Bab 1
Bab 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penuaan atau menjadi tua merupakan siklus akhir dari kehidupan manusia yang
di iringi dengan kemunduran dalam kemampuan fisik, psikis dan kognitif. Peristiwa
tersebut adalah umum terjadi pada kehidupan manusia dan tidak dapat dihindari dengan
upaya apapun dalam mencegahnya. Pada lansia terjadi perubahan fisiologis, diantaranya
kardiovaskuler, sistem urinari, sistem endokrin, sistem pencernaan dan sistem organ
psikososial. Peristiwa yang unik ini adalah hal yang normal terjadi pada siklus hidup
manusia (Nugroho,2008).
Lanjut usia (Lansia) adalah siklus perjalanan hidup akhir manusia dengan batasan
usia 60 tahun keatas yang di iringi dengan adanya kemunduran fisiologis, psikis dan
kognitig sosial spiritual. Bahkan beberapa tokoh kesehatan mengatakan bahwa masa tua
adalah masa dari titik kemunduran siklus hidup manusia baik dari segi kemampuan fisik,
ekonomi, aktivitas dan lain-lain. Organisasi kesehatan dunia atau sering disebut dengan
usia hidup, yaitu usia pertengahan (midde age) dengan usia 45-59 tahun, lanjut usia
(elderly) dengan usia 60-74, lanjut usia tua (old) dengan usia 75-90 tahun dan usia sangat
tua (very old) diatas 90 tahun. Sedangkan menurut Muharyani (2010) penuaan atau menjadi
tua adalah suatu perubahan yang natural yang prosesnya terkadang tidak tampak mencolok.
Peristiwa ini terjadi alami begitu saja yang disertai dengan adanya penurunan kondisi fisik,
lanisa mengalami pengingkatan terus menerus. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya
faktor penurunan kelahiran (fertility), faktor kematian (mortality) dan peningkatan usia
harapan hidup (life expectancy). Dari hasil data yang tercatat, negara Indonesia dari tahun
2015 sudah memasuki era penduduk menua (ageing population) karena jumlah
kependudukannya yang berusia 60 tahun ke atas melebihi angka 7%. Dari data proyeksi
penduduk, diprediksi jumlah penduduk lansia di Indonesia tahun 2020 (27,08%), tahun
2025 (33,69%), tahun 2030 (40,95%), dan tahun 2035 (48,19 %) (Kemenkes RI, 2017).
Bangsa-bangsa (2011), pada tahun 2000-2005 UHH adalah 66,4 tahun. Diprediksikan
akan meningkat pada tahun 2045-2050 dengan UHH menjadi 77,6 tahun. Sedangkan
Badan Pusat statistik (BPS) melaporkan bahwa peningktan UHH pada tahun 2000 di
Indonesia adalah 64,5 tahun. Angka ini meningkat menjadi 69,43 pada tahun 2010 dan
Sampai saat ini, tidak ada satupun yang mempunyai teori yang jelas membuktikan
tentang pada usia berapa penampilan fisik seseorang akan mengalami penurunan atau
perubahan. Umumnya adalah fungsi fisiologi setiap orang adalah berbeda-beda, baik saat
dimana mencapai masa puncak maupun masa penurunan. Tentu saja hal tersebut dapat
mempengaruhi setiap individu, namun secara teoritis fungsi fisiologis tubuh seseorang
akan mengalami puncaknya pada usia 20-30 tahun. Setelah mencapai puncak, akan terjadi
penurunan fungsi fisiologis sedikit demi sedikit seiring dengan bertambahnya usia
tubuh yang tepat dan tetap disaat melakukan suatu gerakan (Juniarti, 2007). Penurunan
keseimbangan tubuh tmeiliki resiko, yaitu beresiko mengalami jatuh. Pada lansia telah
Hal tersebut menjadi fakto mengapa lanisa dapat mengalami gangguan keseimbangan
tubuh yang dapat beresiko mengalami jatuh dan pemicu masalah cidera fisik. Berdasarkan
Kemenkes RI (2013), terdapat 3 jenis masalah yang paling sering dialami oleh lansia,
(12,77%) dan kesulitan dalam berjalan (12,51%). Faktor utama penyebab terjadinya jatuh
pada lansia adalah kelemahan keseimbangan postural tubuh, sedangkan faktor lain yang
mendukung adalah kondisi lingkungan, gaya berjalan, kekakuan sendi, sinkop, pusing dan
Selain itu, salah satu penyebab lansia mengalami penurunan kemampuan dalam
vestibular, properioseptif dan visual serta pada system muskuloskeletal yaitu kekuatan
otot, sendi dan jarungan lunak. Hal tersebut tentu akan mempengaruhi pusat gravitasi
tubuh terhadap bidang tumpuh. Implikasi dari masalah tersebut adalah pasti akan
terjatuh, kurang gerak dan aktivitas sehingga secara langsung mempengaruhi aktivitas
bersosialisasi ataupun bekerja dan berakibat pada tingkat kemandirian diri lansia bisa
sendiri tanpa tergantung pada orang lain dalam melakukan suatu aktivitas atau kegiatan
(Mbuinga, 2015). Seseorang yang sudah memasuki usia tua pada umumnya pasti akan
engalami penuruna fungsi biologis, fisiologis serta akan berbanding terbalik dengan
beraktivitas pada lansia ini diatur oleh beberapa system atau organ tubuh diantaranya
tulang, otot, tendon, ligament, system saraf, dan sendi. Mobilitas atau mobilisasi
merupakan suatu kemampuan individu untuk bergerak secara bebas mudah dan teratur
Menurut Agga Baktiar, dkk dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan Fungsi
of Daily Living di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jember. Hasil penelitian
kemandirian lansia dalam pemenuhan activity of daily living di UPT Pelayanan Sosial
melakukan pekerjaan secara rutin dalam kehidupan sehari-hari (Pujiati & Mayasari, 2017).
Pada lansia akan mengalami gangguan keseimbangan tubuh dan akan mengakibatkan
mandiri. Hal tersebut dapat dikatakan bagian dari gangguan pada kemandirian lansia
diantaranya seperti kemandirian dalam makan, mandi, perawatan diri, berpakaian, buang
air kecil atau air besar (toileting) dan berpindah tempat (mobilitas).
Teori tersebut sejalan dengan pendapat dari Fhonna Arrayyan dkk, (2018) dalam
Lansia di Puskesmas Aceh Besar”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan
Selain itu, penelitian lain dari Novianita Wa (2015) dengan judul “Hubungan
(ADL) Pada Lansia di Kecamatan Turi” mendapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara tingkat keseimbangan tubuh terhadap activity of daily living (ADL) pada
2019, melalui wawancara langsung dengan Bapak Kepala Panti Sosial Tresna Werdha Jara
Mara Pati di Kaliasem Kabupaten Buleleng, didapatkan populasi jumlah lansia yang ada
adalah 70 lansia dengan jumlah perempuan 53 orang dan jumlah laki-laki 17 orang. Dalam
10% dari total populasi lansia. Pengukuran keseimbangan tubuh pada lansia menggunakan
instrument Berg Balance Scale (BBS) dan instrument yang digunakan dalam mengetahui
adanya masalah kemandirian pada lansia adalah dengan menggunakan Barthel Index (BI).
Dari 10 orang lansia yang dilakukan pengukuran dengan BBS, 8 dari 10 lansia mengalami
gangguan keseimbangan dan beberapa lansia ada yang tidak bisa melakukan aktivitas
Kemandirian Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Jara Mara Pati Kabupaten Buleleng”
B. Perumusan Masalah
Menjadi tua (Menua) merupakan suatu siklus hidup manusa yang tproses
terjadinya secara alamiah dan memiliki makna bahwa seseorang telah melalui tahap-
tahap kehidupannya, yaitu dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan sampai menjadi tua.
Proses menua dianggap sebagai proses normal dan tidak selalu menyebabkan gangguan
fungsi organ dan penyakit, namun terjadinya perubahan pada fisiologis dapat
Pada lansia akan mengalami gangguan keseimbangan tubuh dan akan mengakibatkan
mandiri. Hal tersebut dapat dikatakan bagian dari gangguan pada kemandirian lansia
diantaranya seperti kemandirian dalam makan, mandi, perawatan diri, berpakaian, buang
air kecil atau air besar (toileting) dan berpindah tempat (mobilitas). Berdasarkan uraian
latar belakang diatas, dapat dirancangkan suatu pertanyaan penelitian tentang “Adakah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Keseimbangan Tubuh dengan Kemandirian Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Jara
a. Mengidentifikasi aktivitas sehari-hari pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Jara
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Dapat menambah wawasan dan menjadi wacana baru untuk memperkaya teori dan ilmu
keperawatan, khususnya keperawatan gerontik dan sebagai bahan masukan bagi tenaga
2. Manfaat Praktis