Anda di halaman 1dari 62

Oleh :

Tim PKL
PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
karunianya buku pedoman Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dapat selesai.

Buku pedoman PBL ini disusun untuk dijadikan pedoman dan petunjuk bagi
para mahasiswa, pembimbing lapangan, pembimbing laporan, serta pihak-pihak
terkait agar pada pelaksanaannya dapat berjalan secara terarah dan terpadu
sehingga dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Buku pedoman ini merupakan edisi keenam sebagai pedoman pelaksanaan


PBL bagi mahasiswa Jurusan Gizi Prodi D-IV Politeknik Kemenkes Kendari. Dalam
penyusunan buku ini, sudah berusaha menampung perbaikan dari berbagai aspek
yang menyangkut pelaksanaan PKL atas dasar masukan-masukan dari mahasiswa,
instansi terkait, serta masukan hasil lokakarya kurikulum berbasis kompetensi.

Pada kesempatan ini pula kami sampaikan terima kasih dan penghormatan
sebesar-besarnya kepada Direktur Poltekkes kendari dan Ketua Jurusan Gizi yang
telah memberi kepercayaan kepada kami untuk menyusun Pedoman PKL Program
Studi D-IV Gizi TA. 2015/2016..

Kami menyadari dengan keterbatasan yang ada, buku pedoman ini masih
memerlukan perbaikan yang berkelanjutan seiring perkembangan ilmu
pengetahuan dan dinamika masyarakat. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua
pihak merupakan penghargaan tersendiri bagi kami untuk terus berkarya
memperbaiki diri demi kesempurnaan karya berikutnya.

Kendari, Maret 2016

Tim Penyusun

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 1


DAFTAR ISI

Pengantar …………………………………….…...................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................. iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................ 1
B. Praktek Kerja Lapangan PPG ......................................... 2
C. Praktek Kerja Lapangan MPIG ....................................... 4
D. Praktek Kerja Lapangan MPGM ........................................ 5
BAB II. PELAKSANAAN PKL .
A. Bentuk Kegiatan ............................................................. 6
B. Lama Kegiatan ............................................................... 6
C. Pembekalan ................................................................... 6
D. Lokasi Kegiatan .............................................................. 7
E. Jadwal Kegiatan ............................................................. 8
BAB III. SISTIMATIKA LAPORAN DAN PENILAIAN
A. Sistimatika ...................................................................... 9
B. Penilaian ....................................................................... 12
C. Tata Tertib ...................................................................... 14
D. Sangsi ....................................................................... 15
BAB IV. PEMBIMBING PKL
A. Dosen Pembimbing Lapangan ....................................... 16
B. Pembimbing Institusi Kesehatan...................................... 16

BAB V . PENUTUP .............................................................................. 17

LAMPIRAN

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 2


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Visi dan misi Prodi D-IV Jurusan Gizi Poltekkes Kendari yakni
menghasilkan Sarjana Sain terapan Gizi yang profesional, berkarakter dan
beretika serta mampu bersaing pada persaiangan resgional, nasional dan
global. Untuk mengantisipasi dan menyiapkan ke arah tersebut maka Prodi D-IV
Jurusan Gizi Poltekkes Kendari menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) yang berorientasi kepada penyiapan mutu lulusan yang diharapkan
mampu memenuhi tuntutan masyarakat.

Untuk menyiapkan dan membekali mahasiswa agar menjadi lulusan


seperti yang diharapkan maka Prodi D-IV Jurusan Gizi Poltekkes Kendari
memberlakukan Persyaratan bahwa mahasiswa harus menempuh mata kuliah
Praktek Belajar Lapangan (PBL) sebagai mata kuliah wajib. Melalui mata kuliah
ini mahasiswa diharapkan mendapatkan kemampuan profesional Sarjana Saint
Terapan Bidang Gizi (S.ST.Gz) yang memiliki keunggulan dan kemampuan
spesifik yaitu :
a. Mahasiswa memiliki kemampuan menganalisis situasi dan mengidentifikasi
masalah kesehatan dan gizi pada tingkat desa/kecamatan/kabupaten/
propinsi.
b. Mahasiswa memiliki kemampuan menetapkan prioritas dan alternatif
pemecahan masalah masalah kesehatan dan gizi pada tingkat
desa/kecamatan/kabupaten/propinsi.
c. Mahasiswa mampu mengembangkan program intervensi untuk
memecahkan masalah kesehatan dan Gizi pada tingkat
desa/kecamatan/kabupaten/propinsi..
d. Mahasiswa memiliki pengalaman belajar di masyarakat sehingga terbentuk
sikap tanggap dan peduli terhadap permasalahan kesehatan dan Gizi di
masyarakat.
e. Mahasiswa memiliki kemampuan menyusun rencana intervensi program gizi
masyarakat tingkat desa/kecamatan/kabupaten/propinsi..
f. Mahasiswa memiliki kemampuan melaksanaan program intervensi gizi
masyarakat tingkat desa/kecamatan/kabupaten/propinsi..
g. Mahasiswa memiliki kemampuan melakukan evaluasi pelaksanaan program
intervensi gizi masyarakat tingkat desa/kecamatan/kabupaten/propinsi.

Praktek Belajar Lapangan pada Prodi D-IV Jurusan Gizi Poltekkes


Kendari untuk program Sarjana Saint Terapan Bidang Gizi (S.ST.Gz) total bobot
mata kuliah 5 SKS yang terbagi ke dalam Praktek Kerja lapangan Perencanaan
program Gizi (PKL-PPG) semester VI sebanyak 1 SKS setara 8 hari lapangan
dan Praktek Kerja lapangan Majamenen Program Intervensi Kesehatan (PKL
MPIG) pada semester VII dengan beban kredit sebesar 4 SKS setara 32 hari
lapangan dan PKL MPGM dengan beban 3 SKS atau setara dengan 24 hari
lapangan.

PKL-PPG merupakan proses belajar mahasiswa pada tahap analisis


situasi dan prioritas masalah. Analisis situasi merupakan tahap awal dari satu

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 3


siklus pemecahan masalah (Problem Solving Cycle). Tujuan analisis situasi
adalah mengumpulkan data dan informasi sebanyak-banyaknya tentang kondisi
kesehatan wilayah yang akan berguna dalam menetapkan permasalahan dan
dalam rangka perencanaan program dan analisis hambatan. Selanjutnya
mengidentifikasi masalah-masalah gizi dan kesehatan yang ada dan
merumuskan beberapa masalah gizi dan kesehatan utama melalui tahapan
penentuan prioritas masalah di wilayah masing-masing.
Tahap analisis situasi didasarkan pada kerangka konsep Triple A
UNICEF 1998 dan Hendrick L.Blum yang menyatakan bahwai terdapat 4 faktor
yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat yaitu faktor genetika, faktor
pelayanan kesehatan, faktor perilaku masyarakat, dan faktor lingkungan
(Notoatmodjo, 2002). Keempat faktor tersebut saling berinteraksi satu dengan
yang lainnya, yang sifat interaksinyabersifat positif atau negatif terhadap derajat
kesehatan.
Untuk itu, analisis situasi masalah gizi dan kesehatan pada PKL ini mencakup
aspek-aspek :

a. Analisis aspek kependudukan


Hasil analisis ini akan menghasilkan informasi tentang ukuran-ukuran demografi
dalam suatu wilayah tertentu seperti jumlah penduduk, jumlah penduduk
menurut umur, mata pencaharian, pendidikan, angka kelahiran, kematian dan
sejenisnya.

b. Analisis aspek program dan pelayanan kesehatan


Hasil analisis ini memperoleh data berkaitan dengan keberadaan sarana
kesehatan, jumlah tenaga medis, cakupan layanan kesehatan, kunjungan
kesehatan (visit rate), sepuluh besar penyakit, angka kesakitan (Gizi dan
penyakit infeksi dan non infeksi) pemanfaatan bidan desa, posyandu, polindes
dan sejenisnya terkait dengan keberadaan institusi kesehatan.

c. Analisis perilaku masyarakat


Hasil analisis ini memberi gambaran tentang pengetahuan, sikap dan perilaku
masyarakat terhadap keberadaan program-program kesehatan seperti Promosi
Kesehatan, Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga
Berencana, Perbaikan Gizi Masyarakat, Pencegahan dan Pemberantasan
Penyakit Menular

d. Analisis faktor lingkungan


Analisis ini mencakup lingkungan fisik, biologis, dan sosial, seperti standar
rumah sehat, sarana mandi, cuci, kakus (MCK) ketersediaan sarana air bersih,
pembuangan limbah, pembuangan sampah, sosial ekonomi, dan lain-lain.

TUJUAN PKL PPG

1. Tujuan Instruksional Umum


Mahasiswa mengenal dan memiliki pengalaman belajar di masyarakat,
memotret kondisi gizi dan kesehatan masyarakat dan mengidentifikasi masalah-
masalah gizi dan kesehatan masyarakat dari aspek lingkungan, perilaku,
pelayanan kesehatan, dan kependudukan maupun hal-hal yang berkaitan
dengan manajemen organisasi pada unit pelayanan kesehatan masyarakat
yaitu Posyandu, Polindes dan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).
Mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan yang ada dan merumuskan

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 4


beberapa masalah kesehatan utama melalui tahapan penentuan prioritas
masalah di wilayah masing-masing.

2. Tujuan Instruksional Khusus

a. Mahasiswa dapat menganalisis situasi masalah-masalah gizi dan kesehatan


masyarakat dari aspek lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan
kependudukan.
b. Mahasiswa dapat mengidentifikasi masalah-masalah gizi dan kesehatan
yang ditemukan dalam bentuk rumusan masalah-masalah gizi dan
kesehatan yang perlu mendapatkan pemecahan lebih lanjut.
c. Mahasiswa dapat menentukan prioritas masalah gizi dan kesehatan yang
ditemukan pada masing-masing wilayahnya.
h. Mahasiswa mampu menganalisis faktor-faktor penyebab dari prioritas
masalah yang ditemukan.
i. Mahasiswa mampu merumuskan penyebab utama dari prioritas masalah
kesehatan di wilayah tersebut
j. Mahasiswa mampu menentukan alternatif-alternatif pemecahan masalah
dalam bentuk rencana program intervensi gizi dan kesehatan .

B. Praktek Kerja Lapangan Manajemen Program Intervensi Gizi dan


(PKL-MPIG)

Pada PBL III mahasiswa mampu menetapkan dan melaksanakan


alternatif pemecahan masalah kesehatan yang dipilih melalui intervensi
langsung. Bentuk intervensi yang akan dilakukan dapat secara fisik maupun non
fisik.

Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
mahasiswa mampu menetapkan dan melaksanakan alternatif pemecahan
masalah kesehatan yang dipilih melalui intervensi langsung.
2. Tujuan Instruksional Khusus
1. Mahasiswa dapat menetapkan alternatif pemecahan masalah kesehatan
2. Mahasiswa dapat melaksanakan intervensi atau kegiatan untuk
memecahkan masalah kesehatan
3. Mahasiswa dapat mengevaluasi intervensi yang dilakukan

C. Praktek Kerja Lapangan Manajemen Program Gizi Masyarakat


(PKL-MPGM)

Pada PKL ini mahasiswa mampu menjelaskan tugas pokok dan fungsi
Puskesmas dan Dinas kesehatan Propinsi/Kabupaten/Kota dalam proses dan
tahapan penyusuanan perencanaa, pelaksanaan dan penilaiaan program gizi
masyarakat pada tingkat Puskesmas dan Dinas
KesehatanProp/Kabupaten/Kota.

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 5


Tujuan
a. Tujuan Umum

Mahasiswa menjelaskan tugas pokok dan fungsi pelayanan


gizi pada tingkat, proses dan tahap perencanaan gizi, pelaksanaan
dan penilaian program gizi pada tingkat Puskesmas dan Dinas
kesehatan Propinsi/ Kabupaten/Kota.

b. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa dapat menjelaskan struktur organisasi, tatalaksana, tugas


pokok dan fungsi Puskesmas dan Dinas Kesehatan
Propinsi/Kabupaten/Kota sebagai tempat pelayanan kesehatan
masyarakat.
b. Mahasiswa dapat menjelaskan proses perencanaan di tingkat
puskesmas dan Dinas KesehatanProp/Kabupaten/Kota.
c. Mahasiswa dapat menganalisis situasi masalah- masalah kesehatan
dan Dinas KesehatanProp/Kabupaten/Kota masyarakat dari aspek
lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan kependudukan pada
tingkat Puskesmas dan Dinas KesehatanProp/Kabupaten/Kota
d. Mahasiswa dapat mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan yang
ditemukan dalam bentuk rumusan masalah-masalah kesehatan yang
perlu mendapatkan pemecahan lebih lanjut pada tingkat Puskesmas
dan Dinas KesehatanProp/Kabupaten/Kota
e. Mahasiswa dapat menentukan prioritas masalah kesehatan pada
tingkat Puskesmas dan Dinas KesehatanProp/Kabupaten/Kota

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 6


BAB II

PELAKSANAAN PKL

A. Bentuk Kegiatan
Pola pelaksanaan PKL mencakup beberapa kegiatan yaitu pembekalan,
penyusunan proposal dan instrument kegiatan, pelaksanaan di lapangan,
penyusunan laporan, seminar hasil, serta pengumpulan laporan.

B. Lama Kegiatan
Kegiatan PKL terbagi dalam 3 tahap dengan bobot masing-masing
tahapan PKL PPG adalah 1 SKS setara 8 hari kerja lapangan dan PKL MPIG
adalah 4 SKS setara dengan 32 hari kerja lapangan dan PKL MPGM dengan
benan 3 SKS atau setara 24 hari lapangan.

C. Pembekalan
Mahasiswa wajib mengikuti acara pembekalan yang dilaksanakan di Prodi
D-IV Gizi Jurusan Gizi Poltekkes Kendari..

1. Materi Pembekalan PKL-PPG :


a. Konsep PKL PPG
b. Kebijakan Pembangunan Kesehatan
c. Pendekatan Kemasyarakatan
d. Analisis Situasi dan Prioritas Masalah
e. Teknik Pengumpulan Data
f. Teknik Sampling
g. Teknik Pembuatan Kuesioner

2. Materi Pembekalan PKL-MPIG :


 Konsep PKL MPIG
 POA (Plan Of Action)
 Pemberdayaan Masyarakat
 Teknik Intervensi Kesehatan (KIE)
 Teknologi Tepat Guna
 Teknik evaluasi Program kesehatan

3. Materi Pembekalan PBL III :

a. Konsep PKL MPGM


b. Kebijakan Pembangunan Kesehatan
c. Program Gizi Masyarakat Tingkat Puskesmas/Dinkes Prop/Kab/Kota
d. Teknik dan metode Perencanaan program Gizi Masyarakat Tingkat
Puskesmas/Dinkes Prop/Kab/Kota
e. Pelaksanaan dan evaluasi program gizi masyarakat Tingkat
Puskesmas/Dinkes Prop/Kab/Kota

D. Lokasi Kegiatan
1. PKL PPG dan MPIG di Kecamatan Wonggeduku pada 6 desa sbb:
a. Desa 1
b. Desa 2
c. Desa 3

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 7


d. Desa 4
e. Desa 5
f. Desa 6
2. PKL MPGM
a. Puskesmas di Kota Kendari : 6 Puskesmas
b. Dinas kesehatan Propinsi/Kota

E. Jadwal Kegiatan

No. Kegiatan Tanggal (2016) Sasaran


I PKL PPG
a. Persiapan
 Rapat-rapat dosen dan staf Maret – April Dosen/Staf
 Pembentukan Panpel dan 21 Maret Dosen/Staf
Pembimbing PKL
 Penyusunan pedoman PKL 14-19 Maret Dosen
 Penjelasan pedoman PKL 28 Maret Dosen dan Mhs
 Penyusunan proposal pengumpulan 14 Maret – 23 April Mahasiswa
data
 Pengembangan instrument 14 Maret – 23 April Mahasiswa
pengumpulan data
 Pengadaan bahan/ATK/fotokopi/dll 28 Maret Panpel
 Surat menyurat/dokumen Maret – April Panpel
 Seminar proposal dan instrument 25 – 30 April Dosen dan
pengumpulan data Mahasiswa

b. Pelaksanaan
 Persiapan
o Pemeriksaan kelengkapan 1 Mei Panpel
puldat
o Pemeriksaan kesiapan alat Panpel
transportasi 1 Mei
 Pelaksanaan
o PTK 1 Mei Semua elemen
o PTD 1 Mei Pbimbing dan Mhs
o Puldat 1 – 7 Mei Mahasiswa
o Supervisi dan Bimbingan 1 – 7 Mei Panpel dan Pbbg
o Presentasi laporan eksekutif 8 Mei Mhs, panpel dan
puldat tk. Kecamatan Pbbg

c. Penilaian
 Penyusunan laporan puldat 9 – 21 Mei Mhs dan Pbb
 Seminar Laporan 23 – 28 mei Mhs dan Pbb
 Penyusunan rencana program 30 Mei – 4 Juni Mhs dan Pbb
intervensi gizi
 Seminar rencana program intervensi 6 – 11 Juni Mhs dan Pbb
gizi
 Penyusunan rencana program 13-18 Juni Mhs dan Pbb
intervensi gizi

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 8


 Seminar Rencana Intervensi program 20 – 25 Juni Mhs dan Pbb
Gizi Msyarakat

II PKL MPIG Ditentukan Kemudian


a. Persiapan
Sept 2016 – Januari
b. Pelaksanaan
2017
c. Penilaian

III PKL MPGM Ditentukan Kemudian


a. Persiapan
b. Pelaksanaan Maret – Juli 2017
c. Penilaian

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 9


BAB III

SISTIMATIKA DAN PENILAIAN

A. Sistimatika Proposal dan Laporan


 Baik proposal kegiatan maupun laporan PKL PPG ditulis dalam bahasa
Indonesia baku pada kertas HVS 70 g berukuran kuarto A4 dan dicetak
menggunakan tinta hitam. Penulisan menggunakan huruf standar yaitu
Times New Roman dengan font 12, pada program software MS Word.
Pengetikan meggunakan jarak 2 spasi, dengan batas 4 cm dari tepi kiri, 3
cm dari tepi kanan, kiri dan bawah.
 Penyusunan Proposal diperlukan untuk menyusun rencana pelaksanaan
PKL pada masing-masing kelompok. Proposal disusun dengan bimbingan
dosen pembimbing lapangan dengan dibuktikan tanda persetujuan dosen
pembimbing lapangan.
 Proposal yang telah disetujui dosen pembimbing dijilid kemudian diserahkan
ke panitia PKL sebanyak 3 eksemplar.
 Laporan yang sudah disahkan oleh Kepala Puskesmas dan Pembimbing
Lapangan diserahkan ke panitia PKL sebanyak 3 eksemplar.

PKL PPG

1. Sistimatika Penulisan Proposal :


A. Pendahuluan
B. Tujuan
C. Manfaat
D. Tinjauan Pustaka/Landasan Teoritis
E. Metode Pelaksanaan
1. Tempat dan Waktu
2. Jenis Penelitian
3. Definisi Operasional
4. Populasi dan Sampel
5. Instrumen
6. Pengumpulan data
7. Analisa Data
8. Penentuan Prioritas Masalah
F. Jadwal Kegiatan
G. Daftar Pustaka
H. Lampiran (Kuesioner)

2. Sistimatika Penulisan Laporan :


Halaman Judul
Halaman Pengesahan
Ringkasan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Lampiran

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 10


BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Manfaat
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
BAB III. METODE PELAKSANAAN
A. Tempat dan Waktu
B. Jenis dan Metode
C. Definisi Operasional
D. Populasi dan Sampel
E Instrumen
F. Pengumpulan data
G Analisa Data
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil (s/d Prioritas)
B. Pembahasan
BAB V. SIMPULAN dan SARAN
A. Simpulan
B. Saran
BAB VI RENCANA PROGRAM INTERVENSI GIZI MASYARAKAT
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN (Kuesioner, Gambar alat, peta, dokumentasi, dll)

PKL MPIG

1. Sistimatika penulisan Proposal :


a. Judul
b. Pendahuluan
c. Perumusan Masalah
d. Tinjauan Pustaka
e. Tujuan
f. Manfaat
g. Khalayak Sasaran
h. Metode Penerapan Kegiatan
i. Rancangan Evaluasi
j. Matrik Rencana Kegiatan
k. Jadwal
l. Personalia Kegiatan
m. Daftar Pustaka
n. Lampiran

2. Sistimatika penulisan laporan :


a. Judul
b. Pendahuluan
c. Perumusan Masalah
d. Tinjauan Pustaka
e. Tujuan
f. Manfaat
g. Khalayak Sasaran
h. Metode Penerapan Kegiatan

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 11


i. Hasil dan pembahasan
j. Matrik Hasil Kagiatan
k. Personalia Kegiatan
l. Daftar Pustaka
Lampiran (Gambar , alat, peta, dokumentasi, dll)

PBL MPGM

1. Sistimatika penulisan Proposal :


a. Judul
b. Pendahuluan
c. Perumusan Masalah
d. Tinjauan Pustaka
e. Tujuan
f. Manfaat
g. Khalayak Sasaran
h. Metode Penerapan Kegiatan
i. Rancangan Evaluasi
j. Matrik Rencana Kegiatan
k. Jadwal
l. Personalia Kegiatan
m. Daftar Pustaka
n. Lampiran

2. Sistimatika penulisan laporan :


a. Judul
b. Pendahuluan
c. Perumusan Masalah
d. Tinjauan Pustaka
e. Tujuan
f. Manfaat
g. Khalayak Sasaran
h. Metode Penerapan Kegiatan
i. Hasil dan pembahasan
j. Matrik Hasil Kagiatan
k. Personalia Kegiatan
l. Daftar Pustaka
Lampiran (Gambar , alat, peta, dokumentasi, dll)

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 12


B. PENILAIAN
Penilaian PKL mencakup komponen-komponen seperti pada bagan di
bawah ini.

PKL PPG DAN MPIG


Nilai Akhir
(100 %)

TEAM DPL TEAM PENGUJI


(40 %) (60 %)

DISIPLIN PROPOSAL ISI LAPORAN SEMINAR


WAKTU Bobot 30 % Bobot 30 % Bobot 30 %
Bobot 10 % Penilai : Penilai : (3) Penilai : (3)
Pembimbing Penguji Penguji
Penilai
PANITIA - Independen - Independen
- Puskesmas - Puskesmas
Pembimbing Pembimbing
15 % 15 %
Aspek Nilai Nilai
Aspek Aspek
Kelompok Individu
1 .Kehadiran 1.Penulisan 1.Metode
Pembekala 2.Cakupan penyampaian
n Perolehan Data
2. Kehadiran 3.Keakutan Data 2.Penguasaan
dilapangan Aspek
4.Metode Materi
3. Kehadiran Pelaksanaan
seminar 1.Kerjasama
5.Hasil dan 3.Kemampuan
Pembahsan menyampaikan
2.Kreatifitas
6.Kesimpulan pendapat
7.Kesinambungan
3.Keaktifan
Komponen Laporan

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 13


PKL MPGM

Nilai Akhir
(100 %)

PRESENSI PROPOSAL Pelaksanaan Laporan


Bobot 10 %
Bobot 25 % Bobot 40 % Bobot 25 %
Penilai  Penilai :  Penilai :
PANITIA Penilai : Pembimbing Pembimbing
Pembimbing Independen Independen
Independen  Puskesmas

Aspek Aspek Aspek Aspek


1 .Kehadiran 1.Penulisan 1.Bentuk 1.Penulisam
Pembekalan 2.Kesesuian Intervensi 2.Capaian
bentuk 2.Metode Intervensi
2. Kehadiran intervensi dng Intervensi 3.Hasil
dilapangan’ permasalahan 3.Media Pembahasan
3.Ketepatan 4.Partisipasi 4.Kesimpulan
3. Kehadiran kelompok Individu
seminar sasaran
4.Efektivitas biaya
5.Kesesuaian alat
evaluasi
6.Kesinambungan
antar komponen

C. Tata Tertib

Tata tertib bagi mahasiswa peserta PKL :


1. Mahasiswa wajib mengikuti semua tahapan pelaksanaan PKL, kecuali sakit
dengan bukti keterangan dari dokter.
2. Mahasiswa wajib melaksanakan tugas sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan.
3. Mahasiswa wajib menjaga dan memelihara nama baik almamater.
4. Mahasiswa tidak diperkenankan mengikuti kegiatan organisasi yang bersifat
politik praktis.
5. Mahasiswa tidak diperkenankan melaksanakan kegiatan yang bersifat
menyinggung unsur SARA.

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 14


D. Sanksi

Setiap pelanggaran akan dikenai sangsi sesuai dengan jenis pelangggaran


yang akan berpengaruh terhadap perolehan nilai akhir PKL, dengan ketentuan
sebagai berikut ;
1. Pelanggaran ringan, akan dikenai teguran lisan dari dosen pembimbing.
2. Pelanggaran menengah, akan dikenai teguran keras dengan tulisan dari
pimpinan program.
3. Pelanggaran berat akan dikenai sangsi penarikan dari lokasi PKL serta
keikutsertaannya dalam PKL dinyatakan gugur.

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 15


BAB IV

PEMBIMBING PKL

Agar pelaksanaan PKL dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang telah
ditentukan, serta untuk mengantisipasi kendala-kendala yang kemungkinan akan
dijumpai mahasiswa pada saat di lapangan, maka dalam pelaksanaan PBL tersebut
mahasiswa akan dibantu oleh sejumlah dosen pembimbing.

A. Dosen Pembimbing Lapangan (DPL)


Adapun tugas dosen pembimbing lapangan antara lain ;
1. Melakukan koordinasi dengan tempat ataupun institusi kesehatan dimana
mahasiswa melaksanakan PBL.
2. Memberikan bimbingan kepada mahasiswa peserta PBL berkaitan dengan
teknik penyusunan laporan sesuai dengan format laporan yang telah
ditentukan.
3. Membantu mahasiswa berkaitan dengan teknik pelaksanaan di lapangan.
4. Memberikan bimbingan dan arahan berkaitan dengan teknik pemilihan
rumusan masalah, tujuan, kajian pustaka, metodologi, pembahasan, hasil,
serta kesimpulan.
5. Melaksanakan penilaian lapangan terhadap mahasiswa

B. Dosen Pembimbing Institusi Kesehatan (DPI).


Adapun tugas DPI antara lain ;
1. Memberikan petunjuk teknis dan informasi berkaitan dengan masalah
kesehatan dimana mahasiswa melaksanakan PBL.
2. Membantu mahasiswa berkaitan dengan teknik pelaksanaan di lapangan.
3. Melaksanakan penilaian lapangan terhadap mahasiswa

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 16


BAB V

PENUTUP

Agar pelaksanaan PKL dapat berjalan sesuai dengan rencana maka, kepada
semua mahasiswa peserta PKL diwajibkan mengikuti tahapan-tahapan
pelaksanaan dengan baik dan penuh tanggung jawab. Hal-hal yang bersangkutan
dengan teknis dan peraturan lain yang belum tertuang dalam buku pedoman ini
akan ditentukan kemudian.

Kendari, Maret 2016

Tim PKL

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 17


Notoatmodjo, S. 2002. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta.
, Renstra Prodi D-IV Jurusan Gizi Poltekkes Kendari 2013-2017,
Kendari: Poltekkes kendari Jurusan Gizi Prodi D-IV, 2013
.

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 18


Lampiran 1

Materi Pembekalan PKL PPG :

Konsep PKL
Oleh: Ketua Tim PKL

A. Pengertian
Praktek belajar lapangan merupakan bagian dari proses pendidikan yang
berhubungan erat dengan pembinaan mahasiswa secara utuh serta
pengembangan dan peningkatan kemampuan mahasiswa dalam mencermati
permasalahan-permasalahan kesehatan di masyarakat. Praktek Belajar
Lapangan adalah mata kuliah yang bertujuan untuk menyiapkan lulusan yang
memiliki sifat responsive, mengembangkan kemampuan mengidentifikasi
masalah untuk kemudian mencari alternatif pemecahan masalah-masalah
kesehatan di masyarakat. Oleh karena itu PBL merupakan bagian integral dari
kurikulum pendidikan tinggi dan merupakan persyaratan bagi setiap mahasiswa
FKIK Jurusan Kesehatan Masyarakat.
Hal ini bermakna bahwa status Praktek Belajar Lapangan adalah sebagai
intrakurikuler wajib yang termasuk ke dalam Mata Kuliah Keahlian Berkarya
(MKKB). Praktek Belajar Lapangan pada Prodi D-IV Jurusan Gizi Poltekkes
Kendari total bobot mata kuliah 8 SKS yang terbagi ke dalamPKL PPG pada
semester VI, PKL MPIG pada semester VII, serta PKL MPGM pada semester
VIII, dengan masing-masing berbobot 1, 4 DAN 3 SKS. Besar beban akademik
ini diperoleh dari perhitungan kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa dalam
pelaksanaan PKL sebagai berikut :
a. Tahap persiapan, kepada mahasiswa diwajibkan mengikuti kuliah dalam
bentuk pembekalan yang berkisar antara 700 menit (tujuh kali tatap muka @
100 menit) yang identik dengan pertemuan separoh semester (tujuh kali
pertemuan).
b. Tahap pelaksanaan, kepada mahasiswa diwajibkan melakukan kegiatan
antara kain , penyusunan proposal, pendekatan masyarakat, pelaksanaan
program, dan penulisan laporan dalam waktu enam (6) minggu.

B. Praktek Kerja Lapangan Perencanaan Program Gizi (PKL PPG)

PKL PPG merupakan proses belajar mahasiswa pada tahap analisis


situasi dan identifikasi masalah. Analisis situasi merupakan langkah awal dalam
rangka proses pemecahan masalah menurut siklus pemecahan masalah
(problem solving cycle) seperti bagan di bawah ini.

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 19


Analisis Situasi

Evaluasi Identifikasi
Masalah

Monitoring Prioritas
Masalah

Pelaksanaan Alternatif
Kegiatan Pemecahan
Masalah

Rencana Pelaksanaan

Analisis situasi dan identifikasi masalah dilakukan dengan cara


pengumpulan data baik data primer maupun sekunder dari masyarakat. Analisis
situasi ini didasarkan pada kerangka konsep Hendrick L. Blum yang menggaris
bawahi bahwa terdapat empat faktor yang mempengaruhi terhadap derajat
kesehatan masyarakat yaitu factor genetika, pelayanan kesehatan, perilaku
masyarakat , dan factor lingkungan. Dari analisis situasi dan identifikasi data
yang dilakukan diharapkan akan dapat diketemukan masalah-masalah
kesehatan yang terdapat pada masyarakat tertentu. Sedangkan tahapan
selanjutnya seperti penentuan prioritas masalah dan alternatif pemecahan
masalah akan dilaksanakan manakala mahasiswa melaksanakan PBL II dan III.

C. Tujuan dan Sasaran PKL PPG

a. Tujuan Instruksional Umum


Mahasiswa mengenal dan memiliki pengalaman belajar di
masyarakat, memotret kondisi kesehatan masyarakat dan mengidentifikasi
masalah-masalah gizi masyarakat dari aspek lingkungan, perilaku,
pelayanan kesehatan, dan kependudukan maupun hal-hal yang berkaitan
dengan manajemen organisasi pada masyarakat). Mengidentifikasi
masalah-masalah gizi yang ada dan merumuskan beberapa masalah
kesehatan utama melalui tahapan penentuan prioritas masalah di wilayah
masing-masing.

b. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah melaksanakan PKL PPG diharapkan ;
1. Mahasiswa dapat menjelaskan struktur organisasi, tatalaksana, tugas
pokok dan fungsi Puskesmas sebagai tempat pelayanan kesehatan
masyarakat.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan proses perencanaan di tingkat
puskesmas.
3. Mahasiswa dapat menganalisis situasi masalah- masalah kesehatan
masyarakat dari aspek lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan
kependudukan.

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 20


4. Mahasiswa dapat mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan yang
ditemukan dalam bentuk rumusan masalah-masalah kesehatan yang
perlu mendapatkan pemecahan lebih lanjut.
5. Mahasiswa dapat menentukan prioritas masalah kesehatan

SASARAN

Praktek Kerja Lapangan ini memiliki tiga kelompok sasaran yaitu ;


mahasiswa, pemerintah daerah (Dinas Kesehatan Kabupaten, Puskesmas dan
Desa/Kelurahan), dan perguruan tinggi. Dimana masing-masing kelompok
sasaran mempunyai kemanfaatan sebagai berikut:
a. Mahasiswa
Memperdalam pengertian, mengembangkan sikap responsif dan
penghayatan mahasiswa terhadap permasalah-masalah kesehatan di
masyarakat.
b. Pemerintah daerah (Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Puskesmas dan
Desa/Kelurahan)
Memperoleh masukan dan bantuan pemikiran dalam rangka perencanaan
dan pelaksanaan pembangunan masyarakat yang berwawasan kesehatan.
c. Perguruan Tinggi
Memperoleh umpan balik sebagai pengintegrasian mahasiswa dengan
proses pembangunan kesehatan di tengah-tengah masyarakat, sehingga
kurikulum, materi perkuliahan dan pengembangan ilmu yang dikelola
perguruan tinggi dapat lebih disesuaikan dengan tuntutan nyata
pembangunan masyarakat di bidang kesehatan.

D. Pelaksanaan
1. Persiapan
Keberhasilan pelaksanaan Praktek Belajar Lapangan akan sangat
ditentukan oleh kecermatan dan persiapan tim PBL sebelum mahasiswa
melakukan kegiatan di lapangan. Untuk itu tahap persiapan harus
dimanfaatkan sebaik mungkin yang meliputi kegiatan :
a. Koordinasi internal (Prodi D-IV Jurusan Gizi Poltekkes Kendari) yang
mencakup ;
- Penunjukkan tim pengelola PKL
- Konsultasi dengan pimpinan
- Rekapitulasi calon peserta PKL
- Penentuan pembimbing lapangan

b. Koordinasi external (Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota) yang mencakup


- Perijinan
- Permohonan lokasi PKL
- Penjelasan teknis
- Permohonan penyampaian materi pembekalan

2. Pelaksanan PKL PPG meliputi beberapa kegiatan yaitu :


a. Pembekalan teknis: diberikan kepada mahasiswa berkaitan dengan tata
urutan atau langkah-langkah yang sebaiknya dilakukan oleh peserta
PKL.

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 21


b. Pembekalan materi: secara umum berisi tentang kemampuan dasar
yang harus dimiliki berkaitan dengan penguasaan pengetahuan yang
sangat terkait dan mendukung terhadap pelaksanaan PKL di lapangan.

c. Observasi : mencakup observasi di Puskesmas yang bertujuan untuk


mendapatkan informasi tentang pelayanan kesehatan kaitannya
dengan tugas pokok dan fungsi Puskesmas serta observasi desa
dilakukan baik di kantor desa, kepada pemuka desa, tokoh masyarakat,
serta masyarakat pada umumnya dalam rangka menggali informasi
tentang masalah-masalah kesehatan.

d. Pemilihan alat pengumpul data : tahapan ini pada dasarnya memberikan


kesempatan kepada mahasiswa untuk memastikan apakah alat
pengumpul data (kuesioner, wawancara, observasi langsung)

e. Pengambilan sampel : tahapan ini berkaitan dengan keputusan teknik


pengambilan sampel yang dipilih serta jumlah sampel yang dianggap
mewakili dari masyarakat sasaran.

f. Pengambilan data : kegiatan ini merupakan tahapan akhir dari kegiatan


PKL di lapangan, dimana mahasiswa diharapkan memperoleh data atau
informasi dari masyarakat dengan menggunakan instrument yang sudah
mereka siapkan.

3. Pasca Pelaksanan PKLI


Setelah mahasiswa melaksanakan kegiatan analisis situasi, identifikasi
masalah serta penentuan prioritas masalah, maka tahapan berikutnya
adalah mahasiswa diwajibkan membuat laporan yang merupakan bahan
evaluasi pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan.

E. Penutup
Keberhasilan pelaksanaan PBL I sangat ditentukan antara lain adanya
kerjasama yang baik antara Prodi D-IV Jurusan Gizi Poltekkes Kendari, Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, Puskesmas dan desa lokasi kegiatan.
Selama kegiatan di lapangan mahasiswa dituntut mampu menyesuaikan diri
dengan masyarakat, menjunjung tinggi moral dan etika hidup bermasyarakat
yang pada akhirnya dapat memberikan andil terhadap pembangunan
masyarakat di bidang kesehatan.

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 22


Analisis Situasi Kesehatan

Pengertian Analisis Situasi

Analisis situasi merupakan langkah awal dalam Problem Solving Cycle


(Siklus Pemecahan Masalah). Dalam proses pemecahan masalah selalu dimulai
dari analisis situasi. Proses pemecahan masalah diharapkan benar-benar
memecahkan masalah kesehatan yang ada di masyarakat. Semua itu memerlukan
dukungan informasi yang tepat dari proses analisis situasi.

Tujuan analisis situasi adalah mengumpulkan informasi sebanyak-


banyaknya tentang kondisi kesehatan di suatu daerah yang akan berguna untuk
menetapkan permasalahan (identifikasi masalah). Analisa situasi juga dapat
digunakan dalam rangka perencanaan program dan analisis hambatan.

Dengan dilakukan analisis situasi kita dapat memotret kondisi kesehatan


masyarakat yang sedang dihadapi suatu daerah serta determinan-determinannya
atau faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Sehingga
dapat diperkirakan secara tidak langsung derajat kesehatan masyarakat atau
masalah kesehatan yang dialami masyarakat.

Analisis Situasi merupakan proses pengamatan situasi kini (present


condition atau the existing condition) dengan melakukan pengamatan secara
langsung di lapangan dan mengumpulkan informasi atau data dari laporan-aporan
atau publikasi melalui metode observasi dan wawancara.

Dari data yang terkumpul perlu kita dapat mengurai masalah kesehatan
masyarakat dengan pendekatan konsep : Hl. Blum, pohon masalah, faktor
pelayanan kesehatan atau program masyarakat dan lingkungan.

Hendrick L.Blum mengemukakan konsep tentang faktor-faktor apa yang


mempengaruhi derajat kesehatan. Terdapat empat faktor yang mempenaruhi
derajat kesehatan masyarakat yaitu genetika (keturunan), pelayanan kesehatan,
perilaku masyarakat, lingkungan. Keempat faktor tersebut saling berinteraksi satu
dengan lainnya dengan sifat interaksi dapat positif maupun negatif terhadap derajat
kesehatan. Besar kecinya pengaruh dari masing-masing faktor Hl. Blum sangat
tergantung dari masalah kesehatan yang sedang dihadapi.

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 23


Faktor Penduduk
 Herediter
Faktor
Faktor Pelayanan
Lingk Kesh
 Fisik  Promotif
 Biologis Derajat  Prevenrif
 Sosio  Kuratif
kultural Kesehatan  Rehabilitatif

Faktor Perilaku
 Sikap
 Gaya hidup
Gambar 1. Konsep Hl. Blum
Mengikuti kerangka Konsep HL. Blum, analisis situasi kesehatan selayaknya
mengikuti 5 ( lima ) aspek, yaitu :

1. Analisis Derajat ( Masalah ) Kesehatan

Sehat dapat mencakup pengertian yang sangat luas, yaitu bukan saja sehat
dalam arti bebas dari penyakit tetapi termasuk juga tercapainya kesejahteraan fisik,
sosial dan mental.

Untuk menilai suatu kondisi kesehatan digunakan indikator-indikator yang


merupakan kesepakatan mengenai kuantifikasi fenomena kesehatan yang terjadi di
masyarakat. Indikator keadaan kesehatan dapat dibandingkan dengan standar
pelayanan kesehatan, cakupan, target program kesehatan di daerahnya
(puskesmas, kabupaten, propinsi, nasional) atau dibandingkan dengan daerah lain
serta dapat dianalisa kejadian dari waktu ke waktu (trend / kecenderungan).

Indikator yang biasa digunakan untuk mengukur derajat kesehatan secara


umum adalah angka kematian (mortalitas) dan angka kesakitan (moebiditas) .

a. Angka Kematian /Mortalitas


Angka kematian merupakan indikator status kesehatan dan sekaligus
juga indikator kependudukan.
 Angka Kematian Bayi ( Infant Mortality Rate /IMR )
 Angka Kematian Ibu ( Martenal Mortality Rate/MMR )

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 24


 Angka Kematian menurut Penyebab Tertentu ( Age Specific Death
Rate/ASDR )

Ketiga angka kematian tersebut merupakan indikator yang peka untuk


menggambarkan status kesehatan dibanding dengan Angka Kematian Kasar
(Crude Death Rate ) atau Angka Kematian Menurut Umur ( age Spesific Death
Rate ) yang lebih tepat untuk menggambarkan keadaan demografis.

b. Angka Kesakitan /Morbiditas

Angka kesakitan adalah jumlah orang yang terkena penyakit tertentu.


Ada 2 macam cara yang digunakan untuk mengukur angka yaitu Angka
Insidens (Incidence Rate )dan Angka Prevalens (Prevalence Rate).
 Angka Insidens
Angka Insidens dari suatu penyakit tertentu adalah jumlah kasus baru
yang terjadi di kalangan penduduk selama periode waktu tertentu.
 Angka Prevalens
Adalah jumlah orang yang menderita penyakit tertentu dalam satu
kelompok penduduk tertentu dalam suatu waktu tertentu pula. Ada 2
metode penghitungan yaitu:
- Point Prevalens : penghitungan jumlah orang yang menderita
penyakit tertentu dalam waktu singkat .
- Period Prevalens : Jumlah kasus penyakit selama 1 periode tertentu

2. Analisis Lingkungan Kesehatan

Aspek lingkungan dianggap faktor yang memiliki pengaruh yang paling


besar terhadap derajat kesehatan. Secara spesifik aspek lingkungan yang
berhubungan dengan kesehatan yaitu lingkungan fisik, biologis dan lingkungan
sosial.
a. Lingkungan Fisik
Komponen lingkungan fisik diantaranya mencakup suhu udara, kelembaban,
penyinaran matahari, kebisingan, dan lain-lain.

b. Lingkungan Biologi
Komponen yang termasuk dalam lingkungan biologis adalah sanitasi, kuman
penyakit, vektor, binatang ternak, dll.
Indikator yang dapat digunakan untuk menganalisis lingkungan biologis : akses
terhadap air bersih, jumlah jamban dan pembuangan sampah serta keberadaan
vektor penyakit.

c. Lingkungan Sosial-Ekonomi
Informasi mengenai keadaan sosial ekonomi masyarakat juga sangat
bermanfaat dalam menganalisis faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
derajat kesehatan.
Data ekonomi yang bisa digunakan: Pendapatan Asli Daerah (PAD),
pendapatan perkapita, produk Domestik Refional Bruto (PDRB) per kapita,
Upah Minimal Regional (UMR),
Data lingkungan sosial yang dapat digunakan yaitu pranata (lembaga-
lembaga) yang ada dan hidup di masyarakat seperti pengaruh lembaga adat
istiadat, organisasi sosial kemasyarakatan, organisasi keagamaan dan lain-lain.

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 25


3. Analisis Perilaku Kesehatan
Analisis Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang
terhadap stimulus yang berkaitan dengan konsep sehat-sakit, penyakit, sistem
pelayanan kesehatan, makanan, lingkungan serta kepercayaan-kepercayaan
kesehatan yang ada dimasyarakat.. Respons dapat bersifat pasif (pengetahuan,
persepsi dan sikap ) maupun aktif ( tindakan nyata atau praktek ). Sedangkan
stimulus :
a. Perilaku terhadap sakit : bagaimana manusia berespons terhadap rasa sakit
yang ada pada dirinya baik secara pasif maupun aktif. Perilaku ini dapat
disesuaikan dengan tingkat-tingkat pencegahan penyakit :
 Perilaku berhubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan.
Misal : PHBS, gizi seimbang, olahraga dll.
 Perilaku pencegahan penyakit. Misal : Imunisasi, tidur memakai kelambu
untuk mencegah gigitan nyamuk malaria, dll
 Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan. Misal : Usaha mencari
pengobatan ke fasilitas kesehatan modern maupun ke fasilitas kesehatan
tradisional (dukun, sinshe dll).

b. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan


Perilaku ini menyangkut respons terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan,
petugas kesehatan, dan obat-obatan.

c. Perilaku terhadap makanan


Perilaku ini meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan praktek terhadap
makanan serta unsur-unsur yang terkandung di dalamnya, pengelolaan
makanan dll.

d Perilaku terhadap lingkungan kesehatan


Lingkup perilaku ini mencakup :
 Perilaku sehubungan dengan air bersih
 Perilaku berhubungan dengan pembuangan limbah
 Perilaku berhubungan dengan rumah yang sehat
 Perilaku berhubungan dengan pembersihan sarang-sarang nyamuk

Sumber data dan informasi tentang analisis perilaku kesehatan dapat


diambil dari SUSENAS, SKRT, sumber data langsung dari masyarat, pendapat
tokoh masyarakat, agama.

4. Analisis Program dan Pelayanan Kesehatan


Pelayanan kesehatan meliputi rumah sakit, puskesmas, puskesmas
kelililing, bidan desa, dokter praktek, POLINDES, posyandu. Sumber data dan
informasi dapat diambil dari Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas
(SP2TP), Sistem Pencatatan Rumah Sakit (SP2RS), SUSENAS, SKRT, dll.
Analisis program dan pelayanan kesehatan dapat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan sistem, yaitu denagn memperhatikan komponen input-
proses-output. Akan tetapi aspek proses dalam program dan pelayanan kesehatan
sanat komplek dan berbeda-beda antar program maka analisis lebih ditekankan
pada aspek input dan output serta peran serta masyarakat.

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 26


- Analisis input
Input adalah sub elemen- sub elemen yang diperlukan sebagai masukan untuk
berfungsinya sistem.
Imput meliputi tenaga, dana, fasilitas dan sarana kesehatan, kebijakan,
teknologi yang diterapkan.
Langkah dalam analisis input : merinci secara jelas imput yang ada baik secara
kuantitatif maupun kualitatif
Misalkan, data sumber daya tenaga kesehatan di puskesmas X tahun Y
 dianalisis “Kecukupan tenaga kesehatan”
Indikator :
Rasio nakes dengan jumlah penduduk yan harus dilayani
Rasio bidan dengan jumlah ibu hamil, dll

- Analisis Output Upaya kesehatan


Dari berbagai pelaksanaan program dapat dilakukan analisis tentang hasil yang
dicapai oleh program upaya kesehatan. Dalam analisis ini dibedakan
“Pencapaian program” dan “Output program”
Pencapaian program lebih bersifat statis artinya hanya menggambarkan
keadaan sampai suatu saat tertentu (misal: pencapaian imunisasi campak yang
dinyatakan dalam %)
Output program lebih bersifat dinamis artinya, menggambarkan berapa banyak
hasil yang diprosuksi per satuan waktu (per bulan) misal. Jumlah pasien pada
bulan x. Dengan mengetahui output pada diketahui pola/ trend selama setahun.
Trend ini pada dasarnya menggambarkan kapasitas upaya kesehatan dan
berguna untuk penetapan sasaran pada masa yang akan datang.

- Analisis peran serta masyarakat


Peran serta masyarakat seringkali menjadi faktor penting dalam
keberhasilan program kesehatan. Kesulitan yang sering dihadapi dalam analisis
peran serta masyarakat yaitu belum adanya ukuran standar peran serta
masyarakat dalam program kesehatan, sehingga indikatornya tidak dapat
dibandingkan dengan pengukuran pada daerah lain atau waktu yang lain.
Contoh dari analisis partisipasi masyarakat dalam meningktkan kegiatan
posyandu, rasio kader aktif dengan jumlah balita di desa X

5. Analisis Faktor Hereditas dan kependudukan


Analisis faktor hereditas/keturunan yang berpengaruh terhadap derajat
kesehatan biasanya sulit didapat untuk itu dapat menggunakan analisis demografi.
Analisis hereditas/keturunan dapat dilakukan dengan melihat penyakit-
penyakit yang terjadi dipengaruhi oleh faktor keturunan, misal : Penyakit Diabetes
Mellitus.
Analisis demografi penting untuk menentukan besaran masalah dan
besaran target program dan analisis indikator-Indikator lainnya
Jumlah balita  sasaran imunisasi, sasaran PMT, dll
Untuk melakukan analisis kependudukan data dan informasi yang
diperlukan: Jumlah, komposisi serta struktur penduduk, pertumbuhan penduduk,
persebaran penduduk, informasi spesifik lainnya : jumlah bayi dan balita, ibu hamil,
fertilitas, tingkat pendidikan, mata pencaharian dll.
Data dapat diperoleh secara tidak langsung (sekunder) di kantor BPS dan
data primer dengan wawancara menggunakan kuesioner.

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 27


METODE ANALISIS
Ada berbagai metode yang dapat digunakan untuk menganalisis data yang
ada. Analisis situasi kesehatan selanjutnya menggunakan metode-metode
epidemiologi untuk menganalisis lebih lanjut. Tujuannya untuk mengetahui
epidemiologi penyakit pada kelompok masyarakat tertentu, dapat digunakan untuk
penentuan prioritas masalah dan tujuan program yang akan dicapai.
Beberapa analisis sederhana yang dapat dilakukan pada ANALISIS
SITUASI kesehatan adalah
1. Analisis pembandingan
Data dari suatu indikator dibandingkan dengan standar yg berlaku umum atau
dibandingkan dengan target yang harus dicapai. (Standar lokal, nasional,
internasional, nilai cakupan, target dari suatu program kesehatan). Dapat pula
dibandingkan dengan data yang didapat dari daerah lain
2. Metode kecenderungan (trend)
Analisis kecencerungan sangat berguna untuk melihat kecenderungan kejadian
penyakit di suatu daerah, melihat apakah kejadian penyakit tertentu mempunyai
kecenderungan siklus atau tidak serta dapat memperkirakan hubungan kejadian
penyakit dengan terjadinya kasus-kasus tertentu

PENYAMPAIAN DATA
Penyajian data analisa situsi dapat berupa
 Naratif atau deskriptif untuk data data kualitatif
 Tabel secara sistematik dan detail, mudah dipahami
 Grafik ,lebih memudahkan pembacaan dan intrepretasi data jenis : histogram,
grafik garis, grafik batang, pie chart, scatter plot dll

DAFTAR PUSTAKA
Modul Analisis Situasi kesehatan Dati II dan sistem Informasi Kesehatan.1998.
Modul Pelatihan Perencanaan Kesehatan Terpadu. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia, Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat.Penerbit Rineka Cipta,
Jakarta

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 28


MENETAPKAN PRIORITAS MASALAH

Penetapan prioritas masalah menjadi bagian penting dalam proses


pemecahan masalah dikarenakan dua alasan. Pertama, karena terbatasnya sumber
daya yang tersedia, dan karena itu tidak mungkin menyelesaikan semua masalah.
Kedua, karena adanya hubungan antara satu masalah dengan masalah lainnya,
dan karena itu tidak perlu semua masalah diselesaikan (Azwar, 1996).
Ada beberap teknik atau metode yang dapat digunakan untuk menetapkan
prioritas masalah baik dengan menggunakan pendekatan kuantitatif maupun
kualitatif sebagai berikut.
A. Metode Kuantitatif
1. Teknik Kriteria Matriks (Criteria Matrix Technique)
Kriteria yang dipergunakan banyak macamnya. Secara umum dapat
dibedakan atas tiga macam:
a. Pentingnya masalah
Makin penting (importancy) masalah tersebut, makin diprioritaskan
penyelesaiannya. Beberapa ukuran pentingnya masalah sebagai berikut:
- Besarnya masalah (prevalence)
- Akibat yang ditimbulkan oleh masalah (severity)
- Kenaikan besarnya masalah (rate of increase)
- Derajat keinginan masyarakat yang tidak dipenuhi (degree of unmeet
need)
- Keuntungan sosial karena selesainya masalah (social benefit)
- Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah (public concern)
- Suasana plitik (political climate)
b. Kelayakan teknologi
Makin layak teknologi yang tersedia dan yang dapat dipakai untuk
mengatasi masalah (technical feasibility), makin diprioritaskan masalah
tersebut.
c. Sumber daya yang tersedia
Makin tersedia sumberdaya yang dapat dipakai seperti tenaga, dana dan
sarana untuk mengatasi masalah (resource ability) makin diprioritaskan
masalah tersebut.

Nilai skor antara 1 (tidak penting) sampai 5 (sangat penting) untuk setiap
kriteria yang sesuai. Prioritas masalah adalah yang jumlah nilainya paling
besar. Contoh sederhana adalah sebagai berikut :

Daftar I Jumlah I Priori


No. T R
Masalah P S RI DU SB PB PC xTxR tas
1 A 1 4 2 3 4 3 1 3 2 1.729 III

2 B 2 3 4 1 5 2 4 2 1 1.920 II

3 C 4 2 5 2 3 1 3 1 4 2.880 I

2. Metode Delbeq
Pada metode ini diprioritaskan masalah dilakukan dengan memberikan
bobot (yang merupakan nilai maksimum dan berkisar antara 0 sampai 100
dengan kriteria:

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 29


a. Besar masalah yaitu % atau jumlah atau kelompok penduduk yang ada
kemungkinan terkena masalah serta keterlibatan masyarakat dan
instansi terkait.
b. Kegawatan masalah yaitu tingginya angka morbiditas dan mortalitas,
kecenderungannya dari waktu ke waktu.
c. Biaya/dana yaitu besar atau jumlah dana yang diperlukan untuk
mengatasi masalah baik dari segi instansi yang bertanggung jawab
terhadap penyelesaian masalah atau dari masyarakat yang terkena
masalah.
d. Kemudahan yaitu tersediannya tenaga, sarana/peralatan, waktu serta
cara atau metode dan teknologi penyelesaian masalah seperti
tersediannya kebijakan/peraturan, petunjuk pelaksanaan (juklak),
petunjuk teknis (juknis) dan sebagainnya.

Langkah-langkah yang harus dilakukan sebagai berikut:


a. Tentukan dahulu bobot masing-masing kriteria (nilai 0-10)
b. Isi setiap kolom dengan hasil perkalian antara bobot dengan skor
masing-masing masalah. Besarnya skor tidak boleh melebihi bobot yang
telah disepakati. Bila ada perbedaan pendapat dalam menentukan
besarnya bobot dan skor yang dipilih reratanya.
c. Jumlahkan nilai masing-masing kolom dan tentukan prioritasnya
berdasarkan jumlah skor yang tertinggi sampai terendah.

Contoh sederhana metode Delbeq adalah sebagai berikut:


Kriteria Dan Bobot Maksimum
Daftar
No. Besar Kegawatan Biaya Kemudahan
Masalah Jmlah
masalah Prioritas
Skor
Rata-
Bobot 8 8 6 7
rata

1 A 8x8 = 64 9x8=72 5x6=30 6x7=42 208 I

2 B 7x8=56 8x8=64 5x6=30 6x7=42 192 II

3 C 6x8=48 6x8=48 5x6=30 6x7=42 168 III

3. Metode Hanlon (Kuantitatif)


Metode ini hampir sama dengan metode Delbeq, dilakukan dengan
memberikan skor atas serangkaian kriteria A, B, C dan D (PEARL).
A= Besar masalah yaitu % atau jumlah atau kelompok
penduduk yang terkena masalah serta keterlibatan
masyarakat dan instansi terkait. Skor 0-10 (kecil-
besar).
B= Kegawatan masalah yaitu tingginya angka
morbiditas dan mortalitas,kecenderungannya dari
waktu ke waktu. Skor 0-10 (tidak gawat - sangat
gawat).
C= Efaktifitas atau kemudahan penanggulangan
masalah, dilihat dari perbandingan antara perkiraan
hasil atau manfaat penyelesaian masalah yang

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 30


akan diperoleh dengan sumber daya (biaya, sarana
dan cara) untuk menyelesaikan masalah. Skor 0-10
(sulit – mudah).
D= PEARL
Berbagai pertimbangan dalam kemungkinan
pemecahan masalah. Skor 0 = tidak dan 1 = ya
P= Propriatness yaitu kesesuaian masalah
dengan prioritas berbagai
kebijaksanaan/program/kegiatan
instansi/organisasi terkait.
E= Economic feasibility yaitu kelayakan dari
segi pembiayaan.
A= Acceptability yaitu situasi penerimaan
masyarakat dan instansi terkait/instansi
lainnya.
R= Resource availability yaitu ketersediaan
sumber daya untuk memecahkan masalah
(tenaga, sarana/peralatan, waktu)
L= Legality yaitu dukungan aspek
hukum/perundangan-undangan/peraturan
terkait seperti peraturan
pemerintah/juklak/juknis/protap.

Setelah kriteria tersebut berhasil diisi, maka selanjutnya menghitung nilai


NPD dan NPT dengan rumus sebagai berikut:
NPD = Nilai Prioritas dasar = (A + B) x C
NPT = Nilai Prioritas Total = (A + B) x C x D
Prioritas pertama adalah masalah dengan skor NPT tertinggi. Metode
Hanlon (Kuantitatif) ini lebih efektif bila digunakan untuk masalah yang
bersifat kuantitatif. Contoh sederhana adalah sebagai berikut

Kriteria dan bobot maksimum


Daftar Prioritas
No PEARL NPT
masalah A=Besar B=Kegawatan C=Kemudahan NPD Masalah

1 A 9 9 8 144 11111 144 I

2 B 9 8 8 136 11111 136 II

3 C 8 7 7 105 11111 105 III

4. Metode Hanlon (Kualitatif)


Metode Hanlon (Kualitatif) ini lebih efektif dipergunakan untuk masalah yang
bersifat kualitatif dan data atau informasi yang tersediapun bersifat kualitatif
miaslkan peran serta masyarakat, kerja sama lintas program, kerja sama
lintas sektor dan motivasi staf.
Prinsip utama dalam metode ini adalah membandingkan pentingnya
masalah yang satu dengan yang lainnya dengan cara “matching”. Langkah-
langkah metode ini adalah sebagai berikut:

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 31


a. Membuat matriks masalah
b. Menuliskan semua masalah yang berhasil dikumpulkan pada sumbu
vertikal dan horisontal.
c. Membandingkan (matching) antara masalah yang satu dengan yang
lainnya pada sisi kanan diagonal dengan memberi tanda (+) bila
masalah lebih penting dan memberi tanda (-) bila masalah kurang
penting.
d. Menjumlahkan tanda (+) secara horisontal dan masukan pada kotak total
(+) horisontal.
e. Menjumlahkan tanda (-) secara vertikal dan masukan pada kotak total (-)
vertikal.
f. Pindahkan hasil penjumlahan pada total (-) horisontal di bawah kotak (-)
vertikal.
g. Jumlah hasil vertikal dan horisontal dan masukan pada kotak total.
h. Hasil penjumlahan pada kotak total yang mempunyai nilai tertinggi
adalah urutan prioritas masalah.
Berikut ini contoh penggunaan metode Hanlon (Kualitatif):
Total
Masalah A B C D E
Horisontal (+)
A + + + + 4
B + - + 2
C - - 0
D + 1
E 0
Total vertikal (-) 0 0 0 2 1
Total horisontal (+) 4 2 0 1 0

Total 4 2 0 3 1
Prioritas Masalah I III V II IV

5. Metode CARL
Metode CARL merupakan metode yang cukup baru di kesehatan. Metode
CARL juga didasarkan pada serangkaian kriteria yang harus diberi skor 0-
10. Kriteria CARL tersebut mempunyai arti:
C= Capability yaitu ketersediaan sumber daya (dana, sarana dan
peralatan)
A= Accessibility yaitu kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi
atau
tidak. Kemudahaan dapat didasarkan pada ketersediaan
metode/cara/teknoloi serta penunjang pelaksanaan seperti peraturan
atau
juklak.
R= Readiness yaitu kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan
sasaran, seperti keahlian atau kemampuan dan motivasi.
L= Leverage yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan
yang
lain dalam pemecahan masalah yang dibahas.
Setelah masalah atau alternatif pemecahan masalah diidentifikasi, kemudian
dibuat tabel kriteria CARL dan diisi skornya. Bila ada beberapa pendapat
tentang nilai skor yang diambil adalah rerata.
Nilai total merupakan hasil perkalian: C x A x R x L
Contoh pemakain metode CARL adalah sebagai berikut:

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 32


Daftar
No C A R L Total Nilai Urutan
Masalah
1 A 9 8 8 8 4608 I

2 B 8 8 8 8 4096 II

3 C 8 6 7 7 2352 III

6. Metode Reinke
Metode Reinke juga merupakan metode dengan mempergunakan skor. Nilai
skor berkisar 1-5 atas serangkaian kriteria:
M= Magnitude of the problem yaitu besarnya masalah
yang dapat dilihat dari % atau jumlah/kelompok
yang terkena masalah, keterlibatan masyarakat
serta kepentingan instansi terkait.
I= Importancy atau kegawatan masalah yaitu
tingginya angka morbiditas dan mortalitas serta
kecenderunagn dari waktu ke waktu.
V= Vulnerability yaitu sensitif atau tidaknya pemecahan
masalah dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapi. Sensitifitas dapat diketahui dari perkiraan
hasil (output) yang diperoleh dibandingkan dengan
pengorbanan (input) yang dipergunakan.
C= Cost yaitu biaya atau dana yang dipergunakan
untuk melaksanakan pemecahan masalah.
Semakin besar biaya semakin kecil skornya.
P= Prioritas atau pemecahan masalah.
Sama seperti metode yang lain dengan menggunakan skor, maka untuk
mempermudah pengerjaan diperlukan adanya tabel. Hasil skor masing-
masing masalah kemudian dihitung dengan rumus:
P = (M x V x I) : C
Prioritas masalah atau pemecahan masalah diperoleh dengan mengurutkan
jumlah nilai P dari yang tertinggi sampai terendah. Contoh penggunaan
metode Reinke adalah sebagai berikut:
Daftar
No M I V C Total Urutan
Masalah
1 A 5 4,6 5 3 38,33 I

2 B 5 4,2 3 5 12,60 III

3 C 4,6 4 3,5 3,2 20,13 II

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 33


7. Metode Bryant
Metode Bryant juga menggunakan skoring yang didasarkan pada kriteria:
P= Prevalence atau besar masalah yaitu jumlah atau
kelompok masyarakat yang terkena masalah.
S= Seriousness atau kegawatan masalah yaitu
tingginya angka morbiditas atau mortalitas serta
kecenderungannya.
C= Community concern yaitu perhatian atau
kepentingan masyarakat dan pemerintah atau
instansi terkait terhadap masalah tersebut.
M= Managebility yaitu ketersediaan sumber daya
(tenaga, dana, sarana dan metode/cara)
Skor masing-masing kriteria berkisar 1-5. Contoh pengunaan metode ini
adalah sebagai berikut:
Alternatif Masalah P S C M Total Prioritas
A 5 4,5 3,4 3 15,9 II
B 5 3,4 3,1 5 16,5 I
C 5 3,4 3 2,5 13,9 III

B. Metode Kualitatif
1. Metode Delphi
a. Teknik survei kepada para peserta yang relatif homogen baik
pendidikan, keahlian dan pengalaman serta masing-masing peserta
mempunyai data yang cukup.
b. Daftar pertanyaan (kuesioner) dikirimkan beberapa kali kepada peserta:
- Kuesioner pertama: pertanyaan-pertanyaan umum
- Kuesioner kedua: lebih khusus
- Kuesioner ketiga: Khusus
c. Kosensus peserta dapat dipercepat dengan pengambilan suara
d. Diperlukan kecermatan dan kesabaran pihak pemberi kuesioner

2. Metode Diskusi atau Brainstorming Technique


a. Pemimpin diskusi adalah fasilitator.
b. Diperlukan fasilitator yang handal dan menguasai masalah.
c. Peserta diskusi ditantang untuk mengemukakan pendapat sebanyak-
banyaknya tetapi menghindari saling kritik.
d. Peserta memiliki keahlian atau kemampuan dan pengalaman yang relatif
sama.
e. Waktu efektif 1 jam dan peserta maksimal 10-12 orang.

3. Metode Brainwriting
a. Peserta 6-8 orang dengan keahlian dan latar belakang pendidikan dan
pengalaman yang relatif sama atau setara.
b. Pimpinan diskusi mengajukan masalah pada secarik kertas dan
diletakkan di atas kertas.
c. Semua peserta membacanya kemudian menuliskan pendapatnya pada
pada kertas-kertas yang ada. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai
lengkap.
d. Kertas-kertas dibagikan lagi, kemudian peserta menambah atau
mengurangi pendapatnya.
e. Semua pendapat ditulis di kertas atau di papan tulis kemudian
didiskusikan untuk dicari pendapat yang terbanyak.

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 34


Daftar Pustaka

Azwar A., 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Binarupa Aksara.


Chriswardani S. Metode Penentuan Prioritas Masalah. Bahan Kuliah Perencanaan
dan Evaluasi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Diponegoro

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 35


TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data dilakukan untuk dapat mengumpulkan data secara


sistematik mengenai objek studi yang sedang dipelajari (masyarakat, objek,
fenomena) dan mengenai lokasi dari objek tersebut berada.
Dalam pengumpulan data harus dilakukan secara sistematik. Jika data dikumpulkan
secara sembarangan, maka hal tersebut akan sulit untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan penelitian secara meyakinkan.
Ada beberapa teknik pengumpulan data yang dapat digunakan, antara lain:
1) Menggunakan informasi yang tersedia (Using available information)
2) Pengamatan (Observing)
3) Wawancara (face-to-face)
4) Pengisian kuesioner secara tertulis
5) Diskusi Kelompok Terarah (Focus Group Discussions)
6) Teknik proyeksi, pemetaan, penyekalaan

Ad.1. Menggunakan Informasi yang Tersedia (Using available information)


Biasanya terdapat berbagai data yang telah dikumpulkan oleh pihak
lain meskipun mungkin data tersebut belum dianalisa atau dipublikasikan.
Mengetahui sumber data dan memperoleh informasi adalah awal yang baik
dalam usaha pengumpulan data.
Sebagai contoh, analisis informasi yang secara rutin dikumpulkan
oleh fasilitas kesehatan dapat menjadi sangat berguna untuk
mengidentifikasi masalah dalam intervensi-intervensi tertentu atau dalam
pendistribusian obat atau untuk mengidentifikasi peningkatan angka
Insidens pada penyakit tertentu.
Menganalisis data sistem informasi kesehatan, data sensus, laporan-
laporan yang tidak dipublikasikan serta publikasi di perpustakaan atau
kantor-kantor pada berbagai tingkatan pelayanan kesehatan atau yang
berhubungan dengan kesehatan dapat juga merupakan studi itu sendiri.
Penggunaan informan-informan kunci (key informants) merupakan
teknik lainnya yang juga cukup penting untuk meningkatkan akses terhadap
informasi yang tersedia. Informan ini berasal dari pemimpin masyarakat, staf
kesehatan pada berbagai tingkatan serta satu atau dua orang yang
merupakan anggota kelompok target. Mereka dapat dilibatkan dalam
berbagai tahap penelitian, dari mulai tahap pernyataan masalah sampai
analisis data dan pengembangan rekomendasi. Sumber data lain yang
tersedia misalnya surat kabar dan riwayat kasus yang dipublikasikan.
Untuk mendapatkan data dari sumber-sumber yang tersedia, peneliti
harus mendesain instrument penelitian seperti checklist.
Keuntungan menggunakan data yang sudah tersedia adalah murah.
Bagaimanapun kadang-kadang juga sulit untuk meningkatkan akses pada
hasil pencatatan dan pelaporan dan data mungkin tidak selalu lengkap dan
cukup tepat ataupun tidak terorganisasi dengan baik.

Ad.2. Pengamatan (Observing)


Pengamatan adalah teknik yang secara sistematik melibatkan
pemilihan, penglihatan, dan pencatatan perilaku dan karakteristik makhluk
hidup, objek, atau fenomena.

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 36


Pengamatan terhadap perilaku manusia merupakan teknik pengumpulan
data yang banyak dilakukan. Pengamatan ini dapat dilakukan dengan cara yang
berbeda, antara lain:
 Observasi partisipasi (participant observation): pengamat mengambil bagian
dalam situasi yang sedang diamati (misalnya untuk mengetahui apakah
petugas puskesmas mengikuti prosedur dalam mendiagnosa pasien yang
diduga mengidap penyakit Tb, maka peneliti berperan sebagai pasien yang
akan mengamati setiap prosedur yang dilakukan tanpa diketahui oleh
petugas puskesmas tersebut)
 Observasi bukan partisipasi (Non participant observation): pengamat melihat
situasi secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi tetapi tidak
melibatkan diri dalam situasi yang sedang diamati, hanya melakukan
pengamatan saja.
Observasi dapat memberikan informasi tambahan mengenai perilaku
seseorang dan lebih akurat daripada wawancara atau kuesioner. Teknik
observasi ini dapat mengecek kebenaran informasi yang telah dikumpulkan
melalui wawancara khususnya mengenai hal yang bersifat sensitif seperti
alkohol, penggunaan obat-obatan terlarang atau stigmatisasi terhadap suatu
penyakit.
Jika teknik observasi ini dibuat menggunakan skala yang telah ditentukan,
maka disebut sebagai pengukuran (measurements). Pengukuran biasanya
menggunakan alat tambahan. Misalnya, dalam surveilans gizi, mengukur berat
dan tinggi menggunakan skala berat dan papan pengukuran atau menggunakan
thermometer untuk mengukur suhu tubuh.

Ad.3. Wawancara (Interviewing)


Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang melibatkan
pertanyaan secara lisan terhadap responden baik secara individu atau
sebagai kelompok.
Jawaban-jawaban atas pertanyaan yang diajukan selama
wawancara dapat direkam melalui pengisian kuesioner (baik secara
langsung saat wawancara atau diisi segera setelah wawancara selesai
dilakukan) atau menggunakan tape-recording atau bisa juga menggunakan
kombinasi dari keduanya.
Wawancara dapat dilaksanakan dengan berbagai derajat fleksibilitas,
yaitu derajat fleksibilitas yang tinggi dan derajat fleksibilitas yang rendah.
 Derajat fleksibilitas yang tinggi
Misalnya: ketika mempelajari isu-isu yang bersifat sensitif seperti kehamilan
pada remaja dan aborsi, peneliti menggunakan daftar topik daripada
pertanyaan-pertanyaan yang sudah pasti. Sebagai contoh, memasukkan
pertanyaan mengenai bagaimana remaja memulai hubungan seksual,
tanggung jawab remaja putri dan pasangannya untuk mencegah kehamilan,
serta tindakan-tindakan yang diambil ketika mengalami kehamilan yang
tidak diinginkan. Peneliti harus mempunyai daftar topik tambahan yang
sudah disiapkan ketika responden diam saja tidak mau menjawab (ketika
bertanya mengenai metode-metode aborsi yang digunakan, siapa yang
membuat keputusan, siapa yang membayar).
Metode yang tidak terstruktur ini dapat digunakan saat wawancara terhadap
individu ataupun terhadap kelompok informan kunci.
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data pada teknik ini disebut

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 37


Panduan Wawancara.
 Derajat fleksibilitas yang rendah
Metode wawancara dengan derajat fleksibilitas yang rendah sangat berguna
pada saat peneliti secara relatif mengetahui jawaban-jawaban yang
diharapkan atau ketika jumlah responden yang diwawancarai relatif besar.
Kuesioner digunakan dengan daftar pertanyaan yang sudah terstruktur
menggunakan urutan sesuai standar yang membutuhkan jawaban yang
sudah ditentukan serta berupa kategori.
Misalnya: Setelah melakukan pengamatan terhadap perilaku yang higienis
pada kelompok ibu-ibu yang mengambil air dari sumur serta hasil
wawancara terhadap beberapa orang informan mengenai pemanfaatan dan
pemeliharaan sumur, maka dilakukan survei mengenai penggunaan air dan
kepuasan terhadap kuantitas dan kualitas air.

Ad.4. Pengisian Kuesioner secara Tertulis (Administering written


questionnaires)
Kuesioner tertulis adalah alat pengumpul data di mana pertanyaan
tertulis disajikan dan harus dijawab oleh responden dengan mengisi formulir
isian yang sudah disediakan.
Kuesioner tertulis dapat dikelola dengan cara:
o Mengirim kuesioner melalui surat dengan perintah isian yang jelas
dalam menjawab setiap pertanyaan dan meminta responden untuk
mengirim kembali kuesioner yang sudah terisi melalui jasa pos;
o Mengumpulkan semua atau sebagian responden dalam satu tempat
dan satu waktu, memberi perintah secara lisan atau tertulis dan
mempersilahkan responden untuk mengisi kuesioner;
o Kuesioner diantar langsung kepada responden dan dikumpulkan
kembali pada waktu berikutnya jika sudah diisi lengkap.
Bentuk pertanyaan kuesioner dapat berupa pertanyaan terbuka (open-
ended) maupun pertanyaan tertutup (closed-ended) dengan kategori.

Ad.5. Diskusi Kelompok Terarah (Focus Group Discussion)


Diskusi Kelompok Terarah merupakan diskusi kelompok dengan
diikuti oleh sekitar 6-12 orang yang dipandu oleh fasilitator dan selama
diskusi setiap orang dapat berbicara secara bebas dan spontan mengenai
topik tertentu.
Diskusi Kelompok Terarah adalah metode kualitatif. Tujuannya
adalah untuk memperoleh informasi secara mendalam mengenai konsep,
persepsi, dan ide-ide dari kelompok diskusi. Kegiatan Diskusi Kelompok
Terarah lebih dari sekedar interaksi tanya-jawab.
Teknik Diskusi Kelompok Terarah dapat digunakan untuk:
1. Memfokuskan penelitian dan mengembangkan hipotesis penelitian yang
relevan melalui eksplorasi masalah secara mendalam yang akan diteliti
penyebab-penyebabnya.
Misalnya: Kepala dinas kesehatan telah mengumumkan bahwa di sana
terdapat jumlah yang tidak wajar kasus gizi buruk (malnutrition) pada
kelompok balita pada salah satu wilayah kerjanya. Oleh karena kepala
dinas kesehatan tersebut mempunyai sedikit ide mengenai “mengapa”
terjadi kasus gizi buruk di wilayahnya, maka beliau memutuskan untuk
mengadakan tiga kegiatan diskusi kelompok terarah (pertama dengan
para pemimpin masyarakat, kedua dengan ibu-ibu yang ada di wilayah

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 38


terkena kasus gizi buruk, dan ketiga dengan petugas kesehatan yang
ada di wilayah terkena kasus gizi buruk). Kepala dinas ini berharap
dapat mengidentifikasi penyebab-penyebab potensial atas masalah yang
terjadi melalui diskusi kelompok terarah serta kemudian
mengembangkan studi yang lebih intensif jika diperlukan.
2. Merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai untuk survei dengan
skala yang besar dan terstruktur.
Misalnya: Dalam perencanaan suatu studi mengenai Insidens penyakit
diare pada anak-anak dan praktek pemberian makan, hasil diskusi
kelompok terarah menunjukkan bahwa pada kelompok penelitian
ditemukan anak di bawah satu tahun tidak dianggap menderita diare
tetapi hanya proses untuk berjalan yang dihubungkan dengan tanda
seperti duduk, merangkak, dan tumbuh gigi.
3. Membantu untuk memahami dan memecahkan masalah-masalah yang
tidak diharapkan dalam intervensi.
Misalnya: Pada suatu Kabupaten X, pekan imunisasi nasional
menunjukkan perbedaan rentang cakupan imunisasi per desa cukup
lebar (50-90%) dan pada sejumlah desa terdapat penurunan angka
cakupan dibandingkan dengan tahun lalu. Sebanyak delapan kegiatan
diskusi kelompok terarah diadakan terhadap ibu-ibu, dua FGD diadakan
di kota, tiga FGD diadakan di desa yang mengalami penurunan angka
cakupan dan tiga FGD diadakan di desa yang mengalami angka
cakupan imunisasi. Sebagian besar masyarakat percaya bahwa
kampanye secara massa memperkuat kekebalan anak melawan
berbagai penyakit pada anak, termasuk malaria dan Infeksi Saluran
Pernafasan. Pada desa yang memiliki angka cakupan imunisasi yang
rendah terdapat Insidens penyakit malaria yang tinggi segera setelah
kampanye imunisasi dilakukan sebelumnya dan beberapa anak
meninggal. Oleh karena hal tersebut, ibu-ibu percaya bahwa kampanye
imunisasi tidak berguna.
4. Mengembangkan pesan yang sesuai untuk program pendidikan
kesehatan dan kemudian mengevaluasi pesan-pesan tersebut untuk
kejelasan
Misalnya: Klinik kesehatan di daerah pedesaan ingin mengembangkan
program pendidikan kesehatan yang difokuskan pada penghentian
masalah-masalah yang sering dihadapi oleh ibu-ibu di sekitar pedesaan.
FGD dapat digunakan untuk mengeksplorasi konsep lokal yang relevan
sebaik untuk menguji konsep ketika pengembangan pesan. Pesan
sebaiknya dikembangkan dan diuji dalam kelompok ibu-ibu dengan
sosial ekonomi yang berbeda.

Ad.6. Teknik Proyeksi (Projective Techniques)


Ketika peneliti menggunakan teknik proyeksi, peneliti meminta
informan untuk member respon terhadap beberapa jenis rangsangan visual
atau verbal.
Misalnya: Informan diminta untuk menggambarkan persepsinya pada
gambaran atau onset sakit.

Contoh lain: Peneliti meminta informan untuk melengkapi kalimat seperti:


 Jika saya mengetahui bahwa tetangga saya mengidap penyakit TB, saya
akan …….;

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 39


 Jika istri saya mengusulkan bahwa saya menggunakan kondom, saya akan
………….;
Teknik ini dapat dengan mudah dikombinasikan dengan wawancara
semi terstruktur atau kuesioner tertulis. Teknik ini juga sangat berguna dalam
FGD untuk mendapatkan pendapat seseorang atas isu-isu yang sensitif.

Ad.7. Pemetaan (Mapping) dan Penyekalaan (Scaling)


Pemetaan adalah teknik yang penting untuk secara visual
menyajikan hubungan dan sumber daya.
Misalnya: Dalam proyek penyediaan air bersih, pemetaan ini sangat
berguna. Teknik ini bisa menyajikan lokasi sumur, jarak antara rumah
dengan sumur, atau sistem pengairan lainnya yang akan member kepada
peneliti cara pandang yang baik mengenai kondisi fisik dan membantu untuk
menandai hubungan yang tidak teridentifikasi.
Penyekalaan adalah teknik yang mengijinkan para peneliti melalui
respondennya untuk mengkategorisasi variabel-variabel tertentu.
Misalnya: Peneliti meminta informan untuk membawa jenis-jenis obat
herbal tertentu dan meminta mereka untuk menyusunnya menurut
kegunaannya. Informant kemudian diminta untuk menjelaskan logika dari
rangking tersebut.
Pemetaan dan penyekalaan digunakan sebagai teknik participatory
dalam penilaian cepat atau analisis situasi.

Perbedaan antar teknik pengumpulan data dan alat pengumpulan data

Teknik Pengumpulan Data Alat Pengumpulan Data


Penggunaan informasi yang tersedia Checklist, formulir kompilasi data
Pengamatan Mata dan indera lainnya, ballpoint/kertas, jam,
timbangan, mikroskop, dsb
Wawancara Panduan wawancara, checklist, kuesioner,
tape-recorder
Pengisian kuesioner tertulis Kuesioner

Keuntungan dan kerugian berbagai teknik pengumpulan data

Teknik Keuntungan Keterbatasan


Penggunaan informasi yang Murah karena data tersedia. Data tidak selalu dengan
tersedia Dapat membuat trend dari mudah dapat diakses.
masa lalu Isu-isu etik mengenai
kerahasiaan meningkat.
Informasi mungkin tidak
tepat atau tidak lengkap.
Pengamatan Memberikan informasi yang Isu-isu etik mengenai
lebih detail. kerahasiaan meningkat.
Mengumpulkan informasi Bias pengamat mungkin
berdasarkan fakta yang tidak terjadi.
disebutkan dalam Kehadiran pengumpul data
wawancara. dapat mempengaruhi situasi
Menguji reliabilitas kuesioner yang diamati.
Diperlukan pelatihan
terhadap asisten peneliti.

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 40


Teknik Keuntungan Keterbatasan
Wawancara Cocok digunakan untuk Kehadiran pewawancara
kelompok yang tidak buta dapat mempengaruhi respon.
huruf maupun yang buta Laporan kejadian mungkin
huruf. kurang lengkap daripada
Dapat mengklarifikasi informasi yang diperoleh
pertanyaan. melalui observasi
Mempunyai nilai respon
yang tinggi dibanding
kuesioner tertulis.
Wawancara dengan derajat Pengumpulan informasi Pewawancara mungkin
fleksibilitas yang tinggi secara mendalam dan secara tidak sengaja
mengeksplorasi berbagai mempengaruhi responden.
hal spontan dari responden Analisis data dengan
pertanyaan terbuka lebih sulit
dan memakan banyak waktu.
Wawancara dengan derajat Mudah untuk dianalisis. Informasi yang penting
fleksibilitas yang rendah mungkin terlewatkan karena
keterangan spontan oleh
responden biasanya tidak
tercatat atau tereksplorasi.
Pengisian kuesioner secara Tidak mahal. Tidak dapat digunakan pada
tertulis Tanpa identitas dan kelompok responden yang
mungkin menghasilkan buta huruf.
jawaban yang lebih jujur. Sering memperoleh respon
Tidak memerlukan asisten yang rendah.
peneliti. Pertanyaan mungkin tidak
Menghilangkan bias yang dimengerti.
disebabkan perbedaan
phrase antar responden
Metode participatory dan Memberikan data yang kaya Memerlukan pelatihan ekstra
proyeksi dan mempunyai dampak bagi peneliti.
positif bagi pengetahuan
dan skill peneliti dan
informan

Daftar Pustaka

Abramson JH (1990, 4th ed.) Survey Methods in Community Medicine. London:


Churchill-Livingstone. (In particular Chapter 6)

Moser CA, Kalton G (1989, 2nd ed.) Survey Methods in Social Investigation. Hants,
UK: Gower Publishing Company. (In particular Chapters 10-13)

Patton MQ (1990, 2nd ed.) Qualitative Evaluation and Research Methods. Newbury
Park, USA: Sage Publications. (In particular Chapters 17-29)

Pretty JN, Guyt I, Thompson J, Scones I (1995) Participatory Learning & Action. A
Trainer’s Guide. London: International Institute for Environment and
Development (IIED) (In particular Chapters 4 and 5 on semi-structured
interviewing, diagramming, ranking and scoring)

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 41


TEHNIK SAMPLING

A. PENDAHULUAN
A.1. Pengertian Dasar
Populasi atau universe adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-
cirinya akan diduga. Populasi juga diartikan keseluruhan individu yang menjadi
acuan hasil-hasil penelitian akan berlaku. Sedangkan sampel adalah sebagian dari
populasi yang mana ciri-cirinya diselidiki atau diukur.
Populasi dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu populasi sasaran (target
populasi) dan populasi studi. Populasi sasaran yaitu kumpulan dari satuan atau unit
yang ingin dibuat inferensi atau generalisasinya. Populasi studi adalah kumpulan
dari satuan atau unit dimana kita mengambil sampel. Populasi studi merupakan
sebagian dari populasi target. Misalnya akan dilakukan penelitian tentang rata-rata
jumlah konsumsi alkohol perminggu dikota A oleh anak remaja usia 5 sampai 17
tahun, maka yang menjadi target populasi adalah semua anak remaja yang berusia
15 sampai 17 tahun yang ada di kota A, dan populasi studi adalah sekelompok
anak remaja yang dipilih dari sebuah sekolah tertentu yang ada dikota A.

A.2. Kegunaan Sampel


Dalam penelitian ilmiah, banyak masalah yang tidak dapat dipecahkan tanpa
memanfaatkan teknik sampling. Penelitian kesehatan dan kedokteran meliputi
bidang yang sangat luas, yang terdiri dari berbagai sub bidang. Apabila dilakukan
penelitian tidak hanya dapat dilakukan terhadap unit atau sub bidang tertentu saja.
Oleh karena itu agar dapat dilakukan penelitian terhadap semua sub
bidang dan dengan biaya murah, peneliti dapat melakukan pengambilan sampel
terhadap objek yang diteliti.

Kegunaan sampling di dalam penelitian antara lain :


1. Menghemat biaya,waktu, dan tenaga
2. Mempercepat pelaksanaan penelitian
3. Memperluas ruang lingkup penelitian
4. Memperoleh hasil yang lebih akurat
5. Memudahkan dalam pengolahan data, analisis data dan penyajiannya

A.3. Prosedur Pengambilan Sampel


Langkah – langkah yang perlu ditempuh dalam mengambil sampel dari
populasi adalah sebagai berikut :
1. Menentukan tujuan penelitian
2. Menetukan populasi penelitian
3. Menentukan jenis data yang diperlukan
4. Menentukan teknik sampling
5. Menentukan besarnya sampel
6. Menentukan unit sampel yang diperlukan
7. Memilih sampel

B. TEHNIK SAMPLING
Pada dasarnya ada dua macam metode pengambilan sampel, yaitu :
1. Random Sampling / Probability Sampling : Pengambilan sampel secara
acak

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 42


2. Non Random Sampling : Pengambilan sampel yang bersifat tidak acak,
dimana sampel dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu

B.1. PENGAMBILAN SAMPEL SECARA ACAK (Random Sampling)


Pengambilan sampel secara acak dapat dilakukan dengan beberapa metode :
1. Pengambilan sampel acak sederhana (Simple Random Sampling)
2. Pengambilan sampel acak sistematis (Systematic Random Sampling)
3. Pengambilan sampel acak stratifikasi (Stratified Random Sampling)
4. Pengambilan sampel acak rancangan klaster (Cluster Random Sampling)
5. Pengambilan sampel acak rancangan bertingkat (Multistage Random Sampling)

1. PENGAMBILAN SAMPEL ACAK SEDERHANA (Simple Random Sampling)


Pengambilan sampel acak sederhana adalah pengambilan sampel
sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian atau satuan elementer dari
populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel.
Apabila besar sampel yang diinginkan berbeda-beda, maka besar
kesempatan bagi tiap unit penelitian untuk terpilih sebagai sampel juga
berbeda-beda. Misalnya besar populasi adalah N dan besar sampel yang
diinginkan adalah n, maka besar kesempatan bagi tiap unit penelitian untuk
terpilih dalam sampel adalah n/N

Metode Pengambilan Sampel


Metode pengambilan sampel acak sederhana dapat dilakukan dengan
beberapa cara:

1) Dengan mengundi unit-unit penelitian dalam populasi


Penggunaan cara ini tidak praktis apabila populasinya besar
2) Menggunakan tabel random
- Tentukan populasi studi, lalu buat kerangka sampling
- Dari kerangka sampling ditarik sebagai sampel sejumlah unit penelitian dengan
menggunakan tabel random
- Cara penggunaan tabel random adalah sebagai berikut. Misalnya, dari
populasi (N) yang besarnya 500, akan dipilih 50 satuan elementer sebagai
sampel (n). Bilangan 500 terdiri dari tiga digit. Terlebih dahulu dibuat
kerangka sampling, dimana tiap satuan elementer diberi nomor 001 sampai
500. Kemudian dengan tabel random kita memilih 50 satuan yang akan
diteliti dengan nomor yang terdiri dari tiga digit antara 001 sampai 500.
Karena angka-angka dalam tabel ini disusun secara acak, maka pemakai
tabel dapat mulai melihatnya dari baris dan kolom mana saja. Di samping
itu, ia dapat mengikutinya ke arah mana saja dengan ketentuan arah harus
konsisten darimanapun arah itu dimulai dan tiap nomor tidak boleh berulang.

3) Menggunakan komputer

Keuntungan SRS
Metode ini merupakan metode yang paling sederhana dan mudah untuk
dimengerti

Kelemahan SRS
- Harus tersedia daftar kerangka sampling (sampling frame).
- Sifat individu harus homogen.

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 43


- Individu yang terpilih mungkin sangat tersebar. Ini mengakibatkan kunjungan
kepada tiap individu yang terpilih mungkin merupakan proses yang sangat
banyak makan waktu dan mahal.

2. PENGAMBILAN SAMPEL ACAK SISTEMATIS (Systematic Random


Sampling)
Pengambilan sampel acak sistematis adalah suatu metode pengambilan
sampel, dimana hanya unsur pertama saja dari sampel dipilih secara acak,
sedangkan unsur-unsur selanjutnya dipilih secara sistematis menurut suatu pola
tertentu.

A. Metode Pengambilan Sampel


Cara penggunaan metode ini adalah sebagai berikut :
 Tentukan dahulu interval sampel (k), yang merupakan hasil bagi jumlah
satuan elementer populasi dibagi besar sampel (N/n).
 Unsur pertama dari sampel lalu dipilih secara acak di antara satuan
elementer bernomor urut i dan k dari populasi.
 Andaikan yang terpilih itu adalah satuan elementer bernomor urut s, maka
unsur-unsur selanjutnya dalam sampel dapat ditentukan , yaitu :
Unsur pertama =s
Unsur kedua =s+k
Unsur ketiga = s + 2k
Unsur keempat = s + 3k, dan seterusnya
Contoh :
Andaikan satuan-satuan elementer dalam satuan populasi berjumlah 50,
yang diberi nomor urut 1 sampai 50, dan besar sampel yang akan diambil
10, maka k = 50/10 = 5.
Unsur pertama dari sampel harus dipilih secara acak di antara satuan
satuan elementer nomor 1 dan 5.
Andaikan yang terpilih sebagai unsur pertama adalah nomor 3, maka unsur-
unsur lainnya dari sampel adalah satuan-satuan nomor 8, 13, 18, 23, 28, 33,
38, 43 dan 48.

B.Keuntungan :
 Cara ini relatif mudah melakukannya
 Dengan menggunakan pengambilan sampel acak sistematis, unit penelitian
yang terpilih cenderung lebih tersebar dalam keseluruhan populasi dan oleh
karena itu mungkin lebih mewakili daripada pengambilan sampel acak
sederhana
 Membutuhkan waktu dan biaya relatif lebih rendah dibandingkan dengan
pengambilan sampel acak sederhana

C. Kelemahan
 Setiap unit penelitian tidak mempunyai peluang yang sama untuk diambil
sebagai sampel. Oleh karena itu populasi (N) harus besar sehingga
pengambilan sampel mendekati acak lagi
 Populasi harus bersifat homogen
 Bila terdapat suatu kecenderungan tertentu maka metode ini menjadi kurang
sesuai. Misalkan untuk memilih sampel hari dengan k=7, karena sampel
akan selalu jatuh pada hari yang sama.

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 44


3. PENGAMBILAN SAMPEL ACAK STRATIFIKASI (Stratified Random
Sampling)
Pengambilan sampel acak stratifikasi adalah suatu metode pengambilan
sampel dimana populasi yang bersifat heterogen dibagi-bagi dalam lapisan-
lapisan (strata) yang saling pisah tuntas, dan dari setiap strata dapat diambil
sampel secara acak. Pembuatan strata dilakukan untuk menghomogenkan
populasi. Elemen dalam strata dibuat sehomogen mungkin sedang variasi antar
strata dibuat seheterogen mungkin.

Pengambilan sampel acak stratifikasi dapat dilakukan dengan 2 cara :


 Pengambilan sampel acak stratifikasi sederhana (Simple stratified random
sampling), bila jumlah unit penelitian dalam strata kurang lebih sama.
 Pengambilan sampel acak stratifikasi proporsional (Proportional stratified
random sampling), bila jumlah unit penelitian berbeda antara strata yang
satu dengan strata yang lain

Ada tiga syarat yang harus dipenuhi untuk dapat menggunakan metode
pengambilan sampel acak stratifikasi ini, yaitu :
a. Harus ada kriteria yang jelas yang akan dipergunakan sebagai dasar untuk
menstratifikasi populasi ini dalam lapisan-lapisan. Yang dapat dijadikan
kriteria untuk pembagian itu ialah variabel-variabel yang menurut peneliti
mempunyai hubungan yang erat dengan variabel-variabel yang hendak
diteliti. Misalnya tingkat penghasilan petani erat hubungannya dengan luas
tanah yang diusahakan. Jadi, dalam penelitian mengenai tingkat
penghasilan petani, populasi dapat distratifikasikan dalam lapisan-lapisan
dengan menggunakan luas tanah yang diusahakan sebagai kriteria
b. Harus ada data pendahuluan dari populasi mengenai kriteria yang
dipergunakan untuk menstratifikasi
c. Harus diketahui dengan tepat jumlah unit penelitian dari tiap strata dalam
populasi itu.

Metode Pengambilan Sampel


Cara penggunaan metode ini adalah sebagai berikut
 Membagi populasi menurut strata yang akan diteliti dan merupakan sub
populasinya yang bersifat homogen. Penentuan strata berdasarkan
keterangan-keterangan statistik yang objektif dan subjektivitas si peneliti.
 Membuat kerangka sampling untuk setiap subpopulasi
 Selanjutnya pengambilan sampel dapat dilakukan secara acak sederhana
atau acak proporsional

Keuntungan
 Memberikan presisi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengambilan
sampel acak sederhana dengan besar sampel yang sama
 Semua ciri-ciri populasi yang heterogen dapat terwakili
 Kemungkinan bagi peneliti untuk meneliti hubungan atau membandingkan
antara satu strata dengan strata yang lain

Kelemahan
Pengambilan sampel tidak lebih murah dan lebih murah daripada pengambilan
sampel acak sederhana karena rangka yg terperinci harus disusun untuk setiap
strata sebelum pengambilan sampel

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 45


CONTOH :
Penelitian ingin mengetahui faktor – faktor apa yang berhubungan dengan
penerimaan terhadap program KB pada masyarakat daerah X yang terdiri
berbagai suku.
Daerah X

Jawa, sunda, madura, Batak Jawa


Batak, Sunda, madura Jawa Sunda
Batak Madura Jawa Sunda Batak
Stratifikasi
Madura Jawa Sunda Batak

Jawa Sunda Batak Madura


Jawa Sunda Batak Madura
Jawa Sunda Batak Madura
Jawa Sunda Batak Madura

jawa Sunda Batak Madura

4. PENGAMBILAN SAMPEL ACAK RANCANGAN KLASTER (Cluster Random


Sampling)
Pengambilan sampel acak rancangan klaster adalah metode
pengambilan sampel yang menggunakan suatu rangka yang terdiri dari klaster-
klaster. Klaster dapat didefinisikan sebagai tiap unit pengambilan sampel yang
dapat dihubungkan dengan satu atau lebih unit pendaftaran. Satuan ini dapat
bersifat geografis atau bersifat sementara. Berbeda dengan metode
pengambilan sampel acak stratifikasi, elemen dalam klaster dibuat seheterogen
mungkin, sedangkan antar klaster dibuat sehomogen mungkin.

Metode Pengambilan Sampel


Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan cara :
a. Membagi daerah penelitian ke dalam klaster-klaster (misalnya : desa, RW, RT,
dsb), kemudian susunlah daftar klaster.
b. Tetapkanlah jumlah klaster yang akan dipilih atas dasar jumlah subjek atau
kesatuan analisis sampel yang dikehendaki
c. Pilihlah klaster sampel dengan cara random murni atau sistematik
d. Identifikasi seluruh individu yang termasuk subjek analisis penelitian dalam
semua klaster yang terpilih sebagai sampel

Keuntungan
 Tidak diperlukannya daftar kerangka sampling dari unit elementer untuk seluruh
populasi, cukup untuk klaster yang terpilih saja sehingga biaya dan waktu yang
diperlukan lebih sedikit.
 Metode ini lebih murah dan mudah dilakukan untuk survei pada manusia. Maka
metode ini sangat sering digunakan dalam penelitian survei walaupun
menghasilkan estimasi parameter dengan presisi yang lebih rendah
dibandingkan dengan sampel acak stratifikasi dan sampel acak sederhana

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 46


Kelemahan
Sangat sulit untuk menghitung standar error.

5. PENGAMBILAN SAMPEL ACAK RANCANGAN BERTINGKAT (Multistage


Random Sampling)
Pengambilan sampel acak rancangan bertingkat adalah metode
pengambilan sampel dengan menggabungkan dua atau lebih metode
pengambilan sampel sekaligus. Ada kalanya daerah populasi penelitian begitu
besar sehingga metode klaster langsung (pembagian klaster yang meliputi
daerah yang kecil) terlalu sulit. Untuk itu, dilakukan pemilihan klaster secara
bertingkat. Misalnya, daerah populasi meliputi satu propinsi, sementara klaster
yang dikehendaki tingkat desa. Maka dari propinsi tersebut dipilih secara
random beberapa kabupaten, dan dari kabupaten yang terpilih, dipilih pula
secara random beberapa kecamatan dan seterusnya sehingga didapatkan
sejumlah klaster sampel tingkat desa yang dikehendaki.

5.a. Metode Pengambilan Sampel


Cara penggunaan metode ini adalah sebagai berikut :
 Membagi daerah penelitian (populasi) yang sangat luas ke dalam klaster-
klaster melalui beberapa tingkatan sampai terpilih klaster sampel
 Buat daftar subjek dari semua klaster yang terpilih sebagai klaster sampel
 Pilihlah subjek sampel dari daftar subjek tersebut, sebanyak yang
dikehendaki dengan menggunakan teknik acak
5.b. Keuntungan
Tidak diperlukannya daftar kerangka sampling dari unit elementer untuk seluruh
populasi .

5.c. Kelemahan
Metode ini tidak sering digunakan karena analisanya sangat sulit, sehingga
dalam praktek sulit untuk menentukan berapa sampel yang harus diambil, baik
mulai tahap pertama maupun sampai tahap akhir.

5.d. PENGAMBILAN SAMPEL TIDAK ACAK (Non Random Sampling)

1. Accidental Sampling (Pengambilan sampel seadanya). Pemilihan


sampel dengan metode ini dilakukan seadanya berdasarkan kemudahannya
mendapatkan data yang diperlukan pada sampling.
2. Quota sampling (Pengambilan Sampel Berjatah).
Hampir sama dengan pengambilan sampel seadanya tetapi sangat
tergantung pada peneliti dengan kriteria dan jumlah yang telah ditentukan
sebelumnya
3. Judgement Sampling. Memilih sampel dengan cara memakai proses
seleksi bersyarat.
4. Purposive Sampling. Sering disebut sampel bertujuan, dilakukan dengan
cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah
tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertetnu. Teknik ini biasanya dilakukan
karena beberapa pertimbangan misalnya alasan keterbatasan waktu, tenaga
dan biaya sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh.
Walaupun cara seperti ini diperbolehkan,dimana peneliti bisa menentukan
sampel berdasarkan tujuan tertentu, tetapi ada syarat-syarat yang harus
depenuhi, yaitu:

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 47


a. Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau
karakteristik tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok populasi.
b. Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek
yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi
(key subjects)
c. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi
pendahuluan.

5. Panel Sampling.
Merupakan sampel semi permanen yang dipilih untuk keperluan
suatu studi yang berkelanjutan. Panel sampel sangat bermanfaat dan
menguntungkan, karena data yang telah dikumpulkan dapat dipergunakan
berulang kali.

5.e. PENENTUAN BESAR SAMPEL


Perhitungan besar sampel pada rancangan acak sederhana secara
umum adalah sebagai berikut :
1. Untuk populasi terbatas ( N = jumlah populasi diketahui )
Z2 1-/2 P (1-P) N
n = -----------------------------
d2 (N-1) + Z2 1-/2 P (1-P)
2. Untuk populasi tidak diketahui
Z2 1-/2 .P(1-P)
n = ------------------------
d2
n = besar sampel
d = presisi mutlak
z = z score ditentukan berdasarkan derajat kepercayaan
P = proporsi penelitian sebelumnya (jika tidak diketahui gunakan
0,5)
N = jumlah populasi

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 48


Panduan praktis untuk merencanakan metode pengambilan sampel
Tetapkan populasi penelitian
Apakah dapat dilakukan
stratifikasi
Tetapkan unit analisis dapat (penggolongan) subjek
penelitian ?

Apakah suatu daftar subjek dapat tidak


diperoleh ? Gunakan Metode
Pengambilan Sampel
tidak dapat Acak Sederhana /
Dapatkah disusun daftar subjek baru Sistematis
dengan informasi yang ada ?
tidak Apakah tujuan penelitian
terutama untuk
Buatlah klaster dengan ukuran
perbandingan (studi
sekecil dan sesama mungkin komparasi)

Pilihlah klaster sampel secara acak Apakah jumlah subjek dalam tiap
stratum sama banyak ?

Tersedia atau dapatkah disusun Gunakan Metode Pengambilan


daftar dan jumlah subjek pada tiap Sampel Acak Stratifikasi Sederhana
klaster sampel
sama tidak
tidak dapat
GunakanMet GunakanMet
odePengambi odePengambi
Gunakan Metode Gunakan
lanSampelAc lanSampelAc
Pengambilan Metode ak akStratifikasi
Sampel Acak Pengambilan StratifikasiSe Proporsional
Rancangan Sampel Acak
derhana
Klaster Rancangan
Bertingkat

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 49


TEKNIK PEMBUATAN KUESIONER

Tujuan pokok pembuatan kuesioner adalah untuk :


a) Memperoleh informasi yg relevan dengan tujuan survey
b) Memperoleh informasi yg reliabilitas dan validitas tinggi.

Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner harus berkaitan dengan hipotesis dan


tujuan penelitian.

Kuesioner merupakan instrumen didalam teknik komunikasi tidak langsung.


Kuesioner sebagai alat pengumpul data adalah sejumlah pertanyaan tertulis, yang
harus dijawab oleh responden. Hasil kuesioner tersebut akan terjelma dalam
angka-angka, tabel-tabel, analisa statistik dan uraian serta kesimpulan hasil
penelitian.

Titik tolah teknis pembuatan kuesioner adalah variabel dalam survey. Variabel
harus jelas dan relevan. Tiap pertanyaan dimaksudkan untuk dipakai dalam
analisis. Perlu ditanyakan dalam hati :
- Apakah pertanyaan tersebut diperlukan ?
- Apakah pertanyaan tersebut relevan ?
- Bagaimana jawaban atas pertanyaan tsb dalam tabulasi ?

Bila sudah ada kuesioner yang terdahulu dan relevan, bisa digunakan lagi tetapi
dengan syarat harus didiskusikan dulu dengan peneliti sebelumnya apa
kekurangannya, dan menyarankan untuk menambah atau bahkan menghilangkan
pertanyaan.
Isi Pertanyaan
1. Pertanyaan tentang fakta
Contoh : umur, pendidikan, agama, status perkawinan.
2. Pertanyaan tentang pendapat dan sikap
Ini menyangkut perasaan dan sikap responden tentang sesuatu.
3. Pertanyaan tentang informasi
Pertanyaan ini menyangkut apa yang diketahui oleh responden dan sejauh
mana hal tersebut diketahuinya.
4. Pertanyaan tentang persepsi diri
Responden menilai perilakunya sendiri dalam hubungannya dengan yang
orang lain.

Beberapa Cara Pemakaian Kuesioner :


1. Kuesioner digunakan dalam wawancara tata muka dengan responden
2. Kuesioner diisi sendiri oleh kelompok
3. Wawancara melalui telepon
4. Kuesioner diposkan

Jenis Pertanyaan
1. Pertanyaan terbuka
Kemungkinan jawaban tidak ditentukan lebih dahulu. Setiap pertanyaan dapat
dijawab secara bebas oleh responden. Jawaban bebas maksudnya adalah uraian
berupa pendapat, hasil pemikiran, tanggapan dan lain-lain mengenai segala
sesuatu yang ditanyakan pada setiap item. Uraian jawaban tersebut diserahkan

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 50


sepenuhnya pada responden, sehingga mungkin saja panjang dan mungkin saja
pendek.
Jawaban tersebut tidak mustahil menyimpang atau tidak seluruhnya berkenan
dengan maksud pertanyaan, sehingga sangat tergantung dengan kemampuan
responden menangkap maksud atau menafsirkannya.
Contoh :
Menurut pendapat ibu apakah masalah paling penting yang melatarbelakangi
terjadinya Diare pada anak Balita ?

2. Pertanyaan tertutup
Kemungkinan jawaban sudah ditentukan terlebih dahulu. Responden dalam
memberikan jawaban diminta untuk memilih jawaban yang paling tepat diantara
alternatif-alternatif yang sudah disediakan.
Alternatif-alternatif jawaban itu biasanya ditempatkan dibagian bawah setiap
pertanyaan. Kecenderungan untuk membuat lembaran jawaban tersendiri atau
terpisah, dianjurkan untuk dihindari karena dapat membingungkan.
Dilihat dari struktur jawaban yang disediakan dapat dibedakan dalam beberapa
bentuk :
a. Bentuk dua alternatif ( Force Choice Item )
Jawaban hanya terdiri dari dua alternatif yang harus dipilih salah satu
diantaranya.
Contoh :
Apakah ada pelayanan kesehatan di daerah setempat ?
1. Ya 2. Tidak
b. Bentuk pilihan ganda ( Multiple Choice Item )
Setiap pertanyaan diikuti dengan lebih dari dua alternatif jawaban yang
harus dipilih responden. Alternatif jawaban mungkin tiga, empat atau lima
dan seterusnya. Perumusannya dapat dibedakan sebagai berikut :
 Kuesioner yang jawabannya dihubungkan dengan skala nilai.
Contoh :
Apakah pendapat ibu tentang imunisasi ?
1. Setuju 2. Ragu-ragu 3. Tidak setuju

 Kuesioner yang jawabannya berupa uraian singkat


Pada setiap pertanyaan disediakan alternatif jawaban lebih dari dua
dalam bentuk uraian-uraian singkat.

Contoh :
Apa alasan ibu menimbangkan anak di Posyandu ?
1. Untuk mengetahui pertumbuhan dan berat badan anak
2. Karena anjuran Kader
3. Karena anjuran tokoh masyarakat
4. Untuk berkumpul dengan teman-teman

3.Kombinasi tertutup dan terbuka


Jawaban sudah ditentukan, tetapi kemudian disusul dengan pertanyaan terbuka.
Contoh :
Apakah ibu pernah mendengar tentang imunisasi ?
1. Pernah 2. Tidak pernah

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 51


Jika pernah, sebutkan imunisasi apa saja yang ibu ketahui ?

4. Pertanyaan semi terbuka


Pada pertanyaan semi terbuka, jawabannya sudah disusun tapi masih ada
kemungkinan tambahan jawaban
Contoh :
Dimanakah biasanya saudara mandi ?
1. Di kamar mandi
2. Di sungai
3. Di sumur
4. Lainnya ………….. ( sebutkan )

Petunjuk membuat pertanyaan :


1. Gunakan kata-kata yang sederhana dan dimengerti oleh semua responden
Contoh :
Bagaimana status perkawinan saudara ?
Lebih baik : Apakah saudara sudah menikah ?

2. Usahakan supaya pertanyaan jelas dan khusus


Contoh :
Berapa orang berdiam disini ?
Apakah yang dimaksud disini itu : rumah, desa atau yang lain
Lebih baik : Berapa orang penghuni rumah ini ?

3. Hindarkan pertanyaan yang membuat lebih dari satu pertanyaan


Contoh :
Apakah membersihkan kamar mandi dalam sebulan ?
Lebih baik : Apakah mempunyai kamar mandi ?
Kalau jawaban “ Ya “ , kemudian ditanyakan : Berapa kali dalam sebulan
membersihka kamar mandi ?

4. Hindarkan pertanyaan yang mengandung sugesti


Contoh :
Air minum keluarga, apakah diambil dari sumur atau yang lain?
Lebih baik : Darimana air minum keluarga diambil ?

5. Pertanyaan harus berlaku bagi semua responden


Contoh :
Apakah pekerjaan saudara sekarang ?
Ternyata responden menganggur. Seharusnya ditanyakan terlebih dahulu :
Apakah saudara bekerja ? Bila jawabannya “ Ya “ baru ditanyakan :
Pekerjaan saudara ?

Pretest
Pretest diadakan untuk menyempurnakan kuesioner. Melalui pretest akan diketahui
berbagai hal :

1. Apakah pertanyaan tertentu perlu dihilangkan


Pertanyaan tertentu mungkin tidak relevan untuk masyarakat yang diteliti.
Contoh :
Pada masyarakat kota mungkin tidak relevan bila ditanyakan ;

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 52


Berapa hektar sawah yang saudara miliki ?

2. Apakah pertanyaan tertentu perlu ditambah


Adakalanya terlupa memasukkan pertanyaan yang perlu dimasukkan.
Contoh :
Pada saat dilakukan pretest ternyata diketahui identitas responden lupa
memasukkan nama, maka pertanyaan tersebut perlu ditambahkan.

3. Apakah tiap pertanyaan dapat dimengerti dengan baik oleh responden dan
apakah pewawancara dapat menyampaikan pertanyaan tersebut dengan
mudah.
Contoh :
Selama minum pil, apakah kadang-kadang Ibu merasakan darah mengalir
lebih cepat dari biasanya ?
Disini timbul persoalan apakah responden dapat membedakan cepat atau
lambatnya aliran darah dalam tubuh.

4. Apakah urutan pertanyaan perlu diubah


Contoh :
Urutan pertanyaan :
1. Sosial Ekonomi 2. Riwayat Kehamilan
3. Keluarga Berencana 4. Sosial Ekonomi

Pada bagian pertama sudah ditanyakan masalah sosial ekonomi, tapi setelah
pertanyaan tentang keluarga berencana selesai, kembali ditanyakan tentang
sosial ekonomi walaupun dengan pertanyaan yang tidak persis sama. Hal ini
perlu dihindarkan, olehkarena itu pertanyaan bagian 4 perlu dipindahkan
seluruhnya ke bagian 1.

5. Apakah pertanyaan yang sensitive dapat diperlunak dengan mengubah bahasa


Contoh : Mengapa setelah melahirkan ibu tidak berhubungan seks sekian lama ?
Dapat diubah menjadi : Mengapa ibu melakukan puasa berhubungan sekian
lama setelah melahirkan ?

6. Berapa lama wawancara memakan waktu


Contoh :
Dari hasil pretest diketahui bahwa kuesioner memerlukan waktu 3-3,5 jam untuk
mewawancarai responden sehingga responden menjadi lelah dan bosan. Oleh
karena itu pertanyaan dapat dikurangi atau dibagi atas dua tahap.

Pedoman Pengisian Kuesioner


Pedoman pengisian kuesioner merupakan pegangan bagi pewawancara.
Dalam pedoman pengisian kuesioner, tiap pertanyaan yang diajukan diberi
keterangan yang jelas dan terperinci.

Daftar Pustaka
Nawawi, Hadari H, HM Martini Hadani. 1995. Instrumen Penelitian Bidang
Sosial.Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Praktiknya, Ahmad W. 1986. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan
Kesehatan. CV Rajawali, Jakarta.
Sastroasmoro, Sudigdo, Sofyan Ismael. 1995. Dasar-dasar Metodologi Penelitian
Klinis. Binarupa Aksara, Jakarta.

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 53


Singarimbun, Masri, Sofian Effendi. 1991. Metode Penelitian Survei. Penerbit
LP3ES, Jakarta

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 54


Lampiran 2

DESKRIPSI ISI LAPORAN

1. Ringkasan
Ringkasan memuat tujuan dan hasil praktek belajar lapangan yang paling
menonjol serta kesimpulan dan implikasinya. Ditulis dalam bahasa Indonesia,
panjang maksimum 250 kata dan ditulis dalam satu paragrap.

2. Latar Belakang
Bagian ini berisi uraian yang melatar belakangi dilaksanakannya Praktek Kerja
Lapangan (PKL) serta pengantar pada topik utama yang akan dibahas.

3. Tujuan
Tujuan umum menguraikan tujuan umum pelaksanaan PKL, sementara tujuan
khusus disesuaikan dengan rumusan masalah masing-masing.

4. Manfaat
Uraikan manfaat kegiatan baik terhadap masyarakat, Puskesmas, Prodi D-IV
Jurusan Gizi Poltekkes Kendari, dan Pemerinta Daerah (Dinas Kesehatan
Kabupaten)

5. Tinjauan Pustaka
Pada bagian ini sebaiknya diuraikan dasar pemikiran (landasan teori) yang
terkait dan menjadi dasar kegiatan atau penelitian dari berbagai sumber
kepustakaan.

6. Metode Pelaksanaan
Metode disini mencakup rancangan pelaksanaan kegiatan , cara pengambilan
sampel, cara pengambilan data, inaxstrumen yang digunakan, analisis data,
serta waktu dan lokasi penelitian.

7. Hasil
Hasil kegiatan hendaknya disajikan secara bersistem. Untuk memperjelas dapat
dilengkapi dengan sajian tabel dan atau gambar yang dilengkapi dengan
inrterpretasinya.

8. Pembahasan
Berisi pembahasan terhadap hasil yang diperoleh dengan menghubungkan atau
membandingkan dengan hasil teori atau hasil penelitian yang sesuai atau
rujukan yang relevan

9. Simpulan dan Saran


Simpulan dirumuskan secara ringkas serta mencerminkan jawaban terhadap
permasalahan, serta saran harus berkaitan dengan pelaksanaan atau hasil
kegiatan.

10. Daftar Pustaka


Merupakan daftar artikel atau kepustakaan lain yang dirujuk
di dalam penyusunan laporan.

11. Lampiran

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 55


Biasanya memuat bermacam hal yang dapat membantu
memperjelas atau mendukung isi laporan,

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 56


Lampiran 3

Contoh Halaman Sampul :

LAPORAN PBL

……..JUDUL…….

Oleh :
Nama NIM
………. ……….
……… ………

KEMENETERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKNIK KESEHATAN KENDARI
PROGRAM STUDI D-IV JURUSAN GIZI
2016

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 57


Lampiran 4

Contoh Halaman Pengesahan :

Halaman Pengesahan

1. Judul : …………………………………
…………………………………
2. Ruang Lingkup : Gizi Masyarakat

3. Anggota Kelompok : Nama Nim


1. …………………….. ……
2. ……………………. ……
3. …………………….. ……
4. ……………………. ……
5. ……………………. ……
6. ……………………. ……
4. Lokasi Kegiatan : ………………………………..
5. Waktu : ……………………………….

Wonggeduku, Mei 2016


Dosen Pembimbing Lapangan

(Ahmad Dg Tolla, SKM, M. Kes)


NIP.

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 58


HALAMAN PENGESAHAN

Laporan PKL PPG yang berjudul ………………………………………………


………………………………………………………………… telah direvisi berdasarkan
saran dan masukan dari tim penilai

Kendari, Mei 2016

Kepala Puskesmas, Pembimbing Desa,

( ) ( )

Mengetahui:
Ketua Prodi D-IV Gizi,

Rofiqoh, SKM, M. Kes


NIP.

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 59


Lampiran : 5

DAFTAR NOMOR HANDPONE


DOSEN PEMBIMBING dan SUPERVISOR PKL 2016

NO NAMA NO. HP

Lampiran 6.
Daftar Kelompok dan Dosen pembimbing Lapangan

Puskesmas/
Kelp NO. NIM Nama Mahasiswa Pembimbing
Desa

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 60


JADWAL PEMBEKALAN PKL
TAHUN 2016

Pelaksanaan
Materi PBL I Pembicara Ruang
Hari, Tanggal Waktu

1 Konsep PKL Tim PKL Tk. III

Kebijakan Kepala Dinas


2 Pembangunan Kesehatan Tk. III
Kesehatan Prop/Kab/Kota

Pendekatan Dosen/Nsumber
3 Tk. III
Kemasyarakatan lainnya

Dosen/Nsumber
4 Analisis Situasi Tk. III
lainnya

Teknik Dosen/Nsumber
5 Tk. III
Pengumpulan Data lainnya

Dosen/Nsumber
6 Teknik Sampling Tk. III
lainnya

Pembuatan Dosen/Nsumber
7 Tk. III
Kuesioner lainnya

Bahan Ajar/PPG/Buku Pedoman PKL 2016 Page 61

Anda mungkin juga menyukai