia memperoleh
kekuatan dari Tuhan, di sisi lain ia menopang mereka yang bersandar
kepadanya. Istilah yang satunya yaitu Al-Qayyimah berkaitan dengan
semua ajaran pokok yang memiliki fitrat permanen. Dalam hal inilah
kedua istilah itu melebur jadi satu.
Istilah filsafat mengenai keabsolutan atau universalitas nilai-nilai
bisa juga diterapkan pada nilai-nilai yang diekspresikan sebagai istilah

322
Al-Bayyinah:
Konsep Ketuhanan Suku-SukuPrinsip
PengenalanSudut
BangsaKebenaran
dengan
Aliran
Wahyu,
AgamaYang
Perspektif
Pemikiran
Filsafat
Masalah Agama
Filsafat
Agama
Pandang
Agama
Aborigin
Individu dan Nyata,
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
diZoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Tao
Masyarakat
Wahyu
Iman Ilahi
Kepada dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu Ghaib"
Wahyu
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

keagamaan Al-Qayyimah. Tetapi apakah ada ide atau nilai-nilai yang


dalam realitas bisa dianggap bersifat absolut atau universal, adalah
suatu pertanyaan yang perlu kita tinjau dari sudut pandang sekuler.
Hampir semua pemikir terkenal yang termasuk aliran sosialisme
ilmiah, menolak tegas keabsolutan ide atau nilai-nilai. Mereka bersikap
demikian karena tidak kompatibel dengan keabsolutan visi kaum
Marxist tentang materialisme dialektika. Padahal sebenarnya temuan
mereka dengan realitas sehari-hari dari dunia material sekeliling
mereka mestinya tidak memberikan justifikasi untuk penolakan total
atas ide keabsolutan.
Malam mengikuti siang dan siang datang setelah malam. Api
bersifat membakar dan air memadamkan. Indera kita tentang panas
dan dingin, kesedihan dan kesenangan, kesadaran kita akan selera dan
pemuasan, konsep tentang rasa haus dan bagaimana mengatasinya, serta
berbagai persepsi lainnya tidak memerlukan seorang ilmuwan untuk
membuktikan validitasnya. Semuanya itu telah ada tanpa perubahan,
tanpa pertanyaan, dan tidak membutuhkan seorang pengacara guna
membuktikan validitasnya. Namun pada saat bersamaan, keabsolutan
mereka tidak terlepas dari mutu persepsi manusia itu sendiri. Konsep
tentang siang dan malam membutuhkan kemampuan penglihatan.
Lalu bagaimana dengan mereka yang penglihatannya tidak sempurna?
Persepsi mereka tentang segala hal secara relatif akan berbeda dengan
mereka yang memiliki daya penglihatan yang lebih baik. Hal ini
menimbulkan keraguan bahwa apa yang sudah kita kategorikan sebagai
persepsi mendasar, nyatanya bersifat relatif. Terdapat sebuah spektrum
yang lebar antara sisi ekstrim dari keraguan dan sisi lain dari kepastian
absolut. Keduanya bisa saja bergeser selaras dengan arah spektrum
tergantung pada kejernihan penglihatan pengamat dan ketersediaan
cahaya. Namun keraguan seperti itu hanya muncul dalam keadaan
dan situasi khusus saja. Dibandingkan dengan pengalaman manusia
secara universal pada umumnya, hal tadi merupakan minoritas yang

323
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III Ahmad
II
III
IV

tidak berarti yang tidak akan mengubah konsensus dari pengalaman


manusia secara universal.
Di samping itu bukan hanya berkaitan dengan konsep mendasar
ini saja maka manusia telah mencapai tahapan kepastian karena masih
ada banyak masalah yang jauh lebih kompleks dan rumit namun bisa
dikatakan sebagai absolut. Kebanyakan pengetahuan kita tentang
kimia dan fisika sekarang ini termasuk dalam kategori tersebut. Tidak
diragukan bahwa konsep tersebut berkembang terus, tetapi umumnya
tanpa harus menyangkal pandangan yang ada sebelumnya yang
telah merupakan hasil observasi manusia secara universal. Perubahan
atau amandemen yang dilakukan hanya menyentuh bagian-bagian
pinggiran. Faktor ketidak-pastian tidak ada menebarkan bayangan
keraguan di atas fakta-fakta yang telah teruji. Kalau pun ada yang maka
yang terpengaruh hanyalah bidang terbatas dari penelitian mutakhir
saja. Karena itu kita bisa menyimpulkan, sekurang-kurangnya di bidang
pengetahuan sekuler dari pengalaman manusia, konsep keabsolutan
tidak saja valid tetapi juga merupakan realitas yang berkelanjutan secara
progresif. Hanya saja dalam hal yang berkaitan dengan keimanan dan
kepercayaan tidak bisa dinyatakan sama. Sangat sulit bagi seorang
yang beriman, kalau tidak mau dikatakan mustahil, untuk menarik
garis tegas antara fakta dan fantasi kepercayaan mereka. Sebagian besar
dari mereka dibesarkan dalam palung agama mereka, saat mereka
belum mampu menetapkan mana yang benar dan yang palsu dalam
agama mereka, semuanya telah menjadi bagian yang integral dari
sistem intelektual mereka. Sebagian kecil yang kemudian tergugah
dari keadaan mental yang lesu menjadi kehilangan keimanannya pada
agama, walau jarang dari mereka mengakuinya secara terbuka. Mereka
tetap masih mengenakan jubah yang sama dengan judul yang sama,
sehingga meski mereka telah kehilangan kepercayaan, namun agama
mereka tetap masih berlanjut walau hanya sebagai simbol identitas.
Keadaan inilah yang menjadi nasib semua agama yang menolak peran

324
Al-Bayyinah:
Konsep Ketuhanan Suku-SukuPrinsip
PengenalanSudut
BangsaKebenaran
dengan
Aliran
Wahyu,
AgamaYang
Perspektif
Pemikiran
Filsafat
Masalah Agama
Filsafat
Agama
Pandang
Agama
Aborigin
Individu dan Nyata,
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
diZoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Tao
Masyarakat
Wahyu
Iman Ilahi
Kepada dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu Ghaib"
Wahyu
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

rasionalitas sebagai sarana untuk mengukur validitas dari keimanan


mereka.
Kembali kepada pembahasan tentang transformasi progresif dari
ketidak-yakinan menjadi keyakinan dan keyakinan menjadi kebenaran
hakiki, kami harus mengakui bahwa trend universal dalam perubahan
telah menyebabkan para ahli filsafat menyesali semua konsep
keabsolutan. Tidak ada persepsi yang bebas sama sekali dari pengaruh
perubahan waktu dan kemampuan pengamat yang selalu berubah.
Bila diterima logika mereka, maka kita terpaksa harus menolak semua
hal sebagai suatu yang mungkin tidak benar dan akhirnya hanya
mempercayai ketiadaan saja. Hanya saja dalam kehidupan sehari-hari,
pandangan filsafat demikian tentunya akan membawa bencana.
Dengan tolok ukur yang bagaimana seseorang bisa memastikan
bahwa jurang yang dilihatnya di sisi suatu tebing karang yang tinggi
adalah memang jurang? Dengan kriteria apa seseorang bisa menjadi
yakin bahwa ular yang menghalangi jalannya adalah suatu yang
mematikan? Dalam menghadapi ancaman terhadap kehidupan,
bahkan yang paling skeptis juga akan mau menerima kenyataan
pengalaman manusia yang paling umum. Pengalaman manusia umum
ini yang terus menerus bergerak ke arah keabsolutan pengetahuan.
Pada setiap persilangan zaman, pernyataan ini selalu merupakan
hal yang diakui. Silakan menyebutnya dengan istilah kemungkinan
sebagai ganti keabsolutan, asal diingat saja bahwa kemungkinan
itulah yang mengatur takdir manusia dengan keteguhan yang absolut.
Kita tidak bisa menyangkal suatu realitas sebagai semu hanya karena
kemungkinan akan ternyata salah di masa depan.
Dari semua hal tersebut dapat disimpulkan kalau evolusi
pengetahuan manusia, sebagian besar konsep-konsep telah mencapai
kedewasaannya secara penuh sehingga tidak lagi bisa disentuh oleh
jarijari keraguan atau perubahan. Begitu juga dengan perilaku
kebanyakan kaidah fisika dan kimia, setelah dipahami tidak lagi
mengalami perubahan. Ketidak-tahuan kita mengenai beberapa segi

325
waktu dan kemampuan pengamat yang selalu berubah. Bila diterima logika mereka, maka
kita terpaksa harus menolak semua hal sebagai suatu yang mungkin tidak benar dan
akhirnya hanya mempercayai ketiadaan saja. Hanya saja dalam kehidupan sehari-hari,
pandangan filsafat demikian tentunya akan membawa bencana.
Dengan
Mirza
Bagian
Bagian 1III tolok
Tahir
II
III Ahmad ukur yang bagaimana seseorang bisa memastikan bahwa jurang yang
IV
dilihatnya di sisi suatu tebing karang yang tinggi adalah memang jurang? Dengan kriteria
apa seseorang bisa menjadi yakin bahwa ular yang menghalangi jalannya adalah suatu yang
mematikan? Dalam menghadapi ancaman terhadap kehidupan, bahkan yang paling skeptis
jugaitu,
akantidak
mau langsung
menerima menggugurkan
kenyataan pengalaman pengetahuan
manusia yang yangpaling
sudah diperoleh
umum. Pengalaman
manusia
tentang ruang lingkup kerjanya. Meskipun kenyataan bahwa dinamika Pada
umum ini yang terus menerus bergerak ke arah keabsolutan pengetahuan.
setiap persilangan zaman, pernyataan ini selalu merupakan hal yang diakui. Silakan
benda-benda langit dan kaidah gravitasi (gaya tarik bumi) mengalami
menyebutnya dengan istilah kemungkinan sebagai ganti keabsolutan, asal diingat saja
bahwavariasi persepsi itulah
kemungkinan yang yang
kecil,mengatur
pemahaman Newtondengan
takdir manusia tentang hal ini masih
keteguhan yang absolut.
Kitatetap
tidak valid
bisa menyangkal
dalam konteksnya. Dengan demikian maka kaidah gerak akan
suatu realitas sebagai semu hanya karena kemungkinan
ternyata salah di masa depan.
dariDari
benda-benda langit dapat
semua hal tersebut masihdisimpulkan
tetap absolut kalauseperti
evolusi semula
pengetahuandalammanusia,
bidang
sebagian besar gerak mereka masing-masing.
konsep-konsep Kaidah geraksecara
telah mencapai kedewasaannya dari partikel sub- tidak
penuh sehingga
lagi atom
bisa disentuh
juga bersifatoleh absolut
jarijari keraguan
dalam ruang atau lingkup
perubahan. alam Begitu juga dengan
miniatur mereka.perilaku
kebanyakan kaidah fisika dan kimia, setelah dipahami tidak lagi mengalami perubahan.
Karena itu tidak
Ketidak-tahuan ada diskrepensi
kita mengenai beberapa atausegi
kontradiksi
itu, tidakantara kaidah
langsung yang
menggugurkan
mengaturyang
pengetahuan kosmos
sudahdan yang mengatur
diperoleh tentang ruangdunia sub-atomik.
lingkup kerjanya.Bidang
Meskipun antara
kenyataan
bahwa dinamika benda-benda langit dan kaidah gravitasi
keduanya berbeda sebagaimana juga konteks dimana mereka bergerak. (gaya tarik bumi) mengalami
variasi persepsi yang kecil, pemahaman Newton tentang hal ini masih tetap valid dalam
Apa yang
konteksnya. kemudian
Dengan demikiandisadari
maka manusia
kaidah gerakialah kenyataan
dari benda-benda bahwalangitkaidah
masih tetap
absolut seperti semula dalam bidang gerak mereka
Newton tentang hukum dinamika hanya berlaku pada kosmos masing-masing. Kaidah saja.
gerak dari
partikel sub-atom juga bersifat absolut dalam ruang lingkup alam miniatur mereka. Karena
Kedua kategori kaidah itu bersifat absolut dan eksis secara independen
itu tidak ada diskrepensi atau kontradiksi antara kaidah yang mengatur kosmos dan yang
dari kemampuan
mengatur dunia sub-atomik. atauBidang
ketidak-mampuan
antara keduanya manusia memahaminya.
berbeda sebagaimana juga konteks
dimana
Maka kebenaran absolut bukan merupakan produk fikiran manusia. bahwa
mereka bergerak. Apa yang kemudian disadari manusia ialah kenyataan
kaidah Newton tentang hukum dinamika hanya berlaku pada kosmos saja. Kedua kategori
Kebenaran
kaidah itu bersifat demikian
absolut danharus bisasecara
eksis eksisindependen
secara independen.
dari kemampuan atau ketidak-
mampuanKembali kepada pernyataan
manusia memahaminya. Al-Quran
Maka kebenaran mengenai
absolut rasionalitasproduk
bukan merupakan
fikiran manusia. Kebenaran demikian harus bisa eksis
dan pengaruhnya atas kebenaran agama, perhatian pembaca kami secara independen.
Kembali kepada pernyataan Al-Quran mengenai rasionalitas dan pengaruhnya atas
bawa kepada
kebenaran ayat-ayatpembaca
agama, perhatian berikutkamiyangbawamenafikan adanyaberikut
kepada ayat-ayat kemungkinan
yang menafikan
kontradiksi
adanya kemungkinan di dalam alamdiyang
kontradiksi dalamdiciptakan oleh Tuhan:
alam yang diciptakan oleh Tuhan:

sWmV" ×#\F Xn_§WÙ §Ì¦B×qVÙ 1ÃS›[ÝV" C°% C


¨ ›X+ØSˆm ©Ú \\ c¯Û sWmV" ‰% ?W°» 1šXS›\-\y \Ì×\y WQ \] s°Š

§­¨ ¸nm¦\O XSÉFXT ;…¦yV] Èn_§WÙ \ÙkV¯ Ô ¯ V =Wc ©ÛØÜV"ˆm[ Xn_§WÙ §Ì¦B×q ˆ1É2 §¬¨ qSżÉÙ C°%

‘Yang telah menciptakan tujuh petala langit dengan serasi. Engkau tidak
‘Yang
akantelah menciptakan
melihat tujuh petala di
ketidakpantasan langit dengan
dalam serasi. Engkau
penciptaan Tuhantidak akanMaha
Yang melihat
ketidakpantasan
Pemurah. Oleh karena itu pandanglah lagi! Adakah engkau melihat sesuatu itu
di dalam penciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah. Oleh karena
pandanglah lagi! Adakah
cacat? Kemudian engkau melihat
pandanglah sesuatupenglihatan
lagi, niscaya cacat? Kemudian
engkaupandanglah
hanya akanlagi,
niscaya penglihatan engkau hanya akan kembali kepada engkau dengan
kembali kepada engkau dengan bingung dan letih karena tidak menemukan bingung dan
letihketidakserasian.’
karena tidak menemukan ketidakserasian.’
(S.67 Al-Mulk:4-5)3 (S.67 Al- Mulk:4-5) 3

K itab Suci Al-Quran di tempat lain juga menekankan bahwa tidak akan ada kontradiksi
pada kitab suci yang merupakan Kalam Ilahi (S.4 An-Nisa:83). Baik Kalam Ilahi yang
merupakan
326 kebenaran yang diwahyukan dan Kinerja Ilahi yang berbentuk alam semesta
material, pastilah selaras satu dengan yang lain. Karena itu maka wahyu Ilahi tidak mungkin
bertentangan dengan kaidah hukum alam, karena keduanya bersumber pada mata air

  165
Al-Bayyinah:
Konsep Ketuhanan Suku-SukuPrinsip
PengenalanSudut
BangsaKebenaran
dengan
Aliran
Wahyu,
AgamaYang
Perspektif
Pemikiran
Filsafat
Masalah Agama
Filsafat
Agama
Pandang
Agama
Aborigin
Individu dan Nyata,
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
diZoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Tao
Masyarakat
Wahyu
Iman Ilahi
Kepada dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu Ghaib"
Wahyu
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

K itab Suci Al-Quran di tempat lain juga menekankan bahwa tidak


akan ada kontradiksi pada kitab suci yang merupakan Kalam Ilahi
(S.4 An-Nisa:83). Baik Kalam Ilahi yang merupakan kebenaran yang
diwahyukan dan Kinerja Ilahi yang berbentuk alam semesta material,
pastilah selaras satu dengan yang lain. Karena itu maka wahyu Ilahi
tidak mungkin bertentangan dengan kaidah hukum alam, karena
keduanya bersumber pada mata air Kebijakan Kekal yang sama.
Penyangkalan adanya kontradiksi tersebut juga merupakan cara lain
untuk mengemukakan prinsip rasionalitas yang tidak bisa diabaikan.
Karenanya, apa dan kapan pun pemahaman para ilmuwan
tentang dunia material itu benar adanya, tidak mungkin Kalam Ilahi
menyangkalnya. Sebaliknya juga sama. Ketika kita bisa menyaksikan
keselarasan sempurna antara keduanya, maka mutu kebenaran
absolutnya menjadi par-absolute.
Berdasarkan semua hal yang telah dibahas, sekarang kita sudah
siap membahas wahyu Al-Quran dan meneliti validitasnya berdasarkan
tolok ukur rasionalitas dan nalar, kategori demi kategori.

Referensi
1. Terjemahaan 98:4 oleh penulis.
2. Terjemahan 55:4-5 oleh penulis.
3. Terjemahaan 67:4-5 oleh penulis.

327
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III Ahmad
II
III
IV

AL-QURAN DAN KOSMOLOGI


AL-QURAN DAN KOSMOLOGI

P P
ada saat Al-Quran
ada saat Al-Quran diturunkan sebagai wahyu, pemahaman
diturunkan
manusia di zaman sebagai
itu mengenai alam wahyu, pemahaman
kosmos serta pergerakan manusia
benda-benda langit masih bersifat sederhana dan kabur. Sekarang ini
genai alam kosmos serta pergerakan benda-benda langit masih bersifat
keadaannya sudah jauh berbeda karena pengetahuan kita mengenai
r. Sekarang ini keadaannya sudah jauh berbeda karena pengetahuan
alam semesta sudah jauh lebih maju dan berkembang.
semesta sudah jauh lebih maju dan berkembang.
Sebagian teori tentang penciptaan alam semesta telah berhasil
Sebagian teori tentang penciptaan alam semesta telah berhasil
gai fakta, diverifikasikan
sedangkan yang sebagai fakta, sedangkan yang lainnya masih dalam
lainnya masih dalam tahap eksplorasi. Konse
tahap eksplorasi.
mengembang termasuk dalam Konsep tentang alam yangpertama
kategori mengembang di termasuk
atas dan telah
dalam kategori pertama di atas dan telah diterima
unitas ilmiah sebagai suatu ‘fakta.’ Temuan ini pertama kali dilakuk oleh komunitas
ilmiah sebagai
ble pada tahun suatu Padahal
1920-an. ‘fakta.’ Temuan
lebihini dari
pertama
14 kali
abaddilakukan oleh
sebelumnya sudah
m Al-Quran:Edwin Hubble pada tahun 1920-an. Padahal lebih dari 14 abad
sebelumnya sudah dikemukakan dalam Al-Quran:

§­°¨ WDSÄȦySÀ-V 5¯ XT i kØcU


¯ \I›R<ÙkWAW XÄX.‚XT
‘Kami telah ‘Kami
mendirikan langitlangit
telah mendirikan dengan
dengantangan Kami
tangan Kami sendiri
sendiri (aydin)(aydin)
dan dan se
sesungguhnya Kami terus melebarkan sayap kekuasaan (musi’un).’ (S.51
Kami terus melebarkan sayap kekuasaan (musi’un).’ (S.51 Adz-Dzariyat:48
Adz-Dzariyat:48)1

Patut diingatPatutbahwa konsep


diingat bahwa alam
konsep alamyang berekspansi
yang berekspansi terus menerus
terus menerus
m Al-Quran hanya terdapat dalam Al-Quran saja. Tidak ada kitab-kitab yang lainnya
saja. Tidak ada kitab-kitab yang diwahyukan
yinggung hal ini. Temuan
diwahyukan yangpernah
lainnya yang menyatakan bahwa
menyinggung hal ini.alam
Temuan iniyang
terus mener
upakan faktor signifikan
menyatakan bagiinipara
bahwa alam terus ilmuwan karena dari
menerus berkembang sana diperole
merupakan
lebih baik tentang
faktor bagaimana
signifikan bagi para pada
ilmuwanawalnya
karena alam
dari sanaini diperoleh
tercipta. Dari sa
elasan mengenai
pemahaman proses penciptaan
yang lebih setahap pada
baik tentang bagaimana demi setahap,
awalnya alam inisejalan de
g (Ledakantercipta.
Besar). Al-Quran
Dari bahkan
sana bisa ditarik lebihmengenai
penjelasan jauh mengungkapkan
proses penciptaan keseluru
u awal, akhir
setahapdan
demikembali lagi dengan
setahap, sejalan pada teori
awalBigyang sama. Langkah
Bangc (Ledakan Besar). perta
gaimana dikemukakan Al-Quran secara akurat menguraikan kejadian t
ga’ dalam ayat berikut:
328

ÄÔ³[‹ ‰#Å °Ä\-Ù ]C°% R<Ú \È\BXT \-ÀI›R<Ù W)[ÝVÙ < Ù"Xq W)W5 Xº×q)]XT °1šXS›\-‚ ‰DU àTÄm[Ý[ WÛÏ°Š
Kami terus melebarkan sayap kekuasaan (musi’un).’ (S.51 Adz-Dzariyat:48) 1

Patut diingat bahwa konsep alam yang berekspansi terus menerus hanya terdapat
Al-Bayyinah: Prinsip
Pengenalan Kebenaran
dengan
Aliran
Wahyu, Yang
Perspektif
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat Nyata,
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
dalam Al-Quran saja. TidakKonsepada kitab-kitab
Ketuhanan yang Wahyu
Suku-Suku diwahyukan
Al-Quran
Sudut
Bangsa
Iman Masalah
Aborigin
Individu
Ilahi
Kepada lainnya
Agama
Pandang Agama
dan
Agama
dan
dan
Fitrat yang
Konghucu
di
Agama Tao pernah
Penderitaan
Kosmologi
Zoroaster
Buddha
Sekulerisme
Australia
Masyarakat
Rasionalitas
"Yang
Suatu Ghaib"
Wahyu
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
menyinggung hal ini. Temuan yang menyatakan bahwa Pengetahuan,
alam ini terusdan Kebenaran
menerus berkembang
merupakan faktor signifikan bagi para ilmuwan karena dari sana diperoleh pemahaman
yangAl-Quran
lebih baikbahkan
tentang lebih
bagaimana
jauh pada awalnya alam ini
mengungkapkan tercipta. Dari
keseluruhan sanadari
siklus bisa ditarik
penjelasan mengenai proses penciptaan setahap demi setahap, sejalan dengan teori Big
suatu
Bang awal,Besar).
(Ledakan akhirAl-Quran
dan kembali lagi pada
bahkan lebih awal yang sama.
jauh mengungkapkan Langkah
keseluruhan siklus dari
pertama
suatu penciptaan
awal, akhir sebagaimana
dan kembali lagi pada awal dikemukakan Al-Quran
yang sama. Langkah pertamasecara
penciptaan
sebagaimana dikemukakan Al-Quran
akurat menguraikan kejadiansecara akurat‘the
tentang menguraikan
Big Bangkejadian
a
’ dalam tentang
ayat ‘the Big
Banga’ dalam ayat berikut:
berikut:

ÄÔ³[‹ ‰#Å °Ä\-Ù ]C°% R<Ú \È\BXT \-ÀI›R<Ù W)[ÝVÙ < Ù"Xq W)W5 Xº×q)]XT °1šXS›\-‚ ‰DU àTÄm[Ý[ WÛÏ°Š WmWc 2
Ô VXTU

W SÄ=°%ØUÄc ZVÙU "E³\T


§¬©¨ D

‘Tidakkah orang-orang yang ingkar melihat bahwa seluruh langit dan bumi
‘Tidakkah
keduanyaorang-orang yang
dahulu suatu ingkar
massa yangmelihat bahwa seluruh
menggumpal (ratqan),langit dan bumi
lalu Kami keduanya
pisahkan
dahulu suatu massa yang menggumpal (ratqan), lalu Kami pisahkan
keduanya (fataqna)? Dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup dari air. keduanya
(fataqna)?
Apakah Dan Kami
mereka jadikan
tidak mau segala sesuatu
beriman?’ yang
(S.21 hidup dari air.
Al-Anbiya:31) 2
Apakah mereka tidak
mau beriman?’ (S.21 Al-Anbiya:31) 2
Adalah suatu hal yang signifikan kalau ayat ini ditujukan
Adalah
kepada suatu hal
mereka yang
yang signifikan
tidak kalau
percaya, ayatjuga
bisa ini ditujukan kepada mereka
mengindikasikan bahwayang tidak
percaya,
pengungkapan rahasia yang dikemukakan ayat tersebut akan dilakukan ayat
bisa juga mengindikasikan bahwa pengungkapan rahasia yang dikemukakan
tersebut akan dilakukan oleh mereka yang tidak percaya, sebagai suatu jawaban bagi mereka
olehkebenaran
tentang mereka yang tidak
dari Kitab percaya,
Suci Al-Quran. sebagai suatu jawaban bagi mereka
tentang
Dalamkebenaran dari
ayat ini kata Kitab
ratqan Suci yang
(massa Al-Quran.
menggumpal) dan fataqna (Kami pisahkan
keduanya)Dalam
mengandung makna pokok dari keseluruhan
ayat ini kata ratqan (massa yang ayat.menggumpal)
Leksikon bahasadanArab 3 yang
otentik memberikan dua pengertian bagi kata ratqan
fataqna (Kami pisahkan keduanya) mengandung makna pokok dari topik
yang kuat relevansinya dengan
yang sedang dibahas. Salah satu artinya adalah ‘berkumpulnya sesuatu sehingga terinfusi
keseluruhan
menjadi ayat.Adapun
satu entitas.’ Leksikon bahasa
arti kedua Arab
ialah
3
yang total.’
‘kegelapan otentik memberikan
Kedua pengertian itu bisa
dua pengertian
diterapkan bagi kata
secara signifikan. ratqan yangmaka
Jika digabungkan kuat relevansinya
berarti sama dengan dengan
yang disebut
sebagai lubang hitam atau ‘black hole’ di alam semesta.
topik yang sedang dibahas. Salah satu artinya adalah ‘berkumpulnya
sesuatu sehingga terinfusi menjadi satu entitas.’ Adapun arti kedua
 ialah ‘kegelapan total.’ Kedua pengertian
 itu bisa diterapkan secara 167

signifikan. Jika digabungkan maka berarti sama dengan yang disebut
sebagai lubang hitam atau ‘black hole’ di alam semesta.

L ubang Hitamb (Black Hole) adalah suatu massa dalam besaran


yang sangat kolosal yang gravitasinya jadi mengkerut ke dalam
intinya. Terjadinya dimulai dengan ambruknya bintang-bintang besar
yang bisa sampai 15 kali lebih besar dari matahari kita. Imensitas

329
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III Ahmad
II
III
IV

(kedahsyatan) dari tarikan gravitasi ke dalamnya, menyebabkan


bintang-bintang lain di dekatnya tersedot masuk dan menjadi bentuk
yang lebih kecil sebagai akibat tekanan gravitasi. Tarikan daya gravitasi
itu menjadi tambah terkonsentrasi yang berujung pada ambruknya
seluruh massa untuk membentuk yang disebut sebagai supernova.
Dalam keadaan demikian, semua yang menjadi bahan dasar matter
(zat) seperti molekul, atom dan lain-lain akan terkempa lumat menjadi
massa enerji saja. Saat seperti itu dalam ruang dan waktu tersebut akan
tercipta yang disebut sebagai Event Horizon (Cakrawala Pengamatan).
Tarikan gaya gravitasi ke dalam inti massa menjadi demikian kuatnya
sehingga segala bentuk radiasi pun, termasuk cahaya, tidak lagi
bisa lepas dari sana. Akibatnya adalah kegelapan total yang disebut
sebagai lubang hitam, sejalan dengan kata ratqan yang digunakan
Al-Quran untuk menggambarkan kegelapan total. Semua itu disebut
sebagai singularitas (titik volume nol dengan massa tak terbatas) yang
tersembunyi di balik Cakrawala Pengamatan.
Sebuah Lubang Hitam begitu terjadi, dengan cepat akan
bertambah besar karena bintang-bintang yang terletak dan berada
jauh pun mulai tertarik oleh konsentrasi enerji gravitasi yang bersifat
progresif. Diperkirakan, massa sebuah lubang hitam bisa menjadi 100
juta kalinya massa matahari kita. Sejalan dengan pelebaran medan
gravitasinya, bertambah banyak juga benda angkasa lain yang tertarik
masuk dengan kepesatan mendekati kecepatan cahaya. Dalam tahun
1997 ditemukan bukti observasi bahwa terdapat sebuah lubang hitam
sebesar 2.000.000 kali massa matahari pada galaksi kita. Kalkulasi
lainnya menunjukkan bahwa di alam semesta pada galaksi-galaksi
lainnya kemungkinan banyak lubang hitam dengan massa 3.000.000
kali massa matahari kita4. Pada tingkat konsentrasi tarikan gravitasi
demikian maka bintang-bintang yang terletak jauh pun akan goyah
dan lepas dari orbitnya serta tersedot masuk ke dalam lubang yang
demikian laparnya. Demikianlah proses ratqan itu disempurnakan yang

330
lain-lain akan terkempa lumat menjadi massa enerji saja. Saat seperti itu dalam ruang
waktu tersebut akan tercipta yang disebut sebagai Event Horizon (Cakrawala Pengamat
Tarikan gaya gravitasi ke dalam inti massa menjadi demikian kuatnya sehingga se
bentuk radiasi pun, termasuk cahaya, tidak lagi
Al-Bayyinah:
bisaKebenaran
Prinsip
lepas dari Yang
sana.
Nyata,
Akibatnya ad
kegelapan total yang disebut Konsep Ketuhanan Pengenalan
Suku-Suku
sebagai lubang dengan
Bangsa
Iman
hitam, Aliran
Al-Quran
Sudut Perspektif
Wahyu,Pemikiran
Masalah
Aborigin
Individu
Wahyu Ilahi
Kepada
sejalan Filsafat
Agama
Filsafat
Agama
Pandang
AgamaAgama
dan
dan
dan
Fitrat Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Kosmologi
Zoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
di
Agama
Australia
Taokata ratqan y
Masyarakat
Rasionalitas
"Yang
Suatu Ghaib"
Wahyu
dengan
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan,
digunakan Al-Quran untuk menggambarkan kegelapan total.dan Kebenaran
Semua itu disebut seb
singularitas (titik volume nol dengan massa tak terbatas) yang tersembunyi di b
Cakrawala Pengamatan.
berujung
Sebuah pada Lubangsingularitas yang terjadi,
Hitam begitu tertutupdengan
rapat dan cepatjuga akanmerupakan
bertambah besar ka
kegelapan total.
bintang-bintang Menjawab
yang terletak danpertanyaan
berada jauh bagaimana
pun mulai alam semesta
tertarik olehinikonsentrasi en
gravitasi
diciptakan pada awalnya, ada dua teori mutakhir yang keduanya bisa men
yang bersifat progresif. Diperkirakan, massa sebuah lubang hitam
100 juta kalinya massa matahari kita. Sejalan dengan pelebaran medan gravitasi
termasuk
bertambah dalamjuga
banyak teoribenda
Big Bang.
angkasa Mereka
lain menyatakan
yang tertarikbahwa masukawal dengan kepes
tersebut
mendekati diinisiasikan
kecepatan cahaya. oleh suatutahun
Dalam singularitas yang tiba-tiba
1997 ditemukan meletup bahwa terd
bukti observasi
sebuah danlubang hitam seluruh
melepaskan sebesarmassa
2.000.000 kali massa matahari
yang terperangkap yang mengarah pada galaksi
pada kita. Kalku
lainnya menunjukkan bahwa di alam semesta pada galaksi-galaksi lainnya kemungk
banyak penciptaan
lubang hitam alam dengan
baru melalui
massaCakrawala
3.000.000Pengamatan.
kali massa Kemunculan
matahari kita4. Pada tin
cahaya tarikan
konsentrasi yang muncul daridemikian
gravitasi Cakrawala Pengamatan
maka tersebut diberi
bintang-bintang nama jauh pun a
yang terletak
goyah dan lepas dari orbitnya serta tersedot masuk ke dalam lubang yang demi
‘Lubang Putih’ (White Hole)5,6. Salah satu dari kedua teori tentang
laparnya. Demikianlah proses ratqan itu disempurnakan yang berujung pada singula
ekspansi rapat
yang tertutup alam tersebut
dan jugameramalkan
merupakan bahwa
kegelapan alamtotal.
semesta yang tercipta
Menjawab pertanyaan bagaim
alam semesta ini diciptakan pada awalnya, ada dua teori
seperti itu akan berkembang terus menerus secara kekal. Penganut mutakhir yang keduanya terma
dalam teori Big Bang. Mereka menyatakan bahwa awal tersebut diinisiasikan oleh su
teori lainnya menyatakan kalau ekspansi alam itu pada suatu saat akan
singularitas yang tiba-tiba meletup dan melepaskan seluruh massa yang terperangkap y
berbalik
mengarah padakarena tarikanalam
penciptaan gayabaru
gravitasi
melalui keCakrawala
dalam pada akhirnya yang
Pengamatan. Kemunculan cah
yang muncul dari Cakrawala Pengamatan tersebut diberi
akan unggul. Akibatnya, semua matter (zat) akan tertarik kembali nama ‘Lubang Putih’ (White H
5,6. Salah satu dari kedua teori tentang ekspansi alam tersebut meramalkan bahwa a

semestauntuk
yangmembentuk Lubang
tercipta seperti Hitam
itu akan raksasa yang
berkembang terusbaru.
menerus Pandangan
secara kekal. Penga
teori terakhir inilah yang kelihatannya
lainnya menyatakan kalau ekspansiditopang
alam oleh Al-Quran.
itu pada suatu saat akan berbalik ka
tarikan gaya gravitasi
Ketika ke dalam
sedang pada akhirnya
mengungkapkan yang akan
penciptaan alam unggul. Akibatnya, semua ma
yang pertama,
(zat) akan tertarik kembali untuk membentuk Lubang Hitam raksasa yang baru. Pandan
kitab
terakhir suciyang
inilah Al-Quran jelas mengemukakan
kelihatannya bahwa akhirnya nanti akan
ditopang oleh Al-Quran.
menjadi
Ketika lubang
sedang hitam berikutnya,penciptaan
mengungkapkan suatu prosesalamyangyangmenghubungkan
pertama, kitab suci Al-Qu
jelas mengemukakan
awal kepada akhir, menyelesaikan lingkaran siklus penuh darihitam
bahwa akhirnya nanti akan menjadi lubang sejarahberikutnya, s
proses yang menghubungkan awal kepada akhir, menyelesaikan lingkaran siklus penuh
sejarahkosmos.
kosmos. Al-Quran
Al-Quranmenyatakan:
menyatakan:

|  ª È*ÁÚ ° ©G#ªH¦D ¨EqV¼ XÄ\-‚ s©SÕ¼W5 3W ×SWc


‘Pada hari
‘Pada hariketika
ketikalangit
langit akan Kami gulung
akan Kami gulungseperti
seperti tergulungnya
tergulungnya lembaran-lembaran
lembaran-
naskah naskah tertulis oleh seorang juru tulis. . .’ (S.21 Al-Anbiya:105)
lembaran naskah naskah tertulis oleh seorang juru tulis...’ (S.21 Al- 7

Anbiya:105)7
Pesan jelas dari ayat ini menyatakan bahwa alam itu tidak bersifat kekal. Aya
berbicara tentang masa depan ketika langit digulung sama halnya dengan seorang juru
Pesan jelas dari ayat ini menyatakan bahwa alam itu tidak bersifat
 kekal. Ayat ini berbicara tentang masa depan
 ketika langit digulung
 sama halnya dengan seorang juru tulis yang menggulung suatu naskah
tertulis. Deskripsi ilmiah yang menggambarkan terjadinya lubang

331
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III Ahmad
II
III
IV

hitam sangat mirip dengan uraian Al-Quran dalam ayat ini (lihat
Gambar 1).
Pertambahan massa akibat dari angkasa yang jatuh masuk ke
yangdalam
menggulung suatu naskah
suatu lubang hitam tertulis.
tersebut Deskripsi
di bawahilmiah yangyang
tekanan menggambarkan
amat terja
lubang hitam sangat mirip dengan uraian Al-Quran dalam ayat ini (lihat Gambar 1).
besar dari daya gravitasi dan daya elektromagnetik, akan dipadatkan
Pertambahan massa akibat dari angkasa yang jatuh masuk ke dalam suatu l
hitammenjadi lembaran-lembaran
tersebut sepertiyang
di bawah tekanan pita. Saat
amatpusat daridari
besar lubang hitam
daya gravitasi dan
elektromagnetik, akan dipadatkan menjadi lembaran-lembaran
berputar pada sumbunya, lembaran yang tercipta ini akan mulai seperti pita. Saat pusa
lubang hitam berputar pada sumbunya, lembaran yang tercipta ini akan mulai me
melilit porosnya
sekeliling di sekeliling porosnya
sebelum sebelum
akhirnya akhirnya menghilang
menghilang ke dalam
ke dalam wilayah yang tidak dik
lagi.wilayah yang tidak diketahui lagi.
Ayat
Ayatdidiatas
atasbersambung
bersambungdengan:
dengan:

§ª©­¨ |Úܯ °È›VÙ ‰=Å 5¯  R<ÙjQ Wà •iÕÃXT  œÈPÀik°È}5 Ú \\ W$‰TU W5Ú \iW \-[
‘Sebagaimana telah Kami memulai penciptaan untuk pertama kalinya, dengan ca
‘Sebagaimana telah Kami memulai penciptaan untuk pertama kalinya, dengan
begitu pula Kami akan mengulanginya lagi, suatu janji yang menjadi kewajiban a
cara begitu pula Kami akan mengulanginya lagi, suatu janji yang menjadi
Kami; sesungguhnya hal itu pasti akan Kami laksanakan.’ (S.21 Al-Anbiya:105) 7
kewajiban atas Kami; sesungguhnya hal itu pasti akan Kami laksanakan.’
(S.21 Al-Anbiya:105
Menyusul )7
setelah ambruknya alam semesta ke dalam sebuah lubang hitam,
kita diberikan janji bahwa nantinya akan ada sebuah awal baru lagi. Tuhan akan me
ulang alam Menyusul
tersebutsetelah ambruknya
sebagaimana yang alam
telah semesta ke dalam
dilakukan-Nya sebuah
dahulu. Alam semesta
runtuh tersebut
lubang hitam,akan muncul
di sini kita kembali
diberikandari
janjikegelapan dan keseluruhan
bahwa nantinya akan ada proses penc
berulang kembali (lihat Gambar 2). Menurut Al-Quran, penggulungan dan penguraian
sebuah awal baru lagi. Tuhan akan mencipta ulang alam tersebut
sepertinya merupakan suatu fenomena yang berkelanjutan.
sebagaimana yang telah
Konsep Al-Quran mengenaidilakukan-Nya
awal dan akhirdahulu.
dari Alam semesta
penciptaan ini jelas meru
suatuyang runtuh tersebut akan muncul kembali dari kegelapan dan jika keter
hal yang luar biasa. Masalahnya tidak akan terlalu mentakjubkan
tersebut diwahyukan kepada seseorang yang berpendidikan tinggi di zaman kontem
ini. keseluruhan
Yang menjadikanprosesorang
penciptaan berulang
tercengang ialahkembali. Menurut
kenyataan bahwaAl-Quran,
pengetahuan yang dem
penggulungan
majunya tentang dan penguraian
fenomena alam sepertinya
penciptaan alam yangmerupakan suatu faktanya
selalu berulang,
diwahyukan lebih dari 14 abad
fenomena yang berkelanjutan. silam kepada seorang yang buta huruf yang hidup di p
pasir Arabia.
Konsep Al-Quran mengenai awal dan akhir dari penciptaan ini

A jelas merupakan suatu hal yang luar biasa. Masalahnya tidak akan
terlalu mentakjubkan jika keterangan tersebut diwahyukan kepada
l-Quran dan benda-benda langit
seseorang yang berpendidikan tinggi di zaman kontemporer ini. Yang
Sekarang kita beralih kepada aspek lain mengenai deskripsi kosmos yang berkaitan d
menjadikan orang tercengang ialah kenyataan bahwa pengetahuan
pergerakan benda-benda langit. Ciri paling mencolok dari deskripsi demikian ber
yanggerak
dengan demikian majunya
bumi yang tentang fenomena
digambarkan penciptaan
tanpa menyalahkan alam yang
pandangan umum yang b
saat diturunkannya Al-Quran. Semua cendekiawan dan para pemuka di zaman itu
sepakat bahwa bumi ini diam (stasioner) sedangkan benda-benda langit lainnya s
matahari dan bulan berputar mengitarinya. Dari sudut pandang ini maka gerakan
sebagaimana digambarkan oleh Al-Quran tidak akan langsung tampak kepada pem
332 namun bagi seorang peneliti yang cermat pasti melihat pesan yang terkan
awam,
tersebut secara jelas dan nyata.
Jika Al-Quran menggambarkan bumi itu stasioner dan benda-benda langit
berputar mengelilinginya, meski manusia di zaman itu cukup puas dengan des
demikian, tetapi manusia di zaman kemudian akan menganggapnya sebagai
§ª©­¨ |Úܯ °È›VÙ ‰=Å 5¯  R<ÙjQ Wà •iÕÃXT  œÈPÀik°È}5 Ú \\ W$‰TU W5Ú \iW \-[
‘Sebagaimana telah Kami memulai penciptaan
Al-Bayyinah: untuk
Prinsip pertamaYang
Kebenaran kalinya,
Nyata, dengan cara
Konsep Ketuhanan Pengenalan
Suku-Suku dengan
Bangsa
Wahyu
Iman Aliran
Al-Quran
Sudut Perspektif
Wahyu,
PandangPemikiran
MasalahFilsafat
Agama
Aborigin
Individu
Ilahi
Kepada dan
dan
Fitrat Agama
Agama
Agama
dan Sejarah
Filsafat
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Kosmologi
Zoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
di
Agama
Australia
Tao
Masyarakat
Rasionalitas
"Yang
Suatu Ghaib"
Wahyu
begitu pula Kami akan mengulanginya lagi, suatu
Al-Qayyimah: Ajaran janji yang menjadi
yang Berkesinambungan kewajiban atas
Pengetahuan, dan Kebenaran
Kami; sesungguhnya hal itu pasti akan Kami laksanakan.’ (S.21 Al-Anbiya:105) 7

Menyusul setelah ambruknya alam semesta ke dalam sebuah lubang hitam, dis
selalu berulang, faktanya telah diwahyukan lebih dari 14 abad silam
kita diberikan janji bahwa nantinya akan ada sebuah awal baru lagi. Tuhan akan mencip
kepada
ulang alam seorangsebagaimana
tersebut yang buta huruf
yangyang hidup
telah di padang pasir
dilakukan-Nya Arabia.
dahulu. Alam semesta ya
runtuh tersebut akan muncul kembali dari kegelapan dan keseluruhan proses pencipta
adinyaberulang kembali (lihat Gambar 2). Menurut Al-Quran, penggulungan dan penguraian al
sepertinya merupakan
Al-Quran suatu fenomena
dan benda-benda yang berkelanjutan.
langit
lubang Konsep Al-Quran mengenai awal dan akhir dari penciptaan ini jelas merupak

S
dayasuatu hal yang
ekarang kita beralih kepada aspek lainakan
luar biasa. Masalahnya tidak terlaludeskripsi
mengenai mentakjubkan
kosmosjika keterang
at daritersebut diwahyukan kepada seseorang yang berpendidikan tinggi di zaman kontempo
ini. Yang yang berkaitan
menjadikan orang dengan
tercengangpergerakan
ialah benda-benda
kenyataan bahwa langit. Ciri yang demiki
pengetahuan
elilit di
paling mencolok dari deskripsi demikian berkaitan dengan gerak
ketahuimajunya tentang fenomena penciptaan alam yang selalu berulang, faktanya te
diwahyukan
bumi lebih
yang dari 14 abad silam
digambarkan tanpakepada seorangpandangan
menyalahkan yang buta huruf
umumyangyanghidup di pada
pasir Arabia.
berlaku saat diturunkannya Al-Quran. Semua cendekiawan dan para

ara
A
atas Sekarang
pemuka di zaman itu sama sepakat bahwa bumi ini diam (stasioner)
sedangkan benda-benda langit lainnya seperti matahari dan bulan
l-Quran dan benda-benda langit
berputar mengitarinya. Dari sudut pandang ini maka gerakan bumi
kita beralih kepada aspek lain mengenai deskripsi kosmos yang berkaitan deng
sebagaimana digambarkan oleh Al-Quran tidak akan langsung tampak
pergerakan benda-benda langit. Ciri paling mencolok dari deskripsi demikian berkait
dengankepada pembaca
gerak bumi yangawam, namun bagi
digambarkan seorang
tanpa peneliti yang
menyalahkan cermat umum
pandangan pasti yang berla
disinisaat diturunkannya
melihat pesan yang terkandung tersebut secara jelas dan nyata. di zaman itu sam
Al-Quran. Semua cendekiawan dan para pemuka
enciptasepakat bahwa bumi ini diam (stasioner) sedangkan benda-benda langit lainnya sepe
a yangmatahari dan Jikabulan
Al-Quran menggambarkan
berputar mengitarinya. bumi itu stasioner
Dari sudut daninibenda-
pandang maka gerakan bu
benda langit
ciptaansebagaimana yang berputar
digambarkan mengelilinginya,
oleh Al-Quran meski
tidak akan manusiatampak
langsung di zamankepada pemba
n alamawam, itunamun bagi seorang peneliti yang cermat pasti melihat
cukup puas dengan deskripsi demikian, tetapi manusia di zaman pesan yang terkandu
tersebut secara jelas dan nyata.
upakan kemudian akan menggambarkan
Jika Al-Quran menganggapnya sebagai bukti
bumi itu kebodohan
stasioner dan pengarang
benda-benda langit ya
ranganberputar Al-Quran. Mereka bisa
mengelilinginya, meskimengatakan
manusia di bahwa
zamanpernyataan
itu cukupseperti
puas itu
dengan deskri
mporerdemikian, tetapi manusia di zaman kemudian akan menganggapnya sebagai bu
tidak mungkin dibuat oleh Wujud Agung Yang Maha Mengetahui.
mikiankebodohan pengarang Al- Quran. Mereka bisa mengatakan bahwa pernyataan seperti
telahtidak Daripada
mungkin membandingkan
dibuat oleh Wujud secara Agung
harfiah Yang
gerak bumi
Maha dibanding
Mengetahui. Daripa
padangmembandingkan
benda-benda langit lainnya, Al-Quran mengemukakannyalangit
secara harfiah gerak bumi dibanding benda-benda lainnya, Al-Qur
sebagai
mengemukakannya sebagai berikut:
berikut:

| ÄÔ³[‹ ‰#Å ]CV Ù"U Ýs°Š  \ÌØ<À™  ª!\U‚ ˆmW% umÀ-V" `qªFXT <Q\i°%\C SMÃ_ÙVU% W$W¦IÙ sWmV"XT

‘Engkau melihat gunung-gunung yang engkau anggap terpancang kokoh


dengan kuat, padahal berlalu bagaikan berlalunya awan. Itulah karya Allah yang
rkaitan telah menjadikan segala sesuatu (kokoh dan kuat) sempurna...’ (S.27 An-
berlaku Naml:89)8
 1
u sama

seperti
n bumi
mbaca
ndung 333

t yang
skripsi
bukti
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III Ahmad
II
III
IV

Jika pegunungan dinyatakan sebagai berada dalam keadaan


gerak yang konstan, maka kesimpulan logis dari sana ialah bumi juga
bergerak bersama mereka. Berkat bahasa luhur yang digunakan Al-
Quran, kenyataan seperti ini luput dari perhatian. Manusia di zaman
itu‘Engkau melihat gunung-gunung
mempunyai impresi yang yang engkau
sama anggap umat
dengan terpancang kokoh kuat,
manusia padahal
lainnya,
berlalu bagaikan berlalunya awan. Itulah karya Allah yang telah menjadikan segala
bahwa bumi
sesuatu‘Engkau
bersifat
melihat
(kokoh dan
stasioner
kuat)gunung-gunung
danyang
sempurna. . .’ (S.27
kesimpulan salah
engkau anggap
An-Naml:89) 8
ini tidak digugat.
terpancang kokoh kuat, padahal
Kalau berlalu
saja merekabagaikanmembaca
berlalunya awan.
dengan Itulah karyabagian
teliti Allah yang
akhirtelah menjadikan
dari ayat segala
Jika sesuatu (kokohdinyatakan
pegunungan dan kuat) sempurna.
sebagai .berada
.’ (S.27 dalam
An-Naml:89)
keadaan 8 gerak yang konstan,
tersebut maka mestinya tidak harus muncul kesalah-pahaman seperti
maka kesimpulan logis dari sana ialah bumi juga bergerak bersama mereka. Berkat bahasa
luhuritu.
yangAyat Jikaitupegunungan
digunakan diakhiri
Al-Quran, dengan
dinyatakan pujian
kenyataan kepada
sebagai
seperti ini fitrat
berada penciptaan
dalam
luput darikeadaan
perhatian. Tuhan
gerak yang konstan,
Manusia di
maka
zamanyang kesimpulan
itu telah membuat
mempunyai logis
impresi dari
segala sana
yang ialah
sesuatu bumi
sama demikian juga
dengan umat bergerak
kokoh bersama
sehingga
manusia mereka.
bisaBerkat
tidakbahwa
lainnya, bumibahasa
luhur
bersifat yang digunakan
stasioner dan kesimpulan Al-Quran,salah kenyataan
ini tidak seperti
digugat.iniKalau
luputsaja
darimereka
perhatian. Manusia di
membaca
diungkit. Segala sesuatu yang tidak bisa dengan
diungkit, tidak akan lainnya,
pernah
dengan teliti bagian akhir dari ayat tersebut maka mestinya tidak harus muncul kesalah- bumi
zaman itu mempunyai impresi yang sama umat manusia bahwa
bisa
pahaman dilontarkan
bersifat
sepertistasioner
itu. Ayat keituluar
dan bumi
kesimpulan
diakhiri untuk
salahpujian
dengan terbang
ini tidak sendiri
digugat.
kepada meninggalkan
fitrat Kalau saja mereka
penciptaan membaca
Tuhan yang
dengan
telah bumi. teliti bagian akhir dari ayat tersebut maka mestinya
membuat segala sesuatu demikian kokoh sehingga tidak bisa diungkit. Segala sesuatu tidak harus muncul kesalah-
pahaman
yang tidak Begitu seperti
bisa diungkit, itu. Ayat
tidak itu diakhiri
akan pernah dengan
bisa lain pujian
dilontarkan kepada fitrat
ke Al-Quran penciptaan
luar bumi untuk terbang yang
Tuhan
telah membuat juga
segala dengan
sesuatu ayat-ayat
demikian kokoh dalamtidak
sehingga bisa yangSegala
diungkit. sesuatu
sendiri meninggalkan bumi.
menggambarkan
yang tidak bisa pegunungan
diungkit, tidak sebagai
akan pernahrawaasiya
bisa
Begitu juga dengan ayat-ayat lain dalam Al-Quran yang menggambarkan yang
dilontarkan berarti
ke ‘tertanam
luar bumi untuk terbang
sendirisebagai
kokoh
pegunungan meninggalkan
di bumi’:rawaasiya bumi.
yang berarti ‘tertanam kokoh di bumi’:
Begitu juga dengan ayat-ayat lain dalam Al-Quran yang menggambarkan
 RŽ\j ©G#Å C°% SMsebagai
pegunungan n°Ù „@WXT ×1rawaasiya
ů \ik°-V" DU yang
]³¦{šXTberarti
Xq ¨º×q)]‘tertanam
r¯Û rVÙU XT Skokoh
MW;ØTWmV" iX+[Å
di ¯nbumi’:
×mWÓ¯ °1šXS›\-‚ WQ \\

 RŽ\j ©G#Å C°% SMn°Ù „@WXT ×1ů \ik°-V" DU ]³¦{šXTXq ¨º×q)] r¯Û rVÙU TX SMW;ØTWmV" iX+[Å ¯n×mWÓ¯ °1šXS›\-‚ WQ \\
§ª©¨ #2c®m[ NØT\w ©G#Á C°% SMn°Ù R<Ø*X5U
VÙ =ÄW% °Ä\-‚ ]C°% X=ÙWs5U XT
telah telah
‘Dia ‘Dia menjadikan seluruhseluruh
menjadikan langit tanpa©¨ #2c®tiang
§ªlangit NØT\wyang
m[tanpa ©G#tiang
Ádapat
C°%yang
SMkamu Ø*X5lihat
n°Ù R<dapat U
VÙ =ÄW%kamu
°Ä\-‚
dan lihat
Dia °% X=ÙWs5U XT
 ]Ctelah
menempatkan
dan Dia gunung-gunung
telah menempatkan yang kokoh
gunung-gunung kuat di bumi
yang ini,
kokoh supaya bumi ini tidak
‘Dia
bergoncang telah menjadikan
bersamamu, danseluruh langitmenyebarkan
Dia telah tanpa tiang yang
diDia dapatkuat
dalamnya kamu di bumilihat dan
segala
ini,Dia telah
macam
supaya bumi
menempatkan ini tidak bergoncang
gunung-gunung bersamamu, dan telah menyebarkan
binatang dan Kami
dibergoncang
dalamnya menurunkan
segala macam dan air yang
dari dan
binatang
kokoh
awan, Kami
kuat di bumi ini,
dan menurunkan
kemudian Kami supaya
air dari
bumi ini tidak
menyebabkan
awan,
tumbuh dikemudian bersamamu,
dalamnya segala Dia
jenis yang unggul.’ telah menyebarkan
(S.31 di Luqman:11) di 9
dalamnya segala macam
danbinatang dan Kami
Kami menyebabkan
menurunkan airtumbuh dari awan, dalamnya
dan kemudian segala jenis Kami yang menyebabkan
unggul.’
tumbuh (S.31
di Luqman:11)
dalamnya segala9 jenis yang unggul.’ (S.31 Luqman:11) 9
Begitu juga:
TÀiW*×MXi ×1juga:
§¬ª¨Begitu
WDBegitu ÀI \Ȋ 9ZÈÀy =C\º°Ù SMn°Ù X=Ú \È\BXT ×1¯I¯ \ij°-V" DU ]³¦{šXTXq ¨º×q)] r¯Û X=Ú \È\BXT
juga:
‘Telah Kami iW*×MXi ×1ÀI \Ȋdi9ZÈbumi
§¬ª¨ WDTÀjadikan Ày =C\ºgunung-gunung
°Ù SMn°Ù X=Ú \È\BXT ×1¯I¯ yang ]³¦{šXTXq supaya
\ij°-V" DUkokoh ¨º×q)] r¯bumi
Û X=Ú \È\Bjangan
XT
bergoncang bersama mereka, dan telah Kami jadikan di dalamnya jalan-jalan yang luas
merekaKami
supaya‘Telah mendapat jadikan petunjukdi bumi yang benar.’gunung-gunung yang kokoh
(S.21 Al-Anbiya:32) 10
supaya bumi jangan
bergoncang bersama mereka, dan telah Kami jadikan di dalamnya jalan-jalan yang luas
‘Telah Kami jadikan di bumi gunung-gunung yang kokoh supaya bumi
supaya mereka mendapat petunjuk yang benar.’ (S.21 Al-Anbiya:32)10
Yangjangan
lainnya bergoncang
lagi adalah:bersama mereka, dan telah Kami jadikan di dalamnya
jalan-jalan yang luas supaya mereka mendapat petunjuk yang benar.’ (S.21
§ªYang W*×JV" ×1Álagi
®¨ WDTÀilainnya
Al-Anbiya:32)  \Ȋ 9Zadalah:
ÈÀyXT >m›SMØ;U XT ×1Á¯ \ik°-V" DU bc¦{šXTXq ¨º×q)] r¯Û rVÙU XT
10

§ª®¨ WDTÀiW*×JV" ×1Á


‘Dia telah menegakkan di  \Èbumi
Š 9ZÈÀygunung-gunung
XT >m›SMØ;U XT ×1Á¯ \ik°supaya ¦{šXTXq ¨ºsampai
-V" DU bcjangan ×q)] r¯Û rberguncang
VÙU XT
bersama kamu, dan sungai-sungai serta jalan-jalan supaya kamu dapat menemukan
334
jalan ke‘Dia telahyang
tempat menegakkan
dituju.’ (S16 di An-Nahl:16)
bumi gunung-gunung 11
supaya jangan sampai berguncang
bersama kamu, dan sungai-sungai serta jalan-jalan supaya kamu dapat menemukan
Nyata jalan ke tempat
benar bahwa yang dituju.’
Al-Quran (S16 An-Nahl:16)
dengan sangat 11 indahnya telah berhasil
mengungkapkan wahyu bersangkutan dengan cara sedemikian rupa sehingga pengetahuan
yang ada dan Nyataberlakubenar di masa bahwaitu Al-Quran tidak secara dengan langsung sangat indahnya
ditantang. telah berhasil
Kemungkinan
Begitu juga:
§¬ª¨ WDTÀiW*×MXi ×1ÀI \Ȋ 9ZÈÀy =C\º°Ù SMn°Ù X=Ú \È\BXT ×1¯I¯ \ij°-V" DU ]³¦{šXTXq ¨º×q)] r¯Û X=Ú \È\BXT
Al-Bayyinah:
PengenalanPrinsip Kebenaran
dengan
Aliran
Al-Quran
Sudut Perspektif
Wahyu,Pemikiran
Masalah
Agama
Pandang Agama
Agamadan Yang
Filsafat
Agama
Filsafat Nyata,
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Kosmologi
Zoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
‘Telah Kami jadikanKonsep di bumi Ketuhanan
gunung-gunung Suku-Suku
Al-Qayyimah: Ajaran yangBangsa
Wahyu
Iman Aborigin
Individu
Ilahi
Kepada
kokoh
yang
Fitratdan
dan
supaya"Yang
Suatudi
Agama
Berkesinambungan
Australia
Tao
Masyarakat
Rasionalitas
Ghaib"
Wahyu
bumi jangan
Pengetahuan, dan Kebenaran
bergoncang bersama mereka, dan telah Kami jadikan di dalamnya jalan-jalan yang luas
supaya mereka mendapat petunjuk yang benar.’ (S.21 Al-Anbiya:32)10
Yang lainnya lagi adalah:
Yang lainnya lagi adalah:
§ª®¨ WDTÀiW*×JV" ×1Á \Ȋ 9ZÈÀyXT >m›SMØ;U XT ×1Á¯ \ik°-V" DU bc¦{šXTXq ¨º×q)] r¯Û rVÙU XT
telahtelah
‘Dia ‘Dia menegakkan di bumi gunung-gunung supaya jangan sampai berguncang
menegakkan di bumi gunung-gunung supaya jangan sampai
bersama kamu, dan sungai-sungai serta jalan-jalan supaya kamu dapat menemukan
berguncang bersama kamu, dan sungai-sungai serta jalan-jalan supaya kamu
jalan ke tempat yang dituju.’ (S16 An-Nahl:16) 11
dapat menemukan jalan ke tempat yang dituju.’ (S16 An-Nahl:16)11
Nyata benar bahwa Al-Quran dengan sangat indahnya telah berhasil
mengungkapkanNyatawahyubenarbersangkutan
bahwa Al-Quran
dengan caradengan sangat
sedemikian indahnya
rupa telah
sehingga pengetahuan
yang berhasil
ada danmengungkapkan
berlaku di masawahyu bersangkutan
itu tidak denganditantang.
secara langsung cara sedemikian
Kemungkinan
masyarakat
rupa sehingga pengetahuan yang ada dan berlaku pada masadengan
waktu itu menganggap ayat 89 dari surah An-Naml berkaitan itu Hari
Kiamat yang akan datang. Namun seperti juga telah diperlihatkan, kesalahan tafsir seperti
tidak
ini tidak bisasecara
diterimalangsung ditantang.berikut:
karena alasan-alasan Kemungkinan masyarakat waktu
1. Ayat tersebut berbicara
itu menganggap ayatdengan
89 darikonotasi masa kini (present
surah An-Naml tense)
berkaitan dan bukan
dengan Haritentang
masa depan (future tense). Huruf wauw ( ) yang digunakan disini secara harfiah bisa
Kiamat yang akan datang. Namun seperti juga telah diperlihatkan,
diterjemahkan sebagai ‘padahal’ dan bukannya ‘dan’ sehingga pengertiannya menjadi
kesalahan
‘engkau tafsirgunung-gunung
mengira seperti ini tidak bisa diterima
itu stasioner karena alasan-alasan
(diam) padahal mereka itu bergerak.’
Menganggap
berikut: bagian dari pernyataan tersebut sebagai merujuk ke masa depan adalah
tidak tepat.
1. Ayat tersebut berbicara dengan konotasi masa kini (present tense)
2. Jika katakanlah gunung-gunung itu akan melayang terbang di masa depan maka
dan bukan
bagaimana manusiatentang masa depan (future
bisa mengatakannya sebagai tense).
stasionerHuruf wauwjika
atau diam yang(misalnya
digunakan di sini secara harfiah bisa diterjemahkan sebagai
  170
‘padahal’ dan bukannya ‘dan’ sehingga pengertiannya menjadi

‘engkau mengira gunung-gunung itu stasioner (diam) padahal
mereka itu bergerak.’ Menganggap bagian dari pernyataan
tersebut sebagai merujuk ke masa depan adalah tidak tepat.
2. Jika katakanlah gunung-gunung itu akan melayang terbang
di masa depan maka bagaimana manusia bisa mengatakannya
sebagai stasioner atau diam jika (misalnya dilihat dari planet lain)
bumi ini terlihat melayang di angkasa? Karena itu terjemahan
demikian tidak masuk akal. Begitu juga salah jika ada yang
menterjemahkan bahwa meski manusia menganggap gunung-
gunung itu stasioner, sebenarnya tidak demikian karena di
masa depan mereka akan beterbangan. Kalau gunung-gunung
itu sekarang diam, maka manusia tetap akan melihatnya dalam
keadaan diam. Jadi bukan masalah cara berfikir mereka yang

335
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III Ahmad
II
III
IV
dilihat dari planet lain) bumi ini terlihat melayang di angkasa? Karena itu
demikian tidak masuk akal. Begitu juga salah jika ada yang menterjemah
meski manusia menganggap
menjadikannya gunung-gunung
diam. Al-Quran itu stasioner,
tidak mengatakan: sebenarnya tida
‘Engkau
karena di masa depan mereka akan beterbangan.
melihatnya diam dan memang demikian adanya, tetapi di masa Kalau gunung-gunung it
diam, maka manusia tetap akan
depan mereka tidak lagi demikian.’ melihatnya dalam keadaan diam. Jadi buk
cara berfikir
dilihat mereka
dari planet yang menjadikannya
lain) bumi ini terlihat melayang diam. Al-Quran
di angkasa? Karena itutidak mengatak
terjemahan
3. Di
melihatnya bagian
demikian
diam tidakakhir
danmasuk ayat
akal. tersebut
memang Begitu jugatentang
demikian salah jikapujian
adanya, yangatas
ada tetapi diketeguhan
menterjemahkan
masa depan bahwa merek
demikian.’ meski manusia
ciptaan menganggap
Tuhan, merupakangunung-gunung
bukti itu stasioner,bahwa
penutup sebenarnya tidak demikian
gunung-
karena di masa depan mereka akan beterbangan. Kalau gunung-gunung itu sekarang
3. Di bagian akhiritu
gunung ayat tersebut
meski tentang
beterbangan pujian
tetapi atas keteguhan
sebenarnya tertanam kuat.ciptaan Tuhan,
diam, maka manusia tetap akan melihatnya dalam keadaan diam. Jadi bukan masalah
bukti penutup
Patut
cara berfikir bahwa
diperhatikan
mereka yanggunung-gunung
juga bahwa padadiam.
menjadikannya itu
kitab-kitab meski
Al-Quran tafsir beterbangan
pada masa ‘Engkau
tidak mengatakan: tetapi
tertanam kuat. diampenafsir
melihatnya
lalu, kebanyakan dan memangtidakdemikian
bersuaraadanya, tetapi di makna
mengenai masa depan mereka
hakiki tidak lagi
dari
demikian.’
ayat
Patut tersebut.
3.diperhatikan
Halayat
initersebut
Di bagian akhir juga
mensiratkan
bahwa bahwa
padapujian
tentang
ayat tersebut
kitab-kitab
atas keteguhan tafsir diterlalu
ciptaan masa sulit
Tuhan, lalu, kebanyak
merupakan
tidak bersuara buktimengenai
bagi mereka makna
untuk bahwa
penutup hakiki dari
menafsirkannya.
gunung-gunung itu ayat
meskitersebut.
beterbanganHal ini sebenarnya
tetapi mensiratkan
tersebut terlalu sulitkuat.
tertanam
Al-Quran bagi
jugamereka untukbahwa
menyatakan menafsirkannya.
semua benda-benda langit
Al-Quran
secaraPatutjuga
konstan menyatakan
beradajuga
dalam bahwa semua benda-benda langit
diamsecara kons
diperhatikan bahwakeadaan gerak tafsir
dan ditidak
masa ada
lalu, yang
dalam keadaan gerak dan tidak adapada
yang kitab-kitab
diam stasioner: kebanyakan penafsir
tidak bersuara mengenai makna hakiki dari ayat tersebut. Hal ini mensiratkan bahwa ayat
stasioner:
tersebut terlalu sulit bagi mereka untuk menafsirkannya.
Al-Quran juga menyatakan UWԁRd semua
WDSÀbahwa Q VÙ r¯benda-benda
# Å
Û# langit secara konstan berada
dalam keadaan gerak dan tidak ada yang diam stasioner:
‘. . . masing-masing beredar
‘... masing-masing pada
beredar padagaris peredarannya.’
garis peredarannya.’ (S.21(S.21 Al-Anbiya:34)
Al-Anbiya:34) 12 12

WDSÀUWԁRd Q VÙ r¯Û #


# Å
Pernyataan Pernyataan yang mencakup
yang mencakup semuanyasemuanya iniinimeliputi
meliputi keseluruhan
keseluruhan alam sem
terkecualialam ‘.
sistem . .
semesta,masing-masing beredar
tidak terkecuali
matahari pada garis peredarannya.’
sistem matahari
kita sendiri. Di samping (S.21 Al-Anbiya:34)
kita sendiri. Di samping
itu terdapat 12
beberapa aya
menggambarkan
itu terdapat
Pernyataan
gerakan
beberapa elips dari
ayat lain
yang mencakup
benda-benda
yang ini
semuanya menggambarkan langit
meliputi keseluruhan
menuju
gerakan saat kepunah
elips tidak
alam semesta,
Berikut dari
adalah
terkecuali beberapa
benda-benda ayat
sistem matahari terkait:
langitkita
menuju
sendiri. Di saat kepunahan
samping itu terdapat mereka.
beberapaBerikutayat lain yang
menggambarkan gerakan
adalah beberapa ayat terkait: elips dari benda-benda langit menuju saat kepunahan mereka.
##Å Wm\-V ÙXT `‡Õ-…‘ Wm…b\yXT ¥˜×m\ÈÙ rQ"Wà sXSW*Ôy ˆ1É2 SMW;ØTWmV" iX+[Å ¯n×mWÓ¯ °1šXS›X.‚ \ÌVÙXq s°Š
Berikut adalah beberapa ayat terkait:

##Å Wm\-V ÙXT `‡Õ-…‘ Wm…b\yXT ¥˜×m\ÈÙ rQ"Wà sXSW*Ôy ˆ1É2 SMW;ØTWmV" iX+[Å ¯n×mWÓ¯ °1šXS›X.‚ \ÌVÙXq s°Š Œ
§«¨ WDSÄ=°SÉ" ×1ůPXq °ÄV ¯ ¯ 1Ő \ÈV °0›Wc)[ Ä#¦A¡[ÝÄc WmÙ%)] Äm¯P\iÄc  qY._v% #\B/] s­m
‘Allah, Dia-lah yang§«¨telah WDSÄ=°SÉ" meninggikan
×1ůPXq °ÄV ¯ ¯ 1Ő \ÈV °0seluruh
›Wc)[ Ä#¦A¡[ÝÄc Wmlangit
Ù%)] Äm¯P\iÄc tanpa
 qY._v% #\Bsuatu
/] s­mÙIVftiang pun yan
kamu lihat. Kemudian
‘Allah, Dia-lah Dia bersemayam di atas arasy. Dan Dia tetapkan matahari d
‘Allah, Dia-lahyang
yangtelahtelahmeninggikan
meninggikan seluruhseluruhlangit tanpa langit suatu tiangsuatu
tanpa pun yangtiangdapat
bekerja bagi kamu,
kamu yang
lihat. masing-masing
Kemudian Dia lihat.
bersemayam benda
di atasDia langit
arasy. Dan itu beredar
Dia tetapkan menurutbulan
matahari arah perjal
pun dapat kamu Kemudian bersemayam di atas arasy. dan
Dan
hingga suatu
bekerjamasa
bagi yang
kamu, telah
masing-masing ditetapkan. benda Dia
langit
Dia tetapkan matahari dan bulan bekerja bagi kamu, masing-masing benda itu mengatur
beredar menurut segala arah urusan
perjalanannyadan Dia men
tanda-tanda
langititu
hingga itusupaya
suatu masa kamu berkeyakinan
yang
beredar menuruttelah ditetapkan.
arah perjalanannya Dia teguh
mengatur mengenai
segala
hingga urusan
suatu masa dan pertemuan
yang telah dengan Tu
Dia menjelaskan
tanda-tanda
Rad:3) itu
(S.13 Ar-ditetapkan. supaya kamu berkeyakinan teguh
Dia mengatur segala urusan dan Dia menjelaskan tanda-tanda
13 mengenai pertemuan dengan Tuhan-mu.’
itu
(S.13 Ar-kamu
supaya Rad:3) 13
berkeyakinan teguh mengenai pertemuan dengan Tuhan-mu.’
(S.13 Ar-Rad:3)13
rQ¯ Ýs­mÙIVf r##Q¯ ÅÝsWm­mÙI\-Vf V ##ÙÅXTWm\-`‡
V ÙXT Õ-
`‡…‘Õ-…‘WmWm…b \yXTXT©#©#
…b\y ÙjŠÙjc¯
Š c¯ °Sĉ<cXT®q\ÀM
Û Xq\I‰<ÛXqÀM\I I‰<°SÄr¯cÛXT#®qÙkŠ\ IÀM‰<°SÄc ‹
r¯Û ‰D#U ÙkWmV"ŠÔ2ÀM
VU °SÄc ‹ ‰DU WmV" Ô2

\\ WDSɸn\-m¯ØÈ\\
§«²¨ ¸nm¯§«²¨ V" \-WD
¯ ‹SÉ \-ØÈV"U XT\-
qY.¯_‹
v% # \BE
U U XT qY._v% #
336
E

engkau
‘Tidakkah‘Tidakkah melihat
engkau melihat bahwa Allah
bahwa Allah memasukkan
memasukkan malam ke malam
dalam siangke dan
dalam sia
memasukkan siang ke dalam malam, dan Dia telah menetapkan matahari
memasukkan siang ke dalam malam, dan Dia telah menetapkan matahari dan bul dan bulan untuk
‘Allah, Dia-lah yang telah meninggikan seluruh langit tanpa suatu tiang pun yang dapat
kamu lihat. Kemudian §«¨ WDSÄ=°Dia
SÉ" ×1bersemayam
ůPXq °ÄV ¯ ¯ 1Ő \ÈdiV °0  Ä#¦A¡[ÝDan
›Wc)[arasy.
atas Äc WmÙ%)]Dia
 Äm¯P\itetapkan
Äc  qY._v% matahari
#\B/] s­mdan
ÙIVf bulan
bekerja bagi kamu, masing-masing benda langit itu beredar menurut arah perjalanannya
‘Allah, Dia-lah yang telah meninggikanAl-Bayyinah: seluruhPengenalan
langitPrinsip
tanpadengan suatu tiang
Kebenaran pun yang
Yang dapat
Nyata,
hingga suatu masa yang telah Ketuhanan
Konsep ditetapkan. Dia mengatur
Suku-Suku segalaAl-Quran
Sudut
Bangsa
Wahyu
Iman urusan
Aliran
Individu Wahyu,
Pandang
Ilahi
Kepada dan
Masalah
Agama
Agama
Aborigin
Fitrat dan
dan Dia
Perspektif
Pemikiran
di menjelaskan
Filsafat
Agama
FilsafatSejarah
Rasionalitas,
Agama
dan Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Kosmologi
Zoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Masyarakat
Rasionalitas
"Yang
Suatu Ghaib"
Wahyu Tao
kamu lihat. Kemudian Dia bersemayamAl-Qayyimah: di atas arasy. Dan Ajaran Dia tetapkan matahari
yang Berkesinambungan dan bulan
tanda-tanda itu supaya kamu berkeyakinan teguh mengenai pertemuan
Pengetahuan, dengan Tuhan-mu.’
dan Kebenaran
terjemahan bekerja bagi kamu, masing-masing benda langit itu beredar menurut arah perjalanannya
(S.13 Ar- Rad:3) 13
hkan bahwa hingga suatu masa yang telah ditetapkan. Dia mengatur segala urusan dan Dia menjelaskan
ak demikian tanda-tanda itu supaya kamu berkeyakinan teguh mengenai pertemuan dengan Tuhan-mu.’
(S.13 Ar- Rad:3) 13
tu sekarang rQ¯ Ýs­mÙIVf ##Å Wm\-V ÙXT `‡Õ-…‘ Wm…b\yXT ©#ÙjŠ c¯Û Xq\I‰< ÀM°SÄcXT ®q\I‰< r¯Û #ÙkŠ ÀM°SÄc ‹ ‰DU WmV" Ô2VU
kan masalah
 ÀM¸n°m¯SÄc\\XT ®qWD\SÉI‰<\-ØÈr¯V" Û\-#¯ÙkŠ‹ ÀM
rQ¯ Ýs­mÙIVf ##Å Wm\-V ÙXT `‡Õ-…‘ Wm…b\yXT ©#ÙjŠ c¯Û Xq\I‰<§«²¨  E
°SÄc ‹U XT qY‰D.U _WmV"v% Ô2#V\B
U U
kan: ‘Engkau
ka tidak lagi
‘Tidakkah engkau melihat bahwa Allah memasukkan malam ke dalam siang dan
memasukkan
‘Tidakkahsiang engkau ke dalam malam,
melihat bahwa danAllah
Dia ¸nm¯memasukkan
§«²¨ telah SÉ \-ØÈV" \-¯ ‹malam
\\ WDmenetapkan  EU XT ke
matahari qY.dan

dalamv% # \BU siang
bulan untuk
merupakan berbakti; tiap-tiap daripadanya
dan memasukkan siang ke dalam beredar malam,terus dan sampaiDiamasa telahyang telah ditentukan
menetapkan matahari dan
sebenarnya ‘Tidakkah engkau melihat bahwatiap-tiap Allah memasukkan malam keterus
dalam siangmasa dan
bahwa
dan Allah
bulanMaha untuk Mengetahui
berbakti;apa yang kamu kerjakan?’ (S.31
daripadanya beredar Luqman:30) sampai 14
memasukkan siang ke dalam malam, dan Dia telah menetapkan matahari dan bulan untuk
yang telah ditentukan dan bahwa Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
berbakti; tiap-tiap daripadanya beredar terus sampai masa yang telah ditentukan dan
 kerjakan?’
bahwa _v% #\BMaha
qY.Allah ÙIVf Luqman:30)
/](S.31 ##Á Wm\-V apa
s­mMengetahui ÙXT `‡14
Õ-…‘kamu
yang  Wm…b\ykerjakan?’
XT ©#ÙkŠ r¯Û Xq(S.31
\I‰= ÀMLuqman:30)
°SÄcXT ®q\I‰= r¯Û 14#ÙjŠ ÀM°SÄc
kan penafsir
bahwa ayat ¬¨ /]#nm°-s­Õ¼m°ÙIVfC°%##Á
 qY._v% #§ª\B |EWmSÅ\-V ¯ Ø.ÙWcXTW%`‡ž°OÕ-°5…‘TÀjC°Wm%…b|E
\yXT ©#SÄÃÙkŠÕi V"r¯ÛWÛXqÏ°\IŠ‰=TX  ¼^
ÀM°SÄÚ cÀ-XTÙ®q\ÈOIV‰=×1År¯{XqÛ #ŒÙjŠÄ1ÀMÁ
°SÄc°šVl
stan berada
§ª¬¨ #nm°-Õ¼° C°% |ESů Ø.Wc W% ž°O°5TÀj C°% |ESÄÃÕiV" WÛÏ°ŠTX  ¼^Ú À-Ù ÈOV ×1Å{Xq Œ Ä1Á°šVl

 ‘Dia memasukkan malam ke dalam siang dan Dia memasukkan siang 171
 ke dalam malam. Dan menyuruh matahari dan bulan masing-masing
menempati jalan tempuhannya hingga masa tertentu. Demikianlah Allah
 
Tuhan-mu, kepunyaan Dia-lah kerajaan, dan mereka yang kamu panggil 171
 selain Allah, mereka tidak memiliki apa-apa walau sebesar qithmir pun.’
mesta, tidak
(S.35 Al-Fathir:14)15
at lain yang
han mereka.

Œ
Dia telah menciptakan seluruh langit dan bumi sesuai dengan tuntutan hikmah
kebijaksanaan. Dia meliputkan malam ke atas siang dan Dia meliputkan siang
mÙIVf ke atas malam dan Dia menundukkan matahari dan bulan, masing-masing
menempuh jalan peredaran hingga suatu masa yang tertetap. Ingatlah hanya
ng dapat Dia-lah yang Maha Perkasa, Maha Pengampun.’ (S.39 Az-Zumar:6)16
dan bulan
lanannya
njelaskan
han-mu.’
P engungkapan Al-Quran yang mentakjubkan lainnya yang perlu
mendapat perhatian kita adalah yang berkaitan dengan gerak
khusus dari matahari yang tidak ada disebutkan di tempat lainnya.
Ayat 39 dari surah Yasin menyatakan:

2VU

#\BU
337

ang dan
an untuk
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III Ahmad
II
III
IV


‘Matahari beredar terus (secara konstan) ke arah tujuan yang telah ditetapkan
baginya. Itulah takdir Tuhan Yang Maha Perkasa, Maha Mengetahui.’ (S.36
Yasin:39) 17

Ayat ini jelas berbicara tentang adanya sebuah titik di angkasa


yang nantinya merupakan posisi terakhir matahari. Meskipun dalam
ayat ini hanya menyebut matahari namun pada ayat-ayat berikutnya
menggambarkan ikatan benda-benda langit lainnya pada gerakan dari
matahari menurut arah gerakan yang spesifik juga:

‘Matahari beredar terus (secara konstan) ke arah tujuan yang telah ditetapkan
baginya. Itulah takdir Tuhan Yang Maha Perkasa, Maha Mengetahui.’ (S.36
Yasin:39) 17

‘Bagi bulan telah Kami tetapkan tingkat-tingkat sehingga ia kembali lagi


menjadi bagaikan pelepah tua lagi kering sebatang pohon palma. Matahari
tidak berkuasa menyusul bulan dan tidak pula malam mendahului siang.
(S.36 Yasin:40-41)18

Jika hanya matahari saja yang bergerak dengan arah yang spesifik
maka ayat berikutnya itu tidak akan menyatakan bahwa matahari
dan bulan masing-masing menjaga jarak di antara keduanya sehingga
mereka tidak akan bisa menyusul atau menjauh satu dari yang lain,
sebagai suatu takdir sampai pada suatu masa yang telah ditetapkan.
Dari ayat ini jelas dikemukakan bahwa ke arah mana pun matahari
bergerak, bulan juga akan ikut bergerak.

338
Al-Bayyinah:
Konsep Ketuhanan Suku-SukuPrinsip
PengenalanSudut
BangsaKebenaran
dengan
Aliran
Al-Quran AgamaYang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Masalah Agama
Filsafat
Agama
Pandangdan
Agama
Aborigin
Individu dan Nyata,
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Kosmologi
Zoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
di
Agama
Australia
Tao
Masyarakat
Wahyu
Iman Ilahi
Kepada dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu Ghaib"
Wahyu
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

Namun masalahnya tidak terbatas pada matahari dan bulan


saja. Semua benda-benda langit dinyatakan dalam Al-Quran sebagai
melayang tanpa suara. Di samping itu terdapat pula ayat-ayat Al-
Quran yang menggambarkan kalau benda-benda langit tersebut
terikat bersama oleh suatu pertalian yang tidak kelihatan. Karena itu
jika salah satu keluar dari lingkar orbitnya dan geraknya yang bersifat
elips, maka semua benda-benda langit lainnya akan bergerak bersama
untuk menjaga keseimbangan bersama.

‘Dia-lah yang telah menciptakan malam dan siang, dan matahari serta bulan,
masing-masing beredar pada garis peredarannya.’ (S.21 Al-Anbiya:34)19

‘Matahari tidak berkuasa menyusul bulan dan tidak pula malam mendahului
siang. Dan semua itu terus beredar dengan lancarnya pada tempat
peredarannya.’ (S.36 Yasin:41)20

Ini adalah gaya Al-Quran yang unik untuk mengindikasikan


gerakan bumi pada aksisnya. Manusia di zaman ketika wahyu ini turun
belum bisa menangkap maknanya secara jelas. Kalau gunung-gunung
dikatakan bergerak maka bumi juga ikut bergerak bersamaan, namun
bukan makna ini yang ditangkap oleh manusia di zaman tersebut.
Mereka juga belum bisa menangkap ide yaitu jika matahari bergerak
ke arah yang tertentu maka keseluruhan alam juga bergerak bersamaan
menuju arah yang sama. Visi tentang alam semesta yang melayang di
angkasa kemungkinan masih merupakan ide yang belum bisa dicerna
sepenuhnya oleh para ilmuwan kontemporer sekarang ini. Padahal
dari implikasi uraian Al-Quran secara mendalam terlihat kalau alam
semesta ini sedang bergerak ke suatu titik di angkasa. Jika implikasi
ini benar adanya maka tidak ada pilihan lain selain membayangkan

339
§­©¨ |ESÀUWԁRd Q VÙ r¯Û ##ÅXT  ®qSM‰@ À¯\y Ä#ÙkŠ YXT Wm\-V Ù [®qÕiÉ" DU RNP ³©ÖWAWc À‡Õ-…‘ Y
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III Ahmad
II
III
IV
‘Matahari tidak berkuasa menyusul bulan dan tidak pula malam mendahului siang. D
semua itu terus beredar dengan lancarnya pada tempat peredarannya.’ (S.36 Yasin:4
20

bahwa keseluruhan 180 milyar atau lebih galaksi yang ada, dimana
Ini adalah gaya Al-Quran yang unik untuk mengindikasikan gerakan bumi
sistem planet kita hanya merupakan sebuah titik kecil, bergerak
aksisnya. Manusia di zaman ketika wahyu ini turun belum bisa menangkap makn
bersama
secara jelas. matahari menuju suatu arah
Kalau gunung-gunung yang telah
dikatakan ditetapkan.
bergerak maka bumi juga ikut ber

S
bersamaan, ebagaimana telah kami kemukakan pada tempat lain manusia
namun bukan makna ini yang ditangkap oleh di bab ini, di zaman ters
Mereka juga belum bisa menangkap ide yaitu jika matahari bergerak ke arah yang ter
ada kemungkinan
maka keseluruhan alam juga terdapat
bergerak sebuah Lubangmenuju
bersamaan Hitamarahyangyang
luar sama.
biasa Visi tentang
besarnya
semesta yangyang bisa menyedot
melayang di angkasa masuk keseluruhan
kemungkinan massamerupakan
masih alam semesta ide yang belum
dicerna sepenuhnya oleh
ke dalam singularitasnya. para ilmuwan kontemporer sekarang ini. Padahal dari imp
uraian Al- Quran secara mendalam terlihat kalau alam semesta ini sedang bergerak ke
Jika demikian
titik di angkasa. adanya maka
Jika implikasi bisa disimpulkan
ini benar adanya maka bahwatidakmenurut
ada pilihan lain
skenario sebagaimana
membayangkan dikemukakan
bahwa keseluruhan 180kitab suciatau
milyar Al-Quran, alam semesta
lebih galaksi yang ada, dimana s
planet
ini kita hanya merupakan
sebenarnya sederhana saja sebuah titikPada
adanya. kecil,saat
bergerak
terjadi bersama
Ledakan matahari
Besar menuju
arah yang telah ditetapkan.
(the Big Bang), alam berkembang dengan kepesatan hampir secepat

S cahaya. Pada akhirnya alam ini kembali akan terhisap masuk ke dalam
lembah
ebagaimanasangattelah
dalamkamiyangkemukakan
disebut sebagai padaLubang
tempatHitam.
Kalau yang dimaksud adalah Lubang Hitam alam semesta yang
lain di bab ini, ada kemung

terdapat
tunggal sebuah
maka Lubang
pandangan Hitam yang luar pada
itu didasarkan biasateori
besarnya
the Big yang
Bang bisa
yang menyedot m
keseluruhan massa alam semesta ke dalam singularitasnya.
ditopang oleh pandangan Al-Quran. Memang ada beberapa ilmuwan
Jika demikian adanya maka bisa disimpulkan bahwa menurut skenario sebagai
yang mengemukakan
dikemukakan pandanganalam
kitab suci Al-Quran, tentang alam ini
semesta semesta yang bersifat
sebenarnya sederhana saja ad
Padaterbuka.
saat terjadi Ledakan Besar (the Big Bang),
Mereka beranggapan kalau alam ini akan berkembang terus kepesatan ha
alam berkembang dengan
secepat cahaya. Pada akhirnya alam ini kembali akan terhisap masuk ke dalam le
selama-lamanya
sangat sampaisebagai
dalam yang disebut dimensiLubang
ruang Hitam.
dan waktu menjadi demikian
tipisKalau
dan jarang serta berada
yang dimaksud melampaui
adalah Lubangtarikan
Hitam gaya
alamgravitasi
semestadari yang tunggal
pandangan itu didasarkan pada teori the Big Bang
pusat alam. Skenario seperti itu tidak menyisakan kemungkinanyang ditopang oleh pandangan Al-Q
Memang ada beberapa ilmuwan yang mengemukakan pandangan tentang alam sem
yangbagi alamterbuka.
bersifat untuk disusun dan dicipta kembali.
Mereka beranggapan kalau alam Al-Quran
ini akan menolak
berkembang terus se
gagasan
lamanya konsep
sampai terbuka
dimensi ruangtersebut.
dan waktuJelas menjadi
sudah kalau alam ini
demikian meletup
tipis dan jarang serta b
melampaui tarikan gaya gravitasi dari pusat alam. Skenario
dari keadaan singularitas dan akan kembali lagi kepada singularitas seperti itu tidak menyi
kemungkinan bagi alam untuk disusun dan dicipta kembali. Al-Quran menolak ga
berikutnya.
konsep Ketauhidan
terbuka tersebut. JelasIlahi
sudah berikut letupan
kalau alam daya ciptanya
ini meletup dan singularita
dari keadaan
akanberpalingnya
kembali lagi ciptaan kembali kepada
kepada singularitas Ketauhidan
berikutnya. Ketauhidan Ilahi,Ilahi
secara
berikut letupan
ciptanya dan berpalingnya ciptaan
gamblang sekali dinyatakan dalam ayat: kembali kepada Ketauhidan Ilahi, secara gamblang
dinyatakan dalam ayat:
WDSÄȦBšXq °OÙkV¯ 5¯ XT Ž 5¯
‘. . . Sesungguhnya kami kepunyaan Allah dan sesungguhnya kepada-Nya kami ak
‘... Sesungguhnya kami kepunyaan Allah dan sesungguhnya kepada-Nya
kembali.’ (S.2 Al-Baqarah:157) 21
kami akan kembali.’ (S.2 Al-Baqarah:157)21
 

340
Al-Bayyinah:
Konsep Ketuhanan Suku-SukuPrinsip
PengenalanSudut
BangsaKebenaran
dengan
Aliran
Al-Quran AgamaYang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Masalah Agama
Filsafat
Agama
Pandangdan
Agama
Aborigin
Individu dan Nyata,
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Kosmologi
Zoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
di
Agama
Australia
Tao
Masyarakat
Wahyu
Iman Ilahi
Kepada dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu Ghaib"
Wahyu
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

Catatan:
a. Teori tentang penciptaan alam semesta dalam bentuk Big Bang
(Ledakan Besar) didasarkan pada hasil perumusan, bahwa pada
awalnya semua bermula dari massa dalam suatu status primordial
yang terkempa kuat sekali serta amat panas lalu kemudian meledak
sehingga densitas dan temperaturnya turun. Diperkirakan terjadi
sekitar 10 milyar tahun yang lalu dan pendinginan baru terjadi
setelah 1 milyar tahun untuk memungkinkan terbentuknya
atom-atom seperti hidrogen, lithium, helium dan lain-lain.
Teori ini dikembangkan Alexander Friedmann dan Abbe
Georges Lemaitre pada tahun 1920-an. Adapun Edwin Powell
Hubble yang mengembangkan teori tentang alam semesta yang
berekspansi terus menerus. (Penterjemah)
b. Lubang Hitam dalam astrofisika dianggap sebagai suatu objek
hipotetik dengan gaya berat (gravitasi) demikian besar sehingga
tidak ada satu materi pun, termasuk cahaya, yang dapat
melepaskan diri daripadanya. Eksistensi objek tersebut hanya
dapat diketahui dari medan gravitasinya. Suatu Lubang Hitam
selalu berada dalam peluruhan gravitasi dimana kerapatan
materi terus meningkat sehingga terbentuk semacam singularitas
yang meruntuhkan semua kaidah hukum alam yang berlaku.
Adanya Lubang Hitam hanya dapat ditunjukkan melalui efek-
efek khusus yang terjadi di luar berkas sinar tertentu (cakrawala
pengamatan = event horizon). (Penterjemah)

Referensi
1. Terjemahan 51:48 oleh penulis.
2. Terjemahan 21:31 oleh penulis.
3. Lane, E. W. (1984) Arabic-English Lexicon, Islamic Text Soiciety,
William & Norgate, Cambridge.

341
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III Ahmad
II
III
IV

4. Space Telescope science Institute (1997), Press release no. STScI-


PR97-01, Baltimore, Maryland, USA.
5. Ronan, C. A. (1991), The Natural History of the Universe,
Transworld Publishers Ltd., London.
6. BReader’s Digest Universal Dictionary (1987), The Reader’s
Digest Association Limited, London.
7. Terjemahaan 21:195 oleh penulis.
8. Terjemahan 27:89 oleh penulis.
9. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.
10. Terjemahaan 21:32 oleh penulis
11. Terjemahaan 16:16 oleh penulis.
12. Terjemahaan 21:34 oleh penulis.
13. Terjemahaan 13:3 oleh penulis.
14. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.
15. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.
16. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.
17. Terjemahan 36:39 oleh penulis.
18. Terjemahaan 36:39-41 oleh penulis
19. Terjemahaan 21:34 oleh penulis
20. Terjemahaan 36:41 oleh penulis
21. Terjemahaan 2:157 oleh penulis.

342
Al-Bayyinah:
Konsep Ketuhanan Suku-SukuPrinsip
PengenalanSudut
BangsaKebenaran
dengan
Aliran
Al-Quran AgamaYang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Masalah Agama
Filsafat
Agama
Pandangdan
Agama
Aborigin
Individu dan Nyata,
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Kosmologi
Zoroaster
Buddha
Sekulerisme
Konghucu
di
Agama
Australia
Tao
Masyarakat
Wahyu
Iman Ilahi
Kepada dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu Ghaib"
Wahyu
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran
Plat 1. Tenggelamnya Alam Semesta

ª È*ÁÚ ° ©G#ªH¦D ¨EqV¼ XÄ\-‚ s©SÕ¼W5 W3×SWc

“Pada
"Pada hari hari
ketikaketika langitKami
langit akan akangulung,
Kamiseperti
gulung, seperti
tergulungnya
tergulungnya lembaran-lembaran tulisan
lembaran-lembaran tulisan naskah... (21:105)
naskah… (21:105)

Tenggelammnya Alam Semesta

343

  175

pasti akan Kami laksanakan” (21:105)

Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III Ahmad
II
III
IV

Plat 2. Kemunculan Kembali Alam Semesta


 Õ œÈPÀik°È}5 Ú \\ W$‰TU W5Ú \iW ¨E©Gª\-[

"..... Sebagaimana telah Kami memulai penciptaan untuk pertama


“….Sebagaimana telah Kami memulai penciptaan untuk
kali dan Kami mengulanginya. Sesungguhnya hal itu pasti akan kami
pertama kali dan Kami mengulanginya..Sesungguhnya hal itu
laksanakan" (21:105)
pasti akan Kami laksanakan” (21:105)

  176

Kemunculan Kembali Alam Semesta

344
Al-Bayyinah:
Konsep Ketuhanan Entropi
Suku-SukuPrinsip
Pengenalan
dan Sudut
BangsaKebenaran
dengan
Aliran
Keterbatasan
Al-Quran
Individu AgamaYang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Masalah Agama
Filsafat
Agama
Pandangdan
Agama
Aborigin
danAlam Nyata,
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Kosmologi
Zoroaster
Buddha
Semesta
Sekulerisme
Konghucu
di
Agama
Australia
Tao
Masyarakat
Wahyu
Iman Ilahi
Kepada dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu Ghaib"
Wahyu
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

ENTROPI DAN KETERBATASAN


ALAM SEMESTA

T elah digambarkan di depan bagaimana keseluruhan alam semesta


pada saatnya akan terseret masuk ke dalam sebuah Lubang Hitam,
selanjutnya meledak kembali keluar sebagai Ledakan Besar (Big Bang)
berikutnya, sambil melepaskan semua massa yang terperangkap di
dalamnya. Pembaca kemungkinan akan keliru mengambil kesimpulan
bahwa alam yang muncul dan menghilang secara periodik tersebut
akan selamanya kekal selamanya. Bahasan berikut akan menjernihkan
kesalah-pahaman yang mungkin muncul tentang alam yang tanpa
akhir itu.
Secara matematis dapat dibuktikan kalau alam yang kita huni ini
tidak mungkin bersifat kekal terkait dengan masa lalunya dan tidak
mungkin abadi terkait dengan masa depannya. Guna menjelaskan
bahasan ini kita memerlukan definisi ilmiah yang disebut sebagai
‘entropi.’ Entropi mengandung makna, alam material ini dalam bentuk
apa pun eksistensinya, secara berkesinambungan akan kehilangan
sebagian dari massanya dalam bentuk enerji yang menghilang yang
tak mungkin dipulihkan kembali.
Bila hidrogen dibakar dalam sebuah tabung yang penuh oksigen
dengan cara menyemprotkan hidrogen menyala ke dalamnya, maka
ia hanya akan terbakar selama oksigen masih ada. Apa yang tertinggal
dari proses itu adalah air. Ketika reaksi kimia ini berlangsung,
terjadilah pelepasan enerji. Guna mengkonversi air agar kembali

345
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III Ahmad
II
III
IV

menjadi hidrogen dan oksigen, hanya mungkin jika jumlah enerji yang
dilepas saat sintesa air tersebut dipasok kembali untuk memisahkan
komponen air yaitu oksigen dan hidrogen tadi.
Dalam kasus tersebut tidak terjadi adanya kehilangan enerji
yang bersifat permanen. Bukan ini yang dimaksud dengan kehilangan
enerji melalui proses entropi. Singkat kata, setiap reaksi kimiawi
akan melepas atau menyerap enerji, yakni setiap pertukaran enerji
seperti itu tidak akan menghasilkan buangan yang bersifat permanen.
Namun di samping itu ada semacam kehilangan enerji yang bersifat
konstan dan tidak bisa diubah. Kejadiannya tidak berkaitan dengan
reaksi kimiawi biasa. Daripada masuk ke dalam suatu kompleksitas
ilmiah yang rumit tentang bagaimana hal ini bisa terjadi, pembaca
disarankan untuk memvisualisasikan suatu benda panas yang secara
berangsur suhunya mendingin. Jika benda itu menjadi sama dingin
dengan suhu di sekelilingnya maka dikatakan telah mencapai suatu
ekuilibrium. Arus hangat dari benda yang panas kepada atmosfir yang
dingin tidak akan berbalik arahnya. Selalu suhu panas yang mengalir
ke arah dingin. Ketika keseluruhan panas dari alam semesta telah habis
dan telah mencapai titik ekuilibrium, tidak akan ada lagi pertukaran
panas yang dimungkinkan dan tidak akan ada lagi reaksi kimiawi yang
bisa terjadi. Keadaan inilah yang oleh para ilmuwan dikatakan sebagai
‘kematian kehangatan’ (heat death) dari alam semesta.
Quantum dari enerji alam yang dikonsumsi akan terus meningkat
sedangkan quantum dari enerji yang bisa dibakar di alam semesta
akan terus menurun. Dengan demikian akan tiba suatu masa nanti,
meski mungkin masih lama sekali, ketika seluruh alam semesta akan
terbenam dalam keadaan inertia (lembam) yang tidak bisa dipulihkan
kembali kepada bentuk material semula. Tidak ada tindakan yang bisa
diambil, tidak akan ada reaksi yang mungkin timbul. Nama lainnya
adalah kematian mutlak atau ketiadaan.
Bagaimana gambaran ide dari kehilangan enerji dalam bilangan
yang sangat kecil itu, pembaca perlu mengetahui bahwa para ilmuwan

346
Al-Bayyinah:
Konsep Ketuhanan Entropi
Suku-SukuPrinsip
Pengenalan
dan Sudut
BangsaKebenaran
dengan
Aliran
Keterbatasan
Al-Quran
Individu AgamaYang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Masalah Agama
Filsafat
Agama
Pandangdan
Agama
Aborigin
danAlam Nyata,
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Kosmologi
Zoroaster
Buddha
Semesta
Sekulerisme
Konghucu
di
Agama
Australia
Tao
Masyarakat
Wahyu
Iman Ilahi
Kepada dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu Ghaib"
Wahyu
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

pun harus menghitungnya dengan rumus matematika yang amat


rumit. Bagi mereka keseluruhan alam semesta ini praktis hampir
sama bobot dan massanya sebagaimana keadaannya 20 milyar tahun
yang lalu. Enerji yang lepas hanya bisa dihitung relatif terhadap suhu
alam semesta yang nilainya hanya sebesar 4 OK pada saat ini. Dengan
demikian enerji yang mengalir ke arah suhu terendah tersebut akan
menghilang dan menjadi bagian dari suhu tersebut yang tidak akan bisa
lagi diangkat ke tingkat yang lebih tinggi. Sulit untuk bisa memahami
istilah-istilah matematikanya, namun yang bisa dipastikan ialah alam
semesta ini secara konstan kehilangan atau meluruh sesuatu yang tidak
bisa didaur ulang. Apa yang hilang itu tidak mungkin ditambahkan
kembali kepada massa alam semesta.

K iranya sudah cukup jelas pengertian entropi yang dimaksud dalam


buku ini. Sekarang kami akan mengingatkan pembaca kepada
kesimpulan akhir dari kejadian tersebut. Sebelum difahami masalah
entropi, mayoritas para ilmuwan meyakini bahwa tidak diperlukan
adanya sosok Pencipta karena semua bentuk eksistensi akan terus
eksis secara kekal. Sekarang adanya pemahaman tentang entropi telah
mengubah sudut pandang sekurang-kurangnya sebagian dari anggota
komunitas ilmuwan tersebut. Sebagian lain berusaha menghindar dari
problem ini. Kekekalan bisa dilihat berdasar hubungannya dengan
posisi pada masa lalu sebagaimana juga dengan posisi di masa depan.
Para ilmuwan yang menganggap matter (zat) sebagai bersifat kekal,
menganggapnya kekal dibanding masa lalu mau pun masa depan.
Berarti jika kita menengok ke belakang, tidak ada satu titik yang bisa
dianggap sebagai awal dari segala sesuatu yang ada sekarang. Kekekalan
tidak memiliki awal dan tidak juga akhir.
Dengan ditemukannya prinsip entropi maka dongeng ilmiah
tentang kekekalan matter (zat) telah buyar dengan sendirinya. Karena
pengaruh atau efek entropi, maka alam semesta akan kehilangan
sebagian massa-nya secara terus menerus. Secara logika, semestinya

347
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III Ahmad
II
III
IV

alam semesta ini menjadi punah atau tidak eksis lagi setelah suatu
waktu, walau mungkin pada titik waktu yang jauh sekali di masa
depan. Dari titik mana pun jika kita melihat ke belakang, kekekalan
terlihat sebagai tanpa akhir sebagaimana juga kalau dilihat dari titik
waktu lainnya. Dengan kata lain, kekekalan tidak mungkin dipatok
pada suatu titik waktu di luar mana hal ini tidak eksis. Orang bisa saja
membayangkan dirinya mencoba mematok kekekalan ke titik waktu
pada masa lalu. Meski ia berkendara ke masa lalu dengan kendaraan
berkecepatan cahaya selama bertriliun-triliun tahun, ia tidak akan
pernah menemukan ujung awalnya. Jika ia merasa menemukan,
yakinlah ia telah salah jalan karena bukan kekekalan yang ia sedang
coba mematok.
Sekarang bayangkan lagi yang bersangkutan sedang berjalan
ke masa lalu untuk mencari awal dari alam semesta. Jika ia
menemukannya maka kekekalan akan merebutnya dari tangannya
dan mengembalikannya lagi ke jalur tanpa akhir. Suatu ide yang sulit
membayangkannya namun secara realitas sebenarnya sederhana dan
mudah dimengerti. Kalau pengelana waktu hipotetik itu menemukan
jejak alam semesta, ia tentunya akan bertanya dalam dirinya sendiri
mengapa alam ini belum meluruh habis sebelum ia menemukannya.
Pengelana bisa melihat bahwa pada titik tersebut, entropi punya cukup
waktu untuk menelan alam semesta dalam jumlah tidak terbatas.
Bayangkan sebuah bentuk yang amat kolosal yang demikian
besar sehingga bisa mengakomodasi tahapan waktu dalam jumlah
tak terbilang dan cobalah mengisi kekekalan dengan bentuk tersebut.
Tetap saja bentuk itu akan ada akhir atau ujungnya sedangkan
kekekalan tidak demikian. Misalnya pun proses entropi memerlukan
masa selama satu triliun tahun pangkat satu triliun sampai datangnya
‘kematian kehangatan’ alam semesta, tetap saja ada ujungnya. Sekarang
beralih dari peninjauan ke belakang, mari kita kembali ke masa kini
dan bertanya mengapa alam semesta ini eksis di sekitar kita pada saat

348
Al-Bayyinah:
Konsep Ketuhanan Entropi
Suku-SukuPrinsip
Pengenalan
dan Sudut
BangsaKebenaran
dengan
Aliran
Keterbatasan
Al-Quran
Individu AgamaYang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Masalah Agama
Filsafat
Agama
Pandangdan
Agama
Aborigin
danAlam Nyata,
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Kosmologi
Zoroaster
Buddha
Semesta
Sekulerisme
Konghucu
di
Agama
Australia
Tao
Masyarakat
Wahyu
Iman Ilahi
Kepada dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu Ghaib"
Wahyu
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

kini? Bukankah mestinya sudah musnah sama sekali dihancurkan


oleh entropi karena tidak bisa menghindar dari deteksi ketika sedang
mundur ke masa lalu?
Namun ada suatu hal yang patut menjadi perhatian. Semula
tadinya para ilmuwan teoritis menganggap kalau proton itu tidak
mempunyai umur atau bersifat kekal, sekarang ini mereka telah sepakat
bahwa ternyata proton mempunyai juga batas umur yang tidak bisa
dilewatinya. Apakah umurnya tersebut adalah 1032 atau 1034 bukanlah
suatu hal yang material, tidak perduli juga umurnya menjadi 100.000
pangkat 100.000, jika merupakan benda ciptaan, pasti ada akhir
umurnya. Kalau saja proton ini tidak pernah diciptakan dan memang
sudah ada secara kekal, maka entropi sudah memunahkannya sekian
tahun tak terbilang pada masa lalu.
Kemubaziran atau keluruhan dan kekekalan tidak mungkin
berdampingan. Setiap hal yang bisa mubazir atau luruh pasti ada
akhirnya. Namun nyatanya kita, penulis buku ini dan para pembacanya,
berada di sini pada saat ini. Alam semesta yang melahirkan kita tidak
mungkin menempati posisi ini bersamaan dengan semua bentuk
eksistensi tak bernyawa jika memang bersifat kekal.
Sebagian orang dibingungkan oleh hal ini, padahal sebenarnya
merupakan persamaan matematika yang sederhana saja. Suatu bentuk
yang bisa membusuk tidak mungkin bersifat kekal. Jika bentuk itu
kekal adanya maka tak mungkin ia membusuk. Pilihan yang tersisa
hanyalah mempercayai adanya Pencipta Abadi yang tidak terpengaruh
oleh entropi atau pun pembusukan. Ajaibnya hal ini merupakan
konklusi tak terelakkan yang ditarik oleh Aristoteles 2.400 tahun
yang lalu sebelum masa kita. Konklusi itu tetap valid sekarang ini
sebagaimana juga pada waktu itu.
Untuk lebih jelasnya, mari kita kembali kepada skenario, yakni
Big Bang secara terus menerus melahirkan alam semesta baru setelah

349
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III Ahmad
II
III
IV

terlebih dahulu menelan alam sebelumnya. Yang patut diperhatikan


ialah: setiap kali suatu lubang hitam raksasa menyedot masuk alam
semesta ke dalam lembahnya, yang tidak bisa dipulihkannya adalah
quantum enerji yang telah dibuang keluar sirkulasi oleh entropi sebelum
terjadinya peristiwa besar itu. Jadi pada waktu alam kembali meletup
keluar maka jumlah massanya tidak akan sama dengan saat ditelan
masuk. Kekuatan dahsyat yang bergerak di Cakrawala Pengamatan
akan mengakselerasi tingkat pelepasan karena entropi dalam proporsi
yang sama. Dengan demikian maka massa yang muncul dari cakrawala
pengamatan sebagai hari baru dalam penciptaan alam semesta, jelas
bobotnya lebih kecil dibanding sebelum alam tersebut tenggelam
ke dalam lubang hitam. Bagian dari massa yang dimusnahkan oleh
entropi akan selamanya hilang. Karena itu pada saat alam baru muncul
maka massanya pasti lebih kecil dibanding alam sebelumnya. Jelas
kalau fenomena ini tidak mungkin berlangsung tidak berkeputusan.
Ada saatnya alam semesta nantinya akan sedemikian kecil sehingga
tidak tersedia cukup banyak massa guna memungkinkan terciptanya
lubang hitam berikutnya.
Apakah sekelumit yang tersisa itu jadinya akan eksis secara kekal?
Jawabannya jelas tidak! Apa pun yang tersisa pada akhirnya akan
dihabiskan oleh entropi. Hal seperti itu akan terjadi karena jika tidak
ada sosok Pencipta maka tidak akan ada awal dari alam semesta yang
bisa divisualisasikan. Jika memang tidak ada awalnya, tentunya hal itu
bisa dianggap bersifat kekal. Namun faktor-faktor yang dikemukakan
di atas pasti telah menihilkannya sama sekali sebelum saat itu.
Setiap benda yang bersifat terbatas pasti mempunyai akhir, untuk
kemudian lenyap ke sumur ketiadaan tanpa dasar. Jika demikian
adanya maka tidak ada justifikasi bagi eksistensi apa pun yang ada
sekarang. Bagaimana mungkin kita menghindari tangan entropi yang
tidak mengecualikan siapa pun? Kalau sudah dinihilkan, bagaimana
mungkin muncul kembali dari ketiadaan tanpa batas? Hanya Pencipta

350
Al-Bayyinah:
Konsep Ketuhanan Entropi
Suku-SukuPrinsip
Pengenalan
dan Sudut
BangsaKebenaran
dengan
Aliran
Keterbatasan
Al-Quran
Individu AgamaYang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Masalah Agama
Filsafat
Agama
Pandangdan
Agama
Aborigin
danAlam Nyata,
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Kosmologi
Zoroaster
Buddha
Semesta
Sekulerisme
Konghucu
di
Agama
Australia
Tao
Masyarakat
Wahyu
Iman Ilahi
Kepada dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu Ghaib"
Wahyu
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

Yang Maha Kekal saja yang tidak mungkin tersentuh oleh entropi.
Bentuk eksistensi-Nya pasti berbeda sama sekali dari segala sesuatu
yang diciptakan atau akan diciptakan-Nya. Bila ada yang menganggap
bahwa Dia menciptakan sesuatu yang sama dengan Wujud-Nya maka
eksistensi substansial-Nya tidak lagi bisa dikatakan kekal. Karena itu
jika kita berbicara tentang Lubang Hitam atau Entropi, kita sedang
berbicara tentang ciptaan dan bukan tentang Pencipta. Apa pun yang
diciptakan tidak mungkin mencipta sang Pencipta. Dia adalah Kausa
Awal dari segala ciptaan yang terbatas.
Kejadian meledaknya Lubang Hitam menjadi bentuk alam
semesta baru, harus melalui skenario yang disebut sebagai alam
‘tertutup.’ Menurut hal ini, alam semesta dikatakan berkembang
terus bukannya tanpa batas tetapi sampai pada suatu saat dimana
daya sentrifugal yang melempar menebar ke luar alam semesta ini
digantikan oleh tarikan gravitasi sentripetal yang jauh lebih kuat.
Para ilmuwan yang menolak skenario alam ‘tertutup’ ini
meyakini bentuk alam yang ‘terbuka’ yakni dikatakan alam akan terus
berkembang sampai tebarannya demikian tipis untuk bisa ditarik
oleh suatu daya gravitasi sentral. Keadaan demikian akan menyadap
konsentrasi enerji per unit alam sampai kepada suatu titik dimana tidak
dimungkinkan lagi terjadinya Lubang Hitam berikutnya. Walaupun
katakanlah yang diterima adalah imaji alam yang ‘terbuka’ demikian,
tetapi per
nsentrasi enerji entropi
unittetap
alam sajasampai
tidak bisa diabaikan.
kepada suatuBetapa tipisnya pun
titik dimana tidak dimung
jadinya Lubang
tebaranHitam berikutnya.
alam semesta jadinyaWalaupun
dan betapa katakanlah
pun lamanya yangwaktuditerima
yang adalah
ng ‘terbuka’diperlukan,
demikian, tetapi entropi tetap saja tidak bisa
pada akhirnya entropi juga yang akan menang karenadiabaikan. Betapa ti
baran alamsetiap
semesta jadinya
benda yang eksis dan betapa pun
tetap dipengaruhi olehlamanya waktu
entropi. Jadi, yang diperlu
bentuk
hirnya entropi jugaalam
apa pun yang
itu akan
jadinya,menang karena atau
apakah ‘terbuka’ setiap benda tetap
‘tertutup,’ yangsaja
eksis tetap d
h entropi. Jadi, bentuk apa pun alam itu jadinya, apakah ‘terbuka’ atau ‘tert
tidak akan bersifat kekal. Demikian juga yang dinyatakan Al-Quran:
a tidak akan bersifat kekal. Demikian juga yang dinyatakan Al-Quran:

¨º×q)]XT ¦9šXS›\-‚ ÀÌc°iW


‘Dia-lah (kausa awal) yang menjadikan langit dan bumi . . .’ (S.2 AlBaqarah:118
351 kecuali
Segala sesuatu yang berawal daripada-Nya pasti akan berakhir,
a sendiri.
r Å
§«°¨ °4WmÙ0_XT ©#›Q SIÙ TÉl \¯PXq ÈOÕBXT rV×WcXT §«¯¨ DVÙ SM×nQ WÆ ÕCW% #
konsentrasi enerji per unit alam sampai kepada suatu titik dimana tidak dimungkinkan la
terjadinya Lubang Hitam berikutnya. Walaupun katakanlah yang diterima adalah imaji alam
yang ‘terbuka’ demikian, tetapi entropi tetap saja tidak bisa diabaikan. Betapa tipisnya pu
tebaran alam semesta jadinya dan betapa pun lamanya waktu yang diperlukan, pad
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1II
I
II
III
IV Ahmad
akhirnya entropi juga yang akan menang karena setiap benda yang eksis tetap dipengaruh
oleh entropi. Jadi, bentuk apa pun alam itu jadinya, apakah ‘terbuka’ atau ‘tertutup,’ teta
saja tidak akan bersifat kekal. Demikian juga yang dinyatakan Al-Quran:

¨º×q)]yang
‘Dia-lah (kausa awal) ›\-‚ ÀÌc°iW langit dan bumi...’ (S.2
XT ¦9šXSmenjadikan
AlBaqarah:118)1
‘Dia-lah (kausa awal) yang menjadikan langit dan bumi . . .’ (S.2 AlBaqarah:118) 1
Segala sesuatu yang berawal daripada-Nya pasti akan berakhir,
Segala
kecualisesuatu yang sendiri.
Wujud-Nya berawal daripada-Nya pasti akan berakhir, kecuali Wujud-
Nya sendiri.
r Å
§«°¨ °4WmÙ0_XT ©#›Q SIÙ TÉl \¯PXq ÈOÕBXT rV×WcXT §«¯¨ DVÙ SM×nQ WÆ ÕCW% #
sesuatu
‘Segala‘Segala yang yang
sesuatu ada ada
di atas bumi
di atas ini ini
bumi akan binasa.
akan binasa.Dan
Danyang
yangakan
akan tetap kekal
hanyalah wujud Tuhan engkau, Pemilik segala kemegahan dan kemuliaan.’
tetap kekal hanyalah wujud Tuhan engkau, Pemilik segala kemegahan dan (S.55 Ar-
Rahman:27-28)
kemuliaan.’ 2(S.55 Ar-Rahman:27-28) 2

Dilema Entropi dibanding eksistensi alam semesta ini hanya bisa diatasi denga
Dilema Entropi dibanding eksistensi alam semesta ini hanya bisa
solusi yang ditawarkan Al-Quran 14 abad yang silam. Masalahnya bukan semata hany
tentang diatasi dengan solusi
alam semesta yang ditawarkan
yang berulang muncul Al-Quran
diciptakan14dari
abadapayang
yangsilam.
tersisa dari alam
sebelumnya. Setiap bukan
Masalahnya kali alam
sematadiciptakan baru oleh
hanya tentang alamPencipta yangberulang
semesta yang sama, Dia juga aka
mengakhirinya setelah selesai dengan takdir yang telah ditetapkan atasnya. Ajaibnya, A
muncul diciptakan dari apa yang tersisa dari alam sebelumnya. Setiap
Quran sudah menyampaikan hal ini di masa ketika pemikiran umat manusia masih sanga
kali Pernyataan
sederhana. alam diciptakansepertibaru
ini oleh
yang Pencipta yang sama,
menggambarkan Dia juga wilayah
bagaimana akan yang tida
dikenal atau
mengakhirinya setelah selesai dengan takdir yang telah ditetapkan Meski tida
ghaib, kemudian ditransformasikan menjadi sesuatu yang dikenal.
diperhatikan dan tidak dihargai selama lebih dari seribu tahun, tiba-tiba semuanya muncu
hidup diatasnya.
tengahAjaibnya, Al-Qurandari
zaman modern sudah
masa menyampaikan
eksplorasi dan hal ini pada masa
penemuan ini, seolah-ola
memangketika
sudahpemikiran umat manusia masih sangat sederhana. Pernyataan
ada dari dulunya.
Hal lain yang
seperti menarik
ini yang perhatian, meski
menggambarkan terdapat demikian
bagaimana wilayah pesat
yang kemajuan
tidak di bidan
ilmu pengetahuan selama beberapa ratus tahun terakhir, ialah sampai dengan awal abad in
dikenalmasih
para ilmuwan atau meyakini
ghaib, kemudian
kekekalan ditransformasikan
atom yang dianggap menjadi sesuatuhancur. Hal in
tak mungkin
yang terus
berlangsung dikenal. Meskikemudian
sampai tidak diperhatikan
para ilmuwan dan tidak dihargai
berhasil selamaatom. Denga
memecah
meledaknya bom nuklir yang pertama maka dongeng lama
lebih dari seribu tahun, tiba-tiba semuanya muncul hidup di tengahtentang kekekalan atom iku
meledak bersamanya. Namun setelah itu sifat destruktibilitas proton masih juga diangga
zamanprobabilitas
hanya sebagai modern dari masa eksplorasi
matematika semata. dan penemuan
Beberapa buktiini, seolah-olah
kecil sudah mulai merembe
keluar dari terowongan
memang sudah eksperimental
ada dari dulunya.bawah tanah yang amat mahal biayanya.
Sekarang ini sedang berlangsung eksperimen yang sangat mahal untuk meneli
Hal lain yang menarik perhatian, meski terdapat demikian pesat
posibilitas keluruhan proton dan hanya masalah waktu saja para ilmuwan aka
kemajuandestruktibilitas
mengumumkan di bidang ilmu danpengetahuan selama beberapa
perkiraan umurnya. Bagaimanaratusproton
tahun meluruh da
apakah luruhan itu bisa didaur-ulang atau tidak, merupakan
terakhir, ialah sampai dengan awal abad ini para ilmuwan masih masalah bagi generasi ilmuwa
masa depan. Dengan demikian maka proton pun tidak kekal sebagaimana perkiraan oran
meyakini kekekalan atom yang dianggap tak mungkin hancur. Hal ini
sebelumnya.
berlangsung
Dalam terusmasalah
Al-Quran, sampai kemudian
ini sudahpara ilmuwan
diputus berhasil
14 abad memecah
silam. Segala sesuatu yan
diciptakan
atom. Dengan meledaknya bom nuklir yang pertama maka dongeng Hanya Tuha
pasti mempunyai jangka waktu umur dan pasti akan berakhir.
semata yang berkuasa mencipta dari ketiadaan dan mengembalikan kepada ketiadaan sega
lama diciptakan-Nya,
sesuatu yang tentang kekekalan atom
bila dan ikutDia
kapan meledak bersamanya. Namun
berkehendak.
Merupakan suatu gaya yang menarik hati bahwa Al-Quran menggunaka
terminologi atau istilah dan ekspresi jauh sebelum waktunya mulai digunakan ole
manusia.352 Dalam dunia modern sekarang ini, semua orang sudah kenal dengan kebiasaa
ilmiah yang menunjukkan waktu kadaluarsa dari berbagai barang yang dihasilkan, dibua
atau disiapkan. Sebagai contoh, saat membangun jembatan, bahkan sebelum saa
pembukaannya, umur jembatan itu telah diperhitungkan oleh para insinyur yan
Al-Bayyinah:
Konsep Ketuhanan Entropi
Suku-SukuPrinsip
Pengenalan
dan Sudut
BangsaKebenaran
dengan
Aliran
Keterbatasan
Al-Quran
Individu AgamaYang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Masalah Agama
Filsafat
Agama
Pandangdan
Agama
Aborigin
danAlam Nyata,
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Kosmologi
Zoroaster
Buddha
Semesta
Sekulerisme
Konghucu
di
Agama
Australia
Tao
Masyarakat
Wahyu
Iman Ilahi
Kepada dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu Ghaib"
Wahyu
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

setelah itu sifat destruktibilitas proton masih juga dianggap hanya


sebagai probabilitas matematika semata. Beberapa bukti kecil sudah
mulai merembes keluar dari terowongan eksperimental bawah tanah
yang amat mahal biayanya.
Sekarang ini sedang berlangsung eksperimen yang sangat mahal
untuk meneliti posibilitas keluruhan proton dan hanya masalah
waktu saja para ilmuwan akan mengumumkan destruktibilitas dan
perkiraan umurnya. Bagaimana proton meluruh dan apakah luruhan
itu bisa didaur-ulang atau tidak, merupakan masalah bagi generasi
ilmuwan masa depan. Dengan demikian maka proton pun tidak kekal
sebagaimana perkiraan orang sebelumnya.
Dalam Al-Quran, masalah ini sudah diputus 14 abad silam.
Segala sesuatu yang diciptakan pasti mempunyai jangka waktu umur
dan pasti akan berakhir. Hanya Tuhan semata yang berkuasa mencipta
dari ketiadaan dan mengembalikan kepada ketiadaan segala sesuatu
yang diciptakan-Nya, bila dan kapan Dia berkehendak.
Merupakan suatu gaya yang menarik hati bahwa Al-Quran
menggunakan terminologi atau istilah dan ekspresi jauh sebelum
waktunya mulai digunakan oleh manusia. Dalam dunia modern
sekarang ini, semua orang sudah kenal dengan kebiasaan ilmiah yang
menunjukkan waktu kadaluarsa dari berbagai barang yang dihasilkan,
dibuat atau disiapkan. Sebagai contoh, saat membangun jembatan,
bahkan sebelum saat pembukaannya, umur jembatan itu telah
diperhitungkan oleh para insinyur yang membangunnya dan bahkan
diukirkan pada tiangnya. Begitu juga dengan mobil, kereta api, jalan
dan segala sesuatu yang berkaitan. Faktanya, segala hal yang digunakan
atau dikonsumsi manusia mempunyai umur yang bisa ditetapkan
secara ilmiah. Sekarang ini bahkan makanan kaleng atau minuman
dalam kotak atau botol dilengkapi dengan tanggal kadaluarsa.
Karena itu bukanlah suatu hal yang ajaib jika kita menganggap
Pencipta alam semesta ini mengetahui segala seluk-beluk dari ciptaan-

353
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III Ahmad
II
III
IV
membangunnya dan bahkan diukirkan pada tiangnya. Begitu juga dengan mobil, kereta api,
jalan dan segala sesuatu yang berkaitan. Faktanya, segala hal yang digunakan atau
Nya. Gaya dan
dikonsumsi istilahmempunyai
manusia yang digunakan
umur yangAl-Quran terasa
bisa ditetapkan demikian
secara segar ini
ilmiah. Sekarang
dan kontemporer. Singkat kata, prinsip keterbatasan yang tidak bisatanggal
bahkan makanan kaleng atau minuman dalam kotak atau botol dilengkapi dengan
kadaluarsa.
dihindariKarena
mengenai keterbatasan
itu bukanlah alamajaib
suatu hal yang semesta
jika kitamenyatakan bahwa alam
menganggap Pencipta
segala sesuatu
semesta yang memiliki
ini mengetahui awal pastidari
segala seluk-beluk jugaciptaan-
akan Nya.
berakhir. Apaistilah
Gaya dan pun yang
yang diciptakan akan meluruh menjadi ketiadaan di akhirnya. Awalprinsip
digunakan Al-Quran terasa demikian segar dan kontemporer. Singkat kata,
keterbatasan yang tidak bisa dihindari mengenai keterbatasan alam semesta menyatakan
danbahwa
akhirsegala
darisesuatu
segalayanghalmemiliki
sudahawaltercatat dalam
pasti juga akan Kitab
berakhir.tentang rencana
Apa pun yang diciptakan
akbar
akanpenciptaan.
meluruh menjadi ketiadaan di akhirnya. Awal dan akhir dari segala hal sudah tercatat
dalam Kitab tentang rencana akbar penciptaan.

5¯  R<ÙjQ Wà •iÕÃXT  œÈPÀik°È}5 Ú \\ W$‰TU W5Ú \iW \-[  ª È*ÁÚ ° ©G#ªH¦D ¨EqV¼ XÄ\-‚ s©SÕ¼W5 3W ×SWc

§ª©­¨ |Úܯ °È›VÙ ‰=Å

harihari
‘Pada
‘Pada ketikalangit
ketika langitakan
akan Kami
Kami gulung
gulungseperti tergulungnya
seperti tergulungnyalembaran-lembaran
lembaran-
lembaran naskah tertulis oleh seorang juru-tulis. Sebagaimana telahpenciptaan
naskah tertulis oleh seorang juru-tulis. Sebagaimana telah Kami memulai Kami
untuk pertama
memulai penciptaankalinya, dengan
untuk cara begitu
pertama pula dengan
kalinya, Kami akancara
mengulanginya
begitu pulalagi, suatu
Kami
janji yang menjadi kewajiban atas Kami, sesungguhnya hal
akan mengulanginya lagi, suatu janji yang menjadi kewajiban atas Kami, itu pasti akan Kami
laksanakan.’ (S21 Al-Anbiya:105)
sesungguhnya hal itu pasti akan Kami laksanakan.’ (S21 Al-Anbiya:105)3
3

UU ntuk mendukung pernyataan kami di atas, sekarang akan kami


ntuk mendukung pernyataan kami di atas, sekarang akan kami kutip pandangan
kutip
beberapa
pandangan beberapa ilmuwan terkemuka. Paul Davies,
Profesor di bidangterkemuka.
ilmuwan Paul Davies,
Filsafat Alam Profesor diAdelaide
di Universitas bidang Filsafat
danAlam di Universitas
pemenang
Adelaide dan pemenang penghargaan Templeton Prize menyatakan:
penghargaan Templeton Prize menyatakan:
‘Masalah-masalah ini membebani para ilmuwan di masa pertengahan abad ke-19.
Sebelum itu para ini
‘Masalah-masalah ahli membebani
fisika mengemukakan kaidah yangpada
para ilmuwan bersifatmasa
simetris dalam waktu,
pertengahan
abadtanpa ada pembedaan
ke-19. Sebelum antara masa lalu
itu para ahlidan masa mengemukakan
fisika depan. Kemudian penelitian
kaidah diyangbidang
prosessimetris
bersifat thermo-dinamika
dalam waktu, telah mengubahnya sama sekali. Pada
tanpa ada pembedaan antaraintimasa
thermo-dinamika
lalu dan
masaterletak
depan. kaidah kedua yang
Kemudian tidak mungkin
penelitian membenarkan
di bidang prosesaliran panas dari bendatelah
thermo-dinamika dingin
ke benda panas
mengubahnya samasecara
sekali.spontan, tetapithermo-dinamika
Pada inti membenarkan aliranterletak
dari yang panaskedua
kaidah kepada
yangyang
tidakdingin. Kaidahmembenarkan
mungkin ini tidak bisa diputarbalik (irreversible)
aliran panas dan merupakan
dari benda dingin ke gambaran
benda
panasdenah arahspontan,
secara waktu bagitetapialam semesta yang menunjuk
membenarkan alirankepada
dari perubahan
yang panas satu kepada
arah saja.
yangPara ilmuwan
dingin. cepat ini
Kaidah mengambil kesimpulan
tidak bisa bahwa alam
diputarbalik terikat pada
(irreversible) dangerakan satu arah
merupakan
meluncurdenah
gambaran ke araharah ekuilibrium thermo-dinamika.
waktu bagi alam semesta Kecenderungan
yang menunjukkepada uniformitas
kepada
tersebut satu
perubahan yakniarah
suhu saja.
menjadi
Pararata dan alam
ilmuwan menjadi
cepat stabil, disebut
mengambil sebagai bahwa
kesimpulan ‘kematian
alamkehangatan’
terikat pada (heatgerakan
death). satu
Keadaan
arah itu menggambarkan
meluncur ke arahkekacauan
ekuilibrium molekular
thermo- yang
maksimum
dinamika. atau disebut sebagai
Kecenderungan kepada entropi. Kenyataan
uniformitas bahwa alam
tersebut yakniinisuhu
belummenjadi
lagi mati
rata yaitu
dan berada
alam padamenjadikeadaan kurang
stabil, dari entropi
disebut maksimum,
sebagai menunjukkan
‘kematian bahwa (heat
kehangatan’ alam ini
tidak bersifat kekal selamanya.’ 4

Dalam bukunya berjudul God and the New Physics, ia juga mengemukakan pendapat
354bahwa:
‘Para ahli fisika telah menemukan suatu kuantitas matematika yang disebut sebagai
entropi untuk mengukur kadar kerancuan, yakni banyak eksperimen yang dilakukan
secara hati-hati telah membuktikan kalau total enstropi merupakan sistem yang tidak
pernah menyurut.’ 5 ‘Dalam hal alam semesta hanya memiliki keteraturan yang terbatas
Al-Bayyinah:
Konsep Ketuhanan Entropi
Suku-SukuPrinsip
Pengenalan
dan Sudut
BangsaKebenaran
dengan
Aliran
Keterbatasan
Al-Quran
Individu AgamaYang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Masalah Agama
Filsafat
Agama
Pandangdan
Agama
Aborigin
danAlam Nyata,
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Kosmologi
Zoroaster
Buddha
Semesta
Sekulerisme
Konghucu
di
Agama
Australia
Tao
Masyarakat
Wahyu
Iman Ilahi
Kepada dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu Ghaib"
Wahyu
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

death). Keadaan itu menggambarkan kekacauan molekular yang maksimum


atau disebut sebagai entropi. Kenyataan bahwa alam ini belum lagi mati yaitu
berada pada keadaan kurang dari entropi maksimum, menunjukkan bahwa
alam ini tidak bersifat kekal selamanya.’4

Dalam bukunya berjudul God and the New Physics, ia juga


mengemukakan pendapat bahwa:
‘Para ahli fisika telah menemukan suatu kuantitas matematika yang disebut
sebagai entropi untuk mengukur kadar kerancuan, yakni banyak eksperimen
yang dilakukan secara hati-hati telah membuktikan kalau total enstropi
merupakan sistem yang tidak pernah menyurut.’5 ‘Dalam hal alam semesta
hanya memiliki keteraturan yang terbatas dan selalu merosot secara irreversible
ke arah kerancuan, yang berakhir pada ekuilibrium thermo-dinamika, ada
dua kesimpulan yang bisa ditarik. Pertama, alam ini akan mati, terbenam di
dalam entropinya. Hal ini disebut sebagai ‘kematian kehangatan’ (heat death)
oleh para ahli fisika di dunia. Kedua, alam semesta ini tidak mungkin kekal
selamanya, kalau tidak maka alam ini sudah mencapai akhir ekuilibriumnya
pada waktu tidak terbatas pada masa lalu. Kesimpulannya, alam ini tidak
selamanya ada.’6

Profesor Edward Kessel, Rektor dari Universitas San Fransisco


mengungkapkan bahwa:
‘... hidup masih berlanjut dan proses kimiawi dan fisika masih terus berjalan,
kiranya jelas kalau alam semesta kita ini tidak eksis dari kekekalan, karena
kalau demikian adanya maka alam ini sudah lama kehabisan enerjinya dan
berhenti total. Karena itu, meski bukan dengan sengaja, ilmu pengetahuan
membuktikan kalau alam ini memiliki awal. Dengan cara demikian maka
terbuktilah realitas wujud Tuhan, karena segala sesuatu yang mempunyai
awal pasti tidak berawal dari dirinya sendiri dan menuntut adanya wujud
Penggerak Utama, sang Pencipta, Tuhan.’7

Dari kutipan-kutipan di atas, kiranya telah menjadi jelas bahwa


tentang masalah eksistensi Tuhan, terdapat bukti-bukti ilmiah yang
kuat untuk mendukung keimanan kepada Wujud-Nya. Kesimpulan
demikian teguh didasarkan pada informasi para ilmuwan bebas
yang mengemukakannya setelah suatu penelitian yang menyeluruh.
Terserah kepada mereka jika tetap saja menutup mata dari konklusi
nyata bahwa:

355
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III Ahmad
II
III
IV

Pasti ada wujud Pencipta di alam ini, karena jika tidak maka tidak ada sesuatu,
termasuk diri kita, yang bisa eksis di saat apa pun.

Referensi
1. Terjemahaan 2:118 oleh penulis
2. Terjemahaan 55:27-28 oleh penulis
3. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.
4. Davies, P. (1992) The Mind of God: Science and the Search for
the Ultimate Meaning. Penguin Books Ltd. England, hal. 47
5. Davies, P. (1990) God and the New Physics. Penguin Books Ltd.
England, hal. 10
6. Davies, P. (1990) God and the New Physics. Penguin Books Ltd.
England, hal. 11
7. Kessel, E. L. (1968) Lets Look at Facts, Without Bent or Bias.
Dalam: The Evidence of God in an Expanding Universe, by
Monsma J. C. Thomas Samuel Publishers, India, hal. 51

356
Al-Bayyinah:
Konsep Ketuhanan Entropi
Suku-Suku
Al-Quran Prinsip
Pengenalan
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
dengan
Aliran
Keterbatasan
Al-Quran
Masalah
Pandangdan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Individu dan Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Agama
Alam Nyata,
Sejarah
diRasionalitas,
Agama Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Kosmologi
diZoroaster
Buddha
Semesta
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Masyarakat
Wahyu
Iman Ilahi
Kepada dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu Ghaib"
Wahyu
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

AL-QURAN DAN KEHIDUPAN


DI LUAR BUMI

V isi tentang alam semesta sebagaimana dikemukakan Al-Quran


berbeda diametral dari kutub ke kutub dengan pandangan para
filosof dan orang-orang bijak pada masa lalu. Pada saat Al-Quran
diturunkan, pengetahuan astronomi bangsa Yunani yang mendominasi
fikiran manusia di mana pun di dunia saat itu dan kelihatannya hampir
semua kebudayaan terpengaruh oleh pandangan yang sama. Dominasi
ini berlaku terus sampai masanya Copernicus*. Sebelumnya diyakini
kalau langit terdiri dari beberapa lapisan terbuat dari bahan transparan
yang plastis, dihiasi dengan benda-benda langit yang cemerlang yang
diberi nama bintang-bintang. Secara lebih spesifik, total pengetahuan
yang dimiliki umat manusia pada masa itu adalah sebagai berikut:
1. Bumi terdiri dari massa debu, batu, air, udara dan mineral.
Bumi merupakan massa yang stasioner dengan permukaan yang
rata, tidak berputar dan tidak diputari oleh benda-benda langit
lainnya.
2. Bumi memiliki posisi unik dalam kosmos, yang tidak ada
padanannya di mana pun juga di angkasa. Bumi bersifat tetap
dan stasioner pada sauhnya sedangkan langit berputar terus
menerus mengelilinginya.
Jelas dalam konsep tentang alam semesta di atas mengeliminasi
posibilitas adanya kehidupan lain di luar bumi. Satu-satunya tempat
kehidupan yang dikenal manusia pada masa itu hanyalah bumi ini saja,
yang mereka anggap tergantung melayang di tengah angkasa. Berbeda
dengan pandangan tersebut, Al-Quran tidak menyebutkan keunikan

357
2. Bumidimemiliki
manusia masa ituposisiadalahunik dalam
sebagai kosmos, yang tidak ada padanannya di mana pun
berikut:
di angkasa.
1. Bumi terdiri Bumi bersifatdebu,
dari massa tetapbatu,
dan stasioner
air, udarapada dan sauhnya
mineral.sedangkan
Bumi merupakan langit berp
ma
terus stasioner
yang menerus mengelilinginya.
dengan permukaan yang rata, tidak berputar dan tidak diputari o
benda-benda langit lainnya.
2. Bumi Mirza
Bagian
Bagian Tahir
Jelas 1II
IIIIVdalam
III
IV
memiliki Ahmad konsep
posisi unik tentang
dalam alam kosmos, semestayang di atasada
tidak mengeliminasi
padanannya di posibilitas
mana pun ada
j
kehidupan
di angkasa.lain Bumi
di luarbersifat
bumi. Satu-satunya
tetap dan stasioner tempat pada kehidupan
sauhnya yang dikenal manusia
sedangkan di m
langit berpu
itu terus
hanyalah
menerus bumimengelilinginya.
ini saja, yang mereka anggap tergantung melayang di tengah angk
Berbeda dengan pandangan
bumi dan tidak juga sifatnya tersebut, yang Al-Quran
dikatakan tidak menyebutkan
stasioner. Sedangkan keunikan bumi
tidak juga sifatnya
Jelas dalam yang
konsep dikatakan
tentangstasioner.
alam semesta Sedangkan
di atasmengenai
mengeliminasijumlahposibilitas
banyaknya b
ada
mengenai
Al-Quran menyatakan:
kehidupan
jumlah banyaknya bumi, Al-Quran menyatakan:
lain di luar bumi. Satu-satunya tempat kehidupan yang dikenal manusia di m
itu hanyalah bumi ini saja, yang mereka anggap tergantung melayang di tengah angk
„CÀIQ Ø:°% ¨º×q)] ]C°%XT 1šXS›RÝ[| \Ì×\y WQ \] s°Š Œ
Berbeda dengan pandangan tersebut, Al-Quran tidak menyebutkan keunikan bumi
tidak juga sifatnya yang dikatakan stasioner. Sedangkan mengenai jumlah banyaknya bu
Al-Quran menyatakan:
‘Allah, adalah
‘Allah, adalah Dia yang
Dia yang menciptakan
menciptakan tujuhtujuhpetalapetala langit
langit dan dan bumiseperti
bumi sepertiitu
itujuga. . .’ (S.65
juga...’ (S.65 Ath-Thalaq:13)
Ath-Thalaq:13) 1 „CÀIQ Ø:°% ¨º×q)] ]C°%XT 1šXS›RÝ[| \Ì×\y WQ \] s°Š Œ
1

Perlu
Perlu dijelaskan
dijelaskan di sini
disini bahwa bahwa angka angka ‘tujuh’
‘tujuh’ menggambarkan
menggambarkan istilah yang b
digunakan
‘Allah, adalah
istilah yangDiabiasa
Al-Quran yang
dalam menciptakan
digunakan
ayat ini mau tujuhpun
Al-Quran petala langit
dalam
ayat lainnya. dan
ayatbumi ini seperti
Angka mau itu juga.
pun
tersebut menggamba
. .’ (S.65
alam semesta terdiri
Ath-Thalaq:13) dari banyak lapisan langit (galaksi), masing-masing terbagi da
ayat lainnya. Angka tersebut menggambarkan alam semesta terdiri
1

kelompok bertujuh yang sekurang-kurangnya mengandung satu planet seperti bumi y


dari
ditopangPerlubanyak
olehdijelaskan lapisandisini
keseluruhan langit
sistem (galaksi),
bahwa dalam angka masing-masing
galaksinya terbagiMenyinggung
(langitnya).
‘tujuh’ menggambarkan dalamistilah yang sistem
b
secarakelompok
digunakan umum, ada
Al-Quran ayat
dalam yang
ayat lebih
ini spesifik
mau pun
bertujuh yang sekurang-kurangnya mengandung satu mengenai
ayat lainnya. eksistensi
Angka kehidupan
tersebut di
menggambarluar b
sebagai
alam berikut:
semesta terdiri dari banyak lapisan langit (galaksi), masing-masing terbagi da
planet seperti bumi yang ditopang oleh keseluruhan sistem dalam
kelompok bertujuh yang sekurang-kurangnya mengandung satu planet seperti bumi y
galaksinya (langitnya).sistem Menyinggung sistem itu(langitnya).
secara umum, ada
 RŽ\j C°% \-¯Ij°Ù „@W W%XT ¨º×q)]XT °1šXS›\-‚ ÀÚ \\ ž°O°*›WcXÄ ÕC°%XT
ditopang oleh keseluruhan dalam galaksinya Menyinggung sistem
secaraayat
umum, ada ayat yang lebih spesifik mengenai
yang lebih spesifik mengenai eksistensi kehidupan di luar bumi eksistensi kehidupan di luar b
sebagai berikut:
sebagai berikut:
‘Dari antara tanda-tanda-Nya adalah penciptaan seluruh langit dan bumi, dan penciptaan
segala mahluk hidup
RŽ\j C°%(da’bbah)
\-¯Ij°Ù „@Wyang
W%XT ¨º ×q)]XTdisebarkan-Nya
telah °1šXS›\-‚ ÀÚ \\ ž°di ›WcXÄ ÕC°%XTkeduanya. . .’
O°*dalam
(S.42 Asy-Syura:30) 2

antara
‘DariYang
‘Dari tanda-tanda-Nya
dimaksud da’bbah
dengan adalah
antara tanda-tanda-Nya penciptaan
mencakup
adalah seluruh
penciptaanjuga langit
segala
seluruh dan bumi,
hewan
langit dan dan penciptaan
yang
bumi, bergerak
segala
melata dimahluk
muka hidup
bumi.(da’bbah)
dan penciptaan Tidak yang hidup
telahdi
termasuk
segala mahluk disebarkan-Nya
dalamnya
(da’bbah) di dalam
yang hewan
telah yang keduanya.
terbang
disebarkan-Nya di. .’atau beren
Jelas tidak
(S.42 ada keduanya...’(S.42
berkaitan
Asy-Syura:30)
dalam 2 dengan kehidupan
Asy-Syura:30) 2
keruhanian dalam bentuk apa pun. Da

 YangYang
dimaksud dengan
dimaksud da’bbah
dengan da’bbah 
mencakup juga juga
mencakup segala hewan
segala yang bergerak a
hewan
melata
 di muka bumi. Tidak termasuk di dalamnya hewan yang terbang atau berena
yang bergerak atau melata di muka bumi. Tidak termasuk di dalamnya
Jelas tidak ada berkaitan dengan kehidupan keruhanian dalam bentuk apa pun. Da
hewan yang terbang atau berenang. Jelas tidak ada berkaitan dengan
 kehidupan keruhanian dalam bentuk apa  pun. Dalam bahasa Arab,

hantu atau pun malaikat tidak akan disebut sebagai da’bbah. Bagian
kedua dari ayat di atas tidak saja berbicara tentang kemungkinan
adanya kehidupan di luar bumi, malah menegaskan bahwa kehidupan
demikian memang ada. Hal ini bahkan ilmuwan yang paling modern
pun belum berani menyatakannya secara pasti.

358
sa Arab, hantu atau pun malaikat tidak akan disebut sebagai da’bbah. Bagia
di atas tidak saja berbicara tentang kemungkinan
Al-Bayyinah: Prinsip
adanya
Kebenaran Yang
kehidupan d
Nyata,
Konsep Ketuhanan Pengenalan
Entropi dan
Suku-Suku
Al-Quran dengan
Bangsa
dan
Wahyu AliranPerspektif
Wahyu,
Keterbatasan
Al-Quran
Sudut Pemikiran
Masalah
Pandang
Agama
Aborigin
Kehidupan
Individu
Iman Ilahi
Kepada Filsafat
Agama
Filsafat
Agama
Agama
dan
Alam
dan
dan Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Kosmologi
Zoroaster
Buddha
Semesta
Sekulerisme
di Konghucu
di
Agama
Australia
Luar Tao bahkan il
Bumi
Masyarakat
Rasionalitas
"Yang Ghaib"
h menegaskan bahwa kehidupan demikian Al-Qayyimah: memang
Ajaran ada. Hal ini
Fitrat Suatu Wahyu
yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran
ng modern pun belum berani menyatakannya secara pasti.
Namun bukan itu saja yang diungkap oleh ayat tersebut. Bertambah ta
Namun
a dibaca terusan daribukan itu bahwa
ayat itu saja yang Diadiungkap
(Allah) oleh ayat tersebut.
berkuasa menghimpun m
Bertambah
menghendaki: takjub hati ini ketika dibaca terusan dari ayat itu bahwa
Dia (Allah) berkuasa menghimpun mereka kapan Dia menghendaki:

·mc°iV ÃÄW‘Rd Vl¯ ×1¯I°ÈØ+VF rQ"Wà SX ÉFXT


. . Dia berkuasa menghimpunkan
‘... Dia mereka
berkuasa menghimpunkan (jam-ihim)
mereka (jam-ihim) semua bilamana
semua bilamana Dia Dia men
S.42 Asy-Syura:30)
menghendaki.’
3 (S.42 Asy-Syura:30)3

Kata bahasaKata Arab bahasa Arab jam-ihim


jam-ihim secara spesifik
secara spesifik berbicara
berbicara tentangmenghimp
tentang
dupan di menghimpun
bumi atau bersamapun dikehidupan
tempatdilain. bumi Kapan
atau pun pertemuan
di tempat lain.itu akan
Kapanpasti,
butkan secara pertemuan
jugaitutidak
akan terjadi
ada tidak disebutkan secara
dikemukakan pasti, pertemuan
apakah juga te
di di bumitidak
atauadadi dikemukakan
tempat lain.apakah
Satu pertemuan
hal yang tersebut akan terjadi
pasti ialah: kejadian di tersebut
bumi atau di tempat
Tuhan berkehendak. Perlulain. Satu hal
diingat yang kata
kalau jamakejadian
pasti ialah: tersebut
bisa mengandung arti
juga kontakpastikomunikasi.
terjadi saat TuhanHanya masa Perlu
berkehendak. depan sajakalau
diingat yang bisa
kata jamamengatakan
bisa k
kan terjadi, namun kenyataan
mengandung arti kontak bahwa
fisik atauposibilitas
juga kontakdemikian
komunikasi.sudah
Hanyadinubuatk
bad silam itu saja sudah merupakan mukjizat tersendiri.
masa depan saja yang bisa mengatakan kapan kontak itu akan terjadi,
Pengungkapan Al-Quran
namun kenyataan bahwademikian dilakukan
posibilitas demikian sudahpada masalebih
dinubuatkan ketika kosmo
u cabang ilmu
dari 14pengetahuan belum
abad silam itu saja sudahlagi lahir. mukjizat
merupakan Selamatersendiri.
ini yang ada hanyala
-dugaan belaka dan mungkin
Pengungkapan Al-Quranmasih
demikianlama lagi pada
dilakukan sampai jelas menget
masa ketika
dupan di luar bumi. Sekarang ini kenyataan demikian
kosmologi sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan belum lagi lahir.hanya ada pada buk
ah saja. Selama ini yang ada hanyalah visualisasi duga-dugaan belaka dan
Para ilmuwan sekarang pun masih belum meninggalkan skeptisme m
mungkin masih lama lagi sampai jelas mengetahui adanya kehidupan
tentang eksistensi kehidupan di angkasa. Belum ada bukti definitif yang t
di luar bumi. Sekarang ini kenyataan demikian hanya ada pada buku-
roleh untuk mendukung keberadaannya. Para ilmuwan masih berbic
buku fiksi ilmiah saja.
ungkinan-kemungkinan’ saja.
Profesor Archibald Roy dari pun
Para ilmuwan sekarang masih belumGlasgow
Universitas meninggalkan skeptisme
adalah salah seoran
mereka sejak dulu tentang eksistensi kehidupan
cari kemungkinan adanya kehidupan mahluk berakal pada benda-bend di angkasa. Belum
ulis: ada bukti definitif yang telah berhasil diperoleh untuk mendukung
‘Pada berbagai
keberadaannya.konferensi internasional
Para ilmuwan tentang
masih berbicara tentangmasalah kehidupan di lu
‘kemungkinan-
masalahkemungkinan’
ini selalu dibahas
saja. dan kiranya sudah bisa dipahami kemungkinan
sinyal-sinyalProfesor
yang berasal
Archibalddari
Roykehidupan mahluk
dari Universitas berakal,
Glasgow adalahbahkan
salah dimungki
untuk berkomunikasi
seorang yang rajindanmencari
bertukar informasi adanya
kemungkinan dengankehidupan
spesies-spesies
mahluk berakal lai
berakal pada benda-benda langit. Ia menulis:
Tidak semua orang sama bergairahnya seperti Profesor Roy mengena
k Tipler dari Universitas Tulane, New Orleans, termasuk di antara
359 mereka
mendasarkan pesimismenya pada kalkulasi matematika. Menurut
unculan mahluk berakal di alam semesta melalui proses evolusi yan
upakan probabilitas yang amat kecil sekali. Evolusi kehidupan di bumi in
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
IIIV Ahmad
III
IV

‘Pada berbagai konferensi internasional tentang masalah kehidupan di


luar bumi, masalah ini selalu dibahas dan kiranya sudah bisa dipahami
kemungkinan mengenali sinyal-sinyal yang berasal dari kehidupan mahluk
berakal, bahkan dimungkinkan juga untuk berkomunikasi dan bertukar
informasi dengan spesies-spesies berakal lainnya.’4

Tidak semua orang sama bergairahnya seperti Profesor Roy


mengenai hal ini. Dr Frank Tipler dari Universitas Tulane, New
Orleans, termasuk di antara mereka yang skeptis. Ia mendasarkan
pesimismenya pada kalkulasi matematika. Menurut pendapatnya
kemunculan mahluk berakal di alam semesta melalui proses evolusi
yang membuta merupakan probabilitas yang amat kecil sekali. Evolusi
kehidupan di bumi ini saja sudah memusingkan para ilmuwan untuk
memecahkannya. Jika ditambah lagi dengan sekian banyak angka
probabilitas yang berada di luar kemampuan kalkulasi manusia
maka semuanya adalah suatu kemustahilan matematika. Dr. Tipler
menulis:
‘... tidak ada yang namanya intelegensia ekstra-terrestrial (luar bumi). Kita
harus menerima saja kenyataan ini. Kebanyakan ahli astronomi berpegang
pada keyakinan adanya intelegensia ekstra-terrestrial padahal tidak ada bukti-
bukti yang mendukung. Mereka berfikir demikian karena menganut prinsip
filosofi tentang ide Copernicus yang menyatakan tempat kita di dalam kosmos
merupakan hal yang khusus. Nyatanya ide demikian itu salah. Alam semesta
ini berevolusi, radiasi kosmos menunjukkan bahwa pernah ada saatnya
ketika tidak ada yang disebut kehidupan karena kondisinya saat itu terlalu
panas. Karena itu posisi kita tidak bersifat khusus dalam kerangka waktu.
Secara khususnya memang ada kebudayaan pertama dan kebetulan adalah
kebudayaan dimana kita berada.’ 5

Dr. Tony Martin, mantan Wakil Ketua British Interplanetary


Society, juga berpandangan skeptis. Meski demikian banyak
penentangan, rupanya impian ilmiah Dr Roy sebagian sudah hampir
mendekati realisasinya. Di Amerika Serikat organisasi NASA sudah
mendapat persetujuan pemerintahnya untuk mencari tanda-tanda
intelegensia luar bumi. Ilmuwan internasional lainnya seperti Profesor
Sagan juga mendukung gagasan tersebut.6

360
Al-Bayyinah:
Konsep Ketuhanan Entropi
Suku-Suku
Al-Quran Prinsip
Pengenalan
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
dengan
Aliran
Keterbatasan
Al-Quran
Masalah
Pandangdan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Individu dan Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Agama
Alam Nyata,
Sejarah
diRasionalitas,
Agama Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Kosmologi
diZoroaster
Buddha
Semesta
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Masyarakat
Wahyu
Iman Ilahi
Kepada dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu Ghaib"
Wahyu
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

B ukankah suatu hal yang mencengangkan, apa yang dikemukakan


Al-Quran sebagai suatu fakta 14 abad yang lalu, sekarang ini
baru muncul sebagai suatu kemungkinan kenyataan yang patut
diperhitungkan oleh para ilmuwan masa kini! Kitab suci Al-Quran
bahkan selangkah lebih maju lagi dengan menubuatkan bahwa suatu
waktu nanti manusia akan melakukan kontak dengan kehidupan di
luar bumi.
Saatnya untuk realisasi sempurna dari nubuatan ini belum
tiba, namun tanda-tandanya sudah muncul di cakrawala. Hal ini
menunjukkan kalau nubuatan-nubuatan Al-Quran berada jauh di muka
dari progres kemajuan ilmiah manusia. Setiap zaman menyaksikan era
baru dari pemenuhan beberapa Wahyu yang pada masa lalu tidak bisa
dibuktikan. Karena itu patut dipahami sepenuhnya kalau nubuatan
Al-Quran secara intrinsik berbeda dengan yang dikemukakan dalam
buku-buku fiksi ilmiah.
Adalah suatu hal yang biasa bagi fantasi manusia untuk
melayang dari landasan fakta-fakta alam yang diketahui pada masa
yang bersangkutan. Namun jarang sekali masa depan membuktikan
ramalan dari khayalan demikian kemudian menjadi kenyataan. Lagi
pula semua karya fiksi selalu terkungkung pada posibilitas yang ada
pada masanya sendiri. Penulis fiksi mengambil ancang-ancang dari
pengetahuan yang ada sekarang guna membayangkan apa yang akan
muncul di kemudian hari. Seringkali terkaan mereka sangat sangat
ngawur. Masa depan yang kemudian mewujud ternyata tidak sama
dengan rekaan mereka. Hal ini membawa kita kepada konklusi bahwa
imajinasi manusia berkaitan dengan hal-hal yang tidak diketahui,
ternyata bersifat terbatas.
Untuk menggambarkan keterbatasan di suatu era berkaitan
dengan ruang lingkup imajinasi, jenius Leonardo da Vinci bisa dikutip
sebagai contoh yang memadai. Ia memvisualisasikan kemungkinan
manusia untuk terbang, namun hanya menyandarkannya pada

361
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
IIIV Ahmad
III
IV

pengetahuan yang ada pada masanya saja. Ilmu dan teknologi pada
masanya itu belum lagi cukup maju untuk memungkinkan manusia
memvisualisasikan orang terbang dengan bantuan mesin yang didorong
tenaga api. Jadinya untuk memvisualisasikan pesawat terbang yang
paling sederhana pun masih berada di luar kemampuan Leonardo.
Adapun kitab-kitab yang diwahyukan samawi, sifatnya lain sama
sekali dan pengetahuan yang dinyatakan di dalamnya tidak dibatasi
pada suatu era tertentu saja. Lagi pula tidak ada faktor kebetulan
dalam pemenuhan nubuatannya. Temuan-temuan ilmiah dari abad-
abad berikutnya tidak pernah bisa membuktikan kalau nubuatan Al-
Quran itu salah.
Dengan demikian kita bisa mengharapkan penyempurnaan
Nubuatan tersebut di masa depan. Nubuatan tentang pertemuan atau
kontak dengan kehidupan di tempat lain masih termasuk kategori
yang masih akan dipenuhi. Semoga umur kita cukup panjang
guna menyaksikan hari akbar dimana kehidupan di bumi berhasil
melakukan kontak dengan kehidupan di angkasa.

Catatan:
* Nicolaus Copernicus (1473-1543) astronom bangsa Polandia
sekitar tahun 1510, pertama kali menyatakan teori bahwa
posisi matahari itu tetap sementara bumi dan planet-planet
lain, berputar mengelilingi matahari (teori helio-centris).
Uraian mengenai hal ini temaktub dalam bukunya berjudul De
Revolutionibus orbium coelestium libri VI yang terbit tahun
1543. Hal ini sangat mempengaruhi pemikiran para astronom
angkatan berikutnya seperti Galileo, Kepler, Descartes, dan
Newton. (Penterjemah)

362
Al-Bayyinah:
Konsep Ketuhanan Entropi
Suku-Suku
Al-Quran Prinsip
Pengenalan
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
dengan
Aliran
Keterbatasan
Al-Quran
Masalah
Pandangdan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Individu dan Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Agama
Alam Nyata,
Sejarah
diRasionalitas,
Agama Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Kosmologi
diZoroaster
Buddha
Semesta
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Masyarakat
Wahyu
Iman Ilahi
Kepada dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu Ghaib"
Wahyu
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

Referensi
1. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.
2. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.
3. Terjemahaan 72:27-28 oleh penulis. (Catatan: Kata da’bbah
dalam kurung ditambahkan oleh penulis)
4. Roy, A. E., Clarke, D. (1989) Astronomy: Structure of the
Universe, Adam Hilger Ltd. Bristol, hal. 270
5. Tipler, F. (November 1985) Alien Life, Nature:354:334-335
6. Mc.Kie,R. (September 1985) Calling Outer Space: Is Anybody
There?, Readers’s Digest 31-35.

363
BAGIAN V

Kehidupan Menurut Perspektif Wahyu


Al-Quran: Pengantar Singkat
Asal Mula Kehidupan:
Berbagai Teori dan Pendapat
Hakikat Jinn
Peran Tanah Lempung dan Fotosintesis
dalam Evolusi
Kelangsungan Hidup:
Faktor Kebetulan atau Takdir?
Khiralitas (Keberpihakan) di Alam
Seleksi Alam dan Kelangsungan Hidup
bagi yang Tercakap
Permainan Catur atau Permainan Judi
Masa Depan Kehidupan di Bumi
Sistem Organik dan Evolusi
"Pembuat Jam yang Buta", Tuli dan Bisu
Kehidupan Menurut
Konsep Al-Bayyinah:
Perspektif
Ketuhanan Entropi
Wahyu
Suku-Suku
Al-Quran Prinsip
Pengenalan
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Al-Quran
Masalah
Agama
PandangAgama
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Individu Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Alam
dan Nyata,
Sejarah
diRasionalitas,
Pengantar Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Kosmologi
diZoroaster
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Masyarakat
Wahyu
Iman Ilahi
Kepada dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu Ghaib"
Wahyu
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

KEHIDUPAN MENURUT PERSPEKTIF


WAHYU AL-QURAN:
PENGANTAR
KEHIDUPAN SINGKAT
MENURUT PERSPEKTIF
WAHYU AL-QURAN:
PENGANTAR SINGKAT
K itab suci Al-Quran memberikan ruang lingkup observasi yang luas

K
mencakup keseluruhan proses kreatif, baik yang berkaitan dengan
evolusi kehidupan maupun tahapan persiapan yang mendahuluinya.
Sebagianitabdarisuciobservasi
Al-Quran itu merupakan
memberikan ruangtonggak sejarah yang
lingkup observasi yang bersifat
luas mencakup
unik dan mengenai hal inilah kami bermaksud membawa minat
pembaca. proses kreatif, baik yang berkaitan dengan evolusi kehidupan maupun tahapan
keseluruhan
Hanya
persiapan yang saja patut diingat
mendahuluinya. bahwa
Sebagian dari pengantar
observasi itusingkat berikut
merupakan tonggakinisejarah
yang bersifat unik dan mengenai hal inilah kami bermaksud
merupakan rangkuman dari bahasan yang akan diulas selengkapnya membawa minat pembaca.
Hanya saja patut diingat bahwa pengantar singkat berikut ini merupakan
pada bab-bab
rangkuman terkait.yang akan diulas selengkapnya pada bab-bab terkait.
dari bahasan
Yang
Yang paling pentingdiperhatikan
paling penting diperhatikan adalahadalah
prinsipprinsip petunjuk
petunjuk sebagaimana
dikemukakan dalam ayat berikut:
sebagaimana dikemukakan dalam ayat berikut:

×ÅvcU ×1ÅXSÉ ×Xk° QQSXkSVÙXT _1×S\-Ù WQ \] s°Š §ª¨ Îmc°iV ÄÔ³[‹ ©G#Å rQ"Wà XSÉFXT ÁÚ À-Ù ®P°iXk¯ s°Š [Wm›WV"

©Ú \\ c¯Û sWmV" ‰% ?W°» 1šXS›\-\y \Ì×\y WQ \] s°Š §«¨ ÃqSÁÝWÓÙ Ãsc®u\ÈÙ XSÉFXT  9ZX.Wà ÀC_ÕOU

§¬¨ qSżÉÙ C°% sWmV" ×#\F Xn_§WÙ §Ì¦B×qVÙ 1ÃS›[ÝV" C°% ¨C›X+ØSˆm

‘Maha
‘Maha beberkatlah
beberkatlah Dia
Dia yang
yangdidiTangan-Nya
Tangan-NyaadaadaKerajaan dandan
Kerajaan Dia mempunyai
Dia mempunyai
kekuasaan atas segala sesuatu; yang menciptakan kematian dan kehidupan,
kekuasaan atas segala sesuatu; yang menciptakan kematian dan kehidupan, supaya Dia
supaya
mengujiDia menguji
kamu, siapa dikamu,
antarasiapa
kamudiyang
antara kamuamalnya,
terbaik yang terbaik amalnya,
dan Dia dan
Maha Perkasa,
Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun; yang telah menciptakan tujuh petala
Maha Pengampun; yang telah menciptakan tujuh petala langit dengan serasi. Engkau
langit dengan
tidak akan serasi.
melihat Engkau tidakdi akan
ketidak-pantasan dalammelihat ketidak-pantasan
penciptaan Tuhan yang Mahadi dalam
Pemurah.
penciptaan Tuhan yang Maha Pemurah. Oleh karena itu pandanglah
Oleh karena itu pandanglah lagi! Adakah engkau melihat suatu cacat?’ (S.67 lagi! Al-
Adakah engkau
Mulk:2-4) 1 melihat suatu cacat?’ (S.67 Al-Mulk:2-4) 1

Ini adalah ayat pokok yang berbicara tentang perencanaan yang mencakup
Ini adalah
keseluruhan ayat pokok
alam semesta. yang berbicara
Dua masalah tentang
mendasar yang perencanaan
dikemukakan yang
dalam ayat ini ialah:
tidak
mencakup keseluruhan alam semesta. Dua masalah mendasar yang dan
adanya kontradiksi dalam keseluruhan alam semesta yang diciptakan Tuhan,
semua ciptaan tersebut mengalami tahapan perkembangan. Bagian terakhir ini dikuatkan
dengan fitrat Tuhan yang secara ekstensif sering digunakan dalam Al-Quran berkaitan
dengan proses penciptaan. Kata Rabb menyangkut evolusi sesuatu dari keadaan367
yang hina
atau rendah kepada keadaan yang lebih luhur. Sebagai contoh, ketika seekor anak kuda
kemudian menjadi dewasa sempurna dengan segala potensinya yang telah diperbaiki maka
bangsa Arab menyebutnya dengan istilah Rabb-al-Fuluwwa yang berarti seseorang telah
membesarkan dan melatih kuda itu dengan sangat baik. Begitu juga dengan fitrat Al-Rabb
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IV

dikemukakan dalam ayat ini ialah: tidak adanya kontradiksi dalam


keseluruhan alam semesta yang diciptakan Tuhan, dan semua ciptaan
tersebut mengalami tahapan perkembangan. Bagian terakhir ini
dikuatkan dengan fitrat Tuhan yang secara ekstensif sering digunakan
dalam Al-Quran berkaitan dengan proses penciptaan. Kata Rabb
menyangkut evolusi sesuatu dari keadaan yang hina atau rendah
kepada keadaan yang lebih luhur. Sebagai contoh, ketika seekor anak
kuda kemudian menjadi dewasa sempurna dengan segala potensinya
yang telah diperbaiki maka bangsa Arab menyebutnya dengan
istilah Rabb-al-Fuluwwa yang berarti seseorang telah membesarkan
dan melatih kuda itu dengan sangat baik. Begitu juga dengan fitrat
Al-Rabb seringkali diterjemahkan sebagai ‘sang Pemelihara.’ Hal
ini mengindikasikan kalau Tuhan sang Pencipta juga menyiapkan
segala tahapan perkembangan ciptaan-Nya. Dengan demikian tidak
diragukan lagi kenyataan bahwa Al-Quran berbicara mengenai ciptaan
sebagai tahapan progresif yang terpelihara, dan karena itu menolak
konsep pandangan yang menganggap ciptaan terjadi secara spontan.
Penciptaan spontan juga dibantah Al-Quran karena merendahkan sifat
keluhuran Tuhan. Karena itu ayat ini selalu mengingatkan manusia:

§ª­¨ ˜qXSÕ»U §ª×­¨ÅV ˜qQ XV]


SÕ»U Õi×VÅXTV Q V]§ªÕi¬¨VXT ;q§ª
V¬¨XT ;Ž
qVXTWDŽ WDSÄ×mB
SÄB V" ×mYV" Y×Å×ÅV V‰‰%%
‘Apakah yang terjadi pada dirimu bahwa kamu tidak mengharapkan kebesara
‘Apakah yang terjadi
‘Apakah
hikmah pada
yang terjadi
dari
padadirimu
Allah? bahwa
dirimu bahwa kamukamu tidak mengharapkan
tidak mengharapkan kebesaran kebes
dan hikmah dari Allah?Dan
Dansesungguhnya Dia telah
sesungguhnya Dia telah menciptakan
menciptakan kamu dengan
kamu pel
hikmah daribentuk
Allah?
dan Dan
keadaansesungguhnya
berbeda-beda.’ Dia telah
(S.71 menciptakan
Nuh:14-15) 2 kamu dengan
dengan pelbagai bentuk dan keadaan berbeda-beda.’ (S.71 Nuh:14-15)2
bentuk dan keadaan berbeda-beda.’ (S.71 Nuh:14-15) 2
Ayat berikut yang ditujukan kepada semua manusia, menjanjikan bahw
Ayat
menjadi berikut
bagian yang ditujukan
mereka kepada
itulah untuk semua manusia,
mengikuti menjanjikan
perjalanan progres dari satu tah
Ayat tahapan
berikut yang
bahwa sudah
ditujukan kepada semua manusia, menjanjikan b
lain: menjadi bagian mereka itulah untuk mengikuti perjalanan
enjadi bagian mereka itulah untuk mengikuti perjalanan progres dari satu
hapan lain:
progres dari satu tahapan ke tahapan à ™ WV» ‰ÛÄÙ[ØnW,V
WV» CWlain:

‰ ÄÙ[ØnW,V
WV» CWà ™ WV» Û
‘Tentulah kamu akan melalui satu tingkat ke tingkat yang lain.’ (S.84 Al-Insyiqaq
3

‘Tentulah kamu akan


Hal ini
‘Tentulah melalui
merupakan
kamu satu tingkat
perencanaan
akan melalui satu keketingkat
penciptaan
tingkat yanglain.’
yang
tingkat yang lain.’
bersifat (S.84
(S.84 Al- Al-Insyi
menyeluruh. Pa
tingkatan evolusi, proses yang mengatur dan membentuk kehidupan selalu berbe
Insyiqaq:20)3
arahnya tetap sama yaitu menunjuk kepada manusia.
Yang dimaksud
Hal ini merupakan dengan perencanaan
perencanaan penciptaantersebut telah menjadi
yang bersifat topik pe
menyeluruh.
berkepanjangan
368 di antara para ilmuwan dan ulama-ulama agama yang mencoba m
gkatan evolusi, proses yang mengatur dan membentuk kehidupan selalu be
misteri tentang awal mula kehidupan. Berbagai skenario telah diajukan d
ahnya tetap sama yaitu
eksperimen menunjuk
sebagai kepada
simulasi manusia.
dari kondisi yang menghasilkan penciptaan o
Yangbermilyar
dimaksud tahundengan perencanaan
lalu dan bumi saat itu masihtersebut
kosong daritelah menjadi
kehidupan. topik
Mengenai hal
rkepanjangan di antara para ilmuwan dan ulama-ulama agama yang mencob
akan membahasnya kembali nanti. Sekarang ini kami akan membatasi diri pad
Kehidupan Menurut
Konsep Al-Bayyinah:
Perspektif
Ketuhanan Entropi
Wahyu
Suku-Suku
Al-Quran Prinsip
Pengenalan
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Al-Quran
Masalah
Agama
PandangAgama
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Individu Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Alam
dan Nyata,
Sejarah
diRasionalitas,
Pengantar Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Kosmologi
diZoroaster
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Masyarakat
Wahyu
Iman Ilahi
Kepada dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu Ghaib"
Wahyu
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

Hal ini merupakan perencanaan penciptaan yang bersifat


menyeluruh. Pada setiap tingkatan evolusi, proses yang mengatur dan
membentuk kehidupan selalu berbeda tetapi arahnya tetap sama yaitu
menunjuk kepada manusia.
Yang dimaksud dengan perencanaan tersebut telah menjadi
topik perdebatan berkepanjangan di antara para ilmuwan dan ulama-
ulama agama yang mencoba mengurai misteri tentang awal mula
kehidupan. Berbagai skenario telah diajukan di samping eksperimen
sebagai simulasi dari kondisi yang menghasilkan penciptaan organisme
bermilyar tahun lalu dan bumi saat itu masih kosong dari kehidupan.
Mengenai hal ini kami akan membahasnya kembali nanti. Sekarang
ini kami akan membatasi diri pada uraian singkat tentang konsep Al-
Quran mengenai bagaimana kehidupan bermula dan berevolusi di
bumi. Beberapa pengamatan yang relevan dengan subjek ini sudah
kami kumpulkan dari berbagai ayat dalam Al-Quran, serta akan bisa
dicapai dua tujuan yaitu sebagai ilustrasi tentang peran Al-Quran
dalam mentransfer bagian dari ‘sesuatu yang belum diketahui’ ke
wilayah yang dikenal, serta membantu para spesialis dalam bidang
pengetahuan ini untuk memanfaatkan bimbingan dari Al-Quran.
Kami akan memulai dengan suatu hal yang selalu menggelitik
perhatian, yakni seringkali ketika Al-Quran berbicara tentang bentuk
awal penciptaan, kitab ini menyebutnya sebagai penciptaan manusia
padahal apa yang mewujud pada masa itu tidak ada kemiripannya sama
sekali dengan manusia. Faktanya semua tonggak sejarah penciptaan
selalu dikaitkan dengan penciptaan manusia karena sejak awal manusia
itulah yang menjadi tujuan akhir dan maksud dari keseluruhan proses
penciptaan.
Sebagai contoh kita bisa melihat proses pembuatan sebuah
pesawat terbang di mana diperlukan beribu-ribu langkah dan proses
dalam pengerjaannya. Perancang ketika merencanakan benda ini
memperlakukan setiap mur, baut, sayap, kursi dan lain-lain, sebagai

369
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IV

bagian dari proses membangun pesawat itu sendiri yang memang


menjadi tujuan kerjanya. Tetapi mur dan baut juga memiliki tujuan
penggunaan yang independen untuk melayani yang lainnya selain
menjadi bagian komponen sebuah pesawat. Dengan demikian semua
tahap awal dianggap sebagai persiapan pelaksanaan tujuan akhir.
Aspek ini patut mendapat perhatian karena di sinilah letak perbedaan
Al-Quran dengan para naturalist ahli biologi yang meyakini adanya
proses evolusi secara acak tanpa suatu perencanaan yang mantap. Bagi
para ahli biologi, awal dan proses evolusi kehidupan dianggap sebagai
tidak memiliki tujuan atau pun perencanaan, tidak juga langkah-
langkah kerja pelaksanaan yang terarah.
Berbagai tahapan tersebut sebagaimana dikemukakan Al-Quran
akan kami perkenalkan secara singkat, titik demi titik, sedangkan
pembahasan yang lebih lengkap diberikan pada bab-bab yang
relevan.

Penciptaan Organisme Purba

K ami akan memulai dengan fenomena penciptaan paling purba


yang ada sebelum dimulainya evolusi biotika (yang berkaitan
dengan sistem alamiah yang hidup) sebagaimana dikemukakan Al-
Quran. Berkaitan dengan masa ini, kitab tersebut menggunakan istilah
khusus yaitu jinn. Hanya saja dalam konteks ini jangan dikaitkan
dengan istilah yang biasa dikenal pembaca sebagai jin yang dalam
dongeng dikatakan keluar dari botol ajaib.
Pengertian jin botol itu hanya terkait dengan takhayul. Takhayul
demikian menjadikan manusia menganggap jin memiliki karakteristik
campuran antara manusia dan hantu yang bisa berubah rupa dan
bentuk menurut kemauannya. Dikatakan kalau jin lebih suka merasuk
pada diri wanita dan mereka yang lemah. Mereka katanya bisa dikuasai
oleh para pawang yang menguasai mantra-mantra untuk menaklukkan
jin tersebut guna melayani manusia. Begitu sudah tunduk maka jin

370
P enciptaan Organisme Purba
Kami akan memulai dengan fenomena penciptaan paling purba yang ada sebe
dimulainya evolusiKehidupan
biotikaKonsep
(yang berkaitan
Menurut
Ketuhanan dengan
Al-Bayyinah:
Perspektif
Entropi
Wahyu
dan
Suku-Suku
Al-Quran sistem
Prinsip
Pengenalan
Al-Quran:alamiah
Kebenaran
dengan
Aliran
Keterbatasan
Al-Quran
Sudut
Bangsa
dan Masalah
Pengantar
Agama
PandangAgama
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan Alamyang
Yang
Perspektif
Wahyu,Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat hidup)
Tao sebagaim
Nyata,
Sejarah
diRasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Kosmologi
Zoroaster
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
di
Agama
Australia
Luar Bumi
Individu
Wahyu
Iman Ilahi
Kepada dan
dan
Fitrat Masyarakat
Rasionalitas
"Yang
Suatu Ghaib"
Wahyu
dikemukakan Al-Quran. Berkaitan dengan masaAjaran
Al-Qayyimah: ini, kitab
yang tersebut
Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran menggunakan ist
khusus yaitu jinn. Hanya saja dalam konteks ini jangan dikaitkan dengan istilah yang b
dikenal pembaca sebagai jin yang dalam dongeng dikatakan keluar dari botol ajaib.
Pengertian
ini jin botol
bisa melakukan itu fantastik
hal-hal hanya terkait
di bawah dengan
perintahtakhayul.
pawangnya, Takhayul demik
menjadikan manusia menganggap jin memiliki karakteristik campuran antara manusia
seperti mewujudkan sesuatu dari udara kosong. Melalui jin ini mereka
hantu yang bisa berubah rupa dan bentuk menurut kemauannya. Dikatakan kalau jin le
menguasai
suka merasuk yang
pada dikasihi
diri wanitaatau
danmendapat
mereka yang kekuatan
lemah.untuk
Mereka mengalahkan
katanya bisa dikuasai o
para pawang yang menguasai mantra-mantra untuk menaklukkan
musuh-musuhnya. Al-Quran jelas tidak berbicara tentang takhayul jin tersebut g
melayani manusia. Begitu sudah tunduk maka jin ini bisa melakukan hal-hal fantastik
bawahfantasi manusia
perintah ini ketika
pawangnya, mengungkapkan
seperti tentangdari
mewujudkan sesuatu masa prabiotika
udara kosong. Melalui jin
mereka dari proses evolusi.
menguasai Mengenai
yang dikasihi atauhalmendapat
ini akan kekuatan
dijelaskan untuk
lebih mengalahkan
lanjut mus
musuhnya. Al-Quran jelas tidak
dalam bab ‘Hakikat Jinn.’ berbicara tentang takhayul fantasi manusia ini ke
mengungkapkan tentang masa prabiotika dari proses evolusi. Mengenai hal ini a
dijelaskan lebih lanjut dalam bab ‘Hakikat Jinn.’

PD
Peran Tanah liat
alam Al-Quran
eran Tanah liat berulang-kali disebutkan debu kering atau
pun tanah liat yang lembab atau basah sebagai tahapan proses
Dalam Al-Quran berulang-kali disebutkan debu kering atau pun tanah liat yang lem
kehidupan
atau basah padatahapan
sebagai masa purba.
prosesDalam surah Ali
kehidupan di Imran dinyatakan:
masa purba. Dalam surah Ali Im
dinyatakan:
!WmÉ" C°% œÈOV Q \\
‘. . . Dia menjadikannya (Adam) dari debu (turaab). . .’ (S.3 Ali Imran:60) 4
‘... Dia menjadikannya (Adam) dari debu (turaab)...’ (S.3 Ali Imran:60)4
Mengenai hal yang sama, di tempat lain dikemukakan:
Mengenai hal yang sama, di tempat lain dikemukakan:
ÛÜ°» C°K% 1ÅV Q \\ s°Š XSÉF
‘Dia-lah yang telah menciptakan kamu dari tanah liat (yang lembab atau basah) . . .’
(S.6 Al-Anaam:3) 5
‘Dia-lah yang telah menciptakan kamu dari tanah liat (yang lembab atau
Tanah liat juga
basah)...’ (S.6disebut dalam
Al-Anaam:3)5
surah lain tetapi kali ini bukan yang basah karena j
dikemukakan:
Tanah liat juga®q…b [ÝÙ[ #›_¡
disebut Ú _™ C°%surah
dalam ]C›_60_lain
|<tetapi
Q \] kali ini bukan
yang basah karena jelas dikemukakan:
‘Dia menciptakan manusia dari tanah liat kering mendenting laksana tembikar bakaran.’
(S.55 Ar-Rahman:15) 6

Dalam ayat terakhir ini tanah liat tersebut digambarkan sebagai berbentuk pirin
yang cukup kering sehingga menimbulkan bunyi mendenting seperti halnya keramik a
tembikar. Begitu pula dalam surah Al-Hijr (ayat 27, 29 dan 34) dikemukakan tiga
‘Dia menciptakan manusia dari tanah liat kering mendenting laksana tembikar
tentang tanah liat dengan tambahan kualifikasi yaitu manusia diciptakan dari tanah
bakaran.’ (S.55 Ar-Rahman:15)
kering mendenting yang dibentuk dari6lumpur hitam yang berfermentasi.
Skenario keseluruhan sebagaimana dikemukakan Al-Quran menggambarkan pro
kehidupan sebagai proses maju bergerak selangkah demi selangkah dari debu, dari air, d
tanah liat dan juga dari lumpur hitam yang berfermentasi yang pada akhirnya men
tanah liat kering yang mendenting. Dua tahapan terakhir ini menarik perhatian. 371 Tidak

 

Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IV

Dalam ayat terakhir ini tanah liat tersebut digambarkan sebagai


berbentuk piringan yang cukup kering sehingga menimbulkan bunyi
mendenting seperti halnya keramik atau tembikar. Begitu pula dalam
surah Al-Hijr (ayat 27, 29 dan 34) dikemukakan tiga kali tentang
tanah liat dengan tambahan kualifikasi yaitu manusia diciptakan dari
tanah liat kering mendenting yang dibentuk dari lumpur hitam yang
berfermentasi.
Skenario keseluruhan sebagaimana dikemukakan Al-Quran
menggambarkan proses kehidupan sebagai proses maju bergerak
selangkah demi selangkah dari debu, dari air, dari tanah liat dan juga
dari lumpur hitam yang berfermentasi yang pada akhirnya menjadi
tanah liat kering yang mendenting. Dua tahapan terakhir ini menarik
perhatian. Tidak ada manusia pada era ketika Al-Quran diturunkan
bisa mengkaitkan penciptaan manusia dengan tanah liat kering
mendenting yang dibentuk dari lumpur yang mengendap stagnan.
Pada bagian lain akan kami sampaikan uraian singkat tentang
apa yang dikemukakan para ilmuwan berkaitan dengan subjek ini.
Pembaca disilakan menarik kesimpulan sendiri berkenaan dengan
kompatibilitas pernyataan Al-Quran dengan hasil dari penelitian
kontemporer. Yang satu adalah skenario menurut Al-Quran yang
didasarkan pada wahyu Ilahi, sedangkan yang lainnya terdiri dari
komposisi berbagai teori, pernyataan dan dugaan yang dibuat para
ilmuwan yang mendasarkannya semata-mata pada investigasi ilmiah.
Setiap kali konklusi para ilmuwan dianggap sudah mapan dan sahih,
pembaca akan melihat bahwa nyatanya konklusi tersebut sejalan
dengan pernyataan Al-Quran. Keadaan ini berjalan terus padahal
saat Al-Quran diwahyukan, ilmu pengetahuan belum lagi cukup
maju untuk meneliti misteri kehidupan dan asal muasalnya. Tujuan
ayat-ayat tersebut ialah untuk mengingatkan manusia di abad-abad
kemudian, bahwa keyakinannya pada eksistensi Wujud Pencipta

372
manusia pada era ketika Al-Quran diturunkan bisa mengkaitkan penciptaan manusia
dengan tanah liat kering mendenting yang dibentuk
Al-Bayyinah:dari lumpur
Prinsip
Pengenalan
yang
Kebenaran
dengan
mengendap
Yang
Perspektif
stagnan.
Nyata,
Sejarah
Kehidupan Menurut
Konsep Perspektif
Ketuhanan Entropi
Wahyudan
Suku-Suku
Al-Quran Sudut
Bangsa
dan Aliran
Al-Quran:Wahyu,
Keterbatasan
Al-Quran Pemikiran
Masalah
Pandang Filsafat
Agama
Aborigin
Kehidupan
Individu
Wahyu
Iman Ilahi
Kepada Agama
Filsafat
dan
dan
Fitrat diRasionalitas,
Pengantar
Agama
Agama
dan
Alam Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Kosmologi
Zoroaster
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
di
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Masyarakat
Rasionalitas
"Yang
Suatu Ghaib"
Wahyu
Pada bagian lain akan kami sampaikan uraian
Al-Qayyimah: Ajaran singkat tentang
yang Berkesinambungan apa yang
Pengetahuan, dan Kebenaran
dikemukakan para ilmuwan berkaitan dengan subyek ini. Pembaca disilakan menarik
kesimpulan sendiri berkenaan dengan kompatibilitas pernyataan Al-Quran dengan hasil
dari penelitian
Yang Mahakontemporer.
Agung danYang satu adalah
Maha skenario ternyata
Mengetahui menurut Al-Quran
ditunjang yangoleh
didasarkan
pada wahyu Ilahi, sedangkan yang lainnya terdiri dari komposisi berbagai teori, pernyataan
pengetahuan
dan yang telah
dugaan yang dibuat dimilikinya.
para ilmuwan yang mendasarkannya semata-mata pada investigasi
ilmiah. Setiap kali konklusi para ilmuwan dianggap sudah mapan dan sahih, pembaca akan
melihat bahwa nyatanya konklusi tersebut sejalan dengan pernyataan Al-Quran. Keadaan
iniKelangsungan
berjalan terus padahal
Hidup saatKarena
Al-Quran diwahyukan,atau
Kebetulan ilmuTakdir?
pengetahuan belum lagi cukup
maju untuk meneliti misteri kehidupan dan asal muasalnya. Tujuan ayat-ayat tersebut ialah

M engenai masalah
untuk mengingatkan
Wujud Pencipta
manusia dikelangsungan hidup,
abad-abad kemudian, pandangan
bahwa keyakinannya
bertolak-belakang dengan pendapat para naturalis. Menurut oleh
Yang Maha Agung
pengetahuan yang telah dimilikinya.
dan Maha Mengetahui
kitab suci Al-Quran, faktor kebetulan tidak memiliki peran besar
ternyata
Al-Quran
pada eksistensi
ditunjang

K dalam kelangsungan hidup suatu spesies atau individual. Tidak saja


kelompok
mara bahaya
Mengenai
spesies,
elangsungan
masalahyang
bahkan
hidup
mengepung
kelangsungan
individual
karena Kebetulanjuga,
hidup,mereka
ataucukup
pandangan
Takdir?terpelihara dari segala
yang bisa menjadi
Al-Quran ancamandengan
bertolak-belakang
bahaya kepunahan
pendapat para naturalis.mereka
Menurut setiap
kitabsaat.
suci Dengan
Al-Quran,demikian kelangsungan
faktor kebetulan tidak memiliki
peran besar dalam kelangsungan hidup suatu spesies atau
hidup mereka bukanlah karena faktor kebetulan. Malah sebenarnyaindividual. Tidak saja kelompok
spesies, bahkan individual juga, cukup terpelihara dari segala mara bahaya yang
lebih merupakan
mengepung mereka yangrencana proteksi
bisa menjadi yang bahaya
ancaman terencana, diterapkan
kepunahan dan saat.
mereka setiap
dipelihara
Dengan dengan
demikian baik dimana
kelangsungan semua bukanlah
hidup mereka itu teruskarena
menerus
faktorberoperasi
kebetulan. Malah
sebenarnya lebih merupakan rencana proteksi yang terencana,
dalam sejarah kehidupan. Dari antara sekian banyak ayat Al-Quran, diterapkan dan dipelihara
dengan baik dimana semua itu terus menerus beroperasi dalam sejarah kehidupan. Dari
yangsekian
antara berikut bisa ayat
banyak merupakan
Al-Quran,ilustrasi mengenai
yang berikut hal ini: ilustrasi mengenai hal
bisa merupakan
ini:

§±¨ #q\iÙ °-¯ œÈP\i<°Ã ÄÔ³[‹ r#ÁXT Àj\jØsV" W%XT Ä3\O×q)] ùkªÓV" W%XT ³V?5Ê r#Á Ä#°-ÙVU% W% Ä1Q ØÈWc Œ

XSÉF ÕCW%XT ž°O¯ Wm\I\B CW%XT W$×SV Ù ˆn_€U ÕC‰% 2Å=°K% ·ÄXS\y §²¨ ª$\ÈW)À-Ù Ènm¯[Ù ®Q\i›SM…–XT ª ÙkWÓÙ ¿2¯ ›WÃ

  ­mÙ%U ÕC°% œÈOW5S¾À[ÝÙVVf ž°O°ÝÚ \\ ÕC°%XT °OØc\iWc ©ÛØÜW C°K% ¸0›WªG \ÈÄ% œÈOV §ª©¨ ®qSM‰@¯ !®q\yXT ©#ÙjŠ¯ ‡ØbW*ԁÄ%

2ÀIV W%XT  œÈOV ‰jWmW% ZVÙ =ÄßSÀy 4×SV ¯ Œ \jXqU Vl¯ XT  ×1®M¦†ÁÝ5U
¯ W% TÈnªKmWÓÄc ³/\O $4×SV ¯ W% ÈnªKmWÓÄc Y ‹ E¯

§ªª¨ "$XT C°% ž°O°5TÀj C°K%

‘Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan dan apa
‘Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan dan apa yang kurang
yang kurang sempurna dalam kandungan rahim dan gugur, dan apa yang
sempurna dalam kandungan rahim dan gugur, dan apa yang diperkembangkan. Dan
diperkembangkan. Dan segala sesuatunya mempunyai ukuran yang tepat
segala sesuatunya mempunyai ukuran yang tepat pada-Nya. Dia-lah yang mengetahui
pada-Nya. Dia-lah yang mengetahui yang tersembunyi dan yang nampak,
yang tersembunyi dan yang nampak, Maha Besar tanpa tandingan, Maha Luhur. Siapa
Maha Besar tanpa tandingan, Maha Luhur. Siapa di antara kamu yang
di antara kamu yang merahasiakan perkataannya dan siapa yang menzahirkannya
merahasiakan perkataannya dan siapa yang menzahirkannya dengan
dengan terang-terangan adalah sama dalam ilmu Allah, dan begitu pula orang yang
bersembunyi pada waktu malam dan orang yang berjalan terang-terangan pada siang
hari. Untuk ia itu ada pergiliran penjaga-penjaga di hadapannya dan di belakangnya.
373 . .’
(S.13 Ar-Rad:9-12) 7
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IV

terang-terangan adalah sama dalam ilmu Allah, dan begitu pula orang yang
bersembunyi pada waktu malam dan orang yang berjalan terang-terangan
pada siang hari. Untuk ia itu ada pergiliran penjaga-penjaga di hadapannya
dan di belakangnya...’ (S.13 Ar-Rad:9-12)7

Khiralitas (Keberpihakan) di Alam

D i antara semua kitab-kitab suci, Al-Quran bersifat unik dalam


menyoroti masalah Khiralitas (keberpihakan) yang terkait
dengan perilaku sosial keagamaan. Kita bisa menjadi takjub tentang
signifikasi yang ditekankan pada kanan dan kiri. Hal yang sama juga
terdapat pada ajaran-ajaran perilaku dan petunjuk yang diberikan
oleh Rasulullah saw dimana masalah kanan dan kiri mempunyai
peran khusus dalam perilaku seorang Muslim. Sebagai contoh,
tangan kanan ditetapkan untuk mengerjakan segala hal yang baik dan
bersih, seperti makan dengan tangan kanan, melayani dari sisi kanan,
jangan menyentuh benda kotor dengan tangan kanan dan sebagainya.
Sebaliknya berlaku untuk tangan kiri. Karena itu jika ada seseorang
yang berjabat tangan dengan seorang Muslim, ia boleh merasa yakin
bahwa ia menggenggam tangan yang bersih. Dalam bahasan yang
secara komparatif lebih lengkap tentang keberpihakan dan khiralitas
ini, pembaca akan menemukan hal-hal yang mencengangkan berkaitan
dengan fenomena ini sebagaimana adanya di alam. Dari sana pembaca
akan meyakini kalau pengarang Al-Quran adalah juga Pencipta alam
semesta ini.
Penekanan ‘partialitas’ (sikap memihak) umumnya digunakan
untuk menunjukkan adanya suatu pilihan yang dilakukan tanpa suatu
alasan jelas mengapa hal itu dilakukan. Hanya saja jika diaplikasikan
kepada Wujud Tuhan, keawaman seseorang tentang mengapa Tuhan
memihak kepada keberpihakan tidak lantas berarti bahwa tidak ada
maksud tersembunyi dalam perilaku Tuhan yang bersifat selektif
demikian.

374
K hiralitas
kotor dengan(Keberpihakan)
tangan kanan dan di Alam
sebagainya. Sebaliknya berlaku untuk tangan kiri. Karena
itu jika ada seseorang yang berjabat tangan dengan seorang Muslim, ia boleh merasa yakin
Di antara semua kitab-kitab suci, Al-Quran bersifat unik dalam menyoroti masalah
bahwa ia menggenggam tangan yang bersih. Dalam bahasan yang secara komparatif lebih
Khiralitas (keberpihakan) yang terkait dengan perilaku sosial keagamaan. Kita bisa menjadi
takjublengkap
tentangtentang keberpihakan
signifikasi
Kehidupan yang
Konsep dan
ditekankan
MenurutKetuhanan khiralitas
Al-Bayyinah:
pada
Perspektif ini,dan
Pengenalan
kanan
Entropi
Wahyu
Suku-Suku
Al-Quran pembaca
Prinsip
dan kiri.
Al-Quran: akan
Kebenaran
dengan
Aliran
Hal
Keterbatasan
dan
WahyuAl-Quran
Sudut
Bangsa
Iman
menemukan
yang
Masalah Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
diRasionalitas,
sama
Pengantar
Agama
PandangAgama
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Individu
Ilahi
Kepada Alam
dan
dan
Fitrat Penderitaan
Kosmologi
diZoroaster
AgamaBuddha
Semestahal-hal
Nyata,
Sejarah
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
juga
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar
Masyarakat
Rasionalitas
"Yang
Suatu Tao
Bumi
Ghaib"
Wahyu terdapatyang
pada mencengangkan berkaitan
ajaran-ajaran perilaku dandengan fenomena
Al-Qayyimah:
petunjuk iniAjaran
sebagaimana
yang diberikan yang
oleh adanya di
Berkesinambungan
Rasulullah
Pengetahuan, dan Kebenaran alam.
saw Dari
dimanasana
masalah pembaca
kananakan
dan meyakini kalau pengarang
kiri mempunyai peran khususAl-Quran adalah
dalam juga Pencipta
perilaku seorang alamMuslim.semesta ini.
Sebagai
contoh, tangan kanan ditetapkan
Penekanan untuk memihak)
‘partialitas’ (sikap mengerjakan segaladigunakan
umumnya hal yang untukbaik dan bersih,
menunjukkan
sepertiadanya
makansuatudengan tangan
pilihan yang kanan,
dilakukanmelayani
tanpa dari sisi
suatu kanan,
alasan jelasjangan
mengapa menyentuh
hal itu benda
dilakukan.
Dengan
kotor dengan bertambah
tangan kanan danmajunya
sebagainya. ilmu pengetahuan
Sebaliknya dalamtangan
berlaku untuk usahanya kiri. Karena
jikaHanya
itumenggali saja jika diaplikasikan
pemahaman
ada seseorang yang
yang berjabat kepada
tangan Wujud Tuhan,
lebih dengan
dalam
keawaman
lagi berarti
seorang tentang
Muslim,seseorang
bolehtentang
iarantai atau
merasa mengapa
yakin
bahwa ia menggenggam tangan yang bersih. Dalam bahasan yang secara komparatifmaksud
Tuhan memihak kepada keberpihakan tidak lantas bahwa tidak ada lebih
rangkaian
lengkap tersembunyi
tentangkausa
dalamdan
keberpihakan efek,
perilaku banyak
Tuhan
dan kemudian
yang bersifat
khiralitas selektifmuncul
ini, pembaca demikian. pola perilaku
akan menemukan hal-hal yang
mencengangkan Denganberkaitan denganmajunya
bertambah fenomenailmu ini sebagaimana
pengetahuan adanya dalam diusahanya
alam. Dari sana
menggali
alam yang
pembaca
tadinya
akan meyakini
tidak diketahui
kalaudalam
pengarang
untuk
Al-Quran
menambah
adalah
pemahaman.
pemahaman yang lebih lagi tentang rantai ataujuga Pencipta
rangkaian alamdan
kausa semesta
efek, ini.
banyak
Penekanan ‘partialitas’ (sikap memihak) umumnya digunakan untuk menunjukkan
adanya kemudian muncul
suatu pilihan yangpola perilaku tanpa
dilakukan alam suatu
yang tadinya tidakmengapa
alasan jelas diketahuihaluntuk menambah
itu dilakukan.
Seleksi Alam
pemahaman. dan Kelangsungan Hidup bagi yang
Hanya saja jika diaplikasikan kepada Wujud Tuhan, keawaman seseorang tentang mengapaTercakap

TS
Tuhan memihak kepada keberpihakan tidak lantas berarti bahwa tidak ada maksud
anpadalam
tersembunyi suatuperilaku
keraguan,
TuhanAl-Quran berulang-kali
yang bersifat menyatakan bahwa
selektif demikian.
Dengan bertambah majunya ilmu pengetahuan dalam usahanya menggali
pada
pemahaman setiap
eleksi
yangalam langkah
dan
lebih penciptaan
Kelangsungan
dalam lagi hidup
tentang pasti ada
bagiatau
rantai pilihan
tercakapyang
yangrangkaian kausadilakukan
dan efek, banyak
dan setiap kalinya itu yang menjadi pemilih bukan yang disebut sebagai
kemudian muncul pola perilaku alam yang tadinya tidak diketahui untuk menambah
Tanpa suatu keraguan, Al-Quran berulang-kali menyatakan bahwa pada setiap langkah
pemahaman.
operator butapasti
dariada
seleksi
pilihanalam,
yang melainkan
dilakukan dantangan Tuhanitusendiri Yang pemilih

S
penciptaan setiap kalinya yang menjadi
Maha Mengetahui dan Maha Melihat. Secara spesifik dinyatakan:tangan Tuhan
bukan yang disebut sebagai operator buta dari seleksi alam, melainkan
sendirialam
eleksi Yangdan
Maha Mengetahui dan
Kelangsungan Maha
hidup Melihat.
bagi yang Secara spesifik dinyatakan:
tercakap
Tanpa suatu keraguan, Al-Quran berulang-kali menyatakan bahwa pada setiap langkah
penciptaan§¯±¨pasti ¯nՓÈd „pilihan
WDSÁada -Wà rQ"›\ÈV"XTyang U×Ày  ÅQXn]m°cÙ Ä1dan
 ]C›\dilakukan ÀIV |E %  ÃqW)ÙcVfXT ÃÄitu
 Wkalinya
setiap W% ÀÉ ÙcVfmenjadi
W‘Rd yang | {XqXT pemilih
^
bukan yang disebut sebagai operator buta dari seleksi alam, melainkan tangan Tuhan
sendiri Yang ‘Tuhan
Maha Mengetahui
engkau menciptakan dan Maha apaMelihat.yang Dia Secara spesifik
kehendaki dandinyatakan:
memilih siapa yang Dia
‘Tuhan engkau menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilih siapa
kehendaki. Mereka tidak berhak memilih. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi di atas apa
§¯±¨ WDyang ¯nDia
ՓÈd „-
SÁyang Wà rQ"›\ÈV"sekutukan
kehendaki.
mereka ›\U×dengan
XT  ]CMereka Ày  ÅQXn]mtidak
°cÙDia.’
 Ä1ÀIVberhak
|E
(S.28 W%  ÃqW)ÙcVfXT ÃÄMaha
memilih.
Al-Qashash:69) W‘Rd8 W% ÀSuci
É ÙcVf |^ {XqXT dan
Allah
Maha Tinggi di atas apa yang mereka sekutukan dengan Dia.’ (S.28 Al-
‘Tuhan engkau menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilih siapa yang Dia
Qashash:69)
Penekanan
kehendaki. Mereka
8 yangtidaksamaberhak jugamemilih.
tersiratMaha dalamSuci
ayat-ayat
Allah dan berikut:
Maha Tinggi di atas apa
yang mereka sekutukan dengan Dia.’ (S.28 Al-Qashash:69) 8
Penekanan yang sama juga tersirat dalam ayat-ayat berikut:
§®²¨ WDSÁ ¯ ›VcÙyang
Penekanan  ÀCÔUW5sama
Ø3U àœÈOW5juga
SÁ É ÙcU% tersirat
Ô È)5U XÄ §®±¨
2 WDSÄ=Õ-É"ayat-ayat
dalam ‰% /ÅÊØcXÄWmVÙU berikut:
§®°¨ WDSÉ°Fi_¡É" Y×SQ VÙ ×1Å›R<Ù Q \\ ÀCÙVZ8

¯ ›VWcÙ% r¯ÀCÛ ÔU×1W5ÅØ3\…°‘


§®²¨ WDSÁY U àœ<È5ÈOXTW5SÁ×1 ÅÉ ÙcQ U%›V:Ù%2
Ô U È)5UW$ XÄ°FiW}5§®±¨ ‰%¨/ÅÊWÛØcXÄÜ°WmSÈVÙU ԁ\-§®°¨
DU WDr Q"SÄWÃ=Õ-É" §¯© ¯ ÀCWDÙVZ8SÉW°Fi%XT_¡_1É" ×SY\-×SÙQ VÙ Ã×1ÅÅX=Øo›R<WÙ WQ 5\\×q„iC
À VÙVZ8ÀCÙVZ8

Y W% r¯Û ×1Å\…°‘<È5XT ×1ÅQ ›V:Ù%U W$°FiW}5 DU r


Ô2È)5U XÄ §¯¬¨ |ESÉ2ÄmÙVU% ‰% /ÅÊØcXÄWmVÙU §¯«¨ WD§¯©TĨmŠWÛ[kÜ°V"SȁYԁ
 Q"WÃ
×SQ VÙ\-¯rQÀCT:]ÙVZ8 QQWU
%ՑXT ‰<_1
 ¿2×S\-È*Ø+Ù®!WÃÃÕiÅV X=ØoVWXT W5×q§¯ª„i¨V WDÀCSÀÙV-Z8Q ØÈV"
Ô2È)5U XÄ §¯¬¨ |ESÉ2ÄmÙVU% ‰% /ÅÊØcXÄWmVÙU §¯«¨ WDTÄmŠ[kV" Y×SQ VÙ rQT:] QQU
Ց‰< ¿2È*Ø+®!Wà ÕiV VXT §¯ª¨ WDSÀ-Q ØÈV"
§¯¯¨ WDSÄ%WmÙÓÀ-V 5¯ §¯®¨ WDSÀIŠ[ÝV" Ô2È)Ú VÀVÙ 8-›V¼ÄO ÈO›R<Ú \È\HV ÃÄW‘Q6 ×SV §¯­¨ WDSÄîqš‰s ÀCÙVZ8 Ø3U àœÈOW5SÄÃXqØsV"
§¯¯¨ WDSÄ%WmÙÓÀ-V 5¯ §¯®¨ WDSÀIŠ[ÝV" Ô2È)Ú VÀVÙ 8-›V¼ÄO ÈO›R<Ú \È\HV ÃÄW‘Q6 ×SV §¯­¨ WDSÄîqš‰s ÀCÙVZ8 Ø3U àœÈOW5SÄÃXqØsV"
ÀCÙVZ8 Ø3U ©DØsÀ-Ù ]C°% ÈPSÀ-È)ÙWs5U ×1È)5U XÄ §¯±¨ WDSÈXnՓQ# s°Š XÄ\-Ù ¿2È)ØcXÄWmVÙU §¯°¨ WDSÄ%TÄmÙV[& ÀCÙVZ8 ×#W
ÀCÙVZ8 Ø3U ©DØsÀ-Ù ]C°% ÈPSÀ-È)ÙWs5U ×1È)5U XÄ §¯±¨ WDSÈXnՓQ# s°Š XÄ\-Ù ¿2È)ØcXÄWmVÙU §¯°¨ WDSÄ%TÄmÙV[& ÀCÙVZ8 ×#W

W  TÃqSÉ" ³ª/Š Xq‰= ¿2È)ØcXÄWmVÙU §°©¨ |ETÄmÅՑQ# Y ×SQ VÙ =C\CÊ ÈO›X=Ú \È\B ÃÄW‘Q6 ×SV §¯²¨ D
 §°ª¨ D W SÅ®t?À-Ù 193
193
 
§°¬¨ WÛÏ©SÙ À-Ú °L ;țW*W%XT <QWm°ÖkV" \I›R<Ú \È\B ÀCÙVZ8 §°«¨ |ESŋ°‘<À-Ù ÀCÙVZ8 Õ4U SMV(Wm\H[‰ ×1É"Ú
W‘6U Ô2È)5U XÄ

‘Kami telah menciptakan kamu, kemudian mengapakah kamu tidak menerima


kebenaran? Apakah gerangan yang kamu pikirkan tentang nutfah yang kamu keluarkan?
Kamukah yang menciptakannya ataukah Kami sang Pencipta? Kami telah mentakdirkan
kematian bagi kamu sekalian dan Kami tidak dapat dihalangi. Dari hal 375Kami
menggantikan kamu dengan yang lain seperti kamu, dan dari hal Kami mengembangkan
kamu ke dalam suatu bentuk yang tidak kamu ketahui. Dan sesungguhnya, kamu telah
mengetahui kejadian pertama. Kemudian mengapakah kamu tidak mau merenungkan?
Adakah kamu melihat apa yang telah kamu tanamkan? Kamukah yang
menumbuhkannya, ataukah Kami, Maha Penumbuh? Sekiranya Kami menghendaki,
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IV

‘Kami telah menciptakan kamu, kemudian mengapakah kamu tidak menerima


kebenaran? Apakah gerangan yang kamu pikirkan tentang nutfah yang kamu
keluarkan? Kamukah yang menciptakannya ataukah Kami sang Pencipta?
Kami telah mentakdirkan kematian bagi kamu sekalian dan Kami tidak dapat
dihalangi. Dari hal Kami menggantikan kamu dengan yang lain seperti kamu,
dan dari hal Kami mengembangkan kamu ke dalam suatu bentuk yang tidak
kamu ketahui. Dan sesungguhnya, kamu telah mengetahui kejadian pertama.
Kemudian mengapakah kamu tidak mau merenungkan? Adakah kamu
melihat apa yang telah kamu tanamkan? Kamukah yang menumbuhkannya,
ataukah Kami, Maha Penumbuh? Sekiranya Kami menghendaki, niscaya
Kami menjadikan semua itu tunggul jerami kekeringan, lalu kamu akan
terus meratap “Kami dibebani utang. Bahkan sebenarnya kami sama sekali
kehilangan segala sesuatu.” Adakah kamu memperhatikan air yang kamu
minum? Kamukah yang menurunkan air itu dari awan, ataukah Kami, Maha
Penurun? Sekiranya Kami menghendaki, niscaya Kami menjadikannya pahit.
Kemudian mengapakah kamu tidak bersyukur? Adakah kamu memperhatikan
api yang kamu nyalakan? Kamukah yang menumbuhkan pohon untuknya,
ataukah Kami, Maha Penumbuh? Kami menjadikannya sebagai peringatan
dan manfaat bagi orang-orang musafir.’ (S.56 Al-Waqiah:58-74)9

Ayat-ayat tersebut secara berulang-ulang dan dengan penekanan


mengingatkan manusia kepada kenyataan bahwa adalah Tuhan yang
menjadi Pencipta dan hanya Dia sendiri yang telah melakukan pilihan-
pilihan. Proses pengambilan keputusan tidak diserahkan kepada faktor
kebetulan dan tidak juga kepada benda-benda yang merupakan hasil
ciptaan. Pada setiap saat adalah Tuhan yang melakukan pilihan dan
beroperasi sebagai sang Selektor Agung.
Tidak ada seleksi membuta dalam memilih karakter dengan
berevolusinya kehidupan. Adalah Tuhan melalui cobaan-cobaan yang
terjadi di antara kehidupan dan kematian yang menjadikan mungkin
bagi kehidupan untuk berevolusi dalam karakter, desain, gaya dan
bentuk kelangsungan hidup. Dalam rencana akbar demikian, tidak
akan ditemui cacat apa pun karena Dia itulah yang telah mengatur
dari Arasy-Nya dengan kebijaksanaan yang bersifat mutlak. Tidak
di mana pun juga manusia bisa menemukan cacat atau kontradiksi
dalam ciptaan-Nya. Hakikat ayat-ayat di atas kiranya menjadi jelas.

376
Kehidupan Menurut
Konsep Al-Bayyinah:
Perspektif
Ketuhanan Entropi
Wahyu
Suku-Suku
Al-Quran Prinsip
Pengenalan
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Al-Quran
Masalah
Agama
PandangAgama
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Individu Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Alam
dan Nyata,
Sejarah
diRasionalitas,
Pengantar Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Kosmologi
diZoroaster
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Masyarakat
Wahyu
Iman Ilahi
Kepada dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu Ghaib"
Wahyu
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

Dalam hipotesa Darwin tentang Survival of the Fittest


(kelangsungan hidup bagi yang tercakap) sebagaimana akan kami
bahas nanti, sama sekali tidak ada jaminan adanya kinerja tanpa
cacat yang akan selalu berujung pada kelangsungan hidup dari
yang tercakap. Sebaliknya, sebagian dari hewan yang disebutkan
olehnya bisa bertahan dalam pergulatan, jadinya hanya cukup cakap
untuk selamat dari tantangan khusus yang tertentu saja. Sepanjang
menyangkut mutu kehidupan yang lebih tinggi, selamatnya seekor
hewan saja dalam suatu situasi tertentu, tidak akan memberikan
jaminan bahwa bersamanya akan terpelihara mutu baik tersebut.
Masalahnya karena tidak ada ruang bagi wujud Selektor yang Sadar
dalam skema tersebut yang mampu memilih karakter yang lebih baik
yang akan dimunculkan dari suatu pergulatan di antara kehidupan
dan kematian. Visi Al-Quran tentang sistem kinerja universal tanpa
cacat sudah mengendalikannya sampai ke detailnya yang paling halus
sehingga tidak dimungkinkan adanya cacat dan kekurangan untuk
menyusup ke dalam skema segala sesuatu:

×ÅvcU ×1ÅXSÉ ×Xk° QQSXkSVÙXT _1×S\-Ù WQ \] s°Š §ª¨ Îmc°iV ÄÔ³[‹ ©G#Å rQ"Wà XSÉFXT ÁÚ À-Ù ®P°iXk¯ s°Š 
[ Wm›WV"

¨C›X+ØSˆm ©Ú \\ c¯Û sWmV" ‰% ?W°» 1šXS›\-\y \Ì×\y WQ \] s°Š §«¨ ÃqSÁÝWÓÙ Ãsc®u\ÈÙ XSÉFXT  9ZX.Wà ÀC_ÕOU

Èn_§WÙ \ÙkV¯ Ô ¯ V =Wc ©ÛØÜV"ˆm[ Xn_§WÙ §Ì¦B×q ˆ1É2 §¬¨ qSżÉÙ C°% sWmV" ×#\F Xn_§WÙ §Ì¦B×qVÙ 1ÃS›[ÝV" C°%

§­¨ ¸nm¦\O XSÉFXT ;…¦yV]

‘Maha beberkatlah
‘Maha DiaDia
beberkatlah yang
yangdidiTangan-Nya
Tangan-Nyaada Kerajaan dan
ada Kerajaan danDia
Diamempunyai
mempunyai
kekuasaan atas segala sesuatu; yang menciptakan kematian dan kehidupan, supaya Dia
kekuasaan atas segala sesuatu; yang menciptakan kematian dan kehidupan,
menguji kamu, siapa di antara kamu yang terbaik amalnya, dan Dia Maha Perkasa,
Maha supaya Dia menguji
Pengampun; kamu,
yang telah siapa di antara
menciptakan tujuh kamu
petala yang
langit terbaik
dengan amalnya, dan
serasi. Engkau
tidakDia Maha
akan Perkasa,
melihat Maha Pengampun;
ketidak-pantasan di dalam yang telah Tuhan
penciptaan menciptakan
Yang Mahatujuh petala
Pemurah.
Olehlangit
karena itu pandanglah
dengan lagi! tidak
serasi. Engkau Adakah engkau
akan melihat
melihat suatu cacat? di
ketidak-pantasan Kemudian
dalam
pandanglah
penciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah. Oleh karena itu pandanglahengkau
lagi, niscaya penglihatan engkau hanya akan kembali kepada lagi!
dengan bingung dan letih, karena tidak menemukan ketidakserasian’ (S.67 Al-Mulk:2-
5) 10
Adakah engkau melihat suatu cacat? Kemudian pandanglah lagi, niscaya
penglihatan engkau hanya akan kembali kepada engkau dengan bingung dan

P
letih, karena tidak menemukan ketidakserasian’ (S.67 Al-Mulk:2-5)10

ermainan Catur atau Judi!


Sebagian ayat-ayat di atas berkaitan dengan terciptanya suatu skenario tentang adanya
tangan pembimbing dari suatu wujud perencana yang telah melakukan perencanaan 377 dan
pelaksanaan dengan kepiawaian mutlak. Setiap mahluk di atas papan catur penciptaan maju
satu kotak ke kotak lainnya menuju suatu destinasi yang telah ditetapkan. Visi penciptaan
demikian tidak menyisakan ruang bagi evolusi yang tidak terkendali dan tidak terarah.
Nyatanya keseluruhan skema segala sesuatu, baik yang bersifat biotika atau pun pra-biotika,
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IV

Permainan Catur atau Judi!


Sebagian ayat-ayat di atas berkaitan dengan terciptanya suatu skenario
tentang adanya tangan pembimbing dari suatu wujud perencana yang
telah melakukan perencanaan dan pelaksanaan dengan kepiawaian
mutlak. Setiap mahluk di atas papan catur penciptaan maju satu
kotak ke kotak lainnya menuju suatu destinasi yang telah ditetapkan.
Visi penciptaan demikian tidak menyisakan ruang bagi evolusi yang
tidak terkendali dan tidak terarah. Nyatanya keseluruhan skema segala
sesuatu, baik yang bersifat biotika atau pun pra-biotika, diuraikan
dalam Al-Quran sebagai suatu perencanaan yang bernas dan terlepas
dari segala kerancuan.
Membangun thema yang sama tentang keteraturan alam semesta,
Al-Quran menolak gagasan tentang kemungkinan adanya Tuhan lain
karena hal itu hanya akan menimbulkan pertentangan yang akan
menghumbalangkan segala keteraturan.

S ejauh ini bahasan kami baru merupakan pengantar. Berikutnya


kami akan membahas secara lebih rinci subjek-subjek yang sama,
bab demi bab dan kategori demi kategori.

Referensi
1. Terjemahan 67:2-4 oleh penulis.
2. Terjemahan 71:14-15 oleh penulis.
3. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.
4. Terjemahan 3:60 oleh penulis.
5. Terjemahan 6:3 oleh penulis.
6. Terjemahan 13:9-12 oleh penulis.
7. Terjemahan 6:3 oleh penulis.

378
Kehidupan Menurut
Konsep Al-Bayyinah:
Perspektif
Ketuhanan Entropi
Wahyu
Suku-Suku
Al-Quran Prinsip
Pengenalan
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Al-Quran
Masalah
Agama
PandangAgama
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Individu Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Alam
dan Nyata,
Sejarah
diRasionalitas,
Pengantar Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Kosmologi
diZoroaster
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Masyarakat
Wahyu
Iman Ilahi
Kepada dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu Ghaib"
Wahyu
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

8. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat


Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.
9. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.
10. Terjemahan 67:2-5 oleh penulis.

379
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

ASAL MULA KEHIDUPAN:


BERBAGAI TEORI DAN PENDAPAT

B erabad-abad, bahkan beribu tahun sudah para ahli filsafat


mencoba menguraikan teka-teki tentang eksistensi dan asal mula
alam semesta. Pada masa kini, perhatian mereka lebih terfokus secara
khusus pada asal mula terciptanya kehidupan. Dilema yang mereka
hadapi ialah siapa yang mendahului siapa, apakah ayam yang meletakan
telur atau telur yang menetas menjadi ayam? Tantangan terberat yang
mereka hadapi adalah tentang bentuk penciptaan material organik.
Material organik merupakan produk kehidupan, sedangkan kehidupan
itu sendiri merupakan produk dari material organik. Bagaimana
prosesnya sehingga bahan kimia anorganik berubah menjadi organik
sebelum terciptanya suatu bentuk kehidupan?
Problem yang menghadang para peneliti ternyata bersifat paradoks.
Setiap problem yang berhasil dipecahkan malah menimbulkan lebih
banyak lagi problem baru yang mungkin lebih sulit dipecahkan. Setiap
pertanyaan yang terjawab mengarah kepada serangkaian pertanyaan lain
yang belum terjawab. Dengan berlangsungnya kegiatan penelitian dan
bertambah banyak ilmuwan yang berpartisipasi, terkadang sepertinya
beberapa peneliti berhasil menemukan harta karun. Adanya temuan
demikian menimbulkan kegemparan di antara sebagian mereka yang
cenderung melebih-lebihkan hasil temuan mereka jika kebetulan
sejalan dengan gambaran konsep mereka tentang bagaimana proses
sesuatu seharusnya berlaku. Sebagian lainnya bersikap lebih berhati-
hati dan selalu mengingatkan rekannya agar jangan tergesa-gesa
mengambil kesimpulan. Pencarian bukti petunjuk yang secara ilmiah
memenuhi syarat untuk menjawab pertanyaan mereka telah dilakukan

380
Kehidupan Menurut
Konsep Al-Bayyinah:
AsalPerspektif
Ketuhanan
Mula Entropi
Wahyu
Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Pengenalan
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
dengan
Aliran
Al-Quran:Wahyu,
Keterbatasan
Al-Quran
Masalah
Pandang
Agama
Aborigin
Kehidupan
Berbagai Teori
Individu Yang
Perspektif
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
Agama
dan
Alam
dan
dan Nyata,
Sejarah
diRasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Kosmologi
diZoroaster
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Wahyu
Iman Ilahi
Kepada dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu Ghaib"
Wahyu
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

manusia ke berbagai penjuru. Sampai saat ini solusi yang mereka


tawarkan belum sepenuhnya diterima bersama oleh komunitas ilmiah.
Ilmuwan yang satu bereaksi lain terhadap teori ilmuwan lainnya.
Sebagian menolaknya mentah-mentah dan lebih mengutamakan
pandangan mereka sendiri, sedangkan yang lainnya mau menerima
tetapi hanya sebagian. Namun secara keseluruhan, arah umum dari
semua penelitian itu telah mengemuka dan bertambah jelas dengan
berjalannya waktu. Ditemukan bukti-bukti baru yang mendukung
sebagian dari temuan-temuan yang difavoritkan oleh komunitas
ilmiah.
Tujuan pembahasan ini tidak bermaksud untuk memusingkan
pembaca dengan berbagai istilah atau paradigma ilmiah, meski memang
ada juga yang harus digunakan karena tak terelakkan. Tujuannya
adalah mencari keterkaitan antara data ilmiah dengan ayat-ayat Al-
Quran yang relevan. Sedapat mungkin, bahasanya disederhanakan agar
pembaca paling awam yang tidak mengenal secara mendalam istilah-
istilah ilmiah bisa tetap mengikutinya, sepanjang yang bersangkutan
tetap tekun mengikuti. Sungguh suatu hal yang sulit, namun kami
harap tidak merupakan hal yang mustahil.
Pembahasan ini akan membantu pembaca untuk menyadari
bahwa tidak ada pernyataan dalam Al-Quran yang ternyata keliru yang
terkait dengan asal mula kehidupan dan evolusi yang mengikutinya.
Sebaliknya bahkan, kecenderungan umum dari penelitian terus
mendukung skenario penciptaan kehidupan sebagaimana dikemukakan
Kitab ini. Kami yakin pembaca akan terpesona, lebih ajaib dari cerita
masa kanak-kanak tentang Alice di negeri dongeng dahulu. Keajaiban
negeri dongeng Alice hanya bersifat fiksi, sedangkan perjalanan yang
akan kita lakukan ke masa lalu berkendara sayap wahyu Ilahi malah
ditunjang oleh pembuktian ilmiah. Semua itu bukan karangan fiksi.
Memang benar-benar merupakan negeri nyata yang penuh keajaiban
dan misteri tentang ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.

381
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

Teori-Teori Awal Mula Kehidupan


Sekarang mari kita visualisasikan dengan bantuan penelitian ilmiah,
imaji tentang lingkungan dan atmosfir sekeliling bumi sebagai mana
adanya sekitar 3,5 milyar tahun sebelum awal mula kehidupan. Atmosfir
pada masa itu diperkirakan bersifat anoksik (luput dari oksigen bebas).
Tidak ada bentuk kehidupan yang bergantung ada metabolismenya
untuk pelepasan enerji melalui oksidasi yang mungkin bisa hidup dalam
atmosfir demikian. Nyatanya ketiadaan oksigen tersebut merupakan
prasyarat guna proses sintesa material organik dari bahan-bahan kimia
anorganik. Karena itu berdasar takdir sebagaimana yang kita yakini,
atau faktor kebetulan jika menurut ilmuwan sekuler, demikian itulah
yang terjadi selama 3,5 milyar tahun pertama dari umur bumi yaitu
atmosfir bumi luput dari oksigen. Waktu itu juga tidak ada lapisan
pelindung ozone di stratosfir. Material kimia yang mengawali bentuk
kimia organik yang mapan harus berevolusi tanpa adanya oksigen:
‘J. B. S. Haldane, ahli bio-kimia bangsa Inggris, adalah yang pertama yang
menyadari bahwa atmosfir tipis tanpa oksigen bebas merupakan prasyarat
evolusi kehidupan zat organik yang tidak hidup.’ 1

Ketiadaan lapisan ozone memungkinkan terjadinya semburan


radiasi berenerji tinggi dari kosmos untuk mencapai bumi tanpa ada
penghalang. Hantaman-hantaman enerji kosmos yang sangat intens
itu menjadi sarana dalam pembentukan organisme pra-biotika yang
membantu mentransfer material dari keadaan anorganik menjadi
organik. Sintesa kimia anorganik di dalam samudra lautan menjadi
kimia organik awal seperti asam amino, pada awalnya dipicu oleh
radiasi kosmos dalam atmosfir yang anoksik. Reaksi kimia ini berawal
dari molekul anorganik sederhana seperti air, karbon dioksida dan
ammonia. Dengan berjalannya proses ini menurut Haldane, lautan
primitif mencapai konsistensi seperti sup yang panas (sup primordial
= primordial soup).2

382
Kehidupan Menurut
Konsep Al-Bayyinah:
AsalPerspektif
Ketuhanan
Mula Entropi
Wahyu
Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Pengenalan
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
dengan
Aliran
Al-Quran:Wahyu,
Keterbatasan
Al-Quran
Masalah
Pandang
Agama
Aborigin
Kehidupan
Berbagai Teori
Individu Yang
Perspektif
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
Agama
dan
Alam
dan
dan Nyata,
Sejarah
diRasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Kosmologi
diZoroaster
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Wahyu
Iman Ilahi
Kepada dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu Ghaib"
Wahyu
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

Hasil penelitian Haldane diterbitkan tahun 1929 dalam


Rationalist Annual tetapi dari lingkungan ilmiah sendiri tidak ada yang
memberikan perhatian yang serius. Beberapa tahun sebelum Haldane,
ada seorang ilmuwan Rusia bernama A. I. Oparin juga mempublikasikan
sebuah monograf kecil di Rusia pada tahun 1924 yang berisi konsep
pemikiran yang sama tentang awal mula kehidupan. Artikel ini juga
tidak mendapat perhatian yang lainnya. Keduanya secara bersamaan
dan secara independen membahas masalah bagaimana zat organik bisa
disintesa dari zat anorganik sebelum awal dari evolusi biotika.

Tonggak Sejarah Baru

S etelah Oparin dan Haldane, beberapa ilmuwan lain menjadi


terkenal karena mengolah hal penelitian yang sama. Dalam periode
ini tidak diragukan adalah Harold C. Urey dari American University di
Chicago yang memberikan kontribusi teoritis yang terbesar di bidang
ini. Ia menyatakan kembali thesis Oparin dalam bukunya The Planets3
dan menghidupkan kembali minat para ilmuwan dalam riset mereka
tentang asal mula kehidupan. Dalam bidang riset praktis adalah Stanley
L. Miller, murid Urey, yang menjadi fokus sorotan para ilmuwan di
tahun 1953. Ia ini berdasarkan teori Urey membentuk ulang atmosfir
bumi purba dalam sebuah apparatus tabung gelas yang tertutup.
Tabung tersebut diisi beberapa liter gas metan, ammonia dan hidrogen
sebagai gambaran dari atmosfir di saat itu menurut pandangan para
ilmuwan. Dalam campuran itu ditambahkannya air. Dipasangkan
sebuah alat untuk menimbulkan percikan api mensimulasikan petir
dan sebuah kumparan panas menjaga agar air tetap mendidih. Dalam
waktu beberapa hari muncul bercak kemerahan di dinding kaca yang
setelah dianalisis ternyata kaya mengandung asam amino, sehingga
Miller amat gembira jadinya 4. Untuk diingat, adalah asam amino ini
yang jika bergabung akan membentuk protein yang menjadi bahan
dasar fondasi kehidupan.

383
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

Pada saat itu, temuan eksperimen tersebut dianggap sebagai


bukti mencengangkan bahwa zat organik yang menjadi prasyarat
pembentukan kehidupan bisa berasal dari interaksi atmosfir normal
dengan air laut sehingga menghasilkan ‘sup primordial.’ Berikutnya
bermunculanlah fiksi ilmiah yang berakar pada temuan tersebut.
Banyak ilmuwan dalam motivasi tinggi kemudian memprediksi
bahwa tidak lama lagi kehidupan bisa juga diciptakan di dalam tabung
percobaan. Bertahun-tahun kemudian, Miller sendiri dengan sendu
terpaksa mengaku bahwa:
‘Masalah tentang awal mula kehidupan ternyata jauh lebih rumit dan sulit
dibanding perkiraanku atau pun perkiraan orang-orang lainnya.’5

Penemuan bersejarahnya dilakukan tahun 1953 saat ia masih


berusia duapuluh tiga tahun ketika masih mahasiswa di Universitas
Chicago. Kebetulan pada tahun yang sama terjadi juga penelitian
penting lainnya yang ternyata juga berkaitan dengan masalah yang
sama. Untuk pertama kalinya struktur Deoxyribonucleic Acid (DNA)
ditemukan oleh Watson dan Crick. DNA bersama-sama dengan RNA
(Ribonucleic Acid) merupakan batu bata fundamental pembentuk
kehidupan. Temuan ini malah memunculkan tantangan baru yang
lebih besar lagi tentang visualisasi bagaimana kehidupan berawal dari
bentuk zat organik primitif menjadi zat yang demikian kompleks
yang katanya tercipta secara aksidental seperti anggapan para ilmuwan
tersebut.
Problemnya menjadi berlapis-lapis. Dari sekian banyak
pertanyaan yang muncul adalah apa dan bagaimana suatu faktor
kebetulan yang mirip hitungan probabilitas dalam suatu perjudian
bisa membentuk zat anorganik untuk dikonversi menjadi zat organik
awal yang menjadi prasyarat dari fondasi kehidupan. Kembali meneliti
ulang eksperimen awal dari Miller, hasil sampel pertama dari uji coba
laboratoriumnya diperiksa ulang secara teliti oleh banyak ilmuwan.

384
Kehidupan Menurut
Konsep Al-Bayyinah:
AsalPerspektif
Ketuhanan
Mula Entropi
Wahyu
Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Pengenalan
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
dengan
Aliran
Al-Quran:Wahyu,
Keterbatasan
Al-Quran
Masalah
Pandang
Agama
Aborigin
Kehidupan
Berbagai Teori
Individu Yang
Perspektif
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
Agama
dan
Alam
dan
dan Nyata,
Sejarah
diRasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Kosmologi
diZoroaster
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Wahyu
Iman Ilahi
Kepada dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu Ghaib"
Wahyu
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

Sebagian dari mereka lalu menemukan cacat besar dalam eksperimen


Miller sehingga menyurutkan kegemilangan hasil karyanya.
Salah satu keberatan yang diajukan terhadap hasil eksperimennya
adalah karena dilakukan dengan tabung percobaan yang sederhana.
Air yang menjadi substitusi air laut selalu berada dalam keadaan
mendidih, sedangkan kondisi alamiah pada masa purba tersebut tidak
memungkinkan pandangan atau proposisi demikian. Seharusnya
proses tersebut terjadi pada penghangatan air laut yang terkendali
selama bermilyar-milyar tahun lamanya.
Beberapa ilmuwan malah mengemukakan pandangan tentang
awal yang dingin untuk terjadinya sintesa kehidupan dan bukan awal
yang basah sebagaimana dikemukakan Miller. Mereka berpandangan
bahwa sintesa zat organik terjadi pada zat kimia yang bersifat solid dan
bukannya menurut skenario air yang mendidih.
Beberapa lainnya malah lebih jauh lagi dengan mengusulkan
bahwa bahan kimiawi organik awal tersebut tidak harus tercipta
di bumi. Guna mendukung pandangannya itu, mereka merujuk
pada penelitian tentang batu meteor yang beberapa diantaranya
diketahui mengandung asam amino dalam jumlah banyak. Nyatanya
eksperimen Miller hanya menghasilkan 35 asam amino dibanding
dengan 52 yang ditemukan pada analisis benda angkasa. Namun
mereka yang mengunggulkan konsep ‘awal basah’ yang bermula dari
lautan, mengajukan bantahan balik atas proposal seperti itu. Salah
satu keberatan itu dikaitkan dengan hal sudah menjadi pengetahuan
umum tentang fenomena gesekan atmosfir yang menimbulkan panas
tinggi saat batu meteor melintas masuk atmosfir bumi. Friksi demikian
akan meningkatkan suhu batu meteor itu sedemikian tinggi sehingga
menjadikannya menyala. Karena itu semua zat organik yang dibawa
oleh batu menyala tersebut pasti sudah punah di udara sebelum
mencapai bumi. Adanya asam amino pada batu meteor demikian

385
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

menurut para kritikus, mengindikasikan adanya kontaminasi setelah


batu itu mendarat di bumi dan kemudian mendingin.
Ilmuwan yang lainnya bersikeras bahwa mungkin saja zat
organik demikian mencapai bumi dengan aman dari angkasa tanpa
harus punah terkena panas karena friksi dengan atmosfir, dengan
mengemukakan adanya sarana transportasi lain yang bebas dari cacat
tersebut. Mereka mengemukakan bahwa bisa saja zat organik dibawa
oleh partikel-partikel yang terbungkus es seperti yang terdapat pada
ekor komet. Bisa saja partikel-partikel itu turun ke bumi perlahan-
lahan sebagaimana embun.
Kembali kepada eksperimen bersejarah yang dilakukan Miller
dan badai yang ditimbulkannya, tidak membutuhkan waktu lama
untuk kemudian semuanya tenang kembali. Dalam keadaan tenang
demikian banyak sudah dilakukan penilaian ulang oleh beberapa
ilmuwan.
Salah seorang cendekiawan terkenal yaitu R. E. Dickerson dalam
artikelnya yang istimewa berjudul Chemical Evolution and the Origin
of Life, secara kritis dengan studi yang objektif, telah meneliti ulang
kesimpulan-kesimpulan eksperimen yang dilakukan Miller. Salah
satu hal yang menonjol dari tinjauanya ialah bahwa semua fakta dan
data eksperimen berkaitan dengan penelitian Miller ternyata tidak
disertakan pada laporan-laporan awal. Dickerson menganggap perlu
mengingatkan:
‘Meski pun simulasi tersebut menghasilkan banyak asam amino yang
terdapat pada protein dari organisme hidup, namun simulasi tersebut juga
mengungkapkan bahwa banyak molekul-molekul terkait yang malah tidak
ada.’6

Eksperimen-eksperimen yang meniru karya Miller yang


dilakukan ilmuwan lainnya mengungkapkan bahwa dari tiga bentuk
isomera dari asam amino yang terbentuk dalam eksperimen tersebut
‘hanya valineb sebagaimana terdapat dalam protein masa kini.’ Tidak
ada dari ketujuh isomer asam amino yang tercipta dari percikan api

386
Kehidupan Menurut
Konsep Al-Bayyinah:
AsalPerspektif
Ketuhanan
Mula Entropi
Wahyu
Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Pengenalan
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
dengan
Aliran
Al-Quran:Wahyu,
Keterbatasan
Al-Quran
Masalah
Pandang
Agama
Aborigin
Kehidupan
Berbagai Teori
Individu Yang
Perspektif
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
Agama
dan
Alam
dan
dan Nyata,
Sejarah
diRasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Kosmologi
diZoroaster
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Wahyu
Iman Ilahi
Kepada dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu Ghaib"
Wahyu
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

dalam eksperimen itu ‘bisa dinyatakan sebagai unsur protein’ menurut


norma universal dari kehidupan di bumi. Selanjutnya ia menyatakan:
‘... menjelaskan mengapa rangkaian 20 asam amino yang ada itu yang dipilih.
Mungkinkah telah terjadi salah di awal pada kode-kode genetika yang
membedakan berbagai rangkaian asam amino, pada garis pengembangan yang
meluruh tanpa bekas karena tidak mampu bersaing dengan garis rangkaian
yang selamat?6

Tugas menciptakan suatu protein yang rangkaiannya sangat


kompleks dan berurutan secara akurat, yang merupakan bahan pokok
untuk membangun struktur kehidupan yaitu DNA/RNA dari asam
amino sederhana yang disintesakan oleh Miller adalah suatu hal yang
bisa disebut sebagai ‘mission impossible.’ Meski pun katakanlah karena
faktor kebetulan yang sangat amat kecil ternyata bisa disintesakan
molekul DNA/RNA, dilemanya masih jauh dari selesai.
Dickerson mengutip ucapan dari seorang ilmuwan Inggris
bernama J.D. Bernal untuk menegaskan masalah yang ada, dengan
menyatakan bahwa skenario kemungkinan molekul DNA terbentuk
secara kebetulan sebagai:
‘... bisa membentuk kehidupan lainnya hampir sama mustahilnya dengan
kisah Adam dan Hawa di Taman Eden.’7

Dickerson dalam kesimpulannya tentang problema yang


dihadapi, menegaskan tentang kesulitan yang inheren pada solusi
yang ditawarkan dan menyatakan bahwa para ahli teoritikus benar-
benar mengandalkan pada faktor kebetulan seperti pada permainan
judi. Mengenai hal ini kami akan kembali mengulasnya nanti.

387
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

Catatan
a Isomer adalah molekul yang secara kimiawi sama tetapi
strukturnya berbeda. A Satu, dua atau lebih molekul dengan
jumlah atom yang sama tetapi dengan struktur kimiawi yang
berbeda sehingga sifatnya pun juga menjadi lain. (Penterjemah)
b Valine adalah asam amino esensial yang diproduksi dari
asam pyruvic atau b ketika hidrolisis dari beberapa protein.
(Penterjemah)

Referensi
1. Dickerson, R. E. (September 1978) Chemical Evolution and the
Origin of Life, Scientific American, hal. 70
2. Dickerson, R. E. (September 1978) Chemical Evolution and the
Origin of Life, Scientific American, hal. 71
3. Urey, H. C. (1952) The Planets, Yale University Press, New
Haven
4. Miller, S. L. (1955) Production of some Organic Compoundsunder
Possible Primitive Earth Conditions, Journal of the American
Chemical Society, 77:2351-2361
5. Morgan, J. (February 1991) In the Beginning, Scientific
American, hal. 117
6. Dickerson, R. E. (September 1978) Chemical Evolution and the
Origin of Life, Scientific American, hal. 75-76
7. Dickerson, R. E. (September 1978) Chemical Evolution and the
Origin of Life, Scientific American, hal. 73

388
Kehidupan Menurut
Konsep Al-Bayyinah:
AsalPerspektif
Ketuhanan
Mula Entropi
Wahyu
Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Pengenalan
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Al-Quran
Masalah
Pandang
Agama
Aborigin
Kehidupan
Berbagai Teori
Individu Yang
Hakikat
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
Agama
dan
Alam Nyata,
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di
dan
dan Kosmologi
Zoroaster
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
di
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Wahyu
Iman Ilahi
Kepada dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu Ghaib"
Wahyu
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

HAKIKAT JINN

P ersiapkan diri anda sekarang untuk suatu perjalanan jauh ke masa


lalu di atas sayap visi ilmiah untuk meneliti fitrat dan identitas
wujud yang disebut jinn. Konsep Al-Quran mengenai jinn sudah
dibahas secara singkat dalam bab Kehidupan Menurut Perspektif
Wahyu Al-Quran.
Leksikon bahasa Arab memberikan beberapa makna pada kata
jinn. Secara harfiah kata jinn berarti segala sesuatu yang bertalian
dengan segala hal yang tersembunyi, tidak kasat mata, menyendiri
dan jauh. Kata itu juga berkonotasi rona yang gelap dan bayangan
yang kelam. Karena itulah kata ‘jannah’ (dari akar kata yang sama)
digunakan Al-Quran untuk menggambarkan surga yang penuh
dengan kebun-kebun yang rimbun. Kata jinn juga bisa digunakan
kepada ular yang biasanya hidup tersembunyi di celah-celah batu dan
liang di tanah serta terpisah dari hewan-hewan lain. Kata tersebut
juga dapat dikenakan pada wanita yang selalu memisahkan diri serta
kepada para pemuka masyarakat yang menjaga jarak dengan rakyat
banyak. Penduduk dari gunung-gunung yang jauh dan tidak bisa
dijangkau juga disebut sebagai jinn. Karena itu segala hal yang berada
di luar jangkauan penglihatan atau tidak kasat mata termasuk dalam
makna kata tersebut.
Kesimpulan ini sepenuhnya didukung oleh sunah Rasulullah saw,
yaitu beliau melarang keras umatnya untuk menggunakan kotoran
ternak yang kering atau belulang dari hewan mati untuk membersihkan
diri setelah buang air besar atau kecil, dengan pertimbangan bahwa
benda-benda itu merupakan makanan jinn. Kalau sekarang ini kita

389
Wahyu Al-Quran.
kata jinnLeksikon
berarti bahasa
segalaArab sesuatu yang bertalian
memberikan beberapadengan makna pada segala katahal yang
jinn. tersem
Secara ha
kasat
kata mata, menyendiri
jinn berarti dan jauh.
segala sesuatu yangKata itu juga
bertalian dengan berkonotasi
segala hal yang rona tersembunyi,
yang gelap
yang
kasatkelam. Karena itulah
mata, menyendiri kataKata
dan jauh. ‘jannah’ (dari
itu juga akar kata
berkonotasi yang
rona yangsama) digunak
gelap dan baya
untuk menggambarkan
yang kelam.
Bagian
Bagian IV Ahmad surga yang penuh dengan kebun-kebun yang rimbun.Q
Karena
IV
Mirza Tahir
1II
II
V
III
IV itulah kata ‘jannah’ (dari akar kata yang sama) digunakan Al-
bisa digunakan kepadasurga
untuk menggambarkan ular yang
yangpenuh
biasanyadengan hidupkebun-kebun
tersembunyi yang rimbun. Kata jinnb
di celah-celah
di tanah serta terpisah dari hewan-hewan lain. Kata tersebut juga dapatdan
bisa digunakan kepada ular yang biasanya hidup tersembunyi di celah-celah batu dik
di tanah serta terpisah dari hewan-hewan lain. Kata tersebut juga dapat dikenakan
wanita menggunakan
yang selalu kertas toilet, diri
memisahkan padaserta
masa kepada
itu manusia para menggunakan
pemuka masyarakat
wanita yang selalu memisahkan diri serta kepada para pemuka masyarakat yang men
jarak
jarak dengan
gumpalan
dengan rakyat
tanah,
rakyat banyak.
batu atau
banyak. Penduduk
benda kering
Penduduk daridari
lainnya gunung-gunung
untuk membersihkan
gunung-gunung yang jauh yangdan jauh d
tidak
dijangkau
dijangkau juga disebut
juga disebut
dirinya. Karena itu sebagai
sebagai jinn. Karena
jinn.menyimpulkan
kita bisa Karena itu segala itu segala
bahwa halapa hal
yangyang yang
berada berada di
beliaudi luar jangk lu
penglihatan
penglihatan atau
maksudkan tidak
atau tidak kasat
kasat
sebagai mata
mata
jinn termasuk
termasuk
tersebut dalam
tidak dalam
lain makna makna
adalah kata kata tersebut.
tersebut.
organisme yang
Kesimpulan
Kesimpulan ini ini sepenuhnya
sepenuhnya didukung
didukung oleh oleh sunahsunah Rasulullah
Rasulullah saw, yaitusaw,b
melarang tidak
keraskelihatan
umatnya dengan
untuk mata yang memakan
menggunakan kotoran tulang atau yang
ternak kotoran yangatau belulang
kering
melarang keras umatnya untuk menggunakan kotoran ternak yang kering atau
hewan mengering
hewan matimati untukuntuk danmembersihkan
lain-lain. Patut diingat
membersihkan diridiri bahwa
setelahsetelah konsep
buang tentang
buangair besar bakteri
air atau kecil,
besar atau dek
pertimbangan
dan virus bahwa benda-benda
pada masa itu
itu sama sekali merupakan makanan jinn. Kalau sekarang in
pertimbangan bahwa benda-benda itu tidak dikenal. Tidak
merupakan makanan ada manusia
jinn. Kalau sek
menggunakan kertas toilet, pada masa itu manusia menggunakan gumpalan tanah,
menggunakanyangkering
atau benda kertas
mempunyai toilet,
lainnya untukpada
bayangan masa itu
sekelumit
membersihkan pun manusia menggunakan
tentangKarena
dirinya. adanya kita bisa gumpalan
itumahluk- menyimpu
atau benda
bahwa apa kering
mahluk
yang yang lainnya
beliautidak untuk membersihkan
kasat mata
maksudkan tersebut.
sebagai dirinya.
Ajaibnyatidak
jinn tersebut Karena
justru lainmahluk-itu kita
adalah bisa m
organisme
bahwa apa yangdengan
tidak kelihatan
mahluk beliau
inilah maksudkan
mata
yang yang memakan
dimaksud sebagai
oleh jinnatau
tulang
Rasulullah tersebut
Tidaktidak
saw.kotoran lain
yangyang
ada adalahdan
mengering or
tidak
lain. kelihatan
Patut diingat dengan
bahwamata konsepyang memakan
tentang bakteri dan tulang
lebih baik atau lebih tepat untuk mengekspresikan hal tersebut bagi
virusatau
pada kotoran
masa ituyang samamenge
sekali
dikenal.
lain. PatutTidak
diingat adabahwa
manusia yang mempunyai
konsep tentang bakteri bayangan sekelumit
dan virus padapun masa tentang
itu sam ad
dikenal. beliau
mahluk-mahluk
Tidak ada selain kata jinn
yang manusia dalam
tidak kasatyang bahasa Arab.
mata tersebut.
mempunyai Ajaibnya justru mahluk-mahluk
bayangan sekelumit pun inilah
te
dimaksud oleh
Hal Rasulullah
penting saw.
lainnya yang Tidak ada
dikemukakan yang lebih
Al-Quran
mahluk-mahluk yang tidak kasat mata tersebut. Ajaibnya justru mahluk-mahlu baik
adalah atau
tentang lebih tepat u
mengekspresikan hal
penciptaanRasulullah tersebut bagi
jinn. Merekasaw. beliau
dikatakan selain
terbuatkata jinn
dari dalam
semburan bahasa Arab.
dimaksud Hal oleh
penting lainnya yang Tidak
dikemukakan ada yang
Al-Quran lebih api
adalah baik(dariatau lebih
tentang penciptaan
mengekspresikan
Mereka kosmos):
dikatakan terbuathal tersebut bagi beliau
dari semburan selain
api (dari kata jinn dalam bahasa Arab.
kosmos):
Hal penting lainnya yang dikemukakan Al-Quran adalah tentang pen
Mereka dikatakan terbuat dari semburan api (dari kosmos):
°4SÀ-‚ ®q5 C°% Ä#×V C°% ÈO›X=Ù Q \\ ‰DSIÙXT

°4SÀ(penciptaan
-‚1 ®q5 C°manusia)
% Ä#×V C°telah Ù Q \\ ‰Djadikan
% ÈO›X=Kami SIÙXT jinn dari api
‘Dan sebelumnya (penciptaan
‘Dan sebelumnya manusia) telah Kami jadikan jinn dari api angin panas
samuum). (S.15 Al-Hijr:28)
angin panas (naris samuum). (S.15 Al-Hijr:28) 1

‘Dan sebelumnya (penciptaan


DisiniDidigunakan kata kata
manusia)
sifat sifat
untuk
telah Kami jadikan
menggambarkan
jinn dari api ang
samuum). sini digunakan
(S.15 Al-Hijr:28) untuk menggambarkanfitrat
fitratapi
api dari mana
diciptakan yaitu Samuum yang berarti api yang marak atau semburan api tanpa asap
1
dari mana jinn diciptakan yaitu Samuum yang berarti api yang marak
tempat lain dalam Al-Quran dinyatakan:
atau semburan
Disini digunakan api tanpa
kata asap. sifat Di untuk tempat lain dalam Al-Quran
menggambarkan fitrat api dar
q5 C°K% N®q‰% C°% 2‰D\HÙ WQ \\XT
diciptakan yaitu Samuum yang berarti api yang marak atau semburan api tan
dinyatakan:
tempat lain
‘Dia dalam Al-Quran
menjadikan jinn daridinyatakan:
nyala api.’ (S.55 Ar-Rahman:16) 3

Setelah menjelaskanqkata
5 C°K%jinn
N®q‰juga ‰D\Hdigunakan
% C°%bisa Ù WQ \\XT kepada bentuk organisme ba
sekarang mari kita perhatikan ayat-ayat di atas yang menyatakan jinn dicipta dari api.
‘Dia menjadikan jinn dari nyala api.’ (S.55 Ar-Rahman:16) 3
‘Dia menjadikan jinn dari nyala api.’ (S.55 Ar-Rahman:16) 3
 
 Setelah menjelaskan
Setelah kata
menjelaskan katajinn
jinnjuga bisadigunakan
juga bisa digunakan kepada
kepada bentuk organ
bentuk
sekarangorganisme
mari kitabakteri,
perhatikan ayat-ayat
sekarang di atas yang
mari kita perhatikan menyatakan
ayat-ayat jinn dicipta
di atas yang
menyatakan jinn dicipta dari api. Yang paling tepat dikenakan makna
 

390
Kehidupan Menurut
Konsep Al-Bayyinah:
AsalPerspektif
Ketuhanan
Mula Entropi
Wahyu
Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Pengenalan
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Al-Quran
Masalah
Pandang
Agama
Aborigin
Kehidupan
Berbagai Teori
Individu Yang
Hakikat
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
Agama
dan
Alam Nyata,
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di
dan
dan Kosmologi
Zoroaster
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
di
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Wahyu
Iman Ilahi
Kepada dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu Ghaib"
Wahyu
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

dari ayat-ayat tersebut adalah organisme kecil yang memperoleh enerji


untuk eksistensi mereka langsung dari semburan api petir yang panas
(Samuum) dan radiasi kosmik. Pandangan Dickerson ternyata sejalan
dengan pendapat Al-Quran ketika ia menyatakan bahwa organisme
yang paling purba:
‘... bisa hidup karena enerji dari petir dan radiasi ultraviolet...’ 4

Skenario radiasi kosmik tidak secara khusus disebutkan oleh


ilmuwan-ilmuwan dalam pencarian mereka akan organisme pra-
biotika. Namun mereka mendukung ide yang menyatakan bahwa apa
pun organisme yang ada sebelum evolusi biotika, pasti memperoleh
enerjinya langsung dari panas. Oleh generasi ilmuwan sebelumnya,
dari semua kategori bakteria yang diklasifikasikan sebagai yang paling
purba hanyalah ‘prokaryote’ dan ‘eukaryote.’ Hanya saja konklusi
tersebut menurut Karl R. Woese dan koleganya dianggap terlalu
tergesa-gesa. Mereka menyatakan:
‘Hanya karena terdapat dua tipe sel di tingkat mikroskopis, tidak berarti pada
tingkat molekul juga hanya terdapat dua tipe saja.’ 5

Agar memudahkan bagi pembaca, perbedaan di antara kedua


bentuk bakteri yang disebut prokaryote dan eukaryote akan dijelaskan
secara sesederhana mungkin. Yang dimaksud adalah keadaan atau
ketiadaan suatu nucleus di dalam organisme tersebut. Bakteria tipe
prokaryote meski memiliki membran sel tetapi tidak mempunyai
nucleus yang jelas. Sebaliknya dengan tipe eukaryote yang memiliki
nucleus yang jelas dan berkembang baik di pusat setiap sel.
Diperkirakan para ilmuwan bahwa hanya ada dua tipe bakteri
purba ini yang telah melahirkan yang lainnya atau berevolusi menjadi
organisme yang bisa dianggap sebagai cikal bakal kehidupan. Woese
mempublikasikan temuannya dalam majalah Scientific American
pada Juni 1981 dan menyatakan bahwa archaebacteria (bakteri purba)
bisa dianggap sebagai bentuk awal dari organisme kehidupan. Ia dan
koleganya memberitahukan komunitas ilmiah bahwa bakteri tersebut

391
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

merupakan turunan ketiga yang mendahului segala-galanya. Karena


itu jenis bakteri ini bisa dianggap sebagai cikal bakal kehidupan yang
paling purba. Woese dan para koleganya terus saja memberikan bukti-
bukti yang kuat pada temuan tersebut dan ketika kebekuan dunia
ilmiah mulai mencair, Woese mengatakan:
‘Meski beberapa ahli biologi masih mempermasalahkan penafsiran kami, ide
bahwa archaebacteria merupakan pengelompokan terpisah di tingkat yang
tertinggi sekarang ini sudah mulai banyak diterima umum.’6

Di tempat lain ia menulis:


‘Hal ini merupakan implikasi bahwa methanogen* adalah sama tuanya atau
mungkin ebih tua dari kelompok bakteri lainnya.’6

Menurut kamus
The Hutchinson Dictionary of Science:

‘... archaebacteria termasuk bentuk kehidupan paling awal yang muncul


sekitar 4 milyar tahun yang lalu, ketika masih sangat sedikit sekali oksigen
terdapat di atmosfir.’ 7

Namun pengarang dari Genetics: A Molecular Approach


menyatakan:
‘Sejak tahun 1977 bertambah banyak perbedaan ditemukan di antara
archaebteria dan prokaryote lainnya, sedemikian rupa sehingga para ahli
mikrobiologi sekarang lebih suka menggunakan istilah archaea untuk
membedakannya dari bakteri.’8

O rganisme yang disebut jinn dalam Al-Quran ternyata sesuai


dengan deskripsi di atas. Hanya saja walaupun para ilmuwan
sepakat menyatakan jenis bakteri ini sebagai memiliki potensi untuk
memperoleh enerji dari panas, tidak ada dari mereka menyebutkannya
sebagai produk dari sinar kosmik dan sambaran petir kecuali hanya
Dickerson sendiri. Tetapi ilmuwan yang lain masih terus saja
menemukan lebih banyak pengungkapan misteri dalam penelitian
mereka:

392
Kehidupan Menurut
Konsep Al-Bayyinah:
AsalPerspektif
Ketuhanan
Mula Entropi
Wahyu
Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Pengenalan
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Al-Quran
Masalah
Pandang
Agama
Aborigin
Kehidupan
Berbagai Teori
Individu Yang
Hakikat
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
Agama
dan
Alam Nyata,
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di
dan
dan Kosmologi
Zoroaster
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
di
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Wahyu
Iman Ilahi
Kepada dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu Ghaib"
Wahyu
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

‘... dalam liang-liang di bawah laut, sumber mata air panas, di Laut Mati dan
danau garam...’
menyebutkannya sebagai9 produk dari sinar kosmik dan sambaran petir kecuali hanya
Dickerson sendiri. Tetapi ilmuwan yang lain masih terus saja menemukan lebih banyak
pengungkapan Mengenai
misterimasalah kepurbaan,
dalam penelitian walau Woese dan para koleganya
mereka:
‘.tidak meragukan
. . dalam kalaudiarchaebacteria
liang-liang adalahmata
bawah laut, sumber yangairpaling tua,dimenurut
panas, Laut Mati dan danau
garam. . .’
beberapa ilmuwan kemungkinan bakteri tersebut telah berevolusi
9

secara simultan
Mengenai darikepurbaan,
masalah bentuk sebelumnya yang belum
walau Woese diketahui.
dan para koleganya tidak meraguk
Namun semua
kalau archaebacteria adalah itu yang
merupakan
paling permasalahan
tua, menurutyang beradailmuwan
beberapa di luar kemungkin
bakteriruang
tersebut
lingkup bahasan ini. Apakah ada jenis bakteri lain yang berevolusi yang bel
telah berevolusi secara simultan dari bentuk sebelumnya
diketahui.
atau tidak,
Namun tidakiturelevan
semua denganpermasalahan
merupakan bahasan ini. Hal
yangyang relevan
berada di ialah
luar ruang lingk
bahasanbahwa segala bentuk bakteri yang paling purba memperoleh enerjinya relevan deng
ini. Apakah ada jenis bakteri lain yang berevolusi atau tidak, tidak
bahasan ini. Hal yang relevan ialah bahwa segala bentuk bakteri yang paling pu
secara langsung dari panas. Jadinya ini merupakan pengakuan terhadap
memperoleh enerjinya secara langsung dari panas. Jadinya ini merupakan pengaku
pernyataan
terhadap pernyataanAl-Quran
Al-Quran yang dikemukakan
yang dikemukakan 1414abad
abadyang
yangsilam:
silam:

§«°¨ °4SÀ-‚ ®q5 C°% Ä#×V C°% ÈO›X=Ù Q \\ ‰DSIÙXT


‘Dan sebelumnya telah Kami jadikan jinn dari api angin panas (naris samuum). (S.15 Al-
‘Dan sebelumnya telah Kami jadikan jinn dari api angin panas (naris
Hijr:28) 10
samuum). (S.15 Al-Hijr:28)10
Sejalan dengan hasil penelitian ilmiah yang sudah diakui, panas langsung dari
mempunyaiSejalan dengan
peran vital dalamhasil penelitian
penciptaan ilmiah yang organisme
dan pemeliharaan sudah diakui,
pra-biotik. Nyata
hanya panas langsung
inilah cara darienerji
transfer api mempunyai peranbentuk
untuk konsumsi vital organisme
dalam penciptaan
guna eksis di masa
Saat mereka berkembangorganisme
dan pemeliharaan biak tanpa batas selama
pra-biotik. milyaran
Nyatanya tahun,
hanya inilahorganisme
cara yang m
tentunya telah mencemari lautan dimana pelapukan dan fermentasi jasadnya te
transfer
menjadikan enerji
lautan untuksup
menjadi konsumsi bentuk
primordial. organisme
Hal ini akan kitaguna
bahaseksis
dalampada
bab berikut.
masa itu. Saat mereka berkembang biak tanpa batas selama milyaran
Catatan:
tahun, organisme yang mati tentunya telah mencemari lautan dimana
c Bakteri methanogen termasuk jenis bakteria anaerob yang memanfaatkan karbon diaksodia un
pelapukan
kelangsungan danSemua
hidupnya. fermentasi jasadnya
archaebacteria telah menjadikan
termasuk kelompok ini. lautan
Sejumlahmenjadi
80% gas methane di b
dihasilkan oleh bakteria ini dan sisanya dari tambang gas alam. (Penterjemah)
sup primordial. Hal ini akan kita bahas dalam bab berikut.
Referensi

1. Terjemahan 15:29 oleh penulis.


2. Lane, E. W. (1984) Arabic-English Lexicon, Islamic Text Society, William & Norg
Cambridge
3. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat Ahmadiyah Indonesia, ed.
4. Dickerson, R. E. (September 1978) Chemical Evolution and the Origin of Life, Scient
American, hal. 80
5. Woese, C. R. (June 1981) Archaebacteria, Scientific American, hal. 104
6. Woese, C. R. (June 1981) Archaebacteria, Scientific American, hal. 114 393
7. The Hutchinson Dictionary of Science (1993) Helicon Publishing Ltd., London, hal. 37
8. Brown, T. A. (1992) Genetics: a Molecular Approach, Chapman & Hall, London, hal. 245
9. The Hutchinson Dictionary of Science (1993) Helicon Publishing Ltd., London, hal. 37
10. Terjemahan 15:28 oleh penulis.
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

Catatan:
* Bakteri methanogen termasuk jenis bakteria anaerob yang
memanfaatkan karbon diaksodia untuk kelangsungan hidupnya.
Semua archaebacteria termasuk kelompok ini. Sejumlah 80%
gas methane di bumi dihasilkan oleh bakteria ini dan sisanya
dari tambang gas alam. (Penterjemah)

Referensi
1. Terjemahan 15:29 oleh penulis.
2. Lane, E. W. (1984) Arabic-English Lexicon, Islamic Text Society,
William & Norgate, Cambridge
3. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.
4. Dickerson, R. E. (September 1978) Chemical Evolution and the
Origin of Life, Scientific American, hal. 80
5. Woese, C. R. (June 1981) Archaebacteria, Scientific American,
hal. 104
6. Woese, C. R. (June 1981) Archaebacteria, Scientific American,
hal. 114
7. The Hutchinson Dictionary of Science (1993) Helicon Publishing
Ltd., London, hal. 37
8. Brown, T. A. (1992) Genetics: a Molecular Approach, Chapman
& Hall, London, hal. 245
9. The Hutchinson Dictionary of Science (1993) Helicon Publishing
Ltd., London, hal. 37
10. Terjemahan 15:28 oleh penulis.

394
Kehidupan Menurut
Konsep Al-Bayyinah:
Perspektif
Ketuhanan
AsalTanah
Mula Entropi
Wahyu
Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Pengenalan
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Al-Quran
Masalah
Pandang
Agama
Aborigin
Kehidupan
Berbagai Teori
Individu Yang
Hakikat
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
Agama
dan
Alam Nyata,
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di
dan
dan Kosmologi
Zoroaster
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
di
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada dan
Fitrat
Fotosintesis Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam Ghaib"
Wahyu
Evolusi
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

PERAN TANAH LEMPUNG DAN


FOTOSINTESIS DALAM EVOLUSI

C ukup sudah kita berbicara tentang api. Sekarang mari kita alihkan
perhatian kepada air yang merupakan lawannya, serta perannya
dalam penciptaan kehidupan di muka bumi.
Era jinn sudah selesai dan sekarang mulai suatu fase baru yang
sama sekali berbeda dan berlaku sebagai perantara kepada kegiatan
akhir yaitu fotosintesis. Tahap antara ini bisa dianggap sebagai tahap
persiapan bagi sintesis zat yang merupakan prasyarat bagi penciptaan
kehidupan. Telaah mendalam mengenai hal ini akan membantu kita
memvisualisasikan secara benar apa yang terjadi pada masa purba
tersebut.
Ilmu kimia secara garis besar bisa dibagi dua yaitu kimia anorganik
dan kimia organik. Kimia anorganik berkaitan dengan unsur-unsur
yang bersifat mineral dan bukan merupakan hasil produk proses
kehidupan. Adanya unsur karbon tidak menjadikannya sebagai bersifat
organik. Air, natrium (sodium) khlorida dan kalium (potassium)
bersifat anorganik karena bisa ditemukan secara luas di luar sel-sel
yang hidup. Tetapi karbon dioksida juga dianggap anorganik meski
pun kenyataannya unsur ini dihasilkan oleh organisme hidup saat
melakukan respirasi.
Kecuali karbon dioksida yang memang bersifat anorganik ini,
karbon bisa ditemukan dalam semua unsur organik yang tidak selalu
merupakan produk dari benda hidup.
Bab ini akan membahas langkah-langkah persiapan yang
diperlukan sebelum proses penciptaan unit kehidupan. Jika pertelaan
Al-Quran disampaikan secara sederhana mengenai apa yang terjadi

395
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

selama fase antara tersebut maka bunyinya menjadi: ‘setelah periode


paling purba dari unsur jinn, air memainkan peran utama untuk
menyiapkan zat yang diperlukan bagi pencetakan kehidupan. Unsur
organik itu disebut sebagai lumpur yang mengendap stagnan.’

B eberapa ilmuwan terkemuka telah mencoba memecahkan teka-


teki tentang persiapan unsur organik sebelum adanya kehidupan
di muka bumi. Inti pokok permasalahannya adalah bahwa semua unsur
organik merupakan produk dari kehidupan itu sendiri. Bagaimana
unsur tersebut tercipta di lautan atau pun di daratan kering selama
periode tersebut jika nyatanya yang ada hanyalah unsur anorganik
saja? Tidak ada laboratorium kimia yang mampu mensintesakan
unsur organik dari unsur anorganik sebagaimana yang ditemukan
sekarang pada industri farmasi modern. Karya perintis di bidang ini
dikerjakan oleh tokoh-tokoh seperti Bernal, Haldane, Dickerson,
Miller, Urey, Cairns-Smith, Oparin dan banyak lainnya. Menjadi
gambaran dari kejeniusan mereka yang telah berusaha membangun
kembali kisah ajaib sintesa unsur anorganik menjadi organik tanpa
bantuan laboratorium yang terkendali baik. Berikutnya adalah kisah
ajaib tentang keberhasilan dan kegagalan mereka. Kegagalan ini
memang mereka akui, tetapi justru pengakuan itu yang juga telah
menggambarkan kebesaran diri mereka. Bab ini mencoba membahas
bagaimana berbagai upaya telah dilakukan untuk memecahkan teka-
teki tersebut dan solusi apa yang telah ditawarkan selama periode
penelitian. Bukan tujuan kami untuk mengemukakan karya besar
mereka di bidang bio-kimia, kami menghendaki untuk membawa
perhatian pembaca kepada fakta bahwa pembahasan Al-Quran
mengenai proses tersebut nyatanya dibenarkan oleh penelitian ilmiah
di bidang ini.
Eksplorasi ilmiah berputar di sekitar persiapan zat organik
bagi kehidupan. Sebagian besar dari mereka mengetengahkan awal
kehidupan melalui air. Dalam hal ini mereka sependapat dengan

396
Kehidupan Menurut
Konsep Al-Bayyinah:
Perspektif
Ketuhanan
AsalTanah
Mula Entropi
Wahyu
Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Pengenalan
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Al-Quran
Masalah
Pandang
Agama
Aborigin
Kehidupan
Berbagai Teori
Individu Yang
Hakikat
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
Agama
dan
Alam Nyata,
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di
dan
dan Kosmologi
Zoroaster
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
di
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada dan
Fitrat
Fotosintesis Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam Ghaib"
Wahyu
Evolusi
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

pandangan Al-Quran. Namun Al-Quran juga menyinggung adanya


suatu awalan yang lebih dahulu yang terjadi di daratan kering.
Inti permasalahannya adalah meski bahan kimia organik bisa
disintesakan dalam larutan air di lautan purba, mereka pasti akan
kembali ke bentuk elementer semula oleh pengaruh proses hidrolisa.
Merupakan suatu tantangan bagaimana ancaman itu bisa dihindarkan
serta tersedia lebih banyak lagi unsur organik maju yang tidak akan
kembali ke bentuk elementer semula. Berarti sepanjang unsur organik
awal ini tetap berada di air, transfer dari atom hidrogen kepada bahan
kimia yang baru terbentuk akan mengembalikan mereka ke bentuk
semulanya tanpa berkeputusan. Jadinya malah seperti lingkaran
setan karena begitu tercipta unsur organik, langsung punah lagi. Bagi
pembaca yang menginginkan penjelasan yang lebih ilmiah, barangkali
bisa diterangkan sebagai berikut:
‘Semua asam amino yang dibutuhkan untuk fondasi kehidupan
terbentuk dari aldehid yang tercipta melalui mekanisme yang disebut
sebagai Strecker Synthesis. Sintesa Strecker dari asam amino terdiri dari
urutan dua langkah. Langkah pertama adalah reaksi aldehid terhadap
campuran amonia dan HCN (hidrogen sianida) untuk menghasilkan
aminonitril. Proses hidrolisa selanjutnya dari aminonitril akan
menghasilkan asam amino.’
Namun masalahnya ialah kedua langkah dalam Strecker Synthesis
tersebut bersifat reversible (kembali ke bentuk semula). Bagaimana
bisa terjadinya evolusi dari unsur elementer yang tidak stabil ini
menjadi tantangan besar yang dihadapi para ilmuwan. Banyak sudah
solusi ditawarkan tetapi nyatanya malah menimbulkan lebih banyak
pertanyaan yang tidak bisa dijawab.
Sekarang ini mulai muncul konsensus pada komunitas ilmiah
bahwa mestinya ada suatu tahapan kering sebelum itu yakni bahan
kimia organik yang tidak stabil dalam sup primordial berkesempatan
untuk berkembang menjadi unsur organik lebih maju yang tidak

397
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

reversible. Lagi pula pembentukan protein dan asam nukleat dari asam
amino elementer pasti membutuhkan eliminasi satu molekul air dari
setiap pasang molekul asam amino dan nukleotida. Proses ini disebut
sebagai polimerisasi. Hanya problemnya ialah dimana proses ini terjadi
yaitu di dalam air laut, adanya air akan pasti akan membalikkan reaksi
tersebut. Dengan demikian maka semua proses polimerisasi akan
menjadi depolimerisasi. Berarti dalam posisi terendam tersebut, setiap
molekul harus dikeringkan di dalam air, yang jelas merupakan tugas
yang amat sangat sulit jika tidak mau dikatakan mustahil. Sebagian
besar dari reaksi kondensasi dalam laboratorium selalu memberikan
hasil yang lebih baik jika campuran itu dibiarkan kering dulu.
Berarti di zaman purba tersebut juga telah terjadi periode
evaporasi (penguapan) cairan primitif yang menerpa pantai, karang
atau lumpur. Kemungkinan hal ini menjadi tahapan penting dalam
perkembangan di antara bentuk unsur sederhana yang terdapat di
dalam air dan bentuk yang lebih berkembang yang tidak lagi berbalik
asal ke bentuk semula.

D ari semua teori yang mencoba memecahkan problem tersebut,


yang paling menarik dan paling memungkinkan adalah yang
berupa skenario katalisis permukaan seperti silika dan lempung yang
menjadi pemeran utama dalam proses ini. Kemungkinan tersebut
dikemukakan pertama kali oleh John Bernal dalam tahun 1951. Ia
menulis dalam bukunya The Physical Basis of Life:
‘... proses serapan (adsorption)a dari tanah lempung, lumpur dan kristal
anorganik merupakan sarana yang handal untuk mengkonsentrasikan dan
mempolimerisasi molekul organik...’ 1

Konsep idenya tetap populer sampai sekarang.


‘... Sidney, W. Fox menunjukkan bahwa asam amino mampu berpolimerisasi
dengan mudah untuk menghasilkan polypeptida dalam berbagai kondisi yang
mirip dengan keadaan pada masa purba Bumi. Polimerisasi ini bisa dirangsang
oleh sengatan listrik, oleh panas (misalnya panas bumi-geothermal) atau
melalui kontak dengan beberapa jenis tanah lempung serta polifosfat.’ 2

398
Kehidupan Menurut
Konsep Al-Bayyinah:
Perspektif
Ketuhanan
AsalTanah
Mula Entropi
Wahyu
Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Pengenalan
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Al-Quran
Masalah
Pandang
Agama
Aborigin
Kehidupan
Berbagai Teori
Individu Yang
Hakikat
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
Agama
dan
Alam Nyata,
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di
dan
dan Kosmologi
Zoroaster
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
di
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada dan
Fitrat
Fotosintesis Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam Ghaib"
Wahyu
Evolusi
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

Cairns-Smith mengembangkan ide ini lebih lanjut. Kalau


Bernal mengajukan gagasan bahwa tidak saja tanah lempung, tetapi
silika juga perlu untuk pembentukan molekul organik, Cairns-Smith
mengemukakan bahwa hanya tanah lempung saja yang mungkin
menjadi satu-satunya bahan guna menghasilkan unsur organik.
Teorinya itu dipaparkan secara gamblang dalam pembukaan kertas
kerjanya pada tahun 1966.
Namun beberapa ilmuwan lain bersikukuh menyatakan kalau
evolusi unsur organik tidak berawal dari suatu lingkungan basah
karena ancaman selalu akan terjadinya kemungkinan proses hidrolisis
sehingga tidak akan sempat membawa reaksi melampaui siklus
reversible. Mereka menegaskan bahwa yang harus menjadi perhatian
adalah kimia bahan solid.
Terlepas dari berbagai perbedaan pandangan tentang bagaimana
mengatasi proses hidrolisis, satu hal yang pasti ialah tidak ada teori
ilmiah tentang evolusi kimiawi yang menafikan adanya tahapan awal
atau antara yang bersifat kering. Tahapan kering ini tercapai ketika
samudra sup pra-biotik terkonsentrasikan dan dikeringkan menjadi
bentuk laminasi lapisan tanah lempung setipis mikro. Al-Quran
mendukung pandangan yang berpegang pada awal yang basah yang
diikuti dengan tahapan intermediasi berupa kekeringan dimana sup
primordial yang terkonsentrasi dicetak menjadi piringan seperti tanah
liat kering mendenting laksana tembikar bakaran.
Penelitian yang dilakukan oleh Noam Lahav, David White dan
Sherwood Chang mengemukakan pentingnya tanah lempung sebagai
pemeran pokok dalam sintesa unsur organik. Mereka memperlihatkan
bagaimana tanah lempung yang diproses melalui siklus basah dan
kering bisa mempertautkan molekul-molekul dari asam amino
yang disebut sebagai glisinb. Siklus tersebut mentransfer enerji dari
lingkungan kepada molekul organik.3

399
tercapai
berpegang
tanah ketika
liat kering padasamudra
awal yang
mendenting sup pra-biotik
basah
laksana terkonsentrasikan
yang
tembikar diikuti dengandantahapan
bakaran. dikeringkan menjadi bb
intermediasi
laminasi
kekeringan lapisan
Penelitian dimana tanah
yang sup lempung
primordial
dilakukan olehsetipis
Noammikro.
yang Lahav,Al-Quran
terkonsentrasi mendukung
David dicetak
White menjadi
dan pandangan
piringan
Sherwood Chas
berpegang
tanah liat kering
mengemukakan pada awal yang
mendenting
pentingnya tanah basah
laksana
lempungyangsebagai
tembikar diikuti dengan pokok
bakaran.
pemeran tahapan intermediasi
dalam sintesa uns b
kekeringan
organik. Mereka dimana
Penelitian sup dilakukan
yang
memperlihatkan primordial yangNoam
oleh
bagaimana terkonsentrasi
tanah Lahav,
lempung dicetak
David White
yang menjadi piringansiksC
dan melalui
diproses Sherwood
tanah
basah danliatkering
mengemukakan
Mirza
Bagian
Bagian kering
IV
Tahir
1II
II
V mendenting
pentingnya
bisa
IV Ahmad
III
IV
laksanalempung
tanah
mempertautkan tembikar bakaran.
sebagai
molekul-molekul pemeran
dari asampokokaminodalam sintesa
yang diseb
organik.
sebagai Penelitian
Mereka
glisine. yang dilakukan
Siklusmemperlihatkan
b tersebut oleh Noam
bagaimana
mentransfer Lahav,
enerjitanah
dari David White
lempung
lingkungan yang
kepada dan Sherwood
diproses
molekul organC
melalui
3
mengemukakan
basah dan kering pentingnya tanah lempung
bisa mempertautkan sebagai pemeran
molekul-molekul daripokok
asam dalam
amino sintesa
yang d
Solusi
organik.
sebagai yangSiklus
Mereka
glisine. mereka kemukakan
memperlihatkan
b tersebut mentransfer
amat dekat
bagaimana dengan
tanah
enerji lempung
dari yangyang
lingkungandikemukakan
diproses
kepada Al-Qura
melalui
molekul or
namun
basah
3 justru
danSolusi pandangan
keringyang
bisa mereka dari kemukakan
Cairns-Smith
mempertautkan yang dekat
amat
molekul-molekul ternyata paling
dengan
dari asam yang mendekati
amino yang di d
mendukung
sebagai Solusi yang
pandangan
glisine. Siklus mereka
yang
b tersebut
kemukakan
dikemukakan
mentransfer amat dekat
Al-Quran, dengan yang
padahal
enerji dari lingkungan iadikemukakan
sama sekali
kepada molekul org Al-Q
tid
dikemukakan
3namun justru
Al-Quran,
pandangan Al-Quran
namun justru pandangan
dari Cairns-Smith
dari Cairns-Smith
mengetahui adanya pernyataan mengenai halyang ini. ternyata paling mendekati
yang
mendukung ternyata
Solusi yang paling
merekamendekati
pandangan kemukakan
yang danamat
dikemukakan mendukung
dekat pandangan
dengan
Al-Quran, yang
yang dikemukakan
padahal ia sama sekali Al-Q

A
namun
mengetahui justru pandangan
adanya pernyataan dari Cairns-Smith
Al-Quran mengenai
dikemukakan Al-Quran, padahal ia sama sekali tidak mengetahui yang
hal ternyata
ini. paling mendekati
mendukung pandangan yang dikemukakan Al-Quran, padahal ia sama sekali

A
adanya
yat-ayat
mengetahui pernyataan
Al-Quran
adanya Al-Quran
yang relevan
pernyataan mengenai hal ini.
kamimengenai
Al-Quran ulang berikut ini:
hal ini.
Ayat-ayat Al-Quran yang relevan kami ulang berikut ini:

A
yat-ayat Al-Quran yang relevan kami ulang berikut ini:
"E³\T ÄÔ³[‹ ‰#Å °Ä\-Ù ]C°% R<Ú \È\BXT
yat-ayat Al-Quran yang relevan kami ulang berikut ini:
‘... Dan Kami jadikan "E³segala \Tsesuatu ‰#Åyang
ÄÔ³[‹sesuatu °Ä\-Ùyang
 ]C°% Rhidup Ú \È\BXTair.
<dari
‘. . . Dan Kami jadikan segala hidup . . .’ (S.21 Al-Anbiya:31)4
dari air....’ (S.21 Al-
Anbiya:31)4
‘. . . Dan Kami jadikan segala "E³\T ÄÔ³[‹ ‰#Å °Ä\-yang
sesuatu Ù ]C°%hidup
R<Ú \È\Bdari XT air. . . .’ (S.21 Al-Anbiya:31)4
§ª­¨ ®q…b[ÝÙ[ #›_¡Ú _™ C°% ]C›_60_ |<Q \]
‘. . . Dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup dari air. . . .’ (S.21 Al-Anbiya:31)4
‘Dia menciptakan manusia §ª­¨ ®q…b[Ý Ù[ #
dari ›_¡Ú _™liat
tanah C°%kering]C›_60_mendenting
 |<Q \] laksana tembikar bakaran.’
(S.55 Ar-Rahman:15) 5
‘Dia menciptakan ®q…b[ÝÙ[ dari
§ª­¨manusia #›_¡tanah
Ú _™ C°%liat ]C›_kering60_ |< Q \]
mendenting laksana tembikar bakara
§«¯¨ DSÄ=ԁ‰%  manusia
‘Dia Ar-Rahman:15)
(S.55 menciptakan X+[S ÕC°K%5 #dari ›_¡Ú _™ tanahC°%liat ]C›_ Ù Q \\ ÕiV VXT laksana tembikar
60_ R<mendenting
kering
‘Dia menciptakan
bakaran.’ manusia dari5tanah liat kering mendenting laksana tembikar bakara
(S.55 Ar-Rahman:15)
§«¯¨
(S.55 Ar-Rahman:15)
‘Sesungguhnya telah Kami 
D SÄ = ԁ‰%  X+5[Sjadikan ÕC°K% #›_¡manusia
Ú _™ C°% ]C›_dari 60_ tanah R<Ù Q \\ Õikering
V VXT yang mendenting, dari
lumpur hitam yang telah diberi bentuk.’ (S.15 Al-Hijr:27) 6
‘Sesungguhnya§«¯¨ Dtelah
SÄ=ԁ‰%  Kami X+[S ÕC°K% jadikan
#›_¡Ú _™ C° % ]C›_60_dari
manusia  R<Ù Q \\ ÕiV VXTkering yang mendenting, da
tanah
lumpur hitam yang telah diberi bentuk.’ (S.15 Al-Hijr:27) 6
Patut diperhatikan
‘Sesungguhnya
‘Sesungguhnya telah
telah bagaimana
Kami
Kamijadikan jadikanayat-ayat
manusiamanusia dariditanahdariataskering secara
tanah yang tegas menyatakan
mendenting,
kering yang mendenting,bah
da
unsur bahan lumpuryang digunakan
dari lumpur hitamtelah
hitam yang untuk
yang diberi telah diberimembuat
bentuk.’ bentuk.’ piringan
(S.15(S.15 Al-Hijr:27) seperti
Al-Hijr:27) tembikar
6 6
itu adalah bah
organik yang Patut diperhatikan
telah melapuk yaitu bagaimana
lumpur hitam ayat-ayat yang mengendap di atas secara tegas menyatakan b
stagnan.
unsur bahan yang digunakan untuk membuat piringan seperti tembikar itu adalah
organikPatut Patuttelah
yang diperhatikan
diperhatikan
melapukbagaimana yaitu bagaimana lumpur ayat-ayat
ayat-ayat
hitam yang di di atas atas
mengendapsecarasecara tegas
tegas
stagnan.menyatakan b
unsur
menyatakan bahwa unsur bahan yang digunakan untuk membuat itu adalah b
bahan yang digunakan untuk membuat piringan seperti tembikar
organik yang telah melapuk yaitu lumpur hitam yang mengendap stagnan.
 piringan seperti tembikar itu adalah bahan  organik yang telah melapuk 2
 yaitu lumpur hitam yang mengendap stagnan.
 




K arena para penterjemah Al-Quran lainnya tidak mampu
memvisualisasikan bagaimana manusia
dari tembikar, mereka menafsirkan kata tembikar tersebut sebagai

asal mulanya dicetak

bertalian dengan kemampuan atau kefasihan manusia berbicara


seperti dentingan potongan tembikar yang diadu satu sama lain. Hal
ini merupakan tafsir yang terlalu jauh dari arti kata al-fakhkhaar dalam

400
Kehidupan Menurut
Konsep Al-Bayyinah:
Perspektif
Ketuhanan
AsalTanah
Mula Entropi
Wahyu
Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Pengenalan
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Al-Quran
Masalah
Pandang
Agama
Aborigin
Kehidupan
Berbagai Teori
Individu Yang
Hakikat
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
Agama
dan
Alam Nyata,
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di
dan
dan Kosmologi
Zoroaster
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
di
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada dan
Fitrat
Fotosintesis Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam Ghaib"
Wahyu
Evolusi
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

ayat di atas. Kalau sekarang kita sudah mulai mengerti tentang adanya
fitrat tahapan antara yang mensintesakan bahan untuk membangun
kehidupan, tentunya kini sudah bisa lebih dimengerti makna atau
arti kata sebenarnya. Hal ini yang menjadi inti pokok dari kata al-
fakhkhaar tersebut.
Para ilmuwan meyakini bahwa dengan bertambah keringnya
tanah lempung itu maka akan terjadi kristalisasi asimetris menjadi
laminasi bahan yang amat tipis, satu menumpuk di atas yang lain,
sehingga membentuk lempengan seperti potongan tembikar. Patut
diperhatikan juga kalau laminasi tipis itu juga mempunyai tujuan
lain yang penting, yaitu untuk memperluas permukaan bidang reaksi.
Bahan mika dan tanah lempung terdiri dari lapisan-lapisan laminasi
silikat dimana terdapat lapisan molekul air yang berfungsi sebagai
pemisah masing-masing lapisan. Masing-masing lapisan terpisah
hanya sebesar 0,71 nanometer (satu per sepuluhjuta sentimeter).
Keadaan demikian amat meningkatkan luas permukaan guna terjadi
penjeraban (adsorption) molekul, karena satu sentimeter kubik (1
cc) dari bahan ini bisa menghasilkan luas permukaan sebesar 2.800
meter2, hampir sepertiga hektar.
Uraian singkat dari apa yang ditemukan para ilmuwan dalam
pencarian mereka atas bukti-bukti yang menjurus kepada penciptaan
bahan yang diperlukan bagi kehidupan, telah dikemukakan di muka.
Apa yang kemudian terjadi setelah itu sampai dengan ujung usaha
mereka dijelaskan berikut ini dengan merujuk pada penelitian Coyne
atas subjek bersangkutan.
Coyne dari University of California, saat membahas peran
tanah lempung kaolin pada tahap awal evolusi kimiawi, menyatakan
bahwa bahan ini bisa mengumpulkan enerji dari lingkungannya
(melalui proses radioaktif ) untuk kemudian menyimpannya, serta
melepaskannya kembali ketika tanah lempung tersebut terguncang
oleh basah dan kering yang berulang-ulang.7

401
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

Perjalanan eksplorasi demikian masih jauh dari selesai. Nyatanya


hasil keseluruhan penelitian para ilmuwan untuk mengurai teka-teki
awal mula kehidupan tidak lebih maju dan sekarang ini baru sampai
kepada gambaran keadaan tentang sup primordial dan rahasia-rahasia
yang terkandung di dalamnya. Apa yang telah terjadi saat itu dan
bagaimana terjadinya dikala remang-remang fajar awal penciptaan
dalam sup primordial, masih saja dalam tahap paling awal penelitian
mereka.
Setelah meneliti signifikasi mencengangkan dari tanah kering
yang mendenting pada tahap awal evolusi biotik, mari sekarang kita
renungi kecemerlangan pernyataan Al-Quran yang dikemukakan 14
abad yang silam. Konsep partisipasi tanah kering mendenting dalam
proses penciptaan manusia demikian aneh dan unik, serta secara
diametral bertentangan dengan kisah tentang penciptaan Adam yang
saat itu populer di antara manusia. Kita bisa memahami jalan fikiran
orang-orang yang sederhana yang karena terpengaruh oleh kisah-
kisah dongeng lalu menganggap Tuhan telah mencampurkan tanah
dengan air, dikeringkan sedikit sampai menjadi bisa dibentuk. Proses
selanjutnya tinggal membentuk manusia dari tanah, sim salabim,
Adam muncul dari debu lengkap dengan segala inderanya! Pada saat
tersebut muncul mewujud keseluruhan struktur tubuhnya lengkap
dengan DNA, RNA, kromosom, gen, sel-sel tubuh, sel-sel reproduktif
dan lain-lain. Telinga, hidung dan mata langsung terbentuk, begitu
juga dengan urat-urat darahnya berikut jantung dan paru-paru yang
demikian kompleks. Tentu saja juga berikut sentral syaraf utama dan
sistem kekebalan tubuh, semuanya terjadi dalam sekejap!
Semua keajaiban demikian menurut pembaca kitab suci yang
naif dianggap terjadi dalam satu hembusan nafas kehidupan yang
menurut mereka ditiupkan oleh sang Pencipta kepada patung tanah
yang dibentuk sebagai Adam. Kepercayaan demikian itu sama dengan
kosongnya daya nalar seperti juga evolusi buta yang tidak melihat. Para

402
Kehidupan Menurut
Konsep Al-Bayyinah:
Perspektif
Ketuhanan
AsalTanah
Mula Entropi
Wahyu
Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Pengenalan
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Al-Quran
Masalah
Pandang
Agama
Aborigin
Kehidupan
Berbagai Teori
Individu Yang
Hakikat
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
Agama
dan
Alam Nyata,
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di
dan
dan Kosmologi
Zoroaster
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
di
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada dan
Fitrat
Fotosintesis Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam Ghaib"
Wahyu
Evolusi
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

ilmuwan evolusionis yang meyakini penciptaan tanpa adanya Tuhan,


tanpa adanya Wujud Maha Agung Yang Maha Mengetahui, pastinya
menertawakan kenaifan mereka yang menafsirkan kisah di Perjanjian
Lama itu secara harfiah murni. Para ilmuwan ini melupakan bahwa
posisi mereka juga sama menyedihkannya. Kalau skenario Kitab Suci
diterima apa adanya secara harfiah maka konklusi yang bisa ditarik
ialah Tuhan Maha Pencipta itu memang Maha Kuasa tetapi jelas tidak
Maha Bijaksana! Tuhan Yang Maha Bijaksana tidak akan menciptakan
skema penciptaan tanpa nalar demikian karena bisa saja karya-Nya
ditandingi oleh seorang perupa patung yang piawai!
Rancang bangun dari evolusi yang mengawali penciptaan
manusia merupakan suatu maha-karya keajaiban penciptaan dan
sebuah karya yang indah tanpa ada tandingannya. Sama sekali tidak
mungkin Pencipta yang demikian sempurna akan mengabaikan
intrikasi hukum alam yang demikian pelik yang telah Dia ciptakan
sendiri serta batu bata kehidupan yang telah dirancang-Nya dengan
demikian halus berikut segala kebisaan yang telah Dia tanamkan
dalam sel-selnya yang demikian kecil. Bagaimana mungkin Dia
telah mengabaikan begitu saja 1 milyar tahun dalam sejarah evolusi
kehidupan? Apakah mungkin Dia tidak menyadari bahwa ketika
sedang membentuk Adam dari tanah lempung (7.000 tahun yang
lalu) itu bahwa Dia sudah menyempurnakan manusia 100.000 tahun
sebelumnya? Saat itu bumi sudah dihuni oleh Homo Sapiens, dan
pasti mereka terpesona menonton Tuhan sedang melakukan kerja
yang tak ada gunanya itu di taman Eden!
Betapa pun kita menolak dengan kuat pandangan naif tentang
penciptaan manusia sebagaimana yang dipercayai oleh para fanatikus
agama, keadaan pada ilmuwan sekuler juga tidak kalah menyedihkannya.
Mereka tahu betul betapa tidak terbatasnya kerumitan yang harus
dihadapi dalam skema penciptaan kehidupan serta rancang bangun
dari suatu proses evolusi. Tetapi anehnya mereka menganggap

403
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

bahwa mahakarya yang luar biasa ini semuanya sebagai suatu faktor
‘kebetulan’ belaka, sehingga bisa dikatakan kalau pandangan mereka
itu tidak saja tanpa nalar, tetapi juga buta, tuli dan bisu! Tidak
pantas bagi mereka untuk menertawakan para fanatikus agama. Para
ilmuwan ini memandang Tuhan para penganut agama sebagai sosok
aneh (karena mencipta Adam padahal saat itu sudah banyak manusia
lain). Hanya saja pandangan mereka sendiri tidak lebih baik tentang
konsep evolusi dari kekuatan penciptaan yang sedang berlangsung.
Bagaimana bisa mereka menganggap bahwa rancang bangun yang
demikian indah dan luar biasa rumit itu adalah hasil dari rancangan
alam tanpa diikuti oleh nalar sebagai faktor kebetulan yang tidak lebih
baik dari probabilitas hasil melempar dadu.
Imajinasi tentang Tuhan sebagaimana yang digambarkan oleh
kitab Kejadian dalam Perjanjian Lama, jika ditafsirkan secara harfiah,
memang dipastikan akan mewujudkan Dia sebagai sosok aneh. Namun
apa yang disodorkan oleh para ilmuwan bahkan lebih tidak masuk
akal. Para naturalis tersebut bersikukuh bahwa sepanjang perjalanan
sejarah evolusi biotik selama 1 milyar tahun tersebut, hanya bayangan
tak bernalar dari faktor kebetulan yang menjadi pengendalinya,
mengantar evolusi melalui berbagai kelokan dan jurang sebelum
sampai pada tujuan akhirnya.
Sayangnya semua usaha mereka mencari kebenaran tidak ada
hasilnya ketika mereka telah sampai pada titik dimana kehidupan
muncul dalam suatu atmosfir tanpa oksigen yang ada pada saat
itu sebagaimana pandangan Haldane. Sejalan dengan teorinya,
para ilmuwan sependapat bahwa telah terjadi transformasi dari era
nonbiotika kepada era biotika meski tidak ada oksigen. Sebaliknya
kami sendiri meyakini sedikit banyak pasti terdapat oksigen guna
menunjang kehidupan meski mereka menyangkal adanya oksigen
bebas di atmosfir. Mengenai hal ini kami tidak mempunyai mekanisme

404
Kehidupan Menurut
Konsep Al-Bayyinah:
Perspektif
Ketuhanan
AsalTanah
Mula Entropi
Wahyu
Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Pengenalan
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Al-Quran
Masalah
Pandang
Agama
Aborigin
Kehidupan
Berbagai Teori
Individu Yang
Hakikat
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
Agama
dan
Alam Nyata,
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di
dan
dan Kosmologi
Zoroaster
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
di
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada dan
Fitrat
Fotosintesis Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam Ghaib"
Wahyu
Evolusi
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

guna menunjang pendapat tersebut, tetapi ketidak-mampuan kami


itu tidak lantas membuktikan bahwa hal itu tidak pernah terjadi.
Banyak sekali contoh misteri-misteri suatu periode waktu yang
tidak terungkap, tetapi melalui hasil penelitian dan temuan berikutnya
lalu menjadi jelas. Contoh spesifik mengenai hal ini misalnya
tentang kepunahan cepat hewan dinosaurus. Problem ini lama sekali
tidak terpecahkan. Para ilmuwan tidak bisa memahami mengapa
dinosaurus tiba-tiba menghilang sama sekali sedangkan spesius lain
yang lebih lemah malah terus berevolusi tanpa terganggu. Akhirnya
misteri ini terpecahkan ketika diketahui adanya benturan dari sebuah
asteroid besar yang menghantam bumi 65 juta tahun lalu sehingga
mengacaukan keseluruhan sistem kehidupan di bumi, dan yang
paling terkena adalah spesies dinosaurus. Dalam perubahan kondisi
lingkungan maka secara progresif bagi mereka menjadi bertambah
sulit untuk bertahan hidup. Sampai dengan diketahuinya hal ini,
sebelumnya tidak ada yang bisa menjelaskan secara tuntas mengapa
era dinosaurus berakhir dengan demikian cepat.
Transformasi dari atmosfir tanpa oksigen menjadi kaya oksigen
secara komparatif, bisa jadi akibat sesuatu seperti yang mengakibatkan
kepunahan dinosaurus. Tetapi hanya masa depan saja yang bisa
membuktikan seberapa jauh kami salah menyimpulkan, kalau memang
benar para ilmuwan tersebut benar. Kalau mereka memang benar,
maka problem yang akan muncul akan menjadi demikian dahsyat
sehingga malah akan menimbulkan keraguan tentang eksistensi era
fotosintesis.
Kita harus memvisualisasikan secara jernih apa yang mungkin
telah terjadi pada saat transisi ketika fajar fotosintesis mulai merebak.
Menurut pandangan para ilmuwan, semua oksigen ditemukan terikat
pada bahan-bahan anorganik seperti karbon dioksida (CO2), air
(H2O) dan silika dioksida (SiO2 ). Dengan kata lain, kemunculan
unit-unit kehidupan tentunya telah menghasilkan oksigen sendiri

405
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

untuk konsumsi dirinya. Setelah mengemukakan pandangan tidak


realistis tentang bagaimana hal itu bisa terjadi, dan nyatanya juga
tidak mungkin telah terjadi, kami akan membahas masalah yang lebih
serius tentang fitrat fotosintesis serta klorofil (hijau daun) berikut
masalah besar yang bertalian dengan kerumitan klorofil.
Bayangkan suatu skenario beberapa molekul biotik yang menjadi
pelopor yang tiba-tiba muncul dari pantai laut purba, berevolusi ke
dalam atmosfir yang sama sekali tidak ada oksigen, untuk menjadi
cikal bakal dari segala bentuk kehidupan yang akan datang. Jelas
terlihat sebagai konsep indah tetapi juga ganjil. Terlalu banyak problem
inheren dan misteri yang tetap saja belum terpecahkan. Kelangsungan
hidup mereka tidak mungkin hanya karena fotosintesis semata. Enerji
yang dikonversi dari sinar matahari harus disimpan dan dimanfaatkan
oleh katabolisme yang tergantung pada adanya oksigen, padahal
pada masa itu katanya tidak ada atau sangat sulit didapat. Masa itu
adalah periode badai dan topan serta keadaan atmosfir yang kacau.
Bagaimana mungkin kehidupan yang baru muncul itu menciptakan
oksigen sendiri dan menyerapnya kembali untuk digunakan sendiri
dalam sistemnya agar proses katabolismec bisa bekerja. Bagaimana
mungkin para cikal bakal kita itu memulai perjalanan hidupnya?
Satu-satunya persediaan oksigen bagi kelangsungan hidup mereka
harus diciptakan mereka sendiri melalui proses fotosintesis. Sungguh
ganjil sekali memvisualisasikan mereka muncul dalam kehidupan
dan mempertahankannya tanpa oksigen, seolah-olah mereka harus
menahan nafas sampai mereka mampu menghasilkan sendiri oksigen,
lalu menangkapnya lagi dari udara.
Berarti jika mereka cukup beruntung, saat mereka memasuki
kehidupan baru itu, cuaca dan mataharinya sedang terang benderang
sehingga proses fotosintesis mereka bisa segera diaktifkan agar bisa
menghasilkan oksigen. Tetapi itu saja tidak cukup memadai. Adalah
suatu yang esensial juga bahwa oksigen yang dilepas itu tetap berada

406
Kehidupan Menurut
Konsep Al-Bayyinah:
Perspektif
Ketuhanan
AsalTanah
Mula Entropi
Wahyu
Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Pengenalan
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Al-Quran
Masalah
Pandang
Agama
Aborigin
Kehidupan
Berbagai Teori
Individu Yang
Hakikat
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
Agama
dan
Alam Nyata,
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di
dan
dan Kosmologi
Zoroaster
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
di
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada dan
Fitrat
Fotosintesis Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam Ghaib"
Wahyu
Evolusi
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

di sekitar jangkauan unit kehidupan untuk langsung dikonsumsi lagi.


Dalam keadaan atmosfir yang penuh badai dan kacau seperti pada
masa itu rasanya amat tidak mungkin kalau secercah oksigen yang
mereka produksi akan tetap berada di sekeliling mereka sampai bisa
dikonsumsi kembali melalui proses respirasi.
Setiap atom oksigen yang dihasilkan pasti telah terbang dibawa
angin topan. Bisakah kita membayangkan bagaimana kecewanya
unit-unit kehidupan tersebut memperhatikan oksigen telah melayang
pergi sebelum mereka sempat melompat menarik nafas kehidupan
yang pertama? Apalagi jika harinya juga telah berakhir meski tadinya
demikian cerah sekali pun.
Mengenai masalah siang dan malam pra-sejarah itu, mari kita
lihat kitab Perjanjian Lama untuk memperoleh gambaran sekilas dari
Kitab yang Diwahyukan tentang apa yang terjadi pada masa yang
demikian jauh pada masa lalu tersebut:
‘Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudra raya
dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. Berfirmanlah Allah:
“Jadilah terang.” Lalu terang pun jadi. Allah melihat bahwa terang itu baik,
lalu dipisahkan-Nya terang itu dari gelap. Dan Allah menamai terang itu siang
dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama.’
(Kejadian 1:2-5)8

Pasti, hari pertama tersebut ternyata cerah seperti yang


digambarkan di atas, yakni saat itu unit-unit kehidupan awal muncul
pertama kalinya dengan kesempatan untuk kelangsungan hidup
mereka di bumi. Tetapi hari itu pun kemudian berakhir dan telah
datang petang. Sebelum bisa memasuki hari kedua, proses fotosintesis
pasti sudah berhenti sama sekali.
Bagaimana mungkin unit-unit kehidupan yang malang itu
yang tidak memiliki persediaan oksigen bisa bertahan melalui malam
pertama dari eksistensi mereka yang demikian labil? Bahkan ahli yoga
yang paling handal sekali pun tidak akan mampu menahan nafasnya

407
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

demikian lama. Bagi unit-unit kehidupan tersebut bukan hanya sinar


matahari saja yang telah terbenam tetapi juga matahari kehidupan.
Ada yang mengusulkan berbagai skenario yang berbeda, ada
juga yang menyinggung seleksi alam, tetapi semuanya tidak ada yang
memberikan solusi yang praktis. Istilah seleksi alam sudah menjadi
klise bagi para ilmuwan yang mencoba mengaburkan permasalahan
jika dihadapkan pada persoalan bagaimana faktor kebetulan telah
memproses suatu yang kompleks dalam urutan yang akurat. Dickerson
sudah membuat tabulasi sebagian permasalahan yang mereka hadapi
yang belum juga berhasil mereka pecahkan.
Kami akan sampaikan dalam bahasa kami sendiri 5 tahap yang
dimaksud oleh Dickerson tersebut.
1. Formasi planet dengan gas yang terdapat dalam atmosfirnya yang
bisa dijadikan penopang bahan baku kehidupan, nyatanya tidak
sesederhana seperti kelihatannya. Formasi gas dalam proporsinya
yang tepat pada awal sejarah bumi itu saja banyak mengandung
permasalahan yang memerlukan perhatian khusus. Tetapi bukan
itu saja, karena dalam setiap perubahan kompleksitas atmosfir
dan proporsi dari gas, muncul pertanyaan tentang bagaimana dan
mengapa. Bahwa atmosfir bumi tetap kalis oksigen selama 3,5
milyar tahun tidak bisa dikesampingkan sebagai suatu kebetulan
belaka. Tambah lagi adanya hantaman konstan semburan
radioaktif dari kosmos serta pengaruh mematikannya atas
organisme awal maka masalahnya menjadi lebih rumit. Kecuali
ada tindakan pencegahan terhadap ancaman pada organisme
purba tersebut maka tidak akan ada yang bisa selamat di muka
bumi.
2. Sintesa monomerd biologi seperti asam amino, gula dan dasar-
dasar organik terjadi selama 500 juta tahun. Apa pun yang terjadi
pada masa itu pasti penuh dengan segala problem.

408
Kehidupan Menurut
Konsep Al-Bayyinah:
Perspektif
Ketuhanan
AsalTanah
Mula Entropi
Wahyu
Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Pengenalan
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Al-Quran
Masalah
Pandang
Agama
Aborigin
Kehidupan
Berbagai Teori
Individu Yang
Hakikat
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
Agama
dan
Alam Nyata,
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di
dan
dan Kosmologi
Zoroaster
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
di
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada dan
Fitrat
Fotosintesis Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam Ghaib"
Wahyu
Evolusi
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

3. Polimerisasi monomer demikian untuk menjadi protein


primitif dan rangkaian asam nukleat dalam lingkungan berair
merupakan tahapan yang krusial bagi persiapan kehidupan.
Untuk mempelajari tahapan ini saja diperlukan beberapa generasi
ilmuwan guna memahami sepenuhnya segala intrikasi dan
kerumitan yang ada dalam proses yang kelihatannya sederhana.
Meski lebih dari 50 tahun para ilmuwan melakukan eksplorasi
dan penelitian mendalam, sampai sekarang para ilmuwan belum
berhasil menetapkan masalah sederhana dan mendasar seperti
mana dulu ayam dengan telur berkaitan dengan evolusi protein.
4. Segregasi sup primordialnya Haldane menjadi photobione dengan
susunane kimiawi dan identitas tersendiri pada masa awal mula
kehidupan adalah juga suatu problema yang luar biasa besar.
5. Yang terakhir adalah tantangan tentang gambaran bagaimana
perkembangan mekanisme reproduksi ketika cikal bakal
kehidupan yang pertama itu berevolusi. Mutlak perlu bagi sel-sel
yang muncul kemudian untuk juga memiliki semua kemampuan
kimiawi dan metabolisme dari sel induknya.

Sebelum mengakhiri bab ini, kami ingin menambahkan beberapa


contoh lain tentang bagaimana para ilmuwan dipusingkan oleh dilema
kehidupan yang sepertinya berasal dari dirinya sendiri. Sebenarnya
terdapat berjuta-juta tahapan terdiri dari rangkaian langkah-langkah
kecil, melalui itu evolusi kimiawi telah mengukir jalannya. Bukan
hanya besarnya tantangan guna memahami bagaimana langkah-
langkah tersebut terjadi, tetapi juga arah gerakan evolusi dan di
bawah pengaruh alamiah yang bagaimana. Problem besar lainnya
adalah bagaimana memvisualisasikan dan menemukan rasionalisasi
bagaimana urutan langkah-langkah tersebut dalam suatu rangkaian
yang tertata rapi yang mentautkan satu mata rantai dengan yang
lainnya di tempat dan waktu yang tepat. Alangkah mudahnya bagi para

409
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

ilmuwan itu menyatakan bahwa periode dari biont yang mendapatkan


enerjinya dari fermentasi telah berakhir dan pada saat itu dimulai era
baru dari fotosintesis. Namun betapa sulitnya memvisualisasikan dan
memecahkan problem yang mengikuti transisi dari satu era ke era
yang lain.
Terdapatnya unsur fosfor pada setiap sel yang hidup harus juga
dijelaskan mengingat kenyataan bahwa zat fosfor ini termasuk unsur
yang jarang. Tambahkan lagi unsur lain seperti molybdenum dan
beberapa unsur jarang lainnya yang semuanya merupakan bagian
esensial dari proses pembentukan kehidupan maka dilemanya menjadi
berlipat ganda. Beberapa ilmuwan ketika mencoba menjelaskan hal
ini akhirnya berkesimpulan bahwa kehidupan pasti datang dari ruang
angkasa, karena fosfor dan molybdenum cukup banyak terdapat di
sana. Hanya saja mereka tetap saja tidak bisa menjawab bagaimana
kehidupan ini setelah dibentuk dan dirancang di luar angkasa, lalu
ketika ditransportasikan ke bumi, nyatanya tetap saja bisa dipasok
dengan fosfor dan molybdenum. Bagaimana kehidupan itu bisa terus
berlanjut tanpa rintangan dalam suatu ruang atmosfir yang tidak
bersahabat yaitu unsur esensial seperti fosfor dan molybdenum itu
tidak lagi mudah didapat?
Persoalan menggelitik lainnya yang dihadapi oleh para ilmuwan
berkaitan dengan dua fenomena saling terkait guna memelihara dan
melanggengkan kehidupan. Sebuah sel hidup memiliki dua bakat
utama yaitu kemampuan metabolisme dan kemampuan reproduksi.
Hanya saja masalahnya ialah asam nukleat tidak mampu melakukan
replikasi tanpa enzim, sedangkan enzim tidak akan bisa terjadi
tanpa asam nukleat. Menurut Watson dan Crick, DNA tidak akan
bisa berfungsi tanpa protein dan enzim sebagai katalisator. Jelasnya,
protein tidak mungkin terbentuk tanpa DNA tetapi DNA juga tak
mungkin terwujud tanpa protein. Bagi mereka yang merenungi asal
muasal kehidupan, kembali hal ini menjadi pertanyaan klasik tentang
ayam dan telur, mana yang datang dulu, DNA atau protein?

410
Kehidupan Menurut
Konsep Al-Bayyinah:
Perspektif
Ketuhanan
AsalTanah
Mula Entropi
Wahyu
Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Pengenalan
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Al-Quran
Masalah
Pandang
Agama
Aborigin
Kehidupan
Berbagai Teori
Individu Yang
Hakikat
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
Agama
dan
Alam Nyata,
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di
dan
dan Kosmologi
Zoroaster
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
di
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada dan
Fitrat
Fotosintesis Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam Ghaib"
Wahyu
Evolusi
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

Untuk meloloskan diri dari dilema demikian, beberapa ilmuwan


menyarankan bahwa DNA dan protein berkembang secara terpisah
dan sejajar, sampai kepada suatu fase saat keduanya menjadi saling
bergantung. Sepertinya suatu usulan cemerlang tetapi kalau dikaji
lagi, ternyata tidak ada kecemerlangan atau kejeniusan dalam usulan
seperti itu. Mereka menutup mata terhadap pertanyaan bagaimana
keduanya bisa berkembang dan berjalan sejajar satu dengan yang
lainnya sedangkan pada setiap langkah kelangsungan hidupnya mereka
saling bergantung satu sama lain.
Tidak mungkin semua itu terjadi hanya karena faktor kebetulan
dari saling mempengaruhi semua faktor yang diperlukan tanpa
supervisi dari seorang ilmuwan yang berpengalaman. Ilmuwan
demikian tentunya memerlukan peralatan laboratorium modern
yang tanpa itu mereka tidak akan bisa mengharapkan keberhasilan,
sedangkan paradoks yang dikemukakan di atas diketahui terjadi di
alam bebas tanpa kondisi yang terkendali. Mereka yang melakukan
eksperimen demikian, melakukannya merujuk pada paradoks yang
sama yaitu yang berkenaan dengan replikasi RNA tanpa adanya
protein dan enzim yang harus diproduksinya sendiri. Namun
mereka harus mengakui kalau keberhasilan mereka bukanlah suatu
keberhasilan terkait dengan paradoks yang sedang mereka usahakan
untuk dipecahkan. Horgan sendiri mengakui kalau eksperimen ilmiah
ini terlalu rumit untuk bisa menggambarkan skenario yang mungkin
bagi pembentukan awal kehidupan.
‘Kita harus melakukan banyak sekali hal secara benar tanpa satu
kesalahan pun.’9 adalah pengakuan dari Orgel yang melaksanakan
eksperimen demikian. Apa yang ia dan Horgan sepakati ialah bahwa
keberhasilan mereka dalam situasi laboratorium yang terkendali tidak
membuktikan apa-apa jika dibandingkan dengan keadaan bumi saat
awal kehidupan. J. Szostak secara terpisah mengadakan eksperimen

411
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

yang sama dan berhasil tetapi tetap dalam kondisi laboratorium yang
terkontrol ketat.
Harold P. Klein dari Santa Clara University mengemukakan
keraguannya dengan kata-kata: ‘... hampir tidak mungkin
membayangkan bagaimana semuanya itu terjadi.’10
Kami keberatan dengan penggunaan kata hampir. Mestinya ia
langsung mengaku bahwa mutlak tidak mungkin semuanya terjadi
tanpa adanya eksistensi Wujud Tuhan.
Menurut Dickerson, eksistensi kedua unsur merupakan suatu
hal yang paling esensial. Mengomentari banyaknya upaya untuk
mencari proses komplementer di antara urutan protein dan urutan
asam nukleat, ia mengakui bahwa tidak ada dari antaranya yang bisa
dianggap berhasil. Lebih lanjut menguraikan kerumitan dari ko-
eksistensi dua mekanisme yang paralel dimana yang satu melahirkan
yang lain, ia kembali mengutarakan kemustahilan situasinya
seperti pada paradoks tentang ayam dan telur. Namun solusi yang
ditawarkannya untuk memecahkan masalah tersebut malah tidak
masuk akal. Ia mengemukakan pandangan bahwa keduanya yaitu
telur dan ayam pastinya berkembang dan berevolusi secara terpisah.
Semua mereka yang menghormati Dickerson karena karya
akbarnya untuk memecahkan teka-teki kehidupan, tentunya akan
menjadi terkejut dengan pernyataan yang naif demikian. Kemungkinan
besar Dickerson sudah amat kelelahan setelah upayanya yang demikian
panjang untuk mencari pemecahan dilema ini tanpa harus mengakui
eksistensi Tuhan. Yang jelas tidak ada jalan keluar selain melalui Dia.
Dengan Dia sebagai pengendali segala hal di alam ini, jelas tidak ada
paradoks dalam alam. Keengganan para ilmuwan untuk melihat tangan
Pencipta Yang Maha Agung, Maha Mengetahui serta Maha Kuasa
ini di belakang semua intrikasi penciptaan, sulit dimengerti tanpa
mengatakan bahwa mereka memang memejamkan mata terhadap
realitas yang ada. Semua yang disebut sebagai paradoks tersebut akan

412
berevolusi secara terpisah.
Semua mereka yang menghormati Dickerson karena karya akbarnya untuk
memecahkan teka-teki kehidupan, tentunya akan menjadi terkejut dengan pernyataan yang
naif demikian. Kemungkinan besar Dickerson sudah amat kelelahan setelah upayanya yang
Al-Bayyinah: Prinsip
Pengenalan Kebenaran
dengan
Aliran
Wahyu, Yang
Hakikat
Perspektif
Pemikiran
Filsafat
Agama
FilsafatNyata,
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
demikian panjang Kehidupan Menurut
Konsep
untuk mencari Perspektif
Ketuhanan
AsalTanah
Mula
pemecahan
Peran Entropi
Wahyu
dan
Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:
dilema
Lempung iniAl-Quran:
dan Keterbatasan
Al-Quran
Sudut
Bangsa
dan
Berbagai
tanpa Masalah
Pengantar
Agama
PandangAgama
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu
Wahyu
Iman Ilahi
Kepada Alam
dan
dan
Fitrat
harus
Fotosintesis Penderitaan
di
dan Kosmologi
diZoroaster
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Luar
"Yang
Suatu
mengakui
dalam Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Rasionalitas
Ghaib"
Wahyu
eksistensi
Evolusi
Al-Qayyimah: Ajaran
Tuhan. Yang jelas tidak ada jalan keluar selain melalui Dia. yang Berkesinambungan
Pengetahuan,
Dengan Diadan Kebenaran
sebagai pengendali
segala hal di alam ini, jelas tidak ada paradoks dalam alam. Keengganan para ilmuwan
untuk melihat tangan Pencipta Yang Maha Agung, Maha Mengetahui serta Maha Kuasa ini
di belakang
hilang semua
dengan intrikasi penciptaan,
sendirinya sulit dimengerti
jika yang tanpa meyakini
bersangkutan mengatakan bahwa mereka
eksistensi
memang memejamkan mata terhadap realitas yang ada. Semua yang disebut sebagai
Tuhan.
paradoks Demikian
tersebut akan itulah
hilang pernyataan Al-Quran:
dengan sendirinya jika yang bersangkutan meyakini
eksistensi Tuhan. Demikian itulah pernyataan Al-Quran:

sWmV" ×#\F Xn_§WÙ §Ì¦B×qVÙ 1ÃS›[ÝV" C°% ¨C›X+ØSˆm ©Ú \\ c¯Û sWmV" ‰% ?W°» 1šXS›\-\y \Ì×\y WQ \] s°Š

§­¨ ¸nm¦\O XSÉFXT ;…¦yV] Èn_§WÙ \ÙkV¯ Ô ¯ V =Wc ©ÛØÜV"ˆm[ Xn_§WÙ §Ì¦B×q ˆ1É2 §¬¨ qSżÉÙ C°%

‘Yang telahtelah
‘Yang menciptakan tujuh petala
menciptakan tujuh langit
petaladengan
langit serasi.
dengan Engkau
serasi.tidak akan tidak
Engkau melihat
ketidak-pantasan
akan melihat ketidak-pantasan di dalam penciptaan Tuhan yang Mahaitu
di dalam penciptaan Tuhan yang Maha Pemurah. Oleh karena
pandanglah lagi! Adakah engkau melihat sesuatu cacat? Kemudian pandanglah lagi,
Pemurah. Oleh karena itu pandanglah lagi! Adakah engkau melihat sesuatu
niscaya penglihatan engkau hanya akan kembali kepada engkau dengan bingung dan
letihcacat?
karenaKemudian pandanglah
tidak menemukan lagi, niscaya
ketidakserasian.’ penglihatan
(S.67 engkau
Al- Mulk:4-5) 11
hanya akan
kembali kepada engkau dengan bingung dan letih karena tidak menemukan
ketidakserasian.’
Masalah yang dihadapi (S.67Dickerson
Al-Mulk:4-5)
dan 11para ilmuwan lainnya yang berbangga hati
dengan sikap mereka sebagai orang yang sekuler hanyalah karena tekad mereka untuk tidak
mengakui peran Tuhan dalam penciptaan segala hal. Tentu saja tidak ada dilema di alam ini.
Masalah yang dihadapi Dickerson dan para ilmuwan lainnya
Namun dilema mulai muncul saat manusia membuang konsep Ketuhanan dari wilayah
yang berbangga
ciptaan-Nya hati dari
sendiri. Contoh dengan sikap mereka
kedongkolannya bisasebagai orang
dilihat dari yang
solusi sekuler
yang ditawarkan
Dickerson di atas. Pernyataan demikian sebenarnya sama saja dengan menggambarkan rasa
hanyalah
frustrasi memuncakkarenadaritekad mereka untuk tidak mengakui peran Tuhan dalam
yang bersangkutan.
penciptaan segala hal. kembali
Perlu kami ingatkan Tentu sajakalau molekul
tidak RNA diketahui
ada dilema di alam ini. berfungsi
Namun sebagai
pesuruh atau pembawa pesan dalam transfer informasi dan instruksi yang diberikan oleh
DNAdilema
yang harusmulai
dibawamuncul saat manusia
ke tempat-tempat membuangKetika
yang ditentukan. konseppara Ketuhanan
ilmuwan berusaha
mengungkapkan metodologi yang digunakan alam guna pelaksanaan fungsi ini, mereka
dari wilayah ciptaan-Nya sendiri. Contoh dari kedongkolannya bisa
tidak saja terpana atas kerumitan kerjanya tetapi juga mereka kembali menghadapi
dilihat
paradoks lain.dari solusi sejenis
Diperlukan yang enzim
ditawarkan Dickerson
aktif untuk melekatkandiasam
atas.amino
Pernyataan
khusus untuk
mentransfer molekul RNA, yang di ujung lainnya diterima oleh anticodonf. Hanya saja
demikian
masalahnya ialahsebenarnya
enzim aktif yangsamamemicu
saja dengan
mekanismemenggambarkan
penjabaran tersebutrasajuga
frustrasi
merupakan
hasil memuncak dari yang bersangkutan.
sintesa dari mekanisme yang dihasilkannya sendiri - kembali lagi paradoks ayam dan
telur.
Perlu kami ingatkan kembali kalau molekul RNA diketahui
 berfungsi sebagai pesuruh atau pembawa pesan dalam transfer 215

informasi dan instruksi yang diberikan oleh DNA yang harus dibawa
ke tempat-tempat yang ditentukan. Ketika para ilmuwan berusaha
mengungkapkan metodologi yang digunakan alam guna pelaksanaan
fungsi ini, mereka tidak saja terpana atas kerumitan kerjanya tetapi
juga mereka kembali menghadapi paradoks lain. Diperlukan sejenis
enzim aktif untuk melekatkan asam amino khusus untuk mentransfer
molekul RNA, yang di ujung lainnya diterima oleh anticodonf.
Hanya saja masalahnya ialah enzim aktif yang memicu mekanisme

413
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

penjabaran tersebut juga merupakan hasil sintesis dari mekanisme


yang dihasilkannya sendiri-kembali lagi paradoks ayam dan telur.
Kajian atas hal ini akan mengimplikasikan bahwa DNA adalah
induk dari RNA. Proses replikasi RNA dienkode dalam genetika dari
DNA, namun para ilmuwan merasa positif kalau dalam beberapa hal
RNA mendahului DNA. Sebutlah sebagai paradoks ayam dan telur
lainnya, tetapi eksistensi RNA sebelum DNA akan selalu menjadi
teka-teki.
Dengan demikian semua jalan yang ditelusuri para ilmuwan
selalu kembali kepada dilema lama. Sepertinya ada sebuah dinding batu
yang menghadang jalannya penelitian untuk berkembang lebih jauh
dari yang telah dicapai. Dickerson telah berupaya melepaskan diri dari
jerat ketat tersebut dengan mengusulkan bahwa keduanya pastinya
berkembang secara paralel. Jika memang demikian keadaannya maka
kita boleh membayangkan ada telur yang menghasilkan telur dan ayam
melahirkan ayam secara terpisah dalam garis paralel selama berjuta-
juta tahun. Demikian itulah mereka hidup tanpa ada ketergantungan
satu sama lain, ketika suatu pagi yang cerah sang ayam memutuskan
untuk mulai memproduksi telur dan si telur memutuskan untuk
memecah cangkangnya menghasilkan anak ayam, sehingga ceritanya
bisa berakhir memuaskan semua pihak. Bersama mereka hidup dengan
bahagia, saling memproduksi satu sama lain!
Kami menghargai sekali upaya Dickerson atas kinerjanya yang
demikian besar bagi ilmu pengetahuan dan memuji dirinya karena
objektivitas pandangannya dalam pemecahan masalah-masalah
ilmiah. Hanya saja jika Dickerson menyampaikan usulan seperti itu,
rasanya pantas kami ini menjadi tercengang! Bisa jadi hal itu bukan
merupakan suatu konklusi yang telah dipertimbangkan matang,
melainkan lebih merupakan ratapan batin Dickerson yang menjadi
frustrasi karena menemukan suatu kemustahilan yang tidak akan bisa
dipecahkan kecuali melalui pengakuan terhadap eksistensi Tuhan.

414
Kehidupan Menurut
Konsep Al-Bayyinah:
Perspektif
Ketuhanan
AsalTanah
Mula Entropi
Wahyu
Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Pengenalan
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Al-Quran
Masalah
Pandang
Agama
Aborigin
Kehidupan
Berbagai Teori
Individu Yang
Hakikat
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
Agama
dan
Alam Nyata,
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di
dan
dan Kosmologi
Zoroaster
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
di
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada dan
Fitrat
Fotosintesis Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam Ghaib"
Wahyu
Evolusi
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

K ami baru saja mengemukakan pengakuan seorang ilmuwan besar


yang meski berusaha sekuat daya tetapi tetap saja belum berhasil
mengupas teka-teki kehidupan. Hanya saja di mana pun dalam hasil
kerja mereka, belum ada disinggung mengenai kerumitan unsur klorofil
(chlorophyl) yang mereka kesampingkan begitu saja dengan sebutan
‘pigmen hijau.’ Belum ada juga upaya untuk memvisualisasikan
evolusinya sebagaimana telah mereka lakukan untuk zat organik
yang kompleks lainnya. Hal ini karena yang namanya klorofil tidak
berevolusi. Tidak ada setitik pun jejak evolusinya yang bisa dideteksi
di bumi, udara atau pun laut. Ketika kehidupan mulai mewujud
di bumi, semua bentuk vegetatif yang mengandung bahan pigmen
(pigment) hijau yaitu klorofil, mencerap sinar matahari yang ada,
mengkonversinya menjadi energi kimiawi untuk mensintesakan
zat organik dari zat anorganik. Dalam proses ini pigmen tersebut
menghasilkan karbohidrat dari karbon dioksida dan air serta secara
simultan melepaskan oksigen ke udara:
ENERGI SINAR
6CO2 + 6H2 O C6 H12 O6 + 6O2

Klorofil terdiri dari dua jenis yaitu klorofil a (C55 H72 MgN4O5)
dan klorofil b (C55 H70 MgN4 O6 ). Komposisi kedua rumus ini
masing-masing memiliki fungsi tersendiri dalam urut-urutan proses
yang mengingatkan kita pada komposisi haemoglobin dalam darah,
serta sama ajaibnya. Demikian yang dikemukakan Steven Rose dalam
bukunya The Chemistry of Life:
‘Meski klorofil bukan satu-satunya pigmen fotosintesis, tetapi ia merupakan
yang paling esensial.... Bagian kutub molekulnya amat mirip dengan rancang
bangun dari haem dalam sitokroma (cytochromes)g dan haemoglobin.
Seperti juga haem, klorofil terdiri dari rangkaian terpadu empat karbon dan
nitrogen yang memiliki cincin (pyrrole rings) yang mempertautkannya untuk
membentuk wujud seperti donat dengan lubang di tengah. Lubang ini pada
haem diisi dengan zat besi, sedangkan pada klorofil tengahnya itu terbuat dari
magnesium. Struktur cincin ini mengandung rangkaian ikatan tunggal dan
ganda dimana penyerapan seberkas kecil sinar (satu quantum) dari panjang

415
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

gelombang tertentu akan menimbulkan sejenis vibrasi atau resonansi di


sekitar ikatan tersebut. Karena penumpukan yang berdekatan dan orientasi
yang stabil dari molekul pigmen di dalam lamellaeh maka enerji resonansi
demikian bisa ditransfer dari satu molekul pigmen ke molekul lainnya sampai
akhirnya tersalurkan ke suatu molekul klorofil yang sedikit berbeda dari
mana enerji itu tidak akan lepas lagi. Bentuk klorofil yang menjebak enerji
ini mampu menerima masukan dari sekitar 300 molekul klorofil standar
lainnya. Karena itu enerji sinar amat terkonsenstrasi pada satu tempat, yang
memungkinkan molekul berikutnya untuk mentransfer sebuah elektron ke
reseptor non-pigmen melalui serangkaian pembawa sampai akhirnya kepada
NADPi....

Namun yang perlu mendapat perhatian ialah dengan kekecualian dari


aparatus yang mengandung klorofil yang berfungsi memecah air sebagai
sumber enerji primer, semua reaksi fotosintesis, fiksasi karbon dioksida dan
sintesa dari gula, semuanya mengikuti alur yang sudah kita kenal dalam bio-
kimia dari sel hewan.’12

Dalam suatu molekul klorofil raksasa yang demikian rumit


terdapat serangkaian yang amat panjang dari atom-atom yang tertata
rapih dalam suatu urutan, yang jika terusik satu saja mata rantainya
maka keseluruhan fungsi dan signifikasi klorofil akan rusak. Kehidupan
dalam segala bentuknya tergantung eksistensinya pada perangkap
enerji yang fundamental ini, namun karbo hidrat yang dihasilkannya
tidak bisa dimanfaatkan secara langsung. Rantai reaksi kimia yang
terjadi selanjutnya tergantung pada ATP (adenosine triphosphate)
dan ADP (adenosine diphosphate), bahan kimia yang mengandung 3
dan 2 kelompok fosfat.
Dalam kedua bahan kimia ini, kelompok fosfor memainkan peran
utama. Fosfor menjadi unsur pokok yang selalu ada dalam semua sel
hidup, baik hewan atau pun tumbuhan. Fosfor menggerakkan pabrik
besar yang menyediakan berbagai unsur kimia organik yang diperlukan
oleh kehidupan. Dalam pembahasan di muka kami sebenarnya telah
menyentuh tiga misteri penciptaan yang tidak direkam oleh mata
para ilmuwan umum. Namun semua ilmuwan besar yang mencoba

416
Kehidupan Menurut
Konsep Al-Bayyinah:
Perspektif
Ketuhanan
AsalTanah
Mula Entropi
Wahyu
Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Pengenalan
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Al-Quran
Masalah
Pandang
Agama
Aborigin
Kehidupan
Berbagai Teori
Individu Yang
Hakikat
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
Agama
dan
Alam Nyata,
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di
dan
dan Kosmologi
Zoroaster
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
di
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada dan
Fitrat
Fotosintesis Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam Ghaib"
Wahyu
Evolusi
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

mengurai misteri tentang awal mula kehidupan mengetahui hal ini dan
mencoba mencari penjelasannya. Klorofil merupakan pengecualian.
Bukannya mencoba menguraikan teka-teki dari pigmen ini, mereka
malah mengesampingkan masalah ini sama sekali dan mencoba
membahas rintangan lain yang sekurang-kurangnya mereka masih
memahaminya walau sedikit.
Mereka mengesampingkan masalah klorofil karena tentunya
mereka mengetahui sepenuhnya bahwa betapa pun kompleksnya
pigmen ini, mestinya tidak muncul begitu saja dari ketiadaan. Kalau pun
misalnya berevolusi, mestinya ada jejak evolusi yang panjang ke masa
lalu. Yang pasti adalah tidak mungkin zat tersebut tiba-tiba muncul dari
ketiadaan. Namun nyatanya klorofil itu eksis dan menjadi tantangan
bagi semua kaum atheis, ahli filsafat dan ilmuwan untuk menjelaskan
kemunculan dan eksistensinya. Lebih mudah membayangkan evolusi
dari haemoglobin, sedangkan eksistensi dari pigmen kecil ini hampir
tidak mungkin dijelaskan sifat keberadaannya.

Catatan:

a. Adsorption adalah proses akumulasi substansi di atas suatu


permukaan. Suatu proses dimana lapisan atom atau molekul
dari suatu substansi, biasanya gas, terbentuk di permukaan suatu
benda yang solid atau likuid. (Penterjemah)
b. Glisine (glycine) adalah asam amino kristalin yang terdapat
pada sebagian besar protein, berfungsi sebagai neurotransmiter.
(Penterjemah)
c. Katabolisme adalah proses metabolisme dimana enerji dilepas
melalui konversi molekul kompleks menjadi yang lebih
sederhana. Disebut juga metabolisme destruktif. (Penterjemah)

417
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

d. Monomer adalah kelompok kecil molekul tunggal tidak terikat


dan bisa bergabung dalam rangkaian panjang dengan molekul-
molekul lain untuk membentuk molekul yang lebih kompleks
atau polimer. (Penterjemah)
e. Photobiont adalah unsur alga pada lumut. Lumut selalu terdiri
dari simbiosa dua unsur yaitu alga dan fungus (mycobiont). Alga
dilapis atas bawah oleh fungus dan berfungsi sebagai penyedia
makanan melalui fotosintesis sedangkan fungus berfungsi
menyerap zat makanan lain dan air. (Penterjemah)
f. Anticodon adalah suatu unit kode genetika yang terdiri dari satu
set dari tiga nukleat yang berfungsi untuk mentransfer RNA
dalam proses pembentukan protein tertentu. (Penterjemah)
g. Cytochrome adalah molekul yang mengandung protein dan besi
yang berperan dalam respirasi sel. (Penterjemah)
h. Lamella adalah lapisan perekat di antara dua sel tanaman.
Lamellae adalah bentuk jamaknya (plural). (Penterjemah)
i. NADP = nicotinamide adenine dinucleotide phosphate adalah
ko-enzim dalam sel hidup yang berfungsi dalam sintesa bio-
kimiawi (tidak dalam reaksi penghasil enerji). (Penterjemah)

Referensi
1. Barbieri, M. (1985) The Semantic Theory of Evolution, Harwood
Academic Publishers, hal. 86
2. Olomucki, M. (1993) The Chemistry of Life, McGraw-Hill Inc.,
France, hal. 55
3. Cairns-Smith, A. G. (June 1985) The First Organisme, Scientific
American, hal. 100
4. Terjemahan 21:31 oleh penulis.
5. Terjemahan 55:15 oleh penulis.
6. Terjemahan 15:27 oleh penulis.

418
Kehidupan Menurut
Konsep Al-Bayyinah:
Perspektif
Ketuhanan
AsalTanah
Mula Entropi
Wahyu
Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Pengenalan
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Al-Quran
Masalah
Pandang
Agama
Aborigin
Kehidupan
Berbagai Teori
Individu Yang
Hakikat
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
Agama
dan
Alam Nyata,
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di
dan
dan Kosmologi
Zoroaster
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
di
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada dan
Fitrat
Fotosintesis Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam Ghaib"
Wahyu
Evolusi
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

7. Cairns-Smith, A. G. (June 1985) The First Organisme, Scientific


American, hal. 100
8. Alkitab, Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta 2002
9. Horgan, J. (Februari 1991) In The Beginning, Scientific
American, h.119
10. Horgan, J. (Februari 1991) In The Beginning, Scientific
American, h.120
11. Terjemahan 67:4-5 oleh penulis.
12. Rose, S. (1991) The Chemistry of Life, Penguin Books Ltd.,
London, hal. 353-355

419
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

KELANGSUNGAN HIDUP:
FAKTOR KEBETULAN ATAU TAKDIR?

M asalah kelangsungan hidup semua mahluk hidup tidaklah


semudah dan sesederhana sebagaimana biasanya dipahami
dari klise ucapan Charles Darwin tentang ‘survival of the fittest’
(kelangsungan hidup bagi yang tercakap) semata. Istilah ini bisa
dimengerti maknanya secara mendalam jika diterapkan pada contoh-
contoh yang konkrit dan tertentu saja. Di luar itu, kemungkinan
ucapan klise ini malah akan menyesatkan orang awam dan bukannya
membawa mereka kepada kebenaran. Yang menjadi sandungan
adalah kata ‘fittest’ (yang tercakap) itu. Tanpa mendefinisikan apa
yang dimaksud dengan kata tersebut, kita tidak bisa menyatakannya
sebagai suatu kebenaran. Kalau dikaitkan dengan perannya dalam
mengembangkan kehidupan, dari bentuk yang lebih rendah ke bentuk
yang lebih tinggi, besar kemungkinan kata itu tidak mungkin bisa
diterapkan.
Untuk menyatakan bahwa karakteristik suatu kehidupan atau
suatu spesies dianggap lebih baik dari kehidupan atau spesies lainnya,
merupakan masalah kompleks yang bervariasi dari satu ke lain situasi.
Sering kali terjadi, spesies kehidupan yang diperkirakan berderajat lebih
tinggi ternyata kalah mampu bersaing menghadapi tantangan dalam
suatu krisis tertentu dibanding dengan spesies lain yang tatanannya
dianggap lebih rendah. Dalam keadaan demikian, alam malah secara
otomatis memenangkan yang disebut belakangan ketika menghadapi
kondisi alam yang tidak bersahabat.
Pada masa kekeringan yang dahsyat, banyak spesies hewan tingkat
rendah yang malah tetap hidup dengan mudah, sedangkan manusia

420
Kehidupan Menurut
Konsep Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
AsalTanah
Mula Hidup:
Perspektif
Entropi
Wahyu
Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Al-Quran
Kehidupan
Berbagai Agama
Pandang Yang
Hakikat
atau
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
MasalahFilsafat
Agama
Filsafat
Agama
dan
Agama
Aborigin
Teori
Individu Alam Nyata,
Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Pengantar Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di
dan
dan Kosmologi
diZoroaster
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada dan
Fitrat
Fotosintesis Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam Ghaib"
Wahyu
Evolusi
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

harus mati karena tidak tahan menanggung tekanan lingkungan.


Bencana alam seperti perubahan mendadak dalam suhu bumi, letusan
gunung berapi, topan badai, kebakaran hutan, banjir bandang dan
gempa bumi tidak memilah-milah spesies kehidupan yang akan
terkena.
Tidak mungkin bencana-bencana demikian dalam beberapa
detik, menit atau jam akan merenggut habis sesuatu yang memerlukan
ratusan juta tahun bagi evolusi untuk menciptakannya. Dalam keadaan
yang membawa kehancuran seperti itu, banyak bentuk kehidupan
tingkat rendah yang tetap hidup dan berkembang tanpa rintangan.
Lalu menjadi pertanyaan yang belum ada jawabannya sampai sekarang
tentang siapa di antaranya yang bisa dikatakan sebagai ‘tercakap’ serta
apa tolok ukurnya untuk dinyatakan sebagai yang tercakap.
Semuanya bisa disimpulkan sebagai masalah kelangsungan hidup
saja, tidak lebih dari itu. Bukan yang tercakap yang akan selalu selamat,
sedangkan yang selamat tidak selalu menjadi yang tercakap. Yang bisa
disimpulkan secara logis ialah adanya beberapa spesies kehidupan
yang memang paling cakap dalam menghadapi suatu kondisi tertentu,
sedangkan spesies lainnya lebih tepat survive dalam kondisi yang lain
pula. Karena itu masalah kelangsungan hidup bukanlah suatu ujian
kompetitif di antara para spesies untuk menilai harkatnya masing-
masing. Mari kita analisis masalah pergulatan hidup yang terjadi
di antara satu spesies ketika anggota dari spesies yang sama sedang
menghadapi berbagai cobaan bencana alam. Kebanyakan dari mereka
akan tereliminasi, dilibas oleh bahaya yang sama mereka hadapi. Banyak
pula dari antara mereka malah menunjukkan ketegaran struktur
internal dirinya terhadap bencana yang menimpa dimana mereka sama
sekali tidak terpengaruh olehnya. Mereka dengan bersukaria mengatasi
cobaan-cobaan yang telah menghancurkan saudara-saudaranya yang
lain. Ambil sebagai contoh tentang sebuah wabah disentri yang buruk.
Bisa saja wabah tersebut membunuh seorang ilmuwan naturalis yang

421
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

piawai tetapi tidak berpengaruh terhadap seorang buruh tani sederhana


tidak berpendidikan yang hanya bermodal perut yang kuat. Adapula
orang-orang yang selamat dari satu epidemi tetapi tidak selamat dari
penyakit menular lainnya. Sebagian bisa saja mati disambar wabah
kolera, tetapi yang selamat pun bisa saja mati hanya karena influenza
atau penyakit ringan lainnya.
Demikian banyaknya cobaan yang harus dihadapi kehidupan
yakni kelangsungan hidup bersifat relatif terhadap konteks suatu
situasi tertentu serta tidak selalu bisa menyatakan spesies yang selamat
sebagai yang tercakap dalam segala tolok ukur nilai kehidupan. Apa
alasan yang mendasari seleksi alamiah untuk memilih satu jenis
spesies tertentu dibanding yang lainnya, masih belum diketahui oleh
para ilmuwan. Tidak ada satu pun tolok ukur yang bisa digunakan
untuk mengukur setiap kasus yang terjadi. Seleksi alam tanpa suatu
didasari suatu kesadaran, jelas tidak akan memperhitungkan semua
segi positif dan negatif sebelum menetapkan penilaian mana yang
akan dihapus dan mana yang dikembangkan. Hal terpenting yang
patut diperhatikan ialah kaidah kehidupan dan kematian tidak secara
langsung ditentukan oleh seleksi alamiah sebagaimana terdapat dalam
fenomena sehari-hari dari proses kelangsungan hidup dan kepunahan.
Hasil akhirnya ditentukan oleh berbagai faktor tak terbilang yang
akan membunuh atau menyelamatkan suatu jenis hewan tertentu,
yang sebenarnya adalah berkat pengaturan skema Ilahi yang bersifat
universal. Skema demikian tidak akan ada artinya bagi tujuan
evolusi tanpa adanya peran sadar yang dimainkan oleh Wujud
Maha Agung Yang Maha Mengetahui yang mengatur segala sesuatu
sesuai dengan rencana-Nya. Mereka yang menyangkal hal ini pasti
melakukannya dengan segala kesengajaan. Hal demikian sama saja
dengan menyangkal proses evolusi itu sendiri jika mereka sejujurnya
mengakui segala permasalahan berkaitan dengan proses evolusi tanpa
meyakini eksistensi Pencipta.

422
Kehidupan Menurut
Konsep Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
AsalTanah
Mula Hidup:
Perspektif
Entropi
Wahyu
Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Al-Quran
Kehidupan
Berbagai Agama
Pandang Yang
Hakikat
atau
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
MasalahFilsafat
Agama
Filsafat
Agama
dan
Agama
Aborigin
Teori
Individu Alam Nyata,
Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Pengantar Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di
dan
dan Kosmologi
diZoroaster
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada dan
Fitrat
Fotosintesis Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam Ghaib"
Wahyu
Evolusi
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

Dari hasil kajian kami atas kehidupan dari sejak tahap awal
sampai pada tahap kulminasi saat manusia dibentuk, yang kami lihat
ialah kelangsungan hidup merupakan suatu kekecualian sedangkan
yang pasti adalah kematian. Namun faktor-faktor yang menimbulkan
kematian tidak terbilang banyaknya dan seringkali malah bergandeng
tangan dengan faktor kebetulan. Faktor-faktor tersebut jika bisa
diidentifikasi dan dilokalisasi, tentunya akan menjadikan hidup ini
amat menyengsarakan jika tidak mau dikatakan mustahil. Mahluk
hidup harus terus menerus hidup dalam ketakutan, ancaman selalu
membayang sebagai pedang di atas kepala mereka. Untungnya
sang maut umumnya datang selalu mengendap-endap dan manusia
jadinya selalu melupakan ancaman akan kedatangannya. Bila manusia
tidak memiliki kecenderungan untuk melupakan maut yang sudah
merupakan takdir, tentunya kehidupan manusia akan selalu menjadi
mimpi yang menakutkan baginya.
Jika bakteri yang terdapat dalam segelas air minum bisa dilihat
oleh manusia maka upaya manusia guna menghilangkan hausnya
akan menjadi suatu bentuk hukuman dan bukannya kenikmatan.
Kalau saja kita bisa melihat organisme hidup yang terhirup setiap
kali kita bernafas maka proses bernafas akan menjadi suatu siksaan.
Bila kita mampu melihat segala mahluk yang berlompatan saat kita
melangkah di atas sebuah permadani Parsi yang terlihat bersih, maka
proses bernafas akan menjadi suatu penderitaan. Jarang sekali manusia
mengetahui bahwa tungau debu yang berada di dalam permadani jika
dibesarkan akan jauh lebih menakutkan dibanding dinosaurus paling
mengerikan yang pernah berjalan di muka bumi.
Udara yang dihisap penuh sekali dengan segala macam bakteri
yang jika sempat mengakar pada sistem tubuh kita, akan menimbulkan
tuberkulosa, radang paru-paru, kanker hati, segala macam disentri,
keracunan darah, eksim dan berbagai penyakit mematikan berkaitan
dengan organ-organ utama tubuh manusia. Namun kita tetap bernafas

423
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

dan lebih sering kita tidak jatuh sakit karenanya. Tentunya ada suatu
sistem proteksi yang menahan segala unsur berbahaya itu agar tidak
sampai mampu masuk ke dalam organ-organ tubuh di dalam. Hal
inilah yang sebenarnya dimaksudkan dengan kecakapan (fitness) guna
memelihara kelangsungan hidup. Dengan kata lain, kelangsungan
hidup bukan merupakan hasil kebetulan dari kecakapan.
Sebenarnya masalahnya masih jauh lebih kompleks dari ini. Setiap
gerak yang kita lakukan dan setiap fikiran yang melintas di kepala
akan menimbulkan residu enerji yang digunakan, yang jika tidak
segera dibuang akan menimbulkan kematian. Karena itu dari setiap
bagian dari tiap detik sebenarnya kita terus menerus dihadapkan pada
dan menang di atas kematian. Inilah sebenarnya hakikat kelangsungan
hidup dari yang tercakap (survival of the fittest). Dan kecakapan ini
bukan merupakan hasil sampingan dari sesuatu yang bernama faktor
kebetulan.

P ada setiap langkah terdapat suatu sistem proteksi yang telah


dirancang demikian sempurna guna memelihara kehidupan dari
segala hal di sekelilingnya yang mungkin menjadi ancaman. Peran
oksigen dalam tumbuhan dan metabolisme hewan merupakan contoh
ideal guna memahami fenomena ini.
Istilah metabolisme dibagi atas dua kategori yaitu anabolisme dan
katabolisme. Anabolisme berfungsi membangun jaringan hidup baru
dari bahan nutrisi yang tersedia. Juga berfungsi untuk menyimpan
enerji ekstra dalam bentuk lemak. Katabolisme adalah sebaliknya dari
anabolisme. Katabolisme memecah molekul-molekul yang kompleks
agar menjadi bentuk yang lebih sederhana, dan hasilnya adalah
pelepasan enerji.
Molekul-molekul kompleks yang kaya kalori, jika diurai unsur-
unsurnya akan melepas enerji, suatu proses dimana total bobot
dan massanya akan berkurang dan beralih menjadi enerji yang
dimanfaatkan organisme hidup guna kelangsungan hidup mereka.

424
Kehidupan Menurut
Konsep Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
AsalTanah
Mula Hidup:
Perspektif
Entropi
Wahyu
Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Al-Quran
Kehidupan
Berbagai Agama
Pandang Yang
Hakikat
atau
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
MasalahFilsafat
Agama
Filsafat
Agama
dan
Agama
Aborigin
Teori
Individu Alam Nyata,
Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Pengantar Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di
dan
dan Kosmologi
diZoroaster
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada dan
Fitrat
Fotosintesis Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam Ghaib"
Wahyu
Evolusi
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

Meskipun katabolisme disebut juga sebagai metabolisme destruktif,


namun proses ini amat diperlukan guna memelihara kehidupan
karena melalui proses inilah semua kebutuhan enerji setiap harinya
bisa dipenuhi. Setiap gerak tubuh, guncangan emosi dan proses
pemikiran membutuhkan enerji. Adalah katabolisme ini yang
memasok kebutuhan vital tersebut.
Semua bentuk organisme biotik yang paling sederhana, bahkan
yang tidak memiliki paru-paru atau pembuluh darah sekali pun,
dengan satu dan lain cara juga memiliki pengaturan alternatif bagi
proses respirasi mereka. Dengan demikian maka kebutuhan mereka
akan oksigen juga dipenuhi dengan cara yang sama sebagaimana
spesies hewan yang memiliki paru-paru.
Tersedianya bahan nutrisi saja tidak akan ada artinya tanpa proses
katabolisme. Pentingnya katabolisme nyata sekali pada pengalaman
sehari-hari umat manusia. Manusia bisa hidup tanpa makanan selama
berminggu-minggu dan tanpa air selama beberapa hari, tetapi tanpa
bernafas ia tidak akan selamat meski hanya beberapa menit saja. Saat
pasokan oksigen terputus maka kegiatan katabolisme akan berhenti
total dan semua sel hidup akan mulai mati, dan yang pertama terkena
adalah otak.
Sebelum kami membahas dampak yang sangat merugikan dari
oksigen serta tentang sistem proteksi yang demikian efektif untuk
menanggulanginya, kami perlu mengingatkan pembaca lagi tentang
oksigen sebagai bagian yang esensial pada setiap langkah kegiatan.
Semua itu menggambarkan sistem fantastik yang digunakan alam
untuk menciptakan keseimbangan. Segala hal yang bermanfaat sudah
pasti sedikit banyak juga mengandung dampak buruk yang jika tidak
ditangani dengan tepat akan memusnahkan semua dampak yang
bermanfaat. Paradoks (karena memang benar-benar merupakan
paradoks) ini merupakan suatu hal yang esensial bagi kelangsungan
hidup di muka bumi. Semua itu menjadi kisah penciptaan yang

425
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

terjadi berulangkali tanpa akhir. Tidak ada langkah terseok dalam


proses tersebut yang bisa didengar oleh telinga seorang kritikus yang
tajam sekali pun. Subjek tentang oksigen akan kami bahas secara lebih
lengkap nanti.
Sekarang ini kami ingin menarik perhatian pembaca kepada
suatu bentuk varian dari zat oksigen yang biasa disebut sebagai
ozone. Ozone (O3) adalah satu-satunya gas yang memiliki molekul
dengan tiga atom, suatu sifat unik yang tidak terdapat pada bahan
gas lainnya. Ozone merupakan unsur pendukung kehidupan yang
amat dibutuhkan tetapi juga memiliki sifat yang mematikan. Hal ini
merupakan contoh lain guna menggambarkan bahwa kelangsungan
hidup di muka bumi ini bukan karena faktor kebetulan semata. Jelas
ada suatu rancang bangun yang tersusun secara tepat dan presisi, tidak
saja guna mendukung kehidupan tetapi juga untuk melindunginya
terhadap bahaya dari faktor yang mendukung tersebut.
Ada masanya di awal sejarah kehidupan bumi dimana atmosfir
yang dekat permukaan bumi tidak mengandung oksigen bebas.
Sekarang ini hal seperti itu sudah menjadi pengetahuan umum, tetapi
ketika Haldane pertama kali mengungkapkannya, terjadi kegemparan
di antara komunitas ilmiah yang sedang mencari jawaban atas misteri
tentang awal mula kehidupan. Terdapat suatu rentang waktu yang
panjang sekali sebelum dimulainya evolusi biotika dimana hal ini
menjadi suatu enigma paling rumit bagi para ilmuwan. Bila atmosfir
pada masa itu mengandung sedikit saja oksigen bebas maka jenis
organisme yang ada sebelum evolusi biotika tentunya akan menjadi
punah karena terkena oksigen. Jika tidak ada langkah-langkah akurat
yang dilakukan guna melindungi mereka dari oksigen, tidak akan ada
organisme yang selamat di bumi. Penemuan yang menyatakan kalau
selama periode itu tidak ada terdapat oksigen bebas jadinya merupakan
temuan bersejarah. Bayangan bahwa atmosfir yang meliput bumi itu
tanpa kandungan oksigen adalah suatu terobosan temuan. Hanya saja

426
Kehidupan Menurut
Konsep Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
AsalTanah
Mula Hidup:
Perspektif
Entropi
Wahyu
Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Al-Quran
Kehidupan
Berbagai Agama
Pandang Yang
Hakikat
atau
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
MasalahFilsafat
Agama
Filsafat
Agama
dan
Agama
Aborigin
Teori
Individu Alam Nyata,
Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Pengantar Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di
dan
dan Kosmologi
diZoroaster
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada dan
Fitrat
Fotosintesis Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam Ghaib"
Wahyu
Evolusi
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

dengan adanya temuan tersebut maka muncul problem-problem lain


yang bahkan lebih membingungkan lagi.
Solusi yang dikemukakan oleh Haldane telah menjelaskan tentang
oksigen bebas yang berada di atmosfir dekat permukaan bumi. Tetapi
kemudian menjadi pertanyaan, apa yang menjadi pertahanan terhadap
hantaman sinar kosmik yang menghujani bumi, apalagi pada keadaan
dengan tidak adanya oksigen. Bagaimana cara dan sistem perlindungan
yang ada pada waktu itu? Radiasi kosmik dari luar angkasa hanya bisa
dicegah dari sifatnya yang menghancurkan organisme di bumi jika
oksigen bebas terdapat dalam atmosfir bumi. Jadinya seperti terdapat
suatu paradoks yang tidak terpecahkan. Pilihannya sederhana namun
bersifat mematikan kemana pun arahnya. Kalau kita bermaksud
melindungi organisme yang ada dengan cara meniadakan oksigen
bebas sama sekali dari atmosfir maka organisme tersebut akan musnah
oleh radiasi kosmik.
Sebagaimana akan dijelaskan, adalah keberadaan oksigen bebas
dalam atmosfir yang secara tidak langsung menghalangi sinar kosmik
yang mematikan untuk mencapai bumi. Patut diingat lagi bahwa
sebagaimana gas-gas lainnya, oksigen hanya memiliki dua atom dalam
setiap molekulnya, berarti lebih ringan satu atom dari bentuk variannya
yaitu ozone. Karena lebih berat maka wajar rasanya ozone lebih dekat
ke permukaan bumi, sedangkan oksigen yang lebih ‘ringan’ tentunya
berada di lapasan atas stratosfir. Hal ini menjadi sebuah dilema, tetapi
yang lebih memusingkan lagi ialah kenyataan bahwa jika tidak ada
oksigen bebas sama sekali, lalu bagaimana gas ini bisa melahirkan
ozone dan melontarkannya ke bagian teratas dari stratosfir dimana
ozone itu memang amat diperlukan? Teka-teki seperti ini sebenarnya
juga seperti lelucon. Dalam bahasa Punjabi ada peribahasa:

‘Man jammi nain, ti put kothe ti.’

427
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

Secara harfiah, peribahasa itu mengandung arti bahwa ibunya belum


lagi lahir tetapi anaknya sudah berlari-lari di atas atap. Dalam bahasa
Punjabi peribahasa itu menggambarkan lelucon yang tidak realistis
guna menunjukkan kemustahilan dari usulan sang lawan bicara. Hanya
saja dalam situasi yang sedang kita bahas terdapat suatu proposisi yang
tidak mungkin namun menurut para ilmuwan memang ada. Problema
demikian tidak mungkin dapat dipecahkan tanpa adanya suatu niat
atau takdir dan rancang bangun secara khusus. Dalam periode rentang
waktu tersebut nyatanya oksigen sebagai induk dari ozone belum lagi
lahir tetapi ozone sendiri sudah berlarian di puncak stratosfir.
Suatu hal yang menarik lagi ialah ozone tidak sepenuhnya
memunahkan sinar ultra-violet. Pada panjang gelombang yang paling
lebar, sinar ultra-violet dibiarkan melewati lapisan penghalang ozone
dan mencapai permukaan bumi karena panjang gelombang yang
khusus ini tidak menjadi ancaman bagi penghuni bumi. Sebaliknya
bahkan karena pada panjang gelombang seperti itu, sinar tersebut
menjadi bermanfaat guna proses sintesa vitamin D pada mamalia
termasuk manusia. Kalau semua itu dikatakan sebagai faktor kebetulan,
berapa milyar banyaknya probabilitas khaos yang telah terjadi guna
menciptakan keajaiban fungsi seperti itu? Padahal semuanya terlihat
diperhitungkan begitu akurat, dirancang secara amat sempurna dan
dilaksanakan secara demikian piawai.
Skenario seleksi alamiah dibanding dengan skenario yang
diniatkan, tentunya memerlukan beratus ribu atmosfir alternatif
yang tercipta secara aksidental karena permainan bermilyar-milyar
probabilitas pada berjuta-juta bumi dimana hanya satu saja yang
proporsinya memadai guna mendukung kehidupan di bumi. Aspek
menarik lainnya dari ozone juga berkaitan dengan roses sintesisnya.
Ozone tercipta saat sinar ultra-violet yang intens menghantam oksigen.
Dalam proses tersebut, molekul oksigen membelah menjadi bentuk
ion yaitu oksigen atomik. Atom-atom bebas dari oksigen tersebut lalu

428
Kehidupan Menurut
Konsep Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
AsalTanah
Mula Hidup:
Perspektif
Entropi
Wahyu
Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Al-Quran
Kehidupan
Berbagai Agama
Pandang Yang
Hakikat
atau
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
MasalahFilsafat
Agama
Filsafat
Agama
dan
Agama
Aborigin
Teori
Individu Alam Nyata,
Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Pengantar Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di
dan
dan Kosmologi
diZoroaster
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada dan
Fitrat
Fotosintesis Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam Ghaib"
Wahyu
Evolusi
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

menggabung satu dengan lainnya untuk 3 menciptakan molekul O


yang disebut ozone. Dalam hal ini ozone tercipta karena proses sintesa
dari dampak langsung sinar ultra-violet pada oksigen, namun setelah
itu ozone malah menghancurkan penciptanya yaitu sinar uktra-violet
tersebut. Sungguh suatu skema yang fantastis dimana dua musuh
bebuyutan berkelahi saling menghancurkan, yang satu tidak bisa
mengungguli yang lainnya dan hasilnya adalah suatu keseimbangan
atau paritas yang mencengangkan.
Kembali pada skenario pada masa pra-biotika ketika kehidupan
mulaibermilyar-milyar
permainan mengambil probabilitas
bentuk, ketiadaan lapisan
pada berjuta-juta bumiozone
dimanatentunya
hanya satu saja
yang proporsinya memadai guna mendukung kehidupan
merupakan problem besar. Hantaman radiasi kosmik di bumi. Aspekyang
menariktaklainnya
dari ozone juga berkaitan dengan roses sintesanya. Ozone tercipta saat sinar ultra-violet
yang terhalang akan terusoksigen.
intens menghantam menerus memusnahkan
Dalam proses tersebut,organisme
molekul pra-biotika.
oksigen membelah
menjadi
Karena itu tentunya pasti sudah ada lapisan ozone yang terbentuktersebut
bentuk ion yaitu oksigen atomik. Atom-atom bebas dari oksigen pada lalu
menggabung satu dengan lainnya untuk 3 menciptakan molekul O yang disebut ozone.
Dalamlapis atas
hal ini stratosfir
ozone terciptasebelum aktivitas
karena proses biotika
sintesa dimulai.
dari dampak Kemungkinan
langsung sinar ultra-violet
pada hal
oksigen, namun setelah itu ozone malah menghancurkan
itulah yang memang telah terjadi, namun pertanyaannya ialah penciptanya yaitu sinar
uktra-violet tersebut. Sungguh suatu skema yang fantastis dimana dua musuh bebuyutan
bagaimana
berkelahi dan mengenai hal
saling menghancurkan, yang inisatu
olehtidak
para bisa
ilmuwan sepertinya
mengungguli yangsengaja
lainnya dan
hasilnya adalah suatu keseimbangan atau paritas yang mencengangkan.
dilupakan. Keadaan demikian membawa kita kepada konklusi bahwa
Kembali pada skenario di masa pra-biotika ketika kehidupan mulai mengambil
sesungguhnya
bentuk, kehidupan
ketiadaan lapisan ini dikepung
ozone tentunya oleh kekuatan-kekuatan
merupakan problem besar. Hantaman yang radiasi
kosmik yang tak terhalang akan terus menerus memusnahkan organisme pra-biotika.
Karenasecara diametral
itu tentunya bertentangan
pasti satu ozone
sudah ada lapisan sama lain
yangyang padapada
terbentuk saat bersamaan
lapis atas stratosfir
bisaaktivitas
sebelum bersifatbiotika
bersahabat
dimulai. tetapi juga saling
Kemungkinan bermusuhan.
hal itulah yang memang Namun
telah terjadi,
namun pertanyaannya ialah bagaimana dan mengenai hal ini oleh para ilmuwan sepertinya
keberadaan
sengaja keduanya
dilupakan. Keadaan merupakan
demikian membawa halkita
yang esensial
kepada bagibahwa
konklusi kehidupan
sesungguhnya
sehingga dengan satu dan lain cara hal demikian hanya bertentangan
kehidupan ini dikepung oleh kekuatan-kekuatan yang secara diametral mungkin satu
sama lain yang pada saat bersamaan bisa bersifat bersahabat tetapi juga saling bermusuhan.
Namun tercipta dan keduanya
keberadaan bisa melewati segalahal
merupakan mara
yangbahaya
esensialdi bawah
bagi perlindungan
kehidupan sehingga dengan
satu dan lain cara hal demikian
dari haribaan Tuhan semata. hanya mungkin tercipta dan bisa melewati segala mara
bahaya di bawah perlindungan dari haribaan Tuhan semata.

œÈOV §ª©¨ ®qSM‰@¯ !®q\yXT ©#ÙjŠ¯ ‡ØbW*ԁÄ% XSÉF ÕCW%XT ž°O¯ Wm\I\B CW%XT W$×SV Ù ˆn_€U ÕC‰% 2Å=°K% ·ÄXS\y

TÈnªKmWÓÄc ³/\O $4×SV ¯ W% ÈnªKmWÓÄc Y ‹ E¯   ­mÙ%U ÕC°% œÈOW5S¾À[ÝÙVVf ž°O°ÝÚ \\ ÕC°%XT °OØc\iWc ©ÛØÜW C°K% ¸0›WªG \ÈÄ%

§ªª¨ "$XT C°% ž°O°5TÀj C°K% 2ÀIV W%XT  œÈOV ‰jWmW% ZVÙ =ÄßSÀy 4×SV ¯ Œ \jXqU Vl¯ XT  ×1®M¦†ÁÝ5U
¯ W%
‘Siapa di antara kamu yang merahasiakan perkataannya dan siapa yang
‘Siapa di antara
menzahirkannya dengankamu yang merahasiakan
terang-terangan adalah samaperkataannya dan dan
dalam ilmu Allah, siapabegitu
yangpula
menzahirkannya dengan terang-terangan adalah sama dalam ilmu
orang yang bersembunyi pada waktu malam dan orang yang berjalan terang-teranganAllah,
pada siang hari. Untuk ia itu ada pergiliran penjaga-penjaga di hadapannya dan di
belakangnya. . .’ (S.13 Ar-Rad:11-12) 1

Banyak contoh ayat-ayat lain dalam Al-Quran yang menyatakan bahwa 429 kehidupan
ini selalu harus dilindungi oleh Tuhan karena kalau tidak maka kehidupan itu akan punah.
Kalau saja manusia mau melihat ke bawah dari ketinggian yang menggamangkan di
puncak tangga kehidupan, melihat betapa banyaknya anak-anak tangga dalam rangkaian
evolusi yang telah dilalui, jarang dari mereka yang menyadari betapa mereka bisa selamat
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

dan begitu pula orang yang bersembunyi pada waktu malam dan orang yang
berjalan terang-terangan pada siang hari. Untuk ia itu ada pergiliran penjaga-
penjaga di hadapannya dan di belakangnya...’ (S.13 Ar-Rad:11-12) 1

Banyak contoh ayat-ayat lain dalam Al-Quran yang menyatakan


bahwa kehidupan ini selalu harus dilindungi oleh Tuhan karena kalau
tidak maka kehidupan itu akan punah.
Kalau saja manusia mau melihat ke bawah dari ketinggian
yang menggamangkan di puncak tangga kehidupan, melihat betapa
banyaknya anak-anak tangga dalam rangkaian evolusi yang telah
dilalui, jarang dari mereka yang menyadari betapa mereka bisa selamat
dari kedahsyatan ancaman di setiap anak tangga, yang keseluruhannya
merupakan suatu mukjizat akbar. Kita patut berterima kasih kepada
sekian banyak generasi para ahli biologi yang telah mendedikasikan
hidupnya sehingga kita bisa ikut memahami sampai suatu tingkat
tertentu tentang demikian banyaknya misteri kehidupan. Hanya saja
sayang sekali bahwa dari para ahli yang telah mengungkap demikian
banyak rahasia kehidupan tersebut, hanya sedikit sekali yang mengakui
betapa banyak mereka berhutang pada karunia sifat belas kasih Tuhan
dan kebijaksanaan kreatif-Nya yang tak berbatas.
Sebagai ilustrasi yang lebih luas tentang masalah di atas, sekali
lagi kami imbau perhatian pembaca kepada intrikasi dan kerumitan
fisiologi manusia sendiri. Sebenarnya setiap manusia merupakan
mikrokosmos tersendiri. Mikro-kosmos ini tidak akan bisa selamat
hidup dengan sendirinya karena nyatanya memerlukan berjuta-juta
sistem protektif yang terancang rapi dan skala yang presisi di setiap
tingkat eksistensinya.
Para ahli fisiologi telah mengungkapkan segudang faktor-faktor
di dalam sistem diri manusia sendiri yang masing-masing atau secara
bersama-sama bisa menimbulkan kematian spontan, jika tidak ada
sejumlah penangkal yang telah dipersiapkan sebelumnya. Kesulitan dan
tantangan itu sebenarnya terlalu dianggap sederhana. Merencanakan

430
Kehidupan Menurut
Konsep Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
AsalTanah
Mula Hidup:
Perspektif
Entropi
Wahyu
Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Al-Quran
Kehidupan
Berbagai Agama
Pandang Yang
Hakikat
atau
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
MasalahFilsafat
Agama
Filsafat
Agama
dan
Agama
Aborigin
Teori
Individu Alam Nyata,
Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Pengantar Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di
dan
dan Kosmologi
diZoroaster
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada dan
Fitrat
Fotosintesis Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam Ghaib"
Wahyu
Evolusi
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

dan menerapkan suatu sistem sebagai penangkal terhadap segala mara


bahaya terhadap kehidupan merupakan suatu tantangan amat besar
bagi para periset masa depan yang memerlukan beberapa generasi
untuk berusaha dapat memahaminya.

A mbil sebagai contoh tentang bahaya yang mengancam ruang


dalam dari setiap sel hidup yang datang dari cairan yang berada
di lingkungannya dimana sel tersebut mengapung dalam bentuk
solusio (larutan) koloidal. Alam sudah demikian rapinya mengatur
sampai pada detail terkecil guna menjaga nukleus sel dari penyerapan
(adsorption) air melalui tekanan osmotik yang bisa berakibat fatal
terhadap sel. Alam juga telah merancang suatu sistem yang rumit guna
mentransportasikan gula berikut insulin sejumlah yang diperlukan ke
dalam ruang dalam dari sel. Begitu juga alam telah merancang sistem
yang sempurna untuk membuang sampah sebagai hasil sampingan
dari reaksi kimia yang berkelanjutan di dalam setiap sel.
Perlu dimengerti sepenuhnya bahwa solusio berair dari cairan
darah dimana sel-sel mengapung, bisa menyebabkan kematian sel
secara langsung jika dibiarkan melakukan penetrasi ke ruang dalam
dari sel. Guna mengeliminasi ancaman kemasukan molekul air
yang nyasar ke dalam ruang sel, terdapat dua lapisan selubung lipid
penutup yang dirancang secara sempurna. Lapisan selubung ini
dapat mencegah unsur berbahaya masuk ke dalam sel dengan cara
yang sangat efisien, namun tidak menghalangi masuknya pasokan
makanan bagi sel. Hanya saja langkah pertahanan seperti itu juga bisa
menimbulkan permasalahan lain yang amat serius. Timbul pertanyaan
yang paling krusial ialah bila lapisan selubung lipid ganda tersebut
tidak membiarkan larutan apa pun untuk masuk, lalu bagaimana
gula dan oksigen bisa ditransportasi ke dalam sel, dimana mereka
amat dibutuhkan. Setiap mili-detik dari eksistensinya, sel-sel tersebut
membutuhkan pasokan konstan gula, insulin, oksigen dan berbagai
garam esensial lainnya guna kelangsungan hidupnya. Melihat betapa

431
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

kecilnya sel darah serta fitrat masalahnya yang demikian paradoks,


dibutuhkan pengetahuan mendalam tentang kaidah-kaidah hukum
alam serta pengetahuan teknis yang maju guna menghadapi tantangan
tersebut.
Pada satu sisi, nukleus dan protoplasma dalam ruang sel
diperkuat oleh suatu lapisan selubung lipid protektif ganda yang akan
menjaga terhadap kemungkinan penetrasi dari cairan plasma yang
ada di sekitarnya. Pada sisi lain, sel-sel tersebut memerlukan adanya
pasokan enerji secara konstan ditransportasikan melewati selubung
lipid tersebut. Agar bisa memenuhi persyaratan kebutuhan demikian,
langkah-langkah yang diatur alam sedemikian rumit dan mencoloknya
sehingga mencengangkan akal manusia.
Sulit membayangkan bahwa semua sistem dan pengaturan
tersebut ternyata direncanakan dan dilaksanakan oleh faktor kebetulan
semata. Bahkan struktur internal dan pengaturan dari protein yang
menjadi sarana transportasi yang membawa molekul gula kepada sel-
sel, juga harus dirancang sedemikian rupa agar bisa melaksanakan
tugasnya. Begitu pula harus ada langkah-langkah komplementer
oleh sel penerima agar selaras dengan kinerja dari protein yang jadi
transporter. Mengingat sebagian dari pembaca mungkin tidak terlalu
memahami terminologi ilmiah sehingga sulit mengikuti jalur bahasan
ini, kami telah berusaha memaparkannya sesederhana mungkin
bahkan bagi seorang pembaca yang awam.
Sistem transportasi itu saja sudah merupakan suatu maha
karya ilmiah di bidang rancang bangun dan strukturnya, karena
itu tidak patut bagi kita menganggapnya sebagai suatu hal yang
sepele atau tidak berarti. Yang Maha Pencipta merancang sistem ini
sedemikian rupa sehingga setiap protein transporter jalin menjalin
dalam selubung lipid dan terdiri dari rangkaian 492 asam amino
yang disusun dalam 25 segmen. 13 dari segmen ini bersifat hidrofilik
yang berarti mempunyai afinitas khusus terhadap air. Sisanya yang

432
Kehidupan Menurut
Konsep Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
AsalTanah
Mula Hidup:
Perspektif
Entropi
Wahyu
Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Al-Quran
Kehidupan
Berbagai Agama
Pandang Yang
Hakikat
atau
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
MasalahFilsafat
Agama
Filsafat
Agama
dan
Agama
Aborigin
Teori
Individu Alam Nyata,
Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Pengantar Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di
dan
dan Kosmologi
diZoroaster
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada dan
Fitrat
Fotosintesis Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam Ghaib"
Wahyu
Evolusi
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

12 lagi bersifat hidrofobik yaitu bersifat menolak larutan air. Segmen


yang hidrofilik memungkinkan penyerapan larutan dan menerima
kehadiran lingkungan air di luarnya, sedangkan segmen yang
hidrofobik bersifat menolak air dan lebih menyukai lingkungan
dalam dari sel. Keduanya secara bersama-sama ditata untuk saling
silang menyilang duabelas kali2 dalam periode dua kali lipid merubah
konformasinya, dalam kurun waktu mana jumlah protein, gula dan
lain-lain yang dibawa diserahkan kepada protoplasma melalui lapisan
membran lewat suatu pengaturan pori-pori khusus. Kemudian bahan
apa pun yang ditransfer dari protoplasma kepada aliran darah di luar
dilakukan melalui konformasi spiral yang membawa bahan khusus
dari protoplasma ke dinding luar lipid melalui pengaturan pori-pori
lainnya. Dengan demikian maka osilator transporter berfungsi:
‘... menggeser kantong pengikat glukosa di antara kedua sisi membran yang
berseberangan. Penelitian di bidang kinetika, termasuk yang dilakukan oleh
Dartmouth Medical School... mengindikasikan jika osilasi ini terjadi sangat
cepat... Ketika glukosa terikat pada transporter, kecepatannya malah lebih
tinggi lagi yaitu sekitar 900 kali per detik.’3

Tanpa adanya sosok Pengatur Yang Maha Sempurna, yang


eksistensi-Nya tidak mau mereka akui, segala skema tentang
‘bagaimana’ itu tak mungkin dirancang dan berjalan secara akurat
atas kemampuan dirinya semata. Bukti-bukti spektroskopis telah
membuktikan kalau keseluruhan protein terulir dalam bentuk sebuah
spiral dan di dalam pengaturan spiral-silindris tersebut itulah berada
segmen hidrofilik pada satu sisi silinder dan segmen hidrofobik
pada sisi lainnya. Metodologi pengaturan ini begitu menarik dan
mencengangkan! Mekanisme yang demikian kompleks jelas bukan
hasil dari suatu faktor kebetulan, tetapi pasti berdasarkan suatu skema
yang telah direncanakan.
Di samping kebutuhan enerji sel, terdapat problem tambahan
berupa pengaturan rasio dari garam yang berada di dalam dan di luar
ruang sel. Garam esensial yang ada di dalam sel harus dalam suatu

433
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

proporsi tertentu. Rasionya berbeda besar dibanding yang terdapat


pada larutan elektrolit yang meliputi sel dari sisi luar. Sebagai contoh,
ion natrium 10 kali lebih terkonsentrasi di luar dibanding di dalam
sel. Jika pembukaan pori-pori guna transportasi glukosa ke dalam sel
bersifat sederhana maka hal itu akan menyebabkan ion natrium bebas
masuk dan rasionya akan terusik sebesar faktor sepuluh, hal mana
tentunya akan membawa petaka. Pasokan ion natrium yang dikontrol
secara konstan menjadi hal yang esensial bagi kelangsungan hidup
sel dan semua itu merupakan mukjizat teknologi yang bukan alang
kepalang! Katup-katup masuk khusus diciptakan pada selubung lipid
yang jika dibuka akan mengizinkan masuk sekitar 10 juta ion natrium
per detiknya melewati lapisan membran sel. Hal ini 100.000 kali lebih
cepat dari transportasi glukosa4. Sungguh kecepatan yang luar biasa!
Dan bukan hanya itu saja.

J elas kiranya dari bahasan ini bahwa kehidupan dalam bentuknya


yang paling sederhana sekali pun tetap memerlukan perlindungan
secara konstan. Di bidang lain dari kinerja hukum alam, kita
juga melihat desain yang berbeda untuk tujuan yang sama, yaitu
kelangsungan hidup. Dalam hal ini kematian berfungsi mendukung
kehidupan dengan cara yang lain sama sekali. Di sini jumlah kematian
mengatasi jumlah kelangsungan hidup dalam proporsi yang luar biasa
besar. Kelihatannya hal ini bertolak belakang dengan bahasan kita di
atas, namun dalam realitasnya malah mendukung pandangan kami
bahwa sejarah kehidupan ini bukan hasil dari faktor kebetulan saja.
Setiap kaidah yang diciptakan, setiap proses yang dirancang,
adalah untuk menopang kehidupan dengan satu dan lain cara. Apa
yang ada dalam fikiran kami ialah prinsip Darwin tentang ‘survival
of the fittest.’ Sejalan dengan prinsip ini maka bagi kemajuan
mutu kehidupan dikatakan kalau alam sudah menciptakan metoda
penyaringan yang bersifat otomatis. Proses seleksi yang lambat
tersebut baru akan menjadi nyata saat suatu spesies menghadapi

434
Kehidupan Menurut
Konsep Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
AsalTanah
Mula Hidup:
Perspektif
Entropi
Wahyu
Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Al-Quran
Kehidupan
Berbagai Agama
Pandang Yang
Hakikat
atau
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
MasalahFilsafat
Agama
Filsafat
Agama
dan
Agama
Aborigin
Teori
Individu Alam Nyata,
Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Pengantar Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di
dan
dan Kosmologi
diZoroaster
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada dan
Fitrat
Fotosintesis Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam Ghaib"
Wahyu
Evolusi
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

tantangan bagi kelangsungan hidupnya. Prinsip tersebut berlaku di


semua bidang kegiatan hewaniah. Hewan pemangsa (predator) ketika
sedang mengejar buruannya di udara atau di daratan, secara terus
menerus mengeliminasi hewan yang paling lemah dan yang kurang
mampu hidup. Tentu saja para predator ini tidak melakukannya secara
sengaja, namun anggota spesies yang lebih cepat, lebih kuat dan secara
komparatif lebih pintar akan berpeluang lebih besar untuk selamat.
Begitu juga di bidang reproduksi, sang jantan dari spesies yang
lebih kuat dan perkasa pada saat pemijahan akan memiliki peluang
yang lebih besar dibanding jantan yang lemah atau cacat. Dari hasil
analisis ini terlihat tangan sang maut malah mendukung kausa
kehidupan. Pada tingkat seperti ini, fenomena tersebut masih mudah
diobservasi dan beroperasi secara alami, tanpa memerlukan suatu
pengaturan secara khusus. Hanya saja prinsip tersebut tidak hanya
berfungsi dalam kaitannya dengan persaingan di antara spesies yang
berbeda, tetapi juga berfungsi secara lebih halus dan tidak nyata dalam
bidang dalam dari fungsi kehidupan.
Untuk setiap anak yang dikandung seorang ibu, berjuta-juta
kemungkinan konsepslainnya dikorbankan. Kebanyakan orang tidak
mengetahui kalau setiap laki-laki sehat diberkati dengan potensi
reproduksi yang mampu menghasilkan bermilyar-milyar keturunan
sepanjang kurun waktu kehidupan umumnya. Namun hanya ada
beberapa sperma saja selama jangka waktu hidup seorang laki-laki
yang berhasil membuahi sel telur wanita yang menghasilkan kelahiran
seorang anak. Meski dalam suatu masyarakat primitif tanpa ada batasan
poligami, ada yang menyombongkan diri bisa mempunyai 100 orang
anak, namun total jumlah sperma reproduksinya yang berpotensi bisa
membuahi sel telur wanita masih jauh sekali melampaui aktualitanya.
Hanya saja sekian milyar sperma yang gagal dalam ujian seleksi alami
nyatanya tidak mati sia-sia. Kematian mereka menjamin bahwa hanya
yang paling kompetitif dan yang paling berhak hidup yang bisa masuk

435
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

ke dalam generasi berikut dari spesi bersangkutan. Tetapi hal ini lalu
mengundang pertanyaan, mengapa hanya satu ovum (sel telur) saja
yang diciptakan dari wanita dan bukannya berjuta-juta seperti sperma
yang diciptakan pada laki-laki. Jika memang demikian kejadiannya
maka jumlah keturunan yang dihasilkan oleh pasangan yang kawin
dan tidak kawin tentunya akan menciptakan berbagai problem bagi
perekonomian dunia yang sudah berat ini, yang sedang bergulat
mati-matian bagi kelangsungan hidup dalam dunia modern yang
kompetitif.
Karena itu dalam proses pergulatan untuk eksistensi, sejumlah
besar kontestan harus dikorbankan demi sedikit perolehan dalam
peningkatan mutu kehidupan. Namun begitu berhasil menyeberangi
gerbang maut, tidak berarti semuanya sudah berakhir. Pada setiap ketika
dari kehidupan, mereka yang berhasil melewati ujian kelangsungan
hidup, tetap saja akan menghadapi kematian. Bahaya yang mengancam
terus menerus inilah yang Al-Quran tegaskan yakni yang hidup itu
diselamatkan secara sengaja oleh malaikat-malaikat kehidupan atas
perintah Tuhan. Karena itu baik kematian atau kehidupan bukan
faktor kebetulan. Kematian dan kehidupan berjalan beriringan seperti
malam dengan siang, menganyam benang eksistensi kesadaran.
Sistem proteksi yang kita bahas ini meliputi keseluruhan ruang
lingkup kinerja kehidupan, baik yang nyata di luarnya mau pun relung-
relungnya yang tidak kasat mata. Rancang bangun pengembangan
dan pemeliharaan yang bersifat meresap pada sepanjang jalur evolusi
merupakan kaidah yang berlaku menyeluruh meliput keseluruhan
skema segalanya. Jika kita menengok ke belakang melihat perjalanan
awal mula kehidupan sampai dengan keadaannya sekarang, kita akan
melihat betapa banyak rintangan dan daerah tidak bersahabat yang
telah dilalui. Sejarah kehidupan tersebut bisa juga digambarkan sebagai
perjalanan melalui bentangan luas pasir hanyut dimana terdapat
beberapa batu pijakan pada jarak-jarak yang menguntungkan. Kalau

436
Kehidupan Menurut
Konsep Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
AsalTanah
Mula Hidup:
Perspektif
Entropi
Wahyu
Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Al-Quran
Kehidupan
Berbagai Agama
Pandang Yang
Hakikat
atau
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
MasalahFilsafat
Agama
Filsafat
Agama
dan
Agama
Aborigin
Teori
Individu Alam Nyata,
Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Pengantar Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di
dan
dan Kosmologi
diZoroaster
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada dan
Fitrat
Fotosintesis Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam Ghaib"
Wahyu
Evolusi
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

si pengelana buta matanya dan tidak mempunyai indera, berapa


banyak probabilitas yang harus ditempuh (kalau pun ada) agar yang
bersangkutan selamat menyeberang, selangkah demi selangkah,
pada arah tujuan yang benar, tanpa ragu-ragu dan tanpa sekali pun
melakukan blunder salah langkah? Bila jarak yang harus ditempuh
terdiri dari bermilyar langkah melalui perjalanan mematikan tersebut,
dimana setiap batu pijakan ditingkar oleh pasir hanyut kematian,
siapa yang berani bertaruh bahwa yang bersangkutan akan selamat
sampai di pantai tujuan? Selalu bisa melangkah ke arah yang benar,
tidak pernah gagal menapakkan kakinya di batu pijakan kelangsungan
hidup, pastilah merupakan mukjizat terbesar bagi pengelana purba
buta jika benar hanya dituntun oleh faktor kebetulan semata.
Memang benar bahwa perjalanan kehidupan ini merupakan
evolusi tetapi jelas bukan evolusi yang buta. Pada setiap persimpangan
perjalanan tersebut, bukan yang hidup yang menentukan ke arah
mana mereka harus bergerak. Jika tidak ada sosok Perancang dan
Pencipta kehidupan maka pasti tidak akan ada arah tujuan yang pasti.
Karena itu setiap langkah yang diambil kehidupan bisa saja mengarah
ke mana-mana. Setiap langkah ke arah yang benar jadinya hanya
akan merupakan usaha coba-coba atau kebetulan belaka. Bagi setiap
langkah agar secara pasti mengarah ke jurusan yang benar, melalui
percobaan bermilyar probabilitas untuk sampai kepada tahapan
penciptaan manusia, merupakan suatu hal yang tidak masuk akal dan
tidak realistis sehingga penghuni negeri dongeng pun juga akan sulit
menerimanya. Namun ada saja beberapa ilmuwan yang berpandangan
demikian.
Jika Tuhan diluputkan dari skema yang demikian rumit ini maka
satu-satunya identitas yang tertinggal adalah sosok Pencipta juga. Di
luar segala misteri yang berkaitan dengan alam yang tidak bernyawa,
keajaiban kehidupan di planet mungil bernama bumi ini menuntut
adanya Tangan yang membentuk mereka serta mengisi eksistensi

437
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

mereka dengan segala intrikasinya yang tak terhingga. Luputkanlah


Tuhan maka tangis mereka selamanya tidak akan ada yang mendengar.
Manusia hanya bisa memastikan satu hal saja yaitu Kehidupan tidak
akan mampu mencipta dirinya sendiri, sedangkan Maut juga tidak
bisa menciptakan kehidupan.

Referensi
1. Terjemahan 13:11-12 oleh penulis.
2. Lienhard, G. E., Slot, J. W., James, D. E., Mueckler, M. M.
(January 1992) How Cells Absorb Glucose, Scientific American,
hal. 34
3. Lienhard, G. E., Slot, J. W., James, D. E., Mueckler, M. M.
(January 1992) How Cells Absorb Glucose, Scientific American,
hal. 36-37
4. Lienhard, G. E., Slot, J. W., James, D. E., Mueckler, M. M.
(January 1992) How Cells Absorb Glucose, Scientific American,
hal. 37

438
Kehidupan Menurut
Konsep Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
AsalTanah
Mula Hidup:
Perspektif
Entropi
Wahyu
Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Al-Quran
Kehidupan
Berbagai Agama
Pandang Yang
Hakikat
atau
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
MasalahFilsafat
Agama
Filsafat
Agama
dan
Agama
Aborigin
Teori
Individu Alam Nyata,
Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Pengantar Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di
dan
dan Kosmologi
diZoroaster
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

KHIRALITAS (KEBERPIHAKAN)
DI ALAM

A pakah yang dimaksud dengan keberpihakan, apa signifikasinya


jika pun ada, dan mengapa harus ada keberpihakan, adalah
pertanyaan-pertanyaan yang menjadi fokus perhatian kita sekarang.
Setiap gerakan melingkar tentunya dimulai dari putaran dari arah kiri
ke kanan, atau dari kanan ke kiri, dan mutu gerakan itu sendiri tidak
terpengaruh oleh ke arah mana gerakan di mulai. Jika kita mengangkat
suatu barang dengan tangan kanan atau mengangkatnya dengan tangan
kiri, sepanjang barang bersangkutan terangkat maka masalah kiri atau
kanan tidak memiliki signifikasi. Masalah kanan dan kiri tersebut
menjadi signifikan jika kita memahami kebijakan yang mendasarinya.
Namun ajaibnya, baik dalam ajaran agama Islam dan pada beberapa
manifestasi dari hukum alam, ternyata keberpihakan diterapkan secara
ketat tanpa suatu alasan yang jelas mengapa mengambil arah putaran
yang dipilih. Dalam bab Kehidupan Menurut Perspektif Wahyu Al-
Quran, secara singkat kami telah ungkap beberapa ayat dalam Al-
Quran yang berbicara tentang keberpihakan dengan signifikasinya
menurut agama. Sikap Al-Quran tersebut dirinci lebih lanjut secara
mendetail dalam berbagai hadis Rasulullah saw yang berisi petunjuk
bagi para mukminin bagaimana mereka harus berperilaku dalam
kegiatan sosial dan keagamaan. Ajaran-ajaran tersebut memperlihatkan
kecenderungan melebihkan harkat sisi kanan di atas kiri.
Mengapa ada sikap memihak dalam masalah yang demikian
remeh, merupakan pertanyaan yang menggelitik dalam penerapannya
pada ajaran keagamaan. Namun jika dihadapkan pada fenomena
universal yang sama tentang keberpihakan dalam alam maka proporsi
misterinya menjadi sangat besar. Ajaran-ajaran keagamaan tentunya

439
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

ditetapkan oleh fikiran manusia dalam keadaan sadar atau sebagai


penerapan ajaran Ilahi. Para ilmuwan sekuler pada umumnya tidak
mengakui adanya wujud Pencipta Yang Sadar sebagai perancang dari
norma-norma perilaku alamiah. Lalu mengapa ada kesamaan di antara
agama dengan alam di bidang keberpihakan tersebut? Jika bukan
karena kesamaan asal mula, bisakah hal itu dianggap sebagai suatu
faktor kebetulan saja? Tetapi masalahnya bukan hanya itu. Tambah
mendalam kita pelajari manifestasi keberpihakan di dalam alam, akan
tambah memuncak ketercengangan kita melihat unsur keajaiban
yang terkandung di dalamnya. Belum ada rasionalisasi ilmiah yang
jelas mengenai hal ini. Mengapa alam harus memperlihatkan
kecenderungan memihak untuk lebih menyukai satu sisi di banding
sisi lainnya masih merupakan pertanyaan yang belum terjawab sampai
sekarang, dan mungkin belum juga akan terjawab dalam beberapa
dekade mendatang.
Patut diingat kembali, menurut ajaran Al-Quran setiap perilaku
alamiah harus dan pasti ada penjelasannya. Al-Quran menafikan
skenario penciptaan secara acak, tidak teratur atau bersifat aksidental.
Karena itu jika tidak sekarang maka fajar hari esok mungkin tidak
terlalu lama lagi, saat para ilmuwan sudah mampu mendalami alasan-
alasan yang mendasari semua ekspresi keberpihakan dalam alam,
betapa pun masih dangkalnya keadaan pengetahuan saat ini.
Sebelum membahas lebih lanjut, rasanya perlu dijelaskan
terlebih dahulu tentang fenomena keberpihakan atau yang disebut
sebagai khiralitas (chirality) sebagaimana terdapat di alam. Hal ini
lebih mudah digambarkan jika kita bayangkan melalui gerakan dua
kelompok anak-anak. Anak-anak ini dikelompokkan dalam beberapa
lingkaran yang anggotanya sama banyak, lalu diperintahkan agar
mereka bergerak melingkar dimana satu kelompok berputar menurut
arah jarum jam sedangkan yang lainnya berlawanan dengan arah
jarum jam. Agar efek spektakulernya menjadi nyata, masing-masing

440
Kehidupan Menurut
Konsep Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
AsalTanah
Mula Hidup:
Perspektif
Entropi
Wahyu
Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Al-Quran
Kehidupan
Berbagai Agama
Pandang Yang
Hakikat
atau
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
MasalahFilsafat
Agama
Filsafat
Agama
dan
Agama
Aborigin
Teori
Individu Alam Nyata,
Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Pengantar Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di
dan
dan Kosmologi
diZoroaster
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

kelompok dipasangkan sedemikian rupa sehingga jika pasangan yang


satu mulai bergerak melingkar ke satu arah maka pasangan yang lainnya
bergerak berlawanan arah. Visualisasikan keadaan demikian maka
pembaca bisa memahami pengertian keberpihakan atau khiralitas
menurut istilah ilmiah. Meski pun dalam segala aspek semuanya sama
namun imaji dari kelompok yang bergerak dari kanan ke kiri tidak
bisa di timpakan (superimpose) di atas imaji dari kelompok yang
bergerak dari kiri ke kanan, karena berbedanya arah berlawanan dari
gerakan mereka. Sama dengan keadaan itu, semua molekul bergerak
melingkar tetapi tidak semuanya bergerak dalam arah yang sama.
Sebagian bergerak dari kanan ke kiri, sedangkan yang lainnya dari kiri
ke kanan. Beberapa unsur dari formula kimia yang identik bisa saja
memiliki kedua jenis molekul yaitu yang bergerak ke kanan dan yang
bergerak ke kiri, bersama-sama merupakan suspensi dalam satu larutan
yang sama. Namun ada juga unsur yang mengandung molekul yang
bergerak ke satu arah saja. Hanya saja khiralitas tidak terbatas pada
tingkatan molekul semata, karena partikel sub-atomik yang terkecil
pun menunjukkan adanya kecenderungan khiralitas.

B ukti tentang adanya khiralitas dalam alam baru disadari sekitar


150 tahun yang lalu. Louis Pasteur, ilmuwan besar Perancis yang
menemukan khiralitas dalam perputaran molekul pada tahun 1848.
Berkat kejeniusannya serta kecermatan observasi itulah ia berhasil
menemukan dua jenis kristal saat meneliti garam dari asam tartar, yang
satu menjadi pantulan bayangan cermin lainnya. Dengan hati-hati ia
memisahkan kedua jenis kristal tersebut, lalu dilarutkan dalam air dan
mengarahkan pantulan sinar melewati larutan tersebut. Ia tercengang
melihat sinar yang dipolarisasikan ternyata berotasi berbeda pada
kedua spesimen. Yang satu berotasi menurut arah jarum jam dan yang
satunya berotasi sebaliknya. Hal ini menggambarkan kalau molekul
dari kedua spesimen asam tartar tersebut berputar ke kiri atau ke
kanan, yang satu tidak bisa ditimpakan pada yang lain. Inilah kasus

441
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

khiralitas pertama yang diungkapkan


seorang ilmuwan pada tingkat elementer.1
Temuan khusus di bidang yang sama
kembali dilakukan oleh Pasteur pada
tahun 1857. Suatu hari ia memperhatikan
pertumbuhan sejenis jamur (kapang)
dalam larutan kimia yang ada dalam
sebuah tabung. Bukannya membuang
isi tabung yang telah terkontaminasi itu,
ia melewatkan seberkas sinar melalui
tabung tersebut untuk melihat efeknya
pada jamur dalam larutan tersebut. Ia
tercengang melihat bahwa larutan itu yang sebelumnya tidak aktif
terhadap sinar sebelum terkontaminasi, sekarang menjadi aktif dan
mulai mempolarisasi sinar. Jika larutan itu sebelumnya tidak aktif
relatif terhadap sinar adalah karena alasan sederhana yaitu terdiri dari
molekul yang bergerak ke kiri dan ke kanan dalam jumlah yang sama,
dimana yang satu menetralisir efek yang lainnya terhadap sinar.
Dengan demikian polarisasi yang diperlihatkan spesimen
yang terkontaminasi memberikan kesimpulan kalau jamur itu telah
memakan hanya molekul yang bergerak ke satu arah tertentu saja,
sedangkan yang bergerak ke arah lain tidak diganggu. Satu misteri
telah terungkap, tetapi itu pun setelah melahirkan misteri lain yang
lebih kompleks. Bagaimana jamur yang demikian sederhana bisa
mendeteksi putaran molekul secara demikian tepat dan mengapa
hanya memilih yang berputar ke suatu arah tertentu saja? Pertanyaan-
pertanyaan ini memusingkan fikiran Pasteur pada waktu itu dan
masih memusingkan para ilmuwan sekarang. Sampai kapan hal
ini akan bisa terungkap, para ilmuwan tidak mengetahuinya. Skala
atau dimensi dilema ini menjadi sangat besar adanya. Molekul dari
setiap unsur, baik yang berputar ke kiri atau pun ke kanan, sama-

442
Kehidupan Menurut
Konsep Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
AsalTanah
Mula Hidup:
Perspektif
Entropi
Wahyu
Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Al-Quran
Kehidupan
Berbagai Agama
Pandang Yang
Hakikat
atau
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
MasalahFilsafat
Agama
Filsafat
Agama
dan
Agama
Aborigin
Teori
Individu Alam Nyata,
Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Pengantar Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di
dan
dan Kosmologi
diZoroaster
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

sama mempunyai fitrat kimiawi dan fisika yang serupa. Apa atau siapa
yang mengatur kecenderungan mereka untuk berputar ke suatu arah
tertentu tetap saja menjadi teka-teki yang tak terpecahkan. Apalagi
ditambah mengenai kemampuan bagaimana kehidupan mendeteksi
molekul mana yang bergerak ke arah mana, maka pertanyaannya
menjadi sebesar gunung. Tidak ada dari kelima indera yang dimiliki
manusia yang dibekali dengan mekanisme yang bisa menentukan arah
putaran molekul. Molekul yang berputar itu tidak ada meninggalkan
jejak pada fitrat zat yang bisa dideteksi oleh organ sensorik manusia.
Tetapi mengapa jamur (kapang) bisa padahal jamur diketahui tidak
memiliki indera sensorik, karena yang ada padanya hanya indera
kesadaran yang semu?
Kisah mentakjubkan dari khiralitas di alam tersebut tidak
hanya itu saja. Sejak masa Pasteur, riset di bidang khiralitas sudah
mencapai kemajuan pesat dan banyak sekali contoh membingungkan
yang diungkapkan dimana hal itu membuktikan kalau khiralitas bisa
dideteksi oleh berbagai spesies kehidupan.
Sekarang ini sudah diketahui kalau khiralitas berlaku di setiap
tingkat eksistensi material. Namun tentang bagaimana dan mengapa
perilakunya demikian baru sedikit yang sudah dimengerti. Sampai
dengan tahun 1957, orang-orang menganggap bahwa keempat daya
fundamental yang mengatur interaksi partikel-partikel elementer
bersifat menjaga keseimbangan (paritas). Berarti semua partikel
pada tingkat dasar memiliki simetri khiral. Tetapi pada tahun 1957,
Chien-Shiung Wu dan rekan-rekan kerjanya di Columbia University
menemukan kalau partikel beta yang dikeluarkan dari nukleus
radioaktif tidak bersifat simetri khiral. Elektron yang berputar ke kiri
jauh lebih banyak jumlahnya dibanding yang berputar ke sisi kanan.
Selanjutnya diungkapkan bahwa partikel sub-atomik yang terkecil
yaitu neutrino dan anti-nuetrino, yang secara kelistrikan bersifat netral
serta bergerak dengan kecepatan cahaya, ternyata juga menunjukkan

443
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

kecenderungan berputar. Hanya saja tidak sebagaimana elektron yang


secara dominan lebih banyak berputar ke sisi kiri, anti-neutrino selalu
cenderung berputar ke sisi kanan. Kebalikan dari hal demikian tidak
terdapat di alam. Belum ada yang tahu mengapa asimetri khiral bisa
terdapat pada tingkat eksistensi mendasar tersebut.
Banyak sudah hipotesa yang dikemukakan tetapi sebagian besar
jika diteliti secara lebih mendalam ternyata amat tidak masuk akal.
Tetapi memang ada satu usulan yang kelihatannya bisa membantu para
ilmuwan dengan petunjuk tentang faktor yang beroperasi pada tingkat
khiralitas yang paling mendasar di alam. Hanya pada tingkat seperti
itu masalahnya menjadi terlalu kabur untuk bisa diverifikasi. Usulan
itu berkaitan dengan sebuah teori yang mempersatukan daya lemah
dengan daya elektro-magnetik sebagaimana pertama kali diusulkan
oleh Dr. Abdus Salam, Steven Weinberg dan Sheldon Glashow
pada tahun 1960. Teori tersebut memprediksi adanya daya elektro
lemah yang tidak memelihara paritas (keseimbangan). Disparitas itu
menurut para ilmuwan, kemungkinan yang menyebabkan putaran ke
arah kanan dari anti-neutrino dan putaran ke kiri dari neutrino dan
elektron. Tetapi daya listrik lemah ini tidak mungkin dipertimbangkan
sebagai faktor kausatif untuk memproduksi perilaku sisi kanan atau
sisi kiri pada tingkat khiralitas lainnya. Perbedaan perilaku di antara
keduanya terkadang membingungkan para ilmuwan, khususnya yang
bertalian dengan peran mereka dalam evolusi biotika. Problemanya
menjadi bertambah rumit jika dilihat bahwa kedua komponen sisi
kiri dan sisi kanan dari suatu formula kimia yang identik malah
menunjukkan pengaruh berbeda pada kehidupan dengan cara yang
aneh. Berikut ini beberapa contoh yang menarik:
Limonene adalah unsur yang terdapat baik pada buah lemon mau
pun pada buah jeruk. Sama sekali tidak ada perbedaan dalam formula
kimia keduanya, namun putaran molekul limonene dalam lemon
jelas terbalik dibanding putaran molekul limonene yang ada pada

444
Kehidupan Menurut
Konsep Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
AsalTanah
Mula Hidup:
Perspektif
Entropi
Wahyu
Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Al-Quran
Kehidupan
Berbagai Agama
Pandang Yang
Hakikat
atau
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
MasalahFilsafat
Agama
Filsafat
Agama
dan
Agama
Aborigin
Teori
Individu Alam Nyata,
Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Pengantar Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di
dan
dan Kosmologi
diZoroaster
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

jeruk. Limonene dalam buah lemon selalu berputar ke arah kanan,


sedangkan pada jeruk selalu berputar ke arah kiri. Bagaimana caranya
masing-masing buah tersebut memilih limonene yang sesuai dengan
jenisnya sendiri, padahal perbedaan di antara keduanya hanyalah
pada arah perputaran molekul? Perlu ditekankan sekali lagi bahwa
kedua spesimen limonene yang kiri dan kanan itu memiliki sifat-sifat
kimiawi dan fisikal yang identik sama. Yang paling mencengangkan
lagi ialah bagaimana kelenjar penghiduan (olfactory glands) di hidung
manusia bisa menemukan perbedaan dalam arah putaran molekul
dalam lemon dan jeruk untuk kemudian bisa membedakan dari bau
bahwa kedua buah itu sebagai tidak sama. Pasti ada suatu alasan yang
mendasari, namun sampai sekarang belum diketahui.
Contoh lain tentang pengaruh khiralitas atas kehidupan, ternyata
ada juga yang bersifat buruk. Hal ini baru diketahui pada tahun 1963
ketika sejenis obat bernama thalidomide diperkenalkan oleh sebuah
pabrik farmasi guna mengatasi rasa mual pagi hari pada wanita yang
hamil muda. Banyak yang memang berhasil disembuhkan, tetapi
banyak pula yang menderita akibat buruknya. Banyak cacat bawaan
kongenital yang ditemukan pada bayi-bayi yang ibunya menelan obat
tersebut. Penelitian yang intensif mengungkapkan bahwa perusahaan
farmasi yang memproduksi thalidomide secara tanpa sengaja telah
memproduksi dua jenis unsur thalidomide dengan formula yang
sama. Jika molekul dari jenis yang satu berputar ke suatu arah, yang
jenis kedua molekulnya berputar berlawanan. Kalau yang satu bisa
menyembuhkan rasa mual pagi hari tanpa efek sampingan kepada janin
yang dikandung, jenis satunya lagi malah menimbulkan cacat atau
deformitas tubuh bawaan (kongenital) pada janin. Efek sampingan
yang paling menonjol adalah deformitas tungkai tubuh bagian bawah
pada anak-anak yang dilahirkan di bawah pengaruh obat tersebut.
Kasus menggelitik lainnya tentang deteksi putaran dan preferensi
putaran yang satu di atas yang lainnya, bisa ditemukan pada tingkat

445
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

kehidupan yang paling mendasar. Meski pun terdapat beberapa ratus


asam amino yang bebas di dalam sup primordial darimana protein
diciptakan untuk menjadi batu bata kehidupan (DNA dan RNA),
nyatanya ‘alam’ hanya memilih 20 saja asam amino dan sisanya
ditinggal berputar sendiri.
Dalam hal memilih molekul untuk membentuk gula, pilihannya
dibalik. Molekul dari keempat bentuk gula yang berbeda, yang
berfungsi sebagai penyedia enerji bagi semua bentuk kehidupan, tanpa
kecuali semuanya berputar ke arah kanan. Berarti semua bentuk gula
alamiah yang tersedia bagi kehidupan, apakah dari tebu, umbi beet,
buah-buahan dan lain-lain, terdiri dari molekul yang berputar ke arah
kanan.
Pernah dilakukan eksperimen yang berhasil beberapa tahun yang
lalu untuk mensintesakan gula yang hanya berisi molekul yang berputar
ke kiri. Ternyata gula yang disintesakan secara artifisial itu walau pun
rasa, fitrat kimiawi dan perilaku saat dimasak semuanya sama dengan
gula yang biasa, ternyata ditolak habis oleh sistem pencernaan manusia.
Tidak ada satu pun molekul gula itu yang diasimilasikan oleh tubuh.
Hasil temuan tersebut menimbulkan ide aneh untuk memproduksi
gula demikian dalam skala komersial, tidak saja bagi penderita
diabetes tetapi juga kenikmatan makan mereka yang rakus makan dan
ahli gourmet. Mereka bisa mengkonsumsi berkilo-kilo gula tanpa rasa
takut akan tertimbun menjadi lemak. Hanya saja masalahnya kini
ialah mahalnya biaya produksi gula sintetis yang molekulnya berputar
ke kiri itu. Diperlukan segunung dana untuk memproduksi seonggok
gula demikian. Mungkin hanya para yang mulia raja-raja minyak yang
menguasai gunungan kekayaan minyak bumi yang bisa menikmati
kemewahan demikian.
Kecenderungan atau preferensi ke arah kiri atau kanan juga
terlihat dalam berbagai bentuk lainnya. Sebagian besar manusia biasa
menggunakan tangan kanan dan pengaturan letak jantung serta hati

446
Kehidupan Menurut
Konsep Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
AsalTanah
Mula Hidup:
Perspektif
Entropi
Wahyu
Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Al-Quran
Kehidupan
Berbagai Agama
Pandang Yang
Hakikat
atau
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
MasalahFilsafat
Agama
Filsafat
Agama
dan
Agama
Aborigin
Teori
Individu Alam Nyata,
Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Pengantar Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di
dan
dan Kosmologi
diZoroaster
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

secara universal juga berada di kiri dan kanan tubuh, kecuali beberapa
kasus tertentu. Roger A. Hegstrom dan Dillip K. Kondepundi dalam
karangan bersama mereka yang berjudul The Handedness of the
Universe yang dipublikasikan dalam berkala Scientific American
Januari 1990, memberikan banyak contoh tentang keberpihakan yang
ada di alam yang kelihatannya seperti eksis tanpa suatu alasan. Meski
mengetahui kalau sebagian besar manusia menggunakan tangan
kanan, mereka tidak berhasil mengungkapkan:
‘... mengapa orang-orang yang bertangan kanan dan yang kidal tidak
dilahirkan dalam jumlah yang sama.’ 2

Bukan suatu yang prerogatif dari ras manusia untuk bersikap


khusus berkaitan dengan keberpihakan. Mengenai kecenderungan
keberpihakan sebagaimana yang terdapat pada dunia hewan dan
perilaku vegetatif, mereka mengemukakan:

‘Cangkang kerang yang berulir ke kanan atau dextral mendominasi ke dua sisi
dari Ekuator. Di antara hewan yang didominasi kanan itu, adanya individual
yang kiri hanya bisa muncul sebagai akibat penyimpangan (mutant), yang
terjadi dengan frekwensi dari satu banding seratus sampai satu banding
jutaan, tergantung apa spesiesnya.’ 3

Kerang Berulir ke Kanan Kerang Berulir ke Kiri

447
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

Berbeda dengan kerang di atas, kerang petir dari pantai samudra


Atlantik pada umumnya berulir ke kiri. Pada pohon merambat seperti
honeysuckle (semacam kamperfuli) berputar pada tiang penyangganya
ke arah kanan, sedangkan pohon bindweed (convolvulus arvensis)
berputar dari kanan ke kiri. Bahkan pada dunia bakteri, sebagian dari
koloninya berspiral dari kanan ke kiri, tetapi begitu suhu meningkat
maka putaran spiralnya beralih ke arah sebaliknya.3 Semua ini baru
beberapa contoh saja. Pada setiap tingkat evolusi kita bisa menemukan
banyak contoh-contoh lain tentang bagaimana kehidupan menunjukkan
kecenderungan keberpihakan pada arah putaran molekul. Hasil kajian
mereka itu membangkitkan ketercengangan dan menjadikan orang
terpana. Jelas dan pasti ada sosok sang Pemilih Maha Agung Yang
Maha Bijaksana yang telah melakukan pilihan pada setiap tingkatan
pengambilan keputusan, atau orang harus menganggap peran ini
terserah kepada kemauan alam saja!

K ami merasa bahwa kami harus menekankan lagi pentingnya


tujuan pembahasan ini. Masalah mendasar dari bahasan ini
ialah apakah wahyu berperan dalam mentransfer pengetahuan dari
wilayah kelabu yang tidak dikenal ke wilayah terang yang dikenal.
Setiap bahasan dengan berbagai judul dalam buku ini selalu terkait
dengan masalah tersebut. Dalam bab ini relevansinya mungkin

448
Kehidupan Menurut
Konsep Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
AsalTanah
Mula Hidup:
Perspektif
Entropi
Wahyu
Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Al-Quran
Kehidupan
Berbagai Agama
Pandang Yang
Hakikat
atau
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
MasalahFilsafat
Agama
Filsafat
Agama
dan
Agama
Aborigin
Teori
Individu Alam Nyata,
Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Pengantar Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di
dan
dan Kosmologi
diZoroaster
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

kurang jelas benar, karena itu perlu penjelasan lanjutan. Kami telah
mengemukakan bahwa dari antara semua agama yang ada, hanya
Islam yang menonjolkan tekanan pada keberpihakan dalam perilaku
keagamaan mau pun perilaku sosial.

D alam agama Islam, perkataan ‘kanan’ tidak hanya semata


menggambarkan kebaikan tetapi juga untuk mengindikasikan
‘pihak’ atau sisi secara harfiah. Dalam konteks demikian maka istilah
‘kanan’ lawannya adalah ‘kiri’ dan bukannya ‘salah.’ Banyak ayat
Al-Quran yang secara tegas mengemukakan preferensi kepada sisi
kanan dibanding sisi kiri. Ayat-ayat Al-Quran tersebut yang menjadi
acuan bagi Rasulullah saw guna memberikan petunjuk kepada para
mukminin agar mengutamakan penggunaan tangan kanan dalam
perilaku keagamaan dan sosial sehari-hari. Sudah merupakan sunnah
beliau untuk selalu memulai segala sesuatu dari sisi kanan atau dengan
tangan kanan beliau. Para mukminin diperintahkan misalnya pada
waktu wudhu agar membasuh tangan kanan terlebih dahulu. Kalau
memakai sepatu, mereka dianjurkan memasukkan kaki kanan terlebih
dahulu. Pada pengaturan duduk di meja makan, seorang tamu yang
terhormat akan didudukkan di sisi kanan tuan rumah. Saat seorang
anak lahir, maka azan dibisikkan di telinga kanan terlebih dahulu
sebelum membisikkan takbir di telinga kiri. Aturan-aturan demikian
bukan suatu hal yang bersifat aksidental karena memang diatur
secara mendetail. Berdasarkan aturan beliau ini serta sunnah yang
beliau berikan, umat Muslim diminta untuk selalu menggunakan
tangan kanan untuk menyentuh dan memegang hal-hal yang
bersih, sedangkan yang lainnya dengan tangan kiri. Karena itu jika
seorang Muslim berjabat tangan dengan siapa pun, ia diharapkan
melakukannya dengan penuh kemantapan karena ia memberikan
tangannya yang bersih.
Adanya peraturan-peraturan demikian jelas menunjukkan kalau
konsep keberpihakan dalam perilaku agama dan sosial memang secara

449
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

sengaja diterapkan dalam agama Islam. Dalam pengertian ini jugalah


berkaitan nubuatan tentang masa depan manusia maka digunakan
istilah ‘pihak kanan’ dan ‘pihak kiri.’ Pemilahan politis dan ekonomis
pada masa sekarang didasarkan pada filosofi beraliran kanan dan
yang beraliran kiri, yang mana sejalan dengan nubuatan Al-Quran
mengenai masa depan manusia.
Mengapa hanya agama Islam saja yang menekankan keberpihakan
sedemikian kuatnya sedangkan agama-agama yang diwahyukan lainnya
sama sekali tidak menyinggungnya? Untuk menjawab pertanyaan ini,
sebelumnya perlu disadari bahwa menurut Al-Quran, Periode semua
agama lainnya telah berakhir dengan munculnya fajar Islam. Polaritas
dan keberpihakan merupakan trend yang belum lagi lahir dalam
urusan manusia sebelum fajar tersebut. Hanya agama Islam saja yang
telah mengajarkan kepada manusia yaitu polaritas dan keberpihakan
menjadi suatu hal yang umum dalam ekspresi manusia.
Jika dilihat dari sudut ini, bukti adanya keberpihakan dalam
perilaku sehari-hari sebenarnya merupakan bukti dari nubuatan kalau
manusia mulai digiring ke era lebih maju dimana keberpihakan akan
memperoleh makna dan dimensi baru. Hal ini yang telah terjadi dalam
sejarah manusia. Manusia pada masa sebelum dan sampai turunnya Al-
Quran sama sekali tidak pernah membayangkan kalau keberpihakan
tidak saja terdapat dalam pemilahan politis dan ekonomis tetapi juga
ada pada wilayah ilmiah.

Referensi
1. Fesenden, R. J., Fesenden, J. S. (1982) Organic Chemistry, 2nd
ed., PWS Publisher, Willard Grant Press, Massachusetts, hal.
139
2. Hegstrom, R. A., Kondepundi, D. K. (January 1990) The
Handedness of the Universe, Scientific American, hal. 98-99
3. Hegstrom, R. A., Kondepundi, D. K. (January 1990) The
Handedness of the Universe, Scientific American, hal. 99

450
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
bagi Yang
atau
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

SELEKSI ALAM DAN KELANGSUNGAN


HIDUP BAGI YANG TERCAKAP

M enjawab pertanyaan tentang siapa yang bertanggung-jawab


sepanjang masa ini dalam mengambil keputusan yang penting,
yang diambil pada setiap jenjang perkembangan evolusi, Al-Quran
menyatakan:

‘Maha beberkatlah Dia yang di Tangan-Nya ada Kerajaan dan Dia mempunyai
kekuasaan atas segala sesuatu; yang menciptakan kematian dan kehidupan,
supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang terbaik amalnya, dan
Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun; yang telah menciptakan tujuh petala
langit dengan serasi. Engkau tidak akan melihat ketidak-pantasan di dalam
penciptaan Tuhan yang Maha Pemurah. Oleh karena itu pandanglah lagi!
Adakah engkau melihat suatu cacat? Kemudian pandanglah lagi, niscaya
penglihatan engkau hanya akan kembali kepada engkau dengan bingung dan
letih, karena tidak menemukan ketidak-serasian’ (S.67 Al-Mulk:2-5)1

Jika tidak ada Tuhan tentunya proses kehidupan selama ini tidak
mungkin akan bisa berjalan di jalur yang pasti mengikuti satu arah
tertentu. Pada setiap langkah terdapat keluasan bidang tanpa arah
berupa posibilitas tanpa batas sebagai pilihan arah. Terdapat opsi tidak
terbilang yang terbentang di hadapan, yang penuh dengan segala
kesulitan melalui mana proses kehidupan harus mengukir jejaknya.
Tidak terbilang opsi yang secara potensial bisa mengubah arah dan

451
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

tujuan evolusi pada setiap masa kritis dalam rentang waktu sekian
lama. Pertanyaan yang muncul ialah mengapa proses kehidupan
mengikuti suatu alur evolusi yang pasti, seolah-olah tidak ada pilihan
lainnya lagi.
Penjelasan yang diberikan para ilmuwan adalah yang berkaitan
dengan peran proses seleksi alamiah. Meski mereka sepenuhnya
menyadari dimensi dan bobot permasalahannya, mereka mengharapkan
kita mempercayai bahwa pada setiap titik krusial keputusan, proses
seleksi alamiah ini yang menentukannya, tanpa pernah melakukan
kesalahan walau opsi yang tersedia tidak terbilang banyaknya.
Sejak Charles Darwin melontarkan istilah ‘Seleksi Alam’ maka
istilah ini lalu menjadi tongkat ajaib bagi para ilmuwan yang aktif
mendalami misteri-misteri yang ada di alam. Berkaitan dengan
kejadian-kejadian yang diperkirakan akan mengarah kepada
pembuktian adanya peran dari sosok Pencipta Yang Maha Mengetahui
sebagai penentu pilihan, mereka ini lalu mencari perlindungan di balik
kabut halimun dari istilah kabur ini yang sebenarnya juga seringkali
disalah-artikan. Setiap langkah maju dalam alur evolusi selalu mereka
atributkan pada tidak terbilang faktor kebetulan yang kemudian
menjadi sekumpulan opsi yang akan dipilih oleh proses seleksi alam.
Namun mereka sependapat bahwa pilihan dari seleksi alamiah tersebut
menurut mereka dikatakan tidak terjadi secara sadar. Ketika karakter
dan spesies yang berbeda sedang bergulat guna kelangsungan hidup
dalam suatu situasi yang kompetitif, dianggap alamiah bagi yang satu
untuk selamat dengan mengorbankan yang lain jika yang bersangkutan
memang memiliki potensi survival yang lebih baik.
Di sini kami kemukakan juga istilah usang lainnya dari terminologi
Darwin yaitu ‘Survival of the Fittest’ (kelangsungan hidup bagi yang
tercakap) yang digunakan para ahli naturalis secara ekstensif. Istilah
ini dilontarkan berdasarkan asumsi bahwa proses seleksi alam, betapa
pun butanya proses tersebut, pasti akan selalu melakukan pilihan
yang tepat dimana hanya yang paling cakap saja yang akan selamat

452
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
bagi Yang
atau
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

dalam dunia yang kompetitif ini. Apa pun yang bersifat inferior
dalam pergulatan eksistensi sudah ditakdirkan akan punah. Prinsip
Darwin ini besar kemungkinan telah disalah-artikan sampai pada
suatu tingkat dimana dasarnya sendiri lalu menjadi tanda tanya. Kami
melihat bukti yang tidak bisa dibantah, tersebar di seluruh muka bumi,
bahwa spesies yang sifatnya paling inferior dan yang paling sedikit
memiliki sarana penunjang kehidupan serta berada di jenjang paling
bawah dari tangga evolusi, nyatanya masih tetap survive. Kepunahan
suatu spesies hanya terjadi ketika persaingan untuk kelangsungan
hidup memang demikian gawat dan bersifat konfrontatif langsung.
Namun hal seperti itu pun tidak langsung menjadikan yang tercakap
yang akan tetap hidup dalam pengertian yang absolut. Kelangsungan
hidup bagi yang tercakap dalam maknanya yang absolut, meski pun
masih dimungkinkan, nyatanya kecil kemungkinan terjadi pada
setiap pergulatan untuk tetap bertahan. Yang tercakap dari keadaan
demikian hanya dapat dikatakan tercakap dalam tantangan khusus
yang berlaku saja. Yang dianggap tidak berhasil selamat dari masa
petaka demikian, bisa saja memiliki mutu kehidupan yang lebih baik
yang bisa menjadikan mereka sebagai yang tercakap pada konteks
yang lain.

M ari kita rinci hal ini lebih lanjut dengan memvisualisasikan


skenario dari bencana kelaparan berat akibat musim kemarau
atau kering yang katakanlah melanda seluruh benua. Kelaparan ini
jika berlangsung terlalu lama, tentunya akan memunahkan sejumlah
besar spesi kehidupan. Masalah kepunahan atau keselamatan akan
bergantung pada kesesuaian spesies beradaptasi terhadap situasi
tersebut.
Dalam suatu masa kelaparan sebagaimana yang kami visualisasi-
kan, hampir semua semak, perdu, pohon-pohon dan rerumputan
yang berakar pendek pasti musnah. Alasannya karena permukaan air
tanah akan terus menurun dengan bertambah gawatnya kekeringan

453
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

dimana lapisan tanah atas menjadi


kering sama sekali sehingga akar-akar
yang pendek menjadi kering. Namun
lain lagi nasib dari pohon yang berakar
panjang dan terhunjam dalam. Akar dari
pohon-pohon demikian ternyata bisa
mencapai kedalaman yang luar biasa
pada masa kekeringan berkepanjangan
yang sangat. Banyak sekali gua-gua di
pegunungan yang dieksplorasi oleh para
ahli arkaeologis yang menjadi saksi atas
fakta ini. Ada akar dari pepohonan yang tegak di puncak gunung
terlihat menghunjam dalam sekali dalam usahanya mencari air. Begitu
juga keadaan di padang pasir yakni rahasia kelangsungan hidup suatu
oasis ialah karena bergantung pada kemampuan beberapa jenis pohon
untuk mengejar keberadaan air.
Dalam skenario yang sedang dikaji tentunya kita menganggap
bahwa semua akar pendek semak, perdu,rumput dan lain-lain pasti
telah musnah, sedangkan pohon-pohon yang tinggi dengan akar
tunjang yang panjang menghunjam bumi akan bisa bertahan terhadap
musim kering yang dahsyat.
Sekarang mari kita visualisasikan apa yang terjadi terhadap
kehidupan secara umum di benua tersebut selama periode bencana ini.
Sebagian besar dari hewan pemakan tanaman dengan kaki dan leher
yang pendek tentunya akan kelaparan atau kehausan yang membawa
kematiannya. Begitu juga jenis karnivora tidak akan bertahan lama
karena pasokan makanan mereka sudah punah.
Kemungkinan yang selamat hanyalah jenis yang sangat
sedikit memerlukan air seperti ulat, kalajengking serta hewan yang
memangsanya. Di antara hewan ini antara lain adalah meerkat (sejenis
tikus pemakan serangga) yang memiliki kemampuan selamat dalam

454
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
bagi Yang
atau
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

lingkungan ganas demikian. Beberapa


jenis rodensia (binatang pengerat) juga
masih memiliki kemungkinan untuk
hidup ala kadarnya pada suatu musim
kering yang ekstrim.
Di antara hewan bertulang belakang
yang tinggi badannya, ada kandidat
yang mungkin bisa selamat. Bagi jerapah
dengan leher dan kaki yang demikian
panjang, tidak sulit baginya menggapai
dedaunan di pohon-pohon tinggi yang
berakar dalam, sedangkan spesies lain pemakan tanaman akan mati
kelaparan di sekeliling mereka. Ada beberapa faktor lain yang perlu
mendapat perhatian juga. Di dunia fauna terdapat hewan yang
mampu berlari cepat dan menempuh jarak yang jauh guna mencari
kemungkinan masih ada mata air di tempat lain, di samping juga yang
bergerak lambat sehingga mengalami kesulitan.
Ada hewan yang mampu mendeteksi keberadaan air dari jarak
jauh dan ada pula yang hanya mampu melihat air jika sudah ada di
bawah hidungnya. Dalam gambaran tersebut bisa juga dimasukkan
hewan hutan yang hidup dari daging binatang pemakan tumbuhan,
yang mengikuti terus kemana binatang itu bergerak. Para predator
ini sendiri juga membutuhkan air demi kelangsungan hidup mereka.
Menyedihkan sekali membayangkan saat tragis turunnya tirai penutup
dari drama yang dahsyat ini. Semua hewan itu berguguran karena
kelelahan dan kelaparan. Mungkin yang tersisa sebagai penonton
adalah beberapa ekor jerapah, beberapa meerkat dan beberapa jenis
kutu, dalam arena akbar dari benua itu saat drama tersebut menutup
ceritanya. Hanya tinggal mereka yang bertepuk tangan karena selamat
dari kematian, itu pun kalau mereka masih memiliki tenaga untuk
itu.

455
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

Apakah skenario demikian itu yang digambarkan sebagai


kelangsungan hidup bagi yang tercakap (survival of the fittest)?
Apakah hal seperti ini yang diributkan oleh para ilmuwan? Apakah ini
yang mereka maksudkan sebagai cara kerja dari seleksi alam? Apakah
mutu jerapah dan meerkat serta kutu-kutu yang selamat itu memang
menggambarkan preferensi utama dari proses evolusi?
Dalam 1 milyar tahun mungkin terdapat ratusan kali gelombang
fluktuasi iklim yang drastis. Pasti sudah seringkali terjadi ketika
kehidupan mahluk harus menghadapi ancaman karena cuaca yang
terlalu dingin atau terlalu panas. Pasti banyak sudah saatnya ketika
kehidupan mahluk terancam oleh kekeringan yang ekstrim atau
hujan yang berlebihan, di samping segala macam wabah penyakit
yang biasanya menyertai perubahan iklim. Apa pun yang kemudian
selamat dari berbagai bencana itu pasti tidak hanya jerapah, meerkat
dan kutu-kutu saja.
Dalam setiap perubahan konteks, pengendali proses kelangsungan
hidup bagi yang tercakap akan memenangkan kontes yang berbeda.
Setiap bencana mempunyai preferensinya sendiri. Melihat masalah
kelangsungan hidup berkaitan dengan
berbagai ancaman dan tantangan
saat kehidupan menjalaninya dalam
evolusi selama satu milyar tahun, sulit
membayangkan bahwa masih ada
yang tersisa. Kecil sekali kemungkinan
adanya bentuk kehidupan yang selamat
karena setiap krisis mempunyai sasaran
favoritnya sendiri. Racun bagi suatu
bentuk kehidupan merupakan santapan
bagi bentuk yang lain. Dengan demikian
kaidah seleksi acak akan memilih
Jerapah pada masa
kekeringan

456
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
bagi Yang
atau
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

secara acak dan terus saja menolak segala sesuatu yang melintas di
hadapannya.

H arapan kami sekarang ini pembaca sudah mempunyai gambaran


sepenuhnya tentang fitrat dan dimensi permasalahan yang terkait
dengan operasi kelangsungan hidup bagi yang tercakap dan seleksi
alam. Perlu diingat kalau istilah ‘Seleksi Alam’ belum sepenuhnya
diteliti dalam segala bidang aplikasinya. Kami hanya menyentuh salah
satu saja dari sekian banyak aspek agar sejalan dengan konteks buku
ini.
Dalam teori Darwin tentang evolusi biologi sebagaimana terlihat
pada spesies kehidupan yang secara komparatif lebih maju, peran
dari proses seleksi alam bisa lebih diamati. Namun dalam hal ini pun
ternyata teori itu tidak cukup handal untuk menampung nilai-nilai
yang benar dan membuang yang salah.
Begitu juga perlu ditekankan bahwa fenomena seleksi alam
dalam lingkungan yang berubah tidak memberikan instrumen guna
melakukan perubahan internal dalam sel untuk mengantisipasi
perubahan luar. Molekul kromosom dan gen yang membawa bakat
dan karakteristik tidak terjangkau sama sekali oleh perubahan eksternal
yang bersifat rancu. Hukum alam yang mengatur molekul tersebut
memeliharanya dari panas atau dingin, kekeringan atau kelembaban.
Perubahan dalam molekul-molekul tersebut merupakan fenomena
yang berdiri sendiri dan tidak berkaitan.
Seleksi alam akan berlaku setelah adanya sejumlah besar varian
yang tercipta melalui perubahan genetik yang progresif atau acak.
Dalam dunia varian yang kompetitif, yang katanya terjadi secara
‘kebetulan,’ hanya yang paling cakap menghadapi tantangan saat
itu yang akan selamat. Dengan adanya perubahan dalam alam serta
bentuk tantangan yang dihadapi maka definisi karakter yang menjadi
preferensi juga dengan sendirinya akan berubah. Karena itu kesalahan
tafsir bahwa proses seleksi alam akan selalu memenangkan karakter

457
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

yang terbaik dalam segala situasi, harus sudah ditinggalkan sama sekali.
Sekali-sekali bisa jadi hal tersebut benar adanya, tetapi lebih sering
tidak demikian adanya. Istilah tersebut bersifat amat relatif dan jarang
bersifat definitif dalam pilihannya. Kompetisi untuk kelangsungan
hidup bisa terjadi di antara anggota sesama spesies atau antara spesies
yang berbeda. Adalah hasil akhir suatu situasi tertentu yang akan
menentukan mutu dari faktor-faktor kelangsungan hidup. Pergulatan
membuta tentunya tidak akan bisa mengarah kepada nilai-nilai yang
benar. Apa pun yang muncul kemudian, baik atau pun buruk, harus
dianggap sebagai yang tercakap. Suatu spesies khusus bisa dianggap
sebagai yang unggul berkaitan dengan potensinya untuk tetap survive
pada suatu situasi tertentu. Spesies yang kemudian punah bisa saja
memiliki nilai-nilai dan karakter yang lebih tinggi dalam hal lainnya.
Ambil sebagai contoh seekor gorila yang terdampar pada suatu
situasi tidak bersahabat di kutub utara misalnya. Dibandingkan
dirinya maka beruang es (polar bear) dan rubah kutub (arctic fox)
memiliki peluang yang lebih besar untuk selamat di lingkungan seperti
itu. Dalam keadaan demikian, gorila tersebut meski secara evolusi
memiliki kelebihan komparatif, pasti akan punah oleh instrumen
seleksi alam yang menganggapnya sebagai tidak berharga dibanding
beruang esa dan rubah kutub. Gantilah gorila dengan seorang manusia
pada situasi hipotetikal demikian, maka vonis kematian baginya oleh
prinsip survival of the fittest akan lebih cepat lagi dibanding gorila itu.
Karena itu salah jika menganggap proses seleksi alam tergantung pada
nilainilai demikian. Dalam pengertiannya yang mendasar, seleksi alam
paling-paling hanya bisa dikatakan sebagai ‘siapa yang kuat dia yang
menang.’ Walau yang kuat itu ternyata kejam, gila, bersifat opresif dan
tidak mempunyai rasa belas kasihan, yang kuat akan selalu menang
dalam pandangan seleksi alam.

458
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
bagi Yang
atau
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

Bila kita bermaksud menelusuri jejak sejarah evolusi yang berkaitan


dengan berbagai bentuk kehidupan serta mencoba menentukan
bagaimana caranya prinsip-prinsip seleksi alam dan kelangsungan
hidup yang tercakap itu beroperasi, beribu buku dengan ratusan ribu
halaman pun tidak akan cukup. Dibutuhkan beberapa belas generasi
dari ilmuwan masa depan guna mengemban tugas ini.
Hanya saja kami harus mengingatkan pembaca pada fakta bahwa
jika kita memvisualisasikan segala opsi yang terbuka maka seleksi yang
bersifat progresif menjadi suatu hal yang mustahil. Setiap kali terjadi
dimana diperlukan adanya pembedaan atau diskriminasi, terdapat
berjuta-juta kemungkinan di belakang layar yang harus diperhitungkan
untuk seleksi meski hanya satu nilai yang kemudian dianggap sebagai
unggul. Kebalikannya juga perlu dipertimbangkan.
Perubahan atau mutasi yang terjadi secara acak bukannya berarti
suatu hal yang kontroversial, tetapi agar bisa selalu berada di arah

459
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

yang benar, menggiring proses evolusi ke suatu sasaran tertentu,


rasanya hampir tidak mungkin. Karena itu mengandalkan pada faktor
kebetulan saja jelas tidak mungkin bagi kehidupan agar selalu berada
di arah yang benar sebagaimana disyaratkan oleh evolusi pada titik
waktu bersangkutan. Sayang sekali bahwa sebagian besar para ilmuwan
menutup mata terhadap kepastian adanya tangan Pemilih Yang Maha
Bijaksana yang selalu mengambil keputusan yang tepat pada saat yang
tepat dan tidak menyerahkannya pada faktor kebetulan dari sebuah
lemparan dadu.

B agaimana mungkin proses evolusi secara berkesinambungan


maju terus ke arah manusia, padahal setiap saat selalu ada
kemungkinan yang lebih besar bahwa evolusi bisa salah langkah atau
bahkan menapak mundur? Satu-satunya penjelasan dari dilema rumit
ini adalah melalui jalan bela diri atau mencari jalan keluar ke arah
belakang sebagaimana yang dicontohkan seorang anak pada suatu
hari saat hujan turun. Suatu ketika katanya, ada seorang anak yang
amat terlambat tiba di sekolahnya. Ketika ditegur oleh gurunya, ia
mengemukakan alasan bahwa jalan ke sekolah demikian berlumpur
dan licin sehingga jika ia maju selangkah ke arah sekolah maka ia akan
tergelincir dua langkah ke belakang.
‘Lalu bagaimana caranya kamu bisa sampai di sekolah?’ kata pak guru.

‘Maaf pak, belakangan saya baru menyadari bahwa saya harus berjalan ke arah
rumah saya. Begitu saya mulai melakukannya maka saya mulai menggelincir
ke belakang ke arah sekolah. Karena cepatnya maka kepala saya terantuk
dinding saking tergesa-gesanya saya mau ke sekolah’ jawab anak itu sambil
meminta maaf.

Dilema yang dihadapi kehidupan jika diserahkan sepenuhnya


kepada faktor kebetulan, pasti akan jauh lebih menyulitkan dibanding
kasus anak di atas. Pada setiap langkah maju, suatu evolusi yang
didorong faktor kebetulan pasti akan menggelincir 100 langkah ke
belakang. Bagi kehidupan yang tidak mempunyai arah tertentu

460
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
bagi Yang
atau
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

sebagaimana diyakini para ahli naturalis, konsep langkah maju


tidak ada dalam fikirannya. Maju ke arah mana dan dengan tujuan
apa, adalah pertanyaan-pertanyaan yang tidak ada jawabannya jika
dikaitkan dengan faktor kebetulan sebagai penciptanya. Setiap langkah
yang diambil bisa saja mengarah kemana-mana. Karena itu memutar
jalan kehidupan mundur ke belakang juga tidak akan menolong
pemecahan masalahnya. Jika manusia bukan menjadi tujuan akhir dari
proses evolusi maka kehidupan akan kehilangan arah dalam kemelut
kerancuan, memubazirkan semua nilai-nilai yang telah diperolehnya.
Apa pun mutasi yang diperoleh dari proses evolusi, bisa
saja hilang lagi pada langkah berikutnya jika arahnya salah. Mari
kita terapkan logikanya pada penciptaan bola mata dan melihat
bagaimana perubahan mutasi tanpa arah bisa menghasilkan mata
yang paling mendasar yang masih bisa melihat dan mentransmisikan
apa yang dilihatnya ke otak yang terletak di belakang. Lebih besar
kemungkinannya, mutasi atau perkembangan gradual dari sel untuk
menjadi lebih rancu dari yang telah tercipta sebelumnya, daripada
bisa memperbaiki lagi daya tangkap penglihatan dengan berjalannya
waktu. Mutasi yang terjadi secara acak karena faktor kebetulan
hanya bisa lebih mengacaukan tatanan bentuk dan rancang bangun
kehidupan. Perubahan acak demikian bisa saja malah mengubah posisi
mata, hidung, telinga, mulut, lidah dan segala organ perasanya. Bisa
jadi pada generasi berikutnya beberapa spesies matanya berpindah ke
belakang kepala, atau di perut atau di ketiaknya barangkali. Siapa yang
bisa mengatur atau mendisiplinkan yang namanya faktor kebetulan?
Bisa saja telinga kemudian digunakan untuk melihat, hidung untuk
berbicara dan lututnya untuk mencium bau dan mengecap rasa.
Sebagian hewan memang ada yang menunjukkan keanehan letak
demikian seperti mata atau telinga tidak berada di tempat biasanyaa.
Hanya saja hal demikian terjadi karena ada tujuannya yang pasti
dan merupakan kemaslahatan bagi hewan bersangkutan. Namun hal

461
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

seperti ini merupakan kekecualian. Ketentuan yang mengatur berjuta-


juta spesies lainnya menetapkan adanya rancang bangun yang bersifat
universal. Jika kita perhatikan faktor kebetulan, kinerjanya berlainan.
Bayi yang lahir dengan cacat bawaan tidak pernah terjadi demi
kemaslahatan dirinya. Siapa yang bisa mengetahui? Yang namanya
judi ya tetap saja judi, sepenuhnya merupakan faktor kebetulan.
Meneliti proses evolusi tentang bagaimana terciptanya mata
memerlukan kajian mendalam dan lengkap. Begitu juga perlu dipelajari
secara mendalam evolusi organ-organ semua hewan yang merupakan
suatu hal yang amat kompleks tetapi merupakan dunia kecil tersendiri.
Karena itu rasanya perlu membuat bab tersendiri mengenai proses
penciptaan yang berujung pada penciptaan unit organik seutuhnya,
terutama tentang mata yang menjadi pokok bahasan.
Sayangnya para ahli naturalis lebih banyak memperhatikan
ciri-ciri fisik dari masing-masing spesies dibanding dengan organ
sensoriknya. Perubahan fisik saja sebenarnya tidak ada artinya yang
signifikan dibanding kemajuan rasa kesadaran dan hakikat eling dalam
rencana akbar dari spiral evolusi. Apalah artinya kehidupan jika bukan
karena kesadaran, dibanding ketidak-sadaran absolut terhadap maut?
Mukjizat yang paling dramatis bukan yang terjadi di tingkat
perubahan sel atau kompleksitas molekul di tingkat protein.
Mukjizat awal mula kehidupan terletak pada kemunculan kesadaran
akan cakrawala dari alam mati yang mendahuluinya. Sejak saat itu,
kesadaran terus berkembang dari lemah menjadi kuat, dari awal yang
satu menjadi berbagai rupa. Dengan demikian maka makna proses
evolusi tidak hanya terbatas pada prinsip Darwin mengenai perubahan
fisik secara acak yang diseleksi dan dihimpun oleh tangan seleksi
alam. Maknanya akan menjadi lebih jelas jika bisa lebih mengerti
tentang kelima indera yang berevolusi dalam perjalanan panjang yang
berbahaya selama 1 milyar tahun yang lalu.

462
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
bagi Yang
atau
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

Manusia memiliki kelebihan bisa menengok dari posisi


keberadaannya ke belakang dan ke apa yang ada dibawahnya. Dengan
cara demikian itu ia memahami hakikat kehidupan dan makna
evolusi, secuil demi secuil, nanometer demi nanometer, bagaimana
inderanya berkembang dan mendaki naik dalam spiral evolusi tak
berujung. Tujuan dan filosofi evolusi tidak lain adalah penciptaan dan
pengembangan kelima indera. Penciptaan kelima indera yang masing-
masingnya merupakan maha karya di bidang penciptaan, merupakan
bukti kesaksian akan adanya suatu rancang bangun akbar yang
berjalan rapi dimana keselarasan merupakan acuan utama. Karena itu
tidaklah heran jika kitab suci Al-Quran berulangkali menyimpulkan
hasil evolusi sebagai penciptaan dan penyempurnaan dari kemampuan
mendengar, melihat dan memahami.

‘Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibu-ibumu dalam keadaan kamu
tidak mengetahui apa pun dan Dia memberi kamu telinga, mata dan hati,
supaya kamu bersyukur.’ (S.16 An-Nahl:79)2

Kembali kepada topik utama dari bahasan ini, izinkan kami


menekankan lagi bahwa perubahan mutatif lebih banyak kemungkinan
salahnya daripada benar, sehingga hanya tersisa ruang kecil, kalau
pun ada, bagi seleksi alam untuk memilih bagi perbaikan kehidupan.
Namun bukan ini saja yang kita lihat dalam panorama akbar dari
proses evolusi di panggung kehidupan.

U ntuk memperjelas masalah ini, mari kita fokuskan pandangan


kepada penghuni Kutub Utara. Pemahaman para ahli naturalis
mengenai evolusi fisik bisa diuji di sini dengan mempelajari kehidupan
beruang es dan rubah kutub. Beruang es berbeda bentuknya dari

463
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

beruang coklat dan beruang hitam. Kaki belakang mereka lebih tinggi
dari kaki depannya agar mereka bisa mengejar mangsanya dengan
lebih cepat, sedangkan leher mereka yang lebih panjang akan lebih
memudahkan saat berenang. Beruang lain juga bisa berenang tetapi
secara komparatif beruang es bisa berenang lebih cepat dan lebih jauh,
suatu kebisaan yang amat dibutuhkan demi kelangsungan hidup di
lingkungan kutub utara.
Beruang es bisa mencapai bobot 800 kilogram dan tinggi 3
meter. Besar tubuhnya itu merupakan proteksi terhadap dingin dan
menjadi faktor penting dalam kemampuan mereka untuk berburu
dan memangsa. Anehnya, anak beruang yang baru lahir malah kecil
sekali dan beratnya hanya 500 gram, hanya seper sekian dari berat
bayi manusia. Kulit mereka yang berwarna hitam tertutup seluruhnya
dengan bulu putih yang tebal sehingga merupakan kamuflase sepanjang
tahun. Bulu mereka berwarna agak kekuningan sesaat di musim
panas, berpadanan dengan es yang sedang mencair. Bulu beruang
yang demikian tebal serta tebalnya lapisan lemak di bawah kulit telah
memeliharanya dari suhu beku di habitat mereka.3 Lapisan lemaknya
sangat penting saat beruang itu sedang berenang karena bulunya
saja tidak bisa meretensi udara yang terperangkap di dalamnya saat
terendam air. Saat kering, bulu ini memantulkan panas yang diterima
dari matahari ke arah tubuhnya. Rambutnya berongga sehingga sinar
ultra-violet matahari bisa menembusnya dan diserap oleh kulit hitam
yang ada di bawahnya.

Ciri menarik lain dari beruang es adalah cakarnya yang


relatif besar. Cakar ini amat lebar dan dilengkapi kuku-kuku tajam
guna mencabik mangsa dan mencengkeram es. Alas kakinya juga
ditumbuhi bulu seperti di tubuhnya agar bisa mendapat pegangan
yang lebih kokoh di atas es dan sebagai penahan dingin. Ajaibnya
beruang es bisa berlari di es secepat anjing di atas tanah keras. Selama
malam yang panjang di musim dingin, hampir tidak mungkin bagi

464
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
bagi Yang
atau
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

beruang es untuk melihat dan mencapai lubang di es dimana biasanya


terdapat anjing laut. Namun kata para ahli naturalis, karena daya
ciumnya yang luar biasa tajam, kegelapan tidak menjadi rintangan
baginya dan ia bisa mengendus bau anjing laut, daging atau bangkai
dari jarak 20 kilometer. Ketajaman daya lihatnya sepadan dengan
daya penciumannya, yang lebih peka dibanding kebanyakan beruang
lain. Saat terang mereka bisa melokalisasi anjing laut dari jarak yang
jauh sekali. Begitu melihat buruannya, luar biasa kesabarannya dalam
berburu. Beruang ini merayap mendekati dengan tubuh melekat ke
es, kaki depan ditekuk di bawah badan dan hanya kaki belakang yang
menjadi penggerak tubuhnya. Mereka memiliki beberapa cara untuk
mencipta kamuflase. Terkadang mereka mendorong seonggok es di
depan mereka guna menutupi ujung hidung mereka yang berwarna
hitam, atau menutupi hidungnya dengan cakar depan agar tidak
terdeteksi.
Waktu beruang banyak dihabiskan di air. Ia memiliki ciri khusus
guna mengatasi situasi ini. Penggunaan tungkai tubuh sekarang terbalik
dibanding saat berburu mangsa di es. Sekarang ia menggunakan kaki
depan sebagai penggerak dan kaki belakang sebagai kemudi. Selain
tubuhnya yang besar, cakar depannya berselaput sebagian di antara
jarin-jarinya yang memudahkan berenangnya. Ciri luar biasa lainnya
yang menjadikan beruang es bisa beradaptasi dengan habitat kutubnya
ialah kemampuannya berenang di bawah air dengan mata terbuka
dan lubang hidung tertutup.4 Meski pun beberapa ilmuwan mencoba
meremehkan ciri-ciri unik tersebut sebagai produk dari proses evolusi,
namun ada juga ilmuwan lain yang mengingatkan bahwa dibutuhkan
waktu berjuta-juta tahun untuk evolusi ciri-ciri khusus tersebut yang
membedakan beruang es dengan keluarga beruang lainnya.
Dalam masalah kemampuan adaptasi terhadap iklim kutub, rubah
kutub tidak ketinggalan dibanding beruang es. Dalam musim dingin
rubah ini bulunya putih dan tebal untuk menghangatkan tubuhnya

465
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

dan berfungsi sebagai kamuflase. Hanya sedikit dari panas badannya


yang hilang melalui telinganya yang kecil dan bulat, yang amat
berbeda dibanding rubah lainnya. Begitu juga jika dibanding rubah
lainnya maka rubah kutub memiliki moncong dan kaki-kaki yang
lebih pendek, yang sebenarnya juga membantu dalam mengkonservasi
panas badan. Seperti juga beruang es, rubah kutub memiliki bulu
tebal di telapak kakinya yang merupakan penahan dingin yang baik
terhadap kebekuan. Ajaibnya yang memiliki ciri sama dengan rubah
kutub mengenai bulu di telapak kaki adalah rubah gurun. Kalau
pada rubah gurun fungsinya adalah sebagai penahan panas. Rubah
kutub sulit dideteksi di salju karena bulunya yang berwarna putih,
tetapi bulu demikian akan merugikan baginya jika berada di habitat
yang berbeda. Sebagai contoh, di pulau-pulau dan pantai laut kutub
dimana tidak terdapat banyak salju, mereka memerlukan kamuflase
yang berbeda warnanya. Warna yang cocok adalah abu-abu kebiruan
dan begitu itulah warna bulu mereka kemudian berubah mengikuti
lingkungannya.4
Hal ini kembali membawa kita kepada pertanyaan pokok tentang
peran proses seleksi alam dalam asal mula spesies. Bila dibutuhkan
waktu berjuta-juta tahun bagi beruang es guna mengembangkan
ciri-ciri yang demikian istimewa yang merupakan hal esensial bagi
kelangsungan hidupnya di iklim kutub, kerangka waktu yang sama
tentunya juga berlaku pada rubah kutub. Yang menjadi pertanyaan
ialah berapa ribu generasi beruang dan rubah yang harus mati sia-sia
sebelum anatomi mereka sempat berevolusi sebagai hal yang esensial
bagi kelangsungan hidup mereka. Selain itu, jika nenek moyang
mereka itu ternyata telah survive selama jutaan tahun tanpa adanya
ciri-ciri istimewa tersebut yang akan menjadikan mereka selaras dengan
kehidupan di kutub, lalu buat apa lagi adanya adaptasi tambahan?
Mengapa mesti meributkan lagi tentang adanya perubahan genetik
dan mutasi acak selama periode panjang itu untuk memberikan

466
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
bagi Yang
atau
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

kesempatan kepada seleksi alam guna memilih, padahal keadaannya


dipaksakan terhadap mereka?
Di samping itu, jika beruang dan rubah biasa di tempat lain di
dunia dilepaskan di kutub sekarang ini, sedangkan beruang es dan
rubah kutub dikeluarkan dari sana, muncul pertanyaan apakah hewan-
hewan itu punya peluang untuk kelangsungan hidup di iklim yang
keras seperti itu secara berkesinambungan, generasi demi generasi,
tanpa menjadi punah. Jika nyatanya mereka bisa melakukannya
dan spesiesnya tidak akan punah, maka kegiatan proses evolusi pada
beruang es dan rubah kutub jadinya merupakan hal yang tidak perlu
(mubazir) dan perubahan karakteristik di diri mereka tidak lagi bisa
dianggap diperlukan.
Sekarang mari kita lihat skenario tersebut dari sudut pandang lain.
Adalah tidak mungkin bagi lingkungan yang paling tidak bersahabat
sekali pun seperti yang ada di kutub, untuk berfungsi secara kausatif
membawa perubahan sejalan pada bio-kimia dari sel-sel. Namun tanpa
perubahan nyata dalam gen yang membawa bakat, tidak mungkin
memvisualisasikan perubahan gradual atau mutatif. Bulu putih di
atas kulit yang hitam, kaki belakang yang lebih panjang dan kaki
depan yang lebih pendek, telinga yang bulat kecil, ketajaman indera
penciuman dan penglihatan, adanya bulu di telapak kaki, perubahan
warna bulu sejalan dengan lingkungan dan terdapatnya lapisan lemak
yang tebal di bawah kulit, tidak bisa begitu saja dipesan karena kondisi
iklim yang terdapat pada habitat dari beruang es dan rubah kutub.
Jika didasarkan pada faktor kebetulan yang berperan secara terpisah
dan membuta dalam kimiawi sistem sel guna menambah keanekaan
karakteristik dan menimbulkan perubahan spontan pada ciri-ciri
hewan, tentunya arah penciptaan akan melantur ke mana-mana.
Seleksi alam harus menunggu perubahan yang demikian lambat
agar memperoleh cukup banyak opsi yang bisa dipilih. Sebagai contoh,

467
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

jika perubahan acak dalam susunan kimiawi sel bisa mengubah


rambut yang hitam menjadi putih, ditambah lapisan bulu yang tebal
di atasnya, mengapa perubahan itu tidak bisa merubah warna rambut
dari hitam menjadi biru atau merah atau hijau atau jingga? Bagaimana
struktur kimiawi sel bisa mengetahui bahwa yang diperlukan dalam
iklim kutub adalah putih saja, tetapi melupakan bahwa kulit di bawah
bulu putih itu akan tetap hitam? Sungguh suatu ide yang cemerlang
menumbuhkan bulu yang putih di atas kulit yang hitam. Begitu
itulah setiap karakteristik khusus beruang es dan rubah kutub yang
dijelaskan di atas, tentunya membutuhkan sekumpulan besar opsi
agar bisa dibentuk oleh faktor kebetulan.
Sejalan dengan teori Darwin tentang asal mula spesies, tentunya
terdapat berbagai varietas yang luas dari beruang es dan rubah kutub
berikut dengan berbagai ciri yang berbeda yang diciptakan oleh faktor
kebetulan sebelum proses seleksi alam mulai berperan. Temuan fosil
di daerah kutub mestinya membuktikan bahwa dulunya terdapat
beruang merah, beruang biru, beruang hijau atau beruang kuning.
Namun evolusi khususnya yang berkaitan dengan beruang es rupanya
buta warna, hanya bisa membedakan putih dan hitam saja. Kalau
berdasar faktor kebetulan, mestinya ada beruang es kerdil, beruang
es raksasa, kelas berat, kelas menengah, kelas bulu, kelas bantam dan
lain-lain. Mestinya ada yang punya kaki depan lebih panjang dari
kaki belakang, daya penglihatan yang buram atau daya penciuman
yang kurang. Mengapa faktor pencipta, apa pun namanya, hanya
menyisakan satu opsi saja di habitat kutub dan membiarkan seleksi
alam menganggur, karena tidak ada lagi yang harus diseleksi?
Mestinya juga ada beruang es yang secara kebetulan sama sekali
tidak menyukai daging anjing laut, dan malah memilih mati daripada
memakan dagingnya meski cuma sesuap. Mestinya melihat daging
demikian sudah membuatnya muntah-muntah berjam-jam. Tidak

468
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
bagi Yang
atau
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

juga mengherankan kalau ada yang menjadi perenang yang buruk


atau pelari yang payah.
Jika memang demikian keadaannya maka para ahli naturalis
penganut Darwin bisa meyakinkan kita bahwa memang faktor
kebetulan yang telah berfungsi dalam proses di daerah tersebut.
Berikutnya maka kaidah proses kelangsungan hidup bagi yang
tercakap tentunya telah memupus spesies yang tidak dikehendaki dan
tidak kompatibel dari keseluruhan beruang es itu. Yang tersisa jadinya
adalah beruang es dalam bentuknya yang sekarang.
Tetapi kemana menghilangnya beruang yang dihukum punah oleh
kaidah survival of the fittest itu? Kami bukan sedang berbicara tentang
lingkungan tropis. Yang sedang kita bahas ini adalah lingkungan yang
amat dingin di daerah Kutub Utara. Dalam iklim demikian, mestinya
karkas berbagai beruang es yang berbeda-beda yang telah punah
tentunya terpelihara membeku sebagai fosil. Nyatanya beberapa
hewan yang ada beberapa ratus ribu tahun yang lalu pernah ditemukan
terkubur beku dalam lapisan es kutub, karkasnya tetap segar sehingga
dagingnya bisa dimakan laiknya baru mati kemarin, seperti halnya
gajah mammoth yang ditemukan di Siberia belum lama ini.
Perubahan struktur sel secara acak yang melahirkan sekian
banyak varian di antara spesi hewan mestinya juga bisa ditemukan
operatif di lingkungan dan habitat di luar kutub. Mestinya harus ada
fosilnya yang ditemukan dalam arsip alam.
Sekarang mari kita berkelana keluar dari daerah kutub ke
bagian lain di dunia. Sebagai perbandingan terhadap beruang es yang
bertubuh besar itu, telaah mengenai laba-laba yang kecil merupakan
kontras yang menarik.

L aba-laba ditemukan hampir di semua tempat kecuali pada iklim


kutub. Mereka banyak sekali terdapat di hutan-hutan tropis.
Tetapi hutan hujan tropis bukan satu-satunya habitat mereka.

469
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

Kemampuan mereka untuk selamat dari iklim yang ekstrim sungguh


mencengangkan. Mereka bisa hidup di puncak gunung sebagaimana
juga di lembah dan gua-gua yang dalam.
Sekurang-kurangnya terdapat 30.000 jenis spesies laba-laba,
meski ada juga yang memperkirakan jumlahnya ada dua kali itu 5.
Tidak semua laba-laba merajut jaring. Sekitar separuhnya menganyam
jaring sedangkan separuhnya lagi walau juga menghasilkan benang
sutra, tetapi memburu mangsanya secara langsung menyerang dengan
kecepatan dan akurasi yang luar biasa. Prajut jaring rupanya hanya
mengarah serangga sedangkan jenis laba-laba lainnya bisa menyerang
dan membunuh hewan buruan yang lebih besar. Secara kebetulan di
abad yang lalu, seorang ahli naturalis memperkirakan bahwa jumlah
serangga yang dimakan oleh laba-laba bobotnya lebih besar dari total
berat populasi manusia.5
Kembali ke pokok bahasan, kami ingin mengingatkan lagi bahwa
bertambah besar perbedaan di antara gaya hidup dari berbagai spesies,
tambah besar tantangannya bagi para ahli evolusi untuk menelusuri ke
belakang sejarah evolusi dari setiap spesies. Faktor-faktor alami apa saja
yang telah menuntun langkah mereka dan bagaimana caranya selama
berjuta-juta tahun yang telah berlalu? Kelihatannya masing-masing
spesies itu secara kebetulan telah sampai pada tahapan sebagaimana
yang kita temukan sekarang.
Bagi kepentingan pembaca, kami hanya akan mengungkapkan
beberapa jenis saja dari sekian banyak variasi dalam spesies ini. Ada
yang namanya laba-laba serigala yang berburu dengan ketangkasan
seekor serigala. Ada laba-laba pemburu yang mampu bergerak dengan
kecepatan kilat, di samping juga laba-laba yang biasa menyantap
burung, yang juga dikenal sebagai tarantula. Tarantula ini relatif besar
sekali dibanding laba-laba lain. Bahkan hewan vertebrata kecil terlalu
kerdil dibanding laba-laba ini. Jika diprovokasi, tarantula tidak segan
menyerang manusia. Makanan pokoknya adalah burung-burung

470
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
bagi Yang
atau
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

kecil, reptil, amfibi, kumbang, belalang dan terkadang juga laba-laba


lainnya.
Ada pula laba-laba pemakan semut yang tubuhnya amat kerdil
dibanding tarantula. Mereka ini tidak lebih besar dari semut yang jadi
mangsanya. Sosok Maha Pencipta telah melengkapi mereka dengan
kamuflase yang demikian sempurna sehingga semut lainnya tidak
pernah mencurigai keberadaan sosok asing mematikan ini di antara
mereka. Laba-laba ini berperilaku seperti semut, rupanya juga seperti
semut serta bergerak seperti semut, sepertinya peribahasa ‘dimana
bumi dipijak disitu langit dijunjung’ mereka hayati sepenuhnya.
Hanya saja laba-laba ini tidak berfikir seperti semut. Bagaimana
mungkin kamuflase luar biasa ini bisa berkembang hanya karena faktor
kebetulan dan berapa lama waktu yang diperlukan bagi perubahan
tanpa arah tersebut sampai kepada kesempurnaan yang ada sekarang?
Semua itu merupakan pertanyaan bagi para ahli evolusi sekuler.
Tentu saja kita ingin tahu dan menginginkan penjelasan
bagaimana kinerja proses seleksi alam berkaitan dengan laba-laba
pemangsa semut tersebut. Berapa juta generasi tidak sempurna dari
pemangsa ini yang harus diciptakan dan dipunahkan kembali sebelum
akhirnya muncul sosok pemburu sempurna dari hasil proses faktor-
faktor evolusi yang berliku-liku!
Spesies laba-laba lainnya yang juga bersifat misterius adalah
yang dikenal sebagai Atypus. Sejak pertama kali diketahui oleh W.
E. Leach pada tahun 1816, hewan ini menimbulkan minat yang luas
di kalangan ahli ilmu hewan (zoologis). Jauh sebelum pengarang
kisah detektif mengarang tentang misteri kamar rahasia, alam sudah
mencipta contoh hidup dari misteri kamar yang tersembunyi dengan
cara merancang dan menyempurnakan spesies betina yang disebut
sebagai ‘laba-laba pintu jebakan’ (trapdoor spider). Lama sudah para
ahli naturalis mencoba memecahkan bagaimana cara spesies ini bisa
tetap hidup dalam suatu tabung benang sutra yang ujung-ujungnya

471
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

tertutup. Adalah F. Enoch yang kemudian memberikan pemecahan


atas misteri itu dalam masa penelitiannya pada tahun 1885 sampai
1892. Tabung sutra dimana spesies Atypus ini mengurung diri
biasanya sepanjang 20 sampai 23 sentimeter. Dari sekian panjang
tabung itu hanya sekitar 5 sampai 7 sentimeter yang mengerucut ke
bawah tanah, sedangkan sisanya berada di permukaan tanah seperti
balon panjang. Di bagian tengahnya, tabung ini lebih lega guna
memberikan ruang gerak bagi laba-laba. Apakah perancang evolusi
yang buta memang telah merancang bahwa pada saat musim dingin
ketika laba-laba ini berhibernasi (tidur pada musim dingin), bagian
berudara ini mengempis? Pada saat-saat lain sarang ini sering keliru
terlihat sebagai akar pohon yang mencuat ke permukaan tanah. Jalinan
benang sutra tersebut ditempeli dengan tanah atau butiran pasir oleh
sang laba-laba agar tidak kelihatan. Bagaimana cara serangga ditangkap
oleh laba-laba bisa dilihat dengan cara mengusik tabung itu dengan
potongan rumput. Tiba-tiba akan muncul dua taring besar mengkilat
yang melekuk muncul dari jaringan sarang dan dari posisinya terlihat
laba-laba itu menyerang seperti ikan hiu yaitu dengan bagian bawah
kepalanya. Jika ada lalat mendengung didekatkan ke sarangnya maka
taringnya akan langsung menembus tubuhnya dan menahannya
seperti halnya sebuah kail. Setelah terjadi tarik menarik maka terlihat
ada celah di tabung itu melalui mana serangga mangsanya ditarik
masuk. Sebelum beristirahat ke ruang rahasianya guna menikmati
santapannya itu, laba-laba ini kembali dulu ke bagian atas tabung
untuk memperbaiki dan menutup kembali sarangnya.6
Bagaimana mungkin prinsip Darwin tentang ‘survival of the
fittest’ yang dibantu dengan perubahan-perubahan mutatif bisa
membayangkan, merancang dan menciptakan laba-laba jenis ini tetap
merupakan misteri yang mungkin hanya dimengerti oleh para ahli
naturalis saja.

472
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
bagi Yang
atau
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

Selanjutnya kami akan mengakhiri bahasan ini dengan


mengemukakan kasus laba-laba penganyam yang merupakan separuh
dari keseluruhan spesies laba-laba. Begitu kecil, begitu rapuh dan begitu
halus tetapi mereka semua memiliki kemampuan luar biasa dalam
merencanakan dan membangun jaring guna menangkap serangga
yang terbang. Hal yang menarik adalah saling berbedanya bentuk dan
kompleksitas jaring mereka dari satu jenis laba-laba ke jenis yang lain.
Bagaimana kita bisa memvisualisasikan faktor kebetulan yang buta
mampu memberikan keterampilan kepada laba-laba untuk mengubah
kelenjar getahnya menjadi pabrik tekstil yang memproduksi benang
dengan cara yang demikian efisien?
Tentu saja semua itu tidak terjadi dalam waktu satu hari melalui
perubahan mutatif yang eksplosif. Kalau kita rekonstruksi kembali
keseluruhan proses selangkah demi selangkah, mungkin kita bisa
sedikit memvisualisasikan apa yang dilakukan proses evolusi tanpa arah
terhadap laba-laba ini. Mungkin kisahnya kita mulai dengan kelenjar
getah laba-laba itu tiba-tiba menjadi peka berlebihan terhadap suatu
faktor yang kebetulan saja muncul. Selanjutnya sekitar 1 atau 2 juta
tahun, faktor-faktor kebetulan saling berinteraksi mengajarkan agar
getah itu mengeras begitu disemburkan ke udara. Hebatnya benang-
benang halus yang disemburkan itu juga sudah memiliki kekuatan
seperti kawat baja jika dibandingkan bobotnya satu dengan yang
lain.
Benang-benang panjang yang tidak terkendali itu tentunya
menyebar ke mana-mana sambil juga menjerat kaki laba-laba itu
sendiri sehingga ia tidak bisa bergerak dimangsa predator lain. Berapa
lama periode demikian berlangsung barangkali hanya para ahli evolusi
yang bisa membayangkannya. Tetapi sebagai orang awam, kami
mengira sekitar 1 atau 2 juta tahun, laba-laba yang mentalitasnya
sudah lebih maju itu meratapi nasibnya sambil berjemur di bawah
matahari. Pada saat demikian akhirnya datang suatu bayangan

473
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

konfigurasi dari perubahan mutatif ke benaknya yang kecil yang


memberinya keterampilan untuk mengubah hal yang membawa
mudharat itu menjadi suatu hal yang menguntungkan. Dalam saat
sekilas tersebut, muncullah era baru dalam gaya hidup laba-laba yang
tidak ada padanannya dalam keseluruhan dunia hewan.
Laba-laba ini langsung asyik mempelajari seni bagaimana caranya
menjalin dan menganyam benang-benangnya menjadi jaring. Berapa
lama yang diperlukan bagi laba-laba untuk menguasai sepenuhnya
seni itu, sulit membayangkannya. Agar selaras dengan kecepatan
langkah evolusi, katakanlah diperlukan 2 juta tahun lagi baginya
guna menyempurnakan keterampilannya tersebut. Pola-pola berbagai
bentuk jaring yang paling rumit dan mempesona yang dianyam oleh
laba-laba bukan hanya menarik dilihat tetapi juga jika diperhatikan
betapa akuratnya jaring dibentuk untuk suatu tujuan tertentu. Benang-
benang itu tidak pernah membelit kakinya sendiri saat laba-laba
menari dengan kakinya yang lincah dimana seorang ahli berjalan di
atas tali pun akan malu dibuatnya. Tanpa pernah mengambil langkah
yang salah, tanpa ragu-ragu, tanpa memerlukan galah penyeimbang,
tanpa harus berhenti sejenak memikirkan dimana benang berikutnya
harus dilekatkan, laba-laba ini terus saja menyelesaikan jaringnya
yang dirancang demikian rapi sampai selesai. Maka berakhirlah
kisah tentang bagaimana laba-laba belajar memeproduksi benang
dan menjalinnya menjadi jaring yang demikian sempurna. Bahkan
predator paling galak yang biasa memangsanya akan berfikir dua kali
untuk menyerangnya saat laba-laba itu sedang berada di dalam jaring
pengamannya.
Sejauh ini masih baik saja, namun tiba-tiba muncul fikiran dalam
benak kita mengenai apa yang menjadi maksud dari keseluruhan
proses kegiatan tersebut. Mengapa proses evolusi yang buta terdorong
ke arah sasaran ini tanpa ada suatu rancang bangun yang ditetapkan

474
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
bagi Yang
atau
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

di muka dan tanpa suatu tujuan? Satu-satunya tujuan yang terlintas


di fikiran ialah kemungkinan untuk memberi laba-laba makanan yang
esensial bagi kelangsungan hidupnya. Laba-laba malang tersebut hanya
memiliki kaki-kaki buruk yang melintir. Sebelum keterampilannya
untuk menganyam jaring menjadi sempurna, tentunya selama itu
laba-laba ini tetap survive dari generasi ke generasi selama berjuta-
juta tahun dengan menyantap suatu jenis makanan. Lalat mungkin
memang bodoh tetapi tidak akan begitu bodoh untuk terbang masuk
ke mulut laba-laba tanpa adanya jaring untuk menangkapnya. Namun
dengan atau tanpa makanan berbentuk lalat tersebut nyatanya laba-
laba tetap saja survive selama sekian jangka panjang dari eksistensi
mereka. Lalu buat apa lagi laba-laba perlu memproduksi benang dan
menganyam jaring dan segala proses evolusi yang mendahuluinya?
Sungguh sulit bagi seorang awam memvisualisasikan tantangan-
tantangan yang harus dihadapi dalam suatu transisi dari satu bentuk
ke bentuk yang lain dalam kurun waktu yang demikian panjang. Kita
jadi bertanya-tanya, berapa generasi laba-laba yang harus punah secara
sia-sia selama kegalauan masa tersebut?
Ketika kami mengemukakan di bagian atas bahwa kemungkinan
laba-laba tersebut tiba-tiba mendapat ilmu untuk menganyam jaring
guna mendapatkan makanan melalui konfigurasi dari berbagai
perubahan mutatif, kami melakukannya dengan tujuan menjelaskan
betapa absurdnya ide tersebut. Perubahan mutatif tidak terjadi sesaat
dan bersamaan dalam suatu lingkungan yang tertata sempurna dan
mempunyai tujuan. Dibutuhkan ratusan ribu probabilitas untuk
merubah suatu urutan perubahan mutatif agar bisa dienkoda ke dalam
gen yang membawa bakat kehidupan serta menimbulkan perubahan
dramatis dalam gaya hidup setiap spesies hewan.

475
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

K asus dari tanaman berair yang bersifat karnifora tidak kalah


menariknya. Bentuk paling sederhana dari jenis tanaman ini tetap
saja masih terlalu kompleks untuk bisa diurai oleh para ahli dalam
usahanya mendemonstrasikan bagaimana urut-urutan yang benar
dari berbagai faktor kebetulan bisa menciptakan mekanisme jebakan
yang demikian sempurna. Kami mulai dengan mengemukakan jenis
kantung semar sederhana yang terdapat di rawa-rawa yang menurut
para ahli, termasuk dalam kategori tanaman karnifora yang paling
sederhana. Jenis pohon ini terdiri dari daun-daun yang panjangnya
30 sentimeter yang sisinya bertaut sehingga membentuk corong.
Corong-corong ini kelihatan menyembul di atas permukaan air rawa.
Bagian atas corong mempunyai tudung berwarna merah menyala
dan mengandung kelenjar yang menghasilkan bulir-bulir madu.
Banyaknya curah hujan di daerah tropis menjamin tersedianya cairan
di dalam corong, namun tidak ada dari corong itu yang terbalik atau
meletus karena beratnya. Hal ini bisa terjadi karena:
a. Daun-daun itu bertaut sepanjang tubuhnya kecuali sekitar 3
sampai 5 sentimeter dekat puncaknya. Bagian atas tidak bertaut
agar kelebihan muatan air bisa limpas.
b. ada sekumpulan lubang-lubang kecil berbentuk cincin di bawah
batas garis atas agar permukaan air tetap terjaga tingginya.

Serangga tertarik baik karena warnanya di samping juga karena


bau manis madu yang keluar dari kelenjarnya. Saat serangga ini
mencoba mencari bulir madu lainnya, mereka tergelincir masuk
corong yang sisinya ditumbuhi rambut atau bulu-bulu licin yang
menghadap ke bawah sehingga serangga tidak mungkin memanjat
keluar lagi. Serangga jatuh ke bagian bawah yang tidak berambut.
Di sinilah serangga itu mati dan diurai tubuhnya menjadi protein,
garam dan lain-lain di dalam air corong itu. Makanan ini diasimilasi
oleh tanaman karniforab tersebut demi kelangsungan hidupnya. Sulit

476
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
bagi Yang
atau
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

membayangkan berapa banyaknya upaya yang dilakukan alam secara


membuta sampai akhirnya bisa menyempurnakan mesin perangkap
tersebut.
Sekarang kami akan memberikan contoh lain tentang bagaimana
alam telah memenangkan kehidupan vegetatif di atas dunia hewan.
Tanaman kantung semar memiliki lapisan lilin licin pada permukaan
perangkapnya yang bisa melekat pada kaki serangga. Ketika serangga
kemudian kehilangan keseimbangan maka ia akan jatuh ke dalam
cekungan berisi air. Vibrasi atau getaran yang terjadi akan memicu
kelenjar pencernaan di dalam corong untuk mengeluarkan cairan
digestif yang kuat. Serangga kecil yang terperangkap demikian akan
dicerna dalam waktu beberapa jam saja sedangkan lalat bisa sampai
satu atau dua hari. Tidak hanya serangga kecil yang dimakan tanaman
karnifora ini karena jenis yang besar bisa melumat dan mencernakan
kalajengking dan tikus kecil.
Kasus dari perangkap lalat (fly trap) Venus (lihat Gambar 3)
malah lebih kompleks lagi karena dioperasikan secara elektronis.
Misteri bagaimana arus listrik ini dihasilkan dan mekanisme apa yang
menggerakkannya sampai sekarang ini masih memusingkan para
ilmuwan.
Kami ingin mengundang perhatian dari para penganut evolusi
Darwin tentang peralatan yang mencengangkan yang terdapat di
alam seperti ini dan memohon dengan hormat agar mereka mau
menjelaskan bagaimana lahirnya proses evolusi. Berapa generasi sia-sia
yang harus punah sebelum eksperimen yang dilakukan proses evolusi
berhasil menciptakan tanaman yang bersifat karnifora dengan segala
peralatan perangkap dan enzim pencernaan? Kemungkinan besar
awal mulanya adalah bentuk tanaman hijau biasa yang kemudian
ditransformasikan menjadi mesin pemburu protein hewani. Perbedaan
di antara keduanya sangat besar. Jika dikatakan bahwa jenis ini dimulai
dengan memberikan suplemen atau tambahan makanan berupa enzim

477
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

dan protein hewani adalah tidak mungkin, karena proses pencernaan


dari keduanya itu merupakan hal yang mustahil sebelum proses
transformasinya selesai. Berapa juta tahun yang dibutuhkan bagi
proses evolusi ini menurut prinsip seleksi alam Darwin, adalah suatu
hal yang sulit dibayangkan.
Hal itu tidak mungkin terjadi begitu saja karena tidak ada satu
pun para ahli naturalis yang bisa mengajukan gambaran tentang
transformasi sedikit demi sedikit dari tanaman hijau biasa menjadi
tanaman yang bersifat karnifora. Pasti proses transformasi itu harus
selesai dahulu sebelum bisa mulai berfungsi.
Kami belum ada menemukan upaya para ahli naturalis untuk
menelusur mundur proses evolusi dari tanaman karnifora, sedikit
demi dikit, organ demi organ, ke arah awal mulanya. Bahkan tanaman
pemakan serangga yang paling kecil pun sudah merupakan problem
raksasa jika kita telaah secara mendalam dan memfokuskan perhatian
kita pada kerumitan dari identitas organik mereka. Setiap bagian dari
tanaman itu terlihat dibangun secara sengaja dan dirancang secara
khusus menjadi satu kesatuan komposit organik.
Pertanyaan lainnya yang mencuat juga adalah mengapa jenis
tanaman ini meninggalkan cara hidup nenek moyangnya yang sudah
mapan melalui proses fotosintesis, dimana mereka sudah berkecukupan
dalam pergulatan eksistensi mereka. Prinsip ‘survival of the fittest’
Darwin tidak berlaku dalam evolusi tanaman ini mengingat mereka
bisa dikatakan sudah yang paling fittest. Jika memang demikian
keadaannya maka tentunya tanaman ini sudah merajai keseluruhan
habitat tanah kering mau pun basah. Kenyataannya tanaman ini
sepertinya sudah cakap untuk hidup terus tanpa ada sejarah evolusi
yang mengawali pembentukan kecakapan tersebut.
Lagi pula bisa dipahami jika menurut prinsip evolusi bahwa
setiap jenis tanaman atau hewan akan berpindah dari lingkungan
yang tidak bersahabat ke lingkungan yang lebih baik, dimana proses

478
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
bagi Yang
atau
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

sebaliknya malah tidak pernah terdengar. Kalau saja para ahli naturalis
tersebut dianggap serius dalam bicaranya, maka pandangan mereka
itu bertentangan dengan phenomena yang berkaitan dengan tanaman
Sundew dan perangkap lalat Venus.
Bayangkan sebuah tanaman Sundew yang tumbuh subur di sisi
sebuah kubangan lumpur yang stagnan, memandang dengan jijik
apa yang terdapat di tengah kubangan. Tidak ada tanaman lain yang
bisa hidup di situ karena lingkungan yang amat tidak bersahabat.
Kalau saja tanaman Sundew itu memiliki otak yang tersembunyi dan
memandang dengan mata yang tidak kelihatan, pasti tanaman itu
sudah melompat kabur keluar dari lingkungannya jika akarnya tidak
tertanam kuat.
Namun para ahli naturalis mempunyai pandangan yang berbeda.
Menurut mereka ini, tanaman Sundew sudah dari sananya tumbuh
subur di tempat yang tidak bersahabat demikian dan berubah menjadi
penangkap lalat yang banyak terdapat di sekitarnya. Padahal sulit
membayangkan kalau tanaman ini bisa hidup di lingkungan demikian
tanpa sebelumnya melalui proses evolusi guna bisa menghadapi
lingkungannya. Semua itu hanya bisa terjadi ketika tanaman tersebut
masih hidup di tanah yang kering. Tanpa menyelesaikan terlebih
dahulu transformasi itu di luar lingkungannya, jelas tanaman tersebut
tidak akan mampu bertahan walau hanya sebentar.
Hal inilah yang menjadi dilema bagi para ilmuwan yang perlu
dijelaskan secara jelas dan masuk akal. Dua hal pokok yang perlu
diungkapkan adalah:
1. Tanaman Sundew yang oleh para ilmuwan dianggap sebagai cikal
bakal dari tanaman perangkap lalat Venus, tanaman ini sendiri
sudah merupakan misteri tersendiri. Tanaman ini tidak memiliki
sejarah yang bisa ditelusuri yang menyatakan kalau merupakan
hasil evolusi dari tanaman hijau biasa.

479
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

2. Tanaman perangkap lalat Venus tentunya berevolusi sampai


ke tingkatnya yang terakhir kini di atas tanah kering di luar
lingkungan kubangan tanpa adanya suatu tekanan atau dorongan
motivasi untuk berevolusi.
Silakan para ahli naturalis meneruskan bahasannya dari sini.
Penjelasan mereka amat kita tunggu-tunggu.
Kami sengaja mengemukakan kasus perangkap lalat Venus karena
tanaman ini sangat canggih, dirancang secara rumit dan memiliki
mekanisme elektronik yang tidak dimengerti oleh ilmuwan yang
paling maju sekali pun. Sebagaimana dijelaskan di muka, tanaman ini
dalam bentuknya yang sekarang, nyatanya sama sekali berbeda dengan
komposisi anatomis dari yang dianggap sebagai nenek moyangnya.
Keadaan tersebut dijadikan kesempatan oleh para ahli naturalis untuk
mereka-reka berbagai langkah evolusi guna mengisi kekosongan
periode yang demikian panjang. Padahal ketiadaan bahan seperti itu
mestinya jadi sulit membayangkan adanya proses seleksi alam pada
suatu keadaan yang tidak eksis. Pandangan para ahli naturalis tersebut
sama dengan meyakini kelahiran seorang bayi dari seorang ibu yang
tidak ada. Apakah ini gambaran evolusi dari proses ‘survival of the
fittest’? Kelangsungan hidup apa, kehandalan apa? Dimana faktor
kompetisinya? Jika para ahli naturalis ini memang memiliki etika
profesional, silakan mereka terapkan etika itu pada tanaman karnifora
yang sudah langsung dilengkapi dengan alat berburu mereka, sebelum
masuk ke wilayah seleksi alam. Kalau ini yang namanya ‘Seleksi Alam’
apakah hal itu bukan merupakan suatu lelucon dangkal?

Kasus seekor nyamuk


Sebagai contoh sekarang kita lihat kasus seekor nyamukc. Sedemikian
banyak yang harus dijelaskan secara masuk akal sehingga dibutuhkan
beberapa generasi ilmuwan guna mengungkap setiap misteri dari
mekanisme yang demikian halus dan presisi dari organ-organ

480
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
bagi Yang
atau
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

tubuhnya. Penelitian seperti itu tidak akan ada ujungnya karena


begitu memahami satu bagian, akan muncul bagian lain yang juga
memerlukan penjelasan. Tidak mengherankan kalau Al-Quran
memberikan contoh keajaiban kecil dari ciptaan Tuhan ini agar
manusia mau melihat kebesaran kuasa penciptaan-Nya. Bahkan
dalam menciptakan nyamuk, yang umum dipandang hina dan tidak
berarti oleh manusia, tidak ada suatu apa pun yang akan membuat
malu Sosok Pencipta. Kami mengajak pembaca untuk menelaah lebih
lanjut intrikasi dari mesin terbang ini yang bisa membuat malu pakar
teknologi yang paling piawai sekali pun.
Mari kita mulai dengan uraian Al-Quran mengenai nyamuk
yang demikian berbeda dibanding hewan lainnya. Hanya hewan inilah
yang dikemukakan sebagai suatu bantahan bahwa penciptaannya akan
bisa menjadi suatu hal yang memalukan bagi Pencipta-nya. Demikian
pernyataan Al-Quran:

‘Sesungguhnya Allah tidak segan (atau malu) mengemukakan suatu


perumpamaan sekecil nyamuk dan atas apa yang dibawanya di atas itu.’ (S.2
Al-Baqarah:27))7

Di sini kata fauq secara harfiah berarti ‘di atas’ (lihat Al-Munjad
dan Al-Mufradat Lil-Raghib). Hanya saja para penterjemah lainnya
tidak menggunakan arti harfiah ini. Yang menjadi penyebab adalah
karena mereka tidak mengetahui kalau nyamuk memang ada membawa
sesuatu di diri atau di atas mereka.
Berikut ini ada beberapa pertanyaan yang mengusik fikiran
pembaca. Kami sendiri sebagai pengarang selalu dibuat bertanya-
tanya akan makna yang tersirat dalam ayat ini. Pertanyaan pertama
yang mengusik fikiran ialah mengapa Tuhan harus menyangkal bahwa

481
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

penciptaan nyamuk merupakan


suatu hal yang memalukan. Di
tempat lain dalam Al-Quran
tidak ada bentuk penyangkalan
seperti itu berkenaan dengan
penciptaan mahluk lainnya,
bahkan selalu diutarakan sebagai
suatu bentuk kebanggaan.
Apakah perlakuan khusus dari
penciptaan nyamuk itu mengindikasikan kalau Al-Quran ingin
menarik minat pembacanya pada ketiadaan arti dari mahluk yang
bernama nyamuk? Penyangkalan adanya unsur malu atau keseganan
yang dikaitkan dengan penciptaan suatu benda yang tidak berharga,
justru pada faktanya merupakan penyangkalan atas ketiada-berhargaan
tersebut. Penyangkalan demikian mengundang perhatian orang untuk
mempertimbangkan kembali sikapnya terhadap nyamuk. Keadaan
demikian mengindikasikan pernyataan tersirat bahwa:
a. nyamuk bukannya tidak berharga atau tidak berarti sebagaimana
biasanya diperkirakan, dan
b. nyamuk mempunyai peran penting yang belum dimengerti
sepenuhnya dan perlu ditelaah lagi.
Patut diakui bahwa dari hasil pengamatan, memang peran
nyamuk adalah berbahaya dan mengerikan. Namun meski ada
pengakuan seperti itu, unsur sebagai suatu hal yang memalukan dari
ciptaan yang berbahaya ini nyatanya disangkal dengan keras. Disangkal
karena untuk melaksanakan peran negatifnya itu, nyamuk tetap saja
harus dibentuk secara presisi agar bisa melaksanakan fungsinya. Kedua,
meski fungsi nyamuk itu bersifat negatif, tetapi perannya vital dalam
rancang bangun penciptaan secara keseluruhan. Karena itu penciptaan
nyamuk serta kesempurnaan buatannya harus dipahami sebagai suatu

482
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
bagi Yang
atau
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

hal yang membanggakan dan bukan suatu hal yang memalukan bagi
sang Pencipta.
Apa yang tersirat itu bisa dikatakan benar jika nyamuk memang
memiliki keindahan konstruksi fisik yang luar biasa yang malah lebih
ajaib dibanding penciptaan bentuk kehidupan lainnya. Di samping itu,
peran nyamuk dalam rancang bangun kehidupan secara keseluruhan
serta evolusinya haruslah merupakan rahmat yang tersembunyi –
suatu temuan yang masih harus digali oleh para ilmuwan. Sekarang
ini kami hanya bisa mengatakan bahwa kemungkinan besar nyamuk
berperan besar dalam pengembangan dan penyempurnaan sistem
kekebalan tubuh, dimana hal ini merupakan peran yang masih tetap
disandangnya sampai dengan saat ini.
Kemungkinan bahwa semua implikasi dari ayat tersebut
sebagaimana disebutkan di atas adalah benar keseluruhannya,
telah mendorong penulis untuk mempelajari nyamuk secara lebih
mendalam, baik anatominya serta peran yang dilakukannya di dunia
hewan, yang kemudian ternyata lebih sulit dari yang diperkirakan
sebelumnya. Sebagian besar literatur yang terkait dengan nyamuk
ternyata tidak menyinggung proses evolusi dari organ-organ tubuhnya,
suatu kealpaan yang langsung menarik perhatian pengarang. Dalam
berbagai kasus lainnya, hasil temuan para ilmuwan di bidang evolusi
ini cukup banyak tersedia dimana mereka menyampaikan uraian
tentang evolusi bagian-bagian tubuh hewan secara sangat penuh
perhatian. Kami mengandalkan material tersebut dalam wacana ini
yang sebenarnya merupakan bukti kebenaran pernyataan Al-Quran
bahwa nyamuk bukan mahluk biasa. Riset lebih lanjut mengenai
aspek evolusi penciptaan nyamuk sekarang ini sudah dilakukan oleh
sebuah tim cendekiawan Ahmadi dari Amerika dan Kanada. Hanya
saja karena hal itu merupakan proses yang memakan waktu sedangkan
penerbitan buku ini tidak bisa menunggu sampai mereka selesai, kami

483
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

telah memutuskan untuk menyelesaikan kerja ini dengan bantuan


material yang tersedia saja.
Nyamuk kecil yang kelihatannya tidak berarti itu mungkin
merupakan serangga terpenting yang berkaitan dengan manusia dan
bentuk kehidupan lainnya. Diperkirakan nyamuk berasal dari masa
Cretaseikum (65-140 juta tahun yang lalu)8, dimana sebagian besar
dari kelompok serangga berkembang bersama dengan awal mula
tanaman berbunga. Ada juga yang memperkirakan nyamuk berasal
dari masa Jura (136-190 juta tahun yang lalu). Karena saat itu hewan
mamalia belum tercipta, tentunya nyamuk memperoleh darah yang
dihisap dari reptil, amfibia, mamalia primitif atau juga dinosaurus.
Kecenderungan akan darah yang diperkirakan para ilmuwan terjadi
di masa lalu itu, menimbulkan banyak pertanyaan. Mengapa nyamuk
memiliki kecenderungan demikian, padahal tanpa darah pun mereka
bisa tetap eksis dari cairan tumbuhan? Pada waktu itu belum ada
tanaman yang berbunga, jadi mestinya mereka memperoleh makanan
dari getah manis pepohonan (honeydew).9
Nyamuk adalah serangga (insect) bersayap dua yang termasuk
dalam keluarga Culicidae dari Ordo Diptera (bersayap dua). Nyamukc
berbeda dari lalat lainnya karena sungut atau belalai (probosis)
panjang di kepalanya, serta adanya ciri lain yang unik bagi mereka
seperti adanya sisik pada urat vena sayap, lingkaran sisik di bagian
belakang sayap dan karakteristik venasi pada percabangan melintang
vena ke dua, ke empat dan ke lima. Sebagaimana Ordo Diptera
lainnya, nyamuk mengalami metamorfosis dalam fase reproduksi tapi
banyak ciri metamorfosis ini berbeda dari lalat lainnya. Larva yang
aktif menetas dari telur yang pasif yang langsung bisa beradaptasi dan
makan di air sebagai jentik.
Adalah suatu hal yang mengherankan bahwa semua ahli di
bidang nyamuk, meski memahami sepenuhnya anatomi dan siklus
morfologinya, tetapi tidak mampu menggambarkan skenario yang

484
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
bagi Yang
atau
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

masuk akal tentang peran proses seleksi alam dalam merancang dan
menghasilkan keajaiban ciptaan yang kecil ini.
Modifikasi nyamuk yang tidak menghisap darah menjadi
yang menghisap darah memerlukan sekian banyak perubahan yang
memerlukan waktu lama sekali bagi faktor kebetulan. Bahwa ciri-ciri
itu bisa berkembang setapak demi setapak, setiap bagian berkembang
secara terpisah tetapi tetap simultan, dalam suatu koordinasi yang
sempurna satu dengan yang lain, adalah suatu proposal yang
tidak masuk akal. Apalagi jika kita mempertimbangkan bahwa
perkembangan organik selangkah demi selangkah demikian tidak ada
gunanya dalam kehidupan nyamuk sampai ciri-ciri itu siap terbentuk
dan tertata rapih. Ambillah sebagai contoh kebutuhan nyamuk untuk
mencari dan menemukan makanan. Ketika para ilmuwan menyelidiki
masalah kecil ini, mereka menemukan adanya sistem pendukung yang
kompleks guna keperluan tersebut.
Perlu ada perubahan besar dalam anatomi, organ sensori dan
fisiologis nyamuk hanya untuk mencari sumber makanan yang
tepat. Nyamuk menghadapi tugas rutin untuk menemukan sumber
protein yang tepat dari antara berbagai stimulus dari luar lainnya
yang dilontarkan oleh lingkungan. Para ilmuwan menyatakan bahwa
strategi yang dikembangkan adalah:

485
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

Tumbuhan Venus Penangkap Lalat

486
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
bagi Yang
atau
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

Flora Biasa dari Tumbuhan Berfotosintesis (tidak ada bukti


terjadinya evolusi dari tumbuhan ini menjadi
tumbuhan karnivora)

487
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

Nyamuk Betina yang akan Menembus Kulit Korbannya

488
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
bagi Yang
atau
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

Tahapan Berurutan dari Penetrasi Styket Fasicle Nyamuk Aedes


Aegypti Betina dalam Memakan Darah

489
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

‘... melakukan respons terhadap petunjuk visual, panas badan dan emanasi
seperti karbon dioksida, asam laktat dan asam lemak folatil yang merupakan
ciri dari organisme yang mengandung darah.’10

Kesulitan lain yang dihadapi nyamuk ialah kenyataan kalau


emanasi bau kimia menjadi tersebar oleh arus angin. Dengan
demikian nyamuk harus melakukan navigasi ke arah sasaran secara
tidak langsung. Begitu nyamuk sudah berada dekat maka panas badan
si korban yang akan membimbingnya. Dalam rangkaian peristiwa
pada perilaku nyamuk, harus ada mekanisme stimulus-respons
yang sempurna. Nyamuk itu tidak secara sadar mencari korbannya,
tetapi lebih bersifat merespons stimulus yang diterima sebagaimana
telah diprogram dalam dirinya. Hal lainnya yang membuat lebih
kompleksnya permasalahan adalah kenyataan kalau dalam perilaku
nyamuk itu terdapat kebiasaan memilih spesies tertentu yang akan
dihisap darahnya. Sebagai contoh, ada spesies nyamuk yang hanya
tertarik pada lembu saja dan tidak merespon manusia.
Para ilmuwan memperkirakan perilaku ini berkembang dalam
masa Mesozoikum (lebih dari 65 juta tahun yang lalu) dengan
‘... berkembangnya hunian bumi (sarang) yang reguler bagi reptil, burung
dan mamalia.’11

Beberapa ilmuwan mengusulkan bahwa munculnya hasrat


pemeliharaan anak oleh induknya di kalangan burung, mamalia dan
dinosaurus lebih mengentalkan hubungan mereka dengan nyamuk
karena adanya habitat yang terjaga dan aman. Nyamuk ini merasa
diuntungkan di dalam dan di sekitar sarang-sarang dimana anak-anak
burung dibesarkan. Begitu juga dengan sarang binatang hutan lainnya
serta habitat dinosaurus dimana mereka membesarkan anak-anaknya.
Kondisi demikian memberikan kesempatan kepada nyamuk untuk
menghisap darah hewan kapan saja mereka mau tanpa terganggu.
Sungguh suatu usulan yang aneh jika yang mereka maksudkan bahwa

490
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
bagi Yang
atau
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

hal ini menjadi penyebab munculnya probosis (belalai) penghisap


darah pada nyamuk betina. Pandangan seperti itu bisa dianggap
serius kalau mengimplikasikan bahwa nyamuk betina sudah menjadi
mesin penghisap darah sebelum mereka mulai mencari sasaran yang
mudah.
Dari sudut pandang mana pun, kesimpulan demikian tidak
memberikan metodologi yang bisa dianggap sebagai pemicu
evolusi dari nyamuk betina penghisap darah. Dari pengamatan bisa
dikemukakan bahwa jika manusia korbannya itu bergerak lima detik
saja sejak nyamuk hinggap, pasti nyamuk itu akan terbang lagi.
Mempertimbangkan rangkaian perilaku instink yang kompleks dalam
tindakan menemukan korban saja, kemungkinan adanya pertukaran
selera menjadi penghisap darah adalah hampir mustahil.
Nyamuk betina yang menghisap darah tidak saja memerlukan
beberapa perubahan komplementer dalam sistem dirinya untuk
menemukan darah pada sasarannya, tetapi juga instrumen yang tepat
untuk menembus kulit dan menemukan urat darah, serta suatu sistem
transportasi darah yang harus disimpan di tempat tersendiri, terpisah
dari cairan tanaman yang tetap saja merupakan makanan pokok
baginya.
Sebagaimana dikemukakan di atas, literatur ilmiah tentang evolusi
nyamuk pada umumnya sunyi senyap. Ilmuwan yang membahas
tentang awal mula berbagai insekta, menyatakan bahwa:
‘... sebagian dari jenis yang dikenal ternyata evolusinya sudah berkembang
baik sekali, antara lain bentuk-bentuk parasit seperti Culicidae (nyamuk)-
yang asal mula evolusinya masih kabur.’12

Yang dikatakan sebagai penyebab kekaburan itu menurut mereka


adalah tidak cukupnya bukti-bukti fosil yang ditemukan, padahal hal
ini bukan merupakan pembenaran. Mereka mestinya mengikuti cara
Darwin yang mempelajari burung gereja (finches) yang hidup di pulau
Galapagos dan bukan fosilnya dalam mengembangkan teori evolusinya.

491
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

Lagi pula mestinya dimungkinkan mempelajari proses evolusi nyamuk


meski pun tidak tersedia bukti-bukti fosilnya. Karakteristik nyamuk
modern dibandingkan insekt lainnya, atau membandingkan yang
betina dengan yang jantan dari spesies yang sama, bisa saja dilakukan
untuk menentukan langkah-langkah evolusi apa saja yang telah berlaku
sampai nyamuk itu mendapatkan bentuknya seperti sekarang ini.
Sebelum menganalisis karakteristik unik nyamuk, mari kita
tinjau secara singkat dugaan skenario evolusi nyamuk sebagaimana
dikemukakan para ilmuwan. Mereka menyatakan bahwa nenek
moyang nyamuk sebelum mulai mencari makan pada diri hewan
vertebrata, tentunya memangsa insekt bertubuh lunak. Kemudian
setelah itu dalam sejarah evolusi mereka, nyamuk dewasa mulai
beralih mencari makan dari darah hewan vertebrata (bertulang
belakang).13 Berdasarkan pandangan tersebut maka bagian mulut
dari nenek moyang nyamuk sudah memiliki kemiripan dengan mulut
nyamuk sekarang. Hanya saja pada taraf larva (saat jadi jentik di air)
insekta ini tidak memiliki ketergantungan atau hubungan dengan
hewan vertebrata yang bisa memudahkan evolusi ke arah kebutuhan
akan suplemen darah dalam pakannya. Lagi pula jika dikatakan jenis
dinosaurus menjadi sasaran pakan pertama dari nyamuk, peralihan
diam-diam dari memangsa insekta bertubuh lunak kepada perilaku
mencari makan yang mengharuskan nyamuk ini harus menembus
kulit dinosaurus malah jadinya seperti suatu hal yang mustahil.
Para ilmuwan sendiri mengakui kalau proses evolusi seperti ini akan
memerlukan ‘adaptasi yang menjurus pada peralihan radikal’14 dari
mencari pakan pada insekt kepada menghisap darah. Penjelasan
mereka bahwa nenek moyang nyamuk mulai menghisap darah hewan
besar yang mendatangi habitat mereka yang lembab malah jadinya
hanya merupakan dugaan belaka. Sebagaimana akan dijelaskan di
bawah, proses menghisap darah memerlukan spesialisasi beragam
dalam diri nyamuk. Melihat adaptasi yang saling terkait itu, sulit

492
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
bagi Yang
atau
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

membayangkan adanya peralihan ‘aksidental’ dalam perilaku mencari


makan dari nyamuk.
Perlu diketahui kalau tiga aspek utama dari nyamuk betina
harus diadaptasikan pada tugas khusus untuk makan darah hewan
vertebrata. Makan dengan cara menghisap darah memerlukan adaptasi
pada anatomi dan bentuk
‘... seperti adanya bagian dari mulut yang mampu menembus kulit; adaptasi
fisiologis seperti enzim proteolitik untuk mencernakan darah serta adaptasi
perilaku seperti kemampuan untuk menemukan objek yang memiliki darah
dan membedakannya dari yang tidak.’15

Semua itu membutuhkan pengetahuan ilmiah dan keterampilan


teknis yang luar biasa.
Kemampuan nyamuk betina untuk menghisap darah, di luar
sistem yang dimilikinya untuk melokalisasi sasaran dan terbang menuju
sasaran tersebut, membutuhkan seperangkat instrumen berakurasi
tinggi seperti antara lain probosis (belalai). Probosis nyamuk betina
ini sendiri merupakan keajaiban yang lebih akbar dibanding tujuh
keajaiban dunia. Probosis tersebut merupakan suatu maha karya dalam
teknologi bidang peralatan. Begitu juga dengan keseluruhan sistem
pencernaan nyamuk yang jelas bukan hasil dari proses membuta yang
membentuk dan merancang evolusi kehidupan.
Kembali kepada probosis, kajian sekilas saja atas konstruksinya
sudah cukup untuk mengenyahkan dugaan bahwa hal ini dibentuk
oleh proses seleksi alam yang bekerja sabar membentuknya dalam
jangka waktu 1 juta tahun atau lebih. Pada nyamuk betina dewasa,
probosis yang merupakan sarana baginya untuk menembus kulit dan
menghisap darah terdiri dari enam bagian panjang yang terbungkus
dalam sarung yang fleksibel. Termasuk di dalamnya adalah mandible
untuk memotong kulit sasaran. Mandible ini seperti ujung pisau yang
terbungkus di dalam probosis dan hanya dikeluarkan jika nyamuk itu
sedang membutuhkan pakan darah. Hanya pada saat itulah mandible
mencuat keluar guna membuat insisi tajam pada kulit.

493
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

BAGIAN MULUT NYAMUK BETINA

Kemudian terdapat labrum-epipharynx yang dalam proses menggigit


menjadi tabung yang disebut saluran pakan melalui mana darah
dihisap. Kapan nyamuk itu menggigit, air liurnya ditransfer kepada
luka melalui hypopharynx.
Di samping itu terdapat pula sebuah pompa untuk menghisap
dan mentransportasikan darah ke suatu tempat sejenis perut serta
menyalurkan cairan atau nektar tumbuhan secara terpisah ke usus.
Para ahli naturalis menyatakan bahwa melalui perilaku selektif
dari Cardia (bagian yang tebal dari ujung depan perut tengah), pakan
darah itu langsung masuk ke perut tengah, sedangkan makanan
lain seperti cairan vegetatif digiring masuk diverticula dan disimpan
sementara di sana.
Keunikan kelenjar air liur yang tertanam dalam probosis
merupakan suatu keajaiban tersendiri yang tidak ditemukan pada
hewan lainnya. Tanpa adanya kelenjar ini maka keseluruhan proses
menghisap darah oleh nyamuk menjadi tidak ada artinya sama sekali.
Dalam air liur yang dihasilkan terdapat bahan kimia langka yang
memiliki sifat anti koagulan (anti penggumpalan). Seperti diketahui

494
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
bagi Yang
atau
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

jika ada urat darah yang bocor maka platelet darah dalam waktu
beberapa detik sudah memulai proses penggumpalan guna menutup
kebocoran. Agar bisa melakukan proses menghisap darah maka
nyamuk betina memiliki enzim yang diberi nama apyrase dalam air
liurnya. Apyrase merupakan enzim yang jarang dalam jaringan hewan
tetapi banyak terdapat pada kelenjar air liur nyamuk. Bahan kimiawi
ini mengatasi respon kimia urat darah yang mengarah pada koagulasi
platelet.
Yang lebih mencengangkan lagi ialah kenyataan kalau sistem
pencernaan nyamuk dan saluran darahnya justru terproteksi sempurna
dari enzim yang berbahaya ini. Enzim itu hanya digunakan di tempat
yang dibutuhkan saja yaitu pada ujung insisi di kulit sasaran. Namun
nyatanya enzim ini terdapat pada air liur yang digunakan secara
ekstensif oleh nyamuk untuk melarutkan cairan atau nektar tanaman
yang membeku atau kering agar bisa dihisap. Dikatakan terdapat
arus air liur terus menerus dari mulut nyamuk untuk memudahkan
penghisapan tetapi apyrase tidak berfungsi di sini karena tidak ada darah
dalam cairan tanaman. Apyrase yang tidak digunakan itu dicerna oleh
nyamuk tanpa menimbulkan kemudharatan pada sirkulasi darahnya
sendiri. Siapa pun bisa memahami dari sini bahwa hal tersebut bukan
hasil ciptaan berdasar faktor kebetulan yang mendasari seleksi alamiah,
melainkan suatu ciptaan yang dirancang secara sengaja.
Keseluruhan peran negatif nyamuk di kalangan dunia hewan
sepenuhnya bergantung pada faktor tersebut. Jika penyemburan
saliva yang mengandung apyrase ke dalam arus darah sasaran tidak
dilakukan secara intuitif oleh nyamuk betina maka peran negatif
penyebaran penyakit di antara berbagai jenis hewan ke seluruh dunia
tidak akan terjadi. Keseluruhan anatomi dari nyamuk kelihatannya
dirancang secara sengaja untuk tujuan tersebut. Dari sekitar 500 jenis
virus yang diketahui para ilmuwan, hampir separuhnya bisa ditemukan
pada nyamuk dan sekitar 100 di antaranya yang bertanggung-jawab

495
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

sebagai penyebar penyakit di antara umat manusia. Beberapa jenis


nyamuk memiliki kekhususan dalam hewan yang menjadi sasaran,
namun mereka pun bisa membawa penyakit yang juga mungkin
berjangkit pada manusia. Sebagai contoh ada beberapa jenis virus
yang bisa ditransfer nyamuk dari kera kepada manusia atau sebaliknya.
Nyamuk tidak hanya membawa satu jenis virus saja tetapi juga bisa
sekumpulan virus secara simultan. Begitu juga mereka bisa menjadi
sarana penjangkit yang aktif di suatu daerah tetapi diam di daerah
lain.
Di antara penyakit utama yang dibawa nyamuk, yang paling
menonjol secara universal atau regional adalah malaria. Setelah
itu adalah penyakit-penyakit lain seperti filariasis, demam kuning,
demam berdarah (dengue) dan encephalitis (kaki gajah). Kerugian
yang ditimbulkan di kalangan manusia saja amat mengerikan,
jauh melampaui kerugian pada hewan lainnya. Malaria tidak saja
membunuh secara langsung tetapi juga membuka jalan bagi penyakit-
penyakit lain yang akan mengganggu fisik pasien malaria.
Sebagai pembunuh utama di dunia, malaria tidak selalu berhasil
diidentifikasi sebagai penyebab kematian. Banyak sekali kematian
karena malaria yang tidak tercatat di negeri-negeri Dunia Ketiga atau
tidak diidentifikasi sebagai kematian karena malaria. Banyak sekali
pasien malaria yang meninggal karena penyakit bawaan lain seperti
tuberkulosa dan radang paru-paru yang prevalen di daerah malaria.
Begitu juga banyak penyakit yang sebenarnya terkait dengan malaria
karena merusak organ-organ vital dari sasarannya yang berakibat pada
munculnya berbagai macam penyakit lain.
Dua jenis penyakit filariasis ditularkan melalui nyamuk. Infeksi
berkepanjangan dari filariasis ini akan menimbulkan penyakit kaki
gajah pada manusia dan hewan domestik.
Demam kuning yang juga merupakan penyakit yang ditularkan
nyamuk terdiri dari demam kuning urban dan demam kuning hutan.

496
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
bagi Yang
atau
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

Bentuk yang terakhir ini ditularkan dari hewan kepada manusia atau
manusia kepada hewan melalui nyamuk. Bagaimana kedahsyatan
demam kuning dalam sejarah manusia sudah merupakan pengetahuan
umum. Afrika Barat disebut sebagai kuburan orang kulit putih hanya
karena keberadaan demam kuning tersebut di negeri itu.
Kerusakan kolosal mendunia yang diakibatkan nyamuk tidak
hanya terbatas pada kerugian nyawa manusia dan hewan saja. Pengaruh
buruk nyamuk atas perekonomian manusia berkisar tidak hanya pada
kehilangan jam kerja di kantor, pabrik dan ladang saja tetapi juga pada
tertekannya harga tanah yang berdekatan dengan habitat nyamuk.
Dengan berbagai cara diterapkan banyak pembatasan-pembatasan
pada area hunian. Sejarah Perang Dunia II membuktikan banyak
pertempuran besar yang dimenangkan atau kalah karena hewan kecil
yang kelihatannya tidak berarti tersebut.
Kembali pada subjek tentang peran seleksi alam dalam skema
besar yang aneh seperti itu, kami memohon para ahli naturalis agar
menyelaraskan kembali posisi mereka berkaitan dengan faktor-faktor
yang berevolusi dan membentuk kehidupan. Rasanya bisa menjadi
pembuka mata bagi mereka jika mau berkonsentrasi pada satu enzim
saja yang dinamakan apyrase. Mekanisme atau potensi kreatif seleksi
alam mana yang bisa menghasilkan enzim ini pada air liur hanya pada
nyamuk betina dan tidak ada pada nyamuk jantan? Dengan hormat
kami juga memohon agar mereka bisa mengemukakan satu saja alasan
mengapa dan bagaimana proses seleksi alam yang mendorong nyamuk
betina untuk menambahkan suplemen darah di samping makanan
mereka yang biasa. Begitu juga, mengapa hanya yang betina saja yang
menghisap darah, sedangkan keduanya yaitu jantan dan betina makan
dari cairan tanaman demi kelangsungan hidup mereka? Apakah bukan
karena nyamuk betina ini memerlukan protein yang terdapat dalam
darah guna mensintesakan kuning telur dan membentuk telur, suatu
hal yang tidak dibutuhkan oleh nyamuk jantan? Bagaimana proses

497
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

seleksi alam hanya mengajarkan kepada yang betina saja bahwa


protein itu berguna bagi organ reproduksi mereka sehingga mereka
harus mengembangkan sistem rumit guna menghisap darah? Mengapa
sudah terdapat nyamuk jauh sebelum munculnya kecenderungan
sang nyamuk betina untuk mencari protein dalam darah? Berapa lama
waktu yang diperlukan nyamuk betina guna menciptakan perubahan
fundamental dalam anatominya serta mensintesakan zat ajaib apyrase
itu agar bisa beralih kepada cara kehidupan yang baru, padahal
sebelumnya tanpa itu pun mereka sudah survive selama beratus ribu
tahun?
Satu-satunya jawaban yang masuk akal atas pertanyaan tersebut
ialah karena nyamuk diciptakan secara sengaja dan bukan secara
aksidental oleh proses seleksi alam. Jelas bahwa peran nyamuk
(meski negatif ) dalam pola kehidupan telah mendorongnya kepada
kecenderungan terhadap darah hewan. Kapabilitas nyamuk betina
dalam menghisap darah secara jelas menggambarkan rancang
bangunnya dalam proses evolusi.
Para ahli evolusi menganggap proses seleksi alam akan selalu
mengambil keputusan yang benar dan hanya memelihara yang baik
bagi kehidupan saja. Apakah nyamuk yang merupakan ancaman
terbesar bagi kehidupan memang merupakan pilihan dan produk
dari seleksi alam? Sebaliknya menurut Al-Quran, ancaman terhadap
kehidupan yang diciptakan melalui nyamuk memang dilakukan secara
sengaja dan direncanakan guna berbagai keperluan.
Kesempurnaan luhur dan implementasi yang demikian halus
dari rancang bangun ini sudah dijelaskan di atas. Sekarang kami
ingin menunjukkan bahwa ayat Al-Quran mengenai subjek ini
pun merupakan suatu mukjizat keagungan literatur. Yang perlu
diperhatikan adalan pernyataan ‘dan atas apa yang dibawanya di atas
itu.’ (S.2:27). Perkataan itu bisa diartikan juga sebagai penciptaan
mahluk-mahluk hidup selain nyamuk, tetapi makna harfiah dari kata

498
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
bagi Yang
atau
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

Fauq yang luput dari perhatian para penterjemah adalah ‘dan atas apa
yang dibawa (nyamuk).’ Ketika Al-Quran berbicara tentang bumi
dan segala sesuatu yang dipikulnya, digunakan juga kata Fauq yang
sama yaitu Wa ma fauq-al-ard yang berarti segala sesuatu yang ada di
bumi.
Karena itu jika ayat tersebut diterjemah ulang secara harfiah
maka akan berbunyi: ‘Allah tidak segan (atau malu) mengemukakan
suatu perumpamaan sekecil nyamuk dan atas apa yang ada di atas itu
atau apa pun yang dibawanya.’
Sekarang kita bisa memahami mengapa generasi cendekiawan
sebelumnya tidak memahami makna ayat tersebut. Mereka tidak
mengetahui sama sekali kalau nyamuk memang membawa virus yang
tidak kelihatan oleh mata telanjang.
Mengapa Tuhan tidak merasa malu karena telah menciptakan
pembawa penyakit yang demikian dahsyat adalah karena nyamuk
memang sengaja diciptakan demikian guna mencipta keseimbangan
dalam skema akbar kehidupan. Begitu juga karena konstruksi mesin
terbang yang fantastik ini menggambarkan keagungan Pencipta.
Kami juga berpendapat bahwa nyamuk telah memainkan peran
vital dalam pengembangan sistem kekebalan tubuh. Salah satu contoh
dari fungsi ini adalah yang berkaitan dengan sickle-cell anaemiad (anemi
sel darah bentuk arit) yang banyak terdapat pada bangsa Gambia di
Afrika. Adanya bentuk anemi demikian telah menciptakan resistensi
terhadap jenis malaria yang paling mematikan sekali pun. Karena itu
bukan suatu hal yang tidak mungkin bahwa terlepas dari apa tujuan
sebenarnya dari penyakit yang dibawa nyamuk terhadap skema
kehidupan secara keseluruhan, kemungkinan besar juga adalah untuk
mengembangkan sistem kekebalan tubuh. Hal ini bisa demikian dan
bisa juga bukan, namun pernyataan umum dari Al-Quran tidak bisa
dibantah kalau faktor-faktor yang mengarah kepada kehidupan atau
pun kepada kematian, semuanya merupakan bagian integral dari
rencana penciptaan.

499
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

Hal lain yang menimbulkan ketakjuban adalah fakta bahwa


meski nyamuk membawa beratus-ratus jenis penyakit tetapi mereka
sendiri tidak terpengaruh. Tidak ada ahli naturalis yang pernah
mengungkapkan melihat seekor nyamuk gemetar badannya karena
demam malaria. Tidak juga ada nyamuk yang terlihat menderita
akibat dari sekian banyak penyakit yang dibawanya, di dalam sistim
tubuhnya dan bukan di sayap atau di kakinya. Virus penyakit kaki
gajah yang dibawanya tidak pernah menyerang belalainya sendiri
sehingga membengkak seperti belalai gajah sebenarnya.
Sedemikian luasnya pengetahuan ilmiah yang diperlukan
dalam penciptaan seekor nyamuk dan begitu tinggi teknologi yang
dibutuhkan sehingga sampai sekarang ini pun manusia belum sanggup
mencipta, bahkan belalainya saja. Nyamuk bisa mendengungkan
tantangan ke telinga para ahli teknik-genetik yang paling canggih
sekali pun untuk mencoba membuat tiruan dirinya. Hanya saja
sayangnya semua nyamuk di dunia tidak mampu menyengat seorang
atheis agar terbangun dari kelelapan atheistiknya. Biarkan mereka
terbang menyanyikan lagu nyamuknya! Yang buta tidak akan melihat
dan yang tuli tidak akan mendengar.

S ebagai rekapitulasi, kami kembali menekankan karakteristik


dan ciri semua spesies hewan yang merupakan pengungkapan
sistematik dari pesan-pesan yang dienkoda secara presisi ke dalam
simbol-simbol genetik sel kehidupan. Protein dalam isi sel merupakan
malaikat penjaga mereka dalam takdir kehidupannya. Rangkaian yang
membawa ciri karakteristik berbentuk DNA, RNA, sel-sel somatik
dan reproduktif dari organisme hidup, sepenuhnya independen dari
lingkungan luar serta pengaruhnya terhadap mereka. Lingkungan yang
tidak berakal tidak memiliki mekanisme untuk mengatur persyaratan
dari penjaga genetik kehidupan, sedangkan penjaga genetik ini tidak
bisa merancang dirinya sendiri atau pun mengatur rangkaian urutan
akurasi dari asam amino di dalam diri mereka, dimana jika terganggu

500
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
bagi Yang
atau
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

urutan atau posisinya. maka akan mengganggu susunan batu bata


kehidupan tersebut dari segala potensi tujuan dan penciptaan. Karena
itulah banyak ilmuwan telah menghitung bahwa faktor kebetulan
tidak mungkin mampu mencetak acuan mereka meski bekerja selama
bertriliun tahun. Namun nyatanya mereka semua telah tercipta,
memiliki dunia sendiri, sama sekali terlepas dari pengaruh iklim dan
lingkungan.
Jika Tuhan diluputkan dari skema rumit segala hal, maka harus
ada pencipta lain sebagai pengganti-Nya. Tidak saja misteri dari benda-
benda mati, keajaiban yang hidup di planet bumi ini saja mendambakan
Tangan yang membentuk mereka serta mengisi eksistensi mereka
dengan intrikasi tanpa akhir. Hilangkan Tuhan dalam skenario
ini maka tangis alam ini akan selamanya tidak terdengar. Manusia
hanya bisa memastikan satu hal saja yaitu: Kehidupan tidak mencipta
dirinya sendiri dan Maut tidak menciptakan Kehidupan. Proses seleksi
alam tidak hanya tidak sadar tetapi juga tidak hidup. Proses ini tidak
lebih dari fenomena mati seperti halnya daya gravitasi. Daya ini bisa
menarik sebuah batu jatuh ke dalam jurang tanpa menyadari apakah
akan menimpa seekor kijang atau pun seekor landak.

Catatan:
a. Contohnya ikan belida yang matanya bermigrasi ke satu sisi karena
ikan ini setelah dewasa cenderung posisinya selalu merebahkan
diri di dasar sungai. Saat masih kecil, matanya sama seperti ikan
lain, masing-masing satu di kiri dan kanan. (Penterjemah)
b. Tanaman karnifora atau juga disebut insektifora terdiri kurang
lebih 400 jenis, di antaranya terdapat jenis jamur atau kapang
mikroskopis. Tanaman ini ada yang bersifat pasif menunggu
mangsa seperti kantung semar (Nepenthes gracilis) dan ada
juga yang aktif menangkap mangsa yang menyentuhnya
seperti Sundew (Drosera capensis) dan perangkap lalat Venus

501
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

(Dionaea muscipula). Perangkap Venus ini bahkan ada yang bisa


menangkap katak kecil. (Penterjemah)
c. Terdapat sekitar 2.500 jenis nyamuk di dunia ini. Nyamuk
jantan dan sebagian nyamuk betina mencari makan dari getah
atau cairan tanaman, tetapi nyamuk betina pada umumnya
selalu membutuhkan darah mahluk hidup untuk pembuahan sel
telurnya. Setiap jenis nyamuk umumnya mempunyai preferensi
mahluk hidup mana (manusia atau hewan) yang menjadi
‘objeknya’ (Penterjemah)
d. Sickle-cell anemia adalah penyakit keturunan yang terdapat
hanya pada orang-orang berkulit berwarna seperti Afrika,
Timur Tengah dan komunitas hitam di Amerika. Penyakit ini
disebabkan oleh hemoglobin abnormal (Hb S) yang diturunkan
jika kedua orang tuanya juga positif. Sel darah merahnya karena
kekurangan oksigen lalu berubah bentuk seperti arit (sickle).
(Penterjemah)

Referensi
1. Terjemahan 67:2-5 oleh penulis.
2. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.
3. Theodorou, R., Telford, C. (1996) Polar Bear & Grizzly Bear,
Heinemann Publishers, Oxford.
4. Harper, D. (1995) Polar Animals, Ladybird Books Ltd.,
Leicestershire.
5. O’Toole, C. (1986) The Encyclopaedia of Insects, George Allen
& Unwin, London, hal. 134
6. Bristowe, W. S. (1958) The World of Spiders, Collins, London,
hal. 70-75
7. Terjemahan 2:27 oleh penulis.

502
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
bagi Yang
atau
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

8. Lane, R. P., Crosskey, R. W. (1993) Medical Insects and


Arachnids, Chapman & Hall, London, hal. 120
9. Downes, W. L., Danlem, G. A. (1987) Key to the Evolution
of Diptera: Role of Homoptera, Environmental Entomology,
16:852-853
10. Klowden, M. J. (1995) Blood, Sex and the Mosquito, Bioscience,
45:327
11. Waage, J. K. (November 1979) The Evolution of Insect/-
Vertebrate Associations, Biological Journal of the Linnean
Society, 12:216
12. Waage, J. K. (November 1979) The Evolution of Insect/-
Vertebrate Associations, Biological Journal of the Linnean
Society, 12:188
13. Klowden, M. J. (1995) Blood, Sex and the Mosquito, Bioscience,
45:326
14. Waage, J. K. (November 1979) The Evolution of Insect/-
Vertebrate Associations, Biological Journal of the Linnean
Society, 12:195
15. Klowden, M. J. (1995) Blood, Sex and the Mosquito, Bioscience,
45:327

503
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

504
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
bagi Yang
atau
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

505
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
III
IVV

506
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
bagi Yang
atau
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

507
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
IV

PERMAINAN CATUR ATAU


PERMAINAN JUDI!
‘Bola yang tanpa ragu menentukan Ya dan Tidak
Kesana dan kemari memantul dibawa si Pemain,
Dan Dia yang melemparkanmu ke tengah lapang
Dia tahu semuanya-Dia tahu-Dia tahu’1

‘Namun serpihan yang dimainkan-Nya


Pada papan catur dari siang dan malam;
Gerak kesana dan kemari, skakmat dan bunuh
Satu per satu kembali ke kotaknya.’ 2

V isualisasikan drama kehidupan dan kematian, babak demi babak,


dari awal evolusi sampai ke masa kini. Ketika tabir layar dikerek
ke atas, apakah layar itu berangkat dari visi alam yang tidak memiliki
nalar yang hanya tak hentinya melempar dadu, ataukah berangkat
dari suatu skenario yang lain sama sekali? Dramanya sendiri tetap
sama, begitu juga dengan para pemeran yang memainkan bagiannya.
Visinya sendiri berubah menurut sudut pandang yang melihat. Jika
si penonton melihatnya melalui kaca mata buram dari prasangka
atheistis yang berakar dalam, dengan sendirinya ia hanya melihat
kerancuan yang dikawinkan dengan kerancuan lain, dan menghasilkan
keturunan yang bertubuh cantik dan berdisiplin tinggi. Hal ini terjadi
setelah tak terbilang sekian generasi. Setiap generasi mundur dulu
ke dunia kerancuan, terus menerus melahirkan tatanan dan disiplin
yang rapih tanpa kecuali. Demikianlah drama evolusi bergerak dari
satu kerancuan kepada kerancuan lain tanpa ada suatu fikiran yang
tertata rapi dan berdisiplin guna mengaturnya. Meski demikian tetap
saja dikatakan kalau tatanan rapi selalu muncul dari kerancuan,

508
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

sampai munculnya manusia yang merupakan maha karya penciptaan-


keturunan akhir dari kumpulan chaos dan kerancuan.
Bila di sisi lain penonton adalah seorang yang tidak memihak dan
membiarkan pandangannya dituntun kemana saja skema penciptaan
mengarahkannya maka drama yang sama akan memberikan
gambaran yang lain sama sekali. Pada setiap replikasi kehidupan
kepada bentuknya yang lebih kompleks dan tertata lebih rapi dalam
perjalanan evolusinya, ia akan melihat adanya tangan pembimbing
dari sang Pencipta Yang Maha Agung. Kalau skenario yang pertama
ditamsilkan sebagai permainan roulet, maka skenario yang kedua lebih
tepat dinamakan permainan catur dimana setiap bidak, benteng, kuda
dan lain-lain digerakkan oleh tangan Maha Penggerak.
Jelas bahwa kerumitan dan problem yang sedang kita bahas hanya
bisa dipecahkan jika dibayangkan adanya tangan tak kelihatan dari
Penggerak Yang Maha Bijaksana yang bergerak mengatur semuanya.
Sebagaimana luasnya papan catur yang mengembang dari ujung ke
ujung bumi, meliputi tanah kering dan lautan, di atas gunung dan
lembah, demikian itulah luasnya arena dimana tidak terbilang aktor
yang memainkan drama sintesa kehidupan dari suatu ketiadaan.
Semua itu berawal mula pada keadaan kematian total yang meliputi
bumi sekitar 4,5 milyar tahun yang lalu.

A pakah sesungguhnya semua itu merupakan permainan catur yang


dimainkan oleh Maha Penggerak sebagai pengejawantahan dari
tatanan, kebijaksanaan, rancang bangun, perencanaan, pengaturan dan
kesabaran pada satu sisi ataukah kerancuan tanpa ujung di sisi lainnya?
Atau apakah semua itu hanya merupakan permainan roulet semata yang
dipertandingkan di antara kerancuan yang satu terhadap kerancuan
yang lain? Apakah mungkin semua itu merupakan kerancuan pada
skala terbesar yang terbelenggu dalam pergulatan hidup dan mati
melawan kerancuan lain, bertiup di muka bumi dari segala arah ke
segala arah? Sepertinya tidak ada aturan main, tak ada tujuan, tidak ada

509
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
IV

perencanaan, namun diharapkan secara tidak sadar oleh kosmos yang


tidak memiliki nalar bahwa tidak ada raksasa-raksasa kerancuan itu
yang akan menang. Keduanya akan berakhir pada kehancuran bersama
atau bunuh diri karena frustrasi, kehilangan harapan, kejengkelan dan
kekecewaan. Sungguh suatu pertunjukan akbar dari perilaku hara-kiri!
Bagi para pendukung teori chaos melawan chaos, solusinya adalah
pada perilaku hara-kiri itu. Hanya inilah absurditas matematika yang
bisa mereka fikirkan guna menunjang usulan mereka. Bukan main
cara mereka sebagai penganut chaos memberikan penghormatan
kepada dewa chaos. Rupanya jika suatu chaos dihancurkan oleh chaos
yang lain, atau melalui tindak bunuh diri, apa yang tertinggal adalah
suatu tatanan atau tidak ada apa-apa sama sekali. Karena itu tidak ada
dilema, tidak ada teka-teki, tidak ada misteri yang harus dipecahkan.
Sedemikian jauh dalam pembahasan di muka, kami telah mencoba
menarik beberapa kesimpulan yang bersifat logis. Namun dalam
analisis terakhir harus disadari bahwa semua itu hanyalah merupakan
ucapan dari seorang yang berada di luar dibanding pendapat dan
pandangan dari suatu konstelasi para pemikir kondang di dunia.
Guna menambah bobot pada sudut pandang itu, kami memutuskan
untuk mengakhiri subjek ini dengan mengutip beberapa ilmuwan
handal yang telah sampai pada kesimpulan bahwa solusi satu-satunya
dari masalah penciptaan adalah adanya pengakuan akan keberadaan
Pencipta Yang Maha Agung. Adalah Dia yang telah menciptakan
opsi-opsi pada setiap tahapan penciptaan dan adalah Dia juga yang
telah memilihkan opsi terbaik guna menggiring mahluk ciptaan-Nya
ke tatanan eksistensi yang lebih luhur. Dari suatu jenjang ke jenjang
berikutnya adalah Dia yang telah menentukan pilihan berdasarkan
suatu tujuan, rancang bangun dan arah perkembangan.
Frank Allen, Profesor di bidang bio-fisika pada University of
Manitoba, Kanada, yang pernah menerima penghargaan berupa Tory
Gold Medal dari Royal Society of Canada, menulis:

510
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

‘Segala bentuk penyesuaian


oleh bumi bagi proses
kehidupan, angka bilangan-
nya terlalu banyak untuk
bisa dikatakan sebagai faktor
kebetulan.’3

Apa yang dimaksud


olehnya ialah bahwa dalam
perjalanan panjang dari
evolusi kita akan menemukan
adanya suatu perencanaan,
tatanan dan keselarasan yang
tidak bisa dikatakan sebagai
hasil dari faktor kebetulan belaka.
Mengomentari tentang kompleksitas protein serta peran yang
dimainkannya untuk membentuk, menopang dan memajukan
kehidupan, Allen tegas menolak ide atau konsep yang mengatakan
bahwa hal itu semuanya hasil dari faktor kebetulan.
Untuk satu molekul protein saja jika diserahkan pembentukannya
berdasarkan faktor kebetulan akan memerlukan rentang waktu
sepanjang 10248tahun!Sepanjang menyangkut rentang waktu evolusi
yang diketahui maka hal itu menjadi suatu kemustahilan di atas
kemustahilan. Semua langkah penciptaan ajaib yang terjadi di muka
bumi nyatanya hanya mengambil waktu 4,5 milyar tahun saja!
Para ilmuwan melakukan eksperimen mereka dalam laboratorium
yang kondisi lingkungannya dikontrol secara akurat. Setiap tumpahan
atau kebocoran akan merusak eksperimen karena semua aparatus harus
ditata ulang dan percobaannya diulang kembali untuk menegasikan
kesalahan. Harus ada sosok fikiran sadar yang mengendalikan apa
yang sedang terjadi dan memastikan bahwa tidak ada proses yang
meleset atau salah jalan.

511
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
IV

Sedangkan kondisi yang terdapat pada saat-saat tahapan utama


dalam evolusi kehidupan di muka bumi nyatanya jauh sekali dari bisa
dikatakan mendukung. Hal ini dikemukakan juga oleh John Horgan
bahwa:
‘... kehidupan berevolusi dan survive dalam keadaan kondisi yang tidak
menyenangkan yang secara periodik bahkan lebih mirip neraka.’4

Bahwa suatu kondisi yang menguntungkan bisa berjalan baik


tanpa hambatan dalam suatu rentang waktu yang panjang saja masih
belum cukup untuk membentuk suatu karakteristik baru dalam spesies
yang berevolusi. Waktu sendiri bukan pencipta karena waktu bersifat
netral dan lebih mirip dengan kuali raksasa dimana semua interaksi
konstruktif dan destruktif terjadi. Kalau berbagai unsur dicemplungkan
ke dalam kuali secara acak tanpa tujuan atau perencanaan, maka kuali
atau waktu itu sendiri seberapa panjangnya pun, tidak akan mampu
mengatur unsur-unsur itu menjadi sesuatu yang berarti.

P ara ilmuwan yang mencoba mensimulasi fenomena kreatif di alam,


dalam suatu kondisi laboratorium yang terkendali, sepenuhnya
menyadari bahwa keseluruhan proses harus dikendalikan secara tepat
serta membimbing setiap langkah prosesnya menuju sasaran yang
dituju. Namun nyatanya mereka selalu mengalami frustrasi meski
keseluruhan proses sudah direncanakan dan diciptakan oleh para
ilmuwan yang sangat piawai. Sekarang coba serahkan laboratorium
itu kepada pengendalian oleh faktor waktu saja dan kemudian kembali
untuk melihat hasilnya setelah 50 tahun atau lebih, tentunya yang bisa
dilihat hanya kerancuan yang diciptakan oleh waktu serta kehancuran
dari segala yang telah ada.
Dengan berjalannya waktu, suatu tatanan akan berubah menjadi
chaos, jika tidak ada langkah-langkah pengendalian yang dirancang
secara sadar guna melindunginya.
William Krantz, Kevin J. Gleason dan Nelson Caine dalam
artikel mereka berjudul Patterned Ground, menulis:

512
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

‘Tatanan keteraturan di alam ini merupakan suatu kekecualian dan bukan


suatu keniscayaan. Keteraturan sistem matahari, pengaturan kompleks
benda-benda hidup dan pola geometris dari kristal semuanya merupakan
pola bersifat sementara yang semuanya menjurus kepada chaos. Thema utama
yang berlaku di alam semesta adalah entropi yang berkelanjutan. Karena itulah
terlihat demikian ajaibnya contoh-contoh keteraturan yang ada di alam.’ 5

Masih banyak lagi ilmuwan lainnya setelah merenungkan


hakikat asal mula kehidupan serta perkaitan kehidupan dengan waktu
dan faktor kebetulan, kemudian juga telah sampai pada kesimpulan
tentang adanya sosok Intelegensia Maha Sempurna, Maha Kuasa dan
Maha Ada untuk merencanakan, mengatur dan memelihara fenomena
kreatifitas alam. Tanpa Dia maka awal dari penciptaan dan evolusi
kehidupan secara matematika merupakan suatu kemustahilan.
Horgan dalam artikelnya In the Beginning telah mengutip hasil
obervasi Crick:
‘Asal mula kehidupan sepertinya suatu mukjizat, demikian banyak kondisi
yang harus dipenuhi agar kehidupan bisa berjalan.’ 6

Namun mengapa dikatakan ‘sepertinya’ padahal memang


sesungguhnya suatu mukjizat. Horgan selanjutnya menyatakan:
‘Beberapa ilmuwan berpandangan bahwa jika tersedia waktu cukup, maka
semua yang kelihatannya sebagai ajaib bisa menjadi dimungkinkan-antara lain
seperti kemunculan spontan dari organisme sel tunggal melalui penggabungan
acak unsur-unsur kimiawi.’ 7

Hanya saja berapa banyaknya frekwensi penggabungan acak yang


diperlukan bagi penciptaan kehidupan adalah justru pertanyaan yang
telah dijawab oleh Fred Hoyle, ahli astronomi kondang dari Inggris,
yang menyatakan:

‘... kejadian seperti itu sama kemungkinannya dengan proses membangun


sebuah (pesawat Boeing) 747 oleh angin puting beliung yang berhembus
melewati sebuah tempat penimbunan besi tua.’ 7

Profesor Edwin Conklin, seorang ahli biologi terkenal di


Princeton University, mengunggkapkannya sebagai berikut:

513
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
IV

‘Probabilitas bahwa awal mula kehidupan berasal dari faktor kebetulan adalah
sama atau sebanding dengan probabilitas tercetaknya sebuah Kamus Lengkap
dari suatu letusan yang terjadi pada sebuah kantor percetakan.’ 8

Dr. Winchester, salah seorang ahli biologi terkenal lainnya,


mengakui bahwa:
‘... setelah sekian tahun lamanya bekerja di bidang ilmu pengetahuan,
keimanan saya pada Tuhan bukannya terguncang, malah menjadi tambah
kuat dan memperoleh fondasi yang lebih teguh dibanding sebelumnya.
Ilmu pengetahuan memberikan wawasan mengenai keagungan dan kemaha-
kuasaan dari Yang Maha Agung yang bertambah teguh dengan setiap adanya
temuan baru.’9

Skala rentang waktu yang diperlukan bagi proses evolusi jika


diserahkan pada faktor kebetulan secara acak yang tidak bernalar
sebagai penciptanya, akan demikian besarnya sehingga mengejutkan
fikiran dari seorang ahli matematika yang paling piawai sekali pun.
Tidak ada ekspresi manusia yang bisa mengungkapkannya, tidak
ada fikiran manusia yang akan mampu mencerap imensitas angka-
angkanya.
Seperti disebutkan di atas, Allen memperkirakan waktu yang
diperlukan bagi sintesa secara kebetulan untuk pembentukan
molekul protein yang kompleks adalah 10248 (10 pangkat 248) tahun.
Keseluruhan rentang waktu bagi evolusi dengan sendirinya akan
menjadi jauh lebih panjang lagi dari angka di atas menurut Allen yang
dirujuk hanya untuk pembentukan molekul protein saja.
Untuk membantu pembaca memvisualisasikan konsep
matematika ini, kami ingin mengingatkan kembali pembaca bahwa
total umur alam semesta sejak peristiwa Big Bang adalah hanya
18 sampai 20 milyar tahun saja. Tidak atau belum ada nama yang
diciptakan atau akan diciptakan guna membilang angka astronomikal
yang disebut oleh Profesor Frank Allen. Mungkin yang paling tepat
untuk denominasi angka itu adalah istilah keabadian.

514
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

U ntuk menyingkat cerita yang panjang, kami harap pembaca bisa


menyadari bahwa misalnya pun alam semesta ini beserta proses
evolusi kehidupannya bermula pada 1 triliun tahun dikalikan 1 triliun
lagi, tetap saja mustahil secara matematika bagi proses evolusi ini telah
mencapai tahapan terciptanya manusia. Dengan kata lain, baik penulis
buku ini mau pun pembaca yang sedang memegang buku ini belum
ada sama sekali. Pena yang menulisnya belum lagi tercipta, begitu
juga dengan tangan yang menggenggamnya. Mata yang membacanya
dan fikiran yang berkutat menangkap apa yang ditulis tangan yang
memegang pena belum lagi diciptakan oleh sang pencipta yang buta
yaitu faktor kebetulan.
Siapakah aku ini, wahai pembaca, dan siapakah anda? Apa yang
kita ributkan ini? Mari kita tidur saja sampai suatu masa yang jauh nanti
dimana faktor kebetulan yang buta dan tidak berakal menyelesaikan
rencana evolusi yang tidak pernah dirancangnya. Untuk setiap langkah
kebetulan bisa mengarah ke jurusan yang benar, diperlukan berjuta-
juta langkah ke arah yang salah. Hanya saja jika sampai waktunya
nanti maka entropi sudah menihilkan alam semesta kepada ketiadaan,
berikut sang penciptanya. Faktor kebetulan tidak lagi berperan pada
keadaan inertia kematian yang menyelimuti keseluruhan. Bahkan
sebenarnya angka 10 itu masih lebih besar 248 lagi dari waktu yang
diperlukan bagi proses entropi untuk memunahkan segala-galanya.
Jelas bahwa diperlukan orang yang sangat keras kepala tetapi
waras untuk mempercayai kegilaan yang disebut faktor kebetulan
itu. Namun nyatanya banyak ilmuwan waras yang sangat pintar yang
mempercayai hal ini. Kasus mereka sama halnya dengan seorang
yang fanatik agama yang dalam kehidupan sehari-hari tampak
waras dan normal, tetapi jika sudah menyentuh masalah keimanan
dan kepercayaan, lalu langsung menutup dirinya dari nur cahaya
rasionalitas dan nalar sehat serta masuk dalam kepompong prasangka.
Ajaib sungguh kemampuan akal manusia untuk surut ke dalam dunia

515
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
IV

mimpi dalam keadaan terang benderang siang hari. Mungkin lebih


realistis untuk mengatakan bahwa ia ini hidup secara simultan dalam
dua dunia yang berbeda yaitu realitas dan fantasi. Hanya kematian saja
yang bisa membebaskan manusia dari belenggu kehidupan berpura-
pura.

Referensi
1. Heron-Allen, E. (1899) Edward Fitzgeralds Rubaiyat of Omar
Khayyam, H. S. Nichols Ltd., London, hal. 104
2. Heron-Allen, E. (1899) Edward Fitzgeralds Rubaiyat of Omar
Khayyam, H. S. Nichols Ltd., London, hal.102
3. Allen, F. (1968) The Origin of the World-By Chance or Design?
Dalam: The Evidence of God in an Expanding Universe, oleh
Monsma, J. C., Thomas Samuel Publishers, Bombay, hal. 20
4. Horgan, J. (February 1991) In the Beginning, Scientific
American, hal. 121
5. Krantz, W. B., Gleason, K. J., Caine, N. (1988) Patterned
Ground, Scientific American, hal. 68
6. Horgan, J. (February 1991) In the Beginning, Scientific
American, hal. 125
7. Horgan, J. (February 1991) In the Beginning, Scientific
American, hal. 118
8. Kornteld, E. C. (1968) God-Alpha and Omega, dalam: The
Evidence of God in an Expanding Universe, oleh Monsma, J.
C., Thomas Samuel Publishers, Bombay, hal. 174
9. Winchester, A. M. (1968) Science Undergierded my Faith,
dalam: The Evidence of God in an Expanding Universe, oleh
Monsma, J. C., Thomas Samuel Publishers, Bombay, hal. 165

516
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
Masa
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Depan
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
Kehidupan
bagi Yang
Hakikat
atau
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
di
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Bumi
Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

MASA DEPAN KEHIDUPAN DI BUMI

A pakah manusia merupakan representasi terakhir dari proses


perkembangan evolusi, ataukah masih akan ada lagi mahluk ciptaan
lain selain manusia? Apakah ada kemungkinan munculnya spesies
baru yang berevolusi dari Homo Sapiens dengan indera tambahan
atau barangkali malah lebih sempurna, yang mampu memahami
dimensi-dimensi baru dengan kapasitas untuk mengembangkan
intelegensia yang lebih tinggi? Ditambah lagi, apakah mungkin
adanya kemunculan spesies baru dalam bentuk yang sama sekali
berbeda berikut pola kehidupan tersendiri? Sepanjang pengetahuan
kami, pertanyaan-pertanyaan ini belum pernah ditelaah oleh agama
lain selain agama Islam.
Bagi para filosof dan cendekiawan pada masa lalu, semuanya
itu merupakan hal yang berada di luar jangkauan ruang lingkup
kemampuan intelek mereka. Bahkan ilmu pengetahuan modern pun
hanya bisa membahasnya secara samar-samar saja. Tidak pernah ada
metodologi dalam kerangka kerja ilmiah yang pernah dikembangkan
untuk meneliti kemungkinan-kemungkinan tersebut*.
Suatu hal yakni faktor pembeda yang menkjubkan, hanya
kitab suci Al-Quran saja yang mengungkapkan dan menjawab
pertanyaanpertanyaan tersebut serta menubuatkan posibilitas
demikian. Masalah kehidupan setelah kematian berbeda dengan hal
ini dan terdapat pada semua agama-agama besar di dunia. Tetapi
tidak ada agama lain yang bahkan secara hipotetis mengungkapkan
posibilitas dari adanya bentuk lain kehidupan di muka bumi yang
berevolusi sebelum atau setelah Hari Kiamat.

517
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
IV

Mengenai hal ini, kami ingin mengingatkan pembaca kalau


terminologi Al-Quran jauh lebih lengkap dan luas dalam deskripsinya
mengenai Hari Kiamat dibanding kitab-kitab suci lainnya. Terdapat
banyak nubuatan mengenai masa depan di dalam Al-Quran tentang
kejadian-kejadian bersejarah seperti pergolakan dan revolusi. Semua
itu dikemukakan dalam istilah yang sama sebagai Al-Qiyamah atau
sinonimnya Al-Saah. Begitu juga istilah-istilah ini berlaku bagi
kejadian dahsyat yang biasa dipahami sebagai Hari Kiamat, yaitu
berakhirnya sejarah keseluruhan umat manusia. Adalah pengertian
terakhir ini yang juga dihayati oleh kitab-kitab suci lainnya ketika
berbicara tentang Hari Kiamat tersebut.
Meski istilah Hari Kiamat secara umum ditafsirkan oleh para
penganut agama-agama ini sebagai akhir dari alam semesta, sebenarnya
Al-Quran tidak mengartikan istilah tersebut secara keseluruhan dalam
pengertian yang sama. Bumi menurut Al-Quran hanyalah sebagian
kecil dari alam semesta yang amat luas. Suatu pergolakan dalam dimensi
global bisa menimbulkan kehancuran dahsyat yang akan menghapus
kehidupan dari muka bumi. Tetapi tidak ada diimplikasikan kalau
bumi itu sendiri juga akan musnah atau dinyatakan sebagai penihilan
seluruh alam semesta.

S ebelum melanjutkan bahasan ini, kami akan memberikan garis


besar tentang bagaimana masa depan manusia di bumi atau
pun pada dimensi keduniaan lainnya sebagaimana dikemukakan
ajaran Al-Quran. Terdapat beberapa ayat yang menyinggung tentang
beberapa peristiwa yang terjadi di bumi setelah kejadian Hari Kiamat.
Terdapat ayat-ayat yang menyinggung perubahan bentuk manusia
menjadi suatu bentuk lain setelah kematian ketika yang bersangkutan
dibangkitkan kembali dalam kehidupan baru. Kemudian juga ada
ayat-ayat yang berbeda sama sekali yang menggambarkan suatu masa
depan setelah Hari Kiamat tetapi bukan tentang akhirat. Ayat-ayat itu
jelas memberikan gambaran skenario tentang berlanjutnya evolusi di

518
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
Masa
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Depan
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
Kehidupan
bagi Yang
Hakikat
atau
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
di
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Bumi
Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

bumi yang menghasilkan penciptaan spesies mahluk yang lebih luhur


dari manusia. Konsep terakhir ini jangan dirancukan dengan konsep
kebangkitan kembali setelah kematian.
Kami akan memulai dengan telaah ayat-ayat yang berkaitan
dengan akhirat dulu, sebelum nanti membahas kemungkinan adanya
bentuk kehidupan intelektual lain di bumi ini. Berbicara kepada
mereka yang bersikap skeptis terhadap konsep kehidupan setelah
kematian, Al-Quran memperingatkan bahwa mereka seharusnya
lebih skeptis atas eksistensi mereka kini di bumi dibanding kehidupan
mereka setelah kematian nanti. Satu hal yang tentunya mereka tahu
bahwa mereka datang mewujud dari ketiadaan. Adalah keadaan non-
eksistensi yang mengawali kehadiran mereka. Kalau tahu bahwa mereka
diciptakan dari suatu ketiadaan, lalu mengapa masih harus meragukan
jika mereka itu bisa dicipta lagi dari unsur sesuatu yang ada pada diri
mereka sekarang. Proposisi bahwa mereka bisa dilahirkan kembali
dari status keadaan mereka sekarang malah sebenarnya lebih masuk
akal dibanding proposisi bahwa mereka mewujud dari ketiadaan.
Hal inilah inti dari banyak ayat-ayat dalam Al-Quran mengenai
sikap skeptis manusia akan kehidupan setelah kematian. Hanya saja
ayat-ayat itu lalu jadinya seperti membuka pintu lain untuk telaah
lanjutan. Inti dari ayat itu sendiri tidak dimaksudkan sebagai suatu
argumentasi guna membuktikan adanya kehidupan di akhirat, tetapi
sebagai bantahan terhadap pembenaran sikap skeptis manusia. Al-
Quran selanjutnya mengingatkan manusia bahwa tingkat kesadaran
tinggi yang telah dicapainya mestinya bisa menjadi sumber cahaya
bagi dirinya dan bukan buat kegelapan. Kesadaran yang bersangkutan
tentang lingkungan dirinya dan apa yang ada di luar itu, seharusnya
sudah bisa meyakinkan dirinya akan eksistensi Pencipta kepada siapa
ia berani mengangkat kepalanya untuk melawan. Jika ia telah beriman
kepada-Nya maka penyangkalan yang bersangkutan tentang akhirat
adalah semata karena ketakjuban dirinya karena terlalu ajaib sehingga

519
Kami akan memulai dengan telaah ayat-ayat yang berkaitan dengan akhirat dulu,
sebelum nanti membahas kemungkinan adanya bentuk kehidupan intelektual lain di bumi
ini. Berbicara kepada mereka yang bersikap skeptis terhadap konsep kehidupan setelah
kematian, Al-Quran memperingatkan bahwa mereka seharusnya lebih skeptis atas eksistensi
mereka kiniTahir
Mirza di bumi
1III Ahmad dibanding kehidupan mereka setelah kematian nanti. Satu hal yang
Bagian
Bagian II
V
IVV
III
IV
tentunya mereka tahu bahwa mereka datang mewujud dari ketiadaan. Adalah keadaan non-
eksistensi yang mengawali kehadiran mereka. Kalau tahu bahwa mereka diciptakan dari
suatu ketiadaan, lalu mengapa masih harus meragukan jika mereka itu bisa dicipta lagi dari
unsur sesuatu yang ada pada diri mereka sekarang. Proposisi bahwa mereka bisa dilahirkan
menjadikan dirinya ragu. Padahal penciptaan pertama dari dirinya
kembali dari status keadaan mereka sekarang malah sebenarnya lebih masuk akal dibanding
sebenarnya
proposisi bahwa mereka jauh lebih
mewujudajaibdaridan mencengangkan
ketiadaan. Hal inilah dibanding ciptaan
inti dari banyak ayat-ayat
dalam Al-Quran mengenai sikap skeptis manusia akan kehidupan setelah kematian. Hanya
kedua nanti.
saja ayat-ayat itu lalu jadinya seperti membuka pintu lain untuk telaah lanjutan. Inti dari
ayat itu sendiri tidak dimaksudkan sebagai suatu argumentasi guna membuktikan adanya

K
kehidupan di embali
akhirat,pada
menetapkan
dicapainya mestinya
tidakyang
Kesadaran mungkin
deduksibantahan
tetapi sebagai
melaluisumber
bisa menjadi
menyaksikan
bersangkutan
argumentatif,

tentang keadaan
pertama-tama
terhadap pembenaran

dirinya dan
lingkungandidirinya
akhiratdansecara
sikap Al-Quran
Al-Quran selanjutnya mengingatkan manusia bahwa tingkat kesadaran tinggi yang telah
pernyataannya
cahaya bagi bahwa manusia
skeptis manusia.
di bumi
bukan buat
langsung.
apa yang
kegelapan.
ada di Di
luar itu,
seharusnya sudah bisa meyakinkan dirinya akan eksistensi Pencipta kepada siapa ia berani
luar kehidupan
mengangkat kepalanya ini,untuksudut pandang
melawan. Jikamanusia
ia telah sebenarnya tidak bisa maka
beriman kepada-Nya
penyangkalan
melihat apa-apa selain kehampaan semata. Itulah manusia, ia meyakinidirinya
yang bersangkutan tentang akhirat adalah semata karena ketakjuban
karena terlalu ajaib sehingga menjadikan dirinya ragu. Padahal penciptaan pertama dari
dirinya
dirinya sebenarnyalahirjauh
darilebih
ketiadaan
ajaib dandan tidak mengernyitkan
mencengangkan alis mata
dibanding ciptaan karena
kedua nanti.
-
meragukan hal ini. Tetapi kalau dikatakan bahwa ia akan dibangkitkan

K kembali setelah kematian, ia langsung menolak pandangan itu sebagai


embalihal
suatu
pernyataannya
pada
yangdeduksi
absurdargumentatif, pertama-tama
dan tidak masuk Al-Quran ini
akal. Komparisi menetapkan melalui
jelas sekali
sehingga bahwa manusia di bumi
tidak diperlukan tidak
seorang ahlimungkin
filsafat menyaksikan
akbar untukkeadaan
memahami
secara langsung. Di luar kehidupan ini, sudut pandang manusia sebenarnya tidak bisa
di akhirat

argumentasinya.
melihat apa-apa selain kehampaan semata. Itulah manusia, ia meyakini dirinya lahir dari
ketiadaan dan tidak mengernyitkan alis mata karena meragukan hal ini. Tetapi kalau
Tidak iaada
dikatakan bahwa yang
akan lebih baik,kembali
dibangkitkan yakni setelah
Manusia sendiri iasebagai
kematian, bukti
langsung menolak
dari pengingkaran
pandangan itu sebagai suatudirinya.
hal yangAl-Quran
absurd dandalam menangani
tidak masuk subjek ini
akal. Komparisi ini jelas
sekali sehingga tidak diperlukan seorang ahli filsafat akbar untuk memahami
mula-mula mengungkapkan secara akurat sudut pandang mereka
argumentasinya.
Tidak
yang ada percaya,
tidak yang lebihlalu
baik, yakni Manusia sendiri
membalikkannya sebagai
terhadap bukti darimereka.
penolakan pengingkaran
dirinya. Al-Quran dalam menangani subyek ini mula-mula mengungkapkan secara akurat
sudutBerikut
pandangini beberapa
mereka yangayat yang
tidak relevan:
percaya, lalu membalikkannya terhadap penolakan
mereka. Berikut ini beberapa ayat yang relevan:

ØD¯ #2Ú °Æ ÕC°% \°š[k¯ 0ÈNP W%XT  ÄmØF… €Y¯ X=ů ×MÈi W%XT XkÙVZ8XT À1SÀ-W5 XkØ5ri X=É"Xj\O €Y¯ `q°F W%  SÅVXT

§«­¨ WDSr=¾ÀWc €Y¯ ×/ÉG

‘Mereka berkata:
‘Mereka “Tiada
berkata: bagi kami
“Tiada bagi selain kehidupan
kami selain di duniadiinidunia
kehidupan saja, ini
kami mati
saja, dan kami
kami
hidup,mati
dandan
tiada sesuatu
kami yang
hidup, danmembinasakan
tiada sesuatukamiyangselain waktu.” Tetapi
membinasakan kamimereka
selain tidak
memiliki ilmu Tetapi
waktu.” yang sebenarnya mengenai
mereka tidak hal ilmu
memiliki itu, tiada
yanglain yang diperbuat
sebenarnya mereka
mengenai hal selain
mengira-ngira belaka.’ (S.45 Al-Jatsiyah:25) 1
itu, tiada lain yang diperbuat mereka selain mengira-ngira belaka.’ (S.45 Al-
Jatsiyah:25)1

§¬¯¨ WDTÀiWÃSÉ" \-° _1SM×n\F _1SM×n\F §¬®¨ |ESÄBWmÙcs& Ő5U ™-›VÀ°ÃXT >WmÉ" Ô2È)=ÅXT ×1{)°% Vl¯ ×Ő5U ×ÅÀi°ÈWcU
  274
 §¬°¨ WÛÜ°2SÄÈ×\-¯ ÀCÙVZ8 W%XT XjÙVZ8XT À1SÀ-W5 XkØ5ri R<É"Xj\O €Y¯ `q°F ØD¯

“Apakah ia menjanjikan kepada kamu bahwa apabila kamu telah mati dan telah menjadi
tanah dan tulang-belulang, kamu akan dikeluarkan lagi? Jauh, jauh sekali dari kebenaran
520 apa yang telah dijanjikan kepadamu itu. Tiada kehidupan lain setelah kehidupan kita di
dunia ini, kita tadinya tidak bernyawa, kita hidup sekarang tetapi kita tidak akan
dibangkitkan lagi.” (S.23 Al-Muminun:36-38) 2

§¯¯¨ gk\O ÀNWmØ\Ê W×S_V r0°% W% Vl°ÄU ÀC›_50_ Ä$SÁ WcXT
§¬¯¨
§¬¯¨ WD
WDTÀTÀi
iWÃ -°° Kehidupan
WÃSÉSÉ"" \\- _1SSMM×n×n\F
_1 \F _1
_1 SSMM×n×n\F
Seleksi
Menurut
Konsep
§¬®¨
Ketuhanan
§¬®¨
Alam
Asal
|E
\F Kelangsungan
|E SÄSÄB
Al-Bayyinah:
Hidup:
Perspektif
dan
Mula Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:
ÙcÙcs&s&Prinsip
BWmWmMasa
Pengenalan
ÅÅ
dan

Faktor
55U U ™™-
Al-Quran:
danDepan
Keterbatasan
Catur
Sudut
BangsaHidup
Berbagai
›V›VÀ
-Aliran
dengan
Al-Quran
À °Ã
Kebenaran
Kebetulan
Wahyu,Perspektif
Masalah
atau
Kehidupan
bagi
Pandang
Kehidupan
Individu Agama
Agama
Aborigin
Teori Agama Hakikat
Pemikiran
Filsafat
Agama
Permainan
dan
dan yang
Alam
di
dan
É"É" Ô2
XTXT >>WWmmYang
°ÃPengantar atau
Filsafat Ô2
Rasionalitas,
È)È)Nyata,
Penderitaan
Kosmologi
=Å=ÅXTXT ×1
Takdir?
Sejarah
Yunani
Hindu
Eropa
Zoroaster
Tercakap
di
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
di Konghucu
Agama
LuarAustralia
Pendapat
Masyarakat Jinn
Islam
Bumi
Judi
Bumi Tao
Ő55U U × × ÅÅ
×1{){)°%°% VVll¯ ¯ ××Å
Peran Tanah Lempung Khiralitas danWahyu
Iman Fotosintesis Ilahi
Kepada
(Keberpihakan) Fitrat dan Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam Ghaib"
Wahyu
diEvolusiAlam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
§¬°¨ WÛWmÙcÜ°Ü°s&22SÄSÄÅÈÈ×א5\-
SÄBWÛ U ¯™¯-ÀC
ÀC›VÀÙVÙVZ8Z8°ÃXTWW%%>XTXTWmXXÉ"jjÙVÙVÔ2Z8Z8È)XTXT=ÅÀ1 XT SÀ×1
SÀ- {)°%W5W5 VXlXkk¯ Ø5Ø5×ri
riŐ5U RR×<<ÅÉ"É"ÀiXXjj°È\O €Y¯ ¯ `q
WcU €Y
Pengetahuan, dan Kebenaran
W TÀiWÃSÉ" \-° 1
§¬¯¨ D _ SM×n\F 1
_ SM×n\F §¬®¨ |E§¬°¨ \- À1 - \O `q

“Apakah “Apakah ia menjanjikan kepada


ia menjanjikan kepada 2SÄÈ×\-¯bahwa
§¬°¨ WÛÜ°kamu
kamu ÀCÙVZ8 W%apabila ÙVZ8XT À1
XT Xjapabila SÀ-W5kamu
kamu kØ5ri mati
Xtelah R<É"Xj\Odan €Y ¯ `q°F ØD¯ tela
“Apakah telahiamenjadi
menjanjikan tanah dan kepada kamu bahwa
tulang-belulang, bahwa kamu apabila kamu telah
akan dikeluarkan telah lagi?
mati
mati dan dan tela
§¬¯¨ WDTÀdan
tanah
tanah dan \-° _1SM×n\F _1SM×n\F §¬®¨
iWÃSÉ" tulang-belulang,
tulang-belulang, |ESÄB
kamu
kamu WmÙcs& Ő5dikeluarkan
akan
akan U ™-›VÀ°ÃXT >WmÉ" Ô2È)=Ålagi?
dikeluarkan lagi? l¯ ×Ő5U × jauh
XT ×1{)°% VJauh,
Jauh, ÅÀi°ÈWcU sekali
jauh sekali dari
dari
Jauh, jauh sekali dari kebenaran apa yang telah dijanjikan kepadamu itu.
“Apakah
apa yang ia menjanjikan
telah dijanjikan kepada kamu
kepadamu bahwa itu. apabila
Tiada kamu
kehidupan telah mati
lain dan
setelah telah menjadi
kehidup
apa
tanahyang Tiada
dan telah
kehidupandijanjikan
tulang-belulang, lain setelah
kamukepadamu
kehidupan
§¬°¨akan
itu.
2SÄÈ×dikeluarkan
kitaTiada
di dunia
\-¯ ÀCÙVZ8 W%XT Xjkita
WÛÜ°bernyawa, ÙVZ8XTlagi?
kehidupan
À1SÀhidup
ini, kitajauh
-W5Jauh,
lain
tadinya
XkØ5ri Rsekarang
<É"Xj\O sekali
setelah
tidak
€Y¯ `q°F ØDdari ¯
kehidup
kebenaran
dunia
dunia ini,
ini,
bernyawa, kita
kita kita tadinya
tadinya
hidup tidak
tidak
sekarang bernyawa,
tetapi kita tidak kita
akan hidup
dibangkitkan sekarang
lagi.” (S.23 tetapi
tetapi kita
kita diti
ti
apa yang telah dijanjikan kepadamu itu. Tiada kehidupan lain setelah kehidupan kita
dibangkitkan lagi.”
Al-Muminun:36-38)
dibangkitkan lagi.”
menjanjikan
(S.23
(S.23 Al-Muminun:36-38)
Al-Muminun:36-38)
dunia ini, kita tadinya tidak bernyawa, kita hidup sekarang tetapi kita tidak akan
“Apakah ia kepada
2 kamu bahwa apabila kamu
2
2 telah mati dan telah menjadi
tanah dan lagi.”
dibangkitkan tulang-belulang, kamu akan dikeluarkan 2lagi? Jauh, jauh sekali dari kebenaran
(S.23 Al-Muminun:36-38)
apa yang telah dijanjikan kepadamu itu. Tiada kehidupan lain setelah kehidupan kita di
dunia ini, kita §¯¯¨
§¯¯¨ ggkk\O
tadinya ÀN
ÀNWmWmØ\
\Otidak Ê Ê W
W×S×S_
Ø\bernyawa, _VV r0
r0 °%°% WWhidup
kita %% VVll°Ä°ÄU U sekarang
ÀC
ÀC›_›_
5050_ Ä$
_tetapi
Ä$SÁSÁ WcWckita
XTXT tidak akan
k\O ÀNAl-Muminun:36-38)
§¯¯¨ g(S.23
dibangkitkan lagi.” WmØ\Ê W×S_V r0°% W% Vl°Ä2 U ÀC›_50_ Ä$SÁ WcXT
‘Manusia berkata:
berkata: “Apa! Jika aku mati, akan dibangkitkankah aku menjadi
‘Manusia
‘Manusia berkata: §¯¯¨ g“Apa!
“Apa! Ø\Ê WJika
k\O ÀNWmJika ×Saku aku
_V r0 °% W% Vlmati,
mati, °Äakan akan
U ÀC›_50_  Ä$SÁ WcXTdibangkitkankah
dibangkitkankah aku aku hidup
menjadi menjadi
kembali?”’ (S.19
‘Manusia Maryam:67)
berkata:
kembali?”’ (S.19 Maryam:67) 3“Apa! Jika aku
3 mati, akan dibangkitkankah aku menjadi
kembali?”’
hidup(S.19 Maryam:67)
kembali?”’ (S.19Jika3
Maryam:67)
‘Manusia berkata: “Apa! aku mati,3 akan dibangkitkankah aku menjadi hidup
YY ¥ˆ
Y ¥ˆ Ó
¥ˆ‰‰=== XnXnXnV<V<V<ÓÓU U U „C„C¦›V¦
„C ¦XT›V›V[XTXT \O
[[ \O°OÙkQ WðO°OÙkÙk•Q Q i
\O WÃ irÕÃ
WÃÕÕ•XTi rrQ"Q"SÀWW-  WcÀ1
ÕÃQ"WXTXT À1 À1CWSÀSÀ%- WcWc CW
-Œ %%\Ȍ
CWÀ@ ×Wc YÀ@
Œ À@‚ ×1\È\ȯI××WcWc°=›\-
Y ×1
YØcU ‚ ‚ \i×1ÕI¯I¯I\B
°=°=›\›\-
-ØcØcU U ¯\i
\i SÀÕIÕI-\B_Ù
\B U XT ¯¯  SÀSÀ-
 -
kembali?”’ (S.19 Maryam:67) 3

Y ¥ˆ‰= XnV<ÓU „C¦›VXT [ \O °OÙkQ Wà •iÕÃXT rQ"W  À1SÀ-Wc CW% Œ À@\È×Wc Y ‚ ×1¯I°=›\-ØcU \iÕI\B ¯ SÀ-_ÙU XT
§¬²¨
§¬²¨ WÛWÛܯܯܯªkªk
§¬²¨ WÛ  SÈ  5SÈSÈ[55[[×1ÆM×1
ªk›››
 ‰;×1U ÆMÆM‰;‰; U àTU Äm [Ý àTàT[ÄmÄm[Ý [[ |Ú
[Ý|Ú Q ŠŠØÈXk°]2
Ï°Š Ï°Ï°]2
|Ú XT Q Q °OØÈØÈj°XkXkÙ°°XTXTWDSÁ°O°OÝj°j°ÙÙ¯ W)ÙcWD
]2 Ýݯ ¯ W)W)ŠÙcÙcVfVfÄ1s°
VfWDSÁSÁs° WۊŠ¯KÜWÄjÄ1
ÀIV 
s° ° ÀI
Ä1 WÛWÛ¯KܯKÜWWÄj|E
ÀIVV§¬±¨ Äj°° SÀ§¬±¨
-Q ÕÈWc E
§¬±¨ |E
| SS
§¬²¨ WÛܯªk› SÈ5[ ×1ÆM‰;U àTÄm[Ý[ |ÚÏ°Š ]2Q ØÈXk°XT °Oj°Ù WDSÁݯ W)ÙcVf s°Š Ä1ÀIV WÛ¯KÜWÄj° §¬±¨ |ESÀ-Q ÕÈWc
§­©¨ ÄDSÅXjVÙ CÅ œÈOV W$SÁ 5 DU ÈO›W5ØjXqU Vl¯ ÄÔ³\”° X=Å×SVÄÔ³\-\”5¯ ° X=Å×SV
§­©XjVÙ¨¨CÅÄD
§­©
§­©¨ ÄDSÅ  œÈSÅ
ÄD SÅO  XjXjVÙVÙSÁ CÅ
V W$ W$U SÁSÁVl ¯ ÄԐ55³DU
CŐ5 DU œÈœÈÈOOO›W5VVØjXqW$ ÄÔ³\”° X=Å×SV \” ° XÈOÈO=›W›WÅ5×S5Øj
DU VØjXqXq Vl¯ ¯
\-U U 5¯ Vl

bersumpah
‘Mereka‘Mereka dengan dengan
bersumpah nama Allah
namasekuat-kuat sumpah mereka
Allah sekuat-kuat sumpahbahwa Allah tidak
mereka
‘Mereka bersumpah dengan nama Allah sekuat-kuat sumpah mereka bahwa Allah tidak
‘Mereka
‘Mereka
akanakan bersumpah
bersumpah
membangkitkan
membangkitkan
bahwa Allah tidak
dengan
dengan
lagi
lagi
akan
nama
nama
orang-orang
orang-orang
Allah
Allah
membangkitkan
sekuat-kuat
sekuat-kuat
mati.
mati. Tidak
lagiTidak sumpah
sumpah
demikian,
demikian,
orang-orang Dia
mereka
mereka
Dia
pasti
mati.
bahwa
pasti
akan
Tidak akanAllah
bahwa Allah
akan membangkitkan
membangkitkan
membangkitkan
demikian, mereka.
mereka.
Dia pasti lagi
Inilah
Inilah
akan orang-orang
janji
janji yang
yang
akan membangkitkan lagi orang-orang mati. Tidak demikian, Dia pasti
membangkitkan untuk
untuk mati.
memenuhinya
memenuhinya
mereka. Tidak
Inilahmenjadi demikian,
hak
menjadi
janji yangkewajiban
hak
untuk Dia
kewajiban pasti
membangkitkan
Dia, Dia,
akanakantetapi
membangkitkan mereka.
tetapi
menjadiInilah
kebanyakan manusia
kebanyakan janji
manusia yang
tidak
tidak untuk
mengetahuinya.memenuhinya
mengetahuinya. Dia pastimenjadi
kebanyakan Dia pasti hak
akan
hak kew
akan
membangkitkan mereka.
mereka agarInilah janji yang untuk
kepadamemenuhinya menjadi kew
memenuhinya hak kewajiban
Dia dapat
Dia,
menjelaskan
akan tetapi mereka tentang apa
manusia
yang
Dia, akan
membangkitkan
tidak tetapi
mereka
mengetahuinya.
Dia, diperselisihkannya
akan tetapidankebanyakan kebanyakan
agar Dia Dia dapat
pasti
supaya orang-orang akan manusia
menjelaskan
membangkitkan
manusia tidak
kepada mengetahuinya.
bahwasanya mereka itu Dia pasti
mereka mereka
tidak mengetahuinya.
kafir itu mengetahui agar tentang
Dia dapat Dia
apa yangpasti
diperselisihkannya
membangkitkan dan
(S.16mereka supaya agar orang-orang apakafir itu mengetahui bahwasanyasupayamereka itu
menjelaskan
pendusta.’
membangkitkan
pendusta.’ (S.16 An-
kepada
An-
mereka agar Dia
mereka
Nahl:39-40)
Nahl:39-40)
tentang
Dia
4 dapat
dapat menjelaskan
yang diperselisihkannya
menjelaskan kepada
kepadadanmereka
mereka tentang
tentang apa
apa
diperselisihkannya
orang-orang dan
kafir itusupaya
mengetahui orang-orang
4 bahwasanya
diperselisihkannya dan supaya orang-orang kafir itu mengetahui bahwasanya mer kafir
mereka itu mengetahui
itu pendusta.’ bahwasanya
(S.16 mere
pendusta.’ §°±¨ ³2j°%XqAn-
An-Nahl:39-40) `qªF4XT Nahl:39-40)
]1›VÀ°ÈÙ ¥³ØµÄc CW% W$V 4 œÈOV Ú \\ ]³¦„W5XT 9ZV:W% R<V ]!Xn±XT
pendusta.’ (S.16
(S.16 An- Nahl:39-40)
§°±¨ ³2j°%Xqperumpamaan-perumpamaan
`qªFXT ]1›VÀ°ÈÙ ¥³ØµÄc CW% W$V œÈOmengenai V Ú \\ ]³¦„W5Kami XT 9ZV:W%danR<V ]! Xn±XT
4
‘Ia membuat melupakan kejadian

§°±¨ ³2 `qªF
³2j°j°%%belulang
XqXq `q ªFXTXT itu
]1 À°È°ÈÙÙ ¥³¥³lebur?”
]1›V›VÀ ص
صÄcÄc CW W$VV œÈYasin:79)
CW%%’ W$ œÈOOV V Ú Ú \\
\\ ]³]³¦„5 W5XT 9ZV:W% R<V ]!Xn±XT
dirinya sendiri. Berkatalah ia: “Siapakah dapat menghidupkan tulang belulang itu
§°±¨ ¦„ W5XT 9ZV:W% R<V ]!Xn±XT
‘Ia membuat
setelah tulangperumpamaan-perumpamaan hancur (S.36 mengenai Kami dan melupakan kejadian
dirinya sendiri. Berkatalah ia: “Siapakah dapat menghidupkan tulang belulang itu
‘Ia membuat
setelah tulang perumpamaan-perumpamaan
belulang itu hancur lebur?” ’ (S.36 Yasin:79) mengenai 5 Kami dan
dan melupakan
melupakan ke
‘Ia membuat
‘Ia membuat ®¨ ic°perumpamaan-perumpamaan
i\C Ú \\ ÕC°K% ‡×V r¯Û ×ÄH ×#W  ª$‰T)] ©mengenai
§ªperumpamaan-perumpamaan Ú \¼Ùmengenai
¯ X=o®k\ÈVÙU KamiKami dan melupakan ke
dirinya sendiri.
kejadian Berkatalah
dirinya sendiri. ia:
Berkatalah “Siapakah
ia: “Siapakah
dirinya sendiri. Berkatalah ia: “Siapakah dapat menghidupkan tulang belula dapatdapat menghidupkan
menghidupkan tulang
tulang belula
setelah
setelah §ª
tulang
belulang
Kami
tulang
‘Adakah i
®¨ itu \C Ú \\lelah
c°menjadi
isetelah
belulang
belulang ÕC°K% hancur
itu
tulang
itu ‡belulang
×Vpenciptaan
oleh
hancur r¯Û ×lebur?”
ÄH ×#
ituW  hancur
lebur?” ª$ ‰T)]’’ (S.36
pertama ©lebur?”
(S.36Ú \¼ Ù¯ itu?
kali X=’o®k(S.36
Yasin:79)
Yasin:79)\ÈTidak,
VÙU Yasin:79)
bahkan
5
5
mereka
5
ada dalam keragu-raguan tentang penciptaan baru itu.’ (S.50 Qaf:16) 6

§ª®®¨¨W5ÅVi
‰T§ª iWc°c°XÄi
iXTU \C  Ú Ú \\WDSÉ2ÕC
ÕCSÄÈ°K%°K%×\-‡V 5×°Ä×VU V ™r¯
-ۛVÛÀ××°ÃÄH ×#WmWWÉ"  ‰ª$ ÅXT‰T‰T)] °% ©
X=Ø)(S.50 ©[kÚ Ú ®Œ\¼ ÙÙ¯¯ XSÅX==SÁo®o® kkWc\È\È VÙVÙSÈU U 5[XT
‘Adakah Kami menjadi lelah oleh penciptaan pertama kali itu? Tidak, bahkan mereka
ada dalamWDSÅkeragu-raguan
)] tentang
\C§­°¨ \\ ‡
penciptaan r¯ ÄHXT >baru
×# =ª$
itu.’ )] \¼U |E Qaf:16) 6
‘Mereka biasa mengatakan: “Apa! Apabila kami sudah mati dan menjadi tanah dan
‘Adakah Kami menjadi lelah oleh penciptaan pertama kaliDanitu? Tidak, bahkan m
WDSʼnTKami
‘Adakah
tulang  W5ÅVWmenjadi
)]belulang, XÄXTsungguh
U §­°¨ WD SÉ2SÄÈ×\-
lelah
benarkah 5°ÄU penciptaan
V kami
oleh ›VÀ°ÃXTdibangkitkan
™-akan >WmÉ" ‰pertama
=ÅXT X=kembali?
Ø)°% [kkali
®ŒU |E SÅSÁdemikian
itu? Tidak,
Wc SÈ5[XT bahkan m
ada dalam keragu-raguan tentang penciptaan
ada dalam keragu-raguan tentang penciptaan baru itu.’ (S.50 Qaf:16) 6
pulakah nenek moyang kami terdahulu?”’ (S.56 baru
Al-Waqiyah:48-49) itu.’ (S.50
7 Qaf:16) 6

‘Mereka biasa mengatakan: “Apa! Apabila kami sudah mati dan menjadi tanah dan
SÅSʼnT‰T)]
tulangWDbelulang,  WW55ÅVÅVsungguh
WWXXÄÄXTXTU U §­°¨ WD SÉSÉ22SÄSÄÈÈ××kami
\- VV 55°Ä°Äakan
U U ™™- ›V›VÀ °Ã XTXT >>WWmmÉ"É" ‰‰==ÅÅXTXTkembali?
XX==Ø)Ø)°%°% [[k ®Œ®ŒU U Dan
|E SÅSÅSÁSÁ WcWc  SÈSÈ55[[XTXT
benarkah dibangkitkan 521 demikian
D
W ]
) 
 §­°¨
pulakah nenek moyang kami terdahulu?”’ (S.56 Al-Waqiyah:48-49) 7 D
W -
\ - À °
à k E
|

 ‘Mereka biasa
‘Mereka biasa mengatakan:
mengatakan: “Apa!
“Apa!  Apabila
Apabila kami
kami sudah
sudah mati
mati dan
dan menjadi
menjadi
275
tana
tana
tulang belulang, sungguh benarkah kami akan dibangkitkan kembali? Dan dem
§°±¨ ³2j°%Xq `qªFXT ]1›VÀ°ÈÙ ¥³ØµÄc CW% W$V œÈOV Ú \\ ]³¦„W5XT 9ZV:W% R<V ]!Xn±XT
‘Ia membuat perumpamaan-perumpamaan mengenai Kami dan melupakan kejadian
dirinya sendiri. Berkatalah ia: “Siapakah dapat menghidupkan tulang belulang itu
Mirza
Bagian
Bagian
setelah Tahir
1II
IV
II
V
III
IV Ahmad itu hancur lebur?” ’ (S.36 Yasin:79) 5
IV belulang
tulang

§ª®¨ ic°i\C Ú \\ ÕC°K% ‡×V r¯Û ×ÄH ×#W  ª$‰T)] ©Ú \¼Ù¯ X=o®k\ÈVÙU
‘Adakah Kami menjadi lelah oleh penciptaan pertama kali itu? Tidak,
bahkan mereka ada dalam keragu-raguan tentang penciptaan baru itu.’ (S.50
‘Adakah Kami
Qaf:16)menjadi lelah oleh penciptaan pertama kali itu? Tidak, bahkan mereka
ada dalam keragu-raguan
6
tentang penciptaan baru itu.’ (S.50 Qaf:16) 6

WDSʼnT)] W5ÅVWXÄXTU §­°¨ WDSÉ2SÄÈ×\-V 5°ÄU ™-›VÀ°ÃXT >WmÉ" ‰=ÅXT X=Ø)°% [k®ŒU |ESÅSÁ Wc SÈ5[XT

‘Mereka biasa mengatakan:


‘Mereka “Apa! Apabila
biasa mengatakan: kami sudah
“Apa! Apabila mati dan
kami sudah matimenjadi tanah dan
dan menjadi
tulang belulang, sungguh
tanah dan tulang benarkah
belulang, kami akanbenarkah
sungguh dibangkitkan
kami kembali? Dan demikian
akan dibangkitkan
pulakah nenek moyang
kembali? Dan kami terdahulu?”’
demikian (S.56 moyang
pulakah nenek Al-Waqiyah:48-49)
kami terdahulu?”’
7 (S.56 Al-
Waqiyah:48-49) 7

Y W% r¯Û ×1Å\…°‘<È5XT ×1ÅQ ›V:Ù%U W$°FiW}5 DU rQ"Wà À ÙVZ8


§¯©¨ WÛÜ°SÈԁ\-¯ ÀCÙVZ8 W%XT _1×S\-Ù ÃÅX=ØoW W5×q„iV C

§¯«¨ WDTÄmŠ[kV" Y×SQ VÙ rQT:] QQU


Ց‰< ¿2È*Ø+®!Wà ÕiV VXT §¯ª¨ WDSÀ-Q ØÈV"
  275
r¯Û ×1menakdirkan
Y W%telah Å\…°‘<È5XT ×1ÅQ ›Vkematian
:Ù%U W$°FiW}5bagi
DU rkamu
Q"Wà sekalian ԁ\-Kami
§¯©¨ WÛÜ°SÈdan ¯ ÀCÙVZ8tidak _1×S\-Ùdihalangi.
W%XT dapat À ÙVZ8
 ÃÅX=ØoW W5×q„iV C
 ‘Kami
Dari‘Kami
hal Kami telah menakdirkan
menggantikan kematian
bentuk kamu denganbagi kamu yang lainsekalian
seperti dankamu Kami dan tidak
dari hal
Kamidapat
mengembangkan kamuhalkeKami dalammenggantikan
suatu bentuk bentuk
WDTÄmŠ[kV"kamu
Y×SQ VÙtelah
yang tidak
 QQU
Ց‰< ¿2È*pada
kamu
Ø+®!WÃ Õikejadian
ketahui.
V VXT §¯ª¨ WDSÀ-Q ØÈV"
yangDan
§¯«¨ rQT:]ditinggikan
dihalangi. Dari kamu dengan
sesungguhnya
lain seperti kamu
kamu telah
danmengetahui
dari hal Kami bagaimanamengembangkan kamu ke dalam suatu
penciptaan
bentukkamuyang yang
tidakpertama.
kamu ketahui. Kemudian Danmengapakah
sesungguhnya kamu kamutidaktelahmau mengetahui
merenungkan?’
(S.56 telah menakdirkan
Al- Waqiyah:61-63)
‘Kami 8 kematian bagi kamu sekalian dan Kami tidak dapat dihalan
bagaimana kamu telah ditinggikan pada kejadian penciptaan kamu yang
Dari hal Kami menggantikan bentuk kamu dengan yang lain seperti kamu dan dari h
pertama. Kemudian mengapakah kamu manusia
tidak maudalam
merenungkan?’ (S.56 Al-
Demikian itulah Al-Quran membimbing
Kami mengembangkan
Waqiyah:61-63) kamu ke dalam suatu bentukkeyakinan mereka
yang tidak kamu pada
ketahui. D
kehidupan akhirat, namun belum semua argumentasi telah tercakup di dalamnya karena:
sesungguhnya kamu telah mengetahui bagaimana kamu telah ditinggikan pada kejadi
8

penciptaan kamu yang pertama. Kemudian mengapakah kamu tidak mau merenungkan
Demikian
(S.56 Ïnm¦¡Waqiyah:61-63)
§«±¨Al- W Ìk°Ý[| ‹ ‰D¯  Q\i
itulah °PšXT ‡
Al-Quran8
ÙÝX= €Y ¯ ×1ÅÉ:ØÈW YXT ×1ÅÁ Ú \\ ‰manusia
membimbing % dalam
keyakinan
‘Kejadianmumereka pada kehidupan
dan kebangkitan akhirat,
kembalimu tidak namunhanya
lain melainkan belum semua
seperti kejadian
danDemikian
kebangkitanitulah
kembaliAl-Quran
suatu jiwa membimbing
belaka. manusia
Sesungguhnya
argumentasi telah tercakup di dalamnya karena: Allah dalam
itu Maha keyakinan mereka
Mendengar
dan Maha
kehidupan Melihat.’
akhirat, namun belum semua
(S.31 Luqman:29) 9 argumentasi telah tercakup di dalamnya karen
Ayat inilah yang telah mengembangkan subyek bahasan lebih lanjut dan
membukakan suatu §«±¨ Ïnpandangan  ‰D¯  Q\bagi
m¦¡W Ìk°Ý[| ‹baru i°PšXT pemahaman
‡ÙÝX= €Y¯ ×1manusia
ÅÉ:ØÈW YXT ×1mengenai
ÅÁ Ú \\ ‰% kehidupan
setelah mati.
‘Kejadianmu
Fenomena dan kebangkitan
kebangkitan kembali kembalimu kembalimu
terkait dengan tidak lain melainkan hanya seperti kejadi
‘Kejadianmu dan kebangkitan tidakfenomena
lain melainkan kelahiran
hanya setiap
seperti orang.
dan kebangkitan
Bila seseorang memvisualisasikan kembalitahapansuatu jiwa embriobelaka. Sesungguhnya
saat terjadi Allah itudiMaha
fusi (perpaduan) Mendeng
antara
sperma dengankejadian
ovumdan(selkebangkitan
telur) dan kembali
dari sana suatulalu
jiwamenyimpulkan
belaka. Sesungguhnya bahwa Allahhasil itu
akhirnya
dan Maha Melihat.’ (S.31 Luqman:29) 9
nanti adalahMaha Mendengar
kelahiran seorang dan Maha
anak yang Melihat.’
sempurna,(S.31rasanya
Luqman:29)hal itu 9 merupakan suatu yang
mustahil bisa dibayangkan. Bayangkan kejadian dari suatu transformasi raksasa dari sel
Ayat
telur yang Ayat
inilah yang telah mengembangkan subyek bahasan lebih lanjut
dibuahiinilah
yang yangkelihatantelahtidak mengembangkan
berarti dan tidaksubjek bahasan
ada nilainya lebih
menjadi wujud
seorang bayi yang hidup dan menendang-nendang lucu setelah jangka waktu sembilan kehid
membukakan suatu pandangan baru bagi pemahaman manusia mengenai
bulan.lanjut
setelah dan
mati.
Seorang membukakan
pengamat yang belum suatu pernah pandangan baru bagidemikian,
melihat transformasi pemahaman sama sekali
akanFenomena
tidak manusiamampu kebangkitan
membayangkan
mengenai kehidupan setelah mati.halkembali
itu saat terkait
melihat dengan
tahap-tahap fenomena
pertama kelahiran
dari fusi selsetiap o
Bila seseorang
embrio. Kehidupanmemvisualisasikan
setelah mati adalah tahapan mirip dengan embrio prosessaatajaibterjadi fusi yaitu
tersebut (perpaduan)
suatu di a
transformasi
sperma dengansesuatuovum
yang tidak (sel berarti
telur) menjadi
dan dari suatu
sana bentuk
lalu kehidupan
menyimpulkan yang berkembang
bahwa hasil akh
dan tertata
nanti rapi. kelahiran seorang anak yang sempurna, rasanya hal itu merupakan suatu
adalah
Perbedaan di antara awal mula manusia sebagai suatu bio-unit yang kemudian
522
mustahil bisa dibayangkan. Bayangkan kejadian dari suatu transformasi raksasa da
menjadi wujudnya sekarang adalah suatu transformasi yang fantastis. Mustahil bagi bentuk
telur yang
kehidupan dibuahi
dasar yang kelihatan
membayangkan masa depan tidak berarti
evolusi yang danberujungtidakpada adamanusia,
nilainya menjadi w
meski
seorang diberikan
katakanlah bayi yang hidup
indera untukdanitu.menendang-nendang
Kesadaran tentang apa sebenarnya lucu setelah jangka
keadaan waktu sem
mereka
bulan. tidak
sungguh Seorang pengamat
signifikan sehingga yang sulitbelum pernah melihat
menganggapnya sebagaitransformasi
suatu kesadaran. demikian,
Hal ini sama
tidak akanpernyataan
merupakan mampu membayangkan
jelas, demikian hal itu saat
singkat melihat
tetapi menjangkautahap-tahap demikianpertama
jauh, dari fu
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
Masa
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Depan
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
Kehidupan
bagi Yang
Hakikat
atau
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
di
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Bumi
Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

Fenomena kebangkitan kembali terkait dengan fenomena


kelahiran setiap orang. Bila seseorang memvisualisasikan tahapan
embrio saat terjadi fusi (perpaduan) di antara sperma dengan ovum
(sel telur) dan dari sana lalu menyimpulkan bahwa hasil akhirnya
nanti adalah kelahiran seorang anak yang sempurna, rasanya hal
itu merupakan suatu yang mustahil bisa dibayangkan. Bayangkan
kejadian dari suatu transformasi raksasa dari sel telur yang dibuahi
yang kelihatan tidak berarti dan tidak ada nilainya menjadi wujud
seorang bayi yang hidup dan menendang-nendang lucu setelah
jangka waktu sembilan bulan. Seorang pengamat yang belum pernah
melihat transformasi demikian, sama sekali tidak akan mampu
membayangkan hal itu saat melihat tahap-tahap pertama dari fusi
sel embrio. Kehidupan setelah mati adalah mirip dengan proses ajaib
tersebut yaitu suatu transformasi sesuatu yang tidak berarti menjadi
suatu bentuk kehidupan yang berkembang dan tertata rapi.
Perbedaan di antara awal mula manusia sebagai suatu bio-unit
yang kemudian menjadi wujudnya sekarang adalah suatu transformasi
yang fantastis. Mustahil bagi bentuk kehidupan dasar membayangkan
masa depan evolusi yang berujung pada manusia, meski katakanlah
diberikan indera untuk itu. Kesadaran tentang apa sebenarnya keadaan
mereka sungguh tidak signifikan sehingga sulit menganggapnya sebagai
suatu kesadaran. Hal ini merupakan pernyataan jelas, demikian singkat
tetapi menjangkau demikian jauh, merangkum keseluruhan rentang
evolusi dari ujung ke ujung. Pesan yang diberikan adalah tentang
keadaan anda saat eksis sekarang dan anda pada saat kebangkitan
kembali dimana perbedaannya sedemikian lebarnya seperti perbedaan
di antara awal mula kehidupan di muka bumi dan anda dalam bentuk
sekarang ini. Proses transformasinya bersifat kolosal. Mustahil bagi
anda guna membayangkan bagaimana fitrat bentuk anda nanti saat
dibangkitkan kembali setelah mati. Namun anda bagaimana pun tidak
mungkin mengelak dari kesimpulan bahwa ciptaan anda saat pertama

523
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
IV

lebih sulit dimengerti dibanding ciptaan kedua yang anda tolak.


Mungkin dibutuhkan waktu lebih dari 1 milyar tahun bagi jiwa yang
dibangkitkan kembali guna mencapai bentuk akhir evolusi ruhani yang
sempurna. Kami mengambil kesimpulan demikian karena kebangkitan
kembali diibaratkan dengan fase pertama penciptaan manusia dari
suatu ketiadaan. Kita mengetahui bahwa diperlukan waktu sekurang-
kurangnya 1 milyar tahun bagi manusia untuk berevolusi dari bentuk
dasar kehidupan purba yang pertama. Karena itu jika fase penciptaan
dirinya sama dengan fase kedua dalam kebangkitannya kembali, bukan
suatu hal yang mustahil bahwa kesamaannya juga mencakup rentang
waktu di antara ciptaan pertama dengan ciptaan kedua.
Untuk membuktikan hal ini, Al-Quran menggunakan cara unik
dari logika deduktif. Kami tidak bermaksud menggambarkan hal
ini dengan ayat-ayat yang relevan karena banyak di antaranya yang
sudah dibahas pada bab-bab lain. Di sini kami hanya bermaksud
menjelaskan gaya argumentasinya. Berbicara tentang kejadian masa
depan yang berada di luar jangkauan kemampuan imajinasi manusia,
Al-Quran secara simultan berbicara tentang kehidupan setelah mati,
terkadang dalam bahasa yang bermakna ganda. Nubuatan yang
terkandung dalam ayat-ayat itu bisa dibaca sebagai berlaku pada masa
sekarang mau pun nanti di akhirat. Bila semua kejadian di dunia yang
disebutkan tadi ternyata secara jelas dan tidak bisa dibantah menjadi
suatu kenyataan, maka pemenuhan kejadian-kejadian di akhirat pun
hanya masalah waktu saja. Lembaga supra-manusia yang ternyata
benar dalam pengungkapan segala kejadian di dunia, tentunya juga
bisa dipercayai berkenaan dengan pemenuhan segala hal yang terkait
dengan akhirat. Sampai di sini inilah argumentasi tentang kehidupan
masa datang karena tidak ada sarana lain guna menguji kebenarannya
sebelum kematian.
Setelah membahas kemungkinan adanya evolusi bentuk eksistensi
setelah mati, beberapa ayat dalam Al-Quran jelas menggambarkan

524
kedua dalam setelah
kehidupan kebangkitannya
mati, terkadang kembali, dalam bukan bahasa suatuyanghal yang mustahil
bermakna ganda. Nubuatanbahwa kesamaann
yang
jugaterkandung
mencakup dalam
rentang ayat-ayat
waktu itudibisaantaradibaca ciptaansebagai berlaku dengan
pertama pada masa sekarang
ciptaan kedua. mau pun
nantiUntuk
di akhirat. Bila semua kejadian
membuktikan hal ini,diAl-Qurandunia yangmenggunakan disebutkan tadicara ternyata uniksecaradari jelas dandedukt
logika
Kamitidaktidak
bisa bermaksud
dibantah menjadi suatu kenyataan,
menggambarkan hal maka
ini dengan pemenuhan ayat-ayat kejadian-kejadian
yang relevan di kare
akhirat pun hanyaKehidupan masalahKonsep waktu
Seleksi
Menurut saja.
Kelangsungan
Alam
Ketuhanan
Asal Mula Al-Bayyinah:
Lembaga
Perspektif
danpada Hidup:
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan: Prinsip
supra-manusia
MasaFaktor
dan CaturKebenaran
Al-Quran:
Depan
Hidup
Al-Quran
Sudut
Bangsa
dan yang
Kebetulan
dengan
Aliran
Wahyu,
Keterbatasan
Masalah
atau
Kehidupan
Kehidupan
Berbagai
Individu bagi
Pengantar
Pandang Agama
Agama
Aborigin
Teori AgamaYang
ternyata
Hakikat
atau
Perspektif
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Permainan
dan
yang
danAlam Nyata,
Penderitaan
Kosmologibenar
Takdir?
Zoroaster
Tercakap
di
Buddha
SemestaJinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Singkat
Sekulerisme
di
dan Konghucu
di
Agama Bumi
Judi
Australia
Luar Bumi
Pendapat
Masyarakat Tao dalam
banyak di antaranya yang sudah Perandibahas
Tanah Lempungbab-babdan
KhiralitasWahyu
Imanlain.Ilahi
Kepada
Fitrat
Fotosintesis
(Keberpihakan) dan
Disini Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam kamiGhaib"
Wahyu
Evolusi
di Alamhanya bermaks
pengungkapan segala kejadian di dunia, tentunya
Al-Qayyimah: juga bisa
Ajaran dipercayai
yang berkenaan
Berkesinambungan dengan
menjelaskan gaya argumentasinya. Berbicara tentang Pengetahuan,
kejadian dan Kebenaran
masa depan yang berada
pemenuhan segala hal yang terkait dengan akhirat. Sampai disini inilah argumentasi
luartentang
jangkauankehidupan masa datang karena tidak ada sarana lain guna menguji kebenarannya tenta
kemampuan imajinasi manusia, Al-Quran secara simultan berbicara
kehidupan setelah mati, terkadang dalam bahasa yang bermakna ganda. Nubuatan ya
sebelum kematian.
terkandungadanya dalam
Setelah kemunculan bentuk
ayat-ayatkemungkinan
membahas itu bisakehidupan
dibaca adanya baru berlaku
sebagai
evolusi yang
bentuk sangat
pada berbeda
masasetelah
eksistensi di mati,mau p
sekarang
beberapa
nanti dimuka ayat
akhirat. dalam
bumi Al-Quran
Bilasebagai
semuapengganti jelas
kejadian di menggambarkan
manusia. adanya kemunculan
dunia yang disebutkan tadi ternyata secara jelas d bentuk kehidupan
barubisa
tidak yang dibantah
sangat berbeda menjadi di muka suatubumi sebagai
kenyataan, pengganti maka manusia.
pemenuhan kejadian-kejadian
akhirat pun hanya masalah waktu saja. Lembaga supra-manusia yang ternyata benar dala
pengungkapan§ª²¨ ic°i\C Ú Vc  °1kejadian
segala Ú
WcXT ×1Å×°FÖkÄc di
Ú
W‘Rd dunia,
D¯  ©FSVÙ¯tentunya
Xº×q)]XT °1šXjuga
S›\-‚bisa
|<Q \] Ô VU
‹ EU WmV" berkenaan
dipercayai 2 deng
pemenuhan segala hal yang terkait dengan akhirat. Sampai disini inilah argumenta
tentang kehidupan masa datang karena tidak ada sarana sc­s\ȯ 
§«©¨ lain \°šVl W%XT kebenarann
 rQ"WÃ menguji
guna
sebelum kematian.
‘Tidakkah engkau lihat bahwa Allah menjadikan seluruh langit dan bumi ini dengan hak?
Jika‘Tidakkah
Setelah membahas
dikehendaki-Nya,engkaukemungkinan
Dialihatdapat
bahwa Allah
memusnahkan menjadikan
adanya evolusi
kamu seluruh
dan bentuk
mendatangkanlangiteksistensi
dan bumiyang
mahluk setelah ma
beberapa baru.
ayatinidalam
Dan yang demikian itu tidaklah musykil bagi Allah sedikit jua pun.’ (S.14 kehidup
dengan Al-Quran
hak? Jika jelas menggambarkan
dikehendaki-Nya, Dia dapatadanya
memusnahkankemunculan kamu bentuk
dan
baru yangIbrahim:20-21)
sangat berbeda
mendatangkan di muka
10 mahluk yangbumibaru. sebagai
Dan yang pengganti
demikianmanusia.
itu tidaklah musykil
bagi Allah sedikit jua pun.’ (S.14 Ibrahim:20-21)10
Ayat di atas tidak bisa diterapkan pada hal yang berkaitan dengan kehidupan setelah
ic°imuka
§ª²¨Kata
mati. \C Ú Vc bersyarat
°1Ú
WcXT ×1Åbahasa
×°FÖkÄc Ú
W‘ Rd D¯ in ©Fyang
Arab SVÙ¯ Xº ×q)]XT jika
berarti °1šXS›\-‚mengimplikasikan
|<Q \] ‹ EU WmV" 2 Ô VU
Ayat di atas tidak bisa diterapkan
bukan kehidupan setelah mati yang dimaksud karena nanti jadinya malah menimbulkan
pada jelas hal yang berkaitan bahwa
dengan
keraguan kehidupan
tentang eksistensi setelah
pasti mati. dari Kata akhirat, muka bersyarat
mengingat
¨ sbahasa
c­s\ȯ kitab
§«©seluruh  rQArab
"Wà \ °šVl W%XT
Al-Quran
menganggapnya sebagai suatu realitas mutlak tanpa syarat. Ayat di atas tidak berbicara
in
tentang yang berarti
mengganti jika
manusia jelas mengimplikasikan
denganAllah yangmenjadikan bahwa
sejenis sepertinya. bukan
Ayat itu kehidupan
‘Tidakkah engkau lihat bahwa seluruh langit danjelasbumimenyatakan
ini dengan hak?
setelah
adanya
Jika mati
penciptaan yang
dikehendaki-Nya,
barudimaksud
(khalq) dankarena
Dia dapat
berbicara
memusnahkannanti jadinya
tentang malah
keseluruhan
kamu dan menimbulkan
umat manusia yang
mendatangkan mahluk yang
diubah menjadi suatu entitas baru.
keraguan
baru. Dan tentang
yang eksistensi
demikian pasti
itu dari
tidaklah akhirat,
musykil
Keseluruhan alam semesta ini dibangun berdasar Kebenaran, begitu juga dengan mengingat
bagi Allah seluruh
sedikit kitab
jua pun.’ (S.14
Ibrahim:20-21)
Al-Quran
manusia menganggapnya
yang merupakan 10 puncak karya sebagai suatu realitas
penciptaan. Jelas mutlak tanpa dengan
sekali berbeda syarat. subyek
tentang kehidupan setelah mati, Al-Quran juga berbicara tentang bentuk lain di bumi ini
Ayat
yang Ayat di atas
di atas tidak
akan menggantikan tidak bisaberbicara
umat tentang
diterapkan
manusia: pada mengganti
hal yangmanusia
berkaitandengan denganyang kehidupan setel
sejenis
mati. Kata muka sepertinya.
bersyaratAyat bahasa itu jelasArabmenyatakan in yang berarti adanya jika penciptaan baru
jelas mengimplikasikan bahw
bukan kehidupan
(khalq) dan §«±¨ ™Z c°i×V" ×1ÀIQ ›V:Ù%tentang
setelah
berbicara mati U X=Ù„iW X=ل°‰keseluruhan
yang Vl¯ XT ×1ÉFWmÔyU W5Øjumat
dimaksud \i[‰XT ×1ÀImanusia
karena nanti À ÙV‹8 yang diubah
›R<Ù Q V] C jadinya malah menimbulk
keraguan tentang eksistensi pasti dari akhirat, mengingat seluruh kitab Al-Qur
‘Kami telah
menjadi
menganggapnya suatu menciptakan
sebagai entitas suatu baru.mereka
realitas danmutlak menguatkan tanpa segala
syarat. bagian tubuh
Ayat di mereka
atas tidak dan berbica
apabila Kami menghendaki, Kami dapat mengganti bentuk mereka dengan yang lain
tentang mengganti
yangKeseluruhan
manusia
berbeda.’ (S.76 alam
dengan
Ad-Dahr:29) semesta yang
11
ini sejenis
dibangun sepertinya.
berdasar Ayat Kebenaran,itu jelas menyatak
adanya penciptaan baru (khalq) dan berbicara tentang keseluruhan umat manusia ya
diubah
begitu
menjadi
juga dengan manusia
suatu entitas baru.
yang merupakan puncak karya penciptaan.
Begitu juga di tempat lain:
Jelas sekali berbeda
Keseluruhan alam semesta dengan ini subjek dibangun tentang kehidupan
berdasar setelah mati,
Kebenaran, begitu juga deng
manusia yang
Al-Quran merupakan
juga berbicara puncak
§­ª¨ WÛÜ°SÈԁ\-¯ ÀCÙVZ8 W%XT Ø/ÁKØ<°K% <n×m\\ W$°FiW}5 DU r
karya
tentang penciptaan.
bentuk lain diJelas
bumi sekali
ini berbeda
 Q"Wà §­©¨ WDTÃq°i›V V 5¯ ª!­m›WÓS5Ú4XT ª­m›W‘S5Ú4 ªD!Wm¯ Ä1¦akan
yang ÙÊ Z
, VÙ
dengan suby
tentang kehidupan setelah mati, Al-Quran juga berbicara tentang bentuk lain di bumi
menggantikan
yang akan menggantikan umat umat manusia:manusia:

À ÙV‹8
§«±¨ ™Zc°i×V" ×1ÀIQ ›V:Ù%U X=Ù„iW X=ل°‰ Vl¯ XT ×1ÉFWmÔyU W5Øj\i[‰XT ×1ÀI›R<Ù Q V] C
  277
 ‘Kami telah menciptakan mereka dan menguatkan segala bagian tubuh mereka dan
‘Kami telah menciptakan mereka dan menguatkan segala bagian tubuh
apabila Kami menghendaki, Kami dapat mengganti bentuk mereka dengan yang lain
mereka dan apabila Kami menghendaki, Kami dapat mengganti bentuk
yang berbeda.’ (S.76 Ad-Dahr:29) 11
mereka dengan yang lain yang berbeda.’ (S.76 Ad-Dahr:29)11
Begitu juga di tempat lain:

§­ª¨ WÛÜ°SÈԁ\-¯ ÀCÙVZ8 W%XT Ø/ÁKØ<°K% <n×m\\ W$°FiW}5 DU r


 Q"Wà §­©¨ WDTÃq°i›V V 5¯ ª!­m›WÓS5Ú4XT ª­m›W‘S5Ú4 ªD!Wm¯ Ä1¦ÙÊ Z
, VÙ
525
tentang kehidupan setelah mati, Al-Quran juga berbicara tentang bentuk lain di bumi ini
yang akan menggantikan umat manusia:

À ÙV‹8
§«±¨ ™Zc°i×V" ×1ÀIQ ›V:Ù%U X=Ù„iW X=ل°‰ Vl¯ XT ×1ÉFWmÔyU W5Øj\i[‰XT ×1ÀI›R<Ù Q V] C
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
IV
‘Kami telah menciptakan mereka dan menguatkan segala bagian tubuh mereka dan
apabila Kami menghendaki, Kami dapat mengganti bentuk mereka dengan yang lain
yang berbeda.’ (S.76 Ad-Dahr:29) 11
Begitu juga di tempat lain:
Begitu juga di tempat lain:

§­ª¨ WÛÜ°SÈԁ\-¯ ÀCÙVZ8 W%XT Ø/ÁKØ<°K% <n×m\\ W$°FiW}5 DU r


 Q"Wà §­©¨ WDTÃq°i›V V 5¯ ª!­m›WÓS5Ú4XT ª­m›W‘S5Ú4 ªD!Wm¯ Ä1¦ÙÊ Z
, VÙ

‘Tetapi Aku bersumpah dengan nama Tuhan-nya sekalian Timur dan Barat,
bahwasanya Kami memiliki kekuasaan, untuk menggantikan mereka dengan
 yang lain yang lebih baik daripada mereka
 dan tidaklah Kami dapat digagalkan 277
 dalam rencana Kami.’ (S.70 Al-Ma’arij:41-42)12

Dalam ayat di atas kata tentang ciptaan pengganti itu tidak


ada disebutkan sebagai bangsa (qaum) yang lain, bukan juga sebagai
generasi lain dari manusia. Penggunaan kata bersyarat jika berimplikasi
bahwa jika manusia memperbaiki dirinya dan mulai berperilaku secara
layak maka ia tidak perlu dipunahkan sebagai suatu spesies guna
memberikan ruang bagi spesies lain yang lebih baik.
Dengan demikian Al-Quran mengungkapkan kemungkinan
adanya pengembangan bentuk penciptaan yang lebih maju dengan
fitrat sensorik yang lebih baik, atau bahkan dengan tambahan indera
lain selain kelima indera yang kita miliki. Meski Al-Quran tidak
menyatakan kalau hal ini pasti terjadi, namun ditegaskan di sini
bahwa Tuhan mempunyai kekuasaan untuk membuahkan perubahan-
perubahan demikian sejalan dengan rencana-Nya. Semua itu menafikan
konsep tentang evolusi buta yang didasarkan pada faktor kebetulan.
Posibilitas adanya evolusi yang berkelanjutan sebagaimana tersirat
adalah salah satu bukti keakbaran pengetahuan dan kebijaksanaan
yang dimiliki oleh Pengarang Kitab Suci Al-Quran. Selanjutnya hal itu
juga menjadi bukti kebenaran Al-Quran sebagaimana diungkapkan
di bab-bab terdahulu tentang evolusi kehidupan. Karena kalau tidak
maka kitab ini tidak akan mengungkapkan kemungkinan manusia
berevolusi menjadi spesies lain, suatu subjek yang tidak ada dibahas
dalam buku-buku sekuler atau pun literatur keagamaan. Pernyataan
seperti itu hanya mungkin dilontarkan dari suatu landasan kepastian
dan pengetahuan yang mutlak.

526
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
Masa
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Depan
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
Kehidupan
bagi Yang
Hakikat
atau
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
di
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Bumi
Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

Kita belum mampu menangkap makna bagaimana proses


kemungkinan evolusi kita yang berkelanjutan atau tentang
kemungkinan adanya rangkaian evolusi baru dengan awal mula yang
lain sama sekali. Pemahaman kita baru bisa menjangkau pinggiran dari
pengetahuan mutlak karena yang lainnya akan tetap menjadi suatu hal
yang ghaib. Hanya saja apa yang tadinya ghaib itu secara konstan telah
ditransformasikan menjadi sesuatu yang bisa kita kenali atau pahami.
Semua itu merupakan proses pembelajaran yang alamiah. Allah swt
adalah Tuhan dari semua yang terlihat dan yang tidak terlihat. Secara
berangsur Dia akan memperluas cakrawala kita agar visi kita terus
menerus berkembang sejalan dengan menjadi bertambah jelasnya
segala hal yang tadinya tersembunyi di belakang tabir kegelapan.

Catatan:
* Ada beberapa ilmuwan yang mencoba mereka-reka bentuk fisik
spesies mahluk-mahluk yang ada sekarang dengan proyeksi
bagaimana rupanya beberapa juta tahun di masa depan. Hanya
saja tidak ada metodologi mapan yang digunakan dan hanya
merupakan konsep visi yang bersifat fiksi semata karena setiap
pengarang mempunyai khayalan yang amat saling berbeda satu
sama lain. (Penterjemah)

Referensi
1. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.
2. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.
3. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.

527
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
IV

4. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat


Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.
5. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.
6. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.
7. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.
8. Terjemah 56:61-63 oleh penulis.
9. Terjemah 31:29 oleh penulis.
10. Terjemah 14:20-21 oleh penulis.
11. Terjemah 76:29 oleh penulis
12. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2
(Catatan: Kata “membawa” telah diubah menjadi “menggantikan”
oleh penulis.)

528
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
Masa
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Depan
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
Kehidupan
bagi Yang
Hakikat
atau
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
di
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Bumi
Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

Telinga Manusia

529
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
IV

Mata Manusia

530
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
Masa
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Depan
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
Kehidupan
bagi Yang
Hakikat
atau
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
di
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Bumi
Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

531
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
IV

532
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman
Sistem Ilahi
Kepada dan
Organik
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Rasionalitas
"Yang
dan
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Evolusi
Wahyu
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

SISTEM ORGANIK DAN EVOLUSI

Y ang dimaksud dengan organ dalam istilah medis adalah bagian


tubuh yang mengemban fungsi khusus. Dalam diri manusia
terdapat banyak organ yang perlu diteliti untuk memastikan apakah
organ-organ itu berevolusi secara gradual dalam rentang jangka waktu
yang sangat panjang atau tercipta seketika sebagaimana diyakini
beberapa ulama. Mereka memang menyangkal teori evolusi Darwin,
namun kami yakin mereka tidak menyangkal proses evolusi itu
sendiri.
Para ahli naturalis ternyata telah salah mengerti bahwa perbedaan
di antara mereka dengan para penganut penciptaan seketika dianggap
sebagai suatu pandangan atau pendirian yang substansial. Yang mereka
maksudkan sebenarnya adalah faksi ekstrim di antara para cendekiawan
Kristen yang menyangkal teori evolusi dalam segala hal dan lebih
mempercayai bahwa segala sesuatu telah tercipta secara spontan. Yang
dimaksud dengan spontan itu ialah mereka meyakini bahwa semua
mahluk hidup sudah tercipta bagaimana adanya sekarang ini berikut
dengan segala organ yang mereka miliki. Jelas hal ini bukan konsep
Al-Quran mengenai penciptaan sebagaimana dijelaskan dalam buku
ini. Konsep Al-Quran ini sama sekali berbeda dibanding pandangan
penciptaan spontan yang diyakini oleh umat Kristen. Karena itu saat
kami membahas penciptaan dan pengembangan organ-organ fisik,
diharapkan tidak ada kerancuan dan kesalah-pahaman mengenai
pandangan kami dibanding para penganut penciptaan spontan. Suatu
hal yang merupakan kepastian tentang sistem organik bahkan pada

533
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
IV

tingkatnya yang paling sederhana adalah perwujudan dari empat hal


secara simultan:
1. Adanya penciptaan komponen luar yang juga bisa disebut sebagai
suatu organ.
2. Adanya penciptaan sistem transmisi seperti simpul-simpul syaraf
yang membawa informasi yang dihimpun oleh organ luar.
3. Adanya penciptaan sistem pengenalan internal yang kompleks
yang kami maksudkan sebagai bagian tertentu dari otak. Sistem
ini memang dirancang untuk menerima informasi dan memilah-
milahnya menjadi komponen-komponen serta memvisualisasikan
pesan intinya secara benar.
4. Setelah itu maka pusat otak harus mentransmisikan semua
informasi yang telah dihimpun ke berbagai sentra-sentra lain di
otak yang berfungsi merekam dan mendistribusikannya kembali
ke sentrasentra syaraf di bagian-bagian tubuh lainnya.

Dari semua hal itu dapat disimpulkan bahwa nyata benar terdapat
adanya suatu tujuan dan rancang bangun pada setiap organ sebagai
komponen dari sistem organik yang amat kompleks ini.

D alam pandangan kami adalah keliru menganggap bahwa


mata, telinga dan lain-lain sebagai organ independen yang
bisa melaksanakan fungsi dengan kemampuannya sendiri saja.
Sebagai organ yang berdiri sendiri sesungguhnya masing-masing
organ itu tidak berarti apa-apa. Keseluruhan organ ini baru berarti
jika dipandang sebagai bagian yang integral dari keseluruhan sistem
dimana mereka berada. Jika diteliti secara cermat bagian dalam organ-
organ itu, ternyata semua ini pun adalah sub-sistem yang mengandung
organ yang lebih kecil lagi di dalamnya. Secara totalitas semua itu
berperan sebagai sub-sistem. Hal seperti ini terdapat bahkan pada
bentuk kehidupan yang paling sederhana. Sebagai contoh, mekanisme

534
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman
Sistem Ilahi
Kepada dan
Organik
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Rasionalitas
"Yang
dan
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Evolusi
Wahyu
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

penglihatan yang terdapat pada hewan yang hidup beratus juta tahun
yang lalu sebelum kemunculan manusia, nyatanya menunjukkan
kompleksitas sistem yang sudah tertata rapih. Sistem visual mereka
juga terdiri dari berbagai organ. Bagaimana orang lalu berpandangan
bahwa semua itu merupakan hasil proses seleksi alamiah atau teori
Darwin lainnya, sungguh merupakan hal yang sulit dimengerti.
Kami juga bermaksud mempersembahkan kepada pembaca tidak
saja satu contoh tentang mata yang kita kenal, tetapi juga beberapa
bentuk konstruksi mata lainnya yang berfungsi sama mempertalikan
dunia luar dengan alam internal bentuk kehidupan. Mengenai
ketentuan yang bersifat universal ini tidak ada pengecualian. Begitu
juga kami ingin mengungkapkan kepada pembaca bahwa semua
lalu berpandangan bahwa semua itu merupakan hasil proses seleksi alamiah atau teori
Darwindetail struktural
lainnya, konstruksihal
sungguh merupakan demikian
yang sulittidak mungkin mewujud tanpa
dimengerti.
adanya rancangan awal dan pengetahuan ilmiah
Kami juga bermaksud mempersembahkan kepada dari sosok
pembaca tidak perancang
saja satu contoh
tentang mata yang kita kenal, tetapi juga beberapa bentuk konstruksi mata lainnya yang
yangsama
berfungsi melahirkannya.
mempertalikanPatut
duniadiingat bahwaalam
luar dengan setiap komponen
internal bentuk terdiri
kehidupan.
Mengenai ketentuan yang bersifat universal ini tidak ada pengecualian.
dari sub-komponen yang masing-masingnya juga bersifat kompleks Begitu juga kami
ingin mengungkapkan kepada pembaca bahwa semua detail struktural konstruksi demikian
dan memerlukan
tidak mungkin mewujud tanpapenjelasan banyakawal
adanya rancangan sekali mengenai ilmiah
dan pengetahuan komposisi
dari sosok
perancang yang melahirkannya. Patut diingat bahwa setiap komponen terdiri dari sub-
internalnya serta fitrat dari material yang menjadi bahan dasarnya.
komponen yang masing-masingnya juga bersifat kompleks dan memerlukan penjelasan
banyak sekali mengenai komposisi internalnya serta fitrat dari material yang menjadi bahan

D
dasarnya. ua organ paling vital yang membedakan yang mati dari yang

D
hidup adalah telinga berikut sistem auditori serta mata sebagai
bagianuadari sistem
organ palingoptik. Kami
vital yang akan memulai
membedakan bahasannya
yang mati dari yang dengan
hidup adalah
kemampuan pendengaran sebagaimana juga dikemukakan dalam Al- akan
telinga berikut sistem auditori serta mata sebagai bagian dari sistem optik. Kami
memulai bahasannya
Quran: dengan kemampuan pendengaran sebagaimana juga dikemukakan
dalam Al-Quran:

‚ QQ\i°‹ÙÙ)]XT Wm›_¡×)]XT \ÌÕ-‚ Ä1ÅV #\È\BXT >‹Ùk[‰ |ESÀ-Q ØÈ"V Y ×1Å°)›\I‰%Ê ©DSżÈ C°K% 1Å\BWmØ\U ŒXT

§°±¨ |ETÄmÅՑV" ×1Å‹ \ÈV


‘Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibu-ibumu dalam keadaan kamu tidak
‘Allah telah
mengetahui mengeluarkan
apa pun kamu dari
dan Dia memberi perut
kamu ibu-ibumu
telinga, dalam
mata dan keadaan
hati, supayakamu
kamu
tidak (S.16
bersyukur.’ mengetahui apa pun
An-Nahl:79) 1
dan Dia memberi kamu telinga, mata dan hati,
supaya kamu bersyukur.’ (S.16 An-Nahl:79)1
Pembaca perlu diingatkan bahwa kata dalam bahasa Arab Al-Fuad yang dalam hal ini
diterjemahkan sebagai hati, sebenarnya yang dimaksud adalah singgasana dari pemahaman
manusia dan bukannya hati dalam pengertian fisik. Banyak ayat Al-Quran yang mendukung
pengertian ini seperti:

535
sU Xq W% Àj[UÁÝÙ ]![k[ W%
‘Hati Rasulullah tidak berdusta tentang penglihatan apa yang dilihatnya.’ (S.53 An-
Najm:12) 2
‚ QQ\i°‹ÙÙ)]XT Wm›_¡×)]XT \ÌÕ-‚ Ä1ÅV #\ÈB
\ XT >‹Ùk[‰ |ESÀ-Q ØÈV" Y ×1Å°)›\I‰%Ê ©DSżÈ C°K% 1Å\BWmØ\

§°±¨ |ETÄmÅՑV"
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
IV
‘Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibu-ibumu dalam keadaan ka
mengetahui apa pun dan Dia memberi kamu telinga, mata dan hati, supa
Pembaca
bersyukur.’ (S.16perlu diingatkan1 bahwa kata dalam bahasa Arab Al-
An-Nahl:79)
Fuad yang dalam hal ini diterjemahkan sebagai hati, sebenarnya yang
Pembaca
dimaksudperlu
adalahdiingatkan bahwa
singgasana dari kata dalam
pemahaman bahasa
manusia dan Arab Al-Fuad yang d
bukannya
diterjemahkan sebagai
hati dalam hati, sebenarnya
pengertian fisik. Banyak yang dimaksud
ayat Al-Quran adalah
yang singgasana dari p
mendukung
manusia dan bukannya hati dalam pengertian fisik. Banyak ayat Al-Quran yang
pengertian ini seperti:
pengertian ini seperti:

sU Xq W% Àj[UÁÝÙ ]![k[ W%


‘Hati Rasulullah tidak
‘Hati Rasulullah berdusta
tidak tentangpenglihatan
berdusta tentang penglihatan apadilihatnya.’
apa yang yang dilihatnya.’ (S
Najm:12)
(S.53 An-Najm:12)2
2

Ayat iniAyatmerujuk pada pada


ini merujuk kasyaf tentang
kasyaf fitrat-fitrat
tentang fitrat-fitratTuhan
Tuhan sebagaima
kepada Rasulullah saw. Jelas bahwa terjemahan kata ‘hati’
sebagaimana nampak kepada Rasulullah saw. Jelas bahwa terjemahan merupakan kata
fikiran karena bukan
kata ‘hati’ hati kata
merupakan dalam
kiasanpengertian fisik bukan
dari fikiran karena yang hatidianggap
dalam bisa mem
fitratfitrat Tuhan, karena hanya fikiran saja yang mampu. Dengan uraian sing
pengertian
akan kembali kepadafisikbahasan
yang dianggap
awal danbisa menggambarkan
membayangkan fitratfitrat
anatomiTuhan,
dari telinga m

B
karena hanya fikiran saja yang mampu. Dengan uraian singkat ini kami
akan kembali kepada bahasan awal dan menggambarkan anatomi dari
telinga
agian manusia.
telinga yang kelihatan di luar disebut sebagai aurikula (pinna)

penangkapan
B agian
berbeda sedikit
dan ada pula (pinna)
telinga masing-masing
di antara
yangyang
gelombang
yang kelihatan diorang,
kecil.
salingTujuannya
suara yang
luar disebut
adalah
berbeda sedikit
kemudian
dimanasebagai aurikula
ada yang
samamasing-masing
di antara
diarahkan
orang, dimana ada yang memiliki pinna yang besar dan ada pula
memiliki pinn
yaitu sebagai perlua
kepada lubang telinga
Bagian luar ini merupakan awal dari kanal auditori eksternal (meatu
yang kecil. Tujuannya adalah sama yaitu sebagai perluasan bidang
tersebut memanjang ke dalam sepanjang 2,5 sentimeter yang dindingnya meng
penangkapan
lilin lembut gelombang
dan berujung suaramembran
pada yang kemudian
timpanidiarahkan kepada telinga
atau gendang
Disinilahlubang telinga
berakhir luar. eksternal. Membran timpani merupakan pembata
telinga
telinga eksternal dengan
Bagian telinga
luar ini tengah.
merupakan awalTekanan
dari kanaludara di antara
auditori eksternalkedua bagia
(meatus). Saluran tersebut memanjang ke dalam sepanjang 2,5
 sentimeter yang dindingnya mengekskresikan  lilin lembut dan
 berujung pada membran timpani atau gendang telinga (tympanum).
Di sinilah berakhir telinga eksternal. Membran timpani merupakan
pembatas di antara telinga eksternal dengan telinga tengah. Tekanan
udara di antara kedua bagian itu dijaga keseimbangannya melalui suatu

536
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman
Sistem Ilahi
Kepada dan
Organik
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Rasionalitas
"Yang
dan
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Evolusi
Wahyu
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

tabung khusus yang disebut tabung Eustachius yang menghubungkan


ruang telinga tengah dengan faring (tekak-pharynx). Mekanisme ini
amat esensial karena dengan itulah dimungkinkan gendang telinga
bergetar bebas ke kedua arah.
Telinga tengah merupakan kavitas atau lekuk berongga, yang
terletak di antara kanal auditori eksternal dengan telinga dalam.
Kavitas ini berisi udara dan tiga buah osikel atau tulang kecil yang
saling berhubungan satu sama lain agar bisa mengamplifikasi dan
mentransfer gelombang suara dari gendang telinga ke telinga dalam.
Ketiga tulang dalam rangkaian itu diberi nama malleus (martil),
incus (landasan) dan stapes (sanggurdi). Tulang malleus berhubungan
langsung dengan gendang telinga, sedangkan incus melekat ke osikel
pertama dan ketiga. Tulang yang ketiga (stapes) berkait dengan
membran dari jendela oval yang bergetar dan mentransfer getaran
suara ke cairan yang terdapat di telinga dalam.
Telinga dalam terdiri dari cepuk atau pundi (sac) dan pipa
atau duktus (duct) yang secara bersama-sama melaksanakan fungsi
pendengaran serta menjaga keseimbangan gerak. Semua ini merupakan
bagian yang paling kompleks dari keseluruhan telinga dan terdiri dari
tiga ruang terpisah yang merupakan lekukan di dalam tulang temporal
(pelipis). Ruang-ruang itu membentuk labirin tulang yang terdiri dari
vestibula, koklea dan saluran semisirkular, dimana semuanya berisi
cairan yang disebut perilimfe. Melekat pada masing-masing membran
adalah ujung-ujung syaraf yang luar biasa peka terhadap gerakan
cairan. Dalam cairan dari rongga tulang saluran semisirkular terdapat
duktus membran yang berisi cairan lain yang disebut endolimfe.
Begitu juga terdapat membran koklea yang terdapat dalam perilimfe
dari tulang koklea yang juga berisi endolimfe. Gelombang suara
menyebabkan membran timpani bergetar. Getaran ini diperkuat oleh
tulang-tulang osikel dan ditransfer ke perilimfe. Perilimfe kemudian
menyalurkannya melalui membran kepada endolimfe. Gelombang

537
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
IV

endolimfe ini kemudian ditransfer ke


reseptor sel rambut yang terstimulasi
dan menyalurkan impuls-impuls
melalui serabut syaraf ke pusat otak
(cerebrum).
Fungsi keseimbangan dilakukan
oleh tiga saluran berbentuk tuba dari
saluran semisirkular yang terletak
menyiku satu sama lain pada tiga
tingkatan yang berbeda. Cairan di
dalam ketiga tuba ikut bergerak saat
kepala digelengkan, walau hanya
sedikit. Sinyal-sinyal secara konstan
ditransmit ke pusat otak melalui serabut syaraf dan diterjemahkan di
sana. Melalui penafsiran itu kita bisa mengetahui bagaimana posisi
tubuh kita dan ke arah mana posisi itu akan berubah. Gerakan ke
kanan, kiri, depan, belakang, ke atas dan ke bawah, semuanya diikuti
dengan akurat. Perubahan posisi yang terkecil sekali pun pasti direkam
dan menciptakan kesadaran sejalan di dalam otak 3. Sebuah sketsa
diberikan pada Gambar 7 guna membantu pembaca memvisualisasikan
apa yang dibahas di atas.
Kami telah menguraikan secara singkat tentang bentuk dan fungsi
bagian-bagian dari sebuah telinga. Deskripsi ini bisa dikembangkan
lebih lanjut dengan menguraikan sel dan jaringan yang membentuk
bagian serta kompleksitas internalnya. Namun apa yang sudah
diuraikan di atas kiranya memadai guna membuktikan bahwa bagian
luar telinga adalah organ yang menantang semua teori evolusi tentang
pengembangan konstruksi secara gradual, perlahan-lahan dan setitik
demi setitik. Setiap bagian dari organ ini merupakan hal yang esensial
bagi indera pendengaran, dimana jika terganggu oleh penyakit bisa
merusak atau menjadikannya tidak berfungsi sama sekali.

538
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman
Sistem Ilahi
Kepada dan
Organik
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Rasionalitas
"Yang
dan
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Evolusi
Wahyu
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

Kami mengundang perhatian dari mereka yang sepenuhnya


bergantung pada prinsip teori Darwin sebagai faktor kausatif
dan penentu dari proses evolusi, serta meminta mereka untuk
menjelaskan bagaimana mungkin suatu karya ilmiah dan teknologi
yang demikian sempurna bisa tercipta selangkah demi selangkah
dalam 1 milyar tahun atau lebih dibawah pengaruh faktor-faktor
kebetulan. Mampukah para ilmuwan dengan segala pengetahuan
yang mereka miliki tentang mekanisme kehidupan, fisika atau kimia,
merancang struktur dari organ ini yang bisa menjadikan orang bisa
mendengar? Setelah mereka memahami kompleksitas dari rongga
tulang temporalis (pelipis) melalui mana lewat saluran-saluran labirin,
mampukah mereka meniru dan membangun dengan material lain
padanannya? Bisakah mereka dengan sejujurnya menyatakan kalau
keajaiban demikian itu dikatakan sebagai suatu hal yang diciptakan
tanpa tujuan dan tanpa rancangan fungsional yang demikian presisi,
dan eksis dalam kehidupan semata-mata hanya karena pengaruh faktor
kebetulan dalam proses seleksi alam? Bertambah panjang rentang
waktu yang diperlukan bagi kekuatan-kekuatan buta di alam guna
menciptakan keajaiban telinga manusia, bertambah mustahil bisa
menatanya sekelumit demi sekelumit seluruh bagian menjadi suatu
rangkaian yang berarti. Pasti ada wujud pelaksana yang secara sadar
dengan pengetahuan hukum alam yang sempurna telah digerakkan
untuk mencipta telinga manusia.

N amun bukan hanya organ bagian luar saja yang menjadi problem
bagi para ahli evolusi yang membuta yang harus mereka hadapi
dan jelaskan. Sekarang mari kita telaah simpul-simpul syaraf yang
menghubungkan pulsa bunyi yang diterima oleh telinga. Pembuatan
syaraf-syaraf ini saja merupakan tugas mustahil tanpa adanya rancang
bangun yang dibuat secara sadar. Diperlukan bahan-bahan yang tepat
agar bisa disintesakan, serta disediakan arus listrik dalam takaran
yang dikendalikan secara presisi. Salut dari syaraf tersebut harus

539
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
IV

disiapkan dari bahan khusus yang mampu menyekat setiap syaraf dari
lingkungan luarnya dan mencegahnya dari bahaya arus pendek. Syaraf
ini harus dilekatkan di tempat yang sesuai di telinga dalam, sedangkan
ujung lainnya terhubung dengan titik yang tepat di otak kecil atau
serebelum agar mampu menyampaikan getaran yang paling halus sekali
pun, sedemikian rupa jika dibaca oleh otak kecil akan memberikan
gambaran utuh. Kami tidak bermaksud menguraikan fungsi otak
kecil ini, mengingat juga memang berada di luar kemampuan bahkan
para ilmuwan yang paling piawai sekali pun. Kompleksitas susunan
syaraf ini, bagaimana caranya melaksanakan semua fungsinya serta
bagaimana caranya mentransmit pesan-pesan berarti yang diuraikan
dalam bentuk pulsa-pulsa, sampai ke otak dan selanjutnya ke
seluruh tubuh adalah suatu hal yang tidak mungkin terjadi dengan
sendirinya. Bagaimana cara memori pesan tersebut disimpan secara
terpisah dan dipelihara dalam wadah-wadah khusus yang jumlahnya
bisa bermilyar-milyar, serta bagaimana dalam seketika suatu pesan
tertentu bisa dimunculkan kembali ke permukaan kesadaran kita,
adalah kemustahilan lain jika dikatakan terjadi tanpa suatu rancangan
spesifik. Setiap pesan yang terekam dan dibawa kembali ke permukaan
kesadaran memerlukan sistem komputer yang jauh lebih besar dan
kompleks dibanding mesin komputer yang pernah dibuat manusia.
Sekarang mari kita visualisasikan beberapa kejadian pada masa
kanak-kanak kita dulu ketika kita tertawa mendengar suara seekor
hewan atau manusia di sekeliling kita. Nyatanya tetap dimungkinkan
bahwa setelah berlalu 70 tahun kemudian saat mendengar suara yang
sama kita masih tergelitik untuk tersenyum karena terkenang suara
pada masa lalu itu. Sistem kesamaan suara yang demikian mendetail
dan presisi bahkan juga membingungkan para ahli di bidang
akustik. Bisakah para penganut teori Darwin meyakini kalau semua
kompleksitas sistem pendengaran demikian merupakan hasil ciptaan

540
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman
Sistem Ilahi
Kepada dan
Organik
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Rasionalitas
"Yang
dan
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Evolusi
Wahyu
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

tangan buta dari proses seleksi alam? Namun kami tidak berbicara
hanya tentang penciptaan fungsi-fungsi itu secara individual.
Yang justru paling mentakjubkan adalah yang berkaitan dengan
pengembangan terkoordinasi secara simultan, terpisah satu sama lain
tetapi selaras secara sempurna satu dengan yang lainnya. Ketika telinga
luar terbentuk, apakah secara kebetulan pula pada saat yang bersamaan
syaraf-syarafnya juga ikut berkembang, begitu juga dengan bagian-
bagian lain di ruang lingkup tersebut? Masing-masing bagian tidak
menyadari satu sama lainnya, tidak juga mampu merancang dirinya
sendiri, tidak ada yang memiliki skema rancang bangun atau pun
tujuan kolektif. Semua ini merupakan dilema majemuk yang terkait
dengan satu atau kombinasi beberapa organ, yang secara keseluruhan
merupakan hal yang esensial bagi indera pendengaran.
Kami telah menjanjikan tidak hanya membahas telinga manusia
dengan sistem organiknya yang kompleks, tetapi juga mengulas tentang
beberapa jenis telinga di dunia hewan yang sifat kompleksitasnya
tidak ada batasnya. Sebagian daripadanya masih menjadi tantangan
bagi para ahli spesialis dalam usahanya mencoba menggambarkan
kemampuan yang luar biasa demikian.

M ari kita mulai contohnya dengan seekor burung hantu, yang di


Barat dianggap sebagai simbol kebijaksanaan tetapi di Timur

541
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
IV

malah merupakan lambang kebodohan. Bisa jadi burung ini bijak,


tetapi yang paling bijak dari antara mereka tetap saja tidak akan mampu
merancang sistem auditori serta mekanisme fungsional yang demikian
halusnya dari telinga mereka. Guna melihat keunikan karakteristiknya,
baik kita bandingkan dengan sistem auditori manusia.
Telinga seperti juga pada kebanyakan manusia, terbagi dalam
dua wadah. Pada sebagian besar spesies hewan yang maju, bentuknya
hampir sama dan fungsinya pun serupa. Informasi yang diterima kedua
telinga diharmoniskan oleh otak menjadi satu suara, namun dari sana
kita bisa mengetahui sumber dan letak asal suara. Mereka yang tuli
sebelah umumnya sulit menetapkan lokasi asal suara. Penempatan
terpisah dari kedua telinga itu saja sudah merupakan pujian akbar
bagi sang Pencipta-nya. Hanya saja para naturalis membantah untuk
mempercayai adanya suatu rencana atau rancangan dalam wujud
mekanisme pendengaran yang demikian luhur itu. Kalau kita katakan
bahwa semua itu terjadi tanpa direncanakan atau dicipta tanpa
sengaja dan terjadi begitu saja akibat pengaruh faktor kebetulan,
pasti mereka akan tersenyum lebar sambil mengatakan ‘nah, sekarang
anda mengerti!’. Bisa jadi senyum seekor burung hantu tidak berbeda
dengan senyum mereka saat itu. Namun kami tidak bermaksud
memperpanjang masalah ini.
Telinga burung hantu tidak saja setara dengan suatu rancang
bangun yang rumit tetapi juga merupakan hal yang menonjol dari
antara telinga semua jenis hewan. Telinga luar sisi kiri dan kanan
dari seekor burung hantu posisinya sedikit berbeda satu sama lain.
Perbedaan orientasi ini terukur dan dirancang secara presisi guna suatu
tujuan tertentu. Perubahan acak sekecil apa pun dalam desain akan
menjadikan telinga tersebut tidak ada gunanya lagi. Suara-suara yang
disampaikan ke telinga dalam selanjutnya ditransmit ke otak yang
kemudian menjabarkannya menjadi suatu yang berarti. Keseluruhan
sistem itu demikian uniknya dan demikian presisi dalam intrikasinya

542
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman
Sistem Ilahi
Kepada dan
Organik
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Rasionalitas
"Yang
dan
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Evolusi
Wahyu
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

sehingga memungkinkan sang burung hantu berburu mangsa meski


dalam keadaan gelap gulita tanpa pernah melakukan kesalahan.
Tergelitik oleh kemampuan burung hantu yang luar biasa itu,
komunitas ilmiah dunia sudah melaksanakan karya fantastik guna
menguraikan sistem pendengaran burung hantu dengan menggunakan
sarana elektronika yang paling canggih. Sepanjang pengetahuan
kami, karya paling akbar di bidang ini dilakukan oleh Masakazu
Konishi, Profesor di Bidang Biologi Perilaku pada California Institute
of Technology bersama beberapa rekan kerjanya. Karya mereka
dipublikasikan dalam Scientific American, April 1993.4 Meski kami
menggunakan artikel ini untuk sekeping informasi berikut, namun
harus dikemukakan di sini bahwa karya tersebut secara keseluruhan
memang luar biasa. Siapa pun yang tertarik pada data yang lebih
ilmiah dan matematis disarankan untuk membaca thesis tersebut.
Mekanisme auditori unik tersebut memungkinkan burung
hantu untuk mendeteksi gemerisik suara paling halus yang berasal
dari seekor tikus yang bergerak di bawah timbunan guguran dedaunan
pada malam hari yang paling gelap sekali pun. Burung ini bisa
mengetahui secara tepat berapa jauh, ke arah mana dan di titik mana
sang tikus sedang bersembunyi. Ia mampu membaca jaraknya sampai
kepada skala milimeter. Dalam kegelapan pekat, tanpa suara kepakan
sayap, ia bisa meluncur turun ke arah tikus dan menangkapnya tanpa
mengusik sama sekali tanah di bawahnya. Siapa yang membentuk
telinga ini dan bagaimana caranya? Mampukah seorang ahli bedah
plastik yang paling berbakat, mengubah posisi dan bentuk telinga
seorang yang buta sehingga yang bersangkutan bisa bergerak bebas
dalam kegelapan sebagaimana halnya burung hantu? Namun mereka
bisa-bisanya menyatakan bahwa proses evolusi membuta itulah yang
kebetulan telah membentuk suatu maha karya seperti itu melalui
proses seleksi alam, tanpa adanya suatu peran kreatif dan tercipta

543
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
IV

begitu saja demi kelangsungan hidup. Sungguh sulit membayangkan


bagaimana para naturalis ini bisa tetap tenang saja dengan keyakinan
mereka yang demikian membingungkan serta realitas kontradiktif
dari proses kreatif yang dihadapi.

Bagian Dalam Telinga Kelelawar

A natomi telinga kelelawar juga merupakan subjek yang amat


kompleks untuk bisa dibahas secara singkat. Detail konstruksi
dari telinga tengah dan telinga dalam mereka, meski sejalan dengan
telinga manusia, nyatanya memiliki ciri-ciri tambahan yang bersifat
unik dan selaras secara sempurna dengan kebutuhan mereka.

544
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman
Sistem Ilahi
Kepada dan
Organik
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Rasionalitas
"Yang
dan
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Evolusi
Wahyu
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

Yang patut diperhatikan terutama adalah telinga kelelawar


pemakan serangga. Sistem sonar mereka demikian rumitnya
sehingga bisa membuat malu sistem sonar paling canggih yang
pernah dikembangkan oleh ilmuwan yang paling handal sekali pun.
Kelelawar mampu terbang dengan kecepatan tinggi dalam keadaan
gelap gulita karena tali suara serta reseptor telinga mereka demikian
selarasnya dengan lingkungan mereka. Kelelawar pemakan serangga
mampu mengeluarkan suara decak dengan kecepatan dan nada yang
sangat tinggi sehingga jika ia tidak memiliki sistem proteksi yang
baik maka telinganya itu sudah rusak. Problema ini diatasi dengan
cara penciptaan otot stapedius di telinga tengah yang melekat pada
tiga tulang kecil yaitu malleus (martil), incus (landasan) dan stapes
(sanggurdi) yang berfungsi menyalurkan gelombang suara ke telinga
dalam. Setiap decak yang dikeluarkan kelelawar akan menyebabkan
otot ini menarik stapes yang menyentuh gendang telinga, sehingga
suara decak tidak tersalurkan ke telinga dalam. Frekwensi dari suara
decak serta sistem pasang lepas kontak itu tidak pernah gagal betapa
pun tingginya nada suara. Kelelawar ini diketahui mengeluarkan suara
decak lebih dari 200 kali dalam sedetik dimana otot tersebut tetap bisa
mengikuti variasi yang demikian tinggi. Namun saat gelombang suara
itu membentur objek solid dan kembali memantul ke telinga, kontak
tulang stapes dengan gendang telinga kembali tersambung, sedemikian
rupa sehingga tidak ada gema yang terlewat oleh sang kelelawar
sepanjang frekwensi pasang lepas tak terbilang itu 5. Bagaimana hewan
ini mampu melakukan hal itu sungguh sulit dipahami. Bayangkan
getaran 200 suara decak dalam 1 detik tanpa ada satu riak pun yang
ditransmisikan ke telinga dalam, namun terhubung kembali 200 kali
agar tidak ada gema yang luput dari sinyal suara yang kembali. Telinga
kelelawar bisa melakukan semua itu dalam semua ruang lingkup suara
dan gema yang disampaikan pada nada dan frekwensi yang berbeda-
beda. Ribuan kelelawar yang beterbangan dalam sebuah ruang kecil

545
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
IV

dalam kegelapan total mendecak pada tingkat nada yang berbeda-


beda. Masing-masing kelelawar mampu membedakan sinyal tiap
kelelawar lainnya.
Pengaturan tingginya frekwensi secara sadar adalah bagian yang
paling mentakjubkan dari sistem ini. Tambah cepat decak dikeluarkan
maka tambah cepat juga perolehan informasi yang diperoleh walau
dihitung dalam seper sekian detik sehingga tiap kelelawar bisa
menghindari benda yang menghalang di depannya, apakah dalam
bentuk kelelawar lain atau benda fisik. Mereka bisa melayang melewati
tidak terbilang ranting-ranting pohon dalam suatu hutan lebat tanpa
menyentuhnya sama sekali. Di dalam gua huniannya mereka bisa
mengatur terbang mengikuti kontur batu dan permukaan gua yang
bergelombang. Mereka tidak pernah bertabrakan satu sama lain atau
pun dengan batu-batu yang menonjol, kecuali tentunya jika terjadi
kecelakaan yang amat jarang terjadi. Mereka bisa mengindera selembar
benang yang lebih tipis dari rambut dan menghindari menabraknya.
Semua itu dilakukan melalui sinyal-sinyal yang frekwensi dan tinggi
nadanya diatur secara sadar oleh kelelawar.
Jika diperlukan, beberapa kelelawar bisa mendecak 200 kali dalam
satu detik, masing-masing decaknya berlangsung selama seperseribu
detik tetapi jarak antaranya cukup sehingga bisa dibedakan dari
sinyal-sinyal lain yang mirip agar sistem kontak lepas (mirip saklar
listrik) dalam telinganya bisa terus mengikuti. Dalam jangka waktu
seperseribu detik, kontak tulang yang pada manusia disebut osikel,
lepas dari gendang telinga dan sebelum sinyal kembali sebagai gema,
tulang itu kontak lagi dengan gendang telinga, tanpa ada kegagalan
meski rentang waktunya demikian kecil.5 Semua itu terjadi secara
sadar. Kelelawar tahu kapan saatnya menaikkan frekwensi sinyal dan
mengatur tinggi nada sesuai kebutuhan. Ia bisa memilih jalur frekwensi
yang tidak akan mengganggu ratusan ribu sinyal kelelawar lainnya.
Kita benar-benar terpana bagaimana mungkin tangan dari proses

546
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman
Sistem Ilahi
Kepada dan
Organik
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Rasionalitas
"Yang
dan
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Evolusi
Wahyu
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

seleksi alamiah mampu membentuk daun telinga, kerongkongan


dan otak kelelawar dengan demikian akurat dan sempurna. Manusia
sendiri tidak mampu mendengar suara decak yang mereka keluarkan
karena berada di tingkat tangga nada yang tidak mungkin bisa didengar
telinga manusia. Kalau semua sinyal suara kelelawar itu bisa didengar
maka gendang telinga manusia pasti akan pecah. Untung baginya
meski melihat demikian banyak kelelawar beterbangan di hutan, ia
bisa menikmatinya dalam suasana penuh kesunyian.
Tidak digunakannya mata untuk jangka waktu panjang membawa
efek pengerutan, sama seperti anggota tubuh manusia yang lama tidak
digunakan. Efek berkepanjangan dari tidak digunakannya organ akan
membuat organ itu mengerut menjadi kecil sampai akhirnya hilang.
Fenomena ini merupakan hal yang umum dalam kehidupan dan tidak
mengecualikan siapa pun. Karena itulah mata kelelawar pemangsa
serangga menjadi mini dan terlihat hanya sebagai lubang kecil saja.
Adapun kelelawar pemakan buah memiliki mata yang besar dan indah
yang bisa melihat, membedakan dan menetapkan lokasi.
Kembali pada konstruksi dari telinga kelelawar serta kelebihannya
di atas telinga manusia, otot tambahan yang berfungsi sebagai
mekanisme kontak lepas (saklar) yang demikian presisi sebenarnya
merupakan tantangan tak terjawab bagi para penganut teori evolusi.
Hilangkan fungsi khusus otot kecil tersebut dari telinga kelelawar
pemangsa serangga maka keseluruhan sistem pendengarannya akan
menjadi tidak efektif lagi. Bagaimana mungkin proses seleksi alam bisa
berperan dalam mencipta dan memilih otot tersebut? Konstruksinya
yang demikian akurat serta lokasi keberadaannya jelas bukan hasil
proses tersebut. Satu-satunya peran yang bisa dilakukan oleh proses
seleksi alam adalah menunggu sampai suatu perubahan mutatif dan
acak telah menciptakan begitu banyak variasi dari otot tersebut untuk
bisa dipilih olehnya. Jelas mustahil memvisualisasikan bahwa otot
spesifik ini berikut fungsinya yang khusus merupakan hasil ciptaan

547
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
IV

dari faktor kebetulan, tanpa suatu rancang bangun, keterampilan


sempurna dan teknologi yang presisi. Instrumen presisi seperti itu
tidak mungkin merupakan hasil proses yang bersifat acak semata.

K ebetulan ada contoh lain dari dunia burung yang juga bersifat
khusus dan sepertinya dibuat menurut pesanan seperti memesan
pakaian pada seorang tukang jahit. Fungsinya justru memelihara
hewan bersangkutan dari akibat buruk kemampuan fungsinya sendiri,
dan merupakan kemampuan yang unik dalam keseluruhan dunia
hewan.
Paruh burung pelatuk digunakan untuk menohok secara cepat
batang kayu pohon guna mencari tahu lokasi ulat di dalamnya yang
bisa diketahui dari suara gerakan merayapnya. Gerakan menohoknya
demikian cepat sehingga bisa mencapai ratusan kali per detik sehingga
ulat di dalamnya ketakutan dan keluar dari persembunyiannya,
untuk kemudian disambar sang pelatuk dengan lidahnya yang
panjang. Gerakan itu demikian cepat sehingga manusia tidak mampu
membedakan masing-masing tohokan yang terlihat sebagai suatu yang
kabur. Kemampuan fungsional seperti itu merupakan suatu yang unik
di dunia burung. Yang lebih luar biasa dan unik lagi adalah sistem
yang melindungi otak burung pelatuk dari kerusakan akibat renjatan
gelombang kejut yang dihasilkan tohokan paruhnya itu.
Di antara bagian paruh dengan segmen otaknya terdapat jaringan
khusus yang berfungsi sebagai pemisah yang meredam gelombang
renjatan agar tidak mencapai otak secara langsung. Tidak ada burung
lain yang bisa mematuk dengan kecepatan burung pelatuk dan tidak
ada juga yang diberi sarana proteksi demikian. Hal ini merupakan
contoh lain bagaimana suatu hewan dilindungi dari efek negatif karena
fungsi mereka yang bersifat khusus. Apakah para ahli naturalis bisa
mengemukakan melalui metodologi acak bagaimana yang mampu
menjelaskan cara bahwa proses seleksi alam secara kebetulan telah
menciptakan kemampuan seperti itu.

548
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman
Sistem Ilahi
Kepada dan
Organik
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Rasionalitas
"Yang
dan
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Evolusi
Wahyu
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

Mari sekarang kita kembali ke pokok bahasan tentang telinga,


gelombang suara dan sarana peralatan sonar. Dari hewan yang hidup
dalam kegelapan, sekarang kita menyelam masuk ke dasar laut dan
sungai seperti Indus, Gangga dan Amazon untuk melihat bagaimana
hewan-hewannya menghadapi habitat yang berlumpur dan kelam
itu.

L umba-lumba (dolphin) adalah hewan yang dilengkapi dengan


sarana sonar yang bisa digunakan baik di lautan lepas atau pun
di dasar berlumpur tebal dari laut dan sungai. Lumpur stagnan yang
tebal tidak memungkinkan mereka melihat jelas sejarak beberapa
sentimeter benda-benda di muka mereka. Yang mereka butuhkan
tidak hanya mata tetapi juga sistem sonar lengkap sebagaimana mereka
telah dibekali. Sistem ini begitu kompleks dan saling bergantung satu
sama lain sehingga memerlukan kajian secara khusus. Di kepalanya
terdapat saluran-saluran dan sinus-sinus yang dipadatkan, untuk
saluran arus udara yang membentur bagian atas kepalanya. Karena
itu di dahi lumba-lumba terdapat organ berlapis lemak berbentuk
oval yang disebut melon. Udara yang terkompresi ketika membentur
melon ini akan mengaktifkannya guna melakukan suatu phenomena
yang ajaib. Gumpalan lemak itu langsung berubah menjadi stasiun
sonar. Kerjanya seperti lensa suara yang memancarkan sorotan sonik
ke arah depan menembus air atau lumpur tanpa halangan.

549
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
IV

550
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman
Sistem Ilahi
Kepada dan
Organik
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Rasionalitas
"Yang
dan
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Evolusi
Wahyu
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

Lumba-lumba mampu memancarkan 700 sinyal gelombang sonar per


detik yang akan memantul balik jika membentur objek yang solid.
Gema pantulan itu dihitung cermat dalam otak lumba-lumba guna

551
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
IV

menentukan jarak tepat antara objek dengan lumba-lumba, serta


bentuk objek tersebut. Lumba-lumba bisa mengindera objek metal
kecil yang terletak jauh serta mengetahui apakah objek itu dalam
keadaan berisi atau kosong. Ia juga bisa membedakan objek yang
hidup dengan yang tidak hidup. Ia menggunakan sarana yang sama
di laut lepas guna mendeteksi ikan yang terletak berkilo-kilometer
jauhnya. Dengan bantuan alat sonar itu ia bisa meluncur cepat
mendekati kerumunan ikan sambil terus menghitung jarak sampai ia
bisa mulai menelan ikan-ikan itu satu per satu.6 Bisakah proses seleksi
alam mencipta sistem sonar yang demikian kompleks itu berikut
aparat reseptif atau penerima di otak guna menterjemahkan pantulan
gema? Adakah ahli naturalis yang mampu membuat gumpalan lemak
yang bisa menghasilkan pancaran gelombang sonar yang terarah?
Silakan menggunakan teknologi paling modern untuk mencipta satu
gelombang sonar saja dari gumpalan lemak seperti itu yang pada
lumba-lumba bisa menghasilkan 700 gelombang per detik.
Gelombang otak Darwin yang menurut para ahli naturalis
telah berhasil memecahkan teka-teki tentang kehidupan, nyatanya
hanya bisa menghasilkan tiga prinsip mati yaitu pergulatan demi
eksistensi (struggle for existence), kelangsungan hidup dari yang
tercakap (survival of the fittest) serta seleksi alam (natural selection),
yang dikatakan sebagai faktor yang telah mengukir dan membentuk
kehidupan. Para ahli naturalis lebih suka melupakan bahwa ketiga
prinsip tersebut sebenarnya adalah prinsip yang mati, tuli, bisu dan
buta. Ketiganya bukan merupakan prinsip kreatif. Prinsip-prinsip
demikian hanya bisa beroperasi setelah adanya sosok pencipta yang
telah menghasilkan sesuatu sebagai wahana kerja. Para ahli naturalis
mestinya mengemukakan terlebih dahulu proses kreatif dari sistem
pendengaran lumba-lumba, baru kemudian berbicara tentang
pengaruh seleksi alam terhadapnya. Kami hanya menuntut dari mereka
agar jangan mencampur-adukkan kedua masalah tentang seleksi alam

552
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman
Sistem Ilahi
Kepada dan
Organik
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Rasionalitas
"Yang
dan
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Evolusi
Wahyu
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

dengan faktor kreatif. Proses kreatif bagaimana dan yang mana yang
telah bekerja berkenaan dengan lumba-lumba atau pun kelelawar,
serta bagaimana proses itu telah mengembangkan sistem itu menjadi
demikian sempurna? Bagaimana cara prinsip-prinsip Darwin itu telah
membantu sang pencipta tanpa nama pada setiap jenjang kreatifitas
sebelum mereka itu mencapai bentuknya yang sekarang? Sekarang
kami akan melanjutkan pembahasan tentang indera penglihatan yang
dimulai dengan kajian singkat tentang mata manusia.

M ata adalah organ yang amat halus dan rumit. Karena itu secara
alamiah dijaga dan dilindungi dengan cermat. Bagian belakang
(dorsal) bola mata dilindungi oleh tulang tengkorak, sedangkan
kelopak mata dan bulu mata membantu melindungi bagian muka
dari mata.
Sebuah cepuk memisahkan bagian depan mata dari bola mata
itu sendiri dan bergurat membran epitel yang berfungsi membantu
pemusnahan bakteri pathogen yang mungkin masuk dari luar.
Begitu ada benda asing kecil yang masuk daerah kelopak
mata maka sistem pertahanan alamiah akan segera diaktifkan.
Gerakan cepat dari kelopak mata dibantu cairan yang dilepas oleh
kelenjar air mata yang mengandung enzim anti-bakteri, akan segera
menghanyutkannya. Air mata itu kemudian meresap keluar melalui
duktus air mata yang terletak di ujung lebih rendah dan berujung di
rongga hidung. Bola mata sendiri dilindungi bantalan lemak dalam
lekukannya serta terhubung dengan sepasang jaringan ikat dan otot
mata ke tulang rongga mata. Otot-otot inilah yang menggerakan bola
mata. Mata mempunyai bentuk yang hampir bulat. Dinding bola
mata terdiri dari tiga lapisan yaitu:
1. Sklera, bagian terluar yang terbuat dari jaringan putih yang liat,
biasa disebut sebagai putih mata. Sklera memberi bentuk pada

553
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
IV

bola mata dan transparan di bagian depannya, yang membentuk


kornea.
2. Lapisan koroid adalah lapisan tengah yang terbuat dari rangkaian
jaringan ikat dan banyak mengandung urat darah. Lapisan ini
sepenuhnya meliputi mata kecuali pupil yang merupakan bukaan
kecil di depan mata langsung di belakang kornea. Di sekeliling
pupil ini lapisan koroidnya berpigmentasi dan disebut iris, yang
memberi rona warna pada mata seperti biru, coklat, hijau atau
kombinasinya. Adalah pupil yang berfungsi mengendalikan
besaran cahaya yang masuk ke dalam mata melalui lensa
cembung kristalin yang melekat pada lapisan koroid melalui otot
siliaris. Otot ini jika berkontraksi memungkinkan mata untuk
memfokus pada objek baik yang jauh mau pun yang dekat. Yang
disebut sebagai aqueous humor adalah cairan yang memenuhi
area di antara kornea dan lensa serta membantu mempertahankan
bentuk lengkung kornea. Di belakang lensa, keseluruhan ruang
diisi dengan substansi gel transparan yang disebut vitreus humor
yang berperan untuk mempertahankan bentuk bola mata dan
mempertahankan posisi retina terhadap kornea.7
3. Retina, merupakan lapisan perseptif dan bagian paling dalam
dengan ketebalan kurang dari satu milimeter. Terdiri atas 10
lapisan sel yang berbeda-beda dan disebut sebagai sel reseptor,
ganglia dan serabut syaraf.8 Reseptor yang disebut sebagai
fotoreseptor terdiri dari dua jenis yaitu sel batang dan sel kerucut.
Terdapat sekitar 130 juta sel batang guna penglihatan hitam
putih dan hanya 7 juta sel kerucut untuk pengenalan warna
dalam penglihatan manusia.9 Sinar yang terfokus ke retina akan
menstimulasi sel kerucut dan sel batang tersebut. Sel kerucut
memiliki fungsi utama dalam pemecahan sinar menjadi berbagai
warna. Jika sel ini terganggu maka orang bersangkutan dikatakan
buta warna. Dalam keadaan terang siang hari, sel kerucut memadai

554
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman
Sistem Ilahi
Kepada dan
Organik
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Rasionalitas
"Yang
dan
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Evolusi
Wahyu
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

untuk melaksanakan semua fungsi penglihatan. Sel-sel batang


tidak berarti banyak dalam keadaan seperti itu, tetapi menjadi
penting dalam suasana penglihatan yang remang-remang atau
malam hari. Dalam cahaya temaram atau kegelapan, adalah sel
batang yang melaksanakan fungsi penglihatan, namun terbatas
pada pembedaan antara hitam dan putih saja. Sel kerucut tidak
berfungsi dalam kondisi demikian. Dalam cahaya temaram,
warna-warna menjadi pudar atau hilang sama sekali. Ketika
seseorang bergerak dari ruang yang terang ke kamar yang gelap,
waktu yang diperlukan baginya untuk bisa melihat sekeliling
adalah sepanjang waktu yang dibutuhkan sel batang menjadi
aktif. Sel kerucut dan sel batang mentransfer stimulasi kepada
ganglion yang berada dekat di depan retina. Rangsangan sinar
akan menstimulasi ganglion. Dari ganglion ini terdapat sekitar
setengah juta serabut syaraf yang membawa impulse ke syaraf
kranial besar yang disebut sebagai syaraf optik. Titik dimana
syaraf optik menyatu dengan retina disebut sebagai bintik buta
karena di tempat itu tidak ada sel batang atau pun sel kerucut.

D ari belakang setiap bola mata terdapat syaraf optik yang berfungsi
mentransfer penglihatan ke lobus baga oksipital dari cerebrum
(otak besar) yang menjadi pusat indera penglihatan. Sentra ini terbagi
atas dua lobus, masing-masing untuk mata kanan dan kiri. Sebagian
dari serabut syaraf optik menyeberang dari bola mata kanan ke kiri
dan dari yang kiri ke kanan. Dengan demikian apa yang dilihat tiap
bola mata akan diterjemahkan oleh kedua lobus.10 Citra yang dibentuk
oleh retina sebenarnya terbalik tetapi oleh sentra penglihatan imaji itu
dibalik kembali. Sentra penglihatan ini juga mempunyai fungsi-fungsi
fantastik lainnya. Citra yang diterima sentra sebenarnya amat sangat
kecil tetapi terlihat seperti ukuran sebenarnya padahal citra ini bisa
beratus ribu atau bermilyar kali lebih besar dari dimensi imaji yang

555
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
IV

diterimanya. Contohnya jika kita memandang langit yang penuh


bintang-bintang. Citra angkasa yang demikian luas yang terekam
di salah satu titik kecil di otak, malah bertriliun kali lebih besar
dibanding imaji awal yang diterima retina. Keajaiban demikian bukan
semata-mata kerja bola mata saja, tetapi oleh keseluruhan sistem
visual dari ketiga organ utama yang terkait. Namun penampakan
paling akbar dari citra yang dihasilkan adalah apa yang dilakukan oleh
sentra penglihatan di otak. Retina juga memiliki berbagai keajaiban
lainnya.
Retina bekerja ibarat film yang merekam suatu pemandangan,
mencucinya secara langsung dan kemudian langsung menangani visi
berikutnya, suatu hal yang tak mungkin dilakukan oleh film atau
videotape buatan manusia. Banyak lagi keajaiban lain yang dilakukan
oleh sentra penglihatan. Sentra ini merekam dan menyimpan imaji yang
diterima dalam ukuran apa adanya pada salah satu sistem kearsipan
yang terdapat di otak. Bermilyar-milyar citra yang bisa direkam dan
disimpan sepanjang umur manusia. Seorang yang berfikiran sehat,
dalam seketika bisa melihat lagi citra yang pernah dilihatnya saat
ia masih kanak-kanak, lengkap berikut warna, keadaan lingkungan
dan ukuran sebenarnya. Begitu juga jika ada rangsangan yang terkait
dengan suatu imaji tertentu, betapa pun sudah sekian lamanya berlalu,
juga bisa muncul kembali di fikiran secara seketika. Dengan demikian
otak merupakan organ ketiga dari sistem organ penglihatan.

P enelitian ilmiah secara besar-besaran telah dilakukan mengenai


rangsangan rasa takut pada berbagai hewan serta pengaruhnya pada
organ reseptif dari suara dan penglihatan yang dikenal sebagai otak.
Mereka menemukan, jejak rasa takut pada jaringan otak, baik yang
disebabkan oleh suara atau penglihatan, ternyata bersifat permanen.
Responnya bisa ditekan atau dihapus melalui penanganan psikiater
atau obat-obatan, namun bayangannya tetap tinggal permanen.
Keseluruhan sistem optik ini masih membingungkan para ilmuwan

556
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman
Sistem Ilahi
Kepada dan
Organik
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Rasionalitas
"Yang
dan
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Evolusi
Wahyu
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

modern yang mencoba memahaminya. Tidak ada sistem optik atau


auditori buatan manusia yang mengandung ketiga organ yang kami
sebutkan itu, bisa menyamai intrikasi dari mekanisme koordinasi
yang demikian ajaib. Hal ini seharusnya menjadi bidang penelitian
para ahli naturalis untuk menemukan kekuatan apa yang berfungsi
sebagai pemeran kreatif yang harmonis. Namun tidak mereka
lakukan, mungkin karena jari-jari sistem komposit ini akan terangkat
menunjuk Tuhan sebagai penciptanya dan bukan prinsip-prinsip
Darwin. Dalam hal ini kami berbicara tentang biologi internal dan
mekanisme kehidupan, bukan tentang kekuatan-kekuatan eksternal
yang beroperasi secara membuta dan tidak ada korelasinya dengan
mekanisme yang diuraikan di atas.
Sebagaimana telah kami ulas sebelumnya dalam buku ini, awal dari
penglihatan tidak bermula dengan penciptaan mata. Indera kesadaran
komposit yang berkembang di dunia hewan itulah yang menghasilkan
perkembangan organiknya. Uji coba ilmiah yang terkendali secara
ketat belum lama ini dilakukan dalam kegelapan dunia bawah, beratus
meter di bawah permukaan air laut sampai pada kedalaman beberapa
kilometer di bawah dasar laut. Pada kedalaman laut 200 meter, sama
sekali tidak ada lagi cahaya yang terlihat. Dalam pengamatan itu
ditemukan bahwa beberapa hewan yang tidak mempunyai mata yang
hidup dalam kegelapan demikian ternyata menunjukkan reaksi pada
kerlipan cahaya lemah yang dikeluarkan oleh hewan yang berpendar.
Temuan ini dilakukan dengan bantuan mekanisme elektronik yang
dinamakan Ventana. Mesin ini tidak berawak dan dikendalikan dari
jauh melalui kabel-kabel yang juga berfungsi memberikan pasokan
listrik kepadanya. Melalui kabel-kabel itu juga para ilmuwan yang
berada di kapal di atasnya memperoleh informasi, baik siang atau pun
malam. Laporan menarik mengenai esksperimen ini dipublikasikan
dalam berkala Scientific American dalam bulan Juli 1995.11 Di
antara berbagai hal yang mentakjubkan antara lain adalah tentang

557
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
IV

Medusa (sejenis ubur-ubur) yang tidak memiliki mata sama sekali


tetapi nyatanya menunjukkan reaksi terhadap sinar yang dipancarkan
robot dengan cara menyelam dalam lebih jauh. Hal inilah yang kami
maksudkan di muka bahwa kesadaran menyebar yang semu dari
bentuk kehidupan paling mendasar inilah yang telah digunakan oleh
Sosok Pencipta dalam melahirkan organ sensorik. Setiap awal biasanya
dimulai dengan suatu yang kecil namun memiliki kemampuan untuk
berkembang ke tingkat yang mengagumkan. Jenjang berikutnya dari
kesadaran umum semu seperti yang diperlihatkan oleh ubur-ubur
Medusa, tentunya berupa mata seperti kamera lubang jarum tanpa
lensa dan nyatanya memang hal itulah yang terdapat di alam. Namun
mata lubang jarum ini pun tetap saja tidak mungkin direka oleh
prinsip Darwin karena pada tingkatnya yang paling dasar sekali pun
sudah merupakan sistem optik yang lengkap dan bukan sembarang
lubang yang tak berarti. Hewan-hewan ini memiliki bukan satu
tetapi dua lubang jarum yang mengkonvergensi informasi yang
terkoordinasi kepada sebuah reseptor di belakangnya, yang selanjutnya
meneruskan ke indera kesadaran yang bisa dikatakan sebagai bentuk
awal dari otak yang sederhana. Sistem yang terdapat pada manusia
nyatanya juga terdapat berkembang baik pada organ optik dari hewan
purba yang hidup beratus juta tahun yang lalu. Jadinya waktu yang
tersedia bagi proses evolusi buta tidak lagi banyak tersisa sejak awal
terciptanya hewan-hewan tersebut. Kebanyakan serangga ditemukan
sudah memiliki sistem optik yang lengkap dan beberapa fosil ikan
di Australia yang berumur sekitar 500 juta tahun ternyata telah
memiliki lubang yang mengindikasikan adanya mata yang besar.12
Jadinya waktu tersisa bagi proses evolusi buta itu tambah kecil lagi
karena hanya sekitar 500 juta tahun saja yang terlalu pendek untuk
bisa berlangsungnya suatu evolusi. Apalagi jika diingat bahwa periode
500 juta tahun itu harus dibagi-bagi lagi dalam beberapa sub-bagian,
dimana satu bagian dikhususkan untuk penciptaan batu bata cikal

558
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman
Sistem Ilahi
Kepada dan
Organik
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Rasionalitas
"Yang
dan
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Evolusi
Wahyu
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

bakal kehidupan. Nyatanya pembentukan cikal bakal kehidupan itu


sendiri memerlukan rentang waktu yang lebih panjang dari periode
evolusi, namun semuanya harus diakomodasi dalam rentang waktu
yang demikian pendek. Inilah dilema yang dihadapi para ilmuwan.
Apakah dunia harus menertawakan atau meratapi mereka adalah
suatu hal yang masih harus diputuskan.
Semua bentuk mata dalam keseluruhan dunia hewan,
melaksanakan fungsi ilmiah untuk apa mereka itu telah direncanakan
secara sempurna. Semuanya berada berdampingan secara harmonis
dengan lingkungannya. Ketiadaan tujuan akan menafikan eksistensi
dari suatu instrumen yang melakukan fungsi apa pun. Jika terdapat
instrumen sederhana yang mendasar yang diciptakan sebelum ada
fungsi yang harus dilakukannya, tentunya fungsi tersebut sudah
diasumsikan di depan. Hal ini merupakan logika sederhana kenyataan
kehidupan.
Manusia mulai bekerja dengan memanfaatkan batu. Batu ini
sepertinya tercipta tanpa tujuan, tetapi begitu kita melihat bahwa batu
itu dibentuk menjadi kapak yang memiliki gagang pemegang, maka
tidak akan ada orang waras yang akan mengatakan bahwa mekanisme
sederhana itu tercipta secara kebetulan tanpa tujuan yang direncanakan.
Apa yang terdapat dalam kehidupan adalah suatu yang bermilyar kali
lebih kompleks daripada itu. Setiap penciptaan kehidupan pasti ada
tujuannya dan dirancang khusus untuk memenuhi tujuan tersebut.
Jika ada yang menganggapnya sebagai perjalanan kreatif tanpa tujuan
maka yang bersangkutan benar-benar membutakan dirinya sendiri/

Referensi

1. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat


Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.

559
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
IV

2. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat


Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.
3. Catatan-catatan tentang anatomi (tanpa rincian).
4. Konishi, M. (April 1993) Listening with Two Ears, Scientific
American, hal. 34-41
5. Dawkins, R. (1996) The Blind Watchmaker, Penguin Books
Ltd., England, hal. 27-29
6. Dawkins, R. (1996) The Blind Watchmaker, Penguin Books
Ltd., England, hal. 96-97
7. Catatan-catatan tentang anatomi (tanpa rincian).
8. Otto, J. H., Towle, A. (1977) A Modern Biology, Rinehart and
Winston Publishers, USA, hal. 592
9. The Hutchinson Dictionary of Science (1993) Helicon Publishing
Ltd., London, hal. 224
10. Otto, J. H., Towle, A. (1977) A Modern Biology, Rinehart and
Winston Publishers, USA, hal. 593-595
11. Robison, B. H. (July 1995) Light in the Ocean’s Midwaters,
Scientific American, hal. 51-56
Long, John A. (1995) The Rise of Fishes, 500 million years of
Evolution, University of New South Wales Press, Australia.
(Perlu ditelaah juga karyanya berkaitan dengan ikan dalam The
Rise of Fishes, 1957)

560
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman
Sistem Ilahi
Kepada dan
Organik
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Rasionalitas
"Yang
dan
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Evolusi
Wahyu
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

Dan Tuhanmu menciptakan


apa yang Dia sukai
dan Dia pilih

561
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
IV

“PEMBUAT JAM YANG BUTA”,


TULI DAN BISU

M emenuhi janji kami pada pernyataan dalam kata pengantar


di muka, kami sekarang akan membahas buku yang berjudul
‘The Blind Watchmaker’1 (Pembuat Jam yang Buta) karangan Richard
Dawkins, sekarang ini bergelar Profesor Dawkins.
Pada awalnya terasa kurang nyaman membaca buku dimaksud
karena Profesor Dawkins sepertinya menghindar menghadapi problem
kehidupan yang nyata meski ia mengetahui dan mengakui hal itu.
Ia segera saja menyembunyikan teori-teorinya di belakang tabir asap
kerancuan yang diciptakannya sendiri. Sulit sebenarnya memegang
pokok-pokok bahasannya karena sebagian besar bersifat tidak relevan
dan tidak berkaitan. Namun ketika ia menulis tentang kehidupan
yang nyata dan segala misteri yang dikandungnya, ia melakukannya
sebagai seorang ilmuwan sejati yang tidak mengutak-atik realita demi
motivasi yang tersembunyi. Dalam hal inilah muncul Dawkins dalam
formatnya yang terbaik. Hanya saja masalahnya ketika sedang dalam
kondisi terbaik seperti itu malah ia sedang dalam keadaan terburuk
berkaitan dengan kausa dari proses seleksi alamiah. Sebenarnya setiap
bahasan tentang realitas kehidupan akan selalu menuntun orang
kepada kenyataan bahwa kehidupan dengan segala kompleksitasnya
tidak mungkin terwujud tanpa adanya sosok Pencipta yang sadar, suatu
hal yang tidak terdapat pada konsep seleksi alam. Untuk menghindari
konklusi logis seperti itulah maka ia bergegas menyembunyikan diri
ke dunia khayal ciptaannya sendiri yaitu wacana permainan komputer
dan biomorphologi. Lalu ia berusaha menarik garis pemisah di antara

562
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah "Pembuat
Lempung Wahyu
Jam
dan Iman
yang Ilahi
Kepada dan
Buta",
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Rasionalitas
"Yang
Tuli
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
dan Bisu
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

kompleksitas mesin buatan manusia dengan kompleksitas nyata yang


terdapat di alam.
Dawkins berusaha menyesatkan pembacanya dengan menyatakan
bahwa kompleksitas rekaan atau buatan manusia sebagai suatu hal
yang nyata, memiliki tujuan dan dirancang dengan baik, sedangkan
kompleksitas alam meski unsur keajaibannya jauh lebih banyak,
dianggap sebagai tidak memiliki tujuan dan rancang bangun. Ia
menekankan bahwa kesan pembaca saja yang mengatakan kalau alam
itu memang kompleks dan terencana dengan suatu tujuan yang menjadi
sasaran. Dalam hal ini ia mencoba membingungkan pembacanya
dengan cara membawanya mundar-mandir melihat ke belakang lalu
ke masa depan, dari tinjauan masa depan ke masa belakang, suatu
usaha penipuan yang aneh sebenarnya. Ia mencoba menanamkan
pemahaman bahwa semua benda buatan manusia dilakukan dengan
pandangan ke masa depan, dan karena itu maka benda tersebut
memiliki tujuan, rancang bangun dan kompleksitas yang merupakan
kinerja dari fikiran yang sadar. Ketika berbicara tentang alam, ia harus
mengakui bahwa dalam benda-benda hasil produksi alam sebenarnya
unsur keajaibannya jauh lebih besar beribu-ribu kali dibanding benda
buatan manusia. Namun ia menegaskan bahwa karena kita terbiasa
mengatribusikan rancang bangun pada benda buatan manusia, maka
pandangan ke belakang kita saat melihat hasil kinerja alam telah
menimbulkan ilusi juga suatu tujuan dan rancang bangun. Karena itu
dikatakan kita ini telah tertipu untuk mempercayai kalau benda-benda
alam tersebut juga memiliki sosok perancang yang sadar. Jelas kalau
ia ini sebenarnya tidak memiliki argumentasi kuat guna mendukung
teori ilusinya tersebut kecuali pendapat atau pandangannya sendiri
saja. Sebaliknya, semua ilustrasi yang dipilihnya dari kehidupan nyata
malah sebenarnya merupakan kontradiksi total terhadap konklusinya
dan membuktikan kenyataan sebaliknya.

563
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
IV

Ambil sebagai contoh bahasan ilmiahnya tentang kelelawar.


Sebagaimana telah kita bahas tentang kelelawar dan beberapa keajaiban
dari hewan itu, kami hanya akan mengutip beberapa pandangan hasil
pengamatan Dawkins tentang subjek ini dan mengingatkan kembali
yang bersangkutan akan janjinya di halaman pertama kata pengantar
bukunya bahwa:
‘... setelah mengungkapkan segala misteri yang ada, yang menjadi tujuan
utamaku lainnya adalah memunahkannya kembali dengan cara menjelaskan
solusinya.’2

Sayang sekali janjinya itu tidak pernah dipenuhinya. Khusus


mengenai kelelawar, ia mendedikasikan sebagian besar dari bab Good
Design (Rancang Bangun Yang Baik) dalam bukunya itu tentang hal
ini. Ia mengungkapkan bahwa:

‘Otak hewan ini merupakan paket keajaiban elektronik yang berbentuk


miniatur, yang diprogram dengan perangkat lunak (software) untuk mengurai
dunia gema secara langsung (real time). Muka hewan ini terdistorsi sedemikian
rupa sehingga terlihat mengerikan, sampai kemudian kita menyadari bahwa
wajah seperti itu memang merupakan instrumen canggih untuk melontarkan
suara ultra sonik ke arah yang diinginkan.’3

Demikian bagusnya kesimpulan yang ditariknya mengenai misteri


tersebut. Berikutnya dalam rangka memperjelas hal ini, ia memuji
tinggi kemampuan kelelawar di bidang sonar. Ia menyatakan:

‘Ketika seekor kelelawar coklat kecil ini mendeteksi adanya seekor serangga
dan mulai bergerak ke arah titik penghadangan, tingkat suara decaknya
meningkat. Lebih cepat dari senapan mesin karena bisa mencapai 200 pulsa
per detik saat kelelawar itu menangkap sasarannya yang bergerak.’ 4

Setelah mengungkapkan tentang masalah:

‘Jika kelelawar memang mampu menaikkan tingkat decaknya sampai 200


pulsa per detik, kenapa tingkat nada itu tidak dipertahankan terus? Mengingat
hewan ini sepertinya memiliki ‘tombol’ kendali pada stroboskop mereka,

564
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah "Pembuat
Lempung Wahyu
Jam
dan Iman
yang Ilahi
Kepada dan
Buta",
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Rasionalitas
"Yang
Tuli
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
dan Bisu
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

mengapa tingkat decak itu tidak terus menerus dalam keadaan maksimum
sehingga persepsi mereka berada dalam keadaan paling akut sepanjang waktu
guna menghadapi keadaan darurat?’4
Ia menjawab sambil memberitahukan para pembacanya bahwa:

‘ pulsa terdahulu yang sedang kembali dari sasaran yang jauh.’5

Dawkins selanjutnya mengungkapkan keajaiban mencengangkan


dari kemampuan aeronautika dan sonar mereka, serta menyimpulkan
secara tegas bahwa:

‘... kita hanya bisa memahaminya pada setingkat instrumen artifisial serta
kalkulasi matematika di atas kertas, sehingga sulit membayangkan kalau
hewan kecil ini bisa melakukan semua dalam kepalanya.’ 6

Berbicara tentang kompleksitas mesin buatan manusia yang


mirip, ia mengemukakan pengamatan:

‘Tentu saja ada otak yang sadar dan canggih yang telah melakukan konstelasi
perkabelannya (atau sekurangkurangnya merancang diagram jaringannya),
namun tidak ada otak yang secara sadar mengendalikan kotak mesin itu setiap
saat.’ 7 ‘... pengalaman kita dalam bidang teknologi juga telah menyiapkan
kita untuk melihat adanya sosok perancang yang sadar dan memiliki tujuan
dalam kejadian dari setiap mesin-mesin canggih.’8

Dari sini dimulai keabsurdan kesimpulannya karena ia


menyatakan kalau sosok perancang dari semua itu adalah proses seleksi
alam yang tidak sadar atau pembuat jam yang buta. Berkaitan dengan
kemustahilan dari prinsip Darwin yang buta dan tidak mengetahui
apa-apa sebagai pencipta dari keajaiban hidup berupa sistem auditori
kelelawar, ia mengutarakan pertanyaan:
‘Bagaimana suatu organ yang demikian kompleks berevolusi?’

Jawaban yang ia berikan adalah:

‘Ini bukan suatu argumentasi, tetapi semata-mata merupakan penegasan dari


suatu keraguan.’ 9

565
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
IV

Kalau ada yang mengatakan kepada Dawkins bahwa komputer


64 kilobyte yang digunakannya bukan ciptaan dari fikiran yang sadar
tanpa suatu rancang bangun, apakah ia akan membenarkannya? Jelas
pasti tidak, meski kenyataan bahwa komputer dasarnya itu kalah jauh
dalam kompleksitasnya dibanding sistem auditori seekor kelelawar.
Jika ia menolak menerima anggapan adanya komputer yang
bisa mewujud tanpa adanya seorang perancang sadar yang kompeten,
mestinya ia secara jujur juga harus introspeksi ke dalam batinnya
mengapa ia menyangkal keberadaan sosok pencipta kehidupan.
Jawaban satu-satunya yang bisa ia kemukakan ialah karena rancang
bangun dan konstruksi komputer yang demikian kompleks tidak
mungkin mewujud dengan sendirinya. Tetapi jika berkaitan
dengan kehidupan, sikapnya langsung berubah total, seolah-olah
ia mengalami metamorfosis. Sebagai seorang ahli biologi, tentunya
Dawkins menyadari kalau kehidupan itu jauh lebih kompleks bahkan
dibanding sebuah komputer. Angka 1 triliun pangkat 1 triliun lagi
masih belum setara sebagai perbandingan. Jika kompleksitas luar
biasa dari kehidupan dianggap sebagai suatu ilusi, apalah artinya
sebuah komputer. Bagaimana mungkin Dawkins bisa melupakan
bahwa jika pandangannya itu benar maka fikirannya sendiri dengan
segala intrikasinya pastilah juga sebuah ilusi belaka. Kami tidak ingin
bersikap kurang hormat kepadanya, biarlah ia bicara sendiri, mana
dari keduanya itu yang ia pilih. Apakah ia lebih menyukai menganggap
fikirannya sendiri sebagai suatu ilusi dari massa sel-sel kelabu tidak
beraturan atau mengabaikan teori-teorinya sebagai suatu halusinasi dari
fikiran yang sehat. Jika fikiran manusia adalah suatu ilusi maka semua
hasil olahannya adalah juga ilusi yang menghasilkan ilusi berikutnya
sebagaimana halnya mimpi-mimpi yang tercipta dalam orang yang
terganggu fikirannya, atau halusinasi yang melahirkan halusinasi
lain. Menyadari ia seorang cendekiawan besar dengan kemampuan
intelektual yang tertata rapi, kami segan menganggap fikiran yang
bersangkutan sebagai suatu ilusi. Dalam bidang inilah Dawkins

566
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah "Pembuat
Lempung Wahyu
Jam
dan Iman
yang Ilahi
Kepada dan
Buta",
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Rasionalitas
"Yang
Tuli
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
dan Bisu
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

mulai bermain sulap dengan kata-kata. Jawabannya yang sederhana


menyatakan kalau kehidupan bukan suatu hal yang kompleks. Adalah
ilusi dari orang-orang yang menganggapnya sebagai suatu hal yang
kompleks. Karena tidak bersifat kompleks maka kehidupan bisa
diciptakan dari dirinya sendiri. Menganggap kompleksitas kehidupan
sebagai suatu ilusi sedangkan mekanisme sebuah komputer dianggap
kompleks, sama saja dengan memutar-balikkan logika. Mengatakan
malam adalah siang dan siang adalah malam masih belum seaneh
pandangan Dawkins. Kemustahilan merupakan inti pokok
permasalahannya. Kelihatannya bagi Dawkins sulit membayangkan
ada pesawat Boeing 747 bisa tercipta dengan sendirinya, tetapi tidak
mustahil baginya bahwa alam yang jauh lebih kompleks bisa muncul
dengan sendirinya tanpa ada yang menciptanya. Guna menepis
dilema itu dan menyembunyikan prasangkanya terhadap Tuhan, ia
menganggap kompleksitas alam sebagai ilusi dari umat beragama
yang terlalu mudah percaya. Tetapi sebelum mengatakan demikian,
mestinya ia menafikan dulu adanya pencipta pesawat Boeing 747
sebagai ilusi dari fikirannya sendiri.
Argumentasi sama yang digunakannya terhadap mereka yang
mengimani Tuhan, lebih tepat digunakan pada dirinya sendiri.
Kalau sebuah komputer sederhana tidak mungkin mencipta dirinya
sendiri, apalagi sebuah Boeing 747 yang tentunya jauh lebih
mustahil. Hanya saja rupanya Dawkins lebih mempercayai segala
kemustahilan demikian. Ia meyakini keberadaan benda-benda itu
karena menurutnya benda tersebut menggambarkan kompleksitas
rancang bangun yang mensyaratkan adanya fikiran yang sadar yang
merencanakannya. Namun jika mengenai alam, guna menghindari
kepercayaan pada keberadaan di muka dari adanya suatu fikiran yang
sadar, ia menepis kompleksitas alam yang dikatakan sebagai suatu ilusi.
Jika bagi Dawkins adanya Boeing 747 tidak mungkin tercipta dengan
sendirinya, penciptaan kehidupan dengan sendirinya mestinya juga

567
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
IV

merupakan suatu hal yang mustahil. Pandangannya itu rupanya hanya


untuk menutupi sikapnya yang bersikukuh tidak ingin mempercayai
keberadaan Tuhan.
Dawkins seharusnya menjelaskan dan membedakan di antara
penegasan yang dilakukannya dengan mereka yang menentang
pendapatnya menggunakan jenis logika yang digunakan bagi dirinya
sendiri. Argumentasi yang bisa diajukan dalam mempertahankan
pendapatnya itu hanyalah:
‘... kita tidak memiliki jangkauan secara intuitif mengenai imensitas dari
waktu yang harus tersedia bagi perubahan evolusi.’9

Yang dimaksud olehnya ialah jika mengenai rentang waktu


yang diperlukan guna membangun pesawat Boeing 747, kita ini
dianggap mempunyai jangkauan intuitif. Namun bisa kita buktikan
kalau argumentasinya tentang waktu itu sebenarnya tidak relevan.
Panjang atau pendeknya waktu pada hakikatnya tidak berarti di sini.
Menyangkut pesawat Boeing 747 ia menyadari kalau ada fikiran
manusia secara sadar yang mendahului konstruksinya. Hanya itu saja
yang menjadi dasar pemikirannya untuk meyakini adanya rancang
bangun dan tujuan di muka. Secara hipotetis bisa dibuktikan kalau
faktor waktu tidak relevan dengan argumentasinya tersebut. Bila ada
bagian dari mesin tersebut ternyata ditemukan dari arsip yang ada
di alam dan terpendam selama setengah milyar tahun, apakah ia lalu
akan menganggap bahwa waktulah yang telah membentuknya? Jelas
tidak, ia terpaksa harus mempercayai adanya pencipta tidak dikenal
yang memiliki fikiran yang sadar. Dawkins bisa saja memperpanjang
rentang waktunya sampai suatu bilangan yang mustahil besarnya tetapi
tetap saja ia tidak akan mempercayai bahwa bahkan satu roda saja dari
Boeing 747 itu telah tercipta sekelumit demi sekelumit. Kehidupan
atau ketiadaan kehidupan tidak relevan dengan permasalahannya.
Yang menjadi masalah adalah kompleksitas, rancang bangun dan
keajaiban mekanisme.

568
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah "Pembuat
Lempung Wahyu
Jam
dan Iman
yang Ilahi
Kepada dan
Buta",
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Rasionalitas
"Yang
Tuli
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
dan Bisu
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

Begitu pula pernyataan bahwa kelelawar diciptakan oleh


kekuatan-kekuatan alam yang buta dan tidak sadar hanyalah suatu
usaha guna mengganti peran sosok pencipta sadar yang tidak dikenal
dengan prinsip buta yang tidak dari sadar dari Darwinisme. Hanya
para cendekiawan yang ingin menghindar dari realitas keberadaan
Tuhan yang bisa menyetujui pandangan Dawkins, meski diketahui
mereka itu sebenarnya memiliki pengetahuan akbar dan dedikasi
terhadap Rasionalitas.
Satu-satunya jasa Dawkins dalam menekan kebohongan-
kebohongan Darwin adalah kepintarannya menangkis keberatan
umum terhadap prinsip seleksi alam yaitu menolak pandangan
bahwa proses seleksi alam berperan dalam kinerja internal gen.
Hal inilah yang menjadi pokok dasar dari pendekatannya terhadap
biologi. Ia mengusulkan konsep ide yang baru sama sekali tentang
keterkaitan di antara proses seleksi alam dengan gen. Ia tidak menolak
pernyataan tentang peran pengembangan dan perubahan mutatif
pada gen. Ia tidak secara terbuka menyatakan bahwa perubahan-
perubahan demikian dikendalikan oleh proses seleksi alam. Yang
dikemukakannya secara sederhana ialah setiap perubahan tubuh
diakibatkan oleh gen yang diatur oleh seleksi alam. Jika seleksi alam
menyetujui perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai suatu hal
yang berharga demi kelangsungan kehidupan, maka persetujuan itu
juga dianggap berlaku secara otomatis terhadap gen yang membawa
perubahan tersebut. Hanya saja hal itu dilakukannya dengan bantuan
ilmu tentang faktor kebetulan. Mengungkapkan tentang posibilitas
penciptaan haemoglobin semata-mata berdasarkan faktor kebetulan,
ia secara tegas menyatakannya sebagai suatu hal yang mustahil. Pada
halaman 45 bukunya itu ia lebih memperjelas ketidak-mungkinan
tersebut. Ia menulis tentang 4 rangkaian asam amino yang terjalin
bersama membentuk 146 asam amino dalam satu sel haemoglobin.
Dari sini ia memulai perhitungan matematika yang rada kompleks,

569
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
IV

dari mana disimpulkan bahwa penciptaan haemoglobin semata-mata


berdasar faktor kebetulan adalah suatu hal yang hampir mustahil sama
sekali. Pernyataannya itu berbunyi:
‘Angkanya amat luar biasa besarnya. Satu juta adalah angka 1 dengan 6
nol di belakangnya. Satu milyar (1.000 juta) adalah angka 1 dengan 9 nol.
Adapun angka yang kita peroleh dari hasil perhitungan itu sebagai faktor
angka probabilitas dari haemoglobin adalah angka 1 dengan 190 nol di
belakangnya! Inilah probabilitas bisa menemukan sel haemoglobin secara
acak atau kebetulan. Padahal molekul haemoglobin hanyalah satu partikel
kecil dari kompleksitas suatu tubuh yang hidup.’10

Memang benar merupakan suatu argumentasi cerdik dari dirinya


untuk mengungkapkan teka-teki kehidupan dengan menggunakan
prinsip Darwin, meski nyatanya tidak demikian. Gen bersama dengan
haemoglobin yang mengandungnya dengan ini dinafikan melalui
argumentasi di atas sebagai perwujudan dari faktor kebetulan. Hal
inilah yang kami simak dari kajian tentang bab terkait dalam buku
Dawkins itu. Hal ini jugalah yang telah mempengaruhi generasi muda
para ilmuwan naturalis sekarang ini. Namun akan kami buktikan
bahwa hal tersebut hanyalah suatu ilusi yang diciptakan olehnya
karena realitas dalam alam tidak mendukung teorinya itu.

K ami ingin mengingatkan kembali pembaca tentang fakta bahwa


pembenaran atau penafikan faktor-faktor lingkungan tidak
begitu saja mengubah, mengendalikan atau mempengaruhi aktivitas
gen, meski adanya kenyataan bahwa tubuh yang mengandungnya itu
berada di bawah pengaruh faktor-faktor lingkungan.
Karena kami yakin bahwa hal ini merupakan argumentasi paling
penting yang dikarang Dawkins maka kami harus menjelaskan posisi
kami secara lebih mendetail. Sebenarnya kami telah mendahului
menguraikan proses evolusi dalam buku kami sedemikian rupa
sehingga prinsip-prinsip Darwin jadinya tidak disalah-artikan. Kami
harap para peneliti yang mempelajari alam bisa memanfaatkan buku
ini guna reevaluasi konsep evolusi. Pendekatan kami berbeda secara

570
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah "Pembuat
Lempung Wahyu
Jam
dan Iman
yang Ilahi
Kepada dan
Buta",
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Rasionalitas
"Yang
Tuli
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
dan Bisu
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

radikal dibanding pandangan para cendekiawan keagamaan atau


keilmuan yang secara khusus telah melakukan penentangan terhadap
prinsip Darwin. Karya yang sekarang ini sepenuhnya didasarkan pada
kajian literatur ilmiah umum. Meski kami belum membaca buku-
buku yang menentang prinsip Darwin namun kami bisa mengatakan
pandangan kami berbeda secara radikal karena karya kami didasarkan
pada tuntunan Al-Quran yang sayangnya tidak mereka peroleh.
Kembali pada pendekatan Dawkins yang bersifat revolusioner,
perlu diingat kalau aktivitas gen dikendalikan oleh akidah-akidah
yang merupakan bawaan yang ditanamkan oleh kekuatan yang tidak
dikenalnya. Gen bekerja tanpa merujuk pada perubahan lingkungan.
Ketika prinsip proses seleksi alam menyetujui beberapa fitrat tubuh
dari suatu mahluk hidup, tetap saja hal itu tidak mengendalikan
dan mengatur aktivitas gen di dalam tubuh tersebut. Begitu pula
saat proses seleksi alam tidak sependapat dengan suatu ciri tubuh
tertentu berkaitan dengan tingkat keselamatannya dalam suatu dunia
yang kompetitif, hal itu pun tidak akan mempengaruhi gen. Semua
itu nyata dari telaah evolusi sejak awal sampai akhirnya. Organisme
primitif seperti amoeba dan bentuk kehidupan dasar lainnya yang
mengikuti mereka pada kenaikan jenjang evolusi, diciptakan melalui
aktivitas selular yang diatur gen. Nyatanya organisme yang sepertinya
kurang memiliki sarana kehidupan, telah berhasil melewati rentang
waktu keseluruhan evolusi berikut gen yang mereka kandung.
Akhirnya manusia muncul di tangga tertinggi dari jenjang evolusi.
Perbedaan di antara dunia hewan dengan manusia demikian besar
dan beraneka sehingga tidak ada ilmuwan yang bisa membayangkan
adanya perubahan yang mungkin dapat menjembataninya. Kami tidak
berbicara tentang kemiripan fisik sebagaimana yang dikemukakan
Darwin. Para ahli evolusionis berbicara tentang mata rantai yang
hilang (missing link) yang menurut sebagian ahli adalah chimpanse
dan menurut yang lainnya adalah gorila. Memang pada sebagian jenis

571
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
IV

kera tidak memiliki ekor, namun ada atau tidak adanya ekor bukanlah
masalah pokoknya. Yang menjadi masalah adalah apakah kehampaan
demikian besar di antara manusia dan hewan dalam pola perilaku dan
potensi mentalnya bisa dijelaskan? Hewan manakah yang mampu belajar
membaca dan menulis serta mengekspresikan diri mereka secanggih
bahasa manusia? Suatu kajian banding antara manusia dan hewan
dalam bidang ini akan memperlihatkan bagaimana potensi manusia
itu bermilyar kali lebih baik daripada hewan. Ini baru merupakan
estimasi konservatif dibanding dengan realitasnya. Lihatlah pada
semua perpustakaan di dunia berikut isinya. Adakah ilmuwan yang
sanggup menunjukkan keberadaan perpustakaan kecil tentang hal-hal
paling elementer di goa seekor gorila atau sarang seekor chimpanse?
Perlihatkan kepada kami selembar tulisan yang dikarang salah satu
dari keduanya yang tersimpan rapi dalam perpustakaan mereka, maka
kami akan mengatakan bahwa pernyataan kami memang keterlaluan.
Para ahli itu berbicara tentang bahasa hewan tetapi juga menyatakan
kalau bahasa itu sebagai ekspresi yang tidak diciptakan secara sadar.
Mereka ini bahkan berbicara tentang ikan lumba-lumba yang bisa
meniru suara manusia sepatah dua patah kata, tetapi yang jelas tidak
ada dari mereka yang mampu membuktikan adanya penggunaan
bahasa sebagaimana yang telah dilakukan manusia dengan berbagai
variasinya.
Bisa jadi kera imajiner Dawkins mampu menulis sebait puisi
Shakespeare pada komputer miliknya dengan cara menekan tombol
secara acak, hanya saja rentang waktu yang diperlukan untuk menyusun
satu kalimat saja jelas amat panjang dan merupakan suatu kemustahilan.
Sulit dimengerti mengapa Dawkins harus menggunakan kera hipotetis
padahal kera nyata banyak tersedia. Mestinya ia menggunakan
kera sungguhan untuk menekan tombol komputer tanpa memberi
pelatihan sebelumnya. Yang perlu dilakukannya hanya mengikat
seekor kera berdekatan dengan sebuah komputer. Esok harinya jika

572
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah "Pembuat
Lempung Wahyu
Jam
dan Iman
yang Ilahi
Kepada dan
Buta",
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Rasionalitas
"Yang
Tuli
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
dan Bisu
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

ia kembali guna mengamati apa yang telah dihasilkan komputer itu


dengan bantuan kera tadi, lebih mungkin ia menemukan komputer
yang hancur daripada sebait puisi Shakespeare. Kalau setiap hari
dibawakan sebuah komputer baru untuk digunakan si kera tadi maka
sampai si kera menghembuskan nafasnya yang terakhir, yang pasti
kamar tersebut sudah menjadi tempat pembuangan besi rongsokan
dari komputer hancur tanpa ada satu bait pun puisi Shakespeare bisa
ditemukan, bahkan pada tubuh si kera yang mati. Walau tetap saja
rentang waktunya terlalu singkat dibanding standar Darwin, namun
bukankah kera sudah eksis dan berevolusi selama 5 sampai 8 juta tahun
sebelum manusia? Apakah tidak cukup rentang waktu tersebut untuk
mencipta seorang Shakespeare dari antara mereka? Padahal perbedaan
otak di antara mereka dengan manusia katanya hanya satu lompatan
saja, meski memang jauh.

K embali kepada masalah haemoglobin, jika ada wujud yang


dipertuhan selain Tuhan maka masalahnya adalah pada
haemoglobin dan bukan pada prinsip proses seleksi alam yang buta,
bisu dan tuli. Apa pun yang mengikuti terciptanya kehidupan sampai

573
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
IV

dengan munculnya manusia (yang menurut yang bersangkutan jauh


lebih mustahil tercipta secara kebetulan) sepatutnya karena berkat
haemoglobin dan bukan karena prinsip Darwinisme. Rupanya
Profesor Dawkins bisa mengidentifikasi dewanya namun menyangkal
keberadaannya. Ia mestinya menganggap haemoglobin sebagai dewa
dari semua ciptaan, namun tentunya ada Tuhan bagi haemoglobin itu
sendiri. Tuhan itu menurut Dawkins adalah faktor kebetulan dalam
bilangan tak terkira, suatu angka yang jelas tidak ada.
Kesimpulan akhir dari argumentasi yang bersangkutan ialah
haemoglobin tidak mungkin mewujud sendiri karena jumlah faktor
kebetulan yang diperlukan untuk itu adalah suatu yang mustahil.
Mestinya langkah logika berikutnya adalah ia harus bisa menjelaskan
mengapa nyatanya haemoglobin eksis padahal sebenarnya tidak mungkin
ada. Jawaban akhir dari dilema demikian ialah keberadaannya tersebut
akan menafikan faktor kebetulan sebagai penciptanya. Demikian
rumit dan kompleksnya rancang bangun haemoglobin menunjukkan
adanya sosok Pencipta sebagai pengganti faktor kebetulan. Profesor
Dawkins tidak memiliki opsi ketiga. Atau ia harus melangkah masuk
ke dalam perahu yang tidak mungkin eksis, atau ke sebuah kapal yang
pada akhirnya akan membawa yang bersangkutan ke hadirat Tuhan
Maha Pencipta. Hal mana hanya mungkin jika ia memang dekat
kepada Tuhan. Namun begitu ia menyadari pandangannya, segera saja
ia menghindar dari Wujud-Nya dan berlindung pada prinsip-prinsip
Darwinisme yang menjadi dewa khayalannya meski ia tahu bahwa
tidak ada perannya dalam penciptaan haemoglobin. Sebenarnya ia
tidak berhak mengatributkan keajaiban sel dalam tubuh manusia
pada Darwinisme sebelum menjelaskan terlebih dahulu bagaimana si
pencipta yaitu haemoglobin itu sendiri telah mewujud. Faktor apa saja
selain faktor kebetulan yang telah membentuk sel dasar kehidupan,
adalah pertanyaan yang seharusnya dijawab terlebih dahulu. Karena
itu semua karangan indahnya tentang gen sebagai hasil dari faktor

574
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah "Pembuat
Lempung Wahyu
Jam
dan Iman
yang Ilahi
Kepada dan
Buta",
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Rasionalitas
"Yang
Tuli
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
dan Bisu
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

lingkungan menjadi tidak ada artinya, karena sebagaimana kami


kemukakan hal itu akan bersifat kontra-produktif. Hal inilah yang
menjadi masalah utama bagi Profesor Dawkins yaitu menghindari
masalah yang nyata dan mengalihkan perhatian pembacanya ke suatu
hal yang bersifat imajiner.
Dari sudut pandang analisis begini maka sebenarnya semua
usahanya untuk mendaya-gunakan komputer serta teorinya tentang
faktor kumulatif sedikit demi sedikit (theory of bit by bit cumulative
factors) menjadi tidak ada artinya. Pendek atau panjangnya rentang
waktu yang tersedia tidak pernah menjadi masalah. Ia sendiri
memberitahukan kepada kita bahwa waktu yang dibutuhkan bagi
penciptaan kumulatif sedikit demi sedikit dari bahan dasar pokok
asal mula kehidupan adalah triliun kali triliun dibanding waktu
nyata yang tersedia. Ketika ia mengemukakan juga bahwa rentang
waktu yang diperlukan untuk penciptaan jasad hidup adalah lebih
besar lagi perbandingannya, sebenarnya ia tidak berhak lagi berbicara
tentang teori ciptaan kumulatif sedikit demi sedikit. Semua itu hanya
membuang sia-sia waktunya sendiri dan waktu para pembacanya
karena mana mungkin mengemas keseluruhan ciptaan yang ada dalam
periode satu milyar (satu dengan 9 angka nol) tahun saja, jika alam
dikatakan akan memerlukan rentang waktu yang jauh lebih besar
lagi didasarkan pada teorinya itu. Kenyataannya jika didasarkan pada
teori kumulatif sedikit demi sedikit maka penciptaan kehidupan di
bumi ini memerlukan rentang waktu sebesar angka 1 dengan 1000
nol tahun lamanya atau dengan kata lain adalah penafikan eksistensi.
Realitas eksistensi dengan demikian mestinya diabaikan oleh Profesor
Dawkins sebagai suatu ilusi semata.

A nalisis terakhir yang dilakukan Profesor Dawkins dalam bab


penutup dari bukunya mengungkapkan tentang pilihan apakah
akan mempercayai adanya Tuhan atau percaya kepada proses seleksi
alam. Siapakah Sosok Pencipta merupakan suatu hal yang harus

575
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
IV

diidentifikasi terlebih dahulu. Apakah sang profesor mampu atau tidak


menemukan Wujud-Nya, sesungguhnya ia tidak berhak menggantikan
Tuhan dengan proses seleksi alam. Proses seleksi alam tidak mungkin
dianggap sebagai wujud atau sosok pencipta karena proses ini tidak
melakukan suatu penciptaan dan hanya berfungsi atas apa yang telah
tercipta. Sungguh disayangkan jika kita menyadari, Profesor Dawkins
hanya menunjuk pada suatu prinsip semata, tanpa adanya identifikasi
wujud, sebagai sosok pencipta atau sembahan, padahal prinsip tersebut
nyatanya tuli, bisu dan buta serta tidak memiliki eksistensi fisik atau
spiritual. Jelas hal seperti itu bukan sosok pencipta. Jika Profesor
Dawkins tetap saja menyangkal eksistensi adanya wujud Pencipta,
sedangkan ia tidak berhak menggantikan-Nya dengan sebuah prinsip
maka sebenarnya ia memiliki dua opsi logis. Apakah ia mengakui
adanya suatu hasil ciptaan meski ia tidak mampu mengidentifikasi
siapa penciptanya, atau ia seharusnya menyatakan tidak ada yang
namanya Sosok Pencipta, namun produk ciptaan memang eksis. Hal
ini sama saja dengan mengatakan bahwa ada yang namanya buku The
Blind Watchmaker tetapi tidak pernah ada Profesor Dawkins yang
pernah mengarangnya.
Dalam bab terdahulu kami telah menguraikan anatomi mata
dan keseluruhan sistem optiknya. Jika kita membaca komentar
Profesor Dawkins tentang terciptanya mata, sepertinya apa yang
dikemukakannya suatu hal yang amat remeh dan tidak ada artinya
sehingga kami menjadi amat kecewa karenanya. Ia amat bergantung
pada konsep teori penciptaan faktor kumulatif sedikit demi sedikit
(theory of bit by bit cumulative factors) yaitu suatu teori yang telah
kami nafikan sejalan juga dengan pengakuannya sendiri. Namun kami
masih ingin menarik perhatian yang bersangkutan pada realita bahwa
memperlakukan bola mata sebagai suatu organ yang independen adalah
konsep yang salah. Bola mata merupakan organ yang interdependen
atau saling bergantung dengan keseluruhan sistem optikal, karena

576
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah "Pembuat
Lempung Wahyu
Jam
dan Iman
yang Ilahi
Kepada dan
Buta",
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Rasionalitas
"Yang
Tuli
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
dan Bisu
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

kalau tidak maka fungsinya tidak ada lagi dalam indera penglihatan.
Mengemukakan pendapat bahwa kemampuan penglihatan dalam
prosentase yang kecil masih lebih baik dari tidak bisa melihat sama
sekali, adalah suatu hal yang tidak ada gunanya. Mengemukakan
bukti bahwa penglihatan dimungkinkan meski tanpa lensa adalah
juga sama tidak berartinya. Kami telah mengemukakan sistem optikal
manusia dengan rincian ilmiah sebagaimana diberikan oleh para
ilmuwan. Mestinya pada sistem inilah teori sedikit demi sedikitnya
itu diterapkan, tetapi rupanya malah dihindari olehnya.
Cobalah yang bersangkutan memulai dengan retina dan
beritahukan kepada dunia bagaimana caranya sel kerucut dan sel
batang yang terdapat di dalamnya berevolusi sedikit demi sedikit,
nanometer demi nanometer, sampai akhirnya mata mampu mengenali
warna, cahaya dan kegelapan. Pengenalan yang dilakukan itu jika
berdiri sendiri dan terlepas dari keseluruhan sistem optikal, malah
menjadi tidak ada artinya sama sekali. Sang profesor ini mestinya
bisa menerapkan teorinya tentang penciptaan sedikit demi sedikit itu
kepada keseluruhan komponen daripada sistem yang menterjemahkan
apa yang telah dilakukan oleh sel kerucut dan sel batang dimaksud.
Jenis mata dari mahluk strata dasar dengan daya lihat 1% memang
mata yang daya lihatnya lemah, namun mata utuh yang berdiri sendiri
terlepas dari sistem optikal bukanlah mata sama sekali. Retina, sel
kerucut, sel batang, ganglia berikut urutan penempatan rangkaiannya
merupakan suatu yang esensial guna menyalurkan pulsa-pulsa ke
otak. Masih banyak lagi kerumitan dan kompleksitas mata ini yang
bertentangan dengan kebijakan teori Profesor Dawkins.
Kami merasa berhak menanyakan kepada Profesor Dawkins guna
menjelaskan bagaimana dan berapa lama waktu yang dibutuhkan
retina untuk dianggap sempurna tercipta? Bila sel kerucut tidak
dirancang di depan berikut segala potensinya yang luar biasa, kalau

577
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
IV

saja sel batang tidak didesain di muka berikut semua pernak-pernik


ilmiah yang dikandungnya, bagaimana mungkin unsur-unsur ini
menciptakan dirinya sendiri selangkah demi selangkah menyelaraskan
diri satu sama lain dalam suatu harmoni yang sempurna, jauh lebih
halus daripada orkes simfoni terbaik yang pernah diciptakan manusia?
Bahkan unsur yang paling kecil dari organ akbar ini memerlukan kajian
mendalam untuk bisa dimengerti. Sampai saai ini belum bisa dipahami
sepenuhnya bagaimana unsur-unsur ini berkembang perlahan dan
secara berjenjang menjadi komponen yang berarti serta disinkronisasi
secara sempurna menjadi bola mata serta mulai melaksanakan fungsi
yang ditakdirkan bagi mereka.
Semua ini baru sekelumit pertanyaan dan masih beratus-ratus
pertanyaan lain yang masih harus dijelaskan oleh para ilmuwan naturalis
yang tidak bertuhan. Keseluruhan bola mata, termasuk seluruh sifat
dan komponennya yang kompleks itu harus bisa dijelaskan melalui
teori sedikit demi sedikit sang profesor. Sistem optik sendiri jauh
lebih kompleks dan terharmonisasi sempurna untuk bisa dimengerti
oleh orang awam. Bahkan Profesor Dawkins sebagai seorang naturalis
kondang pun hanya bisa menyentuh permukaannya saja. Untuk bisa
meliput keseluruhan permukaan itu saja sudah merupakan suatu kerja
akbar, sehingga baginya masih banyak sekali yang bisa ditemukan.
Di samping itu banyak sekali ilustrasi tentang sistem sensorik dalam
kehidupan hewan yang meski terpisah ratusan juta tahun dibanding
manusia, tetapi nyatanya menunjukkan rancang bangun struktural
fundamental yang sama. Perbedaannya hanya bersifat periferal, namun
ini pun nyatanya dirancang secara akurat bagi keperluan individual
setiap jenis hewan yang memilikinya.

H ewan-hewan lain selain kelelawar, burung hantu dan lumba-


lumba juga dibekali dengan mekanisme yang amat canggih untuk
melihat dan mendengar dalam kegelapan total. Selain hewan-hewan
tersebut, berikut ini ada beberapa contoh dari mekanisme kesadaran

578
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah "Pembuat
Lempung Wahyu
Jam
dan Iman
yang Ilahi
Kepada dan
Buta",
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Rasionalitas
"Yang
Tuli
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
dan Bisu
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

yang dalam bidangnya yang sempit ternyata jauh melampaui manusia


dan mesin-mesin buatan manusia.
Contoh paling menarik adalah beberapa jenis ular yang
sepenuhnya bertumpu pada sinar panas ultraviolet yang memberikan
kepekaan yang luar biasa kepada mereka, meski ruang lingkup
kegunaannya dapat dikatakan terbatas. Ular-ular ini dilengkapi dengan
mekanisme serta sarana ultrasonik dan infra merah. Ada sejenis ular
yang memiliki reseptakulum yang amat peka yang terletak di antara
mata dan lubang hidungnya yang berfungsi menangkap rangsangan
sinar infra merah melalui suatu bukaan yang mirip kamera lubang
jarum. Bukaan yang besarnya hanya sekian milimeter ini mentransmit
sinar infra merah ke reseptakulum yang demikian sensitif sehingga
mampu mendeteksi perubahan temperatur sampai 0,003o C. Atas
perubahan yang demikian kecilnya, ular tersebut bisa merespons
dengan kecepatan tigapuluh lima milisekon, suatu kecepatan yang
beratus kali lebih cepat dibanding sarana serupa yang dibuat manusia
dengan teknologi modern.11
Kecoa demikian pekanya terhadap vibrasi sehingga mereka ini
mampu mendeteksi gerakan yang demikian kecilnya yang sebenarnya
hanya bisa diukur dalam unit yang digunakan untuk menduga
jarak antar molekul. Serangga ini mampu mendeteksi gerakan yang
hanya sebesar 2.000 kali besaran atom hidrogen.12 Bahwa kecoa
bisa mendeteksi gerakan yang demikian kecilnya benar-benar di
luar kemampuan manusia membayangkannya. Mata manusia hanya
bisa melihat besaran atom hidrogen jika digandakan dengan faktor
sebesar 400.000.000.000.000.000.000.000 kali. Pembaca yang ingin
membaca bilangan ini perlu mengingat bahwa yang disebut satu triliun
adalah angka satu diikuti dengan delapanbelasa nol di belakangnya.
Siapa yang mencoba membacanya perlu diingatkan bahwa hal itu
merupakan suatu hal yang sia-sia saja.

579
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
IV

Para ilmuwan sekarang ini sudah menyelesaikan kerja raksasa


yang amat kompleks untuk memetakan variasi magnetik yang
terdapat secara alamiah di samudra-samudra di bumi. Ikan paus
menggunakan variasi magnetik itu guna navigasi pergerakan mereka
di lautan. Selama ini para ilmuwan belum bisa memahami bagaimana
ikan paus mampu mendeteksi dan memanfaatkan variasi tersebut bagi
kepentingan mereka. Bisa jadi Profesor Dawkins mampu menjelaskan
bahwa soalnya akan menjadi jauh lebih sederhana jika menggunakan
prinsip Darwin mengenai proses seleksi alamiah. Namun para
ilmuwan itu harus bersabar karena pemaparan sedikit demi sedikit
bisa menghabiskan rentang waktu seumur hidup manusia, sedangkan
di akhirnya masalah tersebut masih saja tetap akan gelap sebagaimana
di awalnya.
Hewan platypusb dengan moncong bebeknya yang demikian
peka terhadap arus listrik sehingga mampu mendeteksi medan arus
yang berkekuatan 1/500 juta volt per sentimeter, suatu kinerja yang
melampaui jauh kemampuan peralatan listrik paling canggih sekali
pun. Bagi hewan ini tidak ada kesulitan mendeteksi arus 1/1000 volt
per sentimeter yang dihasilkan oleh kipratan ekor dari udang kecil
yang menjadi santapannya. Ikan hiu dan pari bahkan bisa mendeteksi
mangsa yang berdiam diri hanya dari sinyal listrik yang dihasilkan otot
mangsa tersebut saat bernafas, meski bersembunyi di dasar sedimen
laut.13
Burung-burung pemangsa memiliki fovea (cekungan) bulat
dan sebuah larik di setiap mata. Struktur dan penempatannya
memungkinkannya berfungsi sebagai lensa tele yang bisa membesarkan
imaji dengan faktor yang luar biasa besar. Burung nasar bisa terbang
pada ketinggian 2000 meter dan mampu mengamati tanah di
bawahnya seluas beberapa kilometer persegi untuk mencari mangsa,
yang seringkali tersamar letaknya.14

580
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah "Pembuat
Lempung Wahyu
Jam
dan Iman
yang Ilahi
Kepada dan
Buta",
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Rasionalitas
"Yang
Tuli
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
dan Bisu
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

Jenis krustasea (binatang air bercangkang keras) Copilia memiliki


sepasang mata yang amat luar biasa. Hewan kecil ini bisa membentuk
imaji menggunakan lensanya yang dilarik ulang oleh lensa mobile
kedua dan retina.

‘Retinanya hanya mengandung sembilan detektor cahaya, tetapi dengan


melarik imaji sampai sepuluh kali per detik, hewan ini mampu membentuk
sejenis gambaran.’15

Ekor sepuluh belut listrik mengandung 10.000 organ listrik yang ditata dalam
70 barisan dimana lebih dari separuh tubuh belut ini diperuntukkan guna
memproduksi listrik. Belut ini bisa menghasilkan listrik sebesar 550 volt
dimana daya sebesar ini bisa membunuh manusia.16

D engan hormat, kami ingin mengundang perhatian Profesor


Dawkins terhadap realita-realita ini yang hanya sekelumit dari
beribu-ribu yang telah diketahui oleh para ilmuwan. Kami memohon
agar yang bersangkutan tidak mensia-siakan waktunya sendiri dan
waktu para pembacanya dengan mengutak-atik permainan komputer
yang kekanak-kanakan. Mengapa ia tidak langsung saja menerapkan
teorinya pada kehidupan nyata? Akan lebih masuk akal jika ia
mengungkap semua keanehan alam yang tersebut di atas berkaitan
dengan mekanisme mereka yang demikian kompleksnya. Ia tidak perlu
lagi mencari bukti-bukti fosil atau urutan dari hewan yang mungkin
mendahuluinya. Tinggalkan saja hal itu dan pusatkan perhatian pada
delapan keajaiban hidup yang diterakan di atas beserta kinerjanya
yang luar biasa.
Silakan yang bersangkutan mendemonstrasikan kepada dunia
bagaimana komponen dan unsurnya yang demikian rumit itu bisa
tersusun dalam urutan yang demikian kompleks. Setiap langkah
harus bisa dibenarkan dengan aplikasi prinsip Darwin yang membuta.
Setelah itu ia masih punya tugas berikut. Setiap komponennya juga
harus dijelaskan secara seksama karena setiap bagiannya terpecah-

581
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
IV

pecah lagi dalam berbagai varietas sub-bagian serta kaitannya dengan


material bahan buatannya, dimana masing-masing mempunyai peran
kolektif dan individual dalam bentuk dari produk jadinya.
Yang terakhir adalah sang profesor mestinya juga menjelaskan
fitrat material yang diperlukan untuk bahan dasar pembuatannya.
Siapa yang telah memproduksi material itu tanpa tujuan tertentu?
Bagaimana diproduksinya tanpa ada pabrik yang handal? Siapa yang
menciptakan pabrik atau unit penghasil yang kompleks tersebut
dengan tingkat pengetahuan yang demikian halus? Bagaimana
mungkin unit-unit penghasil itu bertahan di alam bebas yang terusik
badai angin dan lautan? Bagaimana caranya material bersangkutan
menawarkan diri pada saat yang tepat untuk didaya-gunakan? Semua
ini merupakan kerja sederhana dan realistis yang seharusnya dijelaskan
terlebih dahulu oleh Dawkins. Ia sepatutnya menjelaskan realitas
misteri biologi yang demikian realistis namun jauh lebih misterius
dibanding dunia biomorph (tiruan dari organisme hidup) yang pernah
ada. Dawkins mestinya berusaha memecahkan teka-teki kehidupan
berkaitan dengan kehidupan.

582
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah "Pembuat
Lempung Wahyu
Jam
dan Iman
yang Ilahi
Kepada dan
Buta",
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Rasionalitas
"Yang
Tuli
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
dan Bisu
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

Sebagaimana adanya. Kami sarankan agar yang bersangkutan


memulai usahanya dengan mempelajari belut listrik yang singkatnya
kami anggap sebagai keajaiban ke delapan.

B elut listrik adalah jenis ikan yang memanfaatkan medan listriknya


sebagai bantuan navigasi pada arah pergerakannya. Ikan ini
memiliki medan listrik berkesinambungan yang tidak kasat mata yang
menyelimuti seluruh tubuhnya. Ketika mendekati suatu objek, terjadi
perubahan-perubahan pada arus di sekitarnya yang akan merubah
tingkat voltase pada dirinya dan sasaran arah geraknya. Dengan
sistem navigasi yang ajaib ini, ikan tersebut mampu membedakan
adanya rintangan, pemangsa lain atau mangsa buruan. Sepanjang
tidak menemui rintangan apa pun maka tingkat voltasenya berada
dalam keadaan biasa. Tidak ada beban tambahan yang menimbulkan
penghamburan enerji. Begitu bertemu suatu objek, segera ada sinyal
ke voltmeter di tubuhnya untuk segera menaikkan voltase sampai
suatu tingkat intensitas yang bisa membunuh manusia, atau membuat
pingsan seekor kuda di perairan yang dangkal.

583
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
IV

Dawkins tidak bisa melihat bahwa adalah suatu yang tidak


mungkin kalau sistem yang kompleks demikian bisa muncul dari
proses seleksi alam atau teori penciptaan sedikit demi sedikit yang
amat digemarinya itu. Apakah ia tidak pernah berfikir dari mana yang
sedikit itu datangnya? Bagaimana mungkin perubahan kecil-kecilan
yang asing bisa bertahan dalam suatu organisme yang tidak memiliki
fasilitas untuk itu? Kajian atas ikan-ikan berlistrik merupakan bukti
kuat tentang keberadaan Pencipta Yang Maha Mengetahui. Pencipta
seperti itu tentunya memiliki pengetahuan luas tentang bagaimana
kinerja dan cara membangkitkan listrik. Kami ingin bertanya kapan
saatnya perubahan pertama terjadi yang akan mengakomodasi
adanya arus listrik di air, dan yang lebih mencengangkan lagi adalah
bagaimana caranya? Bagaimana cara otot-otot ikan tersebut yang
tersusun dalam suatu rangkaian bisa tiba-tiba menjadi tegang dimana
kedua ujung tubuhnya masing-masing menghasilkan listrik seperti
halnya sarana elektronik yang canggih serta menghasilkan arus voltase
yang demikian tinggi? Adanya pertemuan kedua ujung tubuh itu juga
menjadi sarana penyelamat untuk menghindarkan kerusakan pada
otot-otot ikan itu sendiri akibat dari tegangan voltase listrik yang
tinggi karena hubungan paralel. Menurut Profesor Dawkins:
‘Yang penting ialah tubuh ikan itu harus tetap kaku. Komputer di kepalanya
tidak akan mampu mengatasi distorsi tambahan yang akan muncul jika tubuh
ikan tersebut meliak-liuk seperti ikan lainnya.’ 17

Logika dan fikiran sehat akan mengemukakan pertanyaan


tentang hal ini, jika ikan itu tidak akan bisa mengatasi perubahan lalu
mengapa ikan itu justru membuat perubahan-perubahan? Namun ia
meneruskan penjelasannya sebagai berikut:

‘... namun untuk itu mereka harus kehilangan sesuatu. Mereka terpaksa
melepaskan metoda berenang ikan yang normal yang sebenarnya amat
efisien dimana seluruh tubuh bisa bergerak seperti gelombang ular. Mereka
memecahkan masalahnya dengan cara menjaga tubuhnya tetap kaku seperti
galah...’18

584
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah "Pembuat
Lempung Wahyu
Jam
dan Iman
yang Ilahi
Kepada dan
Buta",
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Rasionalitas
"Yang
Tuli
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
dan Bisu
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

Siapa yang dimaksudnya dengan ‘mereka’ yang telah memecahkan


masalah, sayangnya Dawkins mengelak untuk menjelaskannya.
Apakah ikan itu sendiri yang melakukannya? Jika tidak, lalu siapa yang
melakukannya bagi mereka? Dalam visi kami tentang penciptaan ikan
berlistrik sejalan dengan teori sedikit demi sedikit, keseluruhan sistem
sepertinya berawal pada lubang-lubang tingkap. Dawkins selanjutnya
menjelaskan:

‘Ikan ini memiliki sejenis voltmeter kecil yang memonitor voltase di tiap
lubang tingkap... jika ada rintangan yang terlihat, seperti batu atau remah
makanan, maka arus listrik yang membentur rintangan itu akan berubah.
Hal ini akan mengubah voltase di tiap lubang tingkap yang arus listriknya
terpengaruh dimana voltmeter terkait akan mencatat kenyataan tersebut.
Dengan demikian secara teoritis, sebuah komputer yang membandingkan pola
voltase yang tercatat oleh voltmeter pada tiap lubang tingkap, akan mampu
menghitung pola rintangan di sekitar ikan. Inilah rupanya yang dilakukan
oleh otak ikan tersebut.’19

Mengapa otak ikan ini kelihatannya seperti melakukan suatu


kinerja unik dalam tehnik kelistrikan yang canggih? Jika seseorang
meyakini bahwa otak ikan itu tidak memiliki pengaturan yang
dicipta secara sengaja atau kompleksitas rancang bangun atau pun
kemampuan operasi secara sadar sebagaimana ditekankan Dawkins,
maka menyebutnya sebagai suatu ‘maha karya’ dalam tehnik kelistrikan
adalah gambaran dari suatu kenaifan yang sangat atau merupakan
usaha yang tidak hati-hati guna menyesatkan orang lain. Menjawab
masalah ini, Dawkins segera mengemukakan:
‘Sekali lagi hal ini tidak berarti bahwa ikan tersebut adalah ahli matematika
yang piawai. Mereka memiliki aparatus yang memecahkan ekuasi-ekuasi yang
dibutuhkan, sebagaimana otak kita secara tidak sadar memecahkan ekuasi
setiap kali kita menangkap bola.’19

Demikian itulah secara tidak hati-hati ia telah menambah


permasalahan baru di atas masalah yang sedang dihadapinya. Abaikan
dulu otak manusia dan caranya menghitung gerakan untuk menangkap

585
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
IV

bola, kembali saja kepada otak ikan itu yang secara otomatis dan tanpa
disadari telah memecahkan masalah matematika yang amat rumit.
Setelah pengakuannya demikian, sebenarnya kami mengharapkan
yang bersangkutan berpaling kepada teori sedikit demi sedikit dan
menjelaskan kepada kita bagaimana teorinya itu bisa diterapkan
pada ikan berlistrik tadi. Ia mestinya menjelaskan bagaimana lubang
tingkap listrik itu berevolusi sedikit demi sedikit. Bagaimana caranya
memecahkan berapa besarnya tegangan arus yang diperlukan untuk
suatu situasi tertentu, bagaimana mesin listrik ajaib ini dengan segala
lubang tingkap listrik dan kontrol voltase yang otomatis itu berevolusi
selama ini, tanpa suatu cacat cela mengikuti kemauan ikan berlistrik,
semua itu masih merupakan pertanyaan yang tidak terjawab!
Sekali lagi kami melepaskan Dawkins dari tugas berat menelusuri
garis panjang keturunan terdahulu yang merupakan ikan-ikan yang
kurang kompeten sebelum akhirnya berevolusi menjadi mesin listrik
yang sempurna tersebut. Anggap saja semuanya telah sirna dari
dimensi eksistensi. Biarlah semuanya dianggap telah berlalu. Apa
yang ada di hadapannya untuk menopang teori penciptaan sedikit
demi sedikitnya itu hanyalah ikan yang ada sekarang, dengan segala
kerumitan mekanisme yang diakuinya mengatasi sarana buatan
manusia. Dawkins seharusnya segera menyatakan kalau otak ikan itu
telah menciptakan ikan tersebut secara tidak sadar, hanya dibimbing
oleh gen-gen yang dibawanya. Gen-gen itu sendiri perlu diingat
Dawkins adalah benda-benda tidak sadar yang tidak memiliki fikiran.
Lupakan ikan itu barang sejenak, biarkan ia menjelaskan bagaimana
caranya ia bisa merancang dan menciptakan ikan demikian dengan
sarana pengetahuan yang dimilikinya!
Memvisualisasikan bagaimana membentuk sarana elektronik
yang demikian canggih di lautan, tanpa tujuan, tanpa rancangan dan
tanpa pengetahuan mengenai kerja listrik, kita hanya memiliki skenario
bagaimana suatu hari pada masa yang jauh sekali seekor ikan tiba-tiba

586
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah "Pembuat
Lempung Wahyu
Jam
dan Iman
yang Ilahi
Kepada dan
Buta",
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Rasionalitas
"Yang
Tuli
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
dan Bisu
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

dikejutkan oleh adanya faktor kebetulan berupa munculnya tingkap-


tingkap listrik di tubuhnya. Kita hanya bisa bersimpati kepada ikan
tersebut yang frustrasi menunggu sampai sistem penghasil listriknya
tersebut bisa berfungsi penuh. Jelas hal demikian merupakan gangguan
batin bagi ikan tersebut karena sementara itu ia belum lagi menyadari
maksud dan tujuan kemunculan tingkap-tingkap tadi. Berapa waktu
yang diperlukan menurut standar waktu prinsip Darwin, mungkin
hanya Dawkins yang tahu jawabannya.
Kemudian secara kebetulan dalam tubuh ikan tersebut muncul
voltmeter lengkap dengan kabel-kabel penghubung ke otak kecil ikan
itu, bersamaan dengan perubahan fisik yang fantastis dalam pengaturan
baru tiap otot-otot, lengkap dengan urutan dan sifat-sifatnya yang
fenomenal. Si pencipta yang tidak dikenal, siapa pun sosoknya, telah
menciptakan sebuah maha karya berbentuk generator listrik. Apakah
ini semua hasil dari prinsip proses seleksi alam yang tidak berbentuk
dan tidak berfikiran? Atau barangkali otak ikan itu sendiri yang
sebenarnya juga tidak menyadari kemampuan fungsionalnya sendiri?
Apakah itu hasil karya gen yang amat kuasa dimana tanpa adanya
otak yang sadar lalu menjadi penguasa pusat dari satu sistem yang
sempurna dimana sebenarnya sistem itu hanya bisa dioperasikan oleh
seorang ilmuwan yang kompeten?
Dawkins juga menghindari banyak masalah-masalah pokok
lainnya. Ia tidak ada memberikan solusi logis yang jelas atas pertanyaan
seperti mengapa dua jenis atau spesies ikan berlistrik yaitu yang dari
Amerika Selatan dan dari Afrika (yang berlistrik lemah) nyatanya tidak
terkait satu sama lain, namun bisa berkembang secara independen di
lokasi geografis yang berbeda tetapi memiliki rancang fungsional yang
serupa. Ia hanya menjelaskan evolusi yang konvergen namun terjadi
secara terpisah itu dalam kata-kata sebagai berikut:
‘Kedua jenis ikan berlistrik itu secara independen telah menemukan cara
navigasi yang cerdik tersebut...’20

587
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
IV

dan di tempat lain:


‘Menariknya, ikan berlistrik Amerika Selatan rupanya menemukan solusi
yang persis sama sebagaimana ikan dari Afrika...’21

Bagaimana kedua jenis ikan bisa menemukan solusi yang sama


menjadi pertanyaan yang paling mengusik. Ditambah lagi, bagaimana
caranya kedua jenis ikan itu bisa menemukan ide yang demikian rumit
dan problematis yang mereka sendiri tidak dapat membayangkan,
jangan lagi memecahkannya. Jika demikian keadaannya maka
berbagai hewan di seluruh dunia semuanya sama menganut ide untuk
secara simultan berkembang sedikit demi sedikit. Beruang kutub
menemukan ide untuk berbulu putih di Kutub Utara sedangkan yang
ada di Kanada memilih berbulu coklat, semuanya secara independen!
Padahal semua itu secara positif mengindikasikan adanya tujuan
dan rancang bangun atau desain. Nyatanya tidak mungkin ikan atau
pun hewan lainnya mampu menemukan suatu ide. Meski Dawkins
sendiri sudah memberikan semua data sebagai bukti keberadaan
Pencipta Agung Yang Maha Mengetahui, sayangnya ia gagal melakukan
analisis yang tepat dari kerja kerasnya itu. Adalah karena teorinya yang
rancu itu maka ia kemudian menyerah dan menyatakan:

‘Prinsip fisika yang mereka gunakan yaitu medan listrik di suatu lingkungan
yang berair, sebenarnya lebih asing lagi bagi kesadaran kita dibanding misalnya
otak kelelawar dan lumba-lumba.’22

Mengenai ketercengangannya tersebut, kami telah memberikan


observasi di muka dalam bab ini. Tujuan pembahasan tersebut adalah
untuk membuktikan kalau Dawkins sangat keliru dalam pandangannya
yang mengatakan bahwa mahluk hidup tidak memiliki tujuan. Semua
jejak evolusi yang dijelaskannya, meski tidak memiliki keterkaitan
satu sama lain, nyatanya secara independen tiba pada titik kulminasi
yang sama. Apa yang menyebabkan semuanya berkonvergensi pada
titik itu padahal masing-masing mempunyai alur perjalanan yang

588
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah "Pembuat
Lempung Wahyu
Jam
dan Iman
yang Ilahi
Kepada dan
Buta",
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Rasionalitas
"Yang
Tuli
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
dan Bisu
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

katanya tanpa tujuan? Kalau beberapa orang yang berbeda-beda


memulai perjalanan mereka tanpa tujuan dan tanpa sasaran, serta tidak
mengetahui kemana arahnya, bagaimana mungkin mereka kemudian
bertemu pada titik yang sama yang nyatanya cocok bagi mereka secara
kolektif mau pun secara individual? Biarkan Dawkins memikirkan hal
ini secara tenang. Biarkan ia merenungkan kembali teorinya yang tak
bertujuan dibanding dengan testimoni dari tulisan ilmiahnya sendiri.

589
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
IV

T eorinya yang menafikan adanya perencanaan nyatanya ditentang


keras oleh perkembangan terkoordinir dalam dunia hewan dan
tumbuhan. Ada beribu macam contoh yang sebagian kecil sudah
dikemukakan dalam buku ini. Di sini kami hanya akan mengutip

590
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah "Pembuat
Lempung Wahyu
Jam
dan Iman
yang Ilahi
Kepada dan
Buta",
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Rasionalitas
"Yang
Tuli
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
dan Bisu
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

satu saja contoh yang terkait dengan Darwin sendiri. Darwin pernah
mendiskusikan adanya koeksistensi dari banyak spesies hewan
dan kehidupan vegetatif yang berevolusi bersamaan secara saling
komplementer. Cacing, serangga dan burung di satu sisi nyatanya
berevolusi sejalan dengan evolusi tumbuhan. Fitrat dan bentuk
dari bunga dan buah di sisi lain, ternyata selaras. Cacing, serangga
dan burung di satu sisi nyatanya berevolusi sejalan dengan evolusi
tumbuhan. Fitrat dan bentuk dari bunga dan buah di sisi lain, ternyata
selaras sempurna dengan hewan yang berevolusi secara terpisah.
Kami bisa mengutip ratusan contoh-contoh mengenai hal ini yang
menggambarkan kemustahilan adanya kerjasama mutual membuta
dari kedua spesies yag sepenuhnya diatur oleh proses seleksi alamiah.
Di sini kami mengacu pada temuan berupa anggrek Madagaskar
yaitu Angraecum. Para ahli biologi merujuk pada suatu episode
berkaitan dengan tanaman ini yang memiliki bunga putih berhelai
bintang dengan struktur seperti tuba sepanjang satu kaki (30 cm)
sampai ke ruang ovarinya. Hanya sekitar 1 sentimeter dari tuba ini
yang berisi nektar. Ketika ada yang bertanya kepada Darwin bagaimana
tanaman ini dipolinasi (diserbuki), ia mengemukakan gagasan bahwa
kemungkinan ada counterpart dari tanaman ini berupa ngengat atau
kupu-kupu yang juga memiliki probosis (belalai) sepanjang satu kaki
juga guna mencapai nektar di dasarnya. Memang hal inilah yang
kemudian ditemukan. Semua itu berkat kejeniusan Darwin tetapi
bukan berkat prinsipnya tentang proses seleksi alamiah. Hanya dengan
beroperasinya proses seleksi alam saja tidak mungkin baik bunga mau
pun ngengat itu berevolusi secara terpisah namun nyatanya mereka
eksis selaras satu sama lain.
Yang menjadi pertanyaan ialah bagaimana mungkin bunga ini
bisa bertahan jika sistem reproduksinya tidak operatif. Jika ada proses
evolusi sedikit demi sedikit, mengapa bunga itu berevolusi menjadi
suatu situasi yang mustahil? Mengapa bunga itu harus memiliki tuba

591
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
IV

melengkung yang demikian panjang dan menyembunyikan nektar


di dasarnya? Mengapa harus menghalangi burung atau serangga
mencapai nektar di dasar itu padahal berguna bagi penyerbukan agar
organ reproduksinya bisa diaktifkan? Dua jalur evolusi yang simultan
tetapi terpisah dimana yang satu terjadi pada hewan dan yang lainnya
pada tumbuhan, merupakan hal yang mustahil bisa dijelaskan melalui
proses faktor kebetulan.
Mampukah Profesor Dawkins memberikan solusi yang dapat
diterapkan pada masalah seperti di atas itu? Bagaimana mungkin
bunga berevolusi sedikit demi sedikit secara bersamaan dengan
ngengat yang berbelalai panjang? Apakah memang setiap ngengat
memiliki probosis melengkung yang demikian panjang? Harus berapa
jenis varietas ngengat yang mesti diciptakan dan dihancurkan kembali
sampai proses seleksi alam bisa berfungsi atas mereka? Tentunya
keduanya bermula dari kondisi yang sederhana. Masing-masing harus
selalu menyadari tentang apa yang terjadi pada padanannya agar
keduanya bisa menyesuaikan bentuk mereka agar serasi satu sama lain.
Kedua jenis wujud ini terikat sebagai satu entitas seolah-olah entitas
mereka masing-masing sebagai hewan dan tanaman tidak lagi ada.
Jika Dawkins memang mampu menjelaskan hal ini, masih ada lagi
yaitu menjelaskan tentang kekuatan yang mengatur perkembangan
dua bentuk yang terpisah ini. Tangan seleksi alam buta yang mana
yang telah berhasil menciptakannya? Pada setiap jenjang dari berjuta
langkah evolusi, jumlah yang salah tentunya tidak terbilang lagi
sebagaimana nyata dari perhitungan matematika faktor kebetulan.
Proses seleksi alam yang buta itu harus memilih dan membuang mana
yang tidak berguna dari sekian banyak probabilitas. Namun nyatanya
pilihan proses seleksi alam ini hasilnya rancu sama sekali karena yang
tercipta adalah sebuah bunga yang hampir tidak mungkin dipolinasi,
kalau saja tidak ada ngengat yang juga berevolusi secara bersamaan
karena hidupnya tergantung pada bunga tersebut.

592
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah "Pembuat
Lempung Wahyu
Jam
dan Iman
yang Ilahi
Kepada dan
Buta",
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Rasionalitas
"Yang
Tuli
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
dan Bisu
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

Dalam hal ini mestinya Profesor Dawkins mau mengakui kalau


proses seleksi alam semata malah akan menciptakan kesulitan besar
bagi kelangsungan hidup spesies. Evolusi kedua bentuk spesies tersebut
di atas tergantung sepenuhnya pada gerakan terkoordinasi di antara
keduanya. Hal seperti ini adalah suatu hal yang mustahil tanpa adanya
wujud yang berfikir secara sadar dan mengetahui guna mengendalikan
prosesnya, fikiran mana tidak ada pada proses seleksi alam semata.
Tidak ada satu pun dari kedua evolusi yang paralel itu bisa selamat
mencapai kulminasinya tanpa ada pengendali yang mengatur agar
langkah mereka yang terpisah tetap selalu saling komplementer satu
sama lain.
Banyak lagi faktor lainnya dalam rekayasa alam sebagaimana
diciptakan Tuhan yang berada di luar pengaruh proses seleksi alam.
Jika faktor-faktor yang dirancang secara khusus tersebut tidak
dimanfaatkan dan evolusi kehidupan dilepaskan sepenuhnya kepada
kiprah proses seleksi alam, maka kehidupan akan kehilangan arah.
Daftar tindakan-tindakan khusus yang dilakukan Tuhan dalam
proses evolusi kehidupan yang tidak ada kaitannya dengan proses seleksi
alamiah, terlalu panjang untuk bisa dikemukakan di sini. Salah satu di
antaranya adalah kepunahan dinosaurus dan tujuan kejadian tersebut
dalam skema penciptaan alam dunia. Bagaimana caranya ada sebuah
batu meteor besar membawa akhir dari kehidupan spesies dinosaurus
tepat pada saat keakhiran itu memang dibutuhkan? Kalau diyakini
bahwa semua itu ditakdirkan Ilahi sebagaimana keyakinan kami, maka
salah satu tujuannya adalah memberikan kesempatan kepada bentuk
kehidupan lain untuk mengembangkan potensi evolusi mereka secara
maksimum tanpa diganggu oleh keganasan dinosaurus. Tujuan kedua
lainnya adalah suatu hal yang baru dipahami belakangan, yaitu untuk
mengubur para dinosaurus itu dalam-dalam di daerah pantai laut
yang secara bertahap mengkonversi jasadnya menjadi minyak bumi
yang amat dibutuhkan oleh manusia di kemudian harinya. Demikian

593
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
IV

itulah perbuatan Pencipta Yang Maha Mengetahui. Tidak ada yang


bisa mengatakan pengaturan demikian sebagai suatu faktor kebetulan.
Tidak mungkin semua itu terjadi tanpa sengaja sebagaimana sekarang
ini kita bisa membaca adanya rekayasa yang teratur rapih dalam
seluruh kejadian tersebut, sekurang-kurangnya untuk dua tujuan
utama tersebut di atas. Bagaimana mungkin menyebut semua itu
sebagai hasil proses seleksi alamiah!

S esungguhnya kami sangat mengharapkan Dawkins bisa menerapkan


teorinya yang merembet itu pada misteri-misteri nyata di alam
yang amat dikenalnya daripada bermain game komputer khayalan
menurut ciptaan fikirannya. Kami ingin menarik perhatiannya pada
gambar 5 di halaman 61 dari bukunya yang dikemukakannya sebagai
pembenaran teorinya tentang akumulasi perubahan-perubahan kecil.
Setiap gambar yang terdapat di situ yang dimulai dengan sebuah
gambar yang mirip dengan burung walet, bisa saja diciptakan secara
acak oleh wujud yang lain sebanyak 17 yang terdapat di situ. Ini adalah
usaha sengaja yang bersangkutan guna menyesatkan komputernya
yang telah disetel mengikuti perintah operatornya. Konsep tentang
gen bagaimana yang telah dimasukkan dalam komputer itu tidak
akan ada yang mengetahui karena perilaku gen sebagaimana diketahui
adalah tidak bisa diprediksi dan tidak mungkin bekerja dalam dunia
dua dimensi berupa bentuk garis dan angka saja. Dunia gen jauh
lebih kompleks dibanding dunia biomorf dimana angka-angkanya
merupakan hasil olah otak yang tidak ada dimiliki oleh gen. Lagi pula
angka-angka itu diramu oleh otak yang mengoperasikan komputer
padahal yang bersangkutan belum tentu memahami sepenuhnya
intrikasi dunia gen. Gambar kekanak-kanakan yang dihasilkan
komputernya itu sama saja dengan corat-coret anak kecil di selembar
kertas, tidak ada mengandung makna atau realitas sebagaimana yang

594
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah "Pembuat
Lempung Wahyu
Jam
dan Iman
yang Ilahi
Kepada dan
Buta",
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Rasionalitas
"Yang
Tuli
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
dan Bisu
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

dihasilkan komputernya itu. Apakah mungkin gambar-gambar seperti


itu merupakan ciptaan gen? Gen tidak memiliki fikiran sendiri namun
kinerja kompleks yang dihasilkannya tidak mungkin diproduksi oleh
sosok yang tidak memiliki fikiran. Gen bekerja ibarat memiliki fikiran
yang paling maju dan mampu menerapkan keputusan-keputusan yang
rumit. Tidak mungkin dicari persamaan di antara gambar-gambar
komputer dengan benda-benda hidup yang nyata. Tetapi biarlah kita
bayangkan bahwa model ini bisa mewakili. Dengan kata lain, masing-
masing dari 17 bentuk itu bisa saja melahirkan bentuk lain melalui
perkembangan selular atau mutasi acak dari gen.
Bila komputasi sebagaimana yang dilakukan Dawkins memang
bisa ditemukan di alam maka burung walet itu bisa saja melahirkan
seorang ‘laki-laki bertopi’, atau laki-laki bertopi itu melahirkan
seekor kalajengking. Seekor katak bisa lahir dari pesawat tempur dan
pesawat ini melahirkan rubah yang selanjutnya melahirkan sejumlah
lampu yang bagus dan dari sini muncul laba-laba atau kelelawar
yang langsung terbang ke goa kegelapan. Begini inilah bagaimana
game komputernya bekerja dalam dimensi garis yang lurus atau
melintir. Mengapa yang bersangkutan tidak memulai analisisnya
dengan seorang laki-laki bertopi, tentang bagaimana proses seleksi
alam telah membentuk wujud laki-laki itu, dengan atau tanpa topi?
Mengapa mesti dengan menarik keluar kelelawar dari topi dalam imaji
komputernya? Mengapa tidak langsung saja membahas kelelawar
itu dan menjelaskan bagaimana proses evolusinya sekelumit demi
sekelumit? Di sinilah ia bisa mendemonstrasikan bagaimana proses
seleksi alam bisa menciptakan misalnya sayap kelelawar itu.
Kebetulan berbicara tentang sayap, kami terpana membaca
pendapatnya bahwa hewan amphibi bisa menjadi burung yang terbang
sedikit demi sedikit jika mau mengepak-ngepakkan lengannya.
Rasanya semua orang tahu kalau sayap tidak mungkin bisa dicipta
hanya dengan mengepakkan atau memelintir lengan. Walau proses

595
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
IV

mengepak-ngepak atau melintir itu berjalan milyaran tahun, tidak


mungkin lalu akan mencipta sayap.
Anatomi burung malah jauh lebih kompleks lagi. Kalau
menggerakkan tangan ke atas dan ke bawah bisa mencipta perubahan
internal dan anatomis yang bisa membentuk tulang dada seekor
burung, barulah kami barangkali bisa mempertimbangkan ide yang
absurd itu karena adanya kerangka tulang yang kopong pada burung
merupakan prasyarat bagi kemampuan terbang seekor burung. Lagi
pula bulu burung tidak tercipta karena adanya gerakan fisik lengan ke
atas ke bawah. Bisa saja gerakan demikian dilakukan seumur-umur,
rasanya tidak akan ada selembar bulu pun yang bisa dihasilkan. Sampai
sekarang kami belum melihat ada pesenam yang lengannya ditumbuhi
bulu burung meski yang bersangkutan rajin menggerakkan lengannya
ke atas dan ke bawah. Seorang ahli naturalis bisa saja memprotes
menyatakan bahwa rentang umur pesenam itu terlalu singkat untuk
menghasilkan perubahan anatomis. Tetapi ia perlu menghayati kalau
mamalia sudah eksis selama 300 juta tahun. Semua mamalia biasa
menggerakkan tungkainya atau melompat tinggi-tinggi, namun
tidak ada bulu burung yang tumbuh di tubuhnya. Apakah Dawkins
bermaksud bahwa hal ini hanya berlaku bagi mahluk amfibi saja?
Namun nyatanya dengan atau tanpa bulu burung, mahluk amfibi
tidak akan mungkin merubah anatomi internalnya menjadi burung
yang paling sederhana sekali pun. Kami memahami bahwa Darwin
pernah mengusulkan hal ini tetapi yang jelas usulannya itu tidak akan
merubah realita kehidupan. Amphibi atau bukan amfibi, Dawkins
perlu memproyeksikan fikirannya ke belakang ke masa 500 juta tahun
yang lalu ketika bumi sudah berisi dengan berbagai macam serangga
terbang. Bagaimana cara mereka mengembangkan sayapnya sedikit
demi sedikit berikut semua perubahan sel dan anatomis sehingga
menjadi serangga terbang?

596
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah "Pembuat
Lempung Wahyu
Jam
dan Iman
yang Ilahi
Kepada dan
Buta",
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Rasionalitas
"Yang
Tuli
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
dan Bisu
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

Kembali kepada gambar-gambar komputer Dawkins yang sangat


dibanggakannya itu, ia hanya menyebut 29 langkah, sedangkan untuk
visi realistis tentang apa yang terjadi dalam gen dan bagaimana cara
kerjanya, diperlukan komputasi angka yang luar biasa besar. Lagi
pula menurut pengakuannya sendiri gen itu tidak memiliki fikiran
atau komputer untuk membantunya, sedangkan ia punya fikiran dan
komputer serta keterampilan untuk memanipulasi komputer itu bagi
kepentingan dirinya sendiri. Tidak itu saja, ia juga mengakui kalau ia
telah menseleksi beberapa gambar tertentu dari berbagai generasi imaji
komputer untuk diumpankan ke dalam komputer guna membentuk
generasi imaji berikutnya. Ia juga mengabaikan suatu faktor utama
yaitu manusia tidak mampu memvisualisasikan kapan gennya harus
bermutasi dan kapan tidak. Tidak ada otak ilmuwan, seberapa
pandainya yang bersangkutan sekali pun, bisa memproyeksikan
dirinya ke dalam dunia sel. Dengan demikian model komputer yang
dikemukakan ilmuwan yang paling piawai yang didasarkan pada
estimasinya tentang bagaimana dan kapan gen harus bergerak dan
aktif sambil ikut terlibat dengan tak terhingga faktor internal lainnya,
adalah suatu fiksi dan bukan suatu realitas.

C ukup sudah kita membahas


game komputer! Sekarang
mari kita lihat kasus lebah madu.
Bagaimana caranya prinsip
Darwin diterapkan sehingga
tercipta mekanisme internal dari
lebah madu tanpa ada sosok
perencana yang mempunyai
tujuan tertentu? Bagaimana cara
gen membentuk dan mencipta
lebah madu dengan segala

597
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
IV

perilakunya yang fantastis yang juga belum sepenuhnya bisa dipahami.


Adakah ilmuwan yang mampu menjelaskan bagaimana mekanisme
internal ini berevolusi secara gradual berikut segala kemampuan
fungsio-nalnya? Bagaimana cara lebah melihat, bagai-mana mata
dan visinya dibentuk selaras dengan dunia luar dari bunga dan buah,
ini saja sudah merupakan tantangan dahsyat bagi para ahli naturalis
yang menafikan adanya rencana atau takdir. Kekuatan apa yang telah
membentuk lebah madu dan bagaimana mereka mewujud dengan
sendirinya? Bukan itu saja. Cara dari lebah madu membuat sarang
serta mengumpulkan material bahannya juga memerlukan penjelasan
panjang lebar dari ahli naturalis. Menemukan bahan bangunan saja
mungkin mudah bagi setiap hewan, tetapi membentuk material itu
untuk suatu tujuan khusus adalah suatu hal yang langka. Hal itulah
yang telah dilakukan lebah madu.
‘Serpihan lilin atau malam didesakkan oleh sendi tarsal yang membesar dari
kaki belakangnya yang berasal dari empat kelenjar berpasangan di bawah
perut, didorong ke depan oleh kaki depan dan mandibel (capit mulut)
untuk dibentuk sebagai suatu konstruksi... Malam itu dicampur dengan air
liur (saliva) dan diuleni sampai tercapai konsistensi yang tepat dan tingkat
plastisitas yang cukup guna dibentuk.’23

Mengapa seekor serangga yang tidak mampu memahami


intrikasi ilmiah dari bahan material, bisa tiba-tiba memanfaatkannya
bagi kepentingan dirinya? Karena itu pengembangan gradual dari
fikiran lebah madu serta pengetahuan intuitif tentang bagaimana
bentuk sarang serta bahan yang harus digunakan, tentunya disisipkan
ke dalam fikirannya oleh sosok yang mengetahui.
Namun bukan itu saja karena yang terlihat belum menggambarkan
semuanya. Kotak atau ruang dari sarang lebah semuanya berbentuk
hexagonal (bersegi enam) dengan dinding-dinding yang mempunyai
kemiringan sudut tepat 120 derajat.

598
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah "Pembuat
Lempung Wahyu
Jam
dan Iman
yang Ilahi
Kepada dan
Buta",
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Rasionalitas
"Yang
Tuli
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
dan Bisu
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

‘Sarang lebah itu sendiri merupakan keajaiban dalam arsitektur di dunia


hewan. Sarang ini terdiri dari rangkaian sel-sel hexagonal yang bertumpu
punggung, disusun menurut rangkaian secara paralel, setiap lubang memiliki
jarak presisi satu sama lainnya.’24

Lebah mempunyai keterampilan teknis yang fantastis dimana


dengan melihat sarangnya, orang cenderung memperoleh kesan kalau
lebah ini memang punya instrumen alat ukur yang canggih:
‘Presisi dan kekuatan dari sarang yang baru dibuat itu sangat luar biasa.
Sebagai contoh, tebal dinding berkisar antara 0,073 sampai 0,002 milimeter,
sudut temu tiap sel atau kotak adalah persis 120o dan setiap sarang umumnya
dibangun 0,95 cm dari tetangganya.’25

Terlahir dari telur-telur yang sama, anak-anak lebah kemudian


terbagi dalam tiga kelompok profesional yaitu sang Ratu, Lebah
Pekerja dan Lebah Jantan. Ratu lebah mampu menghasilkan ribuan
telur setiap harinya.
‘Ratu lebah sesuai dengan namanya, memerintah atas seluruh sarang. Ratu
ini dikelilingi para pelayan dan diberi makanan khusus yang diperlukan
untuk pelaksanaan fungsinya yang krusial dalam koloni tersebut. Tubuhnya
yang memanjang terdiri dari indung-indung telur yang menjadikannya
sebagai mesin pencetak telur, mampu menghasilkan ribuan telur setiap
harinya. Perilakunya tenang tetapi kekuatan sinyal kimia feromon yang
dihasilkan tubuhnya ikut mengendalikan perilaku dari para lebah pekerja
serta merupakan bagian ramuan sebagai perekat sosial yang mempersatukan
kehidupan lebah.'26

Lebah jantan yang diberi makanan khusus oleh lebah pekerja,


mempunyai tubuh maskulin yang kuat. Fungsi mereka hanya satu
yaitu kawin dengan sang ratu, setelah itu lalu mereka mati.
Bagian terbesar dari koloni lebah terdiri dari lebah pekerja yang
bertugas mengumpulkan serbuk bunga dan membuat madu. Sebagian
dari mereka juga selalu berkelompok menjaga sekeliling mulut sarang
dalam keadaan siaga, siap menjaga koloninya. Kemampuan fungsional
mereka untuk terbang seketika, tergantung pada suhu tubuhnya yang
harus selalu konstan pada 34 o C. Di tengah sarang, suhu ini tidak

599
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
IV

menjadi masalah karena terproteksi dari segala arah, tetapi di mulut


sarang suhunya lebih rendah karena terbuka ke udara. Lebah mengatasi
masalah ini dengan cara menggetarkan sayapnya dari waktu ke waktu
guna membangkitkan enerji friksi.
Sarang lebah yang dibangun dalam rongga kayu atau gua-gua
yang sempit, hanya memiliki satu pintu masuk sehingga ventilasi
udaranya menjadi kurang sempurna sehingga tingkat karbon dioksida
dan gas buang lainnya tidak terjaga secara otomatis. Peningkatan
karbon dioksida di luar proporsi tentunya mengancam kelangsungan
hidup lebah. Untuk mengatasi bahaya ini maka lebah pekerja akan
selalu bergerak, kelompok demi kelompok, ke pintu sarang dan duduk
di sana dengan posisi ekor menghadap keluar. Dalam posisi ini mereka
mengepakkan sayapnya secara cepat agar terjadi arus udara segar guna
mengusir keluar udara yang basi. Kelompok tersebut melakukannya
selama 10 detik untuk kemudian digantikan oleh kelompok lain.
Mereka juga melakukan hal ini jika suhu udara naik melampaui 34oC.
Mereka melakukan pengipasan ini pada saat bersamaan dan berhenti
juga bersamaan. Jika suhu udara terlalu tinggi, mereka juga mencari
air yang dideposit pada sel-sel yang berisi larva yang peka terhadap
panas.
Apa yang dimakan lebah, bagaimana tiap tetes madu dicipta dari
nektar flora, bagaimana memadukan air liur (saliva) dengan nektar
sehingga tercipta viskositas yang tepat untuk menjadi madu, semua itu
merupakan keajaiban tersendiri. Setiap titik kecil cairan itu di lidahnya
harus dijulurkan berulangkali sampai kekentalan yang disyaratkan
tercapai. Untuk setiap tetes madu, mereka harus berulangkali terbang
mencari nektar di pepohonan. Hal tersebut berlangsung dari hari ke
hari sampai mereka berhasil memenuhi sarang madu yang memang
dibuat untuk itu. Mereka memiliki kemampuan membedakan di
antara madu biasa dengan royal jelly yang diproduksi khusus bagi
makanan sang ratu. Royal jelly (madu ratu) mempunyai kualitas

600
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah "Pembuat
Lempung Wahyu
Jam
dan Iman
yang Ilahi
Kepada dan
Buta",
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Rasionalitas
"Yang
Tuli
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
dan Bisu
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

khusus untuk memberikan enerji reproduktif kepada sang ratu agar


cepat menghasilkan telur. Setiap harinya sang ratu menghasilkan
telur yang sama dengan berat badannya sendiri, dimana bobotnya
ini jauh lebih besar dari lebah pekerja. Royal jelly ini juga memiliki
fitrat memperpanjang umur sang ratu sampai 100 kali lebih panjang
dibanding umur lebah biasa. Rakyat sang ratu ini bisa mencapai
80.000 ekor dan tidak ada kedisiplinannya yang bisa dkalahkan oleh
kerajaan manusia.
Selain tugas-tugas tersebut di atas, lebah madu juga memiliki
sistem pengamatan dengan pekerja-pekerja yang kompeten untuk
mencari tempat bagi koloni baru jika koloni lama akan ditinggalkan.
Lebah madu yang menjadi surveyor melaksanakan tugasnya sedemikian
rupa sehingga bisa dianggap sebagai keajaiban luar biasa dalam perilaku
kehidupan. Mereka terbang menyebar guna mencari tempat terlindung
yang cocok yang harus berdekatan dengan medan perolehan nektar.
Tempat baru itu bisa saja terletak jauh atau pun dekat dengan koloni
lama. Semua informasi yang terkumpul dianalisis dan dibandingkan
oleh sang ratu lebah guna menentukan manfaat komparatif dari
koloni berikutnya. Informasi demikian disampaikan oleh lebah
surveyor dengan cara yang belum bisa dipahami manusia. Keseluruhan
kegiatan ini merupakan suatu yang unik dalam keseluruhan dunia
hewan. Pastinya fikiran para ahli naturalis yang paling canggih pun
dibuat bingung tentang bagaimana sistem komunikasi ajaib itu bisa
mewujud tanpa ada yang merancang dan melaksanakannya. Namun
apakah mereka memang pernah memikirkan hal demikian?
Setiap lebah surveyor ketika kembali ke sarangnya akan
melakukan tarian yang fantastik. Masing-masing mengarahkan dirinya
dalam suatu garis yang akurat ke arah tertentu dan mulai menari
menyampaikan semua pesan itu melalui tarian tersebut kepada sang
ratu. Informasi yang dikomunikasikan melalui tarian ini tidak akan
kalah mutu dan akuratnya dalam bahasa manusia. Masing-masing
lebah menceritakan kepada sang ratu apa yang telah dilihatnya,

601
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
IV

dimana letaknya, berapa jauh posisinya dan seberapa kedekatannya


dengan medan flora yang memadai. Mereka menyampaikan informasi
tentang jarak dari koloni ke tempat yang baru dan jarak dari koloni
baru ke medan flora. Berdasar tarian itu juga disampaikan rincian
tempat, seberapa aman dari gangguan alam, apakah berbentuk
lubang di kayu, lubang di batu karang atau pun cabang pohon yang
terlindung ranting-ranting protektif. Setiap lebah surveyor bergantian
menyampaikan informasinya dan sang ratu menunggu sampai semua
selesai. Barulah ia mengambil keputusan apa yang harus dilakukan
dengan cara terbang ke lokasi yang dipilihnya. Bagaimana mentransfer
keseluruhan koloni dan membangun koloni di tempat yang baru itu
adalah suatu cerita fantastis lainnya.
Terakhir kami harus mengemukakan bagaimana lebah madu dan
sarang madu dipelihara kebersihan atau kehigienisannya sedemikian
rupa sehingga mengalahkan klinik dan rumah sakit modern.
Berbanding terbalik dengan nyamuk yang menjadi pembawa virus
dan bibit penyakit, lebah madu berdasar hasil penelitian para peneliti
dinyatakan sama sekali tidak membawa virus atau pun bibit penyakit
di tubuhnya. Ketercengangan para peneliti itu membuat mereka
mengadakan program penelitian lain guna mencari tahu mengapa bisa
terjadi hal demikian. Mereka mengungkapkan kisah mencengangkan
tentang bagaimana lebah madu memproduksi desinfektan mereka
sendiri dari resin atau getah tumbuhan yang dikenal sebagai propolis.
Bahan ini mempunyai kapasitas membasmi semua bakteri dan virus.
Lebah madu setelah membangun sarang, lalu melekatkan bahan ini di
tepian keseluruhan sarang. Setiap lebah yang kembali ke sarang, akan
menginjak terlebih dahulu pinggiran ini sehingga semua virus dan
bakteri yang melekat di kakinya akan dimusnahkan terlebih dahulu
oleh propolis sebelum lebah memasuki koloni.
Kami membahas lebah madu secara lebih rinci sedangkan
delapan hewan fantastik yang disebutkan sebelumnya tidak kami

602
juga disampaikan rincian tempat, seberapa aman dari gangguan alam, apakah berbentuk
lubang di kayu, lubang di batu karang atau pun cabang pohon yang terlindung ranting-
ranting protektif. Setiap lebah surveyor bergantian menyampaikan informasinya dan sang
ratu menunggu sampai semua selesai. Barulah ia mengambil keputusan apa yang harus
dilakukan denganKehidupan Seleksi
Menurut
Konsep Alam
Ketuhanan
Asal Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Perspektif
dan
Mula Hidup:
Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan: Prinsip
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu Faktor
Pengenalan
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Al-Quran:
BerbagaiKebetulan
dengan
Aliran
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Masalah
atau
bagi Yang
Hakikat
atau
Perspektif
Wahyu, Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu Permainan
dan
Agamayang
danAlam
di Nyata,
Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
Agama Judi
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
cara terbang ke Tanah
Peran lokasi "Pembuat
yang
Lempung Wahyu
JamIman
yang
dipilihnya.
dan
Khiralitas Ilahi
Kepada dan
Buta",
Bagaimana
Fitrat
Fotosintesis
(Keberpihakan) Rasionalitas
"Yang
Tuli
Suatu
dalam Ghaib"
dan Bisu
mentransfer
Wahyu
Evolusi
di Alam
keseluruhan koloni dan membangun koloni Al-Qayyimah:
di tempatAjaran
yang yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenarancerita
baru itu adalah suatu
fantastis lainnya.
Terakhir kami harus mengemukakan bagaimana lebah madu dan sarang madu
dipelihara kebersihan atau kehigienisannya sedemikian rupa sehingga mengalahkan klinik
bahas secara demikian rinci. Kami melakukan hal itu terutama karena
dan rumah sakit modern. Berbanding terbalik dengan nyamuk yang menjadi pembawa virus
dan Al-Quran secara
bibit penyakit, lebahkhusus menyinggung
madu berdasar lebah madu
hasil penelitian sedemikian
para peneliti rupa sama
dinyatakan
sekali tidak membawa virus atau pun bibit penyakit di tubuhnya. Ketercengangan para
yangitumestinya
peneliti membuat bisa memecahkan
mereka mengadakan teka-teki kehidupan
program penelitian lainyang
gunadihadapi
mencari tahu
para ahli naturalis. Kami sengaja memilih kasus lebah madu sebagai
mengapa bisa terjadi hal demikian. Mereka mengungkapkan kisah mencengangkan tentang
bagaimana lebah madu memproduksi desinfektan mereka sendiri dari resin atau getah
bahanyang
tumbuhan renungan merekapropolis.
dikenal sebagai agar mereka mau
Bahan ini mencarikapasitas
mempunyai secara intensif
membasmi dansemua
bakteri dan virus. Lebah madu setelah membangun sarang, lalu melekatkan bahan ini di
meluas guna mengidentifikasi kekuatan faktor penciptaan yang telah
tepian keseluruhan sarang. Setiap lebah yang kembali ke sarang, akan menginjak terlebih
membentuknya.
dahulu Tentu saja
pinggiran ini sehingga paravirus
semua ahlidan
yang berspesialisasi
bakteri yang melekat dalam bidang akan
di kakinya
dimusnahkan terlebih dahulu oleh propolis sebelum lebah memasuki koloni.
iniKami
mengetahui
membahasjauh lebahlebih
madubanyak daripada
secara lebih kami tentang
rinci sedangkan delapan lebah
hewanmadu fantastik
yangdan
disebutkan
dunianya yang demikian kompleks. Sejujurnya kami meragukan hal
sebelumnya tidak kami bahas secara demikian rinci. Kami melakukan
itu terutama karena Al-Quran secara khusus menyinggung lebah madu sedemikian rupa
yangbahwa
mestinya mereka bisa mengenyahkan
bisa memecahkan permasalahan
teka-teki kehidupan lebah madu
yang dihadapi berikut
para ahli naturalis.
Kami sengaja memilih kasus lebah madu sebagai bahan renungan mereka agar mereka mau
segala keajaibannya sebagai salah satu faktor kebetulan semata.
mencari secara intensif dan meluas guna mengidentifikasi kekuatan faktor penciptaan yang
Mestinya mereka
telah membentuknya. Tentu saja tidak
paramelawan lagi dan meletakkan
ahli yang berspesialisasi dalam bidang senjata guna
ini mengetahui
jauh lebih banyak daripada kami tentang lebah madu dan dunianya yang demikian
mengakui
kompleks. bahwa
Sejujurnya sebenarnya
kami meragukanmemang ada wujud
bahwa mereka Pencipta. Dalam
bisa mengenyahkan Al-
permasalahan
lebahQuran
madu berikut segala keajaibannya sebagai salah satu faktor kebetulan
diutarakan bahwa sang Pencipta itulah yang telah berbicara dan semata.
Mestinya mereka tidak melawan lagi dan meletakkan senjata guna mengakui bahwa
mengungkapkan
sebenarnya memang ada misteri kehidupan
wujud Pencipta. Dalamsecara
Al-Qurantuntas. Berkaitan
diutarakan bahwa dengan
sang Pencipta
itulah yang telah berbicara dan mengungkapkan misteri kehidupan secara tuntas. Berkaitan
lebah madu, berikut ini adalah pernyataan Al-Quran:
dengan lebah madu, berikut ini adalah pernyataan Al-Quran:

C°% r®"Å ˆ1É2 §¯±¨ WDSʼn­mØÈWc „-°%XT ­m\H…‘ ]C°%XT ;"SÄkÈ ª$W¦IÙ ]C°% sªk°c‹% ©DU ©#ÙV‹>p rQ¯ \vXq q
 \OØTU XT

‰D¯  ¥ˆ‰= °L ·Ä[Ý°‰ °Oj°Ù œÈOÈ5šXSÙ U ͯ W)Ùcs& ³!Xn \I°5SżÈ C°% ÀNÄmÙcVf  9ZÅÉl ¦¯PXq #ÈÀy r¦É ÔyVÙ °1šWm\-‰: ©G#Å

§¯²¨ WDTÄmŠ[ÝW*Wc 4×SV °L <RWc8[ \°šVl r¯Û


‘Tuhan engkau
‘Tuhan telah telah
engkau mewahyukan kepadakepada
mewahyukan lebah “Buatlah rumah-rumah
lebah “Buatlah di bukit-bukit
rumah-rumah di
danbukit-bukit
pada pohon-pohon
dan padadan pohon-pohon
pada kisi-kisi yang
danmereka buat. Kemudian
pada kisi-kisi makanlah
yang mereka dari
buat.
 Kemudian makanlah dari segala macam buah-buahan dan tempuhlah jalan 323
 yang ditunjukkan Tuhan kepada engkau dan yang dipermudah bagimu.”
Keluarlah dari perut mereka minuman (madu) yang warna-warni. Di
dalamnya ada daya penyembuh bagi manusia. Sesungguhnya dalam yang
demikian itu ada tanda bagi orang-orang yang mau merenungkan.’ (S.16 An-
Nahl:69-70)27

Dari semua serangga yang memenuhi bumi, Tuhan telah


memilih serangga yang satu ini untuk menggambarkan bagaimana
Dia melalui komunikasi yang dilakukan-Nya dengan salah satu hewan

603
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
IV

anggota spesies maka status hewan itu diangkat di atas anggota lain
dalam spesies yang sama. Apa sebenarnya makna lebah madu yang
sebenarnya tidak lebih dari seekor lalat? Namun ternyatanya memang
lalat yang menakjubkan! Adalah setelah menerima pesan di awal mula
penciptaannya yang tercetak dalam bentuk bahasa intuitif dalam semua
gennya maka lebah madu mulai melaksanakan fungsinya sebagaimana
yang dilakukannya sampai dengan sekarang. Lebah ini tidak harus
melaksanakan fungsinya secara sadar dengan pengontrolan fikiran
yang sadar. Semua gen yang menjadi bagian dirinya dan mengatur apa
yang dilakukannya tidak memiliki fikiran sendiri. Namun Dia yang
menciptakan gen itulah yang memiliki fikiran dimana para gen hanya
berfungsi sebagai hamba atas segala perintah-Nya. Dia sendiri telah
berfirman guna menunjukkan kepada dunia kalau Dia telah memilih
seekor serangga yang tidak berarti, maka serangga itu harkatnya
menjadi paling luhur dalam keseluruhan dunia serangga. Serangga
itu menjadi sumber kesembuhan dan pengobatan, berbeda dengan
serangga lain yang membawa dan menyebarkan penyakit. Mereka
berbeda kutub dalam pelaksanaan fungsi kehidupan.
Berkaitan dengan fitrat penyembuhan madu, sekarang ini
masih berlangsung penelitian dan para peneliti yang telah berhasil
mengungkapkan beberapa hal yang ajaib dari madu menyatakan
masih banyak lagi yang belum terungkap. Sampai dengan kini dunia
kedokteran telah menemukan kemaslahatannya yang dirangkum
sebagai berikut:
‘Sekarang ini pengobatan dengan madu digunakan untuk penyakit-penyakit
gastrointestinal (berkaitan dengan pencernaan), beberapa cardiovascular
(berkaitan dengan jantung), paru-paru, ginjal, kulit serta penyakit syaraf
dalam rongga mulut, telinga, kerongkongan, hidung, radang pada kelamin
wanita dan cervix (leher rahim) dan uterus.’28

Salah satu efek penyembuhan madu yang ditemukan ilmuwan


bangsa Inggris adalah kemampuannya menyembuhkan radang mata
yang selama ini dianggap tidak bisa diobati. Banyak pasien yang telah

604
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah "Pembuat
Lempung Wahyu
Jam
dan Iman
yang Ilahi
Kepada dan
Buta",
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Rasionalitas
"Yang
Tuli
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
dan Bisu
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

diselamatkan penglihatannya dari kebutaan total melalui penggunaan


madu.
‘Pasien dengan radang mata blepharitis dan blepharo conjunctivitis di bawah
pengaruh madu menyatakan bahwa rasa gatal dan berpasir di matanya telah
menghilang, rona merah di konjungtiva banyak berkurang atau malah
menghilang. Radang tukak tepi kelopak mata, epitelisasi dari erosi dan
tukak biasa telah berkurang selama pengobatan. Bagi pasien yang menderita
distrophi sinar, melalui pengobatan dengan madu telah terjadi perbaikan
dalam epitelisasi kornea dimana gangguan fotophobia menghilang dan daya
penglihatan membaik.’28

Apakah dalam semua hal itu tidak ada pesan atau tanda-tanda
yang bisa menjadi bahan renungan para ahli naturalis? Kita hanya bisa
berharap saja.

M engakhiri bahasan ini, kami menegaskan kembali kalau


penyangkalan para ahli naturalis tentang adanya tujuan dan
rancang bangun dalam kehidupan sebenarnya karena semua itu
akan mengarah kepada keberadaan Tuhan, yang mereka sangkal
sepenuhnya. Mereka kelihatannya lebih menyukai konsep gen yang
tuli, bisu dan buta sebagai faktor yang telah menciptakan segala-
galanya. Mereka secara sengaja menipu diri karena prinsip-prinsip
buta dari Darwinisme bukanlah pencipta. Prinsip-prinsip itu baru
mulai berfungsi ketika ciptaan telah terbentuk oleh tangan yang lain.
Memang benar prinsip-prinsip itu kuat adanya seperti kaidah-kaidah
fisika. Namun semua kaidah fisika, kimia dan dinamika disatukan
pun tidak akan dapat mencipta sebuah gubuk orang miskin yang
sederhana lengkap dengan saluran air, dapur dan toilet. Memang
benar kaidah-kaidah itu digunakan saat konstruksinya namun yang
membangun pastilah seorang yang sadar yang memiliki otak. Adalah
otak itu yang menjadi majikan yang memanfaatkan kaidah-kaidah
alam yang ada. Teori maju ke muka secara membuta hanya mungkin
terjadi pada beberapa kasus terbatas dan itu pun masih harus diteliti

605
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
IV

secara cermat guna menghilangkan kerancuan yang mungkin muncul.


Salah satu contohnya adalah terjadinya pulau-pulau karang (coral).
Kematian setiap penghuni coral dari sekian triliunan tidak ada artinya
sama sekali. Namun jika bertumpuk satu di atas yang lain, mungkin
dalam periode sekian juta tahun, pembesaran progresif dari massanya
itu pada akhirnya akan menciptakan sebuah pulau karang. Jika kita
melihat ke belakang tentang proses terciptanya dan bagaimana hasil
akhirnya, mungkin kita akan mengatakan sepertinya tanpa tujuan. Kita
bisa membayangkan terjadinya pegunungan koral di tengah samudra
yang terjadi demikian lambat, sedikit demi sedikit dalam rentang
waktu yang amat panjang. Semuanya itu tidak terperhatikan oleh
mereka yang hidup di daratan sampai suatu waktu terlihat muncul ke
permukaan air. Saat menjadi kepulauan karang itulah mulai terlihat
ada tujuannya. Nyatanya pulau-pulau demikian kemudian menjadi
sarana yang mendukung kehidupan dengan segala keajaibannya.
Inilah contoh dari penciptaan secara acak sekelumit demi sekelumit
dimana pada awal penciptaannya sulit ditelusuri tujuannya. Mungkin
tujuannya pada awal itu memang tidak terlihat namun kegunaannya
sekarang tidak bisa diabaikan begitu saja.
Kaidah-kaidah hukum alam akan berjalan sendiri-sendiri jika
tidak ada suatu fikiran yang mengendalikannya. Adalah kaidah
hukum alam yang menggerakan dan mengatur segala sesuatu yang
eksis. Yang hidup tidak dikecualikan dari prinsip yang berlaku umum
ini. Ketiadaan fikiran sadar yang menggerakkan keseluruhan kaidah
ini akan menafikan keseluruhan garis imajiner yang memisahkan yang
hidup dari yang mati. Jika otak dari wujud yang hidup tidak mampu
merancang dirinya sendiri dan tidak berperan secara sadar dalam
pembentukan tubuh yang dimilikinya maka yang hidup dan yang
mati akan diatur sama satu sama lain oleh hukum alam yang sama.
Tentunya hanya kaidah tidak berakal ini yang bertanggung-jawab

606
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah "Pembuat
Lempung Wahyu
Jam
dan Iman
yang Ilahi
Kepada dan
Buta",
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Rasionalitas
"Yang
Tuli
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
dan Bisu
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

dalam penyusunan kumulatif dari bahan dasar kehidupan. Kalau


memang mampu membangun bahan dasar kehidupan, tentunya
juga bisa membangun gedung pencakar langit Empire State Building
melalui proses kumulatif sekelumit demi sekelumit. Hanya saja para
ahli naturalis menyangkal pandangannya sendiri dan tidak meyakini
kemungkinan penegakkan gedung itu dalam langkah-langkah
kumulatif secara acak, seberapa kecilnya bagian dimaksud. Dalam hal
ini mereka secara artifisial mencipta garis pemisah di antara kaidah
hukum alam yang berlaku pada benda-benda mati dan hukum alam
yang berlaku atas mahluk hidup. Dalam realitas mestinya tidak ada
garis pembeda demikian jika dikatakan tidak ada sosok operator sadar
sebagai pengendali hukum alam pada kedua sisi itu.
Para ahli naturalis beranggapan tidak ada operator yang sadar
berkaitan dengan mahluk hidup, mestinya mereka juga mengakui
bahwa tidak ada perbedaan di antara yang mati dan yang hidup. Yang
ada hanyalah hukum alam bebas yang bekerja atas yang mati mau
pun yang hidup. Jika faktor-faktor ini dianggap mampu mencipta
benda yang demikian kompleksnya seperti bahan dasar kehidupan,
tentunya membangun gedung Empire State Building akan lebih
mudah dibanding tikus yang membangun gundukan sarangnya.
Yang dianggap sebagai keberatan, yang sebenarnya bukan suatu hal
yang signifikan, adalah berkaitan dengan waktu yang tersedia. Hanya
saja waktu yang tersedia bagi alam untuk bekerja pada benda mati
tentunya lebih leluasa dibanding waktu yang tersedia untuk evolusi
kehidupan.
Lupakan sejenak gedung Empire State Building yang telah
ada karena jelas diketahui kalau gedung itu diciptakan oleh fikiran
yang sadar. Visualisasikan saja kemungkinan terciptanya ratusan ribu
pencakar langit yang lebih jangkung dan lebih kompleks lagi oleh
kaidah phisika hukum alam selama 15 milyar tahun yang lalu. Untuk
diingat, kaidah itu dianggap berlaku sama pada yang hidup mau pun

607
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
IV

yang mati, dan ingat juga bahwa menurut para ahli naturalis tidak ada
eksistensi dari suatu fikiran yang sadar.
Karena itu kalau memang logis maka mestinya tidak ada
perbedaan di antara kedua status tersebut. Dalam keadaan demikian
mestinya penciptaan sedikit demi sedikit dari kompleksitas dan
keteraturan benda-benda harus sama nyata dalam kedua situasi.
Karena itu siapa saja yang meyakini penciptaan kehidupan tanpa
ada fikiran yang mendahuluinya secara hipotetikal berhak untuk
berdiri di puncak gedung Empire State Building dan meneriakkan:
gedung ini adalah hasil karya tumpukan kumulatif bertriliun-triliun
faktor kebetulan. Tidak ada rancang bangun dan tidak ada fikiran
sadar yang mendahuluinya yang merencanakan. Persepsi beberapa
orang beragama yang bodoh dan terpesona oleh kehalusan bentuk
hasil karya ini hanyalah ilusi semata. Pernyataan yang sama tentunya
patut diterapkan pada para ahli evolusionis yang menafikan adanya
tujuan dan perencanaan dalam evolusi kehidupan. Mereka itu berdiri
di puncak proses evolusi yang berkulminasi pada wujud manusia.
Memandang sekeliling dari tempat mereka bertengger itu tentunya
gedung Empire State Building hanya merupakan titik terkecil di suatu
tempat di planet bumi. Namun berani-beraninya mereka berkoar
dengan suara lantang:
tidak ada yang namanya perencanaan dan tidak ada tujuan dalam penciptaan
diri kita. Secara logika kita ini mustahil berada namun nyatanya kita ada.
Seluruh dunia ini ilusi semata. Kalian berfikir kami ini ada dan kami berilusi
bahwa kalian memang juga ada. Karena itu keseluruhan alam ini hanyalah
rangkaian ilusi sebagaimana pandangan para ahli filsafat subjektif. Guna
mengenyahkan ilusi eksistensi, fikirkan kembali faktor haemoglobin dan
menghilanglah kepada ketiadaan!

Dengan menyangkal eksistensi sang Pencipta yang tentunya


merupakan wujud dengan fikiran yang sadar berikut segala kekuasaan
untuk menerapkan keputusan-Nya, mereka mencoba mengganti posisi-
Nya dengan konsep ide tanpa bentuk. Adalah absurd mengatributkan

608
tidak ada yang namanya perencanaan dan tidak ada tujuan dalam penciptaan diri kita.
Secara logika kita ini mustahil berada namun nyatanya kita ada. Seluruh dunia ini ilusi
semata. Kalian berfikir kami ini ada dan kami berilusi bahwa kalian memang juga ada.
Karena itu keseluruhan alam ini hanyalah rangkaian ilusi sebagaimana pandangan para
ahli filsafat subyektif.
Kehidupan Guna
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
mengenyahkan
Kelangsungan
Perspektif
dan
Ketuhanan
Asal Mula ilusi
Hidup:
Kelangsungan
Entropi
Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan: Prinsip
Permainan
Wahyu Faktor
Pengenalan
dan Kebenaran
eksistensi,
Hidup fikirkan
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran: Wahyu,
Keterbatasan
Catur
Al-Quran
Sudut
Bangsa
dan
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
Pandang Agama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
kembali
Hakikat
atau
Perspektif faktor
Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah "Pembuat
Lempung Wahyu
Jam
dan Iman
yang Ilahi
Kepada dan
Buta",
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Rasionalitas
"Yang
Tuli
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
dan Bisu
Wahyu
Evolusi
di Alam
haemoglobin dan menghilanglah kepada ketiadaan!
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran
Dengan menyangkal eksistensi sang Pencipta yang tentunya merupakan wujud
dengan fikiran yang sadar berikut segala kekuasaan untuk menerapkan keputusan-Nya,
merekaproses penciptaan
mencoba menggantidan pemilihan
posisi-Nya kepada
dengan ideidetanpa
konsep tanpanalar inilah
bentuk. yang
Adalah absurd
ditolak tegas oleh ayat Al-Quran berikut:
mengatributkan proses penciptaan dan pemilihan kepada ide tanpa nalar inilah yang ditolak
tegas oleh ayat Al-Quran berikut:

× ÀIVU
³EVlXÄ Ô2ÀIV Ø3U SM® |ETÈn¦§×Äc ¸ÛÄÜÕÃU Ô2ÀIV Õ4U SM® WDSÁ‘°¼×Wc iØcU ×1ÈNP Õ4U SM® WDSÁ‘Õ-Wc ¸#ÄB×qU 1

§ª²®¨ ©DTÄm°À=É" ZVÙ ©DTÀik° ˆ1É2 ×1ÅXÄ[XnÁ SÄÃØj ©#É  SM® WDSÄÈ\-ԁRd
‘Adakah mereka berkaki yang dengan itu mereka dapat berjalan atau adakah mereka
'Adakah mereka berkaki yang dengan itu mereka dapat berjalan atau adakah
bertangan yang dengan itu mereka dapat memegang atau adakah mereka bermata yang
denganmereka bertangan
itu mereka yang dengan
dapat melihat itu mereka
atau adakah dapat memegang
mereka bertelinga atauitu
yang dengan adakah
mereka
dapat mereka bermata yang dengan
mendengar?Katakanlah itu mereka
“Panggillah dapat melihat
sekutu-sekutumu, atau adakah
kemudian mereka
rancanglah tipu-
bertelinga yang
daya melawanku dengan itumemberi
dan janganlah merekatenggang
dapat mendengar?Katakanlah
waktu kepadaku.’ (S.7 “Panggillah
Al-Araf:196)
29
sekutu-sekutumu, kemudian rancanglah tipu-daya melawanku dan janganlah
memberi
Pernyataan tengganginiwaktu
Al-Quran jelas kepadaku.’ (S.7 Al-Araf:196)
ditujukan kepada para penyembah
29 berhala di zaman
diturunkannya untuk mengingatkan mereka bahwa meski mereka menganggap dewa-dewa
mereka sebagaiPernyataan
sosok-sosokAl-Quran
hidup yanginimemiliki
jelas ditujukan kepada namun
bentuk manusia, para penyembah
sebenarnya tidak
lebih dari konsep ide tanpa bentuk. Pernyataan itu sebenarnya cukup sampai sana saja jika
berhala
tidak ada di zamanjangka
permasalahan diturunkannya
waktu yang untuk
kemudian mengingatkan
dikemukakan.mereka bahwa dari
Bagian terakhir
ayat ini
meski mereka menganggap dewa-dewa mereka sebagai sosok-sosokmeski
jelas mengimplikasikan kalau konsep ide saja tidak akan mampu mencipta
disediakan waktu sebanyak mungkin untuk dimanfaatkan. Di sisi lain, Tuhan tidak ada
hiduppada
bergantung yang memiliki
rentang waktubentuk
panjangmanusia, namun
untuk fitrat sebenarnya
penciptaan-Nya. tidakkeseluruhan,
Secara lebih
ayat inidari
tepat sekali diterapkan pada ide modern tentang proses seleksi
konsep ide tanpa bentuk. Pernyataan itu sebenarnya cukup sampai alam yang dianggap
sebagai faktor yang bertanggung-jawab dalam evolusi kehidupan dengan syarat tersedia
waktu sana
yang saja jika
cukup. tidakwaktu
Faktor ada dalam
permasalahan jangkaseleksi
konteks proses waktu yang merupakan
alamiah kemudiansuatu
yang esensial secara fundamental. Suatu konsep ide samar yang tidak bertungkai, tidak
dikemukakan. Bagian terakhir dari ayat ini jelas mengimplikasikan
bertangan, tidak memiliki otak dikatakan berfungsi dalam kerangka waktu luar biasa besar
kalau konsep
agar sejalan dengan ideteorisaja tidaksekelumit
evolusi akan mampu menciptaJika
demi sekelumit. meski disediakan
kerangka waktu itu
waktu sebanyak mungkin untuk dimanfaatkan. Di sisi lain, Tuhan
  326
 tidak ada bergantung pada rentang waktu panjang untuk fitrat
penciptaan-Nya. Secara keseluruhan, ayat ini tepat sekali diterapkan
pada ide modern tentang proses seleksi alam yang dianggap sebagai
faktor yang bertanggung-jawab dalam evolusi kehidupan dengan
syarat tersedia waktu yang cukup. Faktor waktu dalam konteks proses
seleksi alamiah merupakan suatu yang esensial secara fundamental.
Suatu konsep ide samar yang tidak bertungkai, tidak bertangan, tidak
memiliki otak dikatakan berfungsi dalam kerangka waktu luar biasa
besar agar sejalan dengan teori evolusi sekelumit demi sekelumit. Jika
kerangka waktu itu dipadatkan menjadi hanya 1 milyar tahun maka
teori itu akan menjadi pecah berantakan. Dengan demikian bagi

609
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
IV

mereka jelas adalah faktor waktu yang menjadi hal yang amat penting
dalam proses kreatif kehidupan. Justru hal inilah yang disangkal oleh
Al-Quran yang intinya menyatakan:
Konsep ide tanpa bentuk boleh saja memperoleh rentang waktu sebanyak
mereka mau, tetapi Tuhan dengan fitrat penciptaan-Nya bisa mencipta
semuanya praktis tanpa banyak waktu.

Faktor waktu ini baru dianggap penting dalam zaman


modern terkait dengan prinsip-prinsip Darwin. Siapa pun bisa saja
menyangsikan kalau ayat ini ditujukan pada konsep modern tersebut
tetapi tidak bisa disangkal nyatanya makna dari ayat tersebut tepat
sekali diterapkan padanya. Sengaja atau pun tidak, tidak ada kritik
yang lebih baik pada teori proses seleksi alamiah.
Para ahli naturalis menyatakan kalau fungsi penciptaan dan
fungsi seleksi dilakukan oleh kekuatan-kekuatan yang berbeda tetapi
bekerja sama secara sempurna. Mereka ingin meyakinkan kita bahwa
gen yang tidak memiliki otak bisa mencipta sedangkan kaidah seleksi
alam yang tidak berbentuk dan impersonal yang melakukan seleksi.
Pada saat yang sama, mereka juga ingin mengabaikan masalah gen yang
dianggap sebagai suatu yang sudah ada (given) dan meletakkannya
di bawah kekuasaan dari proses seleksi alamiah. Demikian itulah
mereka menggabungkan dua fungsi yang seharusnya diperlakukan
terpisah dan menggabungkannya dengan cara yang amat absurd. Jika
gen merosot harkatnya hanya sebagai pencipta yang tidak berarti,
yang tersisa adalah selektor yang mereka akui tidak memiliki otak
yang bisa berfikir guna pengambilan keputusan secara sadar. Dengan
diundurkannya gen maka hanya tinggal faktor proses seleksi alam saja
yang dianggap penting. Dalam pengertian itulah fungsi terpisah dari
penciptaan dan seleksi dicetak menjadi satu tanpa ada pembenarannya.
Hanya saja tidak ada ilmuwan dengan pengetahuan paling cetek
sekali pun tentang konsep Darwin, akan bisa mengatakan bahwa
proses seleksi alam ini juga bisa mencipta secara langsung. Pasti sudah

610
tetapi Tuhan dengan fitrat penciptaan-Nya bisa mencipta semuanya praktis tanpa banyak
waktu.

Faktor waktu ini baru dianggap penting dalam zaman modern terkait dengan
prinsip-prinsip Darwin. Siapa
Kehidupan Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
punKelangsungan
bisaPerspektif
saja
dan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan: Prinsip
menyangsikan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu Faktor
Pengenalan
dan Kebenaran
kalau
Catur
HidupAliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Al-Quran
Sudut
Bangsa
dan
Berbagai ayat
Kebetulan
dengan Masalah
atau
bagi Yang
ini
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
IndividuTeori yang
Alam
dandi Nyata,
ditujukan
Hakikat
atau
Penderitaan
dan Kosmologi
Zoroaster
Tercakap
Buddha
SemestaTao pada
Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
di
Agama Judi
Australia
Luar Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah "Pembuat
Lempung Wahyu
Jam
dan Iman
yang Ilahi
Kepada dan
Buta",
Fitrat
Fotosintesis Rasionalitas
"Yang
Tuli
Suatu Ghaib"
dan Bisu
Wahyu
konsep modern tersebut tetapi tidak bisaAl-Qayyimah:
disangkal Khiralitas
Ajaran
nyatanya yang daridalam
(Keberpihakan) ayat diEvolusi
Berkesinambungan Alam
Pengetahuan, dan Kebenaran tepat
makna tersebut
sekali diterapkan padanya. Sengaja atau pun tidak, tidak ada kritik yang lebih baik pada
teori proses seleksi alamiah.
Para ahli naturalis menyatakan kalau fungsi penciptaan dan fungsi seleksi dilakukan
oleh ada suatu ciptaanyang
kekuatan-kekuatan sebelum
berbedaproses
tetapiseleksi
bekerja alamiah
sama secara bisasempurna.
mulai bekerja.
Mereka ingin
meyakinkan kita bahwa gen yang tidak memiliki otak
Adalah dilema ini yang sampai sekarang belum bisa dipecahkan bisa mencipta sedangkan olehkaidah
seleksi alam yang tidak berbentuk dan impersonal yang melakukan seleksi. Pada saat yang
sama,para ahlijuga
mereka pendukung proses seleksi
ingin mengabaikan masalah alamiah.
gen yang dianggap sebagai suatu yang sudah
ada (given) dan meletakkannya di bawah kekuasaan dari proses seleksi alamiah. Demikian

K
itulah mereka
itab menggabungkan
suci Al-Quran dua fungsi yang seharusnya
mengemukakan gambarandiperlakukan
yang sama terpisahsekali dan
menggabungkannya dengan cara yang amat absurd. Jika gen merosot harkatnya hanya
berlainan
sebagai pencipta tentang
yang tidak masalah
berarti, tersebut.
yang tersisa adalah Al-Quran
selektor yangmenyatakan
mereka akui tidak
memiliki otak yang bisa berfikir guna pengambilan keputusan secara sadar. Dengan
bahwa realitas evolusi mensyaratkan adanya pencipta dan selektor
diundurkannya gen maka hanya tinggal faktor proses seleksi alam saja yang dianggap
tidakDalam
penting. mungkin dua sosok
pengertian itulah yang
fungsi terpisah. Siapapenciptaan
terpisah dari pun yangdanmencipta, seleksi dicetak
menjadi satu tanpa ada pembenarannya. Hanya saja tidak ada ilmuwan dengan
hanya Dia
pengetahuan palingsaja yang
cetek sekalimungkin
pun tentangmenseleksi dari akan
konsep Darwin, kinerjabisa kreatif-Nya.
mengatakan bahwa
proses seleksi alam ini juga bisa mencipta secara langsung.
Apa yang tidak dipilih-Nya sebagai bentuk lanjutan suatu Pasti sudah ada spesies
suatu ciptaan
sebelum proses seleksi alamiah bisa mulai bekerja. Adalah dilema ini yang sampai sekarang
belumtidak
bisa serta mertaoleh
dipecahkan lalupara
dipunahkan dari proses
ahli pendukung eksistensi,
seleksitetapi
alamiah.menetap guna

K
memperlebar basis penciptaan-Nya di setiap tingkatan dan berperan
dalam skema keseluruhan kehidupan. Dengan demikian, setiap kali
itab suci Al-Quran mengemukakan gambaran yang sama sekali berlainan tentang
terjadi langkah maju dalam evolusi, basis evolusi secara simultan
masalah tersebut. Al-Quran menyatakan bahwa realitas evolusi mensyaratkan adanya
akandan
pencipta diperlebar gunamungkin
selektor tidak mendukung apa yang
dua sosok ditambahkan
yang terpisah. padayang
Siapa pun kolom
mencipta,
hanya Dia saja yang mungkin menseleksi
evolusi yang menjulang ke atas. dari kinerja kreatif-Nya. Apa yang tidak dipilih-
Nya sebagai bentuk lanjutan suatu spesies tidak serta merta lalu dipunahkan dari eksistensi,
Menurut
tetapi Al-Quran,
menetap guna manusia
memperlebar basis tidak mungkin
penciptaan-Nya bertahan
di setiap di puncak
tingkatan dan berperan
dalam skema keseluruhan kehidupan. Dengan demikian, setiap kali terjadi langkah maju
dalamjenjang
evolusi,evolusi yang secara
basis evolusi ditempatinya
simultan tanpa ecosystem
akan diperlebar yang
guna disediakan
mendukung apa yang
oleh mahluk-mahluk
ditambahkan dari
pada kolom evolusi yangstrata yangke lebih
menjulang atas. rendah. Untuk itulah
Menurut Al-Quran, manusia tidak mungkin bertahan di puncak jenjang evolusi yang
dikatakan:
ditempatinya tanpa ecosystem yang disediakan oleh mahluk-mahluk dari strata yang lebih
rendah. Untuk itulah dikatakan:

XÄ\C Vl¯ VÙ qY._v% #\BU rQ¯ ×1ÉFÄmžL\[UÄc C¦›VXT RŽ\j C°% SM×nQ WÆ [WmV" ‰% °6°-Ú ¾À¯ `ˆ‰= Œ Åk°][UÄc S× VXT

§¯ª¨ WDSÄ%°iÙ W*ԁRd YXT <RWÃ\y |ETÄm°bًW)ԁWc Y Ô2ÀIÉ \BU


jika jika
‘Dan‘Dan Allah hendak
Allah menghukum
hendak manusia
menghukum disebabkan
manusia perbuatan
disebabkan aniayaaniaya
perbuatan mereka,
niscaya tidak akan Dia tinggalkan sesuatu hewan di muka bumi ini, akan tetapi Dia
mereka, niscaya tidak akan Dia tinggalkan sesuatu hewan di muka bumi ini,
memberi tangguh kepada mereka hingga suatu batas waktu yang telah ditetapkan; maka
akan tetapi Dia memberi tangguh kepada mereka hingga suatu batas waktu
yang telah ditetapkan; maka apabila batas waktu mereka itu datang, mereka
tidak akan tertinggal sesaat pun dan tidak pula dapat mendahuluinya.’ (S.16
  327

An-Nahl:62)30

Pokok paling signifikan yang patut diperhatikan ialah pupusnya


keseluruhan kehidupan hewan jika umat manusia dihukum. Dari

611
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
IV

sini jelas bahwa fungsi dari keseluruhan strata kehidupan yang lebih
rendah tidak ada lain adalah guna menunjang kehidupan manusia di
atasnya. Jika manusia punah maka mereka pun juga akan punah.
Karena itu pertanyaan terpenting yang harus diangkat dan
dijawab oleh para ahli filsafat, ilmuwan dan mereka yang menganggap
bahwa proses seleksi alam secara virtual berperan sebagai selektor
dan pencipta dalam keseluruhan skema kehidupan adalah sebagai
berikut:
Keduanya dalam satu dan lain cara tentunya tergabung dalam
sosok sang pencipta dan bukan pada sosok selektor yang tidak bisa
mencipta. Ini adalah satu-satunya konklusi logis yang bisa ditarik
siapa pun. Namun pandangan demikian dengan sendirinya mengarah
kepada sosok Tuhan yang justru dihindari mati-matian oleh para ahli
naturalis.
Adalah dengan tujuan mengeliminasi konklusi seperti itu maka
Darwin berupaya mengatribusikan kedua fungsi itu secara tidak
langsung kepada proses seleksi alamiah. Apakah pernah Darwin
mengemukakan gagasan bahwa proses seleksi alam juga bisa mencipta?
Sepanjang pengetahuan kami, ia tidak pernah melakukannya. Ia pun
juga tahu, seperti semua orang yang memiliki intelegensia, bahwa
peran seleksi dan peran penciptaan adalah dua fungsi yang berbeda.
Akan jauh lebih masuk akal jika sosok yang berfungsi sebagai pencipta
juga melaksanakan fungsi seleksi atas hasil ciptaannya. Namun hal
ini tidak sejalan dengan teori evolusi yang buta, karena itulah para
ilmuwan berusaha keras mengeliminasi adanya sosok pencipta yang
sadar yang juga bisa berfungsi sebagai selektor. Hanya saja mustahil
membayangkan adanya perencanaan seleksi dan perencanaan
penciptaan yang dua-duanya dianggap tidak sadar namun bisa bergerak
bersama bergandengan tangan. Darwin mencoba memecahkan masalah
ini dengan menyatakan bahwa mengingat proses seleksi alamiah yang
menyetujui bentuk-bentuk tubuh sebagaimana diciptakan oleh gen,

612
tidak pula dapat mendahuluinya.’ (S.16 An-Nahl:62) 30

Pokok paling signifikan yang patut diperhatikan ialah pupusnya keseluruhan


kehidupan hewan jika umat manusia dihukum. Dari sini jelas bahwa fungsi dari
keseluruhan strata kehidupan yang lebihAl-Bayyinah: rendah tidak ada Kebenaran
Prinsip lain adalahYang guna menunjang
Nyata,
kehidupan manusiaKehidupan Seleksi
Menurut
Konsep
di atasnya.
Kelangsungan
Alam Perspektif
Ketuhanan
Asal
Peran
Jika Mula
Tanah
manusia
Hidup:
dan punah
Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:
"Pembuat
Lempung Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
WahyudanAl-Quran:
Bangsa
dan
Berbagai
Wahyu
Jam
dan Iman
Khiralitas
maka yangKebetulan
dengan
Aliran
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Sudut Masalah
atau
bagi
Aborigin
Kehidupan
IndividuTeori
Ilahi
Kepada
Buta",
Fitrat
Fotosintesis dan
dan
(Keberpihakan)
mereka pun
Hakikat
diatau
Perspektif
Wahyu,Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
Pandang Agama
Permainan
dan
Agamayang
Alam
di
danAgama
"Yang
Tuli
Suatu
dalam
juga
Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Kosmologi
Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Rasionalitas
Ghaib"
dan Bisu
Wahyu
Evolusi
di
akan Alam
punah.
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran
Karena itu pertanyaan terpenting yang harus diangkat dan dijawab oleh para ahli
filsafat, ilmuwan dan mereka yang menganggap bahwa proses seleksi alam secara virtual
berperan sebagai selektor dan pencipta dalam keseluruhan skema kehidupan adalah sebagai
maka dengan satu dan lain cara proses seleksi alamiah itu secara tidak
berikut:
Keduanya dalam satu dan lain cara tentunya tergabung dalam sosok sang pencipta
langsung juga dianggap berperan sebagai pencipta.
dan bukan pada sosok selektor yang tidak bisa mencipta. Ini adalah satu-satunya konklusi

D
logis yang bisa ditarik siapa pun. Namun pandangan demikian dengan sendirinya mengarah
kepada sosoki Tuhan
tempat yanglain kami
justru telahmati-matian
dihindari menjelaskanolehpanjang lebar bahwa
para ahli naturalis.
Adalah dengan produk gen bisa dianggap sebagai seleksi alamiah, baikDarwin
tujuan mengeliminasi konklusi seperti itu maka langsung berupaya
mengatribusikan kedua fungsi itu secara tidak langsung kepada proses seleksi alamiah.
Apakah atau punDarwin
pernah tidak langsung.
mengemukakan Di gagasan
sini kami ingin
bahwa jugaseleksi
proses menekankan
alam jugabahwabisa mencipta?
Sepanjang pengetahuan kami, ia tidak pernah melakukannya.
atribut faktor penciptaan kepada gen dan secara simultan menafikannya Ia pun juga tahu, seperti
semua orang yang memiliki intelegensia, bahwa peran seleksi dan peran penciptaan adalah
dari kesadaran
dua fungsi yang berbeda.lakuAkanadalah suatumasuk
jauh lebih hal yang secara
akal jika sosok inheren bersifat sebagai
yang berfungsi
pencipta juga melaksanakan fungsi seleksi atas hasil ciptaannya. Namun hal ini tidak sejalan
kontradiktif. Merupakan puncak absurditas guna memulai perjalanan
dengan teori evolusi yang buta, karena itulah para ilmuwan berusaha keras mengeliminasi
adanya evolusi gen tanpa
sosok pencipta yangsebelumnya
sadar yang juga menjelaskan terlebih
bisa berfungsi dahulu
sebagai faktor-
selektor. Hanya saja
mustahil membayangkan adanya perencanaan seleksi dan perencanaan penciptaan yang
faktor yang menciptakan gen itu sendiri. Jelas mustahil bagi para
dua-duanya dianggap tidak sadar namun bisa bergerak bersama bergandengan tangan.
Darwin pengikut
mencobateori Darwinisme
memecahkan masalah untuk mendemonstrasikan
ini dengan menyatakan bahwabagaimana mengingat proses
seleksi alamiah yang menyetujui bentuk-bentuk tubuh sebagaimana diciptakan oleh gen,
maka seleksi
denganalamiah
satu danbisalainberperan
cara proses dalam penciptaan
seleksi alamiah itu gen. Bagaimana
secara dan juga
tidak langsung
mengapa
dianggap berperangen mencipta
sebagai pencipta.tanpa memiliki fitrat penciptaan dari suatu

D fikiran yang sadar adalah pertanyaan yang harus dijawab terlebih


dahulu.
pencipta
sebagai
Singkat
i tempat lain kami kata,
yang sadar
seleksi alamiah,
harus diidentifikasikan
telah menjelaskan
baikdari gen karena
langsung kalau
atau pun tidaktidak
terlebih
panjang lebar bahwa dahulu
produk
maka Disini
langsung. akan muncul
siapadianggap
gen bisa
kami ingin juga
menekankan bahwa atribut faktor penciptaan kepada gen dan secara simultan
pemikiran bahwa gen yang tidak sadar mencipta dirinya sendiri seolah-
menafikannya dari kesadaran laku adalah suatu hal yang secara inheren bersifat
olah gen
kontradiktif. itu memiliki
Merupakan puncakfitrat penciptaan
absurditas yang sangat
guna memulai kompeten
perjalanan evolusidangen tanpa
sebelumnya menjelaskan terlebih dahulu faktor-faktor yang menciptakan gen itu sendiri.
Jelas sadar.
mustahil Sulit
bagimembayangkan
para pengikut teori adanya bendauntuk
Darwinisme yang mendemonstrasikan
tidak memiliki fikiran bagaimana
seleksibisa mencipta
alamiah dirinya dalam
bisa berperan sendiripenciptaan
dengan keterampilan
gen. Bagaimana yang
danluar biasa.gen
mengapa Paramencipta
tanpa memiliki fitrat penciptaan dari suatu fikiran yang sadar adalah pertanyaan yang harus
ahli
dijawab naturalis
terlebih memulai
dahulu. Singkatpenelusuran mereka tanpa mempelajari
kata, harus diidentifikasikan terlebih dahulu terlebih
siapa pencipta
dahulu
yang sadar dariprasyarat
gen karenautama
kalau ini.
tidakKegagalan
maka akanmereka menjawabbahwa
muncul pemikiran pertanyaan
gen yang tidak
sadar mencipta dirinya sendiri seolah-olah gen itu memiliki fitrat penciptaan yang sangat
tersebut
kompeten adalahSulit
dan sadar. karena mustahil bagi
membayangkan mereka
adanya bendabisa menjawabnya
yang tidak memiliki tanpa
fikiran bisa
mencipta
menggugurkan teori mereka sendiri tentang evolusi. Kitab suci Al-memulai
dirinya sendiri dengan keterampilan yang luar biasa. Para ahli naturalis
penelusuran mereka tanpa mempelajari terlebih dahulu prasyarat utama ini. Kegagalan
merekaQuran memiliki
menjawab jawaban
pertanyaan langsung
tersebut adalahguna memecahkan
karena mustahil bagi teka-teki
mereka bisa
menjawabnya tanpa menggugurkan
tersebut dengan pernyataan: teori mereka sendiri tentang evolusi. Kitab suci Al-
Quran memiliki jawaban langsung guna memecahkan teka-teki tersebut dengan pernyataan:

§¯±¨ WDSÁ¯nՓdÈ „-Wà rQ"›\ÈV"XT  ]C›\U×Ày  ÅQXn]m°cÙ Ä1ÀIV |E W%  ÃqW)ÙcVfXT ÃÄW‘Rd W% ÀÉ ÙcVf ^
| {XqXT

‘Tuhan engkau menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilih siapa
 yang Dia kehendaki. Mereka tidak berhak memilih. Mahasuci Allah dan 328


613
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
IV

Mahatinggi di atas segala apa yang mereka sekutukan dengan Dia.’ (S.28 Al-
Qashash:69)31

Makna luhur dari ayat ini ialah pernyataan bahwa tugas seleksi
adalah hak prerogatif Sosok Pencipta dan kedua fungsi itu tidak bisa
dipisahkan.
Tuhan menyatakan Wujud-Nya sendiri sebagai Sosok Pencipta
yang juga melakukan seleksi atas hasil ciptaan-Nya. Memang
demikian itulah seharusnya dan memang demikian itu kenyataannya.
Tidak ada ahli naturalis yang bisa mengubah kenyataan tersebut dan
menggantikan Dia dengan sosok pencipta pilihannya sendiri. Dalam
suatu usaha mati-matian, mereka itu telah mencoba menggabungkan
peran pencipta ke dalam proses seleksi alamiah. Dengan cara demikian
mereka memilih adanya prinsip tidak bernalar yang tidak tahu apa-apa
untuk menjadi selektor mau pun pencipta, sambil juga tidak memiliki
kesadaran dalam bentuk apa pun. Mereka rupanya lebih memilih
dibapaki oleh ketiadaan.
Yang tersisa bagi mereka jadinya adalah prinsip yang tidak
memiliki fikiran, non-personal, tuli, bisu dan buta sebagai faktor
yang telah mencipta diri mereka. Kebetulan hal ini mengingatkan
pada peribahasa: bagaimana bapaknya begitu juga anaknya. Bisa jadi
mereka merasa bangga dengan pendapat seperti itu tetapi kami sendiri
sangat keberatan disamakan. Kami memilih pandangan bahwa kami
adalah hasil karya dari Pencipta yang memiliki fikiran yang Mahaluhur
dan kekuasaan untuk menerapkan apa yang direncanakan-Nya. Kami
harus beriman kepada-Nya atau kami harus menafikan kemampuan
kepala dan hati yang rasanya masih kami miliki. Jika mereka yang
tidak percaya mempunyai opsi untuk memilih, di sinilah mereka harus
melaksanakan opsi tersebut. Yang mana dari kedua sosok pencipta itu
yang mereka pilih, adalah hal yang harus mereka putuskan sendiri.

614
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah "Pembuat
Lempung Wahyu
Jam
dan Iman
yang Ilahi
Kepada dan
Buta",
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Rasionalitas
"Yang
Tuli
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
dan Bisu
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

Catatan:
a. Triliun dalam bilangan di Inggris dan Jerman adalah angka 1
dengan 18 nol di belakangnya, sedangkan menurut standar
Amerika Serikat adalah 1 dengan 12 nol di belakangnya.
(Penterjemah)
b. Platypus adalah mamalia yang bertelur dan hanya terdapat di
timur Australia. Mulut hewan ini berbentuk sudu seperti bebek
yang digunakan untuk mencari makan berupa udang, ikan
kecil, cacing dan serangga air. Karena jika menyelam mencari
makan hewan ini memejamkan mata dan telinga maka untuk
navigasi ia memiliki sistem elektro mekanik untuk navigasi di
dalam air, tetapi sistem ini hanya berfungsi di air tawar saja.
(Penterjemah)

Referensi
1. Dawkins, R. (1986) The Blind Watchmaker, Penguin Books
Ltd., England
2. Dawkins, R. (1986) The Blind Watchmaker, Penguin Books
Ltd., England, hal. xiii
3. Dawkins, R. (1986) The Blind Watchmaker, Penguin Books
Ltd., England, hal. 24
4. Dawkins, R. (1986) The Blind Watchmaker, Penguin Books
Ltd., England, hal. 25
5. Dawkins, R. (1986) The Blind Watchmaker, Penguin Books
Ltd., England, hal. 25-26
6. Dawkins, R. (1986) The Blind Watchmaker, Penguin Books
Ltd., England, hal. 35
7. Dawkins, R. (1986) The Blind Watchmaker, Penguin Books
Ltd., England, hal. 36

615
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
IV

8. Dawkins, R. (1986) The Blind Watchmaker, Penguin Books


Ltd., England, hal. 37
9. Dawkins, R. (1986) The Blind Watchmaker, Penguin Books
Ltd., England, hal. 39
10. Dawkins, R. (1986) The Blind Watchmaker, Penguin Books
Ltd., England, hal. 45
11. Downer, J. (1988) Supersense, Perception in the Animal World,
BBC Books, London, hal. 12-13
12. Downer, J. (1988) Supersense, Perception in the Animal World,
BBC Books, London, hal. 16
13. Downer, J. (1988) Supersense, Perception in the Animal World,
BBC Books, London, hal. 29
14. Downer, J. (1988) Supersense, Perception in the Animal World,
BBC Books, London, hal. 48-49
15. Downer, J. (1988) Supersense, Perception in the Animal World,
BBC Books, London, hal. 64
16. Downer, J. (1988) Supersense, Perception in the Animal World,
BBC Books, London, hal. 64
17. Dawkins, R. (1986) The Blind Watchmaker, Penguin Books
Ltd., England, hal. 98
18. Dawkins, R. (1986) The Blind Watchmaker, Penguin Books
Ltd., England, hal. 99
19. Dawkins, R. (1986) The Blind Watchmaker, Penguin Books
Ltd., England, hal. 98
20. Dawkins, R. (1986) The Blind Watchmaker, Penguin Books
Ltd., England, hal. 98-99
21. Dawkins, R. (1986) The Blind Watchmaker, Penguin Books
Ltd., England, hal. 99
22. Dawkins, R. (1986) The Blind Watchmaker, Penguin Books
Ltd., England, hal. 97

616
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah "Pembuat
Lempung Wahyu
Jam
dan Iman
yang Ilahi
Kepada dan
Buta",
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Rasionalitas
"Yang
Tuli
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
dan Bisu
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

23. Winston, M. L. (1991) The Biology of the Honey Bee, Harvard


University Press, London, hal. 83
24. Winston, M. L. (1991) The Biology of the Honey Bee, Harvard
University Press, London, hal. 81
25. Winston, M. L. (1991) The Biology of the Honey Bee, Harvard
University Press, London, hal. 83
26. Winston, M. L. (1991) The Biology of the Honey Bee, Harvard
University Press, London, hal. 1
27. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.
28. Mozherenkov, V. P., Shubina, L. F. (1982) Use of Honey in
Treating Eye Diseases-Translation of Russian Article: Feldsher
Akush
29. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.
30. Terjemah ayat 16:62 oleh penulis.
31. Terjemah ayat 28:69 oleh penulis.

617
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
IV

618
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Al-Quran
Lempung Membuka
Wahyu
danIman Ilahi
Tabir
Kepada dan
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas “Yang
Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib”:
Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang
Pengetahuan,Berkesinambungan
dan Kebenaran
Perspektif Sejarah

BAGIAN VI

Al-Quran Membuka Tabir “Yang Ghaib”:


Perspektif Sejarah
Bencana Nuklir
Rekayasa Genetik
Wabah Pes
Virus AIDS

619
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Al-Quran
Lempung Membuka
Wahyu
danIman Ilahi
Tabir
Kepada dan
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas “Yang
Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib”:
Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang
Pengetahuan,Berkesinambungan
dan Kebenaran
Perspektif Sejarah

AL-QURAN MEMBUKA TABIR


“YANG GHAIB”:
PERSPEKTIF SEJARAH

P engetahuan manusia sangat terbatas dan dilingkari di segala sisinya


oleh ruang ‘tidak kelihatan’ yang tak bertepi. Apa yang diketahui
manusia tentang masa lalu, masa kini dan masa depan ibarat secercah
sinar kecil tidak lebih dari kelap-kelip buntut seekor kunang-kunang
di tengah samudra kegelapan. Meski kelihatannya manusia telah
berhasil memperluas cakrawala pengetahuannya sampai ke tepi alam
semesta dengan bantuan ilmu astrofisika dan matematika lanjutan,
ternyata fakta yang dilihat dari tepi alam semesta itu adalah sinyal-
sinyal yang dilepaskan benda-benda angkasa itu sekitar 18 atau 20
milyar tahun yang lalu. Apa yang kemudian terjadi setelah itu atau
apa yang terdapat sekarang di sana jadinya hanya merupakan dugaan
belaka.
Dengan menyisihkan tentang masa depan dan masa lalu,
pengetahuan tentang masa kini pun masih sebagian besar berada di luar
ruang lingkup kesadaran manusia. Apa yang benar-benar diketahui
seseorang tentang segala kejadian di luar rumahnya, di jalan, kota
atau pun negeri huniannya? Semua berita media jika dikumpulkan
pun masih juga belum mencakup sepermilyar dari apa yang terjadi di
dunia sekelilingnya. Bukan itu saja. Apa yang benar-benar diketahui
manusia tentang orang-orang yang sepertinya dikenal di antara kawan
dan kerabat dekat? Mengungkap apa yang ada di balik raut muka
seseorang dan membaca apa yang sebenarnya yang ada di dalamnya
nyatanya lebih sulit dibanding mencoba melihat apa yang terdapat di
dasar sebuah kolam yang keruh. Dalam kedua hal itu orang hanya bisa

621
Mirza
BagianTahir
Bagian
Bagian 1III
II
V VI Ahmad
V
III
IVIV

melihat tampilan yang tercermin di permukaan saja, cuma bedanya


kalau kolam tidak bisa mencipta tampilan yang keliru. Tergantung
cuaca dan musim, kolam tetap saja berwajah tunggal sedangkan
manusia tidak demikian. Kerumitan kejiwaan manusia, keragaman
suasana hati dan perilaku, variasi tolok ukur akhlak dan filosofi yang
dianut, sikap dan perbedaan fitrat otak dan hati, kedangkalan atau
kebijakan perilaku mereka, adalah hal-hal yang tidak ditemukan pada
sebuah kolam. Bahkan apa yang terjadi di dalam batinnya sendiri
pun terkadang tidak disadari manusia. Namun nyatanya sedikit sekali
manusia yang mengenal kerendahan hati. Jarang sekali mereka mampu
menyadari sumber utama kebenaran dan mata air Pengetahuan Hakiki
hanya ada pada Pencipta. Hanya Dia Yang mengetahui sepenuhnya
segala rahasia dari ciptaan-Nya. Hanya Dia Yang Maha Melihat, Maha
Mengetahui dan Maha Agung.
Pengetahuan merupakan prasyarat proses penciptaan, apakah
itu berkaitan dengan Ilahi atau manusia, besar atau pun kecil. Tanpa
suatu pengetahuan yang mendalam tentang apa yang akan dicipta,
tidak akan ada tujuan penciptaan yang mungkin bisa dicapai. Karena
itu hanya sang Pencipta sendirilah yang mengetahui seluk-beluk dan
kompleksitas suatu ciptaan dan karena itu juga maka fitrat Maha
Mengetahui hanyalah milik Tuhan semata. Sifat Maha Mengetahui
ini mencakup keseluruhan pengetahuan tentang segala hal di alam
semesta yang hanya dimiliki Tuhan serta tidak dimiliki yang lainnya.
Jika memang wujud Tuhan Yang Maha Mengetahui dan Maha
Ada yang telah mengarang Al-Quran maka semua wahyu dalam kitab
ini yang berkaitan tentang masa lalu, masa kini dan masa depan
tentunya bisa dikukuhkan oleh fakta-fakta pada saat kemunculannya.
Justru berkaitan dengan hal itulah yang akan menjadi topik bahasan
ini. Dengan bantuan fakta-fakta yang tidak terbantah, kami bermaksud
mengemukakan pembuktian tentang semua hal ini.

622
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Al-Quran
Lempung Membuka
Wahyu
danIman Ilahi
Tabir
Kepada dan
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas “Yang
Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib”:
Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang
Pengetahuan,Berkesinambungan
dan Kebenaran
Perspektif Sejarah

Kami telah membahas cukup mendalam tentang peran wahyu


Al-Quran dalam menjelaskan beberapa kejadian penciptaan pada
masa purba. Semua itu bermula dengan kehadiran waktu ketika alam
semesta tiba-tiba muncul keluar dari suatu lobang hitam. Menurut
Al-Quran, lubang hitam itu membelah diri atas perintah Pencipta
Yang Maha Kuasa. Peliputan Al-Quran tentang sejarah penciptaan
akan berakhir dengan pupusnya waktu ketika alam semesta kembali
tenggelam ke dalam lubang hitam berikutnya.
Berkenaan dengan awal mula proses kehidupan, uraian Al-
Quran secara mengagumkan ternyata juga demikian komprehensif
dan akurat. Kitab ini meliput semua jenjang-jenjang evolusi organik
dan biotika sepanjang sejarah evolusi selama 4,5 milyar tahun sampai
dengan saat kulminasinya dalam bentuk terciptanya manusia. Dari
titik itu ke depan, Al-Quran lalu mengutarakan sejarah umat manusia
yang berkaitan dengan perkembangan masyarakat, keagamaan
dan kebudayaan. Kitab ini pun menyinggung kemungkinan akan
punahnya spesies manusia yang bisa jadi digantikan spesies kehidupan
yang lebih baik dan lebih maju.
Semua hal yang kami uraikan secara ringkas di atas, telah
dibahas secara lebih rinci dalam bab-bab terkait dalam buku ini,
guna memperlihatkan bagaimana wahyu Ilahi secara efektif telah
mentransfer bagian-bagian dari pengetahuan yang tidak dikenal ke
wilayah yang diketahui. Sekarang dalam bab ini kami akan memaparkan
bagaimana Al-Quran mengungkapkan beberapa kejadian sejarah yang
penting yang selama ini terkubur dalam masa lalu yang samar. Kami
juga akan menyampaikan bagaimana Kitab tersebut mengungkapkan
banyak dari kejadian di masa depan yang tidak diketahui sebelumnya
oleh manusia saat Al-Quran diturunkan. Kami secara khusus akan
menggambarkan bagaimana Al-Quran telah menubuatkan secara
akurat beberapa kemajuan pengetahuan di masa depan yang akan
mengubah keseluruhan gaya hidup manusia.

623
Mirza
BagianTahir
Bagian
Bagian 1III
II
V VI Ahmad
V
III
IVIV

K ami akan memulainya dengan uraian tentang kejadian sejarah


yang penting bertalian dengan signifikasi keagamaan dari umat
Yahudi, Kristiani dan Muslim. Kisahnya berkaitan dengan eksodus
Nabi Musa as dari Mesir dan apa yang terjadi pada pasukan Firaun
ketika Nabi Musa as dan para pengikutnya telah selamat menyeberangi
delta sungai Nil yang berbahaya tersebut.
Sebenarnya banyak contoh kejadian lain dari masa sejarah Yudeo-
Kristiani tersebut yang diliput dalam Perjanjian Lama, Perjanjian Baru
dan Al-Quran. Namun kami memutuskan memilih tentang peristiwa
eksodus Nabi Musa as untuk dibahas sekarang ini karena hal itu
memperlihatkan bagaimana fitrat ke-Ilahi-an dari wahyu Al-Quran.
Kajian kitab Injil meski pun merupakan catatan kontemporer
dari sejarah masa itu, ternyata sumir dan tidak sejelas dibanding
dengan apa yang terdapat dalam Al-Quran. Dari sudut pandang para
pengikut Nabi Musa as yang bisa dikemukakan dan dicatat sebagai
sejarah hanyalah tenggelamnya Firaun dan lasykarnya yang terhimpit
gelombang laut yang menenggelamkan mereka. Apa yang terjadi
kepada Firaun sendiri sebelum ia ditenggelamkan? Apa yang terjadi di
antara Firaun dengan Tuhan saat akan tenggelam itu? Apa yang telah
dipanjatkannya kepada Tuhan, kalau pun ada pada saat sekaratnya?
Semua hal ini pasti luput dari pengamatan manusia yang menonton
dari pantai yang kering dari kejauhan. Karena itulah uraian Injil hanya
menyatakan kalau Firaun dan semua lasykarnya telah tenggelam tanpa
ada yang dikecualikan.
‘Berbaliklah segala air itu lalu menutupi kereta dan orang berkuda dari
seluruh pasukan Firaun yang telah menyusul orang Israel itu ke laut, seorang
pun tidak ada yang tinggal dari mereka. Tetapi orang Israel berjalan di tempat
kering dari tengah-tengah laut...’1

Dari pernyataan kitab Injil, berarti semuanya telah tenggelam


di laut, Firaun tidak terkecuali. Kekalahannya bersifat total. Berbeda
dengan itu adalah pernyataan Al-Quran tentang kejadian yang sama.

624
kejauhan. Karena itulah uraian Injil hanya menyatakan kalau Firaun dan semua lasykarnya
telah tenggelam tanpa ada yang dikecualikan.
‘Berbaliklah segala air itu lalu menutupi kereta dan orang berkuda dari seluruh pasukan
Firaun yang telah menyusul orang Israel itu ke laut, seorang pun tidak ada yang tinggal
dari mereka.Kehidupan
Tetapi orang
Konsep Israel
Seleksi
Menurut
Alam Al-Bayyinah:
berjalan
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula di
Perspektif
dan tempat
Hidup:
Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan: Prinsip
kering
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyudan Kebenaran
dari
Faktor
Pengenalan dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Sudut
Bangsa
dan
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
tengah-tengah
KebetulanPerspektif
Wahyu,Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
Pandang
Aborigin
Kehidupan
IndividuTeoriAgama
Permainan
dan
Agamayang
Alam
dan Nyata,
laut.
Hakikat
atau
Penderitaan
di
danKosmologi
Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Konghucu
di
Agama . .’ 1
Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Judi
Sekulerisme
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Al-Quran Membuka
Wahyu
Iman
Peran Tanah Ilahi
Tabir
Kepada dan
Fitrat
Lempung “Yang
Rasionalitas
"Yang
Suatu Ghaib”:
Ghaib"
Wahyu
dan Fotosintesis
Khiralitas dalamdiEvolusi
(Keberpihakan) Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran
Perspektif Sejarah
Dari pernyataan kitab Injil, berarti semuanya telah tenggelam di laut, Firaun tidak
terkecuali. Kekalahannya bersifat total. Berbeda dengan itu adalah pernyataan Al-Quran
tentang kejadian yang sama.

W$V ÅWmWÓÙ ÈOXqØjU Vl¯ ³‰/\O ˜TÕiWÃXT >kÙÓW œÈPÀjSÄ<ÄBXT ÄD×SWÃ×m°Ù Ô2ÀI\ÈWÙ"U
VÙ WmÔUWÙ #c°Ä¢XnԀ¯ ܳ®BW¯ W5ÙwXS›\BXT

ÕiVXT C
] ›W‹ÙXÄ §²©¨ WÛÜ°-¯ ԁÀ-Ù ]C°% 2W5U XT #c°Ä¢XnԀ¯ ßSÄ=W ž°O¯ Õ0X=W%XÄ Ýs°Š €Y¯ WO›V¯ ,Y œÈO5U Á0=W%XÄ

 ‰D¯ XT  <RWcXÄ \[ÝÚ \\ ÕC\-° |ESÅW*° \°5\iW¯ \jªFHX=È5 W3×SXkÙVÙ §²ª¨ WÛÏ°i¦ÙÝÀ-Ù ]C°% _0=ÅXT Ä#×V 0
_ Ùj_¡WÃ 334

§²«¨ |ESÉ °Ý›WÓV X=°*›WcXÄ ÕCWà ¥ˆ‰= ]C°K% <nm°9[
‘Kami
‘Kamitelah membuat
telah membuatBani Bani
IsrailIsrail
menyeberangi lautan,lautan,
menyeberangi lalu Firaun dan lasykar-
lalu Firaun dan
lasykarnya mengejar mereka secara durhaka dan aniaya, sehingga ketika ia hampir
lasykar-lasykarnya mengejar mereka secara durhaka dan aniaya, sehingga
tenggelam, ia berkata “Aku percaya bahwa tiada Tuhan selain yang dipercayai oleh
Baniketika
Israiliadan
hampir tenggelam,
aku termasuk ia berkatayang
orang-orang “Akumenyerahkan
percaya bahwa tiada Tuhan se-
diri kepada-Nya.” Apa!
lain yang
Sekarang! dipercayai engkau
Sesungguhnya oleh BanitelahIsrail dan aku termasuk
membangkang sebelum ini orang-orang yang
dan telah termasuk
orang-orang
menyerahkanyang diri
berbuat kerusuhan.Apa!
kepada-Nya.” MakaSekarang!
pada hariSesungguhnya
ini Kami akanengkaumenyelamatkan
telah
engkau hanya dalamsebelum
membangkang jasadmu,inisupaya engkau
dan telah menjadi orang-orang
termasuk suatu tanda bagiyangorang-orang
berbuat
yangkerusuhan.
datang sesudah
Makaengkau. Dan ini
pada hari sesungguhnya
Kami akankebanyakan
menyelamatkanmanusiaengkau
lengah hanya
terhadap
tanda-tanda Kami.’ (S.10 Yunus:91-93) 2
dalam jasadmu, supaya engkau menjadi suatu tanda bagi orang-orang yang
datang
Patut sesudah engkau.
diperhatikan dalam halDaninisesungguhnya
ialah berbedakebanyakan manusia Al-Quran,
dengan pernyataan lengah ter-uraian
kitab Injil hadap tanda-tanda Kami.’
tidak memberikan (S.10 Yunus:91-93)
kemungkinan penyelamatan
2
jasad Firaun karena dinyatakan
seorang pun tidak ada yang tinggal dari mereka.
Karena itu sampai dengan Al-Quran mengungkapkan kemungkinan penyelamatan
Patut
jasad Firaun diperhatikan
dengan dalam
tujuan sebagai hal ini
teladan bagiialah berbeda
manusia denganberikutnya,
yang datang pernyataan tidak ada
sumber sejarah manusia lainnya yang pernah menyinggung hal ini.
Al-Quran, uraian kitab Injil tidak memberikan kemungkinan
Saat Al-Quran diwahyukan, makam raja-raja Mesir terkubur jauh di bawah padang
penyelamatan
pasir. Manusia zaman jasaditu,Firaun
apalagikarena
bangsadinyatakan seorang
Arab, sedikit sekali pun
yangtidak ada ilmu
mengenal
pengawetan mummi. Tidak ada kitab atau pun riwayat, yang bersifat keagamaan atau pun
yang yang
lainnya, tinggal dari menyinggung
pernah mereka. penyelamatan jasad Firaun, apalagi menceritakan
tentang cara pengawetannya.
Karena itu sampai Uraian Al-Quran
dengan iniAl-Quran
juga bersifat unik dalam hal tidak saja
mengungkapkan
mengungkapkan kejadian masa lalu yang sampai saat itu tidak diketahui oleh umat manusia
kemungkinan
lainnya, penyelamatan
tetapi juga menubuatkan bahwajasad Firaun
masa depan akandengan
mengakui tujuan sebagai
kebenaran pernyataan
Al-Quran. Dari uraian kitab Injil, sulit membayangkan bagaimana jasad Firaun bisa
teladan bagi manusia yang datang berikutnya, tidak ada sumber
diselamatkan. Fenomena dari jasad demikian, kalau pun bisa diselamatkan, akan menjadi
sejarah
masalah saatmanusia
pengawetan lainnya yang pernah menyinggung hal ini.
mumminya.
Namun justru itulah yang dinyatakan oleh Al-Quran. Tidak akan ada manusia yang
Saat Al-Quran
pernah bermimpi diwahyukan,
membuat pernyataan yang makam raja-raja
bertentangan denganMesir terkubur
bukti sejarah yang ada
pada saat Al-Quran diwahyukan. Semua orang hanya tahu
jauh di bawah padang pasir. Manusia zaman itu, apalagi bangsa Arab, jasad Firaun telah punah
dimangsa laut, sirna selamanya. Bahkan para perampok makam Mesir pun tidak
sedikit petunjuk
mempunyai sekali yangsamamengenal
sekali yang ilmu
mana pengawetan
Firaun dimaksud mummi.
dari paraTidak
mummiada raja-raja
Mesir yang terdapat di Lembah Raja-raja (Valley of the Kings). Apa yang telah mendorong
kitab atau pun riwayat, yang bersifat keagamaan atau pun lainnya,
Nabi junjungan umat Islam membuat pernyataan seperti itu jika beliau dianggap sebagai
yang pernah
pengarang Al-Quran?menyinggung
Jelas tidak adapenyelamatan
manfaatnya sama jasad Firaun,
sekali apalagibersifat
dan bahkan
kontraproduktif. Jika Al-Quran memang karangan Rasulullah saw maka beliau tidak akan
menceritakan
mampu memberikantentang
bukti gunacaramendukung
pengawetannya. Uraian
pernyataan Al-Quran
tersebut. Nyatanyaini juga
berabad-abad
kemudian
bersifat unik dalam hal tidak saja mengungkapkan kejadian masa lalu yang
setelah turunnya Al-Quran, bumi mulai membuka rahasianya. Jasad-jasad
dimumikan dari Firaun di zaman Nabi Musa as bisa ditelusuri dan diselamatkan dari antara
yang
semua sampai
Firaun saat itu tidak diketahui oleh umat manusia lainnya, tetapi
lainnya.
Apakah Firaun itu memang Rameses II atau mungkin Firaun lainnya sampai
sekarang masih tetap menjadi ajang perdebatan, yang jelas salah satu dari mumi-mumi yang
diambil dari Lembah Raja-raja adalah Firaun yang berhadapan dengan Nabi Musa as.
625
Satu-satunya konklusi yang bisa ditarik dibanding pandangan keseluruhan sejarah
dunia adalah kebenaran dari pernyataan Al-Quran yang mengemukakan: ‘Maka pada hari ini
Kami akan menyelamatkan engkau hanya dalam jasadmu.’ Itulah pernyataan Al-Quran yang
sekarang ini telah menjadi pernyataan sejarah dunia.
Firman Tuhan dalam hal ini bisa berarti bahwa sudah tertutup kemungkinan
Mirza
BagianTahir
Bagian
Bagian 1III
II
V VI Ahmad
V
III
IVIV

juga menubuatkan bahwa masa depan akan mengakui kebenaran


pernyataan Al-Quran. Dari uraian kitab Injil, sulit membayangkan
bagaimana jasad Firaun bisa diselamatkan. Fenomena dari jasad
demikian, kalau pun bisa diselamatkan, akan menjadi masalah saat
pengawetan mumminya.
Namun justru itulah yang dinyatakan oleh Al-Quran. Tidak
akan ada manusia yang pernah bermimpi membuat pernyataan yang
bertentangan dengan bukti sejarah yang ada pada saat Al-Quran
diwahyukan. Semua orang hanya tahu jasad Firaun telah punah
dimangsa laut, sirna selamanya. Bahkan para perampok makam
Mesir pun tidak mempunyai petunjuk sama sekali yang mana Firaun
dimaksud dari para mummi raja-raja Mesir yang terdapat di Lembah
Raja-raja (Valley of the Kings). Apa yang telah mendorong Nabi
junjungan umat Islam membuat pernyataan seperti itu jika beliau
dianggap sebagai pengarang Al-Quran? Jelas tidak ada manfaatnya
sama sekali dan bahkan bersifat kontraproduktif. Jika Al-Quran
memang karangan Rasulullah saw maka beliau tidak akan mampu
memberikan bukti guna mendukung pernyataan tersebut. Nyatanya
berabad-abad kemudian setelah turunnya Al-Quran, bumi mulai
membuka rahasianya. Jasad-jasad yang dimumikan dari Firaun di
zaman Nabi Musa as bisa ditelusuri dan diselamatkan dari antara
semua Firaun lainnya.
Apakah Firaun itu memang Rameses II atau mungkin Firaun
lainnya sampai sekarang masih tetap menjadi ajang perdebatan, yang
jelas salah satu dari mumi-mumi yang diambil dari Lembah Raja-raja
adalah Firaun yang berhadapan dengan Nabi Musa as.
Satu-satunya konklusi yang bisa ditarik dibanding pandangan
keseluruhan sejarah dunia adalah kebenaran dari pernyataan Al-Quran
yang mengemukakan: ‘Maka pada hari ini Kami akan menyelamatkan
engkau hanya dalam jasadmu.’ Itulah pernyataan Al-Quran yang
sekarang ini telah menjadi pernyataan sejarah dunia.

626
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Al-Quran
Lempung Membuka
Wahyu
danIman Ilahi
Tabir
Kepada dan
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas “Yang
Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib”:
Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang
Pengetahuan,Berkesinambungan
dan Kebenaran
Perspektif Sejarah

Firman Tuhan dalam hal ini bisa berarti bahwa sudah tertutup
kemungkinan menyelamatkan jiwa Firaun, dan karena itu yang
diselamatkan hanyalah jasadnya saja.
Kemungkinan lain firman tersebut mengandung makna kalau
saat untuk menerima pertobatan Firaun dianggap sudah berakhir
sehingga batinnya tidak memperoleh pelepasan. Dalam hal demikian
maka nyawanya akan selamat tetapi yang bersangkutan akan hidup
sebagai zombie (mayat hidup) tanpa jiwa. Menurut pemahaman kami,
makna yang kedua inilah yang dimaksudkan oleh Al-Quran. Guna
mendukung pandangan kami tersebut, kembali kami kemukakan
cara episode ini diutarakan. Yang paling menarik adalah kalimat:
‘Maka pada hari ini Kami akan menyelamatkan engkau hanya dalam
jasadmu.’3
Bisa dikatakan kalau Firaun tentunya hanya akan mementingkan
kelangsungan hidupnya di dunia ini daripada penyelamatan jasad
matinya. Jika kehidupan spiritual mau pun fisik dirinya tidak bisa
diselamatkan, lalu apa arti janji Tuhan tersebut? Sudah pasti Firaun
bukan berdoa untuk penyelamatan jasadnya saja.
Jika doanya itu dikabulkan, meski hanya sebagian, sebagaimana
diungkapkan Al-Quran, maka tidak akan dijadikan yang bersangkutan
mati baik fisik mau pun spiritual, karena hal itu berarti penolakan
keseluruhan atas apa yang dipanjatkanya. Pengakuannya akan keimanan
kepada Tuhan Bangsa Israil tentunya dilakukan karena ia sedang takut
kehilangan nyawa dan dengan demikian nilainya menjadi tidak berarti.
Apa yang dikabulkan dari permohonannya adalah janji penyelamatan
nyawanya tetapi tidak jiwanya. Hanya saja kebanyakan ulama Islam
pun berpandangan kalau permohonannya itu ditolak sama sekali dan
janji penyelamatan dirinya hanyalah berupa pemulungan jasadnya
dari laut. Menurut para ulama Islam, hal itu saja sudah merupakan
mukjizat besar dalam kondisi sebagaimana diuraikan dalam kitab Injil

627
Mirza
BagianTahir
Bagian
Bagian 1III
II
V VI Ahmad
V
III
IVIV

mau pun Al-Quran. Janji bisa diselamatkan jasadnya dianggap sudah


merupakan karunia bagi Firaun yang tenggelam.
Menurut mereka, golongan Firaun merupakan dinasti yang amat
angkuh. Hanya janji untuk menyelamatkan jasadnya saja dianggap
sudah membawa kenyamanan pada saat maut datang. Yang dilupakan
adalah tujuan Tuhan dalam hal ini bukan hanya untuk memuaskan
harga diri dari Firaun itu saja. Yang menjadi tujuan utama adalah
menjadikannya sebagai teladan bagi keturunan manusia selanjutnya
agar mereka bisa memperoleh petunjuk.
Bagaimana hasil akhir dari kontroversi ini yaitu apakah Firaun itu
memang mati tenggelam dan hanya jasadnya yang bisa diambil, atau
apakah ia berhasil diselamatkan dari keadaan hampir mati tenggelam,
mukjizat Al-Quran dalam hal ini tidak lantas menjadi kabur. Jasad
Firaun nyatanya memang kemudian diawetkan dan dipaparkan
kepada pengetahuan di zaman lain sesudahnya, dimana semua telah
menjadi kenyataan sebagaimana dinubuatkan Al-Quran.
Kebetulan para cendekiawan yang beranggapan bahwa Firaun
itu telah mati saat jasadnya berhasil diambil, juga berkeyakinan
kalau yang diambil itu adalah Merneptah, pewaris Rameses II.
Hal ini mengimplikasikan kalau Nabi Musa as hidup dalam masa
pemerintahan dua Firaun. Beliau lahir saat Rameses II sudah menjadi
raja dimana beliau dibesarkan oleh salah seorang isterinya yang takut
kepada Tuhan yang menurut mereka adalah isteri termuda. Karena
isteri ini tidak memiliki anak sendiri, keinginannya memungut bayi
yang hanyut itu bisa dipahami. Kalau pandangan ini diterima maka
tentunya Nabi Musa as meninggalkan Midian untuk kembali ke Mesir
adalah setelah kematian Rameses II dan Merneptah telah dinobatkan
sebagai Firaun berikutnya. Para cendekiawan ini mengutip kitab
Injil untuk memperkuat pendapat mereka yaitu Nabi Musa as telah
diberitahukan Tuhan saat pengucilannya di Midian bahwa Firaun yang

628
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Al-Quran
Lempung Membuka
Wahyu
danIman Ilahi
Tabir
Kepada dan
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas “Yang
Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib”:
Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang
Pengetahuan,Berkesinambungan
dan Kebenaran
Perspektif Sejarah

dalam masa pemerintahannya beliau telah melakukan pembunuhan


seorang Mesir sekarang ini telah matia.
Skenario demikian memang kelihatannya sebagai hal yang logis
dan bisa diterima akal, namun terbatas hanya pada kelihatannya saja.
Kematian seorang raja tidak akan menafikan siapa pun dari kejahatan
yang telah dilakukannya. Dalam hal ini jadinya seperti tidak logis.
Karena itulah dikemukakan bahwa Tuhan tidak menyinggung sama
sekali kematian Firaun mana pun untuk melenyapkan rasa takut Nabi
Musa as. Beliau hanya diperintahkan agar jangan takut karena Tuhan
akan menjaga dirinya dan saudaranya (Harun as). Penjelasan ini lebih
masuk akal. Lagi pula ada masalah lain yaitu berdasar pembuktian
arkeologi dari kondisi mummi, ternyata Rameses II diketahui
meninggal di usia lanjut sekitar 90 tahun dimana 30 tahun terakhir
ia hanya terbaring lemah sebagai kakek pikun yang diperkirakan
menderita penyakit arterios-klerosis akut. Keadaan demikian bisa
jadi merupakan akibat langsung dari hampir tenggelamnya yang
bersangkutan yang berakibat pada kekurangan pasokan oksigen ke
otaknya untuk suatu jangka waktu cukup panjang.
Adapun tentang hijrahnya Nabi Musa as ke negeri Midian
dan mukim di sana selama 8 sampai 10 tahun, pada akhir periode
itu pun diperkirakan usia Rameses II tidak lebih 40 atau 50 tahun.
Karena itu pernyataan Injil bahwa Tuhan hanya menunggu kematian
Firaun untuk mengutus Nabi Musa as sebagai seorang nabi dan
memerintahkannya kembali ke Mesir, adalah suatu hal yang tidak
masuk akal. Menurut Al-Quran sendiri, Firaun kepada siapa Nabi Musa
as kembali memang menuduh beliau telah melakukan pembunuhan
tetapi ragu-ragu mengambil tindakan karena adanya tanda-tanda Ilahi
yang diperlihatkan beliau. Jelas dalam hal ini kalau kebebasan beliau
dari hukuman bukan karena telah matinya Firaun yang lama dan
dinobatkannya raja yang baru.

629
Mirza
BagianTahir
Bagian
Bagian 1III
II
V VI Ahmad
V
III
IVIV

Kehidupan Nabi Musa as dan Harun as setelah kembali ke


Mesir itu diuraikan dalam Al-Quran mau pun Injil sebagai periode
yang semarak dengan berbagai kejadian dimana konfrontasi mereka
menghadapi Firaun berlangsung panjang dan mestinya mengambil
waktu satu dasawarsa atau lebih sampai kepada konklusi terakhir. Semua
tanda-tanda yang dikemukakan tersebut tidak mungkin diringkas
dalam periode satu atau dua tahun saja. Sedangkan pemerintahan
Merneptah dari penobatan sampai matinya menurut para ahli sejarah
hanya berlangsung selama 8 tahun atau bahkan kurang.
Lagi pula sejarah mengutarakan Merneptah sebagai raja ksatria
yang berulang-kali menyerang bangsa Palestina selama bertahun-
tahun, padahal baik Al-Quran mau pun Injil tidak mengemukakan
tentang Firaun di zaman Nabi Musa as pernah melakukan ekspedisi
perang ke negeri bangsa Yahudi. Namun kurang tepat kiranya
membahas hal tersebut secara mendalam di sini. Juga tidak ada
gunanya membuktikan yang mana dari kedua Firaun itu, Rameses
II atau Merneptah, yang menjadi Firaun dalam peristiwa eksodus
bangsa Israel tersebut. Sepanjang mummi mereka tetap awet, salah
satu dari keduanya akan bisa terus menjadi saksi kebenaran nubuatan
Al-Quran. Nama-nama mereka sendiri menjadi tidak penting lagi.

N ubuatan yang terkait Masa depan yang dekat dan Masa


depan yang jauh.

Setelah mengulas singkat tentang beberapa kejadian penting dari


sejarah Mesir dalam masa Nabi Musa as yang selama ini tersembunyi
sampai dengan turunnya Al-Quran, kini kami akan mengemukakan
beberapa nubuatan wahyu Al-Quran berkaitan dengan banyak
peristiwa lain. Nubuatan ini berkaitan dengan beberapa bidang minat
manusia tentang perkembangan sosial, keagamaan dan politik di
samping juga tentang temuan-temuan akbar di bidang pengetahuan
yang bisa mengubah wajah bumi.

630
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Al-Quran
Lempung Membuka
Wahyu
danIman Ilahi
Tabir
Kepada dan
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas “Yang
Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib”:
Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang
Pengetahuan,Berkesinambungan
dan Kebenaran
Perspektif Sejarah

Sebagian nubuatan-nubuatan itu juga mencakup perubahan


ekologi dan lingkungan yang ditimbulkan oleh temuan ilmiah di masa
depan dan menyebarnya perindustrian. Daftar panjang nubuatan-
nubuatan demikian yang sebagian terbesar terdapat pada surah-surah
terakhir Al-Quran walau tidak secara eksklusif demikian. Pembahasan
ini tidak dimaksudkan menjadi sangat mendetail. Sebagian dari ayat-
ayat Al-Quran ini telah dijelaskan dan diuraikan melalui banyak
hadis Rasulullah saw. Kami hanya akan memilih beberapa spesimen
nubuatan saja yang termasuk kategori lain. Nubuatan yang berkaitan
dengan sarana transportasi baru serta dampaknya yang luas akan
dibahas di bagian akhir bab ini karena nilai globalnya yang demikian
penting.
Untuk memelihara runtutan kronologis, kami akan memulainya
dengan nubuatan yang dipenuhi masih dalam rentang waktu masa
kehidupan Rasulullah saw. Sebagian daripadanya berkaitan dengan
kembalinya beliau ke Mekah setelah terpaksa hijrah. Semua ayat-ayat
demikian bahkan diwahyukan sebelum beliau hijrah ke Medinah
dimana secara sekaligus menubuatkan keberangkatan beliau dan
kembalinya nanti. Ayat berikut ini dari surah (Al-Qashash) yang
diwahyukan sebelum hijrah beliau dari Mekah ke Medinah.

‰ ¯
r¯Û XSÉF ÕCW%XT s\iÈNÚ¯ XÄ\C CW% Ä1Q ØÆU ßr¯Pˆq #É  j\ÈW% rQ¯ |_wjWmV |EXÄ×mÁ Ù |^ÙkQ Wà XºWmVÙ s°Š D

§±®¨ Ûܯv% #›Q _ª


‘Sesungguhnya Dia yang telah mewajibkan ajaran Al-Quran atasmu, akan
‘Sesungguhnya Dia yang telah mewajibkan ajaran Al-Quran atasmu, akan
mengembalikan engkau ke tempat kembali yang telah ditetapkan. Katakanlah “Tuhan-ku
mengembalikan
lebih mengetahui siapaengkau
yangke tempat kembali
membawa petunjukyang telah ditetapkan.
dan siapa Katakanlah
yang ada dalam kesesatan
“Tuhan-ku
yang lebihAl-Qashash:86)
nyata.” (S.28 mengetahui siapa
4 yang membawa petunjuk dan siapa yang
ada dalam kesesatan yang nyata.” (S.28 Al-Qashash:86)4
Nubuatan tentang kembalinya beliau ke Mekah sebelum keberangkatan ke Medinah
sebenarnya mengandung nubuatan bersifat ganda. Memperhatikan bertambah buruknya
Nubuatan
situasi yang tentang
menyulitkan kembalinya
kehidupan beliau
bagi beliau dan para ke Mekah
pengikut sebelum
di Mekah, bagi para
pembaca tentunya menganggap hijrah sebagai suatu konklusi yang logis. Namun suatu hal
yangkeberangkatan
jangan dilupakanke Medinah
ialah unsur yangsebenarnya
mentakjubkan mengandung
dari nubuatan nubuatan
ini justru bukan
bersifat
tentang hijrahganda. Memperhatikan
tersebut. bertambah
Unsur keajaibannya adalah padaburuknya
perlawanansituasi
terbukayang
terhadap
kemauan dan kekuasaan penduduk Mekah yang tidak mau mengizinkan beliau hijrah
menurut yang dinubuatkan tersebut terjadi. Begitu juga dengan bertambah kerasnya tekad
penduduk Mekah untuk menghalangi Rasulullah saw melepaskan diri adalah juga faktor-
faktor yang menafikan bahwa nubuatan tersebut buatan Rasulullah saw yang berada dalam
keadaan tidak berdaya. Janji Ilahi lainnya bahwa beliau pasti akan kembali ke 631Mekah
sebagai pertanda kebenaran yang menjadi ciri beliau, termaktub dalam ayat berikut:

Õi°™ \NWmÙcÉ& ³®BÕB­mØ\U XT Õi°™ #\\ÕiÄ% ³®BÚ ¦\ØjU ªD!ˆq #ÉXT


r¯Û XSÉF ÕCW%XT s\iÈNÚ¯ XÄ\C CW% Ä1Q ØÆU ßr¯Pˆq #É  j\ÈW% rQ¯ |_wjWmV |EXÄ×mÁ Ù |^ÙkQ Wà XºWmVÙ s°Š

§±®¨ Ûܯv% #›Q


Mirza
BagianTahir
Bagian
Bagian 1III
II
V VI Ahmad
V
III
IVIV

‘Sesungguhnya Dia yang telah mewajibkan ajaran Al-Quran atasmu,


menyulitkan engkau
mengembalikan kehidupan bagi beliau
ke tempat kembalidan paratelah
yang pengikut di Mekah,
ditetapkan. Katakanlah “Tuh
lebih mengetahui
bagi siapa yang
para pembaca membawa
tentunya petunjukhijrah
menganggap dan siapa yangsuatu
sebagai ada dalam kese
yang nyata.” (S.28 Al-Qashash:86)
konklusi yang logis. Namun suatu hal yang jangan dilupakan ialah
4

unsur yang mentakjubkan dari nubuatan ini justru bukan tentang


Nubuatan tentang kembalinya beliau ke Mekah sebelum keberangkatan ke M
sebenarnyahijrah tersebut. Unsur
mengandung keajaibannya
nubuatan bersifatadalah padaMemperhatikan
ganda. perlawanan terbuka bertambah b
terhadap
situasi yang kemauankehidupan
menyulitkan dan kekuasaan penduduk
bagi beliau dan Mekah yang tidak
para pengikut di Mekah, b
pembaca tentunya menganggap
mau mengizinkan beliauhijrah
hijrah sebagai
menurut suatu konklusi yang
yang dinubuatkan logis. Namun s
tersebut
yang janganterjadi. Begitu juga dengan bertambah kerasnya tekad penduduk ini justr
dilupakan ialah unsur yang mentakjubkan dari nubuatan
tentang hijrah tersebut. Unsur keajaibannya adalah pada perlawanan terbuka t
Mekah untuk menghalangi Rasulullah saw melepaskan diri adalah
kemauan dan kekuasaan penduduk Mekah yang tidak mau mengizinkan belia
juga dinubuatkan
menurut yang faktor-faktor yang menafikan
tersebut bahwa
terjadi. nubuatan
Begitu tersebutbertambah
juga dengan buatan kerasn
penduduk Rasulullah
Mekah untuk saw yang berada dalam
menghalangi keadaan tidak
Rasulullah saw berdaya. Janji diri
melepaskan Ilahi adalah juga
faktor yanglainnya
menafikan
bahwabahwa nubuatan
beliau pasti tersebutkebuatan
akan kembali Mekah Rasulullah saw yang berad
sebagai pertanda
keadaan tidak berdaya.
kebenaran Janji Ilahi
yang menjadi lainnya
ciri beliau, bahwa dalam
termaktub beliauayat
pasti akan kembali ke
berikut:
sebagai pertanda kebenaran yang menjadi ciri beliau, termaktub dalam ayat berikut:

Õi°™ \NWmÙcÉ& ³®BÕB­mØ\U XT Õi°™ #\\ÕiÄ% ³®BÚ ¦\ØjU ªD!ˆq #ÉXT


‘Dan katakanlah “Ya Tuhan-ku,
‘Dan katakanlah masukkanlah
“Ya Tuhan-ku, masukkanlahakuakudengan
dengan cara masuk yang baik
cara masuk
yang baik dan keluarkanlah aku dengan cara keluar yang baik... (S.17
keluarkanlah aku dengan cara keluar yang baik. . . (S.17 Bani Israil:81) Bani 5
Israil:81)5
Contoh ketiga bagimana kembalinya beliau ke Mekah dengan m
Contoh
kemenangan akhir ketiga
sudah bagimana kembalinya
dinubuatkan beliau hijrah
bahkan sebelum ke Mekah dengan terjadi ada
itu sendiri
terdapat dalam
membawa beberapa ayat akhir
kemenangan awalsudah
dari dinubuatkan
surah Ar-Rum bahkanyang semuanya sep
sebelum
diwahyukan sebelum Hijrah.
hijrah itu sendiri terjadi adalah yang terdapat dalam beberapa ayat
awal dari surah Ar-Rum yang semuanya sependapat diwahyukan
Ž  |Ú Ü°=¦y §ÌÕ²
sebelum ¯ r¯Û §¬¨ |ESȯ ÙÓXk\y Ô2¯I¯Q \Ñ °iØÈW ¦°K% 1ÉFXT ¨º×q)] rR7ØjU ßr¯Û §«¨ Ä3Tum 0
Hijrah. ° W¯ ÅÑ

§­¨ |ESÄ=°%ØUÀ-Ù À[WmÙÝWc k®“W%×SWcXT  ÀiØÈW C°%XT Ä#×V C°% ÄmÙ%)]


‘Bangsa Romawi telah dikalahkan di negeri yang dekat dan mereka, sesudah kekal
mereka akan memperoleh kemenangan. Dalam beberapa tahun lagi -kepunyaan Alla
kedaulatan sebelum dan sesudahnya- dan pada hari itu orang-orang mukmin
bersuka cita dengan pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya
Dia Maha Perkasa, Maha Penyayang.’ (S.30 Ar-Rum:3-6) 6

Ayat di atas merujuk pada kekalahan teritorial bangsa Romawi di tangan


Persia. Ayat ini menggambarkan bahwa kemenangan bangsa Persia hanya
sementara632
dimana setelah beberapa tahun kekalahan bangsa Romawi akan berubah
kemenangan. Dan pada hari itu orang-orang mukmin akan bersuka cita dengan pertolonga
Implikasi ayat ini berkaitan dengan nasib para mukminin jelas sekali. Ketika t
setelah wahyu ini kemudian umat Muslim kehilangan rumah dan harta-bendanya
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Al-Quran
Lempung Membuka
Wahyu
danIman Ilahi
Tabir
Kepada dan
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas “Yang
Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib”:
Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang
Pengetahuan,Berkesinambungan
dan Kebenaran
Perspektif Sejarah

‘Bangsa Romawi telah dikalahkan di negeri yang dekat dan mereka, sesudah
kekalahan mereka akan memperoleh kemenangan. Dalam beberapa tahun
lagi-kepunyaan Allahlah kedaulatan sebelum dan sesudahnya-dan pada
hari itu orang-orang mukmin akan bersuka cita dengan pertolongan Allah.
Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya dan Dia Maha Perkasa, Maha
Penyayang.’ (S.30 Ar-Rum:3-6)6
Ayat di atas merujuk pada kekalahan teritorial bangsa Romawi
di tangan bangsa Persia. Ayat ini menggambarkan bahwa kemenangan
bangsa Persia hanya bersifat sementara dimana setelah beberapa tahun
kekalahan bangsa Romawi akan berubah menjadi kemenangan.
Dan pada hari itu orang-orang mukmin akan bersuka cita dengan
pertolongan Allah.’ Implikasi ayat ini berkaitan dengan nasib para
mukminin jelas sekali. Ketika tak lama setelah wahyu ini kemudian
umat Muslim kehilangan rumah dan harta-bendanya kepada para
penyembah berhala di Mekah, sebagaimana bangsa Romawi dikalahkan
oleh para penyembah berhala bangsa Persia, terjadi konsensus di
antara para sahabat bahwa segera seperti juga kemenangan bangsa
Romawi, umat Muslim juga akan memenangkan kembali teritorial
Mekah. Pemahaman ini bersifat merata di antara para sahabat
Rasulullah saw. Perbedaan yang ada hanyalah tentang rentang waktu
kapan nubuatan itu akan dipenuhi. Kontroversi tersebut muncul
dari ekspresi ‘bidh’i siniina’. Secara harfiah, kata itu mengandung arti
tentang periode antara tiga sampai sembilan tahun. Sebagian dari para
sahabat Rasulullah saw dalam hasratnya yang meluap bertaruh dengan
yang lainnya bahwa mereka akan kembali segera setelah tiga tahun.
Namun yang lainnya mengingatkan bahwa kepulangan mereka bisa
saja tertunda sampai sembilan tahun. Peristiwa yang kemudian terjadi
membenarkan opini yang terakhir. Demikian itulah kedua nubuatan
tersebut terpenuhi secara harfiah mau pun yang tersirat. Pertama,
bangsa Romawi yang memperoleh kembali teritorial mereka dalam
waktu yang ditentukan, kemudian giliran umat Muslim kembali ke
Mekah dengan kemenangan sebelum akhir tahun ke delapan.

633
Mirza
BagianTahir
Bagian
Bagian 1III
II
V VI Ahmad
V
III
IVIV

mengandung arti tentang periode antara tiga sampai sembilan tahun. Sebagian dari para
sahabat Rasulullah saw dalam hasratnya yang meluap bertaruh dengan yang lainnya bahwa
mereka akan Kategori
kembalilain segeranubuatan
setelah tiga yang terpenuhi
tahun. Namunsecara yang lainnya nyata dalam mengingatkan masa bahwa
hidup Rasulullah
kepulangan mereka bisasaw sajaadalah
tertunda yang berkaitan
sampai sembilan dengan tahun. serangan
Peristiwa berulang-
yang kemudian
terjadi membenarkan opini yang terakhir. Demikian itulah kedua nubuatan tersebut
kali terhadap
terpenuhi secara harfiah umat mauMuslim
pun yang ditersirat.
Medinah Pertama, oleh pendudukbangsa Romawi Mekah yang dan memperoleh
para sekutu mereka dari antara suku-suku nomaden.
kembali teritorial mereka dalam waktu yang ditentukan, kemudian giliran umat Muslim
kembali ke Mekah dengan kemenangan sebelum akhir tahun ke delapan.
Nubuatan
Kategori lain nubuatanawal sebagaimana
yang terpenuhidikemukakan secara nyata dalam dalam masaayat-ayat hidup Rasulullah
saw berikut
adalah yang berkaitan dengan serangan
jelas menggambarkan kejadian dalam Perang Badar. berulang-kali terhadap umat Pada Muslim di
Medinah oleh penduduk Mekah dan para sekutu mereka dari antara suku-suku nomaden.
suasana
Nubuatan dalam awalkancah sebagaimanaperang dikemukakan umat Muslimdalam menghadapiayat-ayattentara berikut jelas
mengandung arti
menggambarkan tentangdalam
kejadian periode Perang antara tiga sampai
Badar. Pada sembilan
suasana tahun.
dalam Sebagian
kancah perang dariumat
para
Mekah
sahabat
yang tertata
Rasulullah tentara saw dalam
rapi, tentara
hasratnya
penyerang
yang meluap
dikalahkan
bertaruh
secara
dengan yang
telak
lainnya secara bahwa
Muslim menghadapi Mekah yang tertata rapi, tentara penyerang dikalahkan
telak dan
mereka memalukan
akan kembali
dan memalukan oleh
olehsegera sejumlah
sejumlahsetelah kecil kecil
tiga tahun.
lasykar lasykar Namun
Muslim. Muslim.yang lainnya mengingatkan bahwa
kepulangan mereka bisa saja tertunda sampai sembilan tahun. Peristiwa yang kemudian
terjadi membenarkan opini yang terakhir. Demikian itulah kedua nubuatan tersebut
×1ÉFÀi°Ã×Ssecara
terpenuhi W% ÉRWharfiah
 ©#W §­®¨mauWmÈpunr WDyang
SxXSÄcXTtersirat.
ÀÌÕ-SIÙ Ä3WsPertama,
×MÀn\y §­­¨bangsa ¸n¦§W)=v% ´Ì j°+VF ÀCÙVZ8 yang
Romawi Wc 3Ø U
WDSÅSÁ memperoleh
kembali teritorial mereka dalam waktu yang ditentukan, kemudian giliran umat Muslim
kembali ke Mekah dengan kemenangan sebelum akhir tahun ke§­¯¨ umW%U XT q\FØjU ÉRWXT
delapan.
Kategori lain nubuatan yang terpenuhi secara nyata dalam masa hidup Rasulullah
saw ‘Ataukah
adalah
‘Ataukah mereka
yang berkata
berkaitan
mereka berkata “Kami
dengan
“Kami golongan
serangan
golongan yang menang?”
menang?”Golongan
berulang-kali
yang terhadap
Golongan ituumat
ituakan akan segera di
Muslim
Medinah dibinasakan
segera dibinasakan dan akan membalikkan punggung mereka melarikan itu
oleh dan
penduduk akan membalikkan
Mekah dan para punggung
sekutu mereka
mereka melarikan
dari antara diri.
suku-suku Bahkan saat
nomaden.
Saat yang telah dijanjikan
Nubuatan kepada mereka dan Saat itudalam palingcelaka dan paling pahitjelas
diri. Bahkanawal saat itusebagaimana
Saat yang telah dikemukakan
dijanjikan kepada ayat-ayat
mereka dan Saat berikut
itu
bagi mereka.’ kejadian
menggambarkan (S.54 Al-Qamar:45-47)
dalam Perang 7Badar. Pada suasana dalam kancah perang umat
Muslim palingcelaka
menghadapidan paling
tentara pahit yang
Mekah bagi mereka.’
tertata rapi, (S.54tentaraAl-Qamar:45-47)
penyerang 7dikalahkan secara
telakKekalahan
dan memalukan telak yangoleh sejumlah
ditimpakan kecil lasykar
atas pasukan Muslim. Mekah jelas telah dinubuatkan dalam
ayat tersebut di atas. Bagian
Kekalahan telak akhiryang dari ayat menggambarkan
ditimpakan atas pasukan betapa Mekah pedihnya jelasSaat yang
Ài°Ã×SW% ÉRW ©#W §­®¨ WmÈr WDSxXSÄcXT ÀÌÕ-SIÙ Ä3Ws×MÀn\y §­­¨ ¸n¦§W)=v% ´Ìj°+VF ÀCÙVZ8 WDSÅSÁ Wc 3Ø U
telah×1ÉFdinubuatkan
ditetapkan itu. Para pimpinan terpilih askar musuh yang dikenal kebenciannya terhadap
Rasulullah saw rontok satu dalam
per satu ayat tersebut
menelan debu di padang atas. Bagian Badar. akhir
Abu Jahal dariterbunuhayat oleh
dua pemuda Muslim, begitu juga Syaibah dan Utbah menemui takdir mereka di ujung
pedang dalam waktu beberapa jam. Kegelapan malam turun §­¯¨ di umhati \FØjU ÉRWÃ
W%U XT qitu. ‚XT Mekah
menggambarkan betapa pedihnya Saat yang ditetapkan penduduk
Para
pimpinan
laiknya Hari
‘Ataukah terpilih
Kiamat. mereka Merekaaskarterpaksa
berkata musuh
“Kami melarikan yang dikenal
golongan yang diri menang?” kebenciannya
berhamburan Golongan tak terhadap
beraturan.
itu akan segera Adalah
kekalahandibinasakan
memilukandan ini akan
yang membalikkan
diungkapkanpunggung dalam ayat darimelarikan
surah Al-Anfal berikut:
Rasulullah saw rontok satu per satu menelan debu padang Badar. Abu itu mereka diri. Bahkan saat
×ÅV ½E Saat V" °Rtelah
SÅyang ×S…‘ dijanjikan
°1Vl Xn×m[Î ‰Dkepada
U |ETwjmereka XSV"XT ×1ÅVdan SM‰;U Saat
©ÛØÜW*[Ýitu
®ŒŠ¼palingcelaka
 s\iØP¯ Œ dan Wc Ùl¯ XT pahit
Ä1ÅÀi°Èpaling
Jahalbagi terbunuh
mereka.’ (S.54 oleh dua pemuda
Al-Qamar:45-47) Muslim,
7 begitu juga Syaibah dan
Utbah menemui takdir mereka m°Ý›V
§°¨ WÛÏ®di
Kekalahan telak yang ditimpakan Ù Wm¯\pasukan
ujung
atas j \Ì V¼Ù WcXT ž°Mekah
pedang O°*dalam
›\-¯ V¯jelas
‰\U Ùtelah
waktu ‰°VÅf DUbeberapa
Œ Àic­mÄcXT dalam
dinubuatkan
jam.
ayat Kegelapan
tersebut di malam
atas. Bagian turun
akhir di
dari hati
ayat penduduk
menggambarkan
‘Dan ingatlah ketika Allah menjanjikan kepadamu bahwa salah satu dari Mekah betapa laiknya
pedihnya HariSaat keduayang
ditetapkan itu. Para
golonganMereka pimpinan
itu untukmu dan kamu terpilih askar
menginginkan musuh yang
supaya golongantak dikenal kebenciannya
yang tidak bersenjata terhadap
Kiamat.
Rasulullah saw rontokterpaksa melarikan
satu per satu menelandiri debu berhamburan
padang Badar. Abuberaturan. Jahal terbunuh oleh
itu untuk kamu, sedang Allah menghendaki untuk menegakkan kebenaran dengan firman-
duaAdalah
pemuda kekalahan
firman-Nya memilukan
Muslim, begitu
dan memotong ini yang
juga Syaibah
(memusnahkan)
dandiungkapkan
Utbah menemui
orang-orang kafir sampai dalam takdirayat dari di ujung
mereka
ke akar-akarnya.’
pedang dalam waktu beberapa jam. Kegelapan malam turun di hati penduduk Mekah
(S.8Hari
surah
laiknya Al-Anfal:8)
Al-Anfal
Kiamat. berikut:
8
Mereka terpaksa melarikan diri berhamburan tak beraturan. Adalah

P
kekalahan memilukan ini yang diungkapkan dalam ayat dari surah Al-Anfal berikut:
×ÅV ½ESÅV" °R×S…‘ °1Vl Xn×m[Î ‰DU |ETwjXSV"XT ×1ÅV SM‰;U ©ÛØÜW*[Ý®ŒŠ¼ s\iØP¯ Œ Ä1ÅÀi°ÈWc Ùl¯ XT
erang Khandak
Pertempuran lain dengan musuh-musuh m°Ý›VÙ Wmyang
§°¨ WÛÏ®Islam ¯\j \ÌV¼terjadi
Ù WcXT ž°O°*tepat
›\-¯ V¯ ‰sebagaimana
\UÙ ‰°VÅf DU Œ dinubuatkan,
Àic­mÄcXT
adalah Perang Khandak (Parit) yang termasuk paling penting. Dalam perang ini telah
‘Dan ingatlah ketika Allah menjanjikan kepadamu bahwa salah satu dari kedua
dinubuatkan juga beberapa kemenangan akbar historis yang diwahyukan pada saat ketika
golongan itu untukmu dan kamu menginginkan supaya golongan yang tidak bersenjata
kelangsungan hidup umat Islam justru sedang dalam bahaya.
itu untuk kamu, sedang Allah menghendaki untuk menegakkan kebenaran dengan firman-
Nubuatan tentang Perang Khandak pertama kali muncul dalam surah Shad yang
634 firman-Nya dan memotong (memusnahkan) orang-orang kafir sampai ke akar-akarnya.’
jelas diwahyukan di Mekah dan sesuai pendapat sebagian besar ulama, terjadi pada masa
(S.8 Al-Anfal:8) 8
awal dari kenabian Rasulullah saw. Ayat tersebut berbunyi:

P erang Khandak
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Al-Quran
Lempung Membuka
Wahyu
danIman Ilahi
Tabir
Kepada dan
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas “Yang
Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib”:
Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang
Pengetahuan,Berkesinambungan
dan Kebenaran
Perspektif Sejarah

‘Dan ingatlah ketika Allah menjanjikan kepadamu bahwa salah satu dari kedua
golongan itu untukmu dan kamu menginginkan supaya golongan yang tidak
bersenjata itu untuk kamu, sedang Allah menghendaki untuk menegakkan
kebenaran dengan firman-firman-Nya dan memotong (memusnahkan)
orang-orang kafir sampai ke akar-akarnya.’ (S.8 Al-Anfal:8)8

Perang Khandak
Pertempuran lain dengan musuh-musuh Islam yang terjadi tepat
sebagaimana dinubuatkan, adalah Perang Khandak (Parit) yang
termasuk paling penting. Dalam perang ini telah dinubuatkan juga
beberapa kemenangan akbar historis yang diwahyukan pada saat
ketika kelangsungan hidup umat Islam justru sedang dalam bahaya.
Nubuatan tentang Perang Khandak pertama kali muncul dalam
surah Shad yang jelas diwahyukan di Mekah dan sesuai pendapat
sebagian besar ulama, terjadi pada masa awal dari kenabian Rasulullah
saw. Ayat tersebut berbunyi:

´ =ÄB
§ªª¨ ª!WsÕO)] ]C°K% ¸3TÃsÕIW% |^°X=ÉF ‰% i
‘Mereka ‘Mereka
itu suatu itu suatu lasykar golongan-golongan perserikatan yang akan digulung
lasykar golongan-golongan perserikatan yang akan dig
(S.38 Shad:12) 9 ª!WsÕO)] 9]C°K% ¸3TÃsÕIW% |^°X=ÉF ‰% i´ =ÄB
§ªª¨Shad:12)
di sini.’ (S.38
‘Mereka itu suatu lasykar golongan-golongan perserikatan yang akan digulung di sini.’
(S.38Berkenaan
Shad:12) 9 dengan nubuatan inilah maka Al-Quran menya-
Berkenaan
takan:
dengan nubuatan inilah maka Al-Quran menyatakan:
Berkenaan dengan nubuatan inilah maka Al-Quran menyatakan:

×1ÉF\j\w×1ÉFW%\j\XTw W%XTœÄ  œÄÉ SÀÉSÀy


yXqXqXTXTŒŒ
 V\i_™ ÉSÀyXTXqXT œÄŒ ÉSÀ
VXT\iœÄ _™ W5y
\iWÃXqXTXTW%Œ
[k›\F W 5SÅ\i
V WÃ
]!XTWsÕO VXT WsÕO)] WDSÄ=
W%)] [WDkSÄ=›\°%FØUÀ-Ù SÅXÄXqV„-]!
§««¨ 8-j¯ ԁQ#XT ;=›\-c¯ +Y¯
‘Dan ketika orang-orang mukmin melihat lasykar-lasykar persekutuan, mereka berkata
‘Dan ketika orang-orang mukmin melihat lasykar-lasykar persekutuan,
§««¨ 8-j
“Inilah yang telah dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kami, dan Allah dan Rasul-
mereka berkata yang
“Inilah yangDan
telah
haldijanjikan Allah dan Rasul-Nya
mereka kepada
‘Dan ketika
Nya telah orang-orang
mengatakan
kami,dan
keimanan dan Allah dan(S.33
kepatuhan.’
mukmin
benar.”
Rasul-Nya melihat
telah
Al- Ahzab:23) mengatakan
10
lasykar-lasykar
itu tidak menambah kepada persekutuan,
kecuali
yang benar.” Dan hal itu m
“Inilah yang telah dijanjikan
tidak menambah kepada merekaAllah
kecualidan Rasul-Nya
keimanan kepada
dan kepatuhan.’ (S.33kami,
Dari semua pertempuran yang dilakukan semasa hidup Rasulullah saw, Perang
Al- dan All
Nya telah
Khandak amatmengatakan
Ahzab:23) 10 karenayang
menonjol benar.”
tingginya Danserta
kadar bahaya halberatnya
itu tidak menambah
cobaan yang dipikul kepada m
oleh umat Muslim di Medinah. Terjadi banyak ketika dimana kelangsungan hidup umat
keimanan dan kepatuhan.’ (S.33 Al- Ahzab:23) 10
Muslim merupakan suatu hal yang diragukan. Al-Quran menggambarkan keadaan mereka
sebagai:
Dari semua pertempuran yang dilakukan semasa hidup Rasulul
handak amatWDSr=¾Àmenonjol
V"XT Wm¦BR<\UÙ ¼8SÉ karena
Á Ù °0WÓQ WXT Äm›_¡ ×)] °0[Î\w Ùl¯ XT ×1kadar
tingginya Å=°% #[ÝÔyU bahaya
ÕC°%XT ×1Å°×SVÙ C°K%serta Ùl¯
1ÅTÃÄ\B beratnya
635 cob
leh umat Muslim di Medinah. Terjadi banyak ketika dimana kelangsun
WDSÁ °Ý›X=À-Ù Ä$SÁ Wc lÙ ¯ XT §ªª¨ ;ic°i[‰ <YWsÙ¯w SÅ­sÙÄwXT |ESÄ=°%ØUÀ-Ù Xr®"È*× \°X=ÉF §ª©¨ 2W5SÄ=xÀ ¯
Muslim merupakan suatu hal yang diragukan. Al-Quran menggambarkan
ebagai: #ØFU
‘›Wc ×1ÆMØ@°K% ¸R[Ý®ŒŠ» 0VV lÙ ¯ XT §ª«¨ ;qTÂoÅÎ €Y¯ àœÄ ÉSÀyXqXT Œ W5\iWÃXT ‰% ·ºWm‰% 1®M®SÉ É c¯Û WÛÏ°ŠXT
(S.38 Shad:12) 9

Berkenaan dengan nubuatan inilah maka Al-Quran menyatakan:

×1ÉF\j\wTahir
Mirza
Bagian
Bagian
Bagian II
V
IVW%XT  πAhmad
1III
V
III
IV
VI ÉSÀyXqXT Œ V\i_™XT œÄ ÉSÀyXqXT Œ W5\iWÃXT W% [k›\F SÅV ]!WsÕO)] WDSÄ=°%ØUÀ-Ù XÄXq „-VXT

§««¨ 8-j¯ ԁQ#XT ;=›\-c¯ +Y¯


‘DanDari
ketikasemua pertempuran
orang-orang yanglasykar-lasykar
mukmin melihat dilakukan semasa hidupmereka
persekutuan, Rasulullah
berkata
“Inilah yang telah dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kami, dan Allah dan Rasul-
saw,
Nya Perang Khandak
telah mengatakan yangamat menonjol
benar.” Dan hal itukarena tingginya
tidak menambah kadar
kepada bahaya
mereka kecuali
keimanan dan kepatuhan.’ (S.33 Al- Ahzab:23)
serta beratnya cobaan yang dipikul oleh umat Muslim di Medinah.
10

Dari semua
Terjadi pertempuran
banyak yang dilakukan
ketika dimana semasa hidup
kelangsungan hidupRasulullah saw, Perang
umat Muslim
Khandak amat menonjol karena tingginya kadar bahaya serta beratnya cobaan yang dipikul
merupakan
oleh umat suatu
Muslim di hal Terjadi
Medinah. yang diragukan.
banyak ketikaAl-Quran menggambarkan
dimana kelangsungan hidup umat
Muslim merupakan suatu hal yang diragukan. Al-Quran menggambarkan keadaan mereka
keadaan mereka sebagai:
sebagai:

WDSr=¾ÀV"XT Wm¦BR<\UÙ ¼8SÉ Á Ù °0WÓQ WXT Äm›_¡×)] °0[Î\w Ùl¯ XT ×1Å=°% #[ÝÔyU ÕC°%XT ×1Å°×SVÙ C°K% 1ÅTÃÄ\B Ùl¯

WDSÁ °Ý›X=À-Ù Ä$SÁ Wc lÙ ¯ XT §ªª¨ ;ic°i[‰ <YWsÙ¯w SÅ­sÙÄwXT |ESÄ=°%ØUÀ-Ù Xr®"È*× \°X=ÉF §ª©¨ 2W5SÄ=xÀ ¯

#ØFU
‘›Wc ×1ÆMØ@°K% ¸R[Ý®ŒŠ» 0VV lÙ ¯ XT §ª«¨ ;qTÂoÅÎ €Y¯ àœÄ ÉSÀyXqXT Œ W5\iWÃXT ‰% ·ºWm‰% 1®M®SÉ É c¯Û WÛÏ°ŠXT

D¯ QXq×S\ȯ `q°F W%XT ¸QXq×SWà X=V"SÄkÈ ‰D¯ WDSÅSÁ Wc ƒ³ª‰= Ä1ÆMØ@°K% ¸c­mVÙ ÄDªkًW*ԁRdXT  SÄȦB×qVÙ ×ÅV W3V Ä% Y ]!¯nÙ<Wc

§ª¬¨ ;qWm°Ù €Y¯ WDTÀic­mÄc


‘Ketika mereka menyerangmu dari atas dan dari bawahmu dan ketika matamu melantur
dan hatimu melonjak sampai tenggorokanmu dan kamu menyangka bermacam-macam
‘Ketika mereka
purbasangka mengenaimenyerangmu dari orang-orang
Allah. Di situlah atas dan darimukmin
bawahmu dandengan
diuji ketikapercobaan
matamu
melantur dan hatimu melonjak sampai tenggorokanmu dan kamu
besar dan mereka digoncangkan dengan suatu goncangan yang dahsyat. Dan ingatlah menyangka
ketikabermacam-macam
orang-orang munafik dan merekamengenai
purbasangka yang di dalam
Allah.hatinya ada penyakit
Di situlah berkata
orang-orang
“Tidaklah
mukminAllahdiuji
dan Rasul-Nya menjanjikan
dengan percobaan kepada
besar dan kami melainkan
mereka khayalan dengan
digoncangkan belaka.”
Dan suatu
ketika goncangan
segolongan dari
yangmereka itu Dan
dahsyat. berkata “Hai orang-orang
ingatlah Yathrib (Medinah),
ketika orang-orang munafik
kamu mungkin tidak dapat bertahan terhadap musuh, oleh karena itu kembalilah kamu.”
dan mereka yang di dalam hatinya ada penyakit berkata “Tidaklah
Dan segolongan dari mereka malahan meminta izin kepada Nabi dengan berkata Allah dan
Rasul-Nya menjanjikan kepada kami melainkan khayalan belaka.”
“Sesungguhnya rumah kami terbuka terhadap serangan musuh.” Padahal rumah mereka Dan ketika
segolongantidak
itu sebenarnya dari terbuka.
mereka itu berkata
Mereka “Hai
hanya orang-orang
berusaha Yathrib
meloloskan (Medinah),
diri.’ (S.33 Al-
Ahzab:11-14)
kamu mungkin
11 tidak dapat bertahan terhadap musuh, oleh karena itu
kembalilah kamu.” Dan segolongan dari mereka malahan meminta izin kepada
Pertempuran ini disebut sebagai Perang Khandak atau Parit adalah karena ketika
Nabi
sampai berita dengan
kepada berkata “Sesungguhnya
Rasulullah saw, yaitu hampir rumahsemua
kami terbuka terhadap
suku-suku serangan
bangsa Arab telah
musuh.” Padahal rumah mereka itu sebenarnya tidak terbuka.
bersekutu untuk menginvasi Medinah sebagai usaha terakhir untuk menghabiskan Mereka hanyasama
sekali Islamberusaha meloloskanrintangan
maka pembuatan diri.’ (S.33 Al-Ahzab:11-14)
berbentuk parit di11bagian terbuka kota Medinah
menjadi suatu keharusan. Jumlah umat Muslim di Medinah pada saat itu dibanding dengan
pasukan yang akan menyerbu adalah sedemikian kecilnya sehingga tidak mungkin bagi
Pertempuran
mereka menahan ini disebut
musuh memasuki Medinah sebagai Perang
jika terjadi perangKhandak atau itu
terbuka. Karena Parit
setelah
diadakan konsultasi, disepakatilah bagi penggalian parit penghalang merupakan satu-
adalah karena ketika sampai berita kepada Rasulullah saw, yaitu hampir
semua suku-suku bangsa Arab telah bersekutu untuk menginvasi
  340
 Medinah sebagai usaha terakhir untuk menghabiskan sama sekali Islam
maka pembuatan rintangan berbentuk parit di bagian terbuka kota
Medinah menjadi suatu keharusan. Jumlah umat Muslim di Medinah

636
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Al-Quran
Lempung Membuka
Wahyu
danIman Ilahi
Tabir
Kepada dan
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas “Yang
Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib”:
Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang
Pengetahuan,Berkesinambungan
dan Kebenaran
Perspektif Sejarah

pada saat itu dibanding dengan pasukan yang akan menyerbu adalah
sedemikian kecilnya sehingga tidak mungkin bagi mereka menahan
musuh memasuki Medinah jika terjadi perang terbuka. Karena itu
setelah diadakan konsultasi, disepakatilah bagi penggalian parit
penghalang merupakan satu-satunya opsi yang terbuka. Diperlukan
parit sepanjang 1 mil atau hampir 2 kilometer yang harus digali di
medan berbatu yang teramat sulit.
Estimasi jumlah umat Muslim yang terlibat dalam tugas ini saling
berbeda. Angka minimal yang disebutkan adalah 700 dan maksimal
3.000 orang. Menurut perkiraan kami sendiri paling banyak adalah
sekitar 1.800 orang, dimana semua ulama sependapat bahwa atas setiap
kelompok yang terdiri dari 10 orang diberikan alokasi parit sepanjang
10 meter. Karena panjang parit itu sekitar 1 mil maka jumlah umat
Muslim tidak akan lebih dari 1.760 orang. Tugasnya sendiri amat berat
dan memeras tenaga. Kondisi kemiskinan dan kepapaan menambah
beratnya problem pihak Muslim. Terkadang mereka harus bekerja
berhari-hari dengan perut dalam keadaan kosong.
Pada suatu saat yang amat sulit, Rasulullah saw diberitahukan
adanya sebongkah batu besar yang tidak bisa dibelah meski para
penggali telah berusaha sekuatnya. Rasulullah saw lalu melangkah
ke tempat bermasalah itu. Setelah sampai beliau mengambil sebuah
linggis dan dengan tangannya sendiri menghantam batu tersebut
tiga kali dimana batu itu menjadi terpecah-belah. Setiap kali beliau
menghantam, muncul percikan api dari batu itu dan beliau berseru
Allahu Akbar! Setelah itu para sahabat bertanya kepada beliau
mengapa meneriakkan Allahu Akbar dengan suara yang demikian
lantang bernada kemenangan. Beliau menjawab: “Pada percikan api
yang pertama, aku melihat kunci-kunci istana Syria dan Kekaisaran
Bizantium diberikan kepadaku. Kedua kalinya aku diperlihatkan
istana terang Persia di Madain dimana kuncinya juga diberikan
kepadaku. Begitu pula kunci-kunci istana Sanaah diberikan kepadaku

637
Mirza
BagianTahir
Bagian
Bagian 1III
II
V VI Ahmad
V
III
IVIV

saat menghantam batu itu yang ketiga kalinya.” Sejarah menjadi


saksi bahwa semua itu telah mewujud sebagaimana dinubuatkan,
namun keajaibannya justru bukan pada pemenuhannya semata. Saat
terjadinya nubuatan itulah yang merupakan mukjizat tersendiri.12
Jarang sekali sejarah bisa memberikan contoh tentang sekumpulan
kecil orang-orang yang tidak berdaya dan lemah seperti umat Muslim
yang mencoba bertahan, dimana mereka harus menggali parit berhari-
hari, yang dibebani lagi dengan rasa lapar dan kelelahan. Saat itu
merupakan puncak penderitaan umat Muslim, namun justru di saat
demikian Muhammad saw menyampaikan kata-kata nubuatan yang
telah mengukir sejarah. Meramalkan kemenangan-kemenangan di
saat seperti itu hanya bisa merupakan racauan seorang gila atau sebagai
pernyataan Tuhan melalui bibir Nabi Besar saw. Beliau adalah manusia
paling bijaksana dari antara mereka yang bijak yang pernah hidup,
sehingga dikatakan ‘gila’ jelas bukan. Jika ada Nabi yang diberkati
sebagai ahli ramal Ilahi, beliau itulah orangnya. Adalah mulut dan
bibir beliau yang telah membentuk nasib dan mengungkapkan takdir
sebagaimana yang disampaikan Tuhan kepadanya karena beliau
berbicara atas nama Tuhan.
Sebagaimana telah kami singgung sebelumnya, bukan tujuan
pembahasan ini untuk meneliti secara mendalam keseluruhan
nubuatan-nubuatan yang terdapat dalam Al-Quran dan dari
Rasulullah saw. Kami hanya berupaya memberikan kepada pembaca
beberapa nubuatan tertentu yang ternyata memiliki dampak luas.
Setelah membahas beberapa kejadian dan nubuatan yang terkait
dengan masa kehidupan Rasulullah saw dan periode langsung setelah
itu, kami sekarang akan beralih kepada kategori lain dari nubuatan
yang berkaitan dengan keadaan yang secara komparatif berada di
masa depan yang jauh. Sebenarnya sulit menetapkan akan memulai
dari mana, tetapi rasanya tidak salah jika dimulai dengan nubuatan

638
berbicara atas nama Tuhan.
Sebagaimana telah kami singgung sebelumnya, bukan tujuan pembahasan ini un
meneliti secara mendalam keseluruhan nubuatan-nubuatan yang terdapat dalam Al-Qu
dan dari Rasulullah saw. Kami hanya berupaya memberikan kepada pembaca beber
nubuatan tertentuKehidupan
yangKonsep
ternyata
Seleksi
Menurut
Alam Al-Bayyinah:
memiliki
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
dampak
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
danFaktor
Pengenalan CaturKebenaran
luas.
HidupKebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Al-Quran
Sudut
Bangsa
dan
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Setelah
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau membahas
Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di
danKosmologi
Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Konghucu
di
Agama Judi
Sekulerisme
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat beber
Peran Tanah Al-Quran
Lempung Membuka
Wahyu
danIman Ilahi
Tabir
Kepadadan
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas “Yang
Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib”:
Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
kejadian dan nubuatan yang terkaitAl-Qayyimah:
dengan masa Ajaran yang
kehidupan
Pengetahuan,Berkesinambungan
Rasulullah
dan Kebenaran
Perspektif Sejarahsaw dan peri
langsung setelah itu, kami sekarang akan beralih kepada kategori lain dari nubuatan y
berkaitan dengan keadaan yang secara komparatif berada di masa depan yang ja
tentangsulit
Sebenarnya ditemukannya
menetapkan benua
akanAmerika
memulai serta perluasan
dari dari dunia
mana, tetapi yang tidak salah
rasanya
dimulai dengan nubuatan tentang ditemukannya
dikenal. Ayat yang relevan adalah: benua Amerika serta perluasan dari du
yang dikenal. Ayat yang relevan adalah:

§®¨ Õ0… ÄOXT SM®JWm° Õ0W5°lU XT §­¨ Õ0 VcU%XT SMn°Ù W% Õ0V ÙU XT §¬¨ Õ1„iÄ% ¿º×q)] Vl¯ XT
apabila
‘Dan‘Dan bumibumi
apabila dihamparkan, dandan
dihamparkan, melontarkan
melontarkankeluar segala
keluar segalayang
yangterkandung di
dalamnya dan nampaknya menjadi kosong dan mendengarkan kepada
terkandung di dalamnya dan nampaknya menjadi kosong dan mendengarkan Tuhan-nya dan
hal itu wajib baginya.’ (S.84 Al-Insyiqaq:4-6)
kepada Tuhan-nya dan hal itu wajib baginya.’ (S.84 Al-Insyiqaq:4-6)13
13

Nubuatan yang termaktub dalam ayat 4 di atas telah menjadi nyata den
Nubuatan
ditemukannya yang termaktub
benua ‘Dunia dalam
Baru’ di akhir ayat
abad ke 415di atas pada
ketika telah tanggal
menjadi12 Oktober 14
nyata dengan ditemukannya benua ‘Dunia Baru’ di akhir abad ke
 15 ketika pada tanggal 12 Oktober 1492,  Christophorus Columbus

menjejakkan kakinya di sebuah pulau di kepulauan Bahama. Saat
itulah awal dari berakhirnya suku bangsa asli Amerika. Namun
muncul awal tak berakhir dari bangsa Amerika untuk bangkit dan
mendominasi dunia lama. Hal ini jelas diimplikasikan dalam nubuatan
yang terdapat
Christophorus di ayat
Columbus berikutnyakakinya
menjejakkan dimanadidikatakan bumidi
sebuah pulau melontarkan
kepulauan Bahama. Saa
itulah awal dari berakhirnya suku bangsa asli Amerika.
semua rahasianya dan mengosongkan dirinya sendiri. Namun muncul awal tak berakh
dari bangsa Amerika untuk bangkit dan mendominasi dunia lama. Hal ini jela
diimplikasikanMasalah yang samayang
dalam nubuatan disinggung
terdapatlagi dan berikutnya
di ayat lebih diperjelas pada
dimana dikatakan bum
melontarkan semua rahasianya dan mengosongkan dirinya sendiri.
beberapa surah lain. Sebagai contoh ayat 2 dan 3 dari surah Al-Zilzal
Masalah yang sama disinggung lagi dan lebih diperjelas pada beberapa surah lain
berbunyi:
Sebagai contoh ayat 2 dan 3 dari surah Al-Zilzal berbunyi:

§«¨ \IVV Ù2U ¿º×q)] °0\BWmØ\U XT §ª¨ RNPWsÙ¯w ¿º×q)] °0V­sÙÄw Vl¯
‘Apabila bumibumi
‘Apabila digoncangkan
digoncangkandengan
dengan sehebat-hebat goncangannya.,
sehebat-hebat goncangannya., dan bumi akan
dan bumi
mengeluarkan segala bebannya.’
akan mengeluarkan (S.99 Al-Zilzal:2-3)
segala bebannya.’ (S.99 Al-Zilzal:2-3)
14
14

Dinubuatkan bahwa bumi akan mengalami periode goncangan besar dan aka
memuntahkanDinubuatkan
logam-logambahwa bumi
beratnya danakan mengalami
manusia periode goncangan
bertanyatanya apa yang sedang terjad
terhadapnya. Perkataan astqaalaaha merujuk kepada segala hal
besar dan akan memuntahkan logam-logam beratnya dan manusia yang berat sehingga jik
dikatakan bumi memuntahkan logam-logam beratnya maka hal itu tidak menyimpan
bertanyatanya apa yang sedang terjadi terhadapnya. Perkataan
Begitu juga ayat itu bisa diartikan sebagai ‘bumi akan memuntahkan rahasianya yan
astqaalaaha
tersembunyi.’ merujuk
Kemajuan kepada
ilmiah yang kitasegala hal diyang
saksikan zamanberat sehingga
ini tak jika
akan mungkin mewuju
tanpa penemuan mineral-mineral baru yang dikeluarkan bumi.
dikatakan bumi memuntahkan logam-logam beratnya maka hal itu Jika semua itu dinafika
maka kemajuan ilmiah akan mundur satu lingkaran penuh. Tidak ada temuan modern yan
tidak menyimpang. Begitu juga ayat itu bisa diartikan sebagai ‘bumi
signifikan bisa dibayangkan tanpa adanya temuan berupa batu bara, minyak bumi, uranium
plutonium dan lain-lainnya.
Urutan kronologis dari kedua nubuatan tersebut di atas juga mengandung pesa
yang akan disampaikan. Nubuatan perluasan dunia lama segera diikuti 639 dengan temuan
temuan mineral baru dan demikian itulah memang urutan bagaimana nubuatan tersebu
dipenuhi.
mengeluarkan segala bebannya.’ (S.99 Al-Zilzal:2-3) 14

Dinubuatkan bahwa bumi akan mengalami periode


memuntahkan
Mirza
Bagian
Bagian V VI Ahmad logam-logam beratnya dan manusia bertanyata
BagianTahir
1II
IV
II
III
IVIV
terhadapnya. Perkataan astqaalaaha merujuk kepada segala h
dikatakan bumi memuntahkan logam-logam beratnya maka
akan memuntahkan rahasianya yang tersembunyi.’ Kemajuan ilmiah
Begitu juga ayat itu bisa diartikan sebagai ‘bumi akan m
yang kita saksikan di zaman ini tak akan mungkin mewujud tanpa
tersembunyi.’ Kemajuan ilmiah yang kita saksikan di zaman ini
penemuan mineral-mineral baru yang dikeluarkan bumi. Jika semua
tanpa penemuan mineral-mineral baru yang dikeluarkan bum
itu dinafikan maka kemajuan ilmiah akan mundur satu lingkaran
maka kemajuan ilmiah akan mundur satu lingkaran penuh. Tid
penuh. Tidak ada temuan modern yang signifikan bisa dibayangkan
signifikan bisa dibayangkan tanpa adanya temuan berupa batu
tanpa adanya temuan berupa batu bara, minyak bumi, uranium,
plutonium dan lain-lainnya.
plutonium dan lain-lainnya.
Urutan kronologis dari kedua nubuatan tersebut di a
yang Urutan
akan kronologis dari kedua
disampaikan. nubuatan perluasan
Nubuatan tersebut di atas juga lama seg
dunia
mengandung
temuan pesan baru
mineral yang akan
dan disampaikan. Nubuatan
demikian itulah perluasan urutan b
memang
dunia lama segera diikuti dengan temuan-temuan mineral baru
dipenuhi.
dan demikian itulah memang urutan bagaimana nubuatan tersebut

N
dipenuhi.

ubuatan
Nubuatan tentang
tentang eksplorasi eksplorasi
arkeologi arkeologi

   §­¨ Õ1Xn°<ØÈÈ ÃqSÈÁ Ù Vl¯ XT


‘Dan apabilaapabila
‘Dan kuburan-kuburan
kuburan-kuburan dibongkar.’ (S.82dibongkar.’
Al-Infithar:5)15 (S.82 Al- Infitha

JikaJika
surahsurah
Al-ZilzalAl-Zilzal berbicara
berbicara tentang tentang
bumi yang bumi yang me
memuntahkan
tersembunyi,
rahasianya yangayat di atas jelas
tersembunyi, ayat diberbicara tentangtentang
atas jelas berbicara arkeologi.
Namun bukan hanya ayat ini saja yang mengungkap m
arkeologi.
karena sifatbukan
Namun nubuatannya,
hanya ayat inikarena
saja yang banyak
mengungkap ayat lain itu.
masalah dalam Al-Qu
manusia kepadakarena
Kami memilihnya kota-kota dan peradaban
sifat nubuatannya, manusia
karena banyak ayat lainsebelumny
ayat
dalamitu mengajak
Al-Quran manusia
yang menarik untukmanusia
perhatian menggali
kepadareruntuhannya
kota-kota gun
yang telah membawa
dan peradaban kehancuran
manusia sebelumnya mereka.
yang telah terkubur. Ayat-ayat itu
mengajak manusia untuk menggali reruntuhannya guna mempelajari

D
faktor-faktor yang telah membawa kehancuran mereka.

ua ayat berikut dari surah At-Takwir di bawah ini jelas m


akan
640 sudah menurun pamornya sebelum datangnya abad baru t

§«¨ Õ1Xq\iV5 Ä3SÁHw< Vl¯ XT §ª¨ Õ1Xq©JSÅ À‡Ø.…‘ Vl¯


tu mengajak manusia untuk menggali reruntuhannya guna mempelajar
elah membawa kehancuran mereka.

D
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Al-Quran
Lempung Membuka
Wahyu
danIman Ilahi
Tabir
Kepada dan
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas “Yang
Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib”:
Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang
Pengetahuan,Berkesinambungan
dan Kebenaran
Perspektif Sejarah

D
ua ayat berikut
sudah menurun
ua dari
ayat surah

sebelumpamornya
berikut At-Takwir

sebelum
datangnya abad
di bawahdiini
dari surah At-Takwir jelasini
bawah memprediksika
datangnya abad baru tersebut:
baru tersebut:
jelas
memprediksikan bahwa Islam akan sudah menurun pamornya

§«¨ Õ1Xq\iV5 Ä3SÁHw< Vl¯ XT §ª¨ Õ1Xq©JSÅ À‡Ø.…‘ Vl¯

‘Apabila matahari digulung, apabila bintang-bintang disuramkan.’ (S.81 At-


Takwir:2-3)16

Perlu diingat, matahari dan bintang-bintang yang dimaksud
ayat ini secara simbolis merupakan perumpamaan tentang Islam
dan para aulia Muslim. Al-Quran menyebut Rasulullah saw sebagai
Sirajan-munira yang secara harfiah berarti ‘matahari yang cemerlang,’
sedangkan para sahabat pengikut disebut beliau sebagai bintang-
bintang yang gemerlapan dimana pada saat matahari tidak bersinar,
mereka akan tetap memberikan sinar yang cukup guna membimbing
manusia:

‘Para sahabatku adalah seperti bintang-bintang penunjuk jalan, siapa pun


yang kalian ikuti akan membawamu ke jalan yang benar.’17

Bila disebutkan bahwa matahari tidak lagi memancarkan


sinarnya maka yang dimaksud adalah merosotnya pamor Islam karena
Rasulullah saw adalah simbolnya yang hidup. Meredupnya bintang-
bintang dengan demikian juga menyatakan tentang masa dimana para
aulia Muslim tidak lagi merefleksikan nur Islam. Apa yang tersirat
tersebut sepenuhnya didukung oleh isi dari ayat-ayat berikutnya.
Ayat-ayat tersebut berbicara tentang masa terjadinya kemajuan besar
di bidang ilmiah, politik dan sosial yang semuanya menjadi ciri zaman
tersebut.

641
Mirza
BagianTahir
Bagian
Bagian 1III
II
V VI Ahmad
V
III
IVIV

Kalau dikatakan bahwa ayat pembukaan surah At-Takwir ini


merujuk pada perubahan-perubahan revolusioner tersebut secara
langsung maka ketimpangannya di antara keduanya akan terlalu
berlebihan. Maknanya pun akan menjadi lain jika dikatakan masa
cemerlang dari kemajuan teknologi digambarkan sebagai matahari
yang dipadamkan dan bintang-bintang tidak lagi bersinar. Dari sini
bisa ditarik kesimpulan kalau terdapat dua hal berbeda yang bisa
diterapkan pada bidang yang berbeda dalam perkembangan di masa
depan. Dengan demikian yang dimaksud sebenarnya, jika bagian
pokok dari surah ini berkaitan dengan kemajuan materialistik dunia
Kristen (sebagai hasil lanjutan dari ditemukannya benua Amerika)
maka dua ayat yang pertama harus dipahami sebagai suatu hal yang
kontras berkaitan dengan nasib Islam. Apa yang telah terjadi terhadap
Islam setelah ditemukannya benua Amerika sehingga digambarkan
demikian suramnya? Kalau bisa ditemukan jawaban atas pertanyaan
ini maka tidak diperlukan bukti selanjutnya atas tafsiran kami
mengenai ayat dimaksud. Tahun 1492 telah menjadi papan petunjuk
pemisah dunia lama dengan dunia baru. Bisakah kami buktikan
bahwa kemerosotan Islam mencapai titik nadirnya pada tahun yang
sama sehingga pembaca bisa langsung melihat pertalian jelas di antara
keduanya? Ya, kami bisa dan pertelaannya bukan dari kami atau pun
ulama Muslim lainnya. Pertelaannya adalah dari sejarah sebagaimana
dikemukakan oleh ahli sejarah Kristen sendiri. Buku The Chronicle
of the World mengemukakan ciri menonjol tahun tersebut berkaitan
dengan Islam:
‘Setelah perang selama 10 tahun, Granada sebagai satu-satunya negara Muslim
di Spanyol telah dikalahkan oleh tentara Castilia. Takluknya kota ini dielu-
elukan umat Kristiani sebagai “hari yang paling berberkat dan merupakan
alamat baik bagi Spanyol.” Umat Muslim menyatakan kejadian tersebut
sebagai bencana terdahsyat yang pernah menimpa Islam.’ 18
‘Ferdinand dan Isabella menaklukkan Granada, kerajaan Muslim terakhir di
Spanyol, yang selama ini selalu bertahan terhadap penaklukan Kristen selama
dua abad.’18

642
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Al-Quran
Lempung Membuka
Wahyu
danIman Ilahi
Tabir
Kepada dan
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas “Yang
Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib”:
Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang
Pengetahuan,Berkesinambungan
dan Kebenaran
Perspektif Sejarah

Dengan jatuhnya Granada maka berakhirlah pemerintahan


Spanyol oleh umat Muslim tanpa terputus-putus selama 700 tahun.
Setelah berakhirnya pemerintahan politis umat Muslim pada tahun
1492, mulailah upaya terorganisasi oleh Gereja untuk menghabisi
Islam. Meski dominasi Muslim telah berakhir secara tiba-tiba setelah
masa pemerintahan lebih dari 500 tahun, pengaruh Islam yang telah
tertanam selama masa itu tidak mungkin dipupus dalam waktu satu
atau dua tahun saja. Terdapat banyak sekali bangsa Moor yang tersebar
di seluruh daerah perbukitan di selatan Andalusia yang merupakan
kantong-kantong Islam yang terisolasi. Di samping itu terdapat jumlah
yang lebih banyak lagi orang-orang Spanyol yang telah memeluk Islam
yang tidak kalah dalam kesalehan dan ketekunannya mengikuti ajaran
Islam dibanding para penakluknya dari Arab dan Afrika. Adalah
mereka ini semua yang menjadi duri dalam daging bagi Gereja yang
selama itu berusaha sekuatnya guna menghancurkan agama mereka.
Adalah Jimenez (dibaca Khimenes)b sebagai militansi Gereja
tergigih yang
‘... menginginkan jiwa dari para ‘kafir’ ini diselamatkan dari api neraka,
terlepas apakah mereka mau atau tidak.’19

Ia ini mencoba menanamkan dalam fikiran Isabella bahwa


‘doktrin jahat berupa sikap berbaik hati terhadap para kafir itu sama
dengan meninggalkan Tuhan.’19

Ia itu seorang yang


‘... amat teguh dalam tujuannya. Ia menyiasati sang ratu agar menyusun
sebuah dekrit dimana bangsa Moor diberi pilihan, dibaptis atau dibuang
keluar Spanyol. Mereka (yang memeluk Islam) harus diingatkan bahwa nenek
moyang mereka semula adalah Kristiani dan secara keturunan mereka itu
dilahirkan dalam Gereja dan karena itu harus mengikuti akidahnya.’20

Sejak itu mulailah proses awal dari berakhirnya pamor Islam di


Spanyol yang berlangsung mengikuti jejak yang menyedihkan selama
200 tahun lamanya.

643
Mirza
BagianTahir
Bagian
Bagian 1III
II
V VI Ahmad
V
III
IVIV

‘Mesjid-mesjid ditutup, tidak terbilang naskah tertulis yang merupakan hasil


karya pengetahuan bangsa Moor selama berabad-abad telah dibakar oleh
Kardinal yang kejam tersebut, sedangkan para ‘kafir’ yang sengsara diancam
dan disiksa untuk mengikuti ajaran Injil dengan cara mengikuti petunjuk
pemuka-pemuka Gereja yang tidak lebih ringan dari yang dikenakan kepada
bangsa Yahudi. Mayoritas mereka akhirnya menyerah karena lebih mudah
menanggung kehilangan keimanan daripada kehilangan rumah dan harta
bendanya. Namun secercah dari semangat Moor lama masih tetap bersinar
terang di antara penghuni perbukitan di Las Alpujarras...’21

‘... para penguasa Spanyol tidak bersikap bijak atau pun jujur dalam
penanganan mereka terhadap bangsa Morisko dan dengan berjalannya waktu
para penguasa itu menjadi bertambah kejam dan curang. Orang-orang yang
dianggap ‘kafir’ itu harus menanggalkan pakaian asli yang berwarna-warni dan
harus menggunakan topi dan celana panjang seperti orang Kristen. Mereka
harus berhenti mandi dan membiarkan dirinya berdebu seperti para penakluk
mereka, meninggalkan bahasa mereka, melupakan adat istiadat dan tata cara,
bahkan mengganti nama-nama mereka serta berbicara dengan bahasa Spanyol,
berperilaku seperti dan menganggap diri sebagai orang Spanyol.’22
‘Menjadi tugas raja Philip II untuk melaksanakan hukum tiranikal yang oleh
ayahnya diabaikan secara sengaja. Tahun 1567 ia menerapkan peraturan busuk
yang mengatur bahasa, adat dan lain sebagainya serta untuk memuluskan
validitas larangan terhadap kebersihan dengan cara membongkar tempat-
tempat pemandian di Alhambra.’22

Dalam musim dingin 1569-1570 ia (Don John) memulai penyerangannya


dan dalam bulan Mei ditetapkan syarat-syarat taklukan. Bulan-bulan yang
berlalu dinodai dengan sungai darah merah. Motto Don John “tanpa
pengampunan” telah menyebabkan dijagalnya laki-laki, wanita dan anak-
anak di bawah matanya sendiri dimana desa-desa di Alpujarras telah menjadi
rongsokan manusia.’23
‘Banyak sekali dari orang-orang yang dibuang itu mati karena kelaparan,
kelelahan dan tersengat matahari, sedangkan sebagian lainnya berhasil
mencapai Afrika dimana mereka mengemis untuk makan sehari-hari, namun
tidak memperoleh tanah untuk diolah.’24

‘Dinyatakan bahwa tidak kurang dari tiga juta bangsa Moor yang dibuang
dalam periode sejak jatuhnya Granada dan awal dari abad ke 17. Penulis
sejarah bangsa Arab dengan sendu mencatat ‘hantaman terakhir’ tersebut:
“Yang Mahakuasa tidak berkenan memberikan kemenangan kepada mereka,

644
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Al-Quran
Lempung Membuka
Wahyu
danIman Ilahi
Tabir
Kepada dan
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas “Yang
Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib”:
Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang
Pengetahuan,Berkesinambungan
dan Kebenaran
Perspektif Sejarah
mereka mengemis untuk makan sehari-hari, namun tidak memperoleh
diolah.’
karena
24 itu mereka dikalahkan dan dibabat di segala sisi sampai akhirnya
mereka diusir dari tanah Andalusia dimana semua itu terjadi dalam masa kita
‘Dinyatakan bahwa
ini pada tahun 1017 tidak kurang
Hijriah. dari tiga
Sesungguhnya juta bangsa
milik Tuhan segala tanahMoor
dan yang dib
kerajaan dan Dia memberikannya kepada siapa Dia berkenan.”
periode sejak jatuhnya Granada dan awal dari abad ke 17. Penulis sejarah b ’24

dengan‘Bangsa
senduMoormencatat ‘hantaman
telah terusir, terakhir’Spanyol
untuk sementara tersebut: “Yang
Kristiani Mahakuasa tid
bersinar
memberikan kemenangan kepada mereka, karena itu mereka dikalahkan da
cemerlang seperti bulan yang meminjam sinarnya dari sumber lain. Kemudian
segaladatang gerhana dan
sisi sampai dalam kegelapan
akhirnya mereka demikian
diusiritulah
dariSpanyol
tanahtelah merangkakdimana semu
Andalusia
selama ini.’25
dalam masa kita ini pada tahun 1017 Hijriah. Sesungguhnya milik Tuhan s
Demikian
dan kerajaan dan akhir
Diakata Stanley Lane-Poole
memberikannya kepada dalam
siapabuku
Diasejarahnya
berkenan.” ’ 24
The Moors in Spain. Matahari dominasi politis umat Muslim yang
tenggelamMoor
‘Bangsa telah 1492
di tahun terusir,
telahuntuk sementaraufuk
meninggalkan Spanyol Kristiani bersinar
mengenaskan
seperti bulan yang meminjam sinarnya dari sumber lain. Kemudian datang g
selama dua abad sampai akhirnya memadamkan sama sekali sinar
dalam kegelapan demikian itulah Spanyol telah merangkak selama ini.’ 25
bawaan Islam dari langit Spanyol dan menjadikannya sebagai malam
yang tidakakhir
Demikian berbintang. Adapun Lane-Poole
kata Stanley pencerahan sekuler
dalamyang bukudulunya
sejarahnya The
telah dibawa kebudayaan Islam ke Spanyol, tidak
Matahari dominasi politis umat Muslim yang tenggelam di tahun 1492 telah memerlukan waktu
ufuk mengenaskan
sekian lama untuk selama duaredup.
juga ikut abad sampai akhirnya memadamkan sam
bawaan IslamDengan dari langit
demikianSpanyol
tahun dan1492menjadikannya
telah membukakan sebagai malam yang tid
dua gerbang
Adapun pencerahan
sekaligus. Dari gerbang yang satu melangkah keluar dominasi Kristen Islam ke
sekuler yang dulunya telah dibawa kebudayaan
memerlukan waktudunia
ke seluruh sekian lamalangkah
dengan untukkemegahan
juga ikut redup.
perkasa. Adapun dari
Dengan demikian tahun 1492 telah membukakan dua gerbang s
gerbang yang lain melangkah keluar semua kemegahan Islam dengan
gerbang yang satu melangkah keluar dominasi Kristen ke seluruh dunia d
kemegahan kepala tertunduk
perkasa. tergantung
Adapun dari lesu, setiap yang
gerbang langkahlainterasa pedih takkeluar sem
melangkah
terkira.kepala tertunduk tergantung lesu, setiap langkah terasa pedih ta
Islam dengan
Adapun Adapun
ayat ayat keempat
keempat berbicaratentang
berbicara tentang gunung-gunung
gunung-gunung yang yang dipinda
ke lain tempat:
dipindahkah dari satu ke lain tempat:

§¬¨ Õ1XnªKmÀy Ä$W¦IÙ Vl¯ XT


apabila
‘Dan ‘Dan gunung-gunung
apabila digerakkan.’
gunung-gunung digerakkan.’ (S.81 (S.81 At-Takwir:4)
At-Takwir:4)26 26

Gunung-gunung
Gunung-gunung dalam
dalamterminologi Islambermakna
terminologi Islam bermakna kekuasaan dun
kekuasaan
Terdapatdunia
banyak
yangayat dalam
besar. Al-Quran
Terdapat yang
banyak ayatmenyebut gunung-gunung
dalam Al-Quran yang dalam
sama. Jadi ayat keempat yang berbicara tentang gunung-gunung
menyebut gunung-gunung dalam konotasi yang sama. Jadi ayat itu adalah
pemahaman kitayang
keempat tentang apa tentang
berbicara yang akan terjadi di itu
gunung-gunung kemudian hari. Setelah
adalah awal
Islam, suatu malam tak berbintang akan meliput bumi yang kemudian diiku
tetapi bukan fajar Islam. Kekuasaan materialistik akbar tidak saja bertamba
juga mengalihkan kekuasaan mereka dari satu teritorial ke teritorial lain, dar
645
benua lain dan mengukuhi serta mendominasi negeri demi negeri. Dalam pe
dikatakan gunung-gunung itu bergerak. Pergerakan gunung-gunung bisa
dengan cara lain, hal mana akan kami bahas nanti. Sekarang setelah mem
perubahan-perubahan akbar yang menurut surah Al-Quran ini akan terjad
kemegahan perkasa. Adapun dari gerbang yang lain melangkah keluar se
Islam dengan kepala tertunduk tergantung lesu, setiap langkah terasa pedih
Adapun ayat keempat berbicara tentang gunung-gunung yang dipin
ke lain tempat:
Mirza
BagianTahir
Bagian
Bagian 1III
II
V VI Ahmad
V
III
IVIV

§¬¨ Õ1XnªKmÀy Ä$W¦IÙ Vl¯ XT


mula dari pemahaman kita tentang apa yang akan terjadi di kemudian
‘Dan apabila gunung-gunung digerakkan.’ (S.81 At-Takwir:4) 26
hari. Setelah tenggelamnya Islam, suatu malam tak berbintang akan
meliput bumi yang kemudian diikuti dengan fajar tetapi bukan fajar
Gunung-gunung dalam terminologi Islam bermakna kekuasaan d
Islam. Kekuasaan
Terdapat banyak ayatmaterialistik akbar tidak
dalam Al-Quran yang sajamenyebut
bertambah besar tetapi
gunung-gunung dal
juga mengalihkan kekuasaan mereka dari satu
sama. Jadi ayat keempat yang berbicara tentang gunung-gunung itu adala teritorial ke teritorial
pemahaman
lain, darikita tentang
satu benua apa yang
ke benua lain danakanmengukuhi terjadiserta di mendominasi
kemudian hari. Setel
Islam,negeri
suatudemi
malam tak berbintang
negeri. Dalam pengertian akan meliput
inilah dikatakanbumi yang gunung-kemudian dii
tetapi gunung
bukan itufajar
bergerak. Pergerakan gunung-gunung bisa juga dipahamisaja bertam
Islam. Kekuasaan materialistik akbar tidak
juga mengalihkan
dengan cara lain,kekuasaan
hal mana mereka
akan kami dari
bahas satu teritorial
nanti. Sekarangkesetelah
teritorial lain, d
benua lain dan mengukuhi serta mendominasi negeri demi negeri. Dalam
memvisualisasikan perubahan-perubahan akbar yang menurut surah
dikatakan gunung-gunung itu bergerak. Pergerakan gunung-gunung bis
dengan Al-Quran
cara lain,ini akan terjadi pada
hal mana akanmasa kami itu,bahasmari kita sekarang
nanti. bahas setelah m
Sekarang
materi ini setahap demi
perubahan-perubahan setahap
akbar yangsejalan dengansurah
menurut ayat-ayat berikutnya.
Al-Quran ini akan ter
Berkenaan
mari kita dengan bahas
sekarang masalah materi
gerakan, implikasi
ini setahap dari ayat kelima
demi ini bisa sejalan d
setahap
berikutnya. Berkenaan
lebih mudah dipahami:dengan masalah gerakan, implikasi dari ayat keli
mudah dipahami:
§­¨ Õ0Q °G¼Äà ÃqW‘°ÈÙ Vl¯ XT
‘Apabilaunta-unta
‘Apabila betinabunting
unta-unta betina bunting sepuluh
sepuluh bulan,bulan, ditinggalkan.’
ditinggalkan.’ (S.81 At- (S.81 At-T
Takwir:5)27
Dalam konteks ini maka nubuatan tentang unta betina yang diting
Dalam konteks
dipahami bahwa telah adaini maka
sarana nubuatan tentangyang
transportasi unta lebih
betina cepat
yang dan kuat
manusia. Skenario
ditinggalkan gunung-gunung
jelas bisa dipahami bahwa yangtelah
digerakkan
ada sarana dari satu ke lain tem
transportasi
kekuasaan
yang lebih cepat dan kuat yang diciptakan manusia. Skenario gunung- ke benua,
besar yang menyebarkan pengaruhnya dari benua
dengan masalah
gunung yangunta betina
digerakkan yang
dari satu ditinggalkan ini.
ke lain tempat, kekuasaan-kekuasaan
besar yang menyebarkan pengaruhnya dari benua ke benua, terkait
 langsung dengan masalah unta betina yang ditinggalkan ini.
 Perlu diingat kalau gerakan gunung-gunung juga bisa ditafsirkan
sebagai transportasi beban-beban berat di samping juga penyebaran
pengaruh kekuasaan politik yang besar. Kedua hal itu jelas memerlukan
sarana transportasi yang jauh lebih maju dan lebih kuat dibanding
seekor unta. Sampai adanya sarana baru demikian bagi manusia, adalah
suatu kebodohan jika manusia meninggalkan sarana sederhana yang

646
Perlu diingat kalau
KehidupanSeleksi
Menurut
Konsep gerakan
Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Perspektif
dan
Ketuhanan
Asal
Peran Mula
Tanah Hidup:
Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:
Al-Quran
Lempung gunung-gunung
Kelangsungan
Entropi Prinsip
Pengenalan
Permainan
Wahyu danFaktor
danSudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Berbagai
Khiralitas Wahyu,
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Masalah
atau
bagi
Pandang
Individu
Membuka
Wahyu
Iman Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Ilahi
Tabir
Kepada dan
dan
Fitrat
Fotosintesis
Yang
Hakikat
atau
Perspektif
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
Agama
Permainan
dan
yang
Alam
didi
dan
“Yang
"Yang juga
Nyata,
Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Kosmologi
Zoroaster
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Rasionalitas
Ghaib”:
Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam bisa
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
transportasi beban-beban berat disampingPengetahuan, juga penyebaran Sejarah pengaru
dan Kebenaran
Perspektif
yang besar.
Perlu Keduakalau
diingat hal itugerakan
jelas memerlukangunung-gunung sarana transportasi
juga bisa yang ditafs
lebih kuat
sportasi dibanding
telah dimilikinya.berat
beban-beban seekor
Sudah pasti unta.
manusia
disamping Sampai
tidak
jugaakan adanya
meninggalkan
penyebaran sarana untabaru dem
pengaruh kek
adalah suatu
besar. Kedua kebodohan
hal
dan mengangkutitu jelas jika manusia
sendirimemerlukan
bebannya sarana
yang segunung meninggalkan
di atas bahunya!sarana
transportasi sed
yang jauh
dimilikinya.
kuat dibanding Sudah
Konklusi pasti
seekor manusia
unta.
yang bisa Sampai
ditarik tidak
dari akan
adanya
ayat itu ialahmeninggalkan
sarana baru unta
akan tersedianya dan
demikian
ahbebannya yang
suatu sarana segunung
kebodohan
mekanikal jika
yang di atas
jauhmanusia
lebihbahunya!
kuat danmeninggalkan
cepat yang akan menjadikansarana sederhan
likinya. Konklusi
Sudah yangmanusia
pasti
sarana hewaniah bisa
sebagaiditarik
tidak
suatu dari
hal akan
yang ayat itudanialah
meninggalkan
usang tidakakan tersedianya
unta
berarti lagi.dan mengsa
jauh yang
nnya lebihUnta
kuat
segunung dan
betina cepat
di atas
tersebut yang
bahunya!
secara akanmewakili
simbolis menjadikan sarana yang
model transportasi hewaniah seb
usang dan
Konklusi tidak
yang di
bergerak bisa berarti lagi.
ditarik tanah.
permukaan dari ayatUnta betina
itu ialah
Kita jadinya tersebut
akan tersedianya
bertanya-tanya secara simbom
tentang sarana
transportasi
lebih kuatkapalyang
dan dancepatbergerak
pesawatyang
kenapa ditidak
akan permukaan
menjadikan
disebut-sebut tanah.
dan apaKita
sarana jadinya
Al-Quran bertanya
katahewaniah sebagai
gdan
danpesawat
tentang kemajuan di bidang transportasi laut? Tentang ini kami akan tentang
tidak kenapa
berarti tidak
lagi. disebut-sebut
Unta betina dan apa
tersebut kata Al-Quran
secara simbolis m
transportasi
sportasi yang laut?
bergerak
kembali Tentang
nanti. ini
ini kami
di permukaan
Sekarang akanmelihat
tanah.
kami ingin kembali
Kitaayat nanti.bertanya-tanya
jadinya
berikut Sekarang ini
yang
ayat berikut
pesawat kenapa yang
berbicara berbicara
tidak
tentang tentang
disebut-sebut
pengumpulan pengumpulan
dan
berbagai apa
hewan: berbagaitentang
kata Al-Quran hewan: kema
sportasi laut? Tentang ini kami akan kembali nanti. Sekarang ini kam
§®¨ Õ1Xn¦“ÄO ¿˜SÄOÃSÙ Vl¯ XT
berikut yang berbicara tentang pengumpulan berbagai hewan:

‘Dan apabila §®¨ Õ1Xn¦“ÄO ¿˜SÄOÃSliar


binatang-binatang Ù Vldikumpulkan.’
¯ XT (S.81 28 At- Takwir:6
‘Dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan.’ (S.81 At-Takwir:6)

Peralihan
‘Dan apabila dari
Peralihan dariditinggalkannya
binatang-binatang
ditinggalkannya untaunta
betinabetina
liar dikumpulkan.’ ke (S.81
masalah ke
At- masalah
dikum-
Takwir:6) dikum
28
hewan menimbulkan
pulkannya hewan-hewanpertanyaan yang mengusik.
menimbulkan pertanyaan Berarti ada bukti lain
yang mengusik.
tidak akan
Peralihan ditinggalkan
dari
Berarti sepenuhnya
ada ditinggalkannya
bukti lain bahwa untaunta meski tidak
betina
tersebut ke
tidak akan lagimasalah
digunakan.
ditinggalkan Konse
dikumpulk
andikumpulkan
menimbulkan sebenarnya
sepenuhnya meski tidakmemperjelas
pertanyaan yang mengusik.
lagi digunakan. ide Berarti
Konsep tentang
tentang ada penemuan
bukti
hewan liarlain saran
bahw
revolusioner.
akan ditinggalkanJelas sepenuhnya
dikumpulkan bahwa
sebenarnyademikian
meskibanyak
memperjelas tidak jenis
lagi
ide tentang hewansarana
digunakan.
penemuan liar tidak tent
Konsep mu
dari satutransportasi
mpulkan ke lain yang
sebenarnya tempat di punggung
memperjelas
revolusioner. unta.
ide tentang
Jelas bahwa demikian Tidak ada
penemuan
banyak yang
jenis hewan akan tra
sarana me
badak, kuda
usioner. Jelas nil, jerapah,
bahwa
liar tidak mungkin buaya,banyak
demikian ikan
ditransportasi dari paus kedan
satujenis guritadiliar
lainhewan
tempat raksasa
tidakmenikma
punggung mungkin
Transportasi
satu ke lain mereka
unta.tempat itu
Tidak adadiyang hanya
punggung bisa dimungkinkan
unta. Tidak
akan membayangkan gajah,ada badak, dengan
yang kudaakan adanya
nil, memba sa
ada
k, di zaman
kuda nil,
jerapah,kita
jerapah, ini.
buaya, buaya,
ikan pausikan
dan paus
gurita dan
raksasagurita
menikmati raksasa menikmati men
menunggang
Ayat berikutnya
sportasi mereka juga masih mengenai masalah transportasi:
unta. Transportasi mereka itu hanya bisa dimungkinkan dengan adanya sarana
itu hanya bisa dimungkinkan dengan adanya
di zaman kita
saranaini.
transport yang ada di zaman kita ini.
Õ1WmªFHÀy Ãqmasalah
\U¯Ù Vltransportasi:
¯ XT
berikutnya juga Ayatmasih mengenai masalah transportasi:
berikutnya §¯¨ mengenai
juga masih

‘Dan ketika laut-laut §¯¨ Õ1WmªFHÀysatu


dialirkan Ãq\Uke
¯Ù yang
Vl¯ XT lain.’ (S.81 At- Takwir:7)
‘Dan ketika sujjirah
‘Dan ketika
laut-laut
Arti kata laut-laut
dialirkandialirkan satu
menurut kekeyang
satuLane yang lain.’diterjemahkan
bisa (S.81 At-Takwir:7)29 ke dalam tig
lain.’ (S.81 At- Takwir:7) 29
berikut:
1. Arti
Dan kata sujjirah
ketika laut-laut akan dipenuhi.
menurut Lane bisa diterjemahkan ke dalam 647 tiga pen
2. Dan ketika laut-laut mengalir dari satu ke yang lainnya.
kut:
n3.ketika
Dan ketika lautakan
laut-laut akandipenuhi.
menyala oleh api.
an ketika laut-laut mengalir dari satu ke yang lainnya.
t berikutnya juga masih mengenai masalah transportasi:

Mirza
BagianTahir
Bagian
Bagian 1III
II
V
IVVI Ahmad
V
III
IV §¯¨ Õ1WmªFHÀy Ãq\U¯Ù Vl¯ XT
‘Dan ketika laut-laut dialirkan satu ke yang lain.’ (S.81 At- Takwir:7) 29
Arti kata sujjirah menurut Lane bisa diterjemahkan ke dalam
Arti kata sujjirah menurut
tiga pengertian Lane bisa diterjemahkan ke dalam tiga pe
sebagai berikut:
ikut: 1. Dan ketika laut-laut akan dipenuhi.
an ketika 2.
laut-laut akanlaut-laut
Dan ketika dipenuhi.
mengalir dari satu ke yang lainnya.
Dan ketika3.laut-laut mengalir dari satuoleh
Dan ketika laut akan menyala ke api.
yang lainnya.
Dan ketika laut akan menyala oleh api.
Kemungkinan makna yang pertama tentang memenuhi laut
Kemungkinan
adalah tentangmakna
penuhnyayang pertama
laut oleh tentang
kapal-kapal dagang.memenuhi
Jadi ayat laut
uhnya laut oleh kapal-kapal
ini terutama masih berkisardagang. Jadi ayat
tentang bahasan inisebelumnya.
dari ayat terutama masih b
asan dariPenafsiran
ayat sebelumnya.
ini akan menjadiPenafsiran ininanti
lebih jelas jika akan kitamenjadi
kembali lagilebih jelas
mbali lagi membahasnya.
membahasnya.
Sekarang Sekarang
kami ambil makna
kami ambil maknayangyangkedua tentang
kedua tentang penggabungan lau
penggabungan
diperjelas laut-laut.
dalam dua ayat ini
Nubuatan Al-Quran
diperjelas berikut:
dalam dua ayat Al-Quran berikut:

§«©¨ ©DXkªÓ×Wc €Y ´h\w×mW \-ÆMV@ØoW §ª²¨ ©DXkª W*Ú Wc ¨CØcWmÔUWÙ \NWmW%


‘Dia telah membuat keduakedua
‘Dia telah membuat lautan mengalir.
lautan Keduanya
mengalir. Keduanya akan akan
bertemubertemu
pada pada s
suatu hari. Di antara keduanya kini ada pembatas, keduanya tidak dapat
antara keduanya kini ada pembatas, keduanya tidak dapat saling berlangg
saling berlanggaran.’ (S.55 Ar-Rahman:20-21)30
Ar-Rahman:20-21) 30
>mÕH°OXT ;]\w×mW \-ÆMV@ØoW #\È\BXT ´N\CÊ ÍZÚ °% [k›\FXT µ1WmÉÙ ³!ÖkWà [k›\F ¨CØcWmÔUWÙ \NWmW% s°Š SX ÉFXT

;qSÁHÙV…&
‘Dia-lah yangyang
‘Dia-lah mengalirkan dua lautan,
mengalirkan yang yang
dua lautan, satu tawar dan segar
satu tawar dan dan
dan segar yangyang
lainnya
asin lainnya
lagi pahit,
asin lagi pahit, dan di antara keduanya (sekarang ini) Dia menjadikandan
dan di antara keduanya (sekarang ini) Dia menjadikan penghalang
pemisah yang tak terlintasi’’ (S.25 Al-Furqan:54) 31
penghalang dan pemisah yang tak terlintasi’’ (S.25 Al-Furqan:54)31
Kedua ayat di atas diambil dari surah-surah yang berbeda dalam Al-Quran. Masing-
Kedua ayat
masing menubuatkan dikejadian
dua atas diambil dari
terpisah surah-surah
tentang yang berbeda
penggabungan dua laut dalam
yang berbeda.
Hal inilah yang telah terjadi di zaman modern. Dalam pembangunan terusan Suez pada
tahunAl-Quran.
1859 -1869 dan Masing-masing
terusan Panama menubuatkan
di tahun 1903 dua kejadian
- 1914, terpisah
dunia telah menyaksikan
pemenuhan nubuatan-nubuatan tersebut dengan cara yang berada
tentang penggabungan dua laut yang berbeda. Hal inilah yang telah di luar jangkauan
kemampuan berfikir manusia di zaman Rasulullah saw.
terjadi
Maknadi zaman
ketiga yangmodern. Dalam skenario
menggambarkan pembangunan
laut yangterusan
terbakarSuez padaajaibnya
api sama
dengantahun 1859-1869 dan terusan Panama di tahun 1903-1914, dunia fikiran
makna yang pertama, sesuatu yang tak mungkin merupakan karangan
manusia 14 abad silam. Konsep seperti itu hanya mungkin di zaman terdapat pertempuran
telah menyaksikan
laut dengan senjata-senjatapemenuhan
api mutakhir. nubuatan-nubuatan
Besarnya jumlah kapal tersebut
yangdengan
terlibat dalam
pertempuran laut modern juga meliputi suatu daerah yang amat luas sehingga
membenarkan juga makna diisinya laut oleh kapal-kapal yang berlalu lalang. Makna ketiga
juga bisa untuk menggambarkan laut yang menyala terbakar karena adanya kebocoran atau
tumpahan minyak seperti yang sering terjadi di zaman kita ini. Sering kali minyak tumpah
648 terbakar guna mengurangi risiko terhadap kehidupan dalam laut. Pada saat
itu disulut
seperti itu bisa berhektar-hektar laut yang menyala karena api.
Ayat berikut dari surah At-Takwir mengemukakan konsep yang sama secara lebih
jauh. Tidak saja mengumpulkan hewan-hewan, manusia pun akan dikumpulkan:
‘Dia-lah yang mengalirkan dua lautan, Prinsip
Al-Bayyinah: yangKebenaran
satu tawar Yang dan segar da
Nyata,
Kehidupan
Konsep Kelangsungan
Seleksi
Menurut
Alam
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:
Al-Quran Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Berbagai
Iman Wahyu,
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Masalah
atau
bagi
Pandang
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu
Membuka
Wahyu Ilahi
Tabir
Kepada dan
dan
Fitrat Hakikat
diatau
Perspektif
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
Agama
Permainan
dan
yang
Alam
dandi
“Yang Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Kosmologi
Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Rasionalitas
"Yang
Suatu Ghaib”:
Ghaib"
Wahyu
asin lagi pahit, dan di antara keduanya
Peran Tanah Lempung (sekarang
dan Fotosintesis
Khiralitas
Al-Qayyimah: Ajaran ini)
dalam
(Keberpihakan)
yang
Pengetahuan,
Dia menjadikan
diEvolusi
Berkesinambungan Alam
dan Kebenaran
Perspektif Sejarah
p
pemisah yang tak terlintasi’’ (S.25 Al-
cara ayat
Kedua yang berada
di atasdi diambil
luar jangkauan
dari kemampuan
surah-surah berfikir
yang manusia di dalam A
berbeda
zaman Rasulullah
masing menubuatkan duasaw.kejadian terpisah tentang penggabungan dua l
al inilah yang telah terjadi menggambarkan
Makna ketiga yang di zaman modern. skenario laut
Dalam yang terbakar
pembangunan t
api sama ajaibnya dengan makna
ahun 1859 -1869 dan terusan Panama di tahun 1903 - 1914,yang pertama, sesuatu yang tak dunia t
emenuhanmungkin merupakan karangan tersebut
nubuatan-nubuatan fikiran manusia 14 abadcara
dengan silam. Konsep
yang berada d
seperti itu hanya mungkin di zaman
emampuan berfikir manusia di zaman Rasulullah saw. terdapat pertempuran laut dengan
senjata-senjata
Makna ketiga yang api mutakhir. Besarnya jumlah
menggambarkan kapal yang
skenario laut terlibat
yang terbakar
engan makna yang pertama, sesuatu yang tak mungkinamat
dalam pertempuran laut modern juga meliputi suatu daerah yang merupakan
manusia 14luasabad silam.
sehingga Konsep seperti
membenarkan juga makna itudiisinya
hanya mungkin
laut di zaman terd
oleh kapal-kapal
ut dengan yangsenjata-senjata
berlalu lalang. Makna apiketiga
mutakhir.
juga bisa Besarnya jumlah kapal ya
untuk menggambarkan
ertempuran lautmenyala
laut yang modern terbakarjuga
karenameliputi suatuataudaerah
adanya kebocoran tumpahanyang am
membenarkan minyakjuga makna
seperti yang diisinya lautdioleh
sering terjadi zamankapal-kapal yang
kita ini. Sering kaliberlalu lal
uga bisa untuk
minyakmenggambarkan laut yang
tumpah itu disulut terbakar menyala terbakar
guna mengurangi karena adan
risiko terhadap
umpahan minyak
kehidupanseperti
dalam laut.yang
Padasering terjadi
saat seperti diberhektar-hektar
itu bisa zaman kita ini. laut Sering ka
u disulut yang
terbakar
menyalagunakarena mengurangi
api. risiko terhadap kehidupan dalam
eperti itu bisa Ayat
berhektar-hektar
berikut dari surahlaut yangmengemukakan
At-Takwir menyala karena konsepapi.
yang
Ayatsama
berikut dari surah At-Takwir mengemukakan
secara lebih jauh. Tidak saja mengumpulkan hewan-hewan, konsep yang
uh. Tidakmanusia
saja mengumpulkan
pun akan dikumpulkan: hewan-hewan, manusia pun akan dikump

§¯¨ Õ1WmªFHÀy Ãq\U¯Ù Vl¯ XT


‘Dan apabila berbagai
‘Dan apabila berbagaibangsa dipertemukan.’
bangsa dipertemukan.’ (S.81 At-Takwir:6)
(S.81 At-Takwir:6)32 32

enafsiran ayatPenafsiran
ini juga ayat
bisaini juga bisa dilakukan
dilakukan dalam tiga dalam tiga pengertian
pengertian yang berbeda
yang berbeda
Ketika umat manusiayaitu:dipertalikan oleh ikatan bersama.
. Ketika manusia
1. Ketikadari
umatseluruh dunia bergabung
manusia dipertalikan oleh ikatanbersama.
bersama.
Saat pertemuan
2. Ketika antar
manusiamanusia
dari seluruhdifasilitasi
dunia bergabungoleh sarana yang jauh leb
bersama.
mode transportasi. Masing-masing
3. Saat pertemuan antar manusia dari ketiga
difasilitasi olehpenafsiran
sarana yang tersebut
telah menjadi kenyataan.
jauh lebih Zaman
cepat daripada modekita sekarang
transportasi. ini mengenal a
Masing-masing
perjanjian internasional yangtersebut
dari ketiga penafsiran mengikat
di atas semua
semuanyanegara-negara
telah menjadi di du
Dengan demikian nubuatan
kenyataan. Zaman di bidang
kita sekarang ini mengenal iniadanya
telah menjadi keny
perjanjian-
memerlukanperjanjian
penjelasan lebihyang
internasional lanjut. Begitu
mengikat semua juga dengan
negara-negara di dibentuk
Bangsa yang kemudian digantikan oleh Perserikatan Bangsa-B
mempersatukan dunia selangkah lebih maju lagi. 649
Adapun mengenai pemenuhan nubuatan yang diimplikasikan
etiga, sekarang ini kami telah melihat dimana jarak-jarak menjadi tid
danya bentuk transportasi baru yang menimbulkan impresi bahwa se
tumpahan minyak seperti yang sering terjadi di zaman kita ini. Sering kali minyak tumpah
itu disulut terbakar guna mengurangi risiko terhadap kehidupan dalam laut. Pada saat
seperti itu bisa berhektar-hektar laut yang menyala karena api.
Ayat berikut dari surah At-Takwir mengemukakan konsep yang sama secara lebih
jauh. Tidak
Mirza
Bagian
Bagiansaja
Bagian V
IIVImengumpulkan
Tahir
1III
V
III
IVIV Ahmad hewan-hewan, manusia pun akan dikumpulkan:

§¯¨ Õ1WmªFHÀy Ãq\U¯Ù Vl¯ XT


dunia berbagai
‘Dan apabila tanpa kecuali. Dengan demikian
bangsa dipertemukan.’ nubuatan di32 bidang
(S.81 At-Takwir:6) ini
telah menjadi kenyataan dan tidak memerlukan penjelasan lebih
Penafsiran ayat ini juga bisa dilakukan dalam tiga pengertian yang berbeda yaitu:
1. Ketika umatlanjut. Begitu
manusia juga dengan
dipertalikan dibentuknya
oleh ikatan bersama. Liga Bangsa-Bangsa
yang kemudian
2. Ketika manusia dari seluruh digantikan oleh bersama.
dunia bergabung Perserikatan Bangsa-Bangsa
3. Saat pertemuan antar manusia difasilitasi oleh sarana yang jauh lebih cepat daripada
juga telah mempersatukan dunia selangkah lebih maju lagi.
mode transportasi. Masing-masing dari ketiga penafsiran tersebut di atas semuanya
Adapunkenyataan.
telah menjadi mengenaiZaman pemenuhan nubuatan
kita sekarang iniyang diimplikasikan
mengenal adanya perjanjian-
perjanjian internasional yang mengikat semua negara-negara di dunia tanpa kecuali.
dalam pengertian ketiga, sekarang ini kami telah melihat dimana jarak-
Dengan demikian nubuatan di bidang ini telah menjadi kenyataan dan tidak
jarak menjadi
memerlukan tidak lebih
penjelasan berartilanjut.
karena adanya
Begitu jugabentuk
dengantransportasi
dibentuknyabaru
Liga Bangsa-
Bangsa
yang menimbulkan impresi bahwa seluruh dunia telah dipadatkanjuga telah
yang kemudian digantikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa
mempersatukan dunia selangkah lebih maju lagi.
menjadi
Adapun satu komunitas
mengenai dari satu
pemenuhan kotac. yang diimplikasikan dalam pengertian
nubuatan
ketiga, sekarang ini kami
Sebelum telah melihat
melangkah dimana
lebih jarak-jarak
jauh, rasanyamenjadi
tepattidak berarti karena
untuk
adanya bentuk transportasi baru yang menimbulkan impresi bahwa seluruh dunia telah
mengungkapkan
dipadatkan nubuatandari
menjadi satu komunitas lainsatu
yang
kotajuga
e.
berkaitan dengan subjek
tentang mengumpulkan manusia. Nubuatan itumengungkapkan
Sebelum melangkah lebih jauh, rasanya tepat untuk nubuatan lain
berbicara tentang
yang juga berkaitan dengan subyek tentang mengumpulkan manusia. Nubuatan itu
kembalinya
berbicara Bani IsrailBani
tentang kembalinya ke Tanah
Israil keyang
TanahDijanjikan di akhir
yang Dijanjikan di zaman:
akhir zaman:

§ª©­¨ <Ýk°ÝV ×ů X=؅¦B ®QWm¦\)[ ÀiÕÃXT XÄ\C Vl¯ VÙ Xº×q)] SÄ=ÅÔy #c°Ä¢XnԀ¯ ܳ®BW° ž®P°iØÈW C°% R<Ú ÉXT

‘Dan setelah ia, Kami berkata kepada Bani Israil “Tinggallah di negeri yang
dijanjikan itu dan apabila janji mengenai akhir zaman tiba waktunya, akan
Kami himpun kamu semuanya dari antara berbagai bangsa.” ’ (S.17 Bani
 Israil:105)33  347

Dengan dihancurkannya kota Yerusalem pada tahun 70 M
oleh bangsa Romawi, kejadian itu menjadi lonceng kematian bagi
negara Yahudi. Sejak saat itu bangsa Yahudi tercerai-berai ke seluruh
dunia dan bergerak dari satu ke lain negeri. Dalam keadaan diaspora
mutlak inilah ayat ini diwahyukan membawa berita bahwa suatu hari
bangsa Yahudi akan dikumpulkan dari berbagai penjuru dunia dan
sekali lagi akan mengelompok di Tanah Suci. Hal ini menjadi janji
Tuhan yang pasti akan dipenuhi dan kita telah melihat bagaimana
pemenuhannya dalam suatu skala demikian besar yang tidak pernah
disaksikan manusia sebelumnya. Belum pernah dalam sejarah bangsa
Yahudi setelah suatu diaspora lalu kembali lagi dari berbagai negeri di

650
Dengan dihancurkannya kota Yerusalem pada tahun 70 M oleh bangsa R
kejadian itu menjadi lonceng kematian bagi negara Yahudi. Sejak saat itu bangsa
tercerai-berai ke seluruh dunia dan bergerak Al-Bayyinah: dari
Prinsipsatu ke lain
Kebenaran Yang negeri. Dalam
Nyata,
Kehidupan
Konsep Kelangsungan
Seleksi
Menurut
Alam
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:
Al-Quran Faktor
Pengenalan
dan Sudut
Bangsa
dan Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Berbagai
Membuka
Wahyu
Iman Wahyu,
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Masalah
atau
bagi
Pandang
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu
Ilahi
Tabir
Kepada dan
dan
Fitrat Hakikat
atau
Perspektif
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
Agama
Permainan
dan
yang
Alam
didi
dan
“Yang Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Kosmologi
Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
Agama Judi
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Rasionalitas
"Yang
Suatu Ghaib”:
Ghaib"
Wahyu
diaspora mutlak inilah ayat iniPeran Tanah
diwahyukan Lempung dan
membawa
Al-Qayyimah: Ajaran Fotosintesis
Khiralitas dalam
(Keberpihakan)
berita Evolusi
di
yang Berkesinambungan
Pengetahuan,
Alam
bahwa
dan Kebenaran
suatu har
Perspektif Sejarah
Yahudi akan dikumpulkan dari berbagai penjuru dunia dan sekali lagi akan mengelo
Tanah Suci. Hal ini menjadi janji Tuhan yang pasti akan dipenuhi dan kita telah
bagaimana dunia sebagaimanadalam
pemenuhannya yang telah
suatu terjadi
skala belum lama ini
demikian saat yang
besar terciptanya
tidak pernah di
manusia sebelumnya.
negara Israel.Belum pernah dalam sejarah bangsa Yahudi setelah suatu
lalu kembali lagiKembali
dari berbagai negeri
kepada surah di dunia
At-Takwir sebagaimana
yang kita tinggalkan yang telah terjadi belu
sebentar,
ini saat terciptanya negara Israel.
sekarang mari kita lihat ayat 9 berikut ini. Ayat ini beserta ayat
Kembali kepada surah At-Takwir yang kita tinggalkan sebentar, sekarang m
lihat ayat 9berikutnya
berikut ini.mengungkapkan
Ayat ini beserta masa
ayatyang sama dengan
berikutnya ayat-ayat masa ya
mengungkapkan
sebelumnya
dengan ayat-ayat dari sudut
sebelumnya pandang
dari sudutyangpandangberlainan.
yang berlainan.

§²¨ Õ0Q °*É  5Vl ¥FsU


¯ §±¨ Õ0Q ®”Ày ÅQ\jœÃÄ×S\-Ù Vl¯ XT
‘Dan apabila
‘Dan bayi perempuan
apabila yang dikubur
bayi perempuan hidup-hidup
yang dikubur akan
hidup-hidup akandiperiksa
diperiksa “Untuk dos
ia dibunuh?” ’ (S.81
“Untuk At-ia Takwir:9-10)
dosa apa dibunuh?” ’ (S.81 34At-Takwir:9-10)34
Dalam kejahilan mereka, beberapa orang Arab merasa sangat
Dalam kejahilan mereka,
terhina jika terlahir beberapa
bayi perempuan orang Arab merasa
baginya dan karenasangatrasaterhina jika
bayi perempuan baginya dan karena rasa malunya itu terkadang menguburkanny
malunya sekelilingnya
hidup. Masyarakat itu terkadang menguburkannya
dianggap tidak hidup-hidup. Masyarakat
berhak mencampuri karena seora
sekelilingnya dianggap tidak berhak mencampuri
dianggap pemilik anak-anaknya sendiri sebagaimana harta benda lainnya. Darikarena seorang ayah
dianggap pemilik
memang digambarkan hukum anak-anaknya
keras disendirimasa sebagaimana harta benda
tersebut. Namun pesan dalam
khususnya berkenaan
lainnya. Daridengan
ayat ini hak-hak kaum wanitahukum
memang digambarkan karena kalau
keras padatidak
masatentunya bu
cukup hanya akan berupa pernyataan ringkas tentang
tersebut. Namun pesan dalam ayat ini khususnya berkenaan dengan akidah dan ketentuan yan
diikuti saja. Berkaitan dengan hal itu maka kita tidak bisa tidak melihat signif
hak-hak kaum wanita karena kalau tidak tentunya bunyi ayat cukup
Makna utama dari ayat tersebut ialah laki-laki tidak lagi bisa mengesampingkan
kaum wanita. hanya akan pernah
Belum berupa pernyataan
di masa lalu ringkas
kaum tentang
wanitaakidah dan ketentuan
menikmati hak-haknya sepe
yang harus
berlaku di masa diikuti saja.
kontemporer Berkaitan dengan hal itu maka kita tidak bisa
kini.
Semuatidakciri-ciri dari akhir zaman
melihat signifikasinya. Maknayang utamadikembangkan
dari ayat tersebutsecara sistematik ol
ialah laki-
ayat dalamlaki surah
tidak lagi bisa mengesampingkan hak-hak kaum wanita. Belum mengem
Al-Quran ini berikut urut-urutan progresifnya, telah
subyeknya dari satu bentuk ke bentuk lain ibarat kuas seorang pelukis yang
pernah pada masa lalu kaum wanita menikmati hak-haknya seperti
Perkembangan ilmiah secara berkesinambungan saling berkaitan dengan asp
politik dan yang berlaku
sosial. Dalam pada masa
ayat kontemporer kini.
8 pengumpulan umat manusia dinubuatkan dalam le
satu cara. Subyek Semua yang
ciri-cirisama
dari akhir zaman yanglagi
diungkapkan dikembangkan
di ayat 11 secara
setelah seb
mengungkapkan perkembangan
sistematik di bidang
oleh ayat-ayat dalam surahsosial
Al-Qurandanini
politik.
berikutIdenya diperkenalkan
urut-urutan
pada saranaprogresifnya,
yang amat telahdahsyatmengembangkan subjeknya dari satu bentuk merebaknya
guna mempersatukan manusia yaitu ke p
literatur, harian, majalah dan lain-lain. Semua bentuk sarana transportasi yang dis
bentuk lain ibarat kuas seorang pelukis yang piawai. Perkembangan
sebelumnya telah memainkan perannya dalam mempersatukan umat manusia d
namun peran ilmiah secara berkesinambungan
percetakan tidak mungkin bisa salingdigantikan
berkaitan dengan aspek-pemersatu
oleh sarana
aspek politik
lainnya. Misalnya perandan sosial. Dalam
distribusi global ayatdari
8 pengumpulan
barang cetakan umatdikeluarkan
manusia dari za
dan dari antara umat manusia,
dinubuatkan dalam lebihmeskidari satujarak
cara. telah
Subjekdiciutkan namun manusia akan
yang sama diungkapkan
tercerai-berai. Orang-orang akan lepas dari ikatan dan terisolasi satu sama lain
dunia modern dari media perkabaran dan publikasi ekstensif dari literatur itul
dimaksud dalam ayat yang kita bahas ini: 651

§ª©¨ Õ1Xn¦“É6 ÀÀUq¡ Vl¯ XT


na utama dari ayat tersebut ialah laki-laki tidak lagi bisa mengesamp
m wanita. Belum pernah di masa lalu kaum wanita menikmati hak-hakn
aku di masa kontemporer kini.
SemuaBagian
ciri-ciri
Mirza
Bagian
Bagian V
Tahir
1II
IV
IIVI Ahmad
III
IVIV dari akhir zaman yang dikembangkan secara sistem
dalam surah Al-Quran ini berikut urut-urutan progresifnya, telah m
eknya dari satu bentuk ke bentuk lain ibarat kuas seorang peluki
embanganlagiilmiah
di ayat 11secara
setelah sebelumnya mengungkapkansaling
berkesinambungan perkembangan di
berkaitan denga
bidang sosial dan politik. Idenya diperkenalkan
ik dan sosial. Dalam ayat 8 pengumpulan umat manusia dinubuatkan d merujuk pada sarana
yang amat yang
cara. Subyek dahsyat sama
guna mempersatukan
diungkapkan manusia yaitudi
lagi merebaknya
ayat 11 setela
publikasi literatur, harian, majalah dan lain-lain.
gungkapkan perkembangan di bidang sosial dan politik. Idenya Semua bentuk sarana diperken
transportasi
sarana yang amat yang disebutkan
dahsyat gunasebelumnya telah memainkan
mempersatukan manusiaperannya
yaitu mereb
dalam mempersatukan umat manusia di dunia,
atur, harian, majalah dan lain-lain. Semua bentuk sarana transportasi y namun peran
percetakan
lumnya telah tidak mungkin
memainkan bisa digantikan
perannya dalam oleh sarana pemersatuumat ma
mempersatukan
un peran manusia
percetakan lainnya.tidak
Misalnya peran distribusi
mungkin bisa global dari barang
digantikan olehcetakan
sarana pem
nya. Misalnya perandaridistribusi
dikeluarkan zaman ini dan global dariumat
dari antara barang cetakan
manusia, dikeluarkan
meski jarak
dari antara umat
telah manusia,
diciutkan meski jarak
namun manusia telah tercerai-berai.
akan kembali diciutkan namun
Orang- manusi
erai-berai. orang
Orang-orang
akan lepas dariakan ikatanlepas dari satu
dan terisolasi ikatan danAdalah
sama lain. terisolasi
dunia satu sam
a modernmoderndari darimedia mediaperkabaran
perkabaran dan dan publikasi
publikasi ekstensifekstensif
dari literaturdari litera
aksud dalam ayat
itulah yangyang kita dalam
dimaksud bahasayatini:
yang kita bahas ini:

§ª©¨ Õ1Xn¦“É6 ÀÀUq¡ Vl¯ XT


‘Dan apabila‘Dan
buku-buku disebarkan
apabila buku-buku disebarkansecara luas.’
secara luas.’ (S.81(S.81
At-Takwir:11)
At- Takwir:11)
35 35

Dalam nubuatan ini diimplikasikan juga mengenai temuan di


bidang percetakan modern, karena kalau tidak maka mustahil naskah-

naskah yang ditulis tangan bisa dipublikasikan secara ekstensif dan
didistribusikan secara demikian luas. Dalam zaman publikasi berskala
Dalam nubuatanjelas
besar demikian initersirat
diimplikasikan juga mengenai
juga masa tentang penyebarantemuan di bidang perce
pengetahuan,
modern, hasil
karena kalau tidak maka mustahil naskah-naskah
penelitian secara amat meluas. Al-Quran menekankan peran yang ditulis
i tangan
dipublikasikan secara ekstensif dan didistribusikan secara demikian luas. Dalam z
publikasi pena secarabesar
berskala sedemikian
demikian rupajelas
sehingga secara
tersirat jugalangsung mengatributkan
masa tentang penyebaran pengeta
fitrat pengajaran
hasil penelitian secara amatmanusia
meluas. kepada Tuhan.menekankan
Al-Quran Ayat berikutperan
dari surah
i penaAl-secara sedem
rupa sehingga
Alaq yang merupakan surah pertama yang diwahyukan kepada Nabi kepada T
secara langsung mengatributkan fitrat pengajaran manusia
Ayat berikut dari surah Al-Alaq yang merupakan surah pertama yang diwahyukan ke
Besar Muhammad saw secara tegas menyatakan:
Nabi Besar Muhammad saw secara tegas menyatakan:

§®¨ Ø/V!ØÈWc Ô2V W% ]C›_60_ ]2 WÆ §­¨ ª2Q V Ù¯ ]2 WÆ s°Š §¬¨ Ä3WmÙ)] \{XqXT Ú WmÙ

‘Bacalah! Dan Tuhan engkau Maha Mulia, Yang mengajar dengan pena. Mengaj
manusia apa yang tidak diketahuinya.’ (S.96 Al-Alaq:4-6) 36
652
Ayat-ayat ini jika dibaca berkaitan dengan ayat yang sedang kita bahas, jelas me
pada suatu masa dimana pengetahuan sudah sangat maju. Dalam masa dem
penyebaran lembaga pendidikan seperti sekolah, akademi dan universitas juga term
yang diimplikasikan. Ayat ini dibuka dengan pernyataan pengenalan kepada Tuhan
Dalam nubuatan ini diimplikasikan juga mengenai temuan di bidan
modern, karena kalau tidak maka mustahil naskah-naskah yang ditulis
dipublikasikan secara ekstensif dan didistribusikan
Al-Bayyinah: Prinsip
secara
Kebenaran Yang
demikian
Nyata,
luas. D
Kehidupan
Konsep Kelangsungan
Seleksi
Menurut
Alam
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:
Al-Quran Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Berbagai
Membuka
Wahyu
Iman Wahyu,
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Masalah
atau
bagi
Pandang
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu
Ilahi
Tabir
Kepada dan
dan
Fitrat Hakikat
atau
Perspektif
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
Agama
Permainan
dan
yang
Alam
didi
dan
“Yang Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Kosmologi
Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
Konghucu
Agama Judi
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Rasionalitas
"Yang
Suatu Ghaib”:
Ghaib"
Wahyu
publikasi berskala besar demikian jelasLempung
Peran Tanah tersiratdanjuga
Khiralitas
Al-Qayyimah: Ajaran masa
Fotosintesis
yang tentang
dalam
(Keberpihakan) penyebaran
diEvolusi
BerkesinambunganAlam
Pengetahuan, dan Kebenaran
Perspektif Sejarah
hasil penelitian secara amat meluas. Al-Quran menekankan peran i pena seca
rupa sehingga secara langsung mengatributkan fitrat pengajaran manusia k
Ayat berikut ‘Bacalah! Dan Tuhan
dari surah Al-AlaqengkauyangMaha Mulia, Yang mengajar
merupakan dengan pena.
surah pertama yang diwah
Mengajar manusia apa yang tidak
Nabi Besar Muhammad saw secara tegas menyatakan:diketahuinya.’ (S.96 Al-Alaq:4-6) 36

Ayat-ayat ini jika dibaca berkaitan dengan ayat yang sedang kita
§®¨ Ø/V!ØÈWc Ô2
bahas, jelas V W% ]C›_
merujuk ]2 WÆ masa
60_ suatu
pada §­¨ ª2dimana
Q V Ù¯ ]2pengetahuan
 WÆ s°Š §¬¨sudah  \{XqXT Ú WmÙ
Ä3WmÙ)]sangat
maju. Dalam masa demikian, penyebaran lembaga pendidikan seperti
sekolah, akademi
‘Bacalah! Dan Tuhan engkau Maha
dan universitas juga termasuk Mulia, yangYangdiimplikasikan.
mengajar dengan pena.
manusia
Ayat iniapa dibukayangdengan
tidak diketahuinya.’
pernyataan pengenalan (S.96 Al-Alaq:4-6)
kepada Tuhan36 Yang
Maha Mulia karena Dia telah mengajar dengan pena. Dari sini
Ayat-ayat
jelas tersirat inikalau
jika dibaca
pena akan berkaitan
menjadidengan sumber ayat semua yang sedang kita bahas,
pengetahuan
pada suatu masa dimana pengetahuan sudah sangat maju. Dalam ma
sedangkan pengetahuan menjadi sumber dari segala kebesaran dan
penyebaran lembaga pendidikan seperti sekolah, akademi dan universitas j
keagungan. Yang
yang diimplikasikan. menarik
Ayat dan jangan
ini dibuka dengan dilupakan adalah wahyu
pernyataan pengenalanini kepada
diturunkan
Maha Mulia karenakepada Dia telahseseorang yang belum
mengajar dengan pernah
pena.belajar
Dari memegang
sini jelas tersirat ka
menjadi pena
sumber semua pengetahuan
di tangannya. Adalah pena Tuhan sedangkan semata pengetahuan
yang telah mencipta menjadi sumb
kebesaran dan keagungan. Yang menarik
Al-Quran dan bukan pena Muhammad saw. Implikasi lain dari ayat ini dan jangan dilupakan adala
diturunkan
ialahkepada
pengetahuan seseorang
akan menjadiyang sarana
belum untukpernah belajarkekuasaan
memperoleh memegang pena
Adalah pena Tuhan semata yang telah mencipta Al- Quran dan bukan pena
dimana pena akan muncul lebih perkasa dibanding pedang.
saw. Implikasi lain dari ayat ini ialah pengetahuan akan menjadi sarana untuk
Ayat berikut
kekuasaan dimana pena dariakan surah
munculAt-Takwir
lebihmemperjelas
perkasa dibandingtema yangpedang.
sama
dengan
Ayat menyatakan
berikut dari surahbahwaAt-Takwir
hanya langitmemperjelas
saja yang menjadi tema batas
yanglimitsama denga
dari pengetahuan
bahwa hanya langit saja manusia: yang menjadi batas limit dari pengetahuan manusia:

§ªª¨ Õ0V¼°‘Å ÃÄX.‚ Vl¯ XT


‘Dan apabila langit
‘Dan apabila dikupas
langit (dijadikan
dikupas (dijadikan terbuka).’
terbuka).’ (S.81 At-Takwir:12)
(S.81 At-Takwir:12)37
37

Ayat ini
Ayatmenggambarkan
ini menggambarkan perbandingan
perbandingan tragis di antara
tragis keadaan Islam
di antara
serta kebangkitan kekuasaan duniawi umat Kristen ketika matahari Islam tela
keadaan Islam pada masa itu serta kebangkitan kekuasaan duniawi
dan bintang-bintangnya redup tidak lagi memberikan sinar. Dunia materialisti
umatmerambah
malah telah Kristen ketika matahari
langit gunaIslam telah terselubung
mempelajari dan bintang-ruang angk
rahasia-rahasia
tersebut bintangnya
mengingatkanredup juga
tidak pada
lagi memberikan
ayat-ayat sinar. Dunia materialistis
lain dalam Al-Quran yang men
non-Muslim malah telah merambah langit
ruang angkasa dan penerbangan udara yaitu ayat-ayat: guna mempelajari rahasia-
rahasia ruang angkasa. Skenario tersebut mengingatkan juga pada
§°¨ ¦ÈÈVÙ °1Vl °ÄX.‚XT
‘Dan demi langit penuh dengan jalur-jalur.’ (S.51 Adz- Dzariyat:8) 38
653

§­¨ ?×mVÙ °0›V­m›[ÝÙVÙ §¬¨ <nՓQ6 °1šXn¦“›‰=XT §«¨ <ÝÔ¡Wà 0


° ›[ݦ¡›\ÈÙVÙ §ª¨ ?ÙÔoÄà °0›Q \y
‘Demi mereka yang diutus guna dengan tugas khusus, dan demi mereka
hanyaapabila
bahwa‘Dan langit sajalangit dikupas
yang menjadi (dijadikan
batas terbuka).’ (S.81
limit dari pengetahuan At-Takwir:12)
manusia: 37

Ayat ini menggambarkan §ªª¨ Õ0V¼°‘Å ÃÄX.‚perbandingan


 Vl¯ XT tragis di antara keadaan I
erta kebangkitan
apabila kekuasaan duniawi umat Kristen ketika matahari Islam t
‘DanBagian
Mirza
Bagian
Bagian V VIlangit
Tahir
1III
II
IVV
III
IV dikupas (dijadikan
Ahmad terbuka).’ (S.81 At-Takwir:12) 37

dan bintang-bintangnya redup tidak lagi memberikan sinar. Dunia material


Ayat ini menggambarkan perbandingan tragis di antara keadaan Islam di masa itu
malah telah merambah
serta kebangkitan langit umat
kekuasaan duniawi gunaKristen mempelajari rahasia-rahasia
ketika matahari ruang an
Islam telah terselubung
ersebut mengingatkan
ayat-ayat lainredup
dan bintang-bintangnya dalamjuga
tidak pada
Al-Quran
lagi ayat-ayat
yang
memberikan lain
menubuatkan
sinar. dalam
Duniaera ruangAl-Quran
angkasa
materialistis yang m
non-Muslim
malah
uang telah merambah
angkasa dan langit guna mempelajari
penerbangan udara rahasia-rahasia
yaitu ayat-ayat:ruang angkasa. Skenario
dan penerbangan udara yaitu ayat-ayat:
tersebut mengingatkan juga pada ayat-ayat lain dalam Al-Quran yang menubuatkan era
ruang angkasa dan penerbangan udara yaitu ayat-ayat:

§°¨ ¦ÈÈVÙ °1Vl °ÄX.‚XT


§°¨ ¦ÈÈVÙ °1Vl °ÄX.‚XT
‘Dan demi
‘Dan demi ‘Danlangit
demi
langit penuh
langit
penuh dengan dengan
penuh dengan jalur-jalur.’
jalur-jalur.’
jalur-jalur.’ (S.51 Adz- (S.51(S.51 Adz- Dzariyat:8)
Adz-Dzariyat:8)
Dzariyat:8) 38 38
38

§­¨ ?×mVÙ °0›V­m›[ÝÙVÙ §¬¨ <nՓQ6 °1šXn¦“›‰=XT §«¨ <ÝÔ¡Wà 0


° ›[ݦ¡›\ÈÙVÙ §ª¨ ?ÙÔoÄà °0›Q \y×mÀ-ÙXT
§­¨ ?×mVÙ °0›V­m›[ÝÙVÙ §¬¨ <nՓQ6 °1šXn¦“›‰=XT §«¨ <ÝÔ¡Wà 0
° ›[ݦ¡›\ÈÙVÙ §ª¨ ?ÙÔoÄà °0
‘Demi mereka
‘Demiyang diutus
mereka yangguna
diutusdengan tugas tugas
guna dengan khusus, dan dan
khusus, demidemi
mereka yang
mereka yangterus
bergerak maju
‘Demi mereka seperti
yangmaju
terus bergerak angin
diutusyang bergerak
gunayang
seperti angin kencang,
dengan
bergerak tugasdan demi
kencang,khusus, mereka
dan yang
dan demi mereka demi mere
menyebarkan kebenaran dengan sebaik-baik penyebaran. Dan demi mereka yang
bergerak yangmaju seperti
menyebarkan angin
kebenaran yang
dengan bergerak
sebaik-baik kencang,
penyebaran.
membedakan sebeda-bedanya antara teman dan lawan.’ (S.77 Al-Mursalat:2-5) 39
Dan demi dan demi
mereka yang membedakan sebeda-bedanya antara teman dan lawan.’ (S.77
menyebarkan kebenaran dengan sebaik-baik penyebaran. Dan demi
Al-Mursalat:2-5)
Ayat-ayat
membedakan ini dan banyak
sebeda-bedanya
39 ayat serupa
antaraberulangkali
teman danmengemukakan
lawan.’ (S.77gambaran
Al-Mursala
tentang langit yang digunakan untuk perjalanan udara secara ekstensif. Langit telah
dipetakan menjadi jalur-jalur
Ayat-ayat penerbangan,
ini dan banyak ayatpara utusan
serupa negeri terbang
berulangkali dari satu ke lain
mengemukakan
Ayat-ayat
gambaranini dan
tentang banyak
langit ayat serupa
yang digunakan berulangkali
untuk perjalanan udara secaramengemuk
entang
 langit yang digunakan untuk perjalanan udara secara ekstens
ekstensif. Langit telah dipetakan menjadi jalur-jalur penerbangan, 349
dipetakan
 menjadi jalur-jalur penerbangan, para utusan negeri terbang d
para utusan negeri terbang dari satu ke lain tempat, propaganda
melalui udara dilakukan secara ekstensif dan telah dimungkinkan bagi
manusia untuk terbang bersama udara. Setelah  memenuhi idamannya
untuk bisa terbang, manusia kemudian memimpikan ambisi yang
lebih tinggi lagi. Ia mulai mencoba memecahkan rahasia langit berikut
benda-benda angkasa. Ia akan mengelupas selimut yang menutupi
guna
tempat, memecahkan
propaganda misteri-misterinya.
melalui Ia akan
udara dilakukan secara membuat
ekstensif stasiun
dan telah dan
dimungkinkan bagi
manusia untuk terbang bersama udara. Setelah memenuhi idamannya
gardu-gardu di angkasa untuk memantau dan mengawasi apa yang untuk bisa terbang,
manusia kemudian memimpikan ambisi yang lebih tinggi lagi. Ia mulai mencoba
terjadi dirahasia
memecahkan langit.langit berikut benda-benda angkasa. Ia akan mengelupas selimut yang
menutupi guna
Ayat memecahkan
berikut jelasmisteri-misterinya.
menggambarkan Ia akan
fase membuat stasiun
perkembangan dan gardu-gardu
kemajuan
di angkasa untuk memantau dan mengawasi apa yang terjadi di langit.
manusia dalamjelas
Ayat berikut ilmu dan teknologi
menggambarkan faseyang memungkinkan
perkembangan kemajuanbaginya
manusia dalam
ilmusecara
dan teknologi yang memungkinkan baginya
harfiah menelusuri keluasan alam semesta. secara harfiah menelusuri keluasan alam
semesta.

§²¨ Ì °™XT ³![kWà ×1ÈNPXT ;qSÄOÀj §±¨  °5\C ©G#Å C°% WDSÉÙ[kÙ ÄcXT rQ"ÕÃ)] =`\-Ù rQ¯ WDSÄȄ-‚Rd Y
€
‘Seberapa kerasnya mereka berusaha mencuri dengar apa yang terjadi di ruang
angkasa, mereka tidak akan bisa melakukannya tanpa dilempari dari segala jurusan.
Terusir! Dan bagi mereka ada azab yang kekal.’ (S.37 Ash-Shaffat:9-10) 40

654Menyangkut ambisi manusia untuk menaklukkan angkasa secara fisik sampai ke


ujungnya, berikut ini adalah tantangan yang dilontarkan Al-Quran bagi mereka yang
bermaksud menaklukkan angkasa, apakah berasal dari strata yang tinggi atau yang rendah.
Sebelum kami mengutip ayat bersangkutan, perlu kiranya diperjelas terlebih dahulu
fitrat dari mereka yang dituju. Terjemahan ‘golongan jinn dan manusia’ tidak sepenuhnya
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Al-Quran
Lempung Membuka
Wahyu
danIman Ilahi
Tabir
Kepada dan
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas “Yang
Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib”:
Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang
Pengetahuan,Berkesinambungan
dan Kebenaran
Perspektif Sejarah

‘Seberapa kerasnya mereka berusaha mencuri dengar apa yang terjadi di ruang
angkasa, mereka
tempat, propaganda melaluitidak akan
udara bisa melakukannya
dilakukan tanpadan
secara ekstensif dilempari dari segala
telah dimungkinkan bagi
jurusan.
manusia untuk Terusir!
terbang Dan bagi
bersama mereka
udara. ada azab
Setelah yang kekal.’
memenuhi (S.37 Ash-Shaffat:9-
idamannya untuk bisa terbang,
manusia kemudian
10)40 memimpikan ambisi yang lebih tinggi lagi. Ia mulai mencoba
memecahkan rahasia langit berikut benda-benda angkasa. Ia akan mengelupas selimut yang
menutupi guna memecahkan misteri-misterinya. Ia akan membuat stasiun dan gardu-gardu
di angkasaMenyangkut
untuk memantau ambisi manusia
dan mengawasi apauntuk menaklukkan
yang terjadi di langit. angkasa
Ayat berikut jelas menggambarkan fase perkembangan kemajuan manusia dalam
secara fisik sampai ke ujungnya, berikut ini adalah tantangan yang
ilmu dan teknologi yang memungkinkan baginya secara harfiah menelusuri keluasan alam
dilontarkan Al-Quran bagi mereka yang bermaksud menaklukkan
semesta.
angkasa, apakah berasal dari strata yang tinggi atau yang rendah.
§²¨ Ì °™XT ³![kWà ×1ÈNPXT ;qSÄOÀj §±¨  °5\C ©G#Å C°% WDSÉÙ[kÙ ÄcXT rQ"ÕÃ)] =`\-Ù rQ¯ WDSÄȄ-‚Rd Y
€
Sebelum kami mengutip ayat bersangkutan, perlu kiranya
kerasnyadahulu
‘Seberapaterlebih
diperjelas mereka fitrat
berusaha
darimencuri
merekadengar yang dituju. apa yangTerjemahan terjadi di ruang
angkasa, mereka tidak akan bisa melakukannya tanpa dilempari dari segala jurusan.
‘golongan
Terusir! Danjinn dan
bagi mereka manusia’
ada azabtidak sepenuhnya
yang kekal.’ menggambarkan
(S.37 Ash-Shaffat:9-10) 40 apa
yang tersirat dalam pesan yang disampaikan. Perkataan ‘jinn’ bukan
Menyangkut ambisi manusia untuk menaklukkan angkasa secara fisik sampai ke
mengarah
ujungnya, kepada
berikut eksistensi
ini adalah mahluk
tantangan yang halus yang berbeda
dilontarkan Al-Quran daribagi manusia.
mereka yang
bermaksud menaklukkan angkasa, apakah berasal dari strata yang tinggi atau yang rendah.
Sebenarnya
Sebelum kami yangmengutip
dimaksud ayatseperti juga telah
bersangkutan, perludijelaskan
kiranya diperjelas dimuka, kata dahulu
terlebih
fitratini
daridigunakan
mereka yang untuk menggambarkan orang-orang besar sebagai
dituju. Terjemahan ‘golongan jinn dan manusia’ tidak sepenuhnya
menggambarkan apa yang tersirat dalam pesan yang disampaikan. Perkataan ‘jinn’ bukan
kebalikan
mengarah kepadadari orang awam
eksistensi mahlukyanghalusdisebut sebagaidari
yang berbeda An-Nas.
manusia. Karena
Sebenarnya itu yang
dimaksud seperti juga telah dijelaskan dimuka, kata
makna hakiki dari pesan mungkin akan lebih jelas jika diterjemahkan ini digunakan untuk menggambarkan
orang-orang besar sebagai kebalikan dari orang awam yang disebut sebagai An-Nas. Karena
sebagaihakiki
itu makna ‘Haidari golongan
pesan mungkin kekuasaan
akan kapitalis
lebih jelas dan golongan rakyat
jika diterjemahkan sebagai ‘Hai
golongan kekuasaan kapitalis dan golongan
proletar.’ Ayat tersebut berbunyi sebagai berikut: rakyat proletar.’ Ayat tersebut berbunyi sebagai
berikut:

Y  TÅkÁÝ5VÙ ¨º×q)]XT °1šXS›\-‚ ®qV¼ÙU ÕC°% TÅkÁÝ=V" DU ×1È)ØÈV¼W*Ôy ©D¯ ¥‡50_XT ¨FC¦IÙ nX _“ØÈ\-›Wc

§¬¬¨ C›V¼Ú ¾¯ €Y¯ |ETÅkÁÝ=V"


‘Hai golongan jinn dan manusia! Andaikata kalian memiliki kekuatan untuk menembus
batas-batas seluruh langit dan bumi, maka tembuslah batas-batas itu. Namun kamu tidak
‘Hai
dapat golongan jinn
menembusnya dan dengan
kecuali manusia! Andaikata(S.55
kekuasaan.’ kalian
Ar-memiliki kekuatan
Rahman:34) 41
untuk
menembus batas-batas seluruh langit dan bumi, maka tembuslah batas-batas
itu. Namun
Dengan segala kamu tidakkami
hormat dapatmenyarankan
menembusnya bahwa
kecuali akan
denganlebih
kekuasaan.’
tepat makna
terjemahannya
(S.55 jika digunakan kata-kata ‘kecuali dengan bantuan logika deduktif yang paling
Ar-Rahman:34) 41
kuat.’ Berarti meski pun secara fisik tidak mampu melampui perbatasan angkasa, manusia
tetap saja masih bisa menggapai batas akhir dari alam semesta sepanjang kekuatan dan
Dengan segalamemungkinkan.
rentang pengetahuannya hormat kamiKami menyarankan
mempunyaibahwa akan lebih
alasan-alasan berikut guna
mendukung pandangan ini:
tepat makna terjemahannya jika digunakan kata-kata ‘kecuali dengan
Terjemahan berbunyi ‘kecuali dengan kekuasaan’ nyatanya akan menimbulkan kesan
bantuan
sebaliknya logika
dari deduktif
apa yang yang paling
sebenarnya kuat.’
dimaksud Berartiyaitu
Al-Quran meskipenyangkalan
pun secara fisik
penaklukan
angkasa secara fisik oleh manusia sampai ke batasnya yang paling jauh. Kata Al-Sultan tidak
hanyatidak mampu
berarti melampui
kekuasaan. Kataperbatasan angkasa,
itu bisa juga manusia
ditafsirkan tetap raja
sebagai saja masih
yang perkasa,
argumentasi yang kokoh atau logika deduktif yang kuat. Dengan demikian bisa diartikan
bahwa manusia tetap bisa menggapai tepian alam semesta melalui logika deduksi yang kuat.
Yang jelas disangkal adalah kemampuan manusia mencapai batas akhir alam 655semesta
dengan tubuh fisikalnya dan bukannya menyangkal hanya satu atau dua lompatan kecil di
ruang angkasa. Dalam hal ini juga disinggung bahaya yang mengikuti suatu perjalanan
angkasa dalam ayat:
Mirza
BagianTahir
Bagian
Bagian 1III
II
V VI Ahmad
V
III
IVIV

bisa menggapai batas akhir dari alam semesta sepanjang kekuatan dan
rentang pengetahuannya memungkinkan. Kami mempunyai alasan-
alasan berikut guna mendukung pandangan ini:
Terjemahan berbunyi ‘kecuali dengan kekuasaan’ nyatanya akan
menimbulkan kesan sebaliknya dari apa yang sebenarnya dimaksud
Al-Quran yaitu penyangkalan penaklukan angkasa secara fisik oleh
manusia sampai ke batasnya yang paling jauh. Kata Al-Sultan tidak
hanya berarti kekuasaan. Kata itu bisa juga ditafsirkan sebagai raja
yang perkasa, argumentasi yang kokoh atau logika deduktif yang kuat.
Dengan demikian bisa diartikan bahwa manusia tetap bisa menggapai
tepian alam semesta melalui logika deduksi yang kuat. Yang jelas
disangkal adalah kemampuan manusia mencapai batas akhir alam
semesta dengan tubuh fisikalnya dan bukannya menyangkal hanya
satu atau dua lompatan kecil di ruang angkasa. Dalam hal ini juga
disinggung bahaya yang mengikuti suatu perjalanan angkasa dalam
ayat:

Ä \y×mÄc
§¬®¨ ©DXn¦§W*AV" ZVÙ ´ˆSVÊ8XT q5 C°K% µÂXSʼn \-ÅÙkQ Wà #
‘Akan dikirimkan kepada kalian nyala api dan asap, maka kalian tidak
menolong diri
‘Akan kalian sendiri.’
dikirimkan (S.55
kepada kalian nyalaAr-Rahman:36)
api dan asap, maka kalian
42 tidak akan
dapat menolong diri kalian sendiri.’ (S.55 Ar-Rahman:36)42
Ayat ini sebenarnya memberikan gambaran tentang sinar kosmis d
nyala api biasa.Ayat ini sebenarnya memberikan gambaran tentang sinar kosmis
dan bukannya
Setelah nyala apimakna
memperjelas biasa. tersirat dari ayat 12 surah At-Takwir de
ayat-ayat surah Ar-Rahman,
Setelah memperjelassekarang
makna tersirat kami dari akan
ayat 12kembali ke tempat dim
surah At-Takwir
beralih. dengan bantuan ayat-ayat surah Ar-Rahman, sekarang kami akan
Adalah suatu
kembali kebetulan
ke tempat yang
dimana tadi kitaajaib
beralih. bahwa kami mengakhiri dengan
makna surah Ar-Rahman yang berkaitan
Adalah suatu kebetulan yang ajaib bahwa dengan ancaman hukuman dengan a
kami mengakhiri
Justru inilah yang
dengan menjadi subyek
menjelaskan makna surah bahasan
Ar-Rahmandalamyang ayat 13 daridengan
berkaitan surah At-Takwi
ancaman hukuman dengan api yang kekal. Justru inilah yang menjadi
 «¨ Õ1
 subjek bahasan dalam §ªayat 13Wm°KÈdari
Ày Ä/̦surah
USIÙ VAt-Takwir
l¯ XT yaitu:
‘Dan apabila api neraka dinyalakan.’ (S.81 At-Takwir:13) 43
656
Yang dimaksud dengan nyala api neraka dalam ayat ini ialah pep
demikian dahsyat sehingga sepertinya menjadi neraka. Karena itu ayat ini
peringatan. Hanya inilah penafsiran yang tepat berkaitan dengan konte
lih.
Adalah suatu kebetulan yang ajaib bahwa kami mengakhiri d
na surah Ar-Rahman yang
Kehidupan
Konsep berkaitan
Seleksi
Menurut
Alam Perspektif
dan
Ketuhanan
Asal
Peran Mula
Tanah
dengan
Al-Bayyinah:
Kelangsungan Hidup:
Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:
Al-Quran
Lempung
Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan ancaman
Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Berbagai
Membuka
Wahyu
danIman Wahyu,
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Masalah
atau
bagi
Pandang
IndividuAgama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Ilahi
Tabir
Kepada dan
dan
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas
Yang
Hakikat
diatau
Perspektif
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
Agama
Permainan
dan
yang
Alam
di
dan
“Yang
"Yang hukuman
Nyata,
Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Kosmologi
Zoroaster
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Rasionalitas
Ghaib”:
Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
de
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
ru inilah yang menjadi subyek bahasan dalam ayat
Pengetahuan, dan 13Kebenaran
Perspektif dari
Sejarahsurah At-

   §ª«¨ Õ1Wm°KÈÀy Ä/̦USIÙ Vl¯ XT


‘Dan apabila api
‘Danneraka
apabila apidinyalakan.’
neraka dinyalakan.’(S.81 At-Takwir:13) 43
(S.81 At-Takwir:13)
43

Yang dimaksud dengan nyala api neraka dalam ayat ini ialah
Yang dimaksud dengan nyala api neraka dalam ayat ini iala
peperangan yang demikian dahsyat sehingga sepertinya menjadi
ikian dahsyat sehingga sepertinya menjadi neraka. Karena itu ay
neraka. Karena itu ayat ini mengandung peringatan. Hanya inilah
ngatan. Hanya inilah penafsiran yang tepat berkaitan dengan
penafsiran yang tepat berkaitan dengan konteks nubuatan-nubuatan
uatan sebelumnya yang semuanya berbicara tentang kejadian-keja
sebelumnya yang semuanya berbicara tentang kejadian-kejadian
u pengertiannya jika yang dimaksud adalah memberitahukan kep
di dunia. Akan rancu pengertiannya jika yang dimaksud adalah
ka semuamemberitahukan
kejadian-kejadian itu berlangsung di dunia ini, api nera
kepada manusia bahwa ketika semua kejadian-
di ruang kejadian
dunia lain.
itu berlangsung di dunia ini, api neraka akan menyala di atas
Urut-urutan nubuatan
di ruang dunia lain. dengan demikian telah tiba pada kon
ajuan materialistik
Urut-urutanbetapa hebatnya
nubuatan dengan pun tidaktelah
demikian akan tibaadapadamanfaatny
memperoleh ambisi-ambisi
konklusinya duniawinya
yang logis. Kemajuan dengan
materialistik mengabaikan
betapa hebatnya pun ker
ghukumantidak pasti
akanakan datang bagi
ada manfaatnya danmanusia
meluluh-lantakkan manusia mesk
jika ia memperoleh ambisi-
miliki kekuasaan materialistik
ambisi duniawinya dengan yang luar biasa.
mengabaikan Namun
keridhaan Tuhan.bencana
Saat itu t
it. Manusia sendirilah
penghukuman pasti yang akandanmembangun
akan datang meluluh-lantakkan neraka
manusiabagi diri
rakahannyameski akan menciptakan
yang bersangkutan ketegangan
memiliki kekuasaan global
materialistik yang beru
yang luar
erangan yang sepertibencana
biasa. Namun neraka. Melihat
itu tidak ke belakang
akan turun dari langit. pada
Manusiasejarah k
afsiran inisendirilah
bukanyang suatu
akan yang
membangunbersifat
nerakaakademis semata,
bagi dirinya sendiri dimanatetapi bena
man yangkeserakahannya
nyata. akan menciptakan ketegangan global yang berujung
Bahasan
dalamkami
suatu sejauh
peperangan iniyang
telah mengungkapkan
seperti kemerosotan t
neraka. Melihat ke belakang
angkitan pada
kekuatan non-Muslim.
sejarah kedua Perang Dunia,Ayat yang
penafsiran sedang
ini bukan suatudibahas
yang jelas
inasi materialisme
bersifat akademissecara
semata,global tidak akan
tetapi benar-benar bertahan
merupakan selamanya.
ancaman
erialisme yang
akan nyata.
dimulai dengan berkembangnya rasa permusuhan m
a bencana dahsyatBahasanbuatan
kami sejauh ini telah mengungkapkan
mereka sendiri. Perang kemerosotan
yangtragis
satu akan m
dari Islam dan kebangkitan kekuatan non-Muslim.
Setiap perang akan dipadamkan untuk dinyalakan kembali dim Ayat yang sedang
imbulkandibahas jelas menyatakan
onggokan abu dari kalau dominasi materialisme secara
kekuatan-kekuatan global yang ak
raksasa
diri. Keduatidak akan bertahan
Perang Duniaselamanya. Kejatuhan kekuatan
telah menohok kekuatan materialisme
tak tertandingi
akan dimulai dengan berkembangnya rasa permusuhan mutual yang
kuasa sedangkan negara-negara yang lebih lemah dan miskin secara
gan perasaan telah memperoleh kembali sebagian dari harga d
acanya masih jauh dari ketimpangan untuk mencapai657tahapan k
ahan, waktu secara pasti bergerak ke arah suatu revolusi global. Ada
buatkan dalam Al-Quran sebagai revolusi puncak Islam. Sup
gada-ada, dalam bab berikut kami akan mengemukakan be
Mirza
BagianTahir
Bagian
Bagian 1III
II
V VI Ahmad
V
III
IVIV

berujung pada bencana dahsyat buatan mereka sendiri. Perang yang


satu akan menyusul perang yang lain. Setiap perang akan dipadamkan
untuk dinyalakan kembali dimana semuanya akan menimbulkan
onggokan abu dari kekuatan-kekuatan raksasa yang akan menyulut
apinya sendiri. Kedua Perang Dunia telah menohok kekuatan tak
tertandingi dari negara-negara adi-kuasa sedangkan negara-negara
yang lebih lemah dan miskin secara relatif telah muncul dengan
perasaan telah memperoleh kembali sebagian dari harga dirinya yang
hilang. Neracanya masih jauh dari ketimpangan untuk mencapai
tahapan kritis, namun meski perlahan, waktu secara pasti bergerak
ke arah suatu revolusi global. Adalah revolusi ini yang dinubuatkan
dalam Al-Quran sebagai revolusi puncak Islam. Supaya tidak disangka
mengada-ada, dalam bab berikut kami akan mengemukakan beberapa
bukti yang mendukung.
Berdasarkan pesan-pesan langsung yang termaktub dalam banyak
ayat-ayat Al-Quran, Rasulullah saw secara jelas telah menubuatkan
hasil akhir dari konflik global di akhir zaman. Hal ini dikemukakan
beliau berkenaan dengan kemunculan sosok Dajjal. Hanya saja perlu
diperhatikan dari awal bahwa citra sosok ini sebagaimana yang sering
muncul dari uraian hadis Rasulullah saw dalam realitasnya tidaklah
berpenampilan aneh atau mengerikan. Nubuatan tentang Dajjal ini
menjelaskan fitrat bagaimana lembaga atau sosok ini telah berhasil
menghimpun kekuatan dan kekuasaan dari negara-negara adidaya.
Rasulullah saw menggambarkan akhir zaman sebagai masanya Dajjal.
Semua tanda-tanda akhir zaman yang dinubuatkan pada umumnya
berkaitan dengan sosok ini. Dari antara tanda-tanda itu adalah uraian
tentang sarana transportasi yang belum pernah dikenal manusia
sebelumnya. Rincian apa yang akan dilakukan oleh Dajjal dan
bagaimana ia mendominasi dunia, yang dimaksud dalam nubuatan
tersebut tidak ragu lagi bahwa yang dimaksudkan bukanlah orang
perorangan. Istilah Dajjal sebagaimana digunakan Rasulullah saw

658
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Al-Quran
Lempung Membuka
Wahyu
danIman Ilahi
Tabir
Kepada dan
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas “Yang
Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib”:
Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang
Pengetahuan,Berkesinambungan
dan Kebenaran
Perspektif Sejarah

bersifat simbolik. Dajjal merupakan simbol kekuasaan adidaya di


akhir zaman dimana semua kinerjanya merupakan cerminan negara-
negara Kristen maju di dunia. Hanya saja supremasi mereka tidak akan
abadi. Kejatuhan atau kehancuran Dajjal yang menjadi simbolisasi
mereka telah dinubuatkan secara pasti. Dari puing-puing kehancuran
materialisme itulah akan muncul kembali matahari Islam memancarkan
sinarnya yang kemilau mengangkat segala selubung keraguan dan
kecurigaan yang menyelimutinya yang telah mengungkungnya selama
berabad-abad.

S ekarang kami akan membahas lagi masalah media transportasi


revolusioner tetapi kali ini berkaitan dengan hadis-hadis Rasulullah
saw. Adapun mengenai tanda-tanda Dajjal, khususnya yang bertalian
dengan keagamaan, akan kami bahas secara terpisah dalam bab lain.
Cara-cara bepergian di darat, laut dan udara semua telah diuraikan
di atas dimana semuanya mendukung penafsiran banyak dari ayat-
ayat Al-Quran tentang hal ini. Bahkan mengenai pergerakan gunung-
gunung juga telah dijelaskan sehingga ingatan tentang ayat-ayat yang
relevan mudah terangkat kembali. Uraian Rasulullah saw tentang
Dajjal dan keledai unik yang ditungganginya tentunya terdengar aneh
bagi manusia di zaman beliau. Pasti terdengar aneh karena meski beliau
menyebut tunggangan itu sebagai keledai, tetapi karakteristiknya
tidak sejalan dengan hewan ini. Rupanya semua bentuk transportasi
modern ternyata selaras dengan deskripsi tersebut.
Ciri utama yang berlaku umum dari bentuk alat transportasi itu
adalah sama digerakkan oleh mesin pembakaran yang memperoleh
enerjinya dari api. Bahkan mesin pembakaran eksternal seperti yang
terdapat pada lokomotif yang digerakkan tenaga uap juga sama
bergantung pada api. Hal inilah yang menjadi pembeda utama di
antara bentuk sarana transportasi tenaga hewan dengan bentuk
revolusioner baru pada masa Dajjal dan dari sini bisa disimpulkan

659
Mirza
BagianTahir
Bagian
Bagian 1III
II
V VI Ahmad
V
III
IVIV

kalau keledai dimaksud bukan seekor hewan tetapi sebuah benda tak
bernyawa. Kenali keledainya Dajjal dan anda akan melihat bentuk
sarana transportasi modern. Jika tidak berhasil mengenalinya maka
anda akan kembali lagi ke zaman keledai. Beberapa ciri-ciri ajaib
dari keledai perlambang sang Dajjal ini diuraikan secara rinci dalam
berbagai kitab hadis. Berikut adalah rangkuman informasi yang bisa
ditarik:
1. Sebagaimana juga keledainya, sang Dajjal itu sendiri sosoknya
demikian masif dan besarnya sehingga belum pernah ada
monster raksasa dalam dongeng pun yang menyamainya. Ia
akan demikian tingginya sehingga kepalanya menembus awan.
Ia akan demikian kuatnya sehingga bisa menaklukkan dunia
seorang diri.44
2. Sang Dajjal meski memiliki tubuh yang demikian perkasa namun
ada satu cacat pada dirinya yaitu kehilangan penglihatan salah
satu matanya, khususnya mata sebelah kanan.45
3. Keledai tersebut tidak hanya berfungsi sebagai tunggangan sang
Dajjal saja, tetapi juga merupakan alat transportasi umum.
Manusia dikatakan bisa masuk ke perutnya dari bukaan yang
disediakan di perutnya untuk keperluan itu.46
4, Perut keledai itu akan diberi penerangan dan dilengkapi dengan
kursi-kursi yang nyaman.46
5. Keledai itu memiliki kecepatan yang luar biasa dan mampu
meliput jarak-jarak yang jauh hanya dalam hitungan hari atau
jam saja, dimana hewan biasa memerlukan waktu berbulan-
bulan untuk menjalaninya.47
6. Keledai ini mempunyai tempat-tempat perhentian tertentu. Pada
setiap tempat perhentian, penumpangnya dipersilakan turun
dan duduk sebelum melanjutkan perjalanannya dimana setiap
keberangkatan akan diumumkan secara lantang. Jadi keledai
metafora itu akan selalu bepergian dari satu ke lain tempat dan
merupakan sarana transportasi yang cepat, aman dan nyaman.48

660
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Al-Quran
Lempung Membuka
Wahyu
danIman Ilahi
Tabir
Kepada dan
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas “Yang
Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib”:
Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang
Pengetahuan,Berkesinambungan
dan Kebenaran
Perspektif Sejarah

7. Penumpang yang berkendara di perut keledai itu tidak akan


terbakar oleh api yang dimakannya, hal mana berindikasi kalau
kompartemen tempat duduk di perut keledai itu dikedapkan
dari ruang pembakaran.48
8. Keledai ini juga mampu berjalan di laut dan bergerak dari benua
ke benua menunggang ombak samudra.49
9. Pada perjalanan di laut, keledai ini bisa membesarkan dirinya
sehingga bisa membawa makanan segunung di punggungnya.
Seringkali ia digunakan untuk membawa pasokan pangan ke
negara-negara miskin yang tunduk pasrah kepada sang Dajjal.
Transportasi pangan sebesar gunung merupakan ekspresi figuratif
dari ayat di muka yang menubuatkan tentang pergerakan
gunung-gunung.50
10. Keledai ajaib ini juga bisa terbang karena dikatakan bahwa
lompatannya mampu meliput jarak di antara Barat dan Timur.
Dikatakan bahwa satu kaki dari hewan ini ada di Timur dan yang
lainnya di Barat. Hal itu merupakan indikasi jauhnya lompatan
yang berarti ia akan bergerak antar benua.51
11. Di udara ia akan bergerak setingkat dengan awan.52
12. Di dahinya ia membawa bulan. Jelas bahwa yang dimaksud
dengan bulan di sini adalah lampu muka kendaraan yang terdapat
pada semua kendaraan modern.52

Setelah membaca deskripsi ciri-ciri keledai sang Dajjal53 yang


digunakannya untuk menaklukkan dunia, kami rasa pembaca tidak
memerlukan penjelasan lagi apa yang dimaksud.
Jelas bahwa kekuatan adidaya Kristiani yang dimaksud sebagai
Dajjal 53 itu sudah ditakdirkan akan menguasai seluruh dunia di akhir
zaman. Keledai yang berdaya penggerak api dengan bentuknya berupa
pesawat terbang, kapal laut atau kereta api yang bergerak dengan
kecepatan amat tinggi, akan memainkan peran formatif dan krusial

661
Setelah membaca deskripsi ciri-ciri keledai sang Dajjal yang diguna
menaklukkan dunia, kami rasa pembaca tidak memerlukan penjelasan
dimaksud.
Jelas
Bagianbahwa
Mirza
Bagian
Bagian V
Tahir
1II
IV
II kekuatan adidaya Kristiani yang dimaksud sebagai Daj
VI Ahmad
III
IVIV
ditakdirkan akan menguasai seluruh dunia di akhir zaman. Keledai yang berd
api dengan bentuknya berupa pesawat terbang, kapal laut atau kereta api
dalam penaklukan
dengan kecepatan amat dunia olehakan
tinggi, kekuatan-kekuatan
memainkanKristiani.
peran Selain
formatif dan
penaklukan dunia pada
penekanan olehkemaslahatan
kekuatan-kekuatan Kristiani.
kecepatan tinggi, Selain
kelebihan penekanan pada
pemilikan
kecepatan tinggi,
yang kelebihan
lebih berat pemilikansecara
juga dikemukakan yang lebihdalam
spesifik berat jugaglobal
konflik dikemukakan
dalam konflik global mencapai
mencapai supremasi: supremasi:

§°¨ RXj¦ªˆq RW‘j°Ã r¯Û XSÀIVÙ §¯¨ œÈOÄ=c¯wšXSW% Õ0Q Á U2 ¦W% ‰%U

‘Kemudian akanakan
‘Kemudian hal hal
ia iayang
yangtimbangannya berat,
timbangannya berat, ia akan
ia akan menikmati kehi
menikmati
menyenangkan.’ (S.101 Al-Qariah:7-8) 54
kehidupan yang menyenangkan.’ (S.101 Al-Qariah:7-8)54

Tambah Tambahberatberat kepemilikanmereka


kepemilikan mereka dandan tambah
tambah tinggi
tinggi kecepata
memastikan
kecepatannya, tambah memastikan posisinya dalam supremasi massa
posisinya dalam supremasi kekuatan dunia. Besarnya
bergerak kekuatan
merupakandunia. faktor
Besarnyautama
massa danjalan kepada
kecepatan kemenangan.
bergerak merupakan Nubuatan
semuanyafaktor
bersifat demikian unik sehingga tidak
utama jalan kepada kemenangan. Nubuatan-nubuatan ada padanannya
ini deng
nubuatansemuanya
Ilahi pada kitab-kitab yang diwahyukan lainnya. Deskripsinya d
bersifat demikian unik sehingga tidak ada padanannya
dan presisi sehingga kita memperoleh impresi laiknya seorang pelukis yang m
dengan nubuatan-nubuatan Ilahi pada kitab-kitab yang diwahyukan
kanvas apa yang dilihatnya, Rasulullah saw telah memetakan apa yang diliha
lainnya. Deskripsinya
kata-kata yang demikian demikian hidup dan presisi sehingga kita
figuratif.
memperoleh
Dengan impresisudahi
ini kami laiknya bahasan
seorang pelukis yang serangkaian
tentang mencurahkan ke nubuatan ya
dalam surah
kanvasAt-Takwir. Berikutnya
apa yang dilihatnya, kamisaw
Rasulullah akan
telahmenyampaikan
memetakan apa yang kepada pem
nubuatandilihat
penting lainnya berkaitan dengan zaman
beliau dalam kata-kata yang demikian figuratif. yang sama. Masin
nubuatan itu Dengan
berkenaan dengan
ini kami sudahitopik
bahasanspesifik
tentangyang berbeda.
serangkaian Semuanya tera
nubuatan
indah dalam berbagai surah di Al-Quran.
yang termaktub dalam surah At-Takwir. Berikutnya kami akan
menyampaikan kepada pembaca beberapa nubuatan penting lainnya
berkaitan dengan zaman yang sama. Masing-masing dari nubuatan itu
berkenaan dengan topik spesifik yang berbeda. Semuanya terangkum
secara indah dalam berbagai surah di Al-Quran.
 
 Catatan:
a. Kejadian tersebut terdapat pada Perjanjian Lama kitab Keluaran
2:23 dan seterusnya. (Penterjemah)

662
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Al-Quran
Lempung Membuka
Wahyu
danIman Ilahi
Tabir
Kepada dan
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas “Yang
Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib”:
Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang
Pengetahuan,Berkesinambungan
dan Kebenaran
Perspektif Sejarah

b. Francisco Jimenez de Cisneros (1436-1517) adalah Uskup Toledo


yang menjadi penasihat utama ratu Isabella I. Seorang yang
keras dalam menerapkan disiplin, baik dalam Gereja mau pun
dalam lembaga Inkuisisi. Karena larangan yang diterapkannya
agar rohaniwan Kristen tidak memelihara selir, maka sekitar 400
orang rohaniwan lebih memilih menyeberang ke Afrika Utara
bersama para isterinya dan memeluk Islam. (Penterjemah)
c Pengertian tentang sarana transportasi tersebut bisa jadi juga
berkenaan dengan pertemuan antar manusia yang tidak
memerlukan kehadiran di suatu tempat karena semua komunikasi
terjadi langsung secara visual dan auditif melalui teleconfrence.
(Penterjemah)

Referensi
1. Alkitab, Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta 2002
2. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.
3. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.
4. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.
5. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.
6. Tafsir surah 30:3-6 oleh penulis.
7. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.
8. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.
9. Terjemah surah 38:12 oleh penulis.

663
Mirza
BagianTahir
Bagian
Bagian 1III
II
V VI Ahmad
V
III
IVIV

10. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat


Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.
11. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2. (Dengan tambahan kata ‘Medinah’
dalam kurung).
12. Fathul Bari, tafsir Sahih Bukhari oleh Hafiz Ahmad bin Ali
Hajar Al-Asqalani (773-852). Kitab Al-Maghazi Bab Ghazwah
Al-Khandaq Al-Ahzab, vol. VII, h.397
13. Tafsir surah 84:4-6 oleh penulis..
14. Tafsir surah 99:2-3 oleh penulis.
15. Tafsir surah 82:5 oleh penulis..
16. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.
17. Mishkatul Masabih, vol. I, bab III. Kitab Al-Manaqib. Bab
Manaqib Al-Sahabah. Penerbit Al-Maktab Al-Islami, Beirut.
18. Chonicle of the World (1989) Chronicle Communications Ltd.
and Longman Group UK Ltd. London, hal. 436
19. Lane-Poole, S. (1888) The Moors in Spain, 8th ed. T. Fisher
Unwin, London, hal. 270
20. Lane-Poole, S. (1888) The Moors in Spain, 8th ed. T. Fisher
Unwin, London, hal. 270-271
21. Lane-Poole, S. (1888) The Moors in Spain, 8th ed. T. Fisher
Unwin, London, hal. 271
22. Lane-Poole, S. (1888) The Moors in Spain, 8th ed. T. Fisher
Unwin, London, hal. 273
23. Lane-Poole, S. (1888) The Moors in Spain, 8th ed. T. Fisher
Unwin, London, hal. 278
24. Lane-Poole, S. (1888) The Moors in Spain, 8th ed. T. Fisher
Unwin, London, hal. 279
25. Lane-Poole, S. (1888) The Moors in Spain, 8th ed. T. Fisher
Unwin, London, hal. 280

664
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Al-Quran
Lempung Membuka
Wahyu
danIman Ilahi
Tabir
Kepada dan
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas “Yang
Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib”:
Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang
Pengetahuan,Berkesinambungan
dan Kebenaran
Perspektif Sejarah

26. Tafsir 81:4 oleh penulis.


27. Tafsir 81:5 oleh penulis.
28. Tafsir 81:6 oleh penulis.
29. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.
30. Tafsir 55:20-21 oleh penulis.
31. Tafsir 25:54 oleh penulis.
32. Tafsir 81:8 oleh penulis.
33. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.
34. Tafsir 81:9-10 oleh penulis.
35. Tafsir 81:11 oleh penulis.
36. Tafsir 96:4-6 oleh penulis.
37. Tafsir 81:12 oleh penulis.
38. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.
39. Tafsir 77:2-5 oleh penulis.
40. Tafsir 37:9-10 oleh penulis.
41. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.
42. Tafsir 55:36 oleh penulis.
43. Tafsir 81:13 oleh penulis.
44. Allama Allauddin Ali Al-Muttaqi, Kanzul-ummal, vol.14, Beirut,
hal. 604 & 613.
45. Imam Muslim bin Al-Hajjaj bin Muslim Al-Qashiri Al-Naisapuri,
Sahih Muslim, Kitabul Fitan, Bab Zikrid Dajjal wa Sifatihi wa
Mama-ahu.
46. Allama Muhammad Baqir Al-Majlisi, Biharul Anwar, Bab
Alamati Zohurihi Alaihissalam min Al-Sufyani wad Dajjal.
47. Abdur Rahman Al-Safuri, Nuzhatul Majalis, vol.1, Maimaniyyah
Press, Egypt, h.109.

665
Mirza
BagianTahir
Bagian
Bagian 1III
II
V VI Ahmad
V
III
IVIV

48. Allama Muhammad Baqir Al-Majlisi, Biharul Anwar, Bab


Alamati Zohurihi Alaihissalam min Al-Sufyani wad Dajjal.
49. Abdur Rahman Al-Safuri, Nuzhatul Majalis, vol.1, Maimaniyyah
Press, Egypt, hal. 109.
50. Sahih Al-Bukhari, Kitabul Fitan, Bab Zikrid Dajjal.
51. Abdur Rahman Al-Safuri, Nuzhatul Majalis, vol.1, Maimaniyyah
Press, Egypt, hal. 109.
52. Allama Allauddin Ali Al-Muttaqi, Kanzul-ummal, vol.14, Beirut,
hal. 613.
53. Imam Muslim bin Al-Hajjaj bin Muslim Al-Qashiri Al-Naisapuri,
Sahih Muslim, Kitabul Fitan, Bab Zikrid Dajjal wa Sifatihi wa
Mama-ahu.
54. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2

666
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Bencana
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
AgamaNuklir
Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

BENCANA NUKLIR

D ari antara nubuatan-nubuatan Al-Quran yang berkaitan dengan


kejadian dan BENCANA
temuan-temuan NUKLIR di zaman ini, ada beberapa
yang sangat penting dan mempunyai implikasi global. Salah satu

D
nubuatan itu berkenaan dengan bahaya kemusnahan oleh ledakan
nuklir. Nubuatan demikian dibuat ketika manusia sama sekali tidak
mempunyai
ari antara bayangan apa yangAl-Quran
nubuatan-nubuatan dimaksud
yang dengan
berkaitan ledakan atom. dan
dengan kejadian

Namun sebagaimana
temuan-temuan di zaman ini,akan kami kemukakan,
ada beberapa yang sangat ada beberapa
penting ayat dalam
dan mempunyai implikasi
global. Salah satu nubuatan itu berkenaan dengan bahaya kemusnahan oleh ledakan nuklir.
Al-Quran
Nubuatan yang
demikian jelasketika
dibuat berbicara
manusiatentang partikel-partikel
sama sekali tidak mempunyai kecil tidak
bayangan apa yang
berartidengan
dimaksud yang ledakan
dikatakan
atom.merupakan sumberakan
Namun sebagaimana enerji
kamiluar biasa, seolah-
kemukakan, ada beberapa
ayat dalam Al-Quran yang jelas berbicara tentang partikel-partikel kecil tidak berarti yang
olah mengandung
dikatakan api neraka
merupakan sumber di dalamnya.
enerji luar Ajaib terdengarnya
biasa, seolah-olah mengandung api tetapi
neraka di
dalamnya. Ajaib terdengarnya tetapi memang itulah yang dikemukakan secara harfiah
memang
dalam ayat:
itulah yang dikemukakan secara harfiah dalam ayat:

€Z[ §¬¨ œÈPWVØ]U àœÄ VW% ‰DU ½ _ÙVVf §«¨ œÈP\j„iWÃXT <YW% \ÌX+VF s°Š §ª¨ QWs\-x QWs\-ÉF ©G#Á°L #
¸ ØcXT

rQ"Wà À̯ Š¼V" ³ª/Š §¯¨ ÅQ\iVSÀ-Ù  qà W5 §®¨ ÉR\-V¼ÈVÙ W% \XqØjU W%XT §­¨ °R\-V¼ÈVÙ r¯Û ‰D[kWAÄjV

§²¨ ‡Q\j„i\-v% iX+[Å r¯Û §±¨ ¸Q\i_™ØUv% 1®M×nQ Wà SM‰;¯ §°¨ ®Q\i°‹ÙÙ)]
‘Celaka bagi setiap pengumpat, pemfitnah, yang menimbun harta dan selalu
‘Celaka bagi setiap pengumpat, pemfitnah, yang menimbun harta dan selalu
menghitung-hitungnya. Ia menyangka bahwa hartanya akan menjadikannya tetap abadi.
menghitung-hitungnya.
Sekali-kali tidak! Tentulah iaIaakan
menyangka bahwa
dicampakkan ke hartanya akan menjadikannya
dalam “huthamah.” Dan apakah
tetap
yang abadi.engkau
membuat Sekali-kali tidak!
tahu apa Tentulah itu.
“huthamah” ia Itulah
akan api
dicampakkan ke dalam
Allah dari bahan bakar
yang diawetkan, yang
“huthamah.” Dannaik sampaiyang
apakah ke jantung.
membuatSesungguhnya api ituapa
engkau tahu ditutup rapat pada
“huthamah”
tiang-tiang yang
itu. Itulah apipanjang untuk
Allah dari digunakan
bahan bakarterhadap mereka.’ (S.104
yang diawetkan, Al-Humazah:2-
yang naik sampai ke
10) 1
jantung. Sesungguhnya api itu ditutup rapat pada tiang-tiang yang panjang
untukAl-Quran
Surah digunakanyang
terhadap mereka.’
pendek ini (S.104
sangatAl-Humazah:2-10)
padat dengan banyak
1 pernyataan
mencengangkan yang jauh berada di luar jangkauan pemahaman manusia di zaman
turunnya. Apakah bukan aneh bahwa orang-orang berdosa dengan deskripsi tertentu itu
Surah Al-Quran
akan dilemparkan yang pendek
ke dalam ‘huthamah’ ini sangat
yang berarti partikelpadat dengan
atau zarah banyak
terkecil seperti yang
pernyataan mencengangkan yang jauh berada di luar jangkauan
biasa kita lihat melayang beterbangan pada seberkas sinar terang yang menembus ke sebuah
ruangan gelap.
pemahaman manusia
Leksikon bahasa Arabdimenjelaskan
zaman turunnya. Apakah mengandung
bahwa ‘huthamah’ bukan anehdua bahwa
akar kata
yaitu pertama hathamah yang berarti ‘menumbuk’ atau ‘menjadikannya sebagai bubuk yang
amat halus’ sedangkan arti kedua adalah hithmah yang berarti ‘partikel paling kecil yang
tidak berarti.’ Yang dimaksud hithmah adalah hasil yang diperoleh jika menumbuk sesuatu
667
sampai ke unsurnya yang paling kecil.
Kedua pengertian tersebut bisa diterapkan pada setiap partikel yang sedemikian
kecil sehingga telah mencapai status tidak bisa dibagi lagi. Mengingat konsep tentang atom
belum lagi lahir 14 abad yang lalu maka substitusi terdekat untuk itu adalah ‘huthamah’ yang
deskripsinya dekat sekali dengan atom. Belum lagi kita pulih dari goncangan bahwa akan
Mirza
BagianTahir
Bagian
Bagian 1III
II
V VI Ahmad
V
III
IVIV

orang-orang berdosa dengan deskripsi tertentu itu akan dilemparkan


ke dalam ‘huthamah’ yang berarti partikel atau zarah terkecil seperti
yang biasa kita lihat melayang beterbangan pada seberkas sinar terang
yang menembus ke sebuah ruangan gelap.
Leksikon bahasa Arab menjelaskan bahwa ‘huthamah’
mengandung dua akar kata yaitu pertama hathamah yang berarti
‘menumbuk’ atau ‘menjadikannya sebagai bubuk yang amat halus’
sedangkan arti kedua adalah hithmah yang berarti ‘partikel paling
kecil yang tidak berarti.’ Yang dimaksud hithmah adalah hasil yang
diperoleh jika menumbuk sesuatu sampai ke unsurnya yang paling
kecil.
Kedua pengertian tersebut bisa diterapkan pada setiap partikel
yang sedemikian kecil sehingga telah mencapai status tidak bisa
dibagi lagi. Mengingat konsep tentang atom belum lagi lahir 14
abad yang lalu maka substitusi terdekat untuk itu adalah ‘huthamah’
yang deskripsinya dekat sekali dengan atom. Belum lagi kita pulih
dari goncangan bahwa akan datang saatnya manusia dilemparkan ke
dalam ‘huthamah’ lalu datang lagi pernyataan berikutnya yang lebih
ajaib lagi.
Menjelaskan tentang kata ‘huthamah,’ Al-Quran berbicara
tentang api menyala yang terdapat di dalamnya yang terkungkung
dalam tiang-tiang panjang. Surah ini selanjutnya menyatakan kalau
manusia akan dilemparkan ke dalamnya dimana api itu akan langsung
naik sampai ke jantung seolah-olah tidak ada tulang rusuk yang
melindunginya lagi. Berarti api ini berasal dari jenis lain yang bisa
langsung membunuh jantung sebelum membakar tubuh. Jelas bahwa
tidak ada api seperti itu yang dikenal manusia di zaman tersebut.
Bukan hanya ini saja yang merupakan elemen kejutan tentang
deskripsi tersebut, yang berikutnya malah lebih mencengangkan lagi.
Api dimaksud dikatakan ditutup rapat terkunci pada tiang-tiang

668
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Bencana
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
AgamaNuklir
Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

panjang menunggu saatnya menerkam manusia ketika tiba waktunya


api ini dilepaskan kekangannya.

A langkah banyaknya keajaiban dalam satu uraian singkat dari


beberapa pernyataan sederhana. Pertama, adalah pernyataan
akan datang waktunya manusia dilemparkan ke dalam suatu partikel
yang paling kecil beserta isinya. Partikel ini mengandung sejenis api
yang disimpan terkurung dalam wadah-wadah kecil yang bisa nampak
sebagai tiang-tiang terhampar panjang.
Melemparkan manusia ke dalam partikel kecil itu tidak berarti
orang per-orang akan dilemparkan ke sana. Manusia dalam hal ini adalah
dalam pengertian generiknya, sedangkan maksud dari dilemparkan
adalah dikenakannya kepada yang bersangkutan penderitaan yang
menjadi azab bagiannya. Semua ini baru bisa dipahami pada masa
kontemporer saat ini ketika manusia sudah menemukan rahasia atom
dan sediaan enerji yang terkandung di dalamnya. Sekarang inilah
zamannya ketika api yang terdapat dalam partikel-partikel paling kecil
melompat keluar dan memusnahkan luas daerah sampai beribu-ribu
hektar. Segala benda yang berada dalam jangkauannya akan terlibas,
termasuk manusia dan segalanya. Dengan demikian, apa yang nampak
begitu tidak realistisnya 14 abad yang lalu, sekarang ini merupakan
realitas sehari-hari dimana anak-anak kecil pun mengetahuinya.
Ekspresi ketercengangan yang paling besar pun belum bisa
menggambarkan keakbaran nubuatan ini. Yang juga tidak kurang
ajaibnya adalah kenyataan kalau manusia di zaman tersebut tidak
berhasil mengenali pentingnya surah pendek Al-Humazah ini, karena
kalau tidak pasti hal ini sudah mewarnai kepercayaan dan keimanan
mereka dan bukan hanya semata hati mereka. Bagaimana pernyataan-
pernyataan mencengangkan ini bisa luput dari perhatian mereka dan
selama ini tidak ada yang mempermasalahkan, sungguh tidak bisa
dijelaskan secara logis. Bisa jadi mereka berlindung pada keyakinan

669
Mirza
BagianTahir
Bagian
Bagian 1III
II
V VI Ahmad
V
III
IVIV

bahwa ayat-ayat ini tidak berkaitan dengan kejadian-kejadian di dunia


tetapi merupakan bagian dari misteri ghaib yang bernama akhirat.
Banyak para penafsir bahkan tidak berusaha menjelaskan ayat-ayat
tersebut. Kalau pun ada maka mereka menyatakan bahwa ayat-ayat
tersebut berkenaan dengan masa kebangkitan kembali manusia
nanti. Karena tidak memahami makna dan maksudnya maka mereka
mengkategorikan keseluruhan surah sebagai suatu hal yang tidak atau
belum diketahui.
Di antara para orientalis Barat seperti George Sale juga
menghadapi dilema yang sama tentang bagaimana menterjemahkan
kata ‘huthamah’ secara harfiah. Ia hanya mengutarakan bahwa banyak
orang akan dijejalkan ke dalam ‘huthamah’ tanpa menterjemahkan
arti kata itu sendiri. Karena itu para pembaca berbahasa Inggris
bebas saja mengemukakan celaan mereka karena dianggap mustahil
memasukkan sedemikian banyak manusia ke dalam suatu partikel yang
kecil. Karena mereka tidak mempunyai bayangan apa itu ‘huthamah’
maka mereka bebas mengkhayalkan adanya suatu ruangan besar yang
berisi api menyala yang disebut sebagai ‘huthamah’ (partikel terkecil).
Dengan cara ini George Sale luput dari harus menanggung malu atas
terjemahannya. Sayangnya ia juga luput mengenali nubuatan ajaib
yang dikandungnya.
Api yang dideskripsikan dalam ayat-ayat ini, apakah berbentuk
nyala besar di dunia mau pun amukan dahsyat di akhirat, tidak
mungkin dikatakan bisa dipadatkan ke dalam ruang kecil dari suatu
partikel yang paling halus. Namun bukan itu saja dilema yang
dihadapi oleh Sale dan para penafsir pada masa lalu. Bagaimana lagi
menjelaskan tentang api yang dikemas dalam tiang-tiang kecil yang
terhampar panjang, yang sebenarnya merupakan suatu skenario yang
mustahil bisa dibayangkan sebelum tibanya era atom? Sekarang ini
sepertinya masalah teka-teki ini sudah berada di tempat yang benar.

670
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Bencana
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
AgamaNuklir
Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

Seseorang yang kurang memahami deskripsi ilmiah tentang bentuk


dari suatu letusan atomik dan perubahan apa saja yang ditimbulkan
dalam massa nuklir, ia belum akan bisa memahami sepenuhnya makna
ekspresi Al-Quran tentang ‘tiang-tiang yang terhampar panjang.’
Para ahli nuklir menggambarkan status dari massa kritis yang akan
meledak sebagai suatu rentangan panjang yang berdenyut karena
besarnya tekanan tenaga yang terhimpun di dalamnya. Tekanan ini
diakibatkan oleh perpanjangan nukleus sebelum pecah dimana dalam
proses tersebut sebuah elemen dari berat atom yang tinggi akan
terbelah menjadi dua elemen dengan berat atom yang lebih rendah.
Total bobot berat atom dari elemen yang baru tercipta jumlahnya
lebih kecil dari elemen induk awal yang biasa disebut sebagai logam
berat. Bagian kecil dari berat atom yang hilang dalam proses itulah
yang berubah menjadi enerji. Sebenarnya bukan hanya ini saja model
dari sebuah bom nuklir, tetapi kami memilih uraian sederhana ini
guna menjelaskan tentang proses tiang-tiang yang memanjang.

Kembali kepada masalah bagaimana api tersebut bisa melompat


langsung ke jantung, deskripsi ilmiahnya adalah sebagaimana berikut
ini:

Ledakan Nuklir

671
dari elemen yang baru yang
Seseorang tercipta jumlahnya
kurang memahami lebih kecil dari
deskripsi ilmiahelemen
tentanginduk
bentukawaldari yang
suatu biasa
disebut letusan
sebagaiatomik
logamdan berat. Bagianapa
perubahan kecil
sajadari
yangberat atom yang
ditimbulkan dalamhilang
massa dalam
nuklir, iaproses
belumitulah
yang berubah
akan bisamenjadi
memahamienerji. Sebenarnya
sepenuhnya makna bukan hanya
ekspresi ini saja
Al-Quran model
tentang dari sebuah
‘tiang-tiang yang bom
terhampar
nuklir, tetapi kami panjang.’
memilihPara ahli nuklir
uraian menggambarkan
sederhana ini guna status dari massa
menjelaskan kritis yang
tentang prosesakantiang-
Mirza
Bagian
Bagian
Bagian
meledak V
Tahir
1II
IIIV
VI Ahmad
III
IV
sebagai
IV suatu rentangan panjang yang berdenyut karena besarnya tekanan tenaga
tiang yang memanjang.
yang terhimpun di dalamnya. Tekanan ini diakibatkan oleh perpanjangan nukleus sebelum

K
pecah dimana dalam proses tersebut sebuah elemen dari berat atom yang tinggi akan
terbelah menjadi dua elemen dengan berat atom yang lebih rendah. Total bobot berat atom
dari elemen
embali Pada
kepada yangsaat
baruterjadi
masalah tercipta letusan,
bagaimana apisejumlah
jumlahnya lebih kecilbesar
tersebut dari sinar
dari elemen
bisa gamma,
induklangsung
melompat awal yangkebiasa
jantung,
disebut sebagai logam berat. Bagian kecil dari berat atom yang hilang dalam proses itulah
deskripsi
neutron
ilmiahnya
yang
dan
berubah adalah
sinar-x dilepaskan
menjadisebagaimana berikut
enerji. Sebenarnya
langsung.
bukan
Sinar-x akan langsung
ini:hanya ini saja model dari sebuah bom
Pada saat menaikkan
nuklir, tetapi
terjadi kamisuhu
letusan, ke tingkat
memilih
sejumlahuraian panas
besar darimeteorik
sederhana ini guna
sinar sambil
gamma, menciptakan
menjelaskan
neutron tentang bola dilepaskan
proses
dan sinar-x tiang-
tiang
langsung. yang memanjang.
Sinar-x akan langsung menaikkan suhu ke tingkat panas meteorik sambil
api raksasa yang naik secara cepat terbawa oleh letusan atomik yang

K
menciptakan bola api raksasa yang naik secara cepat terbawa oleh letusan atomik yang amat
amat Inilah
sangat panas. sangat panas.
yang Inilah yang bentuk
menjadi menjadi bentuk payung api berbentuk
embali kepada masalah bagaimana api tersebut bisa melompat
payung apicendawan
berbentukyangcendawan
bisa dilihat dari bisa
yang jauh. langsung
jarak yang amat Ledakan Sinar-x ke jantung,
Nuklir
itu
deskripsi ilmiahnya adalah sebagaimana berikut ini:
Padajuga
dilihat dari saat bergerak
jarakterjadi ke samping ke
yangletusan,
amat sejumlah
segala
besar
jauh. Sinar-x dari arah bersamaan dengan neutron
itu sinar gamma, neutron dan sinar-x dilepaskan
yang ke
langsung.
juga bergerak menimbulkan
Sinar-x
kehawa
akan langsung
samping yang amatsuhu
menaikkan
segala arah panaske yang
tingkatakan membakar
panas meteorik sambil
menciptakan bola api raksasa yang naik secara cepat terbawa oleh letusan atomik yang amat
bersamaan segala
dengan
sangat sesuatu
panas.neutron yang
Inilah yangdilewatinya.
yang menimbulkan Kecepatan gerak dari paparan panas
menjadi bentuk
hawa yang amat
payung apipanas yang cendawan
berbentuk akan membakar
yang bisa Ledakan Nuklir
ini beberapa kali lipat kecepatan suara sambil juga menimbulkan
segala sesuatu yang dilewatinya. Kecepatan
gerak dari renjatan
dilihat dari jarak
paparan atau gelombang
yang
panas amat jauh. kejut.
ini beberapa Sinar-x Namun
kaliitu yang lebih cepat lagi dan
juga bergerak ke samping ke segala arah
lipat jauh lebih mampu
kecepatan suara berpenetrasi
sambil
bersamaan dengan neutron yang menimbulkan
adalah sinar gamma yang mendahului
juga
menimbulkan renjatan
hawapaparan
yang amat panasatau
panas gelombang
tersebut
yang akan maju kejut.
kemuka dengan kecepatan sinar. Sinar
membakar
Namun segala
yang sesuatu
lebih cepatyang lagi dan jauh
dilewatinya. lebih
Kecepatan
mampu gerak inidari
bervibrasi
berpenetrasi adalah
paparan demikian
sinar
panas kencangnya
inigamma
beberapayang kali sehingga hanya dengan vibrasi
mendahuluiitupaparan
lipat saja jantung
kecepatan panas langsung
suara tersebut matimaju
sambil berhenti bekerja. Dengan demikian
juga
kemukamenimbulkan
dengan
kematian
renjatan atau
kecepatan
bukan
gelombang
sinar. Sinar kejut.
ini
Namun yang lebih cepat diakibatkan
lagi dan jauh oleh lebih panas tinggi yang dihasilkan
bervibrasi demikian kencangnya sehingga
mampu berpenetrasi
sinar-x tetapi adalah enerji
sinar gamma yang dari sinar gamma yang langsung
hanya dengan
mendahuluivibrasi itukarena
paparan saja jantung
panas
luar biasa
langsung
tersebut maju mati berhenti bekerja. Dengan demikian
kematian menimbulkan
bukan
kemuka diakibatkan
dengan kematian.Demikian
kecepatanolehsinar.
panasSinar
tinggi itulah
ini justru deskripsi
yang dihasilkan Al-Quran.
sinar-x tetapi karena enerji
luar biasa dari
bervibrasi
Begitusinar gamma
demikian
juga yang
kencangnya
dalam sajasurah langsung menimbulkan
sehingga
Ad-Dukhan kematian.Demikian
(Asap) dikemukakan adanyaitulah justru
hanya
deskripsi dengan Begitu
Al-Quran. vibrasi itu
juga dalam jantung
surah Ad-Dukhan
langsung mati berhenti
(Asap)bekerja. Dengan demikian
dikemukakan adanya awan
mematikan awan
kematian mematikan
yangbukan yang
diakibatkan
mengandung asap mengandung
oleh panas
yang tinggi asap
menyala: yang yang menyala:
dihasilkan sinar-x tetapi karena enerji
luar biasa dari sinar gamma yang langsung menimbulkan kematian.Demikian itulah justru
deskripsi Al-Quran. Begitu juga dalam surah Ad-Dukhan (Asap) dikemukakan adanya awan
§ªª¨ ³2yang
mematikan j°U Ì!mengandung
[kWà [k›\F `ˆasap §ª©¨ Ûܯv% DV]Ài¯ ÃÄ\-‚ r¯$Ú
V" W3×SWc Ô ª V"×qVÙ
”ÙÓWcmenyala:
‰= ³\yang

§ªª¨ ³2
‘Maka tunggulah
‘Maka U Ì![kWÃ [engkau
j°engkau
tunggulah ›\F `ˆitu,
khari ‰hari ÙÓWc ketika
= ³\ketika
”
itu, Ûܯlangit
§ª©¨langit v% DVakan
]Ài¯ ÃÄ\-
akan ‚ r¯$Ú
V" W3×SWc Ô ª asap
mengepulkan
mengepulkan ×qVÙ yang
V"asap yang jelas
kentara, yang akan
jelastunggulah
kentara, yangmeliputi segenap
akanhari meliputi manusia.
segenap Ini
manusia.akan merupakan
Ini akan merupakan azab yang pedih.’
azabjelas
‘Maka
(S.44 Ad-Dukhan:11-12) engkau
2
itu, ketika langit akan mengepulkan asap yang
yang pedih.’ (S.44 Ad-Dukhan:11-12)
kentara, yang akan meliputi segenap manusia.
2 Ini akan merupakan azab yang pedih.’
(S.44 Ad-Dukhan:11-12) 2
Fitrat awan ini lebih diperjelas lagi oleh ayat:
Fitrat
Fitrat awan
awan ini diperjelas
ini lebih lebih diperjelas
lagi olehlagi
ayat:oleh ayat:
YXT #k¯ V¿ Y
€ §¬©¨  \Èʼn °@›Q U2 s°l G#°¿ rQ¯ ßSÁ ¯ V¼5 §«²¨ WDSȪLkVÉ" ž°O¯ 2È)=Å W% rQ¯  ßSÁ ¯ V¼5
YXT #k¯ V¿ Y
€ §¬©¨  \Èʼn °@›Q U2 s°l G#°¿ rQ¯ ßSÁ ¯ V¼5 §«²¨ WDSȪLkVÉ" ž°O¯ 2È)=Å W% rQ¯  ßSÁ ¯ V¼5

§¬¬¨ ·m§¬¬¨
ÙÝÀ™·mÙݸ0  FQ ›XœÈ+ FO5œÈU O[5U [ §¬«¨
À™Q ›X+¸0 §¬«¨¯nÔ§
¯nÔ§V V ÙÙ[[ qqWmWmW‘
W‘¯¯r®r®*×m*V"×mV"SM‰;S¯ M‰;¯ §¬ª¨§¬ªª ¨\Iª   \I]C °%³®]C
BÙÓ°%Äc ³®BÙÓÄc

   359 359
 
672
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Bencana
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
AgamaNuklir
Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

‘Mereka akan diperintahkan “Pergilah kamu kini kepada apa yang selalu
kamu dustakan, ya pergilah kepada bayang-bayang bercabang tiga, yang tidak
memberi teduh dan tidak pula melindungi dari nyala api. Sesungguhnya ia
melontarkan nyala api laksana puri-puri berukuran raksasa, seakan-akan puri-
puri itu unta-unta berwarna kuning.’ (S.77 Al-Mursalat:30-34)3

Kata-kata ‘pergilah kepada’ mengindikasikan kalau manusia


‘Mereka akan diperintahkan “Pergilah kamu kini kepada apa yang se
secara ya
dustakan, gradual akan kepada
pergilah dibawa bayang-bayang
kepada suatu era bercabang
dimana mereka
tiga,akan
yang tidak mem
berhadapan dengan bencana awan yang menyiksa yang tidak memberi
dan tidak pula melindungi dari nyala api. Sesungguhnya ia melontarkan
keteduhan
laksana dan tidak
puri-puri juga perlindungan.
berukuran Keteduhan bayang-bayang
raksasa, seakan-akan puri-puri itu unta-unta
kuning.’
memberikan kenyamanan dan perlindungan
(S.77 Al-Mursalat:30-34) 3 karena berada di antara
kita dengan matahari yang panas membara. Dalam ayat di atas tidak
Kata-kata ‘pergilah
disebutkan matahari,kepada’
melainkanmengindikasikan
nyala api dimana kalau manusia secara
bayang-bayang
dibawa kepada suatu era dimana mereka akan berhadapan
ini tidak memberi perlindungan terhadapnya. Bahkan bayang- dengan bencan
menyiksa yang
bayangtidak
awanmemberi
ini justru keteduhan
menjadi sarana dan tidak juga
penyaluran perlindungan.
siksaan api yang Keted
bayang memberikan kenyamanan dan perlindungan
dikeluarkannya. Tidak ada suatu pun di bawah bayang-bayangnya karena berada di antar
matahari yang panas membara. Dalam ayat di atas tidak disebutkan mataha
yang akan aman. Semua itu jelas merupakan deskripsi tentang awan
nyala api dimana bayang-bayang ini tidak memberi perlindungan terhadap
radioaktif.
bayang-bayang awanKejadian
ini justru tersebut
menjadi digambarkan sebagai semburan
sarana penyaluran siksaanapiapi yang di
Tidak ada raksasa
suatu berwarna
pun dikekuningan dan diibaratkan sebesaryang
bawah bayang-bayangnya istana akan
denganaman. Sem
merupakantampakan
deskripsiseperti unta. Bisa
tentang jadi diradioaktif.
awan sini tidak sajaKejadian
diserupakantersebut
dengan digamba
emburan warnanya
api raksasa berwarna
tetapi juga kekuningan
dengan bentuk punuk unta. dan diibaratkan sebesar is
ampakan seperti unta. di
Manusia Bisa jadi
abad ke disini tidaktidak
7 tentunya saja mempunyai
diserupakan dengan warnan
bayangan
dengan bentuk punuk unta.
atau pengertian mengenai signifikasi awan atau asap yang mematikan
Manusia di Jelas
demikian. abadsemuanya
ke 7 berada
tentunya tidak
di luar mempunyai
kemampuan bayangan ata
pemahaman
mengenai signifikasi awan ini
mereka. Sekarang ataukitaasap
telahyang mematikan
mengetahui demikian.
atau melihat Jelas semua
bentuk
uar kemampuan pemahaman mereka. Sekarang ini kita telah mengetahui
letusan atomik dan bisa membayangkan bentuk awan radioaktif yang
bentuk letusan atomik dan bisa membayangkan bentuk awan radioaktif yang d
dihasilkannya.
Deskripsi mengerikan demikian juga diungkap di ayat lain dalam su
ersebut yaitu: Deskripsi mengerikan demikian juga diungkap di ayat lain dalam
surah Al-Quran tersebut yaitu:

WÛܯªLkV¿-Ú °L k®”W%×SWc ¸#ØcXT


‘Celakalah padapada
‘Celakalah harihari itu orang-orang
itu orang-orang yang mendustakan
yang mendustakan kebenaran.’
kebenaran.’ (S.77
Mursalat:16) 4
Al-Mursalat:16)4

‘Hari itu’ ( ) juga bisa berarti Hari Kiamat, tetapi juga bisa
673 berkaitan
aat di bumi ini ketika mereka yang menolak mempercayai tanda-tanda ( ) aka
sap yang melantunkan bayang-bayang mematikan atas segala sesuatu ya
bawahnya. Bentuknya sebagai bayangan yang akan bergerak dari daerah ke da
semburan api raksasa berwarna kekuningan dan diibaratkan sebesar istana dengan
tampakan seperti unta. Bisa jadi disini tidak saja diserupakan dengan warnanya tetapi juga
dengan bentuk punuk unta.
Manusia di abad ke 7 tentunya tidak mempunyai bayangan atau pengertian
mengenaiBagian
signifikasi
Mirza
Bagian
Bagian V
Tahir
1II
IV
II awan atau asap yang mematikan demikian. Jelas semuanya berada di
VI Ahmad
III
IVIV
luar kemampuan pemahaman mereka. Sekarang ini kita telah mengetahui atau melihat
bentuk letusan atomik dan bisa membayangkan bentuk awan radioaktif yang dihasilkannya.
Deskripsi mengerikan demikian juga diungkap di ayat lain dalam surah Al-Quran
tersebut yaitu: ‘Hari itu’ ( ) juga bisa berarti Hari Kiamat, tetapi juga bisa
berkaitan dengan suatu saat di bumi ini ketika mereka yang
ܯªLkV¿-Ú °L k®”W%×SWc (¸#Øc)XT akan disiksa oleh asap yang
menolak mempercayaiWÛtanda-tanda
melantunkan bayang-bayang mematikan atas segala sesuatu yang
‘Celakalah pada hari itu orang-orang yang mendustakan kebenaran.’ (S.77 Al-
berada di bawahnya.
Mursalat:16) 4 Bentuknya sebagai bayangan yang akan bergerak
dari daerah ke daerah, sebagai bayangan penuh penderitaan dan
‘Hari itu’ ( ) juga bisa berarti Hari Kiamat, tetapi juga bisa berkaitan dengan suatu
tidak membawa keteduhan sama sekali. Masa seperti itulah setelah
saat di bumi ini ketika mereka yang menolak mempercayai tanda-tanda ( ) akan disiksa oleh
asap yangmenyaksikan
melantunkanhukuman Ilahi dalam
bayang-bayang mematikan dimensiatas yangsegala
demikian kolosal
sesuatu yang berada di
bawahnya.maka
Bentuknya sebagai bayangan yang akan
manusia akan berpaling kepada Tuhan memohon rahmat- bergerak dari daerah ke daerah, sebagai
bayangan penuh penderitaan dan tidak membawa keteduhan sama sekali. Masa seperti
Nya untuk
itulah setelah menyelamatkan
menyaksikan hukuman dirinya Ilahi dalam dari hukuman yang demikian
dimensi yang tak terperikolosal maka
manusia demikian. Hanyakepada
akan berpaling saja ketika kemurkaan
Tuhan memohon Allahrahmat-Nya
swt sudah turun ke atas
untuk menyelamatkan
dirinya dari
manusia maka saat memperoleh keampunan dan keselamatan sudah Allah swt
hukuman yang tak terperi demikian. Hanya saja ketika kemurkaan
sudah turun ke atas manusia maka saat memperoleh keampunan dan keselamatan sudah
lewat. Demikian
lewat. Demikian juga yang dijelaskan
juga yang dijelaskan Al-Quran: Al-Quran:

§ª­¨ ÏDSÄ=ÙI…& ³2 \ÈÄ% SÅVXT ÈOØ=Wà ×SŠXSV" ˆ1É2 §ª¬¨ ¸Ûܯv% ¸$SÀyXq ×1ÉFXÄ\C ÕiVXT sWmÙ°G Ä1ÀIV r7U
mereka mereka
‘Betapa ‘Betapa dapat dapat
memperoleh faedah
memperoleh dari
faedah dariperingatan
peringatan itu ketika telah
itu ketika telah datang
kepada mereka
datang kepada mereka seorang rasul yang menerangkan segala sesuatu dengan Namun
seorang rasul yang menerangkan segala sesuatu dengan jelas.
demikianjelas.
mereka
Namunberpaling
demikian daripadanya dan berkata
mereka berpaling “Ia telah
daripadanya diajari,“Ia
dan berkata ia telah
orang gila.” ’
(S.44 Ad-Dukhan:14-15)
diajari, ia orang gila.” ’ (S.44 Ad-Dukhan:14-15)5
5

P Peringatan-peringatan berupa nubuatan diberikan agar manusia


eringatan-peringatan berupa nubuatan diberikan agar manusia sadar akan bahaya
sadar akan bahaya bencana yang sebenarnya merupakan konsekwensi
bencana yang sebenarnya merupakan
dari kelakuan buruk merekakonsekwensi dari kelakuan buruk
sendiri. Nubuatan-nubuatan mereka sendiri.
di atas
Nubuatan-nubuatan di atas jelas berkenaan dengan zaman kita sekarang ini. Semua
jelas
kejadian itu berkenaan
merujuk padadengan
hal-hal zaman kita dikenal
yang tidak sekarang ini. sekali
sama Semuaoleh
kejadian itudi masa lalu.
manusia
merujuk
Kita jadinya pada hal-hal
bertanya-tanya yangmungkin
apakah tidak dikenal
Tuhan sama sekali oleh manusia
telah memaparkan perwujudan semua
pada masa lalu. Kita jadinya bertanya-tanya apakah mungkin
  360
 Tuhan telah memaparkan perwujudan semua nubuatan tersebut
secara detail kepada Rasulullah saw. Yang pasti kejelasan cara beliau
mengungkapkan kejadian-kejadian pada masa mendatang memberikan
kesan ibarat beliau sedang menonton kejadian tersebut berupa sebuah
pertunjukan sandiwara di panggung takdir. Namun umat manusia
harus menunggu lebih dari 1.000 tahun sebelum nubuatan-nubuatan

674
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Bencana
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
AgamaNuklir
Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

itu menjadi kenyataan. Karena itu pengalihan nyata kejadian-kejadian


dimaksud dari alam ghaib ke alam nyata hanya dimungkinkan terjadi
dalam zaman nuklir ini.
Kedahsyatan bencana atom sungguh sangat menyeramkan
tetapi sedikit sekali perhatian manusia untuk mau mengidentifikasi
dan meneliti akar yang mendasari keburukan tersebut. Kemampuan
penglihatan manusia jarang mampu menembus permukaan suatu
permasalahan. Hanya sedikit sekali dari antara mereka yang mau
melakukan introspeksi guna menemukan wajah tersembunyi maksud
buruk mereka. Hal ini merupakan ciri kebutaan yang khususnya
bertalian dengan sifat curang manusia. Jika ia nyatanya memang
bertanggung-jawab sebagai penyebab penderitaan dan penyebaran
kejahatan di sekelilingnya, ia tidak akan menunjuk dirinya sendiri
sebagai dalangnya.
Begitu itulah rangkaian bencana yang berdampak global yang
sedang kita bahas ini. Seorang ilmuwan menjelaskan fenomena
mendasar tentang letusan nuklir hanya sampai tentang penyebab
material dan fisiknya saja. Namun jika sarana destruktif dahsyat
seperti itu dimainkan dengan akibat rusaknya kedamaian manusia,
bukan para ilmuwan yang menciptakannya yang harus disalahkan.
Akar kausanya sendiri berada di tempat lain. Adalah negara-negara
adidaya dunia inilah yang bertanggung-jawab atas keputusan kejam
dan tidak berperi-kemanusiaan yang mengancam dunia. Namun
betapa besarnya mereka pun, mereka tidak lebih dari pion-pion di
tangan massa dengan kemauan kolektifnya yang hanya mementingkan
diri sendiri.
Kitab suci Al-Quran meski berbicara tentang kejadian-kejadian
ilmiah dengan demikian akurat, tetapinya tidak mengambil peran
sebagai instruktur ilmiah. Kitab ini justru menarik perhatian manusia
kepada kausa-kausa tidak bermoral akibat perilaku manusia yang
menyimpang. Kitab ini memang menjelaskan tentang fenomena

675
Mirza
BagianTahir
Bagian
Bagian 1III
II
V VI Ahmad
V
III
IVIV

sebuah pemicu, namun memfokuskan perhatian kita bukan pada


pemicu itu melainkan kepada jari yang menariknya. Inilah yang
menjadi tujuan peringatan Al-Quran. Dengan demikian kitab ini
selalu mengingatkan bahwa semua keburukan yang menimpa manusia
adalah karena hasil perbuatan mereka sendiri. Karena itu yang bisa
menjadi penangkal menurut Al-Quran adalah reformasi akhlak
manusia. Kitab ini menyatakan kalau manusia merubah perilaku
dan mengubah diri mereka sejalan dengan bimbingan Tuhan maka
semua itu akan menciptakan iklim yang sehat guna kelangsungan peri
keadilan dan kejujuran.
Mercu suar berupa nubuatan-nubuatan Al-Quran jelas
memperlihatkan batu karang apa saja yang harus dihindari dan saluran
mana yang harus diikuti. Nyatanya betapa mustahilnya bagi mereka
yang menakhodai bahtera umat manusia untuk memperhatikan
peringatan-peringatan demikian dalam usahanya mengemudikan
bahtera itu melewati rintangan mara bahaya menuju pelabuhan yang
aman sejahtera. Di sini inilah letaknya kausa utama dari mala petaka.
Tanpa suatu analisis yang kritis dan realistis atas perilaku manusia
di setiap tingkat kegiatannya, tidak akan bisa dihasilkan solusi sehat
atas problem yang dihadapi manusia zaman sekarang. Dengan istilah
sederhana, semua itu hanya mungkin melalui rehabilitasi nilai-nilai
dasar kemanusiaan seperti kebenaran, kejujuran, integritas, keadilan,
ketidak-berpihakan, perhatian terhadap sesama, kepekaan terhadap
penderitaan orang lain meski bukan keluarga sendiri serta komitmen
total kepada kebaikan. Jika semua itu luput dari hubungan antar
manusia maka nantikanlah bencana yang akan menimpa kalian.
Semua itu hanya merupakan konklusi yang logis saja.
Surah Al-Qamar menjelaskan hal ini bertalian dengan sejarah dari
umat manusia terdahulu yang mengabaikan peringatan yang diberikan
oleh para Rasul Ilahi pada masa mereka. Sebagai konsekwensinya
maka mereka semua menjadi saksi atas akhir tragis bangsanya sebagai

676
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Bencana
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
AgamaNuklir
Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

mana dijanjikan kepada mereka dimana pertobatan mereka tidak lagi


berarti. Tujuan utama dari suatu peringatan adalah agar generasi di
masa depan mau memperhatikannya. Dengan demikian Al-Quran
menunjuk kepada tragedi mereka agar generasi-generasi yang datang
kemudian mau mempelajari ilmu kehidupan dari kematian mereka
yang telah mendahuluinya.

Õ V VXT
§®¨ ÃqÅkw< ¨CÙÓÉ" \-VÙ ¸RWÓ¯ ›W R\-Ó°O §­¨ Îm\B\jØsÄ% °Oj°Ù W% °ÄW5)] ]C°K% 1ÉFXÄ\B i
‘Telah datang kepadakepada
‘Telah datang mereka kisah-kisah
mereka kejadian
kisah-kisah yang
kejadian mengandung
yang mengandungperingatan.
Hikmahperingatan.
yang sempurna tetapi peringatan-peringatan itu tidak berfaedah bagi mereka.’
Hikmah yang sempurna tetapi peringatan-peringatan itu tidak
(S.54 Al-Qamar:5-6)
berfaedah bagi mereka.’ (S.54 Al-Qamar:5-6)6
6

Kalau manusia tidak bisa menarik pelajaran dari petunjuk demikian, maka merek
Kalau manusia tidak bisa menarik pelajaran dari petunjuk
hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri jika kemudian harus ditimpa berbagai konsekwens
demikian,
yang membawa maka mereka hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri
bencana.
Bencana nuklir yang ditimpa
jika kemudian harus dikemukakan ini konsekwensi
berbagai juga diungkapkan dalam surah Tha H
yang membawa
berkaitan dengan konsekwensi akhirnya. Berkenaan dengan implikasinya itu, surah ini jug
bencana.
menjelaskan betapa keangkuhan dan keangkaraan dari negara-negara adidaya di mas
tersebut akan Bencana nuklir
dipatahkan yangumat
namun dikemukakan ini juga
manusia tidak diungkapkan
musnah seluruhnya. dalam
Ayat
surah Tha Ha berkaitan dengan konsekwensi akhirnya. Berkenaantidak menjad
berkaitan secara jelas menubuatkan bahwa peristiwa tersebut
titik terminasi umat manusia. Hanya kekuasaan dari kekuatan-kekuatan politik yan
takabur dengan implikasinya
saja yang itu, surah ini juga
akan dicerai-beraikan danmenjelaskan betapa
direndahkan. keangkuhan
Dari kuburan mereka aka
dan keangkaraan
muncul tatanan dunia baru.dari negara-negara
Superpower yangadidaya
seperti pada masa
gunung tersebut
tersebut akan
akan dilumatkan da
diratakandipatahkan
seperti halnya padang pasir. Dalam kontur demikian
namun umat manusia tidak musnah seluruhnya. tidak lagi terlihat siapa yan
tinggi dan siapa yang rendah, siapa yang di atas atau siapa yang di bawah.
Ayat berkaitan secara jelas menubuatkan bahwa peristiwa tersebut
SMn°Ùtidak menjadi
sWmV" €Y _¡ÙÝ_™terminasi
§ª©¯¨ <Ýtitik ;ÆV \FÃq[kXjumat <ÝԁQ6 r¯PXq Hanya
VÙ §ª©®¨manusia. \IÁݦ<Wc ×#kekuasaan
Á VÙ ª$W¦IÙ ¨Cdari
Wà \W5SÉ W‹ÔRdXT
kekuatan-kekuatan politik yang takabur saja yang akan dicerai-beraikan
ZVÙdan ¨C›X+ØSdirendahkan.
ˆm ° À1XSՙ)] °0Dari œÄ V \NXS°Ã mereka
\ÈW‘\\XTkuburan Y ]³¦Ç…akan
|ESÄmunculȯŽ)Wc k®”W%×Statanan
Wc §ª©°¨ >dunia)Ù%U ,YXT =CXS°Ã
baru. Superpower yang seperti gunung tersebut akan dilumatkan dan
§ª©±¨ 6Õ-\F €Y¯ ÀÌ\-ԁQ#
diratakan seperti halnya padang pasir. Dalam kontur demikian tidak
‘Mereka
lagi terlihatbertanyasiapakepada engkaudan
yang tinggi mengenai
siapa yanggunung-gunung.
rendah, siapa Maka yang katakanlah
di atas “Tuhan-
ku akan menghancurkannya hingga berkeping-keping dan menghamburkannya bagaikan
atau Maka
debu. siapa Diayangakan di bawah.
meninggalkannya sebagai tanah datar yang gersang, rata. Tidak
akan kau lihat di dalamnya landaian dan tidak pula tanjakan.” Pada hari itu mereka
akan langsung mengikuti sang Penyeru, tiada kebengkokan dalam ajarannya dan semua
suara akan merendah di hadapan Tuhan yang Maha Pemurah dan tidaklah engkau akan
mendengar kecuali bisikan-bisikan langkah kaki yang sangat lemah.’ (S.20 Tha
Ha:106-109) 7
677
Adalah Tuhan, Pemerata Yang Maha
Sempurna, yang tangan-Nya akan membawa
transformasi ajaib tersebut. Yang dimaksud
dengan gunung-gunung adalah tamsil dari
menjelaskan betapa keangkuhan dan keangkaraan dari negara-negara adidaya di masa
tersebut akan dipatahkan namun umat manusia tidak musnah seluruhnya.
Ayat berkaitan secara jelas menubuatkan bahwa peristiwa tersebut tidak menjadi
titik terminasi umat manusia. Hanya kekuasaan dari kekuatan-kekuatan politik yang
takabur saja yang akan dicerai-beraikan dan direndahkan. Dari kuburan mereka akan
munculMirza
Bagian
Bagian
Bagian V
Tahir
1II
IV
II
IV Ahmad
VI dunia
III
IV
tatanan baru. Superpower yang seperti gunung tersebut akan dilumatkan dan
diratakan seperti halnya padang pasir. Dalam kontur demikian tidak lagi terlihat siapa yang
tinggi dan siapa yang rendah, siapa yang di atas atau siapa yang di bawah.

SMn°Ù sWmV" €Y §ª©¯¨ <Ý_¡ÙÝ_™ ;ÆV \FÃq[kXjVÙ §ª©®¨ <ÝԁQ6 r¯PXq \IÁݦ<Wc ×#Á VÙ ª$W¦IÙ ¨CWà 
\ W5SÉ W‹ÔRdXT

ZVÙ ¨C›X+ØSˆm ° À1XSՙ)] °0\ÈW‘\\XT œÄ V \NXS°Ã Y ]³¦Ç… |ESÄȯŽ)Wc k®”W%×SWc §ª©°¨ >)Ù%U ,YXT =CXS°Ã

§ª©±¨ 6Õ-\F €Y¯ ÀÌ\-ԁQ#


‘Mereka bertanya
‘Mereka kepada engkau
bertanya kepada mengenai
engkau gunung-gunung. Maka katakanlah Maka
mengenai gunung-gunung. “Tuhan-
ku akan menghancurkannya hingga berkeping-keping dan menghamburkannya bagaikan
katakanlah “Tuhan-ku akan menghancurkannya hingga berkeping-keping
debu. Maka Dia akan meninggalkannya sebagai tanah datar yang gersang, rata. Tidak
akandan
kaumenghamburkannya bagaikan
lihat di dalamnya landaian dandebu.
tidak Maka Dia akan Pada
pula tanjakan.” meninggalkannya
hari itu mereka
sebagai tanah datar yang gersang, rata. Tidak akan kau lihat
akan langsung mengikuti sang Penyeru, tiada kebengkokan dalam ajarannya di dalamnya
dan semua
landaian
suara dan tidak
akan merendah pula tanjakan.”
di hadapan Tuhan yang Pada
Mahahari itu mereka
Pemurah akan engkau
dan tidaklah langsungakan
mendengar
mengikutikecuali
sang bisikan-bisikan
Penyeru, tiada langkah kaki yang
kebengkokan dalamsangat lemah.’
ajarannya dan(S.20
semuaTha
Ha:106-109)
suara akan7 merendah di hadapan Tuhan yang Maha Pemurah dan tidaklah
engkau
Adalah akan Pemerata
Tuhan, mendengarYang
kecuali
Mahabisikan-bisikan langkah kaki yang sangat
lemah.’ (S.20 Tha Ha:106-109)
Sempurna, yang tangan-Nya akan membawa 7
transformasi ajaib tersebut. Yang dimaksud
dengan gunung-gunung adalah tamsil dari
negara-negara atau bangsa yang kuat. Al-Quran
menubuatkan bahwa begitu keangkuhan
mereka dihancurkan dan mereka direndahkan
serta diluruskan kembali pandangan hidupnya,
barulah saat itu mereka akan mampu
menanggapi penyeru ke jalan Tuhan yang tidak
ada kebengkokan dalam ajarannya.
Kehancuran sebagaimana diuraikan
hanya bisa akibat dari bencana dengan skala
ratusan ledakan nuklir, yang menyiratkan
bahwa manusia tidak belajar dari
pengalamannya sehingga kepalanya yang
demikian angkuh harus ditundukkan dengan
kedahsyatan yang luar biasa. Bersamaan dengan Sebuah Gedung Setelah
Ledakan Nuklir
  362


Sebuah Gedung Sebelum dan Setelah Ledakan Nuklir

678
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Bencana
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
AgamaNuklir
Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

Adalah Tuhan, Pemerata Yang Maha Sempurna, yang tangan-


Nya akan membawa transformasi ajaib tersebut. Yang dimaksud
dengan gunung-gunung adalah tamsil dari negara-negara atau bangsa
yang kuat. Al-Quran menubuatkan bahwa begitu keangkuhan
mereka dihancurkan dan mereka direndahkan serta diluruskan
kembali pandangan hidupnya, barulah saat itu mereka akan mampu
menanggapi penyeru ke jalan Tuhan yang tidak ada kebengkokan
dalam ajarannya.
Kehancuran sebagaimana diuraikan hanya bisa akibat dari
bencana dengan skala ratusan ledakan nuklir, yang menyiratkan
bahwa manusia tidak belajar dari pengalamannya sehingga kepalanya
yang demikian angkuh harus ditundukkan dengan kedahsyatan yang
luar biasa. Bersamaan dengan pesan suram itu terdapat juga pesan
cemerlang berupa harapan bahwa umat manusia akhirnya tetap
bisa bertahan dan digiring masuk ke era pencerahan. Manusia akan
mulai belajar memperbaiki kelakuannya, jika karena tidak berhasil
sebelumnya, sekurang-kurangnya setelah mencicipi buah karya
kegilaan dan pengingkarannya kepada Tuhan.
Di surah lain, Al-Quran juga mengungkapkan perubahan besar
geografis dan iklim sedemikian rupa sehingga banyak negeri dan
benua yang menjadi tandus dan gersang. Kemungkinan besar hal itu
akibat dari bencana yang kami jelaskan di atas. Sebelumnya, tanah-
tanah tersebut termasuk bagian dunia yang tercantik dan berpanorama
indah, sangat mencolok dalam keindahannya yang cemerlang. Betapa
kami sebenarnya mengharapkan bahwa dari semua nubuatan Al-
Quran, sekurang-kurangnya bagian ini janganlah menjadi kenyataan.
Keinginan demikian bukanlah karena rasa kurang hormat kami kepada
peringatan dalam nubuatan Al-Quran tersebut. Hal ini terbersit dari
keyakinan kami yang tidak pernah goyah akan sifat Allah Yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang. Semua peringatan, betapa pun keras
nadanya, tetap saja bersyarat tergantung pada tanggapan dari manusia.

679
Mirza
BagianTahir
Bagian
Bagian 1III
II
V VI Ahmad
V
III
IVIV

Contoh dari umat pada masa Nabi Yunus as yang telah diselamatkan
dari kemurkaan Tuhan yang telah dijanjikan setelah mereka bertobat
dengan sepenuh hati, menimbulkan sebersit harapan bagi kita
sekarang ini. Walaupun realitasnya belum ada pembenaran bagi
optimisme kita melihat terus merosotnya akhlak manusia umumnya,
hanya tinggal harapan itu sajalah yang masih tersisa. Di luar itu adalah
kegelapan malam dari keputus-asaan semata. Penawar dari penyakit
yang berakar sangat dalam ini tidak berada di tangan para messias
yang tak bertuhan. Semuanya ada di tangan Tuhan semata, namun
ini pun kalau kita mau menengadahkan tangan dalam doa kepada-
Nya. Bisa jadi kami berbicara dalam bahasa yang tidak dimengerti
manusia kontemporer. Semua ini terdengar bertentangan dengan apa
yang biasa mereka dengar. Hanya Tuhan saja yang tahu kiranya.

Referensi
1. Tafsir surah 104:2-10 oleh penulis.
2. Tafsir surah 44:11-12 oleh penulis.
3. Tafsir surah 77:30-34 oleh penulis.
4. Tafsir surah 77:16 oleh penulis.
5. Tafsir surah 44:14-15 oleh penulis.
6. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.
7. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.

680
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Bencana
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
AgamaNuklir
Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

REKAYASA GENETIK

REKAYASA GENETIK

M
M
elalui rekayasa di bidang genetik, sekarang ini dimungkinkan
mengubah beberapa ciri bentuk kehidupan. Hanya saja di
zaman elalui
ketikarekayasa
ayat berikut ini diwahyukan,
di bidang tidak ada
genetik, sekarang ini seorang pun yang
dimungkinkan mengubah
mampu membayangkan hal tersebut dalam khayalan yang paling aneh
beberapa ciri bentuk kehidupan. Hanya saja di zaman ketika ayat berikut ini diwahyukan,
sekali
tidak ada pun. Di pun
seorang bawah
yangini adalahmembayangkan
mampu ayat berkaitanhalbeserta
tersebutterjemahnya:
dalam khayalan yang
paling aneh sekali pun. Di bawah ini adalah ayat berkaitan beserta terjemahnya:
REKAYASA GENETIK
„CÁ°P*XÄkQ VÙ ×1ÀI5WmÄ%8[XT ×1ÀI‰<Wo°K<W%B]XT ×1ÀI‰< ¦ªB]XT §ªª±¨ <ªTÄmÙ݉% ;j¦¡W5 [°jW°Ã ÕC°% ‰D[k°c‹%9] |AVXT „

M ‘. ‘...
hamba
beberapa
elalui
. . dan
dariciri
kepada
rekayasa
daniaia(syaitan)
Engkau.
(syaitan)
hamba-hamba Dan
di bidang
berkata “Niscaya
berkata
niscaya
bentuk harapan-harapan
mereka kehidupan.
akan
Engkau.Hanya
genetik,
“Niscaya aku sekarang
aku akan
kusesatkan
Dan niscaya
saja di
kosong
mengambil

danzaman
mereka
niscaya
ini
bagian
akan mengambil
dan
akan kusesatkan
ketika
dimungkinkan
tertentu
bagian dari
niscaya
akanayat
mereka akan
berikut
kusuruh
mengubah
hamba-
tertentu
kujanjikan
danini
niscaya
mereka diwahyukan,
supaya
ª2›\ÈØ5)] |EVlXÄ

akanseorang
tidak memotong
ada kujanjikan
pun kepada
yang mereka
mampu harapan-harapan
membayangkan kosong
hal dan
tersebut niscaya
dalam
telinga binatang-binatang ternak . . .” ’ (S.4 An-Nisa:119-120) 1 akan yang
khayalan
paling aneh
kusuruhsekali pun. Di
mereka bawah
supaya ini adalahtelinga
memotong ayat berkaitan beserta terjemahnya:
binatang-binatang ternak...” ’ (S.4
An-Nisa:119-120)
Bukan konsep mutilasi hewan dengan cara memotong ekor atau mengiris telinga
„CÁ°P*XÄkQ VÙ ×1Al-Quran
ÀI5WmÄ%8[XT ×1ÀIdalam
‰<Wo°K<W%B]XT ayat
×1ÀI‰< ¦ª <ªTÄmÙÝitu
‰% ;menjadi
j¦¡W5 [°jWkebiasaan
°Ã ÕC°% ‰D[k°c‹%di
1
yang dimaksud B]XTPada
ini. §ªª±¨masa 9] antara
|AVXT bangsa
„
Arab di masa jahiliah untuk membuat irisan di telinga hewan yang akan menjadi korban
Bukan dewa-dewa.
kepada berbagai konsep mutilasi Apa yanghewan diutarakan dengan berikutnyacara dalammemotong ª2ayat
›\ÈØ5)]yang
|E ekor
Vlsama
XÄ itu
malah lebih dramatis dan bersifat revolusioner. Ayat itu diakhiri dengan mengatribusikan
atau syaitan
kepada mengiris
‘. . . dantentang
telinga
ia (syaitan) maksud yangburuk
berkata
dimaksud
“Niscayalainnya Al-Quran
aku dimana
akan mengambil
dalam
ia akan ayat
menggoda
bagian tertentu
ini. Pada untuk
manusia
dari hamba-
masa hamba
melakukan itu menjadi Engkau. kebiasaan
perubahan-perubahan Dan niscayadiakan pada antara
pola bangsamereka
dari
kusesatkan mahluk Arabdan pada
ciptaan masaakan
Tuhan.
niscaya jahiliah
Selanjutnya
kujanjikan ayat
tersebut mengungkapkan:
kepada mereka harapan-harapan kosong dan niscaya akan kusuruh mereka supaya
untukmemotong
membuat telinga irisan di telinga ternak
binatang-binatang hewan . . .”yang akan menjadi 1korban
’ (S.4 An-Nisa:119-120)
ª²¨ ;<o¯v% <5Wmberbagai
§ªkepada ԁÅ\ Wm¦\\ ÕiV dewa-dewa.
VÙ  £ETÀj C°K% YApaj°XT ]C›V¼yang
Ùk…‘ ªkdiutarakan
°bŽ)Wc CW%XT   |< Ú \\ EÈnªKmWÓÄjQ VÙ ×1dalam
berikutnya ÆM‰;]pÀ'8[XT
Bukan konsep mutilasi hewan dengan cara memotong ekor atau mengiris telinga
ayatdimaksud
yang yang sama Al-Quranitu dalam
malahayat lebih dramatis
ini. Pada masa itu danmenjadibersifat revolusioner.
kebiasaan di antara bangsa
Arab di ‘. . masa
. dan jahiliah
niscaya untuk membuat
akan kusuruh mereka irisan di telinga
mengubah hewanAllah.”
mahluk yang akan menjadi korban
Dan barangsiapa
Ayatmengambil
kepada itu
berbagaidiakhiri dengan
dewa-dewa.
syaitan menjadi Apa mengatribusikan
yang diutarakan
sahabat selain Allahberikutnya
kepada dalam
maka sesungguhnya
syaitanayat tentang
ia yang menderita sama itu
maksud
malah lebihburuk
kerugian dramatis lainnya
yang nyata.’ dan(S.4 dimana
bersifat ia 2akanAyat
revolusioner.
An-Nisa:120) menggoda
itu diakhirimanusia untuk
dengan mengatribusikan
kepada syaitan tentang maksud buruk lainnya dimana ia akan menggoda manusia untuk
melakukan
melakukan Kemungkinan perubahan-perubahan
perubahan-perubahan
bisa mengubahpada fitratpola pada
ciptaan pola bukanlah
dari Tuhan
mahluk dari
ciptaan mahluk
Tuhan.
suatu konsep ciptaan
Selanjutnya ide yangayat
tersebut
bisa dicerna mengungkapkan:
oleh manusia di masa lalu. Jelas sekali kalau ayat ini berbicara tentang
Tuhan. Selanjutnya ayat tersebut mengungkapkan:
posibilitas yang belum lagi dikenal di cakrawala era terdahulu. Kalau hanya melukai kecil
atau ;<o¯v% <5WmԁÅ\perubahan
§ªª²¨melakukan Wm¦\\ ÕiV VÙ  fisik
£ETÀjsederhana
C°K% Yj°XT ]C›V¼melalui
Ùk…‘ ªk°bŽ)proses
Wc CW%XT  torehan
 |<Ú \\ E ×1ÆM‰;]pÀ'8[proses
ÈnªKmWÓÄjQ VÙsuatu
adalah XT
sederhana yang sanggup dilakukan manusia di segala zaman. Tetapi posibilitas membentuk
perubahan substansial pada ciptaan Tuhan belum dikenal sebelum zaman modern sekarang.
Penambahan ‘. . . rekayasa
dan niscaya genetikakansebagai
kusuruhcabang merekailmu baru dari
mengubah mahluktelaah ilmiahDan
Allah.” sekarang barangsiapa ini baru
berumur mengambil satu atau dua dasawarsa.
syaitan menjadi Tetapi
sahabatcabang selain ilmu Allahini makabergerak cepat sampai
sesungguhnya ia menderita ke suatu
tingkatankerugian dimanayang telahnyata.’
mencapai tahapan yang2diingatkan Al-Quran pada 14 abad
(S.4 An-Nisa:120) 681 lampau.
Manusia sudah mulai mencampuri rencana penciptaan Ilahi dan sampai suatu tingkat
tertentu Kemungkinan
telah berhasil bisa mengubah mengubah bentuk fitrat kehidupan
ciptaan Tuhan dari bakteri,
bukanlah serangga
suatu konsep dan lain-lain. ide yang
Beberapa
bisa dicerna langkah olehlagi maka hal
manusia itu akan
di masa lalu.membawa
Jelas sekali bencana.
kalau Beberapa
ayat ini berbicara ilmuwan sudah tentang
mulai membunyikan
posibilitas yang belum tanda bahayanya,
lagi dikenal namun sayangnya
di cakrawala era terdahulu. untuk Kalaumemutar
hanya melukai balik roda kecil
eksperimen
atau melakukan di bidang ini sudahfisik
perubahan berada di luar kemampuan
sederhana melalui proses mereka. torehan adalah suatu proses
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V
VIIV Ahmad
V
III
IV

‘... dan niscaya akan kusuruh mereka mengubah mahluk Allah.” Dan
barangsiapa mengambil syaitan menjadi sahabat selain Allah maka
sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata.’ (S.4 An-Nisa:120)2

Kemungkinan bisa mengubah fitrat ciptaan Tuhan bukanlah


suatu konsep ide yang bisa dicerna oleh manusia pada masa lalu.
Jelas sekali kalau ayat ini berbicara tentang posibilitas yang belum
lagi dikenal di cakrawala era terdahulu. Kalau hanya melukai kecil
atau melakukan perubahan fisik sederhana melalui proses torehan
adalah suatu proses sederhana yang sanggup dilakukan manusia di
segala zaman. Tetapi posibilitas membentuk perubahan substansial
pada ciptaan Tuhan belum dikenal sebelum zaman modern sekarang.
Penambahan rekayasa genetik sebagai cabang ilmu baru dari telaah
ilmiah sekarang ini baru berumur satu atau dua dasawarsa. Tetapi
cabang ilmu ini bergerak cepat sampai ke suatu tingkatan dimana
telah mencapai tahapan yang diingatkan Al-Quran pada 14 abad
lampau. Manusia sudah mulai mencampuri rencana penciptaan Ilahi
dan sampai suatu tingkat tertentu telah berhasil mengubah bentuk
kehidupan dari bakteri, serangga dan lain-lain. Beberapa langkah lagi
maka hal itu akan membawa bencana. Beberapa ilmuwan sudah mulai
membunyikan tanda bahayanya, namun sayangnya untuk memutar
balik roda eksperimen di bidang ini sudah berada di luar kemampuan
mereka.
Para cendekiawan terbagi dalam dua kelompok berkaitan dengan
etika rekayasa genetik. Sebagian dari mereka mengangkat tangannya
tanda kekhawatiran, sedangkan yang lainnya bersikukuh ingin
mengembangkan bidang baru ini sampai ke tingkat akhirnya guna
mencari tahu seluk-beluk rahasia penciptaan. Mereka beranggapan
bahwa perkembangan teknologi di bidang ini akan mencerahkan
masa depan manusia. Di Amerika terjadi perdebatan seru di antara
kedua kelompok yang setuju dan yang tidak setuju dengan rekayasa
genetika. Beberapa pengaduan dan tuntutan hukum terhadap

682
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Rekayasa
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Genetik
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

eksperimen tanpa batas sudah menunggu di kantor-kantor pengadilan


Amerika Serikat. Ada yang menyatakan kalau eksperimen-eksperimen
itu telah mendewakan ekspektasi ilmiah dari apa yang diharapkan
atas transfer gen dari satu spesies ke spesies lain. Dalam beberapa
hal, deviasi dalam perkiraan arah ternyata lebih besar dibanding yang
diperkirakan mereka yang skeptis. Sampai saat ini sebenarnya keadaan
belum sepenuhnya lepas kendali. Eksperimen yang dilakukan terhadap
beberapa jenis bakteri dan tanaman pangan nyatanya bermanfaat telah
meningkatkan mutu hasil pertanian dan melindunginya dari beberapa
jenis penyakit. Namun rasanya terlalu dini untuk bergembira atas
perolehan sementara yang masih kecil tersebut.
Bagaimana dampak akhir dari turunan sintetis baru atau spesies
yang diubah tersebut terhadap ekologi di masa depan, belum akan
bisa diukur sampai semua perilaku barunya berhasil dipantau selama
beberapa generasi berurutan. Hanya saja harus diperhatikan kalau
bahaya bencana yang mungkin timbul nyatanya adalah suatu yang
real dan substansial. Kalau tidak dipantau secara ketat, eksperimen
tidak bertanggung-jawab dalam rekayasa genetika akan menghasilkan
bentuk kehidupan yang tidak diharapkan yang mungkin saja tidak
lagi bisa dikontrol manusia. Kepastian* ancaman berupa hukuman
terhadap masa depan kehidupan di bumi karena mengutak-atik
ciptaan Tuhan telah jelas dipaparkan dalam Al-Quran. Jangan kiranya
manusia mengambil peran Tuhan karena hanya Dia saja Yang Maha
Mengetahui. Apakah tidak ada cara lain untuk mengingatkan selain
kepunahan spesies agar manusia mau berendah hati?

N amun salah kalau menarik kesimpulan bahwa ayat ini


mengutuk semua kegunaan yang dimungkinkan dari rekayasa
genetika. Semua bentuk ilmu yang dikhidmatkan bagi kemaslahatan
mahluk ciptaan-Nya dan diarahkan kepada penjagaan (dan bukannya
perubahan), jelas tidak dilarang. Jika misalnya rekayasa genetik
dimanfaatkan guna memperbaiki kesalahan dalam kode-kode genetik

683
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V
VIIV Ahmad
V
III
IV

akibat suatu kecelakaan, maka hal demikian tidak bisa dianggap


sebagai mencampuri takdir Ilahi. Begitu juga kalau rekayasa genetik
dimaksudkan untuk memperbaiki kerusakan kode genetik akibat dari
suatu penyakit atau kesalahan pengobatan, jelas hal demikian tidak
termasuk yang dicela dalam ayat dimaksud.
Pendek kata, rasanya tidak perlu ditekankan lagi bahwa para
ilmuwan jangan sampai diberikan kebebasan penuh mengutak-atik
skema akbar Penciptaan Ilahi. Mereka patut bersyukur bahwa sampai
sekarang belum ada kecelakaan parah yang terjadi. Kalau sampai
terjadi maka semuanya adalah tanggung-jawab mereka sendiri.
Kami sungguh berharap agar pemerintahan-pemerintahan di dunia
mau mengawasi secara ketat trend dan ruang lingkup eksperimen di
bidang rekayasa genetik. Yang menjadi taruhan adalah kehormatan
dan harga diri spesies manusia di antara dunia hewan. Kami sungguh
berharap dan berdoa bahwa manusia jangan ditimpa bencana sampai
tak berdaya saat mereka diperbudak oleh budak-budak sintetis ciptaan
mereka sendiri.

Catatan:
* Misalnya dalam bentuk mikroba bakteri yang kebal terhadap
segala bentuka obat dan antibiotika. (Penterjemah)

Referensi
1. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2. (Tambahan kata syaitan dalam
kurung adalah dari penulis)
2. Terjemah 4:120 dari penulis.

684
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Rekayasa
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Genetik
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

WABAH PES

D unia yang kita kenal sekarang ini jauh berbeda dibanding


keadaannya 100 tahun yang lalu. Pada masa itu belum ada
perjalanan udara. Penerbangan uji coba pertama dari Wright bersaudara
masih belum dilakukan dan baru terjadi beberapa tahun kemudian.
Kapal-kapal laut besar raksasa yang menjulang tinggi seperti gunung
belum lagi dibangun dan era dari kapal selam belum lagi terbayang.
Namun pada masa itu sudah mulai terasa adanya getaran di atmosfir
seperti akan munculnya fajar. Hari terang masa temuan-temuan ilmiah
revolusioner sudah mulai merebak.
Atmosfir di lingkungan keagamaan juga bergetar dengan adanya
ekspektasi yang berbeda jenisnya. Muncul berbagai pembicaraan
di semua agama tentang telah dekatnya kedatangan seorang
Pembaharu Ilahi dengan dimensi global. Pertanyaan yang paling seru
diperdebatkan adalah siapa orangnya dan dimana turunnya. Suasana
tegang karena adanya berbagai klaim dan penyangkalan. Namun
ketegangan perdebatan antar agama yang paling terasa adalah di anak
benua India.
Umat Kristen mau pun Islam sedang menunggu kedatangan
Masih yang Dijanjikan di antara mereka. Umat Hindu pun juga
sedang menunggu manifestasi Krishna mereka. Begitu juga dengan
umat Buddha yang mengharapkan kedatangan kembali Buddha.
Dalam suasana konflik banyak agama demikian, muncul suara
lantang dari seorang sederhana berasal dari Qadian bernama Mirza
Ghulam Ahmad as. Beliau mengguncang suasana atmosfir dengan
pernyataannya tentang supremasi Islam di atas agama-agama lain.

685
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V
VIIV Ahmad
V
III
IV

Beliau melemparkan berbagai tantangan atas nama Islam ke segala


penjuru didasari argumentasi-argumentasi yang kuat berdasar kitab-
kitab yang diwahyukan serta bukti-bukti logika, dengan tujuan agar
para pemuka agama lainnya memperhatikan beliau secara serius.
Muncul teriakan dalam masyarakat di mana-mana “Telah muncul
seorang pahlawan baru yang akan membela Islam.”
Umat Muslim di anak benua itu tergugah oleh rasa gembira
dan pengharapan. Sampai dengan masuknya pahlawan baru ini ke
arena untuk membela, agama Islam dianggap yang paling lemah
pertahanannya menghadapi serangan agama-agama lainnya. Kenaikan
nama beliau secara meteorik di antara umat Muslim India ditandai
dengan terbitnya jilid pertama dari karya monumental beliau berjudul
Brahini Ahmadiyah. Berbagai pujian dan sanjungan disampaikan oleh
para ulama terkenal umat Muslim pada masa itu. Muncul artikel-
artikel di harian-harian Muslim yang memuji beliau. Hanya saja
semua itu tidak berlangsung lama.
Situasinya berubah dramatis saat suatu ketika beliau menyatakan
bahwa Tuhan telah mewahyukan kalau Isa ibnu Maryam telah wafat.
Nabi Isa as telah wafat sebagai seorang Nabi dan sebagai manusia
biasa di zamannya, setelah diselamatkan dari tiang salib. Dalam
nama, gaya dan semangat Isa as itulah beliau, Mirza Ghulam Ahmad
as telah dibangkitkan sebagai Masih akhir zaman guna memenuhi
nubuatan tentang kedatangan Yesus yang kedua kalinya ke dunia.
Bahasan lebih mendalam akan diberikan di Bagian VII. Sekarang ini
kita tinjau dahulu sampai nama beliau telah dikenal ke mana-mana
sebelum menyatakan pengakuannya tersebut. Satu hal yang jelas ialah
pernyataan demikian dalam sekejap telah merubah ketenaran nama
baik menjadi kemasyhuran yang buruk. Nama beliau tetap masih
dikenal di antara umat Muslim di seluruh anak benua India, namun
tidak lagi sebagai yang dihormati, dipuji atau pun pembawa harapan
dan aspirasi. Pemburu musuh-musuh Islam itu kini malah menjadi

686
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Wabah
Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu Pes
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

buruan umat Muslim yang justru beliau bela. Semua sahabat beliau
berubah menjadi musuh dan yang tadinya mendoakan kebaikan
sekarang mengharapkan kematiannya karena telah berani menyatakan
kewafatan Nabi Isa as serta kelahirannya kembali secara keruhanian di
antara umat Muslim. Beliau dicaci-maki dan dilawan habis-habisan
sedemikian rupa sebagai suatu yang tidak pernah ada padanannya di
anak benua India. Justru pada saat demikian ketika beliau dikhianati
oleh dunia Islam dan dimusuhi secara terbuka oleh agama-agama
lain, beliau memperoleh keyakinan dari Allah swt bahwa Dia tidak
akan meninggalkannya. Banyak peringatan-peringatan nubuatan
yang diwahyukan kepada beliau berkaitan dengan hukuman Tuhan
kepada mereka yang memusuhi beliau secara keterlaluan. Banyak pula
peringatan Ilahi yang diwahyukan berkaitan dengan hukuman langit
dalam skala besar agar manusia umumnya bisa menarik pelajaran
daripadanya, namun ternyata mereka tidak memperdulikannya.
Beliau dianggap palsu namun peringatan nubuatan tentang hukuman
Ilahi tidak bisa dipalsukan.

S alah satu peringatan itu bertalian dengan epidemi penyakit


pes yang kemudian memporak-porandakan daerah Punjab,
Provinsi dimana beliau bermukim. Peringatan paling emphatik yang
diwahyukan kepada beliau bagi dunia adalah dalam kata-kata wahyu
Ilahi sebagai berikut:

‘Seorang penyeru telah datang ke dunia, namun dunia tidak menerimanya;


tetapi Tuhan akan memperlihatkan karunia-Nya dan menunjukkan
kebenarannya dengan serangan-serangan dahsyat.’1

Penyakit pes sebagaimana telah kami kemukakan hanyalah


salah satu tanda-tanda azab yang beliau nubuatkan. Namun karena

687
berkaitan dengan hukuman langit dalam skala besar agar manusia umumnya bisa menarik
pelajaran daripadanya, namun ternyata mereka tidak memperdulikannya. Beliau dianggap
palsu namun peringatan nubuatan tentang hukuman Ilahi tidak bisa dipalsukan.

S Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V
VIIV Ahmad
V
III
IV
alah satu peringatan itu bertalian dengan epidemi penyakit pes yang kemudian

memporak-porandakan daerah Punjab, Provinsi dimana beliau bermukim. Peringatan


merupakan
paling tanda
emphatik yang akbar kepada
diwahyukan yang beliau
amat bagi
luardunia
biasa maka
adalah dalamkami telah
kata-kata wahyu
Ilahi sebagai berikut:
memilihnya sebagai suatu kategori tersendiri. Tanda ini tidak saja
menjadi bukti kebenaran Masih Mau’ud as sendiri tetapi juga menjadi
bukti‘Seorang
kebenaran
penyerudari
telahAl-Quran dannamun
datang ke dunia, Rasulullah saw.
dunia tidak Begitu juga
menerimanya; karena
tetapi Tuhan
akan memperlihatkan karunia- Nya dan menunjukkan kebenarannya dengan serangan-
tanda-tanda itu menjadi bukti bahwa wahyu merupakan sarana
serangan dahsyat.’ 1

paling handal untuk mentransfer pengetahuan dari keadaan ghaib


Penyakit pes sebagaimana telah kami kemukakan hanyalah salah satu tanda-tanda
menjadi
azab sesuatu
yang beliau yang Namun
nubuatkan. dikenal. Datangnya
karena merupakanpenyakit pesyang
tanda akbar sebagaimana
amat luar biasa
maka kami telah memilihnya sebagai suatu kategori tersendiri. Tanda ini tidak saja menjadi
diwahyukan
bukti kepada
kebenaran Masih Masih
Mau’ud Mau’ud
as sendiri as juga
tetapi sebenarnya jugakebenaran
menjadi bukti merupakan dari Al-
Quran dan Rasulullah saw. Begitu juga karena tanda-tanda itu menjadi bukti bahwa wahyu
nubuatansarana
merupakan Al-Quran yang untuk
paling handal ditekankan kembali
mentransfer dalamdari
pengetahuan masa beliau
keadaan ghaib
karena saat itulah nubuatan tersebut akan mewujud.
menjadi sesuatu yang dikenal. Datangnya penyakit pes sebagaimana diwahyukan kepada
Masih Mau’ud as sebenarnya juga merupakan nubuatan Al-Quran yang ditekankan kembali
dalam masa beliau karena saat itulah nubuatan tersebut akan mewujud.
§±«¨ WDSÄ=°SÄc Y X=°*›WcW‹¯ SÈ5[ `ˆ‰= ‰DU Ô2ÀIÄ.°M VÉ" ¨º×q)] ]C°K% <RŽ\j ×1ÈNP R<ÕBWmØ\U ×1®M×nQ Wà Ä$×SV Ù \ÌVXT Vl¯ XT

‘Apabila keputusan ditetapkan terhadap mereka, Kami akan mengeluarkan


‘Apabila keputusan ditetapkan terhadap mereka, Kami akan mengeluarkan bagi mereka
bagi mereka
serangga serangga
(daabbah) dari (daabbah)
bumi yang dari
akan bumi
melukaiyang akan melukai
(tukallimu) mereka,(tukallimu)
disebabkan
mereka,
manusia disebabkan
tidak yakin atas manusia tidak
tanda-tanda yakin
Kami.’ atas
(S.27 tanda-tanda
An-Naml:83) 2 Kami.’ (S.27 An-

Naml:83)
2
Kata daabbah sebagaimana digunakan dalam Al-Quran telah dijelaskan berkenaan
dengan ayat lain yang dibahas di muka. Kata ini bisa digunakan pada berbagai jenis hewan,
dari yang paling
Kata kecil sampai
daabbah yang paling digunakan
sebagaimana besar, yang bergerak
dalam di muka bumi
Al-Quran dengan
telah
mekanisme lokomotif. 3
dijelaskan berkenaan
Amat penting memahami dengan ayatnubuatan
signifikasi lain yang dibahas
ini yang membawadi muka. Kataamat
pesan yang
kuat buat manusia di zaman ini. Banyak cendekiawan Muslim dan penafsir Al-Quran di
ini lalu
masa bisayang
digunakan
mengkaitkan pada berbagai
nubuatan jenisdengan
tersebut hewan, dariketika
zaman yangsosok
paling
Imamkecil
Mahdi
dan Masih
sampai yang
yang Dijanjikan
paling akan muncul.
besar, yang Meski mereka
bergerak tidak
di mampu
muka menduga
bumi kedalaman
dengan
yang tersirat dari pesan tersebut namun nyatanya penafsiran mereka sudah demikian
mekanisme
dekatnya. Allamahlokomotif.
Ismail Haqqi Al-Buruswi (wafat 1137 H) mengomentari ayat di atas
3
dalam kitab Rahul Bayan menulis bahwa sosok Imam Mahdi akan datang, setelah itu akan
Amat penting
muncul Dajjal yang diikuti oleh memahami signifikasiDalam
Masih yang Dijanjikan. nubuatan
masa inilahini yangakan
daabbah
muncul
membawadan setelah itu matahari akan muncul dari Barat.
pesan yang amat kuat buat manusia di zaman ini. Banyak
Cendekiawan Syiah yaitu Mullah Fathullah Kashani (wafat 988 H) dalam tafsirnya di
cendekiawan
kitab Minhajus Sadiqin Muslim dan penafsir
telah berkomentar sebagaiAl-Quran
berikut: pada masa lalu yang
mengkaitkan nubuatan tersebut dengan zaman ketika sosok Imam
 Mahdi dan Masih yang Dijanjikan akan
 muncul. Meski mereka tidak 368
 mampu menduga kedalaman yang tersirat dari pesan tersebut namun
nyatanya penafsiran mereka sudah demikian dekatnya. Allamah
Ismail Haqqi Al-Buruswi (wafat 1137 H) mengomentari ayat di atas
dalam kitab Rahul Bayan menulis bahwa sosok Imam Mahdi akan
datang, setelah itu akan muncul Dajjal yang diikuti oleh Masih yang

688
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Wabah
Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu Pes
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

Dijanjikan. Dalam masa inilah daabbah akan muncul dan setelah itu
matahari akan muncul dari Barat.
Cendekiawan Syiah yaitu Mullah Fathullah Kashani (wafat 988
H) dalam tafsirnya di kitab Minhajus Sadiqin telah berkomentar
sebagai berikut:
‘Sejalan dengan pendapat beberapa kawan kami, ayat ini (yang berkenaan
dengan kemunculan daabbah) menunjuk kepada saat datangnya penguasa
kewenangan Ilahi yang adalah Imam Mahdi bagi umat Muslim.’

Hanya sampai sejauh inilah penafsiran yang bisa diberikan dari


telaah mereka atas Hadis yang berkaitan dengan ayat Al-Quran di atas.
Mereka tidak menjelaskan lebih lanjut fitrat daabbah itu. Terpulang
kepada Mirza Ghulam Ahmad as sebagai pembaharu di akhir zaman
untuk lebih memperjelasnya dan menerangkan implikasi nyata
nubuatan tersebut menurut wahyu Ilahi dan kashaf yang dikaruniakan
kepada beliau.
Dalam bulan Februari 1898, Mirza Ghulam Ahmad as
menerima wahyu-wahyu tentang mendekatnya wabah pes dan
beliau segera menerbitkan pemberitahuan penting tentang hal itu
melalui surat kabar dan pamflet kepada seluruh dunia umumnya.
Beliau menjelaskan bahwa wabah pes yang telah beliau nubuatkan
adalah sama dengan bencana yang tersirat dalam ayat terkait tentang
kemunculan aldaabbah.
Beliau selanjutnya menjelaskan bahwa kata tukallimu yang
disebut dalam ayat tersebut mempunyai dua pengertian dasar. Yang
satu adalah melukai dan yang lainnya adalah berbicara. Konteks ayat
ini jelas berkaitan dengan sejenis hewan yang akan menggigit manusia
karena mereka telah menolak tanda-tanda Ilahi. Makna alternatif
tersebut mengandung arti bahwa daabbah itu akan berbicara kepada
manusia. Hal ini beliau lakukan melalui implikasi bahwa tindakan
azab tersebut karena penyangkalan mereka. Dengan cara demikian

689
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V
VIIV Ahmad
V
III
IV

itulah daabbah berbicara saat ia melukai dengan memilih-milih di


antara manusia yang buruk dan yang baik.
Setelah peringatan awal tersebut, menyusul banyak peringatan
berikutnya yang tambah memperjelas fitrat wabah yang akan datang
serta caranya menghantam manusia. Masih Mau’ud a.s. diberitahukan
secara pasti bahwa wabah pes itu akan menghancurkan daerah yang
luas di Punjab dimana desa demi desa akan kosong dari kehidupan.
Maut akan mengetuk di setiap pintu rumah dan menghantam kota
demi kota, meninggalkan jejak mengerikan di belakangnya. Beliau
menyatakan bahwa kota Qadian dimana beliau bermukim juga tidak
akan dikecualikan, namun wabah di kota itu akan memperkuat tanda-
tanda kebenaran diri beliau. Wabah itu akan menghantam semuanya
di sekeliling rumah beliau namun tidak diizinkan untuk melangkah di
dalam batas keempat dinding rumahnya.

‘Aku akan memelihara mereka semua yang tinggal dalam rumah ini.’4

Bagi mereka yang mencari dan mendambakan perlindungan


beliau, dijelaskan bahwa janji keselamatan tersebut tidak hanya
terbatas bagi mereka yang secara fisik berada di rumah beliau, tetapi
juga meliputi semua mereka yang menghuni rumah ruhani beliau yaitu
Jemaat Ahmadiyah. Dengan cara demikian beliau menyampaikan
peringatan jelas bagi mereka yang menolak beliau serta memberi kabar
suka akan adanya perlindungan Ilahi bagi mereka yang beriman.
Ketika beliau menyebutkan kalau para anggota Jemaat
Ahmadiyah akan diselamatkan secara ajaib dari penyakit tersebut,
beliau juga menegaskan bahwa dalam keadaan tertentu para Ahmadi
yang hanya dalam nama saja, juga bisa ikut menderita. Namun secara
perbandingan, mereka akan diselamatkan dalam proporsi mencolok

690
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Wabah
Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu Pes
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

sehingga tidak tertinggal keraguan di fikiran para pengamat bahwa


perlindungan tersebut bukanlah suatu hal yang kebetulan saja.

K isah tentang wabah pes di Punjab sungguh merupakan kisah yang


mentakjubkan. Wabah itu menjadi bukti kebenaran dari Masih
Mau’ud as secara harfiah mau pun semangatnya. Bagaimana mungkin
seseorang bisa menyatakan adanya perlindungan bahkan dari penyakit
selesma, hanya untuk membuktikan kebenaran dirinya? Berbicara
tentang wabah pes yang akan menunjukkan partialitas (pengecualian)
nyata terhadap para pengikut beliau adalah suatu ucapan gegabah jika
dilakukan oleh seorang manusia biasa jika bukan karena diwahyukan
Tuhan. Sungguh merupakan suatu pernyataan yang luar biasa untuk
mengatakan bahwa barangsiapa yang beriman kepada Imam zaman
sebagaimana telah ditunjuk Ilahi akan diselamatkan dari penderitaan
akibat wabah pes tersebut. Ketika tiba saatnya maka lonceng berbunyi
di atas penguburan musuh-musuh keras beliau. Banyak dari antara
mereka itu yang di depan publik bersumpah bahwa Mirza Ghulam
Ahmad as sendiri yang akan mati karena wabah tersebut. Namun
nyatanya mereka sendiri yang disambar wabah itu berikut keluarga
mereka, satu per satu sehingga tidak ada lagi yang tersisa untuk
meratapi kematian mereka. Wabah tersebut nyatanya sebagaimana
telah dijanjikan, telah menghindari para pengikut beliau dalam
proporsi yang amat besar. Suatu marjin yang tidak bisa dijelaskan
oleh faktor kebetulan atau aksidental. Tidak ada logika dunia yang
mampu menjelaskan partialitas mencolok wabah tersebut kepada para
Ahmadi di ratusan desa-desa yang populasinya bercampur. Mukjizat
ini berulang-ulang terus di mana-mana demikian cemerlangnya
sehingga yang buta pun menyadarinya. Kemudian mereka yang buta
(ruhaninya) tersebut, setelah melihat fakta demikian lalu bergegas
mencari keselamatan dan perlindungan ke dalam Jemaat Ahmadiyah
dalam jumlah yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Dan ternyata
mereka telah ikut diselamatkan. Namun celaka bagi mereka yang bisa

691
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V
VIIV Ahmad
V
III
IV

melihat tetapi tetap menyangkal karena mereka kemudian dibutakan


oleh kecemerlangan tanda-tanda ini. Terdapat beberapa desa-desa
yang tidak menyisakan siapa pun untuk menggotong peti jenazah
korban wabah ini ke kuburan kecuali para pengikut Mirza Ghulam
Ahmad as. Mereka inilah yang menggotong di atas bahu, mayat-
mayat mereka yang menolak beliau tersebut ke lahan kuburan tanpa
sama sekali merasa takut akan ketularan penyakit itu.
Kembali ke Qadian setelah melihat sekilas apa yang terjadi
di Punjab, mari kita perhatikan apa yang terjadi di sini. Semuanya
berjalan sesuai nubuatan kecuali satu atau dua insiden yang terlihat
ganjil dan tidak sejalan. Kebetulan salah seorang pengikut Masih
Mau’ud as yang terkenal yaitu Maulwi Muhammad Ali menderita
demam amat tinggi dengan segala gejala mirip dengan penyakit pes.
Bahkan kelenjar ketiaknya juga ikut membengkak dan menimbulkan
rasa sakit dan perasaan tidak nyaman. Sudah diberikan bantuan
pengobatan terbaik tetapi terasa tidak mempan. Penderitaannya sama
sekali tidak berkurang. Ia ini sama sekali tidak bisa menerimakan
bahwa dirinya sebagai salah seorang sahabat Masih Mau’ud as namun
kenapa masih juga terkena penyakit yang jadinya berlawanan dengan
janji Ilahi. Derita karena penyakit itu sendiri sudah sangat menyiksa,
apalagi ditambah rasa penyesalan dan kekecewaan yang mengganggu
batinnya demikian karena ia takut bahwa dalam penglihatan Tuhan,
ia ini dianggap tidak termasuk hamba-Nya yang benar.
Begitulah ia berguling-guling, berteriak dan meratap, meminta
seseorang segera pergi kepada Masih Mau’ud as untuk memberitahukan
keadaan dirinya dan meminta beliau datang untuk memberkatinya.
Masih Mau’ud a.s. langsung datang. Beliau sama sekali tidak terusik
bahwa sang pasien yang telah dinyatakan menderita pes. Beliau segera
beranjak ke samping tempat tidur pasien dan meletakkan tangan beliau
di dahinya sambil menyampaikan kata-kata menghibur bahwa dirinya
adalah Masih yang benar, maka Maulwi Muhammad Ali tidak akan

692
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Wabah
Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu Pes
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

mati karena penyakit pes. Tidak lama kemudianMaulwi Muhammad


Ali ini langsung melihat penyempurnaan kata-kata nubuatan tersebut.
Begitu beliau as selesai berbicara, sementara tangan beliau masih di
dahinya, suhu badannya langsung turun tanpa ada sisa-sisa demam
lagi. Ia segera duduk sambil meraba-raba seluruh tubuhnya, keheranan
betapa cepatnya demam itu telah hilang. Begitu juga mereka yang
duduk di sekeliling yang sedang menunggu kematiannya tetapi malah
diperlihatkan mukjizat keselamatan. Ia hidup berusia panjang setelah
kejadian tersebut sebelum kemudian meninggal di Lahore pada tahun
1951 dalam usia 77 tahun.

B agaimana mungkin wabah penyakit pes itu bisa membeda-


bedakan manusia di antara yang beriman kepada Masih Mau’ud
as dan mereka yang menolak, akan tetap menjadi misteri selamanya,
namun bukan suatu misteri bagi mereka yang mengimani fitrat tidak
terbatas dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah bentuk bukti solid
bagaimana yang bisa disampaikan guna memuaskan penelitian netral
atas fakta-fakta yang dikemukakan dalam bab ini. Masalahnya karena
bukti langsung yang bisa dikemukakan tersebut bersifat internal.
Mereka yang menjadi saksi semuanya adalah orang Ahmadi atau
mereka yang baiat masuk Jemaat setelah menyaksikan keajaiban itu.
Tidak ada bukti eksternal kecuali yang bersifat tidak langsung dan
tersirat, namun cukup kuat karena bersumber dari saksi-saksi yang
memusuhi. Masalah utamanya adalah karena tidak pernah dilakukan
penelaahan secara independen pada saat itu oleh kewenangan yang
bersifat netral. Yang ada saat itu hanyalah dua kelompok yaitu para
Ahmadi dan mereka yang non-Ahmadi. Adapun tentang fakta-fakta
dan angka-angka tentang pola perilaku wabah pes itu, hanya apa yang
terdapat pada arsip dari publikasi pada masa itu dalam bentuk harian,
majalah, pamflet, poster dan buku-buku. Ketelitian yang diharapkan
atas kehandalan material ini tentunya bersifat sirkumstansial.

693
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V
VIIV Ahmad
V
III
IV

Faktor terpenting yang perlu dicatat adalah terciptanya getaran


minat dalam fitrat, pernyataan-pernyataan dan akitivitas dari Jemaat
Ahmadiyah dalam periode bersangkutan. Ada sebuah penerbitan yang
luar biasa memusuhi yang selalu memberikan liputan negatif, tajam
dan busuk terhadap apa saja yang muncul dari tengah Jemaat ini. Apa
pun yang dikatakan atau dilakukan oleh Mirza Ghulam Ahmad as dari
Qadian serta apa pun yang terjadi terhadap diri beliau selalu diamati
dan dicatat oleh para lawan-lawan beliau. Apa pun yang kiranya akan
bisa digunakan melawan beliau, langsung diberikan liputan panjang
lebar dan semarak. Peliputan yang memusuhi demikian tidak saja
terbatas pada pers non-Ahmadi Muslim saja, tetapi juga pers Hindu
dan Kristen tidak akan melewatkan kesempatan sekecil apa pun untuk
memburuk-burukkan beliau dengan segala alasan. Kalau ada sedikit
saja liputan dari pers Ahmadi yang dianggap sedikit keliru, pasti
langsung menjadi perhatian pers non-Ahmadi secara sangat kritis.
Selama periode sekitar 7 tahun yang menjadi masa aktif wabah
pes itu di daerah Punjab, Mirza Ghulam Ahmad, Masih Mau’ud
as, tidak membiarkan meredup atau surutnya perhatian masyarakat
terhadap hasil akhir pengaruh wabah pes itu terhadap para Ahmadi dan
non-Ahmadi. Banyak dari para lawan beliau yang terkenal kemudian
terlibat dalam duel ruhani dimana masing-masing menyatakan
klaimnya tentang siapa yang akan meninggal duluan dihantam
penyakit pes sebagai tanda kemurkaan Ilahi. Banyak dari para lawan
itu satu per satu meninggal dan sisanya menunggu dalam kecemasan
serta ketakutan. Sementara itu, nyatanya wabah pes sama sekali tidak
menyentuh beliau. Tidak juga menyentuh isteri atau pun putra-putri
beliau. Bahkan tidak ada seekor tikus pun yang ditemukan mati karena
pes di dalam tingkaran keempat dinding rumah beliau.
Beliau berulangkali mempublikasikan fakta ini sehingga
menambah bahan bakar kepada api permusuhan, menyebabkan
tambah maraknya kebencian musuh-musuh beliau sehingga mereka

694
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Wabah
Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu Pes
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

menjadi tambah rajin berdoa memohonkan diturunkannya kutukan


wabah itu atas diri beliau. Nyatanya semua itu tidak ada gunanya, tidak
ada sesuatu apa pun yang terjadi atas diri beliau atau pun mereka yang
berada dalam kedamaian dan keamanan ruang lingkup kediaman fisik
dan spiritual beliau. Adakah yang sanggup mengemukakan satu saja
baris kalimat yang pernah dipublikasikan dari masa itu dalam harian,
buku atau majalah yang mendustakan pernyataan beliau dengan
memberikan daftar nama korban wabah yang termasuk keluarga atau
yang tinggal dalam rumah beliau tersebut?
Hal yang sama juga berlaku pada semua publikasi dari pers
Ahmadiyah pada masa itu yang tidak akan diam jika memang terjadi
musibah demikian. Tidak ada kematian yang pernah tercatat oleh
mereka dalam keluarga Masih Mau’ud as atau pun mereka yang
hidup di sekeliling beliau. Patut dicatat kalau pers Ahmadiyah selalu
mencatat setiap kejadian berkenaan dengan beliau meski seberapa
kecilnya sekali pun.
Sepanjang menyangkut anggota Jemaat yang berada di luar
Qadian, mereka semua diselamatkan dalam proporsi yang luar biasa
besar. Tingkat kematian di antara non-Ahmadi akibat wabah ini
jauh lebih tinggi dibanding kejadian jarang-jarang adanya kematian
Ahmadi dalam suatu desa yang sama.
Jika pernyataan dari pers Ahmadiyah tersebut salah maka pers
yang memusuhi pasti telah mengungkap dan membesar-besarkannya.
Bahwa hal itu tidak terjadi, kiranya patut dianggap sebagai bukti
eksternal tidak langsung yang kuat.
Bukti tak terbantah lainnya yang membenarkan pernyataan
Jemaat Ahmadiyah adalah fakta meningkatnya jumlah pengikut
selama periode wabah pes itu dalam jumlah yang luar biasa. Angka-
angka yang diterbitkan secara reguler dalam harian Ahmadiyah
yaitu Al-Hakam, menunjukkan kenaikan besar dalam tingkat baiat
masuk Jemaat selama periode kritis itu. Tidak ada yang memberikan

695
berkenaan dengan beliau meski seberapa kecilnya sekali pun.
Sepanjang menyangkut anggota Jemaat yang berada di luar Qadian, mere
diselamatkan dalam proporsi yang luar biasa besar. Tingkat kematian di antara no
akibat wabah ini jauh lebih tinggi dibanding kejadian jarang-jarang adanya
Ahmadi dalamBagian
Bagian V
Mirza suatu
Tahir
1II
IIIV
VIIV Ahmad
III
IV desa yang sama.
Jika pernyataan dari pers Ahmadiyah tersebut salah maka pers yang memu
telah mengungkap dan membesar-besarkannya. Bahwa hal itu tidak terjadi, kira
sanggahan
dianggap sebagai ataseksternal
bukti data tersebut darilangsung
tidak pers non-Ahmadi.
yang kuat. Semua data yang
Bukti tak terbantah
terekam lainnyayang
adalah orang-orang yang membenarkan
bermukim di desa danpernyataan
kota yang Jemaat A
adalah fakta meningkatnya jumlah pengikut selama
jelas. Mengapa tidak ada satu pun pers non-Ahmadi yang periode wabah
pernah pes itu dala
yang luar biasa.
menyangkalAngka-angka yang diterbitkan
atau membantah kebohongan secara reguler
Al-Hakam dandalam harian Ahmad
memberi
Al-Hakam, menunjukkan kenaikan besar dalam tingkat baiat masuk Jemaat selam
bukti kebalikannya?
kritis itu. Tidak Keadaannyasanggahan
ada yang memberikan seperti itulahatas
dimana
datasaat-saat sunyi
tersebut dari pers non
berbicara lebih keras daripada suara.
Semua data yang terekam adalah orang-orang yang bermukim di desa dan kota y
Mengapa tidak Kenyataan
ada satu ajaran Ahmadiyah
pun pers menyebaryang
non-Ahmadi lebih pernah
cepat dalam periode
menyangkal atau m
kebohongan Al-Hakamyaitu
1898-1906 danmasa
memberi
wabah bukti
pes di kebalikannya? Keadaannya
daerah Punjab merupakan suatuseperti itula
saat-saat sunyi berbicara lebih keras daripada suara.
hal yang tidak mungkin dihapus. Menurut data yang dipublikasikan
Kenyataan ajaran Ahmadiyah menyebar lebih cepat dalam periode 1898 - 1
secara periodik oleh Al-Hakam, pada tahun 1902 jumlah pengikut
masa wabah pes di daerah Punjab merupakan suatu hal yang tidak mungkin
Menurut data Jemaatyang Ahmadiyah telah meningkat
dipublikasikan secara dari beberapa
periodik olehpuluh ribu menjadi
Al-Hakam, pada tahun 190
100.000Ahmadiyah
pengikut Jemaat orang. Sampaitelah
dengan tahun 1904,dari
meningkat jumlahnya
beberapatelah puluh
mencapairibu menjad
orang. Sampai200.000dengan orang.tahun
Tahun1904,
1906jumlahnya
ketika wabah telah
itu mencapai 200.000 orang. Ta
akhirnya menyurut,
ketika wabah jumlah anggota Jemaat telah menjadi lebih dari 400.000 orang. telah menjadi l
itu akhirnya menyurut, jumlah anggota Jemaat
400.000 orang.

M emperhatikan hal-hal tersebut di atas, patut diperhatikan

M
kiranya bahwa misalnya nubuatan dari Mirza Ghulam
Ahmad as sebagai Masih Mau’ud ternyata salah adanya maka pasti
Ahmadiyah
emperhatikan sudah hal-hal
lenyap dari muka bumi.
tersebut di atas,Setelah wabah
patut berlalu,
diperhatikan kirany
para Ahmadi yang tersisa pasti telah terpapar pada situasi ‘kepalsuan
misalnya nubuatan
Mirza Ghulam dariAhmad.’
Mirza Ghulam Ahmad
Tetapi nyatanya as ada
tidak sebagai
terjadiMasih Mau’ud terny
demikian.
adanya maka pasti Ahmadiyah sudah lenyap dari muka bumi. Setelah wabah ber
Dengan menciutnya jumlah musuh-musuh Ahmadiyah dihantam
Ahmadi yang tersisa pasti telah terpapar pada situasi ‘kepalsuan Mirza Ghulam
wabah, tidak
Tetapi nyatanya jumlahada Ahmadi
terjadimalah meningkat
demikian. Dengandan menggelembung.
menciutnya jumlah musu
Ajaran Ahmadiyah tetap saja maju terus
Ahmadiyah dihantam wabah, jumlah Ahmadi malah meningkat dan menggedalam lompatan-lompatan
Ajaran Ahmadiyah
besar. tetap saja maju terus dalam lompatan-lompatan besar.

WDTÄmŠ[ÝW*Wc 4×SV °L 0›Wc8[ \°šVl r¯Û ‰D¯


‘. . . Sesungguhnya di dalam
‘... Sesungguhnya yang
di dalam demikian
yang demikianitu
itu ada tanda-tanda
ada tanda-tanda bagibagi
kaumkaum yang be
(S.30 Ar-Rum:22) 5
yang berfikir.’ (S.30 Ar-Rum:22)5

Berkaitan dengan ayat 83 surah An-Naml yang menjadi dasar


Berkaitan dengan nubuatan
dari keseluruhan ayat 83ini,surah An-Naml
kiranya kami perlu yang menjadi
menarik dasar dari ke
perhatian
nubuatan ini, kiranya kami perlu menarik perhatian pembaca kepada kenyataan b
ini sendiri juga merupakan sebuah mukjizat. Guna meresapi keindahan keaj
pembaca perlu dibantu agar bisa memahami kehalusannya yang mempesona. B
kami akan 696berusaha menjelaskannya dan yang patut menjadi perhatian adalah:
Pada saat Al-Quran diwahyukan, alasan menyebarnya wabah pes be
dipahami. Di masa itu tidak ada pengetahuan yang menjelaskan kalau tikus bisa
dalam menularkan penyakit. Jelas bukan karena gigitan langsung dari hewan terse
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Wabah
Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu Pes
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

pembaca kepada kenyataan bahwa ayat ini sendiri juga merupakan


sebuah mukjizat. Guna meresapi keindahan keajaibannya, pembaca
perlu dibantu agar bisa memahami kehalusannya yang mempesona.
Berikut ini kami akan berusaha menjelaskannya dan yang patut
menjadi perhatian adalah:
Pada saat Al-Quran diwahyukan, alasan menyebarnya wabah
pes belum lagi dipahami. Pada masa itu tidak ada pengetahuan yang
menjelaskan kalau tikus bisa berperan dalam menularkan penyakit.
Jelas bukan karena gigitan langsung dari hewan tersebut. Juga waktu
itu tidak diketahui bahwa ada serangga kecil tidak bersayap yaitu kutu
tikus yang bisa menjadi pembawa penyakit yang mematikan ini. Begitu
pula tidak ada yang mengetahui jika gigitan kutu inilah yang telah
menularkan virus pes ke dalam aliran darah korbannya. Jika Al-Quran
buatan manusia maka si pengarangnya jelas tidak akan pernah bisa
menubuatkan adanya penyebaran wabah pes oleh gigitan hewan yang
diklasifikasikan sebagai daabbah. Sekarang ini kita telah mengetahui
bahwa hewan yang menyebarkan wabah pes adalah sejenis serangga.
Sekarang kita juga tahu bahwa sebagian terbesar dari serangga
memiliki sayap dan yang tidak bersayap itu justru proporsinya amat
kecil seperti kutu, gegat buku dan rayap yang non-reproduktif.
Selanjutnya, baru sekarang ini juga kita mengetahui kalau kutu meski
termasuk serangga tetapi juga termasuk daabbah karena tidak memiliki
sayap. Adalah karakteristik khusus dari kutu ini yang menjadikannya
berhak disebut daabbah, karena kalau tidak maka ayat Al-Quran
terkait bisa dianggap sebagai salah.
Dengan segala hormat kami menghimbau perhatian para ahli
naturalis kepada contoh yang unik ini dan memohon mereka agar
mencari dalam relung hati dan fikiran mereka. Bisakah mereka
menganggap kekecualian ini sebagai suatu faktor kebetulan semata?

697
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V
VIIV Ahmad
V
III
IV

Referensi
1. Nazulul Masih, Ruhani Khazain (1984) vol. 18, hal. 466-467
2. Terjemah 27:38 oleh penulis.
3. Lane, E. W. (1984) Arabic-English Lexicon, Islamic Text Society,
William & Norgate, Cambridge.
4. Tadhkirah, Kumpulan wahyu dan kasyaf dari Masih Mau’ud,
Hazrat Mirza Ghulam Ahmad dari Qadian (1969), terbitan Al-
Shirkatul Islamiyyah Ltd. Rabwah, hal. 428
5. Al-Quran dengan terjemahan dan tafsir singkat (1987), Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, ed. 2.

698
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Wabah
Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu Pes
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

VIRUS AIDS

M irza Ghulam Ahmad as juga telah menubuatkan adanya sejenis


penyakit lain yang akan muncul kemudian di beberapa bagian
dunia. Pada tahun 1907 menjelang berakhirnya wabah pes di India,
beliau menerima wahyu tentang akan turunnya sejenis wabah penyakit
di masa depan:

‘Sejenis wabah penyakit akan menyebar di Eropa dan negara-negara Kristen


lainnya yang sifatnya amat parah.1

Apa yang dimaksud dengan ‘sejenis wabah penyakit’ dan


mengapa secara khusus akan menyerang Eropa dan negara-negara
Kristen lainnya? Petunjuk mengenai hal ini bisa ditemukan dalam
hadith Rasulullah saw dalam sebuah sabda beliau 13 abad sebelum
kedatangan Masih yang Dijanjikan. Menurut Hadith yang dirawikan
oleh Ibnu Majah dalam Kitabul Fitan, Rasulullah saw bersabda:

‘Belum pernah terjadi bahwa perilaku permisif (fahshaa) begitu maraknya di


antara umat manusia sampai mereka mempertontonkan tingkah laku seks
mereka tanpa bermalu dan untuk itu mereka bisa bebas dari hukuman Tuhan.
Di antara mereka akan menyebar wabah penyakit dan beberapa jenis penyakit
lainnya yang padanannya tidak pernah dilihat oleh nenek moyang mereka.’2

Kata fahshaa berarti sikap ‘permisif ’ (serba membolehkan dalam


segala hal) dengan konotasi pada keberanian dan tidak mengenal malu

699
Mirza
BagianTahir
Bagian
Bagian 1III
II
V VI Ahmad
V
III
IVIV

yang berbentuk mempertontonkan tingkah laku seks secara terbuka.


Patut dicatat bahwa permisif biasa saja tidak akan mengundang
kemurkaan Allah swt tetapi jika sudah melampaui batas dan kemudian
dianggap sebagai perilaku sosial umum, maka masyarakat bersangkutan
akan dijangkiti dengan sejenis penyakit baru yang berkaitan dengan
perilaku seksual sebagai tanda kemurkaan Tuhan.
Arah hadis ini lebih menunjuk pada keadaan manusia bergelimang
dosa di zaman ini dibanding masa-masa lainnya. Sikap tak bermalu
demikian sudah sangat bebasnya dan bahkan diperlihatkan setiap hari
dalam televisi, harian, majalah dan terbitan, yang padanannya belum
pernah terjadi dalam sejarah manusia. Akibatnya maka keadilan
Ilahi yang absolut menentukan bahwa hukuman harus setara dengan
kejahatannya. Kelakuan foya-foya sensual dengan mempertontonkan
perilaku tidak bermalu merupakan sasaran dari hukuman yang
ditetapkan. Nubuatan Masih Mau’ud as secara khusus menyebut Eropa
dan negara-negara Kristen. Nubuatan sebelumnya dari Rasulullah saw
tidak ada menunjuk manusia dari negeri atau agama mana, dan hanya
membatasi pada fitrat dari kejahatan yang akan mendapat ganjaran
hukuman.
Jika kedua nubuatan ini dibaca bersamaan maka akan tercipta
gambaran seutuhnya. Di antara negeri-negeri Kristen dimaksud, yang
paling cocok dengan deskripsi ini adalah Amerika Serikat. Namun
berdasar sensus terakhir ternyata negara-negara sub-Sahara di Afrika
malah berada paling depan di dunia dalam skala permisif khusus ini,
diikuti oleh negara-negara Karibia.3 Dalam sensus itu justru negara-
negara Kristen di Afrika yang paling menyolok angka tularan AIDS-
nya dibanding negara lainnya di benua itu.
Sekarang yang harus diketahui adalah identitas dari ‘jenis wabah
tertentu’ itu sebagaimana diungkapkan dalam nubuatan-nubuatan di
atas. Rasanya tidak akan meleset jika dikatakan bahwa yang dimaksud
sebagai hukuman itu adalah wabah penyakit AIDS. Para dokter

700
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
VirusYunani
Hindu
Eropa
Islam
AIDS
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

terkenal menganggapnya sudah merupakan wabah. Sebagaimana juga


wabah pes maka penyakit ini juga menimbulkan peradangan kelenjar
getah bening dengan demam yang tinggi. Sama sifat membunuhnya
seperti wabah pes sebelumnya. Hanya saja penyakit ini memiliki ciri-
ciri unik yang tidak terdapat pada penyakit pes. AIDS adalah penyakit
yang jelas akibat dari hubungan seksual sedangkan wabah pes tidak
demikian. Penyakit ini rupanya memang dikhususkan sebagai
hukuman atas penyimpangan tingkah laku seksual.
Pembaca perlu diingatkan agar jangan menterjemahkan
nubuatan-nubuatan secara harfiah langsung. Disebutkannya Eropa dan
negara-negara Kristen lainnya hanya untuk membantu melokalisasi
dan mengidentifikasi teritorial dimana wabah penyakit baru ini paling
marak. Tidak berarti kalau penyakit itu akan selamanya terbatas di
Eropa dan negara-negara Kristen itu saja.
Nubuatan Rasulullah saw jelas mengungkapkan lebih luasnya
areal aplikasi karena tidak memperkaitkan penyakit itu pada negeri
melainkan pada penyimpangan atau kejahatan akhlak yang bersifat
khusus. Dimana saja faktor kausatif dari kejahatan demikian
menyebar maka penyakit yang merupakan ganjaran hukuman akan
menyusul. Namun penyakit tersebut menjadi bentuk wabah hanya
pada negeri-negeri yang bersifat terlalu permisif. Tidak penting apa
nama negeri bersangkutan, tidak juga penting apakah penduduknya
dominan Kristen, Hindu atau pun Muslim. Negeri dan agama tidak
bersifat kausatif. Yang menjadi faktor kausatif adalah perilaku permisif
dan dengan demikian maka dimana terdapat faktor ini, efeknya pasti
menyusul datang.
Alasan mengapa disebutkan secara khusus Eropa dan negara-
negara Kristen lainnya bisa jadi karena tingkat permisivitas sebagai
perilaku sosial yang progresif di tingkat nasional, tidak terlihat pada
negeri-negeri lainnya. Kita tidak pernah mendengar hubungan antar
sejenis (homo seksualitas) dilegalisasi di mana-mana kecuali di negara-

701
Mirza
BagianTahir
Bagian
Bagian 1III
II
V VI Ahmad
V
III
IVIV

negara Barat. Anda tidak akan pernah mendengar homo seksualitas


dalam lembaga keagamaan lain kecuali dalam lingkungan Kristiani.
Namun juga perlu diingat bahwa meski negeri-negeri itu
namanya Kristen tetapi nyatanya kehidupan mereka jauh dari nilai-
nilai moral atau akhlak Kristiani. Sama seperti negeri-negeri Muslim
yang jauh dari nilai-nilai akhlak Islami apakah bisa disebut sebagai
penjaga atau pemelihara agama Islam. Karena itu jika tingkat permisif
dan mempertontonkan perilaku tidak bermalu juga terdapat di antara
negeri-negeri Hindu atau pun Muslim, pasti bencana yang sama juga
akan menimpa mereka.

W baha penyakit AIDS telah mencapai semua benua di dunia dan


sekarang ini jarang ada manusia yang tidak mengenal seramnya
penyakit ini. Hanya saja akan terasa naif untuk mengasumsikan bahwa
dimensi total dari penyakit ini telah disadari sepenuhnya. Juga sama
naifnya untuk menganggap AIDS telah memainkan perannya dan
segera akan berakhir. Sungguh naif mereka yang mengharapkan kalau
penelitian ilmiah akan segera menemukan penyembuh atau penangkal
virus AIDS. Kami tidak optimis dan tidak ada melihat harapan seperti
itu akan menjadi kenyataan. Sebaliknya bahkan kami khawatir kalau
inti gebrakan penyakit ini atau klimaksnya malah belum lagi sampai.
Kajian yang mendukung pandangan kami itu bertalian dengan
kemiripan umum di antara kedatangan Masih yang pertama dalam
diri Nabi Isa as dengan kedatangan kedua kalinya dalam diri Ahmad
as dari Qadian.
Sebenarnya di sini bukan tempat yang sesuai untuk dikaji lebih
dalam tentang kemiripan di antara Masih yang terdahulu dengan Masih
yang sekarang. Namun sepanjang bertalian dengan tanda-tanda berupa
wabah penyakit, kami perlu mengingatkan bahwa wabah penyakit
juga pernah muncul sebagai tanda-tanda hukuman bagi mereka yang
memusuhi Yesus Kristus. Sebagai tanda hukuman atas penolakan
terhadap Yesus as terjadi wabah penyakit pertama pada tahun 65 M.

702
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Agama
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
VirusYunani
Hindu
Eropa
Islam
AIDS
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

Secara kebetulan atau juga memang takdir Ilahi, epidemi wabah itu
terutama meliputi daerah-daerah yang telah dijangkau pesan Kristus
tetapi ditolak penduduknya. Wabah itu datang menghantam lagi
100 tahun kemudian pada tahun 167 M, tetapi kali ini menghantam
daerah-daerah yang lebih besar dan luas sampai mencakup dua benua
dari Asia Kecil sampai ke Roma dan terus ke Gaul (Perancis) dan
Mesir. Di semua negeri-negeri itu pesan Kristus as telah disampaikan
dan ditolak oleh mayoritas penduduknya.
Kalau saja memang terdapat kemiripan di antara kedua
periode ini maka bukannya suatu hal yang tidak mungkin kalau jenis
baru dari wabah ini akan mencapai klimaksnya di akhir abad ini,
tembus sampai awal dari abad berikutnya*. Kalkulasi ini merupakan
estimasi yang berdasarkan fakta bahwa selama masa Masih Mau’ud as
demikian itulah wabah pertama tiba dengan intensitas tinggi dalam
periode 1898-1904. Hanya Tuhan saja yang tahu sampai seberapa
jauh kemiripan demikian akan diulang-Nya kembali, namun kita
sendiri kiranya perlu mewaspadai dan menyiapkan diri.
Kami berdoa semoga Allah swt menyelamatkan umat manusia
dari bencana dalam skala global ini dengan menjadikan manusia
insyaf untuk bertobat. Dengan cara memperbaiki tingkah laku serta
bertobat sepenuh hati, bukannya suatu hal yang mustahil manusia
diampuni Allah swt dan lepas dari konsekwensi segala dosanya. Cuma
sayangnya sulit sekali membayangkan kalau manusia mau bertobat dan
memperbaiki perilakunya, tidak perduli apakah yang bersangkutan
itu beragama atau tidak, apakah ia beriman kepada Tuhan atau
menyangkal eksistensi-Nya. Sepanjang berkaitan dengan perilaku
akhlak manusia kelihatannya sudah merupakan trend universal untuk
berlaku dosa. Mereka yang mengaku dirinya beragama nyatanya sama
tidak berakhlaknya dengan mereka yang tidak beragama. Mereka yang
katanya mengimani Tuhan malah tidak bisa lagi dibedakan dari mereka
yang atheis. Rasanya tidak berlebihan jika dikatakan bahwa zaman ini

703
skala global ini dengan menjadikan manusia insyaf untuk bertobat. Dengan cara
memperbaiki tingkah laku serta bertobat sepenuh hati, bukannya suatu hal yang mustahil
manusia diampuni Allah swt dan lepas dari konsekwensi segala dosanya. Cuma sayangnya
sulit sekali membayangkan kalau manusia mau bertobat dan memperbaiki perilakunya,
tidak perduli apakah yang bersangkutan itu beragama atau tidak, apakah ia beriman kepada
Mirza
Bagian
Bagian
Bagian
Tuhan
V
Tahir
1II
IV
II
III
IV
atau IV Ahmad
VImenyangkal eksistensi-Nya. Sepanjang berkaitan dengan perilaku akhlak
manusia kelihatannya sudah merupakan trend universal untuk berlaku dosa. Mereka yang
mengaku dirinya beragama nyatanya sama tidak berakhlaknya dengan mereka yang tidak
beragama. Mereka yang katanya mengimani Tuhan malah tidak bisa lagi dibedakan dari
sudah
mereka yang rancu sama
atheis. sekali.
Rasanya Demikian
tidak berlebihanjugalah Al-Quran
jika dikatakan bahwa mengungkapkan
zaman ini sudah rancu
samapenilaiannya terhadap manusia-manusia di akhir zaman: terhadap manusia-
sekali. Demikian jugalah Al-Quran mengungkapkan penilaiannya
manusia di akhir zaman:

©F\UÙ¯ ×S_™XSV"XT °0›\U¯ ›ƒ¡ SÉ °-WÃXT SÄ=W%XÄ WÛÏ°Š €Y¯ §«¨ #nՃÅ\ r¦V ]C›_60_ ‰D¯ §ª¨ ¯nÔ§\ÈÙXT

§¬¨ ¯n׃¡¯ ×S_™XSV"XT


‘Demi masa tersebut yang Kami jadikan sebagai saksi, sesungguhnya manusia ada
‘Demi masa tersebut yang Kami jadikan sebagai saksi, sesungguhnya manusia
dalam keadaan merugi, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh dan
ada dalam
menasihati satukeadaan
sama lainmerugi,
supayakecuali orang-orang
menyampaikan yangdan
kebenaran beriman dan beramal
menasihati satu sama
lainsaleh
untukdan menasihati
bersabar.’ (S.103satu sama lain 4supaya menyampaikan kebenaran dan
Al- Ashr:2-4)
menasihati satu sama lain untuk bersabar.’ (S.103 Al-Ashr:2-4)4
Segelintir dari mereka yang beruntung yang berlaku sabar dan beramal saleh secara
komparatif, terlalu kecil untuk bisa mengubah lingkungan secara keseluruhan. Kicauan
Segelintir
seekor burung gelatikdari mereka
tidak yang beruntung
akan mampu yang berlaku
mengubah kesuraman musim sabar dan
gugur dengan
kecemerlangan musim semi.
beramal saleh secara komparatif, terlalu kecil untuk bisa mengubah
lingkungan
Catatan: secara keseluruhan. Kicauan seekor burung gelatik
Buku ini disusun di akhir abad 20 dan terbit pertama kali tahun 1998. Dengan demikian bisa jadi yang A
tidakpengarang
dimaksud akan adalah
mampu mengubah
akan muncul wabah yang kesuraman musim
lebih dahsyat di awal gugur dengan
abad 21. (Penterjemah)

kecemerlangan musim semi.


Referensi
1. Tazkirah, Kumpulan wahyu dan kashaf dari Masih Mau’ud, Hazrat Mirza Ghulam Ahmad
dari Qadian (1969), terbitan Al-Shirkatul Islamiyyah Ltd. Rabwah, hal. 705
Catatan:
2. Sunan Ibnu Majah, Kitabul Fitan, Babul Uqubat, vol.II, Darul Fikri al-Arabi, hal. 1333
3. Laporan UNAIDS dan WHO (December 1996) HIV/AIDS: The Global Epidemic, website
*UN.
Buku ini disusun di akhir abad 20 dan terbit pertama kali tahun
1998.
4. Terjemah A Dengan
103:2-4 demikian bisa jadi yang dimaksud pengarang
oleh penulis.

adalah akan muncul wabah yang lebih dahsyat di awal abad 21.
 (Penterjemah)  377


Referensi
1. Tazkirah, Kumpulan wahyu dan kasyaf dari Masih Mau’ud,
Hazrat Mirza Ghulam Ahmad dari Qadian (1969), terbitan Al-
Shirkatul Islamiyyah Ltd. Rabwah, hal. 705
2. Sunan Ibnu Majah, Kitabul Fitan, Babul Uqubat, vol.II, Darul
Fikri al-Arabi, hal. 1333
3. Laporan UNAIDS dan WHO (December 1996) HIV/AIDS:
The Global Epidemic, website UN.
4. Terjemah 103:2-4 oleh penulis.

704
BAGIAN VII

Masa Depan Wahyu


Upaya Pembenaran Secara Filosofis:
Masalah Kekhataman Kenabian Tanpa Syariat
Nabi Isa dan
Masalah Khaataman Nabiyyin
Epilog
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
Masa
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu Depan
Agamayang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Wahyu
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

MASA DEPAN WAHYU

H ewan menjalani kehidupannya dari hari ke hari atas apa yang


diberikan kemampuan bagi kehidupan mereka. Mereka tidak
pernah melihat ke masa lalu atau memimpikan masa depannya.
Manusia tidak demikian. Jarang sekali ia merasa puas dengan
keadaannya sekarang. Jika ia tidak tenggelam dalam kenangan masa
lalu, biasanya ia hidup dalam impian masa depan yang diharapkan
lebih baik. Harapan-harapannya hampir selalu berkaitan dengan
kondisi ekonomi, politik atau pun keagamaan. Harapan di bidang
keagamaan inilah yang menjadi pusat perhatian kita sekarang.
Semua agama-agama besar di dunia menjanjikan akan
datangnya sosok utusan Ilahi yang akan membawa era baru berupa
harapan bagi umat manusia dan mempersatukan mereka semua di
bawah satu bendera Ilahi. Harapan itu menjadi ibarat “Tanah yang
dijanjikan” dimana mereka berusaha mencapainya untuk mengatur
dan mengendalikannya. Keadaan demikian menjadi utopia yang
merupakan titik temu dari harapan semua agama namun sayangnya
juga menjadi titik perpisahan mereka dengan jalannya masing-
masing. Manusia sama-sama memimpikan hal itu tetapi tidak dalam
realisasinya. Mereka semua sepakat bahwa akan datang satu sosok
Ilahi yang menjadi juru selamat umat manusia, hanya saja jika sudah
menyangkut identitasnya maka mereka saling berbeda pendapat, tidak
bisa mencapai kesepakatan satu sama lain. Apakah sosok itu Krishna
ataukah Yesus Kristus? Apakah ia itu Zarathustra atau Buddha, atau
barangkali Konghucu atau Lao Tze? Setiap manusia membayangkan
sosok yang berlainan, dengan nama dan status yang berbeda dan
semuanya menganggap kalau sosok itu adalah dari kelompok tatanan

707
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
VII
V
III
IV

keagamaan mereka masing-masing. Dengan adanya situasi seperti


itu maka gerbang yang tadinya terbuka untuk kedatangan sang
pembaharu malah jadinya ditutup lagi. Gerbang itu terlihat tertutup
dari sudut pandang mereka yang menganggap agama lain sebagai
palsu kecuali agama yang dianutnya sendiri. Gerbang yang kelihatan
terbuka hanyalah milik mereka sendiri, tetapi gerbang mereka itu
dari sudut pandang yang lainnya juga terlihat tertutup. Mereka yang
sama bernyanyi dalam satu koor, melantunkan nyanyian tentang
kedatangan seorang Penebus universal, kalau sudah menyangkut
identitas lalu bernyanyi dengan lagu yang berbeda satu sama lain.
Sosok tersebut harus muncul sesuai impian mereka masing-masing,
tidak boleh tidak, karena mereka tidak mau melihat dari sudut
pandang lainnya. Akhirnya mereka hanya memperoleh impian kosong
sejalan dengan takdir yang mereka ukir sendiri. Mengapa Tuhan
harus memperhatikan keinginan mereka jika mereka sama sekali tidak
perduli pada kehendak-Nya? Biarkan saja mereka mencipta sosok juru
selamat dari ketiadaan harapan mereka yang melantur.
Sebenarnya merupakan suatu hal yang menggelitik melihat
pergulatan dalam skala global demikian. Setelah haru-biru pernyataan
dan sangkalan mereda, satu-satunya persetujuan yang telah dicapai para
pemuka berbagai agama adalah untuk saling tidak setuju secara lebih
keras lagi. Sosok Pembaharu yang bisa mereka terima kehadirannya
hanyalah yang berasal dari agama mereka sendiri atau tidak sama sekali.
Pembicaraan mereka itu sebenarnya obrolan orang iseng, harapan
mereka nyatanya hampa, juru selamat yang didambakan hanya ada
dalam impian mereka saja.
Mampukah Juru Selamat ini jika ia memang datang, untuk
memenuhi harapan-harapan semua agama ataukah hanya akan
memenuhi harapan satu agama saja? Dari kelompok manakah sosok
ini berasal, aspirasi siapa yang akan dipenuhinya ketika semuanya
asyik melantunkan di sumber mata air pengharapan: ‘jadikan milikku,

708
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
Masa
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu Depan
Agamayang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Wahyu
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

jadikan milikku.’ Jadinya muncul pertanyaan apakah yang akan


datang itu seorang diri ataukah banyakan secara simultan. Tuhan tidak
mengandung kontradiksi dalam Wujud-Nya, karena itu Dia hanya
akan mengutus satu orang saja dengan pesan tunggal atau tidak sama
sekali. Lalu apa yang akan terjadi pada faksi-faksi agama yang berbeda-
beda yang bertikai dimana masing-masing berpegang pada pandangan
yang berbeda dengan yang lainnya? Mengenai kontradiksi inheren
dalam sikap mereka inilah yang menjadi topik perhatian kami.

C ara mereka membayangkan realisasi harapan mereka sesung-


guhnya merupakan hal yang mustahil. Ambillah sebagai contoh
umat Yahudi yang sudah lama mendambakan kedatangan Kristus.
Sudah beribu-ribu tahun mereka mengantuk-antukkan kepala mereka
di Dinding Ratapan (di Yerusalem) dan sampai sekarang masih terus
mereka lakukan juga, memohon agar Kristus segera datang. Mereka
tidak pernah menyadari kalau sosok itu sudah datang dan telah pergi
lagi, karena tidak sejalan dengan cara-cara menurut harapan mereka,
tidak juga dengan cara dan status sebagaimana telah mereka tetapkan
atas kedatangannya. Demikian itulah gerbang yang menurut mereka
telah dijaga tetap terbuka, nyatanya telah tertutup dan terkunci.
Betapa kecewanya menantikan kedatangan seorang tamu yang
diharap-harap tetapi tidak muncul padahal rasanya tidak ada sesuatu
yang menjadi rintangan. Dalam realitas, sebenarnya mereka yang
menantikan kedatangan seorang tamu Ilahi, nyatanya mereka sendiri
juga yang selalu memasang rintangan besar bagi kedatangannya.
Hanya saja mereka tidak pernah menyadari apa yang telah mereka
kerjakan. Kalau saja mereka menyadari bahwa harapan mereka tidak
mungkin akan dipenuhi, sekurang-kurangnya mereka bisa beristirahat
melepaskan semua harapan setelah suatu kekecewaan.
Hambatan yang mereka bangun sendiri, memadamkan harapan
dan mematikan nyala ekspektansi hanya kalau mereka menyadari-
nya. Kalau ada yang tidak menyadari adanya hambatan-hambatan

709
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
VII
V
III
IV

demikian, itu karena ulah mereka sendiri. Umat Yahudi yang masih
juga menunggu kedatangan Kristus belum juga menyadari realitas
sederhana ini meski mereka itu orang-orang yang pandai. Bagi mereka
jadinya hanya tinggal meratap dan menyeru di depan dinding tem-
bok, memohon kedatangan Messias yang tidak pernah datang.
Namun mereka itu tidak sendirian dalam sifat inkonsistensi
dan kebijakan demikian. Kasus agama-agama lain yang juga sedang
menunggu kedatangan Juru Selamat akhir zaman nyatanya tidak
berbeda dengan keadaan mereka tersebut. Tentu saja aktornya
berlainan, perannya juga dimainkan dengan pakaian yang lain, namun
dramanya tetap sama saja. Seorang Kristus seharusnya datang menolong
umat Yahudi dan nyatanya memang telah datang, namun sosoknya
tidak sesuai dengan bayangan mereka tentang Kristus yang ditunggu,
mereka menolak mengakuinya. Mereka mengharapkan sosok ini
datang mengenakan mahkota di kepalanya dan duduk di atas sebuah
singgasana kerajaan. Sosok itu mestilah seorang Messias pejuang yang
akan memimpin lasykar Bani Israil mengalahkan pemerintahan tirani
kerajaan Romawi dalam peperangan. Sudah 2.000 tahun berlalu sejak
penolakan mereka atas Yesus as sebagai Messias, nyatanya tidak ada
sosok Messias lain yang telah datang kepada mereka. Sejarah sudah
mengubah geografi politik dunia dan nubuatan kedatangan Kristus
bagi mereka sudah kehilangan relevansinya. Sudah tidak ada lagi
tanah Yudea atau Palestina di bawah kekangan kerajaan Romawi
darimana umat Yahudi harus dimerdekakan. Nyatanya kerajaan
Romawi tersebut yang pernah mnguasai separuh bumi sudah terhapus
dari peta dunia. Sekarang kita masih mendengar kata keselamatan,
namun sekarang ini bermakna minta keselamatan bangsa Yahudi dan
bukannya keselamatan umat Yahudi.
Meski tidak ada yang salah dalam keyakinan mereka bahwa
Kristus akan dilahirkan seperti anak manusia lainnya dari seorang ibu,
namun mereka menetapkan beberapa persyaratan supranatural atas

710
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
Masa
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu Depan
Agamayang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Wahyu
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

kelahirannya itu. Keyakinan mereka yang mensyaratkan turunnya


Nabi Elia as dalam jasad kasar sebelum kedatangan Messias inilah yang
secara efektif telah menjadi rintangan bagi kedatangan Messias yang
mereka nantikan. Dengan demikian posisi umat Yahudi berkaitan
dengan kedatangangan Messias, pada kenyataannya malah menjadi
penyangkalan terhadap kemungkinan kedatangannya.

K ita alihkan pandangan dari umat Yahudi kepada umat Kristiani


maka keadaannya tidak jauh berbeda dengan uraian di atas.
Bayangkan kedatangan seorang Kristus kedua kalinya di bumi
dalam gaya gemerlap sebagaimana dibayangkan umat Kristiani yang
meyakini kedatangannya secara harfiah. Putra Tuhan yang dikatakan
akan turun dari langit dengan segala kecemerlangan dalam bentuk
tubuh manusia, hanya memadai untuk suatu cerita fiksi, namun
nyatanya bayangan demikian telah menghidupkan terus harapan (atau
mungkin lebih tepat keyakinan membuta) mereka. Memandang dari
sudut pandang rasional non-Kristiani, absurditasnya menjadi terlihat
mencolok. Tidak ada non-Kristiani, apakah ia beragama atau tidak,
yang bisa menerima keyakinan demikian karena merupakan suatu
perpaduan rancu antara material dengan spiritual. Hanya saja umat
Kristiani tidak melihat unsur irrasionalitas di dalamnya karena dogma
mengenai hal ini telah membutakan mereka.
Anomali yang terdapat pada umat Yahudi dan Kristiani juga
berlaku pada pengharapan tidak realistis dan bersifat supra-natural
pada para pengikut agama-agama lainnya. Satu titik irrasionalitas
dalam keimanan orang lain akan mengganggu indera mereka tentang
benar dan salah, sedangkan mereka sendiri juga sama butanya pada
irrasionalitas yang terdapat dalam keyakinannya sendiri, betapa pun
tidak masuk akalnya. Mereka mestinya tidak akan terlewat mendeteksi
debu di matanya sendiri kalau mereka mau melihatnya dari kacamata
orang lain. Asas rasionalitas pasti bisa membantu mereka menjernihkan
fikiran bahwa kedatangan kembali secara harfiah dari sosok nabi atau

711
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
VII
V
III
IV

pun dewa adalah suatu yang tidak logis. Hal demikian tidak pernah
terjadi pada masa lalu dan tidak akan pernah terjadi di masa depan.
Tidak pernah ada sosok pendiri suatu agama yang datang turun dari
langit, ia pasti datang melalui cara yang normal dari kelahiran manusia
biasa. Sosok-sosok demikian kemudian melancarkan gerakan guna
memenangkan ajarannya dari segala rintangan. Hal itu merupakan
realitas dan suatu kepercayaan yang tidak selaras dengan itu harus
dianggap sebagai suatu fantasi semata. Dengan demikian semua janji-
janji kebangkitan kembali agamanya sepatutnya ditolak karena tidak
sejalan dengan rasionalitas, tambah lagi tidak pernah dilakukan Tuhan
dalam sejarah agama-agama yang pernah turun ke bumi.

K eadaan umat Muslim merupakan kekecualian aneh dibanding


kebiasaan umum. Namun jika diteliti secara mendalam, kita akan
melihat sebenarnya tidak ada perbedaan berarti dalam posisi mereka
dibanding penganut agama lainnya, kecuali hanya dalam masalah
urutan saja. Umat Muslim mengawali dengan pernyataan bahwa Nabi
Muhammad saw adalah nabi terakhir dimana kekhataman beliau
dianggap mutlak. Istilah Khatami Nabuwwat secara seragam dipahami
oleh semua aliran utama umat Muslim sebagai berarti berakhirnya
kenabian. Namun di samping itu mereka juga ikut-ikutan menanti
kedatangan Yesus Kristus yang adalah seorang Nabi Tuhan yang lama.
Apakah kedatangannya itu tidak akan mencederai status kekhataman
Nabi Muhammad saw? Ini adalah pertanyaan paling krusial yang
mestinya mereka jawab lebih dahulu. Untuk mengatasi kontradiksi
yang mencolok seperti itu, mereka lalu menyatakan bahwa meski
nabi baru tidak mungkin diciptakan lagi, tetapi seorang Nabi lama
bisa dibawa balik untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan baru.
Dengan strategi seperti itu mereka kelihatannya berhasil untuk tetap
menutup pintu kenabian (Nubuwwat) dan menguncinya, sambil
juga bermanuver untuk memasukkan secara diam-diam sosok Yesus

712
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
Masa
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu Depan
Agamayang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Wahyu
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

dari pintu belakang. Muslim kontemporer sekarang ini, apakah dari


Syiah atau pun Sunni, sama dalam penafsirannya tentang Khatami
Nabuwwat itu. Mereka semua sama meyakini datangnya kembali Yesus
sebagai nabi Tuhan dan pada saat bersamaan meyakini sepenuhnya
kekhataman dari Nabi Muhammad saw.
Problem kontradiksi inheren dalam keyakinan mereka itu
menjadi tambah mencolok jika dikaitkan pula pada nubuatan
tentang kedatangan sosok Imam Mahdi. Sebagai seorang Imam,
sosok ini dianggap langsung mendapat penugasan dari Tuhan dan
karena itu setiap Muslim wajib beriman kepadanya. Sisi atau aspek
penugasannya ini akan ditelaah lebih lanjut di belakang. Secara
singkat dapat dikemukakan di sini kalau tugas Imam Mahdi meski
tidak menyandang gelarnya tetapi adalah juga sebagai seorang nabi.
Sekarang mari kita lihat kembali masalah kemungkinan turunnya lagi
sosok Yesus Kristus serta bentuknya ketika kejadian ini katanya nanti
berlangsung. Jemaat Ahmadiyah mempunyai keyakinan yang berbeda
dengan umat Muslim lainnya hanya dalam bentuk kedatangannya
kembali.. Yang menjadi masalah adalah apakah bentuk kedatangan
itu memang secara harfiah atau metafora. Apakah yang bersangkutan
adalah orang yang sama dengan yang telah turun terdahulu ataukah
seorang baru yang mirip dengan sosok yang lama? Apakah ia akan
muncul sebagai seorang nabi Kristiani yang kemudian memeluk
Islam, ataukah seorang Nabi Muslim yang memiliki citra metafora
seperti Yesus Kristus? Bagaimana kaitannya dengan agama-agama lain?
Semua ini merupakan pertanyaan menggelitik yang harus dijawab.

P andangan Jemaat Islam Ahmadiyah secara unik bersifat rasional.


Dalam prinsip, Jemaat ini mengakui pernyataan semua agama
tentang janji kedatangan sosok Juru Selamat Ilahi yang bersifat universal
di akhir zaman. Jika umat Hindu berbicara tentang kedatangan
kembali Krishna, pernyataan tersebut sama absahnya untuk diterima

713
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
VII
V
III
IV

sebagaimana umat Kristiani berbicara tentang kedatangan kedua kali


Yesus Kristus. Begitu juga dengan harapan umat Zoroaster tentang
kedatangan Zarathustra, serta harapan umat Buddha dan Konghucu
atas kedatangan kembali pangeran Buddha dan guru besar Kong Hu
Cu. Semuanya yang merupakan harapan datangnya Juru Selamat
yang Dijanjikan harus diperlakukan sama hormatnya. Hanya saja
pengakuan atas kebenaran dari sekian banyak pernyataan yang saling
kontradiktif itu baru akan masuk akal jika diartikan secara metafora
dan bukan secara harfiah. Kesimpulan rasional satu-satunya yang
bisa ditarik ialah sang Pembaharu yang Dijanjikan tersebut haruslah
orang yang satu yang merangkum fungsi kedatangan semuanya dalam
dirinya. Jika tidak maka pemenuhan harfiah dari semua nubuatan
pada masing-masing agama akan merupakan kemustahilan karena
adanya elemen supranatural yang dikandungnya yang saling kait
berkait satu sama lain. Hal inilah yang dikemukakan oleh Pendiri
Jemaat Ahmadiyah kepada dunia dengan didasari logika yang jelas.
Janji kedatangan sedemikian banyak pembaharu secara simultan
hanya bisa bermakna metafora dan bukan dalam jasad. Adalah dalam
pengertian ini beliau menyatakan kalau dirinya telah memenuhi janji
kedatangan Yesus as dan Mahdi dalam satu sosok yang sama, beserta
kedatangan yang lainnya seperti Buddha, Krishna dan pembaharu-
pembaharu lainnya yang sedang ditunggu-tunggu di seluruh pelosok
dunia.
Kita tinggalkan sementara reaksi yang muncul di antara penganut
agama lainnya akibat dari pernyataan demikian dan kita lihat dulu
kegemparan yang timbul di dalam ortodoksi Islam. Mereka ini tidak
merisaukan kedatangan kembali Buddha, Krishna atau pun yang
lainnya yang tidak mereka yakini, tetapi mereka merasa amat risau
berkenaan dengan Yesus as, seorang nabi Bani Israil. Kalau kemudian
ada yang mengaku sebagai sosok citra Yesus yang terlahir kembali
maka hal itu menjadi suatu hal yang sulit dicerna bagi mereka. Sosok

714
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
Masa
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu Depan
Agamayang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Wahyu
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

Yesus dalam bayangan fikiran mereka jika dikatakan telah wafat secara
fisik maka hal itu menjadi suatu kejahatan absolut bagi mereka. Bahwa
yang katanya mirip Yesus tersebut kemudian dinyatakan telah lahir
dari antara mereka sendiri adalah suatu hal yang sangat memuakkan
mereka.
Perlu diingatkan kembali bahwa sebelum pernyataan beliau
tersebut, nama besar Mirza Ghulam Ahmad as sudah menyebar merata
di seantero Hindustan karena buku beliau berjudul Brahini Ahmadiyah.
Dalam memberikan pujian kepada pengarang buku tersebut, Maulwi
Muhammad Hussain Batalvi, seorang ulama Muslim kondang dari
sekte Ahli Hadis, memperkenalkan penulis buku itu sebagai pembela
Islam sejati yang terbaik sejak wafatnya Nabi Muhammad saw.1 Hanya
saja di1 tengah popularitas demikian ketika beliau menyatakan bahwa
Nabi Isa as, Nabi Bani Israil itu telah wafat dan bukannya hidup di
langit maka posisinya langsung berubah dramatis. Para ulama yang
tadinya memuji-muji selangit langsung berubah secara diametral.
Siapa dia itu dibanding dengan Yesus Kristus yang akan menjadi Juru
Selamat dunia? Dalam semalam kemasyhuran nama beliau anjlok dari
ketinggian yang selama itu dinikmati.
Imaji Yesus harus dikembalikan lagi ke langit, ia yang mengaku
datang dalam bayangannya harus dibunuh. Kegaduhan yang
ditimbulkan oleh Mirza Ghulam Ahmad as dari Qadian sedemikian
besarnya dan merupakan suatu hal yang tidak ada padanannya dalam
sejarah keagamaan di India. Langsung muncul kegalauan suara-
suara yang mengumpat dan mencaci-maki. Yang tadinya dianggap
sebagai bintang cemerlang yang sedang menanjak dari antara umat
Muslim India dan sosok pimpinan Islam yang paling dicari, sekarang
menjadi orang yang paling diburu dan bahkan tidak patut lagi disebut
sebagai seorang Muslim. Namun semua hal itu sama sekali tidak
menggentarkan beliau. Tidak ada sesuatu apa pun yang akan bisa
menghalanginya mengemban tugas yang dipikulkan Ilahi kepadanya.

715
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
VII
V
III
IV

Umat Kristiani tidak mau ketinggalan dalam reaksi permusuhan


mereka. Mereka mencari segala cara guna menghancurkan pribadi
dan menggagalkan misi beliau. Bahkan sampai membuat rekayasa
palsu tentang tuduhan pembunuhan melalui pengadilan hukum
India Inggris. Namun beliau sama sekali tidak terusik, apalagi merasa
khawatir.
Seolah-olah semua itu belum cukup, beliau kemudian
mengeluarkan pernyataan bahwa dirinya adalah manifestasi Krishna
as, salah seorang nabi besar bangsa Hindu yang disembah sebagai dewa.
Beliau secara khusus menentang kaum Arya Samaj, sekte Hindu yang
paling aktif dan berani, dengan melancarkan serangan balik terhadap
penghinaan mereka kepada Islam dan Rasulullah saw. Beliau juga
menantang para pemuka agama mereka untuk suatu mubahallah yang
akan membawa kematian bagi siapa yang salah. Singkat kata, beliau
menyatakan bahwa semua nubuatan yang berkaitan dengan sosok
Pembaharu di akhir zaman hanya bisa diterapkan pada satu orang saja.
Perbedaan nama dan sebutan dalam berbagai kitab suci bukan suatu
hal yang signifikan. Satu-satunya yang dianggap signifikan hanyalah
Pembaharu itu, siapa pun orangnya, harus seseorang yang ditugaskan
oleh Tuhan sebagai Pembaharu universal di akhir zaman. Bagi mereka
yang terperangkap dalam prasangka, lalu menganggap diri beliau dan
pernyataan-pernyataan beliau tidak mempunyai arti dan mereka inilah
yang menolak serta melancarkan antagonisme terus menerus. Beliau
ditolak sama halnya dengan hamba-hamba Allah sebelum beliau, dan
jelas mendapat dukungan Tuhan sebagaimana Dia selalu mendukung
hamba-hamba-Nya.
Mentakjubkan sekali bahwa manusia sepanjang sejarah selalu
melupakan kalau semua nabi-nabi Tuhan selalu diperlakukan sama
oleh-Nya. Nyatanya mereka tidak juga melakukan pembedaan dalam
penyerahan diri mereka sepenuhnya kepada Wujud-Nya. Karena
itu maka sang Pembaharu universal adalah milik-Nya sepenuhnya

716
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
Masa
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu Depan
Agamayang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Wahyu
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

dan bukan dari berbagai agama yang mengharapkan dirinya sebagai


pentolan masing-masing menurut keyakinan mereka yang rancu.
Sosok demikian mewakili Tuhan, bukannya mewakili mereka yang
tidak lagi mengenal Tuhan-nya. Ia termasuk di antara hamba-hamba-
Nya dan bukan termasuk para penguasa yang mengangkat dirinya
sendiri sebagai majikan dari hamba-hamba-Nya.
Ketauhidan Ilahi dan lembaga kenabian di antara umat
manusia adalah dua dasar fundamental yang terdapat dalam semua
agama. Nama dan sebutan bisa berbeda, namun hal demikian bukan
merupakan masalah. Yang penting adalah yang menyatakan demikian
haruslah datang dari Tuhan. Mirza Ghulam Ahmad as tidak pernah
menyatakan diri menjadi orang-orang yang berbeda dengan nama
dan sebutan lain yang ditempa menjadi satu. Nyatanya sebagian
besar para ulama berbagai agama pura-pura tidak mengerti hal ini
dan memprovokasi massa awam untuk mengolok-olok dan mengejek
beliau serta mengatakan kepada mereka bahwa beliau itu mengaku
sebagai semua Nabi yang Dijanjikan yang dirangkum dalam satu
pribadi dirinya. Massa menjadi amat terkejut. Bagaimana mungkin
seorang Krishna, Yesus, Mahdi dan Buddha mewujud dalam diri
satu orang? Mereka menyatakan dengan rasa merendahkan “Si
pengaku ini pasti orang gila.” Perlakuan manusia terhadap beliau
mirip dengan perlakuan yang terjadi pada diri Pendiri Suci Islam saw
ketika beliau mengumandangkan Ketauhidan Ilahi. Para pendeta
penyembah berhala secara sengaja memutar-balikkan pesan beliau
cara sengaja
danmemutar-balikkan pesan beliau
menanamkan dalam pemikiran orang dan menanamkan
banyak dalam pemikir
bahwa beliau telah
anyak bahwa beliau telah mengempa semua dewa-dewa mereka menjadi satu ya
mengempa semua dewa-dewa mereka menjadi satu yang diberi nama
ama Allah.
Allah.

§®¨ ³!\HÄà ÎÄÔ³\”V [k›\F ‰D¯ •i°PšXT ;I›V¯ VRRN¯)[ #


 \È\BU
“Apa! Ia telah
“Apa! menjadikan semuasemua
Ia telah menjadikan dewa-dewa
dewa-dewaituitusatu
satuTuhan?Ini sungguh suatu ha
Tuhan?Ini sungguh
sangat ajaib.”
suatu’ hal
(S.38
yang Shad:6)
sangat ajaib.”
2 ’ (S.38 Shad:6)2

Tidak sulit bagi para peneliti yang tidak bias guna menyadari kebijaka
hulam Ahmad as selama menghadapi perlawanan para musuh-musuh 717 beliau. Pos
las selalu sebagai seorang yang rasional. Jika tidak demikian keadaannya ma
kan segera dianggap salah dalam semua keyakinan dan maksudnya melalui i
sionalitas yang sama. Jika beliau ternyata salah, maka tentunya setiap aga
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
VII
V
III
IV

Tidak sulit bagi para peneliti yang tidak bias guna menyadari
kebijakan Mirza Ghulam Ahmad as selama menghadapi perlawanan
para musuh-musuh beliau. Posisi beliau jelas selalu sebagai seorang
yang rasional. Jika tidak demikian keadaannya maka beliau akan
segera dianggap salah dalam semua keyakinan dan maksudnya
melalui instrumen rasionalitas yang sama. Jika beliau ternyata salah,
maka tentunya setiap agama akan didatangi oleh para pembaharu
yang berbeda-beda, masing-masing mempunyai nama, sebutan dan
kepercayaan sendiri-sendiri. Keadaan demikian sepertinya membuka
kotak Pandora* dan melepaskan pernyataan-pernyataan dan bantahan-
bantahan yang sekali terbuka tidak akan tertutup lagi.
Masing-masing sosok itu akan menyatakan pengakuan sebagai
manifestasi tunggal dari sosok Pembaharu Yang Dijanjikan. Masing-
masing akan akan berjalan sendiri-sendiri mengundang umat manusia
kepada dirinya sebagai satu-satunya harapan bagi keselamatan mereka.
Masing-masing dari mereka akan menyatakan saingannya sebagai
palsu dan penipu. Absurditas skenario demikian tentunya terlihat
jelas bagi siapa pun yang mau berfikir. Tidak ada seorang pun yang
waras fikirannya akan beriman kepada sosok Tuhan yang dengan
kewenangan-Nya sendiri akan memecah-belah umat manusia menjadi
ratusan skismadan faksi yang saling berbenturan atas nama-Nya.

T uhan macam apa yang akan mengutus Yesus turun di antara umat
Kristiani untuk menyerukan penaklukan seluruh dunia kepada
Trinitas, Allah Bapak, Anak dan Rohul Kudus? Setelah itu Dia lalu
bergegas melakukan inkarnasi Wujud-Nya sendiri menjadi Krishna
dan turun di ranah India sambil meyakinkan bangsa India bahwa Dia
itu tidak satu, atau dua atau pun tiga, karena Dia adalah gabungan
dari ratusan dewa yang sosok dan manifestasinya susah dihitung. Dia
harus disembah sebagai pohon, sebagai ular, sebagai kalajengking,
sebagai gajah dan sebagai guntur yang memekakkan telinga. Dia harus
disembah sebagai bulan yang berlayar di keheningan malam. Adalah

718
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
Masa
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu Depan
Agamayang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Wahyu
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

Dia juga yang menjadi matahari dan semua bintang-bintang di langit.


Di bumi Dia bisa dikenali sebagai sapi, monyet, beruang, dubuk,
harimau, kuda, keledai, serta tidak terbatas berbagai bentuk hewan
yang ada di laut, darat dan udara. Dia juga harus disembah sebagai
hantu dan berbagai bentuk fantasi manusia. “Larilah kepadaku dan
sembahlah kami” kata-Nya.
Sebelum suara-Nya tenggelam dalam gemuruh lantunan doa
umat Hindu yang menyerukan “Wahai Krishna, hare-Ram, hare-
Ram, kami menyembahmu dan semuanya” tiba-tiba muncul suara lain
yang melantang sebagai suara Buddha. Suara itu secara lantang akan
menolak eksistensi sosok dewa sebagaimana yang diakukan Krishna.
Ia akan mencemoohkan konsep eksistensi Tuhan dan menyatakan
“Akulah Buddha, aku bukan Tuhan dan tidak ada Tuhan selain aku.
Aku adalah perwujudan dari kebijakan manusia. Hanya itu saja yang
kalian perlu ketahui di bumi. Mari kita sangkal semua dewa-dewa dan
merayakan kebebasan kita dari belenggu mitologi manusia ini. Aku
datang lagi untuk menyelamatkan kalian dari Tuhan sebagaimana
biasa aku lakukan setiap milenia karena tidak ada lagi selain diriku
yang bisa menuntun kalian seperti aku.”
Sebelum ia tenggelam dalam keheningan merata dan
mengundurkan diri kepada kekosongan batin yang abadi, tiba-tiba
muncul suara keras dan lantang dari negeri tetangga yaitu Iran. Itulah
suara Ahura Mazda, dewa cahaya, yang berbicara melalui mulut
Zarathustra. “Suara yang kalian dengar wahai anak-anak Bharat
(India), Tibet dan Cina, pastilah suara dari sang Ahriman, dewa
kegelapan, satu-satunya dewa di samping diriku. Pasti ia, karena
tidak ada lagi sosok lain kecuali ia dan aku. Dengarkan baik-baik
wahai anak-anak Adam, Tuhan itu tidak satu, tidak tiga atau empat
atau lima. Adalah suatu ketololan meyakini banyak dewa. Kami ini
tidak satu dan tidak banyak, kami ini hanya dua dan sisanya adalah
khayalan. Yang ada ialah aku, dewa kebaikan, dan ia, dewa kejahatan,

719
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
VII
V
III
IV

yang suaranya baru kalian dengar menyamar sebagai Buddha. Ia itu


dewa kegelapan, sedangkan aku dewa cahaya. Ia selalu menyangkal
diriku. Ia selalu membujuk hamba-hambaku dari menyembah diriku.
Ia memberitahukan kepada umat manusia bahwa tidak ada yang patut
disembah selain manusia itu sendiri. Ia itu berada dalam ego setiap
manusia dan atas nama ego itu melarikan diri dari segala penghormatan
yang diberikan kepadanya. Harus diakui, ia tetap dewa, hitam segelap
malam yang paling kelam. Karena itu sabarlah terhadapnya, tetapi
hati-hati dan sembah aku saja.”
Di tengah-tengah kemelut akibat dari pertikaian berbagai agama
sebagaimana disebutkan di atas, dunia Islam juga akan tergugah
bergerak dengan turunnya Imam Mahdi. Ia ini katanya datang
menghunus pedang bersimbah darah sebagaimana dibayangkan
para ulama berbagai aliran. Ia akan menyerukan Perang Jihad untuk
memerangi semua pemerintahan non-Muslim di seluruh dunia.
Dalam kemelut suasana hiruk pikuk keagamaan seperti itu,
akhirnya agama sendiri yang menjadi sasaran. Kewarasan berfikir akan
terbang meninggalkan arena ketololan demikian, memohon kepada
Tuhan agar menyelamatkan agama dari tangan para Juru Selamatnya.
Tanpa bantuan-Nya maka mereka semua orang Hindu, Kristen,
Buddha, Zoroaster, Yahudi dan Muslim akan sama menderita.
Tidak akan ada manusia sehat yang akan meyakini bahwa
Tuhan memiliki rencana seperti itu. Dalam penafsiran berbagai tamsil
dan nubuatan keagamaan perlu digunakan rasionalitas dan fikiran
waras. Masa keemasan dari persatuan umat manusia hanya mungkin
mewujud jika hanya ada satu saja Pembaharu yang datang atas nama
Tuhan dalam satu agama menurut pilihan-Nya. Hanya ini saja yang
bisa menjadi solusi rasional atas problem yang dihadapi agama-agama
dunia di akhir zaman. Hanya saja solusi demikian malah ditolak keras
oleh mereka yang justru membutuhkannya demi kelangsungan hidup.

720
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
Masa
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu Depan
Agamayang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Wahyu
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

Mereka tetap saja berpegang pada visi kosong mereka tentang zaman
keemasan yang sebenarnya hanya fatamorgana.
Skenario di atas adalah usaha tulus guna menjelaskan posisi saling
kontradiksi dari setiap agama berkenaan dengan perannya dalam
menyelamatkan umat manusia. Mereka sendiri yang membuka gerbang
harapan tetapi mereka sendiri yang telah menutupnya kembali. Kasus
umat Muslim hanya berbeda dalam urutan saja. Mereka ini mulai
dengan menutup pintu dengan menyatakan kekhataman mutlak Nabi
Muhammad saw tetapi kemudian mereka buka lagi. Dalam realitas,
posisi mereka sama saja. Karena itu drama yang berlangsung di
panggung Muslim sebenarnya tidak berbeda dengan yang dimainkan
pada panggung agama-agama lainnya. Mereka ini tanpa kompromi
menyatakan kekhataman Rasulullah saw. secara mutlak tetapi pada
saat yang sama mereka ikut menunggu kedatangan sosok Nabi Isa as.
Mereka menyatakan kalau Isa as pasti akan datang setelah Nabi Suci
saw namun cara yang mereka kenakan terhadap hal itu menjadikan
kedatangannya sebagai suatu hal yang mustahil.

Rasionalitas konsep kekhataman

K ekhataman dari nabi mana pun seharusnya ditinjau dari


sudut pesan yang dibawanya serta terkait dengan statusnya.
Dimungkinkan bahwa seorang nabi dianggap khatam dalam pesan
dan statusnya, tetapi juga dimungkinkan adanya nabi yang derajatnya
lebih rendah untuk datang kemudian tanpa melanggar asas kekhataman
tersebut. Adalah aspek kenabian demikian itu yang akan kami bahas
sekarang.
Semua umat Muslim meyakini kekhataman dari akidah Al-Quran
serta wujud Rasulullah saw kepada siapa akidah ini diwahyukan. Al-
Quran sebagai petunjuk hidup yang lengkap, menyatakan sendiri
adanya janji Ilahi bahwa kitab ini akan terpelihara dari campur
tangan manusia. Jika pernyataan ini benar sebagaimana yang diyakini

721
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
VII
V
III
IV

dan disaksikan umat Muslim, maka pembawa kitab ini pastilah


seorang Nabi pembawa syariat yang terakhir. Semua ini dipahami
dan diyakini oleh keseluruhan dunia Islam tanpa kecuali. Hanya saja
dari sudut pandang mereka yang non-Muslim, sulit bagi memahami
bagaimana sebuah kitab bisa memenuhi keperluan segala zaman
dan menafikan perlunya perubahan pada masa mendatang. Apalagi
ditambah pernyataan Al-Quran tentang sifat universalitasnya maka
problemanya menjadi berlipat ganda. Bagaimana bisa menjelaskannya
secara
Semualogisumat
bahwa suatumeyakini
Muslim Kitab Ilahi akan memuaskan
kekhataman dari akidah problem
Al-Quran etnik
serta wujud
Rasulullah saw kepada siapa akidah ini diwahyukan. Al-Quran sebagai petunjuk hidup yang
dan keagamaan
lengkap, keseluruhan
menyatakan sendiri manusia
adanya janji secara
Ilahi bahwa serempak
kitab dan seragam?
ini akan terpelihara dari campur
tangan manusia. Jika pernyataan ini benar sebagaimana
Di dunia ini terdapat orang Eropa, Amerika, Afrika, Arab, yang diyakini dan disaksikan
Rusia, umat
Muslim, maka pembawa kitab ini pastilah seorang Nabi pembawa syariat yang terakhir.
Israel
Semua ini dan berbagai
dipahami bangsa oleh
dan diyakini darikeseluruhan
Asia dengan latar
dunia belakang
Islam etnik dan
tanpa kecuali. Hanya saja
dari sudut pandang mereka yang non-Muslim, sulit bagi memahami bagaimana sebuah
budaya yang saling berbeda. Tradisi politik dan sosial satu sama lainnya
kitab bisa memenuhi keperluan segala zaman dan menafikan perlunya perubahan di masa
amat berbeda
mendatang. Apalagisehingga
ditambahsulit memvisualisasikan
pernyataan Al-Quran tentangbagaimana satu akidah maka
sifat universalitasnya
problemanya menjadi berlipat ganda. Bagaimana bisa menjelaskannya secara logis bahwa
universal
suatu bisaakan
Kitab Ilahi memuaskan
memuaskan semuanya
problem dengan
etnik dansama adilnya.
keagamaan keseluruhan manusia
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan demikian,
secara serempak dan seragam? Di dunia ini terdapat orang Eropa, Al-Quran
Amerika, Afrika, Arab,
Rusia, Israel dan berbagai bangsa dari Asia dengan latar belakang etnik dan budaya yang
menyatakan
saling kalaupolitik
berbeda. Tradisi ajarannya didasarkan
dan sosial satu samapada kejiwaan
lainnya amat manusia yang sulit
berbeda sehingga
memvisualisasikan
berlaku sama pada semua manusia dan yang tidak berubah karenadengan
bagaimana satu akidah universal bisa memuaskan semuanya
sama adilnya.
waktu.
Untuk Setiap ajaranpertanyaan-pertanyaan
menjawab yang selaras sempurna denganAl-Quran
demikian, kejiwaanmenyatakan
manusia kalau
ajarannya didasarkan pada kejiwaan manusia yang berlaku sama pada semua manusia dan
yangdengan sendirinya
tidak berubah karenamenjadi abadi ajaran
waktu. Setiap tidak yang
berubah.
selarasAdalah
sempurna prinsip
denganini
kejiwaan
yang disinggung ketika Al-Quran menyatakan:
manusia dengan sendirinya menjadi abadi tidak berubah. Adalah prinsip ini yang
disinggung ketika Al-Quran menyatakan:

Ô °U

|^°šVl   ©Ú \¼° #c°i×V" Y  SM×nQ WÆ `ˆ‰= WmV¼VÙ ³ª/Š  _1WmÕ¼°Ù  <Ýk°=\O ©ÛÏ°G° \\IÕBXT 2

§¬©¨ WDSÀ-Q ÕÈWc Y ¥ˆ‰= XnV<ÓU ¦¦›VXT ¿2®JjV Ù »ÚÏ°G


Maka hadapkanlah wajahmu untuk berbakti kepada agama sebagai seorang yang
Maka hadapkanlah wajahmu untuk berbakti kepada agama sebagai seorang
berbakti kepada Tuhan dan turutlah fitrat yang diciptakan Allah yang sesuai dengan
yang
fitrat itu,berbakti
Dia telahkepada Tuhan
membentuk danmanusia.
umat turutlahTiada
fitratperubahan
yang diciptakan Allah yang
dalam penciptaan Allah.
sesuai dengan fitrat itu, Dia telah membentuk umat manusia.
Itulah agama yang benar tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.’ Tiada perubahan
(S.30 Ar-
dalam penciptaan
Rum:31) 3 Allah. Itulah agama yang benar tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui.’ (S.30 Ar-Rum:31)3
Sesungguhnya fitrat yang diciptakan Tuhan tidak bisa diubah. Bahkan para penganut
atheisme Sesungguhnya
pun mengakui fitrat
kalau yang
fitrat diciptakan Tuhan
manusia secara tidak bisa
universal tidak diubah.
berubah sejak
dahulunya.
BahkanTetapi
para Kitab Akidahatheisme
penganut yang berkaitan dengan fitrat
pun mengakui yang fitrat
kalau tidak berubah
manusiaitu tetap
saja bisa berubah karena campur tangan manusia. Al-Quran mengatasi bahaya tersebut
dengan menyatakan dirinya sebagai Kitab yang terjaga sempurna.

722 §²¨ WDS¾À°Ý›SVP œÈOV 5¯ XT WmÙ°G X=Ù‰sW5 ÀCÙVZ8 5¯


‘Sesungguhnya Kami-lah yang telah menurunkan kitab ini dan sesungguhnya Kami-lah
pemeliharanya.’ (S.15 Al- Hijr:10) 4

Sejarah telah membuktikan bahwa pernyataan tersebut benar adanya. Karena itu
§¬©¨ WDSÀ-Q ÕÈWc Y ¥ˆ‰= XnV<ÓU ¦¦›VXT ¿2®JjV Ù »ÚÏ°G
Maka hadapkanlah wajahmu untuk berbakti kepada agama sebagai seorang
berbakti kepada Tuhan dan turutlah fitrat yang
Al-Bayyinah: Prinsip diciptakan
Kebenaran Allah
Yang Nyata,yang sesuai d
Kehidupan
Konsep Kelangsungan
Seleksi
MenurutAlam
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan: Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran: Wahyu,
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Masalah
Masa
atau
bagi
Pandang
Kehidupan
Berbagai
Wahyu
Iman Agama
Aborigin
Teori
Individu
Ilahi
Kepada Hakikat
atau
Perspektif
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
Agama
Permainan
dan
Depan
yang
Alam
dan
dan
Fitrat Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di
danKosmologi
Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
LuarWahyu
Judi
Sekulerisme
Konghucu
di
Agama
Australia
Tao penciptaan
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Rasionalitas
"Yang
Suatu Ghaib"
fitrat itu, Dia telah membentuk
Peran umat
Tanah manusia.
Lempung Tiada
dan
Al-Qayyimah: Ajaran perubahan
Fotosintesis
Khiralitas dalam
(Keberpihakan) dalam
Evolusi
di
yang Berkesinambungan Alam
Pengetahuan, dan Kebenaran
Itulah agama yang benar tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.’ (S.3
Rum:31) 3
secara universal tidak berubah sejak dahulunya. Tetapi Kitab Akidah
Sesungguhnya
yang berkaitan fitrat yangfitrat
dengan diciptakan
yang tidak Tuhan tidak
berubah itubisa
tetapdiubah.
saja bisaBahkan para
atheisme berubah
pun mengakui
karena campur tangan manusia. Al-Quran mengatasi bahayatidak berub
kalau fitrat manusia secara universal
dahulunya. Tetapi Kitab Akidah yang berkaitan dengan fitrat yang tidak berubah
tersebut dengan menyatakan dirinya sebagai Kitab yang terjaga
saja bisa berubah karena campur tangan manusia. Al-Quran mengatasi bahaya
sempurna. dirinya sebagai Kitab yang terjaga sempurna.
dengan menyatakan

§²¨ WDS¾À°Ý›SVP œÈOV 5¯ XT WmÙ°G X=Ù‰sW5 ÀCÙVZ8 5¯


‘Sesungguhnya Kami-lah
‘Sesungguhnya yang
Kami-lah yangtelah menurunkan
telah menurunkan kitab
kitab inisesungguhnya
ini dan dan sesungguhnya Ka
pemeliharanya.’ (S.15 Al- Hijr:10)
Kami-lah pemeliharanya.’ (S.15 Al-Hijr:10)
4
4

SejarahSejarah
telah membuktikan
telah membuktikan bahwa pernyataan
bahwa pernyataantersebut
tersebut benar
benar adanya. K
Nabi Suci saw yang dianugrahkan kitab ini harus dianggap sebagai pembawa sy
adanya.ada
terakhir. Tidak Karena
dariitupernyataan
Nabi Suci ini saw yang
yang bersifat
dianugrahkan kitab initetapi jika
irrasional,
dikatakan harus
bahwadianggap
semua nabisebagai pembawa
tidak membawa syariatsyariat
yang terakhir.
tidak bisa Tidak ada maka juris
datang
kekhataman daridemikian
pernyataan ini diperluas
telah yang bersifat irrasional,
tanpa adanya tetapi jika kemudian
pembenaran rasional. Baru sa
itu menyatakan kekhataman absolut tersebut lalu mereka
dikatakan bahwa semua nabi tidak membawa syariat tidak bisa menghancurkanny
Retakan langsung
datang maka muncul saat dari
jurisdiksi mereka mengecualikan
kekhataman demikian Yesus dari sifat kekhata
telah diperluas
pervasif ini.
tanpa adanya pembenaran rasional. Baru saja mereka itu menyatakan
Jika dihadapkan pada dilema demikian, mereka menepisnya dengan sulapa
seolah-olahkekhataman
hal itu absolut
bukantersebut
dilema.lalu Kemunculan
mereka menghancurkannya
kembali sosok sendiri.Yesus sete
Muhammad Retakan langsungsebut
saw mereka muncul saatkontradiktif
tidak mereka mengecualikan Yesus dari
dengan prinsip sifat
kekhataman karen
1. Yesus kekhataman
didatangkan dari
yang stockini.
pervasif Nabi-nabi yang sudah pernah diutus sebelum ke
Jika dihadapkan pada dilema demikian, mereka menepisnya
 
dengan sulapan tangan, seolah-olah hal itu bukan dilema. Kemunculan

kembali sosok Yesus setelah Nabi Muhammad saw mereka sebut tidak
kontradiktif dengan prinsip kekhataman karena:
1. Yesus didatangkan dari stock Nabi-nabi yang sudah pernah
diutus sebelum kedatangan Nabi Muhammad saw. Karena itu
prinsip kekhataman beliau tidak dilanggar. Prinsip itu dilanggar
kalau ada Nabi yang datang setelah beliau meski nabi itu tidak
membawa syariat baru dan meski dipilih Tuhan dari antara umat
beliau sendiri. !

723
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
VII
V
III
IV

2. Kenabian Yesus diberikan kepadanya saat kedatangannya sebelum


Islam!
3. Apalagi karena pada kedatangannya yang Kedua kali ia akan
tunduk dan mematuhi Nabi Suci saw maka ia tidak akan
dianggap sebagai sosok yang independen.

Jadinya karena dianggap sebagai Nabi yang lebih tua dan karena
dikatakan akan tunduk kepada Rasulullah saw maka kedatangan
Yesus dianggap tidak menyalahi prinsip kekhataman nabi. Dengan
demikian pengertian mereka tentang konsep khataman nabiyin hanya
berarti bahwa Nabi baru tidak bisa diutus sedangkan Nabi lama bisa
didatangkan kembali. Semua ini hanya absurditas semata. Bagaimana
mungkin Tuhan Yang Maha Bijaksana akan memberikan pernyataan
kekhataman absolut terhadap siapa pun padahal Dia mengetahui
akan diperlukannya seorang Nabi setelah yang bersangkutan? Masalah
lama dan baru jadinya tidak relevan. Yang menjadi pokok issue adalah
masalah kebutuhan.
Kebutuhan akan seorang Nabi lain setelah kedatangan yang
terakhir adalah keyakinan yang secara intrinsik bersifat kontradiktif.
Menghadapi dilema demikian maka para ulama memelintir
permasalahannya dengan mengatakan bahwa kebutuhan akan
turunnya seorang Nabi bisa terjadi setelah nabi terakhir telah datang
dan pergi lagi. Namun keabsolutan dari kekhatamannya dianggap
tetap utuh selama kebutuhan baru itu dipenuhi oleh seorang Nabi
lama. Rasanya tiap orang bisa melihat ini sebagai usaha licin untuk
memutar-balikkan masalah ini. Pembedaan antara yang lama dengan
yang baru hanyalah upaya kekanak-kanakan untuk mengaburkan
permasalahan. Bila Yesus dari Nazareth muncul kembali dan tunduk
pada supremasi Nabi Muhammad saw tetap saja ia akan menjadi
Nabi setelah beliau. Anggapan memenuhi kebutuhan umat dengan
meminjam seorang Nabi lama dari umat pada masa lalu adalah jauh

724
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
Masa
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu Depan
Agamayang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Wahyu
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

lebih buruk dibanding memenuhi kebutuhan yang sama dengan


membangkitkan seorang Nabi baru dari kalangan umat Islam sendiri.
Kalau pandangan yang terdahulu dianggap tidak melanggar asas
Khataman Nabiyin maka pandangan yang terakhir tentunya juga
tidak.

Imam Mahdi (Pemimpin yang mendapat petunjuk)

S ekarang izinkan kami menyimpang walau hanya sementara


dari masalah kedatangan kembali Yesus as untuk mengalihkan
pandangan kepada status dari sosok yang bernama Imam Mahdi.
Menurut nubuatan-nubuatan Rasulullah saw, bukan hanya Nabi
Isa as saja yang dikatakan akan datang di akhir zaman. Kita berulangkali
bisa menjumpai disebutkannya juga Pembaharu Ilahi lainnya dengan
sebutan Imam Mahdi yang berarti “Yang Mendapat Petunjuk.”
Kebanyakan Hadith mengutarakan Isa as dan Imam Mahdi sebagai
dua orang yang berbeda. Tetapi ada satu pengecualian mencolok
yaitu Ibnu Majah, salah satu dari enam pengumpul hadis sahih, yang
mengemukakan impresi yang kuat bahwa kedua Pembaharu tersebut
pada dasarnya adalah satu orang yang menyandang dua sebutan.
Kalimat Hadis itu berbunyi:

‘Tidak ada Mahdi selain Isa ibnu Maryam.5

Hal ini berarti bahwa Mahdi yang dijanjikan adalah juga Isa.
Hanya saja menurut sebagian besar Hadith diyakini kalau Imam
Mahdi akan lahir dari kalangan umat Muslim sendiri. Karena itu
bagaimana mungkin sosok Isa akan turun dari langit setelah yang
bersangkutan? Penjelasan yang masuk akal hanyalah jika Isa itu hanya

725
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
VII
V
III
IV

sekedar sebutan yang juga dimiliki oleh Imam Mahdi sehingga tidak
ada sosok Isa terpisah yang turun lagi dari langit. Peranannya akan
dilaksanakan oleh Imam Mahdi tersebut. Dengan demikian maka
Nabi Isa akan dilahirkan secara metafora sebagaimana Imam Mahdi
dari kalangan Islam. Hal ini lalu menimbulkan masalah tentang status
dari Imam Mahdi. Sebagaimana akan dikemukakan nanti, statusnya
pastilah sebagai Nabi pengikut yang tidak membawa syariat, walau
pun sebagian besar ulama tidak menganggapnya demikian. Bertalian
dengan Yesus, mereka bebas menganggapnya sebagai seorang Nabi
karena alasan-alasan tersebut di atas, namun berkaitan dengan Imam
Mahdi mereka tidak bisa melakukannya karena akan membentur
akidah kekhataman karangan mereka sendiri.
Strategi para ulama berkenaan dengan Imam Mahdi berbeda
sama sekali. Bagi mereka sosok tersebut tetap akan menjadi Nabi yang
tidak bermahkota kepada siapa semua fitrat kenabian diberikan kecuali
masalah sebutannya saja. Sama seperti mendefinisikan seseorang
tanpa menyebutnya sebagai manusia, tetapi dengan memanggilnya
dengan nama lain yang tidak mengurangi harkatnya sebagai manusia.
Para ulama menyadari bahwa status Imam Mahdi harus ditetapkan
karena fitrat-fitratnya tersebut. Padahal menurut hemat kami hak
atas sebutan sebagai seorang nabi tidak bisa disangkal jika yang
bersangkutan memang berfungsi sebagai nabi. Bila semua persyaratan
sebagai Nabi ada pada diri seseorang, maka dengan sebutan apa pun,
ia akan tetap merupakan nabi. Penyangkalan terhadapnya sementara
yang bersangkutan diutus langsung oleh Tuhan, adalah sama dengan
menafikan perintah Tuhan. Karena itu barangsiapa yang menolak
untuk beriman kepada Imam Mahdi sebagai seorang utusan Tuhan
akan kehilangan kesempatan untuk tidak membedakan setiap utusan-
Nya. Keimanan kepada sosok tersebut menjadi keniscayaan bagi setiap
Muslim sebagaimana juga diakui oleh kalangan ortodoks. Dengan

726
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:Prinsip
Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Berbagai Masalah
Masa
atau
bagi Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu Depan
Agamayang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Wahyu
Agama Judi
Sekulerisme
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
danIman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

demikian maka sosok ini menikmati juga hak-hak yang hanya bisa
diterima oleh seorang Nabi saja. Perilaku untuk tidak memberikan
status yang semestinya kepada Imam Mahdi tidak menjadikan yang
bersangkutan lalu kehilangan hak atas hal itu. Dengan demikian maka
inkonsistensi dalam keyakinan para ulama tersebut menjadi tambah
mencolok.

Nabi tidak membawa syariat dan wahyu

D alam Islam, status nabi adalah derajat tertinggi yang mungkin


dicapai manusia. Seorang nabi tidak semata-mata orang yang
melakukan nubuatan-nubuatan, tetapi juga merupakan orang yang
mendapat penugasan khusus dari Tuhan. Tidak semua Pembaharu
menjadi seorang Nabi tetapi setiap Nabi pasti seorang Pembaharu.
Menerima Wahyu saja tidak lantas menjadikan seseorang menjadi
seorang Nabi karena mereka yang bukan Nabi pun bisa diberikan
Wahyu dan diberkati karena kedekatan kepada-Nya.
Pengertian Wahyu sendiri mempunyai bidang pengenaan
aplikasi yang luas dengan berbagai konotasi seperti Mimpi, Ru’ya,
Kasyaf, Inspirasi dan bahkan juga penerimaan pesan secara Verbal.
Pengertian demikian sama diterima oleh sebagian besar cendekiawan
keagamaan bahkan di abad menengah. Munculnya kontroversi hanya
karena berkaitan dengan Lembaga Kenabian dan dalam kaitan inilah
aspek khusus dari Wahyu ini yang menjadi kajian.
Kita bisa memahami kebijakan tentang berakhirnya Nabi
pembawa syariat berkaitan dengan bahasan ini. Yang menjadi masalah
yang perlu pemecahan adalah kenapa Nabi tidak membawa syariat juga
harus diakhiri dan mengapa Lembaga Kenabian secara keseluruhan
harus diakhiri begitu saja.
Dari sejarah agama-agama bisa dilihat secara tidak diragukan
lagi bahwa tidak selalu setiap nabi-nabi harus membawa syariat baru.
Banyak dari antara nabi-nabi itu seperti Ishak as, Yakub as, Yusuf as, Lut

727
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
VII
V
III
IV

as dan Isaiah as, yang tidak membawa syariat baru. Namun nyatanya
mereka diperlakukan sama dengan para nabi sebelum mereka dalam
perlakuan sebagai seseorang yang diutus Tuhan seperti halnya para
pemimpin ruhani yang pilhan Ilahi.

Catatan:
* Kotak Pandora dalam mitologi Yunani adalah kotak ajaib yang
berisi segala macam fitrat buruk dan musibah umat manusia
yang ketika kotak ini terbuka lalu isinya menyebar ke seluruh
permukaan bumi. (Penterjemah)

Referensi
1. Batalvi, Maulwi Muhammad Hussain, Ishaatus Sunnah, (Juni/
Juli/Agustus 1884) no. 6, vol.7, hal. 169
2. Terjemah 38:6 oleh penulis.
3. Terjemah 30:31 oleh penulis.
4. Terjemah 15:10 oleh penulis.
(Catatan: Penulis mengubah kata “Allah” dengan “Tuhan”).
5. Sunan Ibnu Majah, Kitabul Fitan, bab Shiddatiz Zaman.

728
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Prinsip
Upaya
Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan: Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Pembenaran
Sudut
Bangsa
dan
Berbagai Masalah
atau
bagi
Agama
Pandang Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
Permainan
dan
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Secara
Agama di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Filosofis:
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
dan Iman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran
Masalah Kekhataman yang
Pengetahuan, Berkesinambungan
Kenabiandan Kebenaran
Tanpa Syariat

UPAYA PEMBENARAN
SECARA FILOSOFIS:
MASALAH KEKHATAMAN KENABIAN
TANPA SYARIAT

D ua upaya utama telah dilakukan para ahli teologi dan pemikir


Muslim guna mencari pembenaran atas dihentikannya
kedatangan seorang Nabi meski tidak membawa syariat sekali pun.
Yang pertama berkaitan dengan masalah perlunya seorang guru baru.
Mereka menganggap karena telah turun seorang guru sempurna
yang membawa kitab sempurna pula maka dianggap tidak perlu lagi
adanya guru lain setelah itu. Tentu saja jika memang bisa dibuktikan
bahwa kehadiran kitab yang sempurna dan kemunculan seorang guru
sempurna merupakan jaminan yang cukup terhadap kemerosotan
akhlak dan ruhani di masa depan, maka tidak ada alasan perlunya
Nabi lain dibangkitkan lagi. Hanya saja sayangnya hal tersebut tidak
bisa dibuktikan benar adanya, baik secara teoritis mau pun historis.
Pandangan demikian tidak bisa didukung mengingat hal
membawa syariat bukan satu-satunya fungsi para nabi. Kenabian
adalah suatu fungsi yang banyak ronanya seperti pelangi. Setelah
kepergian seorang nabi pembawa syariat, pemeliharaan kitab dan
tradisinya saja tidak cukup guna menjadi substitusi dari kenabiannya.
Masalah ini menjadi lebih jelas jika kita telaah perilaku umat Muslim
setelah wafatnya Rasulullah saw. Deteriorasi progresif dari masyarakat
Islam kiranya cukup membuktikan hal ini. Perbedaan dalam status
akhlak mereka selama masa hidup Nabi Suci saw dibanding umat
Muslim masa kini sudah tidak lagi bisa dibandingkan. Kitabnya sendiri
tetap sempurna, tidak berubah, tidak tercampuri tangan manusia
sebagaimana keadaan 14 abad silam.

729
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
VII
III
IV

P embenaran kedua untuk menopang akidah Khataman Nabiyyin


yang absolut adalah yang terkait dengan konsep tentang
kematangan intelektual manusia. Pendukung utama pandangan ini
tidak kurang dari seorang tokoh bernama Muhammad Iqbald yang oleh
beberapa orang dianggap sebagai pemikir Muslim terbesar di zaman
modern. Doktrin kematangan intelektual tersebut didasarkan pada
asumsi bahwa Al-Quran diwahyukan pada saat manusia telah mencapai
puncak kematangan mental dan intelektual. Dengan demikian, setelah
itu manusia dianggap tidak lagi memerlukan bimbingan dari hari ke
hari oleh sosok Ilahi sebagaimana nenek moyangnya sebelum itu.
Memang kedengarannya seperti suatu filosofi yang indah tetapi jika
diteliti lebih mendalam, nyatanya hampa dan kosong dari kebenaran.
Premis bahwa manusia telah cukup dewasa untuk menarik konklusi
sendiri dan menetapkan pola perilakunya dari asas-asas ajaran suatu
agama yang sempurna, bisa dibantah dari berbagai sudut pandangan.
Yang patut diingat dari sejarah manusia ialah pada setiap tingkat
kemajuan yang dicapainya, manusia selalu merasa telah berada di
puncak dari kematangan intelektualnya. Pada setiap titik dalam
sejarah, generasi yang ada pada waktu itu selalu menganggap dirinya
telah mencapai puncak dari kemajuan manusia. Dari sudut pandang
mereka itu jika melihat ke belakang, semua generasi sebelumnya
secara komparasi terlihat kalah dewasa dan kurang maju. Namun
nyatanya tidak pernah mereka ini dapat dikatakan telah berperilaku
cukup bijak untuk membimbing dirinya sendiri. Kepala orang-orang
seperti Firaun tetap saja menengadah untuk menolak bimbingan Ilahi.
Semua pemberontak demikian selalu menolak para nabi zamannya
karena merasa dirinya jauh lebih baik dan utama. Semuanya juga
sama mengulang-ulang pernyataan bahwa mereka telah cukup dewasa
untuk mengatur dirinya sendiri. Nyatanya sejarah telah membuktikan
kalau semuanya itu keliru. Karena itu terasa naif menganggap zaman
kontemporer ini sebagai satu-satunya zaman dimana manusia diang-

730
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Prinsip
Upaya
Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan: Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Pembenaran
Sudut
Bangsa
dan
Berbagai Masalah
atau
bagi
Agama
Pandang Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
Permainan
dan
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Secara
Agama di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Filosofis:
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
dan Iman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran
Masalah Kekhataman yang
Pengetahuan, Berkesinambungan
Kenabiandan Kebenaran
Tanpa Syariat

gap telah cukup dengan dirinya sendiri dalam segala aspek kebutuhan
akhlak dan ruhaninya.
Berkaitan dengan konsep kematangan intelektual ini, nyatanya
konsep tersebut telah dinafikan oleh realitas sejarah. Setelah epigram
para nabi, sudah merupakan kecenderungan universal bahwa selalu
muncul perpecahan dan penggandaan sekte-sekte keagamaan yang
didasarkan pada perbedaan dan keragaman penafsiran akidah-akidah,
termasuk juga Islam. Karena itu bukan hanya masalah kematangan
intelektual manusia saja yang diperlukan untuk menarik konklusi yang
benar dari kitab-kitab suci, manusia juga memerlukan bimbingan dan
petunjuk Ilahi.
Bila ‘kematangan manusia’ diartikan sebagai kemerdekaan dalam
menarik konklusi berdasarkan telaah kitab suci, mestinya terdapat
keseragaman kesetujuan yang sempurna dalam semua aspek-aspek
fundamental ajaran keagamaan. Namun sayangnya apa yang kita
lihat dalam kehidupan nyata sama sekali berbeda dari pandangan
demikian. Umat Muslim sendiri sebagai pewaris Kitab terakhir yang
paling sempurna, sama terpecah-belahnya dalam masalah penafsiran
akidah dibanding umat dari agama-agama lain. Lalu apa gunanya
kematangan intelektual manusia? Sejarah keagamaan menunjukkan
kalau manusia yang telah terpecah-belah dalam berbagai sekte dan
skisma, tidak pernah bisa disatukan lagi hanya dengan kekuatan
manusia saja. Hal yang sama juga berlaku pada umat Muslim di zaman
ini. Tanpa perantaraan sosok Pembaharu Ilahi, tidak mungkin mereka
bisa dihimpun kembali di bawah satu bendera Ketauhidan. Sayangnya
mereka langsung menolak sarana Ilahi ini dan dengan demikian
menutup satusatunya jalan harapan yang terbuka bagi mereka.
Eksistensi adanya sekitar 72 perbedaan akidah yang mewujud
dalam sekte-sekte dan tarekat, meski ada kitab yang terpelihara
sempurna dan catatan Hadis yang tercatat rapi, merupakan penafikan
atas filosofi Iqbal tentang kematangan intelektual manusia.

731
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
VII
III
IV

Perbedaan di antara mereka tidak bisa dikatakan hanya bersifat


marjinal. Perbedaan-perbedaan tersebut bersifat fundamental dan
berakar dalam, dan tambah membesar serta mengganda dengan
berjalannya waktu. Tambahkan pada hal tersebut keadaan kemiskinan
akhlak yang terdapat di dunia Muslim dan tragedi eksistensi
mereka yang tanpa kehidupan, maka semuanya menjadi tambah
menyedihkan. Menyerahkan kelangsungan eksistensi mereka pada
konsep kematangan intelek semata, sama saja dengan menguburkan
mereka.
Alangkah menyedihkannya! Mengapa intelektual modern tidak
juga memahami bahwa pensucian masyarakat keagamaan adalah suatu
tugas yang tidak bisa diemban oleh keberadaan Kitab yang Sempurna
belaka? Jika memang demikian keadaannya, mestinya para penganut
Islam bisa memberikan teladan kepada dunia tentang kesatuan
ideologi. Sayang sekali hal demikian amat jauh dari kebenaran.
Apa yang bisa dikatakan sebagai pembelaan atas mendiang Dr.
Sir Muhammad Iqbala ialah ide untuk memblokir turunnya Nur Ilahi
dengan filsafat ngawurnya tersebut bukan berasal dari dirinya sendiri.
Kesalahan yang dilakukannya adalah karena meng-copy boleh dikata
secara membuta, sudut pandang ahli filosofi Jerman yang terkenal
yaitu Friedrich Nietzsche. Nietzsche yang pertama kali mengemukakan
gagasan tentang kematangan intelektual manusia di zaman modern
dan karena itu tidak membutuhkan bimbingan Ilahi. Nietzsche
menganjurkan manusia agar mematangkan diri dan memanfaatkan
sepenuhnya kemampuan panca-inderanya. Overman atau superman
adalah istilah Nietzsche bagi manusia yang telah mencapai tingkat
kematangan dimana semua inderanya telah berkembang secara
penuh. Orang seperti itu tidak memerlukan keberadaan Tuhan
untuk membimbingnya (Tuhan yang menurut pandangannya adalah
khayalan belaka). Khayalan demikian menurutnya muncul karena tidak
sempurnanya kemampuan penalaran pada suatu masa ketika manusia

732
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Prinsip
Upaya
Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan: Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Pembenaran
Sudut
Bangsa
dan
Berbagai Masalah
atau
bagi
Agama
Pandang Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
Permainan
dan
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Secara
Agama di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Filosofis:
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
dan Iman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran
Masalah Kekhataman yang
Pengetahuan, Berkesinambungan
Kenabiandan Kebenaran
Tanpa Syariat

dianggap belum cukup matang untuk menjadi tuan atas dirinya


sendiri. Sekarang karena manusia telah mencapai kematangan, ia
menyimpulkan dalam bukunya Thus Spoke Zarathustra yang menjadi
gambaran kebijakan filsafat Nietzsche, bahwa tidak diperlukan lagi
berpegang pada khayalan-khayalan.
‘Dulu orang menyebut Tuhan saat melihat lautan yang jauh, sekarang aku
telah mengajarimu untuk mengatakan: superman.

Tuhan hanyalah khayalan, aku mengharap khayalan kalian tidak melampaui


kemauan kreatif kalian.’1

‘Bisakah kalian membayangkan tuhan? Namun keinginan kepada kebenaran


akan menjelaskan kepadamu: bahwa semua bisa diubah menjadi apa yang
bisa difikirkan manusia, terlihat oleh manusia, dapat diraba manusia. Kalian
harus berfikir melalui indera kalian sendiri guna mencari konsekwensinya.’2

‘Tuhan adalah khayalan, tetapi siapa yang bisa menghapus kepedihan khayalan
ini kecuali kematian?’
Singkat kata buku Thus Spoke Zarathustra adalah pemberontakan
Nietzsche terhadap tuhan khayalan yang nyatanya adalah konsep
agama Kristiani tentang Tuhan. Untuk mengerti mengapa Zarathustra
dikatakan memberontak terhadap Tuhan, kita harus membaca
bukunya yang berjudul Retired. Namun bagi kita3 sendiri cukuplah
untuk mengerti bahwa orakel dari kebijakan Nietzsche adalah untuk
memerdekakan manusia dari keharusan mendapat bimbingan langit.
Kematangan dari indera dirinya sudah cukup sebagai pembimbing
baginya.
Inilah yang kemudian menjadi dasar filsafat Iqbal tentang tidak
diperlukannya lagi seorang nabi setelah manusia dianggap matang
sepenuhnya sampai batas maksimum. Bukannya menggunakan
filsafat pinjaman itu untuk menafikan kebutuhan akan Tuhan, Iqbal
menyesuaikan konsep kematangan itu untuk memenuhi tujuannya
dalam kerangka kerja Islam. Ia mengakui bahwa manusia memang
memerlukan seorang Guru yang Sempurna dan Kitab yang Sempurna,

733
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
VII
III
IV

namun setelah tujuan tersebut tercapai


maka ia tidak perlu lagi direpotkan oleh
campur tangan Ilahi lebih lanjut.
Namun bukan hanya itu saja.
Doktrin kematangan intelektual menurut
Iqbal ini tidak saja menafikan kebutuhan
akan kenabian, tetapi juga menafikan
kebutuhan komunikasi dengan Tuhan
meski dalam bentuk wahyu non-
nubuatan. Ini merupakan konklusi logis
yang bisa ditarik dari doktrinnya tentang
kematangan tersebut. Konsep kematangan intelektual mengharuskan
adanya independensi atau kemerdekaan manusia dari bimbingan
Tuhan dalam bentuk apa pun. Manusia dianggap telah mampu
menetapkan sendiri segala keputusan bagi dirinya berdasarkan
petunjuk yang sudah ada. Manusia menurut Iqbal bukan lagi seorang
anak kecil yang harus ditatih dengan jari yang digenggam seorang
Nabi. Bukankah ia telah dianggap dewasa sepenuhnya untuk mengatur
dirinya sendiri? Sepertinya suatu logika yang sehat namun sekilas saja
kita lihat dekadensi dan kehancuran akhlak manusia sekarang sudah
cukup untuk mengesampingkan argumentasi tersebut sebagai suatu
kekeliruan dan rekaan belaka.

C ukup rasanya tentang Iqbal dan pandangannya. Sekarang mari kita


beralih kepada Maududib, cendekiawan Islam kondang lainnya
dari aliran Sunni. Ia mengemukakan bahwa dihentikannya kenabian
secara mutlak setelah Nabi Muhammad saw justru merupakan rahmat
khusus Tuhan kepada umat manusia. Dikatakan merupakan rahmat,
khususnya bagi umat Muslim adalah karena meluputkan mereka
dari risiko menolak seorang Nabi utusan Tuhan dimana hal itu tidak
perlu terjadi lagi. Dengan demikian mereka menjadi dilindungi dari

734
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Prinsip
Upaya
Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan: Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Pembenaran
Sudut
Bangsa
dan
Berbagai Masalah
atau
bagi
Agama
Pandang Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
Permainan
dan
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Secara
Agama di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Filosofis:
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
dan Iman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran
Masalah Kekhataman yang
Pengetahuan, Berkesinambungan
Kenabiandan Kebenaran
Tanpa Syariat

kemungkinan dilaknat Tuhan sebagaimana


umat terdahulu dihukum karena menolak
kedatangan para Nabi di zamannya.
Pandangan seperti itu rasanya lebih cocok
dianggap sebagai lelucon dan bukannya
argumentasi yang valid.
Filsafat Maududi bila diterima sama
saja dengan menganggap lembaga kenabian
sebagai suatu kutukan jika penghentiannya
dipandang sebagai suatu rahmat. Hal
demikian lebih sejalan dengan pandangan dari Santo Paulus yang
menganggap hukum Taurat sebagai kutukan dan memandang Yesus
sebagai penebus karena beliau menafikan hukum tersebut. Jika tidak
ada hukum yang akan dilanggar, kata Santo Paulus, maka berarti tidak
akan ada dosa yang dilakukan.
Filsafat mengambang Maududi rupanya tidak bersumber pada
Santo Paulus saja. Pandangannya mengingatkan pada citra Bahaullah2.
Apa yang katanya telah dilakukan oleh Masih Israili dengan menolak
Taurat menurut Santo Paulus, oleh Bahaullah diakukan kepada
dirinya terhadap akidah Al-Quran. Dengan demikian Bahaullah
lalu memproklamasikan dirinya sebagai Pembina umat manusia dari
kekangan Al-Quran. Namun ia tidak meniru Santo Paulus sepenuhnya
karena Paulus tidak pernah mengaku dirinya menjadi Tuhan, beda
dengan Bahaullah tersebut. Paulus mengenakan peran ketuhanan
ini sepenuhnya pada sosok Yesus. Yesus dalam pandangannya adalah
seorang pembebas yang telah memperbaiki blunder yang dilakukan
‘Tuhan sang Bapak’ kepada umat manusia. Pembentukan akidah Ilahi
dianggap sebagai bentuk dosa. Karena itu dengan menyangkal akidah
Ilahi itu dianggap Yesus telah mempunahkan lahan darimana dosa
bias bertunas. Dengan cara menebus umat manusia melalui kematian

735
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
VII
III
IV

di salib, beliau dianggap telah menebus juga ‘Tuhan sang Bapak’ dari
kebodohan karena menciptakan dosa.
Bahaullahc menerapkan filsafatnya hanya sebagian saja dan
menganggap akidah-akidah Al-Quran terlalu berat dan merepotkan
sehingga kehilangan relevansinya bagi manusia zaman modern. Jadi
dengan membebaskan manusia dari ‘beban’ tersebut ia menganggap
dirinya telah memerdekakan mereka walau tidak sepenuhnya. Ia lalu
mengangkat dirinya sebagai ‘Pembentuk Akidah’ yang baru setelah
membatalkan Akidah yang ada sebelumnya. Pada akhirnya Bahaullah
hanya berhasil menciptakan cemoohan atas Tuhan dan dirinya sendiri.
Syariat yang didiktekan oleh Bahaullah sebagai pengganti Al-Quran
tak lebih dan tak kurang hanya merupakan penghinaan terhadap akal
sehat, logika dan rasionalitas.
Di antara dua orang murid zaman modern Santo Paulus, yaitu
Bahaullah dan Maududi, rasanya tidak ada lagi yang tersisa dari agama
Islam. Berkaitan dengan akidah Al-Quran, Bahaullah menyatakan telah
menghapuskannya atas nama emansipasi. Adapun tentang lembaga
kenabian, Maududi bermaksud menghapusnya sejalan dengan filsafat
Paulus. Keduanya tidak berhasil mencapai tujuannya masing-masing.
Namun keduanya dielu-elukan sebagai pahlawan-pahlawan besar.
Tetapi Maududi tidak sepenuhnya mengikuti pandangan
Paulus. Ia tidak sedemikian jauh sehingga menyarankan Tuhan untuk
menganulir akidah Al-Quran agar manusia tidak terkena murka-
Nya karena dianggap tidak mengikuti petunjuk yang termaktub
di dalamnya. Ia mengenakan prinsip Paulus hanya pada lembaga
kenabian saja. Meski yang datang setelah Nabi Muhammad saw
adalah nabi yang tidak membawa syariat, tetap saja yang bersangkutan
menghadapi risiko ditolak oleh mayoritas umat Muslim sebagaimana
manusia selama ini selalu menolak nabi-nabi sebelumnya. Karena itu
menurut logika Maududi, ancaman kutukan Ilahi tetap menggantung
di atas kepala mereka sebagaimana halnya pedang Damokles. Dalam

736
uran, Bahaullah menyatakan telah menghapuskannya atas nama emansipas
ntang lembaga kenabian, Maududi bermaksud menghapusnya sejalan deng
aulus. Keduanya tidak berhasilKelangsunganmencapai tujuannya
Al-Bayyinah:
Hidup: Prinsip
Faktor
Pengenalan
masing-masing.
Kebenaran
Kebetulan
dengan Yang
Hakikat
atau
Perspektif Nyata,
Takdir?
Jinn
Sejarah
Namun
KehidupanSeleksi
Menurut
Konsep Alam Perspektif
dan
Ketuhanan
Asal
Peran Mula
Tanah Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
Suku-Suku
Al-Qurandan
Upaya
Kehidupan:
Lempung Bangsa
dan Aliran
Al-Quran:
Hidup Wahyu,
Keterbatasan
Catur
Al-Quran
Pembenaran
Sudut
Kehidupan
Berbagai
Wahyu
danImanIndividu Pemikiran
Masalah
atau
bagi Filsafat
Agama
Aborigin
Teori
Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas Agama
Filsafat
dan
dan
Fitrat Rasionalitas,
Pengantar
Agama
PandangAgama
Permainan
dan
yang
Alam Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
SecaraKosmologi
Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Sekulerisme
didi
dan
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Judi
Filosofis:
Konghucu
Agama
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Rasionalitas
"Yang diGhaib"
Wahyu
Evolusi
Alam
elu-elukan sebagai pahlawan-pahlawan besar.
Al-Qayyimah:
Masalah Ajaran
Kekhataman yang
Pengetahuan,Berkesinambungan
Kenabian dan Kebenaran
Tanpa Syariat
Tetapi Maududi tidak sepenuhnya mengikuti pandangan Paulus. Ia tidak s
uh sehingga menyarankan Tuhan untuk menganulir akidah Al-Quran agar man
estimasi karena
rkena murka-Nya Maududidianggap
dengan menghilangkan
tidak mengikuti lembaga kenabian
petunjuk setelah
yang termaktub di
Nabi Muhammad saw maka Tuhan telah memberkati
mengenakan prinsip Paulus hanya pada lembaga kenabian saja. Meski ya manusia,
telah Nabikhususnya
Muhammad umat Muslim.
saw adalah nabi yang tidak membawa syariat, tetap
rsangkutan menghadapi
Jika lembaga risiko ditolak
kenabian oleh mayoritas
akhirnya ditutup agar umat Muslim
manusia tidaksebagaiman
lama ini selalu menolak nabi-nabi sebelumnya.
dilaknat, sama saja dengan mengatakan bahwa lembaga kenabianKarena itu menurut logika
ncaman kutukan
tersebut Ilahi tetapbentuk
merupakan menggantung
laknat kutukan. di Dengan
atas kepala demikian mereka
filsafat sebagaima
dang Damokles. Dalam estimasi Maududi dengan
neo-Paulus dari Maududi ini mengharapkan Tuhan agar mengangkat
menghilangkan lembaga
telah Nabi Muhammad saw maka Tuhan telah memberkati manusia, khusu
laknat kenabian itu sama sekali. Apa ini yang namanya keselamatan?
uslim.
Apa ini namanya
Jika lembaga penebusan?
kenabian Seyogyanya
akhirnya ditutuphal ini dikubur
agar dalam-dalam
manusia tidak dilaknat,
saja.
ngan mengatakan bahwa lembaga kenabian tersebut merupakan bentuk lakna
engan demikian filsafat
Harus neo-Paulus
dipahami sepenuhnya bahwa dari Maududi
logika demikian ini digunakan
mengharapkan T
engangkat orang
laknat kenabian
pada masa laluitu
dansama sekali.
juga masa Apa iniMengapa
depannya. yang namanya
Nabi Isa askeselamata
amanya penebusan? Seyogyanya hal ini dikubur dalam-dalam
diutus Tuhan sebelum Nabi Muhammad saw? Bukankah Al-Quran saja.
Harustelah
dipahami sepenuhnya
menetapkan umat Yahudi bahwa logika
sebagai demikian
terkutuk karena digunakan
dosa telah orang di
an juga di masa depannya. Mengapa Nabi Isa as diutus Tuhan sebelum Nabi M
menolak dirinya? Dan apa yang terjadi pada manusia sebelumnya?
w? Bukankah Al-Quran telah menetapkan umat Yahudi sebagai terkutuk ka
lah menolakBukankah
dirinya?mereka
Dan apajugayangmenolak
terjadipara utusan
pada manusiaIlahi dengan
sebelumnya? cara Bukank
mengolok-olok dan mencaci-maki mereka? Hal ini
ga menolak para utusan Ilahi dengan cara mengolok-olok dan mencaci-maki mmerupakan refleksi
i merupakanmenyedihkan dari ketakaburan
refleksi menyedihkan manusia.
dari Demikianmanusia.
ketakaburan pula pernyataan
Demikian pula p
-Quran: Al-Quran:

§¬©¨ WDTÃÄ­s×MW-ԁRd ž°O¯ SÈ5[ €Y¯ "$SÀyˆq C°K% 2¯Ij°"Ú


Wc W%  °jW°ÈÙ rQ"Wà Q™ XnՃ\U›Wc
‘Sayang sekali bagi
‘Sayang sekaliumat manusia.
bagi umat Tidakpernah
manusia. Tidak pernah datang
datang kepada
kepada mereka mereka seoran
seorang
melainkan Rasul
mereka senantiasa
melainkan mencemoohkannya.’
mereka senantiasa (S.36
mencemoohkannya.’ Yasin:31)
(S.36 Yasin:31)4 4

Adalah suatu
Adalahhal yang
suatu ajaib
hal yang mengapa
ajaib Tuhantidak
mengapa Tuhan tidak berfikir
berfikir untuk untuk men
knat kutukan menghentikan laknat kutukan tersebut jauh sebelumnya. Apa yangYahudi dal
tersebut jauh sebelumnya. Apa yang terjadi pada umat
ereka yangterjadi
panjang
pada saat
umatpertemuan
Yahudi dalam dengan
sejarah para
merekaNabi-nabi
yang panjangmereka?
saat Bukank
ga sudah dilaknat melalui bibir Nabi Daud as ? Apa saja yang terjadi kepada
pertemuan dengan para Nabi-nabi mereka? Bukankah mereka juga
tab itu selama masa antara Nabi Musa as dan Nabi Isa as ?
Apakahsudah dilaknat melalui universal
kecenderungan bibir Nabi manusia
Daud as? Apa saja memperlakukan
untuk yang terjadi sem
kepada umat Ahli Kitab itu selama masa antara Nabi
ahi secara tidak manusiawi tidak cukup bagi Tuhan untuk menyadari bahw Musa as dan
nabian lebihNabimerupakan
Isa as? laknat daripada rahmat? Mengapa diutus juga Na
engapa Nabi Ibrahim as dan mengapa juga Nabi Lut as ? Bukankah penolaka
ereka itu telah menimbulkan kemurkaan Allah swt atas umat mereka? Bukank
737
gelintir orang, sebagian besar dari mereka telah dipunahkan dari muka bumi?
Namun ide yang keluar dari pemikiran Maududi tidak sejalan dengan
uhan. Apakah hal ini mungkin karena fikiran Maududi yang telah mengaran
ntang sosok tuhan seperti itu? Kelemahan penilaian demikian hanya mungkin m
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
VII
III
IV

Apakah kecenderungan universal manusia untuk memperlakukan


semua utusan Ilahi secara tidak manusiawi tidak cukup bagi Tuhan
untuk menyadari bahwa lembaga kenabian lebih merupakan laknat
daripada rahmat? Mengapa diutus juga Nabi Nuh as, mengapa Nabi
Ibrahim as dan mengapa juga Nabi Lut as? Bukankah penolakan atas
diri mereka itu telah menimbulkan kemurkaan Allah swt atas umat
mereka? Bukankah kecuali segelintir orang, sebagian besar dari mereka
telah dipunahkan dari muka bumi?
Namun ide yang keluar dari pemikiran Maududi tidak sejalan
dengan kehendak Tuhan. Apakah hal ini mungkin karena fikiran
Maududi yang telah mengarang dongeng tentang sosok tuhan
seperti itu? Kelemahan penilaian demikian hanya mungkin muncul
dari fikirannya sendiri. Nyatanya Tuhan terus menerus mengutus
nabi-nabi meski manusia yang takabur tetap saja menolak mereka.
Laknat kutukan yang mereka derita tidak bisa disalahkan pada
lembaga kenabian tetapi pada diri mereka sendiri yang telah berlaku
takabur. Kalau argumentasi seperti itu dianggap valid pada suatu titik
masa, mestinya juga dianggap valid sepanjang waktu sejak turunnya
Nabi Adam as. Kekhawatiran adanya penolakan Nabi Adam as oleh
umatnya, yang karenanya akan mengundang laknat Tuhan, mestinya
sudah cukup menjadi justifikasi bagi Tuhan untuk tidak jadi saja
mengutus Adam as sama sekali. Bila ada kekhawatiran bahwa umat
akan menolak kedatangan seorang nabi yang lebih rendah dari Nabi
Muhammad saw dan dijadikan sebagai legitimasi untuk menghentikan
kenabian sama sekali, mestinya kekhawatiran yang sama juga akan
lebih kuat lagi menghalangi kedatangan Nabi Suci saw sendiri.
Bukankah beliau sebaik-baik Nabi dari antara para Nabi? Tentu saja
demikian, seluruh dunia Islam bersaksi untuk itu. Karena menjadi
yang paling baik dari antara para nabi, maka penolakan atas diri beliau
mestinya mengundang laknat terburuk yang pernah ditimpakan
Tuhan atas manusia. Rupanya Maududi sama sekali melupakan bahwa

738
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Prinsip
Upaya
Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan: Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Pembenaran
Sudut
Bangsa
dan
Berbagai Masalah
atau
bagi
Agama
Pandang Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
Permainan
dan
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Secara
Agama di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Filosofis:
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
dan Iman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran
Masalah Kekhataman yang
Pengetahuan, Berkesinambungan
Kenabiandan Kebenaran
Tanpa Syariat

tidak saja Rasulullah saw ditolak oleh mayoritas populasi dunia pada
masa beliau, sekarang ini pun kebenaran yang dibawa beliau masih
disangkal oleh tiga per empat umat manusia. Paling banyak hanya
seperempat saja dari penduduk dunia ini yang bisa dianggap sebagai
pengikut Rasulullah saw. Tetapi bisakah mereka ini dianggap sebagai
Muslim sepenuhnya? Apakah keimanan mereka kepada Nabi Suci saw
cukup ikhlas guna mengelompokkan mereka ke dalam orang-orang
yang beriman? Maududi sendiri berfikir sebaliknya. Dari sekitar satu
milyar populasi Muslim di dunia, menurut Maududi 999 dari 1.000
orang dianggapnya secara virtual sebagai non-Muslim.

Kumpulan besar campuran manusia yang disebut umat Muslim ini sebesar
999 dari tiap 1.000 orang sama sekali tidak memahami apa yang dimaksud
dengan Islam. Mereka tidak mampu membedakan antara yang benar dan
yang salah. Begitu pula akhlak dan sikap mental mereka jauh sekali dari ciri
Islami. Dari bapak ke anak, dari kakek ke cucu, mereka hanya mewarisi nama
Muslim, tidak lebih dari itu.’ 5

Berdasarkan uraian Maududi tentang perencanaan kehidupan


manusia, sebaiknya Tuhan tidak mengirim kitab atau utusan Ilahi
daripada nanti mahluk-Nya yang malang ini harus dilaknat terus
menerus.
Namun Maududi meyakini justifikasi Tuhan dalam mengutus
semua para nabi-Nya sejak Adam as sampai dengan sosok yang terbaik
dari semuanya. Bila penolakan atas diri mereka akan membawa
laknat Tuhan, apa salahnya ditambah satu lagi saja. Jadinya paradoks
pandangan Maududi lebih menyakitkan mata ketika diketahui bahwa

739
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
VII
III
IV

ia malah meyakini kedatangan kembali Nabi Isa as sebagai seorang


Nabi Tuhan.
Jika sebagai pengganti Yesus lalu dikatakan ada seorang Nabi tidak
membawa syariat yang akan dibangkitkan dari umat Muslim, mengapa
ia mengubah skema kelaknatannya itu? Mengapa hanya kedatangan
Yesus ini saja yang harus dinafikan padahal mereka yang lainnya sejak
Nabi Adam as, sama-sama memikul laknat abadi Tuhan?

Catatan:
a. Muhammad Iqbal (1877-1938) dianggap sebagai filosof atau
pemikir besar dari India di samping sebagai penyair bahasa Urdu
terbesar di abad 20. Buku-buku syairnya yang terkenal antara
lain Ashrari Khudi dan Javed Nameh. Memperoleh gelar Sir pada
tahun 1922. Ia dianggap sebagai pencetus gagasan dibentuknya
negara Islam terpisah yang kemudian mewujud menjadi Pakistan
pada tahun 1947. (Penterjemah)
b. Abu Ala Al-Maududi (1903-1979) adalah ulama dan pemikir
Islam dari anak benua India, cucu dari tokoh Sufi yang bernama
Syekh Qutbudin al-Maududi. Minatnya di bidang politik
dimulai pada usia 20 tahun dan mempunyai kecenderungan
kuat dalam jurnalistik. (Penterjemah)
c. Baha Ullah, asli Iran dari aliran Shiah, nama aslinya adalah Mirza
Husain al-Nuri (1817-1892). Pada tahun 1867 ia menyatakan
dirinya sebagai Imam Mahdi dan karena itu oleh pemerintah
Ottoman dibuang ke Akko di Palestina. (Penterjemah)

Referensi
1. Kaufman, W. (1976) The Portable Nietzsche, Penguin Books,
England, hal. 197
2. Kaufman, W. (1976) The Portable Nietzsche, Penguin Books,
England, hal. 198

740
Kehidupan
Seleksi
Menurut
Konsep Alam Al-Bayyinah:
Kelangsungan
Ketuhanan
Asal Mula Hidup:
Perspektif
dan Prinsip
Upaya
Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan: Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Kebenaran
Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran:
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Pembenaran
Sudut
Bangsa
dan
Berbagai Masalah
atau
bagi
Agama
Pandang Yang
Perspektif
Wahyu,
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
Permainan
dan
Aborigin
Kehidupan
Teori
Individu yang
Alam
dan Nyata,
Hakikat
atau Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Secara
Agama di Kosmologi
di
dan Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Agama Judi
Sekulerisme
Filosofis:
Konghucu
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Peran Tanah Lempung Wahyu
dan Iman Ilahi
Kepada
Fotosintesis
Khiralitas dan
Fitrat Rasionalitas
"Yang
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Al-Qayyimah: Ajaran
Masalah Kekhataman yang
Pengetahuan, Berkesinambungan
Kenabiandan Kebenaran
Tanpa Syariat

3. Kaufman, W. (1976) The Portable Nietzsche, Penguin Books,


England, hal. 370-375
4. Terjemah 36:31 oleh penulis.
5. Maududi, Sayid Abul Aala, Musalman Aur Maujudah Siyasi
Kashmakash, ed. 1, vol. III, Maktabah Jamaati Islami, Darul
Islam, Jamalpur, Pathankot, hal. 130

741
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
VII
III
IV

NABI ISA DAN


MASALAH KHAATAMAN NABIYYIN

N abi Muhammad saw telah datang dan pergi. Kepercayaan beliau


saw sebagai Nabi terakhir ketika dihadapkan pada kepercayaan
bahwa Nabi Isa as akan turun ke bumi, sifatnya demikian tidak
konsisten sehingga tidak bisa dianggap benar keseluruhannya secara
bersamaan. Faktanya campuran 2 masalah terpisah ini, merupakan
karangan beberapa ulama di abad pertengahan. Pertalian di antara
keduanya merupakan hal yang tidak masuk akal.
Demi pembaca non-Muslim yang kurang familiar, kami perlu
menjelaskan latar belakang historis dari permasalahan ini agar
mereka mengerti apa sebenarnya yang dihebohkan. Ayat Khataman
Nabiyyin merupakan salah satu ayat fundamental dalam Al-Quran
yang penuh makna dan mengandung banyak kemungkinan konotasi
yang bisa ditarik. Namun tidak ada satu pun dari konotasi itu yang
terkait dengan kedatangan kembali Nabi Isa as. Karena itu anggapan
beberapa ulama bahwa Isa as diangkat ke langit kempat karena
ayat tentang kekhataman itu akan diwahyukan Tuhan adalah suatu
bualan besar dan hanya mendramatisasi masalah. Apa yang dikatakan
kenaikan Nabi Isa as ke langit dengan jasad kasar sama sekali tidak
ada pertaliannya dengan ayat ini atau pun dengan ayat lainnya dalam
Al-Quran. Ide untuk menaikkan Nabi Isa as ke langit tidak pernah
menjadi rencana Tuhan. Keseluruhan isi Al-Quran dan Hadis-hadis
Rasulullah saw menafikan Tuhan dari perilaku absurditas demikian
mengingat juga sama sekali tidak ada referensi tentang kenaikan Isa
as. Para ulama yang menyatakan bahwa Tuhan telah mengangkat jasad

742
Al-Bayyinah: Prinsip Kebenaran Nabi
Yang Isa dan
Nyata,
Kehidupan
Konsep Kelangsungan
Seleksi
Menurut
Alam
Ketuhanan
Asal
Peran Mula
Tanah Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:
Lempung Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan
Wahyu
danIman Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran: Wahyu,
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Masalah
atau
bagi
Pandang
Kehidupan
Berbagai Agama
Aborigin
Teori
Individu
Ilahi
Kepada dan
dan
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Hakikat
atau
Perspektif
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
Agama
Permainan
dan
yang
Alam
didi
dan
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Kosmologi
Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Konghucu
Agama Judi
Sekulerisme
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Rasionalitas
"Yang Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Masalah
Al-Qayyimah: Ajaran Khaataman Nabiyyin
yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

beliau dengan tujuan menunda problem yang diciptakan oleh ayat


tersebut, tidak didukung oleh Al-Quran. Dengan demikian, para ulama
itu sendiri yang telah menciptakan masalah untuk kemudian mencoba
memecahkannya dengan meminjam nama Tuhan. Mempertalikan
pandangan tidak berdasar seperti itu pada salah satu ayat fundamental
dalam Al-Quran adalah perilaku tidak terpuji. Pertimbangan yang
memotivasi para ulama abad pertengahan untuk melakukan hal
ini dan upaya keras mereka untuk menggabungkan dua masalah
terpisah tersebut itulah yang menjadi pokok bahasan kami di sini.
Setelah mengenalkan pembaca pada latar belakangnya, sekarang kami
lanjutkan tentang cerita kenekadan para ulama tersebut. Dengan hal
ini dalam fikiran, semoga pembaca memahami apa yang berikutnya
kami sampaikan ini.

M eski adanya fakta bahwa yang katanya kenaikan atau turunnya


Nabi Isa as sama sekali tidak ada pertaliannya dengan
pernyataan tentang kekhataman Rasulullah saw, para ulama tetap saja
menganggapnya ada perkaitan definitif di antara keduanya. Nabi Isa
ibnu Maryam as kata mereka akan dibawa turun secara pribadi dari
langit karena tidak ada lagi Nabi baru yang akan diangkat setelah Nabi
Muhammad saw. Cara cerdik menampilkan seorang Nabi lama di bumi
daripada membangkitkannya dari antara umat Muslim sendiri guna
memenuhi kebutuhan zaman, bisa jadi dianggap terpuji di kalangan
ortodoks Muslim namun antusiasme mereka tidak merata dan tidak
terasa di lingkungan orang awam. Tidak seorang pun yang memiliki
fikiran sehat akan mengatributkan fikiran demikian sebagai kinerja
Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Bijaksana. Hanya para ulama saja
yang bisa melakukannya dan memang hal itu yang mereka lakukan.
Dengan mengkaitkan kedatangan kembali Nabi Isa as kepada
kekhataman Rasulullah saw mereka berfikir bahwa mereka telah
menyelamatkan Tuhan terhadap konsekwensi pernyataan tentang

743
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
VII
IV

kekhataman yang prematur. Dengan cara itu para ulama berpendapat


kalau mereka telah menyelamatkan Tuhan dari suatu dilema
kontradiksi yang gawat. Rasanya ini merupakan olah pemikiran
kurang paripurna oleh para ulama tersebut. Janji status kekhataman
oleh Tuhan kepada nabi mana pun meski Dia mengetahui bahwa janji
itu tidak akan bisa dipenuhi adalah suatu hal yang tidak mungkin bisa
diterapkan atau diatributkan pada Wujud-Nya. Menutupi cara untuk
memenuhi janji dengan cara menghadirkan kembali seorang nabi
lama setelah wafatnya Nabi yang terakhir adalah suatu lelucon. Begitu
itulah ulama ini sudah keliru menilai Tuhan menurut standar dirinya
sendiri, lalu mengatributkan perilaku kontradiktif pada Wujud-
Nya untuk kemudian berusaha maju kemuka sebagai pembela yang
menolong-Nya dari kehilangan muka. Upaya seperti ini bukannya
tanpa maksud. Bagi mereka, hal ini merupakan ide cemerlang yang
memberikan keuntungan ganda.
Konsep demikian merupakan penyelamatan Nabi Isa as dari
suatu kematian terkutuk di atas salib dan menggagalkan upaya
musuh-musuhnya untuk membuktikan kalau beliau itu Nabi palsu.
Bayangkan kekecewaan para musuh menemui Yesus telah lolos dari
cengkeram mereka dan telah berada di langit keempat. Namun
taktik demikian menimbulkan problem lain bagi Tuhan. Pertanyaan
sekarang, kapan dan mengapa beliau itu harus harus diturunkan lagi
ke bumi. Yang jelas yang bersangkutan tidak bisa terus bermukim di
langit keempat sampai datangnya Hari Kiamat. Sepanjang menyangkut
Tuhan, tidak ada masalah. Sepanjang menyangkut para ulama,
problem itu diciptakannya sendiri untuk menutupi kontradiksinya
karena meyakini status khataman nabiyyin dari Nabi Suci saw paralel
dengan keyakinan akan turunnya kembali Nabi Isa as sebagai Nabi
setelah beliau. Itulah yang menjadi dasar pemikiran mengapa ia
mempertalikan ayat Khataman Nabiyyin dengan khayalan tentang
kenaikan Nabi Isa as ke langit. Ia telah melakukannya dengan licin

744
Al-Bayyinah: Prinsip Kebenaran Nabi
Yang Isa dan
Nyata,
Kehidupan
Konsep Kelangsungan
Seleksi
Menurut
Alam
Ketuhanan
Asal
Peran Mula
Tanah Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:
Lempung Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan
Wahyu
danIman Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran: Wahyu,
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Masalah
atau
bagi
Pandang
Kehidupan
Berbagai Agama
Aborigin
Teori
Individu
Ilahi
Kepada dan
dan
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Hakikat
atau
Perspektif
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
Agama
Permainan
dan
yang
Alam
didi
dan
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Kosmologi
Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Konghucu
Agama Judi
Sekulerisme
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Rasionalitas
"Yang Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Masalah
Al-Qayyimah: Ajaran Khaataman Nabiyyin
yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

dan tidak terdeteksi oleh umat Muslim awam. Berikut ini adalah dasar
pemikiran yang dikembangkannya:
1. Nabi Isa as diangkat ke langit dengan suatu tujuan tertentu dan
nantinya akan diturunkan kembali ke bumi.
2. Kedatangan kembali seorang nabi stock lama setelah yang
terakhir tidak akan membatalkan meterai kekhataman.
3. Kebutuhan akan seorang nabi baru di akhir zaman akan dipenuhi
tanpa menimbulkan dilema kontradiksi dengan takdir Ilahi.

Kalau ada peribahasa bisa membunuh dua burung dengan satu


lontaran batu maka kaum ortodoks kelihatannya berhasil membunuh
tiga dengan satu batu! Dalam realitas, perilaku menggeser pemikiran
mereka sebagai fikiran Tuhan itu sendiri sudah merupakan perilaku
penghujatan.
Kami berkeyakinan bahwa dengan mengarang cerita tidak masuk
akal demikian, keuntungan utama bagi para ulama antara lain adalah
ia terbebas dari kemungkinan adanya wewenang Ilahi yang akan
mengatur dirinya. Bersih sudah kemungkinan gangguan dari Lembaga
Kenabian sehingga ia tidak kehilangan kekuasaan absolutnya atas massa
Muslim yang kurang berpendidikan. Keyakinan bahwa seorang Nabi
berusia 2.000 tahun akan datang lagi, sudah mengandung jaminan
inheren bahwa tidak akan ada lagi Nabi yang akan datang. Dengan
demikian cengkeraman kaum ulama atas Islam dan umat Islam akan
berlangsung terus dan ia akan terus bisa memerintah secara despotik
atas umat Muslim yang tidak curiga terhadapnya.
Yang mati tidak pernah kembali dari dunia lainnya. Sekali sudah
pergi, tidak pernah ada yang melakukan kunjungan kedua dan berbaur
lagi dengan mereka yang hidup. Tuhan tidak pernah mengembalikan
para penghuni dunia masa lalu. Mereka yang menunggu secara harfiah
kedatangan Nabi Isa kedua kalinya, akan tetap saja menunggu dalam
keabadian. Nabi Isa tidak akan datang dengan cara demikian, dan kaum

745
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
VII
IV

ulama tidak akan melepaskan kuasa dogmanya atas dunia Muslim.


Terpapar pada belas kasihan mereka yang tidak mengenal belas kasih,
umat terbius menunggu sia-sia turunnya Nabi Isa yang membawa
cawan ramuan ajaib di tangannya. Islam akan terus menderita dari
tahun ke tahun, dari abad ke abad, di bawah pemerintahan despotik
para ulama Muslim.
Meneliti kembali pertanyaan tentang kaitan Nabi Isa as dengan
konsep khataman nabiyyin, solusi yang dikemukakan para ulama
sebenarnya tidak masuk akal. Meminjam seorang Nabi lama dari
umat Nabi Musa a.s. pada masa lalu untuk kebutuhan umat Muslim
di akhir zaman yang sama sekali bercorak lain, tidak akan bisa
memecahkan problem umat ini. Mereka tidak mampu mencerna
bahwa nabi pinjaman seperti itu justru akan merusak kesakralan dari
kekhataman Nabi Suci saw dibanding dengan seorang Nabi yang lahir
dan dibangkitkan sebagai putera ruhani dari umat beliau sendiri.
Kronologi saja tidak bisa digunakan untuk menetapkan apakah
seorang Nabi itu berasal dari yang lama atau seorang yang baru. Bila
seorang Nabi datang lagi dengan semua fitrat lengkap seperti saat
kedatangan pertama, maka kedatangannya bisa dianggap sebagai
kunjungan ulangan. Namun jika sebelum kedatangan kedua kali itu
yang bersangkutan mengalami perubahan radikal dalam karakteristik
tubuh dan perilaku serta sikapnya terhadap musuh-musuhnya
telah berubah total, maka ia tidak bisa dianggap sebagai seorang
nabi lama yang datang lagi. Tambah lagi dengan status keruhanian
yang diembannya, pesan yang dibawanya, mukjizat-mukjizat yang
telah dizahirkannya dan kewenangan yang dimilikinya atas seluruh
umat manusia tidak sama dengan sosok Yesus dari Perjanjian Baru.
Yang juga perlu diperhatikan bahwa sosok Isa yang kedatangannya
dijanjikan Rasulullah saw tersebut memiliki identitas yang sama sekali
lain dengan Isa terdahulu. Isa yang dijanjikan bukan lagi Nabi dari
umat Bani Israil. Ia tidak lagi tunduk kepada Taurat atau pun Injil

746
Al-Bayyinah: Prinsip Kebenaran Nabi
Yang Isa dan
Nyata,
Kehidupan
Konsep Kelangsungan
Seleksi
Menurut
Alam
Ketuhanan
Asal
Peran Mula
Tanah Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:
Lempung Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan
Wahyu
danIman Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran: Wahyu,
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Masalah
atau
bagi
Pandang
Kehidupan
Berbagai Agama
Aborigin
Teori
Individu
Ilahi
Kepada dan
dan
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Hakikat
atau
Perspektif
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
Agama
Permainan
dan
yang
Alam
didi
dan
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Kosmologi
Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Konghucu
Agama Judi
Sekulerisme
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Rasionalitas
"Yang Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Masalah
Al-Qayyimah: Ajaran Khaataman Nabiyyin
yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

yang diajarkannya sendiri. Jika berdasarkan semua hal itu para ulama
tetap saja bersikukuh bahwa sosok Isa yang dijanjikan sama dengan
Isa dari Bani Israil, mereka mestinya menyadari bahwa sebelum
diturunkan kembali ke bumi, yang bersangkutan tentunya harus telah
mengalami rekondisi dan penugasan ulang dalam segala hal yang
esensial bagi kenabiannya. Kalau hal seperti itu bukannya merupakan
kedatangan nabi baru, lalu apa namanya? Tentunya tidak ada ulama
yang akan mau menerima sosok Isa demikian bisa diasimilasikan ke
dalam Islam tanpa mencederai prinsip khataman nabiyyin Rasulullah
saw. Karena itu mereka harus meyakini kalau sosok Nabi Isa as akan
kembali ke bumi tanpa ada perubahan apa pun pada dirinya. Kalau
sudah sampai, barulah yang bersangkutan nanti diokulasikan pada
pohon Islam dan tumbuh sebagai seorang pembaharu yang bisa
disebut sebagai seorang Nabi Muslim secara universal. Rasanya perlu
diingatkan kepada kaum ulama bahwa dengan keadaan demikian
pun tetap saja yang bersangkutan akan menjadi asing bagi Islam
dan tidak bisa menanggalkan sama sekali kepribadiannya sebagai
seorang Israil. Keadaannya menjadi sama dengan tunas dari sebuah
pohon diokulasikan pada cabang pohon dari jenis lain. Jika teratai
bisa diokulasikan pada pohon mangga atau pohon tomat ditempelkan
pada pohon nanas, barulah kita juga bisa membayangkan bagaimana
seorang nabi pra-Islam diokulasikan pada Islam. Tetapi apa gunanya?
Tunas yang diokulasikan tidak akan pernah kehilangan identitas
dirinya. Apa yang muncul dari sosok Isa yang diokulasikan pada Islam
tetap saja Isa as dengan identitas Israil.

D engan demikian maka Nabi Isa as meski secara fisik dialihkan ke


dunia Islam, tetap saja tidak akan mungkin melepaskan identitas
hakiki dirinya. Al-Quran tetap saja akin memandangnya sebagai
seorang Nabi bagi Bani Israil. Kalau memang yang bersangkutan benar
kembali lagi maka tiap ulama Muslim akan menolak pengakuannya
berdasarkan ketentuan Al-Quran itu saja. Sosok tersebut pasti akan

747
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
VII
IV

dihujat ramai-ramai sebagai seorang Nabi palsu. Mereka akan bertanya,


atas kewenangan siapa ia merubah pernyataan kitab suci Al-Quran
bahwa ia sebenarnya hanyalah Nabi bagi Bani Israil? Selama Al-Quran
tetap menganggapnya demikian maka identitas dirinya tidak akan
berubah, beliau adalah dan akan tetap menjadi nabi bagi Bani Israil.

‘... sebagai rasul kepada Bani Israil...’ (S.3 Ali Imran:50)1

Zaman kita sekarang ini adalah masa ketika kaum fundamentalis


telah merangsang sensibilitas umat Muslim sampai sudah mendekati
penghujatan. Jelas kiranya bahwa nyawa Yesus pun tidak akan aman
di tangan para fanatik Muslim, sama halnya ketika di tangan para
fanatik umat Yahudi. Tambah lagi yang bersangkutan menghadapi
bahaya beragam yang tidak ditemui saat kedatangan yang pertama.
Dunia Islam kini terpecah-pecah dalam berbagai skisma yang jauh
lebih parah dan lebih tidak toleran dibanding dunia Yahudi pada saat
kedatangan pertama Nabi Isa as.
Ancaman terhadap nyawanya tetap akan gawat dimana pun
yang bersangkutan mendarat di negeri Muslim, kalau memang
benar ia akan datang. Kalau pendaratannya terjadi di Iran, jelas yang
bersangkutan akan menghadapi pengujian keras berkaitan dengan
posisi akidahnya. Apakah ia akan mengimani keberadaan 12 Imam
ataukah menolaknya? Apakah ia meyakini kekhilafatan Sayidina
Abu Bakar, Sayidina Umar dan Sayidina Usman atau tidak? Apakah
ia meyakini bahwa kekhilafatan Sayidina Ali ra sebagai kelanjutan
dari Nabi Muhammad saw? Bila yang bersangkutan sejalan dengan
keyakinan umat Syiah dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan
tersebut, ancaman terhadap nyawanya belum lagi tersingkir karena
adanya problem tambahan berupa menghilangnya Imam yang ke-12.

748
Al-Bayyinah: Prinsip Kebenaran Nabi
Yang Isa dan
Nyata,
Kehidupan
Konsep Kelangsungan
Seleksi
Menurut
Alam
Ketuhanan
Asal
Peran Mula
Tanah Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:
Lempung Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan
Wahyu
danIman Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran: Wahyu,
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Masalah
atau
bagi
Pandang
Kehidupan
Berbagai Agama
Aborigin
Teori
Individu
Ilahi
Kepada dan
dan
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Hakikat
atau
Perspektif
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
Agama
Permainan
dan
yang
Alam
didi
dan
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Kosmologi
Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Konghucu
Agama Judi
Sekulerisme
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Rasionalitas
"Yang Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Masalah
Al-Qayyimah: Ajaran Khaataman Nabiyyin
yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

Akan ditanyakan kepada yang bersangkutan, berani-beraninya turun


ke bumi sendirian sedangkan Imam Suci (Al-Mahdi) mereka yang ke-
12 masih bermukim di salah satu tempat di langit. Tanpa kesaksian
pribadi Imam tersebut atas kebenaran dirinya sebagai Nabi Isa maka
jelas ia akan ditandai dan dihukum sebagai seorang Nabi palsu.
Kalau ia mengakui hak khilafah dari tiga orang khalifah pertama
yaitu Abu Bakar ra, Umar ra. dan Usman ra, jelas yang bersangkutan
akan langsung secara keras dicap sebagai pendusta. Setelah itu maka
keputusan hukuman mati baginya hanya merupakan prosedur rutin
dalam yurisprudensi Syiah.
Hanya saja jika yang bersangkutan mendarat di teritorial umat
Sunni sambil tetap berpegang pada pandangan Shiah, begitu mendarat
ia akan langsung dikirim balik ke langit. Misalnya pun ia berpegang
pada sudut pandang Sunni, tetap saja nyawanya terancam karena
masing-masing sekte Sunni yang ada di negeri itu akan memintanya
membenarkan keyakinan mereka, atau konsekwensinya ditolak karena
dianggap sebagai pendusta. Sulit sekali membayangkan bagaimana
Nabi Isa as beralih kepercayaan menjadi penganut sekte Barelvi atau
fundamentalis Wahhabi saat mendarat di negeri mereka. Yang mana
dari keduanya itu yang akan dianggapnya sebagai keyakinan dirinya
sendiri? Apa pun pilihannya akan merupakan vonis kematian dari
ulama sekte yang berseberangan.
Alasan penghukuman atas dirinya tidak saja karena meyakini
keimanan dari sekte yang berseberangan, tetapi juga karena
penipuannya sebagai wujud seorang Nabi Tuhan. Tidak ada Nabi
Tuhan yang hakiki akan menerima sudut pandang keagamaan yang
keliru. Setiap sekte akan menghakimi kesaksian Yesus itu berdasarkan
pendapatnya sendiri dan tidak akan ada yang menilai kepercayaan
mereka berdasarkan kesaksian Yesus.
Belum lagi akan muncul pula permasalahan tentang mazhab apa
yang dianutnya. Apakah yang bersangkutan termasuk mazhab Imam

749
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
VII
IV

Maliki atau Abu Hanifah atau Imam Syafei ataukah Imam Ahmad
bin Hanbal? Karena sebelumnya tidak mempunyai pengalaman
tentang pertikaian akidah maka ia akan terperangkap tak berdaya di
tengah kerancuan bualan kosong demikian. Pasti ia akan mengeluh
dan mengharap agar ia tidak pernah dikirim kembali kedua kalinya
ke bumi. Kalau pun ia kemudian mengikuti salah satu tersebut, tetap
saja yang 71 sekte lainnya akan menolaknya. Terlepas dari itu semua
yang bersangkutan tetap menghadapi bahaya ditolak berdasarkan ayat
Al-Quran tersebut di atas yang menyatakan bahwa dirinya hanyalah
seorang Nabi bagi umat Bani Israil.
Teriakan “Kembali ke tempat dimana engkau seharusnya berada”
pasti menggema dari mulut para fanatik di tempat itu. “Silakan terbang
lagi dan arahkan perjalananmu ke Negara Israel” celetuk yang lain,
“Jika engkau memang cukup jantan guna menghadapi ujian mereka
lagi, pergilah kepada bangsa Yahudi dan buktikan identitas dirimu.”
Kita jadi bertanya-tanya, apa yang kira-kira akan dilakukan Tuhan
menghadapi situasi demikian? Apakah Dia akan menugaskan kembali
malaikat untuk mengangkatnya kembali ke langit? Atau apakah akin
dibiarkan saja ia mengatur dirinya sendiri menghadapi para ulama
Muslim dan Yahudi? Apakah yang bersangkutan akan disalib lagi oleh
tentara di negara Israel ataukah digantung sampai mati oleh algojo
Muslim, adalah pertanyaan yang hanya bisa dijawab nanti di masa
depan, jika yang bersangkutan memang jadi akan berkunjung lagi ke
dunia kita yang menyedihkan ini. Jauh lebih sulit dari saat kedatangan
pertamanya, yang bersangkutan akan menemukan tugas barunya
sebagai suatu mission impossible.

S atu lagi catatan penting guna mengingatkan pembaca ialah jika


suatu Agama ditafsirkan tanpa Rasionalitas, ketika Keimanan
dipisahkan dari Logika, maka yang tersisa adalah hikayat tanpa dasar
pembenaran dan legenda tanpa substansi. Keimanan tanpa berfikir
hanya akan menjadikan kebijakan Ilahi sebagai lelucon belaka.

750
Al-Bayyinah: Prinsip Kebenaran Nabi
Yang Isa dan
Nyata,
Kehidupan
Konsep Kelangsungan
Seleksi
Menurut
Alam
Ketuhanan
Asal
Peran Mula
Tanah Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:
Lempung Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan
Wahyu
danIman Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran: Wahyu,
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Masalah
atau
bagi
Pandang
Kehidupan
Berbagai Agama
Aborigin
Teori
Individu
Ilahi
Kepada dan
dan
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Hakikat
atau
Perspektif
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
Agama
Permainan
dan
yang
Alam
didi
dan
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Kosmologi
Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Konghucu
Agama Judi
Sekulerisme
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Rasionalitas
"Yang Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Masalah
Al-Qayyimah: Ajaran Khaataman Nabiyyin
yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

Para cendekiawan besar di abad pertengahan yang gagal


memahami makna hakiki dari nubuatan-nubuatan tersebut kiranya
bisa dimaafkan. Zaman mereka adalah era yang berbeda dengan
sekarang. Pemahaman mereka tentang dunia dan kosmos di
sekelilingnya masih merupakan dugaan-dugaan. Namun kaum yang
berfikir seperti di abad pertengahan pada masa kontemporer sekarang,
yang lahir dan dibesarkan dalam era pencerahan ini, tentunya tidak
memiliki justifikasi untuk salah mengartikan nubuatan-nubuatan
Ilahi. Ruh Nabi Isa as yang suci sebagai hamba Allah yang hakiki,
tidak diragukan lagi telah kembali kepada-Nya untuk menempati
kedudukan tinggi yang ditetapkan bagi beliau. Nabi Isa yang mereka
tunggu-tunggu kedatangannya kembali hanyalah fantasi hasil khayalan
mereka sendiri. Peduli apa bahwa sosok khayalan demikian disalib,
ditikam sampai mati atau pun digantung seribu kali. Keseluruhan
episode khayalan mereka tentang kenaikan jasad Nabi Isa ke langit
dan disimpan di salah satu tempat di ruang angkasa, hanya untuk
memenuhi kebutuhan Nabi di masa depan, adalah suatu hal yang amat
mengusik pemikiran manusia tentang kepatutan atau kepantasan.
Tambahkan lagi keberanian mereka mengatributkan segala bualan
kosong ini kepada Tuhan, kita jadi tambah bertanya-tanya apa lagi
lagi dasar khayalan mereka itu.
Biarkan dunia Islam meninggalkan fantasi atau khayalan
demikian untuk selama-lamanya. Kematian khayalan dan pemikiran
ulama seperti itu akan membawa masuk era baru kebangkitan kembali
Islam.
Yang terakhir dari semuanya itu, masih ada satu keberatan
utama atas pemikiran bahwa seorang Nabi Israili bisa dipermak
untuk memakai jubah Nabi Muslim. Bagaimana mungkin para ulama
ortodoks bisa melupakan, yakni selama absen-nya Nabi Isa dari bumi,
mengapa Al-Quran tidak diwahyukan juga secara bersamaan kepada
Nabi Isa yang ada di langit saat diwahyukan kepada Nabi Muhammad

751
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
VII
IV

saw. Sudut pandang observasi ini menimbulkan banyak pertanyaan


sulit untuk bisa dijawab para ulama. Yang paling mengemuka adalah
masalah baiat Nabi Isa. Kapan dan dari siapakah Nabi Isa mengetahui
kalau Nabi Terbesar (Nabi Muhammad saw) dari semua Nabi telah
turun ke bumi? Apakah yang bersangkutan mengakui kebenaran
beliau dan lantas menjadi mukminin? Bila benar demikian, dimana ia
menjadi mukminin pertama di ruang angkasa, bagaimana cara yang
bersangkutan mengamalkan ajaran Islam tanpa mengetahui isi kitab
suci Al-Quran?
Jika benar keadaannya demikian maka apakah Al-Quran
diwahyukan Tuhan langsung kepadanya melalui malaikat Jibrail,
menjadi suatu pertanyaan krusial yang harus dipecahkan dan dijawab.
Bila Al-Quran diwahyukan kepadanya ketika sedang ada di langit,
maka jelas yang bersangkutan akan menjadi berpasangan dengan
Nabi Muhammad saw sebagaimana halnya Nabi Harun as dengan
Nabi Musa as dimana keduanya mempunyai status yang sama. Kalau
katanya Al-Quran tidak diwahyukan secara langsung kepadanya oleh
malaikat Jibrail, lalu apa bentuk keimanannya sebelum kunjungan
ke dunia untuk kedua kalinya? Apakah yang bersangkutan tetap
berstatus Yudeo-Kristiani sedangkan Islam sudah dinyatakan Tuhan
sebagai agama universal terakhir di dunia? Apakah yang bersangkutan
lalu akan diperlakukan secara khusus dan dibiarkan tetap sebagai non-
Muslim padahal Nabi Suci saw sudah datang? Jika tidak maka konklusi
logis yang bisa ditarik ialah Al-Quran telah diwahyukan kepadanya
dengan satu dan lain cara.
Apakah para ulama akan mengusulkan bahwa bukan malaikat
Jibrail tetapi Rasulullah saw sendiri yang menyampaikan pesan Ilahi
kepadanya di langit? Namun problemnya ialah ketika Nabi Suci saw
menyampaikan pesan-pesan Al-Quran kepada para sahabat beliau,
tidak diperlukan adanya lembaga perantara. Apa pun yang diwahyukan
kepada beliau melalui Jibrail, langsung beliau sampaikan kepada para

752
Al-Bayyinah: Prinsip Kebenaran Nabi
Yang Isa dan
Nyata,
Kehidupan
Konsep Kelangsungan
Seleksi
Menurut
Alam
Ketuhanan
Asal
Peran Mula
Tanah Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:
Lempung Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan
Wahyu
danIman Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran: Wahyu,
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Masalah
atau
bagi
Pandang
Kehidupan
Berbagai Agama
Aborigin
Teori
Individu
Ilahi
Kepada dan
dan
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Hakikat
atau
Perspektif
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
Agama
Permainan
dan
yang
Alam
didi
dan
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Kosmologi
Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Konghucu
Agama Judi
Sekulerisme
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Rasionalitas
"Yang Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Masalah
Al-Qayyimah: Ajaran Khaataman Nabiyyin
yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

sahabat. Sedangkan Nabi Isa menurut para ulama, saat itu sedang
duduk-duduk di suatu tempat di langit, tentunya tanpa memiliki
hubungan langsung dengan Rasulullah saw. Dengan demikian hanya
ada dua opsi pilihan. Apakah Nabi Isa harus dianggap sebagai sama
sekali tidak mengetahui tentang pewahyuan Al-Quran sampai saat
sudah turun di bumi, atau Al-Quran diwahyukan kepada Nabi
Isa sebagai pesan dari Nabi Suci saw. Hanya saja bagaimana pesan
demikian akan diangkat ke langit tanpa melibatkan malaikat Jibrail?
Skenario yang berkembang menjadi demikian tidak masuk akal dan
menggelikan dimana seorang mukminin hakiki tidak akan pernah
menanggapinya walau hanya seklias. Bayangkan Jibrail menyampaikan
Al-Quran kepada Nabi Suci saw dan setelah itu lalu memohon beliau
untuk membacakannya kembali kepadanya agar bisa disampaikan
kepada Nabi Isa sebagai pesan dari Nabi Suci saw dan bukan dari
Tuhan.
Kembali kepada masalah konversi Nabi Isa ke dalam Islam,
jika dikatakan Al-Quran tidak diwahyukan kepadanya sama sekali,
namun yang bersangkutan beriman kepada Nabi Suci saw dengan
cara samar-samar tidak jelas, paling-paling yang bersangkutan hanya
bisa dianggap sebagai Muslim yang tidak melaksanakan ajaran tanpa
adanya pengetahuan tentang Al-Quran sama sekali. Umat Muslim
awam di mana pun dunia ini bisa menyatakan dirinya masih lebih
baik meski mereka dikatakan bodoh. Bagaimana mungkin sosok
Nabi Isa seperti itu bisa disambut kedatangannya di muka bumi oleh
para pakar theologi Muslim dan ulama pada masa itu? Apakah untuk
memperbaiki ketidak-tahuannya lalu yang bersangkutan dihadapkan
kepada sosok Imam Mahdi saat ia juga sudah turun ke bumi agar
sosok Nabi Isa itu bisa langsung dibaiat tanpa buang waktu lagi?
Begitu selesai baiat, apakah ia akan langsung diberi jabatan untuk
menghakimi semua sekte-sekte Muslim yang bertikai? Kapan dan oleh
siapa sosok Nabi Isa ini akan diajari segala hal tentang agama Islam

753
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
VII
IV

dengan cukup cepat agar segera bisa mengemban tanggung-jawab


tugas berat menghakimi itu secara tepat dan sempurna?
Dalam hal kaum ulama bersikeras menyatakan kalau Nabi Isa
tersebut telah mendapat penugasan ulang sebagai Nabi Muslim ketika
masih sedang berada di langit sebelum turun ke bumi, lalu bagaimana
mungkin memperlakukan yang bersangkutan sebagai seorang Nabi
lama dari zaman pra-Islam?
Meminjam seorang Nabi dari masa pra-Islam mengharuskan
bahwa yang bersangkutan mendapat penugasan kembali sebagai
seorang nabi Muslim saat masih sedang di langit, setelah kedatangan
Nabi terakhir, atau yang bersangkutan dikonversi setelah turun ke muka
bumi dan diberi penugasan baru sebagai seorang Nabi Muslim.
Betapa pun tidak masuk akalnya konsep yang mengandung segala
kontradiksi inheren tersebut bagi manusia di dunia, ulama ortodoks
sama sekali tidak terusik. Logika dan rasionalitas tidak mempunyai
peran dalam pemahaman mereka tentang nubuatan Ilahi. Mereka
menafsirkan nubuatan tersebut secara harfiah tanpa menyadari
dampak kerusakannya terhadap Islam. Pemikiran aneh demikian itu
yang menjadi penyebab utama dari segala kerancuan yang terlihat
dalam persepsi, harapan dan aspirasi mereka.
Bagaimana pun juga, ide meminjam seorang nabi non-Muslim
dari masa pra-Islam bukanlah suatu hal yang bermanfaat sebagaimana
tampaknya pada para kaum ulama. Hanya karena faktor keras kepala
saja maka mereka itu lebih memilih seorang Nabi karbitan dari
langit daripada seorang Nabi yang lahir di bumi dari antara umat
Islam sendiri. Mereka melakukan hal itu karena banyak keuntungan
diperoleh dari dongeng khayali tentang kunjungan Nabi Isa tersebut.
Sebagai seorang pendatang dari langit, dianggap yang bersangkutan
tidak lagi sama sebagai seorang nabi manusia dulunya karena sekarang
dianggap telah memiliki kekuasaan Superman yang tadinya tidak

754
Al-Bayyinah: Prinsip Kebenaran Nabi
Yang Isa dan
Nyata,
Kehidupan
Konsep Kelangsungan
Seleksi
Menurut
Alam
Ketuhanan
Asal
Peran Mula
Tanah Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:
Lempung Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan
Wahyu
danIman Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran: Wahyu,
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Masalah
atau
bagi
Pandang
Kehidupan
Berbagai Agama
Aborigin
Teori
Individu
Ilahi
Kepada dan
dan
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Hakikat
atau
Perspektif
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
Agama
Permainan
dan
yang
Alam
didi
dan
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Kosmologi
Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Konghucu
Agama Judi
Sekulerisme
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Rasionalitas
"Yang Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Masalah
Al-Qayyimah: Ajaran Khaataman Nabiyyin
yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

pernah terdengar dalam sejarah kenabian sebelum kembalinya ke


muka bumi.
Imaji khayali Nabi Isa tersebut jelas merupakan hasil
kecenderungan para ulama untuk menafsirkan nubuatan secara
sangat harfiah. Rupanya mereka tidak terlalu perduli berapa biaya
yang harus dibayar karena menolak keras penggunaan Logika dan
Rasionalitas. Kepada sosok Nabi Isa itu mereka bebankan tugas
untuk menyelamatkan sisa harga diri dan kehormatan Islam di akhir
zaman. Adalah sosok ini menurut kepercayaan mereka, yang akan
melancarkan serangan ofensif terhadap Dajjal dalam skala global.
Setelah mengalahkan dan menghancurkan Dajjal, monster bermata
satu, sosok ini dikatakan akan menyerahkan kunci dominasi dunia
kepada umat Islam serta membagi-bagikan harta karun dan kekayaan
yang telah berhasil dihimpunnya. Dengan cara demikian maka semua
hasil jarahan perangnya terhadapDajjal akan diletakan di kaki umat
Muslim.

Gambaran Yesus seperti yang dilukis oleh seniman Kristen, ditampilkan dalam
visi ortodoksi Muslim membawa pedang di tangan selama pembantaian babi.

B erhasil sudah sosok ini menyelesaikan problema politik dan


ekonomi mereka, selanjutnya ia akan mengalihkan perhatian
pada nubuatan-nubuatan keagamaan. Ia akan segera melancarkan

755
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
VII
IV

kampanye terhadap agama Kristen. Strateginya adalah dengan cara


memecah semua salib yang ada di dunia, terlepas dari bahan apa
dibuatnya. Ia akan berkunjung ke setiap gereja, biara, katedral dan
semua tempat pertapaan Kristiani. Ia akan menyusuri semua jalan di
setiap kota dan memperhatikan yang lalu-lalang jika ada yang masih
menggunakan salib. Mungkin para wanita akan menjadi sasaran utama
karena mereka dianggap mempunyai kebiasaan buruk mengukir salib
dalam segala bentuk perhiasan. Begitu juga ia akan meneliti apakah
mereka masih mengalungkan salib di lehernya. Akan dirampasnya
semua gelang, anting, bros, kalung rantai yang bertanda salib. Malang
benar nasib para wanita yang kebetulan bersilang jalan dengan sosok
Yesus tersebut, namun kemana mereka bisa bersembunyi. Sosok
tersebut akan memasuki setiap rumah, mencari ke laci-laci lemari dan
kotak perhiasan. Setiap dinding dan sudut rumah akan diperhatikan.
Semua salib harus dihancurkan dan dihapus dari muka bumi. Sebelum
selesai tugas ini, ia tidak akan beristirahat. Inilah yang menjadi visi
dari ortodoksi Muslim tentang misi Nabi Isa jika kembali ke bumi,
meski bukan hanya itu saja.
Setelah memusnahkan semua simbol Trinitas, sekarang sosok
Nabi Isa itu akan beralih ke tugas lain sebagaimana ditugaskan dalam
nubuatan, jika memang ditafsirkan secara harfiah. Ia tidak akan
membuang-buang waktu lagi bersegera menjagal semua manusia
non-Muslim yang menghuni bumi. Pilihan yang terbuka hanyalah
mereka semua itu harus baiat masuk Islam atau mati. Ia dikatakan
akan melaksanakan penjagalan tersebut dengan cara yang luar biasa. Ia
dikatakan akan mengeluarkan nafas berapi seperti halnya naga dalam
dongeng, padahal kenyataannya tidak pernah ada naga menyemburkan
api demikian. Nafasnya yang menyala akan menjalar kepada kaum
kafir dalam jumlah tak terbilang meski berdiri berkilometer jauhnya.
Barangsiapa berada dalam jangkauan pedangnya, akan langsung
ditebas sehingga kepalanya menggelinding. Mudah saja baginya

756
Al-Bayyinah: Prinsip Kebenaran Nabi
Yang Isa dan
Nyata,
Kehidupan
Konsep Kelangsungan
Seleksi
Menurut
Alam
Ketuhanan
Asal
Peran Mula
Tanah Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:
Lempung Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan
Wahyu
danIman Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran: Wahyu,
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Masalah
atau
bagi
Pandang
Kehidupan
Berbagai Agama
Aborigin
Teori
Individu
Ilahi
Kepada dan
dan
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Hakikat
atau
Perspektif
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
Agama
Permainan
dan
yang
Alam
didi
dan
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Kosmologi
Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Konghucu
Agama Judi
Sekulerisme
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Rasionalitas
"Yang Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Masalah
Al-Qayyimah: Ajaran Khaataman Nabiyyin
yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

mengenali siapa yang akan dibunuh karena pada setiap kening orang-
orang celaka itu akan terukir kata Al-Kafir. Dengan cara demikian
maka tidak ada yang tersisa hidup kecuali umat Muslim dan orang-
orang Kristen yang sudah berbalik keimanan, karena mereka tidak
lagi memiliki sebuah pun salib untuk disembah. Demikianlah layar
turun di panggung sejarah manusia di atas penjagalan unik oleh
sosok Nabi Isa khayalan, meninggalkan aroma busuk yang merebak
ke seluruh dunia dari jasad mayat yang membusuk, sebagian karena
dijagal dan yang lainnya karena terimbas semburan api. Suatu pola
pemikiran dimana kebencian akan melahirkan keening berikutnya
dan pertumpahan darah hanya akan membawa manusia kepada
pertumpahan darah lainnya.

T ugas mengerikan terakhir bagi sosok Nabi Isa itu di bumi adalah
memusnahkan semua spesies hewan babi. Untuk babi tidak ada
pertimbangan keringanan apa pun. Semua babi jantan, babi betina
dan anak-anaknya akin ditebas pedang. Dengan pedang di tangan
dan api dalam semburan nafas, sosok Nabi Isa ini akan mengunjungi

757
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
VII
IV

setiap kota, desa, jalan-jalan, rumah-rumah dan kandang-kandang


babi guna mencari dimana binatang sial itu bersembunyi. Ia akan
mengunjungi semua hutan belantara, semak-semak di Afrika, hutan
tropika di Amerika Selatan. Cina tidak akan dikecualikan, begitu juga
Jepang. Apalagi pulau-pulau di samudra Pasifik dimana daging babi
dianggap sebagai makanan paling nikmat.
Rasanya jelas tidak pernah ada nabi Tuhan dalam seluruh sejarah
umat manusia yang pernah mengemban tugas yang demikian kotor
dan berdarah-darah sebagaimana diatributkan pada sosok Nabi Isa
menurut khayalan ortodoksi Muslim tersebut. Begini inilah yang
telah dilakukan oleh para ulama Muslim terhadap kebijakan agung
Nabi Suci saw. Mereka telah gagal menembus makna dari susunan
kata guna mencapai inti dan ruh dari nubuatan yang dikandung.
Sebenarnya tugas yang diemban oleh Masih yang Dijanjikan
dalam nubuatan tersebut, adalah mensucikan masyarakat manusia dari
perilaku non-manusiawi dan kebiasaan buruk yang disimbolisasikan
sebagai babi. Banyak jenis hewan dan burung yang mencuri hasil
kinerja petani demi kelangsungan hidup mereka dimana mereka tidak
menghancurkan pohon dan tanaman hanya karena kesukaan belaka.
Di antara semua hewan, binatang babi merupakan pengecualian
karena adanya kecenderungan merusak ini. Babi juga dikenal bertabiat
buruk yaitu memakan bangkai anaknya. Tidak ada hewan lain di
muka bumi yang pernah memakan bangkai anaknya yang mati.
Seekor singa yang haus darah atau pun serigala yang ganas akan lebih
memilih mati kelaparan di samping tubuh anaknya yang mati daripada
memakannya. Anjing juga tidak pernah memakan anaknya yang mati.
Babi sebenarnya vegetarian tetapi karena suatu instink yang keji,
mereka suka menyantap bangkai anaknya sendiri. Dengan demikian
jelas bahwa yang dimaksud oleh pesan dalam nubuatan tersebut
adalah pengobaran perang Jihad terhadap sifat atau kebiasaan buruk
manusia yang mempunyai kecenderungan melakukan pembantaian

758
Al-Bayyinah: Prinsip Kebenaran Nabi
Yang Isa dan
Nyata,
Kehidupan
Konsep Kelangsungan
Seleksi
Menurut
Alam
Ketuhanan
Asal
Peran Mula
Tanah Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:
Lempung Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan
Wahyu
danIman Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran: Wahyu,
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Masalah
atau
bagi
Pandang
Kehidupan
Berbagai Agama
Aborigin
Teori
Individu
Ilahi
Kepada dan
dan
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Hakikat
atau
Perspektif
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
Agama
Permainan
dan
yang
Alam
didi
dan
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Kosmologi
Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Konghucu
Agama Judi
Sekulerisme
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Rasionalitas
"Yang Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Masalah
Al-Qayyimah: Ajaran Khaataman Nabiyyin
yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

(genocide) dan kebiasaan merampas hak kaum yang lemah. Kebiasaan


babi menyantap anaknya sendiri juga bisa disepadankan dengan
perlakuan kejam terhadap anak-anak di zaman modern ini. Perlakuan
kejam terhadap anak-anak demikian bisa dilakukan terhadap anaknya
sendiri atau pun anak orang lain, namun semuanya sama dan mirip
dengan karakter babi. Akhir-akhir ini topik tersebut menjadi subjek
pembicaraan dalam masyarakat modern sehingga tidak memerlukan
rincian lebih lanjut. Tidak ada hewan lain yang bisa menyamai manusia
dalam fitrat keburukan tersebut.
Perang terhadap dosa selalu menjadi tugas para Nabi. Berdasarkan
hal itu maka kedatangan lagi Nabi Isa untuk yang kedua kalinya juga
tidak akan merupakan suatu hal yang bertentangan, jika kedatangannya
itu dipahami secara metafora. Namun sosok Nabi Isa sebagaimana
yang diidolakan para ulama Muslim yaitu sebagai penjagal babi itulah
yang mereka butuhkan dan dinantikan kedatangannya. Begitu buah
hati mereka ini muncul dan melaksanakan tugasnya memusnahkan
spesies babi dari dunia hewan, jelas yang bersangkutan harus dielu-
elukan. Demikianlah ia akan dielu-elukan dan dihormati sepanjang
sisa hidupnya yang cemerlang di planet bumi ini.

P uji keagungan Nabi Isa akan dilantunkan di laut, di bumi, di bukit


dan di lembah. Lonceng gereja tidak ada yang akan berbunyi
karena sudah dibabat habis olehnya, tetapi dari puncak menara mesjid
akan terdengar lantang Allahu Akbar, Allahu Akbar dan puji syukur
bagi juru selamat Nabi Isa.
Terakhir sebelum berpisah dengan bumi, masih ada tugas lain
yang amat penting untuk dilaksanakan, tetapi untuk itu ia harus
dibantu oleh kaum ulama. Selama ini dianggap sosok Nabi Isa telah
melaksanakan semua keinginan para ulama. Sekarang giliran mereka
untuk membalas budi, sekurang-kurangnya satu kali. Apa yang
dituntut oleh sosok Nabi Isa tersebut setelah eksploitasi globalnya
adalah meminta bantuan kaum ulama tersebut untuk dikawinkan.

759
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
VII
IV

Setelah meretas jejak berdarah di seluruh dunia dalam bentuk


penjagalan dan penjarahan, perkawinan merupakan suatu perubahan
suasana yang tentunya diharapkan.
Kalau mereka itu bermaksud serius memenuhi nubuatan tersebut
secara harfiah, maka mereka harus mencari seorang gadis Muslim yang
amat berbakat untuk memberikan keturunan yang banyak baginya.
Wahai, Kristus akan kawin! Harus dicari mullah paling terkenal untuk
membacakan khutbah nikah dan menanyakan kepada calon mertuanya
apakah yang bersangkutan tidak keberatan menyerahkan putrinya
kepada Yesus. Setelah disetujui, ulama ini lalu akan menanyakan
kepada sosok Nabi Isa itu untuk mengkonfirmasi pernikahan. Suatu
momentum berbahagia, suatu kenikmatan luar biasa. Setelah selibat
(tidak kawin) selama lebih dari 2.ooo tahun, jelas ia akan berdiri tegak
dan menganggukkan kepalanya sambil mengatakan: “Ya saya bersedia,
wahai ulama yang menyayangiku.” Apakah ada cara lain yang lebih
baik dari itu untuk merayakan hasil karya sosok Nabi Isa tersebut.
Dari Utara ke Selatan, dari Timur ke Barat, akan dilantunkan nyanyi
pujian dan nada lagu pesta perkawinan yang merdu. Yang tinggal lagi
adalah menunggu kelahiran putra-putrinya yang berberkat. Bahwa ia
bisa menghasilkan keturunan pada usia lebih dari 2.000 tahun, maka
jadilah hal itu sebagai mukjizat terbesar yang pernah dilakukannya.
Betapa mukjizatnya bahwa dengan berlangsungnya waktu ternyata ia
bertambah kuat, sedangkan masa tuanya telah terkubur di negeri Israil
saat kedatangannya yang pertama.
Semua itu merupakan kisah memukau dan menarik hati dari
sosok Nabi Isa yang jika menjadi kenyataan akan menjadi bahan cerita
bagi murid para ulama di semua madrasah Islam, dari tahun ketahun,
dari generasi ke generasi.

S uatu contoh yang lebih mengherankan tentang bagaimana


nubuatan Ilahi dimutilasi keluar dari bentuknya oleh para ulama
yang tidak bernalar, tidak pernah terjadi dalam keseluruhan sejarah

760
Al-Bayyinah: Prinsip Kebenaran Nabi
Yang Isa dan
Nyata,
Kehidupan
Konsep Kelangsungan
Seleksi
Menurut
Alam
Ketuhanan
Asal
Peran Mula
Tanah Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:
Lempung Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan
Wahyu
danIman Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran: Wahyu,
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Masalah
atau
bagi
Pandang
Kehidupan
Berbagai Agama
Aborigin
Teori
Individu
Ilahi
Kepada dan
dan
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Hakikat
atau
Perspektif
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
Agama
Permainan
dan
yang
Alam
didi
dan
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Kosmologi
Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Konghucu
Agama Judi
Sekulerisme
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Rasionalitas
"Yang Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Masalah
Al-Qayyimah: Ajaran Khaataman Nabiyyin
yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

agama. Namun hal ini bukan hanya hak prerogatif dari ulama
Muslim semata. Dimana saja dan kapan saja kelompok kependetaan
atau keulamaan mengambil alih kekuasaan atas tatanan keagamaan,
selalu saja mereka itu mengubah fakta menjadi fiksi dan realitas
menjadi khayalan. Inilah harga yang harus dibayar manusia karena
mempercayakan keimanannya kepada hierarki yang tanpa nalar dan
tanpa logika, tak mampu membedakan yang benar dari yang salah.
Apa pun bisnis mereka, Rasionalitas tidak termasuk komoditas yang
mereka perdagangkan.
Yang paling tragis dari keseluruhan pemuka agama di dunia
adalah apa yang terdapat pada kelompok ulama Muslim. Harapan
kosong yang mereka tanamkan di fikiran umat berupa kemenangan
Islam adalah sesuatu yang didasarkan sepenuhnya pada nubuatan yang
disalah-artikan menjadi fatamorgana dan ilusi. Mereka sebenarnya
sudah tidak cocok lagi memimpin suatu tatanan keagamaan, apalagi
yang namanya Islam. Mereka sudah tidak lagi cocok untuk mengikuti
Nabi Tuhan yang mana pun, dari masa lalu atau pun sekarang.
Visi mereka tentang kemenangan akhir Islam yang diperoleh
sepenuhnya atas kedigjayaan Nabi Isa telah menghapuskan mereka
dari segala peran dalam perjuangan terakhir bagi kemenangan Islam.
Senyatanya apa yang mereka butuhkan bukanlah seorang Nabi tetapi
seorang Raksasa yang diperbudak. Mereka tidak bisa melihat bahwa
jenis sosok Nabi Isa seperti yang ada dalam khayalan mereka itu tidak
pernah muncul dalam keseluruhan sejarah nabi-nabi sebelumnya.
Tidak ada Nabi yang disebutkan dalam Al-Quran atau pun kitab-kitab
yang diwahyukan lainnya yang akan berperang sendirian sedangkan
umatnya duduk-duduk menganggur menunggu hasilnya. Hal seperti
itu pernah dituntut umat Yahudi kepada Nabi Musa as, tetapi ditolak.
Jika kemenangan akhir suatu agama bisa dicapai tanpa pengorbanan
darah, keringat dan kerja, lalu dimana ruang bagi seorang Nabi Ilahi
yang selalu menyerukan manusia kepada pengorbanan? Visi para

761
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
VII
IV

ulama tentang sosok Nabi Isa tersebut lebih cocok dengan bentuk
jinn lampu daripada seorang Pembaharu Ilahi. Masalah utama mereka
jadinya bukan tentang pilihan antara Nabi lama dan Nabi baru, tetapi
antara seorang Nabi dengan jin lampu. Sikap mereka itu mengingatkan
kita pada kisah dari dongeng Seribu Satu Malam.
Kisahnya, suatu ketika seorang ahli sihir yang menyamar menjadi
pedagang keliling di jalan-jalan kota Baghdad sambil berteriak keras
“Lampu lama diganti baru. Lampu lama diganti baru.” Banyak ibu-
ibu rumah tangga bergegas menukarkan lampu lama mereka dengan
sebuah lampu baru yang ditawarkan. Suatu pertukaran yang memang
menarik. Namun ada satu kekecualian. Seorang ibu tidak menyadari
kalau ia telah menukarkan lampu lamanya yang sebenarnya berisi
seorang jin dengan kemampuan tidak terbatas. Ia tidak menyadari
bahwa siapa yang memiliki lampu itu juga akan menjadi majikan dari
sang jin. Dengan demikian minat si pedagang adalah pada isi lampu
itu dan bukan lampunya sendiri. Kalau jin itu bisa diperoleh dengan
menukarkan sejuta lampu baru, tetap saja ia akan untung.
Dalam realitas, para ulama tidak tertarik pada lampu baru yang
dinyalakan dengan nur Nabi Muhammad saw atau pun lampu lama
dari umat Nabi Musa as. Yang mereka minati hanyalah sosok Nabi Isa
yang menurut khayalan mereka sepertinya terperangkap di dalamnya.
Tidak ada obor penerangan Ilahi berupa kenabian yang berarti bagi
mereka. Bukan seorang Nabi yang mereka dambakan. Yang mereka
butuhkan hanyalah seorang budak raksasa yang akan menuntun
mereka kepada semua kekayaan duniawi berdasar perintah mereka.
Ambisi mereka hanyalah dominasi politik dan ekonomi atas
seluruh dunia, padahal mereka tidak mempunyai perbekalan cukup
untuk itu. Mereka hanya terlatih untuk mengalirkan darah umat
Muslim di tangan Muslim lainnya yang kemudian dijagal oleh pisau
Muslim lainnya lagi.

762
Al-Bayyinah: Prinsip Kebenaran Nabi
Yang Isa dan
Nyata,
Kehidupan
Konsep Kelangsungan
Seleksi
Menurut
Alam
Ketuhanan
Asal
Peran Mula
Tanah Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:
Lempung Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan
Wahyu
danIman Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran: Wahyu,
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Masalah
atau
bagi
Pandang
Kehidupan
Berbagai Agama
Aborigin
Teori
Individu
Ilahi
Kepada dan
dan
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Hakikat
atau
Perspektif
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
Agama
Permainan
dan
yang
Alam
didi
dan
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Kosmologi
Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Konghucu
Agama Judi
Sekulerisme
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Rasionalitas
"Yang Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Masalah
Al-Qayyimah: Ajaran Khaataman Nabiyyin
yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

Setiap revolusi berdarah yang dibangkitkan oleh kaum ulama


di negeri Muslim mana pun jangan sampai menimbulkan hasrat
yang sama pada yang lainnya. Tidak mungkin revolusi demikian
bisa mengubah neraca kekuatan di dunia. Bermimpi mendominasi
dunia tanpa dukungan kemajuan ilmiah dan teknologi, berharap bisa
mengubah kemiringan neraca kekuatan yang ada tanpa meningkatkan
kemampuan ekonomi dan industri sendiri, menantang kekuatan
adidaya tanpa kemampuan memproduksi perangkat keras militer
yang canggih, adalah suatu puncak absurditas. Mereka sama sekali
tidak memiliki apa pun guna mencapai tujuan tersebut.
Para ulama mestinya menyadari bahwa distorsi yang mereka
lakukan terhadap nubuatan-nubuatan Nabi Suci saw tidak akan
dibiarkan begitu saja tanpa dihukum. Kelakuan demikian hanya
akan membawa mereka dan orang-orang yang mereka pimpin ke
jurang kehancuran. Inilah harga yang harus mereka bayar karena
memutar-balikkan kebijakan Tuhan. Meski mereka berdiri di sudut
jalan memperhatikan hari-hari pergi berganti malam, meski mereka
memelototi jalur langit dan memasang telinga mereka untuk
mendengar langkah kaki sang juru selamat khayalan mereka turun dari
kehampaan langit, meski mereka hidup atas dasar harapan demikian
dan mati dalam keadaan putus asa, dari generasi ke generasi, tidak
ada yang akan datang untuk menyelamatkan mereka dari kemelut
visi dan kontradiksi yang mereka ciptakan sendiri dalam sasaran ideal
dan praktik mereka. Rasa takut mereka kepada Tuhan menyusut terus
dari kehidupan mereka dengan berjalannya waktu, dari detik ke detik.
Kejujuran, keadilan, pengorbanan yang tidak mementingkan diri
sendiri, persaudaraan dan hormat atas milik orang lain menjadi nilai-
nilai masa lalu, meski dikenang tetapi dihindari jauh-jauh. Nilai-nilai
itu masih dibicarakan dengan rasa mengharap, penuh kecintaan dan
diagungkan dengan rona kelembutan, tetapi semuanya hanya dalam
memori saja.

763
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
VII
IV

Pencurian, perampokan, pembunuhan, pelecehan anak-anak,


penculikan, perzinahan, pelacuran, penipuan dan pemalsuan adalah
katanya ciri bagian dari orang-orang yang mereka hantam. Namun
mereka sendiri juga melakukannya dalam suatu persekutuan yang
tidak suci. Perkosaan perempuan secara beramai-ramai dilakukan
tengah hari bolong justru oleh para penjaga keamanan. Suap menyuap,
korupsi dan pelanggaran tanpa malu oleh para hakim yang mestinya
menjadi mercu suar pemelihara keadilan. Suatu masyarakat yang
penjaga keamanannya menggantung dan membunuh kedamaian
dimana kesemrawutan adalah menu sehari-hari. Tetapi anehnya,
masyarakat ini tidak sepenuhnya luput dari perasaan dan citra
tentang benar dan salah. Masyarakat ini membenci kejahatan yang
dihasilkannya sendiri, muak atas polusi yang diembuskannya sendiri.
Di mana-mana dan setiap hari terdengar teriakan penolakan terhadap
kejahatan oleh masyarakat yang menghasilkannya sendiri. Jenis-jenis
kejahatan demikian dicaci-maki dan dikutuk bertubi-tubi sehingga
gemanya bisa didengar dari satu ke lain ujung negeri, dari gedung
agung anggota Parlemen sampai ke gubuk-gubuk si miskin, namun
kejahatan-kejahatan itu juga yang dianut dan dikerjakan dari ke hari
ke hari di setiap tingkatan masyarakat. Kelakuan mereka menunjukkan
apa yang dikecam mulut mereka. Inilah kedustaan yang mereka hayati
atau kematian yang tiap hari mereka lakoni, tetapi disebut sebagai
kehidupan. Dimanakah para pemelihara nilai-nilai luhur Islam dan
siapakah yang menjadi pembawa pelita yang membimbing kepada
perilaku yang pantas? Apakah ada yang bersedia kehilangan tidurnya
yang lelap menghadapi realitas pahit ini? Tetapi kenapa mesti difikirkan,
dan apa peduli kaum ulama? Apa pengaruhnya atas suatu masyarakat
yang telah dibius untuk mempercayai bahwa Takdir Ilahi segera akan
datang dan Nabi Isa ibnu Maryam akan turun dari kediamannya di
langit guna mengangkat umat Muslim kepada posisi kendali dunia
yang luhur. Adalah mereka nanti yang akan mengukir dan membentuk

764
Al-Bayyinah: Prinsip Kebenaran Nabi
Yang Isa dan
Nyata,
Kehidupan
Konsep Kelangsungan
Seleksi
Menurut
Alam
Ketuhanan
Asal
Peran Mula
Tanah Hidup:
Perspektif
dan Suku-Suku
Al-Quran
Kehidupan:
Lempung Faktor
Pengenalan
Kelangsungan
Entropi
Permainan
Wahyu
dan Sudut
Bangsa
dan
Wahyu
danIman Kebetulan
dengan
Aliran
Al-Quran: Wahyu,
Keterbatasan
Catur
Hidup
Al-Quran
Masalah
atau
bagi
Pandang
Kehidupan
Berbagai Agama
Aborigin
Teori
Individu
Ilahi
Kepada dan
dan
Fitrat
Fotosintesis
Khiralitas Hakikat
atau
Perspektif
Pemikiran
Filsafat
Agama
Filsafat
Pengantar
Agama
Agama
Permainan
dan
yang
Alam
didi
dan
Suatu
dalam
(Keberpihakan) Takdir?
Jinn
Sejarah
Rasionalitas,
Yunani
Hindu
Eropa
Islam
Penderitaan
Kosmologi
Zoroaster
Tercakap
Buddha
Semesta
Singkat
Konghucu
Agama Judi
Sekulerisme
Australia
Luar Tao
Bumi
Pendapat
Masyarakat
Rasionalitas
"Yang Ghaib"
Wahyu
Evolusi
di Alam
Masalah
Al-Qayyimah: Ajaran Khaataman Nabiyyin
yang Berkesinambungan
Pengetahuan, dan Kebenaran

nasib dunia selanjutnya. Maka dengan cara itulah kaum ulama telah
menina-bobokan umat Muslim sampai ‘suatu waktu nanti ketika
Pangeran dari Barat Kristiani akan meninggalkan tugasnya sendiri
dan bangkit dengan penuh kemegahan sebagai Pangeran dari Timur
Muslim.’ Dengan demikian buat apa kaum ulama memusingkan diri
dengan ketiadaan akhlak pada kelompok yang dipimpinnya itu? Buat
apa bersusah payah mereformasi dan mengangkat mereka dari keadaan
kebekuan mati demikian? Sabar dan sabar adalah satu-satunya obat
penawar, tunggu saja jam kedatangannya.

T erkutuklah saat yang ditakdirkan itu jika memang akan pernah


datang! Lebih tepat kejadian itu diberi label saat yang penuh
laknat. Bahwa mahluk-mahluk Allah swt harus menjadi taklukan
sepenuhnya para ulama adalah suatu pola kekejian yang luar biasa.
Adapun Yesus Kristus, apakah mungkin beliau mau merendahkan diri
sedemikian rupa? Apakah mungkin ia mengizinkan dirinya bersekutu
dengan kelompok demikian untuk melakukan kejahatan secara
terang-terangan? Pasti tidak, Yesus atau bukan Yesus, tidak akan ada
Nabi Tuhan yang akan pernah merendahkan dirinya guna memimpin
orang-orang yang demikian akhlaknya. Tugas demikian hanya cocok
bagi para penghasut yang haus kekuasaan yang tidak akan ragu-ragu
menjadikan dirinya raja dari dunia yang bersifat hewaniah yang
dipimpinnya. Dengan atau tanpa bantuan Nabi Isa, mereka tidak akan
ragu menginjak bahu para Nabi guna mencapai ambisinya tersebut.
Impian para ulama itu demikian anehnya sehingga bagaimana
mungkin akan pernah bisa terpenuhi. Impian itu tidak akan pernah
membawa suatu kegelapan kepada pencerahan, tidak juga mungkin
akan membawa kepada fajar dari hari yang baru. Justru fajar dari
hari yang baru yang selalu menggoyahkan impian-impian ngawur
demikian. Biarkan mereka ini tertidur selamanya. Biarkan relung-
relung kosong di kalbunya diisi dengan berbagai ilusi yang muncul

765
Mirza Tahir
Bagian
Bagian 1III
II
V IV Ahmad
V
III
VII
IV

karena hasrat kekuasaan. Biarkan umat Islam bangkit sedangkan para


ulama biar tertidur terus sampai Hari Kiamat. Dengan cara demikian
maka mereka bisa membiarkan umat Nabi Muhammad saw ini
menikmati cahaya hari yang baru.

Referensi
1. Terjemah 3:50 oleh penulis.

766
Wahyu, Rasionalitas,
Pengetahuan, dan Kebenaran

EPILOG

P ada akhir pembahasan ini, kami akan beralih kepada masalah


Wahyu yang tidak mengandung nubuatan. Sungguh sulit
untuk mencerna ide fenomena bahwa wahyu non-nubuatan juga
harus berakhir dengan khatamnya kenabian. Kelangsungan Wahyu
Ilahi merupakan suatu hal yang tidak mungkin dilepaskan guna
mendukung keimanan sepenuhnya kepada Tuhan yang tidak bisa
dicapai dengan bantuan Kajian Rasional semata. Karena itu wahyu
akan tetap memiliki peran utama dalam perkuatan keimanan atas
eksistensi Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Mengetahui.
Wahyu tidak sepenuhnya terbatas hanya bagi para Nabi saja.
Wahyu sebenarnya merupakan sarana komunikasi di antara Tuhan
dengan manusia. Hal ini merupakan suata gejala yang dikenal secara
universal. Menyangkalnya berarti menafikan kesaksian berjuta manusia
dari segala zaman, dari seluruh dunia.
Memang Wahyu terutama sekali dikaruniakan kepada para
hamba Allah yang telah menyelaraskan diri mereka kepada kehendak
Ilahi dengan dedikasi tanpa syarat. Mereka yang tidak beriman pada
Tuhan atau meyakini Wujud-Nya secara impersonal dengan bayangan
samar-samar tentang eksistensi-Nya, adalah orang-orang yang paling
kecil kemungkinan menerima Wahyu. Hal yang sama juga berlaku
pada manusia yang luar biasa keji, yang sepenuhnya hanya memikirkan
kebendaan dan kenikmatan duniawi. Namun mereka ini pun tidak
sepenuhnya luput dari sesekali melihat sekilas rahmat-Nya. Tidak
ada siapa pun yang bisa menghentikan Tuhan dalam mengaruniakan

767
Mirza
EpilogTahir Ahmad

Mimpi hakiki, Kasyaf dan Wahyu verbal, kapan saja dan kepada siapa
pun Dia berkehendak.
Wahyu tidak selalu merupakan indikasi tingkat atau derajat
kesalehan dari orang yang menerimanya. Terkadang Wahyu berfungsi
sebagai pengingat bagi manusia secara umum bahwa Tuhan itu
memang eksis dan bahwa Dia bebas berkomunikasi dengan siapa pun
yang Dia kehendaki. Contoh-contoh komunikasi seperti itu bukan
hak prerogatif dari suatu agama, negeri atau pun masa. Jika tidak
demikian keadaannya maka keimanan kepada Tuhan serta Lembaga
Wahyu akan menjauh dari eksistensinya. Wahyu-wahyu spesimen
seperti itu mirip dengan hujan yang turun di padang pasir yang
menciptakan oase yang mendukung kehidupan di tengah keluasan
hampa yang liar dan berpasir.
Sebagian mereka yang mengingkari telah menepis kesaksian
universal demikian sebagai ilusi kejiwaan semata. Memang benar ilusi
kejiwaan tidak bisa diabaikan begitu saja, namun bukti dari suatu
wahyu Ilahi bersifat demikian berbeda dari igauan orang yang kurang
waras, sehingga mestinya tidak dikacaukan satu dengan yang lain.
Perbedaannya seluas dan selebar antara kehidupan dengan kematian,
atau antara kegelapan dengan pencerahan. Namun memang benar
juga bahwa bukti adanya Wahyu hakiki menjadi bertambah jarang
dengan bertambah jauhnya manusia dari masa seorang Nabi.
Pengaruh materialisme pada manusia ibarat racun yang
mengganggu pikiran mereka dan menggugus kemurnian hati mereka.
Keyakinan pada wahyu Ilahi ikut meluntur bersamaan dengan itu.
Akhirnya muncul kebekuan skeptisisme dan mulailah era kematian
ruhani. Apa yang tertinggal hanyalah kepalsuan dan kedustaan.
Kemunafikan merasuki dan menodai agama-agama. Sebagian besar
mereka yang beriman hanya karena sebutan, gaya hidup mereka
sama sekali mengingkari keyakinan mereka. Kebenaran sepenuhnya
menjauh dari semua ruang lingkup kehidupan dan kegiatan manusia.

768
Wahyu, Rasionalitas,
Pengetahuan, dan Kebenaran

Keraguan dan bahkan pengingkaran mulai menggerogoti keimanan.


Konsep Ketuhanan telah menghilang. Namun komunikasi antara
Tuhan dengan manusia tidak pernah sepenuhnya terhenti. Wahyu
tetap akan turun guna menyegarkan kembali keimanan. Adapun
bagi mereka yang berbinar dengan kecintaan-Nya meski di tengah
kegelapan, Tuhan mengungkapkan Wujud-Nya kepada mereka
dengan kecemerlangan tak terhingga.
Contoh tetesan wahyu-wahyu pada masa keraguan dan
kebodohan tidak bisa dibandingkan dengan ekspresi kecintaan Ilahi
kepada para hamba-Nya yang mengabdi. Hal ini menjadi pesan
konsisten dari kitab suci Al-Quran. Kitab ini menjanjikan kepada
mereka yang beriman tentang berkat dari wahyu Ilahi yang tidak
berkesudahan
ini menjadi sepanjang
pesan konsisten masa.
dari kitab Kitab
suci ini mengingatkan
Al-Quran. Nabi kepada
Kitab ini menjanjikan Suci saw
mereka
yang agar
beriman tentang
menyatakan:berkat dari wahyu Ilahi yang tidak berkesudahan sepanjang masa.
Kitab ini mengingatkan Nabi Suci saw agar menyatakan:

× É
×#\-ØÈXkÚ VÙ ž°O¯PXq XÄV ° SÄB×mWc WD[ C\-VÙ ´i°PšXT ¸O›V¯ ×1ÅÀI›V¯ \-5U †rQ¯ ³\TSÄc ×ÅÉ Ø:°K% ¸n_“R 2W5U \-5¯ #

§ªª©¨ ,iWPU àž°O¯PXq ®Q\jW°È¯ Ö¯nՓÈd YXT =U¯ ›_™ 9ZX.WÃ


‘Katakanlah “Sesungguhnya
‘Katakanlah aku ini
“Sesungguhnya akuhanyalah seorang
ini hanyalah manusia
seorang seperti
manusia kamu,
seperti tetapi
kamu,
kepadaku telah diwahyukan bahwasanya Tuhan-ku adalah Tuhan Yang Mahaesa. Maka
tetapi kepadaku telah diwahyukan bahwasanya Tuhan-ku adalah Tuhan
barangsiapa mengharap akan bertemu dengan Tuhan-nya (sebagaimana diriku),
Yang Mahaesa.
hendaklah Maka barangsiapa
ia juga beramal mengharap
saleh dan janganlah ia akan bertemu dengan
mempersekutukan siapaTuhan-
jua pun
dalamnya (sebagaimana
beribadah kepadadiriku), hendaklah
Tuhan-nya.” ’ (S.18 ia juga beramal
Al-Kahf:111) 1 saleh dan janganlah ia
mempersekutukan siapa jua pun dalam beribadah kepada Tuhan-nya.” ’ (S.18
Ekspresi kata-kata ‘mengharap akan bertemu dengan Tuhan-nya’ jelas berkaitan dengan
Al-Kahf:111)1
pengutaraan tentang wahyu sebelumnya. Hanya saja keputusan tentang siapa yang berhak
berkaitan dengan hal ini selalu berada di tangan Tuhan dan bukan pada manusia.
JanjiEkspresi
tentang wahyu juga ‘mengharap
kata-kata diungkapkan pada
akanayat-ayat
bertemulaindengan
agar para mukminin
Tuhan-
bersiteguh dalam kesetiaan mereka kepada Tuhan di masa-masa percobaan:
nya’ jelas berkaitan dengan pengutaraan tentang wahyu sebelumnya.
TÄm°‘ØU XT SÈsaja
Hanya 5WsÙVU% keputusan
YXT SÉÙVcU% €YU ÉRtentang
[®”‘›Q \-Ù ¿2 ¯IÙjQ WÆ Ä$yang
siapa ‰tW?W*V" SÀberhak
-›V W)Ôy ˆ1É2berkaitan
Œ R<{Xq SÅVdengan
 |ÚÏ°Š hal ‰D¯
ini selalu berada di tangan Tuhan dan bukan pada manusia.
W% \Ij°Ù ×1ÅVXT ®QWm¦\)[ r¯ÛXT XkØ5ri ®QSXj\UÙ r¯Û ×1ÅÅVXj°ØTU ÀCÙVZ8 §¬©¨ |ETÀiWÃSÉ" Ô2È)=Å ³ª/Š °R‰<SIÙ¯
Janji tentang wahyu juga diungkapkan pada ayat-ayat lain agar
para mukminin bersiteguh dalam kesetiaan §¬ª¨ WDSÄÄiV"mereka
W% \Ij°Ù ×1Åkepada
VXT ×1žÁÝ5U Tuhan
ßq°6W*ՑQ#

pada
‘Adapun masa-masa orang-orang percobaan:
yang berkata “Tuhan kami adalah Allah” kemudian mereka
bersiteguh, malaikat-malaikat akan terus menerus turun kepada mereka sambil meyakinkan
mereka “Janganlah kamu takut dan jangan pula berdukacita dan bergembiralah atas khabar
suka tentang surga yang telah dijanjikan kepadamu. Kami adalah teman-temanmu di dalam
kehidupan di dunia dan juga di akhirat. . .” ’ (S.41 Ha Mim As- Sajdah:31-32) 2
769
Ayat-ayat itu tidak menyisakan keraguan akan kelangsungan Wahyu. Al-Quran
selanjutnya menyatakan:

r® SÈkªHW*ԁXjÚ VÙ ©DWÃ\j Vl¯ §Í… QQXSÕÃ\j ½ k¦BÊ Ì c­mV r¯Q7¯ VÙ ³®JBWà s°jW°Ã \VU
\y Vl¯ XT
hendaklah
barangsiapa ia juga beramal
mengharap akan saleh dan janganlah
bertemu dengan iaTuhan-nya
mempersekutukan siapa jua pun
(sebagaimana diriku),
dalam beribadah kepada Tuhan-nya.” ’ (S.18 Al-Kahf:111) 1
hendaklah ia juga beramal saleh dan janganlah ia mempersekutukan siapa jua pun
dalam Ekspresi
beribadah kepada ‘mengharap
kata-kata Tuhan-nya.” ’ (S.18
akan Al-Kahf:111)
bertemu dengan Tuhan-nya’
1
jelas berkaitan dengan
pengutaraan tentang wahyu sebelumnya. Hanya saja keputusan tentang siapa yang berhak
Mirza
Ekspresi Tahir
Epilogdengan
berkaitan Ahmad
kata-kata ‘mengharap
hal ini akan
selalu berada bertemu
di tangan dengan
Tuhan dan Tuhan-nya’ jelas berkaitan dengan
bukan pada manusia.
Janji tentang
pengutaraan tentang wahyu wahyu juga diungkapkan
sebelumnya. pada keputusan
Hanya saja ayat-ayat lain agar para
tentang siapamukminin
yang berhak
bersiteguh dalam kesetiaan mereka kepada Tuhan di masa-masa percobaan:
berkaitan dengan hal ini selalu berada di tangan Tuhan dan bukan pada manusia.
Janji tentang wahyu juga diungkapkan pada ayat-ayat lain agar para mukminin
TÄm°‘ØU XTkesetiaan
bersiteguh dalam SÈ5WsÙVU% YXT SÉmereka
ÙVcU% €YU ÉR[ ®”‘›Q \-Ù ¿2Tuhan
kepada ¯IÙjQ WÆ Ä$‰tW?di
W*V" masa-masa R<{Xq SÅV |ÚÏ°Š ‰D¯
SÀ-›V W)Ôy ˆ1É2 Œ percobaan:

W% \Ij°Ù ×1ÅVXT ®QWm¦\)[ r¯ÛXT XkØ5ri ®QSXj\UÙ r¯Û ×1ÅÅVXj°ØTU ÀCÙVZ8 §¬©¨ |ETÀiWÃSÉ" Ô2È)=Å ³ª/Š °R‰<SIÙ¯
TÄm°‘ØU XT SÈ5WsÙVU% YXT SÉÙVcU% €YU ÉR[®”‘›Q \-Ù ¿2¯IÙjQ WÆ Ä$‰tW?W*V" SÀ-›V W)Ôy ˆ1É2 Œ R<{Xq SÅV |ÚÏ°Š ‰D¯
§¬ª¨ WDSÄÄiV" W% \Ij°Ù ×1ÅVXT ×1žÁÝ5U ßq°6W*ՑQ#
W% \Ij°Ù ×1ÅVXT ®QWm¦\)[ r¯ÛXT XkØ5ri ®QSXj\UÙ r¯Û ×1ÅÅVXj°ØTU ÀCÙVZ8 §¬©¨ |ETÀiWÃSÉ" Ô2È)=Å ³ª/Š °R‰<SIÙ¯
‘Adapun orang-orang yang berkata “Tuhan kami adalah Allah” kemudian mereka
‘Adapun orang-orang yang berkata “Tuhan kami adalah Allah” kemudian
bersiteguh, malaikat-malaikat akan terus menerus turun kepada mereka sambil meyakinkan
mereka
mereka bersiteguh,
“Janganlah kamumalaikat-malaikat
takut dan jangan pula akan SÄÄiV"menerus
§¬ªberdukacita
¨ WDterus W%dan j°Ù ×1turun
ÅVXT ×1Åkepada
\Ibergembiralah ¾ÁÝatas
5U ßqkhabar
°6W*ՑQ#
mereka sambil meyakinkan mereka “Janganlah
suka tentang surga yang telah dijanjikan kepadamu. Kami adalah teman-temanmu kamu takut dan jangan puladi dalam
‘Adapun orang-orang
kehidupan
berdukacita di dunia yang
dandan jugaberkata
di akhirat.atas
bergembiralah “Tuhan ’ (S.41kami
. .” khabar suka
Ha Mim adalah
tentang Allah”
surga
As- Sajdah:31-32) yangkemudian
telah
2 mereka
bersiteguh, malaikat-malaikat
dijanjikan kepadamu. Kami akan adalah
terus menerus
teman-temanmu turun kepada
di dalam mereka
kehidupansambil di meyakinkan
merekaAyat-ayat
“Janganlah
dunia dan itujuga
tidak
kamu menyisakan
takut
di akhirat...” dan ’jangan keraguan
(S.41 Hapula Mim akan
berdukacitakelangsungan Wahyu. Al-Quran
dan bergembiralah
As-Sajdah:31-32) atas khabar
selanjutnya menyatakan:
suka tentang surga yang telah dijanjikan kepadamu. Kami adalah teman-temanmu di dalam
2

kehidupan di dunia dan juga di akhirat. . .” ’ (S.41 Ha Mim As- Sajdah:31-32) 2


r® SÈkªHW*ԁitu
Ayat-ayat XjÚ VÙ ©Dtidak
WÃ\j Vl¯ §Ímenyisakan
… QQXSÕÃ\j ½ k¦BÊ keraguan
Ì c­mV r¯Q7¯ VÙ ³®JBWÃakan
s°jW°Ã kelangsungan
\VU
\y Vl¯ XT
Wahyu.
Ayat-ayat Al-Quran
‘Dan itu
apabila tidak selanjutnya bertanya
menyisakan
hamba-hamba-Ku menyatakan:
keraguan akanengkau
kepada kelangsungan
tentang Aku,Wahyu. katakanlahAl-Quran
selanjutnya menyatakan:
“Sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan doa orang yang memohon apabila ia
mendoa kepada-Ku. Maka hendaklah mereka menyambut seruan-Ku. . .” ’ (S.2 Al-
r® SÈkªHW*ԁXjÚ VÙ ©DWÃ\j Vl¯ §Í… QQXSÕÃ\j ½ k¦BÊ Ì c­mV r¯Q7¯ VÙ ³®JBWà s°jW°Ã \VU
\y Vl¯ XT
Baqarah:187) 3

D
‘Dan apabila hamba-hamba-Ku
‘Dan apabila bertanya
hamba-hamba-Ku kepada
bertanya engkau
kepada tentang
engkau Aku,Aku,
tentang katakanlah
“Sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan doa orang yang memohon
katakanlah “Sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan doa orang yang apabila ia
mendoaalamkepada-Ku. Maka
hal ini janji wahyuhendaklah
diperluasmereka
dengan menyambut seruan-Ku.
mengikut-sertakan semua. hamba
memohon apabila ia mendoa kepada-Ku. Maka hendaklah mereka menyambut .” ’ (S.2 Al-
Allah
Baqarah:187)
yang setulusnya
3
seruan-Ku...”
mencari ’ (S.2 Al-Baqarah:187)
Dia serta berserah diri menyambut seruan-Nya. Hal ini merupakan
3
janji universal yang tidak terbatas pada suatu waktu tertentu atau pun kaum tertentu.

D D
Islam sebagai agama yang mengandung harapan abadi tidak akan membatasi
komunikasialam halTuhan
dengan ini janji wahyu
kepada diperluas
masa lalu denganTuhan
saja. Perhatian mengikut-sertakan
atas kehidupan manusia
sebagai Pembimbing Yang Maha Pengasih tidak akan pernah
semua hamba Allah yang setulusnya mencari Dia sertaberakhir. Diaberserah
itu bisa ditemui
jika
alamdicari
hal dan menyambut
ini janji wahyujika dipanjatkan
diperluas doa kepada-Nya.
dengan Dia itu Abadi
mengikut-sertakan dan tidak
semua hambaadaAllah
daridiri menyambut
fitrat-Nya seruan-Nya.
yang pernah mati. Hal ini merupakan janji universal yang
yang setulusnya mencari pada
tidak terbatas Dia serta
suatuberserah diri menyambut
waktu tertentu atau punseruan-Nya. Hal ini merupakan
kaum tertentu.
janji universal
 yang tidak terbatas pada suatu waktu
 tertentu atau pun kaum tertentu.414
Islam
Islam sebagaiagama
sebagai agamayang
yangmengandung
mengandungharapan
harapanabadi
abaditidak
tidakakan
akan membatasi
komunikasi membatasi komunikasi
dengan Tuhan kepadadengan Tuhan
masa lalu saja.kepada masaTuhan
Perhatian lalu saja.
atasPerhatian
kehidupan manusia
sebagai Pembimbing Yang Maha Pengasih tidak akan pernah berakhir.
Tuhan atas kehidupan manusia sebagai Pembimbing Yang Maha Dia itu bisa ditemui
jika dicari dan menyambut jika dipanjatkan doa kepada-Nya. Dia itu Abadi dan tidak ada
Pengasih
dari fitrat-Nya yang tidak
pernahakan pernah berakhir. Dia itu bisa ditemui jika dicari
mati.
dan menyambut jika dipanjatkan doa kepada-Nya. Dia itu Abadi dan
 tidak ada dari fitrat-Nya yang pernah
 mati. 414
 Manusia selamanya membutuhkan Wahyu Ilahi. Setelah
berlalunya kenabian Rasulullah saw, maka Wahyu-lah yang akan

770
Wahyu, Rasionalitas,
Pengetahuan, dan Kebenaran

terus menjaga suar keimanan agar menyala terus di atas segala


sarana lain berupa kajian rasional dan filosofis. Melalui Wahyu,
manusia memperoleh ketegasan kembali akan eksistensi Tuhan Yang
Maha Hidup. Dia akan selalu memberikan tanda-tanda kedekatan
kepada Wujud-Nya yang tidak saja bersifat subjektif tetapi juga bisa
diuji secara objektif. Wahyu membangun keimanan di atas fondasi
kepercayaan yang solid, menafikan semua keraguan yang goyah.
Tragedi akbar umat Islam kontemporer pada masa kini adalah karena
terbius oleh ulama yang berfikir dengan pola abad pertengahan dan
para intelektual modern. Kepada para medievalis itu bisa disalahkan
sebagian terbesar dari keadaan, dan sisanya kepada para pemikir besar
seperti Muhammad Iqbal dan Maududi. Iqbal sebagai penganut
Nietzsche telah menafikan sepenuhnya kebutuhan akan bimbingan
Ilahi. Pandangan Maududi yang merupakan hasil kawin silang antara
pandangan Paulus dan kaum Bahai, menafikan kenabian supaya
siapa yang menyangkalnya tidak mengundang laknat Tuhan. Dengan
demikian di antara dua pemikir besar ini tidak ada lagi yang tersisa
dari Kenabian atau Wahyu, dengan akibat Islam dikosongkan dari
segala harapan tersisa. Inti filosofi mereka itu sepenuhnya tercermin
dalam bait syair dari Faiz Ahmed Faiz, salah seorang penyair Urdu
terbesar di zaman modern:

‘Debu asing telah meliputi semua jejak kaki. Memadamkan lampu-lampu


dan mengambil semua piala dan bejana anggur. Tutuplah pintu kalian yang
katanya tidak pernah tertidur, dan kuncilah semuanya. Tidak ada yang akan
datang! Tidak akan ada yang datang!!’4

771
Mirza
EpilogTahir Ahmad

W ahai sayangnya, semua Nubuatan dan Wahyu yang merupakan


jiwa dan ruh dari setiap agama yang hidup telah dikorek keluar
dari tubuh Islam. Yang tinggal hanyalah eksistensi ibarat zombie
(mayat-mayat hidup). Apakah masih bisa dikatakan sebagai suatu
kehidupan? Mengapa mereka ini tidak bisa membaca pesan-pesan
yang tertulis besar-besar di dinding sejarah?
Hilangkan sama sekali Wahyu dari pengalaman keagamaan maka
keimanan akan menyusut menjadi dongeng dan legenda. Hapus sama
sekali Wahyu Ilahi maka kehidupan keruhanian menjadi kehilangan
arti dan agama kehilangan tujuannya.
Wahyu itu berfungsi mencerahkan kepercayaan, menerangi jiwa
dan meniupkan nafas kehidupan pada keimanan. Dalam kegelapan
yang sangat dari dunia materialisme, ketika keputus-asaan dilanda
atheisme, adalah Wahyu yang bisa memancarkan sinar terang yang
akan mengubah keputus-asaan menjadi harapan, serta malam kekafiran
menjadi siang keimanan. Sebagaimana kemaslahatan matahari
bagi siang hari, begitu juga seorang nabi bagi agama. Sebagaimana
kemaslahatan bintang-bintang di suatu malam yang kelam, begitu juga
wahyu bagi kesuraman keadaan tanpa keimanan. Hentikan Lembaga
Kenabian dan rintangi alur Wahyu, maka sudah tepat keadaannya
disebut sebagai Hari Kiamat! Tidak ada apa lagi yang tersisa kecuali
kematian!
Selamat tinggal!

Referensi
1. Terjemah 18:111 oleh penulis.
2. Terjemah 41:31-32 oleh penulis.
3. Terjemah 2:187 oleh penulis.
4. Faiz Ahmed Faiz, Nuskhah Hai Wafa, dari syair “Tanhai” adalah
akan muncul wabah yang lebih dahsyat di awal abad 21.

772
Wahyu, Rasionalitas,
Wahyu, Rasionalitas,
Pengetahuan, dan Kebenaran
Pengetahuan, dan Kebenaran

INDEKS

A Berkeley, 56, 58, 61


Abu Bakar ra, 749. Bemal, J.D., 387
Abu Hanifa, Imam, 750 Bon, Dr. Gustav Le, 150, 151,
Abu Jahal, 643 169
Adam as, 319, 738-740 Brahma, 119, 124, 125, 132,
Ahmad as, Mirza Ghulam, iii, 241
149, 150, 185, 685, 686, Bucaille, Maurice, 311
689, 691, 692, 694, 696, Buddha as, 146-149, 151, 154,
698, 699, 704, 715, 718 156, 157, 159, 160, 165-
Ahriman, 188, 189, 191, 193, 168
194, 719 Bunjil, 241
Al-Ashari, Imam Abni Hassan
‘Ali Bin Isma’il, 31, 34 C
Al-Hallaj, Mansoor, 39, 50 Caine, Nelson, 512, 516
Al-Jubbai, 31, 32 Cairns Smith, 396, 399, 400,
Ali ra. 748 418, 419
Ali, Maulawi Mohammad, 773 Camus, 62
Aristotle, 21, 40, 46, 58, 59, 87, Chang, Sherwood, 399
88, 90, 91 Chou, Chih Hua, 173
Averroes, 14, 21, 42, 46 Cicero, 110
Avicenna, 46 Columbus, Christopher, 639
Confucius as, 180
B Conklin, Edwin, 513
Batalvi, Maulvi M. H., xxvi Copemicus, 357, 360, 362
Bentham, 57, 60 Coppleston, F., 61
Crick, 384, 410, 513

773
Mirza
IndeksTahir Ahmad
Epilog

Crito, 109 G
Cyrus, 190 Galileo, Galilei, 44, 304, 317,
362
D Glashow, Sheldon, 444
Darwin, Charles, 6, 8, 70, 420, Gleason, Kevin J., 512
452 Gotama, 774
Daud as, 180, 737 Graebner, F., 253,
David White, 399 Guthrie, 95-97, 114
Davids, Mrs. T.W. Rhys, 153 Gutman, J., 55, 86
Davies, Paul, 169
Da Vinci, Leonardo 4, 361, 362 H
Dawkins, Richard, xi, 562 Haldane, J.B.S., 382, 383, 396,
Deboki, 121 404, 409, 426, 427
Descartes, Rene, 54, 55, 59, 93, Hanbal, Imam Ahmad bin, 258,
362 750
Dickerson, R.E., 386-388, 391, Harun as 629, 630, 752
392, 394, 396, 408, 412- Hegel, 58, 59, 61, 64, 65, 67, 72,
414 93
Hegstrom, Roger A., 447
E Homer, 191
Engels, 65, 93 Horgan, John, 411, 419, 512,
Enoch, F., 472 513, 516
Eva, 222 Howe, Elias, 262
Howitt, A.W., 243-245, 253
F Hoyle, Fred, 513
Ferdinand, King, 45, 642 Hsi, Fu,172, 173, 179, 183, 186
Firaun, 270, 624-630, 730 Hua, Chou Chih, 173
Hubble, Edwin, 328, 341
Hume, 56, 58

774
Wahyu, Rasionalitas,
Wahyu, Rasionalitas,
Pengetahuan, dan Kebenaran
Pengetahuan, dan Kebenaran

I Kashani, Mullah Fath-Ullah, 689


Ibrahim as, 63, 227, 738 Kekule, Frederick August, 239
Ilyasa as, 775 Kessel, Edward, 335, 356
Iqbal, Sir Muhammad, 732 Khan, Ghengis, 44
Isa as, lihat Yesus" dan Kristus" Khan, Halaku, 44
224, 236, 237, 686, 687, Khatib, Dr. Mohammad Aijazul,
702, 715, 721, 725, 737, 278, 286
740, 742-746, 748, 751 Kierkegaard, 60, 61, 63
Isaac as, 52, 86 Khimenes 643
Isabella, Queen, 45, 642, 643 Kinai, see Krishna” 121
Isaiah as, 728 Klein, Harold, 383, 412
Kondepudi, Dillip K., 447
Konishi, Masakazu, 543
J
Krantz, William, 258, 341, 394,
Jacabe, 173 512, 698
Janaway, Christopher, 101 Krishna as, 119, 121, 167, 716
Jaspers, 60 Kristus, Yesus, 53, 54, 119, 702,
Jemaat Ahmadiyah Indonesia xix, 703, 707, 709, 710, 711,
181, 276, 291, 317, 342, 712-715, 760, 765
356, 363, 378, 379, 394, Lihat juga Yesus as
502, 537, 528, 559, 560, Kung, Cheu, 173, 183
517, 883, 664-666, 680,
684, 698 L
Jibrail 752, 753
John, Don, 664 Lahav, Noam, 399
Jonah as, 624 Lane-Poole, Stanley, 645,664
Josephai, 251, 252, 676 Lang, Andrew, 250, 251
Lao Tze, 183, 184, 707
Leach, W.E., 471
K
Lenin, 65, 69, 71, 72, 73, 86
Kam, Immanuel, 58

775
Mirza
IndeksTahir Ahmad
Epilog

Lillie, Arthur, 151 N


Locke, John, 56, 258, 398, 512, Newton, Sir Isaac, 52
560, 644 Nietzsche, 56, 62, 195, 732, 733,
740, 741
M Nuh as, 227, 738
Malik, Imam, 31-33, 258, 665,
666, 688, 689, 691, 713, O
720, 725, 726, 750, 753 Oparin, AJ., 383, 396
Marcel, 60 Orgel, 411
Martin, Tony, 360 P
Marx, Karl, 1, 27, 28, 62, 391 Paine, Thomas, 59, 356, 516
Mary, 634, 692, 712 Pasteur, Louis, 441
Maudoodi, Maulana, 773 Paulus, Santo, 735, 736
Mazda, Ahura, 188, 193, 719 Philip II, 644
Meletus, 107, 108 Pingiya, 152, 153
Mencius, 174, 181, 182 Piyadasi, Devanampiya, 151
Mill, John Stuart, 47, 60 Plata, 29, 35, 46, 73-78, 82, 86,
Miller, Stanley L., 383 96, 100
Milton, 257, 258 Preuss, 253
Musa as, 223, 227, 269, 270, Pythagoras, 14, 21, 55
271, 624, 626, 628, 629,
630, 737, 752, 762 R
Muhammad saw, vi, x, xvii, xviii, Rameses, 268, 626, 629, 630
224, 227, 319, 638, 652, Rose, Steven, 415, 444
653, 712, 713, 715, 721, Rousseau 56, 57
723, 724, 734, 736-738, Roy, Archibald, xii, xvii, xxiv, xxx,
742, 743, 748, 751, 752, 63, 86, 100, 114, 155, 169,
762, 766 176, 182, 253, 258, 270,

776
Wahyu, Rasionalitas,
Wahyu, Rasionalitas,
Pengetahuan, dan Kebenaran
Pengetahuan, dan Kebenaran

274, 285, 291, 306, 317, T


331, 332, 342, 355, 356, Tipler, Frank, 363,
374, 378, 388, 392, 394, Ti, Huang, 173
401, 403, 419, 472, 481,
502, 513, 516, 522, 528,
U
554, 560, 565, 609, 615,
634, 647, 661-663, 673, Umar ra, 749
678, 680, 694 Urey, Harold C., 383
Rushd, Ibne, 21, 42, 43, 46 Usman ra, 749
V
S Vaayu, 109
Vasettha, 138, 140
Sagan, Cari, 360 Verman, Professor J., 125-130,
Salam, Dr. Abdus, 444 144
Sale, 670 Vlastos, 102, 114, 115
Same, Jean Paul, 49, 50, 51 Voltaire, 59
Schmidt, Peter Wilhelm, 250
Scotus, E.J., 52
W
Shakespeare, William, 258, 572,
573 Wan, King, 173, 177, 179, 180,
Shaw, Bemard, 64 182, 183
Sidgwick, 57, 60 Watson, 384, 410
Socrates, v, 87, 88, 91-115, 192, Weinberg, Steven, 444
193 Westfall, R.S., 53, 54, 86
Soorya, 109 White, David, 399
Stalin, Joseph, 80 Winchester, Dr., 514, 516
Strehlow T.G.H., 254, 255 Woese, Karl. R., 391-394
Szostak, J. 411 Wright Bersaudara, 685
Wu, Chien-Shiung, 443

777
Mirza
IndeksTahir Ahmad
Epilog

X Yesus as, 119, 702, 710, 714, 725


Xenophon, 92, 111 Yue, 173

Y Z
Yaou, 178, 181 Zoroasters, 117, 188-190, 191,
192-195, 223, 248, 714

778

Anda mungkin juga menyukai