FILOSOFI BAMBU
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
0
BAB I
PENDAHULUAN
1
(Sahizostachyum cestaneum) yang memiliki batang lebih pendek dan buluh tipis,
tapi panjang. Buluh kedampal dipakai untuk tempat air suci dan alat musik khas Bali,
gerantang. Kelima, bambu tiying alas (Dinochroa sepang). Di antara bambu endemik
itu, hanya jenis ini satu-satunya jenis bambu yang masih tumbuh di tempat aslinya,
yakni hutan alam Sepang Buleleng dan Jembrana.
Kebutuhan yang banyak terhadap bambu dalam berbagai keperluan di Bali
tidak membuat tanaman ini punah. Tetapi, karena sadar terhadap kebutuhan
tersebut, masyarakat bahu-membahu untuk menjaga kelestariannya.
Ketika berbicara tentang masa depan, masyarakat Bali perlu melihat
persoalan dan tekanan yang akan dihadapi. Pulau yang seluas 5.636,66 km 2 atau
0,29 persen dari kepulauan Indonesia dan hampir berpenduduk 5 juta jiwa.
Ditambah lagi jumlah wisatawan asing yang datang setiap tahun selalu meningkat.
Pada 2015, jumlah wisatawan asing sekitar 4 juta orang, sedangkan wisatawan
domestik sekitar 6 juta orang. Keadaan ini akan menjadi peluang sekaligus
tantangan bagi masyarakat Bali, disamping kesiapan dalam menghadapi persaingan
Global dan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).
Sifat-sifat baik dan keunggulan bambu dibandingkan tanaman lainnya sudah
seharusnya menjadi spirit dan semboyan hidup bagi masyarakat Bali. Perlu
dilakukan usaha, kekerja keras dan kreatif membangun serta membentuk diri agar
mampu bersaing dan "tampil ke permukaan". Filosofi bambu mengajarkan bahwa
keterbatasan bisa menghasilkan keperkasaan atau kehancuran, tergantung
bagaimana mau menyikapinya. Perkasa karena memiliki semangat untuk berjuang
agar kehidupan menjadi lebih baik atau hancur karena kehilangan spirit atau
semangatnya. Spirit memang sebuah penggerak utama yang memberikan keinginan
untuk maju, tetapi bila tidak diiringi dengan kerja keras, semuanya menjadi sia-sia.
2
1.3. Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dan manfaat dari penulisan makalah ini adalah:
Tujuan:
Untuk mengetahui filosofis yang terkandung didalam tumbuhan bambu.
Manfaat:
a. Pembaca dapat mengambil hikmah nilai-nilai moral yang terkandung
dalam filosofis bambu.
b. Pembaca dapat mengamalkan nilai-nilai filosofis bambu dalam kehidupan
sehari-hari dan menyiapkan diri untuk menghadapi masa depan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bambu
Bambu merupakan kumpulan rumput-rumputan berbentuk pohon atau perdu
yang melurus dengan buluh yang biasanya tegak, terkadang memanjat dan
bercabang-cabang. Tanaman bambu mempunyai buluh beruas-ruas dan tiap ruas
dihubungkan oleh buku-buku. Buluh muncul dari buku-buku rimpang yang menjulur
(Widjaja, 2001). Selanjutnya Gerbon dan Abbas (2009) menyatakan bambu
termasuk jenis tanaman rumput-rumputan dari Famili Poaceae, Subfamili
Bambusoidea. Bambu tumbuh menyerupai pohon berkayu, buluhnya berbentuk
buluh berongga dengan cabang-cabang (ranting) dan daun buluh yang menonjol.
Bambu merupakan jenis tumbuhan yang cepat tumbuh dan dapat mencapai
ketinggian maksimum 15 sampai 30 meter dalam waktu 2 sampai 4 bulan dengan
rata-rata pertumbuhan harian sekitar 20 cm sampai dengan 100 cm dan diameter 5-
15 cm (Liese, 1987). Selanjutnya Widjaja (2001) menambahkan bamboo mempunyai
karakter tumbuh yang menakjubkan yaitu membentuk rumpun. Rumpun terbentuk
dari tumbuhnya tunas-tunas muda (rimpang) secara simpodial atau monopodial.
Simpodial berarti tumbuhnya tunas memendek di kanan kiri induk sedangkan
monopodial adalah tumbuhnya tunas memanjang ke suatu arah dan membentuk
rumpun baru.
Bambu juga memiliki karakter tumbuh sangat variatif dan bisa tumbuh pada
tanah yang bervariasi seperti tanah tandus, tanah becek, tanah kering, tanah datar
hingga tanah miring (jurang). Di tanah yang miring (jurang) bambu dapat tumbuh
dengan subur karena rumpunnya mampu menahan bungga tanah (humus) yang
hanyut (Widjaja, et. al. 2004).
2.2. Pemanfaatan
Menurut Berlin dan Rahayu (1995) bambu merupakan tanaman yang
memiliki banyak manfaat bagi kehidupan. Semua bagian tanaman mulai dari akar,
buluh, daun dan rebung dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan:
a) Akar tanaman bambu dapat berfungsi sebagai penahan erosi yang berfungsi
untuk mencegah bahaya banjir. Bambu banyak tumbuh atau ditanam di
4
pinggir sungai atau di tepi jurang, sehingga dinilai mempunyai arti yang
sangat penting dalam pelestarian lingkungan hidup.
b) Buluh bambu adalah bagian yang paling banyak dimanfaatkan untuk
berbagai macam keperluan. Di Indonesia sekitar 80% buluh bambu
dimanfaatkan untuk bidang konstruksi dan selebihnya dimanfaatkan dalam
bentuk lain seperti kerajinan, furniture, chopstick, industri pulp dan kertas
serta keperluan lainnya (Berlian dan Rahayu, 1995). Selanjutnya Idris et. al.
(1994) menambahkan buluh bambu dapat dimanfaatkan untuk komponen
bangunan rumah, sebagai komponen konstruksi jembatan dan pipa saluran
air. Pada bangunan sederhana bambu dapat digunakan sebagai lantai,
dinding, atap maupun langit-langit. Pemanfaatan bambu dapat berupa
bambu utuh berbentuk bulat atau dianyam untuk bahan dinding dan langit-
langit.
c) Daun bambu dapat digunakan untuk pembungkus makanan rinan seperti
wajik. Dalam pengobatan tradisional, daun bambu dapat dimanfaatkan
sebagai ramuan untuk mengobati demam/panas pada anak-anak karena
daun bambu bersifat menurunkan panas.
d) Tunas bambu yang lebih dikenal dengan rebung merupakan kuncup bambu
muda yang muncul dari dalam tanah yang berasal dari akar rhizome maupun
buku-bukunya. Rebung dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan yang
tergolong ke dalam jenis sayur-sayuran. Namun tidak semua jenis bambu
dapat dimanfaatkan rebungnya untuk bahan pangan, karena ada rasanya
yang pahit yang disebabkan oleh HCN yang tinggi. Rebung bambu temen
(G.c robusta Kurz.) adalah rebung yang rasanya paling manis dan memiliki
tekstur yang paling halus. Berlin dan Rahayu (1995) tamanan bambu banyak
pula yang dimanfaatkan sebagai tanaman hias, mulai dari jenis bambu kecil
hingga bambu besar yang banyak ditanam sebagai tanaman pagar di
pekarangan. Menurut Herawati et. al. (2011) bambu banyak dimanfaatkan
oleh masyarakat pedesaan secara luas karena memiliki buluh yang kuat,
lentur, lurus dan ringan sehingga mudah diolah untuk berbagai produk.
Widjaja (2001) menambahkan bahwa bambu juga dapat digunakan dalam
upaya konservasi tanah dan air, karena memiliki sistem perakaran yang
5
banyak sehingga menghasilkan rumpun yang rapat dan mampu mencegah
erosi tanah.
2.3. Filsafat
Filsafat adalah sebuah ilmu yang mencari makna dibalik makna, tidak hanya
sekedar mencari makna yang tersurat, tapi lebih dari itu berusaha mencari makna
yang tersirat. Semua itu berorientasi pada kesimpulan yang bisa
dipertanggungjawabkan kebenarannya secara indra dan pengalaman (empirik), dan
dapat dibuktikan dengan dalil-dalil logika yang rasional. Bila seorang yang berfikir
filosofis artinya ia mencoba untuk mencapai tujuan tertinggi dari filsafat, yaitu
kebijaksanaan (wisdom). Orang yang berpikir kritis dengan cara filsafat juga
merupakan refresentasi nilai-nilai filsafat yang cinta kepada kebijaksanaan, karena
makna harfiah dari filsafat itu sendiri adalah cinta kebijaksanaan (philos=cinta,
sophos=kebijaksanaan). Agar kita bisa mencapai maqom (level) tersebut, maka diri
kita, alam semesta dan segala isinya bisa menjadi media kita untuk mendulang ilmu
pengetahuan dan merengkuh kebijaksanaan.
Objek kajian filsafat ilmu digunakan untuk mengetahui pokok dari
permasalahan dan untuk mengetahui hubungan dari suatu objek dengan obek yang
lain. Objek materi filsafat adalah segala sesuatu yang ada dalam kenyataan, pikiran,
dan kemungkinan. Sedangkan objek formal filsafat adalah menyeluruh secara umum
artinya dalam hal tertentu dianggap benar selama tidak merugikan kedudukan
filsafat sebagai ilmu. Untuk mengetahui posisi empirik sensual, logik, etik, intuisi, dan
empirik transendental alangkah lebih baiknya jika kita mengetahui pengertian
masing-masing dari objek tersebut
a. Empirik sensual
Arti kata empiris secara bahasa adalah berdasarkan pengalaman (terutama
yang diperoleh dari penemuan, percobaan, pengamatan yang telah
dilakukan). Sedangkan sensual berasal dari kata sense yang berarti ‘indra’.
Jadi dapat kita simpulkan bahwa empiri sensual berarti pengalaman yang
berasal dari panca indra atau pengalaman idrawi dan sekaligus
menunjukkan objek kajian filsafat ilmu yang berupa objek yang dapat diindra.
b. Logik
6
Logika berasal dari bahasa Yunani, dari kata sifat "logike" yang berhubungan
dengan kata benda "logos" yang berarti 'perkataan' atau 'kata' sebagai
manifestasi dari pikiran manusia. Dengan demikian terdapatlah suatu jalinan
yang kuat antara pikiran dan kata yang dimanifestasikan dalam bahasa.
Secara etimologis dapatlah diartikan bahwa logika itu adalah ilmu yang
mempelajari pikiran yang dinyatakan dalam bahasa.
c. Etik
Secara bahasa etika berarti ilmu tentang asas-asas akhlak. Sebenarnya
Etika juga merupakan cabang dari filsafat yang membicarakan tentang nilai
baik-buruk. Etika disebut juga Filsafat Moral. Etika membicarakan tentang
pertimbangan-pertimbangan tentang tindakan-tindakan baik buruk, susila
tidak susila dalam hubungan antar manusia.
d. Intuisi
Secara bahasa intuisi berarti gerak hati, bisikan hati; kemampuan
mengetahui (memahami) sesuatu tanpa dipikir. Maksudnya adalah bahwa
manusia memiliki gerak hati atau disebut hati nurani. Gerak hati mampu
membuat manusia melihat secara langsung suatu perkara benar atau salah,
jahat atau baik, buruk atau baik secara moral. Intuisi adalah daya atau
kemampuan mengetahui atau memahami sesuatu tanpa dipikirkan atau
dipelajari; bisikan hati; gerak hati.
e. Empirik transendental
Transenden berarti diluar segala kesanggupan manusia; luar biasa; utama.
Sedangkan transendental berarti menonjolkan hal-hal yang bersifat
kerohanian; sukar dipahami; gaib; abstrak. Kemampuan manusia terbatas
dalam memahami hakekat dunia, tetapi keterbatasan ini dikemukakan Kant
lewat teori kritiknya, yaitu; usaha-usaha untuk meninjau batas-batas
pengetahuan manusia lewat realitas. Menurutnya realitas memiliki hal
empirik dan transendental. Sesuatu yang transendental adalah sesuatu yang
pasti kebenarannya, sehingga ia bersifat laten dan harus diterima tanpa ada
kritikan. Oleh karena itu ia berada diluar tapal batas pengetahuan manusia,
yang oleh Khan disebut noumena. Akan tetapi yang transendental itu
memiliki refleksi empirik, yaitu apa yang nampak sebagai citra dari noumena
dan dapat diketahui manusia sebagai fenomena
7
BAB III
PEMBAHASAN
Keluhuran nilai yang ditampilkan oleh bambu ternyata tak hanya lewat
pitutur-pitutur lirih yang hanya dapat dilihat dengan mata batin yang tajam, tetapi
juga disertai semangat tinggi seperti ketika bambu dipergunakan untuk senjata
dalam perjuangan beberapa bangsa di Asia Tenggara. Pitutur-pitutur lirih itu juga
disertai alunan merdu dari kulintang, seruling bambu, dan angklung yang tercipta
dari batang bambu yang berongga. Ketika kegelapan menyergap, bambu juga
menyediakan tempat untuk menerangi pelita yang biasa disebut obor oleh
penggunanya. Sehingga, tak ada lagi alasan untuk mengutuk kegelapan. Nyalakan
obor bambu sebagai penerang dan terus belajar untuk meningkatkan kulitas diri.
Sifat-sifat baik dan keunggulan bambu dibandingkan tanaman lainnya
menjadi spirit dan semboyan hidup bagi masyarakat Bali. Semasa kecilnya tumbuh
tegak tetapi, saat tua akan menunduk. Ini lambang sebuah filosofi Hindu yang selalu
menjaga sopan santun. Filosofi lain dari bambu adalah sifatnya yang semakin lama
semakin kuat, baik batang maupun akarnya, yang membentuk kesatuan rumpun.
Bambu juga tidak membutuhkan pemeliharaan yang sangat intensif sehingga bisa
tumbuh di mana saja. Bahkan dari segi kegunaan, hampir setiap bagian bambu
berguna.
Secara budaya masyarakat Bali mempelajari dan meniru karakter bambu dan
menjadikannya simbol seperti rasa hormat kepada leluhur (karena tumbuh pesat dan
tingginya bisa sampai dengan melebihi tebing), simbol kebersamaan dan kekuatan
komunal dalam masyarakat, sokong menyokong, bagai aur dengan tebing (karena
tumbuhnya yang bergerombol dan tidak saling mengganggu).
Seorang filosof Cina, Lao Tse, juga pernah berkata mengenai pohon bambu,
“Sekalipun bambu meliuk diterpa angin, namun dia tetap mempunyai pegangan,
akar yang kuat menghunjam tanah. Sehingga ia tidak mudah roboh”. Begitu banyak
intisari kehidupan yang dituturkan oleh bambu. Begitu banyak pula simbul yang
dibuat orang dari berbagai negara untuk mengabadikan ajaran-ajaran Tuhan. Di
China, bambu menjadi simbol umur panjang, di India menjadi simbol persahabatan,
di Vietnam bambu dijadikan simbol kerja keras, optimisme kesatuan, dan
kemampuan adaptasi. Vietnam bahkan mengabadikan pelajaran berharga dari
8
sebatang bambu ini dengan sebuah peribahasa: ”Ketika bambu tua, maka tunas
baru akan muncul”. Ini berarti bahwa bangsa Vietnam tak akan pernah binasa, ketika
generasi tua mati, maka muncul generasi yang lebih muda untuk menggantikannya.
Untuk lebih memahai filosofi bambu yang dapat dijadikan pelajaran untuk
kehidupan manusia dapat dijelaskan sebagai berikut:
c. Fleksibilitas
Selain karena akar yang kuat, batangnya juga mampu bergoyang bersama
angin. Dalam cuaca buruk dan angin kencang, pohon bambu bisa bergoyang
dan mengeluarkan desis suara mengikuti irama angin. Sementara pohon-pohon
lain yang memiliki batang lebih besar, justru tidak kuat menghadapi ganasnya
angin. Inilah yang disebut fleksibilitas.
9
Fleksibilitas atau kelenturan bambu mengajari manusia bagaimana mampu
beradaptasi pada lingkungan yang ekstrim sekaligus. Saat arus masalah
datang, kita perlu bersikap lentur tidak menentang atau hanyut atau bahkan lari
darinya. Dalam kehidupan kita pun fleksibilitas sangat diperlukan untuk
kerukunan dan kebersamaan kita dalam bermasyarakat.
10
g. Kebersamaan
Umumnya pohon bambu selalu bersama atau rumpun, jarang sekali kita melihat
pohon bambu berdiri sendiri seperti pohon kelapa kecuali kalau ditebang.
Kebersamaan inilah yang membuat pohon bambu memiliki akar yang sangat
kuat dan kelenturan yang luar biasa. Ini menunjukan bahwa kebersamaan
membuat kita menjadi kuat seperti semboyan kita “bersatu kita teguh bercerai
kita runtuh”.
11
kepada Tuhan. Bersyukur berarti merasa puas dengan nasib dan kewajiban
yang telah ada, tidak memberontak tetapi mengucapkan terima kasih. Sabar
menunjukkan ketiadaan hasrat, ketiadaan ketaksabaran, ketiadaan nafsu yang
bergolak.
12
BAB IV
KESIMPULAN
13
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. Bali Dalam Angka 2015, Badan Pusat Statistik, Denpasar
Berlian, N. dan Rahayu, E. 1995. Jenis Dan Prospek Bisnis Bambu. Penebar
Swadaya. Jakarta
Haris, Abdul. 2008. Pengujian Sifat Fisis Dan Mekanis Buluh Bambu Sebagai Bahan
Konstruksi Menggunakan Iso 22157-1: 2004. Departemen Hasil Hutan Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor
14