Anda di halaman 1dari 10

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS TADULAKO FAKULTAS TEKNIK


JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEOLOGI
KAMPUS BUMI TADULAKO TONDO, TELEPON 0451-422611 Fax 0451-422844 PALU

LEMBAR KERJA
PRAKTIKUM METODE GEOLOGI LAPANGAN
ACARA KE- / MODUL : 8

I. TUJUAN PRAKTIKUM :
1.1 Mengetahui dan membuat pengukuran penampang stratigrafi
1.2 Untuk menentukan urutan stratigrafis batuan
1.3 Mengetahui kondisi sruktur geologi
1.4 Dapat menujukkan lingkungan pengendapan dan perubahan lingkungan pengendapan.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Stratigrafi merupakan salah satu cabang dari ilmu geologi, yang berasal dari bahasa
Latin, Strata (perlapisan, hamparan) dan Grafia (memerikan, menggambarkan). Jadi
pengertian stratigrafi yaitu suatu ilmu yang mempelajari tentang lapisan-lapisan batuan serta
hubungan lapisan batuan itu dengan lapisan batuan yang lainnya yang bertujuan untuk
mendapatkan pengetahuan tentang sejarah bumi. Stratigrafi berasal dari kata strata (stratum)
yang berarti lapisan (tersebar) yang berhubungan dengan batuan, dan grafi (graphic) yang
berarti gambaran atau urut-urutan lapisan, komposisi dan umur relatif serta distribusi lapisan
tanah dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk menjelaskan sejarah bumi. Dari hasil
perbandingan atau korelasi antar lapisan yang berbeda dapat dikembangkan lebih lanjut studi
mengenai litologi (litostratigrafi), kandungan fosil (biostratigrafi), dan umur relatif maupun
absolutnya (kronostratigrafi). Jadi stratigrafi adalah ilmu yang mempelajari gambaran lapisan
batuan pada kulit bumi. Secara luas stratigrafi merupakan salah satu cabang ilmu geologi
yang membahas tentang urut-urutan, hubungan dan kejadian batuan di alam (sejarahnya)
dalam ruang dan waktu geologi.
Ilmu stratigrafi muncul di britania raya pada abad ke-19. Perintisnya adalah William
Smith. Kala itu diamati bahwa beberapa lapisan tanah muncul pada urutan yang sama
(superposisi). Kemudian ditarik kesimpulan bahwa lapisan tanah yang terendah merupakan
lapisan yang tertua, dengan beberapa pengecualian. Karena banyak lapisan tanah merupakan
kesinambungan yang utuh ke tempat yang berbeda-beda maka bisa dibuat perbandingan pada
sebuah daerah yang luas. Setelah beberapa waktu, ada sebuah sistem umum periode-periode
geologi yang umum dipakai meski belum ada penamaan waktunya.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS TADULAKO FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEOLOGI
KAMPUS BUMI TADULAKO TONDO, TELEPON 0451-422611 Fax 0451-422844 PALU

Pengukuran stratigrafi merupakan salah satu pekerjaan yang biasa dilakukan dalam
pemetaan geologi lapangan. Adapun pekerjaan pengukuran stratigrafi dimaksudkan untuk
memperoleh gambaran yang terperinci dari hubungan stratigrafi antar setiap perlapisan
batuan / satuan batuan, ketebalan setiap satuan stratigrafi, sejarah sedimentasi secara vertikal
dan lingkungan pengendapan dari setiap satuan batuan. Di lapangan, pengukuran stratigrafi
biasanya dilakukan dengan menggunakan tali meteran dan kompas pada singkapan-singkapan
yang menerus dalam suatu lintasan. Pengukuran diusahakan tegak lurus dengan jurus
perlapisan batuannya, sehingga koreksi sudut antara jalur pengukuran dan arah jurus
perlapisan tidak begitu besar.

2.1 Prinsip Stratigrafi


Ada beberapa prinsip dasar yang berlaku didalam pembahasan mengenai stratigrafi,
yaitu:
1. Hukum atau prinsip yang dikemukakan oleh Steno (1669), terdiri dari :
 Prinsip Superposisi (Superposition Of Strata)
Didalam suatu urutan perlapisan batuan maka lapisan paling bawah relatif
lebih tua umurnya daripada lapisan yang berada diatasnya selama belum mengalami
deformasi. Konsep ini berlaku untuk perlapisan berurutan
 Prinsip Kesinambungan Lateral (Lateral Continuity)
Lapisan yang diendapkan oleh pada masa cekungan itu terbentuk.
 Prinsip Akumulasi Vertikal (Original Horisontaly)
Lapisan sedimen pada mulanya diendapkan dalam keadaan mendatar
(horizontal), sedangkan akumulasi pengendapannya terjadi secara vertikal (principle
of vertikal accumulation.

2. Hukum yang ditemukan oleh James Hutton (1785)


Hukum atau prinsip ini lebih dikenal dengan azas uniformitarisme, yaitu proses-
proses yang terjadi pada masa lampau mengikuti hukum yang berlaku pada proses-proses
yang terjadi sekarang, atau dengan kata lain “masa kini merupakan kunci dari masa lampau”
(the present is the key to the past). Maksudnya adalah bahwa proses-proses geologi alam
yang terlihat sekarang ini dipergunakan sebagai dasar pembahasan proses geologi masa
lampau.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS TADULAKO FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEOLOGI
KAMPUS BUMI TADULAKO TONDO, TELEPON 0451-422611 Fax 0451-422844 PALU

3. Hukum Intruksi/Penerobosan (Cross Cutting Relationship) oleh AWR Potter dan Robinson
Suatu intrusi (penerobosan) adalah lebih muda daripada batuan yang diterobosnya.
4. Hukum Urutan Fauna (Law of Fauna Succession) oleh De Soulovie
Dalam urut-urutan batuan sedimen sekelompok lapisan dapat mengandung kumpulan
fosil tertentu dengan sekelompok lapisan di atas maupun di bawahnya
5. Prinsip William Smith (1816)
Urutan lapisan sedimen dapat dilacak (secara lateral) dengan mengenali kumpulan
fosil yang didiagnostik, jika kriteria litologinya tidak menentu.
6. Prinsip kepunahan organik oleh George Cuvier (1769-1832)
Dalam suatu urutan stratigrafi, lapisan batuan yang lebih muda mengandung fosil
yang mirip dengan makhluk yang hidup sekarang dibandingkan dengan lapisan batuan yang
umurnya lebih tua.

2.2 Metoda Pengukuran Stratigrafi


Pengukuran stratigrafi dimaksudkan untuk memperoleh gambaran terperinci urut-
urutan perlapisan satuan stratigrafi, ketebalan setiap satuan stratigrafi, hubungan stratigrafi,
sejarah sedimentasi dalam arah vertikal, dan lingkungan pengendapan. Mengukur suatu
penampang stratigrafi dari singkapan mempunyai arti penting dalam penelitian geologi.
Secara umum tujuan pengukuran stratigrafi adalah:
a) Mendapatkan data litologi terperinci dari urut-urutan perlapisan suatu satuan stratigrafi
(formasi), kelompok, anggota dan sebagainya.
b) Mendapatkan ketebalan yang teliti dari tiap-tiap satuan stratigrafi
c) Untuk mendapatkan dan mempelajari hubungan stratigrafi antar satuan batuan dan urut-
urutan sedimentasi dalam arah vertikal secara detil, untuk menafsirkan
lingkunganpengendapan.Pengukuran stratigrafi biasanya dilakukan terhadap singkapan
singkapan yang menerus, terutama yang meliputi satu atau lebih satuan satuan stratigrafi
yang resmi. Metoda pengukuran penampang stratigrafi banyak sekali ragamnya. Namun
demikian metoda yang paling umum dan sering dilakukan di lapangan adalah dengan
menggunakan pita ukur dan kompas. Metoda ini diterapkan terhadap singkapan yang
menerus atau sejumlah singkapan-singkapan yang dapat disusun menjadi suatupenampang
stratigrafi.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS TADULAKO FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEOLOGI
KAMPUS BUMI TADULAKO TONDO, TELEPON 0451-422611 Fax 0451-422844 PALU

Metoda pengukuran stratigrafi dilakukan dalam tahapan sebagai berikut:


1) Menyiapkan peralatan untuk pengukuran stratigrafi, antara lain: pita ukur (± 25 meter),
kompas, tripot (optional), kaca pembesar (loupe), buku catatan lapangan, tongkat kayu
sebagai alat bantu.
2) Menentukan jalur lintasan yang akan dilalui dalam pengukuran stratigrafi, jalur lintasan
ditandai dengan huruf B (Bottom) adalah mewakili bagian Bawah sedangkan huruf T
(Top) mewakili bagian atas
3) Tentukan satuan-satuan litologi yang akan diukur. Berilah patok-patok atau tanda lainnya
pada batas-batas satuan litologinya.
4) Pengukuran stratigrafi di lapangan dapat dimulai dari bagian bawah atau atas. Unsur-unsur
yang diukur dalam pengukuran stratigrafi adalah: arah lintasan (mulai dari sta.1 ke sta.2;
sta.2 ke sta.3. dst.nya), sudut lereng (apabila pengukuran di lintasan yang berbukit), jarak
antar station pengukuran, kedudukan lapisan batuan, dan pengukuran unsur-unsur geologi
lainnya.5) Jika jurus dan kemiringan dari tiap satuan berubah rubah sepanjang
penampang, sebaiknya pengukuran jurus dan kemiringan dilakukan pada alas dan atap dari
satuan ini dan dalam perhitungan dipergunakan rata-ratanya.
6) Membuat catatan hasil pengamatan disepanjang lintasan pengkuran stratigrafi yang meliputi
semua jenis batuan yang dijumpai pada lintasan tersebut, yaitu: jenis batuan, keadaa
nperlapisan, ketebalan setiap lapisan batuan, struktur sedimen (bila ada), dan unsur-unsur
geologi lainnya yang dianggap perlu. Jika ada sisipan, tentukan jaraknya dari atas satuan.
7) Data hasil pengukuran stratigrafi kemudian disajikan diatas kertas setelah melaluiproses
perhitungan dan koreksi-koreksi yang kemudian digambarkan dengan skala tertentu dan
data singkapan yang ada disepanjang lintasan di-plot-kan dengan memakai simbol-simbol
geologi standar.
8) Untuk penggambaran dalam bentuk kolom stratigrafi, perlu dilakukan terlebih
dahulukoreksi-koreksi antara lain koreksi sudut antara arah lintasan dengan jurus
kemiringan lapisan, koreksi kemiringan lereng (apabila pengukuran di lintasan yang
berbukit), perhitungan ketebalan setiap lapisan batuan dsb.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS TADULAKO FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEOLOGI
KAMPUS BUMI TADULAKO TONDO, TELEPON 0451-422611 Fax 0451-422844 PALU

2.3 Unsur- unsur Stratigrafi


Stratigrafi terdiri dari beberapa elemen penyusun, yaitu :
1. Elemen Batuan, pada stratigrafi batuan yang lebih diperdalam untuk dipelajari
adalah batuan sedimen, karena batuan ini memiliki perlapisan, terkadang batuan beku
dan metamorf juga dipelajari dalam kapasitas yang sedikit.
2. Unsur Perlapisan (Waktu), merupakan salah satu sifat batuan sedimen yang
disebabkan oleh proses pengendapan sehingga menghasilkan bidang batas antara
lapisan satu dengan yang lainnya yang merepresentasikan perbedaan waktu/periode
pengendapan.

Gambar Perlapisan

Bidang perlapisan merupakan hasil dari suatu proses sedimentasi yang berupa:
 Berhentinya suatu pengendapan sedimen dan kemudian dilanjutkan oleh pengendapan
sedimen yang lain.
 Perubahan warna material batuan yang diendapkan.
 Perubahan tekstur batuan (misalnya perubahan ukuran dan bentuk butir).
 Perubahan struktur sedimen dari satu lapisan ke lapisan lainnya.
 Perubahan kandungan material dalam tiap lapisan (komposisi mineral, kandungan
fosil, dll).
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS TADULAKO FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEOLOGI
KAMPUS BUMI TADULAKO TONDO, TELEPON 0451-422611 Fax 0451-422844 PALU

Pada suatu bidang perlapisan, terdapat bidang batas antara satu lapisan dengan lapisan yang
lain. Bidang batas itu disebut sebagai kontak antar lapisan.
Terdapat dua macam kontak antar lapisan, yaitu :
 Kontak Tajam, yaitu kontak antara lapisan satu dengan lainnya yang menunjukkan
perbedaan sifat fisik yang sangat mencolok sehingga dapat dengan mudah diamati
perbedaannya antara satu lapisan dengan lapisan lain. Perbedaan mencolok tersebut
salah satu contohnya berupa perubahan litologi.
 Kontak Berangsur, merupakan kontak lapisan yang perubahannya bergradasi sehingga
batas kedua lapisan tidak jelas dan untuk menentukannya mempergunakan cara–cara
tertentu. Terdapat dua jenis kontak berangsur, yaitu :
1. Kontak Progradasi
2. Kontak Interkalasi
 Kontak erosional, merupakan kontak antar lapisan dengan kenampakan bidang
perlapisan yang tergerus/tererosi baik oleh arus maupun oleh material yang terbawa
oleh arus. Untuk skala yang lebih luas, kontak antar formasi ataupun antar satuan
batuan yang memiliki karakteristik yang sama, dikenal dengan istilah hubungan
stratigrafi. Kontak / hubungan stratigrafi ini terdiri dari dua jenis, yaitu kontak selaras
dan kontak tidak selaras.
 Kontak Selaras atau disebut Conformity yaitu kontak yang terjadi antara dua lapisan
yang sejajar dengan volume interupsi pengendapan yang kecil atau tidak ada sama
sekali. Jenis kontak ini terbagi dua, yaitu kontak tajam dan kontak berangsur.
 Kontak Lapisan Tidak Selaras atau disebut Unconformity yaitu merupakan suatu
bidang ketidakselarasan antar lapisan. Terdapat empat macam bidang
ketidakselarasan, yaitu:
a. Angular Unconformity, disebut juga ketidakselarasan sudut, merupakan
ketidakselarasan yang kenampakannya menunjukan suatu lapisan yang telah
terlipatkan dan tererosi, kemudian di atas lapisan tersebut diendapkan lapisan
lain.
b. Disconformity, kenampakannya berupa suatu lapisan yang telah tererosi dan di
atas bidang erosi tersebut diendapkan lapisan lain.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS TADULAKO FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEOLOGI
KAMPUS BUMI TADULAKO TONDO, TELEPON 0451-422611 Fax 0451-422844 PALU

c. Paraconformity, disebut juga keselarasan semu, yang menunjukkan suatu


lapisan di atas dan di bawahnya yang sejajar, dibidang ketidakselarasannya
tidak terdapat tanda-tanda fisik untuk membedakan bidang sentuh dua lapisan
berbeda. Untuk menentukan perbedaannya harus dilakukan analisis
Paleontologi (dengan memakai kisaran umur fosil).
d. Nonconformity, merupakan ketidakselarasan yang yang terjadi dimana
terdapat kontak jelas antara batuan beku, batuan sedimen dan batuan
metamorf.

Gambar Angular Unconformity

Gambar Disconformity

Gambar Paraconformity
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS TADULAKO FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEOLOGI
KAMPUS BUMI TADULAKO TONDO, TELEPON 0451-422611 Fax 0451-422844 PALU

III. METODOLOGI PENGUKURAN PENAMPANG STRATIGRAFI


3.1 Alat dan bahan
a. Palu batuan sedimen
b. GPS
c. Kompas
d. Roll Meter
e. Pita ukur
f. Kolom stratigrafi
g. Kantong sampel
h. HCl
i. Loupe
j. Pensil warna
k.
3.2 Prosedur Kerja
a. Siapkan alat dan bahan
b. Kemudian, hitung semua setiap lapisan pada singkapan, hitung slope, azimuth.
c. Deskripsi batuan
d. Amati beberapa singkapan jika memiliki fosil, maka segara ambil kantong
sampel utuk diayak, agar dapat menentukan umur batuan
e. Setiap berada di stasiun jangan lupa batuan itu di teteskan dengan HCl, apabila
batuan itu bereaksi maka batuan itu mengandug karbonat.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS TADULAKO FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEOLOGI
KAMPUS BUMI TADULAKO TONDO, TELEPON 0451-422611 Fax 0451-422844 PALU

V. Kesimpulan Dan Saran


5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan di lapangan kita dapat membuat perhitungan pengukuran
stratigrafi berdasarkan urutan-urutan batuan dilapangan dan identifikasi keberadaan fosil
dan struktur sedimennya dengan cara mengkur setiap perlapisan yang ada di lapangan.
5.2 Saran
Dalam melakukan pengkuran stratigrafi dilapangan harus dengan teliti dalam
pengamatannya sehingga susunan batuannya tidak terbalik dari umur yang tua sampai
muda. Pengukuran stratigrafi harus di amati dengan teliti agar lapisan setian susunan
batuannya jelas dan mudah di identifikasi.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS TADULAKO FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEOLOGI
KAMPUS BUMI TADULAKO TONDO, TELEPON 0451-422611 Fax 0451-422844 PALU

IV. PEMBAHASAN

Anda mungkin juga menyukai