Anda di halaman 1dari 14

wffiffiffiwffiffiwffi

wffiffiffiffi%ffiK&ffi
wffiffiffiffi ffiKffiffi ffi@

(?
Fakultas Kedokteran Gigi
U n iversitas Padjadjaran

6-T September 2013


PROSIDING TEMU ILMIAH
FORUM DIES 54

Diterbitkan pertama kali oleh LSK| untuf Panitia Forum Dies 54


Faku ltas Kedokteran Gigi Universitas padjadjaran

Bandung, Septembe r ZO13

Penyunting Artette Suzy Puspa Fertiwi, Amatia, Atwin Kasim, Kosterman Usri, Etih,
Gantini Subrata, Mnny Yohana, Dudi Arifin, Susi, Fitriana Saii, Ria
Noerianingsih
Setting Siti Mariam
Pracetok Percetakan Sono Offset
Hak Cipta @ 2013 Pada panitia Forum Dies 54
rsBN 978 979 25 9922 0

Dilarang mereproduksi termasuk memfotokopi sebagian atau seluruh


isi buku ini dengan cara serta tujuan apapun tanpa izin tertulis dari
penerbit

Perpustakaan Nasional: Katatog Datam Terbitan (KDT)

Prosiding Temu ltmiah Forum Dies S4lpenyunting: Arlette suzy puspa...


(et at.). " Bandung : LSKI (Lembaga studi Kesehatan Indonesia) 2013
xii + 633 hlm; 21 cm

f58N 978 979 25 9927A

1. Kedokteran Gigi.
f. Puspa, Artette 617.63

Untuk pembuatan prosiding/jurnat hubungi :


tski@ptasa.com / dentamedia@gmait.com

1..-
Daftar lsi
MANA'EMEN KETERLIBATAN FURKASI 1-8
(cURRENT REVTEW)
Aldilla Miranda, Dede Hadidjah r

TEKNIK MELEPASAKAN MAHKOTA DAN JEMBATAN YANG TELAH DISEMEN .

TETAP
9-15
(Removat Technics Of Permanently Cemented Crown And Bridge)
Aprillia Adenan, Vita Mulya Passa Novianti
KARAKTERISTIK,INSIDENSI, SERTA PENATALAKSANAAN FRAKTUR
MAKSILOFASIAL PADA ANAK DI RUMAH SAKIT DR. HASAN SADIKIN
(Characteristics, incidence and treatment of pediatric maxillofacial
fractures in Dr. Hasan Sadikin Hospital)
Elliza Fitrianal, Endang Syamsudin2rFathurrahman3
PERAWATAN SALURAN AKAR SATU KALI KUNJUNGAN PADA GIGI KANINUS
KIRI RAHANG BAWAH DENGAN DIAGNOSIS PULPITIS REVERSIBEL
22'29
(Single Visit Endodontic On Lower Left Canine With Reversible Pulpitis)
(cAsE REPORT)
Dian Soraya Tanjung*, Milly Armilia**
NANOTEKNOLOGI: PENGETAHUAN BARU DI BIDANG KEDOKTERAN GIGI 30.37
(Nanotechnologies: A Novel Science In Dentistry)
Gantini SubratarVita Mulya Passa Novianti, Hasna Dziab
PERBEDAAN KEHILANGAN PERLEKATAN KLINIS PADA PEROKOK DAN 38.43
BUKAN PEROKOK
(Clinical Attachment Loss Difference In Smokers And Nonsmokers)
Agus Susanto, Ina Hendiani, Yanti Rusyanti, Ira Komara, Amaliya
TINDAKAN PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI PADA MASA PRA
KEHAMII.AN 44.49
(Dental Health Carep. actices Before Pregnancy)
Anne Agustina Suwargiani*. Netty Suryani*. Asty Samiaty Setiawan*
PERAWATAN CROWDING ANTERIOR 50.57
(Treatment Of Anterior Crowding)
Deni Sumantri Ll, Endah Mardiatiz
KARSINOMA SEL SKUAMOSA PADA BIBIR BAWAH DAN REKONSTRUKSINYA
MENGGUNAKAN Fl-Ap MUSCULOCUTANEUS PECTORALIS SQUAMOUS CELL 58-65
CARCINOMA OF LOWER LIP AND MUSCULOCUTANEUS PECTORALIS FLAP
RECONSTRUCTION
Indah Amisani*, Borman Sumaji*, Raden Yohana*
EVALUASI INFEKSI ODONTOGENIK DENGAN SEVERIW SCORE FLYNN
DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG 66-72
* (Evaluation of Odontogenic Infections with Severity Score Of Flynn In
Hasan Sadikin General HosPital )
Henky Lauda*, Agus Nurwiadh**, Kiki A. Rizki***
PERAWATAN ENDODONTIK SATU
KALI KUNJUNGAN PADA GIGI PREMOLAR
ATAS DENGAN MENGGUNAKAN
ROTARY INSTRUMENT
ONE VISIT ENDODONTIC TREATMENT
A 'MAXILLARY
OF 'r r^n'LL't..r .-'.E''t(
PREMOLAR WITH
RorARy TN'TR,MENT
334-347
Sheena Lionie, Dudi Aripin
PERBAIKAN ESTETIK GIGI INSISIF
SENTRAL KANAN ATAS MENGGUNAKAN
RESTORASI KOMPOSIT DIREK
Corry Jusufl, Taofik Hidayat2
342-350
EFEKTIVITASNANO-FILLER SELF.ADHESIVE
TERHADAP SIKMR DALAM ASAII,I
LIGHT CURED COATING
SITRAT PH 3
C. l r. Nugrohowatil, W. Hadriyantoz,
M. Rinastiti3 351-358
DELIMA (PUNICA GRANATUM)
SEBAGAI PENGOBATAN INFEKSI
HCLMINTH ES BERMANIFESTASI
ORAL
Emma Rachmawati 359_364
PERAWATAN MALOKLUSI DENTO-SKELETAL
PADA MASA ANAK-ANAK
(Dento-skeretar maroccrusion treatment in chirdhood)
Endah Mardiati ' 36s_370

PERAWATAN ANGULAR CH EILITIS


Erna Herawati
37t-378
EFEK BAHAN PEMUTIH GIGI (BLEACING) TERHADAP
JARINGAN LUNAK DAN JARINGAN I(ERAS
Mei syafriadi, Roni Risa "Y'!vY^ !-r'L
RONGGA MULUT
i79-3g5
BERBAGAI MACAM PROSEDUR SERIAL
EKSTRAKSI
(Various Serial Extraction procedure)
rda Ayu Evangelina ' 386-397
EKSTRAK PROPOLIS MENGHAMBAT
TNF-A SEBAGAI RESPONS
ODONTOBLAS TERTIADAP UCTOBACILLUS
Ira Widjiastuti v' r''Ls'
ACIDOPHILUS
398-406
MAXI LLO FACIAL TRAU MA WITH LI FE TH
REATENI NG CO NCO MITANT
TNJURY, TENSTON PNEUMOTHORAX
Anita F Hidayat*, Endang Syamsudin*,
Rama Nusjirwan** 407-4L3
PERAWATAN IMPAKSI KANINUS ATAS
DENGAN
ORTODONTIK CEKAT DAN PEMBEDAHAN (SURGICAL KOMBINASI
(Management EXPOSURE)
of impacted upper canine with combination
ofthodontics and surgical exposure) '5trv" Y' r'ArEr'
of fixed
4L4-4tg
Winny Yohana
PERAWATAN SETELAH INSERSI GIGI TIRUAN
LEPASAN
(Post rnseftion treatment of removabre
denture)
vittrMulya Passa Novianti, Aprillia Adenan ----- -' 420-425
PERAWATAN MALOKLUSI DENTO-SKELETAL
PADA MASA ANAK-ANAK

(LAPORAN KASUS)

ABSTRAK:
Maloklusi dento-skeletal merupakan suatu kelainan relasi rahang atas dan rahang
bawah yang dapat berupa maloklusi skeletal kelas II atau kelas III. Tujuan perawatan
ortodonti pada maloklusi dento-skeletal pada masa anak-anak adalah untuk mencegah
agar kelainan tidak menjadi lebih kompleks di kemudian hari.
Perawatan maloklusi skeletal kelas II atau kelas III bergantung pada kelainan yang
terjadi. Alatortodonti yang dapat digunakan dapat alat ortodonti lepasan atau alat
ortodonti cekat. Pemahaman tumbuh kembang dento-skeletal serta tumbuh kembang
tubuh secara umum sangat penting untuk penentuan diagnosis, rencana perawatan,
saat perawatan serta alat ortodonti yang digunakan.
Kooperasi anak dan orang tua pasien memegang peranan penting untuk keberhasilan
perawatan. Keberhasilan perawatan maloklusi dento-skeletal pada masa anak 2 akan
mengurangi atau menghilangkan maloklusi yang terjadi menjadi lebih kompleks dan
memberikan pengaruh psikologis yang baik pada masa perkembangan anak.

Kata kunci: Maloklusi dento-skeletal; perawatan ortodonti pada masa anak , alat
ortodonti lepasan

1
PENDAHULUAN

Perawatan maloklusidento-skeletal pada masa anak-anak yaitu pada periode gigi

bercampur atau pada masa akhir gigi bercampur bertujuan untuk mengoreksi

kelainan-kelainan skeletal yang sedang berkembang agar tidak menjadi maloklusi

yang lebih kompleks sehingga memerlukan perawatan ortodontik amuflase dengan


1
pencabutan gigi atau perawatan bedaho rtognati di kemudian hari.

Perawatan kelainan skeletal pada maloklusi kelas II ataukelas III harus diidentifikasi

dengan tepat dimana letak kelaiananya, apakah pada mandibula, maksila atau

keduanya. Kesalahan dalam menentukan letak kelainan dapat menyebabkan kesalahan

perawatan. Untuk itu penentuan diagnosis, rencana perawatan, jenis alat serta

biomekanisme lama perawatan berlangsung harus benar-benar dimengerti.2

Pada masa kini alat ortodonti telah berkembang dengan pesat, mulai dari alat

ortodonti lepasan, alat ortodonti cekat dan juga alat ortodonti fungsional untuk

mengoreksi kelainan skeletal pada anak dalam masa tumbuh kembang, seperti yang

dikembangkanolehHaupl (1974); Schwarz danGratzinger (1966); Harvold (1974);

Graber danNauman (1977), Frankel dan Frankel (1989); Isaacson dkk (1990). Dengan

berkembangnya alat ortodonti dari masa kemasa, maka penanganan kelaianan

ortodonti skeletal dapat memberikan hasil yang baik.1

Pada dasarnya perawatan ortodonti dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu perawatan

ortodonti preventif, interseptif, dankorektif. Tujuan perawatan ortodonti preventif

adalah mencegah terjadinya maloklusi, tahap ini terdiri dari menjaga kebersihan

rongga mulut, pencegahan karies gigi, memonitor transisi gigi sulung kegigi

permanen, menghilangkan kebiasaan buruk, mencabut gigi sulung yang persisten.

2
Tujuan perawatan interseptif adalah mencegah agar maloklusi yang telah berkembang

tidak menjadi lebih parah. Pada tahap interseptif beberapa prosedur yang biasanya

dilakukan yaitu: pencabutan gigi super numer, pencabutan gigi ankilosis, mengoreksi

secara dini gigitan silang anterior maupun posterior, mengontrol kebiasaan buruk,

serial ekstraksi, space regainer, serta mengatasi disharmoni skeletal. Pada tahap

korektif tindakan yang biasa dilakukan adalah mengoreksi maloklusi dento-

kraniofasial dengan perawatan kompromi atau bedah ortognati2, 3

Perawatan ortodonti interseptif khususnya perawatan maloklusi skeletal kelas II, kelas

III dan ekspansi palatal ke lateral secara skeletal memerlukan pemahaman yang baik

mengenai tumbuh kembang dento-kraniofasial, etiologimaloklusi, mekanoterapi,

serta saat tepat perawatan dapat dilakukan 1,4,5. Perawatan dengan menggunakan alat

fungsional ditujukan untuk mengoreksi dishamoni rahang, dan idealnya dilanjutkan

dengan perawatan tahap kedua untuk mengoreksi gigi-giginya.2

Perawatan ortodonti dengan alat fungsional pada anak-anak memerlukan pendekatan

secara khusus, pemahaman psikologi anak sangat penting untuk tercapainya

keberhasilan perawatan. Kooperasi tidak hanya diperlukan pada anak saja,tetapi juga

orang tua pasien untuk secara terus-menerus memberikan motivasi pentingnya

perawatan ortodonti yang dilakukan serta memenuhi jadwal kontrol secara teratur.

LAPORAN KASUS

1). Seorang anak laki-laki umur 10 tahun datang diantar ayahnya dengan keluhan

gigi depan rahang atas maju. Hasil pemeriksaan klinis menunjukkan overjet 12 mm,

gigitan dalam. Analisis skeletal adalah kelas 2 dengan retro gnati mandibula. Alat

ortodonti yang digunakan adalah alat aktivator

3
Gambar 1. Sebelum Perawatan

Gambar 2: Kemajuan Perawatan

Gambar 3: Hasil Perawatan Dengan Aktivator

Hasil perawatan menunjukkan bahwa terjadi koreksi relasi rahang atas dan rahang

bawah, tetapi masih memerlukan perawatan ortodonti tahap ke dua untuk mengoreksi

gigi–giginya.

2). Anak perempuan umur 5 tahun diantar ibunya datang ke tempat praktek dengan

keluhan gigi depan rahang atas tidak terlihat dan terletak dibelakang gigi bawah.

Orang tua pasien khawatir keadaan nya semakin parah. Hasil pemeriksaan

menunjukkan bawah seluruh gigi anterior rahang atas berada dibelakang gigi insisif

rahang atas, overjet -3mm, overbite 5 mm. Perawatan dilakukan dengan

menggunakan alat lepasan dan chin cup.

4
Perawatan ortodonti dilakukan dengan alat lepasan dengan tujuan untuk mengoreksi

gigitan silang. Untuk mencegah agar mandibula tidak bertambah maju, digunakan

chin cup. Selain itu pemantauan dan pemanfaatan ruang untuk erupsi gigi permanen

dipantau sepanjang perawatan berlangsung.

Gambar 4: Sebelum Perawatan

Gambar 5 : Pemakaian Alat Ortodonti Lepasan

Gambar 6: Kemajuan Perawatan

Pada pasien tersebut diatas penggunaan chin cup ditujukan hanya untuk menahan

pertumbuhan mandibula bukan untuk mengarahkan pertumbuhan mandibula kedepan

dan kebawah. Chin cup digunakan karena adanya kesamaan pola pertumbuhan

rahang bawah pasien dengan ibunya.

5
PEMBAHASAN

Ketidak harmonisan dento-kranio fasial pada dasarnya terjadi karena ketidak

seimbangan tumbuh kembang baik gigi, tulang rahang, otot atau kombinasi ketiganya

Etiologi ketidak harmonisan dento-kraniofasial dapat berupa genetik atau lingkungan.

Faktor genetik tidak dapat diubah, tetapi dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan.

Faktor lingkungan dapat berupa perawatan ortodonti dengan alat fungsional yang

dilakukan pada masa tumbuh kembang.2

Pada dasarnya perawatan ortodonti dapat dilakukan pada berbagai tingkatan umur

manusia untuk kasus yang berbeda dan dibagi menjadi tiga tahap yaitu tahap

preventif, interseptif, dankorektif. Perawatan ortodonti interseptif khususnya

penanganan disharmoni dento-skeletal yang sering dilakukan adalah penanganan

maloklusi dento-skeletal kelas II, kelas III dan ekspansi skeletal palatal ke lateral.

Perawatan ortodonti pada maloklusi dento-skeletal kelas II dan kelas III serta ekspansi

palatal ke lateral memerlukan pemahaman yang baik mengenai tumbuh kembang

dento-kraniofasial, etiologi maloklusi, mekano terapi, serta saat tepat perawatan

dapat dilakukan. Penentuan saat tepat tidak hanya berdasarkan tahap maturasi

fisiologis seorang anak, tetapi juga saat tepat mandibula dan maksila memberikan

respon terbaik jika dirawat dengan menggunakan alat fungsional. 1,2,3,4,5,6

Seringkali terjadi dilema apakah suatu maloklusime merlukan perawatan

ortodonti secara dini atau ditunda sampai gigi permanen erupsi semua. Jika suatu

maloklusi skeletal ditunggu sampai seluruh gigi permanen erupsi, maka kemungkinan

sisa pertumbuhan pubertal yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi kelainan

skeletal waktunya tinggal sedikit sehingga sulit dicapai hasil yang maksimal1,6,7.Oleh

6
karena itu diperlukan identifikasi maturasi fisiologis untuk menentukan saat

perawatan secara tepat.

Indentifikasi saat pubertal dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa indikator,

seperti tahap maturasi hand-wrist, tahap maturasi vertebra servikal, tingkat kalsifikasi

gigi atau tahap maturasi seksual sekunder. Selain itu pertimbangan ras juga perlu

dilakukan mengingat pencapaian tahap maturasi berbeda untuk tiap ras, maka untuk

anak Indonesia sebaiknya digunakan indikator pencapaian tahap maturasi ras

Deutero-Malayid.6,7,8

Penentuan saat tepat perawatan maloklusi skeletal pada masa anak-anak dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu tahap pertumbuhan seorang anak, letak kelainan pada

rahang atas atau rahang bawah, seberapa parah kelainan tersebut terjadi, apakah

perawatan dini bermanfaat atau kelak tetap diperlukan tindakan bedah ortognati.

Kebanyakan ortodontis setuju bahwa pertumbuhan kompleks maksila kebawah dan

kedepan dapat dipengaruhi beberapa jenis alat seperti alat ekstra oral dan aktivator.

Untuk mandibula telah diketahui bahwa pada anak dalam masa pertumbuhan

mandibula dapat. Menurut (Graber 1977) perawatan prognati mandibula dengan

menggunakan beberapa alat ortopedik akan menghasilkan perubahan arah

pertumbuhan mandibula lebih kearah vertikal.10

Perawatan ortopedik untuk maloklusi dento-skeletal kelas III dengan menggunakan

facial mask, chin cup, Frankle 3 sebaiknya dimulai saat tanggalnya gigi sulung rahang

atas atau erupsi gigi insisif permanen rahang atas. Perawatan maloklusi dengan

defisiensi mandibula dengan alat fungsional sebaiknya dilakukan pada akhir periode

akhir gigi bercampur. Hasil penelitian klinis maupun eksperimental memperlihatkan

bahwa respon perawatan terbesar defisiensi mandibula dengan alat fungsional adalah

7
jika perawatan dimulai pada periode sirkum pubertal untuk selanjutnya dilakukan

perawatan tahap kedua alat untuk mengoreksi posisi gigi. 1,4,5,11

KESIMPULAN

1. Tujuan perawatan ortodonti dini pada masa gigi bercampur adalah untuk

meminimalkan atau menghilangkan masalah skeletal, dento-alveolar dan

muscular sampai dengan periode akhir gigi permanen

2. Dalam penanganan kasus kelainan dento-skeletal pada masa gigi bercampur,

diperlukan pemahaman tumbuh kembang tubuh secara umum dan khususnya

tumbuh kembang struktur dento-kraniofasial.

3. Perawatan ortodonti untuk mengatasi kelainan skeletal pada anak sebaiknya

dipertimbangkan penggunaan alat yang memerlukan tingkat kooperasi kecil,

tetapi seandainya diperlukan pemakaian alat dengan tingkat kooperasi penuh

maka pasien (anak) dan orang tuanya harus mengikuti rencana perawatan dan

alat yang telah ditentukan.

4. Perawatan pada masa gigi bercampur harus memberikan keuntungan terbesar

bagi pasien dan usahakan dalam waktu yang singkat.

Kemampuanklinisuntukmemprediksikeberhasilanperawatansangatdiperlukan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Mc. Namara. J. dan Brudon W.L. Orthodontic and Orthopedic Treatment in


The Mixed Dentition. 1994:1-117

8
2. ProffitW. R. 2013.Treatment of Skeletal Problems in Children and

Preadolescents inContemporaryy Orthodontics. 5th edition. St Louis.

Missiouri 2013: 472-490

3. Moyers R.E. Handbook of Orthodontics. 4th ed. Year book Medical Pub.

Chicago.1988; 345-348

4. Faltin J, Faltin M, Bacetti T, Franchi L, Ghiozzi B, McNamara JJ, Long term

effectiveness and treatment timing for Bionator therapy. Angle Orthod.

2003;3:221-30

5. Baccetti T, Franchi L, Toth R, McNamara JJ. Treatment timing for twin-Block

therapy. American Journal of Orthodontic and Dentofacial Orthopedic.

2000;118:159-70

6. Fishman S. Maturation stages of the hand and wrist as indikator of the

prapubertal growth spurt. Acta Odontol Scand. 1987;38:187-200

7. Demirjian A, Buschang R, Tanguay, Patterson K. Interrelationship among

measures of somatic, skeletal, dental and seksual maturity. Am J Orthod.

1985;88(5):433- 8

8. Mardiati Endah, Eky S.S, Edeh R.H, Thahar B, Sutisna B. Umur Vertebra

ServikaldanTahapMaturasiFisiologisuntukPrediksiPertumbuhan Pubertal

Anak Indonesia RasDeutero-Malayu. Desertasi 2010

9. Sugawara,J.,T. Asanbo, N. Endo and H. Mitani. Long-term effects of chin cup

therapy on skeletal profile in mandibular prognathism. Am. J. Orthod.

Dentofac. Orthop. 98:127-133,1990.

10. Graber, L.W. Chin cup therapy for mandibular prognathism. Am.J. Orthod.

72:23-41, 1977

9
11. Malmgren O, Omblus J, Hagg U, Pancherz H. Treatment with an orthopedic

appliances system on relation to treatment intensity and growth periods. Am J

Dentofac Orthop. 1987;91:143-51

10

Anda mungkin juga menyukai