Anda di halaman 1dari 15

Matakuliah Filsafat Ilmu

Dosen: Prof. Dr. Ir. I Wayan Suarna, MS.

FILOSOFI BAMBU

I PUTU WIRA UTAMA


NIM. 1681211001

PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016

0
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bambu merupakan tanaman dari keluarga rumput-rumputan dengan laju
pertumbuhan tertinggi di dunia. Bambu dapat tumbuh 100 cm (39 inch) dalam 24
jam, ditentukan dari kondisi tanah lokal, iklim, dan jenis spesiesnya. Ketika bambu
dipanen, bambu akan tumbuh kembali dengan cepat tanpa mengganggu ekosistem.
Laju pertumbuhan yang paling umum adalah sekitar 3–10 cm (1,2–3,9 inch) per hari,
bambu yang telah runtuh atau dipanen tidak akan digantikan oleh tunas bambu baru
di tempat ia pernah tumbuh.
Bambu pernah tumbuh secara besar-besaran pada periode Cretaceous di
wilayah yang kini disebut dengan Asia. Menurut peneliti dari Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia, Elizabeth A Widjaja, di Indonesia terdapat 160 jenis bambu.
Sebanyak 88 jenis di antaranya merupakan bambu endemik atau jenis bambu khas
yang terdapat di suatu daerah. Sampai kini makanan, perabotan, bangunan dan
prasarana dari bambu menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari di wilayah asia.
Tidak terkecuali bagi masyarakat Bali yang mayoritas beragama Hindu, bambu
merupakan komponen yang sangat penting didalam menunjang kegiatan
keagamaan dan adat.
Saat ini ada lima jenis bambu endemik yang masih digunakan umat Hindu di
Bali, baik dalam upacara keagamaan maupun kebutuhan sehari-hari. Tak
sembarang bambu yang digunakan sehingga kelima jenis bambu ini masih dijaga
baik oleh masyarakat.
Pertama, jenis jajang aya (Gigantochloa aya) yaitu bambu ukuran besar yang
bisa setinggi 15 meter dan berdiameter 12 sentimeter. Bambu jenis ini digunakan
untuk atap bangunan suci. Kedua, jenis bambu yang disebut jajang taluh
(Gigantochloa taluh) yang khas dengan batang berwarna hijau keputih-putihan.
Bambu jenis ini biasa dipakai untuk gedek atau dinding dalam upacara dengan
kualitas paling bagus. Ketiga, bambu yang disebut tiying ooh (Bambuca ooh) yang
unik dengan morfologi ruas agak panjang, warna batang hijau, dan tebal buluhnya
tidak mencapai setengah sentimeter. Bambu jenis ini dipakai untuk tempat sesajen
atau sanggar pucuk saat upacara agama. Keempat, bambu kedampal

1
(Sahizostachyum cestaneum) yang memiliki batang lebih pendek dan buluh tipis,
tapi panjang. Buluh kedampal dipakai untuk tempat air suci dan alat musik khas Bali,
gerantang. Kelima, bambu tiying alas (Dinochroa sepang). Di antara bambu endemik
itu, hanya jenis ini satu-satunya jenis bambu yang masih tumbuh di tempat aslinya,
yakni hutan alam Sepang Buleleng dan Jembrana.
Kebutuhan yang banyak terhadap bambu dalam berbagai keperluan di Bali
tidak membuat tanaman ini punah. Tetapi, karena sadar terhadap kebutuhan
tersebut, masyarakat bahu-membahu untuk menjaga kelestariannya.
Ketika berbicara tentang masa depan, masyarakat Bali perlu melihat
persoalan dan tekanan yang akan dihadapi. Pulau yang seluas 5.636,66 km 2 atau
0,29 persen dari kepulauan Indonesia dan hampir berpenduduk 5 juta jiwa.
Ditambah lagi jumlah wisatawan asing yang datang setiap tahun selalu meningkat.
Pada 2015, jumlah wisatawan asing sekitar 4 juta orang, sedangkan wisatawan
domestik sekitar 6 juta orang. Keadaan ini akan menjadi peluang sekaligus
tantangan bagi masyarakat Bali, disamping kesiapan dalam menghadapi persaingan
Global dan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).
Sifat-sifat baik dan keunggulan bambu dibandingkan tanaman lainnya sudah
seharusnya menjadi spirit dan semboyan hidup bagi masyarakat Bali. Perlu
dilakukan usaha, kekerja keras dan kreatif membangun serta membentuk diri agar
mampu bersaing dan "tampil ke permukaan". Filosofi bambu mengajarkan bahwa
keterbatasan bisa menghasilkan keperkasaan atau kehancuran, tergantung
bagaimana mau menyikapinya. Perkasa karena memiliki semangat untuk berjuang
agar kehidupan menjadi lebih baik atau hancur karena kehilangan spirit atau
semangatnya. Spirit memang sebuah penggerak utama yang memberikan keinginan
untuk maju, tetapi bila tidak diiringi dengan kerja keras, semuanya menjadi sia-sia.

1.2. Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
a. Apakah filosofis dari tumbuhan bambu?
b. Nilai–nilai filosofis apa yang perlu diteladani untuk menyiapkan diri
menghadapi masa depan?

2
1.3. Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dan manfaat dari penulisan makalah ini adalah:
Tujuan:
Untuk mengetahui filosofis yang terkandung didalam tumbuhan bambu.
Manfaat:
a. Pembaca dapat mengambil hikmah nilai-nilai moral yang terkandung
dalam filosofis bambu.
b. Pembaca dapat mengamalkan nilai-nilai filosofis bambu dalam kehidupan
sehari-hari dan menyiapkan diri untuk menghadapi masa depan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bambu
Bambu merupakan kumpulan rumput-rumputan berbentuk pohon atau perdu
yang melurus dengan buluh yang biasanya tegak, terkadang memanjat dan
bercabang-cabang. Tanaman bambu mempunyai buluh beruas-ruas dan tiap ruas
dihubungkan oleh buku-buku. Buluh muncul dari buku-buku rimpang yang menjulur
(Widjaja, 2001). Selanjutnya Gerbon dan Abbas (2009) menyatakan bambu
termasuk jenis tanaman rumput-rumputan dari Famili Poaceae, Subfamili
Bambusoidea. Bambu tumbuh menyerupai pohon berkayu, buluhnya berbentuk
buluh berongga dengan cabang-cabang (ranting) dan daun buluh yang menonjol.
Bambu merupakan jenis tumbuhan yang cepat tumbuh dan dapat mencapai
ketinggian maksimum 15 sampai 30 meter dalam waktu 2 sampai 4 bulan dengan
rata-rata pertumbuhan harian sekitar 20 cm sampai dengan 100 cm dan diameter 5-
15 cm (Liese, 1987). Selanjutnya Widjaja (2001) menambahkan bamboo mempunyai
karakter tumbuh yang menakjubkan yaitu membentuk rumpun. Rumpun terbentuk
dari tumbuhnya tunas-tunas muda (rimpang) secara simpodial atau monopodial.
Simpodial berarti tumbuhnya tunas memendek di kanan kiri induk sedangkan
monopodial adalah tumbuhnya tunas memanjang ke suatu arah dan membentuk
rumpun baru.
Bambu juga memiliki karakter tumbuh sangat variatif dan bisa tumbuh pada
tanah yang bervariasi seperti tanah tandus, tanah becek, tanah kering, tanah datar
hingga tanah miring (jurang). Di tanah yang miring (jurang) bambu dapat tumbuh
dengan subur karena rumpunnya mampu menahan bungga tanah (humus) yang
hanyut (Widjaja, et. al. 2004).

2.2. Pemanfaatan
Menurut Berlin dan Rahayu (1995) bambu merupakan tanaman yang
memiliki banyak manfaat bagi kehidupan. Semua bagian tanaman mulai dari akar,
buluh, daun dan rebung dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan:
a) Akar tanaman bambu dapat berfungsi sebagai penahan erosi yang berfungsi
untuk mencegah bahaya banjir. Bambu banyak tumbuh atau ditanam di

4
pinggir sungai atau di tepi jurang, sehingga dinilai mempunyai arti yang
sangat penting dalam pelestarian lingkungan hidup.
b) Buluh bambu adalah bagian yang paling banyak dimanfaatkan untuk
berbagai macam keperluan. Di Indonesia sekitar 80% buluh bambu
dimanfaatkan untuk bidang konstruksi dan selebihnya dimanfaatkan dalam
bentuk lain seperti kerajinan, furniture, chopstick, industri pulp dan kertas
serta keperluan lainnya (Berlian dan Rahayu, 1995). Selanjutnya Idris et. al.
(1994) menambahkan buluh bambu dapat dimanfaatkan untuk komponen
bangunan rumah, sebagai komponen konstruksi jembatan dan pipa saluran
air. Pada bangunan sederhana bambu dapat digunakan sebagai lantai,
dinding, atap maupun langit-langit. Pemanfaatan bambu dapat berupa
bambu utuh berbentuk bulat atau dianyam untuk bahan dinding dan langit-
langit.
c) Daun bambu dapat digunakan untuk pembungkus makanan rinan seperti
wajik. Dalam pengobatan tradisional, daun bambu dapat dimanfaatkan
sebagai ramuan untuk mengobati demam/panas pada anak-anak karena
daun bambu bersifat menurunkan panas.
d) Tunas bambu yang lebih dikenal dengan rebung merupakan kuncup bambu
muda yang muncul dari dalam tanah yang berasal dari akar rhizome maupun
buku-bukunya. Rebung dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan yang
tergolong ke dalam jenis sayur-sayuran. Namun tidak semua jenis bambu
dapat dimanfaatkan rebungnya untuk bahan pangan, karena ada rasanya
yang pahit yang disebabkan oleh HCN yang tinggi. Rebung bambu temen
(G.c robusta Kurz.) adalah rebung yang rasanya paling manis dan memiliki
tekstur yang paling halus. Berlin dan Rahayu (1995) tamanan bambu banyak
pula yang dimanfaatkan sebagai tanaman hias, mulai dari jenis bambu kecil
hingga bambu besar yang banyak ditanam sebagai tanaman pagar di
pekarangan. Menurut Herawati et. al. (2011) bambu banyak dimanfaatkan
oleh masyarakat pedesaan secara luas karena memiliki buluh yang kuat,
lentur, lurus dan ringan sehingga mudah diolah untuk berbagai produk.
Widjaja (2001) menambahkan bahwa bambu juga dapat digunakan dalam
upaya konservasi tanah dan air, karena memiliki sistem perakaran yang

5
banyak sehingga menghasilkan rumpun yang rapat dan mampu mencegah
erosi tanah.

2.3. Filsafat
Filsafat adalah sebuah ilmu yang mencari makna dibalik makna, tidak hanya
sekedar mencari makna yang tersurat, tapi lebih dari itu berusaha mencari makna
yang tersirat. Semua itu berorientasi pada kesimpulan yang bisa
dipertanggungjawabkan kebenarannya secara indra dan pengalaman (empirik), dan
dapat dibuktikan dengan dalil-dalil logika yang rasional. Bila seorang yang berfikir
filosofis artinya ia mencoba untuk mencapai tujuan tertinggi dari filsafat, yaitu
kebijaksanaan (wisdom). Orang yang berpikir kritis dengan cara filsafat juga
merupakan refresentasi nilai-nilai filsafat yang cinta kepada kebijaksanaan, karena
makna harfiah dari filsafat itu sendiri adalah cinta kebijaksanaan (philos=cinta,
sophos=kebijaksanaan). Agar kita bisa mencapai maqom (level) tersebut, maka diri
kita, alam semesta dan segala isinya bisa menjadi media kita untuk mendulang ilmu
pengetahuan dan merengkuh kebijaksanaan.
Objek kajian filsafat ilmu digunakan untuk mengetahui pokok dari
permasalahan dan untuk mengetahui hubungan dari suatu objek dengan obek yang
lain. Objek materi filsafat adalah segala sesuatu yang ada dalam kenyataan, pikiran,
dan kemungkinan. Sedangkan objek formal filsafat adalah menyeluruh secara umum
artinya dalam hal tertentu dianggap benar selama tidak merugikan kedudukan
filsafat sebagai ilmu. Untuk mengetahui posisi empirik sensual, logik, etik, intuisi, dan
empirik transendental alangkah lebih baiknya jika kita mengetahui pengertian
masing-masing dari objek tersebut
a. Empirik sensual
Arti kata empiris secara bahasa adalah berdasarkan pengalaman (terutama
yang diperoleh dari penemuan, percobaan, pengamatan yang telah
dilakukan). Sedangkan sensual berasal dari kata sense yang berarti ‘indra’.
Jadi dapat kita simpulkan bahwa empiri sensual berarti pengalaman yang
berasal dari panca indra atau pengalaman idrawi dan sekaligus
menunjukkan objek kajian filsafat ilmu yang berupa objek yang dapat diindra.
b. Logik

6
Logika berasal dari bahasa Yunani, dari kata sifat "logike" yang berhubungan
dengan kata benda "logos" yang berarti 'perkataan' atau 'kata' sebagai
manifestasi dari pikiran manusia. Dengan demikian terdapatlah suatu jalinan
yang kuat antara pikiran dan kata yang dimanifestasikan dalam bahasa.
Secara etimologis dapatlah diartikan bahwa logika itu adalah ilmu yang
mempelajari pikiran yang dinyatakan dalam bahasa.
c. Etik
Secara bahasa etika berarti ilmu tentang asas-asas akhlak. Sebenarnya
Etika juga merupakan cabang dari filsafat yang membicarakan tentang nilai
baik-buruk. Etika disebut juga Filsafat Moral. Etika membicarakan tentang
pertimbangan-pertimbangan tentang tindakan-tindakan baik buruk, susila
tidak susila dalam hubungan antar manusia.
d. Intuisi
Secara bahasa intuisi berarti gerak hati, bisikan hati; kemampuan
mengetahui (memahami) sesuatu tanpa dipikir. Maksudnya adalah bahwa
manusia memiliki gerak hati atau disebut hati nurani. Gerak hati mampu
membuat manusia melihat secara langsung suatu perkara benar atau salah,
jahat atau baik, buruk atau baik secara moral. Intuisi adalah daya atau
kemampuan mengetahui atau memahami sesuatu tanpa dipikirkan atau
dipelajari; bisikan hati; gerak hati.
e. Empirik transendental
Transenden berarti diluar segala kesanggupan manusia; luar biasa; utama.
Sedangkan transendental berarti menonjolkan hal-hal yang bersifat
kerohanian; sukar dipahami; gaib; abstrak. Kemampuan manusia terbatas
dalam memahami hakekat dunia, tetapi keterbatasan ini dikemukakan Kant
lewat teori kritiknya, yaitu; usaha-usaha untuk meninjau batas-batas
pengetahuan manusia lewat realitas. Menurutnya realitas memiliki hal
empirik dan transendental. Sesuatu yang transendental adalah sesuatu yang
pasti kebenarannya, sehingga ia bersifat laten dan harus diterima tanpa ada
kritikan. Oleh karena itu ia berada diluar tapal batas pengetahuan manusia,
yang oleh Khan disebut noumena. Akan tetapi yang transendental itu
memiliki refleksi empirik, yaitu apa yang nampak sebagai citra dari noumena
dan dapat diketahui manusia sebagai fenomena

7
BAB III
PEMBAHASAN

Keluhuran nilai yang ditampilkan oleh bambu ternyata tak hanya lewat
pitutur-pitutur lirih yang hanya dapat dilihat dengan mata batin yang tajam, tetapi
juga disertai semangat tinggi seperti ketika bambu dipergunakan untuk senjata
dalam perjuangan beberapa bangsa di Asia Tenggara. Pitutur-pitutur lirih itu juga
disertai alunan merdu dari kulintang, seruling bambu, dan angklung yang tercipta
dari batang bambu yang berongga. Ketika kegelapan menyergap, bambu juga
menyediakan tempat untuk menerangi pelita yang biasa disebut obor oleh
penggunanya. Sehingga, tak ada lagi alasan untuk mengutuk kegelapan. Nyalakan
obor bambu sebagai penerang dan terus belajar untuk meningkatkan kulitas diri.
Sifat-sifat baik dan keunggulan bambu dibandingkan tanaman lainnya
menjadi spirit dan semboyan hidup bagi masyarakat Bali. Semasa kecilnya tumbuh
tegak tetapi, saat tua akan menunduk. Ini lambang sebuah filosofi Hindu yang selalu
menjaga sopan santun. Filosofi lain dari bambu adalah sifatnya yang semakin lama
semakin kuat, baik batang maupun akarnya, yang membentuk kesatuan rumpun.
Bambu juga tidak membutuhkan pemeliharaan yang sangat intensif sehingga bisa
tumbuh di mana saja. Bahkan dari segi kegunaan, hampir setiap bagian bambu
berguna.
Secara budaya masyarakat Bali mempelajari dan meniru karakter bambu dan
menjadikannya simbol seperti rasa hormat kepada leluhur (karena tumbuh pesat dan
tingginya bisa sampai dengan melebihi tebing), simbol kebersamaan dan kekuatan
komunal dalam masyarakat, sokong menyokong, bagai aur dengan tebing (karena
tumbuhnya yang bergerombol dan tidak saling mengganggu).
Seorang filosof Cina, Lao Tse, juga pernah berkata mengenai pohon bambu,
“Sekalipun bambu meliuk diterpa angin, namun dia tetap mempunyai pegangan,
akar yang kuat menghunjam tanah. Sehingga ia tidak mudah roboh”. Begitu banyak
intisari kehidupan yang dituturkan oleh bambu. Begitu banyak pula simbul yang
dibuat orang dari berbagai negara untuk mengabadikan ajaran-ajaran Tuhan. Di
China, bambu menjadi simbol umur panjang, di India menjadi simbol persahabatan,
di Vietnam bambu dijadikan simbol kerja keras, optimisme kesatuan, dan
kemampuan adaptasi. Vietnam bahkan mengabadikan pelajaran berharga dari

8
sebatang bambu ini dengan sebuah peribahasa: ”Ketika bambu tua, maka tunas
baru akan muncul”. Ini berarti bahwa bangsa Vietnam tak akan pernah binasa, ketika
generasi tua mati, maka muncul generasi yang lebih muda untuk menggantikannya.
Untuk lebih memahai filosofi bambu yang dapat dijadikan pelajaran untuk
kehidupan manusia dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Akar sebagai pondasi


Sebelum tumbuh, dalam kurun waktu sampai tiga tahun akar bambu lebih dulu
menguatkan dirinya. Pertumbuhan bambu baru terlihat secara signifikan setelah
empat tahun dengan akar-akarnya yang juga tumbuh subur. Pada tahun kelima
setelah pertumbuhan akarnya selesai, barulah batang bambu akan muncul.
Proses kehidupan pohon bambu mengandung arti filosofis buat manusia yakni
betapa pondasi yang kuat sangat diperlukan untuk menyiapkan diri dalam
mengarungi perjalanan hidup. Pondasi yang kuat melalui pembelajaran dan
berbagi pengalaman dari orang lain sangat diperlukan agar bisa tahan terhadap
godaan dan masalah-masalah yang akan dihadapi.

b. Karakter pohon bambu


Dari klasifikasinya, bambu tergolong dalam tanaman rumput tapi bambu adalah
rumput spektakuler. Tingginya terentang dari 30 cm sampai 30 meter. Ia sebuah
tanaman rumput yang unik. Meskipun berlatar tanaman rumput, bambu menjadi
beda lantaran karakternya. Kegunaan dan caranya bambu mengekspresikan
dirinya menjadikan bambu sebagai rumput yang berbeda. Dalam kehidupan,
latar belakang kita sebenarnya bukanlah penentu. Tetapi, bagaimana kita
berupaya mengekpresikan potensi diri, tidak peduli latar belakang yang ada.
Itulah yang akhirnya, membuat kita menjadi pribadi yang luar biasa.

c. Fleksibilitas
Selain karena akar yang kuat, batangnya juga mampu bergoyang bersama
angin. Dalam cuaca buruk dan angin kencang, pohon bambu bisa bergoyang
dan mengeluarkan desis suara mengikuti irama angin. Sementara pohon-pohon
lain yang memiliki batang lebih besar, justru tidak kuat menghadapi ganasnya
angin. Inilah yang disebut fleksibilitas.

9
Fleksibilitas atau kelenturan bambu mengajari manusia bagaimana mampu
beradaptasi pada lingkungan yang ekstrim sekaligus. Saat arus masalah
datang, kita perlu bersikap lentur tidak menentang atau hanyut atau bahkan lari
darinya. Dalam kehidupan kita pun fleksibilitas sangat diperlukan untuk
kerukunan dan kebersamaan kita dalam bermasyarakat.

d. Tanaman yang rendah hati


Bambu adalah tanaman yang memang serba guna. Semasa kecilnya, saat
masih mudah tegak. Tapi, saat tua akan menunduk. Ini lambang sebuah filosofi
Hindu yang selalu menjaga sopan santun.

e. Semakin lama semakin kuat


Filosofi lain dari bambu adalah sifatnya yang semakin lama semakin kuat, baik
batang maupun akarnya, yang membentuk kesatuan rumpun. Bambu juga tidak
membutuhkan pemeliharaan yang sangat intensif sehingga bisa tumbuh di
mana saja.

f. Kemanfaatan pohon bambu


Tidak disangsikan lagi bahwa bambu adalah pohon yang serba guna, dimulai
dari akar, batang, dahan dan daunnya juga bisa dimanfaatkan oleh
manusia. Akarnya, dikarenakan memiliki sistem perakaran serabut dengan akar
rimpang yang kuat, memungkinkan tanaman bambu dapat menjaga sistem
hidrologis sebagai pengikat tanah dan air, sehingga dapat digunakan sebagai
tanaman konservasi. Kemudian batangnya, untuk batang bambu muda bisa
dijadikan masakan khas dengan cita rasa tinggi. Bahkan di beberapa daerah
menjadi makanan mahal. Selain itu batang bambu juga bisa digunakan sebagai
bahan bangunan dan biasa juga dijadikan sebagai bahan baku untuk kerajinan
tangan. Diberbagai buku-buku herbal, daun bambu bisa dijadikan obat dan alat
pembungkus kue. Dipercaya juga bahwa daun bambu mampu mengobati batuk,
haus, dahak, radang tenggorokan, dan menghilangkan rasa panas.

10
g. Kebersamaan
Umumnya pohon bambu selalu bersama atau rumpun, jarang sekali kita melihat
pohon bambu berdiri sendiri seperti pohon kelapa kecuali kalau ditebang.
Kebersamaan inilah yang membuat pohon bambu memiliki akar yang sangat
kuat dan kelenturan yang luar biasa. Ini menunjukan bahwa kebersamaan
membuat kita menjadi kuat seperti semboyan kita “bersatu kita teguh bercerai
kita runtuh”.

h. Pohon bambu seperti keluarga


Kerumpunan dari pohon bambu adalah satu kesatuan atau keluarga. Para
pengerajin bambu menyakini bahwa ketika tunas bambu muncul maka induknya
memberi makan atau “menyusui” tunas bambu tersebut, ketika induknya
ditebang maka tunas bambu tersebut tidak akan tumbuh lagi alias mati.
Khususnya pengrajin angklung memiliki waktu yang tepat untuk menebang
pohon bambu supaya kehidupan pohon bambu yang lain khususnya tunas
bambu terus berkesinambungan dan juga supaya jauh dari serangan rayap.

i. Kuat diterpa rintangan


Ketika pohon bambu ditiup angin kencang, dia akan merunduk. Setelah angin
berlalu, dia akan tegak kembali. Seperti perjalanan hidup seorang manusia,
pastilah tidak lepas dari cobaan dan rintangan. Jadilah seperti pohon bambu.
Yakinlah bahwa cobaan dan rintangan itu akan berlalu. Setelah itu segeralah
bangkit dan berdiri tegak, seperti pohon bambu yang kembali tegak setelah
angin berlalu. Konon, setelah Hiroshima & Nagasaki dibom, bambu adalah
pohon yang pertama kali tumbuh. Ini menunjukkan tentang betapa pentingnya
untuk selalu bangkit dari keterpurukan dan kehancuran. Bambu telah
membuktikan hal itu.

j. Ikhlas, bersyukur dan sabar


Filosofi bambu dijadikan sebuah simbol untuk mengajarkan nilai-nilai moral yang
baik. Dalam falsafah kuno, filosofi bambu disesuaikan dengan unsur sentral
kebudayaan yaitu rela (ikhlas), nerima (bersyukur), dan sabar. Rela atau ikhlas
berarti kesediaan menyerahkan segala milik, kemampuan, dan hasil karya

11
kepada Tuhan. Bersyukur berarti merasa puas dengan nasib dan kewajiban
yang telah ada, tidak memberontak tetapi mengucapkan terima kasih. Sabar
menunjukkan ketiadaan hasrat, ketiadaan ketaksabaran, ketiadaan nafsu yang
bergolak.

k. Bambu juga dapat disimbolkan sebagai sebuah siklus hidup manusia


Setelah tunas tumbuh lalu keluarlah rebung, ini mengajarkan bagaimana kita
perlu proses untuk menjadi lebih baik, dengan kesabaran, ketekunan, kegigihan
dalam berusaha itulah yang akan menjadi pintu kesuksesan seseorang, yah
walaupun mungkin standar kesuksesan berbeda setiap orang, tapi itu bisa
mengajarkan kita bagaimana cara berproses, hidup bukan sesuatu yang instan
tapi dia berproses, tinggal bagaimana kita bisa menjadikan proses ini menjadi
lebih berguna bagi kita semua.

l. Kemampuan bambu untuk tumbuh


Kemampuan bambu untuk tumbuh ditempat yang sulit menyebabkan bambu
tersebar dalam area yang sangat luas dari kawasan yang terbentang diantara
50 derajat lintang utara dan 47 derajad lintang selatan. Penyebaran yang luas
memungkinkan banyak sekali penggunaan bambu untuk tujuan yang berbeda,
sumpit di kawasan Asia Timur seperti jepang dan korea, bahan anyaman untuk
wadah, perangkap ikan, sampai alat musik dan obor penerangan, ini
mengajarkan kita bahwa dimanapun kita berada, dimana bumi dipijak,
senantiasa memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi lingkungan sekitar kita,
sesulit apapun keadaan, tak ada kata menyerah untuk terus tumbuh, tak ada
alasan untuk berlama-lama terpendam dalam keterbatasan, karena
bagaimanapun pertumbuhan demi pertumbuhan harus diawali dari kemampuan
untuk mempertahankan diri dalam kondisi yang paling sulit sekalipun

12
BAB IV
KESIMPULAN

Filosofi bambu dijadikan sebuah simbol untuk mengajarkan nilai-nilai moral


yang baik. Filosofi bambu disesuaikan dengan unsur sentral kebudayaan yaitu
perlunya pondasi ahlak dan moral yang baik dalam mencari dan menggunakan ilmu
pengetahuan yang dimiliki. Memiliki karakter yang baik, rendah hati dan fleksibel
dalam pergaulan. Selalu kuat didalam menghadapi berbagai ancaman dan
hambatan. Bermanfaat bagi sesama, selalu memupuk jiwa kebersamaan yang
penuh dengan rasa kekeluargaan. Gigih, ikhlas, sabar dan senantiasa bersyukur
atas karunia yang telah diberikan.
Seperti kutipan filosof Cina, Lao Tse, “Sekalipun bambu meliuk diterpa angin,
namun dia tetap mempunyai pegangan, akar yang kuat menghunjam tanah.
Sehingga ia tidak mudah roboh”. Begitu banyak intisari kehidupan yang dituturkan
oleh bambu. Begitu banyak pula simbul yang dibuat orang dari berbagai negara
untuk mengabadikan ajaran-ajaran Tuhan. Jangan pernah menyesali hidup ini
sekalipun itu hanya untuk satu hari. Hari-hari yang baik memberikan kebahagiaan,
hari-hari yang kurang baik memberi pengalaman, kedua-duanya memberi arti bagi
kehidupan ini. Kadang kala kita sering gagal dalam melakukan segala sesuatu,
ingatlah No one is perfect, jadi janganlah menyerah dan putus asa karena kegagalan
yang kita alami ibarat sedang menumbuhkan akar-akar yang kuat agar suatu hari
dapat tumbuh setinggi-tingginya.
Dalam mengantisipasi tantangan dan perkembangan Bali kedepan hendaknya
filosofi bambu ini menjadi pegangan hidup generasi muda Bali agar senantiasa tetap
menjaga warisan budaya lokal dan selalu bersatu memupuk jiwa kebersamaan
(Kolaborasi Internal) serta tetap semangat mengembangkan diri untuk menghadapi
tantangan global (Kompetisi eksternal) untuk mewujudkan Bali Shanti Jagadhita.

13
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015. Bali Dalam Angka 2015, Badan Pusat Statistik, Denpasar

Berlian, N. dan Rahayu, E. 1995. Jenis Dan Prospek Bisnis Bambu. Penebar
Swadaya. Jakarta

Endraswara, Suwardi. 2003. Falsafah Hidup Jawa, Yogyakarta, Cakrawala.

Haris, Abdul. 2008. Pengujian Sifat Fisis Dan Mekanis Buluh Bambu Sebagai Bahan
Konstruksi Menggunakan Iso 22157-1: 2004. Departemen Hasil Hutan Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor

http://www.naqsdna.com/2011/08/berguru-pada-bambu.html diakses tanggal 15


November 2016.

http://peron-sabilunnaja.blogspot.co.id/2009/11/filosofi-bambu.html diakses tanggal


15 November 2016.

Suseno, SJ., Franz Magnis. 1984. Etika Jawa. Jakarta. Gramedia.

Widjaja, E. A. 2001. Identifikasi Jenis-Jenis Bambu di Kepulauan Sunda Kecil.


Puslitbang LIPI. Bogor.

14

Anda mungkin juga menyukai