Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS JURNAL

EVIDANCEBASE PRATIC KEPERAWATAN BENCANA

(Untuk memenuhi tugas yang di ampuh oleh Abd.Wahab Pakaya S.Kep,Ns. Mata kuliah
keperawatan Bencana ).

OLEH :
KELOMPOK 4
Iskandar Zulkarnain Pakaya 841416045
Aditya Pratama Kadir 841416075
Nur Rahmatia Kadir 841416042
Rizkawati Biki 841416019
Novilina Daud 841416128
Cindrianti Ntobuo 841416
Indri Husain 841416105
Meysin Adam 841416056
Siti Amalia Pontoh 841416070
Sumarni Lakoro 841416007
Nurain Arbabu 841416102
Nur Marsenda Pakaya 841416079

PRODI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2019
EVIDANCEBASE PRATIC KEPERAWATAN BENCANA
Penanganan Kesehatan pada Tanggap Darurat Bencana Erupsi Gunung Merapi

1.1 Latar Belakang


Bencana erupsi Gunung Merapi tahun 2010 di wilayah Jawa Tengah mengakibatkan
jatuhnya banyak korban bencana yang mengalami dampak fisik dan dampak psikologis.
Dampak fisik menurut data dari BNPB 5 Desember 2010 tercatat 354 jiwa meninggal
dunia, dan 240 jiwa mengalami luka-luka, serta 47.486 orang 1 mengungsi.
Korban mengalami dampak psikologis berupa stres dan trauma kehilangan. Menurut
data Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB terdapat 27pengungsi dirujuk ke Rumah
Sakit Jiwa Magelang dan 19 pengungsi dirujuk ke Rumah Sakit Jiwa Daerah Klaten karena
mengalami gangguan jiwa berat sebelum dua 2 minggu tinggal di pengungsian. Korban
bencana dapat mengalami dampak t e rburuk akibat s tr e s sberkepanjangan yaitu terjadinya
PostTraumaticStress 3 Disorder(PTSD).
Korban bencana sangat banyak tidak sebanding dengan tim kesehatan yang berada
dilokasi bencana. Perawat sebagai tim kesehatan bencana harusmenentukanprioriritas
dalam penanganan masalah kesehatan yang terjadi pada korban. Perawatmenentukan
prioritas penanganan korban bencana untuk upaya penyelamatan, pencegahan kematian
dan kecacatan.
1.2 Tujuan Analisis
1. Mahasiswa mampu menganalisis jurnal yang berjudul “ Penanganan Kesehatan pada
Tanggap Darurat Bencana Erupsi Gunung Merapi”
2. Mahasiswa mampumengentahui implikasi keperawatan dalam penanganan kesehatan
saat tanggap darurat bencana
1.3 Metode Penelitian
1) Desain penelitian : Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif dengan pendekatan fenomenologi interpretatif. Penelitian ini dilakukan di
RSUP Dr. Kariadi dan RS Roemani Semarang.
2) Tehnik Sampling : Partisipan pada penelitian ini dipilih dengan tehnikpurposive
sampling.
3) Jumlah Sampling : sampel berjumlah 6 orang
4) Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu partisipan merupakan perawat di
RSUP Dr. Kariadi dan RS Roemani Semarang dengan masa kerja 3 tahun atau lebih,
partisipan pernah bertugas dalam penanganan bencana erupsi Gunung Merapi, dan
bersedia menjadi partisipan.
5) Instrumen Penelitian : Data dikumpulkan dengan metode wawancara semi terstruktur
dan direkam dengan alat perekam. Hasil wawancara kemudian ditranskrip verbatim dan
dianalisis mengunakan langkah-langkah Colaizzi untuk mendapatkan tema sebagai
hasil dari penelitian ini.
6) Hasil : Hasil penelitian ini ditemukan enam tema yang diperoleh dari hasil wawancara.
Tema saling berinteraksi antara tema yang satu dengan tema yang lainnya
1.4 Analisis Jurnal
Berdasarkan jurnal Penanganan Kesehatan padaTanggap Darurat Bencana Erupsi
Gunung Merapiadalah Perawat melakukan proses evakuasi dan triage pada korban bencana
denganmemprioritaskan pada kelompok yang berkebutuhan khusus (kelompok rentan) dan
bukan kelompok berkebutuhan khusus (bukan kelompok rentan). Kelompok kebutuhan
khususmerupakanmasyarakat yang rentan selama terjadinya bencana. Kelompok khusus
dalam konteks tanggap darurat yaitu kelompok rentan diantaranya adalah individu
penyandang cacat, wanita hamil, anak-anak, orang lanjut usia, tahanan, beberapa anggota
etnis minoritas, orang-orang dengan bahasa hambatan, dan 16 miskin
Upaya perawatan pada korban becana pada saat tanggap darurat meliputi kebutuhan
fisik korban, kebutuhan konseling, dan kebutuhan psikologi korban. Pemenuhan kebutuhan
dasar saat tanggap darurat seperti yang disebutkan dalam PP No 21 tahun 2008 pasal 952
salah satunya adalah pelayanan kesehatan. Perawat melakukan pemenuhan kebutuhan fisik
di bidang kesehatan antara lain pemeriksaan fisik dan jugamemberikan obat-obatan. Hal
ini dilakukan karena tim medis yang jumlahnya terbatas dan harus memberikan pelayanan
pada korban yang jumlahnya cukup banyak.Perawat melakukan pertolongan psikologis
pertama salah satunya dengan pemenuhan kebutuhan fisik menurut teori Hirarki Maslow.
Korban membutuhkan beberapa informasi termasuk masalah psikologis.Kegiatan
membantu masyarakat melalui upayapelayanan sosial psikologis menurut PP No. 21 tahun
2008 pasal 68 adalah dengan memberikan bantuan konseling dan konsultasi keluarga.
Perawat melakukan konseling pada korban bencana antara lain adalah pemakaian masker,
penjelasan obat, edukasipenyakitnya, dan juga motivasi bersabar. Perawat melakukan
konseling yang salah satunya betujuan untuk menurunkan stress pada ana-anak maupun
orang dewasa.Perawat melakukan pemenuhan kebutuhan psikologi korban dengan
menguatkan perasaan dan membesarkan hati korban. Perawat mengajak korban untuk
berpikir secara positif menyikapi peristiwa bencana yang terjadi. Tindakan perawat ini
bertujuan mengurangi stress pada korban. Penelitian olehKholidiah dan Alsa (2012)
menunjukkan bahwa berpikir positif terbukti efektif menurunkan stress. Perawat juga
melakukan upaya perawatan dengan terapi bermain pada korban anak-anak. Perawat
berusahamenghilangkanstress dan mencegah terjadinya PTSD. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Mashar (2012) bahwa korban yang dilakukan play terapi mengalami
penurunan stress dan memiliki karakteristik perkembangan sesuai tahapan.
1.5 Kelebihan Jurnal
1. Peneliti sudah memasukan kriteria inklusi
2. Memaparkan penanganan yang di lakukan perawat saat bencana
1.6 Kekurangan Jurnal
Keterbatasan pertama, penelitian ini dilakukan hanya pada satu regional saja yaitu
wilayah Semarang Jawa Tengah, dimana penelitian ini mungkin akan berbeda ketika
dilakukan di daerah lain karenaperbedaan kultur dan kemampuan perawat sendiri. Perawat
merupakan satu tim yang sama dari regional yang sama dan waktu bertugas yang relatif
sama. Sehingga pengalaman perawat kurang banyak variasi saat memberikan pelayanan
kesehatan pada korban bencana.
Keterbatasan kedua, yaitu perawat yangmemenuhi kriteria inklusi jumlahnya terbatas
dan mempengaruhi dalam pemilihan partisipan terkait dengan informasi yang digali oleh
peneliti. Keterbatasan ketiga adalah waktu peristiwa terjadi dengan proses pengambilan
data dilakukan pada jarak waktu yang sudah lama, sehingga terjadi bias memori (kejadian
yang lupa) dari partisipan.
1.7 Implikasi Jurnal
Kondisi bencana menyebabkan jatuhnya banyak korban baik mengalami masalah fisik
maupun psikologis. Perawat perlu memprioritaskan penanganan dalammemberikan
pelayanan kesehatan pada korban bencana. Penanganan awal untuk evakuasi dan triage
yang dilakukan secara simultan pada korban bencana berbeda dengan triage di ruang
emergensi rumah sakit. Prinsip dari triage dalam managemen bencana adalah lakukan yang
terbaik untuk menolong banyak orang. Kondisi bencana hanya terdapat sumber daya yang
terbatas, tidak sebanding dengan banyaknya jumlah korban.
Perawat kesehatan bencana harus memprioritaskan penanganan kesehatan untuk upaya
penyelamatan, pencegahan kematian dan kecacatan. Perawat dapat melakukan upaya awal
untuk evakuasi dan triage yang dapat menyelamatkan banyak korban. Perawat
memprioritaskan evakuasi dan triage korban bencana pada kelompok rentan. Kelompok ini
sangat rentan terjadi kematian, mudah terserang penyakit dan mempunyai ketergantungan
yang tinggi akan bantuan dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Perawat kesehatan bencana berpedoman untuk menyelamatkan nyawa korban bencana
sebanyak-banyaknya. Perawat melakukan penanganan korban secara holistik. Perawat
kesehatan bencana perlu melakukan persiapan fisik, mental dan spiritual. Perawat harus
memperhatikan tindakan pertolongan psikologis pertama untuk mencegah dan mengatasi
permasalahan psikologis yang banyak di derita oleh kelompok rentan.
1.8 Kesimpulan
Perawat kesehatan bencana melakukan upaya triage dan evakuasi yang berbeda dengan
yangdikerjakan di rumah sakit. Perawat melakukan upaya triage dan evakuasi secara
simultan denganmemprioritaskan penanganan pada kelompok rentan. Kelompok rentan
meliputi anak-anak, balita, ibu hamil, difabel dan lansia. Kelompok rentan harus di
prioritaskan karena mereka rentan terhadap kematian, penyakit, dan mempunyai
ketergantungan yang tinggi pada bantuan orang lain serta pemenuhan kebutuhan korban
sendiri. Perawat memprioritaskan pada kelompok rentan untuk meningkatkan upaya
penyelamatan, pencegahanpenyakit, dan kecacatan. Penanganan awal perawat pada upaya
triage dan evakuasi pada kelompok rentan akan dapat menyelamatkan korban bencana yang
banyak.
1.9 Saran
Penelitian di lakukan di daerah lain dan dengan bentuk bencana yang lain selain gunung
merapi

Referensi

Martono,Setyo .,et al. 2014. Penanganan Kesehatan pada Tanggap Darurat Bencana Erupsi
Gunung Merapi. Medica Hospitalia. Vol 2(3):197-204.
https://www.reseachgate.net/publication/320444045

Anda mungkin juga menyukai