Disusun Oleh :
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2016
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah blok Dental
Pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan karya tulis ilmiah ini.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan berkat serta karunia-Nya kepada semua pihak
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini masih sangat jauh
dari kesempurnaan. Untuk itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis
Akhirnya, penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi diri
penulis sendiri, pembaca sekalian, serta masyarakat luas terutama dalam hal menambah
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
Definisi ............................................................................................................................... 5
Tujuan ................................................................................................................................ 6
Ruang Lingkup................................................................................................................... 7
iii
iv
2.12 Tata Cara Pemanggilan Dokter Sebagai Saksi Ahli di Pengadilan .............................. 52
PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 56
KESIMPULAN ........................................................................................................................ 59
Gambar 13. Lima Tahap Perkembangan Akar Gigi M3 Rahang Bawah Metode Harris and
Nortje ....................................................................................................................................... 32
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Case
pembunuhan terhadap korban ON. Berdasarkan pemeriksaan fisik UY memiliki berat badan
49 kg, dan tinggi badan 149 cm. Secara umum, UY memiliki perawakan yang kecil. UY
mengaku berusia 16 tahun tetapi setelah dilakukan pemeriksaan oleh kepolisian, ternyata UY
tidak memiliki identitas yang legal berupa Kartu Tanda Penduduk, bahkan akte kelahiran.
didapatkan mengenai kepastian UY, hanya didapatkan dari keterangan orang tua dan
kakaknya saja yang menyebutkan jarak tahun lahir antara UY dan kakaknya yang juga tidak
Penentuan usia tersebut sangat penting untuk menentukan vonis dari hakim pengadilan
yang akan diberikan kepada UY, dimana vonis tersebut akan dikategorikan sebagai hukuman
Polisi lalu menghubungi Tim Dokter Gigi Forensik Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Padjadjaran untuk membantu menentukan usia dari UY. Hasil pemeriksaan
intraoral ditemukan oral hygiene yang sedang, terdapat gangren radix gigi 46, dan seluruh
1
2
1.2. Terminologi
Gangren radix
1.3. Masalah
• Identitas pasien
o Nama :UY
o Berat Badan : 49 kg
o Keterangan orang tua dan kakaknya saja yang menyebutkan jarak tahun lahir
• Pemeriksaan Intraoral
o OH sedang
o Radiografi panoramik
1.4. Hipotesis
2
3
1.5. Mekanisme
o Keterangan orang tua dan kakaknya saja yang menyebutkan jarak tahun
lahir antara UY dan kakaknya yang juga tidak memiliki identitas legal
• Pemeriksaan Intraoral
• Radiograf Panoramik
pengadilan
1.6. More Info
1. Forensik odontologi
5. Identitas primer
3
4
6. Apa saja bagian lain di rongga mulut yang dapat dijadikan sebagai sumber identifikasi
(selain gigi)?
7. Apa macam-macam metode untuk identifikasi ras, usia, dan jenis kelamin seseorang
dari gigi?
8. Bagaimana cara menentukan metode yang tepat dan mudah digunakan untuk
10. Apa itu usia? Apa saja macam-macam usia? Dan apa tujuan mengetahuinya?
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Kedokteran gigi forensik dapat diartikan sebagai cabang ilmu kedokteran gigi yang
forensik adalah penggunaan ilmu kedoteran gigi terhadap hukum. Kedokteran gigi forensik
termasuk beberapa studi ilmiah, dimana sistem hukum dan ilmu kedokteran gigi bertemu.
Bidang kedokteran gigi ini melibatkan pengumpulan dan interpretasi bukti dental dan bukti
Keunggulan teknik identifikasi ini bukan saja disebabkan karena ketepatannya yang tinggi
sehingga nyaris menyamai ketepatan teknik sidik jari, akan tetapi karena kenyataan bahwa
gigi dan tulang adalah material biologis yang paling tahan terhadap perubahan lingkungan
dan terlindung. Gigi merupakan sarana identifikasi yang dapat dipercaya apabila rekaman
Forensik odontologi adalah suatu cabang ilmu kedokteran gigi yang mempelajari cara
penanganan dan pemeriksaan benda bukti gigi serta cara evaluasi dan presentasi temuan gigi
tersebut dimana mempelajari tentang identifikasi korban / barang bukti melalui data gigi nya
baik itu data ante mortem maupun post mortem untuk kepentingan peradilan (Djohansyah,
2006).
5
6
“Forensic odontology is a branch of dentistry which deals with the proper handling and
examination of dental evidence and the proper evaluation and presentation of dental findings
Ilmu kedokteran gigi forensic memiliki beberapa nama-nama sesuai dengan sumber
yang didapat yaitu : Forensic Dentistry, Odontology Forensik, dan Forensik Odontology.3
adalah suatu ilmu yang berkaitan erat dengan hukum dalam penyidikan melalu
gigi-geligi.
b. Menurut Dr. Robert Bj. Dorion mengatakan bahwa ilmu kedokteran gigi forensic
adalah suatu aplikasi semua ilmu pengantar tentang gigi yang terkait dalam
adalah terapan dari semua disiplin ilmu kedokteran gigi yang berkaitan erat dalam
Tujuan
Tujuan dan manfaat dari ilmu kedokteran gigi forensik adalah sebagai berikut:
• Mengenal sistem identifikasi forensik korban hidup dan korban bencana dengan ilmu
kedokteran gigi forensik dan menggali lebih dalam berbagai metode terbaru.
7
• Meningkatkan kesadaran, peran, dan kompotensi dokter gigi untuk ikut terlibat dalam
penanganan kasus forensik dan bencana massal secara lebih percaya diri dan penuh
tanggung jawab.
Ruang Lingkup
Kegunaan dan aplikasi pada ruang lingkup kedokteran gigi forensic dalam pelayanan
1. Sipil ialah berbagai kecelakaan massal baik didarat, laut, udara, maupun gempa
2. Criminal ialah identifikasi individu dari berbagai barang bukti yang berasal dari
gigi dan rongga mulut, seperti barang bukti gigi sendiri pada kasus-kasus
perkosaan, bunuh diri, atau pembunuhan, melalui analisis tanda gigitan (bite
3. Penelitian.
Penelitian dan pelatihan odontologi foresik bagi dokter gigi yang bekerja di
Kedokteran gigi forensic memiliki ruang lingkup yang tidak lepas dari kelengkapan
visum et repertum, yaitu identifikasi melalui gigi geligi dan rongga mulut dari semua disiplin
ilmu kedokteran gigi antara lain identifikasi korban dan pelaku kejahatan melalui :
b. Pola gigitan.
c. Analisis air liur yang terdapat di sekitar pola gigitan, maupun sisa makanan yang
d. Identifikasi semua jenis penganiayaan yang berkaitan dengan semua disiplin ilmu
Ruang lingkup odontologi forensik sangat luas meliputi semua bidang keahlian
kedokteran gigi. Menurut Djohansyah (2006) Batasan dari forensik odontologi terdiri dari:
1. Identifikasi dari mayat yang tidak dikenal melalui gigi, rahang dan kraniofasial.
- Pasal 22 KUHP
4. Keterangan Ahli
9
Menurut Lukman (2006) Pencatatan data gigi dan rongga mulut semasa
• Identitas pasien.
sakit).
B. Data Postmortem
fotografi kemudian proses pembukaan rahang untuk memperoleh data gigi dan
rongga mulut, lalu dilakukan pencetakan rahang atas dan rahang bawah. Bila
terjadi kaku mayat maka lidah yang kaku tersebut diikat dan ditarik ke atas
10
kelainan di rongga mulut dicatat pada kolom tertentu. Catatan ini adalah
dengan formulir baku mutu nasional dan internasional, lalu dituliskan surat
pula.
formulir lengkap baru dapat dibuatkan suatu berita acara sesuai KUHAP demi
proses peradilan. Visum yang lengkap ini sangat penting dengan lampiran-
1. Kualifikasi terpenting yang harus dimiliki oleh seorang dokter gigi forensik adalah
latar belakang kedokteran gigi umum yang luas, meliputi semua spesialisasi
kedokteran gigi.
Seorang dokter gigi forensik harus mengerti sedikit banyak tentang kualifikasi dan
bidang keahlian forensik lainnya yang berkaitan dengan tugasnya, seperti penguasaan
Seorang dokter gigi forensik harus memiliki pengetahuan tentang aspek legal dari
1. Usia Kronologis
Usia kronologis adalah usia berdasarkan tanggal, bulan, dan tahun kelahiran. Pada
pengukuran maturitas somatik, misalnya usia tulang, menstruasi, dan tinggi badan. Maturitas
somatik dapat digunakan untuk memperkirakan usia kronologis bila tidak ada data usia lain
yang akurat. Informasi ini penting dalam praktek medis dan dokter gigi untuk mengevaluasi
perkembangan pasien. Usia kronologis sering tidak cukup pada penilaian tahapan
pertumbuhan dan maturitas somatik dari pasien, sehingga dibutuhkan penentuan usia
biologis.
Usia mental adalah perhitungan usia yang didapatkan dari taraf kemampuan mental
seseorang. Misalkan seorang anak secara kronologis berusia empat tahun akan tetapi masih
merangkak dan belum dapat berbicara dengan kalimat lengkap dan menunjukkan kemampuan
yang setara dengan anak berusia satu tahun, maka dinyatakan bahwa usia mental anak
Usia psikologis dapat terlihat dari kejiwaan dan mekanisme individu dalam
menangani stress atau masalah. Usia psikologis juga tidak selalu sama dengan usia
Usia psikologis muda identic dengan umur anak-anak yang tidak mampu menguasai
emosinya. Orang yang mampu mengendalikan emosinya dan lebih sabar menghadapi
masalah dinilai memiliki umur psikologis yang lebih tua. Misalkan anak usia 15 tahun tapi
mampu bersikap dewasa maka umur psikologisnya lebih tua dari umur sebenarnya.
3. Usia Biologis
suatu tahapan tertentu. Terdapat tiga bentuk usia biologis yaitu berdasarkan perkembangan
a. Maturitas Seksual
interseluler yang menandakan bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian
atau keseluruhan) proses biofisis dari mahkluk yang menyebabkan mahkluk bertambah
besar. Perkembangan adalah kejadian yang bertahap dari pembuahan ovum (fertilisasi sel
telur) sampai keadaan dewasa. Perkembangan termasuk proses pembuahan sel telur oleh
sel sperma sampai terdapat bermacam-macam sel yang berbeda fungsi dan macamnya.
1. Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang, tangan dan kaki bertambah besar,
Remaja laki-laki pada umumnya mempunyai kaki lebih panjang dari pada remaja
perempuan. Pertumbuhan yang terjadi pada masa pubertas pada anak perempuan
adalah 23-28 cm selama 18-24 bulan yang terjadi saat anak perempuan berumur 9
Rambut kemaluan pada wanita juga tumbuh seperti halnya remaja laki-laki.
Tumbuh rambut kemaluan ini terjadi setelah pinggul dan payudara mulai
berkembang. Bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah mulai tampak setelah haid.
4. Pertumbuhan payudara, serta kelenjar susu berkembang, payudara menjadi lebih besar
5. Otot semakin besar dan semakin kuat, terutama pada pertengahan menjelang puber,
perkembangan penis, testis (alat kelamin) dan perubahan suara laki-laki serta rambut
kemaluan pada kedua jenis kelamin merupakan tanda maturitas seksual. Ada hubungan
kuat antara maturitas seksual, somatik, dan skeletal, meskipun terdapat beberapa
perempuan yang maturitasnya jauh lebih awal atau lebih lambat dari sesamanya. Pada
klinik ortodonti, tidak digunakan maturitas seksual karena hal tersebut memerlukan
pemeriksaan fisik.
b. Maturitas Skeletal
Penentuan umur skeletal dapat dilihat berdasarkan tanda - tanda status maturitas
dalam sistem skeletal. Maturitas skeletal adalah bagian yang menyeluruh dari pola
membuat gambaran radiografi dari daerah yang terdapat banyak tulang dan diskus
Tanda - tanda maturitas dapat dilihat dari ossifikasi pada tulang - tulang
ini terdapat beberapa pusat pertumbuhan skeletal yang mengalami perubahan pada
waktu dan tingkat yang berbeda, sehingga dapat digunakan sebagai indikator untuk
Tulang vertebra servikalis merupakan salah satu bagian dari tulang vertebra
(tulang belakang). Tulang vertebra terdiri dari 33 buah yakni 7 tulang vertebra
menyatu tulang sacrum dan 4 vertebra yang menyatu menjadi coccygeus/ tulang ekor.
15
umur skeletal telah dilakukan sejak dua dekade yang lalu. Beberapa percobaan dan
setelah pubertal grwoth spurt baik pada laki-laki dan perempuan. Dengan
tulang vertebra servikalis maka dapat membantu penentuan umur skeletal. Indikator
yang digunakan pada analisa radiografi vertebra servikalis dapat dilihat dari
kecekungan tepi bawah korpus, ketinggian korpus dan bentuk vertebra servikalis. Ada
bentuk korpus ke-lima tulang vertebra servikalis (mulai dari tulang vertebra servikalis
kedua sampai keenam). Hassel dan Farman (1995) menggunakan vertebra servikalis
servikalis. Hal ini disebabkan ketiga vertebra servikalis tersebut terlihat jelas ketika
dilakukan prosedur Rontgen foto walaupun ditutupi perisai kelenjar tiroid. Bacceti
16
c. Maturitas Gigi
Evaluasi dari status gigi merupakan hal yang sangat penting untuk prognosa
pemeriksaan dari pertumbuhan gigi. Maturitas gigi sering dinyatakan sebagai indikator
maturitas biologis pada pertumbuhan anak-anak karena lebih relevan dalam mempelajari
Maturitas gigi dapat ditentukan oleh tahap erupsi dan kalsifikasi gigi. Kalsifikasi
gigi dipakai sebagai kriteria yang lebih realibilitas untuk menentukan tahap maturitas
gigi. Penggunakan foto radiografi periapikal atau panoramik di sebagian besar praktek
Penentuan usia tidak hanya bergantung pada tahapan akhir dari pembentukan gigi,
tetapi juga pada keseluruhan proses dari mineralisasi gigi. Prosedur ini dapat digunakan
secara keseluruhan pada periode gigi desidui dan bercampur, dan tidak dipengaruhi oleh
kehilangan dini dari gigi desidui. Perhitungan dibuat dengan sistem evaluasi poin. Setiap
gigi diberi poin menurut tahapan pertumbuhan. Hasil dari poin individual menunjukkan
nilai pertumbuhan yang dapat dikonversi ke tabel standar maturitas gigi. Jumlah poin
yang sedikit menunjukkan usia gigi yang lebih muda, sebaliknya jumlah poin yang tinggi,
1) Erupsi Gigi
melalui beberapa tahap mulai pembentukan sampai muncul ke arah oklusi dan kontak
dengan gigi antagonisnya. Besarnya pengaruh erupsi gigi dan banyaknya kelainan
17
yang mungkin ditimbulkan oleh gangguan erupsi gigi di rongga mulut, sehingga
sudah seharusnya dokter gigi mengetahui waktu erupsi gigi secara benar.
mulut merupakan hal yang penting. Dengan mengetahui waktu erupsi gigi permanen,
dokter gigi dapat memperkirakan apakah tersedia tempat yang cukup sehingga gigi
2) Kalsifikasi Gigi
kalsium. Kalsifikasi akan dimulai di dalam matriks yang sebelumnya telah mengalami
deposisi dengan jalan presipitasi dari satu bagian ke bagian lainnya dengan
Gangguan pada tahap ini dapat menyebabkan kelainan pada kekerasan gigi
seperti hipokalsifikasi. Tahap ini tidak sama pada setiap individu, dipengaruhi oleh
faktor genetik atau keturunan. Faktor ini mempengaruhi pola kalsifikasi, bentuk
mahkota. dan komposisi mineralisasi. Kalsifikasi gigi permanen dimulai saat lahir,
Penilaian kalsifikasi gigi dipandang sebagai metode yang lebih baik untuk
menentukan usia biologis pada anak-anak daripada erupsinya gigi secara klinis di
dalam rongga mulut yang jarang dipengaruhi oleh faktor lokal seperti kurangnya
Kalsifikasi gigi desidui dimulai pada minggu ke-14 prenatal, diikuti dengan
kalsifikasi gigi molar pertama pada minggu ke-15. Gigi insisivus lateral mengalami
kalsifikasi pada minggu ke-16, gigi kaninus pada minggu ke-17, sedangkan gigi molar
Menurut Gustafson dan Koch (1974) maturitas gigi dinyatakan sebagai usia gigi
karena secara klinis lebih mudah diketahui. Usia gigi berhubungan erat dengan usia
kronologis dalam hal perkembangan anak. Perkembangan gigi lebih erat kaitannya dengan
usia kronologis daripada maturitas skeletal, somatik, dan seksual. Kalsifikasi gigi lebih
banyak digunakan daripada erupsi gigi untuk menilai maturitas gigi karena merupakan proses
yang berkesinambungan dan progresif serta dengan panduan radiografi dapat mengevaluasi
gigi pada setiap pemeriksaan. Ada 2 metode penelitian tahap kalsifikasi gigi yaitu metode
Mengetahui umur dan memiliki data umur pada identitas merupakan salah satu hak
dasar yang dimiliki oleh semua manusia. Umur juga merupakan bagian yang penting dari
investigasi tubuh atau tulang pada investigasi forensik dan arkeologi. Pengetahuan akan umur
penting bagi orang yang masih hidup maupun orang yang telah meninggal.
19
Bagi orang yang telah meninggal, umur memiliki fungsi dan peran sebagai berikut:
Bagi orang yang masih hidup, umur juga memiliki fungsi dan peran antara lain
sebagai berikut:
sehingga dapat menentukan sanksi yang tepat jika berurusan dengan hukum dan
peradilan.
mendapat social benefits dan age of license, yaitu umur tertentu dimana seseorang
telah diizinkan oleh hukum untuk melakukan tindakan tertentu atau dengan atau tanpa
Menentukan jika seseorang telah memasuki age of legal majority, yaitu batas umur seseorang
dikatakan dewasa yang diakui secara legal sesuai daerah tertentu, misalnya petugas imigrasi
di sebagian besar daerah bagian Amerika Serikat menggunakan umur 18 tahun sebagai batas.
Di Indonesia sendiri masih ada ketidakseragaman ambang umur dewasa, menurut UU tentang
HAM di Indonesia seseorang dikatakan dewasa setelah memasuki usia 18 tahun, menurut UU
Administrasi Penduduk pasal 63 dan UU pemilu batas usia dewasa yaitu 17 tahun, sedangkan
menurut KUHP pasal 330 dikatakan dewasa setelah mencapai usia 21 tahun.
1. Gigi merupakan jaringan keras yang resisten terhadap pembusukan dan pengaruh
2. Karakteristik individual yang unik dalam hal susunan gigi geligi dan restorasi gigi
3. Kemungkinan tersedianya data antemortem gigi dalam bentuk catatan medis gigi
mempunyai letak yang terlindung dari otot-otot bibir dan pipi, sehingga apabila terjadi
5. Bentuk gigi geligi di dunia ini tidak sama, karena berdasarkan penelitian bahwa gigi
Gigi geligi tahan terhadap asam keras, terbukti pada peristiwa Haigh yang terbunuh dan
direndam dalam asam pekat, jaringan ikatnya hancur, sedangkan giginya masih utuh.
2.5.1 Definisi
Indonesia merupakan wilayah yang rawan terhadap bencana, baik bencana alam maupun
bencana karena ulah mausia. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya bencana ini
adalah kondisi geografis, iklim, geologis dan faktor-faktor lain seperti keragaman sosial
budaya dan politik Bencana alam maupun kecelakaan dapat menyebabkan korban secara
massal yang tidak diketahui identitasnya. Dalam hal ini gigi dapat dijadikan dalam proses
indentifikasi karena gigi memiliki material yang paling tahan terhadap perubahan lingkungan.
Identifikasi korban bencana sangat penting mengingat kepastian seseorang hidup dan mati
sangat diperlukan untuk kepentingan hukum yang berkaitan dengan asuransi, pensiun,
warisan, dan lain-lain. Jadi Age Estimation adalah metode penentuan usia dari korban yang
tidak diketahui identitasnya untuk kepentingan investigasi kasus kriminal ataupun bencana
alam.
Banyak antropolog telah mempelajari sistem usia, dimana usia sering merupakan prinsip
Perkembangan tubuh tidak sepenuhnya terkait dengan usia biologis dan usia kronologis.
Dalam banyak kasus, usia biologis dan kronologis seseorang tidak sama karena variasi
perkembangannya. oleh karena itu, parameter lain seperti usia gigi. Usia tulang, usia mental,
dan faktor-faktor lain seperti perubahan suara, tinggi badan berat badan dianggap sebagai
indikator untuk usia biologis dan perkembangan tubuh. Perkembangan gigi lebih dapat
22
diandalkan sebagai indikator kematangan biologis pada anak-anak. Dental maturity lebih
relavan untuk diamati karena kurang terpengaruh dengan status gigi dan hormon. hal ini
menyebabkan gigi banyak digunakan untuk memperkirakan usia kronologis anak-anak dari
2.5.2 Tujuan
Age estimation memiliki tujuan yang terdiri dari:
Hasil yang diperoleh dari age estimation ini digunakan untuk menilai kondisi fisik korban
kasus dengan berbagai aspek ilmu kedoktera gigi yang terkaitan dengan penegak hukum.
Perannya antara lain adalah identifikasi korban, analisa gigitan, menjadi saksi ahli dan
mengindentifikasi age estmation. alasan untuk menjadikan dokter gigi adalah karena dokter
gigi diangap sebagai profesi yang paling mampu untuk memperkirakan usia orban melalui
identifikasi gigi geligi. Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang dokter gigi dalam
mengidentifikasi adalah:
1. Derajat Atrisi
Atrisi terjadi akibat penggunaan rutin saat makan, sehingga permukaan gigi mengalami
keausan
Sebagai upaya perlindungan alami pada dinding pulpa, gigi akan dibentuk dentin sekunder
yang bertujuan untuk menjadi ketebalan jaringan gigi yang melindungi pulpa. Semakin tua
Sesuai dengan pertubuhan gigi dan pertumbuhan umur, maka tepi gusi akan kearah apikal
Sesuai dengan pertubuhan gigi dan pertumbuhan umur, maka tepi gusi akan kearah apikal
5. Transparasi Dentin
Karena proses kristalisasi pada bahan mineral gigi, maka jaringan dentin gigi berangsung-
2.5.4 Metode
Metode Atlas Schour and Masseler (1941)
Gigi : Gigi sulung dan permanen regio kanan rahang atas dan bawah
Cara Aplikasi : membandingkan radiograf panoramik atau oblik lateral dengan atlas
Gigi : Gigi sulung dan permanen regio kanan rahang atas dan bawah
Cara Aplikasi : membandingkan radiograf panoramik atau oblik lateral dengan atlas
Menurut Gustafson dan Koch (1974) maturitas gigi dinyatakan sebagai usia gigi
karena secara klinis lebih mudah diketahui. Usia gigi berhubungan erat dengan usia
kronologis dalam hal perkembangan anak. Perkembangan gigi lebih erat kaitannya
dengan usia kronologis daripada maturitas skeletal, somatik, dan seksual. Kalsifikasi
gigi lebih banyak digunakan daripada erupsi gigi untuk menilai maturitas gigi karena
Perkembangan gigi dapat dibagi menjadi empat tahap (Gustafson dan Koch 1974):
1. Perkembangan akar
2. Erupsi gigi
3. Pembentukan mahkota
Gigi : Gigi sulung dan permanen regio kiri rahang atas dan kanan rahang bawah
Cara Aplikasi : Membandingkan tahap kalsifikasi gigi dari radiograf panoramik atau
Tahapan gigi gigi-geligi (Gustafson 1947, 1950, 1955); Kronologi perkembangan gigi.
Penjelasan: A1-9: bulan embrional, B2-12: bulan tahun pertama, C2-hari: 2-15; usia (I-V: gigi
susu) (1-7: gigi permanen) (Courtesy of Prof. Dr. Gösta Gustafson, Lund)
27
Cara Aplikasi : Menentukan tahap kalsifikasi gigi dari radiograf panoramik atau
periapikal dengan gambar tahap kalsifikasi gigi yang dikonversi menjadi skor
maturitas untuk mendapatkan usia dental dari skala horizontal atau tabel usia.
Tahap mineralisasi menurut metode Demirjian adalah proses kalsifikasi benih gigi
tetap dari benih gigi tanpa kalsifikasi sampai selesainya pembentukan akar gigi yaitu :
Tahap A: Kalsifikasi titik oklusal, tanpa disertai fusi dari kalsifikasi bagian lain
Tahap B: Fusi dari titik mineralisasi; kontur permukaan oklusal sudah terlihat
28
Tahap C: Kalsifikasi mahkota gigi telah selesai dan dimulai proses disposisi dentin
Tahap G: Pembentukan akar sudah selesai, tetapi foramen apikalnya masih terbuka
Metode Nolla
Metode Nolla membagi periode kalsifikasi gigi permanen menjadi 11 stadium yang
dimulai dengan pengamatan terbentuknya benih gigi sampai dengan penutupan foramen
apikal gigi. Metode ini berguna untuk memperkirakan maturitas gigi dalam bidang
kedokteran gigi.
29
Menurut Nolla, tingkatan perkembangan gigi dari kalsifikasi benih gigi sampai gigi itu
mencapai oklusi di mulut dibaginya dalam 10 tingkatan. Pada pembentukan crypte hingga
penutupan apeks akar gigi yang dapat dilihat pada foto radiografi disebut dengan tingkat 1,
dan selanjutnya sampai penutupan dari apeks dari akar gigi adalah tingkat 10.
2.Inisial kalsifikasi
Bagian yang diperiksa : L = Panjang gigi (L1,L2), A = Jarak antara bagian dalam
Cara Aplikasi : Menggunakan radiografi panoramik, jumlah dari apikal terbuka (s)
dan jumlah gigi dengan perkembangan akar lengkap (N0). dimasukkan kedalam
rumus:
Untuk gigi :
31
6 gigi rahang atas dan bawah, seperti I1 dan I2 rahang atas, P2 rahang atas, I2 rahang bawah,
C rahang bawah, dan P1
panjang pulp-root (R), panjang pulptooth (P), panjangtooth-root (T), lebar pulp-root pada
CEJ (A), lebar pulp-root di pertengahan akar (C) dan lebar pulproot pada titik tengah antara
C danA (B)
Menggunakan:
radiografi periapikal intraoral, hitung nilai rata-rata dari semua rasio selain T (M), nilai rata-
rata lebar rasio B dan C (W) dan nilai rata-rata panjang rasio P dan R (L) dimasukkan pada
rumus
Untuk gigi :
panjang (mm) mahkota gigi (CL,coronal length) dan panjang (mm) dari rongga pulpa
koronal (CPCH, coronal pulp cavity height)
Menggunakan :
Melalui radiograf panoramik, hitung CL dan CPCH, kemudian masukkan ke dalam rumus:
TCL=
CPCHx100
CL
Gambar 13. Lima Tahap Perkembangan Akar Gigi M3 Rahang Bawah Metode Harris and Nortje
Lalu d
2. Metode Atrisi Gigi oleh Miles Sejak Gigi molar Permukaan Tentukan tahap
(1962)
gigi M1 pertama, insisal dan atrisi :
atrisi
2. Permukaan
atrisi karena
pemakaian
Gambar . Skema atrisi oleh Miles
3. Paparan dentin
(1962) yang progresif
4. Dentin sekunder
P=Paradonto berdasarkan
akar, berikut :
R=Resorpsi
estimasi usia)
sekunder, menggunakan 6
s, tetapi berbeda
akar + (3.71*C) +
(5.57*R) +
(8.98*T)
35
gigi Liquid
Chromatography
(HPLC). Rasio
Tabel 1. Metode Perhitungan Jumlah Gigi Erupsi
D/L diukur dalam
acid), SP (soluble
peptide), dan IC
(insoluble
collagen).
Akurasi dan ketepatan hasil yang didapat dari prakiraan usia berdasarkan gigi bergantung
dari pemilihan metode yang paling sesuai dengan keadaan masing-masing kasus. Soomer et
al. menyatakan bahwa seorang dokter gigi forensik harus mengevaluasi setiap kasus
prakiraan usia dan memilih satu atau beberapa metode yang paling sesuai dengan kasus
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan metode prakiraan usia adalah status
individu (hidup atau mati), kategori usia individu, jumlah individu yang akan diidentifikasi
usianya, jenis kasus tunggal atau bencana massal, ketersediaan gigi dan jaringan pendukung,
lokasi kasus, ketersediaan sarana dan perangkat prakiraan usia, serta budaya dan agama yang
dianut individu yang akan diidentifikasi. Setiap metode prakiraan usia melalui gigi memiliki
tersebut, sehingga setiap metode prakiraan usia memiliki pasangan kasus masing-masing.
Prakiraan usia berdasarkan gigi pada individu hidup umumnya menggunakan metode
non-invasif yang tidak melibatkan ekstraksi gigi. Metode yang dapat digunakan adalah
pemeriksaan klinis dan radiografis. Secara klinis, pemeriksaan jumlah gigi sulung yang sudah
erupsi dapat diaplikasikan apabila individu masih anak-anak atau menggunakan metode atrisi
oleh Miles apabila individu berusia remaja sampai dewasa. Pada individu hidup, metode
radiografis manapun dapat digunakan dengan menyesuaikan dengan usia individu. Apabila
memungkinkan untuk ekstraksi gigi contohnya gigi supernumerary atau gigi untuk keperluan
orthodontik, maka dapat dilakukan prakiraan usia melalui pemeriksaan histologis dan
biokimiawi. Sedangkan, prakiraan usia pada individu mati melalui gigi dapat
menggunakan semua metode pemeriksaan yaitu secara klinis, radiografis, histologis, maupun
Kategori usia individu juga menjadi pertimbangan dalam pemilihan metode prakiraan
usia. Pada individu usia prenatal hanya dapat dilakukan pemeriksaan radiografis dengan
melihat tahap pembentukan dan perkembangan gigi sulung karena pada usia tersebut hanya
gigi sulung yang sedang berkembang dan belum erupsi yang dapat dinilai. Metode yang dapat
diaplikasikan adalah metode atlas Schour and Masseler, atlas Alqahtani, atlas Blenkin-
Taylor, dan diagram Gustafson dan Koch. Pada individu usia prenatal yang hidup, prakiraan
usia dilakukan dengan pemeriksaan ultrasonography (USG) pada fetus, sedangkan pada
Pada individu dengan kategori usia anak dan remaja dimana sedang terjadi pertumbuhan
dan perkembangan, metode yang paling sesuai adalah secara klinis dengan menghitung
37
jumlah gigi sulung yang sudah erupsi pada usia 6 bulan sampai 2,5 tahun. Pemeriksaan
radiografis melalui metode atlas dan diagram Gustafson dan Koch sesuai untuk diaplikasikan
pada usia pertumbuhan dan perkembangan gigi sulung dan permanen pada usia 6 bulan
sampai 16 tahun. Antara usia 3-16 tahun, dapat digunakan metode scoring Demirjian dan
metode apikal terbuka oleh Cameriere. Pada usia 17-23 tahun, metode perkembangan gigi
molar ketiga oleh Harris dan Nortje dapat diaplikasikan. Metode penilaian volume gigi
permanen dapat digunakan pada individu usia 6 tahun sampai dewasa. Pemeriksaan
biokimiawi dengan rasemisasi asam aspartat juga dapat digunakan pada kelompok usia anak
sampai remaja apabila gigi diekstraksi pada individu hidup maupun mati. Kategori usia
dewasa (21 tahun keatas) dimana telah terjadi perubahan struktur gigi, metode prakiraan usia
individu yang sesuai adalah dengan pemeriksaan histologis dengan melihat perubahan
struktur gigi oleh Gustafson ataupun Johanson, dan pemeriksaan secara biokimiawi dengan
rasemisasi asam aspartat apabila gigi dapat diekstraksi atau pada individu mati. Pada individu
hidup, pemeriksaan yang sesuai adalah pemeriksaan radiografis dengan penilaian volume gigi
oleh Drusini maupun Kvaal karena pada usia tersebut sudah terjadi perubahan pada volume
gigi permanen, dan metode klinis dengan melihat pola dan derajat atrisi gigi oleh Miles.
Pertimbangan lainnya dalam pemilihan metode prakiraan yang sesuai adalah jumlah
individu yang akan diidentifikasi dan jenis kasus yang terjadi (tunggal atau bencana massal).
Pada kasus tunggal dimana hanya satu individu yang akan diidentifikasi, maka dapat
mendapatkan hasil yang maksimal. Pada kasus bencana masal dimana individu yang akan
diidentifikasi dalam jumlah banyak, maka harus dipilih satu metode yang paling sesuai dan
memungkinkan dengan waktu yang tersedia. Contohnya pada kasus bencana alam gunung
meletus atau kecelakaan kapal laut, maka dapat menggunakan pemeriksaan radiografis atau
klinis yang lebih sederhana dan memakan waktu lebih singkat dibandingkan metode
38
histologis dan biokimiawi yang memerlukan persiapan khusus dan memakan waktu lebih
lama. Disamping itu, teknologi radiografi digital juga memungkinkan penyingkatan waktu
Ketersediaan sarana dan perangkat prakiraan usia serta lokasi kasus dimana individu
diidentifikasi juga merupakan pertimbangan yang penting. Saat ini sudah tersedia pesawat
sinar-X portable yang dapat dibawa untuk pemeriksaan radiografis intraoral sehingga dapat
digunakan dilokasi manapun contohnya untuk metode penilaian volume gigi atau metode
pemeriksaan radiografis ekstraoral belum ada perangkat radiografi portable sehingga apabila
di lokasi tidak tersedia perangkat tersebut atau tidak dimungkinkan membawa individu
lainnya. Contohnya pada kasus identifikasi sisa rangka manusia dalam jumlah banyak di
daerah pedalaman, maka pemeriksaan yang sesuai adalah secara biokimiawi atau histologis
pada satu gigi yang diekstraksi untuk dibawa dan dilakukan pemerikasaan di tempat yang
membawa perangkat radiografis ataupun membawa seluruh skeletal. Pada kasus dimana tidak
ada sarana pemeriksaan secara radiografis, histologis, dan biokimiawi, maka satu-satunya
metode yang dapat digunakan adalah metode klinis dengan perhitungan jumlah erupsi gigi
dan pola erupsi gig pada individu usia anak sampai remaja, dan metode pola dan derajat atrisi
Pertimbangan selanjutnya adalah budaya dan agama yang dianut individu yang akan
diidentifikasi. Apabila budaya dan agama tidak memperbolehkan ekstraksi gigi pada individu
yang telah mati, maka pemeriksaan secara histologis dan biokimiawi pada satu gigi yang
memerlukan prosedur ekstraksi tidak dapat dilakukan. Pilihan metode prakiraan yang sesuai
pada kondisi ini adalah dengan metode non-invasif seperti pemeriksaan klinis dan radiografis.
39
Ketersediaan gigi dan jaringan pendukungnya juga merupakan hal yang penting untuk
dipertimbangkan. Pada kasus dimana rahang individu tidak utuh atau hanya terdapat 1 atau
beberapa gigi saja, contohnya pada kasus bom terorisme atau kecelakaan pesawat, maka
metode prakiraan usia yang sesuai adalah dengan pemeriksaan secara histologis dan
biokimiawi pada satu gigi, atau pemeriksaan radiografis metode penilaian volume gigi pada
Apabila pada individu yang akan diidentifikasi tidak ada gigi yang tersisa atau tersedia,
maka dapat dilakukan metode prakiraan usia lainnya berdasarkan skeletal seperti melalui
derajat penutupan sutura, bersatunya epifisis dengan diafisis pada tulang panjang, osifikasi
tulang pipa, morfologi simfisis pubis, morfologi aurikularis pubis yang disesuaikan dengan
skeletal yang ditemukan. Apabila memungkinkan, lebih baik menggunakan lebih dari satu
metode prakiraan usia berdasarkan gigi atau kombinasi metode prakiraan berdasarkan gigi
dan skeletal. Aspek yang penting dalam prakiraan usia berdasarkan gigi adalah penerapan
sejumlah metode yang berbeda dan melakukan pengukuran atau penilaian berulang dalam
kemungkinan, adanya hal lain yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan metode prakiraan
usia saat dihadapkan pada kasus tertentu misalnya jumlah sumber daya manusia sebagai
investigator, kemampuan dokter gigi forensik, ketersediaan dana dan waktu, dan lain
sebagainya.
memiliki keunggulan, keterbatasan, dan indikasi penerapan yang disesuaikan dengan kondisi
masing-masing kasus forensik kedokteran gigi. Akurasi dan ketepatan hasil prakiraan usia
bergantung dari pemilihan metode yang tepat dan penerapan sejumlah metode yang berbeda
apabila memungkinkan. Saat ini, berbagai penelitian mengenai prakiraan usia melalui gigi
telah banyak dilakukan, maka seorang dokter gigi forensik harus terus mengIkuti dan
40
mempelajari jurnal ilmiah yang melaporkan penelitian baru agar dapat menambah
kedokteran gigi dan forensik yang berhubungan dengan pengambilan sampel, pemeriksaan
dan evaluasi bukti perkara berupa gigi (dental evidence) yang menjadi bukti dalam suatu
Dalam perananannya sebagai barang bukti, dental evidence sangat esensial dan
potensial menjadi sumber pemecahan perkara ataupun pemastian korban kecelekaan atau
bencana massal.
Bila kondisi korban masih utuh, maka dapat dilakukan metode visualisasi secara
langsung untuk menentukan perbedaan jenis kelamin. Bila kondisi korban sudah tidak dapat
dikenali, maka penentuan jenis kelamin dapat dilakukan dengan pemeriksaan odontologi
forensik. Penentuan jenis kelamin dengan metode morfologi dan laboratorium. Disamping,
dengan pemeriksaan melalui teknik odontologi forensic, maka dapat pula diperoleh melalui
Metode morfologi mendekatkan dengan bentuk dan ukuran gigi yang dibedakan
antara korban laki-laki dan perempuan. Terutama pada gigi seri bagian atas. Perbedaan yang
Rahang pria (Os Mandibula) memiliki dagu yang lebih persegi atau dasarnya
mendatar (square chin). Sudut rahang juga tampak lebih lancip (acute angle of jaw) dan
Rahang wanita (Os Mandibula) memiliki dagu yang lebih lancip atau dasarnta
mendatar (square chin). Sudut rahang tampak juga tampak lebih lebar (wider angle of jaw)
Pada ukuran gigi, didapatkan gigi incivus dan caninus central Maxilla pada pria lebih
besar dibanding pada wanita. Tentunya merujuk pada setiap ras tertentu. Tetapi secara global,
ukuran gigi pada pria lebih besar jika dibandingkan dengan pada wanita.
Metode Laboratorium melalui identifikasi DNA dari sel-sel jaringan pulpa gigi.
Dentin dan enamel menyediakan perlindungan bagi pulpa gigi untuk pemeriksaan DNA
perolehan DNA melalui teknik konservatif preservasi gigi secara keseluruhan. Metode
sampling yang baik dan tanpa terkontaminasi tidak akan mempengaruhi hasil analisis.
hipoklorit 5.25% selama 20 menit untuk menghindari kontaminasi DNA asing, degradator
DNA ataupun penghambat PCR seperti heme. Kemudian dibersihkan kembali dengan etanol
95%.
Beberapa tahapan dalam pengambilan sampling DNA dari dental evidence. Antara
lain penghancuran gigi untuk memperoleh sel-sel pulpa, akses endodontic konvensioal, split
Penentuan jenis kelamin dilakukan melalui metode PCR. Pada DNA genomic dapat
maternalitas korban.
Dengan pemeriksaan odontology forensik dapat ditentukan jenis kelamin dari korban
bencana atau perkara pidana sehingga dapat membentu untuk proses hokum dan penegakan
membedakan secara langsung jenis kelamin dari jenazah melalui pendekatan ilmu anatomi.
43
Perbedaan-perbedaan tersebut dapat dilihat melalui anatomi tubuh (umumnya tulang) yang
Tulang pada laki-laki biasanya lebih keras dan lebih lebar. Tulang panggul perempuan
berbentuk oval dan cenderung lebih lebar dengan sudut subpubik yang lebar (>90 derajat)
dari panggul laki-laki. Tulang paha laki-laki juga lebih panjang dan diameter caput
ditandai dengan penonjolan arcus superciliaris yang lebih jelas dan prosesus mastoideus yang
lebih besar bila dibandingkan dengan perempuan. Daerah supraorbital (kening) lebih jelas
pada laki-laki dan batasnya lebih tajam pada wanita, langit-langit dan gigi lebih lebar, dagu
Ras manusia di dunia sangat beragam. Ras-ras tersebut memiliki banyak karakteristik
yang khusus sehingga dapat dibedakan antara ras yang satu dengan ras yang lain. Dalam ilmu
tersebut dapat diketahui dengan metode morfologi. Metode morfologi tersebut diantaranya
yang dapat diamati adalah bentuk gigi, lengkung gigi, morfologi umum (tengkorak, dahi,
A. Bentuk Gigi
1. Ras Kaukasoid
- Dalberg (1956) : Bagian buko-palatal lebih kecil dari mesio distal (P2 15 25)
2. Ras Mongoloid
penuh pada permukaan palatal bahkan lingual sehingga shovel shaped insicor
Oleh karena itu 1 individu tidak murni 1 ras. Maka identifikasi gigi diperlukan untuk
3. Ras Negroid
4. Ras Australoid
Yang termasuk ke dalam ras ini adalah : suku aborigin dan suku-suku kepulauan
pasifik.
5. Ras Khusus
46
a. Brushman (Spanyol)
B. Lengkung Gigi
australoid)
C. Morfologi Umum
Adapun penentuan ras melalui metode morfologi umum adalah sebagai beirkut,
1. Ras Mongoloid ditandai dengan tengkorak persegi, dahi menonjol, wajah besar
2. Ras Negroid ditandai dengan tengkorak sempit dan memanjang, dahi kecil, orbit
3. Ras Caucasoid ditandai dengan tengkorak bulat, dahi cembung menonjol, wajah
A. Definisi Identitas
Kata identitas berasal dari bahasa Inggris identity yang memiliki pengertian
secara harfiah; ciri, tanda atau jati diri yang melekat pada seseorang, kelompok atau
B. Klasifikasi Identitas
a. Identitas Primer
lahir (askriptif).
b. Identitas Sekunder
bersifat buatan karena dibuat, dibentuk, dan, disepakati oleh warga bangsa sebagai
identitasnya setelah mereka bernegara. Identitas ini juga tidak didapat sejak lahir.
a. Suku bangsa merpakan golongan sosial yang bersifat askriptif (sejak lahir),
memahami lingkungan yang dihadapi dan digunakan sebagi rujukan dan pedoman
a. Nama
c. Jenis Kelamin
d. Suku
e. Agama
f. Dll.
a. Jenjang Pendidikan
b. Alamat
c. Dll.
Kewajiban dokter untuk membuat keterangan ahli telah diatur dalam pasal 133
KUHAP. Keterangan ahli ini akan dijadikan sebagai alat bukti yang sah di depan sidang
pengadilan (Pasal 184 KUHAP) dan dapat diberikan secara lisan di depan sidang pengadilan
50
(Pasal 186 KUHAP). Bila dokter atau tenaga kesehatan dengan sengaja tidak memenuhi
kewajiban saat dipanggil sebagai saksi, atau sebagai ahli dalam suatu kasus yang diduga
terkait dengan suatu kejahatan, maka dalam perkara pidana diancam dengan pidana paling
lama sembilan bulan dan dalam perkara lain, diancam dengan pidana paling lama enam
bulan (Pasal 224 KUHP). Pada kasus yang terkait dengan pelanggaran, maka dokter atau
tenaga kesehatan dapat didenda sesuai kepantasan menurut persidangan (Pasal 522 KUHP).
(Rika, 2003)
Pada pasal 170 KUHAP dinyatakan bahwa dokter karena pekerjaan, harkat martabat
atau jabatannya dapat menggunakan hak undur diri untuk diminta dibebaskan dari kewajiban
untuk memberi keterangan sebagai saksi, mengenai rahasia kedokteran yang dipercayakan
kepadanya dengan memberikan alasan pada hakim. Hakim akan menentukan sah atau
tidaknya segala alasan untuk permintaan tersebut. Namun, pada pasal 179 KUHAP
dinyatakan bahwa permintaan bantuan pengadilan pada dokter sebagai ahli sesuai prosedur
hukum, wajib dipenuhi. Sehingga permintaan memberikan keterangan ahli atau permintaan
keterangan dalam pemeriksaan pada tahap sebelum pemeriksaan sidang dipengadilan, tidak
dapat diabaikan dengan mengasumsikan seorang dokter atau tenaga kesehatan memiliki hak
Medical Witnesses tahun 2003 juga mengutarakan kewajiban etika yang dimiliki dokter
untuk membantu pengadilan dan proses penyelesaian sengketa alternatif dengan memberikan
bukti ahli apabila dipanggil persidangan. Dokter harus memberikan bukti ahli untuk
membantu pengadilan yang sifatnya tidak memihak, jujur, objektif dan membatasi pendapat
mereka hanya dalam ruang lingkup keahliannya. Dokter juga memiliki kewajiban untuk
51
melindungi privasi dan kerahasiaan dari semua pembuktian relevan yang dimilikinya. (Rika,
2003)
1. Kewajiban
b. Saksi ahli wajib bersumpah menurut agamanya untuk memberi keterangan yang
2. Hak
a. Saksi ahli yang telah hadir berhak mendapat penggantian biaya menurut UU yang
menghadap sidang.
2. Membawa file atau dokumen lengkap yang dibutuhkan di pengadilan sesuai dengan
5. Tinjau kembali file dan informasi yang relevan terkait kasus untuk menyegarkan
untuk mencari tahu dibawah kasus apa kesaksian ini dibutuhkan dan siapa yang
mengambil keputusan.
8. Menanyakan apakah terdapat saksi ahli lain yang juga dipanggil di persidangan yang
sama dan kapan waktu mereka ditunjuk untuk hadir. Hal ini untuk mempersiapkan
Sebagai saksi ahli yang diminta untuk memberikan keterangan, boleh mengajukan
pendidikan, pelatihan, pengalaman dan pengetahuan yang terkait saat ini untuk
10. Karena saksi ahli bertindak dibawah kode etik dan kerahasiaan, diperlukan
kepada saksi ahli dan bagaimana penyediaannya untuk menghindari pelanggaran kode
• Pemanggilan atau pemberitahuan oleh pihak berwenang kepada saksi ahli, dalam hal
ini dokter, disampaikan selambat-lambatnya tiga hari sebelum tanggal hadir yang
ditentukan oleh hakim di tempat tinggal saksi ahli dan disampaikan secara langsung.
• Kemudian petugas membuat catatan bahwa panggilan telah diterima oleh yang
bersangkutan dengan membubuhkan tanggal serta tandatangan petugas dan saksi ahli
beserta alasan apabila saksi ahli tersebut tidak mau menandatangani catatan tersebut.
53
• Surat pemanggilan ini juga dapat disampaikan melalui kepala desa apabila yang
Indonesia tempatnya berada apabila sedang di luar negeri (pasal 227 KUHAP).
• Dokter yang dipanggil untuk menjadi saksi ahli kemudian memeriksa surat panggilan
tersebut dan dapat menghubungi jaksa yang berwenang dalam kasus ini untuk
meminta penjelasan mengenai kasus dan korban yang akan dibahas di persidangan.
• Dalam suatu perkara pidana yang menimbulkan korban, dokter diharapkan dapat
menemukan kelainan yang terjadi pada tubuh korban, bagaimana kelainan tersebut
timbul, apa penyebabnya serta akibat yang timbul terhadap kesehatan korban. Dalam
hal korban meninggal, dokter diharapkan dapat menjelaskan penyebab kematian yang
• Dokter sebagai saksi ahli memberikan penilaian atau penghargaan tentang hasil akhir,
bukan prosesnya sehingga perlu diingat bahwa dokter itu bertindak sebagai saksi ahli
• Sebagai saksi yang akan diajukan dalam persidangan, terlebih dahulu harus
pelaksanaan sidang. Pemeriksaan ahli dalam bidang keahlian yang sama yang
diajukan oleh pihakpihak dilakukan dalam waktu yang bersamaan (Susanti, 2013).
54
• Dokter sebagai saksi ahli di pengadilan wajib mengenakan pakaian rapi dan sopan.
Dokter juga harus berpenampilan yang tidak melecehkan dirinya sendiri ataupun
lawan bicaranya. Ia harus hadir tepat waktu, berpakaian rapi, sikap yang santun,
menyiapkan data kasusnya, bersikap tegas dan yakin, mengutarakan sesuatu yang
• Dokter sebagai saksi ahli yang hadir untuk mengikuti persidangan wajib mengisi
daftar hadir, menempati tempat duduk yang telah disediakan, duduk tertib dan sopan
• Hakim ketua sidang menanyakan kepada saksi keterangan tentang nama lengkap,
tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal,
sedarah atau semenda dan sampai derajat keberapa dengan terdakwa, atau apakah ia
suami atau isteri terdakwa meskipun sudah bercerai atau terikat hubungan kerja
dengannya.
• Menyangkut hal ini saksi atau ahli wajib membawa KTP, Kartu Keluarga, Surat
Nikah, Ijazah dan dokumen lainnya yang menyangkut data dirinya karena hakim
dapat saja meminta saksi atau ahli untuk menunjukkannya di awal persidangan.
• Sebelum memberikan keterangan, saksi atau ahli wajib mengucapkan sumpah atau
sebenarnya dan tidak lain daripada yang sebenarnya (pasal 160 KUHAP butir
55
• Penyampaian pendapat oleh saksi dan ahli terlebih dahulu harus meminta dan/atau
mendapat izin Ketua Sidang dan setelah diberikan kesempatan oleh Ketua Sidang.
• Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa
sendiri
terlalu dini, dan berbicara dengan orang yang tidak berhak mendengar
(Susanti, 2013).
PEMBAHASAN
Dari kasus yang diberikan, diketahui seorang laki-laki bernama UY, bersama
temannya diduga telah melakukan pembunuhan terhadap korban ON. Setelah dilakukan
pemeriksaan fisik terhadap UY didapat data berat badan 49 kg, dan tinggi badan 149 cm. UY
mengaku berusia 16 tahun, namun tidak ada identitas legal yang dapat membuktikan usia UY
Polisi selanjutnya menghubungi Tim Dokter Gigi Forensik Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Padjadjaran untuk membantu menentukan usia UY. Hasil pemeriksaan intra oral,
ditemukan oral hygiene sedang, terdapat gangren radix gigi 46, dan seluruh gigi M3 belum
erupsi.
Dalam hal ini penentuan usia sangat penting untuk dapat menentukan vonis dari
hakim pengadilan yang akan diberikan kepada UY, dikarenakan vonis untuk hukuman
Age Estimation adalah metode penentuan usia dari korban yang tidak diketahui
identitasnya untuk kepentingan investigasi kasus kriminal ataupun bencana alam. Identifikasi
korban/pelaku sangat penting mengingat kepastian seseorang hidup dan mati sangat
diperlukan untuk kepentingan hukum yang berkaitan dengan asuransi, pensiun, warisan, dan
lain-lain. Gigi dapat dijadikan dalam proses indentifikasi karena gigi memiliki material yang
seseorang dari gigi geliginya, diantaranya metode atlas Schour dan Masseler, atlas Blenkin-
Taylor, Gustafson dan Koch, scoring Demirjian, Nolla, apikal terbuka oleh Cameriere, rasio
pulp-to-tooth oleh Kvaal, dan lainnya. Akurasi dan ketepatan hasil yang didapat dari
56
57
prakiraan usia berdasarkan gigi bergantung dari pemilihan metode yang paling sesuai dengan
keadaan masing-masing kasus. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan metode
prakiraan usia adalah status individu (hidup atau mati), kategori usia individu, jumlah
individu yang akan diidentifikasi usianya, jenis kasus tunggal atau bencana massal,
ketersediaan gigi dan jaringan pendukung, lokasi kasus, ketersediaan sarana dan perangkat
prakiraan usia, serta budaya dan agama yang dianut individu yang akan diidentifikasi
Prakiraan usia berdasarkan gigi pada individu hidup umumnya menggunakan metode
non-invasif yang tidak melibatkan ekstraksi gigi. Metode yang dapat digunakan adalah
pemeriksaan klinis dan radiografis. Secara klinis, pemeriksaan jumlah gigi sulung yang sudah
erupsi dapat diaplikasikan apabila individu masih anak-anak atau menggunakan metode atrisi
oleh Miles apabila individu berusia remaja sampai dewasa. Pada individu hidup, metode
radiografis manapun dapat digunakan dengan menyesuaikan dengan usia individu. Apabila
memungkinkan untuk ekstraksi gigi contohnya gigi supernumerary atau gigi untuk keperluan
orthodontik, maka dapat dilakukan prakiraan usia melalui pemeriksaan histologis dan
biokimiawi.
Pada individu dengan kategori usia anak dan remaja dimana sedang terjadi pertumbuhan
dan perkembangan, metode yang paling sesuai adalah secara klinis dengan menghitung
jumlah gigi sulung yang sudah erupsi pada usia 6 bulan sampai 2,5 tahun. Pemeriksaan
radiografis melalui metode atlas dan diagram Gustafson dan Koch sesuai untuk diaplikasikan
pada usia pertumbuhan dan perkembangan gigi sulung dan permanen pada usia 6 bulan
sampai 16 tahun. Antara usia 3-16 tahun, dapat digunakan metode scoring Demirjian dan
metode apikal terbuka oleh Cameriere. Pada usia 17-23 tahun, metode perkembangan gigi
molar ketiga oleh Harris dan Nortje dapat diaplikasikan. Metode penilaian volume gigi
permanen dapat digunakan pada individu usia 6 tahun sampai dewasa. Pemeriksaan
biokimiawi dengan rasemisasi asam aspartat juga dapat digunakan pada kelompok usia anak
58
sampai remaja apabila gigi diekstraksi pada individu hidup maupun mati. Kategori usia
dewasa (21 tahun keatas) dimana telah terjadi perubahan struktur gigi, metode prakiraan usia
individu yang sesuai adalah dengan pemeriksaan histologis dengan melihat perubahan
struktur gigi oleh Gustafson ataupun Johanson, dan pemeriksaan secara biokimiawi dengan
rasemisasi asam aspartat apabila gigi dapat diekstraksi atau pada individu mati. Pada individu
hidup, pemeriksaan yang sesuai adalah pemeriksaan radiografis dengan penilaian volume gigi
oleh Drusini maupun Kvaal karena pada usia tersebut sudah terjadi perubahan pada volume
gigi permanen, dan metode klinis dengan melihat pola dan derajat atrisi gigi oleh Miles.
memiliki keunggulan, keterbatasan, dan indikasi penerapan yang disesuaikan dengan kondisi
masing-masing kasus forensik kedokteran gigi. Akurasi dan ketepatan hasil prakiraan usia
bergantung dari pemilihan metode yang tepat dan penerapan sejumlah metode yang berbeda
apabila memungkinkan. Saat ini, berbagai penelitian mengenai prakiraan usia melalui gigi
telah banyak dilakukan, maka seorang dokter gigi forensik harus terus mengikuti dan
mempelajari jurnal ilmiah yang melaporkan penelitian baru agar dapat menambah
yang legal sehingga tidak diketahui usianya. Untuk dapat menentukan vonis bagi UY,
kepolisian bekerja sama dengan tim dokter gigi forensik fakultas kedokteran gigi universitas
geligi UY dengan menggunakan metode yang sesuai dengan tidak mengesampingkan hal-hal
atau faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan metode prakiraan usia (age
estimation).
Dalam hal ini prakiraan usia sangat penting untuk dapat menentukan sanksi yang
59
DAFTAR PUSTAKA
Australian Medical Association. Ethical Guidelines for Doctors Acting as Medical Witnesses.
AMA Position Statement. 2011; 1- 6.
Djohansyah.Lukman. 2006. Ilmu Kedokteran Gigi Forensic jilid 1. Jakarta : Sagung Seto
differences between males and females in face dimensions of central maxillary incisors.
Medicinski glasnik.
Kristanto E, Isries AM. 2008. “Hak Undur Diri dalam Pemeriksaan di Sidang Pengadilan
dalam Konteks Rahasia Kedokteran” Penerapan Ilmu Kedokteran Forensic dalam Proses
Penyidikan. Edisi Revisi. Jakarta: Sagung Seto
Pretty A, Sweet D. 2012. A loot at forensic dentistry Part 1: the role of teeth in the
Putri dkk. Prakiraan usia individu melalui pemeriksaan gigi untuk kepentingan forensik
Senn DR, Stinson PG. 2010. Forensic Dentistry. 2nd Edition. USA: Taylor & Francis Group.
p.4
Smith BC, Fisher D L, Weedn VW, Warnock GR, and Holland MM. 1993. A Systematic
vii
viii
Susanti, R. (2013). Peran Dokter Sebagai Saksi Ahli di Persidangan. Retrieved from
http://jurnal.fk.unand.ac.id
Wibisono, G. 2012. Kapita Selekta Kedokteran Gigi Forensik. Kuliah Ilmu Penyakit Gigi,