Anda di halaman 1dari 4

ELECTRONIC ROAD PRICING (ERP) DI

INDONESIA : STUDI KASUS JAKARTA


Sakti Haposan Yudhistira (041411131012)
Ekonomi Pembangunan
Universitas Airlangga

Menurut data yang dipublikasi permasalahan ini adalah dengan


oleh Pemprov DKI Jakarta di situs menggunakan ERP (Electronic Road
data.jakarta.go.id, pada tahun 2014 Pricing) yang pertama kali beroperasi di
terdapat 3,2 juta mobil dan 6,7 juta Singapura pada September 1998,
motor di Jakarta. Ingkat pertumbuhan kemudian di London pada Februari
sebesar 5,3% untuk mobil dan 7,1% 2003.
untuk motor di tahun yang sama.
Berbeda dengan milik Polda Metro Jaya MAMPUKAH ERP
yang menyatakan pertumbuhan MENGURANGI KEMACETAN ?
kendaraan bermotor di Jakarta mencapai
12% per tahun, dengan jumlah total
kendaraan sebanyak 3,2 juta unit mobil
pribadi dan 13,1 juta unit sepeda motor.
Seluruh kendaraan pribadi ini hanya
mampu melayani 44% mobilitas warga
Jakarta, sisanya harus dipenuhi oleh
angkutan umum dan KA/KRL, sementara
Gambar di atas menunjukkan
pertumbuhan jalan hanya sebersa 0,01%
analisis secara ekonomi dalam konsep
per tahun (Dishub, 2010). Terlepas
Road Pricing. Kurva biaya memiliki
perbedaan data dan sumber mana yang
kemiringan positif karena hubungan
paling absah, secara kasat mata tentu
positif antara cost per vehicle dan flow.
dapat terlihat fenomena kemacetan dan
Semakin tinggi jumlah pengguna jalan
kongesti arus lalu lintas terjadi di
akan menyebabkan kemacetan, maka
Jakarta. Dishub (2010) memperkirakan
biaya yang ditanggung oleh masing -
kerugian yang timbul akibat kemacetan
masing pengendara semakin besar.
mencapai Rp 45,2 triliun rupiah/tahun.
Penambahan tarif untuk menggunakan
Salah satu alternatif kebijakan
jalan menggeser kurva biaya ke kiri atas,
yang dicanangkan untuk mengatasi
sehingga titik equilibrium bergeser dari lintas di Singapura (Menon dan Kian-
A ke B, dan volume kepadatan kendaraan Keong, 2004).
berkurang dari Q ke P.
Pada dasarnya, ERP dikonsep KEBIJAKAN 3 IN 1, GANJIL
untuk menekan permintaan dengan cara GENAP, DAN ERP
meningkatkan biaya dari sisi penawaran
Tentunya membandingkan ERP
barang publik yaitu tarif penggunaan
dengan kebijakan 3 in 1 dan kebijakan
jalan. Tidak jauh berbeda dengan sistem
ganjil genap sangat tidak apple to apple.
jalan tol (tax on location). Namun, sistem
Ibarat membandingkan membaca
ERP menggunakan teknologi dimana
dengan e-book dan membaca dengan
para penngguna jalan tidak perlu
print out kertas buram. Menggunakan
mengantre untuk membayar retribusi.
ERP tentu lebih effisien dalam jangka
Secara teknis, sistem ERP menggunakan
panjang, walaupun lebih mahal pada
gerbang elektronik bersensor yang akan
tahap awal. Dibutuhkan biaya untuk
melakukan scanning pada IU (In-vehicle
pembangunan gerbang elektronik, dan
Unit) atau OBU (On Board Unit) yang
alat OBU di mobil, serta reformasi
berada di kendaraan bermotor.
administrasi. Sementara kebijakan 3 in 1
Kemudian saldo pada OBU akan
dan peraturan ganjil genap lebih murah,
berkurang secara otomatis ketika
namun tidak begitu efektif.
kendaraan melewati gerbang ERP. Di
Fenomena joki 3 in 1 muncul
Singapura, tarif ERP berubah sesuai
merusak paradigma umum terhadap
waktu dan kondisi lalu lintas. Ketika jam
kebijakan ini. Disisi lain, sanksi atau
padat aktivitas, tarif ERP akan naik,
pengawasan terhadap kebijakan ini juga
begitu pula sebaliknya.
masih lemah mengingat angka
ERP di Singapura hanya salah
pertumbuhan kendaraan pribadi yang
satu bagian dari paket kebijakan yang
tinggi dan jumlah kendaraan pribadi
bertujuan untuk menjaga kondisi lalu
yang beroperasi di Jakarta mencapai 10
lintas pada tingkat yang mampu diatur,
juta unit sementara personel polisi lalu
sementara peningkatan sarana dan
lintas terbatas jumlahnya.
prasarana transportasi seperti jalan
Oleh karena itu, Pemprov DKI
baru, pembangunan rel, dan perbaikan
Jakarta di pertengahan tahun 2016 mulai
transportasi publik merupakan
meninggalkan kebijakan 3 in 1 dan
kebijakan utama yang menjaga arus lalu
beralih pada kebijakan plat ganjil genap.
Beberapa pendapat meragukan terlihat secara statistik dimana terlihat
efektifitas kebijakan ini. Golongan kaya penurunan volume kendaraan setelah
tentu akan mengantisipasi dengan cara terealisasinya program ERP.
membeli kendaraan pribadi baru dengan
Potensi pendapatan daerah juga
plat berbeda. Sedangkan golongan
besar jika mengaplikasikan sistem ERP
menengah akan memberi kendaraan
ini. Belum ada publikasi resmi dari
bekas dengan plat berbeda pula. Oknum
pemerintah Indonesia tentang rancangan
akan memperjualbelikan plat palsu
biaya dan pendapatan dari ERP, namun
untuk mengakali kebijakan ganjil genap
Foo (2000) menyebutkan biaya
ini.
operasional tahunan ERP sebesar S$9
juta/ tahun, dengan pendapatan sebesar
IMPLEMENTASI ERP DI KOTA
S$6 juta/ bulan. Tentu di Indonesia,
- KOTA BESAR : POTENSI DAN
KENDALA terutama kota - kota padat penduduk
seperti Jakarta, Surabaya, Medan, dan
Setidaknya terdapat 3 objektif
lainnya, potensi pendapatan jauh lebih
utama atau konsekuensi positif dari
besar mengingat jumlah kendaraan
pengimplementasian sistem road pricing
bermotor yang cukup besar.
menggunakan ERP ini yaitu; (1)
Mengurangi kongesti, (2) Meningkatkan Lebih lanjut, Foo juga
pendapatan, dan (3) Perbaikan menjelaskan konsekuensi yang terjadi
lingkungan/mengurangi polusi dan perlu dilakukan dari implementasi
(Tom,2006). ERP ini, diantaranya adalah (1) kongesti
atau kemacetan di jalan pheriperal, (2)
penerapan tarif yang diskriminatif atau
progresif bagi masyarakat kelas
menengah dan atas untuk menjaga unsur
keadilan. (3) Perlu ada alternatif sarana
transportasi bagi masyarakat secara
masif.
Singapura adalah salah satu contoh
sukses dari implementasi ERP, seperti Kendala yang berikutnya muncul
pada tabel di atas tahun 1999. Dalam di Indonesia adalah dari segi
kurun waktu 1 tahun, dampak dari ERP administratif. Penggunaan OBU di setiap
dalam mengurangi kongesti langsung
kendaraan bermotor memerlukan proses dibarengi dengan perbaikan transportasi
dan dibutuhkan kesigapan dari pihak publik, dan pembangunan sarana jalan,
berwenang seperti dishub dan samsat ERP hanya akan memperbesar
untuk memasang alat tersebut serta pengeluaran masyarakat, dan
melakukan tagihan atau tilang secara menurunkan daya beli serta menggeser
manual bagi kendaraan yang tidak kemacetan dari jalan utama ke jalan
memasang alat tersebut. Produsen mobil arteri.
baru di Jakarta juga perlu menambahkan
fitur IU atau OBU pada unit produksinya. REFERENSI

Seperti tren yang kini terjadi di Menon, G., & Kian-Keong, C. (2004,
Singapura, London, dan Hongkong, February). ERP in Singapore 5 Years.
Diakses Desember 12, 2016, dari Land
walaupun secara statistik ERP Transport Authority Singapore
mengurangi volume kendaraan di lokasi Government:
https://www.lta.gov.sg/ltaacademy/doc
terkait secara signifikan, pengguna jalan /ERP%20in%20Singapore%20-
akan memilih jalur alternatif. Hal ini %205%20years.pdf
menyebabkan pemindahan konsentrasi Pemprov DKI Jakarta. (2015, Juni 11).
kemacetan dari jalan utama ke jalan Diakses Desember 12, 2016, dari
data.jakarta.go.id:
pheriperal. Hal ini perlu diperhatikan
http://data.jakarta.go.id/dataset/data-
lebih lanjut untuk Indonesia, terutama pertambahan-jumlah-kendaraan-
Jakarta, mengingat pertumbuhan jalan bermotor-dki-
jakarta/resource/717ad333-b920-4ce0-
hanya sebesar 0,01%. Kekhawatiran b798-246f49bb853e
yang terjadi adalah program ERP bukan
Rye, T. (2006). Congestion and Road
mengurangi kemacetan, namun Pricing. Edinburgh: STEER EU.
memindahkan kemacetan dari jalan
Seik, F. T. (2000). An Advanced Demand
utama ke jalan arteri. Management Instrument in Urban
Transport : Electronic Road Pricing in
Diperlukan juga pertimbangan Singapore. Cities , Vol 17 No.1 pp 33-45.
lebih lanjut untuk membebaskan Tempo. (2015, Januari 09). Tempo.co.
transportasi publik dari tarif ERP untuk Diakses Desember 12, 2016, dari
https://m.tempo.co/read/news/2015/0
merangsang masyarakat menggunakan
1/09/083633818/jakarta-macet-polda-
sarana transportasi publik tersebut. kendaraan-naik-12-persen
Alternatif pembangunan transportasi
publik ini penting, karena tanpa

Anda mungkin juga menyukai