Anda di halaman 1dari 3

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jamur Metarhizium anisopliae yang sebelumnya dikenal sebagai
anisopliae entomophora adalah jamur yang hidup di tanah. Penggunaan
Metarhizium anisopliae sebagai agen mikroba terhadap serangga sejak tahun 1879
(Untung Suwahyono, 2009). Metarhizium anisopliae adalah anggota dari kelas
Hyphomycetes dengan kategori jamur muscaridine hijau karena warna hijau
muncul dari koloni. Jamur ini telah dilaporkan telah menginfeksi sekitar 200 jenis
serangga dan arthropoda lainnya.
Penggunaan Metarhizium anisopliae sebagai agen hayati merupakan jenis
pestisida microbial (microbial pesticide), yaitu jenis produk biopestisida yang
mengandung mikroorganisme (bakteri, fungi, virus, dan protozoa) sebagai bahan
aktif (Untung Suwahyono, 2009). Dan jamur yang berlaku sebagai pembasmi
serangga pada tanaman disebut bioinsektisida (Untung Suwahyono, 2009).
Penggunaan agen hayati Metarhizium anisopliae sudah diketahui dapat
menurunkan intensitas organisme pengganggu tanaman utama yang menyerang
tanaman padi (Karwan A. Salikin, 2003). Oleh karena itu, keampuhan dari
Metarhizium anisopliae akan diuji coba menggunakan insekta lainnya apakah
masih berpengaruh atau tidak.
Secara umum Metarhizium anisopliae masuk ke tubuh serangga melalui
spirakel dan pori-pori atau kutikula dari tubuh serangga. Setelah masuk ke dalam
tubuh serangga, jamur menghasilkan perpanjangan hifa lateral yang akhirnya
berkembang biak dan mengkonsumsi organ internal serangga. Pertumbuhan hifa
berlanjut sampai serangga tersebut ditumbuhi dengan miselia. Selanjutnya jamur
akan beristirahat melalui kutikula dan sporulates, yang membuat serangga tampak
seperti diselimuti bulu halus berwarna putih (Novizan, 2002).
Metarhizium anisopliae dapat melepaskan spora (konidia) pada kondisi
kelembaban rendah (<50%). Selain itu, jamur tersebut memperoleh nutrisi dari
lemak pada kutikula serangga. Jamur ini juga dapat menghasilkan metabolit
sekunder seperti destruxin, yang mempunyai sifat insektisida pada serangga (Hari
Purnomo, 2010). Zat metabolit sekunder dari fungi inilah yang akan dimanfaatkan
sebagai pembasmi hama serangga.
Penggunaan entomopatogen dari jamur adalah sebagai biopestisida dalam
bidang pertanian. Karena kita mengenal bahwa insektisida tidak ramah
lingkungan. Meski kandungan zat insektisida tersebut dapat membasmi hama atau
golongan serangga yang merusak tanaman lebih cepat, namun dampak terhadap
tanaman dan lingkungan juga berpengaruh tidak baik (Novizan, 2002). Oleh
karena itu, digunakanlah alternatif dari insektisida yaitu biopestisida atau
bioinsektida dari jamur. Jamur Metarhizium anisopliae banyak digunakan untuk
mengatasi larva berbagai macam serangga pengganggu tanaman. Dalam
praktikum ini akan diuji efektivitas agen hayati Metarhizium anisopliae untuk
mengendalikan ulat hongkong (Tenebrio molitor) dengan konsentrasi yang
berbeda.

1.2 Tujuan
Tujuan dari kegiatan praktikum ini adalah:
1. Menguji efektivitas agen hayati Metarhizium anisopliae untuk mengendalikan
ulat hongkong (Tenebrio molitor) dengan konsentrasi yang berbeda.
2. Mengetahui konsetrasi berapa yang efektif dalam mengendalikan ulat
hongkong (Tenebrio molitor).

1.3 Manfaat
Manfaat dari kegiatan praktikum ini adalah untuk menambah wawasan
pengetahuan mahasiswa tentang entomopatogen.
III METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam kegiatan praktikum ini adalah timbangan
analitik, batang pengaduk, wadah, hanspreyer, gelas ukur, dan kamera. Sedangkan
bahan yang digunakan adalah Metarhizium anisopliae, ulat hongkong, aquades,
dan gula.

3.2 Cara Kerja


1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dimasukkan sebanyak 10 ulat hongkong ke dalam wadah dan dibuat
sebanyak 4 wadah (Wadah 1= kontrol, wadah 2= 0,3 gr, wadah 3= 0,5 gr, dan
wadah 4=0,8 gr)
3. Dimasukkan… sebagai makanan ulat hongkong
4. Ditimbang Metarhizium anisopliae sebanyak 0,3 gr, 0,5 gr, dan 0,8 gr
5. Setelah itu disiapkan aquades ke dalam gelas ukur sebanyak 20 ml
6. Dilarutkan starter Metarhizium anisopliae sebanyak 0,3 gr, 0,5 gr, dan 0,8 gr
masing-masing ke dalam 20 ml air, setelah itu diaduk
7. Dimasukkan masing-masing larutan tersebut ke dalam handsprayer
8. Ditambahkan gula sebanyak ½ dari Metarhizium anisopliae ke masing-
masing larutan (untuk Metarhizium anisopliae 0,3 gr maka gula sebanyak
0,15 gr, Metarhizium anisopliae 0,5 gr maka gula sebanyak 0,25 gr, dan
untuk Metarhizium anisopliae 0,8 gr maka gula sebanyak 0,4 gr)
9. Diaplikasikan ke ulat hongkong dengan cara menyemprot ke bagian tubuhnya
sesuai wadah yang telah diberi label masing-masing konsetrasi
10. Dilakukan pengamatan satu jam sekali setiap harinya selama 6 hari.

Anda mungkin juga menyukai