Oleh :
TEKNIK INFORMATKA
2019
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Penyusun,
2
DAFTAR ISI
Cover ...................................................................................... 1
Kata Pengantar ....................................................................... 2
BAB 1 Pendahuluan ............................................................... 4
BAB 2 Pembahasan ................................................................ 6
BAB 3 Kesimpulan ................................................................ 17
Daftar Pustaka ........................................................................ 18
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4
untuk kemudian menjadi masyarakat yang terdidik dan tercerahkan serta
dinaungi nur Islami. Apakah hal serupa bisa terwujud kembali lima belas
abad berikutnya?
Bagi umat Muslim, menjadikan Al-Qur'an sebagai inspirasi sekaligus
paradigma dalam mewujudkan atau mendesain pendidikan bukanlah hal
yang bersifat utopis dan berlebihan justru merupakan suatu keniscayaan
mengingat AlQur'an merupakan sumber utama sekaligus menjadi basis
referensi dalam perumusan hukum Islam. Sebagai sebuah paradigma,
maka hal tersebut akan terwujud dalam kerangka yang menjadi tolok ukur
sejauhmana semangat dan pesan Al-Qur'an direalisasikan dalam
mengupayakan pendidikan Islam.
5
BAB II PEMBAHASAN
Dalam sejarah peradaban Islam ada suatu masa yang disebut masa
keemasan Islam. Disebut masa keemasan Islam karena umat Islam berada
dalam puncak kemajuan dalam pelbagai aspek kehidupannya: ideologi,
politik, sosial budaya, ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi,
pertahanan dan keamanan. Karena kemajuan itu pula, maka dunia Islam
menjadi pusat peradaban, dan dunia Islam menjadi super-power dalam
ekonomi dan politik. faktor-faktor yang menyebabkan umat Islam bisa
maju pada saat itu dan dalam waktu yang amat lama (lebih dari lima abad.),
maka jawabannya tentu saja karena umat Islam menjadikan Al-Quran
sebagai paradigma kehidupan.
6
Hasil penelitiannya menetapkan ada lima nilai etik yang perlu
dikembangkan manusia yaitu: 1) murah hati,
2) keberanian,
3) kesetiaan,
4) kejujuran dan
5) kesabaran.
faktor penyebab kemajuan pada zaman keemasan Islam adalah sikap umat
Islam yang mencintai dan mementingkan penguasaan Iptek. Tidak
mungkin kemajuan dicapai tanpa menguasai Iptek.
7
2. Kemajuan dalam pemerintahan sendiri yang demokratis, mantap, dan
skaligus tanggap terhadap kebutuhan-kebutuhan dan kehendak-
kehendak rakyat.
Kunci sukses dunia Islam tentu saja adalah kembali kepada Al-Quran.
AlFaruqi menjabarkannya dengan langkah sebagai berikut:
8
untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak. Disinilah letak esensi tujuan dari
diturunkannya Islam dan dari situlah esensi dari pendidikan Islam. Prof. Dr.
Muhammad 'Athiyyah al-Abrasy dalam karyanya At-Tarbiyyah Al-Islamiyyah
(2003:13) menyebutkan bahwa tujuan pokok dari pendidikan Islam ialah
mendidik budi pekerti dan pembentukan jiwa.
Dalam Paradigma Pendidikan Islam (Muhaimin, 2004:36) disebutkan
bahwa istilah Pendidikan Islam mencakup beragam pengertian, yaitu al-
tarbiyah al-diniyah (pendidikan keagamaan), ta'lim al-din (pengajaran agama),
al-ta'lim al-diny (pengajaran keagamaan), al-ta'lim al-islamy (pengajaran
keislaman), tarbiyah almuslimin (pendidikan orang-orang Islam), al-tarbiyah
fi al-Islam (pendidikan dalam Islam), al-tarbiyah 'inda al-muslimin
(pendidikan di kalangan orang-orang Islam), dan al-tarbiyah al-Islamiyah
(pendidikan Islami).
Lebih lanjut dijelaskan bahwa beberapa paradigma pengembangan
pendidikan Islam (Muhaimin, 2004:39-47):
1. Paradigma Formisme atau paradigma yang mencerminkan pandangan
dikotomis. Dalam paradigma ini pendidikan keagamaan dihadapkan
dengan pendidikan nonkeagamaan, pendidikan agama dengan pendidikan
umum, demikian seterusnya, sehingga pendidikan Islam (al-Tarbiyah al-
Islamiyah) berarti altarbiyah al-diniyah / pendidikan keagamaan, ta'lim
al-din / pengajaran agama, al-ta'lim al-dini / pengajaran keagamaan, atau
al-ta'lim al-islami / pengajaran keislaman dalam rangka tarbiyah al-
muslimin (mendidik orang-orang Islam).
2. Paradigma Mekanisme memandang kehidupan terdiri atas berbagai aspek,
dan pendidikan dipandang sebagai penanaman dan pengembangan
seperangkat nilai kehidupan, yang masing-masing bergerak dan berjalan
menurut fungsinya, bagaikan sebuah mesin yang terdiri atas beberapa
komponen atau elemenelemen, yang masing-masing menjalankan
fungsinya sendiri-sendiri, dan antara satu dengan lainnya bisa saling
berkonsultasi atau tidak. Paradigma tersebut nampak digabungkan pada
sekolah atau perguruan tinggi umum yang bukan berciri khas agama Islam.
Dalam konteks pandangan semacam itu, al-tarbiyah al-diniyah /
pendidikan keagamaan, ta'lim al din / pengajaran agama, al-ta'lim al-dini
/ pengajaran keagamaan atau al-ta'lim al-islami / pengajaran keislaman
merupakan bagian dari sistem pendidikan yang ada dalam rangka tarbiyah
almuslimin (mendidik orang-orang Islam).
9
3. Paradigma Organisme bertolak dari pandangan bahwa pendidikan Islam
adalah kesatuan atau sebagai sistem (yang terdiri atas komponen-
komponen yang rumit) yang berusaha mengembangkan
pandangan/semangat hidup Islam, yang dimanifestasikan dalam sikap
hidup dan keterampilan hidup yang Islami. Dalam konteks pandangan
semacam itu, al-tarbiyah al-Islamiyah (pendidikan Islami) berarti al-
tarbiyah fi al-Islam (pendidikan dalam Islam), dan al-tarbiyah 'inda
almuslimin (pendidikan di kalangan orang-orang Islam).
10
Menurut Mujib (2006: 33-38), pendidikan Islam yang ideal harus
sepenuhnya mengacu pada nilai dasar Al-Qur'an karena Al-Qur'an memuat
tentang sejarah pendidikan Islam melalui beberapa kisah nabi yang
berkaitan dengan pendidikan dan Al-Qur'an juga memuat nilai normatif
pendidikan Islam yang menjadi acuan dalam pendidikan Islam yaitu
i'tiqadiyyah (berkaitan dengan pendidikan keimanan), khuluqiyyah
(berkaitan dengan pendidikan etika), dan amaliyyah (berkaitan dengan
pendidikan tingkah laku sehari-hari).
Al-Qur'an sendiri dalam beberapa ayatnya sering memberikan dorongan
kepada orang-orang yang beriman untuk menuntut ilmu dengan
menegaskan bahwa orang-orang yang berilmu pengetahuan akan diangkat
derajatnya, sesuai dengan firman-Nya dalam surat Al-Mujadilah ayat 11.
11
kepada Allah (Az-Zumar: 23, Al-Hajj: 34-35, Maryam: 58);
Membangkitkan rasa diawasi oleh Allah (Al-Baqoroh: 281-283).
b. Tarbiyah Khuluqiyah
Pendidikan dalam Islam juga diarahkan sebagai sebuah proses
pendidikan untuk menata kepribadian, akhlak, dan etika dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam perluasannya, akhlak yang mulia merupakan salah satu
output dari pendidikan Islam.
Beberapa ayat Al-Qur'an yang memberikan contoh seputar
tarbiyah khuluqiyah adalah sebagai berikut: Anjuran untuk menjadikan
rasul sebagai teladan (Al-Ahzab: 21); Perintah untuk memaafkan, berbuat
kebaikan dan berpaling dari kejahatan (Al-A’raaf: 199, Ali Imran: 134);
Menjaga sopan santun dalam pergaulan dengan lawan jenis (An-Nur: 30-
31).
c. Tarbiyah Jismiyah
Tidak bisa dipungkiri bahwa jasmani yang sehat merupakan suatu
keniscayaan bagi kelangsungan hidup manusia. Demikian halnya demi
tegaknya agama dan peradaban Islam, umat Muslim harus memiliki fisik
atau jasmani yang memberinya kekuatan dalam mengemban semangat
syiar nilai-nilai Islam. Disinilah Al-Qur'an memberi penegasan akan
pentingnya pemeliharaan jasmani yang mana tarbiyah jismiyah menjadi
tak terelakkan dalam koridor pendidikan Islam.
Menurut Nashih Ulwan, ada beberapa contoh ayat yang
menerangkan aspek tarbiyah jismiyah di dalam Al-Qur'an yaitu sebagai
berikut: Pemenuhan kebutuhan jasmani (Al-Baqarah: 233); Anjuran
berolah raga (Al-Anfaal: 60); dan Pemeliharaan kesehatan (Al-Baqarah:
195, An-Nisa’: 29).
d. Tarbiyah Aqliyah
Jasmani yang kuat tanpa disertai akal yang sehat hanya akan
mereduksi nilai kemanusiaan karena peradaban manusia dibangun melalui
eksplorasi dan kreasi akal budi manusia. Kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi tidak terlepas dari optimalisasi potensi intelektualitas manusia.
Disinilah tarbiyah aqliyah memegang peranan penting dalam pendidikan
Islam. Dengan mengacu pada pesan-pesan Al-Qur'an, sebagaimana
disarikan oleh Nashih Ulwan, ada beberapa aspek tarbiyah aqliyah yang
termuat di dalam Al-Qur'an, diantaranya: Kewajiban belajar (Al-'Alaq: 1-
5, Thaha: 114, Al-Mujaadilah: 11); Penyadaran pikiran (Al-Baqarah: 159-
160); dan Kewajiban memelihara kesehatan akal (Al-
12
Ma’idah: 90)
e. Tarbiyah Nafsiyah
Tarbiyah Nafsiyah disini merujuk pada pendidikan jiwa atau lebih
berkaitan dengan aspek-aspek mental yang dimiliki manusia. Kombinasi
jasmani dan akal tidak akan lengkap tanpa disertai keberadaan mental yang
kokoh atau jiwa yang stabil. Nashih Ulwan memberikan contoh dengan
mengacu pada beberapa ayat Al-Qur'an sebagai berikut: Ajaran Islam
untuk mengatasi sifat-sifat yang jelek pada manusia (Al-Ma’aarij: 19-23);
Penyadaran manusia untuk mengatasi rasa takut dan kurang percaya diri
(Al-Baqoroh: 155-157); Anjuran untuk bersabar dan bersikap wajar dalam
menghadapi berbagai masalah (AlHadid: 22-23); Larangan untuk saling
menghina dan mencemooh (Al-Hujuraat: 11); Anjuran untuk peduli pada
kaum yang lemah (Ad-Dhuha: 9-10, Al-Maa’un:
1-2).
f. Tarbiyah Ijtima’iyah
Keberadaan masyarakat atau umat menjadi hal penting dalam
Islam karena tegaknya Islam akan terwujud dengan adanya masyarakat
yang menyangga pilarpilar Islam dan menjunjung nilai-nilainya. Dari
sinilah letak pentingnya pendidikan kemasyarakatan menjadi salah satu
paradigma dalam pendidikan Islam. Tarbiyah Ijtima'iyah diarahkan untuk
melengkapi aspek dasar keberadaan manusia yang juga merupakan
makhluk sosial. Pendidikan ini ditujukan untuk mewujudkan tatanan
masyarakat yang bersendikan nilai-nilai sosial yang bersumber dari Al-
Qur'an. Dalam Al-Qur'an beberapa hal yang disinggung sebagaimana
berikut:
1. Penanaman dasar-dasar pergaulan seperti persaudaraan (Al-Hujuraat:
10, Ali Imran: 103), kasih sayang (Al-Fath: 29), itsar atau
mendahulukan kepentingan orang lain (Al-Hasyr: 9) dan saling
memaafkan (Al-Baqarah: 237)
2. Pemeliharaan hak orang lain seperti hak orang tua (Al-Isra’: 23-24),
hak sanak saudara dan kerabat (An-Nisa’: 36, Al-Isra’: 26) dan hak
tetangga (AnNisa’: 36)
3. Sopan santun berinteraksi sosial seperti adab memberi salam (An-Nur:
27 & 61), adab meminta izin (An-Nur: 58-59), adab menghadiri
pertemuan (AlMujaadilah: 11) dan adab berbicara (Al-Furqan: 63)
4. Mengembangkan sikap saling mengawasi dan kritik sosial (Ali Imran:
110, At-Taubah: 71)
13
Dari pemaparan diatas, bisa digambarkan bahwa paradigma Qurani
dalam wujudnya merupakan serangkaian kerangka sudut pandang
semangat pendidikan dalam Al Quran yang bersifat holistik atau
menyeluruh dalam pribadi seorang muslim. Karakteristik pendidikan
yang bersifat holistik-integral itu terlihat dari keragaman pendidikan
mulai dari pendidikan keimanan hingga pendidikan sosial
kemasyarakatan. Bisa dikatakan keenam aspek itu merupakan paradigma
Qur'ani untuk menjadi acuan sebagai bahan indikator implementasi
pendidikan Islam yang bersifat organik dan integral.
14
kurikulum. Kurikulum juga bisa dipandang sebagai program, yakni alat
yang dilakukan oleh sekolah untuk mencapai tujuannya. Disamping itu,
kurikulum dapat pula diartikan sebagai hal-hal yang diharapkan akan
dipelajari siswa, yakni pengetahuan, sikap keterampilan sesuatu. Selain
itu, kurikulum adalah bentuk pengalaman siswa yang merefleksikan
kenyataan pada setiap siswa.
Melalui Peraturan Pemerintah Nomer 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
memberikan keleluasaan kepada sekolah untuk menyusun dan
mengembangkan silabus mata pelajaran sesuai dengan potensi sekolah,
kebutuhan dan kemampuan peserta didik serta kebutuhan masyarakat di
sekitar sekolah. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan
pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan,
kalender pendidikan, dan silabus (Khaeruddin, 2007: 79).
Dalam realisasinya di ranah pendidikan formal, paradigma Qurani
yang mencerminkan aplikasi keenam pendekatan diatas bisa
diterjemahkan dalam kurikulum di tingkat satuan pendidikan dengan
mengelaborasi dan mengoptimalkan pendidikan berbasiskan keimanan,
etika, jasmani, akal, jiwa, dan sosial peserta didik secara terpadu baik
melalui pengayaan materi di komponen mata pelajaran, muatan lokal
maupun kegiatan pengembangan diri siswa seperti terlihat di gambar 2.
Paradigma Qur'ani diatas kemudian bisa dikembangkan lebih lanjut
sebagai pedoman bagi tenaga pendidik seperti guru untuk menyusun
metode pengajaran dan pendidikan yang mencerminkan nilai-nilai
Qur'ani.
Selain melalui kurikulum, implementasi paradigma Qur'ani bisa
terwujud dengan menjadikannya sebagai kerangka operasional lembaga
atau institusi pendidikan Islam. Kalau kurikulum bisa diibaratkan sebagai
jiwa dari pendidikan, maka raganya adalah lembaga pendidikan. Dalam
memperbincangkan aktualisasi paradigma Qur'ani dalam pendidikan
Islam, penting pula membahas keberadaan institusi lembaga pendidikan
Islam. Semua institusi lembaga pendidikan Islam, mulai dari yang bersifat
sederhana seperti pengajian di serambi masjid dan yang bersifat klasikal-
modern seperti di sekolah atau perguruan tinggi Islam hingga pendidikan
dan pelatihan yang bersifat massal dan dikemas secara eksklusif seperti
model training kilat yang kian menjamur belakangan ini, berpotensi
sebagai agen penyemai paradigma Qur'ani dengan penekanan dan segmen
15
yang beraneka ragam. Setidaknya paradigma Qur'ani bisa menjadi
landasan visi lembaga pendidikan Islam untuk mencetak generasi yang
rabbani demi kemuliaan Islam.
16
BAB III KESIMPULAN
17
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Nasih Ulwan, 1997, Tarbiyat al-Aulad fi Al-Islam, Cairo, Dar as-
Salam.
Ahmad, Nurwadjah, 2007, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan: Hati yang Selamat
hingga Kisah Luqman, Bandung: Marja.
'Athiyah al-Abrasyi, Muhammad, 2003, At-Tarbiyyah Al-Islamiyah (terj.
Prinsip-prinsip Dasar Pendidikan), Bandung: Pustaka Setia.
Langgulung, Hasan, 1980, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan
Islam,Bandung: alMa'arif.
Mujib, Abdul, et al, 2006, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada
Media.
Mulyasa, E., 2002, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan
Implementasi, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nasution, 2007, Asas-asas Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara.
Khaeruddin & Junaedi, Mahfud, 2007, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan:
Konsep dan Implementasinya di Madrasah, Jogja: Pilar Media & MDC
Jateng.
Muhaimin, 2004, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Bandung: Remaja Rosdakarya.
18