Anda di halaman 1dari 2

Ruang Rindu

Keping-keping bangunan berserakan . Hancur lebur tak tersisa. Kepul


debu bercampur terik matahari. Mengudara , berkolaborasi menjadi satu. Anyir
darah menusuk hidung. Berkesimbah di tanah suci .

Aku melangkah gontai menuju rumah. Sejak dua tahun lalu , ibu
meninggal terkena rudal. Ayah mengisahkanku dan adik perempuanku , Alesha .

“ Assalamu’alaikum “ Ucapku membuka pintu . “Waalaikumsalam “


Alaska tersenyum dibalik kain penutup kepalanya . Ia sedang menyiapkan makan
siang .

“ Aku dengar hari ini ada kelas di masjid “ Ucapannya . “ Nanti sore
alesha, kau mau ikut ? “ Tanyaku sambil menuang air ke dalam gelas. Alesha
mengangguk dan tersenyum. Kau benar ayah, alesha gadis cerdas . Ia berbeda
dengan anak lain . Tidaklah kau ingin melihatnya ? “ Kak, alesha boleh bertanya?”
Dia menatapku penuh harapan . Aku mengangguk . “ Silahkan alesha , jika kakak
bisa kakak akan menjawabnya “ .

“ Ayah. Kapan ayah akan pulang , kak ? Alesha rindu ayah “ . “ Katanya
dengan mata berkaca-kaca . “ Kau merindukannya ? Aku juga merindukannya
Alesha . Tapi , apa kau tau , ayah akan bahagia saat kau bahagia . Kita hanya bisa
berdo’a . Sebut namanya saat kau menghadapnya , Maka dimanapun ayah berada
ia akan bahagia . “ Aku tersenyum melihat senyumannya yang mengambang .
Tidakkah kau mendengarnya ? Sampai pada ayah kami . kami merindukannya .

“ Sore itu , selepas ashar aku dan Alesha menuju masjid . Tempat para
Syeikh mengajar berbagai ilmu . Alesha berjalan siang , merupakan pertanyaannya
tadi siang .

Anda mungkin juga menyukai